Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Subyek dan Obyek Penelitian Subyek penelitian adalah karakterisasi minyak dan batuan induk di daerah Jabung, Sub-Cekungan Jambi, sedangkan obyek penelitian adalah meliputi data geokimia yang mencakup aspek data rutin seperti tipe kerogen, analisis Rock-Eval, data kromatografi baku, analisis fisik percontoh minyak, dan data khusus yang berkaitan dengan karakteristik atribut organofasies seperti data GC-MS (biomarker), biodegradasi dan data isotop sedimen maupun percontoh hidrokarbon. 1.2 Latar Belakang Permasalahan Karakteristik geokimia minyak sangat penting untuk mengetahui informasi batuan induk dan kondisi lingkungan purba endapan batuan induk. Pengetahuan yang tepat tentang asal dan karakteristik minyak yang terbentuk dari batuan induk akan mempermudah pemahaman sistem minyak dan gas bumi di suatu daerah. 1.3 Masalah Penelitian Walaupun telah banyak penelitian yang telah dilakukan khususnya mengenai potensi batuan induk dan sistem hidrokarbon, akan tetapi masih perlu dilakukannya studi geokimia secara konklusif untuk mendapakan gambaran potensi hidrokarbon yang dikaitkan dengan sistem hidrokarbon secara detail untuk menjawab
29

Proposal Penelitian

Feb 02, 2016

Download

Documents

fdgfhjj
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Proposal Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian adalah karakterisasi minyak dan batuan induk di daerah Jabung, Sub-

Cekungan Jambi, sedangkan obyek penelitian adalah meliputi data geokimia yang mencakup

aspek data rutin seperti tipe kerogen, analisis Rock-Eval, data kromatografi baku, analisis fisik

percontoh minyak, dan data khusus yang berkaitan dengan karakteristik atribut organofasies

seperti data GC-MS (biomarker), biodegradasi dan data isotop sedimen maupun percontoh

hidrokarbon.

1.2 Latar Belakang Permasalahan

Karakteristik geokimia minyak sangat penting untuk mengetahui informasi batuan induk dan

kondisi lingkungan purba endapan batuan induk. Pengetahuan yang tepat tentang asal dan

karakteristik minyak yang terbentuk dari batuan induk akan mempermudah pemahaman sistem

minyak dan gas bumi di suatu daerah.

1.3 Masalah Penelitian

Walaupun telah banyak penelitian yang telah dilakukan khususnya mengenai potensi batuan

induk dan sistem hidrokarbon, akan tetapi masih perlu dilakukannya studi geokimia secara

konklusif untuk mendapakan gambaran potensi hidrokarbon yang dikaitkan dengan sistem

hidrokarbon secara detail untuk menjawab keberadaan prospek dan lead.

Masalah pada penelitian ini adalah mengetahui distribusi active pod dan organofasies dari suatu

sub-cekungan guna mengetahui prospek yang ada.

Page 2: Proposal Penelitian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Geologi Regional

Cekungan Sumatera Selatan terbentuk dalam wilayah Indonesia bagian barat dan merupakan

salah satu cekungan sedimen belakang busur Tersier yang berada pada zona antara Paparan

Sunda dan busur dalam volkanik. Secara umum daerah penelitian termasuk dalam Cekungan

Sumatera Selatan, Sub-Cekungan Jambi, yang berada di sayap utara Depresi Jambi (de Coster,

1974).

Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan Tersier berarah baratlaut-tenggara yang

dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di sebelah baratdaya, timur laut oleh Paparan Sunda,

Tinggian Lampung di sebelah tenggara yang memisahkan cekungan tersebut dengan cekungan

Sunda, serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah baratlaut yang

memisahkan Cekungan Sumatera Selatan dengan Cekungan Sumatera Tengah.

Pola perkembangan tektonik Cekungan Sumatera Selatan sangat dipengaruhi oleh sesar mendatar

dekstral Sumatera yang terjadi akibat subduksi Lempeng Hindia terhadap Lempeng Mikro

Sunda. Cekungan ini sendiri terbentuk oleh pola-pola tektonik mendatar konvergen selama

orogenesa Kapur Akhir-Tersier Awal yang menghasilkan pull-apart basins (de Coster, 1974).

Daerah Jabung dan seluruh Sub-Cekungan Jambi merupakan target besar dalam eksplorasi

sejak tahun 1990. Daerah ini merupakan bagian dari cekungan sedimentasi Tersier Sumatera

Selatan yang merupakan salah satu fokus eksplorasi gas disamping aktivitas eksplorasi minyak

bumi yang sudah dalam kategori sebagai lahan matang. Penemuan hidrokarbon hampir

seluruhnya diperoleh dari perangkap struktural (konvensional). Pencarian prospek konvensional

saat ini menjadi semakin sulit, terutama prospek-prospek berskala besar. Bertindak sebagai

batuan reservoir utama adalah batupasir Formasi Talang Akar, batupasir Formasi Gumai,

batupasir Formasi Air Benakat, obyek pra-Formasi talang Akar, dan batuan dasar yang saat ini

merupakan obyek baru untuk eksplorasi gas. Batuan metasedimen pra-Talang Akar disetarakan

dengan Formasi Lahat sedangkan batuan dasar umunya berupa reservoir rekah, batuan beku, dan

metamorfik. Secara konvensional pemahaman batuan induk di Sub-Cekungan Jambi berasal dari

Page 3: Proposal Penelitian

serpih/lempung Formasi Talang Akar. Mekanisme pemerangkapan dan migrasi dikontrol oleh

aktivitas tektonik yang menghasilkan perlipatan, patahan, dan konfigurasi batuan dasar terutama

pada Plio-Peistosen.

Stratigrafi

Regional Cekungan Sumatra Selatan (De Coaster, 1974)

2.2 Stratigrafi Regional

Stratigrafi regional Sub Cekungan Jambi yang merupakan bagian dari Cekungan Sumatera

Selatan tersusun oleh

1. Basement Pre-Tersier

2. Formasi Lahat

3. Formasi Talang Akar

4. Formasi Baturaja

5. Formasi Gumai

6. Formasi Air Benakat

7. Formasi Muara Enim

Page 4: Proposal Penelitian

8. Formasi Kasai dan

9. Endapan Alluvial

2.3 Batuan Pre-Tersier

Tidak ada informasi tentang Batuan dasar Pre-tersier yang menjadi alas seluruh endapan

tersier di Lapangan Kenali Asam. Kajian pada lapangan lain di sekitar lapangan ini menunjukkan

kehadiran batuan dasar sebagai batuan metamorf derajat rendah seperti sabak, filit, dan kuarsit

dengan pirit dan kuarsa di dalam rekahan. Batuan dasar ini diperkirakan berumur Kapur.

2.4 Endapan Rift berumur Oligosen

2.4.1 LAF (Lahat Formation)

Formasi Lahat terdiri dari endapan vulkanik, kipas aluvial, dataran banjir, dan

lakustrin. Penyebarannya dikontrol oleh graben, yang dibagian atasnya ditutupi secara tidak

selaras oleh endapan berumur Oligosen Akhir sampai Miosen Tengah. Memiliki ketebalan >

2000 m terutama dibagian tengah graben, dan pada bagian tinggian endapan ini tidak dijumpai.

Formasi Lahat ekivalen dengan Formasi Lemat di area Pendopo (bekas wilayah STANVAC).

Pembagian secara lebih terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

Di bagian bawah berupa endapan vulkanik Kikin yang terdiri dari aliran lava andesit dan

piroklastik (dapat mencapai ketebalan 800 m).

Di bagian tengah diendapkan anggota klastik kasar Lemat yang terdiri dari endapan kipas

aluvial dan dataran aluvial (ketebalan beberapa ratus meter).

Di bagian atas diendapkan anggota Serpih Benakat yang berselingan dengan lapisan

batubara (ketebalan 400 – 600 m).

Page 5: Proposal Penelitian

2.5 Endapan berumur Oligosen Akhir sampai Miosen Tengah

2.5.1 TAF (Talang Akar Formation)

Formasi Talang Akar (TAF) diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Lahat

(LAF) dengan ketebalan > 1000 m pada bagian terdalam dan seringkali tidak muncul pada

daerah tinggian. Di bagian bawah berupa endapan progradasi yaitu endapan aluvial dan dataran

delta dan di bagian atas berupa endapan transgresif yaitu endapan tebal batupasir dengan sedikit

sisipan serpih dan lapisan batubara. Formasi ini mulai diendapkan pada akhir Oligosen (N2/N3)

2.5.2 Anggota Transisi (Transitional Member)

Anggota Transisi berubah secara berangsur ke arah atas menjadi Formasi Baturaja

(BRF) yang didominasi oleh endapan batugamping. Pada umumnya memperlihatkan kontak

selaras, namun pada bagian pinggir cekungan memperlihatkan kontak tidak selaras dengan

batuan dasar tanpa adanya endapan Formasi Talang Akar (TAF). Hal ini menunjukkan bahwa

proses transgresif berlangsung secara menerus setelah diendapkannya Formasi Talang Akar

(TAF).

2.5.3 BRF (Baturaja Formation)

Batugamping ini berkembang dari Sub Cekungan Palembang Selatan ke arah utara ke

Sub Cekungan Jambi. Pada bagian terdalam dari Sub Cekungan Jambi dan Palembang Tengah,

batugamping Formasi Baturaja (BRF) digantikan oleh endapan marine berupa serpih gampingan

yang seringkali tidak bisa dipisahkan dengan Formasi Gumai (GUF) berupa endapan serpih. Ke

arah timur batugamping memperlihatkan perselingan dengan batulumpur karbonatan dan

batupasir. Batugamping ini berupa karbonat platform dan secara lokal di bagian atasnya berupa

reef build-up, memiliki ketebalan 60–100 m namun kadang-kadang dapat mencapai 200 m

apabila berupa reef build-up. Formasi Baturaja diendapkan pada N5 sampai dengan pertengahan

N6.

Page 6: Proposal Penelitian

2.5.4 GUF (Gumai Formation)

Formasi ini menyebar dari arah timurlaut dan timur sampai ke Paparan Sunda, dan

hadir sebagai endapan marine dari suatu laut terbuka. Formasi Gumai didominasi oleh endapan

serpih terutama di Cekungan Sumatera Selatan dan beberapa lapisan tipis batugamping (stringer)

di daerah Jambi, lapisan vulkanik, serta setempat sisipan batulanau dan batupasir halus, memiliki

ketebalan berkisar dari 450–750 m, pada bagian tengah Sub Cekungan Jambi ketebalannya dapat

mencapai 1.735 m, sedangkan di Sub Cekungan Palembang Selatan ketebalannya dapat

mencapai 2.100 m.

2.5.5 ABF (Air Benakat Formation)

Formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi Gumai (GUF), terdiri dari

endapan batupasir, perselingan dengan serpih dan batugamping (setempat), kadang-kadang

dijumpai lapisan batubara, diendapkan pada lingkungan marine terutama di daerah tidal-to-wave

influence deltaic. Endapan klastik ini membaji ke arah tenggara yaitu ke arah Sub Cekungan

Palembang Tengah dan Palembang Selatan. Endapan yang berpotensi sebagai reservoir terutama

pada fasies distal. Formasi Air Benakat memiliki ketebalan berkisar antara 850 – 950 m dan pada

bagian utara memiliki ketebalan 1400 – 1500 m.

2.6 Siklus Pengendapan akhir Miosen Tengah sampai Miosen Akhir

2.6.1 MEF (Muara Enim Formation)

Siklus pengendapan transgresif – regresif diawali dari Formasi Air Benakat (ABF) yang

berubah secara perlahan menjadi Formasi Muara Enim (MEF) yang terdiri dari perselingan

serpih karbonatan, batulanau, batupasir, dicirikan oleh melimpahnya lignit (satu lapisan lignit

dapat mencapai ketebalan 30 m), dan sisipan tufan seringkali dijumpai secara lokal.

Page 7: Proposal Penelitian

2.7 Endapan Termuda (Pliosen-Pleistosen)

2.7.1 Kasai Formation

Formasi Kasai diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Muara Enim (MEF)

terutama di bagian tengah cekungan, hadir sebagai perselingan endapan vulkanik klastik dengan

serpih bentonit serta sisipan lignit.

2.7.2 Aluvial dan Vulkanik Kuarter

Pada bagian atas Formasi Kasai diendapkan endapan aluvial dan vulkanik Kuarter

dengan kontak tidak selaras.

Saat ini cukup dipahami bahwa untuk mendapatkan peluang eksplorasi berskala besar adalah

dengan cara mengoptimalkan pencarian pada obyek pra dan pasca Formasi Talang Akar dan

batuan dasar. Dengan adanya pergeseran paradigma eksplorasi baru dari aspek obyektif maupun

skala cadangan yang diharapkan, maka banyak aspek geologi, geofisika, dan geokimia yang

perlu dikaji secara lebih dalam, seperti potensi dapur hidrokarbon, genetika reservoir rekah, pola

dan waktu migrasi dan sebagainya. Pemahaman yang lebih baik dari aspek tersebut akan

memperkecil resiko eskplorasi yang pada akhirnya akan berdampak positif pada penghematan

biaya eksplorasi.

Dengan latar belakang permasalahan eksplorasi tersebut, timbul gagasan pemikiran untuk

melakukan penelitian yang lebih mendalam pada aspek geokimia, terutama aspek-aspek yang

terkait dengan pembentukan hidrokarbon di daerah Jabung, Sub-Cekungan Jambi. Robinson

(1987) mengklasifikasikan batuan induk produktif di Indonesia kedalam tiga bagian yaitu

lakustrin, fluvio-deltaik, dan marin. Batuan induk fulvio-deltaik atau terestrial yang diidentifikasi

dari Cekungan Sumatera Utara berasal dari serpih dan batubara Formasi Talang Akar. Hal ini

membuat kecenderungan potensi batuan induk terbentuk hanya dari sistem delta Formasi Talang

Akar sejalan dengan conventional wisdom yang berlaku untuk sistem Sumatera Selatan.

Memperhatikan kondisi batuan yang cukup matang sangat dimungkinkan adanya kehadiran

batuan induk lain seperti Formasi Gumai.

Page 8: Proposal Penelitian

2.8 Tektonik Regonal

Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan belakang busur vulkanik (back-arc basin)

yang dibentuk oleh tiga fase tektonik utama, yaitu:

1. Fase ekstensional selama Paleosen Akhir sampai Miosen Awal, membentuk graben

mengarah ke Utara yang diisi endapan Eosen sampai Miosen Awal

2. Sesar normal dari Miosen Awal sampai Pliosen Awal

3. Fase kompresional yang melibatkan batuan dasar, inversi cekungan, dan pembalikan

sesar normal pada Pliosen yang membentuk antiklin, yang merupakan perangkap utama

di daerah ini (Bishop et. al., 2001).

Peta Lokasi dan Pola Struktur Cekungan Sumatera Selatan (Bhishop, 2001)

Page 9: Proposal Penelitian

Sub Cekungan Jambi di Cekungan Sumatera Selatan adalah rangkaian half-graben berumur

Paleogen yang berarah umum timurlaut – baratdaya, diantaranya adalah Tembesi high,

Berembang depression, Sengeti-Setiti high, Tempino-Kenali Asam depression, Ketaling high,

East Ketaling depression, Merang high, dan Merang depression. Sub Cekungan Jambi memiliki

dua pola struktur yang berbeda yaitu pola struktur berarah timurlaut–baratdaya sebagai

pengontrol pembentukan graben dan pengendapan Formasi Talang Akar dan pola struktur

berarah baratlaut – tenggara yang berkaitan dengan tektonik kompresi dan menghasilkan sesar –

sesar naik dan antiklin. Tampak lapangan Kenali Asam merupakan bagian daei Tempino-Kenali

Asam Deep

Sejarah Cekungan Sumatera Selatan dapat dibagi menjadi tiga megasekuen tektonik yaitu:

1. Syn-rift Megasequence (c.40 – c. 29 Ma)

Kerak kontinen di daerah Sumatera Selatan terkena event ekstensi besar pada Eosen-

Oligosen Awal akibat subduksi di sepanjang palung Sumatera. Ekstensi ini menghasilkan

pembukaan beberapa half–graben yang geometri dan orientasinya dipengaruhi oleh

heterogenitas basement. Kemudian, terjadi ekstensi yang berorientasi Barat-Timur menghasilkan

horst dan graben yang berarah Utara Selatan. Sumatera Selatan telah berotasi sebesar 150 sejak

Miosen menurut Hall (1995) yang menghasilkan orientasi graben menjadi berarah Utara-

Baratlaut dan Selatan-Tenggara.

2. Post-rift Megasequence (c.29 – c.5 Ma)

Endapan post-rift di Sub Cekungan Palembang mencapai ketebalan 13.000 kaki, hal ini

disebabkan oleh subsidence yang tinggi dan muka laut relatif yang juga tinggi menyebabkan

transgresi berkepanjangan.

3. Syn-orogenic/Inversion Megasequence (c. 5 Ma – sekarang)

      Event orogen yang menyebar luas, orogenesa Barisan, muncul di sepanjang Sumatera

Selatan. Lipatan transpressional yang berorientasi memanjang pada arah Baratlaut-Tenggara

Page 10: Proposal Penelitian

terbentuk sepanjang cekungan dan memotong tubuh syn-rift di bawahnya. Kebanyakan

perangkap struktural di bagian tengah cekungan ini dimulai pada megasekuen ini.

Skematik

Tektonostratigrafi Cekungan Sumatera Selatan

Page 11: Proposal Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 METODOLOGI PENELITIAN

3.1.1 Metode Pembuktian

Metode penalaran yang akan digunakan adalah metode deduksi yaitu karakteristik dan

pengelompokkan minyak yang didasarkan pada prinsip-prinsip, rumus-rumus, hukum ataupun

rujukan yang diasumsikan benar terhadap atribut sifat fisik, biomarker, dan distribusi isotop.

Disamping metode deduksi yang menjadi landasan utama penelitian, metode generalisasi

statistik dan metode induksi akumulatif akan digunakan sebagai metode dalam tahap integrasi

dan interpretasi. Metode induksi akumulatif digunakan untuk memperlebar ruang penafisran

hingga pada skala sub-cekungan. Dengan menggunakan metode generalisasi statistik ini

kebenaran hipotesis yang berlaku seperti organofasies, distribusi biomarker, dan karakteristik

isotop diharapkan akan lebih baik tingkat probabilitasnya. Dalam analisis penafisran dan sintesis

akan digunakan metode hipotetiko deduksi untuk melihat kemungkinan distribusi dapur dan

mekanisme migrasi hidrokarbon yang berpotensi. Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi

didasarkan atas adanya famili hidrokarbon yang dijumpai di daerah Jabung, Sub-Cekungan

Jambi.

Pemodelan yang akan dilakukan pada studi ini adalah pemodelan deterministik yaitu sistem

diekspresikan dalam persamaan matematis, termasuk didalamnya variabel, parameter, dan

konstanta, dengan asumsi bahwa tidak ada komponen random selama tidak ada elemen yang

berubah dan batas kondisi awal diasumsikan benar. Desain penelitian untuk pemodelan yaitu

dengan pemodelan 1 dimensi. Dalam pemodelan 1 dimensi akan dilakukan dengan menggunakan

perangkat lunak yaitu BasinMod 1D.

3.1.2Metode Pemerolehan Data

Data utama yang akan dipergunakan dalam penelitian ini antara lain data minyak dan

kondensat yang berasal dari sumur-sumur di daerah Jabung, data utama ini akan didapatkan dari

Page 12: Proposal Penelitian

perusahaan minyak. Sedangkan data pendukung yang akan dipergunakan dalam penelitian ini

antara lain

data well log (gamma ray, density, resistivity, neutron, sonic) dan peta hasl kompilasi data sumur

dan seismik, data pendukung ini juga akan didapatkan dari perusahaan minyak.

3.1.2Metode Pemrosesan dan Analisis Data

Data minyak bumi akan diuji berdasarkan ketersediaan n-alkana termasuk

isoprenoidnya, data sterana, data triterpana serta isotop karbon. Data biomarker yang digunakan

dalam studi ini dibatasi pada ion massa yang populer saja seperti sterana (m/z 217) dan triterpana

(m/z 191). Berdasarkan data-data tersebut maka selanjutnya dapat dianalisis penentuan material

asal, lingkungan pengendapan, dan sejarah termal senyawa tersebut. Masukan data berupa data

stratigrafi seperti top formasi (kedalaman) atau ketebalan dengan umur kronostratigrafinya, data

litologi untuk perhitungan kompaksi dan konduktivitas termal, ketidakselarasan dan atau hiatus,

data temperatur berupa data temperatur permukaan saat ini, gradien geotermal dan atau aliran

bahang akan diproses di dalam perangkat lunak BasinMod 1D. Berdasarkan data-data tersebut

maka selanjutnya akan menghasilkan diagram sejarah pemendaman (burial history) sehingga

dapat diprediksi kematangan termal dan pembentukan hidrokarbon.

Page 13: Proposal Penelitian

BAB IV

ASIL DAN ANALISIS

3.1 Ruang Lingkup dan Sasaran Penelitian

Ruang lingkup penelitian dibatasi pada aspek geokimia dan aspek terkait yang merupakan

integrasi dari data geologi dan geofisika yang dimungkinkan dengan fokus pemecahan masalah.

Sasaran penelitian adalah :

Karakterisasi minyak dan pengelompokannya serta menentukan distribusi tipe minyak

dalam cekungan

Identifikasi formasi batuan yang dapat berfungsi sebagai batuan induk

Korelasi minyak terhadap minyak, dan minyak terhadap batuan induk

Pemodelan cekungan, sejarah pemendaman (burial history) dan tingkat kematangan

Memetakan pola migrasi dan kemungkinan dapur hidrokarbon yang berbeda

3.2 Hipotesa Kerja

Didalam melakukan penelitian ini digunakan beberapa hipotesa kerja yang akan dicoba untuk

dipecahkan dalam studi geokimia ini. Hipotesa kerja tersebut adalah :

Diduga adanya perbedaan karakteristik minyak yang mempunyai famili yang hampir

sama dengan menggunakan parameter karakter organofasies

Diduga adanya hubungan antara waktu pembentukan perangkap dengan waktu

hidrokarbon terbentuk yang dapat menjelaskan masalah mekanisme pengisian dan

pemerangkapan hidrokarbon dari batuan induk ke perangkap

3.3 Asumsi-asumsi dalam Penelitian

Beberapa asumsi yang digunakan dalam studi ini antara lain adalah :

Page 14: Proposal Penelitian

Data yang tersedia, terutama data geokimia hasil analisis laboratorium seperti TOC,

pirolisis Rock-Eval, data kromatografi gas, GC-MS, dan isotop diasumsikan benar

Sumur yang dianalisis tidak terpotong oleh patahan, bila terpotong patahan maka harus

dikoreksi sehingga memiliki data stratigrafi yang lengkap

Pada daerah dalaman yang tidak tertembus oleh sumur pemboran maka akan digunakan

sumur bayangan (pseudowell) dengan susunan stratigrafi berdasarkan penampang

seismik

Kompaksi merupakan faktor yang sangat penting mengontrol porositas selama

pembebanan, yang pada akhirnya akan memberikan pengaruh pada waktu kematangan,

pembentukan dan ekspulsi. Perhitungan kompaksi mengikuti persamaan Sclater &

Christie (S&C), Falvey & Middleton (F&M), dan Baldwin & Butler (B&B).

3.4 Sumbangan Terhadap Ilmu Pengetahuan

Hasil dari studi tentang karakterisasi minyak dan batuan induk ini diharapkan akan

memberikan pandangan baru atau pendekatan baru dalam mengintergasikan suatu pemikiran

yang lebih berskala cekungan. Pemahaman yang baik dan benar dari sistem hidrokarbon suatu

kawasan akan membantu didalam menentukan strategi eksplorasi, pengembangan kawasan

dimasa depan dan penentuan peringkat/rekomendasi prospek siap bor.

Page 15: Proposal Penelitian

BAB V

PENUTUP

5.1 kesimpulan

Beberapa asumsi yang digunakan dalam studi ini antara lain adalah :

Data yang tersedia, terutama data geokimia hasil analisis laboratorium seperti TOC,

pirolisis Rock-Eval, data kromatografi gas, GC-MS, dan isotop diasumsikan benar

Sumur yang dianalisis tidak terpotong oleh patahan, bila terpotong patahan maka harus

dikoreksi sehingga memiliki data stratigrafi yang lengkap

Pada daerah dalaman yang tidak tertembus oleh sumur pemboran maka akan digunakan

sumur bayangan (pseudowell) dengan susunan stratigrafi berdasarkan penampang

seismik

Kompaksi merupakan faktor yang sangat penting mengontrol porositas selama

pembebanan, yang pada akhirnya akan memberikan pengaruh pada waktu kematangan,

pembentukan dan ekspulsi. Perhitungan kompaksi mengikuti persamaan Sclater &

Christie (S&C), Falvey & Middleton (F&M), dan Baldwin & Butler (B&B).

5.2 SARAN

Untuk mengembangkan Potensi Hidrokarbon di Daerah Jabung, Sub-Cekungan Jambi maka

penulis akan memberikan saran dan dapat membantu informasi dalam segi pengetahuan dan

dalam segi explorasi yang terdapat di daerah tersebut, yang dapat membuka lapangan perkerjaan

baru dan dapat meningkat kan peghasilan di daerah jabung tersebut.

Page 16: Proposal Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

De Coster, G.L.(1974), The geology of the Central and South Sumatera Basins, Proceedings

Indonesian Petroleum Association, 3rd Annual Convention, 77-110

Demaison, G.J., dan Moore, G.I. (1980), Anoxic environments and oil source bed genesis, AAPG

Bulletin, 68, 31-72

Eubank, R.T., dan Makki, A.C. (1981), Structural geology of the Central Sumatera, Proceedings

Indonesian Petroleum Association, 16th Annual Convention, 153-196

Huang, J.M., dan Meinschein, W.G. (1979), Sterols as ecological indicators, Geochimica et

Cosmochimica Acta, 43, 739-745

Hunt, J.M. (1996), Petroleum geochemistry and geology, 2nd edition, W.H Freeman and

Company, New York

Manaf, N.A., dan Mujahidin, N. (1993), Evaluasi migrasi hidrokarbon di Sub-Cekungan Jambi

berdasar pemejalaran biomarker dan sejarah tektoniknya, Proceedings Indonesian Association

of Geologist, 23rd Annual Convention, 736-758

Moldowan, J.M., Seifert, W.K., dan Gallegos, E.J. (1985), Relationship between petroleum and

depositional environment of petroleum source rocks, AAPG Bulletin, 69, 1255-1268

Peters, K.E., dan Moldowan, J.M. (1993), The biomarker guide, Englewood Cliffs, New Jersey,

Prentice-Hall, 363

Robinson, K.M. (1987), An overview of source rocks and oils in Indonesia, Proceedings

Indonesian Petroleum Association, 16th Annual Convention, 97-122

Seifert, W.K. (1978) Steranes and terpanes in kerogen pyrolysis for corelation and source rocks,

Geochimica et Cosmochimica Acta, 42, 473-484

Waples, D.W. (1985), Geochemistry in petroleum exploration, International Human Resources

Development Co., Boston, 43-61

Page 17: Proposal Penelitian

Zumberge, J.E. (1987), Prediction of source rock characteristics based on terpane biomarkers in

crude oils: a multivariate statistical approach, Geochimica et Cosmochimica Acta, 51, 1625-

1637

Page 18: Proposal Penelitian

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR     

DAFTAR ISI     

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Subyek dan obyek penelitian.........................................................................................1

1.2 Latar belakang permasalahan.....................................................................................1

1.3 Masalah penelitian.....................................................................................1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka geologi regional...............................................................5

2.2 Stratigrafi regional..........................................................................6

2.3 Batuan pre-tersier..........................................................................................................8

2.4 Endapan rift berumur oligosen

2.5 Endapan berumur oligosen akhir sampai miosen tengah

2.6 Siklus pemgendapan akhir miosen tengah

2.7 Endapan termuda

2.8 Tektonik regional .....................................................................................................10

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode penelitian.........................................................................................13

BAB IV. RINCIAN PENELITIAN

4.1 Ruang lingkup dan sasaran penelitian...............................................................................17

4.2 Hipotesa kerja

4.3 Asumsi- asumsi dalam penelitian..............................................................................17

4.4 Sumbangan terhadap ilmu pengetahuan

Page 19: Proposal Penelitian

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

5.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: Proposal Penelitian

Proposal Penelitian “Studi Geokimia dalam Penyelidikan Potensi

Hidrokarbon di Daerah Jabung, Sub-Cekungan Jambi”

OLEH:

REYHAN SOFYAN133610047

PROGRA STUDITEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARUTAHUN

2013