Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Desa Peniron, Kecamatan Pejagoan dan sekitarnya, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah yang cukup menarik untuk menjadi daerah telitian. Daerah tersebut memiliki pengaruh struktur geologi yang cukup besar dengan satuan litologi yang beragam. Secara geomorfologi, bagian barat daerah telitian merupakan bentukan perbukitan homoklin, pada perbukitan ini juga kemungkinan terdapat kemenerusan dari lipatan yang berarah barat-timur. Didapati juga lembah-lembah yang diindikasikan terdapat pengaruh struktur relatif berarah utara-selatan searah dengan arah sungai besar Luk Ulo. Di bagian timur terdapat bentukan dataran, dimana dataran tersebut dilalui oleh sungai Luk Ulo. Material pada dataran di indikasikan berupa endapan aluvial hasil endapan sungai stadia tua Luk Ulo. Pola pengaliran yang berkembang di daerah ini adalah pola ubahan subdendritik di bagian barat dan trellis di bagian timur. Secara stratigrafi, penulis membagi daerah menjadi 3 formasi. Bagian barat dan barat daya daerah telitian dijumpai Formasi Halang, bagian tengah dijumpai anggota breksi Formasi Halang, kemudian di timur peta dijumpai Formasi Penosogan. Antara Formasi Penosogan dan anggota 1
32

Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

Jan 31, 2023

Download

Documents

Ria Wulandari
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Desa Peniron, Kecamatan Pejagoan dan sekitarnya,

Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah

yang cukup menarik untuk menjadi daerah telitian. Daerah

tersebut memiliki pengaruh struktur geologi yang cukup

besar dengan satuan litologi yang beragam.

Secara geomorfologi, bagian barat daerah telitian

merupakan bentukan perbukitan homoklin, pada perbukitan

ini juga kemungkinan terdapat kemenerusan dari lipatan

yang berarah barat-timur. Didapati juga lembah-lembah

yang diindikasikan terdapat pengaruh struktur relatif

berarah utara-selatan searah dengan arah sungai besar Luk

Ulo. Di bagian timur terdapat bentukan dataran, dimana

dataran tersebut dilalui oleh sungai Luk Ulo. Material

pada dataran di indikasikan berupa endapan aluvial hasil

endapan sungai stadia tua Luk Ulo. Pola pengaliran yang

berkembang di daerah ini adalah pola ubahan subdendritik

di bagian barat dan trellis di bagian timur.

Secara stratigrafi, penulis membagi daerah menjadi 3

formasi. Bagian barat dan barat daya daerah telitian

dijumpai Formasi Halang, bagian tengah dijumpai anggota

breksi Formasi Halang, kemudian di timur peta dijumpai

Formasi Penosogan. Antara Formasi Penosogan dan anggota

1

Page 2: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

breksi Formasi Halang terdapat hubungan beda fasies

menjari (Prasetyadi,2007). Di bagian timur peta juga

terdapat endapan aluvial disekitar sungai stadia tua Luk

Ulo

Berdasarkan penjelasan diatas, memunculkan keinginan

penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada

daerah Sruweng Dengan melakukan penelitian lebih lanjut

penulis dapat meninjau langsung obyek-obyek geologi yang

terdapat pada daerah telitian dan ketepatan peta geologi

regional.

2

Page 3: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

1.2 Rumusan Masalah

Adapun batasan rumusan masalah yang akan diteliti adalah

sebagai berikut :

1. Apa sajakah bentuklahan yang terdapat pada daerah

telitian?

2. Litologi apakah yang terdapat pada daerah telitian?

3. Bagaimanakah hubungan antara satuan batuannya?

4. Bagaimanakah perkembangan struktur geologi daerah

tersebut?

5. Apakah potensi geologi daaerah telitian?

I.3 Maksud Penelitian

Maksud penulis mengadakan penelitian adalah untuk

melakukan pengamatan karakteristik batuan dan kemenerusan

struktur geologi berupa lipatan yang digambarkan pada

peta geologi regional daerah telitian.

Melakukan pengamatan bentuklahan detil berdasarkan

pendekatan aspek-aspek geomorfologi, yaitu aspek

morfografi, morfometri, morfostruktur aktif,

morfostruktur pasif, morfodinamis, morfo asosiasi dll.

Yang terdapat pada daerah telitian.

I.4 Tujuan Penelitian

3

Page 4: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

Tujuan penulis mengadakan penelitian adalah untuk

menentukan variasi dan batas satuan batuan pada daerah

telitian secara lebih detil dari pengamatan lapangan.

Dengan pengamatan lapangan secara langsung peneliti juga

dapat melakukan penyesuaian dengan interpretasi awal yang

sudah ada sebelum berangkat ke lapangan.

Dari penelitian yang dilakukan akan didapatkan data

mengenai geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi,

sejarah geologi dan potensi geologi daerah telitian.

1.5 Lokasi Penelitian

Lokasi Kegiatan Lapangan Pemetaan Geologi ini

berada di daerah Desa Peniron, Kecamatan Pejagoan dan

sekitarnya, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah

Dengan koordinat X: 349000 – 352000 dan Y: 9157000 –

9160000.

4

Gambar 1.1 Peta Daerah Gambar 1.2 Peta Daerah Jawa

Page 5: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

I.6 Hasil Penelitian

Hasil yang diharapkan dari Kegiatan Pemetaan

Lapangan Geologi berupa peta daerah telitian mencakup

peta lintasan, peta geomorfologi dan pola pengaliran,

peta geologi, pengukuran penampang stratigrafi, sejarah

geologi, dan potensi geologi berdasarkan data-data yang

diperoleh.

5

Gambar 1.3 Peta Topografi Daerah Pejagoan

Page 6: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

I.7 Manfaat Penelitian

Manfaat kegiatan Kuliah Lapangan Pemetaan Geologi

ini peneliti dapat memperoleh data detil sebagai dasar

pembuatan peta lintasan, peta geomorfologi dan peta

geologi. Dalam segi pembelajaran, melalui kegiatan ini

peneliti dapat mengembangkan dan melatih kemampuannya

dalam melakukan pemetaan secara langsung di lapangan.

1.8 Waktu Penelitian

Kegiatan Pemetaan Geologi 2014 ini berlangsung pada

tanggal 20 Juni– 22 Oktober 2014. Penelitian diawali

dengan kegiatan Pra pemetaan, yaitu interpretasi peta

topografi, studi literatur, dan pembuatan proposal.

Kemudian kegiatan Pemetaan Geologi untuk pengambilan

data-data yang ada pada daerah telitian. Selanjutnya

dilakukan pasca pemetaan yaitu analisa data dan pembuatan

laporan.

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Pemetaan Geologi

BAB II

6

Page 7: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode pemetaan

lapangan. Metode ini digunakan oleh peneliti untuk

melakukan pemetaan geologi pada daerah telitian yang

membutuhkan pengamatan detil pada tiap lokasi

pengamatannya.

Metode ini dibagi menjadi 3 tahap. Pertama tahap

Pra pemetaan, yaitu tahap awal yang digunakan untuk

interpretasi awal, penentuan lintasan, dan studi

literatur daerah telitian. Tahap berikutnya adalah tahap

pemetaan, pada tahap ini dilakukan observasi lapangan dan

pengambilan data-data lapangan yang dibutuhkan. Tahap

terakhir adalah tahap Pasca pemetaan, setelah data-data

didapatkan maka dilakukan analisa studio dan pembuatan

laporan dari hasil pemetaan.

Tahapan-tahapan penelitian :

1. Pra Pemetaan

Studi pustaka : Regional daerah, sejarah geologi

dan peta regional maupun lokal

Mempelajari metode-metode yang akan digunakan

Mempelajari dan menentukan klasifikasi yang akan

digunakan

Interpretasi awal dari peta topografi

7

Page 8: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

Membuat rencana lintasan

Membuat rencana kerja lapangan

Persiapan kebutuhan dan peralatan yang akan

digunakan

Perizinan

2. Pemetaan

Terbagi dari beberapa tahapan yaitu :

a. Penentuan lintasan geologi

Penentuan lintasan harian sangatlah perlu untuk

mendapatkan target

yang cukup setiap harinya. Untuk menentukan lintasan

tidak bisa sembarangan, harus mempertimbangkan arah

kedudukan lapisan, objek yang mungkin akan dilalui,

waktu tempuh, dll.

b. Pemetaan geologi dengan lintasan geologi

Pada tahap ini kita akan mendapatkan satuan

batuan yang terdapat pada daerah telitian, struktur

geologi yang berkembang, serta pengaruhnya pada

daerah telitian.

c. Pengambilan foto singkapan dan contoh batuan

Untuk memberikan kelengkapan data, maka

dilakukan pengambilan foto pada bentang alam

singkapan, singkapan batuan, serta sampel batuan

yang digunakan. Pengambilan foto ini tidak bisa

8

Page 9: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

sembarangan, karena harus mempertimbangkan aspek-

aspek geologi yang ada pada objek tersebut.

d. Pengukuran struktur-struktur geologi

Untuk mendapatkan perkembangan struktur

geologi, harus dilakukan pengukuran struktur geologi

baik struktur garis maupun struktur bidang. Dari

hasil perhitungan tersebut kemudian dilakukan

analisa untuk menentukan strukturnya.

e. Pengukuran lintasan (Measuring Section) untuk

penampang stratigrafi

Setelah mendapatkan informasi litologi dan

struktur geologi daerah telitian, maka harus

dilakukan Pengukuran Lintasan. Pengukuran lintasan

dilakukan untuk mengetahui variasi litologi pada

suatu lintasan serta pengaruh struktur geologi yang

mempengaruhi bentuk serta dimensi dari litologi pada

daaerah tersebut. Dari pengukuran ini kita juga bisa

mendapatkan ketebalan dari tiap lapisan.

3. Pasca Lapangan

9

Page 10: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

Pada tahapan ini penyusun melakukan beberapa

analisa laboratorium dan studio pada sampel dan data

yang didapat, analisa yang dilakukan antara lain:

1.Analisa Petrografis (Sayatan tipis batuan)

2.Pengamatan Paleontologi (Mikrofosil)

3.Analisa Sedimentologi (Kalsimetri)

4.Analisa Data Struktur GeologiSetelah melakukan analisa-analisa diatas, data

yang didapatkan dilapangan serta hasil analisa

studio disusun menjadi suatu laporan yang mencakup

hasil penelitian yang kemudian akan dikonsultasikan

kembali. Hasil penelitian dirangkum dalam sebuah

laporan meliputi :

a. Konsultasi data lapangan

b. Konsultasi peta lintasan

c. Konsultasi peta geomorfologi

d. Konsultasi peta geologi

e. Penyusunan laporan akhir

2.2 Data dan Peralatan Penelitian

Adapun data-data yang diperlukan dari penelitian

berupa data primer dan data sekunder seperti :

1. Data Primer :

a. Morfologi daerah telitian

10

Page 11: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

b. Stratigrafi daerah telitian

c. Pengukuran Sruktur Geologi

d. Sampel batuan

e. Koordinat lokasi

f. Lintasan pengamatan

g. Sketsa / foto singkapan

h. Kontak satuan batuan

2. Data Sekunder :

a. Peta Geologi Regional Lembar Kebumen, Jawa oleh

S. Asikin, A. Handoyo, H. Busono, dan S. Gafoer.

Tahun 1992.

b. Komunikasi atau penelusuran informasi melalui

internet.

c. Google Map

d. Tulisan peneliti terdahulu :

Prasetyadi, C., Harsolumakso, A.H., Sapiie,

B.,and Setiawan, J., 2002, Tectonic

significance ofpre-Tertiary rocks of Jiwo Hill,

Bayat and LukUlo, Karangsambung areas in

Central Java: Acomparative review, Proceeding:

31st annualconvention of IAGI, p. 680-700.

Prasetyadi, C.,2007, Evolusi Tektonik Paleogen

Jawa Bagian Timur, Disertasi Doktoral Tidak

dipublikasikan.

Van Bemmelen, R. W., 1949. The Geology of

Indonesia. Martinus Nyhof, The Haque.

11

Page 12: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

Peralatan yang dibutuhkan selama Kegiatan Kuliah

Lapangan Pemetaan Geologi adalah :

1. Lup

2. GPS

3. Kompas

4. Meteran

5. Komparator

6. HCL

7. Buku Catatan

Lapangan

8. Peta Daerah

Penelitian

9. Alat Tulis lengkap

10. Clipboard

11. Plastik sampel

12. Kamera

13. Sepatu lapangan

14. Tas ransel

15. Topi

2.3 Hasil Interpretasi Awal

2.3.1 Pola Pengaliran Daerah Telitian

Pola pengaliran yang dijumpai oada daerah

telitian adalah pola Subdendritik. Pola ini

ditunjukkan dengan topografi yang miring dengan

adanya kontrol struktur yang kurang berkembang. Sudut

yang dibentuk antara cabangnya berbentuk sudut lancip

serta cabangnya seperti akar pohon.

12

Page 13: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

Pada daerah telitian bentuk lembah yang

dijumpai lembah U pada sungai utama di bagian timur

dan lembah V pada daerah perbukitan di sebelah barat

peta. Hal ini mengindikasikan litologi yang cukup

resisten di bagian perbukitan sebelah barat peta dan

resistensi lemah di bagian timur peta yang

kemungkinan berupa material lepas.

Gambar 2.1 Pola pengaliran subdendritik daerah

telitian

13

Page 14: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

2.3.2Geomorfologi Daerah Telitian

Berdasarkan interpretasi awal menggunakan

klasifikasi aspek-aspek geomorfologi Verstappen

(1985), bahwa bentuklahan yang terdapat di daerah

penelitian dapat dibagi menjadi 3 (tiga) satuan

bentuklahan, yaitu perbukitan homoklin (S1), tubuh

sungai (F1), dan dataran aluvial (F2).

A. Bentukan Asal Struktural

1. Satuan Bentuklahan Perbukitan Homoklin (S1)

Bentuklahan ini merupakan bentukan perbukitan

yang diperkirakan memiliki kemiringan lapisan yang

relatif seragam yang kemungkinan merupakan bagian

dari sayap lipatan. Hal ini ditunjukan oleh

kerapatan kontur yang semakin merenggang ke

selatan. Luasan dari bentukan ini sebesar 70%.

B. Bentukan Asal Fluvial

1. Satuan Bentuklahan Tubuh Sungai (F1)

Satuan bentuklahan ini berupa bentukan negatif

yang memanjang dan dialiri oleh air, luasan dari

tubuh sungai ini 10% dari peta.

2. Satuan Bentuklahan Dataran Alluvial (F2)

Satuan bentuklahan ini berupa dataran yang

luas dengan litologi berupa material lepas. Proses

fluviatil dominan dalam pembentukannya. Luasan

bentukan ini 20%.

14

Page 15: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

F2

S1

S1

15

Page 16: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

F1

Gambar 2.2 Peta geomorfologi daerah telitian

BAB III

DASAR TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

3.1 Pola Aliran

Kegiatan erosi dan tektonik yang menghasilkan bentuk

- bentuk lembah sebagai tempat pengaliran air,

selanjutnya akan membentuk pola - pola tertentu yang

disebut sebagai pola aliran. Pola aliran ini sangat

berhubungan dengan jenis batuan, struktur geologi kondisi

erosi dan sejarah bentuk bumi. Sistem pengaliran yang

berkembang pada permukaan bumi secara regional dikontrol

16

Page 17: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

oleh kemiringan lereng, jenis dan ketebalan lapisan

batuan, struktur geologi, jenis dan kerapatan vegetasi

serta kondisi iklim.

Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta

topografi atau foto udara, terutama pada skala yang

besar. Percabangan - percabangan dan erosi yang kecil

pada permukaan bumi akan tampak dengan jelas, sedangkan

pada skala menengah akan menunjukkan pola yang menyeluruh

sebagai cerminan jenis batuan, struktur geologi dan

erosi. Pola pengaliran pada batuan yang berlapis sangat

tergantung pada kondisi tofografi, geologi (jenis,

sebaran, ketebalan dan bidang perlapisan batuan serta

geologi struktur seperti sesar, kekar, arah dan bentuk

perlipatan), iklim, serta vegetasi yang terdapat di dalam

DAS bersangkutan.

Morisawa (1985) menyebutkan pengaruh geologi

terhadap bentuk sungai dan jaringannya adalah dinamika

struktur geologi, yaitu tektonik aktif dan pasif serta

lithologi (batuan). Kontrol dinamika struktur diantaranya

pensesaran, pengangkatan (perlipatan) dan kegiatan

vulkanik yang dapat menyebabkan erosi sungai. Kontrol

struktur pasif mempengaruhi arah dari sistem sungai

karena kegiatan tektonik aktif. Sedangkan batuan dapat

mempengaruhi morfologi sungai dan jaringan topologi yang

memudahkan terjadinya pelapukan dan ketahanan batuan

terhadap erosi.

17

Page 18: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi

pola pengaliran dasar dan pola pengaliran modifikasi.

Definisi pola pengaliran yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu

jaringan pengaliran di suatu daerah yang di

pengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah

hujan. Biasanya pola pengaliran yang demikian

disebut sebagai pola pengaliran permanen (tetap).

2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca

dan dapat dipisahkan dari pola dasar lainnya.

3. Perubahan (modifikasi) pola dasar adalah salah

satu perbedaan yang dibuat dari pola dasar

setempat.

Bentuk Lembah

Bentuk lembah merupakan fungsi dari ukuran

butir batuan dan litologi (resistensi). Macam-macam

bentuk lembah:

1. Bentuk lembah sempit berdinding terjal seperti

huruf V, umumnya disusun oleh batuan berbutir

kasar, seperti breksi dan batupasir kasar.

2. Bentuk lembah agak landai berdinding agak terjal-

landai seperti huruf V landai sampai U agak

terjal. Ciri di atas umumnya disusun batuan

berbutir sedang, seperti batupasir.

18

Page 19: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

3. Bentuk lembah landai berdinding landai seperti

huruf U landai, umumnya disusun oleh batuan

berbutir halus, seperti batulempung, batulanau,

atau napal.

3.2 Geomorfologi

Bentuklahan memiliki kesan topografis dan ekspresi

topografik. Kesan topografis adalah konfigurasi permukaan

bersifat pemerian atau deskriptif suatu bentuklahan.

Ekspresi topografik diperlihatkan oleh aspek kuantitatif

dari suatu bentuklahan. Apabila kesan dan ekspresi

topografi tersebut diamati, maka akan memberikan

penjelasan tentang sifat dan watak suatu bentuklahan.

Aspek-aspek Geomorfologi

Menurut Verstappen (1985) ada empat aspek utama

dalam analisa pemetaan geomorfologi yaitu :

1. Morfologi : studi bentuk lahan yang mempelajari

relief secara umum dan meliputi:

a. Morfografi adalah susunan dari obyek alami yang

ada dipermukaan bumi, bersifat pemerian atau

deskriptif suatu bentuklahan, antara lain lembah,

bukit, bukit, dataran, gunung, gawir, teras,

beting, dan lain-lain.

b. Morfometri adalah aspek kuantitatif dari suatu

aspek bentuk lahan, antara lain kelerengan,

19

Page 20: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

bentuk lereng, panjang lereng, ketinggian, beda

tinggi, bentuk lembah, dan pola pengaliran.

2. Morfogenesa : asalusul pembentukan dan perkembangan

bentuklahan serta proses–proses geomorfologi yang

terjadi, dalam hal ini adalah struktur geologi,

litologi penyusun dan proses geomorfologi merupakan

perhatian yang penuh. Morfogenesa meliputi :

a. Morfostruktur pasif: bentuklahan yang

diklasifikasikan berdasarkan tipe batuan yang ada

kaitannya dengan resistensi batuan dan pelapukan

(denudasi), misal mesa, cuesta, hogback and

kubah.

b. Morfostruktur aktif: berhubungan dengan tenaga

endogen seperti pengangkatan, perlipatan dan

pensesaran, termasuk intrusi, misal gunungapi,

punggungan antiklin, gawir sesar dll.

c. Morfodinamik: berhubungan dengan tenaga eksogen

seperti proses air, fluvial, es, gerakan masa,

dan gunungapi, misal gumuk pasir, undak sungai,

pematang pantai, lahan kritis.

Menurut Djauhari Noor (2009), Bentangalam endogen

adalah bentangalam yang proses pembentukannya/

genetikanya dikontrol oleh gaya-gaya endogen, seperti

aktivitas gunungapi, aktivitas magma dan aktivitas

tektonik (perlipatan dan patahan). Bentuk bentangalam

20

Page 21: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

endogen secara geomorfologi dikenal sebagai bentuk

bentangalam konstruksional (constructional landforms).

3.3 Stratigrafi

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi

dan umur relatif serta distribusi perlapisan batuan dan

interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan

sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar

lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut

studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan

fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun

absolutnya, (kronostratigrafi). Stratigrafi kita pelajari

untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.

Menurut Moore 1949, Facies adalah bagian dari unit

stratigrafi yang memperlihatkan perbedaan yang signifikan

dengan bagian-bagian lainnya. Facies meliputi satu

endapan atau lebih, yang sebagian atau seluruhnya berumur

sama dan terbentuk berdekatan atau bersebelahan.

hubungan antar fasies dapat didefinisikan sebagai

hubungan antara satu facies dengan facies yang lainnya

baik secara lateral maupun vertikal. Secara lateral tentu

berhubungan dengan paleogeografi / paleoenvironment.

Misalnya facies dari paparan ke facies di lereng

cekungan; secara vertikal berhubungan dengan urutan

evolusi geologi, misalnya facies paparan berubah ke

21

Page 22: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

atasnya menjadi facies lereng (berarti ada pendalaman

atau transgersi dari bawah ke atas).

Beda fasies menunjukkan kondisi dan lingkungan

pengendapan yang berbeda pula. Hubungan antar facies

dikemukakan oleh Johannes Walther (1894) dalam Hukum

Korelasi Fasies (Law of Facies Correlation). Hukum

tersebut mengimplikasikan bahwa perubahan vertikal-

gradasional dari satu fasies ke fasies yang lain

mengindikasikan bahwa lingkungan pengendapan kedua fasies

itu terletak berdampingan. De Raaf dkk (1965) dan Reading

(1978) juga menekankan arti penting batas gradasional

pada penampang vertikal. Jika batas antar fasies bersifat

tajam atau erosional, maka tidak ada jaminan bahwa

lingkungan pengendapan kedua fasies tersebut saling

berdampingan. Kontak tajam antar fasies, khususnya jika

dicirikan oleh horizon tipis yang kaya akan struktur

bioturbasi, biasanya mengindikasikan tidak terjadinya

pengendapan, adanya perbedaan besar dari jenis lingkungan

pengendapan, dan menandai dimulainya satu siklus

sedimentasi yang baru.

Hubungan suatu fasies dapat digagaskan dalam

pembagian grup fasies yang terjadi secara bersama – sama

yang selanjutnya akan berkaitan dengan lingkungan.

Sebagai contohnya, jika pada perlapisan silang siur

batupasir asosiasi terdekatnya adalah dengan

terkandungnya tanah, batubara, atau serpih lanauan yang

mengandung akar, daun, dan batang, kita bisa membuat

22

Page 23: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

interpretasi pengendapannya pada sistem sungai. Dalam

mempelajari hubungan fasies dan urutannya, kita harus

benar – benar memperhatikan keadaan alami dari kontak

hubungan antara fasies dan derajat urutan baik acak

maupun tidak. 

3.4 Geologi Struktur

Geologi struktur adalah suatu ilmu yang mempelajari

perihal bentuk arsitektur, struktur kerak bumi beserta

gejala-gejala geologi yang menyebabkan terjadinya

perubahan-perubahan bentuk (deformasi) pada batuan.

Geologi struktur pada intinya mempelajari struktur batuan

(struktur geologi), yaitu struktur primer dan struktur

sekunder.

Kekar adalah bidang rekahan yang tidak

memperlihatkan pergeseran yang berarti (bagian masanya

masih berhubungan/bergabung). Kekar dapat terbentuk baik

secara primer (bersamaan dengan pembentukan batuan,

misalnya kekar kolom dan kekar melembar pada batuan beku)

maupun secara sekunder (setelah proses pembentukan

batuan, umumnya merupakan kekar tektonik). Pada acara

praktikum ini yang akan dibahas adalah kekar tektonik.

Sesar adalah suatu rekahan yang memperlihatkan

pergeseran cukup besar dan sejajar terhadap bidang

rekahan yang terbentuk. Pergeseran pada sesar dapat

23

Page 24: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

terjadi sepanjang garis lurus (translasi) atau terputar

(rotasi).

Indikasi sesar dilapangan

Dilapangan sesar dapat dicirikan dengan:

1. Zona sesar (shear zone)

- Breksi sesar

2. Bidang sesar

- Cermin sesar

3. Pergeseran Sesar

- drag fold - breksi sesar

- micro fold

- offset

Breksi sesar

Gambar 3.1 kenampakan foto breksi sesar di lapangan

Milonit / Filonit dan Gouge

24

Page 25: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

Gambar 3.2 kenampakan foto Milonit dan Gouge yang merupakan produkhancuran dari suatu sesar

Slickensides (Cermin Sesar) & Striation (Gores garis)

Gambar 3.3 kenampakan Slickenside pada bidang sesar dilapangan.

Lipatan merupakan hasil perubahan bentuk dari suatu

bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan

dari lengkungan pada unsur garis atau bidang di dalam

bahan tersebut. Pada umumnya di dalam lipatan akan

terdapat bidang perlipatan, foliasi, dan liniasi.

Mekanisme gaya yang menyebabkannya ada dua macam :

1. Bending (pelengkungan), disebabkan oleh gaya tekan

yang arahnya tegak lurus permukaan lempeng (Gambar 3.4.a)

2. Buckling (melipat) disebabkan oleh gaya tekan yang

arahnya sejajar dengan permukaan lempeng (Gambar 3.4.b)

25

Page 26: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

Gambar 3.4Mekanisme gaya yang menyebabkan terbentuknya lipatan

(a) Bending, (b) Buckling

3.5 Geologi Regional Cekungan Serayu Selatan

3.5.1 Fisiografi Regional

Aktifitas geologi Jawa Tengah menghasilkan

beberapa zona fisiografi yang satu sama lain dapat

dibedakan berdasarkan morfologi, petrologi, dan

struktur geologinya. Van Bemmelen (1949), membagi

daerah Jawa Tengah ke dalam 7 besar zona fisiografi,

26

Page 27: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

masing-masing dari utara ke selatan adalah Zona

Dataran Pantai Utara Pulau Jawa, Antiklinorium Zona

Rembang, Antiklinorium Zona Serayu Utara dan

Kendeng, Zona Rendahan Randublatung, Pegunungan

Kuarter, Zona Pegunungan Serayu Selatan dan Zona

Pegunungan Selatan, pembagian zona tersebut dapat

dilihat pada Gambar 3-1.

 

Gambar 3.5. Fisiografi regional Jawa menurut Van Bemmelen

(1949)

Dari Gambar 3.1. diatas, daerah penelitian

sendiri termasuk kedalam zona Pegunungan Serayu

Selatan. Zona Pegunungan Serayu Selatan menempati

bagian tengah Jawa membentang barat-timur Jawa

Tengah dari Purwokerto s.d. Purworejo. Daerah ini

bermorfologi Pegunungan lipatan dengan litologi

mélange pada kompleks Luk Ulo, Karangsambung,

Kebumen (Bammelen, 1949)

3.5.2 Geomorfologi Regional

27

Page 28: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

Berdasarkan pembagian fisiografi Pulau Jawa

menurut Van Bemmelen (1949), daerah penelitian

termasuk “Zona Pegunungan Serayu Selatan ”, yaitu

berupa sebuah blok yang miring ke arah selatan atau

Samudra Indonesia, dimana pada bagian utara terdapat

gawir-gawir yang memanjang relatif barat-timur.

3.5.3 Stratigrafi Regional

Stratigrafi regional mandala serayu selatan

terdiri dari beberapa formasi antara lain yang

berbeda karakteristik anggota penyusunnya dan

lingkungan pengendapannya, antara lain:

28

LITOLOGI

Anggota Breksi Formasi Halang: breksi dengan komponen andesit, basaldan batugamping, masa dasar batupasir tufaan kasar, sisipan batupasir dan lava basal

Formasi Halang: perselingan batupasir, batulempung, napal, tufa dan sisipan breksi.Merupakan kumpulan sedimen yang dipengaruhi oleh turbidit bersifat distal sampai proksimalpada bagian bawah dan tengah kipas bawah laut.

Formasi Penosogan: Perselingan batupasir, batulempung, tuff, napal, dan kalkarenit.

Page 29: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

Gambar 3.6. Stratigrafi Paleogen Luk Ulo dari hasil penelitian

modifikasi Adiputra 2013 (C.Prasetyadi 2007)

3.5.4Struktur Geologi Regional

Pulau Jawa dikontrol oleh sejumlah struktur

utama yang mencerminkan evolusi tektoniknya)

struktur utama Pulau Jawa terdiri dari Struktur

Meratus yang berarah Timurlaut-Baratdaya, Struktur

Sumatra Berarah baratlaut-Tenggara, dan Struktur

Sunda berarah Utara-Selatan dan struktur Jawa yang

berarah barat-Timur. (Pulonggono & Martodjoyo, 1994

dalam prasetyadi, 2010)

Selain itu di Jawa Tengah juga dikenali

terdapat dua struktur sesar utama yang mengapit

bagian barat dan timur Jawa Tengah.Sesar di bagian

timur dikenal sebagai sesar Kebumen-Muria dan bagian

barat disebut sesar Pamanukan-Cilacap. Kedua sesar

ini dianggap sebagai fakto yang membuat Jawa Tengah

secara fisiografis berbeda dengan Jawa barat dan

Jawa Timur (Satyana, 2007)

Sub cekungan kebumen atau yang dikenal sebagai

rendahan timur dibentuk oleh adanya tumbukan lempeng

yang menghasilkan arah gaya timurlaut-baratdaya.

Arah gaya ini juga membentuk sebagian besar cekungan

29

Page 30: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

pada Pulau Jawa bagian timur antara lain cekungan

ngimbang, dan sub cekungan Kendal.

3.6 Geologi Daerah Telitian

3.7 Peta geologi daerah telitian

Melalui pendekatan peta geologi regional yang

sudah ada, pada kapling 7-8 tidak dijumpai struktur

geologi yang dominan. Namun pada bagian timur peta

terdapat kemenerusan dari sumbu antiklin dan sinklin

yang masih diperkirakan. Kemenerusan dari lipatan

tersebut melalui sungai besar Luk Ulo. Arus sungai

Luk Ulo yang memiliki tingkat erosi sangat tinggi

diperkirakan menjadi alasan mengapa lipatan yang

30

Page 31: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

terbentuk pada daerah tersebut terpotong oleh sungai

stadia tua tersebut..

BAB IV

PENUTUP

31

Page 32: Proposal Kuliah Lapangan II bram baru

Dalam sebuah penelitian geologi tidaklah lengkap

apabila hanya dilakukan studi literatur, maka dalam hal

ini penulis bermaksud untuk mengajukan diri melakukan

peninjauan dan pemetaan dilapangan pada daerah telitian

Kabupaten Kebumen, Kecamatan Sruweng dan sekitarnya untuk

mendapatkan informasi geologi yang lebih detil dan

selengkap-lengkapnya.

32