JURUSAN TEKNIK GEOLOGIFAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN
ENERGIKamus A, Gedung D Lantai 2 Jl. Kiyai Tapa Grogol Jakarta
11440Telp. 5663232 Ext.8506 Website:
http://www.trisakti.ac.id/ftke/geologiPROPOSAL TUGAS AKHIR ANALISA
STRUKTUR PADA KAWASAN MINERALISASI EMAS DAERAH CIBALIUNG PROVINSI
BANTEN
Oleh:Doniansyah Mai Putra072.10.018Ditujukan kepada:PT.
CIBALIUNG SUMBER DAYAJANUARI 2015
PROPOSAL TUGAS AKHIRANALISA STRKTUR PADA KAWASAN MINERALISASI
EMAS DAERAH PONGKOR PROVINSI JAWA BARAT
BAB IPENDAHULUANKurikulum yang diterapkan di Program Studi
Teknik Geologi, Universitas Trisakti memiliki syarat bahwa setiap
mahasiswa yang ingin menyelesaikan studi strata-1 harus melakukan
studi kasus. Topik yang diambil sesuai dengan pilihan mahasiswa dan
telah disetujui oleh Program Studi Teknik Geologi. Data yang
digunakan untuk menyusun studi kasus ini dapat berupa data primer
atau pun data sekunder yang diambil dari perusahaan tertentu. Oleh
karena itu, penulis lebih memilih untuk mengambil data primer serta
data sekunder yang didapat dari perusahan PT Cibaliung Sumber Daya
(CSD) yang terletak pada provinsi Banten.Area kavlingini meliputi
lahan seluas 15.710 hektar yang masih berada dalam tahap
eksplorasi. Di Indonesia bagian barat Pulau Jawa umumnya diketahui
sebagai produksi metalogenik yang merupakan manifestasi dan system
epithermal emas dan perak. Umumnya terkonsentrasi di kubah
Bayah.Cadangan Gunung Pongkor per November 2000 adalah 2,14juta ons
emas dan 26 juta ons perak. Daerah Cibaliung kemungkinan merupakan
daerah mineralisasi yang terpisah dari kubah Bayah.Per Juli 2001 ,
eksplorasi telah mengidentifikasi kan adanya sumber daya mineral
sekitar 1,3 juta ton yang terdiri dari 10,42 g/t emas, 60,7 g/t
perak dan 3 g/t Au, perkiraan nilai ini sama dengan 435.000 ons
emas dan 2,54 juta ons perak.
Gambar 1.1 (A) Penambangan Umum emas di Indonesia dan foto citra
landsat daerah Cibaliung (Google Earth) (B) Lokasi Cibaliung dan
pertambangan lain di Banten sampai Jawa Barat (Modified after
Marcoux and Milesi, 1994)1.1 TemaDalam dunia eksplorasi mineral
logam yang terkandung dalam suatu tubuh batuan yang teraltrasi
cukup prospek,dimana dapat mengandung banyak sekali mineral logam.
Sehingga semakin banyak yang mengembangkan dalam hal penambangan
metoda untuk mengetahui atau meneliti kandungan terdapat dalam
suatu tubuh batuan tersebut. Terbentuknya suatu unsur mineral emas
dalam suatu batuan hingga terakumulasinya yaitu terdapat pada
struktur geologi berupa vein-vein yang memotong suatu lapisan
batuan sehingga dapat terakumulasinya suatu mineral didalamnya,
terutama kandungan mineral logam yang sangat ekonomis berupa
mineral emas.
1.2 Latar BelakangPersaingan di bidang ekonomi semakin lama
semakin ketat termasuk sektor pertambangan.Oleh karena itu produksi
mineral yang dibutuhkan di Indonesia seharusnya semakin
ditingkatkan. Untuk meningkatkan produksi mineral tersebut dapat
dilakukan dengan cara meningkatkan produksi mineral dengan meneliti
lebih lanjut penyebaran secara geologi. Oleh karena itu diperlukan
analisa lebih lanjut baik secara geologi maupun secara kimia,
dimana dapat menghasilkan suatu data-data yang dapat lebih
dikembangkan. Mineral logam berupa unsur Au (emas) merupakan salah
satu sumber daya yang potensial.1.3 Maksud dan TujuanMaksud dari
tugas akhir ini adalah untuk menyelesaikan studi strata-1 Program
Studi Teknik Geologi di Universitas Trisakti.Tujuan dari tugas
akhir ini adalah untuk mengetahui jebakan jebakan yang mengandung
mineral emas yang terdapat pada suatu vein, dan untuk menunjukan
manfaat dari penerapan metoda penginderaan jauh.1.4 Data dan
Batasan MasalahPengamatan yang dilakukan diharapkan dapat membantu
untuk mengetahui jebakan-jebakan yang terdapat pada daerah tersebut
berdasarkan analisa struktur. Berikut batasan masalah yang akan
dilakukan pada penelitian:1. Pengamatan pemetaan geologi lapangan
untuk mengetahui pola-pola struktur daerah tersebut.2. Memetakan
zona yang terdapat kaitannya dengan mineralisasi3. Mengetahui batas
penyebaran mineralisasi.
1.5 Jadwal PenelitianJadwal penelitian ini akan dilakukan selama
3 (tiga) bulan, dengan harapan Februari April 20141.6 Perkiraan
Daerah PenelitianDaerah Cibaliung, Kabupaten Pandegelang, Provinsi
Banten. Pada PT Cibaliung Sumber Daya (CSD)1.7 Diagram AlirStudi
PustakaStratigrafi GeologiGeologi RegionalStudi PustakaGeologi
RegionalStudi Pustaka
Geologi Regional
Stratigrafi GeologiStruktur Geologi
Pengumpulan Data
Pemetaan Geologi LapanganSoftware Pendukung
Pengolahan data lapangan (sample,data stuktur geoogi, analisa
petrografi,analisa kimia,dll)Pengolahan data (GIS, Arcgis,
Surfer)
Laporan AkhirPeta Penyebaran Mineralisasi Emas
1.8 Waktu dan Tempat PelaksanaanWaktu : Februari 2014 April
2014Tempat :PT Cibaliung Sumber Daya
(CSD)NOBulanMingguFebruariMaretApril
123412341234
Kegiatan
1Studi literatur dan Pengumpulan data.
2Pengolahan data Citra Landsat : GIS, Arcgis, Surfer Data
lapangan:Peta geologi
3Pembahasan dan analisis
4Penyusunan skripsi
BAB IIPEMBAHASAN2.1 Geologi regionalDaerah Cibaliung berlokasi
di tengah dari Sunda Banda magmatic arc yang berumur neogen.
Dilokasikan berdasarkan Zona transisi dari dominasi mendatar
menganan (Dextral) yang berorientasi barat laut. Sepanjang kerak
Sumatera sampai orientasi patahan kompresianal Jawa yang lebih
condong berorientasi barat timur.Berdasarkan regional geologi
daerah ini komplek batuan beku honje berlokasi 15 km kea rah barat
dan terpisah dari kubah bayah yang mana merupakan tempat
keterdapatan daerah mineralisasi Gunung Pongkor dan Cikotok. Satuan
batuan komplek beku formasi hnje terlihat agak sama dengan kubah
bayah yang merupakan tempat keterdapatan batuan beku calc-alkaline
rhyolitic dan batuan andesi, serta intrusi stock kecil berumur
oligosen-kuarter tersingkap. Kehadiran dari batuan beku acidic yang
mengidentifikasikan bimodial terbentuk di lingkungan back-arc
rifting disbanding dengan yang ada di kubah Bayah.Batuan tertua
dari Formasi Honje kemungkinan berumur Miosen akhir, Formasi ini
terdiri dari sikuen tebal dari basaltic andesitic sampai aliran
lava andesit dan breksi vulkanik dengan sedikit batuan sedimen yang
terubahkan. Batuan itu terlipat dan terpatahkan lalu tersingkap di
horst berarah utara yang terdiri dari patahan normal berarah timur
dengan kemiringan kearah bagian barat, dan patahan normal berarah
timur yang berada dibawah cekungan sedimen ke arah timur.Berlapis
secara tidak selaras diatas formasi honje adalah lembaran dari
dacitic tuff. Sekuen batuan sedimen yang berumur lebih muda berada
di atas batuan tersebut dengan kemiringan dominan berarah timur.
Batuan tersebut kurang lebih sama dengan batuan sedimen yang di
tunjukan pada peta geologi regional sebelumnyayang kemudian Formasi
Bojongmanik berumur miosen akhir dan Formasi Cipacar berumur
pliosen. Bagian bawahnya terdiri dari konglomerat, batupasir
kalkareus, batulempung, dan batugamping dengan beberapa lignit yang
tersisip. Kemiringan perlapisan batuan ini berkisar 20o 30o
dibagian paling Barat dan hampir datar dibagian Timur. Bagian
atasnya terdiri dari batuan sedimen tufaan dan tuff. Terdapat juga
lapisan tipis dan kontak erosional dari lapisan basalt yang
kemungkinan berumur kuarter yang berada di utara dan timur laut.
Alirannya semakin menebal kearah timur yang kemungkinan semakin
dekat dengan pusat volkanik yang berada di timur dan kavling
Cibaliung. Batuan basalt tersebut menutupi secara tidak selaras
diatas semua satuan batuan-batuan sub-volkanik mengintrusi dalam
bentuk dike pada formasi honje. Dibagian utara komplek formasi
honje , kubah rhyolite yang kemungkinan berhubunan dengan diatroma
breksi polemic.Pada lembar Cikarang telah di petakan Formasi batuan
pada daerah ini oleh Sudana dan Santosa (1992) dalam Peta Geologi
Lembar Cikarang skala 1:100.000 membagi stratigrafi regional daerah
penelitian ke dalam tujuh formasi, yaitu:1Formasi CimapagFormasi
ini terdiri dari dua bagian, bagian bawah terdiri dari litologi
breksi aneka bahan, lava andesit, batupasir, batulempung,
batugamping, konglomerat, aglomerat dan tuf; bagian atas terdiri
dari tuf dasit, lava andesit, dan tuf breksi. Umurnya diduga Miosen
Awal.Formasi Cimapag dapat disebandingkan dengan Formasi Cikancana
di Lembar Ujungkulon yang berumur tidak lebih tua dari Miosen
(Atmawinata, 1986 dalam Sudana dan Santosa, 1992). Tebal satuan ini
diperkirakan 400 m. Formasi ini ditindih tak selaras oleh Formasi
Bojongmanik dan setempat diterobos oleh andesit-basalt (Sudana dan
Santosa, 1992).2 Formasi HonjeSatuan ini terdiri dari litologi
berupa breksi gunungapi, tuf, lava, andesit-basal, dan kayu
terkersikkan. Formasi ini diduga berumur Miosen Akhir berdasarkan
sebagian dari satuan batuan ini yang menjemari dengan Formasi
Bojongmanik. Tebal Formasi Honje diperkirakan berkisar dari 500600
m. Sebarannya terdapat di sekitar Gn. Honje, Gn. Tilu, dan daerah
Citerureup; setempat diterobos batuan andesit-basalt (Sudana dan
Santosa, 1992).3Formasi BojongmanikFormasi Bojongmanik terdiri dari
litologi berupa perselingan batupasir dan batulempung bersisipan
napal, batugamping, konglomerat, tuf, dan lignit. Fosil-fosil
foraminifera yang ditemukan pada satuan ini menunjukkan umur Miosen
Akhir-Pliosen atau pada zonasi Blow N16N19. Selain fosil
foraminifera ditemukan juga pecahan moluska, ostrakoda, ekinoid,
dan kerang dengan lingkungan pengendapan darat hingga laut dangkal.
Tebal formasi ini diperkirakan mencapai 400 m (Sudana dan Santosa,
1992).4Formasi CipacarFormasi ini terdiri dari tuf, tuf
berbatuapung, batupasir tuf, batulempung tuf, tuf breksi, dan
napal. Satuan ini umumnya berlapis baik dan tebalnya diperkirakan
250 m, ditindih tak selaras oleh Formasi Bojong dan satuan batuan
yang lebih muda. Fosil-fosil foraminifera dalam formasi ini
menunjukkan umur relatif Pliosen (N19-N21). Dalam formasi ini
dijumpai pula fosil moluska, kerang-kerangan dan ostrakoda.
Lingkungan pengendapannya adalah darat-laut dangkal (Sudana dan
Santosa, 1992).5Andesit-BasaltBatuan terobosan berupa andesit dan
basalt yang diduga berumur Pliosen. Satuan ini menerobos Formasi
Cimapag dan Formasi Honje (Sudana dan Santosa, 1992).6Formasi
BojongFormasi ini terdiri dari litologi berupa batupasir gampingan,
batulempung karbonan, napal, lensa batugamping, tuf, dan gambut.
Formasi ini umumnya berlapis baik, tebalnya antara 150-200 m,
ditindih tak selaras oleh satuan batuan yang lebih muda.
Fosil-fosil foraminifera yang ditemukan pada formasi ini
menunjukkan umur relatif Pleistosen atau N22. Lingkungan
pengendapannya adalah litoral luar (Sudana dan Santosa, 1992).7
Volkanik KuarterBatuan gunungapi Kuarter terdiri dari litologi
breksi gunungapi, aglomerat, dan tuf. Satuan ini tebalnya
diperkirakan lebih dari 100 m dan umurnya diduga Pleistosen (Sudana
dan Santosa, 1992). Berdasarkan Sudana dan Santosa (1992), daerah
Sindanglaya dan sekitarnya termasuk ke dalam dua satuan batuan,
yaitu Formasi Bojongmanik dan Formasi Honje. Formasi Honje
merupakan nama formasi baru yang diusulkan Sudana dan Santosa tahun
1992 untuk endapan volkanik dengan lokasi tipe terletak di
Pegunungan Honje, Cimanggu, Banten Selatan.Geologil Lokal daerah
PenelitianBatuan di daerah penelitian di bagi menjadi dua yaitu,
pre mineral dan post-mineral sekuen batuan . Meskipun tidak
tersedia data umur radiomtrik di spekulasi bahwa batuan premineral
berumur miosen sampai plistosen, di korelasi ke formasi honje.
Batuan ini tersingkap karena proses erosional dan tersebar di barat
daya daerah penelitian.
Gambar 2.1 Geologi daerah Cibaliung (Modified after Marjoribank,
2000)
Gambar 2.2 Model Geologi daerah Cibaliung Batuan pre-mineral
adalah batuan yang paling tua tersusun atas tumpukan volkanik,
yaitu sekuen tipis dari aliran basaltic andesit dan breksi volkanik
dan breksi volkanik dengan sisipan sedimen tufaan, yang mana
menjadi dari volkanikHonje. Aliran volkanik massive dan breksi
volkanik adalah aliran autobreccia dan hyaloclasties, yang kedua
memperlihatkan tekstur. Keberadaan hyaloclasties sama dengan
sisipan sedimen yang mengidntifikasikan dari lava ekstrusi menjadi
lingkungan bawah laut, sedikit sisipan dacitic tuff. Beberapa
sub-volcanic andesit dike honje yang mengganggu pembentukan di
daerah sekitar kecamatan cibitung .Umumnya batuan yang menjadi
pengganggu adalah porphyro-afanitic dominan dengan plagioklas
fenocrysts dan piroksen.Heterolitik menjadi matriks breksi,
menunjukan dekat dengan intrusi andesit . Terjadi di beberapa dyke
memiliki lebar umumnya 1 hingga 120 m.Fisiografi RegionalAktifitas
geologi Jawa Barat menghasilkan beberapa zona fisiografi yang satu
sama lain dapat dibedakan berdasarkan morfologi, petrologi dan
struktur geologinya. Van Bemmelen (1949), membagi daerah Jawa Barat
ke dalam 4 besar zona fisiografi, masing-masing dari utara ke
selatan adalah Zona Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona
Bandung dan Zona Pegunungan Selatan..Daerah Penelitian
Gambar 2.3 Fisiografi regional Van Bemmelen (1949)Zona Dataran
Pantai Jakarta menempati bagian utara Jawa membentang barat-timur
mulai dari Serang, Jakarta, Subang, Indramayu hingga Cirebon. Darah
ini bermorfologi pedataran dengan batuan penyusun terdiri atas
aluvium sungai/pantai dan endapan gunungapi muda.Zona Bogor
menempati bagian selatan Zona Dataran Pantai Jakarta, membentang
mulai dari Tangerang, Bogor, Purwakarta, Sumedang, Majalengka dan
Kuningan. Zona Bogor umumnya bermorfologi perbukitan yang memanjang
barat-timur dengan lebar maksimum sekitar 40 km. Batuan penyusun
terdiri atas batuan sedimen Tersier dan batuan beku baik intrusif
maupun ekstrusif. Morfologi perbukitan terjal disusun oleh batuan
beku intrusif, seperti yang ditemukan di komplek Pegunungan
Sanggabuana, Purwakarta. Van Bemmelen (1949), menamakan morfologi
perbukitannya sebagai antiklinorium kuat yang disertai oleh
pensesaran.Zona Bandung yang letaknya di bagian selatan Zona Bogor,
memiliki lebar antara 20 km hingga 40 km, membentang mulai dari
Pelabuhanratu, menerus ke timur melalui Cianjur, Bandung hingga
Kuningan. Sebagian besar Zona Bandung bermorfologi perbukitan curam
yang dipisahkan oleh beberapa lembah yang cukup luas. Van Bemmelen
(1949) menamakan lembah tersebut sebagai depresi diantara gunung
yang prosesnya diakibatkan oleh tektonik (intermontane depression).
Batuan penyusun di dalam zona ini terdiri atas batuan sedimen
berumur Neogen yang ditindih secara tidak selaras oleh batuan
vulkanik berumur Kuarter. Akibat tektonik yang kuat, batuan
tersebut membentuk struktur lipatan besar yang disertai oleh
pensesaran. Zona Bandung merupakan puncak dari Geantiklin Jawa
Barat yang kemudian runtuh setelah proses pengangkatan berakhir
(van Bemmelen, 1949).Zona Pegunungan Selatan terletak di bagian
selatan Zona Bandung. Pannekoek, (1946), menyatakan bahwa batas
antara kedua zona fisiografi tersebut dapat diamati di Lembah
Cimandiri, Sukabumi. Perbukitan bergelombang di Lembah Cimandiri
yang merupakan bagian dari Zona Bandung berbatasan langsung dengan
dataran tinggi (pletau) Zona Pegunungan Selatan. Morfologi dataran
tinggi atauplateauini, oleh Pannekoek (1946) dinamakan sebagai
Plateau Jampang.Pola SesarBerdasarkan hasil penafsiran foto udara
dan citra indraja (citra landsat) daerah Jawa Barat, diketahui
adanya banyak kelurusan bentang alam yang diduga merupakan hasil
proses pensesaran. Jalur sesar tersebut umumnya berarah
barat-timur, utara-selatan, timurlaut-baratdaya dan
baratlaut-tenggara. Secara regional struktur sesar berarah
timurlaut-baratdaya dikelompokan sebagai Pola Meratus, sesar
berarah utara-selatan dikelompokan sebagai Pola Sunda dan sesar
berarah barat-timur dikelompokan sebagai Pola Jawa. Struktur sesar
dengan arah barat-timur umumnya berjenis sesar naik, sedangkan
struktur sesar dengan arah lainnya berupa sesar mendatar. Sesar
normal umum terjadi dengan arah bervariasi.Dari sekian banyak
struktur sesar yang berkembang di Jawa Barat, ada tiga struktur
regional yang memegang peranan penting, yaitu Sesar Cimandiri,
Sesar Baribis dan Sesar Lembang. Ketiga sesar tersebut untuk
pertamakalinya diperkenalkan oleh van Bemmelen (1949) dan diduga
ketiganya masih aktif hingga sekarang.Sesar Cimandiri merupakan
sesar paling tua (umur Kapur), membentang mulai dari Teluk
Pelabuhanratu menerus ke timur melalui Lembah Cimandiri,
Cipatat-Rajamandala, Gunung Tanggubanprahu-Burangrang dan diduga
menerus ke timur laut menuju Subang. Secara keseluruhan, jalur
sesar ini berarah timurlaut-baratdaya dengan jenis sesar mendatar
hingga oblique (miring). Oleh Martodjojo dan Pulunggono (1986),
sesar ini dikelompokan sebagai Pola Meratus.Sesar Baribis yang
letaknya di bagian utara Jawa merupakan sesar naik dengan arah
relatif barat-timur, membentang mulai dari Purwakarta hingga ke
daerah Baribis di Kadipaten-Majalengka (Bemmelen, 1949). Bentangan
jalur sesar Baribis dipandang berbeda oleh peneliti lainnya.
Martodjojo (1984), menafsirkan jalur sesar naik Baribis menerus ke
arah tenggara melalui kelurusan Lembah Sungai Citanduy, sedangkan
oleh Simandjuntak (1986), ditafsirkan menerus ke arah timur hingga
menerus ke daerah Kendeng (Jawa Timur). Penulis terakhir ini
menamakannya sebagai Baribis-Kendeng Fault Zone. Secara tektonik
sesar Baribis mewakili umur paling muda di Jawa, yaitu
pembentukannya terjadi pada periode Plio-Plistosen. Selanjutnya
oleh Martodjojo dan Pulunggono (1986), sesar ini dikelompokan
sebagai Pola Jawa.Sesar Lembang yang letaknya di utara Bandung,
membentang sepanjang kurang lebih 30 km dengan arah barat-timur.
Sesar ini berjenis sesar normal (sesar turun) dimana blok bagian
utara relatif turun membentuk morfologi pedataran (pedataran
Lembang). Van Bemmelen (1949), mengkaitkan pembentukan sesar
Lembang dengan aktifitas Gunung Sunda (G. Tanggubanprahu merupakan
sisa-sisa dari Gunung Sunda), dengan demikian struktur sesar ini
berumur relatif muda yaitu Plistosen.Struktur sesar yang termasuk
ke dalam Pola Sunda umumnya berkembang di utara Jawa (Laut Jawa).
Sesar ini termasuk kelompok sesar tua yang memotong batuan dasar
(basement) dan merupakan pengontrol dari pembentukan cekungan
Paleogen di Jawa Barat.Mekanisme pembentukan struktur geologi Jawa
Barat terjadi secara simultan di bawah pengaruh aktifitas tumbukan
lempeng Hindia-Australia dengan lempeng Eurasia yang beralangsung
sejak Zaman Kapur hingga sekarang. Posisi jalur tumbukan
(subduction zone) dalam kurun waktu tersebut telah mengalami
beberapa kali perubahan. Pada awalnya subduksi purba (paleosubduk)
terjadi pada umur Kapur, dimana posisinya berada pada poros tengah
Jawa sekarang. Jalurnya subduksinya berarah relatif barat-timur
melalui daerah Ciletuh-Sukabumi, Jawa Barat menerus ke timur
memotong daerah Karangsambung-Kebumen, Jawa Tengah. Jalur
paleosubduk ini selanjutnya menerus ke Laut Jawa hingga mencapai
Meratus, Kalimantan Timur (Katili, 1973). Penulis ini menarik jalur
paleosubduk berdasarkan pada singkapan melange yang tersingkap di
Ciletuh (Sukabumi), Karangsambung (Kebumen) dan Meratus (Kalimantan
Timur). Berdasarkan penanggalan radioaktif yang dialkukan terhadap
beberapa contoh batuan melange, diketahui umur batuannya adalah
Kapur.Peristiwa subduksi Kapur diikuti oleh aktifitas magmatik yang
menghasilkan endapan gunungapi berumur Eosen. Di Jawa Barat,
endapan gunungapi Eosen diwakili oleh Formasi Jatibarang dan
Formasi Cikotok. Formasi Jatibarang menempati bagian utara Jawa dan
pada saat ini sebarannya berada di bawah permukaan, sedangkan
Formasi Cikotok tersingkap di daerah Bayah dan sekitarnya.Jalur
gunungapi (vulcanic arc) yang umurnya lebih muda dari dua formasi
tersebut di atas adalah Formasi Jampang. Formasi ini berumur Miosen
yang ditemukan di Jawa Barat bagian selatan. Dengan demikian dapat
ditafsirkan telah terjadi pergeseran jalur subduksi dari utara ke
arah selatan.Untuk ketiga kalinya, jalur subduksi ini berubah lagi.
Pada saat sekarang, posisi jalur subduksi berada Samudra Hindia
dengan arah relatif barat-timur. Kedudukan jalur subduksi ini
menghasilkan aktifitas magmatik berupa pemunculan sejumlah
gunungapi aktif. Beberapa gunungapi aktif yang berkaitan dengan
aktifitas subduksi tersebut, antara lain G. Salak, G. Gede, G.
Malabar, G. Tanggubanprahu dan G. Ciremai.Walaupun posisi jalur
subduksi berubah-ubah, namun jalur subduksinya relatif sama, yaitu
berarah barat-timur. Posisi tumbukan ini selanjutnya menghasilkan
sistem tegasan (gaya) berarah utara-selatan. Aktifitas tumbukan
lempeng di Jawa Barat, menghasilkan sistem tegasan (gaya) berarah
utara-selatan.Struktur Daerah PenelitianProspek emas di Cibaliung
terjadi dengan arah NW koridor struktur yang memiliki luas 3.5 km
sampai 6 km (Gambar 2.1). Sesar ini dibatasi dan diangap menjadi
graben (Marjoribanks, 2000) atau pull apart basin yang kemudian
diisi oleh post-mineral dasitic tuff (Leach, 2000). Terdapat dua
sub-vertikal yang selaras yaitu, Cikoneng dan Cibitung, terletak di
tepi barat graben sebagai sesar geser pada tren NNW, kemiringan
curam oblique-slip zona sesar, hosting sebagai sumber daya yang
saat ini ditetapkan
Gambar 2.4 Model struktur Cibitung dan CikonengBijih di daerah
Cikoneng-Cibitung terjadi di sesar geser kompleks dan tikungan vein
dibentuk di persimpangan antara NW, NNW dan NNE system sesar
(Walker, 2001). Zona mineralisasi di daerah ini adalah vertikal
yang jauh lebih besar daripada batas lateral. Geometri yang tidak
biasa dianggap hasil dari gabungan tiga sesar geser besar . Selama
tahap awal hydrothermal pembentukan emas relatif sedikit , sesar
geser dextral NW menjadi sesar yang dominan, sehingga menciptakan
NNW vein dengan sekala besar (Gambar 2.4)Kemudian pada tahap
hydrothermal selanjutnya terbentuk banyak emas, sesar geser
sinistral NNE yang paling mendominasi. Yang menghasilkan endapan
emasdengan kadar tinggi (high-grade) adalah dua sesar geser
sinistral NNE yang menggeser sesar geser dextral pada awal taha
hydothermal menjadikan vein emas pada daerah Cibitung dan Cikoneng.
Gerakan sesar ini menjadi tempat post-mineral untuk mineralisasi
emas ,terjadi sepanjang sub-vertical yang menyebabkan offsets yang
besar yang memotong struktur Cikoneng dan Cibitung.2.2 Genesa
mineral emasEmas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah
ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 3 (skala Mohs), massa
jenisnya 19,3 gr/cm3. Warnanya kuning emas, kekerasaanya rendah
sehingga dapat dipotong dengan pisau dan mudah diubah bentuknya.
Bentuknya di alam tidak teratur, ukuran butirnya bervariasi tetapi
sering kali mikroskopis dan bahkan sukar dilihat (Munir,
1996).Mineral pembawa emas biasanya berpadu dengan mineral ikutan
(gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa,
karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral nonlogam.
Mineral pembawa emas juga berpadudengan endapan sulfida yang telah
teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ,
elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan
unsur-unsur belerang.Emas berasal dari suatu reservoar yaitu inti
bumi dimana air magmatik yang mengandung ion sulfida, ion klorida,
ion natrium, dan ion kalium mengangkut logam emas ke permukaan
bumi.Kecenderungan terdapatnya emas terdapat pada zona epithermal
atau disebut zona alterasi hidrothermal. Zona alterasi hidrotermal
merupakan suatu zona dimana air yang berasal dari magma atau
disebut air magmatik bergerak naik kepermukaan bumi. Celah dari
hasil aktivitas Gunungapi menyebabkan air magmatik yang bertekanan
tinggi naik ke permukaan bumi. Saat air magmatik yang yang berwujud
uap mencapai permukaan bumi terjadi kontak dengan air meteorik yang
menyebabkan ion sulfida dan ion klorida yang membawa emas
terendapkan. Air meteorik biasanya menempati zona-zona
retakan-retakan batuan beku yang mengalami proses alterasi akibat
pemanasan oleh air magmatik. Seiring dengan makin bertambahnya
endapan dalam retakan-retakan tersebut, semakin lama
retakan-retakan tersebut tertutup oleh akumulasi endapan dari
logam-logam yang mengandung ion-ion kompleks yang mengandung emas.
Zona alterasi yang potensial mengandung emas dapat diidentifikasi
dengan melihat lapisan pirit atau tembaga pada suatu reservoar yang
tersusun atas batuan intrusif misalnya granit atau diorite.Emas
terbentuk dari proses magmatisme atau pengendapan di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena prosesmetasomatismeyaitukontak
yang terjadi antara bebatuan dengan air panas (hydrothermal) atau
fluida lainnya. Genesis emas dikategorikan menjadi dua yaitu
endapan primer dan endapan plaser (Alamsyah,
2006)Berdasarkantemperatur, tekanan dan kondisi geologi pada saat
pembentukan emasdapat dibagi menjadi 3 jenis.1) Endapan
HipotermalEndapan ini terbentuk pada temperatur 300C - 600C pada
kedalaman > 12.000 meter. Endapan ini merupakan endapan urat
(vein) dan penggantian (replacement) yang terbentuk pada temperatur
dan tekanan tinggi. Pada endapan ini, biasa terdapat mineral logam
yang berupa bornit, kovelit, kalkosit, kalkopirit, pirit, tembaga,
emas, wolfram, molibdenit, seng dan perak. Mineral logam tersebut
berasosiasi dengan mineral - mineral pengotor seperti piroksen,
amfibol, garnet, ilmenit, spekularit, turmalin, topaz, mika
hijaudan mika cokelat (Warmada, 2007).
2) Endapan MesotermalEndapan ini terbentuk pada suhu 200-4000C
dan kedalaman bekisar 3.000 meter sampai 12.000 meter. Endapan ini
terletak agak jauh dari tubuh intrusi, maka sumber panas yang utama
berasal dari fluida panas yang bergerak naik dari lokasi intrusi
menuju lokasi terbentuknya endapan ini. Fluida tersebut berasal
darimeteorik wateryang masuk menuju lokasi intrusi dan mengalami
pemanasan yang selanjutnya naik menuju lokasi endapan
mesotermal.Logam utama yang terdapat pada endapan ini antara lain
emas, perak, tembaga, seng dan timbal. Mineral bijih yang ditemukan
berupa sulfida, arsenida, sulfantimonida, dan sulfarsenida. Pirit,
kalkopirit, sfalerit, galena, tetrahedrit, dan tentalit serta emas
stabil merupakan mineral bijih yang paling banyak ditemukan.
Mineral pengotor yang dominan adalah kuarsa namun selain itu juga
dijumpai karbonat seperti kalsit, dolomit, ankerit dan sedikit
siderit, florit yang merupakan asosiasi penting.3) Endapan
epitermalEndapan ini terbentuk pada suhu 50C - 250C yang berada
dekat permukaan bumi dan terletakpada kedalaman paling jauh dari
tubuh intrusi, dan terbentuk pada kedalaman 1 km . Sumber panas
yang utama pada endapan ini berasal dari fluida panas yang bergerak
naik dari lokasi intrusi menuju lokasi terbentuknya endapan ini.
Dengan kata lain, fluida panas tersebut telah melewati zona endapan
mesotermal.2.3 Struktur GeologiDalam geologi dikenal 3 jenis
struktur yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari gaya gaya
yang bekerja pada batuan, yaitu :
1. Kekar (Fracturess)Kekar adalah struktur rekahan-rekahan
terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan
tersebut dan belum engalami pergeseran. Secara mum dicirika oleh
adanya:a. pemotongan bidang perlapisan batuanb. biasanya terisi
mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsbc. kenampakan
breksiasi.Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan
karakter retakan serta arah gaya yang bekerja ad abatuan tersebut.
Kekar yang umumya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:1.1
Shear Joint (kekar gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk
pola saling berpotogan membentuk sudut lancip dengan arah gaya
utama. Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.1.2
Tension Joint adalah rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya
utama umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.1.3 Extension Joint
(release joint) adalah rekahan yang berpola tegak lurus dengan arah
gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.
2. Lipatan (Folds)Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang
terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan bergerak dari
kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk
lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu lipatan sinklin dan
lipatan antiklin. Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung
ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang
cembung ke arah atas. Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan
bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :1) Lipatan Paralel
adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.2) Lipatan
Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu
utama.3) Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan
berdasarkan menerus atau tidaknya sumbu utama.4) Lipatan Ptigmatik
adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.5) Lipatan chevron adalah
lipatan bersudut dengan bidang planar.6) Lipatan isoklin adalah
lipatan dengan sayap sejajar.7) Lipatan Klin Bands adalah lipatan
bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar.Disamping
lipatan tersebut diatas, dijumpai juga berbagai jenis lipatan,
seperti Lipatan Seretan (Drag folds) adalah lipatan yang terbentuk
sebagai akibat seretan suatu sesar.3. Hubungan Antara Lipatan dan
PatahanBatuan yang berbeda akan memiliki sifat yang berbeda
terhadap gaya tegasan yang bekerja pada batuan batuan tersebut,
dengan demikian kita juga dapat memperkirakan bahwa beberapa batuan
ketika terkena gaya tegasan yang sama akan terjadi retakan atau
terpatahkan, sedangkan yang lainnya akam terlipat.Geometri dari
perlipatan lapisan batuan yang terkena tegasan dimana pada tahap
awal perlapisan batuan akan terlipat membentuk lipatan sinklin
antiklin dimana secara geometri bentuk lengkungan bagian luar
(outer arc) akan mengalami peregangan sedangkan lengkungan bagian
dalam akan mengalami pembelahan (cleavage). Apabila tegasan ini
berlanjut dan melampaui batas elastisitas batuan, perlipatan akan
mulai terpatahkan (tersesarkan) melalui bidang yang terbentuk pada
sumbu lipatannya. Pada bidang patahan, gaya tegasan akan berubah
arah seperti diperlihatkan pada.Ketika batuan batuan yang berbeda
tersebut berada di area yang sama, seperti batuan yang bersifat
lentur menutupi batuan yang bersifat retas, maka batuan yang retas
kemungkinan akan terpatahkan dan batuan yang lentur mungkin hanya
melengkung atau terlipat diatas bidang patahan. Demikian juga
ketika batuan batuan yang bersifat lentur mengalami retakan dibawah
kondisi tekanan yang tinggi, maka batuan tersebut kemungkinan
terlipat sampai pada titik tertentu kemudian akan mengalami
pensesaran, membentuk suatu patahan.4. Patahan/Sesar
(Faults)Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah
mengalami pergeseran. Umumnya disertai oleh struktur yang lain
seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan indikasi suatu
sesar / patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau bidang
sesar; b). Breksiasi, gouge, milonit, ; c). Deretanmata air; d).
Sumber air panas; e). Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan;
f) Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis,
lipatan dsb.Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe
tergantung pada arah relatif pergeserannya. Selama patahan/sesar
dianggap sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan
kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan kemiringan
dari suatu bidang sesar dapat diukur dan ditentukan.1. Dip Slip
Faults adalah patahan yang bidang patahannya menyudut (inclined)
dan pergeseran relatifnya berada disepanjang bidang patahannya atau
offset terjadi disepanjang arah kemiringannya. Sebagai catatan
bahwa ketika kita melihat pergeseran pada setiap patahan, kita
tidak mengetahui sisi yang sebelah mana yang sebenarnya bergerak
atau jika kedua sisinya bergerak, semuanya dapat kita tentukan
melalui pergerakan relatifnya. Untuk setiap bidang patahan yang
yang mempunyai kemiringan, maka dapat kita tentukan bahwa blok yang
berada diatas patahan sebagai hanging wall block dan blok yang
berada dibawah patahan dikenal sebagai footwall block.
2. Normal Faults adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan
tensional horisontal pada batuan yang bersifat retas dimana
hangingwall block telah mengalami pergeseran relatif ke arah bagian
bawah terhadap footwall block.3. Horsts & Gabens Dalam
kaitannya dengan sesar normal yang terjadi sebagai akibat dari
tegasan tensional, seringkali dijumpai sesar-sesar normal yang
berpasang pasangan dengan bidang patahan yang berlawanan. Dalam
kasus yang demikian, maka bagian dari blok-blok yang turun akan
membentuk graben sedangkan pasangan dari blok-blok yang terangkat
sebagai horst. Contoh kasus dari pengaruh gaya tegasan tensional
yang bekerja pada kerak bumi pada saat ini adalah East African Rift
Valley suatu wilayah dimana terjadi pemekaran benua yang
menghasilkan suatu Rift. Contoh lainnya yang saat ini juga terjadi
pemekaran kerak bumi adalah wilayah di bagian barat Amerika
Serikat, yaitu di Nevada, Utah, dan Idaho.
4. Half-Grabens adalah patahan normal yang bidang patahannya
berbentuk lengkungan dengan besar kemiringannya semakin berkurang
kearah bagian bawah sehingga dapat menyebabkan blok yang turun
mengalami rotasi.
5. Reverse Faults adalah patahan hasil dari gaya tegasan
kompresional horisontal pada batuan yang bersifat retas, dimana
hangingwall block berpindah relatif kearah atas terhadap footwall
block.
6. A Thrust Fault adalah patahan reverse fault yang kemiringan
bidang patahannya lebih kecil dari 150.. Pergeseran dari sesar
Thrust fault dapat mencapai hingga ratusan kilometer sehingga
memungkinkan batuan yang lebih tua dijumpai menutupi batuan yang
lebih muda.
7. Strike Slip Faults adalah patahan yang pergerakan relatifnya
berarah horisontal mengikuti arah patahan. Patahan jenis ini
berasal dari tegasan geser yang bekerja di dalam kerak bumi.
Patahan jenis strike slip fault dapat dibagi menjadi 2(dua)
tergantung pada sifat pergerakannya. Dengan mengamati pada salah
satu sisi bidang patahan dan dengan melihat kearah bidang patahan
yang berlawanan, maka jika bidang pada salah satu sisi bergerak
kearah kiri kita sebut sebagai patahan left-lateral strike-slip
fault. Jika bidang patahan pada sisi lainnya bergerak ke arah
kanan, maka kita namakan sebagai right-lateral strike-slip fault.
Contoh patahan jenis strike slip fault yang sangat terkenal adalah
patahan San Andreas di California dengan panjang mencapai lebih
dari 600 km.
8. Transform-Faults adalah jenis patahan strike-slip faults yang
khas terjadi pada batas lempeng, dimana dua lempeng saling
berpapasan satu dan lainnya secara horisontal. Jenis patahan
transform umumnya terjadi di pematang samudra yang mengalami
pergeseran (offset), dimana patahan transform hanya terjadi
diantara batas kedua pematang, sedangkan dibagian luar dari kedua
batas pematang tidak terjadi pergerakan relatif diantara kedua
bloknya karena blok tersebut bergerak dengan arah yang sama. Daerah
ini dikenal sebagai zona rekahan (fracture zones). Patahan San
Andreas di California termasuk jenis patahan transform fault
BAB IIIMETODE PENELITIANUntuk mencapai sasaran diatas, metode
yang dilakukan sebagai berikut:3.1 Metode Pemetaan Geologi
Lapangan1. Pendahuluan, meliputi studi pustaka, studi geologi
regional, dan lain-lain.2. Pengambilan data lapangan, meliputi
pengambilan sample, pengukuran struktur geologi, analisa sample,dan
lain sebagainya.3. Penyusunan laporan hasil pemetaan geologi
lapangan, berupa peta geologi, dan laporan hasil lapangan. 4.
Penyusunan menggunakan software pendukung.5. Menghasilkan peta
penyebaran mineralisasi emas.
BAB IVHASIL YANG DIHARAPKANDari hasil analisa data yang telah
dilakukan, diharapkan dapat mengetahui : Kawasan mineralisasi emas
Hubungan struktur geologi dengan mineralisasi / keterdapatan vein
utama Memprediksi lokasi bukaan / tension yang terisi vein secara
analisa struktur geologiPada daerah Cibaliung Provinsi Banten.
BAB VKESIMPULANKurikulum yang diterapkan di Program Studi Teknik
Geologi, Universitas Trisakti memiliki syarat bahwa setiap
mahasiswa yang ingin menyelesaikan studi strata-1 harus melakukan
studi kasus. Topik yang diambil sesuai dengan pilihan mahasiswa dan
telah disetujui oleh Program Studi Teknik Geologi. Data yang
digunakan untuk menyusun studi kasus ini dapat berupa data primer
atau pun data sekunder yang diambil dari perusahaan tertentu. Oleh
karena itu, penulis lebih memilih untuk menggunakan data primer
serta data sekunder yang didapat dari perusahan PT Cibaliung Sumber
Daya (CSD). Penulis mengharapkan PT Cibaliung Sumber Daya dapat
membantu aktifitas dan membimbing penulis dalam penyusunan studi
kasus dalam tugas akhir ini. Oleh karenanya diharapkan kegiatan ini
merupakan kegiatan positif sebagai suatu wadah informasi untuk
perusahaan dan mengembangkan pengetahuan bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKABemmelen,R.W.Van.1949. The Geology Indonesia, Tha
Hague MartinusSudjatmo,Adjat,.1992, Jawa Barat Selatan potensi
Sebagai Potensi Yang Terpendam, Direktorat Jendral Geologi dan
Sumberdaya Mineral Departemen Pertambangan dan
Energi.Syafrizah,dkk.2009,Studi Distribusi Ukuran Butir Elektrrum
dan Asosiasi Mineralisasi Emas pada Urat Ciurug, Pongkor,
Indonesia.Sugeng,.2005,Kajian Analisis Kelurusan Struktur Dengan
Citra Landsat Digital Untuk Eksplorasi Mineralisasi Emas Di Daerah
Bayah, Kabupaten Lebak, Jawa Barat.Teknik Geologi,Universitas UPN
Veteran.http://earthfactory.wordpress.com/2009/06/14/tektonik-regional-jawa-barat/
Mahasiswa
Nama: Doniansyah Mai PutraTempat, Tanggal lahir: Jakarta/ 26-
Mei-1992Agama : IslamAlamat: Komplek SEKNEG Blok D 3 No. 19 RT/RW
010/003 Kebon Nanas, Kel Panunggangan Utara, Kec. Pinang,
Tangerang, BantenNomor Hp: 085215911542E-mail:
[email protected]
Formal EducationPendidikan Formal: SD Markus(1998-2004) SMP
Negeri 4 Tangerang (2004-2007) SMA Negeri 6 Tangerang (2007-2010)
Jurusan Teknik Geologi Universitas Trisakti, Jakarta
(2010-Sekarang)Current Grade Point Average (GPA or IPK) Universitas
TRISAKTI: 2,75
Attachments:1. Surat Pembaritahuan Tugas Akhir dari Universitas
TRISAKTI2. Curriculum Vitae3. Academic transcript
CURRICULUM VITAE
PERSONAL INFORMATIONNama: Doniansyah Mai PutraTempat/ Tanggal
Lahir: Jakarta/ 26 Mei - 1992Jenis Kelamin: Laki-LakiAgama :
IslamStatus : Not MarriageWarga Negara: IndonesiaAlamat : Komplek
SEKNEG Blok D 3 No. 19 RT/RW 010/003 Kebon Nanas, Kel Panunggangan
Utara, Kec. Pinang, Tangerang, BantenNo.Telpon: 085215911542E-mail
: [email protected]
PENDIDIKAN SD Markus(1998-2004) SMP Negeri 4 Tangerang
(2004-2007) SMA Negeri 6 Tangerang (2007-2010) Jurusan Teknik
Geologi Universitas Trisakti, Jakarta (2010-Sekarang)
ORGANISASI1. Anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi
(2011-sekarang)2. Anggota Panitia Geological Excursion,
Implementation, and Trisakti Expo 2012 dan 20133. Anggota Panitia
Program Pengenalan Geologi Lapangan (2012)4. Project Officer
Proglam Pengenalan Geologi Lapangan (2013)
SKILLS AND TRAINING
Menguasai Software Geographic Information System (ArcGIS).
Menguasai software (Microsoft Office 2010), image multi-tasking
software (Corel Draw X6). Mampu deskripsi karakteristik mineral dan
batuan. Berpengalaman dalam pemetaan geologi permukaan Measuring
stratigraphical section.
PENGALAMAN Asisten laboratorium Mineralogi, Jurusan Teknik
Geologi universitas Trisakti 2012-2013 Asisten laboratorium
Petrologi, Jurusan Teknik Geologi universitas Trisakti 2012-2013
Asisten laboratorium Sedimentologi, Jurusan Teknik Geologi
universitas Trisakti 2012 Asisten laboratorium Geomorfologi ,
Jurusan Teknik Geologi Universitas Trisakti 2013 Pemetaan Geologi
Lapangan daerah sekitar Karang Sambung, Jawa Tengah 2012 Pemetaan
Geologi Lapangan daerah Brebes ,Jawa Tengah 2013 Asisten Kuliah
Lapangan Jurusan Teknik Geologi FTKE , Universitas Trisakti (2014)
Asisten Kuliah Lapangan Teknik Geologi FTKE , Universitas Trisakti
(2015)
HobiFootball and travelling.