BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Sesuai dengan Undang–Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, disebutkan bahwa Program Keluarga Berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga serta peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (UU 10/1992). Keluarga berencana juga berarti mengontrol jumlah dan jarak kelahiran anak, untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara dengan menggunakan kontrasepsi sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya menetap bisa dilakukan dengan cara sterilisasi. 1 Peran program KB sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan reproduksi seseorang, baik itu untuk kesehatan reproduksi wanita maupun kesehatan reproduksi 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program keluarga berencana merupakan salah satu program
pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga
Indonesia yang sejahtera. Sesuai dengan Undang–Undang Nomor 10 Tahun 1992
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,
disebutkan bahwa Program Keluarga Berencana (KB) adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga serta peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
(UU 10/1992). Keluarga berencana juga berarti mengontrol jumlah dan jarak
kelahiran anak, untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara dengan
menggunakan kontrasepsi sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya
menetap bisa dilakukan dengan cara sterilisasi.1
Peran program KB sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan
reproduksi seseorang, baik itu untuk kesehatan reproduksi wanita maupun
kesehatan reproduksi pria. Peran KB bagi kesehatan reproduksi wanita
diantaranya yaitu menghindari bahaya infeksi, eklamsia, abortus, emboli obstetri,
perdarahan post partum, dan komplikasi masa nifas.2 Selain itu, program KB juga
bertujuan untuk mengatur umur ibu yang tepat untuk melakukan proses
persalinan, sebab jika umur ibu terlalu muda atau terlalu tua ketika melakukan
persalinan, akan sangat beresiko mengakibatkan perdarahan serius yang bisa
mengakibatkan kematian bagi ibu maupun bayinya.2 Program KB juga berperan
bagi kesehatan reproduksi pria antara lain untuk mencegah Penyakit Menular
Seksual (PMS) seperti: sifilis, gonorhea, dan penyakit kelamin lain yang
diakibatkan oleh tidak menggunakan alat kontrasepsi (kondom) ketika melakukan
1
hubungan seksual dengan pasangannya yang terkena PMS. Selain mencegah
terkena penyakit menular seksual, Program KB juga dimaksudkan untuk
membantu pria yang mengalami gangguan disfungsi seksual serta membantu
pasangan yang telah menikah lebih dari 1 tahun tetapi belum juga memiliki
keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.2
Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 228 per 100.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000 kelahiran hidup.
Hal ini membuktikan bahwa Indonesia masih berada pada posisi tertinggi di Asia
untuk angka kematian ibu. Angka tersebut juga masih jauh dari target Millenium
Development Goals (MDGs) 2015 yaitu AKI 102 per 100.000 kelahiran hidup dan
AKB 24 per 1000 kelahiran hidup. Oleh karena itu, dengan program KB yang
terus digalakkan pemerintah, diharapkan target MDGs 2015 dapat tercapai.3
Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
menunjukkan bahwa pada tahun 2013 ada 8.500.247 Pasangan Usia Subur (PUS)
yang merupakan peserta KB baru dan hampir separuhnya (48,56%) menggunakan
metode kontrasepsi suntikan. Pada tahun 2013, cakupan KB aktif secara nasional
sebesar 75,88%. Dari 33 provinsi, ada 15 provinsi yang cakupannya masih
dibawah cakupan nasional. Provinsi Bengkulu merupakan provinsi dengan
cakupan tertinggi sebesar 87,70%, dan provinsi Papua merupakan provinsi dengan
cakupan terendah, yaitu 67,15%. Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa
wanita usia 15-49 tahun dengan status kawin 59,3% menggunakan metode
kontrasepsi modern (implan, MOW, MOP, implan, IUD, suntik, dan pil), 0,4%
lainnya menggunakan metode kontrasepsi tradisional (kalender, senggama
terputus, lainnya), 24,7% pernah melakukan KB, dan 15,5% lainnya tidak pernah
melakukan KB.4
Data Pasangan Usia Subur (PUS) yang telah ber-KB yang didapatkan
dari Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur adalah sebagai berikut, cakupan KB
aktif dalam 3 bulan terakhir (April-Juni) adalah sebanyak 66,04%, cakupan KB
baru sebanyak 55,75%, sedangkan cakupan PUS 4T sebanyak 21,75%. Data yang
2
didapatkan dari Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur untuk pemasangan KB dan
jenis yang digunakan dari bulan April-Juni adalah sebagai berikut, pasangan yang
tercantum sebagai pengguna KB baru jenis IUD adalah sebanyak 30 orang, untuk
yang menggunakan implant sebanyak 19 orang, pengguna kondom sebanyak 7
orang, untuk KB jenis suntik baik per 3 bulan maupun per 1 bulan sebanyak 172
orang, sedangkan KB pil sebanyak 74 orang, sedangkan yang telah melakukan
MOW adalah sebanyak 17 orang.
Prevalensi pasangan yang belum mengikuti program KB masih cukup
rendah dan kurangnya penelitian mengenai PUS 4T yang mengikuti program KB
di Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur menjadi latar belakang pemilihan topik
ini untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
1.2 Perumusan Masalah
Mengetahui hasil kegiatan program pelayanan di Puskesmas Kelurahan
Cilandak Timur dibandingkan dengan SPM yang berlaku periode April-Juni 2015.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan dari evaluasi program ini adalah untuk mengevaluasi hasil kerja
puskesmas selama 3 bulan dibandingkan dengan sasaran 3 bulan yang ada di
puskesmas Cilandak timur.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui hasil pencapaian program KB di Puskesmas Kelurahan
Cilandak Timur pada bulan April – Juni 2015.
b. Menentukan alternatif pemecahan masalah dan solusi dari program KB
Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur.
3
c. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan cakupan dari program KB di
Puskesmas Cilandak Timur masih rendah.
d. Membuat rencana kegiatan untuk pemecahan prioritas masalah di
Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur.
1.4 Manfaat Kegiatan
1. Bagi Mahasiswa :
a. Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan.
b. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang
ditemukan didalam program puskesmas.
2. Bagi Puskesmas :
a. Membantu Puskesmas untuk mengetahui pencapaian yang belum
maksimal.
b. Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya
puskesmas yang belum memenuhi target SPM.
c. Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian
terhadap masalah tersebut.
3. Bagi Masyarakat:
Manfaat evaluasi program KB ini bagi masyarakat adalah
masyarakat menjadi lebih banyak lagi yang mengikuti program KB
sehingga angka kelahiran bayi dapat terkendali.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluarga Berencana
1. Beberapa konsep tentang Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah merupakan salah satu usaha untuk
mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,
pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran.5
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara
kelahiran.6
Keluarga Berencana adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran.6
2. Tujuan Keluarga Berencana
a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.6
b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang
bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.6
3. Sasaran Program Keluarga Berencana
5
a. Sasaran langsung
Pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran
dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.8
b. Sasaran tidak langsung
Pelaksana dan pengelola program Keluarga Berencana, dengan cara
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas
dan keluarga sejahtera.8
4. Ruang lingkup Program Keluarga Berencana
Ruang lingkup program Keluarga Berencana, meliputi :8
a. Komunikasi informasi dan edukasi.
b. Konseling.
c. Pelayanan infertilitas.
d. Pendidikan seks.
e. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.
f. Konsultasi genetik.
5. Manfaat usaha Keluarga Berencana di pandang dari segi kesehatan
Peningkatan dan perluasan pelayanan Keluarga Berencana merupakan
salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang
semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita.8
2.2 Akseptor Keluarga Berencana
6
1. Konsep tentang Keluarga Berencana
Akseptor Keluarga Berencana adalah proses yang disadari oleh pasangan
untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran.7
2. Jenis - Jenis Akseptor Keluarga Berencana
a. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah
satu cara alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri
kesuburan.9
b. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah
menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak
diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi
baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti /
istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut-turut dan bukan karena
hamil.9
c. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan
alat obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan
alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.9
d. Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.9
e. Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.9
f. Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian
kontrasepsi lebih dari 3 bulan.9
2.3 Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
7
Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat, khususnya
pasangan suami-istri, sebagai salah satu kebutuhannya. Pelayanan kontrasepsi
yang semula menjadi program pemerintah dengan orientasi pemenuhan target
melalui subsidi penuh dari pemerintah. Peran pelayanan Keluarga Berencana
diarahkan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan
yang diinginkan dan berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat, akan lebih
menjamin keselamtan ibu dan bayi yang dikandungnya.2
Pelayanan KB bertujuan menunda, menjarangkan, atau membatasi
kehamilan bila jumlah anak sudah cukup. Dengan demikian 5 pelayanan KB
sangat berguna dalam mengaturan kehamilan dan pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan tau tidak tepat waktu. Ada lima hal penting dalam pelayanan
Keluarga Berencana yang perlu diperhatikan:
a. Prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada Pasangan Usia Subur yang
isterinya mempunyai keadaan 4 terlalu yaitu terlalu muda (usia kurang dari 20
tahun), terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang), terlalu dekat jarak kehamilan
(kurang dari 2 tahun), dan terlalu tua (lebih dari 35 tahun).2
b. Menekankan bahwa KB merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan
isteri. Suami juga perlu berpartisipasi aktif dalam ber KB dengan
menggunakan alat/metode kontrasepsi untuk pria.2
c. Memberi informasi lengkap dan adil tentang keuntungan dan kelemahan
masingmasing metode kontrasepsi. Setiap klien berhak untuk mendapat
informasi mengenai hal ini, sehingga dapat mempertimbangkan metode yang
paling cocok bagi dirinya.2
d. Memberi nasehat tentang metoda yang paling cocok sesuai dengan hasil
pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien, untuk
memudahkan klien menentukan pilihan.2
8
e. Memberi informasi tentang kontraindikasi pemakaian berbagai metode
kontrasepsi. Pelaksanaan pelayanan KB perlu melakukan skrining atau
penyaringan melalui pemeriksaa fisik terhadap klien untuk memastikan bahwa
tidak terdapat kontraindikasi bagi pemakaian metoda kontrasepsi yang akan
dipilih.2
2.4 Pengertian pasangan usia subur dan 4T
Pasangan usia subur yaitu pasangan suami istri yang istrinya masih
mengalami menstruasi (datang bulan).9 Untuk pengertian 4T adalah pasangan
yang Terlalu Tua, Terlalu Muda, Terlalu Sering Melahirkan, Terlalu Dekat Jarak
Kelahiran.
Pasangan suami istri yang hidup bersama, dimana umur istrinya antara 15
tahun sampai dengan 44 tahun. Batasan umur yang digunakan disini adalah 15
sampai 44 tahun dan bukan 15–49 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan
perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan 15–49, tetapi dalam kegiatan
keluarga berencana mereka yang berada pada kelompok 45–49 bukan merupakan
sasaran keluarga berencana lagi. Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa
mereka yang berada pada kelompok umur 45–49 tahun, kemungkinan untuk
melahirkan lagi sudah sangat kecil sekali.4
2.5 Kontrasepsi
1. Pengertian
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra
berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Maksud dari konsepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan
9
sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu,
berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan
kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua -
duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan.5
Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara dapat bersifat permanen.10
2. Akseptor Keluarga Berencana menurut sasarannya
a. Fase menunda kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh
pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia di
bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai
anak dengan berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu
kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya
kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini
pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi.
Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB, AKDR.11
b. Fase mengatur / menjarangkan kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia
paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak
antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Kriteria kontrasepsi yang perlukan yaitu
efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih
mengharapkan punya anak lagi. Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun
sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.11
c. Fase mengakhiri kesuburan / tidak hamil lagi
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih
dari 30 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan
kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi
kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko
10
tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak
mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan
disarankan adalah metode kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB.11
3. Syarat - Syarat Kontrasepsi
Sebagai usaha untuk mencegah kehamilan hendaknya kontrasepsi
memiliki syarat-syarat sebagai berikut :11
a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
b. Efek samping yang merugikan tidak ada.
c. Lima kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
d. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
e. Tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama pemakaiannya.
f. Cara penggunaannya sederhana.
g. Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri.
11
BAB III
DATA UMUM DAN KHUSUS PUSKESMAS CILANDAK TIMUR
3.1 Data Umum Puskesmas
3.1.1 Keadaan Geografis dan Lingkungan
1. Lokasi
Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur terletak di Jalan Madrasah
No.11 Rt.010 / Rw.04 Kelurahan Cilandak Timur Kecamatan Pasar Minggu
Kota Administrasi Jakarta Selatan.
2. Wilayah Kerja
Meliputi seluruh wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cilandak
Timur, yang terdiri dari 7 RW dan 72 RT
3. Batas wilayah :
- Sebelah Utara : Kelurahan Bangka
- Sebelah Selatan : Kelurahan Jagakarsa
- Sebelah Timur : Kelurahan Ragunan
- Sebelah barat : Cipete Selatan
4. Keadaan Tanah
- Luas wilayah Kelurahan Cilandak Timur : 352.06 Ha (3,53km2)
- Terlampir seluruhnya untuk pemukiman
- Terdapat daerah rawan banjir
12
Daerah rawan banjir di wilayah Kelurahan Cilandak Timur terdapat di sekitar
aliran Sungai Kerukut (Kali Kerukut)
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kelurahan Cilandak Timur
3.1.2 Data Demografi
Jumlah Penduduk sampai dengan akhir Juni 2015 = 30.871 jiwa.
1) Jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, maka jumlah penduduk di wilayah
kerja Puskesmas kelurahan Cilandak Timur terbagi atas :
Laki-laki : 16.697 jiwa
Wanita : 14.174 jiwa
13
2) Kelompok usia
Tabel 3.1 Komposisi penduduk berdasarkan kelompok usia.
Umur Jumlah Persentase0-4 1.274 4.125-14 4.527 14.6615-44 17.015 55.11
45-64 4.308 13.95
>65 534 1.72
Tabel 3.1 menunjukkan komposisi penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur berdasarkan kelompok usia. Usia
15-44 tahun merupakan kelompok usia dengan jumlah tertinggi, yaitu
17.015 penduduk sedangkan usia >65 adalah kelompok usia yang
jumlahnya paling sedikit, yaitu 534 penduduk. Berdasarkan data diatas,
didapatkan sex ratio sebesar 117,8 dimana menunjukan dalam 100 orang
perempuan terdapat 118 laki-laki. Dari data diatas dapat juga diketahui
dependency ratio, yaitu sebesar 29,7, dimana setiap 100 orang usia
produktif menanggung beban 30 orang penduduk non produktif.
3) Mata pencaharian
Tabel 3.2 Mata Pencaharian Penduduk
No. Status Pekerjaan
Jumlah Persentase (%)
1. Pemerintahan 19.097 58,2
2. Pedagang 4.599 14,0
3. Industri 521 1,6
4. Buruh 4.715 14,3
5. Swasta 2.924 8,9
6. Lain-lain 986 3,0
14
Dapat dilihat pada tabel 3.2 bahwa sebagian besar penduduk bekerja
dalam sektoral pemerintahan sebanyak 19.097 orang dari 65.709 jumlah
penduduk. Sedangkan 986 orang bekerja lain-lain.
4) Agama
Tabel 3.3 Pembagian agama
No Agama Jumlah Persentase(%)
1 Islam 53.548 81,5
2 Kristen 6.543 9,9
3 Khatolik 3.718 5,66
4 Hindu/Budha 1.875 2,85
Tabel 3.3 menunjukan data dan persentase pemeluk agama di
wilayah kerja Puskesmas Cilandak Timur. Penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Cilandak Timur mayoritas beragama Islam dengan jumlah
53.548 orang dan persentase sebesar 81,5%.
5) Fasilitas Pendidikan
Tabel 3.4 Fasilitas pendidikan
No. Fasilitas Pendidikan Jumlah
1. TK 10
2. SD 15
3. MI 6
4. SLTP 3
5. MTS 1
6. SMU 1
7. SMK 1
Berdasarkan tabel 3.4 didapatkan fasilitas pendidikan yang terdapat
di Kelurahan Cilandak Timur sebanyak 37 fasilitias. Terbanyak adalah
15
fasilitas SD dengan jumlah 15 sekolah dan Kelurahan Pejaten Timur hanya
memiliki 1 sekolah MTS, SMU dan SMK.
6) Fasilitas Kesehatan
Tabel 3.5 Fasilitas kesehatan
No. Fasilitas Jumlah
1. Rumah sakit 1
2. Puskesmas 1
3. Rumah Bersalin -
4. Dokter 24 jam 1
5. Dokter Gigi 2
6. Balkesmas 1
7. Bidan Swasta 3
8. Laboratorium -
9. Apotik 2
10. Klinik 3
11. Posyandu 23
12. Kader 160
Terdapat berbagai macam fasilitas kesehatan di Kelurahan
Cilandak Timur, dimana Posyandu merupakan pelayanan kesehatan yang
terbanyak, yaitu sebanyak 23, sedangkan hanya terdapat satu puskesmas,
rumah sakit, dokter 24 jam, dan balkesmas di Kelurahan Cilandak Timur.
16
7) Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Cilandak Timur
Tabel 3.6 Sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Cilandak Timur
No Diagnosis penyakit Jumlah kunjungan
1. Infeksi akut lain pada saluran pernapasan atas
5712
2. Penyakit lainnya 2759
3. Hipertensi 1860
4. Diabetes mellitus 732
5. Penyakit pada sistem otot 732
6. Penyakit kulit alergi 520
7. Gastritis 330
8. Penyakit mata 201
9. Diare (termasuk tersangka kolera) 182
10. Penyakit kulit infeksi 141
Total 13.178
Berdasarkan data pada Tabel 3.6, jumlah penderita infeksi akut
pada saluran napas bagian atas adalah yang tertinggi diantara 9 penyakit
lainnya, yaitu sebesar 5712 penderita. Berdasarkan teori Bloom ISPA
didapatkan karena adanya masalah perilaku dimana masyarakat belum
mengerti sepenuhya mengenai ISPA baik dari penyebab, gejala,
pengobatan, cara penularan maupun pencegahannya. Faktor perilaku hidup
sehat yang tidak diterapkan seperti makanan dengan menu seimbang,
olahraga yang teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras, serta
istirahat yang cukup berperan sebagai penyebab ISPA.
17
3.1.3 Sumber Daya Puskesmas
a. Sarana Fisik
Gedung Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur pertama kali didirikan
pada tahun 1976 di atas tanah seluas ± 300 m2 dengan luas bangunan ± 160
m2. Bangunan puskesmas telah direhab sebanyak 4 kali yaitu: tahun 1986,
tahun 1989, tahun 1995 dan tahun 2009. Kemudian pada tahun 1995 didirikan
Gedung Rumah Bersalin (RB) Kelurahan Cilandak Timur di atas tanah seluas
± 510 m2 dengan luas bangunan ± 180 m2. Gedung Puskesmas Kelurahan
Cilandak Timur terdiri dari dua Gedung yaitu Gedung Puskesmas dan Gedung
Rumah Bersalin RB. Pada akhir tahun 2009 direhab total, dibangun menjadi
satu Gedung diatas tanah seluas ± 810 m2 dengan luas bangunan ± 230 m2
yang terdiri dari dua Lantai.
b. Ketenagaan
Tabel 3.7 Ketenagaan Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur
No.
Nama Petugas Pendidikan Terakhir
Umur (Thn)
Status
PNS/Honor
Masa Kerja
Gol PKM / RB
1 Dr.Wida Wildani Dokter 34 PNS IV PKM
2 Drg.Nerlaela FKG 50 PNS III PKM
3 Azizah Bidan 46 PNS III PKM
4 Fenny Susanti Bidan 41 PNS III PKM
5 Kelina Simarmata Perawat 56 PNS III PKM
6 Mince Karlini Perawat 40 PNS II PKM
7 Nurani Sudi Rahayu Prwt Gigi 30 Honor 1 II PKM
8 Retno Asri Fitriyani Perawat 23 Honor 2 II PKM
9 Abdurahman S1 42 Honor 20 - PKM
11 Masuhud SLTA 43 PT 7 - PKM
12 Tukirah SD 54 PT 7 - PKM
13 Heru Setawan SLTA 30 PT 2 PKM
18
Tenaga di Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur berjumah 13 orang
dengan rincian yang terdiri dari 6 orang PNS, 3 orang Honorer, dan 3 orang
Outshorsing.
3. Peran Serta Masyarakat
1. Posyandu
Posyandu Kelurahan Cilandak Timur terdiri dari : 23 Posyandu yang tersebar
di 6 RW (kecuali Rw.06), dan keseluruhannya berjalan aktif.
Keadaan derajat posyandu yang dimiliki saat ini adalah :
- Posyandu Pratama : 0 buah
- Posyandu Madya : 3 buah
- Posyandu Purnama : 6 buah
- Posyandu Mandiri : 14 buah
4. Lansia
Usia 45-59 Tahun:
Laki-Laki = 1381 Orang
Perempuan = 1254 Orang
Usia 60-69 Tahun:
Laki-laki = 347 Orang
Perempuan = 309 Orang
19
Usia > 70 Tahun
Laki-laki = 90 Orang
Perempuan = 95 Orang
Jumlah Keseluruhan Lansia : 3476 orang.
5. Sarana dan Prasarana
Tabel 3.8 Sarana dan Prasarana
No Jenis Sarana Uraian Kondisi
1 Lantai I
- Ruang Bersalin Tempat Tidur Baik
- Ruang Loket Komputer Baik
- Ruang Jaga Lemari, Tempat tidur Baik
- Ruang Bayi Meja Baik
- Ruang Perawatan 1 Tempat Tidur Baik
- Ruang Perawatan 2 Tempat Tidur Baik
- Ruang Dokter Jaga Tempat Tidur Baik
- Ruang Dapur Rak Piring Baik
- Ruang Cuci Meja Baik
- Ruang Tunggu Bangku Tunggu Baik
- Ruang Panel Baik
- Ruang Pompa Jet Pump Baik
- Toilet Baik
- Lobi Baik
20
2. Lantai II
- Ruang 1 : KIA / KB Tempat Tidur Periksa (2), Maja (2), Kursi (4), Kulkas (1), Lemari Alkes (2), Lemari Buku (1), AC (2) Tensi meter (2) Stetoscope, Timbangan bayi (1), Timbangan dws (1)
Baik
- Ruang 2 : Ka.Puskesmas Tempat Tidur Periksa (1), Kursi Tamu (1 set), Lemari Perpustakaan (1), Filing Kabinet (1)
Baik
- Ruang 3 : Poli Gigi Dental Unit (2), Meja (2), Kursi (4), Lemari Alkes (2), Kompresor (2), Sterilisator (1), Alat-alat Kesehatan lain
Baik
- Ruang 4 : Poli Umum Tempat tidur periksa (1), Meja periksa (2), kursi (5), Lemari alkes (2), Filing kabinet (1), Toa (1 set), Sterilisator (1)
Baik
- Ruang 5 : Apotik/Gudang Lemari obat (3 ), Meja (1), meja obat (1), Rak Obat (2), Filing kabinet (1)
Baik
- Ruang 6 : Laboratrium Lemari Alkes (1), Lemari obat (1), Meja (1), Kursi (2), tempat tidur (1), Sterilisator (1), dan alat kesehatan lainnya
Baik
- Ruang Loket Rak Status (2), Meja (1), Komputer (1 set), Filing kabinet (1), buku status dll
Rusak / baik
- Ruang Tunggu Bangku Tunggu (10), Televisi (1), Toa (1) dan poster
Baik
- Musholah Karpet, sajadah, kipas angin
Baik
- Ruang Panel Alat-alat listrik dan alat Baik
21
kebersihan
- Toilet Sabun dan lap
3.1.4 Fungsi Puskesmas
Puskesmas Kelurahan merupakan unit pelaksanan teknis Dinas Kesehatan
yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, pengendalian,
pengembangan upaya kesehatan, pendidikan, dan pelatihan diwilayah
kerjanya
Melakukan pembinaan, pengawasan, pengendalian terhadap pengelolaan dan
pelayanan kesehatan
Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar ISO 9001-2008 yang
meliputi, Loket, Poli Umum, Poli Gigi, rekam medis, KIA, KB, Gizi, jiwa,
Askes, Gakin, Laboratrium sederhana, apotik dan penyuluhan kesehatan serta
klinik lain sesuai kebutuhan.
Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
meliputi keder kesehatan, posyandu, RS, BPS, PKK, RT/RW, karang taruna
dll.
Mengkoordinasi program, temu litas sektoral dalam penanggulangan masalah
kesehatan masyarakat
Menilai dan melaporkan kinerja, terjangkau, berksinambungan, mandiri dan
mengutamakan kepuasan pelanggan
3.1.5 Tugas Pokok
22
Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur merupakan unit Pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab menyelenggarakan tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan Nasional yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan,
pendidikan, dan pelatihan kesehatan serta kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang yang bertempat tinggal di wilayah sekitarnya terutama di wilayah
Kelurahan Cilandak Timur.
Pembangunan Kesehatan di arahkan untuk meningkatkan mutu sumber
daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan
paradigma sehat, yang memberikan perioritas pada upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi mulai dari dalam
kandungan sampai dengan usia lanjut.
Puskesmas memiliki tugas pokok adalah sebagai berikut :
Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan ibu dan anak
Pelayanan Keluarga berencana
Upaya Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
Upaya Pelayanan gizi
Upaya pelayanan kesehatan keluarga miskin (Gakin)
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
Penyuluhan kesehatan masyarakat
Kesehatan Sekolah
Pelayanan kesehatan jiwa dan Napza
Pelayanan Laboratrium Sederhana
Pelayanan kesehatan mata
Peningkatan kesehatan remaja
23
Peningkatan kesehatan lingkungan
Pengobatan dan Penanggulangan bencana
Peningkatan kesehatan kerja
Peningkatan kesehatan olah raga
Upaya pengobatan tradisional
Pencatatan dan pelaporan
3.1.6 Tujuan
Mengembangkan profesionallisme SDM medis dan non medis
Terwujudnya penempatan karyawan sesuai dengan ahlinya
Meningkatkan prestasi kerja dan kinerja karyawan
Terwujudnya mutu pelayanan kesehatan yang paripurna untuk kepuasan
pelanggan sesuai standar ISO 9001-2008
Terwujudnya sistem manajemen puskesmas
Terwujudnya kerjasama dengan mitra kerja, lintas sektoral dan institusi baik
pemerintah maupun swasta
Terwujudnya pengetahuan masyarakat tentang betapa pentingnya masalah
kesehatan
3.2 Data Khusus Puskesmas
24
3.2.1 VISI dan MISI
VISI :
Puskesmas adalah sebagai Unit Pelayanan Prima yang profesional,
terjangkau, berkesinambungan, mandiri dan mengutamakan pelanggan.( sesuai
standar ISO 9001-2008).
MISI :
Memberdayakan SDM yang professional dalam menghadapi era globalisasi
Mengembangkan mutu pelayanan secara optimal baik promotif, preventif,
kuantatif dan rehabilitatif
Menggalang kerja sama dengan mitra kerja
3.2.2 Sasaran
Seluruh lapisan masyarakat terutama diwilayah kerja puskesmas baik
masyarakat luar gedung puskesmas maupun petugas puskesmas itu sendiri.
I. MANAJEMEN PUSKESMAS
25
Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang berkerja secara
sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien
(KepMenkes RI No.128/MENKES/SK/2004).
Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas membentuk
fungsi-fungsi manajemen. Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yang dikenal
yakni P1, P2, dan P3.
Berdasarkan wawancara dan pengamatan mengenai proses manajemen di
Puskesmas Salaman I, diperoleh data sebagai berikut
1. Perencanaan (P1)
a. Tahap Persiapan
Kepala puskesmas membentuk tim yang terdiri dari ketua, sekretaris dan
penanggungg jawab masing-masing unit. Bahan perencanaan mengacu pada buku
Pedoman Perencanaan tingkat Puskesmas.
Kepala Puskesmas memberikan bahan perencanaan kepada masing-masing
penanggungjawab dan menjelaskan mengenai Perencanaan Tingkat Puskesmas
(PTP), kemudian mengadakan pengkajian bahan perencanaan tersebut untuk
menentukan tujuan dan sasaran kegiatan.
b. Tahap Analisis Situasi
Tim Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) mengumpulkan data umum
dan data pencapaian target. Data umum diantaranya adalah data kependudukan
dan data wilayah yang diperoleh dari kantor kelurahan dan kecamatan. Data
sekolahdiperoleh dari kantor pendidikan nasional kecamatan. Sedangkan data
pencapaian target diperoleh dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Puskesmas.
26
Tiap unit mengumpulkan data hasil pencapaian kegiatan selama satu tahun
kemudian diolah dan ditampilkan dalam bentuk grafik, tabel dan peta. Data
tersebut dianalisa dan dengan membandingkan dengan target yang mengacu pada
SPM sebelumnya. Hasil analisa digunakan untuk laporan kegiatan tahunan dan
acuan langkah berikutnya.
c. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
Masing-masing tim mengajukan rencana usulan kegiatan (RUK) dengan
mempertimbangkan faktor-faktor pendukung dan penghambat untuk
menghasilkan hasil yang seoptimal mungkin. Prioritas masalah ditentukan oleh
kepala Puskesmas beserta tim. Setelah prioritas ditentukan maka dipikirkan
pemecahan masalah yang paling realistis dan logis. Alternatif pemecahan masalah
harus memperhatikan biaya, sarana, tenaga, waktu serta teknologi yang ada.
d. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) disusun untuk setahun yang akan
datang oleh pemimpin Puskesmas beserta tim dilaksanakan setelah dilakukan
stratifikasi.
RPK disusun berdasarkan priotitas masalah dan dirangkum dalam
dokumen perencanaan. RPK disusun dengan memperhitungkan dana yang
dimiliki dan dana yang didapatkan.
2. Penggerakan, Pelaksanaan dan Pengendalian (P2)
a. Pengorganisasian
27
Puskesmas sebagai organisasi fungsional dalam menjalankan
fungsinya telah mempunyai struktur organisasi yang sesuai dengan fungsi
Puskesmas dan uraian yang jelas mengenai target, wewenang dan
tanggungjawab masing-masing staf, yang ditentukan pada lokakarya mini
tahunan.
Masing-masing staf mempunyai uraian yang jelas mengenai target,
wewenang dan tanggung jawab yang ditentukan pada Lokakarya Mini
Tahunan.
Karena Puskesmas Salaman I merupakan Puskesmas rawat inap
maka pembagian tugas agak berbeda dengan Puskesmas yang lain. Tenaga
Puskesmas dibagi menjadi 3 kelompok tugas yaitu:
Murni bertugas di lapangan
Murni bertugas di rawat inap
Campuran (bertugas di lapangan dan rawat inap)
Untuk petugas rawat inap, jadwal kerja dibagi dalam 4 shift yaitu
pagi, sore, malam dan libur.
b. Kepemipinan dan Pengisian Staf
Pemimpin Puskesmas Salaman I berfungsi sebagai manajer,
konsultan medis, dan penggerak masyarakat. Sebagai manajer pimpinan
mendelegasikan tugas-tugas kepada staf sesuai kemampuannya. Pengisian
staf dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga tiap unit, kemudian
diinventarisasikan sesuai dengan jenis tenaga yang dibutuhkan. Setiap staf
yang mengalami kesulitan dapat berhubungan langsung dengan kepala
Puskesmas.
28
c. Kerjasama Lintas Program
Penggalangan kerja sama lintas program dilaksanakan dalam
bentuk Lokakarya Mini Tahunan. Pada lokakarya ini dibahas pembagian
tugas masing-masing staf berupa:
1. Tugas Pokok merupakan tugas pelayanan dan pembinaan kesehatan
masyarakat, yaitu tugas yang berhubungan dengan fungsi Puskesmas
dan berhubungan dengan pelayanan dan pembinaan kesehatan
masyarakat di Puskesmas yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
pokok.
2. Tugas integrasi merupakan tugas pengembangan peran serta
masyarakat, yaitu tugas yang dibebankan kepada seseorang yang
berkaitan dengan pengembangan dan pembinaan peran serta
masyarakat.
3. Tugas tambahan merupakan tugas yang dibebankan kepada setiap
petugas berdasarkan kesepakatan bersama serta atas perintah
pimpinan.
Masing-masing petugas sesuai tugas pokok, integrasi dan
tambahan dibuatkan uraian tugas dan uraian kegiatan. Untuk memudahkan
pelaksanaan tugas dibuatkan prosedur kerja yang merupakan rangkaian
kerja yang berkaitan satu sama lain. Selain itu juga dibuatkan protap-
protap baik medis teknis maupun teknis administratif.
Lokakarya Mini Tahunan kemudian dilanjutkan dengan rapat
kerja bulanan, yang membahas pencapaian kegiatan tiap bulan, masalah-
masalah yang dihadapi serta rencana kegiatan pada bulan berikutnya. Pada
rapat ini juga dibahas mengenai masalah individu berkaitan dengan
motivasi kerja. Yang paling penting dari Lokakarya Mini tahunan ini
29
adalah keluarannya, yaitu mengenai pembagian tugas dan masukan
program.
Berdasarkan hasil kunjungan kami ke Puskesmas Salaman I, kami
belum melakukan pengamatan pada dokumen Lokakarya Mini Puskesmas
yang seharusnya berisi : Daftar hadir peserta, Materi / Agenda, dan Tindak
lanjut.
d. Kerjasama Lintas Sektoral
Puskesmas menjalin kerjasama lintas sektoral yang terkait dengan
kesehatan dan mempunyai persamaan sasaran untuk merumuskan dan
menetapkan tujuan-tujuan kegiatan kerjasama. Kerjasama ini dilakukan
dalam bentuk rapat koordinasi kecamatan (konferensi desa) yang
dilakukan setiap tiga bulan sekali. Dalam pertemuan tersebut dibahas
program-program sektoral yang mempunyai kesamaan sasaran dengan
program kesehatan, contoh kesehatan ibu dan anak. Bentuk hasil
pertemuan tersebut dapat berupa informasi yang akan ditindaklanjuti oleh
Puskesmas sendiri ataupun dalam bentuk kesepakatan dan pembentukan
tim. Puskesmas yang menjalin kerjasama dengan Puskesmas Salaman I
yakni Puskesmas disekitar Kawedanan Salaman yakni : Puskesmas
Salaman II, Puskesmas Kajoran I, Puskesmas Kajoran II, Puskesmas
Borobudur, Puskesmas Tempuran.
e. Kerjasama Lintas Wilayah
Puskesmas menjalin kerjasama lintas wilayah dengan Puskesmas
lain terkait dengan masalah kesehatan yang menuntut adanya kerja sama
dan kesamaan dalam tujuan yang ingin dicapai.
30
f. Pembimbingan
Pembimbingan oleh kepala puskesmas dilakukan dalam bentuk
penyampaian informasi kebijakan terbaru kepada para staf dan konsultasi
jika staf menemui masalah dalam pelaksanaannya. Kepala puskesmas
berusaha mencarikan jalan keluar, selain itu juga memberikan pembinaan
dalam segi administrasi dan teknis serta peran serta masyarakat. Para staf
dapat memperoleh peningkatan pengetahuan atau wacana dari kepustakaan
yang dimiliki puskesmas.
3. Pengawasan, Penilaian dan Pertanggungjawaban (P3)
Adalah proses memperoleh kepastian, kesesuaian penyelenggaraan,
dan pencapaian tujuan Puskesmas terhadap rencana dan Undang- undang yang
berlaku. Pengawasan terdiri atas pengawasan internal dari atasan langsung
(Kepala Puskesmas) terhadap seluruh staf dan pengawasan eksternal yang
dilakukan sebagian masyarakat dan dinas kesehatan terhadap kegiatan yang
dilaksanakan Puskesmas, dengan ruang lingkup administratif, keuangan,
teknis pelayanan yang dilakukan di Puskesmas Cilandak Timur.
Penilaian dilakukan pada akhir tahun meliputi penilaian terhadap
penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai, dibandingkan dengan
rencana tahunan dan standar pelayanan. Untuk program KIA dan imunisasi,
penilaian hasil kegiatan adalah dengan sistem Kewaspadaan Dini (SKD) yaitu
pemantauan adanya kenaikan kasus.
Pertanggungjawaban dilakukan melalui laporan pertanggung-jawaban
tahunan yang berisi tentang pelaksanaan kegiatan, perolehan sumber dana
(keuangan), dan penggunaan sumber daya. Laporan pertanggungjawaban
dibuat oleh Kepala Puskesmas pada setiap akhir tahun anggaran yang
31
mencakup didalamnya pelaksanaan kegiatan serta perolehan dan penggunaan
berbagai sumber daya termasuk keuangan, disampaikan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota serta pihak- pihak terkait lainnya, termasuk
masyarakat.
32
3.2.3 Struktur Organisasi dan Deskripsi Kerja Puskesmas
Rumah/bangunan bebas jentik Aedes 100 4896 1224 1296 105,8 105,88
Tabel 3.16 menunjukkan 5 indikator pelayanan sanitasi. Kelima
indikator tersebut sudah memiliki angka pencapaian yang melebihi target.
Pencapaian tertinggi dimiliki oleh TP2M yang memenuhi syarat sanitasi, yaitu
365,58%, sedangkan yang terendah adalah rumah/bangunan bebas jentik Aedes
dengan angka 105,88%.
5. Promosi Kesehatan
Pelayanan promosi kesehatan merupakan upaya di bidang kesehatan
yang menitikberatkan pada peningkatan kesehatan taraf hidup masyarakat
melalui upaya–upaya pembinaan dan pengembangan peran aktif masyarakat
melalui media penyuluhan. Tujuan dari program promosi kesehatan adalah
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
Jenis kegiatan:
a. Penyuluhan, pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA
51
1) Penyuluhan P3NAPZA di sekolah
2) Penyuluhan HIV/AIDS di sekolah
3) Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kesehatan
4) Kasus infeksi menular seksual yang diobati
Tabel 3.17 Hasil kegiatan Promosi Kesehatan Puskesmas Kelurahan
Cilandak Timur April-Juni 2015
Indikator Target (%)
Sasaran
1 Tahun
Sasaran
3 Bulan Berjalan
CakupanPencapaian
(%)Kegiatan Persen
(%)
Penyuluhan P3 NAPZA* di Sekolah 100 525 131 118 90,07 90,07
Penyuluhan HIV/AIDS* di Sekolah 100 525 131 96 73,28 73,28
Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kesehatan
86 96 88 84 94,31 392,95
Klien yang mendapatkan penanganan HIV/AIDS
75 20 5 2 40 53,3
Kasus infeksi menular seksual yang diobati 75 20 5 4 80 106,67
Tabel 3.17 menunjukkan 5 indikator kegiatan promosi kesehatan di
Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur. Dua diantaranya memiliki angka
pencapaian yang melebihi target, yaitu indikator penyuluhan NAPZA dan
HIV/AIDS (392,95%) dan kasus infeksi menular seksual yang diobati
(106,67%). Tiga indikator lainnya memiliki angka pencapaian yang masih
kurang dari target, dengan pencapaian terendah adalah indikator klien yang
mendapatkan penanganan HIV/AIDS, yaitu 53,3%.
52
53
BAB IV
METODE DIAGNOSTIK KOMUNITAS
4.1 Rancangan Diagnostik Komunitas
Penelitian ini menggunakan mix method dimana penelitian dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif dengan mendeskripsikan dan menganalisa
data untuk memberikan gambaran objektif dari suatu program tertentu.
Rancangan penelitian yang digunakan berupa survei data untuk
menilai penyelenggaraan suatu program, kemudian hasil analisa data
tersebut dapat digunakan untuk rencana perbaikan program bagi kesehatan
masyarakat.
4.2 Metode Diagnostik
4.2.1 Jenis Data
Jenis data pada evaluasi program ini adalah menggunakan data
kualitatif dan data kuantitatif.
1. Data Kualitatif
Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan pasangan usia subur
yang belum mengikuti program KB dan hasil wawancara dengan
pemegang program KB
2. Data Kuantitatif
Data ini diperoleh dari data pelaporan cakupan KB di Puskesmas
Kelurahan Cilandak Timur.
54
4.2.2 Sumber Data
Sumber data berasal dari dokumen-dokumen program KB,
wawancara kepada koordinator pemegang program KB dari Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu dan Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur, serta
warga Kelurahan Cilandak Timur baik yang berkunjung ke poli KIA, KB,
atau dari kunjungan rumah.
4.2.3 Indikator Kesehatan
Menurut World Health Organization (WHO) yang mengeluarkan
World Health Statistic, kesehatan penduduk dilihat dari indikator-indikator
kesehatan. Indikator tersebut mewakili status kesehatan komunitas secara
umum; ketersediaaan dan kualitas dari data; reabilitas dan komparabilitas
dari perkiraan hasil. Indikator tersebut berada dalam area-area:
1 Cakupan pelayanan kesehatan
2 Tenaga kesehatan, infrastruktur, dan obat-obatan
3 Biaya kesehatan
4 Penyamarataan dalam tingkat kesehatan
5 Statistik demografi dan sosial ekonomi
6 Sistem informasi kesehatan dan ketersediaan data.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka cakupan penemuan pasien
yang mengikuti program KB memenuhi semua aspek indikator kesehatan
menurut World Health Statistic WHO yang harus diperhatikan.
55
4.3 Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Kelurahan
Cilandak Timur, kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan dengan data
yang digunakan dari bulan April 2015 sampai dengan Juni 2015.
4.4 Sampel Diagnostik Komunitas
Sampel yang digunakan pada evaluasi program rencana peningkatan
cakupan KB PUS 4T memiliki kriteria inklusi sebagai berikut :
1. Pasangan usia subur yang belum mengikuti program KB
2. Pasangan usia subur dengan kriteria 4T.
3. Terdaftar sebagai penduduk Kelurahan Cilandak Timur.
Adapun kriteria eksklusi pada evaluasi ini sebagai berikut :
1. Pasangan usia subur yang belum ber-KB namun tidak bersedia
diwawancara.
2. PUS 4T yang tidak bersedia untuk diwawancara.
4.5 Analisis Komunitas
Berdasarkan data yang didapatkan dari pelaporan tahunan yang ada di
Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur diketahui bahwa cakupan program KB
selama 3 bulan belum memenuhi sasaran yang telah ditetapkan.
Masalah belum tercapainya target cakupan KB di Puskesmas
Kelurahan Cilandak Timur perlu disusun alternatif pemecahan masalah
56
dengan mencari tahu penyebab utama dari masalah tersebut. Menurut keragka
teori faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan program KB
adalah:
a. Keinginin pasanga usia subur untuk memiliki anak lebih dari 2.
b. Ketakutan ibu usia subur akan cara pemasangan dan efek samping dari
KB.
c. Ketidaktahuan atau kurangnya informasi yang dimiliki para Pasangan
Usia Subur di wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur.
d. Tenaga kesehatan: Kinerja tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan KB, memberikan penyuluhan untuk memperluas informasi
para calon pengguna KB, dan peran aktif kader.
e. Kader: Kinerja dan motivasi kader.
57
BAB V
ANALISIS MASALAH
Hasil cakupan Standar Pelayanan Minimal (SPM) kegiatan KB di
Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur pada bulan April sampai dengan Juni 2015
menunjukkan beberapa indikator yang masih bermasalah dan perlu diupayakan
pemecahannya dengan menggunakan kerangka pemikiran pendekatan sistem
sebagai berikut :
1. Input:
a. Man: - pemegang program
- dokter umum
- bidan
- kader
- pasangan usia subur 4T yang belum mengikuti kegiatan KB
b. Money : Biaya operasional kesehatan
c. Material : - puskesmas
- alat-alat yang dibutuhkan untuk pemasangan kontrasepsi
- media promosi kegiatan KB, seperti brosur, leaflet, dll
d. Machine: transportasi untuk memudahkan kegiatan KB
e. Method: - skrining pasangan usia subur dengan kriteria 4T
- penyuluhan tentang kegiatan KB
- pemasangan alat kontrasepsi
58
2. Proses
a. Proses 1 (P1): - pembentukan tim penanggung jawab program KB oleh
kepala puskesmas
- Membuat perencanaan tingkat puskesmas untuk kegiatan KB
- Pengumpulan data umum dan data pencapaian target program KB
- Penetuan prioritas masalah dalam kegiatan KB
- Perencanaan usulan kegiatan program KB
- Rencana pelaksanaan kegiatan program KB yang disusun untuk 1 tahun
b. Proses 2 (P2): - pengorganisasian staf pelaksana program KB
- Melaksanakan kerjasama dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pelaksanaan program KB, misal kader, ketua RT
setempat, dll
- Melaksanakan kerja sama sektorial dengan pemegang program KB di
Kecamatan dan dengan puskesmas lainnya
- Pengarahan oleh kepala puskesmas tentang pelaksanaan kegiatan KB
- Pelaksanaan program kegiatan KB dengan sasaran masyarakat
3. Proses 3 (P3): - pengawasan internal dari kepala puskesmas terhadap staf
pelaksana kegiatan KB
- Penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan KB dan hasil yang dicapai
dalam kurun waktu tertentu
- Pembuatan laporan hasil kegiatan KB dan sumber daya yang digunakan
59
4. Lingkungan: kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang
resiko dari 4T dan program KB
Pendekatan sistem ini kemudian akan dianalisis dengan menggunakan
sistem fish bone analysis.
5.1 Alur Pemecahan Masalah
Adapun kerangka pemikiran pendekatan sistem dapat diselesaikan
dengan menggunakan algoritma problem solving cycle di bawah ini:
Gambar 5.1 Siklus Pemecahan Masalah
60
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
1. Identifikasi Masalah
2. Penentuan proritas masalah8.Monitoring dan evaluasi
3. Penentuan penyebab masalah
7. Penentuan rencana penerapan
Siklus pemecahan masalah adalah seperti berikut :
1. Identifikasi/ Inventarisasi masalah
Pengumpulan seluruh data kegiatan wajib Puskesmas Kelurahan
Cilandak Timur dari masing-masing pemegang program, kemudian data-data
tersebut dinilai menggunakan format SPM untuk dibandingkan hasil kegiatan
program dengan sasaran dan target yang telah ditentukan.
2. Penentuan prioritas masalah
Setelah dibandingkan hasil kegiatan program puskesmas dengan
sasaran dan target yang telah ditentukan, didapatkan 41 masalah yang
pencapaiannya kurang atau lebih dari 100%, kemudian dilakukan penentuan
prioritas masalah menggunakan metode Hanlon kuantitatif. Masalah yang
menjadi prioritas di Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur adalah Program
PUS 4T berKB dengan target 78%, sedangkan pencapaiannya hanya 27.89%.
3. Penentuan penyebab masalah
Analisis penyebab masalah terdiri dari input, proses dan output yang
masing-masing telah dijelaskan diatas. Analisis dilakukan dengan sistem fish
bone.
1. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Setelah dilakukan analisis penyebab masalah, maka akan direncanakan
beberapa alternatif pemecahan masalah, seperti pendekatan ke masyarakat
untuk menggalakan program KB dan alternatif lainnya.
2. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan
pemilihan prioritas pemecahan yang terpilih. Apabila ditemukan beberapa
61
alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan pemecahan
terbaik, dengan menggunakan rumus M x I x I/C.
3. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan
of Action atau Rencana Kegiatan).
4. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan
menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat
dipecahkan.
5.2 Kerangka Pikir Masalah
Masalah yang didapatkan di Puskesmas Cilandak Timur adalah
Pasangan Usia Subur dengan Kriteria 4T yang mengikuti kegiatan KB dengan
pencapaian 27.89% pada bulan April 2015 – Juni 2015 dari target yang sudah
ditentukan yaitu 78%. Hasil cakupan kegiatan tersebut merupakan masalah
yang perlu dicari pemecahannya.
Untuk memecahkan masalah tersebut digunakan kerangka pendekatan
sistem yang terdiri dari input, proses, output dan lingkungan yang
mempengaruhi input dan proses. Input terdiri dari Man (Pemegang program,
Dokter, Bidan, Kader, Pasangan Usia Subur dengan Kriteria 4T), Money
(Biaya operasional kesehatan), Material (Puskesmas, Posyandu, Alat-alat
kontrasepsi), Method (Peningkatan pengetahuan dan kesadaran mengenai
pentingnya kontrasepsi, menyediakan fasilitas pelayanan KB), Machine
(Media promosi dalam penyuluhan, Transportasi untuk memudahkan
kegiatan KB). Untuk proses terdiri dari P1 (Pembentukan staf untuk
menjalankan kegiatan KB, perencanaan kegiatan program KB), P2
62
(Terlaksananya penyuluhan sesuai jadwal, Pelaksanaan pelayanan KB kepada
masyarakat), P3 (Pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan yang telah
dilakukan). Adapun faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap input dan
proses yaitu kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya mengikuti program KB.
Setelah ditentukan penyebab masalah, maka selanjutnya menentukan
alternatif pemecahan masalah dan menentukan prioritas pemecahan masalah
yang terbaik dengan rumus M x I x V/C. Kemudian membuat rencana
penerapan pemecahan masalah yang dibuat dalam bentuk POA (plan of
action). Kegiatan tersebut dipantau apakah penerapannya sudah baik dan
apakah masalah tersebut sudah dapat dipecahkan.
5.3 Cakupan Program Puskesmas Yang Bermasalah
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis data Standar
Pelayanan Minimal Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur bulan April
sampai dengan Juni 2015, program KIA, KB merupakan program yang
sebagian komponennya belum mencapai hasil yang ditargetkan. Komponen -
komponen program tersebut yaitu:
Tabel 5.1 Hasil Kegiatan Puskesmas yang Bermasalah
No ProgramPencapaian
(< 100%)
1. Cakupan kunjungan bumil k1 91
2. Cakupan kunjungan bumil k4 73,64
3. Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 9,6
4 Pertolongan persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan 93,8
5. CPR (KB Aktif) 77,69
6. Kunjungan nifas 73,5
7. Cakupan Kn1 (lahir - 48 jam) 68,65
63
8. Cakupan KN 96,08
9. Cakupan PKN 75
10. Cakupan kunjungan balita sakit 89,08
Dari data diatas, Kami mengambil komponen indikator yang paling lengkap dan
menjadi pokok masalah di Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur pada Bulan
April – Juni 2015, yaitu Keluarga Berencana (KB).
Indikator Target (%)
Sasaran tahunan
Sasaran 3 bulan
Cakupan Pencapaian (%)Kegiatan Persen
(%)
KB Baru 88 1111 277,75 155 55,75 63,35
KB Aktif 85 3004 751 496 66,04 77,69
PUS 4T berKB
78 1046 261,5 57 21,75 27,89
Tabel 5.2 Hasil kegiatan program KB yang bermasalah
5.4 Teknik Prioritas Masalah
Dari tabel diatas didapatkan 3 masalah pada Standar Pelayanan Minimal
KB Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur bulan April – Juni 2015. Untuk
menentukan prioritas masalah, perlu dilakukan dengan metode Hanlon
Kuantitatif.
I. Metode Hanlon Kuantitatif
Merupakan metode yang mudah dipakai untuk menentukan prioritas masalah,
dengan rumus :
(A + B) x C x D
Kriteria A : Besar Masalah
64
Langkah 1: Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih
persentase pencapaian dengan target.
Tabel 5.3 Program-Program yang Belum Mencapai Target
No ProgramPencapaian
(< 100%)
Besarnya masalah
(100% - % pencapaian)
1. KB baru 63,35 36,652. KB aktif 77,69 22,313. PUS 4T yang menggunakan KB 27,89 72,11
Langkah 2 : Menentukan kelas dengan menggunakan rumus Sturgess
k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
n = jumlah masalah
k = jumlah kelas
dalam contoh masukkan ke rumus : k = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 3
= 1 + 3,3 x = 1 + 1,65 = 2,65 3
Langkah 3 : Menentukan interval dengan menghitung selisih persentase masalah
terbesar dengan masalah terkecil kemudian dibagi dengan nilai kelas.
Nilai besar masalah : terbesar = 72,11
terkecil = 22,31
Interval : nilai terbesar – nilai terkecil
65
k
: 72,11 – 22,3116,6
3
Tabel 5.4 Pembagian Interval Kelas
Kolom/Kelas Skala interval Nilai
Skala 1
Skala 2
Skala 3
Skala 4
22,31 – 38,91
39,92 – 55,52
55,53 – 72,13
72,14 – 88,74
1
2
3
4
Langkah 4 : Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya
Tabel 5.5 Nilai Masalah Sesuai Kelas
Masalah
Besarnya masalah terhadap presentase pencapaian Nilai
22,31 – 38,91
(1)
39,92 – 55,52
(2)
55,53 – 72,13
(3)
72,14 – 88,74
(4)
KB baru X 1
KB aktif X 1
PUS 4T berKB X 3
Kriteria B : Kegawatan Masalah
66
Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan kegawatan, tingkat urgensi, dan
kecenderungan penyebaran dengan sistem skoring dengan skor 1- 5.
Tabel 5.6 Daftar Masalah Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur
Berdasarkan Kriteria B
Masalah Kegawatan Tingkat urgensi
Tingkat Penyebaran Nilai
KB baru 4,0 4,85 2,9 11,75
KB aktif 4,25 3,6 3,0 10,85
PUS 4T yang berKB 4,8 4,9 2,2 11,9
Kriteria C : Kemudahan dalam penanggulangan
Kemudahan dalam penanggulangan masalah diukur menggunakan sistem skoring
dengan nilai 1–5.
Tabel 5.7 Daftar Masalah Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur
Berdasarkan Kriteria C
No Program Penanggulangan
1. KB baru 4
2. KB aktif 4
3. PUS 4T yang berKB 4
Kriteria D: PEARL
67
Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat
atau tidaknya suatu program dilaksanakan dengan skor nilai 1 bila jawaban ya dan
0 jika tidak.
Tabel 5.8 Daftar Masalah Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur
Berdasarkan Kriteria D
Masalah Propriate Economic Acceptability Resources Legality Hasil
kali
KB baru 1 1 1 1 1 1
KB aktif 1 1 1 1 1 1
PUS 4T yang berKB 1 1 1 1 1 1
I. Penilaian Prioritas Masalah
Setelah didapatkan nilai dari kriteria A, B, C, dan D, hasil tersebut dimasukkan
dalam formula Nilai Prioritas Dasar (NPD) serta Nilai Prioritas Total (NPT) untuk
menentukan prioritas masalah yang dihadapi:
NPD = (A + B) x C
NPT = (A + B) x C x D
Tabel 5.9 Urutan Prioritas Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif
68
No Program A B C D NPD NPTPeringkat
Masalah
1. KB baru 1 11,75 4 1 51 51 II
2. KB aktif 1 10,85 4 1 47,4 47,4 III
3. PUS 4T berKB 3 11,9 4 1 59,6 59,6 I
5.5 Urutan Prioritas Masalah
1. PUS 4T berKB
2. KB baru
3. KB aktif
BAB VI
69
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1 Analisis Penyebab Masalah
Terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan kesenjangan
antara target yang ditetapkan dengan hasil yang dicapai. Untuk
memudahkan menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat
digunakan diagram fishbone yang berdasarkan pada kerangka pendekatan
sistem meliputi input, proses, output, outcome dan environtment sehingga
dapat ditemukan hal-hal yang dapat menyebabkan munculnya suatu
masalah.
Tabel 6.1 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan PUS 4T Yang
Mengikuti Program KB dari Faktor Input
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN
(Tenaga Kerja)
Tersedianya tenaga kesehatan di Puskesmas (dokter umum, bidan dan perawat)
Tersedianya penanggung jawab setiap program
Tersedianya petugas yang membuat pencatatan
Terdapat kader di setiap wilayah RW
Bidan yang memegang program KB juga bertanggung jawab dengan program lain
Belum adanya regenerasi kader
Kurangnya pelaporan dan informasi kader mengenai PUS 4T
MONEY
(Pembiayaan)
Tersedianya dana operasional kesehatan
-
METHOD
(Metode)
Tersedianya SOP untuk pelayanan KB
Terdapat pencatatan PUS 4T yang berkunjung ke
Kegiatan penyuluhan untuk PUS 4T mengenai pentingnya KB tidak dilaksanakan secara rutin
Kurangnya konseling
70
Puskesmas terhadap PUS 4T mengenai penting nya KB
Tidak adanya kunjungan ke rumah PUS 4T
MACHINE (Peralatan)
Tersedianya formulir dan buku laporan kunjungan PUS 4T
Belum ada sarana untuk promosi kesehatan dan penyuluhan KB
Tabel 6.2 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan PUS 4T yang
Mengikuti Program KB Ditinjau dari Faktor Proses dan Lingkungan
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
P1
(Perencanaan)
Tersedianya jadwal pelayanan KB di Puskesmas
Tidak adanya jadwal yang tertulis untuk penyuluhan KB
P2
(Penggerakan & Pelaksanaan)
Terlaksananya intervensi dalam praktik pelayanan KB
Pelaksanaan program KB pada PUS 4T di masyarakat tidak berjalan dengan baik
Cara penyampaian informasi tidak didukung dengan media yang menarik.
P3
(Penilaian, Pengawasan
Pengendalian)
Terdapat sistem pencatatan dan pelaporan tentang cakupan PUS 4T BerKB
Terdapat penilaian terhadap semua program setiap bulannya
Kurangnya pemantauan dan evaluasi terhadap penyuluhan yang telah dilaksanakan
Lingkungan Puskesmas yang dapat dijangkau oleh masyarakat
Adanya JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)
Antrian pelayanan KB di Puskesmas yang panjang
Kurangnya kesadaran PUS 4T untuk berKB
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
Terdapatnya kader KB di lingkungan PUS 4T
PUS 4T tidak datang untuk melakukan KB
71
Terdapatnya dukungan dari suami dan keluarga ibu PUS 4T untuk melakukan KB
PUS 4T tidak mendengar nasihat bidan untuk melakukan KB
72
Gambar 6.1 Diagram Fishbone
73
INPUT
P3
P2
Kegiatan penyuluhan KB untuk PUS 4T tidak dilaksanakan
secara rutin
MATERIAL
Tidak ada ruangan khusus pemeriksaan
pelayanan KB
METHOD
Bidan yang memegang program KB juga memegang program lain
Belum adanya regenerasi kader Kurangnya pelaporan dan informasi
kader mengenai PUS 4T
MAN
MACHINE
Belum ada sarana untuk promosi kesehatan dan
penyuluhan KB
MONEY
Antrian pelayanan KB di puskesmas yang panjang
PUS 4T tidak mematuhi nasihat yang diberikan bidan
LINGKUNGAN
Kurangnya pemantauan dan evaluasi terhadap penyuluhan yang telah
dilakukanKegiatan penyuluhan untuk PUS 4T tidak dilaksanakan
secara rutin
P1
Tidak tersedianya jadwal tertulis untuk penyuluhan
PROSES
Rendahnya Cakupan PUS
4T BerKB 27,89 % dari 78
%
Rekapitulasi analisa penyebab masalah :
1. Bidan yang memegang program KB juga juga memegang program lain
2. Belum adanya regenerasi kader
3. Kurangnya pelaporan dan informasi kader mengenai PUS 4T
4. Kegiatan penyuluhan untuk PUS 4T mengenai pentingnya KB tidak
dilaksanakan secara rutin
5. Kurangnya konseling terhadap PUS 4T mengenai pentingnya KB
6. Tidak adanya kunjungan ke rumah PUS 4T oleh bidan
7. Belum ada sarana untuk promosi kesehatan dan penyuluhan KB
8. Tidak adanya jadwal yang tertulis untuk penyuluhan KB
9. Pelaksanaan upaya KB pada PUS 4T di masyarakat tidak berjalan dengan
baik
10. Tidak tersedianya ruangan khusus untuk pelayanan KB
11. Cara penyampaian informasi tidak didukung dengan media yang menarik
12. Kurangnya pemantauan dan evaluasi terhadap penyuluhan yang telah
dilaksanakan
13. Antrian pelayanan KB di Puskesmas yang panjang
14. PUS 4T tidak mematuhi nasehat yang diberikan bidan
6.2 Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah
1. Bidan yang memegang program KB juga juga memegang program lain
2. Belum adanya regenerasi kader
3. Kegiatan penyuluhan untuk PUS 4T mengenai pentingnya KB tidak
dilaksanakan secara rutin
4. Tidak tersedianya ruangan khusus untuk pelayanan KB
74
5. Tidak adanya jadwal yang tertulis untuk penyuluhan KB
6. Kurangnya pemantauan dan evaluasi terhadap penyuluhan yang telah
dilaksanakan
7. Antrian pelayanan KB di Puskesmas yang panjang
8. PUS 4T tidak mematuhi nasehat yang diberikan bidan
6.3 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah diperoleh daftar masalah, maka langkah selanjutnya ialah
menyusun alternatif pemecahan penyebab masalah. Alternatif pemecahan masalah
tersebut di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6.3 Alternatif Pemecahan Masalah
No Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Bidan yang memegang program KB juga juga memegang program lain
a) Mengajukan ke puskesmas kecamatan untuk menambah tenaga dan fasilitas kesehatan di puskesmas kelurahan
2. Belum adanya regenerasi kader b) Mengadakan pembinaan dari dokter Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur kepada tenaga kerja tambahan dan kader untuk melaksanakan penyuluhan KB
3. Kegiatan penyuluhan untuk PUS 4T mengenai pentingnya KB tidak dilaksanakan secara rutin
c) Mengadakan pembinaan dari dokter Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur kepada tenaga kerja tambahan dan kader untuk melaksanakan penyuluhan KB
4. Tidak tersedianya ruangan khusus untuk pelayanan KB
d) Mengajukan ke puskesmas kecamatan untuk menambah tenaga dan fasilitas kesehatan di puskesmas kelurahan
5. Tidak adanya jadwal yang tertulis untuk penyuluhan KB
e) Membuat media promosi yang menarik seperti brosur dan leaflet dan dibagikan kepada PUS 4T serta memberikan penyuluhan mengenai KB
6. Kurangnya pemantauan dan evaluasi terhadap penyuluhan yang
f) Mengadakan pembinaan dari dokter Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur kepada
75
telah dilaksanakan tenaga kerja tambahan dan kader untuk melaksanakan penyuluhan KB
7. Antrian pelayanan KB di Puskesmas yang panjang
g) Pemberdayaan dokter muda atau petugas kesehatan lainnya untuk membantu dalam pelayanan KB
8. PUS 4T tidak mematuhi nasehat yang diberikan bidan
h) Membuat media promosi yang menarik seperti brosur dan leaflet dan dibagikan kepada PUS 4T serta memberikan penyuluhan mengenai KB
76
Bidan yang memegang program KB juga juga
memegang program lain
Gambar 6.2 Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
6.4 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks
77
Belum adanya regenerasi kader
Kegiatan penyuluhan untuk PUS 4T mengenai
pentingnya KB tidak dilaksanakan secara rutin
Tidak tersedianya ruangan khusus untuk pelayanan KB
Tidak adanya jadwal yang tertulis untuk penyuluhan KB
Kurangnya pemantauan dan evaluasi terhadap penyuluhan
yang telah dilaksanakan
Antrian pelayanan KB di Puskesmas yang panjang
PUS 4T tidak mematuhi nasehat yang diberikan bidan
Mengajukan ke puskesmas kecamatan untuk menambah tenaga dan fasilitas kesehatan
di puskesmas kelurahan
Membuat media promosi yang menarik seperti brosur
dan leaflet dan dibagikan kepada PUS 4T serta
memberikan penyuluhan mengenai KB
Mengadakan pembinaan dari dokter Puskesmas Kelurahan
Cilandak Timur kepada tenaga kerja tambahan dan kader untuk melaksanakan
penyuluhan KB
Pemberdayaan dokter muda atau petugas kesehatan
lainnya untuk membantu dalam pelayanan KB
Setelah menentukan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Dalam
menentukan prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan
dengan menggunakan kriteria matriks dengan rumus M x I x V/ C.
Masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai berdasar kriteria:
1. Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan
Dengan nilai 1-5 dimana semakin mudah masalah yang dapat
diselesaikan maka nilainya mendekati angka 5.
2. Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk
diselesaikan maka nilainya mendekati angka 5.
3. Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian
masalah maka nilainya mendekati angka 5.
4. Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan
Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan
nilainya mendekati angka 1.
Tabel 6.4 Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
78
Penyelesaian
Masalah
Nilai Kriteria Hasil akhirUrutan
M I V C (M x I x V) / C
1. Mengajukan ke puskesmas kecamatan untuk menambah tenaga dan fasilitas kesehatan di puskesmas kelurahan
3 4 3 5 7,2 IV
2. Pemberdayaan dokter muda atau petugas kesehatan lainnya untuk membantu dalam pelayanan KB
4 4 3 3 16 II
3. Mengadakan pembinaan dari dokter Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur kepada tenaga kerja tambahan dan kader untuk melaksanakan penyuluhan KB
3 4 3 3 12 III
4. Membuat media promosi yang menarik seperti brosur dan leaflet dan dibagikan kepada PUS 4T serta memberikan penyuluhan mengenai KB
3 3 3 1 27 I
Dari tabel 6.5 maka didapatkan urutan prioritas alternatif
pemecahan masalah cakupan PUS 4T BerKB berikut:
1. Membuat media promosi yang menarik seperti brosur dan leaflet dan
dibagikan kepada PUS 4T serta memberikan penyuluhan mengenai
kehamilan.
79
2. Mengadakan pembinaan dari dokter Puskesmas Kelurahan Cilandak
Timur kepada tenaga kerja tambahan dan kader yang membantu
pelaksanaan pelayanan KB.
3. Pemberdayaan dokter muda atau petugas kesehatan lainnya untuk
membantu dalam pelayanan KB.
4. Mengajukan ke puskesmas kecamatan untuk menambah tenaga dan
fasilitas kesehatan di puskesmas kelurahan.
6.5 Rencana Kegiatan (Plan of Action)
Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pemecahan masalah
menggunakan metode matriks didapatkan hasil prioritas pemecahan
masalah berupa membuat media promosi yang menarik seperti brosur dan
leaflet dan dibagikan PUS 4T serta memberikan penyuluhan mengenai
KB. Tujuan dari rencana kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan
serta kesadaran PUS 4T mengenai pentingnya pelayanan KB, dengan
sasaran kegiatan adalah PUS 4T yang bertempat di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur. Adapun metode yang digunakan
dalam pelaksanakan rencana kegiatan ini berupa penyuluhan langsung
kepada PUS 4T sambil memberikan leaflet. Kriteria keberhasilan dari
rencana kegiatan ini berupa telah terlaksananya pembuatan leaflet dan
disebarkan ke PUS 4T, melakukan penyuluhan yang terlaksana sesuai
jadwal, adanya pemantauan serta evaluasi hasil penyuluhan serta PUS 4T
dapat memahami materi penyuluhan dan dapat menerapkannya.
80
Tabel 6.5 Plan of Action
No.
Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pena-nggung Jawab
Pelaksa-na
Waktu Dana Metode Kriteria Keberhasilan
1 Membuat kegiatan promosi kesehatan dengan cara memberi penyuluhan dengan menggunakan lembar balik yang telah tersedia di puskesmas dan melakukan dialog interaktif dengan para responden.
Meningkatkan pengetahuan serta kesadaran kepada PUS 4T mengenai pentingnya pelayanan KB.
PUS 4T Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur
Kepala Puskes-mas
Koordinator KB, Bidan, Dokter muda dan Kader
Septe-mber 2015
Dana swa-daya
Metode penyuluhan langsung. Para petugas penyuluhan langsung terjun dan bertatap muka dengan sasaranMetode yang disampaikan diterima sasaran dengan didengar (penyuluhan) dan dilihat (brosur/ leaflet)
Indikator:- Pembuatan leafet yang akan diberikan kepada PUS 4T- Memberikan penyuluhan kepada PUS 4T- Terlaksananya penyuluhan sesuai jadwal- Adanya pemantauan dan evaluasi hasil penyuluhan- PUS 4T dapat memahami materi penyuluhan dan dapat menerapkannya
81
NoKEGIATAN
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Junl Aug Sept Okt