7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
1/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 1
BAB I
Pendahuluan
1.1Latar BelakangPenggunaan antibiotik di dunia dan Indonesia semakin hari semakin banyak
seiiring dengan bertambahnya penyakit infeksi di Indonesia dan berbagai tempat di
belahan dunia. Penyakit infeksi tetap menempati peringkat pertama dalam angka
morbiditas dan mortalitas.Pemakaian antibiotik menjadi lini pertama dalam terapi
penyakit infeksi, disamping terapi simtomatik dan suportif lainnya. Apabila
pemakaiaannya kurang bijak dan rasional, maka dikhawatirkan resistensi terhadap
antibiotik akan bertambah tinggi, terjadinya collateral damage dan efek samping
yang tidak diinginkan, alhasil infeksi akan semakin sulit diberantas. Situasi
penggunaan antibiotik di rumah sakit pada umumnya adalah peresepan antibiotik
generasi baru yang boleh diresepkan oleh semua dokter. Semua antibiotik boleh
digunakan tanpa batasan yang jelas, tidak adanya protokol terkini yang mengatur
penggunaannya, ditambah lagi dengan tidak tepat indikasi, kurang memperhatikan
kontra indikasi dan efek samping. Hal- hal ini akan meningkatkan angka resistensi
kuman terhadap antibiotik yang berujung pada meningkatnya morbiditas dan
mortalitas penderita.( Pohan, 2009)
Menurut Center for Disease Control and Prevention sekitar 150 juta resep
antibiotika ditulis di Amerika Serikat dalam setahun. Hal ini berarti bahwa sekitar 50
juta pounds antibiotika digunakan di Amerika Serikat setahun, diantaranya 22 sampai
25 juta dolar untuk peternakan dan pertanian. Hasil penelitian Gonzales menunjukan
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
2/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 2
bahwa 30% resep antibiotika diperuntukan infeksi saluran nafas, lebih dari
separuhnya mungkin viral, yang tidak memerlukan antibiotika(Sensakovie &
Smith,2000)
Rumah sakit merupakan tempat dimana penggunaan antibiotika paling banyak
ditemukan. Dinegara yang sudah maju 13-37% dari seluruh pasien yang dirawat
dirumah sakit mendapatkan antibiotik baik secara tunggal maupun kombinasi,
sedangkan di 2akart berkembang 30-80% pasien yang dirawat di rumah sakit
mendapatkan antibiotika. Penggunaan antibiotik secara tidak rasional sangat banyak
dijumpai baik di 2akart maju maupun 2akart berkembang.
(http://www.tempo.co.id/medika/arsip/092002/keg-2.htm)
Beberapa alasan mengapa antibiotik harus digunakan secara rasional yaitu
pertama untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit infeksi, oleh karena itu harus
dipilih antibiotika yang paling tepat dengan dosis akurat, cara dan lama pemberian
yang sesuai, dan memberikan resiko efek samping seminimal mungkin. Kedua adalah
untuk meminimalkan resiko terjadinya resistensi bakteri, dan ketiga untuk menjamin
terciptanya pelayanan kesehatan yang baik dengan biaya yang terjangkau. Dampak
negative dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah munculnya dan
berkembangnya kuman-kuman kebal antibiotika, perawatan penderita lebih lama,
biaya pengobatan menjadi lebih mahal, dan akhirnya dapat menurunkan kualitas
pelayanan kesehatan. ( lokakarya nasional I,2005)
Karena kurang tepatnya pemberian antibiotik menimbulkan efek samping yang
sering terjadi yaitu gangguan beberapa organ tubuh. Apalagi bila diberikan kepada
bayi dan anak-anak, karena tubuh dan fungsi organ pada bayi dan anak-anak masih
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/092002/keg-2.htmhttp://www.tempo.co.id/medika/arsip/092002/keg-2.htm7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
3/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 3
belum tumbuh sempurna. Apalagi anak beresiko paling sering mendapatkan
antibiotika, karena lebih sering sakit akibat daya tahan tubuh lebih rentan.
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati merupakan unit pelayanan kesehatan yang
juga melayani masalah kesehatan pada anak. Banyaknya pasien anak yang mengalami
infeksi sehingga diberikan antibiotik sebagai salah satu cara penggobatan yang
dilakukan. Pemberian antibiotik pada anak sangat bervariasi mulai dari jenis
antibiotik sampai bentuk sediaan yang digunakan. Periode pengambilan data
dilakukan selama setahun yaitu tahun 2010 dikarenakan untuk mendapatkan data
yang lebih valid dan sebagai sampel data diharapkan memenuhi criteria untuk
dijadikan sebagai sample penelitian.
Latar belakang diatas mendorong minat penulis untuk mengetahui tentang profil
peresepan antibiotik yang berasal dari poliklinik anak di Depo Rawat Jalan Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010.
1.2Rumusan MasalahDari latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah bagaimana profil
peresepan antibiotik yang berasal dari poliklinik anak di Depo Rawat Jalan Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010.
1.3Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui profil peresepan antibiotik yang berasal dari poliklinik anak di Depo
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010.
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
4/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 4
1.3.2 Tujuan KhususTujuan khusus dari penelitian ini ingin mengetahui jumlah dan persentase :
1.Golongan antibiotik yang paling banyak digunakan
2. Sepuluh besar jenis antibiotik berdasarkan zat aktif.3. Peresepan antibiotik berdasarkan bentuk sediaan4. Sepuluh besar jumlah obat lain yang sering dikombinasikan bersama dengan
antibiotik.
1.4Manfaat Penelitian1.4.1 Manfaat bagi penulis
Mengetahui tentang profil peresepan antibiotik yang berasal dari poliklinik anak
di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010.
1.4.2 Manfaat bagi akademikSebagai bahan referensi mengenai profil peresepan antibiotik yang berasal dari
poliklinik anak di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun
2010 dan sebagai referensi Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.
1.4.3 Manfaat bagi RSUP FatmawatiSebagai tambahan informasi dan bahan masukan mengenai profil peresepan
antibiotik yang berasal dari poliklinik anak di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati tahun 2010.
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
5/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 5
1.4.4 Manfaat bagi Instalasi Farmasi RSUP FatmawatiSebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pengadaan obat pada
periode selanjutnya.
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
6/46
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
7/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 7
b. Antibiotik broad-spectrum (spektrum luas) bekerja terhadap lebih banyakkuman baik gram-positif maupun gram-negatif antara lain sulfonamida, ampisilin,
sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin dan rifampisin (Tjay & Rahardja, 2007).
2.2.2 Berdasarkan daya kerjaa. Zat-zat bakterisid, yang pada dosis biasa berkhasiat mematikan kuman. Obat-
obat ini dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu :
a) Zat-zat yang bekerja terhadap fase tumbuh misalnya penisilin,sefalosporin, polipeptida, rifampisin dan kuinolon-kuinolon.
b) Zat-zat yang bekerja terhadap fase istirahat misalnya aminoglikosid,nitrofurantoin, INH, kotrimoksazol, dan polipeptida
b. Zat-zat bakteriostatik, yang pada dosis biasa terutama berkhasiatmenghentikan pertumbuhan dan perbanyakan kuman. Contohnya adalah
kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida dan linkomisin (Tjay & Rahardja, 2007).
2.3 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Mekanisme KerjaPemusnahan mikroba dengan antimikroba yang bersifat bakteriostatik masih
tergantung dari kesanggupan reaksi daya tahan tubuh hospes. Peranan lamanya
kontak antara mikroba dengan antimikroba dalam kadar efektif juga sangat me-
nentukan untuk mendapatkan efek.
a. Antibiotik yang menghambat metabolisme sel mikroba.Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik. Mikroba
membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan
mamalia yang mendapatkan asam folat dari luar, kuman patogen harus
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
8/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 8
mensintesis sendiri asam folat dari asam amino benzoat (PABA) untuk
kebutuhan hidupnya. Apabila sulfonamid atau sulfon menang bersaing dengan
PABA untuk diikutsertakan dalam pembentukan asam folat, maka terbentuk
analog asam folat yang nonfungsional. Akibatnya, kehidupan mikroba akan ter-
ganggu. Berdasarkan sifat kompetisi, efek sulfonamid dapat diatasi dengan
meningkatkan kadar PABA. Untuk dapat bekerja, dihidrofolat harus diubah
menjadi bentuk aktifnya yaitu asam tetrahidrofolat. Enzim dihidrofolat reduktase
yang berperanan di sini dihambat oleh trimetoprim,sehingga asam dihidrofolat
tidak dapat direduksi menjadi asam tetrahidrofolat yang fungsional. PAS
merupakan analog PABA, dan bekerja dengan menghambat sintesis asam folat
pada M. tuberculosis. Sulfonamid tidak efektif terhadapM. tuberculosis dan se-
baliknya PAS tidak efektif terhadap bakteri yang sensitif terhadap sulfonamid.
Perbedaan ini mungkin disebabkan perbedaan enzim untuk sintesis asam folat
yang bersifat sangat khusus bagi masing-masing jenis mikroba.
Contohnya adalah sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS) dan
sulfon.
b. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel mikroba.Dinding sel bakteri, terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu kompleks
polimer mukopeptida (glikopeptida). Sikloserin menghambat reaksi yang paling
dini dalam proses sintesis dinding sel; diikuti berturut-turut oleh basitrasin,
vankomisin dan diakhiri oleh penisilin dan sefalosporin, yang menghambat reaksi
terakhir (transpeptidasi) dalam rangkaian reaksi tersebut. Oleh karena tekanan
8akarta dalam sel kuman lebih tinggi daripada di luar sel maka kerusakan
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
9/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 9
dinding sel kuman akan menyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan dasar
efek bakterisidal pada kuman yang peka.
Contohnya adalah penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin dan sikloserin.
c. Antibiotik yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba.Polimiksin sebagai senyawa amonium-kuaterner dapat merusak membran sel
setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroba. Polimiksin
tidak efektif terhadap kuman Gram-positif karena jumlah jumlah fosfor bakteri ini
rendah. Kuman Gram-negatif yang menjadi resisten terhadap polimiksin ternyata
jumlah fosfornya menurun. Antibiotik polien bereaksi dengan struktur sterol yang
terdapat pada membran sel fungus sehingga mempengaruhi permeabilitas selektif
membran tersebut. Bakteri tidak sensitif terhadap antibiotik polien, karena tidak
memiliki struktur sterol pada membran selnya. Antiseptik yang mengubah tegang-
an permukaan (surface-active agents), dapat merusak permeabilitas selektif dari
membran sel mikroba. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya berbagai
komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat,
nukleotida dan lain-lain.
Contohnya adalah polimiksin dan golongan polien.
d. Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel mikroba.Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis
protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri,
ribosom terdiri atas dua sub unit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi di-
nyatakan sebagai ribosom 3OS dan 5OS. Untuk berfungsi pada sintesis protein,
kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
10/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 10
7OS. Penghambatan sintesis protein terjadi dengan berbagai cara. Streptomisin
berikatan dengan komponen ribosom 3OS dan menyebabkan kode pada mRNA
salah dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis protein. Akibatnya akan terbentuk
protein yang abnormal dan nonfungsional bagi sel mikroba. Antibiotik
aminoglikosid lainnya yaitu gentamisin, kanamisin, dan neomisin memiliki
mekanisme kerja yang sama, namun potensinya berbeda. Eritromisin berikatan
dengan ribosom 5OS dan menghambat translokasi kompleks tRNA-peptida dari
lokasi asam amino ke lokasi peptida. Akibatnya, rantai polipeptida tidak dapat
diperpanjang karena lokasi asam amino tidak dapat menerima kompleks tRNA-
asam amino yang baru. Linkomisin juga berikatan dengan ribosom 5OS dan
menghambat sintesis protein. Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 3OS dan
menghalangi masuknya kompleks tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.
Kloramfenikol berikatan dengan ribosom 5OS dan menghambat pengikatan asam
amino baru pada rantai polipeptida oleh enzim peptidil transferase.
Contohnya adalah golongan aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan
kloramfenikol.
e. Antibiotik yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba.Yang lainnya walaupun bersifat antimikroba, karena sifat sitotoksisitasnya,
pada umumnya hanya digunakan sebagai obat antikanker; tetapi beberapa obat
dalam kelompok terakhir ini dapat pula digunakan sebagai antivirus. Yang akan
dikemukakan di sini hanya kerja obat yang berguna sebagai antimikroba, yaitu
rifampisin dan golongan kuinolon. Rifampisin, salah satu derivat rifamisin, ber-
ikatan dengan enzim polimerase-RNA (pada sub unit) sehingga menghambat
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
11/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 11
sintesis RNA dan DNA oleh enzim tersebut. Golongan kuinolon menghambat
enzim DNA girase pada kuman yang fungsinya menata kromosom yang sangat
panjang menjadi bentuk spiral hingga bisa muat dalam sel kuman yang kecil.
Contohnya adalah rifampisin dan golongan kuinolon. (FKUI, 2007)
2.4 Antibiotik tersendiri yang paling banyak digunakan di RSUP Fatmawati1. Cefixime ( Cefilla, Cefspan, Cefarox )
Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel mikroba.
Indikasi : Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi, otitis media, faringitis,
tonsilitis, bronkitis akut dan kronik, demam tifoid.
Efek samping : Syok, reaksi hipersensitivitas, kelainan hematologi, peningkatan
hasil tes fungsi hati, gangguan GI, disfungsi ginjal, gangguan penafasan, sakit
kepala atau pusing( jarang).
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas terhadap cefixime
Perhatian : Hipersensitivitas terhadap penisilin, infeksi ginjal berat, gizi buruk,
hamil dan laktasi
Dosis : Anak 1,5-3 mg/kg BB 2 x/hr.
Infeksi lebih berat atau tak terkendali : 6 mg/kg BB 2 x/hr
Demam tifoid pada anak 10-15 mg/kg BB selama 2 minggu
2. INHMekanisme kerja : menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba.
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
12/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 12
Indikasi : Untuk semua bentuk tuberkulosis dengan kuman yang sensitif baik
untuk pecegahan maupun pengobatan
Efek samping : Neuropati perifer dan efek neurotoksik lain, mual, muntah, reaksi
pada hati dan hematologik, reaksi hipersensitivitas, reaksi metabolik dan
endokrin, sindrom reumatik
Kontra Indikasi : Hepatitis yang dipicu oleh obat atau penyakit hati akut karena
penyebab apapun. Epilepsi, insufiensi ginjal
Perhatian : Konsumsi alkohol setiap hari, DM, gangguan fungsi ginjal,
kecendrungan konvulsi, hamil dan laktasi
Dosis : Anak 10-20 mg/kg BB/hr sebagai dosis tunggal. Maks 300 mg/hr
3. RifampisinMekanisme kerja : menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba.
Indikasi : TBC
Efek samping : Gangguan GI, ruam kulit, leukopenia, anemia, hemolisis, pusing,
sakit kepala, demam, urtikaria, hematuria, kegagalan ginjal akut
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap rifampisin, penderita dengan ikterus
Perhatian : Alkoholisme, kerusakan fungsi hati, menyebabkan air seni, air mata
dan dahak berwarna kemerahan
Dosis : Anak 10-20 mg/kgBB/hari, tidak melebihi 600 mg
4. Cefadroxil ( Lapicef, Cefat )Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel mikroba.
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
13/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 13
Indikasi : Infeksi saluran nafas, kulit dan jaringan lunak, saluran GI dan infeksi
lain yang disebabkan oleh bakteri yang peka.
Efek samping : Kolitis pseudomembran, alergi, pruritus general, moniliasis
genital, vaginitis, neutropenia sedang dan sementara, peningkatan transaminase
serum.
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap sefalosporin
Perhatian : Hipersensitif terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, mendapat
terapi diuretik poten dan antibiotik nefrotoksik
Dosis : Anak 30 mg/kg BB/hr dalam 2 dosis terbagi tiap 12 jam
5. Amoxicillin ( Amoxan)Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel mikroba.
Indikasi : Infeksi saluran pernafasan, bronkitis kronis, infeksi saluran
pencernaan, infeksi saluran kencing, meningitis bakterial, infeksi telinga dan
uretritis.
Efek samping : Reaksi hipersensitif, gangguan GI
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap penisilin
Perhatian : Hipersensitifitas terhadap sefalosporin, kerusakan ginjal.
Dosis : Anak 20 mg/kg BB/hari terbagi tiap 8 jam
6. Eritromicin ( Erytrin, Eritanin, Erysanbe)Mekanisme kerja : menghambat sintesis protein sel mikroba.
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
14/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 14
Indikasi : Infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak, pneumonia,
gonore dan sifilis, difteri, intestinal amoebiasis, tetanus dan peradangan lain
disebabkan mikroorganisme
Efek samping : Gangguan GI, ototoksisitas
Kontra indikasi : Kepekaan terhadap eritromisin
Perhatian : Kerusakan fungsi hati
Dosis : Anak sampai 20 kg : 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam jumlah yang
sama tiap 6 jam
7. Sulfamethoksazol dan trimetroprim ( kontrimoksazol)Mekanisme kerja : Menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul
asam folat dan menghambat reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi
tetrahidrofolat.
Indikasi : Infeksi saluran pernafasan, saluran kemih dan ginjal, saluran
pencernaan dan jaringan kulit serta jaringan lunak, uretritis gonorkokal, disentri
basiler.
Efek samping : Ruam kulit, leukopenia, neutropenia, trombositopenia dan mual
Kontra indikasi : Penderita dengan kerusakan hati, payah ginjal yang berat,
sensitif terhadap trimetroprim dan sulfamethoxazole
Perhatian : Pada penderita gangguan ginjal dosis perlu dikurangi atau jarak
pemberian obat diperpanjang untuk mencegah kumulasi dalam darah, pengobatan
harus dihentikan jika terjadi ruam kulit
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
15/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 15
Dosis : Anak ( 6-12 tahun) : 80 mg trimetroprim+400 mg sulfamethoxazole 2x
sehari ( pagi dan sore hari)
Anak ( 6 bulan -5 tahun) : 40 mg trimetroprim+200 mg sulfamethoxazole
2x sehari ( pagi dan sore hari)
Bayi( 2-6 bulan) : 20 mg trimetroprim+100 mg sulfamethoxazole
8. Co- amoxiclav : Amoxicillin dan Asam klavulanat ( Klaneksy,Amoxiclav)
Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel mikroba.
Indikasi : Infeksi saluran nafas atas dan bawah, saluran urogenital, kulit dan
jaringan lunak, tulang dan sendi, peritonitis dan infeksi setelah operasi,
pembedahan besar
Efek samping : Reaksi hipersensitifitas dab gangguan GI
Kontra indikasi : Hipersensitif
Perhatian : Bayi yang lahir dari ibu yang alergi terhadap penisilin, superinfeksi,
hamil dan laktasi
Dosis : Dewasa dan anak > 12 thn: 1g tiap 8 jam
Anak3 bulan- 12 thn : 25 mg/kgBB/hari tiap 12 jam
Anak 0-3 bulan : 25mg/kgBB/hari tiap 12 jam
9. Pirazinamid
Mekanisme kerja : menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba.
Indikasi : TBC
Efek samping : Hepatotoksik, demam, anoreksia, hepatomegali, gagal hati, mual,
muntah, anemia sideroblastik, urtikaria, gout.
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
16/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 16
Kontra Indikasi : Pasien dengan gangguan fungsi hati
Perhatian : Hati-hati dengan efek hepatotoksis dan meningkatkan kadar asam urat
Dosis : Dewasa 20-25 mg/kgBB/hari dosis tunggal atau terbagi. Dosis maksimal
adalah 3 gram sehari
8. Klaritomisin ( abbotic XL )Mekanisme kerja : menghambat sintesis protein sel mikroba.
Indikasi : infeksi saluran nafas, otitis media akut, infeksi kulit dan struktur kulit
Efek samping : Diare, mual, nyeri dan rasa tidak enak pada perut, gangguan
pengecapan, dispepsia, sakit kepala.
Kontra indikasi : Hipersensitifitas, pasien dalam pengobatan denga terfenadin
yang mempunyai kelainan jantung atau gangguan elektrolit.
Perhatian : Kerusakan hati atau ginjal, kehamilan dan laktasi
Dosis : 500-1000 mg/24 jam selama 7-14 hari
10.Azitromisin ( Binozyt, Mezatrin)
Mekanisme kerja : menghambat sintesis protein sel mikroba.
Indikasi : Infeksi saluran nafas atas dan bawah, infeksi kulit, infeksi saluran
kemih
Efek samping : Diare, mual, muntah, nyeri lambung, dispepsia, ruam kulit, sakit
kepala, vertigo, kelelahan
Kontra indikasi : Hipersensitifitas terhadap makrolid
Perhatian : Kerusakan hati/ginjal parahm pasien-pasien pneumonia
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
17/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 17
Dosis : 500 mg dosis tunggal pada hari pertama diikuti 250 mg dosis tunggal
pada 4 hari berikutnya
11.Phenoxymetil penisilin ( Ospen)Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel mikroba.
Indikasi : Infeksi disebabkan oleh kuman yang peka terhadap penisilin, angia
tonsilaris, bronkitis bakterial, otitis media akut,sinusitis akut, bisul, terapi
penunjang pada pneumonia bakterial, mencegah kambuh demam reumatik,
poliartritis.
Efek samping : Gangguan GI, ruam, anafilaksis, urtikaria, demam, nyeri sendi,
anemia hemolitik, kelainan hematologi
Kontra indikasi : sensitifitas terhadap penisilin dan sefalosporin
Perhatian : Dapat menimbulkan glikosuria palsu, hipersensitif terhadap
sefalosporin, diastesis alergi atau asma, kerusakan hati dan ginjal
Dosis : Anak 6-12 tahun 250 mg 4x/hari
Anak 1-6 tahun 250 mg 3x/hari
12.Thiamfenikol ( Urfamicin, Biothicol, Thiamycin)Mekanisme kerja : menghambat sintesis protein sel mikroba.
Indikasi : Untuk pengobatan tipus, paratipus, infeksi yang disebabkan
Salmonella, infeksi meningeal, riketsia, limfogranuloma, infeksi oleh kuman
yang resisten terhadap antibiotika lainnya dan sensitif terhadap thiamfenikol
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
18/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 18
Efek samping : Gangguan GI, diare, sembelit dan sakit perut jarang terjadi, kulit
merah dan gatal-gatal, anoreksia, vertigo, sakit kepala, sindroma gray
Kontra indikasi : Hipersensitif, disfungsi ginjal dan hati berat
Perhatian : Hamil, laktasi, bayi prematur, bayi baru lahir, superinfeksi
Dosis :Anak sehari 50 mg/kg BB terbagi dalam 3 takaran
2.5 Pengertian bentuk sediaan farmasi di depo rawat jalan rumah sakit umumpusat fatmawati yang berasal dari poliklinik anak.
Sediaan farmasi sangat jarang digunakan dalam bentuk bahan aktif murni,
tapi hampir selalu diberikan dalam suatu formula tertentu dengan menggunakan
berbagai bahan tambahan atau eksipien dan dengan teknologi manufacturing
yang tepat sehingga dihasilkan suatu sediaan farmasi yang berkualitas. (Ansel,
1989)
a) Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpabahan pengisi (Anonim, 1995).
Contoh : Kontrimoksazol, INH, PZA, Rifampisin, Eritromisin,
b)Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkangkeras atau lunak yang dapat larut. Cangkang kapsul umumnya terbuat dari
gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lainyang sesuai.(
Anonim,1995)
Contoh : Rifampisin, Cefixime
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
19/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 19
c) Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakansebagai bahan obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogeny dalam
dasar salep yang cocok. ( Anonim,1979)
Contoh : Fusicom, Fuson, Gentamisin, Bactroban
d)Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saatakan digunakan, sediaan tersebut pada umumnya untuk bahan obat yang tidak
stabil atau tidak larut dalam pembawa air( Anonim,1979)
Contoh : Amoxicillin, cefixim, Cefadroxil, Dexyclav, Cefat forte dry syr,
Amoxan, Cefarox, Amoxyclav, Sporetik, Claneksy.
e) Puyer adalah serbuk yang terbagi dalam bobot yang kurang lebih sama,dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum (
Anonim,1979)
f) Drop adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi untuk obatdalam yang digunakan dengan cara diteteskan (Anonim, 1979).
Contoh : Cendo fenikol 0,5%, Amoxicillin drop,
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
20/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 20
2.6 Definisi OperasionalNo Variable Definisi Operasional Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala Ukur
1 Antibiotik
berdasarkan
golongan
Peresepan antibiotik
di Poliklinik Anak
berdasarkan
mekanisme kerja.
Resep Antibiotik dari
golongan :
1. Sefalosporin2. Antimikrobakteri3. Makrolida4. Penisilin5. Sulfonamid6. Gol. lain7. Kloramfenikol8. Aminoglikosida
Nomina
2. Antibiotik
berdasarkan
zat aktif
Peresepan antibiotik
di Poliklinik Anak
berdasarkan zat
yang terkandung
dalam antibiotik
tersebut.
Resep Antibiotik dari zat aktif :
1. Cefixime2. INH3. Cefadroxil4. Rifampisin5. Eritromisin6. Amoxicillin7. dll
Nominal
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
21/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 21
3. Antibiotik
berdasarkan
bentuk
sediaan
Peresepan antibiotik
di Poliklinik Anak
berdasarkan bentuk
sediaan yang
digunakan.
Resep Antibiotik dari bentuk
sediaan :
1.
Puyer
2. Sirup kering3. Tablet4. Kapsul5. dll
Nominal
4. Antibiotik
berdasarkan
kombinasi
Peresepan antibiotik
di Poliklinik Anak
berdasarkan obat-
obat lain yang
diresepkan bersama
dengan Antibiotik
Kombinasi antibiotik
dengan obat jenis lain :
1. Mukolitik2. Bronkodilator3. Kortikosteroid4. Antihistamin5. Analgetik
/antipiretik
6. Dekongestan7. dll
Nominal
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
22/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 22
BAB III
Metode Penelitian
3.1Desain penelitianKarya Tulis Ilmiah ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu
menggambarkan peresepan antibiotik yang berasal dari poliklinik anak di Depo
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010.
3.2Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati. Waktu
penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2011.
3.3Populasi dan sampelDalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh lembar resep
yang mengandung antibiotik di depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010
dan sampel yang digunakan adalah seluruh resep yang mengandung antibiotik
yang berasal dari poliklinik Anak di depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun
2010.
3.4Cara pengumpulan dataData yang dipergunakan adalah data primer yang berasal dari lembar resep
poliklinik anak di depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010.
3.5Cara Pengolahan DataUntuk mengetahui profil peresepan antibiotik yang berasal dari poliklinik
anak di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010,
maka langkahlangkah yang dilakukan adalah :
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
23/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 23
3.5.1 Mengumpulkan semua resep di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUPFatmawati Tahun 2010
3.5.2
Memilah semua resep dari poliklinik Anak
3.5.3 Mengumpulkan resep yang mengandung antibiotik3.5.4 Mencatat resep yang mengandung antibiotik3.5.5 Mengelompokan bentuk sediaan antibiotik yang banyak diresepkan3.5.6 Menyusun Antibiotik berdasarkan zat aktifnya3.5.7 Mengelompokkan resep berdasarkan penggolongan Antibiotik3.5.8 Menggelompokan obat lain yang paling banyak digunakan bersama
dengan antibiotik.
3.5.9 Melakukan perhitungan jumlah dan presentase3.5.10 Menyajikan data dalam bentuk data
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
24/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 24
BAB IV
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENGAMBILAN DATA
3.1Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) FatmawatiRumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUP) Fatmawati terletak di wilayah
Jakarta Selatan Kecamatan Cilandak dengan luas bangunan 57.457.5000 m2dan
luas tanah 13 hektar. Berdasarkan Kepmenkes RI No.472/Menkes/SK/IV/2010
tanggal 8 April 2010 tentang Peningkatan kelas RSUP Fatmawati yang
ditetapkan sebagai RSUP dengan klasifikasi Kelas A.
3.2Instalasi FarmasiRumah Sakit Umum Pusat (RSUP) FatmawatiInstalasi Farmasi RSUP Fatmawati merupakan salah satu unit penunjang
medis yang bertugas melaksanakan pengadaan, penyimpanan, peracikan dan
pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP Fatmawati serta
memberikan informasi obat kepada tim pelayanan kesehatan di RSUP Fatmawati
dan pasien rawat inap ataupun rawat jalan.
Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dikepalai oleh seorang Apoteker dan
dibantu oleh dua orang Wakil Kepala Instalasi Farmasi. Tanggung jawab Wakil
Kepala Instalasi Farmasi sebagai berikut :
1. Wakil Kepala Instalasi Farmasi bidang pelayanan farmasi.2. Wakil Kepala Instalasi Farmasi bidang perbekalan farmasi.
Instalasi FarmasiRSUP Fatmawati mempunyai beberapa sub instalasi dengan
kegiatan yang berbeda-beda, yaitu :
a. Depo Farmasi Rawat Jalan (IRJ)
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
25/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 25
b. Depo Farmasi Rawat Inap (IRNA)c. Depo Farmasi Askes dan Depo Farmasi Pegawaid.
Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral (IBS)
e. Depo Farmasi Instalasi Rawat Darurat (IRD)f. Gudang Farmasig. Tata Usahah. Produksi Farmasi (Steril dan Non Steril)i. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
3.3Depo Farmasi Instalasi Rawat JalanDepo farmasi Instalasi Rawat Jalan (IRJ) merupakan bagian dari Instalasi
Farmasi yang bertugas melayani pasien dari poliklinik baik pasien umum, pasien
jaminan kantor, dan pasien asuransi kecuali pasien Askes. Depo Farmasi ini
berada di bawah pengawasan Wakil Kepala Instalasi Farmasi bidang pelayanan
farmasi dengan tenaga kerja berjumlah 8 orang terdiri dari 4 orang asisten
apoteker, 3 juru resep dan 1 orang kasir.
Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan melayani pasien poliklinik di lantai I, II,
III yang terdiri dari :
a.Poliklinik Penyakit Dalamb.Poliklinik Bedahc.Poliklinik Kesehatan Anakd.Poliklinik Kebidanane.Poliklinik Saraff. Poliklinik Bedah Saraf
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
26/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 26
g.Poliklinik Penyakit Jiwah.Poliklinik THT (Telinga, Hidung dan Tenggorokan)i.Poliklinik Mata
j. Poliklinik Kulit dan Kelamink.Poliklinik Gigi dan Mulutl. Poliklinik Jantungm.Poliklinik Orthodaedin.Poliklinik Paruo.Poliklinik Bedah Kankerp.Poliklinik OK Minorq.Poliklinik Tumbuh Kembangr. Poliklinik Rehabilitasi Mediks.Poliklinik Kesehatan Remaja
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
27/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 27
BAB V
Hasil dan Pembahasan
5.1HasilBerdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap lembar resep khususnya
antibiotik bagi anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 didapatkan
hasil sebagai berikut :
Tabel 5.1.1 Peresepan Antibiotik Berdasarkan Golongan yang Berasal dari
Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010
Tabel 5.1.1 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak
berdasarkan golongan yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan
RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah sefalosporin sebanyak 328 R/ (45,37%) dan
yang terkecil adalah Aminoglikosida sebanyak 4 R/ ( 0,55%).
No GolonganJumlah (R/) tahun
2010%
1 Sefalosporin 328 45,37%
2 Antimikrobakterium 200 27,66%
3 Makrolid 79 10,93%
4 Penisilin 69 9,54%
5 Sulfonamid 21 2,90%
6 Golongan lain 13 1,80%7 Kloramfenikol 9 1,24%
8 Aminoglikosida 4 0,55%
Jumlah 723 100%
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
28/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 28
Tabel 5.1.2Peresepan Sepuluh Besar Jenis Antibiotik Berdasakan Zat Aktif yang
Berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010.
Tabel 5.1.2 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak
berdasarkan zat aktif yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP
Fatmawati tahun 2010 adalah cefixime sebanyak 229 R/ (34,980%) dan yang
terkecil adalah klaritomisin sebanyak 16 R/ ( 2,43%).
No Zat AktifJumlah (R/) tahun
2010%
1 Cefixime 229 34,80%
2 INH 99 15,05%
3 Cefadroxil 92 13,98%
4 Rifampisin 79 12,01%
5 Eritromisin 44 6,69%
6 Amoxicillin 30 4,56%
7 Co-Amoxiclav 30 4,56%
8 Kontrimoksazole 20 3,04%
9 PZA 19 2,89%10 Klaritomisin 16 2,43%
Jumlah 658 100%
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
29/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 29
Tabel 5.1.3Peresepan Antibiotik Berdasarkan Bentuk Sediaan.yang Berasal dari
Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010.
Tabel 5.1.3 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak
berdasarkan bentuk sediaan yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan
RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah serbuk sebanyak 318 R/ (43,27%), yang
terkecil adalah tetes mata dan tetes telinga sebanyak 2 R/ ( 0,27%).
No Bentuk SediaanJumlah (R/) tahun
2010%
1 Serbuk 318 43,27%
2 Dry sirup 310 42,18%
3 Tablet 65 8,84%
4 Kapsul 18 2,45%
5 Drops 8 1,09%
6 Cream 7 0,95%
7 Salep 5 0,68%
8 Tetes mata 2 0,27%
9 Tetes telinga 2 0,27%
Jumlah 735 100%
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
30/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 30
Tabel 5.1.4 Peresepan Sepuluh Besar Jumlah Obat Lain yang Sering
Dikombinasikan Bersama Antibiotik Berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat
Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010.
No Kombinasi Jumlah (R/) %
1 Mukolitik 324 21
2 Bronkodilator 214 14,00
3 Kortikosteroid 206 13,40
4 Antihistamin 204 13,20
5 Analgetik & Antipiretik 189 12,30
6 Dekongestan 187 12,10
7 Vitamin & Mineral 88 5,70
8 Antiasma 69 4,50
9 Regulator GIT,Antiflatulen 32 2,10
10 Antidiare 26 1,70
Jumlah 1539 100%
Tabel 5.1.4 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak
berdasarkan kombinasi obat lain yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat
jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah mukolitik sebanyak 324 R/ (21%) dan
yang terkecil adalah antidiare sebanyak 26 R/ ( 1,70%).
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
31/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 31
5.2PembahasanPada tabel 5.1.1 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik
terbanyak berdasarkan golongan yang berasal dari poliklinik anak di depo
rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah sefalosporin sebanyak 328 R/
(45,37%). Sefalosporin merupakan senyawa bakterisid dan spectrum kerja
luas dengan indeks terapetik ( batas keamanan ) tinggi. Efektif untuk
pengobatan infeksi Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. yang telah tahan
terhadap penicillin.. Efek samping toksisitas yang ditimbulkan lebih sedikit
daripada antibiotik lain(Katzung,1997). Oleh karena itu sefalosporin menjadi
pilihan utama dalam pengobatan pada pasien anak di RSUP Fatmawati.
Sedangkan golongan antibiotik terkecil yang digunakan adalah golongan
aminoglikosida yaitu sebanyak 4 R/ ( 0,55%) karena toksik terhadap saraf
otak (FKUI, 2007) dan dapat menimbulkan ketulian pada bayi(Tjay, 2002)
Pada tabel 5.1.2 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak
berdasarkan zat aktif yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan
RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah cefixime sebanyak 229 R/ (34,90%).
Cefixime merupakan antibiotik golongan Sefalosporin generasi ketiga yang
memiliki keistimewaan meliputi gram negative yang luas daripada
sefalosporin generasi satu dan dua, serta kesanggupannya mencapai susunan
saraf pusat(Katzung,1997). Dapat diberikan secara oral karena tahan terhadap
asam lambung (Soekarjo,2000). Memiliki waktu paruh yang panjang sehingga
dapat diberikan 1-2 kali sehari.Sedangkan zat aktif antibiotik terkecil yang
digunakan adalah Klaritomisin sebanyak 16 R/ ( 2,43%) karena dapat
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
32/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 32
menyebabkan iritasi saluran cerna dan peningkatan sementara ezim hati (
FKUI,2007)
Pada tabel 5.1.3 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik
terbanyak berdasarkan bentuk sediaan yang berasal dari poliklinik anak di
depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah serbuk sebanyak 318 R/
(43,27%). Penggunaan obat secara oral dimaksudkan untuk efek sistemik dari
obat yang terabsorbsi pada berbagai permukaan sepanjang saluran cerna. Dan
cara oral dianggap lebih alami, tidak sulit,menyenangkan dan aman( Ansel,
2005). Keuntungan pengunaan serbuk adalah dosis tepat karena sesuai dengan
berat badan dan umur anak, cepat diabsorbsi dan mempermudah pasien
meminum obat dengan satu macam sediaan saja. Pembuatan puyer yang terasa
pahit dan tidak enak juga dapat dikurangi dengan zat tambahan lain.
Pada tabel 5.1.4 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik
terbanyak berdasarkan kombinasi obat lain yang berasal dari poliklinik anak
di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah mukolitik sebanyak
324 R/ (21%). Mukolitik ialah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran
nafas dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan
mukopolisakarida dari sputum(FKUI, 2007). Berdasarkan data penyakit
terbanyak yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP
Fatmawati tahun 2010, ISPA merupakan penyakit yang paling banyak diderita
anak yang disertai berbagai macam tanda dan gejala, antara lain : batuk, pilek,
sakit telinga (otitis media), sakit tenggorok (faringitis), dan kesulitan bernapas
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
33/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 33
(Anonim, 2002). Dengan adanya mukolitik produksi mucus yang berlebihan
akan mudah dikeluarkan.
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
34/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 34
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian tentang peresepan antibiotik yang berasal dari
poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 dapat
disimpulkan bahwa:
1. Sefalosporin merupakan senyawa bakterisid dan spectrum kerja luas denganindeks terapetik ( batas keamanan ) tinggi oleh karena itu penggunaan antibiotik
terbanyak yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati
adalah golongan sefalosporin 328 R/ (45,62%), sedangkan jumlah peresepan
antibiotik terkecil adalah kloramfenikol hanya sebanyak 9 R/ (1,25%).
2. Cefixime merupakan antibiotik golongan Sefalosporin generasi ketiga yangmemiliki keistimewaan meliputi gram negative yang luas dan kesanggupannya
mencapai susunan saraf pusat(Katzung,1997) oleh karena itu penggunaan
antibiotik terbanyak berdasarkan zat aktif yang berasal dari poliklinik anak di
depo rawat jalan RSUP Fatmawati adalah cefiksime sebanyak 229 R/ (34,90%).
3. Penggunaan serbuk dosis lebih tepat karena sesuai dengan berat badan danumur anak, cepat diabsorbsi dan mempermudah pasien meminum obat dengan
satu macam sediaan saja oleh karena itu penggunaan antibiotik berdasarkan
bentuk sediaan terbanyak yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan
RSUP Fatmawati adalah serbuk sebanyak 310 R/ (42,2%).
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
35/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 35
4. Penyakit yang paling banyak diderita anak adalah ISPA yang tanda dangejalanya antara lain batuk, pilek dan kesulitan bernafas oleh karena itu golongan
kombinasi obat lain terbanyak yang diresepkan bersama dengan antibiotik dari
poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati adalah mukolitik sebanyak
324 R/ (21%).
6.2 Saran
Mempertimbangkan penggunaan antibiotik yang paling banyak digunakan
dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri yang diderita anak-anak, maka
penggunaan antibiotik mengikuti strategi peresepan secara rasional.
Penggunaan antibiotik terbanyak pada tahun 2010 dapat dijadikan acuan
dalam pengadaan obat untuk tahun berikutnya dan dapat dijadikan evaluasi
penggunaan antibiotik pada tahun 2011 di RSUP Fatmawati.
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
36/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 36
DAFTAR PUSTAKA
Soekarjo, Bambang, dkk, 2000, Kimia Medisinal,. Edisi kedua, Universitas
Airlangga, Surabaya.
Tjay,T.H dan Kirana, R.,2007, Obat-obat penting,Elex Media Komputindo, Jakarta.
Anonim, 1995,Farmakope Indonesia,Edisis IV,Departemen Kesehatan Republik
Indonesia,Jakarta.
Anonim,1979,Farmakope Indonesia, Edisi III, KORPRI Sub Unit Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Ansel, Howard C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Tim penyususn buku 50 tahun RSUP Fatmawati, 2011, 50 tahun emas RSUP
fatmawati ikut menyehatkan bangsa, Jakarta.
www.fatmawatihospital.com
Co-Amoxiclav atasi kegagalan terapi antibiotik akibat resistensi
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/092002/keg-2.htm)
Pohan, Herdiman., 2009, Kebijakan dan Panduan Penggunaan Antibiotik di RSCM
Tahun 2009, Panitian Pengendalian Resistensi Antibiotik RSCM, Jakarta.
Lokakarya nasional I, 2005, Pola resistensi antimikroba di RSU Dr. Soetomo
Surabaya dan RSU Dr. Kariadi Semarang dan dalam kaitan dengan
penggunaan antibiotik(abstrak), Jakarta.
Universitas Indonesia, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5., Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia, Jakarta.
http://www.fatmawatihospital.com/http://www.tempo.co.id/medika/arsip/092002/keg-2.htmhttp://www.tempo.co.id/medika/arsip/092002/keg-2.htmhttp://www.fatmawatihospital.com/7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
37/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 37
Katzung,Bertram,1997. Farmakologi dasar dan Klinik. Edisi IV, Buku kedokteran
ECG,Jakarta
Sensakovie J.W.,Smith L.G, 2000 Oral antibiotik treatment of infectious
disease.Med.Clin, North Am.
Anonim, 2002, Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
McEvoy, Gerard, 1999, Drug Information, American Society Of Health System
Pharmacists, Jakarta
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
38/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 38
Lampiran 1
Tabel penggunaan antibiotik yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan
RSUP Fatmawati tahun 2010
No Golongan Zat Aktif Nama Obat Jumlah
1 Sefalosporin Cefixime Cefixime 156
Cefilla 19
Cefspan 8
Cefarox 46
Cefadroxil Monohidrate Lapicef 52
Cefat 22
Cefadroxil Cefadroxil 18
Cefixime trihidrate Sporetik 4Cefalexin Monohidrate Cefabiotik 1
Cefalexin Cefalexin 2
2 Antimikrobakterium INH INH 99
Rifampisin Rifampisin 79
PZA PZA 19
Ethambutol Ethambutol 3
3 Makrolid Klaritomisin Klaritomisin 12
Abbotic XL 4
Eritromycin Erytrin 4
Eritromisin 17
Eritanin 2
Erysanbe 21
Azitromycin Binozyt 2
Mezatrin 4
Azitromycin 6
Azitromycin dihydrate Zitromax 2
Thiamphenicol Urfamicin 1
Thiamphenicol Thiamycin 3
Spiramycin Osmycin 1
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
39/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 39
4 Penisilin Amoxicillin Amoxicillin 17
Amoxan 13
Co-Amoxiclav Co-Amoxiclav 3
Klaneksy 12
Amoxiclav 5
Dexyclav 10
Phenoxymetil Penisillin Ospen 4
Phenoxymetilpenisillin
4
Amoxicillin & clavulanic acidAmoxicillin
clavulanat1
5 SulfonamidSulfametoksazol &
TrimetroprimKontimoksazol 20
Co-trimoxazole Bactrim 1
6 Golongan lain Clindamycin Clindamycin 1
Linkomycin Lincomycin 1
Lincomycin HCL Lincophar 1
Mupirocin Ca Bactrobant oint 3
Bactrobant zalf 2
Mupirocin Bactoderm oint 2
As. Fusidat & Na.fusidat Fuson cream 1
As. Fusidat Fusicom cream 2
7 Kloramfenikol Thiamphenicol Biothicol 4
Kloramfenikol Kloramfenikol; 4
Cendo Fenikol 1
8 Aminoglikosida Gentamisin Sulfat Gentamisin 1
Neomisin Cendo Xitrol 3
Jumlah
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
40/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 40
Lampiran 2
Tabel penggunaan kombinasi obat yang digunakan bersama antibiotik yang berasal
dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010
No Golongan Nama Obat Jumlah
1 Mukolitik Ambroxol syr 13
Ambroxol tab 118
Bisolvon 4
Bisolvon tab 2
Bromhexim 1
Epexol syr 6
Epexol tab 68
Interpect tab 2Mucopect drop 3
Mucopect dry syr 1
Mucopect paed syr 12
Mucopect sol 20 ml 3
Mucopect syr 4
Mucopect tab 78
Transpulmin syr 6
Triaminic drop 10 ml 1
Vectrin syr 1
Total 323
2 Bronkodilator Lasal 72
Lasal exp syr 6
Salbutamol 129
Salbutamol exp syr 1
Teofillin 6
Total 142
3 Kortikosteroid Cortidex 28
Dexametason 4
Kenacort 13Ketricin 5
Lameson 16
Metil prednisolon 5
Pehacort tab 1
Prednison 13
Thyrax tab 2
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
41/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 41
Triamcort 96
Trilac 24
Total 207
4 Antihistamin CTM 97
Celestamin syr 2
Cetrizin 25
Cetrizin drop 4
Cetrizin syr 8
Dexametason 1
Dextamin 4
Estin syr 2
Heptasan 6
Histrine drop 1
Histrine susp 1Histrine syr 4
Homoclomin tab 1
Ozen drop 5
Ozen syr 13
Ryvel drop 10
Ryvel syr 11
Tiriz drop 2
Tiriz syr 4
Tiriz tab 3
Total 2045 Analgetik/Antipiretik Apialys 1
Dumin 2
Pamol syr 1
Panadol syr 4
Panadol tab 1
PCT drop 6
PCT syr 34
PCT tab 12
Praxim forte syr 13
Praxion 6
Praxion drop 2
Proris forte 60 ml 1
Proris susp 9
Sanmol drop 21
Sanmol syr 60
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
42/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 42
Sanmol tab 3
Tempra drops 15 ml 2
Tempra syr 60 ml 10
Tramal caps 1
Total 189
6 Dekongestan Actived syr 2
Alco dmp syr 1
Alco drop 5
Alco syr 3
Efedrin HCL 5
Lapifed 1
Longatin 1
Rhinofed 97
Rhinofed syr 5Tremenza syr 18
Tremenza tab 46
Trifed 3
Total 187
7 Vitamin & Mineral Aphyalis 7
B-com 1
Bekombion syr 2
Bicombion extra lisin 2
Ca sandos syr 1
Cobazym 1000 mcg 2Curvit cl emulsion 9
Elkana syr 1
Ferlin drops 1
Ferriz syr 2
Igastrum drop 1
Imunos syr 10
Vit A 7
Vit B6 3
Zinci sulfat 3
Zinkid syr 2
Zinkid tab 34
Total 88
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
43/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 43
8 Antiasma Aminophillin 1
Combivent udv 2,5 ml 5
Euphyllin retard mite 1
Ketotifen 1
Meptin 53
Meptin syr 3
Profillas syr 1
Pulmicort resp 0,25 4
Total
9 Regulator GIT & antiflatulen L-Bio 12
Vometa 9
Vometa drop 2
Vometa syr 8
Vomidon syr 1Total 32
10 Antidiare Biodiar 1
Lacto B 24
Lacto K 1
Total 26
11
Suplement & Terapi
penunjang Curcuma syr 2
Curvit 2
Folic acid 1
Imboost syr 2Imudator syr 6
Stimuno syr 1
Vitacur syr 9
Total 23
12 Antasida Antasida 1
Omeprazole 1
Polysilane syr 1
Ranitidine 9
Rantin 1
Total 13
13 Larutan elektrolit & Nutrien Nacl 0,9 % 2,5 ml 1
Pedialite sol 400 2
Renalite 200 ml 10
Total 13
14 Antiansietas Diazepam 5
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
44/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 44
Diazepam supp 1
Stesolid rectal 6
Total 12
15 Antijamur Candistin drop 4
Fluconazole tab 1
Myco C 1
Myco Z 2
Mycostatin drops 2
Mystin syr 1
Nystatin drops 1
Total 12
16 Kolagogum & kolelitolitik Enzimplex 4
Tripanzim 5
Total 917 Ace Inhibitor Captopril 8
Total 8
18 Diuretik Furosemid 5
Glaucon 1
Spironolacton 1
Total 7
19 Antitusif Ventolin 2
Ventolin exp syr 3
Total 5
20 Antivirus Azyclovir 1
Isiprinosin 1
Isprinol syr 60 ml 1
Isprinosin syr 60 ml 2
Total 5
21 Antiepilepsi Depakene syr 4
Total 4
22 Glikosida jantung Digoxin 4
Total 4
23 Laksatif & Pencahar Lactulax syr 120 2Orezink tab 2
Total 4
24 Ekspectoran GG 1
Codein 1
OBH 1
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
45/46
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 45
Total 3
25 Antiseptik & Desinfectan Caladin cair 1
Otopraf 1
Total 2
26 Antiinflamasi Elocon lotion 10 ml 1
Total 1
27 Antikoagulan Aspirin 3
Total 3
28 Antiamoeba Flagyl syr 2
Total 2
29 Antirematik & Antipirai Profenid supp 1
Total 1
Jumlah 3199
7/22/2019 Bab i Proposal (Repaired)
46/46
Lampiran 3
Alur Pengambilan Data Antibiotik di RSUP Fatmawati
Mengumpulkan Resep 2010
Memilah resep dari Poliklinik
Anak
Mengumpulkan Resep Antibiotik
Mencatat Berdasarkan Bentuk
Sediaan
Memilah Berdasarkan Golongan
Mencatat Berdasarkan Zat Aktif
Mengurutkan Antibiotik dari
yang Terbesar sampai Terkecil
Menjumlahkan dalam Bentuk %
Kombinasi Non-Antibiotik