Top Banner
PRESENTASI KASUS “Open Fracture Digiti I, II, III, IV, V Pedis Sinistra” Pembimbing : dr. Aris Handoko, Sp.OT Disusun Oleh: Andika Pratiwi G4A014049 SMF BEDAH RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
28

Presus Open Fractur Andik8a

Apr 14, 2016

Download

Documents

m
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Presus Open Fractur Andik8a

PRESENTASI KASUS

“Open Fracture Digiti I, II, III, IV, V Pedis Sinistra”

Pembimbing :

dr. Aris Handoko, Sp.OT

Disusun Oleh:Andika Pratiwi G4A014049

SMF BEDAHRSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2015

Page 2: Presus Open Fractur Andik8a

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus dengan judul :

Open Fracture Digiti I, II, III, IV, V Pedis Sinistra

Diajukan untuk memenuhi salah satu ujian

kepanitraan klinik dokter muda SMF Bedah

RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun Oleh:

Andika Pratiwi G4A014049

`

Purwokerto, Desember 2015

Mengetahui,

Dokter Pembimbing,

dr. Aris Handoko, Sp.OT

Page 3: Presus Open Fractur Andik8a

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan

karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan presentasi kasus ini. Presentasi kasus

yang berjudul “Open Fracture Digiti I, II, III, IV, V Pedis Sinistra” ini

merupakan salah satu syarat ujian kepanitraan klinik dokter muda SMF Bedah

RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Aris Handoko, Sp.OT

sebagai pembimbing atas waktu yang diluangkan, bimbingan, dan saran yang

sifatnya membangun dalam penyusunan presentasi kasus ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini masih

belum sempurna serta banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembimbing serta seluruh pihak.

Purwokerto, Desember 2015

Penulis

Page 4: Presus Open Fractur Andik8a

I. PENDAHULUAN

KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

a. Nama : Tn. Sumaryo

b. Umur : 40 Tahun

c. Jenis kelamin : Laki-laki

d. Pekerjaan : Wiraswasta

e. Agama : Islam

f. Alamat : Lebakgowah RT 06/09 kecamatan Lebaksiu, Tegal

g. Tanggal masuk : 13 Oktober 2015

h. Tanggal periksa : 15 Oktober 2015

i. Nomor CM : 00968338

II. ANAMNESIS

a. Keluhan Utama

Luka terbuka di kaki kiri

Keluhan Tambahan

- Nyeri di kaki kiri

- Kaki kiri tidak bisa digerakkan

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Margono Soekarjo tanggal 13

Oktober 2015 pukul 22.30 WIB. Pasien rujukan dari RSUD Soesilo Slawi

dengan crush injury regio pedis sinistra. Pasien mengalami kecelakaan

sepeda motor pada pagi hari tanggal 13 Oktober 2015 pukul 09.00. Sesaat

setelah kecelakaan pasien masih sadarkan diri, pingsan (-), pusing (+),

muntah (-). Pasien mengalami luka terbuka pada kaki kiri karena tertindih

sepeda motor. Pasien mengaku kaki kiri terasa nyeri dan tidak dapat

digerakkan, ketika pasien coba menggerakan kaki, nyeri bertamba berat

dan tidak tertahankan. Pasien sempat di bawa ke rumah sakit terdekat dari

lokasi kecelakaan dan akhirnya di rujuk ke Rumah Sakit Margono

Soekarjo karena membutuhkan tindakan lebih lanjut.

Page 5: Presus Open Fractur Andik8a

c. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat hipertensi disangkal

2. Riwayat diabetes melitus disangkal

3. Riwayat sakit jantung disangkal

4. Riwayat trauma disangkal

5. Riwayat alergi obat disangkal

6. Riwayat operasi disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga

1. Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama

2. Riwayat diabetes melitus disangkal

3. Riwayat hipertensi disangkal

e. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal di rumah dengan seorang istri dan dua orang anak.

Pasien Berkerja sebagai wirasasta. Pasien memiliki riwayat merokok, tidak

memiliki riwayat konsumsi alkohol.

III.PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum : Sedang

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Berat badan : 65 kg

d. Tinggi Badan : 166 cm

e. Vital Sign

Tekanan Darah : 100/ 70 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36 x/menit

f. Status Generalis

1. Kepala : mesochepal, simetris, rambut hitam, distribusi rambut

merata, rambut tidak mudah dicabut.

2. Mata : konjungtiva anemis (-), sklera nikterik (-), pupil bulat

isokor 2mm/2mm, reflex cahaya (+/+) normal.

3. Hidung : deviasi septum (-), discharge (-)

Page 6: Presus Open Fractur Andik8a

4. Telinga : simetris, discharge (-)

5. Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (-), hiperemis (-)

6. Leher : JVP tidak meningkat, kelenjar limfe tidak membesar

7. Thorax

Pulmo

Inspeksi : simetris, jejas (-) ketinggalan gerak (-), retraksi (-)

Palpasi : vokal fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : SD vesikuler kedua lapang paru, rhonki (-),

wheezing (-)

Cor

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : kiri atas SIC II LPSS, kiri bawah SIC V LMCS

: kanan atas SIC II LPSD, kanan bawah SIC IV

LPSD

Auskultasi : S1>S2, regular, murmur (-), gallop (-)

8. Abdomen

Inspeksi : cembung

Auskultasi : bising usus (+) normal

Perkusi : Tympani

Palpasi : Nyeri tekan (-)

9. Ekstrimitas

Superior : akral hangat, edema -/-, sianosis -/-, deformitas -/-

Inferior : akral hangat, edema -/-, sianosis -/-, deformitas -/-

Pedis sinistra :

Luka terbuka di dorsum pedis dengan ukuran

Panjang 20cm lebar 10 cm dalam 2 cm. Tampak

tulang- tulang jari kaki.

g. Status lokalis

Regio Pedis Sinistra

Look : Luka terbuka dengan ukuran panjang 20cm, lebar 10 cm, dalam 2

Page 7: Presus Open Fractur Andik8a

cm. Tampak ossa pedis.

Feel : nyeri (+), nyeri tekan (+),

Move : ROM (-)

Gambar 1. Status lokalis pedis sinistra

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium Darah lengkap

Pemeriksaan Hasil Kesimpulan

Hemoglobin 9,5 g/dL Rendah

Leukosit 15070 U/L Tinggi

Hematocrit 25 % Normal

Eritrosit 3.1 juta Normal

Trombosit 101.000 Rendah

Ureum 24.4 mg/dL Tinggi

Kreatinin 0.74 mg/dL Normal

GDS 106 md/dL Normal

Natrium 134 mmol/L Rendah

Kalium 3.5 mmol/L Normal

Klorida 97 mmol/L Rendah

Page 8: Presus Open Fractur Andik8a

b. Rontgen Pedis Sinistra

Gambar 2. Foto rontgen pedis sinistra

V. RESUME

a. Anamnesis

- Laki- laki usia 40 tahun datang ke IGD RSMS tanggal 13 Oktober

2015 pukul 22.30

- Keluhan utama: luka terbuka pada kaki kiri

- Keluhan tambahan: nyeri pada kaki kiri, kaki kiri tidak bisa di

gerakkan, pusing (+), pingsan (-), kejang (-).

- Pasien mengalami kecelakaan sepeda motor pukul 09.00, kaki kiri

tertindih motor.

c. Pemeriksaan Fisik

Vital sign : Dalam batas normal

Status generalis : Dalam batas normal

d. Status lokalis : Region pedis sinistra

1. Look : Luka terbuka dengan ukuran panjang 20cm, lebar 10 cm,

dalam 2 cm. Tampak ossa pedis.

2. Feel : nyeri (+), nyeri tekan (+),

3. Move : ROM (-)

Page 9: Presus Open Fractur Andik8a

VI. DIAGNOSIS KERJA

Open Fracture Digiti I, II, III, IV, V Pedis Sinistra

VIII.PENATALAKSANAAN

a. Terapi Awal

- Survey Primer

Lakukan prinsip ABCDE (Airway, Breathing, Disability, exposure)

- Bersihkan luka dari kotoran bekas kecelakaan, seperti pasir, tanah

dan bekuan darah. Dapat juga diberikan betadine setelah luka

dibersihkan

- Kompres luka terbuka mengunakan kassa steril yang dibasahi

dengan larutan Nacl untuk mencegah kontaminasi bakteri

b. Tindakan Non Bedah

- IVFD Ringer Laktat 20 tpm

- Inj. Ceftriaxon 3x1 gram IV

- Inj. Ketorolac 2x1 ampul

- Inj. Ranitidin 1x1 ampul

- Inj. ATS 1 ampul

- Inj. Dexametason 1 ampul

c. Tindakan Bedah.

Penatalaksanaan bedah pada fraktur terbuka dengan cara dilakukan

debridement luka di kamar operasi untuk menghindari sepsi pasca

trauma. Selanjutnya dilakukan pemasangan OREF.

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

Page 10: Presus Open Fractur Andik8a

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Fraktur didefinisikan sebagai terputusnya kontinuitas struktur tulang,

dapat berupa pemutusan tulang maupun jaringan kartilago. Menurut Mansjoer

(2000), fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan rudapaksa. Patah tulang atau fraktur

didefinisikan sebagai hilagnya atau terdapat gangguan integritas dari tulang,

termasuk cedera pada sumsum tulang, periosteum dan jaringan yang ada di

sekitarnya ( Moran, 2008).

B. FAKTOR RISIKO

Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat usia, orang yang beresiko

tinggi untuk terjadi fraktur adalah orang dengan lanjut usia, orang yang

berkerja membutuhkan keseimbangan, masalah gerakan, pekerjaan yang

beresiko tinggi seperti tukang besi, supir, pembalap mobil, orang dengan

penyait degenerative ( Lockhart, 2001).

C. ETIOLOGI

a. Cedera langsung, berupa pukulan atau benturan langsung pada tulang

sehingga tulang patah secara spontan. Cedera langsung pada tulang

biasanya menyebabkan fraktur melintang dan terdapat kerusakan pada

kulit di atasnya

b. Cedera tidak langsung , berarti pukulan atau benturan berada jauh dari

lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan menopang badang sehingga

dapat menyebabkan fraktur klavikula

c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras mendadak dari otot

D. FRAKTUR TERBUKA

1. Definisi

Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan

dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga dapat terjadi kontaminasi

Page 11: Presus Open Fractur Andik8a

bakteri dan menimbulkan komplikasi berupa infeksi (Schaller, 2011).

Fraktur terbuka merupakan fraktur dimana terdapat hubungan fragmen

fraktur dengan dunia luar, baik ujung fragmen fraktur tersebut yang

menembus dari dalam hingga kepermukaan kulit atau kulit dipermukaan

yang mengalami penetrasi suatu objek yang tajam dari luar hingga

kedalam. Fraktur terbuka sering tmbul komplikasi berupa infeksi. Infeksi

bisa berasal dari flora normal di kulit ataupun bakteri pahthogen

khususnya bakteri gram (-). Golongan flora normal kulit, seperti

Staphylococus, Propionibacterium acne , Micrococus dan dapat juga

Corynebacterium(Schaller, 2011).

2. Klasifikasi

Klasifikasi fraktur terbuka paling sering digunakan menurut

Gustillo dan Anderson (1976), yang menilai fraktur terbuka berdasarkan

mekanisme cedera, derajat kerusakan jaringan lunak, konfigurasi fraktur

dan derajat kontaminasi. Kalsifikasi Gustillo ini membagi fraktur terbuka

menjadi tipe I, II, dan III :

Tabel 1. Klasifikasi Fraktur Terbuka

TIPE BATASAN

I Luka bersih dengan panjang luka < 1 cm

II Panjang luka >1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang berat

III Kerusakan jaringan lunak yang berat dan luas, fraktur segmental terbuka, trauma amputasi, luka tembak dengan kecepatan tinggi, fraktur terbuka di pertanian, fraktur yang perlu repair vaskulr dan fraktur yang lebih dari 8 jam setelah kejadian.

Keterangan :

Tipe I berupa luka kecil kurang dari 1 cm akibat tusukan fragmen

fraktur dan bersih. Kerusakan jaringan lunak sedikit dan fraktur tidak

kominutif. Biasanya luka tersebut akibat tusukan fragmen fraktur

Tipe II terjadi jika luka lebih dari 1 cm tapi tidak banyak kerusakan

jaringn lunak dan fraktur tidak kominutif.

Page 12: Presus Open Fractur Andik8a

Tipe III dijumpai kerusakan hebat maupun kehilangan cukup luas pada

kulit, jaringan lunak dan putus atau hancurnya struktur neurovaskuler

dengan kontaminasi, juga termasuk fraktur segmental terbuka atau

amputasi traumatik.

Fraktur terbuka tipe III, dibagi menjadi tipe IIIA, IIIB, IIIC

Tabel 2. Klasifikasi Fraktur terbuka derajat III :

TIPE BATASAN

IIIA Periostenum masih membungkus fragmen fraktur dengan kerusakan

jaringn lunak yang luas

IIIB Kehilangan jaringn lunak yang luas, kontaminasi berat, periostenal

striping atau terjadi bone expose

IIIC Disertai kerusakan arteri yang memerlukan repair tanpa melihat tingkat

kerusakan jaringn lunak

Keterangan :

Tipe IIIA terjadi apabila fragmen fraktur masih dibungkus oleh

jaringan lunak, walaupun adanya kerusakan jaringan lunak yang luas

dan berat.

Tipe IIIB terjadi pada fragmen fraktur tidak dibungkus oleh jaringn

lunak, sehingga tulang terlihat jelas atau bone expose, terdapat

pelepasan periosteum, fraktur kominutif. Biasanya disertai

kontaminasi masif dan merupakan trauma high energy tanpa

memandang luas luka.

Tipe IIIC terdapat trauma pada arteri yang membutuhkan perbaikan

agar kehidupan bagian distal dapat dipertahankan tanpa memandang

derajat kerusakan jaringan lunak.

Page 13: Presus Open Fractur Andik8a

Gambar 1. Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustilo dan Anderson

3. Penegakkan Diagnosis

Diagnosis fraktur terbuka dapat ditegakkan dengan cara melakukan

anamnesis (riwayat pasien), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang.

a. Anamnesis

Deskripsikan dengan jelas mengenai keluhan penderita,

mekanisme trauma, lokasi dan derajat nyeri Faktor trauma kecepatan

rendah atau taruma kecepatan tinggi sangat penting dalam menentukan

klasifikasi fraktur terbuka karena akan berdampak pada kerusakan

jaringan itu sendiri. Riwayat trauma kecelakaan lalu lintas, jatuh dari

tempat ketinggian, luka tembak dengan kecepatan tinggi atau pukulan

langsung oleh benda berat akan mengakibatkan prognosis jelek

dibanding trauma sederhana atau trauma olah raga. Umur dan kondisi

penderita sebelum kejadian seperti penyakit hipertensi, diabetes melitus

dan sebagainya merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan juga.

Jika fraktur terjadi akibat cedera ringan, curigailah lesi patologi. Nyeri,

memar, dan pembengkakan adalah gejala yang sering ditemukan, tetapi

gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera jaringan lunak.

Tanyakan mengenai gejala-gejala cedera yang berkaitan, seperti baal

atau hilangnya gerakan, kulit yang pucat/ sianosis, darah dalam urin,

Page 14: Presus Open Fractur Andik8a

nyeri perut, hilangnya kesadaran untuk sementara. Tanyakan juga

tentang cedera sebelumnya (Norvell, 2011).

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan yang harus dilakukan adalah identisifikasi luka secara

jelas dan gangguan neurovaskular bagian distal dan lesi tersebut.

Pemeriksaan yang dilakukan adalah :

1. Look (inspeksi)

Pembengkakan, memar, dan deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi

hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh atau tidak. Kalau kulit

robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera itu terbuka

(compound).

2. Feel (palpasi)

Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian

distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi.

Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan

pembedahan.

3. Movement (gerakan)

Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih pnting

untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakkan sendi-sendi

di bagian distal dari cedera.

c. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis bertujuan untuk menentukan

keparahan kerusakan tulang dan jaringn lunak yang berhubungn

dengan derajat energi dari trauma itu sendiri. Bayangan udara di

jaringan lunak merupakan petunjuk dalam melakukan pembersihan

luka atau irigasi dalam melakukan debridement. Bila bayangan

udara tersebut tidak berhubungan dengan daerah fraktur maka dapat

ditentukan bahwa fraktur tersebut adalah fraktur tertutup. Radiografi

dapat terlihat bayangan benda asing disekitar lesi sehingga dapat

Page 15: Presus Open Fractur Andik8a

diketahui derajat keparahan kontaminasi disamping melihat kondisi

fraktur atau tipe fraktur itu sendiri. Diagnosis fraktur dengan tanda-

tanda klasik dapat ditegakkan secara klinis, namun pemeriksaan

radiologis tetap diperlukan untuk konfirmasi untuk melengkapi

deskripsi fraktur, kritik medikolegal, rencana terapi dan dasar untuk

tindakan selanjutnya. Sedangkan untuk fraktur-fraktur yang tidak

memberikan gejala kalsik dalam menentukan diagnosa harus

dibantu pemeriksaan radiologis sebagai gold standart (Schaller,

2011).

2. Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan darah bertujuan untuk menilai tanda-tanda infeksi dan

komplikasi lanjutan dari fraktur. Selain itu, pemeriksaan darah dapat

membantu untuk persiapan tindakan terapi selanjutnya.

4. Komplikasi

a. Perdarahan, syok septik sampai kematian

b. Septikemia, toksemia oleh karena infeksi piogenik

c. Tetanus

d. Gangren

e. Perdarahan sekunder

f. Osteomielitis kronik

g. Delayed union

h. Nonunion dan malunion

i. Kekakuan sendi

.   5. Penatalaksanaan

Di Rumah Sakit, penilaian umum yang cepat merupakan langkah

yang pertama, dan setiap keadaan yang membahayakan jiwa dapat diatasi.

Luka kemudian diperiksa. Setelah itu dapat ditutup lagi dan dibiarkan

tidak terganggu hingga pasien berada di kamar bedah. Empat pertanyaan

yang perlu dijawab :

a. Bagaimana sifat luka tersebut.

Page 16: Presus Open Fractur Andik8a

b. Bagaimana keadaan kulit di sekitar luka.

c. Apakah sirkulasi cukup baik.

d. Apakah saraf utuh.

Semua fraktur terbuka, tidak peduli seberapa ringannya, harus

dianggap terkontaminasi, penting untuk mencoba mencegahnya infeksi.

Untuk tujuan ini, perlu diperhatikan empat hal yang penting :

a. Pembalutan luka dengan segera.

b. Profilaksis antibiotika.

c. Debridement luka secara dini.

d. Stabilisasi fraktur.

Penanganan fraktur terbuka

Pada kasus fraktur terbuka diperlukan ketepatan dan kecepatan

diagnosis pada penanganan agar komplikasi terhindar dari kematian atau

kecacatan. Penatalaksanaan fraktur terbuka derajat III meliputi tindakan

life saving dan life limb dengan resusitasi sesuai dengan indikasi,

pembersihan luka dengan irigasi, eksisi jaringan mati dan debridement,

pemberian antibiotik (sebelum, selama, dan sesudah operasi), pemberian

anti tetanus, penutupan luka, stabilisasi fraktur dan fisioterapi. Tindakan

definitif dihindari pada hari ketiga atau keempat karena jaringan masih

inflamasi/ infeksi dan sebaiknya ditunda sampai 7-10 hari, kecuali dapat

dikerjakan sebelum 6-8 jam pasca trauma

Prinsip penanganan fraktur terbuka derajat III secara umum adalah

sebagai berikut :

a. Pertolongan pertama

Secara umum adalah untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri

dan mencegah gerakan-gerakan fragmen yang dapat merusak jaringan

sekitarnya. Stabilisasi fraktur bisa menggunakan splint atau bandage

yang mudah dikerjakan dan efektif. Luka ditutup dengan material

yang bersih dan steril.

Page 17: Presus Open Fractur Andik8a

b. Resusitasi

Penatalaksanaan sesuai dengan ATLS (Advance Trauma Life

Support) dengan memberikan penanganan sesuai prioritas (resusitasi),

bersamaan itu pula dikerjakan penanganan fraktur terbuka agar

terhindar dari komplikasi. Kehilangn banyak darah pada frkatur

terbuka derajat III dapat mengakibatkan syok hipovolemik dan dapat

diperberat oleh rasa nyeri yang dapat menyebabkan syok neurogenik.

Tindakan resusitasi dilakukan dilakukan bila ditemukan tanda syok

hipovolemik, gangguan nafas atau denyut jantung karena fraktur

terbukaseringkali bersamaan dengan cedera organ lain. Penderita

diberikan resusitasi cairan Ringer Laktat atau transfusi darah dan

pemberian analgetik selama tidak ada kontraindikasi. Pemeriksaan

radiologis dilakukan setelah pasien stabil.

c. Penilaian awal

Pemeriksaan yang teliti dan hati-hati merupakan dasar dalam

observasi dan penanganan awal yang memadai. Fakta-fakta pada

pemeriksaan harus direkam dengan baik termasuk trauma pada daerah

atau organ lain dan komplikasi akibat fraktur itu sendiri.

d. Terapi antibiotik dan anti tetanus serum (ATS)

Pemberian antibiotik sebaiknya diberikan segera mungkin setelah

terjadinya trauma. Antibiotik adalah yang berspektrum luas, yaitu

sefalosporin generasi I (cefazolin 1-2 gram) dan dikombinasikan

dengan aminoglikosid (gentamisin 1-2 mg/kgBB tiap 8 jam) selama 5

hari. Selanjutnya perawatan luka dilakukan setiap hari dengan

memperhatikan sterilitas, dan pemberian antibiotik disesuaikan

dengan hasil kultur dan sensitifitas terbaru. Bila dalamperawatan

ditemukan gejala dan tanda infeksi, maka dilakukan pemeriksaan

kultur dan sensitifitas ulang untuk penyesuaian ualng pemberian

antibiotik yang digunakan. Pemberian anti tetanus diindikasikan pada

fraktur kruris terbuka derajat III berhubungan dengan kondisi luka

yang dalam, luka yang terkontaminasi, luka dengan kerusakan

Page 18: Presus Open Fractur Andik8a

jaringan yang luas serta luka dengan kecurigaan sepsis. Pada

penderita yang belum pernah mendapat imunisasi anti tetanus dapat

diberikan gemaglobulin anti tetanus manusia dengan dosis 250 unit

pada penderita diatas usia 10 tahun dan dewasa, 125 unit pada usia 5-

10 tahun dan 75 unit pada anak dibawah 5 tahun. Dapat pula

diberikan serum anti tetanus dari binatang dengan dosis 1500 unit

dengan tes subkutan0,1 selama 30 menit. Jika telah mendapat

imunisasi toksoid tetanus (TT) maka hanya diberikan 1 dosis boster

0,5 ml secara intramuskular.

e. Debridement

Operasi bertujuan untuk membersihkan luka dari benda asing dan

jaringan mati, memberikan persediaan darah yang baik di seluruh

bagian itu. Dalam anestesi umum, pakaian pasien dilepas, sementara

itu asisten mempertahankan traksi pada tungkai yang mengalami

cedera dan menahannya agar tetap ditempat.

Page 19: Presus Open Fractur Andik8a

DAFTAR PUSTAKA

Gustilo RB, Merkow RL, Templeman D.1976. The management of open

fractures. J Bone Joint Surg Am;72(2):299-304

Mansjoer. A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Medica Aesculpalus,

FKUI;Jakarta

Moran DS, Israeli E, Evans RK, Yanovich R, Constantini N, Shabshin N, et

al. 2008. “Prediction model for stress fracture in young female recruits

during basic training”. Med Sci Sports Exerc:S636-44.

Norvell J G, Kulkarni R.2011. Tibial and Fibular Fracture. Diakses di

http://emedicine.medscape.com/article/826304-overview . tanggal

akses : 22 Oktober 2015.

Schaller, T.M. Calhoun, J.H.2011. Open Fracture. E-medicine. Medscape.

Page 20: Presus Open Fractur Andik8a

DOKUMENTASI