Page 1
STATUS PASIEN RUANGAN
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Zulkarnaini
Umur : 30 tahun
Alamat : Ulhee Kareng
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pekerjaan : PNS
Tanggal pemeriksaan : 30 Maret 2012
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Nyeri Pinggang
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Penderita datang dengan keluhan utama nyeri pada pinggang yang
dirasakan memberat selama beberapa minggu sebelum masuk rumah sakit.
Nyeri pinggang tersebut diakui pasien sudah dialaminya selama 10 tahun
terakhir sejak tahun 2001. Nyeri terasa terasa tumpul atau pegal, hilang
timbul terutama bila bekerja mengangkat barang berat serta banyak berjalan
dan hanya terbatas pada pinggang bagian bawah saja. Sebelumnya pasien
mengaku pernah jatuh di kamar mandi dan dibawa ke panti pijat untuk diurut.
Namun, pasien tidak merasakan adanya perbaikan pada sakitnya. Jenis obat
yang diminum tidak diketahui. Demam (-), batuk-batuk (-), penurunan berat
badan (-).
Pekerjaan penderita sekarang pegawai negeri tapi penderita juga pernah ber
profesi sebagai atlit karate selama 12 tahun yang lalu.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Disangkal
1
Page 2
III. PEMERIKSAAN FISIK
- Kesadaran : Compos Mentis
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 76 x/ menit, reguler
- Pernafasan : 20 x / menit
- Suhu : Afebris
IV. STATUS INTERNUS
a. Kulit
Warna : Sawo matang
Turgor : Cepat kembali
Sianosis : (-)
Ikterus : (-)
Oedema : (-)
Anemia : (-)
b. Kepala
Rambut : Hitam, sukar dicabut
Wajah : Simetris, edema (-), deformitas(-).
Mata : Conjunctiva pucat (-/-), ikterik (-/-), refleks
cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung
(+/+)
pupil isokor 3 mm / 3 mm, diplopia (-)
Telinga : Serumen (-/-)
Hidung : Sekret (-/-)
Mulut
Bibir : Bibir pucat (-), mucosa basah (+), sianosis (-)
Lidah : Tremor (-), hiperemis (-)
Tonsil : Hiperemis (-/-)
Faring : Hiperemis (-)
c. Leher
Inspeksi : Simetris
Palpasi : JVP (N) R-2 cm H2O. Pembesaran KGB (-
2
Page 3
d. Thorax
Inspeksi
Statis : kesan normal
Dinamis : kesan normal
Axilla : Pembesaran KGB (-)
Palpasi :
Stem Fremitus Paru Kanan Paru Kiri
Lapangan Paru Atas Normal Normal
Lapangan Paru Tengah Normal Normal
Lapangan Paru Bawah Normal Normal
Perkusi :
Paru Kanan Paru Kiri
Lapangan Paru Atas Sonor Sonor
Lapangan Paru Tengah Sonor Sonor
Lapangan Paru Bawah Sonor Sonor
Auskultasi :
Suara Nafas Pokok Paru Kanan Paru Kiri
Lapangan Paru Atas Vesikuler Vesikuler
Lapangan Paru Tengah Vesikuler Vesikuler
Lapangan Paru Bawah Vesikuler Vesikuler
Suara Nafas Tambahan Paru Kanan Paru Kiri
Lapangan Paru Atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lapangan Paru Tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lapangan Paru Bawah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Thorak Belakang
- Inspeksi : Kesan normal
Stem Fremitus Paru Kanan Paru Kiri
3
Page 4
Lapangan Paru Atas Normal Normal
Lapangan Paru Tengah Normal Normal
Lapangan Paru Bawah Normal Normal
Perkusi :
Paru Kanan Paru Kiri
Lapangan Paru Atas Sonor Sonor
Lapangan Paru Tengah Sonor Sonor
Lapangan Paru Bawah Sonor Sonor
Auskultasi
Suara Nafas Pokok Paru Kanan Paru Kiri
Lapangan Paru Atas Vesikuler Vesikuler
Lapangan Paru Tengah Vesikuler Vesikuler
Lapangan Paru Bawah Vesikuler Vesikuler
Suara Nafas Tambahan Paru Kanan Paru Kiri
Lapangan Paru Atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lapangan Paru Tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lapangan Paru Bawah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis di ICS V 1 jari di dalam LMCS.
Perkusi :
Atas : Sela iga III
Kiri : Linea Mid Clavikula Sinistra
Kanan : Linea Para Sternal Dextra
Auskultasi : BJ I > Bj II, regular, bising (-)
e. Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi (-), tumor (-), vena collateral (-)
4
Page 5
Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : Peristaltik usus normal
f. Genitalia : Tidak diperiksa
g. Anus : Tidak diperiksa
h. Tulang Belakang : Kesan normal
i. Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB (-)
j. Ekstremitas :
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis - - - -
Oedema - - - -
Fraktur
-
-
- - - -
V. STATUS NEUROLOGIS
A. G C S : E4 M6 V5 = 15
Pupil : isokor 3 mm / 3 mm
Reflek Cahaya Langsung : +/+
Reflek Cahaya Tidak Langsung : +/+
Tanda Rangsang Meningeal
- Laseque : (-)
5
Page 6
- Tanda Laseque kontralateral : (-)
- Tanda Laseque terbalik : (-)
- Neri’s sign : (-)
B. Nervi Craniales
Kelompok Optik Kanan Kiri
Nervus II (visual) :
Visus Kesan Normal Kesan Normal
Lapangan Pandang Kesan Normal Kesan Normal
Melihat Warna Kesan Normal Kesan Normal
Nervus III (otonom) :
Ukuran Pupil 3 mm 3 mm
Bentuk Pupil Bulat Bulat
Reflek Cahaya Langsung + +
Reflek Cahaya Tidak Langsung + +
Nistagmus (-) (-)
Strabismus (-) (-)
Nervus III, IV, VI (gerakan okuler)
Pergerakan bola mata :
Lateral dbn dbn
Atas dbn dbn
Bawah dbn dbn
Medial dbn dbn
Diplopia - -
Kelompok Motorik
Nervus V ( fungsi motorik)
Membuka mulut : dalam batas normal
Menggigit dan mengunyah : dalam batas normal
Nervus VII (fungsi motorik)
Mengerutkan dahi : dalam batas normal
Menutup mata : dalam batas normal
Menggembungkan pipi : dalam batas normal
Memperlihatkan gigi : dalam batas normal
6
Page 7
Sudut bibir : dalam batas normal
Nervus IX & X (fungsi motorik)
Bicara : dalam batas normal
Reflek menelan : dalam batas normal
Nervus XI (fungsi motorik)
Mengangkat bahu : dalam batas normal
Memutar kepala : dalam batas normal
Nervus XII (fungsi motorik)
Artikulasi lingualis : dalam batas normal
Menjulurkan lidah : dalam batas normal
Kelompok Sensoris
Nervus I (fungsi penciuman) : Kesan normal
Nervus V (fungsi sensasi wajah) : Kesan normal
Nervus VII (fungsi pengecapan) : Kesan normal
Nervus VIII (fungsi pendengaran) : Kesan normal
C. Badan
Motorik
Gerakan respirasi : Abdominothoracal
Bentuk columna vertebralis : Dalam batas normal
Gerakan columna vertebralis : Simetris
Sensibilitas
Rasa suhu : Dalam batas normal
Rasa nyeri : Dalam batas normal
Rasa raba : Dalam batas normal
D. Anggota Gerak Atas
Motorik
Pergerakan : normal/normal
Kekuatan : sdn/sdn
Tonus : dalam batas normal
Atrofi : -/-
Refleks
7
Page 8
Biceps : +/+
Triceps : +/+
E. Anggota Gerak Bawah
Motorik
Pergerakan : normal /normal
Kekuatan : 5555 5555
5555 5555
Tonus : dalam batas normal
Atrofi : -/-
Jalan jinjit : dbn
Jalan dengan tumit : dbn
Refleks
Patella : +/+
Achilles : +/+
Babinski : -/-
Chaddok : -/-
Schaeffer : -/-
Gordon : -/-
Oppenheim : -/-
Klonus
Paha : -/-
Kaki : -/-
Tanda Laseque : (-)
Tanda Laseque kontralateral : (-)
Tanda Laseque terbalik : (-)
Neri’s sign : (-)
Sensibilitas
Rasa suhu : dbn
Rasa nyeri : dbn
Rasa raba : dbn
F. Gerakan Abnormal : (-)
8
Page 9
G. Fungsi Vegetatif
Miksi : Inkontinensia Urin (-)
Defekasi : Inkontinensia Alvi (-)
H. Koordinasi, Cara Berjalan dan Keseimbangan
Koordinasi : dalam batas normal
Cara berjalan : dalam batas normal
Keseimbangan : dalam batas normal
A. Fungsi Luhur
Memori : dalam batas normal
Fungsi bahasa : dalam batas normal
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
MRI : Kesan Herniasi Nukleus Pulposus L4-5
VII. RESUME
Tn.Z, seorang laki-laki usia 30 tahun bersuku Aceh datang dengan
keluhan utama nyeri pinggang yang dirasakan memberat selama beberapa
minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri pinggang tersebut diakui pasien
sudah dialaminya selama 10 tahun terakhir sejak tahun 2001. Nyeri terasa
tumpul atau pegal, hilang timbul terutama bila bekerja mengangkat barang
berat serta banyak berjalan dan hanya terbatas pada pinggang bagian bawah
saja. Sebelumnya pasien mengaku pernah jatuh di kamar mandi dan dibawa
ke panti pijat untuk diurut. Namun, penderita tidak merasakan adanya
perbaikan pada sakitnya. Penderita tidak mengkonsumsi obat untuk mengatasi
rasa nyerinya. Demam (-), batuk-batuk (-), penurunan berat badan (-).
Riwayat penyakit dahulu disangkal. Riwayat penyakit keluarga disangkal.
Pada pemeriksaan umum didapatkan kesadaran composmentis , TD : 130/80
mmHg, frekuensi nadi : 76 x/menit, frekuensi napas : 20 x/menit, suhu :
afebris, keadaan umum : baik, mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterik, jantung : bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal, murmur (-),
gallop (-). Paru : vesikular, rh -/-, wh -/-. Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan
(-), defans (-), bising usus (+) normal, ekstremitas : akral hangat, perfusi
9
Page 10
perifer baik. Pada pemeriksaan neurologi didapatkan GCS : E4M6V5, TRM :
kaku kuduk (-); Nn. Craniales : pupil bulat isokor Æ 3 mm/3 mm, RCL +/+,
RCTL +/+, Motorik : ektremitas atas 5555 /5555; ektremitas bawah
5555 /5555, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-, sensorik: normal,
fungsi otonom baik.
DiagnosisKlinis : Low Back Pain Topis : Lumbal4-5
Patologis : TraumatikEtiologi : Herniasi Nukleus Pulposus (HNP)
Pemeriksaan Penunjang
MRI : Kesan Hernia Nukleus Pulposus
10
Page 13
Penatalaksanaan :Gabexal 2 x 300 mgSohobion 2 x 1
Selama kunjungan ke Poli Saraf pasien difollow up sebagai berikut :
Tanggal
(hari
perawatan
ke-)
Subjektif Pemeriksaan
fisik
Terapi Pemeriksaan
penunjang
1 Desember
2010
Nyeri
Pinggang
Composmentis,
TD : 140/90
mmHg , FN :
78x/mnt, FP :
18 x/mnt, T:
Meloxicam 2x1
Lansoprazole 1x1
MRI
13
Page 14
36,5oC, GCS:
E4M6V5,
TRM: Lasegue
>700/>700,
Tanda Laseque
kontralateral (-)
Tanda Laseque
terbalik (-)
Neri’s sign (-)
Nn. Craniales :
pupil bulat
isokor Æ 3
mm/3 mm, RCL
+/+, RCTL +/+,
Motorik :
ekstremitas atas
5555/5555,
ektremitas
bawah
5555/5555 ,
Refleks
fisiologis : +/+,
Refleks
patologis -/-,
sensorik :
normal, fungsi
otonom :
normal.
8 Desember
2010
Kontrol
Ulang, Nyeri
Pinggang
Composmentis,
TD : 130/90
mmHg , FN :
Amitriptilin
1x2,5 mg
Sohobion 1x1
Hasil MRI,
Kesan: HNP
L4-5
14
Page 15
80x/mnt, FP :
18 x/mnt, T:
36,5oC, GCS:
E4M6V5,
TRM: Lasegue
>700/>700,
Tanda Laseque
kontralateral (-)
Tanda Laseque
terbalik (-),
Neri’s sign (-)
Nn. Craniales :
pupil bulat
isokor Æ 3
mm/3 mm, RCL
+/+, RCTL +/+,
Motorik:
ekstremitas atas
5555/5555,
ektremitas
bawah
5555/5555,
Refleks
fisiologis : +/+,
Refleks
patologis -/-,
sensorik :
normal, fungsi
otonom normal.
8 Februari
2012
Kontrol
Ulang, Nyeri
Pinggang
Composmentis,
TD : 130/90
mmHg , FN :
Metylprednisolon
2x1
Lansoprazole 1x1
15
Page 16
86x/mnt, FP :
18 x/mnt, T:
36,5oC, GCS:
E4M6V5,
TRM: Lasegue
>700/>700,
Tanda Laseque
kontralateral (-)
Tanda Laseque
terbalik: (-),
Neri’s sign (-).
Nn. Craniales :
pupil bulat
isokor Æ 3
mm/3 mm, RCL
+/+, RCTL +/+,
Motorik :
ekstremitas atas
5555/5555,
ektremitas
bawah
5555/5555 ,
Refleks
fisiologis : +/+,
Refleks
patologis -/-,
sensorik :
normal, fungsi
otonom normal.
Sohobion 1x1
Planning :
Fisioterapi
22 Februari
2012
Kontrol
ulang, Nyeri
Pinggang
Composmentis,
TD : 130/90
mmHg , FN :
Metylprednisolon
2x1
Lansoprazole 1x1
16
Page 17
86x/mnt, FP :
18 x/mnt, T:
36,5oC, GCS:
E4M6V5,
TRM: Lasegue
>700/>700,
Tanda Laseque
kontralateral (-)
Tanda Laseque
terbalik (-),
Neri’s Sign (-)
Nn. Craniales :
pupil bulat
isokor Æ 3
mm/3 mm, RCL
+/+, RCTL +/+,
Motorik :
ekstremitas atas
5555/5555,
ektremitas
bawah
5555/5555 ,
Refleks
fisiologis : +/+,
Refleks
patologis -/-,
sensorik :
normal, fungsi
otonom normal.
Sohobion 1x1
Planning:
Fisioterapi
1 Maret
2012
Kelemahan
anggota
gerak
Composmentis,
TD : 140/90
mmHg , FN :
Amitriptilin ¼
tablet (malam)
Fitbon 1x1
17
Page 18
berkurang 78x/mnt, FP :
18 x/mnt, T:
36,5oC, GCS:
E4M6V5,
TRM: Laseque
>700/>700,
Tanda Laseque
kontralateral (-)
Tanda Laseque
terbalik (-),
Neri’s sign (-).
Nn. Craniales :
pupil bulat
isokor Æ 3
mm/3 mm, RCL
+/+, RCTL +/+,
Motorik :
ekstremitas atas
5555/5555,
ektremitas
bawah
5555/5555 ,
Refleks
fisiologis : +/+,
Refleks
patologis -/-,
sensorik :
normal, fungsi
otonom normal.
21 Maret
2012
Kontrol
Ulang, nyeri
pinggang
Composmentis,
TD : 140/90
mmHg , FN :
Gabexal 2 x
300mg
Sohobion 1x1
18
Page 19
78x/mnt, FP :
18 x/mnt, T:
36,5oC, GCS:
E4M6V5,
TRM: Lasegue
>700/>700,
Tanda Laseque
kontralateral (-)
Tanda Laseque
terbalik (-),
Neri’s sign (-).
Nn. Craniales :
pupil bulat
isokor Æ 3
mm/3 mm, RCL
+/+, RCTL +/+,
Motorik :
ekstremitas atas
5555/5555,
ektremitas
bawah
5555/5555 ,
Refleks
fisiologis : +/+,
Refleks
patologis -/-,
sensorik :
normal, fungsi
otonom normal.
Prognosa :
Quo ad vitam : dubia ad bonam
19
Page 20
Quo ad functionam : dubia ad bonamQuo ad sanactionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
20
Page 21
2.1 Definisi
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau
lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.
LBP yang lebih dari 6 bulan disebut kronik.1
2.2 Insidensi
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara
industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini
selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point
prevalencerata-rata 30%. Di AS nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling
sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan ke 2
untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke 5 alasan perawatan di
rumah sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi.2
Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun
diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah
menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%.
Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar
antara 3-17%.1
2.3 Etiologi
Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:
1. Diskogenik (sindroma spinal radikuler).
2. Non-diskogenik
1. Diskogenik
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus yang
merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu
protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan
kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal atau servikal
dan jarang sekali pada daerah torakal. Nukleus terdiri dari megamolekul
proteoglikan yang dapat menyerap air sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai
dekade ke tiga, gel dari nukleus pulposus hanya mengandung 90% air, dan akan
21
Page 22
menyusut terus sampai dekade ke empat menjadi kira-kira 65%. Nutrisi dari
anulus fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan molekul-molekul
kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang
menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada trauma yang berulang
menyebabkan robekan serat-serat anulus baik secara melingkar maupun radial.
Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yang
menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan
secara melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari
anulus lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi ataupun kompresi
akar saraf.3
2. Non-diskogenik
Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada serabut sensorik
saraf perifer, yang membentuk n. iskiadikus dan bisa disebabkan oleh neoplasma,
infeksi, proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi n. iskiadikus dalam
perjalanannya dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi
pelvis sampai sepanjang jalannya n. iskiadikus (neuritis n. iskiadikus).4
2.4 Faktor Resiko
Faktor risiko terjadinya LBP adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk,
masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor
(kurvatura >80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan
pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri
berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban,
menarik beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan. 1,5
2.5 Diagnosa
A. Anamnesis
Harus dilakukan anamnesis yang teliti yang biasanya nantinya akan dilengkapi
oleh pemeriksaan fisik, disertai pemeriksaan radiologis dan elektrodiagnosis.
Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:6
1. Nyeri pinggang lokal
22
Page 23
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan
radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di
bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.
2. Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom
yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai
hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh
proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.
3. Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada
dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat
dirasakan di bagian lebih superfisial.
4. Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam
ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
5. Nyeri karena iskemia
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang
dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat
disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka
komunis.
6. Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan
dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.
Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan
intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler.
Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada LBP dengan rasio 80-20%
menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi.
Bila nyeri LBP lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan
adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan operatif.
Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala
merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis.
B. Pemeriksaan Fisik
23
Page 24
1. Inspeksi
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan
menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus.
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat
nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya
skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh
spasme otot paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal,
karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga
menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi
diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di
sebelahnya (jackhammer effect).
Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke
depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang
meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada
sisi yang sama.
Nyeri LBP pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan
kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak
patognomonik.
2. Palpasi
Pemeriksaan motoris
Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan
miotom yang mempersarafinya.
Pemeriksaan sensorik
24
Page 25
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian
dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam
membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan
sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding
motoris.5
Tanda-tanda perangsangan meningeal
Tanda Laseque atau modifikasinya yang positif menunjukkan adanya
ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda Laseque
dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900 lalu
dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan
menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri
akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan
mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising).
Modifikasi-modifikasi tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila
menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada
tungkai kontra lateral merupakan tanda kemungkinan herniasi diskus.3
Tanda Neri (Neri’s sign) : bisa ditimbulkan bila pasien membungkuk ke
depan dan dikatakan positif bila akan terjadi fleksi lutut pada sisi yang terkena.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah
(LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
2. Pungsi Lumbal (LP) :
LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan
terjadi transudasi dari low molecular weight albumin sehingga terlihat
albumin yang sedikit meninggi sampai dua kali level normal.
3. Pemeriksaan Radiologis
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-
25
Page 26
kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan
suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis
telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan
lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang
menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi
terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah
ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang
paling terkena.
MRI sangat berguna bila:
vertebra dan level neurologis belum jelas
kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
kecurigaan karena infeksi atau neoplasma.
Elektromiografi (EMG) adalah suatu pemeriksaan yang non-invasif. Dalam
bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis sangat
berguna pada diagnosis sindroma radiks.
Pemeriksaan EMG dilakukan untuk :
· Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks
· Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer
· Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks
2.6 Penatalaksanaan
Konservatif
Tujuan penatalaksanaan secara konservatif adalah menghilangkan nyeri dan
melakukan restorasi fungsional. Harus diberikan penerangan yang jelas tentang
perjalanan penyakitnya, tes-tes diagnostik, cara-cara pencegahan, peran pembedahan
sehingga pasien dapat menilai keadaan dirinya dan mengerti tindakan yang diambil
oleh dokter dengan konsekuensi dari terapi yang dipilih. Dalam penanganan umum
penderita diberikan informasi dan edukasi tentang hal-hal seperti: sikap badan, tirah
26
Page 27
baring dan mobilisasi. Medikamentosa diberikan terutama untuk mengurangi nyeri
yaitu dengan analgetika. Cara pemberian analgetik mengacu seperti pada petunjuk
tiga jenjang terapi analgetik WHO. Sering obat yang sesuai untuk penanganan
dimulai dengan asetaminofen dan/ataunonsteroidal anti-inflammatory
drug (NSAID). Untuk LBP akut secara fakta didapatkan bahwa tidak
terdapat NSAID spesifik yang lebih efektif terhadap yang lainnya.8 Medikasi lain
yang dapat diberikan sebagai tambahan adalah relaksan otot, antidepresan trisiklik,
dan antiepileptika seperti fenitoin, karbamazepin, gabapentin, dan topiramat.
Dari segi rehabilitasi, modalitas penanganan penderita HNP tergantung dari stadium
dampak dari penyakit tersebut yang dibedakan atas:9
§ Stadium impairment; fisioterapi
§ Stadium disabilitas; latihan penguatan otot
§ Stadium handicap; analisa sifat pekerjaan dan diikuti penyesuaian cara
bekerja/alih pekerjaan.
Modalitas yang dapat diberikan pada HNP seperti:
- Traksi lumbal
- Terapi termal (panas dan dingin)
- Hidroterapi
- Masase
- TENS (Transcutaneus electrical nerve stimulaton)
- Latihan
- Korset (Back braces/Corset)
Operatif
Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa: 7
Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih 4 minggu: nyeri
berat/intractable/ menetap/ progresif.
Defisit neurologik memburuk
Sindroma kauda ekuina. Stenosis kanal; setelah terapi konservatif tak
berhasil.
Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik
dan radiologik.
27
Page 28
2.7 Prognosis
Menurut Anderson, faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan/prognosis adalah: diagnosis etiologi spesifik, usia lanjut, pernah nyeri
pinggang sebelumnya dan gangguan psikososial. Sebagian besar pasien sembuh
secara cepat dan tanpa gangguan fungsional. Rata-rata 60-70% sembuh dalam 6
minggu, 80-90% dalam 12 minggu. Penyembuhan setelah 12 minggu berjalan sangat
lambat dan tak pasti. Diagnosis sangat berkaitan dengan penyembuhan, penderita
nyeri pinggang bawah dengan iskialgia membutuhkan waktu lebih lama dibanding
dengan tanpa iskialgia.2 Dari penelitian Weber, tahun pertama terdapat perbaikan
secara signifikan pada kelompok yang dioperasi dibanding tanpa operasi, namun
kedua kelompok baik dioperasi maupun tidak, pada observasi tahun ke 4-10 terlihat
perbaikan yang ada tidak berbeda secara signifikan.3
28
Page 29
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik,
patofisioloogi dan penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba
JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167.
2. Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet
1999; 354:581-5.
3. Wheeler AH, Stubbart JR. Pathophysiology of Chronic Back Pain. (Cited
March 2012) Available from:
URL http://www.emedicine.com/neuro/topic516.htm .
4. Sidharta P. Anamnesa kasus nyeri di ekstermitas dan pinggang. Sakit
pinggang. In: Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta : Pustaka
universitas, 1980: 64-75.
5. Feske SK, Greenberg SA. Degenerative and compressive structural disorders.
In: Textbook of Clinical Neurology. 2nd Ed., Ed. Goetz CG. Philadelphia:
Saunders 2003; 583-600.
6. Rumawas RT. Nyeri pinggang bawah (Pandangan umum). Kumpulan
makalah lengkap Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia
(PERDOSSI). Palembang, 8-12 Desember 1996.
7. Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, Anggraini H. Penuntun praktis
penanganan nyeri neuropatik. Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI 2000.
8. Cohen RI, Chopra P, Uphshur C. Low back pain, part 2: Guide to
conservative, medical, and procedural therapies. Geriatrics 2001; 11: 38-47.
9. Widjaja S. Aspek rehabilitasi low back pain. Kumpulan makalah lengkap
Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia (PERDOSSI).
Palembang, 8-12 Desember 1996.
29