Top Banner
PRESENTASI KASUS CARSINOMA MAMAE Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Disusun Oleh: Rheza Tuszakka 20100310162 Diajukan Kepada: dr Gunawan Siswadi Sp B i
58

Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

Dec 13, 2015

Download

Documents

Rheza Tuszakka

ca
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

PRESENTASI KASUS

CARSINOMA MAMAE

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bedah

Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Disusun Oleh:

Rheza Tuszakka

20100310162

Diajukan Kepada:

dr Gunawan Siswadi Sp B

BAGIAN ILMU BEDAH

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015

i

Page 2: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

HALAMAN PENGESAHANPRESENTASI KASUS

CARSINOMA MAMAE

Disusun oleh

Rheza Tuszakka

20100310162

Telah dipresentasikan pada tanggal:

Dan telah di setujui oleh:

Dosen pembimbing

dr Gunawan Siswadi Sp B

ii

Page 3: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus CARSINOMA MAMAE. Tujuan pembuatan presentasi kasus ini untuk memenuhi salah satu dari syarat program pendidikan profesi sub bidang ilmu bedah RSUD Panembahan Senopati kabupaten Bantul dan menambah pengetahuan penulis tentang Carsinoma Mamae sebagai salah satu kasus di bagian bedah.

Terimakasih yang sebanyak- banyaknya penulis ucapkan kepada:

1. dr Gunawan Siswadi Sp B selaku SMF sekaligus pembimbing laporan kasus di bagian bedah

2. dr Suryo Hapsara Sp B selaku pembimbing laporan kasus di bagian bedah3. semua dokter dan perawat di RSUD panembahan senopati bantul yang banyak

membantu penulis di bagian bedah4. rekan rekan dokter muda atas semangat, dorongan dan bantuannya.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Penulis

Rheza Tuszakka

iii

Page 4: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.............................................Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN................................Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR............................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI..........................................................Error! Bookmark not defined.

BAB I. KASUS......................................................Error! Bookmark not defined.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6

A. EMBRIOLOGI.......................................................................................6

B. ANATOMY...........................................................................................7

C. FISIOLOGI..........................................................................................12

D. ETIOLOGI.........................................1Error! Bookmark not defined.

E. KLASIFIKASI...................................1Error! Bookmark not defined.

F. FAKTOR RESIKO..............................Error! Bookmark not defined.

G. TANDA GEJALA................................Error! Bookmark not defined.

H. PROGNOSIS........................................Error! Bookmark not defined.

I. PENATALAKSANAAN.....................Error! Bookmark not defined.

J. SISTEM SATDIUM............................................................................32

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................Error! Bookmark not defined.

iv

Page 5: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

BAB I

PRESENTASI KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. M

Umur : 48 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Bangsal : Melati

B. ANAMNESIS

a. Keluhan Utama : Benjolan pada payudara semenjak 7bln

SMRS.

b. Keluhan Tambahan : Luka di sebelah puting payudara kanannya.

c. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluhkan adanya benjolan di

payudara kanan sejak 7 bulan SMRS. Awalnya dirasakan benjolan sebesar

kelereng. Pasien mengatakan bahwa benjolan semakin membesar. Benjolan

tunggal berbentuk bulat, tidak nyeri apabila ditekan, tidak ada darah yang

keluar dari puting payudaranya. Pasien juga mengeluh terdapat luka di sebelah

kanan putting payudara kanannya, serta terdapat benjolan di ketiak kanan

sebesar kelereng. Keluhan lain (-).

d. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat penyakit jantung disangkal

b. Riwayat penyakit ginjal disangkal

c. Riwayat penyakit kencing manis

d. Riwayat hipertensi disangkal

e. Riwayat stroke disangkal

1

Page 6: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

e. Riwayat Penyakit Keluarga

1. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

2. Riwayat penyakit gula : disangkal

3. Riwayat stroke : disangkal

4. Riwayat penyakit jantung : disangkal

5. Riwayat penyakit ginjal : disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : Composmentis

Tanda vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,1°C

1. Pemeriksaan Kepala

1. Wajah = Oedem (-)

2. Rambut = Warna rambut putih-hitam.

3. Mata = Konjungtiva pucat (-), sklera kuning (-), pupil isokor

4. Hidung = Discharge (-/-), napas cuping hidung (-/-),

5. Mulut = Bibir sianosis (-).

2. Leher

1. Jugular vein pressure meningkat (-), kelenjar thyroid membesar (-)

2. Pembesaran nodus limfonodi (-)

3. Pemeriksaan Thorax

a. Pulmo

- Inspeksi = Dada simetris, tidak ada retraksi.

- Palpasi = Vokal fremitus kanan = kiri, tidak ada ketinggalan

gerak

- Perkusi = Sonor seluruh lapang paru.

2

Page 7: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

- Auskultasi = Suara dasar vesicular +/+

Suara tambahan : wheezing(-), ronkhi(-)

- Pemeriksaan status lokalis =

Inspeksi : payudara tampak unsimetris, benjolan

tidak tampak saat inspeksi pada kedua payudara,

tampak ulserasi (+), perdarahan (+) nipple discharge

(-) retraksi (+), dimpling (-), peau d’orange (+),

nodul satelit (-).

Palpasi : terdapat masa tumor tunggal pada

payudara kanan kuadran medial dengan ukuran 5cm

x 6 cm, teraba keras, bentuk ireguler, batas tegas,

permukaan berbenjol benjol, terdapat ulcerasi,

terfiksir, nyeri tekan (-)

Pembesaran KGB aksila (_) kanan, terfiksir, ukuran

2x 1 cm, konsistensi padat, nyeri tekan (-).

b. Cor

- Inspeksi = Ictus cordis tak tampak

- Palpasi = Ictus cordis tak kuat angkat

- Perkusi = Batas jantung :

Batas kanan atas : SIC II LPS dekstra

Batas kanan bawah : SIC IV LPS dextra

Batas kiri atas : SIC II LPS sinistra

Batas kiri bawah : SIC V LMC sinistra

- Auskultasi = S1S2, reguler, bising (-), gallop (-)

4. Pemeriksaan Abdomen

1. Inspeksi = perut datar, jaringan parut (-)

2. Palpasi = supel, nyeri tekan (-)

3. Perkusi = timpani seluruh lapang perut

4. Auskultasi = peristaltik usus (+) normal.

3

Page 8: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

5. Pemeriksaan Ekstremitas

a. Superior = Oedem (-/-), akral hangat (+/+), nadi kuat (+/+)

b. Inferior = Oedem (-/-), akral hangat (+/+), nadi kuat (+/+),

ulkus

pedís (+/-) selulitis (+/-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

6. Darah Lengkap

7. SGOT/SGPT

8. Ureum/kreatinin

9. GDS

10. EKG

11. Ro Thorax

12. Usg upper lower abdomen

13. Hasil PA

Hasil Pemeriksaan Penunjang :

1. - Hemoglobin : 10,4 ( 12 –16 g / dl )

- Lekosit : 3,28 ( 4,00 – 10,00 103 / μl )

- Eritrosit : 3,84 ( 4,00 - 5,00 106 / μl )

- Trombosit : 207 ( 150 - 450 103 / μl )

- Hematokrit : 31,8 ( 36,0 - 46,0 vol% )

Hitung Jenis Lekosit

- Eosinofil : 0 ( 2 – 4% )

- Basofil : 0 ( 0 – 1% )

- Batang : 2 ( 2 – 5% )

- Segmen : 73 ( 51 – 67% )

- Limfosit : 21 ( 20 – 35% )

- Monosit : 4 ( 4 – 8% )

4

Page 9: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

- Ureum : 23 (17-43 mg/dl)

- Kreatinin : 0,54 (0,90-1,30 mg/dl)

- SGOT : 32 (< 37 U/L)

- SGPT : 30 ( <41 U/L )

GDS : 158 (80 – 200 mg/dL)

Foto Rontgen Thorax PA: Cardiomegali, pulmo tak tampak kelainan

USG upper lower abdomen: tak tampak kelainan pada hepar, VF, lien,

pankreas, kedua ren, U dan uterus. Tak tampak tanda tanda metastase pada

organ tersebut di atas. Tak tampak asicites limfadenopathy paraaorta.

Hasil PA: Organ : mammae

Makroskopik : jaringan payudara tanpa tanda benang ukuran 22x12x7

cm dilapisi kulit bentuk elips 15-8cm, putting menonjol

diameter 1,5 cm. disamping putting dengan nodul

diameer 6cm. Pembelahan lamier ujung 1rmsk 1ebih

panjang lamiler didapat masa putih batas tak tegas

7x7x6cm, jarak terdekat dengan irisan operasi 0,5cm,

dari masa – 2 kupe (B) dari putting – 1 kupe (c)

Mikroskopik : sediaan menunjukkan

5 kelenjar limfe dengan sarang tumor

Karsinoma duktal tumbuh dengan invasive

Kesimpulan : payudara: karsinoma duktal

E. DIAGNOSA KLINIS

• Carsinoma Mamae

F. Terapi

• Infus Nacl 15 tpm

• Injeksi ceftriaxon 1gr / 8 jam

• Radikal mastektomy dextra

5

Page 10: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. EMBRIOLOGI

Mammae terbentuk dari penebalan ectodermal (mammary ridges, milk line)

pada minggu ke-5 atau ke-6 pembentukan fetus. Payudara dibentuk disekitar ridge,

yang terbentang dari dasar forelimb (nantinya axilla) hingga rego hind limb

(nantinya inguinal. Tetapi nantinya ridge ini akan menghilang /atrofi pada akhir

trimester, kecuali bagian-bian kecil yang dapat bertahan disekitar dada seperti putting

susu yang muncul disepanjang milk line. Ektoderma yang tumbuh kedalam

membentuk duktus dan lobules susu, sehingg mammae dapat berkembang menjadi

suatu organ. Mamae kembali berkembang pada masa pubertas, karena adanya

pengaruh hormone mammotrophic. Terdapat 5 phase dari perkembangan payudara

pada masa pubertas, yaitu phase satu saat usia 8-10 tahun dimana putting semakin

menonjol tetapi belum ada perkembangan pada kelenjar mammae, phase kedua pada

usia 10-12 tahun dimana mulai terbentuknya kelenjar mammae agau pembentuka

kelenjar subaerolar, phase ketiga terjadi pada usia 11-13 tahun, dimana kelenjar

terbentuk, dan volumenya meningkat serta terjadi pigmentasi areolar, kemudian

proses ini berlanjut di phase empat pada usia 12-14 tahun dimana areola samakin

jelas membesar dan pigmentasi juga semakin jelas. Terakhir, pada fase ke lima pada

usia 13-17 tahun, pembentukan dan perkembangan payudara menjadi sempurna.

6

Page 11: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

II. ANATOMY

Pada pria, mammae tetap rudimenter dengan komponen kelenjar mammae

berkembang tidak sempurna, dimana acini berkembang tidak sempurna dengan

ductus yang pendek, serta terjadi defisiensi perkembangan papilla mammae,

parenkim, dan aerola. Pada pria aerola berada pada intercostal 4.

Pada wanita, mammae berkembang menjadi susunan yang kompleks.

Payudara perempuan dewasa masing-masing terletak di torak anterior dengan

dasarnya terletak dari kira-kira iga kedua atau ketiga sampai iga keenam atau ketujuh.

Kompleks puting-areola terletak antara costa IV dan V. Medial payudara mencapai

pinggir sternum dan di lateral setentang garis mid aksilaris dan meluas keatas ke

aksila melalui suatu ekor aksila berbentuk piramid. Payudara melekat diantara

subcutaneous fat dan fasia otot pektoralis mayor, otot serratus anterior, oblix entern

dan rectus abdo minis.

7

Page 12: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

Mammae terdiri dari kelenjar susu, jaringan ikat dan jaringan lemak. Masing-

masing kelenjar susu terdiri dari 15-20 lobus, dan mempunyai mempunyai ductus

lactiferous yang menutup secara radial sehingga dapat membuka puting. Jaringan

lemak membungkus lobus, jaringan lemak membentuk dan mengisi payudara,

memberikan ukuran yang berbeda-beda pada tiap orang.

8

Page 13: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

Aerola adalah hiperpigmentasi yang melngkari putting susu, disekeliling

aerola terdapat Montgommery tubercles yang berukuran kecil dan dapat melumasi

seluruh daerah putting-aerola selama laktasi. Epitel aerola adalah sel khusus

myoepitelial yang dapat berkontraksi dibawah pengaturan oxitosin, epitel ini meluas

ke seluruh system duktus

Terdapat ligament yang terbentang sepanjang fascia pektoralis profunda

sampai lapisan fascia superfisialis di dalam dermis yang berfungsi menyokong

mammae, disebut sebagai Ligamentum Cooper’s. Oleh karena itu, jika terdapat tumor

pada payudara yang melibatkan ligamentum Cooper dapat menyebabkan penyusutan

(penarikan) pada kulit dan retraksi kulit.

9

Page 14: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

Payudara mendapat suplai darah utama dari cabang a. mammary interna,

cabang bagian lateral dari a.intercostal posterior, dan cabang dari a.axillary termasuk

a.thoracic lateral, dan cabang-cabang pectoral dari a.thoracoacromial.

10

Page 15: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

Pembuluh darah vena akan mengikuti pembuluh darah arteri dengan drainase

vena menuju axilla. Tiga kelompok vena yang paling berperan adalah v.axilla (yang

mempunyai peran utama dalam drainase), v.torakalis interna dan v.intercostal

posterior. Pleksus vertebra Batson's dari v.paravertebra yang berjalan sepanjang tulang

belakang dan memanjang dari dasar tengkorak ke sacrum, dapat memberikan rute metastasis

kanker payudara ke tulang belakang, tengkorak, tulang panggul, dan sistem saraf pusat.

Cabang kornu lateral dari nervus intercostal ke 3 sampai ke 6 memberikan persarafan

sensorik pada payudara dan dinding dada anterolateral. Cabang ini keluar dari ruang

intercostal diantara m.serratus anterior. Cabang kutaneus yang timbul dari plexus cervical,

khususnya cabang-cabang n.supraclavicular, mempersarafi kulit bagian atas payudara.

N.interocosobrachial adalah kulit cabang kutaneus lateral n.interkostal kedua, dan dapat

terlihat ketika pembedahan bagian axila. Reseksi n.intercostabrachial menyebabkan

hilangnya sensasi pada lengan atas.

Di bagian dalam dari m.pectoralis mayor terdapat m.pectoralis minor yang

berhubungan dengan letak pembuluh limfe axilla, pembagian pembuluh limfe pada

daerah tersebut dimaksudkan untuk mempermudah pembedahan dan mempermudah

menilai stadium kanker. Tingkat I adalah pembuluh limfe axilla yang terletak dari

lateral sampai batas lateral m.pectoralis minor. Tingkat II terdapat tepat di bagian

dalam m.pectoralis minor. Bagian III adalah pembuluh limfe yang terletak dari

medial sampai batas medial dari m.pectoralis minor dan termasuk pembuluh limfe

subclavicular. Rotter’s node atau pembuluh limfe intrapectorial terletak antara

m.pectoralis mayor dan m.pectoralis minor.

11

Page 16: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

III. FISIOLOGI PAYUDARA

Perkembanagan payudara dan fungsi payudara dipengaruhi oleh hormone

estogren, progesterone, prolactin, oxytocin, horon tyroid, cortisol dan growth

hormone. Hormon estogeren, progesterone, dan prolactin memiliki efek trophic yang

penting bagi perkembangan payudara dan fungsi payudara normal. Estrogen

mempengruhi perkembangan payudara, sedangkat progresteron bertangungjaab

terfadap diferensasi epitel dan perkembangan lobus. Prolactin merupakan hormone

utama yang menstimulus proses lactogenesis pada periode kehamilan akhir dan

postpartum.

Hermon neurotropic dari hipotalamus bertanggung jawab terhadap regulasi

dan sekresi hormone yang mempengaruhi jaringan di payudara. Hormon

gonadotropin leutinizing dan folicel stimulating mengatur pelepasan estrogen dan

progresteron dari ovarium. Hipotalamus melepaskan gonadotrophin–releasing

hormone yang merangsang kelenjar hipofisi anterior melepaskan LH dan FSH dari sel

basofilik. Disini terdapat umpan balik dari sirkulasi estrogen dan progresteron,

terhadap pengaturan sekresi LH, FSH, dan GnRH. Hormon-hormon tersebut berguna

sebagai perkembangan, fungsi, dan pemeliharaan jaringan payudara. Setelah lahir,

kadar estrogen dan progresteron pada bayi perempuan menurun hal ini masih

berlangsung hingga masa kanak-kanak karena sensitivitas umpan balik negatif dari

axis hipotalamus-hipofisis dari hormon ini. Kemudian pada masa pubertas terjadi

penurunan sensitivitas umpan balik negative axis hipotalamus-hipofisis dan

meningkatnya sensitivitas umpan balik positif dari estrogen. Kejadia physiologic

12

Page 17: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

meningkatkan sekresi GnRh, FSH, dan LH sehingga terjadi peningkatan sekresi

estrogen dan progresteron oleh ovarium, yang nantinya terbentuk siklus menstruasi.

Pada awal siklus menstruasi, terjadi penambahan ukuran dan kepadatan payudara,

yang diikuti dengan pembesaran jaringan payudara dan proliferasi epital. Timbulnya

mentruasi pembengkakan payudara mereda, dan proliferasi epitel berkurang.

Pada masa kehamilan estrogen dan progrestin di ovarium dan placenta

meningkat, yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan subtansi pada

payudara. Payudara membesar, bersamaan dengan proliferasi duktus dan lobus,

areolar semakin gelap, kelenjar Montgomery semakin menonjol. Pada trimester

pertama dan kedua duktus minos bercabang dan berkembang. Pada trimester ketiga

lemak mengumouk di epitel alveolar dan rongga ductus. Pada akhir kehamilan,

prolactin merangsang sintesis lemak susu dan protein. Setelah plasenta keluar,

13

Page 18: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

estrogen dan progresteron yang beredar menjadi berkurang, yang menimbulkan

pugeluaran penuh aksi laktogenik dari prolactin. Produksi dan pengeluaran susu

diatur oleh reflex saraf yang berasal dari ujung saraf putting-aerola. Proses laktasi

membutuhkan stimulasi dari reflex saraf yang kemudian menimbulkan sekresi

prolactin dan pengeluaran susu. Oksitosin keluar akibat adanya stimulus dari

menyusui baik visual, auditory, dan olfaktori. Oksitosin menyebabkan kontraksi pada

sel ioepitelial sehingka terjadi penekanan pada alveioli, kemudian susu masuk ke

dalam sinus laktiferus. Setelah menyusui, pelepasan prolactin dan oksitosin

berkurang. Ketika proses mnyusui terhenti maka terjadi peningkatan tekanan didalam

duktus dan alveoli. Ketika menopause terjadi penurunan sekresi estrogen dan

progresteron olih ovarium dan inovulasi duktus dan alveoli mammae. Terjadi

peningkatan densitas di sekitar jaringan ikat fibrosa dan jaringan dipayudara diganti

dengan jaringan adipose.

14

Page 19: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

IV. ETIOLOGI

Etiologi Ca mammae masih belum diketahui secara pasti, namun

penyebabnya sangat multi faktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara

lain:

1. Usia

Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Risiko terbesar

ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.

2. Mutasi Gen

15

Page 20: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

Gen-gen tersebut yaitu BRCA-1 pada (17 q 21), p53 pada (17 p 13), BRCA-2

pada (13) dan pada pria biasanya dihubungkan dengan mutasi androgen-

receptor gen pada (kromosm Y)

BRCA-1

5-10% dari kanker payudara dikarenakan penurunan mutasi germline seperti

BRCA1 dan BRCA2, yang diwariskan dengan cara dominan autosomal

dengan berbagai penetrance. BRCA1 terletak di lengan kromosom 17q,

meliputi wilayah sekitar 100 kilobases (kb) DNA genom, dan berisi 22 exons

pengkodean. Full-length messenger RNA 7.8 KB dan mengkode protein asam

amino 1863. BRCA1 maupun BRCA2 berfungsi sebagai gen supresor tumor,

dan untuk setiap gen, hilangnya kedua alel diperlukan untuk inisiasi dari

kanker.

BRCA-2

BRCA2 terletak di lengan kromosom 13q dan meliputi wilayah sekitar 70 kb

DNA genom. Daerah pengkode 11,2-kb mengandung 26 pengkodean exons.

Fungsi biologis BRCA-2 kemungkinan beruhubungan denga pengerusakan

respon jalur DNA.

Kanker mammae dapat berasal dari mutasi satu atau lebih gen penting dalam

tubuh..

3. Pernah menderita kanker payudara.

Harvey dan Brinton mengemukakan wanita dengan riwayat Ca mammae

primer mempunyai resiko 3 sampai 4 kali lebih besar untuk timbulnya Ca

mammae kontralateral. Resiko timbulnya Ca mammae primer kedua pada

mammae kontralateral meninggi pada wanita yang mempunyai riwayat

penyakit yang sama dalam keluarga.

Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki

risiko tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara yang

16

Page 21: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

terkena diangkat, maka risiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat

meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.

4. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.

Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,

memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.

5. Hormonal

WHO menyatakan bahwa tidak terdapat peningkatan maupun penurunan

insidens Ca mammae yang berhubungan dengan penggunaan kotrasepsi

injeksi seperti depot-medroxyprogesterone acetate (DMPA). Berdasarkan

beberapa penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa penggunaan esterogen

sebagai terapi penganti hormon (Hormone Replacement Therapy = HRT)

pada wanita perimenopause dan post menopause sedikit meningkatkan resiko

Ca mammae. Resiko meningkat jika pada wanita yang menerima Estrogen

Hormon Replacement Therapy tersebut sebelumnya pernah menderita

kelainan benigna pada mammae-nya

6. Faktor diet

The Committee on Diet, Nutrition, and Cancer of The National Academy of

Sciences menyimpulkan adanya hubungan sebab akibat antara makanan

berlemak dan insiden dari Ca mammae. Makanan yang berlemak tinggi dapat

meningkatkan resiko Ca mammae dua kali lipat.

7. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker

Risiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah

menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya

jumlah saluran air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara

(hiperplasia atipik).

8. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun.

17

Page 22: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

Semakin dini menarche, semakin besar risiko menderita kanker payudara.

Risiko menderita kanker payudara 2-4 kali lebih besar pada wanita yang

mengalami menarche sebelum usia 12 tahun.

9. Menyusui dan Menopause

Dahulu dikatakan bahwa wanita yang menyusui untuk waktu lama (lebih dari

6 bulan selama hidupnya) mempunyai resiko yang lebih rendah untuk

menderita Ca mammae dibandingkan wanita yang tidak menyusui. Namun

saat ini pendapat itu tidak lagi disetujui. Untuk wanita yang mengalami

menopause pada usia diatas 55 tahun, resiko timbulnya Ca mammae 2 kali

lebih besar dibandingkan dengan mereka yang mulai menopause sebelum usia

45 tahun. Induksi menopause buatan dapat menurunkan resiko Ca mammae,

misalnya pada wanita-wanita yang mengalami oophorectomy (pengangkatan

ovarium) pada usia kurang dari 35 tahun.

10. Obesitas

Obesitas sebagai faktor risiko kanker payudara masih diperdebatkan.

Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor risiko kanker

payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang

obesitas. Penelitian membuktikan bahwa resiko Ca mammae mempunyai

hubungan langsung dengan berat badan. Resiko untuk Ca mammae pada

wanita obese 1,5 sampai 2 kali lebih tinggi daripada wanita tidak obese.

11. Radiasi

Wanita yang tetap hidup setelah pemboman Hirosima dan Nagasaki dan

pernah menjalani pengobatan dengan radiasi dosis tinggi untuk akut

postpartum mastitis, dan yang pernah menjalani pemeriksaan fluoroscopy

thorax untuk pengobatan TBC paru, mempunyai resiko lebih tinggi untuk

menderita Ca mammae. Exposure multiple dengan dosis yang relative kecil

beresiko sama dengan exposure tunggal dosis besar.

12. Alkohol

18

Page 23: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

Penelitian juga menunjukkan bahwa risiko kanker payudara meningkat pada wanita

yang mengkonsumsi alkohol. Konsumsi alkohol dikenal meningkatkan kadar serum

estradiol yang ikut meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh.

13. Paritas dan Fertilitas

Wanita yang infertil dan nullipara mempunyai kemungkinan 30-70 % lebih

tinggi untuk menderita Ca mammae dibandingkan dengan multipara. Wanita

yang pernah hamil dan melahirkan pada usia 18 tahun mempunyai resiko Ca

mammae sekitar 1/3 kali dibandingkan dengan wanita yang hamil untuk

pertama kalinya pada usia diatas 35 tahun. Hal ini berhubungan dengan

adanya rangsangan secara terus menerus oleh esterogen dan kurangnya

konsentrasi progesterone dalam darah, akan tetapi wanita yang hamil dan

melahirkan untuk pertama kalinya pada usia diatas 30 tahun mempunyai

resiko menderita Ca mammae lebih tinggi dibandingkan nullipara.

V. KLASIFIKASI

A. Carcinoma In Situ

Sel-sel kanker dianggap insitu atau invasif tergantung dari apakah dia

mengenai dasar membran. Pada kanker payudara in situ tidak mengenai stroma

sekitar, sel kanker hanya mengenai ductus dan aleveolar. Karena dapat terjadi

penjalaran, akurasi diagnosis tentang karsinoma in situ perlu dilakukan analisis

mikrosopoik mulitple. Karsinoma in situ dibagi menjadi dua, yaitu lobular carsinoma

in situ (LCIS) dan ductal carcinoma in situ, selain itu karsinoma in situ diketahui

dapat berkembang menjadi kanker invasif.

19

Page 24: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

1. Lobular Carcinoma In Situ (LCIS)

Lobular Carcinoma In Situ (LCIS) berasal dari ductus lobular terminal dan

hanya berkembang pada payudara wanita. LCIS dikarakteristik dengan distensi dan

distorsi ductus lobular terminal oleh sel kanker, dimana membesar namun dengan

ratio sitoplasmik dan nukleus yang normal. Ciri khas dari kanker ini adalah

sitoplasma berlendir globulus.

Kanker ini rata-rata terjadi pada usia 44-47, paling sering terjadi pada

perumpuan ras putih dibandingkan perumuan Afrika-Amerika. Kanker payudara

invasif berkembang dari 25-35% perempuan dengan LCIS. LCIS dianggap sebagai

penanda risiko untuk kanker payudara invansif. Diketahui perempuan dengan riwayat

LCIS sebesar 65% berkembang menjadi kanker invasif ductal.

Insidensi Ca lobularis belum pasti. Diduga Ca lobularis in situ merupakan 3

% dari seluruh tumor mammae, sedangkan jenis infiltratif-nya merupakan 10 % dari

semua Ca mammae.

20

Page 25: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

2. Ductal Carcinoma In Situ (DCIS)

Ductal Carcinoma In Situ paling sering ditemukan pada perempuan, tapi

sekitar 5% terjadi pada laki-laki. DCIS merupakan faktor risiko paling tinggi

mberkembang menjadi kanker invasiv. Secara histologis, DCIS dikarakteristik

sebagai proliferasi epitel, menghasilkan pertumbuhan papilla dari ductus lumina.

Pada awal perkembangan, sel kanker tidak menunjukkan pleomorphism, mitosis, atau

atipia, yang memungkinkan sulitnya membedakan antara DCIS dengan hiperplasia

jinak mammae. Sel-sel mempunyai sifat mikroskopik keganasan, tetapi tidak

menginvasi membrane basalis epitel duktus. Jika dibiarkan tanpa diterapi, selalu

timbul adenokarsinoma invasive, walaupun waktu untuk perkembangan neoplasma

invasive itu bias diukur dalam tahun atau dasawarsa.

B. Carcinoma Mammae Invasive

Secara umum kanker memiliki prognosis yang buruk. Foote dan Stewart

membagi klasifikasi carcinoma mammae invasive, yaitu:

I. Paget's disease of the nipple

II. Invasive ductal carcinoma

A. Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST)

B. Medullary carcinoma 4%

C. Mucinous (colloid) carcinoma 2%

D. Papillary carcinoma 2%

E. Tubular carcinoma (and ICC) 2%

III. Invasive lobular carcinoma 10%

IV. Rare cancers (adenoid cystic, squamous cell, apocrine)

21

Page 26: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

a) Penyakit Paget

Paget disease of the nipple adalah invasi dermis papilla mammae oleh

carcinoma ductal, berupa suatu lesi kronis pada areola dan nipple dengan erupsi

eczematoid, krusta, bersisik, dan hiperemis. Tumor primernya dapat tidak teraba pada

palpasi dan erosi atau krusta sering terkacaukan dengan dermatitis. Angka

kejadiannya adalah sekitar 2 % dari seluruh Ca mammae dan hampir selalu timbul

bersama-sama dengan Ca ductal atau invasive. Gejalanya berupa nyeri, gatal, panas

dan kadang berdarah. Penting sekali untuk dilakukan biopsi papilla mammae.

Penyakit paget harus diterapi sebagai carcinoma ductal invasive, biasanya masih pada

stadium 1.

b) Carcinoma ductus menginfiltrasi dengan fibrosis produktif (Infiltrating

adenocarcinoma with productive fibrosis)

Neoplasma ini mewakili 75-78 % carcinoma mammae invasive dan disertai

dengan desmoplasia dan fibrosis. Tersering timbul pada wanita usia perimenopause

atau postmenopause (decade VI) sebagai suatu massa soliter, tidak nyeri, konsistensi

keras, berbatas tidak tegas. Carcinoma ini menginfiltrasi kulit secara diffuse dengan

keterlibatan ligamentum Cooper yang menghasilkan peau d’orange atau edema kulit

yang luas.

c) Carcinoma Medullare

Sekitar 3-5 % keganasan mammae, neoplasma ini dianggap berasal dari

ductus yang besar dan ditandai oleh penampilan makroskopik hemorrhagic yang

lunak. Biasanya mobile dan terletak profunda di dalam mammae. Saat diagnosis, kulit

sering tertarik diatas massa sferis besar yang berdiameter lebih dari 3 cm. Riwayat

progresifitas lambat, walaupun tumor dapat membesar dengan cepat, sekunder

terhadap perdarahan atau nekrosis. Hanya kurang dari 20 % kasus Ca medullare ini

yang timbul bilateral dan kurang dari 10 % yang mengandung esterogen dan

progesteron reseptor. Carcinoma ini mempunyai 5 year survival rate lebih baik

22

Page 27: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

dibandingkan Ca ductus atau lobolus invasif. Prognosis terpenting pada Ca medullare

adalah keterlibatan metastase ke KGB axillaris.

d) Comedo carcinoma

Salah satu bentuk Ca invasif yang berasal dari ductus, sekitar 5-10 % dari

semua Ca mammae. Seperti varian in situ nya, ia mempunyai sumbat materi seperti

pasta yang dapat dikeluarkan dari permukaan neoplasma. Pertumbuhannya lambat,

dapat meluas dalam waktu beberapa tahun. Lesinya berukutan sekitar 5 cm, yang

pada sepertiga pasien dapat metastase ke KGB axillaris. Pada terapi dini, survival rate

5 dan 10 tahunnya masing-masing 73 % dan 58 %, setelah mastectomy yang adekuat.

Secara makroskopis, tumor ini berbatas tegas, kenyal, dan berwarna keabu-abuan.

e) Colloid / mucinous carcinoma

Merupakan suatu adenocarcinoma yang secara tipikal membentuk materi

gelatin yang menjadi bagian utama carcinoma ini. Angka kejadiannya sekitar 2 %

dari seluruh Ca mammae. Neoplasma jenis ini mempunyai potensi pertumbuhan yang

lambat dengan metastasis lanjut. Survival rate 5 dan 10 tahunnya masing-masing 73

% dan 59 %. Secara makroskopik tumor ini berbatas tegas tetapi tidak berkapsul. Bila

dipotong, benang materi mukoid melekat pada scalpel.

f) Papillary carcinoma

Angka kejadiannya kurang dari 2 % dari seluruh Ca mammae, sering

ditemukan pada usia 70-an, dan mempunyai 5 year survival rate terbaik. Lesi

biasanya kecil, jarang melebihi 2-3 cm dan berbatas tegas. Dapat timbul nekrosis,

perdarahan sentral, dan menghasilkan sekret yang keluar dari papilla.

g) Tubular carcinoma

Merupakan suatu lesi yang berasal dari ductus, berdiferensiasi baik, yang

digambarkan membentuk tubulus. Ca ini merupakan 2 % dari semua Ca mammae.

23

Page 28: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

Neoplasma jenis ini sering menyerupai Scleroticans adenosis maupun penyakit

fibrokistik mammae dan harus dibedakan dari hyperplasia atipik fokal. Survival rate-

nya mendekati 100 %.

VI. FAKTOR RISIKO

A. Faktor Risiko Tinggi

1. Berusia >40 Tahun

2. Riwayat kanker pada salah satu payudara (terutama sebelum menopause)

3. Riwayat Kanker Pada Keluarga

4. Hiperplasia dengan atipia

5. Paritas

a. Wanita yang tidak pernah melahirkan (nullparity)

b. Wanita yang hamil pertama pada usia >31 tahun (3-4 kali berisiko

terkena kanker payudara dibandingkan pada usia <18 tahun)

6. Lobular carcinoma in situ (30% berisiko kanken invasive)

7. Pada laki-laki dengan sindrom klinefelter, gynecomastia, dan riwayat keluarga

laki-laki pernah mengalami kangker payudara

B. Faktor Risiko Sedang

1. Menarche ≤11 tahun

2. Menopause ≥ 55 tahun

3. Riwayat penggunaan terapi hormone pengganti (estrogen oral)

4. Riwayat kanker ovarium, fundus uteri, atu kolon

5. Diabetes

6. Konsumsi alcohol

C. Faktor Yang Diketahui Menurunkan Risiko

1. Keturunan asia

2. Masa kehamilan usia kurang dari 18 tahun

3. Early Menopause

4. Mensterilkan (Vasektome, Tubektomi) sebelum 37 tahun

24

Page 29: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

VII. TANDA GEJALA

Kanker payudara awal biasanya asimtomatis. Biasanya pasien datang dengan

keluhan:

Tonjolan pada dada, atau di ketiak terasa keras, tedak beraturan

bentuknya, tidak nyeri

Payudaraa dan puting mengalami perubahan ukuran, bentuk, atau rasa

ketika diraba (kemerahan, dipling, peant d’orange)

Keluar discharge pada puting (darah, bening, kuning, hijau, pus)

Selain itu ada juga gejala-gejala lain yang dapat menunjang kanker payudara,

yaitu

Nyeri tulang

Tidak nyaman atau nyeri di payudara

Pembengkakan pada daerah ketiak (sebelah payudara yang terkena

kanker)

Penurunan berat badan

VIII. DIAGNOSIS

A. Inspeksi

Ahli bedah akan melakukan inspeksi pada payudara wanita. Simetri, ukuran

dan bentuk payudara dinilai, adanya edema (peau d’orange), retraksi papilla

mammae, eritema.

B. Palpasi

Sebagai bagian dari pemeriksaan fisik, payudara dipalpasi secara hati-hati.

Pemeriksaan pasien dalam posisi berbaring merupakan posisi yang terbaik. Ahli

bedah akan melakukan palpasi secara lembut dari sisi ipsilateral, memeriksa seluruh

kuadran payudara dari sternum bagian lateral sampai m. Latissimus dorsi, dan dari

clavicula inferior sampai rectus bagian atas. Secara sistematis mencari pembesaran

KGB.

25

Page 30: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

C. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pada penyakit yang terlokalisasi tidak didapatkan kelainan hasil pemeriksaan

laboratorium. Kenaikan kadar alkali fosfatase serum dapat menujukkan adanya

metastasis pada hepar. Pada keganasan yang lanjut dapat terjadi hiperkalemia.

Pemeriksaan laboratorium lain meliputi:

Kadar CEA (Carcino Embryonic Antigen)

MCA (Mucinoid-like Carcino Antigen)

CA 15-3 (Carbohydrat Antigen), Antigen dari globulus lemak susu

BRCA1 pada kromosom 17q (tahun 1990 oleh Mary Claire King- didukung

ole The Breast Cancer Linkage Consortium) dari BRCA2 dari kromosom

13.

Gen AM (ataxia-telangiectasia) : ditemukan gen ini pada pasien bias sebagai

predisposisi timbulnya Ca mammae

2. Radiologi

X-foto thorax dapat membantu mengetahui adanya keganasan dan

mendeteksi adanya metastase ke paru-paru

Mammografi

26

Page 31: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

Dapat membantu menegakkan diagnosis apakah lesi tersebut ganas atau

tidak. Dengan mammografi dapat melihat massa yang kecil sekalipun yang

secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan

screening. Adanya proses keganasan akan memberikan tanda-tanda primer

dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, adanya

perbedaan yang nyata ukuran klinik dan rontgenologis dan adanya

mikrokalsifikasi. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit,

bertambahnya vascularisasi, perubahan posisi papilla dan areola, adanya

bridge of tumor, keadaan daerah tunika dan jaringan fibroglanduler tidak

teratur, infiltrasi jaringan lunak belakang mammae dan adanya metastasis ke

kelenjar.

USG (Ultrasonografi)

Dengan USG selain dapat membedakan tumor padat atau kistik, juga dapat

membantu untuk membedakan suatu tumor jinak atau ganas. Ca mammae

yang klasik pada USG akan tampak gambaran suatu lesi padat, batas

ireguler, tekstur tidak homogen. Posterior dari tumor ganas mammae

terdapat suatu Shadowing. Selain itu USG juga dapat membantu staging

tumor ganas mammae dengan mencari dan mendeteksi penyebaran lokal

(infiltrasi) atau metastasis ke tempat lain, antara lain ke KGB regional atau

ke organ lainnya (misalnya hepar). Ultrasonography juga digunakan sebagai

penuntun untuk melakykan fine-needle aspiration biopsy, core needle

biopsy.

Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)

FNAB dilanjutkan dengan FNAC (Fine Needle Aspiration Cytology)

merupakan teknik pmeriksaan sitologi dimana bahan pemeriksaan diperoleh

dari hasil punksi jarum terhadap lesi dengan maupun tanpa guiding USG.

FNAB sekarang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan cutting

needle biopsy karena cara ini lebih tidak nyeri, kurang traumatic, tidak

menimbulkan hematoma dan lebih cepat menghasilkan diagnosis. Cara

27

Page 32: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, namun

tidak dapat memastikan tidak adanya keganasan. Hasil negatif pada

pemeriksaan ini dapat berarti bahwa jarum biopsi tidak mengenai daerah

keganasan sehingga biopsy eksisi tetap diperlukan untuk konfirmasi hasil

negative tersebut.

IX. PENATALAKSANAAN

Untuk stadium 0 atau Carcinoma in situ, terapi ini bertujuan untuk mencegah

atau sebagai diteksi tahap awal terhadap carcinoma invasi. Untuk LCIS dilakukan

tidakan bilateral masektomi total atau chemoprevention tamofixen. Untuk DCIS

masectomi masi merupakan gold standar dari tindakan, biasanya dilakukan apabila

kanker berukuran > 4cm atau berada di >1 kuadran. Selain itu untuk DCIS bisa

dilakukan lumpectomy dengan terapi radiasi, atau dilakukan lumpectomy saja, atau

pemberian tamoxifen

Stadium I, II, III awal (stadium operable) sifat pengobatan adalah kuratif.

Pengobatan pada stadium I, II dan IIIa adalah operasi primer, terapi lainnya bersifat

adjuvant. Untuk stadium I dan II pengobatannya adalah radikal mastectomy atau

modified radikal mastectomy dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant.

Macam-macam operasi carcinoma mammae

Stadium IIIa terapinya adalah simple mastectomy dengan radiasi dan

sitostatika adjuvant. Stadium IIIb dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif, yaitu

28

Page 33: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

terutama untuk mengurangi penderitaan dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk

stadium IIIb atau yang dinamakan locally advanced pengobatan utama adalah radiasi

dan dapat diikuti oleh modalitas lain yaitu hormonal terapi dan sitostatika. Stadium

IV pengobatan primer adalah yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan khemoterapi.

1. Modified radical mastectomy

Kanker yang besar dan residual setelah adjuvant terapi (khususnya pada

payudara yang kecil), kanker multisentris, dan pasien dengan komplikasi terapi

radiasi merupakan indikasi dilakukannya operasi ini (Zollinger Atlas of Surgical

Operation).Prosedur ini paling banyak digunakan, terdapat 2 bentuk prosedur yang

biasa digunakan oleh para ahli bedah.

Prosedur Patey dan modifikasi dari Scanlon

M. pectoralis mayor tetap dipertahankan sedangkan M. pectoralis minor dan

kelenjar limfe level I, II dan III pada axilla diangkat. Scanlon memodifikasi

prosedur Patey dengan memisahkan tetapi tidak mengangkat M. pectoralis

minor, sehingga kelenjar limfe apical (level III) dapat diangkat dan saraf

pectoral lateral dari otot mayor dipertahankan.

Prosedur yang dibuat oleh Auchincloss

Berbeda dari prosedur Patey, yaitu dengan tidak mengangkat atau

memisahkan M. Pectoralis minor. Modifikasi ini membatasi pengangkatan

komplit dari kelenjar limfe paling atas, Auchincloss menerangkan bahwa

hanya 2 % dari pasien yang memperoleh manfaat dengan adanya

pengangkatan kelenjar limfe sampai level tertinggi. Ini yang membuat

prosedur Auchincloss menjadi prosedur yang paling populer untuk Ca

mammae di Amerika Serikat.

2. Total Mastectomy

29

Page 34: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

Total mastectomy kadang disebut juga dengan simple mastectomy yang

mencakup operasi pengangkatan seluruh mammae, axillary tail dan fascia pectoralis.

Total mastectomy tidak mencakup diseksi axilla dan sering dikombinasi dengan

terapi radiasi post operasi. Prosedur ini didasarkan pada teori bahwa KGB merupakan

sumber suatu barrier terhadap sel-sel Ca mammae dan seharusnya tidak diangkat,

juga ada alasan bahwa terapi radiasi akan dapat menahan penyebaran sel-sel ganas

sebagai akibat trauma operasi.

3. Hormonal terapi

30-40 % Ca mammae adalah hormon dependen. Hormonal terapi adalah terapi

utama pada stadium IV disamping khemoterapi. Untuk wanita premenopause terapi

hormonal berupa terapi ablasi yaitu bilateral oophorectomy. Untuk post menopause

terapinya berupa pemberian obat anti esterogen, dan untuk 1-5 tahun menopause jenis

terapi tergantung dari aktivitas efek esterogen. Efek esterogen positif dilakukan terapi

ablasi, efek esterogen negative dilakukan pemberian obat-obatan anti esterogen.

4. Chemoterapy

Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan

pada Ca mammae yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat pula diberikan pada

Ca mammae yang sudah dilakukan mastectomy bersifat terapi adjuvant. Biasanya

diberikan kombinasi CMF (Cyclophosphamide, Methotrexate, Fluorouracil).

Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah

pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini

menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita.

Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi

tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinaran, obat-obat tersebut tidak dapat

menyembuhkan kanker payudara.

Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka

di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara.

30

Page 35: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa

ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah

kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis

kemoterapi yang digunakan dan penderita. Selama beberapa bulan, penderita juga

menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan. Tetapi pada akhirnya efek

samping tersebut akan menghilang.

Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi

lanjutan setelah pembedahan. Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan estrogen

dan memiliki beberapa efek yang sama dengan terapisulih hormon (misalnya

mengurangi risiko terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta meningkatkan

risiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak mengurangi hot flashes

ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.

Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada:

Kanker yang didukung oleh estrogen

Penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2

tahun setelah terdiagnosis

Kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.

Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40

tahun dan masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam

jumlah besar atau kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause.

Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga merupakan obat pilihan

pertama. Selain itu, untuk menghentikan pembentukan estrogen bisa

dilakukan pembedahan untuk mengangkat ovarium (indung telur) atau terapi

penyinaran untuk menghancurkan ovarium.

Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun

setelah pemberian obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat

hormon yang lain.

Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan

untuk mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu

31

Page 36: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

hormon steroid) biasanya diberikan pada saat yang bersamaan, karena

aminoglutetimid menekan pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.

5. Neoadjuvant chemotherapy

Kemoterapi yang diberikan sebelum tindakan bedah ataupun terapi radiasi.

Dengan adanya terapi ini, maka ahli bedah dapat melakukan terapi bedah konservatif

pada Ca mammae stadium lanjut. Tujuan dari terapi ini adalah untuk menyusutkan

tumor yang besar sehingga dapat dilakukan bedah konservatif untuk mengangkat

tumor Tindakan bedah konservatif adalah yang dikenal dengan nama Breast

Conserving Treatment yaitu tindakan bedah dengan hanya mengangkat tumor yang

diikuti diseksi axilla dan radiasi kuratif.

6. Sentinel lymph nodes biopsy

Sentinel lymph nodes adalah nodi limfe yang pertama kali dicapai oleh sel

kanker yang bermetastasis pada Ca mammae. Sentinel lymph nodes biopsy adalah

prosedur diagnosis terbaru yang digunakan untuk mengetahui apakah sudah terdapat

metastasis Ca mamme ke kelenjar limfe axilla. sel tumor, maka selanjutnya tidak

perlu lagi mengangkat kelenjar limfe lainnya yang terdapat pada daerah axilla

7. Radiation therapy

Diberikan secara teratur selama beberapa minggu setelah dilakukan

lumpectomy atau partial mastectomy dengan tujuan untuk membunuh sel tumor yang

tersisa yang terdapat di dekat area tumor. Radiasi dilakukan tergantung dari besar

tumor, jumlah KGB axilla yang terkena. Kadang terapi radiasi diberikan sebelum

tindakan bedah untuk menyusutkan ukuran tumor yang besar sehingga mudah untuk

diangkat.

Terapi radiasi sangat efektif mengurangi terjadinya rekurensi Ca mammae

pada kedua mammae dan dinding thorax. Tipe terapi radiasi yang paling banyak

32

Page 37: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

digunakan untuk Ca mammae adalah terapi radiasi yang diberikan dari sumber yang

berada diluar tubuh yang dikenal dengan nama external-beam radiation therapy.

Terapi radiasi juga dapat diberikan dengan cara menanamkan pil ke dalam area tumor

(internal radiation therapy).

X. SISTEM STADIUM DAN PROGNOSIS

Stadium kanker mammae ditentukan oleh hasil reseksi bedah dan pencitraan. Sistem

yang paling banyak digunakan untuk menentukan stadium kanker berdasarkan American

Joint Community on Cancer (AJCC). Sistem ini didasarkan pada deskripsi dari tumor primer

(T), status kelenjar getah bening regional (N), dan adanya metastasis jauh (M).

Pengelompokan terbaru telah memasukkan penggunaan sentinel node biopsi dan termasuk

klasifikasi ukuran deposit metastasis pada kelenjar sentinel, serta jumlah dan lokasi node

metastasis regional disertai angka harapan hidup 5 tahun.

American Joint Committee on Cancer, Stadium Kanker Mammae, 2002

Tumor Primer (T)

Tx Tumor pimer tidak dinilai

Tis Carcinoma in situ (LCIS atau DCIS) atau paget’s disease pada puting

tanpa tumor

T1 Tumor ≤2 cm

T1a Tumor ≥0.1 cm, ≤0.5 cm

T1b Tumor >0.5 cm, ≤1 cm

T1c Tumor >1 cm, ≤2 cm

T2 Tumor >2 cm, ≤5 cm

T3 Tumor >5 cm

T4 Tumor dalam berbagai ukuran dengan perluasan sampai ke dinding

dada atau kulit

33

Page 38: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

T4a Tumor meluas sampai dinding dada (termasuk m. pectoralis)

T4b Tumor meluas ke kulit dengan ulserasi, edema dan nodul satelit

T4c Gabungan T4a dan T4b

T4d Karsinoma inflammatory

Pembuluh Limfe/Node (N)

N0 Tidak ada keterlibatan kel.limfe regional, tidak diteliti lebih jauh

N0 (i-) Tidak ada keterlibatan kel.limfe regional, IHC (-)

N0 (i+) Keterlibatan kel.limfe mencakup <0.2 mm

N0

(mol-)

Tidak ada keterlibatan kel.limfe, PCR (-)

N0

(mol+)

Tidak ada keterlibatan kel.limfe, PCR (+)

N1 Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan atau int. mammary (+) dari

biopsy

N1(mic) Micrometastasis (>0.2 mm, none >2.0 mm)

N1a Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3

N1b Metastasis ke kel.limfe int. mammary dengan biopsy sentinel

N1c Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan kel. limfe int. Mammary dengan

biopsy

N2 Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 atau int. mammary disertai klinik (+)

tanpa metastasis ke axilla

N2a Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 paling tidak 1 >2.0 mm

N2b Int. mammary klinik nampak, kel.limfe axilla (-)

34

Page 39: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

N3 Metastasis ke ≥10 kel.limfe axilla atau kombinasi metastasis kel.limfe

axilla dan int. mammary metastasis

N3a ≥10 kel.limfe axilla (>2.0 mm), atau kel.limfe infraclavicular

N3b Klinik int. mammary (+) ≥1 kel.limfe (+) atau >3 kel.limfe axilla (+)

dengan int. mammary (+) dari biopsy

N3c Metastasis ke ipsilateral supraclavicular nodes (IAN)

M (Metastasis)

M0 Tidak terdapat metastasi jauh

M1 Terdapat metastasis jauh

XI.

American Joint Committee on Cancer Kelompok Stadium dan Angka

Harapn Hidup

STAGE TNM Angka harapan hidup 5 tahun (%)

0 Tis, N0, M0 100

I T1, N0, M0 100

IIA T0, N1, M0 92

T1, N1, M0

T2, N0, M0

IIB T2, N1, M0 81

T3, N0, M0

IIIA T0, N2, M0 67

T1, N2, M0

35

Page 40: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

STAGE TNM Angka harapan hidup 5 tahun (%)

T2, N2, M0

T3, N1, M0

T3, N2, M0

IIIB T4, N0, M0 54

T4, N1, M0

T4, N2, M0

IIIC Semua T, N3, M0 [†]

IV Semua T, Semua N, M1 20

36

Page 41: Presentasi Kasus Rheza CA Mamae

DAFTAR PUSTAKA

Norton, Jeffry A, et al. 2000. Surgery: Basic Science and Clinical Evidence Part 2.

New York: Springer-Verlag.

Brunicardi, F. Charles, et al. 2010. Schwartz’s Principles of Surgery 9th Edition. Mc

Graw Hill: United State of America.

Caslclato, Dennis A. 2000. Manual of Clinical Oncology 4th Edition. Lippincott

Williams & Wilkin: Philadelphia

Protokol Penatalaksanaan Kanker Payudara. PERABOI. 2003

Mc.Ninn. 1994. Last Anatomy: Regional and Applied 9th Edition. Longman Group:

UK

Kaufmann, Manfred, dkk. 2006. Atlas of Breast Surgery. Frankfurt : Springer

Wright, Mary Jo, et al. SurgicalTreatment of Breast Cancer. Accesed from

http://emedicine.medscape.com/article/1276001-overview#aw2aab6b5 [3 April 2014]

Swart, Rachel. 2014. Breast Cancer Screening. Accesed from

http://emedicine.medscape.com/article/1945498-overview#aw2aab6b2 [3 April 2014]

37