BAB I PENDAHULUAN Sel tumor adalah sel yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung pada besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya, autonominya dalam pertumbuhan, dan kemampuanyya mengadakan infiltrasi dan bermetastasis (De jong). Mayoritas dari tumor yang terjadi pada payudara adalah jinak. Hampir 40% dari pasien dengan keluhan pada mammae mempunyai tumor jinak akan tetapi perhatian yang lebih sering diberikan pada tumor ganas walaupun sebenarnya insidensi tumor jinak payudara adalah lebih tinggi dibandingkan tumor ganas (Callefi et al, 2004). Pada usia muda sebagian besar (80-90%) benjolan di payudara adalah jinak dan biasanya disertai keluhan.Di antara berbagai jenis tumor jinak payudara yang tersering adalah Fibrokistik dan fibroadenoma (Fadjari,2012; Ageep,2011). Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Sel tumor adalah sel yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom
lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal
dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung pada besarnya
penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya, autonominya dalam pertumbuhan, dan
kemampuanyya mengadakan infiltrasi dan bermetastasis (De jong).
Mayoritas dari tumor yang terjadi pada payudara adalah jinak. Hampir 40% dari
pasien dengan keluhan pada mammae mempunyai tumor jinak akan tetapi perhatian
yang lebih sering diberikan pada tumor ganas walaupun sebenarnya insidensi tumor
jinak payudara adalah lebih tinggi dibandingkan tumor ganas (Callefi et al, 2004).
Pada usia muda sebagian besar (80-90%) benjolan di payudara adalah jinak dan
biasanya disertai keluhan.Di antara berbagai jenis tumor jinak payudara yang tersering
adalah Fibrokistik dan fibroadenoma (Fadjari,2012; Ageep,2011).
Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia
sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer
Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia21-25 tahun, kurang
dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi
wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services
Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan
lebih dari satu dari enam (15%)wanita mengalami fibroadenoma dalam hidupnya.
Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia yang lebih tua
atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih kecil
dibanding pada usia muda.
Dengan menggunakan mammography, ultrasound, dan magnetic resonance
imaging pada payudara, dan penggunaan needle biopsy, diagnosis tumor jinak pada
payudara dapat dilakukan tanpa melalui operasi pada sebagian besar pasien karena
mayoritas dari lesi-lesi jinak tersebut tidak berkaitan dengan peningkatan risiko untuk
kanker payudara, prosedur-prosedur operasi yang tidak perlu harus dihindari.
1
Referat ini berjudul jumlah penderita tumor jinak payudara yang dilakukan
tindakan operasi di IBS RSUDZA Banda Aceh priode Januari-Desember 2012. Tujuan
dari penulisan referat ini adalah agar dapat mengetahui identitas penderita, jumlah, jenis
serta tindakan pada penderita tumor jinak payudara yang dilakukan tindakan operasi di
IBS RSUDZA Banda Aceh pada priode tersebut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Payudara
1. Anatomi
a. Kelenjar mammaria
Kelenjar mammaria merupakan kelenjar eksokrin yang mensekresi susu.
Kelenjar mammaria terletak di anterior dinding dada, ventral m.pectoralis major,
m.serratus anterior, meluas dari costa II-VI dan dari sternum sampai linea
midaxillaris. Bagian posterior kelenjar mammaria merupakan jaringan pengikat
longgar (spatium retromammae) yang memisahkan kelenjar mammaria dengan
fascia yang menutupi m. pectoralis mayor dan m. serratus anterior.
Setiap
kelenjar mammaria merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose yang
tertutup kulit pada dinding anterior dada. Variasi ukuran kelenjar mammaria
bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat, bukan pada
jumlah jaringan glandular semata.Jaringan glandular terdiri dari 15-20 lobus
mayor, setiap lobus dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi
3
sinus laktiferus (ampula) sebelum muncul untuk memperforasi putting dengan
15-20 mulut (opening)7.
Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligament
suspensorium cooper (bekas jaringan ikat fibrosa). Ligamentum suspensorium
(cooper) adalah tonjolan fibrosa yang bersatu dengan jaringan subkutan.
Ligamen suspensorium ini merentang dari fasia dalam otot pektoralis sampai
fasia superfisisalis tepat di bawah kulit.
Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20-40 lobulus, setiap lobules
kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli
sekretori. Sel-sel alveolar, di bawah pengaruh hormonal saat kehamilan dan
setelah kelahiran merupakan unit glandular yang menyintesis dan mensekresi
susu8.
Selama pertumbuhan, kelenjar mammaria dipengaruhi oleh hormon
estrogen dan progesteron (hormon ovarium) untuk proliferasi duktus dan
hormon mammogen/laktogen (hormon hypofise) untuk laktasi. Pada wanita
yang pubertas, kelenjar mammaria tumbuh membesar dan areola menjadi lebih
coklat, membentuk duktus dan lobulus, sedangkan pada wanita immatur dan
pria, kelenjar mammaria sama besar7.
b. Papilla mammaria
Umumnya terdapat pada spatium intercostale IV, tapi letak ini bervariasi
tergantung jenis kelamin dan berat badan individu. Papilla mammaria ini berisi
duktus laktiferus yang merupakan saluran keluar dari lobus dan lobulus kelenjar
mammaria. Kadang duktus ini mengalami dilatasi disebut sinus laktiferus.
Papilla mammaria dikelilingi oleh areolar mammae yang hiperpigmentasi dan
berisi kelenjar sudorifera, kelenjar sebasea yang membentuk tuberkel, dan
kelenjar areolaris(Montgomery), beberapa diantaranya berhubungan dengan
folikel rambut dan serabut otot polos yang menyebabkan ereksi papilla
mammaria saat berkontraksi. Sedangkan, kelenjar areolaris berfungsi untuk
meminyaki selama proses laktasi7.
c. Vascularisasi7
1) Sistema arteriosa
4
a) Kulit
- Rr. mammaria lateralis (rr. anterior, r. cutanei lateralis aa.
Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui
pembedahan dengan cara insisi pada tepi areola.
12. Nekrosis Lemak
Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa terjadi
spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Nekrosis lemak dapat juga
terjadi akibat terapi radiasi. Ketika tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara
yang rusak, daerah yang mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.
Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak
membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata. Karena
kebanyakan kanker payudara berkonsistensi keras, daerah yang mengalami nekrosis
lemak dengan jaringan parut sulit untuk dibedakan dengan kanker jika hanya dari
pemeriksaan fisik ataupun mammogram sekalipun. Dengan biopsi jarum atau
dengan tindakan pembedahan eksisi sangat diperlukan untuk membedakan nekrosis
lemak dengan kanker. Secara histopatologik terdapat nekrosis jaringan lemak yang
kemudian menjadi fibrosis.
Menurut American Cancer Society, beberapa area dari nekrosis dapat berespon
berbeda-beda terhadap cedera. Desamping pembentukan jaringan parut, sel-sel
lemak akan mati dan mengeluarkan isi sel, yang membentuk kumpulan seperti
kantong-kantong berisi cairan berminyak dan disebut kista minyak. Kista minyak
dapat ditemukan melalui aspirasi jarum halus, yang sekaligus merupakan tindakan
untuk terapinya.
13. Mastitis
Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang menyusui
atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit sekitar
puting. Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan memudahkan bakteri dari
permukaan kulit untuk memasuki duktus yang menjadi tempat berkembangnya
bakteri dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel inflamasi melepaskan substansi untuk
melawan infeksi, namun juga menyebabkan pembengkakan jaringan dan
peningkatan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan payudara menjadi merah,
nyeri, dan terasa hangat saat perabaan.
21
Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu massa
berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu
akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening
aksila. Kondisi ini diterapi dengan antibiotik. Pada beberapa kasus, mastitis
berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang harus dikeluarkan melalui
pembedahan.
2.3 Pemeriksaan
Tujuan dari deteksi dini kanker payudara adalah menemukan kanker sebelum
mereka mulai menyebabkan gejala. Skrining mengacu pada tes dan pemeriksaan fisik
yang digunakan untuk mencari suatu penyakit, seperti kanker, pada orang yang tidak
memiliki gejala apapun. Deteksi dini berarti juga menggunakan pendekatan yang
memungkinkan diagnosis dini kanker payudara sebelum kanker itu bermanifes menjadi
buruk.
Kanker payudara yang sering dilaporkan biasanya sudah menyebabkan gejala-
gejala cenderung lebih besar dan lebih mungkin telah menyebar ke luar payudara. In
contrast, breast cancers found during screening exams are more likely to be smaller and
still confined to the breast. Sebaliknya, kanker payudara yang ditemukan waktu
pendeteksian dini lebih cenderung lebih kecil dan masih terbatas pada payudara. The
size of a breast cancer and how far it has spread are some of the most important factors
in predicting the prognosis (outlook) of a woman with this disease. Ukuran kanker
payudara dan seberapa jauh ia telah menyebar adalah beberapa faktor yang paling
penting dalam memprediksi prognosis dari seorang wanita dengan penyakit ini.
1. SADARI (Periksa Payudara Sendiri) atau breast self-examination
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu teknik pemeriksaan
dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan
merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada
payudarany. Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin minimal sekali dalam sebulan
dan dianjurkan bagi para wanita mulai usia 20 tahun14.
Terkadang SADARI dapat mendeteksi kanker yang tidak dapat ditemukan
dengan menggunakan mammografi, meskipun konstribusinya terhadap deteksi dini
22
pada kanker relatif lebih kecil pada penderita yang asimptomatik15. SADARI juga
penting bagi wanita yang tidak melakukan pemeriksaan mammografi secara teratur
dan juga yang belum direkomendasikan untuk melakukan mammografi14.
Berdasarkan observasi, 95% wanita mendeteksi sendiri kanker payudara dan
65% mendeteksi kanker tersebut pada stadium awal pada dirinya sendiri. Dengan
begitu dapat dikatakan kanker payudara lebih sering terdeteksi pertama kali oleh
penderitanya sendiri. Selain itu, diperkirakan bahwa dengan melakukan SADARI
dapat mengurangi angka kematian sebanyak 18%.
SADARI dilakukan 3 hari setelah haid berhenti atau 7 hingga 10 hari dari haid
Anda. sebaiknya mulai biasa dilakukan pada sekitar usia 20 tahun, minimal sekali
sebulan16.
Berikut merupakan cara melakukan SADARI :
a. Berdiri di depan cermin. Lihat kedua payudara, perhatikan apakah kedua
payudara simetris dan kalau-kalau ada sesuatu yang tidak biasa seperti
perubahan dalam bentuk payudara, urat yang menonjol, perubahan warna atau
bentuk lain dari biasanya. Dan lihat apakah terdapat perubahan pada puting,
terjadi kerutan, cawak atau pengelupasan kulit. Kemudian perlahan-lahan
angkatlah kedua lengan ke atas sambil memerhatikan apakah kedua payudara
tetap simetris.
b. Tetap dalam posisi berdiri, gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara
kanan dengan cara merabanya, dan sebaliknya untuk payudara kiri. Angkat
tangan kiri Anda. Gunakan tiga atau empat empat jari tangan kanan untuk
merasakan payudara sebelah kiri dengan teliti dan menyeluruh. Dimulai dari
ujung bagian luar, tekan dengan bagian jari-jari yang pipih dalam gerakan
melingkar kecil, bergerak perlahan-lahan di sekitar payudara. Anda dapat
memulai pada bagian ujung luar payudara dan secara perlahan-lahan bergerak
ke bagian puting, atau sebaliknya. Yakinlah untuk meraba semua bagian
payudara dan termasuk daerah sekitar payudara dan ketiak, termasuk bagian
ketiak itu sendiri.
c. Dekap tangan Anda di belakang kepala dan tekan tangan Anda ke depan.
Kemudian, tekan tangan Anda erat pada pinggul dan sedikit menunduk ke
23
depan cermin ketika Anda menarik punggung dan sikut ke depan. Ini akan
melengkapi bagian pemeriksaan payudara di depan cermin.
d. Rasakan adanya perubahan dengan cara berbaring. Letakkan bantal kecil di
bawah bahu kanan, lengan kanan di bawah kepala. Periksa payudara kanan
dengan tangan kiri dengan meratakan jari-jari secara mendatar untuk
merasakan adanya benjolan. Periksa pula lipatan lengan, batas luar payudara,
dan ke seluruh payudara.
e. Perhatikan tanda-tanda perdarahan atau keluarnya cairan dari puting susu.
Caranya dengan memencet puting susu dan melihat apakah ada darah atau
cairan yang keluar.
f. Lakukan hal serupa pada payudara sebelah kiri, yaitu dengan meletakkan
tangan kiri di bawah kepala, lalu gunakan tangan kanan untuk memeriksa
payudara sebelah kiri. Bila Anda mendapati adanya kejanggalan, segeralah
periksakan diri ke dokter.
2. Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau (clinical breast examination)15
Pemeriksaan payudara oleh klinisi (CBE) adalah pemeriksaan payudara yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional seperti dokter, praktisi perawat,
perawat, atau asisten dokter. For this exam, you undress from the waist up. Untuk
24
pemeriksaan ini, pasien menanggalkan pakaian dari pinggang ke atas. The health
professional will first look at your breasts for abnormalities in size or shape, or
changes in the skin of the breasts or nipple. Klinisi kesehatan pada mulanya akan
melihat payudara pasien untuk kelainan dalam ukuran atau bentuk, atau perubahan
pada kulit payudara atau puting. Then, using the pads of the fingers, the examiner
will gently feel (palpate) your breasts. Kemudian, dengan menggunakan bantalan
jari-jari, klinisi akan meraba dengan lembut payudara pasien dan merasakan apakah
ada benjolan atau tidak.
Special attention will be given to the shape and texture of the breasts, location of
any lumps, and whether such lumps are attached to the skin or to deeper tissues .
The area under both arms will also be examined.Perhatian khusus akan diberikan
kepada bentuk dan tekstur payudara, lokasi dari setiap benjolan, dan apakah
benjolan tersebut melekat pada kulit atau untuk jaringan yang lebih dalam. Daerah
di bawah kedua lengan/ketiak juga akan diperiksa. The CBE is a good time for
women who don't know how to examine their breasts to learn the right way to do it
from their health care professionals.
Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan merupakan cara yang baik bagi
pasien/wanita yang tidak tahu bagaimana memeriksa payudara mereka sendiri
untuk belajar cara yang tepat untuk melakukannya dari tenaga profesional
kesehatan.
3. Mammografi17
Mamografi merupakan pemeriksaan penunjang dengan X-ray (foto Rö) pada
payudara. Tujuannya untuk memastikan ada-tidaknya perubahan pertanda kanker
payudara yang tidak terlihat saat pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini cukup efektif
untuk wanita berusia di atas 40 tahun. Selain itu mammografi juga digunakan untuk
mencari pertanda kanker payudara pada wanita tanpa gejala, yaitu orang yang
tampaknya tidak memiliki masalah payudara . Screening mammografi biasanya
mengambil 2 gambar (Rö /penyinaran yang diambil dari 2 sudut yang berbeda) dari
masing-masing payudara. Wanita yang sedang menyusui masih bisa mendapatkan
25
mammografi, meskipun ini mungkin tidak begitu akurat karena jaringan payudara
cenderung padat.
Untuk beberapa wanita, dengan implan payudara (untuk augmentation atau
sebagai rekonstruksi setelah mastektomi), gambar tambahan mungkin diperlukan
untuk bisa melihat tiap lapisan jaringan payudara sebanyak mungkin. Karena perlu
diketahui implan payudara pada mammografi standar lebih sulit untuk melihat
jaringan payudara, namun tambahan gambar Rö dengan perpindahan implan dan
pemandangan kompresi dapat digunakan untuk memeriksa jaringan payudara yang
lebih lengkap. Meskipun Rö payudara telah dilakukan selama lebih dari 70 tahun,
mamografi modern hanya ada sejak tahun 1969. Itu adalah tahun pertama x-ray
unit didedikasikan untuk pencitraan payudara yang tersedia. peralatan mammografi
modern dirancang untuk rontgen payudara menggunakan tingkat yang sangat
rendah radiasi, biasanya sekitar dosis 0,1-0,2 rad per x-ray (rad adalah ukuran dosis
radiasi). Pengunaan pedoman ketat untuk memastikan bahwa peralatan
mammografi aman dengan menggunakan dosis sinar radiasi serendah mungkin.
Banyak orang khawatir/takut akan efek samping dari paparan sinar-x, namun
tingkat radiasi yang digunakan dalam mammografi modern dalam tingkat aman
sehingga tidak meningkatkan risiko untuk kanker payudara.
Untuk mammografi, payudara dikompres antara 2 pelat untuk meratakan dan
menyebarkan jaringan. Meskipun hal ini mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman
untuk pasien, tapi hal ini diperlukan untuk hasil mammografi, yang baik dan layak
untuk dibaca. Kompresi hanya berlangsung beberapa detik, seluruh prosedur untuk
pemeriksaan mammografi memakan waktu sekitar 20 menit.
4. Magnetic Ressonance Imaging
For certain women at high risk for breast cancer, screening magnetic
resonance imaging (MRI) is recommended along with a yearly mammogram.Bagi
wanita dengan risiko tinggi untuk kanker payudara, skrining Magnetic Resonance
Imaging (MRI) dianjurkan bersama dengan mammografi tahunan. MRI is not
generally recommended as a screening tool by itself, because although it is a
sensitive test, it may still miss some cancers that mammograms would detect.MRI
26
umumnya tidak direkomendasikan sebagai alat skrining yang berdiri sendiri, karena
meskipun tes sensitif, masih mungkin akan ketinggalan beberapa kanker yang
mungkin terdeteksi dengan mammografi. MRI may also be used in other situations,
such as to better examine suspicious areas found by a mammogram. MRI juga
dapat digunakan dalam situasi lain, seperti untuk memeriksa daerah mencurigakan
yang ditemukan dengan mammografi. MRI can also be used in women who have
already been diagnosed with breast cancer to better determine the actual size of the
cancer and to look for any other cancers in the breast. MRI juga dapat digunakan
pada wanita yang telah didiagnosa menderita kanker payudara untuk lebih
menentukan ukuran sebenarnya dari kanker dan untuk mencari setiap kanker
lainnya di payudara.
MRI scans use magnets and radio waves instead of x-rays to produce very
detailed, cross-sectional images of the body.MRI scan menggunakan magnet dan
gelombang radio bukan x-ray untuk menghasilkan gambaran yang sangat rinci dari
penampang tubuh. The most useful MRI exams for breast imaging use a contrast
material (gadolinium) that is injected into a small vein in the arm before or during
the exam. Pemeriksaan MRI untuk pencitraan payudara menggunakan bahan
kontras (gadolinium) yang disuntikkan ke pembuluh darah kecil di lengan sebelum
atau selama pemeriksaan. This improves the ability of the MRI to clearly show
breast tissue details. Hal ini meningkatkan kemampuan MRI untuk jelas
menunjukkan rincian jaringan payudara. MRI scans can take a long time -- often up
to an hour.pemeriksaannPemeriksaan MRI dapat memakan waktu lama - sering
sampai satu jam. You have to lie inside a narrow tube, which is confining and may
upset people with claustrophobia (a fear of enclosed spaces). pasien harus berbaring
di dalam tabung yang sempit, dan tidak direkomendasikan untuk orang dengan
claustrophobia (takut ruang tertutup). The machine makes loud buzzing and
clicking noises that you may find disturbing. Selain itu juga mesin mendengung
keras membuat suara yang mungkin membuat pasien terganggu. Some places
provide headphones with music to block this noise out. Beberapa tempat MRI
menyediakan headphone dengan musik untuk mengatasi kebisingan ini.
27
Although MRI is more sensitive in detecting cancers than mammograms, it
also has a higher false-positive rate (when the test finds something that turns out not
to be cancer), which results in more recalls and biopsies.Meskipun MRI lebih
sensitif dalam mendeteksi kanker dari pada mammografi, ia juga memiliki tingkat
false-positif lebih tinggi (ketika pada pemeriksaan menemukan sesuatu yang
ternyata bukan suatu kanker). Hal inilah mengapa MRI tidak direkomendasikan
sebagai tes skrining untuk perempuan yang tidak berisiko tinggi terkena (average
risk) kanker payudara, karena akan mengakibatkan tidak diperlukan suatu biopsi
dan tes lainnya.
Just as mammography uses x-ray machines that are specially designed to
image the breasts, breast MRI also requires special equipment.Sama seperti
mamografi menggunakan mesin x-ray yang dirancang khusus untuk
gambar/pencitraan payudara, MRI juga membutuhkan peralatan khusus. Breast
MRI machines produce higher quality images than MRI machines designed for
head, chest, or abdominal MRI scanning. mesin MRI Payudara menghasilkan
gambar/pencitraan berkualitas lebih tinggi dari mesin MRI dirancang untuk kepala,
dada, atau MRI perut. However, many hospitals and imaging centers do not have
dedicated breast MRI equipment available. Namun, banyak rumah sakit dan pusat
pencitraan tidak memiliki peralatan MRI payudara yang tersedia. It is important
that screening MRIs are done at facilities that can perform an MRI-guided breast
biopsy.Penting diketahui bahwa screening MRI dilakukan di fasilitas yang dapat
melakukan MRI-guided untuk melakukan biopsi payudara. Otherwise, the entire
scan will need to be repeated at another facility when the biopsy is done. Jika tidak,
maka seluruh pemeriksaan perlu diulang di fasilitas lain saat biopsi dilakukan.
Pemeriksaan dengan MRI is more expensive than mammography.MRI lebih
mahal daripada mammografi. Most major insurance companies will likely pay for
these screening tests if a woman can be shown to be at high risk, but it's not yet
clear if all companies will. Sebagian besar perusahaan asuransi besar kemungkinan
akan membayar tes skrining jika seorang paenderita dapat menunjukkan risiko
tinggi terhadap kanker payudara, tapi itu belum jelas apakah semua perusahaan
akan bersedia membayar atau tidak. At this time there are concerns about costs of
28
and limited access to high-quality MRI breast screening services for women at high
risk of breast cancer. Pada saat ini ada kekhawatiran tentang biaya dan akses
terbatas untuk mendapatkan pelayanan skrining MRI payudara berkualitas tinggi
pada wanita berisiko tinggi kanker payudara.
5. Ultrasonografi
Ultrasound, also known as sonography, is an imaging method in which
sound waves are used to look inside a part of the body.Tes ini tidak menimbulkan
rasa sakit dan tidak membuat pasien terkena radiasi. Breast ultrasound is sometimes
used to evaluate breast problems that are found during a screening or diagnostic
mammogram or on physical exam.USG payudara kadang-kadang digunakan untuk
mengevaluasi masalah payudara yang ditemukan selama pemeriksaan mammografi
dan/atau diagnosa pada pemeriksaan fisik. Breast ultrasound is not routinely used
for screening. USG payudara tidak secara rutin digunakan untuk penyaringan.
Some studies have suggested that ultrasound may be a helpful addition to
mammography when screening women with dense breast tissue (which is hard to
evaluate with a mammogram), but the use of ultrasound instead of mammograms
for breast cancer screening is not recommended. Beberapa studi telah menyarankan
bahwa ultrasound dapat menjadi tambahan yang berguna untuk mamografi saat
skrining wanita dengan jaringan payudara padat (yang sulit untuk mengevaluasi
dengan mammogram), tetapi penggunaan USG bukan mammogram untuk skrining
kanker payudara tidak dianjurkan.
Ultrasound is useful for evaluating some breast masses and is the only way
to tell if a suspicious area is a cyst (fluid-filled sac) without placing a needle into it
to aspirate (pull out) fluid.USG berguna untuk mengevaluasi beberapa massa
payudara dan merupakan satu-satunya cara untuk mengetahui apakah area
mencurigakan adalah suatu kista tanpa melakukan tindakan aspirasi cairan. Cysts
cannot be accurately diagnosed by physical exam alone. Kista tidak dapat secara
akurat didiagnosis dengan pemeriksaan fisik saja. Breast ultrasound may also be
used to help doctors guide a biopsy needle into some breast lesions. USG payudara
29
juga dapat digunakan untuk membantu dokter sebagai panduan biopsi jarum ke
dalam beberapa lesi payudara.
Ultrasound has become a valuable tool to use along with mammograms
because it is widely available, non-invasive, and less expensive than other
options.USG telah menjadi alat yang berharga untuk digunakan bersama dengan
mammogram karena tersedia secara luas, non-invasif, dan lebih murah
dibandingkan pilihan lain. However, the effectiveness of an ultrasound test depends
on the operator's level of skill and experience. Namun, efektivitas tes USG
tergantung pada tingkat keterampilan dan pengalaman operator. Although
ultrasound is less sensitive than MRI (that is, it detects fewer tumors), it has the
advantage of being more available and less expensive. Meskipun USG kurang
sensitif dibandingkan MRI (yaitu, mendeteksi tumor lebih sedikit), tapi memiliki
keunggulan yaitu ketersediaan dan biaya yang lebih murah.
6. Scintimammografi
Cara ini menggunakan technetium-99m sestamibi atau technetium-99m
tetrofosmin, memindai regio aksila dan supraklavikula sambil menggambarkan
jaringan payudara. Dalam pemeriksaan wanita yang sudah diketahui mengidap
kanker payudara, lengan kontralateral diinjeksi dengan radionuclide dan proyeksi
lateral dan anterior digambarkan dengan kamera gamma. Cara ini masih jarang
digunakan.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Jatoi I, and Kaufmann M. Management of Breast Diseases. 2010. Berlin : Springer2. Li CI (ed.). Breast Cancer Epidemiology.2010. New York : Springer.3. Smith P.G. Comparison between registries : age-standardized rates. In : Parkin DM,
Muir CS, Whelan SL, Gao Y-T, Ferlay J, powell J (eds). Cancer Incidence in Five Continents, Vol VI. 1992. Lyon : IARC, pp : 865-870.
4. Sarjadi. Cancer Incidence 1985-1989 in Semarang, Indonesia. 1990. Semarang : Diponegoro University Press.
5. Parkin D.M., Muir C.S., Gao Y-T, Ferlay J., Powell J. (eds). Cancer Incidence in Five Continents, Vol VI. 1992. Lyon : IARC, pp : 871-1011.
6. Prihartono J, Mangunkusumo R. Indonesian Pathology-based Cancer Registration.1990. Jakarta : Indonesian Cancer Society.
7. Budianto A. (ed). Guidance to Anatomy II. Ed I revisi. 2005. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, hh: 12-14.
8. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. 2004. Jakarta : EGC.9. Verralls S. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Ed 3. 2003. Jakarta :
EGC.10. Guyton A.C., Hall J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 9. 1997. Jakarta : EGC,
hh: 1318-1321.11. Stephen P. Breast Fibroadenomas. 2011
http://breastcancer.about.com/od/whenitsnotcancer.htm12. Stamatakos E. Phyloides tumor of the breast: a rare neoplasm, though not that
innocent. International Seminars in Surgical oncologi. 2009. Biomed central 6:632
13. de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2005. Jakarta: EGC14. Swart R. Breast cancer. 2010
C. Clinical breast examination: practical recommendations for optimizing performance and reporting. 2004. CA: a cancer journal for clinicians 54 (6): 327–44
16. Kösters JP, Gøtzsche PC. Regular self-examination or clinical examination for early detection of breast cancer. 2003.Cochrane Database Syst Rev (2): CD003373.
17. Gøtzsche PC, M Nielsen. Screening for breast cancer with mammography. 2009. Cochrane Database Syst Rev (4): CD001877.
18. Apantaku LM. Breast-conserving surgery for breast cancer. 2002. Am Fam Physician.66:2217-8,2281.
19. Winer EP, Morrow M, Osborne CK, Harris JR. Malignant tumors of the breast In: DeVita VT, Hellman S, Rosenberg SA. eds Cancer Principles and Practice of Oncology 6th ed. Lippincot William and Wilkins. 2001.
20. www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/breast/healthprofessional21. Lippman ME. Breast cancer In: Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E,
Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. eds Harrison’s Principal of Internal Medicine 16th edition. McGraw and Hill. 2005.
22. Schlotter CM, Vogt U, Allgayer H, Brandt B. Molecular targeted therapies for breast cancer treatment. 2008. Breast cancer research. 10:211.
23. Hobday TJ, Perez EA. Molecularly targeted therapies for breast cancer. 2005. Cancer control. 12(2):73-81.