Top Banner
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 i
180

prakata - KPID Jabar

May 07, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 i

Page 2: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018ii

Page 3: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 iii

Terdapat 466 (Empat Ratus Enam Puluh Enam) lembaga penyiaran radio dan televisi yang berizin di Jawa Barat sampai dengan bulan Desember 2018, dengan segmentasi dan variasi siaran yang potensial terhadap berubahnya perilaku sosial masyarakat

sebagai dampak dari paparan isi siaran baik yang positif maupun yang negatif. Potensi paparan isi siaran yang dapat merubah perilaku masyarakat tersebut harus diarahkan semaksimal mungkin ke arah yang positif yaitu harus terciptanya isi siaran yang berkualitas, sehat, informatif, edukatif dan ramah anak.

Untuk menciptakan kondisi ideal, tentu bukan suatu hal yang mudah, oleh karena itu perlu adanya sinergi dan upaya yang berkelanjutan antara pemerintah, industri penyiaran dan masyarakat, sehingga dapat mendorong tumbuhnya media yang sehat dan pemirsa yang cerdas dengan melandaskan hubungan media dan khalayak dalam jalinan yang saling menguntungkan (simbiosis mutualistis).

Dengan semakin besarnya tantangan KPID Jawa Barat maka diperlukan indikator ilmiah untuk mengukur akses masyarakat terhadap Lembaga Penyiaran yang menegaskan posisi (positioning) antara lembaga / industri penyiaran, pemerintah dan masyarakat dalam keseluruhan upaya yang dapat ditempuh dalam mendorong tumbuhnya media yang sehat dan penonton yang cerdas. Sejalan dengan maksud di atas, KPID Jawa Barat melakukan “Kajian Akses Masyarakat Terhadap Lembaga Penyiaran”, bekerjasama dengan 4 (empat) perguruan tinggi yakni Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas Islam Bandung (UNISBA), Telkom University dan Universitas Sangga Buana (USB).

Kajian yang telah dilaksanakan ini mengambil topik “Akses Masyarakat Terhadap Lembaga Penyiaran” dengan mencakup tema:1. Peluang dan tantangan peningkatan kontribusi lembaga penyiaran dalam mendorong

tumbuhnya media yang mampu menyajikan Isi Siaran Yang Berkualitas, Sehat, Edukatif dan Ramah Anak;

2. Pola perilaku masyarakat tentang akses media, jenis program siaran yang dibutuhkan oleh masyarakat dan penilaian masyarakat tentang aspek program siaran;

3. Langkah-langkah manajerial pengelolaan lembaga penyiaran yang mampu menyajikan isi siaran yang sehat dan ramah anak, pemirsa cerdas;

4. Pola-pola hubungan pelaku media dengan pemirsa dan stakeholders penyiaran.

KPID Jawa Barat berharap dengan dilakukan kajian ini akan memperkuat peran

PRAKATA

Page 4: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018iv

media penyiaran lokal dalam membangun iklim media yang sehat pemirsa yang cerdas. Selain itu sinergitas penguatan kelembagaan antara KPID Jawa Barat dengan perguruan tinggi akan memperkuat dukungan moril terhadap urgensi lembaga penyiaran yang ada di Jawa Barat. Akhirul Kalam, kajian ini tak luput dari kekurangan untuk itu kami memohon maaf atas segala kekurangan, masukan dan saran sangat kami nantikan. Terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam kajian ini. Salam Penyiaran !

Bandung, 13 Desember 2018Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat

Ketua,

Dr. Dedeh Fardiah, M.Si.

Page 5: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 v

PrakataKetua KPID Jawa Barat .................................................................

Daftar Isi .............................................................................................

Pola Hubungan Pelaku Media dengan Khalayak dan Stakeholders Penyiaran di Jawa Barat .....................................................................

Pandan Yudhapramesti, Detta Rahmawan, Justito Adiprasetio

(Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran)

Tingkat Literasi Media Pelajar dan Mahasiswa terhadap Akses, Jenis dan Penilaian Program Siaran Televisi dan Radio di Jawa Barat ....……....…………………....…………………....…………………

Lucy Pujasari Supratman, Freedy Yusanto, Nofha Rina, Rah

Utami Nugrahani

(Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis,

Universitas Telkom)

Kontribusi Televisi Lokal dalam Mewujudkan Program Ramah Anak di Jawa Barat ......................................................................................

Teguh Ratmanto, Mochamad Rochim, Nila Nurlimah

(Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung)

Daftar Isi

iii

v

1

45

93

Page 6: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018vi

Strategi Media Penyiaran dalam Membuat Program Siaran yang Sehat Bagi Publik ...............................................................................

Witri Cahyati, Roni Tabroni, Adi Permana Sidik, Nunung

Sanusi, Pupi Indriati Zaelani

(Fakultas Ilmu Komunikasi & Administrasi, Universitas Sangga

Buana)

131

Page 7: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 1

Pendahuluan

Media massa adalah institusi yang khas. Meski tugas utama media adalah melayani khalayaknya (pembaca, penonton, atau pendengar), media tidak saja bertanggungjawab kepada khalayak, namun juga kepada pihak-pihak

lain. Dua orang wartawan senior dari Amerika, Bill Kovach dan Tom Rossentiel mengatakan, dalam bisnis media terdapat sebuah segitiga kepercayaan (Kovach & Rosenstiel, 2004). Sisi pertama adalah khalayak. Sisi kedua adalah pemasang iklan. Sisi

Pola Hubungan Pelaku Media dengan Khalayak dan Stakeholders Penyiaran di Jawa Barat

Tim Peneliti:Pandan Yudhapramesti, Detta Rahmawan, Justito Adiprasetio

[email protected], [email protected], [email protected]

(Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran)

Abstract

The use of publicly owned frequencies has consequences that broadcast media are not only responsible for serving the audiences and their owner, but also public interests. For this reason, the relationship between broadcast media and their stakeholders must be balanced. Unfortunately, balancing those relationships is not easy. This study describes various forms of relations built between broadcast media with audiences and other stakeholders in the West Java Province, Indonesia. Using descriptive qualitative methods, this research focuses on three forms of broadcasting institutions: publuc, private, and community broadcasters. There are eight broadcasting institutions as research objects. The results of the study show that healthy relationship with broadcasting stakeholders are important in terms of making local broadcast media sustainable. Healthy relationships and strong links between local broadcast media and their audiences are able to contribute to the resilience of local broadcast media from the challenges and threat eroding the existence of local broadcast media.

Key Words: broadcast media, public, audiences engagement, broadcasting stakeholders.

Page 8: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 20182

ketiga adalah warga (citizens). Dalam operasionalnya sehari-hari, media menyalurkan berbagai konten untuk menjaring perhatian khalayak. Adanya kepercayaan khalayak inilah yang kemudian “dipinjamkan” media kepada pemasang iklan, atau penyandang dana sebagai bukti kesuksesan media. Hubungan antara media dan pemasang iklan ini seyogyanya tak merusak hubungan kepercayaan yang telah diberikan khalayak dan warga secara luas, kepada media.

Pada media penyiaran, hubungan ini bahkan berjalan secara lebih ketat. Untuk melayani salah satu pihak (khalayak penonton atau pendengar, pemilik modal, maupun pengiklan) media penyiaran seyogyanya tidak mencederai pihak lainnya, karena media penyiaran telah menggunakan frekuensi milik publik yang sifatnya terbatas. Penggunaan frekuensi memiliki konsekuensi bahwa media penyiaran tidak saja bertanggungjawab melayani dan memuaskan khalayaknya, namun juga bertanggungjawab atas penggunaan frekuensi kepada publik secara luas. Untuk itulah hubungan antara media penyiaran, khalayak, pengiklan atau penyandang dana lainnya, stake holder atau pemangku kepentingan penyiaran yang mewakili publik secara luas, harus berjalan seimbang.

Sayangnya, pada praktiknya tidak mudah untuk menjaga agar hubungan antar pihak ini selalu berjalan seimbang. Sebagai contoh, pada kasus media penyiaran swasta, upaya televisi untuk mengejar rating dan share, atau upaya radio untuk mengejar ranking, meski tampak memuaskan khalayak, sering kali mencederai kepercayaan publik karena buruknya kualitas acara siaran. Media penyiaran publik, dalam hal ini RRI dan TVRI pun rentan tergoda untuk berorientasi kepada pencapaian rating, share, dan ranking, karena tidak ingin dianggap kurang sukses dalam melayani khalayaknya. Sementara pada kasus media penyiaran komunitas, program siaran media komunitas rentan disusupi kepentingan melayani kelompok tertentu secara sempit dan mengabaikan kelompok lainnya.

Dalam segitiga hubungan ini, hubungan antara media dan khalayak berjalan paling intensif dan dekat dibandingkan dengan hubungan antara media dengan pihak lainnya. Ketika media mencederai kepentingan khalayak, maka media juga mencederai kepentingan publik yang lebih luas. Karenanya, perlakuan media terhadap khalayak ini menjadi kunci dari kemampuan media untuk menjaga kepercayaan publik. Untuk itu, relasi antara media penyiaran dan khalayak seyogyanya berjalan seimbang. Sayangnya, meski tampak ingin memuaskan khalayak, relasi antara media dan khalayak sering kali berjalan kurang seimbang. Media seringkali menempatkan khalayak sebagai objek dari berbagai tujuan media. Teguran dari pemangku kepentingan penyiaran, baik institusi non formal dari berbagai kelompok masyarakat, maupun dari institusi formal seperti Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), sering kali diabaikan. KPI pun sering kali kesulitan menjalankan fungsinya sebagai penjaga kualitas konten media penyiaran karena keterbatasan peran dan regulasi.

Di sisi lain, perkembangan teknologi dan berbagai aspek lainnya membuat khalayak memiliki pilihan yang lebih luas terhadap layanan media. Orang kini bahkan

Page 9: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 3

bisa membuat medianya sendiri, seperti membuat blog, website, atau mengelola media sosial. Saat ini media penyiaran khususnya televisi masih menjadi primadona sebagai media yang paling banyak diakses khalayak dan juga sumber informasi utama (Nielsen, 2017; Kedai Kopi, 2018). Namun dalam jangka panjang, ada potensi media penyiaran dapat ditinggalkan oleh khalayaknya terutama anak muda, yang semakin banyak terpapar dan menggunakan berbagai platform digital dalam kehidupan mereka sehari-hari (We Are Social, 2018; APJII, 2017). Ancaman ini sebenarnya sudah mulai muncul terutama pada industri radio siaran di Indonesia yang secara umum kini mulai merosot, terutama sebagai sumber informasi (Kedai Kopi, 2018).

Dalam sebuah seminar yang diselenggarakan Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) Maret 2016 lalu, Ketua Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Bali Komang Agus Satuhedi menyampaikan gambaran tentang kondisi lanskap radio siaran di Indonesia saat ini1. Pertumbuhan lembaga penyiaran Radio di Indonesia terus mengalami lonjakan, yaitu sekitar 1.288 stasiun pada tahun 2009 meningkat menjadi 1.986 stasiun pada tahun 2013 atau pertumbuhan mencapai rata-rata 10% per tahun. Namun pertumbuhan jumlah radio yang signifikan ternyata tidak berbanding lurus dengan peningkatan jumlah pendengar radio dalam populasi, lama waktu mendengarkan radio dan alokasi iklan radio. Persaingan stasiun radio untuk merebut pendengar semakin ketat karena jumlah pendengar yang diperebutkan cenderung tidak bertambah. Time spent listening atau lamanya waktu mendengar dari tahun ke tahun juga tidak mengalami pertumbuhan, bahkan di kota-kota utama di Indonesia mengalami penurunan. Lamanya waktu mendengar siaran radio per minggu rata-rata 15,5 Jam atau 2,2 jam per hari. Hal ini menunjukkan bahwa berbagai upaya memperbaiki keadaan belum dapat membuat pendengar mendengarkan radio dalam waktu yang lama.

Di antara fenomena merosotnya industri radio, sesungguhnya masih ada radio siaran yang mampu bertahan bahkan menuai prestasi. Radio-radio tersebut adalah radio-radio yang mampu mempertahankan kepercayaan khalayaknya dengan cara memberi ruang pada khalayak untuk ikut berperan dalam relasinya dengan media. Bentuk-bentuk relasi ini menjadi semakin berkembang dengan bantuan teknologi. Kemunculan teknologi informasi dan komunikasi memberi peluang kepada khalayak untuk menjalankan peran lebih aktif dalam relasinya dengan media. Khalayak dapat merespon pesan media melalui berbagai teknologi baik dengan teknologi sederhana seperti surat atau telepon, atau menggunakan teknologi yang lebih canggih seperti SMS (pesan singkat), grup percakapan seperti Whatsapp atau Line, media sosial seperti Facebook, Twitter, atau Instagram, kanal interaktif pada web media, dan berbagai sarana lainnya. Media juga dapat memberi ruang untuk berkolaborasi menjalankan berbagai program bersama dengan khalayak, seperti yang terjadi pada program

1 http://www.kpid-baliprov.go.id/index.php/baca-berita/4481/www.mitindohouse.org

Page 10: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 20184

jurnalisme warga, atau berbagai program hiburan. Potret relasional antara media dengan khalayaknya menjadi penting sebagai

bahan pembelajaran untuk menciptakan dunia penyiaran yang sehat. Kajian tentang hal ini dapat menggambarkan berbagai bentuk-bentuk relasi yang telah dan dapat dibangun antara media dengan khalayak, khususnya pada media penyiaran di Jawa Barat. Hasil kajian ini tidak saja berguna secara normatif, namun juga dapat digunakan sebagai sumbangan pengetahuan bagi dunia penyiaran untuk mempertahankan dan meningkatkan eksistensi dan relevansinya dengan kepentingan khalayak dan publik secara luas.

Fokus dan Pertanyaan PenelitianRiset ini berfokus pada tiga bentuk lembaga penyiaran, dari empat kategori

lembaga penyiaran berdasarkan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002, yaitu Lembaga Penyiaran Swasta (LPS), Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK), dan Lembaga Penyiaran Publik (LPP). Fokus penelitian diarahkan untuk melihat model relasi yang saat ini dibangun oleh ketiga jenis lembaga penyiaran dan stakeholdernya. Khalayak media di sini diartikan sebagai penonton televisi dan juga pendengar radio, meskipun tidak tertutup kemungkinan akses terhadap sebuah lembaga penyiaran juga bisa dilakukan lewat platform lain, semisal media sosial. Stakeholders penyiaran di sini merujuk kepada pengiklan dan penyandang dana, regulator, serta berbagai kelompok masyarakat pemerhati dunia penyiaran, yang berpengaruh pada kelangsungan lembaga penyiaran.

Rumusan pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:a) Bentuk-Bentuk hubungan atau relasi seperti apa yang dibangun oleh lembaga

penyiaran publik, swasta, dan komunitas di Jawa Barat dengan khalayaknya?b) Bentuk-Bentuk hubungan atau relasi seperti apa yang dibangun oleh lembaga

penyiaran publik, swasta dan komunitas di Jawa Barat dengan stakeholder-nya?

Kajian Pustaka

Selalu ada tegangan dan kontradiksi di antara relasi media penyiaran dengan publik, tegangan yang disebabkan oleh jarak di antara prinsip filosofis atau idealitas fungsi dari lembaga media penyiaran ketika menghadapi khalayak dengan kondisi kontemporer dan praksisnya di mana industri media penyiaran berjalan. Tegangan dan kontradiksi tersebut tidak hanya melibatkan media penyiaran swasta, tetapi juga media penyiaran publik yang sejak awal sudah menasbihkan diri sebagai pelayan publik dan demokrasi. Tegangan yang menciptakan kesulitan-kesulitan bagi lembaga penyiaran untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai konsekuensi imperatif-nya ‘apa itu publik – dan apa perbedaannya dengan khalayak?’, ‘bagaimana metode yang paling

Page 11: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 5

tepat untuk melayani publik?’, ‘bagaimana relasi yang ideal antara lembaga penyiaran dengan publik?’, dlsb.

Dalam bingkai ekonomi, media penyiaran memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat merebut kue pasar, (Picard, 2002) menjelaskan bahwa media penyiaran publik di Uni-Eropa pada dekade 2000-an memimpin perolehan pemirsa bila dibandingkan dengan media penyiaran swasta yang lain. Data dan analisis Picard menunjukkan bahwa semakin besar media penyiaran publik bergantung pada dana yang diberikan oleh pemerintah, semakin sedikit ia berusaha untuk melayani dan memuaskan pemirsanya, dibandingkan memuaskan para anggota parlemen (politisi). Temuan yang lain adalah, media penyiaran yang bergantung pada biaya lisensi – berlangganan – mendapatkan insentif untuk tetap dekat dan relevan dengan ketertarikan dan kebutuhan pemirsanya. Namun ilustrasi yang dipaparkan oleh Picard dalam bingkai Uni-Eropa tentu tidak menangkap gambaran secara keseluruhan bagaimana industri media penyiaran publik bekerja, mengingat bila media penyiaran dapat direduksi sekadar menjadi alat pemuas pemirsanya, media penyiaran riskan jatuh dalam hal menempatkan pemirsanya sebagai “yang banyak”, alias suara mayoritas, ‘publik’ akan direduksi sekadar sebagai khalayak ramai semata. Hal tersebut mungkin tidak terlalu signifikan di Inggris atau negara-negara Eropa lain yang cenderung homogen, bila dibandingkan dengan negara seperti Indonesia yang sangat heterogen. Di mana menjatuhkan diri pada ad populum – “yang banyak” akan riskan sekali mencederai demokrasi.

Padovani (2003) menunjukkan institusi seperti the British Broadcasting Corporation (BBC), Radiotelevisione Italiana, the Australian Broadcasting Corporation (ABC), dan the Canadian Broadcasting Corporation (CBC) pernah begitu tertatih-tatih menghadapi dikotomi di antara kebutuhan komersial lembaga penyiaran publik dengan artikulasi atas misi utama mereka, sebagai pelayan publik, hal yang juga bersamaan dengan berjalannya fase proses digitalisasi. Obsesi atas rating karena tuntutan kompetisi sepaket dengan perampingan unit kerja, pemecatan, praktik manajemen yang buruk adalah kondisi generik yang menghinggapi lembaga-lembaga penyiaran tersebut di dekade awal 2000-an. Walaupun terdapat trend positif dalam konteks peningkatan kualitas sebagian konten lembaga-lembaga penyiaran tersebut karena terjadi ekspansi pelayanan dan peralihan pencarian keuntungan dari awalnya hanya berasal dari sumber-sumber komersial semata, pada “core services”-nya, terdapat kontradiksi internet antara misi media pelayanan publik dan dorongan komersial yang mengubah di tataran praksis, peran dan fungsi media publik di lingkungan digital.

Menghadapi tegangan tersebut, Inggris adalah negara yang relatif berhasil menghadapi, dengan didukung oleh sistem regulasi penyiaran yang mereka miliki. Ramsey (2017), menunjukkan bahwa 5 media penyiaran publik (Public Broadcasting Service) komersial di Inggris: BBC One, BBC Two, ITV, Channel 4, and Channel 5 berhasil membangun bisnis model yang sehat, sepaket dengan layanan informasi yang mereka sodorkan sebagai implikasi dari regulasi yang bahkan menyentuh tataran

Page 12: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 20186

praktikal konten penyiaran yaitu kuota first run originations, di mana terdapat kuota program siaran yang diproduksi dan dimandatkan oleh PSB komersial, dan harus pertama kali disiarkan di Inggris.

Kanada mencoba menggenjot strategi yang berbeda, sejak 2014 Canadian Broadcasting Corporation mencoba mengalihkan penyiaran publik menujuk layanan online service. Walaupun belum dapat diuji apakah peralihan tersebut dapat berjalan efisien dan efektif, Taylor (2016), memberikan gambaran potensialitas yang signifikan bagaimana online service akan dapat menjadi forum yang berguna dalam hal tersebarnya informasi dan debat-debat publik. Pada posisi tersebut peralihan penyiaran publik ke arah online service memberikan harapan adanya demokrasi yang lebih baik di masa depan.

Relasi antara media penyiaran dengan publik dalam tataran ideal seharusnya memang memungkinkan dan mengharuskan terjadinya perluasan platform, mengingat partisipasi publik adalah dasar dari itu semua (Enli, 2008). Bardoel & D’Haenens, 2008 dengan studi kasus Belanda menjelaskan bahwa media penyiaran dengan tujuan melayani publik harus mempertimbangkan modalitas teknologi yang memungkinkan menggapai sebanyak mungkin spektrum yang terdapat di dalam khalayak audiensnya. Pada posisi tersebut paradigma penyiaran yang baru dapat mengubah ‘transmisi’ menjadi ‘komunikasi’, mengubah ‘Public Service Broacasting’ menjadi ‘Public Service Media’, dan mengalihkan orientasi penyiaran yang semula berbasiskan institusi, lebih ke arah program mengingat potensialitas konvergensi yang ditawarkan oleh teknologi media.

Relasi antara media penyiaran dengan khalayak dapat menjadi representasi dari bagaimana politik negara bekerja. Studi Chin (2012) menunjukkan bagaimana lembaga penyiaran publik China terjebak pada pragmatisme untuk mengamankan stabilitas dan kohesi sosial ketimbang menjadi lembaga untuk membangun demokratisasi masyarakatnya. Model otoritarian yang dijalankan oleh Cina membuat nilai-nilai yang seharusnya terdapat pada lembaga penyiaran, khususnya lembaga penyiaran publik menjadi termarjinalisasi: seperti program-program berkualitas, independen dan imparsial.

Pada studi-studi kasus di Indonesia, lembaga penyiaran terutama lembaga penyiaran publik memiliki fungsi dalam demokratisasi di berbagai level, seperti dekolonisasi informasi yang sebelumnya terpusat (Dwi Yulianti & Masduki, 2008) dan pelestarian budaya (Rianto & Poerwaningtyas, 2013). Namun contoh-contoh tersebut tidak serta-merta menunjukkan bahwa relasi antara publik dengan media penyiaran menjadi sehat, mengingat masih terdapat segudang permasalahan yang belum dapat terselesaikan. Studi Hermawan (2015) menunjukkan bagaimana RRI sebagai lembaga penyiaran publik, masih memiliki kualitas implementasi manajemen redaksional yang rendah, dari infrastruktur hingga independensi. Begitupun studi besar yang dilakukan oleh Nugroho, Putri dan Laksmi (2012) memberikan gambar besar bahwa tegangan antara kepentingan publik, pencarian profit, melayani kepentingan pemilik atau mempertahankan integritasnya menghasilkan posisi yang merugikan terhadap

Page 13: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 7

publik secara keseluruhan. Hal tersebut diperparah dengan ketiadaan perlindungan pemerintah terhadap hak dan warga negara serta ambiguitas atas peraturan-peraturan tersebut. Dengan berbagai referensi literatur yang telah dipaparkan, penelitian ini mencoba untuk melihat bagaimana kondisi dan potensialitas relasi antara media penyiaran, secara spesifik di Jawa Barat.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus adalah model relasi yang saat ini dibangun oleh lembaga penyiaran publik, swasta, maupun komunitas terhadap khalayak dan juga stakeholdernya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif dengan pengumpulan data yang dilakukan lewat 1) wawancara mendalam kepada masing-masing pengelola lembaga penyiaran, baik publik, swasta, maupun komunitas, dan juga 2) melakukan observasi langsung dalam keseharian bagaimana sebuah lembaga penyiaran dijalankan, dan juga observasi beragam platform yang dimiliki oleh lembaga-lembaga penyiaran tersebut (seperti aplikasi dan media sosial), 3) Wawancara mendalam dengan stakeholder penyiaran khususnya regulator, dalam hal ini adalah KPID Jawa Barat. Data sekunder juga kami dapatkan dari studi literatur terkait model-model relasi media terhadap khalayak dan stakeholder-nya.

Subjek dan Objek Penelitian

Subjek Penelitian dalam penelitian ini adalah pengelola media serta kelompok komunitas/khalayak pada tiga kategori lembaga penyiaran. Terdapat ratusan lembaga penyiaran yang beroperasi di Jawa Barat. Namun, untuk memperoleh gambaran lebih dalam tentang dinamika relasi yang terbangun, dalam riset ini akan dipilih beberapa media penyiaran yang memiliki keragaman bentuk-bentuk relasional, yaitu LPP RRI dan TVRI; LPS Radio PR FM, Dahlia FM; LPS Televisi KOMPAS Jabar, LPK Radio BEST FM Cirebon, Radio VERITAS FM Cirebon, serta LPK Hdas TV. Selain lembaga penyiaran, subjek penelitian juga mencakup beberapa pihak yang menjadi pemangku kepentingan (stakeholders) di dunia penyiaran, seperti KPID Jawa Barat dan beberapa pihak lainnya.

Objek Penelitian dalam penelitian ini adalah pengamatan terhadap aktivitas on-air, off-air, aktivitas media sosial, dan lain-lain yang melibatkan interaksi dengan khalayak.

Page 14: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 20188

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memperlihatkan pola-pola relasi seperti apa yang terjadi antara media atau lembaga penyiaran dengan khalayaknya, dan juga dengan stakeholder-penyiaran lainnya. Diharapkan studi ini dapat menjadi salah satu rujukan dalam kajian terkait akses masyarakat terhadap lembaga penyiaran yang ada di Indonesia, yang dapat memperlihatkan beragam bentuk partisipasi masyarakat terhadap lembaga dan juga menjabarkan beragam potensi relasi-relasi ekonomi yang dapat timbul antara media dengan pihak pengiklan, untuk menjawab tantangan dari komersialisasi sistem industri media yang semakin menggerus peran ideal media sebagai sumber informasi bagi masyarakat.

Luaran penelitian ini adalah laporan penelitian yang menunjukkan gambaran pola-pola relasi antara media atau lembaga penyiaran dengan khalayak dan stakeholder serta publikasi dalam bentuk jurnal nasional maupun keikutsertaan pada seminar nasional.

Waktu Pelaksanaan Penelitian

Riset ini dilakukan selama dua bulan, antara minggu ke tiga Mei – minggu ke tiga Juli 2018.

Hasil dan Pembahasan

Persoalan penyiaran di Jawa Barat dalam konteks pola-pola hubungan antara media penyiaran dengan stakeholdernya sesungguhnya sangatlah kompleks dan beragam. Banyak faktor yang memengaruhi pola-pola hubungan tersebut, baik dari sisi medianya atau dari sisi stakeholdernya. Dari sisi media, jenis medium – apakah radio atau televisi, jenis lembaganya – apakah lembaga publik, swasta, komunitas, atau berlangganan, jenis kepemilikan – apakah murni lokal atau merupakan bagian dari grup besar, akan membentuk karakter hubungan media antara dengan stakeholdernya. Demikian juga dari sisi stakeholder, karakteristik masyarakat terkait dinamika sosial budaya, iklim politik di daerah, juga ikut membentuk karakter hubungan antara media dengan stakeholdernya. Berbagai faktor tersebut ada yang berdiri sendiri atau saling bersinergi sehingga secara signifikan membentuk hubungan antara media dengan stakeholder-nya.

Sebagai contoh, media penyiaran swasta yang meskipun berstatus lokal namun merupakan bagian dari grup besar memiliki bentuk hubungan dengan stakeholder

Page 15: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 9

yang berbeda dengan media penyiaran swasta lokal yang sepenuhnya memiliki sumber daya lokal. Sayangnya, sebagian media penyiaran lokal yang merupakan bagian dari grup besar, tidak aktif menjalin hubungan dengan khalayaknya. Sebagian besar media penyiaran lokal jenis ini kebanyakan merupakan kepanjangan tangan dari media swasta nasional. Meski media jenis ini berupaya mematuhi ketentuan tentang muatan lokal, media ini tidak banyak membangun hubungan yang dinamis atau dua arah dengan khalayaknya.

Media lokal ‘rasa’ nasional ini kebanyakan hanya melakukan siaran satu arah atau ‘broadcasting’, tidak banyak melakukan bentuk hubungan dua arah atau ‘societing’. Padahal, di era teknologi digital seperti sekarang ini, bentuk hubungan dua arah antara media dengan stakeholdernya khususnya dengan khalayaknya telah semakin terfasilitasi oleh bantuan teknologi yang ada. Interaksi antara media dan khalayak, baik yang disiarkan oleh media yang bersangkutan atau disalurkan melalui medium penunjang seperti media sosial merupakan gambaran dinamika masyarakat lokal yang dapat memperkuat ketahanan sosial budaya daerah.

Dinamika relasional yang interaktif antara media penyiaran dan stakeholder-nya, khususnya dengan khalayaknya ini juga turut berkontribusi dalam memperkuat demoratisasi. Interaksi aktif antara media dengan khalayak dalam ruang publik yang dikelola oleh media penyiaran lokal dapat menjadi saluran ekspresi khalayak terhadap berbagai fenomena yang terjadi, yang akan menumbuhkan serta memperkuat rasa memiliki serta kecintaan khalayak serta masyarakat luas terhadap media lokal, sehingga pada gilirannya dapat ikut berkontribusi untuk memperkuat eksistensi media penyiaran lokal. Karenanya, fenomena pengambilalihan media penyiaran lokal khususnya swasta oleh grup besar, atau merosotnya eksistensi media penyiaran lokal karena kalah dalam sumber daya dibandingkan dengan media penyiaran nasional, masih menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi oleh stakeholder penyiaran, jika memang masih ingin membangun demokratisasi di bidang penyiaran khususnya penyiaran lokal.

Uraian berikut ini menggambarkan berbagai karakter bentuk hubungan antara media penyiaran dengan stakeholdernya, termasuk karakter hubungan media dengan khalayaknya. Seperti telah dinyatakan di bagian pengantar, karena berbagai keterbatasan, penelitian ini belum dapat menggambarkan secara menyeluruh potret relasional tersebut, namun baru menggambarkan sebagian dari potret persoalan pada dinamika media penyiaran di Jawa Barat.

1. Relasi Lembaga Penyiaran dengan Komisi Penyiaran IndonesiaUntuk membangun sistem penyiaran yang demokratis, Indonesia telah

memperbaharui regulasi di bidang penyiaran. Peran negara diletakkan dalam kerangka mendorong freedom of expression (kebebasan berekspresi), freedom of experience, menjaga diversity of ownership (keberagaman kepemilikan) serta diversity of content (keragaman isi siaran), agar prinsip-prinsip demokratisasi dalam bidang penyiaran dapat terjaga. Untuk

Page 16: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201810

itulah sejak tahun 2003 negara mendorong terbentuknya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

KPI berdiri di tingkat pusat serta tingkat daerah provinsi (KPID). Secara normatif, KPI/KPID mengembang visi, misi, tugas dan kewajiban, serta kewenangan Di tingkat provinsi, KPID berwenang untuk menyusun dan menetapkan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3), menetapkan Standar Program Siaran (SPS), mengawasi pelaksanaan peraturan dan P3SPS, memberikan sanksi terhadap pelanggaran P3SPS, serta melaukan koordinasi dan/atau dengan pemerintah, lembaga penyiaran dan masyarakat terkait urusan penyiaran. Pada praktiknya, hingga 15 tahun setelah KPI terbentuk, KPI/D masih menemui berbagai tantangan dan kendala. Sebagai contoh, sistem penyiaran berjaringan hingga saat ini belum berhasil mengedepankan berkembangkan sumber daya lokal, karena sistem berjaringan ini pada praktiknya lebih banyak diisi oleh anak perusahaan media nasional. Sumber daya lokal lebih banyak diimplementasikan secara normatif untuk memenuhi ketentuan minimal, seperti dengan mengisi acara siaran lokal minimal 10 persen.

Terdapat kesenjangan antara harapan dan kebutuhan masyarakat untuk memperoleh siaran berkualitas serta kemampuan dan kewenangan KPI/D untuk memenuhi harapan dan kebutuhan tersebut. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh PR2Media dan Tifa, disebutkan secara garis besar, ada dua hambatan utama yang dihadapi KPI dalam usahanya menjaga sistem penyiaran agar tetap demokratis.

Hambatan pertama bersifat struktural. Hambatan ini berasal dari UU Penyiaran 2002 yang memang mempunyai banyak persoalan, dominasi ekonomi politik (neo) liberal, dan sistem keuangan di mana sebagai lembaga independen keuangan KPI masih dititipkan pada Kemenkominfo. Hambatan kedua lebih bersifat kultural yang meliputi diantaranya budaya masyarakat, kuatnya budaya pasar, dan juga perilaku lembaga penyiaran itu sendiri yang memang lebih “gemar” melakukan pelanggaran terhadap P3SPS, dan yang tidak kalah penting adalah rendahnya tingkat literasi masyarakat. (Wahono, et al., 2011).

Diantara berbagai hambatan dan tantangan yang dihadapi, KPID Jawa Barat, seperti dinyatakan oleh Ketua KPID Jawa Barat Periode 2015 – 2018, Dedeh Fardiah serta Komisioner Bidang Kelembagaan, Erianto Edi Pramono menyatakan bahwa KPID menjalankan fungsinya sesuai tugas dan kewenangan yang diembannya. Selama ini KPID tidak hanya melakukan berbagai program pengawasan dan penindakan, namun juga menjalankan melaksanakan berbagai program yang bersifat preventif serta apresiasi. Program preventif misalnya sosialisasi literasi, biasanya dilakukan dengan cara berkeliling memberikan edukasi literasi media ke sekolah-sekolah lalu mengangkat duta literasi. Aduan masyarakat sebagian besar datang dari duta literasi. Pengaduan biasanya disampaikan melalui WA/email, sebagian kecil melalui Facebook. Sejauh ini pengaduan datang atas nama perorangan, bukan organisasi. Sedangkan program apresiasi misalnya berupa KPID Award, penghargaan untuk berbagai program siaran

Page 17: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 11

terbaik. Secara umum, relasi yang terbangun antara KPID dan media penyiaran

berlangsung dalam berbagai bentuk. KPID berupaya agar relasi tersebut terbangun tidak hanya berlandaskan antara pihak yang diawasi dan pihak yang mengawasi. Selain menunggu pengaduan masuk dari masyarakat, KPID menjalankan sejumlah program sosialisasi atau pengasuhan terhadap para pengelola media penyiaran di Jawa Barat. Edi yang menjabat bidang kelembagaan misalnya, memiliki program keliling ke berbagai daerah yang diberi nama program penertiban isi siaran. Kendati namanya program penertiban, program ini sesungguhnya lebih bersifat sosialisasi dan mengingatkan para pengelola media agar menjalankan pengelolaan media maupun program siaran sesuai ketentuan. Dalam menjalankan program penertiban ini, Edi biasanya berkunjung ke satu media di daerah, lalu mengajak para pengelola media lain di daerah itu untuk berkumpul dan berdiskusi. Program berkeliling ini dilakukan hampir setiap minggu. KPID biasanya kembali ke daerah yang sama tiga bulan kemudian untuk melakukan pertemuan dan diskusi serupa.

Sementara itu pada komisi atau bidang lain, juga terdapat program rapat sinergitas. Pada program ini, KPID mengajak para pengelola media di tiap area untuk bertemu dan membahas sebuah topik yang sedang hangat dibicarakan di masyarakat. Biasanya KPID mengundang nara sumber ahli untuk menyampaikan materi. Sebagai contoh, baru-baru ini KPID membahas topik terorisme pada program rapat sinergitas. Bidang perizinan juga secara rutin menggelar workshop terkait perizinan di berbagai wilayah. Demikian halnya dengan bidang pengawasan isi siaran. Dengan demikian, relasi antara KPID dan media penyiaran tidak hanya terjadi pada urusan penindakan atas program siaran yang bermasalah.

Sejauh ini, seperti dinyatakan oleh Ketua KPID Jawa Barat, sikap pengelola media cukup beragam. Sebagian memang sudah proaktif dan berupaya maksimal untuk memenuhi regulasi yang berlaku, sebagian lagi seringkali pasif dan baru menghubungi KPID jika terjadi masalah. Sebagai contoh, menurut pengakuan Dedeh, media yang paling cepat memberi respon untuk menanggapi berbagai pertanyaan, keluhan maupun permintaan KPID atau masyarakat adalah NET TV (Jawa Barat). Selain itu, TVRI Jawa Barat dan RRI Bandung biasanya juga cukup aktif berkonsultasi dengan KPID agar tidak melakukan pelanggaran. Sementara TV Nasional yang melakukan siaran berjaringan atau SSJ (sistem siaran berjaringan) seperti TV One, Trans TV, Metro TV, CNN, dll biasanya baru menghubungi KPID setelah terkena masalah besar. Pelanggaran yang biasanya dilakukan TV SSJ adalah tidak memenuhi ketentuan 10% konten lokal yang seharusnya disiarakan di jam siaran utama atau prime time.

Selain masalah muatan lokal, berbagai acara siaran televisi nasional juga sering melanggar P3SPS. Menurut rekapitulasi KPID Jawa Barat selama tahun 2017, program yang paling banyak melakukan pelanggaran terhadap P3SPS adalah program iklan, infotainment, Film Televisi, Berita, serta Variety Show. Karena materi siaran televisi

Page 18: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201812

nasional masuk ranah kewenangan KPI pusat, KPID hanya melakukan pemantauan dan memproses aduan masyarakat untuk diteruskan ke KPI Pusat. Sanksi untuk pelanggaran program siaran TV nasional/SSJ ditangani KPI Pusat.

Dahulu, pelanggaran yang biasanya dilakukan media penyiaran lokal, utamanya televisi lokal, adalah siaran pengobatan alternatif, namun sekarang sudah ada ketentuan semua obat maupun metode pengobatan harus ada izin dari pihak berwenang seperti BPOM, Dinas Kesehatan, dll. Menurut pengakuan Dedeh, sejauh ini masalah siaran pengobatan alternatif sudah lebih terkendali. KPID juga sudah semakin jarang menerima pengaduan terkait siaran pengobatan alternatif.

Setahun terakhir, pengaduan terbanyak dari warga Jawa Barat terhadap siaran TV nasional adalah pengaduan terhadap acara siaran Pesbuker dari AN TV dan Dahsyat dari RCTI. Sementara terhadap siaran TV Lokal dan radio tidak banyak pengaduan. Pengaduan terhadap radio siaran jarang terjadi. Kalaupun ada pengaduan terhadap radio siaran, biasanya karena materi iklan dewasa seperti rokok, obat kuat, dll disiarkan terlalu siang/sore, padahal seharusnya disiarkan malam setelah pukul 21.00. Pernah juga ada sebuah radio di Bekasi yang menyiarkan materi kampanye pilkada sebelum waktu yang diizinkan. Edi menduga, menurunnya jumlah penonton siaran TV lokal dan pendengar radio lokal ikut memengaruhi menurunnya jumlah pengaduan terhadap siaran TV lokal atau radio.

Menurut Edi, dalam berbagai pertemuan antara KPID dan pengelola media penyiaran, para pengelola media lokal, utamanya pengelola radio yang memang sebagian besar adalah media yang sepenuhnya lokal, seringkali mengeluhkan merosotnya bisnis dan jumlah pendengar mereka. Para pengelola media lokal ini sering meminta KPID serta berbagai stakeholder media lainnya untuk mencari jalan keluar dari merosotnya bisnis media lokal di Jawa Barat. Menurut Edi, persoalan inilah yang menjadi tantangan terbesar stakeholder media di Jawa Barat.

2. Relasi Lembaga Penyiaran Publik dengan Khalayak dan StakeholderRelasi Lembaga Penyiaran Publik dengan khalayak dan stakeholder di Indonesia

memiliki karakter tersendiri bila dibandingkan dengan televisi dan radio swasta. Hal tersebut disebabkan khalayak dan stakeholder utama adalah dari TVRI dan RRI adalah publik, masyarakat yang menjadi bagian dari cakupan dari masing-masing stasiun televisi (entah pusat maupun daerah) dari TVRI dan RRI. Hal ini tentu saja menjadi tantangan, sejauh apa pengabdian dan upaya TVRI dan RRI membangun relasi dengan khalayaknya, serta membangun iklim demokrasi dengan berbagai materi yang fair dan mencerdaskan di tengah berbagai keterbatasan dan persaingan dengan televisi dan radio swasta yang memang memiliki tujuan komersial.

Page 19: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 13

2.1 Relasi Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (TVRI) Jawa Barat dengan Stakeholder dan Khalayak.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, TVRI adalah lembaga penyiaran publik. Sedangkan masing-masing bentuk, kedudukan, tugas dan fungsinya diatur secara spesifik melalui Peraturan Pemerintah No 13 Tahun 2005, di mana TVRI bersifat independen, netral dan tidak komersial, bertanggungjawab kepada Presiden, menjangkau daerah dan memberikan pelayanan berbagai bentuk informasi kepada publik yaitu seluruh lapisan masyarakat. TVRI adalah lembaga penyiaran yang diamanatkan sebagai pengabdi kepentingan publik seluas-luasnya, hingga menyentuh masyarakat di masing-masing provinsi. Direktur Pemberitaan TVRI Jawa Barat, Suherman menyebutkan bahwa bila pada masa Orde Baru, TVRI berfungsi sebagai corong pemerintah dan bersifat satu arah, maka sekarang TVRI adalah milik dan dapat digunakan oleh semua orang. Tentu saja universalitas yang dibayangkan tidak bisa dipukul rata, mengingat begitu majemuknya masyarakat Indonesia, diperlukan spesifikasi khusus untuk tiap tayangan, pada tiap penyelenggaraan penyiaran yang menimbang pada audiens dari TVRI itu sendiri. Hal yang membuat TVRI memiliki stasiun-stasiun daerah yang membuat secara khusus materi, tema, dan topik-topik pemberitaan dan tayangan yang secara spesifik melayani audiens di daerahnya.

TVRI sendiri memiliki 29 stasiun daerah, di mana salah satunya adalah TVRI Jawa Barat (Jabar). Suherman, menuturkan bahwa TVRI Jabar secara normatif selalu berusaha mengabdi kepada kepentingan lokal, tak terkecuali adat istiadat, menjadi corong kepentingan lokal, menjadi pelestari budaya lokal, dll. Pada saat pemerintah membuat program yang dianggap relevan pada masyarakat, TVRI Jabar akan membantu menyosialisasikan program pemerintah tersebut. Hal yang sama juga berlaku bila ada elemen masyarakat atau tokoh masyarakat memiliki program yang bisa membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat, juga memberikan inspirasi bagi pemerintah, “TVRI Jabar akan sigap membantu menyosialisasikan”, jelas Suherman. TVRI mengemban tugas yang berat, mengingat stakeholder utama dari TVRI adalah pemerintah pusat dan provinsi, publik dan negara itu sendiri. Tegangan di antara ketiganya yang membuat pengelolaan TVRI menjadi rumit, karena sangat berbeda dengan televisi swasta yang dapat berfokus pada keuntungan atau aspek komersial.

TVRI Jabar saat ini memiliki 21 kontributor dari total keseluruhan 27 Kabupaten/Kota Madya. 4 daerah diliput secara rangkap oleh kontributor seperti yang terjadi di Bandung di mana kontributor-nya akan sekaligus bertugas meliput daerah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cimahi. 2 di antaranya yang tidak dicakup adalah Depok dan Bekasi, di mana pengelolaannya masuk ke TVRI Jakarta yang meliputi daerah Jabotabek. Dalam konteks cakupan TVRI sudah berhasil mendistribusikan kontributornya, namun sayangnya hal tersebut tidak selalu berbanding lurus dengan kualitasnya.

Suherman mengakui bahwa kontributor sendiri baru ada sejak tahun 2008, sebagian dari mereka hingga sekarang banyak yang terjebak dengan nepotisme dan

Page 20: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201814

prilaku koruptif. Contoh lugas yang dituturkan oleh Suherman, adalah kontributor kerapkali memilih melayani dan meliput mereka yang ‘membayar’, hal yang kemudian membuat kontributor-kontributor cenderung tidak terlalu peduli pada masalah-masalah atau situasi sosial yang ada. Namun prilaku buruk dari kontributor tersebut sedang coba diberangus dengan berbagai evaluasi kontrak yang ada, dan mekanisme seleksi bagi mereka yang ingin memperpanjang kontraknya. Tujuan evaluasi ini tentu saja untuk memaksimalkan kualitas peliputan dan pelayanan kepada khalayak.

Total tayangan TVRI Jabar secara persentase adalah 30% berita, 30% budaya dan 60% pendidikan. Namun persentase tersebut tidak ketat dapat diformulasikan, mengingat banyak acara yang merangkap seperti acara hiburan pendidikan namun juga memiliki corak lokalitas, seperti Balaka, lawak Bahasa Sunda. Acara hiburan yang membawa pesan-pesan lokalitas. Sedangkan untuk produk jurnalistik secara total, yang ditayangkan adalah 1,5 jam, dengan muatan 1 jam berita nasional dan 30 menit adalah berita lokal.

Tone berita TVRI Jawa Barat maupun TVRI secara keseluruhan selalu positif. Hal ini terimplikasi dari prinsip netralitas yang diatur untuk TVRI oleh Undang-undang. Bila mengutip pernyataan Apni Jaya Putra, direktur program dan berita TVRI ketika diwawancarai oleh Tirto.id: TVRI mematuhi apa yang sudah digariskan oleh pemerintah. Walaupun bila menilik pernyataan Suherman TVRI telah menjalankan tugasnya sebagai alat kontrol sosial.

“Kami harus bisa gotong royong program acara yang memotivasi, bisa membuat program acara hiburan yang tapi kan tidak menghilangkan jati diri kita, kalau Indonesia ya Indonesia gitu kan. Kita hanya bisa memberikan informasi yang ada kontrol sosialnya di situ, dalam arti kan kita mengontrol sosial. Kalau mengontrol sosial itu kan mengatur semuanya, pemerintah kita kontrol, DPR kita kontrol, masyarakat pun yang salah dalam kehidupan bermasyarakat pun kita kontrol. Seperti itu kira-kira.”

Pernyataan tersebut menjadi ambivalen, bagaimana mematuhi pemerintah namun bisa sekaligus menjadi alat kontrol pemerintah? Apakah pemerintah memiliki posisi lebih tinggi ketimbang pada publik yang dimandatkan oleh Undang-Undang pada TVRI.

Untuk acara hiburan dan pendidikan TVRI Jawa Barat punya beberapa program yang secara konseptual apik dan di atas kertas bisa saja sukses bila dikelola dengan baik, yaitu Kalawarta, acara yang menampilkan aspek kesundaan, memberikan informasi dalam bahasa sunda terkait peristiwa penting, terutama seni dan budaya. Info Tani, memberikan informasi cara budidaya di sektor pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan. Sporty, memberikan wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang perkembangan dan pembinaan olahraga di Jawa Barat. Dunia Anak, tayangan terkait informasi dan wawasan untuk anak khususnya seni dan budaya Jawa barat. Cianjuran, acara musik yang mengemas tembang-tembang Sunda. Cahaya Kalbu, acara

Page 21: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 15

yang berisi tentang dakwah islam. Bilik Konsultasi, acara berupa pengobatan alternatif. Dokter Kita, tayangan yang berisi informasi tentang dunia kedokteran. Kandaga, tayangan yang berisi pengenalan terkait keanekaragaman seni budaya Jawa Barat seperti tarian, permainan rakyat, sastra daerah, dll. Wayang Golek, lakon wayang. Hariring, acara musik Pop Sunda. Kuliner Indonesia, tayangan tentang makanan nusantara. Anak Indonesia, acara pendidikan anak. Sang Kreator, acara tentang ulasan industri kreatif di Jawa Barat sebagai sarana inspirasi.

Namun sayangnya, dalam hal konten dan pengemasan sendiri, Suherman mengakui TVRI kalah jauh bila dibandingkan dengan televisi-televisi Swasta yang implikasinya adalah rating, skala ketertontonan, di mana faktor terbesarnya bersimpul pada dua: SDM dan Biaya.

“Tapi terus terang aja, kami ingin mengemas yang kreatif tuh belum mampu, disajikan apa adanya. Sama dengan kita, makanan apa kita di Jawa Barat orang tuh sudah bisa nebak, nasi. Tergantung kreativitas orang mengemasnya, ada yang mengemas di tempat ini, dikasih sambal itu, itu lah kemasan namanya kan. Nah, kami belum mampu. Butuh orang kreatif dan biaya gitu kan. Seharusnya ada background yang bagus, penataan cahaya yang bagus, narasumber bagus, kita harusnya ada sesuatu yang beda kan karena Longser saja atau tari-tarian begitu saja kan orang bosen kan. Tidak ada sesuatu yang bagus gitu”.

Untuk Sumber Daya Manusia (SDM), Suherman menjelaskan bahwa sulit mengubah perilaku Pegawai Negeri Sipil (PNS). Penerapan penalty terhadap mereka yang tidak perform dan disiplin tidak bisa dilakukan juga apresiasi bagi mereka yang bekerja keras dan apik kerjanya tidak ada, hal yang membuat sulitnya dorongan terhadap daya kreativitas. “Kerja serius, dan malas-malasan digaji sama,” ujar Suherman.

Sedangkan dalam faktor biaya, keterbatasan dana untuk membuat pelatihan juga mengaplikasikan teknologi baru, terbentur pada anggaran. Sebagai gambaran anggaran TVRI hanya diberikan 858 milyar/tahun untuk TVRI pusat dan daerah. Sebagai perbandingan Tevelisi NHK (Jepang) memiliki anggaran sekitar 90 trilliun/tahun dan BBC (Inggris) mencapai 80 trilliun/tahun. Jumlah yang sangat timpang tersebut bila dibandingkan dengan negara-negara lain, juga belum menimbang luas cakupan wilayah yang harus dicover oleh TVRI yang sangat luas dan majemuk. Distribusi kue yang sedikit, dan dibagi per-stasiun siaran tidak mampu mendorong peningkatan daya kreativitas.

Sebagai gambaran Suherman mencontohkan, pengelolaan desk pemberitaan Televisi Jabar setiap tahun mengelola 815 jam siaran, dengan dana 1,4 Milyar. Dengan dana tersebut bila di-rata-rata maka biaya perjam siaran adalah 1,6 juta. Jumlah yang sangat sedikit, mengingat banyaknya sarana dan biaya yang dibutuhkan bahkan untuk satu jam siaran saja. Suherman mengatakan bahwa, walaupun TVRI Jawa Barat ingin sekali membangun jurnalisme khalayak yang berkualitas, namun keterbatasan dana menjadi dinding penghalang. Sedangkan, untuk masalah pemasukan TVRI dibatasi

Page 22: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201816

secara jelas oleh Undang-Undang dan ada pagu-nya.Begitupun untuk soal teknologi, sudah menjadi rahasia umum bahwa TVRI

Pusat maupun daerah identik dengan tone warna yang kelam dan gambar yang tidak secerah televisi swasta. Suherman menjelaskan, tidak bisa dipungkiri semua adalah soal ketersediaan teknologi. “Kamera-kamera dan teknologi lain yang ada memang sudah saatnya diremajakan” kembali lagi keterbenturan soal dana yang membuat hal tersebut sulit tercapai.

Namun tentu saja, keterbatasan dana tidak bisa menjadi dalih utama dari ketertinggalan TVRI Jawa Barat bila dibandingkan dengan televisi-televisi lain. Pengelolaan sarana mediasi TVRI Jawa Barat dengan khalayak seperti website ternyata tidak dikelola dengan baik. Tercatat Postingan terakhir di Blog tvrijawabarat.tv tertanggal 18 April 2018 (diakses 3 Agustus 2018) tentang peringatan Hari Kartini, sebelumnya 17 April terkait Donor Darah LPP (diakses 3 Agustus 2018), sedangkan sebelumnya lagi berjarak sangat jauh yaitu 16 Oktober 2017 (diakses 3 Agustus 2018). Begitupula dengan postingan di media sosial facebook, yang terakhir tercatat 5 Juli 2018 (diakses 3 Agustus 2018). Sedangkan akun twitter-nya, terliht cukup rutin diperbaharui dengan status baru, namun sayangnya hanya berisi teks pendek dan tautan live-streaming, tanpa ada upaya membangun engagement dengan khalayan.

Relasi langsung khalayak dengan TVRI telah dilakukan oleh TVRI Jabar, namun belum dilaksanakan dengan maksimal. Contoh paling nampak adalah penyelenggaraan kegiatan talkshow yang mengundang elemen-elemen masyarakat. Contoh lain adalah program Kalawarta Jabar. Kalawarta Jabar mengakomodir interaksi pengamat-pengamat budaya dan bagaimana usul tentang pelestarian budaya Jawa barat dengan menggunakan model jurnalistik khalayak. Suherman mengakui bahwa kesulitan menjaga konsistensi kualitas dan tensi dalam pembuatannya yang menjadi tantangan TVRI.

Namun interaksi tersebut hanya didominasi oleh undangan elemen masyarakat ke studio TVRI Jawa Barat di Cibaduyut. Selain laporan jurnalisme, program-program TVRI lain absen membangun interaksinya dengan khalayak di luar sekat studio. Hal tersebut diakui oleh Suherman, keterbatasan paling besar adalah soal biaya.

“Idealnya Mas, memang jangan khalayak datang ke sini. Tujuannya kita mendatangi. Baik dalam bentuk rekaman, off-air, maupun dalam bentuk kita meliput. Nah saya pernah berpikir begitu juga. Tapi dengan teknologi yang lama, bayangkan kalau kita siaran langsung, bayangkan kalau kita dengan kru 30 orang, dengan kondisi demikian saja bisa habis puluhan juta. Tapi sekarang kita telah terhubungkan dengan internet sehingga agak lumayan. Saya sudah menggunakan Skype, sama dengan 6 orang. Dari sana dari sini itu biayanya hanya 1 juta kan, agak memungkinkan gitu kan. Dan pada waktu arus mudik, betul-betul kita bisa live 7x, hanya 7 juta gitu kan. Nah saran itu bagus gitu, kami pernah berpikir begitu, bagaimana kalau di sini ada acara yang secara langsung tapi nanti ada juga yang di lapangan, untuk masyarakat yang tidak bisa datang ke sini, di suatu kecamatan gitu kan, jadi ada interaksi dan akan bagus.

Page 23: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 17

Lebih dekat dengan masyarakat, jadi pasti nonton mereka, oh minggu ini kita ya, minggu depan kecamatan mana lagi. Banyak pilihan program yang bisa dibuat bila kami tidak terbentur oleh dana”. Bila dibandingkan dengan TV swasta lokal di Jawa Barat, posisi TVRI Jawa Barat

tidak tersaingi dan terbandingkan mengingat kondisi TV swasta lokal di Jawa Barat adalah di level yang tak cukup baik, namun lain cerita bila pembandingkan adalah TV swasta. Terdapat beberapa strategi yang coba dilakukan oleh TVRI Jawa Barat yaitu membuat ceruk yang tidak bisa dihadirkan oleh televisi-televisi swasta, mengingat dalam jangka waktu pendek, menilik persaingan yang ada dan modalitasnya, TVRI tak mampu bersaing. Suherman bahkan menyatakan, TVRI Jawa Barat dalam jurnalisme, tidak bermain dalam hal aktualitas, namun mencoba membangun segmen yang menjadi ciri khas kita namun tetap dibutuhkan dan tidak diliput oleh televisi swasta. “Informasi seperti bagaimana menanam tanaman, atau bagaimana bududaya hutan itu penting tapi jarang sekali hadir” tutur Suherman. TVRI Jawa Barat mencoba mencoba hadir dalam keseharian dan ikonik dengan segala keterbatasan yang ia miliki.

2.2 Relasi Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (RRI) Bandung dengan Stakeholder dan Khalayak.

Radio Republik Indonesia atau RRI adalah satu-satunya radio publik di Indonesia yang memperoleh izin untuk beroperasi melayani publik di Indonesia serta publik di luar negeri yang membutuhkan layanan siaran radio mengenai Indonesia. Saat ini terdapat 92 stasiun RRI di seluruh Indonesia, terdiri dari stasiun di setiap ibu kota provinsi, beberapa kabupaten kota, serta stasiun di beberapa perbatasan negara yaitu di daerah Miangas, Sulawesi Utara; Rote, Nusa Tenggara Timur; Sanggau, Kalimantan Barat; Bima, Nusa Tenggara Barat; dan Belitung, Bangka Belitung.

Sebagai radio publik, RRI mengemban amanah untuk melayani publik secara independen, netral dan tidak komersial. RRI harus mampu memberikan pelayanan siaran informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial, serta menjaga citra positif bangsa di dunia internasional. RRI juga wajib melayani seluruh kalangan, termasuk kalangan minoritas, marginal, serta mereka yang memiliki kebutuhan khusus seprti misalnya kaum difabel.

Agar dapat melayani seluruh kalangan, RRI membagi layanannya menjadi 5 program siaran, yaitu, RRI Programa 1 dengan format program sebagai pusat siaran pemberdayaan masyarakat, Programa 2 dengan format program sebagai pusat siaran kreativitas anak muda, Programa 3 dengan format program sebagai pusat siaran jaringan berita nasional dan kantor berita radio, Programa 4 dengan format program sebagai pusat siaran budaya dan pendidikan. RRI juga mengelola Voice of Indonesia atau VOI, yaitu siaran luar negeri RRI yang disiarkan setiap hari dengan delapan bahasa asing, serta dilengkapi dengan studio produksi luar negeri yang menjadi jembatan infomasi

Page 24: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201818

Indonesia dan luar negeri. RRI mengklaim, saat ini pancaran siarannya menjangkau 82 persen wilayah geografis Indonesia.

Seluruh program siaran RRI berjalan berdasarkan pedoman penyelenggaraan siaran yang dibuat oleh RRI Pusat Jakarta. Setiap tahun RRI membuat revisi atau penyesuaian pedoman siaran. RRI cabang diperkenankan mengisi atau membuat inisiatif program selama tidak melanggar pedoman yang ditetapkan RRI pusat. Kewenangan cabang secara garis besar adalah menyusun pola acara serta jadwal acara siaran. RRI cabang juga berwenang untuk menyusun materi siaran dari menit ke menit atau rundown acara siaran.

RRI Bandung saat ini mengelola 3 program siaran, yaitu programa 1, programa 2, serta programa 4. Selain itu, RRI Bandung berkontribusi mengirimkan konten berita dan produk jurnalistik lainnya kepada RRI Programa 3 Jakarta untuk disiarkan bersama pada acara siaran berita.

Stake holder merupakan mitra penting keberadaan RRI di tengah masyarakat. Untuk itu menurut Kepala Bidang Programa Siaran Wahyu Sudarno (Darno), RRI selalu menyusun berbagai program siaran yang dapat diisi oleh berbagai kelompok masyarakat, baik kelompok formal maupun non formal, seperti instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun berbagai komunitas non formal di masyarakat. RRI juga mengadakan program siaran tetap dengan berbagai instansi yang berkaitan dengan pelayanan publik, seperti dengan dinas pendidikan, kejaksaan, atau kepolisian. RRI memperlakukan sama seluruh stake holdernya, karena menurut Darno, RRI adalah radio publik yang harus melayani semua kelompok masyarakat.

Sebagai radio publik yang mengemban amanah melayani publik dari segala kalangan, RRI menyatakan semua elemen masyarakat adalah stake holdernya. Untuk itu RRI mengaku selalu membuka diri agar berbagai kelompok masyarakat dapat mengakses RRI secara mudah melalui berbagai cara. Upaya membuka diri ini dilakukan RRI mulai dari memperbaiki penampilan atau performance fisik, memperbaharui teknologi serta meningkatkan kualitas pegawai baik awak siar maupun pegawai bidang lain. Upaya pebaikan penampilan misalnya dilakukan dengan renovasi gedung RRI. Secara bertahap, ruang siaran dan ruang produksi konten siaran di berbagai cabang termasuk Bandung dipindahkan ke bagian depan gedung dengan dinding kaca sehingga dapat dilihat oleh siapapun termasuk pengunjung dari luar atau dari pinggir jalan raya yang melewati studio RRI. Upaya renovasi ini memang belum dilakukan di seluruh cabang RRI, namun sudah dilakukan di RRI cabang Bandung.

Dalam bidang teknologi, RRI memperbaharuinya dengan cara membuat berbagai aplikasi berbasis internet termasuk streaming internet serta mengisi akun sosial media. RRI kini juga tengah mempersiapkan RRInet, aplikasi radio bergambar, pengembangan program radio picture yang direncanakan untuk menyiarkan kerja produksi di ruang studio maupun di lapangan, serta acara-acara off-air. Sejauh ini, jenis teknologi yang digunakan RRI telah cukup beragam, meski memang RRI masih

Page 25: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 19

menghadapi tantangan untuk mempertahankan serta meningkatkan kualitas siaran pemancar konvensional AM dan FM nya agar siaran RRI dapat diterima secara jernih. Pada intinya, RRI menginginkan agar masyarakat dari berbagai berbagai kalangan di berbagai belahan dunia dimudahkan untuk menjangkau RRI melalui berbagai teknologi yang dimiliki masyarakat.

Pengasuhan khalayak pendengar ditangani oleh pengelola programa siaran. Setiap programa siaran memiliki komunitas pendengar pecinta RRI. RRI pro 1 misalnya memiliki komunitas pendengar RRI Pro 1, demikian juga RRI Pro 2 dan Pro 4. Menurut Kepala Seksi Programa 1 RRI Bandung, Agus Purwanto, komunitas pendengar ini kebanyakan muncul karena kecintaan mereka terhadap sebuah acara siaran. Agus menyatakan saat ini sekitar 200 hingga 300 orang tergabung dalam komunitas pendengar RRI Pro 1. Sebulan sekali mereka berkumpul sambil mengadakan arisan dan silaturahmi, meski hanya dihadiri oleh sebagian kecil saja.

RRI Pro 2 yang menyajikan program siaran untuk anak muda juga memiliki kelompok pendengar yang dinamai Suara Kreativitas. Untuk menjangkau khalayak generasi muda dan memperbaharui pendengarnya, sesekali RRI Pro 2 FM mengadakan program kunjungan ke sekolah-sekolah, membuat acara semacam “RRI Goes to School”. RRI Pro 2 juga pernah menyelenggarakan DJ School, wadah bagi anak muda yang ingin belajar siaran dan menyalurkan minat dan bakat mereka di bidang penyiaran radio. Dalam berbagai acara ini, RRI sering melibatkan pendengar untuk menjadi pengurus organisasi komunitas atau penyelenggaraan acara off-air. Sementara RRI Pro 4 memiliki kelompok pendengar yang dinamai Mitra Dangu.

Interaksi antara RRI dengan khalayak pendengarnya memang tidak merata dalam semua program acara. Di antara berbagai acara yang disiarkan RRI Bandung, beberapa acara siaran tampak menonjol dalam interaksinya dengan pendengar, seperti misalnya acara siaran Kuliah Subuh. Siaran perbincangan atau talkshow ini disiarkan setiap hari senin hingga minggu pukul 05.00 – 06.00 dengan nara sumber tetap Kyai Haji Saimun. Setiap pagi, Kyai Haji Saimun berdialog dengan pendengar dan menjawab pertanyaan pendengar yang masuk melalui telepon, SMS atau aplikasi percakapan. Berpuluh-puluh kontak masuk setiap pagi, namun hanya sekitar 10 hingga 20 pendengar yang sempat direspon sang Kyai karena keterbatasan waktu siar.

Komunikasi intensif setiap pagi antara sang Kyai dengan pendengarnya rupanya menimbulkan ikatan emosional yang tinggi. Setiap tahun RRI memfasilitasi pertemuan tahunan antara Kyai Saimun dengan pendengar acara kuliah subuhnya. Acara yang diselenggarakan di halaman RRI ini biasanya berlangsung sukses dengan dihadiri lebih dari seribu orang, ditandai dengan padatnya pendengar yang hadir memenuhi halaman RRI. Tingginya minat pendengar untuk menghadiri acara ini membuat RRI biasanya mengajukan bantuan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk dapat ikut memfasilitasi penyelenggaraan acara. Pada tahun 2013 lalu acara ini bahkan dihadiri oleh sekitar tujuh ribu orang yang memenuhi halaman hingga tumpah ke jalan.

Page 26: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201820

Selain kuliah subuh, acara siaran lain yang menarik minat tinggi penonton adalah acara siaran lagu lama serta siaran sepak bola. Menurut Agus, komunitas pendengar RRI Pro 1 juga muncul karena kecintaan pendengar akan acara siaran malam yang memutarkan lagu-lagu nostagia. Sementara untuk bidang sepak bola, RRI memang telah dikenal masyarakat sebagai radio yang selalu memiliki program khusus untuk pertandingan sepak bola baik di tingkat daerah, nasional, maupun internasional. Pada pertandingan piala dunia yang baru berakhir juli 2018 lalu misalnya, meski RRI tidak memiliki hak siar, RRI cabang Bandung tetap menyelenggarakan fasilitas layar lebar dan berbagai acara hiburan di halaman RRI, memberi kesempatan para pecinta bola untuk menonton bersama acara pertandingan final piala dunia.

Dalam kesempatan berbeda, kepala stasiun RRI Bandung, I Made Ardika menceritakan pengalamannya bertugas di RRI berbagai kota. Menurut Made, dalam kaitannya dengan program RRI, selalu ada hal yang mengikat kebersamaan pendengar, namun di setiap daerah aspek pengikat tersebut berbeda-beda. Sebagai contoh, di Bandung, faktor pengikat yang kuat adalah sepak bola dan kuliah subuh. Sepak bola merupakan olah raga favorit sebagian besar warga Bandung, sedangkan ikatan emosi kuliah subuh terjadi karena RRI berhasil menemukan tokoh penyiar, seorang Kyai yang mampu menimbulkan kecintaan masyarakat Bandung bahkan Jawa Barat terhadap acara kuliah subuh tersebut. Sementara di Semarang, faktor ikatan sosial pendengar dibentuk Wayang Golek. Menurut Made yang pernah bertugas di Semarang, setiap kali RRI Semarang menyelenggarakan pertunjukan wayang golek, penonton selalu membludak bahkan rela tidak tidur semalaman. Bagi Made, kondisi ini menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap radio khususnya RRI tetap ada selama RRI mampu menemukan faktor pengikat emosi pendengar dan cukup kreatif mengelola program yang disukai oleh pendengar.

Relasi dengan pendengar merupakan faktor penting yang menjadi indikator utama keberhasilan layanan publik RRI. Untuk itu RRI senantiasa mencatat dan mengevaluasi respon publik atas berbagai program siaran RRI. Setahun terakhir, RRI membuat aplikasi berbasis komputer untuk mencatat respon setiap pendengar yang masuk melalui telepon, sms, atau aplikasi percakapan seperti Whatsapp. RRI mempunyai modul baku yang harus diisi oleh setiap pelaksana siaran sesuai jadwal tugas masing-masing. Secara periodik, catatan dari modul tersebut dipindahkan oleh petugas khusus ke dalam aplikasi yang terelasi ke RRI Pusat.

Setiap bulan RRI Pusat menyampaikan catatan hasil temuan data respon pendengar. Sebagai contoh, pada bulan Juli 2018 lalu, RRI Pusat menyampaikan catatan rangking dan jumlah respon pendengar yang diterima oleh setiap stasiun cabang RRI. Rangking 1 diduduki oleh RRI Mataram dengan 67 ribu respon pendengar selama sebulan. RRI Bandung menduduki peringkat ke 12 dengan 24 ribu jumlah respon pendengar. Dari data respon tersebut juga diketahui bahwa terdapat sekitar 25 ribu orang pendengar yang memberi respon kepada RRI. Kepala Seksi Programa 1 Agus

Page 27: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 21

Purwanto menyatakan, ini berarti jika ditambah pendengar pasif, jumlah pendengar RRI Bandung seluruh program jauh melebihi 25 ribu orang. Baik Agus, Darno, maupun Made tidak berani menyatakan apakah jumlah pendengar serta jumlah respon yang masuk ini berarti banyak atau tidak, karena ukuran kualitatif maupun kuantitatif keberhasilan program ditentukan oleh RRI pusat. Kendati demikian, menurut Agus, RRI mulai menyoroti, mengevaluasi, bahkan bila perlu mengganti berbagai program yang sepi dari respon pendengar, karena respon pendengar merupakan indikator penting keberhasilan program.

Di sisi lain, Made juga menyadari bahwa RRI menghadapi tantangan perubahan zaman, yang dalam kaitannya dengan radio siaran, perubahan tersebut utamanya terkait dengan perubahan selera khalayak, perilaku bermedia, serta perkembangan teknologi. Karenanya, RRI senantiasa harus berupaya untuk memperbaharui teknologi, program, serta sumber daya manusia agar mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut. Sebuah upaya yang tidak mudah dilakukan, utamanya pada aspek sumber daya manusia (SDM) karena seperti dinyatakan Made, SDM sulit untuk diubah secara radikal.

3. Relasi Lembaga Penyiaran Swasta dengan Khalayak dan StakeholderSetiap lembaga penyiaran swasta memiliki relasi yang mendua dan dilematik,

pertama ia tetap harus mengikuti peraturan dan Undang-Undang yang mewajibkan untuk menyiarkan tayangan yang mendidik dan berkontribusi terhadap khalayak juga mewakili publik, namun di sisi lain terdapat stakeholder yaitu pemilik modal yang menuntut tayangan tersebut harus populer dan merengkuh banyak audience sehingga segmen pasarnya dapat terjaga. Dilema antara menghasilkan siaran dan tayangan yang berkualitas juga memiliki popularitas adalah dilemma tersendiri di dalam pengelolaan Lembaga Penyiaran Swasta.

3.1 Relasi Lembaga Penyiaran Swasta KOMPAS TV Jawa Barat dengan Stakeholder dan Khalayak

KOMPAS TV Jawa Barat atau KOMPAS TV Jabar mulai mengudara September 2011, menggunakan kanal yang sebelumnya dikelola oleh televisi lokal STV, yang telah mengudara sejak 18 Maret 2005. Setelah STV bergabung dengan grup KOMPAS, kebijakan program sepenuhnya mengikuti kebijakan KOMPAS TV. Saat ini, KOMPAS TV Jabar dikelola oleh 20 orang kru, terbagi menjadi tim redaksi sekitar 10 – 12 orang, selebihnya adalah kru administrasi dan keuangan serta tim teknis yang menangani transmisi.

Pada pelaksanaan program, KOMPAS TV Jabar berupaya mengikuti seluruh arahan dan ketentuan yang berlaku, seperti ketentuan tentang muatan lokal 10 persen yang harus disiarkan pada waktu siar utama atau prime time. KOMPAS TV Jabar

Page 28: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201822

menyiarkan program lokal setiap pagi mulai pukul 04.30 hingga 07.00. Hampir seluruh program adalah siaran jurnalistik dalam berbagai format seperti berita, feature, talkshow dan bentuk-bentuk program jurnalistik lainnya, sesuai dengan kebijakan format siaran KOMPAS TV pusat yaitu siaran jurnalistik.

Sebagai TV jurnalistik yang aktif memberitakan dinamika peristiwa daerah, keragaman stake holder atau pemangku kepentingan KOMPAS TV sangat beragam, karena sebagian besar dari stake holder tersebut adalah berbagai pihak di masyarakat yang menjadi bagian dari dinamika pemberitaan atau isi siaran sehari-hari di KOMPAS TV. Menurut station manager KOMPAS TV Jabar, Nugroho Iman Santoso, stake holder tersebut adalah publik Jawa Barat secara luas, pemerintahan, organisasi masyarakat atau komunitas, lembaga agama, dan lain-lain. KOMPAS TV Jabar berupaya menganggap sama seluruh stake holder dan berupaya memperlakukan semuanya secara adil. Sejauh ini, dalam pengalaman Nugroho yang telah dua tahun menjadi pemimpin tertinggi KOMPAS TV di Jawa Barat, selama KOMPAS TV Jabar mengikuti seluruh ketentuan yang berlaku seperti arahan KPI dan kebijakan KOMPAS TV Pusat, pihaknya tidak pernah menemui masalah dengan stakeholder manapun.

KOMPAS TV Jabar senantiasa mengikuti dan mendukung arahan KPI. Di bagian internal perusahaan, saat ini KOMPAS TV Jabar hanya bertanggungjawab mengelola program siaran lokal serta memasok berbagai konten dari Jawa Barat yang memiliki nilai berita nasinal, serta membantu publikasi sesama anak perusahaan KOMPAS Grup, seperti radio, harian KOMPAS, dll, melalui program siaran. Bidang lain seperti pengelolaan iklan dan bisnis sepenuhnya ditangani oleh KOMPAS TV Pusat, termasuk untuk iklan lokal. Menurut Nugroho, dalam iklim bisnis media televisi lokal, saat ini iklan lokal sudah sangat jarang. Kalaupun ada yang paling hanya iklan sosialisasi pilkada. Tidak seperti radio siaran yang umumnya masih menangani program off-air, KOMPAS TV Jabar juga sama sekali tidak menangani program off-air.

Menurut Nugroho, sebagai bagian dari pertanggungjawaban kepada publik, dalam menjalankan program siarannya sehari-hari, KOMPAS TV Jabar berupaya melayani publik melalui pemilihan isu yang berpihak pada kepentingan publik, berkonsentrasi pada isu lokal, seperti misalnya persoalan penerimaan siswa baru atau PPDB yang menyita perhatian luas publik. Pemilihan serta pengemasan isu KOMPAS TV Jabar harus selaras dengan nilai dasar KOMPAS Grup yang secara eksplisit sering disampaikan oleh pendiri KOMPAS, Jacob Utama, yaitu berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan. Nugroho meyakini, cara KOMPAS TV Jabar mengemas isu pemberitaan ini juga memberi pengaruh baik pada penilaian masyarakat terhadap KOMPAS TV Jabar.

Menanggapi perubahan pola bermedia pada khalayak serta iklim bisnis televisi lokal, Nugroho menyebutkan bahwa saat ini minat masyarakat terhadap televisi lokal tidak dapat diduga sepenuhnya. KOMPAS TV Jabar sendiri hanya mengikuti arahan KOMPAS pusat dalam menjalankan program. Sebagai contoh, hingga saat ini,

Page 29: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 23

KOMPAS TV Jabar belum memiliki divisi serta strategi khusus untuk menghadapi perubahan pola bermedia pada khalayak, utamanya pada meningkatnya penggunaan media sosial. KOMPAS TV Jabar memang memiliki kanal Youtube, namun belum mengelola kanal tersebut secara khusus. Meski banyak pihak mengeluhkan menurunnya minat masyarakat dan bisnis televisi lokal, menurut Nugroho, minat khalayak serta iklim bisnis televisi lokal ke depannya bisa saja turun, namun bisa juga naik, karena banyak faktor yang memengaruhinya.

3.2 Relasi Lembaga Penyiaran Swasta Pikiran Rakyat FM (PR FM) dengan Stakeholder dan Khalayak

Sejak memosisikan dirinya sebagai radio informasi dan berita di tahun 2010, Radio PR FM Bandung mengambil format jurnalisme warga sebagai ciri khas programnya. Untuk itu PR FM juga melibatkan pendengar-pendengarnya sebagai partisipan aktif kontributor informasi atau jurnalis warga. Pilihan format ini dijalani PR FM, atas dasar penilaian kebutuhan masyarakat Bandung dan sekitarnya akan informasi dan diskusi melalui radio siaran, mengingat positioning sebagai radio jurnalistik dengan konsep jurnalisme warga tidak banyak dilakoni radio siaran lain karena sulit untuk dijalani.

Sebagai radio jurnalistik, PR FM memiliki stake holder yang lebih luas dan beragam dibandingkan dengan radio atau media massa berformat hiburan. Stake holdernya tidak saja pihak berwenang di bidang penyiaran serta khalayak dan publik secara luas, namun termasuk pihak-pihak yang aktif menjadi bagian dari pemberitaan siaran PR FM. Anggota Dewan Redaksi PR FM, Ahmad Abdul Basith menuturkan, pihak yang paling banyak berurusan dengan PT FM secara berurutan adalah para pendengar aktif yang menjadi jurnalis warga, serta pihak yang paling sering diminta menjadi nara sumber sekaligus menjadi informan, yaitu jajaran kepolisian, Pemerintah Kota Bandung, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, serta Pemerintah Kabupaten Bandung, kelompok minat atau komunitas seperti bobotoh Persib, lembaga swadaya masyarakat bidang lingkungan hidup seperti Dewan Pemerhati Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), dan Walhi Jabar.

Untuk menjaga dan meningkatkan loyalitas khalayak, PR FM memberi pengasuhan khusus terhadap khalayak. Setiap hari PR FM menerima puluhan hingga ratusan kontak khalayak melalui telepon, SMS, hingga aplikasi percakapan seperti Whatsap dan media sosial. Sebagian besar menyampaikan aduan, laporan atau ikut berdiskusi menyampaikan pendapat tentang kualitas layanan publik. Untuk itu PR FM berupaya menjaga hubungan baik terhadap setiap pendengar yang melakukan kontak dengan cara memberi apresiasi saat siaran terhadap kontribusi jurnalis warga. PR FM juga secara berkala menyelenggarakan acara off-air baik yang disponsori oleh pengiklan maupun tidak, sebagai sarana untuk promosi dan mengikat loyalitas khalayak.Terhadap jurnalis warga yang aktif di media sosial, PR FM juga mengelola beberapa akun media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Selain menyampaikan informasi

Page 30: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201824

kepada para pengikut atau followernya, akun-akun ini juga memberi kesempatan bagi netizen untuk ikut menyampaikan informasi, setelah melalui proses verifikasi dari redaksi.

Ketika menerima aduan, PR FM menjalankan peran sebagai mediator bahkan advokat dengan menyalurkan aduan tersebut kepada pihak terkait, utamanya dari sisi pelayan publik seperti unit-unit pemerintahan atau kepolisian. PR FM menghadapi tantangan agar dapat menjaga keseimbangan hubungan antara melayani masyarakat yang mengeluhkan pelayanan publik, menjalankan fungsi kontrol terhadap pelayanan publik, serta di sisi lain menjaga hubungan baik dengan pihak yang dikeluhkan. Untuk itu PR FM mengaku senantiasa mengelola diskusi ke arah solutif, agar semua pihak berupaya mencari jalan ke luar dari persoalan yang dihadapi.

Sejauh ini, PR FM mengaku relatif berhasil dalam menjalankan strategi tersebut. Meski sering diberi kritik oleh PR FM, berbagai unit di pemerintah kota justru sering menjadi klien bisnis PR FM karena menjadi pemasang iklan layanan pemerintah kota termasuk iklan layanan masyarakat. Saat ini iklan dari pemerintah kota menjadi salah satu sumber pemasukan penting PR FM.

Namun, tantangan lain yang dihadapi PR FM adalah perubahan pola bermedia khalayak saat ini. Seperti banyak pengelola radio senior yang tergabung dalam organisasi Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional (PRSSNI), PR FM mengakui industri radio kini bagai dalam kondisi senja. Khalayak, utamanya generasi milenial ke bawah atau generasi Y, Z dan Alpha, kini memiliki lebih banyak pilihan medium dan tertarik kepada berbagai medium baru berbasis internet, utamanya media sosial. Sebagian radio siaran termasuk PR FM kemudian mencoba beradaptasi dengan membuka akun media sosial sebagai pintu gerbang tambahan untuk menarik perhatian khalayak. Namun ternyata, sejauh ini, membuka akun media sosial belum tentu mampu menjadi jawaban untuk mempertahankan bahkan meningkatkan eksistensi radio siaran. Meski beberapa radio siaran berhasil memiliki ratusan ribu pengikut atau follower, banyaknya jumlah pengikut belum signifikan mendongkrak bisnis radio siaran. Padahal bagi radio swasta atau media penyiaran swasta, eksistensi bisnis merupakan penunjang utama eksistensi radio siaran.

3.3 Relasi Lembaga Penyiaran Swasta ARDAN Radio dengan Stakeholder dan Khalayak

Radio ARDAN 105.9 FM berdiri berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jendral Hukum dan Perundangan-Undangan Departemen Kehakiman No. C2 HT.01.01-A. Pada awalnya, Radio ARDAN berdiri dengan nama PT. Radio Bong-Kenks dengan frekuensi AM 234 M. Sejalan dengan perkembangan zaman, terjadi pergantian nama menjadi PT. Radio ARDAN Swaratama dan memutuskan untuk beralih frekuensi dari AM 234 M menjadi 105.8 FM pada 30 April 1989 dengan tujuan untuk mendapatkan kualitas audio yang lebih baik. Saat ini Radio ARDAN tergabung dalam manajemen radio ARDAN Group.

Page 31: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 25

Secara global, positioning Radio ARDAN adalah anak-anak muda berusia 14 sampai 24 tahun yang aktif berkegiatan di luar rumah, memiliki komunitas, dinamis, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap isu dan tren terbaru. Atas pertimbangan tersebut, maka tema-tema yang diangkat dalam program on-air dan off-air banyak membahas soal aktivitas dan isu yang berkembang di kalangan anak muda.

Selain itu, Radio ARDAN menargetkan khalayak pendengarnya berupa anak muda yang peka terhadap kemajuan teknologi dan gadget, serta pengguna internet dengan intensitas yang tinggi. Hal ini disesuaikan dengan tingkat penggunaan internet yang semakin meningkat di kalangan anak muda dan untuk mengantisipasi hal tersebut Radio ARDAN memfasilitasi pendengarnya dengan akses social media yang variatif, seperti Facebook, Twitter, Instagram, website, dan Youtube.

Konten berupa hiburan mendominasi dengan prosentase 80% dari seluruh format siaran. Kemudian disusul dengan konten berita dan informasi sebesar 10% dan konten berisi keagamaan sebesar 10%. Acara siaran ARDAN ringan dengan bobot hiburan yang tinggi, mengutamakan konten lokal. Pola acara ARDAN secara umum terbagi tiga, yakni: Regular Show (pukul 06.00 sampai 18.00 WIB), Special Show (di atas pukul 22.00 sampai 23.59 WIB), dan Weekend Show.

Target khalayak ARDAN adalah anak-anak muda berusia 14 sampai 24 tahun yang aktif berkegiatan di luar rumah, memiliki komunitas, dinamis, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap isu dan tren terbaru. Atas pertimbangan tersebut, maka tema-tema yang diangkat dalam program on-air dan off-air banyak membahas soal aktifitas dan isu yang berkembang dalam di kalangan anak muda.

ARDAN berkomitmen untuk memberikan konten acara yang sesuai dengan segmentasi mereka yaitu berupa acara hiburan untuk anak muda. Untuk itu ARDAN memosisikan diri sebagai hits maker dengan cara tidak sekadar memuat konten yang sedang hits di Bandung, melainkan membuat hits mereka sendiri. Contohnya, saat ada album baru, ARDAN tidak hanya memutarkan lagu yang dianggap sebagai lagu andalan, melainkan ARDAN akan mencari dan memutarkan lagu-lagu dari album tersebut yang memiliki potensi sebagai lagu hits.

Porsi konten jurnalistik di ARDAN sangat sedikit dibandingkan dengan konten hiburan. Konten jurnalistik yang disiarkan umumnya hanya berupa relay berita dari Persatuan Radio Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), serta beberapa informasi terkait gaya hidup anak muda.

Pengasuhan khalayak merupakan hal penting bagi radio ARDAN untuk menjaga dan meningkatkan loyalitas khalayak. ARDAN berkomitmen untuk mendekatkan diri dengan khalayaknya melalui berbagai strategi. Di antaranya, ARDAN seringkali mengajak pendengar untuk ikut rapat dalam menentukan inovasi baru terkait konten acaranya. ARDAN seringkali melibatkan pendengar untuk menjadi bagian dari kepanitiaan acara.

Untuk menjaga kecintaan khalayak pendengar terhadap radio ARDAN, setiap

Page 32: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201826

tahun ARDAN menyelenggarakan program School and Lovely Squad. Pada program ini, ARDAN menerima ratusan hingga ribuan lamaran dan menyeleksi sekitar 70 – 100 remaja untuk menjadi anggota “School and Lovely Squad ARDAN” (semacam duta ARDAN). Anggota terpilih memperoleh pengasuhan selama satu tahun berupa: latihan dan praktik siaran di radio ARDAN antara pukul 5 – 6 pagi secara bergilir; belajar berorganisasi dan praktik mengorganisir berbagai kegiatan on-air maupun off-air ARDAN. Setelah setahun, keanggotaan “School and Lovely Squad”, kemudian dipindah ke Member of ARDAN. Member of ARDAN terdiri dari khalayak penggemar radio ARDAN yang berada pada rentang SMP hingga 24 tahun. Mereka bisa mengorganisir diri bersama-sama ARDAN menyelenggarakan berbagai kegiatan off-air ARDAN, untk mendukung aktivitas on-air ARDAN.

Untuk mendekatkan diri dengan dunia remaja, ARDAN juga aktif mengelola media sosial, utamanya pada jenis yang banyak digunakan remaja yaitu Instagram dan Twitter. Sejauh ini, melalui berbagai strategi yang dibangun, ARDAN merasa masih mampu menjaga minat dan gairan remaja dan anak muda untuk melakukan berbagai kegiatan kreatif yang difasilitasi oleh ARDAN. Dalam bidang pengasuhan khalayak melalui media sosial misalnya, akun instagram ARDAN diikuti oleh hampir 50 ribu orang.

ARDAN melakukan adaptasi dengan berbagai teknologi baru dan mencoba mengeksplorasi berbagai platform untuk mendukung kanal utama informasi mereka. Pilihan teknologi yang digunakan oleh Radio ARDAN adalah siaran reguler di FM, website, streaming online, aplikasi siaran yang dapat diundur di play-store dan i-store, serta media sosial: Instagram, Facebook, Twitter. Namun dalam mengasuh akun media sosial, ARDAN mengaku agak kesulitan untuk menciptakan laman yang dapat memenuhi kepuasan target khalayak yang sangat memerhatikan desain laman dan desain media sosial, seperti misalnya twitter. ARDAN mengaku agak kesulitan untuk mengikuti kedinamisan kemauan target khalayak yang berubah-ubah. Untuk itu ARDAN memperbaharui laman mereka setiap tiga bulan sekali dan mengubah desain Twitter mereka setiap bulan agar lebih dinamis. Bagi ARDAN, keinginan khalayak remaja yang mudah berubah ini menjadi indikator bahwa ARDAN harus selalu cepat beradaptasi dengan dunia remaja yang selalu dinamis.

3.4 Relasi Lembaga Penyiaran SINDANGKASIH FM dengan Stakeholder dan Khalayak

Radio SINDANGKASIH adalah salah satu radio swasta terbesar di Cirebon yang memiliki sejarah panjang dengan penagalaman mengudara selama kurang lebih 45 tahun. Dalam perjalanannya Radio SINDANGKASIH diawali dari radio yang hanya dibentuk karena hobi, sampai pada 18 Januari 1973 secara resmi berdiri menjadi radio komersial dan kemudian bergabung bersama PRSNNI. Radio yang memiliki tagline “Radio e Wong Cerbon, Aja Klalen” ini adalah salah satu pihak yang mendorong agar

Page 33: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 27

musik khas “Cirebonan” memiliki tempat di kalangan masyarakat Cirebon. Awalnya radio ini memiliki siaran yang bersifat umum, dimana masih ada porsi musik-musik barat sebelum akhirnya menajamkan diri memasuki segmen radio dangdut.

Menurut data dari company profile Radio SINDANGKASIH, Format siaran utama radio ini adalah siaran yang bercorak hiburan (60%), informasi (20%) dan komersil (20%). Format musik Radio ini terdiri dari dangdut (40%), Tradisional daerah (30%) dan dangdut (30%). Pendengar Radio SINDANGKASIH mayoritas berasal dari SES C & D, dengan profil pekerjaan sebagian besar adalah wiraswasta, kemudian diikuti dengan petani, nelayan hingga ibu rumah tangga rentang usia pendengarnya mayoritas berada di 20 hingga 39 tahun, dengan status pendidikan mayoritas tamat SLTA (45%) dan tamat SLPT (34%).

Sesuai dengan format siaran dan format musik yang telah dijelaskan, Radio SINDANGKASIH mayoritas menyiarkan musik-musik dangdut maupun lagu daerah dan Cirebonan, namun ada beberapa segmen yang juga menyajikan musik Pop Indonesia dengan maksud untuk meraih pendengar dengan karakteristik berbeda dari karakteristik pendengar utama Radio SINDANGKASIH. Dalam menjalankan siaran yang bersifat informatif, Radio SINDANGKASIH utamanya mencari berita dari media-media massa yang kredibel seperti radar cirebon, maupun menerjunkan reporternya langsung ke lapangan.

Pendengar utama dari Radio SINDANGKASIH yang mengutamakan format lagu dangdut adalah keluarga kelas menengah ke bawah. Namun pihak Radio SINDANGKASIH tidak menutup kemungkinan bahwa penggemar musik dangdut juga ada di kalangan anak muda, dan bahkan adapula dari SES A. Bahkan Radio SINDANGKASIH berupaya untuk mengubah image bahwa dangdut adalah khusus bagi orang tua.

Setiap bulannya Radio SINDANGKASIH memiliki tema yang berbeda-beda, seperti tema budaya, gaya hidup, sejarah, maupun tema-tema lain yang sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat. Relasi dengan stakeholder oleh Radio SINDANGKASIH dibangun secara on-air dan off-air. Dalam beberapa format siaran, mereka memiliki ruang untuk melakukan pengasuhan khalayak lewat program tanya jawab dengan cara telepon langsung, melakukan kegiatan pengiriman salam, ataupun pesan antar pendengar, ataupun lewat respon yang didapat di media sosial. Misalnya saja, dalam siaran yang berbentuk talkshow, diakui bahwa respon pendengar baik lewat sms, telpon, maupun media sosial selama acara berlangsung dinilai cukup bagus. Meskipun utamanya pendengar Radio SINDANGKASIH lebih menyukai format siaran hiburan daripada yang berbentuk berita ataupun informasi ‘berat’. Informasi ataupun berita yang diberikan kepada khalayaknya pun mayoritas adalah berita lokal, dan hanya sedikit dari berita nasional.

Melalui penelusuran berbagai media sosial yang telah dilakukan, terlihat bahwa Facebook menjadi media yang paling aktif terjadi interaksi antara radio dan khalayaknya,

Page 34: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201828

dimana pada laman Facebok Radio SINDANGKASIH terdapat berbagai kegiatan sekaligus, antara lain, sapaan pada pendengar secara rutin, dibalut dengan pertanyaan-pertanyaan ringan untuk memancing interaksi pendengar, menampung permintaan lagu dari khalayak, interaksi antar khalayak pendengar, ruang untuk melakukan iklan ataupun promosi, hingga ruang untuk memberikan berita ataupun informasi terkini yang dibutuhkan oleh para pendengar, seperti dungkapkan narasumber kami;

“Kalau di Facebook kita wajibkan penyiar setiap pergantian program kita wajib posting di Facebook, misalnya ‘kalian suka warna apa sih’ kaya begitu...’alasannya apa?’ begitu...karena kita juga melihat bahwa medsos ini perkembangannya kan bukan main ya, mau-ga mau ya kita...sambil mengudara ya medsosnya jalan juga...tiap hari ada schedulenya apa yang ditampilkan...[misalnya] ada tiga kali naik di Instagram untuk konten-konten tertentu, misalnya kehatan...berita...medsos ini kita melihatnya peluang juga buat radio untuk memperlebar cakupan pendengar”

Narasumber kami menilai bahwa ada perbedaan karakteristik antara khalayak pendengar radio dangdut dengan radio pop. Pendengar radio dangdut memiliki kekuatan dalam hal keinginan untuk berpartisipasi dan juga mempertahankan silaturahmi antara mereka dengan pihak radio;

“Ya mereka itu ingin partisipasi ya, silaturahmi juga...datang [ke radio]...kadang ada bos bakso, ngirim berapa bungkus bakso...gorengan...punya kebon jeruk kirim satu karung...itu loyalitas mereka, kadang kalau ada pendengar yang punya hajat, tanpa diundang mereka [saling] dateng, cuma mau joget.. ada juga kita punya program karaoke...mereka cuma pakai handphone, ya mereka antusias...tiap hari lagi...lebih ingin eksis lah mereka itu..program kirim salam...nah itu masih...bahkan usaha mereka misalnya bannernya ditulis ‘fans SINDANGKASIH...nanti tanggal 14 juli kita juga ada halalbihalal, jumpa fans pendengar dengan crew...nah mereka banyak yang donatur itu...’ karena itu khusus pendengar kita saya berani bilang silaturahminya tinggi”

Dari segi kegiatan Off-air, Radio SINDANGKASIH juga telah berpengalaman dalam menyelenggarakan kegiatan yang bervariasi seperti melakukan event kerjasama pemasaran dengan pihak pengiklan, konser dangdut, product launching dan sampling, eksibisi, dan beragam kegiatan lain yang dibutuhkan pihak klien. Selain itu Radio SINDANGKASIH juga telah memiliki jaringan dengan beragam komunitas yang dapat membantu terciptanya kegiatan off-air yang baik. Ruang lingkup wilayah kegiatan mencakup sampai wilayah III Cirebon (Kota & Kabupaten Cirebon, Kuningan, Indramayu, Majalengka).

“Kita untuk off-air kebanyakan sih dari klien ya...untuk promosi produk, tapi ada juga [acara] sendiri ya, tahun ini kita sudah dua, tiga kali.. tahun kemarin kita bisa sampai tiap bulan...nama programnya “aksi sindangasih”, itu...konsepnya meet & greet, kita bahwa artis, artisnya ketemu sama fan...”

Kegiatan off-air dan berbagai event bagi Radio SINDANGKASIH dipandang

Page 35: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 29

sebagai sebuah kegiatan yang baik secara komersil karena kegiatan off-air membantu menambah pundi-pundi pemasukan iklan di saat pemasukan iklan secara on-air tergerus sejak kehadiran TV nasional maupun media lain. Ketika ditanya mengenai jenis iklan yang bersifat on-air, narasumber kami mengatakan bahwa saat ini beberapa iklan yang masih banyak masuk misalnya berasal dari pengobatan tradisional (herbal), iklan promosi pendidikan (penerimaan murid baru), dan berbagai iklan lokal lainnya.

Radio SINDANGKASIH juga getol membangun jaringan kepada pemerintah setempat. Terutama mereka kerap menerima permintaan pemasangan iklan layanan masyarakat, sosialisasi program, dll. Namun hal ini akan tergantung dari sistem budgeting yang dimiliki oleh instansi pemerintahan tersebut, karena terkadang ada permasalahan birokrasiyang menghambat kerjasama mereka. Namun ada juga pihak-pihak yang tidak antusias ketika diajak untuk bekerjasama, ada yang yang diberikan fasilitas namun tidak digunakan, seperti diungkapkan narasumber kami bahwa mereka menyediakan ruang bagi kepolisian untuk mensosialisasikan beragam informasi lalu lintas, namun pihak kepolisian tidak terlalu antusias untuk memanfaatkan hal tersebut seperti dikemukakan sebagai berikut; “Kadang ada jadwal, tapi [mereka] ga dateng...kita sudah woro-woro “nanti ada talkshow lho” tapi tetap ga dateng...yaitu yang kita akhirnya...’maunya apa sih...’ padahal kan itu penting untuk mereka kepada masyarakat...”. Padahal SINDANGKASIH memberikan ruang untuk beriklan secara cuma-cuma dalam rangka memenuhi kewajiban mereka sebagai radio lokal yang harus memiliki konten siaran yang bersifat informatif maupun edukatif.

Kedekatan antara Radio SINDANGKASIH dengan pendengarnya juga tidak terbatas hanya lewat kegiatan-kegiatan di atas, namun juga dalam berbagai kegiatan yang bersifat personal. Misalnya saja, diceritakan bahwa tidak jarang pendengar Radio SINDANGKASIH memberikan kejutan dengan mengirimkan barang-barang tertentu sebagai wujud kedekatan personal mereka, seperti memberikan makanan, buah-buahan, hingga memberikan mebel untuk digunakan Radio SINDANGKASIH. Hal ini tentu saja memperlihatkan bahwa bagi para pendengarnya, Radio SINDANGKASIH tidak hanya dipandang sebagai sebuah institusi komersial namun juga sebagai sebuah komunitas, maupun keluarga.

Saat ini, Radio SINDANGKASIH telah mencoba untuk beradaptasi dan mengikuti kemajuan teknologi yang telah berkembang. Misalnya saja, terlihat dari sejumlah pembaharuan perangkat siar yang digunakan dan penggunaan berbagai platform untuk menjangkau khalayaknya misalnya lewat website yang dapat di akses melalui www.SINDANGKASIH.com dan teknologi radio streaming baik di website maupun di Google Playstore sehingga siarannya dapat dinikmati dimanapun oleh para pendengarnya. Begitupula Radio SINDANGKASIH juga telah menggunakan beberapa media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram untuk menjangkau khalayaknya secara online.

Pada website Radio SINDANGKASIH, selain berbagai bentuk streaming,

Page 36: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201830

dan feed dari media sosial, khalayak juga dapat membaca beberapa artikel berita yang dibuat oleh reporter dari Radio SINDANGKASIH. Beberapa artikel yang ada diperbaharui setiap harinya, demikian pula dengan feed dari media sosial yang terus ter-update, sehingga hal ini menunjukkan tingkat keseriusan pengelolaan situs dan media sosial yang cukup baik. Selain itu, situs ini juga memiliki ruang untuk iklan dan plugin untuk mengetahui data statistik pengunjung web. Dalam penelusuran media sosial Radio SINDANGKASIH, antara lain di Twitter, Instagram, dan Facebook, terlihat bahwa pengisian konten dari ketiga media sosial tersebut dapat dikatakan cukup berbeda, dimana linimasa Twitter lebih terlihat sebagai informasi dari beragam lagu yang diputar oleh Radio SINDANGKASIH, Instagram berisikan berbagai kegiatan Radio SINDANGKASIH dan juga beberapa konten kreatif.

Dari ketiga media sosial yang ada, dapat dikatakan bahwa Facebook Radio SINDANGKASIH menjadi media sosial yang paling aktif mendapatkan interaksi dari khalayaknya, dimana hal ini sesuai dengan keterangan dari pak Dhani sebagai manager SINDANGKASIH bahwa respon paling baik di media sosial didapatkan lewat Facebook. Perhatian tentang pengelolaan medsos juga diakui dilakukan dengan cukup serius. Karena medsos di sini dilihat sebagai bagian penting dari kegiatan Public Relations. Dari hasil wawancara diketahui bahwa ada tim tersendiri yang melakukan pengelolaan medsos, dengan kendali dari bagian PR (Public Relation) yang melakukan kontrol terkait konten media sosial.

Teknologi streaming dan media sosial juga membantu menjangkau khalayak yang berada jauh diluar batas geografis, seperti diakui bahwa banyak pendengar atau khalayak Radio SINDANGKASIH yang berada di luar daerah siaran, seperti para tenaga kerja yang ada di luar negeri seperti dijelaskan pak Dhani

“Karena jaman sudah canggih juga kan ya, kita ada aplikasi.. jadi bisa pakai streaming, dimanapun bisa. Di luar negeri pun bisa. Terbukti dengan respon yang kita terima dari luar negeri..ya kan banyak juga tenaga kerja asal cirebon..dari korea, dari arab saudi, taiwan...kita punya aplikasi juga di Playstore...”

Selain itu, ke depannya, pihak Radio SINDANGKASIH juga terus bereksperimen dan beradaptasi dengan fitur-fitur milik media sosial, seperti misalnya, saat ini mereka sedan ingin mengembangkan berbagai konten dalam bentuk video, menggunakan fitur Live di Instagram, optimalisasi whatsapp, dll.

Ketika ditanya terkait potensi dan tantangan radio, narasumber kami mengatakan bahwa tidak hanya teknologi terkini yang mengubah dan mempengaruhi bisnis radio, namun perubahan telah terjadi bahkan sejak ada TV nasional, sejak era TV nasional hingga media sosial perkembangan dan tren ini harus diikuti oleh pengusaha radio dan radio itu sendiri harus siap untuk beradaptasi. Menariknya perkembangan teknologi ini diamati oleh narasumber kami dalam dua hal yang berbeda, menurutnya, jika dilihat dari respon, khalayak masih diakui memiliki respon kepada radio dengan baik,

Page 37: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 31

bahkan teknologi justru dapat menambah jangkauan dan jumlah khalayak. Namun hal sebaliknya terjadi pada pemasukan iklan.

Narasumber kami berpendapat bahwa kebanyakan radio lokal yang tidak mampu untuk bertahan biasanya memiliki masalah dalam manajemen mereka. Dalam persaingan bisnis, salah satu strategi Radio SINDANGKASIH adalah dengan memperkuat identitas mereka sebagai radio orang-orang di Cirebon, dan menganggap pendengar sebagai bagian dari komunitas ataupun keluarga mereka. dengan begitu mereka yakin relasi dengan pendengar sebagai stakeholder mereka akan tetap terjaga. Relasi dengan stakeholder lain yang juga perlu untuk dijaga adalah dengan “label” atau perusahaan rekaman musik. Radio SINDANGKASIH mencoba untuk menjadi salah satu radio yang memiliki akses tercepat kepada musik-musik baru dengan cara kerjasama dengan pihak label maupun dengan penyanyi/artis nya secara langsung. Strategi membangun relasi dengan “label” dan penyanyi atau artis ini bahkan dilakukan dengan cuma-cuma tanpa memungut bayaran. Strategi lain juga dengan membangun jaringan baik terutama dengan para agensi periklanan, dengan strategi yang sama “menguatkan identitas” maka pihak agensi pun akan percaya pada kemampuan SINDANGKASIH dalam meraih khalayak pendengarnya.

Terkait dengan pasokan data, mereka tidak menggunakan layanan riset dari pihak luar untuk melakukan pengukuran berbagai metrik bisnis, seperti lazimnya dilakukan misalnya oleh Nielsen Media Research (NMR) pada radio-radio di kota besar. Namun mereka biasanya akan mencari data dari pihak klien ataupun meakukan kunjungan langsung kepada pendengarnya, seperti survei non resmi ke pasar, kepada pendengar. Dari situlah mereka percaya diri dalam membangun image nya kepada calon klien.

Pihak PRSSNI menurut narasumber sudah cukup baik dalam memberikan pelatihan terkait manajemen dan pengelolaan media, meskipun dirasakan bahwa program-program PRSSNI belum terlalu rutin, dan ada kesan bahwa komunitas itu hanya ditujukan untuk ‘owner’ radio dan bukan pada praktisi ataupun pengelola radio. Menurut narasumber, akan baik apabila perkumpulan pengelola radio/praktisi radio dapat terbentuk, seperti misalnya perkumpulan antar Music Director, dll sehingga jaringan kerjasama dan informasi antar praktisi radio dapat terbentuk.

Tantangan ke depan dalam pengelolaan radio mayoritas berasal dari bagaimana mencari sumber-sumber pemasukan baru ditengah perkembangan bisnis yang berubah-ubah. Misalnya saja, saat ini mereka mulai menyadari bahwa pemasukan dari kegiatan off-air bisa saja tersaingi karena banyak produsen yang mulai membuat event- nya sendiri tanpa meminta layanan dari pihak agensi maupun pihak radio.

Tantangan lain terkait pemasukan iklan adalah adanya radio-radio komunitas yang baru dan tidak memiliki izin, namun sudah bersiaran, dan kadang radio komunitas tersebut secara sembunyi-sembuyi menerima iklan dengan harga yang sangat murah, sehingga merusak harga pasar iklan mereka;

“Kadang mereka itu ya banting harga...merugikan kita.. ada sebuah farmasi

Page 38: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201832

misalnya, punya cabang di cirebon, ada kewajiban dari pusat untuk masang [iklan] di cirebon, mereka pasang di radio-radio ini...dengan harga yang semaunya...yang penting gugur kewajiban dari pusatnya, kan begitu...ini merugikan kita...kita sudah jalan misalnya dengan harga lima juta...yaitu tadi dengan lima ratus ribu mereka terima...kita pernah sudah jalan lama sama [pengiklan], tiba-tiba dikasitau...tiba-tiba [kontraknya] diputus, dikasitau, “kita sudah sama si radio A ini segini...”

Karena itulah menurut narasumber kami, baik pengawasan dari KPID maupun tindak lanjut dari Balmon sangat diperlukan untuk mengatasi maraknya radio-radio komunitas ‘ilegal’ yang dianggap dapat mengganggu bisnis radio mereka.

Terakhir, terkait dengan fenomena banyaknya media lokal dimiliki oleh perusahaan media nasional, Radio SINDANGKASIH, sebagai radio yang dimiliki oleh perusahaan lokal, dan telah bertahan sangat lama di Cirebon bertahan untuk terus menjadi lokal. Narasumber kami berkata bahwa pernah ada saat dimana Radio SINDANGKASIH diminati oleh pengusaha media nasional yang memiliki jaringan media cukup besar. Dan pengusaha itu sempat menawar untuk ‘membeli’ Radio SINDANGKASIH namun pihak pemilik Radio SINDANGKASIH menolak tawaran tersebut. Narasumber kami juga berpendapat bahwa banyaknya media lokal yang kemudian diakuisisi oleh jaringan media nasional akan “tidak berdaya” baik dalam format siaran, maupun dari pemasukan iklan yang harus dibagi atau disetorkan kepada kantor pusat.

4. Relasi Lembaga Penyiaran Komunitas dengan Khalayak dan StakeholderBerbeda dengan lembaga penyiaran publik dan swasta, lembaga penyiaran

komunitas bekerja lebih subtil, karena ia adalah representasi dari bagaimana ‘publik’ di level yang lebih kecil yaitu komunitas mengeksplorasi ketersediaan frekuensi. Pada posisinya lembaga penyiaran komunitas, dikerjakan ‘dari, oleh dan untuk komunitas’, hal yang membuat lembaga penyiaran komunitas dalam tataran normatif dan ideal tidak boleh dikomersialisasikan.

Tantangan paling besar dalam penyelenggaraan lembaga penyiaran komunitas adalah masalah finansial, mengingat sekecil apapun lembaga penyiaran, ia tetap membutuhkan sarana, teknologi dan biaya operasional. Sedangkan untuk materi siaran sendiri, hal tersebut seharusnya selalu dapat tertangani selama basis komunitas yang menjadi landasan dari lembaga penyiaran komunitas itu secara konkret ada, dan memang berjalan.

4.1 Relasi Lembaga Penyiaran VERITAS dengan Stakeholder dan KhalayakRadio Komunitas VERITAS telah berdiri 2010, namun tanpa perizinan resmi.

VERITAS tidak beroperasi pada tahun 20013, dan kembali aktif pada tahun 2016, ketika perizinan radio komunitasnya telah selesai. VERITAS sendiri rutin didatangi oleh Balai Monitor (Balmon) dan pernah dimonitor langsung oleh KPID Jawa Barat. Tujuan awal

Page 39: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 33

pendirian radio VERITAS adalah untuk pembelajaran anak-anak di sekolah SD-SMP-SMA Santa Maria. Menjadi kegiatan ekstrakulikuler, untuk melatih anak-anak agar bisa bicara dengan baik di hadapan publik, melatih public speaking. Pengelolaan VERITAS mengandalkan guru-guru: guru bahasa Indonesia dan sastra untuk pengawasan materi siar. Sedangkan, seluruh fasilitas dan support finansial diberikan oleh yayasan Santo Dominikus.

Waktu siar dari pukul 13 hingga 17, pada jam seusai sekolah. Pada masa libur sekolah, radio VERITAS juga akan vacuum. Rencana jangka menengah adalah akan diadakan materi yang disaikan oleh tim guru langsung terkait sosialisasi pendidikan. Guru-guru muda sendiri sudah aktif bersiaran setiap hari Sabtu, dengan membawakan materi berupa promosi terkait sekolah dan Yayasan.

Partisipannya pengurus VERITAS dari pihak sekolah 7 orang, termasuk 2 guru pembina. Sedangkan anak-anak yang mengikuti 32 orang dari rentang SD-SMP dan SMA dengan sistem penyaringan karena pendaftarnya lebih dari 50 orang.

Proses regenerasi penyiar di VERITAS dilakukan dengan cukup serius, karena bekerjasama dengan radio komersil GRATIA. Narasumber dari GRATIA digunakan untuk melatih siswa-siswa yang juga hasil saringan sebelumnya yang dilakukan oleh guru-guru yang punya kompetensi di berbagai level: SD-SMP-SMA. Pelatihan berlangsung selama 3 hingga 4 hari terkait teknik dan materi siar, di mana didahulu oleh test khusus.

Konten yang sudah siar adalah seputar pendidikan, olahraga, materi-materi promosi juga lagu seputar pop dan religi. Materi promosi diberikan adalah pengenalan terkait Yayasan Santo Dominikus yang berpusat di Yogyakarta, selain di Cirebon, Purwokerto, dan Cimahi. Program siaran andalan VERITAS adalah Varity Junior, di mana program tersebut adalah pengenalan sejarah hidup dan visi dari Santo Dominikus dan Santa Maria. Setiap tahun VERITAS juga memiliki tema khusus, seperti tahun cerdas, tahun sehat, atau tahun kontemplasi. Tema-tema tersebut yang akan menentukan materi siar tahunan.

Terdapat satu catatan, yaitu problem yang dapat kita lihat dari VERITAS adalah posisi materi-nya kerapkali ambigu ketika berpromosi tentang Yayasan juga sekolah. Ambigu, karena apakah ia sedang mempromosikan ide atau mempromosikan sekolah sebagai komoditas pendidikan. Materi promosi yang dilakukan oleh VERITAS menjadi abu-abu, apakah VERITAS sedang mengiklankan sekolah-nya sendiri, atau sedang mempromosikan nilai-nilai. Hal tersebut adalah poin yang menjadi evaluasi dari pelaksanaan promosi yang dilakukan oleh VERITAS.

Secara keseluruhan, setiap siaran, atensi partisipan sangat tinggi, begitupun dari orang tua karena melihat anak-anaknya mengembangkan diri. Atensi tinggi juga didapatkan dari pendengar, yang mayoritas adalah warga sekolah, selain dari khalayak umum di dalam jangkauan 2 km.

Terdapat ponsel yang digunakan sebagai line atau jalur untuk menyambungkan

Page 40: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201834

antara khalayak pendengar dengan penyiar. Berupa permintaan terkait topik bahasan, pertanyaan di dalam talkshow maupun permintaan lagu. Hal-hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh siswa-siswi saja, namun juga orang-orang luar yang tidak berjejaring langsung dengan Sekolah Santara Maria. Materi talkshow dan bahasan beragam karena seringkali berasal dari pendengar, seperti topik-topik berkait edukasi, pengetahuan umum, dll.

Sayangnya VERITAS tidak terlalu serius mengelola akun media sosial-nya: Facebook dan Instagram. Terlihat akun-akun tersebut mendorman selama lebih dari satu tahun. Dalam hal penggunaan teknologi, dalam perencanaan pengembangan, pengurus VERITAS ingin mencoba mengaktifkan program streaming, sehingga siaran VERITAS dapat diakses di mana saja dan dengan rentang siaran yang lebih bebas yaitu bisa mempromosikan sekolah dengan lebih terbuka.

VERITAS berjaringan dan bekerjasama dengan radio komunitas lain dan radio komersil. VERITAS berjaringan melalui forum radio komunitas yang berpusat di Bandung dan pengurusnya kerap aktif dalam kegiatan meet and greet untuk pengurus radio-radio komunitas di wilayah Cirebon, sedangkan kerjasama dengan radio komersil dilakukan dengan radio Gratia. Jaringan dengan radio-radio komunitas lain tujuannya adalah untuk saling membantu kepengurusan izin. Sedangkan, kerjasama dengan radio Gratia dilakukan dengan pelatihan terhadap penyiar-penyiar muda VERITAS, dan pemberian kesempatan penyiar-penyiar muda VERITAS untuk mencoba bersiaran di radio Gratia.

4.2 Relasi Lembaga Penyiaran HDAS TV dengan Stakeholder dan KhalayakHDAS TV milik LPK. Perkumpulan HDAS Sabilulungan adalah sebuah televisi

komunitas yang berada di Cakuang, Soreang, Kabupaten Bandung. HDAS TV berdiri sejak tahun 2015 dan kemudian mendapatkan IPP Prinsip sejak tahun 2017. Nama HDAS TV berasal dari nama pemiliknya yaitu H. Dadang S Akbar, yang juga menjabat sebagai ketua umum Persatuan Musik Melayu Indonesia (Pammi) Jabar periode 2014-2019. HDAS TV didirikan dengan misi menampung aspirasi budaya Jawa Barat dan pemberitaan terkait program pemerintah terutama Kabupaten Bandung.

Dengan pengelola yang hanya berjumlah lima orang, HDAS TV mengandalkan jurnalis freelance untuk mengisi porsi siaran beritanya. Diakui oleh manajer HDAS TV, mereka masih belum mempunyai dana untuk mengontrak jurnalis tetap, namun para jurnalis ini didaftar, diberi nametag dan diberikan inventaris peralatan untuk melakukan reportase, seperti kamera, dll. Pemilik HDAS TV, dan manajer HDAS TV menggunakan jaringan yang dimilikinya untuk mencari jurnalis-jurnalis baik dari media cetak, maupun dari media online yang merasa bahwa beberapa hasil reportase yang dilakukannya tidak dimuat oleh media tempat mereka bekerja. Terutama yang berkaitan dengan materi ataupun konten yang memuat kritik terhadap kinerja pemerintah.

Menurut narasumber kami, Jurnalis-jurnalis yang ‘direkrut’ sebagai pekerja lepas

Page 41: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 35

oleh HDAS TV ini tetap mau melakukan reportase secara sukarela karena mereka merasa memiliki wadah untuk bekerja sebagai jurnalis media elektronik. Meskipun demikian, proses gatekeeping, penyaringan berita dan editorial tetap dilakukan Sehingga kualitas pemberitaannya tetap terjaga. Selain itu, untuk menjaga kebenaran berita, terutama terkait kritik terhadap pemerintah, sebelum penayangan pihak HDAS TV juga selalu menyertakan surat resmi yang menyatakan bahwa sang jurnalis telah melakukan reportase dengan benar sesuai fakta di lapangan dan siap mempertanggung jawabkan berita tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar para jurnalis tersebut tidak main-main dalam melakukan tugasnya, walaupun statusnya adalah pekerja lepas. HDAS TV membagi wilayak kerja jurnalisnya meliputi: Bandung Barat, Rancaekek, Banjaran, dan Bandung dengan total kurang lebih 20 jurnalis yang mengirimkan hasil reportasenya.

“Dia [wartawan] istilahnya, ternyata digituin [tidak dibayar] malah semangat ya, kalau soal dapat uang dari lapangan atau ngga, itu kita ga mau tau, tapi kan kita filternya tadi, manakala dia berbuat tidak baik kan keliatan dari beritanya, ya itu tidak bisa tayang, filter dari saya...dan ini banyak ya, ada yang sejak kami mendapatkan izin juga mereka jadi tambah semangat ya, kan sudah menjadi legal”

Meskipun sejak 2017 telah mengudara selama 24 jam, HDAS TV belum memiliki format siaran yang bersifat LIVE dan kebanyakan masih berupa siaran tunda. Persentase siarannya adalah 40% siaran berita, dan 60% siaran hiburan dan seni budaya Sunda. Terkait dengan siaran berita, HDAS TV juga berupaya untuk mengangkat sisi sosial dan fakta dari program-program pemerintah yang kadang tidak diberitakan oleh media-media lokal lain. Seperti diceritakan oleh narasumber kami terkait program Citarum dan limbah industri yang memiliki sisi lain sebagai berikut;

“Masalah limbah industri...itu kan ada Citarum harum, otomatis kan itu harus bersih...nah akhirnya itu berdampak pabrik udah ngga mau beroperasi, setelah itu, dirumahkan banyak itu, ratusan..,nah itu kan harus dicarikan solusi ini, ada dampaknya...nah itu HDAS langsung turun ya, inverstigasi kepada masyarakatnya, ke manajer dan kepala bagian nya...nah itu supaya didengar juga oleh pemerintah...kenapa [limbah] ini kan dari dulu terjadi...seolah-olah [sekarang] dikupas jadi muncul...jadi himbauan kami kan seperti kritik membangun buat pemerintah...kita ingin citarum bersih, tapi di sisi lain sumber manusia ini kalau di-PHK terus bagaimana?”

Dukungan dari Masyarakat terkait program HDAS TV juga diakui oleh narasumber kamu cukup baik, dikarenakan banyak liputan yang membuat masyarakat dapat mengetahui berbagai hal terutama terkait program pemerintah di kabupaten, seperti terkait dana desa. Hal ini terlihat dari respons penonton HDAS TV yang kerap memberikan informasi tambahan terkait hal-hal yang harus diliput, ataupun informasi yang bersifat umpan balik terkait kebenaran dari berita yang sudah diliput oleh para

Page 42: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201836

wartawan HDAS TV. Selain itu, salah satu acara unggulan Hadas TV bernama “Mundut Kawih” juga mendapat respon yang baik dari pemirsanya.

“Ada misalnya, saya dapat [respon] bilang ‘wah itu ga bener pak beritanya’ lalu saya cek ke wartawan kami, ternyata yang bicara tidak benar itu narasumbernya, jadi ketahuan ya, kan di sini rakyat melihat langsung...nah itu sempat terjadi, itu kan berarti masyarakat benar melihat dan support, manakala tidak benar...langsung ada reaksi. “Ada satu acara kami Mundut Kawih, malam itu sekitar dua jam...yang masuk [SMS] itu sekitar 1500...memang acara ini itu jagoan ya, mereka bisa interaktif seperti radio, minta lagu anu...tolong diputarkan...”

HDAS TV hingga saat ini fokus pada perannya sebagai TV komunitas yang bermaksud untuk mengangkat seni budaya rakyat di Kabupaten Bandung dan menyiarkan informasi yang bersifat lokal. Pembiayaan terkait pengelolaan dan biaya operasional masih sepenuhnya ditanggung oleh pemilik HDAS TV. Selain itu, pemilik HDAS TV pun memiliki kedekatan personal dengan pihak pemerintahan kabupaten, seperti diceritakan bahwa terkadang HDAS TV dipanggil oleh pihak Bupati untuk mengikuti kegiatannya ataupun mencari informasi langsung dari masyarakat yang dapat membantu pemerintahannya.

“Kita istilahnya, di-support oleh bupati...memang jadi seolah-olah jadi disuruh. ‘sok ikuti langkah saya, dampingi saya dalam hal program...kalau misalnya desa ada yang menyimpang, jangan ditayangkan, tapi laporkan ke saya’ kan begitu. Biar nanti saya yang menindaklanjuti, setelah terjadi beres, baru tayangkan”

Di sini HDAS TV menurut narasumber kami bersifat untuk menjadi ‘penengah’ antara pemerintah dan rakyat dalam hal pemberian fakta apa yang terjadi di lapangan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi laporan yang bersifat ABS (Asal Bapak Senang). Relasi yang baik antara HDAS TV dan pihak pemerintah menunjukkan bahwa kegiatan HDAS TV mendapat dukungan oleh pemerintah setempat baik dalam bentuk material maupun non-material. Bentuk kerjasama ini juga menyebabkan dalam kegiatan tertentu beberapa jurnalis yang ditunjuk oleh HDAS untuk mendampingi kegiatan pemda mendapatkan honor sesuai dengan pekerjaan mereka.

“Apalagi yang sifatnya pendampingan bupati...kita kerjasama dengan humas kabupaten...jadi berkaitan dengan pertama liputan dinas-dinas ke lapangan didampingi oleh HDAS...nah itu kita dapet dari sana juga...jadi pendapatan sekitar lima puluh persen Pemda cover...nah di sinilah terjadi yang tadinya tidak berbayar ke jurnalisnya, sekarang jadi berbayar...tapi sifatnya berdasarkan per satu periode itu sekian...”

Diakui oleh manajer HDAS TV, bahwa dari segi pengelolaan dan bisnis, HDAS TV masih terus berbenah dan menyiapkan berbagai rencana pengembangan ke depan. Misalnya saja, ke depannya HDAS berencana akan mengupayakan untuk mengadakan siaran langsung, memperbaharui peralatan yang saat ini masih sederhana, dan juga

Page 43: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 37

mengembankan HDAS TV sebagai tempat kerjasama untuk melakukan diklat dalam bidang penyiaran, terutama bagi pelajar SMK yang ada di wilayah tersebut. Karena dalam satu tahun, pihak HDAS dapat menerima siswa untuk praktek kerja lapangan berjumlah kurang lebih 120 orang. Narasumber kami berpendapat bahwa para jurnalis HDAS bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari menjadi mentor bagi para pelajar SMK tersebut. Kemudian narasumber kami pun juga bermaksud untuk bekerjasama dengan pihak kominfo, KPID, Balmon, untuk misalnya menjadikan mereka sebagai pembicara dalam diklat tersebut.

Dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, pihak HDAS TV mengakui bahwa mereka masih sangat memiliki kekurangan dalam optimalisasi di bidang teknologi. Presensi mereka secara online pun sangat terbatas. Selain itu, dari faktor finansial pun HDAS TV masih belum bisa menjamin bahwa pembaharuan teknologi akan memiliki korelasi positif terhadap pendapatan mereka. Di mana satu-satunya media online yang cukup ‘terurus’ dan terus diperbaharui adalah kanal YouTube mereka. Meskipun demikian pihak HDAS TV berencana untuk mulai melakukan optimalisasi teknologi lain, terutama streaming, ketika mereka sudah memiliki sumberdaya yang memadai.

Dalam melihat keberlangsungan media yang bersifat lokal, HDAS TV melihat bahwa peran media lokal sangat penting terutama untuk memberikan informasi yang relevan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat lokal.

Meskipun demikian, narasumber kami berpendapat bahwa bisnis media lokal akan sulit berkembang apabila tidak diimbangi dengan manajerial atau pengelolaan media yang baik, terutama dari segi pendanaan. Eksistensi HDAS yang masih sangat tergantung pada pemiliknya dalam hal kucuran dana operasional sehari-hari memperlihatkan bahwa media lokal cukup sulit untuk hanya bergantung pada iklan, belum lagi, media nasional yang berjaringan tentunya sudah menguasai bisnis periklanan, sehingga ‘kue iklan’ yang tersedia untuk, dan diperebutkan oleh media lokal jumlahnya sangat terbatas.

Selain itu, ketika disinggung mengenai banyaknya media nasional yang kini berjaringan, narasumber kami berpendapat sebetulnya hal itu bisa dikatakan baik dari segi bisnis, dalam artian besar kemungkinan media tersebut dapat bertahan. Namun di sisi lain, media tersebut haruslah tidak kehilangan jati dirinya sebagai media lokal, karena media yang murni berorientasi bisnis dinilai akan mengikis eksistensi media lokal.

HDAS TV sendiri menurut narasumber kami pernah beberapa kali diberi tawaran untuk bergabung dengan TV lain, namun di satu sisi ia melihat bahwa HDAS TV belum pantas untuk bergabung dalam jaringan TV yang lebih besar, dan di sisi lain, ia melihat ada faktor idealisme pemilik yang tidak mudah untuk dinegosiasikan.

“Secara manajemen jujur ya... kita belum bisa menjadi percontohan...faktor owner juga yang punya idealisme sendiri...ya kita mengikuti, sekarang lebih banyak mengendalikan ya di bapak [owner]...saya punya pikiran gini, ga cocok

Page 44: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201838

ya ganti sama dia...tadi kan dia kalau gabung-gabung sama orang terus diatur-atur ga mau..otomatis ya kita juga berdiri sendiri saja”

Terkait dengan peran dari KPID, narasumber kami mengaku bahwa ia sendiri merasa belum terlalu jauh mengetahui tentang tugas dan wewenang KPID, tapi ia merasa bahwa kinerja pemantauan KPID masih dapat ditingkatkan lagi dan dibuat lebih tegas. Menurut pengalamannya di lapangan, KPID dan pihak-pihak yang berwenang dalam mengatur perizinan juga dinilai masih memiliki bias terhadap TV-TV tertentu, misalnya, narasumber kami mengatakan bahwa ia mengetahui ada televisi yang pajaknya tidak dibayar, tapi masih bisa beroperasi. Kemudian ia juga melihat ada beberapa media yang sebelum masa kampanye sudah menyiarkan iklan politik padahal hal itu tidak diperbolehkan. HDAS TV merasa adanya ketidakadilan karena mereka selalu mengikuti aturan yang telah ditetapkan.

Narasumber kami juga memberikan catatan bahwa sebaiknya KPID menyederhanakan berbagai proses administrasi dan perizinan bagi media-media lokal maupun komunitas. Selain itu ia pun berharap KPID ataupun pihak lain yang bekerjasama dengan KPID lebih banyak memberikan kegiatan-kegiatan yang bersifat praktis dan dapat langsung membantu keberlangsungan media lokal. Seperti pelatihan terkait teknologi digital yang dapat dipakai dalam pengelolaan televisi, informasi terkait program TV Digital, dll.

4.3 Relasi Lembaga Penyiaran Komunitas Buntet Pesantren FM (BEST FM) dengan Khalayak

Radio Buntet Pesantren FM berdiri sejak 2006, namun sempat vakum pada rentang 2016 hingga 2017 karena urusan proses perizinan yang belum rampung. Walaupun belum mengantungi izin resmi BEST FM sering tetap mengudara dengan luas cakupan 2 km.

Tujuan pendirian BEST FM adalah upaya kalangan santri untuk menangkis radikalisme di sekitar wilayah Pesantren. Pengakuan tersebut didapatkan dari Ketua Badan Pelaksana Penyiaran Komunitas (BPPK) BEST FM Ahmad Rovahan bahwa, pendirian radio komunitas BEST FM dimulai dari rasa was-was di mana kondisi Cirebon menjadi bagian dari jalur merah wilayah radikal. Target utama siaran BEST FM adalah warga Pondok Pesantren Buntet, namun juga menyasar mereka warga umum yang tinggal di sekitar wilayah pesantren.

Pengelolaan Buntet Pesantren FM dilakukan berbarengan dan saling menopang dengan media-media lain yang dimiliki oleh Yayasan Pesantren Buntet, seperti website, media sosial: Facebook dan Twitter, dll. Sehingga materinya akan saling berkaitan satu sama lain. Terdapat tim materi dan desain khusus yang berasal dari kalangan santri untuk mengerjakan di berbagai platform tersebut.

Prinsip siaran dari BEST FM adalah ‘dari, oleh dan untuk santri’, di mana

Page 45: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 39

pelaksananya adalah seluruh santri dari berbagai kelas, mulai Madrasah Aliyah hingga Perguruan Tinggi. Mereka yang berpartisipasi juga akan dilatih, dengan pelatihan penyiaran dan manajerial. Walaupun terdapat kondisi yang dilematik, karena seperti sekolah lain, siswa Pesantren akan terus berganti. Siklus pergantian di Buntet adalah 3 tahun. Hal yang membuat regenerasi pengelolaan BEST FM dilakukan dengan terengah-engah.

Walaupun target pendirian BEST FM adalah untuk menangkal radikalisme, program yang ada tidak hanya didominasi oleh program dakwah, namun juga talkshow terkait kondisi dan pengetahuan umum, hiburan: lagu-lagu religius, dangdut, dan pop hingga tarling-an. Program yang lentur tersebut menurut Ahmad Rovahan didasarkan pada ajaran Sunan Kalijaga yang berdakwah menggunakan budaya populer. Pada masa lalu Sunan Kalijaga menggunakan wayang sebagai sarana dakwah-nya. Waktu siaran pada saat aktif BEST FM adalah sekitar pukul 14 siang hingga 22 malam. Hal tersebut didasarkan pada karakteristik pendengar BEST FM yang notabene mayoritas adalah santri. Di mana mereka kebanyakan baru pulang sekolah dari pukul 14, sehingga membuat apabila ada siaran sebelum pukul 14, maka siarannya tidak akan efektif. Isi siaran penuh dengan penyiar sejak pukul 14 hingga pukul 22, namun akan dijedai dengan istriahat maghrib sejak berkumandang azan hingga pukul 19.30. Program andalan dari BEST FM adalah talkshow di mana pengisinya diadakan secara bergiliran dari masing-masing 52 asrama di pondok pesantren Buntet.

Seperti dikatakan khalayak utama BEST FM adalah komunitas pesantren. Jumlahnya dari total 52 asrama adalah 5000 santri. Namun tidak semua dapat mengakses langsung secara personal karena ada beberapa asrama yang menerapkan peraturan secara ketat, yaitu tidak boleh ada benda-benda elektronik. Walaupun begitu, terdapat berbagai cara yang dilakukan oleh santri untuk mengakalinya dan tetap mendengarkan siaran radio, yaitu dengan mendengarkan radio di dapur-dapur Ibu-Ibu yang memasak di sekitaran pesantren.

Proses sosialisasi siaran BEST FM sendiri tergolong mudah, karena disebarkan mulut ke mulut di kalangan santri. Pengisi acara dan audience yang dijadwalkan hadir ke studio akan menyebarkan informasi waktu siaran dari program yang akan mereka ikuti. Dari sana, pendengar BEST FM selalu besar. Relasi antara BEST FM dengan khalayak, terasa sangat bersifat kekeluargaan. Perwakilan asrama-asrama bergantian mengisi sebagai pemateri maupun menjadi audience dalam program talkshow yang diselenggarakan oleh BEST FM. “Seringkali kami mengundang puluhan orang dari satu asrama untuk menjadi narasumber dan dikumpulkan di bangsal” tutur Rovahan.

Relasi kekeluargaan itu yang kemudian digunakan oleh BEST FM untuk menanamkan nilai anti kekerasan, toleransi dan pengetahuan umum. Pengetahuan umum yang penting dan relevan dengan khalayak komunitas BEST FM adalah soal kesehatan, dan masalah sosial. “Soal kesehatan reproduksi misalnya, kami tidak ingin membuat perbincangan terkait itu tabu, kami membawanya sebagai materi siaran” ujar

Page 46: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201840

Rovahan.Salah satu tantangan dari pengelolaan BEST FM selain masalah perizinan, adalah

masalah perangkat yang harus tersertifikasi yang mahal. Namun hal tersebut dapat di atasi, kembali lagi dengan cara kekeluargaan. Tak sedikit alumni yang berkontribusi untuk menyumbang berbagai macam alat dan sarana bagi keberlangsungan BEST FM. Begitupun dengan para Kyai-kyai yang bisa dan biasa menyumbang secara kolektif untuk modalitas BEST FM apabila dibutuhkan.

Selain itu BEST FM juga seringkali menerima dana hibah, juga iklan layanan masyarakat untuk menambah uang kas yang ada. Radio BEST FM kerap bekerjasama dengan lembaga-lembaga stakeholder untuk talkshow, seperti pemerintahan, NGO, dll. Rentang support yang mereka berikan mulai dari biaya listrik hingga kontrak untuk menjadi agen menyebarkan program pemerintah. Salahsatunya adalah PNPM untuk antisipasi AIDS, BKKBN untuk gerakan antri Narkoba, KPK terkait kampanye anti korupsi maupun pemerintah daerah.

“Ya pertama kita kembali ke tujuan awal pendirian radio komunitas ini kan dari masyarakat oleh masyarakat untuk masyarakat. Jadi, orientasi awal adalah bagaimana kita sebagai pusat informasi kita bisa memberikan informasi ke masyarakat, Cuma dulu berpikir kepada hal-hal yang profit. Saya itu saya sebenarnya ikut memikirkan, jadi walaupun teman-teman yang lain, saya ikut memikirkan bagaimana nyari program, program-program yang halal agar bisa menghidupi teman-teman radio komunitas. Kaya kerja sama dengan KPK, itu nggak salah karena kita ngarahin teman-teman “Nih, puterin ILM, ILM misalkan awasi dana desa.” Mereka kita support, dananya dari KPK 50 ribu sebulan, nggak apa-apa lumayan ngasih listrik, tapi udah teman-teman jangan memikirkan bagaimana radio komunitas itu dapat keuntungan, udah, fokus bagaimana radio komunitas ini bisa memberikan informasi kepada masyarakat.” Tutur Ahmad Rovahan.

BEST FM aktif bergabung dengan jaringan radio komunitas, di mana kebetulan pengelola BEST FM Ahmad Rovahan adalah anggota divisi advokasi dan ketua koordinator Jawa Barat untuk wilayah timur. Jaringan tersebut diiniasi oleh Diskominfo Kabulaten, sehingga tercipta konsolidasi antara radio komunitas termasuk BEST FM di antaranya dalam hal menghadapi tantangan birokrasi maupun yang lain.

Penutup

Relasi antara lembaga penyiaran publik, swasta dan komunitas terhadap stakeholder dan khalayak di level lokal memiliki karakternya masing-masing, dan bahkan di antara masing-masing lembaga penyiaran yang ada di rumpun yang sama juga memiliki perbedaan corak. Untuk TVRI Jabar dan RRI Jabar misalnya, relasi antara masing-masing lembaga penyiaran dengan stakeholder tersebut cenderung senafas,

Page 47: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 41

namun untuk relasi dengan khalayak terlihat tantangan yang harus dihadapi oleh TVRI Jabar lebih besar bila dibandingkan dengan RRI Jabar. Hal tersebut disebabkan oleh platform TVRI Jabar yang mengandalkan tayangan video, di mana secara sarana-prasarana membutuhkan modalitas yang besar, dan tentu saja berelasi langsung dengan biaya untuk setiap penyelenggaraan konten. Upaya untuk melibatkan khalayak dalam penyelenggaraan siaran oleh TVRI Jabar juga terbentur oleh hal yang sama, mengingat keterbatasan anggaran yang ada. Namun tak bisa dipungkiri dan diakui sendiri oleh pihak pengelola TVRI jabar bahwa stasiun televisi publik milik negara tersebut memang belum optimal dalam mengelola daya kreativitas yang seharusnya dimiliki oleh Sumber Daya Manusia pekerja-pekerjanya. TVRI Jabar sendiri dan RRI Bandung (Jabar) selalu berupaya menghasilkan konten-konten lokal dengan berbagai corak seni dan budaya, di tengah keterbatasan yang mereka miliki.

Sedangkan untuk lembaga penyiaran swasta, masing-masing menjangkau khalayak dengan cara yang berbeda, sesuai dengan spesifikasinya. ARDAN memilki segmen yang condong pada anak muda, berisi materi-materi yang lebih ringan. SINDANGKASIH memiliki segmen di segala usia, namun memiliki spesifikasi khusus penggemar dangdut. KOMPAS TV Jabar dan PR FM walaupun memiliki platform yang berbeda, berbagi irisan yang sama dalam hal visi dan tujuan penghadiran informasi bagi khalayak. Tentu saja masing-masing media mendapatkan tantangan yang berbeda, bila KOMPAS TV Jabar tantangan yang harus dihadapi adalah sulitnya memetakan lansekap pasar yang ada sekarang terkait penyiaran lokal, PR FM cenderung lebih luwes karena berada di atas angin setelah berhasil menjadi radio berita yang otoritatif di Jawa Barat. Relasi KOMPAS TV Jabar dengan stakeholder cenderung berbeda dengan Ardan dan PR FM, hal tersebut disebabkan posisi KOMPAS TV Jabar yang berjaringan dengan KOMPAS TV pusat. Ardan, SINDANGKASIH dan PR FM cenderung lebih bebas dan independen dalam hal pengelolaan materi juga finansialnya. Temuan yang menarik di lapangan yang kami dapatkan, SINDANGKASIH adalah radio yang paling baik membangun engagement atau pertautan dengan khalayak, hal nampak dari besarnya loyalitas pendengar terhadap SINDANGKASIH. Loyalitas yang terepresentasikan dari seringnya sumbangan benda maupun makanan yang dialamatkan langsung ke kantor SINDANGKASIH, dan besarnya atensi khalayak terhadap setiap kegiatan off-air yang diselenggarakan oleh SINDANGKASIH.

Dari semua relasi, lembaga penyiaran komunitas adalah yang paling rumit. Pertama, karena masing-masing benar-benar memiliki karakter sesuai dengan komunitasnya, dan juga riskan digunakan untuk fungsi-fungi yang tidak sebagaimana mestinya. Seperti radio komunitas VERITAS di Sekolah Santa Maria Cirebon yang mengelola siaran untuk komunitas sekolahnya, terdapat ambiguitas dalam hal promosi yang dilakukah oleh VERITAS: Apakah mereka mempromosikan nilai untuk komunitas, atau juga mempromosikan sekolah sebagai komoditas. Masalah lain juga dihadapi dengan HDAS TV, kedekatan antara pengelola dengan pemerintah yang

Page 48: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201842

bersifat personal: materil maupun non-materil berpotensi membuat siaran yang di HDAS TV riskan terjebak sekadar menjadi corong pemerintah atau pihak tertentu di dalam pemerintah. Terdapat temuan menarik di mana radio komunitas BEST FM, digunakan untuk membangun resistensi terhadap radikalisme, walaupun diperlukan studi lebih lanjut untuk membuktikan efektifitasnya, namun kita dapat melihat sejauh potensialitas dari lembaga penyiaran komunitas dapat didorong. Radio VERITAS dan BEST FM mendapatkan support penuh dari komunitas yang digawanginya, peralatan san sarana-prasarana dapat terpenuhi. Sedangkan tantangan yang dihadapi HDAS TV adalah pengelolaan teknologi, hal yang sangat lumrah mengingat dalam hal sarana-prasarana, tentu lebih rumit mengelola televisi dibandingkan dengan radio.

Setiap media penyiaran memiliki dinamika pengelolaan yang berbeda satu dengan yang lain. Kendati demikian, terdapat benang merah yang mempertemukan persoalan yang dihadapi oleh hampir seluruh media penyiaran yang menjadi objek penelitian. Relasi antara media penyiaran dengan stake holdernya termasuk diantaranya relasi antara media dengan khalayak merupakan penopang utama eksistensi media penyiaran lokal saat ini.

Seiring dengan perkembangan zaman, bentuk relasi antara media penyiaran dengan stake holder-nya semakin konkrit, dibuktikan dengan berbagai bentuk interaksi yang difasilitasi oleh teknologi, seperti telepon, pesan singkat atau sms, aplikasi percakapan, media sosial, maupun interaksi konvensional berupa tatap muka. Kuantitas dan kualitas pertautan dengan stake holder, termasuk di antaranya dengan khalayak menunjukkan besar kecilnya pengaruh media penyiaran dalam lanskap media penyiaran lokal. Kuatnya pertautan media penyiaran lokal dengan stake holdernya mampu berkontribusi untuk menjaga ketahanan media penyiaran lokal dari tantangan bahkan ancaman tergerusnya eksistensi media penyiaran lokal dalam lanskap media yang kini mengglobal. Karena kualitas dan kuantitas pertautan tersebut menunjukkan besar kecilnya pengaruh media penyiaran di tengah publik lokal, bahkan nasional, hingga global.

Daftar Pustaka

APJII, 2017. Infografis Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2017, Jakarta: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.

Bardoel, J., & D’Haenens, L. (2008). Public service broadcasting in converging media modalities: Practices and reflections from the Netherlands. Convergence, 14(3), 351–360. https://doi.org/10.1177/1354856508091086

Chin, Y. C. (2012). Public service broadcasting, public interest and individual rights in China. Media, Culture and Society, 34(7), 898–912. https://doi.org/10.1177/0163443712452700

Page 49: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 43

Dwi Yulianti, Hesti. Masduki (2008). Analisis Model Produksi Berita Televisi Lokal: Studi TVRI Stasiun Penyiaran Kalimantan Selatan dan Banjar TV. Jurnal Komunikasi Volume 3 (No.1). ISSN: 1907-848X

Enli, G. S. (2008). Redefining public service broadcasting: Multi-platform participation. Convergence, 14(1), 105–120. https://doi.org/10.1177/1354856507084422

Harrison, J., & Wessels, B. (2005). A new public service communication environment? Public service broadcasting values in the reconfiguring media. New Media & Society, 7(6), 834–853. https://doi.org/10.1177/1461444805058172

Kedai Kopi, 2018. Survei Opini Publik 2018, Jakarta: Lembaga Survei Kedai Kopi.Kovach, B. & Rosenstiel, T., 2004. Elemen-Elemen Jurnalisme. s.l.:Institut Studi Arus

Informasi (ISAI).Nielsen, 2017. Nielsen Consumer Media View (CMV), Jakarta: Nielsen.Nugroho, Yanuar. Putri, Andriani Dinita. Laksmi, Shita. (2013). Memetakan Lanskap

Industri Media Kontemporer di Indonesia. Jakarta: CIPG dan HIVOS.Padovani, C., & Tracey, M. (2003). Report on the conditions of public service

broadcasting. Television and New Media, 4(2), 131–153. https://doi.org/10.1177/1527476402250677

Picard, R. G. (2002). Research note: Assessing audience performance of public service broadcasters. European Journal of Communication, 17(2), 227–235. https://doi.org/10.1177/0267323102017002696

Ramsey, P. (2017). Commercial Public Service Broadcasting in the United Kingdom: Public Service Television, Regulation, and the Market. Television and New Media, 18(7), 639–654. https://doi.org/10.1177/1527476416677113

Rianto, Puji. Poerwaningtyas, Intania. (2013). TV Publik dan Lokalitas Budaya: Urgensinya di Tengah Dominasi TV Swasta Jakarta. Jurnal Komunikasi Volume 7, No.2. ISSN: 1907-898X.

Taylor, G. (2016). Dismantling the public airwaves: Shifting Canadian public broadcasting to an online service. International Communication Gazette, 78(4), 349–364. https://doi.org/10.1177/1748048516632169

Wahono, S. B. et al., 2011. Ironi Eksistensi Regulator Media di Era Demokrasi : Studi Evaluatif terhadap Peran Regulator Media dan Komunikasi dalam Menegakkan Demokrasi di Indonesia. s.l.:PR2 Media dan Tifa.

We Are Social, 2018. [Online] Available at: https://www.slideshare.net/wearesocial/digital-in-2018-in-southeast-

asia-part-2-southeast-86866464 [Diakses 30 Maret 2018].

Page 50: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201844

Page 51: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 45

Tingkat Literasi Media Pelajar dan Mahasiswa terhadap Akses, Jenis dan Penilaian Program

Siaran Televisi dan Radio di Jawa Barat

Tim Peneliti:Lucy Pujasari Supratman, Freedy Yusanto, Nofha Rina, Rah Utami Nugrahani

[email protected], [email protected],

[email protected], [email protected]

(Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom)

Abstrak

Menurut data statistik, sebanyak 33,16 juta jiwa penduduk Jawa Barat merupakan usia muda produktif dengan median usia 15-35 tahun. Pertumbuhan demografis ini sejalan dengan bertam-bahnya lembaga penyiaran di Jawa Barat yang berjumlah kurang lebih 515 (KPID Jawa Barat, 2018). Keberadaan lembaga penyiaran lokal sebaiknya menjadi pilihan tontonan utama warga Jawa Barat karena kaya akan konten budaya lokal dan potensi budaya daerah. Namun, minat generasi muda untuk mengakses lembaga penyiaran lokal masih belum terasa menggeliat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat literasi generasi muda Jawa Barat terhadap akses, jenis dan penilaian program siaran agar menjadi bahan rujukan pertimbangan data bagi lembaga penyiaran lokal di Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Lokasi penyebaran kuesioner di Kabupaten Bandung, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Purwakarta. Hasil kuesioner menunjukkan prosentase yang masih rendah dalam hal mengakses program siaran TV dan radio lokal Jawa Barat. Kemudian, prosentase variabel pada jenis siaran yang paling disukai generasi muda adalah program yang bersifat menghibur. Sedangkan aspek penilaian generasi muda pada program siaran TV dan Radio Jawa Barat cenderung lebih diapresiasi. Rekomendasi penelitian ini adalah untuk lebih menarik khalayak muda pasif menjadi khalayak muda aktif dalam mengkonsumsi siaran TV dan Radio lokal Jawa Barat.

Kata Kunci: literasi media, akses, jenis, penilaian, program siaran

Page 52: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201846

Pendahuluan

Lembaga penyiaran merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi masyarakat. Selain memiliki kebebasan, lembaga penyiaran harus bertanggung jawab dalam

menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial. Perkembangan dan pertumbuhan media penyiaran di Jawa Barat terus mengalami peningkatan signifikan karena secara ekonomi, politik, sosial dan budaya, Jawa Barat merupakan wilayah yang sangat strategis dan potensial. Bukan hanya karena Jawa Barat memiliki jumlah penduduk yang besar dan wilayah yang luas, tetapi banyak aset dan potensi lokal yang sangat kaya dan perlu digali. Merujuk pada konferensi internasional IBRAF sebelumnya yang dihadiri oleh peneliti atas undangan KPID Jawa Barat (lihat penelitian terdahulu, Supratman 2017), masyarakat Jawa Barat masih banyak yang belum mengetahui keberadaan dan fungsi dari KPID Jawa Barat.

Undang-undang No 32 Tahun 2002 telah mengamanatkan agar KPI sebagai wujud peran serta masyarakat mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan publik. KPI adalah lembaga Negara yang bersifat independen. Dengan kata lain, KPI adalah representasi publik dalam bentuk lembaga Negara di tingkat nasional. Sedangkan di tingkat provinsi terdapat 33 KPID. KPI dan KPID semenjak berdirinya terus berupaya untuk memperbaiki dan menyempurnakan sistem serta pola kelembagaannya. KPI dan KPID berusaha untuk mengoptimalkan kinerjanya dengan sistem yang baik dan tertata. Untuk itu, KPI dan KPID sebagai representasi publik berusaha menggalang kekuatan masyarakat untuk terus menciptakan sistem penyiaran nasional yang berkeadilan dan bermartabat untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia untuk menciptakan penyiaran yang sehat.

Setiap provinsi memiliki 1 lembaga independen komisi penyiaran daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Di tingkat KPID, KPID yang paling tegas memberikan sanksi pada lembaga penyiaran adalah KPID Jawa Barat berdasarkan hasil wawancaran riset bersama Ketua KPID Jawa Barat (Dr. Dedeh Fardiah, M.Si) di kantor KPID Jawa Barat. Ketua KPI Jawa Barat telah mengeluarkan teguran sebanyak 384 buah pada lembaga penyiaran yang dianggap menyalahi aturan konten penyiaran yang ada dalam Pedoma Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Fungsi KPID Jawa barat kemudian untuk mengawasi tiap isi siaran dan memiliki wewenang untuk menegur lembaga penyiaran media.

KPID Jawa Barat adalah perwakilan dari KPI pusat untuk mengurusi hal yang berkaitan dengan penyiaran. Perannya harus mampu dan aktif melakukan pengawasan berkala pada lembaga penyiaran. Lembaga penyiaran di Jawa Barat yang sudah terdaftar berjumlah 232 LPS Radio, 152 LPK Radio, 7 LPPL Radio, 8 LPP Radio, 5 LPK Televisi, 1 LPPL Televisi, 7 LPP Televisi, 13 LPB Televisi, 44 LPS Televisi Analog

Page 53: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 47

dan 46 LPS Televisi Digital. KPID Jawa Barat melihat bahwa masyarakat Jawa Barat harus mendapatkan

program tayangan yang bermanfaat sesuai amanat undang-undang No 32 Tahun 2002. KPID Jawa Barat banyak melakukan program-program terkait literasi media tersebut untutk mewujudkan lembaga penyiaran lokal yang sehat. Selain itu, KPID Jawa Barat juga berupaya untuk membangun kepedulian masyarakat pada televisi lokal. Program tayangan televisi lokal memang lebih kental pada program tayangan daerah dengan penuh nuansa budaya. Hal ini sangat perlu disosialisasikan sebagai bentuk informsi dan edukasi pada masyarakat tentang jati diri/identitas local wisdom. Seperti kita ketahui, program tayang di TV nasional mayoritas berkiblat jakartanism. Maka, lahirnya TV lokal yang mengemban program tayangan dengan visi misi mempreservasi budaya lokal sebaiknya menjadi pilihan tontonan utama warga Jawa Barat. Dalam meningkatkan akses terhadap lembaga penyiaran di Jawa Barat perlu adanya data dan informasi yang memberikan gambar mengenai keberadaan lembaga penyiaran yang memang terus mengalami peningkatan.

Keberadaan lembaga penyiaran pun perlu disampaikan kepada publik, selain sebagai bentuk pertanggungjawaban salah satu fungsi KPID Jawa Barat dalam Bidang infrastruktur kepada publik, juga untuk memenuhi hak publik untuk tahu akan eksistensi lembaga penyiaran yang ada di Jawa Barat. Dengan adanya data eksistensi lembaga penyiaran di Jawa Barat diharapkan berbagai pihak, baik pemerintah, pemerintah daerah, khususnya masyarakat Jawa Barat data ikut berkontribusi dan berpartisipasi dalam menguatkan keberadaan lembaga penyiaran di Jawa Barat sekaligus memanfaatkan potensi besar ini bagi kemaslahatan bersama. Beragam program-program literasi media yang telah dijalankan oleh KPID Jawa Barat untuk mensosialisasikan literasi media, namun masih belum dirasakan secara penuh oleh masyarakat Jawa Barat. Bahkan masih cukup banyak masyarakat Jawa Barat yang tidak memberikan perhatiannya pada konten TV lokal dan mendukung TV lokal sebagai tontonan utama bila ingin mengetahui banyak hal tentang Jawa Barat.

Selain itu adanya suatu gejala yang menunjukkan bahwa interaksi dan pola konsumsi anak dengan media menunjukkan intensitas yang cukup tinggi dan kurang terkontrol, serta melihat bahwa isi media yang dikonsumsi anak-anak tidak cukup aman bagi perkembangan psikologisnya. Banyaknya materi dewasa, gaya hidup yang ditawarkan oleh media dengan cara yang sangat persuasif, iklan yang menggoda, dan berbagai materi lain yang dipandang belum semestinya dikonsumsi oleh anak masuk dengan derasnya ke dalam kepala dan pikiran anak. Selain itu, waktu yang digunakan untuk mengakses dan mengkonsumsi media selama sekitar tujuh jam sehari, adalah sebuah pemborosan waktu yang sangat besar dan sia-sia.

Untuk merespon gejala ini, berbagai kegiatan yang dilakukan adalah berupaya untuk menekan pengaruh negatif itu sekecil mungkin dengan memberi penguatan dan tips kepada orangtua, guru, dan bahkan anak itu sendiri. Langkah ini hampir

Page 54: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201848

seluruhnya dilakukan sendiri oleh kelompok masyarakat yang sadar mengenai ancaman media dalam konteks untuk melindungi diri mereka sendiri dari pengaruh negatif media massa. Persoalan ini menjadi makin relevan sesudah dimulainya era reformasi tahun 1998 di mana media merasa memiliki kebebasan yang besar dan oleh karena itu berhak menggunakan sarana yang mereka miliki untuk mendapatkan keuntungan finansial sebesar-besarnya.

Di sisi yang lain, terdapat kelompok yang lebih menitikberatkan sikap kritis individu terhadap isi media yang mereka anggap melanggar kode etik atau peraturan yang lain. Literasi media lebih berkaitan dengan fungsi pengawasan oleh masyarakat terhadap media. Misalnya, seperti yang dikemukakan oleh seorang pengamat media: Di dalam ”melek-media,” khalayak aktif tidak sekadar sebagai pemerhati atau pengamat tetapi aktif melakukan sesuatu jika media massa telah melakukan penyimpangan. Penyimpangan ini bisa mengenai informasinya yang salah, kurang tepat, tidak seimbang, dan semacamnya. Jika itu yang terjadi maka khalayak dapat melakukan protes.

Dari pihak media, terutama lembaga penyiaran televisi, ada slogan yang sering dipergunakan yakni “Dampingi Anak Anda Menonton TV”. Di lain pihak, orangtua pada umumnya memiliki sikap tidak berdaya melawan derasnya tayangan televisi dan pola menonton pada anak yang tidak sehat tersebut. Mereka lebih mengharapkan agar lembaga penyiaran televisi mau memperbaiki isi tayangannya, dan mengharapkan agar pemerintah dapat mengatur lembaga penyiaran agar dapat menampilkan wajah yang lebih ramah bagi keluarga. Sikap dan harapan ini secara meluas banyak ditemukan di berbagai wilayah dengan berbagai tingkat status sosial dan ekonomi

Maka program literasi media harus dimodifikasi pada program-progrm literasi media yang telah dijalankan. Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.

Maka akan adanya khalayak yang pasif terhadap isi media, dan khalayak yang aktif dalam mengkritisi isi media. Khalayak yang kedua sebagai khalayak yang “melek media”. Maka dalm hal ini pentingnya hak jawab dan hak koreksi terhadap media apabila khalayak merasa dirugikan dengan pemberitaan media. Orang-orang yang bergerak di bidang media watch adalah khalayak aktif dengan tingkat literasi yang tinggi. Mereka menerbitkan hasil pantauannya di dalam medianya yang sengaja dibuat untuk itu. Cukup banyak orang yang mengikuti media hasil media watch tersebut dan mengritisinya. Mereka ini termasuk khalayak super aktif.

Literasi media mencakup tiga bidang, yaitu memiliki akses ke media, memahami media dan menciptakan serta mengekspresikan diri untuk menggunakan media. Akses meliputi menggunakan serta kebiasaan media, artinya kemampuan menggunakan fungsi dan kompetensi navigasi, serta kompetensi mengendalikan media, dan lain sebagainya.

Page 55: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 49

Pemahaman artinya memiliki kemampuan untuk memahami atau menafsirkan serta memperoleh perspektif isi media serta sikap kritis terhadapnya. Sedangkan menciptakan mencakup berinteraksi dengan media (misalnya berbicara di radio, ikut serta dalam diskusi di internet, dan lain-lain), juga menghasilkan isi media. Bagi seseorang yang memiliki pengalaman mengisi berbagai media massa membuat seseorang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang dan pendekatan kritis terhadap isi media.

Literasi media yang dimiliki seseorang dapat diukur dengan menggunakan model ataupun modul. Untuk mengukur tingkat literasi media masyarakat di wilayah perbatasan terhadap pemanfaatan telepon selular, internet, radio, dan televisi akan digunakan konsep literasi media dari National Association for Media Literacy Education, yaitu kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan pesan dalam berbagai bentuknya (Hobbs, 1999). Dalam penelitian ini digunakan salah satu prinsip inti saja, yaitu pemanfaatan media untuk mendasari kerangka konseptual literasi media.

Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Maka mengacu dari latar belakang tersebut, sehingga dianggap perlu untuk melakukan penelitian tentang “Tingkat Literasi Media Pelajar dan Mahasiswa Terhadap Akses, Jenis dan Penilaian Program Siaran Televisi dan Radio di Jawa Barat”. Sehingga rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Seberapa besar tingkat Literasi Media Pelajar dan Mahasiswa Terhadap Akses, Jenis dan Penilaian Program Siaran Televisi dan Radio di Jawa Barat?”.

Rumusan pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Seberapa besar tingkat akses media yang digunakan pelajar dan mahasiswa terhadap

program siaran televisi dan radio di Jawa Barat?2. Seberapa besar jenis media yang dikonsumsi pelajar dan mahasiswa terhadap

program siaran televisi dan radio di Jawa Barat?3. Seberapa besar penilaian kualitas media menurut pelajar dan mahasiswa terhadap

program siaran televisi dan radio di Jawa Barat?

Landasan Konsep

1. Komunikasi MassaPengertian komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan

saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumblah banyak, terpencar, sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Selain itu pesan yang disampaikan cenderung terbuka dan mencapai khalayak dengan serentak. Menurut Charles R. Wright menyatakan komunikasi massa berfungsi untuk kegiatan penyelidikan (surveillance), kegiatan mengkorelasikan, yaitu menghubungkan

Page 56: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201850

satu kejadian dengan fakta yang lain dan menarik kesimpulan, selain itu juga berfungsi sebagai sarana hiburan. Sehingga definisi Komunikasi massa adalah suatu proses dimana media menyebarkan pesan ke publik secara luas dan pada sisi lain diartikan sebagai bentuk komunikasi yang ditujukan pada sejumblah khalayak yang tersebar, heterogen, anonim, melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Ciri-ciri dan karakteristik komunikasi massa meliputi sifat dan unsur yang tercakup didalamnya (Suprapto, 2006: 13). Adapun karakteristik komunikasi massa adalah:1. Sifat komunikan, yaitu komunikasi massa yang ditujukan kepada khalayak yang

jumblahnya relatif besar, heterogen, dan anonim. Jumlah besar yang dimaksudkan hanya dalam periode waktu yang singkat saja dan tidak dapat diukur, beberapa total jumblahnya. Bersifat heterogen berarti khalayak bersifat berasal dari latar belakang dan pendidikan, usia, suku, agama, pekerjaan,. Sehingga faktor yang menyatukan khalayak yang heterogen ini adalah minat dan kepentingan yang sama. Anonim berarti bahwa komunikator tidak mengenal siapa khalayaknya, apa pekerjaannya, berapa usianya, dan lain sebagainya.

2. Sifat media massa, yaitu serempak dan cepat. Serempak (Simultanety) berarti bahwa keserempakan kontak antara komunikator dengan komunikan yang demikian besar jumblahnya. Pada saat yang sama, media massa dapat membuat khalayak secara serempak dapat menaruh perhatian kepada pesan yang disampaikan oleh komunikator. Selain itu sifat dari media massa adalah cepat (rapid), yang berarti memungkinkan pesan yang disampaikan pada banyak orang dalam waktu yang cepat.

3. Sifat pesan, pesan yang disampaikan melalui media massa adalah bersifat umum (Publik). Media massa adalah sarana untuk menyampaikan pesan kepada khalayak, bukan untuk kelompok orang tertentu. Karena pesan komunikasi melalui media massa sifatnya umum, maka lingkungannya menjadi universal tentang segala hal, dan dari berbagai tempat di seluruh dunia. Sifat lain dari pesan melalui media massa adalah sejenak (Transient), yaitu hanya untuk sajian seketika saja.

4. Sifat komunikator, karena media massa merupakan lembaga organisasi, maka komunikator dalam komunikasi massa, seperti wartawan, utradara, penyiar, pembawa acara, adalah komunikator yang terlembagakan. Media massa merupakan organisasi yang rumit, pesan-pesan yang disampaikan kepada khalayak adalah hasil kerja kolektif, oleh sebap itu, berhasil tidaknya komunikasi massa ditentukan oleh berbagai faktor yang terdapat dalam orginisasi massa.

Sifat atau efek yang ditimbulkan pada komunikan tergantung pada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh para komunikator. Apakah tujuannya agar komunikan hanya sekedar tahu saja, atau komunikan berubah siap dan pandangannya, atau

Page 57: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 51

komunikan dapat berubah tingkah lakunya, bahkan komunikan hanya mengkonsumsi berita sesuai dengan kebutuhan yang ingin mereka dapatkan dari media, misalnya informasi tentang tempat liburan di akhir pekan, tempat olahraga yang tepat untuk menyegarkan tubuh, serta berbagai informasi kuliner yang dapat memanjakan lidah, atau infomasi pasar tentang perkembangan berbagai harga untuk komoditi atau barang tertentu.

Menurut Cangara, komunikasi tidak hanya diartikan sabagai pertukaran berita atau pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran data, fakta, dan ide (Winardono, 2006: 57). Komunikasi massa dapat berfungsi untuk:1. Informasi, yaitu kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta, opini,

pesan, komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang2. Sosialisasi, yakni menyediakan dan mmengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana

orang bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif.

3. Motivasi, mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dengar, melalui media massa.

4. Bahan diskusi, yaitu menyediakan informasi untuk mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak.

5. Pendidikan, yaitu dengan menyajkan informasi yang mengandung nilai edukasi, sehingga membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara informal.

6. Memajukan kebudayaan, media massa menyebarluaskan hasil-hasil kebudayaan melalui pertukaran siaran radio, televisi, atau media cetak. pertukaran ini memungkinkan penigkatan daya kreativitas guna memajukan kebudayaan nasional masing-masing negara, serta memperkuat kerjasama masing-masing negara.

7. Hiburan, media massa adalah sarana yang banyak menyita waktu luang semua golongan usia, dengan difungsikannya sebagai alat hiburan dalam rumah tangga. Sifat estetikanya dituangkan dalam bentuk lagu, lirik, bunyi, gambar, dan bahasa, membawa orang pada situasi menikmati hiburan seperti halnya hiburan lain.

8. Integrasi, yaitu banyaknya negara-negara didunia dewasa ini diguncang oleh kepentingan-kepentingan tertentu, karena perbedaan etnis dan ras. Komunikasi sepert satelit dapat digunakan untuk menghubungkan perbedn-perbedaan itu dalam memupuk dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Menurut Robert K, Avery menyatakan bahwa media massa memiliki fungsi sebagai berikut:1. The surveilance of environment, yaitu media massa berfungsi sebagai pengamatan

tehadap lingkungan, penyingkap ancaman, dan kesempatan untuk mempengaruhi nilai masyarakat, serta sebagai sebagain unsur didalamnya.

2. The correllation of the part of society in responden to the environment, yaitu fungsi media massa untuk mengadakan koralasi antara informasi data yang diperoleh dengan

Page 58: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201852

kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interprestasi.

3. The transmission tha social heritage from one generation to the next generation, yaitu media massa berperan untuk memindahkan nilai-nilai budaya dan warisan dari satu generasi ke generasi lainnya.

2. Televisi dan Radio Televisi dan radio adalah media massa yang masih dianggap paling kredibel

dalam kebenaran beritanya untuk mempengaruhi khalayak masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh De Fleur dan Ball Rokeach (1975) memiliki tiga kerangka teoritis yang berkaitan dengan penggunaan media dan efek media terhadap khalayak, yaitu persepktif perbedaan individu yang akan menimbulkan efek yang bervariasi serta perspektif kategori sosial yaitu efek terhadap kategori sosial tertentu seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan sebagainya. Fungsi-fungsi televisi menurut Hoffman (1999) adalah:1. Fungsi informasi dimana fungsi sebenarnya televisi adalah mengamati kejadian dalam

masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditentukan. Informasi-informasi diberitakan dengan kebutuhan manusia seperti informasi cuaca, finansial, ataupun produkFungsi keterhubungan yang menghubungkan hasil pengawadan sati dengan hasil pengawasan lainnya

2. Fungsi menyalurkan serta mengembangkan kebudayaan dan pendidikan3. Fungsi hiburan dianggap sebagai kebutuhan manusia4. Fungsi pengawas, pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat

jika terjadi wabah penyakit di suatu daerah masyarakat dapat mengetahui berita tentang informasi tersebut.

Sama halnya dengan media massa lainnya, radio juga pada dasarnya mempunyai fungsi. Seperti yang diungkapakan oleh McQuail (2012), bahwa radio siaran mempunyai 4 fungsi sebagai berikut:1. Fungsi penerangan2. Fungsi pendidikan3. Fungsi hiburan4. Sarana propaganda

Seperti yang telah diketahui, radio siaran yang bersifat audial, yang hanya dapat digunakan dengan cara didengarkan,tapi bukan berarti radio siaran tidak sanggup menjalankan fungsinya sebagai media penerangan. Radio dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang amat memuaskan walau hanya dilengkapi dengan unsur audio. Radio siaran dapat menjalankannya dalam bentuk siaran berita, wawancara, editorial udara, reportase langsung, talk show dan lain-lain.

Page 59: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 53

Sebagai media pendidikan, radio siaran merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan khalayak secara meluas dan serempak. Sebagian alokasi waktu siaran juga diisi oleh acara-acara hiburan bisa berupa musik maupun drama radio. Radio siaran juga merupakan sarana propaganda, bisa terlihat dengan banyaknya pemasang iklan yang memilih radio siaran sebagai sarana pemasangan iklannya.

Penyampaian pesan melalui radio siaran, berbeda dengan penyampaian pesan melalui media massa lainnya. Komunikator yang menyampaikan pesan kepada komunikan melalui radio siaran harus dapat mengkombinasikan unsur-unsur penting dalam meningkatkan efektivitas pada siaran radio, yaitu sound effect, musik, dan kata-kata sehingga dapat diterima dengan baik oleh komunikan yang bersifat heterogen aktif, dan selektif, agar komunikasi yang dilakukan oleh komunikator berjalan efektif dan efisien.

3. Program Siaran Televisi Morrisan (2008) mengatakan jenis program televisi dapat dikelompokkan menjadi

dua bagain besar berdasarkan jenisnya yaitu program informasi (berita) dan program hiburan. Program informasi kemudian dibagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan, sedangkan berita lunak (soft news) merupakan kombinasi dari fakta, gossip dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan, dan pertunjukkan. Selain pembagian jenis program televisi tersebut, terdap pembagian berdasarkan sifat factual/fiktif. Program factual meliputi program berita, documenter, dan reality show. Program yang bersifat fiktif berupa program drama/komedi.

Televisi sebagai salah satu media massa menyajikan acara-acara yang dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:1. Pendidikan, program acara yang berisi usaha pengembangan manusia yang ditandai

dnegan bertambahnya pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan perilaku perorangan/kelompok dimana orang itu berada

2. Informasi, program acara yang berupa pendapat, kritik atau saran yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada khayalak, sehingga khalayak dapat mengambil keputusan atau bertindak selaras dnegan acara kondisi/situasi tersebut

3. Hiburan, program acara yang bersifat menghubur kepada khalayak berupa film, sinetron, kuis, drama, sajian musik

Terdapat empat kategori tanyan televisi menurut Jahja dan Irvan (2006) yaitu drama, non drama, informasi dan iklan. 1. Jenis drama adalah film dan sinteron2. Jenis non drama meliputi acara-acara variety show, reality show, kuis, music, dan

bentuk hiburan lain selain drama3. Kategori informasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu Public Service Announcement,

Page 60: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201854

infotainment, dan pendidikan masyarakat. Jenis PSA meliputi film documenter, berita, siaran olah raga dan tayangan informasi umum

4. Kategori yang terakhir, iklan, meliputi dua jenis yaitu iklan layanan masyarakat dan iklan komersial

4. Karakteristik MasyarakatMenurut Silitong (2009) ada tiga sub kelompok dasar khalayak yaitu: the illiterate,

the pragmatis dan the intellectual. The illiterate merupakan kelompok khalayak yang lebih tertarik pada media audio visual dengan orientasi pesan superficial dan full action program, mereka kurang berorientasi pada ide. The pragmatis mencakup khalayak yang senang melibatkan diri pada nsyarakat, memiliki mobilitasi cukup tinggi, berpendidikan menengah atas dan berpendapat cukup dan bergaya hidup modern. The intellectual merupakan segmen terkecil dari khalayal massa.

Burton (2008) menguraikan karaktersitik khalayak yaitu: 1. Khalayak yang didefinisikan menurut program tayangan yang mereka konsumsi2. Khalayak spesifik untuk suatu tipe produk tertentu seperi genre musik dan lain-lain3. Khalayak yang dispesifikkan menurup profil mereka berdasarkan faktor usia, jenis

kelamin, tingkat pendapatan dan gaya hidup

5. Literasi MediaSecara sederhana, literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca

dan menulis. Kita mengenalnya dengan melek aksara atau keberaksaraan. Namun sekarang ini literasi memiliki arti luas, sehingga keberaksaraan bukan lagi bermakna tunggal melainkan mengandung beragam arti (multi literacies). Ada bermacammacam keberaksaraan atau literasi, misalnya literasi komputer (computer literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology literacy), literasi ekonomi (economy literacy), literasi informasi (information literacy), bahkan ada literasi moral (moral literacy). Seorang dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut.

Literasi media merupakan upaya pembelajaran bagi khalayak media sehingga menjadi khalayak yang berdaya hidup di tengah dunia yang sesak dengan media. Mengacu pada pandangan para pakar literasi media yakni memiliki kompetensi dalam mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan isi pesan media massa. Defenisi ini juga sama seperti yang ditetapkan dalam National Leadership Conference on Media Education yaitu kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan pesan dalam berbagai bentuknya (Hobbs, 1999). Lebih daripada itu adalah mampu mengenali dan mengerti informasi secara komprehensif untuk mewujudkan cara berpikir kritis, seperti tanya jawab, menganalisa, dan mengevaluasi informasi itu.

Kemampuan literasi media dapat diukur dengan menggunakan Individual

Page 61: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 55

Competence Framework dalam Final Report Study on Assessment Criteria for Media Literacy Levels tahun 2009 yang dilaksanakan oleh European Commision. Sebelumnya framework tersebut digunakan untuk mengukur tingkat literasi media pada masyarakat di negara-negara Uni Eropa.

6. Kerangka Konsep Literasi MediaLiterasi Menurut National

Association for Media Literacy Education

Keterangan Media Indikator

Mengakses Pemahaman dan pengetahuan menggunakan dan mengakses media

TelevisiRadio

1. Akses media yang digunakan

2. Tujuan penggunaan3. Penilaian penggunaan

Metodologi Penelitian

1. Lokasi PenelitianBerdasarkan tujuan yang ingin dicapai penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan

tingkat literasi media masyarakat di empat wilayah karesidenan provinsi Jawa Barat. Maka dipilih empat lokasi penelitian yaitu:1. Wilayah Jawa Barat Sebelah Utara : Subang2. Wilayah Jawa Barat Sebelah Utara : Purwakarta3. Wilayah Jawa Barat Sebelah Timur : Sumedang4. Wilayah Jawa Barat Sebelah Barat : Bandung

2. Metode PenelitianPenelitian menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif

yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan suatu fenomena yang hasilnya dapat digeneralisasikan (Kriyantono, 2006). Metode survei dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara sistematik masalah penelitian ini berdasarkan data yang dihimpun melalui kuesioner yang diajukan kepada responden yang menjadi sampel dengan cara wawancara tatap muka. Maka penelitian ini adalah secara metode deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat literasi media lokal remaja di Jawa Barat berdasarkan kuesioner yang akan disebar kedalam empat wilayah karesidenan provinsi Jawa Barat.

3. Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah remaja yang termasuk kedalam kalangan

pelajar dan mahasiswa yang memiliki karakteristik sebagai khalayak yang pasif dan aktif dalam menggunakan media televisi dan radio di empat wilayah karesidenan Jawa Barat.

Page 62: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201856

Tabel 1. Populasi Wilayah Karesidenan Provinsi Jawa BaratNomor Wilayah Karesidenan Responden Remaja Jumlah Populasi

1 Bandung 15-19 tahun 50 orang2 Sumedang 15-19 tahun 50 orang3 Subang 15-19 tahun 50 orang4 Purwakarta 15-19 tahun 50 orang

Total 200 orangGuna menghasilkan sampel yang dapat merepresentasikan populasi di seluruh

lokasi penelitian, maka teknik pengambilan sampel memakai sampling jenuh atau sensus. Dimana sensus merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Disebabkan dalam penelitian untuk jumlah populasi sedikit (terbatas) sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan sampel, sehingga penulis mengambil jumlah sampel sama dengan jumlah populasi atau disebut sensus sebanyay 200 informan di empat wilayah karesidenan Provinsi Jawa Barat.

4. Teknik Pengumpulan DataKuesioner

Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila penulis tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Penulis merangkum pernyataan Sugiyono dalam mengungkapkan beberapa prinsip penulisan angket yaitu sebagai berikut: 1. Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut

merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.

2. Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.

3. Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa terbuka atau tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak terstruktur), dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.

4. Pertanyaan tidak mendua5. Tidak menanyakan yang sudah lupa6. Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring pada

jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.7. Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang,

sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi.8. Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum

menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit.

Page 63: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 57

Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang bersifat umum dan jumlah respondennya sedikitl.

Pernyataan Sutrisno Hadi dirangkum oleh penulis yang mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut:1. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat

dipercaya.3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti

kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si peneliti.3. Focus Group Discussion

Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat (Focus Group Discussion), yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh seorang peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan diperoleh hasil pemaknaan yang lebih objektif.

Teknik Analisis DataDalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data

dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Penelitian ini teknik alasisis data secara statistik yaitu statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaiamana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil smapelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya. Tetapi bila penelitian dilakukan pada sampel, maka analisisnya dapat menggunakan statistik despkriptif maupun inferensial. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel dambil. Mengenai data dengan statistik deskriptif peneliti perlu memperhatikan terlebih dahulu jenis datanya. Jika peneliti mempunyai data diskrit, penyajian data yang dapat dilakukan adalah mencari frekuensi mutlak, frekuensi relatif (mencari persentase), serta mencari ukuran tendensi sentralnya yaitu: mode, median dan mean.

Page 64: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201858

Sesuai dengan namanya, deskriptif hanya akan mendeskripsikan keadaan suatu gejala yang telah direkam melalui alat ukur kemudian diolah sesuai dengan fungsinya. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-angka sehingga memberikan suatu kesan lebih mudah ditangkap maknanya oleh siapapun yang membutuhkan informasi tentang keberadaan gejala tersebut

Fungsi statistik deskriptif antara lain mengklasifikasikan suatu data variabel berdasarkan kelompoknya masing-masing dari semula belum teratur dan mudah diinterpretasikan maksudnya oleh orang yang membutuhkan informasi tentang keadaan variabel tersebut. Selain itu statistik deskriptif juga berfungsi menyajikan informasi sedemikian rupa, sehingga data yang dihasilkan dari penelitian dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang membutuhkan.

Analisis statistik deskriptif dapat dibedakan menjadi: (1) analisis potret data (frekuensi dan presentasi), (2) analisis kecenderungan sentral data (nilai rata-rata, median, dan modus) serta (3) analisis variasi nilai (kisaran dan simpangan baku atau varian)

Hasil Penelitian

Program pendidikan tentang literasi media di berbagai negara sebetulnya telah banyak dilakukan seperti di Negara Brazil, India, Rusia, Amerika Serikat dan Finlandia. Namun permasalahan literasi media menjadi semakin krusial (dalam Koran Pikiran Rakyat tanggal 8 Februari 2017) dipercingkan setelah kemunculam media baru. Pemicunya adalah kian maraknya pemberitaan mengenai hoax atau informasi bohong. Deklarasi UNESCO di Brisbane Australia pada tanggal 3 Mei 2010 lalu menggagas mengenai “Media untuk semua” sampai ke pedesaan. Program desa media bertujuan untuk menjembatani kepentingan masyaraka hingga ke perdesaan dengan masyarat pers nasional, sejak dari perusahaan pers, organisasi profesi wartawan hingga dewan pers.

Peran media Televisi dan Radio sebagai salah satu pilar demokrasi memiliki posisi penting untuk dapat menjadi media paling netral dan objektif untuk mencerdaskan masyakat luas. Kondisi seperti itu memerlikan gerakan literasi media untuk meningkatkan kesadaran melek media guna menkritiskan masyarakat.

KPID Jawa Barat seusai dengan tupoksinya kemudian melahirkan strategi-strategi literasi media yang terus diperbaharui mengikuti tren teknologi media saat ini. Namun, tujuan utama strategi literasi media ini tetap terfokus pada perwujudan lembaga penyiaran lokal yang sehat. Lembaga penyiaran adalah media yang berperan penting untuk melaksanakan fungsinya sebagai pilar demokrasi, sumber informasi, edukasi, hiburan, kontrol sosial dan perekat sosial. Demokrasi yang dimaksud (dalam Astuti, 2015) adalah pers yang dalam mewujudkan kebebasan berekspresi melingkupi

Page 65: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 59

kemerdekaan pers yang menjunjung kepentingan bangsa, tanggungjawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama.

Penelitian ini menyasar pada para generasi millennial yang berada di Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan penyebaran kuesioner melibatkan 200 responden yang diambil secara random sampling. Waktu penelitian dilakukan selama tiga bulan (bulan Juni, Juli dan Agustus 2018).

1. Survey Remaja Kabupaten BandungSurvey di Kabupaten Bandung, berlangsung di bulan Juni 2018 dengan

menyebarkan kuesioner kepada 50 orang remaja berusia 15-19 tahun. Mereka dipersilakan untuk mengisi 3 sub poin utama, yaitu Akses Remaja terhadap media TV dan Radio, Jenis Program yang Disukai Remaja di Media TV dan Radio, serta Penilaian Remaja terhadap Jenis Program yang ditayangkan Media TV dan Radio.

Akses Program SiaranTingkat pengetahuan

remaja Kabupaten Bandung tentang KPID Jawa Barat sebesar 30%, sedangkan remaja Kabupaten Bandung yang tidak mengetahui keberadaan KPID Jawa Barat sebesar 70%. Prosentase remaja Kabupaten Bandung yang mengetahui tugas,

pokok dan fungsi dari KPID Jawa Barat lebih kecil dibandingkan remaja Kabupaten Bandung yang mengetahui fungsi lembaga KPID Jawa Barat sebagai lembaga yang diamanatkan undang-undang untuk mengawasi isi siaran yang disiarkan oleh lembaga penyiaran TV dan radio.

Remaja Kabupaten Bandung menghabiskan waktu senggang menonton TV nasional sebanyak 70%. Sedangkan remaja Kabupaten Bandung yang terkadang menghabiskan waktu senggang menonton TV nasional sebesar 25%. Remaja Kabupaten Bandung yang sama sekali tidak menghabiskan waktu senggang menonton TV nasional sebanyak 5%.

Page 66: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201860

Remaja Kabupaten Bandung yang masih menonton TV lokal sebanyak 20%. Sedangkan remaja Kabupaten Bandung yang terkadang menonton TV lokal sebesar 2%. Remaja Kabupaten Bandung yang sama sekali tidak menonton TV lokal sebanyak 78%.

Remaja Kabupaten Bandung yang menggunakan media internet untuk menonton TV sebanyak 50%. Sedangkan remaja Kabupaten Bandung yang terkadang menggunakan antena untuk menonton TV di rumah sebesar 35%.

Remaja Kabupaten Bandung yang menggunakan media internet dan antena untuk menonton TV sebanyak 15%.

Remaja Kabupaten Bandung yang mengetahui jenis pelanggaran konten tayangan di TV dan Radio sebanyak 35%. Sedangkan remaja Kabupaten Bandung yang tidak mengetahui jenis pelanggaran konten tayangan di TV dan Radio sebesar 65%.

Jumlah prosentase remaja Kabupaten Bandung yang pernah melaporkan pelanggaran konten siaran ke KPID Jawa Barat melalui media sosial sebanyak 98%. Sedangkan prosentase remaja Kabupaten Bandung yang belum pernah sekali

melaporkan pelanggaran konten siaran ke KPID Jawa Barat sebanyak 98%.

Page 67: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 61

Remaja Kabupaten Bandung menghabiskan waktu senggang mendengarkan radio sebanyak 10%. Sedangkan remaja Kabupaten Bandung yang terkadang menghabiskan waktu senggang mendengarkan radio sebesar 38%. Remaja Kabupaten

Bandung yang sama sekali tidak menghabiskan waktu senggang mendengarkan radio sebanyak 52%.

Jumlah prosentase remaja Kabupaten Bandung yang mencari informasi-informasi hiburan melalui siaran radio sebanyak 20%. Sedangkan remaja Kabupaten Bandung yang tidak mencari informasi hiburan melalui siaran radio sebanyak 38%. Remaja Kabupaten Bandung yang kadang-kadang mencari informasi-informasi hiburan melalui siaran radio sebanyak 42%.

Jumlah prosentase remaja Kabupaten Bandung yang menyukai berita lunak dibandingkan berita keras sebanyak 50%. Sedangkan remaja Kabupaten Bandung yang menyukai berita keras dibandingkan berita lunak sebanyak 10%. Remaja Kabupaten Bandung yang

menyukai baik berita lunak ataupun berita keras tergantung hot news (berita yang menjadi perbicangan utama) sebesar 40%.

Remaja Kabupaten Bandung mendengarkan radio melalui media internet

Page 68: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201862

atau podcastsebesar 30%. Sedangkan 10% remaja Kabupaten Bandung mendengarkan media radio di kamar mereka. Sebanyak 60% remaja Kabupaten Bandung mendengarkan media radio di mobil.

Remaja Kabupaten Bandung yang menilai keefektifan singkatan R, BO, D dan SU (Remaja, Bimbingan Orangtua, Dewasa dan Semua Umur) sudah baik sebanyak 58%. Sedangkan remaja kabupaten Bandung yang menilai tidak efektif sebanyak 42%.

kses remaja Kabupaten Bandung yang menilai kemudahan menjangkau TV Lokal dan Radio Lokal di daerah Kabupaten Bandung mudah untuk dijangkau sebanyak 80%. Sedangkan 20% remaja Kabupaten Bandung menilai sulit untuk menangkap siaran saluran TV Lokal dan Radio Lokal.

Jenis Program Siaran (Literasi Media)

Page 69: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 63

Jenis program siaran TV yang diminati remaja Kabupaten Bandung dimulai dari survey tertitinggi yaitu program Film sebanyak 82%, disusul program Berita 80%, program Musik 48%, program Talkshow 47%, program Sinetron 42%, program Kuis 32%, program Infotainment 27%, program Reality Show 19% dan program Dakwah 7%.

Jenis program siaran Radio yang diminati remaja Kabupaten Bandung dimulai dari survey tertitinggi yaitu program siaran Horror dan program siaran Travelling memiliki prosentase minat yang sama sebanyak 42%. Begitu juga prosentase minta mendengarkan siaran radio tentang program Sejarah dan Gaya Hidup memiliki kesaaam sebesar 35%. Disusul program Percintaan 27%, program Hobby 20%, dan program Budaya sebesar 17%.

Page 70: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201864

Remaja Kabupaten Bandung menilai program siaran TV yang paling memberikan manfaat sebagai fungsi TV (to inform, to entertain, to educate, sosial control) adalah Program Berita 92%. Posisi kedua penilaian remaja Kabupaten Bandung menilai program siaran TV yang memberi manfaat adalah Program Dakwah 90%, disusul Program Talkshow 82%, Program Musik 75%, Program Quiz 70%, Program Infotaiment 62%, dan Program Sinetron 45%.

Remaja Kabupaten Bandung yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak pada perubahan pola pikir remaja sebanyak 87%, sedangkan 13% lainnya menyatakan tidak memberi dampak perubahan pada pola pikir mereka. Remaja Kabupaten Bandung yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak pada perubahan pola sikap remaja sebanyak 60%, sedangkan 40% lainnya menyatakan tidak memberi dampak perubahan pada pola sikap mereka. Remaja Kabupaten Bandung yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak pada peningkatan wawasan pengetahuan remaja sebanyak 35%, sedangkan 65% lainnya menyatakan tidak memberikan dampak perubahan pada peningkatan wawasan pengetahuan mereka. Remaja Kabupaten Bandung yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio merupakan sarana hiburan individu dan keluarga sebanyak 80%, sedangkan 20% lainnya menyatakan TV bukan lagi sarana hiburan individu dan keluarga. Remaja Kabupaten Bandung yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak membentuk budaya konsumerisme remaja sebanyak 70%, sedangkan 30% lainnya menyatakan tidak membentuk budaya konsumerisma apapun pada mereka.

Page 71: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 65

2. Survey Remaja Kabupaten SumedangSurvey di Kabupaten Sumedang, berlangsung di bulan Juni 2018 dengan

menyebarkan kuesioner kepada 50 orang remaja berusia 15-19 tahun. Mereka dipersilakan untuk mengisi 3 sub poin utama, yaitu Akses Remaja terhadap media TV dan Radio, Jenis Program yang Disukai Remaja di Media TV dan Radio, serta Penilaian Remaja terhadap Jenis Program yang ditayangkan Media TV dan Radio.

Akses Program SiaranTingkat pengetahuan

remaja Kabupaten Sumedang tentang KPID Jawa Barat sebesar 40%, sedangkan remaja Kabupaten Sumedang yang tidak mengetahui keberadaan KPID Jawa Barat sebesar 60%. Prosentase remaja Kabupaten Sumedang yang mengetahui

tugas, pokok dan fungsi dari KPID Jawa Barat lebih kecil dibandingkan remaja Kabupaten Sumedang yang mengetahui fungsi lembaga KPID Jawa Barat sebagai lembaga yang diamanatkan undang-undang untuk mengawasi isi siaran yang disiarkan oleh lembaga penyiaran TV dan radio.

Remaja Kabupaten Sumedang menghabiskan waktu senggang menonton TV nasional sebanyak 28%. Sedangkan remaja Kabupaten Sumedang yang terkadang menghabiskan waktu senggang menonton TV nasional sebesar 77%. Remaja Kabupaten Sumedang yang sama sekali tidak menghabiskan waktu senggang menonton

TV nasional sebanyak 5%.Remaja Kabupaten

Sumedang yang masih menonton TV lokal sebanyak 37%. Sedangkan remaja Kabupaten Sumedang yang terkadang menonton TV lokal sebesar 8%. Remaja Kabupaten

Page 72: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201866

Sumedang yang sama sekali tidak menonton TV lokal sebanyak 55%.Remaja Kabupaten

Sumedang yang menggunakan media internet untuk menonton TV sebanyak 48%. Sedangkan remaja Kabupaten Sumedang yang terkadang menggunakan antena untuk menonton TV di rumah sebesar 40%. Remaja

Kabupaten Sumedang yang menggunakan media internet dan antena untuk menonton TV sebanyak 12%.

Remaja Kabupaten Sumedang yang mengetahui jenis pelanggaran konten tayangan di TV dan Radio sebanyak 47%. Sedangkan remaja Kabupaten Sumedang yang tidak mengetahui jenis pelanggaran konten tayangan di TV dan Radio sebesar 53%.

Jumlah prosentase remaja Kabupaten Sumedang yang pernah melaporkan pelanggaran konten siaran ke KPID Jawa Barat melalui media sosial sebanyak 0%. Sedangkan prosentase remaja Kabupaten Sumedang yang belum pernah sekali melaporkan pelanggaran konten siaran ke KPID Jawa Barat sebanyak 100%.

Remaja Kabupaten Sumedang menghabiskan waktu senggang mendengarkan radio sebanyak 10%. Sedangkan remaja Kabupaten Sumedang yang terkadang menghabiskan waktu senggang mendengarkan

Page 73: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 67

radio sebesar 55%. Remaja Kabupaten Sumedang yang sama sekali tidak menghabiskan waktu senggang mendengarkan radio sebanyak 35%.

Jumlah prosentase remaja Kabupaten Sumedang yang mencari informasi-informasi hiburan melalui siaran radio sebanyak 20%. Sedangkan remaja Kabupaten Sumedang yang tidak mencari informasi hiburan melalui siaran radio sebanyak 38%. Remaja Kabupaten Sumedang yang kadang-kadang mencari informasi-informasi hiburan melalui siaran radio sebanyak 42%.

Jumlah prosentase remaja Kabupaten Sumedang yang menyukai berita lunak dibandingkan berita keras sebanyak 10%. Sedangkan remaja Kabupaten Sumedang yang menyukai berita keras dibandingkan berita lunak sebanyak 50%. Remaja

Kabupaten Sumedang yang menyukai baik berita lunak ataupun berita keras tergantung hot news (berita yang menjadi perbicangan utama) sebesar 40%.

Remaja Kabupaten Sumedang mendengarkan radio melalui media internet atau podcast sebesar 30%. Sedangkan 10% remaja Kabupaten Sumedang

mendengarkan media radio di kamar mereka. Sebanyak 60% remaja Kabupaten Sumedang mendengarkan media radio di mobil.

Remaja Kabupaten Sumedang yang menilai keefektifan singkatan R, BO,

Page 74: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201868

D dan SU (Remaja, Bimbingan Orangtua, Dewasa dan Semua Umur) sudah baik sebanyak 68%. Sedangkan remaja kabupaten Sumedang yang menilai tidak efektif sebanyak 32%.

Akses remaja Kabupaten Sumedang yang menilai kemudahan menjangkau TV Lokal dan Radio Lokal di daerah Kabupaten Sumedang mudah untuk dijangkau sebanyak 80%. Sedangkan 20% remaja Kabupaten Sumedang menilai sulit untuk menangkap siaran saluran TV Lokal dan Radio Lokal.

Jenis program siaran TV yang diminati remaja Kabupaten Sumedang dimulai dari survey tertitinggi yaitu program Film sebanyak 83%, disusul program Musik 82%, program Talkshow dan program Berita 55%, program Tayangan Edukasi 37%, program Reality Show dan program Infotainment 35%, program Dakwah 27%, program Sinetron dan program Kuis 20%.

Jenis program siaran Radio yang diminati remaja Kabupaten Sumedang dimulai dari survey tertitinggi yaitu program siaran Gaya Hidup/Gossip 60%, program siaran Travelling memiliki prosentase minat sebanyak 55%. Prosentase program siaran Horror sebesar 42%. Disusul program Hobby 36%, program Percintaan 27%, program Sejarah sebesar 20% dan program Budaya 12%.

Page 75: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 69

Remaja Kabupaten Sumedang menilai program siaran TV yang paling memberikan manfaat sebagai fungsi TV (to inform, to entertain, to educate, sosial control) adalah Program Musik 100%. Posisi kedua penilaian remaja Kabupaten Sumedang menilai program siaran TV yang memberi manfaat adalah Program Dakwah dan program Quiz 92%, disusul Program Sinetron 87%, Program Berita 80%, Program Talkshow 65%,dan Program Infotaiment 40%.

Remaja Kabupaten Sumedang yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak pada sarana hiburan individu dan keluarga sebanyak 95%, sedangkan 5% lainnya menyatakan tidak menjadi sarana hiburan individu dan keluarga. Remaja Kabupaten Sumedang yang menilai setuju bahwa dampak

Page 76: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201870

program siaran TV dan Radio memberikan dampak pada peningkatan kebersamaan keluarga sebanyak 92%, sedangkan 18% lainnya menyatakan tidak memberi dampak kerekatan hubungan keluarga. Remaja Kabupaten Sumedang yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak pada peningkatan wawasan pengetahuan remaja sebanyak 90%, sedangkan 10% lainnya menyatakan tidak memberikan dampak perubahan pada peningkatan wawasan pengetahuan mereka. Remaja Kabupaten Sumedang yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak perubahan pada pola pikir sebanyak 88%, sedangkan 12% lainnya menyatakan TV tidak memberikan perubahan pola pikir. Remaja Kabupaten Sumedang yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak membentuk budaya konsumerisme remaja sebanyak 80%, sedangkan 20% lainnya menyatakan tidak membentuk budaya konsumerisma apapun pada mereka. Remaja Kabupaten Sumedang yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak perubahan pada pola sikap sebanyak 57%, sedangkan 43% lainnya menyatakan TV tidak memberikan perubahan pola sikap.

3. Survey Remaja Kabupaten SubangSurvey di Kabupaten Subang, berlangsung di bulan Juni 2018 dengan menyebarkan

kuesioner kepada 50 orang remaja berusia 15-19 tahun. Mereka dipersilakan untuk mengisi 3 sub poin utama, yaitu Akses Remaja terhadap media TV dan Radio, Jenis Program yang Disukai Remaja di Media TV dan Radio, serta Penilaian Remaja terhadap Jenis Program yang ditayangkan Media TV dan Radio.

Akses Program SiaranTingkat pengetahuan

remaja Kabupaten Subang tentang KPID Jawa Barat sebesar 12%, sedangkan remaja Kabupaten Subang yang tidak mengetahui keberadaan KPID Jawa Barat sebesar 88%. Prosentase remaja Kabupaten Subang yang mengetahui tugas, pokok dan fungsi dari KPID Jawa Barat lebih kecil dibandingkan remaja Kabupaten Subang yang mengetahui fungsi lembaga KPID Jawa Barat sebagai lembaga yang diamanatkan undang-undang untuk mengawasi isi siaran yang disiarkan oleh lembaga penyiaran TV dan radio.

Remaja Kabupaten Subang menghabiskan waktu senggang menonton TV nasional sebanyak 45%. Sedangkan remaja Kabupaten Subang yang terkadang

Page 77: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 71

menghabiskan waktu senggang menonton TV nasional sebesar 69%. Remaja Kabupaten Subang yang sama sekali tidak menghabiskan waktu senggang menonton TV nasional sebanyak 7%.

Remaja Kabupaten Subang yang masih menonton TV lokal sebanyak 10%. Sedangkan remaja Kabupaten Subang yang terkadang menonton TV lokal sebesar 0%. Remaja Kabupaten Subang yang sama sekali tidak menonton TV lokal sebanyak 90%.

Remaja Kabupaten Subang yang menggunakan media internet untuk menonton TV sebanyak 23%. Sedangkan remaja Kabupaten Subang yang terkadang menggunakan antena untuk menonton TV di rumah sebesar 69%. Remaja

Kabupaten Subang yang menggunakan media internet dan antena untuk menonton TV sebanyak 8%.

Remaja Kabupaten Subang yang mengetahui jenis pelanggaran konten tayangan di TV dan Radio sebanyak 7%. Sedangkan remaja Kabupaten Subang yang tidak mengetahui jenis pelanggaran konten tayangan di TV dan Radio sebesar 93%.

Page 78: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201872

Jumlah prosentase remaja Kabupaten Subang yang pernah melaporkan pelanggaran konten siaran ke KPID Jawa Barat melalui media sosial sebanyak 0%. Sedangkan prosentase remaja Kabupaten Subang yang belum pernah sekali

melaporkan pelanggaran konten siaran ke KPID Jawa Barat sebanyak 100%.Remaja Kabupaten

Subang menghabiskan waktu senggang mendengarkan radio sebanyak 38%. Sedangkan remaja Kabupaten Subang yang terkadang menghabiskan waktu senggang mendengarkan radio sebesar 47%. Remaja Kabupaten Subang yang sama sekali tidak menghabiskan waktu senggang mendengarkan radio sebanyak 15%.

Jumlah prosentase remaja Kabupaten Subang yang mencari informasi-informasi hiburan melalui siaran radio sebanyak 42%. Sedangkan remaja Kabupaten Subang yang tidak mencari informasi hiburan melalui siaran radio sebanyak 18%. Remaja Kabupaten Subang

yang kadang-kadang mencari informasi-informasi hiburan melalui siaran radio sebanyak 40%.

Jumlah prosentase remaja Kabupaten Subang yang menyukai berita lunak dibandingkan berita keras sebanyak 3%. Sedangkan remaja Kabupaten Subang yang menyukai berita keras dibandingkan berita lunak

Page 79: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 73

sebanyak 66%. Remaja Kabupaten Bandung Subang yang menyukai baik berita lunak ataupun berita keras tergantung hot news (berita yang menjadi perbicangan utama) sebesar 31%.

Remaja Kabupaten Subang mendengarkan radio melalui media internet atau podcast sebesar 70%. Sedangkan 20% remaja Kabupaten Subang mendengarkan media radio di kamar mereka. Sebanyak 10% remaja Kabupaten Subang mendengarkan media radio di mobil.

Remaja Kabupaten Subang yang menilai keefektifan singkatan R, BO, D dan SU (Remaja, Bimbingan Orangtua, Dewasa dan Semua Umur) sudah baik sebanyak 42%. Sedangkan remaja kabupaten Subang yang menilai tidak efektif sebnyak 58%.

Akses remaja Kabupaten Subang yang menilai kemudahan menjangkau TV Lokal dan Radio Lokal di daerah Kabupaten Subang mudah untuk dijangkau sebanyak 10%. Sedangkan 90% remaja Kabupaten Subang menilai

sulit untuk menangkap siaran saluran TV Lokal dan Radio Lokal.

Jenis program siaran TV yang diminati remaja Kabupaten Subang dimulai dari survey tertinggi yaitu program Film dan program Musik sebanyak 90%, disusul program Sinetron 69%, program Kuis 55%, program Reality Show 54%, program Talkshow 50%, program Berita 42%, program Dakwah 37%, program Tayangan Edukasi 30% dan program Infotainment 12%.

Page 80: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201874

Jenis program siaran Radio yang diminati remaja Kabupaten Subang dimulai dari survey tertinggi yaitu program siaran Gaya Hidup sebesar 70%. Disusul program Horror sebesar 68%, program Percintaan sebesar 50%, program Hobby 36%, program Sejarah 32%, program Travelling sebesar 25% dan program Budaya sebesar 17%.

Remaja Kabupaten Subang menilai program siaran TV yang paling memberikan manfaat sebagai fungsi TV (to inform, to entertain, to educate, sosial control) adalah Program Musik sebesar 98%. Posisi kedua penilaian remaja Kabupaten Subang menilai program siaran TV yang memberi manfaat adalah Program Sinetron sebesar 80%, disusul Program Infotainment 75%, Program Quiz 71%, Program Talkshow 68%, serta Program Dakwah dan Program Berita 40%.

Page 81: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 75

Remaja Kabupaten Subang yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak pada perubahan pola pikir remaja sebanyak 60%, sedangkan 40% lainnya menyatakan tidak memberi dampak perubahan pada pola pikir mereka. Remaja Kabupaten Subang yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak pada perubahan pola sikap remaja sebanyak 68%, sedangkan 32% lainnya menyatakan tidak memberi dampak perubahan pada pola sikap mereka. Remaja Kabupaten Subang yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak pada peningkatan wawasan pengetahuan remaja sebanyak 65%, sedangkan 35% lainnya menyatakan tidak memberikan dampak perubahan pada peningkatan wawasan pengetahuan mereka. Remaja Kabupaten

Page 82: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201876

Subang yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio merupakan sarana hiburan individu dan keluarga sebanyak 97%, sedangkan 3% lainnya menyatakan TV bukan lagi sarana hiburan individu dan keluarga. Remaja Kabupaten Subang yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak membentuk budaya konsumerisme remaja sebanyak 80%, sedangkan 20% lainnya menyatakan tidak membentuk budaya konsumerisma apapun pada mereka.

4. Survey Remaja Kabupaten PurwakartaSurvey di Kabupaten Purwakarta berlangsung di bulan Juli 2018 dengan

menyebarkan kuesioner kepada 50 orang remaja berusia 15-19 tahun. Mereka dipersilakan untuk mengisi 3 sub poin utama, yaitu Akses Remaja terhadap media TV dan Radio, Jenis Program yang Disukai Remaja di Media TV dan Radio, serta Penilaian Remaja terhadap Jenis Program yang Ditayangkan Media TV dan Radio.

Akses Program Siaran

Tingkat pengetahuan remaja Kabupaten Purwakarta tentang KPID Jawa Barat sebesar 10%, sedangkan remaja Kabupaten Purwakarta yang tidak mengetahui keberadaan KPID Jawa Barat sebesar 90%. Prosentase remaja Kabupaten Purwakarta yang mengetahui tugas, pokok dan fungsi dari KPID Jawa Barat lebih kecil dibandingkan remaja Kabupaten Purwakarta yang mengetahui fungsi lembaga KPID Jawa Barat sebagai lembaga yang diamanatkan undang-undang untuk mengawasi isi siaran yang disiarkan oleh lembaga penyiaran TV dan radio.

Remaja Kabupaten Purwakarta menghabiskan waktu senggang menonton TV nasional sebanyak 82%. Sedangkan remaja Kabupaten Purwakarta yang terkadang menghabiskan waktu senggang menonton TV nasional sebesar 18%.

Remaja Kabupaten Purwakarta yang sama sekali tidak menghabiskan waktu senggang menonton TV nasional sebanyak 0%.

Page 83: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 77

Remaja Kabupaten Purwakarta yang masih menonton TV lokal sebanyak 18%. Sedangkan remaja Kabupaten Purwakarta yang terkadang menonton TV lokal sebesar 15%. Remaja Kabupaten Purwakarta yang sama sekali tidak menonton

TV lokal sebanyak 67%.Remaja Kabupaten

Purwakarta yang menggunakan media internet untuk menonton TV sebanyak 20%. Sedangkan remaja Kabupaten Purwakarta yang terkadang menggunakan antena untuk menonton TV di rumah sebesar 70%. Remaja Kabupaten Purwakarta yang menggunakan media internet dan antena untuk menonton TV sebanyak 10%.

Remaja Kabupaten Purwakarta yang mengetahui jenis pelanggaran konten tayangan di TV dan Radio sebanyak 2%. Sedangkan remaja Kabupaten Purwakarta yang tidak mengetahui jenis pelanggaran konten tayangan di TV dan Radio sebesar 98%.

Jumlah prosentase remaja Kabupaten Purwakarta yang pernah melaporkan pelanggaran konten siaran ke KPID Jawa Barat melalui media sosial sebanyak 0%. Sedangkan prosentase remaja Kabupaten Purwakarta yang belum pernah sekali melaporkan pelanggaran konten siaran ke KPID Jawa Barat sebanyak 100%.

Page 84: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201878

Remaja Kabupaten Purwakarta menghabiskan waktu senggang mendengarkan radio sebanyak 75%. Sedangkan remaja Kabupaten Purwakarta yang terkadang menghabiskan waktu senggang mendengarkan radio sebesar

20%. Remaja Kabupaten Purwakarta yang sama sekali tidak menghabiskan waktu senggang mendengarkan radio sebanyak 5%.

Jumlah prosentase remaja Kabupaten Purwakarta yang mencari informasi-informasi hiburan melalui siaran radio sebanyak 10%. Sedangkan remaja Kabupaten Purwakarta yang tidak mencari informasi hiburan melalui siaran radio sebanyak 67%. Remaja Kabupaten Purwakarta yang kadang-kadang mencari informasi-informasi hiburan melalui siaran radio sebanyak 33%.

Jumlah prosentase remaja Kabupaten Purwakarta yang menyukai berita lunak dibandingkan berita keras sebanyak 11%. Sedangkan remaja Kabupaten Purwakarta yang menyukai berita keras dibandingkan berita lunak sebanyak 20%. Remaja

Kabupaten Purwakarta yang menyukai baik berita lunak ataupun berita keras tergantung hot news (berita yang menjadi perbicangan utama) sebesar 69%.

Page 85: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 79

Remaja Kabupaten Purwakarta mendengagarkan radio melalui media internet atau podcast sebesar 48%. Sedangkan 42% remaja Kabupaten Purwakarta mendengarkan media radio di kamar mereka. Sebanyak 10% remaja Kabupaten Purwakarta mendengarkan media radio di mobil.

Remaja Kabupaten Purwakarta yang menilai keefektifan singkatan R, BO, D dan SU (Remaja, Bimbingan Orangtua, Dewasa dan Semua Umur) sudah baik sebanyak 80%. Sedangkan remaja kabupaten Purwakarta yang menilai

tidak efektif sebnyak 20%.Akses remaja

Kabupaten Purwakarta yang menilai kemudahan menjangkau TV Lokal dan Radio Lokal di daerah Kabupaten Purwakarta mudah untuk dijangkau sebanyak 0%. Sedangkan 100% remaja Kabupaten Purwakarta menilai sulit untuk menangkap siaran saluran TV Lokal dan Radio Lokal.

Jenis Program Siaran (Literasi Media)

Page 86: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201880

Jenis program siaran TV yang diminati remaja Kabupaten Purwakarta dimulai dari survey tertitinggi yaitu program Musik sebanyak 88%, disusul program Dakwah 83%, program Film 77%, program Sinetron 70%, program Talkshow 55%, program Berita 50%, program Kuis dan program Tayangan Edukasi sebesar 30%, serta program Reality Show dan program Infotainment 30%.

Jenis program siaran Radio yang diminati remaja Kabupaten Purwakarta dimulai dari survey tertinggi yaitu program siaran Budaya sebesar 72%. Program siaran Horor memiliki prosentase minat sebanyak 70%. Program Percintaan memiliki prosentase sebesar 62%. Disusul program Gaya Hidup/Gossip sebanyak 58%. Sedangkan prosentase minat mendengarkan siaran radio tentang program Sejarah sebesar 50%. Disusul program Hobby 36% dan program Travelling sebesar 20%.

Penilaian Program Siaran (Literasi Media)

Page 87: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 81

Remaja Kabupaten Purwakarta menilai program siaran TV yang paling memberikan manfaat sebagai fungsi TV (to inform, to entertain, to educate, sosial control) adalah Program Dakwah 100%. Posisi kedua penilaian remaja Kabupaten Purwakarta menilai program siaran TV yang memberi manfaat adalah Program Berita dan program Musik sebesar 80%, disusul Program Sinetron 60%, Program Talkshow 58%, Program Quiz 57%, dan Program Infotainment 54%.

Remaja Kabupaten Purwakarta yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak pada perubahan pola pikir remaja sebanyak 70%, sedangkan 30% lainnya menyatakan tidak memberi dampak perubahan pada pola pikir mereka. Remaja Kabupaten Purwakarta yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak pada perubahan pola sikap remaja sebanyak 85%, sedangkan 15% lainnya menyatakan tidak memberi dampak perubahan pada pola sikap mereka. Remaja Kabupaten Purwakarta yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak pada peningkatan wawasan pengetahuan remaja sebanyak 82%, sedangkan 18% lainnya menyatakan tidak memberikan dampak perubahan pada peningkatan wawasan pengetahuan mereka. Remaja Kabupaten Purwakarta yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio merupakan sarana hiburan individu dan keluarga sebanyak 98%, sedangkan 2% lainnya menyatakan TV bukan lagi sarana hiburan individu dan keluarga. Remaja Kabupaten Purwakarta yang menilai setuju bahwa dampak program siaran TV dan Radio memberikan dampak membentuk budaya konsumerisme remaja sebanyak 57%, sedangkan 43% lainnya menyatakan tidak membentuk budaya konsumerisma apapun pada mereka.

Page 88: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201882

Pembahasan

KPID Jawa Barat memiliki program literasi media yang bertujuan memperkukuh integrasi nasional, membangun jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan dari penelitian ini adalah mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi pada program-program yang telah dijalankan oleh KPID Jawa Barat. Program sosialisasi literasi media tersebut masih belum dirasakan secara penuh oleh seluruh masyarakat Jawa Barat. Masyarakat masih dirasa kurang ikut mendukung peran KPID Jawa Barat dalam mengawasi isi siaran lembaga penyiaran radio dan TV lokal. Pentingnya sosialisasi literasi media oleh KPID Jawa Barat akan membentuk atensi konatif masyarakat untuk membantu pengawasan isi siaran saat menemukan konten yang melanggar P3SPS. Mekanisme pelaporan pelanggaran isi siaran tersebut dapat langsung disampaikan warga masyarakat melalui hotline atau media online. Selain itu, jumlah dukungan masyarakat Jawa Barat pada konten lokal dan TV lokal sebagai tontonan utama seputar provinsi Jawa Barat tidak terlalu signifikan. Padahal, salah satu tujuan dari penyiaran lokal adalah menguatkan integrasi bangsa melalui preservasi kearifan lokal dan membangun masyarakat yang demokratis.

Akses Program SiaranK a b u p a t e n

Sumedang dan K a b u p a t e n Bandung lebih banyak mengetahui KPID Jawa Barat dikarenakan sosialisasi lietari media dan juga pelatihan tentang literasi media pernah mereka dapatkan

baik dari KPID Jawa Barat juga dari perguruan tinggi yang concern pada literasi media masyarakat. Sedangkan Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta banyak yang belum mengetahui tentang KPID Jawa Barat dan tidak memahami peran KPID Jawa Barat.

KPID Jawa Barat melihat bahwa masyarakat Jawa Barat harus mendapatkan program tayangan yang bermanfaat sesuai amanat undang-undang No 32 Tahun 2002. Program Tayangan di TV Nasional dionton remaja-remaja di 4 kabupaten di Jawa Barat. Kabupatn paling banyak yang menonton TV nasional adalah remaja Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung, Kabupaten Subang dan Kabupaten Sumedang.

Page 89: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 83

KPID Jawa Barat banyak melakukan program-program terkait literasi media tersebut untuk mewujudkan lembaga penyiaran lokal yang sehat. Selain itu, KPID Jawa Barat juga berupaya untuk membangun kepedulian masyarakat pada televisi lokal. Program tayangan televisi lokal memang lebih kental pada program tayangan daerah dengan penuh nuansa budaya. Hal ini sangat perlu disosialisasikan sebagai bentuk informasi dan edukasi pada masyarakat tentang jati diri/identitas local wisdom. Seperti kita ketahui, program tayang di TV nasional mayoritas berkiblat jakartanism. Maka, lahirnya TV lokal yang mengemban program tayangan dengan visi misi mempreservasi budaya lokal sebaiknya menjadi pilihan tontonan utama warga Jawa Barat. Namun, remaja masih kurang minat menonton TV lokal dan dapat terlihat dari 4 kabupaten yang dibawah 50% prosentase yang tertarik menonton TV lokal.

R e m a j a millennial memang sulit untuk melepaskan diri dari gadget. Penggunaan gadget untuk menonton tv paling banyak dipergunakan oleh remaja Kabupaten Bandung, Kedua

Page 90: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201884

Ditempati Oleh Kebupaten Sumendang, Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta.

R a t a - r a t a , remaja Jawa Barat tidak mengetahui pelanggaran tentang Televisi. Dalam penyebaran survey, hanya 2 kabupaten (Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Subang) yang memiliki prosentase informan yang cukup memahami tentang pelanggaran TV. Sedangkan 2 kabupten lainnya (Kabupaten Subang dan Purwakarta), survey mengatakan hampir seluruh responden sama sekali tidak mengetahui pelanggaran TV.

Radio didengar remaja-remaja di 4 kabupaten di Jawa Barat. Kabupaten Purwakarta paling banyak yang mendengar radio setelah kabupaten Subang. Sedangkan remaja kabupaten Bandung dan

kabupaten Sumedang kurang intensitasnya mendengarkan radio.Remaja-remaja dari

kabupaten Purwakarta, Sumedang dan Bandung mengatakan sangat mudah mengakses tv dan radio lokal. Namun bagi remaja kabupaten Subang, hanya akses radio lokal saja yang mudah dijangkau, sedangkan tv lokal agak susah dijangkau. Maka banyak rumah di kabupaten Subang yang menggunakan parabola.

Page 91: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 85

Jenis Program Siaran Televisi Yang Paling Diminati Remaja 4 KabupatenPeringkat Jenis Program

SiaranKabupaten

Sumedang Bandung Subang Purwakarta1 Film 83% 82% 90% 77%2 Musik 82% 48% 90% 88%3 Dakwah 27% 7% 37% 83%4 Berita 55% 80% 42% 50%5 Sinetron 20% 42% 69% 70%6 Talkshow 55% 47% 50% 55%7 Kuis 20% 32% 55% 40%8 Reality Show 35% 54% 54% 30%9 Tayangan

Edukasi37% 15% 30% 40%

10 Infotainment 35% 27% 12% 30%

Jenis Program Siaran Radio Yang Paling Diminati Remaja 4 KabupatenPeringkat Jenis

Program Siaran

KabupatenSumedang Bandung Subang Purwakarta

1 Budaya 12% 17% 17% 72%2 Horor 42% 42% 68% 70%3 Gaya Hidup 60% 35% 70% 58%4 Percintaan 27% 27% 50% 62%5 Travelling 55% 42% 25% 20%6 Sejarah 20% 35% 32% 50%7 Hobby 36% 20% 36% 36%

Prosentase Remaja Menilai Kebermanfaatan Program SiaranPeringkat Jenis Program

SiaranKabupaten

Sumedang Bandung Subang Purwakarta1 Musik 100% 75% 98% 80%2 Dakwah 92% 90% 40% 100%3 Quiz 92% 70% 71% 57%4 Berita 80% 92% 40% 80%5 Sinetron 87% 45% 80% 60%6 Talkshow 65% 82% 68% 58%7 Infotainment 40% 62% 75% 54%

Page 92: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201886

Penilaian (Dampak) Program Siaran Tv Dan Radio Bagi RemajaPeringkat Jenis Program

SiaranKabupaten

Sumedang Bandung Subang Purwakarta1 Sarana hiburan

individu dan keluarga

95% 80% 100% 100%

2 Meningkatkan kebersamaan keluarga

92% 80% 97% 98%

3 Meningkatkan wawasan pengetahuan

90% 35% 65% 82%

4 Perubahan Pola Pikir

88% 87% 60% 70%

5 Perubahan pola sikap

57% 60% 68% 85%

6 Membentuk budaya konsumerisme

80% 70% 80% 57%

Lahirnya KPID Jawa Barat merupakan kebutuhan dari UU Penyiaran No 32 Tahun 2002. Sama halnya dengan KPI Pusat, bahwa Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat adalah sebuah lembaga independen di Indonesia yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi sebagai regulator penyelenggaraan penyiaran di Indonesia. Semangatnya adalah pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan independen yang bebas dari campur tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan. Maka sejak disahkannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 terjadi perubahan fundamental dalam pengelolaan sistem penyiaran di Indonesia, di mana pada intinya adalah semangat untuk melindungi hak masyarakat secara lebih merata. Perubahan paling mendasar dalam semangat UU ini adalah adanya limited transfer of authority dari pengelolaan penyiaran yang selama ini merupakan hak ekslusif pemerintah kepada sebuah badan pengatur independen (independent regulatory body) bernama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Independen yang dimaksudkan adalah untuk mempertegas bahwa pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan yang bebas dari intervensi modal maupun kepentingan kekuasaan. Undang-undang Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 Pasal 3 yang menegaskan: “Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil, dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.

Dalam mensosialisasikan mengenai literasi media KPID Jawa Barat selalu

Page 93: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 87

menegaskan beberapa format yang harus diperhatikan seperti siaran jurnalistik (berita, talkshow), sinetron, film, acara musik.Infotainment dan iklan. Anggaran didukung dari APBD, namun secara keseluruhan jumlah anggaran memang masih belum memadai karena jumlah lembaga penyiaran yang ada di Jawa Barat cukup banyak yakni 531 dan penduduk di Jawa Barat kurang lebih 50 juta penduduk yang tersebar ke 27 kota kabupaten. Sedangkan diseminasi setiap tahunnya hanya diberi anggaran 3 atau wilayah saja setiap program kegiatan, konsekuensinya semua wilayah belum dapat tersentuh secara merata karena keterbatasan anggaran. Dengan anggaran yang ada target tahunan kegiatan sosialisasi media literasi selalu tercapai bahkan dampak dari sosialisasi akhirnya pihak KPID Jawa Barat sering di undang sebagai narasumber untuk memberikan edukasi kepada masyarakat di wilayah-wilayah yang pernah diberikan sosialisasi.

KPID Jawa Barat telah melakukan beberapa saluan komunikasi agar materi sosialisasi literasi media sampai kepada masyarakat dengan menggunakan saluran tatap muka dan saluran online. Flew (2008) menjelaskan keuntungan penyebaran informasi menggunakan media online:1. Manipulable. Informasi digital mudah diubah dan diadaptasi dalam berbagai bentuk,

penyimpanan, pengiriman dan penggunaan.2. Networkable. Informasi digital dapat dibagi dan dipertukarkan secara terus-menerus

oleh sejumlah besar pengguna di seluruh dunia.3. Dense. Informasi digital berukuran besar dan dapat disimpan di ruang penyimpanan

kecil atau penyedia layanan jaringan.4. Compressible. Ukuran informasi digital yang diperoleh dari jaringan manapun dapat

diperkecil melalui proses kompres dan dapat didekompres kembali saat dibutuhkan.5. Impartial. Informasi digital yang disebarkan melalui jaringan bentuknya sama dengan

yang dipresentasikan dan digunakan oleh pemiliki atau penciptanya.

Gencarnya KPID Jawa Barat melakukan sosialisi melalui saluran online karena KPID Jawa Barat hanya memiliki jatah kota kabupaten untuk satu program 4 wilayah. Jadi dalam satu tahun hanya terdapa 12 wilayah saja yang dapat disasar oleh KPID Jawa Barat. Sementara untuk radio, KPID Jawa Barat memiliki anggaran dari pemerintah hanya cukup untuk 10 radio. Radio-radio tersebut memiliki hak kepada kami untuk melakukan perpanjangan izin, serta kewajiban menayangkan iklan layanan masyarakat. Apalagi ini menyangkut literasi kepada masyarakat dan mereka sebarkan. Dan itu sangat membantu dalam strategi mensiasati anggaran. Pada dasarnya mereka sebagai media, mau menyampaikan layanan terhadap masyarakat. Dan memang kendalanya saat ini masih di televisi nasional, karena itu berbenturan dengan iklan. Dan untuk televisi lokal pun kami tidak kekejar. Karena terkadang untuk talkshow pun dalam 7 terbagi bagi, dan tiap harinya talkshow tersebut sudah habis. Maka dari itu selain di radio, KPID Jawa Barat aktif dalam Twitter. Namun, Setiap tahun KPID Jawa Barat memiliki

Page 94: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201888

target yang berbeda beda wilayahnya agar dapat terliputi seluruh wilayah kerjanya. Dalam observasi dan wawancara yang telah dilakukan, KPID Jawa Barat tidak pernah kehilangan akal untuk gencrar mensosialisasikan literasi media. Penggunaan media Twitter yang juga memasukkan link akun situs website resmi KPID Jawa Barat dapat dengan mudah diakses.

Langkah-langkah yang dilakukan KPID Jawa Barat dalam melibatkan masyarakat melakukan pemantauan dengan cara menyediakan sarana/media agar masyarakat dapat melakukan pengaduan terkait isi siaran melalui formulir aduan yang dapat diakses melalui media internet dan media sosial, misalnya melalui Email, Website, Facebook, Twitter, juga melalui SMS (Supratman, 2017). Memang selama ini secara formal belum mengevaluasi atau juga dari pertemuan pertemuan media literasi, dan baru pertemuan secara internal saja. Tapi secara informalnya KPID Jawa Barat menuliskan kepada publikasi ilmiah atau juga media massa. Sebetulnya sudah strategi penggunaan media sosial Twitter dirasa lebih efektif dan mengena pada target masyarakat, dibandingkan harus menunggu anggran yang berasa dari APBD. Anggaran APBD tersebut termasuk pada isi siaran dan kajian atau setiap kegiatan apapu, eavaluasi dengan Rapat Pleno Komisioner setiap minggunya. Di dalam rapat komisioner, ada yang disebut dengan hari pasar (senin) karena pada hari itu komisioner lengkap. KPID Jawa Barat memiliki timeline dan rapat pleno setiap bulannya karena KPID Jawa Barat difasilitasi dari sekretariat pemerintah.

Hal besar yang dilakukan oleh KPID Jawa Barat adalah aktifnya penggunaan media sosial untuk mendekatkan literasi media pada masyarakat secara luas. Masyarakat dapat bebas melakukan pemantauan program tanyangan sampai ke pengaduan yang dapat disampaikan secara langusng dengan men-tweet Twitter KPID Jawa Barat. Kemudahan akses internet ini merupakan cara KPID mendekaatkan diri melalui program literasi media agar dapat terus mendorong penyiaran yang sehat dan pemirsa yang kritis. Kegiatan-kegiatan dalam media sosial Twitter tersebut juga merupakan sarana edukasi kepada masyarakat tentang kegiatan-kegiatan KPID Jawa Barat. Masyarakat dapat bertanya menggunakan tagar mention, mengomentari suatu tayangan yang tidak sesuai dengan P3SPS, serta membagikan kembali tautan tentang kegiatan literasi media di Twitter.

Kekhasan penggunaan media sosial twitter oleh masyarakat informasi adalah efektifitas kemudahan dan kecepatan pada penyebaran berita dari sumber yang terpercaya. Comm (2010) menguraikan jenis tweet yang biasanya banyak dipergunakan di halaman timeline twitter:

Page 95: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 89

Mundane Tweet yang paling banyak dihasilkan dan menjadi pondasi awal hubungan antar pengguna

Communicator Tweet yang sifatnya perbincangan antara pengguna dengan menggunakan fitur reply atau retweet

Inquisitor Tweet berisi pertanyaan dari pengguna twitterAnswerman Tweet yang berisi jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan oleh tweet

yang munculSage Tweet yang berisi kutipan, kalimat motivasi, dan sebagainyaReporter Tweet sebagai alat reportasi yang berisi informasi-informasi aktual yang

disebarkan sebelum menjadi berita di media mainstreamKudos Tweet berisi ucapan terimakasih yang ditujukan pada pengguna twitter

lainnyaCritic Tweet berisi kritik, ketidakpuasan, dan keluhan yang disampaikan pada

lembaga, pemerintah hingga personalAdvocate Tweet yang berisi dukungan Benefactor Tweet Tweet yang dipergunakan untuk dapat kembali dibagikan (retweet)

untuk suatu benefit.Sumber: Comm (2010)

Dari kesepuluh fungsi jenis tweet tersebut, twitter KPID Jawa Barat telah memodifikasi enam penggunaan sosial media tersebut dalam fungsi Mundane, Communicator, Inquisitor, Answerman, Reporter, dan Kudos. Twitter KPID Jawa Barat selalu gencar mengajak masyarakat untuk mengikuti (follow) twitter KPID Jawa Barat agar tercipta hubungan hangat antar pengguna twitter. Fungsi Mundane dan Communicator menjadi bentuk komunikasi paling awal agar masyarakat dapat aktif berpartisipasi menjadi bagaian dari duta program literasi media di dunia maya. Setelah terjadi konektivitas hubungan tersebut, masyarakat yang telah menjadi follower KPID Jawa Barat dapat bertanya, membantu menyebarkan, melayangkan keluhan/laporan tentang tayangan TV atau radio, serta mengucapkan pernghargaan dan ucapat terimakasih. Keenam fungsi dalam Twitter dalam menyebarkan program literasi media melalui media sosial tersebut telah terjalankan dengan baik pada KPID Jawa Periode 2015-2018 ini.

Penggunaan media sosial (yang tentu bukan hanya Twitter KPID Jawa Barat), dalam rekomendasi penelitian ini harus semakin digencarkan lagi dengan memanfaatkan fitur-fitur canggih dan gratis di media sosial agar remaja millennial semakin tergerak untuk mengakses, menonton dan melaporkan tayangan di televisi dan radio baik nasional, terutama lembaga penyiaran lokal. Hal ini tidak dapat dimungkiri karena perkembangan dunia saat ini telah masuk kedalam kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat sehingga KPID Jawa Barat harus dapat menghasilkan suatu revolusi strategi baru dalam mensosialisasika literasi media. Dikatakan sebagai suatu revolusi

Page 96: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201890

baru karena tantangan terbesarnya adalah munculnya media baru yang banyak ahli berpendapat akan mengalihkan posisi televisi dan radio sebagai media massa mainstream. Bilamana saja tool media sosial ini dipergunakan secara efektif, maka KPID Jawa Barat membutuhkan sumber daya manusia yang dapat mengopersaionalkannya dengan tenaga generasi millennial pula. Program literasi media yang difokuskan pada gererasi millennial memang penuh tantangan. Maka, bila terdapat bibit bibir SDM millennial di dalam kepengurusan KPID Jawa Barat, akan memberikan nilai tambah bagi kerativitas strategi revolusi program literasi media yang serba digital.

Dampak positif media sosial bisa juga dimanfaatkan KPID Jawa Barat dengan memunculkan selebritias medsos yang dapat menjadi duta literasi media TV dan Radio lokal di Jawa Barat. Oportunitas ini dapat diambil dikarenakan menjamurnya Vlogger, Youtuber, Blogger atau Selebgram yang mengoptimalkan filsafat literasi media pada generasi millennial Jawa Barat dengan gaya bahasa yang juga bermillenial. Revolusi strategegi duta medsos literasi media merupakan suatu penggunaan teknologi serbaguna untuk membantu para komisioner KPID Jawa Barat dalam mensosialisasikan liteasi media bila harus mengunjungi setiap pelosok kota dan kabupaten di Jawa Barat yang jumlahnya ratusan. Bila program literasi media ini dapat diterapkan dan dipahami oleh generasi muda, maka akan berpengaruh signifikan perubahan tatanan yang cukup mendasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Staregi penggunaan media sosial ini masih dapat terus berkembang pesat dengan mengirimkan referensi TV dan radio lokal serta alasan kenapa harus menonton program siaran lokal dengan mmbmerikan alasan jelas dan mengena di hati generasi muda. Generasi muda akan terdorong untuk emncari tahu, mengklik tautan situs penyiarannya dan bisa jadi menjadi penonton idealis dengan menyaksikan tontontan tersebut melalui gadget mereka. Sebab bila tidak terdapat revolusi strategis program literasi media, akan muncul sebuah kekhawatiran tentang sampainya titik jenuh bagi penonton muda menikmati siaran tv dan radio dalam beberapa dekade mendatang. Melalui penelitian ini, diharapkan terdapat suatu inovasi dalam sosialisai literasi media yang bukan hanya pihak KPID Jawa Barat sebagai lembaga resmi pemerintah yang berperan sebagai puncak kontrol lembaga penyiaran, tapi juga berasal dari masing-masing lembaga penyiaran dalam menggunakan beragam trategi dengan menggunakan teknologi untuk semakin berani memperkenalkan TV/radio beserta programmnya pada generasi muda Jawa Barat. Perkembangan strategi revolusi tersebut pasti akan sangat menggembirakan bila pada akhirnya terdapat peningkatan yang drastis dari generasi muda yang semakin banyak menikmati TV lokal dan radio lokal sebagai jati diri Urang Sunda (warga Jawa Barat).

Page 97: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 91

Simpulan

Ketua dan seluruh komisioner KPID Jawa Barat sebetulnya sudah saling bahu membahu mewujudkan program literasi media pada masyarakat (terutama generasi milenial) dengan menselaraskan komunikasi, transparansi, seluruh informasi kegiatan-kegiatan KPID Jawa Barat yang tujuan akhirnya adalah menyambung tali silaturahmi yang erat masyarakat dengan KPID Jawa Barat. Bentuk koordinasi tersebut diwujudkan dalam pertemuan resmi (RAPIMNAS) dimana ketua, wakil dan sekretariat berkumpul untuk membahas strategi sebelum terjun ke lapangan melakukan sosialiasi literasi media. Namun, pergerakan sosialisasi digital dalam bentuk sosialisasi literasi media masih dirasa harus lebih ditingkatkan agar sifat dasar media sosial yang penyebarannya instan, massif dan mudah diakses menjadi alata utama program literasi media. Hal ini diperlukan atas dasar inti dari program literasi menggunakan media sosial untuk mengajak masyarakat mendapatkan fasilitasi informasi yang bersih di ranah publik dan menyuarakan penyiaran yang baik. Implikasi dari penggunan sosial media ini akan meningkatkan atensi masyarakat muda dalam menterbiasakan mereka melaporkan aduan tentang pelanggaran tayangan di lembaga penyiaran.

Daftar Pustaka

Aufderheide, P., ed. 1993. Media Literacy. A report of the national leadership conference on media literacy. Aspen, CO: Aspen Institute.

Baran, Stanley J. dan Davis, Dennis K. 2009. Mass Communication Theory: Foundations, Ferment, and Future. 5th edition, USA: Wadsworth/ Thomson Learning.

Brunner, Cornelia, and Tally, William. 1999. The New Media Literacy Handbook. New York: Anchor Books.

Buckingham, D dan Domaille, K. 2002. Where are we going and how we can get there?. Institute of Education University of London: London.

Buckingham, D. 2003. Media Education, Literacy, Learning and Contemporary Culture. Cambridge: Polity Press.

Craggs, Carol E. 1992. Media Education in the Primary School. London: Routledge.Comm, Joel. 2010. Twitter Power 2.0: How to Dominate your Market One Tweet at a

Time. New Jersey: Wiley & Sons Inc. Hobbs, R. 1999. The Acquisition of Media Literacy Skills among Australian Adolescent.

Journal of Broadcasting and Media [online]. Available from: www.interact.uoregon.edu/MediLit/mls/readingarticles/hobbs.australia.html.

Flew, Terry. 2008. New Media: An Introduction. South Melbourne: Oxfor University Press.

Kellner, D dan Share, J. (2005) Toward Criticical Media Literacy: Core Concepts, Debates, Organizations, and Policy. England: Routledge Taylor & Francis

Page 98: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201892

Group.Masterman L. 2003. Teaching Media. Routledge Taylor & Francis Group: England

Law of the Republic of Indonesia Number 32 Year 2002 on Broadcasting. Ratified in Jakarta on December 28, 2002.

Region-Indonesia Broadcasting Commision. 2015. Directory of the Licensed Broadcasting in West Java Province 2015. West Java, Bandung, Indonesia.

Supratman, Lucy Pujasari. 2017. Studi Kasus Strategi KPID Jawa Barat dalam Mensosialisasikan Literasi Media. Jurnal Penelitian Komunikasi, Vol 20, No 1

Tyner, Kathleen. 2010. Media Literacy: New Agendas in Communication. New York: Routledge.

Page 99: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 93

Kontribusi Televisi Lokal dalam Mewujudkan Program Ramah Anak di Jawa Barat

Tim Peneliti:Teguh Ratmanto, Mochamad Rochim, Nila Nurlimah

[email protected]

(Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung)

Abstract

Children’s showsare one of the many programs that are presented on the screen. The children’s programis actually intended for children so that they get positive values for their development. Based on a survey of the composition of television viewers based on age, the audience of children (agea 5-14) in Bandung in February ti june 2011 increased from 12.3% to 15.6%, where this increase was quite significant compared to large cities others surveyed (AGB Nielsen 2011 data). Meanwhile in the 2017 period II Television Broadcast Program Quality Index Survey it was reported that the Children Program Quality Index scores 2.98 which is a decrease (scale 4, with minimum reference value of KPI is 3.00). Based on these exposures, the researcher formulated the problem in, What is the Contibution of Local Television in Realizing Child Friendly Programs in West Java. This study uses qualitative methods with a case study approach. The data collection technique is done by interviewing and abserving the managers of West Java TVRI, Bandung TV and TV Innovation. The findings of the research show that (1) the West Java local television management policy in making the program is based on ideal considerations that refer to laws and local wisdom values, (2) at the implementation level, local television management policies in West Java have not shown an ideal form, (3) barriers to television management are funds and Human Resources.

Keywords: local television, West Java, Program, Child Friendly, KPID

Pendahuluan

Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 telah memunculkan adanya televisi swasta atau komersial, televisi publik, dan televisi komunitas. Tayangan anak merupakan satu dari sekian banyak program tayangan yang

disuguhkan di layar kaca. Program tersebut sejatinya ditujukan bagi anak-anak agar

Page 100: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201894

mereka mendapat nilai-nilai positif bagi perkembangan dirinya seperti nilai agama, pendidikan, budi pekerti dan moral. Berdasarkan survei komposisi penonton televisi berdasarkan usia, penonton anak-anak (usia 5-14 tahun) di Bandung pada bulan Pebruari hingga Juni 2011 meningkat dari 12,3% menjadi 15,6% dimana kenaikkan ini sukup signifikan dibandingkan dengan kota-kota besar lain yang disurvey (data AGB Nielsen 2011). Sementara itu dalam Survey Indeks Kualitas Program Siaran Televisi periode II tahun 2017 melaporkan bahwa Indeks Kualitas Program Anak-anak skornya 2,98 yang merupakan penurunan dari periode sebelumnya yang skornya 3,04 (skala 4, dengan nilai rujukan minimal dari KPI adalah 3.00). Selain itu, pola menonton televisi anak secara umum masih buruk karena konsumsi yang tinggi, yakni 4-5 jam sehari (Hendriyani dan Guntarto, 2018:13) Hal ini berarti rata-rata anak Indonesia menghabiskan 30-35 jam seminggu.

Pada kenyataannya, hal ini lebih buruk lagi dengan abainya orang tua dalam mendampingi anak-anak ketika menonton televisi. Kondisi ini menjadikan akses anak-anak terhadap televisi menjadi hampir tidak terbatas, sementara itu, pada umumnya anak-anak masih belum mengerti rambu-rambu dalam menonton program acara di televisi. Dari sisi televisi, mereka berlomba-lomba menayangkan acara-acara dengan tidak memperhatikan lagi waktu, klahayak dan materi siaran. Pada umumnya, pengelola televisi lebih memfokuskan acaranya dengan tujuan utama untuk mendapatkan rating yang tinggi dari lembaga riset, dan karenanya banyak perusahaan yang beriklan, oleh karena itu, stasiun televisi akan berlomba-lomba membuat program serupa untuk mendapatkan rating dengan tujuan akhir untuk mendapatkan bagian porsi kue iklan.

Demikian pula halnya dengan program acara anak-anak di televisi yang tidak lepas dari ideologi rating. Program acara anak-anak dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan industri yaitu rating. Anak-anak tidak lagi menjadi subyek tetapi menjadi obyek dan komoditas dalam sebah kegiatan industri televisi Akibatnya, muncullah program hiburan anak-anak dengan pola pikir orang dewasa sehingga anak-anak kehilangan keluguan, kepolosan, dan kelucuannya dan yang muncul adalah tayangan anak-anakan yang didandani seperti orang dewasa.

Fokus dan Pertanyaan PenelitianBerdasarkan paparan di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah, Bagaimana

Kontribusi Televisi Lokal Jawa Barat dalam Mewujudkan Program Acara Ramah Anak Jawa Barat.

Rumusan pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Mengapa pengelola televisi lokal di Jawa Barat menayangkan Program Acara Ramah

Anak di televisi Jawa Barat ? 2. Bagaimana implementasi kebijakan pengelola televisi lokal di Jawa Barat dalam

menayangkan Program Acara Ramah Anak di televisi Jawa Barat ? 3. Apa hambatan pengelola televisi lokal di Jawa Barat dalam menayangkan Program

Page 101: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 95

Acara Ramah Anak di televisi Jawa Barat ?

Landasan Konsep

1. Komunikasi Massa, Media Massa, dan fungsi Media MassaMerangkum dari berbagai sumber, Rakhmat (2001: 189) mendefinisikan

Komunikasi Massa, “ sebagai jenis komunikasi massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.” Sedangkan Rivers, dkk., (2004: 19) menyebutkan karakteristik komunikasi massa, “pertama komunikasi massa adalah sifatnya yang searah … kedua, selalu ada proses seleksi … mampu menjangkau khalayak secar luas … keempat, mendidik sasaran tertentu … kelima, dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka terhadap kondisi lingkungannya“. Hal ini berarti bahwa proses komunikasi massa tidak berlangsung di dalam suatu ruangan hampa, tetapi ia selalu berada di dlam suatu konteks sosial tertentu. Komunikasi massa selalu melibatkan tiga pihak, yaitu komunikator yang merupakan lembaga penerbit, masyarakat sebagai khalayaknya, dan pemerintah sebagai regulator. Keterlibatan ketiga pihaka di dalam proses komunikasi massa merupakan kemustian yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Relasi ketiganya akan membentuk suatu pola tersendiri yang merupakan ciri khas suatu masyarakat. Peranan pemerintah sebagai regulator bertujuan untuk memberikan jaminan bagi kedua belah pihak, yaitu media dan khalayak. Kebijakan yang diambil pemerintah akan menunjukkan fungsi dan peran pemerintah di dalam mengatur media. “The policies which governments pursue in the media field are indicative of the view which they take of the relationship between governed and governors” (Hutchison, 1999: 85)

Adanya kenyataan bahwa kehadiran media massa menjadi hampir tak terhindarkan bagi individu, menjadikan pengaruh atau efek komunikasi massa dan kehadiran media massa patut diperhatikan. Chafee menyebutkan efek media massa, seperti dikutip Rakhmat (2001: 220) “1) efek ekonomis, 2) efek sosial, 3) efek pada penjadualan kegiatan, 4) efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu, dan 5) efek pada perasaan orang terhadap media”. Disadari atau tidak, dikehendaki ataupun tidak, kehadiran media massa memiliki efek terhadap individu. Didalam kehidupan modern ketika kehadiran media massa tak dapat dihindari individu akan selalu diliputi oleh banjir informasi (information overload), oleh karena itu, setiap orang diharapkan dapat memilih dan memilah informasi yang berlimpah itu sesuai dengan keperluan.

Rakhmat (2001: 217-218) menyebutkan, “… kita telah melihat pasang surut efek media massa pada pandangan peneliti. Ada satu saat ketika media massa dipandang sangat berpengaruh, tetapi ada saat lain ketika media massa dipandang sedikit, bahkan hampir tidak ada pengaruhnya sama sekali.” Terjadinya pasang surut efek media massa ini, menurut Rakhmat (2001: 218) disebabkan karena, “ Perbedaan pandangan ini tidak

Page 102: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201896

saja disebabkan karena perbedaan latar belakang teoritis, atau latar belakang historis, tetapi juga karena terjadi perbedaan mengartikan ‘efek’”.

Secara teoritis fungsi media massa adalah to inform, to educate, dan to entertain. Tetapi pada kenyataannya, fungsi to entertain menjadi lebih menonjol dibandingkan kedua fungsi lainnya. Idealnya Media massa seharusnya lebih menonjolkan fungsi to educate dan to inform. Hal ini menjadi sangat penting karena di dalam suatu sistem demokrasi, kecerdasan masyarakat karena adanya informasi yang benar dan obyektif, partisipasi publik memegang peranan penting. Publik mengharapkan adanya informasi yang akurat, cepat, dan dapat dipercaya. Schramm mendefinisikan informasi sebagai segala sesuatu, “ yang mengurangi ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan jumlah alternative dalam situasi.” (Schramm, dalam Rakhmat, 2001: 223)

2. Media, Pemerintah, dan MasyarakatDi dalam proses penyampaian pesannya, media massa telah melakukan proses

seleksi. Hal inilah yang menjadikan bahwa realitas yang ditampilkan oleh media adalah realitas tangan kedua (second-hand reality) yang berarti bahwa realitas yang dimunculkan media adalah realitas yang sudah diolah oleh media massa. Realitas tangan kedua inilah yang oleh Walter Lippman disebut sebagai lingkungan semu (pseudo environment), karena tidak lagi mencerminkan realitas yang sebenarnya atau natural. Lebih lanjut, (Lipmann dalam Rivers, 2004: 28) menjelaskan bahwa,

dunia obyektif yang dihadapi manusia itu “tak terjangkau, tak terlihat, dan tak terbayangkan.” Karenanya manusia menciptakan sendiri dunia di pikirannya dalam upayanya sedikit memahami dunia obyektif tersebut. Karena itu pula perilaku manusia tidak didasarkan pada kenyataan yang sesungguhnya, melainkan kenyataan ciptaannya sendiri.

Hal inilah yang menyebabkan bahwa, disadari ataupun tidak, media telah memunculkan realitas yang sesuai dengan kepentingan media. Di sini teori-teori yang meyakini bahwa media memiliki pengaruh yang kuat seperti Jarum hypodermic, agenda setting, dan sejenisnya tampil. Oleh karena itulah, para pemimpin yang otoriter selalu mengendalikan media, karena mereka yakin bahwa media dapat melanggengkan kekuasaan mereka. Di sisi yang lain, betapapun dominannya media massa, ia tidak berpengaruh ataupun kalau ada, pengaruhnya tidak begitu besar terhadap khalayak. Teori Uses and Gratification merupakan wakil dari keyakinan ini. Di ranah akademik tengah terjadi pertarungan kedua keyakinan ini, tetapi pada ranah praktis media massa telah berubah menjadi sebuah industri yang tentu saja tunduk pada hukum kapitalisme.

Karena sifatnya yang khas dalam kaitannya dengan khalayak, media massa selalu menjadi ajang pertarungan antar kepentingan, baik mereka yang menghendakinya menjadi kekuatan pembebas, maupun yang menghendakinya menjadi alat kontrol penguasa dan penguasa terhadap khalayak. Berkaitan dengan hal ini, McQuail (1994: 81-82) berargumen bahwa,

Page 103: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 97

Karena media bergerak dalam masyarakat yang ditandai oleh adanya penyebaran kekuasaan … dan karena dalam beberapa hal media berkaitan dengan struktur politik dan ekonomi yang berlaku, maka ada beberapa masalah yang perlu disinggung menyangkut keberadaan hubungan tersebut. Pertama, jelas bahwa media memiliki konsekuensi dan nilai ekonomi, serta merupakan obyek persaingan untuk memperebutkan kontrol dan akses. Di samping itu, media juga tidak terlepas dari peraturan politik, ekonomi, dan hukum. Kedua, media massa seringkali dipandang sebagai alat kekuasaan yang efektif …

Di dalam setting sosial yang seperti itu, pemerintah diharapkan untuk berperan dan turut terlibat di dalam regulasi media agar fungsi dan peran ideal media massa dapat tetap terjaga. Di dalam suatu masyarakat moderen peranan komunikasi dan komunikasi massa menjadi sangat penting.

3. Perspektif-perspektif tentang Kekuatan Media 1) Teori Tanggung Jawab Sosial Media

Teori Tanggung Jawab Sosial Media muncul karena kekhawatiran lemahnya media massa di hadapan industri. Media massa dikhawatirkan tidak lagi dapat menjalankan fungsi the fourth estate-nya karena dorongan yang besar untuk mengabdi kepada pemiliknya. Di dalam situasi yang seperti itu, media massa tidak akan lagi dapat obyektif. Pilliang, seperti yang dikutip oleh Rachmiatie dan Suryadi (2009: 145) menyebutkan, “Media tidak dapat dipisahkan dari kepentingan ekonomi dan politik yang ada dibaliknya, terutama dalam membentuk isi media, informasi yang disajikan dan makna yang ditawarkan. Akibatnya media tidak dapat netral, jujur, adil, obyektif, dan terbuka.” Lebih jauh, McQuail (1994: 115) menegaskan bahwa,

Pendorong yang utama adalah tumbuhnya kesadaran bahwa dalam hal-hal tertentu yang penting, pasar bebas telah gagal untuk memenuhi janji akan kebebasan pers dan untuk menyampaikan maslahat yang diharapkan bagi masyarakat. Secara khusus, perkembangan teknologi dan perdagangan pers dikatakan telah menyebabkan kurangnya kesempatan akses bagi orang-orang dan berbagai kelompok serta rendahnya standar prestasi adalam upaya memenuhi kebutuhan informasi.”

Landasan teori Tanggung Jawab Sosial Media adalah bahwa pada dasarnya kebebasan dan tanggung jawab tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus berjalan beriringan. Kebebasan tidak akan mungkin jika tidak disertai tanggung jawab, dan tanggung jawab akan menjadi tidak bermakna bila tidak berada didalam iklim kebebasan.

2) The Media Power (Street)Media massa sekarang ini sudah menjadi suatu industri yang besar dan

berpengaruh. Industri media massa memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri-industri besar lainnya. Hal ini karena industri media selain melibatkan jumlah uang yang sangat besar, ia juga melibatkan proses pengelolaan dan distribusi

Page 104: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 201898

informasi yang dapat mempengaruhi khalayak. Hal ini terlihat dengan masuknya para konglomerat ke dalam media massa. Para konglomerat yang memasuki industri media dan para konglomerat industri media mulai masuk ke kancah politik yang tentu saja tujuannya untuk meraih kekuasaan. Hal ini akan mengancam demokrasi karena adanya konflik kepentingan dengan mengorbankan integritas media yang seharusnya menjaga keberlangsungan sistem demokrasi.

the idea that media owner wield power within and through their corporations. It does this first by loking at the nature of these empires, and at their owners and their interests; when then turn to consider their ability to influence politics through these media outlets and the restraints upon such ambitions … It has crucial implications for the debate about democracy and mass media”. (Street, 2001: 125)

Bagaimana kekuasaan media massa berlangsung di masyarakat tidaklah sederhana, meskipun begitu, ia juga tidak terlalu rumit; prose situ berlangsung melalui beberapa bentuk. Lebih jauh Street menjelaskan, bahwa:

it is importan to acknowledge the different ways in which media may be implicated in the distribution and exercise of power. Media power does not, after all, take a single monolithic form. It appears in different guises and operates in different ways. We begin by looking at three forms of power: discursive power, access power, and resource power. (Street, 2001: 232).

3) Three-Dimensional Account of Power (Steven Lukes)Lukes seperti dikutip oleh Street (2001: 237) memunculkan gagasan teori

Three-Dimensional Account of Power menyebutkan bahwa ada tiga bentuk atau dimensi kekuasan, dimana, “In the first dimension, power is exercised when, in the public conflict between two contenders, one is seen to win and the other to lose”, (Lukes dalam Street, 2001: 237). Pada dimensi pertama ini, kekuasaan, akan tampak bila media, misalnya, secara terbuka menentang pemerintah. Pada dimensi ini konflik muncul secara jelas di ruang terbuka antara dua pihak yang saling bertentangan. Pada kenyataannya tidak setiap kekuasaan selalu muncul ke permukaan, sehingga secara tiba-tiba, seseorang atau sekelompok orang merasakan adanya kerugian akibat perbuatan kelompok lain. Pada dimensi ini kekuasaan media muncul untuk memarginalkan kelompok saingannya. Hal ini terjadi bila media massa memunculkan citra yang negatif terhadap seseorang atau sekelompok orang sehingga kelompok tertentu akan diuntungkan akibat adanya citra negatif kelompok pesaingnya. “The second dimension of power. Power can be used to marginalize certain views, either by setting the agenda in a way that favours one side, or by creating the impression that one side in the dispute is less worthy or legitimate”, Lukes dalam Street, 2001: 237). Dimensi ketiga yaitu bila media memunculkan konsensus palsu dimana pada dimensi ini, media massa melakukan penciptaan realitas palsu atau dlam konteks ilmu komunikasi, media massa telah menciptakan realitas tangan kedua (second-hand reality). Khalayak disuguhi realitas yang bukan sebenarnya sehingga dengan adanya realitas yang tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya ini memaksa khalayak untuk membuat keputusan tertentu,

Page 105: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 99

dimana keputusan itu diprediksi akan berbeda jika khalayak memiliki pengetahuan tentang realitas yang sebenarnya. “The third dimension of power creates a “false consensus”, in the sense that it would not command consent if people were aware of their real interests.” (Lukes dalam Street, 2001: 237)

4) Teori-teori Dampak Media pada Anak Ada beberapa teori yang sering digunakan untuk menganalisis dampak media

terhadap anak-anak. Beberapa diantaranya adalah Teori Imitasi (Peniruan), Teori Social Learning, dan Teori Kultivasi. Teori Imitasi bukanlah teori yang murni berasal dari penelitian komunikasi, tetapi ia merupakan teori dipinjam dari sosiologi. Pada teori ini, anak-anak karena perkembangan psikologis yang berada pada tahap imitasi sehingga mereka digambarkan sebagai sosok yang gampang sekali meniru apa-apa yang dilihatnya dari lingkungannya, termasuk apa yang dilihatnnya dari media. Anak-anak adalah peniru yang baik. Imitasi, didefinisikan oleh Tarde, adalah contoh-mencontoh, tiru-meniru, ikut-mengikut. Dalam kehidupan nyata, imitasi ini berkaitan dengan kehidupan sosial, sehingga tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa seluruh kehidupan sosial itu terinternalisasi dalam diri anak berdasarkan faktor imitasi. (dalam Gerungan, 2010:23)

Sementara itu, Teori Social Learning, menyebutkan bahwa media massa dapat menjadi sumber belajar bagi anak-anak dalam mengadopsi perilaku dan norma-norma sosial. Dalam proses belajar ini perhatian Bandura tertuju pada televisi yang merupakan media yang dominan di antara media massa lainnya. Teori Social Learning terkait erat dengan proses imitasi, karena teori ini menegaskan bahwa,

Pemirsa meniru apa yang mereka lihat di televisi, melalui proses observational learning (pembelajaran hasil pengamatan) … bahwa ‘ganjaran’ dari karakter televisi diterima mereka sebagai perilaku anti sosial, termasuk menjadi toleran terhadap perilaku perampokan dan kriminalitas, menggandrungi kehidupan glamor seperti di televisi (Ardianto, 2007: 64).

Teori ini, meskipun sering digolongkan sebagai teori klasik, namun masih relevan digunakan untuk menjelaskan penelitian ini. Hal ini karena media massa kini menjadi sumber belajar utama di tengah keluarga modern dalam masyarakat informasi. Posisi keluarga, sekolah, dan tetangga telah mulai tergeser dan digantikan oleh media massa. Teori Social Learning telah membantu menjelaskan bagaimana dampak media massa terjadi pada anak-anak. Selain Teori Belajar Sosial, George Gerbner, melanjutkan teori pengaruh televisi pada khalayaknya, yaitu teori Kultivasi. Berdasarkan pengamatan pada program-program televisi, Gerbner menyimpulkan tingginya frekuensi muatan kekerasan di televisi. Adegan pembunuhan muncul setiap 4 menit sekali, sehingga pada usia 15 tahun, seorang anak diperkirakan telah menyaksikan tak kurang dari 13.000 adegan kekerasan sepanjang hidupnya. Gerbner mengategorikan penonton dalam dua kelompok: (1) Light viewer, penonton kategori ringan, dengan kebiasaan menonton televisi kurang dari 2 jam sehari; (2) Heavy viewer, atau pecandu berat televisi, dengan

Page 106: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018100

kebiasaan menonton televisi lebih atau sama dengan 4 jam sehari Teori Kultivasi meyakini bahwa realitas simbolik televisi akan kuat tertanam di pikiran penonton akan muncul pada kategori penonton heavy viewer. Pecandu berat televisi akan menganggap bahwa apa yang direpresentasikan televisi merupakan bagian dari realitas subjektifnya. Pecandu berat televisi menganggap apa yang disampaikan media merupakan satu-satunya kebenaran sehingga, “Menurut teori ini, televisi menjadi alat utama dimana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya” (Nurudin, 2004: 120).

4. Tayangan Televisi AnakTelevisi, sebagai media massa, menayangkan program acara televisi dapat

ditonton oleh seluruh segmen khalayaknya, baik anak-anak maupun orang dewasa. Hampir semua stasiun televisi memiliki program acara khusus untuk anak, meskipun durasinya masih sangat sedikit. Hasil penelitian yang dilakukan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YLKI) (Mulkan Sasmita, 1997), persentase acara televisi yang secara khusus ditujukan bagi anak-anak relatif kecil, hanya sekitar 2,7 s.d. 4,5% dari total tayangan yang ada. Dan yang lebih memprihatinkan dan menghawatirkan lagi ternyata dari persentase kecil ini, sebagian besar materinya tidak cocok dengan dibandingkan dengan perkembangan usia anak-anak. Tayangan televisi untuk anak-anak tidak bisa dipisahkan dengan film kartun. Karena jenis film ini sangat populer di lingkungan mereka, akan tetapi bila diperhatikan, film kartun masih didominasi oleh produk film import dari Barat sepert Batman, Superman, Popeye, Mighty Mouse, Tom and Jerry, atau film kartun Jepang, seperti Dora Emon, Candy Candy, Sailoor Moon, Dragon Ball. Akan tetapi bila diperhatikan dengan lebih cermat, film-film kartun yang bertemakan kepahlawanan ternyata menawarkan solusi cepat dan mudah melalui tindakan kekerasan. Cara-cara seperti ini relatif sama dilakukan oleh musuhnya (tokoh antagonis). Sri Andayani (1997) melakukan penelitian terhadap beberapa film kartun Jepang, seperti Sailor Moon, Dragon Ball, dan Magic Knight Ray Earth. Ia menemukan bahwa film tersebut banyak mengandung adegan antisosial (58,4%) daripada adegan prososial 41,6%). Hal ini sungguh ironis, karena film tersebut bertemakan kepahlawanan. Studi ini menemukan bahwa katagori perlakuan antisosial yang paling sering muncul berturut-turut adalah berkata kasar (38,56%), mencelakakan 28,46%), dan pengejekan (11,44%). Sementara itu katagori prososial, perilaku yang kerapkali muncul adalah kehangatan (17,16%), kesopanan (16,05%), empati (13,43%), dan nasihat 13,06%). Temuan ini sejalan dengan temuan YLKI, yang juga mencatat bahwa film kartun bertemakan kepahlawanan lebih banyak menampilkan adegan anti sosial (63,51%) dari pada adegan pro sosial (36,49%).

Page 107: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 101

Metode Penelitian

1. Metode Studi KasusUntuk mencapai tujuan dalam penelitian ini maka Metode Studi kasus dianggap

sebagai metode yang paling tepat. Menurut Robert K Yin, “Studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana; multisumber dimanfaatkan“ (Yin, 2009: 18), Yin kemudian menambahkan bahwa, “studi kasus lebih dikehendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa kontemporer, bila peristiwa-peristiwa yang bersangkutan tak dapat dimanipulasi (Yin, 2009: 12). Lebih lanjut Yin (2009: 1) menyebutkan bahwa, “studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu studi-studi kasus eksplanatoris, eksploratoris, dan deskriptif.” Studi kasus disebut eksploratoris, bila sebuah kasus atau kasus-kasus dipakai untuk memperoleh data atau informasi awal bagi penelitian sosial yang akan dilakukan. Sedangkan studi kasus eksplanatoris adalah bila sebuah kasus atau kasus-kasus tertentu yang diteliti tujuannya untuk memberikan pengetahuan tentang sebab akibat. Terakhir studi kasus deskriptif, adalah suatu studi kasus yang tujuannya untuk memberikan gambaran yang mendalam atau detil mengenai sebuah kasus dengan di dalamnya disertai dengan konsep-konsep penelitian.

Meskipun, ada beberapa kritikan terhadap studi kasus ini, ada beberapa kelebihan studi kasus yang perlu dicatat, yaitu,

There are some strengths of case study. For example, it enables the researcher to gain a holistic view of a certain phenomenon or series of events and can provide a round picture since many sources of evidence were used. Another advantage is that case study can be useful in capturing the emergent and immanent properties of life in organizations and the ebb and flow of organizational activity.

Tidak selalu kasus sebagai unit analisis dapat dirumuskan sejak awal penelitian. Terkadang, unit-unit analisis baru muncul saat pekerjaan lapangan berlangsung, atau pada saat riset memasuki tahap proses analisis usai data terkumpul. Kasusnya sendiri bisa tunggal, atau berlapis (layered) dengan karakteristik yang berbeda-beda, misalnya, kasus individual pada tahap awal disusul dengan kasus organisasi pada tahap selanjutnya. Apapun jenis studi kasus yang dilibatkan dalam layered cases ini, logikanya harus tetap sama, yaitu bahwa kajian atas unit-unit yang lebih besar dibangun dari kasus-kasus yang unitnya lebih kecil.

2. Disain Studi Kasus Merujuk pada Yin (2009: 46-64), maka disain studi kasus terbagi dalam klasifikasi

berikut ini:

Page 108: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018102

Single Case Multi Case (collective case)Single Level Analysis (1) Single Case – Single

Level Analysis(2) Multi Case (collective case)– Single Level Analysis

Multi Level Analysis (3) Single Case – Multi Level Analysis

(4) Multi Case (collective case) – Multi Level Analysis

Desain kasus dalam penelitian ini adalah studi kasus eksplanatoris dengan single case-single level analysis.

Studi kasus merupakan bentuk penelitian empiris yang meneliti fenomena actual terutama ketika batas-batas antara fenomena dan konteks menjadi tidak jelas. Studi kasus berfokus pada menampilkan realitas dengan mengetahui keragaman dan kekhususan obyeknya. Hasil akhir yang ingin diperloeh dari suatu studi kasus adalah menjelaskan keunikan kasus yang dikaji yang berkaitan dengan hakikat kasus, latar belakang historis, konteks kasus dan permasalahan lain di sekitar kasus yang dikaji.

Langkah-langkah Penelitian Studi Kasus

Sumber: Noor, 2008

Tahap pertama penelitian studi kasus ini atau tahap persiapan dimulai dengan studi literatur tentang topik yang akan diteliti dan merancang kerangka teori yang digunakan. Tahap ini diakhiri dengan memilih dan menentukan kasus yang akan diteliti dan merancang pertanyaan penelitian. Tahap kedua penelitian ini adalah pengumpulan data di lapangan dan analisis data. Tahap terakhir adalah kesimpulan. 3. Penentuan Informan

Pemilihan informan dalam penelitian dilakukan secara purposive. Seseorang dijadikan informan dengan pertimbangan bahwa mereka mengetahui informasi

Page 109: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 103

mengenai persoalan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini informan yang dirujuk adalah para pengelola televisi di Jawa Barat yang dipilih secara purposif yaitu TVRI Jawa Barat, Bandung TV, dan Inovasi TV. .

4. Tahap PenelitianTahapan dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus adalah

sebagai berikut: a. Menentukan dan mendefisiniskan pertanyaan penelitian. Langkah pertama penelitian dengan pendekatan studi kasus adalah menentukan

fokus penelitian yang jelas yang akan menjadi acuan di dalam melakukan penelitian. Fokus pada studi kasus ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang situasi atau masalah yang akan diteliti dan menentukan tujuan penelitian . Obyek penelitian pada studi kasus ini dapat berupa kegiatan, individu, sekelompok individu.

b. Memilih kasus dan menentukan teknik pengumpulan dan analisis data Peneliti harus menentukan apakah akan meneliti kasus yang unik atau kasus yang

dianggap khas, dan mungkin juga memilih kasus yang mewakili wilayah-wulayah geografis, atau parameter lainnya. Satu hal penting di dalam proses memilih kasus pada studi kasus ini adalah untuk selalu mengingat tujuan penelitian ini untuk menjaga focus perhatian terhadap kasus dan bukti-bukti yang dapat mendukung tercapainya tujuan penelitian sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian.. Pada penelitiann k kualitatif dengan pendekatan studi kasus, memilih kasus tunggal atau jamak merupakan elemen yang penting, tetapi studi kasus dapat mencakup lebih dari satu unit analisis.

c. Persiapan pengumpulan data Penelitian studi kasus dapat menghasilkan sejumlah banyak data dari berbagai

sumber, oleh karena itu pengorganisasian data secra sistmatis sangat penting untuk menghindari limpahan data dan menghindarikan peneliti dari kehilangan arah dari maksud dan tujuan yang menjadi focus penelitiannya. Peneliti perlu menyiapkan database untuk membantu mengkategorikan, memilah, dan memilih data untuk dianalisis.

d. Mengumpulkan data di lapangan Peneliti harus mengumpulkan dan menyimpan berbagai sumber dan bukti secara

komprehensif dan sistematis. Data itu harus disusun dengan format yang dapat dirujuk dan dipilah sehingga benang merah penelitian dapat terjaga yang pada akhirnya dapat mengungkap maksud penelitian. Peneliti harus mengobservasi obyek studi kasus dengan hati-hati dan cermat dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang berkaitan dengan fenomena yang diteliti. Penelitian studi kasus bersifat fleksibel, tetapi ketika terjadi perubahan, perubahan itu dicatat secara sistematis.

e. Mengevaluasi dan menganalisis data Peneliti menguji data mentah dengan menggunakan berbagai interpretasi untuk

menemukan kaitan antara obyek penelitian dan hasil penelitian dengan merujuk pada pertanyaan penelitian awal. Selama proses evaluasi dan analisis, peneliti harus tetap terbuka pada kemungkinan dan insight yang baru. Metode studi kasus dengan teknis analisis data dan metode pengumpulan data dari berbagai sumber, memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan proses triangulasi data sehingga dapat memperkuat temuan dan kesimpulan penelitian.

Page 110: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018104

f. Persiapan pelaporan Laporan penelitian studi kasus pada intinya melaporkan data penelitian yang

banyak dan kompleks menjadi satu laporan yang mudah dipahami pembaca. Tujuan laporan tertulis ini adalah untuk menggambarkan masalah yang komplek dengan cara memberikan pengalaman yang seolah dialami sendiri oleh pembaca. Studi kasus menyajikan data yang mudah diakses oleh pembaca dan dapat membimbing pembaca untuk mengaplikasikannya di dalam kehidupan kesehariannya (Moleong, 1998: 11).

5. Teknik Pengumpulan DataData kasus terdiri dari seluruh informasi yang dimiliki terkait dengan kasus

tersebut. Data yang dibutuhkan meliputi beragam jenis, berasal dari beragam sumber, disesuaikan dengan keperluan penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan nara sumber, wawancara dengan informan, dan hasil pengamatan informan berkaitan dengan akses ke televisi lokal Jawa Barat bagi komunitas seni dan budaya di Jawa Barat. Data primer hasil pengamatan diperoleh dari hasil observasi terhadap para pemangku kepentingan televisi lokal Jawa Barat dan anggota komunitas seni dan budaya di Jawa Barat, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui internet, buku-buku referensi, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tema penelitian.1) Wawancara Wawancara pada penelitian ini difokuskan pada penemuan informasi tentang

suatu peristiwa atau kejadian. Wawancara dilakukan terhadap narasumber yang berkompeten, baik pakar, pelaku yang terlibat di dunia televisi dan komunitas seni dan budaya di Jawa Barat dengan tujuan untuk mendapatkan data dan bukti yang berkaitan dengan penelitian studi kasus ini. Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.

2) Studi Pustaka Pengkajian terhadap bahan literatur dan buku-buku, jurnal, artikel ilmiah yang

berkaitan dengan televisi dan komunitas seni dan budaya Jawa Barat.3) Studi Dokumen Studi dokumen dilakukan dengan meneliti setiap dokumen, baik tercetak, audio,

maupun audio visual yang mendukung dan memberikan bukti bagi kejelasan kasus yang berkaitan dengan akses komunitas seni dan budaya Jawa Barat terhsi lokal Jawa Barat.

6. Teknik Analisis DataDi dalam studi kasus, analisis data, “consist of making a detailed description of the

case and its setting.” (Creswell, 1998: 153). Data penelitian disusun secara kronologis,

Page 111: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 105

hal ini dilakukan karena penelitian studi kasus ini membahas kasus pemberlakuan suatu undang-undang. Dengan pendekatan kronologis ini, data dari berbagai sumber disusun untuk memberikan bukti bagi setiap tahap perkembangan kasus yang diteliti. Lebih jauh, Creswell (1998: 153), dengan mengutip Stake, menyebutkan empat bentuk analisis data pada penelitian studi kasus :a. Categorical aggregation: mengumpulkan contoh-contoh atau bukti-bukti yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti dari data-data yang diperoleh.b. Direct interpretation: Pada tahap ini peneliti mengambil satu contoh tunggal dan

menafsirkannya dengan tanpa melibatkan contoh-contoh yang lain. Proses ini dilakukan untuk memisahkan contoh tersebut dari data lainnya dan kemudian menyatukannya kembali dengan pemahaman baru yang lebih komprehensif.

c. Penggambaran Pola: membuat pola-pola untuk menggambarkan keterkaitan antara dua atau tiga kategori.

d. Naturalistic generalizations: Peneliti berusaha menarik satu generalisasi alamiah dari analisis data yang dilakukan sehingga pembaca dapat belajar dari kasus yang diteliti dan dapat mengaplikasikannya.

Pada saat melakukan penelitian untuk mengumpulkan data-data, peneliti membutuhkan alat bantu (instrumen penelitian), dimana dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 alat bantu, yaitu:1. Pedoman wawancara Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang

dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Alat Perekam Alat perekam berguna Sebagai alat Bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat

berkonsentrasi pada proses pengambilan data tampa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan DataStudi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Yin (2009: 32-

43) mengajukan empat kriteria keabsahan dan keajegan yang diperlukan dalam suatu penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah Sebagai berikut:1. Keabsahan Konstruk (Construct validity) Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang

berukur benar- benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau Sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Patton (dalam Sulistiany 1999: 82)

Page 112: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018106

ada 4 macam triangulasi Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu:a. Triangulasi data Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara,

hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda.

b. Triangulasi Pengamat Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data.

Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.

c. Triangulasi Teori Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa data yang

dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.

d. Triangulasi metode Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara

dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan.

2. Keabsahan Internal (Internal validity) Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan

hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang berbeda.

3. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity) Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat

digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama.

4. Keajegan (Rediabilitas) Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya

akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian yang sama, sekali lagi.

Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek

Page 113: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 107

yang sama. Hal ini menujukan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan pengolahan data.

Temuan Penelitian

1. TVRI Jawa Barat Data diperoleh melalui dengan dengan Bapak Heru Wahyu Widodo, SH., MM.

yang merupakan kepala Seksi Program di TVRI Jawa Barat. Wawancara dilakukan di ruangan beliau di stasiun TVRI Jawa Barat di Cibaduyut, Bandung yang berlangsung sekitar satu jam. Nara sumber kedua yang diwawancarai adalah Ibu Wieni Yoeli K yang merupakan produser dan Pengarah Acara di TVRI Jawa Barat, dan Fredericko pembawa acara Ngaji Yuk dan Dunia Anak. Tatang Rusmana,S.Pd.,S.Sn. sebagai kepala stasiun Innovasi TV.

1) Profil Umum TVRI Jawa BaratTVRI Stasiun Bandung merupakan pengembangan dari Stasiun Produksi Keliling

(SPK Bandung) yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menterei Penerangan No. 907/SK/BK/1987. Peresmian beroperasinya TVRI Stasiun Bandung (nama waktu itu) tanggal 11 Maret 1987. Secara fisik kantor TVRI Stasiun Bandung terletak pada area seluas 47.692 meter persegi (4,7 Ha), dari luas tanah tersebut yang sudah berdiri bangunan seluas 9.982 meter persegi. Bangunan terdiri atas gedung studio, gedung serba guna, gedung studio rekaman, lapangan tenis, masjid, dan bangunan lainnya yang dilengkapi dengan perlengkapan operasional dan perlengkapan penunjang. Luas jangkauan TVRI Jabar adalah 35.862 km persegi dengan kekuatan transmisi antara 100 sampai dengan 20.000 watt.

Tahun 2003 Nomenklatur TVRI Bandung berubah menjadi TVRI Jawa Barat dan Banten. Stasiun TVRI berubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik TVRI Jawa Barat sejak bulan Januari 2007. Saat ini Jumlah Karyawan TVRI sebanyak 194 orang. TVRI Jawa Barat diperkuat oleh 18 buah transmisi yang jangkauan siarannya meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Barat

TVRI Stasiun Jawa Barat adalah bagian tak terpisahkan dari TVRI Nasional secara keseluruhan. Ditunjang oleh 1 (satu) stasiun penyiaran di Bandung dan 17 stasiun pemancar yang tersebar diseluruh wilayah Jawa Barat dan Banten. Saat ini TVRI Stasiun Jawa Barat mengudara 4 jam per hari mulai pukul 14.00 s/d 18.00 WIB. Dengan motto “TVRI Jawa Barat Sobat Urang Sarerea”, masyarakat Jawa Barat yang saat ini berjumlah 43 juta jiwa diharapkan merasa memiliki dan mencintai TVRI Jawa Barat melalui program-program yang mengangkat kearifan lokal. Fasilitas yang dimiliki oleh TVRI Jabar adalah

Page 114: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018108

Sarana dan Prasarana TVRI Jawa BaratNo Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan1 Teknik Pemancar 18

tranmisiBaik dan terhubung

2 Teknik Operasional Studio:Studio I Luas : 9 x 25 meter 1 Kelengkapan: 3 buah kamera, video dan

audio mixer, lighting system Studio II Luas : 9 x 13 meter 1 Kelengkapan : 3 buah kamera, video dan

audio mixer, lighting system Studio III Luas : 4 x 5 meter, 1 Kelengkapan : 3 buah kamera, video dan

audio mixer, lighting system 3 OB Van 1 Control Room Studio yang portabel

Sumber arsip TVRI, 2018

2) Struktur organisasi dan Susunan AcaraSaat ini TVRI Jawa Barat dikepalai oleh Asep Suhendar yang membawahi lima

bidang: a. Bidang Program dan PUb. Bidang Beritac. Bidang Tehnikd. Bagian Keuangane. Bagian Umum

Jumlah semua karyawan TVRI Jabar adalah 194 orang dengan komposisi sekitar 50% di atas usia 50 tahun.

TVRI Jawa Barat mendapat alokasi waktu 4 jam untuk menayangkan siaran lokalnya, mulai pukul 14.00 sampai 18.00, dari hari Senin sampai Minggu.

Susunan Acara TVRI Jawa BaratHari Waktu Acara

Senin 14.00-14.30 Kalawarta14.30-15.00 Program Acara Terpadu15.00-16.00 Dokter Kita16.00-17.00 Jabar dalam Berita17.00-18.00 Satu Jam Saja

Selasa 14.00-14.30 Kalawarta14.30-15.00 Kandaga dan Cianjuran (bergantian tiap minggu)15.00-16.00 Bilik Konsultasi16.00-17.00 Jabar dalam Berita17.00-18.00 Hariring

Page 115: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 109

Rabu 14.00-14.30 Kalawarta14.30-15.00 Lintas Jabanusra15.00-16.00 Bilik Konsultasi16.00-17.00 Jabar dalam Berita17.00-18.00 Tembang Sore

Kamis 14.00-14.30 Kalawarta14.30-15.00 Info Tani dan Sang Kreator (bergantian tiap minggu)15.00-16.00 Katumbiri16.00-17.00 Jabar dalam Berita17.00-18.00 Bilik Konsultasi

Jumat 14.00-14.30 Kalawarta14.30-15.00 Ngaji Yuk15.00-16.00 Cahaya Qolbu16.00-17.00 Jabar dalam Berita17.00-18.00 Balaka

Sabtu 14.00-14.30 Kalawarta14.30-15.00 Pangeran Biru dan Kabar Olahraga (bergantian tiap minggu15.00-16.00 Bilik Konsultasi16.00-17.00 Jabar dalam Berita17.00-18.00 Wayang Golek

Minggu 14.00-14.30 Kalawarta14.30-15.00 Dunia Anak15.00-16.00 Bilik Konsultasi16.00-17.00 Jabar dalam Berita17.00-18.00 Sapa Mania Legend

Sumber TVRI, 2018

Bilik Konsultasi merupakan program acara yang merupakan paket kerja sama dengan pihak swasta sehingga ada pemasukan terhadap TVRINJawa Barat. Dunia anak dan Ngaji Yuk, masing-masing program acara mendapat alokasi waktu 30 menit per minggu sehingga total acara anak-anak produksi lokal yang ditayangkan TVRI Jawa Barat adalah 1 jam (60 menit) atau sekitar 3,57% dari waktu siar yang dimiliki TVRI Jawa Barat.

3) Program Acara Anak-anak di TVRI Jawa BaratTVRI Jawa Barat memiliki dua Program Acara Anak-anak, yaitu Ngaji Yuk

dan Dunia Anak. Kedua acara tersebut muncul sebagai bentuk perhatian TVRI Jabar terhadap publik Jawa Barat terhadap pembinaan anak, dimana TVRI Jawa Barat sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal harus mengakomodir seluruh stakeholder TVRI Jawa Barat. Ngaji Yuk dan Dunia Anak muncul sebagai implementasi kebijakan manajemen

Page 116: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018110

yang menghendaki TVRI Jawa Barat dapat menayangkan program-program acara yang bermuatan kearifan lokal. Oleh karena itu, hasil rapat forum penyiar TVRI Jawa Barat memunculkan konsep acara Ngaji Yuk dan Dunia Anak. Kedua acara tersebut masing-masing berdurasi 30 menit yang ditayangankan satu minggu satu kali. Acara Ngaji Yuk ditayangkan setiap hari Jumat mulai pukul 14.30-15.00, sedangkan acara Dunia Anak ditayangkan setiap hari Minggu mulai pukul 14.30-15.00. Acara Ngaji Yuk, bertujuan untuk mengajarkan cara pembaca Al-Quran yang baik dan benar sesuai dengan tajwid dan makhroj-nya. Adapun untuk acara Dunia anak, formatnya tersusun dari tiga aspek yaitu,

Sebenarnya kita formatnya sudah baku ya Pak, tinggal materinya. Formatnya yaitu penampilan anak, kemudia ada, Science, kemudian ada wawancara sedikit dengan siswa berprestasi (wawancara dengan Ibu Wieni, 6 Agustus 2018)

tetapi format itu tidak baku karena pada pelaksanaannya, formatnya dapat berubah sesuai dengan kondisi dan kemampuan komunitas, sanggar seni, atau kemampuan anak-anaknya. Selain itu, materi acara juga disesuaikan dengan waktu, seperti peringatan hari kemerdekaan.

Penentuan siapa yang akan mengisi acara pada kedua acara tersebut ditentukan oleh produser dengan dua cara yaitu dengan mencari sekolah, sanggar, atau komunitas yang memiliki prestasi yang menonjol sehingga layak untuk ditampilkan di layar kaca, atau menyeleksi proposal permintaan untuk ditampilkan di televisi. Secara ideal TVRI Jawa Barat dapat mengakomodir semua stakeholder yang ada di wilayah jangkauan siarannya, tetapi pada kenyataannya karena keterbatasan dana, maka hanya stake holder yang ada di sekitar wilayah Bandung Raya saja yang memiliki kesempatan lebih besar dibandingkan dengan dengan wilayah lain di Jawa Barat, dimana stakeholder yang berasal dari Kota Bandung yang memiliki peluang lebih besar untuk tampil di TVRI Jawa Barat.

Selain Ngaji Yuk dan Dunia Anak, ada satu lagi program acara anak-anak yang ditayangkan TVRI Jawa Barat setiap hari Senin pukul 14.30-15.00 yaitu Anak Indonesia yang ditayang setiap minggu ke-2. Acara Anak Indonesia ini merupakan acara titipan dari TVRI Pusat sehingga tidak menjadi kajian dalam penelitian ini.

2. BandungTVUntuk memperoleh data tentang program acara anak-anak di Bandung TV,

wawancara dilakukan dengan Herdi ST.,M.Sn sebagai program manager Bandung TV dan Tim produksi acara ini terdiri dari: Us Tiarsa (penanggung jawab), Herdi (eksekutif produser), Agustin (produser, naskah/schript), Manto (kameramen), Asep (kameramen), Adi (marketing), Cindy (host). 1) Sejarah PT Bandung Media Televisi Indonesia (Bandung TV)

Di tengah revolusi teknologi yang melanda masyarakat, Bandung TV sebagai jaringan dari Grup Bali Pos hadir sebagai perwujudan kreativitas seni budaya masyarakat

Page 117: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 111

Sunda dalam menemukan jatidiri melalui media televisi. Bandung TV menitik beratkan program acaranya pada upaya pencerahan masyarakat dalam segala aspek kehidupan seni budaya Sunda. PT Bandung Media Televisi Indonesia atau yang lebih dikenal Bandung TV merupakan afiliasi dari PT Bali TV Narada. Selain Bandung TV yang terkoneksi dengan kelompok Bali Post adalah ; L Tv-Bandar Lampung, Sri Wijaya TV- Palembang, Bukit Tinggi TV – Padang, eBMS TV- Purwokerto, Cilacap, Tvku, Cakra TV Semarang, Bali TV, Yogya TV, TATv – Solo, dan Surabaya TV.

Stasiun televisi Bandung TV mulai mengudara pada 3 Januari 2005 selama 10 jam dengan jam tayang mulai pukul 14.00 sampai dengan pukul 24.00 WIB. Dengan channel 38 UHF 607.205 Mhz (5 KW), Bandung TV menjangkau Bandung Raya, Cimahi, Padalarang, Cianjur dan Cileunyi. Tahun 2006 Bandung TV sempat mengudara selama 12 jam, dari pukul 12.00 hingga 24.00, dan sejak awal tahun 2008, Bandung TV mengudara 16 jam, dari pukul 08.00 hingga 24.00 WIB.

2) Visi Bandung TVVisi Bandung TV adalah sebagai media pencerahan dan pemberdayaan

masyarakat Bandung dan Jawa Barat di segala aspek kehidupan dengan fondasi budaya.Menjadikan Bandung TV sebagai stasiun televisi yang terdepan dalam rangka memberikan informasi dan pencerahan yang cerdas di segala aspek kehidupan yang bertumpu pada fondasi budaya, serta mempunyai kepedulian nyata dalam berperan kemajuan masyarakat Bandung dan Jawa Barat, dan ikut menjaga keutuhan masyarakat Bandung, Jawa Barat.

3) Misi Bandung TVBandung TV menyediakan pilihan informasi, pendidikan, dan hiburan bagi

penguatan “ajen inajen” budaya masyarakat Bandung dan Jawa Barat melalui sajian bermakna bagi pematangan, aktualisasi dan inspirasi bagi penciptaan akses terhadap perkembangan manusia seutuhnya.

Memberikan informasi yang lebih kepada masyarakat sekitar melalui program-programnya sesuai dengan kondisi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Menjadi Partner bagi Masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam ikut mensukseskan program-program pembangunan untuk kepentingan masyarakat banyak.

4) Profil PT Bandung Media Televisi (Bandung TV) Mulai mengudara : 3 Januari 2005Jam Tayang : Pukul 14.00 WIB s.d 24.00 WIBDemografiKelamin : Pria dan WanitaUmur a. Primer : 20 - >50 tahun

b. Sekunder : Usia sekolah, di atas 12 tahun, remaja 13 s.d 19

Page 118: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018112

tahun c. Tersier : Dewasa 30 tahun ke atas

Segmentasi Keluarga : Belum menikah dan menikahPekerjaan : Pelajar, ibu rumah tangga, professional, eksekutif, pengusahaPsikografiStatus sosial : Semua KalanganGaya Hidup : ModernKepribadian : Bersahabat dan enerjik.

5) Program Acara Anak-anak di Bandung TVSalah satu program budaya untuk anak-anak adalah program in house, yaitu Anak

Bandung Berbakat yang saat ini masih ditayangkan rutin setiap hari Sabtu dan Minggu. Program acara anak ini mulai diproduksi pada tahun 2004, dengan nama acaranya pada awalnya adalah: Mupu Kembang. Acara ini tujuannya diharapkan anak-anak lebih mengenal kesenian tradisi Sunda (Jawa Barat) dengan mewadahi kreasi anak-anak TK dan SD dalam bentuk tarian jaipongan dan rampak sekar Sunda yang mereka tampilkan di sekolah /tempat masing-masing (perform). Menurut Herdi (wawancara tanggal 6 Agustus 2018), acara ini dilatarbelakangi oleh mirisnya melihat anak-anak yang lebih menyukai lagu orang dewasa dari pada lagu yang sesuai dengan usianya.

Perkembangan selanjutnya, acara anak menjadi Anak Bandung Berbakat, dengan konten tayangan yang lebih beragam bukan hanya sekedar perform kesenian Sunda saja. Segmentasi acara ini untuk anak usia 13 tahun ke bawah (ketegori A). Alasan pergantian nama acara yang pertama, karena adanya kebijakan dari manajemen supaya lebih global tidak hanya tradisi kesenian Sunda saja tetapi lebih kepada kreasi/bakat anak-anak dan berita anak (news). Alasan yang kedua, karena ada evaluasi perbaikan acara dan pergantian produser.

Program acara “Anak Bandung Berbakat” merupakan acara / event pentas menyanyi, menari, perlombaan, unjuk prestasi dan ekstra kulikuler laiinnya pada anak usia dibawah 13 tahun. (SD dan TK). Tim produksi acara ini terdiri dari : Us Tiarsa (penanggung jawab). Herdi ( eksekutif produser), Agustin (produser, naskah/schript), Manto (kameramen), Asep (kameramen), Adi (marketing), Cindy (host).

Acara ini ditayangkan seminggu sekali pada hari Sabtu jam 3 sore, dan pengulangan pada hari Minggu pagi, durasi acara 30 menit terdiri dari 3 segmen. Satu segmen durasinya sekitar 5 sampai 10 menit. Produksi acara ini tidak tentu, kadang banyak permintaan terutama pada musim libur / perpisahan sekolah. Kalau sedang tidak ada kegiatan anak-anak tidak ada permintaan untuk blocking time. Jadi deposit program acara harus diupayakan supaya program acara terlaksana sesuai jam tayang. Biasanya kalau deposit acara kosong pihak Bandung TV mengulang acara Sabtu pada Minggu. Biaya blocking time adalah Rp 1.500.000 sampai 2.500.000, tergantung durasi yang diminta. Misalnya, kalau durasi hanya 8 menit kena biaya Rp 1.000.000. Tetapi

Page 119: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 113

kalau untuk liputan acara untuk news tidak ada pembayaran.Selain acara Bandung Berbakat, sebelumnya ada acara audisi “muadzin cilik”.

Acara ini sempat menjadi nominasi di Bandung awards KPID. Acara anak-anak lainnya yaitu acara News Kids. News Kids merupakan acara blocking time dengan pihak luar yaitu rumah produksi Papita. Dalam News Kids, liputannya seputar kegiatan anak di kota Bandung yang disampaikan oleh anak-anak sebagai presenternya. Acara ini segmennya pada anak-anak SD dan SMP. Selain dengan Papita, kerja sama dengan pihak luar juga dengan nrumah produksi “Bintang Sekolah” Acara lainnya untuk anak-anak yaitu, “Bumi Tirta” dan “Lamda Bersiul”. Dalam acara ini anak-anak belajar teater, baca puisi. Lalu ada “Happy Holy Kids”, “Midang Ringkang Rumingka Seni”.

Acara anak-anak Bandung TV diproduksi secara inhouse dan MOU (blocking time dan sharing) dengan pihak luar (rumah produksi). In house merupakan bentuk produksi acara secara mandiri, biaya sendiri dengan sponsor / iklan dan lokasinya di studio Bandung TV. Sedangkan blocking time merupakan bentuk kerja sama dengan rumah produksi dengan cara menyediakan air time kepada pihak luar dengan berbayar. Untuk satu acara anak pihak Bandung TV memasang tarif Rp 750.000 selama 30 menit. Sementara dalam sistem sharing, tidak berbayar tetapi mengandalkan iklan. Papita adalah rumah produksi yang menggunakan sistem blocking time, sementara Mumi Tirta menggunakan sistem sharing.

3. Inovasi TV Cimahi1) Profil Umum

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 menetapkan prioritas pembangunan nasional yaitu Kemaritiman, Pariwisata, Pertanian (Ketahanan Pangan) dan Industri Kreatif. Keempat sektor tersebut diproyeksikan akan memperkuat daya saing bangsa dan menyerap tenaga kerja, Sejalan dengan kebijakan tersebut pihak kemendikbud mengadakan pilot project dengan sejumlah SMK termasuk SMKN 1 Cimahi. Kepala SMKN 1 Cimahi Ejon Sujana mengatakan, SMKN 1 Cimahi menekankan pada keahlian Industri Kreatif. “Kami fokus pada keahlian produksi film dan program TV sesuai jurusan teknik produksi dan penyiaran program pertelevisian (TP4),’’ ujarnya di kampus SMKN 1 Cimahi, Jalan Mahar Martanegara, Kota Cimahi,

Perkembangan teknologi yang semakin pesat berimbas hampir pada semua bidang termasuk pada dunia pendidikan. SMK sebagai lembaga pendidikan formal yang mencetak siswa menjadi teknisi yang handal harus mampu mengadaptasi perkembangan-perkembangan yang terjadi. Di tahun pelajaran 2004 SMKN 1 Cimahi sebagai SMK Besar membuka jurusan Teknik Produksi Penyiaran Radio/TV (TPR/TV) dengan harapan pada saat itu sedang menjamurnya Televisi-televisi lokal yang tentunya diharapkan siswa-siswa yang membuka jurusan broadcast dapat diserap di industri.

Page 120: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018114

Tenaga kerja yang berdaya saing dan terampil dapat terbentuk dari pendidikan dan pelatihan vokasi bermutu dan relevan dengan dunia usaha dan industri (DUDI). Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peta jalan pengembangan SMK dan menyelaraskan kurikulum dengan kompetensi sesuai pengguna lulusan. Berbagai kompetensi yang diajarkan dan pemenuhan kesempatan melaksanakan praktek dengan sarana dan prasarana yang memadai harus dilakukan oleh pihak sekolah selaku penyedia calon tenaga kerja.

Program keahlian Teknik Produksi Program Pertelevisian (TPPP) merupakan bagian dari 9 program keahlian yang berada di SMK Negeri 1 (STM Negeri Pembangunan) Kota Cimahi yang berlokasi di Jalan Mahar Martanegara (Leuwigajah) No. 48 Kota Cimahi. Program keahlian Teknik Produksi Program Pertelevisian berdiri pada tahun ajaran 2004 / 2005 dengan nama Teknik Penyiaran Radio & TV. Seiring dengan perkembangan program keahlian ini diganti dengan Teknik Produksi Penyiaran dan terakhir pada tahun pelajaran 2005/2006 berubah menjadi Teknik Produksi Program Pertelevisian (TPPP). Teknik Produksi Program Pertelevisian merupakan bagian dari bidang keahlian Radio, Televisi dan Film sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran. Dibukanya Program Keahlian ini, untuk menghasilkan tamatan yang mampu memiliki kecakapan dan keterampilan dalam memproduksi sebuah acara televisi. Adanya instruksi dari Direktorat Menengah Kejuruan (kini Direktorat Pembinaan SMK) bahwa yang membuka jurusan Broadcast harus memiliki Televisi, maka SMKN 1 Cimahi membuat stasiun televisi yang dinamakan INOVASI TV, instruksi berikutnya adalah SMK yang membuka jurusan broadcast dapat merelay tayangan dari Pustekom (TV Edukasi). Kemudian infrastruktur disiapkan dan pada tanggal 20 Desember 2006 diresmikanlah TV edukasi - TV edukasi yang ada di Jawa Barat dan dipusatkan di SMKN 1 Cimahi.

Dalam perjalanannya instruksi dari pusat tidaklah semulus dengan apa yang diharapkan, ini dibuktikan dengan di stop nya siaran oleh KPID/Balai monitor postel/ dan pihak berwajib dengan melakukan penyegelan dengan alasan TV yang dipancarkan belum memiliki ijin. Kemudian Inovasi TV menjalankan aturan-aturan dari KPID Jawa Barat dengan membuat proposal pengajuan ijin penyiaran dan sampai pada bulan April tahun 2009 pengurusan perijinan Inovasi TV mendapat Izin Prinsip Penyelenggaraan Penyiaran dari Departemen Komunikasi dan Informasi.

Sejarah keberadaan TV Inovasi bermula dari upaya pihak sekolah untuk memberdayakan siswa dibidang TP4, SMKN 1 Cimahi dengan menggagas berdirinya wadah kreativitas dalam bentuk yang lebih nyata dan berperan bagi kemasyarakatan. Wadah kreatifitas itu diberi nama Inovasi Production. Inovasi Production merupakan unit produksi TP4 yang didirikan pada tahun 2005. Unit ini memiliki layanan untuk area Jawa barat dan Jakarta, Materi yang dikerjakan antara lain company profile, dokumentasi kegiatan, Wedding dan pre wedding photo dan video, dan sebagainya.

Page 121: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 115

Fasilitas yang dimiliki antara lain studio indoor, editing lab, peralatan standar single cam dan multicam serta studio alam.

Dalam perkembangannya inovasi production berubah menjadi TV Inovasi pada 2005, yang me relay siaran pendidikan dari PUSTEKOM. Proses perijinan dilakukan ke KPID Jawa barat dan memperoleh IPP (ijin prinsip penyiaran) pada tahun 2009. Program-program yang ditayangkan adalah hasil produksi para siswa TP4 berupa liputan kegiatan sekolah, kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintahan kota Cimahi dan lainnya. Tidak jarang juga melakukan siaran langsung seperti acara wisuda sekolah SMKN 1 Cimahi.untuk proses pancar siar didukung oleh perangkat dalam studio. Perangkat studio meliputi single cam dan multi cam, computer editing, dan perangkan master control room (MCR). TV Inovasi menggunakan perlengkapan standar minimal control room. Sementara ruang transmitter terpisah dan bersatu dengan ruang server sekolah. Transmitter hanya memiliki daya jangkau 2,5 kilometer sesuai dengan ketentuan televisi komunitas.

Inovasi TV (Tv Komunitas – SMKN 1 Cimahi) berada di Kanal : 32 UHF, Band: IV, Frek Video: 559.25 MHz, Frek Audio : 564.75 MHz, Frek Audio 2: 565.1 MHz. Dalam perjalanannya Inovasi TV dilengkapi dengan berbagai fasilitas diantaranya Workshop Broadcast, Studio Floor, Master Control room, Ruang Editing, serta Studio Alam (Bale & Saung). Sebagai sebuah televisi komunitas yang kelahirannya diinisiasi oleh Lembaga Pendidikan, maka muatan program acara yang disajikan oleh Inovasi TV lebih banyak diperuntukan bagi dunia Pendidikan terlebih ada kerjasama dengan PUSTEKOM untuk membuat dan merelay tayangan TV Edukasi. Inovasi TV didukung oleh tenaga pengelola yang handal. Selain melibatkan guru juga para murid terutama yang duduk di kelas 11 dan 12. Satu diantaranya adalah Raden Yulia Ramdani, salah seorang staf pengajar di SMKN 1 Cimahi, yang pada tahun 2016 menjadi produser dalam program feature “On Action”, yang merupakan program televisi yang tayang di TV Edukasi, dan program ini merupakan kerjasama Pustekom, AGBI (Asosiasi Guru Broadcasting Indonesia) dan TP4 SMKN 1 Cimahi. Program feature “On Action” sendiri merupakan hasil dari kegiatan workshop film dokumenter dan Screening On Action ini diadakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dimulai tanggal 20 – 23 Desember 2016 di Kota Wisata Batu Jawa Timur. Dalam kegiatan tersebut diberikan materi dasar-dasar produksi film dokumenter praproduksi, merancang program TV untuk SMK Video tutorial, dan teknik produksi program acara televisi. Isinya sendiri lebih banyak berkutat pada aspek kesejarahan, potret kehidupan, dan potensi wisata di sebuah daerah. Selain itu beliau juga telah banyak menghasilkan karya di bidang pertelevisian. Di antaranya menjadi produser dalam film anak berjudul “Anak Singkong” di tahun 2011. Film ini merupakan program dari Direktorat Pembinaan SMK yang ditayangkan di 10 stasiun televisi lokal di berbagai kota. Pada tahun 2013-2014 beliau menjadi produser dalam program motivasi remaja “Cmugudh Ea” yang ditayangkan di Inovasi Televisi.

Page 122: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018116

2) Struktur Organisasi dan Susunan Acara Keberadaan Inovasi TV di SMKN 1 Cimahi pada dasarnya untuk menerapkan

konsep pembelajaran berbasis produksi dengan penerapan proses Teaching Factory. Pembelajaran melalui teaching factory bertujuan untuk menumbuh-kembangkan karakter dan etos kerja yang dibutuhkan DU/DI serta meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dari sekedar membekali kompetensi (competency based training) menuju ke pembelajaran yang membekali kemampuan memproduksi barang/jasa (production based training). Untuk keperluan tersebut, lanjut Ejon selaku Kepala Sekolah, SMKN 1 Cimahi bekerja sama dengan sejumlah industri sehingga kurikulum di sekolah selain mengandung kearifan lokal, juga sejalan dengan target kebutuhan industri dalam memenuhi kebutuhan pekerja yang dihasilkan SMK dengan kualifikasi yang memadai. Industri yang telah melaksanakan kerjasama dengan Program Keahlian Tekik Produksi Program Pertelevisian SMK Negeri 1 Kota Cimahi merupakan Stasiun-stasiun Televisi serta Production House baik di Bandung maupun di Jakarta, di antaranya: PT Pasundan Utama Televisi (STV), IMTV, PJTV, B-MAP Production, Vertigo, Global TV, TV One, Trans TV, PH Baby Born, AA Fotografi, serta LE Visual Mandiri.

Untuk saat ini Inovasi TV dilengkapi dengan susunan kepengurusan sebagai berikut :Pendiri Drs. H. Ermizul, M.Pd.

Drs. H. Muhajir, M.Pd.Drs. Tedi Ahmad Santosa, MM.

Dewan Penyiaran (DPK) Ketua DPK Drs. H. Ermizul, M.Pd.Anggota DPK Drs. H. Muhajir, M.Pd. Drs. H. NadjibDrs. Tedi Ahmad Santosa, MM.

Pimpinan dan Penanggung Jawab Penyelenggara PenyiaranKepala Stasiun Tatang Rusmana,S.Pd.,S.Sn.Pemimpin Redaksi Program M. Agung Firmansyah,S.Sos.I

Hardiono,S.Ag.Pemimpin Redaksi News Linda Lindiawati,S.Sos.,S.Sn.

Tedi NurjamanKeuangan Jeni SaripianiDana Usaha Budi Suryana,S.Sn.Perawatan & Perbaikan alat Ujang Yusas

3) Program-program Unggulan Inovasi TVNo Nama Program Keterangan1 Cimahi Terkini Program berita yang menyajikan informasi-informasi

terkini seputar bidang sosial, budaya dan pendidikan di Kota Cimahi dan sekitarnya

Page 123: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 117

2 Inspirasi Program yang mengajak sahabat untuk menggali motivasi dari setiap kisah inspiratif dari orang-orang di masing-masing bidang yang digelutinya.

3 Selasih Selasih!! (Sepuluh lagu asyik hari ini). Program musik yang menyajikan 10 deretan lagu-lagu yang paling populer diselingi info - info menarik tentang dunia musik.

4 Tahukah Kamu Program yang mengajak sahabat untuk lebih mengatahui dalam secara ilmiah tentang berbagai macam ilmu pengetahuan dan berbagai hal yang ada di sekitar kita.

5 Cmungudh E4 Program yang memberikan motivasi pada setiap episode nya, dipandu oleh trainer motivasi berpengalaman Miftah Salahudin yang akan membawa sahabat semuanya ke dalam dunia penuh kepercayaan diri dan penuh semangat.

6 Cangehgar Program sketsa komedi yang menyajikan tema-tema humor segar, akan menghibur disela waktu liburan sahabat.

7 Nostalgia Program yang mengajak sahabat bersenandung lagu-lagu lawas. Lagu-lagu nostalgia penuh kenangan.

8 Ayun Ambing Ayun Ambing adalah salah satu program Musik Show Sunda yang berdurasi 48 menit dan 12 menit Commercial Break.

Tahun 2017 program yang diproduksi bertambah dengan adanya program baru bernama “Vikipedia”. Program ini berupa video pembelajaran untuk siswa SMK. Konten program melalui pengawasan yang ketat dari guru mata pelajaran yang diangkat. Siswa yang dilibatkan adalah siswa kelas 13 sebagai tim inti dan 12 sebagai kru tambahan. Para guru bertugas sebagai pembimbing sekaligus supervisor internal. Pustekkom melakukan supervisi pada setiap tahapan produksi agar hasil produksi sesuai standar TV Edukasi.

Pembahasan

1. Kebijakan Pengelola Televisi lokal Jawa Barat tentang Program Acara Anak-anak

TVRI Jawa Barat sebagai Lembaga Penyiaran Publik tentu harus tunduk pada Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran dan Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik TVRI. UU nomor 32 tahun 2002 pasal 14 ayat (1) menyebutkan bahwa,

Lembaga Penyiaran Publik sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (2) huruf a adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan

Page 124: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018118

oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.“

Dengan status barunya itu TVRI kini menjadi independen secara redaksional dan otonom dalam penyelolaan keuangan serta bukan lagi menjadi televisi pemerintah (Government owned television). Selain itu UU No 32 Tahun 2002 menyebutkan bahwa,

penyiaran diselenggarakan dalam satu sistem penyiaran nasional dengan negara menguasai spektrum frekuensi yang digunakan untuk penyelenggaraan penyiaran guna sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (pasal 6.)

Berangkat dari UU No 2/2002 ini pemerintah, yang merupakan ciri dari hukum publik, terlibat secara penuh dalam Undang-undang tersebut berdasarkan landasan ideal dan landasan realita atau kemasyarakatan. Landasan ideal berarti bahwa keadilan harus ditaati oleh pembentuk undang-undang atau lembaga pembentuk hukum lainnya dalam menjalankan tugasnya, sedangkan landasan kemasyarakatan adalah hal-hal nyata atau aturan dalam masyarakat itu sendiri. Pancasila sebagai dasar negara menjadi landasan idealnya (UU nomor 32/2002, pasal 2 (asas)), sedangkan aspek kemasyarakatannya adalah politik penyiaran dan perekonomian yang bertujuan untuk:1. Memperkukuh integrasi nasisonal.2. Terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman bertakwa.3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.4. Memajukan kesejahteraan umum membangun masyarakat yang mandiri, demokratis,

adil dan sejahtera.5. Menumbuhkan industri penyiaran Indonesia (UU No 32/2002, pasal 3 (tujuan))

Untuk menjelaskan mengenai Lembaga Penyiaran Publik ini pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 13 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik TVRI yang pada pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa,

Dengan Peraturan Pemerintah ini PT TVRI (Persero) yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2002 dialihkan bentuknya menjadi Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia, selanjutnya disebut TVRI, dan merupakan badan hukum yang didirikan oleh negara.

Sebagai Lembaga Penyiaran Publik, TVRI harus menjalankan fungsi-fungsi ideal lembaga penyiaran, dimana dalam konteks lokal TVRI harus menjaga nilai-nilai budaya dan mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal dalam konteks media penyiaran yang yang akan ditayangkan setiap hari.

TVRI Jawa Barat adalah bagian dari TVRI pusat sehingga setiap kebijakannya harus mengacu kepada aturan Pusat, seperti alokasi waktu, anggaran, dan lain-lain. (Wawancara dengan Pak Heru, 9 Juli 2018)

Kebijakan umum ini, kemudian diimplementasikan dalam bentuk program-program acara yang ditayangkan oleh TVRI Jawa Barat. LPP TVRI ini yang merujuk

Page 125: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 119

pada Undang-undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002.Di TVRI Jawa Barat kebijakan umum program acara ditentukan oleh kepala

stasiun dengan merujuk pada perundangan dan peraturan yang berlaku. Implementasi dan operasionalisasi kebijakan tersebut dalam bentuk program dan acara televisi, khususnya program acara anak-anak, dilaksanakan oleh kepala seksi program dan produser dimana penentuan program Acara dilakukan dalam suatu kegiatan yang dihadiri oleh para penyiar yang tergabung dalam Forum Penyiar TVRI Jawa Barat. Sementara itu, Manajemen Bandung TV yang diwakili oleh Herdi (wawancara 6 Agustus 2018), menyebutkan bahwa acara ini dilatarbelakangi oleh mirisnya melihat anak-anak yang lebih menyukai lagu orang dewasa dari pada lagu yang sesuai dengan usianya.

Pengelola TVRI Jawa Barat dan Bandung TV masih mempertimbangkan nilai-nilai ideal dalam memproduksi program acara anak-anak. Disadari atau tidak, tampaknya, pasal 36 ayat 3 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran yang berbunyi

Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran.

masih melandasi kebijakan dalam pembuatan program acara anak-anak di kedua televisi lokal di Jawa Barat tersebut. Sebagai lembaga penyiaran publik, TVRI Jawa Barat tampaknya telah melakukan hal yang seharusnya dalam menyusun program acara anak, tetapi hal ini menjadi menarik dalam kasus Bandung TV yang secara kategori termasuk televisi swasta dan berorientasi profit.

Keberpihakan media massa mainstream pada isu-isu nasional pada titik tertentu menyadarkan orang bahwa termarjinalisasinya peristiwa-peristiwa lokal di media massa dalam jangka panjang bisa mengancam kehidupan demokrasi, karena dapat menyumbat aspirasi masyarakat dan tidak terpecahkannya berbagai persoalan kehidupan keseharian masyarakat. Keinginan masyarakat untuk memiliki medianya sendiri, yang memenuhi kebutuhan bermedia mereka, memunculkan kreativitas di bidang radio siaran. Sejak era reformasi, di berbagai daerah di Indonesia bermunculan radio komunitas sebagai media alternatif masyarakat.

Edwin Jurriëns dari School of Asian, African, and Amerindian Studies Leiden University dalam tulisannya di Jurnal Antropologi Indonesia (2003) yang berjudul “Radio Komunitas di Indonesia: ‘New Brechtian Theatre’ di Era Reformasi?” membahas bagaimana keberadaan radio komunitas di Indonesia sebagai alternatif antara radio publik dan radio komersial setelah jatuhnya Soeharto pada 1998. Dua hal yang penting dari radio komunitas menurutnya, “radio komunitas memberikan seluruh anggota komunitas akses informasi yang sama serta mendorong mereka untuk berpartisipasi aktif dalam manajemen dan produksi” (Jurriëns, 2003: 72). Kedua tampilan ini mendorong kesadaran diri masyarakat dan rasa memiliki komunitas. Hal

Page 126: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018120

ini mendeskripsikan bahwa hak dan kewajiban demokratis dalam masyarakat Indonesia mendorong kelompok sosial untuk mengekspresikan dirinya tanpa intervensi pihak lain dan berkontribusi terhadap keragaman media Indonesia. Begitu pun pada kasus televisi komunitas. Kemunculan televisi komunitas di Indonesia, sebagai salah satu bentuk media komunitas, tidak terlepas dari situasi politik pascatumbangnya Orde Baru. Seiring dengan era keterbukaan tersebut, dinamika media mengalami perubahan setelah bertahun-tahun terpasung dalam kebijakan politik rezim itu. Pada masa Orde Baru, media hidup di bawah kondisi politik yang represif. Eksistensi media sebagai institusi sosial direduksi menjadi instrumen politik rezim. Akibatnya, fungsi media sebagai kontrol sosial tidak dijalankan dengan baik.Sebelum iklim keterbukaan media di Indonesia terjadi, media dikontrol sangat ketat oleh pemerintah. Selama bertahun-tahun, hanya ada satu siaran televisi yakni Televisi Republik Indonesia (TVRI) sebagai stasiun milik pemerintah. Baru pada tahun 1990-an, muncul media televisi nasional, yakni RCTI dan TPI, yang ternyata kedua media televisi swasta tersebut dimiliki anak dan kerabat rezim yang berkuasa waktu itu. Proses diseminasi informasi berjalan timpang, karena bersifat sentralistik, dan top-down. Semua hal yang dilakukan pemerintah menjadi benar, tidak ada ruang untuk mengritisi kebijakan negara melalui media televisi.

2. Implemantasi kebijakan Pengelola Televisi Lokal dalam Menayangkan Program Acara Anak-anak

Sebagai sebuah lembaga penyiaran, baik televisi publik maupun komersial mereka harus melayani semua stake holdernya yang beragam dan berasal dari berbagai latar belakang usia, demografi, dan kelas sosial yang berbeda. Televisi secara kategoris dapat dikelompokkan sebagai media massa mempunyai karakateristik seperti yang disebutkan oleh Rakhmat (2001: 189) yang mendefinisikan Komunikasi Massa, “sebagai jenis komunikasi massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.” Sebagai sebuah media massa umum maka anak-anak merupakan salah satu satu segmentasinya. Anak-anak sebagai salah satu khalayak televisi memiliki karakteristik tersendiri karena ia berada dalam status transisi menuju dewasa sehingga berada dalam posisi yang tidak stabil, baik secara sosiologis maupun psikologis.

Children’ is not a stable category, which is why it is important to define what is meant by the concept … Children must therefore be understood as a relational term, forming a socially constructed category in society. However, this category is upheld by a complex, continuous process of construction and reconstruction in everyday life in society (Pettersson, 2013: 12).

Oleh karena itu, program acara anak-anak di televisi harus ditangani secara khusus. Di TVRI Jabar keterbatasan alokasi jam siaran yang dimiliki oleh TVRI Jawa Barat (4 jam per hari) menjadikan program acara anak-anakpun hanya memiliki satu jam

Page 127: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 121

per minggu untuk dua mata acara nyang keduanya diproduksi secara lokal. Sementara televisi memiliki khalayak yang beragam dilihat dari sudut kelompok usia, kelas sosial, jenis kelamin, kelompok hobi, minat dan kepentingan, maka mau tidak mau pengelola televisi harus berusaha untuk melayani dan memuaskan seluruh khalayaknya. Hal inilah yang menjadikan rating sebagai salah satu ukuran kepuasan khalayak, terlebih lagi pada televisi komersial. Gerbner menyebutkan bahwa,

Khalayak televisi sifatnya lebih heterogen dibandingkan dengan media cetak dan radio karena televisi menyerap semua golongan audiensi, baik yang tuna aksara maupun yang memiliki pendidikan formal formal tertentu; tidak membedakan pula ras, usia, kelompok etnis, kelompok ekonomi dan lain-lain. Semua melihat pesan yang sama ... televisi memang merupakan satu sumber informasi yang besar sekali (dalam Unde, 2014: 14-15)

Lebih lanjut Unde menyatakan bahwa televisi kini di Indonesia telah menjadi industri sehingga mereka akan memperhatikan profit dalam menentukan dan menyusun program acaranya. Hal ini ditandai dengan tiga hal, yaitu,

Pertama, pengelolaan usaha di bidang media massa tidak lagi dilakukan dalam bentuk yayasan yang berasaskan aspek idealisme, sudah menjadi perusahaan yang dikelola secara profesional dan penggunaan produk-produk teknologi canggih yang sudah mengarah pada ”komersialisasi”. Kedua, semakin banyak para pengusaha nasional atau lazim disebut para ”konglomerat” yang menanamkan modalnya di bidang usaha amedia massa. Ketiga, media massa yang ada sangat beragam bentuknya dan mengarah pada spesialisasi. Unde, 2014: 32-33)

Untuk mengatasi dampak negatif televisi pada anak-anak maka muncul gagasan untuk menayangkan program acara anak-anak yang ramah anak. Hal ini didasari oleh kekhawatiran akan dampak buruk televisi terhadap anak. Panuju (2015: 49-50) menggambarkan kekhawatiran ini, “Televisi dikhawatirkan berdampak negatif bagi anak-anak, sehingga muncul gerakan untuk tidak menonton televisi. Televisi diketahui telah mengubah habit masyarakat dalam menggunakan waktu ... Anak-anak menjadi malas belajar dan prestasi akademiknya ”jeblok”. Lantas para orang tua pun lantang menyuarakan gerakan ”matikan televisi”.

Televisi merupakan salah satu media elektronik yang digemari anak-anak karena mudah diakses, efisien, dan memiliki daya tarik audio visual. Media televisi bagi anak-anak memiliki fungsi fantasi, diversi, dan instruksi. Maka televisi memiliki posisi yang strategis bagi pengembangan kepribadian anak. Melalui televisi, anak-anak diajari mengenal nilai-nilai luhur budaya yang menjadi jati diri bangsanya. Menurut Herdi ST.,M.Sn sebagai program manager Bandung TV, Program Acara Anak-anak Bandung TV tujuannya adalah untuk memberi pendidikan anak-anak agar mencintai nilai-nilai budaya Sunda sejak dini. Anak-anak tidak akan tepengaruh oleh pengaruh negatif acara televisi maupun sosial media jika sudah ditanamkan kecintaan pada nilai-nilai budaya lokal sejak kecil.

Page 128: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018122

Selain itu, Bandung TV sebagai televisi lokal dituntut untuk dapat menerjemahkan dan menyukseskan amanah dari otonomi daerah dengan menayangkan konten-konten berbasis kearifan lokal, yang dikemas dalam berbagai program acara berita, musik, hiburan, program kesenian, kebudayaan, hingga potensi ekonomi lokal suatu daerah.

Ada tiga jenis acara in house Bandung TV yaitu: Mupu Kembang, Anak Bandung Berbakat dan Midang Ringkang Rumingkang Seni. Ke tiga acara ini sama-sama mempertunjukkan segala jenis kesenian tradisional Sunda. Menurut Herdi (wawancara 6, Agustus 2018) tujuan utama Bandung TV adalah terutama untuk menumbuhkan kecintaan pada budaya Sunda pada anak-anak, hanya fokus pada mengedukasi anak. Makanya acara yang ditayangkan dominan perform kesenian Sunda. Bandung TV tidak terlalu memikirkan apakah mendatangkan iklan atau tidak. Bandung TV tidak terlalu profit oriented. Bandung TV kuat pada komitmen memberi pendidikan budaya Sunda pada anak-anak Sunda. Selain itu, tahun 2015 dan 2016 Bandung TV pernah memproduksi film bisu azan Magrib. Judul film ini adalah: “Imadudin”. Nama Imadudin merupakan nama muadzin pemenang pertama dalam audisi azan. Film karya Herdi ini merupakan film bisu azan Magrib (tidak ada dialog), yang melibatkan 10 muadzin cilik hasil audisi pihak Bandung TV.

Penayangan program acara anak-anak di TVRI Jawa Barat dan Bandung TV yang tidak menayangkan film kartun anak-anak patut diapresiasi karena tidak setiap program acara kartun anak-anak baik dan cocok untuk anak-anak. Beberapa penelitian seperti penelitian Andayani dan Suranto (1997) yang meneliti film-film kartun Jepang seperti Sailor Moon, Dragon Ball dan Magic Knight Ray Earth. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa meskipun film - film tersebut adalah film kartun, tetapi film-film tersebut lebih banyak menggambarkan adegan anti sosial (58,4%) dibandingkan dengan adegan pro sosial (41,6%). Temuan diperkuat oleh studi YKAI yang mendapati adegan anti sosial lebih dominan (63,51%). Bahkan adegan-adegan anti sosial pula yang banyak didapati pada film-film kartun anak-anak yang sedang populer saat ini, seperti Sponge Bob Square Pans dan Crayon Sincan.

Dengan spirit otonomi daerah, dampak kehadiran TV Lokal merupakan warna baru dunia penyiaran tanah air karena selama ini kearifan lokal kurang optimal diangkat dalam wujud audio visual. Publik menaruh harapan sangat tinggi terhadap televisi lokal. Kehadirannya di dunia penyiaran diharapkan dapat memberi alternatif tontonan dan dapat mengakomodasi khazanah lokalitas yang saat ini kurang tertampung dalam tayangan televisi. Paket tayangan yang bermaterikan sosial, budaya, pariwisata, ekonomi, dan unsur kedaerahan menjadi suatu kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam upaya optimalisasi pembangunan daerah. Sehingga kehadiran televisi lokal, menjadi solusi penting untuk hal tersebut. (Fardiah, 2012: 217)

Salah satu semangat dalam UU No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, adalah desentralisasi penyiaran, di mana memberikan kesempatan pada masyarakat di daerah untuk mendirikan lembaga penyiaran yang sesuai dengan watak, adat, budaya, dan

Page 129: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 123

tatanan nilai/norma setempat. Undang-undang itu juga memberikan celah bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam bidang penyiaran. Pendek kata, masyarakat diberi ruang untuk tidak lagi menjadi objek penyiaran, namun bisa berperan dalam mewarnai dunia penyiaran. Salah satu poin penting bagi masyarakat adalah ketersediaan aturan mengenai media penyiaran bagi mereka. Menurut UU tersebut, keberadaan Lembaga Penyiaran Komunitas (TV dan radio komunitas), bersanding dengan tiga lembaga lain yakni Lembaga Penyiaran Publik (RRI dan TVRI), Lembaga Penyiaran Swasta (radio dan TV swasta), serta Lembaga Penyiaran Berlangganan.

Kelahiran TV Inovasi di SMKN 1 Cimahi merupakan dampak dari perkembangan persaingan global yang mengharuskan SMK berkembang mengikuti perkembangan Industri sehingga SMK perlu melakukan penyesuaian dengan mempertajam kompetensi keahlian yang sudah ada dengan mempertimbangkan tuntutan dunia usaha dan industri atau dikenal dengan istilah Link and Match. Posisi (Sekolah Menengah Kejuruan) SMK menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 terdapat pada pasal 15 dan pasal 18, termasuk pada “Satuan Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai lanjutan dari pendidikan dasar yang bertujuan mempersiapkan peserta didik terutama dalam bidang pekerjaan tertentu”, oleh karena itu SMK dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki Industri dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang pekerjaan. SMKN 1 Cimahi yang mempunyai jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian dengan bidang keahlian Radio, Televisi dan Film mengharuskan tamatannya mampu memiliki kecakapan dan keterampilan dalam memproduksi sebuah acara televisi. Untuk itulah TV Inovasi dilahirkan. Ini sebagi implementasi dari visi SMKN 1 Cimahi yaitu Menjadi lembaga diklat yang bermutu dan berbudaya, sehingga menghasilkan insan yang mandiri, kompetitif, sejahtera dan agamis serta berkemampuan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat lokal maupun global. Sementara itu misi SMKN 1 Cimahi adalah, 1. Menghasilkan tamatan yang cerdas, terampil, kompetitif dan mandiri.2. Mewujudkan lingkungan yang menjunjung tinggi budaya bangsa dan budi pekerti

luhur.3. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan dengan kebutuhan

masyarakat lokal maupun global.4. Menanamkan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) bagi semua lulusan.5. Mewujudkan layanan prima terhadap semua pelanggan

Visi dan misi sekolah seperti tersebut di atas adalah upaya yang coba diterapkan dengan baik dilapangan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten. Tatang Rusmana, S.Pd., S.Sn, selaku Ketua Kompetensi Keahlian Teknik Produksi dan Penyiaran Program Pertelevisian menjelaskan bahwa keberadaan TV Inovasi sangat membantu siswa dalam mengaplikasikan teori yang didapat di kelas dalam bentuk Project Work. Beberapa project work yang dikerjakan siswa yang kemudian ditayangkan oleh TV

Page 130: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018124

Inovasi biasanya berupa produksi iklan yang berdurasi 1 menit, program non drama yang meliputi talkshow, maganize show, game show dan quis biasanya berdurasi 24 menit. Adapun produksi program drama dibuat untuk durasi 10 menit serta program documenter berdurasi 10 menit. Salah satu project work yang dihasilkan pernah memenangi juara 3 dalam lomba Eduminasi yang diselenggarakan oleh kemendikbud RI dalam bentuk animasi edukasi bertema” Keselarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja” pada September 2011.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 adalah ‘sector specific regulation’ yang membuka peluang bagi setiap pemain untuk mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha di sektor informasi, sub-sektor penyiaran (radio dan televisi). Sebelum menyelenggarakan kegiatannya lembaga penyiaran wajib memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran (IPP).

Sebagai sebuah televisi yang berafiliasi dengan TV Edukasi Pustekom Kemendikbud, Inovasi TV mengemban nilai pendidikan dalam setiap siarannya. Stasiun televisi ini khusus ditujukan untuk menyebarkan informasi di bidang pendidikan dan berfungsi sebagai media pembelajaran masyarakat. Karena itu acara inovasi tv lebih banyak merelay tv edukasi sebagai bagian kesepakatan meningkatkan mutu Pendidikan di Indonesia. Jam tayang inovasi sekitar 6 jam, dimulai dari jam 12.00 sampai 18.00, pertimbangannya adalah karena penonton acara ini lebih banyak usia sekolah sementara mereka rata-rata pagi masih sekolah maka acara disesuaikan dengan kebutuhan penonton.

Selain merelay acara TV Edukasi, Inovasi Tv untuk memroduksi sendiri acara siarannya. Beberapa mata acara yang dibuat bahkan diapresiasi oleh pihak lain diantaranya oleh Pustekom untuk disiarkan di TV Edukasi secara nasional di samping juga yang berkolaborasi dengan tv swasta nasional. Program “On Action” yang dibuat oleh Inovasi Tv disiarkan secara berjaringan melalui Tv Edukasi. Program acara “Cangehgar” sering kita dapati disiarkan oleh salah satu televisi swasta nasional dalam acara lokal Jawa Barat.

UU Penyiaran No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran mengamanatkan agar isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja pada waktu yang tepat. Isi siaran juga wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, kontrol dan perekat sosial, serta memberi manfaat kepada masyarakat khususnya anak-anak dan remaja. “Karena itu, sudah seharusnya program siaran televisi menjadi sebuah tontonan yang menuntun anak-anak dan remaja ke arah positif,” kata Yuliandre selaku ketua KPI Pusat. Beliaupun mengatakan bahwa “Dengan menyiarkan informasi yang berkualitas, edukatif, memiliki value, dan menginspirasi anak-anak Indonesia untuk maju dan berkembang bisa mewujudkan hal itu,” kata Yuliandre dalam pidato pembuka acara Anugerah Penyiaran Ramah Anak 2017.

Merujuk hal tersebut TV Inovasi memenuhi kaidah sebagai sebuah televisi

Page 131: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 125

yang ikut menentukan perkembangan kualitas hidup anak Indonesia melalui konten siarannya. Beberapa mata acara yang diproduksi mencerminkan muatan edukasi yang ramah anak seperti acara Profile yang menampilkan prestasi dari seorang tokoh, prestasi organisasi maupun sisi unik yang ada di seputaran SMKN 1 Cimahi dan Kota Cimahi Umumnya. Acara tersebut digagas, diproduksi oleh para siswa kelas XI TP4 untuk TV Inovasi sebagai aplikasi dari pemahaman teori yang telah didapatkan di kelas. Boeren dan Epskamp menyebut ‘learning is very ordinary affair’, artinya belajar bisa dimana dan kapan saja. Lebih jauh, mereka menyatakan bahwa,

Our learning by schooling, for example, is planned. But we are not only well educated, but brought up in a proper way as well. Learning by way of up bringing is less planned and organized than learning by schooling. And besides these two ways, we learn by all our daily observations. Learning then refers to the degrre of intention to receive information (1992: 14).

Dalam konteks ini belajar di luar kelas mendekatkan mereka untuk memahami dengan lebih baik apa yang terjadi di sekitar. Untuk sebuah tahapan produksi program acara yang berdurasi kurang dari 30 menit mereka harus briefing dan brainstorming berjam-jam bahkan berhari-hari untuk penyamaan persepsi. Belum lagi untuk tahap produksi dan evaluasi. Ini semua mengajar siswa tentang arti sebuah pekerjaan.

Perkembangan teknologi yang cepat pada industri televisi dari terrestrial ke digital dan juga tv internet mengahruskan para pengelola tv komunitas untuk beradaptasi dengan baik. Begitupun TV Inovasi, disampaikan oleh Tatang, “Nah perkembangan teknologi ini tentunya harus disesuaikan dengan kurikulum. Karena meskipun content programnya sudah dikuasai, teknologi yang berkembang harus dipahami oleh kondisi SMK untuk menelurkan lulusan yang siap bekerja sebagai teknisi”.

3. Hambatan Produksi dan Penayangan Program Acara Anak-anakBandung TV belum memproduksi tayangan anak dalam bentuk film atau

sinetron. Menurut Agustin, produser acara “Anak Bandung Berbakat”, biaya produksi satu episode film / sinetron anak sangat mahal, yaitu sekitar 20 juta rupiah. Kalau mau memproduksi sendiri harus ada pihak sponsor dan pengiklan sebagai penggalang dana. Maka Bandung TV baru bisa membuat program acara in hause dengan iklan, dan blocking time dengan berbayar, belum samapi membuat sinetron / film anak. Untuk sebuah liputan ke luar, setidaknya perlu biaya Rp 5.000.000 dan akan terasa berat kalau tidak ada iklan. Ini merupakan penyebab TV lokal banyak yang gulung tikar, karena kekurangan biaya produksi. Tapi meskipun demikian, menurut Agustin, Bandung TV akan tetap bertahan dan konsisten menayangkan acara-acara edukasi khususnya edukasi anak-anak , karena siapa lagi yang menyelamatkan anak kalau bukan kita?

Sikap dan penerimaan masyarakat pemirsa terhadap acara anak sangat menggembirakan. Menurut Agustin, setiap peliputan dan pembuatan acara di lokasi mendapat sambutan anak-anak- dan para orang tua / guru sangat antusius. Karena

Page 132: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018126

mereka merasa gembira bisa masuk TV. Apalagi kalau ada gift dari sponsor, seperti sosis “Kimbo” misalnya, semangat anak-anak luar biasa bahkan sekolah sampai diliburkan. Sebetulnya acara anak ini sangat ditunggu-tunggu oleh pemirsa, karena acara ini melibatkan mereka untuk bisa muncul di TV. Dan juga sebagai ajang promosi diri anak ataupun sekolah.

Kendala utama adalah kurangnya sponsor dan iklan untuk mendanai produksi. Menurut Agustin, Bandung TV yang merupakan jaringan dari Bali TV memang masih teguh memegang komitmen untuk tetap mengusung idealisme, hal ini sejalan dengan visi yang dipegang oleh owner Bandung TV yaitu; Pak Satriya, sebagai orang pers yang idealis dan tidak akan pernah menjual usaha televisi ini demi alasan komersil / bisnis.

Bandung TV sebagai televisi lokal pertama di Jawa Barat (2004) dalam perkembangannya terbentur pada terbatasnya modal untuk biaya oprasional dan produksi liputan / acara. Menurut Herdi, beberapa kendala yang ditemukan yaitu: 1. Konten acara yang bermuatan budaya lokal dan anak-anak kung menarik minat

pengiklan, sehingga banyak mengandalkan pada kerjasama dengan pihak luar.2. Acara anak-anak pada TV lokal segmentasinya terbatas sehingga kurang menarik

pihak pengiklan.3. Perform kesenian tarian tradisional budaya Sunda mempersempit wacana dunia

anak, 4. Kemasan acara yang kurang inovatif belum mampu menarik minat pengiklan. 5. Keterbatasan modal tidak memungkinkan Bandung TV membuat program acara

anak yang lebih menarik , seperti film anak, sinetron anak, kuiz anak, dan lain-lain.6. Belum ada dukungan dari pemerintah (kebijakan) ataupun pengusaha (CSR) untuk

mendanai produksi program acara in house.

Adanya kebijakan pemerintah dan CSR yang mendukung produksi acara anak akan meningkatkan kuantitas dan kualitas acara anak yang edukatif. Acara anak sangat minim perlu ditingkatkan lagi dengan dukungan modal baik dari pemerintah (daerah) maupun CSR pihak swasta.

TVRI Jawa Barat mau tidak mau harus tunduk pada aturan karena status dan fungsinya sebagai lembaga penyiaran publik sehingga tidak sebebas TV komersial, sementara di sisi lain televisi komersial memang didirikan untuk meraih profit atas kapital yang telah mereka investasikan. Anggaran telah menjadi alasan klasik bagi semua lembaga penyiaran, baik swasta maupun publik, dimana lembaga penyiaran publik tampaknya lebih menghadapi kendala ini. Piliang, seperti yang dikutip oleh Rachmiatie dan Suryadi (2009: 145) menyebutkan, “Media tidak dapat dipisahkan dari kepentingan ekonomi dan politik yang ada dibaliknya, terutama dalam membentuk isi media, informasi yang disajikan dan makna yang ditawarkan. Akibatnya media tidak dapat netral, jujur, adil, obyektif, dan terbuka.” Kendala yang paling besar adalah untuk tetap selalu menjaga konsistensi untuk menjaga nilai nilai ideal karena di tengah keterbatasan

Page 133: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 127

sumber dana dan sumber daya, televisi lokal harus tetap dapat mengudara dengan tuntutan kualitas yang bagus. Berbeda dengan televisi nasional, televisi lokal sangat susah mendapatkan sponsor dan iklan yang mengkibatkan acaranya kurang menarik, dan kurang menariknya acara yang ditayangkan menjadikan iklan susah masuk. Sebuah lingkaran setan yang susah diputus.

Popularitas TV lokal di tengah masyarakat yang kalah jauh dibanding TV nasional menjadi faktor bagi minimnya sponsor dan investasi pengiklan untuk ikut menghidupi TV lokal … Hal ini berdampak sistematis terhadap kelanjutan hidup TV lokal, maka banyak televisi lokal yang sudah beroperasi berjibaku dengan masalah internalnya yang mencakup persoalan buruknya manajemen, baik manajemen sumber daya manusia maupun manajemen keuangan, hingga pada persoalan sulitnya mendapatkan share iklan. (Fardiah, 2012: 218).

Hambatan lain yang sering ditemukan biasanya adalah kesulitan mencari event pentas seni karena masanya anak-anak aktif belajar. Biasanya tim produksi meliput event umum tetapi dicari angle anak-anaknya. Misalnya, meliput pameran buku, maka yang diliput adalah ketersediaan buku bacaan anak dan suasana pameran yang melibatkan anak-anak. Hambatan lainnya adalah pengisi acara “Anak Bandung Berbakat” ini kebanyakan lebih memilih televisi nasional sebagai media yang digunakan dalam pementasan event-nya. Biasanya TVRI sebagai “pesaing” dalam pencarian pengisi acara, mengingat jangkauan TVRI yang lebih menasional daripada Bandung TV yang terbatas seputar kota Bandung saja.TVRI juga memiliki studio dan sarana yang lebih memadai dibandingkan dengan studio dan sarana yang dimiliki Bandung TV. Meskipun biaya untuk tampil di studio TVRI lebih mahal, yaitu Rp 3.500.000, tetapi TVRI sering menjadi pilihan utama bagi para orang tua atau sekolah yang akan menampilkan kreasi dan pentas seni anak-anaknya.

Seperti halnya televisi komunitas lainnya di Indonesia keberadaan dan keberlangsungan sebuah televisi sangat bergantung pada bantuan pihak lain. Hal sama terjadi pula di TV Inovasi, ketika perangkat yang ada rusak, maka acara tidak bisa ditayangkan, Seperti penjelasan Raden Yuliar sebagai salah seorang guru yang juga Pembina di TV Inovasi, “untuk saat ini ketersediaan alat menjadi alasan utama terkait off atau on nya sebuah acara siaran di TV Inovasi. (17 Juli 2018). Menyiasati keadaan tersebut TV Inovasi bersiaran dengan cara mengunggah video yang sudah ditayangkan ke saluran youtube. Hambatan lainnya adalah kurangnya sumber daya manusia yang unggul. Ini sepertinya hampir merata terjadi pada media komunitas. Siswa yang sudah terlatih di TV Inovasi pada akhirnya harus keluar karena sudah menyelesaikan masa studinya. Sementara sumber daya manusia yang baru harus dilatihkan kembali untuk menghasilkan program acara terbaik.

Page 134: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018128

Simpulan dan Saran

Simpulan1. Kebijakan pengelola televisi lokal Jawa Barat dalam membuat program acara

anak pada umumnya telah didasari oleh pertimbangan-pertimbangan ideal seperti mengacu pada aturan perundang-undangan dan pertimbangan nilai-nilai kearifan lokal sehingga acara yang ditayangkannya dapa dikategorikan ramah anak.

2. Pada tataran implementasi, kebijakan pengelola televisi lokal di Jawa Barat masih belum memperlihatkan bentuk yang ideal. Hal ini terlihat dari alokasi jam siaran untuk program anak yang masih minim.

3. Hambatan yang dirasakan oleh ketiga stasiun televisi tersebut hampir sama, yaitu kendala dana dan sumber daya manusia.

Saran1. Pengelola televisi lokal hendaknya dapat memanfaatkan pola kerja sama dengan

mengembangkan konsep siaran televisi berjaringan.2. Pengelola televisi lokal Jawa Barat dapat mengembangkan konsep sinergi dengan

perguruan tinggi dan fakultas yang memiliki lab film dan atau televisi untuk memproduksi program acara anak-anak yang ramah anak.

Daftar Pustaka

Ardianto, Elvinaro, 2007, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung: Simbiosa Media Rekatama.

Boeren, Ad & Kees Epskamp. The Empowerment of Culture: Development Communication and Popular Media. 1992. Centre for the Study of Education in Developing Countris (CESO) The Hague. Den Haag.

Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc:

California.Dahlgren, Peter, 1995, Television and the Public Sphere, Sage, London.Fardiah, Dedeh, 2012, Peluang dan Tantangan Membangun Media Penyiaran Berbasis

Kearifan Lokal di Jawa Barat, prosiding Seminar Nasional Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal, Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, UNSOED: Purwokerto

Jurriëns, Edwin. 2003. “Radio Komunitas di Indonesia: ‘New Brechtian Theatre’ di Era Reformasi?” dalam Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA XXVII, Nomor 72

Page 135: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 129

September 2003, hal. 116-130.Gerungan, Rocky, 2010, Psikologi Sosial. Bandung: Refika aditama.Habermas, Jurgen, 1974, ’The Public Sphere: An Encyclopedia of Article (1954),

JSTOR, New German Critique No. 3 (Autum, 1974), http://links.jstor.org/i?sici=0094033X%28197423%290%3A3%3C49%3ATPSAEA%3E2.0.CO%3B2-Z

Habermas, Jurgen, 1989. The Structural Transformation of the Public Sphere. Polity.Press, London.

Hutchison, David, 1999, Media Policy: An Introduction, Blackwell, Massachusetts.McQuail, Dennis, 1994, Teori komunikasi Massa, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.McQuail, Dennis, 1996, Teori komunikasi Massa, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.Moleong, Rexy, 2007, Metode Penelitian Kualitatif, Remadja Karya, Bandung.Mulyana, Deddy, 2001, Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma baru ilmu komunikasi

dan ilmu sosial lainnya, Bandung: Remadja Karya.Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Malang : CESPUR.Panuju, Redi, 2015, Sistem Penyiaran Indonesia: Sebuah Kajian Strukturalisme

Fungsional, Prenada Media Grup, Jakarta.Pettersson, Asa, 2013, How Swedish Public Service Television Imagines A Child

Audience, a Doctoral dissertation at Departement of Thematic Studies, Faculty of Arts and Sciences, Linköping University, Swedia.

Poster, Mark, 1993, Habermas and the Public Sphere, MIT Press, London.Rakhmiatie, Atie dan Karim Suryadi, 2009, Sistem dan Kebijakan Komunikasi Penyiaran

di Indonesia, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat, Bandung.Rakhmat, Jalaludin, 2001, Psikologi Komunikasi, Remadja Karya, Bandung.Rivers, William L, dkk., 2004, Media Massa dan Masyarakat Modern, edisi kedua,

Jakarta: Prenada Media, .Sri Andayani dan Hanif Suranto, (1997). Perilaku Antisosial di Layar Kaca dalam

Bercinta dengan Televisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.Street, John, 2001, Mass Media, Politics, and Democracy, Palgrave, New York.Unde, Andi Alimuddin, 2014, Televisi dan Masyarakat Pluralistik, Prenada, Jakarta.Wibowo, Fred, 1997, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, Gramedia, Jakarta.

Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran.Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Komunitas.Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik.Berita Kompas 30/5/2007, TV Komunitas Bebaskan Ketertinggalan Informasi.

Page 136: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018130

Page 137: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 131

Strategi Media Penyiaran dalam Membuat Program Siaran yang Sehat Bagi Publik

(Studi Deksripsi Kualitatif Strategi Media Penyiaran Daerah dalam Membuat Program Siaran yang Sehat Bagi Publik di

Cirebon dan Majalengka)

Tim Peneliti:Witri Cahyati, Roni Tabroni, Adi Permana Sidik, Nunung Sanusi,

Pupi Indriati [email protected], [email protected], [email protected],

[email protected], [email protected](Fakultas Ilmu Komunikasi & Administrasi, Universitas Sangga Buana)

Abstrak

Penelitian ini mendeksripsikan pemahaman dan penafsiran program dan konten sehat, strategi media penyiaran dalam membuat program siaran, respon publik terhadap program siaran yang sehat, dan dinamika media siaran di daerah. Metode penelitian menggunakan menggunakan pendekatatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatitf. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, FGD, dan studi literatur. Hasil penelitian ini adalah media penyiaran di Cirebon dan Majalengka memahami dan menafsirkan program atau konten sehat adalah konten yang senantiasa sesuai denga fakta, narasumber yang kredibel, memberikan pencerahan, mendidik, namun bisa dikemas lewat hiburan namun tidak bertentangan dengan syariat Islam. Strategi media menyiaran di Cirebon dan Majalengka dalam membuat dan mempertahankan program siaran dengan dengan menggunakan lima pendekatan, yaitu: (1) Sajian yang Diminati dan Menarik, (2) Memperhatikan Audiens (Pendengar dan Pemirsa), (3) Konten Lokal, (4) Segmen Usia, (5) Interaski dengan Pendengar. Temuan lainnya adalah tentang dinamika eksistensi media penyiaran di Cirebon dan Majalengka di tengah serbuan internet dan media sosial. Media penyiaran di Cirebon dan Majalengka terus beradaptasi dengan perubahan perilaku masyarakat di media sosial. Rekomendasi dari penelitian ini adalah kelanjutan penelitian dengan fokus pendalaman tema serta keragaman topil serta objek penelitian. Sementara untuk pemerintah, perlu disiapkan regulasi tentang pembentukan KPID ditingkat Kabupaten serta perluasan kewenangan KPID untuk mengawasi televisi dan radio berbasis internet.

Kata kunci: Strategi Media Penyiaran, Program Siaran, Konten Sehat, Publik.

Page 138: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018132

Pendahuluan

November tahun 2017 yang lalu lembaga rating ternama Nielsen merilis daftar sepuluh (10) program tv yang menempati rating tertinggi. Sepuluh program tersebut adalah (1) Sinetron Siapa Takut Jatuh Cinta (SCTV), (2) Sinetron

Anak Langit (SCTV), (3) Sinetron Cahaya Hati (RCTI), (4) Sinetron Dunia Terbalik (RCTI), (5) Sinetron Jodoh Wasiat Terbaik (ANTV), (6) Kartun Upin & Ipin Bermula (MNCTV), (7) Sinetron Komedi Tukang Ojek Pengkolan (RCTI), (8) Variety Show D’Academi Asia 3 (Indosiar), (9) Sinetron Kenapa Aku Harus Menerima (Indosiar), (10) Sinetron Malaikat Tak Bersayap (ANTV).1

Hasil di atas menunjukan bahwa program siaran televisi di Indonesia paling yang paling banyak ditonton oleh masyarakat masih didominasi oleh program sinetron, kartun, variety show. Walaupun hasil di atas ini diambil pada medio November 2017 saja, tapi ini dapat mewakili program siaran yang banyak ditonton oleh masyarakat di Indonesia.

Satu Panpage (laman) Facebook yang bernama Rating Program TV cukup sering memposting daftar program tv yang paling banyak ditonton oleh masyarakat selama satu hari. Misalnya pada 02 Mei 2018 Rating Program TV merilis 30 program yang paling banyak ditonton oleh masyarakat. Sepuluh (10) program teratas diantaranya: (1) Karma The Series (ANTV), (2) Anak Langit, (3) Karma (ANTV). (4) Orang Ketiga (SCTV), (5) Siapa Takut Jatuh Cinta, (6) Dunia Terbalik (RCTI), (7) Jodoh Wasiat Terbaik (ANTV), (8) Ada Dua Cinta (RCTI), (9) Family 100 Indonesia (Global), (10), Lida Konser Final Top 5 (Indonesiar).2

Rating Program TV pada 05 Mei 2018 merilis kembali merilis daftar tayangan tv yang paling banyak ditonton masyarakat, yaitu: (1) Karma The Series (ANTV), (2) Karma (ANTV), (3) Orang Ketiga (SCTV), (4) 88anniv: Indonesia vs Uzbekistan (RCTI), (5) Siapa Takut Jatuh Cinta, (6) Anak Langit (SCTV (7) Jodoh Wasiat Terbaik (ANTV), (8) Upin & Ipin Bermula (MNCTV), (9) Shani (ANTV), (10), Lida Konser Final Top 4 (Indonesiar).3

Sementara untuk program siaran radio pada tahun yang sama, tepatnya pada Agustus 2017, ada tiga (3) program siaran radio yang dinilai sebagai program siaran yang paling banyak didengarkan. Ketiga program tersebut yaitu: (1) Nightmare Side (Ardan 105,9 FM Bandung), (2) Salah Sambung (97,8 Gen FM Jakarta), (3) Tawco (101,0 Jak FM Jakarta).4 Berdasarkan daftar program siaran radio yang paling banyak didengar oleh masyarakat ini program-programnya bergenre horor, komedi, dan talkshow.

1 https://www.brilio.net/film/10-acara-tv-paling-laris-november-favoritmu-masuk-nggak-171206m.html diakses pada Minggu, 06 Mei 2018 Pukul 14.00

2 https://www.facebook.com/Rating-Program-TV-1748112535509268/3 https://www.facebook.com/Rating-Program-TV-1748112535509268/4 https://www.brilio.net/musik/3-program-siaran-radio-tanah-air-yang-paling-hits-dengerin-yuk-1708053.

html diakses pada Senin, 07 Mei 2018 pukul 10.28 WIB

Page 139: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 133

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), sebagai lembaga pemerintah yang bertugas salah satunya sebagai pengawas lembaga penyiaran di Indonesia, juga memiliki satu program apresiasi kepada program-program siaran televisi dan radio yang bernama Anugerah KPI.

Pada tahun 2017 misalnya Anugrah KPI 2017 memberikan penghargaan kepada 19 kategori, Berikut merupakan daftar pemenang Anugerah KPI 2017 yang diberikan kepada 19 kategori:1. Program Animasi Adit Sapo Jarwo episode Ojek Payung bikin Bingung

(TransTV)2. Program Anak-anak Si Bolang Bocah Petualang episode Jejak Garuda di

Tanah Papua (Trans7).3. Program Iklan Layanan Masyarakat

Produksi TelevisiKarena Kita Indonesia (ANTV)

4. Program Iklan Layanan Masyarakat Produksi Radio

Pemenang : Anak Muda Jangan Anti Sosial (Prambors Radio)

5. Program Talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC) episode Saatnya Damai Bersenandung (TvOne).

6. Presenter Talkshow Aiman Wicaksono (Kompas TV).7. Program Sinetron Seri Dunia Terbalik episode 286 (RCTI).8. Program Film Televisi Kurang Garam (SCTV).9. Program Peduli Perempuan dan

Penyandang Disabilita.Satu Indonesia episode Mama Aleta Baun (NET.).

10. Televisi Ramah Penyandang Disabilitas ANTV11. Radio Komunitas Mitra FM Jawa Tengah.12. Pemerintah Daerah Peduli Penyiaran Provinsi Lampung.13. Program Wisata Budaya Produksi

Televisi Indonesia Bagus episode Mappadendang (NET.)

14. Program Wisata Budaya Produksi Radio Saung Angklung Udjo (RRI Bandung).15. Program Perbatasan dan Daerah

Tertinggal Produksi Televisi.Tapal Batas episode Bersama Menjaga Keharmonisan (TVRI).

16. Program Perbatasan dan Daerah Tertinggal Produksi Radio.

Menjaga Merah Putih Tetap Berkibar Di Perbatasan Negara (RRI Kupang).

17. Program Berita Kontroversi (Trans7).18. Presenter Berita Zilvia Iskandar (Metro Pagi Primetime Metrotv).19. Pengabdian Seumur Hidup Alex Kumara

Sumber: https://www.viva.co.id/berita/nasional/971910-daftar-lengkap-pemenang-anugerah-kpi-2017 diakses pada Senin, 07 Mei 2018 pukul 11.37 WIB.

Dari data-data di atas, terlihat antara program-program siaran baik televisi maupun radio yang paling banyak ditonton oleh masyarakat versi Lembaga rating, tidak selalu berkorelasi menjadi program siaran terbaik versi Pemerintah dalam hal ini adalah KPI. Ini tentu terjadikarena disebabkan oleh faktor penilaian yang berbeda

Page 140: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018134

diantara dua lembaga tersebut. Bagaimana dengan program siaran yang dibuat oleh media penyiaran lokal,

khususnya di Jawa Barat. Dapat dilihat misalnya dari peraih penghargaan KIPD award 2017 akhir tahun yang lalu.

Nominasi Televisi KPID Jabar Award 2017 untuk Kategori Berita Televisi dimenangkan oleh RCTV Cirebon dengan program Wewara Basa Cerbon. Kategori Feature Televisi, diraih oleh Bandung TV dengan program Mandalawangi, “Ekspedisi Geopark Ciletuh”. Kategori Talkshow Televisi dimenangkan iNews Jabar dalam program Special Report.

Kategori Seni Hiburan dan Budaya Lokal Televisi dimenangkan MGS TV Bogor, dengan judul program “Sudah Kenal Semakin Dekat”. Kategori Program Anak-anak Televisi dimenangkan TVRI Jabar dalam program Dunia Anak. Kategori Seni Budaya Lokal Sistem Stasiun Jaringan Televisi dimenangkan Net TV Jabar dengan program Gamelan Degung Hiburan Para Rakyat.

Nominasi Radio KPID Jabar Award 2017 Kategori Berita Radio dimenangkan oleh Radio LPPL Kuningan dengan program Info Kuningan. Kategori Talkshow Radio dimenangkan oleh Radio PR FM Bandung dalam program Kontroversi. Kategori Hiburan Seni Budaya Lokal Radio dimenangkan Radio Sindo Trijaya FM Bandung dengan program Ngadu Bako.

Kategori Program Anak Radio dimenangkan RRI Bandung dalam program Pelangi Anak Nusantara. Kategori Iklan Layanan Masyarakat Radio Swasta dimenangkan oleh Radio Dahlia FM Bandung dengan program Buang Gadget Untuk Anak. Kategori Iklan Layanan Masyarakat Radio Komunitas dimenangkan oleh Radio CBS Cirebon dengan judul Kekerasan Dalam Rumah Tangga.5

Program-program siaran televisi dan radio yang banyak ditonton, didengar, dan yang mendapat penghargaan dari KPI Pusat maupun Daerah diasumsikan sebagai program yang baik, paling tidak sudah memenuhi unsur sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh regulasi yang ada. Program siaran baik artinya juga pasti adalah program yang dibuat dengan perencaan yang baik oleh lembaga penyiaran.

Menarik untuk meneliti bagaimana strategi perencanaan yang dimuat oleh media penyiaran dalam membuat program yang sehat bagi publik, khususnya di Cirebon dan Majalengka. Mengapa di Cirebon? Karena ada satu program televisi dan program radio yang mendapatkan penghargaan dari KPID Jabar juga karena Cireon merupaka salah satu kota yang sedang tumbuh perekonomiannya yang salah satunya akibatnya adalah adanya jalan tol Cipali.

Sementara mengapa lembaga penyiaran di Majalengka karena walaupun tidak adanya program siaran televisi dan radio di Majalengka yang mendapatkan penghargaan dari KPID Jabar, tetapi dengan akan beroperasinya sebuah Bandara Internasional di

5 http://jabar.tribunnews.com/2017/11/17/kpid-jawa-barat-beri-12-penghargaan-kepada-insan-televisi-dan-radio diakses pada Senin, 07 Mei 2018 pukul 13.14 WIB

Page 141: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 135

Majalengka dalam waktu dekat, sangat mungkin sekali akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi pengelola media penyiaran untuk membuat program siaran yang berkualitas.

Fokus dan Pertanyaan PenelitianBerdasarkan latar belakangan tersebut di atas, maka kami akan melakukan

penelitian dengan mengambil judul “Strategi Media Penyiaran dalam Membuat Program Siaran yang Sehat Bagi Publik (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Media Penyiaran Daerah dalam Membuat Program yang Sehat Bagi Publik di Cirebon dan Majalengka).

Rumusan pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Bagaimana Strategi Media Penyiaran Daerah dalam Membuat Program Siaran yang

Sehat Bagi Publik di Cirebon dan Majalengka?

Landasan Konsep

1. Komunikasi MassaMenurut Bittner, Komunikasi Massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

media massa pada sejumlah besar orang (Sumadiria, 2014: 19). Sedangkan Gerbner mengartikan komunikasi massa adalah produksi dan ditribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki oleh masyarakat industri (Ardianto, 2015: 3).

Hiebert, Ungurait, dan Bohn, yang sering disingkat menjadi HUB (1975) mengemukakan komponen-komponen komunikasi massa meliputi communicator, codes and contents, gatekeepers, the media, regulators, filters, audience, dan feedback. Media sendiri terdiri dari (1) media cetak, yaitu surat kabar dan majalah; (2), media elektronik, yaitu radio siaran, televisi dan media online (Ardianto, 2015: 31-32 dan 40).

Komunikasi massa atau mass communication ialah komunikasi melalui media massa modern meliputi surat kabar, majalah, siaran radio, dan televisi, bahkan internet. Komunikasi massa menyampaikan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media massa.

Littlejohn (1996: 324) memberikan definisi komunikasi massa adalah mass communication is the process whereby media organization produce and transmit message to large publics and the process by which those massage are sought, used, understood, and influenced by audiences.

Joseph Devito (1978) dalam communicolgy: An introduction to the study of communication mendefinisikan,

First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large audience. This does not mean that the audience includes all people ore every one who reads ore every one who watches television; rather is means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediatied by audio and

Page 142: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018136

or visual transmitters. Mass communication is perhaps most easely and most logically defined by its form: television, radio, newspaper, magazine, films, books and tapes.

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan pada sejumlah besar khalayak yang heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik secara serentak, terbuka dan sekilas. Komunikator dalam komunikasi massa berbeda dalam organisasi yang kompleks dan proses nya melibatkan biaya besar dan komunikasi massa adalah hasil dari perkembangan masyarakat industri.

Aktivitas dalam komunikasi massa merupakan aktivitas sosial yang berlaku pada kehidupan masyarakat secara umum. Salah satu aktivitas pokok dalam komunikasi massa adalah sebagai trasmisi warisan sosial (social heritage) berfokus pada komunikasi pengetahuan, nilai-nilai dan norma-norma sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya atau dari anggota-anggota satu kelompok kepada anggota kelompok yang baru atau pendatang baru (Susanto, 1974: 159).

Media yang digunakan dalam komunikasi massa adalah radio, surat kabar, majalah, televisi, dan sebagainya. Pesan-pesan pada komunikasi massa ditujukan kepada umum. Pesan menjelajah pada massa yang relatif banyak jumlahnya, dan menyentuh kepada kepentingan umum. Jadi, tidak ditujukan kepada orang atau sekelompok orang tertentu (Hikmat, 2011: 72).

Komunikasi massa bersifat heterogen. Komunikasi yang dijalin meliputi penduduk yang bertempat tinggal yang berbeda, kondisi yang berbeda, budaya beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai pekerjaan yang berjenis-jenis, dan sebagainya. namun, terdapat paradok heterogenitas komunikan dalam komunikasi massa, yaitu pengelompokan komunikan pada minat yang sama terhadap media massa, khususnya terhadap isi pesan media.

Komunikasi massa menimbulkan keserempakan, yaitu keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator. Masing-masing penduduk bertempat tinggal berbeda atau terpisah satu sama lain. Dalam keserempakan terdapat dua aspek penting, yaitu: 1) kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan komunikasi antar-persona dari penyebaran dari kelangsungan tanggapan, dan 2) keseragaman seleksi dan interpretasi pesan.

2. Media MassaDalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Media adalah merupakan sarana

dan saluran resmi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masayarakat luas, seperti koran, radio, televisi.

Laughey mengartikan Media Massa sebagai teknologi yang mengomunikasikan pesan kepada khalayak yang berada dalam lokasi, negara atau bahkan bagian dunia yang berbeda (Cangara, 2012: 137).

Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa karakteristik media massa adalah

Page 143: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 137

sebagai berikut:1. Bersifat melembaga: artinya pihak pengelola terdiri dari banyak orang , yakni mulai

dari pengumpulan, pengelolaan sampai penyajian informasi.2. Bersifat satu arah: komunikasi yang dilakukan kurang memungkin terjadi adanya

komunikasi dua arah, kalaupun terjadi biasanya akan ada jeda.3. Meluas dan serempak: dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak. Karena ia

memiliki kecepatan. Bergerak secara simultan dan secara luas, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang.

4. Memakai peralatan teknis, seperti radio,televisi, surat kabar.5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapapun tanpa mengenal

usia, jenis kelamin dan suku bangsa. (Cangara, 2012: 138).

Media massa adalah tempat dimuat atau di siarkannya hasil kerja wartawan. Media massa dapat dibagi dalam dua kategori, yakni media massa cetak seperti surat kabar dan majalah dan media massa elektronik seperti radio, televisi dan internet (media online). Setiap media massa memiliki karakteristik masing-masing.

Perbandingan Karakteristik Media MassaSurat Kabar Majalah Radio Siaran Televisi

Publisitas: Pesan tersebar pada khalayak tersebar

Depth Writing: pengajian lebih mendalam

Auditori : pesan komunikasi melalui pendengaran

Audiovisual : acaranya dapat didengar sekaligus dilihat

Perodisitas : keteraturan terbit (harian, mingguan, bulanan)

Aktualitas : nilai aktualitasnya lebih lama dari pada surat kabar

Imajinatif : mengajak komunikan berimajinatif (mengkhayalkan)

Think in picture: berpikir dalam gambar; keselarasan pikiran dan gambar yang disampaikan

Universalitas: isinya beranekaragam dan dari seluruh dunia

Gambar/foto lebih banyak dari surat kabar

Akrab : terjalin hubungan “intim” dengan pendengar karena dapat dinikmati dalam tempat dan suasana sangat pribadi

Pengoprasian lebih kompleks : sistem penyelenggaraan memerlukan banyak orang dan higet technology

Aktualitas : masih hangat, terkini, baru (konteks berita)

Cover menjadi daya tarik utama

Convensatuoinal Style : informasi disampaikan dengan gaya percakapan

Terdokumentasikan: dapat didokumentasikan/diarsipkan dalam bentuk kliping

Menjaga Mobilitas : mendengarkan informasi radio tidak mengganggu aktivitas

Radio is the Now : informasi sangat aktual ketimbang media massa lain

Sumber: Hikmat (2011: 76)

Page 144: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018138

Karakteristik yang paling menonjol dari eksistensi media massa adalah efek pesan yang disampaikan kepada komunikasi (massa). Karena berbagai kelebihan karakternya sebagaimana tabel di atas, televisi dianggap paling besar memberikan pengaruh terhadap komunikan jika dibandingkan dengan media massa lainya. Dari beragam media massa (surat kabar, majalah, radio, televisi), tidak dapat disangkal, televisilah yang memiliki keunggulan lebih, dalam menyampaikan pesan kepada khalayak.

Televisi dalam menyampaikan pesannya kepada khalayak. Televisi dalam menyampaikan pesannya bersifat audio visual dapat dilihat dan didengar dan juga “datang langsung” ke rumah-rumah. Dengan segala kemudahan, masyarakat dengan tidak harus meninggalkan rumah dan sambil santai bersama keluarga dapat menikmati hiburan beraneka ragam, informasi yang serba cepat dan memuaskan (dapat didengar, dipandang, dan dibaca).

Karena kemampuan daya sebar dan daya pikat itulah, pada era ini, khalayak (masyarakat) lebih besar perhatiannya terhadap televisi, ketimbang media massa lainnya. Bahkan dari sisi usia khalayak, televisi dapat menyerap perhatian semua segmen pasar. Mulai anak-anak, remaja, dewasa sampai pada orang tua dapat menyaksikan semua acara televisi dengan tidak perlu memiliki kemampuan khusus, seperti halnya kehadiran media cetak yang memerlukan kemampuan membaca.

Namun, bukan berarti media massa lain selain televisi tidak berpengaruh terhadap komunikasi. Semua media massa, baik besar maupun kecil memiliki efek terhadap komunikan. Efek media massa terhadap komunikan/audien terdiri dari efek kognitif, efektif emosional, dan efek konatif/behavioral. Ketiga komponen inilah yang nantinya membentuk suatu sistem yang disebut sikap komunikan (mass behavior).1) Efek Kognitif

Penggunaan media massa untuk informasi mengenai urusan publik akan mengarah pada peningkatan pengetahuan mengenai urusan publik, kandidat dan isyu-isyu aktual bagi audien. Hal ini sebagaimana dibuktikan Chaffe, Ward dan Tipton dalam penelitiannya tehadap siswa sekolah menengah dan sekolah tinggi selama kampanye presiden tahun 1968. Sementara itu, Atkin dan Gantz membuktikan bahwa terhadap hubungan sebab akibat diantara anak-anak berkaitan dengan perhatian terhadap berita televisi dengan peningkatan pengetahuan mengenai urusan publik dan peristiwa-peristiwa baru. Selanjutnya, Chaffe (1975) menjelaskan bahwa pengetahuan politik sangat kuat hubungannya dengan tingkat penggunaan yang berat pada media cetak.

2) Efek Emosional Para peneliti komunikasi politik sepakat bahwa media massa mempunyai efek pada pencapaian emosi individu terhadap sistem politik. Beberapa studi melaporkan bahwa terhadap hubungan positif antara penggunaan media massa dan afeksi politik. Hal ini dapat dilihat dalam penelitian Mc. Leod, Backer dan Brown bahwa pemilih muda yang secara relatif sering menggunakan surat kabar dan televisi

Page 145: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 139

untuk informasi urusan publik, meningkatkan perasaan efikasi politiknya selama mendengarkan siaran Watergate, sedangkan responden lain tidak menggunakan kedua media massa tersebut, efikasi politiknya menurun. Sementara itu, Chaffe menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan media dalam menguatkan identifikasi partai atau keyakinan terhadap sistem politik dalam sample total. Akan tetapi peningkatan efikasi politik secara moderat berhubungan dengan penggunaan media elektronik pada sample sekolah menengah.

3) Efek Konatif/PerilakuSteven M. Chaffe dalam Rakhmat (1999: 218) berpendapat bahwa jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa adalah perubahan perasaan atau sikap dan perubahan tingkah laku, atau dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif, dan behaviural. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek efektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. Efek behavioural merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.

Menurut De Fleur dan Ballrokeock (dalam Hikmat, 2011), kesan kognitif pembentukan sikap sangat tergantung kepada bahan pemberitaan media yang mengikuti perkembangan dunia mereka. Sedangkan Schramm (1974), ia menganggap bahwa khalayak itu pasif, sehingga dapat diberondongi dengan pesan bertubi-tubi (Liliweri, 1994: 101).

Media masa mempunyai beberapa ciri-ciri, yaitu :1. Menggunakan media masa dengan organisasi (lembaga media) yang jelas.2. Komunikator memiliki keahlian tertentu3. Pesan searah dan umum, serta melalui proses produksi dan terencana4. Khalayak yang dituju heterogen dan anonim5. Kegiatan media masa teratur dan berkesinambungan6. Ada pengaruh yang dikehendaki7. Dalam konteks sosial terjadi saling memengaruhi antara media dan kondisi

masyarakat serta sebaliknya.8. Hubungan antara komunikator (biasanya media massa) dan komunikan (pemirsanya)

tidak bersifat pribadi.

3. Karakteristik Televisi Sebagai Media Massa Kehadiran televisi masih tergolong baru dalam dunia jurnalistik. Media ini

sendiri lahir setelah adanya beberapa penemuan teknologi seperti radio, telepon, telegrap, fotografi serta rekaman suara. Terlepas dari semua itu, kenyataannya media

Page 146: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018140

televisi pada saat ini dapat dibahas secara mendalam, baik dari segi pesan maupun penggunannya.

Menurut Skornis (dalam Kuswandi, 1996: 8) dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah dan sebagainya), televisi memiliki sifat yang istimewa. Keistimewaan ini disebabkan selain menimbulkan suara (audio), televisi juga menimbuklan gambar (visual) sehingga televisi juga sering disebut sebagai media pandang dengar (audio visual). Sifat yang pandang dengar (audio visual) ini mampu menciptakan suasana tertentu, yaitu pemirsa dapat menikmati tayangan televisi sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antar komunikator dengan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar (audio) dan terlihat (visual).

Kelebihan lain yang dimiliki media televisi ialah dengan adanya satelit komunikasi, penyebaran informasi menjadi semakin luas dan menembus rintangan geografis, bahkan waktu. Jika dikehendaki maka tidak satu pun tempat dimuka bumi ini yang tidak dapat diekspos maupun di terpa siaran televisi.

Dalam teknologi yang dimiliki, suatu peristiwa dapat disajikan kepada para pemirsanya pada saat bersamaan ketika peristiwa itu terjadi. Keadaan ini menempatkan televisi sebagai media yang paling cepat dalam melaporkan suatu peristiwa. Selain memiliki keistimewaan dan kelebihan, televisi memiliki kelemahan dan kekurangan, hal ini dikarenakan oleh penayangan pesan yang bersifat hanya sekilas (transitory) tidak dapat diulang dan disimpan. Lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dan dibaca berulang kapan saja dan dimana saja. (kuswandi, 1996).

Walaupun bentuk dan sifat televisi berbeda dengan media cetak, tetapi sebagai media massa, televisi memiliki fungsi yang sama dengan media massa cetak. Dalam hal ini Lasswell (dalam Wright, 1988:7-8) mengemukakan beberapa fungsi komunikasi media massa yakni : (1) pengawasan lingkungan, (2) kolerasi antar bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan, dan (3) transmisi warisan sosial dari generasi kegenerasi berikutnya. Dari ketiga fungsi ini dapat ditambah satu fungsi lagi yaitu, menghibur.

Fungsi pengawasan mengacu kepada upaya pengumpulan dan distribusi informasi mengenai kejadian-kejadian yang berlangsung dalam maupun diluar masyarakat tertentu. Dalam beberapa hal, ini berhubungan dengan apa yang dipandang sebagai penanganan berita.

Fungsi kolerasi ini meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakaiannya untuk berperilaku dalam reaksinya terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Aktivitas ini lebih populer diidentifikasikan sebagai editorial atau propaganda.

Fungsi transmisi berfokus pada komunikasi pengetahuan, nilai-nilai dan norma-norma sosial dari suatu generasi ke generasi berikutnya atau dari anggota suatu kelompok kepada pendatang baru. Aktivitas ini diidentifikasi sebagai aktivitas pendidikan. Akhirnya hiburan mengacu kepada tindakan komulatif yang terutama dimaksudkan untuk menghibur, dengan mengindahkan efek-efek instrumental yang

Page 147: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 141

dimilikinya.Fungsi-fungsi di atas secara bersama akan menemukan bagaimana pengaruhnya

terhadap masyarakat. Apakah menunjang nilai, harapan serta tujuan masyarakat atau sebaliknya mengganggu keseimbangan dalam masyarakat.

Berkaitan dengan masalah fungsi (Susanto, 1986: 117) mengatakan istilah yang dipergunakan untuk peranan komunikasi (media massa) yang menunjang adalah functional communication, sedangkan untuk komunikasi yang menunggu keseimbangan di masyarakat dikenal sebagai disfunctional communication.

Sebagai media massa yang lahir dari kemajuan teknologi, penyelenggaraan televisi merupakan bidang yang rumit dan mahal. Alat perlengkapan studio dan pemancarannya serta penyelenggaraan program acara setiap harinya memerlukan biaya yang cukup besar.

Di samping itu, untuk menghasilkan suatu karya jurnalistik, yang bermutu, diperlukan kru yang bekerja secara profesional baik pada tahapan pencarian berita maupun pada tahap pengolahan dan penyampaina berita.

Kemajuan teknologi dibidang pertelevisian dan keterbukaan informasi dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan maupun perkembangan diberbagai bidang kehidupan manusia.

Dalam bidang kehidupan sosial politik, keberadaan televisi khususnya setelah runtuhnya rezim orde baru telah memainkan peranannya yang cukup berarti dalam menyebarkan ide demokratisasi dan reformasi. Dengan demikian karakteristik yang melekat pada media televisi merupakan sekumpulan sifat yang memungkinkan televisi manjalankan fungsi dan peranannya sebagai media massa dalam kehidupan sosial dan politik melalui siaran beritanya.

4. Radio dan Televisi SiaranRadio siaran sudah berkembang mulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan

Jepang, zaman kemerdekaan, zaman Orde Baru, dan zaman Orde Reformasi sampai dengan saat ini. Radio siaran mendapat julukan sebagai kekuatan kelima atau the fifth estate. Hal ini dikarenakan radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti yang dilakukan oleh Surat Kabar di samping fungsi lainnya sebagai penyaji informasi, mendidik, dan menghibur. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan radio siaran adalah daya langsung, daya tembus, dan daya Tarik (Ardianto, 2007: 128).

Mark W. Hall dalam bukunya Broadcast Journalism mengemukakan bahwa perbedaan mendasar antara media cetak dengan radio siaran ialah media cetak dibuat untuk konsumsi mata, sedangkan radio siaran untuk konsumsi telinga. Pesan yang disusun untuk surat kabar akan sulit dimengerti oleh komunikan bila pesan itu disampaikan melalui radio siaran. Untuk radio siaran terdapat cara tersendiri, yakni apa yang disebut broadcast style atau gaya radio siaran. Gaya radio siaran ini disebabkan oleh sifat radio yang mencakup: Auditori, Radio is the Now, Imajinatif, Akrab, Gaya

Page 148: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018142

Percakapan, Menjaga Mobilitas (Ardianto, 2007: 131-134). Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh

pada kehidupan manusia. 99% orang Amerika memiliki televisi di rumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari (Agee, et. Al. 2001 dikutip dari Ardianto (2007: 134). Data dari Amerika pada tahun 2001 itu juga sekarang, nampaknya terjadi di Indonesia di mana diasumsikan secara umum orang Indonesia memiliki minimal satu televisi di rumahnya.

Ditinjau dari stimuli alat indra, dalam radio siaran, surat kabar dan majalah hanya satu alat indra yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan indra pendengaran, surat kabar dan majalah dengan indra penglihatan. Sementara Televisi siaran dua alat indra sekaligus penglihatan dan pendengaran. Karena itu televisi memiliki karakteristik: Audiovisual, Berpikir dalam Gambar, dan Pengoperasian Lebih Kompleks.

Dari segi pesan yang akan disampaikan, media televisi memerlukan pertimbangan agar pesan dapat disampaikan dapat diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan itu adalah: Pemirsa, Waktu, Durasi, dan Metode Penyajian (Ardianto, 2007: 137-142).

5. Manajemen Penyiaran Keberhasilan media penyiaran bergantung pada bagaimana kualitas orang-orang

yang bekerja pada ketiga bidang tersebut. Namun demikian, kualitas manusia saja tidak cukup jika tidak disertai dengan kemampuan pimpinan media penyiaran yang bersangkutan mengelola sumber daya manusia yang ada. Karena dengan alasan inilah manajemen yang baik mutlak diperlukan pada media penyiaran.

Mengelola suatu media penyiaran memberikan tantangan yang tidak mudah kepada pengelolanya, sebagaimana ditegaskan Peter Pringle (1993), “Few management position offers challenges equal to those of managing a commercial radio or television station (tidak banyak posisi manajemen ang memberikan tantangan yang setara dengan mengelola suatu stasion radio atau televisi lokal)”. Tantangan yang harus dihadapi manajemen media penyiaran disebabkan oleh dua hal:1. Sebagai perusahaan, media penyiaran dalam kegiatan operasionalnya harus dapat

memenuhi harapan pemilik dan pemegang saham untuk menjadi perusahaan yang sehat dan mampu menghasilkan keuntungan.

2. Media penyiaran harus mampu memenuhi kepentingan masyarakat (komunitas) dimana media bersangkutan berada, sebagai ketentuan yang harus dipenuhi ketika media penyiaran bersangkutan menerima izin siaran (lisensi) yang diberikan negara.

Untuk seimbangkan antara memenuhi kepentingan pemilik dan kepentingan masyarakat memberikan tantangan tersendiri pada pihak manajemen media penyiaran. Media penyiaran ada dasarnya harus mampu melaksanakan berbagai fungsi, beriklan,

Page 149: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 143

hiburan, informasi dan pelayanan. Untuk melakukan fungsi tersebut dalam memenuhi kepentingn pemasang iklan, audien serta pemilik dan karyawan merupakan tantangan tersendiri bagi manajemen.

Tantangan lainnya berasal dari berbagai media penyiaran yang ada. Berbagai stasiun radio dan televisi saling bersaing secara langsung untuk dapatkan sebanyak mungkin pemasang iklan dan audien. Selain itu, stasiun radio dan televisi harus bersaing dengan media massa lainnya seperti televisi kabel, internet, VCD, dan DVD.

6. Fungsi ManajemenDalam media penyiaran, manajer umum (general manager) bertanggung jawab

pada pemilik dan pemegang saham dalam melaksanakan kondisi sumberdaya yang ada (manusia dan barang) sedemikian rupa. Sehingga tujuan media penyiaran bersangkutan dapat tercapai. Manajer umum pada dasarnya bertanggung jawab dalam setiap aspek operasional suatu stasiun penyiaran, antara lain: 1) Perencanaan (planning)

Manajemen dapat menerapkan sejumlah tujuan melalui proses perencanaan. Tanpa rumusan tujuan yang jelas, oragnisasi akan menggunakan sumber daya secara tidak efektif. Pada umumnya, tujuan media penyiaran dapat dibagi edalam tiga hal yang terdiri atas tujuan ekonomi, pelayanan dan personal.

Maksud penetapan tujuan pada media penyiaran adalah agar terdapat koordinasi dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh departemen dan individu dengan tujuan utama media penyiaran. Pada saat tujuan utama penyiaran diterapkan, maka tujuan dari berbagai departemen dan tujuan personal yang bekerja pada departemen yang bersangkutan dapat direncakan da dikembangkan. Tujuan individu harus memberikan kontribusinya pada encapaian tujuan departemen yang pada gilirannya tujuan departemen harus sesuai dengan tujuan departemen lainnya dan juga tujuan umum media penyiaran yang bersangkutan.

2) Pengorganisasian (organizing)Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang

sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses penyususan struktur organisasi adalah departementalisasi dan pembagian kerja.

Departementalisasi merupakan pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan yang sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Sedangkan Pembagian kerja adalah perincian tugas pekerjaan agar setiap individu dalam oragnisasi bertanggung jawab untuk dan melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas. Kedua aspek ini merupakan dasar proses pengorganisasian suatu organisasi utuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.

Willias dan Aldridge (1991) stasiun penyiaran umumnya memiliki empat fungsi

Page 150: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018144

dasar (areas of operation) dalam struktur organisasinya yaitu:1. Teknik2. Program3. Pemasaran4. Administrasi

Fungsi pertama hingga ketiga tersebut menjadi pilar utama stasiun penyiaran. Sebagaimana sebuah bangunan, maka ketiga fungsi tersebut merupakan tiang atau pilar yang menopang bangunan stasiun penyiaran, jika salah satu tidak ada atau roboh, maka robohlah stasiun penyiaran itu. dengan kata lain, tanpa ketiga tersebut tidak mungkin suatu stasiun penyiaran dapat berdiri dan bertahan. Sedangkan fungsi administasi dalah fungsi pendukung guna memperlancar tugas dari ketiga sebelumnya.

3) Pengarahan dan memberikan pengaruh (directing/influencing)Pengawasan merupakan proses untuk mengetahui pakah tujuan-tujuan organisasi

atau perusahaan sudah tercapai atau belum. Hal ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan yang sesuai dengan apa yang direncanakan. Pengertian ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan. Pengawasan membantu penilaian apakah perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, dang pengarahan telah dilaksanakan secara efektif.

4) Pengawasan (controlling)Pengawasan merupakan proses untuk mengetahui pakah tujuan-tujuan organisasi

atau perusahaan sudah tercapai atau belum. Hal ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan yang sesuai dengan apa yang direncanakan. Pengertian ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan. Pengawasan membantu penilaian apakah perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, dang pengarahan telah dilaksanakan secara efektif.

Defenisi pengawasan yang dikemukakan Robert J. Mockler (1972) dapat memperjelas unsur-unsur esensial pengawasan. Menurut Mockler, pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan cara paling efektif dan efesien dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Melalui perencanaan, stasiun penyiaran menetapkan rencana dan tujuan yang ingin dicapai. Proses pengawasan dan evaluasi menentukan seberapa jauh suatu rencana dan tujuan sudah dapat dicapai atau diwujudkan oleh stasiun penyiaran, departemn dan karyawan. Kegiatan evaluasi secara periodik terhadap masing-masing individu dan departemen masing-masing dan departemen memungkinkan manajer umum membandingkan kinerja sebenarnya dengan kinerja yang direncanakan. Jika kedua kinerja tersebut tidak sama, maka diperlukan langkah-langkah perbaikan.

Page 151: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 145

Pengawasan harus dilakukan berdasarkan hasil kerja atau kinerja yang dapat diukur agar fungsi pengawasan dapat berjalan secara efektif. Misalnya, jumlah dan komposisi audien yang menonton atau mendengarkan program stasiun penyiaran bersangkutan dapat diukur dan diketahui melalui laporan riset rating. Jika jumlah audien yang tertarik dan mengikuti program stasiun penyiaran bersangkutan lebih rendah dari yang ditargetkan, mak proses pengawasan mencakup kegiatan pengenalan terhadap masalah dan memberikan pengarahanuntuk dilakukan diskusi agar mendapatkan solusi. Hasil diskusi dapat berupa perubahan rencana misalnya revisi yang lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya, atau tidakan lainnya yang akan dilakukan untuk dapat mencapai target semula.

Target penjualan iklan stasiun penyiaran juga dapat diukur. Suatu analis mengungkapkan bahwa target pendapatan yang diproyeksikan sebelumnya adalah tidak realistis dan karenanya penyesuaian perlu dilakukan. Sebaliknya, jika hasil analisis mengungkapkan bahwa proyeksi pendapatn itu dapat direalisasikan, maka diskusi harus diarahkan pada upaya untuk menambah jumlah tenaga pemasaran, atau menyesuaikan tarif iklan (rate card) atau perubahan tingkat komisi stasiun penyiaran kepada biro iklan. Dua konsepsi utama untuk mengukur prestasi kerja (performance) manajemen stasiun penyiaran adalah efisiensi dan efektifitas.

7. Strategi ProgramStrategi program yang ditinjau dari dari aspek manajemen atau sering juga disebut

dengan manajemen strategis (management strategic) program siaran yang terdiri dari:a. Perencanaan program

Perencanaan program mencakup pekerjaan mempersiapkan rencana jangka pendek, menengah, dan jangka panjang yang memungkinkan stasiun penyiaran untuk mendapatkan tujuan program dan tujuan keuangannya. Pada stasiun televisi, perencanaan program diarahkan pada produksi program yaitu program apa yang akan diproduksi, pemilihan program yang akan dibeli (akuisisi), dan penjadwalan program untuk menarik sebanyak mungkin audien yang tersedia pada waktu tertentu.

Pengelola stasiun televisi menargetkan suatu audien umum dan berupaya untuk memberikan respons atas kesukaan/ preferensi dari orang-orang yang tengah menonton.

Bagian program stasiun televisi harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam merencanakan program yang akan disiarkannya. Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum bagian program memutuskan untuk memproduksi, melakukan akuisisi dan kemudian melakukan skeduling terhadap suatu program, yaitu: persaingan, ketersediaan audien.1) Analisis dan Strategi Program

Perencanaan program pada dasarnya bertujuan memproduksi atau membeli

Page 152: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018146

program yang akan ditawarkan kepada pasar audien. Dengan demikian, audien adalah pasar karenanya setiap media penyiaran yang ingin berhasil harus terlebih dahulu memiliki suatu rencana pemasaran strategis yang berfungsi sebagai panduan dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki. Strategi pemasaran ditentukan berdasarkan analisis situasi. Analisis situasi ini terdiri atas: analisis peluang dan analisis kompetitif.

Analisis peluang: analisis yang cermat teradap pasar audien akan memberikan peluang bagi setiap penayangan program untuk diterima para penonton dan pendengar.

Analisis kompetitif: dalam mempersiapkan strategi dan rencana program, pengelola program harus melakukan analisis secara cermat terhadap persaingan stasiun penyiaran dan persaingan program yang ada pada suatu segmen pasar audien.

Peter Pringle (1991) mengemukakan bahwa keberhasilan suatu stasiun televisi dalam melaksanakan programnya akan sangat bergantung pada 3 hal:• The ability to produce or buy programs with audience appeal.• Air them at times when they can be seen by the audience to which they appeal.• Build individual programs into a schedule that encourages viewers to tune to the station and

remain with it from one program to another.2) Bauran Program

Salah satu konsep pemasaran penting yang harus dipahami pengelola media penyiaran adalah mengenai bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri atas empat variabel penting: product, price, place, dan promotion.

Produk program: suatu produk yang ditawarkan kepada audien yaang mencakup nama program dan kemasan program. Harga program: harga suatu program yang mencakup biaya produksi program dan biaya yang akan dikenakan kepada pemasang iklan (tarif iklan) pada program bersangkutan jika ditayangkan. Distribusi program: distribusi program yang merupakan proses pengiriman program dari transmisi hingga diterima audien melalui pesawat televisi dan radio. Promosi program: proses bagaimana memberitahu audien mengenai adanya suatu prgram sehingga mereka tertarik untuk menonton atau mendengarkannya.

3) Faktor BerpengaruhTerdapat empat hal yang mempengaruhi keputusan perencanaan program

yang terdiri dari: audien, pengelola dan pemilik stasiun, pemasang iklan dan sponsor, regulator.

Audien adalah penonton atau pendengar adalah faktor paling penting dan menentukan apakah stasiun penyiaran pada saat melakukan perencanaan programnya perlu memutuskan apakah akan memproduksi atau tidak memproduksi suatu program.

Pengelola stasiun penyiaran adalah mereka yang bertanggung jawab

Page 153: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 147

menjalankan atau mengoprasikan stasiun penyiaran dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi kepentingan pemilik stasiun.

4) Membuat PerencanaanAda beberapa hal penting yang perlu diperhatikan setiap pengelola media

penyiaran ketika membuat perencanaan program, yaitu berpikir seperti pemirsa, pengelola media penyiaran harus mampu meyakinkan pemasang iklan bahwa medianya sangatlah efektif untuk memasarkan suatu produk, pengelola media penyiaran harus menganggap waktu siaran bernilai penting setiap detiknya dan harus menggunakan setiap detik siaran itu dengan mendayagunakan kemampuan dalam menjangkau pemirsa, pengelola media penyiaran berkompetisi untuk merebut waktu orang lain untuk mau menyaksikan acara yang disuguhkan, pengelola media penyiaran lokal harus pula berpikir secara lokal.

5) Tujuan ProgramMengelola program tidak berbeda dengan memasarkan suatu produk kepada

konsumen, keberhasilannya diukur dengan pencapaian atas tujuan atau target yang telah ditetapkan sebelumnya yang mencakup target audien dan target pendapatan. Tujuan program adalah untuk menarik dan mendapatkan sebanyak mungkin audien. Tujuan utama televisi komersial pada umumnya adalah untuk mendapatkan audien sebanyak-banyaknya guna menarik pemasang iklan. Ada 5 tujuan penayangan suatu program di televisi komersial yaitu: mendapatkan sebanyak mungkin audien, target audien tertentu, prestise, penghargaan, dan kepentingan publik.

6) Faktor ProgramFaktor program membahas hal-hal yang harus diketahui atau dipahami terlebih

dahulu oleh pengelola program sebelum membuat keputusan perencanaan program. Dalam hal ini terdapat beberapa hal yang harus diperhitungkan sebelm memutuskan untuk memproduksi, akuisisi, dan scheduling suatu program. Peter Pringle (1991) mengemukakan bebrapa faktor terpenting sebagai berikut: persaingan, ketersediaan audien, kebiasaan audien, aliran audien, ketertarikan audien, ketertarikan pemasang iklan, anggaran, ketersediaan program, produksi sendiri.

b. Produksi dan pembelian programManajer program bertanggung jawab melaksanakan rencana program yang

sudah ditetapkan dengan cara memproduksi sendiri program atau mendapatkannya dari sumber lain / akuisisi (membeli).1) Manajer Produksi

Manajer produksi bertanggung jawab terhadap sejumlah pekerjaan, diantaranya: (1) memproduksi program lokal (in-house), iklan dan pelayanan umum serta pegumuman (promotional announcement), (2) mengawasi seluruh pemain serta personalia produksi, (3) melakukan penjadwalan program siaran

Page 154: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018148

langsung (live) atau produksi yang direkam, (4) mengawasi seluruh isi program yang ditayangkan, darimanapun sumbernya.

2) ProduserOrang yang bertanggung jawab mengubah ide atau gagasan kreatif ke dalam

konsep yang praktis dan dapat dijual.3) Penulis Script

Penulis script (scriptwriter) memiliki peran penting khususnya pada tahap pra produksi.

4) SutradaraSutradara adalah orang yang bertanggung jawab menerjemahkan kata-kata

pertulis (script) menjadi suara atau gambar tertentu.5) Asisten Sutradara

Seorang asisten sutradara (assistan of director) bertugas membantu sutradara tv atau film dalam melaksanakan pekerjaannya yaitu mengawasi aspek kreatif dari suatu produksi.

6) Director of PhotographySeorang director of photography (DP) bertanggung jawab pada aspek kreatif

penggunaan kamera dan melakukan pengawasan terhadap penchayaan film atau sinematografi.

7) Pengarah ProgramPada produksi program di studio stasiun tv yang menggunakan banyak

kamera-baik untuk program hiburan atau informasi / berita-posisi sutradara digantikan oleh program director (PD) atau pengarah acara / program.

8) Pemandu GambarPemandu gambar atau switcherman adalah orang yang bertugas menampilkan

perpaduan gambar dari beberapa sumber gambar ke dalam satu tampilan visual program tv, sehingga program tersebut memiliki nilai estetika.

9) Penata CahayaOrang yang bertugas sebagai penata cahaya disebut juga sebagai lightnig director

yang bertanggung jawab mengatur dan menyesuaikan intensitas cahaya yang ada di studio atau lokasi sesuai dengan keinginan sutradara atau pengarah program.

10) Penata SeniOrang yang berada pada posisi ini disebut juga art director atau perancang

latar (scenin designer) yang bertanggung jawab mengawasi rancangan atau desain produksi program secara keseluruhan.

11) Audio MixerSeorang pencampur suara atau audio mixer bertanggung jawab terhadap

seluruh aspek rekaman suara.12) Teknisi Video

Kualitas video dan gambar film bergantung pada teknisi video yang

Page 155: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 149

bertanggung jawab mengatur gambar dalam hal tingkat warna, kecerahan, tingkat kontras.

13) Operator Film dan VideoOperator film dan video memiliki tugas antara lain : menerima dan mengirim

film dan video serta membuat rekaman program, memeriksa kualitas film dan video yag sesuai dengan standar program dan iklan, menandai (marking) film dan video untuk keperluan jeda iklan.

14) Produser EksekutifProduser eksekutif bertanggung jawab terhadap penampilan jangka panjang

suatu program secara keseluruhan. Bertugas memikirkan setting, dekor, latar belakang atau tampilan suatu program informasi yang akan menjadi ciri khas program itu.

15) ProduserPada produksi program informasi, khususnya program berita, produser

bertanggung jawab terhadap suatu program berita.16) Produser Acara

Dalam tugasnya sehari-hari, produser acara atau show producer bertanggung jawab untuk mempersiapkan penayangan suatu program berita.

17) Produser LapanganFungsi produser lapangan menjadi sangat penting ketika stasiun televisi

melakukan liputan langsung.18) Asisten Produser

Tugas asisten produser antara lain membantu reporter mempersiapkan paket berita jika reporter berada dalam keadaan waktu yang mendesak atau jika reporter tidak sempat menyelesaikan paket beritanya karena ia harus berangkat lagi untuk melaksanakan tugas berikutnya.

19) PresenterPembawa acara (host), pembawa berita (presenter) atau sering juga disebut

dengan anchor, menjadi citra dari suatu stasiun televisic. Pembelian Program

Ada kalanya stasiun televisi yang baru berdiri harus membeli hampir semua programnya. Tugas bagian program adalah meneliti materi-materi acara yang tersedia, siapa distributornya, lalu membuat pilihan dan merundingkan harganya. Pada siaran televisi, acara dan film yang bagus bisa sangat mahal harganya. Untuk itu bagian program harus memastikan bahwa anggaran yang tersedia cukup realistis untuk membeli program.

d. Eksekusi programEksekusi program mencakup kegiatan menayangkan program sesuai dengan

rencana yang sudah ditetapkan. Manajer program melakukan koordinasi dengan bagian traffic dalam menentukan jadwal penayangan dan berkonsultasi dengan

Page 156: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018150

manajer promosi dalam mempersiapkan promo bagi program bersangkutan.Menurut Head-Sterling (1982), menyatakan bahwa stasiun televisi memiliki

sejumlah strategi dalam upaya menarik audien masuk ke stasiun sendiri (inflow) dan menahan audien yang sudah ada untuk tidak pindah saluran atau mencegah tidak terjadi aliran audien keluar (outflow), yaitu:1) Head to Head Dalam hal ini, stasiun televisi mencoba menarik audien yang tengah menonton

program televisi saingan untuk pindah ke stasiun sendiri denganmenyajikan program yang sama dengan televisi saingan itu.

2) Program Tandingan Strategi untuk merebut audien yang berada di stasiun saingan untuk pindah ke

stasiun sendiri dengan cara menjadwalkan suatu program yang memiliki daya tarik berbeda untuk menarik audien yang belum terpenuhi kebutuhannya.

3) Bloking Program Strategi bloking program adalah sama dengan konsep flow through Nielsen

dimana audien dipertahankan untuk tidak pindah saluran dengan menyajikan acara yang sejenis selama waktu siaran tertentu.

4) Pendahuluan Kuat Strategi untuk mendapatkan sebanyak mungkin audien dengan menyajikan

program yang kuat pada permulaan segmen waktu siaran.5) Strategi Buaian Startegi untuk membangun audien pada satu acara baru atau meningkatkan

jumlah audien atas suatu program yang mulai mengalami penurunan popularitas. Caranya adalah dengan menempatkan acara bersangkutan di tengah-tengah di antara 2 program unggulan.

6) Penghalangan (stunting) Strategi untuk merebut perhatian audien dengan cara melakukan perubahan

jadwal program secara cepat.e. Pengawasan dan evaluasi program

Proses pengawasan dan evaluasi menentukan seberapa jauh suatu rencana dan tujuan sudah dapat dicapai atau diwujudkan oleh stasiun penyiaran, departemen, dan karyawan. Kegiatan evaluasi secara periodik terhadap masing-masing individu dan departemen memungkinkan manajer umum untuk membandingkan kinerja sebenarnya dengan kinerja yang direncanakan.

Menurut Peter Pringle, dalam hal pengawasan program, manajer program harus melakukan hal-hal sebagai berikut : (1) mempersiapkan standar program stasiun penyiaran, (2) mengawasi seluruh isi program agar sesuai dengan standar dan aturan perundangan yang berlaku, (3) memelihara catatan program yang disiarkan, (4) mengarahkan dan mengawasi kegiatan staf departemen program, (5) memastikan kepatuhan stasiun terhadap kontrak yang sudah dibuat, (6) memastikan bahwa biaya

Page 157: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 151

program tidak melebihi jumlah yang sudah dianggarkan.Di Indonesia, ketentuan butir 1 dan 3 tersebut sudah diatur dalam Pedoman

Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang disusun oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melalui keputusan No. 9 Tahun 2004 dan harus dipatuhi oleh setiap stasiun penyiaran.

Pedoman Perilaku Penyiaran merupakan panduan tentang batasan-batasan mengenai apa yang diperbolehkan dan/atau tidak diperbolehkan berlangsung dalam proses pembuatan (produksi) program siaran, sedangkan Standar Program Siaran merupakan panduan tentang batasan apa yang diperbolehkan dan/atau yang tidak diperbolehkan ditayangkan dalam program siaran.

P3SPS membuat sejumlah aturan main yang harus dipatuhi pengelola program penyiaran ketika memproduksi jenis program tertentu yang mencakup program faktual (informasi), kuis, perbincangan, mistik, asing, dan program pemilu.1) Program Faktual Dalam memproduksi program faktual, stasiun penyiaran harus senantiasa

menerapkan ketentuan atau etika jurnalistik dengan mengindahkan prinsip akurasi, keadilan, ketidak berpihakan serta prinsip menghormati narasumber.

2) Program Kuis Dengan atau tanpa sponsor, stasiun penyiaran harus bertanggung jawab atas

semua kuis dan undian berhadiah menggunakan fasilitas telepon dan SMS, maka stasiun penyiaran harus memberitahukan dengan jelas tarif pulsa hubungan telepon dan SMS yang dikenakan.

3) Program Mistik Dalam menyiarkan program faktual yang menggunakan narasumber yang

mengaku memiliki kekuatan/kemampuan supranatural khusus ataukemampuan menyembuhkan penyakit dengan cara supranatural, lembaga penyiaraan harus mengikuti ketentuan: a) bila tidak ada landasan fakta dan bukti empiris, stasiun penyiaran menjelaskan hal tersebut kepada khalayak; b) lembaga penyiaran harus menjelaskan kepada khalayak mengenai kekuatan/kemampuan tersebut sebenarnya ada perbedaan pandangan di tengah masyarakat.

4) Program Asing Stasiun penyiaran diijinkan menyajikan program asing dengan syarat tidak

melebihi 40% dari seluruh jam siaran dan mengikuti ketentuan bahwa stasiun penyiaran televisi harus menyertakan teks dalam bahasa Indonesia, dengan pengecualian program khusus berita berbahasa asing, program pelajaran bahasa asing, atau pembacaan kitab suci.

5) Program Pemilu Stasiun penyiaran wajib menyediakan waktu yang cukup bagi oemilu/pilkada

dan wajib bersikap adil dan proporsional terhadap para peserta pemilu/pilkada. Stasiun penyiaran dilarang bersikap partisan terhadap salah satu peserta pemilu/

Page 158: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018152

pilkada.Pelanggaran atas P3SPS dikenakan sanksi administratif yang mencakup:

a) teguran tertulis; b) penghentian sementara mata acara yang bermasalah; c) pembatasan durasi dan waktu siaran; d) denda administratif; e) pembekuan kegiatan lembaga penyiaran untuk waktu tertentu; f) penolakan untuk perpanjangan izin dan atau; g) pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran.

f Keberhasilan ProgramKeberhasilan program, yaitu hal-hal yang perlu diketahui pengelola program

dalam memperkirakan apakah suatu program akan berhasil pada saat ditayangkan dalam arti diterima baik oleh audien yang dituju.

Setiap program yang ditayangkan stasiun televisi memiliki 2 bentuk, yaitu dominasi format dan dominasi bintang.1) Dominasi Format Dalam dominasi format ini, konsep acara merupakan kunci keberhasilan program.

Dewasa ini, program televisi yang mengandalkan kekuatan pada dominasi format sudah sangat banyak. Program reality show banyak yang mengandalkan konsep ini.

2) Dominasi Bintang Pemain atau bintang merupakan unsur utama yang ditonjolkan. Format cerita

dirancang atau dipersiapkan berdasarkan kemampuan, kepribadian dan daya tarik bintang utama. Kekuatan program berdasarkan dominasi bintang adalah program itu dapat secara otomatis membentuk daya tariknya sendiri.

Dominasi format dan dominasi bintang terkadang menjadi hal yang tidak saling berkesesuaian satu dengan yang lainnya. Pemain atau bintang film yang sangat terkenal atau sangat berbakat belum tentu berhasil untuk program yang mengutamakan dominasi format. Banyak bintang film terkenal yang sukses di layar lebar justru gagal total di layar televisi yang disebabkan bintang terkenal itu dinilai tidak cocok dengan format yang sudah ditetapkan atau mereka tidak cocok.

g. Elemen KeberhasilanSemua program yang sukses memiliki elemen-elemen yang mencakup : konflik,

durasi, kesukaan, konsistensi, energi, timing, dan tren.1) Konflik Yaitu adanya benturan kepentingan atau benturan karakter diantara tokoh-

tokoh yang terlibat. Pengelola program harus berusaha sebisa mungkin untuk menawarkan pandangan-pandangan yang bertentangan atau pandangan yang berbeda. Ini tidak hanya akan membuat pertunjukan di televisi menjadi adil tetapi juga bagus.

2) Durasi Suatu program yang berhasil adalah program yang dapat bertahan selama

Page 159: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 153

mungkin. Ditinjau dari durasi atau lamanya penayangan program, suatu program itu terdiri atas program yang dapat bertahan lama (durable program) dan program yang tidak dapat bertahan lama (nondurable program).

3) Kesukaan Adakalanya orang menyukai suatu program bukan karena isinya, namun lebih

tertarik kepada penampilan pemain utama atau pembawa acara.4) Konsistensi Suatu program harus konsisten terhadap tema dan karakter pemain yang

dibawanya sejak awal. Para penulis cerita, sutradara dan pemain haruslah bertahan pada tema atau karakternya sejak awal. Dengan demikian, tidak boleh terjadi pembelokan atau penyimpangan tema atau karakter di tengah jalan yang akan membuat audien bingung dan pada akhirnya meninggalkan program itu.

5) Energi Setiap program harus memiliki energi yang mampu menahan audien untuk tidak

mengalihkan perhatiannya kepada hal-hal lain. Suatu program yang memiliki energi harus memiliki 3 hal, yaitu: kecepatan cerita, excitement (daya tarik), gambar yang kuat.

7) Timing Programmer dalam memilih suatu program siaran harus mempertimbangkan

waktu penayangan (timing), yaitu apakah program bersangkutan itu sudah cocok atau sesuai dengan zamannya. Setiap program harus dapat menjaga keharmonisannya dengan waktu. Nilai-nilai atau gaya hidup yang diperlihatkan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang masih berlaku dan dipertahankan oleh audien.

8) Tren Seorang programmer dalam memilih program harus memiliki kesadaran

terhadap adanya hal-hal yang tengah digandrungi di tengah masyarakat. Program yang sejalan dengan tren yang berkembang akan lebih menjamin keberhasilan. Setiap tren program televisi tentu saja mengalami masa puncaknya dan masa menurunnya, yaitu ketika audien mulai merasa jenuh dan rating acara sudah turun maka ketika itu pula proses pencarian ide-ide barupun dimulai lagi.

h. Riset PenyiaranRiset penyiaran merupakan upaya media penyiaran untuk mengukur kinerjanya.

Riset penyiaran terbagi atas riset rating dan riset non-rating. Jenis riset yang pertama merupakan upaya untuk mengetahui respon audien terhadap program yang sudah disiarkan sedangkan riset non-rating adalah riset untuk mengetahui prospek suatu program yang akan disiarkan.

Pertanyaan penting yang harus dijawab oleh pengelola program media penyiaran adalah siapa audien dari program yang tengah ditayangkan, bagaimana penjabaran demografisnya, di wilayah mana audien yang ditju berada, bagaimana tanggapan

Page 160: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018154

mereka terhadap program itu. Untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut, media penyiaran membutuhkan umpan balik (feedback) dari audien.

Umpan balik merupakan hal yang sangat penting bagi pengelola media penyiaran, ini akan menjadi petunjuk apakah suatu program itu berhasil atau tidak. Secara umum, umpan balik dalam penyiaran dapat diartikan sebagai seluruh informasi yang berasal dari audien. Umpan balik merupakan hal yang tidak bias dihindari oleh pengelola program karena hal itu akan selalu terjadi. Umpan balik tidak harus selalu bersifat segera seperti program interaktif, umpan balik tidak harus benar atau memadai namun yang pasti umpan balik akan selalu terjadi.1) Riset Sistematis

Umpan balik yang paling bisa dipercaya adalah melalui riset sistematis yang dilakukan oleh lembaga riset media atau lembaga pembuat peringkat (rating) acara. Lembaga riset media pada umumnya berada di kota-kota besar, yang kegiatannya lebih terfokus pada stasiun TV skala besar, misalnya televisi yang siarannya secara nasional. Pengelola media penyiaran membutuhkan umpan balik yang ilmiah, akurat dan tidak menyesatkan untuk mengetahui apakah program yang ditayangkan itu berhasil atau tidak. Pengelola stasiun penyiaran membutuhkan umpan balik yang objektif, konsisten dan lengkap yang diperoleh dengan melakukan riset secara sistematis.

2) Riset RatingRating merupakan hal yang penting karena pemasang iklan selalu mencari stasiun penyiaran atau program siaran yang paling banyak ditonton atau di dengar orang. Keberhasilan penjualan barang dan jasa melalui iklan sebagian besar ditentukan oleh banyaknya audien yang dimiliki suatu program. Rating menjadi indicator apakah program itu memiliki audien atau tidak. Rating menjadi perhatian pula bagi pemasang iklan yang ingin mempromosikan produk atau jasanya. Riset rating meneliti efektivitas program pada saat ditayangkan di stasiun penyiaran. Riset rating pada dasarnya meneliti tindakan audien terhadap pesawat oenerima televise atau radio. Jika dibandingkan dengan riset non-rating yang lebih bersifat kualitatif, maka riset rating sangat mengandalkan perhitungan kuantitatif. Riset rating jelas lebih rumit daripada riseng non-rating. Maka ada beberapa factor yang harus diperhatikan yaitu:a) Wilayah Siaran Pemerintah suatu negara harus dapat menciptakan suatu sistem penyiaran

nasional yang memiliki batas-batas wilayah siaran yang tegas dan menghindari terjadinya tumpang tindih siaran.

b) Unit Perhitungan Penghitungan jumlah audien berdasarkan jumlah rumah tangga pada suatu

wilayah merupakan cara perhitungan yang lebih mudah dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan jumlah orang.

Page 161: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 155

c) Konsep Rating Pengelola stasiun penyiaran pada umumnya sangat peduli pada rating dari

suatu program yang ditayangkan di stasiun penyiarannya.i) Audience share Hasil perhitungan berdasarkan audience share ini biasanya lebih disukai

pengelola stasiun televisi untuk menarik pemasang iklan daripada rating, selain karena angkanya yang lebih tinggi dari rating, juga karena audience share memberikan informasi kepada pemasang iklan secara lebih real mengenai posisi stasiun televisi terhadap televisi lainnya.

ii) Pengumpulan Data Terdapat metode pengumpulan data yang digunakan untuk menentukan

rating program siaran yaitu masing-masing:• Menggunakan catatan (diary)• Menggunakan alat pemantau• Telephone coincidental method• Telephone recall• Wawancara langsung

3) Sampel AudienRiset rating menerapkan sampel atas tiga aspek penelitian yang meliputi :a) Sempel perilaku Rangkaian tindakan menghidupkan pesawat televisi, memilih stasiun televisi,

dan mematikan stasiun televisi.b) Sampel waktu Bentuk penyederhanaan yang dilakukan peneliti berdasarkan kenyataan

bahwa program siaran ditayangkan berdasarkan waktu yang teratur setiap harinya atau setiap minggunya.

c) Sampel orang Pemilihan beberapa ratus orang atau beberapa ribu orang untuk mewakili

pilihan program dari beberapa ratus ribu atau bahkan jutaan orang. Kelemahan riset rating:i. Riset rating cenderung mengabaikan kelompok audien teratas dan

terbawah dan juga kelompok-kelompok minoritas lainnya.ii. Jumlah sampel yang sangat keciliii. Tayangan yang terbaik ditayangkan pada saat riset rating berlangsung

4) Riset Non-RatingSuatu konsep perlu diuji terlebih dahulu sebelum di produksi. Kegiatan pengujian program ini dinamakan dengan riset non-rating atau uji coba program (program testing). Riset non-rating dapat memberikan petunjuk kepada pengelola media penyiaran dalam mempersiapkan program agar berhasil pada saat penayangannya. Riset ini meneliti alas an-alasan subjektif perilaku audien terhadap program.

Page 162: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018156

Setelah sampel audien dapat ditentukan, terdapat 4 metode program penelitian :1. Focus group2. Mini-theater test3. Cable-based studies4. Telephone research

5) Riset RadioPeneliti yang tertarik untuk melakukan riset radio harus memahami dua hal :1. Daya tarik dari setiap format siaran2. Efektivitas biaya berbagai format.Tahapan pekerjaan yang harus dilakukan dalam penelitian audien radio adalah sebagai berikut:1. Informasi demografis2. Gaya hidup3. Penjualan kaset/CDPeneliti juga harus mengumpulkan informasi menyeluruh mengenai stasiun radio saingan yang meliputi data-data :1. Program apa saja yang disiarkan stasiun radio lain2. Rating dari seluruh stasiun radio3. Daya jangkau siaean dari setiap stasiun radioJenis riset radio :1. Format siaran2. Pilihan music3. Campuran music4. Music yang ditinggalkan

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2005: 6). Penelitian kualitatif adalah:

Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti yang rinci, yang dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit.

Menurut Daymon dan Holloway (2008: 5), metode kualitatif cenderung dihubungkan dengan paradigma interpretive. Metode ini memusatkan pada penyelidikan terhadap cara manusia memaknai kehidupan sosial mereka dan bagaimana

Page 163: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 157

mengekspresikan pemahaman mereka melalui bahasa, suara, perumpamaan, gaya pribadi, dan ritual sosial (Deacon et al. 1999: 6). Para peneliti yang menganut paradigma ini kurang tertarik untuk meneliti kekuatan eksternal yang mungkin menentukan perilaku masyarakat; seperti peraturan yang mengontrol standar periklanan, atau pengaruh perubahan selera konsumen terhadap jenis-jenis event yang cocok untuk sponsorship. Mereka lebih bersemangat untuk menjajagi selera, motivasi, dan pengalaman subjektif. Mereka berpendapat bahwa orang-orang melakukan sesuatu berdasarkan makna dari hal tersebut, yang lantas mereka hubungkan dengan tindakan mereka sendiri serta tindakan orang lain.

Untuk melakukan riset dengan paradigma interpretive, seorang peneliti harus memahami realitas sosial dari berbagai sudut pandang orang yang hidup di dalamnya. Penelitian yang menggunakan paradigma interpretive menantang gagasan bahwa realitas sosial adalah sesuatu yang kita terima begitu saja, sesuatu ‘dari luar sana’ yang membentuk tindakan masyarakat. Peneliti ini meyakini teori konstruktivisme sosial yang mengemukakan gagasan bahwa ‘realitas’ yang kita tinggali ini terbentuk dari waktu ke waktu melalui proses komunikasi, interaksi kita dengan orang-orang di sekitar kita, dan sejarah kita bersama. Realitas, oleh karena itu, merupakan ”apa yang dimiliki bersama dan diterima sebagaimana cara dunia dipersepsi dan dipahami” ( Locke 2001: 9).

Oleh karena itu, makna tidaklah sama antara satu tempat dengan tempat lain, atau antara satu orang dengan yang lain. Makna kemudian berhubungan dengan siapa diri kita sebagai individu, berikut interaksi komunikasi yang kita lakukan. Makna bersama (shared meanings) adalah sesuatu yang kita raih bersama inilah yang kemudian membentuk realitas sosial kita (Daymon dan Holloway, 2008: 6).

Haidar Alwasilah (2002: 44) menyatakan, mazhab interpretif adalah salah satu aliran yang berada di bawah payung kualitatif. Mazhab interpretif berasumsi bahwa realitas memiliki ranah ganda, yaitu ranah sosial dan ranah material. Oleh karena itu penelitian harus menggunakan pendekatan yang berbeda. Tidak patut satu pendekatan diterapkan pada bidang sosial maupun material. Menurut ilmuwan interpretif realitas bukanlah sesuatu yang tunggal, independen, dan otonom sebagaimana anggapan ilmuwan objektif melainkan realitas itu bisa dinegosiasikan. Penafsiran merupakan usaha manusia yang menciptakan data. Teks tidak pernah menafsirkan dirinya sendiri (Mulyana, 2006: 49-50).

Memberi interpretasi terhadap teks dalam penelitian kualitatif, sesuai dengan teori independensi teks yang dikemukakan oleh Karl. R. Popper sebagaimana yang dikutip Zastrouw, menyatakan bahwa setiap monopoli pengarang dan penggagasnya, lalu masuk dalam dunia pengetahuan obyektif. Dia menjadi teks yang otonom dan tidak lagi tergantung pada orang yang semula menggagas dan mengeluarkannya. Tafsiran terhadap sesuatu yang telah diumumkan dapat saja berbeda dari apa yang semula diniatkan dan dimaksudkan oleh penggagasnya.

Menurut Al-Zastrouw, apapun penafsiran orang atas sebuah teks dapat

Page 164: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018158

dibenarkan. Penafsiran itu menjadi hak dari setiap individu sesuai dengan perspektif dan kepentingannya sendiri-sendiri, tanpa harus terikat pada pemikiran dan kemauan penggagasnya. Lebih lanjut Zastrouw menjelaskan bahwa masalah kebenaran atau kesesuaian tafsir dengan maksud dan makna yang terkandung dari teks yang ditafsirkan disini bisa diabaikan. Dalam hal ini seorang mufassir (interpreter) memiliki kebebasan dan otonomi penuh untuk menafsirkan atas sebuah teks. Yang menjadi masalah bukan benar tidaknya tafsiran yang diberikan, tetapi argumentasi yang dijadikan landasan dalam memberikan penafsiran serta kedekatannya dengan fenomena yang terjadi dan berkaitan dengan teks tersebut.

Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono, 2007 : 58).

Secara umum, meneurut Moleong penelitian dengan menggunakan metodologi kualitatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:1. Latar alamiah2. manusia sebagai alat (instrumen)3. metode kualitatif4. analisis data secara induktif5. teori dari dasar (grounded theory)6. deskriptif7. lebih memntingkan proses daripada hasil8. adanya batas yang ditentukan oleh fokus9. adanya kriteria khusus untuk keabsahan data10. desain yang bersifat sementara11. hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama (Moleong, 2005: 8-13)

1. Desain Deskriptif Kualitatif Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatis Deskriptif Kualitatff.

Menurut Bungin, format deskriptif kualitatif pada umumnya dilakukan pada penelitian dalam bentuk studi kasus. Format deskriptif kualitatif studi kasus tidak memiliki ciri seperti air (menyebar di permukaan), tetapi memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena.

Format deskriptif kualitatif lebih tepat apabila digunakan untuk meneliti masalah-masalah yang membutuhkan studi mendalam, seperti permasalahan tingkah laku konsumen suatu produk, masalah-masalah efek media terhadap pamdangan pemirsa terhadap suatu tayangan media, permasalahan implementasi kebijakan public di masyarakat dan sebagainya.

Page 165: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 159

Dilihat dari bentuk unti yang diteliti dari format deskriptif kualitatif adalah individu, kelompok/keluarga, masyarakat, dan kelembagaan atau pranta sosial (Bungin, 2012: 68-69).

2. Teknik Pengumpulan DataDalam penelitian ini teknologi pengumpulan data yang digunakan di antaranya

adalah pengamatan, wawancara mendalam, FGD, studi literatur dan lain sebagainya.

3. Lokasi dan Waktu PenelitianLokasi penelitian akan dilaksanakan di dua tempat yaitu, Kota Cirebon dan

Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Adapaun penelitian akan dilakukan dalam waktu dua bulan Juni-Agustus 2018.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Kriteria Konten SehatPenggunaan kata “sehat” dalam dunia media massa siaran seperti radio dan

televisi, bisa saja berbeda dengan bahasa “kualitas”. Acara yang berkualitas belum tentu sehat, sebab kualitas masih umum dan tergantung siapa yang menilai. Kemudian ada hal lain yang seringkali kita temukan dalam dunia media massa khususnya di lembaga siaran seperti radio dan televisi. Yang sering digunakan itu dalam dunia siaran misalnya bahwa isi siaran itu harus sesuai denagn kebutuhan masyarakat.

Acara yang disesuaikan dengan kebutuhan publik sebenarnya belum tentu acara yang sehat. Sebab logika acara yang disesuaikan dengan kebutuhan publik itu berarti kita akan mengikuti selera publik. Selera publik, belum tentu berkorelasi dengan isi siaran yang sehat, sebab sangat tergantung kepada wawasan atau pengetahuan publik terhadap sesuatu yang menyehatkan. Seperti halnya makanan, publik bisa saja mengkonsumsi sesuatu yang mengenakkan sesuai seleranya, tetapi belum tentu yang enak itu menyehatkan. Mungkin yang sehat itu hanya diketahui oleh ahli, karenanya belum tentu juga sesuatu yang sehat itu sesuai dengan selera masyarakat.

Maka di sini kita akan menemukan sesuatu yang kontradiksi, yaitu antara selera publik sebagai konsumen media, dengan media siaran sebagai pihak produsen yang menyampaikan sesuatu yang sehat. Jika produsen menyampaikan isi siaran yang menyehatkan, tetapi tidak sesuai dengan selera publik, maka akan terjadi dilema. Bagaimanapun, sebuah industri butuh publik sebagai pendengar atau penonton. Di sinilah sebenarnya letak kompromi antara yang sehat dengan selera publik itu.

Walaupun demikian, jika tidak sepenuhnya media siaran memenuhi selera publik tentang sesuatu yang disukainya, maka media setidaknya berpedoman pada prinsip-prinsip media dan jurnalistik yang ada. Ketika publik menyukai sesuatu yang bersifat

Page 166: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018160

kriminal misalnya, maka pihak media menyampaikan berita kriminal itu dengan tanpa melanggar kode etik jurnalistik atau P3SPS. Ketika publik menyukai hal-hal berbau mistik, maka tayangan-tayangan seperti itu akan bisa disajikan dengan kemasan yang disukai publik tetapi tidak melanggar prinsip-prinsip dan aturan yang sudah ditetapkan.

Oleh karena itu, konten sehat dalam media siaran khususnya di daerah merupakan informasi yang diberikan kepada pendengar 100 persen kebenarannya. Jangan sampai media massa kemudian menyampaikan sesuatu yang tidak benar atau kebohongan. Selain kebenaran, informasi yang disampaikan media juga merupakan sesuatu yang ada faktanya. Seperti misalnya yang disampaikan oleh Pemimpin redaksi Radio Komunitas Swasta:

“Konten sehat adalah informasi yang diberikan kepada pendengar harus 100 persen kebenarannya. Selain itu, sumbernya juga harus sumber yang benar,”6

Selain itu, fakta yang disampaikan media massa merupakan fakta yang proporsional, artinya apa adanya, tidak ditambah dan tidak dikurangi. Jika sebuah fakta ditambah-tambahkan maka berita itu dipastikan tidak benar dan tidak berkualitas. Jika sebuah fakta di tambah-tambah dengan yang lainnya maka berita itu menyesatkan publik. Padahal, media sebenarnya memiliki fungsi edukasi sehingga kontennya harusnya mencerahkan kepada publik. Dengan data yang akurat, atau media siaran mengangkat fakta apa adanya, itu merupakan bentuk tanggungjawab media siaran terhadap publik sebagai pendengar atau penontonnya.

Ketika ada sebuah peristiwa misalnya, informasi yang sehat yaitu yang memberitakan peristiwa itu dengan benar. Kebenaran dalam sebuah peristiwa adalah ketika media siaran itu menginformasikan tentang narasumber apa adanya, menyampaikan tempatnya tidak salah, termasuk informasi yang dilaporkannya benar adanya. Jadi sehat dalam konteks ini adalah terkait dengan kebenaran fakta itu sendiri. Sejalan dengan pengertian konten sehat yang disampaikan oleh Redaktur Radika FM bahwa:

“Konten sehat radio itu adalah konten dengan menyampaikan narasumber, tempat dan informasi yang dilaporkan berdasarkan fakta yang ada atau sesuai kebenaran.”7

Di sini ada aspek tanggungjawab dalam media siaran. Bahwa setiap konten media siaran tidak lepas dari peran insan medianya, maka setiap konten itu harus dapat dipertanggungjawabkan. Namun, lebih dari itu, jika media siaran akan bertanya tentang sebuah informasi kepada narasumber, maka hendaknya mencari narasumber yang kredibel. Narasumber itu harus memiliki keahlian di bidangnya, atau yang dipastikan

6 Wawancara pada Selasa, 06 Juni 20187 Wawancara pada Selasa, 06 Juni 2018

Page 167: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 161

memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang informasi yang akan diangkatnya. Karenanya, konten sehat dalam media siaran merupakan sebuah informasi

yang dapat mencerahkan masyarakat sebagai audiens atau pemirsanya masing-masing. Dengan mendengar atau menonton media siaran, masyarakat akan lebih tercerahkan. Dalam konteks pengetahuan, publik juga akan semakin bertambah ilmunya. Tidak ada ruang bagi penyesatan informasi bagi media siaran, sebab jika media siaran melakukan penyesatan maka konten itu menjadi tidak sehat. Hal ini juga ditegaskan oleh Redaktur radio Mas FM:

“Konten sehat adalah konten siaran yang disampaikan oleh penyiar itu harus mencehakan audien (pendengar) dan tambahan ilmu tidak ada unsur menyesatkan dan kebohongan tentang informasi.”8

Dengan fungsi edukasi, maka media massa diharapkan dapat menunaikan salah satu fungsinya yaitu mendidikan masyarakat. Redaktur dari group Jawa Pos misalnya lebih mengartikan bahwa konten sehat itu adalah menjalankan fungsi media sebagai pendidik mengatakan bahwa konten sehat apapun segmentasi media sesuai dengan fungsi media yaitu untuk mendidik

Selain lembaga pendidikan formal, publik juga berhak mendapatkan ilmu dan sesuatu yang dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuannya lewat media massa. Walaupun aspek pendidikannya berbeda, namun fungsi pendidikan itu dapat benar-benar dapat dijalankan secara baik dan proporsional.

Namun, sehat juga tidak selamanya identik dengan hal-hal yang sangat serius dan kaku. Konten yang sehat dalam dunia media siaran juga dapat disajikan dengan kemasan yang menghibur. Media siaran khususnya radio memang sangat identik dengan hiburan dan hal-hal yang ringan. Karenanya, radio dan televisi biasanya lebih memanjakan telinga dan mata. Tetapi makna hiburan di sana bersifat positif, karena tujuannya sebagai relaksasi.

Logikanya adalah karena masyarakat selalu menjalani aktivitas keseharian dengan padat, maka disana dibutuhkan media untuk mengendorkan saraf-saraf yang tegang. Salah satu cara untuk menenangkan otot dan fikiran itu yaitu dengan cara mencari hiburan atau konten yang ringan di media siaran. Maka keberadaan hiburan disana menjadi semacam obat yang dapat menyembuhkan ketegangan publik.

Tetapi di luar itu semua, isi siaran yang sehat sesungguhnya secara gamblang sudah diatur dalam UU Penyiaran, termasuk dalam P3SPS. Di sana dijelaskan tentang apa-apa saja yang boleh disiarkan dan apa saja yang tidak boleh disiarkan. Rambu-rambunya sudah sangat jelas. Bahkan untuk televisi misalnya, gambar apa yang boleh ditayangkan dan gambar seperti apa yang tidak boleh ditayangkan. Semuanya sangat rinci, dan jika melanggarnya maka dapat dipastikan siaran itu tidak sehat bagi publiknya.

Hal ini ditegaskan kembali oleh media online televisi Citras TV bahwa konten

8 Wawancara pada Selasa, 06 Juni 2018

Page 168: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018162

sehat sederhananya adalah informasi yang disampaikan baik itu soal kontennya, formatnya, narsumbernya, sekalipun dikemas dengan gaya hiburan yang penting itu semua harus sesuai denga UUD Pers dan juga P3SPS.

2. Strategi Media Dalam Membuat Konten Yang SehatMenyajikan konten yang sehat bagi publik di media siaran khususnya di daerah

memang tidak sederhana. Terlebih hal itu harus dilakukan secara rutin dan berkelanjutan. Menjaga kontinuitas dalam menyajikan konten yang baik terkadang banyak gangguan dan godaan. Karenanya diperlukan konsistensi dan komitmen yang kuat dari seluruh jajaran di media siaran untuk menjaga kualitas siaran yaitu dengan secara terus menerus memberikan konten yang sehat kepada publik.

Perubahan perilaku masyarakat yang selalu dinamis, terkadang menjadikan media siaran kehilangan orientasi. Karenanya, sebelum lebih jauh menyajikan konten apa yang akan disiarkan, insan media siaran terlebih dahulu atau secara simultan harus membaca aspek kesukaan dan kecenderungan publik dalam mendengarkan dan menonton media siaran.

Cara insan media siaran untuk mengetahui kesukaan publiknya merupakan salah satu strategi untuk membuat isi siaran yang sehat dan berkualitas. Sebab dalam dunia marketing pun sebenarnya dikenal dengan istilah market oriented. Artinya, apa yang akan disajikan tentang sebuah produk, tergantung dari kebutuhan publik itu sendiri, mereka butuh apa, maka dari situ produsen akan menciptakan produk yang sesuai dengan permintaan konsumen.

Berikut ini adalah strategi-strategi yang dilakukan oleh para pengelola media penyiaran baik radio, televisi, maupun media online yang memiliki konten-konten dalam bentuk video, dalam usahanya memberikan dan mempertahankan program-program dengan konten sehat dan sekaligus diminta oleh audiennnya, yang merupakan hasil tim peneliti melakukan Focus Group Discussion (FGD) pada Selasa, 5 Juni 2018 di Universitas Majalengka, Jawa Barat. Dirangkumg dalam sub bab (1) Sajian yang Diminati dan Menarik, (2) Memperhatikan Audiens (Pendengar dan Pemirsa), (3) Konten Lokal, (4) Segmen Usia, (5) Interkasi dengan Pendengar.

1) Sajian yang Diminati dan MenarikApa yang sehat dalam dunia siaran pada dasarnya jangan sampai bertentangan

dengan minat masyarakat. Karenannya harus memadukan antara yang baik dengan minat itu, walaupun tidak sederhana, tetapi kreatifitas insan media siaran disini benar-benar diuji. Sebab jika sebuah konten media siaran itu sehat tetapi masyarakat tidak minat, maka ini akan menjadi persoalan karena bisa jadi ditinggalkan oleh pemirsanya.

Selain itu, norma secara umumnya, bahwa setiap konten yang sehat juga dituntut untuk dikemas (diproduksi) dan disajikan secara menarik. Walaupun

Page 169: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 163

menarik itu bersifat abstrak, tetapi insan media siaran harus secara maksimal menterjemahkan kata menarik itu dalam bentuk siaran baik radio maupun televisi. Yang jelas bahwa di dalamnya ada unsur dinamis, tidak kaku, dan selalu memanjakan mata dan telinga. Tambahannya yaitu jika disajikan di radio maka kualitas suaranya bagus dan di televisi kualitas gambarnya juga bagus.

Karena yang sehat tidak selamanya identik dengan hal-hal yang berat dan serius, maka konten sehat di media siaran dapat dikemas semenarik mungkin dan disajikan dengan sangat riangan dan menghibur. Karena prinsip menghibur seperti di jelaskan di atas, yaitu untuk membawa suasana publik agar tida tegang, maka sebenarnya hiburan dalam konteks media siaran dapat lebih positif sehingga hiburan dapat dijadikan sarana pendidikan atau disusupi pesan-pesan yang lebih mengedukasi.

Kenapa hiburan harus disajikan, sebab media berbasis broadcast seperti radio dan televisi, aspek hiburan presentasesnya lebih tinggi. Terutama radio, masyarakat sambil bersantai atau melakukan aktivitas mereka dengan senang sambil mendengarkan musik. Sambil di jalan atau santai di rumah, orang-orang senang juga mendengarkan cerita. Bahkan malam-malam sebelum tidur, kalau di daerah orang-orang suka mendengarkan dongeng atau wayang. Termasuk para penjaga malam seperti ronda dan satpam, mereka sambil bertugas sambil mendengarkan hiburan dari radio.

Hiburan juga dalam radio tidak selamanya berbentuk lagu, tetapi konten-konten yang lebih ringan dan membuat orang terhibur. Bisa saja dongeng atau ceritera. Yang jelas orang tidak berat untuk mendengarkannya bahkan cenderung terhibur.

Bahkan sebenarnya, di dunia media siaran diusahakan jika pun ada berita atau informasi, maka teknis penyajiannya dapat dikemas menjadi lebih ringan. Berita yang berat bisa saja disampaikan dengan narasi yang lebih sederhana, mudah dicerna, dan menghibur. Sebab masyarakat di pedesaan misalnya, mereka dengan kemampuan mencerna sebuah informasi relatif lebih terbatas, sehingga diperlukan kemasan yang menarik.

2) Memperhatikan Audiens (Pendengar dan Pemirsa)Kemudian untuk membuat konten media siaran, para insan media ini harus

dapat menyajikan kontennya sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat pendengar atau penontonnya. Sehingga konten yang disajikan tidak sia-sia, sebab yang benar-benar dibutuhkan.

Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan publik yaitu dengan cara “menguping” apa yang sedang dibicarakan publik. Jika saat ini publik sedang ramai membicarakan kasus PPDB misalnya, maka media siaran saat ini harus membahas itu. Bahasannya dibuat ringan dan dapat dipahami oleh semua orang. Atau ketika ada peristiwa apa, maka media siaran cepat menangkap

Page 170: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018164

isu yang dibicarakan menjadi konten siaran. Jadi isu yang diangkat oleh media siaran akan sangat berkorelasi dengan isu

yang sedang hits di masyarakat. Sebab pada dasarnya masyarakat akan menyukai hal-hal yang sedang ramai diperbicangkan. Kedinamisan isi siaran akan sangat dipengaruhi oleh kedinamisan yang terjadi di masyarakat umum.

Selain itu, kedinamisan isi siaran juga terjadi pada pilihan lagu. Produser radio dan televisi harus memperhatikan lagu apa yang saat ini sedang hits di masyarakat. Ketika ada penyanyi baru yang terkenal mendadak di media sosial misalnya, maka media siaran harus memutarnya. Ketika bermunculan selegram yang viral di media sosial, maka media siaran harus juga membahas dan memberikan fasilitas untuk memperdengarkannya.

Memperhatikan apa yang sedang ramai di masyarakat juga saat ini salah satu metodenya yaitu dengan memantau media sosial. Jika bertanya langsung kepada masyarakat saat ini lebih susah, kemudian mendatangi komunitas-komunitas masyarakat juga cukup memakan waktu, maka salah satu cara yang efektif untuk memantau kecenderungan isu di kalangan publik yaitu dengan cara memantau media sosial. Apa topik yang ramai dibicarakan, apa saja yang menjadi viral hari ini, dan lain sebagainya.

Cara seperti ini menjadi penting bagi media siaran untuk membangun dinamisasi isi siaran. Sebab saat ini di tengah masyarakat yang dinamis, walaupun kondisinya di daerah, maka isi siaran juga harus dinamis. Jika isi siaran itu stagnan dan cenderung monoton, maka media siaran itu bisa saja ditinggalkan oleh masyarakat. Sebab saat ini masyarakat dengan sangat mudah akan mencari sesuatu yang dinamis di internet.

3) Konten Lokal Konten sehat bagi media yang ada di daerah yaitu terkait dengan kearifan

lokal. Artinya media harus berani mengangkat hal-hal yang berbau lokal baik pada aspek kebudayaan, kesenian, tradisi, dan yang lainnya. Sebab aspek lokalitas itu diyakini memberikan nilai edukasi yang sangat bagi bagi masyarakatnya.

Konten lokal juga bisa menjadi alternatif bagi media siaran dalam mengembangkan nilai edukasi yang sarat budaya. Sebab di dalam tradisi dan kebudayaan lokal di sana ada nilai-nilai kearifan yang sarat makna. Seni musik, seni tari, petatah-petitih, cerita (dongeng), tradisi, dan perilaku yang telah tertanam pada masyarakat pedesaan misalnya diyakini memiliki nilai luhur yang perlu dilestarikan.

Media siaran seperti radio dan televisi lokal sangat berkepentingan dengan konten lokal sebab di sana terdapat kebaikan. Yang menjadi tugasnya adalah bagaimana mengemas konten lokal itu dengan baik sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Kemasan itu bisa dalam bentuk gambar maupun dalam narasi sajiannya. Yang jelas bahwa di abad yang penuh citra ini, semua konten harus dibungkus semenarik mungkin agar dapat diterima secara massif.

Page 171: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 165

Dalam hal menyajikan, mendekati konten lokal juga akan lebih mengena jika menggunakan bahasa daerahnya. Sebab lokalitas di situ bukan hanya kontennya, tetapi juga cara mengantarkannya. Karenanya bahasa pengantar di situ harus menggunakan bahasa daerah. Bahkan jika perlu, media siaran juga menggunakan atau menghadirkan simpul-simpul atau tokoh-tokoh lokal yang menjadi panutan masyarakat. Atau setidaknya orang lokal yang dikenal dan dapat menghibur masyarakat.

Jika akan mengangkat konten seperti berita, maka diusahakan yang diangkat adalah isu-isu kedaerahan. Atau isu-isu yang lebih dekat dengan masyarakat itu sendiri. Jangan terlalu banyak mengangkat isu nasional bahkan internasional, sebab media di daerah, pendengarnya orang daerah, yang mereka akan lebih peduli dengan lingkungan di daerahnya sendiri. Maka cara menumbuhkan minat masyarakat terhadap media siaran yaitu dengan cara mengangkat lingkungan sekitarnya.

Selain itu, media siaran di daerah juga dapat mengangkat cerita-cerita yang berbasis kedaerahan. Setiap daerah biasanya memiliki legendanya sendiri-sendiri, memiliki narasi dan riwayatnya yang sangat kaya. Maka acara seperti drama, dongeng, atau wayang misalnya, sangat diminati di daerah. Mereka bisa berjam-jam mendengarkan cerita-cerita itu. Di dalamnya ada hikmah, ada kearifan, ada pelajaran yang dapat diambil.

Kemudian di masyarakat daerah juga terkenal dengan tebak-tebakan. Bagi masyarakat sunda misalnya, mengenal apa yang disebut dengan tatarucingan. Tatarucingan merupakan tebak-tebakan khas masyarakat Sunda yang mengandung banyak hikmah. Di dalamnya ada pelajaran, ada kearifan, di situ bukan hanya orang tua tetapi juga anak-anak akan diajak bermain sambil belajar.

4) Segmen Usia Pendengar radio dan penonton televisi lokal, antara kota dan daerah sedikit

berbeda. Untuk masyarakat perkotaan mungkin anak muda masih mendengarkan radio, dengan catatan radionya yang memiliki konten yang pas buat anak muda. Tetapi di pedesaan, pendengar radio termasuk yang nonton televisi lokal itu kebanyakan orang tua. Mereka menonton dan mendengarkan untuk melepas penat atau mencari hiburan.

Karenanya, di daerah, jika radio dikhususnya untuk segmen muda, maka diyakini minim minat untuk tidanya menyebutnya tidak akan laku. Sebab pendengar radio di daerah itu adalah orang tua. Ini juga merupakan perubahan yang terjadi, dimungkinkan terjadi akiba gencarnya teknologi digital yang mengalihkan anak mud, sehingga radio dan televisi lokal itu ditinggalkan. Maka yang tersisa adalah orang tua yang tidak terlalu akrab dengan alat-alat canggih seperti gadget.

Untuk itu, jika berbicara segmen, maka media siaran khususnya radio, lebih strategis jika mengambilnya adalah segmen umum saja. Walaupun tidak fokus, tetapi setidaknya memberikan kesempatan kepada semua orang untuk bisa

Page 172: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018166

mendengarkannya. Maka yang dituntut di sini adalah produser dan penyiar, selain harus

keberadaannya masuk ke semua usia, juga harus cerdas-cerdas mengemas konten yang dapat diterima oleh semua usia. Setidaknya oleh mayoritas usia yang menjadi segmennya. Sebenarnya pernah ada waktu dimana radio menentukan segmen untuk di daerah, tetapi karena dirasa tidak efektif maka pembatasan segmen itu dihapuskan, akhirnya berlaku untuk semua.

5) Interaksi Dengan PendengarUntuk mempertahankan kualitas siaran, pihak media baiknya selalu menjaga

komunikasi dan hubungannya dengan pendengar. Menjaga hubungan ini diharapkan dapat saling menjaga antara kedua belah pihak. Karenanya, pihak media tidak menjadikan pendengar sebagai pihak yang terpisah.

Dalam menjaga hubungan dengan dengan pendengar, pihak media dapat menggunakan beberapa metode yang dianggap cocok untuk karakter pendengarnya masing-masing. Untuk radio, ada beberapa kegiatan yang dianggap efektif, misalnya program jumpa fans. Karena pendengar radio itu bersifat tetap, maka pendengar itu bisa diajak oleh pihak radio untuk bertemu bersama dalam sebuah kegiatan tertentu.

Media siaran sebenarnya terkadang tidak bisa memastikan seberapa banyak orang yang mendengarkan siarannya, tetapi pihak radio baik di perkotaan maupun di daerah sangat yakin bahwa pendengar itu bisa dibagi dua, yaitu ada pendengar yang aktif dan pendengar pasif. Pendengar aktif selalu ikut dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh radio, termasuk selalu ikut ketika sedang siaran melalui telefon atau handphone, atau ikut juba berinteraksi lewat media sosial. Sementara karakter pendengar yang pasif, pendengar seperti ini memang agak sulit diketaui, tetapi kenyataannya mereka itu ada dan turut menyimak.

Kemudian, proses interaksi juga dapat dilakukan dengan cara memaksimalkan teknologi termasuk keberadaan media sosial. Di media sosial, antara pihak media dengan publiknya bisa bertemu. Mereka bisa saling tegur sapa, bisa saling memberikan masukan, saling berkomunikasi. Dengan media massa pihak media dapat menjalin kedekatan dan mengikat militansi pendengarnya.

Ada juga program yang efektif untuk membangun kedekatan antara penyiar dengan pendengar yang sangat jarang dilakukan di perkotaan, yaitu program karokean. Dengan program ini, pendengar dapat memilih lagu dan turut menyanyikannya secara on air. Walaupun suaranya pas-pasan, tetapi dengan on air orang akan sangat bangga. Secara umum, pola interaksi antara media dengan publik seperti ini cukup efektif untuk membangun kedekatan. Termasuk juga di dalamnya ada program kuis dengan bagi-bagi hadiah alakadarnya.

3. Respon PublikPada dasarnya, pendengar radio dan penonton televisi itu relatif lebih beragam,

Page 173: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 167

mulai dari sisi usia, gender, pendidikan, status ekonomi, sosial, dan pekerjaan. Dalam posisinya masing-masing, pubik kemudian bisa melakukan feed back terhadap media siaran yang ada khususnya yang mereka dengar dan tonton.

Perkembangan masyarakat yang cenderung lebih cerdas saat ini, membuat mereka sebenarnya sudah bisa membedakan mana konten yang bagus dengan tidak. Termasuk mereka bisa membedakan mana konten bermanfaat dan konten sampah yang hanya mengeksploitasi objek tertentu. Karenanya, publik ini tidak bisa lagi dibohongi dengan konten-konten yang buruk walaupun kemasannya menarik.

Kemudian, masyarakat pada dasarnya sudah memiliki filter yang inhern dalam dirinya masing-masing. Filter di situ bisa karena dasar agama, bisa wawasan dan pendidikan, atau hal lain yang membuat dirinya tidak mudah menerima apapun tanpa syarat. Terlebih di daerah, konten media siaran tidak bisa bebas nilai dan hanya menjadikan publik sebagai objek semata.

Di daerah, masyarakat sebenarnya sangat membutuhkan media siaran, baik itu televisi bahkan terutama radio. Masyarakat di daerah diakui membutuhkan siaran radio misalnya bukan hanya siang hari, tetapi juga malam hari. Banyak para penjaga atau para petugas keamanan dan ronda yang senantiasa menikmati siaran radio di malam hari. Dengan mendengarkan radio, mereka selain dapat menikmati isi siarannya, juga dapat menghilangkan penat dan sepi di malam hari.

Oleh karena itu, sebenarnya media siaran di daerah, terutama radio masih sangat diminati dan dibutuhkan masyarakat. Terlebih jika media tersebut, seperti televisi lokal misalnya mampu mengangkat aspek lokalitas daerah. Jika televisi lokal memberitakan sebuah kampung misalnya, maka masyarakat di kampung itu sangat senang dan bangga. Kalau mereka tahu kampungnya diliput pasti mereka akan nonton acara di tv tersebut.

Walaupun demikian, pihak media siaran sebenarnya baiknya melakukan survei atau riset walaupun kecil-kecilan. Survei tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana masyarakat merespon media siaran dengan segala isi siarannya.

Namun demikian, sekilas atau secara tidak langsung, insan media siaran sebenarnya dapat “meraba” aspirasi masyarakat tentang responnya terhadap media siaran. Diakui pihak-pihak media siaran, bahwa masyarakat di daerah dan diperkotaan sebenarnya masih membutuhkan media siaran. Walaupun alasan, motif dan caranya berbeda, namun secara umum, antara masyarakat perkotaan dan pedesaan masih membutuhkan radio dan telelvisi. Ada benang merah yang dapat diambil dari aspirasi atau respon publik terhadap media siaran, yaitu pada aspek interaksi atau sejauh mana media siaran dapat membangun hubungan yang baik dengan publiknya. Walaupun metodenya bisa berbeda, tetapi upaya membangun hubungan ini sangat penting dilakukan.

4. Dinamika Media Siaran Media massa secara makro di manapun adanya selalu dipengaruhi oleh sistem

yang dianut oleh negaranya masing-masing. Dalam konteks industri, media massa

Page 174: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018168

juga tidak lepas dari kepentingan bisnis, sebagai konsekuensi dari sebuah perusahaan yang bernuansa profit. Maka proses keberlangsungan media massa tidak lepas dari dunia bisnis, sehingga secara materi media massa ditarget untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya.

Di tengah perkembangan media massa yang begitu ketat, maka media massa selalu menampilkan yang terbaik dengan sejumlah program yang diharapkan dapat menarik sebanyak mungkin pendengar atau penonton. Parameter keberhasilan sebuah media siaran adalah ketika jumlah pendengar dan penontonnya lebih banyak di banding yang lain. Sebab dalam dunia industri, pendengar dan penonton itu kemudian menjadi “barang dagangan” untuk dikapitalisasi menjadi pundi-pundi iklan yang menguntungkan.

Sedangkan untuk menjadikan medianya dijadikan rujukan bagi masyarakat, baik itu radio maupun televisi lokal, maka media itu harus memiliki kelebihan di banding dengan yang lain. Kelebihan itu lah yang menjadi faktor penentu dan identitas dari sebuah kualitas perusahaan media massa. Kelebihan bukan hanya dalam arti jumlah atau banyaknya personil, tetapi yang terpenting adalah dari sisi kualitasnya.

Aspek kualitas ini setidaknya dapat menyangkut beberapa aspek. Pertama, dari sisi Sumber Daya Manusia. Sebagai penggerak utama, radio dan televisi memerlukan SDM yang mumpuni dan memiliki wawasan serta keterampilan yang khusus. Kualitas SDM inilah yang menjadi faktor pembeda antar media karena mereka akan mampu menarik publik untuk menjadi pendengar atau penonton media tersebut. Dengan kualitas SDM yang baik, maka radio atau televisi lokal tersebut dapat menghadirkan program-program siaran yang baik.

Program-program juga akan lebih kreatif dan menarik, sebab dengan SDM yang berkualitas, sebuah lembaga siaran akan menyampaikan sesuatu yang tidak biasanya atau standard. Kemudian, dengan SDM yang baik pula, maka sebuah lembaga siaran juga akan dapat mengoperasikan lembaga siarannya dengan lebih baik. Semua alat-alat yang canggih, jika yang mengoperasikannya tidak ahli mana akan menjadi persoalan.

Kedua, modal. Bagi sebuah industri media massa, modal menjadi sangat vital. Sebab dengan modal media siaran akan dapat membeli peralatan yang lebih canggih. Bahkan dengan modal yang mencukupi, media siaran juga dapat membayar SDM yang memiliki keahlian lebih, tidak asal. Selain itu, dengan modal yang besar, media siaran juga dapat menciptakan mualitas siaran yang lebih baik. Modal inilah yang seringkali menjadi pembeda yang signifikan media siaran, baik dari sisi isi siaran sampai kepada tampilan fisik dan lokasi keberadaan media itu sendiri.

Ketiga, teknologi atau peralatan. Media siaran seperti radio, terutama televisi, merupakan media yang cukup padat modal. Keberadaan teknologi sangat berpengaruh kepada kualitas siaran. Karenanya, teknologi yang lebih baik akan menghasilkan kualitas siarannya itu sendiri. Misalnya, teknologi yang bagus di radio, maka akan menghasilkan kualitas suara yang bagus pula, termasuk jangkauannya akan lebih luas. Sedangkan bagi

Page 175: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 169

televisi, keberadaan teknologi juga selain kepada suara, pengaruhnya adalah kepada kualitas gambar. Dari mulai kamera untuk mengambil gambar, alat produksi, hingga untuk menyiarkannya, diperlukan teknologi yang lebih bagus.

Tiga aspek inilah setidaknya akan menjadi pembeda kualitas media siaran satu dengan lainnya. Keberadaan media siaran yang semakin ketat dalam persaingannya membutuhkan upgrade terus menerus dan mengikuti perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih. Karenanya, SDM sebuah lembaga siaran harus selalu dinamis dan cepat beradaptasi dengan perubahan.

Faktor tersebut memberikan keutungan secara umum kepada para pemilik modal yang kuat, sehingga dapat memenangkan persaingan. Karenanya, persoalan-persoalan media siaran antara perkotaan dengan di daerah selalu tidak berimbang. Bukan hanya dari sisi geografis, lembaga siaran di daerah relatif tertinggal karena tidak memiliki SDM yang selalu terupgrade dengan baik, tidak cepat berubah, juga tidak didukung oleh teknologi yang selalu diperbaharui. Karenannya, kualitas siaran lembaga siaran di daerah secara umum tidak memiliki kemampuan yang baik untuk bersaing dengan lembaga siaran yang berbasis perkotaan.

Selain SDM, lembaga siaran di daerah juga seringkali menggunakan peralatan yang cenderung sudah lama atau tua usainya, bukan teknologi yang lebih canggih. Persoalan ini sering kali dipengaruhi oleh kepemilikan media itu sendiri. Modal besar biasanya dimiliki oleh orang perkotaan karena kemampuan finansialnya cukup kuat. Selain itu, faktor pendukung media besar di perkotaan juga seringkali karena adanya monopoli media oleh grup media Ibu Kota. Kini sudah biasa grup media besar di Jakarta membeli media siaran lokal. Sehingga media lokal itu turut ter-upgrade baik dari sisi fasilitas maupun SDMnya. Namun media lokal yang dibeli juga biasanya hanya sampai perkotaan tidak yang ada di daerah atau tingkat Kabupaten.

Di tengah kondisi lembaga siaran di daerah yang tidak banyak berubah, kini mereka pun menghadapi tantangan yang tidak ringan dari perkembangan media sosial. Teknologi informasi berbasis internet kini menjadi pihak yang turut mempengaruhi masyarakat. Jika lembaga siaran itu tidak dapat memanfaatkannya dengan baik, maka media sosial itu akan menggerus pendengar dan penonton televisi lokal, sebab masyarakat kini dapat memenuhi kebutuhannya lewat internet. Dengan menyediakkan semua konten dengan format yang lebih dinamis dan komplit, internet juga dapat diakses dengan lebih mudah dan mobile.

Tantangan ini setidaknya turut menjadi pemikiran yang tidak sederhana, sebab jika kurang adaptif dan dapat memanfaatkannya secara positif, maka media siaran lokal akan semakin ditinggalkan. Maka langkah bijaknya yaitu melakukan kolaborasi. Walaupu kemudian dalam prakteknya tidak sesederhana yang dibayangkan, sebab perlu kecakapan, keterbukaan manajemen, termasuk dukungan modal dan teknologi itu sendiri.

Tantangan ini juga bagi lembaga siaran di daerah akan ditambah dengan

Page 176: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018170

persoalan lain yaitu terkait dengan perizinan. Perizinan merupakan aspek penting bagi keberadaan lembaga siaran, sebab tanpanya dia tidak akan bisa beroperasi. Karenanya, perizinan frekwensi keberadaannya sangat vital. Hal ini sampai saat ini dirasa masih menjadi batu sandungan bagi lembaga-lembaga siaran di daerah.

Namun demikian, para insan media khususnya lembaga siaran seperti radio di daerah saat ini seperti menemukan angin segar. Sebab saat ini diakui bahwa radio di daerah seperti kembali kepada masa kejayaannya. Entak karena publik merasa jenuh dengan internet atau apa, yang jelas ada semacam kerinduan publik terkait dengan keberadaan radio di daerah dengan segala kontenny a yang khas. Kondisi ini dianggap sebagai salah satu peluang untuk kembali membangkitkan lembaga siaran seperti radio di daerah.

5. Diskusi Secara umum tujuan dari penelitian tentang strategi media penyiaran dalam

menghasilkan program siaran yan sehat di daerah, khususnya di Majalengka dan Cirebon yang ingin didapatkan sudah tercapai. Namun, tentu saja dalam penelitian ini juga ada beberapa kekurangan dan kelemahan, yang dikemudian hari dapat lebih disempurnakan lagi, atau dilakukan penelitian lanjutan.

Pertama, terkait kredibilitas narasumber atau informan. Idealnya untuk mendapatkan informasi hal-hal yang bersifat strategis dari sebuah lembaga siaran, yang lebih punya otoritas, pemegang kebijakan, dan kapabel adalah mereka yang berada di level midle manajaer sampai dengan top manager. Di dalam media massa, level midle ini setara dengan redaktur pelaksana, direktor program, dan level top manager setara dengan pemimpin redaksi. Namun dalam penelitian ini, yang menjadi informan mayoritas adalah wartawan lapangan. Mulai dari wartawan yang pemula, sudah cukup lama, sampai dengan wartawan senior. Walaupun demikian, bisa saja dari segi wawasan dan informasi antara wartawan lapangan dengan mereka yang berada ditingkat Pemimpin Redaksi tidak jauh berbeda.

Kedua, dari segi waktu penelitian. Waktu penelitian ini relatif sangat cepat yaitu kurang dari 2 bulan. Ditambah momentum penelitian ini juga bertepatan dengan bulan Ramadhan dan Idul Fitri, yang sedikit banyak mempengaruhi dalam teknis pengumpulan data di lapangan. Waktu yang relatif sebentar juga sangat mempengaruhi kedalaman dan ketajaman analisis karena data yang didapatkan kurang banyak dan mendalam.

Ketiga, dari segi keragaman media. Awalnya, objek penelitian ini ingin lebih fokus pada media penyiaran radio dan televisi yang berada di bawah pengawasan KPID, akan tetapi di lapangan informan yang terlibat juga ada dari media online, radio serta televisi internet. Khusus radio dan televisi internet, kehadiran mereka justru merupakan satu temuan yang unik, karena kehadiran mereka menimbulkan satu pertanyaan. Jika radio dan televisi konvensional yang menggunakan frekuensi publik diawasi oleh KPID.

Page 177: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 171

Bagaimana dengan radio dan televisi internet? Apakah mereka tetap diawasi oleh KPID atau bukan? Kalau iya tentu tidak jadi persoalan. Akan menjadi persoalan ketika tidak diawasi oleh KPID maka akan diawasi oleh siapa? Padahal perkembangan radio dan televisi berbasis internet ini dari hari ke hari kian berkembang pesat dan tidak menutup kemungkinan akan menggantikan posisi radio dan televisi internet. Lebih menggelitik lagi jika radio dan televisi konvensional ini dikemudian hari tidak beroperasi lagi alias gulung tikar seperti beberapa surat kabar tanah air, maka KPID akan mengawasi apa?

Keempat, wawasan informan. Mayoritas informan yang diteliti itu adalah mereka yang relatif belum lama bergelut dibidang media penyiaran. Bahkan sebagian bisa disebut wartawan pemula. Hanya ada satu sampai tiga wartawan yang bisa dikategorikan sebagai wartawan senior. Oleh karena itu, ketika tim peneliti ingin mendapatkan informasi yang cukup mendalam dari informan melalui metode FGD, informasi yang disampaikan menurut tim peneliti dianggap kurang memadai. Ini bisa jadi karena faktor wawasan dari informan yang relatif masih sedikit. Selain itu keaktifan sebagian informan ketika mengikuti diskusi juga dianggap tim peneliti masih rendah.

Yang lainnya adalah terkait gender. Apakah ini berpengaruh atau tidak, tetapi fakta di lapangan yang didapatkan oleh tim peneliti bahwa dari informan yang diwawancarai, hanya terdapat informan satu orang dari kalangan perempuan, sisanya adalah laki-laki.

Simpulan dan Rekomendasi

SimpulanBerdasarkan temuan dan hasil pembahasan tentang strategi media penyiaran

daerah dalam memproduksi dan mempertahankan program siaran yang sehat, yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Sebelum membuat program siaran sehat, media penyiaran daerah terlebih dahulu

memahami dan menafsirkan apa yang dimaksud dengan program siaran yang sehat.2. Media penyiaran daerah memahami dan menafsirkan bahwa program sehat itu

adalah program siara yang harus sesuai dengan fakta di lapangan, tidak dibuat-buat atau rekayasa, menggunakan narasumber yang kredinel dapat dipercaya, bernuansa mendidik, tetapi bisa disajikan dengan menarik bahkan dikemas dengan hiburan dengan tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku semisal UU tentang pers, UU penyiaran maupun P3SPS.

3. Dalam membuat program siaran yang sehat, strategi media penyiaran daerah di Majalengka dan Cirebon adalah dengan:a) Menyajikan program-program yang diminati dan menarik. Media penyiaran di

Majalengka dan Cirebo sebelum membuat program atau ketika ingin program yang sudah dibuat diminati atau tidak oleh masyarakat mereka melakukan survei atau riset-riset sederhana misalnya dengan bertanya kepada orang-orang sekitar

Page 178: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018172

atau mengamati langsung apa program-program yang diminati oleh masyarakat. Kemudian setelah tahu program-program apa yang diminati maka berikutnya adalah membuat format program-program dengan kemasan yang menarik sehingga bisa di dengar atau ditonton oleh masyarakat

b) Memperhatikan audiens. Media penyiaran di daerah sangat memperhatikan betul latar belakang audiens (pendengar/pemirsa). Media penyiaran di daerah Majalengka dan Cirebon sangat memahami bahwa latar belakang target sasaran mereka mayoritas berlatar belakang pendidikan paling banyak adalah SMA bahkan SD. Sehingga mereka harus betul-betul membuat program yang dapat dipahami oleh masyarakat yang belatar belakang pendidikan setingkat SD. Selain itu latar belakang ekonomi serta profesi juga senantiasa diperhatikan.

c) Menyajikan konten lokal. Media penyiaran di daerah Majalengka dan Cirebon sangat memahami bahwa pada zaman ini informasi-informasi apapun yang ingin diperoleh masyarakat sangat mudah hanya dengan bermodalkan internet. Akan tetapi, untuk memperoleh informasi-informasi yang bernuansa kearifan lokal dapat dikatakan sulit. Oleh karena itu, media penyiaran daerah konsisten untuk mempertahankan program-program siaran dengan konten lokal. Dan selama ini konten-konten lokal ini dapat dikatakan sukses karena dapat diterima oleh masyarakat.

d) Memperhatikan segmen usia. Hampir senada dengan latar belakang audiens. Namun pada segmen usia ini titik beratnya pada peluang diterimanya program-program siaran di media penyiaran secara luas. Media penyiaran daerah yang biasanya lebih dekat dengan segmen usia tua, juga harus tetap menyediakan pgoram-program siaran yang diperuntukkan kepada kalangan muda atau setidaknya bersifat umum yang bisa dinikmati oleh usia tua maupun muda dengan tujuan jangkauan penerimaan program siaran di daerah semakin luat.

e) Menyediakan interkasi dengan pendengar. Media penyiaran khususnya radio di daerah Majalengka dan Cirebon dalam rangka mempertahankan program siaran eksistensinya, selain melakukan interaksi dengan mendengarnya pada saat on air, mereka juga mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat off air, untuk memperkuat silaturahim dalam bentuk temu penyiar, jumpa fans, dan acara yang semisalnya. Tujuan kegiatan ini juga adalah untuk mendengar langsung masukan, kritikan dari pemirsa untuk program-program siaran yang layak untuk disiarkan serta format dan kemasan isi siarannya.

4. Dinamika dan eksistensi media penyiaran. Karena bisnis media penyiaran ini adalah bisnis padat modal, maka media penyiaran di daerah Majalengka dan Cirebon setidaknya harus memperhatikan tiga aspek agar bisa bertahan di tengah serbuan internet dan media sosial, yaitu: aspek SDM, modal, dan teknologi atau peralatan.

Page 179: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018 173

RekomendasiBerdasarkan point-point kesimpulan yang sudah dipaparkan di atas, maka tim

peneliti juga memberikan beberapa rekomedasi.1. Rekomenasi untuk akademik, diharapkan dari hasil penelitian ini ada kelanjutan

penelitian dengan fokus pendalaman tema serta keragaman topik serta objek penelitian.

2. Rekomendasi praktis, kepada para pengelola dan pemangku kebijakan media siaran di daerah Majalengka dan Cirebon khususnya dan umumnya yang ada di Jawa Barat untuk membuat konten-konten siaran yang sehat yang dikemas dengan menarik berbasis kearifan lokal yang bisa dinikmati oleh semua kalangan mulai dari anak kecil sampai dewasa. Selain itu, harus mampu juga untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan informasi internet, misalnya dengan mengoptimalkan media sosial untuk menyebarkan dan mempromosikan konten-konten siaran yang sehat dan layak dengar serta layak tontonn

3. Sementara untuk pemerintah, rekomendasinya perlu disiapkan regulasi tentang pembentukan KPID ditingkat Kabupaten serta perluasan kewenangan KPID untuk mengawasi televisi dan radio berbasis internet

Daftar Pustaka

Ardianto, Karlinah, Komala, 2007. Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Armando, Ade. 2011. Televisi Jakarta Di Atas Indonesia, Yogyakarta: BentangBungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: KencanaCangara, Hafied. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: RajawaliHidayat Rahmat, Dadang dan Al-Faqih, MZ. 2018. KPI Regulator Penyiaran Indonesia.

Bandung: Simbiosa Rekatama.Holmes, David. 2012. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Keith C. Michael, 2000. Manajemen Stasiun Radio, Jakarta: Internews Indonesia. Keith C. Michael, 2000. Penjualan & Pemasaran, Jakarta: Internews Indonesia. Keith C. Michael, 2000. Promosi Stasiun Radio, Jakarta: Internews Indonesia.Keith C. Michael, 2000. Pemograman Stasiun Radio, Jakarta: Internews Indonesia.Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.Lexy J. Moleong. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba HumanikaMorissan, 2012. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Bogor: Ghalia IndonesiaMorissan, 2012 . Strategi Media Penyiaran Radio. Jakarta. Ghalia.Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Ilmu Komunikasi

dan Ilmu Sosial Lainnya, cetakan kelima. Bandung: Rosdakarya

Page 180: prakata - KPID Jabar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat 2018174

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi, cetakan kesebelas. Bandung: Rosdakarya.Mulyana, Deddy dan Solatun. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Rosda.Panjaitan L, Erical dan Iqbal Dhani, TM. 2006. Matinya Rating Televisi. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: Grafindo.Oramahi, Asy’ari Hasan. Menulis untuk Telinga, Jakarta: Gramedia.Romli, Syamsul Asep. Brodcast Journalism, Bandung: Nuansa.Subagio Gunawan. 1988. Komunikasi Penyiaran Televisi. Bandung: Citra Aditya.Wirodono, Sunardian. 2005. Matikan TV-Mu. Yogyakarta: Resist Book.Wright C, Charles. 1988. Sosiologi Komunikasi Massa. Bandung: Rosda.

Sumber Lainnya:https://www.brilio.net/film/10-acara-tv-paling-laris-november-favoritmu-masuk-

nggak-171206m.htmlhttps://www.facebook.com/Rating-Program-TV-1748112535509268/ https://www.brilio.net/musik/3-program-siaran-radio-tanah-air-yang-paling-hits-

dengerin-yuk-1708053.htmlhttps://www.viva.co.id/berita/nasional/971910-daftar-lengkap-pemenang-anugerah-

kpi-2017http://jabar.tribunnews.com/2017/11/17/kpid-jawa-barat-beri-12-penghargaan-

kepada-insan-televisi-dan-radio