Top Banner
Volume 1, No 1, 2014, 1-12 http://ejournal.undip.ac.id/index.php/geoplanning | 1 OPEN ACCESS Geoplanning ISSN: 2355-6544 Kajian Arah dan Perkembangan Kota Salatiga Pradipta Pandu Mustika a , Bitta Pigawati b a Universitas Diponegoro, Indonesia, email: [email protected] b Universitas Diponegoro, Indonesia, email: [email protected] Abstract: This study aims to determine the direction and development of Salatiga by comparing the results of the Landsat 7 ETM + in 2000 and Landsat 7 ETM + in 2012. In determining the direction and development of Salatiga using three analysis: analysis of changes in land use Salatiga in 2000 and in 2012, then the analysis of changes in socio- economic conditions of 2000 and 2012, the final analysis of the direction and development of Salatiga.Objectives that will be pursued is to identify the characteristics of the city of Salatiga, analyze land use in 2000 and 2012 using remote sensing image and its amendments, and analyze the socio-economic conditions of 2000 and 2012 which covers residence and the value of Gross Domestic Product (GDP).By using descriptive analysis, image interpretation, and overlays can be known picture of the socio-economic conditions and changes in land use from 2000 to 2012 which can be used to indicate the direction and development of the city.Study results obtained show that the direction and development of the city of Salatiga looks at land up in the form of trade and services sectors.Analysis and data that support the development direction is indicated on the land use and economic development among the existing land use for trade and services continue to rise and rise in the value of the services sector to the GDP at current prices and constant prices from 2000 to 2012. Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui arah dan perkembangan Kota Salatiga dengan membandingkan hasil antara Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2000 dan Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2012. Dalam penentuan arah dan perkembangan Kota Salatiga menggunakan tiga analisis yaitu analisis perubahan penggunaan lahan Kota Salatiga tahun 2000 dan tahun 2012, kemudian analisis perubahan kondisi sosial ekonomi tahun 2000 dan 2012, terakhir analisis arah dan perkembangan Kota Salatiga. Sasaran yang akan ditempuh adalah mengidentifikasi karakteristik wilayah Kota Salatiga, menganalisis penggunaan lahan tahun 2000 dan 2012 menggunakan citra penginderaan jauh beserta perubahannya, dan menganalisis kondisi sosial ekonomi tahun 2000 dan 2012 yang meliputi kependudukan dan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan menggunakan analisis deskriptif, interpretasi citra, dan overlay dapat diketahui gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi dan perubahan penggunaan lahan dari tahun 2000 ke tahun 2012 yang dapat digunakan untuk menunjukan arah dan perkembangan kota. Hasil kajian yang diperoleh menunjukan bahwa arah dan perkembangan kota Salatiga terlihat pada lahan terbangun berupa sektor perdagangan dan jasa. Analisis dan data-data yang mendukung arah perkembangan ini ditunjukan dari penggunaan lahan dan perkembangan ekonomi yang ada diantaranya penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa yang terus meningkat dan naiknya nilai sektor jasa-jasa pada PDRB atas dasar harga berlaku dan harga konstan dari tahun 2000 hingga tahun 2012. 1. PENDAHULUAN Perkembangan perkotaan adalah suatu proses perubahan keadaan perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda (Yunus, 1999). Sorotan perubahan keadaan tersebut biasanya didasarkan pada waktu yang berbeda dan untuk menganalisis ruang yang sama. Perkembangan kota menurut (J.H.Goode dalam Daldjoeni, 1998) dipandang sebagai fungsi dari pada faktor-faktor jumlah penduduk, penguasaan alat atau lingkungan, kemajuan teknologi dan kemajuan dalam organisasi sosial. Perkembangan suatu kota yang pesat juga bisa dilihat dari peningkatan jumlah penduduk yang juga dapat mengakibatkan peningkatan kebutuhan ruang. Peningkatan kebutuhan ruang memicu pertumbuhan Info Artikel; Diterima: Hasil Revisi : Disetujui: Publikasi On-Line: Kata kunci: Perkembangan kota, Lahan, Penginderaan Jauh Article Info; Received: in revised form: Accepted: Available Online: Keywords: Development city, Land, Remote Sensing
10

Pradipta-Bitta-Kajian Arah dan Perkembangan Kota Salatiga

Feb 24, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pradipta-Bitta-Kajian Arah dan Perkembangan Kota Salatiga

Volume 1, No 1, 2014, 1-12 http://ejournal.undip.ac.id/index.php/geoplanning

| 1

OPEN ACCESS

Geoplanning ISSN: 2355-6544

Kajian Arah dan Perkembangan Kota Salatiga

Pradipta Pandu Mustikaa, Bitta Pigawatib

aUniversitas Diponegoro, Indonesia, email: [email protected] bUniversitas Diponegoro, Indonesia, email: [email protected]

Abstract: This study aims to determine the direction and development of Salatiga by

comparing the results of the Landsat 7 ETM + in 2000 and Landsat 7 ETM + in 2012. In determining the direction and development of Salatiga using three analysis: analysis of changes in land use Salatiga in 2000 and in 2012, then the analysis of changes in socio-economic conditions of 2000 and 2012, the final analysis of the direction and development of Salatiga.Objectives that will be pursued is to identify the characteristics of the city of Salatiga, analyze land use in 2000 and 2012 using remote sensing image and its amendments, and analyze the socio-economic conditions of 2000 and 2012 which covers residence and the value of Gross Domestic Product (GDP).By using descriptive analysis, image interpretation, and overlays can be known picture of the socio-economic conditions and changes in land use from 2000 to 2012 which can be used to indicate the direction and development of the city.Study results obtained show that the direction and development of the city of Salatiga looks at land up in the form of trade and services sectors.Analysis and data that support the development direction is indicated on the land use and economic development among the existing land use for trade and services continue to rise and rise in the value of the services sector to the GDP at current prices and constant prices from 2000 to 2012.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui arah dan perkembangan Kota Salatiga dengan

membandingkan hasil antara Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2000 dan Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2012. Dalam penentuan arah dan perkembangan Kota Salatiga menggunakan tiga analisis yaitu analisis perubahan penggunaan lahan Kota Salatiga tahun 2000 dan tahun 2012, kemudian analisis perubahan kondisi sosial ekonomi tahun 2000 dan 2012, terakhir analisis arah dan perkembangan Kota Salatiga. Sasaran yang akan ditempuh adalah mengidentifikasi karakteristik wilayah Kota Salatiga, menganalisis penggunaan lahan tahun 2000 dan 2012 menggunakan citra penginderaan jauh beserta perubahannya, dan menganalisis kondisi sosial ekonomi tahun 2000 dan 2012 yang meliputi kependudukan dan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan menggunakan analisis deskriptif, interpretasi citra, dan overlay dapat diketahui gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi dan perubahan penggunaan lahan dari tahun 2000 ke tahun 2012 yang dapat digunakan untuk menunjukan arah dan perkembangan kota. Hasil kajian yang diperoleh menunjukan bahwa arah dan perkembangan kota Salatiga terlihat pada lahan terbangun berupa sektor perdagangan dan jasa. Analisis dan data-data yang mendukung arah perkembangan ini ditunjukan dari penggunaan lahan dan perkembangan ekonomi yang ada diantaranya penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa yang terus meningkat dan naiknya nilai sektor jasa-jasa pada PDRB atas dasar harga berlaku dan harga konstan dari tahun 2000 hingga tahun 2012.

1. PENDAHULUAN Perkembangan perkotaan adalah suatu proses perubahan keadaan perkotaan dari suatu keadaan ke

keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda (Yunus, 1999). Sorotan perubahan keadaan tersebut biasanya didasarkan pada waktu yang berbeda dan untuk menganalisis ruang yang sama. Perkembangan kota menurut (J.H.Goode dalam Daldjoeni, 1998) dipandang sebagai fungsi dari pada faktor-faktor jumlah penduduk, penguasaan alat atau lingkungan, kemajuan teknologi dan kemajuan dalam organisasi sosial.

Perkembangan suatu kota yang pesat juga bisa dilihat dari peningkatan jumlah penduduk yang juga dapat mengakibatkan peningkatan kebutuhan ruang. Peningkatan kebutuhan ruang memicu pertumbuhan

Info Artikel; Diterima: Hasil Revisi : Disetujui: Publikasi On-Line:

Kata kunci: Perkembangan kota, Lahan, Penginderaan Jauh

Article Info; Received: in revised form: Accepted: Available Online:

Keywords: Development city, Land, Remote Sensing

Page 2: Pradipta-Bitta-Kajian Arah dan Perkembangan Kota Salatiga

Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

| 2

dan perkembangan kawasan perkotaan. Hal ini seringkali tidak sejalan dengan rencana yang telah digariskan dalam Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) suatu wilayah. Aspek yang berkaitan langsung dengan penggunaan lahan adalah perkembangan fisik khususnya perubahan arealnya (Yunus, 1999).

Kota Salatiga merupakan kota cukup pesat perkembangannya. Hal ini dikarenakan Kota Salatiga memiliki letak yang strategis yaitu secara geografis dikelilingi wilayah Kabupaten Semarang. Selain itu Kota Salatiga juga terletak pada simpul jalur perhubungan darat yang menghubungkan kota-kota lainnya seperti Kota Semarang dan Kota Surakarta, sehingga perkembangan kota Salatiga berupa perubahan alih fungsi lahanpun tak dapat dihindari.

Penggunaan lahan yang ada sekarang ini seperti hutan, permukiman, kebun sawah, dan lain-lain adalah salah satu bentuk pemanfaatan lingkungan alam oleh manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Penggunaan lahan selalu ada di suatu daerah. Penggunaan lahan di suatu daerah akan berubah mengikuti pola kebutuhan manusia dalam menjalankan aktivitasnya. Perubahan ini akan memberikan dampak, baik yang bersifat positif maupun negative yang akan mempengaruhi kondisi fisik maupun kondisi sosial, ekonomi, politik, dan budaya daerah yang bersangkutan. Perubahan penggunaan lahan yang bersifat positif adalah dampak yang diharapkan semua pihak karena bersifat menguntungkan, sedangkan dampak negatif seharusnya dihindari karena bersifat merugikan, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak negatif adalah dengan melakukan pemanfaatan sumberdaya sesuai kebutuhan.

Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Pertumbuhan dan aktivitas penduduk yang tinggi terutama terjadi di daerah perkotaan, sehingga daerah perkotaan pada umumnya mengalami perubahan penggunaan lahan yang cepat. Tercatat pada tahun 2000 hingga 2010 saja, laju pertumbuhan penduduk di Kota Salatiga sudah mencapai 1,13 persen per tahun. Jumlah penduduk Kota Salatiga selama sepuluh tahun terakhir naik dari 153.036 menjadi 171.067 pada tahun 2010. Hal ini menunjukan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin intensifnya aktivitas penduduk di suatu tempat berdampak pada makin meningkatnya perubahan penggunaan lahan.

Peningkatan jumlah penduduk Kota Salatiga yang sangat cepat disertai dengan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat telah mengakibatkan kebutuhan lahan semakin meningkat. Namun, karena persediaan lahan terbatas maka terjadilah proses alih fungsi lahan. Perubahan penggunaan lahan adalah perubahan pemanfaatan lahan yang berbeda dengan pemanfaatan sebelumnya, baik untuk tujuan sosial, ekonomi, budaya, maupun industri. Adanya perubahan penggunaan lahan tersebut juga bisa terjadi karena aspek ekonomi dan bisa menunjukan suatu arah perkembangan kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pembagian wilayah studi pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1.Wilayah studi Kota Salatiga (Bappeda Kota Salatiga, 2013)

Page 3: Pradipta-Bitta-Kajian Arah dan Perkembangan Kota Salatiga

Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

| 3

2. DATA DAN METODE Metode analisis merupakan cara yang digunakan untuk menganalisis suatu data atau penelitian,

sedangkan analisis data sendiri adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun, 1989). Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Metode penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis. Dalam prakteknya terdapat sejumlah metode yang biasa digunakan untuk kepentingan penelitian.

Ada dua metode analisis yang digunakan, yang pertama yaitu dengan penerapan analisis spasial Geographic Informational System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) yang akan menghasilkan output berupa peta. SIG merupakan suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial. SIG juga dapat menggabungkan data, mengatur data dan melakukan analisis data yang akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi. Metode kedua yaitu dengan interpretasi citra yang merupakan kegiatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek yang tergambar dalam citra dan menilai arti penting obyek tersebut (Estes dan Simonett, 1975 dalam Sutanto, 1986). Interpretasi citra disini digunakan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kota Salatiga pada kurun waktu 2000 dan 2012. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka analisis pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2.Kerangka Analisis

Sedangkan teknik analisis dalam studi ini adalah sebagai berikut: a. Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif

Deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan obyek secara naratif (kata-kata) dengan parameter kualitatif. Teknik ini berguna untuk menganalisis langsung terhadap keadaan obyek studi melalui uraian, pengertian, ataupun penjelasan-penjelasan. Output yang diperoleh dari analisis ini adalah deskripsi mengenai kondisi sosial ekonomi meliputi kependudukan dan PDRB yang mendorong

Page 4: Pradipta-Bitta-Kajian Arah dan Perkembangan Kota Salatiga

Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

| 4

perkembangan kota Salatiga dan perubahan baik penggunaan lahan maupun sosial ekonomi yang terjadi dari tahun 2000 dan 2012.

b. Teknik Analisis Interpretasi Citra Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek yang tergambar dalam citra dan menilai arti penting obyek tersebut (Estes dan Simonett, 1975 dalam Sutanto, 1986). Kegunaan dari interpretasi citra ini yaitu untuk melihat perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kota Salatiga pada kurun waktu 2000 dan 2012. Tahapan analisis interpretasi citra dimulai dari persiapan citra sampai citra tersebut diklasifikasi. Persiapan citra merupakan hal yang penting sebelum melakukan analisis perubahan penggunaan lahan di Kota Salatiga tahun 2000 dan 2012. Perubahan penggunaan lahan tersebut hanya dapat dianalisis setelah citra diklasifikasi. Dengan tahapan agar menghasilkan klasifikasi yang maksimal citra Landsat haruslah terkoreksi dahulu dengan metode koreksi geometrik dan radiometrik. Hal tersebut dilakukan agar koordinat citra tersebut sesuai dengan koordinat geografis yang sebenarnya. Lalu citra tersebut harus melalu proses filtering yaitu dengan penajaman citra. Langkah-langkah tersebut dilakukan pada kedua citra, selanjutnya kedua citra di klasifikasi dengan metode terbimbing atau supervised dan sebagai outputnya diperoleh hasil overlay dari kedua citra.

c. Teknik Analisis Overlay Overlay yaitu teknik atau kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau pada plot. Secara singkatnya, overlay menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut. Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Overlay disini digunakan untuk menganalisis obyek studi melalui peta dengan cara menumpangsusunkan antara peta satu dengan peta lainnya, sehingga menghasilkan informasi yang diinginkan secara spasial. Dari teknik ini akan diketahui adanya perubahan penggunaan lahan dari tahun ke tahun, yaitu mengoverlay hasil peta interpretasi citra penggunaan lahan Kota Salatiga tahun 2000 dengan tahun 2012.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Perubahan Penggunaana Lahan Kota Salatiga menggunakan interpretasi citra. Interpretasi

citra digunakan sebagai alat analisis untuk melihat penggunaan lahan yang terdapat di Kota Salatiga. Citra yang digunakan menggunakan citra Landsat Jawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2012. Sebelum diklasifikasi secara terbimbing (supervised) hingga menampilkan sebuah penggunaan lahan, terlebih dahulu dilakukan tahapan persiapan citra.

Tahapan persiapan citra menunjukkan pada kegiatan mengorganisasikan beragam data ke dalam suatu susunan tertentu untuk mempermudah didalam pengolahan data-data tersebut sehingga data-data tersebut dapat diintepretasikan dan tersajilah suatu informasi. Biasanya untuk membuat informasi menjadi lebih menarik khususnya yang berkaitan dengan spatial maka data-data yang diolah dapat disajikan menggunakan peta agar lebih informatif. Tahap persiapan citra merupakan hal yang penting sebelum melakukan analisis perubahan penggunaan lahan di Kota Salatiga tahun 2000 dan 2012. Perubahan penggunaan lahan tersebut hanya dapat dianalisis setelah citra diklasifikasi. Dengan tahapan agar menghasilkan klasifikasi yang maksimal citra Landsat haruslah terkoreksi dahulu dengan metode koreksi geometrik dan radiometrik. Hal tersebut dilakukan agar koordinat citra tersebut sesuai dengan koordinat geografis yang sebenarnya. Lalu citra tersebut harus melalu proses filtering yaitu dengan penajaman citra Setelah itu citra Jawa Tengah di cropping baik dari tahun 2000 dan 2012. Langkah-langkah tersebut dilakukan pada kedua citra, selanjutnya kedua citra di klasifikasi dengan metode terbimbing atau supervised dan sebagai outputnya diperoleh hasil overlay dari kedua citra. Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat Kota Salatiga tahun 2000 dan 2012, diperoleh luasan lahan untuk masing-masing penggunaan lahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka hasil interpretasi pada Gambar 3 berikut.

Page 5: Pradipta-Bitta-Kajian Arah dan Perkembangan Kota Salatiga

Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

| 5

Gambar 3.Hasil Interpretasi Citra Kota Salatiga Tahun 2000 dan 2012

Berdasarkan identifikasi penggunaan lahan di Kota Salatiga tahun 2000 dan 2012 terjadi perubahan penggunaan lahan yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Perubahan Lahan Terbangun dan Non Terbangun

Tabel tersebut menunjukan perbandingan antara luas lahan terbangun dan non terbangun tahun

2000 dan 2012 yang meliputi kawasan pemukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas perdagangan dan jasa, maupun industri mengalami perkembangan. Berdasarkan klasifikasi hampir semua kecamatan di Kota Salatiga pada tahun 2000 hingga tahun 2012 mengalami pertambahan luas penggunaan lahan pada kawasan terbangun, kecuali kecamatan Argomulyo yang mengalami penurunan. Tercatat Kecamatan Argomulyo mempunyai jumlah luas perubahan penggunaan lahan terbanyak yaitu sebesar 143,94 ha atau berkurang 5,77% dari lahan terbangun menjadi non terbangun. Berkurangnya luas kawasan terbangun menjadi non terbangun di kecamatan Argomulyo disebabkan karena adanya pembebasan lahan untuk pembangunan jalan tol yang menghubungkan Semarang-Solo-Yogyakarta.

Kecamatan dengan luas perubahan penggunaan terbanyak lainnya yaitu Kecamatan Tingkir dengan jumlah perubahan penggunaan lahan sebesar 127,52 ha atau bertambah 3,34% dari tahun 2000 ke tahun 2012. Perubahan penggunaan lahan pada Kecamatan Tingkir terjadi pada kawasan terbangun yang semakin bertambah dan kawasan non terbangun yang semakin berkurang. Tahun 2000 luas kawasan terbangun di Kecamatan Tingkir sebesar 589,32 ha dan menjadi sebesar 716,84 ha pada tahun

Page 6: Pradipta-Bitta-Kajian Arah dan Perkembangan Kota Salatiga

Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

| 6

2012. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit mengalami perubahan penggunaan lahan dari lahan terbangun ke non terbangun yaitu kecamatan Sidomukti, dengan luas perubahan penggunaan lahan sebesar 42,17 ha atau 0,68% dari tahun 2000 ke tahun 2012. Salah satu contoh perubahan penggunaan lahan terbangun di Kota Salatiga yaitu kawasan permukiman dan perdagangan jasa. Lahan terbangun berupa kawasan permukiman dan perdagangan jasa terus meningkat keberadaannya karena kepadatan penduduk yang semakin bertambah membuat kebutuhan akan permukiman sebagai sarana tempat tinggal pun bertambah. Selain itu perubahan penggunaan lahan di Kota Salatiga juga terjadi karena letak Kota Salatiga yang strategis yaitu dilewati jalan arteri primer yang menghubungkan Kota Semarang, Solo dan Yogyakarta.

Analisis Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Kota Salatiga menggunakan analisis deskriptif, dengan

membandingkan data sosial ekonomi tahun 2000 dan tahun 2012. Berdasarkan Tabel jumlah penduduk Kota Salatiga tahun 2000 sampai 2012 selalu mengalami kenaikan. Kenaikan jumlah penduduk terbanyak terjadi di Kecamatan Argomulyo sebesar 11.826 jiwa (40,67%), disusul Kecamatan Sidorejo yang naik sebesar 6.536 jiwa (22,48%), lalu Kecamatan Sidomukti sebesar 5800 jiwa (19,95%) dan terakhir Kecamatan Tingkir sebesar 4.914 jiwa (16,89%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kenaikan jumlah penduduk pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Kenaikan Jumlah Penduduk

Bertambahnya jumlah penduduk di Kota Salatiga juga tidak lepas dari perubahan penggunaan lahan yang terjadi dari tahun 2000 hingga tahun 2012. Perubahan penggunaan lahan dan kenaikan jumlah penduduk juga berbanding lurus dengan kenaikan nilai PDRB atas dasar harga konstan, dimana dari tahun 2000 sampai 2012 nilai PDRB naik sebesar 761.690,96. Untuk lebih jelas bisa dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Perkembangan PDRB

Page 7: Pradipta-Bitta-Kajian Arah dan Perkembangan Kota Salatiga

Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

| 7

Adapun indikator terkait ekonomi diantaranya adalah daya saing dan pertumbuhan. Bahwa ekonomi terkait juga dengan pemenuhan kebutuhan (material) manusia tanpa mengorbankan generasi dimasa mendatang. Dalam perdagangan, Kota Salatiga memiliki potensi unggulan daerah yang mampu dipasarkan hingga luar wilayah Salatiga, yaitu industri batu pahat, industri abon dan dendeng, industri enting-enting gepuk, industri kofeksi, industri kerajinan panah, industri bambu, dan industri sapu ijuk. Dari 7 produk unggulan tersebut secara garis besar pemasarannya adalah Surakarta serta Semarang baik kota atau kabupaten dan tidak menutup kemungkinan ke daerah lainnya. Namun yang paling dominan adalah wilayah Semarang. Keadaan ini tidak begitu berbeda dengan sektor pertanian. Kota Salatiga dengan keadaan alam yang dimilikinya sangat memungkinkan untuk pengembangan kegiatan yang berbasis pertanian. Karena 14,18 % dari luas wilayah Kota Salatiga adalah lahan sawah. Hasil pertanian Kota Salatiga tujuan pemasarannya juga paling dominan adalah wilayah Semarang. Sedangkan untuk industri meubel pemasarannya hingga luar negeri.

Bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya aktivitas kota sebagai pusat pelayanan sosial-pemerintahan dan ekonomi menyebabkan percepatan perkembangan lahan terbangun terlihat semakin meluas ke luar kawasan pengembangan awalnya hingga saat ini. Intensitas permintaan pemenuhan kebutuhan lahan di Kota Salatiga semakin lama semakin meningkat, sehingga sebagian besar lahan yang awalnya lahan non terbangun akan berubah menjadi lahan terbangun.

Analisis Arah dan Perkembangan Kota Salatiga Semua mendapatkan bahwa perkembangan kota

Salatiga mengarah ke sektor perdagangan dan jasa. Berdasarkan RTRW Kota Salatiga tahun 2010-2030, Kota Salatiga juga merupakan kota dengan arahan pengembangan berdasarkan fungsi kegiatan utamanya sebagai kawasan perdagangan dan jasa. Analisis dan data-data yang mendukung arah perkembangan ini ditunjukan dari penggunaan lahan dan perkembangan ekonomi yang ada. Dari hasil penggunaan lahan berdasarkan citra yang kemudian di identifikasi sesuai dengan kondisi eksisting yang ada, luas penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa dari tahun 2000 ke tahun 2012 semakin meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta arah dan perkembangan Kota Salatiga pada Gambar.4 berikut.

Gambar 4.Peta Arah dan Perkembangan Kota Salatiga Tahun 2000 dan 2012

Luas lahan perdagangan dan jasa Kota Salatiga tahun 2000 tercatat sebesar 48,96 ha. Perkembangan perdagangan dan jasa jelas sekali terjadi karena pada tahun 2012 luas lahan perdagangan dan jasa Kota Salatiga berubah menjadi 88,50 ha atau bertambah sebesar 39,54 ha.

Page 8: Pradipta-Bitta-Kajian Arah dan Perkembangan Kota Salatiga

Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

| 8

Perkembangan perdagangan dan jasa terjadi karena jumlah penduduk Kota Salatiga terus meningkat maka pembangunan lahan terbangunpun akan terus meningkat. Dengan banyaknya guna lahan terbangun maka sarana perdagangan dan jasa juga meningkat seiring pertumbuhan guna lahan permukiman yang salah satu diantaranya masuk dikawasan terbangun.

Gambar 5.Peta Arah dan Perkembangan Kota Salatiga Tahun 2000-2012

Persentase perubahan perdagangan dan jasa menunjukan bahwa Kecamatan Argomulyo merupakan kecamatan dengan persentase perubahan perdagangan jasa terbesar dengan perubahan sebesar 30,90%. Dimana pada tahun 2000 luas perdagangan dan jasa di Kecamatan Argomulyo sebesar 4,82 ha dan menjadi 17,04 ha pada tahun 2012. Meskipun perubahan perdagangan dan jasa terbesar terjadi di Kecamatan Argomulyo namun luas lahan perdagangan dan jasa terbesar berada di Kecamatan Sidorejo dengan luas lahan untuk perdagangan dan jasa sebesar 44,34 ha. Berikut merupakan tabel luas perkembangan perdagangan dan jasa Kota Salatiga dan perkecamtannya.

Tabel 4.

Page 9: Pradipta-Bitta-Kajian Arah dan Perkembangan Kota Salatiga

Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

| 9

Tabel 5.

Arah perkembangan perdagangan dan jasa jelas terlihat disemua kecamatan Kota Salatiga. Paling signifikan arah perkembangan terjadi di Kecamatan Argomulyo. Pada tahun 2000 luas perdagangan dan jasa di Kecamatan Argomulyo sebesar 4,82 ha dan menjadi 17,04 ha pada tahun 2012. Hal ini menunjukan bahwa arah perdagangan dan jasa di Kota Salatiga meyebar keluar pusat kota di Kecamatan Tingkir dan Kecamatan Sidomukti menuju ke arah Kecamatan Argomulyo.

Berdasarkan temuan studi, contoh kawasan perdagangan dan jasa mengarah keluar wilayah kawasan CBD (Central Bussiness District) kota yang berada dekat dengan kawasan permukiman Puncuran yang terletak di sekitar koridor Jl. Jend. Sudirman, Kecamatan Argomulyo. Kawasan ini terletak di Bagian Wilayah Kota I (BWK I) dimana kawasan ini diperuntukan bagi aktivitas perdagangan dan jasa, selain juga kegiatan pemerintahan dan perkantoran. Pertumbuhan penduduk yang pesat, faktor keterbatasan lahan, dan peluang membuka usaha di wilayah potensial ekonomis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada Kota Salatiga akan mendorong masyarakat setempat untuk melakukan inovasi mix use.

4. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perubahan penggunaan yang terjadi

di Kota Salatiga dari tahun 2000 hingga tahun 2012 menunjukan luas sebesar 117,43 ha lahan non terbangun berkurang dan beralih fungsi menjadi lahan terbangun. Kecamatan Tingkir mengalami kenaikan jumlah lahan terbangun terbesar yaitu 127,52 ha atau bertambah 3,34% dari tahun 2000 ke tahun 2012. Sedangkan Kecamatan Argomulyo mengalami penurunan jumlah lahan terbangun sebesar 143,94 ha atau berkurang 5,77%. Berkurangnya luas kawasan terbangun menjadi non terbangun di kecamatan Argomulyo disebabkan karena adanya pembebasan lahan untuk pembangunan jalan tol yang menghubungkan Semarang-Solo-Yogyakarta.

Perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi di Kota Salatiga dari tahun 2000 hingga tahun 2012 mengalami pertambahan penduduk sebesar 29.078 jiwa. Pertambahan penduduk akan memicu meningkatnya permintan kebutuhan lahan. Pada nilai PDRB atas dasar harga berlaku nilai sektor jasa-jasa dari tahun 2000 hingga 2012 mengalami penaikan yang sangat signifikan sebesar 408.348,91. Sedangkan nilai PDRB atas dasar harga konstan dari tahun 2000 sampai 2012 naik sebesar 761.690,96.

Arah dan perkembangan kota Salatiga terlihat pada sektor perdagangan dan jasa. Analisis dan data-data yang mendukung arah perkembangan ini ditunjukan dari penggunaan lahan dan perkembangan ekonomi yang ada diantaranya penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa yang terus meningkat dan naiknya nilai sektor jasa-jasa pada PDRB atas dasar harga berlaku dan harga konstan dari tahun 2000 hingga tahun 2012. Arah perdagangan dan jasa jelas terlihat disemua

Page 10: Pradipta-Bitta-Kajian Arah dan Perkembangan Kota Salatiga

Geoplanning 2014,Vol: 1, No: 1, 1-12 Pradipta dan Pigawati

| 10

kecamatan Kota Salatiga. Paling signifikan arah perkembangan terjadi di Kecamatan Argomulyo. Pada tahun 2000 luas perdagangan dan jasa di Kecamatan Argomulyo sebesar 4,82 ha dan menjadi 17,04 ha pada tahun 2012. Contoh kawasan perdagangan dan jasa seperti pada wilayah kawasan CBD (Central Bussiness District) kota yang berada dekat dengan kawasan permukiman Puncuran yang terletak di sekitar koridor Jl. Jend. Sudirman, Kecamatan Argomulyo.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan mengenai arah dan perkembangan Kota Salatiga terdapat rekomendasi terkait pengembangan kawasan perdagangan dan jasa yaitu peningkatan kualitas perdangan dan jasa yang ditawarkan. Adapun rekomendasi lain yaitu terkait sarana dan prasarana perdagangan dan jasa dengan skala yang regional, juga meningkatkan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan perdagangan dan jasa berupa pemeliharaan secara berkala kondisi jalan atau akses ke kawasan perdagangan dan jasa tersebut hingga pada fungsi jalan lingkungan atau lokal juga mendapatkan perhatian agar kondisi jalan tidak mengalami kerusakan seperti lubang-lubang yang terdapat di jalan karena sangat mengganggu pengguna jalan.

5. DAFTAR PUSTAKA Black, J. 1981. Urban Transport Planning. London : Croom Helm Baja, Sumbangan dan M Phil. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah –

Pendekatan Spasial dan Aplikasinya. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Bintarto R. 1977. Geografi Kota. Yogyakarta: UP Spring. BPS. 2000. Data Dalam Angka Kota Salatiga. Pemerintah Kota Salatiga. BPS. 2012. Data Dalam Angka Kota Salatiga. Pemerintah Kota Salatiga. Budihardjo, Eko. 1997. Tata Ruang Perkotaan. Bandung: Penerbit Alumni. Daldjoeni. 1996. Geografi Kota dan Desa. Bandung: Penerbit Alumni. Catanese, Anthony J and James C Snyder. 1996. Perencanaan Kota. Jakarta: Erlangga Hardika Putra, Erwin. 2011. Penginderaan Jauh Dengan ER Mapper. Yogyakarta: Graha Ilmu. Prahasta, Eddy. 2004. Sistem Informasi Geografis. Bandung: Informatika Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Noor, Djauhari. 2009. Geologi Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu Nugroho. 2008. Geografi dan Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Sari Ilmu. Nursid Sumaatmadja, 1988. Studi Geografi, Suatu Pendekatan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni Sutanto. 1999. Penginderaan Jauh: Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Yunus, Hadi Sabari. 1994. Teori dan Model Struktur Keruangan Kota. Yogyakarta: Fakultas Geografi

UGM. Yunus, Hadi Sabari. 2001. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.