i PENGANTAR Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau yang juga dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan agenda pembangunan global yang harus diikuti oleh semua negara, ternasuk Indonesia. Upaya pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan sebagai sebiah agenda pembangunan global tidak hanya bertumpu pada level pemerintah pusat atau nasional, akan tetapi justru sangat bergantung pada mobilitas di tingkat kabupaten/kota dan sampai ke tingkat basis (kelurahan, desa, bahkan komunitas). Dalam konteks perencanaan pembangunan daerah upaya pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan menjadi sebuah isu yang sangata strategis, tidak hanya dikaitkan dengan pengintegrasian dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah, akan tetapi juga diintegrasikan dengan potensi yang ada di tingkat basis. Terkait dengan hal tersebut, maka pengintegrasian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dalam dokumen perencanaan daerah maupun pemetaan terhadap potensi dan permasalahan di tingkat basis merupakan sebuah keharusan, sehingga diperlukan peran semua aktor dalam pemetaan potensi dan permasalahan yang berkaitan dengan upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Merujuk pada hal tersebut, maka upaya pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan akan lebih efektif apabila juga dimulai dari tingkat basis, baik itu kelurahan/desa (bahkan lingkup yang lebih kecil) maupun komunitas. Merujuk pada hal tersebut, maka penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) menjadi sebuah keharusan dalam upaya pencapaian target agenda pembangunan global tersebut. Selanjutnya dengan telah terselesaikannya Rencana Aksi Daerah (RAD) Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Suistainable Development Goals (SDGs) Kota Salatiga periode 2019–
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PENGANTAR
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau yang juga dikenal
dengan Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan agenda
pembangunan global yang harus diikuti oleh semua negara, ternasuk
Indonesia. Upaya pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
sebagai sebiah agenda pembangunan global tidak hanya bertumpu pada
level pemerintah pusat atau nasional, akan tetapi justru sangat bergantung
pada mobilitas di tingkat kabupaten/kota dan sampai ke tingkat basis
(kelurahan, desa, bahkan komunitas).
Dalam konteks perencanaan pembangunan daerah upaya pencapaian
target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan menjadi sebuah isu yang
sangata strategis, tidak hanya dikaitkan dengan pengintegrasian dalam
dokumen perencanaan pembangunan daerah, akan tetapi juga
diintegrasikan dengan potensi yang ada di tingkat basis.
Terkait dengan hal tersebut, maka pengintegrasian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan dalam dokumen perencanaan daerah maupun
pemetaan terhadap potensi dan permasalahan di tingkat basis merupakan
sebuah keharusan, sehingga diperlukan peran semua aktor dalam
pemetaan potensi dan permasalahan yang berkaitan dengan upaya
pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, sebagaimana tertuang
dalam Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Merujuk pada hal tersebut, maka upaya pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan akan lebih efektif apabila juga dimulai dari
tingkat basis, baik itu kelurahan/desa (bahkan lingkup yang lebih kecil)
maupun komunitas.
Merujuk pada hal tersebut, maka penyusunan Rencana Aksi Daerah
(RAD) menjadi sebuah keharusan dalam upaya pencapaian target agenda
pembangunan global tersebut. Selanjutnya dengan telah terselesaikannya
Rencana Aksi Daerah (RAD) Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(TPB)/Suistainable Development Goals (SDGs) Kota Salatiga periode 2019–
ii
2022, guna memenuhi amanat Perpres No. 59 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Seluruh pihak telah
bekerja sangat baik, secara bersama-sama menyusun dokumen RAD
TPB/SDGs ini.
RAD TPB/SDGs disusun dengan prinsip inklusifitas, terintegrasi, no
one left behind serta partisipatif. Rencana Aksi yang dijabarkan dari 17
goals dikelompokkan dalam 4 (empat) pilar pembangunan, yakni: pilar
pembangunan sosial, pilar pembangunan ekonomi, pilar pembangunan
lingkungan, serta pilar pembangunan hukum dan tata kelola. RAD
TPB/SDGs ini juga telah diinternalisasikan kedalam dokumen perencanaan
RPJMD, Renstra, dan RKPD serta selaras dengan visi, misi, target, dan
indikator pembangunan daerah.
Terkait dengan hal tersebut di atas, maka komitmen Pemerintah
Kota Salatiga dalam mewujudkan dan menempatkan upaya pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) sebagai agenda prioritas,
dituangkan dalam dokumen Rencana Aksi Daerah yang diharapkan dapat
mendukung akselerasi pencapaian visi dan misi Pemerintah Kota Salatiga
yang tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah maupun
jangka panjang.
Sebagai sebuah dokumen perencanaan yang menjadi tindak lanjut
agenda pembangunan global serta hasil tagging dengan RPJMD Kota
Salatiga Tahun 2017-2022, maka RAD TPB/SDGs Kota Salatiga Tahun
2019-2022 ini agar dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh karena
bagaimanapun keberhasilan pencapaian target memerlukan komitmen
semua pihak, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring,
evaluasi hingga pelaporan pencapaiannya.
Sekali lagi, meskipun menurut Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun
2017 tentang Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,
Pemerintah Kabupaten/Kota tidak diwajibkan menyusun RAD TPB/SDGs,
akan tetapi penyusunan RAD TPB/SDGs Kota Salatiga Tahun 2019-2022
adalah bentuk komitmen pemerintah Kota Salatiga dalam mendukung
upaya pencapaian TPB/SDGs sebagai agenda pembangunan global yang
harus dipenuhi oleh negara pihak/negara yang menandatangani
iii
kesepakatan tentang Sustainable Developmet Goals pada 15 September
2015, termasuk Indonesia. Selanjutnya melalui dokumen RAD SDGs Kota
Salatiga Tahun 2019-2022 ini, diharapkan dapat mendukung akselerasi
terwujudnya visi misi Kota Salatiga sebagaimana tertuang dalam Rencana
Pembvangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Salatiga Tahun
2017-2022.
Salatiga, Desember 2019
Kepala BAPELITBANGDA Kota Salatiga
Drs. SUSANTO
iv
DAFTAR ISI
Pengantar i Daftar Isi iv Daftar Tabel vi Daftar Gambar/Grafik vii
Bab I Pendahuluan 1 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan 1.3. Landasan Hukum 1.4. Sistematika Laporan
1 4 4 5
Bab II Pencapaian Pilar Pembangunan Sosial 6 2.1. Tujuan 1 Mengakhiri segala bentuk Kemiskinan 2.2. Tujuan 2 Menghilangkan Kelaparan, Mencapai Ketahanan
Pangan dan Gizi yang Baik, serta Meningkatkan Pertanian Berkelanjutan
2.3. Tujuan 3 Menjamin Kehidupan yang Sehat dan Meningkatkan Kesejahteraan Seluruh Penduduk Semua Usia
2.4. Tujuan 4 Menjamin Kualitas Pendidikan yang Inklusif 2.5. Tujuan 5 Mencapai Kesetaraan Gender
6
22
27 37 39
Bab III Pencapaian Pilar Pembangunan Ekonomi 41 3.1. Tujuan 7 Energi yang terjangkau, modern, dan
berkelanjutan 3.2. Tujuan 8 Pertumbuhan Ekonomi yang Inkluisf dan
Berkelanjutan 3.3. Tujuan 9 Membangun Infrastruktur yang tangguh, Industri
inklusif dan berkalnjutamn, serta mendorong inovasi 3.4. Tujuan 10 Mengurangi Kesenjangan Intra dan Antarnegara 3.5. Tujuan 17 Memperkuat dan Merevitalisasi Kemitraan Global
41
42
49 50 51
Bab IV Pencapaian Pilar Pembangunan Lingkungan 55 4.1. Tujuan 6 Menjamin Ketersediaan serta Pengelolaan Air
Bersih serta Sanitasi yang Berkelanjutan 4.2. Tujuan 11 Kota, Permukiman dan Komunitas Berkelanjutan 4.3. Tujuan 12 Pola Produksi dan Konsumsi yang Berkelanjutan 4.4. Tujuan 13 Penanganan Perubahan Iklim dan
Penanggulangan Kebencanaan 4.5. Tujuan 14 Pelestarian dan Pemanfaatan Berkelanjutan
Ekosistem Kelautan 4.6. Tujuan 15 Pelestarian dan Pemanfaatan Berkelanjutan
Ekosistem Daratan
55 58 60
63
64
64
Bab V Pencapaian Pilar Pembangunan Hukum dan Tata Kelola 67 5.1. Tujuan 16 Menciptakan Perdamaian, Penegakan Hukim,
dan Penguatan Kelembagaan
67
v
Bab VI Penutup 71
6.1. Kesimpulan 71
6.2. Rencana Tindak Lanjut 73
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah KPM penerima PKH Kota Salatiga (15 februari
2019)
17
Tabel 2.2 Cakupan bayi yang mendapat imunisasi dasar lengkap 20
Tabel 2.3 Kondisi eksisting kondisi pangan tahun 2018 23
Tabel 2.4 Kondisi eksisting indikator tujuan 4 SDGs 38
Tabel 3.1 Kondisi eksisting indikator tujuan 7 SDGs Kota Salatiga
tahun 2016-2018
42
Tabel 3.2 Nilai PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga
konstan 2010 Kota Salatiga tahun 2015-2017 (dalam juta
rupiah)
43
Tabel 3.3 Kondisi eksisting infrastruktur dan industri inklusif dan
berkelanjutan Kota Salatiga tahun 2018
49
Tabel 3.4 Kondisi eksisting indikator disparitas wilayah Kota
Salatiga tahun 2018
51
Tabel 3.5 Kondisi Eksisting Indikator Tujuan 17 SDGs menguatkan
sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global
(aspek kemitraan dalam pembiayaan pembangunan) Kota
Salatiga Tahun 2018
51
Tabel 3.6 Perkembangan PAD Kota Salatiga tahun 2012-2018 54
Tabel 4.1 Kondisi eksisting indikator Tujuan 6 SDGs Kota Salatiga
Tahun 2016-2018
58
Tabel 4.2 Kondisi eksisting indikator dan pemukiman yang
berkelanjutan Kota Salatiga tahun 2018
59
Tabel 4.3 Kondisi eksisting indikator pola produksi dan konsumsi
yang berkelanjutan Kota Salatiga tahun 2018
60
Tabel 4.4 Kondisi eksisting indikator perubahan iklim Kota Salatiga
tahun 2018
63
Tabel 4.5 Kondisi eksisting indikator pemanfaat ekosistim daratan
Kota Salatiga tahun 2018
65
Tabel 5.1 Kondisi eksisting indikator tujuan 16 SDGs (aspek hak
asasi manusia dan hukum) Kota Salatiga tahun 2018
67
Tabel 5.2 Kondisi eksisting indikator tujuan 16 SDGs (aspek tata
kelola dan pemguatan kelembagaaan) Kota Salatiga thun
2018
66
vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Tingkat kemiskinan (%) Kota Salatiga 6
Grafik 2.2 Perkembangan Tingkat kemiskinan (0%) Kota Salatiga 7
Grafik 2.3
Relevansi Tingkat Kemiskinan (%) Kota Salatiga provinsi
dan Nasional
7
Grafik 2.4 Perkembangan jumlah penduduk miskin (jiwa) Kota
Salatiga
8
Grafik 2.5 Perbandingan penduduk miskin (jiwa) Kota Salatiga,
Provinsi Jawa Tengah dan Nasional tahun 2018
8
Grafik 2.6 Garis kemiskinan (Rp) Kota Salatiga, Provinsi Jawa
Tengah dan Nasional tahun 2018
9
Grafik 2.7 Perkembangan garis kemiskinan Kota Salatiga tahun
2014-2018
10
Grafik 2.8 Indeks kedalaman kemiskinan Kota Salatiga, Provinsi
Jawa Tengah dan Nasional tahun 2018
11
Grafik 2.9 Perkembangan indeks kedalman kemiskinan (P1) Kota
Salatiga tahun 2014-2018
11
Grafik 2.10 Efektifitas perkembangan indeks kedalaman kemiskinan
(P1) Kota Salatiga
12
Grafik 2.11 Relevensi perkembangan indeks kedalaman kemiskinan
(P1) Kota Salatiga terhadap provinsi dan Nasional
12
Grafik 2.12 Indeks keparahan kemiskinan (P2) Kota Salatiga,
provinsi Jawa Tengah dan Nasional tahun 2018
13
Grafik 2.13 Perkembangan indeks keparahan kemiskinan (P2) Kota
Salatiga tahun 2014-2018
14
Grafik 2.14 Efektifitas indeks keparahan kemiskinan (P2) Kota
Salatiga
14
Grafik 2.15 Relevensi efektifitas perkembangan indeks keparahan
kemiskinan (P2) Kota Salatiga terhadap provinsi dan
Nasional
15
Grafik 2.16 Presentase peserta menurut jenis jaminan kesehatan di
Kota Salatiga tahun 2018
16
Grafik 2.17 Cakupan persalinan yang ditolong nakes Kota Salatiga
2014-2018
19
Grafik 2.18 Imunisasi dasar lengkap bayi tahun 2014-2018 20
Grafik 2.19 Cakupan peserta KB aktif Kota Salatiga tahun 2014-
2018
21
Grafik 2.20 Preentase penduduk mengakses jamban sehat tahun
2014-2018
22
Grafik 2.21 Cakupan ASI eksklusif Kota Salatiga Kota Salatiga
tahun 2014-2018
26
Grafik 2.22 Cakupan persalinan yang ditolong nakes Kota Salatiga
tahun 2014-2018
30
Grafik 2.23 Angka bayi Kota Salatiga tahun 2014-2018 33
viii
Grafik 2.24 Jumlah kasus malaria di Kota Salatiga tahun 2014-2018 35
Grafik 2.25 Cakupan peserta KB aktif Kota Salatiga tahun 2014-
2018
37
Grafik 2.26 Presentase pendududk mengakses jamban sehat tahun
2014-2018
42
Grafik 3.1 Data pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga Provinsi Jawa
Tengah dan Nasional tahun 2013-2018
44
Grafik 3.2 Data posisi relatif pertumbuhan ekonomi di bandingkan
dengan kota lain di Provinsi Jawa Tengah (Kota
Semarang, Kota Tegal, Kota Pekalongan, Kota Surakarta,
dan Kota Magelang ) tahun 2018
45
Grafik 3.3 Laju inflasi Kota Salatiga 46
Grafik 3.4 Laju inflasi Kota Salatiga di bandingkan kota di Provinsi
Jawa Tengah
46
Grafik 3.5 Perkembangan pengeluaran perkapita Kota Salatiga,
Jawa Tengah dan Nasional tahun 2015-2017 (ribu
rupiah)
51
Grafik 3.6 Perkembangan TPAK Kota Salatiga, Jawa Tengah dan
Nasional tahun 2014-2018
52
Grafik 3.7 Perkembangan tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kota
Salatiga, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional tahun
2015-2017(%)
52
Grafik 4.1 Persentase Penduduk Mengakses Jamban Sehat Tahun
2014-2018
55
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable
Development Goals (SDGs) telah dirumuskan pada tingkat global melibatkan
para pemimpin 193 negara anggota PBB pada akhir September 2015.
Agenda tersebut mengakui bahwa penghapusan kemiskinan dalam segala
bentuk termasuk penghapusan ekstrim sebagai tantangan utama di tingkat
global untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.Pembangunan
berkelanjutan sebagai rencana aksi global dilaksanakan hingga tahun 2030
memiliki 5 (lima) prinsip dasar yaitu People, Planet, Prosperity, Peace dan
Partnership dalam 3 dimensi yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan yang
selaras.
Adapun Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs terdiri dari
17 Tujuan dan 169 Target yang tercakup dalam dimensi sosial, ekonomi
dan lingkungan secara terintegrasi, sebagaimana ditunjukkan tabel berikut:
No Goal SDGs Pilar
1 No Poverty Sosial
2 Zero Hunger Sosial
3 Good Health and Well-Being Sosial
4 Quality Education Sosial
5 Gender Equality Sosial
6 Clean Water and Sanitation Lingkungan
7 Affordable Energy Ekonomi
8 Decent Work and Economic Growth Ekonomi
9 Industry, inovation, and Infrastructure Ekonomi
10 Reduced and Inequalities Ekonomi
11 Sustainable Cities and Communities Lingkungan
12 Responsible Consumtion and Production Lingkungan
13 Climate Action Lingkungan
14 Life Below Wate Lingkungan
15 Life on Land Lingkungan
16 Peace, Justice, and Strong Institution Hukum dan Tata Kelola
17 Partnership for the Goals Ekonomi
Mendasarkan urutan waktu, TPB dirumuskan di tingkat global pada
akhir tahun 2015, sejalan dengan waktu penyusunan RPJMN 2015-2019.
Hal tersebut memudahkan pengarustamaan TPB ke dalam dokumen RPJMN
2015-2019, sehingga sebanyak 94 target dari 169 target SDGs telah selaras
dengan RPJMN. Sebagai tindak lanjut, telah disusun Peraturan Presiden
Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
2
Pembangunan Berkelanjutan. Sedangkan untuk Jawa Tengah, perumusan
TPB di tingkat global pada akhir tahun 2015 dan pada saat penerbitan
Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 telah dilakukan penyusunan
Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Salatiga Tahun 2017-
2022, namun demikian indikator yang tertuang dalam Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan secara garis besar sudah terakomodir dalam
RPJMD Kota Salatiga Tahun 2017-2022. Sehingga penyusunan pertama kali
untuk Rencana Aksi Daerah (RAD) Kota Salatiga dilaksanakan dengan
periodisasi 2019-2022. Sehubungan dengan itu, maka metode yang
digunakan untuk penyusunan RAD TPB Jawa Tengah Tahun 2019-2022
menggunakan tagging terhadap dokumen RPJMD Kota Salatiga Tahun
2017-2022, sehingga dimungkinkan beberapa target dan sasaran
pembangunan Kota Salatiga masih ada yang belum mengakomodir TPB.
Ide atau gagasan tentang SDGs pertama kali disampaikan oleh
pemerintah Kolombia dan Guatemala dalam pertemuan tidak resmi di Solo,
Indonesia, Juli 2011. Usulan ini terus bergulir dan menjadi perdebatan di
kalangan anggota PBB dalam berbagai pertemuan tidak resmi untuk
menyempurnakan usulan tersebut. Di dalam usulannya, kedua negara
menyebutkan ada 8 (delapan) tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu:
(1) Combating Poverty
(2) Changing Consumption Patterns
(3) Promoting Sustainable Human Settlement Development
(4) Biodiversity and Forests
(5) Oceans
(6) Water Resources
(7) Advancing Food Security
(8) Energy, including from renewable sources
TPB/SDGs merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari MDGs
dengan target dan tujuan yang lebih ambisius. Salah satu contoh adalah
target kemiskinan: pada MDGs mensyaratkan untuk menurunkan
kemiskinan setengah dari angka baseline, namun TPB/SDGs lebih berat
yaitu mensyaratkan tanpa kemiskinan. Selanjutnya, target indikator MDGs
yang telah tercapai agar dipertahankan, dan target indikator yang belum
tercapai diupayakan tercapai pada pelaksanaan Agenda TPB/SDGs.
Pembangunan berkelanjutan (TPB/SDGs) merupakan pembangunan
yang bersifat universal dan inklusif. Universal, karena tidak hanya
3
dilaksanakan oleh negara kurang berkembang namun juga negara maju
untuk seluruh bangsa dunia. Inklusif, artinya manfaat pembangunan harus
dapat dirasakan oleh segala lapisan dan kelompok masyakarat meliputi
masyarakat rentan/miskin, disabilitas, anak-anak, dewasa, perempuan dan
laki-laki.
Penetapan tujuan dan target dalam TPB/SDGs mempunyai keterkaitan
yang komprehensif antar pilarnya yaitu pilar sosial, ekonomi, lingkungan
dan hukum tata kelola. Tujuan akhir yang diharapkan dalam pencapaian
TPB/SDGs yaitu: Menghilangkan kemiskinan, Menghilangkan kelaparan dan
Berkurangnya kesenjangan. Untuk mempercepat pencapaian tujuan akhir
tersebut terdapat tujuan-tujuan yang menjadi akselerasi/ pemercepat yaitu
Kehidupan sehat sejahtera, Pendidikan berkualitas, Kesetaraan gender,
Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, Kota pemukiman yang
berkelanjutan, Penanganan perubahan iklim serta Perdamaian keadilan dan
kelembagaan yang tangguh. Sedangkan tujuan-tujuan yang lain merupakan
katalisator/daya ungkit yaitu: Air bersih dan sanitasi layak, Energi bersih
dan terjangkau, Industri inovasi dan infrastruktur, Konsumsi dan
produksiyang bertanggung jawab, Ekosistem lautan, Ekosistem daratan dan
Kemitraan untuk mencapai tujuan.
Inklusif, tidak hanya dimaknai dari sisi penerima manfaat
pembangunan, namun dimaknai juga bagi pelaku pembangunan. Pelaku
pembangunan dalam mewujudkan TPB/SDGs bukan hanya pemerintah
(eksekutif dan legislatif) namun juga melibatkan filantropi dan pelaku
usaha, Akademisi dan Pakar, Organisasi Masyarakat Sipil bahkan Media.
Setiap unsur tersebut memiliki peran masing-masing namun saling terkait.
Pemerintah berperan dalam penyusunan kebijakan, pengalokasian anggaran
dan evaluasi terhadap program/kegiatan yang mendukung pencapaian
target TPB/SDGs. Organisasi Masyarakat Sipil memberikan advokasi,
membangun kesadaran masyarakat dan berperan sebagai mitra pemerintah
dalam pelaksanaan program/kegiatan yang mendukung pencapaian target
TPB/SDGs. Filantropi dan pelaku usaha berperan untuk melakukan
advokasi pada para pelaku usaha dan sektor bisnis. Peran akademisi
bertumpu pada pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat
mengupayakan terwujudnya pencapaian TPB/SDGs.
TPB/SDGs merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya
pemerintah saja, sehingga perlu peran serta aktif seluruh pihak dalam
4
fasilitasi, koordinasi, advokasi, sosialisasi dan diseminasi guna mewujudkan
sinergitas pencapaian TPB/SDGs. Pembagian pola peran menjadi sangat
penting dalam pelaksanaan TPB/SDGs, demikian halnya dengan
pembiayaan yang dialokasikan untuk perwujudan pencapaian TPB/SDGs
yang tidak hanya bersumber dari APBD namun juga sumber lainnya.
Pelaksanaan upaya pencapaian Tujuan pembangunan Berkelanjutan
atau Sustainable Development Goals (SDGs) dilakukan dengan sumber
pembiayaan dari berbagai pihak selain dari instansi pemerintah. Hal
tersebut sejalan dengan prinsip dalam papardigma baru pembangunan
berkelanjutan yaitu inklusif dan terintegrasi dan melibatkan aktor di luar
negara (non state actor).
1.2. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Maksud penyusunan laporan kinerja pelaksanaan tujuan
pembangunan berkelanjutan ini adalah memberikan informasi
berkaitan dengan kegiatan koordinasi yang telah dilaksanakan oleh
Tim Pelaksana Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Kota Salatiga
dalam rangka pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
di Kota Salatiga Tahun 2019.
2. Tujuan
a. Memberikan gambaran tentang kondisi pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan di Kota Salatiga dan pelaksanaan
koordinasi dalam implementasi program dalam rangka pencapaian
target tujuan pembangunan berkelanjutan di Kota Salatiga.
b. Memberikan gambaran tentang perkembangan dan permasalahan
yang terjadi dalam pelaksanaan program dalam rangka pencapaian
target tujuan pembangunan berkelanjutan di Kota Salatiga.
c. Merumuskan saran tindak dalam rangka peningkatan efektivitas
kinerja organisasi Tim Pelaksana Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan Kota Salatiga dalam pelaksanaan tugasnya.
1.3. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
5
2. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015.
3. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.
4. Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang perencana
pembangunan jangka menengah Nasional Tahun 2015-2019
5. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
6. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang daerah Kota Salatiga tahun 2005-2025.
7. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah daerah Kota Salatiga tahun 2017-
2022.
8. Keputusan Walikota Salatiga Nomor 050-05/263/2019 tentang Tim
Pelaksana, Kelompok Kerja dan Sekretariat Pelaksanaan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals
(TPB/SDGs).
1.4. Sistematika Laporan
Laporan kinerja TKPK tahun 2019 disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang, maksud dan
tujuan, landasan hukum dan sistematika laporan.
Bab II Pencapaian Pilar Pembangunan Sosial, berisi tentang kondisi
capaian Tujuan1, Tujuan 2, Tujuan 3, Tujuan 4, dan Tujuan 5.
Bab III Pencapaian Pilar Pembangunan Ekonomi, berisi tentang kondisi
capaian Tujuan 7, Tujuan 8, Tujuan 9, Tujuan 10, dan Tujuan 17.
Bab IV Pencapaian Pilar Pembangunan Lingkungan, berisi tentang kondisi
capaian Tujuan 6, Tujuan 11, Tujuan 12, Tujuan 13, Tujuan 14,
dan Tujuan 15
Bab V Pencapaian Pilar Pembangunan Hukum dan Tata Kelola, berisi
tentang kondisi capaian Tujuan 16.
Bab VI Penutup berisi Kesimpulan dan Rencana Tindak Lanjut.
6
BAB II PENCAPAIAN PILAR PEMBANGUNAN SOSIAL
2.1. Tujuan 1. Mengakhiri Segala Bentuk Kemiskinan
Angka Kemiskinan Kota Salatiga.
Kondisi Tingkat kemiskinan Kota Salatiga secara garis besar merujuk
pada Kinerja Penanggulangan Kemiskinan Daerah.
1. Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin
Persentase penduduk miskin Kota Salatiga pada tahun 2018
sebesar 4,84% berada di bawah rata-rata capaian Jawa Tengah yaitu
sebesar 11,32%, sedangkan capaian rata-rata nasional sebesar
9,82%. Jika dibandingkan dengan capaian Nasional dan Jawa
Tengah, tingkat kemiskinan Kota Salatiga relatif masih lebih baik.
Kondisi tersebut bisa dilihat pada grafik 2.1 di bawah ini.
Grafik 2.1. Tingkat Kemiskinan (%)
Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2018
Sumber: BPS Kota Salatiga 2018, diolah
Persentase penduduk miskin Kota Salatiga dalam kurun waktu
tahun 2014-2018 cenderung menurun. Perkembangan penduduk
miskin Kota Salatiga dapat dilihat pada grafik 2.2 di bawah ini.
7
Grafik 2.2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan (%)
Kota Salatiga Tahun 2014 – 2018
Sumber: BPS Kota Salatiga 2018, diolah
Berdasarkan grafik di atas, tingkat kemiskinan Kota Salatiga
mengalami penurunan dari 5,07% pada tahun 2017 menjadi 4.84%
pada Tahun 2018. Hal ini sudah terlihat relevan (sejalan) dengan
Provinsi maupun Nasional. Tingkat relevansi kemiskinan Kota
Salatiga dapat dilihat pada gambar grafik 2.3 di bawah ini.
Grafik 2.3.
Relevansi Tingkat Kemiskinan (%) Kota Salatiga terhadap Provinsi dan Nasional
Sumber : BPS Kota Salatiga 2018, diolah
8
Dilihat dari sisi jumlahnya, penduduk miskin Kota Salatiga
pada tahun 2017 sebesar 9550 jiwa menurun menjadi 9240 jiwa
pada tahun 2018. Kondisi tersebut menurun jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada grafik
2.4 perkembangan jumlah penduduk miskin di Kota Salatiga selama
lima tahun terakhir yaitu tahun 2014 - 2018 di bawah ini.
Grafik 2.4. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin (jiwa)
Kota Salatiga Tahun 2014 – 2018
Sumber : BPS Kota Salatiga 2018, diolah
Sedangkan perbandingan jumlah penduduk miskin antara Kota
Salatiga, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional dapat dilihat pada
grafik 2.5 berikut:
Grafik 2.5. Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin (jiwa)
Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2018
Sumber : BPS Kota Salatiga 2018, diolah
9
2. Garis Kemiskinan
Penduduk dikatakan miskin apabila memiliki rata-rata
pengeluaran per-kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan (GK).
Dalam menghitung GK, BPS melihat dari dua komponen yaitu Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan
(GKBM). Dalam menghitung GKM, BPS memberikan definisi bahwa
GKM adalah merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum
makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita per hari.
Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis
komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu,
sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
Sedangkan GKBM adalah kebutuhan minimum untuk perumahan,
sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan
dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan
47 jenis komoditi di perdesaan.
Tahun 2018, garis kemiskinan Kota Salatiga sebesar
Rp. 380.856,- dengan demikian lebih tinggi dari rata-rata garis
kemiskinan Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar Rp. 350,875,- dan
juga lebih tinggi dari garis kemiskinan nasional yaitu Rp. 383,908,-.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 2.6 di bawah ini.
Grafik 2.6.
Garis Kemiskinan (Rp) Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2018
Sumber: BPS Kota Salatiga 2018, diolah
10
Garis kemiskinan menjadi ukuran yang paling berpengaruh
terhadap perubahan jumlah penduduk miskin. Kenaikan garis
kemiskinan jika tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan
masyarakat maka akan berdampak pada kenaikan jumlah
penduduk miskin. Untuk itu perlu ada penekanan dalam
menghadapi tren atau kenaikan garis kemiskinan dengan
mendorong program dan kegiatan sektor riil yang menyentuh
langsung kepada masyarakat dengan kategori berpenghasilan
rendah. Tren garis kemiskinan Kota Salatiga dapat dilihat pada
grafik 2.7 di bawah ini.
Grafik 2.7
Perkembangan Garis Kemiskinan Kota Salatiga Tahun 2014 – 2018
Sumber : BPS Kota Salatiga 2018, diolah
3. Indeks Kedalaman Kemiskinan
Untuk mengukur kesenjangan pengeluaran masing – masing
penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, dilihat dari Indeks
Kedalaman Kemiskinannya. Semakin kecil nilai Poverty Gap Index,
semakin besar potensi ekonomi untuk dana pengentasan
kemiskinan berdasarkan identifikasi karakteristik penduduk miskin
dan juga untuk target sasaran bantuan dan program. Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) sebagai rata-rata kesenjangan
pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan di Kota Salatiga pada tahun 2018 adalah sebesar 0,69.
Selengkapnya dapat dilihat pada gambar grafik 2.8 berikut ini.
11
Grafik 2.8. Indeks Kedalaman Kemiskinan
Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2018
Sumber: BPS Kota Salatiga 2018, diolah
Pencapaian P1 Kota Salatiga dalam kurun waktu tahun 2014-
2018 terlihat fluktuatif, namun pada tahun 2018 mengalami
kenaikan yaitu sebesar 0,69. Untuk mengetahui perkembangan P1
Kota Salatiga tahun 2014-2018 dapat dilihat pada Grafik 2.9
dibawah ini
Grafik 2.9 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Kota Salatiga Tahun 2014 – 2018
Sumber : BPS Kota Salatiga 2018, diolah
Dilihat dari sisi kinerja penurunan indeks kedalaman
kemiskinan di Kota Salatiga tahun 2014-2018 pada tahun terakhir
12
terlihat mengalami kenaikan. Namun secara keseluruhan tingkat
kedalaman kemiskinan dari tahun 2014-2018 ada kecenderungan
mengalami penurunan. Efektivitas penurunan indeks kedalaman
kemiskinan Kota Salatiga dapat dilihat pada gambar grafik 2.10
berikut ini.
Grafik 2.10 Efektifitas Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Kota Salatiga
Sumber : BPS Kota Salatiga 2018, diolah
Dari sisi relevansi penurunan indeks kedalaman kemiskinan
yang dicapai oleh Kota Salatiga terhadap capaian Provinsi dan
Nasional dapat dilihat pada grafik 2.11 di bawah ini.
Grafik 2.11 Relevansi Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Kota Salatiga terhadap Provinsi dan Nasional
Sumber : BPS Kota Salatiga 2018, diolah
13
Berdasarkan pada gambar grafik di atas, indeks kedalaman
Kota Salatiga pada tahun 2018 lebih optimal bila dibandingkan
dengan pencapaian indeks kedalaman kemiskinan Provinsi Jawa
Tengah maupun Nasional.
4. Indeks Keparahan Kemiskinan
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran
mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.
Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan
pengeluaran di antara penduduk miskin. Kondisi tahun 2018
indeks keparahan kemiskinan (P2) Kota Salatiga sebesar 0.13,
Provinsi Jawa Tengah 0.45 dan nasional sebesar 0.44. Jika
disandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah, capaian Kota Salatiga
pada tahun 2018 masih lebih baik. Selengkapnya dapat dilihat
pada gambar grafik 2.12 di bawah ini.
Grafik 2.12 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2018
Sumber : BPS Kota Salatiga 2018, diolah
Dalam kurun waktu tahun 2014-2018, capaian indeks
keparahan kemiskinan Kota Salatiga mengalami fluktuasi namun
mengalami perbaikan di Tahun 2018. Hal tersebut dapat dilihat
dari P2 Kota Salatiga pada Tahun 2017 yaitu 0.21 turun menjadi
0.13 pada Tahun 2018. Perkembangan Indeks Keparahan
14
Kemiskinan (P2) Kota Salatiga Tahun 2014 – 2018 dapat dilihat
pada gambar grafik 2.13 di bawah ini.
Grafik 2.13 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Persen 75,28 76,46
Angka Partisipasi Kasar (APK) A/SMK/MA/sederajat.
Persen 191,9 151
Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan/laki-laki di SD/MI/sederajat
Rasio 1,002 0,98
Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan/laki-laki di SMP/MTs/sederajat
Rasio 0,968 0,99
39
Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan/laki-laki di SMA/SMK/MA/sederajat
Rasio 0,973 0,92
Prosentase Penduduk Melek Huruf
Persen 99,1 99,1
Persentase Ruang Kelas Dalam Kondisi Baik (PAUD)
Persen 90,24 87,78
Persentase Kelas dalam Kondisi Baik (SD/MI)
Persen 78,36 79,64
Persentase Kelas dalam Kondisi Baik (SMP/MTs)
Persen 84,77 88,91
Persentase guru layak mengajar PAUD
Persen 74,12 80,43
Persentase guru layak mengajar SD/ MI
Persen 93,41 94,52
Persentase guru layak mengajar SMP/ MTs
Persen 93,5 94,47
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Salatiga, 2019
2.5. Tujuan 5. Mencapai Kesetaraan Gender
Perencanaan Anggaran Responsif Gender.
Dalam rangka implementasi PPRG tahun 2018, Pemerintah Kota Salatiga
telah menetapkan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 34 Tahun 2017
tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018 yang di dalamnya
memuat ketentuan yang mewajibkan bagi OPD yang telah dilatih PPRG
untuk membuat DPA yang responsif gender dengan dilampiri : Gender
Analisys Pathway (GAP); Gender Budget Statement (GBS); dan Kerangka
Acuan Kerja (KAK).
Sebagai tindak lanjut terhadap Peraturan Walikota tersebut diatas,
melalui 900/148/502 tanggal 28 Maret 2018 tentang Perencanaan dan
Penganggaran Responsif Gender (PPRG) pada seluruh Organisasi
Perangkat Daerah yang di dalamnya mewajibkan setiap OPD untuk
menyusun PPRG pada tahun anggaran 2018, melalui analisis gender
dituangkan dalam sebuah Alur Kerja Analisis Gender (Gender Analysis
Pathway/GAP). Hasil GAP agar diintegrasikan ke dalam Renja OPD yang
selanjutnya hasil GAP tersebut juga dituangkan dalam Pernyataan
Anggaran Gender (Gender Budget Statemen/GBS) yang digunakan
sebagai dasar penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari RKA OPD Responsif Gender.
40
Pada tahun 2018 implementasi PPRG di OPD adalah sebagai
berikut :
Jumlah program sebanyak 43 program dengan jumlah kegiatan
sebanyak 53 kegiatan yang tersebar di 31 OPD dengan total anggaran
sebesar Rp. 48. 553.807.000,- (empat puluh delapan milyar lima
ratus lima puluh tiga juta delapan ratus tujuh ribu rupiah).
Terdapat 1 OPD yang tidak melakukan PPRG pada tahun 2018 yaitu
Sekretariat Daerah.
Dengan demikian, maka seluruh OPD telah menerapkan Perencanaan
Penganggaran Responsif Gender (PPRG)
41
BAB III PENCAPAIAN PILAR PEMBANGUNAN EKONOMI
3.1. Tujuan 7. Menjamin Akses Energi Yang Terjangkau, Andal,
Berkelanjutan, dan Modern
Peningkatan konsumsi energi yang berhadapan dengan ketersediaan
akan berbanding lurus dengan tingginya tingkat kompetisi dalam
mendapatkan sumber energi tersebut khususnya diantara negara-negara
industri maju. Tingginya tingkat kompetisi dalam memperebutkan
sumber energi sangat rentan menimbulkan konflik. Konflik akan menjadi
resiko mengingat energi merupakan factor krusial dari perkembangan
teknologi dan pembangunan ekonomi. Pengelolaan Energi merupakan isu
strategis yang senantiasa mewarnai dalam diskursus masalah
lingkungan. Pada satu sisi, pihak yang ingin melestarikan lingkungan
berpendapat konsumsi energi yang diperlukan untuk pertumbuhan
ekonomi menghasilkan produk sampingan yang berbahaya bagi
lingkungan hidup
Penggunaan energi memiliki potensi yang sangat tinggi untuk
mengentaskan kemiskinan. Tanpa listrik, perempuan dan anak
perempuan harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengambil
air, klinik kesehatan tidak bisa menyimpan vaksin, anak-anak tidak bisa
mengerjakan pekerjaan rumah di malam hari, pengusaha kurang
kompetitif, dan negara tidak bisa menggerakkan ekonomi. Akses kepada
energi sangat penting dalam melawan kemiskinan” (Sri Mulyani, 2015).1
Selanjutnya, Sri Mulyani (2015) mengatakan bahwa energi yang kita
gunakan haruslah efisien, berkelanjutan dan terbarukan. Pentingnya
konsep efisien, berkelanjutan dan terbarukan ini tidak lepas dari
kesadaran akan ancaman bahaya pemanasan global, efek rumah kaca
dan perubahan iklim. Penggunaan energi bersumber bahan bakar fosil
menghasilkan gas rumah kaca berupa CO2 yang mengakibatkan
1 Indrawati, Sri Mulyani., 2015,. Energi dan Pembangunan Berkelanjutan: Berikutnya Apa? Pidato dan Transkrip dalam International Student Energy Summit Bali, Indonesia Tahun 2015, 30 Oktober 2017 http://www.worldbank.org/in/news/speech/2015/06/10/energy-and-sustainable-development-whats-next
perubahan iklim. Sebagai negara kepulauan Indonesia sangat rentan
terhadap bencana terkait pemanasan global dan perubahan iklim. 2
Dalam implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, maka
parameter atau tolok ukur dari Tujuan 7 Menjamin Akses Energi yang
Terjangkau, Berkelanjutan, dan Modern, kondisi ekssitirng tertuang
dalam tabel berikut:
Tabel 3.1
Kondisi Eksisting Indikator Tujuan 7 SDGs Kota Salatiga Tahun 2018
No Indikator SDGs Kota Satuan
Realisasi 2018
Penangung-jawab Sumberdata
1 Rasio elektrifikasi Persen 98,24 PLN
2 Tingkat Konsumsi Listrik KWH 126.934.190 PLN
3 Rasio penggunaan gas rumah tangga
Persen 89 BPS
Sumber: Diolah dari data primer, 2019
Merujuk pada tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar
wilayah Kota salatiga telah teraliri listrik yaitu sekita 98,24%, dengan
tingkat konsumsi listrik per KWH sebesar 35.135.734 KWH. Hal ini
menujukkan bahwa di Kota Salatiga pemenuhan akan hak warga negara
atas energi yang murah dan terjangkau maupun akses terhadap listrik
secara mayoritas sudah terpenuhi.
3.2. Tujuan 8. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan
Berkelanjutan.
Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu indikator penting untuk mengetahui perkembangan
perekonomian suatu daerah dalam suatu periode dapat digambarkan
dari Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Analisis
Pertumbuhan PDRB merupakan salah satu pendekatan yang dapat
digunakan untuk melihat perkembangan kesejahteraan masyarakat dari
sudut pandang ekonomi. Melalui dinamika dari berbagai kegiatan
ekonomi yang ada, akan dapat diidentifikasi karakteristik wilayah
2 Indrawati, Sri Mulyani., 2015,. Energi dan Pembangunan Berkelanjutan: Berikutnya Apa? Pidato dan Transkrip dalam International Student Energy Summit Bali, Indonesia Tahun 2015, 30 Oktober 2017 http://www.worldbank.org/in/news/speech/2015/06/10/energy-and-sustainable-development-whats-next
4.5. Tujuan 14 Pelestarian dan Pemanfaatan Ekosistem Lautan
Dalam implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau
Sustainable Development Goals (SDGs) yang berpedoman pada Peraturan
Presiden Nomor 59 Tahun 2017, tidak semua Tujuan/Goals, Target,
ataupun indikator dapat diterapkan diseluruh daerah di Indonesia.
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab Tujuan, Target, dan
Indikator tidak dapat diterapkan di semua daerah: (1) Indikator tersebut
bukan merupakan kewenangan dari daerah yang bersangkutan, (2) Tidak
sesuai dengan karakteristik dan kondisi geografis daerah tersebut, dan (3)
Cakupan penghitungan indikator tidak dapat diterapkan pada daerah
otonom terendah. Terkait dengan hal tersebut, maka tujuan 14
Pelestarian dan Pemanfaatan Ekosistem Kelautan tidak dapat diterapkan
di Kota Salatiga, mengingat karakteristik geografis Kota salatiga sebagai
daerah pegununungan bukan merupakan daerah yang mempunyai
wilayah laut.
4.6. Tujuan 15 Pelestarian dan Pemanfataan Berkelanjutan Ekosistem
Daratan
Selama lebih dari lima dekade, sumberdaya hutan telah memainkan
peran yang signifikan dalam memfasilitasi perkembangan ekonomi
Indonesia. Namun demikian, kinerja pengelolaan hutan Indonesia telah
menurun, dan kontribusi ekonomi dari hutan telah secara drastis
menurun, akibat ekspolitasi berlebihan pada periode aeal reformasi
pemerintahan dan pelaksanaan otonomi daerah atau desentralisasi (big
bang decentralization) dalam masa transisi yang cukup berat di awal
tahun 2000-an.3
Pola penggunaan lahan pada hakekatnya adalah gambaran ruang
dari hasil jenis usaha dan tingkat teknologi, jumlah manusia dan
keadaan fisik daerah, sehingga pola penggunaan lahan di suatu daerah
dapat mencerminkan kegiatan manusia yang berada di daerah tersebut.
Karenanya Penggunaan lahan bersifat dinamis, artinya penggunaan
tanah dapat berubah tergantung dari dinamika pembangunan dan
kebutuhan masyarakat di suatu wilayah dalam memenuhi kebutuhan
sosial, ekonomi, lingkungan dan kepentingan lainnya. Berdasarkan
3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, 2018, Status Hutan dan Kehutanan Indonesia Tahun 2018, Kementerian Kehutanan RI, Jakarta, hlm. xxii (eksekutif summary)
65
pemikiran tersebut di atas, maka data luas dan letak penggunaan lahan
menjadi sangat penting, terutama untuk mengetahui berapa lahan yang
masih tersedia untuk suatu kegiatan. Hal ini tentunya akan
mempengaruhi kualitas tutupan lahan.
Sumber daya lahan (land resource) merupakan salah satu
komponen sumber daya alam (natural resource) yang turut berperan
dalam proses produksi pertanian, termasuk peternakan dan kehutanan.
Parameter-parameter sumber daya lahan meliputi tanah, iklim dan air,
topografi, serta vegetasi termasuk padang rumput dan hutan. Setiap
kegiatan yang mengubah sumber daya alam termasuk bentang lahan
(landscape) untuk pembangunan seperti pertanian, pertambangan,
industri, perumahan, infrastruktur dapat menyebabkan kerusakan
sumber daya lahan dan kemunduran produktivitasnya akibat hilangnya
tanah lapisan atas yang subur.
Perubahan lahan akan terus berlangsung sejalan dengan
meningkatnya jumlah dan aktivitas penduduk dalam menjalankan
kehidupan sosial, ekonomi dan budaya. Ini pada akhirnya akan
berdampak positif maupun negatif sebagai konsekuensi dari
pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat. Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa faktor utama penyebab terjadinya perubahan
penggunaan lahan secara umum adalah karena peningkatan jumlah
penduduk yang pada akhirnya mengakibatkan adanya perkembangan
ekonomi yang menuntut ketersediaan lahan bagi penggiaaan lahan lain,
seperti pemukiman, industri, infrastruktur maupun jasa.
Tabel 4.5 Kondisi Eksisting Indikator Pemafataan Ekosistem Daratan
Kota Salatiga Tahun 2018
No Indikator SDGs Kota Satuan
Realisasi 2018
Penanggung-jawab Sumber Data
1 Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKLT)
Angka Komposit
23,78 Dinas Lingkungan Hidup
2 Luas lahan kritis yang direhabilitasi terhadap luas lahan keseluruhan
Ha (hektar) 1,0648 Ha Dinas Lingkungan Hidup
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup, 2019 (data diolah)
Penggunaan lahan di Kota Salatiga menurut penggunaannya, untuk
luasan daerah terbangun meningkat dari tahun 2016 seluas 3.176 Ha
66
menjadi 3.230 Ha pada tahun 2018. Sebaliknya, luasan daerah non
urban seperti sawah, tegalan, dan perkebunan menyusut dari 744 Ha
pada tahun 2016 menjadi 674 Ha pada tahun 2018. Sedangkan untuk
menuruti perkembangan pembangunan yang kian pesat, fungsi lahan
yang sebelumnya merupakan lahan produktif bagi sektor pertanian
banyak berubah status menjadi lahan pekarangan yang kurang produktif
dan cenderung konstruktif dan dapat berubah sewaktu-waktu menjadi
lahan terbangun.
Penggunaan lahan yang melampaui kemampuan lahannya sangat
berpotensi menyebabkan lahan terdegradasi. Jika keadaan ini terus
dibiarkan akan memicu terjadinya lahan kritis. Dampak yang terjadi
akibat lahan kritis tidak hanya mengakibatkan lahan mengalami
penurunan kualitas dan produktivitas namun membahayakan sosial
ekonomi masyarakat. Kerusakan lahan yang semakin nyata dan meluas,
ditandai oleh semakin besar adanya resiko bencana seperti banjir,
kekeringan, dan longsor. Dengan demikian, meluasnya lahan kritis perlu
diidentifikasi agar dapat ditetapkan faktor penyebab dan teknik