PORTOFOLIO PENGGUNAAN OBAT PADA USIA LANJUT Diajukan sebagai tugas mata kuliah Farmasi Simulasi Disusun Oleh : Kelompok 1 1. Arvalendini Arsirianti 2. Benny Budiman Al-Haq 3. Diana Sari 4. Dwi Apipa 5. Farida Budiarti 6. Gemi Oktami 7. Ika Yuliana Kelas : III Reguler A Dosen Pembimbing : Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt. , M.Kes POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG JURUSAN FARMASI 2014/2015
39
Embed
PORTOFOLIO PENGGUNAAN OBAT PADA USIA LANJUT · PDF fileaktif obat dan menyediakan ... Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar ... Gel merupakan sediaan setengah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PORTOFOLIO
PENGGUNAAN OBAT PADA USIA LANJUT
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Farmasi Simulasi
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Arvalendini Arsirianti
2. Benny Budiman Al-Haq
3. Diana Sari
4. Dwi Apipa
5. Farida Budiarti
6. Gemi Oktami
7. Ika Yuliana
Kelas : III Reguler A
Dosen Pembimbing : Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt. , M.Kes
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
JURUSAN FARMASI
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat yang diberikan melalui kulit atau membrane mukosa pada prinsipnya
memberikan efek lokal. Pemberian obat secara topikal dilakukan dengan
mengoleskannya pada suatu daerah kulit, memasang balutan lembab, merendam bagian
tubuh dengan larutan, atau menyediakan air mandi yang dicampur obat.
Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan, berbagai jenis
obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion, liniment, pasta dan bubuk yang
biasanya dipakai untuk pengobatan ganggaun dermatologis misalnya gatal-gatal, kulit
kering, infeksi dan lain-lain. Obat topikal juga dikemas dalam bentuk obat tetes (instilasi)
yang dipakai untuk tetes mata, telinga, atau hidung serta dalam bentuk untuk irigasi baik
mata, telinga, hidung, vagina maupun rectum. Banyaknya pilihan bentuk sediaan,
memerlukan kecermatan dalam memilih, karena disamping pertimbangan bahan aktif,
bentuk sediaan berpengaruh terhadap keberhasilan terapi. Kecermatan memilih bentuk
sediaan obat topikal yang sesuai dengan kondisi kelainan kulit diperlukan, karena
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam keberhasilan terapi topikal di samping
faktor lain seperti: konsentrasi zat aktif obat, efek fisika dan kimia, cara pakai, lama
penggunaan obat agar diperoleh efikasi maksimal dengan efek samping minimal. Suatu
uji coba efektivitas yang membandingkan sediaan losion dan salep untuk kulit kepala
memperlihatkan banyaknya kasus drop out karena ketidaknyamanan terhadap bentuk
sediaan obat. Berbagai laporan mencoba membandingkan efektifitas berbagai bentuk
sediaan topical pada satu macam penyakit; terlihat bahwa sediaan baru memiliki
kelebihan dibandingkan bentuk konvensional.
Obat topikal terdiri dari vehikulum (bahan pembawa) dan zat aktif. Saat ini,
banyaknya sediaan topikal yang tersedia ditujukan untuk mendapat eifikasi maksimal zat
aktif obat dan menyediakan alternatif pilihan bentuk sediaan yang terbaik. Obat topikal
merupakan salah satu bentuk obat yang sering dipakai dalam terapi dermatologi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penggunaan resep yang terdiri dari betarhin tablet, Urbason, serta
Forderm krim sudah tepat untuk pasien dengan reaksi alergi akibat makanan?
2. Apakah penggunaan bedak salisyl tepat untuk pasien umur 6 bulan (dibawah 1
tahun) pada pengobatan swamedikasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah penggunaan resep yang terdiri dari betarhin tablet,
Urbason, serta Forderm krim sudah tepat untuk pasien dengan reaksi alergi
akibat makanan
2. Untuk mengetahui penggunaan bedak salisyl tepat untuk pasien umur 6 bulan
(dibawah 1 tahun) pada pengobatan swamedikasi
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui resep yang terdiri dari dari betarhin tablet, Urbason, serta
Forderm krim sudah tepat untuk pasien dengan reaksi alergi akibat makanan.
2. Dapat mengetahui penggunaan bedak salisyl tepat untuk pasien umur 6 bulan
(dibawah 1 tahun) pada pengobatan swamedikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Obat Topikal
Kata topikal berasal dari bahasa Yunani topikos yang artinya berkaitan dengan
daerah permukaan tertentu. Dalam literatur lain disebutkan kata topikal berasal dari kata
topos yang berarti lokasi atau tempat. Secara luas obat topikal didefinisikan sebagai obat
yang dipakai di tempat lesi.
Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat
pembawa (vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal yang
memiliki efek terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah bagian inaktif dari sediaan
topikal dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan
kulit. Idealnya zat pembawa mudah dioleskan, mudah dibersihkan, tidak mengiritasi serta
menyenangkan secara kosmetik. Selain itu, bahan aktif harus berada di dalam zat
pembawa dan kemudian mudah dilepaskan.
1. Bahan Pembawa
Secara umum, zat pembawa dibagi atas 3 kelompok, cairan, bedak, dan salep.
Ketiga pembagian tersebut merupakan bentuk dasar zat pembawa yang disebut juga
sebagai bentuk monofase. Kombinasi bentuk monofase ini berupa krim, pasta, bedak
kocok dan pasta pendingin.
a. Cairan
Cairan adalah bahan pembawa dengan komposisi air. Jika bahan pelarutnya murni air
disebut sebagai solusio. Jika bahan pelarutnya alkohol, eter, atau kloroform disebut
tingtura. Cairan digunakan sebagai kompres dan antiseptik. Bahan aktif yang dipakai
dalam kompres biasanya bersifat astringen dan antimikroba.
Indikasi
Penggunaan kompres terutama kompres terbuka dilakukan pada:
a. Dermatitis eksudatif; pada dermatitis akut atau kronik yang mengalami eksaserbasi.
b. Infeksi kulit akut dengan eritema yang mencolok. Efek kompres terbuka ditujukan
untuk vasokontriksi yang berarti mengurangi eritema seperti eritema pada erisipelas. c.
Ulkus yang kotor: ditujukan untuk mengangkat pus atau krusta sehingga ulkus
menjadi bersih.
b. Bedak
Merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum venetum dan oxydum
zincicum dalam komposisi yang sama. Bedak memberikan efek sangat superi sial karena
tidak melekat erat sehingga hampir tidak mempunyai daya penetrasi. Oxydum zincicum
merupakan suatu bubuk halus berwarna putih bersifat hidrofob. Talcum venetum
merupakan suatu magnesium polisilikat murni, sangat ringan. Dua bahan ini dipakai
sebagai komponen bedak, bedak kocok dan pasta.
Indikasi
Bedak dipakai pada daerah yang luas, pada daerah lipatan.
c. Salep
Salep merupakan sediaan semisolid berbahan dasar lemak ditujukan untuk kulit dan
mukosa. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok yaitu:
dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang bisa dicuci
dengan air dan dasar salep yang larut dalam air. Setiap bahan salep menggunakan salah
satu dasar salep tersebut.
Indikasi
Salep dipakai untuk dermatosis yang kering dan tebal (proses kronik), termasuk likenii
kasi, hiperkeratosis. Dermatosis dengan skuama berlapis, pada ulkus yang telah bersih.
d. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formulasi krim ada dua,
yaitu sebagai emulsi air dalam minyak (W/O), misalnya cold cream, dan minyak dalam air
(O/W), misalnya vanishing cream.
Indikasi
Krim dipakai pada lesi kering dan superi sial, lesi pada rambut, daerah intertriginosa.
e. Pasta
Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari bahan
untuk salep misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum, oxydum zincicum. Pasta
merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai
lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.9,11-15 Efek pasta lebih melekat
dibandingkan salep, mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari
salep.
Indikasi
Pasta digunakan untuk lesi akut dan superficial.
f. Bedak kocok
Bedak kocok adalah suatu campuran air yang di dalamnya ditambahkan
komponen bedak dengan bahan perekat seperti gliserin. Bedak kocok ini ditujukan agar
zat aktif dapat diaplikasikan secara luas di atas permukaan kulit dan berkontak lebih lama
dari pada bentuk sediaan bedak serta berpenetrasi kelapisan kulit.
Indikasi
Bedak kocok dipakai pada lesi yang kering, luas dan superi sial seperti miliaria.
g. Pasta pendingin
Pasta pendingin disebut juga linimen merupakan campuran bedak, salep dan
cairan. Sediaan ini telah jarang digunakan karena efeknya seperti krim.
Indikasi
Pasta dipakai pada lesi kulit yang kering.
h. Gel
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel organik dan anorganik. Gel dikelompokkan ke dalam gel fase tunggal dan
fase ganda. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organic yang tersebar dalam suatu
cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul besar yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya
karbomer) atau dari gom alam (seperti tragakan).
Gel segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan.
Absorpsi pada kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi di kulit yang
berambut.
i. Jelly
Jelly merupakan dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat dari getah alami seperti
tragakan, pektin, alginate, borak gliserin.
j. Losion
Losion merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak dapat larut terdispersi
dalam cairan dengan konsentrasi mencapai 20%. Komponen yang tidak tergabung ini
menyebabkan dalam pemakaian losion dikocok terlebih dahulu. Pemakaian losion
meninggalkan rasa dingin oleh karena evaporasi komponen air.
Beberapa keistimewaan losion, yaitu mudah diaplikasikan, tersebar rata, favorit pada
anak. Contoh losion yang tersedia seperti losion calamin, losion steroid, losion faberi.
k. Foam aerosol
Aerosol merupakan sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif yang
dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk
pemakaian lokal pada kulit, hidung, mulut, paru. Komponen dasar aerosol adalah wadah,
propelen, konsentrat zat aktif, katup dan penyemprot.
Foam aerosol merupakan emulsi yang mengandung satu atau lebih zat aktif
menggunakan propelen untuk mengeluarkan sediaan obat dari wadah. Foam aerosol
merupakan sediaan baru obat topikal. Foam dapat berisi zat aktif dalam formulasi emulsi
dan surfaktan serta pelarut. Sediaan foam yang pernah dilaporkan antara lain
ketokonazol foam dan betametasone foam.
l. Cat
Pada dasarnya, cat merupakan bentuk lain solusio yang berisi komponen air dan alkohol.
Penggabungan komponen alkohol dan air menjadikan sediaan ini mampu bertahan lama.
Sediaan baru pernah dilaporkan berupa solusio ciclopirox 8% sebagai cat kuku untuk
terapi onikomikosis.
2. Mekanisme Kerja
Farmakokinetik umum
Farmakokinetik sediaan topikal secara umum menggambarkan perjalanan bahan
aktif dalam konsentrasi tertentu yang diaplikasikan pada kulit dan kemudian diserap ke
lapisan kulit, selanjutnya didistribusikan secara sistemik. Mekanisme ini penting dipahami
untuk membantu memilih sediaan topikal yang akan digunakan dalam terapi.
Perjalanan sediaan topikal setelah diaplikasikan pada kulit tergambar pada Gambar 1.
Gambar 1 Penetrasi melalui tiga kompartemen kulit
Secara umum perjalanan sediaan topikal setelah diaplikasikan melewati tiga
kompartemen yaitu: permukaan kulit, stratum korneum, dan jaringan sehat. Stratum
korneum dapat berperan sebagai reservoir bagi vehikulum tempat sejumlah unsur pada
obat masih berkontak dengan permukaan kulit namun belum berpenetrasi tetapi tidak
dapat dihilangkan dengan cara digosok atau terhapus oleh pakaian.
Unsur vehikulum sediaan topikal dapat mengalami evaporasi, selanjutnya zat aktif
berikatan pada lapisan yang dilewati seperti pada epidermis, dermis. Pada kondisi
tertentu sediaan obat dapat membawa bahan aktif menembus hipodermis. Sementara itu,
zat aktif pada sediaan topikal akan diserap oleh vaskular kulit pada dermis dan
hypodermis.
3. Jalur Penetrasi Sediaan Topikal
Penetrasi sediaan topikal melewati beberapa macam jalur seperti pada Gambar 2.
Gambar 2 Jalur penetrasi sediaan topical
Saat sediaan topical diaplikasikan pada kulit terjadi 3 interaksi:
1. Solute vehicle interaction: interaksi bahan aktif terlarut dalam vehikulum.
Idealnya zat aktif terlarut dalam vehikulum tetap stabil dan mudah dilepaskan.
Interaksi ini telah ada dalam sediaan.
2. Vehicle skin interaction: merupakan interaksi vehikulum dengan kulit. Saat awal
aplikasi fungsi reservoir kulit terhadap vehikulum.
3. Solute Skin interaction: interaksi bahan aktif terlarut dengan kulit (lag phase,
rising phase, falling phase).
a. Penetrasi secara transepidermal
Penetrasi transepidermal dapat secara interseluler dan intraseluler. Penetrasi
interseluler merupakan jalur yang dominan, obat akan menembus stratum korneum
melalui ruang antar sel pada lapisan lipid yang mengelilingi sel korneosit. Difusi dapat
berlangsung pada matriks lipid protein dari stratum korneum. Setelah berhasil menembus
stratum korneum obat akan menembus lapisan epidermis sehat di bawahnya, hingga
akhirnya berdifusi ke pembuluh kapiler.
Penetrasi secara intraseluler terjadi melalui difusi obat menembus dinding stratum
korneum sel korneosit yang mati dan juga melintasi matriks lipid protein startum korneum,
kemudian melewatinya menuju sel yang berada di lapisan bawah sampai pada kapiler di
bawah stratum basal epidermis dan berdifusi ke kapiler.
b. Penetrasi secara transfolikular
Analisis penetrasi secara folikular muncul setelah percobaan in vivo. Percobaan
tersebut memperlihatkan bahwa molekul kecil seperti kafein dapat berpenetrasi tidak
hanya melewati sel-sel korneum, tetapi juga melalui rute folikular. Obat berdifusi melalui
celah folikel rambut dan juga kelenjar sebasea untuk kemudian berdifusi ke kapiler.
4. Absorpsi Sediaan Topikal Secara Umum
Saat suatu sediaan dioleskan ke kulit, absorpsinya akan melalui beberapa fase:
1. Lag phase
Periode ini merupakan saat sediaan dioleskan dan belum melewati stratum korneum,
sehingga pada saat ini belum ditemukan bahan aktif obat dalam pembuluh darah
2. Rising phase
Fase ini dimulai saat sebagian sediaan menembus stratum korneum, kemudian
memasuki kapiler dermis, sehingga dapat ditemukan dalam pembuluh darah.
3. Falling phase
Fase ini merupakan fase pelepasan bahan aktif obat dari permukaan kulit dan dapat
dibawa ke kapiler dermis.
Penyerapan sediaan topikal secara umum dipengaruhi oleh berbagai faktor:
1. Bahan aktif yang dicampurkan dalam pembawa tertentu harus menyatu pada
permukaan kulit dalam konsentrasi yang cukup.
2. Konsentrasi bahan aktif merupakan factor penting, jumlah obat yang diabsorpsi secara
perkutan perunit luas permukaan setiap periode waktu, bertambah sebanding dengan
bertambahnya konsentrasi obat dalam suatu pembawa.
3. Penggunaan bahan obat pada permukaan yang lebih luas akan menambah jumlah
obat yang diabsorpsi.
4. Absorpsi bahan aktif akan meningkat jika pembawa mudah menyebar ke permukaan
kulit.
5. Ada tidaknya pembungkus dan sejenisnyasaat sediaan diaplikasikan.
6. Pada umumnya, menggosokkan sediaan akan meningkatkan jumlah bahan aktif yang
diabsorpsi.
7. Absorpsi perkutan akan lebih besar bila sediaan topikal dipakai pada kulit yang lapisan
tanduknya tipis.
8. Pada umumnya, makin lama sediaan menempel pada kulit, makin banyak
kemungkinan diabsorbsi
Pada kulit utuh, cara utama penetrasi sediaan melalui lapisan epidermis, lebih
baik daripada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat, karena luas permukaan folikel
dan kelenjar keringat lebih kecil dibandingkan dengan daerah kulit yang tidak
mengandung elemen anatomi ini. Stratum korneum sebagai jaringan keratin akan berlaku
sebagai membrane semi permeabel, dan molekul obat berpenetrasi dengan cara difusi
pasif.
Cara aplikasi sediaan obat topikal pada umumnya disesuaikan dengan lesi pada
permukaan kulit. Beberapa cara aplikasi sediaan topikal yaitu:
1. Oles
Pengolesan pada lokasi lesi merupakan cara pakai sediaan topikal yang umum
dilakukan. Cara ini dilakukan untuk hampir semua bentuk sediaan. Banyaknya sediaan
yang dioleskan disesuaikan dengan luas kelainan kulit (tabel 2). Penambahan cara oles
sediaan dengan menggosok dan menekan juga dilakukan pada obat topikal dengan
tujuan memperluas daerah aplikasi namun juga meningkatkan suplai darah pada area
lokal, memperbesar absorpsi sistemik. Penggosokan ini mengakibatkan efek eksfoliatif
lokal yang meningkatkan penetrasi obat.
2. Kompres
Cara kompres digunakan untuk sediaan solusio Komponen cairan yang dominan
menjadikan kompres efektif untuk lesi basah dan lesi berkrusta. Dua cara kompres yaitu
kompres terbuka dan tertutup. Pada kompres terbuka diharapkan ada proses penguapan.
Caranya dengan menggunakan kain kasa tidak tebal cukup 3 lapis, tidak perlu steril,
jangan terlampau erat. Pembalut atau kain kasa dicelupkan ke dalam cairan kompres,
sedikit diperas, lalu dibalutkan pada kulit lebih kurang 30 menit. Pada kompres tertutup
tidak diharapkan terjadi penguapan, namun cara ini jarang digunakan karena efeknya
memperberat nyeri pada lokasi kompres.
4. Penggunaan pada Aplikasi Oklusif
Cara oklusi ditujukan untuk meningkatkan penetrasi sediaan; namun cara ini tidak
banyak digunakan. Berbagai teknik oklusi menggunakan balutan hampa udara seperti
penggunaan sarung tangan vinyl, membungkus dengan plastik. Teknik oklusi mampu
meningkatkan hantaran obat 10-100 kali dibandingkan tanpa oklusi, namun lebih cepat
menimbulkan efek samping obat, seperti efek atroi kulit akibat kortikosteroid
5. Mandi
Mandi atau berendam dianggap lebih disukai daripada kompres pada pasien
dengan lesi kulit luas seperti pada penderita lesi vesiko bulosa. Contoh zat aktif yang
pernah digunakan untuk mandi seperti potassium permanganate. Namun cara ini sudah
tidak dianjurkan lagi mengingat efek maserasi yang ditimbulkan.
5. Prinsip Pemilihan Sediaan
1. Pada kulit tidak berambut, secara umum dapat dipakai sediaan salep, krim, emulsi.
Krim dipakai pada lesi kulit yang kering dan superi sial, salep dipakai pada lesi yang tebal
(kronis).
2. Pada daerah berambut, losion dan gel merupakan pilihan yang cocok.
3. Pada lipatan kulit, formulasi bersifat oklusif seperti salep, emulsi W/O dapat
menyebabkan maserasi sehingga harus dihindari.
4. Pada daerah yang mengalami ekskoriasi, formulasi berisi alkohol dan asam salisilat
sering mengiritasi sehingga harus dihindari.
5. Sediaan cairan dipakai untuk kompres pada lesi basah, mengandung pus, berkrusta.
B. Lapisan Kulit Tubuh
Kulit tubuh manusia terdiri dari 3 lapisan yaitu Epidermis, Dermis, dan Subkutan.
Ketiganya bagaikan pakaian berstruktur canggih yang melindungi tubuh kita.
a. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis adalah baju pelindung terluar yang menjaga permukaan tubuh
dari kekeringan akibat penguapan berlebihan, pencemaran, sinar matahari dan kuman
penyakit. Lapisan ini merupakan baju terluar yang langsung bersentuhan dengan dunia
luar. Kulit terdiri dari aneka lapisan yang di dalamnya terdapat ujung saraf penerima
rangsangan, pembuluh darah, sistem ventilasi, pengatur suhu dan kelembaban serta
mampu memberikan perlindungan dari sinar mentari.
b. Lapisan Dermis
Pada lapisan ini dapat dijumpai pembuluh darah, saraf, kelenjar keringat dan
kelenjar minyak (sebasea). Pada setiap 1 cm persegi kulit manusia terdapat jalinan
pembuluh darah dengan panjang keseluruhan sekitar 7 meter.
c. Subkutan
Yakni lapisan jaringan tebal di bawah dermis yang menjaga bentuk dan suhu
tubuh. Pada lapisan subkutan terdapat sel-sel lemak sebagai bantalan pelindung dari
benturan keras, cadangan makanan bagi lapisan kulit di atas dan di sekitarnya.
Kulit juga berfungsi sebagai tempat pembuangan zat-zat sampah hasil
metabolisme (kerja biologis dan kimiawi) dalam tubuh. Zat-zat ini berupa cairan keringat.
Sebagian proses metabolisme tubuh merupakan proses pembakaran yang menghasilkan
tenaga dan panas. Panas yang dihasilkan dapat berbahaya jika kelebihannya tidak
dibuang. Cairan keringat amat membantu menyerap panas ini dan mendinginkan suhu
tubuh. Karenanya, kulit turut berperan mengatur suhu badan. Selain itu, kulit juga mampu
menyerap zat asam (oxygen) dalam kadar rendah melalui pori-pori kulit.
C. Penyakit Kulit
1. Penyakit Kulit Akibat Alergi Makanan
Alergi Makanan adalah gejala-gejala yang terjadi akibat respon kekebalan setelah
memakan makanan tertentu.
Penyebab
Dalam keadaan normal, sistem kekebalan mempertahankan tubuh melawan zat-
zat yang berbahaya seperti bakteri, virus dan racun. Kadang suatu respon kekebalan
dipicu oleh suatu zat (alergen) yang biasanya tidak berbahaya dan terjadi alergi.
Penyebab dari alergi makanan tidak sepenuhnya dimengerti karena alergi makanan bisa
menimbulkan sejumlah gejala yang bervariasi. Reaksi terhadap makanan bisa bersifat
ringan atau fatal, tergantung kepada jenis dan beratnya reaksi. Alergi makanan sering
terjadi. Sistem kekebalan melepaskan antibodi dan zat-zat (termasuk histamin) sebagai
respon terhadap masuknya makanan tertentu. Alergi makanan seringkali menyerupai
keadaan lainnya, seperti intoleransi makanan (terjadi akibat kekurangan enzim yang
diperlukan untuk mencerna makanan tertentu), irritable bowel syndrome, respon terhadap
stres emosi atau stres fisik, pencemaran makanan oleh racun (keracunan makanan) dan
penyakit lainnya. Alergi makanan berbeda dengan penyakit-penyakit tersebut karena
pada alergi makanan dilepaskan antibodi, histamin dan zat-zat lainnya.
Pengobatan
Pengobatannya bervariasi, tergantung kepada jenis dan beratnya gejala. Tujuan
pengobatan adalah mengurangi gejala dan menghindari reaksi alergi di masa yang akan
datang. Gejala yang ringan atau terlokalisir mungkin tidak memerlukan pengobatan
khusus. Gejala akan menghilang beberapa saat kemudian. Antihistamin bias
meringankan berbagai gejala. Untuk gejala yang berat, bisa diberikan kortikosteroid
(misalnya prednison) dan epinefrin (adrenalin).
2. Biang Keringat
Biang keringat adalah suatu ruam kulit yang menyebabkan gatal gatal. Paling
sering terjadi pada anak anak,tetapi bisa menyerang usia berapapun. Bagian tubuh yang
sering membentuk biang keringat adalah badan dan paha.
Penyebab
Penyebab biang keringat adalh subatan pori pori yang berasal dair kelenjar
keringat, pada saat cuaca panas tubuh mengeluarkan keringat tetapi karena danya
penyumbatan maka keringat tertahan didalam kulit, dan menyebabkan benjolan kecil
berwarna merah.
Gejala biang keringat:
Rasa gatal, pedih dan kulit jadi kemerahan, serta munculnya gelembung-
Resep dari Dokter : Dr. Intan Nuraini, SpKK Tertulis tanggal : 13 - 11 -2014 Untuk : Tn. Santoso R/ Betarhin tab I Urbason 8 mg m.f.p dtd No.XII S 2 d d cap I