Top Banner

of 22

Polip Nasal

Oct 06, 2015

Download

Documents

meilisaeca

polip nasal
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

1. Polip Nasal(Anita Sari Putri)

DefinisiPolip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning kuningan atau kemerah merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa)EtiologiPolip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip.Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain : Alergi terutama rinitis alergi. Sinusitis kronik. Iritasi. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konkaPatogenesisPada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terdapat di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler, sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga terbentuk polip.Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama. Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka waktu yang lama, vasodilatasi lama dari pembuluh darah submukosa menyebabkan edema mukosa. Mukosa akan menjadi ireguler dan terdorong ke sinus dan pada akhirnya membentuk suatu struktur bernama polip. Biasanya terjadi di sinus maksila, kemudian sinus etmoid. Setelah polip terrus membesar di antrum, akan turun ke kavum nasi. Hal ini terjadi karena bersin dan pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami oleh orang yang mempunyai riwayat rinitis alergi karena pada rinitis alergi. Begitu sampai dalam kavum nasi, polip akan terus membesar dan bisa menyebabkan obstruksi di meatus media.Gejala klinisGejala utama yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di hidung. Sumbatan ini tidak hilang timbul dan makin lama semakin berat keluhannya. Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia atau anosmia. Bila polip ini menyumbat sinus paranasal, maka sebagai komplikasinya akan terjadi sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rinore. Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala yang utama ialah bersin dan iritasi di hidung. Pada rinoskopi anterior polip hidung seringkali harus dibedakan dari konka hidung yang menyerupai polip (konka polipoid). Perbedaan antara polip dan konka polipoid ialah:Polip : 1. Bertangkai; 2. Mudah digerakkan; 3. Konsistensi lunak; 4. Tidak nyeri bila ditekan; 5. Tidak mudah berdarah; 6. Pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin) tidak mengecilDiagnosisAnamnesis Keluhan utamanya adalah hidung terasa tersumbat dari yang ringan sampai yang berat, rinore mulai yang jernih sampai purulen, hiposmia atau anosmia. Mungkin disertai bersin-bersin, rasa nyeri pada hidung disertai sakit kepala daerah frontal. Bila disertai infeksi sekunder mungkin didapati post nasal drip dan rinore purulen. Gejala sekunder ialah bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur, dan penurunan kualitas hidup.Pemeriksaan fisik Polip nasi yang masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund, yaitu: Stadium 1 : polip masih terbatas di meatus medius. Stadium 2 : polip sudah keluar dari meatus medius, tampak di rongga hidung tapi belum memenuhi rongga hidung. Stadium 3 : polip yang masif.Nasoendoskopi Polip stadium 1 dan 2 kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemriksaan nasoendoskopi. Pada polip koanal juga sering dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila.Radiologi Foto polos sinus paranasal dapat memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara-cairan didalam sinus tetapi kurang bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi komputer (TK, CT scan) sangat bermanfaat untuk melihat jelas keadaan hidung dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan hidung.PenatalaksanaanTujuan utama pengobatan menghilangkan keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip. Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi-medikamentosa. Dapat diberikan topikal atau sistemik. Polip tipe eosinofilik memberikan respons yang lebih baik terhadap pengobatan kortikosteroid intranasal dibandingkan polip tipe neutrofilik.Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat masif dipertimbangan untuk terapi bedah. Dapat dilakukan ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan senar polip atau cunam dengan analgesi lokal, etmoidektomi intranasal atau ethmoidektomi ekstranasal untuk polip ethmoid, operasi Caldwell-Luc untuk sins maksila. Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop maka dapat dilakukan tindakan BSEF (Bedah sinus Endoskopi Fungsional).PrognosisPolip hidung sering tumbuh kembali, oleh karena itu pengobatannya juga perlu ditujukan kepada penyebabnya, misalnya alergi. Terapi yang paling ideal pada rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi. Secara medikamentosa, dapat diberikan antihistamin dengan atau tanpa dekongestan yang berbentuk tetes hidung yang bisa mengandung kortikosteroid atau tidak. Dan untuk alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung lama dapat dilakukan imunoterapi dengan cara desensitisasi dan hiposensitisasi, yang menjadi pilihan apabila pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISIPolip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning kuningan atau kemerah merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa). Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multipel dan dapat bilateral. Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh ke arah belakang, muncul di nasofaring dan disebut polip koanal.

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI 1,4 Hidung LuarHidung luar berbentuk piramid dengan bagian bagiannya dari atas ke bawah : 1. Pangkal hidung (bridge)2. Dorsum nasi 3. Puncak hidung 4. Ala nasi 5. Kolumela 6. Lubang hidung (nares anterior)Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M. Nasalis pars allaris. Kerja otot otot tersebut menyebabkan nares dapat melebar dan menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal sebagai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. Lubang yang terdapat pada bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh : - Superior : os frontal, os nasal, os maksila Inferior : kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis, kartilago alaris mayor dan kartilago alaris minor Dengan adanya kartilago tersebut maka nasi eksternus bagian inferior menjadi fleksibel.Perdarahan : 1. A. Nasalis anterior (cabang A. Etmoidalis yang merupakan cabang dari A. Oftalmika, cabang dari a. Karotis interna). 2. A. Nasalis posterior (cabang A.Sfenopalatinum, cabang dari A. Maksilaris interna, cabang dari A. Karotis interna)3. A. Angularis (cabang dari A. Fasialis) Persarafan : 1. Cabang dari N. Oftalmikus (N. Supratroklearis, N. Infratroklearis) 2. Cabang dari N. Maksilaris (ramus eksternus N. Etmoidalis anterior)

Kavum NasiDengan adanya septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi dua ruangan yang membentang dari nares sampai koana (apertura posterior). Kavum nasi ini berhubungan dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior dan fossa kranial media. Batas batas kavum nasi : Posterior : berhubungan dengan nasofaring Atap: os nasal, os frontal, lamina kribriformis etmoidale, korpus sfenoidale dan sebagian os vomer Lantai: merupakan bagian yang lunak, kedudukannya hampir horisontal, bentuknya konkaf dan bagian dasar ini lebih lebar daripada bagian atap. Bagian ini dipisahnkan dengan kavum oris oleh palatum durum. Medial: septum nasi yang membagi kavum nasi menjadi dua ruangan (dekstra dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi oleh kulit, jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor. Bagian dari septum yang terdiri dari kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa = kolumna = kolumela. Lateral: dibentuk oleh bagian dari os medial, os maksila, os lakrima, os etmoid, konka nasalis inferior, palatum dan os sfenoid. Konka nasalis suprema, superior dan media merupakan tonjolan dari tulang etmoid. Sedangkan konka nasalis inferior merupakan tulang yang terpisah. Ruangan di atas dan belakang konka nasalis superior adalah resesus sfeno-etmoid yang berhubungan dengan sinis sfenoid. Kadang kadang konka nasalis suprema dan meatus nasi suprema terletak di bagian ini. Perdarahan : Arteri yang paling penting pada perdarahan kavum nasi adalah A.sfenopalatina yang merupakan cabang dari A.maksilaris dan A. Etmoidale anterior yang merupakan cabang dari A. Oftalmika. Vena tampak sebagai pleksus yang terletak submukosa yang berjalan bersama sama arteri.

Persarafan : 1. Anterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari N. Trigeminus yaitu N. Etmoidalis anterior 2. Posterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari ganglion pterigopalatinum masuk melalui foramen sfenopalatina kemudian menjadi N. Palatina mayor menjadi N. Sfenopalatinus.Mukosa Hidung Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa penghidu. Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel sel goblet. Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadang kadang terjadi metaplasia menjadi sel epital skuamosa. Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada permukaannya. Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet. Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang penting. Dengan gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi akan didorong ke arah nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam rongga hidung. Gangguan pada fungsi silia akan menyebabkan banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat. Gangguan gerakan silia dapat disebabkan oleh pengeringan udara yang berlebihan, radang, sekret kental dan obat obatan. Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan tidak bersilia (pseudostratified columnar non ciliated epithelium). Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan.

Fisiologi hidung 1. Sebagai jalan nafas Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring. 2. Pengatur kondisi udara (air conditioning) Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara : a. Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya. b. Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37o C. 3. Sebagai penyaring dan pelindung Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan oleh : a. Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi b. Silia c. Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia. d. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.

4. Indra penghidu Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat. 5. Resonansi suara Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau. 6. Proses bicara Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara. 7. Refleks nasal Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

3. ETIOLOGI 1,2,3Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak anak. Pada anak anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis. Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain : 1. Alergi terutama rinitis alergi. 2. Sinusitis kronik.3. Iritasi.4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka.

4. PATOFISIOLOGI 1,6,Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terdapat di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler, sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga terbentuk polip. Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama. Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka waktu yang lama, vasodilatasi lama dari pembuluh darah submukosa menyebabkan edema mukosa. Mukosa akan menjadi ireguler dan terdorong ke sinus dan pada akhirnya membentuk suatu struktur bernama polip. Biasanya terjadi di sinus maksila, kemudian sinus etmoid. Setelah polip terrus membesar di antrum, akan turun ke kavum nasi. Hal ini terjadi karena bersin dan pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami oleh orang yang mempunyai riwayat rinitis alergi karena pada rinitis alergi terutama rinitis alergi perennial yang banyak terdapat di Indonesia karena tidak adanya variasi musim sehingga alergen terdapat sepanjang tahun. Begitu sampai dalam kavum nasi, polip akan terus membesar dan bisa menyebabkan obstruksi di meatus media.

5. GEJALA KLINIS 1,6Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di hidung. Sumbatan ini tidak hilang timbul dan makin lama semakin berat keluhannya. Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia atau anosmia. Bila polip ini menyumbat sinus paranasal, maka sebagai komplikasinya akan terjadi sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rinore. Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala yang utama ialah bersin dan iritasi di hidung. Pada rinoskopi anterior polip hidung seringkali harus dibedakan dari konka hidung yang menyerupai polip (konka polipoid). Perbedaan antara polip dan konka polipoid ialah : Polip : Bertangkai Mudah digerakkan Konsistensi lunak Tidak nyeri bila ditekan Tidak mudah berdarah Pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin) tidak mengecil.

6. DIAGNOSIS BANDING 1Polip diagnosis banding dengan konka polipoid, yang ciri cirinya sebagai berikut :i. Tidak bertangkai ii. Sukar digerakkan iii. Nyeri bila ditekan dengan pinsetiv. Mudah berdarah v. Dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin). Pada pemeriksaan rinoskopi anterior cukup mudah untuk membedakan polip dan konka polipoid, terutama dengan pemberian vasokonstriktor yang juga harus hati hati pemberiannya pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler karena bisa menyebabkan vasokonstriksi sistemik, maningkatkan tekanan darah yang berbahaya pada pasien dengan hipertensi dan dengan penyakit jantung lainnya.

7. PENATALAKSANAAN 1,2,6

Untuk polip edematosa, dapat diberikan pengobatan kortikosteroid : 1. Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari, kemudian dosis diturunkan perlahan lahan (tappering off). 2. Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5 7 hari sekali, sampai polipnya hilang. 3. Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat untuk rinitis alergi, sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan pengobatn kortikosteroid per oral. Efek sistemik obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman. Untuk polip yang ukurannya sudah besar dilakukan ektraksi polip (polipektomi) dengan menggunakan senar polip. Selain itu bila terdapat sinusitis, perlu dilakukan drenase sinus. Oleh karena itu sebelum operasi polipektomi perlu dibuat foto sinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis yang menyertai polip ini atau tidak. Selain itu, pada pasien polip dengan keluhan sakit kepala, nyeri di daerah sinus dan adanya perdarahan pembuatan foto sinus paranasal tidak boleh dilupakan. Prosedur polipektomi dapat mudah dilakukan dengan senar polip setelah pemberian dekongestan dan anestesi lokal. Pada kasus polip yang berulang ulang, perlu dilakukan operasi etmoidektomi oleh karena umumnya polip berasal dari sinus etmoid. Etmoidektomi ada dua cara, yakni : 1. Intranasal 2. Ekstranasal8. PROGNOSIS 1 Polip hidung sering tumbuh kembali, oleh karena itu pengobatannya juga perlu ditujukankepada penyebabnya, misalnya alergi. Terapi yang paling ideal pada rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi. Secara medikamentosa, dapat diberikan antihistamin dengan atau tanpa dekongestan yang berbentuk tetes hidung yang bisa mengandung kortikosteroid atau tidak. Dan untuk alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung lama dapat dilakukan imunoterapi dengan cara desensitisasi dan hiposensitisasi, yang menjadi pilihan apabila pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan. BAB IIIPEMBAHASAN

RESUME KASUSWanita, 49 tahun datang dengan keluhan sumbatan di hidung sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya 3 tahun yang lalu pasien sering mengeluhkan bersin-bersin dipagi hari dan rasa gatal dihidungserta mengeluarkan ingus yang encer. Keluhan semakin memberrat, dan merasakan ada sumbatan di hidung. 1 bulan yang lalu, pasien mengeluhkan sumbatan tersebut semakin banyak dan menutupi seluruh lubang hidung pasien, sehingga sulit bernafas. Tidak terasa nyeri dan tidak berbau busuk.

PemeriksaanFisikPadapemeriksaanHidungdidapatkanhasil: Tampakseluruhhidungtertutupolehmassaberwarnaputih Nyeritekan (-) Permukaanlicindan rata TidakberbaubusukDiagnosis Utama: polipnasiDiagnosis Banding: konkapolipoidTatalaksana: OperasiPolipektomi

Padapasieninidilakukanoperasipolipektomiatasindikasipolipnasi yang berukuranbesaryang menyebabkan sumbatanjalannafaspadapasieninisejak 2 tahun yang laludankemungkinanetiologiterjadinyapolippadapasieniniadalahRinitisalergidenganriwayatbersin-bersin di pagihariataumunculsaatharihujan. Padakasusinijugadiberikanobatpascaoperasitonsilektomiberupa:1. Cefotaxime injeksiSefotaxim merupakangolongan sefalosporin generasi ketiga. GolonganSefalosporin lebih stabil terhadap banyak bakteri beta laktamase sehingga memiliki aktivitas spektrum yang lebih luas. Obat ini memiliki cakupan gram negatif yang lebih luas dan juga terhadap gram positif aerobik.Obat ini dapat digunakan sebagai pencegahan pasca operasi (pencegahan septikemia) yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli, serratia, streptokokus dan stafilokokus. Efek samping tersering yang terjadi adalah timbulnya reaksi alergi, seperti anafilaksis, demam, ruam kulit sehingga pada pasien dengan riwayat anafilaksis pada penisilin tidak boleh menggunakan sefalosporin. Obat ini diberikan tiap 6 sampai 12 jam, dan tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik 1, 2, dan 10 g. Dosis untuk anak sebesar 50-200mg/kgBB/hari dalam 4-6 dosis.2. Asam traneksamat injeksiAsamtraneksamatdigunakan untuk mengentikan perdarahan (hemostatik) dengan cara menghambat mekanisme fibrinolisis. Fibrinolisis adalah proses pemecahan atau penghancuran fibrin (bekuan darah) oleh plasmin. Efek samping yang mungkin muncul adalah pruritus, eritema, ruam kulit, mual dan muntah.Dosis iv yang dianjurkan 0,5-1 g, 2-3 kali perhari diberikan dengan lambat, sekurang-kurangnya dalam 5 menit, dan obat ini (90%) dieksresikan melalui urin dalam 24 jam.3. Dexamethasone injeksiDeksametason merupakan glukokortikoid kerja lama ( t1/2 36-72 jam) yang salah satu efeknya adalah mencegah atau menekan gejala inflamasi, berupa kemerahan, rasa sakit, panas, dan pembengkakan ditempat radang. Obat ini bekerja dengan menghambat pelepasan mediator inflamasi.Penelitian menyebutkan bahwa obat ini juga memiliki efek antiemetik dengan mekanisme yang belum diketahui secara pasti.16 Sediaan deksametason injeksi adalah 4mg/ml.4. Ketorolac injeksiKetorolac adalahobat anti inflamasinonsteroid (NSAID). Indikasipenggunaan ketorolac adalahuntukinflamasiakutdalamjangkawaktupenggunaanmaksimalselama 5 hari. Ketorolac selaindigunakansebagai anti inflamasijugamemilikiefekanelgesik yang bisadigunakansebagaipenggantimorfinpadakeadaanpascaoperasiringandansedang.Efek analgesik ini terbukti efektif untuk menggantikan morfin dalam beberapa situasi yang melibatkan nyeri pasca operasi ringan dan sedang. Efek samping yang mungkin muncul adalah gangguan saluran cerna, mengantuk, pusing dan sakit kepala.Dosis iv 15-30 mg, dan dipakai tidak lebih dari 5 hari karena kemungkinan iritasi lambung besar.

2.1DefinisiPolip hidung adalah massa lunak yang mengandung banyak cairan didalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak dibawah usia 2 tahun, harus disingkirkan kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel.3Dulu diduga predisposisi timbulnya polip nasi adalah adanya rhinitis alergi atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang mengemukakan berbagai teori dan para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi masih belum diketahui dengan pasti.3

2.2Patogenesis

Gambar 1. Polip Hidung2Pembentukan polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf otonom serta predisposisi genetic.Menurut teori Barnstein, terjadi perubahan mukosa hidung akibat peradangan atau aliran udara yang berturbulensi, terutama didaerah sempit di kompleks ostiomeatal.Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitealisasi dan pembentukan kelenjar baru.Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan sel epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip.3,4Teori lain mengatakan karena ketidakseimbangan saraf vasomotor terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang mengakibatkan dilepaskannya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan adanya edema dan lama-kelamaan menjadi polip.5

Gambar 2. Gambar Endoskopi pada Meatus Media Kiri1

Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar menjadi polip dan kemudian akan turun ke rongga hidung dengan membentuk tangkai.5

1.MakroskopisSecara makroskopis polip merupakan massa bertangkai dengan permukaan licin, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan, agak bening, lobular, dapat tunggal atau multiple dan tidak sensitive (bila ditekan atau ditusuk tidak terasa sakit). Warna polip yang pucat tersebut disebabkan karena mengandung banyak cairan dan sedikitnya aliran darah ke polip. Bila terjadi iritasi kronis atau proses peradangan warna polip dapat berubah menjadi kemerah-merahan dan polip yang sudah menahun warnanya dapat menjadi kekuning-kuningan karena banyak mengandung jaringan ikat.5,6Tempat asal tumbuhnya polip terutama dari kompleks osteomeatal di meatus medius dan sinus etmoid.Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan endoskop, mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat.5,6Ada polip yang tumbuh kearah belakang dan membesar di nasofaring, disebut polip koana.Polip koana kebanyakan berasal dari dalam sinus maksila dan disebut juga polip antrokoana.Ada juga sebagian kecil polip koana yang berasal dari sinus etmoid.5,6

2.MikroskopisSecara mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa yang sembab.Sel-selnya terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan makrofag.Mukosa mengandung sel-sel goblet, pembuluh darah, saraf dan kelenjar sangat sedikit.Polip yang sudah lama dapat mengalami metaplasia epitel karena sering terkena aliran udara, menjadi epitel transisional, kubik atau gepeng berlapis tanpa keratinisasi.6,7Berdasarkan jenis sel peradangannya, polip dikelompokkan menjadi 2, yaitu polip tipe eosinofilik dan tipe neutrofilik.Polip Eosinofilikmempunyai latar belakang alergi danPolip Neutrofilikbiasanya disebabkan infeksi atau gabungan keduanya.6,7

2.3Diagnosis1.AnamnesisKeluhan utama penderita polip nasi adalah hidung rasa tersumbat dari yang ringan sampai yang berat, rinore dari yang jernih sampai purulen, hipoosmia atau anosmia.Mungkin disertai bersin-bersin, rasa nyeri dihidung disertai sakit kepala didaerah frontal. Bila disertai infeksi sekunder mungkin didapati post nasal drip dan rinore purulen. Gejala sekunder yang dapat timbul adalah bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.Dapat menyebabkan gejala pada saluran napas bawah, berupa batuk kronik dan mengi, terutama pada penderita polip nasi dengan asma.Selain itu harus ditanyakan riwayat rhinitis alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat lainya serta alergi makanan.8

2.Pemeriksaan fisikPolip nasi yang massif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.6,8Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund (1997)7a.Stadium 1: polip masih terbatas dimeatus mediusb.Stadium 2: polip sudah keluar dari meatus medius, tampak dirongga hidung tapi belum memenuhi rongga hidungc.Stadium 3: polip yang massif3.Naso-endoskopiAdanya fasilitas endoskop akan sangat membantu diagnosis kasus polip yang baru. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi.7,8Pada kasus polip koanal juga sering dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila.84.Pemeriksaan radiologiFoto polos sinus paranasal (posisi waters, AP, aldwell dan lateral) dapat memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan didalam sinus, tetapi kurang bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi computer sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks osteomeatal. CT terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diterapi dengan medikamentosa, jika ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan tindakan bedah terutama bedah endoskopi.7

2.4PenatalaksanaanTujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.4Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi medikamentosa.Dapat diberikan topical atau sistemik.Polip tipe eosinofilik memberikan respon yang lebih baik terhadap pengobatan kortikosteroid intranasal disbanding polip tipe neutrofilik.4,5Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat massif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Indikasi pembedahan apabila polip sudah menghalangi saluran napas, menghalangi saluran drainase/sinus, dan mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga dapat dilakukan ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan senar polip atau cunam dengan analgesi local, etmoidektomi intra nasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid, operasi Caldwell Luc untuk sinus maksila. Yang terbaik adalah apabila tersedia fasilitas endoskopi maka dapat dilakukan fasilitas endoskopi maka dapat dilakukan tindakan BSEF.5,7

2.5PencegahanPolip hidung merupakan penyakit yang bisa dicegah.Polip hidung bukan penyakit yang murni berdiri sendiri. Pembentukannya sangat terkait erat dengan berbagai problem THT lainnya seperti rinitis alergi, atau radang kronis pada mukosa hidung-sinus paranasal. Oleh karena itu, dapat dilakukan hal berikut untuk mengurangi resiko terjadinya polip hidung.2,32.5.1Diharapkan untuk selalu melakukan kontrol ke dokter jika sudah terdiagnosis rhinitis alergi atau radang kronispada mukosa hidung-sinus paranasalkarena jika tidak teratasi dan berlangsung lama dapat menjadi salah satu faktor resiko terjadinya polip hidung.2.5.2Sebisa mungkin menghindari hal-hal yang dapat memberikan kontribusi untuk terjadinya peradangan atau iritasi sinus, seperti alergen, polusi udara, dan bahan kimia.2.5.3Selalu menjaga kebersihan diri secara menyeluruh. Ini adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi diri terhadap infeksi bakteri dan virus yang dapat menyebabkan peradangan pada hidung dan sinus.3

DAFTAR PUSTAKA

1.Ananda E. 2005. Gambaran histopatologi polip hidung di RSUP H. Adam Malik Medan. Tesis. FK USU. Medan2.Archer SM. 2009. Nasi Polyps, Nonsurgical Treatment. eMedicine.com3.Assanasen P, Naclerio RM. 2001. Medical and surgical management of nasal polyps. Current Opinion in Otolaryngology & Head and Neck Surgery 9:27-364.Bachert et al. 2003. An update on the diagnosis and treatment of sinusitis and nasal polyposis. Allergy 58:176-1915.Ballenger, JJ. 1994. Aplikasi klinis Anatomi dan Fisiologi Hidung dan Sinus Paranasi dalam Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Jilid 1, Edisi 13, Binarupa Aksara, Jakarta, 8-9.6.Bernstein JM. 2001. Diseases of the sinuses diagnosis and management. London: B.C Decker. Hlm 69-71.7.Erbek et al. 2007. The role of allergy in the severity of nasal polyposis. Am J Rhinol 21: 686-908.Ferguson BJ, Orlandi RR. 2006. Chronic hypertrophic rhinosinusitis and nasal polyposis. Head & Neck Surgery Otolaryngology. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins. Hlm 393-398.