BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPada mulanya epidemiologi diartikan sebagai
studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya
mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam
perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari
penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi
dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada
manusia di dalam konteks lingkungannya. Mencakup juga studi tentang
pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit
tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan
yang mempengaruhi penyakit tersebut.
Di dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3
elemen, yakni :a. Mencakup semua penyakitEpidemiologi mempelajari
semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi,
seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan
lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya.
Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga
kegiatan pelayanan kesehatan.
b. PopulasiApabila kedokteran klinik berorientasi pada
gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi
ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi
(masyarakat) atau kelompok.
c. Pendekatan ekologiFrekuensi dan distribusi penyakit dikaji
dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud
pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari
manusia dan total lingkungannya.
Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu
direnungkan yakni :
1. Siapa (who), siapakah yang menjadi sasaran penyebaran
penyakit itu atau orang yang terkena penyakit.
2. Di mana (where), di mana penyebaran atau terjadinya
penyakit.
3. Kapan (when), kapan penyebaran atau terjadinya penyakit
tersebut.
Jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan ini adalah merupakan
faktor-faktor yang menentukan terjadinya suatu penyakit. Dengan
perkataan lain terjadinya atau penyebaran suatu penyakit ditentukan
oleh 3 faktor utama yakni orang, tempat dan waktu.
Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan
dan Keluarga Berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai
metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa
dalam melihat suatu masalah KB-Kes selalu mempertanyakan siapa yang
terkena masalah, di mana dan bagaimana penyebaran masalah, serta
kapan penyebaran masalah tersebut terjadi.
Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu
dikaitkan dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana
penyebaran masalah serta bilaman masalah tersebut terjadi. Kegunaan
lain dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah
ukuran-ukuran epidemiologi seperti prevalensi, point of prevalence
dan sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan :
prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya.
BAB II
PEMBAHASANPENELITIAN EPIDEMIOLOGI
LEARNING OBJECTIVES :
1. Memahami dan mampu menjelaskan penelitian epidemiologi
2. Memahami dan mampu menjelaskan penggunaan penelitian
epidemiologi
SKENARIO :
Pertanyaan Untuk Mahasiswa
1. Jelaskan jenis-jenis penelitian epidemiologis
2. Keuntungan dan kerugian dari masing-masing jenis penelitian
epidemiologi3. Pada kasus diatas, termasuk jenis yang mana?
4. Hitunglah insidensi, prevalensi, RR dan OR.A. PENELITIAN
ANALITIK
1) STUDI CROSS SECTIONAL
Survey cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara factor-faktor resiko dengan efek, dengan
cara pendekatan, observasional atau pengumpukan data sekaligus pada
suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian
hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap
status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini
tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang
sama.Penelitian cross sectional ini sering juga disebut penelitian
transversal, dan sering digunakan dalam penelitian-penelitian
epidemiologi. Dibandingkan dengan penelitian-penelitan yang lain,
metode penelitian ini merupakan yang paling lemah karena penelitian
ini paling mudah dilakukan dan sangat sederhana. Pengertian yang
perlu dipahami dalam penelitian cross sectional, dan juga untuk
jenis penelitian analitik yang lain, di antaranya ialah :
a. Penyakit, atau efek.
b. Faktor resiko untuk terjadinya penyakit tersebut.
c. Agen penyakit (penyebab penyakit)
Faktor risiko ialah faktor-faktor atau keadaan-keadaan yang
mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status kesehatan
tertentu. Ada dua macam faktor risiko, yaitu :
a. Faktor risiko yang berasal dari organisme itu sendiri (faktor
risiko intrinsik). Ada dua macam faktor risiko, yaitu :
1. Faktor jenis kelamin dan usia
Beberapa penyakit tertentu berkaitan atau cenderung diderita
oleh seseorang dengan jenis atau usia tertentu.
2. Faktor-faktor anatomi atau konstitusi tertentu
3. Faktor nutrisib. Faktor risiko yang berasal dari lingkungan
(faktor risiko ekstrinsik) yang memudahkan seseorang terjangkit
suatu penyakit tertentu. Berdasarkan jenisnya faktor ekstrinsik ini
dapat berupa : keadaan fisik, kimiawi, biologik, psikologik, maupun
social budaya dan perilaku.Rancangan studi cross sectional adalah
sebagai berikut :
POPULASI (SAMPEL)
Faktor Resiko +
Faktor Resiko
Efek + Efek -
Efek +
Efek -
Dari skema tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah penelitian Cross Sectional adalah sebagai berikut
:
a. Mengidentifikasi variable-variabel penelitian dan
mengidentifikasi faktor risiko dan faktor efek.
b. Menetapkan subjek penelitian.
c. Melakukan observasi atau pengukuran variable-variabel yang
merupakan faktor risiko dan efek sekaligus berdasarkan status
keadaan variable pada saat itu (pengumpulan data)
d. Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan
proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi
(pengukuran).Keterangan :A : subjek dengan faktor risiko yang
mengalami efek
B : subjek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek
C : subjek tanpa faktor risiko yang mengalami efek
D : subjek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efekAnalisis
hubungan atau perbedaab prevalens antara kelompok-kolompok yang
diobservasi dilakukan setelah validasi dan pengelompokkan data
penelitian yang diperoleh. Analisis dapat berupa suatu uji
hipotesis ataupun analisis untuk memperoleh risiko relative. Hal
yang terakhir inilah yang lebih sering dihitung dalam studi faktor
risiko.Yang dimaksudkan dengan istilah risiko relative adalah
perbandingan antara prevalensi penyakit (efek) pada kelompok dengan
risiko, dengan prevalensi efek pada kelompok tanpa risiko. Pada
studi Cross Sectional, risiko relative yang diperoleh bukan risiko
relative yang murni. Pada studi Cross Sectional estimasi resiko
relative diperoleh dengan menghitung rasio prevalens. Berikut
formula Rasio Prevalens :
RP = A/(A+B) : C/(C+D)
A/A+B = Proporsi (prevalens) subjek yang mempunyai factor
risisko yang mengalami efek, sedangkan
C/C+D = Proporsi (prevalens) subjek tanpa faktor resiko yang
mengalami efek.
Rasio prevalens harus disertai dengan interval kepercayaan
(Confiden interval) yang dikehendaki, yang menentukan apakah rasio
prevalens tersebut bermakana atau tidak. Interval kepercayaan akan
menunjukkan rentang nilai rasio prevalens yang diperoleh pada
populasi terjangkau apabila sampling dilakukan berulang-ulang.
Interprestasi hasil:
a. Bila nilai rasio prevalens = 1 berarti variable yang diduga
merupakan factor risiko tersebut itu tidak ada pengaruhnya untuk
terjadinya efek, dengan kata lain bersifat netral. Misalnya semula
diduga bahwa pemakaian kontrasepsi oral merupakan risiko untuk
terjadinya penyakit jantung bawaan. Bila dalam perhitungan ternyata
rasio prevalensinya = 1, maka dari data yang ada berarti
kontrasepsi oral bukan merupakan factor risiko terjadinya panyakit
jantung bawaan.
b. Bila nilai rasio prevalensi > 1 berarti variable tersebutt
merupakan factor risiko untuk timbulnya penyakit tertentu. Misalnya
rasio prevalensi pemakaian KB suntik pada ibu mneyusui terhadap
kurang gizi pada anak = 2, hal ini menunjukkan bahwa KB suntik
merupakan factor risiko untuk terjadinya defesiensi gizi pada
bayi.
c. Apabila nilai Rp < 1, berarti factoryang diteliti tersebut
justru mengurangi kejadian penyakit, dengan perkataan lain variable
yang diteliti tersebut merupakan factor protektif. Misalnya Rp
pemberian ASI untuk terjadinya diare pada bayi adalah 0,5 berarti
ASI justru merupakan factor pencegah terjadinya diare.
Kelebihan
a. Keuntungan yang utama dari desain Cross Sectional adalah
memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya
yang mancari pengobatan, hingga generaliasinya cukup memadai.
b. Desain ini relative mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat
diperoleh.
c. Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variabel.
d. Tidak terancam loss follow-up (drop out).
e. Dapat dimasukkan kedalam tahapan pertama suatu penelitian
kohort atau eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah
biaya.
f. Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian berikutnya yang
lebih konklusif. Kekurangan
a. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan
data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal
relationship tidak jelas). Akibatnya sering tidak mungkin
ditentukan mana yang sebab dan mana akibat.
b. Studi prevalens lebih banyak menjaring subjek yang mempunyai
masa sakit yang panjang dari pada mereka yang mempunyai masa sakit
yng pendek. Hal ini disebabkan karena individu yang cepat sembu
atau cepat meniggal akan mempunyai kesempatan yang relative kecil
untuk terjaring dalam studi ini. Bila karakteristik pasien yang
cepat sembuh atau cepat meninggal itu berbeda dengan mereka yang
mempunyai masa sakit yang panjang, maka akan terdapat terjadi salah
interpretasi dari hasil temuan studi tersebut.
c. Dibutuhkan subjek yang cukup besar, terutama bila variabel
yang dipelajari banyak.
d. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun
prognosis
e. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang,
misalnya kanker lambung.
f. Mungkin terjadi bias prevales atau bias insiden karena efek
suatu faktor risiko selama selang waktu tertentu disalah tafsirkan
sebagai efek penyakit.
2) COHORT STUDY
Pengertian
Pengertian studi prospektif adalah meneliti apakah orang yang
sehat tetapi memiliki resiko atau paparan positif akan menderita
sakit atau tidak pada waktu mendatang. Dengan kata lain, ingin
melihat dan membuktikan ada atau tidaknya hubungan atau asosiasi
antara factor resiko dan penyakit.
Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu
penyebab penyakit (agent). Kemudian diambil sekelompok orang lagi
yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok pertama tetapi
tidak dipaparkan atau dikenakan pada penyebab penyakit. Kelompok
kedua ini disebut kelompok kontrol. Setelah beberapa saat yang
telah ditentukan kedua kelompok tersebut dibandingkan, dicari
perbedaan antara kedua kelompok tersebut, bermakna atau tidak.
Studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit
dengan memilih dua kelompok studi berdasarkan status paparan yang
kemudian diikuti (follow up) hingga periode tertentu sehingga dapat
diidentifikasi dan dihitung besarnya kejadian penyakit. Kelompok
studi merupakan sekelompok orang yang terpapar pada faktor risiko
dan kelompok kontrol adalah sekelompok orang yang tidak terpapar.
Dalam periode tertentu kelompok ini terus dipastikan keadaan
paparan dan sakitnya.
Berbeda dengan studi case control, studi ini bersifat kedepan
(forward looking) sehingga penelitian dimulai dari faktor
risikonya, dalam kasus ini adalah kebiasaan jajan di sekolah dan
cuci tangan, kemudian diikuti dengan kejadian penyakitnya yang
dalam hal ini adalah typhoid.
Contoh: Untuk membuktikan bahwa merokok merupakan faktor utama
penyebab kanker paru-paru, diambil 2 kelompok orang, kelompok satu
terdiri dari orang-orang yang tidak merokok kemudian diperiksa
apakah ada perbedaan pengidap kanker paru-paru antara kelompok
perokok dan kelompok non perokok.
Cohort dalam terminologi kamus adalah kelompok atau pengikut.
Rancangan studi kohor ditujukan untuk mengkaji asosiasi antara
munculnya suatu penyakit dengan faktor tertentu (paparan).
Karakteristik studi kohort1. Bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai studi insidens 4. Terdapat kelompok kontrol
5. Terdapat hipotesis spesifik 6. Dapat bersifat prospektif ataupun
retrospektif 7. Untuk kohor retrospektif, sumber datanya
menggunakan data sekunder
Skema studi kohort
Bentuk-bentuk studi kohort
Studi kohor pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok utama
yakni kohor prospektif dan kohor retrospektif (historical cohort
study). Di samping itu, dikenal pula suatu modi-fikasi studi kohor
yakni nested case-control study yakni suatu bentuk pengamatan kohor
yang menggunakan analisis bentuk kasus-kelola (case control
study).(1) kohor prospektif
Bentuk pengamatan ini merupakan bentuk studi kohor yang murni
sesuai dengan sifatnya. Pengamatan dimulai pada saat populasi kohor
belum mengalami akibat yang diteliti dan hanya diketahui kelompok
yang terpapar (berisiko) dan yang tidak terpapar. Bentuk ini ada
dua macam yaitu (1) kohor prospektif dengan pembanding internal, di
mana kelompok yang terpapar dan yang tidak terpapar (sebagai
kelompok pembanding atau kontrol) berasal dari satu populasi yang
sama; (2) kohor prospektif dengan pembanding eksternal di mana
kelompok terpapar dan kelompok pembanding tidak berasal dari satu
populasi yang sama.
Pada bentuk pertama, populasi kohor dibagi dalam dua kelompok
yakni yang terpapar dan yang tidak terpapar sebagai kelompok
pembanding. Kedua kelompok tersebut diikuti secara prospektif
sampai batas waktu penelitian, di mana akan muncul dari kelompok
terpapar dua subkelompok yakni subkelompok yang mengalami
akibat/efek (a) dan yang tidak mengalami akibat (b). Sedangkan dari
kelompok yang tidak terpapar akan muncul juga dua subkelompok yakni
yang mengalami akibat (c) dan yang tidak mengalami akibat (d).Dari
hasil pengamatan kohor tersebut, peneliti dapat menghitung insiden
kejadian dari kelompok yang terpapar dan insiden kejadian dari
kelompok yang tidak terpapar dan kemudian dapat dihitung; angka
resiko relatif hasil pengamatan.
Pada bentuk kedua dari kohor prospektif adalah populasi kohor
terdiri dari dua populasi yang berbeda, dengan satu populasi
mengalami keterpaparan (ada faktor risiko) dan populasi lainnya
tanpa faktor risiko.
Bentuk studi kohor dengan pembanding eksternal ini harus
memperhatikan sifat kedua populasi awal (populasi yang terpapar dan
pembanding) yakni sifat-sifat populasi di luar faktor keterpaparan
atau faktor risiko yang diteliti. Hasil luaran terjadinya efek yang
diamati pada kedua populasi ini, memberikan nilai rate insiden
populasi yang terpapar dan rate insiden populasi yang tidak
terpapar.
(2) kohor retrospektif
Umumnya studi kohor bersifat prospektif, di mana peneliti
memulai pengamatan dengan mengidentifikasi kelompok dengan faktor
risiko (terpapar) dan kelompok tanpa faktor risiko (tidak
terpapar), kemudian diamati akibat yang diharapkan terjadi
sepanjang waktu tertentu. Namun demikian, studi kohor dapat pula
dilakukan dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan pada waktu
yang lalu yang tersimpan dalam arsip atau bentuk penyimpanan data
lainnya.
Umpamanya seorang peneliti yang ingin menganalisis faktor-faktor
risiko dari 78 orang penderita stroke yang berasal dari kelompok
pegawai perusahaan tertentu yang dijumpainya dalam dua tahun
terakhir, dengan menelusuri catatan kesehatan penderita tersebut
sejak bekerja pada perusahan yang dimaksud.
Contoh lain adalah pengamatan terhadap sejumlah pegawai bagian
produksi dari suatu pabriksemen tertentu yang sedang menderita
sejenis penyakit gangguan pernapasan. Peneliti mencoba mengamati
faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit tersebut dengan
menelusuri data kesehatan dan faktor lingkungan tempatnya bekerja
sejak pegawai tersebut mulai bekerja pada pabrik tadi.
Prinsip studi kohor retrospektif tetap sama dengan kohor biasa,
namun pada bentuk ini, pengamatan dimulai pada saat akibat (efek)
sudah terjadi. Yang terpenting dalam bentuk ini adalah populasi
yang diamati tetap memenuhi syarat populasi kohort dan yang diamati
adalah faktor risiko masa lalu yang diperoleh melalui pencatatan
data yang lengkap. Dengan demikian, bentuk penelitian retrospektif
kohor hanya dapat dilakukan bila data tentang faktor risiko
tercatat dengan baik sejak terjadinya keterpaparan pada populasi
yang sama dengan efek yang ditemukan pada awal pengamatan.
Pada dasarnya keunggulan studi kohor prospektif dijumpai pula
pada kohor retrospektif, namun kohor retrospektif membutuhkan biaya
yang lebih rendah. Kelemahannya terletak pada kualitas pengukuran
dan pencatatan faktor risiko yang telah berlalu sehingga sangat
ditentukan oleh kualitas data yang telah dikumpulkan pada waktu
yang lalu. Presentasi data
ExposureYaTidakTotal
YaAba+b
TidakCdc+d
TotalA+cB+dA+b+c+d
Pengukuran efek:
1. Insiden Rate (IR)
Group terpapar (exposure) IE= a/ a+b
Group tak terpapar (non exposure) IO= c/ c+d2. Resiko
relatif
RR = IE/ IO = a / (a+b) : c/ (c+d)
Resiko relative :
1. Estimasi besarnya hubungan antara factor pemapar dan
penyakit
2. Menunjukan kekerapan munculnya pada group terpapa relative
dibandingkan group tidak terpapar
Interpretasi RR :
1. RR=1, berarti tidak ada asosiasi factor resiko dengan
penyakit
2. RR >1 , berarti ada asosisai positif antara factor resiko
dengan penyakit
3. RR < 1, berarti ada asosisai negative antara factor resiko
dengan penyakit
Ciri utama studi kohor1. Terdapat pemilihan subjek berdasar
status paparan terpapar atau tidak terpapar
2. Kelompok-kelompok subjek yang dipilih memiliki karakter sama
(bebas penyakit)3. Memiliki periode waktu pengamatan tertentu4.
Pengamatan muncul tidaknya penyakit pada subjek5. Dimungkinkan
untuk dilakukan penghitungan laju insidensi6. Peneliti tidak
menglokasikan paparan dengan sengaja (bukan eksperimental)Studi
kohort sering pula disebut sebagai study follow up atau studi
prospektif sebab cohort (kelompok) diikuti dalam satu periode untuk
diamati perkembangannya penyakit yang dialaminya. Dalam sebuah
studi kohor peneliti menentukan sebuah kelompok dari individu yang
terpapar dan sebuah kelompok dari individu yang tidak terpapar dan
selanjutnya mengikuti atau mengamati kedua kelompok untuk
dibandingkan insiden penyakitnya (atau kematian akibat
penyakit)
Keuntungan studi kohort1. Kesesuaiannya dengan logika inferensi
kausal yaitu penelitian dimulai dengan menentukan penyebab dan
diikuti dengan akibat, pada saat penelitian dimulai seluruh subjek
dalam kondisi tidak memiliki penyakit yang sedang diamati.
2. Memungkinkan peneliti untuk menghitung laju insidensi, yang
memberi gambaran lebih lengkap mengenai potensi dan kecenderungan
suatu paparan.
3. Memungkinkan peneliti mempelajari berbagai efek secara
bersama yang ditimbulkan oleh sebuah paparan. Contoh meskipun
sebuah studi prospektif awalnya ditujukan untuk mengamati asosiasi
antara kebiasaan merokok ( merokok dan tidak merokok) dengan kanker
paru, hasil penelitin juga memperlihatkan bahwa kebiasaan merokok
berkaitan pula dengan perkembangan penyakit seperti emphysema,
peptic ulcer
4. Kemungkinan bias seleksi subjek dalam studi prospektif ini
kecil, karena penyakit yang diamati belum muncul, berbeda dengan
studi retrospektif (case control atau retrospektif kohort)
Kelemahan1. Memerlukan waktu penelitian yang panjang bahkan
kadang sangat panjang
2. Biaya yang sangat besar
3. Keberadaan subjek dan peneliti sendiri ( mungkin justru
meninggal karena faktor lain atau tidak dapat meneruskan dengan
alasan lain)
4. Tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit
yang langka: hilangnya subyek amatan selama masa penelitian5. Tidak
cocok menentukan merumuskan hipotesis tentang faktor etiologi
lainnya untuk penyakit amatan.B. PENELITIAN EKSPERIMEN
Penelitian eksperimen atau percobaan (experiment research)
adalah kegiatan percobaan (eksperiment), yang bertujuan untuk
mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat
dari adanya perlakuan tertentu. Ciri khusus dari penelitian
eksperimen adalah adanya trial. Percobaan itu berupa perlakuan atau
intervensi terhadap variabel. Dari perlakuan tersebut diharapkan
terjadi perubahan atau pengaruh terhadap variabel yang lain.
Tujuan utama penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki
kemungkinan saling sebab akibat dengan cara mengadakan inervensi
atau mengenakan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok
eksperimen, kemudian hasil (akibat) dari intervensi tersebut
dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenakan perlakuan
(kelompok kontrol).Langkah-langkah dalam melakukan penelitian
eksperimen yaitu :
a. Melakukan tinjauan literature, terutama yang berhubungan
dengan masalah yang akan diteliti.
b. Mengidentifikasi dan membatasi masalah penelitian.
c. Merumuskan hipotesis-hipotesis penelitian.
d. Menyusun rencana eksperimen, yang biasanya mencakup :
1. Menetukan variabel bebas dan variabel terikat
2. Memilih desain eksperimen yang akan digunakan
3. Menentukan sampel
4. Menyusun alat eksperimen dan alat ukur
5. Menyusun outline prosedur pengumpulan data
6. Menyusun hipotesis
e. Melakukan pengumpulan data tahap pertama (pretest)
f. Melakukan eksperimen.
g. Mengumpulkan data tahap kedua (posttest)
h. Mengolah dan menganalisis data.
i. Menyusun laporan.
Pada umumnya penelitian eksperimen ini hanya menggunakan sampel
yang relative kecil, bila dibandingkan dengan besarnya
populasi.Oleh Karena itu, hasil penelitian eksperimen ini diolah
dan dianalisis dengan uji statistic yang cermat, sehingga dapat
dilakukan generlisasi yang memadai.
1) EKSPERIMEN SUNGGUHAN (TRUE EXPERIMENT)
Tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk
menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara
mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental dengan
satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya
dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi
perlakuan.
Ciri utama dari penelitian eksperimen meliputi:
a. Pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi
eksperimental secara tertib-ketat, baik dengan kontrol atau
manipulasi langsung maupun dengan randomisasi (pengaturan secara
rambang).
b. Secara khas menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar
untuk dibandingkan dengan kelompok (kelompok-kelompok) yang dikenai
perlakuan eksperimental.
c. Memusatkan usaha pada pengontrolan varians dengan cara:
pemilihan subyek secara acak, penempatan subyek dalam
kelompok-kelompok secara rambang, dan penentuan perlakuan
eksperimental kepada kelompok secara rambang.
d. Validitas internal merupakan tujuan pertama metode
eksperimental.
e. Tujuan ke dua metode eksperimental adalah validitas
eksternal.
f. Dalam rancangan eksperimental yang klasik, semua variabel
penting diusahakan agar konstan kecuali variabel perlakuan yang
secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
Kelebihan
a. Dapat melakukan kontrol maksimal terhadap situasi terhadap
situasi penelitian.
b. Memungkinkan terjadinya penyebaran secara acak penyebaran
karakteristik dasar termasuk faktor perancu dengan sebanding kepada
eksperimen dan kelompok kontrol.
Kekurangan
a. Tidak bias bebas sepenuhnya dari faktor luar, human error,
peran peluang. Untuk mengatasinya dilakukan stratifikasi blok. Blok
yang dimaksud adalah populasi homogen seperti keluarga, kelompok
kerja, kelompok pasien atau daerah geografis.
b. Randomisasi menjadi tidak etis ketika sekelompok subyek tidak
mendapatkan perlakuan sedangkan kelompok lain mendapatkan perlakuan
yang dipandang bermanfaat baik oleh peneliti maupun subyek
penelitian.
2) EKSPERIMEN SEMU (QUASI EXPERIMENT)
Tujuan penelitian eksperimental-semu adalah untuk memperoleh
informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat
diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang
tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua
variabel yang relevan. Si peneliti harus dengan jelas mengerti
kompromi apa yang ada pada validitas internal dan validiti
eksternal rancangannya dan berbuat sesuai dengan
keterbatasan-keterbatasan tersebut.
Ciri penelitian eksperimen semu meliputi:
a. Penelitian eksperimental-semu secara khas mengenai keadaan
praktis, yang di dalamnya adalah tidak mungkin untuk mengontrol
semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel
tersebut.
b. Subyek penelitian adalah manusia, misalnya dalam mengukur
aspek minat, sikap, dan perilaku.
c. Tetap dilakukan randomisasi untuk sampel, sehingga validitas
internal masih dapat dijaga.
Kelebihan
a. Lebih mudah diterapkan
b. Lebih murah
Kekurangan
a. Karena tidak dilakukan randomisasi maka tidk mampu
mengendalikan faktor perancu.
b. Dapat mengakibatkan bias.Dari data pada scenario diatas,
dapat di diperoleh nilai insidensi, prevalensi, resiko relative dan
odds relative. Dengan penjabaran sebagai berikut:
Resiko relative
RR = a / (a+b) : c/ (c+d)= 10/ (10+40) : 15/(15+35)
=10/50 : 15/150
= 0,2 : 0,1
= 2 Insiden
IR= a+c/N
= 10+15/200
=25/200
=0,125
Odds relative
OR= a.d/b.c
= 10.135/15.40
=2,25
DAFTAR PUSTAKA
Bhisma Murti. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Budiarto. 2002. Pengantar
Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGCBustan MN. 2002.
Pengantar Epidemiologi Dasar- Dasar Epidemiologi. Jakarta: Rineka
Cipta Nasry.Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.Fleiss tahun
1981 melakukan penelitian tentang hubungan usia ibu hamil dan Berat
Bayi yang dilahirkan dengan melakukan wawancara terhadap ibu hamil
yang telah melahirkan. Hasil penelitian sebagai berikut :
USIA IBU HAMILBerat Bayi < 2500 gramBerat Bayi > 2500
gram< 20 tahun
>20 tahun10
1540
135TOTAL25175
Fleiss tahun 1981 melakukan penelitian tentang hubungan usia ibu
hamil dan Berat Bayi yang dilahirkan dengan melakukan wawancara
terhadap ibu hamil yang telah melahirkan. Hasil penelitian sebagai
berikut :
USIA IBU HAMILBerat Bayi < 2500 gramBerat Bayi > 2500
gram< 20 tahun
>20 tahun10 (a)
15 (c)40 (b)
135 (d)TOTAL25175
Skema studi kohort
Sumber : Bhisma Murti, prinsip dan metode riset epidemiologi,
2003.
Studi dimulaiMasa Sekarang
Outcome Masa Depan