Page 1
PENGARUH PENAMBAHAN POLYSORBATE 40 DANSORBITAN MONOSTEARATE SEBAGAI EMULSIFYING AGENT
DALAM LOTION REPELAN MINYAK PEPPERMINT (Mentha piperita)TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS SEDIAAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
oleh :
Elisabeth Dea Gretha Zagoto
NIM : 088114046
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 2
i
PENGARUH PENAMBAHAN POLYSORBATE 40 DANSORBITAN MONOSTEARATE SEBAGAI EMULSIFYING AGENT
DALAM LOTION REPELAN MINYAK PEPPERMINT (Mentha piperita)TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS SEDIAAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
oleh :
Elisabeth Dea Gretha Zagoto
NIM : 088114046
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 3
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 4
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 5
iv
Halaman Persembahan
“Hidup itu tidak selancar yang kita harapkan dan tidak serunyamyang kita takutkan. Pasti ada banyak variasi dan kejutan. Tidak adasalahnya untuk takut tentang masa depan tetapi tidak ada salahnya
juga untuk terus berharap, karena Tuhan saja belummenentukannya
So…Let it Flow” (Ndut)
Karya kecil ini aku persembahkan untuk:Kedua orang tua-ku yang tersayang,, terimakasih atas dukungan
dan doanya selama iniKedua kakak-ku
“Ndut” tersayang yang selalu ada menemaniku di saat terberat danbahagia dalam menjalani hidup ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 6
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 7
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 8
vii
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan berkat dan rahmat-Nya, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan skripsi yang berjudul, “Pengaruh Penambahan Polysorbate 40 dan
Sorbitan Monostearate Sebagai Emulsifying Agent Dalam Lotion Repelan Minyak
Peppermint (Mentha piperita) Terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas Sediaan”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S. Farm) Universitas Sanata Dharma.
Dalam penyelesaian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena
itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. C.M. Ratna Rini Nastiti, M. Pharm., Apt, selaku Kepala Program Studi
Farmasi Universitas Sanata Dharma.
3. Dewi Setyaningsih. M.Sc., Apt selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
telah memberikan dukungan, bimbingan, kritikan dan saran dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. dr. Tri Baskoro Tunggul Satoto, MD., M.Sc., PhD selaku dosen pembimbing
dengan sabar memberikan dukungan, bimbingan, kritikan dan saran dalam
menyelesaikan skripsi ini, khususnya pada saat melakukan pengamatan uji
repelensi dari lotion yang dibuat oleh penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 9
viii
5. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
1. Rini Dwiastusi, M.Sc., Apt. dan Yohanes Dwiatmaka, M.Si. sebagai dosen
penguji skripsi atas segala masukan dan bimbingannya.
2. Romo Sunu dan Pak Enade yang telah memberikan masukan kepada penulis.
6. Yessie Lusiana Dewi, Sin Lie Alias Martina Oktaviani dan Anasthasia
Mardila Puspita selaku teman kerja penulis yang telah bekerja sama dalam
menghadapi suka dan duka selama melakukan penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
7. Segenap Staf Laboratorium: Pak Musrifin, Pak Agung, Pak Iswandi, Pak Otto,
Pak Yuwono, dan Pak Heru atas bantuan dan kerjasamanya.
8. Winarti H. Wibowo dan Fransiska Soembarwati sebagai teman dekat penulis
yang telah memberikan dukungan, semangat, kritikan dan saran kepada
penulis.
9. Lia, Elya, Rika, Widhi dan Hepy atas kerjasamanya sebagai teman satu
kelompok praktikum selama penulis menjadi mahasiswa.
10. Teman-teman kelompok praktikum A atas kebersamaan dan kekompakannya
selama ini.
11. Teman-teman FST kelas A atas kebersamaannya selama ini.
12. Seluruh mahasiswa angkatan 2008.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 10
ix
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan
dalam penyusunan skripsi ini mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak guna menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata semoga penelitian dan
skripsi ini dapat berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 11
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi
PRAKATA .................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii
INTISARI ..................................................................................................... xviii
ABSTRACT .................................................................................................... xix
BAB I. PENGANTAR .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Permasalahan ............................................................................... 5
C. Keaslian penelitian ....................................................................... 5
D. Manfaat penelitian ....................................................................... 6
1. Manfaat teoritis……………………………………………… 6
2. Manfaat metodologis………………………………………… 6
3. Manfaat praktis………………………………………………. 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 12
xi
B. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
1. Tujuan umum………………………………………………….. 6
2. Tujuan khusus…………………………………………………. 6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ......................................................... 8
A. Minyak peppermint…………………………………………………….. 8
B. Aedes aegypti ........................................................................................ 9
C. Repelan…………………………………………………………………. 13
D. Emulsi………………………………………………………………....... 14
E. Lotion……………………………………………………………………. 19
F. Sistem Hydrophile-Lipophile Balance (HLB)…………………………... 20
G. Pemerian Bahan Tambahan…………………………………………...... 21
1. Virgin Coconut Oil………………………………………………….. 21
2. Asam stearat………………………………………………………… 22
3. Gliserin……………………………………………………………… 23
4. Trietanolamin……………………………………………………….. 23
5. Cetyl alcohol………………………………………………………... 23
H. Instabilitas Emulsi……………………………………………………… 24
1. Creaming…………………………………………………………….. 25
2. Flokulasi……………………………………………………………... 26
3. Coalescence dan Ostwald ripening………………………………….. 26
4. Inversi Fase………………………………………………………….. 27
I. Viskositas……………………………………………………………….. 27
J. Daya Sebar……………………………………………………………… 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 13
xii
K. Analisis Ukuran Droplet ………………………………………………… 28
L. Metode Desain Faktorial……………………………………………….... 28
M. Landasan Teori………………………………………………………….. 30
N. Hipotesis…………………………………………………………………. 31
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 33
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................... 33
B. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................ 33
1. Variabel bebas ...................................................................................... 33
2. Variabel tergantung………………………………………………….... 33
3. Variabel pengacau terkendali................................................................ 33
4. Variabel pengacau tak terkendali…………………………………….. 33
C. Definisi Operasional ................................................................................. 34
D. Bahan dan Alat Penelitian……………………………………………..... 36
E. Alur Penelitian…………………………………………………………… 37
F. Tata Cara Penelitian .................................................................................. 38
1. Formula ................................................................................................... 38
2. Pembuatan Lotion Repelan Minyak Peppermint ..................................... 40
G. Analisa Hasil…………………………………………………………… 44
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 46
A. Pembuatan Lotion Repelan Minyak Peppermint ................................... 46
B. Penentuan Tipe Lotion Repelan Minyak Peppermint………………….. 59
C. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Lotion Repelan Minyak Peppermint…….. 61
D. Pengaruh Polysorbate 40 dan Sorbitan Monostearate terhadap Sifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 14
xiii
Fisis dan Stabilitas Lotion Repelan Mentha piperita…………………… 63
1. Respon daya sebar ............................................................................... 65
2. Respon viskositas ................................................................................ 69
3. Respon pergeseran viskositas............................................................... 73
E. Karakteristik Ukuran Droplet Lotion Repelan Minyak Peppermint…….. 75
F. Uji Waktu Penolakan Lotion Repelan Minyak Peppermint…………….. 78
G. Keterbatasan Penelitian…………………………………………………. 81
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 82
A. Kesimpulan .............................................................................................. 82
B. Saran ........................................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 83
LAMPIRAN ................................................................................................. 87
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 15
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Rentang nilai HLB dari surfaktan…………………………. 21
Tabel II. Rancangan desain faktorial untuk 2 faktor 2 level………… 29
Tabel III. Rancangan desain faktorial polysorbate 40 dan sorbitan
monostearate……………………………………………….. 39
Tabel IV. Jumlah bahan yang digunakan……………………………... 39
Tabel V. Jumlah bahan yang digunakan dalam 6x formula awal……. 40
Tabel VI. HLB fomula lotion repelan………………………………… 52
Tabel VII. Hasil pengujian sifat fisis dan stabilitas lotion repelan minyak
peppermint…………………………………………………. 62
Tabel VIII. Hasil uji multivariate ANOVA untuk daya sebar…………. 68
Tabel IX. Nilai efek untuk respon daya sebar………………………… 68
Tabel X. Hasil uji multivariate ANOVA untuk viskositas…………... 71
Tabel XI. Nilai efek untuk respon viskositas………………………… 72
Tabel XII. Hasil analisa data dengan uji Wilcoxson…………………… 74
Tabel XIII. Nilai median untuk tiap formula…………………………... 76
Tabel XIV. Hasil analisa data nilai median dengan uji Wilcoxson……. 77
Tabel XV. Hasil pengujian waktu penolakan lotion repelan pada basis
lotion (kontrol negatif)……………………………………. 80
Tabel XVI. Hasil pengujian waktu penolakan lotion repelan pada basis
lotion (kontrol positif)…………………………………….. 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 16
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur kimia kandungan dalam minyak peppermint…….. 9
Gambar 2. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti………………………. 10
Gambar 3. Stereokimia surfaktan…………………………………….... 17
Gambar 3a. Bentuk emulsifier…………………………………………… 17
Gambar 3b. Emulsi M/A………………………………………………… 17
Gambar 3c. Emulsi A/M………………………………………………… 17
Gambar 3d. Emulsi dengan emulsifier ganda…………………………… 17
Gambar 4. Struktur polysorbate 40……………………………………. 18
Gambar 5. Struktur sorbitan monostearate……………………………. 19
Gambar 6. Struktur asam stearat………………………………………. 22
Gambar 7. Struktur gliserin……………………………………………. 23
Gambar 8. Struktur trietanolamin……………………………………… 23
Gambar 9. Struktur cetyl alcohol……………………………………… 24
Gambar 10. Skematis proses kerusakan pada emulsi…………………… 24
Gambar 11. Skema alur penelitian……………………………………… 37
Gambar 12. Pembentukan droplet………………………………………. 51
Gambar 13. Pembentukan lapisan film elastis pada interface oleh
pemakaian surfaktan secara kombinasi……………………. 52
Gambar 14. Gambaran sistem emulsi M/A dan A/M dengan penambahan
co-surfactant……………………………………………….. 54
Gambar 15a. Interaksi tween 40 dan span 80…………………………….. 56
Gambar 15b. Monolayer surfactant film…………………………………. 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 17
xvi
Gambar 16. Reaksi penyabunan……………………………………….... 58
Gambar 17. Hasil penentuan tipe emulsi menggunakan metode
pewarnaan dan metode pengenceran………………………. 60
Gambar 18. Output hasil analisis statistik R-Program respon daya sebar 65
Gambar 19a. Grafik hubungan efek polysorbate 40 terhadap respon daya
sebar……………………………………………………….. 66
Gambar 19b. Grafik hubungan efek sorbitan monostearate terhadap
respon daya sebar………………………………………….. 67
Gambar 20. Output hasil analisis statistik R-Program respon viskositas 69
Gambar 21a. Grafik hubungan efek polysorbate 40 terhadap respon
viskositas…………………………………………………... 70
Gambar 21b. Grafik hubungan efek sorbitan monostearate terhadap
respon viskositas…………………………………………... 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 18
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Certificate of Analysis (COA) dari minyak peppermint
(Mentha piperita)…………………………………………… 87
Lampiran 2. Data Penimbangan………………………………………...... 88
Lampiran 3. Perhitungan rHLB dan HLB sistem emulsi………………… 88
Lampiran 4. Data Uji Sifat Fisis, Stabilitas dan Waktu Penolakan
Repelan Lotion……………………………………………… 89
Lampiran 5. Hasil perhitungan minyak peppermint yang terkandung
dalam lotion yang diaplikasikan pada tangan naracoba……... 98
Lampiran 6. Hasil analisis data dengan R-Program ……………………… 100
Lampiran 7. Uji normalitas pergeseran viskositas dan pergeseran
ukuran droplet dengan program R 2.9.0……………………. 101
Lampiran 8. Analisis statistik pergeseran viskositas dengan program
R 2.9.0……………………………………………………..... 102
Lampiran 9. Analisis statistik pergeseran ukuran droplet dengan
program R 2.9.0…………………………………………….. 105
Lampiran 10. Dokumentasi………………………………………………... 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 19
xviii
INTISARI
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor mana yangberpengaruh signifikan, antara polysorbate 40, sorbitan monostearate atauinteraksi keduanya, dalam hal menentukan sifat fisis dan stabilitas lotionrepelan minyak peppermint serta untuk mengetahui lamanya waktu penolakandari lotion repelan minyak peppermint terhadap nyamuk Aedes aegypti betina.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental menggunakanrancangan penelitian faktorial. Variabel bebas berupa polysorbate 40 (levelrendah 4 gram; level tinggi 7 gram) dan sorbitan monostearate (level rendah 4gram; level tinggi 7 gram) dan variabel tergantung meliputi sifat fisis lotiondan stabilitas lotion sampai penyimpanan selama 1 bulan. Analisa data diolahsecara statistik dengan menggunakan uji Multivariate ANOVA dalam R-Program by ubuntu R Openoffice.org (www.molmod.org) dengan tarafkepercayaan sebesar 95%. Uji ini digunakan untuk mengetahui besarnya nilaisignifikansi (p<0,05) dari masing-masing faktor dan interaksinya dalammenentukan respon.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa polysorbate 40 merupakanfaktor yang dominan dalam menentukan sifat fisis (viskositas dan daya sebarlotion repelan minyak peppermint). Lotion repelan minyak peppermint stabilsecara fisik. Serta memiliki waktu penolakan terhadap nyamuk Aedes aegyptibetina dengan formula (1) sebagai formula lotion repelan yang memilikiwaktu penolakan paling tinggi dibanding formula lainnya.
Kata kunci: lotion, minyak peppermint, polysorbate 40, sorbitanmonostearate, Aedes aegypti betina, desain faktorial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 20
xix
ABSTRACT
This research used to find out whose the dominant factor amongpolysorbate 40, sorbitan monostearate or interaction both of the in case todetermine affect the physical characteristic and stability of peppermint oil’s lotionrepellent and to know the rejection time of this peppermint oil’s lotion repellent incase to chase away the female mosquito Aedes Aegypty.
This research include in the experimental research with factorial design.With independent variable are polysorbate 40 ( low level 4 gram; high level 7gram) and sorbitan monostearate (low level 4 gram; high level 7 gram) and withdependent variable are lotion physical characteristic and physicall stability untilone month of storage. The data were analyzed statiscally by R-Programme byubuntu R Openoffice.org (www.molmod.org) programme with 95% confidenceinterval. This test used to determine the significancy (p < 0,05) of each factor andtheir interaction in affecting the responses.
The result showed that polysorbate 40 is the dominant factor to determinethe physical characteristic ( viscosity and spreadability of peppermint oil’s lotionrepellent). Peppermint oil’s lotion repellent stable in a physical. Peppermint oil’slotion repellent have rejection time to female Aedes aegypti with formula (1) aslotion repellent formula which have high rejection time than other.
Kata kunci: lotion, peppermint oil, polysorbate, sorbitan monostearate, femaleAedes aegypti, factorial design
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 21
1
BAB I
PENGANTA R
A. Latar Belakang
Minyak peppermint merupakan salah satu jenis dari golongan minyak
atsiri yang diisolasi dari daun tanaman Mentha piperita dengan cara distilasi uap
dan merupakan substansi alami yang bersifat mudah menguap dan dapat
ditemukan pada berbagai macam jenis tanaman (Alankar, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian Kumar (2011) yang berjudul “Bioefficacy of
Mentha piperita Essential Oil Against Dengue Fever Mosquito Aedes aegypti L”
diperoleh hasil bahwa minyak peppermint yang diekstraksi dari daun tanaman
Mentha piperita dengan cara distilasi uap ini memiliki aktivitas membunuh larva
nyamuk Aedes aegypti dengan nilai LC50 dan LC90 sebesar 111,9 ppm dan 295,18
ppm dan telah diuji cobakan pada lengan manusia dengan cara mengoleskan
minyak peppermint sebanyak 0,1 mL pada salah satu lengan naracoba dan
dibandingkan dengan etanol sebagai kontrol pada lengan yang satunya. Dari
penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa minyak peppermint memiliki daya
proteksi sebesar 100% selama 150 menit dan setelah 30 menit kemudian tercatat
hanya ada 1-2 nyamuk yang menggigit. Hal ini mengandung pengertian bahwa
selama 150 menit waktu pengamatan diketahui bahwa tidak ada satupun nyamuk
Aedes aegypti yang menggigit lengan naracoba yang sebelumnya telah diolesi
dengan minyak peppermint sebanyak 0,1 mL. Namun 30 menit kemudian, yakni
lebih tepatnya pada menit ke-180 diketahui bahwa ada 1-2 nyamuk yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 22
2
menggigit lengan naracoba tersebut. Akan tetapi, nilai ini jauh lebih kecil apabila
dibandingkan dengan kontrol. Dimana pada kontrol tercatat ada 8-9 gigitan pada
lengan naracoba (Kumar, 2011).
Menurut Gunandini (cit., Kardinan, 2007), Aedes aegypti merupakan
jenis nyamuk yang bersifat “antropofilik” yang berarti lebih senang menghisap
darah manusia dibandingkan dengan darah hewan. Jenis nyamuk yang senang
menghisap darah ini adalah nyamuk betina, karena darah yang dihisap akan
dipergunakan dalam proses pematangan telur. Selain itu, nyamuk betina juga
bersifat multiple biters (dia akan berpindah tempat dan mengigit beberapa orang
sebelum nyamuk tersebut kenyang) (Widoyono, 2008).
Menurut Rui and Arshad (cit., Kardinan, 2007), cara yang paling baik
untuk menghindari gigitan nyamuk adalah dengan cara memakai sediaan anti
nyamuk (repelan), baik dalam bentuk lotion maupun cream (Kardinan, 2007).
Oleh karena itu, peneliti membuat suatu sediaan lotion anti nyamuk (repelan)
dengan memanfaatkan bahan yang berasal dari alam. Berdasarkan pada hasil
penelitian yang diperoleh oleh Kumar (2011), maka dibuatlah suatu sediaan lotion
repelan dari minyak peppermint. Lotion repelan minyak peppermint ini
diformulasikan sebagai emulsi minyak dalam air (M/A). Pada penelitian ini dipilih
bentuk sediaan lotion, dengan tipe emulsi M/A dipilih karena dapat menjaga
stabilitas dari minyak peppermint agar tidak mudah hilang atau menguap selama
penyimpanan. Sebagaimana diketahui bahwa minyak peppermint merupakan
golongan dari minyak atsiri yang sifatnya mudah menguap, tidak larut di dalam
air namun lebih mudah larut di dalam minyak. Sehingga ketika minyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 23
3
peppermint ini dibuat ke dalam suatu bentuk sediaan lotion dengan tipe emulsi
M/A, minyak peppermint yang bersifat lebih mudah larut di dalam minyak ini
akan bergabung dengan fase minyak yang ada pada sistem emulsi dan berada
sebagai fase dalam yang kemudian akan dilindungi oleh fase air yang berfungsi
sebagai fase luarnya. Selain itu, tipe emulsi M/A dipilih karena tipe emulsi ini
memiliki kontribusi atau tendensi untuk mengurangi efek atau sensasi berminyak
sehingga tidak meninggalkan rasa lengket ketika dipergunakan (Epstein, 2001).
Apabila dibandingkan dengan sediaan lain, terutama dari segi
acceptabilitas, sediaan lotion memiliki nilai daya sebar yang lebih besar
dibandingkan dengan sediaan lain, seperti krim, salep ataupun gel. Sehingga lebih
mudah merata ketika diaplikasikan pada kulit. Selain itu, apabila dihubungkan
dengan besarnya nilai viskositas, bentuk sediaan lotion memiliki viskositas di
bawah viskositas krim, salep, maupun gel. Sebagai contoh pada bentuk sediaan
gel. Menurut Yuliani (2005), semakin besar nilai viskositas gel, maka sistem gel
akan semakin dapat memerangkap minyak akar wangi. Sehingga minyak akan
dilepaskan secara perlahan-lahan dan hal ini akan memberikan efek repelansi
yang semakin lama.
Dalam pembuatan sediaan lotion repelan minyak peppermint, pemakaian
dari emulsifying agent menjadi faktor yang sangat penting karena emulsifying
agent yang digunakan dalam sistem emulsi ini akan berpengaruh pada
karakteristik sifat fisis yang akan dihasilkan dan kestabilan sediaan lotion minyak
peppermint mulai dari sediaan tersebut selesai dibuat sampai dengan jangka waktu
penyimpanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 24
4
Emulsifying agent merupakan bahan-bahan yang memiliki struktur
dengan 2 bagian yang berbeda, yakni bagian hidrofilik yang memiliki kelarutan
tinggi di dalam air dan bagian hidrofobik yang yang memiliki kelarutan tinggi di
dalam pelarut hidrofobik. Berdasarkan muatannya, surfaktan terbagi menjadi 4
jenis yakni, surfaktan anionik, surfaktan kationik, surfaktan nonionik, dan
surfaktan amphoterik (Kim, 2004). Pada penelitian ini digunakan jenis surfaktan
nonionik secara kombinasi, yakni polysorbate 40 dan sorbitan monostearate.
Surfaktan nonionik merupakan jenis surfaktan yang tidak memiliki muatan dan
penggunaan dari surfaktan nonionik secara kombinasi dapat menghasilkan bentuk
interfacial film yang stabil di antara permukaan droplet dari fase dispers (Kim,
2004).
Pada penelitian ini akan dikaji mengenai pengaruh penambahan dari
polysorbate 40 dan sorbitan monostearate sebagai emulsifying agent dalam
pembuatan lotion repelan minyak peppermint terhadap sifat fisis dan stabilitas
sediaan sampai dengan jangka waktu penyimpanan selama 1 bulan. Oleh karena
itu, diperlukan suatu rancangan percobaan untuk dapat menentukan faktor-faktor
yang memberikan efek terhadap percobaan tersebut. Pada penelitian ini, metode
desain faktorial digunakan sebagai rancangan penelitian terkait dengan
kemampuannya untuk melihat efek-efek yang ditimbulkan oleh suatu faktor
secara simultan pada level faktor yang akan diteliti. Sehingga dapat diketahui
pengaruh dari masing-masing faktor dan interaksinya dalam menentukan sifat fisis
sediaan lotion repelan minyak peppermint.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 25
5
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat penulis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Antara polysorbate 40, sorbitan monostearate dan interaksi keduanya,
manakah yang memiliki efek paling dominan dalam menentukan sifat fisis
sediaan lotion repelan minyak peppermint?
2. Apakah lotion repelan minyak peppermint bersifat stabil secara fisik mulai
dari saat setelah selesai pembuatan sampai dengan penyimpanan selama 1
bulan?
3. Berapa waktu penolakan paling lama yang diberikan oleh lotion repelan
minyak peppermint terhadap nyamuk Aedes aegypti betina?
C. Keaslian Penelitian
Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai Pengaruh Penambahan
Polysorbate 40 dan Sorbitan Monostearate Sebagai Emulsifying Agent dalam
Lotion Repelan Minyak Peppermint (Mentha piperita) Terhadap Sifat Fisis dan
Stabilitas Sediaan, belum pernah dilakukan. Penelitian ini berdasarkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Kumar, Sarita Tahun 2011, tentang Bioefficacy of
Mentha piperita essential oil against dengue fever mosquito Aedes aegypti L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 26
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang bentuk sediaan lotion repelan
yang berasal dari bahan alam dengan menggunakan emulsifying agent yang
berupa polysorbate 40 dan sorbitan monostearate.
2. Manfaat metodologis
Menambah informasi ilmu pengetahuan dalam bidang kefarmasian mengenai
penggunaan metode desain faktorial.
3. Manfaat praktis
Menghasilkan bentuk sediaan berupa lotion dari minyak peppermint yang
berkhasiat sebagai repelan serta dapat diterima oleh masyarakat.
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui formula lotion repelan dari minyak peppermint yang stabil selama
penyimpanan, berkhasiat sebagai penolak nyamuk Aedes aegypti dan dapat
diterima oleh masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui polysorbate 40, sorbitan monostearate atau interaksi
keduanya yang memiliki efek paling dominan dalam menentukan sifat fisis
sediaan lotion repelan minyak peppermint.
b. Mengetahui stabilitas lotion repelan minyak peppermint mulai dari saat
setelah selesai pembuatan sampai dengan penyimpanan selama 1 bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 27
7
c. Mengetahui waktu penolakan paling lama yang diberikan oleh lotion
repelan minyak peppermint terhadap nyamuk Aedes aegypti betina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 28
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Minyak Peppermint
Minyak atsiri disebut juga sebagai minyak menguap karena bersifat
mudah menguap ketika dibiarkan di udara terbuka. Namun, di samping itu
diketahui pula bahwa minyak atsiri memiliki aktivitas sebagai repelan terhadap
insekta (Tyler, Brady, and Robbers, 1998).
Komponen utama yang terkandung di dalam minyak atsiri adalah
terpenoid. Zat inilah yang menjadi penyebab wangi, harum atau bau khas yang
dimiliki pada banyak tumbuhan. Terpen minyak atsiri dapat dibagi menjadi 2
golongan, yakni monoterpena (isoprenoid C10) dan seskuiterpen (isoprenoid C15)
yang sifatnya mudah menguap (Harborne, 1987).
Minyak peppermint merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang
berasal dari tanaman Mentha piperita (famili Lamiaceae) dan dikenal pula dengan
nama lain Pfefferminzblätter, Katzenkraut (Jerman), Metha poivrée, Feuilles de
menthe (Perancis) (Alankar, 2009).
Minyak peppermint memiliki nilai rHLB sebesar 12,3 (Orafidiya, 2002).
Kandungan kimia yang terdapat dalam minyak peppermint antara lain meliputi
limonen (1,0-5,0%), sineol (3,5-14,0%), menthon (14,0-32,0%), menthofuran
(1,0-9,0%), isomenthon (1,5-10,0%), mentil-asetat (2,8-10,0%), isopulegol
(maksimal 0.2%), menthol (30,0-55,0%), pulegone (maksimal 4.0%) dan carvone
(maksimal 1.0%) (Alankar, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 29
9
Senyawa-senyawa kimia tersebut bersifat mudah menguap dan berbau
menyengat sehingga dapat digunakan sebagai repelan untuk mencegah gigitan
nyamuk (Alan, et al., 2006). Penyimpanannya dilakukan pada wadah tertutup dan
tahan terhadap adanya sinar dan suhu dingin (Alankar, 2009).
Gambar 1. Struktur kimia kandungan dalam minyak peppermint(Alankar,2009).
B. Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit demam
berdarah. Apabila seseorang yang telah terinfeksi virus dengue digigit oleh
nyamuk Aedes aegypti, maka virus dengue akan masuk bersama darah yang
dihisapnya. Virus dengue berkembang dalam tubuh nyamuk dengan cara
membelah diri dan menyebar di seluruh tubuh nyamuk. Kemudian nyamuk akan
menggigit manusia dan menyebarkan virus tersebut (Cahyati dan Suharyo, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 30
10
1. Ciri morfologi nyamuk Aedes aegypti
a. Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih.
b. Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak
mandi, WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air
seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung, dan
lain-lain.
c. Jarang terbang ± 100m.
d. Nyamuk betina bersifat “multiple biters” (menggigit beberapa orang
karena sebelum nyamuk tersebut kenyang, nyamuk sudah berpindah
tempat).
e. Tahan dalam suhu dan kelembapan yang tinggi (Widoyono, 2008).
f. Berukuran lebih kecil daripada nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus)
dengan ujung abdomennya lancip.
g. Pada bagian dorsal toraks (mesonotum) terdapat bulu-bulu halus berwarna
putih yang membentuk lire (lire-shaped ornament) (Cahyati dan Suharyo,
2006).
2. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti
Gambar 2. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti (cit., Christophers, 1960).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 31
11
a. Stadium Telur
Seekor nyamuk Aedes aegypti betina akan mampu bertelur setelah 3-4 hari
menghisap darah dan mampu menghasilkan sebanyak 80-125 butir dengan
rata-rata menghasilkan telur sebanyak 100 butir. Kemampuan telur untuk
bertahan dalam keadaan kering akan membantu kelangsungan hidup
spesies dalam kondisi iklim yang tidak menguntungkan.
b. Stadium Larva
Larva memerlukan empat tahap perkembangan. Dalam kondisi optimal
waktu yang dibutuhkan sejak telur menetas hingga menjadi nyamuk
dewasa adalah tujuh hari termasuk dua hari masa pupa. Sedangkan pada
suhu rendah, dibutuhkan waktu beberapa minggu. Larva Aedes aegypti
hidup pada air yang jernih dan tenang serta mengandung bahan organik,
tidak berkembang pada air yang kotor.
c. Stadium Pupa
Pupa Aedes aegypti mempunyai ciri morfologi yang khas yaitu memiliki
tabung pernafasan yang berbentuk segitiga. Pupa akan bergerak cepat
untuk menyelam dalam air selama beberapa detik kemudian muncul
kembali dengan cara menggantungkan badannya menggunakan tabung
pernafasan pada permukaan air di wadah atau tempat perindukan ketika
diganggu oleh gerakan atau tersentuh. Setelah berumur 1-2 hari, pupa
kemudian akan tumbuh menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 32
12
d. Stadium Dewasa
Pupa jantan menetas lebih dahulu daripada pupa betina. Nyamuk jantan
tidak pergi jauh dari tempat perindukan karena menunggu nyamuk
betina menetas dan siap berkopulasi. Sesudah kopulasi nyamuk Aedes
aegypti betina akan mengisap darah yang diperlukannya untuk
pembentukan telur. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
perkembangan telur, mulai dari nyamuk betina menghisap darah sampai
telur dikeluarkan, biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu
tersebut disebut sebagai siklus gonotropik. Nyamuk akan siap untuk
bertelur kembali setelah berusia 6-7 hari menjadi nyamuk dewasa. Pada
umumnya nyamuk betina akan mati dalam 10 hari, tetapi masa tersebut
cukup bagi nyamuk untuk inkubasi virus (3-10 hari) dan menyebarkan
virus (Cahyati dan Suharyo, 2006).
Bionomik nyamuk Aedes aegypti adalah :
a. Tempat perindukan
Tempat perindukan Aedes aegypti berupa wadah yang menjadi tempat
penampungan air bersih yang airnya digunakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Baik yang ada di dalam rumah
maupun di luar rumah. Tempat perindukan nyamuk ini biasanya
terlindung dari pancaran sinar matahari langsung dan mengandung air
bersih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 33
13
b. Kebiasaan menggigit
Aedes aegypti betina memiliki dua periode aktivitas menggigit, yaitu
pada pagi hari dan selama beberapa jam sebelum gelap. Waktu
menggigit lebih banyak pada siang hari daripada malam hari, yaitu
antara jam 08.00-12.00 dan jam 15.00-17.00.
c. Kebiasaan beristirahat
Setelah menggigit atau menghisap darah dan selama menunggu
pematangan telur, nyamuk Aedes aegypti beristirahat di tempat gelap,
lembab, dan sedikit angin, misalnya di bawah benda-benda yang
tergantung seperti baju dan gorden, serta di dinding.
d. Jarak terbang
Penyebaran populasi nyamuk tidak jauh dari perindukannya, tempat
mencari mangsa, dan tempat beristirahat. Nyamuk Aedes aegypti
memiliki jarak terbang berkisar 100 m (Cahyati dan Suharyo, 2006).
C. Repelan
Repelan adalah suatu substansi yang digunakan untuk melindungi
manusia, hewan dan tanaman dari serangga dengan cara menyebarkan suatu bau
yang tidak enak dan tidak disenangi oleh serangga. Secara umum, repelan dibuat
dalam bentuk larutan, emulsi, krim atau suatu bentuk semisolid. Repelan baik
yang single atau multi ingredients, biasanya dibuat dalam suatu bentuk sediaan,
seperti dalam bentuk solution, emulsi, krim atau dalam bentuk sediaan semisolid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 34
14
lainnya. Lamanya waktu perlindungan yang diberikan berkisar antara 30 menit – 2
jam, bahkan lebih (Remington, 1980).
Repelan lebih cepat menguap apabila dibandingkan dengan insektisida.
Insektisida bersifat lebih tahan lama dan beraksi membunuh serangga, sebaliknya
repelan beraksi dengan mencegah manusia dari gigitan serangga dan tidak
membunuh serangga (Rozendaal, 1997).
D. Emulsi
Emulsi adalah suatu sistem heterogen, yang terdiri dari fase dispers (fase
internal atau discontinuous phase) dan medium dispers (fase eksternal atau
continuous phase). Dimana 2 fase ini tidak saling bercampur. Oleh karena itu,
dibutuhkan adanya suatu emulsifying agent yang dapat menurunkan tegangan
antarmuka kedua fase tersebut sehingga fase dispers akan dapat terdispersi secara
sempurna ke dalam medium dispers (Allen, 2002).
Di dalam sediaan emulsi, yang dimaksud dengan fase dispers yakni
merupakan fase dalam (internal phase) sedangkan yang dimaksud dengan istilah
medium pendispers yakni merupakan fase luar (external phase) dari suatu sistem
emulsi itu sendiri. Emulsi yang memiliki suatu sistem dimana fase minyak
berperan sebagai fase luar dan fase air sebagai fase dalamnya, disebut dengan tipe
emulsi minyak dalam air (M/A) atau dapat juga disebut dengan istilah oil in water
emulsions. Sedangkan emulsi yang memiliki suatu sistem dimana fase air
berperan sebagai fase dalam dan fase minyak sebagai fase luarnya, disebut dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 35
15
tipe emulsi air dalam minyak (A/M) atau dapat juga disebut dengan istilah water
in oil emulsions (Ansel, H.C., 1989).
Agar terbentuk suatu sistem emulsi yang stabil, maka diperlukan adanya
emulsifying agent. Emulsifying agent merupakan suatu surfaktan yang dapat
mengurangi besarnya tegangan antarmuka antara air dengan minyak, dengan
demikian besarnya energi permukaan dapat diminimalisir melalui pembentukan
droplet. Ketika cairan digojok secara bersamaan, droplet dengan bentuk spheris
akan terbentuk. Hal ini dapat terjadi karena cairan (liquid) akan berusaha
mempertahankan luas permukaannya sekecil mungkin. Sehingga akan terbentuk
tegangan antar muka 2 fase tersebut, dimana bagian polar akan bergabung dengan
fase polar sedangkan bagian yang non polar akan bergabung bersama fase non
polarnya. Emulsifying agent akan memperkecil kemungkinan dari droplet untuk
saling bergabung membentuk globul (Allen, 2002).
Berdasarkan ionisasinya dalam larutan aqueous, emulsifying agent dibagi
menjadi 4 kategori, yakni:
a. Surfaktan anionik
Di dalam larutan aqueous komponen ini akan terdisosiasi menjadi bentuk ion
negatif dan pada bagian itulah yang akan bertanggung jawab terhadap
kemampuannya sebagai agen pengemulsi. Surfaktan jenis ini banyak
dipergunakan karena harganya yang murah. Namun melihat dari sisi
toksisitasnya, pemakaian surfaktan jenis ini hanya dipergunakan untuk
pembuatan sediaan eksternal. Contoh: sodium stearat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 36
16
b. Surfaktan kationik
Di dalam larutan aqueous komponen ini akan terdisosiasi menjadi bentuk ion
positif. Kebanyakan surfaktan jenis ini digunakan sebagai desinfektan dan
pengawet pada emulsi tipe M/A. Melihat dari sisi toksisitasnya, jenis surfaktan
ini cenderung dipergunakan dalam pembuatan krim antiseptik. Contoh:
cetrimide.
c. Surfaktan nonionik
Surfaktan nonionik merupakan jenis surfaktan yang tidak memiliki muatan
dan pemakaian surfaktan nonionik secara kombinasi akan menghasilkan
bentuk interfacial film yang stabil di antara permukaan droplet. Surfaktan jenis
ini banyak digunakan karena toksisitas dan iritasinya rendah serta dapat
dipergunakan pula untuk pembuatan sediaan per oral serta parenteral. Contoh:
polysorbate dan sorbitan ester.
Sebagian besar surfaktan nonionik terdiri dari:
1. Asam lemak atau alkohol (biasanya dengan 12-18 atom karbon), rantai
hidrokarbon yang sebagian bersifat hidrofobik.
2. Alkohol (-OH) dan atau gugus etilen oksida (-OCH2CH2) yang tersusun
dari bagian hidrofilik dari suatu molekul.
d. Surfaktan amphoterik
Surfaktan jenis ini memiliki muatan negatif serta positif, bergantung pada pH
dari sistem. Ketika pH dari sistem rendah, maka surfaktan ini akan bermuatan
positif dan sebaliknya. Surfaktan jenis ini jarang dipergunakan sebagai
emulsifying agent. Contoh: polisakarida (Billany, M.R, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 37
17
Gambar 3. Stereokimia surfaktanGambar 3a. Bentuk emulsifier. Gambar 3b. Emulsi M/A. Gambar 3c. EmulsiA/M. Gambar 3d. Emulsi dengan emulsifier ganda (Leyden, J.J and Rawling,
A.V., 2002).
Setiap surfaktan memiliki penampakan stereokimia yang berbeda-beda,
bergantung dari besarnya nilai HLB yang dimiliki. Gambar 3, tentang bentuk
emulsifier menggambarkan bahwa emulsifier 1 (contoh emulsifier dengan HLB
12-15) memiliki afinitas yang tinggi terhadap fase air daripada fase minyak.
Stereokimia dari gugus kepala yang bersifat polar memiliki kontribusi terhadap
sifat tersebut. Droplet spheris dari fase minyak yang terbentuk di dalam fase air
akan membatasi jumlah emulsifier yang dipergunakan untuk setiap unit luas
permukaan dari fase minyak. Sedangkan emulsifier 2 (contoh emulsifier dengan
HLB 5-12) memiliki afinitas yang lebih besar terhadap fase minyak daripada
terhadap fase airnya dan memiliki kontribusi pemakaian jumlah emulsifier yang
dipergunakan lebih besar untuk setiap unit luas permukaan dari fase minyak.
Emulsifier 3 (contoh emulsifier dengan HLB 1-5) secara cepat dapat membentuk
sistem emulsi A/M. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi lebih dari 1 emulsifier
memiliki kemampuan lebih untuk membentuk molekul emulsifier per luas
permukaan dari droplet (Leyden, J.J and Rawling, A.V., 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 38
18
Gambar 3b menunjukkan tentang emulsifier yang berada di dalam tipe
emulsi M/A dan gambar 3c menunjukkan tentang emulsifier yang berada di dalam
tipe emulsi A/M. Gambar 3d menunjukkan tentang konsep pemakaian emulsifier
ganda dengan nilai HLB yang lebih tinggi untuk menstabilkan sistem emulsi. Efek
bilayer yang dihasilkan akan mengelilingi droplet minyak dengan posisi gugus
polar dan gugus non polar yang saling terarah pada posisi alternating fashion.
Bagian luar dari droplet terdiri dari bagian hidrofilik dimana bagian hidrofilik dari
emulsifier primer maupun sekunder saling tersusun satu sama lain pada bagian
antarmuka minyak-air yang disertai dengan adanya peristiwa pemasukan rantai
lipofilik dari emulsifier sekunder ke dalam droplet. Sehingga secara keseluruhan
hal ini akan membuat sistem emulsi menjadi lebih stabil (Leyden, J.J and
Rawling, A.V., 2002).
1. Polysorbate 40 (C62H122O26)
Gambar 4. Struktur polysorbate 40 (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009).
Polysorbate 40 merupakan campuran bagian ester dari asam lemak,
utamanya adalah asam palmitat dengan sorbitol. Terdiri dari 20 mol
polyoxyethylene dan 20 mol sorbitan monopalmitate (Anonim, 2009).
Polysorbate 40 bekerja sebagai emulsifying agent yang digunakan dalam
kombinasi dengan hydrophilic emulsifiers dalam tipe emulsi M/A pada rentang
konsentrasi 1-10% dengan nilai HLB sebesar 15,6 (Rowe, et all, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 39
19
2. Sorbitan monostearate (C24H46O6)
Gambar 5. Struktur sorbitan monostearate (Kim, 2004).
Sorbitan monostearate merupakan ester dari sorbitan (turunan sorbitol)
dan asam stearat. Secara umum, digunakan dalam pembuatan makanan produk
kesehatan. Sorbitan monostearate ini, tergolong surfaktan non ionik dengan sifat
sebagai emulsifying agent (Rowe, et all, 2009).
Sorbitan monostearate bekerja sebagai emulsifying agent yang
digunakan dalam kombinasi dengan hydrophilic emulsifiers dalam tipe emulsi
M/A pada rentang konsentrasi 1-10% dengan nilai HLB sebesar 4,7 dan titik leleh
sebesar 53-57°C (Rowe, et all, 2009).
E. Lotion
Lotion merupakan suatu emulsi cair yang ditujukan untuk pemakaian
luar. Lotion memiliki efek lubrikasi dan diaplikasikan terhadap area kulit yang
mudah untuk mengalami gesekan seperti di antara jari-jari, diantara lipatan paha
ataupun pada daerah dibawah lengan (Allen, 2002).
Bentuk sediaan lotion memberikan kesan halus, lembut dan tidak
berminyak setelah digunakan. Lotion biasanya dibuat dengan tipe emulsi minyak
dalam air (M/A). Hal ini dimaksudkan agar lotion dapat segera mengering ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 40
20
diaplikasikan dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan
kulit (Ansel, 1989 ; Wilkinson and More, 1982).
F. Sistem Hydrophile-Lipophile Balance (HLB)
Sistem Hydrophile-Lipophile Balance (HLB) digunakan untuk
mendeskrispikan karakteristik dari suatu surfaktan. Apabila nilai HLB dari
surfaktan rendah, maka jumlah gugus yang bersifat hydrophilic dalam surfaktan
tersebut adalah kecil. Hal ini mengandung pengertian bahwa sifat dari surfaktan
tersebut cenderung lebih lipophilic (oil soluble) dibandingkan hydrophilic (water
soluble) dan sebaliknya apabila jumlah gugus yang bersifat lipophilic dalam
surfaktan tersebut adalah kecil. Hal ini mengandung pengertian bahwa, sifat dari
surfaktan tersebut cenderung lebih hydrophilic (water soluble) dibandingkan
lipophilic (oil soluble) (Allen, 2002).
Secara umum, surfaktan yang memiliki nilai HLB 3-6 bersifat sangat
lipophilic dan dapat dipergunakan dalam pembuatan tipe emulsi air dalam minyak
(A/M) atau sering disebut dengan istilah water in oil emulsions. Sedangkan
surfaktan dengan nilai HLB berkisar antara 8-18 dapat dipergunakan dalam
pembuatan tipe emulsi minyak dalam air (M/A) atau sering disebut dengan istilah
oil in water emulsions (Ansel, H.C., 1989).
Agar dihasilkan suatu sistem emulsi yang stabil, maka hendaknya dipilih
suatu jenis emulsifying agent yang nilai HLB nya mendekati nilai HLB dari salah
satu fase minyaknya dan besarnya nilai HLB tetap bergantung dari tipe emulsi
yang diinginkan (Ansel, H.C., 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 41
21
Tabel I. Rentang nilai HLB dari surfaktan
Rentang HLB Surfaktan
Rendah
1-3 Antifoaming agents3-6 Emulsifying agents (W/O)7-9 Wetting agents8-18 Emulsifying agents (O/W)13-16 Detergents
Tinggi 16-18 Solubilizing agents(Allen, 2002).
G. Pemerian Bahan Tambahan
1. Virgin Coconut Oil
Virgin Coconut Oil (VCO) didefinisikan sebagai minyak yang diperoleh
dari daging kelapa yang segar dengan cara mekanik atau alami, dengan atau tanpa
penggunaan panas, tanpa mengalami pemurnian kimia, pemutihan dan yang tidak
menyebabkan perubahan sifat minyak. Minyak kelapa murni cocok untuk
dikonsumsi oleh manusia tanpa perlu untuk diproses lebih lanjut. Tersusun dari
rantai-rantai trigliserida yang bersifat resisten terhadap peroksidasi. VCO
merupakan bentuk termurni dari minyak kelapa, pada dasarnya tidak berwarna
(Bawalan dan Chapman, 2006). Virgin Coconut Oil memiliki nilai rHLB sebesar 6
(Philip, 2004). Menurut guru besar Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Prof. Dr. Walujo S. Soejobroto Msc., SpG (k), Virgin Coconut Oil
memiliki banyak kelebihan. 50 % asam lemak pada Virgin Coconut Oil adalah
asam laurat dan 7% asam kapriat. Kedua asam tersebut merupakan asam lemak
jenuh rantai sedang yang mudah dimetabolisir dan bersifat antimikroba (antivirus,
antibakteri, dan antijamur) (Sutarmi dan Hartin, Rozaline, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 42
22
Secara umum, Virgin Coconut Oil (VCO) dapat digunakan untuk
keperluan sebagai berikut:
Kondisioner rambut dan kulit.
Basis minyak untuk berbagai kosmetik dan produk perawatan kulit.
Minyak pembawa untuk aromaterapi dan minyak pijat.
Sebagai suatu nutraceutical dan bahan makanan (Bawalan dan Chapman
2006).
2. Asam stearat [CH3(CH2)16COOH]
Gambar 6. Struktur asam stearat (Rowe, et all, 2009).
Asam stearat biasa dipakai dalam pembuatan sedian krim, lotion, lipstik
dan lain-lain. Biasanya digunakan dengan tujuan untuk memperbaiki konsistensi
dan ketahanan dari suatu sediaan (Mitsui, 1993). Asam stearat memiliki titik leleh
sebesar ≥ 54°C (Rowe, et all, 2006). Asam stearat memiliki nilai rHLB sebesar 15
di dalam sistem emulsi tipe M/A (Allen, 2002).
Ada 2 proses atau 2 cara untuk menghasilkan asam stearat, yakni:
a. Asam stearat diproduksi dengan cara menghilangkan cairan asam
(terutama oleic acid) dari asam-asam lemak yang diperoleh dari proses
saponifikasi lemak sapi.
b. Asam stearat diproduksi dengan cara mendistilasi asam lemak yang
diperoleh dari proses saponifikasi kacang-kacangan (Mitsui, 1993).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 43
23
3. Gliserin
Gambar 7. Struktur gliserin (Rowe, et all, 2009).
Gliserin sering digunakan sebagai humektan dan emollient dalam bentuk
sediaan topikal. Gliserin dapat bekerja sebagai humektan apabila dipergunakan
dalam konsentrasi ≤ 30% (Rowe, et all, 2009).
Gliserin dihasilkan dari minyak dan lemak sebagai suatu produk dalam
pembuatan sabun dan asam lemak. Gliserin juga dapat diperoleh dari bahan alam,
yakni melalui proses fermentasi, sebagai contoh gula bit dengan kandungan
natrium sulfat yang tinggi. Sintesis gliserin dapat dihasilkan dari proses klorinasi
dan saponifikasi dari propilen (Rowe, et all, 2009).
4. Trietanolamin
Gambar 8. Struktur trietanolamin (Rowe, et all, 2009).
Trietanolamin adalah campuran dari trietanolamina, dietanolamina dan
monoetanolamina. Mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari
107,4 % dihitung terhadap zat anhidrat sebagai trietanolamina. N(C2H4OH)3.
Pemerian cairan kental; tidak berwarna hingga kuning pucat; bau lemah mirip
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 44
24
amoniak; higroskopik. Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)
P; larut dalam kloroform (Anonim, 1979).
5. Cetyl alcohol
Gambar 9. Struktur Cetyl alcohol (Rowe, et all, 2009).
Cetyl alcohol merupakan white wax yang berupa padatan dengan suatu
gugusan hidroksil (Mitsui, 1993). Cetyl alcohol memiliki titik leleh berkisar antara
45-52°C (Rowe, et all, 2009). Cetyl alcohol memiliki nilai rHLB sebesar 15 di
dalam sistem emulsi tipe M/A (Allen, 2002).
Cetyl alcohol biasa juga disebut dengan cetanol, diproduksi dari proses
distilasi fraksi dari alkohol yang diperoleh dari proses saponifikasi lemak ikan
paus. Cetyl alcohol juga dapat diproduksi dari distilasi fraksi minyak sapi setelah
proses reduksi (Mitsui, 1993).
H. Instabilitas Emulsi
Gambar 10. Skematis proses kerusakan pada emulsi (Schramm, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 45
25
1. Creaming
Creaming terjadi ketika droplet-dropet saling terflokulasi dan
mengumpul di satu bagian spesifik pada emulsi. Pada tipe emulsi M/A, creaming
dapat diketahui ketika droplet minyak saling berkumpul dan naik sampai pada
bagian atas emulsi. Kondisi ini terjadi karena minyak memiliki kerapatan yang
lebih rendah daripada air. Creaming bersifat reversible karena masing-masing
droplet masih dikelilingi oleh lapisan film (Allen, 2002).
Pertimbangan dari aplikasi kualitatif Hukum Stoke menunjukkan bahwa
kecepatan creaming dapat dikurangi dengan cara:
a. Menghasilkan emulsi dengan ukuran droplet yang kecil. Suatu emulsifying
agent tidak hanya bekerja untuk menstabilkan sistem emulsi saja, tetapi
juga bertugas untuk memfasilitasi terjadinya suatu proses emulsifikasi
untuk menghasilkan suatu dropet dengan ukuran yang optimal.
b. Meningkatkan viskositas dari fase kontinyu
Menyimpan produk atau suatu sediaan pada suhu yang rendah (di atas titik
beku) akan meningkatkan viskositas dari fase kontinyu dan juga dapat
menurunkan energi kinetik dari sistem sehingga dapat mengurangi
kecepatan migrasi dari droplet pada fase dispersinya.
c. Mengurangi perbedaan kerapatan antar 2 fase
Terjadinya creaming dapat dicegah apabila kerapatan antar 2 fase adalah
identik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 46
26
d. Mengkontrol besarnya konsentrasi fase dispers
Fase dispers yang memiliki nilai konsentrasi lebih tinggi akan memberikan
suatu halangan terhadap pergerakan dari suatu droplet dan hal ini akan
menyebabkan pengurangan kecepatan terjadinya creaming (Aulton, 2002).
2. Flokulasi
Flokulasi disebabkan karena agregasi dari droplet yang terdispersi
membentuk suatu kelompok. Seharusnya setiap droplet memiliki karakteristik
tersendiri sebagai 1 unit. Namun, pada peritiwa flokulasi ini, secara fisik
sekumpulan droplet menunjukkan secara fisik sebagai 1 unit, dimana peristiwa ini
dapat meningkatkan kecepatan dari creaming (Aulton, 2002).
3. Coalescence dan Ostwald ripening
Coalescence dan Ostwald ripening merupakan tipe instabilitas emulsi
yang paling serius. Coalescence ini merupakan peristiwa saling bergabungnya
droplet berukuran kecil yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu droplet
dengan ukuran yang lebih besar. Sedangkan Ostwald ripening merupakan
peristiwa saling menempel dan bergabungnya droplet yang berukuran kecil
dengan droplet yang berukuran besar yang pada akhirnya menyebabkan
terbentuknya droplet baru dengan ukuran yang lebih besar. Peristiwa ini
menyebabkan kemudahan terjadinya pemisahan fase (Eccleston, 2007). Hal ini
dikarenakan lapisan film yang mengelilingi droplet telah rusak atau hilang.
Peritiwa ini bersifat irreversible (Aulton, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 47
27
4. Inversi Fase
Inversi fase terjadi ketika emulsi dengan tipe M/A berubah menjadi
emulsi dengan tipe A/M atau sebaliknya. Hal ini merupakan kasus ketidakstabilan
yang khusus di dalam bentuk emulsi yang dapat terjadi oleh karena faktor kondisi
yang tidak dapat terkendalikan seperti terjadinya perubahan kelarutan emulsifier
yang digunakan oleh karena adanya interaksi dengan zat tambahan yang
dipergunakan atau disebabkan oleh karena terjadinya perubahan suhu secara
drastis (Eccleston, 2007).
I. Viskositas
Viskositas menyatakan kemampuan atau tahanan dari suatu cairan untuk
dapat mengalir. Viskositas (η) merupakan suatu besaran yang penting untuk
menjelaskan sifat aliran dari bahan-bahan. Viskositas dirumuskan sebagai suatu
gaya, yang diperlukan untuk melampaui tahanan gesekan yang ada di dalamnya
(Voigt, 1994).
J. Daya Sebar
Secara prinsip, daya sebar berhubungan dengan besarnya sudut kontak
yang dibentuk oleh droplet dari suatu cairan atau sediaan semisolid, terhadap
tempat aplikasinya yang menyatakan suatu parameter lubricity, dan berhubungan
langsung dengan koefisien gesek (Garg et al., 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 48
28
K. Analisis Ukuran Droplet
Emulsi kasar biasanya terdiri dari droplet yang bersifat polydisperse,
yakni droplet dengan ukuran yang bervariasi antara 3 µm-100 µm. Distribusi
ukuran droplet dalam bentuk sediaan emulsi berperan penting sebagai parameter
penentu stabilitas sediaan selama dalam kondisi penyimpanan (Lachmann, 1994).
Droplet yang memiliki kisaran ukuran 0,2 µm sampai kira-kira 100 µm dapat
diukur dengan menggunakan mikroskop atau lebih dikenal dengan istilah
pengukuran mikromeritik. Hanya saja cara ini memiliki kelemahan, dimana
pengukuran hanya dapat dilakukan secara dua dimensi saja, yakni dimensi
panjang dan lebar. Selain itu, jumlah droplet yang harus dihitung sekitar 300-500
droplet agar mendapat suatu perkiraan distribusi yang baik, sehingga metode ini
membutuhkan waktu dan ketelitian. Meskipun demikian, pengujian ukuran
droplet dengan menggunakan mikroskop ini, tetap harus dilakukan, terkait dengan
kemampuan dari metode ini untuk mendeteksi adanya gumpalan dan droplet-
droplet lebih dari satu komponen (Martin et al., 1993).
L. Metode Desain Faktorial
Metode desain faktorial dipergunakan untuk melihat efek dari adanya
perbedaan faktor atau kondisi di dalam suatu percobaan. Metode ini, merupakan
metode yang cocok dalam hal menentukan pengaruh dari beberapa faktor dan
interaksi yang ada secara simultan (Bolton, 1997).
Jumlah percobaan yang digunakan dalam penelitian dihitung dari jumlah
level yang digunakan dalam penelitian dipangkatkan dengan jumlah faktor yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 49
29
digunakan Di dalam desain faktorial dikenal 4 macam penamaan formula untuk
jumlah percobaan sebanyak 4, yakni formula (1), formula (a), formula (b) dan
formula (ab) (Bolton, 1997).
Model desain faktorial yang paling sederhana adalah model penelitian 2
faktor dan 2 level ( Armstrong, 1996). Di dalam desain faktorial dikenal 4 macam
istilah, yakni faktor, level, efek dan interaksi. Faktor merupakan suatu variabel
bebas yang dapat dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif. Faktor yang
dinyatakan secara kuantitatif memiliki nilai atau harga. Level dari suatu faktor
merupakan nilai atau tanda penegasan dari suatu faktor. Pada model penelitian 2
faktor 2 level dikenal ada 2 macam level, yakni level rendah (-1) dan level tinggi
(+1). Efek dari suatu faktor dinyatakan sebagai suatu perubahan yang terjadi
dalam respon. Sedangkan interaksi merupakan rata-rata respon pada level tinggi
dikurangi rata-rata respon pada level rendah. Ada atau tidaknya interaksi dapat
terlihat dari grafik hubungan antara respon dan faktor. Apabila kurva
menunjukkan garis yang sejajar dapat dikatakan tidak terjadi interaksi antara
kedua faktor dalam menentukan respon. Sedangkan apabila pada kurva
menunjukkan garis yang saling berpotongan, dapat dikatakan terjadi interaksi
antara kedua faktor yang digunakan dalam penelitian dalam menentukan respon
(Bolton, 1997).
Tabel II. Rancangan desain faktorial untuk 2 faktor 2 level
Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi dari Adan B
(1) - _ +a + _ _b - + _ab + + +
( Armstrong, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 50
30
Rumus yang berlaku dalam desain faktorial adalah sebagai berikut:
Y = Bo + BaX1 + BbX2 + BabX1X2
Dimana:
Y : Respon
X1 : Level faktor pertama
X2 : Level faktor kedua
X1X2 : Level faktor pertama dikalikan dengan level faktor kedua
Bo : Rata-rata respon pada keseluruhan formula
Ba, Bb, Bab : Koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan
Berdasarkan perhitungan matematis tersebut, maka besarnya nilai efek
dari masing-masing faktor maupun interaksi dapat dicari dengan konsep
perhitungan sebagai berikut:
Efek faktor 1 : (a+ab) – (-1 –b)
2
Efek faktor 2 : (b+ab) – (-1 –a)
2
Efek faktor interaksi : (1+ab) – (-a –b)
2 (Bolton, 1997).
M. Landasan Teori
Minyak peppermint yang merupakan salah satu jenis dari golongan
minyak atsiri yang diisolasi dari daun tanaman Mentha piperita dengan cara
distilasi uap telah diketahui memiliki efektivitas sebagai penolak nyamuk Aedes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 51
31
aegypti dewasa (Kumar, 2011). Berdasarkan pada hasil penelitian Kumar (2011),
maka dibuatlah suatu pengembangan ke dalam bentuk formulasi, yakni dalam
bentuk sediaan lotion repelan dengan tipe emulsi M/A. Bentuk sediaan lotion
dipilih terkait dengan acceptabilitas, dimana bentuk sediaan ini memberikan kesan
halus, lembut dan tidak berminyak setelah digunakan.
Pembuatan lotion repelan ini dibuat dengan menggunakan bahan alam,
yakni berupa minyak peppermint dengan tujuan untuk mengurangi efek-efek
berbahaya yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan lotion dengan bahan
kimia. Selain aman, peneliti juga ingin membuat suatu sediaan lotion yang baik
dari segi kualitas fisis maupun kestabilan bentuk sediaannya selama penyimpanan.
Faktor yang menjadi penentu kestabilan dari sistem emulsi adalah penggunaan
jenis emulgator sebagai emulsifying agent. Pada penelitian ini, digunakan
kombinasi emulgator, yakni polysorbate 40 (level rendah 4 gram-level tinggi 7
gram) dan sorbitan monostearate (level rendah 4 gram-level tinggi 7 gram)
dengan kajian penelitian meliputi sifat fisis lotion (pengujian viskositas dan daya
sebar) dan stabilitas fisik lotion (pergeseran viskositas dan pergeseran ukuran
droplet) mulai dari saat setelah lotion selesai dibuat sampai dengan jangka waktu
penyimpanan selama 1 bulan.
N. Hipotesis
a. Polysorbate 40, sorbitan monostearate, dan interaksi keduanya merupakan
faktor yang paling dominan dalam menentukan sifat fisis sediaan lotion repelan
minyak peppermint.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 52
32
b. Sediaan lotion repelan minyak peppermint bersifat stabil secara fisik mulai dari
saat setelah selesai pembuatan sampai dengan penyimpanan selama 1 bulan.
c. Lotion repelan minyak peppermint memberikan waktu penolakan terhadap
nyamuk Aedes aegypti betina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 53
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental menggunakan rancangan
penelitian faktorial, untuk mengetahui manakah di antara polysorbate 40, sorbitan
monostearate atau interaksi keduanya yang memiliki efek paling dominan dalam
menentukan sifat fisis dan stabilitas lotion repelan minyak peppermint.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas
a. Polysorbate 40, level rendah 4 gram dan level tinggi 7 gram.
b. Sorbitan monostearate, level rendah 4 gram dan level tinggi 7 gram.
2. Variabel tergantung
Sifat fisis lotion yang meliputi daya sebar dan viskositas, stabilitas lotion yang
meliputi pergeseran viskositas dan pergeseran ukuran droplet serta waktu
penolakan lotion repelan untuk mengusir nyamuk Aedes aegypti betina.
3. Variabel pengacau terkendali
Alat-alat yang digunakan selama percobaan, wadah penyimpanan, letak lotion
saat dilakukan pengukuran daya sebar, suhu pencampuran, lamanya waktu
pencampuran, dan umur nyamuk Aedes aegypti betina yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 54
34
4. Variabel pengacau tak terkendali
Suhu penyimpanan, kelembapan udara, dan cahaya lingkungan.
C. Definisi Operasional
1. Minyak peppermint adalah minyak yang berasal dari daun tanaman Mentha
piperita dan diperoleh dengan cara distilasi uap. Mengandung limonene,
sineol, menthon, menthofuran, isomenthon, mentil-asetat, isopulegol, menthol,
pulegone dan carvone. Senyawa-senyawa kimia tersebut bersifat mudah
menguap dan memiliki berbau menyengat yang dapat digunakan sebagai
repelan untuk mencegah gigitan nyamuk.
2. Lotion merupakan emulsi encer yang memiliki efek lubrikan dan didesain
untuk pemakaian luar. Dalam penelitian ini dibuat suatu lotion repelan dari
minyak peppermint.
3. Aktivitas repelan menunjukkan seberapa besar kemampuan dari minyak
peppermint untuk mampu mencegah menempelnya nyamuk Aedes aegypti
pada kulit manusia.
4. Emulsifying agent merupakan suatu agen yang dapat menurunkan tegangan
permukaan antara 2 fase yang tidak saling bercampur. Pada penelitian
digunakan polysorbate 40 dan sorbitan monostearate sebagai emulsifying
agent.
5. Sifat fisis lotion yang digunakan sebagai parameter kualitas lotion pada
penelitian ini meliputi, respon daya sebar dan viskositas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 55
35
6. Daya sebar dihitung dari besarnya diameter rata-rata lotion yang diletakkan di
atas horizontal double plate sebanyak 1 gram dan diberi beban sebesar 125
gram selama 1 menit.
7. Viskositas menyatakan besarnya tahanan yang ada dalam suatu sistem emulsi.
Hal ini berhubungan erat dengan kemampuan sediaan lotion ini untuk dituang
serta kemampuan sediaan lotion untuk keluarkan dari wadahnya.
8. Stabilitas lotion menunjukkan seberapa stabil suatu sediaan lotion itu ketika
berada dalam kondisi penyimpanan. Ditunjukkan dengan parameter stabilitas
makroskopik berupa pemisahan fase selama penyimpanan (indeks creaming)
dan pergeseran viskositas serta stabilitas mikroskopik yang ditunjukkan
dengan pergeseran ukuran droplet.
9. Pergeseran viskositas merupakan selisih antara viskositas sediaan lotion
setelah selesai proses pembuatan dikurangi dengan viskositas selama jangka
waktu penyimpanan, dalam penelitian ini adalah sampai dengan jangka
waktu 1 bulan.
10. Faktor merupakan rancangan variabel yang dapat ditetapkan secara
independent. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah polysorbate
40 sebagai faktor pertama dan sorbitan monostearate sebagai faktor kedua.
11. Level merupakan tingkatan komposisi pada desain faktorial yang terdiri atas
level rendah dengan notasi (-) dan level tinggi dengan notasi (+). Pada
penelitian digunakan 2 level, yakni level rendah (4 gram polysorbate 40 dan 4
gram sorbitan monostearate) dan level tinggi (7 gram polysorbate 40 dan 7
gram sorbitan monostearate).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 56
36
12. Respon merupakan suatu besaran yang dapat diamati perubahan efeknya.
Respon dalam penelitian ini adalah sifat fisis lotion yang meliputi respon daya
sebar dan viskositas).
13. Efek dari suatu faktor dinyatakan sebagai suatu perubahan yang terjadi dalam
respon.
D. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam peneltian ini adalah minyak peppermint,
Virgin Coconut Oil (VCO), polysorbate 40 (kualitas farmasetis), sorbitan
monostearate (kualitas farmasetis), asam stearat (kualitas farmasetis), gliserin
(kualitas farmasetis), trietanolamin (kualitas farmasetis), cetyl alcohol (kualitas
farmasetis), aquadest dan nyamuk Aedes aegypti betina.
2. Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah glassware (PYREX-
GERMANY), cawan porselin, pengaduk, waterbath, termometer, timbangan
analitik, horizontal double plate, stopwatch, Viscometer seri VT 04 (RION-
JAPAN), mikroskop (Motic, B3 Proffesional Series), hand mixer (Miyako) tipe
HM-620, software Motic Image Plus 2.0, software OptiLab Viewer Ver. 1.3.2.
Miconos @ 2009, Mikroskop Olympus CH3-TR45 (OF08768) Japan, sangkar
nyamuk ukuran 20x20x20 cm, program R 2.9.0, dan R-program by ubuntu R
Openoffice.org (www.molmod.org).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 57
37
E. Alur Penelitian
Gambar 11. Skema alur penelitian
Penentuan formula lotion repelan minyak peppermint
Pembuatan lotion repelan minyak peppermint
Penentuan tipe lotion (metode pengenceran dan metode pewarnaan)
Pengujian sifat fisis lotion pada hari ke-2 (daya sebar dan viskositas)
Pengujian stabilitas lotion (makroskopis pada hari ke-0, 1, 2, 3, 5, 7, 14, 21
,28,dan 30) (mikroskopis pada hari ke-2 dan hari ke-30)
Penentuan lamanya waktu penolakan lotion repelan minyak peppermint
terhadap nyamuk Aedes aegypti betina
Analisa data daya sebar dan viskositas dengan R-Program dengan
menggunakan taraf kepercayaan sebesar 95%.
Analisa data pergeseran ukuran droplet dan pergeseran viskositas dengan
program-R 2.9.0 dengan taraf kepercayaan 95%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 58
38
F. Tata Cara Penelitian
1. Formula
Formula yang digunakan dalam pembuatan lotion repelan minyak
peppermint sebagai berikut:
R/ Virgin Coconut Oil 6 gram
Polysorbate 40 4-7 gram
Sorbitan monostearate 4-7 gram
Asam stearat 2,74 gram
Gliserin 15 gram
TEA 0,15 gram
Cetyl alcohol 0,5 gram
Minyak peppermint 1,74 gram
Aquadest qs 32 gram
Pada pembuatan lotion repelan minyak peppermint ini, digunakan
polysorbate 40 dan sorbitan monostearate sebagai emulsifying agent. Level
rendah polysorbate 40 adalah 4 gram dan level tinggi polysorbate 40 adalah 7
gram. Sedangkan level rendah sorbitan monostearate adalah 4 gram dan level
tinggi sorbitan monostearate adalah 7 gram. Pemakaian level rendah dan level
tinggi polysorbate 40 dan sorbitan monostearate sebagai emulsifying agent
berdasarkan pada perhitungan nilai HLB campuran yang masuk dalam rentang
nilai HLB dari surfaktan yang berfungsi sebagai emulsifying agent (o/w), yakni
sebesar 8-18 (Allen, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 59
39
Dibawah ini merupakan rancangan desain faktorial polysorbate 40 dan
sorbitan monostearate yang digunakan dalam penelitian:
Tabel III. Rancangan desain faktorial polysorbate 40 dan sorbitanmonostearate
Formula Polysorbate 40 Sorbitan monostearate1 4 4a 7 4b 4 7ab 7 7
Masing-masing jumlah bahan yang digunakan untuk level rendah dan
level tinggi tercantum di dalam tabel dibawah ini:
Tabel IV. Jumlah bahan yang digunakanFormula 1 a b Ab
VCO (gram) 6 6 6 6
Polysorbate 40 (gram) 4 7 4 7
Sorbitan monostearate(gram) 4 4 7 7
Gliserin (gram) 15 15 15 15
TEA (gram) 0,15 0,15 0,15 0,15Asam stearat (gram) 2,74 2,74 2,74 2,74Cetyl alcohol (gram) 0,5 0,5 0,5 0,5Minyak peppermint
(gram) 1,74 1,74 1,74 1,74
Aquadest (gram) 32 32 32 32
Dalam penelitian ini, masing-masing formula dibuat dengan jumlah
sebanyak 6 kali formula standar dan pembuatan dari masing-masing formula
dilakukan sebanyak 3 kali replikasi. Sehingga jumlah bahan yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 60
40
dipergunakan untuk level rendah dan level tinggi pada setiap formula menjadi
sebagai berikut:
Tabel V. Jumlah bahan yang digunakan dalam 6x formula awalFormula I a b ab
VCO (gram) 36 36 36 36
Polysorbate 40 (gram) 24 42 24 42
Sorbitan monostearate(gram) 24 24 42 42
Gliserin (gram) 90 90 90 90
TEA (gram) 0,90 0,90 0,90 0,90
Asam stearat (gram) 16,44 16,44 16,44 16,44
Cetyl alcohol (gram) 3,00 3,00 3,00 3,00
Minyak peppermint(gram) 10,44 10,44 10,44 10,44
Aquadest (gram) 192 192 192 192
2. Pembuatan lotion repelan M/A minyak peppermint
a. Pembuatan Lotion Repelan. Asam stearat, cetyl alcohol dan
sorbitan monostearate dilelehkan di atas waterbath. Setelah meleleh, asam stearat
dicampurkan dengan TEA aduk homogen. Campuran trietanolamin stearat yang
telah terbentuk kemudian dicampurkan dengan cetyl alcohol, aduk hingga
homogen dan dipanaskan di atas waterbath sampai dengan suhu 60oC (1) . Lalu
campurkan campuran tersebut dengan sorbitan monostearate yang telah leleh,
aduk hingga homogen dan dipanaskan di atas waterbath sampai dengan suhu 60
oC (2). Campurkan Virgin Coconut Oil (VCO) dan polysorbate 40, aduk hingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 61
41
homogen lalu dipanaskan di atas waterbath sampai dengan suhu 60oC (3).
Campurkan campuran nomor (2) dan nomor (3), aduk hingga homogen dan
dipanaskan di atas waterbath sampai dengan suhu 70oC (4).
Gliserin dicampurkan dengan 1/3 aquadest. Aduk hingga homogen dan
dipanaskan di atas waterbath sampai suhunya mencapai 60oC (5). Setelah
suhunya mencapai 70oC, campuran nomor (4) yang merupakan fase minyak,
diaduk dengan menggunakan mixer dengan kecepatan 1 selama 5 menit. Setelah
itu pada menit ke-5 masukkan campuran nomor (5) yang merupakan fase airnya,
hingga menit ke-8. Pada menit ke-8 tambahkan 2/3 sisa aquadest secara perlahan-
lahan ke dalam campuran tersebut hingga menit ke-10. Namun, sebelumnya
terlebih dahulu ketika lotion mulai terbentuk, pada 30 detik terakhir menjelang
akhir waktu pengadukan tambahkan minyak peppermint ke dalam lotion tersebut
secara perlahan-lahan dan aduk homogen sampai dengan akhir waktu
pengadukan.
b. Penentuan Tipe Lotion
1. Metode Pengenceran. Lotion diteteskan sedikit di atas permukaan
air dan diamati yang terjadi. Jika lotion menyebar dan bercampur dengan air,
menunjukkan bahwa air merupakan fase eksternal. Kemudian, lotion diteteskan
sedikit dengan minyak dan diamati yang terjadi. Jika lotion pecah dan tidak
bercampur dengan minyak, menunjukkan bahwa air merupakan fase eksternal.
2. Metode Pewarnaan. Zat warna (methylen blue) yang larut air
diteteskan sedikit ke dalam lotion dan amati yang terjadi. Jika zat warna menyebar
menunjukkan bahwa air merupakan fase eksternal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 62
42
c. Pengujian Daya Sebar. Dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu 48 jam
setelah pembuatan dan 1 bulan penyimpanan dalam suhu ruangan. 1 gram lotion,
diletakkan di atas horizontal double plate. Di atas lotion diletakkan dengan
horizontal double plate yang lain dan pemberat 125 gram, diamkan selama 1
menit, lalu dicatat diameter penyebarannya.
d. Pengujian Viskositas dan Pergeseran Viskositas. Dilakukan
dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu 48 jam setelah pembuatan dan 1 bulan
penyimpanan dengan Viscometer (RION-JAPAN) yang sesuai (seri VT 04).
Lotion dimasukkan dalam suatu wadah dan dipasang pada portable viscotester.
Angka viskositas lotion yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk viskositas dari alat
tersebut dicatat. Lakukan pengujian pada keempat formula dan pengukuran
viskositas untuk masing-masing formula sebanyak 3 kali.
e. Uji Stabilitas
1) Makroskopis (indeks creaming). Lotion dimasukkan ke dalam
suatu tabung berskala. Amati pemisahan fase yang terjadi pada hari ke-0, 1, 2, 3,
5, 7, 14, 21, 28 dan 30.
2) Uji Stabilitas Mikroskopik. Setelah dilakukan kalibrasi mikroskop,
dilakukan pengamatan ukuran partikel sebanyak 500 buah, dimulai dari formula
(1), kemudian (a), (b), dan (ab). Pengamatan dilakukan saat 48 jam setelah
pembuatan dan 1 bulan setelah penyimpanan pada suhu kamar. Pengukuran
ukuran droplet dilakukan dengan menggunakan mikroskop (Motic, B3
Proffesional Series) dan software Motic Image Plus 2.0 dengan perbesaran 10 kali
sehingga diperoleh ukuran diameter droplet dalam skala µm yang sebelumnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 63
43
telah difoto dengan menggunakan Mikroskop Olympus CH3-TR45 (OF08768)
Japan dengan software OptiLab Viewer Ver. 1.3.2. Miconos @ 2009.
f. Uji Aktivitas Lotion Repelan
1) Uji Kontrol Negatif. Uji kontrol negatif dilakukan melalui
penentuan waktu gigitan nyamuk pertama pada dua kontrol negatif yang
digunakan, yaitu dengan mengoleskan basis formula lotion sebanyak 0,5 gram dan
aquadest secara merata pada tangan probandus. Penentuan waktu gigitan dilihat
dari menempelnya nyamuk pada tangan probandus tersebut. Uji kontrol negatif
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek repelensi yang dimungkinkan
terkandung dalam bahan-bahan penyusun lotion dan mungkin ditimbulkan oleh
aquadest yang berfungsi sebagai pelarutnya.
2) Uji Kontrol Positif. Uji kontrol positif dilakukan menggunakan
minyak peppermint murni. Dioleskan secara merata sebanyak 2 mL pada tangan
probandus. Penentuan waktu gigitan dilihat dari menempelnya nyamuk pada
tangan probandus tersebut.
3) Pengujian Lotion Repelan Minyak Peppermint. Untuk mengukur
hasil penelitian pengujian lotion repelan minyak peppermint dilakukan dengan
memasukkan tangan probandus yang telah dioleskan lotion repelan minyak
peppermint sebanyak 0,5 gram ke dalam sangkar berukuran 20x20x20 cm dan
telah berisi 25 ekor nyamuk Aedes aegypti betina berumur 7 hari yang secara rutin
diberi larutan sukrosa dan 1 hari sebelum pengujian telah dipuakan selama 24 jam.
Area tangan yang dioleskan lotion adalah dari pergelangan tangan sampai ujung
jari. Respon menggigit dilihat dari menempelnya nyamuk pada tangan probandus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 64
44
Masing-masing formula lotion direplikasi 3 kali. Tata cara pengujian di atas
dilakukan berdasarkan Fradin dan Day (2002). Waktu penolakan dihitung dari
jangka waktu intervensi sampai dengan nyamuk Aedes aegypti betina menempel
pertama kali.
G. Analisis Hasil
Setelah sediaan lotion ini selesai dibuat, kemudian dilakukan pengamatan
pada saat 48 jam setelah pembuatan dan 1 bulan penyimpanan dalam suhu
ruangan penyimpanan. Hal ini bertujuan untuk melihat terjadi perubahan yang
signifikan atau tidak pada sediaan lotion repelan ini, mulai dari selesai diproduksi
sampai dengan tahap penyimpanan selama 1 bulan. Pengukuran dilakukan
sebanyak 3 kali untuk masing-masing formula.
Metode desain faktorial dipergunakan untuk menganalisis dan untuk
melihat pengaruh komposisi dari emulsifying agent yang digunakan (polysorbate
40 dan sorbitan monostearate) terhadap sifat fisis dan stabilitas sediaan lotion
repelan yang meliputi daya sebar dan viskositas. Digunakan uji multivariate
ANOVA dalam R-Program dengan taraf kepercayaan sebesar 95%. Dari hasil
analisis akan diperoleh nilai p (probability value). Apabila nilai p < 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa faktor dan interaksi berpengaruh signifikan dalam
menentukan respon. Selain itu, dapat pula diketahui diantara polysorbate 40,
sorbitan monostearate maupun interaksi keduanya, mana yang bersifat dominan
dalam menentukan besarnya respon sifat fisis lotion.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 65
45
Stabilitas sediaan lotion, dapat dilihat dari pergeseran viskositas dan
pergeseran ukuran droplet yang terjadi pada saat hari ke-2 (48 jam setelah
pembuatan) dengan hari ke-30. Data pada hari ke-2 dan hari ke-30 dianalisis
dengan menggunakan program R 2.9.0. dengan taraf kepercayaan 95%. Namun
sebelumnya dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu. Uji normalitas data
dengan jumlah sampel sebanyak <50 dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk
sedangkan data dengan jumlah sampel > 50 dilakukan dengan uji Kolmogorov-
Smirnov. Distribusi data dikatakan normal apabila harga p > 0,05. Untuk
mengetahui nilai signifikansinya, pada data yang terdistribusi normal dapat
digunakan uji Paired T-test (uji untuk menganalisis data yang terdistribusi secara
normal dari dua kelompok berpasangan) dan uji Wilcoxson (uji untuk
menganalisis data yang tidak terdistribusi secara normal dari dua kelompok
berpasangan). Harga p < 0,05 berarti signifikan (Riwidikdo, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 66
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Lotion Repelan Minyak Peppermint
Minyak peppermint (Mentha piperita) yang dipergunakan dalam
penelitian ini berasal dari Anhui Provence Yivan Spice CO., LTD dan telah
melalui uji identifikasi serta dibuktikan dengan Certificate Of Analysis (COA) dan
sertifikat analisis tersebut telah terlampir (lampiran. 1).
Pada sertifikat analisis disertakan keterangan meliputi penampilan fisis,
bau, spesific gravity, bobot jenis, indeks bias, rotasi optik, kelarutan, total
kandungan menthol, kandungan ester dan nilai acid value. Keseluruhan uji
identifikasi tersebut telah sesuai dengan standar yang digunakan, yakni BP 2007/
USP 29.
Pada penelitian sebelumnya, diperoleh hasil bahwa minyak peppermint
(Mentha piperita) mengandung minyak atsiri yang merupakan agen yang sangat
efektif untuk melawan nyamuk Aedes aegypti betina dewasa. Pada penelitian ini
diperoleh hasil bahwa kandungan minyak atsiri di dalam minyak peppermint
(Mentha piperita) yang diekstraksi dengan cara destilasi uap dari daun tanaman
peppermint memiliki daya proteksi sebesar 100% selama 150 menit dan setelah 30
menit tercatat hanya ada 1-2 nyamuk yang menggigit dan nilai ini jauh lebih kecil
apabila dibandingkan dengan kontrol. Tercatat ada 8-9 gigitan pada lengan
naracoba yang berfungsi sebagai kontrol (Kumar, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 67
47
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, kemudian dilakukan suatu upaya
pengembangan. Pada penelitian ini dilakukan formulasi terhadap minyak
peppermint menjadi suatu bentuk sediaan lotion repelan dengan efek yang sama,
yakni memiliki kemampuan atau potensi untuk melawan nyamuk Aedes aegypti
betina sebagai vektor penyakit demam berdarah. Alasan utama dilakukan
formulasi terhadap minyak peppermint adalah untuk menjaga stabilitas dari
minyak peppermint yang tergolong sebagai minyak atsiri yang bersifat mudah
menguap. Dengan mempertimbangkan dari segi kenyamanan, maka dibuatlah
suatu bentuk sediaan lotion repelan. Bentuk sediaan lotion dipilih karena senyawa
yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa minyak yang mudah larut ke
dalam fase minyak. Bentuk sediaan lotion, dipilih berdasarkan pertimbangan dari
segi kenyamanan. Bentuk sediaan lotion merupakan salah satu bentuk sediaan
semi-liquid yang berupa emulsi dengan kandungan air yang tinggi dan memang
diperuntukan untuk pemakaian secara external (topikal), dimana memiliki efek
lubrikasi dan meninggalkan rasa halus dan lembut sehingga tidak meninggalkan
efek berminyak ketika digunakan. Selain itu, bentuk sediaan lotion yang pada
umumnya berupa emulsi ini, juga mampu untuk mengakomodasi minyak
peppermint yang bersifat lebih mudah larut ke dalam fase minyak ini agar lebih
mudah terdispersi ke dalam medium yang banyak mengandung air (Epstein,
2001).
Apabila dibandingkan dengan sediaan lain, terutama dari segi
acceptabilitas, sediaan lotion memiliki nilai daya sebar yang lebih besar
dibandingkan dengan sediaan lain, seperti krim, salep ataupun gel. Sehingga lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 68
48
mudah merata ketika diaplikasikan pada kulit. Selain itu, apabila dihubungkan
dengan besarnya nilai viskositas, bentuk sediaan lotion memiliki viskositas di
bawah viskositas krim, salep, maupun gel. Sebagai contoh pada bentuk sediaan
gel. Menurut Yuliani (2005), semakin besar nilai viskositas gel, maka sistem gel
akan semakin dapat memerangkap minyak akar wangi. Sehingga minyak akan
dilepaskan secara perlahan-lahan dan hal ini akan memberikan efek repelansi
yang semakin lama.
Lotion repelan dari minyak peppermint ini diformulasikan sebagai emulsi
minyak dalam air (M/A). Tipe emulsi M/A dipilih karena dapat menjaga stabilitas
minyak peppermint agar tidak mudah hilang atau menguap selama penyimpanan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa minyak peppermint merupakan golongan dari
minyak atsiri yang bersifat mudah menguap dan tidak larut di dalam air namun
mudah larut di dalam minyak. Sehingga ketika minyak peppermint ini dibentuk ke
dalam suatu bentuk sediaan lotion dengan tipe emulsi M/A, minyak peppermint
yang bersifat lebih mudah larut di dalam minyak ini akan bergabung dengan fase
minyak yang ada pada sistem emulsi dan berada sebagai fase dalam yang
kemudian akan dilindungi oleh fase air yang berfungsi sebagai fase luarnya.
Selain itu, tipe emulsi M/A dipilih karena tipe emulsi ini memiliki kontribusi atau
tendensi untuk mengurangi efek atau sensasi berminyak sehingga tidak
meninggalkan rasa lengket ketika dipergunakan (Epstein, 2001).
Pada pembuatan lotion repelan ini, bahan-bahan pendukung lainnya
dibagi menjadi tiga fase. Fase A terdiri dari VCO dan polysorbate 40. Fase B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 69
49
terdiri dari asam stearat, TEA, cetyl alcohol, dan sorbitan monostearate. Fase C
terdiri dari gliserin dan aquadest.
Proses emulsifikasi pada pembuatan lotion repelan ini dilakukan pada
suhu ±60°C, hal ini didasarkan pada pernyataan bahwa sebaiknya emulsifikasi
dilakukan pada 5-10°C di atas titik leleh dari senyawa yang memiliki titik leleh
tertinggi (Lieberman, Rieger, and Banker, 1996). Pada formula ini, senyawa yang
memiliki titik leleh tertinggi adalah span, yakni sebesar 53-57°C. Sedangkan suhu
pencampuran yang dipergunakan dalam pembuatan lotion repelan ini adalah
sebesar 70°C karena suhu pembuatan lotion dengan bahan emulgator non ionik
biasanya dilakukan pada suhu ± 70°C (Mitsui, 1998). Serta didasarkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Nusa (2009) dikatakan bahwa pada penelitiannya
digunakan suhu pencampuran sebesar 70°C karena berdasarkan hasil orientasi
pada suhu pencampuran tersebut dihasilkan sediaan lotion dengan penampilan
fisis yang cukup baik dan hal yang sama juga diperoleh pada saat dilakukan
orientasi pada pembuatan lotion repelan ini. Selain itu, suhu pencampuran sebesar
70°C berdasarkan pertimbangan bahwa pada suhu ± 65°C trietanolamin stearat
akan menghasilkan suatu sistem emulsi M/A yang stabil secara in situ dengan cara
mereaksikan trietanolamin dalam aqueous solution dengan asam stearat yang
sebelumnya telah dilelehkan terlebih dahulu (Kim, 2004).
Suhu pencampuran sebesar 70°C tidak digunakan pada saat dilakukan
penambahan minyak peppermint ke dalam lotion yang telah terbentuk. Minyak
peppermint ditambahkan pada saat 30 detik terakhir menjelang waktu akhir
pencampuran ke dalam beaker yang sebelumnya telah direndam dengan air hangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 70
50
dengan suhu ± 50°C. Hal ini bertujuan untuk mencegah penguapan dari minyak
peppermint yang dapat berakibat kepada penurunan efektivitasnya.
Pada pembuatan lotion repelan ini, digunakan kombinasi emulgator non
ionik. Polysorbate 40 digunakan sebagai emulgator non ionik yang bersifat
hidrofilik dan sorbitan monostearate yang juga berfungsi sebagai emulgator atau
emulsifyer non ionik namun bersifat lipofilik. Pada pembuatan lotion repelan ini,
polysorbate 40 terlebih dahulu dicampur dengan VCO yang merupakan salah satu
fase minyak. Hal ini bertujuan agar pada saat bercampur dengan fase minyak,
maka polysorbate 40 akan mampu menurunkan tegangan permukaan fase minyak.
Dengan menurunya tegangan permukaan dari fase minyak, maka fase minyak
yang jumlahnya lebih sedikit dari fase air akan lebih mudah terdispersi ke dalam
fase air. Proses ini dibantu dengan adanya pengadukan dimana terjadi pengecilan
ukuran droplet dari fase minyak. Droplet yang berukuran kecil akan memiliki luas
permukaan spesifik yang besar. Sehingga fase minyak akan lebih mudah
terdispersi ke dalam medium pendispers. Pembentukan droplet terjadi karena
adanya gaya yang diberikan terhadap droplet yang memiliki ukuran yang lebih
besar. Hal ini menyebabkan terjadinya pemanjangan pada keseluruhan atau bagian
tertentu yang diikuti dengan pengembangan pertumbuhan permukaan menuju
pada keadaan tidak stabil, dimana droplet yang berukuran besar tadi akan pecah
menjadi bentuk droplet bahkan cenderung menjadi droplet dengan ukuran yang
lebih kecil. Bentuk droplet yang terbentuk cenderung mengambil bentuk spheris,
hal ini disebabkan karena bentuk spheris merupakan bentuk tiga dimensi yang
memiliki luas permukaan yang kecil. Luas permukaan yang kecil ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 71
51
menyebabkan energi bebas yang dikeluarkan atau dimiliki paling kecil dan
membuat sistem yang terbentuk menjadi lebih stabil.
Gambar 12. Pembentukan droplet
Gambar 12, tentang pembentukan droplet menggambarkan bahwa,
droplet yang terbentuk cenderung mengambil bentuk spheris, juga dikarenakan
adanya gaya adhesi yang terjadi antara air dengan udara diabaikan karena
besarnya gaya yang terlalu kecil. Sehingga mengakibatkan molekul-molekul yang
berada di dalam bulk cenderung tertarik ke arah dalam, hal ini menyebabkan gaya
kohesi yang terjadi dalam suatu molekul menjadi lebih besar. Molekul yang
berada di batas permukaan akan lebih mudah tertarik ke dalam bulk karena
disebabkan oleh gaya kohesi yang besar, namun molekul yang berada di dalam
medium (air) cenderung membutuhkan energi untuk keluar, sehingga terjadilah
kesetimbangan yang mengakibatkan terbentuknya droplet yang berukuran spheris.
Pada penelitian ini digunakan kombinasi 2 jenis emulgator, polysorbate
40 dengan nilai HLB yang tinggi yakni 15,6 dikombinasikan dengan sorbitan
monostearate yang memiliki nilai HLB rendah yakni 4,7. Ketika polysorbate 40
(emulgator dengan nilai HLB besar) dicampur dengan sorbitan monostearate
(emulgator dengan nilai HLB rendah) maka akan dapat dihasilkan suatu sediaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 72
52
lotion yang stabil karena polysorbate 40 akan berikatan kuat pada fase air
sedangkan sorbitan monostearate akan dapat berikatan kuat pada fase minyak
dengan menggunakan rantai lipofilik panjang yang dimiliki.
Gambar 13. Campuran surfaktan yang membentuk lapisan film elastis padainterface (Kuluveovski, 2010).
Selain itu, agar dihasilkan suatu sediaan lotion yang stabil perlu
diperhatikan dalam penentuan nilai HLB campuran dan nilai rHLB-nya. Nilai
rHLB merupakan jumlah total nilai rHLB dari keseluruhan fase minyak yang
digunakan dalam pembuatan lotion repelan ini. Agar menghasilkan suatu sediaan
emulsi yang stabil maka nilai HLB yang kita pergunakan hendaknya mendekati
nilai rHLB total dari fase minyak yang dipergunakan (Ansel, 1898). Berdasarkan
perhitungan nilai rHLB sistem emulsi, diperoleh nilai rHLB sebesar 9,65
(lampiran. 3).
Tabel VI. HLB formula lotion repelanFormula Nilai HLB
Formula 1 10,15Formula a 11,64Formula b 8,66Formula ab 10,15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 73
53
Tabel VI, tentang nilai HLB formula lotion repelan dapat diketahui
bahwa nilai HLB dari formula (1), (a), (b), dan (ab) yang diperoleh berdasarkan
perhitungan nilai HLB mendekati dengan nilai rHLB. Sebenarnya formula (a)
memiliki nilai HLB yang agak jauh dari nilai rHLB yang diperbolehkan. Namun
nilai HLB pada formula (a) masih dapat ditolerir karena nilai HLB tersebut masih
berada pada rentang nilai HLB untuk tipe emulsi M/A. Nilai HLB campuran pada
masing-masing formula yang digunakan pada penelitian ini didasarkan pada hasil
orientasi yang telah dilakukan sebelumnya.
Berdasarkan perhitungan nilai HLB, diperoleh besarnya nilai HLB
campuran untuk masing-masing formula berada dalam rentang nilai HLB 8-18.
Rentang nilai ini merupakan rentang nilai persyaratan dimana surfaktan dapat
berfungsi sebagai agen pengemulsi untuk tipe emulsi M/A.
Selain polysorbate 40 dan sorbitan monostearate sebagai emulsifying
agent, ada pula beberapa bahan pendukung lainnya yang berperan pula dalam
pembentukan emulsi pada lotion repelan ini. Bahan-bahan tersebut antara lain
meliputi cetyl alcohol, asam stearat, trietanolamin, gliserin, dan VCO. Cetyl
alcohol, asam stearat, dan sorbitan monostearate dalam penggunaanya perlu
dilelehkan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar cetyl alcohol, asam stearat, dan
sorbitan monostearate dapat lebih mudah untuk saling bercampur. Dalam
pembuatan lotion ini cetyl alcohol berfungsi sebagai agen penstabil sistem emulsi
Adanya cetyl alcohol ini akan membuat medium pendispersi dari sediaan lotion
menjadi lebih viskous (kental), sehingga dapat mencegah terjadinya coalescense
karena semakin besar viskositas dari medium pendispers, maka tahanan yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 74
54
pada sistem menjadi besar. Hal ini dapat mengurangi mobilitas dari pergerakan
fase dispersnya. Sehingga tumbukan antar fase dispers dapat dicegah dan dengan
demikian stabilitas lotion akan lebih terjaga. Selain itu, cetyl alcohol juga
berfungsi sebagai co-surfactant karena membantu fase minyak untuk
tersolubilisasi ke dalam droplet yang berisi fase air (Vanderhoff, 1996).
Gambar 14. Gambaran sistem emulsi M/A dan A/M dengan penambahan co-surfactant (Myers, 2006).
Asam stearat yang ditambahkan pada pembuatan lotion repelan ini
berfungsi sebagai emulsifying agent tambahan. Asam stearat akan bereaksi dengan
trietanolamin yang ada pada fase air dan akan membentuk suatu sabun stearat,
reaksi ini disebut dengan reaksi penyabunan. Sifat asam dari asam stearat akan
dinetralisir oleh trietanolamin yang bersifat basa. Sabun stearat yang terbentuk
inilah yang akan berfungsi sebagai emulsifying agent yang akan menyelubungi
fase minyak dan membantu fase minyak sebagai fase terdispers untuk dapat
terdispersi secara lebih mudah ke dalam medium pendispers.
Secara keseluruhan mekanisme stabilisasi emulsi terjadi melalui 3 cara,
yakni:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 75
55
a. Penurunan tegangan permukaan dengan cara pembentukan lapisan
monolayer
Secara umum emulsifying agent bekerja dengan cara menurunkan
tegangan antarmuka dari fase minyak-air untuk menghasilkan suatu sistem emulsi
yang stabil. Masing-masing molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul
yang sejenis yang disebut dengan daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki
daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan daya
adhesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat
cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya
kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan
permukaan. Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan
tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur. Tegangan yang
terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas. Semakin
tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara kedua
zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan
bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa-senyawa
elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu
antara lain sabun. Di dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator
akan menurunkan dan menghilangkan tegangan permukaan yang terjadi pada
bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur
(Ansel, H.C., 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 76
56
Gambar 15a. Interaksi tween 40 dan span 80 (Sinko, 2006). Gambar 15b.Monolayer surfactant film ( Kim, 2004).
Gambar 15a menggambarkan tentang interaksi antara polysorbate 40
dengan sorbitan monooleate dalam proses emulsifikasi. Interaksi yang sama juga
terjadi pada pemakaian kombinasi polysorbate 40 dan sorbitan monostearate.
Bagian hidrokarbon dari molekul sorbitan monostearate akan berada pada globul
minyak dan radikal sorbitan berada dalam fase air. Kepala sorbitan yang besar
pada molekul sorbitan monostearate akan mencegah ekor-ekor hidrokarbon
bergabung rapat dalam fase minyak. Ketika polysorbate 40 (polioksietilen
sorbitan monopalmitat) ditambahkan, senyawa ini akan mengarahkan dirinya
sedemikian rupa sehingga bagian ekor dari rantai hidrokarbon berada pada fase
minyak dan sisa rantai yang lain bersamaan dengan cincin sorbitan dan rantai
polioksietilen berada di dalam fase air. Rantai hidrokarbon molekul polysorbate
40 teramati berada dalam globul minyak di antara rantai-rantai sorbitan
monostearate, dan orientasi ini menghasilkan suatu gaya tarik Van deer Waals
yang efektif (Sinko, 2006). Selain itu, terjadi pula ikatan hidrogen antara atom O
dari polysorbate 40 dengan atom H dari sorbitan monostearate maupun dengan
atom H dari fase air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 77
57
Dalam proses emulsifikasi, kombinasi antara polysorbate 40 dan sorbitan
monostearate akan menstabilkan sistem emulsi dengan cara menurunkan tegangan
antarmuka fase minyak-air dengan jalan pembentukkan lapisan film monolayer
atau yang dikenal dengan teori interfasial film (gambar 15b). Teori ini
mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak,
sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispers.
Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis
untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers menjadi stabil.
Namun kekuatan dari monolayer yang terbentuk adalah lemah.
b. Penyabunan
Mekanisme pembentukan emulsi melalui reaksi penyabunan dilakukan
oleh trietanolamin stearat. Asam stearat akan bereaksi dengan trietanolamin yang
ada pada fase air membentuk suatu sabun stearat dan reaksi ini disebut dengan
reaksi penyabunan. Sifat asam dari asam stearat akan dinetralisir oleh
trietanolamin yang bersifat basa. Sabun stearat yang terbentuk inilah yang akan
berfungsi sebagai emulsifying agent yang akan menyelubungi fase minyak dan
membantu fase minyak sebagai fase terdispers untuk dapat terdispersi secara lebih
mudah ke dalam medium pendispers. Keberadaan dari sabun stearat ini akan
berfungsi untuk memperkuat lapisan monolayer yang sebelumnya telah dibentuk
oleh polysorbate 40 dan sorbitan monostearate.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 78
58
Gambar 16. Reaksi penyabunan
c. Peningkatan viskositas
Mekanisme pembentukan emulsi dengan cara peningkatan viskositas
dilakukan oleh cetyl alcohol. Cetyl alcohol berperan sebagai agen penstabilisasi,
yakni dengan cara peningkatan viskositas. Cetyl alcohol merupakan golongan
fatty alcohol juga berfungsi sebagai co-surfactant yang akan membantu fase
minyak untuk tersolubilisasi ke dalam droplet yang berisi fase air.
Pada penelitian ini asam stearat dan cetyl alcohol dicampur setelah
keduanya sama-sama meleleh dan dipanaskan terlebih dahulu sampai dengan suhu
60⁰C sebelum campuran tersebut dicampur dengan lelehan sorbitan monostearate
yang bersuhu 60⁰C pula. Hal ini bertujuan untuk menyamakan kondisi dari sistem
yang telah terbentuk agar tidak terjadi shock cooling.
Gliserin digunakan sebagai humektan untuk menjaga kelembapan sediaan
karena sifatnya yang higroskopis. Sehingga dapat menjaga kelembapan kondisi
kulit ketika sediaan lotion repelan ini digunakan. Gliserin dapat meningkatkan
viskositas serta dapat membentuk ikatan hidrogen lemah dengan air (Schramm,
2005) sehingga dapat menghambat evaporasi dari sediaan lotion tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 79
59
Aquadest yang digunakan terlebih dahulu dipanaskan dan dijaga suhunya
sampai dengan suhu 60⁰C. Suhu aquadest (2/3) tidak disamakan dengan suhu
pencampuran, yakni 70⁰C karena aquadest ini ditambahkan pada bagian akhir
dan diasumsikan campuran yang telah terbentuk di bagian awal suhunya telah
mengalami penurunan. Sehingga diharapkan jangan sampai terjadi pemisahan fase
oleh karena penambahan aquadest dengan suhu yang berbeda. Penambahan
minyak peppermint dilakukan pada bagian akhir, 30 detik terakhir sebelum proses
pencampuran dengan mixer selesai dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah
agar minyak peppermint tidak banyak yang menguap dan hal ini akan
berpengaruh terhadap efektivitasnya sebagai repelan.
B. Penentuan Tipe Lotion Repelan Minyak Peppermint
Tipe emulsi yang dikehendaki dalam pembuatan lotion repelan ini berupa
tipe emulsi M/A. Oleh karena itu, untuk menjamin bahwa tipe emulsi yang
terbentuk merupakan tipe M/A maka dilakukan suatu pengujian tipe lotion.
Metode yang digunakan ada 2, yakni dengan menggunakan metode pewarnaan
dan metode pengenceran.
1. Metode Pewarnaan
Pada pengujian tipe emulsi dengan metode pewarnaan digunakan
methylene blue yang merupakan pewarna yang berwarna biru dan bersifat larut
dalam air. Pada pengujian ini, didapatkan hasil bahwa ketika methylene blue ini
ditambahkan pada lotion, maka methylene blue ini akan dapat larut secara
sempurna ke dalam lotion, sehingga membuat lotion yang awalnya berwarna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 80
60
putih menjadi berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa tipe emulsi dari lotion
adalah M/A.
2. Metode Pengenceran
Metode pengenceran dilakukan dengan menambahkan salah satu fase
secara berlebih, baik fase air maupun fase minyaknya. Dari hasil pengujian
diperoleh hasil, dimana pada lotion yang ditambahkan aquadest sebagai fase
berlebihnya menunjukkan hasil bahwa lotion tidak pecah sedangkan ketika lotion
dicampurkan minyak sebagai fase berlebih, maka lotion akan pecah (lotion yang
terbentuk tidak dapat tercampur secara sempurna dengan minyak). Hal ini terjadi
karena fase luar dari lotion ini berupa fase air sehingga ketika ditambahkan
minyak ke dalamnya, maka minyak dan air tidak akan dapat bercampur dan
akhirnya sistem emulsi tersebut pecah.
Gambar 17. Hasil penentuan tipe emulsi menggunakan metode pewarnaandan metode pengenceran
F1 FA
FB FABbB
(+)methylen
blue
(+)air
(+)minyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 81
61
C. Uji Sifat Fisis (daya sebar dan viskositas) dan Stabilitas Lotion
(pergeseran viskositas) Repelan Minyak Peppermint
Sifat fisis dan stabilitas sediaan mulai dari sediaan tersebut selesai dibuat
sampai dengan jangka waktu penyimpanan merupakan parameter penting dalam
menentukan parameter kualitas suatu sediaan. Daya sebar dan viskositas termasuk
dalam parameter sifat fisis lotion sedangkan pergeseran viskositas, pergeseran
ukuran droplet serta indeks creaming masuk ke dalam parameter stabilitas
sediaan.
Pengujian sifat fisis lotion yang meliputi daya sebar dan viskositas
dilakukan pada saat 48 jam setelah selesai pembuatan lotion atau pada hari ke-2.
Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada sistem emulsi untuk
relaksasi agar energi yang diberikan pada saat proses pembuatan tidak akan
mempengaruhi hasil pengujian pada sifat fisis lotion.
Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari lotion
untuk dapat menyebar secara merata ke seluruh permukaan kulit tempat dimana
lotion tersebut akan diaplikasikan. Besarnya nilai daya sebar dari sediaan lotion
ini erat kaitannya dengan acceptability dari suatu sediaan. Sediaan dengan nilai
daya sebar yang kecil menunjukan bahwa sediaan tersebut sulit untuk menyebar
secara merata, perlu diberikan suatu energi misalnya, dapat berupa penggosokkan
yang dapat membantu sediaan untuk menyebar secara merata.
Parameter selanjutnya adalah viskositas. Viskositas merupakan parameter
yang dapat menggambarkan tingkat kekentalan dari suatu sediaan. Sama halnya
dengan daya sebar, viskositas suatu sediaan erat kaitannya dengan tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 82
62
acceptability pemakaian. Viskositas menggambarkan besarnya tahanan yang ada
dalam suatu sistem setelah diberikan suatu gaya. Besarnya viskositas penting
untuk menggambarkan tingkat kemudahan dari lotion repelan ini pada saat filling
dan saat keluar dari wadah yang kemudian akan diaplikasikan pada permukaan
kulit. Semakin besar nilai viskositas, maka semakin sulit kemampuan lotion untuk
mengalir dan keluar dari wadahnya. Pengujian viskositas ini dilakukan dengan
menggunakan viscotester RION VT-04, rotor nomer 1 dan dengan satuan d.pa.s.
Stabilitas lotion dapat dilihat dari besarnya % pergeseran viskositas.
Besarnya % pergeseran viskositas dapat diketahui dengan cara menghitung selisih
besarnya viskositas lotion pada saat 48 jam setelah lotion selesai dibuat dengan
pada saat waktu penyimpanan lotion selama 1 bulan. Nilai pergeseran viskositas
yang semakin besar menunjukkan bahwa lotion tersebut semakin tidak stabil.
Tabel VII. Hasil pengujian sifat fisis dan stabilitas lotion repelan minyakpeppermint
Formula Viskositas(d.pa.s)
Daya sebar(cm)
Pergeseran viskositas(%)
Formula 1 93,33 ± 12,58 6,23 ± 0,38 20,61 ±18,81Formula A 19,50 ± 3,28 7,83 ± 0,85 5,97 ± 0,87Formula B 136,67 ±12,58 5,27 ± 0,31 21,19 ±7,39
Formula AB 58,33 ± 5,77 6,27 ± 0,10 6,06 ± 5,25
Berdasarkan tabel VII, tentang hasil pengujian sifat fisis dan stabilitas
lotion repelan minyak peppermint diketahui bahwa besarnya daya sebar
berbanding terbalik dengan besarnya viskositas. Hal ini sesuai dengan teori yang
ada dimana semakin besar nilai viskositas suatu sediaan, maka tahanan untuk
mengalir juga besar dan hal ini menyebabkan besarnya daya sebar lotion repelan
menjadi sangat rendah sekali. Untuk pengukuran daya sebar, dari keempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 83
63
formula dapat diketahui bahwa formula (a) memiliki nilai daya sebar yang paling
tinggi dan dari pengukuran viskositas diperoleh formula (b) yang memiliki nilai
viskositas paling besar.
Pergeseran viskositas yang paling kecil terjadi pada formula (a) yakni
dengan penggunaan level tinggi polysorbate 40 dan level rendah sorbitan
monostearate. Kecilnya nilai % pergeseran viskositas yang terjadi menunjukkan
bahwa lotion formula a bersifat lebih stabil daripada lotion formula (1), (b), dan
(ab).
D. Pengaruh Polysorbate 40 dan Sorbitan Monostearate terhadap Sifat Fisis
dan Stabilitas Lotion Repelan Minyak Peppermint
Pada penelitian ini digunakan desain penelitian berupa desain faktorial
yang dipergunakan untuk mengetahui pengaruh polysorbate 40, sorbitan
monostearate, dan interaksi keduanya dalam hal menentukan karakteristik sifat
fisis dan stabilitas dari sediaan lotion relepan. Selain itu juga untuk melihat faktor
mana yang berpengaruh secara dominan dalam menentukan karakteristik sifat fisis
dan stabilitas dari sediaan lotion relepan ini.
Data pengukuran daya sebar dan viskositas diolah dengan menggunakan
R-Program dengan menggunakan taraf kepercayaan sebesar 95% sehingga akan
didapatkan hasil berupa nilai efek dari polysorbate 40, sorbitan monostearate
maupun dari interaksi keduanya dalam menentukan besarnya respon. Nilai efek
dapat berharga positif dan negatif. Nilai efek yang berharga positif menunjukkan
bahwa faktor tersebut memiliki efek meningkatkan respon, sedangkan nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 84
64
negatif pada nilai efek menunjukkan bahwa faktor tersebut memiliki efek
menurunkan nilai respon. Selain dapat mengetahui nilai efek, pengolahan data
dengan menggunakan program ini juga dapat digunakan untuk mengetahui model
persamaan dari masing-masing respon. Model persamaan dapat dipergunakan
untuk memprediksi besarnya respon yang akan dihasilkan apabila model
persamaan tersebut signifikan atau memiliki harga p < 0,05 dan memiliki nilai
multiple R2 yang mendekati nilai 1. Nilai R2 atau yang disebut dengan koefisien
determinasi merupakan metode yang digunakan untuk menyatakan kekuatan suatu
hubungan (parametrik). Koefisien determinasi ini merupakan perkiraan yang baik
atas kontribusi variasi untuk variabel y (terikat) yang dijelaskan secara matematik
oleh garis suaian terbaik. Jika variasi variabel X dijelaskan secara sempurna oleh
garis suaian terbaik, maka nilai R2 akan sama dengan 1 (Jones, 2010). Besarnya
nilai R2 dihitung sebagai kuadrat dari koefisien korelasi. Besarnya nilai p ini dapat
diketahui dari uji statistik multivariate ANOVA.
Selain kedua parameter diatas, besarnya nilai adjusted R2 dari suatu
model persamaan dapat pula diketahui. Namun tidak seperti nilai p dan nilai R2,
besarnya nilai adjusted R2 penggunaanya lebih difokuskan untuk melihat kebaikan
dari suatu model persamaan karena dapat melindungi dari terjadinya kenaikan
bias atau kesalahan karena kenaikan dari jumlah variable independent dan
kenaikan jumlah sampel. Adjusted R2 didefinisikan sebagai besarnya % perubahan
pada faktor yang dapat dijelaskan oleh perubahan respon (Santosa dan Ashari,
2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 85
65
Namun di satu sisi pengolahan data menggunakan R-Program memiliki
kekurangan yakni, besarnya nilai efek dan % kontribusi dari masing-masing faktor
tidak dapat diketahui.
1. Respon daya sebar
Daya sebar terkait dengan tingkat acceptability lotion ketika digunakan.
Daya sebar merupakan parameter yang dapat menggambarkan kemampuan dari
suatu sediaan lotion untuk dapat menyebar secara merata pada permukaan kulit,
tempat dimana lotion tersebut diaplikasikan.
Persamaan desain faktorial yang diperoleh dalam penelitian ini
ditunjukkan dalam hasil output di bawah ini :
Gambar 18. Output hasil analisis statistik R-Program respon daya sebar
Call:lm(formula = respon ~ a + b + a * b, data = data)
Coefficients:(Intercept) a b a:b
4.32222 0.80000 -0.05556 -0.06667
Call:lm(formula = respon ~ a + b + a * b, data = data)
Residuals:Min 1Q Median 3Q Max
-0.6667 -0.3583 0.0500 0.3333 0.9667
Coefficients:Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)
(Intercept) 4.32222 2.37102 1.823 0.1058a 0.80000 0.41590 1.924 0.0906 .b -0.05556 0.41590 -0.134 0.8970a:b -0.06667 0.07295 -0.914 0.3875
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘’ 1Residual standard error: 0.5686 on 8 degrees of freedomMultiple R-squared: 0.797, Adjusted R-squared: 0.7208F-statistic: 10.47 on 3 and 8 DF, p-value: 0.003827
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 86
66
Berdasarkan pada gambar 18, tentang output hasil analisis statistik R-Program
respon daya sebar diketahui bahwa model persamaan untuk respon daya sebar
bersifat signifikan. Terlihat dari nilai p-value < 0,05 yakni sebesar 0,0038. Hal ini
mengandung arti bahwa model dari persamaan ini signifikan dan dapat
dipergunakan untuk memprediksi pengaruh dari masing-masing faktor dalam
menentukan besarnya respon daya sebar. Besarnya nilai multiple R2 yang
diperoleh adalah 0,797. Hal ini menjelaskan bahwa besar kekuatan hubungan
antara faktor dan respon pada model persamaan Y = 4,32222 + 0,80000 A –
0,05556 B -0,06667 AB adalah sebesar 0,797 (79,7%) dan nilai ini juga berkaitan
erat dengan besarnya asumsi linieritas yang dibangun oleh model persamaan
tersebut. Selanjutnya, nilai adjusted R2 yang diperoleh dari model persamaan
tersebut adalah 0,7208. Hal ini menjelaskan bahwa model persamaan tersebut
memiliki kekuatan sebesar 72,08% untuk menghindari terjadinya bias apabila
terjadi kesalahan karena kenaikan dari jumlah variable independent dan kenaikan
jumlah sampel.
Gambar 19a. Grafik hubungan efek polysorbate 40 terhadap respon dayasebar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 87
67
Gambar 19b. Grafik hubungan efek sorbitan monostearate terhadap respondaya sebar
Pada kedua grafik di atas diketahui bahwa garis biru menunjukkan level
rendah sedangkan garis merah menunjukkan level tinggi dari masing-masing
faktor yang diamati. Pada gambar 19a, tentang grafik hubungan efek polysorbate
40 terhadap respon daya sebar diketahui bahwa, pada penambahan pemakaian
polysorbate 40, baik pada level rendah maupun level tinggi sorbitan monostearate
akan menaikan respon daya sebar. Sedangkan pada gambar 19b, tentang grafik
hubungan efek sorbitan monostearate terhadap respon daya sebar, diketahui
bahwa pada penambahan pemakaian sorbitan monostearate, baik pada level
rendah maupun level tinggi polysorbate 40 akan menurunkan respon daya sebar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 88
68
Tabel VIII. Hasil uji multivariate ANOVA untuk daya sebarRespon 1 Daya Sebar
Analysis of variance table
Response: respon
Source Sum of df Mean F p-valueSquares Square Value Prob > F
A-Polysorbate40 5.0700 1 5.0700 15.6804 0.004178
B-Sorbitanmonostearate 4.8133 1 4.8133 14.8866 0.004820
AB 0.2700 1 0.2700 0.8351 0.387527Residuals 2.5867 8 0.3233
Tabel IX. Nilai efek untuk respon daya sebar
Berdasarkan tabel VIII, tentang hasil uji statistik multivariate ANOVA
untuk respon daya sebar dapat diketahui bahwa polysorbate 40 dan sorbitan
monostearate dapat dikatakan memberikan efek yang signifikan terhadap respon
daya sebar, karena keduanya memiliki nilai p < 0,05. Sedangkan interaksi dari
keduanya ternyata dapat dikatakan tidak memberikan efek yang signifikan, karena
memiliki nilai p > 0,05.
Berdasarkan tabel IX, tentang nilai efek untuk respon daya sebar,
diketahui bahwa polysorbate 40 memiliki efek untuk meningkatkan respon daya
sebar lotion repelan dan efek ini bersifat dominan. Hal ini nampak dari nilai efek
yang berharga positif (+) dan nilai efek paling besar diberikan oleh polysorbate
40. Sedangkan sorbitan monostearate memiliki efek untuk menurunkan respon
daya sebar lotion repelan. Hal ini terlihat dari nilai efek yang berharga negatif (-).
Faktor InteraksiA B AB
+1,30 -1,26 -0,30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 89
69
2. Respon viskositas
Viskositas merupakan suatu parameter yang menyatakan besar atau
kecilnya tahanan yang ada pada sistem. Persamaan desain faktorial yang diperoleh
dalam penelitian ini ditunjukkan dalam output di bawah ini :
Gambar 20. Output hasil analisis statistik R-Program respon viskositas
Berdasarkan pada gambar 20, tentang output hasil analisis statistik R-
Program respon viskositas diketahui bahwa model persamaan untuk respon
viskositas bersifat signifikan. Terlihat dari nilai p-value < 0,05 yakni sebesar
2,286e-06. Hal ini mengandung arti bahwa model dari persamaan ini signifikan
dan dapat dipergunakan untuk memprediksi pengaruh dari masing-masing faktor
Call:lm(formula = respon ~ a + b + a * b, data = data)
Coefficients:(Intercept) a b a:b
126.00 -22.61 16.44 -0.50Call:lm(formula = respon ~ a + b + a * b, data = data)Residuals:
Min 1Q Median 3Q Max-13.3333 -3.3750 -0.5833 3.9167 13.3333Coefficients:
Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)(Intercept) 126.000 39.599 3.182 0.0130 *a -22.611 6.946 -3.255 0.0116 *b 16.444 6.946 2.367 0.0454 *a:b -0.500 1.218 -0.410 0.6923---Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’1Residual standard error: 9.497 on 8 degrees of freedomMultiple R-squared: 0.9689, Adjusted R-squared: 0.9572F-statistic: 82.96 on 3 and 8 DF, p-value: 2.286e-06F-statistic: 82.96 on 3 and 8 DF, p-value: 2.286e-06
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 90
70
dalam menentukan besarnya respon viskositas. Besarnya nilai multiple R2 yang
diperoleh adalah 0,9689. Hal ini menjelaskan bahwa besar kekuatan hubungan
antara faktor dan respon pada model persamaan Y = 126,00 -22,61 A + 16,44 B -
0,50AB adalah sebesar 0,9689 (96,89%) dan nilai ini juga berkaitan erat dengan
besarnya asumsi linieritas yang dibangun oleh model persamaan tersebut.
Selanjutnya, nilai adjusted R2 yang diperoleh dari model persamaan tersebut
adalah 0,9572. Hal ini menjelaskan bahwa model persamaan tersebut memiliki
kekuatan sebesar 95,72% untuk menghindari terjadinya bias apabila terjadi
kesalahan karena kenaikan dari jumlah variable independent dan kenaikan jumlah
sampel.
Berikut merupakan grafik interaksi antara polysorbate 40 dan sorbitan
monostearate dalam menetukan respon viskositas:
Gambar 21a. Grafik hubungan efek polysorbate 40 terhadap responviskositas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 91
71
Gambar 21b. Grafik hubungan efek sorbitan monostearate terhadap responviskositas
Pada kedua grafik di atas diketahui bahwa garis biru menunjukkan level
rendah sedangkan garis merah menunjukkan level tinggi dari masing-masing
faktor yang diamati. Pada gambar 21a, tentang grafik hubungan efek polysorbate
40 terhadap respon viskositas diketahui bahwa, pada penambahan pemakaian
polysorbate 40, baik pada level rendah maupun level tinggi sorbitan monostearate
akan menurunkan respon viskositas. Sedangkan pada gambar 21b, tentang grafik
hubungan efek sorbitan monostearate terhadap respon viskositas diketahui bahwa
pada penambahan pemakaian sorbitan monostearate, baik pada level rendah
maupun level tinggi polysorbate 40 akan menaikan respon viskositas.
Tabel X. Hasil uji multivariate ANOVA untuk viskositasRespon 1 Viskositas
Analysis of variance table
Response: respon
Source Sum of df Mean F p-valueSquares Square Value Prob > F
A-Polysorbate40 17366.00 1 17366.0 192.5546 7.036e-07
B-Sorbitanmonostearate 5063.5 1 5063.5 56.1444 6.974e-05
AB 15.2 1 15.2 0.1684 0,6923Residuals 721.5 8 90.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 92
72
Tabel XI. Nilai efek untuk respon viskositasFaktor Interaksi
A B AB-76,085 +41,085 -2,255
Berdasarkan tabel X, tentang hasil uji statistik multivariate ANOVA
untuk respon viskositas dapat diketahui bahwa polysorbate 40 dan sorbitan
monostearate dapat dikatakan memberikan efek yang signifikan terhadap respon
viskositas, karena keduanya memiliki nilai p < 0,05. Sedangkan interaksi dari
keduanya ternyata dapat dikatakan tidak memberikan efek yang signifikan, karena
memiliki nilai p > 0,05.
Berdasarkan tabel XI, tentang nilai efek untuk respon viskositas,
diketahui bahwa polysorbate 40 memiliki efek untuk menurunkan respon
viskositas lotion repelan dan efek ini bersifat dominan. Hal ini nampak dari nilai
efek yang berharga positif (-) dan nilai efek paling besar diberikan oleh
polysobate 40. Sedangkan sorbitan monostearate memiliki efek untuk
meningkatkan respon viskositas lotion repelan. Hal ini terlihat dari nilai efek yang
berharga negatif (-).
Berdasarkan hasil perhitungan nilai efek dari masing-masing faktor dan
interaksinya terhadap respon daya sebar dan viskositas diketahui bahwa
polysorbate 40 merupakan faktor yang dominan dalam meningkatkan respon daya
sebar dan menurunkan respon viskositas. Hal ini disebabkan karena polysorbate
bersifat higroskopis sehingga harus diperhatikan tentang besarnya kandungan air
yang dipergunakan (Rowe, et all, 2009). Sifat inilah yang menyebabkan
polysorbate 40 dapat menarik kandungan lembab yang ada pada lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 93
73
Semakin banyak kandungan air yang dapat ditarik oleh polysorbate membuat
jumlah kandungan air di dalam sistem (fase eksternal) menjadi semakin
bertambah. Hal inilah akan menyebabkan terjadinya kenaikan respon daya sebar
dan penurunan respon viskositas pada lotion repelan ini.
3. Pergeseran viskositas
Pergeseran viskositas merupakan parameter dalam menentukan stabilitas
dari suatu sediaan lotion. Suatu sediaan diharapkan tidak mengalami pergeseran
viskositas atau mengalami pergeseran viskositas yang kecil selama penyimpanan.
Semakin kecil nilai % pergeseran viskositas dari suatu sediaan selama
penyimpanan menunjukkan bahwa sediaan tersebut stabil.
Data % pergeseran viskositas lotion repelan minyak peppermint tidak
dapat diolah dengan menggunakan R-Program karena dalam melakukan
pengukuran besarnya pergeseran viskositas ada pengaruh dari faktor lain, diluar
faktor yang telah kita tetapkan yang juga ikut berperan dalam menentukan
terjadinya pergeseran viskositas dan sifatnya tidak dapat kita kendalikan, seperti
kelembapan ruangan penyimpanan.
Oleh karena itu, data pergeseran viskositas lotion repelan minyak
peppermint hanya dapat dianalisis dengan menggunakan program R 2.9.0 yakni
dengan membandingkan 2 mean yang terlebih dahulu diawali dengan uji
normalitas data. Pada penelitian ini digunakan uji Shapiro-Wilk untuk uji
normalitas data, karena sampel yang digunakan hanya berjumlah 3 data untuk
masing-masing formula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 94
74
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk, diketahui
bahwa data pergeseran viskositas untuk formula (1) dan (b) terdistribusi secara
normal (p > 0,05) sedangkan data pergeseran viskositas untuk formula (a) dan (ab)
tidak terdistribusi secara normal, karena nilai p < 0,05. Oleh karena ada 2 data
yang pola distribusinya bersifat tidak normal, maka analisis data pergeseran
viskositas untuk formula (1), (a), (b), dan (ab) menggunakan uji Wilcoxson.
Uji Paired T-test dipergunakan apabila keseluruhan data terdistribusi
secara normal. Uji Paired T-test merupakan uji yang digunakan untuk menguji
efektivitas suatu perlakukan terhadap suatu besaran variabel yang ingin
ditentukan. Pada uji Paired T-test dikenal adanya rancangan pre-post, artinya
membandingkan rata-rata nilai pre-test dan rata-rata post-test dari satu sampel
(Riwidikdo, 2009).
Tabel XII. Hasil analisa data dengan uji Wilcoxson
Formula Nilai pWilcoxson Keterangan
1 0,3711 Tidak signifikana 0,5862 Tidak signifikanb 0,2500 Tidak signifikanab 0,3458 Tidak signifikan
Berdasarkan tabel XII, tentang hasil analisa data menggunakan uji
Wilcoxson diketahui bahwa besarnya viskositas lotion untuk formula (1), (a), (b)
dan (ab) pada hari ke-2 tidak berbeda bermakna dengan viskositas lotion pada hari
ke-30. Hal ini menunjukkan bahwa lotion repelan tersebut stabil selama
penyimpanan selama1 bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 95
75
E. Karakteristik Pergeseran Ukuran Droplet Lotion Repelan Minyak
Peppermint
Stabilitas lotion selain dapat dilihat dari besarnya pergeseran viskositas
yang terjadi dapat pula dilihat dari pergeseran ukuran droplet. Pergeseran ukuran
droplet dapat diamati dengan cara membandingkan besarnya nilai median pada
ukuran droplet hari ke-2 atau pada 48 jam setelah lotion selesai dibuat dengan
besarnya besarnya nilai median droplet setelah 1 bulan penyimpanan.
Ada tidaknya pergeseran ukuran droplet lotion dapat dilihat dengan
mengukur 500 droplet dari fase internal pada masing-masing replikasi untuk
setiap formula dengan menggunakan mikroskop (Motic, B3 Proffesional Series),
yang dihubungkan dengan software Motic Image Plus 2.0™ dengan perbesaran
10x. Namun terlebih dahulu, droplet di foto dengan menggunakan mikroskop
Olympus CH3-TR45 (OF08768) Japan yang dihubungkan dengan software
OptiLab Viewer Ver. 1.3.2. Miconos @ 2009 (lampiran. 9).
Selanjutnya, data ukuran 500 droplet yang diperoleh untuk setiap
replikasi pada masing-masing formula dianalisis ukuran dropletnya dengan
menggunakan program R 2.9.0 agar diketahui ada perbedaan bermakna atau tidak
antara ukuran droplet yang diukur pada 48 jam setelah lotion selesai dibuat
dengan ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan yang sebelumnya telah
dilakukan uji normalitas data.
Besarnya nilai median untuk masing-masing formula lotion repelan
minyak peppermint tertera pada tabel dibawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 96
76
Tabel XIII. Nilai median untuk tiap formula
Formula Median (µm)2 hari
Median (µm)30 hari
1 23,23 ± 6,47 20,17 ± 1,78a 20,63 ± 1,27 18,73 ± 0,23b 19,80 ± 0,00 19,40 ± 0,69ab 22,10 ± 1,20 20,53 ± 0,64
Pada penelitian ini, tidak dipergunakan data mean dan modus. Hal ini
dikarenakan, mean merupakan nilai rata-rata ukuran droplet yang bersifat
polydisperse sehingga tidak dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Sama halnya dengan modus, modus merupakan nilai yang sering muncul dari
suatu populasi ukuran droplet yang ada serta pada penelitian ini diperoleh nilai
modus yang hampir sama, sehingga bersifat kurang sensitif apabila dibandingkan
dengan nilai median.
Ukuran droplet yang besar cenderung akan mengalami peristiwa
instabilitas emulsi, sehingga droplet yang terbentuk akan menjadi semakin besar
lagi dan akhirnya terjadi pemisahan (Ngee et all., 2008). Hal ini disebabkan
droplet yang berukuran besar memiliki luas permukaan yang besar pula dan energi
bebas yang dimiliki oleh droplet tersebut sangat besar apabila dibandingkan
dengan droplet yang berukuran kecil. Besarnya energi bebas yang dimiliki
menyebabkan droplet bersifat tidak stabil dan cenderung akan bergerak mendekati
droplet lain yang bertujuan untuk menstabilkan dirinya. Sehingga dapat dikatakan
bahwa droplet dengan ukuran yang kecil cenderung akan memberikan stabilitas
terhadap sistem emulsi secara lebih baik (Eccleston, 2007).
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk, diketahui
bahwa data pergeseran nilai median untuk formula (1), (a), dan (ab) terdistribusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 97
77
secara normal sedangkan data pergeseran nilai median untuk formula (b) tidak
terdistribusi secara normal, karena nilai p < 0,05. Oleh karena ada 1 data yang
tidak terdistribusi secara normal, maka analisis data pergeseran nilai median untuk
formula (1), (a), (b), dan (ab) digunakan uji Wilcoxson.
Tabel XIV. Hasil analisa data nilai median dengan uji Wilcoxson
Formula Nilai pWilcoxson Keterangan
1 0,50 Tidak signifikana 0,25 Tidak signifikanb 1,00 Tidak signifikanab 0,25 Tidak signifikan
Berdasarkan tabel XIV, tentang hasil analisa data menggunakan uji
Wilcoxson diketahui bahwa besarnya pergeseran nilai median pada keempat
formula pada hari ke-2 tidak berbeda bermakna dengan nilai median pada hari ke-
30, karena diperoleh nilai p > 0,05. Sehingga dari hasil analisa secara statistik
menunjukkan bahwa lotion repelan minyak peppermint ini stabil secara
mikroskopis.
Hal ini didukung dengan hasil pengamatan dan pengukuran indeks
creaming. Pengamatan indeks creaming bertujuan untuk mengetahui tinggi
creaming yang terjadi pada sistem emulsi selama penyimpanan dalam waktu
tertentu. Semakin besar indeks creaming berarti semakin banyak creaming yang
terbentuk dan sebaliknya, semakin kecil indeks creaming berarti semakin sedikit
creaming yang terbentuk. Pengukuran indeks creaming secara periodik selama 1
bulan bertujuan untuk melihat besarnya perubahan indeks creaming yang terjadi
dari waktu ke waktu selama 1 bulan. Dimana pengukuran indeks creaming ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 98
78
dapat mengindikasikan telah terjadi atau tidaknya fenomena ketidakstabilan
sistem emulsi selama penyimpanan.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa keempat formula memiliki
indeks creaming sebesar 0%. Hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi pemisahan
pada keempat formula ini yang biasanya ditunjukkan dengan adanya penurunan
volume lotion.
F. Uji Waktu Penolakan Lotion Repelan Minyak Peppermint
Uji waktu penolakan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
seberapa lama waktu penolakan dari minyak peppermint sebagai agen penolak
nyamuk Aedes aegypti betina yang merupakan vektor dari penyakit demam
berdarah setelah minyak peppermint dibuat dalam bentuk sediaan lotion.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tangan naracoba yang dimasukkan
ke dalam sangkar berukuran 20x20x20 cm yang telah berisi 25 ekor nyamuk
Aedes aegypti betina dewasa berumur 7 hari yang secara rutin diberi makanan
berupa larutan sukrosa dan sehari sebelum dilakukan pengujian nyamuk tersebut
sebelumnya telah dipuasakan terlebih dahulu.
Nyamuk Aedes aegypti betina mencari makanan berupa darah manusia
atau binatang yang diperlukan untuk proses pembentukan telur. Pada pengujian
waktu penolakan lotion repelan minyak peppermint digunakan nyamuk Aedes
aegypti betina dewasa yang berumur 7 hari. Hal ini dikarenakan pada umur
tersebut nyamuk betina dewasa sudah siap untuk bertelur lagi. Sedangkan tujuan
dari nyamuk dipuasakan terlebih dahulu yakni untuk membuat nyamuk menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 99
79
lapar sehingga ketika pengujian ini dilakukan, nyamuk akan dapat bergerak secara
agresif untuk mencari makanannya, yakni berupa darah.
Faktor menyebabkan nyamuk Aedes aegypti datang mendekat dan
kemudian dapat menggigit manusia atau hewan dikarenakan di dalam tubuh
manusia mengandung asam laktat yang merupakan suatu senyawa hasil proses
metabolisme pada manusia atau hewan. Adanya asam laktat ini dapat dideteksi
oleh nyamuk Aedes aegypti betina melalui lactid-acid-sensitive olfactory receptor
neuron (OFN) yang terletak pada bagian antena nyamuk (Syed and Leal, 2008).
Pada bagian inilah minyak peppermint bekerja sebagai repelan nyamuk
Aedes aegypti betina. Minyak atsiri yang terkandung di dalam minyak peppermint
akan memblok stimulasi dari lactid-acid-sensitive olfactory receptor neuron
(OFN) sehingga dapat mencegah nyamuk untuk mendekat kepada manusia atau
hewan (Anonim, 2008).
Pada pengujian digunakan 2 macam kontrol yakni, kontrol negatif yang
berupa basis lotion dan kontrol positif yang berupa minyak peppermint murni.
Pemakaian kotrol negatif berupa basis lotion yang berisi bahan-bahan lain
penyusun lotion tanpa minyak peppermint sebagai kontrol negatif. Pengujian
terhadap basis lotion ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya daya
repelensi yang mungkin ditimbulkan oleh bahan-bahan lain penyusun lotion
repelan tersebut termasuk aquadest yang berfungsi sebagai pelarut. Pemakaian
kontrol positif, bertujuan sebagai pembanding. Dipergunakan untuk mengetahui
seberapa besar daya repelensi yang ditimbulkan oleh minyak peppermint murni
dengan jumlah yang sama dengan jumlah minyak peppermint yang ditambahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 100
80
dalam pembuatan lotion. Dilihat ada perbedaan atau tidak dalam hal efek
repelensi yang ditimbulkan sebelum dan setelah dibuat dalam bentuk lotion.
Hasil uji waktu penolakan lotion repelan dari masing-masing formula
dibandingkan dengan kontrol positif (minyak peppermint) adalah sebagai berikut:
Tabel XV. Hasil pengujian waktu penolakan lotion repelan pada basis lotion(kontrol negatif)
Formula Daya repelensiKontrol Formula 1 6 detikKontrol Formula A 8 detikKontrol Formula B 2 detik
Kontrol Formula AB 15 detik
Tabel XVI. Hasil pengujian waktu penolakan lotion repelan dibandingkankontrol positif
Formula Rata-rata daya repelensi ± SDMinyak peppermint 48 menit 08 detik
Formula 1 62.33 detik ± 57, 73Formula A 38 detik ± 43, 35Formula B 23 detik ± 13, 86
Formula AB 17, 33 detik ± 1, 15
Pada tabel XV, tentang hasil pengujian waktu proteksi lotion repelan
pada basis lotion (kontrol negatif) diketahui bahwa ada daya repelensi yang
ditimbulkan dengan pemakaian basis lotion namun waktunya sangat kecil sekali,
berada di bawah waktu proteksi yang ditimbulkan oleh pemakaian lotion repelan.
Besarnya daya repelensi yang dihasilkan oleh masing-masing basis berdasarkan
lamanya waktu proteksi adalah,besarnya waktu proteksi basis formula ab > basis
formula a > basis formula 1 > basis formula b.
Selanjutnya, berdasarkan tabel XVI, tentang hasil pengujian waktu
proteksi lotion repelan dibandingkan kontrol positif diketahui bahwa formula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 101
81
lotion repelan minyak peppermint yang memiliki waktu proteksi paling lama
terhadap nyamuk Aedes aegypti adalah formula (1).
Keefektifan dari suatu repelan untuk menolak nyamuk Aedes aegypti
betina dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain meliputi:
a. Nyamuk Aedes aegypti betina memiliki dua periode aktivitas menggigit,
yaitu pada pagi hari dan selama beberapa jam sebelum gelap. Waktu
menggigit lebih banyak pada siang hari daripada malam hari,yaitu antara
jam 08.00-12.00 dan jam 15.00-17.00, dan lebih banyak menggigit di
dalam rumah daripada di luar rumah (Cahyati dan Suharyo, 2006). Pada
penelitian ini, pengujian dilakukan pada jam 9 pagi.
b. Menurut Klowden (cit., Armenda, 2009), Status nutrisi yang cukup, masa
kawin, dan adanya hormon yang dikeluarkan semasa maturasi telur
berpengaruh terhadap keefektifan dari suatu repelan.
c. Jumlah kandungan asam laktat sebagai hasil dari proses metabolisme yang
diproduksi oleh masing-masing individu.
G. Keterbatasan Penelitian
1. Minyak peppermint yang digunakan di dalam pembuatan lotion repelan ini
jumlahnya terbatas.
2. Perilaku nyamuk Aedes aegypti betina yang tidak dapat dikendalikan oleh
peneliti (ada nyamuk yang pasif pada saat dilakukan pengujian).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 102
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Polysorbate 40 merupakan faktor yang paling dominan dalam menentukan
sifat fisis lotion berupa respon viskositas dan daya sebar lotion repelan
minyak peppermint.
2. Lotion repelan minyak peppermint stabil secara fisik mulai dari saat
setelah selesai pembuatan sampai dengan penyimpanan selama 1 bulan.
3. Lotion repelan minyak peppermint memiliki kemampuan proteksi
(melindungi) kulit dari gigitan nyamuk Aedes aegypti betina dengan lotion
formula (1) yang memberikan waktu penolakan paling lama.
B. Saran
1. Perlu dilakukan optimasi pembuatan lotion repelan terkait dengan
tingkatan kadar atau konsentrasi minyak peppermint yang digunakan. Agar
dapat dihasilkan suatu lotion repelan yang lebih efektif untuk mengusir
nyamuk Aedes aegypti.
2. Perlu dilakukan uji iritasi terhadap sediaan lotion repelan minyak
peppermint.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 103
82
DAFTAR PUSTAKA
Alan, R. Gaby, M.D and the Heatlh Notes Medical Team, 2006, The NaturalPharmacy revised and Update, 3th Ed, Three Rivers Press, New York.
Alankar, Shrivastava, A Review On Peppermint Oil, 2009, Asian Jurnal ofPharmaceutical and Clinic Research, 2 (2), 27-33.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta, 612.
Anonim, 2008, Mosquito Repellent, Oklahoma State Departement of Health,http://ads.health.ok.gov, diakses tangggal 16 November 2011.
Anonim, 2009, Polysorbate 40, http://pharmacyebooks.com/2009/09/european-pharmacopoeia-5-0-online.html, diakses tanggal 08 Mei 2011.
Ansel, H.C., 1898, Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, Lea & Febiger,Philadelphia, pp 250-251, 253, 390.
Allen, L. V., 2002, The Art Sciences, and Technology of PharmaceuticalCompounding, 2nd Ed, American Pharmacheutical Association, USA, pp.263, 265, 267, 269,dan 275.
Armenda, Syifa, 2009, Daya Repelan Sulingan Kulit Jeruk Nipis (Citrusaurantifolia swingle) Dalam Sediaan Gel Terhadap Nyamuk Aedesaegypti, Skripsi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Armstrong, A.N., and James, K.C., 1996, Pharmaceutical Experimental, Designand Interpretation, Taylor & Francis Ltd, London, pp. 135.
Aulton, M.E. (Ed.), 1995, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design,Churchill Livingstone, New York, pp. 290–292.
Aulton, M. E., 2002, Pharmaceutics : The Science of Dosage Form Design,2
ndEd., ELBS with Churchill Livingstone, New York, pp. 295.
Bawalan, Divina D and Chapman, Keith R, 2006, Virgin Coconut Oil: ProductionManual for Micro-and Village-Scale Processing, FAO Regional Officefor Asia and the Pasific, Bangkok, pp. 12, 14.
Billany, M.R, 2002, Synthetic and Semisynthetic Surface Active Agent inEmulsions Aulton, M.E., Pharmaceutics : The Science of Dosage FormDesign, 2
ndEd., ELBS with Churchill Livingstone, New York, pp. 286-
290.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 104
83
Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistics, Practical and Application, 2nd Ed,Marcel Dekker Inc. New York, pp. 308-312, 316.
Cahyati, Widya Hary dan Suharyo, 2006, Dinamika Aedes aegypti SebagaiVektor Penyakit, Kemas Vol. 2 (1), 38-48.
Christophers, S. R, 1960, Aedes aegypti (L.) The Yellow Fever Mosquito: Its LifeHistory, Bionomics and Structure, University Press, Cambridge, 133(2463), 1473-1474.
De Muth, J.E., 1999, Basic Statistic and Pharmaceutical Statistical Applications,Marcel Dekker, Inc., New York, pp. 84-86.
Eccleston, M Gillian, 2007, Encyclopedia of Pharmaceutical Technology:Emulsion and Microemulsions, Departemen of Pharmaceutical Sciences,Strathclyde for Biomedical Sciences, Glasgow, Scotland, U.K, pp. 1555-1556.
Epstein, Howard and F, Anthony Simion, 2001, Handbook of Cosmetic Scienceand Technology, Marcel Dekker, New York, pp.512, 514.
Fradin, Mark S, M.D. and John F. Day, Ph.D, 2002, Comparative Efficasy OfInsect Repellents Against Mosquito Bites, N Engl J Med, 347 (1), 13-18.
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., Singla, A.K., 2002, Spreading of SemisolidFormulation: An Update, Pharmaceutical Technology, September 2002,84-102, http://pharmtech.findpharma.com/pharmtech/data/articlestandard//pharmtech/362002/30365/article.pdf, diakses tanggal 09 Mei 2011.
Harborne, J.B, 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern MenganalisisTumbuhan, ITB, Bandung, pp. 123 dan 127.
Jones, David S, 2010, Statistik Farmasi, EGC, Jakarta, 517-518.
Kardinan, A, 2007, Potensi Selasih Sebagai Repellent Terhadap Nyamuk Aedesaegypti, Jurnal Litri, Vol. 13 (2), 40.
Kim, C. J., 2004, Advanced Pharmaceutics: Physicochemical Principles, CRCPress LLC, Florida, 214-217.
Kumar, Sarita, 2011, Bioefficasy of Mentha piperita Essential Oil Against DengueFever Mosquito Aedes aegypti L, Asian Pasific Journal of TropicalBiomedicine, 85-88.
Kuluveovski, Joanne, 2010, Cosmetic Emulsion Theory and Technology, AsiaPasific PERSONAL CARE, November 2010, pp. 20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 105
84
Leyden, J.J and Rawling, A.V., 2002, Skin Moisturization, Edisi 1, Marcel DekkerInc., New York, 559.
Martin. A., Swarbrick, J., Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy, PhysicalChemical Principles in The Pharmaceutical Science 2, Edisi 3,diterjemahkan oleh Yoshita, Universitas Indonesia Press, Jakarta, pp.1022-1023.
Myers, Drew, 2006, Surfactan Science and Technology, Ed 3rd, John Wiley &Sons , Inc, New Jersey, pp. 187.
Nusa, I Made Soma Putra Antar, 2009, Optimasi Proses Pencampuran LotionVirgin Coconut Oil Dengan Kajian Penelitian Kecepatan Putar Mixerdan Waktu Pencampuran Menggunakan Metode Desain Faktorial,Skripsi, 43, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Orafidiya, Lara O, 2002, Determination of the Required HLB Values of SomeEssential Oils, International Journal of Pharmaceutics, (237), 241-249.
Philip, H., 2004, The HLB System,http://www.lotioncrafter.com/pdf/The_HBL_System.pdf, diakses tanggal16 November 2011.
Remington, 1980, Pharmaceutical Sciences: Pesticides, Marck PublishingCompany, Penilsivania, pp. 1840.
Riwidikdo, Handoko, S.Kp, 2009, Statistik untuk Penelitian Kesehatan denganAplikasi program R dan SPSS, Pustaka Rihama, Yogyakarta, pp. 28-30,89, 93-94.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quin, M.E., 2006, Handbook of PharmaceuticalExcipients, 5th ed, Pharmaceutical Press, London, pp. 738.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quin, M.E., 2009, Handbook of PharmaceuticalExcipients, 6th ed, Pharmaceutical Press, London, pp. 155, 156, 283, 285,549, 551, 676, 678, 697, 754.
Santosa, P.B., dan Ashar, 2005, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel danSPSS, Andi, Yogyakarta, pp. 144-145.
Sinko, Patrick J, 2006, Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical Science,5th Ed, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, pp. 511-512.
Sutarmi dan Hartin, Rozaline, Taklukan Penyakit Dengan VCO, Cetakan 5,Penebar Swadaya, Jakarta, pp. 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 106
85
Syed, Z and Leal WS, 2008, Mosquito Smell and Avoid the Insect RepellentDEET, PENAS, 105 (36), 13598-603.
Tyler, V.E, Brady, L.R., and Robbers, J.E., 1998, Pharmacognosy, 9th Ed, Lea &Febiger, Philadelphia, pp. 103.
T, Mitsui, 1993, New Cosmetic Science, Elsevier, Amsterdam, pp. 126-127, 341.
Vanderhoff, J.W., 1996, Theory of Colloids in Lieberman, H.A., Rieger, M.M.,and Banker, G.S., Pharmaceutical Dosage Form: Disperse System, Vol.1, 2nd Ed., Marcel Dekker Inc., New York, pp. 98, 135-136, 138.
Voigt, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta, pp. 81.
Widoyono, 2008, Penyakit Topis: Epidemologi, Penularan, Pencegahan danPemberantasannya, pp. 59-61.
Wilkinson, J.B., and More, R.J., 1982, Harry’s Cosmeticology, 7th Ed, ChemicalPublishing Company, Inc., New York, pp. 50-51, 69.
Yuliani, Sri Hartati, 2005, Formulasi Gel Repelan Minyak Atsiri Tanaman AkarWangi (Vetivera zizanioidesi (L) Nogh): Optimasi Komposisi Carbopol3% b/v-Propilenglikol, Majalah Farmasi Indonesia, 16 (4), 197-203.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 107
87
Lampiran I. Certificate of Analysis (COA) dari minyak peppermint (Menthapiperita)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 108
88
Lampiran 2. Data PenimbanganFormula I a b ab
VCO (gram) 36 36 36 36
Polysorbate 40 (gram) 24 42 24 42
Sorbitan monostearate(gram) 24 24 42 42
Gliserin (gram) 90 90 90 90TEA (gram) 0,90 0,90 0,90 0,90
Asam stearat (gram) 16,44 16,44 16,44 16,44Cetyl alcohol (gram) 3,00 3,00 3,00 3,00Minyak peppermint
(gram) 10,50 10,50 10,50 10,50
Aquadest (gram) 192 192 192 192
Lampiran 3. Perhitungan rHLB dan HLB sistem emulsiBahan rHLB dalam emulsi Jumlah penggunaanVCO 6 6
Asam stearat 15 2,74Cetyl alcohol 15 0,50
Minyak peppermint 12,3 1,74Jumlah total fase minyak 10,98
rHLB VCO
rHLB asam stearat
rHLB cetyl alcohol
rHLB minyak peppermint
rHLB lotion repelan minyak peppermint = (3,28 + 3,74 + 0,68 + 1,95) = 9,65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 109
89
HLB formula lotion repelan
Formula Nilai HLBFormula 1 10,15Formula a 11,64Formula b 8,66Formula ab 10,15
Formula 1
= 10,15
Formula a
= 11,64
Formula b
= 8,66
Formula ab
= 10,15
Lampiran 4. Data Uji Sifat Fisis, Stabilitas dan Waktu Penolakan Lotionrepelan
A. Daya Sebar (cm)
Replikasi F 1 F a F b F ab
1 6,50 8,8 5 6,62 5.80 7,5 5,2 5,63 6,40 7,2 5,6 6,6
Rata-rata 6,23 7,83 5,27 6,27SD 0,38 0,85 0,31 0,10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 110
90
B. Viskositas (d.Pa.s)
Replikasi F 1 F a F b F ab
1 80 16 150 552 105 20 135 653 95 22,5 125 55
Rata-rata 93,33 19,50 136,67 58,33SD 12,58 3,28 12,58 5,77
C. Pergeseran Viskositas (%)
Formula 1
Replikasi Viskositas (d.Pa.s) Pergeseran viskositas(%)48 jam 1 bulan
1 80 100 252 105 105 03 95 130 36,84
Rata-rata ± SD 20,61 ± 18,81
Formula a
Replikasi Viskositas (d.Pa.s) Pergeseran viskositas(%)48 jam 1 bulan
1 16 15 6,252 20 21 53 22,5 24 6,67
Rata-rata ± SD 5,97 ± 0,87
Formula b
Replikasi Viskositas (d.Pa.s) Pergeseran viskositas(%)48 jam 1 bulan
1 150 170 13,332 135 165 22,223 125 160 28
Rata-rata ± SD 21,19 ± 7,39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 111
91
Formula ab
ReplikasiViskositas (d.Pa.s) Pergeseran viskositas
(%)48 jam 1 bulan1 55 60 9,092 65 65 03 55 60 9,09
Rata-rata ± SD 6,06 ± 5,25
D. Indeks creaming (%)
Formula 1
Hari ke- Volume lotion stabil pada volume (cm)Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
0 25 25 251 25 25 252 25 25 253 25 25 255 25 25 257 25 25 2514 25 25 2521 25 25 2528 25 25 2530 25 25 25
Rata-rata 25 25 25
Hari ke-Persentase lotion stabil pada tabung
(%)Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
0 100 100 1001 100 100 1002 100 100 1003 100 100 1005 100 100 1007 100 100 10014 100 100 10021 100 100 10028 100 100 10030 100 100 100
Rata-rata 100 100 100SD 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 112
92
Formula a
Hari ke- Volume lotion stabil pada volume (cm)Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
0 24 24 241 24 24 242 24 24 243 24 24 245 24 24 247 24 24 2414 24 24 2421 24 24 2428 24 24 2430 24 24 24
Rata-rata 24 24 24
Hari ke-Persentase lotion stabil pada tabung
(%)Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
0 100 100 1001 100 100 1002 100 100 1003 100 100 1005 100 100 1007 100 100 10014 100 100 10021 100 100 10028 100 100 10030 100 100 100
Rata-rata 100 100 100SD 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 113
93
Formula b
Hari ke- Volume lotion stabil pada volume (cm)Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
0 24 24 241 24 24 242 24 24 243 24 24 245 24 24 247 24 24 2414 24 24 2421 24 24 2428 24 24 2430 24 24 24
Rata-rata 24 24 24
Hari ke-Persentase lotion stabil pada tabung
(%)Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
0 100 100 1001 100 100 1002 100 100 1003 100 100 1005 100 100 1007 100 100 10014 100 100 10021 100 100 10028 100 100 10030 100 100 100
Rata-rata 100 100 100SD 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 114
94
Formula ab
Hari ke- Volume lotion stabil pada volume (cm)Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
0 24 24 241 24 24 242 24 24 243 24 24 245 24 24 247 24 24 2414 24 24 2421 24 24 2428 24 24 2430 24 24 24
Rata-rata 24 24 24
Hari ke-Persentase lotion stabil pada tabung
(%)Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
0 100 100 1001 100 100 1002 100 100 1003 100 100 1005 100 100 1007 100 100 10014 100 100 10021 100 100 10028 100 100 10030 100 100 100
Rata-rata 100 100 100SD 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 115
95
E. Diameter ukuran droplet dan nilai percentile 90 % lotion repelan minyakpeppermint
Formula 1
48 Jam 30 Hari
Replikasi Mean(µm) SD Modus Mean
(µm) SD Modus
1 29,66 7,08 32,60 21,96 2,69 22,102 23,26 5,89 20,90 20,52 3,21 19,803 18,58 4,66 16,30 19,17 3,30 18,60
48 Jam 30 HariReplikasi Skewness Kurtosis Skewness Kurtosis
1 0,16 -0,32 0,26 0,112 1,02 1,40 0,86 2,363 2,14 11,35 0,37 -0,04
Replikasi Median (µm)2 hari
Median (µm)30 hari
1 30,20 22,102 22,10 19,803 17,40 18,60
Rata-rata ± SD 23,23 ± 6,47 20,17 ± 1,78 Formula a
48 Jam 30 Hari
Replikasi Mean(µm) SD Modus Mean
(µm) SD Modus
1 23,16 0,21 20,90 18,85 0,15 18,602 20,29 0,15 20,90 19,00 0,13 18,603 20,68 0,17 22,10 19,36 0,15 19,00
48 Jam 30 HariReplikasi Skewness Kurtosis Skewness Kurtosis
1 0,74 0,35 0,33 -0,022 0,49 0,67 0,14 -0,373 0,94 2,36 0,50 0,21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 116
96
Replikasi Median (µm)2 hari
Median (µm)30 hari
1 22,10 18,602 19,80 18,603 20,00 19,00
Rata-rata ± SD 20,63 ± 1,27 18,73 ± 0,23
Formula b
48 Jam 30 Hari
Replikasi Mean(µm) SD Modus Mean
(µm) SD Modus
1 19,85 0,29 19,80 18,96 0,15 18,602 19,57 0,11 19,80 19,94 0,16 19,803 19,75 0,09 19,80 19,88 0,15 18,60
48 Jam 30 HariReplikasi Skewness Kurtosis Skewness Kurtosis
1 17,85 369,840 0,44 -0,072 0,23 -0,02 0,49 0,503 -0,11 -0,26 0,47 0,29
Replikasi Median (µm)2 hari
Median (µm)30 hari
1 19,80 18,602 19,80 19,803 19,80 19,80
Rata-rata ± SD 19,80 ± 0 19,40 ± 0,69
Formula ab
48 Jam 30 Hari
Replikasi Mean(µm) SD Modus Mean
(µm) SD Modus
1 20,96 0,14 19,80 20,07 0,18 20,902 22,70 0,16 22,10 20,64 0,13 22,103 22,13 0,13 22,10 20,68 0,13 19,80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 117
97
48 Jam 30 HariReplikasi Skewness Kurtosis Skewness Kurtosis
1 0,29 0,21 5,96 82,322 0,16 0,47 0,26 0,083 -0,05 0,09 -0,05 -0,34
Replikasi Median (µm)2 hari
Median (µm)30 hari
1 20,90 19,802 23,30 20,903 22,10 20,90
Rata-rata ± SD 22,10 ± 1,20 20,53 ± 0,64
F. Hasil pengujian waktu proteksi lotion repelan minyak peppermintdibandingkan kontrol positif dan kontrol negatif
Formula Rata-rata waktu proteksi ± SD
Minyak peppermint 48 menit 08 detik
Formula 1 62.33 detik ± 57, 73
Formula a 38 detik ± 43, 35
Formula b 23 detik ± 13, 86
Formula ab 17, 33 detik ± 1, 15
Formula Waktu proteksi
Kontrol Formula 1 6 detik
Kontrol Formula a 8 detik
Kontrol Formula b 2 detik
Kontrol Formula ab 15 detik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 118
98
Lampiran 5. Hasil perhitungan minyak peppermint yang terkandung dalamlotion yang diaplikasikan pada tangan naracoba
Minyak peppermint yang diaplikasikan pada lengan naracoba dalam
penelitian Kumar, 2011 dengan judul penelitian “Bioefficacy of Mentha piperita
Essential Oil Against Dengue Fever Mosquito Aedes aegypti L” yakni sebanyak
0,1 mL = 0,09 gram.
Perhitungan:
BJ minyak peppermint (20°C) : 0,89
ρ air (20°C) : 0,98233 g/mL
ρ minyak peppermint : BJ x ρ air
0,89 x 0,98233 =0,87 g/ mL
Massa minyak peppermint : ρ minyak peppermint x volume
0,87 g/ mL x 0,1 mL = 0,09 gram
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemakaian minyak peppermint murni
sejumlah 0,09 gram memberikan waktu proteksi terhadap nyamuk Aedes aegypti
betina sebesar 100% selama 150 menit dan setelah 30 menit tercatat hanya ada 1-
2 nyamuk yang menggigit (Kumar, 2011). Sedangkan dalam pembuatan lotion
repelan minyak peppermint, jumlah minyak peppermint yang terkandung di dalam
0,5 gram lotion yang diaplikasikan pada tangan naracoba adalah sebagai berikut:
Formula Jumlah minyak peppermint yang terkandung dalam 0,5 gramlotion (gram)
1 0,0132a 0,0126b 0,0126ab 0,0121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 119
99
Perhitungan:
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa jumlah minyak
peppermint yang terkandung dalam 0,5 gram lotion yang diaplikasikan pada tiap
formula < jumlah minyak peppermint yang diaplikasikan pada jurnal. Hal ini yang
menyebabkan waktu perlindungan lotion repelan minyak peppermint menjadi
kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 120
100
Lampiran 6. Hasil analisis data dengan R-program
1. Hasil uji Multivariate ANOVA
a. Daya sebar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 121
101
b. Viskositas
Lampiran 7. Uji normalitas pergeseran viskositas dan pergeseran ukurandroplet dengan program R 2.9.0
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program R 2.9.0 dengan
berdasarkan jumlah sampel yang dipergunakan. Sampel dengan jumlah lebih
besar (> 50), normalitasnya di uji dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov,
sedangkan untuk sampel yang jumlahnya kurang (< 50), uji normalitasnya
dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk. Distribusi data dikatakan normal apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 122
102
memiliki nilai p > 0,05. Hal ini berlaku untuk kedua uji tersebut (Riwidikdo,
2009).
Lampiran 8. Analisis statistik pergeseran viskositas dengan program R 2.9.0
Uji Normalitas Data
Digunakan Uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel < 50. Dari hasil uji
normalitas diperoleh hasil bahwa distribusi data pada formula (1) dan (b) adalah
normal karena nilai p > 0.05 sedangkan untuk formula (a) dan (ab) distribusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 123
103
datanya tidak normal karena nilai p < 05, dimana syarat data terdistribusi normal
yakni memiliki nilai p > 0,05.
Formula 1 (Uji Wilcoxson)
Dari hasil uji Wilcoxson diperoleh nilai p = 0,3711 ( p > 0,05) yang
berarti tidak signifikan. Hal ini mengandung arti bahwa viskositas lotion pada hari
ke-2 tidak berbeda bermakna dengan viskositas lotion setelah 1 bulan
penyimpanan.
Formula a (Uji Wilcoxson)
Digunakan uji Wilcoxson karena data tidak terdistribusi secara normal.
Dari hasil tersebut diperoleh nilai p = 0,5862 (p > 0,05) yang berarti tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 124
104
signifikan. Hal ini mengandung arti bahwa viskositas lotion pada hari ke-2 tidak
berbeda bermakna dengan viskositas lotion setelah 1 bulan penyimpanan.
Formula b (Uji Wilcoxson)
Dari hasil uji Wilcoxson diperoleh nilai p = 0,25 ( p < 0,05) yang berarti
tidak signifikan. Hal ini mengandung arti bahwa viskositas lotion pada hari ke-2
tidak berbeda bermakna dengan viskositas lotion setelah 1 bulan penyimpanan.
Formula ab (Uji Wilcoxson)
Digunakan uji Wilcoxson karena data tidak terdistribusi secara normal.
Dari hasil tersebut diperoleh nilai p = 0,3458 (p > 0,05) yang berarti tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 125
105
signifikan. Hal ini mengandung arti bahwa viskositas lotion pada hari ke 2 tidak
berbeda bermakna dengan viskositas lotion setelah 1 bulan penyimpanan.
Lampiran 9. Analisis statistik pergeseran ukuran droplet dengan program R2.9.0
Uji Normalitas Data
Digunakan Uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel < 50. Dari hasil uji
normalitas diperoleh hasil bahwa distribusi data pada formula (1), (a), dan (ab)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 126
106
adalah normal karena nilai p > 0.05 sedangkan untuk formula (b) distribusi data
tidak normal karena nilai p < 05, dimana syarat data terdistribusi normal yakni
memiliki nilai p > 0,05.
Uji Wilcoxson Median Formula 1
Nilai p = 0,5 (p > 0,05) = tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa ukuran
diameter droplet pada hari ke-2 tidak berbeda bermakna dengan ukuran
diameter droplet setelah 1 bulan penyimpanan.
Uji Wilcoxson Median Formula a
Nilai p = 0,25 (p > 0,05) = tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa ukuran
diameter droplet pada hari ke-2 tidak berbeda bermakna dengan ukuran
diameter droplet setelah 1 bulan penyimpanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 127
107
Uji Wilcoxson Median Formula b
Nilai p = 1 (p > 0,05) = tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa ukuran
diameter droplet pada hari ke-2 tidak berbeda bermakna dengan ukuran
diameter droplet setelah 1 bulan penyimpanan.
Uji Wilcoxson Median Formula ab
Nilai p = 0,25 (p > 0,05) = tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa ukuran
diameter droplet pada hari ke-2 tidak berbeda bermakna dengan ukuran
diameter droplet setelah 1 bulan penyimpanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 128
108
Lampiran 10. Dokumentasi
Lotion
Tipe Lotion
F1 FA
FB
F1 FA
FaB
(+) air(+) methylen blue (+) minyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 129
109
Droplet Lotion (mikroskop Olympus CH3-TR45 (OF08768) Japan)
FB FAB
F1 FA
FB FAB
Dropletair Droplet
minyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 130
110
Indeks Creaming
F (1) F (a)
F (b) F (ab)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 131
111
Peralatan Lab
hand mixer (Miyako) tipeHM-620
Sangkar nyamuk Aedesaegypti
mikroskop (Motic, B3Proffesional Series)
Mikroskop Olympus CH3-TR45 (OF08768) Japan
Viscometer seri VT 04(RION-JAPAN
Horizontal double plate
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 132
112
BIOGRAFI PENULIS
Penulis lahir pada tanggal 18 Juli 1990 di Yogyakarta,merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, pasangan YosefTake Zagoto dan Fransiska Tatik Yuliati. Penulis telahmenempuh pendidikan di TK Santo Yusuf Pekerja CondongCatur Yogyakarta pada tahun 1994-1996, lalu melanjutkanpendidikan di SD Kanisius Condong Catur Yogyakarta padatahun 1996-2002. Penulis melanjutkan pendidikan menengah diSMP Negeri 1 Yogyakarta pada tahun 2002-2005 dan SMANegeri 9 Yogyakarta pada tahun 2005-2008. Pada tahun 2008
penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Fakultas FarmasiUniversitas Sanata Dharma Yogyakarta hingga tahun 2012. Semasa kuliah,penulis pernah mengikuti kepanitian INSADHA sebagai pendamping kelompok(2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI