ANALISIS PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIEN KEMOTERAPI ANAK DAN LANSIA DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh : Yohana Arlindayanti NIM : 088114095 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Embed
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ii ANALISIS PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIEN KEMOTERAPI ANAK DAN LANSIA DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2010 SKRIPSI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIENKEMOTERAPI ANAK DAN LANSIA DI RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Yohana Arlindayanti
NIM : 088114095
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
ANALISIS PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIENKEMOTERAPI ANAK DAN LANSIA DI RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Yohana Arlindayanti
NIM : 088114095
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
ANALYSIS OF ANTIEMETIC USAGE IN CHILDREN AND ELDERLYCHEMOTHERAPY PATIENTS IN RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
IN 2010
SKRIPSI
Presented as Particial Fulfiment of the Requirementto Obtain Sarjana Farmasi (S.Farm)
In Faculty of Pharmacy
By:
Yohana Arlindayanti
NIM : 088114095
FACULTY OF PHARMACYSANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Persetujuan Pembimbing
ANALISIS PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIENKEMOTERAPI ANAK DAN LANSIA DI RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA TAHUN 2010
Skripsi yang diajukan oleh:
Yohana Arlindayanti
NIM : 088114095
telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. tanggal 25 Januari 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Pengesahan Skripsi Berjudul
ANALISIS PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIEN
KEMOTERAPI ANAK DAN LANSIA DI RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA TAHUN 2010
Oleh :Yohana Arlindayanti
NIM : 088114095
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji SkripsiFakultas Farmasi
Universitas Sanata DharmaPada tanggal: 24 Januari 2012
MengetahuiFakultas Farmasi
Universitas Sanata DharmaDekan
Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.
Panitia Penguji: Tanda Tangan
1. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. …………………..
2. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. …………………..
3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. …………………..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan
kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu (Ibrani 10:36)
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Yesus dan Bunda Maria
Kedua orangtuaku
Sahabat terbaikku
Keluargaku
Teman-temanku tercinta
Almameterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAHUNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:Nama : Yohana ArlindayantiNomor Mahasiswa : 088114095
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada PerpustakaanUniversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:“ANALISIS PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIENKEMOTERAPI ANAK DAN LANSIA DI RSUP Dr. SARDJITOYOGYAKARTA TAHUN 2010”beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikankepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalandata, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet ataumedia lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari sayaataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama sayasebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 25 Januari 2012Yang menyatakan
(Yohana Arlindayanti)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus dan Bunda
Maria yang telah melimpahkan berkat dan kasih karunia sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penggunaan Antiemetika pada
Pasien Kemoterapi Anak dan Lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun
2010”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Direktur RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan ijin bagi
penulis untuk melakukan penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
2. Staff pegawai di Instalasi Catatan Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang
bersedia membantu penulis dalam pengambilan rekam medik selama peneliti
melakukan pengambilan data.
3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang
selalu memberi semangat dan tanpa lelah membimbing penulis dengan sabar
dalam penyusunan skripsi ini.
5. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. dan Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku
dosen penguji skripsi yang telah meluangkan waktu untuk menguji,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
memberikan saran, masukan, dan semangat dalam proses penyempurnaan
skripsi ini.
6. Kedua orangtuaku tercinta Yohanes Sudaryana dan Yuliana Setiyanti, S.Ag.
yang selalu memberikan doa, kasih sayang, perhatian, semangat, bantuan
finansial sehingga skripsi ini dapat selesai.
7. Uti (Alm.) dan Akung serta keluarga besar yang selalu memberikan doa dan,
perhatian, kasih sayang, dan dukungan.
8. Sahabat terbaikku yang memberi perhatian, doa, kasih sayang, kesabaran, dan
dan Ayu atas kerjasama dan semangat yang kita rasakan selama ini.
10. Staff Sekretariat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, terimakasih
atas bantuannya dalam memperlancar administrasi hingga tersusunnya skripsi
ini.
11. Mbak Ju dan Pika atas dukungan dan semangat yang diberikan sehingga
penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman FKK-A 2008 dan semua teman-teman angkatan 2008 atas
semangat dan kebersamaan kita selama ini.
13. Teman-teman Kost Sekar Ayu, Ratih, Ika, dan Vita atas dukungan dan
pengalaman kita bersama.
14. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan banyak
kesalahan maupun kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi penulisan skripsi yang lebih baik. Akhir kata penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 25 Januari 2012
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 16 Januari 2012
Penulis
Yohana Arlindayanti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
INTISARI
Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan obat-obat sitostatika yang dapat
merusak DNA atau bertindak sebagai inhibitor umum pada pembelahan sel. Salah
satu efek samping dari kemoterapi yaitu mual-muntah sehingga dibutuhkan obat
antiemetika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi
penggunaan antiemetika pada pasien kemoterapi anak dan lansia di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2010.
Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan
deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Bahan penelitian yang digunakan
yaitu data rekam medik pasien yang tercatat mengalami mual muntah yang
mempunyai data serum kreatinin, umur, berat badan, jenis kelamin, dosis, dan
frekuensi obat yang diperoleh. Data dievaluasi menggunakan guideline National
Comprehensive Cancer Network (NCCN).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien anak yang mengalami mual 30
kasus, muntah 71 kasus, dan mual-muntah 52 kasus. Pada pasien lansia yang
mengalami mual 1 kasus, muntah 1 kasus, dan mual-muntah 9 kasus. Pada pasien
anak terdapat 14 kasus mual, 20 kasus muntah, dan 33 kasus mual-muntah yang
membutuhkan tambahan terapi obat, 4 kasus mual, 14 kasus muntah, dan 7 kasus
mual-muntah yang menerima obat tidak tepat, serta 1 kasus dengan dosis terlalu
rendah, sedangkan pada pasien lansia terdapat 1 kasus mual, 1 kasus muntah, dan
3 kasus mual-muntah yang membutuhkan tambahan terapi obat.
Kata kunci : kemoterapi, kanker, antiemetika, mual-muntah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRACT
Chemotherapy is done by using sitostatica drugs that can damage DNA oract as a general inhibitor on cell division. One side effect of chemotherapy isnausea and vomiting that required medication antiemetic. The purpose of thisstudy is to investigate and evaluate of antiemetic usage in children and elderlychemotherapy patients in RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta in 2010.
This research includes non-experimental research design withretrospective descriptive evaluative. Materials research with using the datarecorded medical records of patients who experienced nausea and vomiting thathave data of serum creatinine, age, weight, sex, dose, and frequency ofmedication obtained. Data were evaluated using the guidelines, the NationalComprehensive Cancer Network (NCCN).
The results showed that children patients who experienced nausea 30cases, 71 cases of vomiting, and nausea-vomiting 52 cases. In elderly patientswho experience nausea 1 case, 1 case of vomiting, and nausea-vomiting 9 cases.In children patients there were 14 cases of nausea, 20 cases of vomiting, andnausea-vomiting 33 cases that require additional drug therapy, 4 cases of nausea,vomiting 14 cases, and 7 cases of nausea and vomiting who receivedinappropriate medication, and 1 cases with a dose too low, whereas in elderlypatients there is a cases of nausea, one case of vomiting, and nausea-vomiting 3cases that require additional drug therapy.
Seperti halnya yang dilakukan pada kelompok anak, penggolongan risiko
terjadinya mual-muntah dilakukan dengan melihat potensi obat kemoterapi dalam
menimbulkan mual-muntah. Pada penelitian ini terdapat 1 kasus yang mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
mual tanpa disertai muntah, 1 kasus mengalami muntah saja, dan 9 kasus yang
mengalami mual-muntah. Persentase hasil kejadian mual-muntah pada penelitian
ini yaitu 17,2%.
Menurut data penelitian di Amrika Serikat, pasien yang melakukan
kemoterapi dengan menggunakan obat sitostatika terdapat 70-80% pasien
mengalami mual-muntah. Oleh karena itu persentase kejadian mual-muntah ini
tidak sesuai dengan teori dan dapat dikatakan bahwa penanganan mual-muntah
untuk pasien lansia sudah terlaksana dengan baik. Walaupun demikian,
peningkatan kualitas penanganan kasus mual-muntah pada pasien lansia harus
tetap dilakukan agar persentase kejadian mual-muntah dapat berkurang.
Mual, muntah, dan mual-muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
kemoterapi. Ringkasan tentang kejadian mual, muntah, dan mual-muntah pada
pasien anak dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel VII. Kejadian mual-muntah pada pasien kemoterapi anak di RSUPDr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Waktu muntah Jumlah kejadianMual Muntah Mual-muntah
Sebelum kemoterapi - 1 1Sesudah kemoterapi 17 24 28Sebelum dan sesudahkemoterapi
2 1 1
Kejadian mual, muntah, maupun mual-muntah yang terjadi sebelum
kemoterapi dapat diakibatkan karena perasaan trauma yang dialami pasien pada
kemoterapi sebelumnya. Mual, muntah, maupun mual-muntah yang terjadi
sebelum kemoterapi dan berlanjut setelah dilakukan kemoterapi menunjukkan
bahwa antiemetik yang diberikan sebelum kemoterapi belum cukup untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mengatasi mual, muntah, maupun mual-muntah yang dirasakan oleh pasien.
Terjadinya mual, muntah, maupun mual-muntah sesudah kemoterapi dapat
diakibatkan karena pasien tidak diberi antiemetika sebelum maupun sesudah
kemoterapi.
Tabel VIII. Kejadian mual-muntah pada pasien kemoterapi lansia di RSUPDr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Waktu muntah Jumlah kejadianMual Muntah Mual-muntah
Sebelum kemoterapi - 1 -Sesudah kemoterapi 1 - 5
Kejadian mual, muntah, dan mual muntah juga dialami oleh pasien
lansia. Ada 1 pasien mengalami mual sesudah kemoterapi walapun sudah diberi
antiemetik. Hal ini menunjukkan bahwa antiemetik yang diberikan tidak cukup
untuk mengatasi mual yang dialami oleh pasien. Adapula 1 pasien mengalami
muntah sebelum kemoterapi. Muntah yang dialami pasien ini merupakan perasaan
trauma karena kemoterapi yang dilakukan sebelumnya. Untuk mengatasi muntah
ini pasien diberi antiemetik sebelum kemoterapi sehingga diharapkan pasien tidak
mengalami mual, muntah, atau mual-muntah setelah kemoterapi. Pasien yang
mengalami mual-muntah setelah kemoterapi diakibatkan karena tidak diberi
antiemetik sebelum maupun sesudah kemoterapi.
B. Kesesuaian Penggunaan Antiemetika pada Pasien Kemoterapi
Terapi mual-muntah digunakan untuk mencegah atau mengurangi
kejadian mual-muntah selama atau sesudah proses kemoterapi. Terapi mual-
muntah juga bertujuan mengurangi muntah pada awal kemoterapi sehingga dapat
memberikan rasa nyaman pada pasien sehingga keefektifan kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
meningkat. Pencegahan terbaik untuk mual-muntah adalah mengendalikan
langsung dipusatnya (Sati, 2007).
Pemberian obat antiemetika didasarkan pada tingkat emetogenitasnya.
Jika risiko yang terjadi tidak seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari
penggunaan obat tertentu, maka dapat dikatakan penggunaan obat ini tidak tepat.
Ondansetron dapat diberikan untuk mengatasi mual-muntah pada pasien yang
menerima obat kemoterapi cisplatin, sedangkan deksametason efektif digunakan
pada kombinasi regimen antiemetika dan digunakan pada pasien yang menerima
kemoterapi dengan risiko emetogenik sedang (Pazdur, 2001). Penggunaan
deksametason dalam bentuk tunggal atau kombinasi digunakan untuk mencegah
mual-muntah tertunda pascakemoterapi dan untuk mencegah mual-muntah akut
setelah pemberian cisplatin, sedangkan untuk terapi profilaksis digunakan
sebelum rejimen risiko emetogenik rendah (Dipiro, 2008).
Untuk mengatasi mual-muntah sederhana atau rendah dapat diberikan
antiemetik golongan antagonis reseptor H2 dalam dosis rendah, misalnya
diberikan ranitidine 75 mg dalam periode yang singkat. Mual-muntah tertunda
dapat diatasi dengan pemberian metoklopramide. Kombinasi antiemetik golongan
kortikosteroid dan SSRI harus diberikan pada anak yang menerima kemoterapi
resiko emetogenik tinggi atau sedang (Dipiro et al., 2008).
Penggunaan metoklopramide pada anak-anak di Belanda dibatasi karena
meningkatnya jumlah laporan gejala ekstrapiramidal akibat penggunaan
metoklopramide pada anak-anak. Metoklopramide hanya digunakan untuk
pengobatan mual-muntah berat yang tidak diketahui penyebabnya atau jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
pengobatan dengan obat lain tidak efektif atau tidak memungkinkan. Alternatif
lain yang lebih baik daripada penggunaan metoklopramide untuk menangani
mual-muntah setelah kemoterapi pada anak-anak yaitu golongan 5-HT3, misalnya
ondansetron karena memiliki efikasi yang lebih baik dan kejadian efek samping
lebih sedikit daripada metoklopramide (Berita Meso, 2007).
Tabel IX. Jenis antiemetik untuk kasus mual-muntah yang digunakan padakelompok anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Kasus Jenis antiemetik Sebelum
kemoterapi
Setelah
kemoterapi
Sebelum
dan setelah
kemoterapi
Mual deksametason 4 2
deksametason +
ondansetron
2 3
ondansetron 5
tanpa antiemetika 14
Muntah ranitidine 1 4
ondansetron 35
deksametason +
ondansetron
4
domperidon + ondansetron 2
domperidon 1
ondansetron + ranitidine 2
tanpa antiemetika 22
Mual
dan
muntah
deksametason 1
ondansetron 2 15
ranitidine 1
metoklopramid HCl 1
antasida 1
domperidon 1 1
ondansetron + ranitidine 2
tanpa antiemetika 27
Total 10 81 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Persentase kejadian mual-muntah pada anak sebesar 78,5% disebabkan
karena penganganan mual-muntah ini belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari
data di atas yang menunjukkan bahwa dalam mengangani kasus mual, muntah,
atau mual-muntah terdapat 62 kasus yang tidak diberi antiemetik.
Tabel X. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus mual pada pasienkemoterapi anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Kasus no 3Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 4-3-3 pada hari 1Pasien diberi terapi kombinasi deksametason 0,5 mg = 4-3-3 dan ondansetron 0,3mg/g BB/x pada hari 2 dan 3Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe tertunda yang terjadi selama 3 hari3. Pasien memerlukan terapi tambahan untuk mengatasi mual pascakemoterapi
pada hari 1, sedangkan pada hari kedua sudah diberi terapi kombinasi4. Menurut guideline, untuk mengatasi mual-muntah tipe sedang memerlukan
terapi kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien sudah diberiterapi kombinasi.Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 8Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 4 mg k/pPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe tertunda3. Ondansetron diberikan untuk resiko emetogenik kelas sedang sampai tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Kasus no 8Rekomendasi:Untuk menangani mual-muntah resiko rendah diberikan sebelum kemoterapidengan menggunakan antiemetik, yaitu deksametason 12 mg p.o atau i.v,proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6 jam, metoklopramide 20-40 mg p.osetiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpa difenhidramine, atau lorazepam±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam
Kasus no 11Penatalaksanaan:Deksametason 6 mg/m2 po =6 mg/hr = 5-4-3½ tab po sebelum kemoterapi padahari 1 dan setelah kemoterapi pada hari 2-3Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien membutuhkan terapi kombinasi pada hari 2 dan 33. Pasien mengalami mual tipe antisipatori pada hari 14. Pasien mengalami mual tipe tertunda pada hari 2-35. Deksametason yang diberikan sebelum kemoterapi dapat mencegah muntahRekomendasi:Menurut NCCN, untuk menangani mual pada hari 1 pasien dapat berikan terapibehavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atau akupuntur/akupresur ataudiberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malam hari sebelum kemoterapidiberikan serta lorazepam pada malam hari sebelum kemoterapi diberikan danpagi hari saat kemoterapi. Pada hari 2 dan 3 pasien diberi aprepitan 80 mg p.o ±dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ± 0,5-2 mg p.o atau i.vatau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason 8 mg p.o/i.v atau 4mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bid atau 16 mg p.o atau8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 12bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mengalami mual tipe antisipatori karena mengalami mual walaupun tidakmendapatkan obat sitostatikaRekomendasi:Pasien dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik,atau akupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o padamalam hari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam harisebelum kemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Kasus no 13Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 4 mg/m2 = 2-2-2 dan ondansetron 0,15 mg/x – 0,25mg/xPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe akut3. Pasien sudah diberi terapi kombinasi
Kasus no 15 a dan 15 dPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien membutuhkan terapi antiemetik secara kombinasi3. Pasien mengalami mual tipe tertundaRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 15ePenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,15 mg/kg BB/x = 3 x 3 mg po (30 menit sebelummakan)Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, sedang, dan tinggiyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mangalami mual tipe tertunda3. Paisen membutuhkan terapi kombinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Kasus no 15eRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v)Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 17Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 2-1-1Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Kasus no 19Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 4 mg/hr = 3-3-2Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe antisipatori3. Antiemetik diberikan sebelum kemoterapiRekomendasi:Pasien dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik,atau akupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o padamalam hari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam harisebelum kemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 23 dan 25Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mengalami mual tipe antisipatori walaupun tidak mendapatkan terapisitostatikaRekomendasi:Pasien dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik,atau akupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o padamalam hari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam harisebelum kemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 28 aPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,2 mg/kg BB = 3,3 mgPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe akut3. Pasien membutuhkan kombinasi antiemetikaRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Kasus no 28 amg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 30 dPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien membutuhkan antiemetik3. Pasien mengalami mual tipe akut dalam 2 hariRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 35 aPenatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 2-1-1 dan ondansetron 0,15 mg/kg/x = 3 x 2,5 mg poPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe tertunda selama 2 hari3. Pasien sudah diberi terapi kombinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Kasus no 36 a dan 39Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mengalami mual tipe antisipatori karena mengalami mual walaupun tidakmendapatkan obat sitostatikaRekomendasi:Pasien dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik,atau akupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o padamalam hari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam harisebelum kemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 40 cPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe akut3. Pasien membutuhkan antiemetikRekomendasi:Untuk menangani mual-muntah resiko rendah diberikan sebelum kemoterapidengan menggunakan antiemetik, yaitu deksametason 12 mg p.o atau i.v,proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6 jam, metoklopramide 20-40 mg p.osetiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpa difenhidramine, atau lorazepam±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam
Kasus no 41 bPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 3 x 3 mg injeksiPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe akutRekomendasi:Pada tipe muntah akut, tidak diperlukan antiemetik jika resiko muntah sangatrendah
Kasus no 47 bPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,2 – 0,4 mg/kg BB/x = 3 x 4 mgPenilaian:Pasien mengalami mual tipe antisipatori karena walaupun tidak diberi obatsitostatika mengalami mual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kasus no 47 bRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 54Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, sedang, dan tinggiyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe tertunda3. Pasien membutuhkan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Tabel XI. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus muntah padapasien kemoterapi anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Kasus no 4Penatalaksanaan:Pasien diberi ranitidine 2 x 20 mg iv dan antasida 4 x 1 cth poPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertundaKasus no 4Rekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, atau ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6jam yang diberikan sebelum kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Kasus no 10 dan 12 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mangalami muntah tipe antisipatori karena mengalami muntah walaupuntidak diberi obat sitostatikaRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 14Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien membutuhan terapi antiemetik secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 18Penatalaksanaan:Pasien diberi ranitidine pada hari 1-3Penilaian:Pasien mengalami muntah tipe antisipatori karena mengalami muntah walaupuntanpa pemberian obat sitostatika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Kasus no 18Rekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 20Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetika pada hari 2-3 dan diberi ondansetron tabelt 2 x ½pada hari 4Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan tinggiyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutukan antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 22 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mangalami muntah tipe antisipatori karena walaupun tidak diberi obatsitostatika tetap mengalami muntahRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Kasus no 22 bPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 3 x 4 mgPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah akut dan muntah tertundaKasus no 22 bRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 24Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 2 x 2 mg dan deksametason 4-3-2 tabletPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien sudah diberi terapi antiemetik secara kombinasi
Kasus no 29Penatalaksanaan:Pasien diberi domperidon 0,2 mg/kg BB/x dan ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 3 x2 mg iv pada hari 3, serta diberi ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 3 x 2 mg iv padahari 4-7Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Kasus no 29Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 31 aPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,2 mg/kg = 4 mg 3 x 4 mg ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, sedang, dantinggi yang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima.
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 31 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mangalami muntah tipe antisipatori karena walaupun tidak diberi obatsitostatika tetap mengalami muntahRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Kasus no 33Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 3 x 2 mg poPenilaian:Pasien mengalami muntah tipe tertundaRekomendasi:Pasien yang mengalami mual dan muntah setelah menerima prednisone sebagaibagian dari protokol pengobatan kemoterapi dapat diatasi dengan penggunaankortikosteroid
Kasus no 35 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mengalami muntah tipe antisipatori selama 3 hari karena mengalamimuntah walaupun tanpa pemberian obat sitostatikaRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 35 dPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan obat antiemetikRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 36 bPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,2 mg/kg BB = 3,5 mgPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Kasus no 36 bRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 37Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 3 x 2 mg iv dan ranitidine 3 x 12,5 mg ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertundaRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 38Penatalakasanaan:Pasien diberi ondansetron 0,15 mg/kg BB/x iv = 4 mg k/p (rutin 3 x 1)Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas tinggi yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan antiemetik dengan terapi kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Kasus no 38granisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 40 bPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 2 mg k/pPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertundaRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 41 aPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,15 mg x 23,4 mg = 3,5 mg ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertundaRekomendasi:Tidak diperlukan antiemetik jika resiko muntah sangat rendah
Kasus no 42 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan antiemetikRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Kasus no 42 bPenatalaksanaan:Pasien diberi Vometa ® 1 cth (30 menit sebelum makan) dan injeksi ondansetron3 x 4 mgPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertundaRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 43 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mengalami muntah tipe antisipatori selama 3 hari karena mengalamimuntah walaupun tanpa pemberian obat sitostatikaRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 44Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Kasus no 44p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 45 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetik pada hari 1 dan diberi ondansetron 0,2 mg/kg BB/x= 2 x 4 mg iv pada hari 2-10Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 45 bPenatalaksanaan:Pasien diberi injeksi ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 1,5 mg iv k/pPenilaian:Pasien mengalami muntah tipe antisipatori selama 3 hari karena mengalamimuntah walaupun tanpa pemberian obat sitostatikaRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Kasus no 46 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemeticPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 47 aPenatalaksanaan:Ondansetron 1 mg k/p pada hari 2-3, ondansetron 1 mg k/p, ranitidine 3 x 20 mgiv, antasida 3 x 1 cth pada hari 4, ondansetron 3 x 1 mg k/p dan antasida 3 x 1 cthpada hari 5-6Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien sudah diberi terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Kasus no 47 aatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 47 bPenatalaksanaan:Antasida 3 x 1 cth pada hari dan ondansetron 3 x 1 mg k/p pada hari 1-2,ondansetron 3 x 1 mg k/p pada hari 3-5Penilaian:Pasien mengalami muntah tipe antisipatori selama 3 hari karena mengalamimuntah walaupun tanpa pemberian obat sitostatikaRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 48Penatalaksanaan:Deksametason 2-2-1 dan ondansetron 2 x 3 mg iv k/p pada hari 2-4Penilaian:Pasien mengalami muntah tipe antisipatori selama 3 hari karena mengalamimuntah walaupun tanpa pemberian obat sitostatikaRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 49 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mengalami muntah tipe antisipatori selama 3 hari karena mengalamimuntah walaupun tanpa pemberian obat sitostatikaRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Kasus no 49 bPenatalaksanaan:Ranitidine 4 mg/kg BB/12 jam po = 2 x 60 mgPenilaian:
1. Pasien mengalami muntah tipe tertunda2. Pasien membutuhkan terapi antiemetikRekomendasi:Pasien yang mengalami mual dan muntah setelah menerima prednisone sebagaibagian dari protokol pengobatan kemoterapi dapat diatasi dengan penggunaankortikosteroid, misalnya deksametason atau metilprednisolon
Kasus no 50Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mual-muntah kelas sedang yang diakibatkan oleh obatsitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 52Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antimetikPenilaian:Pasien mengalami muntah tipe antisipatori selama 3 hari karena mengalamimuntah walaupun tanpa pemberian obat sitostatika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Kasus no 52Rekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 53Penatalaksanaan:Ondansetron 0,3 mg/kg = 3 mg/xPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalamu muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Tabel XII. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus mual-muntah padapasien kemoterapi anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Kasus no 1Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 6 mg/m2 = 6 mg = 5-4-3Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Dosis antiemetik yang diberikan kurangRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Kasus no 2Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, sedang dantinggi yang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 4 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetikRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 5Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,15 mg/kg = 2 mg k/p ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Kasus no 5Rekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 6 aPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,15 mg/kg = 2 mg k/p iv pada hari 2-3Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Kasus no 6 bPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,15 mg/kg BB (iv) = 0,15 x 20 = 3 mg ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 7Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mangalami muntah tipe antisipatori karena walaupun tidak diberi obatsitostatika tetap mengalami muntahRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 8Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 3 x 3,5 mgPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertundaRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Kasus no 9Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,2 – 0,4 mg/kg BB = 3 x 4 mg ivPenilaian:Pasien mangalami muntah tipe antisipatori karena walaupun tidak diberi obatsitostatika tetap mengalami muntahRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 12 aPenatalaksanaan:Pasien diberi ranitidine 2 x 11 mgPenilaian:Pasien mangalami muntah tipe antisipatori karena walaupun tidak diberi obatsitostatika tetap mengalami muntahRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 15 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kasus no 15 aPemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 15 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mangalami muntah tipe antisipatori karena walaupun tidak diberi obatsitostatika tetap mengalami muntah hari sebelum kemoterapi diberikan sertalorazepam pada malam hari sebelum kemoterapi diberikan dan pagi hari saatkemoterapi
Kasus no 15 cPenatalaksanaan:Pasien tidak menerima antiemetik pada hari 1 dan pada hari kedua diberiPrimperan® syr 3 x cth 1Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Kasus no 15 dPenatalaksanaan:Pasien diberi antasida 3 x 1 cthPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 15 ePenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,15 mg/kg BB/x = 3 x 3 mg po (30 menit sebelummakan)Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, sedang, dan tinggiyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v)Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Kasus no 15 epenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 16 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas tinggi yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 16 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mangalami muntah tipe antisipatori karena walaupun tidak diberi obatsitostatika tetap mengalami muntahRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 20Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan tinggiyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Kasus no 20Rekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 21Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,15 mg/kg = 2 mg k/p ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Kasus no 25Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron rutin 3 x 4 mg ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertundaRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 26Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 27Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Kasus no 273. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 28 bPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,1 mg/kg BB = 2 mgPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Kasus no 29Penatalaksanaan:Pasien diberi domperidon 0,2 mg/kg BB/x pada hari 2-3Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 30 aPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 2 mg k/p ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, sedang, dan tinggiyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v). Menurut Dipiro et al., aprepitanttidak dianjurkan untuk pasien anak. Pemerian antiemetik didasarkan padakebutuhan pasien. Oleh karena itu pada penggunaan antiemetik secara kombinasiharus melihat efek samping yang mungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Kasus no 30 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, sedang, dan tinggiyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 30 cPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 5 mg k/pPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Kasus no 30 cpenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 30 dPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 32Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertundaRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Kasus no 34Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan rendah yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan obat antiemetikRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 35 cPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan antiemetikRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 36 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien diberi terapi dengan menggunakan prednisoneRekomendasi:Pasien yang mengalami mual dan muntah setelah menerima prednisone sebagaibagian dari protokol pengobatan kemoterapi dapat diatasi dengan penggunaankortikosteroid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Kasus no 37Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 3 x 2 mg iv dan ranitidine 3 x 12,5 mg iv padahari 2-3Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 40 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menuru NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Kasus no 40 amg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 40 bPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetronPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 43 aPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,3 mg/kg BB/hari = 3 x 3,3 mg iv pada hari 2-3Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda selama 2 hari3. Pasien diberi terapi dengan menggunakan prednisoneRekomendasi:Pasien yang mengalami mual dan muntah setelah menerima prednisone sebagaibagian dari protokol pengobatan kemoterapi dapat diatasi dengan penggunaankortikosteroid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Kasus no 43 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda selama 4 hari3. Pasien membutuhkan terapi antiemetikRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 46 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda selama 2 hari3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 51 a dan 51 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Kasus no 51 a dan 51 b2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda selama 4 hari3. Pasien membutuhkan terapi antiemetikRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 53Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,3 mg/kg = 3 mg/xPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Hasil dari penelitian pada pasien anak menunjukkan bahwa terdapat 14
kasus mual, 20 kasus muntah, dan 33 kasus mual-muntah yang membutuhkan
tambahan terapi obat, terdapat 4 kasus mual, 14 kasus muntah, dan 7 kasus mual-
muntah yang menerima obat tidak tepat, serta 1 kasus mual-muntah dengan dosis
terlalu rendah. Terdapat 2 pasien anak mengalami mual, 1 pasien mengalami
muntah, dan 1 pasien mengalami mual-muntah sebelum kemoterapi dan berlanjut
setelah dilakukan kemoterapi serta 1 pasien mengalami muntah dan 1 pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
mengalami mual-muntah yang terjadi sebelum kemoterapi dan setelah kemoterapi
dilakukan sudah tidak mengalami mual dan muntah.
Penanganan mual-muntah pada pasien anak belum optimal, hal ini
terlihat dari kejadian mual dan muntah yang dialami oleh pasien. Agar kejadian
mual-muntah tidak berlanjut pascakemoterapi, maka perlu dilakukan tindakan
pencegahan yang optimal. Keterangan mengenai dampak mual dan muntah di
dalam rekam medis sangat kurang sehingga peneliti harus melihat dampak terapi
mual dan muntah dari rekam asuhan keperawatan yang dicatat oleh perawat dan
dari data yang ditulis oleh dokter.
Pada pasien anak juga ditemukan kasus mual dan muntah tipe
antisipatori. Kurangnya tindakan preventif yang diberikan kepada pasien untuk
mencegah kejadian mual dan muntah sebelum kemoterapi akan menyebabkan
terjadinya mual dan muntah sebelum dilakukan kemoterapi. Hal ini akan
mengakibatkan pengobatan kemoterapi yang dilakukan menjadi tidak efektif
sehingga menghambat proses kesembuhan pasien. Mual dan muntah tipe
antisipatori ini dapat diakibatkan karena trauma yang dialami olah pasien akibat
penanganan mual dan muntah yang buruk pada seri kemoterapi sebelumnya.
Banyaknya pasien anak yang mengalami mual dan muntah setelah dilakukannya
kemoterapi dapat disebabkan karena terapi dengan antiemetik sebelum kemoterapi
belum optimal.
Pemberian antiemetik ini juga didasarkan oleh kondisi psikologis pasien.
Apabila pasien merasa mampu untuk menerima obat sitostatika tanpa mengalami
mual-muntah maka pasien tidak diberi antiemetik. Pada pemberian antiemetika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
secara kombinasi harus dipertimbangkan efek samping dari penggunaan
antiemetika tersebut. Oleh karena itu, penanganan mual dan muntah yang tepat
pada kemoterapi seri awal sangat penting untuk mencegah kejadian mual-muntah
pada kemoterapi selanjutnya.
Tabel XIII. Jenis antiemetik untuk kasus mual-muntah yang digunakan padakelompok lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Kasus Jenis antiemetik Sebelumkemoterapi
Setelahkemoterapi
Sebelumdan setelahkemoterapi
Mual deksametason 1Muntah deksametason 1Mualdan
muntah
deksametason +ondansetron + frazon
1
deksametason +ondansetron +difenhidramin
1
tanpa antiemetik 7Total 2 2 7
Meskipun ada 7 kasus mual dan muntah yang tidak diberi antiemetik,
namun persentase kejadian mual-muntah pada geriatri sebesar 17,2%. Hal ini
menunjukkan bahwa penanganan mual-muntah pada kelompok lansia sudah baik,
namun untuk meminimalkan kejadian mual-muntah maka penanganan mual-
muntah ini harus lebih dioptimalkan.
Tabel XIV. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus mual pada pasienkemoterapi lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Kasus no 4Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 2 ampPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas tinggi yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi antiemetik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Kasus no 4Rekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Tabel XV. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus muntah padapasien kemoterapi lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Kasus no 6Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 4 amp/iv 30 menit sebelum kemoterapiPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Tabel XVI. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus mual-muntahpada pasien kemoterapi lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Kasus no 1 a dan 1 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 2Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Kasus no 3a dan 3 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 5Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 2 amp/24 jam, inj. frazon 8 mg/12 jam, danondansetron 8 mg ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien sudah diberi terapi antiemetik secara kombinasi
Kasus no 7Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 2 amp, ondansetron 1 cc,dan difenhidraminPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien sudah diberi antiemetik secara kombinasi
Hasil dari penelitian pada pasien lansia menunjukkan bahwa terdapat 1
kasus mual, 1 muntah, dan 3 kasus mual-muntah yang membutuhkan tambahan
terapi antiemetik. Pada kemoterapi lansia, kasus mual terjadi sebelum dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
kemoterapi dan kasus muntah serta kasus mual-muntah terjadi setelah kemoterapi.
Hal ini terjadi karena minimnya tindakan preventif yang dilakukan sebelum
kemoterapi berlangsung. Kejadian mual-muntah ini diakibatkan karena pasien
tidak menerima obat antiemetik untuk mencegah terjadinya mual-muntah.
Pasien lansia yang mengalami mual sebelum kemoterapi tidak berlanjut
setelah kemoterapi dilakukan. Hal ini membuktikan bahwa pemberian antiemetik
pada pasien lansia sudah optimal. Hanya saja masih ada pasien yang tidak diberi
antiemetik untuk mencegah terjadinya mual dan muntah. Keterangan mengenai
dampak mual dan muntah di dalam rekam medis pada pasien lansia juga sangat
kurang, seperti halnya yang terdapat pada rekam medis pasien anak. Penanganan
mual dan muntah pada lansia sudah optimal, hal ini terlihat dari kejadian mual dan
muntah yang dialami oleh pasien.
Walaupun ada 3 pasien lansia dengan 7 kasus yang tidak mendapatkan
obat antiemetik untuk mencegah terjadinya mual dan muntah akibat obat
sitostatika, tetapi persentase kejadian mual, muntah, atau mual-muntah tersebut
lebih sedikit daripada pasien lansia yang mendapatkan antiemetika yaitu 57 kasus.
Seperti pada pasien anak, pemberian antiemetik pada pasien lansia juga
didasarkan oleh kondisi psikologis pasien. Apabila pasien merasa mampu untuk
menerima obat sitostatika tanpa mengalami mual-muntah maka pasien tidak diberi
antiemetik. Pada pemberian antiemetika secara kombinasi harus dipertimbangkan
efek samping dari penggunaan antiemetika tersebut.
Pada penelitian ini, deksametason sering digunakan sebagai terapi
antiemetik untuk mengatasi mual-muntah yang dialami oleh pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Deksametason menghambat pelepasan prostaglandin (inhibisi pelepasan asam
arachidonat dan modulasi substansi yang berasal dari metabolisme asam
aracchidonat) secara sentral sehingga terjadi penurunan kadar 5HT3 di sistem
saraf pusat dan menghambat pelepasan serotonin di saluran cerna (Fredrikson,
Berita Meso, 2007, Informasi Efek Samping Obat Pusat MESO Nasional BadanPengawas Obat dan Makanan,http://www.google.co.id/search?q=artikel+penanganan+mual+muntah+pada+kemoterapi+anak+filetype%3Apdf&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&biw=1024&bih=544&num=10&lr=&ft=i&cr=&safe=images,diakses tanggal 22 Desember 2011
Berkery, R , Cleri , L.B., Skarin, A.T, 2007, Oncology Pocket Gidu toChemotherapy, Medical Communication Mosby-Wolfe, London, pp. 251-253
Berkow, R. and Fletcher, A. J., 1999, The Merck Manual of Medical Information,NJ: Merck & Company lnc
Burke, M.B., Wilkes, G.M., Ingwerson, K., 2001, Cancer Chemotherapy: aNursing Process Approach, 3rd edition, Malloy Lithographing, Amerika,pp. 135-139
Cipolle, R. J., Strand, L. M., Morley, P. C., 1998, Pharmaceutical Care Practice,Mc Graw-Hill Companies, New York, pp. 75-76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Davey, P., 2006, At a Glance Medicine, diterjemahkan oleh Annisa Rahmalia danCut Novianty, Penerbit Erlangga, Jakarta, pp. 237
DepKes RI, 2009, Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara,Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, hal. 1
Dipiro, C.V and Taylor, A.T., 2008, Nausea and Vomiting in Dipiro, J.T., Talbert,R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M.,Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7th ed TheMcGraw_Hill Companies, Inc., USA, pp. 640-648
Fredrikson, M., Hursti, T., Furst, C.J., Steineck, G., Borjeson, S., Wikblom, M.,Peterson, C., 1992,http://www.google.co.id/search?q=Nausea+in+Cancer+Chemotherapyis+Inversely+Related+to+Urinary+Cortisol+Excretion.+Br+J+Cancer&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-adiakses tanggal 24 Januari 2012
Guyton, A.C. and Hall, J.E., 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, EGC,Jakarta, hal. 1058
Junaidi, I., 2007, Kanker, BIP kelompok Gramedia, Jakarta
Harianto, 2008, Hubungan antara Kualifikasi Dokter dengan KerasionalanPenulisan Resep Obat Oral Kardiovaskuler Pasien Dewasa Ditinjau dariSudut Interaksi Obat *Studi Kasus di Apotek “x” Jakarta Timur,http://www.google.co.id/search?q=kerasionalan+penggunaan+obat&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a,diakses tanggal 22 Desember 2011
Harijanto, E., 2010, Penatalaksanaan Mual-Muntah Pasca Bedah (PONV) :Peran Granisetron, 11-14, Medicinus, Jakarta,http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=medicinus%20operasi%20laparoskopi&source=web&cd=1&ved=0CBwQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.dexamedica.com%2Fimages%2Fpublication_upload101012305621001286854255FA%2520MEDICINUS%2520Oktober%25202010%2520%2827%2520Sept%29%2520high%2520quality.pdf&ei=obIDT8XFIsqqrAfdh8TSDw&usg=AFQjCNGEMwXkUDvRaSyClufKbiJ7aAudA&sig2=J5cSedqGJJeRtaUnmqZ4Tg&cad=rjadiakses tanggal 20 Oktober 2011
Hesketh , P.J., 2006, Defining the Emetogenicity of Cancer ChemotherapyRegimens: Relevance to Clinical Practice, Oncologist, pp. 4, 191-196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Kusumastuti, F. S., 2010, Evaluasi Penatalaksanaan Mual-Muntah padaKemoterapi Paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008,Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Luther, E., 2010, Guidelines for the Management of Nausea and Vomiting inCancer Patients,http://www.cancercare.ns.ca/sitecc/media/cancercare/NauseaVomitingBriefVersion.pdfdiakases pada tanggal 2 April 2011
Nafrialdi, S.G., 1995, Antikanker dan Immunosupresan dan Sulistia, G.G.,Setiabudy, R., Suyatna, F.D., Purwantyastuti, Nafrialdi, (Eds),Farmakologi dan Terapi, edisi IV (dgn perbaikan), Bagian FarmakologiFakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 686-701
Navari, R.M., 2007, Overview of the updated antiemetic guidelines forchemotherapy-induced nausea and vomiting,http://www.communityoncology.net/journal/articles/0404s103.pdfdiakses tanggal 2 April 2011
NCCN, 2009, http://www.nccn.org/profesionals/physician_gls/pdf/antiemesis.pdfdiakses tanggal 16 Oktober 2011
Padzur, R., 2001, Medical Oncology: A Comprehensive review, Huntington, NewYork, pp. 1238-1247
Perwitasari, D. A., 2006, Kajian Penggunanaan Antiemetika pada Pasien Kankerdengan Terapi Sitostatika di rumah sakit di Yogyakarta, Thesis,Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Pratiknya, A.W., 2001, Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran danKesehatan, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta
Prayogo, N., 2003, Prinsip Pengobatan dan Penatalaksanaan Obat Kemoterapi,dalam Pelatihan Perawatan Pasien Kanker dengan Kemotearpi di RSUPKanker Dharmais, Jakarta
Puspitasari, V. D., 2011, Evaluasi Penatalaksanaan Mual Muntah pada PasienKanker Ovarium Pascakemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta padatahun 2009, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Rahardja, K., Tjay, T.H., 2002, Obat-Obat Penting, Edisi kelima, PT Gamedia,Jakarta, pp. 197-224,263-268
Rahardja, K., Tjay, T.H., 2010, Obat-obat Penting, Edisi keenam, PT Gramedia,Jakarta, pp. 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Rahayu, T., 2009, Kemoterapi, Lawan atau Kawan?, http://rumahkanker.com/index.php?option=com_content&task=view&id=19&Itemid=59,diaksestanggal 3 April 2011
Rahayu, T., 2010, Kemoterapi, Kawan atau lawan?, http://rumahkanker.com/index.php?option=com_content&view=article&id=19:kemoterapi-kawan-atau-lawan&catid=15:medis&Itemid=69, diakses tanggal 4 April 2011
Rahmah, D. S., 2009, Evaluasi Penggunaan Obat Antimuntah pada PasienRetinoblastome Anak yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Kanker“Dharmais”,http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=antiemetika%20pada%20kemoterapi%20filetype%3Apdf&source=web&cd=2&ved=0CCUQFjAB&url=http%3A%2F%2Fisjd.pdii.lipi.go.id%2Fadmin%2Fjurnal%2F310914.pdf&ei=UyOgTrv7A8KtiQfhkLi3Bg&usg=AFQjCNEFF-Pa7tpKWiNHD1qHnNdnhyOVrQ&sig2=Hsm7LgCtMPtKGPQ64tCMkw&cad=rjadiakses tanggal 20 Oktober 2011
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th ed.,Churchill Livingstone, New York
Sati, M. E. M., 2007, Evaluasi Penatalaksanaan Mual-Muntah Pasca Kemoterapipada Pasien Kanker Payudara di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta padatahun 2005, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Sudoyo, Aru W., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, edisi IV,Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, hal. 1015-1020
Sutoto, 2003, RS. Dr. Sardjito, http://www.pdspersi.co.id, diakses tanggal 3 April2011
Walsh, D., 1997, Paliative care rounds: intractable nausea and vomiting due togastrointestinal mucosa mucosal metastases relieved bytetrahydrocannabinol (dronabinol), Journal of Pain and Symptommanagement, pp. 14, 311-314
Walker, R., and Edwards, C., 2003, Clinical Pharmacy and Therapeutics, 3rd ed.,Churchill Livingstone, Philadhelphia, pp. 65
YKI, 2000, Informasi Dasar Tentang Kanker, Yayasan Kanker Indonesia,Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 1. Data pasien anak kasus mual-muntah pada kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
4 01.40.00.38 24/9/2010 105 21 0.68 Pelastin 3 x 500 mgMetronidazole 3 x 250 mg ivFlukonazole 1 x 250 mg ivRanitidine 2 x 20 mg ivKotrimoksazole 8 x 330 mg poAmiksin 1 x 250 mg iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
4 01.40.00.38 24/9/2010 105 21 0.68 Antasida 4 x 1 cth poParasetamol 250 mg k/p po
26/9/2010 Mengalami muntah 1x Pelastin 3 x 500 mgMetronidazole 3 x 250 mg ivFlukonazole 1 x 250 mg ivRanitidine 2 x 20 mg ivKotrimoksazole 8 x 330 mg poAmiksin 1 x 250 mg ivAntasida 4 x 1 cth poParasetamol 250 mg k/p po
Cefotaxim 3 x 600 mgGentamisin 2 x 40 mgAllopurinol 1 x 150 mg (200 mg/m2/hr)Furosemid 2 x 10 mg iv (0,5 mg/kg/hr)Parasetamol (k/p) 3 x 200 mgManajemen hiperleukositosisBicrat 4 mg/m2/hr = 700 mg/x = 1½ tab jika pH 6,5
8 01.48.70.68 20/10/2010 107 17 0.39 - Rencana: Cotrimoxazole 20 mg/kg BB = 340 mg = 3 x III cth po MTX it 12 mg dalam 10 cc NaCl 0,9% it HD MTX 1000 mg/m2 = 700 mg
Dengan : Leukovorin 15 mg/m2/dose = 10 mg/dose Salbutamol 0,1 mg/kg BB = 3 x 1 mg po
23/10/2010 MualMengalami muntah
Cotrimoxazole 20 mg/kg BB = 340 mg = 3 x III cth po Salbutamol 0,1 mg/kg BB = 3 x 1 mg po Trifed Prafilos GMP Ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 3 x 3,5 mg
27/10/2010 Mual Cotrimoxazole 20 mg/kg BB = 340 mg = 3 x III cth po Salbutamol 0,1 mg/kg BB = 3 x 1 mg po Trifed Prafilos syr GMP full dose = 50 mg/m2 = 40 mg po Leukovorin = 10 mg dalam 100 cc NaCl 0,9% iv Ondansetron 4 mg k/p
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23/6/2010 Mual Deksametason 6 mg/m2 po = 6 mg/hr = 5-4-3½ tab po Cefotaxime 100 mg/kg BB/hr = 3 x 1 g iv Amikasin (Alostil) 15 mg/kg/hr = 1 x 500 mg Flagyl 15 mg/kg/x = 3 x 500 mg po Septrim 5 mg/kg/x = 2 x160 mg TMP po Cancer pain: Parasetamol 300 mg dan Luminal 30 mg (dibuat 4 x
pulv) Codein 3 x 15 mg po k/p nyeri Vit. B1 3 x 100 mg po Transfuse FFP dan TC MTX it 12 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
11 01.43.77.26 24/6/2010 132 29,5 Mual Deksametason 6 mg/m2 po = 6 mg/hr = 5-4-3½ tab po Cefotaxime 100 mg/kg BB/hr = 3 x 1 g iv Amikasin (Alostil) 15 mg/kg/hr = 1 x 500 mg Flagyl 15 mg/kg/x = 3 x 500 mg po Septrim 5 mg/kg/x = 2 x160 mg TMP po Cancer pain: Parasetamol 300 mg dan Luminal 30 mg (dibuat 4 x
pulv) Codein 3 x 15 mg po k/p nyeri Vit. B1 3 x 100 mg po Transfuse FFP dan TC Vinkristin 1,5 mg/m2 iv Daunorubisin 30 mg/m2 iv
25/6/2010 Mual Deksametason 6 mg/m2 po = 6 mg/hr = 5-4-3½ tab po L-asparginase 10000 mg iv/m2 = 10000 µ dalan NaCl 0,9% 400 cc
iv Cefotaxime 100 mg/kg BB/hr = 3 x 1 g iv Amikasin (Alostil) 15 mg/kg/hr = 1 x 500 mg Flagyl 15 mg/kg/x = 3 x 500 mg po Septrim 5 mg/kg/x = 2 x160 mg TMP po Cancer pain: Parasetamol 300 mg dan Luminal 30 mg (dibuat 4 x
pulv) Codein 3 x 15 mg po k/p nyeri Vit. B1 3 x 100 mg po Transfuse FFP dan TCBawa pulang: Cancer pain (Parasetamol 300 mg dan Luminal 30 mg) Deksametason
12a 01.46.78.10 18-21/4/2010
95 11,5 0.39 Inj. Nitromicin 2 x 50 mgInj. Metronidazole 3 x 110 mgInj. Ranitidin 2 x 11 mgInj. Novalgin 3 x 110 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
12a 01.46.78.10 18-21/4/2010
95 11,5 0.39 Tgl 21/4/2010 : transfuse albumin
24/4/2010 MualMengalami muntah 2x
Inj. Nitromicin 2 x 50 mgInj. Metronidazole 3 x 110 mgInj. Ranitidin 2 x 11 mgInj. Novalgin 3 x 110 mg
12b 25/4/2010 0.49 - Transfuse albumin26/4/2010 Mual Stop injeksi27/4/2010 Mengalami muntah Pelihara asupan gizi yang baik
Parasetamol 10 mg/kg BB/x dan Codein 0,5 mg/kg BB/x (4 x 1) Cetrovel 0,2 mg/kg BB/x = 3 x 5 mg bila mual muntah Ampisilin 100 mg/kg BB/hr = 4 x 500 mg Gentamycin 5 mg/kg BB/hr = 2 x 60 mg iv IVFD D 10 ½ S 18 tpm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Parasetamol 10 mg/kg BB/x dan Codein 0,5 mg/kg BB/x (4 x 1) Cetrovel 0,2 mg/kg BB/x = 3 x 5 mg bila mual muntah Ampisilin 100 mg/kg BB/hr = 4 x 500 mg Gentamycin 5 mg/kg BB/hr = 2 x 60 mg iv IVFD D 10 ½ S 18 tpm
6/3/2010 MualMengalami muntah
Parasetamol 10 mg/kg BB/x dan Codein 0,5 mg/kg BB/x (4 x 1) Cetrovel 0,2 mg/kg BB/x = 3 x 5 mg bila mual muntah Ampisilin 100 mg/kg BB/hr = 4 x 500 mg Gentamycin 5 mg/kg BB/hr = 2 x 60 mg iv IVFD D 10 ½ S 18 tpm
15c 22/3/2010 127 23,5 0.59 - -24/3/2010 Mual
Mengalami muntahCyclophospamide 1150 + Mezna 600 cc = 15 tpmStrove 0,2 mg/kg/x = 25 mg = 3 x5 mgInj strove ½ jam sebelum kemoterapi
Daunorubisin iv 19 mg, 30 mg/m2 jam 16.0027/4/2010 Mual Infuse kaen 3 amp 8 tpm
Deksametason 2-2-1L-aspar 3720 µ iv obat habis MTX masuk
18 01.48.98.13 11/10/2010 98 17 0.39 - Combicef 2 x 500 mgAmikasin 1 x 250 mgMicrolax suppo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
18 01.48.98.13 12/10/2010 98 17 Mengalami muntah Combicef 2 x 500 mgAmikasin 1 x 250 mgSanmol 10 mg/kg/hariRanitidinePlantacid
15/10/2010 Mengalami muntah Transfuse PRCCombicef 2 x 500 mgAmikasin 1 x 250 mgSanmol 10 mg/kg/hariRanitidinePlantacidOmeprazole ½ ampProfenial suppoMetronidazole 3 x 250 mg
18/10/2010 Mengalami muntah Inj. Pelastin 3 x 250 mgInj. Farmadol 3 x 250 mgInj. Metronidazol 3 x 250 mgInj. RanitidinProfeniol suppoOmeprazole 1 x 1 sebelum makanSetrovel 2 x ½ ampFartolyn exp syr 3 x ½ sdt (3 hari)
19 01.43.69.64 3/12/2010 101 18 0.79 Transfuse trombosit, PRC9/12/2010 Mual Ceftazidin 100 mg/kg/hr ~ 2 x 900 mg iv
Gentamycin 5 mg/kg/hr ~ 2 x 40 mg ivFarmadol 100 mg/kg/hr ~ 180 mg iv 4-6 jam k/pDeksametason 4 mg/hr ~ 3-3-2Doxorubicin 1,3 mg dalam 300 cc NaCl 0,9%Fisioterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
29 01.49.91.54 10/11/2010 77 9,4 0.29 - Transfuse PRCCefixime pulv 2 x 50 mgParasetamol syr 3 x 10 ccInfuse kaen B 1000 cc/24 jamCefotaxim 2 x 500 mgNovalgin 3 x 100 mgRanitidine 3 x 10 mgKalnex 3 x 125 mgTransfuse albumin
27/11/2010 MualMengalami muntah
Ciprofloxasin Parasetamol Domperidon Vinkristin 1,5 mg/m2 ~ 0,7 mg dalam 10 cc NaCl 0,9% Cyclophospamide 67,5 mg Mezna 50 mg dalam 200 cc NaCl 0,9%
Mengalami muntah Hidrasi post HD MTX Leukovorin 15 mg/m2 = 9,6 mg dalam 100 cc NaCl 0,9% 6 MP 31,5 mg po
33 01.48.12.18 2/8/2010 117 21 0.58 - Prednisone 60 mg/kg BB ~ 50 mg (5-3-2)Zink 1 x 20 mgCiproheptadin 2 x ½ tablet
25/8/2010 Mengalami muntah 4x Prednisone 60 mg/kg BB ~ 50 mgCiproheptadin 2 x ½ tabletZink 1 x 20 mgCandistatin 4 x 1 ccCefotaxim 100 mg/kg BB ~ 3 x 750 mgGentamicin 5 mg/kg BB ~ 2 x 50 mgKetokonazole 1 x 200Ondansetron 3 x 2 po
Cefotaxim 100 mg/kg/hr ~ 3 x 500 mg iv11/6/2010 Mengalami muntah 1x Cefotaxim 100 mg/kg/hr ~ 3 x 500 mg iv
Hidrasi HD MTX 2500 cc/m2/24 jam = 1500 cc/24 jam = 375 cc/6jam
Bicrat 1,5 tablet bila pH urin 6,517/6/2010 Mengalami muntah 1x Cefotaxim 100 mg/kg/hr ~ 3 x 500 mg iv
6 MP 30 mg ~ 1 x ½ tablet Zink 1 x 20 mg Ampicilin 150 mg/kg BB/hari ~ 1500 mg/hari ~ 4 x 350 mg/iv Gentamicin 5 mg/kg BB/hari ~ 75 mg/hari ~ 2 x 40 mg iv
35c 23/6/2010 0.60 Ampicilin 150 mg/kg BB/hari ~ 1500 mg/hari ~ 4 x 350 mg/iv 6 MP 30 mg ~ 1 x ½ tablet po/malam MTX it 10 mg Hidrasi pre HD MTX = 375 cc/6 jam Bicrat 1,5 tablet bila pH urin 6,5
25/6/2010 MualMengalami muntah
6 MP 1 x ½ tablet = 50 mg/m2 ~ 30 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2/9/2010 Mengalami muntah Parasetamol 10 mg/kg BB/x ~ 170 mg po k/pLeukovorin 10 mg iv/8 jam6 MP 30 mg poOndansetron 0,2 mg/kg BB = 3,5 mgSalbutamol 3 x 2 mg
37 01.45.68.86 10/2/2010 102 13 0.36 - 6 MP 30 mg poCefotaxim 100 mg/kg BB = 3 x 400 mg ivMTX it 12 mg dalam 10 cc NaCl 0,9%Doxorubicin 12 mg dalam NaCl 0,9% 300 cc
2/3/2010 MualMengalami muntah 5x
Puyer INH 10 mg/kg BB/hari ~ 1 x 130 mg po Puyer rifampisin 10 mg/kg BB/hari ~ 1 x 130 mg po Ceftazidime 2 x 500 mg Cancer pain/4 jam (parasetamol 125 mg + Luminal 15 mg) Ondansetron 3 x 2 mg iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ketokonazole 2 x 100 mg po Ranitidine 3 x 12,5 mg iv
3/3/2010 MualMengalami muntah 4x
Puyer INH 10 mg/kg BB/hari ~ 1 x 130 mg po Puyer rifampisin 10 mg/kg BB/hari ~ 1 x 130 mg po Ceftazidime 2 x 500 mg Cancer pain/4 jam (parasetamol 125 mg + Luminal 15 mg) Ondansetron 3 x 2 mg iv Ranitidine 3 x 12,5 mg iv Ketokonazole 2 x 100 mg po Asam folat 1 x 1 mg KCl 3 x 800 mg Sanboplex 1 x cth I
4/3/2010 Mengalami muntah 3x Puyer INH 10 mg/kg BB/hari ~ 1 x 130 mg po Puyer rifampisin 10 mg/kg BB/hari ~ 1 x 130 mg po Ceftazidime 2 x 500 mg Cancer pain/4 jam (parasetamol 125 mg + Luminal 15 mg) Ondansetron 3 x 2 mg iv Ranitidine 3 x 12,5 mg iv Ketokonazole 2 x 100 mg po Asam folat 1 x 1 mg KCl 3 x 800 mg Sanboplex 1 x cth I Transfuse trombosit 3 kantong
38 01.49.96.39 1/12/2010 141 26,5 0.62 - -8/12/2010 Mengalami muntah Cisplatin 35 mg dalam 300 cc NaCl 0,9%
Ondansetron 0,15 mg/kg BB/x iv 4 mg k/p (rutin 3 x 1)9/12/2010 Mengalami muntah Cisplatin 35 mg dalam 300 cc NaCl 0,9%
Ondansetron 0,15 mg/kg BB/x iv 4 mg k/p (rutin 3 x 1)10/12/2010 Mengalami muntah -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
39 01.48.38.88 28/7/2010 130 40 0.60 - Inj. Ketorolac 3 x 15 mgInj. Ranitidin 2 x ½ ampCancer pain 3 x 1Transfuse PRC
9/8/2010 Mual Cancer pain (Parasetamol + Luminal) po k/pCefotaxim 100 mg/kg BB/hr ~ 3 x 1250 mg ivGentamycin 5 mg/kg BB/hr ~ 2 x 100 mg iv
10/8/2010 Mual Cancer pain (Parasetamol + Luminal) po k/pCefotaxim 100 mg/kg BB/hr ~ 3 x 1250 mg ivGentamycin 5 mg/kg BB/hr ~ 2 x 100 mg iv
Ciprofloxasin iv 10 mg/kg BB/hr 2 x 100 mg ivGentamisin 5 mg/kg BB/hr 2 x 25 mg ivCotrimoxazole 20 mg/kg BB/hr (TMP) 2 x 240 mg poKetokonazole 5 mg/kg BB/hr 2 x 50 mg poMetromidazole 15 mg/kg BB/hr 2 x 75 mg poParasetamol 10 mg/kg BB/hr 125 mg (1 cth) tiap 4 jam poSalbutamol 0,1 mg/kg BB/hr 2 x 1 mg po
8/12/2010 MualMengalami muntah
Ciprofloxasin iv 10 mg/kg BB/hr 2 x 100 mg ivGentamisin 5 mg/kg BB/hr 2 x 25 mg ivCotrimoxazole 20 mg/kg BB/hr (TMP) 2 x 240 mg poKetokonazole 5 mg/kg BB/hr 2 x 50 mg poMetromidazole 15 mg/kg BB/hr 2 x 75 mg poParasetamol 10 mg/kg BB/hr 125 mg (1 cth) tiap 4 jam poSalbutamol 0,1 mg/kg BB/hr 2 x 1 mg po
9/12/2010 MualMengalami muntah
Ceftazidime 25 mg/kg BB/8 jam 3 x 250 mgGentamisin 5 mg/kg BB/hr 2 x 25 mg ivKetokonazole 5 mg/kg BB/hr 2 x 50 mg poSalbutamol 0,1 mg/kg BB/hr 2 x 1 mg poMetromidazole 15 mg/kg BB/hr 2 x 240 mgOral hygiene : sikat gigi, kumur betadin, kumur nistatin
10/12/201 Mengalami muntah Ceftazidime 25 mg/kg BB/8 jam 3 x 250 mgGentamisin 5 mg/kg BB/hr 2 x 25 mg ivKetokonazole 5 mg/kg BB/hr 2 x 50 mg poSalbutamol 0,1 mg/kg BB/hr 2 x 1 mg poCotrimoxazole 20 mg/kg BB/hr 2 x 240 mgOral hygiene : sikat gigi, kumur betadin, kumur nistatinParasetamol 10 mg/kg BB/hari 120 mg tiap 4 jamUrdafalk 2 x 150 mg
11/12/2010 85 10 Mengalami muntah Ceftazidime 25 mg/kg BB/8 jam 3 x 250 mgKetokonazole 5 mg/kg BB/hr 2 x 50 mg po
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
43b 01.49.23.09 11/12/2010 85 10 Mengalami muntah Cotrimoxazole 20 mg/kg BB/hr 2 x 240 mgParasetamol 10 mg/kg BB/hari 120 mg tiap 4 jamSalbutamol 0,1 mg/kg BB/hr 2 x 1 mg poUrdafalk 2 x 150 mg
13/12/2010 Mengalami muntah Ceftazidime 25 mg/kg BB/8 jam 3 x 250 mgCotrimoxazole 20 mg/kg BB/hr 2 x 240 mgParasetamol 10 mg/kg BB/hari 120 mg tiap 4 jamSalbutamol 0,1 mg/kg BB/hr 2 x 1 mg poUrdafalk 2 x 150 mgZink pro 2 x ½ cthSalep bactodemKetokonazole 2 x 50 mg
25/9/2010 109 12,5 Mengalami muntah Ondansetron 1 mg k/pMetilcobalamin 2 x 1 tablet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
47a 01.48.09.58 25/9/2010 109 12,5 Mengalami muntah Alinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mg
27/9/2010 Mengalami muntah 2x Ondansetron 1 mg k/pMetilcobalamin 2 x 1 tabletAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mgBcomp 1 x 1 tabletCodein 3 x 20 mg
28/9/2010 Mengalami muntah Ondansteron 1 mg k/pRanitidine 3 x 20 mg ivAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mgVit. C 1 x 50 mgBcomp 1 x 1 tabletCodein 3 x 20 mgAntacid 3 x 1 cth
2/10/2010 Mengalami muntah 1x D5 ½ NS 10 tpmOndansteron 3 x 1 mg k/pCodein 3 x 10 mg poAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mgVit. C 1 x 50 mgAntasida 3 x 1 cthCefotaxim 3 x 400 mgGentamisin 2 x 30 mgDulcolaxAmprah leukokin 50 mcg ic
7/10/2010 Mengalami muntah D5 ½ NS 10 tpmOndansteron 3 x 1 mg k/pCodein 3 x 10 mg poAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
47a 01.48.09.58 7/10/2010 109 12,5 Mengalami muntah Vit. C 1 x 50 mgAntasida 3 x 1 cthCefotaxim 3 x 400 mgBcomp 1 x 1 tablet
47b 8/10/2010 0.43 Mengalami muntah D5 ½ NS 10 tpmOndansteron 3 x 1 mg k/pCodein 3 x 10 mg poAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mgVit. C 1 x 50 mgAntasida 3 x 1 cthCefotaxim 3 x 400 mgBcomp 1 x 1 tablet
9/10/2010 13,4 Mengalami muntah D5 ½ NS 10 tpmOndansteron 3 x 1 mg k/pCodein 3 x 10 mg poAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mgVit. C 1 x 50 mgAntasida 3 x 1 cthCefotaxim 3 x 400 mgBcomp 1 x 1 tabletNovalgin 10 mg/kg BB/x 3 x 125 mg ivVinkristin 1 x 0,9 mg (tunda)Actinomycin D 1 mg (tunda)Zink 1 x 1 (tunda)
12/10/2010 Mengalami muntah 2x D5 ½ NS 10 tpmOndansteron 3 x 1 mg k/pCodein 3 x 10 mg poAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mgVit. C 1 x 50 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
47b 01.48.09.58 12/10/2010 109 13,4 Mengalami muntah 2x Bcomp 1 x 1 tabletNovalgin 10 mg/kg BB/x 3 x 125 mg ivZink 1 x 20 mgMerslon 3 x ½ tablet
13/10/2010 Mengalami muntah D5 ½ NS 10 tpmOndansteron 3 x 1 mg k/pCodein 3 x 10 mg poAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mgVit. C 1 x 50 mgBcomp 1 x 1 tabletNovalgin 10 mg/kg BB/x 3 x 125 mg ivZink 1 x 20 mgMerslon 3 x ½ tabletCyclopospamide 500 mg iv + Mezna 300 mgSisa Mezna 100 di drip besok
15/10/2010 Mengalami muntah 2x D5 ½ NS 10 tpmOndansteron 3 x 1 mg k/pCodein 3 x 10 mg poAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mgVit. C 1 x 50 mgBcomp 1 x 1 tabletNovalgin 10 mg/kg BB/x 3 x 125 mg ivZink 1 x 20 mgMerslon 3 x ½ tabletOtopraf 3 x IV gtt ads
16/10/2010 Mual D5 ½ NS 10 tpmOndansteron 0,2 – 0,4 mg/kg BB/x 3 x 4 mgCodein 3 x 10 mg poAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
47b 01.48.09.58 16/10/2010 109 13,4 Mual Vit. C 1 x 50 mgBcomp 1 x 1 tabletZink 1 x 20 mgMerslon 3 x ½ tabletNovalgin 10 mg/kg BB/x 3 x 125 mg ivOtopraf 3 x IV gtt ads
48 01.32.28.88 9/2/2010 105 13 0.29 Mengalami muntah Deksametason 2-2-1Pelastin 15 mg/kg/x 4 x 225 mg ivOndansetron 0,2 mg/kg 3 mg iv k/p
10/2/2010 Mengalami muntah Deksametason 2-2-1Pelastin 15 mg/kg/x 4 x 225 mg ivOndansetron 0,2 mg/kg 2 x 3 mg iv k/pNaCl 3/92 Cl + D5 ½ s 500 cc 18 tpm macro (s/d jam 19.00)
11/2/2010 Mengalami muntah Deksametason 2-2-1Pelastin 15 mg/kg/x 4 x 225 mg ivOndansetron 2 x 3 mg iv k/p
49a 01.50.15.54 6/11/2010 110 15 0.7311/11/2010 Mengalami muntah 2x Ceftazidime 50 mg/kg BB/x 3 x 500 mg
Gentamicin 5 mg/kg BB/x 2 x 40 mgKotrimoxazole 5 mg/kg BB/x 2 x 480 mgMetronidazole 7,5 mg/kg BB/x 3 x 2 cth I poKetokonazole 5 mg/kg BB/x 2 x 75 mgSalbutamol 0,1 mg/kg BB/x 3 x 1,5 mgParasetamol 10 mg/kg BB/x 150 mg/4 jamKebutuhan TC kolf transfusi
49b 2/12/2010 26 0.516/12/2010 Mengalami muntah 1x Ranitidine 4 mg/kg BB/12 jam/po 2 x 60 mg
50 mg sebelum berangkat, dapatdiulang dalam 4-6 jam pm50-100 mg setiap 4-6 jam pm25-50 mg setiap 4-6 jam pm10-50 mg setiap 2-4 jam pm25-100 mg setiap 4-6 jam pm
12,5-25 mg 1 jam sebelumperjalanan, diulang setiap 12-24jam pm1,5 mg setiap 72 jam
10-25 mg setiap 4-6 jam pm25-50 mg setiap 4-6 jam pm5-10 mg 3-4 x sehari pm5-10 mg setiap 3-4 jam pm2,5-10 mg setiap 3-4 jam pm25 mg setiap 2 x sehari pm12,5-25 mg setiap 4-6 jam pm
10 mg 1-6 x sehari pm
Tablet, CairIM, IVTablet, CairIMIVSuppositoriaTablet, Cair, IM, IV,SuppositoriaTablet, IM, IV