MEDICATION E RAWAT INAP D 2014 (Tinj Dia Me ERROR RESEP OBAT RACIKAN PASIEN DI RSUP Dr. SARDJITO PADA PERIODE jauan Fase Dispensing dan Fase Administra SKRIPSI iajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat emperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Diajukan oleh : Septi Martiani Pertiwi NIM : 108114017 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 N PEDIATRI E FEBRUARI ation) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Embed
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileMEDICATION ERROR RESEP OBAT RACIKAN PASIEN PEDIATRI ... 2014 (finjauan Fase Dispensing danEa*e Adadaisffiim\ Sle&: Se,pti
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MEDICATION ERROR RESEP OBAT RACIKAN PASIEN PEDIATRIRAWAT INAP DI RSUP Dr. SARDJITO PADA PERIODE FEBRUARI
2014 (Tinjauan Fase Dispensing dan Fase Administration)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh :
Septi Martiani Pertiwi
NIM : 108114017
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
MEDICATION ERROR RESEP OBAT RACIKAN PASIEN PEDIATRIRAWAT INAP DI RSUP Dr. SARDJITO PADA PERIODE FEBRUARI
2014 (Tinjauan Fase Dispensing dan Fase Administration)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh :
Septi Martiani Pertiwi
NIM : 108114017
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
MEDICATION ERROR RESEP OBAT RACIKAN PASIEN PEDIATRIRAWAT INAP DI RSUP Dr. SARDJITO PADA PERIODE FEBRUARI
2014 (Tinjauan Fase Dispensing dan Fase Administration)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh :
Septi Martiani Pertiwi
NIM : 108114017
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
MEDICATION ERROR RESEP OBAT RACIKAN PASIEN PEDIATRIRAWAT INAP DI RSUP Dr. SARDJITO PADA PERIODE FEBRUARI
2014 (Tinjauan Fase Dispensing dan Fase Administration)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh :
Septi Martiani Pertiwi
NIM : 108114017
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i
MEDICATION ERROR RESEP OBAT RACIKAN PASIEN PEDIATRIRAWAT INAP DI RSUP Dr. SARDJITO PADA PERIODE FEBRUARI
2014 (Tinjauan Fase Dispensing dan Fase Administration)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh :
Septi Martiani Pertiwi
NIM : 108114017
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i
MEDICATION ERROR RESEP OBAT RACIKAN PASIEN PEDIATRIRAWAT INAP DI RSUP Dr. SARDJITO PADA PERIODE FEBRUARI
2014 (Tinjauan Fase Dispensing dan Fase Administration)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh :
Septi Martiani Pertiwi
NIM : 108114017
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kssh&nffinfrMEI}TUW&NIqEEET REffiP (BAT RACIXABT PA$EFT TUBilAXS}RAIryAT INAP DI RSUP Dr. SABIUITO PADA Pf,SIODS $&BRUAAi
Penge**hrn Slrirspsi Xeri*tMEDICATIANEEEC}* EESIEP (}BAT B,ACIXAFU trASilEIg PEE}TA,:f]EtrRAWAT INAP DI RSUP DT. SARDJITO PADA PERIODI r'f,BRUARI
2014 (finjauan Fase Dispensing danEa*e Adadaisffiim\
Sle&:
Se,pti lUartimi P€rtiwi
NIM: 108114017
"S: '*,,. 1l;! :il']. " ,t'ft\.rl"q- : re :, 1
.'- ': Unived$${a"ata Dtrardra
.ilff '1da-S, Agustus 2ot
I i:";r
'd,i'
riil'
,:' .
.i&.,$Sf
,*{$*"
,tu9:i?*'
;1'.i*r,..{
ss#.w{t-
efi&
'4Sal,.sn'"1","i ". ffi ,,-,1*J,.i*^: **e,;? y; .
*,.r;i;-,*y" ..*.*rq _f
Panitia Peirguj i Slaipsi
Aris Widayati, M.Si., Apf Ph.D
lp*gUjr*o,M-$a- AS
1.
2.l_--
i
I
SaoafaDharma
(Aris Wi@xi, MSi-, AF*, F!*"S)
d*t*@
3- DiteMtrie Yirgfuia S, Fm",Ap*, h6.Ss -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“DIA TIDAK PERNAH MELEWATKAN SATU KATA PUN DARIUCAPAN YANG KITA PANJATKAN DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH,JANJI-NYA ADALAH IYA DAN AMIN”
Karya ini ku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus, Papa, Mama dan Adik-adikku tercinta
Sahabat dan teman-temanku
Almamaterku
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku(Filipi 4: 13)“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang(Amsal 23: 18).
Bentuk-bentuk Medication error pada tahap PenyiapanObat......................................................................................Kesalahan Penulisan Etiket..................................................Kesalahan Penulisan Etiket pada Penulisan Nama Obat.....Kesalahan Penulisan Etiket pada Penulisan KekuatanObat......................................................................................Kesalahan Penulisan Etiket pada Penulisan Aturan PakaiObat....................................................................................Kesalahan Penulisan Etiket pada Penulisan BentukSediaan Obat.......................................................................Kesalahan Pengambilan Obat.............................................Kesalahan Pengambilan Obat pada Pengambilan JenisObat......................................................................................Kesalahan Pengambilan Obat pada Pengambilan JumlahObat.....................................................................................Kesalahan dalam membuat Bentuk Sediaan Obat..............Kesalahan dalam membuat Bentuk Sediaan Obat padaPengemasan........................................................................Kesalahan dalam membuat Bentuk Sediaan Obat padasaat peracikan.....................................................................Hasil Wawancara dengan Orangtua Pasien Pediatri padaFase Administration.............................................................
103030
31
32
3435
36
3637
38
39
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Tahap Pelayanan Resep di Apotek Instalasi Rawat Inap 2RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.................................................Diagram perbandingan resep racikan yang teridentifikasimedication error dan tidak teridentifikasi medication errorpada fase dispensing............................................................Medication error pada fase dispensing di RSUP Dr. SardjitoPeriode Februari 2014................................................................Medication error pada fase dispensing di RSUP dr. SardjitoPeriode Februari 2014................................................................
27
28
29
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6
Hasil Observasi Medication error pasien pediatri resepracikan di RSUP Dr. Sardjito pada Fase Dispensingperiode Februari 2014.......................................................Hasil Wawancara dengan Apoteker dan AsistenApoteker mengenai Medication error pasien pediatriresep racikan di RSUP Dr. Sardjito pada FaseDispensing periode Februari 2014....................................Hasil Wawancara dengan Orangtua Pasien Pediatrimengenai Medication error dengan orangtua pasienpediatri di RSUP Dr. Sardjito pada Fase Administrationperiode Februari 2014.......................................................Hasil wawancara dengan perawat mengenai Medicationerror pada Resep Racikan untuk Pasien Pediatri diRSUP Dr. Sardjito Yogyakarta........................................Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di RSUPDr. Sardjito Yogyakarta...................................................Surat Izin Ethical Clearence untuk MelakukanPenelitian di RSUP Dr. Sardjito.......................................
62
83
85
94
96
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
INTISARI
Medication error (ME) merupakan kejadian yang dapat membahayakanpasien dan masih dibawah pengawasan tenaga kesehatan. Pediatri merupakangolongan usia yang sering mengkonsumsi obat racikan. Resep racikan memilikirisiko ME yang cukup besar, terkait proses peracikan dan penggunaan obatracikan pada pasien. Tujuan penelitian adalah mengetahui angka kejadian ME,bentuk-bentuk ME, faktor penyebab ME, dan langkah yang sudah dilakukan olehpihak RSUP Dr. Sardjito untuk mencegah ME khususnya pada fase dispensingdan administration.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatancross-sectional. Data diambil pada Februari 2014 dengan melakukan observasidan wawancara terstruktur terkait ME kepada asisten Apoteker, Apoteker,orangtua pasien dan perawat.
Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian ME fase dispensing 26,45%dari 155 resep racikan meliputi kesalahan penulisan nama obat, dosis, aturanpakai, bentuk sediaan obat, pengambilan obat, jumlah obat, pengemasan, danperacikan. Fase administration ditemukan 11,1% dari 9 responden yangmelakukan administration dan ME yang ditemukan adalah kesalahan meminumobat. Faktor penyebabnya adalah penulisan etiket yang tidak lengkap, tidakterbaca, kurangnya ketelitian saat bekerja dan kurangnya informasi yang diberikanpihak rumah sakit kepada orangtua pasien. Upaya yang dilakukan tenagakesehatan mencegah ME adalah menelaah dan mengecek obat, bekerja sesuaiSOP dan teliti saat bekerja.
Kata kunci : Medication error, Resep Racikan, Pediatri, Dispensing,Administration
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
ABSTRACT
Medication errors (ME) is an event that can harm patients and still underthe control of health workers. Pediatrics is the age group that often consume thedrug concoction. Compounded prescription has a highly risk of ME, related to theprocess of compounding and the use of personalized medicine for patients. Thepurpose of the study was to determine the percentage of the ME, ME forms, thecauses of ME, and the steps that have been taken by RSUP Dr. Sardjito to preventME especially in dispensing and administration phases.
This study is an observational study with cross-sectional approach. Datawere taken in February 2014 with the observation and structured interviews toassistant pharmacist, pharmacists, patient's parents and nurse.
The results showed the percentage of ME phase dispensing events 26.4%of the 155 precriptions blend include inapropriate drug name, rules of use, dosageform drugs, taking drugs, number of drugs, packaging, compounding. Phaseadministration found 11.1% of the 9 respondents and that is only found takingdrugs. Factors contributing is the etiquette of writing incomplete, illegible, thelack of rigor at work and lack of information provided by the hospital to thepatient's parents. Efforts are made to prevent health workers ME is reviewing andchecking the drug, according to the SOP and meticulous work while working.
National Coordinating Council for Medication Error Reporting and
Prevention (NCC MERPP) menyatakan medication error adalah kesalahan pada
proses pengobatan yang seharusnya dapat di cegah karena masih dalam
pengawasan tenaga kesehatan (NCC MERPP, 2013). Di Denmark, hasil penelitian
yang dilakukan oleh Lisby, Nielsen dan Mainz (2005) di Aarhus University
Hospital presentase terjadinya medication error (ME) pada fase prescribing
sebesar 39%, fase transcribing sebesar 56%, fase dispensing sebesar 4%, dan fase
administration sebesar 41% (Lisby,et.,al, 2005).
Di Indonesia, belum di dapatkan data yang spesifik dan akurat. Namun
demikian, dari hasil penelitian Dwiprahasto (2006) dari 2.585 total resep, 90 %
dari jumlah resep tersebut tergolong tidak lengkap dan banyak dijumpai ME
seperti pemilihan obat yang tidak tepat indikasi, cara pemberian obat yang salah,
frekuensi pemberian dan sedian obat yang tidak tepat. Sebuah penelitian
melaporkan kejadian medication error di rumah sakit berkisar antara 4-17% dari
seluruh pasien yang dirawat di rumah sakit, 11% medication error terjadi dalam
bentuk dispensing error yaitu pemberian dosis dan obat yang keliru. United States
Pharmacopeia melaporkan pada tahun 1999, 3% dari 6224 medication error
berakhir dengan kegawatan pada pasien (USP, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Medication error pada anak-anak merupakan kejadian yang perlu
diwaspadai, jika potensi ME pada anak-anak tiga kali lipat lebih besar dibanding
orang dewasa (Kozer, 2005). Penelitian (Fortescue, 2003) lebih dari 50% yaitu
616 resep dari 10788 peresepan pediatri berpotensial terjadi error, sejumlah 120
(19,5%) termasuk kategori sangat membahayakan. Pediatri merupakan golongan
usia yang rentan terserang penyakit dan untuk pengobatannya dokter sering
memberikan resep obat racikan. Hal ini dilakukan karena tidak tersedianya dosis
dan bentuk sediaan obat yang sesuai dipasaran bagi anak-anak, sehingga obat
racikan dianggap lebih efektif diberikan agar tujuan terapi yang diinginkan
tercapai. Namun, resep racikan tersebut juga dapat menyebabkan resiko yang
besar, seperti kesalahan penghitungan dosis yang seharusnya disesuaikan dengan
umur dan berat badan pasien, kesalahan ini dalam berisiko terhadap munculnya
overdosis atau under-dosing (Anonim a, 2013).
Hinlandou (2008) melaporkan kejadiaan ME obat racikan yang terjadi
pada pasien pediatri, ditemukan kesalahan pembaca resep 3,1%, pengambilan obat
6,8%, peracikan 4,6%, pengemasan 0,2%, kesalahan penyebuan nama pasien
0,2%, kesalahan pelabelan 0,4% dan kesalahan kalkulasi dan rekalkulasi 1,5%.
Berdasarkan Laporan Peta Nasional Keselamatan Pasien kesalahan dalam
pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang
dilaporkan (Bayang, Pasinringi, dan Sangkala., 2014). Jika disimak lebih lanjut,
dalam proses penggunaan obat yang meliputi prescribing, transcribing,
dispensing dan administration, dispensing menduduki peringkat pertama (Anonim
b, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Penelitian ini penting dilakukan karena resep racikan memiliki potensi
terjadinya ME yang lebih tinggi dibandingkan resep non-racikan. Penelitian ini
difokuskan kepada pasien pediatri karena obat racikan banyak diresepkan kepada
pasien pediatri dengan pertimbangan kesesuaian dosis. Penelitian ini dilakukan
pada tahap dispensing dan administration karena hasil pada tahap ini juga
berpengaruh terhadap tingginya kejadian ME.
Rumah Sakit yang dipilih sebagai model adalah RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Rumah Sakit (RS) ini dipilih sebagai model penelitian karena RS ini
merupakan RS pendidikan yang dapat dijadikan tempat untuk melakukan
penelitian. Dipilih Instalasi Rawat Inap karena memudahkan akses wawancara
dengan orangtua pasien pediatri yang diperlukan dalam penelitian.
1. Permasalahan
a. Berapa angka kejadian medication error (ME) resep obat racikan pada
pasien pediatri dan apa saja kejadian ME pada fase dispensing dan fase
administration di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta?
b. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya ME resep obat racikan pada
pasien pediatri pada fase dispensing dan fase administration di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta?
c. Apa saja langkah yang sudah dilakukan pihak RSUP Dr. Sardjito untuk
mencegah ME di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Keaslian penelitian
Penelitian mengenai medication error (ME) fase dispensing dan fase
administration pada obat racikan pada pasien pediatri di RSUP Dr. Sardjito
periode Februari 2014 belum pernah dilakukan. Sementara terdapat beberapa
penelitian yang terkait dengan masalah ME pada pasien pediatri telah dilakukan
oleh beberapa peneliti lain dengan judul sebagai berikut:
a. Errors in The Medication Process: Frequency, Type,and Potential (Lisby,
et al, 2005). Dari penelitian yang bertujuan mengetahui frekuensi
terjadinya medication error di setiap fase ini ditemukan frekuensi
terjadinya medication error pada fase prescribing: 167 dari 433 (39%),
transcribing: 310 dari 558 (56%), dispensing: 22 dari 538 (4%),
administration: 166 dari 412 (41%).
b. Evaluasi medication error resep racikan pasien pediatrik di farmasi rawat
jalan rumah sakit Bethesda pada bulan Juli tahun 2007 : tinjauan fase
dispensing (Hinlandou, 2007). Hasil dari penelitian ini adalah
pengambilan obat sebesar 6,8%, peracikan sebesar 4,6%, interpretasi
sebesar 3,1%, kalkulasi dan rekalkulasi dosis sebesar 1,5%, pelabelan
sebesar 0,4%, pengemasan sebesar 0,2%, dan penyebutan nama pasien
sebesar 0,2%.
c. Evaluasi masalah utama kejadian medication errors fase administrasi dan
drug therapy problems pada pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
periode Agustus 2008 : kajian terhadap penggunaan obat golongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
antasida dan antiulserasi (Simanjuntak, 2010). Pada penelitian ini
ditemukan 47,2% medication error pada fase administration.
Adapun perbedaan antara penelitian-penelitian diatas adalah penelitian ME
obat racikan pada fase dispensing dan fase administration pada pasien pediatri,
kemudian juga berbeda pada tempat, waktu, tatacara penelitian dan tujuan
penelitian.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan
referensi bagi tenaga kesehatan untuk mendeskripsikan ME obat racikan pada fase
dispensing dan administration pada pasien pediatri.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk
pengambilan keputusan oleh tenaga kesehatan mengenai penggunaan obat racikan
pada pasien pediatri untuk mencegah ME pada fase dispensing dan administration
di RSUP Dr. Sardjito yang akhirnya dapat membantu untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan di RSUP Dr. Sardjito.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengevaluasi terjadinya ME pada
fase dispensing dan fase administration obat racikan pada pasien pediatri di RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini bertujuan untuk :
a. Identifikasi angka kejadian medication error (ME) resep obat racikan pada
pasien pediatri dan ME yang terjadi pada fase dispensing dan fase
administration di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
b. Identifikasi faktor apa saja yang menyebabkan ME fase dispensing dan
fase administration di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
c. Identifikasi langkah apa saja yang sudah dilakukan untuk mencegah ME di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Patient Safety
Menurut (Council of Europe, 2005) patient safety adalah aktivitas untuk
mencegah dan mengatas efek samping; bebas dari kejadian yang dapat merugikan
pasien yang tidak disengaja dilakukan selama masa pengobatan. Keselamatan
pasien (patient safety) rumah sakit adalah sistem yang dibuat rumah sakit untuk
menjaga dan meminimalkan terjadinya resiko dalam pelayanan kesehatan. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera (Anonim c, 2006).
B. RESEP
1. Definisi
Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1197 tentang Standar Pelayanan
Farmasi di RS (Anonim d, 2004) menyebutkan bahwa :
“Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewankepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan danmenyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundang yang berlaku.”
2. Tata cara penulisan Resep
Hal yang terpenting dalam menuliskan resep adalah bahwa tulisan harus
jelas sehingga mudah dimengerti. Penulisan resep yang menimbulkan
ketidakjelasan, keraguan, atau salah pengertian mengenai nama obat serta dosis
yang harus diberikan, sedapat mungkin harus dihindari. Kebiasaan buruk di
kalangan dokter dalam menulis resep dengan tulisan yang tidak jelas, kadang-
kadang menyebabkan pengobatan yang tidak efektif dan tidak aman, masa sakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
memanjang, membahayakan, dan menimbulkan kekhawatiran pasien, serta
menyebabkan pembengkakan biaya (Zunilda, 1998).
Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut :1) Nama, alamat,
dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi, atau dokter hewan; 2) Tanggal
penulisan resep (inscriptio); 3) Tanda R pada bagian kiri setiap penulisan resep
(invocatio); 4) Nama setiap obat dan komposisinya (prescriptio/ordonatio); 5)
Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura); 6) Tanda tangan atau paraf
dokter penulisan resep sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(subscriptio); 7) Jenis hewan serta nama dan alamat pemiliknya untuk resep
dokter hewan; 8) Tanda seru dan/atau paraf dokter untuk resep yang melebihi
dosis maksimalnya (Syamsuni, 2006).
3. Racikan
Resep racikan adalah resep yang memerlukan keahlian Apoteker dalam
mencampur berbagai bahan obat menjadi bentuk sediaan obat. Resep racikan
mengandung nama dan kuantitas tiap bahan yang diperlukan. Nama bahan pada
umumnya ditulis dengan nama generik (Siregar dan Amalia, 2004).
C. Medication error
1. Definisi
Medication error adalah suatu kesalahan pada proses pelayanan obat
yang dapat membahayakan pasien dan seharusnya dapat dicegah karena masih
dalam pengawasan tenaga kesehatan (NCC MERPP, 2013). Kejadian medication
error merupakan indikasi tingkat pencapaian patient safety, khususnya terhadap
tujuan tercapainya medikasi yang aman. Kriteria medication error menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
(Lisby, et al,2005) terjadi pada tahap order/permintaan, transkripsi, dispensing
dan administering
2. Fase Medication error
Kejadian ME terdiri dari 4 fase, yaitu fase prescribing, transcribing,
dispensing dan fase administration.
a. Fase prescribing kesalahan yang dapat timbul karena pemilihan obat yang
salah untuk pasien. Kesalahan meliputi dosis, jumlah obat, indikasi, atau
peresepan obat yang seharusnya menjadi kontraindikasi. Kekurangan
pengetahuan tentang obat yang diresepkan, dosis yang direkomendasikan dan
kondisi pasien berkontribusi dalam prescribing errors (Swandari, 2013).
b. Fase transcribing adalah kesalahan yang terjadi pada tahap pembacaan resep
untuk proses dispensing (Swandari,2013).
c. Fase dispensing adalah kegiatan pelayanan dari tahap validasi, interprestasi,
persiapan dan peracikan obat, pemberian etiket, penyerahan obat dengan
pemberian informasi obat yang disertai dengan sistem dokumentasi (Anonim
d, 2004).
d. Fase administration adalah esalahan pengobatan atau kelalaian yang terjadi
dalam tahap administrasi ketika obat harus diberikan oleh perawat, atau
pasien sendiri, atau pengasuh (Council of Europe, 2005). Seperti perbedaan
antara obat yang diterima pasien dengan obat yang dimaksudkan oleh
dokter. Administration error juga termasuk kelalaian dalam meminum obat,
teknik pemberian obat yang tidak tepat, dan sediaan yang kadaluarsa
(Swandari, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
3. Bentuk-bentuk Medication error
Bentuk-bentuk ME dapat terjadi pada berbagai fase mulai dari fase atau
tahap penulisan (prescribing), pembacaan (transcribing), peracikan (dispensing)
sampai tahap pemakaian (administration). Dwiprahasto (2008) mengelompokkan
bentuk-bentuk medication error dalam empat tahap penyiapan obat yang dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel I. Bentuk-Bentuk Medication error Pada Tahap Penyiapan Obat(Dwiprahasto, 2008)
Precribing Transcribing Dispensing Administration1. Kontra
indikasi2. Duplikasi3. Resep tidak
terbaca4. Instruksi tidak
jelas5. Instruksi
keliru6. Instruksi tidak
lengkap7. Perhitungan
dosis keliru
1. Copy error2. Keliru saat
pembacaan3. Instruksi ada
yangterlewatkan
4. Mis-stamped5. Instruksi
tidakdikerjakan
6. Salahmenerjemah-kan instruksiverbal
1. Kontraindikasi
2. Extradose3. Gagal
mengecekinstruksi
4. Sediaan obatburuk
5. Instruksipenggunaanobat tidak jelas
6. Salahmenghitungdosis
7. Salah memberilabel
8. Salah menulisinstruksi
9. Dosis keliru10. Pemberian
obat diluarinstruksi
11. Kelirumenerjemah-kan instruksiverbal
1. Administrationerror
2. Kontraindikasi3. Obat tertinggal
disamping bed4. Extradose5. Gagal
mengecekinstruksi
6. Tidakmengecekidentitaspasien
7. Dosis keliru8. Salah menulis
instruksi9. Patient off unit
10. Pemberianobat diluarinstruksi
11. Instruksiverbal kelirudijalankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
4. Faktor penyebab Medication error
Faktor penyebab ME tersebut diantaranya berupa : 1) Komunikasi yang
buruk baik secara tertulis dalam bentuk kertas resep maupun secara lisan (antara
pasien, dokter dan Apoteker), 2) sistem distribusi obat yang kurang mendukung
(sistem komputerisasi, sistem penyimpanan obat, dan lain sebagainya), 3) sumber
daya manusia (kurang pengetahuan, pekerjaan yang berlebihan, dan lain-lain), 4)
edukasi kepada pasien kurang, 5) kurangnya peran pasien dan keluarga dalam
pengobatan (Cohen, 1999). 6) nama obat yang hampir sama, 7) kesalahan pada
penulisan dan penempelan label, 8) kesalahan pengemasan yaitu kemasan dan
bentuk sediaan yang kurang tepat (Thomas,2001), 9) cara dispensing obat yang
baik (CDOB) tidak diterapkan, dan 10) pelaksanaan sistem formularium yang
belum memadai (Siregar dan Amalia, 2004). 11) penggunaan, dan monitoring, 12)
faktor lingkungan, 13) pendidikan staf dan kompetensi, pendidikan pasien
(Anderson dan Townsend, 2013)
Prescribing error dapat terjadi karena tulisan dokter yang buruk dan beban
kerja yang berat. Penyebab dispensing error adalah faktor lingkungan kerja,
faktor tenaga kesehatan seperti tulisan dokter yang tidak jelas, resep tidak lengkap
(tidak ada keterangan bentuk sediaan obat, beban kerja yang berlebihan dan
pasien yang tidak kooperatif (Bayang, et al, 2014).
Faktor lain yang juga mempengaruhi dispensing error karena prosedur
pengelolaan obat yang kurang baik nama dagang atau penampilan yang mirip.
Misalnya Lasix® (Furosemide) dan Losec® (omeprazole) memiliki nama yang
ketika dituliskan namanya terlihat serupa. Hal lain yang berpotensi menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dispensing error adalah dosis yang salah, kesalahan obat, kesalahan pasien,
penulisan label yang salah (Williams, 2007). Faktor penyebab administration
error adalah faktor tenaga kesehatan karena beban kerja berat, selain itu juga
dikarenakan faktor pasien seperti pasien atau keluarga pasien yang tidak
kooperatif dan tidak paham mengenai prosedur pengambilan obat (Bayang, et al,
2014).
5. Medication error di pediatrik
Tenaga kesehatan profesional sering kali tidak dapat mempersiapkan dan
memberikan dosis dari formulasi yang tersedi dipasaran yang sesuai seperti yang
dibutuhkan pasien pediatri. Akibatnya bentuk sediaan obat untuk pasien pediatrik
sering diubah. Tablet digerus, kapsul dibuka dan diminum bersama makanan atau
minuman. Situasi ini dapat meningkatkan permasalahan kelarutan dan
bioavailabilitas. Walaupun dilakukan reformulasi, masalah dapat timbul dari
kekurangan informasi tentang stabilitas, sterilitas produk, dan bioavailabilitas
(Cohen, 1999).
Walaupun pabrik obat memproduksi obat dengan konsentrasi untuk
dewasa dan anak-anak, masih timbul potensi kesalahan. Produk anak-anak dan
dewasa biasanya disimpan bersebelahan pada rak. Jika farmasis atau pelanggan
tidak membaca label, maka dia akan memilih obat dengan konsentrasi yang salah
(Cohen, 1999).
Resiko pelayanan resep pada pasien pediatrik salah satunya adalah
kesalahan perhitungan dosis. Kesalahan perhitungan dosis disebabkan kurang
teliti dan tulisan resep yang tidak jelas yang mengakibatkan kesalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
interprestasi. Resiko ini dapat diminimalisasi dengan memeriksa kembali,dan
menstandarisasi dosis yang diminta (Cohen, 1999).
Medication error pada anak-anak perlu perhatian khusus karena
penggunaan obat pada anak-anak berkaitan dengan perbedaan laju perkembangan
organ, sistem dalam tubuh dan enzim yang bertanggung jawab pada metabolisme
pediatri, selain itu juga dikarenakan sistem ekskresi pediatri yang belum sempurna
(Aslam., Tan., dan Prayitno, 2003).
Salah satu faktor penyebab ME adalah kegagalan komunikasi (salah
interpretasi) antara penulis resep dengan orang yang melakukan dispensing.
Kegagalan komunikasi ini dapat disebabkan karena ketidakjelasan serta tidak
lengkapnya penulisan resep. Contoh ketidaklengkapan resep pada peresepan
pediatri seperti tidak tercantumnya berat badan dan umur pasien yang sangat
penting dalam perhitungan dosis pediatri (Bayang, et al, 2012). Faktor lain yang
berpotensi cukup tinggi menyebabkan terjadinya ME adalah racikan pada resep
pediatri yang berisi lebih dari tiga kombinasi jenis obat dan adanya obat dalam
satu peresepan memiliki aksi farmakologi yang sama (Hartayu dan Widayati,
2005).
Bayi dan anak-anak memiliki resiko ME yang tinggi karena beberapa
faktor yaitu perubahan perkembangan fisiologis (mempengaruhi disposisi obat),
perhitungan dosis yang bersifat individual berdasarkan berat badan, kurangnya
bentuk sediaan obat dan konsentrasi obat dipasaran, dan kurangnya informasi dan
pelabelan untuk pediatri pada berbagai obat (Bell, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
6. Pencegahan ME di pediatrik
Cara yang paling efektif mengurangi kesalahan adalah pencegahan.
Semua dosis dan rute pemberian harus diperiksa dua kali oleh dua petugas
kesehatan profesional. Perhatian harus difokuskan pada kemungkinan kesalahan
menghitung, kesalahan desimal, dan kesalahan konsentrasi pada penggunaan
sediaan oral, atau sediaan parenteral pada pasien pediatri (Cohen, 1999).
Tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah medication error
oleh seorang farmasis adalah melakukan skrining resep yang dapat ditinjau dari
kelengkapan resep yang meliputi identitas dokter, identitas pasien, nama obat,
regimen dosis, serta kelengkapan administratif yang lain (Anonim d, 2004).
Beberapa cara perubahan yang dapat menurunkan angka kejadian ME pada fase
dispensing dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari pendekatan
yang berbeda untuk penyimpanan produk di rak-rak apotek. Penyimpanan barang
serupa secara terpisah dilakukan upaya untuk menghindari kesalahan pengambilan
obat (Beso, Franklin dan Barber, 2005).
Persiapan Obat dan administrasi merupakan bagian dari prosedur
pengobatan, yang dapat mengurangi resiko terjadinya ME, yang melibatkan
langkah-langkah berikut; pengurangan gangguan dan interupsi selama pemberian
obat, wajib untuk memeriksa kembali obat oleh dua perawat yang terpisah
(terutama dalam obat berisiko tinggi, yang biasanya bertanggung jawab untuk
efek samping atau kesalahan), pelaksanaan "lima hak" (obat yang tepat, dosis
yang tepat, rute yang tepat, waktu yang tepat, pasien yang tepat) ketika
mempersiapkan obat (meskipun faktor ini berfokus pada kinerja individu dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
tidak mencerminkan kompleksitas prosedur pengobatan), pemisahan jelas obat
dengan kesamaan baik dalam warna atau nama, dengan meletakkan label LASA
(Look Alike Sound Alike),mengecek jika obat telah diadministrasikan kepada
pasien yang tepat (Athanasakis, 2012).
Academy of Managed Care Pharmacy (AMCP) menyatakan cara untuk
mencegah ME tidak hanya dari tenaga kesehatan, namun juga dapat dilakukan
oleh pasien sendiri. Tenaga harus memberikan pendidikan pasien yang memadai
tentang penggunaan yang tepat dari obat pasien untuk mencegah ME. Beberapa
hal yang dapat pasien lakukan untuk membantu mencegah ME adalah mengetahui
nama dan indikasi obat, membaca lembar informasi obat yang diberikan oleh
Apoteker, jangan berbagi obat dengan pasien lain, periksa tanggal kedaluwarsa
obat dan membuang obat kadaluarsa, pelajari tentang penyimpanan obat yang
tepat, simpan obat dari jangkauan anak-anak dan pelajari tentang interaksi obat
potensial dan peringatannya (AMCP, 2010).
D. Keterangan Empiris
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan presentasi angka
kejadian ME pada resep racikan pediatri yang terjadi pada fase dispensing dan
fase administration, bentuk ME, penyebab terjadinya ME, dan tindakan
pencegahan yang sudah dilakukan pada fase dispensing dan fase administration.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan
pendekatan rancangan penelitian cross-sectional yaitu tiap subyek penelitian
hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter
atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoadmodjo, 2012). Dalam
penelitian ini dipilih cross-sectional karena pengamatan peracikan satu resep, dan
pemberian informasi ke pasien dilakukan sekali saja dan evaluasi kesalahan
dilakukan langsung pada saat observasi. Penelitian observasional merupakan
penelitian yang tidak melakukan perlakuan atau intervensi dan hanya melakukan
pengamatan saja pada subjek yang diteliti. Penelitian observasional dilakukan
untuk melihat kejadian ME yang terjadi pada fase dispensing dan administration
dan self-reported dilakukan dengan wawancara terstruktur.
B. Variabel Penelitian
1. Angka kejadian medication error dan bentuk medication error pada resep
racikan pasien pediatri pada fase dispensing dan fase administration.
2. Penyebab terjadinya medication error pada resep racikan pasien pediatri pada
fase dispensing dan fase administration.
3. Tindakan pencegahan medication error yang sudah dilakukan pada fase
dispensing dan fase administration pada resep racikan pasien pediatri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
C. Definisi Operasional
1. Medication error (ME) pada penelitian ini diartikan sebagai kesalahan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan pada fase dispensing dan administration.
Kejadian ME pada fase dispensing diungkap melalui observasi langsung
proses peracikan yang terjadi di Instalasi Farmasi di Instalasi Rawat Inap II
(IRNA II) dan administration diungkap dengan menganalisis hasil
wawancara terstruktur dengan orangtua pasien pediatri.
2. Jenis atau bentuk ME pada resep racikan yang diteliti dalam penelitian ini
adalah ME pada fase dispensing dan fase adminstration yang dijelaskan pada
poin 5 dan 6.
3. Penyebab terjadinya ME adalah faktor - faktor yang memicu terjadinya ME,
yang diungkapkan melalui wawancara terstruktur kepada Apoteker, asisten
Apoteker, orangtua pasien dan perawat.
4. Tindakan pencegahan ME yang telah dilakukan adalah upaya yang dilakukan
oleh pihak RSUP Dr. Sardjito untuk mencegah terjadinya ME pada fase
dispensing dan administration yang diungkap melalui wawancara tersturuktur
kepada Apoteker, asisten Apoteker, dan perawat.
5. Fase dispensing adalah kesalahan yang terjadi saat proses peracikan obat
yang meliputi tahap penulisan etiket, pengambilan obat, peracikan,
pengemasan.
6. Fase administration adalah kesalahan yang terjadi saat proses penggunaan
obat oleh orangtua pasien pediatri kepada pasien pediatri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
7. Resep racikan adalah setiap R/ dengan satu atau lebih dari satu komponen
obat dan memerlukan proses peracikan maupun perubahan bentuk sediaan
obat yang ada pada setiap lembar resep pada periode Februari 2014.
8. Pembaca resep adalah semua tenaga kefarmasian di Instalasi Farmasi IRNA
II RSUP Dr. Sardjito, yaitu Apoteker dan Asisten Apoteker yang menangani
resep racikan yang digunakan dalam penelitian ini.
9. Peracik obat adalah semua tenaga kefarmasian seperti Apoteker maupun
Asisten Apoteker yang memiliki kewenangan untuk meracik obat di Instalasi
Farmasi IRNA II RSUP Dr. Sardjito.
10. Pasien pediatri adalah pasien anak-anak yang berobat di IRNA II RSUP Dr.
Sardjito yang berumur dibawah 12 tahun di ruang melati II dan melati IV.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian Medication error Resep Obat Racikan pada Pasien Pediatri
Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito periode Februari 2014 (Tinjauan fase dispensing
dan fase administration) dilakukan di IRNA II dan Instalasi Farmasi IRNA II
pada periode Februari 2014 yang dilakukan dari tanggal 5 Februari 2014 pada jam
10.00 - 13.00 WIB setiap hari Senin - Sabtu, kecuali hari Jumat dari jam 10.00 -
12.00 WIB.
E. Objek dan Subjek Penelitian
Objek penelitian ini adalah resep racikan (R/) pasien pediatri yang
diracik oleh Apoteker dan asisten Apoteker dibawah pengawasan Apoteker yang
berwenang pada periode Februari 2014. Kriteria inklusi untuk objek penelitian ini
adalah resep racikan (R/) untuk pasien pediatri dan resep hanya berisi obat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
memerlukan proses peracikan baik pencampuran maupun perubahan bentuk
sediaan obat. Kriteria eksklusi untuk objek penelitian ini adalah resep obat non-
racikan dan obat injeksi.
Subjek dalam penelitian ini adalah Apoteker, Asisten Apoteker di
Instalasi Farmasi IRNA II di RSUP Dr. Sardjito. Orangtua pasien pediatri yang
anaknya mendapatkan obat racikan di IRNA II ruang rawat inap Melati II dan
Melati IV pada periode Februari 2014 yang bersedia memberikan informasi dan
terlibat dalam penelitian ini. Perawat yang menangani pasien di IRNA II Melati II
dan Melati IV yang bersedia memberikan informasi dan terlibat dalam penelitian
ini.
Subjek dan objek yang diteliti diambil dengan menggunakan teknik
accidental sampling. Subjek dan objek yang diambil adalah subjek dan objek
yang dapat diteliti pada saat waktu penelitian berlangsung. Penelitian dilakukan
pada saat jam yang telah ditentukan yaitu setiap jam 10.00-13.00 WIB.
F. Metode Pengambilan Data
1. Angka kejadian dan bentuk medication error serta penyebab terjadinya ME
pada resep racikan pediatri pada fase dispensing dan fase administration
diperoleh dengan:
a. Fase dispensing diperoleh dengan cara observasi langsung pada proses
peracikan sampai penyerahan obat.
b. Fase administration dilakukan dengan cara wawancara tersturuktur
dengan orangtua pasien pediatri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2. Faktor penyebab dan tindakan pencegahan medication error pada fase
dispensing diperoleh dengan menggunakan wawancara tersturuktur yang
ditunjukan kepada Apoteker dan asisten Apoteker di Instalasi Farmasi IRNA
II. Sedangkan fase administration untuk faktor penyebabnya diperoleh
dengan wawancara terstruktur dengan orangtua pasien pediatri di IRNA
Melati II dan Melati IV dan tindakan pencegahan pihak RSUP Dr. Sardjito
dilakukan wawancara terstruktur dengan perawat di IRNA Melati IV.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar
observasi yang memuat memuat hal yang perlu dilakukan dalam tahap dispensing,
panduan wawancara terstruktur dan Inform consent yang memuat ketersediaan
subyek untuk di ikutkan dalam penelitian. Lembar observasi dibuat mengacu
kepada KEPMENKES RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Pendoman wawancara disusun dengan melalui
tahap-tahap:
1. Penyusunan panduan wawancara
Panduan wawancara dibuat dengan memuat pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan ME meliputi pertanyaan mengenai penyebab terjadinya ME dan
usaha yang telah dilakukan sebagai upaya pencegahan ME. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut diberikan kepada Apoteker, asisten Apoteker, orangtua pasien
pediatri dan perawat yang terdapat pada fase dispensing dan administration. Pada
fase administration juga dibuat pertanyaan yang berkaitan mengenai ME yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
terjadi pada pasien pediatri dan penyebab terjadinya kejadian ME pada pasien
pediatri yang menimbulkan ME pada fase administration.
2. Validasi pertanyaan
Validasi isi dilakukan dengan cara validasi by expert adjustment yang
meliputi validasi muka dan validasi isi untuk memastikan pertanyaan-pertanyaan
yang telah dibuat bisa digunakan untuk memperoleh informasi yang diharapkan,
sesuai dengan tujuan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan tersebut juga harus jelas
dan tidak membingungkan. Jika pertanyaan yang telah dibuat tidak sesuai dengan
tujuan yang diharapkan, maka peneliti harus merevisi kembali pertanyaan yang
belum sesuai.
3. Penyusunan lembar inform consent
Lembar inform consent yang dibuat memuat ketersediaan subjek
penelitian dalam mengikuti penelitian dan perjanjian bahwa selama penelitian
subyek mau memberikan informasi yang dibutuhkan dengan sebenar-benarnya
tanpa ada manipulasi.
H. Tata Cara Penelitian
Ada empat tahapan yang dijalani dalam penelitian ini, yaitu tahap
observasi awal, tahap permohonan izin, orientasi dan pengumpulan data.
1. Observasi awal
Tahap ini dilakukan pembuatan proposal penelitian dan kunjungan ke
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta untuk mengetahui persyaratan untuk melakukan
penelitian dan cara memperoleh data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2. Permohonan izin
Tahap ini dilakukan setelah observasi. Pada observasi diperoleh
informasi bahwa untuk memperoleh data diperlukan persyaratan seperti proposal,
surat izin penelitian dari Universitas Sanata Dharma dan ethical clearance.
Permohonan izin pembuatan ethical clearance diperlukan karena penelitian ini
melibatkan manusia sebagai responden. Permohonan ijin ethical clearence
dilakukan dengan mengajukan proposal penelitian ke Komisi Etik Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
Yogyakarta dengan nomor protokol ethical clearence: KE/13/12/2013.
Permohonan izin penelitian juga di ajukan ke RSUP Dr. Sardjito. Permohonan
diperlukan untuk memperoleh ijin penelitian dari pihak RSUP Dr. Sardjito, dan di
dapatkan surat keterangan penelitian dari RSUP Dr. Sardjito dengan nomor surat:
LB.02.01/II.2/15078-1/2014.
3. Orientasi
Orientasi dilakukan selama satu hari pada tanggal 3 Februari 2014,
orientasi dilakukan untuk mengetahui proses pelayanan obat yang terjadi di
Instalasi Farmasi IRNA II. Setelah proses pelayanan obat diketahui, kemudian
dapat disusun lembar observasi yang sesuai dan memungkinkan untuk di
observasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
4. Pengumpulan data
a. Data kuantitatif.
1) Data kuantitatif fase dispensing
i. Observasi langsung kepada Apoteker yang sedang melakukan proses
dispensing resep racikan pasien pediatri pada saat penelitian dilakukan.
Menggunakan bantuan lembar observasi yang memuat hal yang perlu
dilakukan dalam peracikan untuk mengetahui jumlah medication error
yang terjadi pada tahap ini. Dari observasi didapatkan 155 resep yang
dapat di ikuti.
ii. Kesalahan yang terjadi selama proses dispensing dicatat dan digunakan
sebagai data untuk mengetahui persentase medication error pada fase
dispensing.
2) Data kuantitatif fase administration
i. Wawancara dengan wawancara terstruktur dilakukan kepada orangtua
pasien pediatri yang anaknya berobat dan mendapatkan terapi obat
racikan di IRNA II ruang Melati II dan Melati IV RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Wawancara dilakukan dengan 9 orangtua pasien pediatri
yang bersedia diwawancara.
ii. Pelaksanaan wawancara dilakukan kurang lebih selama 15 menit.
iii.Setelah wawancara terjawab seluruhnya, hasil wawancara dibawa oleh
peneliti dan digunakan sebagai data penunjang dari data yang diperoleh
pada observasi langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
b. Data Kualitatif.
Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara
terstruktur kepada Apoteker, asisten Apoteker dan perawat yang pernah
menangani resep racikan pasien pediatri. Data yang diperoleh digunakan
sebagai data untuk menjawab masalah yang terkait dengan penyebab dan usaha
pencegahan medication error.
I. Tata Cara Analisis Hasil
1. Data kuantitatif fase dispensing
Kejadian medication error yang terjadi pada fase dispensing didapatkan
dengan cara:
presentase ME =total resep yang terdapat ME pada fase dispensing
total resep obat racikan yang diobservasix 100%
2. Data kuantitatif fase Administration
Kejadian kesalahan pada fase administration didapatkan dengan cara:
presentase ME=total observasi yang terdapat error pada fase administration
total proses administration yang diobservasi x 100%
Total observasi yang terdapat error pada fase administration adalah satu
kejadian ME pada satu proses administration dihitung satu kesalahan, walaupun
ME yang terjadi pada satu proses yang dilakukan oleh orangtua pasien ditemukan
lebih dari satu kesalahan.
3. Data kualitatif
Pernyataan yang diberikan oleh Apoteker, asisten Apoteker, orangtua
pasien pediatri dan perawat mengenai penyebab dan usaha pencegahan medication
error disusun dalam lampiran terpisah. Pernyataan yang diperoleh digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
sebagai data penunjang untuk membantu mengidentifikasi faktor penyebab, usaha
pencegahan ME yang sudah dilakukan dan usaha perbaikan yang sebaiknya
dilakukan.
J. Keterbatasan dalam Penelitian
Keterbatasan penelitian yang dihadapi:
1. Pada fase dispensing pertama dilakukan penulisan etiket yang dilakukan
oleh Apoteker. Proses yang dilakukan setelah penulisan etiket adalah
melakukan input data dari kartu informasi pemberian obat (KIPO) ke
komputer, sementara Asisten Apoteker pada waktu yang bersamaan
melakukan peracikan obat berdasarkan etiket yang dibuat oleh Apoteker,
kedua proses tersebut juga dilakukan di tempat yang berbeda sehingga pada
saat observasi tidak dapat dilakukan pencocokan apakah obat yang tertulis
di KIPO dan di etiket sudah sesuai atau tidak. Selain itu juga karena input
data dan peracikan dilakukan bersamaan menyebabkan penulisan R/ asli
tidak dapat ditampilkan karena peneliti tidak dapat melihat KIPO yang ada.
2. Pada penelitian tidak dapat dilakukan pencocokan terhadap obat yang
didapat pasien dengan informasi mengenai obat yang disampaikan orangtua
pasien kepada peneliti, informasi obat yang didapat hanya berdasarkan
informasi yang berdasarkan ingatan orangtua pasien saja, hal ini
dikarenakan obat diberikan oleh pihak perawat pada saat jam minum obat
saja, sehingga peneliti tidak dapat memastikan apakah informasi yang
disampaikan oleh orangtua pasien benar atau tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3. Wawancara yang dilakukan dengan Apoteker, Asisten Apoteker, Orangtua
pasien pediatri dan Perawat memungkinkan adanya informasi yang
diberikan berdasarkan personal bias, responden mungkin memaparkan hal
yang baik-baik saja.
4. Penyimpanan obat di IRNA II disimpan di lemari tertutup sehingga peneliti
tidak dapat melihat kondisi penyimpanan yang terjadi di dalam lemari obat,
sehingga pada fase administration peneliti tidak dapat memastikan apakah
penyimpanan obat di IRNA II sudah baik atau tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai “Medication error Resep Obat Racikan Pasien
Pediatri Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito pada Periode Februari 2014 (Tinjauan
Fase Dispensing dan Fase Administration)” dilakukan dengan mengobservasi
resep racikan pasien pediatri dan wawancara dengan Apoteker dan asisten
Apoteker di Instalasi Farmasi Instalasi Rawat Inap II, perawat dan orangtua pasien
pediatri di Instalasi Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Bagian-bagian
yang dibahas sebagai berikut:
A. Bentuk medication error dan angka kejadian medication error padaresep racikan pasien pediatri pada fase dispensing dan fase
administration.
Medication error (ME) adalah kejadian kesalahan pada proses
pengobatan yang dapat merugikan pasien, yang sebenarnya masih dalam tahap
pengawasan dan penanganan tenaga kesehatan yang seharusnya dapat dicegah.
Melalui observasi, dapat diketahui tahap-tahap yang berlangsung selama
pelayanan resep adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Tahap Pelayanan Resep di Instalasi Farmasi InstalasiRawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Penulisan etiketPengetikan di komputerSkrining resep
Peracikan Pengambilan obat Rekalkulasi dosis
Pelabelan
Pengemasan
Penyerahan obat ke perawat Pemeriksa ulang oleh perawat
Penyerahan obat kepada pasien oleh perawat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
1. Fase dispensing
Angka kejadian Medication error (ME) resep obat racikan untuk pasien
pediatri, diketahui 41 resep teridentifikasi ME dari 155 resep racikan yang
teramati. Angka kejadian ME pada fase dispensing sebesar 26,5% dari 155 total
resep. Resep yang tidak teridentifikasi ME sebanyak 114 resep atau 73,5% dari
155 resep racikan yang teramati. Data yang didapat menunjukkan bahwa kejadian
ME yang ditemukan lebih kecil dibandingkan dengan resep yang tidak ditemukan
ME. Menurut penelitian (Lisby., et al, 2005) ME yang ditemukan di Rumah Sakit
Aarhus University ditemukan ME pada fase dispensing sebanyak 22 error dari
538 resep, dengan presentase kejadian 4%. Perbedaan hasil yang ditemukan tidak
dapat dibandingkan secara spesisifik dikarenakan lokasi penelitian, populasi
penelitian, tata cara penelitian dan obat yang di amati berbeda.
Gambar 2. Diagram perbandingan resep racikan yang teridentifikasimedication error dan tidak teridentifikasi medication error pada fase
dispensing
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Instalasi Farmasi Instalasi
Rawat Inap II (IRNA II) RSUP Dr. Sardjito selama bulan Februari didapatkan 155
resep yang bisa diikuti pada fase dispensing, dari 155 resep didapatkan sebanyak
73,5%
28
1. Fase dispensing
Angka kejadian Medication error (ME) resep obat racikan untuk pasien
pediatri, diketahui 41 resep teridentifikasi ME dari 155 resep racikan yang
teramati. Angka kejadian ME pada fase dispensing sebesar 26,5% dari 155 total
resep. Resep yang tidak teridentifikasi ME sebanyak 114 resep atau 73,5% dari
155 resep racikan yang teramati. Data yang didapat menunjukkan bahwa kejadian
ME yang ditemukan lebih kecil dibandingkan dengan resep yang tidak ditemukan
ME. Menurut penelitian (Lisby., et al, 2005) ME yang ditemukan di Rumah Sakit
Aarhus University ditemukan ME pada fase dispensing sebanyak 22 error dari
538 resep, dengan presentase kejadian 4%. Perbedaan hasil yang ditemukan tidak
dapat dibandingkan secara spesisifik dikarenakan lokasi penelitian, populasi
penelitian, tata cara penelitian dan obat yang di amati berbeda.
Gambar 2. Diagram perbandingan resep racikan yang teridentifikasimedication error dan tidak teridentifikasi medication error pada fase
dispensing
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Instalasi Farmasi Instalasi
Rawat Inap II (IRNA II) RSUP Dr. Sardjito selama bulan Februari didapatkan 155
resep yang bisa diikuti pada fase dispensing, dari 155 resep didapatkan sebanyak
26,5%
73,5%
R/ yangteridentifikasi ME
R/ yang tidakteridentifikasi ME
28
1. Fase dispensing
Angka kejadian Medication error (ME) resep obat racikan untuk pasien
pediatri, diketahui 41 resep teridentifikasi ME dari 155 resep racikan yang
teramati. Angka kejadian ME pada fase dispensing sebesar 26,5% dari 155 total
resep. Resep yang tidak teridentifikasi ME sebanyak 114 resep atau 73,5% dari
155 resep racikan yang teramati. Data yang didapat menunjukkan bahwa kejadian
ME yang ditemukan lebih kecil dibandingkan dengan resep yang tidak ditemukan
ME. Menurut penelitian (Lisby., et al, 2005) ME yang ditemukan di Rumah Sakit
Aarhus University ditemukan ME pada fase dispensing sebanyak 22 error dari
538 resep, dengan presentase kejadian 4%. Perbedaan hasil yang ditemukan tidak
dapat dibandingkan secara spesisifik dikarenakan lokasi penelitian, populasi
penelitian, tata cara penelitian dan obat yang di amati berbeda.
Gambar 2. Diagram perbandingan resep racikan yang teridentifikasimedication error dan tidak teridentifikasi medication error pada fase
dispensing
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Instalasi Farmasi Instalasi
Rawat Inap II (IRNA II) RSUP Dr. Sardjito selama bulan Februari didapatkan 155
resep yang bisa diikuti pada fase dispensing, dari 155 resep didapatkan sebanyak
R/ yangteridentifikasi ME
R/ yang tidakteridentifikasi ME
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
41 resep yang teridentifikasi ME. Sementara terdapat 44 kesalahan yang
ditemukan dari 41 resep tersebut, dari data terdapat 3 resep yang didalamnya
terjadi 2 kesalahan. Bila diuraikan error yang terjadi tersebut adalah sebagai
berikut:
Gambar 3. Medication error pada fase dispensing di Instalasi FarmasiInstalasi Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2014
Kesalahan yang terjadi pada fase dispensing di RSUP Dr. Sardjito
diuraikan sebagai berikut:
a. Kesalahan Penulisan etiket.
Pada gambar 2 diketahui kejadian ME yang paling sering terjadi selama
penelitian adalah kesalahan penulisan etiket yang merupakan fase awal dari proses
dispensing, dari 44 kesalahan yang didapat selama observasi dinyatakan 30
kesalahan yang terjadi pada penulisan etiket, dengan presentase 68,2% kesalahan
dari total 44 kesalahan. Kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:
0,00%20,00%40,00%60,00%80,00%
29
41 resep yang teridentifikasi ME. Sementara terdapat 44 kesalahan yang
ditemukan dari 41 resep tersebut, dari data terdapat 3 resep yang didalamnya
terjadi 2 kesalahan. Bila diuraikan error yang terjadi tersebut adalah sebagai
berikut:
Gambar 3. Medication error pada fase dispensing di Instalasi FarmasiInstalasi Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2014
Kesalahan yang terjadi pada fase dispensing di RSUP Dr. Sardjito
diuraikan sebagai berikut:
a. Kesalahan Penulisan etiket.
Pada gambar 2 diketahui kejadian ME yang paling sering terjadi selama
penelitian adalah kesalahan penulisan etiket yang merupakan fase awal dari proses
dispensing, dari 44 kesalahan yang didapat selama observasi dinyatakan 30
kesalahan yang terjadi pada penulisan etiket, dengan presentase 68,2% kesalahan
dari total 44 kesalahan. Kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:
0,00%20,00%40,00%60,00%80,00%
Kesalahanpenulisan
etiket
kesalahanpengambilan
obat
Kesalahanpembuatan
bentuk sediaanobat
68,20%
4,50%
27,30%
Bentuk - bentuk kesalahan ME
29
41 resep yang teridentifikasi ME. Sementara terdapat 44 kesalahan yang
ditemukan dari 41 resep tersebut, dari data terdapat 3 resep yang didalamnya
terjadi 2 kesalahan. Bila diuraikan error yang terjadi tersebut adalah sebagai
berikut:
Gambar 3. Medication error pada fase dispensing di Instalasi FarmasiInstalasi Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2014
Kesalahan yang terjadi pada fase dispensing di RSUP Dr. Sardjito
diuraikan sebagai berikut:
a. Kesalahan Penulisan etiket.
Pada gambar 2 diketahui kejadian ME yang paling sering terjadi selama
penelitian adalah kesalahan penulisan etiket yang merupakan fase awal dari proses
dispensing, dari 44 kesalahan yang didapat selama observasi dinyatakan 30
kesalahan yang terjadi pada penulisan etiket, dengan presentase 68,2% kesalahan
dari total 44 kesalahan. Kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Tabel II. Kesalahan Penulisan Etiket di Instalasi Farmasi Instalasi RawatInap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada Periode Februari 2014
No Macam Kesalahan Jumlahkesalahan
Presentasekesalahan (N= 44)%
1 Kesalahan Penulisan Nama Obat 1 2,3%2 Kesalahan Penulisan Kekuatan Obat 3 6,8%3 Kesalahan Penulisan Aturan Pakai
Obat24 54,5%
4 Kesalahan Penulisan Bentuk SediaanObat
2 4,5%
Pada penulisan etiket ditemukan kesalahan nama obat, kesalahan tersebut
ditemukan pada satu etiket dengan angka kejadian 2,3% dari 44 kesalahan yang
terjadi. Kesalahan pada penulisan nama obat dapat mempengaruhi proses
peracikan dan jika kesalahan ini tidak ditangani dapat mengakibatkan kesalahan
pada proses administration. Kesalahan tersebut dapat menyebabkan error
dikarenakan ada nama obat yang hampir sama, contohnya cetirizin dengan
ceftriaxon, klonidin dengan konidin®, dimana kedua obat ini memiliki indikasi
yang berbeda. Konidin® merupakan obat batuk sementara klonidin merupakan
obat antihipertensi. Kesalahan ini berakibat fatal karena jika sampai ke tangan
pasien dapat menyebabkan pasien mendapatkan terapi yang tidak sesuai dengan
diagnosis yang ditegakkan. Kesalahan penulisan nama obat yang dimaksud
sebagai berikut:
Tabel III. Kesalahan Penulisan Etiket pada Penulisan Nama Obat diInstalasi Farmasi Instalasi Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
pada Periode Februari 2014
No Etiket Kesalahan yang terjadi1 cetirisi 2 mg
1x 1 bungkus sehariDibuat 5 bungkus
cetirizin di tulis cetirisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Berdasarkan hasil observasi ditemukan kesalahan pada tiga etiket.
Ditemukan bahwa pada ketiga etiket ini, Apoteker yang menulis etiket tidak
menuliskan kekuatan obat yang dimaksud. Kesalahan yang ditemukan adalah
sebagai berikut:
Tabel IV. Kesalahan Penulisan Etiket pada Penulisan Kekuatan Obat diInstalasi Farmasi Instalasi Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
pada Periode Februari 2014
No Etiket Kesalahan yang terjadi1 captopril 2 gram
2x 1 bungkus sehariDibuat 12 bungkus
mg ditulis gram, namun yang diambil mg
2 Phenobarbital Tidak ada kekuatan dan aturan pakai obat,penanganannya Asisten Apoteker (AA) menanyakandosis ke Apoteker, kekuatannya 5mg
Berdasarkan hasil observasi ditemukan 22,7% dari 44 kesalahan.
kesalahan saat peracikan yang paling banyak terjadi adalah obat yang diracik
berhamburan dan dikarenakan obat yang keluar dari mortir saat digerus. Hal ini
tentu saja dapat berpengaruh terhadap dosis awal, karena obat yang berhamburan
dapat mempengaruhi dosis, sehingga dosis awal yang seharusnya tepat justru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
berkurang karena proses peracikan yang tidak hati-hati. Pada penelitian Hinlandou
(2008) kesalahan peracikan ditemukan sebesar 4,6% dari 456 resep. Kesalahan
yang terjadi pada penelitian Hinlandou dikarenakan obat tumpah saat
pengemasan, pengambilan kekuatan sirup berdasarkan perkiraan, pencampuran
obat yang tidak homogen dan pembulatan obat yang tidak tepat. Berdasarkan hasil
penelitian, jika data-data diatas digabungkan maka, didapatkan bentuk diagram
kesalahan sebagai berikut :
Gambar 4. Medication error pada fase dispensing di Instalasi Farmasi RawatInap II RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2014
Pada gambar 4 ditunjukkan bahwa kesalahan yang paling tinggi terjadi
pada penulisan aturan pakai. Aturan pakai yang tidak ditulis pada etiket dapat
menyebabkan ME, karena dapat menyebabkan kesalahan penggunaan obat oleh
pasien. Selain itu juga tidak adanya aturan pakai pada etiket mengurangi informasi
penting yang harusnya diketahui oleh pasien dalam melakukan proses
0,00%10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00%
2,30%
40
berkurang karena proses peracikan yang tidak hati-hati. Pada penelitian Hinlandou
(2008) kesalahan peracikan ditemukan sebesar 4,6% dari 456 resep. Kesalahan
yang terjadi pada penelitian Hinlandou dikarenakan obat tumpah saat
pengemasan, pengambilan kekuatan sirup berdasarkan perkiraan, pencampuran
obat yang tidak homogen dan pembulatan obat yang tidak tepat. Berdasarkan hasil
penelitian, jika data-data diatas digabungkan maka, didapatkan bentuk diagram
kesalahan sebagai berikut :
Gambar 4. Medication error pada fase dispensing di Instalasi Farmasi RawatInap II RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2014
Pada gambar 4 ditunjukkan bahwa kesalahan yang paling tinggi terjadi
pada penulisan aturan pakai. Aturan pakai yang tidak ditulis pada etiket dapat
menyebabkan ME, karena dapat menyebabkan kesalahan penggunaan obat oleh
pasien. Selain itu juga tidak adanya aturan pakai pada etiket mengurangi informasi
penting yang harusnya diketahui oleh pasien dalam melakukan proses
2,30% 6,80%
54,50%
4,50% 2,30% 2,30% 4,50%
22,70%
Bentuk Medication error
40
berkurang karena proses peracikan yang tidak hati-hati. Pada penelitian Hinlandou
(2008) kesalahan peracikan ditemukan sebesar 4,6% dari 456 resep. Kesalahan
yang terjadi pada penelitian Hinlandou dikarenakan obat tumpah saat
pengemasan, pengambilan kekuatan sirup berdasarkan perkiraan, pencampuran
obat yang tidak homogen dan pembulatan obat yang tidak tepat. Berdasarkan hasil
penelitian, jika data-data diatas digabungkan maka, didapatkan bentuk diagram
kesalahan sebagai berikut :
Gambar 4. Medication error pada fase dispensing di Instalasi Farmasi RawatInap II RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2014
Pada gambar 4 ditunjukkan bahwa kesalahan yang paling tinggi terjadi
pada penulisan aturan pakai. Aturan pakai yang tidak ditulis pada etiket dapat
menyebabkan ME, karena dapat menyebabkan kesalahan penggunaan obat oleh
pasien. Selain itu juga tidak adanya aturan pakai pada etiket mengurangi informasi
penting yang harusnya diketahui oleh pasien dalam melakukan proses
4,50%
22,70%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
administration. Kesalahan saat peracikan merupakan kesalahan yang paling kecil
terjadi selama fase dispensing.
Hasil observasi menunjukkan bahwa penulisan aturan pakai memberi
kontribusi besar terjadinya ME, yang sebenarnya masih di bawah penanganan
tenaga kefarmasian. ME pada fase dispensing merupakan tanggung jawab tenaga
farmasi. Tenaga kefarmasian berperan penting untuk meminimalkan kejadian ME
yang mungkin terjadi karena kesalahan aturan pakai dengan berfokus pada
penulisan aturan pakai obat. ME yang terjadi dapat diminimalkan dengan cara
selalu menuliskan aturan pakai pada etiket. Kejadian ME yang mungkin dapat
terjadi pada administration juga dapat dihindari seminimal mungkin.
2. Fase administration
Pada fase administration ME yang terjadi sebesar 11,1% dari sembilan
responden yang melakukan proses administation pada pasien pediatri, dalam hal
ini adalah orangtua pasien pediatri. Pada penelitian Lisby, dkk ME pada fase
administration ditemukan lebih besar yaitu sebesar 41%, perbedaan hasil
penelitian ini dikarenakan, Lisby, dkk melakukan observasi di beberapa bangsal,
sehingga jumlah kesalahan yang di temukan lebih besar, sementara pada
penelitian ini hanya dilakukan di dua bangsal saja.
Pada fase administration tidak dilakukan observasi, penelitian hanya
dilakukan berdasarkan data hasil wawancara. Data yang digunakan merupakan
data kualitatif, dimana dari hasil wawancara dengan orangtua pasien pediatri di
IRNA II ruang Melati II dan Melati IV, diketahui ME yang terjadi pada fase
administration adalah sebagai berikut: kesalahan penggunaan obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Pada penelitian ini satu kasus ditemukan pada orangtua pasien pediatri
yang menjawab obat paracetamol yang penggunaannya hanya digunakan ketika
anak demam menjawab bahwa paracetamol diminum terus walaupun demamnya
sudah turun. Hal ini merupakan salah satu kesalahan yang terjadi selama proses
administration yang bisa diketahui dari hasil wawancara dengan beberapa
orangtua pasien pediatri. Kesalahan ini disebabkan kurangnya informasi yang
diterima orangtua pasien mengenai obat yang digunakan anaknya.
Pada fase administration tidak dapat dilakukan pengecekan terhadap obat
yang diterima pasien, dikarenakan obat hanya diberikan perawat bangsal kepada
orangtua pasien untuk diminumkan ke anaknya hanya pada saat jam minum obat.
Sehingga pengecekan tidak dapat dilakukan karena pasien tidak menyimpan
obatnya sendiri. Kemungkinan biasnya data yang didapat pun besar.
B. Faktor yang menyebabkan terjadinya ME resep obat racikan Pasien
Pediatri pada Fase Dispensing dan Fase Administration
1. Fase Dispensing
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ME pada fase dispensing
dapat dilihat dari hasil wawancara dan observasi. Wawancara mendalam
dilakukan pada tenaga kerja yang terkait didalam fase dispensing. Dilihat dari
hasil observasi yang dilakukan saat fase dispensing. Tenaga kerja yang dimaksud
adalah tenaga kefarmasian yaitu Apoteker dan asisten Apoteker yang terlibat
dalam fase dispensing. Penelusuran faktor-faktor penyebab dilihat dari sisi
Apoteker dan asisten Apoteker disebabkan mereka lebih berperan pada fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dispensing. Wawancara tidak dilakukan dengan dokter dikarenakan penelitian ini
lebih terfokus pada fase dispensing dan administration.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada fase dispensing dengan
tenaga farmasi di apotek IRNA II, penyebab utama ME adalah penulisan etiket
yang tidak lengkap, penulisan etiket yang kurang jelas dan tidak terbaca,
kurangnya ketelitian seperti salah membaca dosis dan salah ambil obat yang
letaknya berdampingan. Faktor penyebab ini bila diteliti lebih lanjut, lebih banyak
disebabkan karena kurangnya sumber daya manusia, beban kerja yang berat dan
kurangnya ketelitian saat mempersiapkan obat, khususnya obat yang memiliki
nama yang sama, dan obat yang memiliki dosis yang beragam. Selain itu juga
dikarenakan penulisan resep dan etiket yang tidak jelas dan tidak lengkap,
sehingga dapat menyebabkan ME terjadi dan berlanjut ke tangan pasien, namun
biasanya ketika obat sampai di bangsal, perawat juga melakukan pengecekan
ulang terhadap obat pasien, jika obat yang diberikan dari instalasi farmasi salah,
maka perawat akan kembali ke Instalasi Farmasi untuk melakukan penukaran obat
yang benar.
Berdasarkan hasil observasi, jika terdapat penulisan pada etiket yang
kurang jelas dan tak terbaca, asisten Apoteker yang bertindak sebagai peracik
resep melakukan konfirmasi kepada Apoteker yang menulis etiket untuk
memastikan obat yang harus diracik dengan cara menanyakan obat apa
sebenarnya yang dimaksud pada etiket.
Menurut Hinlandao (2008) faktor-faktor yang menyebab terjadinya ME
adalah karena kesalahan interpretasi yang disebabkan karena tulisan dokter yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
tidak jelas dan pembaca resep tidak mengkonfirmasi kembali kepada penulis
resep. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada penelitian
peneliti ME disebabkan karena resep yang ditulis dokter tidak lengkap dan tidak
jelas, selain itu juga kurangnya konsentrasi dan ketelitian saat bekerja. Seperti
disebutkan di atas, kedua kesalahan itu dapat terjadi karena kurangnya sumber
daya manusia (tenaga kerja) dan beban kerja yang berat.
2. Fase administration
Pada fase administration dilakukan dengan wawancara terstruktur
dengan orangtua pasien pediatri dan perawat di melati IV. Wawancara dilakukan
dengan orangtua pasien pediatri yang anaknya menerima terapi obat racikan.
Wawancara ini dilakukan di bangsal melati II dan melati IV di IRNA II.
Wawancara ini digunakan untuk mengetahui pemahaman orangtua pasien pediatri
terhadap penggunaan obat racikan untuk mengetahui proses administration yang
berjalan di IRNA II setelah obat diberikan oleh perawat bangsal yang bertugas.
Pemahaman pasien terhadap pemberian informasi ketika penyerahan obat
juga merupakan hal yang penting terkait penyebab terjadinya ME yang dijelaskan
berdasarkan Standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit mengenai penjelasan
pemberian informasi pada saat penyerahan obat yang harus diberikan ke pasien
yang meliputi cara pemakaian obat, penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas makanan dan minuman selama terapi. Selain itu juga dilakukan
pengecekan terhadap ketepatan kepemilikan obat pasien. Diketahui dari hasil
wawancara yang lebih sering memberikan informasi mengenai obat kepada
orangtua pasien adalah dokter dan perawat, karena dalam hal ini di Instalasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Farmasi Rawat Inap II tidak ada farmasis bangsal. Berdasarkan analisis hasil
wawancara dengan orangtua pasien dan perawat, diketahui faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya ME pada fase administration sebagai berikut:
a. Cara pemakaian obat.
Menurut hasil wawancara dengan perawat, informasi yang diberikan
kepada pasien pada saat penyerahan obat adalah nama obat, indikasi, cara
pemberian, dosis obat, efek samping dan rute pemberian obat. Pemberian
informasi pemakaian obat yang tidak lengkap dapat berpotensi menyebabkan
terjadinya ME pada saat proses administration. Berdasarkan hasil wawancara
dengan orangtua pasien pediatri, diketahui:
Tabel XII. Hasil Wawancara dengan Orangtua Pasien Pediatri padaFase Administration
No Hasil wawancara JumlahOrangtuapasien
1 Orangtua pasien tidak mendapatkan informasi mengenaiobat yang digunakan anaknya, orangtua hanya di berikanintruksi untuk meminumkan obat kepada anaknya.
2
2 Orangtua pasien tidak mengetahui kekuatan obat yangdiberikan untuk pengobatan anaknya
1
3 Orangtua pasien tidak tahu aturan pakai obat anaknya.Orangtua pasien hanya memberikan obat kepada anaknyauntuk dikonsumsi ketika obat diberikan oleh perawat.
3
4 Orangtua pasien hanya mengetahui obat di minum saatpagi dan malam
1
Tabel diatas menunjukkan bahwa orangtua pasien tidak menerima
informasi yang lengkap dan jelas mengenai obat yang diberikan kepada anaknya.
Kurangnya informasi yang diterima orangtua pasien dapat mengakibatkan
kepatuhan minum obat pasien pediatri berkurang. Orangtua pasien pediatri perlu
mengetahui informasi yang lengkap mengenai terapi anaknya, hal ini bertujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
agar orangtua pasien dapat ikut serta dalam terapi anaknya, agar terapi yang
diberikan dapat menghasilkan hasil yang optimal sesuai dengan tujuan terapi yang
sudah di rencanakan. Selain itu juga informasi yang diberikan kepada orangtua
pasien dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya ME jika terapi dapat
dilakukan dengan tepat.
Wawancara juga dilakukan kepada perawat yang menangani pasien.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat untuk fase administration, menurut
perawat faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya ME adalah ketidaktaatan
pasien dalam meminum obat. Hal ini dikarenakan pasien tidak mengerti mengenai
pemakaian obat dari segi aturan pakai walaupun perawat sudah melakukan
edukasi kepada pasien.
Salah satu penyebab terjadinya ME adalah kurangnya edukasi ke pasien
(Cohen, 1999). Kurangnya komunikasi antara pemberi obat dalam hal ini perawat
dalam memberikan edukasi dan informasi kepada orangtua pasien dapat
mempengaruhi ketaatan orangtua pasien dalam memberikan obat kepada anaknya,
selain itu juga dapat menghambat berjalannya proses untuk mencapai onset terapi
obat jika obat yang diminum tersebut tidak tepat waktunya.
b. Cara penyimpanan obat.
Berdasarkan observasi obat disimpan oleh perawat di tempat lemari obat
khusus. Obat diberikan kepada pasien dengan sistem UDD (Unit Daily Dose)
yaitu obat diberikan kepada pasien ketika jam minum obat. Pada observasi tidak
dapat dilakukan pengecekan lemari penyimpanan obat, peneliti tidak mengetahui
bagaimana kondisi penyimpanan obat di dalam lemari yang ada di IRNA II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Sehingga tidak dapat dipastikan apakah penyimpanan obat di IRNA II sudah tepat
atau tidak. Menurut penelitian Hinladaou (2007), kesalahan penyimpanan obat
dapat berpengaruh terhadap stabilitas obat, sehingga penyimpanan obat harus
sesuai berdasarkan suhu dan tempat yang tepat.
c. Jangka waktu pengobatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua pasien, satu dari sembilan
orangtua pasien pediatri tidak mengetahui jangka pemakaian obat anaknya,
orangtua pasien menjawab untuk obat yang penggunaannya hanya perlu, dalam
kasus ini adalah obat paracetamol untuk menurunkan panas diminumkan terus
sampai habis. Hal ini dikarenakan kurangnya kelengkapan informasi yang
diberikan kepada pasien sehingga mempengaruhi terhadap ketaatan dan kepatuhan
pasien dalam terapi.
d. Aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
Informasi mengenai aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
dihindari selama terapi jarang di informasikan oleh pihak farmasi atau perawat.
Sehingga peran perawat dan dokter yang menangani secara langsung pasien
diperlukan dalam pemberian informasi ini, agar terapi yang dikehendaki dapat
berjalan baik.
Selain empat poin diatas, peneliti juga melakukan wawancara yang salah
satu pertanyaannya berisi mengenai ketepatan obat dengan pasien. Berdasarkan
hasil wawancara dengan orangtua pasien, 4 dari 9 orangtua pasien yang
diwawancara menjawab bahwa orangtua pasien tidak melakukan pengecekan
ulang terhadap obat yang mereka terima untuk anaknya, mereka tidak mengecek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
apakah obat yang digunakan benar milik pasien atau tidak. Dalam hal ini ME
mungkin saja dapat terjadi karena kesalahan obat yang tidak tepat pasien yang
diakibatkan kurangnya ketelitian orangtua pasien terhadap obat yang diterimanya.
Sehingga ketelitian orangtua pasien juga diperlukan agar proses administration
dapat berjalan dengan baik dan benar.
Hasil observasi diketahui bahwa di IRNA II Apoteker tidak berperan
banyak dalam fase administration. Hal ini juga dapat menjadi penyebab terjadinya
ME. Apoteker sangat berperan dalam fase administration, peran Apoteker salah
satunya dapat ditunjukan dengan pemberian informasi obat dan monitoring
kepada pasien. Faktor penyebab ketidaktahuan orangtua pasien pediatri terhadap
terapi yang ditujukan pada anaknya dikarenakan kurangnya peran Apoteker dalam
pemberian informasi obat. Apoteker memiliki tugas penting dalam pemberian
infomasi obat, melalui pemberian informasi obat diharapkan orangtua pasien
dapat mengerti mengenai terapi anaknya, sehingga orangtua pasien dapat
menjalankan terapi anaknya dengan benar. Kejadian ME yang mungkin dapat
karena kurangnya informasi yang didapatkan orangtua pasien pediatri dalam
menerapkan proses administration kepada anaknya dapat diminimalisir.
C. Langkah yang Sudah dilakukan Pihak RSUP Dr. Sardjito untuk
mencegah Medication error fase Dispensing dan Fase Administration
1. Fase Dispensing
Upaya pencegahan yang dilakukan oleh pihak farmasi, berdasarkan hasil
wawancara dengan asisten Apoteker dan Apoteker yang terlibat dalam fase
dispensing obat racikan adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
a. Melakukan verifikasi dan skrining resep oleh farmasis.
Verifikasi dan skrining resep merupakan tahap awal yang perlu dilakukan
oleh farmasis dalam mencegah terjadi ME, dengan melakukan verifikasi dan
skrining kesalahan persiapan dan peracikan obat yang dilakukan selanjutnya dapat
dihindari, sehingga ME dapat dicegah lebih awal.
b. Melakukan konfirmasi dengan dokter mengenai resep.
Komunikasi yang baik dengan dokter merupakan hal yang penting
ditanam agar pelayanan di RSUP Dr. Sardjito berjalan baik. Komunikasi dengan
dokter perlu dilakukan oleh pihak farmasis, jika terdapat resep yang tulisannya
tidak jelas ataupun jika ada obat yang diminta dokter namun tidak tersedia di
apotek. Hal ini perlu dilakukan agar masalah yang dapat menyebabkan kesalahan
terapi pada pasien tidak terjadi, karena pihak farmasis tidak boleh menetapkan
terapi sendiri jika ditemukan resep yang tidak jelas, dan tidak boleh menggantikan
obat terapi tanpa seijin dan konfirmasi dokter yang menangani pasien tersebut.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, seringkali juga pihak
dokter mengganti obat atau dosis tidak langsung memberitahukannya ke pihak
farmasi, dokter meminta pergantian obat melalui perawat yang selanjutnya
mengomunikasikannya ke pihak farmasi. Hal ini bisa saja menyebabkan
terjadinya ME jika informasi yang disampaikan dokter itu tidak dimengerti artinya
oleh pihak farmasi. Karena hal itu komunikasi yang baik sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya kesalahpahaman antara dokter dan pihak farmasi agar terapi
yang diinginkan untuk pasien benar-benar tepat dan tidak salah.
c. Melakukan penulisan etiket yang jelas dan benar sesuai SOP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Pihak farmasis yang melakukan penulisan etiket harus menulis etiket
dengan jelas, agar pembaca etiket yang selanjutnya melakukan peracikan obat
dapat mengambil dan meracik obat dengan benar. Penulisan etiket harus jelas
karena berpengaruh terhadap pekerjaan dispensing selanjutnya. Etiket harus
ditulis jelas dan lengkap, yang berisi, nama pasien, nama ruang inap, nama obat,
dosis, aturan pakai, bentuk sediaan dan tanggal peresepan obat, selain itu juga
penggunaan etiket biru dan putih harus tepat.
d. Melakukan konfirmasi dengan Apoteker berkaitan dengan etiket.
Pada saat peracikan obat, jika pihak farmasis yang melakukan persiapan
dan peracikan obat menemukan etiket yang tidak lengkap atau tidak jelas dan
tidak benar harus melakukan konfirmasi dengan Apoteker berkaitan dengan etiket
tersebut, agar kesalahan peracikan tidak terjadi.
e. Teliti sebelum pengambilan obat.
Ketelitian saat mengambil obat sangatlah penting dilakukan, karena jika
tidak dilakukan dengan teliti dapat menyebabkan kesalahan, seperti salah dalam
pengambilan obat dengan nama yang sama atau memiliki dosis yang bermacam-
macam. Ketelitian ini juga perlu didukung dengan obat yang tersusun rapi sesuai
abjad, kemudian obat yang memiliki nama dan dosis yang bermacam-macam juga
perlu ditandai dengan Look Alike Sound Alike (LASA) dan untuk obat yang perlu
perhatian khusus diberi tanda High Alert.
f. Menelaah dan mengecek obat dengan resep.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Obat yang sudah selesai diracik perlu dilakukan pengecekan kembali.
Pengecekan ini perlu dilakukan agar kesalahan yang mungkin terlewat saat
pengecekan diawal dapat dihindari, sebelum sampai ke tangan pasien.
g. Bekerja sesuai SOP.
Medication error dapat dihindari dengan cara bekerja sesuai SOP yang
sudah ditentukan oleh pihak RSUP Dr. Sardjito. Hal ini dapat menghindari
kesalahan yang mungkin terjadi atau keluar dari prosedur. Selain itu juga
ketelitian dan tingkat konsentrasi yang tinggi saat bekerja sangat diperlukan agar
kemungkinan terjadinya kesalahan tidak terjadi.
Upaya yang juga dapat dilakukan untuk mencegah ME pada fase
dispensing adalah dengan menerapkan resep elektronik, dengan resep elektronik
kesalahan yang mungkin disebabkan karena tulisan dokter yang tidak terbaca
dapat dihindari sehingga tidak berimbas ke tahap pelayanan resep selanjutnya.
Selain itu juga dengan cara menerapkan CDOB (Cara dispensing obat yang baik),
mengatur obat sesuai abjad, tidak meletakan obat yang sama namun memiliki
kekuatan berbeda pada posisi berdampingan untuk mengurangi resiko terjadinya
kesalahan pengambilan obat, melakukan pengecekan obat kembali oleh orang
yang berbeda sebelum obat diberikan kepada perawat untuk menghindari
terjadinya kesalahan obat atau pasien.
2. Fase Administration
Pada proses ini, dilakukan wawancara dengan perawat. Hal ini penting
dilakukan untuk mengetahui upaya pencegahan ME apa saja yang sudah
dilakukan oleh pihak RSUP Dr. Sardjito dalam pencegahan ME. Berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
analisis hasil wawancara, diketahui bahwa upaya pencegahan yang sudah
dilakukan yaitu:
a. Pengecekan ulang obat yang sudah dibuat di apotek.
Pihak perawat bangsal harus melakukan pengecekan ulang obat yang
sudah dibuat dari Instalasi Farmasi IRNA II, apakah obat sudah sesuai dengan
kartu informasi pemberian obat pasien atau tidak. Jika ditemukan obat yang tidak
sesuai, pihak perawat wajib melakukan pengembalian obat ke apotek dan
melakukan penggantian dengan obat yang sesuai.
b. Pengecekan ulang kebenaran obat sebelum diberikan kepada pasien.
Pengecekan ulang mengenai kebenaran obat sebelum diberikan kepada
pasien harus selalu dilakukan oleh perawat. Pengecekan ini dilakukan agar pasien
menerima obat yang benar sesuai dengan yang diresepkan untuk pasien, dan
kemungkinan salah pasien dapat dihindari, sehingga ME tidak terjadi.
c. Pemberian edukasi kepada pasien mengenai obat yang digunakan.
Edukasi kepada pasien perlu dilakukan, terkait penggunaannya. Seperti
aturan pakai, waktu pemberian obat, cara pemakaian, dan makanan minuman yang
harus dihindari selama terapi berlangsung. Edukasi yang diberikan kepada pasien
dapat membantu pasien untuk menjalankan terapinya dengan optimal.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat, pasien perlu
diingatkan untuk taat meminum obat, karena biasanya pasien lupa untuk
meminum obatnya. Hal ini perlu ditegaskan oleh perawat agar terapi yang dijalani
oleh pasien dapat optimal. Selain itu juga untuk menghindari terjadinya kesalahan
yang dilakukan oleh pihak pasien dalam menjalankan terapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
d. Menunggu pasien sampai pasien minum obat.
Perawat di bangsal juga sering menunggu pasien sampai obat yang harus
diminum benar-benar sudah diminum oleh pasien. Hal ini dilakukan oleh pihak
perawat untuk memantau kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, karena
biasanya pasien sering menunda pengkonsumsian obat pada jamnya, sehingga
waktu terapi tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
e. Melakukan konfirmasi dengan dokter dan Apoteker.
Pada saat-saat tertentu, jika perawat tidak memahami mengenai informasi
obat terapi yang didapat pasien, perawat melakukan konfirmasi kepada dokter dan
Apoteker mengenai obat tersebut, agar saat diterima pasien informasi yang
didapat benar. Selain itu juga, jika perawat menemukan hal yang tidak diinginkan
terjadi pada pasien, perawat harus segera melakukan konfirmasi kepada dokter
mengenai kondisi pasien, agar kemungkinan terburuk tidak terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
1. Angka kejadian dan bentuk medication error resep obat racikan di RSUP
Dr. Sardjito, ditemukan sebagai berikut :
a. Fase dispensing yang dilakukan di Instalasi Farmasi IRNA II
ditemukan 26,5% kesalahan yang terjadi selama periode Februari
2014, meliputi kesalahan penulisan nama obat 2,3%, kekuatan obat
bentuk sediaan obat 4,5%, kesalahan pengambilan obat 2,3%,
kesalahan pengambilan jumlah obat 2,3%, kesalahan pengemasan
4,5% dan kesalahan saat peracikan 22,7%.
b. Medication error pada fase administration yang terjadi di IRNA II
pada bangsal Melati II dan Melati IV, ditemukan 11,1% kesalahan
administration yang dilakukan oleh orangtua pasien pediatri selama
periode Februari 2014. Kesalahan yang terjadi adalah kesalahan pasien
dalam meminum obat yang pemakaiannya hanya perlu.
2. Faktor yang menyebabkan terjadinya ME resep obat racikan Pasien
Pediatri.
a. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ME pada fase dispensing
meliputi penulisan etiket yang tidak lengkap, penulisan etiket yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
kurang jelas dan tidak terbaca, kurangnya ketelitian seperti salah
membaca dosis dan salah ambil obat yang letaknya berdampingan.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ME pada fase
administration karena kurangnya informasi obat yang didapat pasien,
pasien tidak tahu aturan pakai obat dan lamanya terapi, pasien tidak
tahu indikasi obat, kesalahan pada cara pemakaian obat, jangka waktu
pengobatan, ketidaktaatan pasien dalam meminum obat dan kurangnya
peran Apoteker dalam monitoring obat.
3. Langkah yang sudah dilakukan pihak RSUP Dr. Sardjito untuk mencegah
medication error meliputi:
a. Fase dispensing
Upaya pencegahan ME yang telah dilakukan pihak farmasi IRNA II di
RSUP Dr. Sardjito adalah melakukan verifikasi dan skrining resep,
melakukan konfirmasi dengan dokter, melakukan penulisan etiket yang
jelas dan benar sesuai SOP, melakukan penulisan etiket yang jelas dan
benar sesuai SOP, melakukan konfirmasi dengan Apoteker berkaitan
dengan etiket yang tidak jelas, teliti sebelum mengambil obat,
menelaah dan mengecek obat dengan resep apakah sudah sesuai atau
belum dan bekerja sesuai SOP.
b. Fase Administration
Upaya pencegahan ME yang telah dilakukan perawat di bangsal melati
IV di RSUP Dr. Sardjito adalah mengecek ulang obat yang sudah
dibuat di apotek IRNA II, melakukan konfirmasi dengan dokter dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Apoteker, mengecek ulang kebenaran obat sebelum diberikan kepada
pasien, memberikan edukasi kepada pasien mengenai obat yang
digunakan, mengingatkan pasien agar taat minum obat dan menunggu
pasien sampai pasien minum obat.
B. Saran
Saran yang diajukan adalah :
1. Saran untuk penelitian selanjutnya:
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam pada proses
administration karena pada penelitian tidak dapat dilakukan
pengecekan terhadap obat yang diterima pasien. Data mengenai obat
pasien hanya didapatkan melalui informasi yang diberikan orangtua
pasien pediatri berdasarkan ingatan orangtua pasien pediatri,
sedangkan obat yang diterima pasien hanya diterima saat jam minum
obat dan observasi dilakukan tidak pada saat jam minum obat,
sehingga peneliti tidak dapat melakukan pencocokan antara kebenaran
informasi yang diberikan orangtua pasien pediatri kepada peneliti
dengan obat yang didapatkan oleh pasien.
b. Dapat dilakukan penelitian kembali di unit yang berbeda untuk
mengetahui kejadian medication error yang mungkin juga terjadi di
tempat lain.
2. Saran untuk RSUP Dr. Sardjito :
a. Melakukan penulisan etiket yang lengkap dan jelas untuk membantu
mencegah ME yang kemungkinan dapat terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
b. Mengatur ulang SOP yang ada dengan mempertimbangkan kesalahan
– kesalahan yang mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan
untuk mengurangi angka kejadian dan kemungkinan terjadinya ME,
kemudian menerapkan dan menjalankan SOP dengan sungguh –
sungguh pada proses pelayanan kesehatan.
c. Melakukan pelayanan pharmacist bangsal pada IRNA II untuk
memonitor penggunaan obat yang dilakukan oleh pasien, guna
meminimalisir kejadian ME pada fase dispensing dan guna memonitor
adanya kesalahan terapi yang mungkin dapat membahayakan kondisi
pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
DAFTAR PUSTAKA
ACMP, 2010, Medication errors, Academy of Managed Care Pharmacy, 2.
Anderson, P., Townsend, T., 2010, Medication errors : Dont’t let them happen toyou, American Nurse Today, 1-6.
Anonim a, 2013, Keterbatasan Sediaan Obat Dorong Dokter Berikan ResepRacikan, http://www.ugm.ac.id/id/post/page?id=5551 , di akses tanggal11 september 2013
Anonim b, 2008, Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien(Patient Safety), http://binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361517912.pdf,diakses tanggal 24 Juli 2014.
Anonim c, 2006, Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (PatientSafety), Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim d, 2004, Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201197%20ttg%20Standar%20Pelayanan%20Farmasi%20Di%20RS.pdf diakses tanggal 24 Juli 2014
Aslam, M., Tan, C., dan Prayitno, A., 2003, Farmasi Klinik Menuju PengobatanRasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, Elex Computindo, Jakarta.
Athanasakis, E., 2012 , Prevention of medication errors made by nurses in clinicalpractice, Health Science Journal, 6, Issue 4, 776-777.
Bayang, A., Pasinringi, S., dan Sangkala., 2014, Faktor Penyebab Medicationerror Di RSUD Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng, Tesis,Universitas Hasanuddin, Makassar.
Beso, A., Franklin, B,D., dan Barber, N., 2005, The Frequency And PotentialCauses Of Dispensing Errors In A Hospital Pharmacy, Parm World Sci,27, 182-190.
Bell,E.A., 2003, Medication errors in pediatrics, Infectious Diseases in Children,http://www.healio.com/pediatrics, diakses tanggal 25 september 2013
Cohen, Michael.R., 1999, Medication errors, American PharmaceuticalAssociation, Washington DC, PP.1.1-17,16.1-16.7.
Council of Europe, 2005, Glossary of terms related to patient and medicationsafety, Council of Europe, 1, 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Dwiprahasto, 2006, Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan Risiko Medicationerror di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer, Jurnal Berkala IlmuKedokteran 2006, http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=5603, diakses tanggal 10 September 2013
Dwiprahasto, 2008, Masalah dan Pencegahan Medication errors, UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta.
Fortescue, E.B., 2003, Prioritizing Strategies for Preventing Medication errors andAdverse Drug Events in Pediatric Inpatients, Pediatrics, AmericanAcademy of Pediatrics, III. No. 4 April, pp.722-729.
Hartayu, T.S., dan Widayati, A., 2005, Kajian Kelengkapan Resep yangBerpotensi Menimbulkan Medication error di 2 rumah Sakit dan 10Apotek di Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Hinlandou, E.Y., 2008, Evaluasi Medication error Resep Racikan Pasien PediatrikDi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Pada Bulan Juli Tahun2007 (Tinjauan Fase Dispensing), Skrispsi, 55, Universitas SanataDharma, Jogjakarta.
Kozer, E., 2005, Variables Associated With Medication errors in PediatricEmergency Medicine, Pediatrics, American Academy of Pediatrics,March 4, pp. 737-743
Lisby, M., Nielsen, L.P., Mainz, J., 2005, Errors in the medication process:frequency, type, and potential, International Journal for Quality inHealth Care., 17 (1): pp. 15–22
NCCMERP, 2013, National Coordinating Council for Medication errorReporting and Prevention, http://www.nccmerp.org/, di akses padatanggal 10 september 2013
Simanjuntak, W.T., 2010, Evaluasi masalah utama kejadian medication errorsfase administrasi dan drug therapy problems pada pasien Rumah SakitBethesda Yogyakarta periode Agustus 2008 : kajian terhadappenggunaan obat golongan antasida dan antiulserasi, Skripsi, 64,Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Siregar, C.J.P., Amalia, Lia., 2004, Farmasi Rumah Sakit, EGC, Jakarta. pp.25Swandari, S., 2013, Medication error, Balai Besar Pelatihan Kesehatan Makassar,
http://bbpkmakassar.or.id/index.php/Umum/Info-Kesehatan/Medication-Error.phd, diakses tanggal 20 november 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Syamsuni.H, 2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC, Jakarta, PP.10-11
Thomas, M.R,Holquist, C., dan Philips,J., 2001, Medication Error Reports ToFDA Show A Mixed Bag, MEDWATCH,http://www.fda.gov/cder/drug/MedErrors/mixed.pdf, diakses tanggal 20november 2013
USP, 1999, The U.S. Pharmacopeia (USP) and Medication errors,http://www.therubins.com/health/usp.htm, diakses tanggal 22 februari2014
USP, 2003, Preventing Medication errors in Children, Unit Doses, IndependentVerifications Can Help Reduce Errors In Pediatric Populations, UnitedStates Pharmacopea, 1-2.
Zunilda., B.M.S., 1998, Pedoman Penulisan Resep , (1) , ITB, Bandung, pp. 62.
Lampiran 1. Hasil Observasi Medication error pasien pediatri resep racikan di Insalasi Farmasi Instalasi Rawat Inap 2 RSUP Dr.Sardjito pada Fase Dispensing periode februari 2014
Beri tanda () jika terdapat kesalahan pada resep, tanda (-) jika tidak terdapat kesalahan pada resep
2. Menurut anda, apa saja contoh-contoh medication error yang telah terjadi padafase dispensing ?Apoteker : penulisan resep tidak lengkap / tidak ditulis dengan
benarAsisten Apoteker 1 : diagnosa tidak ditulis, penulisan resep tidak lengkapAsisten Apoteker 2 : Salah bacaAsisten Apoteker 3 : Salah baca dosis, misalkan diminta piracetam 1 gram
dikasih 3 gram.
3. Menurut anda, apa saja faktor-faktor yang bisa menyebabkan terjadinyamedication error khususnya pada fase dispensing ?Apoteker : penulisan di etiket kurang jelas/ tidak terbacaAsisten Apoteker 1 : penulisan resep tidak jelas/ tidak lengkapAsisten Apoteker 2 : Tulisan di etiket kurang jelasAsisten Apoteker 3 : salah baca, letak obat berdampingan
4. Menurut anda, upaya apa saja yang telah dilakukan dalam pencegahanterjadinya medication error terutama pada fase dispensing ?Apoteker : penulisan etiket yang jelas dan benar sesuai SOPAsisten Apoteker 1 : telaah resep dan di cek lagiAsisten Apoteker 2 : tanya ulangAsisten Apoteker 3 : teliti sebelum mengambil
5. Menurut anda, bagaimana cara-cara mengatasi medication error jika sudahterjadi pada fase dispensing ?Apoteker : dicarikan jalan keluar/alternatif lain. Misalkan : obatyang diracik bisa digunakan lain waktu lagi.Asisten Apoteker 1 : konfirmasi dokterAsisten Apoteker 2 : dibuat ulangAsisten Apoteker 3 : jika terjadi kesalahan, si pengambil (pramuniaga)
komplain, lalu obat yang salah diambil digantikandengan obat yang benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
6. Menurut anda, tindakan apa saja yang telah dilakukan oleh pihak RSUPSr.Sardjito untuk mencegah terjadinya medication error ?Apoteker : verifikasi/ skrining resep oleh farmasis , bekerja sesuai
SOPAsisten Apoteker 1 : belum adaAsisten Apoteker 2 : skrining, bekerja sesuai Standar OperasionalAsisten Apoteker 3 : skrining
7. Menurut anda, perbaikan apa sajakah yang perlu dilakukan dalam usaha danpencegahan ME untuk meningkatakan pelayanan di RSUP Dr. Sardjito ?Apoteker : Adanya komunikasi antara medis dan farmasis
sehingga terjadi adanya pengobatan yang cepat, tepatdan aman.
Asisten Apoteker1 : belum adaAsisten Apoteker2 : ada komunikasi dan kolaborasi antara tim medis dan
perawat.Asisten Apoteker3 : pelayanan harus lebih bagus, ramah tamah dengan
pasien dan pelayanan cepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 3. Hasil Wawancara dengan Orangtua Pasien Pediatri mengenaiMedication error dengan orangtua pasien pediatri di RSUP Dr. Sardjito pada
Fase Administration periode februari 2014
Orangtua pasien pediatri 1Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? cotrimoksazol dan PCTSejak kapan anak anda menggunakan obat ini(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit diRS
Sejak di Rumah Sakit
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obatini ? (untuk obat yang penggunaannya hanyabila perlu)
paracetamol (hanya saat panas)
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb?(ditelan, dioleskan, dll)
Ditelan
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? Pasien hanya mengikuti jam saatdisuruh perawat
Informasi apa sajakah yang anda dapatkanmengenai obat anak anda?
kegunaan obat
Apakah anda mendapat informasi yanglengkap dan jelas tentang tatacara pemakaianobat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,siapa yang anda akan cari untuk mendapatkaninformasi lebih jelas?
dosisnya tidak diberitahukan
Siapa yang sering menjelaskan tentangtatacara atau aturan pakai dari obat anda,apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Perawat
Apakah anak anda mengkonsumsi obatsecara teratur sesuai dengan informasi yangdiberikan?
teratur sewaktu obat diberikanperawat
Apakah selama mengkonsumsi obat yangdiberikan, anak anda mengalami efek yangdirasa merugikan? jika ada, seperti apa danbagaimana pengatasannya ?
Tidak pernah
Apakah anak anda pernah mengkonsumsiobat lain selain yang diresepkan selamawaktu pengobatan? apa nama obatnya? darimana mendapatkannya?
Tidak
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakitpernah mengganti obat yang anak andagunakan sebelum obat anda habis?
Tidak pernah
Apakah anda pernah melakukan pengecekanulang terhadap resep yang diberikan kepadaanak anda? (terkait dengan kesesuaian obatnama pasien, umur, tanggal )?
tidak ada kertas etiketnya,sehingga gak bisa ngecek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Orangtua pasien pediatri 2Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? infus, zinc, antibiotik,paracetamol
Sejak kapan anak anda menggunakan obat ini(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit diRS
Sejak di Rumah Sakit
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obatini ? (untuk obat yang penggunaannya hanyabila perlu)
Paracetamol (jika perlu saatpanas) , antibiotik :-
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb?(ditelan, dioleskan, dll)
Di telan kecuali infus
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? 2x 1Informasi apa sajakah yang anda dapatkanmengenai obat anak anda?
jam konsumsi dan kegunaan obat
Apakah anda mendapat informasi yanglengkap dan jelas tentang tatacara pemakaianobat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,siapa yang anda akan cari untuk mendapatkaninformasi lebih jelas?
sudah lengkap
Siapa yang sering menjelaskan tentangtatacara atau aturan pakai dari obat anda,apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Perawat
Apakah anak anda mengkonsumsi obatsecara teratur sesuai dengan informasi yangdiberikan?
Iya
Apakah selama mengkonsumsi obat yangdiberikan, anak anda mengalami efek yangdirasa merugikan? jika ada, seperti apa danbagaimana pengatasannya ?
Tidak ada
Apakah anak anda pernah mengkonsumsiobat lain selain yang diresepkan selamawaktu pengobatan? apa nama obatnya? darimana mendapatkannya?
Tidak pernah
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakitpernah mengganti obat yang anak andagunakan sebelum obat anda habis?
Tidak
Apakah anda pernah melakukan pengecekanulang terhadap resep yang diberikan kepadaanak anda? (terkait dengan kesesuaian obatnama pasien, umur, tanggal )?
selalu check, takut salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Orangtua pasien pediatri 3Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? Tidak tahuSejak kapan anak anda menggunakan obat ini(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit diRS
Sejak masuk Rumah Sakit
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obatini ? (untuk obat yang penggunaannya hanyabila perlu)
Tidak tahu
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb?(ditelan, dioleskan, dll)
Tidak tahu
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? 3x1 sehariInformasi apa sajakah yang anda dapatkanmengenai obat anak anda?
Nama obat dan aturan pakai
Apakah anda mendapat informasi yanglengkap dan jelas tentang tatacara pemakaianobat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,siapa yang anda akan cari untuk mendapatkaninformasi lebih jelas?
Cukup lengkap, tanya dokter
Siapa yang sering menjelaskan tentangtatacara atau aturan pakai dari obat anda,apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Dokter
Apakah anak anda mengkonsumsi obatsecara teratur sesuai dengan informasi yangdiberikan?
Ya, saat diminta diminumkan
Apakah selama mengkonsumsi obat yangdiberikan, anak anda mengalami efek yangdirasa merugikan? jika ada, seperti apa danbagaimana pengatasannya ?
Tidak pernah
Apakah anak anda pernah mengkonsumsiobat lain selain yang diresepkan selamawaktu pengobatan? apa nama obatnya? darimana mendapatkannya?
Tidak
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakitpernah mengganti obat yang anak andagunakan sebelum obat anda habis?
Tidak
Apakah anda pernah melakukan pengecekanulang terhadap resep yang diberikan kepadaanak anda? (terkait dengan kesesuaian obatnama pasien, umur, tanggal )?
Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Orangtua pasien pediatri 4Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? Obat mual, antibiotik danParacetamol
Sejak kapan anak anda menggunakan obat ini(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit diRS
Sejak di Rumah Sakit
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obatini ? (untuk obat yang penggunaannya hanyabila perlu)
Paracetamol diminum terus,antibiotik: -
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb?(ditelan, dioleskan, dll)
Di telan
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? 3x1Informasi apa sajakah yang anda dapatkanmengenai obat anak anda?
Hanya kegunaan obat
Apakah anda mendapat informasi yanglengkap dan jelas tentang tatacara pemakaianobat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,siapa yang anda akan cari untuk mendapatkaninformasi lebih jelas?
Kadang kegunaanya gak dikasihtahu
Siapa yang sering menjelaskan tentangtatacara atau aturan pakai dari obat anda,apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Dokter yang lebih banyakmemberi informasi
Apakah anak anda mengkonsumsi obatsecara teratur sesuai dengan informasi yangdiberikan?
Iya
Apakah selama mengkonsumsi obat yangdiberikan, anak anda mengalami efek yangdirasa merugikan? jika ada, seperti apa danbagaimana pengatasannya?
Tidak ada
Apakah anak anda pernah mengkonsumsiobat lain selain yang diresepkan selamawaktu pengobatan? apa nama obatnya? darimana mendapatkannya?
Tidak
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakitpernah mengganti obat yang anak andagunakan sebelum obat anda habis?
Tidak pernah
Apakah anda pernah melakukan pengecekanulang terhadap resep yang diberikan kepadaanak anda? (terkait dengan kesesuaian obatnama pasien, umur, tanggal )?
Check
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Orangtua pasien pediatri 5Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? Paracetamol, antibiotik dan infusSejak kapan anak anda menggunakan obat ini(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit diRS
Sejak masuk di Rumah Sakit
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obatini ? (untuk obat yang penggunaannya hanyabila perlu)
Tidak tahu
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb?(ditelan, dioleskan, dll)
Sirup ditelan
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? 3x1Informasi apa sajakah yang anda dapatkanmengenai obat anak anda?
Informasi hanya disuruhdiminumkan
Apakah anda mendapat informasi yanglengkap dan jelas tentang tatacara pemakaianobat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,siapa yang anda akan cari untuk mendapatkaninformasi lebih jelas?
Cukup lengkap, bertanya padadokter
Siapa yang sering menjelaskan tentangtatacara atau aturan pakai dari obat anda,apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Dokter
Apakah anak anda mengkonsumsi obatsecara teratur sesuai dengan informasi yangdiberikan?
Ya
Apakah selama mengkonsumsi obat yangdiberikan, anak anda mengalami efek yangdirasa merugikan? jika ada, seperti apa danbagaimana pengatasannya?
Tidak ada
Apakah anak anda pernah mengkonsumsiobat lain selain yang diresepkan selamawaktu pengobatan? apa nama obatnya? darimana mendapatkannya?
Tidak pernah
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakitpernah mengganti obat yang anak andagunakan sebelum obat anda habis?
Tidak
Apakah anda pernah melakukan pengecekanulang terhadap resep yang diberikan kepadaanak anda? (terkait dengan kesesuaian obatnama pasien, umur, tanggal )?
Obat di check oleh orangtua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Orangtua pasien pediatri 6Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? Captopril dan adapton puyerSejak kapan anak anda menggunakan obat ini(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit diRS
Dari rumah sudah menggunakanobat captopril, tapi saat di RSgunakan yang dari RS, namunobatnya sama.
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obatini ? (untuk obat yang penggunaannya hanyabila perlu)
-
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb?(ditelan, dioleskan, dll)
Di telan
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? Captopril 2x1, adapton 2x1Informasi apa sajakah yang anda dapatkanmengenai obat anak anda?
-
Apakah anda mendapat informasi yanglengkap dan jelas tentang tatacara pemakaianobat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,siapa yang anda akan cari untuk mendapatkaninformasi lebih jelas?
Sudah jelas
Siapa yang sering menjelaskan tentangtatacara atau aturan pakai dari obat anda,apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Perawat
Apakah anak anda mengkonsumsi obatsecara teratur sesuai dengan informasi yangdiberikan?
Teratur
Apakah selama mengkonsumsi obat yangdiberikan, anak anda mengalami efek yangdirasa merugikan? jika ada, seperti apa danbagaimana pengatasannya?
Tidak pernah
Apakah anak anda pernah mengkonsumsiobat lain selain yang diresepkan selamawaktu pengobatan? apa nama obatnya? darimana mendapatkannya?
Tidak pernah
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakitpernah mengganti obat yang anak andagunakan sebelum obat anda habis?
Diberi infus setelah operasi
Apakah anda pernah melakukan pengecekanulang terhadap resep yang diberikan kepadaanak anda? (terkait dengan kesesuaian obatnama pasien, umur, tanggal )?
Selalu check
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Orangtua pasien pediatri 7Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? Captopril (puyer) dan capto(tablet)
Sejak kapan anak anda menggunakan obat ini(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit diRS
Di RS
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obatini ? (untuk obat yang penggunaannya hanyabila perlu)
- (Tidak ada obat yang hanyaperlu)
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb?(ditelan, dioleskan, dll)
Ditelan
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? Tidak tahuInformasi apa sajakah yang anda dapatkanmengenai obat anak anda?
Tidak diberi informasi
Apakah anda mendapat informasi yanglengkap dan jelas tentang tatacara pemakaianobat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,siapa yang anda akan cari untuk mendapatkaninformasi lebih jelas?
Tidak
Siapa yang sering menjelaskan tentangtatacara atau aturan pakai dari obat anda,apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Perawat
Apakah anak anda mengkonsumsi obatsecara teratur sesuai dengan informasi yangdiberikan?
Iya
Apakah selama mengkonsumsi obat yangdiberikan, anak anda mengalami efek yangdirasa merugikan? jika ada, seperti apa danbagaimana pengatasannya?
Tidak ada
Apakah anak anda pernah mengkonsumsiobat lain selain yang diresepkan selamawaktu pengobatan? apa nama obatnya? darimana mendapatkannya?
Tidak pernah
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakitpernah mengganti obat yang anak andagunakan sebelum obat anda habis?
Ditambah amoxicilin
Apakah anda pernah melakukan pengecekanulang terhadap resep yang diberikan kepadaanak anda? (terkait dengan kesesuaian obatnama pasien, umur, tanggal )?
Selale ngecheck
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Orangtua pasien pediatri 8Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? Prednison , caleg, amlodipin,loperten, captopril, albumin infus
Sejak kapan anak anda menggunakan obat ini(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit diRS
Sejak masuk RS
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obatini ? (untuk obat yang penggunaannya hanyabila perlu)
Antibiotik sampai obatnya habis
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb?(ditelan, dioleskan, dll)
Ditelan
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? Pagi dan malamInformasi apa sajakah yang anda dapatkanmengenai obat anak anda?
Nama obat
Apakah anda mendapat informasi yanglengkap dan jelas tentang tatacara pemakaianobat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,siapa yang anda akan cari untuk mendapatkaninformasi lebih jelas?
Cukup
Siapa yang sering menjelaskan tentangtatacara atau aturan pakai dari obat anda,apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Dokter dan perawat
Apakah anak anda mengkonsumsi obatsecara teratur sesuai dengan informasi yangdiberikan?
Teratur
Apakah selama mengkonsumsi obat yangdiberikan, anak anda mengalami efek yangdirasa merugikan? jika ada, seperti apa danbagaimana pengatasannya?
Tidak pernah
Apakah anak anda pernah mengkonsumsiobat lain selain yang diresepkan selamawaktu pengobatan? apa nama obatnya? darimana mendapatkannya?
Tidak pernah
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakitpernah mengganti obat yang anak andagunakan sebelum obat anda habis?
Tidak
Apakah anda pernah melakukan pengecekanulang terhadap resep yang diberikan kepadaanak anda? (terkait dengan kesesuaian obatnama pasien, umur, tanggal )?
Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Orangtua pasien pediatri 9Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? metilprednisolon, captopril, calegSejak kapan anak anda menggunakan obat ini(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit diRS
Sejak masuk RS
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obatini ? (untuk obat yang penggunaannya hanyabila perlu)
- (tidak ada obat yangpenggunaanya hanya perlu)
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb?(ditelan, dioleskan, dll)
Informasi apa sajakah yang anda dapatkanmengenai obat anak anda?
Informasi hanya metilprednisolondipakai 1 bulan
Apakah anda mendapat informasi yanglengkap dan jelas tentang tatacara pemakaianobat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,siapa yang anda akan cari untuk mendapatkaninformasi lebih jelas?
Cukup lengkap, tanya dokterspesialis
Siapa yang sering menjelaskan tentangtatacara atau aturan pakai dari obat anda,apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Dokter
Apakah anak anda mengkonsumsi obatsecara teratur sesuai dengan informasi yangdiberikan?
Ya
Apakah selama mengkonsumsi obat yangdiberikan, anak anda mengalami efek yangdirasa merugikan? jika ada, seperti apa danbagaimana pengatasannya?
Mual, batuk, kasih tahu perawat.
Apakah anak anda pernah mengkonsumsiobat lain selain yang diresepkan selamawaktu pengobatan? apa nama obatnya? darimana mendapatkannya?
Tidak pernah
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakitpernah mengganti obat yang anak andagunakan sebelum obat anda habis?
Tidak pernah
Apakah anda pernah melakukan pengecekanulang terhadap resep yang diberikan kepadaanak anda? (terkait dengan kesesuaian obatnama pasien, umur, tanggal )?
Dicek kembali oleh orangtua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 4. Hasil wawancara dengan perawat mengenai Medication errorpada Resep Racikan untuk Pasien Pediatrik di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta
1. Apakah anda mengetahui mengenai Medication error? Seberapapentingkah medication error bagi Anda sebagai perawat?Perawat 1 : kesalahan pemberian obat terapi yang tidak sesuai dengan
pasien dan prosedurenya.Perawat 2 : tahu, sangat penting, tentang kesalahan pemberian obat
baik rute/dosis.
2. Bagaimana pandangan perawat jika Apoteker terlibat dalam memonitorpenggunaan obat?Perawat 1 : setuju, karena yang menyediakan obatnya pihak apotek.Perawat 2 : setuju, karena Apoteker lebih tau tentang obat dan untuk
mencegah kesalahan pemberian obat.
3. Jika anda menemukan obat yang tidak dicantumkan aturan pakainya, apayang anda lakukan sebagai perawat?Perawat 1 : konfirmasi dengan pihak apotek.Perawat 2 : konfirmasi ke dokter tentang dosis obat dan konfirmasi ke
Apoteker mengenai aturan pakainya.
4. Apakah anda memberikan informasi penggunaan obat terhadap pasien?jika iya, informasi apa saja yang anda berikan?Perawat 1 : iya, informasi tata tertib, hak dan kewajiban sebagai
pasien, tentang terapi (oral atau injeksi), tindakannya apasaja, jadwal kunjungan.
Perawat 2 : iya, nama obat , fungsi, cara pemberian/ dosis obat, efeksamping, rute obat.
5. Apakah anda sebagai perawat selalu mengecek ulang terlebih dahulu obatuntuk pasien sebelum menyerahkannya?Perawat 1 : pastinya selalu mengecek.Perawat 2 : iya, memastikan benar obat dan dosis.
6. Apabila terdapat pasien yang tidak memenuhi aturan pakai obat , apa yangAnda lakukan?Perawat 1 : di edukasi lagi.Perawat 2 : ada, mengingatkan kembali pasien agar fungsi obat
bekerja baik.
7. Pada saat Anda memberikan obat kepada pasien, apakah Andamenunggu/melihat hingga pasien menggunakan semua obatnya?Perawat 1 : iya, ditunggu sampai diminumkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Perawat 2 : iya, melihat dan memastikan, kecuali pada pasien yangtidur.
8. Apakah anda sering menemukan obat pasien yang ketinggalan di bangsal ?kalau iya, apa yang anda lakukan ?Perawat1 : tidak pernah , selalu ada obat kontrolnya, obat apa saja
yang dibawa pulang.Perawat2 : jarang, sesekali pernah, menghubungi pihak keluarga
pasien untuk mengambil.
9. Apakah anda pernah menjumpai obat yang kemungkinan sengaja dibuangatau disembunyikan oleh pasien ? jika iya, apa yang anda lakukan ?Perawat1 : tidak pernah.Perawat2 : tidak pernah.
10. Menurut anda, apa yang menyebabkan terjadinya ME pada faseadministration ?Perawat1 : ketidaktaatan pasien untuk meminum obat.Perawat2 : pasien tidak taat.
11. Menurut anda, upaya apa saja yang telah dilakukan pihak RSUP Dr.Sardjito dalam pencegahan terjadinya ME ?Perawat1 : pemberian edukasi ke pasien.Perawat2 : melakukan edukasi pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 6. Surat Ijin Ethical Clearence untuk melakukan penelitian diRSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Biografi Penulis
Penulis skripsi dengan judul “Medication error ResepObat Racikan Pasien Pediatri Di RSUP Dr. Sardjito PadaPeriode Februari 2014 (Tinjauan Fase Dispensing danFase Administration)” memiliki nama lengkap SeptiMartiani Pertiwi. Penulis lahir di Palangkaraya padatanggal 25 September 1992 dari pasangan Medie dan SariIndang sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.Pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai di TKAdhyaksa Palangkaraya (1996-1998), SDN Langkai 6Palangkaraya (1998-2004), SDN sidorejo 1 Pangkalan
Bun (2001-2004), SMPN 1 Arut Selatan Pangkalan Bun (2004-2007), danmelanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Palangkaraya (2007-2010). Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang PerguruanTinggi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Farmasi. Selamamenempuh kuliah, penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan kepanitiaan. Penulispernah menjadi anggota seksi konsumsi Acara Pelepasan Wisuda (2010),koordinator seksi kesekretariatan Acara Pelepasan Wisuda (2012), anggota timpenyuluhan “Cegah sebelum terlambat kanker serviks di Jetis, Sleman” (2012).