PERUBAHAN SOSIAL DALAM KONTEKS SOSIOLOGI PERTANIAN( MAKALAH
SOSIOLOGI PERTANIAN )
OlehKelompok 10Chintara Andini 1314121027Dina Yuliana
13114121048Karina Zulkarnain 1314121095Pri Angga Tri Atmaja
1014121145Tabroni 1014121249
JURUSAN AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG2 0 1
3I. PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPerubahan sosial dialami oleh setiap masyarakat
yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan perubahan
kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Perubahan sosial dapat
meliputi semua segi kehidupan masyarakat, yaitu perubahan
dalamcaraberpikir dan interaksi sesama warga menjadi semakin
rasional; perubahan dalam sikap dan orientasi kehidupan ekonomi
menjadi makin komersial; perubahan tata cara kerja sehari-hari yang
makin ditandai dengan pembagian kerja pada spesialisasi kegiatan
yang makin tajam; Perubahan dalam kelembagaan dan kepemimpinan
masyarakat yang makin demokratis; perubahan dalam tata cara dan
alat-alat kegiatan yang makin modern dan efisien, dan
lain-lainnya.Dari beberapa pendapat ahli ilmu sosial yang dikutip,
dapat disinkronkan pendapat mereka tentang perubahan sosial, yaitu
suatu proses perubahan, modifikasi, atau penyesuaian-penyesuaian
yang terjadi dalam pola hidup masyarakat, yang mencakup nilai-nilai
budaya, pola perilaku kelompok masyarakat, hubungan-hubungan sosial
ekonomi, serta kelembagaan-kelembagaan masyarakat, baik dalam aspek
kehidupan material maupun nonmateri.
B. TujuanAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :1.
mengetahui tentang perubahan sosial2. Mengetahui faktor penyebab
perubahan sosial3. Mengetahui tentang perubahan sosial masyarakat
pertanian serta mengetahui strategi pembangunan pertanian
II. PEMBAHASAN
1. Definisi PerubahanMenurut Auguste Comte, sosiologi
mempelajari statika dan dinamika masyarakat social meskipun
perubahan kita terpusat pada aspek statika masyarakat, tetapi dalam
kehidupan sehari hari kita telah menyentuh perubahan.
Adapun definisi perubahan sosial menurut beberapa tokoh:1.
William F. Ogburn Ruang lingkup perubahan sosial mencakup unsur
kebudayaan material dan non material, terutama menekankan pengaruh
yang besar dari unsur kebudayaan material terhadap unsur non
material2. Mac IverPerubahan sosial adalah terjadinya perubahan
dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai perubahan
terhadap keseimbangan (equilibrium)3. Kingsley DavisPerubahan
sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat4. Gillin dan GillinPerubahan sosial merupakan variasi
cara hidup yang telah diterima yang disebabkan karena kondisi
geografis, kebudayaan, material, komposisi penduduk, ideology
maupun adanya difusi ataupun penemuan baru dalam masyarakat5.
Samuel KoenigPerubahan sosial menunjuk pada modifikasi yang terjadi
dalam pola kehidupan manusia karena sebab intern dan ekstern6. Selo
SoemarjanSegala perubahan pada lembaga lemabaga kemasyrakatan dalam
suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk
didalamnya nilai nilai, sikap sikap dan pola pola perikelakuan
diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat
2. Teori Teori Perubahan SosialMenurut Lauer ada dua teori utama
perubahan sosial:a. Teori SiklusTeori siklus melihat perubahan
merupakan sesuatu yang berulang ulang, tidak dapat direncanakan
atau diarahkan ke titik tertentu. Tidak ada proses perubahan
masyarakat secara bertahap sehingga batas antara pola hidup
primitif, tradisional dan modern tidak jelasMenurut beberapa ahli:-
Oswald Spengler, Jerman (1880 1936) : setiap peradaban besar
mengalami proses kelahiran, pertumbuhan dan keruntuhan- Pitirim
Sorokin: semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem
kebudayaan (kebudayaan ideasional, idealistis dan sensasi) yang
berputar tanpa akhir.- Arnold Toynbee: sejarah peradaban adalah
rangkaian siklus kemunduran dan pertumbuhan, namun setiap peradaban
memiliki kemampuan meminjam kebudayaan lain dan belajar dari
kesalahan untuk mencapai peradaban yang lebih tinggi- Ibnu Kaldun:
perubahan msayarakat diwarnai dengan pertumbuhan dan penaklukan
kebudayaan. Hal ini akibat konflik antara orang menetap dan orang
nomaden
b. Teori Linier atau Teori PerkembanganPerubahan sosial budaya
bersifat linier atau berkembang menuju titik tertentu, dapat
direncanakan atau diarahkanBeberapa tokoh sosiologi mengemukakan
tentang teori linier yaitu: - Emile Durkheim: Masyarakat berkembang
dari solidaritas mekanik ke solidaritas organic- Max Weber :
Masyarakat berubah secara linier dari masyarakat yang diliputi oleh
pemikiran mistik dan penuh tahayul menuju masyarakat yang rasional-
Herbert Spencer : mengembangkan teori Darwin, bahwa orang orang
yang cakap yang akan memenangkan perjuangan hidupKetiga tokoh
diatas menggambarkan bahwa setiap masyarakat berkembang melaui
tahapan yang pastiTeori Linier dibedakan menjadi:
f. Teori evolusiPerubahan sosial budaya berlangsung sangat
lambat dalam jangka waktu lama. Perubahan sosial budaya dari
masyarakat primitif, tardisional dan bersahaja menuju masyarakat
modern yang kompleks dan maju secara bertahapComte mengemukakan
perkembangan masyarakat mengikuti perkembangan cara berfikir
masyarakat tersebut yaitu tahap teologi (khayalan), tahap metafisis
(abstraksi) dan tahap ilmiah (positif)Sedangkan Lenski berpendapat
bahwa masyarakat berubah dari pra industri, industri dan pasca
industri
Beberapa teori Evolusi a) Teori Evolusi UnilinearMasyarakat
mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan tertentu, berawal dari
bentuk sederhana, komplek hingga sempurna. Tokohnya antara lain,
Comte, Spencer. Suatu Variasi dari teori ini adalah Cylical
theories dari Vilfredo Pareto
b) Teori Evolusi UniversalPerkembangan masyarakat tidaklah perlu
melalui tahapan tertentu tetapi mengikuti suatu garis evolusi
tertentu. Misal dari kelompok homogen ke kelompok yang heterogen
sifat dan susunannya (Herbert Spencer)
c) Teori Evolusi MultilinearTeori ini menekankan penelitian
terhadap tahap perkembangan yang tertentu dalam evolusi masyarakat,
misal penelitian pengaruh sistem perubahan sistem mata pencaharian
dari berburu ke sistem pertanian atau terhadap sistem kekeluargaan
dalam masyarakat yang bersangkutan
g. Teori RevolusiPerubahan sosial menurut teori revolusi adalah
perubahan sosial budaya berlangsung secara drastic atau cepat yang
mengarah pada sendi utama kehidupan masyarakat (termasuk kembaga
kemasyarakatan)Karl Marx berpendapat bahwa masyarakat berkembang
secara linier dan bersifat revolusioner, dari yang bercorak feodal
lalu berubah revolusioner menjadi masyarakat kapitalis kemudian
berubah menjadi masyarakat sosialis komunis yang merupakan puncak
perkembangan masyarakatSuatu revolusi dapat berlangsung dengan
didahului suatu pemberontakan (revolt rebellion). Adapun syarat
revolusi adalah :1. Ada keinginan umum mengadakan suatu perubahan2.
adanya kelompok yang dianggap mampu memimpin masyarakat3. pemimpin
harus mampu manampung keinginan masyarakat4. pemimpin menunjukkan
suatu tujuan yang konkret dan dapat dilihat masyarakat5. adanya
momentum untuk revolusi
B. BENTUK-BENTUK PERUBAHAN
1. Perubahan secara cepat dan lambatSecara cepat dinamakan
revolusi, misal, Proklamasi kemerdekaan RI, Revolusi Industri di
Inggris, Revolusi Sosial di Prancis, Revolusi AmerikaSecara lambat
disebut evolusi, misal perubahan semangat kegotongroyongan yang
mulai luntur, perubahan pola hidup dari masyarakat nomaden kemudian
menetap
2. Perubahan yang direncanakan dan tidak direncanakanPerubahan
yang direncanakan merupakan bentuk perubahan yang diproses melalui
program atau rencana tertentu agar menghasilkan suatu perubahan
tertentu pula, misal Program NKKBS, Wajar ( wajib belajar 9 tahun).
Perubahan yang direncanakan ke arah kemajuan (progress) dapat
disebut pembangunan. Adapaun perubahan yang tidak direncanakan
umumnya terjadi karena diluar kehendak masyarakat, misal perang,
bencana alam. Biasanya mengarah ke kemunduran (regress)
3. Perubahan yang berpengaruh luas dan tidak berpengaruh
luasPerubahan berpengaruh luas adalah perubahan yang mendasar
sehingga dampaknya mempengaruhi segala sendi kehidupan, kadang
mengubah struktur masyarakat. Misal proses industrialisasi pada
masyarakat agraris, masuknya listrik ke daerah terisolirPerubahan
tidak berpengaruh luas hanya terbatas pada lingkungan tertentu
saja, tidak mengubah struktur masyarakat. Misal, perubahan mode
pakaian kalangan remaja
Adapun pola pola yang sering tampak pada perubahan sosial budaya
adalah :a. Perubahan komulatif, yaitu gangguan keseimbangan yang
berulang-ulang sehingga menghasilkan perubahan-perubahan baru, baik
yang bersifat progress maupun regress, misal adanya penemuan baru,
atau bencana alam yang terus menerusb. Berubahan bergelombang,
yaitu gangguan keseimbangan dalam masyarakat yang selalu timbul
kembali, tetapi selau terjadi keseimbangan, misal perubahan model
pakaian, pergantian sistem politik dan pendidikan, gerak konjungtur
dalam proses ekonomic. Gangguan keseimbangan yang hanya sekali
terjadi, misalnya, terjadinya gerakan reformasi yang telah
menggantikan pemerintahan orde baru menjadi orde reformasi
C. PROSES PERUBAHAN SOSIAL1. Faktor Penyebab Internal dan
Eksternal Perubahan SosialPerubahan sosial yang bersumber dari
dalam masyarakat dapat terjadi melalui proses akumulasi.. Menurut
Soerjono Soekanto factor internal tersebut adalah:1. bertambah atau
berkurangnya penduduk2. penemuan penemuan baru (inovasi) baik
discovery maupun inventionhal ini karena:a) kesadaran individu-
individu akan kekurangan dalam kebudayaannyab) kualitas ahli- ahli
dalam suatu kebudayaanc) perangsang bagi aktivitas aktivitas
penciptaan dalam masyarakatPengaruh dari penemuan baru tersebut
dapat bersifat memancar, menjalar maupun beberapa penemuan baru
mengakibatkan satu jenis perubahan.3. Konflik dalam masyarakat4.
Terjadi pemberontakan atau revolusi
Discovery adalah penemuan kebudayaan atau sesuatu yang baru
dalam masyarakat, baik berupa alat atau ide/gagasan. Jika discovery
diakui dan telah diterima bahkan sudah diterapkan maka akan menjadi
invention. Invention adalah proses dimana suatu unsur baru
dihasilkan dengan mengkombinasi atau menyusun kembali unsur-unsur
lama yang telah ada dalam masyarakat. Kemudian penemuan baru
tersebut dapat menyebar (berakibat ke banyak segi kehidupan),
menjalar (mengakibatkan perubahan pada bidang yang lain) atau
beberapa penemuan baru dapat mengakibatkan timbulnya satu jenis
perubahan.
Faktor dari dalam selain hal tersebut diatas juga terdapat
faktor internal lain:1. perpecahan dari masyarakat tersebut2.
individu yang kreatif yang memiliki inisiatif baru3. munculnya
kelompok sosial yang inovatif dan kreatif4. pemimpin yang
progresif
Adapun menurut Soerjono Soekanto faktor eksternal (diluar
masyarakat tersebut) penyebab perubahan sosial adalah :1. sebab
yang berasal dari lingkungan alam fisik, misal gempa bumi, bencana
alam2. peperangan3. Pengaruh kebudayaan lain, yaitu melalui difusi,
akulturasi dan asimilasi. Adapun yang termasuk proses akulturasi
adalah;- Subtitusi yaitu unsur kebudayaan lama diganti dengan unsur
kebudayaan baru yang lebih berdaya guna- Sinkretisme, yaitu unsur
budaya lama bercampur dengan budaya baru sehingga membentuk sistem
baru- Adisi, yaitu adanya unsur budaya baru yang ditambahkan kepada
unsur lama yang masih berlaku- Dekulturisasi, yaitu adanya unsur
budaya lama yang hilang- Originasi, yaitu masuknya unsur unsur
budaya yang sama sekali baru sehingga membawa perubahan yang sangat
besar
Faktor Pendorong Perubahan Sosial1. Kontak dengan kebudayaan
lain - difusi intra masyarakat- difusi antar masyarakat2. Sistem
pendidikan formal yang maju3. Sikap menghargai hasil karya
seseorang dan keinginanuntuk maju4. Toleransi terhadap perbuatan
yang menyimpang dan bukan merupakan delik5. Sistem lapisan
masyarakat terbuka6. Penduduk yang heterogen7. Ketidakpuasan
masyarakat terhadap bidang bidang kehidupan tertentu8. Oreintasi ke
masa depan9. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk
memperbaiki hidupnya
Faktor Penghambat Perubahan Sosial1. Kurangnya hubungan dengan
masyarakat lain2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat3.
Sikap masyarakat yang sangat tradisional4. Adanya
kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested
interest5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi
kebudayaan6. Prasangka terhadap hal-hal yang baru atau asing atau
sikap tertutup7. Hambatan hambatan yang bersifat ideologis8. Adat
atau kebiasaan 9. Nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan
tidak mungkin diperbaiki
2. Penyesuaian Masyarakat terhadap PerubahanAdanya unsur unsur
baru dalam masyarakat dapat mengakibatkan gangguan terhadap
keserasian masyarakat. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan
kembali maka keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjustment).
Bila sebaliknya maka dinamakan ketidaksesuaian sosial
(maladjustment). Saluran saluran perubahan sosial dan budaya
(avenue or channel of change) merupakan saluran-saluran yang
dilalui oleh proses perubahan. Umumnya saluran tersebut adalah
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi,
pendidikan, agama, rekreasi dan lain-lan
3. Dampak Perubahan Sosiala. Dampak PositifDampak positif
perubahan sosial adalah munculnya penyesuaian atau akomodasi.
Adanya penyesuaian memungkinkan dicapainya tahap perkembangan
sosial baru yang yang lebih maju dan lebih baik dari keadaan
sebelumnya. Proses tersebut dapat dicapai melalui reorganisasi atau
reintegrasi yaitu proses pembentukan norma norma dan nilai-nilai
baru agar serasi dengan lembaga lembaga kemasyarakatan yang telah
mengalami perubahanb. Dampak Negatif Dampak negatif dari perubahan
sosial adalah disintegrasi atau disorganisasi.Kondisi tersebut
meliputi hal sebagai berikut:a. adanya disorientasi nilai dan
norma. Oleh R.K. Merton disebut anomieb. munculnya konflik sosial
dan horizontalc. tidak berfungsinya secara optimal berbagai pranata
sosial yang adad. terjadinya berbagai bentuk kerusakan lingkungan
dan bencana pencemarane. munculnya krisis multidimensi
Adapun bentuk-bentuk disintegrasi sebagai dampak perubahan
sosial adalah:1) Kriminalitas2) Pergolakan daerah dan separatisme3)
Aksi protes (demonstrasi)4) Kenakalan remaja5) ProstitusiD.
GLOBALISASI DAN MODERNISASI
Pengertian Modernisasi Pengertian modernisasi menurut beberapa
ahli adalah:1. Alex Inkeles : modernisasi adalah sikap sikap
tertentu yang menandai manusia dalam setiap masyarakat modern2.
Astrid S.Susanto: modernisasi adalah proses pembangunan yang
diberikan oleh perubahan demi kemajuan 3. Oghburn dan Nimkoff :
modernisasi tidak sama dengan reformasi yang menekankan pada factor
factor rehabilitasi. Modernisasi bersifat preventif dan
konstruktif4. Soerjono Soekanto : modernisasi adalah suatu bentuk
perubahan sosial yang biasanya merupakan perubahan sosial yang
terarah (directed change) yang didasarkan pada suatu perencanaan
yang disebut sosial planning5. J.W. Schoorl : modernisasi merupakan
penggantian teknik produksi dari cara cara tradisional ke cara-cara
yang tertampung dalam pengertian revolusi industri. Schoorl
merumuskan penerapan ilmu pengetahuan ilmiah yang ada kepada semua
aktivitas merupakan factor penting dalam modernisasiDilihat dari
definisi diatas modernisasi dapat dilihat sebagai suatu perubahan
fisik yaitu cara cara tradisional kearah modern atau penggunaan
teknologi atau mesin serta dari pola pikir yaitu pola pikir
tradisional menjadi pola pikir rasional. Praktis dan efisien
Syarat modernisasi menurut Soerjono Soekanto adalah :1. cara
berfikir yang ilmiah (scientific thinking)2. sistem administrasi
yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi3. adanya sistem
pengumpulan datayang baik dan teratur dan terpusat4. penciptaan
iklim yang favourable dari masyarakat terhadap modernisasi dengan
cara penggunaan alat alat komunikasi massa5. tingkat organisasi
yang tinggi6. sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan
sosial
Setiap modernisasi hal yang paling mendukung adalah sumber daya
manusia modern. Adapun konsep manusia modern dikemukakan oleh Alex
Inkeles adalah sebagai berikut:1. Bersikap terbuka terhadap
pengalaman-pengalaman baru dan penemuan-penemuan baru2. Senantiasa
siap menerima perubahan3. Mempunyai kepekaan terhadap masalah
masalah yang dihadapi di sekitarnya4. Senantiasa mempunyai
informasi yang lengkap mengenai pendiriannya5. Lebih banyak
berorientasi ke masa kini dan masa mendatang6. Senantiasa menyadari
potensi-potensi yang ada pada dirinya7. Tidak parah pada nasib8.
Percaya pada keampuhan iptek9. Menyadari hak-hak, kewajiban serta
kehormatan orang lain
Pengertian GlobalisasiPengertian Globalisasi menurut beberapa
ahli adalah :1. Selo Soemardjan : globalisasi adalah suatu proses
terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antarmasyarakat di
seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah untuk mengikuti sistem dan
kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya yerbentuknya PBB, OKI2.
Menurut Anthony Giddens (1989), proses peningkatan
kesalingtergantungan masyarakat dunia dinamakan dengan globalisasi.
Ditandai oleh kesenjangan tingkat kehidupan antara masyarakat
industri dan masyarakat dunia ketiga(yang pernah dijajah Barat dan
mayoritas hidup dari pertanian)
Globalisasi terbentuk oleh adanya kemajuan teknologi di bidang
komunikasi dunia.Biasanya unsur globalisasi yang mudah diterima
masyarakat adalah berupa teknologi tepat guna dan mudah
aplikasinya, pendidikan formal serta unsur yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi masyarakat. Sedang unsur globalisasi yang
sulit diteriba biasanya berupa teknologi yang rumit dan mahal,
menyangkut ideologi, politik dan kepercayaan serta sukar
disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masyarakat.Masyarakat
penerima globalisasi ada yang mampu menerima globalisasi tersebut
atau ada yang menolak. Adapun mereka yang menolak biasanya adalah
:1. kelompok masyarakat yang belum mapan atau belum siap menerima
perubahan2. kelompok masyarakat tertinggal yang terasing3. kelompok
masyarakat dari kalangan generasi tua yang cenderung mencurigai
globalisasi
Adapun kelompok masyarakat atau individu yang menerima
globalisasi adalah1. kelompok masyarakat yang kedudukan atau status
sosialnya sudah mapan2. kelompok masyarakat kota yang telah
menikmati berbagai media komunikasi dan informasi globalisasi3.
kelompok masyarakat dari kalangan generasi muda yang memiliki
kecenderungan terbuka menerima unsur-unsur perubahan dan
modernisasi
Dampak Perubahan Sosial Budaya sebagai Akibat Modernisasi dan
Globalisasi
Dampak positif modernisasi adalah1. Tercapainya kemajuan
kebudayaan bangsa2. Meningkatnya industri yang memungkinkan
masyarakat lebih sejahtera (lapangan kerja, barang konsumsi, volume
ekspor dan lain-lain)3. Meningkatnya efesiensi dan efektifitas
kerja, transportasi dan komunikasi4. Meningkatnya sector ekonomi,
pendidikan, kesehatan dan kualitas sumber daya manusia
Dampak negatif modernisasi antara lain1. Pudarnya pengetahuan
tradisional2. Pudarnya sistem kepercayaan atau religi tradisional3.
Bergesernya nilai budaya akibat kemajuan di bidang teknologi dan
pengetahuan4. Melemahnya etos kerja tradisional5. Meningkatnya
angka kriminalitas dan kenakalan remaja6. Meningkatnya tingkat
pencemaran lingkungan7. Menimbulkan kesenjangan sosial ekonomi
Dampak positif globalisasi1. Masuknya nilai nilai positif
(disiplin, etos kerja, pentingnya pendidikan)2. Mempercepat proses
pembangunan karena perkembangan iptek3. Menumbuhkan dinamika
terbuka dan tanggap terhadap unsur unsur pembaruan
Dampak negatif globalisasi1. Terjadinya cultural shock, yaitu
masyarakat mengalami disorientasi dan frustasi karena tidak siap
menerima kenyataan perubahan akibat globalisasi2. Terjadinya
cultural lag yaitu unsur unsur globalisasi tidak berlangsung secara
serempak3. Anomi, yaitu keadaan tanpa nilai karena nilai dan norma
lama telah ditinggalkan sedang nilai dan norma baru belum
terbentuk.
Tantangan global terhadap eksistensi Jati Diri Bangsa
Jati Diri Bangsa IndonesiaBangsa Indonesia adalah masyarakat
multikultur yang sesungguhnya sulit untuk dirumuskan jati dirinya.
Tetapi bangsa Inodesia memiliki puncak-puncak kebudayaan daerah
yang luhur dan akhirnya diterima oleh seluruh bangsa sehingga
memunculkan budaya nasional. Jati diri bangsa Indonesia adalah
budaya-budaya yang khas atau karakter yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia yang mampu membedakan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Jati diri bangsa Indonesia antara lain1. mementingkan nilai-nilai
religius dan ketakwaan terhadap Tuhan YME2. senantiasa menempuh
jalan musyawarah3. mementingkan gotong royong4. menghormati harkat
dan martabat orang lain (santun dan malu terhadap hal yang
berkaitan dengan kesusilaan)5. dapat menerima perbedaan serta
menghargai perbedaan
Adanya modernisasi maupun globalisasi dapat memudarkan budaya
dan jati dir bangsa. Adapun tantangan global terhadap keberadaan
jati diri yang dimiliki bangsa adalah adanya sikap, unsur atau
nilai:1. Konsumerisme2. Westernisasi3. Sekulerisme4.
Kekurangmandirian5. Adanya demoralisasi, kenakalan remaja6.
Munculnya kondisi disharmonis7. Meningkatnya sikap egois dan
materialistis8. Munculnya pola kehidupan yang kompetitif dan
disorganisasi sosial9. Kerusakan lingkungan
Upaya Mencegah Memudarnya Budaya dan Jati Diri BangsaAdanya arus
globalisasi dan modernisasi memunculkan masalah pada generasi muda.
Generasi muda merupakan pewaris kebudayaan maupun berkewajiban
mempertahankan jati diri bangsa, tetapi pada faktanya sekarang ini
banyak generasi muda merasa asing di negeri sendiri. Oleh karena
itu upaya mencegah memudarnya budaya dan jati diri bangsa perlu
dilakukan baik oleh pemerintah, pihak swasta maupun secara penuh
kesadaran oleh masyarakat itu sendiri. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan antara lain:1. Melakukan reorientasi budaya (culture
reorientation), yaitu aktivitas menengok kembali keberadaan budaya
sebagai langkah awal untuk memperkenalkan budaya sendiri kepada
generasi baru yang belum memahami nama, fungsi dan asalusul suatu
subkebudayaan2. Melakukan revitalisasi budaya, yaitu upaya
perombakan dan penyesuaian sedemikian rupa sehingga unsur-unsur
budaya tersebut menjadi penting kembali3. Melakukan
refungsionalisasi budaya, yaitu membuat suatu budaya mengakar dan
berfungsi bagi keperluan sehari-hari masyarakat4. Mengupayakan
pelembagaan budaya5. Melakukan implementasi budaya
Faktor-faktor dalam Perubahan SosialMenurut Bottomore, Perubahan
sosial merupakan perubahan dalam struktur sosial (termasuk
perubahan ukuran dalam sebuah perkumpulan atau organisasi) atau
lembaga-lembaga sosial tertentu, atau dalam hubungan antar
lembaga.Pada dasarnya, penelitian-penelitian mengenai masalah itu
dipusatkan pada hal-hal, sebagai berikut :1. Studi biologis tentang
perubahan struktur sosial dan kebudayaan yang disebabkan proses
industrialisasi, serta disharmoni structural yang terjadi pada
periode transisi2. Studi terhadap adaptasi individual pada
perubahan-perubahan sosial yang cepat, yang juga merupakan
penelitian psikologis.Beberapa persoalan khusus yang dihadapi oleh
masyarakat industrial tertentu, yaitu :1. Dari sudut konteks
perubahan diteliti perihal perubahan-perubahan yang terjadi pada
keluarga, stratifikasi sosial, agama, moral, hukum, dan
seterusnya.2. Dari sudut sikap-sikap penelitian tertuju pada reaksi
individual terhadap perubahan, serta akibat-akibatnya terhadap
pendidikan, kejahatan, delikuensi maupun kesehatan
mental.Kontinuitas dalam masyarakat terutama dipertahankan oleh
tradisi sosial yang diturunkan pada generasi-generasi berikutnya
melalui sosialisasi, walaupun proses sosialisasi itu tidak pernah
lengkap dan sempurna, sebab senantiasa ada kritik terhadap tradisi
maupun selalu ada inovasi. Munculnya kebudayaan generasi muda dan
gerakan-gerakannya yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai
generasi yang lebih tua merupakan suatu ciri penting dari
masyarakat-masyarakat industrial.2. Tipe-tipe Perubahan SosialSuatu
usaha untuk mengkontruksikan tipologi perubahan sosial akan sangat
bermanfaat. Hal itu disebabkan, pertama-tama karena tipologi akan
membicarakan masalah-masalah pembangunan masyarakat yang sedang
berkembang (atau juga yang terbelakang). Suatu tipologi akan
menguntungkan, oleh karena dapat memberikan pengarahan pada
pembahasan masalah-masalah perubahan sosial yang lebih umum, baik
pada masa lalu maupun masa kini.Battomore berusaha untuk menyusun
suatu kerangka tentang perubahan sosial, yang mencakup empat
permasalahan pokok, sebagai berikut:1. Dari manakah perubahan
sosial itu berasal? Pertama-tama dapat dibedakan antara perubahan
endogen dengan eksogen, yakni dimana yang pertama berasal dari
dalam masyarakat tersebut, sedangkan yang kedua berasal dari luar.
Aspek lain dari masalah ini adalah pertanyaan tentang dimanakah
perubahan dimulai pada suatu masyarakat tertentu. Ada dua problem
berkaitan dengan hal itu, yakni mengenai faktor-faktor di dalam
perubahan dan kelompok sosial manakah yang menjadi pelopor
perubahan.
2. Kondisi-kondisi awal apakah yang menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan yang luas? Kondisi-kodisi awal mungkin
mempengaruhi proses perubahan sosial dan memberikan ciri-ciri
tertentu yang khas sifatnya. Sebab-sebab terjadinya kerajaan kuno
seperti sistem feudal atau masyarakat kapitalis modern, tak dapat
digeneralisasikan secara umum. Analisa sosiologis terhadap
industrialisasi sebagai suatu proses perubahan akan lebih mudah,
apabila terdapat tipologi masyarakat yang sedang berkembang dan
masyarakat yang kurang berkembang.3. Bagaimanakah kecepatan dari
proses perubahan sosial? Suatu proses perubahan sosial mungkin akan
berlangsung cepat dalam jangka waktu tertentu, tetapi menjadi
lambat pada jangka waktu lainnya. Kecepatan perubahan dapat
ditaksirkan sebagai akselerasi atau deselerasi.4. Sampai seberapa
jauhkah proses perubahan sosial bersifat kebetulan atau disengaja
atau dikehendaki? Sudah tentu dapat dikatakan bahwa
perubahan-perubahan sosial memang disengaja dan dikehendaki oleh
karena bersumber pada perilaku para pribadi yang didasarkan pada
kehendak-kehendak tertentu. Akan tetapi tidaklah mustahil bahwa
perilaku tersebut menghasilkan akibat-akibat yang tidak
dikehendaki, sehingga mengakibatkan terjadinya konflik.3.
Ketertiban dan PerubahanPada umumnya, kegiatan-kegiatan atau
aktivitas-aktivitas manusia cenderung bersifat konsisten, demikin
pula dengan peristiwa-peristiwa penting seperti kelahiran,
perkawinan, kematian, dan sebagainya. Di dalam bidang perilaku
manusia, hal itu menimbulkan semacam lingkaran pengulangan perilaku
sepanjang periode-periode waktu yang berurut. Apabila gejala-gejala
tersebut dianalisa secara sistematis dan saksama, maka akan tampak
bahwa pola ketertiban pun mengalami perubahan-perubahan, dan
bertahannya suatu gejala merupakan ciri dari suatu pola atau sistem
aksi, dan bukan dari aksi-aksi tunggal. Suatu sistem sosial terdiri
dari unit-unit yang merupakan pribadi-pribadi atau aktor-aktor yang
saling berinteraksi, dan diatur oleh norma-norma.Kualitas-kualitas
Perubahan SosialWaktu maupun perubahan bukanlah merupakan
variabel-variabel yang tergantung atau yang tidak bebas. Jika
perubahan dianggap sebagai suatu kesinambungan yang lebih daripada
sekedar patokan antara sebelum dan sesudahnya, maka laju
transformasi menjadi penting pula. Dengan demikian, tanpa jangka
waktu tidak ada perubahan. Tanpa perubahan maka juga tidak ada arti
bagi jangka waktu. Schlgel menyatakan bahwa perubahan dari suatu
siklus ke siklus lain, merupakan sesuatu yang penting bagi
penentuan apakah suatu gejala bersifat dinamis atau hanya bersifat
pengulangan atau kebiasaan belaka. (Richard Schlegel 1961: bab
1)Jangka waktu atau ruang waktu memberikan batas-batas tertentu
pada kehidupan manusia serta perubahan-perubahan pada struktur
sosial. Maka, perubahan dari unsur-unsur suatu sistem sosial dalam
jangka waktu tertentu, merupakan pusat perhatian dari dinamika
sosial.2. Teori Tunggal Tentang Perubahan SosialTidak ada suatu
teori yang tunggal mengenai struktur sosial, maka tidak alasan yang
tepat untuk mengharapkan adanya teori tunggal tentang perubahan
sosial. Hal itu juga disebabkan oleh karena organisasi sosial yang
berbeda-beda berisikan variabel-variabel yang berbeda-beda pula,
sehingga dasar untuk menganalisa perubahan-perubahan sosial juga
tidak sama. Perubahan sosial bersifat structural artinya tertuju
pada masalah apakah yang berubah. Hal ini disebabkan oleh karena
sumber-sumber dan arah perubahan sedikit banyaknya pada tipe-tipe
khusus sistem-sistem sosial yang ada.Petunjuk atau gejala adanya
informalitas yang tidak terkendalikan, antara lain:1. Penerapan
patokan perilaku yang terlalu luwes2. Berpudarnya tanggung jawab3.
Perlindungan terhadap orang-orang yang kurang terampil tetapi ada
hubungan kekerabatan atau merupakan teman-teman dekat4. Memelihara
unit yang tenteram, tetapi tidak produktifDi dalam suatu sistem
yang kompetitif, adakalanya perubahan timbul dari karakteristik
yang khusus dari struktur sosial yang ada. Karakteristik yang
signifikan adalah pribadi-pribadi sebagai pelaku dengan berbagai
kepentingan dan tujuan. Kepentingan dan tujuan tersebut dapat
dicapai melalui sarana-sarana yang sangat terbatas, sehingga
diperlukan norma-norma yang mengatur alokasinya secara adil.3.
Deteksi dan PengukuranIlmu pengetahuan bertujuan untuk
mengembangkan proporsi-proporsi yang dapat diuji, mengenai hubungan
antara variabel-variabel. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
pertama-tama menyajikan deskripsi yang tepat mengenai
variabel-variabel yang lebih dahulu telah diidentifikasikan.
Artinya, definisi itu berisikan prosedur bagaimana suatu gejala
diamati atau diidentifikasikan atau diukur.4. Arah Perubahan
SosialSuatu perubahan sosial dapat berlangsung secara gradual atau
cepat, secara damai atau dengan kekerasan, secara kontinu atau
sekali-kali, secara teratur atau dalam keadaan kacau. Teori-teori
mengenai arah perubahan sosial sebagian besar mempunyai
kecenderungan bersifat kumulatif atau evolusioner. Walaupun
berbeda, akan tetapi teori-teori tersebut sama mempunyai kesimpulan
(atau asumsi), bahwa sejarah manusia ditandai dengan adanya gejala
pertumbuhan.Pusat perhatian terhadap ketidakteraturan pertumbuhan
menimbulkan teori-teori tahapan stage-theories dan teori-teori
lingkaran cyclical-theories, dimana pengertian tingkatan-tingkatan
bertangga merupakan bentuk atau gambaran yang paling sederhana. Di
dalam kebanyakan teori-teori tahapan, maka ketidaksinambungan
kebanyakan disebabkan karena terjadinya perubahan-perubahan pada
hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Auguste Comte
menyatakan bahwa perkembangan intelektualitas manusia mengikuti
tahap teologis, metafisis dan ilmiah.Masalah jangka waktu atau
ruang waktu tersebut, dianggap sebagai suatu variabel eksplisit,
melalui tiga cara, yakni :1. Sebagai patokan batas-batas masa
transisi suatu masyarakat atau sistem ekonominya.2. Sebagai dasar
untuk membandingkan kecepatan suatu masa transisi tertentu dengan
masa transisi lainnya.3. Sebagai dasar untuk menentukan pola
penyebaran dan kecepatannya dari satu sistem ke sistem
lainnya.Menurut Feldman dan Moore, transformasi ekonomis dianggap
sebagai tahap antara dan model transformasi sosial tiga tahap,
yakni :1. Tahap Perindustrial yang statis2. Tahap transisional yang
dinamis3. Tahap statis setelah revolusi industryComte : Pertambahan
Penduduk dan Hukum Tiga TahapSuatu gejala yang mempengaruhi
perkembangan adalah pertambahan penduduk secara alamiah.
Pertambahan penduduk merupakan suatu faktor dengan pengaruh yang
lebih besar dari faktor-faktor lainnya. Pertambahan penduduk
tersebut selalu dianggap sebagai gejala paling jelas dari
meningkatnya perbaikan dari kondisi manusia. ( Auguste Comte
)Pengaruh sosiologis dari pertambahan penduduk adalah analog dengan
jangka kehidupan manusia. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa
apabila pembatasan dan kecepatan melebihi derajat tertentu, maka
terjadi hambatan pada proses akselerasi. Comte percaya bahwa
perkembangan yang lebih sempurna dari hakikat manusia dan
pengetahuan yang lebih berkembang mengenai hukum evolusi manusia,
akan dapat mengembangkan sarana-sarana untuk mengatasi bahaya
tersebut. Pengaruh terbesar datang dari evolusi intelektual, jika
hal itu didefinisikan dalam studi terhadap aspek statis dari
organisme, maka peranan evolusi intelektual tersebut lebih besar
lagi di dalam aspek dinamis. Apabila analisa terhadap aspek statis
dari organism didasarkan pada suatu sistem pendapat-pendapat yang
fundamental, maka perubahan sistem tersebut secara gradui akan
mempengaruhi modifikasi yang terjadi pada kehidupan manusia. Hal
itu menyebabkan bahwa sejak lahirnya filsafat, sejarah manusia
dianggap dikuasai oleh sejarah perkembangan jiwa dan pikiran
manusia.Spencer : Hukum Perkembangan dan PenyebabnyaMenurut
Spencer, belum ada kejelasan mengenai konsep perkembangan yang
ternyata tidak pasti. Konsep tentang perkembangan tidak hanya
samar-samar, akan tetapi juga banyak kesalahan-kesalahan. Untuk
memahami perkembangan dengan tepat dan baik, maka harus diadakan
telaah terhadap hakekat perubahan-perubahan itu. Di dalam
perkembangan dari kemanusiaan individual ke kemanusiaan sosial,
hukum yang umum itu masih tampak berlaku di dalam beberapa variasi.
Secara simultan timbul suatu diferensiasi lain, yakni tumbuhnya
keals-kelas dalam masyarakat. Perkembangan tersebut juga ditandai
dengan adanya suatu sistem pembagian kerja, yang merupakan ciri
dari masyarakat yang maju.Suatu masalah yang jelas merupakan ciri
umum bagi semua perkembangan, yakni bahwa perkembangan merupakan
cara perubahan. Jika perkembangan manusia menuju heterogenitas
dapat ditelusuri pada berbagai akibat yang dihasilkan oleh suatu
sebab, maka perkembangan masyarakat kearah heterogenitas dapat pula
dijelaskan. Tujuan utama Spencer adalah untuk memberikan suatu
kunci bagi pemecahan masalah-masalah ataupun teka-teki alam
semesta, yang dihadapi oleh manusia sepanjang sejarah proses
kehidupannya.Durkheim dan Merton tentang Penyimpangan dan
PerubahanDurkheim mengajukan masalah pokok, apakah penyimpangan
dapat dianggap sebagai suatu gejala patologis. Durkheim beranggapan
bahwa suatu perilaku lebih bersifat normal daripada patologis,
apabila biasanya diasosiasikan dengan tipe masyarakat tertentu dan
jika peristiwa tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu.
Penyimpangan atau kejahatan secara umum dianggap abnormal, hanya
apabila jumlah kejadiannya menyimpang dari normalitas yang
merupakan angka rata-rata secara statistik bagi tipe-tipe
masyarakat tertentu. Pendapat dari Durkheim tergambar dengan jelas
dalam klasifikasi dan analisanya prihal bunuh diri (suicide). Tipe
bunuh diri altruistik ( altruistic suicide ) menunjuk pada ikatan
yang terlalu kuat dengan kehidupan kolektif. Misalnya, seorang
pemuda dari suatu masyarakat sederhana, dianggap sebagai pengecut
oleh rekan-rekannya. Durkheim juga mengemukakan bentuk-bentuk bunuh
diri yang lain, yang pada derajat tertentu dianggap patologis.
Bunuh diri anomik ( anomic suicide), misalnya terjadi sebagai
reaksi terhadap perubahan-perubahan sosial yang cepat, di mana
norma-norma pengatur aspirasi pribadi kehilangan kekuatan
mengikatnya.Durkheim membedakan antara dua tipe sistem hukum. Tipe
pertama dinamakan represif yang dikaitkan dengan masyarakat
homogeny yang didasarkan pada solidaritas mekanis. Semakin
berkembang diferensiasi dalam pembagian kerja, semakin berkembang
pula individualisme. Di dalam proses perkembangan diferensiasi
dalam masyarakat, hukum represif untuk sebagian diganti dengan
hukum pidana khusus dan perdata. Durkheim menamakannya sebagai
hukum restituitif, yang ditandai dengan adanya kelompok-kelompok
penegak hukum yang khusus, terpisahnya hukum dengan nilai-nilai,
dan fungsinya yang primer di dalam membentuk kembali integrasi
masyarakat yang kompleks.Merton menjabarkan beberapa hal yang
disinggung Durkheim. Salah satunya adalah perihal cara bagaimana
suatu struktur sosial secara normal dapat menghasilkan peranan dan
kegiatan menyimpang yang mempunyai akibat yang positif. Menurut
Merton, keadaan yang mengkhawatirkan dalam masyarakat yang modern
terjadi, oleh karena warga-warga masyarakat ingin mencapai
kemajuan-kemajuan dan kepuasaan yang menyertainya, akan tetapi
untuk mencapai hal itu dengan cara yang benar, bukanlah yang
penting. Hal ini menimbulkan suatu cara inovatif dalam mana warga
masyarakat ingin mencapai keberhasilan dengan segala macam cara.
Cara inovatif tersebut merupakan salah satu alternatif yang logis
dengan mempertimbangkan berbagai tekanan pada cara yang dihubungkan
dengan tujuan. Merton mengidentifikasikan 4 tipe adaptasi, yaitu
konformitas, ritualisme, inovasi, dan mengasingkan diri. Pada tipe
inovatif, tekanan diletakkan pada keberhasilan (misalnya, kekayaan,
ketenaran, dst), yang dipisahkan dari cara-cara terlembaga yang
sah, melalui mana keberhasilan seharusnya dicapai. Merton
berpendapat bahwa tipe inovatif tersebut lebih banyak terdapat pada
stratum rendahan, oleh karena struktur sosial menghambat
keleluasaannya untuk menempuh cara-cara yang sah. Ritualisme
berarti meninggalkan tujuan-tujuan budaya, akan tetapi tetap
mengikatkan diri pada cara-cara yang telah melembaga.Dapat
disimpulkan bahwa di satu pihak anomi mungkin menimbulkan perubahan
atau di lain pihak, anomi merupakan akibat dari suatu
perubahan.Weber dan Ogburn tentang Perubahan-Perubahan SosialPada
umumnya masyarakat-masyarakat terintegrakan berdasarkan
faktor-faktor dasar tertentu. Salah satu faktor dasar tersebut
adalah adanya nilai-nilai tertentu, yang dianut oleh bagian
terbesar warga-warga masyarakat yang bersangkutan. Nilai-nilai
merupakan hasil daripada situasi-situasi teknologis dan ekonomis,
sehingga kondisi-kondisi itulah yang harus dipelajari sebagai titik
tolak terjadinya perubahan-perubahan sosial.2. Weber tentang
KapitalismeWeber beranggapan bahwa patokan-patokan hukum akan tetap
memegang peranan yang menonjol di dalam masyarakat kontemporer.
Terdapatnya kelompok-kelompok elite yang berkuasa dan diakui
kekuasaannya, dapat dianggap sebagai suatu pencerminan dari
dianutnya nilai-nilai tertentu. Inti dari perumusan Weber mengenai
kapitalisme adalah suatu orientasi rasional terhadap
keuntungan-keuntungan ekonomis. Oleh karena itu, maka suatu
masyarakat adalah kapitalis, apabila secara sadar warga
masyarakatnya bercita-cita untuk mendapatkan (harta) kekayaan. Akan
tetapi, bagi masyarakat kapitalis maupun lain-lain masyarakat, maka
legitimasi tetap diperlukan.3. Etika ProtestanDasar-dasar dari
pendapat Weber yang perlu dipahami adalah sebagai berikut :1. Etika
protestan tidak dianggap sebagai penyebab kapitalisme. Para
pedagang dan mungkin orang-orang lain sudah berorientasi
kapitalistis sebelum timbulnya reformasi Protestan.2. Secara umum
Weber menganggap bahwa bidang keagamaan merupakan sumber utama dari
nilai-nilai dan cita-cita yang berkembang ke seluruh aspek
kehidupan manusia.Weber menganggap bahwa Etika Protestan
menghasilkan kekuatan kerja yang disiplin, serta bermotivasi
tinggi. Kekayaan merupakan petunjuk keberhasilan, sedangkan
kemiskinan adalah tanda kegagalan secara moral. Max Weber
menganggap kapitalisme dan etika tersebut sebagai dua hal yang
tidak saling bergantung secara potensial.4. Ogburn tentang
Teknologi dan KebudayaanOgburn mempermasalahkan hakikat dari
perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan. Dia berpendapat bahwa
perubahan pada kebudayaan material cenderung terjadi terlebih
dahulu. Pada proses penyesuaian kebudayaan immaterial mungkin
terjadi cultural lag. Maka dalam menerapkan cultural lag
pertama-tama harus ditunjukkan adanya dua variabel yang dikaitkan
dengan kebudayaan material dan immaterial, yang dalam keadaan
serasi selama jangka waktu tertentu, misalnya buta huruf dengan
pertanian subsistem yang sederhana. Selanjutnya harus ditunjukkan
bahwa salah satu variabel mengalami perubahan yang lebih banyak
daripada variabel lainnya. Akhirnya haruslah ditunjukkan bahwa
perubahan tersebut menghasilkan ketidakserasian antara kedua
variabel. Ogburn berpendapat bahwa jumlah atau derajat
penerapan-penerapan baru tergantung pada penemuan-penemuan. Akan
tetapi, adanya penemuan-penemuan baru tidak tergantung pada
kemampuan mental dari para penemu.Suatu Paradigma Perubahan
EvolusionerDi antara semua proses perubahan, tipe yang paling
penting bagi perspektif evolusioner adalah peningkatan kemampuan
adaptif. Produksi ekonomis lebih efektif dalam pabrik-pabrik
daripada di dalam rumah tangga. Hal itu dapat dinamakan sebagai
aspek peningkatan adaptif dari lingkaran atau siklus perubahan
evolusioner. Peningkatan adaptif memerlukan kemampuan-kemampuan
fungsional tertentu yang terlepas dari kemampuan yang ditentukan
oleh faktor kelahiran, pada unit-unit struktural yang lebih
luas.Suatu sistem atau subsistem yang mengalami proses
diferensiasi, menghadapi masalah fungsional yang sebaliknya dari
spesifikasi, yaitu timbulnya suatu jenis pola nilai yang sesuai
dengan tipe sistem baru yang muncul. Proses generalisasi sering
mengalami halangan, oleh karena keterikatan pada pola nilai sering
terjadi pada derajat yang lebih rendah, oleh berbagai kelompok.
Halangan atau perlawanan tersebut dapat dinamakan
fundamentalisme.2. Diferensiasi Sub-subsistem dari
MasyarakatBertambah kompleksnya suatu sistem selama tidak
disebabkan karena perpecahan, berkaitan dengan berkembangnya
subsistem yang mengkhususkan diri pada fungsi-fungsi tertentu
sebagai bagian dari sistem secara menyeluruh dan dengan mekanisme
integratif yang menghubungkan berbagai subsistem secara fungsional.
Proses evolusi yang paling menyolok dari kondisi sosial sederhana
berkaitan dengan tingkatan gerak umum, khususnya yang menyangkut
hubungan antara sistem sosial dengan sistem budaya. Suatu proses
diferensiasi yang parallel dapat ditelusuri para pribadi dan
masyarakat, yang menyangkut derajat otonomi, para individu.3.
Tahap-tahap Evolusi MasyarakatEvolusi kemasyarakatan tidaklah
dianggap sebagai suatu proses sinambung atau linier, akan tetapi
dapat dibedakan antara tingkatan-tingkatan luas dari kemajuan,
tanpa adanya variasi. Bagi transisi dari masyarakat primitif menuju
masyarakat intermediate, oerkembangan terpenting adalah pada bahasa
yang merupakan bagian utama dari sistem budaya. Pada transisi dari
masyarakat intermediate ke modern, perkembangannya berpusat pada
sistem hukum. Bahasa tertulis yang menjadi pusat perkembangan yang
meninggalkan keadaan primitif, meningkatkan diferensiasi dasar
antara sistem-sistem sosial dan budaya yang memperluas ruang
lingkup dan kekuatan kebudayaan.Eisenstadt tentang Perubahan
Sosial, Diferensiasi dan EvolusiModel-model evolusioner yang lama
dalam perkembangannya terhalang oleh dua faktor, yakni :1. Asumsi
bahwa perkembangan masyarakat bersifat unilinier dan bahwa
tahap-tahap perkembangannya bersifat universal.2. Kegagalan untuk
menjabarkan :1. Karakteristik yang sistematis dari masyarakat atau
lembaga-lembaganya2. Mekanisme dari proses-proses perubahan yang
mempengaruhi transisi dari satu tahap ke tahap lainnya.2.
Diferensiasi dan Masalah IntegrasSemakin terdiferensiasi dan
semakin khusus sifat unsur-unsur kelembagaan tertentu, semakin
besar kemampuannya untuk berdiri sendiri dalam rangka hubungan
fungsional di dalam suatu sistem yang terlembaga. Meningkatnya
diferensiasi dan terobosan-terobosan structural mungkin terjadi
melalui kecenderungan sekuler dari diferensiasi, atau karena dampak
dari satu atau beberapa perubahan mendadak, ataupun kedua-duanya.
Derajat diferensiasi terutama mengacu pada pembagian kerja di dalam
setiap sistem sosial. Hal itu menunjukkan sampai sejauh mana suatu
masyarakat telah berubah dari apa yang disebut model mekanis oleh
Durkheim menjadi model organis. Meningkatna diferensiasi
menimbulkan perluasan ruang lingkup dan kedalaman masalah-masalah
internal dan eksternal yang sensitive bagi setiap sistem sosial.3.
Reaksi Terhadap Pertumbuhan DiferensiasiPada setiap taraf
pembangunan, reaksi tehadap masalah-masalah yang ditimbulkan oleh
proses diferensiasi mempunyai berbagai macam bentuk. Hasil yang
paling ekstrem adalah kegagalan untuk mengembangkan suatu pemecahan
institusional yang memadai terhadap masalah-masalah yang timbul
dari diferensiasi. Konsekuensinya adalah mungkin adanya
disintegrasi total atau parsiil/ dari sistem, ataupun gejala-gejala
lain seperti submisi total pada masyarakat lain. Taraf diferensiasi
merupakan prakondisi untuk pelembagaan efektif pada bidang-bidang
kehidupan lainnya, walaupun kemungkinan terjadinya variasi
struktural tetap ada.4. Perkembangan TerbatasMeningkatnya
diferensiasi dan interdependensi antara berbagai bidang-bidang
kelembagaan yang tambah otonom dan berbeda-beda meningkatkan
kemungkinan bahwa salah satu bidang mencoba untuk menguasai bidang
lain secara koersif dengan membatasi perkembangannya menuju suatu
otonom. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa proses-proses
perubahan intitusional yang spesifik membuka potensi-potensi baru
tertentu. Akan tetapi hal itu dapat menjadi penghalang dan
membekukan perubahan, sehingga terjadi keruntuhan pada sistem.5.
Penyebab Jalur Evolusioner Yang BerbedaVariasi dari lingkungan
institusional dan integratif dari berbagai masyarakat yang sampai
pada tahap-tahap diferensiasi yang sama, mungkin disebabkan oleh
faktor yang berbeda-beda, namun yang berkaitan. Terjadinya variasi
juga mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan pada elite
yang berkuasa. Elite-elite itu mungkin berkembang dalam
bidang-bidang yang berbeda atau berkembang di satu bidang dengan
perbedaan ideology dan orientasi kegiatan.6. Elite-elite
InovatifMasalah yang sangat penting adalah adanya atau tidak adanya
suatu elite yang mampu untuk memecahkan masalah-masalah baru. Maka
yang harus dipertimbangkan adalah kesiapan dari elite-elite maupun
komponen-komponenya untuk menerima pola pemecahan masalah yang
baru. Artinya suatu kesiapan untuk menyediakan sumber daya minimal
untuk mengadakan pelembagaan dari pola pemechan masalah yang
baru.
III. KESIMPULAN
Uraian dalam tulisan ini telah memberikan suatu penjelasan
mengenai hakekat perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial
manusia, faktor-faktor yang turut mempengaruhi tingkat dan corak
perkembangan itu, dan implikasi dari perubahan tersebut terhadap
kehidupan manusia bermasyarakat.Secara sosiologis hukum berfungsi
untuk membimbing manusia, khususnya mengenai perilakunya yang
nyata. Dalam hal ini, hukum dapat dipergunakan sebagai sarana
pengendalian, maupun untuk merubah ataupun menciptakan yang baru.
Hukum juga merupakan sarana yang dipakai oleh masyarakat untuk
mengarahkan tingkah laku anggota masyarakat pada saat mereka
berhubungan satu sama lain.Pada masyarakat modern hukum tidak hanya
dipakai untuk mengukuhkan pola-pola kebiasaan dan tingkah laku yang
terdapat dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengarahkannya
kepada tujuan-tujuan yang dikehendaki, menghapuskan kebiasaan yang
dipandang tidak sesuai lagi,menciptakan pola-pola kelakuan baru dan
sebagainya. Inilah yang disebut sebagai pandanganmodern tentang
hukum itu yang menjurus kepada penggunaan hukum sebagai suatu
instrument.
DAFTAR PUSTAKA
Craib, Ian (1986). Teori-teori Sosial Modern. Dari Parsons
sampai Habermas. Jakarta: CV. Rajawali.
Soekanto, Soerjono. Beberapa Aspek Sosio Yuridis Masyarakat.
Bandung : Alumni, 1983.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Penganter. Jakarta :
Rajawali Press, 1987.
Susanto, Astrid. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial.
Bandung : Bina Cipta, 1985.