Persyaratan preparasi1. Kemiringan dinding-dinding
aksialPreparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros
gigi sulit untuk menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen
juga sulit keluar dari tepi retainer sehingga jembatan tidak bisa
duduk sempurna pada tempatnya. Untuk itu, dibuat kemiringan yang
sedikit konus ke arah oklusal. Craige (1978) mengatakan bahwa
kemiringan dinding aksial optimal berkisar 10-15 derajat. Sementara
menurut Martanto (1981), menyatakan bahwa kemiringan maksimum
dinding aksial preparasi 7 derajat. Sedangkan Prayitno HR (1991)
memandang kemiiringan dinding aksial preparasi 5-6 derajat sebagai
kemiringan yang paling ideal. Kemiringan yang lebih kecil sulit
diperoleh karena dapat menyebabkan daerah gerong yang tidak
terlihat dan menyebabkan retainer tidak merapat ke permukaan gigi.
Retensi sangat berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial
preparasi meningkat. Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya
retensi sering terjadi bila kemiringan dinding aksial preparasi
melebihi 30 derajat. Preparasi gigi yang terlalu konus
mengakibatkan terlalu banyak jaringan gigi yang dibuang sehingga
dapat menyebabkan terganggunya vitalitas pulpa seperti
hipersensitifitas, pulpitis, dan bahkan nekrose pulpa. Kebanyakan
literatur mengatakan kemiringan dinding aksial preparasi berkisar
5-7 derajat, namun kenyataaannya sulit dicapai karena factor
keterbatasan secara intra oral.2. Ketebalan preparasiJaringan gigi
hendaklah diambil seperlunya karena dalam melakukan preparasi kita
harus mengambil jaringan gigi seminimal mungkin. Ketebalan
preparasi berbeda sesuai dengan kebutuhan dan bahan yang digunakan
sebagai retainer maka ketebalan pengambilan jaringan gigi berkisar
antara 1-1,5 mm sedangkan jika menggunakan logam porselen
pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1,5 2 mm. Pengambilan
jaringan gigi yang terlalu berlebihan dapat menyebakan terganggu
vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas pulpa, pulpitis, dan
nekrosis pulpa. Pengambilan jaringan yang terlalu sedikit dapat
mengurangin retensi retainer sehingga menyebabkan perubahan bentuk
akibat daya kunyah.3. Kesejajaran preparasiPreparasi harus
membentuk arah pemasangan dan pelepasan yang sama antara satu gigi
penyangga dengan gigi penyangga lainnya. Arah pemasangan harus
dipilih yang paling sedikit mengorbankan jaringan keras gigi,
tetapi dapat menyebabkan jembatan duduk sempurna pada tempatnya.4.
Preparasi mengikuti anatomi giigiPreparasi yang tidak mengikuti
anatomi gigi dapat membahayakan vitalitas pulpa juga dapat
mengurangi retensi retainer gigi tiruan jembatan tersebut.
Preparasi pada oklusal harus disesuaikan dengan morfologi oklusal.
Apabila preparsai tidak mengukuti morfologi gigi maka pulpa dapat
terkena sehingga menimbulkan reaksi negatif pada pulpa.5.
Pembulatan sudut-sudut preparasiPreparasi yang dilakukan akan
menciptakan sudut-sudut yang merupakan pertemuan dua bidang
preparasi. Sudut-sudut ini harus dibulatkan karena sudut yang tajam
dapat menimbulkan tegangan atau stress pada restorasi dan sulit
dalam pemasangan jembatan.
Menurut hubungan dengan model kerja die dibagi menjadi solitair
die dan removable die.a) Soliter DieSoliter die merupakan die yang
berdiri sendiri, digunakan untuk pembuatan mahkota tiruan. Tinggi
hasil pengecoran 2 kali panjang mahkota. Pembuatan solitair die
Setelah cetakan untuk die dibuka dengan pisau ukir yang
tajam,gelembung yang terjadi dibuang secara hati-hati. Batas
preparasi servikal dipertegas dengan pinsil merah yang tajam Buat
garis pedoman vertikal kebawah untuk pemotongan batas
proksimaldengan memperlihatkan sumbu panjang gigi dan diuat
knvergen Garis dibuat pada permukaan bukal/labial dan
palatal/lingual Pemotongan dengan gergaji khusus atau dapat dengan
gergaji triplek
Gambar 14 (A), (B), (C). Pemotongan dengan Gergaji Khusus. Hasil
pemotongan dirapikan Daerah servikal dipertegas batas dengan
membuat groove memakai roundakrilik.
Gambar 15. Cara Mempertegas Daerah Servikal dengan Round
Akrilik
Die siap digunakan setelah mengolesinya dengan die spacer. Die
spacerberfungsi sebagai :5 Menutup pori stone gips, sehingga
memudahkan melepas pola malamyang telah dibuat Mempekeras permukaan
die Melindungi batas servikal Sebagai kompensasi kontraksi logam
dan ruangan untuk sementasia. REMOVABLE DIEMerupakan die yang
terletak pada model kerja dan dapat dilepas darimodel kerja.5 Cara
membuat removable die :5SISTEM DI-LOK TRAYSuatu bentuk kotak untuk
tempat model kerja.5 Dasar model kerjadikecilkan sampai masuk
di-lok tray kemudian dibuat undercut berupagroove memanjang sesuai
lengkung gigi. Model kerja ditanam pada Di-loktray dengan stone.
Kemudian dipisah dengan gergaji dari gigi tetanggahalus sampai 2-3
mm dari dasar stone. Die dapat dilepas dan disatukan lagi
Gambar 16. SISTEM DI-LOK TRAY
MENGGUNAKAN DOWEL PIN
Gambar 17 (A), (B). Removable Die Menggunakan Dowel Pin.
Persiapan :5 Dowel pin dengan cakram retensi/paper clips
Penjepit rambut atau jarum pentul Stone gips dua warna Sticky wax
dan lampu spiritus Vaselin dan kuas Gergaji die/triplekKepala dowel
pin mempunyai retensi harus berada dalam cetakan negatiftanpa
menyentuh bidang oklusal (difiksasi dengan wax pada penjepit
rambut).Lakukan pengecoran I sampai batas garis horizontal ( 3 mm
diatas servikal).Buat retensi dengan bur bulat kedalaman 2 mm di
sisi bukal dan lingualuntuk keperluan stabilisasi. Kemudian buat
bulatan wax dg diameter 3 mmdilekatkan diujung pin. Olesi permukaan
gigi yang dipreparasi denganvaseline. Membuat pola lilin dapat
dengan cara: Langsung (direct) Tidak langsung (indirect) Langsung -
tidak langsung (direct indirect) Lilin polaLilin pola sebagai model
di kedokteran gigi mempunyai sifat sanggupdibentuk dalam seadaan
plastis pada suhu antara cair dan kaku.5Ada 2 macam tipe lilin pola
yang biasa dipakai :5 Untuk cara langsung dipilih type 1 yang
mempunyai sifat menjadi sangatplastis pada suhu sedikit lebih
tinggi di atas suhu mulut, sehingga dapatmemasuki sela-sela
preparasi. Untuk pola-pola indirect sebaiknya dipakai type II yang
membeku keraspada suhu kamar.Lilin pola yang baik harus dapat
memenuhi persyaratan-persyaratan yangtercantum dalam American
Dental Association Specification No. 4 for DentalInlay casting wax,
mengenai pemuaian, penciutan, flow elastisitas,
danplastisitas.5Selain dari sifat-sifat tersebut di atas, suatu
lilin inlay harus :5 Mempunyai warna yang menyolok supaya dapat
mudah terlihat di antarajaringan gigi dan gusi. Bersifat kohesif
jika dilunakan. Dapat dipotong atau di ukir tanpa patah atau
rempil. Menguap habis jika dibakar/dipanasi suhu tertentu.Distorsi
pola lilin disebabkan oleh:5 Perubahan-perubahan ukuran karena naik
turunnya suhu. Perbesaran tegangan (stress release atau relaxation)
yang secara kodratada di dalam pola lilin, seperti : Pengisutan
pada waktu pembekuan atau penurunan suhu. Adanya hawa, gas atau air
di dalam massa lilin yangmengisut/memuai, menarik atau mendorong
lilin yang masih lunakakibat dari pengukiran, penambahan lilin
cair, atau pengambilankelebihan lilin dengan alat yang panas. Flow
atau mengalirnya lilin sebagai bahan amorph pada suhu kamar,lebih
tinggi suhunya, lebih besar flownya, jadi juga lebih besar
distorsinya.Sebagian dari distorsi dapat dicegah atau dikurangi
dengan cara:5 Menggunakan lilin inlay yang memenuhi syarat A.D.A
Specification No. 4dan sesuai dengan teknik yang dipakai. (type I
atau type II). Sedapat mungkin mencegah penambalan lilin cair pada
pola ataumencairkan permukaan lilin setempat. Melunakkan lilin
dengan seksama sampai seluruh massa lilin menjadilunak dengan cara
memutar-mutar sebatang lilin di atas nyala api. Menyimpan pola di
tempat yang dingin, jika tidak mungkin dilakukanpemendaman dengan
segera. Memendam pola selekas mungkin setelah dikeluarkan radi
mulut atausetelah jadi dibentuk pada die.a. Pembentukan mahkota
lilin untuk mahkota penuh menurut caratidak langsung
(indirect)Sebagai pedoman dapat dipakai model penelitian (study
model) yangmenunjukkan dentuk gigi sebelum direparasi. Yang perlu
diperhatikan ialahkecembungan permukaan bukal dan lingual, bentuk
dan ukuran bonjolan-bonjolan(cusp) dan letaknya daerah kontak
diproksimal.Pembentukan pola lilin pada die dapat dilakukan sebagai
berikut :5(Gambar 18 a, b, c, d, e)
Gambar 19. Pembentukan Pola Mahkota .
Gambar 20. Pembuatan Pola Malam dengan Pembentukan LapisDemi
Lapis.
Dalam teknik langsung, penempatan saluran logam atau sprue
dapatdilakukan di luar atau di dalam mulut. Sedikit lilin
ditambahkan kepada pola ditempat di mana sprue akan dilekatkan,
dengan demikian pada waktu sprue pinyang panas di tempatkan, lilin
tambahan ini akan mengalir menghubungkan poladengan sprue pin dan
pola tidak terganggu.b. Pembuatan pola lilin secara langsung-tidak
langsung (directindirect)Dalam cara kerja ketiga yang merupakan
paduan dari methoda langsungdan tidak langsung, dilakukan
percobaan/checking di mulut dari pola lilin yangtelah dibentuk pada
model kerja (die).