Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis 10 Perspekstif Kinerja Pengembangan Produksi Komoditi Kelapa Sawit di PTPN III Sudarma Bakti Lessan , Rahmanta Ginting , Harso Kardhinata Univeristas Medan Area, Indonesia Abstrak PT. Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero) Sumatera Utara, merupakan salah satu dari 14 BUMN Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama perseroan adalah minyak kelapa sawit (CPO) dan inti sawit (kernel) serta produk karet. Perseroan memperioritaskan untuk meningkatkan agroindustri guna mendapatkan produk bernilai tambah dari hasil perkebunannya dan semua ini merupakan salah satu strategi perusahaan guna menuju privatisasi. Penelitian “Perspektif Kinerja Pengembangan Produksi Komoditi Kelapa Sawit di PTPN III” merupakan penelitian yang mendeskripsikan manajemen perusahaan dalam mengembangkan produksi komoditi kelapa sawit di PTPN III, Mengkaji perspektif pengembangan komoditi kelapa sawit di PTPN III serta mengetahui hambatan-hambatan pengembangan produksi komoditi kelapa sawit di PTPN III. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan Kinerja yang prima di Unit Produksi maka Keunggulan Kinerja yang saat ini telah dicapai PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) khususnya di kebun dan pabrik dapat dipertahankan dan berkelanjutan sehingga tetap berkontribusi secara maksimal terhadap kekuatan Daya Saing Perusahaan. Kebijakan yang tepat, cepat dan konsisten sangat diperlukan untuk mengantisipasi persaingan bisnis, terutama terhadap perubahan bisnis global, fluktuasi harga jual komoditas, perubahan nilai kurs dan rencana investasi pengambangan usaha baru. Hal ini terkait dengan “ Apakah kondisi perkembangan bisnis perusahaan sudah mengalami tingkat kejenuhan dengan hanya mengandalkan bisnis konvensional di sector hulu “. Upaya strategis perusahaan dalam rangka meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing adalah melakukan pengembangan areal baru dan pengembangan industry hilir berbasis perkebunan yang terintegrasi dalam satu kawasan industry. Keberhasilan pembangunan kawasan industry dalam pengembangan industry hilir berbasis perkebunan sangat bergantung dari efektifitas hubungan kerjasama antara pemegang saham, manajemen, dunia usaha (Public-Private partnership), dan keterkaitan dengan mitra strategis. Untuk mengefektifkan kerjasama dan koordinasi tersebut diperlukan adanya peran serta dari masing-masing pemangku kepentingan untuk menangani secara professional dan berkesinambungan. Kata Kunci : Daya Saing Perusahaan dan Kebijakan Perusahaan; Industri Hilir; Industri Hulu; Kelapa Sawit, Strategi Perusahaan. PENDAHULUAN Berbagai jenis komoditas perkebunan diusahakan di Provinsi Sumatera Utara, antara lain karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, gambir, kemenyan, dan lain-lain. Salah satu komoditas perkebunan yang paling pesat perkembangannya baik dalam hal luas areal maupun produksi serta paling diminati oleh petani adalah kelapa sawit. Dilihat dari kaca mata ekonomi, komoditi kelapa sawit berorientasi ekspor dan bernilai tambah tinggi. Kelapa sawit
17
Embed
Perspekstif Kinerja Pengembangan Produksi Komoditi Kelapa ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis
10
Perspekstif Kinerja Pengembangan Produksi Komoditi Kelapa Sawit di PTPN III
PT. Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero) Sumatera Utara, merupakan salah satu dari 14 BUMN Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama perseroan adalah minyak kelapa sawit (CPO) dan inti sawit (kernel) serta produk karet. Perseroan memperioritaskan untuk meningkatkan agroindustri guna mendapatkan produk bernilai tambah dari hasil perkebunannya dan semua ini merupakan salah satu strategi perusahaan guna menuju privatisasi. Penelitian “Perspektif Kinerja Pengembangan Produksi Komoditi Kelapa Sawit di PTPN III” merupakan penelitian yang mendeskripsikan manajemen perusahaan dalam mengembangkan produksi komoditi kelapa sawit di PTPN III, Mengkaji perspektif pengembangan komoditi kelapa sawit di PTPN III serta mengetahui hambatan-hambatan pengembangan produksi komoditi kelapa sawit di PTPN III. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan Kinerja yang prima di Unit Produksi maka Keunggulan Kinerja yang saat ini telah dicapai PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) khususnya di kebun dan pabrik dapat dipertahankan dan berkelanjutan sehingga tetap berkontribusi secara maksimal terhadap kekuatan Daya Saing Perusahaan. Kebijakan yang tepat, cepat dan konsisten sangat diperlukan untuk mengantisipasi persaingan bisnis, terutama terhadap perubahan bisnis global, fluktuasi harga jual komoditas, perubahan nilai kurs dan rencana investasi pengambangan usaha baru. Hal ini terkait dengan “ Apakah kondisi perkembangan bisnis perusahaan sudah mengalami tingkat kejenuhan dengan hanya mengandalkan bisnis konvensional di sector hulu “. Upaya strategis perusahaan dalam rangka meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing adalah melakukan pengembangan areal baru dan pengembangan industry hilir berbasis perkebunan yang terintegrasi dalam satu kawasan industry. Keberhasilan pembangunan kawasan industry dalam pengembangan industry hilir berbasis perkebunan sangat bergantung dari efektifitas hubungan kerjasama antara pemegang saham, manajemen, dunia usaha (Public-Private partnership), dan keterkaitan dengan mitra strategis. Untuk mengefektifkan kerjasama dan koordinasi tersebut diperlukan adanya peran serta dari masing-masing pemangku kepentingan untuk menangani secara professional dan berkesinambungan.
Kata Kunci : Daya Saing Perusahaan dan Kebijakan Perusahaan; Industri Hilir; Industri Hulu; Kelapa
Sawit, Strategi Perusahaan.
PENDAHULUAN
Berbagai jenis komoditas
perkebunan diusahakan di Provinsi
Sumatera Utara, antara lain karet,
kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao,
gambir, kemenyan, dan lain-lain.
Salah satu komoditas perkebunan
yang paling pesat perkembangannya
baik dalam hal luas areal maupun
produksi serta paling diminati oleh
petani adalah kelapa sawit. Dilihat
dari kaca mata ekonomi, komoditi
kelapa sawit berorientasi ekspor dan
bernilai tambah tinggi. Kelapa sawit
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis
11
telah berhasil mengangkat Indonesia
menjadi negara pengekspor CPO
kedua terbesar setelah Malaysia.
Beberapa Negara menjadi ujuan
ekspor utama CPO Indonesia, dimana
ekspor CPO dan minyak sawit lainnya
yang terbesar saat ini adalah
Netherland, India, Cina, Pakistan dan
lainnya.
Permintaan pasar akan
produk industri hilir kelapa sawit
seperti minyak goreng, saat ini
semakin mengalami peningkatan,
baik dipasar lokal, regional, maupun
internasional seiring dengan
pertambahan penduduk serta
kebutuhan pokok pemenuhan minyak
nabati yang berasal dari kelapa sawit.
Peningkatan perkembangan
perkebunan kelapa sawit di Sumatera
Utara tidak terlepas dari upaya
pemerintah yang menempatkan
kelapa sawit sebagai salah satu
komoditas unggulan yang dipacu
pertumbuhannya. Berbagai kegiatan
proyek pembangunan, baik dari
anggaran pembangunan dan belanja
daerah, anggaran pembangunan dan
belanja nasional maupun bantuan
luar negeri diarahkan untuk
pengembangan komoditas tersebut.
Bentuk pengusahaan perkebunan
kelapa sawit di Sumatera Utara
terdiri dari perkebunan rakyat,
perkebunan besar negara dan
perkebunan besar swasta nasional
serta asing.
PTP Nusantara III adalah
sebuah perusahaan agribisnis yang
bergerak di bidang produksi barang
mentah dan barang setengah jadi.
Bisnis pokok PT. Perkebunan
Nusantara III meliputi perkebunan
kelapa sawit dan karet disertai
pabrik pengolahannya. Luasan areal
perkebunan pada RKAP tahun 2009
adalah 160 203,04 ha, yang terdiri
dari 37 816,50 ha komoditi karet dan
105 545,27 ha komoditi kelapa sawit.
Pada tahun 2008, produksi tandan
buah segar kelapa sawit mencapai
1.516.796,20 ton dan produksi karet
kering mencapai 39.781,76 ton
dengan tingkat produktivitas masing-
masing 22.366 kg/ha/tahun dan
1.645 kg karet kering /ha/tahun. PTP
Nusantara III merupakan pelaku
bisnis yang besar dan memiliki
pengaruh luas sebagai produsen
bahan baku bagi industri hilir produk
kelapa sawit dan karet. Sebagai
wujud tanggung jawab sosial
perusahaan yang merupakan salah
satu bentuk implementasi prinsip-
prinsip Good Corporate Governance
(GCG), PTP Nusantara III juga
mengembangkan program yang
bersifat sosial guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di
lingkungan sekitar kebun. Program
ini mencakup Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan, Program sosial
lainnya, Kebijakan Lingkungan,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3).
PT. Perkebunan Nusantara III
disingkat PTPN III (Persero)
Sumatera Utara, merupakan salah
satu dari 14 BUMN Perkebunan yang
bergerak dalam bidang usaha
perkebunan, pengolahan dan
pemasaran hasil perkebunan.
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis
12
Kegiatan usaha perseroan mencakup
usaha budidaya dan pengolahan
tanaman kelapa sawit dan karet.
Produk utama perseroan adalah
minyak kelapa sawit (CPO) dan inti
sawit (kernel) serta produk karet.
Untuk meningkatkan kinerja
perusahaan, PTPN III secara terus
menerus melakukan upaya untuk
meningkatkan performan agribisnis
kelapa sawit melalui perbaikan
tanaman belum menghasilkan sampai
tanaman menghasilkan.
Pengembangan komoditi kelapa sawit
masih dihadapkan pada berbagai
permasalahan mulai pada tingkat
subsisitem hulu sampai ke tingkat
subsisitem hilir. Oleh karena itu
untuk membangun sistem agribisnis
yang efisien, efektif, berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan
diperlukan kajian secara mendalam
terhadap seluruh subsistem
agribisnis kelapa sawit.
Kelapa sawit sebagai salah satu
komoditas andalan perkebunan, di
dalam pengembangannya, dituntut
untuk dapat memberikan kontribusi
hasil yang optimal baik terhadap
kesejahteraan masyarakat maupun
terhadap keberlanjutan usahanya.
Hal ini akan dapat dicapai jika semua
sub-sistem agribisnis (industri hulu,
usaha tani/on farm, industri hilir/off-
farm maupun penunjang) tidak
dilakukan secara parsial akan tetapi
dilakukan secara holistik untuk
seluruh pelaku usaha, sehingga
efisiensi usaha, daya saing dan nilai
tambah yang diperoleh dapat dicapai
secara optimal.
Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan manajemen
perusahaan dalam
mengembangkan produksi
komoditi kelapa sawit di PTPN
III..
2. Mengkaji perspektif
pengembangan komoditi kelapa
sawit di PTPN III.
3. Apa saja hambatan-hambatan
pengembangan produksi
komoditi kelapa sawit di PTPN
III.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi kegiatan penelitian
adalah di Medan, Sumatera Utara.
Kegiatan penelitian dilaksanakan
selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai
bulan Juli 2011 sampai dengan bulan
September 2011.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan
merupakan data primer dan data
sekunder (cross section) diperoleh
dari berbagai sumber dan berbagai
informasi yang terkait dengan
agribisnis komoditi kelapa sawit di
PTPN III. Pelaksanaan pengumpulan
data dibagi menjadi tiga tahapan,
yaitu : kegiatan pengumpulan data,
kegiatan verifikasi data dan kegiatan
analisis data.
Metode Analisa Data
Data-data diperoleh mulai
kurun waktu tahun 1995 sampai
2011 dengan beberapa asumsi yang
telah ditetapkan. Semua asumsi
dimasukkan sebagai input awal yang
diperoleh dari data-data tersebut.
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis
13
Data primer yang diperoleh dianalisis
secara deskriptif dengan membuat
tabulasi dan rekapitulasi terhadap
data-data yang diperoleh.
Inventarisasi program
kegiatan pengembangan, kebijakan
dan program-program yang
mendukung pengembangan
agribisnis komoditi kelapa sawit di
PTPN III juga dilakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perspektif Kinerja
Pengembangan Komoditi Kelapa
Sawit di PTPN III
Permintaan pasar akan produk
industri hilir kelapa sawit seperti
minyak goreng, saat ini semakin
mengalami peningkatan, baik dipasar
lokal, regional, maupun internasional
seiring dengan pertambahan
penduduk serta kebutuhan pokok
pemenuhan minyak nabati yang
berasal dari kelapa sawit.
Berdasarkan hal ini maka PTPN III
secara terus menerus meningkatkan
kinerja perusahaan melalui berbagai
hal seperti perluasan areal tanam,
peremajaan tanaman, rehabilitas
pabrik dan sarana produksi. Hal ini
telah memberi dampak pada
peningkatan produktivitas kelapa
sawit pada PTPN III. Produktivitas
tanaman menjadi faktor penting
dalam tiap usaha peningkatan
keuntungan. Secara lengkap data
tersebut ada pada Tabel 3 dibawah
ini.
Tabel 1. Kinerja Produksi Sawit PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 1996 s/d Tahun 2011 No Tahu
n
Produksi
Sawit
Ton/Thn
Luas
Lahan TM
( Hektar)
Produktivitas
Sawit TBS
Ton/Ha)
1 1996 1.124.057,72 78.277,00 14,36
2 1997 1.545.486,48 80.746,42 19,14
3 1998 1.263.059,00 80.561,1 15,68
4 1999 1.224.815,70 78.463,53 15,61
5 2000 1.371.877,69 77.859,12 17,62
6 2001 1.371.023,12 79.989,68 17,14
7 2002 1.360.181,07 81.011,38 16,79
8 2003 1.451.369,45 80.408,28 18,05
9 2004 1.546.235,22 76.812,48 20,13
10 2005 1.463.235,90 72.330,00 20,23
11 2006 1.441.909,22 68.336,93 21,10
12 2007 1.422.771,40 70.364,56 20,22
13 2008 1.517.030,05 67.815,38 22,37
14 2009 1.630.038,95 71.587,13 22,77
15 2010 1.695.586,98 74.992,79 22,61
16 2011 1.699.280,94 73.881,78 23,00
Sumber : Data Produksi PTPN 3 (diolah)
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis
14
Untuk meningkatkan kinerja
perusahaan, PTPN III secara terus
menerus melakukan upaya untuk
meningkatkan performan agribisnis
kelapa sawit melalui perbaikan
tanaman belum menghasilkan (TBM)
sampai tanaman menghasilkan (TM).
Hasil dari perbaikan TM, TBM dan
bibit unggulan maka kinerja produksi
kelapa sawit meningkat. Secara
lengkap bisa terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Kinerja Produksi Sawit PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 1996 s/d Tahun 2011. Sumber : Data Produksi PTPN 3 (diolah)
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis
J L H 1.893.458 1.985.944 1.987.957 2.006.214 2.209.821 2.382.063 1.710.842
TAHUN
PRODUKSI di OLAH
P K S
Sumber : Data PTPN 3
Prinsip-prinsip peningkatan
manajemen produksi untuk
meningkatkan produktivitas pada
PTPN III yang dilakukan dalam
bentuk sebagai berikut :
1. Memperpendek masa Non
Produktif
2. Mempercepat Pencapaian Puncak
Produksi
3. Memperpanjang Masa Produksi
Puncak
4. Meningkatkan Tingkat Produksi
Puncak
5. Memperkecil Laju Penurunan
Produksi pada Tanaman Tua
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis
16
6. Memperpanjang Masa Produktif
Sementara itu strategi dan
komitmen untuk mencapai
produktivitas tinggi berkelanjutan
dilakukan dengan berbagai cara oleh
PTPN III diantaranya :
1. Gap antara Potensi Produksi
secara Genetik (Genetic Yield
Potential/GYP) dengan realisasi
(Site Yield Potensial/SYP) dapat
diperkecil atau bila
memungkinkan dapat
dihilangkan.
2. Manajemen Produksi Jangka
Panjang diperhitungkan secara
cermat sehingga produksi dapat
dipertahankan dalam keadaan
optimum setiap tahunnya
(mengacu pada RJP 2009-2013).
Berdasarkan hal tersebut
maka PTP Nusantara III memiliki
delapan kekuatan yang ada di
perseroan bidang produksi yaitu :
1. Memiliki lahan dengan jenis dan
kesuburan tanah yang
mendukung terhadap
produktivitas tanaman.
2. Komposisi areal tanaman muda
dan remaja lebih luas dari
tanaman tua sehingga
produktivitas dapat terus
meningkat.
3. Luasan areal tanaman cukup
besar untuk mendukung
pengembangan usaha perseroan.
4. Penanaman klon/varietas unggul
yang memiliki produktivitas
tinggi serta sifat sekunder yang
baik telah dan sedang
dilaksanakan.
5. Fasilitas pengolahan hasil
produksi komoditi perseroan
memadai.
6. Kemampuan untuk memenuhi
permintaan pasar khususnya
komoditi karet dan kelapa sawit
dari segi kuantitas maupun
kualitas.
7. Lokasi untit produksi dekat
dengan jalur utama
perekonomian dan pelabuhan.
8. Memiliki fasilitas industri hilir
karet untuk menghasilkan
produk yang mempunyai nilai
tambah.
2. Arah dan Strategi
Pengembangan Kelapa
Sawit di PTPN III
Berdasarkan hal tersebut di
atas, maka perusahaan perlu
melakukan focus usaha melalui
prioritas-prioritas : Intensifikasi,
Pengembangan Industri Hilir dan
Trading. Hal ini akan menjadi
prioritas kebijakan perusahaan dalam
jangka panjang. Diyakini bahwa
peluang nilai tambah dan
peningkatan keuntungan perusahaan
akan diperoleh melalui
pengembangan industry hilir yang
didukung secara kuat oleh industry
hulu dan trading di dalam penyediaan
bahan baku yang lebih terjamin dan
perdagangan produk-produk primer
maupun turunan. Dengan demikian,
PT. Perkebunan Nusantara III
(Persero) bukan hanya sekedar
menjadi perusahaan yang
berorientasi kepada komoditas
primer saja, melainkan juga
berorientasi kepada produk turunan
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis
17
yang dihasilkan oleh industry hilir
yang terintegrasi dengan industry
hulunya.
A. Intensifikasi
Mengingat upaya
pengembangan areal ke luar propinsi
masih mengalami berbagai kendala
teknis dan non teknis yang dihadapi,
maka perusahaan perlu melakukan
strategi dan skala prioritas kebijakan
untuk melakukan intensifikasi
melalui optimalisasi lahan milik
sendiri. Hal ini merupakan salah satu
upaya strstegis di dalam
meningkatkan produktivitas kelapa
sawit. Tentu saja hal tersebut perlu
diikuti dengan menjaga konsistensi
tingkat kesuburan tanah dalam
jangka panjang. Salah satu alternative
terbaik, yaitu dengan memanfaatkan
penggunaan pupuk organic untuk
mensubstitusi sebagian pupuk kimia
yang selama ini digunakan.
Disamping itu, pemilihan dan
penggunaan varietas unggul yang
memiliki tingkat produktivitas tinggi
dan sifat skunder yang baik
merupakan persyaratan utama yang
harus dipenuhi di dalam budidaya
perkebunan kelapa sawit.
Letak areal perkebunan
perusahaan yang berada di Propinsi
Sumatera Utara menjadi kekuatan
perusahaan karena keadaan alam
yang mendukung untuk
menghasilkan komoditas perkebunan
dengan tingkat produktivitas yang
tinggi. Menurut Pusat Penelitian
Kelapa Sawit (PPKS), sebagian besar
lahan perkebunan perusahaan
dikelompokkan sebagai lahan dengan
produktivitas kelas II dan kelas III.
Perusahaan memiliki sumber daya
manusia terlatih, terampil dan
berpengalaman dalam usaha
perkebunan ( faktor yang sangat
penting dalam bisnis perkebunan ),
sehingga dapat menerapkan Praktek
Manajemen Terbaik ( Best
Management Practice ). Dengan
kekuatan ini produktivitas dan
efisiensi perusahaan masih dapat
terus ditingkatkan.
B. Pengembangan Industri Hilir
Untuk mendapatkan nilai
tambah melalui diversifikasi produk
turunan berbasis perkebunan, maka
perusahaan perlu melakukan strategi
focus dan skala prioritas kebijakan
untuk melakukan pengembangan
usaha kea rah Industri Hilir. Secara
konsisten perusahan sedang
berupaya untuk meningkatkan
kinerja dan melanggengkan bisnisnya
melalui pembangunan dan
pengembangan industry hilir yang
terintregasi dalam satu kawasan
industry yang berlokasi di Sei
Mangkei.
Produk turunan industry hilir
memiliki nilai jual dan tingkat harga
dengan fleksibilitas yang tinggi,
mampu mengurangi risiko fluktuasi
harga jual, dan mencegah penurunan
nilai tukar, serta antisipasi terhadap
kejenuhan pasar komoditas primer
perkebunan dimasa mendatang.
Pengembangan agroindustry
perkebunan kea rah hilir secara
umum memiliki beberapa keunggulan
karena efek penggandaan (multiplier)
yang relative besar, efek
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis
18
distribusinya yang relative baik,
komponen impor yang kecil,
bertumbu pada sumber daya yang
dapat diperbaharui, pemicu
pertumbuhan daerah baru, dan
mamperkuat struktur ekspor melalui
pola diversifikasi
Statergi focus yang tidak kalah
penting terkait dengan peningkatan
kinerja perusahaan melalui
intensifikasi adalah proses
pengolahan yang dilakukan terhadap
bahan baku seperti TBS dan Inti
Sawit, dengan memprioritaskan
rendemen minyak dan mutu produk.
Proses pengolahan yang didukung
dengan instalasi pabrik yang sehat,
terkontrol, terukur dan didukung
oleh kompetensi SDM yang memadai,
maka sangat dimungkinkan
disamping dapat meningkatkan
efisiensi pengolahan juga akan
diperoleh hasil dengan meningkatnya
rendemen CPO maupun Inti Sawit
serta mutu/kualitas tetap terjaga
(FFA, Kadar Air dan kadar kotoran
sesuai dengan standar baku mutu).
C. Trading
Untuk memperkuat
terintegrasinya industry hilir dengan
industry hulu, maka perusahaan
dalam jangka panjang perlu
melakukan strategi focus dan skala
prioritas kebijakan untuk melakukan
trading. Kegiatan trading tersebut
akan meliputi antara lain :
1. Perdagangan bahan baku TBS
untuk pemenuhan kapasitas
efektif PKS, yang berasal dari
petani plasma, perkebunan rakyat
dan perkebunan swasta yang
tidak memiliki pabrik (pihak
ketiga). Hal ini dilakukan
mengingat selama lima tahun ke
depan produksi TBS yang berasal
dari kebun sendiri belum mampu
memenuhi kapasitas efektif PKS
tersebut.
2. Perdagangan bahan baku Inti
Sawit (kernel) dari pihak ketiga,
sebagai bahan baku untuk
pemenuhan kapasitas olah
industry hilir PKO.
3. Perdagangan bahan baku lainnya,
untuk pemenuhan kekurangan
CPO, PKO, dan Fatty Acid, yang
akan digunakan untuk
pemenuhan suplai bahan baku
bagi industry biodiesel, surfactant
dan industry oleokimia.
4. Perdagangan bahan-bahan
setengah jadi seperti CPO, PKO
serta produk-produk dari
industry hilir.
Kegiatan trading ini akan
memberikan manfaat yang besar bagi
perusahaan karena disamping
memberikan “marketing margin” ,
juga memberikan kontribusi rantai
nilai (value chain) bagi keuntungan
perusahaan.
3. Kendala/Hambatan Yang
Dihadapi PT. Perkebunan
Nusantara III (Persero).
Dalam pelaksanaannya, sangat
banyak risiko yang dapat
menghambat/menggagalkan proses
pengembangan pengembangan
komoditi kelapa sawit di PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero).
Hal ini disebabkan karena banyak
peristiwa (events) atau keadaan yang
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis
19
dapat mempengaruhi pencapaian
tujuan organisasi. Keadaan ekonomi
yang tidak stabil secara langsung
mempengaruhi kehidupan
masyarakat disekitar lokasi
perkebunan dan telah meningkatkan
kerawanan sosial seperti pencurian
produksi, penjarahan areal
perkebunan, demonstrasi dan
gangguan stabilitas keamanan. Hal ini
tentunya akan mengganggu
kelancaran kegiatan produksi dan
produktivitas lahan perkebunan.
Hambatan-hambatan
pengembangan produksi komodi
kelapa sawit di PTPN III sebagai
kelamahan yang dimiliki Perseroan di
bidang produksi antara lain :
1. Program penunasan areal
tanaman tua dan madya tidak
dapat diselesaikan sesuai dengan
rencana.
2. Kekurangan tenaga pemanen.
3. Penataan drainase pada beberapa
kebun belum sempurna.
4. Pelaksanaan pemupukan tidak
sesuai dengan rekomendasi
pemupukan.
5. Kehilangan produksi akibat
pencurian.
6. Kondisi jalan yang masih sulit
dilalui oleh truk pengangkut TBS.
7. Komposisi umur tanaman yang
ada belum ideal.
4. Upaya Pemecahan Masalah
Yang Dihadapi PT.
Perkebunan Nusantara III
(Persero).
Seiring dengan berjalannya
waktu, PT. Perkebunan Nusantara III
(Persero) terus berbenah malakukan
perbaikan-perbaikan untuk menjadi
perusahan dengan tata kelola terbaik.
Adanya peningkatan produktivitas
baik minyak sawit maupun inti sawit
dari tahun ke tahun disebabkan oleh
beberapa hal sebagai berikut :
1. Tingkat kehilangan produksi
akibat pencurian relatif terkendali
2. Tenaga pemanen dan prasarana
pendukung cukup tersedia
3. Kerugian akibat hujan relatif
menurun intensitasnya
4. Pemupukan tanaman masih
sesuai dengan program dan
norma yang telah direncanakan.
Upaya-upaya yang telah
dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan produktivitas tersebut
antara lain :
1. Meningkatkan pengamanan areal
dan produksi
2. Melakukan rehabilitasi sarana
jalan dan sarana produksi lainnya
3. Opt
4. imalisasi potensi produksi, Panen,
Angkut dan Olah (PAO)
Selain upaya-upaya tersebut di
atas, untuk mengatasi hambatan-
hambatan yang menjadi kendala serta
kelemahan di bidang produksi
tersebut, upaya lain yang berkaitan
langsung dengan kegiatan teknis di
lapangan untuk semakin
mengoptimalkan potensi yang
dimiliki oleh perusahaan sehingga
produktivitas tanaman kelapa sawit
mengalami
pertumbuhan/peningkatan, maka
perlu dilakukan upaya-upaya sebagai
berikut :
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis
ii
1. Menyelesaikan penunasan secara
bertahap dan konsisten sesuai
rencana.
2. Menambah tenaga pemanen.
3. Menerapkan sistem panen beregu
dalam upaya meningkatkan
produktivitas.
4. Memperbaiki sistem drainase dan
kemudahan panen.
5. Memperbaiki sistem pengadaan
pupuk dan distribusi pupuk ke
lapangan.
6. Meningkatkan pengamanan areal
kebun. Melakukan perbaikan jalan
dan jembatan untuk mendukung
kelancaran transportasi buah.
7. Rasionalisasi komposisi umur
tanaman sesuai rencana
replanting /tahun.
Dalam mendapatkan nilai
tambah dari proses industri secara
menyeluruh, tidak dapat dipungkiri
bahwa pengembangan usaha melalui
ekstensifikasi arel perkebunan dan
pengembangan industri hilir yang
terintegrasi dalam satu kawasan
industri perlu menjadi prioritas
utama kebijakan manajemen
dalam jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang.
Perusahaan tidak dapat selamanya
hanya menjadi pengekspor bahan
baku komoditas primer (CPO, Inti
Sawit dan Karet) karena
perkembangan bisnis di sektor
industri hulu perkebunan diyakini
akan mengalami ambang batas yang
menjenuhkan.
Untuk menjawab peluang dan
sekaligus tantangan tersebut diatas,
perusahaan sedang melakukan
upaya-upaya strategis melalui
ekspansi pengembangan areal
perkebunan dan pembangunan
Kawasan Industri Nusantara seperti
di Sei Mangke, yang diikuti dengan
pengembangan industri hilir berbasis
kelapa sawit. Dalam jangka pendek
perusahaan akan membangun
industri hilir, seperti Pembangkit
Listrik Tenaga Biomasa Sawit
(PLTBS) dan Pabrik Palm Kernel Oil
(PKO Mill). Sedangkan dalam jangka
panjang perusahaan akan memasuki
pengembangan industri hilir pada
skala yang lebih luas, antara alin
pembangunan industri biodiesel,
industri oleokimia, industri ban
sepeda motor dan industri
automotive rubber part.
Dalam upaya meningkatkan
kinerja usaha dan daya saing, PTPN
III sedang melakukan pengembangan
usaha / diversifikasi produk melalui
pembangunan dan pengembangan
industri hilir kelapa sawit, yang
terintregrasi dalam satu kawasan
industri. Hal ini diyakini merupakan
alternatif pilihan strategis yang
relevan dalam jangka pendek,
menengah dan panjang. Langkah
strategis bisnis tersebut merupakan
upaya PTPN III didalam
melanggengkan bisnis berbasis
perkebunan sekaligus untuk
merespon setiap perubahan berbisnis
atas tuntutan konsumen atau pasar
dan ancaman dari industri sejenis
serta dari industri yang menghasilkan
produk substitusi.
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis
21
2008-
2009-
2010
2010-
2011
2011-
2012
2011-
2013
Pembangunan: PKS (45
Ton/jam) PKO (400
Ton/hari) PLTBS (6-8
Pembangunan Infrastruktur Kawasan Industri Sei
Mangkei (KISM) Tahap I
Pembangunan: Biodiesel Tahap I (100 rb
Ton/th) Penjumputan -
Carotene (150 Kg/th)
Surfactant Fatty Alcohol Refinery I
Pembangunan : Biodiesel Tahap II
(100 rb Ton/th) Biogas (6 juta
m3-2.8 MW) Refinery II
Pembangunan Industri
Biodiesel Tahap III (100
rb Ton/th) 6 Unggulan
Pengembangan Industri
Hilir Berbasis
Proses pembangunan: Aliansi strategis dengan
pihak ketiga, Konsorsium dengan mitra
strategis, Sinergi dengan sesame
PTPN, atau
Kawasan
Industri Hilir Sawit
Yang
Terintegrasi
PENGEMBANGAN USAHA BERBASIS SAWIT (SHORT TERMS)
Sejalan dengan perkembangan
dan dinamika bisnis berbasis
perkebunan, PTPN III sedang
melaksanakan langkah-langkah
kongkrit untuk melanggengkan
kegiatan bisnisnya, antara lain :
Penguatan sektor industri hulu
antara lain :
a. Meningkatkan efisiensi secara
berkelanjutan
b. Modernisasi teknologi
c. Meminimalisasi dan pemanfaatan
limbah
d. Peningkatan kemampuan SDM
berdasarkan kompetensi secara
optimal
Berikut ini adalah skema
pengembangan komoditi kelapa sawit
pada PTPN III dengan jangka waktu
pendek, jangka waktu menengah dan
jangka waktu panjang.
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis
21
5 Unggulan Pengembangan Industri Hilir
Kawasan Industri Hilir Sawit
Yang Terintegrasi
Pembangunan : Ind Oleokimia Tahap III (100 rb
PENGEMBANGAN USAHA BERBASIS SAWIT (MEDIUM TERMS)
5 Unggulan Pengembangan
Kawasan Industri Pembangunan :
PENGEMBANGAN USAHA BERBASIS SAWIT (MEDIUM TERMS)
2014
-
2015
-
2016
-
2017
-
2018
-
Pembangunan : Ind
Surfaktan (50 rb
Pembangunan Infrastruktur Kawasan
Industri Sei Mangkei (KISM) Tahap II
Pembangunan: Ind Oleokimia
Tahap I (100 rb ton/th) Ind Surfaktan (50 rb
ton/th)
Pembangunan: Ind Oleokimia
Tahap II (100 rb
ton/th)
5
Unggulan
Pengemban
gan Industri
Proses pembangunan: Aliansi strategis
dengan pihak ketiga, Konsorsium dengan
mitra strategis, Sinergi dengan
sesame PTPN, atau
Kawasan
Industri Hilir
Sawit Yang
Pembang
unan :
Pab
Pembangunan : Ind Oleokimia
Tahap III (100 rb ton/th)
PENGEMBANGAN USAHA BERBASIS SAWIT (MEDIUM TERMS)
Gambar 3. Skema Pengembangan Usaha Berbasis Sawit (Short Terms).
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis
22
2020-
2021
2021-
2022
2022-
2023
2023-
2024
2024-
2025
Pembangunan Infrastruktur Kawasan Industri
Sei Mangkei (KISM) Tahap III
2
Unggulan
Pengembang
an
Proses pembangunan: Aliansi strategis
dengan pihak ketiga, Konsorsium dengan
mitra strategis, Sinergi dengan
Kawasan
Industri Hilir
Sawit Pembangunan :
Industri Kertas berbasis TKS
Pembangunan : Industri
MDF berbasis batang sawit
Pembangunan : Industri Kertas
berbasis TKS
Pembangunan : Industri
Kertas berbasis TKS Tahap I
PENGEMBANGAN USAHA BERBASIS SAWIT (LONG TERMS)
Gambar 4. Skema Pengembangan Usaha Berbasis Sawit (Medium Terms).
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis
23
Gambar 5. Skema Pengembangan Usaha Berbasis Sawit (Long Terms).
KESIMPULAN
Dengan Kinerja yang prima di Unit
Produksi maka Keunggulan Kinerja
yang saat ini telah dicapai PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero)
khususnya di kebun dan pabrik dapat
dipertahankan dan berkelanjutan
sehingga tetap berkontribusi secara
maksimal terhadap kekuatan Daya
Saing Perusahaan. Selanjutnya
manajemen yang akan datang adalah
menjaga keberlangsungan
pertumbuhan perusahaan dan
memacu percepatan pertumbuhan
dengan membangun strategi dan
kebijakan yang mampu
mengakselerasi kinerja yang sedang
dan akan berlangsung di PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero).
Kebijakan yang tepat, cepat dan
konsisten sangat diperlukan untuk
mengantisipasi persaingan bisnis,
terutama terhadap perubahan bisnis
global, fluktuasi harga jual komoditas,
perubahan nilai kurs dan rencana
investasi pengambangan usaha baru.
Hal ini terkait dengan “ Apakah
kondisi perkembangan bisnis
perusahaan sudah mengalami tingkat
kejenuhan dengan hanya
mengandalkan bisnis konvensional di
sector hulu “. Upaya strategis
perusahaan dalam rangka
meningkatkan produktivitas, nilai
tambah dan daya saing adalah
melakukan pengembangan areal baru
dan pengembangan industry hilir
berbasis perkebunan yang
terintegrasi dalam satu kawasan
industry.
Keberhasilan pembangunan kawasan
industry dalam pengembangan
industry hilir berbasis perkebunan
sangat bergantung dari efektifitas
hubungan kerjasama antara
pemegang saham, manajemen, dunia
usaha (Public-Private partnership),
dan keterkaitan dengan mitra
strategis. Untuk mengefektifkan
kerjasama dan koordinasi tersebut
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis
ii
diperlukan adanya peran serta dari
masing-masing pemangku
kepentingan untuk menangani secara
professional dan berkesinambungan.
Pengembangan industry hilir
berbasis perkebunan merupakan hal
yang penting dan harus menjadi
prioritas kebijakan dalam kerangka
strategi pengembangan industry
nasional. Hal ini juga merupakan
langkah lanjutan dari pengembangan
industry hulu, yang kini telah
memberikan hasil yang
menggembirakan dan merupakan
produk komoditas unggulan yang
memiliki daya saing yang tinggi.
Namun demikian strategi dan
kebijakan pengembangan industry
hilir berbasis perkebunan harus
dilakukan dengan tepat. Prinsip
pengembangannya harus
berdasarkan road map yang jelas dan
bukan atas pertimbangan sesaat serta
bersifat ad hoc. Disamping itu
kebijakan pengembangan industry
hilir harus dilakukan tanpa
mengorbankan industry hulunya.
Pada akhirnya, perusahaan sangat
memerlukan focus usaha melalui
prioritas-prioritas : Intensifikasi,
Pengembangan Industri Hilir, dan
Trading. Diyakini bahwa peluang nilai
Akan tambah dan peningkatan
keuntungan perusahaan diperoleh
melalui pengembangan industry hilir
yang didukung secara kuat oleh
industry hulu dan trading di dalam
penyediaan bahan baku yang lebih
terjamin dan perdagangan produk-
produk primer maupun turunan.
Dengan demikian, PT. Perkebunan
Nusantara III (Persero) bukan hanya
sekedar manjadi perusahaan yang
berorientasi kepada komoditas
primer saja, malainkan juga
berorientasi kepada produk turunan
yang dihasilkan oleh industry hilir
yang terintegrasi dengan hulunya.
Untuk mendapatkan nilai tambah
dari proses industri secara
menyeluruh, tidak dapat dipungkiri
bahwa pengembangan usaha melalui
ekstensifikasi areal perkebunan dan
pengembangan industri hilir yang
terintegrasi dalam satu kawasan
industri perlu menjadi prioritas
utama kebijakan manajemen dalam
jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2011.
Statistik Kelapa Sawit Indonesia
(Indonesian Oil Palm Statistics).
Jakarta.
Badan Pusat Statistik Jakarta. 2007. Produk
Domestik Regional Bruto Propinsi-
Propinsi di Indonesia Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2001-
2005,.Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan. 2005.
Prospek dan Arah Pengembangan
Agribisnis Kelapa Sawit. Departemen
Pertanian. Jakarta,
http://www.litbang.deptan.go.id/sp
ecial/komoditas/b4kelapaasawit
Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara.
2006. Statistik Perkebunan
Sumatera Utara Tahun 2005, Medan.
Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara.
2006. Rencana Strategis (Renstra)
Dinas Perkebunan Provinsi
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI:https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.75 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis