BAB I PENDAHULUAN Persalinan merupakan proses saat janin dan plasenta serta membrannya keluar dari uterus ke dunia luar. Persalinan juga didefinisikan sebagai kontraksi uterus yang teratur yang meyebabkan penipisan dan dilatasi serviks sehingga hasil konsepsi dapat keluar dari uterus. 1 Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas umum otot polos miometrium yang relatif tenang sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin sampai kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas kontraksi secara terkoordinasi, diselingi suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode postpartum. 2 Proses fisiologi kehamilan yang menimbulkan inisiasi partus dan awitan persalinan belum diketahui secara pasti. Sampai sekarang, pendapat umum yang dapat diterima bahwa keberhasilan kehamilan pada semua spesies mamalia, bergantung pada aktivitas progesteron yang menimbulkan relaksasi otot-otot uterus untuk mempertahankan ketenangan uterus sampai mendekati akhir kehamilan. 2 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Persalinan merupakan proses saat janin dan plasenta serta membrannya
keluar dari uterus ke dunia luar. Persalinan juga didefinisikan sebagai kontraksi
uterus yang teratur yang meyebabkan penipisan dan dilatasi serviks sehingga hasil
konsepsi dapat keluar dari uterus.1
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas umum otot polos
miometrium yang relatif tenang sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan janin intrauterin sampai kehamilan aterm. Menjelang persalinan,
otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas kontraksi secara terkoordinasi,
diselingi suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan,
serta secara berangsur menghilang pada periode postpartum.2
Proses fisiologi kehamilan yang menimbulkan inisiasi partus dan awitan
persalinan belum diketahui secara pasti. Sampai sekarang, pendapat umum yang
dapat diterima bahwa keberhasilan kehamilan pada semua spesies mamalia,
bergantung pada aktivitas progesteron yang menimbulkan relaksasi otot-otot
uterus untuk mempertahankan ketenangan uterus sampai mendekati akhir
kehamilan.2
Persalinan dianggap normal juga jika terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (in
partu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
Seorang wanita belum dikatakan inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan pada serviks.2
1
BAB II
FISIOLOGI PERSALINAN NORMAL
A. Fase-Fase Persalinan
Empat fase fisiologis pada persalinan normal yaitu1:
1. Fase 0, selama fase ini uterus tetap dalam keadaan tenang akibat satu atau lebih
penghambat kontraktilitas. Zat-zat penghambat meliputi progeesteron,
prostasiklin, nitrat oksida, peptide yang terkait dengan hormone paratiroid,
peptide yang terkait dengan gen kalsitonin, relaksin adrenomedulin, dan
peptide intestinal vasoaktif.
2. Fase 1, terjadi pada waktu menjelang kehamilan yang normal, uterus
mengalami proses aktivasi. Selama aktivasi, sejumlah protein yang
berhubungan dengan kontraksi, meningkat di bawah pengaruh estrogen.
Protein ini meliputi reseptor miometrium untuk prostaglandin dan oksitosin,
kanal ion membrane, dan koneksin 43, suatu komponen kunci pada gap
junction. Peningkatan gap junction pada miometrium selama aktivasi akan
mengaktifkan sel-sel miometrium terdekat secara elektrik dan memaksimalkan
koordinasi gelombang kontraksi yang bergerak dari fundus uteri ke serviks.
3. Fase 2, yang disebut stimulasi. Selama stimulasi, oksitosin dan prostaglandin
(PG) yang menstimulasi PGE2 dan PGE2α yang dapat menginduksi kontraksi
pada uterus. Serviks berdilatasi, janin, membrane dan plasenta dikeluarkan dari
uterus pada proses yang disebut kelahiran
4. Fase 3, yang terjadi setelah kelahiran dan disebut involusi. Selama involusi,
kontraksi yang terus menerus pada uterus menyebabkan hemostasis yang
diperlukan dan akhirnya mengurangi uterus postpartum yang membesar massif
ke ukuran yang sedikit lebih besar dari keadaan sebelum kehamilan.
B. Proses kontraksi otot uterus dan dimulainya persalinan
Kemampuan uterus dalam mempertahankan kehamilan mempunyai jangka
waktu tertentu dan dibatasi oleh kemampuan meregang, besarnya janin dalam
uterus dan jangka waktu tuanya plasenta.3
Sejak umur kehamilan sekitar 20-23 minggu telah mulai makin frekuennya
kontraksi Braxton Hicks yang mempunyai arti sangat penting untuk dimulainya
2
proses pematangan serviks. Diperkirakan terdapat beberapa faktor dominan yang
mempengaruhi proses persalinan atau dimulainya kontraksi uterus, yaitu sbb:
1. Faktor perubahan endokrin yang makin mengecil dengan makin tuanya
kehamilan yang bersumber dari : plasenta, janin itu sendiri, dan perubahan feto
maternal.3
2. Faktor parakrin yaitu hubungan langsung terhadap janin : perubahan yang
terjadi pada miometrium, perubahan yang terjadi pada desidua, dan perubahan
yang terjadi pada selaput ketuban.3
Kedua faktor tersebut dapat merupakan inisiasi dimulainya his (kekuatan)
untuk persalinan, yang sesungguhnya telah mulai sejak umur kehamilan 20-23
minggu. Sedangkan pada proses yang telah berjalan, dengan dilewatinya kala
pertama, maka pada kala kedua akan terdapat tambahan kekuatan baru yang
berasal dari proses mengejan. Proses mengejan merupakan kekuatan yang dapat
dikendalikan dari luar sehingga resultannya diharapkan menunjang his sehingga
persalinan dapat berlangsung dengan cepat.3
Pada saat hamil pertumbuhan dan perkembangan otot uterus dikendalikan
oleh hormon estrogen dan prostaglandin namun dihambat oleh progesterone dan
prostaglandin inhibitor. Disamping itu perkembangannya dikendalikan oleh
pembesaran uterus yang bersifat elastis sehingga saat uterus bertambah besar tidak
akan terjadi perningkatan tekanan intra uteri. Dengan demikian, tumbuh kembang
uterus saat hamil tidak akan menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin
dalam rahim.3
Pada permulaan inpartu dijumpai hubungan satu sel otot dengan lainnya
yang disebut gap junction, yang jenisnya sama dengan protein conextin 43(Cx43)
dalam otot jantung. Fungsinya adalah untuk mengkoordinasikan kontraksi otot
sehingga terjadi kekuatan yang sinkron dengan cara3:
1. Melakukan pertukaran ion dan molekul kecil
2. Menyebabkan tahanan listrik menjadi rendah sehingga rangsangan listrik
dan kimia akan makin mudah berlangsung karena arus listrik meningkat.
3. Perjalanan rangsangan-kontraksi uterus dengan gap junction akan
berlangsung sekitar 2 cm/detik menuju ke serviks uteri.
3
4. Dengan gap junction, maka koordinasi kontraksi otot uterus akan menjadi
teratur, terarah sehingga resultannya menjadi kekuatan untuk proses
persalinan.
5. Sementara itu, kontraksi Braxton Hicks, yang makin frekuen sejak
kehamilan berumur 20-23 minggu akan menimbulkan perubahan pada
serviks sehingga terjadi pelunakan dan edema serviks yang selanjutnya
siap menerima kekuatan menuju proses pematangan serviks.
C. Diferensiasi aktivitas uterus
Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda.
Segmen atas yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika persalinan
berlangsung. Bagian bawah, relative pasif dibanding dengan segmen atas, dan
bagian ini berkembang menjadi jalan lahir yang berdinding jauh lebih tipis.
Segmen bawah uterus analog dengan ismus uterus yang melebar dan menipis pada
perempuan yang tidak hamil. Segmen bawah secara bertahap terbentuk ketika
kehamilan bertambah tua dan menipis sekali pada saat persalinan. Dengan palpasi
abdomen kedua segmen dapat dibedakan ketika terjadi kontraksi, sekali pun
selaput ketuban belum pecah. Segmen atas uterus cukup kencang atau keras,
sedangkan konsistensi segmen bawah uterus jauh kurang kencang. Segmen atas
uterus merupakan bagian uterus yang berkontraksi secara aktif, segmen bawah
adalah bagian yang diregangkan, normalnya jauh lebih pasif.2
Pembagian uterus menjadi segmen atas yang aktif berkontraksi dan segmen
bawah yang lebih pasif bukan hanya secara anatomik melainkan secara fisiologik.
Segmen atas berkontraksi, mengalami retraksi, dan memdorong janin keluar,
sebagai respon terhadap gaya dorong kontraksi segmen atas, sedangkan segmen
bawah uterus dan serviks akan semakin lunak berdilatasi dan dengan cara
demikian membentuk suatu saluran muskuler dan fibromuskular yang menipis
sehingga janin dapat menonjol keluar.2
Miometrium pada segmen atas uterus tidak berelaksasi sampai kembali ke
panjang aslinya setelah kontraksi tetapi menjadi relatif menetap pada panjang
yang lebih pendek. Namun, tegangannya tetap sama seperti sebelum kontraksi.
Bagian atas uterus, atau segmen aktif, berkontraksi ke bawah meski pada saat
isinya berkurang, sehingga tegangan miometrium tetap konstan. Efek akhirnya
4
adalah mengencangkan yang kendur, dengan mempertahankan kondisi
menguntungkan yang diperoleh dari ekspulsi janin dan mempertahankan otot
uterus tetap menempel erat pada isi uterus. Sebagai konsekuensi retraksi, setiap
kontraksi yang berikutnya mulai di tempat yang ditinggalkan kontraksi
sebelumya, sehingga bagian atas rongga uterus menjadi sedikit lebih kecil pada
setiap kontraksi berikutnya. Karena pemendekkan serat otot yang terus menerus
pada setiap kontraksi, segmen atas uterus yang aktif menjadi semakin menebal di
sepanjang kala pertama dan kedua persalinan dan menjadi tebal sekali tepat
setelah pelahiran janin.2
D. Hubungan His dalam Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
1. Kontraksi Braxton Hicks3
a. Mulai umur kehamilan 20-23 minggu kontraksi Braxton Hicks mulai
makin frekuen.
b. Dapat terjadi sekali dalam 20 menit.
c. Rasa sakit Braxton yang terjadi akibat kontraksi hicks masih ringan
karena disribusinya merata pada dinding uterus.
d. Fakta ini seiring dengan reseptor oksitosin yang baru mulai tumbuh dan
merata.
2. Kontraksi Braxton Hicks3
a. Setelah umur hamil 28-34 minggu, kontraksi Braxton Hicks makin
frekuen dan tekanan makin tinggi,
b. Kontraksi ini berfungsi membentuk segmen bawah rahim dan persiapan
pematangan serviks.
c. Frekuensinya sekitar sekali dalam 10 menit.
3. Distribusi sebaran oksitosin3
a. Sebaran reseptor oksitosin semakin meningkat, aktivitas uterus untuk
menerima rangsangan makin tinggi sehingga kontraksi Braxton Hicks
akan sering terjadi.
b. Kontraksi ini sudah mulai bertekanan tinggi sehingga ujung saraf pada
uterus terjepit dan terasa sakit.
c. Frekuensinya makin sering sekitar 2 kali/10 menit
d. Segmen bawah rahim telah terbentuk
5
e. Bagian janin terendah (sebagian besar kepala) pada primigravida telah
masuk pintu atas panggul (PAP).
4. Permulaan kala 13
a. Reseptor oksitosin sudah mencapai puncaknya.
b. Pengeluaran oksitosin terjadi secara pulsatif, mungkin 2-3 kali/10 menit
sehingga kontraksi persalinan terjadi sesuai dengan kecepatan pulsasi.
c. Kekuatannya tinggi mencapai 40 satuan Montevideo dirasakan sakit oleh
karena ujung saraf uterus terjepit.
d. Perlunakan dan pembukaan serviks telah mulai sehingga pembawa tanda
(darah dan lendir) keluar.
5. Kala pertama lanjut3
a. Interval pulsasi pengeluaran oksitosin makin pendek
b. Terjadi 3-4 kali /10 menit sehingga pembukaan serviks berlangsung
makin cepat.
c. Tekanan kekuatan his dapat mencapai 60 satuan Montevideo.
d. His dirasakan sakit.
e. Akhir kala pertama terjadi saat ketuban pecah.
6. Kala II3
a. His makin frekuen karena pengeluaran oksitosin semakin sering yaitu 4-5
kali/10 menit.
b. Bagian terendah janin merangsang pleksus Franckenhausen sehingga
kekuatan his kini ditambah dengan kekuatan mengejan.
c. Resultan kedua kekuatan ini dapat dikoordinasikan sehingga proses
pengeluaran berlangsung dengan spontan.
d. Sistem kontraksi otot uterus adalah retraksi sehingga panjangnya tidak
akan kembali pada keadaan semula.
7. Setelah kala II berlangsung terjadi masa pause, sekitar 4-10 menit3
a. Akibat retraksi otot rahim, plasenta terlepas dari perlengketan
b. Frekuensi his semakin rendah, tetapi tetap dapat bertahan sehingga
pembuluh darah terjepit, untuk menghindari perdarahan postpartum.
c. Pelepasan dan pengeluaran plasenta seolah-olah terperan dari fundus
uteri, menuju serviks yang kini terbuka lebar.
6
d. His dengan kuat mencekam sehingga dapat mempertahankan pembuluh
darah tetap tertutup.
8. 6 jam post partum3
a. Kontraksi his tetap bersifat retraktif dan bertahan sehingga menghindari
terjadi perdarahan post partum.
b. Interval kontraksi makin berkurang, seiring dengan pulsasi pengeluaran
oksitosin semakin berkurang.
c. Saat memberikan ASI, ada kemungkinan dirasakan kontraksi tambahan,
oleh karena terdapat pengeluaran oksitosin ekstra saat bayi megisap
putting susu ibu.
9. 12 jam-24 jam post partum3
a. Frekuensi pengeluaran oksitosin mungkin dipengaruhi oleh isapan bayi
terhadap putting susu ibu.
b. Pembuluh darah telah tertutup rapat dan terbentuk thrombus sehingga
kemungkinan terjadi perdarahan post partum semakin kecil.
c. Otot uterus mengalami involusi, kembali perlahan-lahan menjadi bentuk
dan besarnya semula.
d. Akan tercapai bentuk dan besar uterus normal setelah puerperium.
E. Perubahan-perubahan pada Serviks Uteri
Serviks uteri merupakan bagian uterus yang sangat penting untuk dapat
mempertahankan kehamilan aterm dengan jalan:
1. Tertutup kaku karena dominasi jaringan ikat.
2. Dapat menahan berat uterus hamil saat berdiri tegak, sejak usia kehamilan
muda sampai aterm.
3. Kanalisnya tertutup oleh mukosa plug sehingga terhindar dari infeksi
asenden.
4. Dapat menahan kontraksi Braxton Hicks yang makin frekuen sejak
kehamilan berumur 20-23 minggu.
Jaringan ikat serviks utama adalah dermatan yang merupakan substansi dari
glycosaminoglican yang mengikat serviks dengan kaku. Kematangan serviks pada
persalinan berlangsung cukup lama, yang terjadi oleh karena perubahan dan
pergantian dermatan dan chondroitin oleh jaringan asam hydrophilic hyaluronic,
7
yang mudah mengisap dan menahan air sehingga menjadi lembek dan mudah
mengembang. Kematangan serviks berlangsung sejak umur hamil 30-34 minggu.
Kematangan serviks dirangsang oleh estrogen dengan dijumpainya komponen
hormon: estradiol, estriol, estrone, dan dehydroepiandrosterone, yang jumlahnya
makin banyak seiring semakin meningkatnya pematangan serviks.3
Disamping itu saat pematangan serviks dijumpai juga peningkatan
prostaglandin sejak umur kehamilan 20-23 minggu. Bersamaan dengan umur
kehamilan makin meningkat juga kontraksi Braxton hicks sehingga dapat
dikatakan bahwa kontraksi Braxton hicks memegang peranan penting dalam
upaya pematangan serviks.3
Semakin tua umur kehamilan diduga reseptor untuk oksitosin internal yang
makin meningkat. Dengan makin meningkatnya reseptor oksitosin khususnya
dominan pada fundus dan korpus uteri dapat meningkatkan kontraksi Braxton
Hicks.3
Tenaga yang efektif pada kala I persalinan adalah kontraksi uterus, yang
selanjutnya akan menghasilkan tekanan hidrostatik ke seluruh selaput ketuban
terhadap serviks dan segmen bawah uterus. Bila selaput ketuban sudah pecah,
bagian terbawah janin dipaksa langsung mendesak serviks dan segmen bawah
uterus. Sebagai akibat kegiatan daya dorong ini, terjadi dua perubahan mendasar
berupa pendataran dan dilatasi serviks.2
Obliterasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran serviks dari
panjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir
setipis kertas.serabut-serabut otot setinggi os serviks internum ditarik ke atas, atau
dipendekkan menuju segmen bawah uterus, sementara kondisi os eksternum untuk
sementara tetap tidak berubah. Sebagai hasil dari aktivitas miometrium yang
meningkat sepanjang persiapan uterus untuk persalinan, pendataran sempurna
pada serviks yang lunak kadangkala telah selesai sebelum persalinan kala aktif
mulai. Pendataran menyebabkan ekspulsi sumbat mucus ketika saluran serviks
memendek.2
F. Letak, Presentasi, Sikap, dan Posisi Janin Mempengaruhi Persalinan
Orientasi janin digambarkan menurut letak, presentasi, sikap, dan posisi.
Hal ini dapat ditentukan secara klinis dengan melakukan palpasi abdomen,
8
pemeriksaan vagina, dan auskultasi, atau secara teknis menggunakan USG atau
sinar X. Pemeriksaan klinis kurang akurat atau bahkan tidak mungkin dilakukan
dan diinterpretasikan pada wanita obese4.
1. Letak Janin
Letak adalah hubungan sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu.
Terdiri dari letak memanjang dan letak melintang. Kadangkala terdapat letak
oblik, dimana akibat sumbu janin dan ibu dapat bersilangan dengan sudut 45°.
Letak oblik tidak stabil, dapat berubah posisi menjadi letak memanjang atau
melintang selama proses persalinan. Letak memanjang terjadi pada lebih dari 99%
persalinan aterm. Faktor predisposisi untuk letak lintang adalah multiparitas,
plasenta previa, hidramnion, dan anomali uterus.4
2. Presentasi Janin
Bagian terbawah janin adalah bagian tubuh janin yang berada paling depan
di dalam jalan lahir . Bagian terbawah janin menentukan presentasi. Bagian
terbawah janin dapat diraba melalui serviks pada pemeriksaan vagina. Karena itu,
pada letak memanjang, bagian terbawah janin adalah kepala janin atau bokong,
masing-masing membentuk presentasi kepala atau bokong. Jika janin terletak
pada sumbu panjang melintang, bahu merupakan bagian terbawahnya. Jadi,
presentasi bahu teraba melalui serviks pada perabaan vagina. 4
a. Presentasi Kepala
Presentasi kepala diklasifikasikan berdasarkan hubungan kepala dengan
badan janin.
(1). Biasanya kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu menempel
pada dada. Pada keadaan ini , ubun-ubun kecil (fontanela oksipitalis)
merupakan bagian terbawah janin, disebut presentasi puncak kepala (verteks)
atau oksiput.
Gambar1.
Presentasi Puncak kepala
9
(2). Leher janin juga dapat mengalami hiperekstensi sehingga oksiput dan
punggung saling menempel dan wajah menjadi bagian terdepan di jalan
lahir, disebut Presentasi muka.
Gambar 2. Presentasi
Muka
(3). Kepala janin dapat mengambil suatu posisi di antara kedua keadaan
ini, pada beberapa kasus terjadi fleksi parsial dengan bagian presentasi
adalah fontanel anterior (ubun-ubun besar) atau bregma. Disebut
presentasi sinsiput.
Gambar 3. Presentasi Sinsiput
(4). Dapat juga mengalami ekstensi parsial pada kasus lainnya, dengan
dahi sebagai bagian terbawah, disebut presentasi dahi. Ketika persalinan
maju, presentasi sinsiput atau dahi hampir selalu berubah menjadi
presentasi verteks atau muka karena masing-masing akan mengalami
fleksi atau ekstensi.
Gambar4.
Presentasi Dahi
10
b. Presentasi Bokong
Bila janin menunjukan presentasi bokong, terdapat tiga konfigurasi umum
yang dapat terjadi.
Gambar 5. Presentasi Bokong Murni (Frank Breech)
o Apabila paha berada dalam posisi fleksi dan tungkai bawah
ekstensi di depan badan, hal ini disebut presentasi bokong murni
(frank breech).
o Jika paha fleksi di abdomen dan tungkai bawah terletak di atas
paha, keadaan ini disebut presentasi bokong sempurna ( complete
breech) .
o Bila salah satu atau kedua kaki, atau satu atau kedua lutut ,
merupakan bagian terbawah, hal ini disebut presentasi bokong
tidak sempurna (incomplete breech) atau presentasi bokong kaki (
footling breech).
Gambar 6. Presentasi Bokong. (A) Complete Breech, (B) Frank Breech,
(C) Footling atau Incomplete Breech.
11
3. Sikap atau Postur Janin
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan janin membentuk suatu postur khas
yang disebut sebagai sikap atau habitus. Biasanya janin membentuk suatu massa
ovoid yang secara kasar menyesuaikan dengan bentuk rongga uterus. Dengan
sendirinya, janin menjadi melipat atau membungkuk sehingga punggungnya akan
menjadi sangat konveks, kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu
hampir bertemu dengan dada, paha fleksi di depan abdomen, tungkai bawah
tertekuk pada lutut, dan lengkung kaki bersandar pada permukaan anterior tungkai
bawah. Pada semua presentasi kepala, lengan biasanya saling menyilang di dada
atau terletak di samping, dan tali pusat terletak di ruang antara kedua lengan
dengan ekstremitas bawah. Postur khas ini terjadi akibat cara pertumbuhan janin
dan akomodasinya terhadap rongga uterus.4
4. Posisi Janin
Posisi janin adalah hubungan antara titik yang ditentukan sebagai acuan
pada bagian terbawah janin dengan sisi kanan atau kiri jalan lahir ibu. Karena itu,
pada setiap presentasi terdapat dua posisi kanan atau kiri. Oksiput, dagu
(mentum), dan sakrum janin masing-masing merupakan titik penentu pada
presentasi verteks, muka, dan bokong. 4
G. Pemeriksaan Leopold
Penilaian awal persalinan harus meliputi anamnesa tentang informasi
prenatal pasien, keluhan utama (termasuk onset kontraksi, status selaput ketuban,
dan ada/tidaknya perdarahan, serta gerakan janin), pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium yang diperlukan sesuai dengan indikasi. Pemeriksaan
fisik harus termasuk dokumantasi tentang tanda vital pasien, posisi bayi dan
presentasi, penilaian kesejahteraan janin, serta perkiraan frekuensi, durasi dan
kualitas kontraksi uterus.4
Ukuran, presentasi dan letak janin dapat dinilai dengan palpasi abdomen.
Metode pemeriksaan sistematis pada abdomen yang gravid pertama kali
ditemukan oleh Leopold dan Sporlin pada tahun 1894. Walaupun pemeriksaan ini
memiliki beberapa keterbatasan (kurang akurat pada keadaan bayi yang kecil,
obesitas maternal, kehamilan ganda, dan polihidramnion), namun relatif aman dan
12
dapat memberikan informasi yang berguna untuk penatalaksanaan dalam proses
persalinan. Berikut ini adalah manuver-manuver dari pemeriksaan Leopold4 :
Leopold 1
Uterus gravid sedikit dektrorotasi (deviasi ke kanan) karena posisi kolon
sigmoid. Saat pasien berbaring terlentang, posisi uterus harus dikoreksi terlebih
dahulu, sehingga fundus berada dalam posisi yang seharusnya. Kemudian tinggi
fundus diukur melalui midline ibu, dari puncak uterus hingga ke batas atas
simfisis pubis. Pemeriksaan ini dapat berguna untuk memperkirakan usia
kehamilan, walau ada keterbatasannya.
13
Gambar 7. Leopold I
Leopold 2
Pemeriksa memegang kedua sisi abdomen untuk mengetahui letak fetus
dengan menggunakan jari-jarinya untuk mengetahui lokasi tulang belakang fetus
dan bagian kecil (ekstremitas). Bagian-bagian janin dapat diidentifikasikan
dengan palpasi saat 25-26 mgg kehamilan. Perhatikan jika terdapat gerakan janin.
Gambar 8. Leopold II
Leopold 3
Juga dikenal dengan Pawlik’s grip. Pemeriksa memegang bagian teratas dan
terendah janin dengan meletakan jari di atas simfisis pubis dan di fundus uteri.
Dengan cara ini dapat diketahui presentasi janin. Janin yang sungsang biasanya
teraba lebih besar, lebih lunak, kurang berbentuk dan kurang ballotable dibanding
presentasi kepala.
14
Gambar 9. Leopold III
Leopold 4
Pemeriksa menghadap kaki pasien dan meletakkan tangannya di kedua
SIAS untuk mengetahui apakah bagian terbawah janin sudah engage ke pelvis
ibu.
Gambar 10. Leopold IV
Palpasi abdomen dapat dikerjakan pada bulan-bulan terakhir kehamilan dan
selama serta di antara kontraksi saat persalinan. Temuan-temuan tersebut
memberikan informasi mengenai presentasi dan posisi janin, serta seberapa jauh
bagian terbawah janin telah turun ke dalam panggul.
H. Pemeriksaan Vagina
Sebelum persalinan, diagnosis presentasi dan posisi janin dengan
pemeriksaan vagina sering tidak dapat ditentukan. Dengan dimulainya persalinan
dan setelah dilatasi serviks, informasi dapat diperoleh. Pada presentasi verteks,
posisi dan variasi dapat diketahui dengan membedakan berbagai sutura dan ubun-
ubun. Presentasi muka dengan membedakan bagian-bagian wajah. Presentasi
bokong diidetifikasi dengan meraba sacrum dan tuberostias iskhii ibu. Sebaiknya
dilakukan empat perasat rutin sebelum saat dilakukan pemeriksaan vagina untuk
menentukan presentasi dan posisi janin, sebagai berikut4:
15
1. Kedua jari tangan dimasukkan ke dalam vagina dan diarahkan ke bagian
terbawah janin untuk membedakan presentasi janin.
2. Jika presentasi verteks, jari-jari dimasukkan ke posterior vagina kemudian
disapukan ke depan melalui kepala janin ke simfisis ibu. Saat melakukan
gerakan ini, jari-jari akan melewati sutura sagitalis, jika sutura ini teraba
maka arahnya dapat ditentukan, dengan ubun-ubun kecil dan besar pada
ujung yang berlawanan.
3. Jari-jari kemudian diarahkan ke ujung anterior sutura sagitalis dan ubun-
ubun kemudian diperiksa dan diidentifikasi.
4. Station atau seberapa jauh bagian terbawah janin telah turun ke dalam
panggul dapat ditentukan.
BAB III
MEKANISME PERSALINAN NORMAL
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persalinan Normal
Seperti diketahui bahwa proses persalinan normal, ditentukan oleh tiga
faktor utama yaitu3:
1. Power : kekuatan his yang adekuat dan tambahan kekuatan mengejan.
2. Passage : jalan lahir tulang, jalan lahir otot.
3. Passanger : janin, plasenta, dan selaput ketuban.
16
Ketiga faktor utama ini sangat menentukan jalannya persalinan sehingga
akan terjadi proses persalinan3:
1. Spontan belakang kepala
2. Persalinan buatan dengan tambahan tenaga dari luar : induksi persalinan dan
persalinan operatif
1. Power
Keregangan uterus yang bersifat elastis menyebabkan makin meningkatnya
jumlah reseptor oksitosin (dominan pada fundus uteri dan korpus uteri),
bertambah jumlah “gap junction” untuk melakukan koordinasi his sehingga
tercapai kekuatan untuk pembukaan serviks uteri.3
Pada akhirnya, saat janin aterm, pembesaran uterus menjadi maksimal
demikian juga pembentukan reseptor oksitosin dan gap junction mencapai
maksimal sehingga kontraksi Braxton hicks menjadi his persalinan. Karena
distribusi reseptor oksitosin yang dominan pada fundus dan korpus uteri, maka
kontraksi uterus dominan di tempat itu mulai dengan titik awalnya pada
“pacemakers” yang terletak sekitar insersi tuba fallopi pada fundus uteri.3
Kontraksi atau his yang semakin kuat menimbulkan peningkatan hidrostatik
cairan amnion sehingga berperan dalam upaya meningkatkan perlunakan dan
pembukaan serviks, sebagai jalan lahir pasif.3
Refleks mengejan mempercepat proses persalinan akibat pengeluaran
oksitosin yang terjadi secara pulsatif, oksitosin yang dikeluarkan memiliki
konsentrasi yang lebih tinggi dan frekuensi lebih sering sehingga kala dua
persalinan berlangsung lebih cepat.3
Kombinasi his dan kekuatan mengejan dapat dikendalikan dan dapat
diajarkan kepada parturien. Parturien diminta untuk merangkul pahanya sehingga
dapat memperlebar jalan lahir. Badan yang melengkung saat merangkal paha akan
menambah efektifitas kekuatan diafragma sehingga membantu proses pengeluaran
bayi. 3
2. Passage
Jalan lahir terdiri atas tulang pelvis dan otot-otot pelvis. Beberapa istilah
yang perlu diketahui yaitu : justo minor yaitu jika dijumpai ukuran-ukuran
diameter panggul satu sentimeter kurang dari normal pada seluruh ukurannya,
17
dan justo mayor yaitu jika ukuran-ukuran daiameter panjang tulang panggul
seluruhnya normal atau lebih.3
Panggul sempit absolut: jika ukuran konjugata kurang dari 512
. Penyebab
pintu bawah panggul yang sempit : umumnya terjadi karena rakitis-kekurangan
vitamin D dan adanya tonjolan os sacrum yang menghalangi turunnya kepala
janin/bagian terendah.3
Bentuk-bentuk panggul yaitu :
a. Ginekoid (normal) : bentuk agak bulat, sudut subpubis yang lebar, dinding
samping hamper sejajar, spina ischiadica yang lebar, ruang sakroskiatik yang
luas.
b. Android pelvis : bentuk seperti jantung, sudut suppubis yang sempit, jarak
spina ischiadica yang pendek/menonjol.
c. Anthropoid pelvis : diameter konjugata yang panjang, sudut subpubis yang
sempit, ruang sakroskiatik yang luas.
d. Platipoloid pelvis : diameter konjugata yang sempit, diameter transversalis
yang panjang, sudut subpubis yang lebar.
Muskulus levator ani sebagai otot terbesar dan terkuat di dasar panggul yang
insersionya mengikuti jalan lahir tulang, sehingga ikut serta melengkung ke
depan. Selain itu di bagian depannya terbuka sebagai tempat jalan : uretra dan
vagina (sebagai jalan terakhir). Dengan bentuk tersebut, muskulus levator ani
membantu putaran paksi dalam, dan mendorong kepala/bagian terendah ke arah
depan sehingga hipomoklion berada di bawah simpisis.3
Kekuatan his dan mengejan berikutnya akan membuka liang vagina
sehingga perineum menipis, dan dapat terjadi ruptur spontan, jika besarnya kepala
melampaui kemampuan elastisitas.3
Kontraksi otot uterus menimbulkan beberapa hal berkaitan dengan proses
persalinan di antaranya membentuk segmen bawah rahim. Segmen bawah rahim
terjadi karena terdapat perbedaan distribusi otot uterus yang semakin ke bawah
semakin tipis/jumlahnya berkurang. Pembentukan segmen bawah rahim sangat
penting karena dapat mendorong bagian terendah janin secara pasif. Dorongan
kontraksi otot uterus ini karena sifatnya refraktif, yaitu setelah kontraksi berakhir,
18
tidak akan kembali kepanjang semula. Artinya setiap kontraksi akan
memendekkan otot uterus.3
3. Passenger
Passenger terdiri dari janin, plasenta, dan selaput ketuban. Anatomi kepala
janin adalah sebagai berikut : sinciput terdiri dari os mandibularis, os fasialis, os
frontalis kanan dan kiri, oksiput terdiri atas os oksipitalis, os parietalis kanan dan
kiri, os temporalis kanan dan kiri. Diantara tulang tengkorak terdapat sutura
(selaput jaringan ikat yang menjadi batas antara tulang tengkorak), yaitu : sutura