Perkembangan & Pertumbuhan Asuransi Syariah Life Insurance di Indonesia 2011-2013 Tugas Matakuliah : Asuransi Syariah Pasca Sarjanah : Universitas Azzahra Presented by: Wahyu Hidayat Sandra Fitra Muri M muji
Jul 18, 2015
Perkembangan & Pertumbuhan Asuransi Syariah Life Insurance di Indonesia 2011-2013
Tugas Matakuliah : Asuransi Syariah
Pasca Sarjanah : Universitas Azzahra
Presented by:
Wahyu Hidayat
Sandra
Fitra
Muri
M muji
Definisi
• Asuransi berasal dari kata “assurantie” (Belanda), atau
“assurance/insurance” (Inggris). Paling tidak menurut sebagian ahli,
kata istilah assurantie itu sendiri sesungguhnya bukanlah istilah asli
bahasa Belanda, melainkan berasal dari bahasa latin yang kemudian
diserap ke dalam bahasa Belanda yaitu assecurare yang berarti
“meyakinkan orang.” Kata ini kemudian dikenal dalam bahasa perancis
sebagai assurance. Baik kata assurance maupun kata insurance, secara
literal keduanya berarti pertanggungan atau perlindungan. Padahal
menurut Dahlan Siamat, kedua istilah ini sesungguhnya memiliki
pengertian yang berbeda antara satu dari yang lain. Insurance
mengandung arti ‘menanggung sesuatu yang mungkin terjadi’;
sedangkan assurance berarti ‘menanggung sesuatu yang pasti terjadi’.
Landaasan Hukum
• Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992,
Tentang Usaha Perasuransian, dikemukakan bahwa yang dimaksud
dengan: “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian dua pihak atau
lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggun jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.”
Asuransi Syariah
• Dalam literature Arab (Fikih Islam), asuransi dikenal dengan
sebutan “at-takaful” dan at-tadhamun. Secara literal, at-takaful
artinya “pertanggungan yang berbalasan,” atau hal saling
menanggung;” sedangkan at-tadhamun secara harfiah berarti
“solidaritas,” atau “hal saling menanggung hak/kewajiban yang
berbalasan.
Landasan Teori
• "Adalah sikap ta'awwun yang telah diatur dengan sistem yang
sangat rapi, antara sejumlah besar manusia, semuanya telah siap
mengantisipasi suatu peristiwa, jika sebagian mereka mengalami
peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong dalam
menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian (derma)
yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian
(derma) tersebut mereka dapat menutupi kerugian-kerugian yang
dialami oleh peserta yang tertimpa musibah "(Dr.Husain Hamid
Hisan, Hukmu Asy-syarii`ah Al Islamiyyah Fii `Uquudi At Ta`min)
Dewan Syariah Nasional :
"Asuransi syariah (Ta'min, Takaful, Tadhamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak
melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (
perikatan ) yang sesuai dengan syariah"
( Fatwa Dewan Syariah Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001)
Definisi
• Takaful dalam pengertian muamalah ialah saling memikul resiko diantara
sesama orang sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung
atas resiko yang muncul. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar saling
tolong menolong, kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana
tabarru atau dana kebajikan yang ditujukan untuk menanggung resiko. Takaful
dalam pengertian ini sesuai dengan Al-Qur'an Surat Al-Maidah (QS 5:2)
" Dan tolong menolonglah kamu dalam ( mengerjakan ) kebajikan dan taqwa
dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran "
Syekh Abu Zahro :
Menurut Syekh Abu Zahro ungkapan yang paling tepat untuk makna At-Takaful Al-Ijtima'i
adalah Sabda nabi SAW :
"Mukmin terhadap mukmin yang lain seperti bangunan memperkuat satu sama lain" (HR
Bukhari Muslim)
"Orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka seperti satu badan,
apabila salah satu anggota badan itu menderita sakit maka seluruh badan merasakannya"
( Syekh Abu zahro, At-Takaful Al Ijtima'i Fi Al-Islam, 1964 Darul Qaumiyyah, Kairo)
TABARRU' (DANA KEBAJIKAN)
• Muhammad Al-Sayed Al-Dasyqi :
• Tabarru berasal dari kata, Tabarra'a, Yatabarra'u,, Tabarrua'an, artinya sumbangan atau dana
kebajikan atau derma. Orang yang memberi sumbangan disebut Mutabarri' (dermawan). Niat
tabarru' adalah alternatif uang sah yang dibenarkan oleh syara' dalam melepaskan diri dari
praktek gharar yang diharamkan dalam praktek asuransi. (Muhammad Al-Sayed Al-Dasyqi, At-
tawim wa mawqif' ala Al-shariyah Al-Islamiyah Minhu)
Al-Qur'an Surat Al-Baqarah: 177
• " Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari kemudian, Malaikat-malaikat,
Kitab-Kitab, Nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat-kerabatnya,
anak yatim, orang-orang miskin, musafir, dan orang-orang yang meminta-minta dan
memerdekakan hamba sahaya....dst"
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah :
Akad dalam Islam dibangun atas dasar mewujudkan keadilan dan menjauhkan
penganiayaan. Sebab pada asalnya harta seorang muslim lain itu tidak halal,
kecuali jika dipindahkan haknya dengan kesukaan hatinya (kerelaan), akan tetapi
hatinya tidak akan suka, kacuali apabila ia memberikan miliknya itu dengan
kerelaan bukan terpaksa, dengan ketulusan bukan karena tertipu atau terkeco.
Keadilan itu diantaranya ada yang jelas dapat diketahui oleh setiap orang dengan
akalnya, seperti halnya pembeli wajib menyerahkan harta dan penjual
menyerahkan barang jualannya kepada pembeli secara jelas, dan dilarang berbuat
curang dalam menakar dan menimbang, wajib jujur dan berterus terang, haram
berbuat bohong dan berkhianat, dan utang itu mesti di balas dengan melunasinya
dan mengucapkan pujian. ( Ibnu Taimiyah, Majmu' fatawa, Maktabah Ibn
Taimiyah, Mekah, 1960 (28:384) )
Macam-macam Akad dan Ketentuannya dalam Suransi Syariah
• Macam-Macam Akad Dalam Asuransi Syariah :
• Akad yang Dilakukan Antara Peserta dengan Perusahaan Asuransi
Terdiri Atas : Akad tijaroh dan akad tabarru. Akad tijaroh yang
dimaksud diatas adalah Mudharabah, sedangkan akad tabarru' adalah
hibah.
Ketentuan dalam Akad Tijarah dan Tabarru':
• Jenis akad tijaroh dapat dirubah menjadi jenis akad tabarru' bila pihak
yang tertahan haknya dengan rela melepaskan haknya sehingga
menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya.
• Jenis akad tabarru' tidak dapat dirubah menjadi jenis akad tijarah
Jenis Asuransi dan yang tertera didalamnya
• Jenis Asuransi dan Akadnya:
• Dipandang dari segi jenis, asuransi terdiri atas asuransi umum
(kerugian) dan asuransi jiwa Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi
tersebut adalah mudharabah dan hibah
Dalam akad sekurang-kurangnya harus disebutkan :
• Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan
• Cara dan waktu pembayaran premi
• Jenis akad tijarah dan atau akad tabarru' serta syarat-syarat yang
disepakati sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan
Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tijaroh dan Akad Tabarru' :
Dalam akad tijaroh (Mudharabah) perusahaan bertindak sebagai
mudharib (pengelolah) dan pesserta bertindak sebagai shahibul maal
atau pemegang polis
Dalam akad tabarru' atau hibah peserta memberikan hibah yang akan
digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah.
Sedangkan perusahaan sebagai pengelolah dana hibah
Asuransi Jiwa Syariah (Life Insurance)
• Dalam bisnis asuransi syariah, secara umum peserta asuransi syariah tidak
memberikan syarat tertentu yang membatasi tentang cara pengelolaan dana
sehingga akad ini dikategorikan sebagai mudharabah mutlaqah. Sedangkan
dalam posisinya sebagai mudharib di satu sisi dan shaibul maal di sisi yang lain
maka asuransi syariah layaknya bank syariah melaksanakan mudharabah
kedua•. Kemudian dana peserta yang terkumpul akan diinvestasikan ke dalam
instumen investasi syariah dan apabila ada keuntungan (profit) maka hasilnya
akan dibagikan kepada peserta dan perusahaan berdasarkan nisbah atau rasio
yang telah disepakai di awal perjanjian, misalnya 50:50, 70:30, dan
sebagainya. Mekanisme bagi hasil (mudharabah) pada asuransi jiwa dan
kerugian dapat dilihat seperti pada skema berikut :
Skema Asuransi Jiwa Syariah
Penjelasan
Dari skema bagi hasil di atas, kita bisa melihat bahwa dalam asuransi jiwa syariah terdapat dua rekening peserta yaitu : (1) Rekening Tabungan (Participant Account) dan (2) Rekening Khusus (Participant Special Account). Pemisahan rekening tersebut dilakukan guna menjawab permasalahan ketidakjelasan (gharar) pada praktek asuransi konvensional dari sisi pembayaran klaim. Misalnya seorang peserta mengambil paket asuransi jiwa sebesar Rp 10 juta dengan masa pertanggungan 10 tahun. Bila ia ditakdirkan meninggal dunia di tahun ke-4 dan baru sempat membayar Rp 4 juta maka ahli waris akan menerima sejumlah penuh Rp 10 juta. Pertanyaannya, sisa pembayaran sebesar Rp 6 juta diperoleh dari mana. Disinilah kemudian timbul ghara sehingga dalam sistem asuransi syariah diperlukan mekanisme untuk menghapus gharar tersebut dengan menyediakan rekening khusus untuk pembayaran klaim (rekening ini disebut juga dengan rekening tabarru). Akad yang diberlakukan dalam rekening khusus ini adalah transaksi atau perjanjian kontrak yang bersifat non profit sehingga tidak boleh digunakan untuk tujuan komersial. Dengan demikian idealnya semua dana tabarru maupun hasil investasinya (apabila dana tabarru tersebut ikut diinvesatiksan) tidak dibagihasilkan kepada peserta maupun pengelola, namun menjadi ‘dana abadi’ dalam Rekening Khusus.
Perkembangan dan Pertumbuhan Asuransi Syariah Life Insurance
Sejak akhir abad ke-20, perkembangan ekonomi syariah secara global mulai meningkat. Semakin
banyak bank-bank Islam yang menerapkan prinsip syariah, yaitu sistem perbankan yang tidak
meminjamkan atau memungut pinjaman dengan bunga pinjaman (riba) dan memiliki larangan
untuk berinvestasi pada usaha yang berkategori haram menurut ajaran Islam.
Perkembangan positif ini juga terlihat pada perkembangan ekonomi syariah di Indonesia dengan
meningkatnya aset perbankan syariah dari Rp49,6 triliun pada 2008 menjadi Rp223 triliun pada
Agustus 2013. Dengan besarnya potensi produk syariah ini, banyak pula perusahaan asuransi di
Indonesia yang menawarkan produk syariah.
Pertumbuhan industri asuransi syariah ditargetkan sebesar 35% per tahun. Bahkan, pertumbuhan
premi asuransi syariah tercatat mencapai 43% di 2013. Ini lebih besar dibandingkan peningkatan
pada asuransi konvensional yang berada di posisi 20%.
Oleh karena itu, masa depan asuransi syariah di Indonesia dipandang masih terbuka lebar.
Pertumbuhan ekonomi yang kuat dikombinasikan dengan naiknya tingkat tabungan dan
berkembangnya perekonomian kelas menengah, merupakan pertanda baik untuk industri asuransi
jiwa syariah.
Perkembangan dan Pertumbuhan Asuransi Syariah Life Insurance
Perkembangan dan Pertumbuhan Asuransi Syariah Life Insurance
Date 1 Date 2 Date 3 Date 4
Timeline
Date 1
Date 2
Date 3
Date 4
Timeline
Looking Ahead
• When is the next milestone?
• What are the expected deliverables?
• Known risks and issues
o What is the investigation timeline for these
issues?
• What are the immediate next steps?
Dependencies and Resources
Project
Vendors
Manufacturing
SalesEngineering
Remote Teams
Appendix
Appendix
• Budget
• Design documents
• Marketing plan
• Supplemental documents
• Contact information