PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL: TINJAUAN KEBENCANAAN PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL: TINJAUAN KEBENCANAAN Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2013 Supported By:
278
Embed
Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN STRATEGIS NASIONAL:
TINJAUAN KEBENCANAAN
PEREN
CAN
AA
N TATA
RU
AN
G KA
WA
SAN
STRATEG
IS NA
SION
AL: TIN
JAU
AN
KEB
ENC
AN
AA
N
Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan JABOdETABEKPUNJUR
Direktorat Tata Ruang dan PertanahanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
2013
Supported By:
PERENCANAAN TATA RUANG
KAWASAN STRATEGIS NASIONAL: Tinjauan Kebencanaan
Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR
(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur)
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
2013
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALii
PENANGGUNG JAWAB :
R. Aryawan Soetiarso Poetro, Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, selaku Project Board SCDRR Phase II
TIM PENGARAH :
Deddy Koespramoedyo Arifi n Rudiyanto, Direktur Pengembangan WilayahOswar Muadzin Mungkasa, Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
TIM PENULIS :
Sri Peni AdiartiHandoko Prastiyo
TIM SUPERVISI :
Mia Amalia Dwi HariyawanRinella Tambunan May HendarminiSanti Yulianti Khairul RizalAswicaksana Agung DorodjatoenIndra Ade Saputra Gina Puspitasari
EDITOR :
Adriana Venny
Tim Penyusun
Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional:
Tinjauan Kebencanaan
Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL iii
Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertanahan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan, termasuk di dalamnya adalah wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Secara umum terdapat 7 (tujuh) tipologi KSN yaitu: (a) pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; (b) peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; (c) pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif; (d) pemanfaatan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi; (e) pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa; (f ) pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung; dan (g) pengembangan kawasan tertinggal. Pemerintah telah menetapkan 76 KSN yang harus disusun rencana tata ruangnya, walaupun sampai saat ini baru tersusun 5 (lima) Peraturan Presiden terkait KSN yaitu SARBAGITA, MAMMINASATA, MEBIDANGPRO, BBK dan JABODETABEKPUNJUR.
Penataan ruang KSN adalah salah satu kegiatan penting yang harus diselesaikan segera untuk mendukung upaya pengembangan wilayah sesuai dengan tipologi kawasan tersebut. Beberapa KSN yang berada di kawasan rawan bencana perlu memperhatikan aspek mitigasi bencana dalam proses perencanaannya. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mengamanatkan pengkajian risiko bencana yang meliputi tingkat ancaman, kerentanan, kapasitas, risiko serta kebijakan penanggulangan bencana berdasarkan hasil kajian dan peta risiko bencana. Namun demikian, sampai saat ini, perencanaan tata ruang belum banyak memanfaatkan hasil kajian dan peta risiko bencana dalam penyusunan materi teknisnya.
Materi buku ini merupakan salah satu hasil kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dalam menguji coba kehandalan RTR KSN sebagai instrumen mitigasi bencana. Pada saat bersamaan sedang dilakukan kaji ulang, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang JABODETABEKPUNJUR oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN), sehingga hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti bagi upaya kaji ulang tersebut. Tidak hanya itu, materi buku ini kami harapkan juga dapat berkontribusi dalam penyempurnaan proses perencanaan tata ruang maupun proses penyusunan kajian dan peta risiko bencana.
KATA PENGANTAR
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALiv
Tentunya hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi berbagai pihak, baik pemerintah pusat, maupun provinsi, yang sedang dalam proses menyusun atau meninjau kembali rencana tata ruang wilayahnya. Saran dan masukan yang konstruktif akan kami terima dengan senang hati untuk peningkatan kualitas penataan ruang nasional dan daerah. Selamat membaca.
Jakarta, Desember 2013
Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Oswar Muadzin Mungkasa
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL v
TIM REDAKSI PENYUSUNAN BUKU .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xi
GLOSARI ...................................................................................................................... xiv
Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................ 11.1.1 Penataan Ruang dan Pengurangan Risiko Bencana ........................................... 21.1.2 Peran Data Spasial dalam Perencanaan Tata Ruang dan Pengurangan Risiko Bencana ................................................................................................................. 3
1.2 Tujuan Penugasan ......................................................................................................................... 41.3 Ruang Lingkup Pekerjaan ........................................................................................................... 4
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah ................................................................................................ 41.3.2 Ruang Lingkup Kajian .................................................................................................... 5
Bab 2 Tinjauan Literatur ....................................................................................................... 9
2.1 Peraturan Presiden No.54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur .................................................... 92.2 Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ............... 13
2.2.1 Defi nisi Istilah ................................................................................................................... 132.2.2 Umum .................................................................................................................................. 142.2.3 Rencana Penanggulangan Bencana ........................................................................ 182.2.3 Pemahaman Tentang Metodologi Kajian Risiko Bencana ................................ 21
2.2.3.1 Jenis Bencana di Indonesia ......................................................................... 212.2.3.2 Konsepsi Kajian Risiko Bencana ................................................................. 212.2.3.3 Metode Pengkajian Risiko Bencana ......................................................... 25
Bab 3 Metodologi Penyusunan Laporan ............................................................................. 35
3.1 Data dan Sumber Data ................................................................................................................. 353.2 Waktu Pelaksanaan Kajian .......................................................................................................... 373.3 Metode Kajian ................................................................................................................................. 37
DAFTAR ISI
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALvi
Bab 4 Gambaran Umum Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................ 41
4.1 Umum ................................................................................................................................................ 414.2 Profi l Kerawanan Bencana pada Pusat-Pusat Kegiatan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................. 44
4.2.1 Profi l Kerawanan Bencana Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR .... 454.2.2 Profi l Kerawanan Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan JABODETABEKPUNJUR .................................................................................................. 454.2.3 Profi l Kerawanan Bencana per Jenis Bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR .................................................................................................. 47
4.3 Profi l Kerentanan Bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................... 534.4 Kecenderungan Kejadian Bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................... 604.5 Profi l Risiko Bencana tingkat Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR .............. 60
4.5.1 Urutan Bencana Risiko Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ............... 604.5.2 Bencana Prioritas Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ...................... 61
Bab 5 Analisis RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dari Perspektif Risiko Bencana ............. 65
5.1 Aspek Penanggulangan Bencana dalam RTR KSN ............................................................. 655.2 Kesesuaian Data Spasial yang Ada dengan UU No. 4/2011 tentang Informasi Geospasial ........................................................................................................................................ 655.3 Analisis Spasial Kesesuaian Penggunaan Lahan Saat ini dengan Arahan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................................................ 695.4 Analisis Spasial terhadap Arahan Susunan Pusat-Pusat Perkotaan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................. 765.5 Analisis Potensi Risiko Bencana pada RTR KSN JABODETABEKPUNJUR ..................... 79
5.5.1 Bencana Banjir dan Upaya Mitigasi Bencana ........................................................ 815.5.2 Bencana Tanah Longsor dan Upaya Mitigasi Bencana ...................................... 865.5.3 Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi dan Upaya Mitigasi Bencana ..... 895.5.4 Bencana Cuaca Ekstrim/Angin Puting Beliung dan Upaya Mitigasi Bencana.. 925.5.5 Bencana Gempabumi dan Upaya Mitigasi Bencana .......................................... 955.5.6 Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan dan Upaya Mitigasi Bencana ........... 985.5.7 Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit dan Upaya Mitigasi Bencana ......... 1015.5.8 Bencana Kekeringan dan Upaya Mitigasi Bencana ............................................. 1045.5.9 Bencana Gagal Teknologi dan Upaya Mitigasi Bencana ................................... 1085.5.10 Bencana Letusan Gunung Api dan Upaya Mitigasi Bencana .......................... 1125.5.11 Bencana Tsunami dan Upaya Mitigasi Bencana ................................................... 1155.5.12 Bencana Konfl ik Sosial dan Upaya Mitigasi Bencana ......................................... 1185.5.13 Bencana Kebakaran Gedung dan Permukiman dan Upaya Mitigasi Bencana ... 1205.5.14 Potensi Risiko Bencana Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR .............. 123
5.6 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi .......................................... 1255.6.1 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta .... 1255.6.2 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRWP Jawa Barat ................... 1285.6.3 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRWP Banten .......................... 131
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL vii
5.7 Tinjauan RTRW Kota Administrasi Jakarta Timur 2011-2030 terhadap Kebijakan Penanggulangan Bencana Kota Jakarta Timur 2012-2016 ............................................. 133
5.7.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Jakarta Timur..................................................... 1345.7.2 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Kota Jakarta Timur 2011-2030 .......................................................................................................................... 1365.7.3 Informasi Materi Kerentanan Bencana Jakarta Timur terhadap DKI Jakarta ..... 1385.7.4 Skala Peta dan Informasi Peta Risiko ........................................................................ 1405.7.5 Informasi Potensi Risiko Bencana di Kota Jakarta Timur ................................... 144
5.7.5.1 Bencana Banjir dan Upaya Mitigasi Bencana ........................................ 1445.7.5.2 Bencana Gempabumi dan Upaya Mitigasi Bencana .......................... 1465.7.5.3 Bencana Cuaca Ekstrim (Angin Puting Beliung) dan Upaya Mitigasi Bencana .............................................................................................................. 1495.7.5.4 Bencana Kekeringan dan Upaya Mitigasi Bencana ............................ 1515.7.5.5 Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit dan Upaya Mitigasi Bencana.. 153
Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi .................................................................................. 157
6.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................... 1576.1.1 Kesimpulan Umum ......................................................................................................... 1576.1.2 Kesimpulan Khusus ........................................................................................................ 159
6.1.2.1 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Hulu ............................................. 1596.1.2.2 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Tengah ........................................ 1596.1.2.3 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Hilir .............................................. 159
6.2 Rekomendasi ................................................................................................................................... 1736.2.1 Rekomendasi Umum ..................................................................................................... 1736.2.2 Rekomendasi Khusus ..................................................................................................... 173
6.2.2.1 Rekomendasi Untuk Kegiatan Kaji Ulang KSN JABODETABEKPUNJUR .................................................................................. 1736.2.2.2 Rekomendasi untuk Badan Informasi Geospasial (BIG) .................... 1776.2.2.3 Rekomendasi untuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ................................................................................................................. 1776.2.2.4 Rekomendasi untuk Perbaikan Pedoman Penyusunan RTR KSN dan RTRWP ........................................................................................................ 178
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALviii
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL ix
Tabel 1 Arahan Pemanfaatan Ruang Tiap Zona di KSN JABODETABEKPUNJUR ............................ 11Tabel 2 Jenis Ancaman Bencana dan Sumber Panduan ........................................................................ 21Tabel 3 Komponen Indeks Ancaman Bencana .......................................................................................... 28Tabel 4 Ketersediaan Data Spasial ................................................................................................................. 36Tabel 5 Profi l Kerawanan Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ......... 46Tabel 6 Profi l Kerawanan per Jenis Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ....................................................................................................................... 49Tabel 7 Kecenderungan Kejadian Bencana ................................................................................................ 60Tabel 8 Urutan Jenis Bencana Risiko Tinggi di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten .. 61Tabel 9 Bencana Prioritas Provinsi ................................................................................................................. 62Tabel 10 Penyelenggaraan Peta Rupabumi Indonesia ............................................................................. 68Tabel 11 Skala Peta RTR KSN berdasarkan Tipologi KSN .......................................................................... 68Tabel 12 Tabel Luasan Arahan Pemanfaatan Ruang per Zona di JABODETABEKPUNJUR ........... 70Tabel 13 Rincian Luasan Zona Per Provinsi di Kawasan Jabodetabek Punjur .................................. 71Tabel 14 Kode Penggunaan Lahan .................................................................................................................. 72Tabel 15 Penggunaan Lahan Eksisting pada Arahan Zona N1 dan N2 di Kabupaten Bogor ...... 76Tabel 16 Jarak Pusat Perkotaan ke Kota Inti Jakarta (km) ........................................................................ 77Tabel 17 Jarak Terdekat Antar Titik Pusat dan Sub Perkotaan ................................................................ 78Tabel 18 Jarak Terjauh Antar Titik Pusat dan Sub Perkotaan .................................................................. 79Tabel 19 Aspek-Aspek Kebencanaan yang Perlu Diperhatikan pada Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang ................................................................................................................... 80Tabel 20 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Banjir ................................... 85Tabel 21 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Tanah Longsor ................. 89Tabel 22 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Abrasi .................................. 92Tabel 23 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Cuaca Ekstrim .................. 94Tabel 24 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Gempabumi ..................... 98Tabel 25 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan .................................................................................................................................. 101Tabel 26 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Epidemi .............................. 104Tabel 27 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kekeringan ....................... 108Tabel 28 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kegagalan Teknologi .... 112Tabel 29 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Gunung Api ...................... 115Tabel 30 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Tsunami .............................. 118Tabel 31 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Konfl ik Sosial .................... 120
DAFTAR TABEL
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALx
Tabel 32 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kebakaran Permukiman .. 123Tabel 33 Zona Potensi Bencana Risiko Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ........................ 124Tabel 34 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta ......................... 126Tabel 35 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi Jawa Barat .......................... 129Tabel 36 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi Banten ................................. 132Tabel 37 Luas Area Kota Jakarta Timur Per Kecamatan ............................................................................ 136Tabel 38 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Kota Administrasi Jakarta Timur .......................................................................................................................................... 136Tabel 39 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Hulu ................................................................................... 160Tabel 40 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Tengah .............................................................................. 163Tabel 41 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Hilir .................................................................................... 168Tabel 42 Rekomendasi untuk Wilayah Hulu ................................................................................................. 174Tabel 43 Rekomendasi untuk Wilayah Tengah ............................................................................................ 175Tabel 44 Rekomendasi untuk Wilayah Hilir ................................................................................................... 176
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xi
Gambar 1 Peta Administrasi Lingkup Wilayah Kajian KSN JABODETABEKPUNJUR ...................... 5Gambar 2 Peta Struktur dan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR ..................................... 11Gambar 3 Siklus Penanggulangan Bencana ............................................................................................... 18Gambar 4 Perencanaan dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana ............................... 19Gambar 5 Proses Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana .................................................. 20Gambar 6 Konsep Umum Kajian Risiko Bencana ...................................................................................... 22Gambar 7 Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana ............................................................................ 25Gambar 8 Metode Pengkajian ......................................................................................................................... 26Gambar 9 Output Pengkajian Risiko Bencana............................................................................................ 29Gambar 10 Matriks Penentuan Tingkat Ancaman, Tingkat Kerugian, dan Tingkat Risiko Bencana ............................................................................................................................................... 32Gambar 11 Kerangka Metodologi Kajian ........................................................................................................ 38Gambar 12 Kawasan Strategis Nasional JABODETABEKPUNJUR ........................................................... 42Gambar 13 Peta Penggunaan Lahan Kawasan JABODETABEKPUNJUR Tahun 2010 ...................... 43Gambar 14 Peta Ekoregion dan Tutupan Lahan DAS Ciliwung .............................................................. 44Gambar 15 Profi l Kerawanan Bencana tingkat Provinsi ............................................................................ 45Gambar 16 Profi l Kerawanan Bencana Tingkat Kabupaten/Kota .......................................................... 46Gambar 17 Profi l Kerawanan Bencana tingkat Kabupaten/Kota ........................................................... 48Gambar 18 Profi l Rawan Bencana Angin Topan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ..................... 50Gambar 19 Profi l Rawan Bencana Banjir di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................... 51Gambar 20 Profi l Rawan Bencana Banjir dan Tanah Longsor dan Gempabumi di
JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................... 51Gambar 21 Profi l Rawan Bencana Gelombang Pantai dan Abrasi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................... 51Gambar 22 Profi l Rawan Bencana Gelombang Pantai dan Abrasi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................... 52Gambar 23 Profi l Rawan Bencana Kecelakaan Industri dan Konfl ik Sosial di JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................... 52Gambar 24 Profi l Rawan Bencana Kecelakaan Transportasi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ..... 52Gambar 25 Profi l Rawan Bencana Kekeringan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ....................... 53Gambar 26 Profi l Rawan Bencana Tanah Longsor di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................. 53Gambar 27 Potensi Keterpaparan Penduduk Provinsi (jiwa) ................................................................... 55Gambar 28 Potensi Keterpaparan Penduduk (%) ........................................................................................ 56
DAFTAR GAMBAR
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxii
Gambar 29 Potensi Kerugian Fisik dan Ekonomi Provinsi (Triliun Rp) ................................................. 57Gambar 30 Potensi Kerusakan Lingkungan Provinsi (Ha) ........................................................................ 58Gambar 31 Potensi Kerusakan Lingkungan Provinsi (%) .......................................................................... 59Gambar 32 Aspek Penanggulangan Bencana dalam RTR KSN ............................................................... 67Gambar 33 Peta Penggunaan Lahan 2010 terhadap Zonasi Perpres 54/2008 ................................. 73Gambar 34 Perbandingan Penggunaan Lahan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR Tahun 2000 dan Tahun 2010................................................................................................................................. 74Gambar 35 Pembagian wilayah di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................... 75Gambar 36 Pola Hubungan Jarak Udara Antar Pusat Perkotaan di Kawasan
JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................... 77Gambar 37 Jarak Pusat Perkotaan ke Kota Inti Jakarta (km) .................................................................... 78Gambar 38 Peta Ancaman Bencana Banjir ..................................................................................................... 81Gambar 39 Peta Kerentanan Bencana Banjir ................................................................................................. 82Gambar 40 Peta Risiko Bencana Banjir ............................................................................................................ 83Gambar 41 Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor ................................................................................... 86Gambar 42 Peta Kerentanan Bencana Tanah Longsor ............................................................................... 87Gambar 43 Peta Risiko Bencana Tanah Longsor .......................................................................................... 88Gambar 44 Peta Ancaman Bencana Abrasi .................................................................................................... 89Gambar 45 Peta Kerentanan Bencana Abrasi ............................................................................................... 90Gambar 46 Peta Risiko Bencana Abrasi ........................................................................................................... 91Gambar 47 Peta Ancaman Bencana Cuaca Ekstrim .................................................................................... 92Gambar 48 Peta Kerentanan Bencana Cuaca Ekstrim ................................................................................ 93Gambar 49 Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim ........................................................................................... 94Gambar 50 Peta Ancaman Bencana Gempa Bumi ...................................................................................... 95Gambar 51 Peta Kerentanan Bencana Gempa Bumi .................................................................................. 96Gambar 52 Peta Risiko Bencana Gempa Bumi ............................................................................................. 97Gambar 53 Peta Ancaman Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan ....................................................... 99Gambar 54 Peta Kerentanan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan ................................................... 100Gambar 55 Peta Risiko Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan ............................................................... 100Gambar 56 Peta Ancaman Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit ...................................................... 102Gambar 57 Peta Kerentanan Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit .................................................. 103Gambar 58 Peta Risiko Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit ............................................................. 103Gambar 59 Peta Ancaman Bencana Kekeringan ......................................................................................... 105Gambar 60 Peta Kerentanan Bencana Kekeringan ..................................................................................... 106Gambar 61 Peta Risiko Bencana Kekeringan ................................................................................................. 107Gambar 62 Peta Ancaman Bencana Gagal Teknologi ................................................................................ 108Gambar 63 Peta Kerentanan Bencana Gagal Teknologi ............................................................................ 110Gambar 64 Peta Risiko Bencana Gagal Teknologi ....................................................................................... 111Gambar 65 Peta Ancaman Bencana Gunung Api ........................................................................................ 113Gambar 66 Peta Kerentanan Bencana Gunung Api .................................................................................... 114Gambar 67 Peta Risiko Bencana Gunung Api ............................................................................................... 114
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xiii
Gambar 68 Peta Ancaman Bencana Tsunami ............................................................................................... 116Gambar 69 Peta Kerentanan Bencana Tsunami ........................................................................................... 117Gambar 70 Peta Risiko Bencana Tsunami ....................................................................................................... 117Gambar 71 Peta Ancaman Bencana Konfl ik Sosial ...................................................................................... 118Gambar 72 Peta Kerentanan Bencana Konfl ik Sosial .................................................................................. 119Gambar 73 Peta Risiko Bencana Konfl ik Sosial ............................................................................................. 119Gambar 74 Peta Ancaman Bencana Kebakaran Permukiman ................................................................ 121Gambar 75 Peta Kerentanan Bencana Kebakaran Permukiman ............................................................ 122Gambar 76 Peta Risiko Bencana Kebakaran Permukiman........................................................................ 122Gambar 77 Risiko Bencana Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR berdasarkan Ketinggian Wilayah .......................................................................................................................... 125Gambar 78 Peta Orientasi Kota Jakarta Timur .............................................................................................. 134Gambar 79 Peta Administrasi dan Jaringan Jalan Kota Jakarta Timur ................................................. 135Gambar 80 Potensi Keterpaparan Jiwa di Jakarta Timur ........................................................................... 138Gambar 81 Potensi Kerugian Fisik dan Ekonomi di Jakarta Timur ........................................................ 139Gambar 82 Potensi Kerusakan Lingkungan di Jakarta Timur .................................................................. 140Gambar 83 Informasi Penggunaan Lahan pada Peta Skala Peta 1:250.000, 1:50.000, dan 1:10.000 ....................................................................................................................................... 141Gambar 84 Pertampalan antara Peta Multi Risiko Jakarta Timur terhadap Penggunaan Lahan 2010 ......................................................................................................................................... 142Gambar 85 Pertampalan antara Peta Multi Risiko Kota Jakarta Timur terhadap Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR............................................................................................ 143Gambar 86 Peta Ancaman Bencana Banjir Kota Jakarta Timur .............................................................. 144Gambar 87 Peta Kerentanan Bencana Bajir Kota Jakarta Timur ............................................................. 145Gambar 88 Peta Risiko Bencana Banjir di Kota Jakarta Timur ................................................................. 146Gambar 89 Peta Ancaman Bencana Gempabumi di Kota Jakarta Timur ............................................ 147Gambar 90 Peta Kerentanan Bencana Gempabumi di Kota Jakarta Timur ........................................ 147Gambar 91 Peta Risiko Bencana Gempabumi di Kota Jakarta Timur ................................................... 148Gambar 92 Peta Ancaman Bencana Cuaca Ekstrim di Kota Jakarta Timur ......................................... 149Gambar 93 Peta Kerentanan Bencana Cuaca Ekstrim di Kota Jakarta Timur ..................................... 150Gambar 94 Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim di Kota Jakarta Timur ................................................ 150Gambar 95 Peta Ancaman Bencana Kekeringan di Kota Jakarta Timur .............................................. 151Gambar 96 Peta Kerentanan Bencana Kekeringan di Kota Jakarta Timur .......................................... 152Gambar 97 Peta Risiko Bencana Kekeringan di Kota Jakarta Timur ...................................................... 152Gambar 98 Peta Ancaman Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit di Kota Jakarta Timur ........... 153Gambar 99 Peta Kerentanan Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit di Kota Jakarta Timur ....... 154Gambar 100 Peta Risiko Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit di Kota Jakarta Timur .................. 154
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxiv
GLOSARI
Abrasi: adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi.
Aglomerasi: Kawasan penyangga pengembangan kota/wilayah atau daerah pemukiman lanjutan. “Desa” atau “Udik” menurut defi nisi universal adalah sebuah aglomerasi pemukiman di area pedesaan.
Agro Industri: Pengembangan dari sektor pertanian, industri kecil, pariwisata dan perdagangan.
Akuntabilitas: bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, kebiayaannya maupun hasilnya.
Analisis Spasial: Analisis keruangan untuk pemanfaatan pembangunan yang ada di permukaan bumi.
Ancaman bencana (hazard): Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.
Angin Puting Beliung: dalam bahasa Indonesia disebut Tornado, adalah kolom udara yang berputar kencang yang membentuk hubungan antara awan cumulonimbus atau dalam kejadian langka dari dasar awan cumulus dengan permukaan tanah. Tornado muncul dalam banyak ukuran namun umumnya berbentuk corong kondensasi yang terlihat jelas yang ujungnya menyentuh bumi menyempit dan sering dikelilingi oleh awan yang membawa puing-puing. Dengan kecepatan angin 177 km/jam atau lebih, dengan rata-rata jangkauan 75 m dan menempuh beberapa kilometer sebelum menghilang.
BAKORSURTANAL: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
BAPPEDA: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BAPPENAS: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xv
Base map: Peta dasar
BATAN: Badan Tenaga Nuklir Nasional
BBK: Batam, Bintan dan Karimun
BDRM: Bengkulu Disaster Risk Mapping
Bencana: peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
BG: Badan Geologi
BGN: Badan Geologi Nasional
BIG: Badan Informasi Geospasial, sebelumnya bernama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKORSURTANAL).
Bio Farming: Tambak
Biopori: Metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air pada tanah, dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini dicetuskan oleh Dr. Kamir R. Barata, salah satu peneliti dari IPB. Pertama, buat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang timbun ke dalam lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah.
BKPRN: Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional
BMKG: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofi sika
BNPB: Badan Nasional Penanggulangan Bencana
BPPT: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
BPS: Badan Pusat Statistik
Budidaya: Dalam pertanian, merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Dalam artian lain, adalah usaha yang bermanfaat dan memberi hasil.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxvi
Capacity: Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana.
Check Dam: Memisahkan aliran utama dengan aliran kanal irigasi yang mengairi sawah.
Contingency Plan: Penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang didasarkan atas skenario menghadapi bencana tertentu (single hazard).
Citra Satelit: Gambaran satelit
Current: Arus
DAMKAR: Pemadam Kebakaran
DAS: Daerah Aliran Sungai
Data Sekunder: Kebijakan, program, materi teknis, RTWP dan dokumen lain terkait yang diperoleh dari publikasi resmi baik internet maupun lainnya.
DISHIDROS: Dinas Hidro Oseanografi TNI AL (TNI Angkatan Laut), merupakan lembaga survei pemetaan hidro-oseanografi dibawah TNI AL.
Dit. KKDT: Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal
Dit.TRP: Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
DKI Jakarta: Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Draf: Rancangan
Drainage/Drainase: adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Drainase berperan untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Secara umum: drainase didefi nisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Elevasi: Ketinggian dan kemiringan
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xvii
Epidemi: Istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas, pada banyak orang, lebih cepat daripada yang diduga dalam suatu periode waktu tertentu. Dengan kata lain, yang melampaui laju “ekspektasi” (dugaan), yang didasarkan pada pengalaman mutakhir.
ESDM: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
EWS: Early Warning System/Sistem Peringatan Dini, adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Early warning dilakukan melalui: 1) pengamatan gejala bencana; 2) analisis hasil pengamatan gejala bencana; 3) pengembilan keputusan oleh pihak yang berwenang; 4) penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana; 5) pengambilan tindakan oleh masyarakat.
Exposure: Tingkat keterpajanan/keterpaparan. Penentuan Indeks Penduduk Terpapar dihitung dari komponen sosial budaya di kawasan yang diperkirakan terlanda bencana. Komponen ini diperoleh dari indikator kepadatan penduduk dan indikator kelompok rentan pada suatu daerah bila terkena bencana. Indeks ini baru bisa diperoleh setelah Peta Ancaman untuk setiap bencana selesai disusun. Data yang diperoleh untuk komponen sosial budaya kemudian dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain dari nilai indeks dalam bentuk kelas (rendah, sedang atau tinggi), komponen ini juga menghasilkan jumlah jiwa penduduk yang terpapar ancaman bencana pada suatu daerah.
Format GRID: Raster Data
Format Vector: Beberapa format gambar vektor, di antaranya: SGV, EPS. Vektor sangat baik untuk kualitas pengskalaan ketika sebuah gambar berbasis informasi outline, dan format vektornya bisa diskala. Peta tanah kini telah digambarkan dalam bentuk format vektor digital dan raster yang dapat digunakan untuk berbagai penerapan ilmu bumi.
Framework: Kerangka kerja
Gelombang ekstrim: Bencana alam yang terjadi terkait iklim yang disebabkan meningkatnya suhu bumi (pemanasan global) yang diikuti oleh cuaca ekstrim yang tidak menentu, menyebabkan banjir dan kekeringan.
Gelombang pasang atau badai: gelombang tinggi yang yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxviii
Geodesi: 1) ilmu tentang pengukuran bentuk dan ukuran bumi, termasuk berat dan kepadatannya; 2) pengamatan dan pengukuran secara teliti untuk menentukan posisi titik pada permukaan bumi dan memetakannya.
Geometrik: Ukuran fi sik jalan, yang didesain dengan mempertimbangkan masalah keselamatan.
Geospasial: Survei dan Pemetaan
Geoteknik: Satu dari ilmu teknik sipil yang membahas permasalahan kekuatan tanah dan batuan serta hubungannya dengan kemampuan menahan beban bangunan yang tediri di atasnya.
GIS: Geographis Infrmation System atau Sistem Informasi Geografi s/SIG, adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Dalam arti yang sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografi s, misalnya data yang diindentifi kasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Teknologi SIG digunaan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. SIG bisa membantu untuk secara tepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunakan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi. SIG merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi pemetaan yang memiliki kemampuan tampang susun (overlay).
GRID: Grid merupakan komponen struktural dasar untuk contouring, pemodelan, dan menampilkan data spasial. Grid dapat dianggap sebagai tipe data spasial keempat setelah poligon, garis, dan titik. Sebuah grid terdiri dari sel-sel persegi yang teratur diatur di atas daerah tertentu. Setiap sel memiliki simpul, yang merupakan titik pusatnya. Setiap sel dapat diberi angka dan warna mewakili nilai. Jika ada beberapa sel diantara dua lokasi yang dikenal, seperti dua garis kontur, perubahan warna menunjukkan bagaimana nilai-nilai berubah diantara lokasi.
Hazard: Bahaya/ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.HFA: Hyogo Framework for Action
Hidrografi : Sumber daya air
Historikal: Kejadian
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xix
Horisontal: Mendatar
Hydran: Pompa air
IAB: Indeks Ancaman Bencana
IG: Informasi Geospasial
IGD: Informasi Geospasial Dasar
IGT: Informasi Geospasial Tematik
Indeks Risiko Bencana: indeks ini menjelaskan range pewarnaan yang melambangkan tingkat risiko bencana pada daerah yang dipetakan. Pewarnaan indeks ini mengikuti aturan bahwa untuk indeks risiko tinggi menggunakan warna merah, indeks risiko sedang menggunakan warna kuning dan indeks risiko rendah menggunakan warna hijau.
Indeks Ancaman Bencana: indeks disusun berdasarkan dua komponen utama, yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut. Dapat dikatakan bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian yang pernah terjadi pada suatu daerah. Dalam penyusunan peta risiko bencana, komponen-komponen utama ini dipetakan dengan menggunakan Perangkat GIS. Pemetaan baru dapat dilaksanakan setelah seluruh data indikator pada setiap komponen diperoleh dari sumber data yang telah ditentukan. Data yang diperoleh kemudian dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Indirect Potential Economic Lost: Potensi kerugian ekonomi secara tidak langsung
Infrastruktur: mencakup fi sik dan sosial, adalah sebagai kebutuhan dasar fi sik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik, Istilah ini merujuk kepada infrastruktur teknis atau fi sik yang mendukung jaringan struktur fasilitas, antara lain berupa: jalan kereta api, air bersih, kanal, waduk, tanggul, pengolahan limbah, listrik, telekomunikasi, air bersih, gas, serat optik, bandara, pelabuhan. Sedangkan infrastruktur sosial berupa kebutuhan dasar seperti sekolah dan rumah sakit.
IRBI: Indeks Rawan Bencana Indonesia
Instrumen: Alat
JABODETABEKPUNJUR: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxx
JORR 2: Jakarta Outer Ring Road 2
Kadastral: Peta kepemilikan tanah
Kapasitas: Kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana (Perka BNPB No.2 tahun 2012).
KAPET: Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu
Kartografi : Studi dan praktik membuat peta atau globe melalui komputer/perangkat lunak. Pembuatan peta yang merupakan salah satu di antara tiga macam utama: CAD (desain berbatuan computer), GIS (Sistem Informasi Geografi s), dan perangkat lunak ilustrasi peta yang khusus.
Kawasan Terbangun: Permukiman
Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber dan daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan, meliputi sektor-sektor: kehutanan, pertanian, pertambangan, perindustrian dan pariwisata.
KDB: Koefi sien Dasar Bangunan, merupakan koefi sien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan gedung dan luas persil atau kaveling atau blok peruntukan.
Kebencanaan: Ancaman, kerentanan dan risiko bencana
Keberhasilgunaan: adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya yang terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang berkualitas.
Kegagalan teknologi: Kegagalan dalam keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
KEK: Kawasan Ekonomi Khusus
Kemendagri: Kementerian Dalam Negeri
Kemenhub: Kementerian Perhubungan
Kemenhut: Kementerian Kehutanan
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxi
Kemenkes: Kementerian Kesehatan
Kemenperind: Kementerian Perindustrian
Kemen-PU: Kementerian Pekerjaan Umum
Kemensos: Kementerian Sosial
Kementan: Kementerian Pertanian
Kerentanan bencana(vulnerability): suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana (Perka BNPB No. 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana). Kerentanan suatu kawasan bila terpapar oleh suatu ancaman bencana terdiriatas tiga indeks yakni: indeks penduduk terpapar (jiwa), indeks kerugian (rupiah)dan indeks kerusakan lingkungan (Ha). Tingkat Kerugian dapat disusun bila tingkat ancaman pada suatu daerah telah dikaji. Tingkat Kerugian diperoleh dari penggabungan Tingkat Ancaman dengan Indeks Kerugian.
K/L: Kementerian/Lembaga
KLB: Koefi sien Lantai Bangunan, merupakan koefi sien perbandingan antara luas keseluruhan lantai bangunan gedung dan luas persil atau kaveling atau blok peruntukan (fl oor area ratio).
Koefi sien: Angka
Koefi sien Zona: Faktor pengali dalam sebuah ekspresi (atau dari sebuah deret aritmetika). Biasanya koefi sien berupa angka. Juga dapat berupa parameter dari permasalahan.
Konfl ik Sosial: adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia, yang menjadi konfl ik soial atau konfl ik antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror.
Konversi Lahan: adalah pembuatan kanal di hutan yang mengakibatkan kondisi lahan gambut mulai terganggu, dan keseimbangan ekologis juga ikut terganggu.
Kota Delta: Kota kepulauan, karena berada di antara pecahan dua sungai.
KPBPB: Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxii
KRB: Kajian Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat.
KSN: Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
KTC: Kepadatan timbulnya campak
KTDB: Kepadatan timbulnya demam berdarah
KTHIV/AIDS: Kepadatan timbulnya HIV/AIDS
KTM: Kepadatan timbulnya malaria
KZB: Koefi sien Zona Bangunan
Land Use: penggunaan lahan, adalah wujud kegiatan penguasaan tanah supaya dapat member manfaat berupa hasil dan /atau jasa tertentu, mewujudkan tata ruang, dan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Land subsidence: Penurunan tanah
Land use Existing PU: menunjuk kepada data yang diperoleh dari PU berupa peta Land Use Eksisting (peta penggunaan lahan saat ini).
LAPAN: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Latitude-Longitude: Sistem Koordinat yang terproyeksi atau tidak terproyeksi
Limpasan (Efl uen) Permukaan: Aliran air yang mengalir di atas permukaan karena penuhnya infi ltrasi tanah.
Lubang Biopori: Lubang saringan resapan air di dalam tanah dari kompos. MABES TNI: Markas Besar Tentara Nasional Indonesia
Map services: Route MRT (Mass Rapid Transport)
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxiii
MAMMINASATA: Makassar, Maros, Sungguminasa dan Takalar
Matrix for Comparison: Bahasa pemrograman/operating system
Master Plan: Rencana induk
MEBIDANGRO: Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo
Mitigasi: Serangkaian upaya waktu untuk mengurangi risiko bencana baik melalui pembangunan fi sik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi bencana. Langkah-langkah mitigasi mencakup teknik-teknik rekayasa dan konstruksi yang tanggap ancaman bahaya serta kebijakan lingkungan yang lebih baik dan kesadaran masyarakat. Dalam kebijakan perubahan iklim, “Mitigasi” diartikan berbeda yaitu istilah yang digunakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menjadi sumber perubahan iklim. Kegiatan “Mitigasi,” adalah sebagai berikut: a) pelaksanaan penataan ruang; b) pengaturan oembangunan, pembangunan infrastruktur, tata banguna; c) penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan, baik secara konvensional maupun modern,
MP3EI: Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Non Proletisi: adalah salah satu prinsip dalam penanggulangan bencana sebagaimana yang dimaksud dalam UU RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pasal 2 (i), bahwa dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.
Normalisasi: Pengembalian kepada fungsi semula.
One Map Policy: Kebijakan satu peta yang mengandung makna satu referensi, satu standar, satu database dan satu geoportal
On-road: Meluncur di jalan
Operational Plan: Rencana Operasi merupakan operasionalisasi/aktivasi dari Rencana Kedaruratan atau Rencana Kontingensi yang telah disusun sebelumnya
Otentik: Asli
Output: Keluaran
Overlay: Pertampalan/Tumpangsusun
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxiv
PB: Penanggulangan Bencana
PDF (Portable Document Format): adalah sebuah format berkas yang dibuat oleh Adobe, meliputi: teks, huruf, citra dan grafi k vektor dua dimensi. Ini istilah pada software sebuah fi le, menurut saya tidak ada relevansi dengan aspek substansi
PDRB: Produk Domestik Regional Bruto Penataan Ruang: suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
PEMKAB: Pemerintah Kabupaten
PEMKOT: Pemerintah Kotamadya
PEMPROV: Pemerintah Provinsi
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana: Adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Perka BNPB: Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Perpres: Peraturan Presiden
Peta Ancaman Bencana: Lokasi yang memiliki potensi untuk terjadi bencana berdasarkan sejarah kejadian bencana dan analisis secara geografi s, geologi, geomorfologi, hidrologi dan kondisi klimatologi (frekuensi dan intensitas).
Peta Digital Static: bersifat static: random accept memory (SRAM) dan Electric Digital: memori komputer. Peta yang menggunakan kecepetan internet, ADSL/Asymetric Digital Subscriber Line, adalah suatu teknologi dalam kondisi statik di suatu tempat. Gambar yang dihasilkan <Image map> pdf./static
Peta KRB: Peta Kerentanan Bencana, menunjukkan eksposure dan sensitivitas dari populasi (korban), ekonomi (mata pencaharian), infrastruktur (kerusakan) dan lingkungan (degradasi).
Peta Kerentanan: Gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang meimiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-aset penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat mengakibakan risiko bencana.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxv
Peta Risiko Bencana: Gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan adanya parameter-parameter ancaman, kerentananan dan kapasitas yang ada di suatu wilayah.
PRB: Pengkajian Risiko Bencana, menggabungkan antara ancaman bencana dan kerentanan dan kapasitas dengan formula risiko+ (ancaman x kerentanan)/kapasitas. Ancaman yang kecil, kerentanan yang dikurangi dan peningkatan kapasitasn menghasilkan risiko yang kecil.
Pertampalan: Tumpang susun
PKN: Pusat Kegiatan Nasional adalah wilayah yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan internasional yang berfungsi sebagai pendorong percepatan pembangunan daerah sekitar, pusat jasa dan pengolahan, simpul transportasi yang melayani beberapa provinsi dan nasional antara lain kawasan strategis dan cepat tumbuh, KAPET, Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Potensi Risiko Bencana Tinggi: berkaitan dengan wilayah berpotensi rawan terhadap bencana alam karena letak geologisnya, seperti gunung berapi, gerakan tanah/batuan dan erosi, banjir, kekeringan, tsunami, angin, gempa bumi tektonik dan vulkanik. Terkait dengan potensi bencana alam, maka penanggulangan bencana memegang peranan penting, baik pada saat sebelum, saat dan sesudah terjadinya bencana, bagaimana mengelola risiko bencana, sehingga dampak yang ditimbulkan tidak terlalu parah. Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, bencana dapat dilihat sebagai interaksi antara ancaman bahaya dengan kerentanan masyarakat dan kurangnya kapasitas untuk menangkalnya.
POLRI: Kepolisian Republik Indonesia
PP: Peraturan Pemerintah
Pre-Processing: Proses Pengolahan Teknis mencakup: proses penyeragaman skala, proyeksi batas wilayah kajian dan generalisasi, pelaporan teknis untuk data-data yang diterima, komparasi/uji ketepatan, pelaporan komparasi landuse/landcover, serta pembuatan base-map.
Proses Overlay Peta: Proses Tumpang Susun Wilayah mencakup: Kesesuaian dengan UU No. 4/2011; Risiko Bencana terhadap Landuse/Landcover Plan, Upaya mitigasi bencana pada kawasan/zona berisiko tinggi bencana.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxvi
Proses Zonasi: Proses Pembagian Kawasan
PUSLITANAHKEMTAN: Pusat Penelitian Tanah di Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian RI
Raster: atau Perasteran, merupakan proses pengubahan gambar berbentuk gambar vektor menjadi citra raster (piksel atau titik) untuk dicetak oleh monitor atau printer, atau disimpan dalam format berkas bit map.
Rawan bencana: Adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografi s, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
Realokasi: pemindahan
Reboisasi: penghijauan
Recovery Plan: Rencana Pemulihan meliputi rencana rehabilitasi dan rekontsruksi yang dilakukan pada paska bencana.
Register Image: Proses Rektifi kasi
Rehabilitasi: Pemukiman kembali
Rektifi kasi: register image
Resolusi: ketajaman
Review: tinjauan
Risk: Risiko adalah besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban manusia, kerusakan dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh bahaya tertentu di stuatu daerah pada waktu tertentu.
Risiko Bencana: potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian dengan Kapasitas Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian dan Tingkat Ancaman akibat bencana.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxvii
Roof Garden: Taman Atap
Ruang Terbuka Hijau (RTH): area memanjang jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah, maupun yang sengaja ditanam. Yang termasuk RTH privat, antara lain: kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta.
RPB: Rencana Penanggulangan Bencana
RTH Publik: merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk RTH publik, antara lain: taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai.
RTR KSN: Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional
RTRWN: Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
RTRWP: Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, mengacu kepada: 1) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasdional; 2) Pedoman Bidang Penataan Ruang; 3) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.
Rute Evakuasi: Rute penyelamatan
Rupabumi: Peta Digital Lokasi dan Wilayah Indonesia
SARBAGITA: Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan
SCDRR: Safer Communities through Disaster Risk Reduction
SDA: Sumber Daya Alam
Sedimentasi: Suatu proses pengendapan material yang dipindahkan melalui media air, angin, es atau gletser di suatu cekungan. Sedimentasi dapat dibedakan: a) sedimentasi air, terjadi di sungai; b) sedimentasi angin, biasanya disebut sedimentasi Aeolis; c) sedimentasi gletser menghasilkan drumilin, moraine, kettles dan esker.
Sensitivitas: Kepekaan
SHP/Shapefi le: Format data geospatial dengan format vektor yang umum untuk perangkat lunak sistem informasi geografi s.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxviii
Single Hazard: Ancaman bencana tunggal
Sistem Datum WGS 84: Sistem Geodesi Dunia (Word Geodetic System/WGS). WGS adalah sebuah standar yang digunakan dalam pemetaan, geodesi, dan navigasi, terdiri dari bingkai koordinat, standar bumi, datum geodetik (refrensi permukaan standar bulat, merupakan acuan atau referensi elipsold) untuk data ketinggin mentah, dan permukaan ekuipotensich gravitasi (geord) dipakai sebagai pendefi nisian tingkat nominal laut. WGS 84 adalah referensi sitem koordinat yang digunakan oleh Global Positioning System. Datum geodetik atau referensi permukaan atau georeferensi adalah parameter sebagai acuan untuk mendefi nisikan geometri ellipsoid bumi. Datum geodetik dikur menggunakan metode manual hingga yang lebih akurat, yaitu satelit.
Sistem Polder: Sistem yang dielaborasi untuk melestarikan wilayah polder yang luas, yaitu dataran rendah yang direklamasi dari danau atau laut.
SNI : Standar Nasional Indonesia, adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh panitia teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional.
Spatial Gap Analysis: merupakan analisis yang dilakukan melalui sinkronisasi, overlay peta rencana tata ruang dengan foto citra satelit terkini, sintesis, dan evaluasi. Hal ini untuk mengetahui kesesuaian pemanfaatan ruang aktual dengan rencana tata ruang.
Sumur Resapan: Sumur bor yang dibuat untuk membantu proses pengadaan air dan resapan air tanah.
Support Area: Area pendukung
Terrain: dataran
TIFF atau GRID: Data dengan format raster
Tipologi: Ilmu yang mempelajari pengelompokan berdasarkan tipe atau jenis.
Topografi : berasal dari kata topos (tempat) dan graphia (tulisan). Topografi merupakan studi tentang bentuk permukaan bumi dan obyek lain seperti planet, satelit alam (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Topografi tidak hanya merupakan studi tentang bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan dan bahkan kebudayaan lokal (Ilmu Pengetahuan Sosial). Obyek topografi adalah mengenal posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk pada koordinat secara horizontal, seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal, yaitu: ketinggian.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxix
Transparansi: adalah satu prinsip bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.
Tren Konversi: Kecenderungan
Tsunami: gelombang pasang yang timbul akibat terjadinya gempa bumi di laut, letusan gunung api bawah laut atau longsoran di laut. Namun tidak semua fenomena tersebut dapat memicu terjadinya tsunami. Syarat utama timbulnya tsunami adalah adanya deformasi (perubahan bentuk yang berupa pengangkatan atau penurunan blok batuan yang terjadi secara tiba-tiba dalam skala yang luas) di bawah laut. Terdapat empat faktor pada gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami, yaitu: 1). pusat gempa bumi terjadi di Iaut, 2). Gempa bumi memiliki magnitude besar, 3). kedalaman gempa bumi dangkal, dan 4). terjadi deformasi vertikal pada lantai dasar laut. Gelombang tsunami bergerak sangat cepat, mencapai 600-800 km per jam, dengan tinggi gelombang dapat mencapai 20 m.
UNDP: United Nations of Development Programme
UTM: Universal Transverse Mercator/sistem koordinat yang terproyeksi
Vegetasi: Tutupan lahan
Vertikal: menurun
View: pemandangan
Vulnerability: Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana.
Wabah penyakit: Bencana non alam yang disebabkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam.
Wilayah Hilir: Wilayah JABODETABEKPUNJUR yang berada di bagian hilir(dilihat dari ketinggian wilayah di atas permukaan lautnya), yakni: DKI Jakarta
Wilayah Hulu: Wilayah JABODETABEKPUNJUR yang berada di bagian hulu (dilihat dari ketinggian wilayah di atas permukaan lautnya), yakni: kawasan Bogor, Puncak, dan Cianjur.
Wilayah Tengah: Wilayah JABODETABEKPUNJUR yang berada di bagian tengah (dilihat dari ketinggian wilayah di atas permukaan lautnya), yakni: kawasan penyangga Provinsi DKI (Depok, Bekasi, Tangerang, dan lain-lain).
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxx
Zero Delta Q Policy: Keharusan agar tiap bangunan tidak boleh mengakibatkan bertambahnya debit air ke sistem saluran drainase atau sistem aliran sungai.
Zooming: Mempertajam
Zona: atau wilayah, adalah ruang yang merupakan kesatuan geografi s beserta segenap yang batas unsur terkait dan sitemnya berdasarkan aspek administratif atau aspek fungsional. Kawasan di wilayah perkotaan dibagi dalam beberapa zona, sebagai berikut: 1) perumahan dan permukiman; 2) perdagangan dan jasa; industri; 4) pendidikan; 5) perkantoran dan jasa; 6) terminal; 7) wisata dan taman rekreasi; 8) pertanian dan perkebunan; 9) tempat pemakaman umum; 10) tempat pembuangan sampah.:
Zona B1: Perumahan Hunian Padat, Perdagangan dan Jasa, Industri Ringan Non Polutan dan Berorientasi Pasar.
Zona B2: Perumahan Hunian Sedang, Perdagangan dan Jasa, Industri Padat Tenaga Kerja.
Zona B4/HP: Kawasan Hutan Produksi Tetap atau Terbatas Sesuai Peraturan per-Undang-undang.
Zona B5: Pertanian Lahan Basah Beririgasi Teknis.
Zona B6: Perumahan Hunian Rendah dengan KZB maksimal 50%.
Zona B7: Perumahan Hunian Rendah dengan KZB maksimal 40% dan N1 (kawasan hutan lindung, resapan air, kawasan pantai berhutan bakau).
Zona Budi Daya: Kawasan Budi Daya
Zona Buff er: Kawasan Penyangga
Zona N: Kawasan Non Budi Daya
Zona RTR KSN: Wilayah Rencana Tata Kota Kawasan Strategis Nasional
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxxi
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxxii
1. Latar Belakang
Substansi tata ruang dalam konteks penanggulangan bencana sudah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi risiko bencana dengan cara menyerap hasil kajian risiko bencana ke dalam rencana tata ruang, penetapan standar keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap pelanggar. Demikian pula, dalam UU Nomor 26 Tahun 2007, diamanatkan tentang penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan.
Kajian risiko merupakan identifi kasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya dan potensi risiko bencana sebagai informasi geospasial, yang bermanfaat bagi penyusunan rencana tata ruang sebagai dokumen kebijakan spasial yang menggunakan pendekatan manajemen risiko bencana. Pada tahun 2012, BNPB telah menyelesaikan kajian dan peta risiko bencana untuk 33 (tiga puluh tiga) provinsi di Indonesia pada skala peta 1:250.000, sama dengan skala peta yang ditetapkan untuk menyajikan pola dan struktur ruang pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP). Adapun studi kasus yang dipilih adalah Kawasan Strategis Nasional (KSN) JABODETABEKPUNJUR (Perpres No.54 tahun 2008) yang saat ini sedang di tinjau ulang oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN). KSN JABODETABEKPUNJUR menjadi sangat strategis karena Provinsi DKI Jakarta sebagai salah satu cakupan wilayah JABODETABEKPUNJUR adalah pusat pemerintahan negara, pusat bisnis dan perekonomian, pusat pelayanan jasa; yang telah dibebani berbagai permasalahan kota metropolitan yang daya dukung dan daya tampungnya telah terlampaui.
2. Tujuan
Tujuan kajian ini adalah: (i) Tersedianya perspektif mitigasi bencana pada KSN JABODETABEKPUNJUR dengan mengintegrasikan hasil kajian risiko bencana kedalam Rencana Tata Ruang (RTR); (ii) Tergambarkannya tingkat risiko bencana di KSN JABODETABEKPUNJUR; (iii) Terumuskannya rekomendasi strategi manajemen risiko dengan perspektif mitigasi bencana.
3. Metodologi
Data yang digunakan merupakan data sekunder (bersumber dari kebijakan, pedoman, materi teknis RTRWP, dokumen lain terkait yang diperoleh dari publikasi resmi dari internet dan lain-lain serta data spasial dalam GIS. Secara umum pendekatan yang akan dilakukan
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxxiii
dalam kajian ini adalah memasukkan kajian risiko bencana dan peta risiko bencana skala 1:250.000 dari BNPB ke dalam RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dengan menggunakan teknik overlay (pertampalan/tumpangsusun) antara Peta Ancaman, Kerentanan, dan Risiko Bencana dengan Peta Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR. Secara lebih jelas kerangka metodologi kajian dapat dilihat pada Gambar berikut.
Gambar 1
Kerangka Metodologi Kajian
Tersedianya perspektif mitigasi bencana pada KSN JABODETABEKPUNJUR dengan memasukkan Kajian Risiko Bencana ke dalam RTR
Tergambarkannya potensi risiko bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJURTerumuskannya rekomendasi strategi manajemen risiko dengan perspektif mitigasi bencana
Proses Pengolahan Teknis (Pre-Processing):
Proses penyeragaman skala, proyeksi, batas wilayah kajian dan generalisasi
Report teknis untuk data-data yang diterima
Komparasi/uji ketepatanLaporan komparasi landuse/landcoverPembuatan peta dasar
Desk Study:
UU No. 24/2007, Perpres 54/2008, Pedoman RTR KSN, IRBI, Materi Teknis RTRWP, serta kebijakan dan pedoman lainnya
Proses perkumpulan Peta dan Analisis/Digitasi
dan tata letak:
Kesesuaian dg UU No.4/2011Risiko Bencana terhadap Landuse/Landcover
Plan Upaya mitigasi bencana pada kawasan/zona
berisiko tinggi bencana
Potensi Risiko Bencana di KSN JABODETABEKPUNJUR
Mitigasi Bencana untuk 13 Jenis Bencana Risiko Tinggi (Hulu, Tengah, Hilir)
Profi l kerawanan dan kerentanan ben-cana pada pusat-pusat kegiatan
Profi l risiko bencana
Peta digital RTR KSN JABODETABEKPUNJURPeta digital RTRWPPeta ancaman, kerentanan dan risiko
bencana provinsi skala 1:250.000
Rekomendasi Strategi Manajemen Risiko Bencana dan Masukan bagi Perbaikan
Pedoman Penyusunan RTR KSN dan RTRW Provinsi
Analisis RTRW Kabupaten/Kota terhadap Kebijakan Penanggulangan Bencana Studi Kasus: Kota Jakarta Timur
KELUARAN
TUJUAN
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxxiv
4. Hasil Kajian dan Analisis
4.1 Profi l Kerawanan, Kerentanan, dan Risiko Bencana di Kawasan
JABODETABEKPUNJUR 1
Profi l kerawanan bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR dapat memberikan informasi tingkat kerawanan bencana di tingkat provinsi (Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten) maupun di tingkat kabupaten/kota yang termasuk Kawasan JABODETABEKPUNJUR pada pusat-pusat kegiatannya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
Tabel 1
Profi l Kerawanan Bencana Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
No. Provinsi Nilai /Skor Tingkat Kerawanan Ranking Nasional Ranking
JABODETABEKPUNJUR
1 Jawa Barat 200 Tinggi 2 1
2 Banten 133 Tinggi 11 2
3 DKI Jakarta 113 Tinggi 21 3
Sumber: IRBI BNPB, 2011
Tabel 2
Profi l Kerawanan Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
No. Kabupaten/Kota Nilai /Skor Tingkat Kerawanan Ranking
Nasional
Ranking
JABODETABEKPUNJUR
I Wilayah Hulu
1 Kabupaten Bogor 129 Tinggi 5 1
2 Kabupaten Cianjur 118 Tinggi 11 2
3 Kota Bogor 61 Tinggi 202 11
II Wilayah Tengah
1 Kabupaten Tangerang 87 Tinggi 63 4
2 Kabupaten Bekasi 81 Tinggi 78 6
3 Kota Tangerang 65 Tinggi 173 10
4 Kota Depok 46 Tinggi 321 12
5 Kota Bekasi 41 Tinggi 357 14
6 Kota Tangerang Selatan 15 Sedang 441 15
III Wilayah Hilir
1 Kota Jakarta Timur 90 Tinggi 48 3
2 Kota Jakarta Selatan 84 Tinggi 70 5
3 Kota Jakarta Utara 80 Tinggi 84 7
4 Kota Jakarta Barat 79 Tinggi 92 8
5 Kota Jakarta Pusat 77 Tinggi 104 9
6 Kepulauan Seribu 42 Tinggi 352 13
Sumber: IRBI BNPB, 2011
1 Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Laporan Final Pendekatan Kajian Risiko Bencana Untuk Perencanaan KSN (Studi Kasus: Perpres No. 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR) 38-53
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxxv
Tabel 3
Profi l Kerawanan Per Jenis Bencana di Wilayah Hulu pada Kawasan JABODETABEKPUNJUR
No Jenis Bencana Wilayah Hulu Nilai/
Skor
Tingkat
Kerawanan
Ranking
Nasional
Ranking
JABODETABEKPUNJUR
1 Angin Topan Kab. Bogor 59 Tinggi 6 1
Kab. Cianjur 46 Tinggi 21 2
Kota Bogor 22 Tinggi 179 7
2 Banjir Kab. Bogor 46 Tinggi 65 9
Kab. Cianjur 27 Tinggi 200 12
Kota Bogor 19 Tinggi 290 13
3 Banjir dan Tanah Longsor Kab. Bogor 64 Tinggi 2 1
Kab. Cianjur 64 Tinggi 3 2
Kota Bogor 26 Tinggi 95 3
4 Gelombang Pantai dan Abrasi Kab. Cianjur 22 Tinggi 49 2
5 Gempa bumi Kab. Cianjur 52 Tinggi 30 1
Kab. Bogor 45 Tinggi 50 2
Kota Bogor 25 Sedang 123 3
6 Kebakaran Permukiman Kab. Cianjur 36 Tinggi 23 6
Kab. Bogor 29 Tinggi 50 8
7 Kecelakaan Industri - - - - -
8 Kecelakaan Transportasi Kab. Bogor 34 Tinggi 12 1
Kab. Cianjur 21 Tinggi 66 5
9 Kekeringan Kab. Bogor 24 Tinggi 17 1
Kab. Cianjur 19 Tinggi 72 5
10 Konfl ik Sosial - - - - -
11 Tanah Longsor Kab. Cianjur 73 Tinggi 2 1
Kab. Bogor 66 Tinggi 4 2
Kota Bogor 17 Sedang 102 3
Sumber: IRBI BNPB, 2011
Tabel 4
Profi l Kerawanan Per Jenis Bencana di Wilayah Tengah pada Kawasan
JABODETABEKPUNJUR
No Jenis Bencana Wilayah
Tengah
Nilai/
Skor
Tingkat
Kerawanan
Ranking
Nasional
Ranking
JABODETABEKPUNJUR
1 Angin Topan Kab. Tangerang 33 Tinggi 82 3
Kota Depok 30 Tinggi 107 5
Kab. Bekasi 28 Tinggi 129 6
2 Banjir Kab. Tangerang 68 Tinggi 3 1
Kab. Bekasi 57 Tinggi 17 5
Kota Tangerang 57 Tinggi 19 6
Kota Depok 31 Tinggi 162 10
Kota Bekasi 28 Tinggi 192 11
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxxvi
No Jenis Bencana Wilayah
Tengah
Nilai/
Skor
Tingkat
Kerawanan
Ranking
Nasional
Ranking
JABODETABEKPUNJUR
3 Banjir dan Tanah Longsor - - - - -
4 Gelombang Pantai dan Abrasi Kab. Tangerang 18 Tinggi 77 4
5 Gempabumi - - - - -
6 Kebakaran Permukiman Kab. Tangerang 30 Tinggi 45 7
Kab. Bekasi 26 Tinggi 68 9
7 Kecelakaan Industri Kab. Bekasi 27 Tinggi 5 1
8 Kecelakaan Transportasi - - - - -
9 Kekeringan Kab. Bekasi 24 Tinggi 26 2
Kab. Tangerang 24 Tinggi 27 3
Kota Depok 21 Tinggi 57 4
Kota Tangerang 18 Tinggi 93 6
10 Konfl ik Sosial - - - - -
11 Tanah Longsor Kota Bekasi 13 Sedang 123 5
Kab. Tangerang 13 Sedang 133 6
Sumber: IRBI BNPB, 2011
Tabel 5
Profi l Kerawanan Per Jenis Bencana di Wilayah Hilir pada Kawasan
JABODETABEKPUNJUR
No Jenis Bencana Wilayah Hilir Nilai/
Skor
Tingkat
Kerawanan
Ranking
Nasional
Ranking
JABODETABEKPUNJUR
1 Angin Topan Kota Jakarta Pusat 31 Tinggi 100 4
Kota Jakarta Utara 21 Tinggi 205 8
2 Banjir Kota Jakarta Utara 66 Tinggi 5 2
Kota Jakarta Timur 63 Tinggi 6 3
Kota Jakarta Selatan 58 Tinggi 13 4
Kota Jakarta Barat 52 Tinggi 30 7
Kota Jakarta Pusat 48 Tinggi 50 8
3 Banjir dan Tanah Longsor - - - - -
4 Gelombang Pantai dan Abrasi
Kota Jakarta Utara 45 Tinggi 3 1
Kota Jakarta Timur 21 Tinggi 57 3
5 Gempabumi - - - - -
6 Kebakaran Permukiman Kota Jakarta Barat 57 Tinggi 2 1
Kota Jakarta Pusat 54 Tinggi 4 2
Kota Jakarta Selatan 52 Tinggi 5 3
Kota Jakarta Timur 49 Tinggi 7 4
Kota Jakarta Utara 46 Tinggi 8 5
7 Kecelakaan Industri - - - - -
8 Kecelakaan Transportasi Kota Jakarta Selatan 32 Tinggi 19 2
Kepulauan Seribu 28 Tinggi 32 3
Kota Jakarta Timur 24 Tinggi 48 4
9 Kekeringan - - - - -
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxxvii
No Jenis Bencana Wilayah Hilir Nilai/
Skor
Tingkat
Kerawanan
Ranking
Nasional
Ranking
JABODETABEKPUNJUR
10 Konfl ik Sosial Kota Jakarta Barat 45 Tinggi 2 1
Kota Jakarta Pusat 21 Sedang 25 2
11 Tanah Longsor Kota Jakarta Timur 16 Sedang 109 4
Sumber: IRBI BNPB, 2011
Profi l kerentanan bencana dapat diindikasikan sebagai potensi keterpaparan penduduk (jiwa atau % penduduk), potensi kerugian fi sik dan ekonomi (triliun Rp), dan potensi kerusakan lingkungan (Ha atau % wilayah). Potensi keterpaparan penduduk (dalam %) apabila bencana terjadi di kawasan JABODETABEKPUNJUR dapat dilihat pada tabel 6. Potensi dampak berbagai jenis bencana tersebut akan menimbulkan kerugian dan dampak yang tidak kecil bagi perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat JABODETABEKPUNJUR. Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran kerugian, fokus dalam perencanaan tata ruang wilayah provinsi maupun kabupaten/kota menjadi lebih efektif. Tabel 6
Potensi Keterpaparan Penduduk (%)
No Jenis Bencana Provinsi % Keterpaparan
Penduduk
Ranking per bencana di
JABODETABEKPUNJUR
1 Gempa Bumi Jawa Barat 76.17 1
Banten 12.13 2
DKI Jakarta 8.86 3
2 Tsunami Banten 3.02 1
DKI Jakarta 0.65 2
Jawa Barat 0.29 3
3 Banjir DKI Jakarta 40.10 1
Jawa Barat 20.13 2
Banten 13.16 3
4 Tanah Longsor Jawa Barat 86.49 1
DKI Jakarta 78.00 2
Banten 77.79 3
5 Letusan Gunung Api Jawa Barat 1.33 1
6 Gelomb Ekstrim dan Abrasi DKI Jakarta 10.24 1
Jawa Barat 3.40 2
Banten 0.57 3
7 Cuaca Ekstrim Jawa Barat 29.12 1
Banten 27.31 2
DKI Jakarta 2.63 3
8 Kekeringan Jawa Barat 87.55 1
Banten 76.48 2
9 Kebakaran Hutan dan Lahan Jawa Barat 24.76 1
Banten 18.06 2
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxxviii
No Jenis Bencana Provinsi % Keterpaparan
Penduduk
Ranking per bencana di
JABODETABEKPUNJUR
10 Kebakaran Gedung dan Permukiman
DKI Jakarta - -
Jawa Barat - -
Banten - -
11 Epidemi dan Wabah Penyakit Jawa Barat 89.37 1
DKI Jakarta 78.25 2
Banten 78.23 3
12 Gagal Teknologi Jawa Barat 90.33 1
Banten 78.11 2
DKI Jakarta 77.75 3
13 Konfl ik Sosial Jawa Barat 90.26 1
Banten 77.96 2
DKI Jakarta 77.30 3
Sumber: RPB DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, 2012-2016 dan http://indonesiadata.co.id/main/index.php/jumlah-penduduk
Berdasarkan analisis kecenderungan kejadian bencana dalam RPB, maka bencana yang kecenderungannya naik setiap tahun di setiap provinsi adalah banjir.
4.2 Analisis RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dari Perspektif Risiko Bencana2
Input informasi dari proses penyusunan RPB Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten terutama yang berkaitan dengan pengenalan ancaman dan kerentanan bencana, serta analisis kemungkinan dampak bencana (risiko bencana) merupakan informasi yang penting untuk dimasukkan ke dalam proses penyusunan evaluasi RTR KSN JABODETABEKPUNJUR.
Analisis potensi risiko bencana dilakukan berdasarkan tumpangsusun peta ancaman, kerentanan, dan risiko bencana (13 jenis bencana) BNPB dengan peta Struktur dan Pola ruang dari Perpres 54/2008. Hasil analisis dan upaya mitigasi dapat dilihat pada Kesimpulan, sedangkan peta-peta Ancaman, Kerentanan dan Risikonya dapat dilihat pada Lampiran. Kemudian disimpulkan zona-zona yang signifi kan terkena dampak bencana tersebut untuk Kawasan JABODETABEKPUNJUR sebagai berikut.
2 Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Laporan Final Pendekatan Kajian Risiko Bencana Untuk Perencanaan KSN (Studi Kasus: Perpres No. 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR) 55-125
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxxix
Tabel 7
Zona Potensi Bencana Risiko Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
No. Jenis Bencana DKI Jakarta Jawa Barat Banten
1 Gempa Bumi
-
B, N dan 6 pusat kota (Cinere, Kota Depok, Kota Bogor, Cimanggis, Cileungsi, Kota Bekasi)
B,N dan 2 pusat kota (Kota Tangerang, Serpong)
2 Tsunami - - -
3 Banjir Bag. Utara : B1, B6, B7, N1, dan 1 pusat kota (Kota Jkt Pusat)
Bag. Utara: B1, B2, B5, B7, N1 dan 1 pusat kota (Kota Bekasi)
Bag. utara : B1, B6, B7, N1 dan 1 pusat kota (Kota Tangerang)
8 Kekeringan - B4, B4/HP, B7, B7/HP,N di Kab. Bogor, Kab. Bekasi -
9 Kebakaran Hutan dan Lahan - N, B4/HP, B4 di Kab. Bogor -
10 Kebakaran Gedung dan Pemukiman - B, N di Kab. Bogor, Kab dan Kota
Bekasi, Kab. Cianjur B, N di Kab. Tangerang
11 Epidemi dan Wabah Penyakit B di Kota Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, Timur
B, N di Cinere, Kota Depok, Kota Bogor, Cimanggis, Cileungsi, Setu, Tambun, Kota Bekasi
-
12 Gagal Teknologi B, N di Jakarta Barat, Selatan, Timur
B, N di Kota Bogor, Kota Depok, Cinere, Cimanggis, Tambun
B, N di Kota Tangerang
13 Konfl ik Sosial B di Jakarta Sel dan Barat - -
Sumber: Analisis Spasial oleh Tim Penyusun, 2013
Berdasarkan kajian substansi penanggulangan bencana dalam RTRW Provinsi ditemukan bahwa aspek kebencanaan yang diulas dalam RTRWP DKI Jakarta, Jawa Barat, maupun Banten belum lengkap sehingga diperlukan langkah untuk melengkapinya kelak apabila RTRWP akan dievaluasi 5 tahun mendatang.
Berdasarkan kajian pada kasus Kota Jakarta Timur, ditemui bahwa dari segi skala peta dan informasi peta risiko Jakarta Timur, tampaknya peta multirisiko yang di buat pada skala 1:50.000 masih terlalu umum dan harus lebih detil lagi. Analisis spasial yang telah dilakukan dengan pertampalan antara peta RTR KSN JABODETABEKPUNJUR terhadap peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana; memang dapat dilakukan pada skala 1:250.000; walaupun sebenarnya tuntutan skala yang dibutuhkan adalah 1:50.000. Sehingga ada kesenjangan informasi pada peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko BNPB bila analisis dilakukan pada skala 1:50.000 atau lebih detail, dan akan mengurangi kemampuan menggunakan data ancaman, kerentanan dan risiko. Misalnya kesulitan yang ditemui untuk membuat jalur evakuasi, identifi kasi kerusakan terparah dan seterusnya. Dengan demikian
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxl
untuk melakukan analisis spasial yang detil pada kota Jakarta Timur ini diperlukan data pada skala 1:25.000.
5. Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa:● Pendekatan Kajian Risiko Bencana BNPB tingkat basis yang tersedia saat ini dapat
dimanfaatkan pada perencanaan KSN pada skala peta 1:250.000 dan tidak dapat dimanfaatkan untuk perencanaan tata ruang tingkat kabupaten/kota. Pendekatan ini juga dapat diimplementasikan dalam konteks RTRWP pada skala peta 1:250.000.
● Berdasarkan kajian ini, data spasial BNPB yang meliputi ancaman, kerentanan dan risiko bencana pada skala 1:250.000 dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan tingkat ancaman, kerentanan, dan risiko bencana beserta lokasinya untuk ke tigabelas jenis bencana.
● Pendekatan ini dapat dimanfaatkan untuk melengkapi substansi tinjauan ulang RTR KSN (kasus studi RTR KSN JABODETABEKPUNJUR), RTRW Provinsi DKI Jakarta, RTRW Provinsi Jawa Barat dan RTRW Provinsi Banten dengan substansi kajian risiko bencana.
● Berdasarkan perhitungan jarak antar pusat kegiatan ditemukan titik-titik pusat kegiatan yang terlalu dekat –dengan jarak hanya sekitar 6 sampai dengan 6,5 kilometer)- sehingga pada kenyataannya dapat menimbulkan aglomerasi (misalnya Cinere – Kota Depok – Cimanggis). Lebih lanjut, hal tersebut menyebabkan potensi kerentanan dan risiko bencana pada pusat-pusat tersebut akan semakin tinggi.
● Indikasi kerawanan bencana dapat digunakan dan diolah untuk mempersiapkan kemampuan kawasan di masa yang akan datang untuk menghadapi 13 jenis bencana, dan dapat membantu fokus perencanaan tata ruang wilayah dalam mitigasi bencana, terutama dalam menyelamatkan pusat-pusat kegiatan nasional maupun sub-sub pusat kegiatan agar tetap tumbuh sebagaimana direncanakan.
● Indikasi kerentanan bencana dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menghadapi bencana dalam kurun waktu 5 tahun. Diperlukan kehati-hatian dalam membaca indikasi kerentanan bencana terutama dalam membaca potensi kerugian fi sik dan ekonomi, serta potensi kerusakan lingkungan. Dengan demikian fokus perencanaan tata ruang wilayah akan lebih efektif antara lain dalam menentukan upaya mitigasi bencana beserta biaya yang harus disediakan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan.
● Indikasi risiko bencana dapat digunakan untuk menurunkan potensi kerugian akibat bencana pada kurun waktu tertentu (5 tahun) melalui penyusunan indikasi program periode 5 tahunan.
● Pada jenis bencana non alam (kegagalan teknologi, epidemi dan wabah penyakit, serta konfl ik sosial), diperlukan studi lebih lanjut untuk mendapatkan rekomendasi terbaik dan relevansinya terhadap penataan ruang, sejauh mana ketersediaan data empirisnya, mitigasi yang perlu dilakukan apakah struktural atau non-struktural.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xli
Khusus untuk bencana kegagalan teknologi, keberadaan lokasi-lokasi strategis yang sudah ada (misalnya keberadaan kilang minyak, pabrik dinamit, reaktor nuklir) perlu diperhatikan bagi keperluan analisis potensi risiko bencana dan tidak hanya dilihat dari sejarah kejadiannya saja. Hal ini penting mengingat bencana kegagalan teknologi pada skala yang besar akan dapat mengancam kestabilan ekologi secara global.
● Selain berdasarkan daerah administrasi, bencana risiko tinggi untuk JABODETABEKPUNJUR juga dapat dianalisis berdasarkan ketinggian wilayah di atas permukaan air laut. Secara umum ketinggian lokasi di atas permukaan air laut dapat digolongkan menjadi hulu, tengah dan hilir. Bencana berisiko tinggi untuk JABODETABEKPUNJUR dapat dibagi menurut karakteristik wilayah sbb:
Gambar 2
Bencana Risiko Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR Berdasarkan Ketinggian
Wilayah
Wilayah Hulu Wilayah Tengah Wilayah Hilir
1 Gempa Bumi
2 Tsunami
3 Banjir
4 Tanah Longsor
5 Letusan Gunung Api
6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi
7 Cuaca Ekstrim
8 Kekeringan
9 Kebakaran Hutan dan Lahan
10 Kebakaran Gedung dan Permukiman
11 Epidemi dan Wabah Penyakit
12 Gagal Teknologi
13 Konfl ik Sosial
Kawasan BOPUNJUR (Bogor,
Puncak, Cianjur)
Kawasan Penyangga DKI (Depok,
Bekasi, Tangerang, dan lain-lain)
DKI Jakarta
Sumber: hasil analisis, 2013
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxlii
Hulu: Gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung api, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kebakaran gedung dan permukiman, epidemi dan wabah penyakit, serta kegagalan teknologi;
Tengah: gempabumi, banjir, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran gedung dan permukiman, epidemi dan wabah penyakit, serta kegagalan teknologi;
Hilir: banjir, gelombang ekstrim dan abrasi, epidemi dan wabah penyakit, konfl ik sosial, serta kegagalan teknologi.
● Aspek kebencanaan pada RTRWP DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten belum lengkap sebagaimana dalam RPB masing-masing provinsi; sehingga diperlukan upaya untuk melengkapinya kelak apabila RTRWP akan dievaluasi.
● Dari kasus KRB Jakarta Timur terlihat bahwa untuk perencanaan tata ruang skala kabupaten/kota masih membutuhkan data spasial yang meliputi ancaman, kerentanan dan risiko bencana pada skala 1:50.000 dan lebih detil dengan kualitas data yang lebih baik. Hal ini membutuhkan kerjasama dan kesepakatan antara BIG dan BNPB untuk menghasilkan IGD dan IGT yang berkualitas tinggi, baik dalam proses pengumpulan data spasial kebencanaan baik dari citra satelit dan penginderaan jauh lainnya, data spasial dari K/L lain, survei dan pemetaan, hingga pemrosesan data dan bukan hanya sekedar rekayasa GIS.
Secara khusus, kesimpulan disusun menurut tiga belas jenis bencana yang memiliki kecenderungan risiko tinggi pada wilayah hulu, tengah, dan hilir sebagaimana dapat dilihat pada tabel 8 sampai dengan tabel 10.
6. Rekomendasi
Secara umum rekomendasi adalah sebagai berikut:● Info kerawanan bencana pada wilayah hulu, tengah dan hilir dapat digunakan untuk
melengkapi muatan teknis RTRWP DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.● Berdasarkan hasil tumpangsusun peta risiko bencana ditemukan penggunaan
lahan lain dengan potensi tingkat risiko bencana yang tinggi yang tidak sesuai dengan Perpres 54/2008; sehingga alternatif rekomendasinya adalah antara lain: (i) dilakukan perubahan pola pemanfaatan ruang; (ii) dilakukan upaya pengendalian pemanfaatan ruang. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mengkaji secara lebih detail terhadap hal ini, antara lain melalui RDTR.
● Dalam kaitan dengan upaya mitigasi bencana, maka pembangunan infrastruktur kesiapsiagaan dianjurkan untuk dilakukan pada wilayah yang sudah padat dan sudah tidak bisa diubah peruntukannya. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mengkaji secara lebih detail terhadap hal ini, antara lain melalui RDTR.
● Dalam kaitan dengan arahan susunan pusat-pusat kegiatan di JABODETABEKPUNJUR, diperlukan studi lebih lanjut untuk mereview terhadap sub-sub pusat perkotaan tersebut mana yang akan lebih dominan sehingga dapat direkomendasikan untuk digabung menjadi satu pusat perkotaan.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xliii
Adapun secara khusus rekomendasi disusun sebagai masukan pada kegiatan Kaji Ulang KSN JABODETABEKPUNJUR dan juga sebagai masukan untuk instansi-instansi terkait sebagai berikut:
Rekomendasi Untuk Kegiatan Kaji Ulang KSN JABODETABEKPUNJUR (lihat Tabel 11)
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxliv
Ta
be
l 8
Be
nca
na
Ris
iko
Tin
gg
i p
ad
a W
ila
ya
h H
ulu
No
.Je
nis
Be
nc
an
aL
ok
asi
Tin
gk
at
Ris
iko
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Sa
at
Ini
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Pe
rpre
s 5
4/2
00
8U
pa
ya
Mit
iga
si
1 G
empa
Bum
i
Kota
Bog
orSe
dang
-Tin
ggi
Sem
ak-s
emak
dan
hut
an,
pert
ania
n da
n ru
ang
terb
uka,
kom
ersi
l dan
bi
snis
, per
muk
iman
ke
pada
tan
tingg
i
B1
■ Pe
rlu d
iban
gun
infr
astr
uktu
r kes
iaps
iaga
an (r
enca
na
kont
inge
nsi,
peny
iapa
n da
n pe
mas
anga
n in
stru
men
sis
tem
pe
ringa
tan
dini
); ■
Pela
tihan
unt
uk m
enin
gkat
kan
kesi
agaa
n m
engh
adap
i be
ncan
a;■
Perk
uata
n ba
ngun
an d
an in
fras
truk
tur y
ang
berp
oten
si
terk
ena
benc
ana;
Kab.
Bog
or:
bag.
Bara
tTi
nggi
N1-
N2,
B2,
B3,B
4,B4
/HP
■ Pe
ngua
tan
man
ajem
en ri
siko
;■
Peng
enda
lian
konv
ersi
: pen
geta
tan
peng
guna
an L
ahan
;■
Perlu
stu
di le
bih
lanj
ut u
ntuk
men
ilai t
ren
konv
ersi
laha
n.
2 Ts
unam
i -
--
--
3 Ba
njir
--
--
-
4 Ta
nah
Long
sor
Kab.
Bog
or:
Bag.
Bar
at d
an T
imur
Seda
ng-T
ingg
iSe
mak
-sem
ak d
an h
utan
, pe
rtan
ian
dan
ruan
g te
rbuk
aB4
,B4/
HP
■ Pe
ngua
tan
man
ajem
en ri
siko
;■
Peng
enda
lian
konv
ersi
: pen
geta
tan
peng
guna
an L
ahan
;■
Perlu
stu
di le
bih
lanj
ut u
ntuk
men
ilai t
ren
konv
ersi
laha
n.5
Letu
san
G. A
pi
Kab.
Bog
or:
G. S
alak
Seda
ngSe
mak
-sem
ak d
an h
utan
, pe
rtan
ian
dan
ruan
g te
rbuk
a
N2
G. P
angr
ango
N, B
3,B4
6 A
bras
i -
--
--
7 Cu
aca
Ekst
rim-
--
--
8 Ke
kerin
gan
Kab.
Bog
or:
Bag.
Bar
at: P
arun
g,
Tiga
raks
a, G
n Si
ndur
Sang
at T
ingg
i
Kebu
n ca
mpu
ran,
te
gala
n, p
ersa
wah
anN
Peng
uata
n m
anaj
emen
risi
ko m
elal
ui p
enge
lola
an a
ir se
cara
bi
jaks
ana
Bag.
Sel
atan
:Ci
teur
eup,
Cile
ungs
i, Ke
lapa
Nun
ggal
Pert
ania
n, ru
ang
terb
uka
B4/B
4/H
P
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xlv
No
.Je
nis
Be
nc
an
aL
ok
asi
Tin
gk
at
Ris
iko
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Sa
at
Ini
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Pe
rpre
s 5
4/2
00
8U
pa
ya
Mit
iga
si
9 Ke
baka
ran
Hut
an d
an
Laha
n
Kab.
Bog
or:
Bag.
Bar
atSe
dang
Sem
ak-s
emak
dan
hut
an,
pert
ania
n da
n ru
ang
terb
uka
N2,
B4,
B4/
HP
■ Pe
ngua
tan
man
ajem
en ri
siko
;■
Peng
enda
lian
konv
ersi
: pen
geta
tan
peng
guna
an la
han;
■ Pe
rlu s
tudi
lebi
h la
njut
unt
uk m
enila
i tre
n ko
nver
si la
han;
■ Pe
ngua
tan/
pem
bang
unan
infr
astr
uktu
r ant
ara
lain
wad
uk-
wad
uk k
ecil,
pem
buat
an s
ekat
pen
ghal
ang
api,
teru
tam
a an
tara
laha
n pe
rum
ahan
, per
kebu
nan,
per
tani
an, d
enga
n hu
tan;
pem
buat
an h
ujan
bua
tan
Bag.
Tim
urD
omin
an N
2
10
Keba
kara
n G
edun
g da
n Pe
rmuk
iman
Kab.
Bog
or:
Bag.
Uta
ra d
an
Sela
tan
Ting
gi
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
sem
ak-s
emak
dan
hu
tan,
per
tani
an d
an
ruan
g te
rbuk
a
B
■ Pe
ngua
tan
man
ajem
en ri
siko
aga
r kep
adat
an b
angu
nan
perm
ukim
an ti
dak
bert
amba
h tin
ggi m
elal
ui p
eren
cana
an
lebi
h de
til;
■ Pe
ngua
tan/
pem
bang
unan
infr
astr
uktu
r ant
ara
lain
pe
nyed
iaan
wad
uk k
ecil,
bak
pen
ampu
ngan
air,
ser
ta h
idra
n un
tuk
pem
adam
an a
pi.
Kab.
Cia
njur
:Pe
rbat
asan
Kab
. Bo
gor
11
Epid
emi
dan
Wab
ah
Peny
akit
Kota
Bog
or
Seda
ng
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
pert
ania
n da
n la
han
terb
uka,
indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as u
mum
, fa
silit
as tr
ansp
orta
si,
rum
ah d
iban
gun
B
■ So
sial
isas
i dan
pel
atih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na e
pide
mi d
an w
abah
pen
yaki
t;■
Man
ajem
en ri
siko
dan
det
eksi
sec
ara
dini
. Per
lu s
tudi
lebi
h la
njut
unt
uk p
enge
ndal
ian
fakt
or ri
siko
;■
Perlu
stu
di le
bih
lanj
ut u
ntuk
miti
gasi
terb
aik
dan
rele
vans
inya
te
rhad
ap p
enat
aan
ruan
g.
Kab.
Bog
or:
Cile
ungs
i
12
Gag
al
Tekn
olog
i Ko
ta B
ogor
Ting
gi
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as u
mum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si, r
umah
di
bang
un, s
emak
-sem
ak
dan
huta
n, p
erta
nian
da
n ru
ang
terb
uka
B1
■ Pe
rlu d
iban
gun
infr
astr
uktu
r kes
iaps
iaga
an (r
enca
na
kont
inge
nsi,
peny
iapa
n da
n pe
mas
anga
n in
stru
men
sis
tem
pe
ringa
tan
dini
); ■
Pela
tihan
unt
uk m
enin
gkat
kan
kesi
agaa
n m
engh
adap
i be
ncan
a;
■ Pe
rkua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r;■
Pena
taan
ula
ng k
awas
an in
dust
ri ya
ng b
erad
a di
ling
kung
an
peru
mah
an p
adat
. Per
lu s
tudi
lebi
h la
njut
.
13
Konfl
ik S
osia
l -
--
--
Sum
ber:
hasi
l ana
lisis,
201
3
La
nju
tan
Ta
be
l 8
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxlvi
Ta
be
l 9
Be
nca
na
Ris
iko
Tin
gg
i p
ad
a W
ila
ya
h T
en
ga
h
No
.Je
nis
Be
nc
an
aL
ok
asi
Tin
gk
at
Ris
iko
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Sa
at
Ini
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Pe
rpre
s 5
4/2
00
8U
pa
ya
Mit
iga
si
1 G
empa
Bum
i
Kota
Tan
gera
ngSe
dang
-Ti
nggi
Sem
ak-s
emak
dan
hut
an,
pert
ania
n da
n ru
ang
terb
uka,
kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
ting
gi
B1
■ Pe
rlu d
iban
gun
infr
astr
uktu
r kes
iaps
iaga
an (r
enca
na
kont
inge
nsi,
peny
iapa
n da
n pe
mas
anga
n in
stru
men
sis
tem
pe
ringa
tan
dini
); ■
Pela
tihan
unt
uk m
enin
gkat
kan
kesi
agaa
n m
engh
adap
i be
ncan
a;■
Perk
uata
n ba
ngun
an d
an in
fras
truk
tur y
ang
berp
oten
si
terk
ena
benc
ana;
Kota
Tan
gera
ng
Sela
tan.
Kota
Bek
asi
Ting
gi
Kota
Dep
ok:
Cine
re, C
iman
ggis
, Ko
ta D
epok
Kab.
Tan
gera
ng:
Bag.
Teng
ah d
an
Sela
tan
B2,B
3,B5
■ Pe
ngua
tan
man
ajem
en ri
siko
;■
Peng
enda
lian
konv
ersi
: pen
geta
tan
peng
g. la
han
■ Pe
rlu st
udi l
ebih
lanj
ut u
ntuk
men
ilai t
ren
konv
ersi
laha
n.
2 Ts
unam
i -
--
--
3 Ba
njir
Kab.
Tan
gera
ng:
Are
a se
kita
r ban
dara
So
ekar
no-H
atta
Seda
ng-
Rend
ah
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
pert
ania
n da
n la
han
terb
uka,
Indu
stri
dan
guda
ng,
pend
idik
an d
an fa
sum
, fas
.tr
ansp
orta
si ru
mah
dib
angu
n
B2,B
5
■ Pe
rlu d
ikem
bang
kan
peng
elol
aan
lingk
unga
n un
tuk
men
jaga
in
fras
truk
tur b
anda
ra d
an a
kses
men
uju
band
ara.
Kota
Bek
asi:
Dek
at k
aw. I
ndus
tri
Pulo
Gad
ung
Seda
ng-
Ting
giRu
mah
dib
angu
n, p
erta
nian
da
n ru
ang
terb
uka
B1■
Perlu
dip
ertim
bang
kan
peng
guna
an la
han
alte
rnat
if la
in
sela
in u
ntuk
per
tani
an.
Kab.
Bek
asi:
Dek
at k
aw. I
ndus
tri
Pulo
Gad
ung
Seda
ng-
Ting
giB2
,B5
(dom
inan
),B7,
N1
4 Ta
nah
Long
sor
--
--
-
5 Le
tusa
n G
. Api
-
--
--
6 A
bras
i -
--
--
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xlvii
No
.Je
nis
Be
nc
an
aL
ok
asi
Tin
gk
at
Ris
iko
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Sa
at
Ini
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Pe
rpre
s 5
4/2
00
8U
pa
ya
Mit
iga
si
7 Cu
aca
Ekst
rim
Kab.
Bek
asi:
Bag.
Uta
raSe
dang
-Ti
nggi
Saw
ah, l
ahan
terb
angu
n da
n pe
rmuk
iman
B4,B
4/H
P,B7,
sed
ikit
B1■
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(ren
cana
ko
ntin
gens
i);
■ Pe
rkua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r yan
g be
rpot
ensi
te
rken
a be
ncan
a m
elal
ui p
ener
apan
atu
ran
stan
dar b
angu
nan
yang
mem
perh
itung
kan
beba
n an
gin
atau
pem
buat
an b
unke
r ba
wah
tana
h. P
erlu
stud
i leb
ih la
njut
.■
Pela
tihan
unt
uk m
enin
gkat
kan
kesia
gaan
men
ghad
api b
enca
na.
8 Ke
kerin
gan
Kab.
Bek
asi:
Bag.
Uta
raTi
nggi
Sem
ak-s
emak
dan
hut
an,
pert
ania
n da
n ru
ang
terb
uka
B5 d
isel
ingi
N1,
N2
■ Pe
rlu d
iper
timba
ngka
n un
tuk
kons
erva
si ta
nah
dan
pem
buat
an c
heck
dam
dan
rebo
isas
i
9 Ke
baka
ran
Hut
an d
an
Laha
n -
--
--
10
Keba
kara
n G
edun
g da
n Pe
rmuk
iman
Kab.
Tan
gera
ng:
Bagi
an S
elat
an d
an
Teng
ah
Ting
gi
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
sem
ak-s
emak
dan
hu
tan,
per
tani
an d
an ru
ang
terb
uka
B
■ Pe
ngua
tan
man
ajem
en ri
siko
aga
r kep
adat
an b
angu
nan
perm
ukim
an ti
dak
bert
amba
h tin
ggi m
elal
ui p
eren
cana
an
lebi
h de
til;
■ Pe
ngua
tan/
pem
bang
unan
infr
astr
uktu
r ant
ara
peny
edia
an
wad
uk k
ecil,
bak
pen
ampu
ngan
air,
ser
ta h
idra
n un
tuk
pem
adam
an a
pi.
Kota
Bek
asi
Kab.
Bek
asi:
Bagi
an B
arat
dan
Te
ngah
11
Epid
emi
dan
Wab
ah
Peny
akit
Kota
Bek
asi
Seda
ng
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
pert
ania
n da
n la
han
terb
uka,
indu
stri
dan
guda
ng,
pend
idik
an d
an fa
silit
as u
mum
, fa
silit
as tr
ansp
orta
si, r
umah
di
bang
un
B
■ So
sial
isas
i dan
pel
atih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na e
pide
mi;
■ M
anaj
emen
risi
ko d
an d
etek
si s
ecar
a di
ni. P
erlu
stu
di le
bih
lanj
ut u
ntuk
pen
gend
alia
n fa
ktor
risi
ko;
■ Pe
rlu s
tudi
lebi
h la
njut
unt
uk m
itiga
si te
rbai
k da
n re
leva
nsin
ya
terh
adap
pen
ataa
n ru
ang.
Kab.
Bek
asi:
Setu
, Tam
bun
Kota
Dep
ok:
Cine
re, C
iman
ggis
12
Gag
al
Tekn
olog
i
Kota
Tan
gera
ng
Ting
gi
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
indu
stri
dan
guda
ng,
pend
idik
an d
an fa
silit
as
umum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si,
rum
ah d
iban
gun,
sem
ak-
sem
ak d
an h
utan
, per
tani
an
dan
ruan
g te
rbuk
a
B1
■ Pe
rlu d
iban
gun
infr
astr
uktu
r kes
iaps
iaga
an (r
enca
na
kont
inge
nsi,
peny
iapa
n da
n pe
mas
anga
n in
stru
men
sis
tem
pe
ringa
tan
dini
); ■
Pela
tihan
unt
uk m
enin
gkat
kan
kesi
agaa
n m
engh
adap
i be
ncan
a;
■ Pe
ngua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r;■
Pena
taan
ula
ng k
awas
an in
dust
ri ya
ng b
erad
a di
ling
kung
an
peru
mah
an p
adat
. Per
lu s
tudi
lebi
h la
njut
.
Kab.
Bek
asi:
Tam
bun
Kota
Dep
ok:
Cine
re, K
ota
Dep
ok,
Cim
angg
is
13
Konfl
ik S
osia
l -
--
--
Sum
ber:
hasi
l ana
lisis,
201
3
La
nju
tan
Ta
be
l 9
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxlviii
Ta
be
l 1
0
Be
nca
na
Ris
iko
Tin
gg
i p
ad
a W
ila
ya
h H
ilir
No
.Je
nis
Be
nc
an
aL
ok
asi
Tin
gk
at
Ris
iko
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Sa
at
Ini
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Pe
rpre
s 5
4/2
00
8U
pa
ya
Mit
iga
si
1 G
empa
Bum
i -
--
--
2 Ts
unam
i -
--
--
3 Ba
njir
Kota
Jaka
rta
Pusa
t
Ting
gi
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
pert
ania
n da
n la
han
terb
uka,
Indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as u
mum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si,
rum
ah d
iban
gun
B1■
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(ren
cana
ko
ntin
gens
i);
■ Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api
benc
ana
banj
ir;■
Ara
han
tent
ang
inte
nsita
s pe
nggu
naan
ruan
g,
peng
atur
an k
awas
an b
udid
aya
deng
an in
stru
men
KZB
, KD
B, K
LB, m
isal
nya
pem
bang
unan
hun
ian
vert
ikal
; ■
Peng
uata
n ba
ngun
an d
an in
fras
truk
tur y
ang
berp
oten
si te
rken
a be
ncan
a;■
Pert
imba
ngan
pem
bang
unan
dan
pem
ulih
an
kapa
sita
s po
lder
dan
pem
ompa
an d
i pol
der (
mis
alny
a:
area
Ista
na M
erde
ka d
i Jak
arta
Pus
at)
Kota
Jaka
rta
Tim
ur:
Pulo
Gad
ung,
Ca
kung
B1
Kota
Jaka
rta
Uta
ra:
Sepa
njan
g pa
ntai
U
tara
B1, B
6, B
7, N
1
4 Ta
nah
Long
sor
--
--
-
5 Le
tusa
n G
. Api
-
--
--
6 G
elom
bang
Ek
strim
dan
Abr
asi
Kota
Jaka
rta
Uta
ra:
Sepa
njan
g pa
ntai
ut
ara
Ting
giPe
rmuk
iman
kep
adat
an
tingg
i, in
dust
ri da
n gu
dang
, ko
mer
sil d
an b
isni
s, pe
raira
n, ra
wa,
sun
gai d
an
kola
m; p
erta
nian
dan
ruan
g te
rbuk
a
B1, B
6, B
7, N
1■
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(ren
cana
ko
ntin
gens
i, pe
nyia
pan
dan
pem
asan
gan
inst
rum
en
sist
em p
erin
gata
n di
ni);
■ Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api
benc
ana
gelo
mba
ng e
kstr
im;
■ Pe
ngua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r yan
g be
rpot
ensi
terk
ena
benc
ana;
■ Pe
rem
ajaa
n pa
ntai
den
gan
pena
nam
an v
eget
asi b
akau
pa
da z
ona
N;
■ Pe
rtim
bang
an u
ntuk
men
ata
ulan
g ka
was
an
perm
ukim
an y
ang
bera
da d
i pin
ggir
pant
ai.
7 Cu
aca
Ekst
rim
--
--
-
8 Ke
kerin
gan
--
--
-
9 Ke
baka
ran
Hut
an
dan
Laha
n -
--
--
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xlix
No
.Je
nis
Be
nc
an
aL
ok
asi
Tin
gk
at
Ris
iko
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Sa
at
Ini
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Pe
rpre
s 5
4/2
00
8U
pa
ya
Mit
iga
si
10
Keba
kara
n G
edun
g da
n Pe
rmuk
iman
-
--
--
11
Epid
emi d
an
Wab
ah P
enya
kit
Kota
Jaka
rta
Pusa
t,Ko
ta Ja
kart
a U
tara
, Ko
ta Ja
kart
a Ba
rat,
Kota
Jaka
rta
Sela
tan,
Kota
Jaka
rta
Tim
ur
Seda
ngKo
mer
sil d
an b
isni
s, pe
rmuk
iman
kep
adat
an
tingg
i, pe
rtan
ian
dan
laha
n te
rbuk
a, in
dust
ri da
n gu
dang
, pen
didi
kan
dan
fasi
litas
um
um, f
asili
tas
tran
spor
tasi
, rum
ah
diba
ngun
B■
Sosi
alis
asi d
an p
elat
ihan
unt
uk m
enin
gkat
kan
kesi
agaa
n m
engh
adap
i ben
cana
epi
dem
i dan
wab
ah
peny
akit;
■ M
anaj
emen
risi
ko d
an d
etek
si s
ecar
a di
ni. P
erlu
stu
di
lebi
h la
njut
unt
uk p
enge
ndal
ian
fakt
or ri
siko
;■
Perlu
stu
di le
bih
lanj
ut u
ntuk
miti
gasi
terb
aik
dan
rele
vans
inya
terh
adap
pen
ataa
n ru
ang.
12
Gag
al Te
knol
ogi
Kota
Jaka
rta
Bara
t,Ko
ta Ja
kart
a Se
lata
n,
Kota
Jaka
rta
Tim
ur
Ting
giKo
mer
sil d
an b
isni
s, pe
rmuk
iman
kep
adat
an
tingg
i, in
dust
ri da
n gu
dang
, pe
ndid
ikan
dan
fasi
litas
um
um, f
asili
tas
tran
spor
tasi
, ru
mah
dib
angu
n, s
emak
-se
mak
dan
hut
an, p
erta
nian
da
n ru
ang
terb
uka
B1■
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(ren
cana
ko
ntin
gens
i, pe
nyia
pan
dan
pem
asan
gan
inst
rum
en
sist
em p
erin
gata
n di
ni);
■ Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api
benc
ana;
■
Perk
uata
n ba
ngun
an d
an in
fras
truk
tur;
■ Pe
nata
an u
lang
kaw
asan
indu
stri
yang
ber
ada
di
lingk
unga
n pe
rum
ahan
pad
at. P
erlu
stu
di le
bih
lanj
ut.
13
Konfl
ik S
osia
l Ko
ta Ja
kart
a Ba
rat,
Kota
Jaka
rta
Sela
tan
-Ko
mer
sil d
an b
isni
s, pe
rmuk
iman
kep
adat
an
tingg
i, in
dust
ri da
n gu
dang
, pe
ndid
ikan
dan
fasi
litas
um
um, f
asili
tas
tran
spor
tasi
, ru
mah
dib
angu
n
B■
Men
doro
ng p
eran
ser
ta p
endu
duk
dala
m ra
ngka
m
emel
ihar
a st
abili
tas
kete
ntra
man
dan
ket
ertib
an;
■ M
enge
mba
ngka
n su
prem
asi h
ukum
den
gan
men
egak
kan
huku
m s
ecar
a ko
nsis
ten,
ber
kead
ilan
dan
keju
jura
n;
■ M
enin
gkat
kan
pem
aham
an d
an p
enya
dara
n se
rta
men
ingk
atny
a pe
rlind
unga
n pe
ngho
rmat
an, d
an
pene
gaka
n H
AM
. ■
Perlu
stu
di le
bih
lanj
ut u
ntuk
miti
gasi
terb
aik
dan
rele
vans
inya
terh
adap
pen
ataa
n ru
ang.
Sum
ber:
Has
il An
alis
is o
leh
Tim
Pen
yusu
n, 2
013
La
nju
tan
Ta
be
l 1
0
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALl
Ta
be
l 1
1
Re
ko
me
nd
asi
un
tuk
Wil
ay
ah
Hu
lu, T
en
ga
h d
an
Hil
ir
No
.P
rov
insi
/Ka
bu
pa
ten
/
Ko
taJe
nis
Be
nc
an
aR
ek
om
en
da
si
Wil
ay
ah
Hu
lu
IJa
wa
Bara
tCu
aca
ekst
rim, k
eker
inga
n, k
ebak
aran
hut
an d
an la
han,
epi
dem
i dan
w
abah
pen
yaki
t, ga
gal t
ekno
logi
, dan
kon
fl ik
sosi
al■
Dire
kom
enda
sika
n un
tuk
mel
engk
api a
spek
keb
enca
naan
pad
a ke
giat
an e
valu
asi R
TRW
P Ja
wa
Bara
t unt
uk je
nis
benc
ana
ters
ebut
;■
Dire
kom
enda
sika
n ag
ar k
edal
aman
mat
eri a
spek
keb
enca
naan
yan
g te
lah
ada
dise
suai
kan
deng
an h
asil
Kajia
n Ri
siko
Ben
cana
Pro
vins
i Ja
wa
Bara
t (12
jeni
s po
tens
i ben
cana
)
1Ko
ta B
ogor
Gem
pa B
umi,
Epid
emi d
an W
abah
Pen
yaki
t, G
agal
Tekn
olog
i
Peny
usun
an R
DTR
ber
basi
s m
itiga
si m
asin
g-m
asin
g be
ncan
a (s
kala
1:
5.00
0)
2 Ka
b. B
ogor
Gem
pa B
umi,
Tana
h Lo
ngso
r, Le
tusa
n G
. Api
, Kek
erin
gan,
Keb
akar
an
Hut
an d
an L
ahan
, Keb
akar
an G
ed. d
an P
erm
ukim
an, E
pide
mi d
an W
abah
Pe
nyak
it
3 Ka
b. C
ianj
urKe
baka
ran
Ged
ung
dan
Perm
ukim
an
Wil
ay
ah
Te
ng
ah
IBa
nten
Gem
pabu
mi,
gelo
mba
ng e
kstr
im, c
uaca
eks
trim
, kek
erin
gan,
keb
akar
an
huta
n da
n la
han,
epi
dem
i dan
wab
ah p
enya
kit,
gaga
l tek
nolo
gi, d
an
konfl
ik s
osia
l.
■ D
ireko
men
dasi
kan
untu
k m
elen
gkap
i asp
ek k
eben
cana
an p
ada
kegi
atan
eva
luas
i RTR
WP
Bant
en u
ntuk
jeni
s be
ncan
a te
rseb
ut;
■ D
ireko
men
dasi
kan
agar
ked
alam
an m
ater
i asp
ek k
eben
cana
an y
ang
tela
h ad
a di
sesu
aika
n de
ngan
has
il Ka
jian
Risi
ko B
enca
na P
rovi
nsi
Bant
en (1
1 je
nis
pote
nsi b
enca
na)
1 Ko
ta T
ange
rang
Gem
pa B
umi,
Gag
al Te
knol
ogi
Peny
usun
an R
DTR
ber
basi
s m
itiga
si m
asin
g-m
asin
g be
ncan
a (s
kala
1:
5.00
0)2
Kota
Tan
gera
ng S
elat
anG
empa
Bum
i
3Ka
b. T
ange
rang
Gem
pa B
umi,
Banj
ir, K
ebak
aran
Ged
ung
dan
Perm
ukim
an
IIJa
wa
Bara
t
1 Ko
ta B
ekas
iG
empa
Bum
i, Ba
njir,
Keb
akar
an G
edun
g da
n Pe
rmuk
iman
, Epi
dem
i dan
W
abah
Pen
yaki
t Pe
nyus
unan
RD
TR b
erba
sis
miti
gasi
mas
ing-
mas
ing
benc
ana
(ska
la
1:5.
000)
2Ka
b. B
ekas
i B
anjir
, Cua
ca E
kstr
im, K
eker
inga
n, K
ebak
aran
Ged
ung
dan
Perm
ukim
an,
Epid
emi d
an W
abah
Pen
yaki
t, G
agal
Tekn
olog
i
3Ko
ta D
epok
Gem
pa B
umi,
Epid
emi d
an W
abah
Pen
yaki
t, G
agal
Tekn
olog
i
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL li
No
.P
rov
insi
/Ka
bu
pa
ten
/
Ko
taJe
nis
Be
nc
an
aR
ek
om
en
da
si
Wil
ay
ah
Hil
ir
IPr
ovin
si D
KI Ja
kart
aCu
aca
ekst
rim, e
pide
mi d
an w
abah
pen
yaki
t, ga
gal t
ekno
logi
, dan
ko
nfl ik
sos
ial
■ D
ireko
men
dasi
kan
untu
k m
elen
gkap
i asp
ek k
eben
cana
an p
ada
kegi
atan
eva
luas
i RTR
WP
DKI
Jaka
rta
untu
k je
nis
benc
ana
ters
ebut
;■
Dire
kom
enda
sika
n ag
ar k
edal
aman
mat
eri a
spek
keb
enca
naan
yan
g te
lah
ada
dise
suai
kan
deng
an h
asil
Kajia
n Ri
siko
Ben
cana
Pro
vins
i D
KI Ja
kart
a (9
jeni
s po
tens
i ben
cana
)
1Ko
ta Ja
kart
a Pu
sat
Banj
ir, E
pide
mi d
an W
abah
Pen
yaki
t
Peny
usun
an R
DTR
ber
basi
s m
itiga
si m
asin
g-m
asin
g be
ncan
a (s
kala
1:
5.00
0)
2Ko
ta Ja
kart
a U
tara
Banj
ir, G
elom
bang
Eks
trim
dan
Abr
asi,
Epid
emi d
an W
abah
Pen
yaki
t
3Ko
ta Ja
kart
a Ba
rat
Epid
emi d
an W
abah
Pen
yaki
t, G
agal
Tekn
olog
i, Ko
nfl ik
Sos
ial
4 Ko
ta Ja
kart
a Se
lata
nEp
idem
i dan
Wab
ah P
enya
kit,
Gag
al Te
knol
ogi,
Konfl
ik S
osia
l
5Ko
ta Ja
kart
a Ti
mur
Banj
ir, E
pide
mi d
an W
abah
Pen
yaki
t, G
agal
Tekn
olog
i
Sum
ber:
Has
il An
alis
is T
im P
enyu
sun,
201
3
La
nju
tan
Ta
be
l 1
1
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALlii
Rekomendasi untuk Badan Informasi Geospasial (BIG)
■ Peta-peta RTRW Provinsi, Kabupaten/Kota sebaiknya bisa disebarluaskan secara on line baik berupa peta digital statik (PDF dan JPG) atau berupa map services menggunakan infrastruktur geospasial dari BIG.
■ BIG perlu mengusahakan dan mempersiapkan dukungan untuk penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana pada skala 1:5.000 dan 1:10.000 khususnya pada KSN JABODETABEKPUNJUR untuk: Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi, Kota Jakarta Utara, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, dan Kota Jakarta Selatan.
Rekomendasi untuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
■ Untuk peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana diharapkan tidak berhenti pada tingkat provinsi (skala 1:250.000) namun bisa dikembangkan sampai kedetilan skala kabupaten yakni 1:50.000 dan untuk kota yakni 1:25.000 atau lebih rinci.
■ Berdasarkan kajian ini, BNPB perlu menyusun Kajian Risiko Bencana berupa dokumen dan peta pada skala 1:50.000 untuk: Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Bekasi; dan pada skala 1:25.000 atau lebih detil untuk Kota Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, Kota Bekasi, Kota Jakarta Utara, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, dan Kota Jakarta Selatan.
■ Kajian risiko dan peta risiko skala 1:50.000 dapat memberikan informasi yang lebih rinci untuk mengidentifi kasi kawasan dengan indeks risiko tinggi, yang memerlukan program aksi mengurangi kerentanan dan meningkatkan ketahanan/resiliensi terutama bagi masyarakat kelompok rentan.
■ Dari kajian studi kasus data spasial kebencanaan Kota Jakarta Timurdiperlukan penyempurnaan KRB dan peta risiko 1:50.000 atau lebih detil agar dapat dimanfaatkan untuk perencanaan tata ruang yang lebih detil.
■ Penyebarluasan informasi kebencanaan (ancaman, kerentanan dan risiko bencana) menggunakan media internet pada http://geospasial.bnpb.go.id dalam bentuk map services dan peta digital statik (JPG dan PDF) sudah efektif. Tetapi untuk pemanfaatan map service masih harus lebih disosialiasikan dan ditingkatkan kecepatan aksesnya.
■ Terkait penyebarluasan informasi spasial kebencanaan secara online, BNPB perlu mengintegrasikan sistemnya dengan infrastruktur data spasial nasional yang sedang dikerjakan BIG sehingga tujuan UU No 4 Tahun 2011 terkait penyelenggaraan IGD dan IGT dalam One-Map Policy dapat terwujud.
■ BNPB memerlukan dukungan berbagai pihak agar kedetilan dan keakuratan data ancaman, kerentanan dan risiko bencana dapat lebih ditingkatkan. Indikator kerentanan bencana perlu disepakati dengan Kementerian/Lembaga lainnya.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL liii
Rekomendasi untuk Perbaikan Pedoman Penyusunan RTR KSN dan RTRWP
■ Perlu memaparkan manfaat informasi kerawanan bagi perencanaan tata ruang.■ Perlu memuat informasi ancaman, kerentanan, dan risiko bencana bagi pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.■ Untuk kegiatan analisis spasial dari data peta ancaman, kerentanan dan risiko dari
BNPB perlu diinformasikan untuk dilakukan secara visual dengan memperhatikan aspek-aspek kebencanaan pada struktur dan pola ruang.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 1
Bab 1
Pendahuluan
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL2
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 1
1.1 Latar Belakang
Substansi tata ruang dalam konteks penanggulangan bencana sudah diamanatkan dalam UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi risiko bencana dengan cara menyerap hasil kajian risiko bencana ke dalam rencana tata ruang, penetapan standar keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap pelanggar. Demikian pula, dalam UU Nomor 26 Tahun 2007, diamanatkan tentang penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa dampak dan risiko lingkungan dapat meningkatkan intensitas bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan. UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mengamanatkan mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai jenis, tingkat dan wilayahnya.
Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur, yang selanjutnya disebut sebagai Kawasan JABODETABEKPUNJUR, adalah salah satu kawasan strategis nasional yang meliputi seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta, sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat, dan sebagian wilayah Provinsi Banten, yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008. KSN JABODETABEKPUNJUR menjadi sangat strategis karena Provinsi DKI Jakarta sebagai salah satu cakupan wilayah JABODETABEKPUNJUR adalah pusat pemerintahan negara, pusat bisnis dan perekonomian, pusat pelayanan jasa, yang telah dibebani berbagai permasalahan kota metropolitan yang daya dukung dan daya tampungnya telah terlampaui.
Selain itu, area JABODETABEK merupakan salah satu pusat ekonomi dalam Koridor Ekonomi Jawa, sesuai Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 yang telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden nomor 32/2011, dengan rencana investasi yang terbesar dalam Koridor Ekonomi Jawa untuk pembangunan bandar udara, rel kereta, pelabuhan, jaringan jalan dan infrastruktur vital lainnya. Penataan ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR memiliki peran sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembangunan yang memperhatikan konservasi air dan tanah, persediaan air tanah dan air permukaan, penanggulangan banjir, dan pengembangan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat.
Bab 1 Pendahuluan
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL2
Di lain pihak, adanya kondisi Kawasan JABODETABEKPUNJUR yang terus-menerus berada dalam risiko banjir, dan tigabelas sungai yang mengalir dari Gunung Gede, Pangrango dan Gunung Salak di Jawa Barat yang diidentifi kasi sebagai ancaman permanen ke ibukota, menyebabkan perlunya dipertimbangkan aspek pengurangan risiko bencana ke dalam penataan ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR. Ketersediaan kajian risiko bencana disertai peta risiko bencana skala 1:250.000 dari BNPB (tahun 2012) dengan masa berlaku 5 tahun akan bermanfaat untuk mengevaluasi RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dan juga RTRW Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
Upaya mengintegrasikan pengurangan risiko bencana kedalam rencana tata ruang merupakan kerjasama UNDP dengan BNPB, BAPPENAS dan Kementerian Dalam Negeri, melalui Proyek Safer Communities Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) Fase II pada tahun ini. Sejalan dengan Prioritas Aksi 4 dari Hyogo Framework for Action (HFA) 2005-2015 yakni: Reduce the underlying risk factors; proyek ini akan memberikan dukungan kepada pemerintah pusat/tingkat nasional untuk memasukkan pengurangan risiko bencana di sektor-sektor pembangunan terpilih. Salah satu output proyek ini adalah terselenggaranya dukungan bagi pengarusutamaan kebijakan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan di daerah, termasuk diantaranya adalah mengarusutamakan pengurangan risiko bencana dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Sejalan dengan adanya kegiatan Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) dalam meninjau ulang KSN JABODETABEKPUNJUR, maka diharapkan kegiatan inisiasi Proyek SCDRR Fase II ini dapat dimanfaatkan untuk pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam kebijakan penataan ruang KSN JABODETABEKPUNJUR.
1.1.1 Penataan Ruang dan Pengurangan Risiko Bencana
Banyaknya korban jiwa yang timbul akibat bencana alam yang terjadi telah memberikan pelajaran berharga terhadap pentingnya keberadaan ruang yang aman. Salah satu instrument yang dinilai cukup strategis perannya dalam upaya meminimilisasi korban bencana tersebut adalah penataan ruang. Selama ini penataan ruang membantu dalam menentukan kebijakan penggunaan lahan yang pada banyak hal bersinggungan dengan masalah kerawanan bencana, baik itu kerawanan lahan secara alamiah (rawan terhadap gempa, tanah longsor, banjir, dan lain sebagainya), maupun kerawanan akibat kegiatan manusia (bahaya industri, penurunan muka tanah, pemanasan global, dan lain sebagainya).
Di lain pihak, pengkajian risiko bencana dapat memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang melanda suatu kawasan/ruang; yang diperhitungkan berdasarkan fungsi dari: (a) tingkat ancaman, ditambah (b) tingkat kerentanan kawasan
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 3
yang terancam, dan dibagi (c) tingkat kapasitas kawasan yang terancam. Bisa dikatakan bahwa tinggi rendahnya risiko bencana dipengaruhi oleh besarnya bahaya/ancaman (hazard) yang dihadapi dan tinggi rendahnya tingkat kerentanan (vulnerability) dari masyarakat. Besarnya bahaya (hazard) dihitung berdasarkan tingkat keseringan dan keparahan terjadinya sebuah bahaya. Bahaya cenderung bersifat alamiah, sehingga tidak banyak rekayasa yang bisa dilakukan agar tingkat risiko bencana bisa menurun. Sedangkan tingkat kerentanan dihitung berdasarkan tingkat keterpajanan/keterpaparan (exposure) sebuah entitas berdasarkan faktor fi sik, sosial, ekonomi dan lingkungan. Adapun tingkat kapasitas entitas tersebut dilakukan dengan mengidentifi kasikan status kemampuan individu, masyarakat, lembaga pemerintah atau non pemerintah di dalam menghadapi sebuah bahaya. Pada faktor kerentanan inilah rekayasa bisa banyak dilakukan agar tingkat risiko bencana bisa dikurangi.
Dengan demikian, ada dua rekayasa yang bisa dilakukan agar tingkat risiko bencana bisa menurun. Pertama, dengan meningkatkan kapasitas sebuah entitas dalam menghadapi sebuah bahaya. Dan kedua, dengan mengurangi keterpaparan entitias tersebut terhadap sebuah bahaya. Dalam cara kedua inilah, penataan ruang berperan penting. Sehingga jelas, konsep dasar dari peran penataan ruang di dalam pengurangan risiko bencana adalah bagaimana bisa “mengatur letak” sebuah entitas agar tidak terpapar terhadap sebuah bahaya (Pogung, 2013). Selanjutnya apabila penataan ruangnya baik, dalam arti sudah memasukkan aspek pengurangan risiko bencana- maka jika memang kemudian dalam pelaksanaan penataan ruang tersebut terjadi bencana, diharapkan akan banyak mengurangi pula biaya yang akan ditanggung pemerintah dalam penanggulangan bencana tersebut.
1.1.2 Peran Data Spasial dalam Perencanaan Tata Ruang dan Pengurangan
Resiko Bencana
Penyusunan tata ruang merupakan tugas besar dan melibatkan berbagai pihak yang dalam menjalankan tugas tidak terlepas dari data spasial. Data spasial yang dibutuhkan dalam rangka membuat suatu perkiraan kebutuhan atau pengembangan ruang jangka waktu tertentu adalah bervariasi mulai dari data yang bersifat umum hingga detail. Bentuk data spasial untuk kegiataan penataan ruang umumnya berupa peta digital dan peta analog yang masing-masing mempunyai karakteristik dan spesifi kasi yang berbeda, dimana jenis dan ruang lingkup serta kedetailan rencana tata ruang sangat menentukan.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL4
Terkait dengan perencanaan spasial, data spasial yang diperlukan meliputi data geografi s dasar serta data tematik yang umum dipakai dan sering dibutuhkan, sebagai berikut:■ Data dasar, antara lain geodesi (batuan), citra satelit, elevasi (ketinggian
dan kemiringan), transportasi, hidrografi (sumber daya air), kadastral (peta kepemilikan tanah), dan unit wilayah administratif.
■ Data tematik, antara lain tema-tema pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan, pengairan, perhubungan, sumberdaya mineral dan energi, pertanahan, sosial-ekonomi, dan lain-lain termasuk risiko bencana.
Kelengkapan dan kebenaran (kualitas) input data spasial akan sangat berpengaruh pada hasil atau keluarannya. Tanpa adanya data spasial yang memadai dalam arti kualitas planimetris dan informasi kualitatif, maka proses pengambilan keputusan tidak dapat dilaksanakan secara benar dan bertanggung jawab.
1.2 Tujuan Penugasan
Tujuan Penugasan adalah:1. Tersedianya perspektif mitigasi bencana pada KSN JABODETABEKPUNJUR dengan
memasukkan Kajian Risiko Bencana ke dalam RTR;2. Tergambarkannya tingkat risiko bencana di KSN JABODETABEKPUNJUR;3. Terumuskannya rekomendasi strategi manajemen risiko dengan perspektif
mitigasi bencana.
1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan
1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah adalah Kawasan JABODETABEKPUNJUR sebagaimana ditetapkan dalam Perpres 54/2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (lihat Gambar 1).
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 5
Gambar 1
Peta Administrasi Lingkup Wilayah Kajian KSN JABODETABEKPUNJUR
Sumber: Dikompilasi dari Peta Administrasi BPS, 2009, Perpres 54/2008, Peta RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota Kawasan JABODETABEKPUNJUR
1.3.2. Ruang Lingkup Kajian
Ruang lingkup kajian dalam pekerjaan ini adalah menerapkan kajian risiko bencana dari BNPB terhadap RTR KSN JABODETABEKPUNJUR. Kajian ini menggunakan acuan dari Kajian Risiko Bencana BNPB dan Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten; namun belum dikaitkan dengan kajian tentang perubahan iklim.
1.4 Keluaran Yang Diharapkan
Keluaran yang diharapkan setelah mendapat persetujuan dari BAPPENAS, adalah Review tentang Perpres 54/2008 yakni:1. Laporan Pendahuluan Konsolidasi: menggambarkan latar belakang kontekstual,
metodologi penilaian, dan rencana kerja;2. Laporan Draf Final Konsolidasi: menggambarkan hasil temuan dan analisis dalam:
(i) profi l kerawanan, kerentanan, dan risiko bencana di KSN JABODETABEKPUNJUR; (ii) kesesuaian dengan UU No. 4 Tahun 2011 mengenai informasi Geospasial; (iii) kesesuaian penggunaan lahan KSN; dan (iv) tingkat risiko bencana pada struktur dan pola ruang KSN JABODETABEKPUNJUR;
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL6
3. Laporan Final Konsolidasi: menggambarkan rekomendasi strategis bagi: (i) upaya mitigasi untuk pengurangan risiko bencana yang akan terjadi di KSN JABODETABEKPUNJUR; (ii) masukan bagi perbaikan Pedoman Penyusunan RTRKSN dan RTRW Provinsi berdasarkan kajian pengalaman dari JABODETABEKPUNJUR; (iii) rekomendasi spasial bagi peta digital yang digunakan.
1.5. Sistematika Penulisan Laporan
Penulisan Laporan ini terdiri atas 6 (enam) bab, yakni:■ Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 membahas mengenai latar belakang penyusunan pekerjaan, serta tujuan, ruang lingkup dan keluaran yang diharapkan.
■ Bab 2 Tinjauan Literatur
Pada bab 2 mengulas kebijakan maupun pedoman yang mendasari kajian ini yang terkait dengan KSN JABODETABEKPUNJUR dan penanggulangan bencana diantaranya tentang Perpres 54/2008 dan pemahaman metodologi kajian risiko bencana.
■ Bab 3 Metodologi
Pada bab 3 mengulas secara ringkas mengenai metodologi kajian, yakni data dan sumber data, waktu pelaksanaan, dan kerangka metode kajian.
■ Bab 4 Gambaran Umum KSN JABODETABEKPUNJUR
Sesuai dengan tujuan kajian, pada bab 4 akan dibahas mengenai gambaran umum wilayah KSN JABODETABEKPUNJUR secara singkat baik mengenai lokasi geografi s, administrasi, ekonomi, penduduk, serta permasalahan yang dihadapi. Pada bab ini juga diperlihatkan tentang profi l kerawanan dan kerentanan bencana pada pusat-pusat kegiatan di KSN JABODETABEKPUNJUR, kecenderungan kejadian bencana, profi l risiko bencana di KSN JABODETABEKPUNJUR.
■ Bab 5 Analisis RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dari Perspektif Risiko Bencana
Bab 5 membahas aspek penanggulangan bencana dalam RTR KSN; kesesuaian data spasial dengan UU No. 4/2011; kesesuaian penggunaan lahan saat ini dengan arahan pola ruang JABODETABEKPUNJUR secara spasial; analisis potensi risiko bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR yang diuraikan menurut jenis bencana dan upaya mitigasi bencana yang diperlukan. Di akhir bab dibahas tentang RTRWK Jakarta Timur terhadap kebijakan penanggulangan bencana yang ada di Jakarta Timur.
■ Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi
Bab 6 berisi kesimpulan dan rekomendasi bagi peninjauan ulang KSN JABODETABEKPUNJUR dalam perspektif pengurangan risiko bencana, baik tentang upaya mitigasi bencana yang berisiko tinggi pada wilayah hulu, tengah dan hilir; maupun upaya tindak lanjut.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 7
Bab 2
Tinjauan Literatur
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL8
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 9
Bab 2 Tinjauan Literatur
2.1 Peraturan Presiden No.54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur
Peraturan Presiden ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dengan Kawasan JABODETABEKPUNJUR ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional yang memerlukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang secara terpadu sebagai alat koordinasi pelaksanaan pembangunan lintas wilayah pada Kawasan JABODETABEKPUNJUR.
Melalui Perpres ini, diharapkan terwujudnya keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang antardaerah pada kawasan JABODETABEKPUNJUR serta terkembangkannya perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan efi sien. Kebijakan penataan ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR diarahkan pada keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang kawasan dalam rangka mewujudkan keseimbangan antara pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan hidup.
Strategi penataan ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR dikembangkan untuk mendorong terselenggaranya: (1) pengembangan kawasan yang berdasar atas keterpaduan antar daerah sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan, (2) pembangunan kawasan yang dapat menjamin tetap berlangsungnya konservasi air tanah dan air permukaan serta menanggulangi banjir, (3) pengembangan perekonomian wilayah yang produktif, efektif, dan efi sien berdasarkan karakteristik wilayah.
Secara lebih jelas diuraikan beberapa pasal dalam Perpres 54/2008 ini sebagai berikut:
Tujuan (Pasal 2)
Tujuan penataan ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR adalah untuk: a. Mewujudkan keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang antar daerah
sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan dengan memperhatikan keseimbangan kesejahteraan dan ketahanan;
b. Mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan, untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta menanggulangi banjir; dan
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL10
c. Mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif, efektif, dan efi sien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan pembangunan yang berkelanjutan.
Cakupan Kawasan (Pasal 5)
Kawasan JABODETABEKPUNJUR meliputi seluruh wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat (mencakup seluruh wilayah Kabupaten Bekasi, seluruh wilayah Kota Bekasi, seluruh wilayah Kota Depok, seluruh wilayah Kabupaten Bogor, seluruh wilayah Kota Bogor, dan sebagian wilayah Kabupaten Cianjur yang meliputi Kecamatan Cugenang, Kecamatan Pacet, Kecamatan Sukaresmi, dan Kecamatan Cipanas); dan sebagian wilayah Provinsi Banten (mencakup seluruh wilayah Kabupaten Tangerang dan seluruh wilayah Kota Tangerang).
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang (Pasal 7 dan Pasal 8)
Kebijakan penataan ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR adalah mewujudkan keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang kawasan dalam rangka keseimbangan antara pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan hidup.Strategi penataan ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR merupakan pelaksanaan dari kebijakan yang meliputi: (a) mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang berdasar atas keterpaduan antardaerah sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan; (b) mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta menanggulangi banjir dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan; dan (c) mendorong pengembangan perekonomian wilayah yang produktif, efektif, dan efi sien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan.
Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang (Pasal 10 dan Pasal 11)
Rencana struktur ruang terdiri atas sistem pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana.Sedangkan rencana pola ruang terdiri atas rencana distribusi ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budi daya.Peta Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang yang telah didigit ulang dapat dilihat pada Gambar 2.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 11
Gambar 2
Peta Struktur dan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Sumber: Hasil gambar ulang dari Peta Rencana Struktur dan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR di Perpres 54/2008
Tabel 1
Arahan Pemanfaatan Ruang Tiap Zona di KSN JABODETABEKPUNJUR
Kode Zona Arahan Pemanfaatan Ruang
N (Non Budidaya)/Lindung
N-1
kawasan hutan lindung, resapan air, kawasan dengan kemiringan > 40%, sempadan sungai, sempadan pantai, sekitar danau, waduk, dan situ, kawasan sekitar mata air, rawa, pantai berhutan bakau, dan kawasan Rawan bencana alam geologi - tidak untuk dibangun, lahan terbangun yang sudah ada harus dikeluarkan, riset, konservasi air dan tanah.
N-2
cagar alam, suaka marga satwa, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar budaya - tidak untuk dibangun; kawasan preservasi dan konservasi budaya, fl ora dan fauna
B (Budidaya)
B-1
perumahan hunian padat, perdagangan dan jasa, serta industri ringan nonpolutan dan berorientasi pasar- pusat kegiatan ekonomi unggulan di pantai utara Jakarta dengan rehabilitasi/revitalisasi
B-2 perumahan hunian sedang, perdagangan dan jasa, industri padat tenaga kerja - kawasan resapan air.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL12
Kode Zona Arahan Pemanfaatan Ruang
B-3 perumahan hunian rendah, pertanian, dan untuk mempertahankan fungsi kawasan resapan air.
B-4 perumahan hunian rendah, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, perikanan, peternakan, agroindustri, dan hutan produksi
B-4/HP Zona B-4 yang di tetapkan sebagai hutan produksi terbatas.
B-5 pertanian lahan basah beririgasi teknis.
B-6 permukiman dan fasilitasnya dan/atau penyangga fungsi Zona N1; koefi sien zona terbangun paling tinggi 50% (lima puluh persen);
B-7
permukiman dan fasilitasnya, penjaga dan penyangga fungsi Zona N1, serta berfungsi sebagai pengendali banjir terutama dengan penerapan sistem polder; koefi sien zona terbangun paling tinggi 40% (lima puluh persen)
B-7/HP Zone B-7 ditetapkan sebagai hutan produksi dibawah peraturan; hutan produksi terbatas.
P (Penyangga)
P-1 menjaga fungsi Zona N-1.
P-2 menjaga fungsi Zona N-1 dan P-5.
P-3 menjaga fungsi Zona B-1.
P-4 menjaga fungsi Zona B-2 dan B-4.
P-5 menjaga fungsi Zona N-1 dan B-1.
Sumber: Perpres No. 54 Tahun 2008
Kemudian Perpres No 54/2008 menyatakaan pengawasan penataan ruang dilakukan melalui kegiatan pemantauan, pelaporan. Evaluasi pemanfaatan ruang yang diselenggarakan pemerintah dan pemerintah daerah dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
Kegiatan evaluasi terhadap pemanfaatan ruang di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
(Pasal 62)
Kegiatan evaluasi terhadap pemanfaatan ruang di Kawasan JABODETABEKPUNJUR dilakukan oleh: a. Kepala desa/Lurah terhadap laporan yang disampaikan oleh masyarakat; b. Camat terhadap laporan yang disampaikan oleh Kepala Desa/Lurah dan/atau
masyarakat; c. Bupati/Walikota terhadap laporan yang disampaikan oleh Camat, Kepala Desa/
Lurah dan/atau masyarakat; d. Gubernur terhadap laporan yang disampaikan oleh Bupati/Walikota, Camat,
Kepala Desa/Lurah, dan/atau masyarakat; dan e. Menteri terhadap laporan yang disampaikan oleh Gubernur, Bupati/Walikota,
Camat, Kepala Desa/Lurah, dan/atau masyarakat.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 13
Kegiatan evaluasi dilakukan berdasarkan hasil kegiatan pemantauan dan pelaporan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang ditangani. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang di Kawasan JABODETABEKPUNJUR. Kegiatan evaluasi dilakukan agar pemanfaatan ruang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
2.2 Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
2.2.1 Defi nisi Istilah
■ Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
■ Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
■ Ancaman bencana (hazard) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.
■ Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografi s, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
■ Kerentanan (vulnerability) adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana (Perka BNPB No. 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana).
Kerentanan suatu kawasan bila terpapar oleh suatu ancaman bencana terdiri atas 3 indeks yakni: indeks penduduk terpapar (jiwa), indeks kerugian (rupiah), dan indeks kerusakan lingkungan (hektar). Tingkat Kerugian dapat disusun bila tingkat ancaman pada suatu daerah telah dikaji. Tingkat Kerugian diperoleh dari penggabungan Tingkat Ancaman dengan Indeks Kerugian.
■ Risiko (risk) bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian dengan Kapasitas Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian dan Tingkat Ancaman akibat bencana.
■ Kapasitas (capacity) adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana (Perka BNPB No. 02 Tahun 2012).
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL14
2.2.2 Umum
Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana adalah cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan berhasil guna, transparansi dan akuntabilitas, kemitraan, pemberdayaan, non diskriminatif, dan non proletisi (Pasal 3).Penanggulangan bencana bertujuan untuk (Pasal 4):a. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana; b. menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada; c. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh;d. menghargai budaya lokal; e. membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;f. mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan
kedermawanan; dan g. menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
Pasal 6 menjelaskan tanggungjawab Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:a. pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana
dengan program pembangunan;b. perlindungan masyarakat dari dampak bencana;c. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena
bencana secara adil dan sesuai dengan standar pelayanan minimum;d. pemulihan kondisi dari dampak bencana;e. pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalamAnggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang memadai;f. pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel dari ancaman dan
dampak bencana.
Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi (Pasal 7 ayat (1)):a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan kebijakan
pembangunan nasional;b. pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur
kebijakan penanggulangan bencana; c. penetapan status dan tingkatan bencana nasional dan daerah; d. penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan
negara lain, badan-badan, atau pihak-pihak internasional lain;
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 15
e. perumusan kebijakan tentang penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana;
f. perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam untuk melakukan pemulihan; dan
g. pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang berskala nasional.
Pasal 10 menguraikan mengenai Pemerintah membentuk BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) yang merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen setingkat menteri. Unsur BNPB terdiri atas pengarah dan pelaksana penanggulangan bencana (Pasal 11).
Pada Pasal 12 dan 13 menguraikan tugas dan fungsi BNPB yakni:1. Tugas BNPB
a. memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara;
b. menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundang-undangan;
c. menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat;d. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;
e. menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan internasional;
f. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
g. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan; dan
h. menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
2. Fungsi BNPBa. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, serta efektif dan efi sien; dan
b. pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL16
Pasal 26 dan 27 menjelaskan mengenai hak dan kewajiban masyarakat yaitu:1. Setiap orang berhak:
a. mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat rentan bencana;
b. mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana;
c. mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan penanggulangan bencana;
d. berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial;
e. berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya; dan
f. melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang diatur atas pelaksanaan penanggulangan bencana.
2. Setiap orang berkewajiban:a. menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara
keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
b. melakukan kegiatan penanggulangan bencana; danc. memberikan informasi yang benar kepada publik tentang
penanggulangan bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap yaitu: a) pra bencana; b) saat tanggap darurat; dan c) pasca bencana (Pasal 33).
Pada Pasal 34 dan 35 dijelaskan bahwa dalam situasi tidak terjadi bencana (Pasal 34 huruf a), maka penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap prabencana meliputi (Pasal 35):a. perencanaan penanggulangan bencana; b. pengurangan risiko bencana;
c. pencegahan; d. pemaduan dalam perencanaan pembangunan; e. persyaratan analisis risiko bencana; f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
g. pendidikan dan pelatihan; dan h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
Pasal 36 menjelaskan bahwa perencanaan penanggulangan bencana (Pasal 34 huruf a) ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 17
dengan kewenangannya dan penyusunan perencanaan penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh Badan.
Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang dalam situasi tidak terjadi bencana (35 huruf f ) dilakukan untuk mengurangi risiko bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan tentang penataan ruang, standar keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap pelanggar (Pasal 42).
Sedangkan dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana (Pasal 34 huruf b), maka penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi (Pasal 44):a. kesiapsiagaan;b. peringatan dini; c. mitigasi bencana
Kesiapsiagaan dilakukan melalui (Pasal 45 ayat 2):a. penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan
bencana; b. pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini; c. penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan
dasar; d. pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat; e. penyiapan lokasi evakuasi; f. penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap
tanggap darurat bencana; dan g. penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralataan untuk
pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
Peringatan dini dilakukan melalui (Pasal 46 ayat 2):a. pengamatan gejala bencana; b. analisis hasil pengamatan gejala bencana; c. pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang; d. penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana;dan e. pengambilan tindakan oleh masyarakat.
Kegiatan mitigasi dilakukan melalui (Pasal 47 ayat 2):a. pelaksanaan penataan ruang;
b. pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata
bangunan; dan
c. penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL18
2.2.3 Rencana Penanggulangan Bencana
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mengamanatkan pada pasal 35 dan 36 agar setiap daerah dalam upaya penanggulangan bencana, mempunyai perencanaan penanggulangan bencana. Pengertian Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) adalah rencana penyelenggaraan penanggulanganbencana suatu daerah dalam kurun waktu tertentu yang menjadi salah satu dasar pembangunan daerah (Perka BNPB No. 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana). Rangkaian kegiatan tersebut dapat digambarkan dalam siklus penanggulangan bencana seperti Gambar 3.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada dasarnya terdiri dari 3 tahapan sebagai berikut:1. Pra bencana yang meliputi: Situasi tidak terjadi bencana Situasi terdapat potensi bencana
2. Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana.3. Pascabencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi bencana.
Gambar 3
Siklus Penanggulangan Bencana
Pemulihan
TanggapDarurat
BENCANA
Pra-Bencana(situasi tidak terjadi
bencana)
Pra-Bencana(situasi ada potensi
bencana)
Sumber: Perka BNPB No. 4 Tahun 2008
Secara umum perencanaan dilakukan pada setiap tahapan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana tersebut seperti terlihat pada Gambar 4:
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 19
Gambar 4
Perencanaan dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
PEMULIHAN
RENCANAMITIGASI
RENCANA KONTINJENSI
RENCANA OPERASI
RENCANA PEMULIHAN
PENCEGAHAN dan MITIGASI
RENCANA PB
KESIAPSIAGAANTANGGAP DARURAT
BENCANA
PEMULIHAN
DARURAT
PERINGATA
N
DINI
KAJIAN KILAT
Sumber: Perka BNPB No. 4 Tahun 2008
1. Pada tahap Prabencana dalam situasi tidak terjadi bencana, dilakukan penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Management Plan), yang merupakan rencana umum dan menyeluruh yang meliputi seluruh tahapan/bidang kerja kebencanaan. Secara khusus untuk upaya pencegahan dan mitigasi bencana tertentu terdapat rencana yang disebut rencana mitigasi misalnya Rencana Mitigasi Bencana Banjir DKI Jakarta. Pengertian mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fi sik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Kaitan dengan rencana tata ruang menurut pasal 35 UU nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, maka pelaksanaan dan penegakan rencana
tata ruang merupakan bagian dari penanggulangan bencana dalam tahap prabencana dan dalam situasi tidak terjadi bencana. Pada pasal 42 diamanatkan bahwa tujuannya untuk mengurangi risiko bencana yang mencakup
pemberlakuan peraturan tentang penataan ruang, standar keselamatan,
dan penerapan sanksi terhadap pelanggar.
2. Pada tahap Prabencana dalam situasi terdapat potensi bencana, dilakukan penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang didasarkan atas skenario menghadapi bencana tertentu (single hazard) maka disusun satu rencana yang disebut Rencana Kontijensi (Contingency Plan). Pengertian kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL20
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Kaitan dengan rencana tata ruang, apabila dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana, maka penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan meliputi: (i) kesiapsiagaan, (ii) peringatan dini, dan (iii) mitigasi bencana. Mitigasi dilakukan melalui: (i) perencanaan dan pelaksanaan penataan ruang, (ii) pengaturan
pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan, dan (iii)
penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern.
3. Pada Saat Tanggap Darurat dilakukan Rencana Operasional (Operational Plan) yang merupakan operasionalisasi/aktivasi dari Rencana Kedaruratan atau Rencana Kontingensi yang telah disusun sebelumnya.
4. Pada Tahap Pemulihan dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan (Recovery Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada pasca bencana. Sedangkan jika bencana belum terjadi, maka untuk mengantisipasi kejadian bencana dimasa mendatang dilakukan penyusunan petunjuk/pedoman mekanisme penanggulangan pasca bencana.
Adapun proses penyusunan/penulisan rencana penanggulangan bencana secara garis besar adalah sebagai berikut :
Gambar 5
Proses Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
Pengenalan dan pengkajian bahaya
Pengenalan Kerentanan
Analisis Kemungkinan Dampak Bencana
Pilihan Tindakan Penanggulangan Bencana
Mekanisme Penanggulangan Dampak Bencana
Alokasi Tugas dan Peran Instansi
Sumber: Perka BNPB No. 4 Tahun 2008
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 21
2.2.3 Pemahaman Tentang Metodologi Kajian Risiko Bencana
2.2.3.1 Jenis Bencana di Indonesia
Indonesia adalah negara yang sangat rawan terkena bencana, hal ini karena Indonesia memiliki kondisi geografi s, geologis, hidrologis, dan demografi s yang memungkinkan terjadinya bencana. Bencana yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, banjir, angin topan, dan faktor non alam seperti gagal teknologi, epidemi, wabah penyakit, maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.
BNPB telah mengidentifi kasi tiga belas jenis ancaman bencana di Indonesia yakni sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2:
Tabel 2
Jenis Ancaman Bencana dan Sumber Panduan
No. Jenis Ancaman Bencana Sumber Panduan dari Kementerian/Lembaga
1 Gempa Bumi BMKG dan BG
2 Tsunami BMKG dan BG
3 Banjir Kementerian Pekerjaan Umum, BIG, BMKG
4 Tanah Longsor BG
5 Letusan Gunung Api BG
6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi BMKG, DISHIDROS, KEMHUT, BIG, KKP
7 Cuaca Ekstrim BMKG
8 Kekeringan BMKG dan KEMTAN
9 Kebakaran Hutan dan Lahan KEMHUT, KEMTAN, BMKG
10 Kebakaran Gedung dan Permukiman
11 Epidemi dan Wabah Penyakit KEMKES
12 Gagal Teknologi BPPT dan KEMPERIND (untuk kecelakaan industri)
13 Konfl ik Sosial
Sumber: BNPB
2.2.3.2 Konsepsi Kajian Risiko Bencana
Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang melanda. Potensi dampak negatif yang timbul dihitung berdasarkan tingkat kerentanan dan
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL22
kapasitas kawasan tersebut. Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi jumlah jiwa yang terpapar, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan.
Kajian risiko bencana dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan sebagaimana digambarkan pada Gambar berikut.
Pendekatan ini digunakan untuk memperlihatkan hubungan antara ancaman, kerentanan dan kapasitas yang membangun perspektif tingkat risiko bencana suatu kawasan.
Berdasarkan pendekatan tersebut, terlihat bahwa tingkat risiko bencana amat bergantung pada :1. Tingkat ancaman kawasan; 2. Tingkat kerentanan kawasan yang terancam;3. Tingkat kapasitas kawasan yang terancam.
Gambar 6
Konsep Umum Kajian Risiko Bencana
Sumber: Pedoman Nasional Pengkajian Risiko Bencana, BNPB, 2012
Risiko Bencana:Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (UU 24/2007)
Ancaman bencana (hazard):suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana
Kerentanan (vulnerability):suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana
Kapasitas (capacity):kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana
Risiko Bencana ≈ Ancaman XXKerentanan
Kapasitas
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 23
Kajian risiko bencana dilakukan dengan melakukan identifi kasi, klasifi kasi dan evaluasi risiko melalui beberapa langkah, yaitu :
1. Pengkajian Ancaman;
Ancaman/Bahaya (hazard); adalah suatu kondisi, secara alamiah maupun karena ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia. Bahaya berpotensi menimbulkan bencana, tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi bencana.
Pengkajian ancaman dimaknai sebagai cara untuk memahami jenis dan unsur-unsur ancaman yang berisiko bagi daerah dan masyarakat. Kajian ancaman bencana berdasarkan penilaian probabilitas atau kemungkinan terjadinya bencana dan dampak bencana atau dampak kerugian atau kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana.
Karakter-karakter ancaman pada suatu daerah dan masyarakatnya berbeda dengan daerah dan masyarakat lain. Pengkajian karakter ancaman dilakukan sesuai tingkatan yang diperlukan dengan mengidentifi kasikan unsur-unsur berisiko oleh berbagai ancaman di lokasi tertentu.
2. Pengkajian Kerentanan;
Kerentanan (Vulnerability); adalah sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan (faktor fi sik, sosial, ekonomi dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bencana. Faktor kerentanan meliputi:- Fisik: Kekuatan bangunan struktur (rumah, jalan, jembatan)
terhadap ancaman bencana- Sosial: Kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi,
perilaku masyarakat) terhadap ancaman bencana- Ekonomi: Kemampuan fi nansial masyarakat dalam menghadapi
ancaman di wilayahnya- Lingkungan: Tingkat ketersediaan/kelangkaan sumberdaya
(lahan, air, udara) serta kerusakan lingkungan yang terjadi.
Pengkajian kerentanan dilakukan dengan menganalisa dan menilai tingkat kerentanan suatu masyarakat, wilayah dan penghidupannya dari faktor-faktor berisiko. Penilaian kerentanan ditentukan dengan mengkaji aspek sosial-budaya, sumberdaya/lingkungan,
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL24
infrastruktur dan ekonomi terhadap ancaman dan dampak bencana yang ada dan dinilai dengan faktor-faktor pembobotan yang berbeda untuk masingmasing jenis ancaman yang berbeda.
3. Pengkajian Kapasitas;
Kapasitas (Capacity); Adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga dan masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, siap-siaga, menanggapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan bencana.
Pengkajian kapasitas dilakukan dengan mengidentifi kasikan status kemampuan individu, masyarakat, lembaga pemerintah atau non pemerintah dan aktor lain dalam menangani ancaman dengan sumber daya yang tersedia untuk melakukan tindakan pencegahan, mitigasi, dan mempersiapkan penanganan darurat, serta menangani kerentanan yang ada dengan kapasitas yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
4. Pengkajian Risiko;
Risiko (Risk); adalah besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban manusia, kerusakan dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh bahaya tertentu di suatu daerah pada suatu waktu tertentu.
Pengkajian risiko merupakan penilaian dari hasil-hasil pengkajian ancaman/bahaya, kerentanan dan kemampuan/ketahanan suatu daerah terhadap bencana. Hasil penilaian berupa peringat risiko bencana yang ada pada suatu wilayah. Hasil kajian risiko bencana akan menjadi dasar menentukan skala prioritas tindakan yang dibuat dalam bentuk rencana kerja dan rekomendasi guna mengurangi risiko bencana.
Pengkajian risiko bencana digunakan sebagai landasan penyelenggaraan penanggulangan bencana disuatu kawasan. Penyelenggaraan ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko bencana. Dan upaya pengurangan risiko bencana berupa :1. Memperkecil ancaman kawasan;2. Mengurangi kerentanan kawasan yang terancam;3. Meningkatkan kapasitas kawasan yang terancam.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 25
2.2.3.3 Metode Pengkajian Risiko Bencana
Dalam mengkaji dan memetakan Tingkat Ancaman, Tingkat Kerentanan dan Tingkat Kapasitas dilakukan berdasarkan Indeks Kerugian, Indeks Penduduk Terpapar, Indeks Ancaman dan Indeks Kapasitas. Sehingga kunci dalam mengkaji risiko setiap bencana adalah 4 indeks kajian (lihat Gambar 7 dan Gambar 8). Metodologi untuk menterjemahkan berbagai indeks tersebut ke dalam peta dan kajian diharapkan dapat menghasilkan tingkat risiko untuk setiap ancaman bencana yang ada pada suatu daerah. Tingkat risiko bencana ini menjadi landasan utama untuk menyusun Rencana Penanggulangan Bencana Daerah.
Gambar 7
Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana
Sosial Budaya
Probabilitas Dampak
Ekonomi(Rp)
Fisik(Rp)
Lingkungan(luas)
Perda terkait PB,Kelembagaan PB,
PB dalam pembangunandaerah, RPB, Anggaran
dalam PB
Peta rawan bencana,Peringatan Dini
Sosialisasi PRB,kurikulum/muatan lokal,
pendidikan bencana,desa tangguh
RTRW berbasis mitigasi,mitigasi bencana struktural
Rencana Kontingensi,Pusdalops, depo logistik,
relawan
Kepadatan penduduk,% kelompok rentan
luas lahan produktif,PDRB persektor
rumah, fasilitas umum,fasilitas kritis
hutan lindung, hutan alam,bakau, rawa, semak
Kelembagaan/Kebijakan
PetaKerentanan
PetaBahaya
SNI dan Non SNI
PetaRisiko
Bencana
RencanaPenanggulangan
Bencana
PetaKapasitas
PeringatanDini
PenguatanKapasitas
Mitigasi
Kesiapsiagaan
Sumber: Pedoman Nasional Pengkajian Risiko Bencana, BNPB, 2012
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL26
Ga
mb
ar
8
Me
tod
e P
en
gk
aji
an
DO
KUM
EN
KAJI
AN
RIS
IKO
TIN
GKA
T A
NCA
MA
N
PETA
AN
CAM
AN
PETA
KE
REN
TAN
AN
PETA
RIS
IKO
PETA
MU
LTI
RISI
KO
PETA
KA
PASI
TAS
IND
EKS
AN
CAM
AN
IND
EKS
PEN
DU
DU
KTE
RPA
PAR
IND
EKS
KERU
GIA
N
IND
EKS
KAPA
SITA
S
KEM
UN
GKI
NA
N
KEJA
DIA
N d
an
BESA
RAN
DA
MPA
K
KOM
PON
EN S
OSI
AL
BUD
AYA
KOM
PON
EN
EKO
NO
MI,
FISI
K da
n LI
NG
KUN
GA
N
KOM
PON
EN
KELE
MBA
GA
AN
, PE
RIN
GAT
AN
DIN
I, PE
ND
IDIK
AN
, MIT
IGA
SI
dan
KESI
APS
IAG
AA
N
TIN
GKA
T KA
PASI
TAS
TIN
GKA
T KE
RUG
IAN
Sum
ber:
Pedo
man
Nas
iona
l Pen
gkaj
ian
Risi
ko B
enca
na, B
NPB
, 201
2
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 27
Setelah seluruh indeks diperoleh, maka proses penyusunan kajian dan peta risiko bencana dapat dilaksanakan. Hasil pengkajian risiko bencana terdiri dari 2 bagian yaitu: (1) Peta Risiko Bencana, (2) Dokumen Kajian Risiko Bencana. Output pengkajian risiko bencana dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini.
Gambar 9
Output Pengkajian Risiko Bencana
KEBIJAKAN
PRIORITAS PB
(BAB IV RPB)
KEBIJAKAN UMUM
1. ATURAN DAN
KELEMBAGAAN
2. PENGKAJIAN RISIKO DAN
SISTEM PERINGATAN DINI
3. PELATIHAN, PENDIDIKAN
DAN KETERAMPILAN
4. PENGURANGAN FAKTOR
RISIKO DASAR
5. SISTEM KESIAPSIAGAAN
UMUM
KEBIJAKAN TEKNIS
PER BENCANA
1. PENCEGAHAN DAN
MITIGASI
2. KESIAPSIAGAAN
3. TANGGAP DARURAT
4. PEMULIHAN
PENGKAJIAN
RISIKO BENCANA
PETA RISIKO
BENCANA
DOKUMEN
KAJIAN RISIKO
BENCANA
1
3
2
Sumber: Pedoman Nasional Pengkajian Risiko Bencana, BNPB, 2012
Tabel Komponen Indeks Ancaman Bencana di bawah ini, digunakan untuk memahami peta ancaman, kerentanan dan risiko. Semua peta ancaman, kerentanan dan risiko tersebut memiliki gradasi dari hijau ke merah yang menunjukkan tingkat dari rendah ke tinggi.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL28
Ta
be
l 3
Ko
mp
on
en
In
de
ks
An
cam
an
Be
nca
na
NO
BE
NC
AN
AK
OM
PO
NE
N/I
ND
IKA
TO
R
KE
LA
S I
ND
EK
S
BO
BO
T T
OT
AL
BA
HA
N R
UJU
KA
N
RE
ND
AH
S
ED
AN
GT
ING
GI
1.G
empa
Bu
mi
1.Pe
ta B
ahay
a G
empa
Bum
i
Rend
ah (p
ga v
alue
<
0.25
01)
Seda
ng(p
ga v
alue
0,2
501
– 0,
70
Ting
gi(p
ga v
alue
> 0
,70)
100%
SNI y
ang
mer
ujuk
pad
a pa
ndua
n ya
ng d
iterb
itkan
ol
eh B
adan
Geo
logi
N
asio
nal
2.Pe
ta Z
onas
i Gem
pa B
umi
2010
(div
alid
asi d
enga
n da
ta
keja
dian
)
2.Ts
unam
iPe
ta E
stim
asi K
etin
ggia
n G
enan
gan
Tsun
ami/P
eta
Baha
ya
Tsun
ami
Rend
ah(<
1 m
)Se
dang
(1-3
m)
Ting
gi(>
3 m
) 1
00%
Pand
uan
dari
Bada
n G
eolo
gi N
asio
nal-E
SDM
da
n BM
KG
3.Ba
njir
Peta
Zon
asi D
aera
h ra
wan
ban
jir
(div
alid
asi d
enga
n da
ta k
ejad
ian)
Rend
ah(<
1 m
)Se
dang
(1-3
m)
Ting
gi(>
3 m
)10
0%Pa
ndua
n da
ri Ke
men
teria
n PU
, BM
KG d
an
BAKO
SURT
AN
AL
4.Ta
nah
Long
sor
Peta
Bah
aya
Ger
akan
Tan
ah(d
ival
idas
i den
gan
data
keja
dian
)
(zon
a ke
rent
anan
gera
kan
tana
hsa
ngat
rend
ah –
rend
ah)
(zon
a ke
rent
anan
gera
kan
tana
hmen
enga
h)
(zon
a ke
rent
anan
gera
kan
tana
htin
ggi)
100%
Pand
uan
dari
Bada
n G
eolo
giN
asio
nal-E
SDM
5.Le
tusa
nG
unun
g A
piPe
ta K
RB (d
ival
idas
i den
gan
data
kej
adia
n)KR
B I
KRB
IIKR
B III
100%
Pand
uan
dari
Bada
n G
eolo
giN
asio
nal-E
SDM
6.Ke
kerin
gan
Peta
Bah
aya
Keke
ringa
nZo
na b
ahay
asa
ngat
rend
ahZo
na b
ahay
aSe
dang
Zona
bah
aya
tingg
i – S
anga
tTi
nggi
100%
Pand
uan
dari
BMKG
–Ke
men
teria
nPe
rtan
ian
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 29
NO
BE
NC
AN
AK
OM
PO
NE
N/I
ND
IKA
TO
R
KE
LA
S I
ND
EK
S
BO
BO
T T
OT
AL
BA
HA
N R
UJU
KA
N
RE
ND
AH
S
ED
AN
GT
ING
GI
7.
Gel
. Eks
trim
da
nA
bras
i1
Ting
gi g
elom
bang
< 1m
1-2.
5 m
> 2.
5 m
30%
Pand
uan
dari
BMKG
dan
DIS
HID
ROS
2 A
rus
(cur
rent
)<
0.2
0.2
– 0.
4>
0.4
30%
Pand
uan
dari
BMKG
dan
DIS
HID
ROS
3 Tu
tupa
n la
han/
vege
tasi
pes
isir
(%)
> 80
%40
-80
%<
40 %
15%
Pand
uan
dari
Kem
ente
rian
Kehu
tana
n
4 Be
ntuk
gar
is p
anta
iBe
rtel
ukLu
rus-
bert
eluk
Luru
s15
%Pa
ndua
n da
riBA
KOSU
RTA
NA
L
8.
Cuac
a Ek
strim
(Ang
in
Putt
ing
Beliu
ng)
1 La
han
terb
uka
Skor
Bah
aya=
0.33
33*L
ahan
Terb
uka+
0.33
33*(
1-Ke
miri
ngan
Lere
ng)+
0.33
33*(
(Cur
ah H
ujan
Tahu
nan)
/500
0)
33.3
3%Pa
ndua
n da
riBM
KG
2 Ke
miri
ngan
Ler
eng
33.3
3%
3 Cu
rah
Huj
an T
ahun
an33
.33%
Skor
Bah
aya
< 0,
340,
34 –
0,6
6>0
,67
9.
Keba
kara
nH
utan
dan
La
han
1 Je
nis
Hut
an d
an la
han
Hut
an
Laha
n Pe
rkeb
unan
Pada
ng ru
mpu
t ke
ring
dan
belu
kar,
laha
npe
rtan
ian
40%
Pand
uan
dari
KEM
ENH
UT
La
nju
tan
Ta
be
l 3
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL30
NO
BE
NC
AN
AK
OM
PO
NE
N/I
ND
IKA
TO
R
KE
LA
S I
ND
EK
S
BO
BO
T T
OT
AL
BA
HA
N R
UJU
KA
N
RE
ND
AH
S
ED
AN
GT
ING
GI
2 Ik
lim
Peng
huja
nPe
nghu
jan
kem
arau
Kem
arau
30%
Pand
uan
dari
BMKG
3 Je
nis
tana
hN
on o
rgan
ik/n
on
gam
but
Sem
i org
anik
Org
anik
/gam
but
30%
Pand
uan
dari
PUSL
ITA
NA
H -
KEM
ENTA
N
10.
Keba
kara
nG
edun
g da
nPe
muk
iman
1 Fr
ekue
nsi (
seja
rah
keja
dian
) (6
0%)
< 2
%2-
5%>
5 %
100%
Pand
uan
dari
Dam
kar-
KEM
END
AGRI
2 D
ampa
k (4
0 %
) K
erug
ian
Ekon
omi)
< Rp
1 M
Rp 1
M –
3 M
> Rp
3 M
15%
3 (K
orba
n) :
men
ingg
al-
1 or
ang
> 1
oran
g70
%
4 Lu
ka b
erat
< 5
oran
g5-
10 o
rang
> 10
ora
ng15
%
11.
Epid
emi d
an
Wab
ahPe
nyak
it
Kepa
data
n tim
buln
ya m
alar
ia
(KTM
)
Skor
Bah
aya=
(0.2
5*KT
M/1
0+0.
25*K
TDB/
5+0.
25*
KTH
IV/A
IDS
/(0.
05)+
0.25
*KTC
/5)*
(Log
(Kep
adat
an p
endu
duk/
0.01
)/Lo
g(10
0/0.
01))
25%
Pand
uan
dari
KEM
ENKE
S
Kepa
data
n tim
buln
ya d
emam
be
rdar
ah (K
TDB)
25%
Kepa
data
n tim
buln
ya H
IV/A
IDS
(KTH
IV/A
IDS)
25%
Kepa
data
n tim
buln
ya c
ampa
k (K
TC)
25%
Kepa
data
n pe
ndud
uk
Skor
Bah
aya
< 0,
340,
34 –
0,6
6>0
,67
La
nju
tan
Ta
be
l 3
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 31
NO
BE
NC
AN
AK
OM
PO
NE
N/I
ND
IKA
TO
R
KE
LA
S I
ND
EK
S
BO
BO
T T
OT
AL
BA
HA
N R
UJU
KA
N
RE
ND
AH
S
ED
AN
GT
ING
GI
12.
Gag
al
Tekn
olog
iJe
nis
Indu
stri
(60
%)
- In
dust
ri m
anuf
aktu
rIn
dust
riki
mia
100%
Pand
uan
dari
BPPT
, LA
PAN
,KE
MEN
PERI
ND
dan
KE
MEN
HU
B
Kapa
sita
s (4
0 %
)In
dust
ri ke
cil
Indu
stri
Men
enga
hIn
dust
ribe
sar
100%
13.
Konfl
ik
Sosi
al
1 Fr
ekue
nsi k
ejad
ian
(his
toric
al)
-60%
<
2x2-
3 x
> 3
x10
0%Pa
ndua
n da
riKE
MEN
SOS
dan
POLR
I
2 D
ampa
k ak
ibat
kej
adia
n (h
isto
rial)
(40
%)
< 5
org
5-10
ora
ng>
10or
ang
100%
Sum
ber:
Pera
tura
n Ke
pala
BN
PB N
omor
02
/201
2 te
ntan
g Pe
dom
an U
mum
Pen
gkaj
ian
Risi
ko B
enca
na
La
nju
tan
Ta
be
l 3
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL32
Kemudian untuk memahami warna baik pada peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko, menggunakan matriks penentuan tingkat ancaman, tingkat kerugian, dan tingkat risiko bencana sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 10
Matriks Penentuan Tingkat Ancaman, Tingkat Kerugian, dan Tingkat Risiko Bencana
TINGKAT
ANCAMANINDEKS PENDUDUK TERPAPAR
RENDAH SEDANG TINGGI
IND
EKS
AN
CAM
AN
RENDAH
SEDANG
TINGGI
TINGKAT
KERUGIANINDEKS KERUGIAN
RENDAH SEDANG TINGGI
IND
EKS
AN
CAM
AN
RENDAH
SEDANG
TINGGI
TINGKAT RISIKO
BENCANAINDEKS KAPASITAS
RENDAH SEDANG TINGGI
IND
EKS
KERU
GIA
N
RENDAH
SEDANG
TINGGI
Sumber: Pedoman Nasional Pengkajian Risiko Bencana, BNPB 2012
Notasi warna :
Tingkat Risiko Tinggi Tingkat Risiko Sedang Tingkat Risiko Rendah
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 33
Bab 3
Metodologi
Penyusunan
Laporan
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL34
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 35
Bab 3 Metodologi Penyusunan Laporan
3.1 Data dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penyusunan Pendekatan Kajian Risiko Bencana
Untuk Perencanaan Kawasan Strategis Nasional ini meliputi data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber seperti lembaga pemerintah (Kementerian Pekerjaan Umum, BKPRN, BNPB, BAPPEDA Provinsi), hasil penelitian, makalah, artikel dan publikasi resmi. Data sekunder yang akan digunakan yakni:
Data sekunder yang akan digunakan yakni:- Peraturan perundangan terkait Penataan Ruang diantaranya adalah: Perpres
Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR- Peraturan perundangan terkait Penanggulangan Bencana diantaranya adalah:
UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana- Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana 2012-2016 Provinsi DKI Jakarta,
Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten- Dokumen Materi Teknis RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota terkait- Data Kabupaten/Kota Dalam Angka, tahun 2012 dari BPS- Kajian-kajian lain yang terkait dari publikasi resmi maupun dari internet dan surat
kabar
Adapun untuk data spasial, diperlukan kesamaan data yang digunakan yang dapat dilihat dalam bentuk format, jenis data, kedetilan/skala data sehingga memungkinkan dilakukan overlay. Agar dapat dilakukan proses tumpang susun dan analisis data-data spasial yang dikumpulkan harus berada dalam GIS. Untuk data dengan format Vektor yang berupa shapefi le (SHP) dan untuk data dengan format raster bisa berupa fi le JPG, Tiff atau GRID yang sudah memiliki sistem koordinat baik terproyeksi (UTM) atau tidak terproyeksi (Latitude-Longitude).
Ketersediaan data spasial yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel berikut.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL36
Tabel 4
Ketersediaan Data Spasial
Sumber Nama DataSpasial
Format Skala Sistem Proyeksi Keterangan
BNPB Peta Risiko Bencana GRID 1:250.000 WGS 84 Hanya view, tidak bisa diolah di PC lokal
Peta Kerentanan Bencana GRID 1:250.000 WGS 84 Hanya view, tidak bisa diolah di PC lokal
Peta Ancaman Bencana GRID 1:250.000 WGS 84 Hanya view, tidak bisa diolah di PC lokal
Basemap (Titik Tinggi, Fasilitas umum, Sungai, Jaringan Jalan, Kontur, Penggunaan Lahan)
Shapefi le 1:250.0001: 50.0001:25.000
WGS 84 Hanya view, tidak bisa diolah di PC lokal
Administrasi BPS 2009 Shapefi le 1:250.000 WGS 84 Hanya view, tidak bisa diolah di PC lokal
SRTM dan Topo Raster 30 m WGS 84 Hanya view, tidak bisa diolah di PC lokal
Direktorat
Perkotaan
PU
Land Use Existing Shapefi le 1 : 10.000 WGS_1984 UTM_Z_48S
Dapat diolah
Landuse Planning Shapefi le 1 : 10.000 WGS_1984 UTM_Z_48S
Dapat diolah
Admin BPS 2009 Shapefi le 1:250.000 WGS 84 Dapat diolah
SPOT + ALOS Image Raster 2,5m dan 5 meter
WGS_1984 UTM_Z_48S
Dapat diolah
BKPRN,
Bappeda
Provinsi DKI
Jakarta, Jawa
Barat, dan
Banten
RTRW Provinsi Banten PDF, JPG 1 : 750.000 WGS 84 Perlu Proses rektifi kasi, Dapat diolah
RTRW Propinsi DKI Jakarta
PDF, JPG, SHP
1 : 50.000 WGS 84 Perlu Proses rektifi kasi, Dapat diolah
RTRW Propinsi Jawa Barat PDF, JPG, SHP
1 : 50.000 WGS 84 Dapat diolah
RTRW Kota Bekasi PDF, JPG 1:110000 Perlu Proses rektifi kasi, Dapat diolah
RTRW Kota Tangerang PDF, JPG,SHP
1 : 50.000 WGS 84 Dapat diolah
RTRW Kota Tangerang Selatan
RTRW Kota Bogor
RTRW Kab Bogor SHP, DWG 1:100.000 WGS 84 Dapat diolah
RTRW Kab Bekasi
RTRW Kab Tangerang
Sumber: Hasil kompilasi Tim Penyusun
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 37
3.2 Waktu Pelaksanaan Kajian
Waktu pelaksanaan kajian ini adalah sekitar 6 bulan, mulai pada pertengahan bulan Mei sampai 30 November 2013. Proses pelaksanaan kajian difasilitasi oleh UNDP, bekerjasama dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal (DIT. KKDT) dan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (DIT. TRP), BAPPENAS; dan juga dengan Kementerian Dalam Negeri.
3.3 Metode Kajian
Metode Kajian Review Perpres 54/2008 dilaksanakan dengan memasukkan penilaian risiko bencana ke dalam penataan ruang untuk menjawab beberapa pertanyaan strategis sebagai berikut:1. Bagaimana mengintegrasikan Kajian Risiko Bencana pada penyusunan kaji ulang
RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dalam kerangka pengurangan risiko bencana;2. Bagaimana substansi penanggulangan bencana dalam RTRWP DKI Jakarta, Jawa
Barat, dan Banten;3. Bagaimana kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang yang efi sien bagi
kawasan yang memiliki tingkat risiko bencana tinggi.
Secara umum pendekatan yang akan dilakukan dalam kajian ini adalah menggunakan teknik overlay (pertampalan/tumpang susun) antara Peta Risiko Bencana dengan Peta Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR. Dari ketersediaan data spasial di atas, tumpang susun peta dapat dilakukan pada skala 1:250.000 yang berarti dapat dilakukan untuk level KSN JABODETABEKPUNJUR dan RTRW Provinsi. Sedangkan untuk level kabupaten/kota yang membutuhkan kedetilan setara dengan skala 1:50.000 tidak dapat di tumpang susunkan dengan data Ancaman, Kerentanan dan Risiko dari BNPB yang saat ini masih pada skala 1:250.000.
Secara lebih jelas kerangka metodologi kajian dapat dilihat pada Gambar berikut:
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL38
Gambar 11
Kerangka Metodologi Kajian
Tersedianya perspektif mitigasi bencana pada KSN JABODETABEKPUNJUR dengan memasukkan Kajian Risiko Bencana ke dalam RTR
Tergambarkannya potensi risiko bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR Terumuskannya rekomendasi strategi manajemen risiko dengan perspektif
mitigasi bencana
Profi l Kerawanan dan Kerentanan Bencana pada Pusat-pusat Kegiatan
Profi l Risiko Bencana
Peta digital RTR KSN JABODETABEKPUNJUR
Peta digital RTRWP Peta Ancaman, Kerentanan
dan Risiko Bencana Provinsi Skala 1:250.000
Potensi Risiko Bencana di KSN JABODETABEKPUNJUR
Mitigasi Bencana untuk 13 Jenis Bencana Risiko Tinggi (Hulu, Tengah, Hilir)
Analisis RTRW Kabupaten/Kota terhadap Kebijakan
Penanggulangan Bencana
Desk Study:
UU No. 24/2007, Perpres 54/2008, Pedoman RTR KSN, IRBI, Materi Teknis RTRWP, serta kebijakan dan pedoman lainnya
Proses Pengolahan Teknis (Pre-
Processing):
Proses penyeragaman skala, proyeksi, batas wilayah kajian dan generalisasi
Report teknis untuk data-data yang diterima
Komparasi/uji ketepatan Report komparasi land use/landcover Pembuatan base-map
Proses Overlay Peta dan Analisis/
Digitasi dan Layout:
Kesesuaian dengan UU No.4/2011 Risiko Bencana terhadap Landuse/
Landcover Plan Upaya mitigasi bencana pada
kawasan/zona berisiko tinggi bencana
Rekomendasi Strategi Manajemen Risiko Bencana dan Masukan bagi Perbaikan Pedoman Penyusunan
RTR KSN dan RTRW Provinsi
Studi Kasus: Kota Jakarta Timur
TUJUAN
KELUARAN
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 39
Bab 4
Gambaran Umum
Kawasan
JABODEBEKPUNJUR
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL40
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 41
Bab 4 Gambaran Umum Kawasan
JABODETABEKPUNJUR
4.1 Umum
Secara geografi s Kawasan JABODETABEKPUNJUR terletak pada 121094’82” Bujur Timur dan 6010’8’’ - 6030’ Lintang Selatan, dan memiliki batas-batas sbb:
■ Sebelah utara: Laut Jawa.■ Sebelah selatan: berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi.■ Sebelah timur: berbatasan dengan wilayah Kabupaten Karawang.■ Sebelah barat: berbatasan dengan Kab Serang dan Kab. Lebak.
Daerah cakupan Kawasan JABODETABEKPUNJUR meliputi seluruh wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat (mencakup seluruh wilayah Kabupaten Bekasi, seluruh wilayah Kota Bekasi, seluruh wilayah Kota Depok, seluruh wilayah Kabupaten Bogor, seluruh wilayah Kota Bogor, dan sebagian wilayah Kabupaten Cianjur yang meliputi Kecamatan Cugenang, Kecamatan Pacet, Kecamatan Sukaresmi, dan Kecamatan Cipanas); dan sebagian wilayah Provinsi Banten (mencakup seluruh wilayah Kabupaten Tangerang, seluruh wilayah Kota Tangerang, dan seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan).
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL42
Gambar 12
Kawasan Strategis Nasional JABODETABEKPUNJUR
Sumber: Masterplan Pengendalian Banjir dan Drainase DKI Jakarta
Dari Gambar diatas dapat dicatat bahwa :1. Kawasan Strategis Nasional JABODETABEKPUNJUR berada seluruhnya di
Wilayah Sungai Nasional Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum
2. Kawasan berada di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten3. Ibukota Negara berada di kawasan ini
Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur merupakan pusat perekonomian wilayah nasional. Kawasan ini sekaligus sebagai kawasan konservasi air dan tanah serta keaneka ragaman hayati. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26/2008 dan Peraturan Presiden No. 54/2008 Kawasan JABODETABEKPUNJUR ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional.
Secara ekonomi, kawasan JABODETABEKPUNJUR memberikan share yang cukup tinggi terhadap perekonomian nasional. Sekitar 59% (2010) investasi nasional berada di Jawa-Bali dan hampir sebagian besar didominasi oleh atau berada dalam lingkup Kawasan JABODETABEKPUNJUR, yaitu Provinsi DKI Jakarta 27%, Jawa Barat 24%, dan Banten 5%, dengan pusat kegiatan ekonomi dan sosial berada di Jakarta. DKI Jakarta memberikan kontribusi yang tinggi terhadap PDRB wilayah seluruh JABODETABEKPUNJUR. Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, sekitar 28.336.934 jiwa tinggal di wilayah JABODETABEKPUNJUR. Kepadatan penduduk masing-masing provinsi adalah DKI Jakarta 14.469 jiwa/km2, Jawa Barat 1.217 jiwa/km2, dan Banten
Kawasan strategis nasional JABODETABEKPUNJUR yang menurut PP RTRWN 2008 terdiri dari kawasan perkotaan Jabodetabek, kawasan andalan Bopunjur dan sekitarnya dan kawasan andalan laut P. Seribu
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 43
1.100 jiwa/km2. Pertumbuhan penduduk Provinsi DKI Jakarta (2000 – 2010) mencapai 1,41%, sedangkan laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Banten 2,78% dan Provinsi Jawa Barat sebesar rata-rata 1,90% per tahun semenjak tahun 2000-2010 (BPS, 2012). Adapun luas total Kawasan JABODETABEKPUNJUR sekitar 6.682,8 km2 dan gambaran penggunaan lahan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13
Peta Penggunaan Lahan Kawasan JABODETABEKPUNJUR Tahun 2010
Sumber: Dikompilasi dari: peta Administrasi BPS, 2009; Kota, Pelabuhan dan Bandara (UNDP); peta arahan Sistem Transportasi Kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Puncak-Cianjur (BKPRN).
Saat ini di Kawasan JABODETABEKPUNJUR telah terjadi alih fungsi lahan kawasan lindung menjadi kawasan terbangun. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya villa dan permukiman di kawasan Puncak yang tidak terkendali, serta pembangunan permukiman pada kawasan-kawasan resapan air dan sempadan sungai/situ (Kementerian PU, 29 Januari 2013). Dalam 35 tahun terakhir (1970-2005), secara regional JABODETABEKPUNJUR telah kehilangan 27% ruang terbuka hijau (termasuk hutan dan perkebunan tanaman tahunan/keras) diantaranya akibat hilangnya 46% kawasan hutan. Kawasan terbangun (permukiman) tumbuh lebih dari 12 kali lipat, menyebabkan daya dukung lingkungan menjadi sangat terbatas, terutama kemampuan lahan di dalam meresapkan air ke dalam tanah terutama
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL44
di Jakarta (Djakapermana, RD., 2008). Perubahan fungsi kawasan lindung tidak hanya terjadi pada hutan lindung, tetapi juga terjadi pada daerah aliran sungai di sepanjang JABODETABEKPUNJUR. Dalam waktu kurun waktu 6 tahun (1990-1996), terjadi peningkatan kawasan pemukiman di hulu DAS Ciliwung (Puncak) dari 6,25 km2 menjadi 19,26 km2 dan 10 tahun kemudian (2004) menjadi 26,61 km2. Adanya pembangunan kawasan pemukiman di hulu DAS menyebabkan adanya pendangkalan sungai, dan mengurangi kemampuan daya dukung lingkungan. Kondisi tutupan lahan DAS Ciliwung saat ini dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14
Peta Ekoregion dan Tutupan Lahan DAS Ciliwung
4.2 Profi l Kerawanan Bencana pada Pusat-Pusat Kegiatan di Kawasan
JABODETABEKPUNJUR
Profi l kerawanan bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR dapat memberikan informasi tingkat kerawanan bencana di tingkat provinsi (Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten) maupun di tingkat kabupaten/kota yang termasuk Kawasan JABODETABEKPUNJUR pada pusat-pusat kegiatannya. Profi l
Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup, 2013
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 45
kerawanan bencana ini diperoleh dari Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI, 2011) yang merupakan suatu perangkat analisis kebencanaan yang telah terjadi dan menimbulkan kerugian, dimana faktor utamanya adalah risiko kehilangan nyawa.
4.2.1 Profi l Kerawanan Bencana Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Dalam profi l kerawanan bencana di tingkat provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR, dapat dilihat bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang paling rawan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR (skor 200), juga menempati nomor urut kedua di tingkat nasional. Provinsi Banten (skor 133, urutan kesebelas tingkat nasional); sedangkan Provinsi DKI Jakarta (skor 113, urutan keduapuluhsatu tingkat nasional).
Gambar 15
Profi l Kerawanan Bencana tingkat Provinsi
200
133113
0
50
100
150
200
250
JAWA BARAT BANTEN DKI JAKARTA
Sumber: IRBI BNPB, 2011
4.2.2 Profi l Kerawanan Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan
JABODETABEKPUNJUR
Dari ke-15 kabupaten/kota di JABODETABEKPUNJUR yang terdata, hampir seluruhnya memiliki indeks kerawanan bencana yang tinggi, kecuali Kota Tangerang Selatan. Di Provinsi Jawa Barat, kabupaten/kota yang paling rawan ada di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur; di Provinsi DKI Jakarta, hampir semua kotanya rawan; dan di Provinsi Banten, Kabupaten Tangerang paling rawan, kemudian Kota Tangerang. Lihat tabel dan gambar berikut:
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL46
Tabel 5
Profi l Kerawanan Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
No. Kabupaten/KotaNilai /
Skor
Tingkat
Kerawanan
Ranking
Nasional
Ranking
JABODETABEKPUNJUR
1 Kabupaten Bogor 129 Tinggi 5 1
2 Kabupaten Cianjur 118 Tinggi 11 2
3 Kota Jakarta Timur 90 Tinggi 48 3
4 Kabupaten Tangerang 87 Tinggi 63 4
5 Kota Jakarta Selatan 84 Tinggi 70 5
6 Kabupaten Bekasi 81 Tinggi 78 6
7 Kota Jakarta Utara 80 Tinggi 84 7
8 Kota Jakarta Barat 79 Tinggi 92 8
9 Kota Jakarta Pusat 77 Tinggi 104 9
10 Kota Tangerang 65 Tinggi 173 10
11 Kota Bogor 61 Tinggi 202 11
12 Kota Depok 46 Tinggi 321 12
13 Kepulauan Seribu 42 Tinggi 352 13
14 Kota Bekasi 41 Tinggi 357 14
15 Kota Tangerang Selatan 15 Sedang 441 15
Sumber: IRBI BNPB, 2011
Gambar 16
Profi l Kerawanan Bencana Tingkat Kabupaten/Kota
65
15
87
42
79 7784
9080 81
129
118
41
61
46
0
20
40
60
80
100
120
140
TinggiSedang
Prov. Banten Prov. DKI Jakarta Prov. Jawa Barat
KOTA TANGERANG
KOTA TANGERANG SELATA
N
TANGERANG
KEPULAUAN SERIBU
KOTA JAKARTA BARAT
KOTA JAKARTA PUSAT
KOTA JAKARTA SELATA
N
KOTA JAKARTA TIM
UR
KOTA JAKARTA U
TARA
BEKASI
BOGOR
CIANJU
R
KOTA BEKASI
KOTA BOGOR
KOTA D
EPOK
Sumber: IRBI BNPB, 2011
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 47
4.2.3 Profi l Kerawanan Bencana per Jenis Bencana di Kawasan
JABODETABEKPUNJUR
Pada sub bab ini diperlihatkan profi l kerawanan bencana yang dilihat per jenis bencana (lihat gambar 17). Berdasarkan indeks kerawanan bencana tingkat kabupaten/kota terlihat bahwa Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur merupakan kabupaten yang paling rawan di JABODETABEKPUNJUR. Bila dicermati secara umum pada gambar 17 terlihat bahwa:■ Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur ternyata memiliki berbagai
jenis bencana yang rawan. Kabupaten Bogor terdapat sekitar 8 jenis bencana yakni: tanah longsor, kekeringan, kecelakaan transportasi, kebakaran permukiman, gempa bumi, banjir dan tanah longsor, banjir, dan angin topan. Sedangkan di Kabupaten Cianjur terdapat sepuluh jenis bencana yang rawan yakni: tanah longsor, kekeringan, kejadian luar biasa, kecelakaan transportasi, gempa bumi, gelombang pantai dan abrasi, banjir dan tanah longsor, banjir, dan angin topan.
■ Jika dilihat dari skor rawan bencana yang tertinggi, maka bencana tanah longsor merupakan yang tertinggi yakni dengan nilai 73 dan terdapat di Kabupaten Cianjur. Artinya Kabupaten Cianjur merupakan kabupaten yang rawan bencana tanah longsor dengan risiko kehilangan nyawa penduduk tertinggi di JABODETABEKPUNJUR. Bencana tanah longsor urutan kedua tertinggi di Kabupaten Bogor (skor 66). Dari gambar dapat dilihat bahwa Kepulauan Seribu dan Kota Bekasi merupakan kota-kota dengan jenis bencana paling sedikit.
Kajian tentang kerawanan bencana dapat memberikan informasi tingkat kerawanan bencana di tiap provinsi maupun kabupaten/kota di JABODETABEKPUNJUR. Berdasarkan tingkat kerawanan ini dapat dimanfaatkan oleh Pemprov, Pemkab, maupun Pemkot untuk melakukan analisis kelembagaan, menjadi masukan bagi RTRWP maupun RTRW Kabupaten/Kota terutama pada provinsi atau kabupaten/kota yang berada pada kawasan rawan bencana; dan terutama dapat memberikan masukan untuk keperluan perbaikan/evaluasi RTRWP atau RTRWK yang berbasiskan mitigasi bencana.
Secara lebih jelas bila dilihat per jenis bencana dapat dilihat pada tabel 6 dan gambar 18-26.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL48
Ga
mb
ar
17
Pro
fi l
Ke
raw
an
an
Be
nca
na
tin
gk
at
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
3331
21
28
59
46
22
30
57
68
52
48
58
6366
57
46
2728
19
31
6464
26
1821
45
22
45
52
25
30
5754
5249
46
2629
36
2728
32
24
34
21
28
49
28
34
44
49
44
34
39
23
18
2424
24
1921
45
21
1316
66
73
13
17
01020304050607080
AN
GIN
TO
PAN
BAN
JIR
BAN
JIR D
AN
TA
NA
H L
ON
GSO
R
GEL
OM
BAN
G P
AN
TAI D
AN
ABR
A
GEM
PABU
MI
KEBA
KARA
N P
ERM
UKI
MA
N
KECE
LAKA
AN
IND
UST
RI
KECE
LAKA
AN
TRA
NSP
ORT
ASI
KEJA
DIA
N L
UA
R BI
ASA
(KLB
)
KEKE
RIN
GA
N
KON
FLIK
SO
SIA
L
TAN
AH
LO
NG
SOR
Prov
. Ban
ten
Prov
. DKI
Jaka
rta
Prov
. Jaw
a Ba
rat
Sum
ber
: IRB
I BN
PB T
ahun
201
1
KOTA TA
NGERANGTA
NGERANG KEPULAUAN SERIBUKOTA
JAKARTA
BARATKOTA
JAKARTA
PUSAT
KOTA JA
KARTA SELATA
NKOTA
JAKARTA
TIMUR
KOTA JA
KARTA U
TARA
BEKASI
BOGOR
CIANJU
RKOTA
BEKASI
KOTA BOGOR
KOTA D
EPOK
Sum
ber:
IRBI
BN
PB, 2
011
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 49
Profi l Kerawanan per Jenis Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
No Jenis Bencana Kabupaten/KotaNilai/
Skor
Tingkat
Kerawanan
Ranking
Nasional
Ranking
JABODETABEKPUNJUR
1 Angin Topan Kabupaten Bogor 59 Tinggi 6 1
Kabupaten Cianjur 46 Tinggi 21 2
Kabupaten Tangerang 33 Tinggi 82 3
Kota Jakarta Pusat 31 Tinggi 100 4
Kota Depok 30 Tinggi 107 5
Kabupaten Bekasi 28 Tinggi 129 6
Kota Bogor 22 Tinggi 179 7
Kota Jakarta Utara 21 Tinggi 205 8
2 Banjir Kabupaten Tangerang 68 Tinggi 3 1
Kota Jakarta Utara 66 Tinggi 5 2
Kota Jakarta Timur 63 Tinggi 6 3
Kota Jakarta Selatan 58 Tinggi 13 4
Kabupaten Bekasi 57 Tinggi 17 5
Kota Tangerang 57 Tinggi 19 6
Kota Jakarta Barat 52 Tinggi 30 7
Kota Jakarta Pusat 48 Tinggi 50 8
Kabupaten Bogor 46 Tinggi 65 9
Kota Depok 31 Tinggi 162 10
Kota Bekasi 28 Tinggi 192 11
Kabupaten Cianjur 27 Tinggi 200 12
Kota Bogor 19 Tinggi 290 13
3 Banjir dan
Tanah Longsor
Kabupaten Bogor 64 Tinggi 2 1
Kabupaten Cianjur 64 Tinggi 3 2
Kota Bogor 26 Tinggi 95 3
4 Gelombang
Pantai dan
Abrasi
Kota Jakarta Utara 45 Tinggi 3 1
Kabupaten Cianjur 22 Tinggi 49 2
Kota Jakarta Timur 21 Tinggi 57 3
Kabupaten Tangerang 18 Tinggi 77 4
5 Gempa Bumi Kabupaten Cianjur 52 Tinggi 30 1
Kabupaten Bogor 45 Tinggi 50 2
Kota Bogor 25 Sedang 123 3
6 Kebakaran
Permukiman
Kota Jakarta Barat 57 Tinggi 2 1
Kota Jakarta Pusat 54 Tinggi 4 2
Kota Jakarta Selatan 52 Tinggi 5 3
Kota Jakarta Timur 49 Tinggi 7 4
Kota Jakarta Utara 46 Tinggi 8 5
Kabupaten Cianjur 36 Tinggi 23 6
Kabupaten Tangerang 30 Tinggi 45 7
Kabupaten Bogor 29 Tinggi 50 8
Kabupaten Bekasi 26 Tinggi 68 9
Tabel 6
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL50
No Jenis Bencana Kabupaten/KotaNilai/
Skor
Tingkat
Kerawanan
Ranking
Nasional
Ranking
JABODETABEKPUNJUR
7 Kecelakaan
Industri
Kabupaten Bekasi 27 Tinggi 5 1
8 Kecelakaan
Transportasi
Kabupaten Bogor 34 Tinggi 12 1
Kota Jakarta Selatan 32 Tinggi 19 2
Kepulauan Seribu 28 Tinggi 32 3
Kota Jakarta Timur 24 Tinggi 48 4
Kabupaten Cianjur 21 Tinggi 66 5
9 Kekeringan Kabupaten Bogor 24 Tinggi 17 1
Kabupaten Bekasi 24 Tinggi 26 2
Kabupaten Tangerang 24 Tinggi 27 3
Kota Depok 21 Tinggi 57 4
Kabupaten Cianjur 19 Tinggi 72 5
Kota Tangerang 18 Tinggi 93 6
10 Konfl ik Sosial Kota Jakarta Barat 45 Tinggi 2 1
Kota Jakarta Pusat 21 Sedang 25 2
11 Tanah Longsor Kabupaten Cianjur 73 Tinggi 2 1
Kabupaten Bogor 66 Tinggi 4 2
Kota Bogor 17 Sedang 102 3
Kota Jakarta Timur 16 Sedang 109 4
Kota Bekasi 13 Sedang 123 5
Kabupaten Tangerang 13 Sedang 133 6
Sumber: IRBI BNPB, 2011
Gambar 18
Profi l Rawan Bencana Angin Topan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Sumber: IRBI BNPB, 2011
33 3121
28
5946
2230
010203040506070
SKOR
Profi l Rawan Bencana Angin Topan
TANGERANG
KOTA JA
KARTA PUSAT
KOTA JA
KARTA U
TARA
BEKASI
BOGOR
CIANJU
R
KOTA BOGOR
KOTA D
EPOK
Lanjutan Tabel 6
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 51
Gambar 19
Profi l Rawan Bencana Banjir di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Sumber: IRBI BNPB, 2011
Gambar 20
Profi l Rawan Bencana Banjir dan Tanah Longsor dan Gempa Bumi di JABODETABEKPUNJUR
Sumber: IRBI BNPB, 2011
Gambar 21
Profi l Rawan Bencana Gelombang Pantai dan Abrasi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Sumber: IRBI BNPB, 2011
KOTA TA
NGERANG
TANGERANG
KOTA JA
KARTA BARAT
KOTA JA
KARTA PUSAT
KOTA JA
KARTA SELATA
N
KOTA JA
KARTA TIM
UR
KOTA JA
KARTA U
TARA
BEKASI
BOGOR
CIANJU
R
KOTA BEKASI
KOTA BOGOR
KOTA D
EPOK
5768
52 4858 63 66
5746
27 2819
31
01020304050607080
SKOR
Profi l Rawan Bencana Banjir
TANGERANG
KOTA JAKARTA TIMUR
KOTA JAKARTA UTARACIANJUR
18 21 22
01020304050
SKOR
Profi l Rawan Bencana Gelombang Pantai Dan Abrasi
45 52
25
0
20
40
60
Skor Gempabumi
64 64
26
0
20
40
60
80
SKOR
Profi l Rawan Bencana Banjir Dan Tanah Longsor Profi l Rawan Bencana Gempabumi
BOGOR CIANJUR KOTA BOGOR
BOGOR CIANJUR KOTA BOGOR
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL52
Gambar 22
Profi l Rawan Bencana Gelombang Pantai dan Abrasi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Sumber: IRBI BNPB, 2011
Gambar 23
Profi l Rawan Bencana Kecelakaan Industri dan Konfl ik Sosial di JABODETABEKPUNJUR
Sumber: IRBI BNPB, 2011
Gambar 24
Profi l Rawan Bencana Kecelakaan Transportasi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Sumber: IRBI BNPB, 2011
TANGERANG
KOTA JAKARTA BARAT
KOTA JAKARTA PUSAT
KOTA JAKARTA SELATAN
KOTA JAKARTA TIMUR
KOTA JAKARTA UTARA
BEKASI
BOGOR
CIANJUR
30
57 54 52 49 46
26 2936
0102030405060
SKOR
Profi l Rawan Bencana Kebakaran Permukiman
KOTA JAKARTA BARAT
KOTA JAKARTA PUSAT
45
21
0
20
40
6027
0
10
20
30
BEKASI
Skor Kecelakaan Industri
Profi l Rawan Bencana Kecelakaan Industri Profi l Rawan Bencana Konfl ik Sosial
KEPULAUAN SERIBU KOTA JAKARTA SELATAN KOTA JAKARTA TIMUR BOGOR CIANJUR
2832
24
34
21
05
10152025303540
Skor Kecelakaan Transportasi
Profi l Rawan Bencana Kecelakaan Transportasi
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 53
Gambar 25
Profi l Rawan Bencana Kekeringan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Sumber: IRBI BNPB, 2011
Gambar 26
Profi l Rawan Bencana Tanah Longsor di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Sumber: IRBI BNPB, 2011
4.3 Profi l Kerentanan Bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Sebagaimana diuraikan dalam bab 2 terdahulu, kerentanan dapat didefi nisikan sebagai “Exposure X Sensivity”. Yang terekspos termasuk kehidupan manusia (sosial: kepadatan penduduk, kepekaan sosial), wilayah ekonomi (PDRB per sektor, penggunaan lahan kawasan budidaya), struktur fi sik (bangunan dan prasarana) dan wilayah ekologi/lingkungan (penggunaan lahan kawasan lindung). Indikator yang digunakan terutama adalah informasi keterpaparan. Jadi penilaian kerentanan ditentukan dengan mengkaji aspek sosial-budaya, sumberdaya/lingkungan, infrastruktur dan ekonomi terhadap ancaman dan dampak bencana yang ada dan dinilai dengan faktor-faktor pembobotan yang berbeda untuk masing-masing jenis ancaman yang berbeda.
KOTA TA
NGERANG
TANGERANG
BEKASI
BOGOR
CIANJU
R
Skor Kekeringan
KOTA D
EPOK
1824 24 24
19 21
05
1015202530
Profi l Rawan Bencana Kekeringan
13 16
6673
13 17
0
20
40
60
80
Profi l Rawan Bencana Tanah Longsor
TANGERANGKOTA JAKARTA TIMUR BOGOR CIANJUR
KOTA BEKASI
Skor Tanah Longsor
KOTA BOGOR
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL54
Cara Membaca Profi l Kerentanan: 1. Potensi keterpaparan penduduk provinsi (jiwa dan %) dalam kurun waktu 5 tahun:
■ Pada potensi keterpaparan penduduk (jiwa): hanya dapat dilihat jumlah penduduk terpapar menurut jenis bencana tertentu pada provinsi tertentu. Jenis data yang termasuk dalam data keterpaparan ini antara lain kepadatan penduduk dan penduduk kelompok rentan;
■ Pada potensi keterpaparan penduduk(%) yang diperoleh dari perbandingan data keterpaparan penduduk (jiwa) terhadap penduduk keseluruhan pada provinsi tertentu: dapat dilihat prosentase penduduk terpapar menurut jenis bencana tertentu pada provinsi tertentu dan dapat dibandingkan dengan provinsi lain.
2. Potensi kerugian fi sik dan ekonomi (triliun rupiah) dalam kurun waktu 5 tahun: dapat dilihat jumlah rupiah kerugian fi sik dan ekonomi menurut jenis bencana tertentu pada provinsi tersebut. Data ini dapat dibandingkan antarprovinsi. Jenis data yang termasuk dalam data kerugian ini antara lain luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor, jumlah rumah, fasilitas umum, fasilitas kritis; yang kesemuanya dihitung dalam rupiah;
3. Potensi kerusakan lingkungan (hektar dan %) dalam kurun waktu 5 tahun:■ Pada potensi kerusakan lingkungan (hektar) hanya dapat dilihat luas kerusakan
lingkungan menurut jenis bencana tertentu pada provinsi tertentu. Jenis data yang termasuk dalam data kerusakan lingkungan ini a.l. luas hutan lindung, hutan alam, hutan bakau, dan semak belukar; yang kesemuanya dihitung dalam hektar;
■ Pada potensi kerusakan lingkungan (%) yang diperoleh dari perbandingan data kerusakan lingkungan (hektar) terhadap luas wilayah keseluruhan pada provinsi tertentu: dapat dilihat prosentase kerusakan lingkungan menurut jenis bencana tertentu pada provinsi tertentu dan dapat dibandingkan dengan provinsi lain. Bila ditemukan data > 100% maka kemungkinan besar dampak kerusakan lingkungan tidak diukur dari batasan administrasi namun diukur dari seberapa luas dampak yang akan terjadi yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Perlu klarifi kasi lebih lanjut.
Profi l kerentanan bencana untuk seluruh provinsi untuk ketiga belas bencana yang sudah didefi nisikan oleh BNPB, dapat dilihat pada gambar 27-31.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 55
Gambar 27
Potensi Keterpaparan Penduduk Provinsi (jiwa)
850.
829
62.7
64
3.85
2.54
5
7.49
4.50
3
984.
163
252.
626
7.51
8.39
6
7.46
9.79
2
7.42
6.66
4
32.7
92.7
40
126.
908
8.66
4.63
8
37.2
39.2
79
572.
471
1.46
1.69
5
12.5
38.6
39
37.6
95.0
06
10.6
60.0
96
38.4
76.1
37
38.8
91.1
88
38.8
60.5
21
1.29
0.08
4
321.
448
1.39
9 .48
2 8.27
0.79
0
60.3
17 2.90
3.60
8 8.13
1.24
4
1.91
9.86
4
8.31
7.10
2
8.30
4.96
6
8.28
8.98
0
0
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
35.000.000
40.000.000
45.000.000
DKI Jakarta Jawa Barat Banten
Keterpaparan (Jiwa)
Sumber: RPB Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, 2012-2016
Gambar di atas ini menampilkan informasi potensi keterpaparan penduduk apabila bencana tersebut terjadi di tiap provinsi.■ Untuk Provinsi Jawa Barat, ada 6 bencana dengan dengan keterpaparan jiwa
yang tinggi yakni: gagal teknologi (38,9 juta jiwa), konfl ik sosial (38,8 juta jiwa), epidemi dan wabah penyakit (38,5 juta jiwa), kekeringan (37,7 juta jiwa), tanah longsor (37,2 juta jiwa), dan gempa bumi (32,8 juta jiwa). Keenam jenis bencana ini mendominasi dalam hal keterpaparan penduduknya bila dibandingkan dengan bencana lain di provinsi lain.
■ Di DKI Jakarta, ada 3 jenis bencana yang apabila terjadi akan mengakibatkan kehilangan jumlah penduduk yang cukup tinggi yakni: bencana epidemi dan wabah penyakit (7,5 juta jiwa), tanah longsor (7,5 juta jiwa), gagal teknologi (7,4 juta jiwa), konfl ik sosial (7,4 juta jiwa), dan banjir (3,8 juta jiwa);
■ Di Banten, kemungkinan bencana yang akan terjadi dengan dampak yang besar kepada penduduk adalah bencana epidemi dan wabah penyakit (8,3 juta jiwa), gagal teknologi (8,3 juta jiwa), konfl ik sosial (8,2 juta jiwa), tanah longsor (8,2 juta jiwa), dan kekeringan (8,1 juta jiwa).
Jika dibandingkan terhadap jumlah penduduk masing-masing provinsi, maka potensi keterpaparan jiwa untuk ketiga provinsi dapat dilihat pada gambar 28, sehingga dapat disimpulkan bahwa:
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL56
■ Secara keseluruhan terlihat bahwa Jawa Barat memiliki potensi keterpaparan penduduk yang tertinggi diantara provinsi lain (lebih dari 75% penduduknya) untuk bencana gempa bumi, tanah longsor, kekeringan, epidemi, gagal teknologi, dan konfl ik sosial.
■ Untuk bencana banjir dan gelombang ekstrim, terlihat bahwa DKI Jakarta memiliki potensi keterpaparan penduduk yang tertinggi diantara provinsi lainnya, yakni mencapai 40,10 % penduduknya (banjir) dan 10,24% (gelombang ekstrim).
■ Untuk bencana tsunami, Banten memiliki potensi keterpaparan penduduk yang tertinggi diantara provinsi lainnya, yakni mencapai 3,02 %.
■ Untuk bencana letusan gunung api hanya terdapat di Jawa Barat dengan potensi keterpaparan penduduk 1,33 %.
■ Untuk bencana cuaca ekstrim dan kebakaran hutan dan lahan, Jawa Barat memiliki potensi keterpaparan penduduk yang tertinggi diantara provinsi lainnya, yakni mencapai 29,12 % (cuaca ekstrim) dan 24,76% (kebakaran hutan dan lahan).
Adapun gambar berikut menampilkan informasi potensi kerugian fi sik dan ekonomi dalam triliun rupiah apabila bencana tersebut terjadi.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 57
Gambar 29
Potensi Kerugian Fisik dan Ekonomi Provinsi (Triliun Rp)
1.14
8,46
361,
47
1.03
8,93
1.14
8,46
326,
94
399,
09
1.14
8,46
1.14
8,46
1.14
8,46
734,
458
14,6
24
324,
901
734,
458
45,0
04
51,5
99
565,
423
734,
458
734,
458
734,
458
408,
912
767,
992
2.33
7,44
2
408,
912
113,
209 37
2,38
1
408,
912
380,
772
734,
458
408,
912
408,
912
408,
912
0,00
500,00
1.000,00
1.500,00
2.000,00
2.500,00
DKI Jakarta Jawa Barat Banten
Sumber: RPB Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, 2012-2016
Di provinsi Banten, potensi kerugian akibat bencana banjir terlihat sangat tinggi yakni mencapai 2.337 triliun rupiah. Kondisi ini merupakan kerugian fi sik dan ekonomi terbesar di kawasan JABODETABEKPUNJUR.
Di DKI Jakarta, potensi kerugian fi sik dan ekonomi hampir merata untuk 6 jenis bencana yakni rata-rata mencapai 1.148 triliun rupiah per bencana pada bencana gempa bumi, banjir, tanah longsor, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial.
Di Jawa Barat, potensi kerugian fi sik dan ekonomi hampir merata untuk 6 jenis bencana yakni rata-rata mencapai 734 triliun rupiah per bencana pada bencana gempa bumi, tanah longsor, kekeringan, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial.
Sedangkan gambar berikut ini menampilkan informasi potensi kerusakan lingkungan dalam hektar apabila bencana tersebut terjadi.
Kerugian Fisik & Ekonomi (Trilyun Rp)
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL58
Gambar 30
Potensi Kerusakan Lingkungan Provinsi (Ha)68
.315
32.3
82
69.5
03
8.80
2
4.11
9
69.3
89
65.9
30
68.7
37
3.74
9.91
1
670.
563
3.75
3.44
5
35.1
50
131.
361
1.14
2.10
5
3.69
6.16
1
3.75
2.55
2
3.75
2.62
3
3.75
2.55
2
3.74
9.46
6
941.
345
68.3
1527
.945
55.2
48
97.9
23
55.2
48
97.9
23
264.
415
912.
548
2.04
0.76
3
942.
213
943.
536
941.
613
0
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
4.000.000
DKI Jakarta Jawa Barat Banten
Kerusakan Lingkungan (Ha)
Sumber: RPB Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, 2012-2016
Di Jawa Barat, terdapat 7 jenis bencana dengan indeks kerusakan lingkungan yang tinggi yakni: tanah longsor, epidemi dan wabah penyakit, kebakaran hutan dan lahan, kegagalan teknologi, gempa bumi, konfl ik sosial, dan kekeringan. Rata-rata bencana-bencana tersebut akan menyebabkan kerusakan lingkungan sekitar 3,7 juta hektar.
Di DKI Jakarta, terdapat 9 jenis bencana dengan indeks kerusakan lingkungan yang bervariasi antara 4.119 hektar akibat bencana cuaca ekstrim, sd 69.503 hektar akibat bencana tanah longsor.
Di Banten, yang menonjol adalah pada bencana kebakaran hutan dan lahan (sekitar 2 juta hektar), dan rata-rata 940 ribu hektar pada bencana epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial.
Jika dibandingkan terhadap luas wilayah masing-masing provinsi, maka potensi kerusakan lingkungan untuk ketiga provinsi dapat dilihat pada Gambar 31, sehingga dapat disimpulkan bahwa:
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 59
Dilihat dari gambar di atas, diketahui terdapat delapan jenis bencana memiliki persentase yang lebih besar dari 100% seperti pada gempa bumi, tsunami, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, epidemi, gagal teknologi maupun konfl ik sosial. Hal ini dapat dimungkinkan mengingat dampak kerusakan lingkungan akibat bencana yang diperkirakan terjadi ini tidak dapat berdasarkan batas administrasi namun berdasarkan luas wilayah terdampak. Namun demikian diperlukan klarifi kasi lebih lanjut dari BNPB. Sedangkan untuk bencana banjir, potensi kerusakan lingkungan tertinggi ada di DKI Jakarta mencapai 48,77% wilayahnya yang akan rusak; Jawa Barat 18,95%, dan Banten 10,13%. Untuk bencana letusan gunung api akan memberikan dampak bagi 0,99% wilayah Jawa Barat. Bencana gelombang ekstrim dan abrasi akan berdampak pada 13,26% wilayah DKI Jakarta; 3,71% wilayah Jawa Barat dan 10,13% wilayah Banten. Adapun bencana cuaca ekstrim akan berdampak kerusakan lingkungan pada 32,28% wilayah Jawa Barat; 27,36% wilayah Banten dan 6,20% wilayah DKI Jakarta.
Berdasarkan gambar-gambar di atas, terlihat bahwa potensi dampak berbagai jenis bencana tersebut akan menimbulkan kerugian dan dampak yang tidak kecil bagi perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat JABODETABEKPUNJUR dalam kurun waktu 5 tahun. Sehingga dengan mengetahui kemungkinan dan besaran kerugian, fokus dalam perencanaan tata ruang wilayah provinsi maupun kabupaten/kota menjadi lebih efektif, antara lain dapat direncanakan upaya mitigasi bencana yang
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL60
tepat sesuai dengan masing-masing bencana dan juga dapat direncanakan kebutuhan biaya bagi upaya pengurangan risiko bencana tersebut apabila bencana terjadi.
4.4 Kecenderungan Kejadian Bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Berdasarkan analisis kecenderungan kejadian bencana dalam RPB, maka bencana yang kecenderungannya naik setiap tahun di setiap provinsi adalah banjir. Sedangkan kegagalan teknologi, cuaca ekstrim dan tanah longsor memiliki kecenderungan kejadian yang naik di Banten sebagaimana dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7
Kecenderungan Kejadian Bencana
Provinsi Menurun Tetap Naik
DKI Jakarta kegagalan teknologi, konfl ik sosial
gelombang ekstrim dan abrasi, cuaca ekstrim, epidemi dan wabah penyakit, gempa bumi, dan tsunami
banjir
Jawa Barat gelombang ekstrim dan abrasi, epidemi dan wabah penyakit, kebakaran hutan dan lahan, kegagalan teknologi, dan konfl ik sosial
kekeringan, cuaca ekstrim, gempa bumi, letusan gunung api, tanah longsor, dan tsunami
banjir
Banten tsunami, epidemi dan wabah penyakit, dan konfl ik sosial
gelombang ekstrim dan abrasi, dan kebakaran hutan dan lahan
banjir, kegagalan teknologi, cuaca ekstrim, dan tanah longsor
Sumber: diolah dari: 1. Peraturan Menteri PU No. 15/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan RTR KSN 2. Peraturan Kepala BNPB Nomor 4/2008 tentanng Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
Berdasarkan kajian BAPPENAS, 2007, bahwa bencana banjir yang terjadi Februari 2007 (selama 7-10 hari) diperkirakan mengakibatkan total nilai kerusakan dan kerugian yang diderita oleh masyarakat dan pemerintah mencapai Rp. 5,2 triliun, sementara kerugian ekonomi tidak langsung (indirect potential economic loss) mencapai Rp. 3,6 triliun. Lebih lanjut disebutkan bahwa mengingat pertumbuhan ekonomi wilayah Bogor-Depok-Bekasi dan Tangerang didukung oleh sektor industri pengolahan yang dominan dibandingkan sektor lainnya, maka dampak bencana banjir secara signifi kan berpotensi menurunkan pertumbuhan PDRB daerah Bogor-Depok-Bekasi sebesar 1,33%, Tangerang sebesar 2,62%, dan Jakarta 0,59% (pada sektor industri dan perdagangan).
4.5 Profi l Risiko Bencana tingkat Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
4.5.1 Urutan Bencana Risiko Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Berdasarkan hasil kajian tingkat risiko bencana masing-masing provinsi diketahui urutan jenis bencana yang paling tinggirisikonya sampai yang terendah risikonya yang dapat dilihat pada tabel berikut.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 61
Tabel 8
Urutan Jenis Bencana Risiko Tinggi di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten
No. Jenis Bencana DKI Jakarta Jawa Barat Banten
1 Gempa Bumi 5 3 5
2 Tsunami 9 4 12
3 Banjir 3 1 3
4 Tanah Longsor 8 2 10
5 Letusan Gunung Api - 11 11
6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi 1 7 1
7 Cuaca Ekstrim 2 6 2
8 Kekeringan - 10 8
9 Kebakaran Hutan dan Lahan - 8 6
10 Kebakaran Gedung dan Permukiman - - -
11 Epidemi dan Wabah Penyakit 4 9 4
12 Gagal Teknologi 6 5 7
13 Konfl ik Sosial 7 12 9
Sumber: RPB Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, 2012-2016
Dapat dilihat bahwa banjir memang merupakan bencana berisiko tinggi pada urutan pertama di Jawa Barat, urutan ketiga di DKI Jakarta, dan urutan ke-3 di Banten. Bencana tanah longsor berada pada urutan kedua di Jabar, kedelapan di DKI Jakarta, dan kesepuluh di Banten. Adapun bencana gempa bumi berada di urutan ketiga di Jawa Barat, dan kelima di DKI Jakarta dan Banten.
4.5.2 Bencana Prioritas Provinsi Di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Sebagaimana diketahui bahwa hasil pengkajian risiko merupakan dasar kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. Mengingat adanya keterbatasan dalam sumber daya serta pembatasan kewenangan daerah, maka dibutuhkan suatu perangkat yang mampu membatasi intervensi kebijakan secara objektif. Perangkat tersebut sedapat mungkin mampu memberikan pilihan-pilihan ancaman bencana yang menjadi prioritas penanggulangan dalam lokus-lokus yang dipilih berdasarkan standar objektif. Perangkat tersebut disusun berdasarkan penggabungan parameter tingkat risiko bencana dan hasil analisis kecenderungan kejadian bencana di daerah. Hasil yang diperoleh berdasarkan penggabungan parameter-parameter ini adalah bencana-bencana prioritas yang perlu ditanggulangi secara cepat baik di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, maupun di Provinsi Banten sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL62
Tabel 9
Bencana Prioritas Provinsi
Provinsi Bencana Prioritas Keterangan
DKI Jakarta 1. Banjir2. Gempa Bumi 3. Gelombang Ekstrim dan Abrasi 4. Cuaca Ekstrim5. Epidemi dan Wabah Penyakit6. Tsunami
1 : Potensi terjadinya MENINGKAT dan risiko TINGGI2 – 6: Kecenderungan TETAP dan risiko TINGGI
Jawa Barat 1. Cuaca Ekstrim2. Tanah Longsor3. Kekeringan4. Banjir5. Letusan Gunung Api6. Gempa Bumi7. Tsunami
1 – 7: Potensi terjadinya cenderung TETAP dan risiko TINGGI
Banten 1. Tanah Longsor3. Banjir4. Kekeringan5. Gagal Teknologi6. Cuaca Ekstrim7. Gempa Bumi8. Tsunami
1 – 5: Potensi terjadinya MENINGKAT dan risiko TINGGI6 – 8: Potensi terjadinya MENINGKAT dan risiko SEDANG
Sumber: RPB Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 63
Bab 5
Analisis RTR KSN
JABODETABEKPUNJUR
dari Perspektif
Risiko Bencana
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL64
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 65
5.1 Aspek Penanggulangan Bencana dalam RTR KSN
Upaya kaji ulang/evaluasi RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang di Kawasan JABODETABEKPUNJUR. Adanya kebijakan penanggulangan bencana yang dituangkan dalam Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) untuk Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten dengan masa berlaku 5 tahun, juga dengan telah tersedianya peta risiko bencana dari BNPB skala provinsi (tahun 2012) dengan masa berlaku 5 tahun; akan bermanfaat untuk mengevaluasi RTR KSN JABODETABEKPUNJUR ini. Input informasi dari proses penyusunan RPB ketiga provinsi tersebut terutama yang berkaitan dengan pengenalan ancaman dan kerentanan bencana, serta analisis kemungkinan dampak bencana (risiko bencana), merupakan informasi yang penting untuk dimasukkan ke dalam proses penyusunan evaluasi RTR KSN JABODETABEKPUNJUR. Keterkaitan ini dapat dilihat lebih jelas pada gambar 32.
5.2 Kesesuaian Data Spasial Yang Ada dengan UU No. 4 tahun 2011 tentang
Informasi Geospasial
UU No. 4/2011 tentang Informasi Geospasial (IG) menguraikan bahwa secara umum IG terbagi menjadi Informasi Geospasial Dasar (IGD) dan Informasi Geospasial Tematik (IGT). IGD mencakup acuan posisi dan peta dasar, adapun IGT mencakup berbagai ragam tema, seperti kehutanan, pertanian, perikanan, dan pertambangan. Peta dasar yang sangat diperlukan bagi perencanaan terdiri dari Peta Rupabumi yang memberikan informasi secara khusus untuk wilayah darat; Peta Lingkungan Pantai yang memberikan informasi secara khusus untuk wilayah pesisir dan Peta Lingkungan Laut Nasional yang memberikan informasi secara khusus untuk wilayah laut.
Bab 5 Analisis RTR KSN JABODETABEKPUNJUR
dari Perspektif Risiko Bencana
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL66
UU tersebut juga mengamanatkan adanya referensi tunggal, ketersediaan akses yang dapat dipertanggung jawabkan, keberhasilgunaan dan mendorong penggunaan IG dalam pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat. Referensi tunggal yang dimaksud, secara praktis untuk data GIS dalam format shapefi le harus dibuat dalam sistem datum WGS 84 baik menggunakan sistem koordinat tidak terproyeksi latitude/longitude atau dalam sistem koordinat terproyeksi UTM (Universal Transverse Mercator). Data yang memiliki informasi ini memungkinkan data dari berbagai sistem koordinat dan proyeksi tetap dapat ditumpangtindihkan. Bila ada perbedaan misal garis pantai, batas administrasi maka harus kembali ke acuan dari BIG untuk IGD.
UU No. 4 tahun 2011 juga mengamanatkan penyelenggaraan peta rupabumi Indonesia pada berbagai skala yang tentunya juga akan menjadi acuan penyelenggaraan skala pada peta-peta tematik, sebagaimana pada Tabel 10 berikut.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 67
Ga
mb
ar
32
Asp
ek
Pe
na
ng
gu
lan
ga
n B
en
can
a d
ala
m R
TR
KS
N
K
aji
an
Ris
iko
Be
nc
an
a
(do
ku
me
n d
an
pe
ta)
Re
nc
an
a
Pe
na
ng
gu
lan
ga
n
Be
nc
an
a (
RP
B)
digu
naka
n sb
g la
ndas
an p
enye
leng
gara
an
pena
nggu
lang
an b
enca
na u
ntuk
men
gura
ngi
risik
o be
ncan
a
pros
es
peny
usun
an R
PB
inpu
t inf
orm
asi y
ang
pent
ing
bagi
pen
ataa
n ru
ang
KSN
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
pros
es p
enyu
suna
n RT
R KS
N(P
erm
en P
U 1
5/PR
T/M
/201
2)di
laku
kan
mel
alui
dila
kuka
n un
tuk
dila
kuka
n m
elal
ui
anta
ra la
in
RPB
adal
ah re
ncan
a pe
nyel
engg
araa
n pe
nang
gula
ngan
ben
cana
sua
tu d
aera
h da
lam
ku
run
wak
tu te
rten
tu y
ang
men
jadi
sal
ah s
atu
dasa
r pem
bang
unan
dae
rah
(Per
ka B
NPB
No.
02
Tahu
n 20
12)
taha
p pr
a be
ncan
a-si
tuas
i tid
ak a
da
benc
ana
-> R
PB (u
mum
)
taha
p pr
a be
ncan
a-si
tuas
i ter
dapa
t po
tens
i ben
cana
-> R
enca
na
Kont
inge
nsi (
benc
ana
tert
entu
)
taha
p ta
ngga
p da
rura
t ->
Renc
ana
Ops
taha
p pa
sca
benc
ana
-> R
Pem
ulih
an
kesi
apsi
agaa
n
perin
gata
n di
ni
miti
gasi
upay
a un
tuk
men
gura
ngi
risik
o be
ncan
a (p
emba
ngun
an fi
sik;
pe
nyad
aran
dan
pen
ingk
atan
ke
mam
puan
men
ghad
api
anca
man
ben
cana
)
pere
ncan
aan
dan
pela
ksan
aan
pena
taan
ru
ang
men
gend
alik
an
pem
anfa
atan
ruan
g se
suai
RTR
peng
enda
lian
pem
anfa
atan
ruan
g
pem
anfa
atan
ruan
g
pere
ncan
aan
ruan
g
PELA
KSA
AN
AA
N
dan
pene
gaka
n RT
R
RT
R K
SN
JAB
OD
ET
AB
EK
PU
NJU
R
peng
atur
an p
emba
ngun
an,
pem
bang
unan
, Infra
stru
ktur
, ta
ta B
angu
nan
pend
idik
an, p
enyu
luha
n,
pela
tihan
peny
usun
an n
aska
h ra
perp
res
tuju
an, k
ebija
kan,
stre
tegi
ant
ara
lain
:- k
onse
rvas
i air
tana
h- p
enan
ggul
anga
n ba
njir
stru
ktur
ruan
g
pola
ruan
g:- k
aw. l
indu
ng/r
awan
ben
cana
- kaw
. bud
iday
a
peru
mus
an k
onse
psi r
enca
na
peng
olah
an d
an a
nalis
is d
ata
peng
umpu
lan
info
rmas
i
pers
iapa
n pe
nyus
unan
peng
enal
an d
an p
engk
ajia
n an
cam
an b
enca
na
pe
ng
en
ala
n k
ere
nta
na
n (
fi si
k,
ek
, so
s, l
ing
k)
an
ali
sis
ke
mu
ng
kin
an
da
mp
ak
be
nca
na
(ri
sik
o)
me
ka
nis
me
pe
na
ng
gu
lan
ga
n d
am
pa
k b
en
can
a
alok
asi t
ugas
dan
per
an in
stan
si
pilih
an ti
ndak
an p
enan
ggul
anga
n be
ncan
a (p
ence
gaha
n da
n m
itiga
si);
kesi
apsi
agaa
n; ta
ngga
p da
rura
t; pe
mul
ihan
Sum
ber:
1.
P
erat
uran
Men
teri
PU N
o 15
/PRT
/M/2
012
tent
ang
Pedo
man
Pen
yusu
nan
RTR
KSN
2.
P
erka
BN
PB N
omor
4 ta
hun
2008
tent
ang
Pedo
man
Pen
yusu
nan
Renc
ana
Pena
nggu
lang
an B
enca
na
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL68
Tabel 10
Penyelenggaraan Peta Rupabumi Indonesia
• 1:1.000.000• 1:500.000• 1:250.000
• 1:100.000• 1:50.000
• 1:25.000
BIG
• 1:10.000
• 1:5.000• 1:2.500• 1:1.000
Dapat dilaksanakan oleh K/L namun harus bekerjasama dengan BIG
Sumber: Badan Informasi Geospasial, 2011
Sedangkan Kementerian Pekerjaan Umum juga telah membuat aturan mengenai skala penyelenggaran data spasial untuk KSN berdasarkan tipologinya, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11
Skala Peta RTR KSN berdasarkan Tipologi KSN
Tipologi KSN Skala Peta
Kawasan pertahanan dan keamanan (kawasan perbatasan negara dan wilayah pertanahan)
a. Kawasan perbatasan negara:1) Kawasan perbatasan darat:
a) Yang didominasi kawasan terbangun : 1:25.000 – 1: 10.000b) Yang didominasi kawasan non terbangun : 1 : 250.000 – 1:50.000
2) Kawasan perbatasan laut:a) Yang keseluruhan merupakan laut 1 : 500000 – 1: 250.000b) Yang mencakup pula pulau-pulau kecil 1:25.000 – 1 : 10.000
a. Wilayah pertahanan: skala peta ditentukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kawasan perkotaan yang merupakan kawasan metropolitan
Minimal 1 : 50.000
KAPET Minimal 1 : 100.000Kawasan ekonomi khusus (non KAPET)
kawasan inti dan kawasan penyangga: 1:25.000–1:10.000
Kawasan warisan budaya/adat tertentu
a. kawasan inti: minimal 1:5.000b. kawasan penyangga: 1:25.000–1:10.000
Kawasan teknologi tinggi a. kawasan inti: minimal 1:5.000b. kawasan penyangga: 1:25.000–1:10.000
Kawasan SDA di darat minimal 1:50.000Kawasan hutan lindung-taman nasional
1:250.000 –1:50.000
Kawasan rawan bencana 1:50.000–1:25.000
Kawasan ekosistem termasuk kawasan kritis lingkungan
a. kawasan kritis lingkungan: 1:50.000–1:25.000b. kawasan ekosistem: 1:250.000 –1:50.000
Sumber : Permen PU No. 15-PRT-M-2012 tentang Pedoman RTRKSN
Dalam kaitannya dengan Perpres 54/2008, 3 peta yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam Perpres tersebut diselenggarakan dalam skala 1:50.000.
Perpres No.54/2008 Pasal 13 ayat (4): Arahan pengembangan sistem pusat permukiman digambarkan dalam peta struktur dan pola ruang kawasan JABODETABEKPUNJUR dengan skala peta 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 69
Data spasial yang digunakan pada Perpres No.54/2008 tercetak pada peta-peta Lampiran I, II dan III. Lampiran ini berupa peta cetak pada skala 1:150.000 dan dalam bagian sumber peta-peta itu disebutkan menggunakan acuan Peta RBI Bakosurtanal skala 1:25.000. Hal ini menunjukkan adanya generalisasi dari skala yang detil ke skala yang lebih umum, yaitu dari peta dasar 1:25.000 kemudian proses zonasi dan perencanaan dilakukan pada skala 1:50.000 dan disajikan sesuai ukuran kertas 1:150.000. Sehingga secara kaidah kartografi tidak ada masalah dan pertentangan dengan penyelenggaraan skala yang umum dilakukan di BIG.
Tantangan pada penyusunan kajian ini adalah mendapatkan data spasial asli yang digunakan pada penyusunan Perpres tersebut. Beberapa instansi terkait yang dihubungi sudah tidak menyimpan data spasial asli/mentahnya, mengingat pada saat penyusunan belum ada infrastruktur penyimpanan data geospasial yang handal. Untuk memecahkan masalah tersebut dilakukan proses rektifi kasi/register image yang kemudian didigitasi ulang untuk menghasilkan data spasial turunan. Sehingga data spasial tersebut dapat di tumpangsusunkan dengan peta lainnya yaitu ancaman, kerentanan dan risiko bencana dalam skala 1:250.000. Digitasi ulang ini dilakukan untuk data-data zonasi dan titik-titik PKN mengingat ketidaktersediaan data mentah.
Data ancaman, kerentanan dan risiko bencana dari BNPB dapat diakses on-line melalui http://geospasial.bnpb.go.id. Data tersebut dalam format GRID (Raster data) dengan unit piksel 1 Ha dan unit administrasi kecamatan serta dapat dikatakan setara dengan kedetilan peta skala 1:250.000. Sehingga dapat digunakan untuk
ditumpangsusunkan dengan Peta Tata Ruang untuk level KSN (1:250.000), RTRW Provinsi (1:250.000). Dan data ini tidak dapat di tumpangsusunkan dengan RTRW
Kabupaten (1:50.000) dan tidak dapat digunakan untuk membuat rute evakuasi.
Informasi ancaman, kerentanan dan risiko ditunjukkan dalam gradasi warna dari hijau ke merah, dimana hijau menunjukkan ancaman, kerentanan dan/atau resiko yang rendah sedangkan merah menunjukkan ancaman, kerentanan dan/atau risiko yang tinggi. Selain itu data ini juga tidak menutupi seluruh wilayah, tergantung unit analisisnya. Misalnya peta ancaman abrasi hanya menutupi sepanjang zona buff er garis pantai.
5.3 Analisis Spasial Kesesuaian Penggunaan Lahan Saat ini dengan Arahan Pola
Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Dalam analisis ini, diasumsikan bahwa arahan penggunaan lahan dan zonasinya dalam peta Struktur dan Pola Ruang pada Perpres No.54/2008 adalah sebagai frame dalam memahami kondisi penggunaan lahan saat ini. Peta Struktur dan Pola Ruang tersebut juga akan digunakan sebagai framework untuk memahami ancaman, kerentanan dan risiko bencana yang dikompilasi BNPB.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL70
Zona yang digambarkan dalam Peta Struktur Ruang dan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR telah dihitung luasannya dengan menggunakan GIS, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12
Tabel Luasan Arahan Pemanfaatan Ruang per Zona di JABODETABEKPUNJUR
Kode Zona Luas (Ha) Luas (Km2) Persentase (%)
B1 160757.08 1607.57 23.02
B2 95053.59 950.54 13.61
B3 96293.44 962.93 13.79
B4 168403.96 1684.04 24.12
B4/HP 40184.40 401.84 5.76
B5 65946.38 659.46 9.44
B6 1859.98 18.60 0.27
B7 501.52 5.02 0.07
B7/HP 4487.94 44.88 0.64
N1 20416.71 204.17 2.92
N2 44079.05 440.79 6.31
P1 164.65 1.65 0.02
P2 10.24 0.10 0.00
P3 2.92 0.03 0.00
P4 11.93 0.12 0.00
P5 45.76 0.46 0.01
Total 698219.52 6982.20 100
Sumber : Pengolahan data spasial Peta Struktur dan Pola Ruang Perpres No.54/2008, 2013
Dari tabel tersebut terlihat persentase tertinggi adalah zona B4 (perumahan hunian rendah, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, perikanan, peternakan) sebesar 24,12%. Disusul zona B1 (perumahan hunian padat, perdagangan dan jasa, industri ringan non polutan dan berorientasi pasar) sebesar 23,02%. Sedangkan zona lindung N1 dan N2 hanya sebesar 2,9% dan 6,31%. Zona penyangga juga memiliki persentase yang sangat kecil bila dibandingkan dengan luasan kawasan JABODETABEKPUNJUR secara keseluruhan. Tabel berikut menunjukkan rincian luasan zona per provinsi.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 71
Tabel 13
Rincian Luasan Zona Per Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Provinsi Kode Zona Luas (Ha) Luas (Km2) Persentase (%)
Banten B1 27633.69 276.34 20.70
B2 38308.66 383.09 28.70
B3 28576.40 285.76 21.41
B4 1462.58 14.63 1.10
B5 35186.45 351.86 26.36
B6 1498.88 14.99 1.12
N-1 742.29 7.42 0.56
P2 10.24 0.10 0.01
P5 45.76 0.46 0.03
133464.93 1334.65 100
DKI Jakarta B1 54991.88 549.92 84.57
B2 2245.54 22.46 3.45
B3 6824.02 68.24 10.49
B4 9.70 0.10 0.01
B6 361.10 3.61 0.56
B7 365.61 3.66 0.56
N-1 222.40 2.22 0.34
P3 2.92 0.03 0.00
P4 1.47 0.01 0.00
65024.63 650.25 100
Jawa Barat B1 78143.59 781.44 15.64
B2 54502.18 545.02 10.91
B3 60896.29 608.96 12.19
B4 166932.06 1669.32 33.40
B4/HP 40184.40 401.84 8.04
B5 30759.93 307.60 6.16
B7 135.91 1.36 0.03
B7/HP 4487.94 44.88 0.90
N-1 19452.02 194.52 3.89
N-2 44079.05 440.79 8.82
P1 164.65 1.65 0.03
P4 10.46 0.10 0.00
499748.49 4997.48 100
Sumber : Pengolahan data spasial peta struktur dan pola ruang Perpres No.54/2008, 2013
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL72
Provinsi DKI Jakarta memiliki zona B1 paling tinggi yaitu 84.57% sedangkan kawasan lindung N-1 dan N-2 tertinggi dimiliki Jawa Barat (yang termasuk dalam kawasan JABODETABEKPUNJUR) sebanyak N-1 3,8% dan N-2 8,82%.
Data penggunaan lahan saat ini (tahun 2010) yang akan digunakan untuk analisis adalah hasil interpretasi citra spot 5 yang memiliki resolusi 2,5 meter untuk 1 pikselnya. Hasil interpretasi tersebut dapat digunakan untuk membuat peta dengan kedetilan skala hingga 1:10.000 dan saat ini digunakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum untuk melakukan Spatial Gap Analisys. Informasi penggunaan lahan dalam shapefi le hasil digitasi disajikan dalam bentuk kode sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14
Kode Penggunaan Lahan
Kode Penggunaan Lahan Deskripsi
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
35
9999
Rumah dibangun
Permukiman Kepadatan Tinggi
Permukiman Kepadatan Rendah
Industri dan Gudang
Komersil dan Bisnis
Pendidikan dan Fasilitas Umum
Fasilitas Pemerintahan
Taman dan Pemakaman
Pertanian dan Ruang Terbuka
Rawa, Sungai dan Kolam
Fasilitas Transportasi
Semak-Semak dan Hutan
Mangrove
Fasilitas Rekreasi
Tidak Diketahui
Sumber : ROI BAPPENAS – JICA (2004c)
Untuk keperluan analisis, maka data penggunaan lahan eksisting ini akan ditampalkan dengan arahan zonasi dari Peta Rencana Struktur dan Pola Ruang dari Perpres 54/2008 sebagaimana dapat dilihat pada Gambar. Perkembangan kawasan Non-Budidaya di daerah selatan dan utara terlihat tidak banyak berubah dan masih sesuai dengan arahan pola ruang. Hanya saja ada beberapa pengurangan/degradasi menjadi
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 73
pertanian dan ruang terbuka. Kondisi kawasan Non Budidaya di bagian utara juga terlihat masih sesuai hanya saja dari segi jumlah dan sebaran tidak terlalu dominan. Untuk itu zona Non Budidaya di utara perlu dipertimbangkan untuk ditambah.
Gambar 33
Peta Penggunaan Lahan 2010 Terhadap Zonasi Perpres 54/2008
Sumber: Kompilasi dari Peta Administrasi BPS 2009; Landuse Eksisting PU 2010; Peta Struktur dan Pola Ruang Perpres No.54/2008
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL74
Gambar 34
Perbandingan Penggunaan Lahan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR Tahun 2000 dan
Tahun 2010
Sumber : Landuse PU 2010; hasil interpretasi SPOT 5
Tren perubahan penggunaan lahan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR dapat dilihat dalam perbandingan peta penggunaan lahan 2000 dan 2010 di atas. Peningkatan yang signifi kan adalah penambahan area permukiman kepadatan tinggi (warna kuning) yang semakin meluas. Terlihat pada tahun 2000, kawasan permukiman kepadan tinggi berada di sekitar Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Timur, Utara dan Selatan; dan di tahun 2010 area permukiman telah meluas sampai ke Kota Tangerang, Tangerang Selatan (Serpong), Kota Depok, Kota Bekasi dan melebar ke Kabupaten Bekasi. Bila melihat pada area rumah yang dibangun (warna oranye), tren ini juga meluas ke Kota Bogor, hingga tidak lama lagi (sekitar 5 tahun) akan ada penyatuan permukiman kepadatan tinggi dari Bogor ke Kota Depok dan DKI Jakarta. Bisa dikatakan trend perkembangan permukiman kepadatan tinggi ini adalah ke Barat, Selatan dan Timur DKI Jakarta.
Selain itu untuk area industri dan gudang (warna abu-abu gelap) juga mengalami peningkatan yang signifi kan di bagian selatan kawasan. Hal ini menunjukkan pertumbuhan yang pesat dalam bidang industri, komersil dan bisnis dengan tren mengarah ke timur (Kota bekasi dan Kabupaten Bekasi). Hal ini menunjukkan beban yang semakin meningkat yang ditanggung oleh kawasan JABODETABEKPUNJUR, yang juga menuntut peningkatan daya dukung lingkungan. Di satu sisi kebutuhan
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 75
yang meningkat atas pasokan air tanah dari hulu ke hilir, sedangkan peningkatan lahan terbangun di wilayah hulu (Kota dan Kabupaten Bogor) justru mengurangi pasokan ini. Belum lagi meningkatnya koefi sien limpasan akibat pembangunan tersebut yang akhirnya bermuara pada masalah banjir.
Semak-semak dan hutan (warna hijau) justru tidak terlihat mengalami perubahan yang signifi kan. Posisinya dominan di daerah hulu (Kabupaten Bogor) dan mangrove (warna hijau tua) sedikit di daerah pantai (utara). Padahal kawasan ini merupakan pemasok air tanah, paru-paru dan pendukung kegiatan di PKN dan sekitarnya. Dalam perspektif bencana kadang daerah hulu ini juga di jadikan sebagai arah evakuasi, terutama bila dikaitkan bencana yang datangnya dari arah pantai seperti tsunami dan kenaikan muka air laut atau gelombang ekstrim dan abrasi.
Berdasarkan letak ketinggian dari muka laut, Kawasan JABODETABEKPUNJUR dapat dibagi menjadi tiga wilayah yakni: wilayah hulu, wilayah tengah dan wilayah hilir, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 35.
Gambar 35
Pembagian wilayah di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Kawasan BOPUNJUR (Bogor,
Puncak, Cianjur)
Kawasan Penyangga DKI (Depok,
Bekasi, Tangerang, dan lain-lain)
DKI Jakarta
Sumber : Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan BAPPENAS, Januari 2013
Untuk wilayah hulu/atas yang ditetapkan sebagai zona N sangat penting sebagai wilayah tangkapan hujan, penyerapan/pasokan air tanah, dan pada beberapa kasus bencana dijadikan sebagai tujuan evakuasi. Untuk kasus JABODETABEKPUNJUR, kawasan hulu/atas ini adalah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor dan Puncak- Cianjur. Adapun kondisi penggunaan lahan eksisting zona N1 dan N2 di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL76
Tabel 15
Penggunaan Lahan Eksisting pada Arahan Zona N1 dan N2 di Kabupaten Bogor
Kawasan JABODETABEKPUNJUR
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Luas (km2) Persentase (%)
1 21. Rumah dibangun 8.81 0.09 0.01
2 23. Permukiman Kepadatan Rendah 546.95 5.47 0.86
3 24. Industri dan Gudang 48.56 0.49 0.08
4 25. Komersil dan Bisnis 0.78 0.01 0.00
5 29. Pertanian dan Ruang Terbuka 12691.19 126.91 20.02
6 30. Rawa, Sungai dan Kolam 5280.17 52.80 8.33
7 31. Fasilitas Transportasi 24.54 0.25 0.04
8 32. Semak-semak dan Hutan 44805.92 448.06 70.66
63406.93 634.07 100.00
Sumber : Pengolahan data spasial Landuse JABODETABEKPUNJUR 2010, Kementerian Pekerjaan Umum, 2013
Dari tabel di atas terlihat bahwa penggunaan lahan tahun 2010 untuk zona N pada Kabupaten Bogor masih cukup luas (sekitar 99%). Walaupun demikian kondisi bencana terutama banjir yang masih terjadi di wilayah hilir menuntut analisis lebih lanjut. Apakah ada rekayasa teknologi yang dapat mengurangi limpasan permukaan hujan, misalnya konsep green roof, sumur resapan dan sebagainya.
5.4 Analisis Spasial terhadap Arahan Susunan Pusat-Pusat Perkotaan di Kawasan
JABODETABEKPUNJUR
Dalam hal ini arahan lokasi pusat-pusat perkotaan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR direpresentasikan dalam peta struktur ruang dengan titik-titik pusat dan sub-pusat perkotaan. Titik terbesar adalah kota Inti DKI Jakarta yang dikelilingi oleh titik-titik pusat permukiman yang merupakan kota satelit dan sub-pusat perkotaan (sub-satelit). Selain Kota Bekasi dan Kota Bogor, titik-titik pusat perkotaan tersebut berpola radial mengelilingi DKI Jakarta sebagai pusat PKN.
Perkiraan jarak dan kedekatan antar titik-titik pusat perkotaan dapat dilakukan dengan analisis geometrik sederhana. Dengan melihat jarak euclidan/jarak udara akan didapatkan gambaran umum jarak pada jalan (on-road) dengan mengabaikan barrier-barrier lain seperti perbedaan ketinggian, kemacetan dan sebagainya. Pola hubungan jarak udara antar pusat perkotaan pada Kawasan JABODETABEKPUNJUR dapat dilihat pada peta di bawah ini. Dari peta tersebut didapatkan tabel jarak antar pusat perkotaan yang dilakukan dengan perhitungan GIS. Untuk jarak tersebut yang cukup penting adalah: jarak terhadap kota inti yaitu DKI Jakarta, jarak paling pendek antar titik pusat perkotaan dan jarak paling jauh antara titik pusat perkotaan.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 77
Gambar 36
Pola Hubungan Jarak Udara Antar Pusat Perkotaan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Sumber: Hasil analisis, 2013
Tabel 16
Jarak Pusat Perkotaan ke Kota Inti Jakarta (km)
Kota Inti Pusat Perkotaan Jarak (m) Jarak (km)
Kota Jakarta Serpong 19738.06 19.74
Kota Jakarta Kota Bekasi 20390.87 20.39
Kota Jakarta Cinere 20431.98 20.43
Kota Jakarta Kota Tangerang 20929.08 20.93
Kota Jakarta Kota Depok 23347.06 23.35
Kota Jakarta Cimanggis 25063.55 25.06
Kota Jakarta Cileungsi 28270.16 28.27
Kota Jakarta Tambun 29763.84 29.76
Kota Jakarta Setu 30777.92 30.78
Kota Jakarta Kota Bogor 47506.39 47.51
Sumber : Hasil pengukuran dari pola hubungan jarak udara antar pusat perkotaan di kawasan JABODETABEKPUNJUR
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL78
Gambar 37
Jarak Pusat Perkotaan Ke Kota Inti Jakarta (km)
0,005,00
10,0015,0020,0025,0030,0035,0040,0045,0050,00
Distance (km)
Sumber : Hasil pengukuran dari pola hubungan jarak udara antar pusat perkotaan di kawasan JABODETABEKPUNJUR
Dengan melihat hubungan antara titik–titik pusat perkotaan terhadap kota inti Jakarta terlihat bahwa jaraknya hampir sama dan terdistribusi merata antar kota satelit maupun sub-satelit. Jarak udara terdekat adalah dari kota Serpong dan kota Bekasi dan Cinere. Sedangkan yang paling jauh adalah antara kota inti Jakarta dengan Kota Bogor.
Tabel 17
Jarak Terdekat Antar Titik Pusat dan Sub Perkotaan
Kota-1 Kota-2 Jarak (m) Jarak(km)
Cimanggis Kota Depok 5938.465048 5.94
Cinere Kota Depok 6532.125688 6.53
Cileungsi Cimanggis 8708.616704 8.71
Setu Tambun 9166.346669 9.17
Kota Bekasi Tambun 9648.585273 9.65
Sumber : Hasil pengukuran dari pola hubungan jarak udara antar pusat perkotaan di kawasan JABODETABEKPUNJUR
Jarak terdekat antar pusat perkotaan ini penting diperhatikan agar pada saat kota tersebut berkembang tidak terjadi konurbasi yang menyebabkan potensi ancaman, kerentanan, dan risiko bencana akan lebih tinggi. Selain itu bentuk kota menjadi tidak kompak dan berpotensi menimbulkan masalah transportasi (antara lain kemacetan). Solusi yang dapat diusulkan antara lain dilakukan pengaturan kembali lokasi sistem
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 79
pusat-pusat perkotaan melalui penggabungan untuk pusat-pusat perkotaan yang terlalu dekat atau me-review sub-sub perkotaan mana yang akan lebih dominan. Hal-hal tersebut perlu kajian studi lebih lanjut.
Tabel 18
Jarak Terjauh Antar Titik Pusat dan Sub Perkotaan
Kota-1 Kota-2 Jarak (m) Jarak (km)
Jakarta Bogor 47506.38987 47.51
Setu Tangerang 49042.44089 49.04
Tambun Bogor 49465.69107 49.47
Tangerang Bogor 49833.51863 49.83
Tambun Tangerang 49919.98805 49.92
Sumber : Hasil pengukuran dari pola hubungan jarak udara antar pusat perkotaan di kawasan JABODETABEKPUNJUR
Untuk jarak terjauh perlu diperhatikan terkait efi siensi dalam hal trasportasi atau pergerakan manusia. Misalnya prioritas untuk jalur transportasi masal antar pusat perkotaan, sehingga mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang menempuh jarak jauh. Jarak terjauh ini juga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk membentuk jalur lingkar luar yang menghubungkan pusat perkotaan terjauh dengan pusat perkotaan lainnya.
5.5 Analisis Potensi Risiko Bencana pada RTR KSN JABODETABEKPUNJUR
Untuk memahami peta ancaman, kerentanan dan risiko BNPB, digunakan Tabel Komponen Indeks Ancaman Bencana sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 2. Ada 13 jenis ancaman, kerentanan dan risiko bencana yang di tumpangtindihkan dengan peta Struktur dan Pola Ruang dari Perpres No.54/2008. Semua peta ancaman, kerentanan dan risiko tersebut memiliki gradasi dari hijau ke merah yang menunjukkan tingkat rendah ke tinggi. Dengan demikian untuk analisis spasial dari data peta ancaman, kerentanan dan risiko dari BNPB dapat dilakukan secara visual dengan memperhatikan aspek-aspek pada matriks aspek-aspek kebencanaan yang perlu diperhatikan pada rencana struktur ruang dan rencana pola ruang (Tabel 19).
Dari Peta Ancaman diperoleh gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya tertentu. Dari Peta Kerentanan diperoleh gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-aset penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat mengakibatkan risiko bencana. Sedangkan dari Peta Risiko Bencana akan diperoleh gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan adanya parameter-parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada di suatu wilayah.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL80
Tabel 19
Aspek-Aspek Kebencanaan Yang Perlu Diperhatikan pada Rencana Struktur Ruang
dan Rencana Pola Ruang
Jenis Bencana
JABODETABEKPUNJUR
A. Rencana Struktur Ruang
RTR KSN JABODETABEKPUNJUR
B. Rencana Pola Ruang
RTR KSN JABODETABEKPUNJUR
1. Gempa Bumi2. Tsunami 3. Banjir4. Tanah Longsor5. Letusan Gunung Api6. Gelombang Ekstrim dan Abrasi7. Angin Puting Beliung/Cuaca Ekstrim8. Kekeringan 9. Kebakaran Hutan Lahan10. Kebakaran Pemukiman11. Epidemi dan Wabah Penyakit12. Kegagalan Teknologi13. Konfl ik Sosial
1. Sistem Pusat Permukiman:PKN Kawasan Perkotaan Jakarta kota inti: 1. Jakarta, kota satelit: 2. Bogor, 3. Depok,4. Tangerang, 5. Bekasi Sub Pusat Perkotaan: 6. Serpong, 7. Cinere, 8. Cimanggis, 9. Cileungsi, 10. Setu, 11. Tambun/CikarangJORR 2
2. Sistem Jaringan Prasarana:Transportasi Darat, Laut, UdaraPenyediaan Air BakuPengelolaan Air LimbahDrainase dan Pengendalian BanjirPengelolaan SampahLainnya
1. Kawasan Lindung atau Zona Non-Budidaya (N):N-1N-2
2. Kawasan Budidaya: Zona Budidaya:B-1B-2B-3B-4B-4/HPB-5B-6B-7B-7/HPZona Penyangga:P-1P-2P-3P-4P-5
1 Peta Ancaman Bencana
Menunjukkan lokasi yang memiliki potensi untuk terjadi bencana berdasarkan sejarah kejadian bencana,dan analisis secara geografi s, geologi, geomorfologi, hidrologi, dan kondisi klimatologi (frekuensi dan intensitas)
Pusat kegiatan yang mana yang berada di lokasi yang rawan bencana?
Jaringan prasarana yang mana yang berada di lokasi rawan bencana?
Zona Lindung yang mana yang berada pada lokasi rawan bencana?
Kawasan Budidaya yang mana yang berada pada lokasi rawan bencana?
2 Peta Kerentanan Bencana
Menunjukkan eksposure dan sensitivitas dari populasi (korban), ekonomi (mata pencaharian), infrastruktur (kerusakan) dan lingkungan (degradasi)
Sampai batas apa orang-orang di pusat kegiatan sensitif dengan bencana ?
Sampai batas apa jaringan prasarana dan bangunan sensitif terhadap kerusakan ?
Kerusakan apa yang bisa terjadi di zona lindung?
Kerusakan apa yang bisa terjadi di zona budidaya?
3 Peta Risiko Bencana
Menggabungkan antara ancaman bencana dan kerentanan dan kapasitas dengan formula risiko = (ancaman x kerentanan) /kapasitas. Ancaman yang kecil, kerentanan yang dikurangi dan peningkatan kapasitas menghasilkan risiko yang kecil.
Bagian mana dari sistem perkotaan yang memiliki risiko tinggi ?
Bagian mana dari jaringan prasarana yang memiliki risiko tinggi?
Bagian mana dari zona proteksi yang memiliki risiko tinggi?
Bagian mana dari zona budidaya yang memiliki risiko tinggi?
Sumber: Matrix for Comparison of disaster Risk Maps and RTRW BDRM – January 2010, dengan modifi kasi
Keterangan: Untuk JABODETABEKPUNJUR, analisis dilakukan pada pola ruang yang sekaligus juga struktur ruang, dengan penekanan pada pola ruang dan sebagian dari struktur ruang (pusat perkotaan dan jaringan prasarana yang strategis)
Analisis dilakukan pada 13 jenis bencana berdasarkan overlay dari peta ancaman, kerentanan, dan risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR. Langkah kegiatan analisis adalah sebagai berikut:
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 81
1. Tampilkan hasil tumpangsusun peta ancaman, kerentanan, dan risiko bencana terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
2. Amati lokasi yang memiliki tingkat acaman, kerentanan, dan risiko yang tinggi (warna merah), sedang maupun rendah (warna hijau);
3. Perhatian lebih difokuskan pada lokasi dengan tingkat risiko bencana yang tinggi, yang diartikan bahwa lokasi tersebut memiliki potensi tinggi terkena dampak bencana apabila bencana tersebut terjadi dalam kurun waktu 5 tahun;
4. Kemudian dilihat zona dan pusat-pusat kegiatan menurut Perpres No.54/2008 yang ada di lokasi tersebut dan dilihat pula penggunaan lahan saat ini pada zona tersebut untuk melihat kesesuaiannya dengan arahan dari Perpres;
5. Susun upaya mitigasi bencana pada lokasi tersebut sebagai upaya pengurangan risiko bencana yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah yang terkait.
5.5.1 Bencana Banjir dan Upaya Mitigasi Bencana
Peta berikut adalah peta ancaman bencana banjir berdasarkan overlay dari peta ancaman bencana banjir BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
Gambar 38
Peta Ancaman Bencana Banjir
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028 dengan Peta Ancaman/Hazard Bencana Banjir BNPB tahun 2013
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL82
Ancaman bahaya banjir signifi kan dibagian utara baik di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat maupun Banten, meliputi zona Budidaya (B), dan Non budidaya (N);
Ancaman juga signifi kan untuk tiga titik pusat perkotaan (Jakarta Pusat, kota Tangerang, kota Bekasi).
1. Kawasan Barat, termasuk wilayah Kota Tangerang, tingkat ancaman bencana banjir tinggi pada kawasan pertanian dan sawah (zona B5), kawasan bandara (pada zona B2). Sebagian merupakan kawasan industri di sepanjang jalan Daan Mogot dan Kapuk, kawasan pergudangan di daerah Dadap dan Kapuk/Kamal.
2. Kawasan Timur, tingkat ancaman bencana banjir tinggi pada kawasan yang direncanakan pada Perpres No.54/2008 sebagai zona B5 (pertanian lahan basah beririgasi teknis). Ada kecenderungan konversi dari B5 ke B1 juga. Ancaman banjir cukup luas akibat topografi .
Peta berikut ini adalah peta risiko bencana banjir berdasarkan overlay dari peta kerentanan terhadap bencana banjir BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
Gambar 39
Peta Kerentanan Bencana Banjir
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Banjir BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 83
Terlihat kerentanan banjir signifi kan untuk bagian utara Provinsi DKI Jakarta, sebagian Kota Tangerang dan sebagian Bekasi sebelah timur sebagaimana terlihat pada peta ancamannya.
Kemudian peta berikutnya adalah peta risiko bencana banjir berdasarkan overlay dari peta risiko bencana banjir BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
Rencana ruang di domisasi lindung, lahan basah dan permukiman padat-sedang.
Isu reviu: Optimalkah rencana alokasi ruang ini? Perlu dipertimbangkan alternatif peruntukan ruang yang lebih optimal dengan risiko yang ada?
Sumber: Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Banjir BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Risiko bencana banjir signifi kan dibagian utara baik di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat maupun Banten. Meliputi zona Budidaya (B1, B6, B7) dan Non budidaya (N1). Juga signifi kan untuk 3 titik Pusat Perkotaan (Jakarta Pusat, kota Tangerang, kota Bekasi).
1 23
• Wilayah risiko banjir rendah-sedang.
• Rencana ruang
• Wilayah risiko banjir tinggi.
• Rencana ruang untuk permukiman padat.
• Isu reviu: manajemen
risiko bencana (kesiapsiagaan,
• Wilayah risiko banjir sedang-tinggi.
• Rencana ruang di dominasi lindung, lahan basah dan permukiman padat-sedang.
• Isu reviu: Optimalkah rencana alokasi ruang
ini? Perlu dipertimbangkan alternatif
peruntukan ruang yang lebih optimal dengan risiko yang ada?
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL84
1. Kawasan Barat; tingkat risiko sedang cenderung rendah akibat kepadatan infrastruktur yang masih rendah terkait juga dengan area pendukung sekitar bandara (zona B2 dan B5). Risiko cenderung meningkat apabila ada pembangunan infrastruktur strategis (misalnya pembangunan jalan tol dan rel kereta api ke arah Serpong atau Kalideres) atau konversi dari B2 (perumahan hunian sedang, perdagangan dan jasa, industri padat tenaga kerja), maupun B5 (pertanian lahan basah beririgasi teknis) ke B1 (perumahan hunian padat, perdagangan dan jasa, industri ringan non polutan dan berorientasi pasar). Hal tersebut juga berpotensi meningkatkan risiko dan frekuensi bencana banjir yang merugikan serta mengancam kehidupan manusia. Perlu dikembangkan pengelolaan lingkungan yang tepat untuk melindungi kawasan bandara dari bencana banjir, dan perlu studi lebih lanjut untuk melakukan realokasi arahan penggunaan lahan menjadi kawasan lindung berupa situ, hutan bakau atau hutan kota.
2. Kawasan Timur; tingkat risiko sedang cenderung tinggi akibat perkembangan kawasan industri, pergudangan dan pusat transportasi di Pulo Gadung dan pertumbuhan permukiman. Banjir juga sampai menyebabkan kerugian di kawasan industri Pulo Gadung tahun 2012 yang lalu. Sebagian kawasan pada tingkat risiko sedang menurut rencana dalam Perpres No.54/2008 adalah zona B5 (pertanian lahan basah beririgasi teknis). Perlu dipertimbangkan untuk dicarikan alternatif lain selain untuk pertanian mengingat kurang optimal penggunaannya apalagi bila banjir datang. Perlu dipertimbangkan alternatif peruntukan ruang yang lebih optimal di kawasan. Alternatifnya antara lain: konversi dari sawah ke biofarming (tambak), atau menjadi situ dan hutan kota untuk meningkatkan daya dukung dan kualitas lingkungan sekaligus tempat wisata. Perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk melakukan realokasi penggunaan lahan tersebut.
3. Kawasan Tengah; merupakan wilayah DKI Jakarta, tingkat risiko cenderung tinggi, sudah terlampau padat, menurut Perpres direncanakan sebagai zona B1 (perumahan hunian padat, perdagangan dan jasa, industri ringan non-polutan dan berorientasi pasar), juga di kawasan pantai utara Jakarta padazona B6 (perumahan hunian rendah dengan KZB maksimal 50%), B7 (perumahan hunian rendah dengan KZB maksimal 40%) dan N1 (kawasan hutan lindung, resapan air, kawasan pantai berhutan bakau).
Upaya mitigasi bencana banjir dengan risiko bencana yang tinggi pada zona B1 antara lain:
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 85
sangat diperlukan untuk membangun infrastruktur kesiapsiagaan agar masyarakat dapat lebih tangguh menghadapi bahaya antara lain penyusunan rencana kontingensi dimana diperlukan koordinasi antar K/L, dan pelatihan untuk meningkatkan kesiagaan masyarakat maupun Pemerintah Kecamatan/Kelurahan dalam menghadapi bencana banjir;
perlu dipertimbangkan pula pergeseran paradigma menuju penggunaan lahan intensif (diperlukan arahan tentang intensitas ruang, pengaturan kawasan budidaya dengan instrumen KZB, KDB, KLB), misal pembangunan hunian vertikal (KDB ditekan sedang, KLB besar atau sangat besar, KZB ditekan sekecil mungkin), pelarangan/pengurangan hunian satu tingkat, transportasi masal, penataan bantaran sungai Ciliwung melalui penertiban bangunan ilegal, penerapan sistem polder, normalisasi kali Ciliwung dan seterusnya;
selain itu perlu juga memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana;
Sehubungan dengan risiko bencana banjir yang tinggi akan mengenai struktur pusat perkotaan di Jakarta Pusat pada kawasan Medan Merdeka yang merupakan pusat kegiatan primer; perlu dipertimbangkan bagi pembangunan dan pemulihan kapasitas polder dan pemompaan di polder (misal di wilayah Istana Merdeka);
Kesemuanya harus didukung oleh Pemprov. DKI Jakarta untuk segera menyusun RDTR berbasis mitigasi bencana banjir di Kota Jakarta Utara dan Kota Jakarta Pusat.
Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:
Tabel 20
Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Banjir
Bencana Banjir Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini
Peta Ancaman Ancaman bahaya banjir signifi kan di bagian utara baik untuk Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat maupun Banten. Meliputi zona Budidaya terutama B5, dan Non budidaya (N) dan Penyangga. Bahkan ancaman juga signifi kan untuk tiga titik pusat perkotaan Komersil dan bisnis,
permukiman kepadatan tinggi, pertanian dan lahan terbuka, industri dan gudang, pendidikan dan fasilitas umum, fasilitas transportasi, rumah dibangun.
Peta
Kerentanan
Kerentanan banjir signifi kan untuk bagian utara Provinsi DKI Jakarta, sebagian Kota Tangerang dan sebagian Bekasi Timur.
Peta Risiko Risiko Bencana banjir signifi kan dibagian utara baik untuk Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat maupun Banten., meliputi zona Budidaya terutama B5, dan Non budidaya (N) dan Penyangga. Bahkan ancaman juga signifi kan untuk tiga titik pusat perkotaan
Sumber : Hasil analisis, 2013
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL86
5.5.2 Bencana Tanah Longsor dan Upaya Mitigasi Bencana
Peta berikut adalah peta ancaman bencana tanah longsor berdasarkan overlay dari peta ancaman bencana tanah longsor BNPB Tahun 2012 terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
Gambar 41
Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor
Sumber: Hasil pertampalan dari Peta Ancaman /Hazard Bencana Tanah Longsor BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Berbeda dengan banjir yang mengancam pantai utara, maka ancaman bencana tanah longsor sangat signifi kan terjadi di bagian selatan JABODETABEKPUNJUR yakni di Kabupaten Bogor pada zona B4 dan B4/HP.
1. Kawasan Barat Kabupaten Bogor; ancaman tinggi pada zona B4 (perumahan hunian rendah, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, perikanan, peternakan), dan zona B4/HP (kawasan hutan produksi tetap atau terbatas sesuai peraturan per Undang-undangan). Kawasan ini dipengaruhi oleh topografi , terdapat di daerah Cipanas, Sukajaya, Jasinga, Cigudeg, dan Nanggung. Arahan penggunaan lahan menurut Perpres No.54/2008 sudah cukup tepat sebagai kawasan lindung;
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 87
2. Kawasan Timur Kabupaten Bogor; ancaman tinggi pada zona B4 (perumahan hunian rendah, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, perikanan, peternakan), dan dipengaruh topografi di daerah Citeureup, Babakanmadang, Sukamakmur, Cisarua, Megamendung, dan Ciawi.
Kemudian berikut adalah peta kerentanan bencana tanah longsor berdasarkan overlay dari peta kerentanan bencana tanah longsor BNPB Tahun 2012 terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
Gambar 42
Peta Kerentanan Bencana Tanah Longsor
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Tanah Longsor BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Kerentanan bencana tanah longsor signifi kan di Kota Bogor dan Kota Jakarta Timur pada zona B.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL88
Berikut peta risiko bencana tanah longsor berdasarkan overlay dari peta risiko bencana tanah longsor BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
Gambar 43
Peta Risiko Bencana Tanah Longsor
Wilayah risiko longsor i i
Wilayah risiko longsor
d
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Tanah Longsor BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Risiko bencana tanah longsor sangat signifi kan pada zona B4 dan B4/HP di Kabupaten Bogor.1. Kawasan Barat Kabupaten Bogor: risiko sedang cenderung tinggi,
jumlah penduduk rendah. Arahan penggunaan lahan menurut Perpres No.54/2008 sudah cukup tepat sebagai kawasan lindung; sehingga perlu diperkuat manajemen risiko dengan pengetatan penggunaan lahan agar tidak terjadi konversi dari perumahan hunian rendah menjadi perumahan hunian sedang atau padat. Perlu studi lebih lanjut untuk menilai tren konversi lahan di wilayah ini.
2. Kawasan Timur Kabupaten Bogor: risiko sedang cenderung tinggi. Akan meningkat bila penggunaan lahan untuk pemukiman dan pembangunan infrastruktur juga meningkat. Perlu studi lebih lanjut untuk menilai tren konversi lahan di wilayah ini.
Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:
Wilayah risiko longsor Wilayah
risiko longsor
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 89
Tabel 21
Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Tanah Longsor
Bencana Tanah Longsor Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini
Peta Ancaman Ancaman bencana tanah longsor sangat signifi kan di Kabupaten Bogor pada zona B4, B4/H
Semak-semak dan hutan,
pertanian dan ruang
terbuka
Peta Kerentanan Kerentanan bencana tanah longsor signifi kan di Kota Bogor dan Kota Jakarta Timur pada zona B
Peta Risiko Risiko bencana tanah longsor sangat signifi kan di Kabupaten Bogor pada zona B4, B4/HP
Sumber : Hasil analisis, 2013
5.5.3 Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi dan Upaya Mitigasi Bencana
Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi. Bencana abrasi pantai ini berupa garis lurus sepanjang pantai dan cenderung dominan di bagian utara yang merupakan daerah hilir bagi Kawasan JABODETABEKPUNJUR.
Gambar 44
Peta Ancaman Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/Hazard Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi Pantai BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL90
Dari peta ancaman di atas terlihat bencana abrasi dominan di sepanjang pantai utara Jakarta dan pantai utara Provinsi Banten, dalam hal ini Kabupaten Tangerang. Sedangkan untuk pantai utara Jawa Barat cenderung rendah. Untuk wilayah dengan ancaman yang rendah atau tidak ada bisa dianggap pula terjadi proses sebaliknya yaitu pengendapan yang berarti juga pendangkalan tinggi muka air laut.1. Pantai utara Kabupaten Tangerang, mulai dari pantai Dadap hingga
Tanjung Pasir ancaman abrasi pantai cukup signifi kan dan sedang cenderung tinggi. Pada perbatasan antara Kabupaten Tangerang dengan DKI Jakarta justru tidak terlihat ancaman yang signifi kan, justru memberikan indikasi adanya pengendapan/pendangkalan.
2. Pantai utara DKI Jakarta ancaman abrasi cenderung tinggi pada zona B1, B6, B7 dan N1. Pada kawasan ini saat ini sudah padat dengan perumahan baru yang semakin berkembang ke pantai dan infrastruktur sepanjang garis pantai (tol ke bandara, pelabuhan Muara Angke dan Tanjung Priok). Selain itu ada isu penurunan muka air tanah dan penurunan daya dukung akibat minimnya zona non budidaya dan berkurangnya lahan bakau.
Gambar 45
Peta Kerentanan Bencana Abrasi
Kerentanan bencana abrasi sedang di pantai utara Jakarta.
11
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi Pantai BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 91
Gambar 46
Peta Risiko Bencana Abrasi
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi Pantai BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
3. Risiko bencana abrasi pantai cenderung tinggi di sepanjang pantai utara DKI Jakarta di Zona B1, B6, B7, N1 akibat perkembangan kawasan industri, pergudangan, pelabuhan Muara Angke dan pelabuhan Tanjung Priok, serta pertumbuhan permukiman baru sepanjang pantai. Mengingat hampir sebagian besar adalah kawasan terbangun, maka upaya mitigasi yang dapat dilakukan antara lain:
■ Perlu dibangun infrastruktur kesiapsiagaan (rencana kontingensi);■ Pelatihan untuk meningkatkan kesiagaan menghadapi bencana
gelombang ekstrim; ■ Penguatan bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana;■ Peremajaan pantai dengan penanaman vegetasi bakau pada zona N;■ Pertimbangan untuk menata ulang kawasan permukiman yang berada
di pinggir pantai.
Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL92
Tabel 22
Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Abrasi
Bencana Abrasi Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini
Peta Ancaman Ancaman bencana gelombang ekstrim dan abrasi signifi kan di pantai utara Jakarta dan Tangerang pada zona B1, B6, B7 dan N1
Permukiman kepadatan tinggi, industri dan gudang, komersil dan bisnis, perairan, rawa, sungai dan kolam; pertanian dan ruang terbuka
Peta Kerentanan Kerentanan signifi kan di zona P3 DKI Jakarta
Peta Risiko Risiko signifi kan di Zona B1, B6, B7, N1 untuk kawasan pantai utara DKI Jakarta
Sumber : Hasil analisis, 2013
5.5.4 Bencana Cuaca Ekstrim/Angin Putting Beliung dan Upaya Mitigasi
Bencana
Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana cuaca ekstrim/puting beliung berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
Gambar 47
Peta Ancaman Bencana Cuaca Ekstrim
1
2
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman / Hazard Bencana Cuaca Ekstrim/ Puting Beliung BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 93
Untuk daerah yang signifi kan adalah di Provinsi Jawa Barat, yakni:1. Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, ancaman cenderung tinggi pada
zona B1, B3, B4.2. Kabupaten Bogor signifi kan pada zona B4.
Gambar 48
Peta Kerentanan Bencana Cuaca Ekstrim
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Cuaca Ekstrim/ Puting Beliung BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Untuk kerentanan bencana cuaca ekstrim sebagaimana terlihat pada peta berikut tampak tidak signifi kan. Sebagian besar untuk wilayah Barat dan Timur kawasan JABODETABEKPUNJUR cenderung rendah dan ada yang mendekati sedang.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL94
Gambar 49
Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim
11
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim/ Puting Beliung BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan
Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Untuk risiko bencana cuaca ekstrim:
1. Risiko sedang cenderung tinggi di Kabupaten Bekasi pada zona B4, B4/HP, B7, dan ada sedikit B1. Upaya mitigasi dapat dilakukan dengan: penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin, meningkatkan kesiapsiagaan.
Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:
Tabel 23
Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Cuaca Ekstrim
Bencana Cuaca Ekstrim Kondisi Bencana Penggunaan Lahan
Saat ini
Peta Ancaman Ancaman cuaca ekstrim signifi kan di Kab Bekasi, pada zona B4, B4/HP dan B7 Sawah, lahan terbangun
dan permukiman
Peta Kerentanan Kerentanan cuaca ekstrim tidak terlalu signifi kan
Peta Risiko Risiko cuaca ekstrim signifi kan di Kab Bekasi, pada zona B4, B4/HP dan B7
Sumber : Hasil analisis, 2013
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 95
5.5.5 Bencana Gempa Bumi dan Upaya Mitigasi Bencana
Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana gempa bumi berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
Gambar 50
Peta Ancaman Bencana Gempa Bumi
1
2
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/Hazard Bencana Gempa Bumi BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Ancaman gempa bumi cenderung sedang untuk Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Selain kedua wilayah tersebut, sebagian kecil Tangerang bagian selatan juga memiliki ancaman bencana gempa bumi yang cenderung sedang.1. Kota Bogor, merupakan daerah hulu dengan karakteristik permukiman
yang cenderung padat, zona B1. Kawasan ini sudah cenderung padat dengan pertumbuhan kota yang mulai menyatu/menuju Kota Depok sepanjang jalur transportasi dari Kota Bogor menuju Jakarta.
2. Kabupaten Bogor merupakan wilayah hulu dengan karakteristik kawasan lindung, zona N-1 dan N-2 juga terdapat arahan kawasan budidaya zona B4 dan dominan, B1, B2, dan B3 yang tersebar di seluruh wilayah.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL96
Gambar 51
Peta Kerentanan Bencana Gempa Bumi
1
2
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Gempa Bumi BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Kerentanan bencana gempa bumi signifi kan untuk Kota Jakarta Timur dan Kota Bogor. Kerentanan di kedua lokasi ini sedang cenderung tinggi.
1. Kota Jakarta Timur, merupakan daerah hilir dengan zona B1 yang dominan, ada konversi dari permukiman padat horizontal menjadi vertikal. Terlihat dari banyaknya pembangunan apartemen dan rumah susun yang cenderung meningkat.
2. Kota Bogor, merupakan wilayah hulu dengan zona B1.
Sedangkan untuk risiko bencana gempa bumi, signifi kan untuk Provinsi Banten meliputi: Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang termasuk Tangerang Selatan, kemudian Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok dan Kota Bekasi.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 97
Gambar 52
Peta Risiko Bencana Gempa Bumi
11
22
33
44
55
1
3
2
4
5
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Gempa Bumi BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
1. Provinsi Banten, meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan, tingkat risiko tinggi. Untuk Kota Tangerang dan Tangerang Selatan dominan pada zona B1, sedangkan Kabupaten Tangerang dominan zona B5, B2 dan B3;
2. Kota Bogor, tingkat risiko tinggi, dominan zona B1;3. Kabupaten Bogor, merupakan bagian hulu dari KSN JABODETABEKPUNJUR,
tingkat risiko tinggi meliputi zona budidaya dan non budidaya. Zona N-1 dan N-2 dan diselingi zona-zona B4, B4/HP, B2 dan B3;
4. Kota Depok, tingkat risiko tinggi, dominan zona B1;5. Kota Bekasi, tingkat risiko tinggi, dominan zona B1.
Terlihat risiko bencana gempa bumi ini lebih dominan ke wilayah kota satelit dan sub-perkotaan di sekeliling kota inti Jakarta. Dan bila dilihat dari hubungan hulu-hilir, maka bagian hulu dan tengah memiliki risiko yang cenderung tinggi untuk bahaya gempa bumi. Upaya mitigasi yang dapat diusulkan antara lain:
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL98
Pada zona B-1: ■ perlu dibangun infrastruktur kesiapsiagaan (rencana kontingensi);■ Pelatihan untuk meningkatkan kesiagaan menghadapi bencana gempa
bumi;■ Penguatan bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana;
Pada zona B5, B2 dan B3:
Mengingat arahan penggunaan lahan pada zona B5 sudah sesuai dengan Pepres No.54/2008 sebagai kawasan pertanian lahan basah beririgasi teknis, yang diperlukan adalah penguatan manajemen risiko dan pengendalian konversi pada zona B2 (perumahan hunian sedang) dan B3 (perumahan hunian rendah); yakni dengan pengetatan penggunaan lahan agar tidak terjadi konversi dari perumahan hunian rendah menjadi perumahan hunian sedang atau padat. Perlu studi lebih lanjut untuk menilai tren konversi lahan di wilayah ini.
Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:
Tabel 24
Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Gempabumi
Bencana Gempa
BumiKondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini
Peta Ancaman Ancaman gempa bumi signifi kan untuk Kabupaten Bogor sebagian zona N dan B
Semak-semak dan hutan, pertanian dan ruang terbuka, komersil dan bisnis, permukiman kepadatan tinggi
Peta Kerentanan Kerentanan gempa bumi signifi kan untuk Kota Bogor dan Kota Jakarta Timur pada zona B
Peta Risiko Risiko gempa bumi signifi kan untuk sebagian Provinsi Banten dan Jawa Barat untuk zona B maupun N. 8 pusat kegiatan signifi kan risiko gempa bumi.
Sumber : Hasil analisis, 2013
5.5.6 Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan dan Upaya Mitigasi Bencana
Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana kebakaran hutan dan lahan berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 99
Gambar 53
Peta Ancaman Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan
1
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman /Hazard Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Untuk ancaman kebakaran hutan dan lahan signifi kan hanya di Kabupaten Bogor dengan kondisi sedang cenderung rendah.
1. Bagian barat Kabupaten Bogor meliputi kecamatan Cipanas dan Sukajaya. Pada arahan pernggunaan lahan dominan N-2, B4 dan B4/HP. Sedangkan penggunaan lahan saat ini berupa pertanian dan ruang terbuka, semak-semak dan hutan.
Untuk kerentanan bencana kebakaran hutan dan lahan di semua Kawasan JABODETABEKPUNJUR cenderung rendah.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL100
Gambar 54
Peta Kerentanan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Gambar 55
Peta Risiko Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan
1122
1
2
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 101
Untuk risiko bencana kebakaran hutan dan lahan ada dua titik yang cukup signifi kan dengan tingkat risiko sedang.
1. Bagian Barat Kabupaten Bogor, meliputi kawasan Cipanas dan Jasinga, dominan N2, B4 dan B4/HP.
2. Bagian Timur Kabupaten Bogor, meliputi kawasan Gunung Gede Pangrango, Ciawi, Cisarua, Caringan dan sebagian kawasan Megamendung. Daerah ini dominan N2.
Mengingat arahan penggunaan lahan sudah sesuai dengan Perpres No.54/2008, maka upaya mitigasi yang diperlukan adalah penguatan manajemen risiko dengan:
pengetatan penggunaan lahan agar tidak terjadi konversi dari perumahan hunian rendah menjadi perumahan hunian sedang atau padat. Perlu studi lebih lanjut untuk menilai tren konversi lahan di wilayah ini;
pembangunan infrastruktur antara lain dengan:- Pembuatan waduk di daerah sekitar untuk pemadaman api;- Pembuatan sekat penghalang api, terutama antara lahan perumahan
hunian rendah, perkebunan, pertanian, dengan hutan;- Pembuatan hujan buatan.
Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:
Tabel 25
Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kebakaran Hutan dan
Lahan
Bencana Kebakaran
Hutan Lahan
Kondisi Bencana Penggunaan Lahan
Saat ini
Peta Ancaman Ancaman bahaya kebakaran hutan lahan signifi kan di Kabupaten Bogor pada zona N, B4/HP dan B4
Semak-semak dan hutan, pertanian dan ruang terbuka
Peta Kerentanan Kerentanan bahaya kebakaran hutan lahan signifi kan di Kabupaten Bogor pada zona N, B4/HP dan B4
Peta Risiko Risiko bahaya kebakaran hutan lahan cukup signifi kan di Kabupaten Bogor pada zona N, B4/HP dan B4
Sumber : Hasil analisis, 2013
5.5.7 Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit dan Upaya Mitigasi Bencana
Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana epidemi dan wabah penyakit berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL102
Untuk ancaman bencana epidemi dan wabah penyakit hampir semua wilayah JABODETABEKPUNJUR menunjukkan tingkat ancaman yang rendah.
Untuk kerentanan bencana epidemi dan penyakit dominan di Kota Bogor dan Kota Jakarta Timur.
Gambar 56
Peta Ancaman Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/Hazard Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 103
Gambar 57
Peta Kerentanan Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Gambar 58
Peta Risiko Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit
1
2
3
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL104
Risiko bencana epidemi sedang pada zona B DKI Jakarta dan di Jawa Barat pada zona B. 1. Kota inti Jakarta (Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, Timur), risiko
bencana epidemi sedang pada zona B;2. Cinere, Kota Depok, Kota bogor, Cimanggis, Cileungsi, Setu, Tambun,
Kota Bekasi, risiko bencana sedang pada zona B;3. Kota Bogor, tingkat risiko sedang pada zona B.
Mengingat wilayah yang berisiko sudah padat, diperlukan penanganan yang terpadu lintas sektoral terkait untuk memahami risiko bila wabah terjadi serta bagaimana cara-cara menghadapinya melalui kegiatan sosialisasi yang berkesinambungan. Diperlukan studi lebih lanjut tentang pengendalian faktor risiko dan deteksi secara dini. Upaya mitigasi dari sisi tata ruang diusulkan untuk dipertimbangkan perencanaan dan pembangunan rumah sakit khusus yang menangani wabah penyakit tertentu. Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:
Tabel 26
Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Epidemi
Bencana Epidemi (Demam
Berdarah, HIV/AIDS, Campak)
Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini
Peta Ancaman Ancaman bencana epidemi rendah untuk seluruh kawasan JABODETABEK-PUNJUR Komersil dan bisnis,
permukiman kepadatan tinggi, pertanian dan lahan terbuka, industri dan gudang, pendidikan dan fasilitas umum, fasilitas transportasi, rumah dibangun
Peta Kerentanan Kerentanan epidemi signifi kan untuk Kota Jakarta Timur dan Kota Bogor
Peta Risiko Risiko bencana epidemi agak signifi kan untuk sembilan pusat kegiatan, pada zona B DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Sumber : Hasil analisis, 2013
5.5.8 Bencana Kekeringan dan Upaya Mitigasi Bencana
Kekeringan akan berdampak terutama pada kegiatan pertanian, baik persawahan, perkebunan dan perikanan. Efek yang dirasakan bisa berupa gagal panen, kerugian pertanian, meningkatnya kebutuhan akan air bersih, produksi perikanan dan berkurangnya pasokan air tawar permukaan maupun bawah tanah.
Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana kekeringan berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 105
Gambar 59
Peta Ancaman Bencana Kekeringan
1
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/ Hazard Bencana Kekeringan BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Terlihat pola untuk wilayah utara cenderung rendah dan ancamannya semakin meninggi ke arah selatan. Wilayah utara Jakarta, Tangerang dan Bekasi memang aslinya merupakan ekosistem rawa, yang kemudian diolah menjadi kawasan persawahan. Di RTR KSN pun arahan penggunaan lahannya untuk wilayah utara Tangerang adalah B5, sedangkan Jakarta karena kebutuhan permukiman yang sangat tinggi, rawa-rawa di bagian utara sudah dikonversi menjadi B1. Ancaman bencana kekeringan ini signifi kan di bagian selatan untuk Kabupaten Bogor pada zona N dan B-4, B4/HP.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL106
Gambar 60
Peta Kerentanan Bencana Kekeringan
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Kekeringan BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Kerentanan bencana kekeringan signifi kan di bagian selatan dan tersebar merata di bagian tengah pada zona N dan B.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 107
Gambar 61
Peta Risiko Bencana Kekeringan
1
2
31
2
3
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Kekeringan BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Untuk risiko kekeringan di beberapa lokasi terlihat sangat tinggi. 1. Bagian Barat Kabupaten Bogor pada zona N, termasuk wilayah Parung,
Tigaraksa dan Gunung Sindur. Sebagian besar penggunaan lahannya adalah kebun campuran, tegalan dan sedikit sekali persawahan.
2. Bagian utara Kabupaten Bekasi, dari mulai Muara Gembong sampai dengan perbatasan Cilincing. Penggunaan lahan utamanya adalah persawahan dan tambak dan sudah tepat dengan arahan Perpres 54/2008 yakni B5 (pertanian lahan basah beririgasi teknis) dengan diselingi N-1 dan N-2. Adanya risiko kekeringan yang tinggi pada kedua wilayah ini dapat menyebabkan gagal panen karena kekurangan air. Perlu dipertimbangkan untuk konservasi tanah dan pengurangan tingkat erosi dengan pembuatan check dam dan reboisasi. Selain itu juga pengenalan pola tanam dan penanaman jenis tanaman yang bervariasi.
3. Bagian selatan Kabupaten Bogor, meliputi wilayah Citereup, Cileungsi dan Kelapa Nunggal dengan penggunaan lahan saat ini berupa pertanian dan ruang terbuka. Selain itu dalam arahan penggunaan lahan berupa B4 dan B4/HP. Perlu dipertimbangkan untuk pengelolaan air
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL108
secara bijaksana, yaitu dengan mengganti penggunaan air tanah dengan penggunaan air permukaan dengan cara pembuatan waduk, pembuatan saluran distribusi yang efi sien.
Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:
Tabel 27
Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kekeringan
Bencana
Kekeringan
Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini
Peta Ancaman Ancaman bencana kekeringan ini signifi kan di bagian selatan Kabupaten Bogor pada zona N dan B4, B4/HP
Semak-semak dan hutan, pertanian dan ruang terbuka
Peta
Kerentanan
Kerentanan bencana kekeringan signifi kan di bagian selatan dan tersebar merata di bagian tengah pada zona N dan B
Peta Risiko Risiko bencana kekeringan tersebar merata dari Kabupaten. Bogor, Kab. Bekasi pada zona N dan B4 dan B4/HP, B7 dan B7/HP
Sumber : Hasil analisis, 2013
5.5.9 Bencana Gagal Teknologi dan Upaya Mitigasi Bencana
Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana gagal teknologi berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
Gambar 62
Peta Ancaman Bencana Gagal Teknologi
11
22
44
33
66
55
2
3
4
16
5
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/ Hazard Bencana Gagal Teknologi BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan
Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 109
Berdasarkan wilayah administratifnya ada 6 wilayah yang memiliki ancaman gagal teknologi yang tinggi, yakni:
1. DKI Jakarta, di semua wilayahnya, Jakarta Barat, Timur, Utara dan Selatan sebagian besar zona B1, penggunaan lahan saat ini bisnis dan komersil dan permukiman kepadatan tinggi.
2. Kota Bogor, pada zona B1, kepadatan penduduk yang tinggi3. Kabupaten Bogor, jalur transportasi padat.4. Kabupaten Bekasi, industri yang berpusat di Cikarang dan sebagian
besar perbatasan dengan DKI Jakarta, kepadatan penduduk yang tinggi, jumlah pekerja yang juga cukup banyak dan bercampurnya penggunaan transportasi baik pribadi hingga alat berat dan kendaraan pengangkut. 5. Kota Depok, kepadatan penduduk tinggi, adanya fasilitas pendidikan, jalur transportasi padat,
6. Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan, penggunaan lahan sebagian besar kawasan industri di sepanjang Jalan Daan Mogot, dari Kalideres hingga Bandara Soekarno Hatta, beberapa pabrik farmasi, jalur lintas transportasi dari DKI menuju Merak yang padat. Adanya reaktor nuklir di Kota Tangerang Selatan turut meningkatkan ancaman bencana kegagalan teknologi.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, berkembangnya permukiman dan kawasan industri, maka ancaman bencana kegagalan teknologi makin meningkat antara lain banyaknya kecelakaan transportasi; adanya kesalahan desain dan prosedur pengoperasian pabrik yang diakibatkan kelalaian, kesengajaan manusia atau pabrik dalam penggunaan teknologi.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL110
Gambar 63
Peta Kerentanan Bencana Gagal Teknologi
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Gagal Teknologi BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Untuk kerentanan bencana kegagalan teknologi sebagian besar wilayah JABODETABEKPUNJUR cenderung rendah, selain Jakarta Timur dan Kota Bogor yang cenderung sedang.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 111
Gambar 64
Peta Risiko Bencana Gagal Teknologi
1
22
3334
1
4
2
3
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Gagal Teknologi BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Untuk risiko bencana kegagalan teknologi ada 4 wilayah yang terlihat cukup tinggi:1. Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, sebagian besar pada
zona B1 (perumahan hunian padat, perdagangan dan jasa, industri ringan non polutan dan berorientasi pasar). Saat ini kawasan ini memang sudah berkembang menjadi kawasan perdagangan, bisnis dan komersial dan permukiman kepadatan tinggi.
2. Kota Bogor, sebagian besar zona B1, berkembang kawasan industri sepanjang jalan Raya Bogor.
3. Kabupaten Bekasi, sebagian besar zona B1, berkembang kawasan industri.
4. Kota Depok, Cinere, Cimanggis, Tambun, serta Kota Tangerang; sebagian besar pada zona B1.
Mengingat hampir sebagian besar adalah kawasan terbangun dan padat penduduk, maka upaya mitigasi yang dapat dilakukan antara lain:■ Perlu dibangun infrastruktur kesiapsiagaan (rencana kontingensi,
penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini);■ Pelatihan untuk meningkatkan kesiagaan menghadapi bencana
kegagalan teknologi;
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL112
■ Perkuatan bangunan dan infrastruktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan;
■ Perlu pertimbangan untuk menata ulang kawasan industri yang berada di lingkungan perumahan padat.
Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:
Tabel 28
Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kegagalan Teknologi
Bencana Kegagalan
Teknologi (Industri
Kimia, Manufaktur)
Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini
Peta Ancaman Ancaman bencana kegagalan teknologi sangat signifi kan untuk Prov. DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan sebagian Provinsi Banten pada zona B dan N
Komersil dan bisnis, permukiman kepadatan tinggi, industri dan gudang, pendidikan dan fasilitas umum, fasilitas transportasi, rumah dibangun, semak-semak dan hutan, pertanian dan ruang terbuka
Peta Kerentanan Kerentanan bencana kegagalan teknologi signifi kan untuk Kota Jakarta Timur dan Kota Bogor
Peta Risiko Risiko bencana kegagalan teknologi signifi kan untuk Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan sebagian Provinsi Banten pada zona B dan N
Sumber : Hasil analisis, 2013
5.5.10 Bencana Letusan Gunung Api dan Upaya Mitigasi Bencana
Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana letusan gunung api berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 113
Gambar 65
Peta Ancaman Bencana Gunung Api
2
1
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/ Hazard Bencana Gunung Api BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Pada peta ancaman bencana gunung api terlihat ada dua titik ancaman yang tinggi di Kabupaten Bogor:
1. Gunung Salak, ancaman bencana letusan gunung api di sekitar zona non budidaya. Ada aktifi tas vulkanik yang ditandai dengan beberapa fenomena panas bumi. Ancaman terlihat signifi kan dan tinggi pada zona N2.
2. Gunung Gede Pangrango, ancaman bencana letusan gunung api di sekitar zona non budidaya. Ancaman terlihat signifi kan dan cenderung sedang di zona N-2.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL114
Gambar 66
Peta Kerentanan Bencana Gunung Api
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Gunung Api BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Gambar 67
Peta Risiko Bencana Gunung Api
122
1
2
1
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Gunung Api BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 115
1. Gunung Salak, risiko bencana letusan gunung api di sekitar zona non budidaya N-2 cenderung sedang. Risiko yang sedang ini sebagai akibat kondisi eksisiting dan arahan penggunaan lahan sebagai zona N2 yang mengurangi aktivitas manusia dan bangunan pada zona ini.
2. Gunung Gede Pangrango, risiko bencana letusan gunung api di sekitar zona non budidaya, meluas juga ke arah zone B3 (perumahan hunian rendah dan pertanian) dan B4 (perumahan hunian rendah dan pertanian lahan basah). Perlu dipertimbangkan agar pemanfaatan lahan pada zona yang masih terkena risiko letusan gunung ini diarahkan untuk bebas dari perumahan (dialihkan menjadi zona non-budidaya), atau paling tidak menjauhi atau diluar kawasan risiko tinggi. Selain itu perlu dipertimbangkan bagi penerapan konstruksi bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung api.
Mengingat arahan penggunaan lahan sudah sesuai dengan Pepres No.54/2008 sebagai kawasan lindung (zona N2), yang diperlukan adalah penguatan manajemen risiko dan pengendalian konversi; yakni dengan pengetatan penggunaan lahan pada zona B3 dan B4 agar tidak terjadi konversi dari perumahan hunian rendah menjadi perumahan hunian sedang atau padat. Perlu studi lebih lanjut untuk menilai tren konversi lahan di wilayah ini.
Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:
Tabel 29
Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Gunung Api
Bencana Gunung
Api
Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini
Peta Ancaman Ancaman bencana gunung api tidak signifi kan untuk titik-titik pusat kegiatan namun signifi kan di zona N Kabupaten Bogor.
Semak-semak dan hutan, pertanian dan ruang terbuka
Peta Kerentanan Kerentanan bencana gunung api tidak signifi kan untuk titik-titik pusat kegiatan namun signifi kan di zona N Kabupaten Bogor.
Peta Risiko Risiko bencana gunung api tidak signifi kan untuk untuk titik-titik pusat kegiatan namun signifi kan di zona N Kabupaten Bogor.
Sumber : Hasil analisis, 2013
5.5.11 Bencana Tsunami dan Upaya Mitigasi Bencana
Ancaman, kerentanan dan risiko bencana tsunami cenderung rendah untuk Kawasan JABODETABEKPUNJUR. Tetapi bila dilihat dari provinsi maka Provinsi Banten yang terletak di sebelah barat KSN JABODETABEKPUNJUR memiliki daerah yang rawan terhadap bencana tsunami. Data IRBI juga tidak menunjukkan adanya kerawanan terhadap kawasan JABODETABEKPUNJUR terhadap bahaya tsunami.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL116
Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana tsunami berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
Gambar 68
Peta Ancaman Bencana Tsunami
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/ Hazard Bencana Tsunami BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 117
Gambar 69
Peta Kerentanan Bencana Tsunami
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Tsunami BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Gambar 70
Peta Risiko Bencana Tsunami
Sumber : Hasil pertampalan dari Risiko Bencana Tsunami BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL118
Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko diatas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:
Tabel 30
Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Tsunami
Bencana Tsunami Kondisi Bencana Penggunaan Lahan
Saat ini
Peta Ancaman Ancaman bencana tsunami tidak signifi kan untuk JABODETABEKPUNJUR, Perairan terbuka, rawa sungai dan kolam, pertanian dan ruang terbuka
Peta Kerentanan Kerentanan bencana tsunami tidak signifi kan untuk JABODETABEKPUNJUR,
Peta Risiko Risiko bencana tsunami tidak signifi kan untuk JABODETABEKPUNJUR
Sumber : Hasil analisis, 2013
5.5.12 Bencana Konfl ik Sosialdan Upaya Mitigasi Bencana
Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana konfl ik sosial berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
Untuk ancaman bencana konfl ik sosial, ada dua wilayah yang cenderung tinggi;1. Kota Jakarta Selatan2. Kota Jakarta Barat
Gambar 71
Peta Ancaman Bencana Konfl ik Sosial
1
2
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/ Hazard Bencana Konfl ik Sosial BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 119
Gambar 72
Peta Kerentanan Bencana Konfl ik Sosial
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Konfl ik Sosial BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Gambar 73
Peta Risiko Bencana Konfl ik Sosial
11
22
1
2
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Konfl ik Sosial BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL120
Untuk risiko bencana konfl ik sosial juga ada dua wilayah yang cenderung tinggi pada zona B:1. Kota Jakarta Selatan2. Kota Jakarta Barat
Upaya mitigasi yang dapat diusulkan berupa mitigasi non struktural antara lain:■ Mendorong peran serta penduduk dalam rangka memelihara stabilitas
ketentraman dan ketertiban;■ Mengembangkan supremasi hukum dengan menegakkan hukum secara
konsisten, berkeadilan dan kejujuran;■ Meningkatkan pemahaman dan penyadaran serta meningkatnya
perlindungan penghormatan, dan penegakan HAM. Adapun upaya mitigasi yang berupa mitigasi struktural perlu penelitian lebih lanjut.
Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:
Tabel 31
Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Konfl ik Sosial
Bencana Konfl ik
Sosial
Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini
Peta Ancaman Ancaman konfl ik sosial signifi kan di Prov DKI Ja-karta yakni mengancam Kota Jakarta Selatan dan Kota Jakarta Barat
Komersil dan bisnis, permukiman kepadatan tinggi, industri dan gudang, pendidikan dan fasilitas umum, fasilitas transportasi, rumah dibangun
Peta Kerentanan Kerentanan Konfl ik sosial tersebar merata teru-tama signifi kan di Kota Jakarta Timur dan Kota Bogor, sisanya medium untuk seluruh provinsi DKI Jakarta, Kabupaten Bekasi dan Bogor
Peta Risiko Risiko konfl ik sosial Signifi kan di Provinsi DKI Ja-karta, Kota Jakarta Selatan dan Kota Jakarta Barat
Sumber : Hasil analisis, 2013
5.5.13 Bencana Kebakaran Gedung dan Permukiman dan Upaya Mitigasi
Bencana
Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana kebakaran gedung dan permukiman berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 121
Gambar 74
Peta Ancaman Bencana Kebakaran Permukiman
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/ Hazard Bencana Kebakaran Permukiman BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Ancaman bencana kebakaran gedung dan permukiman cukup dominan pada tingkat sedang cenderung tinggi terutama disekitar kawasan satelit, seperti Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Tangerang. Sedangkan di DKI Jakarta cenderung sedang rendah. Untuk Kota Bogor, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kota Depok cenderung rendah.
Untuk kerentanan bencana kebakaran permukiman signifi kan pada dua lokasi. Kerentanan ini menunjukkan bahwa berdasarkan sejarahnya di kedua wilayah ini lebih sering terjadi bencana kebakaran permukiman dibandingkan dengan wilayah lainnya dan kejadian kebakaran tersebut lebih banyak membawa kerugian baik secara materil maupun korban jiwa.
1. Kota Jakarta Timur, arahan yang dominan adalah B12. Kota Bogor, arahan yang dominan adalah B1
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL122
Gambar 75
Peta Kerentanan Bencana Kebakaran Permukiman
1
2
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Kebakaran Permukiman BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Gambar 76
Peta Risiko Bencana Kebakaran Permukiman
Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Kebakaran Permukiman BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 123
Risiko bencana kebakaran permukiman sebagaimana digambarkan di bawah ini, signifi kan untuk Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, Kabupaten dan Kota Bekasi dan Kabupaten Cianjur pada zona B, dan N. Upaya mitigasi yang dapat dilakukan terutama untuk zona B adalah antara lain: Pengaturan kepadatan bangunan permukiman melalui rencana
penataan bangunan dan lingkungan Penyediaan waduk-waduk kecil, bak penampungan air, serta hydran
untuk pemadaman api
Untuk wilayah Kota Bogor walaupun memiliki kerentanan yang cukup tinggi tetapi risiko menunjukkan rendah. Sedangkan Kota Jakarta Timur, dengan kerentanan yang cukup tinggi, risikonya sedang cenderung tinggi.
Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:
Tabel 32
Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kebakaran Permukiman
Bencana Kebakaran
Pemukiman
Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini
Peta Ancaman Ancaman bencana kebakaran permukiman signifi kan untuk Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, Kabupaten dan Kota Bekasi dan Kabupaten Cianjur pada zona B, dan N Komersil dan bisnis,
permukiman kepadatan tinggi, semak-semak dan hutan, pertanian dan ruang terbuka
Peta Kerentanan Kerentanan bencana kebakaran permukiman signifi kan untuk Kota Jakarta Timur dan Bogor
Peta Risiko Risiko bencana kebakaran permukiman signifi kan untuk Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, Kab dan Kota Bekasi dan Kabupaten Cianjur pada zona B, dan N
Sumber : Hasil analisis, 2013
5.5.14 Potensi Risiko Bencana Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Berdasarkan ketigabelas jenis bencana tersebut dapat disimpulkan zona-zona yang signifi kan terkena dampak bencana tersebut untuk Kawasan JABODETABEKPUNJUR sebagai berikut.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL124
Tabel 33
Zona Potensi Bencana Risiko Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
No. Jenis Bencana DKI Jakarta Jawa Barat Banten
1 Gempa Bumi - B, N dan enam pusat kota (Cinere, Kota Depok, Kota Bogor, Cimanggis, Cileungsi, Kota Bekasi)
B,N dan dua pusat kota (Kota Tangerang, Serpong)
2 Tsunami - - -
3 Banjir Bagian utara : B1, B6, B7, N1, dan satu 1 pusat kota (Jakarta Pusat)
Bagian utara:B1, B2, B5, B7, N1 dan satu pusat kota (Kota Bekasi)
Bagian utara: B1, B6, B7, N1 dan satu pusat kota (Kota Tangerang)
4 Tanah Longsor - B4, B4/HP di Kabupaten Bogor -
5 Letusan Gunung Api - N di Kabupaten Bogor -
6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Pantai utara (B1, B6, B7 dan N1)
- -
7 Cuaca Ekstrim (Puting Beliung)
- B4, B4/HP, B7 di Kab. Bekasi -
8 Kekeringan - B4, B4/HP, B7, B7/HP,N di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi
-
9 Kebakaran Hutan dan Lahan
- N, B4/HP, B4 di Kabupaten Bogor -
10 Kebakaran Gedung dan Pemukiman
- B, N di Kabupaten Bogor, Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabupaten Cianjur
B, N di Kabupaten Tangerang
11 Epidemi dan Wabah Penyakit
B di Kota Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, Timur
B, N di Cinere, Kota Depok, Kota Bogor, Cimanggis, Cileungsi, Setu, Tambun, Kota Bekasi
-
12 Gagal Teknologi B, N di Jakarta Barat, Selatan dan Timur
B, N di Kota Bogor, Kota Depok, Cinere, Cimanggis, Tambun
B, N di Kota Tangerang
13 Konfl ik Sosial B di Jakarta Selatan dan Barat
- -
Sumber: Analisis Spasial, 2013
Selain berdasarkan daerah administrasi, bencana risiko tinggi untuk JABODETABEKPUNJUR juga dapat dianalisis berdasarkan ketinggian wilayah di atas permukaan air laut. Secara umum ketinggian lokasi di atas permukaan air laut dapat digolongkan menjadi hulu, tengah dan hilir. Jenis bencana yang timbul juga dapat dilihat dalam ilustrasi sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 77.■ Wilayah Hulu, merupakan wilayah yang akan terkena dampak apabila terjadi bencana
gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung api, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kebakaran gedung dan permukiman, epidemi, dan gagal teknologi.
■ Wilayah Tengah: bencana gempabumi, banjir, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran gedung dan permukiman, epidemi, dan gagal teknologi.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 125
■ Wilayah Hilir: bencana banjir, gelombang ekstrim dan abrasi, epidemi, gagal teknologi dan konfl ik sosial.
Gambar 77
Risiko Bencana Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR Berdasarkan Ketinggian Wilayah
Wilayah Hulu Wilayah Tengah Wilayah Hilir
1 Gempa Bumi
2 Tsunami
3 Banjir
4 Tanah Longsor
5 Letusan Gunung Api
6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi
7 Cuaca Ekstrim
8 Kekeringan
9 Kebakaran Hutan dan Lahan
10 Kebakaran Gedung dan Permukiman
11 Epidemi dan Wabah Penyakit
12 Gagal Teknologi
13 Konfl ik Sosial
Kawasan BOPUNJUR (Bogor,
Puncak, Cianjur)
Kawasan Penyangga DKI (Depok,
Bekasi, Tangerang, dan lain-lain)
DKI Jakarta
Sumber: Hasil Analisis, 2013
5.6 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi
5.6.1 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta
RTRWP DKI Jakarta yang telah disahkan menjadi Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030, dalam konsideran “Menimbang” butir d menyatakan bahwa bahwa Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta berada dalam kota delta (delta city) sehingga pengarusutamaantantangan dan kendala daerah delta melalui pengelolaan
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL126
tata air, analisa resiko bencana, dan perbaikan ekosistem, harus menjadi perhatian utama dalam penataan ruangnya. Untuk itu dalam sub bab ini akan dilihat sejauh mana RTRWP DKI Jakarta sudah memasukkan substansi penanggulangan kebencanaan melalui komparasi materi teknis atau juga materi Perda RTRWP dengan kebijakan penanggulangan bencana yang ada di RPB Provinsi DKI Jakarta. Aspek yang akan dilihat adalah terutama tentang jenis ancaman bencana yang signifi kan berdasarkan catatan sejarah kejadiannya (dari tahun 1815-2011), lokasi persebaran kawasan rawan bencana dan arahan pemanfaatan atau pengelolaan ruang bagi kawasan rawan bencananya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34
Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta
No. Jenis Bencana
Bencana yang signifi kan berdasarkan
sejarahnya (tahun 1815-2011) pada RPB
DKI Jakarta 2012-2016
Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWP DKI
Jakarta 2011-2030
1 Gempa Bumi Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGITingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI
Diperkirakan terdapat 10 sumber gempa dengan potensi terbesar di sekitar Selat Sunda yang menyimpan potensi gempa yang tinggi terhadap Jakarta. Kondisi Jakarta bagian utara yang merupakan batuan atau tanah lunak akan lebih rentan terhadap dampak gempa dibandingkan wilayah Jakarta bagian selatan.
2 Tsunami Tingkat Ancaman: SEDANGTingkat kerugian TINGGITingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI
Gelombang tsunami yang mungkin terjadi akibat kejadian tektonik di dalam laut dihindarkan melalui pengaturan fungsi kawasan yang rawan tsunami.
3 Banjir Kejadian: 93 kali, 87 jiwa meninggal dunia, mengungsi 818.020 jiwa, 7.323 rumah rusak berat, lokasi hampir seluruh penjuru kota. Pernah dilanda banjir besar tahun 1621, 1654, dan 1918; 1976, 1996, 2002, dan 2007, 2008. Tingkat Ancaman: TINGGITingkat kerugian: TINGGI Tingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI
Secara umum kawasan yang berpotensi banjir terletak di bagian utara wilayah DKI Jakarta serta di sepanjang tepi sungai atau di muara sungai.Tahun 1980 daerah genangan banjir seluas 7,7 km2; 1996: 22,59 km2; 2002: 167,88 km2 (sekitar 13% wilayah DKI); 2007: 238,32 km2 (sekitar 45% wilayah DKI).Arahan pemanfaatan dan pengelolaan ruang: pengurangan dampak bencana karena
banjir; mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan
ancaman bencana; penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari
permukiman penduduk dan pusat kegiatan perkotaan;
pengurangan dan pengendalian pemanfaatan ruang untuk permukiman dan fasilitas umum;
pengembangan RTH dan pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah;
rekayasa teknik; pengembangan sistem peringatan dini.Kawasan berpotensi sedimentasi terletak di 13 muara sungai di sepanjang pantai utara Jakarta.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 127
No. Jenis Bencana
Bencana yang signifi kan berdasarkan
sejarahnya (tahun 1815-2011) pada RPB
DKI Jakarta 2012-2016
Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWP DKI
Jakarta 2011-2030
4 Tanah Longsor Kejadian: 1 kali, luka-luka 2 jiwa, lokasi: Jakarta Timur; Tingkat Ancaman: SEDANG Tingkat kerugian TINGGITingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
Kawasan rawan gerakan tanah (rawan longsor) meliputi sepanjang alur aliran bagian selatan kali Ciliwung, Pesanggrahan, Grogol, Krukut, Gongseng, Cibubur dan Sunter;Kawasan rawan penurunan tanah, meliputi Jakarta Barat, di Cengkareng Barat, Meruya, Kebun Jeruk dan Daan Mogot; Jakarta Utara, di Muara Angke, Muara Baru, Pasar Ikan, dan Pantai Indah Kapuk; Jakarta Pusat, di Gunung Sahari khususnya di utara, MH Thamrin, dan Cikini; Jakarta Timur, di Gempol dan Kelapa Gading; Jakarta Selatan, di Pondok Indah dan Kuningan.Arahan pemanfaatan ruang dan pengelolaan ruang: pengaturan pembangunan gedung lebih
dari 5 lantai dan pemompaan air tanah sesuai hasil kajian geoteknik
mitigasi penurunan tanah permukaan rekayasa teknik mitigasi air tanah dangkal dan air tanah
dalam penerapan prinsip zero delta Q policy pembatasan pengambilan air tanah
5 Letusan Gunung Api
-
6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Kejadian: 8 kali, mengungsi 4.300 jiwa, 17 rumah rusak berat;Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGITingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
Meliputi wilayah sepanjang pantai Ancol, Tanjung Priok, Muara Kelapa, dan Muara Tawar;
7 Cuaca Ekstrim Kejadian: 5 kali, terbesar di Jakarta Pusat tahun 2006, korban meninggal 3 jiwa, luka 4 jiwa; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGITingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
-
8 Kekeringan -
9 Kebakaran Hutan dan Lahan
-
10 Kebakaran Gedung dan Permukiman
Rawan kebakaran: permukiman padat, lingkungan pasar dan kantor dan tersebar di 53 kelurahan.Kerugian: Rp 197,62 milyar (2010), luas yang terbakar 256,06 Ha.Rawan ledakan: berada dekat instalasi militer, instalasi listrik, dan depo bahan bakar.Arahan pengembangan kawasan: pencegahan dan pengurangan dampak
bencana di kawasan permukiman padat penyediaan akses pemadam kebakaran dan
ruang evakuasi bencana pembangunan pos pemadam kebakaran di
kawasan permukiman padat penyediaan prasarana dan sarana
pendukung mitigasi bencana, dan pengembangan sistem peringatan dini.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL128
No. Jenis Bencana
Bencana yang signifi kan berdasarkan
sejarahnya (tahun 1815-2011) pada RPB
DKI Jakarta 2012-2016
Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWP DKI
Jakarta 2011-2030
11 Epidemi dan Wabah Penyakit
Tingkat Ancaman: SEDANGTingkat kerugian: TINGGITingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
-
12 Gagal Teknologi Kejadian: 3 kali, 54 jiwa meninggal dunia akibat kecelakaan transportasi d Kep. Seribu tahun 2007 dan kecelakaan industri tahun 2004 menumpahkan minyak 21,03 % disekitar pulau Pabelokan Kepulauan Seribu; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian: TINGGITingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI
-
13 Konfl ik Sosial Kejadian: 6 kali, korban meninggal 295 jiwa, luka 219 jiwa, 1.026 rumah rusak berat; tragedI 14-15 Mei 1988 terkait Kasus Trisakti, kerugian fi sik sekitar Rp. 2,5 Triliun; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian: TINGGITingkat kapasitas: RENDAH Tingkat risiko: TINGGI
-
Sumber: RTRWP DKI Jakarta 2011-2030 dan RPB DKI Jakarta 2012-2016
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari tigabelas jenis bencana yang diidentifi kasi oleh BNPB, dalam RTRWP DKI Jakarta ada enam jenis bencana yang disinggung (pada umumnya adalah bencana alam) yakni: gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor (termasuk juga penurunan tanah /landsubsidence), gelombang ekstrim, dan kebakaran. Sedangkan dalam RPB DKI Jakarta dijelaskan tentang 9 potensi bencana yang mengancam baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, yakni: gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, gelombang ekstrim, cuaca ekstrim, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial. Dapat disimpulkan bahwa aspek kebencanaan yang diulas dalam RTRWP DKI Jakarta belum lengkap sehingga diperlukan pertimbangan untuk melengkapinya kelak apabila RTRWP DKI Jakarta akan dievaluasi 5 tahun yang akan datang.
5.6.2 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRWP Jawa Barat
Demikian pula dengan RTRWP Jawa Barat yang telah disahkan menjadi Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029; akan dilihat sejauh mana RTRWP Jawa Barat sudah memasukkan substansi penanggulangan kebencanaan melalui komparasi materi teknis atau juga materi Perda RTRWP dengan kebijakan penanggulangan bencana yang ada di RPB Provinsi Jawa Barat. Aspek yang akan dilihat adalah terutama tentang jenis ancaman bencana yang signifi kan berdasarkan catatan sejarah kejadiannya (dari tahun 2002-2011), lokasi persebaran kawasan rawan bencana dan arahan pemanfaatan atau pengelolaan ruang bagi kawasan rawan bencananya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 35.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 129
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari tigabelas jenis bencana yang diidentifi kasi oleh BNPB, dalam RTRWP Jawa Barat ada 6 jenis bencana yang disinggung (pada umumnya adalah bencana alam) yakni: gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, letusan gunung api, dan gelombang ekstrim. Sedangkan dalam RPB Jawa Barat dijelaskan tentang duabelas potensi bencana yang mengancam baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, yakni: gempabumi, tsunami, banjir, tanah longsor, letusan gunung api, gelombang ekstrim, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial. Dapat disimpulkan bahwa aspek kebencanaan yang diulas dalam RTRWP Jawa Barat belum lengkap sehingga diperlukan pertimbangan untuk melengkapinya kelak apabila RTRWP Jawa Barat akan dievaluasi 5 tahunan yakni pada sekitar tahun 2015.
Tabel 35
Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi Jawa Barat
No.Jenis
Bencana
Bencana alam yang signifi kan
berdasarkan catatan sejarahnya
(tahun 2002-2011) pada RPB Jawa
Barat 2012-2016
Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWP Jawa
Barat 2009-2029
1 Gempa Bumi
Kejadian: 40 kali, terletak di selatan pulau Jawa, disekitar zona patahan aktif daerah Jabar, meliputi zona Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, dan Sesar Baribis; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI dengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
Bogor-Puncak-Cianjur, Sukabumi-Padalarang-Bandung, Purwakarta-Subang-Majalengka, dan Garut-Tasikmalaya-Ciamis; Kawasan rawan gerakan tanah, tersebar
di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, KabupatenSukabumi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis;
Kawasan zona sesar aktif, tersebar di Sesar Cimandiri (Palabuhanratu-Padalarang), Sesar Lembang (Bandung Barat), dan Sesar Baribis (Kuningan-Majalengka).
2 Tsunami Kejadian: 3 kali, salah satunya tsunami Pangandaran 2006 yg dipicu gempa 6,8 SR.;Tingkat kerugian TINGGI dengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
Pantai Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi.
3 Banjir Kejadian: 509 kali, 447 jiwa meninggal dunia, mengungsi 567.700 jiwa, lokasi cekungan bentang alam Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi, DAS yang terkonsentrasi di pantai utara Kecenderungan: meningkat Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi. Arahan zonasi memperhatikan: penetapan batas dataran banjir; Pemanfaatan untk RTH dan pengendalian
pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah;
Ketentuan larangan kegiatan untuk fasilitas umum; dan
pengendalian permukiman
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL130
No.Jenis
Bencana
Bencana alam yang signifi kan
berdasarkan catatan sejarahnya
(tahun 2002-2011) pada RPB Jawa
Barat 2012-2016
Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWP Jawa
Barat 2009-2029
4 Tanah Longsor
Kejadian: 84 kali, 87 jiwa korban, lokasi: ruas jalan Bogor-Puncak-Cianjur, ruas jalan Cadas Pangeran di Kecamatan Sumedang Selatan Ruas jalan Sukabumi-Pelabuhan Ratu, ruas jalan Jabar-Jateng, Jabar bagian Selatan; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI dengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Cirebon; Arahan zonasi untuk tingkat kerawanan tinggi (kemiringan lebih besar dari 40%): dilarang untuk permukiman; dilarang untuk penggalian dan pemotongan lereng.
5 Letusan Gunung Api
Kejadian: 3 kali, 10.922 jiwa mengungsi, lokasi gunung Papandayan di Kabupaten Garut, mengakibatkan semburan debu pekat ke udara (ketinggian 5 Km dari atas puncak), longsor dahsyat di sebagian dinding bukit Nangklak, menyebabkan banjir bandang lumpur, terputusnya jalan antara Garut-Cikajang; Tingkat Ancaman: TINGGITingkat risiko: TINGGI
Kawasan Gunung Salak, terletak di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi;
Kawasan Gunung Gede-Pangrango, terletak di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi;
Kawasan Gunung Patuha, Kawasan Gunung Wayang Windu, dan Kawasan Gunung Talagabodas, terletak di Kabupaten Bandung;
Kawasan Gunung Ciremai, terletak di Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka;
Kawasan Gunung Guntur, terletak di Kabupaten Garut;
Kawasan Gunung Tangkubanparahu, terletak di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang;
Kawasan Gunung Papandayan, terletak di Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung; dan
Kawasan Gunung Galunggung, terletak di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Garut.
6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Kejadian: 8 kali; lokasi 50% pantai utara Jabar mengalami abrasi; pantai Indramayu mengalami abrasi terpanjang (48,57 km); Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI dengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
Gelombang pasang: Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi;
Abrasi: di pantai Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis.
7 Cuaca Ekstrim
Kejadian: 216 kali, korban meninggal 18 jiwa, mengungsi 7.131 jiwa; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI dengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
8 Kekeringan Kejadian: 306 kali, lokasi Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Indramayu; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGIdengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 131
No.Jenis
Bencana
Bencana alam yang signifi kan
berdasarkan catatan sejarahnya
(tahun 2002-2011) pada RPB Jawa
Barat 2012-2016
Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWP Jawa
Barat 2009-2029
9 Kebakaran Hutan dan Lahan
Kejadian: 3 kali, lokasi Kabupaten Kuningan seluas 200 Ha dan 14 desa kerugian materil ratusan juta; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI dengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
10 Kebakaran Gedung dan Permukiman
11 Epidemi dan Wabah Penyakit
Kejadian: 20 kali, korban meninggal 263 jiwa (terutama epidemic fl u burung di tahun 2006 dan hepatitis A pada 2011; Tingkat kapasitas RENDAH
12 Gagal Teknologi
Kejadian: 9 kali, 56 jiwa meninggal dunia, 634 jiwa luka, lokasi Kota Bekasi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut (karena terdapat kawasan industri dan pembangkit listrik, pengeboran minyak lepas pantai selatan, BATAN-Badan Tenaga Nuklir Nasional); Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI dengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAH
13 Konfl ik Sosial
Kejadian: 5 kali, korban meninggal 6 orang, lokasi kabupaten Sumedang dan Cirebon; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI dengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAH
Sumber: RTRWP Jawa Barat 2009-2029 dan RPB Jawa Barat 2012-2016
5.6.3 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRWP Banten
Sama halnya dengan RTRWP Banten yang telah disahkan menjadi Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010-2030; akan dilihat sejauh mana RTRWP Banten sudah memasukkan substansi penanggulangan kebencanaan melalui komparasi materi teknis atau juga materi Perda RTRWP dengan kebijakan penanggulangan bencana yang ada di RPB Provinsi Banten. Aspek yang akan dilihat adalah terutama tentang jenis ancaman bencana yang signifi kan berdasarkan catatan sejarah kejadiannya (dari tahun 1999-2011), lokasi persebaran kawasan rawan bencana dan arahan pemanfaatan atau pengelolaan ruang bagi kawasan rawan bencananya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 36.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL132
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 13 jenis bencana yang diidentifi kasi oleh BNPB, dalam RTRWP Banten ada empat jenis bencana yang disinggung (pada umumnya adalah bencana alam) yakni: tsunami, banjir, tanah longsor/gerakan tanah, dan letusan gunung api. Sedangkan dalam RPB Banten dijelaskan tentang sebelas potensi bencanayang mengancam baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, yakni: gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, gelombang ekstrim, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial. Dapat disimpulkan bahwa aspek kebencanaan yang diulas dalam RTRWP Banten belum lengkap sehingga diperlukan pertimbangan untuk melengkapinya kelak apabila RTRWP Jawa Barat akan dievaluasi lima tahunan yakni pada sekitar tahun 2015.
Tabel 36
Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi
No.Jenis
Bencana
Bencana alam yang signifi kan berdasarkan
catatan sejarah (tahun 1999-2011) pada RPB
Banten 2012-2016
Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWP
Banten 2010-2030
1 Gempa Bumi Tingkat Ancaman: TINGGITingkat kerugian: TINGGI; Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
-
2 Tsunami Tingkat Ancaman: TINGGITingkat kerugian: TINGGI; Tingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI
Di Pantai Utara (Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kabupaten Tangerang), Pantai Selatan (Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak), Pantai Barat (Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, dan Kota Cilegon).
3 Banjir Kejadian: 26 kali, 5 jiwa meninggal dunia, mengungsi 3.254 jiwa, 526 rumah rusak berat, lokasi di wilayah Pandeglang dan Lebak. Tahun 2010 bencana banjir menimpa wilayah Tangerang SelatanTingkat Ancaman: TINGGITingkat kerugian: TINGGI; Tingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI
Di Kab. Tangerang (DAS Cisadane, Pasanggrahan, Cirarab, Cimanceuri, Cidurian), Kota Tangerang (DAS Cisadane), Kabupaten Pandeglang (DAS Ciliman, Cilemer), Kabupaten Lebak (DAS Ciujung dan Cibinuangeun), Kabupaten Serang (DAS Ciujung).
Arahan pengelolaan ruang: Diperbolehkan pembangunan fi sik
berupa pengembangan saluran drainase.
Dilarang atau diperbolehkan dengan syarat: kegiatan lain yg dapat mempengaruhi kelancaran tata drainase
4 Tanah Longsor Kejadian: 8 kali, 3 jiwa meninggal dunia, mengungsi 25 jiwa, lokasi: 21 kecamatan di Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kota Cilegon dan Kota Serang; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI; Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
Kawasan rawan gerakan tanah (rawan longsor) terdapat di Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Lebak Arahan pengelolaan ruang: Tertutup bagi kegiatan permukiman,
persawahan, tanaman semusim, kolam ikan, atau kegiatan budidaya lainnya yg berbahaya bagi keselamatan manusia dan lingkungan.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 133
No.Jenis
Bencana
Bencana alam yang signifi kan berdasarkan
catatan sejarah (tahun 1999-2011) pada RPB
Banten 2012-2016
Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWP
Banten 2010-2030
5 Letusan Gunung Api
Tingkat Ancaman: TINGGI Gunung Krakatau Arahan pengelolaan ruang: Diperbolehkan pada zona waspada
dan zona siaga adanya budidaya sementara, pertanian tanaman semusim, permukiman namun perlu diwaspadai dan selalu siap untuk mengungsi;
Untuk kawasan rawan gas beracun, maka pada zona bahaya dan zona waspada ditetapkan sebagai daerah tertutup bagi permukiman.
6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Tingkat Ancaman: SEDANG Tingkat kerugian TINGGI; Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
-
7 Cuaca Ekstrim Kejadian: 10 kali, meninggal 1 jiwa, luka 8 jiwa; mengungsi 55 jiwa, dan 37 rumah rusak berat; lokasi di Kabupaten Serang dan di kawasan pesisir barat provinsi Banten yakni di Pandeglang.Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI; Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
-
8 Kekeringan Kejadian: 9 kali, tidak ada korban jiwa; lokasi di Kabupaten Pandeglang, Kabupate. Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Serang.Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI; Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
-
9 Kebakaran Hutan dan Lahan
Tingkat Ancaman: TINGGITingkat kerugian: TINGGI; Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
-
10 Kebakaran Gedung dan Permukiman
- -
11 Epidemi dan Wabah Penyakit
Tingkat Ancaman: SEDANGTingkat kerugian: TINGGI; Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
-
12 Gagal Teknologi
Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian: TINGGI; Tingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI
-
13 Konfl ik Sosial Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian: TINGGI; Tingkat kapasitas: RENDAH Tingkat risiko: TINGGI
-
Sumber: RTRWP Banten 2010-2030 dan RPB Banten 2012-2016
5.7 Tinjauan RTRW Kota Administrasi Jakarta Timur 2011-2030 terhadap Kebijakan
Penanggulangan Bencana Kota Jakarta Timur 2012-2016
Beberapa alasan dalam pemilihan bahasan tentang Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebagai berikut:■ Berdasarkan profi l kerawanan bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR pada
sub-bab 4.2, bahwa Jakarta Timur merupakan kota yang paling rawan bencana tingkat Kabupaten/Kota pada Provinsi DKI Jakarta yakni dengan skor 90;
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL134
■ Ketersediaan dokumen Kajian Risiko Bencana dan peta ancaman, kerentanan, dan risiko bencana dari BNPB pada level Kabupaten/Kota (skala peta 1:50.000) untuk Provinsi DKI Jakarta adalah baru untuk Kota Jakarta Timur.
5.7.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Jakarta Timur
Letak geografi s Kota Administrasi Jakarta Timur berada di antara antara 106049’35’’ Bujur Timur dan 06010’37’’ Lintang Selatan dengan batas–batasnya yaitu:1. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi Jawa Barat.2. Sebelah utara berbatasan dengan Kota Jakarta Utara.3. Sebelah barat berbatasan dengan Kota Jakarta Selatan.4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Gambar 78
Peta Orientasi Kota Jakarta Timur
Sumber: Peta Rencana Strukturdan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR yang sudah didigit ulang
Dalam Peta Rencana Struktur Ruang Jakarta Timur, Kawasan Sentra Primer Timur merupakan pusat kegiatan primer; kawasan Jatinegara sebagai pusat kegiatan sekunder; kawasan Walikota Jakarta Timur, kawasan Pasar Pulogadung, kawasan Pasar Cakung, dan kawasan Grosir Cililitan merupakan Pusat Kegiatan Tersier. Sedangkan menurut Rencana Pola Ruang Jakarta Timur, wilayah Jakarta Timur merupakan kawasan peruntukan: permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa, industri dan pergudangan, fungsi
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 135
pemerintahan dan terbuka hijau (budaya, lindung, biru). Bila dikaitkan dengan arahan pola ruang pada Perpres No.54/2008, wilayah Jakarta Timur hanya terdiri dari tiga zona arahan, yaitu B1, B2 dan B3. Dan ada sedikit sekali persinggungan dengan B4.
Secara administratif berdasarkan batas administrasi BPS 2009, Kota Jakarta Timur terdiri dari 10 kecamatan dan 65 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Cakung dengan luasan sekitar 40 kilometer persegi. Kecamatan terkecil adalah Matraman dengan luasan hanya sekitar 4 kilometer persegi. Kelurahan terluas adalah Halim Perdanakusumah di Kecamatan Makassar (seluas duabelas kilometer persegi), sedangkan keluarahan terkecil adalah Kelurahan Bidara Cina di Kecamatan Jatinegara (sekitar kurang dari satu kilometer persegi). Jakarta Timur dilintasi oleh jalan tol lingkar luar dan lingkar dalam Jakarta. Selain itu dilewati jalan tol Jagorawi yang merupakan salah satu penghubung antara DKI Jakarta dengan Kota Bogor.
Gambar 79
Peta Administrasi dan Jaringan Jalan Kota Jakarta Timur
Sumber: dikompilasi dari peta Administrasi BPS 2009, gambar background peta ancaman bencana abrasi BNPB skala 1:250.000, peta Rencana Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR, RTRWP DKI Jakarta.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL136
Tabel 37
Luas Area Kota Jakarta Timur Per Kecamatan
Kecamatan Kode Kecamatan Luas (Km2)
Pasarrebo 3172010 12.9706
Ciracas 3172020 16.6475
Cipayung 3172030 27.8067
Makasar 3172040 21.2464
Kramatjati 3172050 13.1862
Jatinegara 3172060 10.3289
Duren Sawit 3172070 21.8349
Cakung 3172080 40.7914
Pulogadung 3172090 14.9886
Matraman 3172100 4.9114
Total 187.75
Sumber: Administrasi BPS, 2009
Kota Administrasi Jakarta Timur mempunyai beberapa karakteristik khusus antara lain memiliki beberapa kawasan industri, antara lain Pulo Gadung. Untuk sektor ekonomi, Jakarta Timur memiliki beberapa pasar jenis induk, antara lain pasar sayur-mayur Kramat Jati, pasar Induk Cipinang. Selain itu, terdapat beberapa instansi pemerintahan yang vital dan strategis antara lain Markas Besar (MABES) TNI Cilangkap dan Bandara Militer Halim Perdana Kusuma. Kategori wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri 95% daratan dan selebihnya rawa atau persawahan dengan ketinggian rata-rata 50 meter dari permukaan air laut.
5.7.2 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Kota Jakarta Timur
2011-2030
Sebagaimana diketahui bahwa dokumen RTRW Kota Jakarta Timur 2011-2030 merupakan bagin dari dokumen RTRWP DKI Jakarta 2011-2030, maka tidak banyak yang diketahui tentang substansi penanggulangan bencana yang ada di Jakarta Timur. Dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38
Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Kota Admnistrasi Jakarta Timur
No. Jenis Bencana
Bencana yang signifi kan berdasarkan
catatan sejarah (tahun 1815-2011) pada
RPB Kota Jakarta Timur 2013-2017
Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWK
Jakarta Timur 2011-2030
1 Gempa Bumi Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI Tingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI
-
2 Tsunami - -
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 137
No. Jenis Bencana
Bencana yang signifi kan berdasarkan
catatan sejarah (tahun 1815-2011) pada
RPB Kota Jakarta Timur 2013-2017
Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWK
Jakarta Timur 2011-2030
3 Banjir Kejadian: 28 kali, 20 jiwa meninggal dunia, mengungsi 249.662 jiwa, 3.162 rumah rusak berat. Banjir terparah tahun 2007 (meninggal 16 jiwa, mengungsi 219.534, 3.022 rumah rusak berat).Tingkat kecenderungan meningkat hingga 2008, lalu menurun.Tingkat Ancaman: TINGGITingkat kerugian: TINGGI Tingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI
Arahan pengembangan prasarana pengendalian daya rusak air: pemulihan kapasitas aliran mantap
terutama Kali Ciliwung, Kali Cakung, Kali Sunter, Kali Cipinang, Kali Buaran, Kali Jati Kramat dan Kali Baru Timur;
pemulihan dan peningkatan kapasitas saluran untuk mengatasi masalah genangan air terutama di Kawasan Kampung Rambutan, Kampung Makassar, Kebon Pala, Dewi Sartika, Otista, Kebon Nanas, Cipinang Jaya, Cipinang Muara, Pondok Bambu dan Otista 3;
penataan bantaran sungai melalui penertiban bangunan ilegal di bantaran Kali Ciliwung, Kali Baru Timur, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Jati Kramat dan Kali Buaran; dan
pembangunan dan pemulihan kapasitas polder dan pemompaan pada polder UPP, Cibubur, Pulomas, Bidara Cina, dan terowongan DI Panjaitan.
4 Tanah Longsor Kejadian: 1 kali di tahun 2006, luka-luka 2 jiwa, 4 rumah rusak berat, 12 rumah rusak ringanTingkat kecenderungan menurun
-
5 Letusan Gunung Api - -
6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Tingkat kecenderungan tetap -
7 Cuaca Ekstrim Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
-
8 Kekeringan Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI
-
9 Kebakaran Hutan dan Lahan
- -
10 Kebakaran Gedung dan Permukiman
- -
11 Epidemi dan Wabah Penyakit
Kejadian: 2 kali, di tahun 2005, 15 jiwa meninggal, luka-luka 3.160 jiwa. Bencana ini diintegrasikan dengan KLB (Kejadian Luar Biasa).Tingkat kecenderungan menurun.Tingkat Ancaman: SEDANGTingkat kerugian: RENDAHTingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: RENDAH
-
12 Gagal Teknologi - -
13 Konfl ik Sosial - -
Sumber: RTRW Kota Administrasi Jakarta Timur 2011-2030 dan RPB Kota Jakarta Timur 2013-2017
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL138
5.7.3 Informasi Materi Kerentanan Bencana Jakarta Timur terhadap DKI Jakarta
Berdasarkan IRBI 2011, Kota Jakarta Timur memiliki indeks rawan bencana tertinggi di Provinsi DKI Jakarta yakni skor 90; dan apabila dilihat pada tingkat Kawasan JABODETABEKPUNJUR, Jakarta Timur merupakan ke-3 tertinggi setelah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur. Jika dilihat dari indeks rawan bencana banjir, Jakarta Timur memiliki skor 63, juga ketiga tertinggi pada Kawasan JABODETABEKPUNJUR setelah Kabupaten Tangerang dan Kota Jakarta Utara.
Dari informasi kerentanan bencana di Kota Jakarta Timur, lebih detailnya dapat dibandingkan dengan DKI Jakarta secara keseluruhan adalah dapat dilihat pada gambar-gambar berikut:
Gambar 80
Potensi Keterpaparan Jiwa di Jakarta Timur
2.69
3.38
4
1.54
5.83
6
2.68
8.82
4
2.69
3.38
4
2.69
3.38
4
850.
829
3.85
2.54
5
7.49
4.50
3
984.
163
252.
626
7.51
8.39
6
7.46
9.79
2
7.42
6.66
4
0
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
7.000.000
8.000.000
Jakarta Timur DKI Jakarta
Keterpaparan (Jiwa)
Sumber: RPB Provinsi DKI Jakarta 2012-2016 dan RPB Kota Jakarta Timur 2013-2017
Dilihat dari jumlah jenis bencana yang kemungkinan terjadi di Jakarta Timur dan DKI Jakarta, dapat dilihat bahwa jumlah bencana yang ada di DKI Jakarta 8 jenis, sedangkan di Jakarta Timur terdapat lima jenis bencana: gempa bumi, banjir, cuaca ekstrim, kekeringan, epidemi dan wabah penyakit. Malah terlihat ada data bencana yang tercatat terjadi di Jakarta Timur, namun tidak ada atau tidak tercatat di DKI Jakarta, yakni: kekeringan (Jakarta Timur: 2,7 juta jiwa).
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 139
Jika dilihat dari informasi potensi keterpaparan jiwa apabila bencana terjadi di Jakarta Timur, maka bencana gempa bumi dan cuaca ekstrim akan memberikan dampak yang lebih tinggi dibandingkan DKI Jakarta. Gempa bumi akan mengakibatkan korban jiwa sekitar 2,7 juta jiwa di Jakarta Timur (DKI Jakarta sekitar 850 ribu jiwa); dan cuaca ekstrim juga akan mengakibatkan korban sekitar 2,7 juta jiwa (DKI Jakarta sekitar 253 ribu jiwa). Adapun untuk banjir dan epidemi, dampak di Jakarta Timur lebih rendah dibandingkan dengan DKI Jakarta.
Untuk informasi potensi kerugian fi sik dan ekonomi, terlihat kelima jenis bencana yang ada di Jakarta Timur menunjukkan potensi kerugian yang sangat rendah dibandingkan dengan DKI Jakarta. Demikian pula jika dilihat dari potensi kerusakan lingkungan, kelima jenis bencana di Jakarta Timur menunjukkan kerusakan lingkungan yang sangat rendah dibandingkan dengan DKI Jakarta.
Gambar 81
Potensi Kerugian Fisik dan Ekonomi di Jakarta Timur
0,01
8
10,0
65
18,2
05
0,04
9
18,2
42
1.14
8,46
361,
47
1.03
8,93
1.14
8,46
326,
94
399,
09
1.14
8,46
1.14
8,46
1.14
8,46
0,000
200,000
400,000
600,000
800,000
1.000,000
1.200,000
1.400,000
Jakarta Timur DKI Jakarta
Kerugian Fisik & Ekonomi (Trilyun Rp)
Sumber: RPB Provinsi DKI Jakarta 2012-2016 dan RPB Kota Jakarta Timur 2013-2017
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL140
Gambar 82
Potensi Kerusakan Lingkungan di Jakarta Timur10
9
55 109
109
68.3
15
68.3
15
32.3
82
69.5
03
8.80
2
4.11
9
69.3
89
65.9
30
68.7
37
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
Jakarta Timur DKI Jakarta
Kerusakan Lingkungan (Ha)
Sumber: RPB Provinsi DKI Jakarta 2012-2016 dan RPB Kota Jakarta Timur 2013-2017
Informasi tingkat kerawanan bencana di Jakarta Timur sebagaimana dinyatakan dalam IRBI, ternyata berbeda dengan potensi keterpaparan jiwa pada RPB sebagaimana digambarkan diatas. Dalam IRBI, disebutkan ada enam jenis bencana (banjir, gelombang pantai dan abrasi, kebakaran permukiman, kecelakaan transportasi, kejadian luar biasa, dan tanah longsor) dengan skor keterpaparan jiwa tertinggi pada banjir. Sedangkan dalam RPB disebutkan lima jenis bencana (gempabumi, banjir, cuaca ekstrim, kekeringan, epidemi dan wabah penyakit), dengan dampak keterpaparan jiwa tertinggi pada gempabumi. Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena inkonsistensi data pada jumlah penduduk yang terpapar, walaupun keseluruhan nilai tingkat kerugian menunjukkan nilai tinggi pada empat bencana kecuali epidemi dan wabah penyakit menunjukkan nilai rendah.
Kemudian dalam RPB Jakarta Timur disebutkan pula bahwa bencana prioritas (dengan indeks kecenderungan meningkat dan tingkat risiko tinggi) di Kota Jakarta Timur adalah bencana banjir.
5.7.4 Skala Peta dan Informasi Peta Risiko
Zona-zona RTR KSN JABODETABEKPUNJUR yang masuk dalam wilayah Jakarta Timur didominasi oleh zona B1, diikuti B2 dan B3. Sehingga tidak banyak yang dapat dianalisis dari kondisi zona ini. Analisis spasial yang telah diuraikan pada sub bab terdahulu yakni dengan pertampalan antara peta RTR KSN JABODETABEKPUNJUR terhadap peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana; memang dapat dilakukan pada skala 1:250.000; walaupun
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 141
sebenarnya tuntutan skala yang dibutuhkan adalah 1:50.000. Sehingga untuk melakukan analisis spasial yang detil pada kota Jakarta Timur ini diperlukan data pada skala 1:25.000. Untuk Lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut.
Gambar 83
Informasi Penggunaan Lahan pada Peta Skala Peta 1:250.000, 1:50.000, dan 1:10.000
Arahan RTR KSNSkala 1 : 250.000
Penggunaan Lahan PU1 : 10.000
Multi Risiko – BNPB1 : 50.000
Sumber: 1. Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028 2. Peta Penggunaan Lahan Existing JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028, Kemen PU 3. Peta Risiko Multi Bencana, BNPB 2011
Dari gambar di atas dapat dilihat perbedaan informasi yang dapat diambil pada berbagai skala. Semakin kecil skala maka semakin sedikit informasi yang bisa didapat/diinterpretasi. Misalnya untuk peta Arahan RTR KSN yang setara dengan skala 1:250.000 maka hanya dapat dilihat 3 zona arahan. Tetapi pada Peta Penggunaan Lahan PU saat ini dengan skala 1:10.000 dapat dilihat ada 7 jenis penggunaan lahan. Sedangkan pada peta Multi-Risiko – BNPB
yang diklaim memiliki skala 1: 50.000 tampak bahwa kedetilan yang
disajikan dan kedalaman informasi yang dapat di gali/diinterpretasikan
sangat jauh dari skala 1:50.000 dan hampir menyerupai skala 1:250.000. Bahkan pada perbesaran ini tampak grid yang unitnya 1 hektar, terlihat terlalu kasar dan agak pecah. Sehingga ada kesenjangan informasi pada peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko BNPB ini.
Kesenjangan skala ini mengakibatkan analisis hanya dapat dilakukan pada skala yang lebih kecil dari 1 : 50.000. Bahkan dengan data ancaman, kerentanan dan risiko yang sudah dibandingkan dengan data penggunaan lahan saat ini dari PU yang berskala 1:10.000; menunjukkan kedalaman kajian yang lebih rendah dari 1:50.000. Hal ini bisa terjadi akibat proses pembuatan data ancaman, kerentanan dan risiko yang memang telah mengalami generalisasi yang sebenarnya merupakan turunan dari skala 1:250.000.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL142
Gambar 84
Pertampalan antara Peta Multi Risiko Jakarta Timur terhadap Penggunaan Lahan 2010
Sumber: Rencana Penanggulangan Bencana Jakarta Timur 2013 - 2017, BPBD Jakarta Timur.
Bila ditampalkan dengan data Penggunaan Lahan PU dengan skala 1:10.000 maka didapatkan tampilan yang lebih informatif. Ada sekitar limabelas jenis penggunaan lahan yang dapat diidentifi kasi, yang tentu saja hal ini akan berpengaruh terhadap ancaman, kerentanan dan risiko kota ini terhadap bencana. Dari hasil overlay dengan data multi risiko terlihat tidak ada kecocokan antara penggunaan lahan dengan peta multi risiko ini. Tampaknya peta multi risiko yang dibuat pada skala 1:50.000 masih terlalu umum dan harus lebih diperinci lagi.
Untuk itu kedetilan peta kajian risiko perlu lebih ditingkatkan minimal pada skala 1:25.000 yang berarti juga tuntutan data yang lebih detil untuk peta ancaman, kerentanan dan kapasitas untuk skala kota. Idealnya memang untuk kajian pada level kota ini dapat dilakukan pada skala 1:5000 dengan memasukkan data 3D model baik untuk terrain maupun bangunannya. Sehingga kajian mengenai KZB, KDB dan KLB yang banyak digunakan dalam penentuan zonasi di Perpres No.54/2008 dapat dihitung menggunakan GIS 3D dengan hasil yang lebih mendekati akurat. Dan juga dapat mengakomodasi pemodelan/analisis aspek-aspek dari tren konversi kawasan hunian/terbangun padat ke arah hunian/terbangun vertikal.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 143
Bila dilakukan zooming secara digital, GRID dengan ukuran 1 hektar yang merupakan standar untuk data ancaman, kerentanan dan risiko bencana juga dirasakan masih kurang. Hal ini karena dalam ukuran 1 hektar pada penggunaan lahan skala 1:10.000 bisa didapatkan banyak jenis penggunaan lahan. Misal pada 1 hektar di skala 1:10.000 akan ada permukiman kepadatan tinggi dengan area bisnis dan komersil dan juga ada taman dan pemakaman. Bila ukuran GRID 1 hektar ini dipertahankan maka akan mengurangi kemampuan menggunakan data ancaman, kerentanan dan risiko. Misalnya kesulitan yang ditemui untuk membuat jalur evakuasi, identifi kasi kerusakan terparah dan seterusnya.
Gambar 85
Pertampalan antara Peta Multi Risiko Kota Jakarta Timur terhadap Struktur dan Pola
Ruang JABODETABEKPUNJUR
Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Risiko Multi Bencana Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Untuk skala Kota/Kabupaten akan lebih baik jika tidak hanya sekedar peta tetapi juga model yang dapat memberikan simulasi antara penggunaan lahan dan ancaman, kerentanan, risiko atau kapasitas. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kemampuan modeling dari GIS, misalnya Model Builder pada ArcGIS. Dan bila model ini telah teruji cukup baik kedepannya dapat diarahkan menjadi Early Warning System (EWS) baik untuk mitigasi bencana atau mengantisipasi permasalahan keruangan yang lain. Namun demikian, tetap
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL144
akan dicoba untuk menampalkan peta risiko tiap bencana yang ada di Jakarta Timur dengan peta struktur dan pola ruang yang ada di Perpres No.54/2008 untuk wilayah Jakarta Timur, yang akan dibahas pada sub bab 5.7.5.
5.7.5 Informasi Potensi Risiko Bencana di Kota Jakarta Timur
5.7.5.1 Bencana Banjir dan Upaya Mitigasi Bencana
Peta berikut adalah peta ancaman, kerentanan, dan risiko bencana banjir berdasarkan overlay dari peta ancaman, kerentanan, dan risiko bencana banjir Kota Jakarta Timur terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.
Gambar 86
Peta Ancaman Bencana Banjir Kota Jakarta Timur
Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Ancaman Bencana Banjir Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Ancaman banjir cenderung tinggi untuk semua wilayah Jakarta Timur, terutama wilayah barat dan utara. Untuk wilayah selatan dan timur perlu diteliti lebih lanjut apakah ketiadaan ancaman banjir yang tinggi memang menunjukkan kondisi aman dari banjir atau ketidaktersediaan data. Bila memang aman dari banjir maka wilayah tersebut dapat dijadikan kawasan evakuasi ketika terjadi bencana.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 145
Sebagai bagian dari wilayah hulu dan kondisi bentang lahan yang memang aslinya merupakan dataran banjir dan curah hujan yang cenderung tinggi menjadikan ancaman yang tinggi. Kondisi drainase juga memperparah ancaman tersebut. Kepadatan penduduk dan permukiman telah mengorbankan lahan untuk drainase dan mengurangi kemampuannya mengurangi ancaman banjir.
Untuk kerentanan banjir Kota Jakarta Timur sedang cenderung tinggi terutama untuk wilayah utara dan barat. Sedangkan wilayah timur dan selatan memang harus dicek juga apakah memang tidak ada kerentanan banjir atau memang tidak ada data.
Gambar 87
Peta Kerentanan Bencana Bajir Kota Jakarta Timur
Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Kerentanan terhadap Bencana Banjir Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL146
Gambar 88
Peta Risiko Bencana Banjir di Kota Jakarta Timur
Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Risiko Bencana Banjir Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Untuk risiko bencana banjir Jakarta Timur terlihat rendah untuk wilayah selatan dan cenderung sedang untuk wilayah utara. Ini cukup aneh mengingat dari peta kerentanan yang cenderung sedang dan peta ancaman yang cenderung tinggi ternyata Jakarta Timur memiliki risiko bencana banjir yang rendah dan sedang. Perlu diteliti lebih lanjut apakah ini sebagai akibat tingginya kapasitas atau kondisi lain. Namun jika dilihat tingkat kapasitas Jakarta Timur dari RPB menunjukkan tingkat yang rendah, maka kemungkinannya adalah kekurangan data.
5.7.5.2 Bencana Gempabumi dan Upaya Mitigasi Bencana
Ancaman bencana gempabumi sedang cenderung tinggi untuk Kota Jakarta Timur. Ada pola kelurusan dalam ancaman yang cenderung tinggi. Pola kelurusan ini membujur dari utara ke selatan, dan kebetulan pola kelurusan tersebut merupakan perbatasan antara Kecamatan Ciracas – Cipayung, dan Makasar – Kramat Jati. Bila dilihat pada arahan pola ruang, maka kelurusan tersebut merupakan perbatasan antara zona B2 dan B3.
Kerentanan bencana gempa bumi kondisinya sedang cenderung tinggi untuk wilayah Jakarta Timur. Kecamatan yang cenderung tinggi antara lain Pulogadung, Makassar, Cakung dan Jatinegara.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 147
Gambar 89
Peta Ancaman Bencana Gempabumi di Kota Jakarta Timur
Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Ancaman Bencana Gempabumi Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Gambar 90
Peta Kerentanan Bencana Gempabumi di Kota Jakarta Timur
Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Kerentanan terhadap Bencana Gempabumi Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL148
Gambar 91
Peta Risiko Bencana Gempabumi di Kota Jakarta Timur
Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Risiko Bencana Gempabumi Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Untuk risiko bencana gempa bumi kondisinya sedang cenderung tinggi untuk Kotamadya Jakarta timur. Pola kelurusan yang sama menunjukkan risiko yang tinggi dan meningkat pada kecamatan Makassar yang juga memiliki kerentanan yang tinggi.
Untuk risiko bencana gempa bumi, sebagian wilayah perpotongan kecamatan Makassar dengan pola kelurusan adalah yang paling tinggi. Wilayah ini sudah merupakan kawasan B1 dan kondisi eksisting penggunaan lahannya adalah permukiman kepadatan tinggi, perkantoran, komersil dan perdagangan. Upaya mitigasi dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas dan manajemen risiko bencana meliputi pembangunan kesiapsiagaan dan penguatan infrastruktur tahan bencana.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 149
5.7.5.3 Bencana Cuaca Ekstrim (Angin Puting Beliung) dan Upaya
Mitigasi Bencana
Ancaman bencana cuaca ekstrim sedang di semua wilayah Jakarta Timur. Kerentanan bencana bencana cuaca ekstrim sedang cenderung tinggi untuk wilayah Jakarta Timut. Kecamatan yang cenderung tinggi antara lain Pulogadung, Makassar, Cakung dan Jatinegara.
Untuk risiko bencana bencana cuaca ekstrim, Kecamatan Makassar yang paling tinggi. Wilayah ini sudah merupakan kawasan B1 dan kondisi eksisting penggunaan lahannya adalah permukiman kepadatan tinggi, perkantoran, komersil dan perdagangan. Upaya mitigasi dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas dan manajemen risiko bencana meliputi pembangunan kesiapsiagaan dan penguatan infrastruktur tahan bencana.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.
Gambar 92
Peta Ancaman Bencana Cuaca Ekstrim di Kota Jakarta Timur
Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Ancaman Bencana Cuaca Ekstrim (Angin Puting Beliung) Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL150
Gambar 93
Peta Kerentanan Bencana Cuaca Ekstrim di Kota Jakarta Timur
Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Kerentanan terhadap Bencana Cuaca Ekstrim (Angin Puting Beliung) Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Gambar 94
Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim di Kota Jakarta Timur
Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim (Angin Puting Beliung) Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
1
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 151
5.7.5.4 Bencana Kekeringan dan Upaya Mitigasi Bencana
Ancaman kekeringan untuk kota Jakarta Timur sangat tinggi untuk seluruh wilayah. Kondisi ancaman kekeringan yang tinggi ini bertolak belakang dengan kondisi ancaman banjir yang juga tinggi. Sedangkan kerentanan terhadap bahaya kekeringan cenderung sedang.
Risiko bencana kekeringan kondisinya sedang cenderung tinggi. Risiko yang tinggi ini terutama pada sebagian wilayah Kecamatan Duren Sawit, Jatinegara dan Kramat Jati. Sementara itu bagian utara cenderung rendah yakni di Kecamatan Cakung, Pulogadung dan Matraman. Diperlukan studi lebih mendalam mengenai pengelolaan air, baik di waktu musim hujan maupun di waktu musim kemarau. Dapat dipertimbangkan juga pengembangan sumur resapan dan lubang biopori, penerapan konsep taman atap (roof garden) dan dinding hijau di kawasan permukiman dan perkantoran terutama di kawasan dengan KDB tinggi, serta pelarangan perubahan peruntukan lahan di kawasan RTH Publik.
Gambar 95
Peta Ancaman Bencana Kekeringan di Kota Jakarta Timur
Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Ancaman Bencana Kekeringan Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL152
Gambar 96
Peta Kerentanan Bencana Kekeringan di Kota Jakarta Timur
Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Kerentanan terhadap Bencana Kekeringan Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Gambar 97
Peta Risiko Bencana Kekeringan di Kota Jakarta Timur
Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Risiko Bencana Kekeringan Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 153
5.7.5.5 Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit dan Upaya Mitigasi
Bencana
Ada empat jenis penyakit yang digunakan untuk menentukan ancaman bahaya bencana epidemi dan wabah penyakit yakni: penyakit HIV/AIDS, Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Penyakit Campak.
Ancaman bencana epidemi dan wabah penyakit cukup rendah untuk Kota Jakarta Timur, sedangkan kerentanannya sedang cenderung tinggi. Kecamatan yang cenderung tinggi antara lain Pulogadung, Makassar, Cakung dan Jatinegara.
Risiko bencana epidemi dan wabah penyakit ini terlihat cenderung rendah untuk wilayah Jakarta Timur sehingga upaya pengurangan risiko yang diusulkan tidak ada.
Gambar 98
Peta Ancaman Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit di Kota Jakarta Timur
Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Ancaman Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL154
Gambar 99
Peta Kerentanan Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit di Kota Jakarta Timur
Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Kerentanan terhadap Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
Gambar 100
Peta Risiko Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit di Kota Jakarta Timur
Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Risiko Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 155
Bab 6 Kesimpulan dan
Rekomendasi
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL156
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 157
Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi6.1 Kesimpulan
6.1.1 Kesimpulan Umum
Secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut:■ Pendekatan Kajian Risiko Bencana BNPB tingkat awal yang tersedia saat
ini dapat dimanfaatkan pada perencanaan KSN pada skala peta 1:250.000 dan tidak dapat dimanfaatkan untuk perencanaan tata ruang tingkat kabupaten/kota. Pendekatan ini juga dapat diimplementasikan dalam konteks RTRWP pada skala peta 1:250.000.
■ Berdasarkan kajian ini, data spasial BNPB yang meliputi ancaman, kerentanan dan risiko bencana pada skala 1:250.000 dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan tingkat ancaman, kerentanan, dan risiko bencana beserta lokasinya untuk ketigabelas jenis bencana.
■ Pendekatan ini dapat dimanfaatkan untuk melengkapi substansi tinjauan ulang RTR KSN (kasus studi RTR KSN JABODETABEKPUNJUR), RTRW Provinsi DKI Jakarta, RTRW Provinsi Jawa Barat dan RTRW Provinsi Banten dengan substansi kajian risiko bencana.
■ Berdasarkan perhitungan jarak antar pusat kegiatan ditemukan titik-titik pusat kegiatan yang terlalu dekat dengan jarak hanya sekitar 6-6,5 Km) sehingga pada kenyataannya dapat menimbulkan aglomerasi (misalnya Cinere – Kota Depok – Cimanggis). Lebih lanjut hal tersebut menyebabkan potensi kerentanan dan risiko bencana pada pusat-pusat tersebut akan semakin tinggi.
■ Indikasi kerawanan bencana dapat digunakan dan diolah untuk mempersiapkan kemampuan kawasan di masa yang akan datang untuk menghadapi tigabelas jenis bencana, dan dapat membantu fokus perencanaan tata ruang wilayah dalam mitigasi bencana terutama dalam menyelamatkan pusat-pusat kegiatan nasional maupun sub-sub pusat kegiatan agar tetap tumbuh sebagaimana direncanakan.
■ Indikasi kerentanan bencana dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menghadapi bencana dalam kurun waktu lima tahun. Diperlukan kehati-hatian dalam membaca indikasi kerentanan bencana terutama dalam membaca potensi kerugian fi sik dan ekonomi, serta potensi kerusakan lingkungan. Dengan demikian fokus perencanaan
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL158
tata ruang wilayah akan lebih efektif antara lain dalam menentukan upaya mitigasi bencana beserta biaya yang harus disediakan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan.
■ Indikasi risiko bencana dapat digunakan untuk menurunkan potensi kerugian akibat bencana pada kurun waktu tertentu (lima tahun) melalui penyusunan indikasi program periode lima tahunan.
■ Pada jenis bencana non alam (kegagalan teknologi, epidemi dan wabah penyakit, serta konfl ik sosial), diperlukan studi lebih lanjut untuk mendapatkan rekomendasi terbaik dan relevansinya terhadap penataan ruang, sejauh mana ketersediaan data empiriknya, mitigasi yang perlu dilakukan apakah struktural atau non-struktural. Khusus untuk bencana kegagalan teknologi, keberadaan lokasi-lokasi strategis yang sudah ada (misalnya keberadaan kilang minyak, pabrik dinamit, reaktor nuklir, dan lain-lain) perlu diperhatikan bagi keperluan analisis potensi risiko bencana dan tidak hanya dilihat dari sejarah kejadiannya saja. Hal ini penting mengingat bencana kegagalan teknologi pada skala yang besar akan dapat mengancam kestabilan ekologi secara global.
■ Selain berdasarkan daerah administrasi, bencana risiko tinggi untuk JABODETABEKPUNJUR juga dapat dianalisis berdasarkan ketinggian wilayah di atas permukaan air laut. Secara umum ketinggian lokasi di atas permukaan air laut dapat digolongkan menjadi hulu, tengah dan hilir. Bencana berisiko tinggi untuk JABODETABEKPUNJUR dapat dibagi menurut karakteristik wilayah sbb: Hulu: gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung api, kekeringan,
kebakaran hutan dan lahan, kebakaran gedung dan permukiman, epidemi dan wabah penyakit, serta kegagalan teknologi.
Tengah: gempa bumi, banjir, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran gedung dan permukiman, epidemi dan wabah penyakit, serta kegagalan teknologi.
Hilir: banjir, gelombang ekstrim dan abrasi, epidemi dan wabah penyakit, konfl ik sosial, serta kegagalan teknologi.
■ Aspek kebencanaan pada RTRWP DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten belum lengkap sebagaimana dalam RPB masing-masing provinsi, sehingga diperlukan pertimbangan untuk melengkapinya kelak apabila RTRWP akan dievaluasi.
■ Dari kasus KRB Jakarta Timur terlihat bahwa untuk perencanaan tata ruang skala kabupaten/kota masih membutuhkan data spasial yang meliputi ancaman, kerentanan dan risiko bencana pada skala 1:50.000 dan lebih detil dengan kualitas data yang lebih baik. Hal ini membutuhkan kerjasama dan kesepakatan antara BIG dan BNPB untuk menghasilkan IGD dan IGT yang berkualitas tinggi, baik dalam proses pengumpulan
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 159
data spasial kebencanaan baik dari citra satelit dan penginderaan jauh lainnya, data spasial dari K/L lain, survei dan pemetaan, hingga pemrosesan data dan bukan hanya sekedar rekayasa GIS.
6.1.2 Kesimpulan Khusus
Kesimpulan khusus ini disusun menurut jenis bencana yang berisiko cenderung tinggi pada wilayah hulu, tengah dan hilir.
6.1.2.1 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Hulu
Bencana risiko tinggi pada wilayah hulu beserta upaya mitigasinya dapat dilihat pada Tabel 39.
6.1.2.2 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Tengah
Bencana risiko tinggi pada wilayah tengah beserta upaya mitigasinya dapat dilihat pada tabel 40
6.1.2.3 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Hilir
Bencana risiko tinggi pada wilayah hilir beserta upaya mitigasinya dapat dilihat pada tabel 41
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL160
Ta
be
l 3
9
Be
nca
na
Ris
iko
Tin
gg
i p
ad
a W
ila
ya
h H
ulu
No
.
Pro
vin
si/
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
Jen
is
Be
nc
an
aT
ing
ka
t R
isik
o
Lo
ka
siP
en
gg
un
aa
n L
ah
an
Sa
at
Ini
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Pe
rpre
s
54
/20
08
Up
ay
a M
itig
asi
1
Jaw
a Ba
rat/
Kota
Bog
orG
empa
Bum
i Se
dang
-Tin
ggi
Kota
Bog
orSe
mak
-sem
ak d
an h
utan
, pe
rtan
ian
dan
ruan
g te
rbuk
a, k
omer
sil d
an
bisn
is, p
erm
ukim
an
kepa
data
n tin
ggi
B1
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(re
ncan
a ko
ntin
gens
i, pe
nyia
pan
dan
pem
asan
gan
inst
rum
ent s
iste
m p
erin
gata
n di
ni);
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na;
Pe
rkua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r yan
g be
rpot
ensi
terk
ena
benc
ana;
Epid
emi
dan
Wab
ah
Peny
akit
Seda
ngKo
ta B
ogor
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
pert
ania
n da
n la
han
terb
uka,
indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as u
mum
, fa
silit
as tr
ansp
orta
si,
rum
ah d
iban
gun
B
Sosi
alis
asi d
an p
elat
ihan
unt
uk m
enin
gkat
kan
kesi
agaa
n m
engh
adap
i ben
cana
epi
dem
i dan
w
abah
pen
yaki
t;
M
anaj
emen
risi
ko d
an d
etek
si s
ecar
a di
ni. P
erlu
st
udi l
ebih
lanj
ut u
ntuk
pen
gend
alia
n fa
ktor
risi
ko;
D
ari s
isi t
ata
ruan
g di
usul
kan
untu
k di
pert
imba
ngka
n pe
renc
anaa
n da
n pe
mba
ngun
an
rum
ah s
akit
khus
us y
ang
men
anga
ni w
abah
pe
nyak
it te
rten
tu.
G
agal
Te
knol
ogi
Ting
giKo
ta B
ogor
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as u
mum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si, r
umah
di
bang
un, s
emak
-sem
ak
dan
huta
n, p
erta
nian
dan
ru
ang
terb
uka
B1
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(ren
cana
ko
ntin
gens
i, pe
nyia
pan
dan
pem
asan
gan
inst
rum
en
sist
em p
erin
gata
n di
ni);
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na;
Pe
rkua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r;
Pe
nata
an u
lang
kaw
asan
indu
stri
yang
ber
ada
di
lingk
unga
n pe
rum
ahan
pad
at.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 161
No
.
Pro
vin
si/
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
Jen
is
Be
nc
an
aT
ing
ka
t R
isik
o
Lo
ka
siP
en
gg
un
aa
n L
ah
an
Sa
at
Ini
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Pe
rpre
s
54
/20
08
Up
ay
a M
itig
asi
2
Jaw
a Ba
rat/
Kabu
pate
n.
Bogo
r
Gem
pa B
umi
Ting
giBa
gian
Bar
atSe
mak
-sem
ak d
an h
utan
, pe
rtan
ian
dan
ruan
g te
rbuk
a, k
omer
sil d
an
bisn
is, p
erm
ukim
an
kepa
data
n tin
ggi
N1-
N2,
B2
,B3,
B4,B
4/H
P
Pe
ngua
tan
man
ajem
en ri
siko
;
Pe
ngen
dalia
n ko
nver
si: p
enge
tata
n pe
nggu
naan
la
han
Pe
rlu s
tudi
lebi
h la
njut
unt
uk m
enila
i tre
nd k
onve
rsi
laha
n.
Tana
h Lo
ngso
r Se
dang
-Tin
ggi
Bagi
an B
arat
dan
Ti
mur
Sem
ak-s
emak
dan
hut
an,
pert
ania
n da
n ru
ang
terb
uka
B4,B
4/H
P
Pe
ngua
tan
man
ajem
en ri
siko
;
Pe
ngen
dalia
n ko
nver
si: p
enge
tata
n pe
nggu
naan
la
han
Pe
rlu s
tudi
lebi
h la
njut
unt
uk m
enila
i tre
n ko
nver
si
laha
n.
Letu
san
Gun
ung
Api
S
edan
g
Gun
ung
Sala
kSe
mak
-sem
ak d
an h
utan
, pe
rtan
ian
dan
ruan
g te
rbuk
a
N2
Gun
ung
Pang
rang
oSe
mak
-sem
ak d
an h
utan
, pe
rtan
ian
dan
ruan
g te
rbuk
a
N, B
3,B4
Keke
ringa
n Sa
ngat
Tin
ggi
Bagi
an B
arat
: Pa
rung
, Tig
arak
sa,
Gun
ung
Sind
ur
Kebu
n ca
mpu
ran,
te
gala
n, p
ersa
wah
anN
Peng
uata
n m
anaj
emen
risi
ko m
elal
ui p
enge
lola
an a
ir se
cara
bija
ksan
aBa
gian
Sel
atan
: Ci
teur
eup,
Ci
leun
gsi,
Kela
pa
Nun
ggal
Pert
ania
n, ru
ang
terb
uka
B4/B
4/H
P
La
nju
tan
Ta
be
l 3
9
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL162
No
.
Pro
vin
si/
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
Jen
is
Be
nc
an
aT
ing
ka
t R
isik
o
Lo
ka
siP
en
gg
un
aa
n L
ah
an
Sa
at
Ini
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Pe
rpre
s
54
/20
08
Up
ay
a M
itig
asi
Keba
kara
n H
utan
dan
La
han
Seda
ng
Bagi
an B
arat
Sem
ak-s
emak
dan
hut
an,
pert
ania
n da
n ru
ang
terb
uka
N2,
B4,
B4/
HP
Pe
ngua
tan
man
ajem
en ri
siko
;
Pe
ngen
dalia
n ko
nver
si: p
enge
tata
n pe
nggu
naan
la
han;
Pe
rlu s
tudi
lebi
h la
njut
unt
uk m
enila
i tre
n ko
nver
si
laha
n;
Pe
ngua
tan/
pem
bang
unan
infr
astr
uktu
r ant
ara
lain
. w
aduk
-wad
uk k
ecil,
pem
buat
an s
ekat
pen
ghal
ang
api,
teru
tam
a an
tara
laha
n pe
rum
ahan
, per
kebu
nan,
pe
rtan
ian,
den
gan
huta
n;
pe
mbu
atan
huj
an b
uata
n
Bagi
an T
imur
Dom
inan
N2
Keba
kara
n G
edun
g da
n Pe
rmuk
iman
Ting
giBa
gian
Uta
ra,
Sela
tan
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
sem
ak-s
emak
dan
hu
tan,
per
tani
an d
an
ruan
g te
rbuk
a
B
Peng
uata
n m
anaj
emen
risi
ko a
gar k
epad
atan
ba
ngun
an p
erm
ukim
an ti
dak
bert
amba
h tin
ggi
mel
alui
per
enca
naan
lebi
h de
til;
Pe
ngua
tan/
pem
bang
unan
infr
astr
uktu
r ant
ara
lain
pe
nyed
iaan
wad
uk-w
aduk
kec
il, b
ak p
enam
pung
an
air,
sert
a hi
dran
unt
uk p
emad
aman
api
.
Ep
idem
i da
n W
abah
Pe
nyak
it
Seda
ngCi
leun
gsi
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
pert
ania
n da
n la
han
terb
uka,
indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as u
mum
, fa
silit
as tr
ansp
orta
si,
rum
ah d
iban
gun
B
Sosi
alis
asi d
an p
elat
ihan
unt
uk m
enin
gkat
kan
kesi
agaa
n m
engh
adap
i ben
cana
epi
dem
i dan
w
abah
pen
yaki
t;
M
anaj
emen
risi
ko d
an d
etek
si s
ecar
a di
ni. P
erlu
st
udi l
ebih
lanj
ut u
ntuk
pen
gend
alia
n fa
ktor
risi
ko;
D
ari s
isi t
ata
ruan
g di
usul
kan
untu
k di
pert
imba
ngka
n pe
renc
anaa
n da
n pe
mba
ngun
an
rum
ah s
akit
khus
us y
ang
men
anga
ni w
abah
pe
nyak
it te
rten
tu.
3 Ja
wa
Bara
t/Ka
bupa
ten.
Ci
anju
r
Keba
kara
n G
edun
g da
n Pe
rmuk
iman
Ting
giPe
rbat
asan
Ka
bupa
ten
Bogo
rKo
mer
sil d
an b
isni
s, pe
rmuk
iman
kep
adat
an
tingg
i, se
mak
-sem
ak d
an
huta
n, p
erta
nian
dan
ru
ang
terb
uka
B
Peng
uata
n m
anaj
emen
risi
ko a
gar k
epad
atan
ba
ngun
an p
erm
ukim
an ti
dak
bert
amba
h tin
ggi
mel
alui
per
enca
naan
lebi
h de
til;
Pe
ngua
tan/
pem
bang
unan
infr
astr
uktu
r ant
ara
lain
pe
nyed
iaan
wad
uk-w
aduk
kec
il, b
ak p
enam
pung
an
air,
sert
a hi
dran
unt
uk p
emad
aman
api
.
Sum
ber:
hasi
l ana
lisis,
201
3
La
nju
tan
Ta
be
l 3
9
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 163
Ta
be
l 4
0
Be
nca
na
Ris
iko
Tin
gg
i p
ad
a W
ila
ya
h T
en
ga
h
No
.
Pro
vin
si/
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
Jen
is B
en
ca
na
Tin
gk
at
Ris
iko
L
ok
asi
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Sa
at
Ini
Ara
ha
n Z
on
a
Pe
rpre
s
54
/20
08
Up
ay
a M
itig
asi
1
Bant
en/
Kota
Tan
gera
ngG
empa
Bum
i Se
dang
-Tin
ggi
Kota
Tan
gera
ngSe
mak
-sem
ak d
an h
utan
, pe
rtan
ian
dan
ruan
g te
rbuk
a, k
omer
sil d
an
bisn
is, p
erm
ukim
an
kepa
data
n tin
ggi
B1
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(re
ncan
a ko
ntin
gens
i, pe
nyia
pan
dan
pem
asan
gan
inst
rum
en s
iste
m p
erin
gata
n di
ni);
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na;
Pe
ngua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r yan
g be
rpot
ensi
terk
ena
benc
ana;
Gag
al Te
knol
ogi
Ting
giKo
ta T
ange
rang
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as u
mum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si, r
umah
di
bang
un, s
emak
-sem
ak
dan
huta
n, p
erta
nian
dan
ru
ang
terb
uka
B1
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(re
ncan
a ko
ntin
gens
i, pe
nyia
pan
dan
pem
asan
gan
inst
rum
en s
iste
m p
erin
gata
n di
ni);
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na;
Pe
ngua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r;
Pe
nata
an u
lang
kaw
asan
indu
stri
yang
ber
ada
di li
ngku
ngan
per
umah
an p
adat
.
2 Ba
nten
/Ko
ta T
ange
rang
Se
lata
n
Gem
pa B
umi
Seda
ng-T
ingg
iKo
ta T
ange
rang
Se
lata
nSe
mak
-sem
ak d
an h
utan
, pe
rtan
ian
dan
ruan
g te
rbuk
a, k
omer
sil d
an
bisn
is, p
erm
ukim
an
kepa
data
n tin
ggi
B1
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(re
ncan
a ko
ntin
gens
i, pe
nyia
pan
dan
pem
asan
gan
inst
rum
ent s
iste
m p
erin
gata
n di
ni);
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na;
Pe
ngua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r yan
g be
rpot
ensi
terk
ena
benc
ana;
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL164
No
.
Pro
vin
si/
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
Jen
is B
en
ca
na
Tin
gk
at
Ris
iko
L
ok
asi
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Sa
at
Ini
Ara
ha
n Z
on
a
Pe
rpre
s
54
/20
08
Up
ay
a M
itig
asi
3 Ba
nten
/Ka
bupa
ten
Tang
eran
g
Gem
pa B
umi
Seda
ng-T
ingg
iBa
gian
Teng
ah
dan
Sela
tan
Sem
ak-s
emak
dan
hut
an,
pert
ania
n da
n ru
ang
terb
uka,
kom
ersi
l dan
bi
snis
, per
muk
iman
ke
pada
tan
tingg
i
B2,B
3,B5
Pe
ngua
tan
man
ajem
en ri
siko
;
Pe
ngen
dalia
n ko
nver
si: p
enge
tata
n pe
nggu
naan
laha
n
Pe
rlu s
tudi
lebi
h la
njut
unt
uk m
enila
i tre
n ko
nver
si la
han.
Ba
njir
Seda
ng-R
enda
hA
rea
seki
tar
band
ara
Soek
arno
- Hat
ta
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
pert
ania
n da
n la
han
terb
uka,
Indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as u
mum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si, r
umah
di
bang
un
B2,B
5
Perlu
dik
emba
ngka
n pe
ngel
olaa
n lin
gkun
gan
untu
k m
enja
ga in
fras
truk
tur b
anda
ra d
an a
kses
m
enuj
u ba
ndar
a.
Keba
kara
n G
edun
g da
n Pe
rmuk
iman
Ting
giBa
gian
Sel
atan
da
n Te
ngah
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
sem
ak-s
emak
dan
hu
tan,
per
tani
an d
an
ruan
g te
rbuk
a
B
Peng
uata
n m
anaj
emen
risi
ko a
gar k
epad
atan
ba
ngun
an p
erm
ukim
an ti
dak
bert
amba
h tin
ggi
mel
alui
per
enca
naan
lebi
h de
tail;
Pe
ngua
tan/
pem
bang
unan
infr
astr
uktu
r an
tara
lain
pen
yedi
aan
wad
uk-w
aduk
kec
il,
bak
pena
mpu
ngan
air,
ser
ta h
idra
n un
tuk
pem
adam
an a
pi.
La
nju
tan
Ta
be
l 4
0
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 165
No
.
Pro
vin
si/
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
Jen
is B
en
ca
na
Tin
gk
at
Ris
iko
L
ok
asi
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Sa
at
Ini
Ara
ha
n Z
on
a
Pe
rpre
s
54
/20
08
Up
ay
a M
itig
asi
4 Ja
wa
Bara
t/Ko
ta B
ekas
iG
empa
Bum
i Ti
nggi
Kota
Bek
asi
Sem
ak-s
emak
dan
hut
an,
pert
ania
n da
n ru
ang
terb
uka,
kom
ersi
l dan
bi
snis
, per
muk
iman
ke
pada
tan
tingg
i
B1
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(re
ncan
a ko
ntin
gens
i, pe
nyia
pan
dan
pem
asan
gan
inst
rum
ent s
iste
m p
erin
gata
n di
ni);
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na;
Pe
rkua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r yan
g be
rpot
ensi
terk
ena
benc
ana;
Banj
ir Se
dang
-Tin
ggi
Dek
at k
awas
an
Indu
stri
Pulo
gadu
ng
Rum
ah d
iban
gun,
pe
rtan
ian
dan
ruan
g te
rbuk
a
B1Pe
rlu d
iper
timba
ngka
n pe
nggu
naan
laha
n al
tern
atif
lain
sel
ain
untu
k pe
rtan
ian
Keba
kara
n G
edun
g da
n Pe
rmuk
iman
Ting
giKo
ta B
ekas
iKo
mer
sil d
an b
isni
s, pe
rmuk
iman
kep
adat
an
tingg
i, se
mak
-sem
ak d
an
huta
n, p
erta
nian
dan
ru
ang
terb
uka
B
Peng
uata
n m
anaj
emen
risi
ko a
gar k
epad
atan
ba
ngun
an p
erm
ukim
an ti
dak
bert
amba
h tin
ggi
mel
alui
per
enca
naan
lebi
h de
til;
Pe
ngua
tan/
pem
bang
unan
infr
astr
uktu
r an
tara
lain
. pen
yedi
aan
wad
uk-w
aduk
kec
il,
bak
pena
mpu
ngan
air,
ser
ta h
ydra
n un
tuk
pem
adam
an a
pi.
Ep
idem
i dan
W
abah
Pen
yaki
t Se
dang
Kota
Bek
asi
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
pert
ania
n da
n la
han
terb
uka,
indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as u
mum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si, r
umah
di
bang
un
B
Sosi
alis
asi d
an p
elat
ihan
unt
uk m
enin
gkat
kan
kesi
agaa
n m
engh
adap
i ben
cana
epi
dem
i dan
w
abah
pen
yaki
t;
M
anaj
emen
risi
ko d
an d
etek
si s
ecar
a di
ni. P
erlu
st
udi l
ebih
lanj
ut u
ntuk
pen
gend
alia
n fa
ktor
ris
iko;
D
ari s
isi t
ata
ruan
g di
usul
kan
untu
k di
pert
imba
ngka
n pe
renc
anaa
n da
n pe
mba
ngun
an ru
mah
sak
it kh
usus
yan
g m
enan
gani
wab
ah p
enya
kit t
erte
ntu.
La
nju
tan
Ta
be
l 4
0
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL166
No
.
Pro
vin
si/
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
Jen
is B
en
ca
na
Tin
gk
at
Ris
iko
L
ok
asi
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Sa
at
Ini
Ara
ha
n Z
on
a
Pe
rpre
s
54
/20
08
Up
ay
a M
itig
asi
5
Jaw
a Ba
rat/
Kab.
Bek
asi
Banj
ir Se
dang
-Tin
ggi
Dek
at k
awas
an
Indu
stri
Pulo
gadu
ng
Rum
ah d
iban
gun,
pe
rtan
ian
dan
ruan
g te
rbuk
a
B2,B
5 (d
omin
an),
B7,N
1
Perlu
dip
ertim
bang
kan
peng
guna
an la
han
alte
rnat
if la
in s
elai
n un
tuk
pert
ania
n
Cuac
a Ek
strim
Se
dang
-Tin
ggi
Bagi
an u
tara
Saw
ah, l
ahan
terb
angu
n da
n pe
rmuk
iman
B4,B
4/H
P,B7,
se
diki
t B1
Pe
rlu d
iban
gun
infr
astr
uktu
r kes
iaps
iaga
an
(renc
ana
kont
inge
nsi);
Pe
ngua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r ya
ng b
erpo
tens
i ter
kena
ben
cana
mel
alui
pe
nera
pan
atur
an s
tand
ar b
angu
nan
yang
m
empe
rhitu
ngka
n be
ban
angi
n.;
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na.
Keke
ringa
n Ti
nggi
Bagi
an u
tara
Sem
ak-s
emak
dan
hut
an,
pert
ania
n da
n ru
ang
terb
uka
B5 d
isel
ingi
N
1,N
2Pe
rlu d
iper
timba
ngka
n un
tuk
kons
erva
si ta
nah
dan
pem
buat
an c
heck
dam
dan
rebo
isas
i
Keba
kara
n G
edun
g da
n Pe
rmuk
iman
Ting
giBa
gian
bar
at
dan
Teng
ahKo
mer
sil d
an b
isni
s, pe
rmuk
iman
kep
adat
an
tingg
i, se
mak
-sem
ak d
an
huta
n, p
erta
nian
dan
ru
ang
terb
uka
B
Peng
uata
n m
anaj
emen
risi
ko a
gar k
epad
atan
ba
ngun
an p
erm
ukim
an ti
dak
bert
amba
h tin
ggi
mel
alui
per
enca
naan
lebi
h de
tail;
Pe
ngua
tan/
pem
bang
unan
infr
astr
uktu
r an
tara
lain
. pen
yedi
aan
wad
uk-w
aduk
kec
il,
bak
pena
mpu
ngan
air,
ser
ta h
idra
n un
tuk
pem
adam
an a
pi.
Epid
emi d
an
Wab
ah P
enya
kit
Seda
ngSe
tu, T
ambu
nKo
mer
sil d
an b
isni
s, pe
rmuk
iman
kep
adat
an
tingg
i, pe
rtan
ian
dan
laha
n te
rbuk
a, in
dust
ri da
n gu
dang
, pen
didi
kan
dan
fasi
litas
um
um, f
asili
tas
tran
spor
tasi
, rum
ah
diba
ngun
B
Sosi
alis
asi d
an p
elat
ihan
unt
uk m
enin
gkat
kan
kesi
agaa
n m
engh
adap
i ben
cana
epi
dem
i dan
w
abah
pen
yaki
t;
M
anaj
emen
risi
ko d
an d
etek
si s
ecar
a di
ni. P
erlu
st
udi l
ebih
lanj
ut u
ntuk
pen
gend
alia
n fa
ktor
ris
iko;
D
ari s
isi t
ata
ruan
g di
usul
kan
untu
k di
pert
imba
ngka
n pe
renc
anaa
n da
n pe
mba
ngun
an ru
mah
sak
it kh
usus
yan
g m
enan
gani
wab
ah p
enya
kit t
erte
ntu.
La
nju
tan
Ta
be
l 4
0
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 167
No
.
Pro
vin
si/
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
Jen
is B
en
ca
na
Tin
gk
at
Ris
iko
L
ok
asi
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Sa
at
Ini
Ara
ha
n Z
on
a
Pe
rpre
s
54
/20
08
Up
ay
a M
itig
asi
G
agal
Tekn
olog
i Ti
nggi
Tam
bun,
Ka
bupa
ten
Beka
si
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
indu
stri
dan
guda
ng,
pend
idik
an d
an fa
silit
as
umum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si,
rum
ah d
iban
gun,
sem
ak-
sem
ak d
an h
utan
, per
tani
an
dan
ruan
g te
rbuk
a
B1
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(re
ncan
a ko
ntin
gens
i, pe
nyia
pan
dan
pem
asan
gan
inst
rum
en s
iste
m p
erin
gata
n di
ni);
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na;
Pe
ngua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r;
Pe
nata
an u
lang
kaw
asan
indu
stri
yang
ber
ada
di li
ngku
ngan
per
umah
an p
adat
.
6
Jaw
a Ba
rat/
Kota
Dep
okG
empa
Bum
i Ti
nggi
Cine
re,
Cim
angg
is, K
ota
Dep
ok
Sem
ak-s
emak
dan
hut
an,
pert
ania
n da
n ru
ang
terb
uka,
kom
ersi
l dan
bi
snis
, per
muk
iman
ke
pada
tan
tingg
i
B1
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(re
ncan
a ko
ntin
gens
i, pe
nyia
pan
dan
pem
asan
gan
inst
rum
en s
iste
m p
erin
gata
n di
ni);
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na;
Pe
rkua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r yan
g be
rpot
ensi
terk
ena
benc
ana;
Epid
emi d
an
Wab
ah P
enya
kit
Seda
ngCi
nere
, Ci
man
ggis
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
pert
ania
n da
n la
han
terb
uka,
indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as u
mum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si, r
umah
di
bang
un
B
Sosi
alis
asi d
an p
elat
ihan
unt
uk m
enin
gkat
kan
kesi
agaa
n m
engh
adap
i ben
cana
epi
dem
i dan
w
abah
pen
yaki
t;
M
anaj
emen
risi
ko d
an d
etek
si s
ecar
a di
ni. P
erlu
st
udi l
ebih
lanj
ut u
ntuk
pen
gend
alia
n fa
ktor
ris
iko;
D
ari s
isi t
ata
ruan
g di
usul
kan
untu
k di
pert
imba
ngka
n pe
renc
anaa
n da
n pe
mba
ngun
an ru
mah
sak
it kh
usus
yan
g m
enan
gani
wab
ah p
enya
kit t
erte
ntu.
Gag
al Te
knol
ogi
Ting
giCi
nere
, Kot
a D
epok
, Ci
man
ggis
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an k
epad
atan
tin
ggi,
indu
stri
dan
guda
ng,
pend
idik
an d
an fa
silit
as
umum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si,
rum
ah d
iban
gun,
sem
ak-
sem
ak d
an h
utan
, per
tani
an
dan
ruan
g te
rbuk
a
B1
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(re
ncan
a ko
ntin
gens
i, pe
nyia
pan
dan
pem
asan
gan
inst
rum
en s
iste
m p
erin
gata
n di
ni);
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na;
Pe
ngua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r;
Pe
nata
an u
lang
kaw
asan
indu
stri
yang
ber
ada
di li
ngku
ngan
per
umah
an p
adat
.
Sum
ber:
hasi
l ana
lisis,
201
3
La
nju
tan
Ta
be
l 4
0
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL168
Ta
be
l 4
1
Be
nca
na
Ris
iko
Tin
gg
i p
ad
a W
ila
ya
h H
ilir
No
.
Pro
vin
si/
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
Jen
is
Be
nc
an
a
Tin
gk
at
Ris
iko
L
ok
asi
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Sa
at
Ini
Ara
ha
n Z
on
a
Pe
rpre
s 5
4/2
00
8U
pa
ya
Mit
iga
si
1 D
KI Ja
kart
a/Ko
ta Ja
kart
a Pu
sat
Banj
ir Ti
nggi
Jaka
rta
Pusa
t Ko
mer
sil d
an b
isni
s, pe
rmuk
iman
ke
pada
tan
tingg
i, pe
rtan
ian
dan
laha
n te
rbuk
a, In
dust
ri da
n gu
dang
, pen
didi
kan
dan
fasi
litas
um
um, f
asili
tas
tran
spor
tasi
, rum
ah
diba
ngun
B1
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(re
ncan
a ko
ntin
gens
i);
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na b
anjir
;
A
raha
n te
ntan
g in
tens
itas
peng
guna
an
ruan
g, p
enga
tura
n ka
was
an b
udid
aya
deng
an
inst
rum
en K
ZB, K
DB,
KLB
, mis
al p
emba
ngun
an
huni
an v
ertik
al;
Pe
rkua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r yan
g be
rpot
ensi
terk
ena
benc
ana;
Pe
rtim
bang
an p
emba
ngun
an d
an p
emul
ihan
ka
pasi
tas
pold
er d
an p
emom
paan
di p
olde
r (m
issa
l: ar
ea Is
tana
Mer
deka
).
Epid
emi
dan
Wab
ah
Peny
akit
Seda
ngJa
kart
a Pu
sat
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an
kepa
data
n tin
ggi,
pert
ania
n da
n la
han
terb
uka,
indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as
umum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si, r
umah
di
bang
un
B
Sosi
alis
asi d
an p
elat
ihan
unt
uk m
enin
gkat
kan
kesi
agaa
n m
engh
adap
i ben
cana
epi
dem
i dan
w
abah
pen
yaki
t;
M
anaj
emen
risi
ko d
an d
etek
si s
ecar
a di
ni. P
erlu
st
udi l
ebih
lanj
ut u
ntuk
pen
gend
alia
n fa
ktor
ris
iko.
D
ari s
isi t
ata
ruan
g di
usul
kan
untu
k di
pert
imba
ngka
n pe
renc
anaa
n da
n pe
mba
ngun
an ru
mah
sak
it kh
usus
yan
g m
enan
gani
wab
ah p
enya
kit t
erte
ntu.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 169
No
.
Pro
vin
si/
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
Jen
is
Be
nc
an
a
Tin
gk
at
Ris
iko
L
ok
asi
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Sa
at
Ini
Ara
ha
n Z
on
a
Pe
rpre
s 5
4/2
00
8U
pa
ya
Mit
iga
si
2 D
KI Ja
kart
a/Ko
ta Ja
kart
a U
tara
Banj
ir Ti
nggi
Sepa
njan
g pa
ntai
U
tara
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an
kepa
data
n tin
ggi,
pert
ania
n da
n la
han
terb
uka,
Indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as
umum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si, r
umah
di
bang
un
B1, B
6,B7
,N1
Pe
rlu d
iban
gun
infra
stru
ktur
kes
iaps
iaga
an
(renc
ana
kont
inge
nsi, p
enyi
apan
dan
pe
mas
anga
n in
stru
men
t sist
em p
erin
gata
n di
ni);
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na b
anjir
;
A
raha
n te
ntan
g in
tens
itas
peng
guna
an
ruan
g, p
enga
tura
n ka
was
an b
udid
aya
deng
an
inst
rum
en K
ZB, K
DB,
KLB
, mis
al p
emba
ngun
an
huni
an v
ertik
al;
Pe
rkua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r yan
g be
rpot
ensi
terk
ena
benc
ana;
Pe
nera
pan
dan
perlu
asan
sis
tem
pol
der;
Pe
nghi
jaua
n ke
mba
li ka
was
an s
empa
dan
pant
ai d
an s
unga
i/kan
al;
N
orm
alis
asi s
unga
i, sa
lura
n, w
aduk
dan
situ
;
Pe
leba
ran
dan
pend
alam
an m
uara
sun
gai d
i Te
luk
Jaka
rta;
Re
loka
si te
rhad
ap k
awas
an p
erum
ahan
yan
g be
rada
di s
ekita
r ban
tara
n su
ngai
, wad
uk d
an
situ
yan
g m
engg
angg
u si
stem
tata
air.
Gel
omba
ng
Ekst
rim d
an
Abr
asi
Tin
ggi
Sepa
njan
g pa
ntai
U
tara
Perm
ukim
an k
epad
atan
ting
gi,
indu
stri
dan
guda
ng, k
omer
sil
dan
bisn
is, p
erai
ran,
raw
a, s
unga
i da
n ko
lam
; per
tani
an d
an ru
ang
terb
uka
B1, B
6, B
7, N
1
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(re
ncan
a ko
ntin
gens
i, pe
nyia
pan
dan
pem
asan
gan
inst
rum
en s
iste
m p
erin
gata
n di
ni);
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na g
elom
bang
eks
trim
;
Pe
rkua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r yan
g be
rpot
ensi
terk
ena
benc
ana;
Pe
rem
ajaa
n pa
ntai
den
gan
pena
nam
an
vege
tasi
bak
au p
ada
zona
N;
Pe
rtim
bang
an u
ntuk
men
ata
ulan
g ka
was
an
perm
ukim
an y
ang
bera
da d
i pin
ggir
pant
ai.
La
nju
tan
Ta
be
l 4
1
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL170
No
.
Pro
vin
si/
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
Jen
is
Be
nc
an
a
Tin
gk
at
Ris
iko
L
ok
asi
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Sa
at
Ini
Ara
ha
n Z
on
a
Pe
rpre
s 5
4/2
00
8U
pa
ya
Mit
iga
si
Ep
idem
i da
n W
abah
Pe
nyak
it
Seda
ngJa
kart
a U
tara
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an
kepa
data
n tin
ggi,
pert
ania
n da
n la
han
terb
uka,
indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as
umum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si, r
umah
di
bang
un
B
Sosi
alis
asi d
an p
elat
ihan
unt
uk m
enin
gkat
kan
kesi
agaa
n m
engh
adap
i ben
cana
epi
dem
i dan
w
abah
pen
yaki
t;
M
anaj
emen
risi
ko d
an d
etek
si s
ecar
a di
ni. P
erlu
st
udi l
ebih
lanj
ut u
ntuk
pen
gend
alia
n fa
ktor
ris
iko.
D
ari s
isi t
ata
ruan
g di
usul
kan
untu
k di
pert
imba
ngka
n pe
renc
anaa
n da
n pe
mba
ngun
an ru
mah
sak
it kh
usus
yan
g m
enan
gani
wab
ah p
enya
kit t
erte
ntu.
3
DKI
Jaka
rta/
Kota
Jaka
rta
Bara
tEp
idem
i da
n W
abah
Pe
nyak
it
Seda
ngJa
kart
a Ba
rat
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an
kepa
data
n tin
ggi,
pert
ania
n da
n la
han
terb
uka,
indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as
umum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si, r
umah
di
bang
un
B
Sosi
alis
asi d
an p
elat
ihan
unt
uk m
enin
gkat
kan
kesi
agaa
n m
engh
adap
i ben
cana
epi
dem
i dan
w
abah
pen
yaki
t;
M
anaj
emen
risi
ko d
an d
etek
si s
ecar
a di
ni. P
erlu
st
udi l
ebih
lanj
ut u
ntuk
pen
gend
alia
n fa
ktor
ris
iko.
D
ari s
isi t
ata
ruan
g di
usul
kan
untu
k di
pert
imba
ngka
n pe
renc
anaa
n da
n pe
mba
ngun
an ru
mah
sak
it kh
usus
yan
g m
enan
gani
wab
ah p
enya
kit t
erte
ntu.
Gag
al
Tekn
olog
i Ti
nggi
Jaka
rta
Bara
tKo
mer
sil d
an b
isni
s, pe
rmuk
iman
ke
pada
tan
tingg
i, in
dust
ri da
n gu
dang
, pen
didi
kan
dan
fasi
litas
um
um, f
asili
tas
tran
spor
tasi
, ru
mah
dib
angu
n, s
emak
-sem
ak
dan
huta
n, p
erta
nian
dan
ruan
g te
rbuk
a
B1
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(re
ncan
a ko
ntin
gens
i, pe
nyia
pan
dan
pem
asan
gan
inst
rum
en s
iste
m p
erin
gata
n di
ni);
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na k
egag
alan
tekn
olog
i;
Pe
ngua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r;
Pe
nata
an u
lang
kaw
asan
indu
stri
yang
ber
ada
di li
ngku
ngan
per
umah
an p
adat
.
La
nju
tan
Ta
be
l 4
1
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 171
No
.
Pro
vin
si/
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
Jen
is
Be
nc
an
a
Tin
gk
at
Ris
iko
L
ok
asi
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Sa
at
Ini
Ara
ha
n Z
on
a
Pe
rpre
s 5
4/2
00
8U
pa
ya
Mit
iga
si
Konfl
ik
Sosi
al
Ting
giJa
kart
a Ba
rat
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an
kepa
data
n tin
ggi,
indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as
umum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si, r
umah
di
bang
un
B
Men
doro
ng p
eran
ser
ta p
endu
duk
dala
m
rang
ka m
emel
ihar
a st
abili
tas
kete
ntra
man
dan
ke
tert
iban
;
M
enge
mba
ngka
n su
prem
asi h
ukum
den
gan
men
egak
kan
huku
m s
ecar
a ko
nsis
ten,
be
rkea
dila
n da
n ke
juju
ran;
M
enin
gkat
kan
pem
aham
an d
an p
enya
dara
n se
rta
men
ingk
atny
a pe
rlind
unga
n pe
ngho
rmat
an, d
an p
eneg
akan
HA
M.
4 D
KI Ja
kart
a/Ko
ta Ja
kart
a Se
lata
n
Epid
emi
dan
Wab
ah
Peny
akit
Seda
ngKo
ta
Jaka
rta
Sela
tan
Kom
ersi
l da
n bi
snis
, pe
rmuk
iman
ke
pada
tan
tingg
i, pe
rtan
ian
dan
laha
n te
rbuk
a,
indu
stri
dan
guda
ng,
pend
idik
an d
an f
asili
tas
umum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si, r
umah
di
bang
un
B
Sosi
alis
asi d
an p
elat
ihan
unt
uk m
enin
gkat
kan
kesi
agaa
n m
engh
adap
i ben
cana
epi
dem
i dan
w
abah
pen
yaki
t;
M
anaj
emen
risi
ko d
an d
etek
si s
ecar
a di
ni. P
erlu
st
udi l
ebih
lanj
ut u
ntuk
pen
gend
alia
n fa
ktor
ris
iko;
D
ari s
isi t
ata
ruan
g di
usul
kan
untu
k di
pert
imba
ngka
n pe
renc
anaa
n da
n pe
mba
ngun
an ru
mah
sak
it kh
usus
yan
g m
enan
gani
wab
ah p
enya
kit t
erte
ntu.
Gag
al
Tekn
olog
i Ti
nggi
Jaka
rta
Sela
tan
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an
kepa
data
n tin
ggi,
indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as
umum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si,
rum
ah d
iban
gun,
sem
ak-s
emak
da
n hu
tan,
per
tani
an d
an ru
ang
terb
uka
B1
Perlu
dib
angu
n in
fras
truk
tur k
esia
psia
gaan
(re
ncan
a ko
ntin
gens
i, pe
nyia
pan
dan
pem
asan
gan
inst
rum
en s
iste
m p
erin
gata
n di
ni);
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na k
egag
alan
tekn
olog
i;
Pe
rkua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r;
Pe
nata
an u
lang
kaw
asan
indu
stri
yang
ber
ada
di li
ngku
ngan
per
umah
an p
adat
. Ko
nfl ik
So
sial
Ti
nggi
Jaka
rta
Sela
tan
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an
kepa
data
n tin
ggi,
indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as
umum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si, r
umah
di
bang
un
B
Men
doro
ng p
eran
ser
ta p
endu
duk
dala
m
rang
ka m
emel
ihar
a st
abili
tas
kete
ntra
man
dan
ke
tert
iban
;
M
enge
mba
ngka
n su
prem
asi h
ukum
den
gan
men
egak
kan
huku
m s
ecar
a ko
nsis
ten,
be
rkea
dila
n da
n ke
juju
ran;
M
enin
gkat
kan
pem
aham
an d
an p
enya
dara
n se
rta
men
ingk
atny
a pe
rlind
unga
n pe
ngho
rmat
an, d
an p
eneg
akan
HA
M.
La
nju
tan
Ta
be
l 4
1
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL172
No
.
Pro
vin
si/
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta
Jen
is
Be
nc
an
a
Tin
gk
at
Ris
iko
L
ok
asi
Pe
ng
gu
na
an
La
ha
n
Sa
at
Ini
Ara
ha
n Z
on
a
Pe
rpre
s 5
4/2
00
8U
pa
ya
Mit
iga
si
5 D
KI Ja
kart
a/Ko
ta Ja
kart
a Ti
mur
Banj
ir Ti
nggi
Pulo
G
adun
g,
Caku
ng
Kom
ersi
l dan
bis
nis,
perm
ukim
an
kepa
data
n tin
ggi,
pert
ania
n da
n la
han
terb
uka,
Indu
stri
dan
guda
ng, p
endi
dika
n da
n fa
silit
as
umum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si, r
umah
di
bang
un
B1
Perlu
dib
angu
n in
frast
rukt
ur k
esia
psia
gaan
(re
ncan
a ko
ntin
gens
i, pe
nyia
pan
dan
pem
asan
gan
inst
rum
en si
stem
per
inga
tan
dini
);
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na b
anjir
;
A
raha
n te
ntan
g in
tens
itas p
engg
unaa
n ru
ang,
pen
gatu
ran
kaw
asan
bud
iday
a de
ngan
in
stru
men
KZB
, KD
B, K
LB, m
isal
pem
bang
unan
hu
nian
ver
tikal
;
Pe
ngua
tan
bang
unan
dan
infra
stru
ktur
yan
g be
rpot
ensi
terk
ena
benc
ana.
Epid
emi
dan
Wab
ah
Peny
akit
Seda
ngJa
kart
a Ti
mur
Kom
ersi
l da
n bi
snis
, pe
rmuk
iman
ke
pada
tan
tingg
i, pe
rtan
ian
dan
laha
n te
rbuk
a,
indu
stri
dan
guda
ng,
pend
idik
an d
an f
asili
tas
umum
, fas
ilita
s tr
ansp
orta
si, r
umah
di
bang
un
B
Sosi
alis
asi d
an p
elat
ihan
unt
uk m
enin
gkat
kan
kesi
agaa
n m
engh
adap
i ben
cana
epi
dem
i dan
w
abah
pen
yaki
t;
M
anaj
emen
risi
ko d
an d
etek
si s
ecar
a di
ni. P
erlu
st
udi l
ebih
lanj
ut u
ntuk
pen
gend
alia
n fa
ktor
ris
iko;
D
ari s
isi t
ata
ruan
g di
usul
kan
untu
k di
pert
imba
ngka
n pe
renc
anaa
n da
n pe
mba
ngun
an ru
mah
sak
it kh
usus
yan
g m
enan
gani
wab
ah p
enya
kit t
erte
ntu.
Gag
al
Tekn
olog
i Ti
nggi
Jaka
rta
Tim
urKo
mer
sil d
an b
isni
s, pe
rmuk
iman
ke
pada
tan
tingg
i, in
dust
ri da
n gu
dang
, pen
didi
kan
dan
fasi
litas
um
um, f
asili
tas
tran
spor
tasi
, ru
mah
dib
angu
n, s
emak
-sem
ak
dan
huta
n, p
erta
nian
dan
ruan
g te
rbuk
a
B1
Perlu
dib
angu
n in
frast
rukt
ur k
esia
psia
gaan
(re
ncan
a ko
ntin
gens
i, pe
nyia
pan
dan
pem
asan
gan
inst
rum
en si
stem
per
inga
tan
dini
);
Pe
latih
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
siag
aan
men
ghad
api b
enca
na k
egag
alan
tekn
olog
i;
Pe
ngua
tan
bang
unan
dan
infr
astr
uktu
r;
Pe
nata
an u
lang
kaw
asan
indu
stri
yang
ber
ada
di li
ngku
ngan
per
umah
an p
adat
.
Sum
ber:
hasi
l ana
lisis,
201
3
La
nju
tan
Ta
be
l 4
1
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 173
6.2 Rekomendasi
6.2.1 Rekomendasi Umum
■ Info kerawanan bencana pada wilayah hulu, tengah dan hilir dapat digunakan untuk melengkapi muatan teknis RTRWP DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
■ Berdasarkan hasil tumpangsusun peta risiko bencana ditemukan penggunaan lahan lain -dengan potensi tingkat risiko bencana yang tinggi- yang tidak sesuai dengan Perpres No. 54/2008; sehingga alternatif rekomendasinya adalah antara lain: (i) dilakukan perubahan pola pemanfaatan ruang; (ii) dilakukan upaya pengendalian pemanfaatan ruang. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mengkaji secara lebih rinci terhadap hal ini, antara lain melalui RDTR.
■ Dalam kaitan dengan upaya mitigasi bencana, maka pembangunan infrastruktur kesiapsiagaan dianjurkan untuk dilakukan pada wilayah yang sudah padat dan sudah tidak bisa diubah peruntukannya. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mengkaji secara lebih rinci terhadap hal ini, diantaranya melalui RDTR.
■ Dalam kaitan dengan arahan susunan pusat-pusat kegiatan di JABODETABEKPUNJUR, diperlukan studi lebih lanjut untuk mereview terhadap sub-sub pusat perkotaan tersebut mana yang akan lebih dominan sehingga dapat direkomendasikan untuk digabung menjadi satu pusat perkotaan.
6.2.2 Rekomendasi Khusus
6.2.2.1 Rekomendasi Untuk Kegiatan Kaji Ulang KSN
JABODETABEKPUNJUR
Rekomendasi untuk kegiatan kaji ulang KSN JABODETABEKPUNJUR disusun berdasarkan wilayah hulu, tengah dan hilir sebagai berikut:
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL174
Tabel 42
Rekomendasi untuk Wilayah Hulu
No. Provinsi/Kabupaten
/Kota
Jenis Bencana Rekomendasi
I Jawa Barat Cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial
Direkomendasikan untuk melengkapi aspek kebencanaan pada kegiatan evaluasi RTRWP Jawa Barat untuk jenis bencana tersebut;
Direkomendasikan agar kedalaman materi aspek kebencanaan yang telah ada disesuaikan dengan hasil Kajian Risiko Bencana Provinsi Jawa Barat (12 jenis potensi bencana)
1
Kota Bogor Gempa Bumi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana gempabumi (skala 1:5.000)
Epidemi dan Wabah Penyakit
Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)
Gagal Teknologi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kegagalan teknologi (skala 1:5.000)
2
Kabupaten Bogor Gempa Bumi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana gempabumi (skala 1:5.000)
Tanah Longsor Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana tanah longsor (skala 1:5.000)
Letusan Gunung Api Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana letusan gunung api (skala 1:5.000)
Kekeringan Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kekeringan (skala 1:5.000)
Kebakaran Hutan dan Lahan
Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kebakaran hutan dan lahan (skala 1:5.000)
Kebakaran Gedung dan Permukiman
Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kebakaran gedung dan permukiman (skala 1:5.000).
Epidemi dan Wabah Penyakit
Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)
3 Kabupaten Cianjur Kebakaran Gedung dan Permukiman
Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kebakaran gedung dan permukiman (skala 1:5.000).
Sumber: hasil analisis, 2013
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 175
Tabel 43
Rekomendasi untuk Wilayah Tengah
No. Provinsi/Kabupaten
/Kota
Jenis Bencana Rekomendasi
I Banten Gempa bumi, gelombang ekstrim, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial.
Direkomendasikan untuk melengkapi aspek kebencanaan pada kegiatan evaluasi RTRWP Banten untuk jenis bencana tersebut;
Direkomendasikan agar kedalaman materi aspek kebencanaan yang telah ada disesuaikan dengan hasil Kajian Risiko Bencana Provinsi Banten (11 jenis potensi bencana)
1
Kota Tangerang Gempa Bumi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana gempa bumi (skala 1:5.000)
Gagal Teknologi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kegagalan teknologi (skala 1:5.000)
2 Kota Tangerang Selatan Gempa Bumi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana gempa bumi (skala 1:5.000)
3 Kabupateng Tangerang Gempa Bumi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana gempa bumi (skala 1:5.000)
Banjir Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana banjir (skala 1:5.000)
Kebakaran Gedung dan Permukiman
Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kebakaran gedung dan permukiman (skala 1:5.000).
II Jawa Barat
1 Kota Bekasi Gempa Bumi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana gempa bumi (skala 1:5.000)
Banjir Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana banjir (skala 1:5.000)
Kebakaran Gedung dan Permukiman
Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kebakaran gedung dan permukiman (skala 1:5.000).
Epidemi dan Wabah Penyakit Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)
2
Kabupaten Bekasi Banjir Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana banjir (skala 1:5.000)
Kekeringan Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kekeringan (skala 1:5.000)
Kebakaran Gedung dan Permukiman
Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kebakaran gedung dan permukiman (skala 1:5.000).
Epidemi dan Wabah Penyakit Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)
Gagal Teknologi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kegagalan teknologi (skala 1:5.000)
3
Kota Depok Gempa Bumi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana gempa bumi (skala 1:5.000)
Epidemi dan Wabah Penyakit Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)
Gagal Teknologi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kegagalan teknologi (skala 1:5.000)
Sumber: hasil analisis, 2013
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL176
Tabel 44
Rekomendasi untuk Wilayah Hilir
No.Provinsi/Kabupaten
/KotaJenis Bencana Rekomendasi
I Provinsi DKI Jakarta Cuaca ekstrim, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial
Direkomendasikan untuk melengkapi aspek kebencanaan pada kegiatan evaluasi RTRWP DKI Jakarta untuk jenis bencana tersebut;
Direkomendasikan agar kedalaman materi aspek kebencanaan yang telah ada disesuaikan dengan hasil Kajian Risiko Bencana Provinsi DKI Jakarta (9 jenis potensi bencana)
1
Kota Jakarta Pusat Banjir Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana banjir (skala 1:5.000)
Epidemi dan Wabah Penyakit
Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)
2
Kota Jakarta Utara Banjir Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana banjir (skala 1:5.000)
Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana gelombang ekstrim dan abrasi (skala 1:5.000)
Epidemi dan Wabah Penyakit
Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)
3
Kota Jakarta Barat Epidemi dan Wabah Penyakit
Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)
Gagal Teknologi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kegagalan teknologi (skala 1:5.000)
Konfl ik Sosial Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana konfl ik sosial (skala 1:5.000)
4
Kota Jakarta Selatan Epidemi dan Wabah Penyakit
Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)
Gagal Teknologi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kegagalan teknologi (skala 1:5.000)
Konfl ik Sosial Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana konfl ik sosial (skala 1:5.000)
5
Kota Jakarta Timur Banjir Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana banjir (skala 1:5.000)
Epidemi dan Wabah Penyakit
Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)
Gagal Teknologi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kegagalan teknologi (skala 1:5.000)
Sumber: hasil analisis, 2013
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 177
6.2.2.2 Rekomendasi untuk Badan Informasi Geospasial (BIG)
■ Peta-peta RTRW Provinsi, Kabupaten/Kota sebaiknya bisa disebarluaskan secara online baik berupa peta digital statik (PDF dan JPG) atau berupa map services menggunakan infrastruktur geospasial dari BIG.
■ BIG perlu mengusahakan dan mempersiapkan dukungan untuk penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana pada skala 1:5.000 dan 1:10.000 khususnya pada KSN JABODETABEKPUNJUR untuk Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi, Kota Jakarta Utara, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, dan Kota Jakarta Selatan.
6.2.2.3 Rekomendasi untuk Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB)
■ Untuk peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana diharapkan tidak berhenti pada tingkatprovinsi (skala 1:250.000) tetapi bisa dikembangkan sampai kedetilan skala kabupaten yakni 1:50.000 dan untuk kota yakni 1:25.000 atau lebih detil.
■ Berdasarkan kajian ini, BNPB perlu menyusun Kajian Risiko Bencana berupa dokumen dan peta pada skala 1:50.000 untuk Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Bekasi; dan pada skala 1:25.000 atau lebih detil untuk Kota Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, Kota Bekasi, Kota Jakarta Utara, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, dan Kota Jakarta Selatan.
■ Kajian risiko dan peta risiko skala 1:50.000 dapat memberikan informasi yang lebih rinci untuk mengidentifi kasi kawasan dengan indeks risiko tinggi, yang memerlukan program aksi mengurangi kerentanan dan meningkatkan ketahanan/resiliensi terutama bagi masyarakat kelompok rentan.
■ Dari kajian studi kasus data spasial kebencanaan Kota Jakarta Timur diperlukan penyempurnaan KRB dan peta risiko 1:50.000 atau lebih rinci agar dapat dimanfaatkan untuk perencanaan tata ruang yang lebih detil.
■ Penyebarluasan informasi kebencanaan (ancaman, kerentanan dan risiko bencana) menggunakan media internet pada http://geospasial.bnpb.go.id dalam bentuk map services dan peta digital statik (JPG dan PDF) sudah efektif. Tetapi untuk pemanfaatan map service masih harus lebih disosialiasikan dan ditingkatkan kecepatan aksesnya.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL178
■ Terkait penyebarluasan informasi spasial kebencanaan secara online, BNPB perlu mengintegrasikan sistemnya dengan infrastruktur data spasial nasional yang sedang dikerjakan BIG sehingga tujuan UU no 4 tahun 2011 terkait penyelenggaraan IGD dan IGT dalam One Map Policy dapat terwujud.
■ BNPB memerlukan dukungan berbagai pihak agar kedetilan dan keakuratan data ancaman, kerentanan dan risiko bencana dapat lebih ditingkatkan. Indikator kerentanan bencana perlu disepakati dengan Kementerian/Lembaga lainnya.
6.2.2.4 Rekomendasi untuk Perbaikan Pedoman Penyusunan RTR KSN
dan RTRWP
■ Perlu memaparkan manfaat informasi kerawanan bagi perencanaan tata ruang.
■ Perlu memuat informasi ancaman, kerentanan, dan risiko bencana bagi pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
■ Untuk kegiatan analisis spasial dari data peta ancaman, kerentanan dan risiko dari BNPB perlu diinformasikan untuk dilakukan secara visual dengan memperhatikan aspek-aspek kebencanaan pada struktur dan pola ruang.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 179
ReferensiBuku
Sagala, Saut, et al. Megakota Jakarta: Persoalan Kebencanaan dan Pendekatan Penanganannya. Menarik Pelajaran dari 50 Tahun Perjalanan Perencanaan Wilayah dan Kota di Indonesia, 2011.
Publikasi Pemerintah
Dinas PU DKI Jakarta. ”Masterplan Pengendalian Banjir”, 2009.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.”Indeks Rawan Bencana Indonesia”, 2011.
BPBD Kota Jakarta Timur. ”Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) KotaJakarta Timur 2013-2017”.
BPBD Provinsi Banten. ”Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi Banten 2012-2016”.
BPBD Provinsi DKI Jakarta. ”Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi DKI Jakarta 2012-2016”.
BPBD Provinsi Jawa Barat. ”Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi Jawa Barat 2012-2016”.
Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Penataan Ruang. “Paparan Rencana Audit Tata Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR”, 2013.
Penjelasan Menteri Negara PPN/ Kepala BAPPENAS Tentang Hasil Penilaian Kerusakan Dan Kerugian Pascabencana Banjir Awal Februari 2007 Di Wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Dan Bekasi), 2007.
Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010-2014.
Buletin
Djakapermana, RD. Rencana Tata Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR: Upaya Menyeimbangkan Pertumbuhan ekonomi dengan Kelestarian Lingkungan Hidup. Buletin Tata Ruang Edisi Juli-Agustus, 2008.
Hidup Harmoni Dengan Risiko Bencana. b ulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullred&id=59. Bulletin Tata Ruang Edisi September-Oktober 2011.
Website
Http://geospasial.bnpb.go.id
Http://indonesiadata.co.id
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL180
MPKD UGM. Penataan Ruang Berbasis Mitigasi Bencana. Refreshing Course, 2012 (mitigasi.mpkd.ugm.ac.id_wp-content_uploads_2012_12_Refreshing-Course-MPKD_Penataan-Ruang-Berbasis-Mitigasi-Bencana-14DES12)
Petrasawacana. Konsep Pemetaan Risiko Bencana, 2011
Rudiyanto, Arifi n. Pengembangan Infrastruktur Data Spasial Nasional Dalam Rangka Mendukung Perencanaan Pembangunan Daerah Berbasis Data Spasial: Sistem Layanan Informasi Mandiri (SLIM) Pertanahan, 2013 (http://slim.slemankab.go.id/index.php/home/news/23)
Dalangan, Pogung. Peran Penting Penataan Ruang dalam Pengurangan Risiko Bencana: Pemahaman Dasar, 2013. (http://muhammadrezkihr.blogspot.com/2013/04/peran-penataan-ruang-dalam-pengurangan.html)
Tagana (Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat) Provinsi Banten. Manajemen Penanganan Bencana Berbasis Masyarakat, 2009.
Hakim, Ikhwan. The Spatial Structure of Employment and Its Impacts on The Journey to Work in the Jakarta Metropolitan Area: A Southeast Asian Extended Metropolitan Region (EMR) Perspective. Disertasi Program Doktor pada University of New South Wales, 2009
Peraturan/ Perundang-undangan
Peraturan Daerah No. 22 Tahun 2010 tentang RTRWP Jawa Barat Tahun 2009-2029.
Peraturan Daerah Provinsi banten No. 2 Tahun 2011 tentang RTRWP Banten Tahun 2010-2030.
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW 2030.
Peraturan Kepala BNPB No. 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.
Peraturan Kepala BNPB No. 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.
Peraturan Menteri PU No. 15/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional.
Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur.
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Undang-Undang No.4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 181
Lampiran :
Peta-Peta Ancaman,
Kerentanan, dan
Risiko Bencana
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL182
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 183
Lampiran Peta-Peta Ancaman, Kerentanan, dan Risiko Bencana
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL184
1. B
en
can
a B
an
jir
1
.1P
eta
An
cam
an
Ba
nji
r (G
am
ba
r 3
8)
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta S
truk
tur d
an P
ola
Ruan
g JA
BOD
ETAB
EKPU
NJU
R 20
08 –
202
8 de
ngan
Pet
a An
cam
an/H
azar
d Be
ncan
a Ba
njir
BNPB
tahu
n 20
13
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 185
1
.2 P
eta
Ke
ren
tan
an
Ba
nji
r (G
am
ba
r 3
9)
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta K
eren
tana
n te
rhad
ap B
anjir
BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL186
1.3
Pe
ta R
isik
o B
an
jir
(Ga
mb
ar
40
)
11
22
33
W
ilaya
h ris
iko
banj
ir tin
ggi.
Re
ncan
a ru
ang
untu
k pe
rmuk
iman
pa
dat.
Is
u re
viu:
m
anaj
emen
ris
iko
benc
ana
(kes
iaps
iaga
an,
W
ilaya
h ris
iko
banj
ir re
ndah
-se
dang
.
Renc
ana
ruan
g
W
ilaya
h ris
iko
banj
ir se
dang
-tin
ggi.
Re
ncan
a ru
ang
di d
omisa
si lin
dung
, lah
an b
asah
dan
pe
rmuk
iman
pad
at-s
edan
g.
Is
u re
viu :
Opt
imal
kah
renc
ana
alok
asi r
uang
ini?
Pe
rlu d
iper
timba
ngka
n al
tern
atif
peru
ntuk
an ru
ang
yang
lebi
h op
timal
den
gan
risik
o ya
ng a
da?
• W
ilaya
h ri
siko
ban
jir
rend
ah-
sed
ang.
• Re
ncan
a ru
ang
• W
ilaya
h ris
iko
banj
ir tin
ggi.
• Re
ncan
a ru
ang
untu
k pe
rmuk
iman
pa
dat.
• Is
u re
viu:
m
anaj
emen
ris
iko
benc
ana
(kes
iaps
iaga
an,
• W
ilaya
h ris
iko
banj
ir se
dang
-tin
ggi.
• Re
ncan
a ru
ang
di d
omin
asi
lindu
ng, l
ahan
bas
ah d
an
perm
ukim
an p
adat
-sed
ang.
• Is
u re
viu:
O
ptim
alka
h re
ncan
a al
okas
i ru
ang
ini?
Pe
rlu d
iper
timba
ngka
n al
tern
atif
peru
ntuk
an ru
ang
yang
lebi
h op
timal
den
gan
risik
o ya
ng a
da?
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta R
isik
o Be
ncan
a Ba
njir
BNPB
tahu
n 20
13 d
enga
n Pe
ta S
truk
tur d
an P
ola
Ruan
g JA
BOD
ETAB
EKPU
NJU
R 20
08 –
202
8
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 187
2. B
en
can
a T
an
ah
Lo
ng
sor
2
.1 P
eta
An
cam
an
Ta
na
h L
on
gso
r (G
am
ba
r 4
1)
1
2
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta A
ncam
an /H
azar
d Be
ncan
a Ta
nah
Long
sor B
NPB
tahu
n 20
13 d
enga
n Pe
ta S
truk
tur d
an P
ola
Ruan
g JA
BOD
ETAB
EKPU
NJU
R 20
08 –
202
8
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL188
2
.2 P
eta
Ke
ren
tan
an
Ta
na
h L
on
gso
r (G
am
ba
r 4
2)
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta K
eren
tana
n te
rhad
ap B
enca
na Ta
nah
Long
sor B
NPB
tahu
n 20
13 d
enga
n Pe
ta S
truk
tur d
an P
ola
Ruan
g JA
BOD
ETAB
EKPU
NJU
R 20
08 –
202
8
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 189
2
.3 P
eta
Ris
iko
Ta
na
h L
on
gso
r (G
am
ba
r 4
3)
Wila
yah
risik
o lo
ngso
r i
i
Wila
yah
risik
o lo
ngso
r d
12
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta R
isik
o Be
ncan
a Ta
nah
Long
sor B
NPB
tahu
n 20
13 d
enga
n Pe
ta S
truk
tur d
an P
ola
Ruan
g JA
BOD
ETAB
EKPU
NJU
R 20
08 –
202
8
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil p
engo
laha
n le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng
suda
h ja
di u
ntuk
tu
juan
ana
lisis
. Pr
oses
Rek
tifi k
asi,
regi
stra
si u
lang
dar
i da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya p
erge
sera
n da
n ke
tidak
ak
urat
an.
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL190
3. B
en
can
a G
elo
mb
an
g E
kst
rim
da
n A
bra
si
3
.1 P
eta
An
cam
an
Ge
lom
ba
ng
Ek
stri
m d
an
Ab
rasi
(G
am
ba
r 4
4)
1
2
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta A
ncam
an/H
azar
d Be
ncan
a G
elom
bang
Eks
trim
dan
Abr
asi P
anta
i BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 191
3
.2 P
eta
Ke
ren
tan
an
Ge
lom
ba
ng
Ek
stri
m d
an
Ab
rasi
(G
am
ba
r 4
5)
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il per
tam
pala
n da
ri Pe
ta K
eren
tana
n te
rhad
ap B
enca
na G
elom
bang
Eks
trim
dan
Abr
asi P
anta
i BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Stru
ktur
dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL192
3
.3 P
eta
Ris
iko
Ge
lom
ba
ng
Ek
stri
m d
an
Ab
rasi
(G
am
ba
r 4
6)
11
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta R
isik
o Be
ncan
a G
elom
bang
Eks
trim
dan
Abr
asi P
anta
i BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 193
4. B
en
can
a C
ua
ca E
kst
rim
/A
ng
in P
uti
ng
Be
liu
ng
4
.1 P
eta
An
cam
an
Cu
aca
Ek
stri
m (
Ga
mb
ar
47
)
1
2
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta A
ncam
an /
Haz
ard
Benc
ana
Cuac
a Ek
strim
/ Put
ing
Beliu
ng B
NPB
tahu
n 20
13 d
enga
n Pe
ta S
truk
tur d
an P
ola
Ruan
g JA
BOD
ETAB
EKPU
NJU
R 20
08 –
202
8
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL194
4
.2 P
eta
Ke
ren
tan
an
Cu
aca
Ek
stri
m (
Ga
mb
ar
48
)
D
iscl
aim
er :
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta K
eren
tana
n te
rhad
ap B
enca
na C
uaca
Eks
trim
/ Put
ing
Beliu
ng B
NPB
tahu
n 20
13 d
enga
n Pe
ta S
truk
tur d
an P
ola
Ruan
g JA
BOD
ETAB
EKPU
NJU
R 20
08 –
202
8
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 195
4
.3 P
eta
Ris
iko
Cu
aca
Ek
stri
m (
Ga
mb
ar
49
)
11
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta R
isik
o Be
ncan
a Cu
aca
Ekst
rim/ P
utin
g Be
liung
BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL196
5. B
en
can
a G
em
pa
Bu
mi
5
.1 P
eta
An
cam
an
Ge
mp
a B
um
i (G
am
ba
r 5
0)
1
2
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta A
ncam
an/H
azar
d Be
ncan
a G
empa
Bum
i BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 197
5
.2 P
eta
Ke
ren
tan
an
Ge
mp
a B
um
i (G
am
ba
r 5
1)
1
2
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta K
eren
tana
n te
rhad
ap B
enca
na G
empa
Bum
i BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL198
5
.3 P
eta
Ris
iko
Ge
mp
a B
um
i (G
am
ba
r 5
2)
11
22
33
44
55
1
3
2
4
5
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta R
isik
o Be
ncan
a G
empa
Bum
i BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 199
6. B
en
can
a K
eb
ak
ara
n H
uta
n d
an
La
ha
n
6
.1 P
eta
An
cam
an
Ke
ba
ka
ran
Hu
tan
da
n L
ah
an
(G
am
ba
r 5
3)
1
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta A
ncam
an /H
azar
d Be
ncan
a Ke
baka
ran
Hut
an d
an L
ahan
BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL200
6
.2 P
eta
Ke
ren
tan
an
Ke
ba
ka
ran
Hu
tan
da
n L
ah
an
(G
am
ba
r 5
4)
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta K
eren
tana
n te
rhad
ap B
enca
na K
ebak
aran
Hut
an d
an L
ahan
BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 201
6
.3 P
eta
Ris
iko
Ke
ba
ka
ran
Hu
tan
da
n L
ah
an
(G
am
ba
r 5
5)
1122
1
2
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta R
isik
o Be
ncan
a Ke
baka
ran
Hut
an d
an L
ahan
BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL202
7. B
en
can
a E
pid
em
i d
an
Wa
ba
h P
en
ya
kit
7
.1 P
eta
An
cam
an
Ep
ide
mi
da
n W
ab
ah
Pe
ny
ak
it (
Ga
mb
ar
56
)
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta A
ncam
an/H
azar
d Be
ncan
a Ep
idem
i dan
Wab
ah P
enya
kit B
NPB
tahu
n 20
13 d
enga
n Pe
ta S
truk
tur d
an P
ola
Ruan
g JA
BOD
ETAB
EKPU
NJU
R 20
08 –
202
8
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 203
7
.2 P
eta
Ke
ren
tan
an
Ep
ide
mi
da
n W
ab
ah
Pe
ny
ak
it (
Ga
mb
ar
57
)
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta K
eren
tana
n te
rhad
ap B
enca
na E
pide
mi d
an W
abah
Pen
yaki
t BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL204
7
.3 P
eta
Ris
iko
Ep
ide
mi
da
n W
ab
ah
Pe
ny
ak
it (
Ga
mb
ar
58
)
1
2
3
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta R
isik
o Be
ncan
a Ep
idem
i dan
Wab
ah P
enya
kit B
NPB
tahu
n 20
13 d
enga
n Pe
ta S
truk
tur d
an P
ola
Ruan
g JA
BOD
ETAB
EKPU
NJU
R 20
08 –
202
8
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 205
8. B
en
can
a K
ek
eri
ng
an
8
.1 P
eta
An
cam
an
Ke
ke
rin
ga
n (
Ga
mb
ar
59
)
1
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta A
ncam
an/ H
azar
d Be
ncan
a Ke
kerin
gan
BNPB
tahu
n 20
13 d
enga
n Pe
ta S
truk
tur d
an P
ola
Ruan
g JA
BOD
ETAB
EKPU
NJU
R 20
08 –
202
8
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL206
8
.2 P
eta
Ke
ren
tan
an
Ke
ke
rin
ga
n G
am
ba
r 6
0)
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta K
eren
tana
n te
rhad
ap B
enca
na K
eker
inga
n BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 207
8
.3 P
eta
Ris
iko
Ke
ke
rin
ga
n (
Ga
mb
ar
61
)
1
2
31
2
3
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta R
isik
o Be
ncan
a Ke
kerin
gan
BNPB
tahu
n 20
13 d
enga
n Pe
ta S
truk
tur d
an P
ola
Ruan
g JA
BOD
ETAB
EKPU
NJU
R 20
08 –
202
8
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL208
9. B
en
can
a K
eg
ag
ala
n T
ek
no
log
i
9
.1 P
eta
An
cam
an
Ke
ga
ga
lan
Te
kn
olo
gi
(Ga
mb
ar
62
)
11
22
44
33
66
55
2
3
4
16
5
D
iscl
aim
er :
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta A
ncam
an/ H
azar
d Be
ncan
a G
agal
Tekn
olog
i BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 209
9
.2 P
eta
Ke
ren
tan
an
Ke
ga
ga
lan
Te
kn
olo
gi
(Ga
mb
ar
63
)
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta K
eren
tana
n te
rhad
ap B
enca
na G
agal
Tekn
olog
i BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL210
9
.3 P
eta
Ris
iko
Ke
ga
ga
lan
Te
kn
olo
gi
(Ga
mb
ar
64
)
1 22
3334
1
4
2
3
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta R
isik
o Be
ncan
a G
agal
Tekn
olog
i BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 211
10
. Be
nca
na
Le
tusa
n G
un
un
g A
pi
1
0.1
Pe
ta A
nca
ma
n B
en
can
a G
un
un
g A
pi
(Ga
mb
ar
65
)
2
1
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta A
ncam
an/ H
azar
d Be
ncan
a G
unun
g Ap
i BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL212
1
0.2
Pe
ta K
ere
nta
na
n B
en
can
a G
un
un
g A
pi
(Ga
mb
ar
66
)
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta K
eren
tana
n te
rhad
ap B
enca
na G
unun
g Ap
i BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 213
1
0.3
Pe
ta R
isik
o B
en
can
a G
un
un
g A
pi
(Ga
mb
ar
67
)
122
1
2
1
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta R
isik
o Be
ncan
a G
unun
g Ap
i BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL214
11
. Be
nca
na
Tsu
na
mi
1
1.1
Pe
ta A
nca
ma
n T
sun
am
i (G
am
ba
r 6
8)
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta A
ncam
an/ H
azar
d Be
ncan
a Ts
unam
i BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 215
1
1.2
Pe
ta K
ere
nta
na
n T
sun
am
i (G
am
ba
r 6
9)
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta K
eren
tana
n te
rhad
ap B
enca
na Ts
unam
i BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL216
1
1.3
Pe
ta R
isik
o T
sun
am
i (G
am
ba
r 7
0)
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Ri
siko
Ben
cana
Tsun
ami B
NPB
tahu
n 20
13 d
enga
n Pe
ta S
truk
tur d
an P
ola
Ruan
g JA
BOD
ETAB
EKPU
NJU
R 20
08 –
202
8
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 217
12
. Be
nca
na
Ko
nfl
ik S
osi
al
1
2.1
Pe
ta A
nca
ma
n K
on
fl ik
So
sia
l (G
am
ba
r 7
1)
1
2
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta A
ncam
an/ H
azar
d Be
ncan
a Ko
nfl ik
Sos
ial B
NPB
tahu
n 20
13 d
enga
n Pe
ta S
truk
tur d
an P
ola
Ruan
g JA
BOD
ETAB
EKPU
NJU
R 20
08 –
202
8
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL218
1
2.2
Pe
ta K
ere
nta
na
n K
on
fl ik
So
sia
l (G
am
ba
r 7
2)
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta K
eren
tana
n te
rhad
ap B
enca
na K
onfl i
k So
sial
BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 219
1
2.3
Pe
ta R
isik
o K
on
fl ik
So
sia
l (G
am
ba
r 7
3)
11
22
1
2
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta R
isik
o Be
ncan
a Ko
nfl ik
Sos
ial B
NPB
tahu
n 20
13 d
enga
n Pe
ta S
truk
tur d
an P
ola
Ruan
g JA
BOD
ETAB
EKPU
NJU
R 20
08 –
202
8
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL220
13
. Be
nca
na
Ke
ba
ka
ran
Ge
du
ng
da
n P
erm
uk
ima
n
1
3.1
Pe
ta A
nca
ma
n K
eb
ak
ara
n P
erm
uk
ima
n (
Ga
mb
ar
74
)
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta A
ncam
an/ H
azar
d Be
ncan
a Ke
baka
ran
Perm
ukim
an B
NPB
tahu
n 20
13 d
enga
n Pe
ta S
truk
tur d
an P
ola
Ruan
g JA
BOD
ETAB
EKPU
NJU
R 20
08 –
202
8
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 221
1
3.2
Pe
ta K
ere
nta
na
n K
eb
ak
ara
n P
erm
uk
ima
n (
Ga
mb
ar
75
)
1
2
Dis
clai
mer
:
Peta
ini a
dala
h ha
sil
peng
olah
an le
bih
lanj
ut d
ari
peta
-pet
a ya
ng s
udah
jadi
un
tuk
tuju
an a
nalis
is. P
rose
s Re
ktifi
kasi
, reg
istr
asi u
lang
da
ri da
ta ra
ster
dan
non
G
IS m
emun
gkin
kan
adan
ya
perg
eser
an d
an k
etid
ak
akur
atan
.
Sum
ber:
Has
il pe
rtam
pala
n da
ri Pe
ta K
eren
tana
n te
rhad
ap B
enca
na K
ebak
aran
Per
muk
iman
BN
PB ta
hun
2013
den
gan
Peta
Str
uktu
r dan
Pol
a Ru
ang
JABO
DET
ABEK
PUN
JUR
2008
– 2
028
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL222