Top Banner
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL: TINJAUAN KEBENCANAAN PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL: TINJAUAN KEBENCANAAN Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2013 Supported By:
278

Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

Feb 03, 2023

Download

Documents

Mark Paterson
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN STRATEGIS NASIONAL:

TINJAUAN KEBENCANAAN

PEREN

CAN

AA

N TATA

RU

AN

G KA

WA

SAN

STRATEG

IS NA

SION

AL: TIN

JAU

AN

KEB

ENC

AN

AA

N

Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan JABOdETABEKPUNJUR

Direktorat Tata Ruang dan PertanahanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

2013

Supported By:

Page 2: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG

KAWASAN STRATEGIS NASIONAL: Tinjauan Kebencanaan

Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR

(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur)

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

2013

Page 3: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALii

PENANGGUNG JAWAB :

R. Aryawan Soetiarso Poetro, Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, selaku Project Board SCDRR Phase II

TIM PENGARAH :

Deddy Koespramoedyo Arifi n Rudiyanto, Direktur Pengembangan WilayahOswar Muadzin Mungkasa, Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

TIM PENULIS :

Sri Peni AdiartiHandoko Prastiyo

TIM SUPERVISI :

Mia Amalia Dwi HariyawanRinella Tambunan May HendarminiSanti Yulianti Khairul RizalAswicaksana Agung DorodjatoenIndra Ade Saputra Gina Puspitasari

EDITOR :

Adriana Venny

Tim Penyusun

Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional:

Tinjauan Kebencanaan

Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Page 4: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL iii

Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai

pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertanahan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan, termasuk di dalamnya adalah wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Secara umum terdapat 7 (tujuh) tipologi KSN yaitu: (a) pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; (b) peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; (c) pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif; (d) pemanfaatan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi; (e) pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa; (f ) pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung; dan (g) pengembangan kawasan tertinggal. Pemerintah telah menetapkan 76 KSN yang harus disusun rencana tata ruangnya, walaupun sampai saat ini baru tersusun 5 (lima) Peraturan Presiden terkait KSN yaitu SARBAGITA, MAMMINASATA, MEBIDANGPRO, BBK dan JABODETABEKPUNJUR.

Penataan ruang KSN adalah salah satu kegiatan penting yang harus diselesaikan segera untuk mendukung upaya pengembangan wilayah sesuai dengan tipologi kawasan tersebut. Beberapa KSN yang berada di kawasan rawan bencana perlu memperhatikan aspek mitigasi bencana dalam proses perencanaannya. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mengamanatkan pengkajian risiko bencana yang meliputi tingkat ancaman, kerentanan, kapasitas, risiko serta kebijakan penanggulangan bencana berdasarkan hasil kajian dan peta risiko bencana. Namun demikian, sampai saat ini, perencanaan tata ruang belum banyak memanfaatkan hasil kajian dan peta risiko bencana dalam penyusunan materi teknisnya.

Materi buku ini merupakan salah satu hasil kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dalam menguji coba kehandalan RTR KSN sebagai instrumen mitigasi bencana. Pada saat bersamaan sedang dilakukan kaji ulang, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang JABODETABEKPUNJUR oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN), sehingga hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti bagi upaya kaji ulang tersebut. Tidak hanya itu, materi buku ini kami harapkan juga dapat berkontribusi dalam penyempurnaan proses perencanaan tata ruang maupun proses penyusunan kajian dan peta risiko bencana.

KATA PENGANTAR

Page 5: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALiv

Tentunya hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi berbagai pihak, baik pemerintah pusat, maupun provinsi, yang sedang dalam proses menyusun atau meninjau kembali rencana tata ruang wilayahnya. Saran dan masukan yang konstruktif akan kami terima dengan senang hati untuk peningkatan kualitas penataan ruang nasional dan daerah. Selamat membaca.

Jakarta, Desember 2013

Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Oswar Muadzin Mungkasa

Page 6: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL v

TIM REDAKSI PENYUSUNAN BUKU .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xi

GLOSARI ...................................................................................................................... xiv

RINGKASAN EKSEKUTIF ..........................................................................................xxxii

Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................ 11.1.1 Penataan Ruang dan Pengurangan Risiko Bencana ........................................... 21.1.2 Peran Data Spasial dalam Perencanaan Tata Ruang dan Pengurangan Risiko Bencana ................................................................................................................. 3

1.2 Tujuan Penugasan ......................................................................................................................... 41.3 Ruang Lingkup Pekerjaan ........................................................................................................... 4

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah ................................................................................................ 41.3.2 Ruang Lingkup Kajian .................................................................................................... 5

1.4 Keluaran yang Diharapkan ......................................................................................................... 51.5 Sistematika Penulisan Laporan ................................................................................................. 6

Bab 2 Tinjauan Literatur ....................................................................................................... 9

2.1 Peraturan Presiden No.54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur .................................................... 92.2 Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ............... 13

2.2.1 Defi nisi Istilah ................................................................................................................... 132.2.2 Umum .................................................................................................................................. 142.2.3 Rencana Penanggulangan Bencana ........................................................................ 182.2.3 Pemahaman Tentang Metodologi Kajian Risiko Bencana ................................ 21

2.2.3.1 Jenis Bencana di Indonesia ......................................................................... 212.2.3.2 Konsepsi Kajian Risiko Bencana ................................................................. 212.2.3.3 Metode Pengkajian Risiko Bencana ......................................................... 25

Bab 3 Metodologi Penyusunan Laporan ............................................................................. 35

3.1 Data dan Sumber Data ................................................................................................................. 353.2 Waktu Pelaksanaan Kajian .......................................................................................................... 373.3 Metode Kajian ................................................................................................................................. 37

DAFTAR ISI

Page 7: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALvi

Bab 4 Gambaran Umum Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................ 41

4.1 Umum ................................................................................................................................................ 414.2 Profi l Kerawanan Bencana pada Pusat-Pusat Kegiatan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................. 44

4.2.1 Profi l Kerawanan Bencana Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR .... 454.2.2 Profi l Kerawanan Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan JABODETABEKPUNJUR .................................................................................................. 454.2.3 Profi l Kerawanan Bencana per Jenis Bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR .................................................................................................. 47

4.3 Profi l Kerentanan Bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................... 534.4 Kecenderungan Kejadian Bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................... 604.5 Profi l Risiko Bencana tingkat Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR .............. 60

4.5.1 Urutan Bencana Risiko Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ............... 604.5.2 Bencana Prioritas Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ...................... 61

Bab 5 Analisis RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dari Perspektif Risiko Bencana ............. 65

5.1 Aspek Penanggulangan Bencana dalam RTR KSN ............................................................. 655.2 Kesesuaian Data Spasial yang Ada dengan UU No. 4/2011 tentang Informasi Geospasial ........................................................................................................................................ 655.3 Analisis Spasial Kesesuaian Penggunaan Lahan Saat ini dengan Arahan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................................................ 695.4 Analisis Spasial terhadap Arahan Susunan Pusat-Pusat Perkotaan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................. 765.5 Analisis Potensi Risiko Bencana pada RTR KSN JABODETABEKPUNJUR ..................... 79

5.5.1 Bencana Banjir dan Upaya Mitigasi Bencana ........................................................ 815.5.2 Bencana Tanah Longsor dan Upaya Mitigasi Bencana ...................................... 865.5.3 Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi dan Upaya Mitigasi Bencana ..... 895.5.4 Bencana Cuaca Ekstrim/Angin Puting Beliung dan Upaya Mitigasi Bencana.. 925.5.5 Bencana Gempabumi dan Upaya Mitigasi Bencana .......................................... 955.5.6 Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan dan Upaya Mitigasi Bencana ........... 985.5.7 Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit dan Upaya Mitigasi Bencana ......... 1015.5.8 Bencana Kekeringan dan Upaya Mitigasi Bencana ............................................. 1045.5.9 Bencana Gagal Teknologi dan Upaya Mitigasi Bencana ................................... 1085.5.10 Bencana Letusan Gunung Api dan Upaya Mitigasi Bencana .......................... 1125.5.11 Bencana Tsunami dan Upaya Mitigasi Bencana ................................................... 1155.5.12 Bencana Konfl ik Sosial dan Upaya Mitigasi Bencana ......................................... 1185.5.13 Bencana Kebakaran Gedung dan Permukiman dan Upaya Mitigasi Bencana ... 1205.5.14 Potensi Risiko Bencana Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR .............. 123

5.6 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi .......................................... 1255.6.1 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta .... 1255.6.2 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRWP Jawa Barat ................... 1285.6.3 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRWP Banten .......................... 131

Page 8: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL vii

5.7 Tinjauan RTRW Kota Administrasi Jakarta Timur 2011-2030 terhadap Kebijakan Penanggulangan Bencana Kota Jakarta Timur 2012-2016 ............................................. 133

5.7.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Jakarta Timur..................................................... 1345.7.2 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Kota Jakarta Timur 2011-2030 .......................................................................................................................... 1365.7.3 Informasi Materi Kerentanan Bencana Jakarta Timur terhadap DKI Jakarta ..... 1385.7.4 Skala Peta dan Informasi Peta Risiko ........................................................................ 1405.7.5 Informasi Potensi Risiko Bencana di Kota Jakarta Timur ................................... 144

5.7.5.1 Bencana Banjir dan Upaya Mitigasi Bencana ........................................ 1445.7.5.2 Bencana Gempabumi dan Upaya Mitigasi Bencana .......................... 1465.7.5.3 Bencana Cuaca Ekstrim (Angin Puting Beliung) dan Upaya Mitigasi Bencana .............................................................................................................. 1495.7.5.4 Bencana Kekeringan dan Upaya Mitigasi Bencana ............................ 1515.7.5.5 Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit dan Upaya Mitigasi Bencana.. 153

Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi .................................................................................. 157

6.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................... 1576.1.1 Kesimpulan Umum ......................................................................................................... 1576.1.2 Kesimpulan Khusus ........................................................................................................ 159

6.1.2.1 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Hulu ............................................. 1596.1.2.2 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Tengah ........................................ 1596.1.2.3 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Hilir .............................................. 159

6.2 Rekomendasi ................................................................................................................................... 1736.2.1 Rekomendasi Umum ..................................................................................................... 1736.2.2 Rekomendasi Khusus ..................................................................................................... 173

6.2.2.1 Rekomendasi Untuk Kegiatan Kaji Ulang KSN JABODETABEKPUNJUR .................................................................................. 1736.2.2.2 Rekomendasi untuk Badan Informasi Geospasial (BIG) .................... 1776.2.2.3 Rekomendasi untuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ................................................................................................................. 1776.2.2.4 Rekomendasi untuk Perbaikan Pedoman Penyusunan RTR KSN dan RTRWP ........................................................................................................ 178

Referensi .......................................................................................................................... 179

LAMPIRAN .......................................................................................................................... 183

Page 9: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALviii

Page 10: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL ix

Tabel 1 Arahan Pemanfaatan Ruang Tiap Zona di KSN JABODETABEKPUNJUR ............................ 11Tabel 2 Jenis Ancaman Bencana dan Sumber Panduan ........................................................................ 21Tabel 3 Komponen Indeks Ancaman Bencana .......................................................................................... 28Tabel 4 Ketersediaan Data Spasial ................................................................................................................. 36Tabel 5 Profi l Kerawanan Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ......... 46Tabel 6 Profi l Kerawanan per Jenis Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ....................................................................................................................... 49Tabel 7 Kecenderungan Kejadian Bencana ................................................................................................ 60Tabel 8 Urutan Jenis Bencana Risiko Tinggi di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten .. 61Tabel 9 Bencana Prioritas Provinsi ................................................................................................................. 62Tabel 10 Penyelenggaraan Peta Rupabumi Indonesia ............................................................................. 68Tabel 11 Skala Peta RTR KSN berdasarkan Tipologi KSN .......................................................................... 68Tabel 12 Tabel Luasan Arahan Pemanfaatan Ruang per Zona di JABODETABEKPUNJUR ........... 70Tabel 13 Rincian Luasan Zona Per Provinsi di Kawasan Jabodetabek Punjur .................................. 71Tabel 14 Kode Penggunaan Lahan .................................................................................................................. 72Tabel 15 Penggunaan Lahan Eksisting pada Arahan Zona N1 dan N2 di Kabupaten Bogor ...... 76Tabel 16 Jarak Pusat Perkotaan ke Kota Inti Jakarta (km) ........................................................................ 77Tabel 17 Jarak Terdekat Antar Titik Pusat dan Sub Perkotaan ................................................................ 78Tabel 18 Jarak Terjauh Antar Titik Pusat dan Sub Perkotaan .................................................................. 79Tabel 19 Aspek-Aspek Kebencanaan yang Perlu Diperhatikan pada Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang ................................................................................................................... 80Tabel 20 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Banjir ................................... 85Tabel 21 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Tanah Longsor ................. 89Tabel 22 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Abrasi .................................. 92Tabel 23 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Cuaca Ekstrim .................. 94Tabel 24 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Gempabumi ..................... 98Tabel 25 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan .................................................................................................................................. 101Tabel 26 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Epidemi .............................. 104Tabel 27 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kekeringan ....................... 108Tabel 28 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kegagalan Teknologi .... 112Tabel 29 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Gunung Api ...................... 115Tabel 30 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Tsunami .............................. 118Tabel 31 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Konfl ik Sosial .................... 120

DAFTAR TABEL

Page 11: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALx

Tabel 32 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kebakaran Permukiman .. 123Tabel 33 Zona Potensi Bencana Risiko Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ........................ 124Tabel 34 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta ......................... 126Tabel 35 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi Jawa Barat .......................... 129Tabel 36 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi Banten ................................. 132Tabel 37 Luas Area Kota Jakarta Timur Per Kecamatan ............................................................................ 136Tabel 38 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Kota Administrasi Jakarta Timur .......................................................................................................................................... 136Tabel 39 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Hulu ................................................................................... 160Tabel 40 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Tengah .............................................................................. 163Tabel 41 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Hilir .................................................................................... 168Tabel 42 Rekomendasi untuk Wilayah Hulu ................................................................................................. 174Tabel 43 Rekomendasi untuk Wilayah Tengah ............................................................................................ 175Tabel 44 Rekomendasi untuk Wilayah Hilir ................................................................................................... 176

Page 12: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xi

Gambar 1 Peta Administrasi Lingkup Wilayah Kajian KSN JABODETABEKPUNJUR ...................... 5Gambar 2 Peta Struktur dan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR ..................................... 11Gambar 3 Siklus Penanggulangan Bencana ............................................................................................... 18Gambar 4 Perencanaan dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana ............................... 19Gambar 5 Proses Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana .................................................. 20Gambar 6 Konsep Umum Kajian Risiko Bencana ...................................................................................... 22Gambar 7 Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana ............................................................................ 25Gambar 8 Metode Pengkajian ......................................................................................................................... 26Gambar 9 Output Pengkajian Risiko Bencana............................................................................................ 29Gambar 10 Matriks Penentuan Tingkat Ancaman, Tingkat Kerugian, dan Tingkat Risiko Bencana ............................................................................................................................................... 32Gambar 11 Kerangka Metodologi Kajian ........................................................................................................ 38Gambar 12 Kawasan Strategis Nasional JABODETABEKPUNJUR ........................................................... 42Gambar 13 Peta Penggunaan Lahan Kawasan JABODETABEKPUNJUR Tahun 2010 ...................... 43Gambar 14 Peta Ekoregion dan Tutupan Lahan DAS Ciliwung .............................................................. 44Gambar 15 Profi l Kerawanan Bencana tingkat Provinsi ............................................................................ 45Gambar 16 Profi l Kerawanan Bencana Tingkat Kabupaten/Kota .......................................................... 46Gambar 17 Profi l Kerawanan Bencana tingkat Kabupaten/Kota ........................................................... 48Gambar 18 Profi l Rawan Bencana Angin Topan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ..................... 50Gambar 19 Profi l Rawan Bencana Banjir di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................... 51Gambar 20 Profi l Rawan Bencana Banjir dan Tanah Longsor dan Gempabumi di

JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................... 51Gambar 21 Profi l Rawan Bencana Gelombang Pantai dan Abrasi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................... 51Gambar 22 Profi l Rawan Bencana Gelombang Pantai dan Abrasi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................... 52Gambar 23 Profi l Rawan Bencana Kecelakaan Industri dan Konfl ik Sosial di JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................... 52Gambar 24 Profi l Rawan Bencana Kecelakaan Transportasi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ..... 52Gambar 25 Profi l Rawan Bencana Kekeringan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ....................... 53Gambar 26 Profi l Rawan Bencana Tanah Longsor di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................. 53Gambar 27 Potensi Keterpaparan Penduduk Provinsi (jiwa) ................................................................... 55Gambar 28 Potensi Keterpaparan Penduduk (%) ........................................................................................ 56

DAFTAR GAMBAR

Page 13: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxii

Gambar 29 Potensi Kerugian Fisik dan Ekonomi Provinsi (Triliun Rp) ................................................. 57Gambar 30 Potensi Kerusakan Lingkungan Provinsi (Ha) ........................................................................ 58Gambar 31 Potensi Kerusakan Lingkungan Provinsi (%) .......................................................................... 59Gambar 32 Aspek Penanggulangan Bencana dalam RTR KSN ............................................................... 67Gambar 33 Peta Penggunaan Lahan 2010 terhadap Zonasi Perpres 54/2008 ................................. 73Gambar 34 Perbandingan Penggunaan Lahan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR Tahun 2000 dan Tahun 2010................................................................................................................................. 74Gambar 35 Pembagian wilayah di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................... 75Gambar 36 Pola Hubungan Jarak Udara Antar Pusat Perkotaan di Kawasan

JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................... 77Gambar 37 Jarak Pusat Perkotaan ke Kota Inti Jakarta (km) .................................................................... 78Gambar 38 Peta Ancaman Bencana Banjir ..................................................................................................... 81Gambar 39 Peta Kerentanan Bencana Banjir ................................................................................................. 82Gambar 40 Peta Risiko Bencana Banjir ............................................................................................................ 83Gambar 41 Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor ................................................................................... 86Gambar 42 Peta Kerentanan Bencana Tanah Longsor ............................................................................... 87Gambar 43 Peta Risiko Bencana Tanah Longsor .......................................................................................... 88Gambar 44 Peta Ancaman Bencana Abrasi .................................................................................................... 89Gambar 45 Peta Kerentanan Bencana Abrasi ............................................................................................... 90Gambar 46 Peta Risiko Bencana Abrasi ........................................................................................................... 91Gambar 47 Peta Ancaman Bencana Cuaca Ekstrim .................................................................................... 92Gambar 48 Peta Kerentanan Bencana Cuaca Ekstrim ................................................................................ 93Gambar 49 Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim ........................................................................................... 94Gambar 50 Peta Ancaman Bencana Gempa Bumi ...................................................................................... 95Gambar 51 Peta Kerentanan Bencana Gempa Bumi .................................................................................. 96Gambar 52 Peta Risiko Bencana Gempa Bumi ............................................................................................. 97Gambar 53 Peta Ancaman Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan ....................................................... 99Gambar 54 Peta Kerentanan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan ................................................... 100Gambar 55 Peta Risiko Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan ............................................................... 100Gambar 56 Peta Ancaman Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit ...................................................... 102Gambar 57 Peta Kerentanan Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit .................................................. 103Gambar 58 Peta Risiko Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit ............................................................. 103Gambar 59 Peta Ancaman Bencana Kekeringan ......................................................................................... 105Gambar 60 Peta Kerentanan Bencana Kekeringan ..................................................................................... 106Gambar 61 Peta Risiko Bencana Kekeringan ................................................................................................. 107Gambar 62 Peta Ancaman Bencana Gagal Teknologi ................................................................................ 108Gambar 63 Peta Kerentanan Bencana Gagal Teknologi ............................................................................ 110Gambar 64 Peta Risiko Bencana Gagal Teknologi ....................................................................................... 111Gambar 65 Peta Ancaman Bencana Gunung Api ........................................................................................ 113Gambar 66 Peta Kerentanan Bencana Gunung Api .................................................................................... 114Gambar 67 Peta Risiko Bencana Gunung Api ............................................................................................... 114

Page 14: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xiii

Gambar 68 Peta Ancaman Bencana Tsunami ............................................................................................... 116Gambar 69 Peta Kerentanan Bencana Tsunami ........................................................................................... 117Gambar 70 Peta Risiko Bencana Tsunami ....................................................................................................... 117Gambar 71 Peta Ancaman Bencana Konfl ik Sosial ...................................................................................... 118Gambar 72 Peta Kerentanan Bencana Konfl ik Sosial .................................................................................. 119Gambar 73 Peta Risiko Bencana Konfl ik Sosial ............................................................................................. 119Gambar 74 Peta Ancaman Bencana Kebakaran Permukiman ................................................................ 121Gambar 75 Peta Kerentanan Bencana Kebakaran Permukiman ............................................................ 122Gambar 76 Peta Risiko Bencana Kebakaran Permukiman........................................................................ 122Gambar 77 Risiko Bencana Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR berdasarkan Ketinggian Wilayah .......................................................................................................................... 125Gambar 78 Peta Orientasi Kota Jakarta Timur .............................................................................................. 134Gambar 79 Peta Administrasi dan Jaringan Jalan Kota Jakarta Timur ................................................. 135Gambar 80 Potensi Keterpaparan Jiwa di Jakarta Timur ........................................................................... 138Gambar 81 Potensi Kerugian Fisik dan Ekonomi di Jakarta Timur ........................................................ 139Gambar 82 Potensi Kerusakan Lingkungan di Jakarta Timur .................................................................. 140Gambar 83 Informasi Penggunaan Lahan pada Peta Skala Peta 1:250.000, 1:50.000, dan 1:10.000 ....................................................................................................................................... 141Gambar 84 Pertampalan antara Peta Multi Risiko Jakarta Timur terhadap Penggunaan Lahan 2010 ......................................................................................................................................... 142Gambar 85 Pertampalan antara Peta Multi Risiko Kota Jakarta Timur terhadap Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR............................................................................................ 143Gambar 86 Peta Ancaman Bencana Banjir Kota Jakarta Timur .............................................................. 144Gambar 87 Peta Kerentanan Bencana Bajir Kota Jakarta Timur ............................................................. 145Gambar 88 Peta Risiko Bencana Banjir di Kota Jakarta Timur ................................................................. 146Gambar 89 Peta Ancaman Bencana Gempabumi di Kota Jakarta Timur ............................................ 147Gambar 90 Peta Kerentanan Bencana Gempabumi di Kota Jakarta Timur ........................................ 147Gambar 91 Peta Risiko Bencana Gempabumi di Kota Jakarta Timur ................................................... 148Gambar 92 Peta Ancaman Bencana Cuaca Ekstrim di Kota Jakarta Timur ......................................... 149Gambar 93 Peta Kerentanan Bencana Cuaca Ekstrim di Kota Jakarta Timur ..................................... 150Gambar 94 Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim di Kota Jakarta Timur ................................................ 150Gambar 95 Peta Ancaman Bencana Kekeringan di Kota Jakarta Timur .............................................. 151Gambar 96 Peta Kerentanan Bencana Kekeringan di Kota Jakarta Timur .......................................... 152Gambar 97 Peta Risiko Bencana Kekeringan di Kota Jakarta Timur ...................................................... 152Gambar 98 Peta Ancaman Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit di Kota Jakarta Timur ........... 153Gambar 99 Peta Kerentanan Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit di Kota Jakarta Timur ....... 154Gambar 100 Peta Risiko Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit di Kota Jakarta Timur .................. 154

Page 15: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxiv

GLOSARI

Abrasi: adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi.

Aglomerasi: Kawasan penyangga pengembangan kota/wilayah atau daerah pemukiman lanjutan. “Desa” atau “Udik” menurut defi nisi universal adalah sebuah aglomerasi pemukiman di area pedesaan.

Agro Industri: Pengembangan dari sektor pertanian, industri kecil, pariwisata dan perdagangan.

Akuntabilitas: bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, kebiayaannya maupun hasilnya.

Analisis Spasial: Analisis keruangan untuk pemanfaatan pembangunan yang ada di permukaan bumi.

Ancaman bencana (hazard): Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.

Angin Puting Beliung: dalam bahasa Indonesia disebut Tornado, adalah kolom udara yang berputar kencang yang membentuk hubungan antara awan cumulonimbus atau dalam kejadian langka dari dasar awan cumulus dengan permukaan tanah. Tornado muncul dalam banyak ukuran namun umumnya berbentuk corong kondensasi yang terlihat jelas yang ujungnya menyentuh bumi menyempit dan sering dikelilingi oleh awan yang membawa puing-puing. Dengan kecepatan angin 177 km/jam atau lebih, dengan rata-rata jangkauan 75 m dan menempuh beberapa kilometer sebelum menghilang.

BAKORSURTANAL: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional

BAPPEDA: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

BAPPENAS: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Page 16: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xv

Base map: Peta dasar

BATAN: Badan Tenaga Nuklir Nasional

BBK: Batam, Bintan dan Karimun

BDRM: Bengkulu Disaster Risk Mapping

Bencana: peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

BG: Badan Geologi

BGN: Badan Geologi Nasional

BIG: Badan Informasi Geospasial, sebelumnya bernama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKORSURTANAL).

Bio Farming: Tambak

Biopori: Metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air pada tanah, dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini dicetuskan oleh Dr. Kamir R. Barata, salah satu peneliti dari IPB. Pertama, buat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang timbun ke dalam lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah.

BKPRN: Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

BMKG: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofi sika

BNPB: Badan Nasional Penanggulangan Bencana

BPPT: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

BPS: Badan Pusat Statistik

Budidaya: Dalam pertanian, merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Dalam artian lain, adalah usaha yang bermanfaat dan memberi hasil.

Page 17: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxvi

Capacity: Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana.

Check Dam: Memisahkan aliran utama dengan aliran kanal irigasi yang mengairi sawah.

Contingency Plan: Penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang didasarkan atas skenario menghadapi bencana tertentu (single hazard).

Citra Satelit: Gambaran satelit

Current: Arus

DAMKAR: Pemadam Kebakaran

DAS: Daerah Aliran Sungai

Data Sekunder: Kebijakan, program, materi teknis, RTWP dan dokumen lain terkait yang diperoleh dari publikasi resmi baik internet maupun lainnya.

Degradasi: Pengurangan

Disaster Management Plan: Rencana Penanggulangan Bencana

DISHIDROS: Dinas Hidro Oseanografi TNI AL (TNI Angkatan Laut), merupakan lembaga survei pemetaan hidro-oseanografi dibawah TNI AL.

Dit. KKDT: Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal

Dit.TRP: Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

DKI Jakarta: Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Draf: Rancangan

Drainage/Drainase: adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Drainase berperan untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Secara umum: drainase didefi nisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Elevasi: Ketinggian dan kemiringan

Page 18: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xvii

Epidemi: Istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas, pada banyak orang, lebih cepat daripada yang diduga dalam suatu periode waktu tertentu. Dengan kata lain, yang melampaui laju “ekspektasi” (dugaan), yang didasarkan pada pengalaman mutakhir.

ESDM: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

EWS: Early Warning System/Sistem Peringatan Dini, adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Early warning dilakukan melalui: 1) pengamatan gejala bencana; 2) analisis hasil pengamatan gejala bencana; 3) pengembilan keputusan oleh pihak yang berwenang; 4) penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana; 5) pengambilan tindakan oleh masyarakat.

Exposure: Tingkat keterpajanan/keterpaparan. Penentuan Indeks Penduduk Terpapar dihitung dari komponen sosial budaya di kawasan yang diperkirakan terlanda bencana. Komponen ini diperoleh dari indikator kepadatan penduduk dan indikator kelompok rentan pada suatu daerah bila terkena bencana. Indeks ini baru bisa diperoleh setelah Peta Ancaman untuk setiap bencana selesai disusun. Data yang diperoleh untuk komponen sosial budaya kemudian dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain dari nilai indeks dalam bentuk kelas (rendah, sedang atau tinggi), komponen ini juga menghasilkan jumlah jiwa penduduk yang terpapar ancaman bencana pada suatu daerah.

Format GRID: Raster Data

Format Vector: Beberapa format gambar vektor, di antaranya: SGV, EPS. Vektor sangat baik untuk kualitas pengskalaan ketika sebuah gambar berbasis informasi outline, dan format vektornya bisa diskala. Peta tanah kini telah digambarkan dalam bentuk format vektor digital dan raster yang dapat digunakan untuk berbagai penerapan ilmu bumi.

Framework: Kerangka kerja

Gelombang ekstrim: Bencana alam yang terjadi terkait iklim yang disebabkan meningkatnya suhu bumi (pemanasan global) yang diikuti oleh cuaca ekstrim yang tidak menentu, menyebabkan banjir dan kekeringan.

Gelombang pasang atau badai: gelombang tinggi yang yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras.

Page 19: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxviii

Geodesi: 1) ilmu tentang pengukuran bentuk dan ukuran bumi, termasuk berat dan kepadatannya; 2) pengamatan dan pengukuran secara teliti untuk menentukan posisi titik pada permukaan bumi dan memetakannya.

Geometrik: Ukuran fi sik jalan, yang didesain dengan mempertimbangkan masalah keselamatan.

Geospasial: Survei dan Pemetaan

Geoteknik: Satu dari ilmu teknik sipil yang membahas permasalahan kekuatan tanah dan batuan serta hubungannya dengan kemampuan menahan beban bangunan yang tediri di atasnya.

GIS: Geographis Infrmation System atau Sistem Informasi Geografi s/SIG, adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Dalam arti yang sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografi s, misalnya data yang diindentifi kasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Teknologi SIG digunaan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. SIG bisa membantu untuk secara tepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunakan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi. SIG merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi pemetaan yang memiliki kemampuan tampang susun (overlay).

GRID: Grid merupakan komponen struktural dasar untuk contouring, pemodelan, dan menampilkan data spasial. Grid dapat dianggap sebagai tipe data spasial keempat setelah poligon, garis, dan titik. Sebuah grid terdiri dari sel-sel persegi yang teratur diatur di atas daerah tertentu. Setiap sel memiliki simpul, yang merupakan titik pusatnya. Setiap sel dapat diberi angka dan warna mewakili nilai. Jika ada beberapa sel diantara dua lokasi yang dikenal, seperti dua garis kontur, perubahan warna menunjukkan bagaimana nilai-nilai berubah diantara lokasi.

Hazard: Bahaya/ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.HFA: Hyogo Framework for Action

Hidrografi : Sumber daya air

Historikal: Kejadian

Page 20: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xix

Horisontal: Mendatar

Hydran: Pompa air

IAB: Indeks Ancaman Bencana

IG: Informasi Geospasial

IGD: Informasi Geospasial Dasar

IGT: Informasi Geospasial Tematik

Indeks Risiko Bencana: indeks ini menjelaskan range pewarnaan yang melambangkan tingkat risiko bencana pada daerah yang dipetakan. Pewarnaan indeks ini mengikuti aturan bahwa untuk indeks risiko tinggi menggunakan warna merah, indeks risiko sedang menggunakan warna kuning dan indeks risiko rendah menggunakan warna hijau.

Indeks Ancaman Bencana: indeks disusun berdasarkan dua komponen utama, yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut. Dapat dikatakan bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian yang pernah terjadi pada suatu daerah. Dalam penyusunan peta risiko bencana, komponen-komponen utama ini dipetakan dengan menggunakan Perangkat GIS. Pemetaan baru dapat dilaksanakan setelah seluruh data indikator pada setiap komponen diperoleh dari sumber data yang telah ditentukan. Data yang diperoleh kemudian dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi.

Indirect Potential Economic Lost: Potensi kerugian ekonomi secara tidak langsung

Infrastruktur: mencakup fi sik dan sosial, adalah sebagai kebutuhan dasar fi sik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik, Istilah ini merujuk kepada infrastruktur teknis atau fi sik yang mendukung jaringan struktur fasilitas, antara lain berupa: jalan kereta api, air bersih, kanal, waduk, tanggul, pengolahan limbah, listrik, telekomunikasi, air bersih, gas, serat optik, bandara, pelabuhan. Sedangkan infrastruktur sosial berupa kebutuhan dasar seperti sekolah dan rumah sakit.

IRBI: Indeks Rawan Bencana Indonesia

Instrumen: Alat

JABODETABEKPUNJUR: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur

Page 21: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxx

JORR 2: Jakarta Outer Ring Road 2

Kadastral: Peta kepemilikan tanah

Kapasitas: Kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana (Perka BNPB No.2 tahun 2012).

KAPET: Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu

Kartografi : Studi dan praktik membuat peta atau globe melalui komputer/perangkat lunak. Pembuatan peta yang merupakan salah satu di antara tiga macam utama: CAD (desain berbatuan computer), GIS (Sistem Informasi Geografi s), dan perangkat lunak ilustrasi peta yang khusus.

Kawasan Terbangun: Permukiman

Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber dan daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan, meliputi sektor-sektor: kehutanan, pertanian, pertambangan, perindustrian dan pariwisata.

KDB: Koefi sien Dasar Bangunan, merupakan koefi sien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan gedung dan luas persil atau kaveling atau blok peruntukan.

Kebencanaan: Ancaman, kerentanan dan risiko bencana

Keberhasilgunaan: adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya yang terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang berkualitas.

Kegagalan teknologi: Kegagalan dalam keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

KEK: Kawasan Ekonomi Khusus

Kemendagri: Kementerian Dalam Negeri

Kemenhub: Kementerian Perhubungan

Kemenhut: Kementerian Kehutanan

Page 22: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxi

Kemenkes: Kementerian Kesehatan

Kemenperind: Kementerian Perindustrian

Kemen-PU: Kementerian Pekerjaan Umum

Kemensos: Kementerian Sosial

Kementan: Kementerian Pertanian

Kerentanan bencana(vulnerability): suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana (Perka BNPB No. 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana). Kerentanan suatu kawasan bila terpapar oleh suatu ancaman bencana terdiriatas tiga indeks yakni: indeks penduduk terpapar (jiwa), indeks kerugian (rupiah)dan indeks kerusakan lingkungan (Ha). Tingkat Kerugian dapat disusun bila tingkat ancaman pada suatu daerah telah dikaji. Tingkat Kerugian diperoleh dari penggabungan Tingkat Ancaman dengan Indeks Kerugian.

K/L: Kementerian/Lembaga

KLB: Koefi sien Lantai Bangunan, merupakan koefi sien perbandingan antara luas keseluruhan lantai bangunan gedung dan luas persil atau kaveling atau blok peruntukan (fl oor area ratio).

Koefi sien: Angka

Koefi sien Zona: Faktor pengali dalam sebuah ekspresi (atau dari sebuah deret aritmetika). Biasanya koefi sien berupa angka. Juga dapat berupa parameter dari permasalahan.

Konfl ik Sosial: adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia, yang menjadi konfl ik soial atau konfl ik antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror.

Konversi Lahan: adalah pembuatan kanal di hutan yang mengakibatkan kondisi lahan gambut mulai terganggu, dan keseimbangan ekologis juga ikut terganggu.

Kota Delta: Kota kepulauan, karena berada di antara pecahan dua sungai.

KPBPB: Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

Page 23: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxii

KRB: Kajian Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat.

KSN: Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

KTC: Kepadatan timbulnya campak

KTDB: Kepadatan timbulnya demam berdarah

KTHIV/AIDS: Kepadatan timbulnya HIV/AIDS

KTM: Kepadatan timbulnya malaria

KZB: Koefi sien Zona Bangunan

Land Use: penggunaan lahan, adalah wujud kegiatan penguasaan tanah supaya dapat member manfaat berupa hasil dan /atau jasa tertentu, mewujudkan tata ruang, dan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Land subsidence: Penurunan tanah

Land use Existing PU: menunjuk kepada data yang diperoleh dari PU berupa peta Land Use Eksisting (peta penggunaan lahan saat ini).

LAPAN: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Latitude-Longitude: Sistem Koordinat yang terproyeksi atau tidak terproyeksi

Limpasan (Efl uen) Permukaan: Aliran air yang mengalir di atas permukaan karena penuhnya infi ltrasi tanah.

Lubang Biopori: Lubang saringan resapan air di dalam tanah dari kompos. MABES TNI: Markas Besar Tentara Nasional Indonesia

Map services: Route MRT (Mass Rapid Transport)

Page 24: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxiii

MAMMINASATA: Makassar, Maros, Sungguminasa dan Takalar

Matrix for Comparison: Bahasa pemrograman/operating system

Master Plan: Rencana induk

MEBIDANGRO: Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo

Mitigasi: Serangkaian upaya waktu untuk mengurangi risiko bencana baik melalui pembangunan fi sik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi bencana. Langkah-langkah mitigasi mencakup teknik-teknik rekayasa dan konstruksi yang tanggap ancaman bahaya serta kebijakan lingkungan yang lebih baik dan kesadaran masyarakat. Dalam kebijakan perubahan iklim, “Mitigasi” diartikan berbeda yaitu istilah yang digunakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menjadi sumber perubahan iklim. Kegiatan “Mitigasi,” adalah sebagai berikut: a) pelaksanaan penataan ruang; b) pengaturan oembangunan, pembangunan infrastruktur, tata banguna; c) penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan, baik secara konvensional maupun modern,

MP3EI: Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

Non Proletisi: adalah salah satu prinsip dalam penanggulangan bencana sebagaimana yang dimaksud dalam UU RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pasal 2 (i), bahwa dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.

Normalisasi: Pengembalian kepada fungsi semula.

One Map Policy: Kebijakan satu peta yang mengandung makna satu referensi, satu standar, satu database dan satu geoportal

On-road: Meluncur di jalan

Operational Plan: Rencana Operasi merupakan operasionalisasi/aktivasi dari Rencana Kedaruratan atau Rencana Kontingensi yang telah disusun sebelumnya

Otentik: Asli

Output: Keluaran

Overlay: Pertampalan/Tumpangsusun

Page 25: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxiv

PB: Penanggulangan Bencana

PDF (Portable Document Format): adalah sebuah format berkas yang dibuat oleh Adobe, meliputi: teks, huruf, citra dan grafi k vektor dua dimensi. Ini istilah pada software sebuah fi le, menurut saya tidak ada relevansi dengan aspek substansi

PDRB: Produk Domestik Regional Bruto Penataan Ruang: suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

PEMKAB: Pemerintah Kabupaten

PEMKOT: Pemerintah Kotamadya

PEMPROV: Pemerintah Provinsi

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana: Adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

Perka BNPB: Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Perpres: Peraturan Presiden

Peta Ancaman Bencana: Lokasi yang memiliki potensi untuk terjadi bencana berdasarkan sejarah kejadian bencana dan analisis secara geografi s, geologi, geomorfologi, hidrologi dan kondisi klimatologi (frekuensi dan intensitas).

Peta Digital Static: bersifat static: random accept memory (SRAM) dan Electric Digital: memori komputer. Peta yang menggunakan kecepetan internet, ADSL/Asymetric Digital Subscriber Line, adalah suatu teknologi dalam kondisi statik di suatu tempat. Gambar yang dihasilkan <Image map> pdf./static

Peta KRB: Peta Kerentanan Bencana, menunjukkan eksposure dan sensitivitas dari populasi (korban), ekonomi (mata pencaharian), infrastruktur (kerusakan) dan lingkungan (degradasi).

Peta Kerentanan: Gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang meimiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-aset penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat mengakibakan risiko bencana.

Page 26: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxv

Peta Risiko Bencana: Gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan adanya parameter-parameter ancaman, kerentananan dan kapasitas yang ada di suatu wilayah.

PRB: Pengkajian Risiko Bencana, menggabungkan antara ancaman bencana dan kerentanan dan kapasitas dengan formula risiko+ (ancaman x kerentanan)/kapasitas. Ancaman yang kecil, kerentanan yang dikurangi dan peningkatan kapasitasn menghasilkan risiko yang kecil.

Pertampalan: Tumpang susun

PKN: Pusat Kegiatan Nasional adalah wilayah yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan internasional yang berfungsi sebagai pendorong percepatan pembangunan daerah sekitar, pusat jasa dan pengolahan, simpul transportasi yang melayani beberapa provinsi dan nasional antara lain kawasan strategis dan cepat tumbuh, KAPET, Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Potensi Risiko Bencana Tinggi: berkaitan dengan wilayah berpotensi rawan terhadap bencana alam karena letak geologisnya, seperti gunung berapi, gerakan tanah/batuan dan erosi, banjir, kekeringan, tsunami, angin, gempa bumi tektonik dan vulkanik. Terkait dengan potensi bencana alam, maka penanggulangan bencana memegang peranan penting, baik pada saat sebelum, saat dan sesudah terjadinya bencana, bagaimana mengelola risiko bencana, sehingga dampak yang ditimbulkan tidak terlalu parah. Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, bencana dapat dilihat sebagai interaksi antara ancaman bahaya dengan kerentanan masyarakat dan kurangnya kapasitas untuk menangkalnya.

POLRI: Kepolisian Republik Indonesia

PP: Peraturan Pemerintah

Pre-Processing: Proses Pengolahan Teknis mencakup: proses penyeragaman skala, proyeksi batas wilayah kajian dan generalisasi, pelaporan teknis untuk data-data yang diterima, komparasi/uji ketepatan, pelaporan komparasi landuse/landcover, serta pembuatan base-map.

Proses Overlay Peta: Proses Tumpang Susun Wilayah mencakup: Kesesuaian dengan UU No. 4/2011; Risiko Bencana terhadap Landuse/Landcover Plan, Upaya mitigasi bencana pada kawasan/zona berisiko tinggi bencana.

Page 27: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxvi

Proses Zonasi: Proses Pembagian Kawasan

PUSLITANAHKEMTAN: Pusat Penelitian Tanah di Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian RI

Raster: atau Perasteran, merupakan proses pengubahan gambar berbentuk gambar vektor menjadi citra raster (piksel atau titik) untuk dicetak oleh monitor atau printer, atau disimpan dalam format berkas bit map.

Rawan bencana: Adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografi s, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

Realokasi: pemindahan

Reboisasi: penghijauan

Recovery Plan: Rencana Pemulihan meliputi rencana rehabilitasi dan rekontsruksi yang dilakukan pada paska bencana.

Register Image: Proses Rektifi kasi

Rehabilitasi: Pemukiman kembali

Rektifi kasi: register image

Resolusi: ketajaman

Review: tinjauan

Risk: Risiko adalah besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban manusia, kerusakan dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh bahaya tertentu di stuatu daerah pada waktu tertentu.

Risiko Bencana: potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian dengan Kapasitas Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian dan Tingkat Ancaman akibat bencana.

Page 28: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxvii

Roof Garden: Taman Atap

Ruang Terbuka Hijau (RTH): area memanjang jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah, maupun yang sengaja ditanam. Yang termasuk RTH privat, antara lain: kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta.

RPB: Rencana Penanggulangan Bencana

RTH Publik: merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk RTH publik, antara lain: taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai.

RTR KSN: Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional

RTRWN: Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

RTRWP: Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, mengacu kepada: 1) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasdional; 2) Pedoman Bidang Penataan Ruang; 3) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.

Rute Evakuasi: Rute penyelamatan

Rupabumi: Peta Digital Lokasi dan Wilayah Indonesia

SARBAGITA: Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan

SCDRR: Safer Communities through Disaster Risk Reduction

SDA: Sumber Daya Alam

Sedimentasi: Suatu proses pengendapan material yang dipindahkan melalui media air, angin, es atau gletser di suatu cekungan. Sedimentasi dapat dibedakan: a) sedimentasi air, terjadi di sungai; b) sedimentasi angin, biasanya disebut sedimentasi Aeolis; c) sedimentasi gletser menghasilkan drumilin, moraine, kettles dan esker.

Sensitivitas: Kepekaan

SHP/Shapefi le: Format data geospatial dengan format vektor yang umum untuk perangkat lunak sistem informasi geografi s.

Page 29: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxviii

Single Hazard: Ancaman bencana tunggal

Sistem Datum WGS 84: Sistem Geodesi Dunia (Word Geodetic System/WGS). WGS adalah sebuah standar yang digunakan dalam pemetaan, geodesi, dan navigasi, terdiri dari bingkai koordinat, standar bumi, datum geodetik (refrensi permukaan standar bulat, merupakan acuan atau referensi elipsold) untuk data ketinggin mentah, dan permukaan ekuipotensich gravitasi (geord) dipakai sebagai pendefi nisian tingkat nominal laut. WGS 84 adalah referensi sitem koordinat yang digunakan oleh Global Positioning System. Datum geodetik atau referensi permukaan atau georeferensi adalah parameter sebagai acuan untuk mendefi nisikan geometri ellipsoid bumi. Datum geodetik dikur menggunakan metode manual hingga yang lebih akurat, yaitu satelit.

Sistem Polder: Sistem yang dielaborasi untuk melestarikan wilayah polder yang luas, yaitu dataran rendah yang direklamasi dari danau atau laut.

SNI : Standar Nasional Indonesia, adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh panitia teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional.

Spatial Gap Analysis: merupakan analisis yang dilakukan melalui sinkronisasi, overlay peta rencana tata ruang dengan foto citra satelit terkini, sintesis, dan evaluasi. Hal ini untuk mengetahui kesesuaian pemanfaatan ruang aktual dengan rencana tata ruang.

Sumur Resapan: Sumur bor yang dibuat untuk membantu proses pengadaan air dan resapan air tanah.

Support Area: Area pendukung

Terrain: dataran

TIFF atau GRID: Data dengan format raster

Tipologi: Ilmu yang mempelajari pengelompokan berdasarkan tipe atau jenis.

Topografi : berasal dari kata topos (tempat) dan graphia (tulisan). Topografi merupakan studi tentang bentuk permukaan bumi dan obyek lain seperti planet, satelit alam (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Topografi tidak hanya merupakan studi tentang bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan dan bahkan kebudayaan lokal (Ilmu Pengetahuan Sosial). Obyek topografi adalah mengenal posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk pada koordinat secara horizontal, seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal, yaitu: ketinggian.

Page 30: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxix

Transparansi: adalah satu prinsip bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.

Tren Konversi: Kecenderungan

Tsunami: gelombang pasang yang timbul akibat terjadinya gempa bumi di laut, letusan gunung api bawah laut atau longsoran di laut. Namun tidak semua fenomena tersebut dapat memicu terjadinya tsunami. Syarat utama timbulnya tsunami adalah adanya deformasi (perubahan bentuk yang berupa pengangkatan atau penurunan blok batuan yang terjadi secara tiba-tiba dalam skala yang luas) di bawah laut. Terdapat empat faktor pada gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami, yaitu: 1). pusat gempa bumi terjadi di Iaut, 2). Gempa bumi memiliki magnitude besar, 3). kedalaman gempa bumi dangkal, dan 4). terjadi deformasi vertikal pada lantai dasar laut. Gelombang tsunami bergerak sangat cepat, mencapai 600-800 km per jam, dengan tinggi gelombang dapat mencapai 20 m.

UNDP: United Nations of Development Programme

UTM: Universal Transverse Mercator/sistem koordinat yang terproyeksi

Vegetasi: Tutupan lahan

Vertikal: menurun

View: pemandangan

Vulnerability: Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana.

Wabah penyakit: Bencana non alam yang disebabkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam.

Wilayah Hilir: Wilayah JABODETABEKPUNJUR yang berada di bagian hilir(dilihat dari ketinggian wilayah di atas permukaan lautnya), yakni: DKI Jakarta

Wilayah Hulu: Wilayah JABODETABEKPUNJUR yang berada di bagian hulu (dilihat dari ketinggian wilayah di atas permukaan lautnya), yakni: kawasan Bogor, Puncak, dan Cianjur.

Wilayah Tengah: Wilayah JABODETABEKPUNJUR yang berada di bagian tengah (dilihat dari ketinggian wilayah di atas permukaan lautnya), yakni: kawasan penyangga Provinsi DKI (Depok, Bekasi, Tangerang, dan lain-lain).

Page 31: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxx

Zero Delta Q Policy: Keharusan agar tiap bangunan tidak  boleh mengakibatkan bertambahnya debit air ke sistem saluran drainase atau sistem aliran sungai.

Zooming: Mempertajam

Zona: atau wilayah, adalah ruang yang merupakan kesatuan geografi s beserta segenap yang batas unsur terkait dan sitemnya berdasarkan aspek administratif atau aspek fungsional. Kawasan di wilayah perkotaan dibagi dalam beberapa zona, sebagai berikut: 1) perumahan dan permukiman; 2) perdagangan dan jasa; industri; 4) pendidikan; 5) perkantoran dan jasa; 6) terminal; 7) wisata dan taman rekreasi; 8) pertanian dan perkebunan; 9) tempat pemakaman umum; 10) tempat pembuangan sampah.:

Zona B1: Perumahan Hunian Padat, Perdagangan dan Jasa, Industri Ringan Non Polutan dan Berorientasi Pasar.

Zona B2: Perumahan Hunian Sedang, Perdagangan dan Jasa, Industri Padat Tenaga Kerja.

Zona B4: Perumahan Hunian Rendah, Pertanian Lahan Basah, Pertanian Lahan Kerinbg, Perkebunan, Perikanan, Peternakan.

Zona B4/HP: Kawasan Hutan Produksi Tetap atau Terbatas Sesuai Peraturan per-Undang-undang.

Zona B5: Pertanian Lahan Basah Beririgasi Teknis.

Zona B6: Perumahan Hunian Rendah dengan KZB maksimal 50%.

Zona B7: Perumahan Hunian Rendah dengan KZB maksimal 40% dan N1 (kawasan hutan lindung, resapan air, kawasan pantai berhutan bakau).

Zona Budi Daya: Kawasan Budi Daya

Zona Buff er: Kawasan Penyangga

Zona N: Kawasan Non Budi Daya

Zona RTR KSN: Wilayah Rencana Tata Kota Kawasan Strategis Nasional

Page 32: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxxi

Page 33: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxxii

1. Latar Belakang

Substansi tata ruang dalam konteks penanggulangan bencana sudah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi risiko bencana dengan cara menyerap hasil kajian risiko bencana ke dalam rencana tata ruang, penetapan standar keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap pelanggar. Demikian pula, dalam UU Nomor 26 Tahun 2007, diamanatkan tentang penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan.

Kajian risiko merupakan identifi kasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya dan potensi risiko bencana sebagai informasi geospasial, yang bermanfaat bagi penyusunan rencana tata ruang sebagai dokumen kebijakan spasial yang menggunakan pendekatan manajemen risiko bencana. Pada tahun 2012, BNPB telah menyelesaikan kajian dan peta risiko bencana untuk 33 (tiga puluh tiga) provinsi di Indonesia pada skala peta 1:250.000, sama dengan skala peta yang ditetapkan untuk menyajikan pola dan struktur ruang pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP). Adapun studi kasus yang dipilih adalah Kawasan Strategis Nasional (KSN) JABODETABEKPUNJUR (Perpres No.54 tahun 2008) yang saat ini sedang di tinjau ulang oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN). KSN JABODETABEKPUNJUR menjadi sangat strategis karena Provinsi DKI Jakarta sebagai salah satu cakupan wilayah JABODETABEKPUNJUR adalah pusat pemerintahan negara, pusat bisnis dan perekonomian, pusat pelayanan jasa; yang telah dibebani berbagai permasalahan kota metropolitan yang daya dukung dan daya tampungnya telah terlampaui.

2. Tujuan

Tujuan kajian ini adalah: (i) Tersedianya perspektif mitigasi bencana pada KSN JABODETABEKPUNJUR dengan mengintegrasikan hasil kajian risiko bencana kedalam Rencana Tata Ruang (RTR); (ii) Tergambarkannya tingkat risiko bencana di KSN JABODETABEKPUNJUR; (iii) Terumuskannya rekomendasi strategi manajemen risiko dengan perspektif mitigasi bencana.

3. Metodologi

Data yang digunakan merupakan data sekunder (bersumber dari kebijakan, pedoman, materi teknis RTRWP, dokumen lain terkait yang diperoleh dari publikasi resmi dari internet dan lain-lain serta data spasial dalam GIS. Secara umum pendekatan yang akan dilakukan

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 34: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxxiii

dalam kajian ini adalah memasukkan kajian risiko bencana dan peta risiko bencana skala 1:250.000 dari BNPB ke dalam RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dengan menggunakan teknik overlay (pertampalan/tumpangsusun) antara Peta Ancaman, Kerentanan, dan Risiko Bencana dengan Peta Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR. Secara lebih jelas kerangka metodologi kajian dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 1

Kerangka Metodologi Kajian

Tersedianya perspektif mitigasi bencana pada KSN JABODETABEKPUNJUR dengan memasukkan Kajian Risiko Bencana ke dalam RTR

Tergambarkannya potensi risiko bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJURTerumuskannya rekomendasi strategi manajemen risiko dengan perspektif mitigasi bencana

Proses Pengolahan Teknis (Pre-Processing):

Proses penyeragaman skala, proyeksi, batas wilayah kajian dan generalisasi

Report teknis untuk data-data yang diterima

Komparasi/uji ketepatanLaporan komparasi landuse/landcoverPembuatan peta dasar

Desk Study:

UU No. 24/2007, Perpres 54/2008, Pedoman RTR KSN, IRBI, Materi Teknis RTRWP, serta kebijakan dan pedoman lainnya

Proses perkumpulan Peta dan Analisis/Digitasi

dan tata letak:

Kesesuaian dg UU No.4/2011Risiko Bencana terhadap Landuse/Landcover

Plan Upaya mitigasi bencana pada kawasan/zona

berisiko tinggi bencana

Potensi Risiko Bencana di KSN JABODETABEKPUNJUR

Mitigasi Bencana untuk 13 Jenis Bencana Risiko Tinggi (Hulu, Tengah, Hilir)

Profi l kerawanan dan kerentanan ben-cana pada pusat-pusat kegiatan

Profi l risiko bencana

Peta digital RTR KSN JABODETABEKPUNJURPeta digital RTRWPPeta ancaman, kerentanan dan risiko

bencana provinsi skala 1:250.000

Rekomendasi Strategi Manajemen Risiko Bencana dan Masukan bagi Perbaikan

Pedoman Penyusunan RTR KSN dan RTRW Provinsi

Analisis RTRW Kabupaten/Kota terhadap Kebijakan Penanggulangan Bencana Studi Kasus: Kota Jakarta Timur

KELUARAN

TUJUAN

Page 35: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxxiv

4. Hasil Kajian dan Analisis

4.1 Profi l Kerawanan, Kerentanan, dan Risiko Bencana di Kawasan

JABODETABEKPUNJUR 1

Profi l kerawanan bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR dapat memberikan informasi tingkat kerawanan bencana di tingkat provinsi (Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten) maupun di tingkat kabupaten/kota yang termasuk Kawasan JABODETABEKPUNJUR pada pusat-pusat kegiatannya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

Tabel 1

Profi l Kerawanan Bencana Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

No. Provinsi Nilai /Skor Tingkat Kerawanan Ranking Nasional Ranking

JABODETABEKPUNJUR

1 Jawa Barat 200 Tinggi 2 1

2 Banten 133 Tinggi 11 2

3 DKI Jakarta 113 Tinggi 21 3

Sumber: IRBI BNPB, 2011

Tabel 2

Profi l Kerawanan Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

No. Kabupaten/Kota Nilai /Skor Tingkat Kerawanan Ranking

Nasional

Ranking

JABODETABEKPUNJUR

I Wilayah Hulu

1 Kabupaten Bogor 129 Tinggi 5 1

2 Kabupaten Cianjur 118 Tinggi 11 2

3 Kota Bogor 61 Tinggi 202 11

II Wilayah Tengah

1 Kabupaten Tangerang 87 Tinggi 63 4

2 Kabupaten Bekasi 81 Tinggi 78 6

3 Kota Tangerang 65 Tinggi 173 10

4 Kota Depok 46 Tinggi 321 12

5 Kota Bekasi 41 Tinggi 357 14

6 Kota Tangerang Selatan 15 Sedang 441 15

III Wilayah Hilir

1 Kota Jakarta Timur 90 Tinggi 48 3

2 Kota Jakarta Selatan 84 Tinggi 70 5

3 Kota Jakarta Utara 80 Tinggi 84 7

4 Kota Jakarta Barat 79 Tinggi 92 8

5 Kota Jakarta Pusat 77 Tinggi 104 9

6 Kepulauan Seribu 42 Tinggi 352 13

Sumber: IRBI BNPB, 2011

1 Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Laporan Final Pendekatan Kajian Risiko Bencana Untuk Perencanaan KSN (Studi Kasus: Perpres No. 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR) 38-53

Page 36: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxxv

Tabel 3

Profi l Kerawanan Per Jenis Bencana di Wilayah Hulu pada Kawasan JABODETABEKPUNJUR

No Jenis Bencana Wilayah Hulu Nilai/

Skor

Tingkat

Kerawanan

Ranking

Nasional

Ranking

JABODETABEKPUNJUR

1 Angin Topan Kab. Bogor 59 Tinggi 6 1

Kab. Cianjur 46 Tinggi 21 2

Kota Bogor 22 Tinggi 179 7

2 Banjir Kab. Bogor 46 Tinggi 65 9

Kab. Cianjur 27 Tinggi 200 12

Kota Bogor 19 Tinggi 290 13

3 Banjir dan Tanah Longsor Kab. Bogor 64 Tinggi 2 1

Kab. Cianjur 64 Tinggi 3 2

Kota Bogor 26 Tinggi 95 3

4 Gelombang Pantai dan Abrasi Kab. Cianjur 22 Tinggi 49 2

5 Gempa bumi Kab. Cianjur 52 Tinggi 30 1

Kab. Bogor 45 Tinggi 50 2

Kota Bogor 25 Sedang 123 3

6 Kebakaran Permukiman Kab. Cianjur 36 Tinggi 23 6

Kab. Bogor 29 Tinggi 50 8

7 Kecelakaan Industri - - - - -

8 Kecelakaan Transportasi Kab. Bogor 34 Tinggi 12 1

Kab. Cianjur 21 Tinggi 66 5

9 Kekeringan Kab. Bogor 24 Tinggi 17 1

Kab. Cianjur 19 Tinggi 72 5

10 Konfl ik Sosial - - - - -

11 Tanah Longsor Kab. Cianjur 73 Tinggi 2 1

Kab. Bogor 66 Tinggi 4 2

Kota Bogor 17 Sedang 102 3

Sumber: IRBI BNPB, 2011

Tabel 4

Profi l Kerawanan Per Jenis Bencana di Wilayah Tengah pada Kawasan

JABODETABEKPUNJUR

No Jenis Bencana Wilayah

Tengah

Nilai/

Skor

Tingkat

Kerawanan

Ranking

Nasional

Ranking

JABODETABEKPUNJUR

1 Angin Topan Kab. Tangerang 33 Tinggi 82 3

Kota Depok 30 Tinggi 107 5

Kab. Bekasi 28 Tinggi 129 6

2 Banjir Kab. Tangerang 68 Tinggi 3 1

Kab. Bekasi 57 Tinggi 17 5

Kota Tangerang 57 Tinggi 19 6

Kota Depok 31 Tinggi 162 10

Kota Bekasi 28 Tinggi 192 11

Page 37: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxxvi

No Jenis Bencana Wilayah

Tengah

Nilai/

Skor

Tingkat

Kerawanan

Ranking

Nasional

Ranking

JABODETABEKPUNJUR

3 Banjir dan Tanah Longsor - - - - -

4 Gelombang Pantai dan Abrasi Kab. Tangerang 18 Tinggi 77 4

5 Gempabumi - - - - -

6 Kebakaran Permukiman Kab. Tangerang 30 Tinggi 45 7

Kab. Bekasi 26 Tinggi 68 9

7 Kecelakaan Industri Kab. Bekasi 27 Tinggi 5 1

8 Kecelakaan Transportasi - - - - -

9 Kekeringan Kab. Bekasi 24 Tinggi 26 2

Kab. Tangerang 24 Tinggi 27 3

Kota Depok 21 Tinggi 57 4

Kota Tangerang 18 Tinggi 93 6

10 Konfl ik Sosial - - - - -

11 Tanah Longsor Kota Bekasi 13 Sedang 123 5

Kab. Tangerang 13 Sedang 133 6

Sumber: IRBI BNPB, 2011

Tabel 5

Profi l Kerawanan Per Jenis Bencana di Wilayah Hilir pada Kawasan

JABODETABEKPUNJUR

No Jenis Bencana Wilayah Hilir Nilai/

Skor

Tingkat

Kerawanan

Ranking

Nasional

Ranking

JABODETABEKPUNJUR

1 Angin Topan Kota Jakarta Pusat 31 Tinggi 100 4

Kota Jakarta Utara 21 Tinggi 205 8

2 Banjir Kota Jakarta Utara 66 Tinggi 5 2

Kota Jakarta Timur 63 Tinggi 6 3

Kota Jakarta Selatan 58 Tinggi 13 4

Kota Jakarta Barat 52 Tinggi 30 7

Kota Jakarta Pusat 48 Tinggi 50 8

3 Banjir dan Tanah Longsor - - - - -

4 Gelombang Pantai dan Abrasi

Kota Jakarta Utara 45 Tinggi 3 1

Kota Jakarta Timur 21 Tinggi 57 3

5 Gempabumi - - - - -

6 Kebakaran Permukiman Kota Jakarta Barat 57 Tinggi 2 1

Kota Jakarta Pusat 54 Tinggi 4 2

Kota Jakarta Selatan 52 Tinggi 5 3

Kota Jakarta Timur 49 Tinggi 7 4

Kota Jakarta Utara 46 Tinggi 8 5

7 Kecelakaan Industri - - - - -

8 Kecelakaan Transportasi Kota Jakarta Selatan 32 Tinggi 19 2

Kepulauan Seribu 28 Tinggi 32 3

Kota Jakarta Timur 24 Tinggi 48 4

9 Kekeringan - - - - -

Page 38: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxxvii

No Jenis Bencana Wilayah Hilir Nilai/

Skor

Tingkat

Kerawanan

Ranking

Nasional

Ranking

JABODETABEKPUNJUR

10 Konfl ik Sosial Kota Jakarta Barat 45 Tinggi 2 1

Kota Jakarta Pusat 21 Sedang 25 2

11 Tanah Longsor Kota Jakarta Timur 16 Sedang 109 4

Sumber: IRBI BNPB, 2011

Profi l kerentanan bencana dapat diindikasikan sebagai potensi keterpaparan penduduk (jiwa atau % penduduk), potensi kerugian fi sik dan ekonomi (triliun Rp), dan potensi kerusakan lingkungan (Ha atau % wilayah). Potensi keterpaparan penduduk (dalam %) apabila bencana terjadi di kawasan JABODETABEKPUNJUR dapat dilihat pada tabel 6. Potensi dampak berbagai jenis bencana tersebut akan menimbulkan kerugian dan dampak yang tidak kecil bagi perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat JABODETABEKPUNJUR. Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran kerugian, fokus dalam perencanaan tata ruang wilayah provinsi maupun kabupaten/kota menjadi lebih efektif. Tabel 6

Potensi Keterpaparan Penduduk (%)

No Jenis Bencana Provinsi % Keterpaparan

Penduduk

Ranking per bencana di

JABODETABEKPUNJUR

1 Gempa Bumi Jawa Barat 76.17 1

Banten 12.13 2

DKI Jakarta 8.86 3

2 Tsunami Banten 3.02 1

DKI Jakarta 0.65 2

Jawa Barat 0.29 3

3 Banjir DKI Jakarta 40.10 1

Jawa Barat 20.13 2

Banten 13.16 3

4 Tanah Longsor Jawa Barat 86.49 1

DKI Jakarta 78.00 2

Banten 77.79 3

5 Letusan Gunung Api Jawa Barat 1.33 1

6 Gelomb Ekstrim dan Abrasi DKI Jakarta 10.24 1

Jawa Barat 3.40 2

Banten 0.57 3

7 Cuaca Ekstrim Jawa Barat 29.12 1

Banten 27.31 2

DKI Jakarta 2.63 3

8 Kekeringan Jawa Barat 87.55 1

Banten 76.48 2

9 Kebakaran Hutan dan Lahan Jawa Barat 24.76 1

Banten 18.06 2

Page 39: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxxviii

No Jenis Bencana Provinsi % Keterpaparan

Penduduk

Ranking per bencana di

JABODETABEKPUNJUR

10 Kebakaran Gedung dan Permukiman

DKI Jakarta - -

Jawa Barat - -

Banten - -

11 Epidemi dan Wabah Penyakit Jawa Barat 89.37 1

DKI Jakarta 78.25 2

Banten 78.23 3

12 Gagal Teknologi Jawa Barat 90.33 1

Banten 78.11 2

DKI Jakarta 77.75 3

13 Konfl ik Sosial Jawa Barat 90.26 1

Banten 77.96 2

DKI Jakarta 77.30 3

Sumber: RPB DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, 2012-2016 dan http://indonesiadata.co.id/main/index.php/jumlah-penduduk

Berdasarkan analisis kecenderungan kejadian bencana dalam RPB, maka bencana yang kecenderungannya naik setiap tahun di setiap provinsi adalah banjir.

4.2 Analisis RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dari Perspektif Risiko Bencana2

Input informasi dari proses penyusunan RPB Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten terutama yang berkaitan dengan pengenalan ancaman dan kerentanan bencana, serta analisis kemungkinan dampak bencana (risiko bencana) merupakan informasi yang penting untuk dimasukkan ke dalam proses penyusunan evaluasi RTR KSN JABODETABEKPUNJUR.

Analisis potensi risiko bencana dilakukan berdasarkan tumpangsusun peta ancaman, kerentanan, dan risiko bencana (13 jenis bencana) BNPB dengan peta Struktur dan Pola ruang dari Perpres 54/2008. Hasil analisis dan upaya mitigasi dapat dilihat pada Kesimpulan, sedangkan peta-peta Ancaman, Kerentanan dan Risikonya dapat dilihat pada Lampiran. Kemudian disimpulkan zona-zona yang signifi kan terkena dampak bencana tersebut untuk Kawasan JABODETABEKPUNJUR sebagai berikut.

2 Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Laporan Final Pendekatan Kajian Risiko Bencana Untuk Perencanaan KSN (Studi Kasus: Perpres No. 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR) 55-125

Page 40: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxxix

Tabel 7

Zona Potensi Bencana Risiko Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

No. Jenis Bencana DKI Jakarta Jawa Barat Banten

1 Gempa Bumi

-

B, N dan 6 pusat kota (Cinere, Kota Depok, Kota Bogor, Cimanggis, Cileungsi, Kota Bekasi)

B,N dan 2 pusat kota (Kota Tangerang, Serpong)

2 Tsunami - - -

3 Banjir Bag. Utara : B1, B6, B7, N1, dan 1 pusat kota (Kota Jkt Pusat)

Bag. Utara: B1, B2, B5, B7, N1 dan 1 pusat kota (Kota Bekasi)

Bag. utara : B1, B6, B7, N1 dan 1 pusat kota (Kota Tangerang)

4 Tanah Longsor - B4, B4/HP di Kab.Bogor -

5 Letusan Gn Api - N di Kab Bogor -

6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Pantai utara (B1, B6, B7 dan N1) - -

7 Cuaca Ekstrim (Puting Beliung) - B4, B4/HP, B7 di Kab. Bekasi -

8 Kekeringan - B4, B4/HP, B7, B7/HP,N di Kab. Bogor, Kab. Bekasi -

9 Kebakaran Hutan dan Lahan - N, B4/HP, B4 di Kab. Bogor -

10 Kebakaran Gedung dan Pemukiman - B, N di Kab. Bogor, Kab dan Kota

Bekasi, Kab. Cianjur B, N di Kab. Tangerang

11 Epidemi dan Wabah Penyakit B di Kota Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, Timur

B, N di Cinere, Kota Depok, Kota Bogor, Cimanggis, Cileungsi, Setu, Tambun, Kota Bekasi

-

12 Gagal Teknologi B, N di Jakarta Barat, Selatan, Timur

B, N di Kota Bogor, Kota Depok, Cinere, Cimanggis, Tambun

B, N di Kota Tangerang

13 Konfl ik Sosial B di Jakarta Sel dan Barat - -

Sumber: Analisis Spasial oleh Tim Penyusun, 2013

Berdasarkan kajian substansi penanggulangan bencana dalam RTRW Provinsi ditemukan bahwa aspek kebencanaan yang diulas dalam RTRWP DKI Jakarta, Jawa Barat, maupun Banten belum lengkap sehingga diperlukan langkah untuk melengkapinya kelak apabila RTRWP akan dievaluasi 5 tahun mendatang.

Berdasarkan kajian pada kasus Kota Jakarta Timur, ditemui bahwa dari segi skala peta dan informasi peta risiko Jakarta Timur, tampaknya peta multirisiko yang di buat pada skala 1:50.000 masih terlalu umum dan harus lebih detil lagi. Analisis spasial yang telah dilakukan dengan pertampalan antara peta RTR KSN JABODETABEKPUNJUR terhadap peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana; memang dapat dilakukan pada skala 1:250.000; walaupun sebenarnya tuntutan skala yang dibutuhkan adalah 1:50.000. Sehingga ada kesenjangan informasi pada peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko BNPB bila analisis dilakukan pada skala 1:50.000 atau lebih detail, dan akan mengurangi kemampuan menggunakan data ancaman, kerentanan dan risiko. Misalnya kesulitan yang ditemui untuk membuat jalur evakuasi, identifi kasi kerusakan terparah dan seterusnya. Dengan demikian

Page 41: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxl

untuk melakukan analisis spasial yang detil pada kota Jakarta Timur ini diperlukan data pada skala 1:25.000.

5. Kesimpulan

Secara umum dapat disimpulkan bahwa:● Pendekatan Kajian Risiko Bencana BNPB tingkat basis yang tersedia saat ini dapat

dimanfaatkan pada perencanaan KSN pada skala peta 1:250.000 dan tidak dapat dimanfaatkan untuk perencanaan tata ruang tingkat kabupaten/kota. Pendekatan ini juga dapat diimplementasikan dalam konteks RTRWP pada skala peta 1:250.000.

● Berdasarkan kajian ini, data spasial BNPB yang meliputi ancaman, kerentanan dan risiko bencana pada skala 1:250.000 dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan tingkat ancaman, kerentanan, dan risiko bencana beserta lokasinya untuk ke tigabelas jenis bencana.

● Pendekatan ini dapat dimanfaatkan untuk melengkapi substansi tinjauan ulang RTR KSN (kasus studi RTR KSN JABODETABEKPUNJUR), RTRW Provinsi DKI Jakarta, RTRW Provinsi Jawa Barat dan RTRW Provinsi Banten dengan substansi kajian risiko bencana.

● Berdasarkan perhitungan jarak antar pusat kegiatan ditemukan titik-titik pusat kegiatan yang terlalu dekat –dengan jarak hanya sekitar 6 sampai dengan 6,5 kilometer)- sehingga pada kenyataannya dapat menimbulkan aglomerasi (misalnya Cinere – Kota Depok – Cimanggis). Lebih lanjut, hal tersebut menyebabkan potensi kerentanan dan risiko bencana pada pusat-pusat tersebut akan semakin tinggi.

● Indikasi kerawanan bencana dapat digunakan dan diolah untuk mempersiapkan kemampuan kawasan di masa yang akan datang untuk menghadapi 13 jenis bencana, dan dapat membantu fokus perencanaan tata ruang wilayah dalam mitigasi bencana, terutama dalam menyelamatkan pusat-pusat kegiatan nasional maupun sub-sub pusat kegiatan agar tetap tumbuh sebagaimana direncanakan.

● Indikasi kerentanan bencana dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menghadapi bencana dalam kurun waktu 5 tahun. Diperlukan kehati-hatian dalam membaca indikasi kerentanan bencana terutama dalam membaca potensi kerugian fi sik dan ekonomi, serta potensi kerusakan lingkungan. Dengan demikian fokus perencanaan tata ruang wilayah akan lebih efektif antara lain dalam menentukan upaya mitigasi bencana beserta biaya yang harus disediakan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan.

● Indikasi risiko bencana dapat digunakan untuk menurunkan potensi kerugian akibat bencana pada kurun waktu tertentu (5 tahun) melalui penyusunan indikasi program periode 5 tahunan.

● Pada jenis bencana non alam (kegagalan teknologi, epidemi dan wabah penyakit, serta konfl ik sosial), diperlukan studi lebih lanjut untuk mendapatkan rekomendasi terbaik dan relevansinya terhadap penataan ruang, sejauh mana ketersediaan data empirisnya, mitigasi yang perlu dilakukan apakah struktural atau non-struktural.

Page 42: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xli

Khusus untuk bencana kegagalan teknologi, keberadaan lokasi-lokasi strategis yang sudah ada (misalnya keberadaan kilang minyak, pabrik dinamit, reaktor nuklir) perlu diperhatikan bagi keperluan analisis potensi risiko bencana dan tidak hanya dilihat dari sejarah kejadiannya saja. Hal ini penting mengingat bencana kegagalan teknologi pada skala yang besar akan dapat mengancam kestabilan ekologi secara global.

● Selain berdasarkan daerah administrasi, bencana risiko tinggi untuk JABODETABEKPUNJUR juga dapat dianalisis berdasarkan ketinggian wilayah di atas permukaan air laut. Secara umum ketinggian lokasi di atas permukaan air laut dapat digolongkan menjadi hulu, tengah dan hilir. Bencana berisiko tinggi untuk JABODETABEKPUNJUR dapat dibagi menurut karakteristik wilayah sbb:

Gambar 2

Bencana Risiko Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR Berdasarkan Ketinggian

Wilayah

Wilayah Hulu Wilayah Tengah Wilayah Hilir

1 Gempa Bumi

2 Tsunami

3 Banjir

4 Tanah Longsor

5 Letusan Gunung Api

6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi

7 Cuaca Ekstrim

8 Kekeringan

9 Kebakaran Hutan dan Lahan

10 Kebakaran Gedung dan Permukiman

11 Epidemi dan Wabah Penyakit

12 Gagal Teknologi

13 Konfl ik Sosial

Kawasan BOPUNJUR (Bogor,

Puncak, Cianjur)

Kawasan Penyangga DKI (Depok,

Bekasi, Tangerang, dan lain-lain)

DKI Jakarta

Sumber: hasil analisis, 2013

Page 43: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxlii

Hulu: Gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung api, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kebakaran gedung dan permukiman, epidemi dan wabah penyakit, serta kegagalan teknologi;

Tengah: gempabumi, banjir, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran gedung dan permukiman, epidemi dan wabah penyakit, serta kegagalan teknologi;

Hilir: banjir, gelombang ekstrim dan abrasi, epidemi dan wabah penyakit, konfl ik sosial, serta kegagalan teknologi.

● Aspek kebencanaan pada RTRWP DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten belum lengkap sebagaimana dalam RPB masing-masing provinsi; sehingga diperlukan upaya untuk melengkapinya kelak apabila RTRWP akan dievaluasi.

● Dari kasus KRB Jakarta Timur terlihat bahwa untuk perencanaan tata ruang skala kabupaten/kota masih membutuhkan data spasial yang meliputi ancaman, kerentanan dan risiko bencana pada skala 1:50.000 dan lebih detil dengan kualitas data yang lebih baik. Hal ini membutuhkan kerjasama dan kesepakatan antara BIG dan BNPB untuk menghasilkan IGD dan IGT yang berkualitas tinggi, baik dalam proses pengumpulan data spasial kebencanaan baik dari citra satelit dan penginderaan jauh lainnya, data spasial dari K/L lain, survei dan pemetaan, hingga pemrosesan data dan bukan hanya sekedar rekayasa GIS.

Secara khusus, kesimpulan disusun menurut tiga belas jenis bencana yang memiliki kecenderungan risiko tinggi pada wilayah hulu, tengah, dan hilir sebagaimana dapat dilihat pada tabel 8 sampai dengan tabel 10.

6. Rekomendasi

Secara umum rekomendasi adalah sebagai berikut:● Info kerawanan bencana pada wilayah hulu, tengah dan hilir dapat digunakan untuk

melengkapi muatan teknis RTRWP DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.● Berdasarkan hasil tumpangsusun peta risiko bencana ditemukan penggunaan

lahan lain dengan potensi tingkat risiko bencana yang tinggi yang tidak sesuai dengan Perpres 54/2008; sehingga alternatif rekomendasinya adalah antara lain: (i) dilakukan perubahan pola pemanfaatan ruang; (ii) dilakukan upaya pengendalian pemanfaatan ruang. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mengkaji secara lebih detail terhadap hal ini, antara lain melalui RDTR.

● Dalam kaitan dengan upaya mitigasi bencana, maka pembangunan infrastruktur kesiapsiagaan dianjurkan untuk dilakukan pada wilayah yang sudah padat dan sudah tidak bisa diubah peruntukannya. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mengkaji secara lebih detail terhadap hal ini, antara lain melalui RDTR.

● Dalam kaitan dengan arahan susunan pusat-pusat kegiatan di JABODETABEKPUNJUR, diperlukan studi lebih lanjut untuk mereview terhadap sub-sub pusat perkotaan tersebut mana yang akan lebih dominan sehingga dapat direkomendasikan untuk digabung menjadi satu pusat perkotaan.

Page 44: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xliii

Adapun secara khusus rekomendasi disusun sebagai masukan pada kegiatan Kaji Ulang KSN JABODETABEKPUNJUR dan juga sebagai masukan untuk instansi-instansi terkait sebagai berikut:

Rekomendasi Untuk Kegiatan Kaji Ulang KSN JABODETABEKPUNJUR (lihat Tabel 11)

Page 45: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxliv

Ta

be

l 8

Be

nca

na

Ris

iko

Tin

gg

i p

ad

a W

ila

ya

h H

ulu

No

.Je

nis

Be

nc

an

aL

ok

asi

Tin

gk

at

Ris

iko

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Sa

at

Ini

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Pe

rpre

s 5

4/2

00

8U

pa

ya

Mit

iga

si

1 G

empa

Bum

i

Kota

Bog

orSe

dang

-Tin

ggi

Sem

ak-s

emak

dan

hut

an,

pert

ania

n da

n ru

ang

terb

uka,

kom

ersi

l dan

bi

snis

, per

muk

iman

ke

pada

tan

tingg

i

B1

■ Pe

rlu d

iban

gun

infr

astr

uktu

r kes

iaps

iaga

an (r

enca

na

kont

inge

nsi,

peny

iapa

n da

n pe

mas

anga

n in

stru

men

sis

tem

pe

ringa

tan

dini

); ■

Pela

tihan

unt

uk m

enin

gkat

kan

kesi

agaa

n m

engh

adap

i be

ncan

a;■

Perk

uata

n ba

ngun

an d

an in

fras

truk

tur y

ang

berp

oten

si

terk

ena

benc

ana;

Kab.

Bog

or:

bag.

Bara

tTi

nggi

N1-

N2,

B2,

B3,B

4,B4

/HP

■ Pe

ngua

tan

man

ajem

en ri

siko

;■

Peng

enda

lian

konv

ersi

: pen

geta

tan

peng

guna

an L

ahan

;■

Perlu

stu

di le

bih

lanj

ut u

ntuk

men

ilai t

ren

konv

ersi

laha

n.

2 Ts

unam

i -

--

--

3 Ba

njir

--

--

-

4 Ta

nah

Long

sor

Kab.

Bog

or:

Bag.

Bar

at d

an T

imur

Seda

ng-T

ingg

iSe

mak

-sem

ak d

an h

utan

, pe

rtan

ian

dan

ruan

g te

rbuk

aB4

,B4/

HP

■ Pe

ngua

tan

man

ajem

en ri

siko

;■

Peng

enda

lian

konv

ersi

: pen

geta

tan

peng

guna

an L

ahan

;■

Perlu

stu

di le

bih

lanj

ut u

ntuk

men

ilai t

ren

konv

ersi

laha

n.5

Letu

san

G. A

pi

Kab.

Bog

or:

G. S

alak

Seda

ngSe

mak

-sem

ak d

an h

utan

, pe

rtan

ian

dan

ruan

g te

rbuk

a

N2

G. P

angr

ango

N, B

3,B4

6 A

bras

i -

--

--

7 Cu

aca

Ekst

rim-

--

--

8 Ke

kerin

gan

Kab.

Bog

or:

Bag.

Bar

at: P

arun

g,

Tiga

raks

a, G

n Si

ndur

Sang

at T

ingg

i

Kebu

n ca

mpu

ran,

te

gala

n, p

ersa

wah

anN

Peng

uata

n m

anaj

emen

risi

ko m

elal

ui p

enge

lola

an a

ir se

cara

bi

jaks

ana

Bag.

Sel

atan

:Ci

teur

eup,

Cile

ungs

i, Ke

lapa

Nun

ggal

Pert

ania

n, ru

ang

terb

uka

B4/B

4/H

P

Page 46: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xlv

No

.Je

nis

Be

nc

an

aL

ok

asi

Tin

gk

at

Ris

iko

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Sa

at

Ini

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Pe

rpre

s 5

4/2

00

8U

pa

ya

Mit

iga

si

9 Ke

baka

ran

Hut

an d

an

Laha

n

Kab.

Bog

or:

Bag.

Bar

atSe

dang

Sem

ak-s

emak

dan

hut

an,

pert

ania

n da

n ru

ang

terb

uka

N2,

B4,

B4/

HP

■ Pe

ngua

tan

man

ajem

en ri

siko

;■

Peng

enda

lian

konv

ersi

: pen

geta

tan

peng

guna

an la

han;

■ Pe

rlu s

tudi

lebi

h la

njut

unt

uk m

enila

i tre

n ko

nver

si la

han;

■ Pe

ngua

tan/

pem

bang

unan

infr

astr

uktu

r ant

ara

lain

wad

uk-

wad

uk k

ecil,

pem

buat

an s

ekat

pen

ghal

ang

api,

teru

tam

a an

tara

laha

n pe

rum

ahan

, per

kebu

nan,

per

tani

an, d

enga

n hu

tan;

pem

buat

an h

ujan

bua

tan

Bag.

Tim

urD

omin

an N

2

10

Keba

kara

n G

edun

g da

n Pe

rmuk

iman

Kab.

Bog

or:

Bag.

Uta

ra d

an

Sela

tan

Ting

gi

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

sem

ak-s

emak

dan

hu

tan,

per

tani

an d

an

ruan

g te

rbuk

a

B

■ Pe

ngua

tan

man

ajem

en ri

siko

aga

r kep

adat

an b

angu

nan

perm

ukim

an ti

dak

bert

amba

h tin

ggi m

elal

ui p

eren

cana

an

lebi

h de

til;

■ Pe

ngua

tan/

pem

bang

unan

infr

astr

uktu

r ant

ara

lain

pe

nyed

iaan

wad

uk k

ecil,

bak

pen

ampu

ngan

air,

ser

ta h

idra

n un

tuk

pem

adam

an a

pi.

Kab.

Cia

njur

:Pe

rbat

asan

Kab

. Bo

gor

11

Epid

emi

dan

Wab

ah

Peny

akit

Kota

Bog

or

Seda

ng

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

pert

ania

n da

n la

han

terb

uka,

indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as u

mum

, fa

silit

as tr

ansp

orta

si,

rum

ah d

iban

gun

B

■ So

sial

isas

i dan

pel

atih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na e

pide

mi d

an w

abah

pen

yaki

t;■

Man

ajem

en ri

siko

dan

det

eksi

sec

ara

dini

. Per

lu s

tudi

lebi

h la

njut

unt

uk p

enge

ndal

ian

fakt

or ri

siko

;■

Perlu

stu

di le

bih

lanj

ut u

ntuk

miti

gasi

terb

aik

dan

rele

vans

inya

te

rhad

ap p

enat

aan

ruan

g.

Kab.

Bog

or:

Cile

ungs

i

12

Gag

al

Tekn

olog

i Ko

ta B

ogor

Ting

gi

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as u

mum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si, r

umah

di

bang

un, s

emak

-sem

ak

dan

huta

n, p

erta

nian

da

n ru

ang

terb

uka

B1

■ Pe

rlu d

iban

gun

infr

astr

uktu

r kes

iaps

iaga

an (r

enca

na

kont

inge

nsi,

peny

iapa

n da

n pe

mas

anga

n in

stru

men

sis

tem

pe

ringa

tan

dini

); ■

Pela

tihan

unt

uk m

enin

gkat

kan

kesi

agaa

n m

engh

adap

i be

ncan

a;

■ Pe

rkua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r;■

Pena

taan

ula

ng k

awas

an in

dust

ri ya

ng b

erad

a di

ling

kung

an

peru

mah

an p

adat

. Per

lu s

tudi

lebi

h la

njut

.

13

Konfl

ik S

osia

l -

--

--

Sum

ber:

hasi

l ana

lisis,

201

3

La

nju

tan

Ta

be

l 8

Page 47: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxlvi

Ta

be

l 9

Be

nca

na

Ris

iko

Tin

gg

i p

ad

a W

ila

ya

h T

en

ga

h

No

.Je

nis

Be

nc

an

aL

ok

asi

Tin

gk

at

Ris

iko

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Sa

at

Ini

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Pe

rpre

s 5

4/2

00

8U

pa

ya

Mit

iga

si

1 G

empa

Bum

i

Kota

Tan

gera

ngSe

dang

-Ti

nggi

Sem

ak-s

emak

dan

hut

an,

pert

ania

n da

n ru

ang

terb

uka,

kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

ting

gi

B1

■ Pe

rlu d

iban

gun

infr

astr

uktu

r kes

iaps

iaga

an (r

enca

na

kont

inge

nsi,

peny

iapa

n da

n pe

mas

anga

n in

stru

men

sis

tem

pe

ringa

tan

dini

); ■

Pela

tihan

unt

uk m

enin

gkat

kan

kesi

agaa

n m

engh

adap

i be

ncan

a;■

Perk

uata

n ba

ngun

an d

an in

fras

truk

tur y

ang

berp

oten

si

terk

ena

benc

ana;

Kota

Tan

gera

ng

Sela

tan.

Kota

Bek

asi

Ting

gi

Kota

Dep

ok:

Cine

re, C

iman

ggis

, Ko

ta D

epok

Kab.

Tan

gera

ng:

Bag.

Teng

ah d

an

Sela

tan

B2,B

3,B5

■ Pe

ngua

tan

man

ajem

en ri

siko

;■

Peng

enda

lian

konv

ersi

: pen

geta

tan

peng

g. la

han

■ Pe

rlu st

udi l

ebih

lanj

ut u

ntuk

men

ilai t

ren

konv

ersi

laha

n.

2 Ts

unam

i -

--

--

3 Ba

njir

Kab.

Tan

gera

ng:

Are

a se

kita

r ban

dara

So

ekar

no-H

atta

Seda

ng-

Rend

ah

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

pert

ania

n da

n la

han

terb

uka,

Indu

stri

dan

guda

ng,

pend

idik

an d

an fa

sum

, fas

.tr

ansp

orta

si ru

mah

dib

angu

n

B2,B

5

■ Pe

rlu d

ikem

bang

kan

peng

elol

aan

lingk

unga

n un

tuk

men

jaga

in

fras

truk

tur b

anda

ra d

an a

kses

men

uju

band

ara.

Kota

Bek

asi:

Dek

at k

aw. I

ndus

tri

Pulo

Gad

ung

Seda

ng-

Ting

giRu

mah

dib

angu

n, p

erta

nian

da

n ru

ang

terb

uka

B1■

Perlu

dip

ertim

bang

kan

peng

guna

an la

han

alte

rnat

if la

in

sela

in u

ntuk

per

tani

an.

Kab.

Bek

asi:

Dek

at k

aw. I

ndus

tri

Pulo

Gad

ung

Seda

ng-

Ting

giB2

,B5

(dom

inan

),B7,

N1

4 Ta

nah

Long

sor

--

--

-

5 Le

tusa

n G

. Api

-

--

--

6 A

bras

i -

--

--

Page 48: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xlvii

No

.Je

nis

Be

nc

an

aL

ok

asi

Tin

gk

at

Ris

iko

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Sa

at

Ini

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Pe

rpre

s 5

4/2

00

8U

pa

ya

Mit

iga

si

7 Cu

aca

Ekst

rim

Kab.

Bek

asi:

Bag.

Uta

raSe

dang

-Ti

nggi

Saw

ah, l

ahan

terb

angu

n da

n pe

rmuk

iman

B4,B

4/H

P,B7,

sed

ikit

B1■

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(ren

cana

ko

ntin

gens

i);

■ Pe

rkua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r yan

g be

rpot

ensi

te

rken

a be

ncan

a m

elal

ui p

ener

apan

atu

ran

stan

dar b

angu

nan

yang

mem

perh

itung

kan

beba

n an

gin

atau

pem

buat

an b

unke

r ba

wah

tana

h. P

erlu

stud

i leb

ih la

njut

.■

Pela

tihan

unt

uk m

enin

gkat

kan

kesia

gaan

men

ghad

api b

enca

na.

8 Ke

kerin

gan

Kab.

Bek

asi:

Bag.

Uta

raTi

nggi

Sem

ak-s

emak

dan

hut

an,

pert

ania

n da

n ru

ang

terb

uka

B5 d

isel

ingi

N1,

N2

■ Pe

rlu d

iper

timba

ngka

n un

tuk

kons

erva

si ta

nah

dan

pem

buat

an c

heck

dam

dan

rebo

isas

i

9 Ke

baka

ran

Hut

an d

an

Laha

n -

--

--

10

Keba

kara

n G

edun

g da

n Pe

rmuk

iman

Kab.

Tan

gera

ng:

Bagi

an S

elat

an d

an

Teng

ah

Ting

gi

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

sem

ak-s

emak

dan

hu

tan,

per

tani

an d

an ru

ang

terb

uka

B

■ Pe

ngua

tan

man

ajem

en ri

siko

aga

r kep

adat

an b

angu

nan

perm

ukim

an ti

dak

bert

amba

h tin

ggi m

elal

ui p

eren

cana

an

lebi

h de

til;

■ Pe

ngua

tan/

pem

bang

unan

infr

astr

uktu

r ant

ara

peny

edia

an

wad

uk k

ecil,

bak

pen

ampu

ngan

air,

ser

ta h

idra

n un

tuk

pem

adam

an a

pi.

Kota

Bek

asi

Kab.

Bek

asi:

Bagi

an B

arat

dan

Te

ngah

11

Epid

emi

dan

Wab

ah

Peny

akit

Kota

Bek

asi

Seda

ng

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

pert

ania

n da

n la

han

terb

uka,

indu

stri

dan

guda

ng,

pend

idik

an d

an fa

silit

as u

mum

, fa

silit

as tr

ansp

orta

si, r

umah

di

bang

un

B

■ So

sial

isas

i dan

pel

atih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na e

pide

mi;

■ M

anaj

emen

risi

ko d

an d

etek

si s

ecar

a di

ni. P

erlu

stu

di le

bih

lanj

ut u

ntuk

pen

gend

alia

n fa

ktor

risi

ko;

■ Pe

rlu s

tudi

lebi

h la

njut

unt

uk m

itiga

si te

rbai

k da

n re

leva

nsin

ya

terh

adap

pen

ataa

n ru

ang.

Kab.

Bek

asi:

Setu

, Tam

bun

Kota

Dep

ok:

Cine

re, C

iman

ggis

12

Gag

al

Tekn

olog

i

Kota

Tan

gera

ng

Ting

gi

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

indu

stri

dan

guda

ng,

pend

idik

an d

an fa

silit

as

umum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si,

rum

ah d

iban

gun,

sem

ak-

sem

ak d

an h

utan

, per

tani

an

dan

ruan

g te

rbuk

a

B1

■ Pe

rlu d

iban

gun

infr

astr

uktu

r kes

iaps

iaga

an (r

enca

na

kont

inge

nsi,

peny

iapa

n da

n pe

mas

anga

n in

stru

men

sis

tem

pe

ringa

tan

dini

); ■

Pela

tihan

unt

uk m

enin

gkat

kan

kesi

agaa

n m

engh

adap

i be

ncan

a;

■ Pe

ngua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r;■

Pena

taan

ula

ng k

awas

an in

dust

ri ya

ng b

erad

a di

ling

kung

an

peru

mah

an p

adat

. Per

lu s

tudi

lebi

h la

njut

.

Kab.

Bek

asi:

Tam

bun

Kota

Dep

ok:

Cine

re, K

ota

Dep

ok,

Cim

angg

is

13

Konfl

ik S

osia

l -

--

--

Sum

ber:

hasi

l ana

lisis,

201

3

La

nju

tan

Ta

be

l 9

Page 49: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxlviii

Ta

be

l 1

0

Be

nca

na

Ris

iko

Tin

gg

i p

ad

a W

ila

ya

h H

ilir

No

.Je

nis

Be

nc

an

aL

ok

asi

Tin

gk

at

Ris

iko

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Sa

at

Ini

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Pe

rpre

s 5

4/2

00

8U

pa

ya

Mit

iga

si

1 G

empa

Bum

i -

--

--

2 Ts

unam

i -

--

--

3 Ba

njir

Kota

Jaka

rta

Pusa

t

Ting

gi

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

pert

ania

n da

n la

han

terb

uka,

Indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as u

mum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si,

rum

ah d

iban

gun

B1■

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(ren

cana

ko

ntin

gens

i);

■ Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api

benc

ana

banj

ir;■

Ara

han

tent

ang

inte

nsita

s pe

nggu

naan

ruan

g,

peng

atur

an k

awas

an b

udid

aya

deng

an in

stru

men

KZB

, KD

B, K

LB, m

isal

nya

pem

bang

unan

hun

ian

vert

ikal

; ■

Peng

uata

n ba

ngun

an d

an in

fras

truk

tur y

ang

berp

oten

si te

rken

a be

ncan

a;■

Pert

imba

ngan

pem

bang

unan

dan

pem

ulih

an

kapa

sita

s po

lder

dan

pem

ompa

an d

i pol

der (

mis

alny

a:

area

Ista

na M

erde

ka d

i Jak

arta

Pus

at)

Kota

Jaka

rta

Tim

ur:

Pulo

Gad

ung,

Ca

kung

B1

Kota

Jaka

rta

Uta

ra:

Sepa

njan

g pa

ntai

U

tara

B1, B

6, B

7, N

1

4 Ta

nah

Long

sor

--

--

-

5 Le

tusa

n G

. Api

-

--

--

6 G

elom

bang

Ek

strim

dan

Abr

asi

Kota

Jaka

rta

Uta

ra:

Sepa

njan

g pa

ntai

ut

ara

Ting

giPe

rmuk

iman

kep

adat

an

tingg

i, in

dust

ri da

n gu

dang

, ko

mer

sil d

an b

isni

s, pe

raira

n, ra

wa,

sun

gai d

an

kola

m; p

erta

nian

dan

ruan

g te

rbuk

a

B1, B

6, B

7, N

1■

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(ren

cana

ko

ntin

gens

i, pe

nyia

pan

dan

pem

asan

gan

inst

rum

en

sist

em p

erin

gata

n di

ni);

■ Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api

benc

ana

gelo

mba

ng e

kstr

im;

■ Pe

ngua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r yan

g be

rpot

ensi

terk

ena

benc

ana;

■ Pe

rem

ajaa

n pa

ntai

den

gan

pena

nam

an v

eget

asi b

akau

pa

da z

ona

N;

■ Pe

rtim

bang

an u

ntuk

men

ata

ulan

g ka

was

an

perm

ukim

an y

ang

bera

da d

i pin

ggir

pant

ai.

7 Cu

aca

Ekst

rim

--

--

-

8 Ke

kerin

gan

--

--

-

9 Ke

baka

ran

Hut

an

dan

Laha

n -

--

--

Page 50: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xlix

No

.Je

nis

Be

nc

an

aL

ok

asi

Tin

gk

at

Ris

iko

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Sa

at

Ini

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Pe

rpre

s 5

4/2

00

8U

pa

ya

Mit

iga

si

10

Keba

kara

n G

edun

g da

n Pe

rmuk

iman

-

--

--

11

Epid

emi d

an

Wab

ah P

enya

kit

Kota

Jaka

rta

Pusa

t,Ko

ta Ja

kart

a U

tara

, Ko

ta Ja

kart

a Ba

rat,

Kota

Jaka

rta

Sela

tan,

Kota

Jaka

rta

Tim

ur

Seda

ngKo

mer

sil d

an b

isni

s, pe

rmuk

iman

kep

adat

an

tingg

i, pe

rtan

ian

dan

laha

n te

rbuk

a, in

dust

ri da

n gu

dang

, pen

didi

kan

dan

fasi

litas

um

um, f

asili

tas

tran

spor

tasi

, rum

ah

diba

ngun

B■

Sosi

alis

asi d

an p

elat

ihan

unt

uk m

enin

gkat

kan

kesi

agaa

n m

engh

adap

i ben

cana

epi

dem

i dan

wab

ah

peny

akit;

■ M

anaj

emen

risi

ko d

an d

etek

si s

ecar

a di

ni. P

erlu

stu

di

lebi

h la

njut

unt

uk p

enge

ndal

ian

fakt

or ri

siko

;■

Perlu

stu

di le

bih

lanj

ut u

ntuk

miti

gasi

terb

aik

dan

rele

vans

inya

terh

adap

pen

ataa

n ru

ang.

12

Gag

al Te

knol

ogi

Kota

Jaka

rta

Bara

t,Ko

ta Ja

kart

a Se

lata

n,

Kota

Jaka

rta

Tim

ur

Ting

giKo

mer

sil d

an b

isni

s, pe

rmuk

iman

kep

adat

an

tingg

i, in

dust

ri da

n gu

dang

, pe

ndid

ikan

dan

fasi

litas

um

um, f

asili

tas

tran

spor

tasi

, ru

mah

dib

angu

n, s

emak

-se

mak

dan

hut

an, p

erta

nian

da

n ru

ang

terb

uka

B1■

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(ren

cana

ko

ntin

gens

i, pe

nyia

pan

dan

pem

asan

gan

inst

rum

en

sist

em p

erin

gata

n di

ni);

■ Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api

benc

ana;

Perk

uata

n ba

ngun

an d

an in

fras

truk

tur;

■ Pe

nata

an u

lang

kaw

asan

indu

stri

yang

ber

ada

di

lingk

unga

n pe

rum

ahan

pad

at. P

erlu

stu

di le

bih

lanj

ut.

13

Konfl

ik S

osia

l Ko

ta Ja

kart

a Ba

rat,

Kota

Jaka

rta

Sela

tan

-Ko

mer

sil d

an b

isni

s, pe

rmuk

iman

kep

adat

an

tingg

i, in

dust

ri da

n gu

dang

, pe

ndid

ikan

dan

fasi

litas

um

um, f

asili

tas

tran

spor

tasi

, ru

mah

dib

angu

n

B■

Men

doro

ng p

eran

ser

ta p

endu

duk

dala

m ra

ngka

m

emel

ihar

a st

abili

tas

kete

ntra

man

dan

ket

ertib

an;

■ M

enge

mba

ngka

n su

prem

asi h

ukum

den

gan

men

egak

kan

huku

m s

ecar

a ko

nsis

ten,

ber

kead

ilan

dan

keju

jura

n;

■ M

enin

gkat

kan

pem

aham

an d

an p

enya

dara

n se

rta

men

ingk

atny

a pe

rlind

unga

n pe

ngho

rmat

an, d

an

pene

gaka

n H

AM

. ■

Perlu

stu

di le

bih

lanj

ut u

ntuk

miti

gasi

terb

aik

dan

rele

vans

inya

terh

adap

pen

ataa

n ru

ang.

Sum

ber:

Has

il An

alis

is o

leh

Tim

Pen

yusu

n, 2

013

La

nju

tan

Ta

be

l 1

0

Page 51: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALl

Ta

be

l 1

1

Re

ko

me

nd

asi

un

tuk

Wil

ay

ah

Hu

lu, T

en

ga

h d

an

Hil

ir

No

.P

rov

insi

/Ka

bu

pa

ten

/

Ko

taJe

nis

Be

nc

an

aR

ek

om

en

da

si

Wil

ay

ah

Hu

lu

IJa

wa

Bara

tCu

aca

ekst

rim, k

eker

inga

n, k

ebak

aran

hut

an d

an la

han,

epi

dem

i dan

w

abah

pen

yaki

t, ga

gal t

ekno

logi

, dan

kon

fl ik

sosi

al■

Dire

kom

enda

sika

n un

tuk

mel

engk

api a

spek

keb

enca

naan

pad

a ke

giat

an e

valu

asi R

TRW

P Ja

wa

Bara

t unt

uk je

nis

benc

ana

ters

ebut

;■

Dire

kom

enda

sika

n ag

ar k

edal

aman

mat

eri a

spek

keb

enca

naan

yan

g te

lah

ada

dise

suai

kan

deng

an h

asil

Kajia

n Ri

siko

Ben

cana

Pro

vins

i Ja

wa

Bara

t (12

jeni

s po

tens

i ben

cana

)

1Ko

ta B

ogor

Gem

pa B

umi,

Epid

emi d

an W

abah

Pen

yaki

t, G

agal

Tekn

olog

i

Peny

usun

an R

DTR

ber

basi

s m

itiga

si m

asin

g-m

asin

g be

ncan

a (s

kala

1:

5.00

0)

2 Ka

b. B

ogor

Gem

pa B

umi,

Tana

h Lo

ngso

r, Le

tusa

n G

. Api

, Kek

erin

gan,

Keb

akar

an

Hut

an d

an L

ahan

, Keb

akar

an G

ed. d

an P

erm

ukim

an, E

pide

mi d

an W

abah

Pe

nyak

it

3 Ka

b. C

ianj

urKe

baka

ran

Ged

ung

dan

Perm

ukim

an

Wil

ay

ah

Te

ng

ah

IBa

nten

Gem

pabu

mi,

gelo

mba

ng e

kstr

im, c

uaca

eks

trim

, kek

erin

gan,

keb

akar

an

huta

n da

n la

han,

epi

dem

i dan

wab

ah p

enya

kit,

gaga

l tek

nolo

gi, d

an

konfl

ik s

osia

l.

■ D

ireko

men

dasi

kan

untu

k m

elen

gkap

i asp

ek k

eben

cana

an p

ada

kegi

atan

eva

luas

i RTR

WP

Bant

en u

ntuk

jeni

s be

ncan

a te

rseb

ut;

■ D

ireko

men

dasi

kan

agar

ked

alam

an m

ater

i asp

ek k

eben

cana

an y

ang

tela

h ad

a di

sesu

aika

n de

ngan

has

il Ka

jian

Risi

ko B

enca

na P

rovi

nsi

Bant

en (1

1 je

nis

pote

nsi b

enca

na)

1 Ko

ta T

ange

rang

Gem

pa B

umi,

Gag

al Te

knol

ogi

Peny

usun

an R

DTR

ber

basi

s m

itiga

si m

asin

g-m

asin

g be

ncan

a (s

kala

1:

5.00

0)2

Kota

Tan

gera

ng S

elat

anG

empa

Bum

i

3Ka

b. T

ange

rang

Gem

pa B

umi,

Banj

ir, K

ebak

aran

Ged

ung

dan

Perm

ukim

an

IIJa

wa

Bara

t

1 Ko

ta B

ekas

iG

empa

Bum

i, Ba

njir,

Keb

akar

an G

edun

g da

n Pe

rmuk

iman

, Epi

dem

i dan

W

abah

Pen

yaki

t Pe

nyus

unan

RD

TR b

erba

sis

miti

gasi

mas

ing-

mas

ing

benc

ana

(ska

la

1:5.

000)

2Ka

b. B

ekas

i B

anjir

, Cua

ca E

kstr

im, K

eker

inga

n, K

ebak

aran

Ged

ung

dan

Perm

ukim

an,

Epid

emi d

an W

abah

Pen

yaki

t, G

agal

Tekn

olog

i

3Ko

ta D

epok

Gem

pa B

umi,

Epid

emi d

an W

abah

Pen

yaki

t, G

agal

Tekn

olog

i

Page 52: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL li

No

.P

rov

insi

/Ka

bu

pa

ten

/

Ko

taJe

nis

Be

nc

an

aR

ek

om

en

da

si

Wil

ay

ah

Hil

ir

IPr

ovin

si D

KI Ja

kart

aCu

aca

ekst

rim, e

pide

mi d

an w

abah

pen

yaki

t, ga

gal t

ekno

logi

, dan

ko

nfl ik

sos

ial

■ D

ireko

men

dasi

kan

untu

k m

elen

gkap

i asp

ek k

eben

cana

an p

ada

kegi

atan

eva

luas

i RTR

WP

DKI

Jaka

rta

untu

k je

nis

benc

ana

ters

ebut

;■

Dire

kom

enda

sika

n ag

ar k

edal

aman

mat

eri a

spek

keb

enca

naan

yan

g te

lah

ada

dise

suai

kan

deng

an h

asil

Kajia

n Ri

siko

Ben

cana

Pro

vins

i D

KI Ja

kart

a (9

jeni

s po

tens

i ben

cana

)

1Ko

ta Ja

kart

a Pu

sat

Banj

ir, E

pide

mi d

an W

abah

Pen

yaki

t

Peny

usun

an R

DTR

ber

basi

s m

itiga

si m

asin

g-m

asin

g be

ncan

a (s

kala

1:

5.00

0)

2Ko

ta Ja

kart

a U

tara

Banj

ir, G

elom

bang

Eks

trim

dan

Abr

asi,

Epid

emi d

an W

abah

Pen

yaki

t

3Ko

ta Ja

kart

a Ba

rat

Epid

emi d

an W

abah

Pen

yaki

t, G

agal

Tekn

olog

i, Ko

nfl ik

Sos

ial

4 Ko

ta Ja

kart

a Se

lata

nEp

idem

i dan

Wab

ah P

enya

kit,

Gag

al Te

knol

ogi,

Konfl

ik S

osia

l

5Ko

ta Ja

kart

a Ti

mur

Banj

ir, E

pide

mi d

an W

abah

Pen

yaki

t, G

agal

Tekn

olog

i

Sum

ber:

Has

il An

alis

is T

im P

enyu

sun,

201

3

La

nju

tan

Ta

be

l 1

1

Page 53: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALlii

Rekomendasi untuk Badan Informasi Geospasial (BIG)

■ Peta-peta RTRW Provinsi, Kabupaten/Kota sebaiknya bisa disebarluaskan secara on line baik berupa peta digital statik (PDF dan JPG) atau berupa map services menggunakan infrastruktur geospasial dari BIG.

■ BIG perlu mengusahakan dan mempersiapkan dukungan untuk penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana pada skala 1:5.000 dan 1:10.000 khususnya pada KSN JABODETABEKPUNJUR untuk: Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi, Kota Jakarta Utara, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, dan Kota Jakarta Selatan.

Rekomendasi untuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

■ Untuk peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana diharapkan tidak berhenti pada tingkat provinsi (skala 1:250.000) namun bisa dikembangkan sampai kedetilan skala kabupaten yakni 1:50.000 dan untuk kota yakni 1:25.000 atau lebih rinci.

■ Berdasarkan kajian ini, BNPB perlu menyusun Kajian Risiko Bencana berupa dokumen dan peta pada skala 1:50.000 untuk: Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Bekasi; dan pada skala 1:25.000 atau lebih detil untuk Kota Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, Kota Bekasi, Kota Jakarta Utara, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, dan Kota Jakarta Selatan.

■ Kajian risiko dan peta risiko skala 1:50.000 dapat memberikan informasi yang lebih rinci untuk mengidentifi kasi kawasan dengan indeks risiko tinggi, yang memerlukan program aksi mengurangi kerentanan dan meningkatkan ketahanan/resiliensi terutama bagi masyarakat kelompok rentan.

■ Dari kajian studi kasus data spasial kebencanaan Kota Jakarta Timurdiperlukan penyempurnaan KRB dan peta risiko 1:50.000 atau lebih detil agar dapat dimanfaatkan untuk perencanaan tata ruang yang lebih detil.

■ Penyebarluasan informasi kebencanaan (ancaman, kerentanan dan risiko bencana) menggunakan media internet pada http://geospasial.bnpb.go.id dalam bentuk map services dan peta digital statik (JPG dan PDF) sudah efektif. Tetapi untuk pemanfaatan map service masih harus lebih disosialiasikan dan ditingkatkan kecepatan aksesnya.

■ Terkait penyebarluasan informasi spasial kebencanaan secara online, BNPB perlu mengintegrasikan sistemnya dengan infrastruktur data spasial nasional yang sedang dikerjakan BIG sehingga tujuan UU No 4 Tahun 2011 terkait penyelenggaraan IGD dan IGT dalam One-Map Policy dapat terwujud.

■ BNPB memerlukan dukungan berbagai pihak agar kedetilan dan keakuratan data ancaman, kerentanan dan risiko bencana dapat lebih ditingkatkan. Indikator kerentanan bencana perlu disepakati dengan Kementerian/Lembaga lainnya.

Page 54: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL liii

Rekomendasi untuk Perbaikan Pedoman Penyusunan RTR KSN dan RTRWP

■ Perlu memaparkan manfaat informasi kerawanan bagi perencanaan tata ruang.■ Perlu memuat informasi ancaman, kerentanan, dan risiko bencana bagi pemanfaatan

ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.■ Untuk kegiatan analisis spasial dari data peta ancaman, kerentanan dan risiko dari

BNPB perlu diinformasikan untuk dilakukan secara visual dengan memperhatikan aspek-aspek kebencanaan pada struktur dan pola ruang.

Page 55: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 1

Bab 1

Pendahuluan

Page 56: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL2

Page 57: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 1

1.1 Latar Belakang

Substansi tata ruang dalam konteks penanggulangan bencana sudah diamanatkan dalam UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi risiko bencana dengan cara menyerap hasil kajian risiko bencana ke dalam rencana tata ruang, penetapan standar keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap pelanggar. Demikian pula, dalam UU Nomor 26 Tahun 2007, diamanatkan tentang penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa dampak dan risiko lingkungan dapat meningkatkan intensitas bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan. UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mengamanatkan mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai jenis, tingkat dan wilayahnya.

Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur, yang selanjutnya disebut sebagai Kawasan JABODETABEKPUNJUR, adalah salah satu kawasan strategis nasional yang meliputi seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta, sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat, dan sebagian wilayah Provinsi Banten, yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008. KSN JABODETABEKPUNJUR menjadi sangat strategis karena Provinsi DKI Jakarta sebagai salah satu cakupan wilayah JABODETABEKPUNJUR adalah pusat pemerintahan negara, pusat bisnis dan perekonomian, pusat pelayanan jasa, yang telah dibebani berbagai permasalahan kota metropolitan yang daya dukung dan daya tampungnya telah terlampaui.

Selain itu, area JABODETABEK merupakan salah satu pusat ekonomi dalam Koridor Ekonomi Jawa, sesuai Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 yang telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden nomor 32/2011, dengan rencana investasi yang terbesar dalam Koridor Ekonomi Jawa untuk pembangunan bandar udara, rel kereta, pelabuhan, jaringan jalan dan infrastruktur vital lainnya. Penataan ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR memiliki peran sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembangunan yang memperhatikan konservasi air dan tanah, persediaan air tanah dan air permukaan, penanggulangan banjir, dan pengembangan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat.

Bab 1 Pendahuluan

Page 58: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL2

Di lain pihak, adanya kondisi Kawasan JABODETABEKPUNJUR yang terus-menerus berada dalam risiko banjir, dan tigabelas sungai yang mengalir dari Gunung Gede, Pangrango dan Gunung Salak di Jawa Barat yang diidentifi kasi sebagai ancaman permanen ke ibukota, menyebabkan perlunya dipertimbangkan aspek pengurangan risiko bencana ke dalam penataan ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR. Ketersediaan kajian risiko bencana disertai peta risiko bencana skala 1:250.000 dari BNPB (tahun 2012) dengan masa berlaku 5 tahun akan bermanfaat untuk mengevaluasi RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dan juga RTRW Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

Upaya mengintegrasikan pengurangan risiko bencana kedalam rencana tata ruang merupakan kerjasama UNDP dengan BNPB, BAPPENAS dan Kementerian Dalam Negeri, melalui Proyek Safer Communities Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) Fase II pada tahun ini. Sejalan dengan Prioritas Aksi 4 dari Hyogo Framework for Action (HFA) 2005-2015 yakni: Reduce the underlying risk factors; proyek ini akan memberikan dukungan kepada pemerintah pusat/tingkat nasional untuk memasukkan pengurangan risiko bencana di sektor-sektor pembangunan terpilih. Salah satu output proyek ini adalah terselenggaranya dukungan bagi pengarusutamaan kebijakan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan di daerah, termasuk diantaranya adalah mengarusutamakan pengurangan risiko bencana dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Sejalan dengan adanya kegiatan Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) dalam meninjau ulang KSN JABODETABEKPUNJUR, maka diharapkan kegiatan inisiasi Proyek SCDRR Fase II ini dapat dimanfaatkan untuk pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam kebijakan penataan ruang KSN JABODETABEKPUNJUR.

1.1.1 Penataan Ruang dan Pengurangan Risiko Bencana

Banyaknya korban jiwa yang timbul akibat bencana alam yang terjadi telah memberikan pelajaran berharga terhadap pentingnya keberadaan ruang yang aman. Salah satu instrument yang dinilai cukup strategis perannya dalam upaya meminimilisasi korban bencana tersebut adalah penataan ruang. Selama ini penataan ruang membantu dalam menentukan kebijakan penggunaan lahan yang pada banyak hal bersinggungan dengan masalah kerawanan bencana, baik itu kerawanan lahan secara alamiah (rawan terhadap gempa, tanah longsor, banjir, dan lain sebagainya), maupun kerawanan akibat kegiatan manusia (bahaya industri, penurunan muka tanah, pemanasan global, dan lain sebagainya).

Di lain pihak, pengkajian risiko bencana dapat memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang melanda suatu kawasan/ruang; yang diperhitungkan berdasarkan fungsi dari: (a) tingkat ancaman, ditambah (b) tingkat kerentanan kawasan

Page 59: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 3

yang terancam, dan dibagi (c) tingkat kapasitas kawasan yang terancam. Bisa dikatakan bahwa tinggi rendahnya risiko bencana dipengaruhi oleh besarnya bahaya/ancaman (hazard) yang dihadapi dan tinggi rendahnya tingkat kerentanan (vulnerability) dari masyarakat. Besarnya bahaya (hazard) dihitung berdasarkan tingkat keseringan dan keparahan terjadinya sebuah bahaya. Bahaya cenderung bersifat alamiah, sehingga tidak banyak rekayasa yang bisa dilakukan agar tingkat risiko bencana bisa menurun. Sedangkan tingkat kerentanan dihitung berdasarkan tingkat keterpajanan/keterpaparan (exposure) sebuah entitas berdasarkan faktor fi sik, sosial, ekonomi dan lingkungan. Adapun tingkat kapasitas entitas tersebut dilakukan dengan mengidentifi kasikan status kemampuan individu, masyarakat, lembaga pemerintah atau non pemerintah di dalam menghadapi sebuah bahaya. Pada faktor kerentanan inilah rekayasa bisa banyak dilakukan agar tingkat risiko bencana bisa dikurangi.

Dengan demikian, ada dua rekayasa yang bisa dilakukan agar tingkat risiko bencana bisa menurun. Pertama, dengan meningkatkan kapasitas sebuah entitas dalam menghadapi sebuah bahaya. Dan kedua, dengan mengurangi keterpaparan entitias tersebut terhadap sebuah bahaya. Dalam cara kedua inilah, penataan ruang berperan penting. Sehingga jelas, konsep dasar dari peran penataan ruang di dalam pengurangan risiko bencana adalah bagaimana bisa “mengatur letak” sebuah entitas agar tidak terpapar terhadap sebuah bahaya (Pogung, 2013). Selanjutnya apabila penataan ruangnya baik, dalam arti sudah memasukkan aspek pengurangan risiko bencana- maka jika memang kemudian dalam pelaksanaan penataan ruang tersebut terjadi bencana, diharapkan akan banyak mengurangi pula biaya yang akan ditanggung pemerintah dalam penanggulangan bencana tersebut.

1.1.2 Peran Data Spasial dalam Perencanaan Tata Ruang dan Pengurangan

Resiko Bencana

Penyusunan tata ruang merupakan tugas besar dan melibatkan berbagai pihak yang dalam menjalankan tugas tidak terlepas dari data spasial. Data spasial yang dibutuhkan dalam rangka membuat suatu perkiraan kebutuhan atau pengembangan ruang jangka waktu tertentu adalah bervariasi mulai dari data yang bersifat umum hingga detail. Bentuk data spasial untuk kegiataan penataan ruang umumnya berupa peta digital dan peta analog yang masing-masing mempunyai karakteristik dan spesifi kasi yang berbeda, dimana jenis dan ruang lingkup serta kedetailan rencana tata ruang sangat menentukan.

Page 60: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL4

Terkait dengan perencanaan spasial, data spasial yang diperlukan meliputi data geografi s dasar serta data tematik yang umum dipakai dan sering dibutuhkan, sebagai berikut:■ Data dasar, antara lain geodesi (batuan), citra satelit, elevasi (ketinggian

dan kemiringan), transportasi, hidrografi (sumber daya air), kadastral (peta kepemilikan tanah), dan unit wilayah administratif.

■ Data tematik, antara lain tema-tema pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan, pengairan, perhubungan, sumberdaya mineral dan energi, pertanahan, sosial-ekonomi, dan lain-lain termasuk risiko bencana.

Kelengkapan dan kebenaran (kualitas) input data spasial akan sangat berpengaruh pada hasil atau keluarannya. Tanpa adanya data spasial yang memadai dalam arti kualitas planimetris dan informasi kualitatif, maka proses pengambilan keputusan tidak dapat dilaksanakan secara benar dan bertanggung jawab.

1.2 Tujuan Penugasan

Tujuan Penugasan adalah:1. Tersedianya perspektif mitigasi bencana pada KSN JABODETABEKPUNJUR dengan

memasukkan Kajian Risiko Bencana ke dalam RTR;2. Tergambarkannya tingkat risiko bencana di KSN JABODETABEKPUNJUR;3. Terumuskannya rekomendasi strategi manajemen risiko dengan perspektif

mitigasi bencana.

1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan

1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah adalah Kawasan JABODETABEKPUNJUR sebagaimana ditetapkan dalam Perpres 54/2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (lihat Gambar 1).

Page 61: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 5

Gambar 1

Peta Administrasi Lingkup Wilayah Kajian KSN JABODETABEKPUNJUR

Sumber: Dikompilasi dari Peta Administrasi BPS, 2009, Perpres 54/2008, Peta RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota Kawasan JABODETABEKPUNJUR

1.3.2. Ruang Lingkup Kajian

Ruang lingkup kajian dalam pekerjaan ini adalah menerapkan kajian risiko bencana dari BNPB terhadap RTR KSN JABODETABEKPUNJUR. Kajian ini menggunakan acuan dari Kajian Risiko Bencana BNPB dan Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten; namun belum dikaitkan dengan kajian tentang perubahan iklim.

1.4 Keluaran Yang Diharapkan

Keluaran yang diharapkan setelah mendapat persetujuan dari BAPPENAS, adalah Review tentang Perpres 54/2008 yakni:1. Laporan Pendahuluan Konsolidasi: menggambarkan latar belakang kontekstual,

metodologi penilaian, dan rencana kerja;2. Laporan Draf Final Konsolidasi: menggambarkan hasil temuan dan analisis dalam:

(i) profi l kerawanan, kerentanan, dan risiko bencana di KSN JABODETABEKPUNJUR; (ii) kesesuaian dengan UU No. 4 Tahun 2011 mengenai informasi Geospasial; (iii) kesesuaian penggunaan lahan KSN; dan (iv) tingkat risiko bencana pada struktur dan pola ruang KSN JABODETABEKPUNJUR;

Page 62: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL6

3. Laporan Final Konsolidasi: menggambarkan rekomendasi strategis bagi: (i) upaya mitigasi untuk pengurangan risiko bencana yang akan terjadi di KSN JABODETABEKPUNJUR; (ii) masukan bagi perbaikan Pedoman Penyusunan RTRKSN dan RTRW Provinsi berdasarkan kajian pengalaman dari JABODETABEKPUNJUR; (iii) rekomendasi spasial bagi peta digital yang digunakan.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Penulisan Laporan ini terdiri atas 6 (enam) bab, yakni:■ Bab 1 Pendahuluan

Bab 1 membahas mengenai latar belakang penyusunan pekerjaan, serta tujuan, ruang lingkup dan keluaran yang diharapkan.

■ Bab 2 Tinjauan Literatur

Pada bab 2 mengulas kebijakan maupun pedoman yang mendasari kajian ini yang terkait dengan KSN JABODETABEKPUNJUR dan penanggulangan bencana diantaranya tentang Perpres 54/2008 dan pemahaman metodologi kajian risiko bencana.

■ Bab 3 Metodologi

Pada bab 3 mengulas secara ringkas mengenai metodologi kajian, yakni data dan sumber data, waktu pelaksanaan, dan kerangka metode kajian.

■ Bab 4 Gambaran Umum KSN JABODETABEKPUNJUR

Sesuai dengan tujuan kajian, pada bab 4 akan dibahas mengenai gambaran umum wilayah KSN JABODETABEKPUNJUR secara singkat baik mengenai lokasi geografi s, administrasi, ekonomi, penduduk, serta permasalahan yang dihadapi. Pada bab ini juga diperlihatkan tentang profi l kerawanan dan kerentanan bencana pada pusat-pusat kegiatan di KSN JABODETABEKPUNJUR, kecenderungan kejadian bencana, profi l risiko bencana di KSN JABODETABEKPUNJUR.

■ Bab 5 Analisis RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dari Perspektif Risiko Bencana

Bab 5 membahas aspek penanggulangan bencana dalam RTR KSN; kesesuaian data spasial dengan UU No. 4/2011; kesesuaian penggunaan lahan saat ini dengan arahan pola ruang JABODETABEKPUNJUR secara spasial; analisis potensi risiko bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR yang diuraikan menurut jenis bencana dan upaya mitigasi bencana yang diperlukan. Di akhir bab dibahas tentang RTRWK Jakarta Timur terhadap kebijakan penanggulangan bencana yang ada di Jakarta Timur.

■ Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab 6 berisi kesimpulan dan rekomendasi bagi peninjauan ulang KSN JABODETABEKPUNJUR dalam perspektif pengurangan risiko bencana, baik tentang upaya mitigasi bencana yang berisiko tinggi pada wilayah hulu, tengah dan hilir; maupun upaya tindak lanjut.

Page 63: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 7

Bab 2

Tinjauan Literatur

Page 64: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL8

Page 65: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 9

Bab 2 Tinjauan Literatur

2.1 Peraturan Presiden No.54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan

Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur

Peraturan Presiden ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dengan Kawasan JABODETABEKPUNJUR ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional yang memerlukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang secara terpadu sebagai alat koordinasi pelaksanaan pembangunan lintas wilayah pada Kawasan JABODETABEKPUNJUR.

Melalui Perpres ini, diharapkan terwujudnya keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang antardaerah pada kawasan JABODETABEKPUNJUR serta terkembangkannya perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan efi sien. Kebijakan penataan ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR diarahkan pada keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang kawasan dalam rangka mewujudkan keseimbangan antara pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan hidup.

Strategi penataan ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR dikembangkan untuk mendorong terselenggaranya: (1) pengembangan kawasan yang berdasar atas keterpaduan antar daerah sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan, (2) pembangunan kawasan yang dapat menjamin tetap berlangsungnya konservasi air tanah dan air permukaan serta menanggulangi banjir, (3) pengembangan perekonomian wilayah yang produktif, efektif, dan efi sien berdasarkan karakteristik wilayah.

Secara lebih jelas diuraikan beberapa pasal dalam Perpres 54/2008 ini sebagai berikut:

Tujuan (Pasal 2)

Tujuan penataan ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR adalah untuk: a. Mewujudkan keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang antar daerah

sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan dengan memperhatikan keseimbangan kesejahteraan dan ketahanan;

b. Mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan, untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta menanggulangi banjir; dan

Page 66: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL10

c. Mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif, efektif, dan efi sien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan pembangunan yang berkelanjutan.

Cakupan Kawasan (Pasal 5)

Kawasan JABODETABEKPUNJUR meliputi seluruh wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat (mencakup seluruh wilayah Kabupaten Bekasi, seluruh wilayah Kota Bekasi, seluruh wilayah Kota Depok, seluruh wilayah Kabupaten Bogor, seluruh wilayah Kota Bogor, dan sebagian wilayah Kabupaten Cianjur yang meliputi Kecamatan Cugenang, Kecamatan Pacet, Kecamatan Sukaresmi, dan Kecamatan Cipanas); dan sebagian wilayah Provinsi Banten (mencakup seluruh wilayah Kabupaten Tangerang dan seluruh wilayah Kota Tangerang).

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang (Pasal 7 dan Pasal 8)

Kebijakan penataan ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR adalah mewujudkan keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang kawasan dalam rangka keseimbangan antara pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan hidup.Strategi penataan ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR merupakan pelaksanaan dari kebijakan yang meliputi: (a) mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang berdasar atas keterpaduan antardaerah sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan; (b) mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta menanggulangi banjir dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan; dan (c) mendorong pengembangan perekonomian wilayah yang produktif, efektif, dan efi sien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan.

Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang (Pasal 10 dan Pasal 11)

Rencana struktur ruang terdiri atas sistem pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana.Sedangkan rencana pola ruang terdiri atas rencana distribusi ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budi daya.Peta Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang yang telah didigit ulang dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 67: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 11

Gambar 2

Peta Struktur dan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Sumber: Hasil gambar ulang dari Peta Rencana Struktur dan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR di Perpres 54/2008

Tabel 1

Arahan Pemanfaatan Ruang Tiap Zona di KSN JABODETABEKPUNJUR

Kode Zona Arahan Pemanfaatan Ruang

N (Non Budidaya)/Lindung

N-1

kawasan hutan lindung, resapan air, kawasan dengan kemiringan > 40%, sempadan sungai, sempadan pantai, sekitar danau, waduk, dan situ, kawasan sekitar mata air, rawa, pantai berhutan bakau, dan kawasan Rawan bencana alam geologi - tidak untuk dibangun, lahan terbangun yang sudah ada harus dikeluarkan, riset, konservasi air dan tanah.

N-2

cagar alam, suaka marga satwa, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar budaya - tidak untuk dibangun; kawasan preservasi dan konservasi budaya, fl ora dan fauna

B (Budidaya)

B-1

perumahan hunian padat, perdagangan dan jasa, serta industri ringan nonpolutan dan berorientasi pasar- pusat kegiatan ekonomi unggulan di pantai utara Jakarta dengan rehabilitasi/revitalisasi

B-2 perumahan hunian sedang, perdagangan dan jasa, industri padat tenaga kerja - kawasan resapan air.

Page 68: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL12

Kode Zona Arahan Pemanfaatan Ruang

B-3 perumahan hunian rendah, pertanian, dan untuk mempertahankan fungsi kawasan resapan air.

B-4 perumahan hunian rendah, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, perikanan, peternakan, agroindustri, dan hutan produksi

B-4/HP Zona B-4 yang di tetapkan sebagai hutan produksi terbatas.

B-5 pertanian lahan basah beririgasi teknis.

B-6 permukiman dan fasilitasnya dan/atau penyangga fungsi Zona N1; koefi sien zona terbangun paling tinggi 50% (lima puluh persen);

B-7

permukiman dan fasilitasnya, penjaga dan penyangga fungsi Zona N1, serta berfungsi sebagai pengendali banjir terutama dengan penerapan sistem polder; koefi sien zona terbangun paling tinggi 40% (lima puluh persen)

B-7/HP Zone B-7 ditetapkan sebagai hutan produksi dibawah peraturan; hutan produksi terbatas.

P (Penyangga)

P-1 menjaga fungsi Zona N-1.

P-2 menjaga fungsi Zona N-1 dan P-5.

P-3 menjaga fungsi Zona B-1.

P-4 menjaga fungsi Zona B-2 dan B-4.

P-5 menjaga fungsi Zona N-1 dan B-1.

Sumber: Perpres No. 54 Tahun 2008

Kemudian Perpres No 54/2008 menyatakaan pengawasan penataan ruang dilakukan melalui kegiatan pemantauan, pelaporan. Evaluasi pemanfaatan ruang yang diselenggarakan pemerintah dan pemerintah daerah dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

Kegiatan evaluasi terhadap pemanfaatan ruang di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

(Pasal 62)

Kegiatan evaluasi terhadap pemanfaatan ruang di Kawasan JABODETABEKPUNJUR dilakukan oleh: a. Kepala desa/Lurah terhadap laporan yang disampaikan oleh masyarakat; b. Camat terhadap laporan yang disampaikan oleh Kepala Desa/Lurah dan/atau

masyarakat; c. Bupati/Walikota terhadap laporan yang disampaikan oleh Camat, Kepala Desa/

Lurah dan/atau masyarakat; d. Gubernur terhadap laporan yang disampaikan oleh Bupati/Walikota, Camat,

Kepala Desa/Lurah, dan/atau masyarakat; dan e. Menteri terhadap laporan yang disampaikan oleh Gubernur, Bupati/Walikota,

Camat, Kepala Desa/Lurah, dan/atau masyarakat.

Page 69: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 13

Kegiatan evaluasi dilakukan berdasarkan hasil kegiatan pemantauan dan pelaporan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang ditangani. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang di Kawasan JABODETABEKPUNJUR. Kegiatan evaluasi dilakukan agar pemanfaatan ruang sesuai dengan peraturan perundang-undangan

2.2 Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

2.2.1 Defi nisi Istilah

■ Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

■ Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

■ Ancaman bencana (hazard) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.

■ Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografi s, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

■ Kerentanan (vulnerability) adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana (Perka BNPB No. 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana).

Kerentanan suatu kawasan bila terpapar oleh suatu ancaman bencana terdiri atas 3 indeks yakni: indeks penduduk terpapar (jiwa), indeks kerugian (rupiah), dan indeks kerusakan lingkungan (hektar). Tingkat Kerugian dapat disusun bila tingkat ancaman pada suatu daerah telah dikaji. Tingkat Kerugian diperoleh dari penggabungan Tingkat Ancaman dengan Indeks Kerugian.

■ Risiko (risk) bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian dengan Kapasitas Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian dan Tingkat Ancaman akibat bencana.

■ Kapasitas (capacity) adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana (Perka BNPB No. 02 Tahun 2012).

Page 70: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL14

2.2.2 Umum

Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana adalah cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan berhasil guna, transparansi dan akuntabilitas, kemitraan, pemberdayaan, non diskriminatif, dan non proletisi (Pasal 3).Penanggulangan bencana bertujuan untuk (Pasal 4):a. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana; b. menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada; c. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,

terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh;d. menghargai budaya lokal; e. membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;f. mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan

kedermawanan; dan g. menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara.

Pasal 6 menjelaskan tanggungjawab Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:a. pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana

dengan program pembangunan;b. perlindungan masyarakat dari dampak bencana;c. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena

bencana secara adil dan sesuai dengan standar pelayanan minimum;d. pemulihan kondisi dari dampak bencana;e. pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalamAnggaran

Pendapatan dan Belanja Negara yang memadai;f. pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel dari ancaman dan

dampak bencana.

Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi (Pasal 7 ayat (1)):a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan kebijakan

pembangunan nasional;b. pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur

kebijakan penanggulangan bencana; c. penetapan status dan tingkatan bencana nasional dan daerah; d. penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan

negara lain, badan-badan, atau pihak-pihak internasional lain;

Page 71: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 15

e. perumusan kebijakan tentang penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana;

f. perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam untuk melakukan pemulihan; dan

g. pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang berskala nasional.

Pasal 10 menguraikan mengenai Pemerintah membentuk BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) yang merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen setingkat menteri. Unsur BNPB terdiri atas pengarah dan pelaksana penanggulangan bencana (Pasal 11).

Pada Pasal 12 dan 13 menguraikan tugas dan fungsi BNPB yakni:1. Tugas BNPB

a. memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara;

b. menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundang-undangan;

c. menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat;d. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada

Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;

e. menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan internasional;

f. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

g. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan; dan

h. menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

2. Fungsi BNPBa. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan

penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, serta efektif dan efi sien; dan

b. pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

Page 72: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL16

Pasal 26 dan 27 menjelaskan mengenai hak dan kewajiban masyarakat yaitu:1. Setiap orang berhak:

a. mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat rentan bencana;

b. mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana;

c. mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan penanggulangan bencana;

d. berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial;

e. berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya; dan

f. melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang diatur atas pelaksanaan penanggulangan bencana.

2. Setiap orang berkewajiban:a. menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara

keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

b. melakukan kegiatan penanggulangan bencana; danc. memberikan informasi yang benar kepada publik tentang

penanggulangan bencana.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap yaitu: a) pra bencana; b) saat tanggap darurat; dan c) pasca bencana (Pasal 33).

Pada Pasal 34 dan 35 dijelaskan bahwa dalam situasi tidak terjadi bencana (Pasal 34 huruf a), maka penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap prabencana meliputi (Pasal 35):a. perencanaan penanggulangan bencana; b. pengurangan risiko bencana;

c. pencegahan; d. pemaduan dalam perencanaan pembangunan; e. persyaratan analisis risiko bencana; f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;

g. pendidikan dan pelatihan; dan h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.

Pasal 36 menjelaskan bahwa perencanaan penanggulangan bencana (Pasal 34 huruf a) ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai

Page 73: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 17

dengan kewenangannya dan penyusunan perencanaan penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh Badan.

Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang dalam situasi tidak terjadi bencana (35 huruf f ) dilakukan untuk mengurangi risiko bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan tentang penataan ruang, standar keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap pelanggar (Pasal 42).

Sedangkan dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana (Pasal 34 huruf b), maka penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi (Pasal 44):a. kesiapsiagaan;b. peringatan dini; c. mitigasi bencana

Kesiapsiagaan dilakukan melalui (Pasal 45 ayat 2):a. penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan

bencana; b. pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini; c. penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan

dasar; d. pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme

tanggap darurat; e. penyiapan lokasi evakuasi; f. penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap

tanggap darurat bencana; dan g. penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralataan untuk

pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.

Peringatan dini dilakukan melalui (Pasal 46 ayat 2):a. pengamatan gejala bencana; b. analisis hasil pengamatan gejala bencana; c. pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang; d. penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana;dan e. pengambilan tindakan oleh masyarakat.

Kegiatan mitigasi dilakukan melalui (Pasal 47 ayat 2):a. pelaksanaan penataan ruang;

b. pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata

bangunan; dan

c. penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan

Page 74: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL18

2.2.3 Rencana Penanggulangan Bencana

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mengamanatkan pada pasal 35 dan 36 agar setiap daerah dalam upaya penanggulangan bencana, mempunyai perencanaan penanggulangan bencana. Pengertian Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) adalah rencana penyelenggaraan penanggulanganbencana suatu daerah dalam kurun waktu tertentu yang menjadi salah satu dasar pembangunan daerah (Perka BNPB No. 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana). Rangkaian kegiatan tersebut dapat digambarkan dalam siklus penanggulangan bencana seperti Gambar 3.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada dasarnya terdiri dari 3 tahapan sebagai berikut:1. Pra bencana yang meliputi: Situasi tidak terjadi bencana Situasi terdapat potensi bencana

2. Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana.3. Pascabencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi bencana.

Gambar 3

Siklus Penanggulangan Bencana

Pemulihan

TanggapDarurat

BENCANA

Pra-Bencana(situasi tidak terjadi

bencana)

Pra-Bencana(situasi ada potensi

bencana)

Sumber: Perka BNPB No. 4 Tahun 2008

Secara umum perencanaan dilakukan pada setiap tahapan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana tersebut seperti terlihat pada Gambar 4:

Page 75: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 19

Gambar 4

Perencanaan dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

PEMULIHAN

RENCANAMITIGASI

RENCANA KONTINJENSI

RENCANA OPERASI

RENCANA PEMULIHAN

PENCEGAHAN dan MITIGASI

RENCANA PB

KESIAPSIAGAANTANGGAP DARURAT

BENCANA

PEMULIHAN

DARURAT

PERINGATA

N

DINI

KAJIAN KILAT

Sumber: Perka BNPB No. 4 Tahun 2008

1. Pada tahap Prabencana dalam situasi tidak terjadi bencana, dilakukan penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Management Plan), yang merupakan rencana umum dan menyeluruh yang meliputi seluruh tahapan/bidang kerja kebencanaan. Secara khusus untuk upaya pencegahan dan mitigasi bencana tertentu terdapat rencana yang disebut rencana mitigasi misalnya Rencana Mitigasi Bencana Banjir DKI Jakarta. Pengertian mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fi sik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Kaitan dengan rencana tata ruang menurut pasal 35 UU nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, maka pelaksanaan dan penegakan rencana

tata ruang merupakan bagian dari penanggulangan bencana dalam tahap prabencana dan dalam situasi tidak terjadi bencana. Pada pasal 42 diamanatkan bahwa tujuannya untuk mengurangi risiko bencana yang mencakup

pemberlakuan peraturan tentang penataan ruang, standar keselamatan,

dan penerapan sanksi terhadap pelanggar.

2. Pada tahap Prabencana dalam situasi terdapat potensi bencana, dilakukan penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang didasarkan atas skenario menghadapi bencana tertentu (single hazard) maka disusun satu rencana yang disebut Rencana Kontijensi (Contingency Plan). Pengertian kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

Page 76: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL20

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Kaitan dengan rencana tata ruang, apabila dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana, maka penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan meliputi: (i) kesiapsiagaan, (ii) peringatan dini, dan (iii) mitigasi bencana. Mitigasi dilakukan melalui: (i) perencanaan dan pelaksanaan penataan ruang, (ii) pengaturan

pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan, dan (iii)

penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern.

3. Pada Saat Tanggap Darurat dilakukan Rencana Operasional (Operational Plan) yang merupakan operasionalisasi/aktivasi dari Rencana Kedaruratan atau Rencana Kontingensi yang telah disusun sebelumnya.

4. Pada Tahap Pemulihan dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan (Recovery Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada pasca bencana. Sedangkan jika bencana belum terjadi, maka untuk mengantisipasi kejadian bencana dimasa mendatang dilakukan penyusunan petunjuk/pedoman mekanisme penanggulangan pasca bencana.

Adapun proses penyusunan/penulisan rencana penanggulangan bencana secara garis besar adalah sebagai berikut :

Gambar 5

Proses Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana

Pengenalan dan pengkajian bahaya

Pengenalan Kerentanan

Analisis Kemungkinan Dampak Bencana

Pilihan Tindakan Penanggulangan Bencana

Mekanisme Penanggulangan Dampak Bencana

Alokasi Tugas dan Peran Instansi

Sumber: Perka BNPB No. 4 Tahun 2008

Page 77: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 21

2.2.3 Pemahaman Tentang Metodologi Kajian Risiko Bencana

2.2.3.1 Jenis Bencana di Indonesia

Indonesia adalah negara yang sangat rawan terkena bencana, hal ini karena Indonesia memiliki kondisi geografi s, geologis, hidrologis, dan demografi s yang memungkinkan terjadinya bencana. Bencana yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, banjir, angin topan, dan faktor non alam seperti gagal teknologi, epidemi, wabah penyakit, maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

BNPB telah mengidentifi kasi tiga belas jenis ancaman bencana di Indonesia yakni sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2

Jenis Ancaman Bencana dan Sumber Panduan

No. Jenis Ancaman Bencana Sumber Panduan dari Kementerian/Lembaga

1 Gempa Bumi BMKG dan BG

2 Tsunami BMKG dan BG

3 Banjir Kementerian Pekerjaan Umum, BIG, BMKG

4 Tanah Longsor BG

5 Letusan Gunung Api BG

6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi BMKG, DISHIDROS, KEMHUT, BIG, KKP

7 Cuaca Ekstrim BMKG

8 Kekeringan BMKG dan KEMTAN

9 Kebakaran Hutan dan Lahan KEMHUT, KEMTAN, BMKG

10 Kebakaran Gedung dan Permukiman

11 Epidemi dan Wabah Penyakit KEMKES

12 Gagal Teknologi BPPT dan KEMPERIND (untuk kecelakaan industri)

13 Konfl ik Sosial

Sumber: BNPB

2.2.3.2 Konsepsi Kajian Risiko Bencana

Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang melanda. Potensi dampak negatif yang timbul dihitung berdasarkan tingkat kerentanan dan

Page 78: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL22

kapasitas kawasan tersebut. Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi jumlah jiwa yang terpapar, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan.

Kajian risiko bencana dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan sebagaimana digambarkan pada Gambar berikut.

Pendekatan ini digunakan untuk memperlihatkan hubungan antara ancaman, kerentanan dan kapasitas yang membangun perspektif tingkat risiko bencana suatu kawasan.

Berdasarkan pendekatan tersebut, terlihat bahwa tingkat risiko bencana amat bergantung pada :1. Tingkat ancaman kawasan; 2. Tingkat kerentanan kawasan yang terancam;3. Tingkat kapasitas kawasan yang terancam.

Gambar 6

Konsep Umum Kajian Risiko Bencana

Sumber: Pedoman Nasional Pengkajian Risiko Bencana, BNPB, 2012

Risiko Bencana:Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (UU 24/2007)

Ancaman bencana (hazard):suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana

Kerentanan (vulnerability):suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana

Kapasitas (capacity):kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana

Risiko Bencana ≈ Ancaman XXKerentanan

Kapasitas

Page 79: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 23

Kajian risiko bencana dilakukan dengan melakukan identifi kasi, klasifi kasi dan evaluasi risiko melalui beberapa langkah, yaitu :

1. Pengkajian Ancaman;

Ancaman/Bahaya (hazard); adalah suatu kondisi, secara alamiah maupun karena ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia. Bahaya berpotensi menimbulkan bencana, tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi bencana.

Pengkajian ancaman dimaknai sebagai cara untuk memahami jenis dan unsur-unsur ancaman yang berisiko bagi daerah dan masyarakat. Kajian ancaman bencana berdasarkan penilaian probabilitas atau kemungkinan terjadinya bencana dan dampak bencana atau dampak kerugian atau kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana.

Karakter-karakter ancaman pada suatu daerah dan masyarakatnya berbeda dengan daerah dan masyarakat lain. Pengkajian karakter ancaman dilakukan sesuai tingkatan yang diperlukan dengan mengidentifi kasikan unsur-unsur berisiko oleh berbagai ancaman di lokasi tertentu.

2. Pengkajian Kerentanan;

Kerentanan (Vulnerability); adalah sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan (faktor fi sik, sosial, ekonomi dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bencana. Faktor kerentanan meliputi:- Fisik: Kekuatan bangunan struktur (rumah, jalan, jembatan)

terhadap ancaman bencana- Sosial: Kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi,

perilaku masyarakat) terhadap ancaman bencana- Ekonomi: Kemampuan fi nansial masyarakat dalam menghadapi

ancaman di wilayahnya- Lingkungan: Tingkat ketersediaan/kelangkaan sumberdaya

(lahan, air, udara) serta kerusakan lingkungan yang terjadi.

Pengkajian kerentanan dilakukan dengan menganalisa dan menilai tingkat kerentanan suatu masyarakat, wilayah dan penghidupannya dari faktor-faktor berisiko. Penilaian kerentanan ditentukan dengan mengkaji aspek sosial-budaya, sumberdaya/lingkungan,

Page 80: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL24

infrastruktur dan ekonomi terhadap ancaman dan dampak bencana yang ada dan dinilai dengan faktor-faktor pembobotan yang berbeda untuk masingmasing jenis ancaman yang berbeda.

3. Pengkajian Kapasitas;

Kapasitas (Capacity); Adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga dan masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, siap-siaga, menanggapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan bencana.

Pengkajian kapasitas dilakukan dengan mengidentifi kasikan status kemampuan individu, masyarakat, lembaga pemerintah atau non pemerintah dan aktor lain dalam menangani ancaman dengan sumber daya yang tersedia untuk melakukan tindakan pencegahan, mitigasi, dan mempersiapkan penanganan darurat, serta menangani kerentanan yang ada dengan kapasitas yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.

4. Pengkajian Risiko;

Risiko (Risk); adalah besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban manusia, kerusakan dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh bahaya tertentu di suatu daerah pada suatu waktu tertentu.

Pengkajian risiko merupakan penilaian dari hasil-hasil pengkajian ancaman/bahaya, kerentanan dan kemampuan/ketahanan suatu daerah terhadap bencana. Hasil penilaian berupa peringat risiko bencana yang ada pada suatu wilayah. Hasil kajian risiko bencana akan menjadi dasar menentukan skala prioritas tindakan yang dibuat dalam bentuk rencana kerja dan rekomendasi guna mengurangi risiko bencana.

Pengkajian risiko bencana digunakan sebagai landasan penyelenggaraan penanggulangan bencana disuatu kawasan. Penyelenggaraan ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko bencana. Dan upaya pengurangan risiko bencana berupa :1. Memperkecil ancaman kawasan;2. Mengurangi kerentanan kawasan yang terancam;3. Meningkatkan kapasitas kawasan yang terancam.

Page 81: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 25

2.2.3.3 Metode Pengkajian Risiko Bencana

Dalam mengkaji dan memetakan Tingkat Ancaman, Tingkat Kerentanan dan Tingkat Kapasitas dilakukan berdasarkan Indeks Kerugian, Indeks Penduduk Terpapar, Indeks Ancaman dan Indeks Kapasitas. Sehingga kunci dalam mengkaji risiko setiap bencana adalah 4 indeks kajian (lihat Gambar 7 dan Gambar 8). Metodologi untuk menterjemahkan berbagai indeks tersebut ke dalam peta dan kajian diharapkan dapat menghasilkan tingkat risiko untuk setiap ancaman bencana yang ada pada suatu daerah. Tingkat risiko bencana ini menjadi landasan utama untuk menyusun Rencana Penanggulangan Bencana Daerah.

Gambar 7

Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana

Sosial Budaya

Probabilitas Dampak

Ekonomi(Rp)

Fisik(Rp)

Lingkungan(luas)

Perda terkait PB,Kelembagaan PB,

PB dalam pembangunandaerah, RPB, Anggaran

dalam PB

Peta rawan bencana,Peringatan Dini

Sosialisasi PRB,kurikulum/muatan lokal,

pendidikan bencana,desa tangguh

RTRW berbasis mitigasi,mitigasi bencana struktural

Rencana Kontingensi,Pusdalops, depo logistik,

relawan

Kepadatan penduduk,% kelompok rentan

luas lahan produktif,PDRB persektor

rumah, fasilitas umum,fasilitas kritis

hutan lindung, hutan alam,bakau, rawa, semak

Kelembagaan/Kebijakan

PetaKerentanan

PetaBahaya

SNI dan Non SNI

PetaRisiko

Bencana

RencanaPenanggulangan

Bencana

PetaKapasitas

PeringatanDini

PenguatanKapasitas

Mitigasi

Kesiapsiagaan

Sumber: Pedoman Nasional Pengkajian Risiko Bencana, BNPB, 2012

Page 82: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL26

Ga

mb

ar

8

Me

tod

e P

en

gk

aji

an

DO

KUM

EN

KAJI

AN

RIS

IKO

TIN

GKA

T A

NCA

MA

N

PETA

AN

CAM

AN

PETA

KE

REN

TAN

AN

PETA

RIS

IKO

PETA

MU

LTI

RISI

KO

PETA

KA

PASI

TAS

IND

EKS

AN

CAM

AN

IND

EKS

PEN

DU

DU

KTE

RPA

PAR

IND

EKS

KERU

GIA

N

IND

EKS

KAPA

SITA

S

KEM

UN

GKI

NA

N

KEJA

DIA

N d

an

BESA

RAN

DA

MPA

K

KOM

PON

EN S

OSI

AL

BUD

AYA

KOM

PON

EN

EKO

NO

MI,

FISI

K da

n LI

NG

KUN

GA

N

KOM

PON

EN

KELE

MBA

GA

AN

, PE

RIN

GAT

AN

DIN

I, PE

ND

IDIK

AN

, MIT

IGA

SI

dan

KESI

APS

IAG

AA

N

TIN

GKA

T KA

PASI

TAS

TIN

GKA

T KE

RUG

IAN

Sum

ber:

Pedo

man

Nas

iona

l Pen

gkaj

ian

Risi

ko B

enca

na, B

NPB

, 201

2

Page 83: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 27

Setelah seluruh indeks diperoleh, maka proses penyusunan kajian dan peta risiko bencana dapat dilaksanakan. Hasil pengkajian risiko bencana terdiri dari 2 bagian yaitu: (1) Peta Risiko Bencana, (2) Dokumen Kajian Risiko Bencana. Output pengkajian risiko bencana dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini.

Gambar 9

Output Pengkajian Risiko Bencana

KEBIJAKAN

PRIORITAS PB

(BAB IV RPB)

KEBIJAKAN UMUM

1. ATURAN DAN

KELEMBAGAAN

2. PENGKAJIAN RISIKO DAN

SISTEM PERINGATAN DINI

3. PELATIHAN, PENDIDIKAN

DAN KETERAMPILAN

4. PENGURANGAN FAKTOR

RISIKO DASAR

5. SISTEM KESIAPSIAGAAN

UMUM

KEBIJAKAN TEKNIS

PER BENCANA

1. PENCEGAHAN DAN

MITIGASI

2. KESIAPSIAGAAN

3. TANGGAP DARURAT

4. PEMULIHAN

PENGKAJIAN

RISIKO BENCANA

PETA RISIKO

BENCANA

DOKUMEN

KAJIAN RISIKO

BENCANA

1

3

2

Sumber: Pedoman Nasional Pengkajian Risiko Bencana, BNPB, 2012

Tabel Komponen Indeks Ancaman Bencana di bawah ini, digunakan untuk memahami peta ancaman, kerentanan dan risiko. Semua peta ancaman, kerentanan dan risiko tersebut memiliki gradasi dari hijau ke merah yang menunjukkan tingkat dari rendah ke tinggi.

Page 84: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL28

Ta

be

l 3

Ko

mp

on

en

In

de

ks

An

cam

an

Be

nca

na

NO

BE

NC

AN

AK

OM

PO

NE

N/I

ND

IKA

TO

R

KE

LA

S I

ND

EK

S

BO

BO

T T

OT

AL

BA

HA

N R

UJU

KA

N

RE

ND

AH

S

ED

AN

GT

ING

GI

1.G

empa

Bu

mi

1.Pe

ta B

ahay

a G

empa

Bum

i

Rend

ah (p

ga v

alue

<

0.25

01)

Seda

ng(p

ga v

alue

0,2

501

– 0,

70

Ting

gi(p

ga v

alue

> 0

,70)

100%

SNI y

ang

mer

ujuk

pad

a pa

ndua

n ya

ng d

iterb

itkan

ol

eh B

adan

Geo

logi

N

asio

nal

2.Pe

ta Z

onas

i Gem

pa B

umi

2010

(div

alid

asi d

enga

n da

ta

keja

dian

)

2.Ts

unam

iPe

ta E

stim

asi K

etin

ggia

n G

enan

gan

Tsun

ami/P

eta

Baha

ya

Tsun

ami

Rend

ah(<

1 m

)Se

dang

(1-3

m)

Ting

gi(>

3 m

) 1

00%

Pand

uan

dari

Bada

n G

eolo

gi N

asio

nal-E

SDM

da

n BM

KG

3.Ba

njir

Peta

Zon

asi D

aera

h ra

wan

ban

jir

(div

alid

asi d

enga

n da

ta k

ejad

ian)

Rend

ah(<

1 m

)Se

dang

(1-3

m)

Ting

gi(>

3 m

)10

0%Pa

ndua

n da

ri Ke

men

teria

n PU

, BM

KG d

an

BAKO

SURT

AN

AL

4.Ta

nah

Long

sor

Peta

Bah

aya

Ger

akan

Tan

ah(d

ival

idas

i den

gan

data

keja

dian

)

(zon

a ke

rent

anan

gera

kan

tana

hsa

ngat

rend

ah –

rend

ah)

(zon

a ke

rent

anan

gera

kan

tana

hmen

enga

h)

(zon

a ke

rent

anan

gera

kan

tana

htin

ggi)

100%

Pand

uan

dari

Bada

n G

eolo

giN

asio

nal-E

SDM

5.Le

tusa

nG

unun

g A

piPe

ta K

RB (d

ival

idas

i den

gan

data

kej

adia

n)KR

B I

KRB

IIKR

B III

100%

Pand

uan

dari

Bada

n G

eolo

giN

asio

nal-E

SDM

6.Ke

kerin

gan

Peta

Bah

aya

Keke

ringa

nZo

na b

ahay

asa

ngat

rend

ahZo

na b

ahay

aSe

dang

Zona

bah

aya

tingg

i – S

anga

tTi

nggi

100%

Pand

uan

dari

BMKG

–Ke

men

teria

nPe

rtan

ian

Page 85: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 29

NO

BE

NC

AN

AK

OM

PO

NE

N/I

ND

IKA

TO

R

KE

LA

S I

ND

EK

S

BO

BO

T T

OT

AL

BA

HA

N R

UJU

KA

N

RE

ND

AH

S

ED

AN

GT

ING

GI

7.

Gel

. Eks

trim

da

nA

bras

i1

Ting

gi g

elom

bang

< 1m

1-2.

5 m

> 2.

5 m

30%

Pand

uan

dari

BMKG

dan

DIS

HID

ROS

2 A

rus

(cur

rent

)<

0.2

0.2

– 0.

4>

0.4

30%

Pand

uan

dari

BMKG

dan

DIS

HID

ROS

3 Tu

tupa

n la

han/

vege

tasi

pes

isir

(%)

> 80

%40

-80

%<

40 %

15%

Pand

uan

dari

Kem

ente

rian

Kehu

tana

n

4 Be

ntuk

gar

is p

anta

iBe

rtel

ukLu

rus-

bert

eluk

Luru

s15

%Pa

ndua

n da

riBA

KOSU

RTA

NA

L

8.

Cuac

a Ek

strim

(Ang

in

Putt

ing

Beliu

ng)

1 La

han

terb

uka

Skor

Bah

aya=

0.33

33*L

ahan

Terb

uka+

0.33

33*(

1-Ke

miri

ngan

Lere

ng)+

0.33

33*(

(Cur

ah H

ujan

Tahu

nan)

/500

0)

33.3

3%Pa

ndua

n da

riBM

KG

2 Ke

miri

ngan

Ler

eng

33.3

3%

3 Cu

rah

Huj

an T

ahun

an33

.33%

Skor

Bah

aya

< 0,

340,

34 –

0,6

6>0

,67

9.

Keba

kara

nH

utan

dan

La

han

1 Je

nis

Hut

an d

an la

han

Hut

an

Laha

n Pe

rkeb

unan

Pada

ng ru

mpu

t ke

ring

dan

belu

kar,

laha

npe

rtan

ian

40%

Pand

uan

dari

KEM

ENH

UT

La

nju

tan

Ta

be

l 3

Page 86: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL30

NO

BE

NC

AN

AK

OM

PO

NE

N/I

ND

IKA

TO

R

KE

LA

S I

ND

EK

S

BO

BO

T T

OT

AL

BA

HA

N R

UJU

KA

N

RE

ND

AH

S

ED

AN

GT

ING

GI

2 Ik

lim

Peng

huja

nPe

nghu

jan

kem

arau

Kem

arau

30%

Pand

uan

dari

BMKG

3 Je

nis

tana

hN

on o

rgan

ik/n

on

gam

but

Sem

i org

anik

Org

anik

/gam

but

30%

Pand

uan

dari

PUSL

ITA

NA

H -

KEM

ENTA

N

10.

Keba

kara

nG

edun

g da

nPe

muk

iman

1 Fr

ekue

nsi (

seja

rah

keja

dian

) (6

0%)

< 2

%2-

5%>

5 %

100%

Pand

uan

dari

Dam

kar-

KEM

END

AGRI

2 D

ampa

k (4

0 %

) K

erug

ian

Ekon

omi)

< Rp

1 M

Rp 1

M –

3 M

> Rp

3 M

15%

3 (K

orba

n) :

men

ingg

al-

1 or

ang

> 1

oran

g70

%

4 Lu

ka b

erat

< 5

oran

g5-

10 o

rang

> 10

ora

ng15

%

11.

Epid

emi d

an

Wab

ahPe

nyak

it

Kepa

data

n tim

buln

ya m

alar

ia

(KTM

)

Skor

Bah

aya=

(0.2

5*KT

M/1

0+0.

25*K

TDB/

5+0.

25*

KTH

IV/A

IDS

/(0.

05)+

0.25

*KTC

/5)*

(Log

(Kep

adat

an p

endu

duk/

0.01

)/Lo

g(10

0/0.

01))

25%

Pand

uan

dari

KEM

ENKE

S

Kepa

data

n tim

buln

ya d

emam

be

rdar

ah (K

TDB)

25%

Kepa

data

n tim

buln

ya H

IV/A

IDS

(KTH

IV/A

IDS)

25%

Kepa

data

n tim

buln

ya c

ampa

k (K

TC)

25%

Kepa

data

n pe

ndud

uk

Skor

Bah

aya

< 0,

340,

34 –

0,6

6>0

,67

La

nju

tan

Ta

be

l 3

Page 87: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 31

NO

BE

NC

AN

AK

OM

PO

NE

N/I

ND

IKA

TO

R

KE

LA

S I

ND

EK

S

BO

BO

T T

OT

AL

BA

HA

N R

UJU

KA

N

RE

ND

AH

S

ED

AN

GT

ING

GI

12.

Gag

al

Tekn

olog

iJe

nis

Indu

stri

(60

%)

- In

dust

ri m

anuf

aktu

rIn

dust

riki

mia

100%

Pand

uan

dari

BPPT

, LA

PAN

,KE

MEN

PERI

ND

dan

KE

MEN

HU

B

Kapa

sita

s (4

0 %

)In

dust

ri ke

cil

Indu

stri

Men

enga

hIn

dust

ribe

sar

100%

13.

Konfl

ik

Sosi

al

1 Fr

ekue

nsi k

ejad

ian

(his

toric

al)

-60%

<

2x2-

3 x

> 3

x10

0%Pa

ndua

n da

riKE

MEN

SOS

dan

POLR

I

2 D

ampa

k ak

ibat

kej

adia

n (h

isto

rial)

(40

%)

< 5

org

5-10

ora

ng>

10or

ang

100%

Sum

ber:

Pera

tura

n Ke

pala

BN

PB N

omor

02

/201

2 te

ntan

g Pe

dom

an U

mum

Pen

gkaj

ian

Risi

ko B

enca

na

La

nju

tan

Ta

be

l 3

Page 88: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL32

Kemudian untuk memahami warna baik pada peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko, menggunakan matriks penentuan tingkat ancaman, tingkat kerugian, dan tingkat risiko bencana sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 10

Matriks Penentuan Tingkat Ancaman, Tingkat Kerugian, dan Tingkat Risiko Bencana

TINGKAT

ANCAMANINDEKS PENDUDUK TERPAPAR

RENDAH SEDANG TINGGI

IND

EKS

AN

CAM

AN

RENDAH

SEDANG

TINGGI

TINGKAT

KERUGIANINDEKS KERUGIAN

RENDAH SEDANG TINGGI

IND

EKS

AN

CAM

AN

RENDAH

SEDANG

TINGGI

TINGKAT RISIKO

BENCANAINDEKS KAPASITAS

RENDAH SEDANG TINGGI

IND

EKS

KERU

GIA

N

RENDAH

SEDANG

TINGGI

Sumber: Pedoman Nasional Pengkajian Risiko Bencana, BNPB 2012

Notasi warna :

Tingkat Risiko Tinggi Tingkat Risiko Sedang Tingkat Risiko Rendah

Page 89: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 33

Bab 3

Metodologi

Penyusunan

Laporan

Page 90: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL34

Page 91: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 35

Bab 3 Metodologi Penyusunan Laporan

3.1 Data dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penyusunan Pendekatan Kajian Risiko Bencana

Untuk Perencanaan Kawasan Strategis Nasional ini meliputi data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber seperti lembaga pemerintah (Kementerian Pekerjaan Umum, BKPRN, BNPB, BAPPEDA Provinsi), hasil penelitian, makalah, artikel dan publikasi resmi. Data sekunder yang akan digunakan yakni:

Data sekunder yang akan digunakan yakni:- Peraturan perundangan terkait Penataan Ruang diantaranya adalah: Perpres

Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR- Peraturan perundangan terkait Penanggulangan Bencana diantaranya adalah:

UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana- Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana 2012-2016 Provinsi DKI Jakarta,

Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten- Dokumen Materi Teknis RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota terkait- Data Kabupaten/Kota Dalam Angka, tahun 2012 dari BPS- Kajian-kajian lain yang terkait dari publikasi resmi maupun dari internet dan surat

kabar

Adapun untuk data spasial, diperlukan kesamaan data yang digunakan yang dapat dilihat dalam bentuk format, jenis data, kedetilan/skala data sehingga memungkinkan dilakukan overlay. Agar dapat dilakukan proses tumpang susun dan analisis data-data spasial yang dikumpulkan harus berada dalam GIS. Untuk data dengan format Vektor yang berupa shapefi le (SHP) dan untuk data dengan format raster bisa berupa fi le JPG, Tiff atau GRID yang sudah memiliki sistem koordinat baik terproyeksi (UTM) atau tidak terproyeksi (Latitude-Longitude).

Ketersediaan data spasial yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 92: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL36

Tabel 4

Ketersediaan Data Spasial

Sumber Nama DataSpasial

Format Skala Sistem Proyeksi Keterangan

BNPB Peta Risiko Bencana GRID 1:250.000 WGS 84 Hanya view, tidak bisa diolah di PC lokal

Peta Kerentanan Bencana GRID 1:250.000 WGS 84 Hanya view, tidak bisa diolah di PC lokal

Peta Ancaman Bencana GRID 1:250.000 WGS 84 Hanya view, tidak bisa diolah di PC lokal

Basemap (Titik Tinggi, Fasilitas umum, Sungai, Jaringan Jalan, Kontur, Penggunaan Lahan)

Shapefi le 1:250.0001: 50.0001:25.000

WGS 84 Hanya view, tidak bisa diolah di PC lokal

Administrasi BPS 2009 Shapefi le 1:250.000 WGS 84 Hanya view, tidak bisa diolah di PC lokal

SRTM dan Topo Raster 30 m WGS 84 Hanya view, tidak bisa diolah di PC lokal

Direktorat

Perkotaan

PU

Land Use Existing Shapefi le 1 : 10.000 WGS_1984 UTM_Z_48S

Dapat diolah

Landuse Planning Shapefi le 1 : 10.000 WGS_1984 UTM_Z_48S

Dapat diolah

Admin BPS 2009 Shapefi le 1:250.000 WGS 84 Dapat diolah

SPOT + ALOS Image Raster 2,5m dan 5 meter

WGS_1984 UTM_Z_48S

Dapat diolah

BKPRN,

Bappeda

Provinsi DKI

Jakarta, Jawa

Barat, dan

Banten

RTRW Provinsi Banten PDF, JPG 1 : 750.000 WGS 84 Perlu Proses rektifi kasi, Dapat diolah

RTRW Propinsi DKI Jakarta

PDF, JPG, SHP

1 : 50.000 WGS 84 Perlu Proses rektifi kasi, Dapat diolah

RTRW Propinsi Jawa Barat PDF, JPG, SHP

1 : 50.000 WGS 84 Dapat diolah

RTRW Kota Bekasi PDF, JPG 1:110000 Perlu Proses rektifi kasi, Dapat diolah

RTRW Kota Tangerang PDF, JPG,SHP

1 : 50.000 WGS 84 Dapat diolah

RTRW Kota Tangerang Selatan

RTRW Kota Bogor

RTRW Kab Bogor SHP, DWG 1:100.000 WGS 84 Dapat diolah

RTRW Kab Bekasi

RTRW Kab Tangerang

Sumber: Hasil kompilasi Tim Penyusun

Page 93: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 37

3.2 Waktu Pelaksanaan Kajian

Waktu pelaksanaan kajian ini adalah sekitar 6 bulan, mulai pada pertengahan bulan Mei sampai 30 November 2013. Proses pelaksanaan kajian difasilitasi oleh UNDP, bekerjasama dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal (DIT. KKDT) dan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (DIT. TRP), BAPPENAS; dan juga dengan Kementerian Dalam Negeri.

3.3 Metode Kajian

Metode Kajian Review Perpres 54/2008 dilaksanakan dengan memasukkan penilaian risiko bencana ke dalam penataan ruang untuk menjawab beberapa pertanyaan strategis sebagai berikut:1. Bagaimana mengintegrasikan Kajian Risiko Bencana pada penyusunan kaji ulang

RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dalam kerangka pengurangan risiko bencana;2. Bagaimana substansi penanggulangan bencana dalam RTRWP DKI Jakarta, Jawa

Barat, dan Banten;3. Bagaimana kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang yang efi sien bagi

kawasan yang memiliki tingkat risiko bencana tinggi.

Secara umum pendekatan yang akan dilakukan dalam kajian ini adalah menggunakan teknik overlay (pertampalan/tumpang susun) antara Peta Risiko Bencana dengan Peta Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR. Dari ketersediaan data spasial di atas, tumpang susun peta dapat dilakukan pada skala 1:250.000 yang berarti dapat dilakukan untuk level KSN JABODETABEKPUNJUR dan RTRW Provinsi. Sedangkan untuk level kabupaten/kota yang membutuhkan kedetilan setara dengan skala 1:50.000 tidak dapat di tumpang susunkan dengan data Ancaman, Kerentanan dan Risiko dari BNPB yang saat ini masih pada skala 1:250.000.

Secara lebih jelas kerangka metodologi kajian dapat dilihat pada Gambar berikut:

Page 94: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL38

Gambar 11

Kerangka Metodologi Kajian

Tersedianya perspektif mitigasi bencana pada KSN JABODETABEKPUNJUR dengan memasukkan Kajian Risiko Bencana ke dalam RTR

Tergambarkannya potensi risiko bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR Terumuskannya rekomendasi strategi manajemen risiko dengan perspektif

mitigasi bencana

Profi l Kerawanan dan Kerentanan Bencana pada Pusat-pusat Kegiatan

Profi l Risiko Bencana

Peta digital RTR KSN JABODETABEKPUNJUR

Peta digital RTRWP Peta Ancaman, Kerentanan

dan Risiko Bencana Provinsi Skala 1:250.000

Potensi Risiko Bencana di KSN JABODETABEKPUNJUR

Mitigasi Bencana untuk 13 Jenis Bencana Risiko Tinggi (Hulu, Tengah, Hilir)

Analisis RTRW Kabupaten/Kota terhadap Kebijakan

Penanggulangan Bencana

Desk Study:

UU No. 24/2007, Perpres 54/2008, Pedoman RTR KSN, IRBI, Materi Teknis RTRWP, serta kebijakan dan pedoman lainnya

Proses Pengolahan Teknis (Pre-

Processing):

Proses penyeragaman skala, proyeksi, batas wilayah kajian dan generalisasi

Report teknis untuk data-data yang diterima

Komparasi/uji ketepatan Report komparasi land use/landcover Pembuatan base-map

Proses Overlay Peta dan Analisis/

Digitasi dan Layout:

Kesesuaian dengan UU No.4/2011 Risiko Bencana terhadap Landuse/

Landcover Plan Upaya mitigasi bencana pada

kawasan/zona berisiko tinggi bencana

Rekomendasi Strategi Manajemen Risiko Bencana dan Masukan bagi Perbaikan Pedoman Penyusunan

RTR KSN dan RTRW Provinsi

Studi Kasus: Kota Jakarta Timur

TUJUAN

KELUARAN

Page 95: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 39

Bab 4

Gambaran Umum

Kawasan

JABODEBEKPUNJUR

Page 96: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL40

Page 97: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 41

Bab 4 Gambaran Umum Kawasan

JABODETABEKPUNJUR

4.1 Umum

Secara geografi s Kawasan JABODETABEKPUNJUR terletak pada 121094’82” Bujur Timur dan 6010’8’’ - 6030’ Lintang Selatan, dan memiliki batas-batas sbb:

■ Sebelah utara: Laut Jawa.■ Sebelah selatan: berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi.■ Sebelah timur: berbatasan dengan wilayah Kabupaten Karawang.■ Sebelah barat: berbatasan dengan Kab Serang dan Kab. Lebak.

Daerah cakupan Kawasan JABODETABEKPUNJUR meliputi seluruh wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat (mencakup seluruh wilayah Kabupaten Bekasi, seluruh wilayah Kota Bekasi, seluruh wilayah Kota Depok, seluruh wilayah Kabupaten Bogor, seluruh wilayah Kota Bogor, dan sebagian wilayah Kabupaten Cianjur yang meliputi Kecamatan Cugenang, Kecamatan Pacet, Kecamatan Sukaresmi, dan Kecamatan Cipanas); dan sebagian wilayah Provinsi Banten (mencakup seluruh wilayah Kabupaten Tangerang, seluruh wilayah Kota Tangerang, dan seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan).

Page 98: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL42

Gambar 12

Kawasan Strategis Nasional JABODETABEKPUNJUR

Sumber: Masterplan Pengendalian Banjir dan Drainase DKI Jakarta

Dari Gambar diatas dapat dicatat bahwa :1. Kawasan Strategis Nasional JABODETABEKPUNJUR berada seluruhnya di

Wilayah Sungai Nasional Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum

2. Kawasan berada di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten3. Ibukota Negara berada di kawasan ini

Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur merupakan pusat perekonomian wilayah nasional. Kawasan ini sekaligus sebagai kawasan konservasi air dan tanah serta keaneka ragaman hayati. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26/2008 dan Peraturan Presiden No. 54/2008 Kawasan JABODETABEKPUNJUR ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional.

Secara ekonomi, kawasan JABODETABEKPUNJUR memberikan share yang cukup tinggi terhadap perekonomian nasional. Sekitar 59% (2010) investasi nasional berada di Jawa-Bali dan hampir sebagian besar didominasi oleh atau berada dalam lingkup Kawasan JABODETABEKPUNJUR, yaitu Provinsi DKI Jakarta 27%, Jawa Barat 24%, dan Banten 5%, dengan pusat kegiatan ekonomi dan sosial berada di Jakarta. DKI Jakarta memberikan kontribusi yang tinggi terhadap PDRB wilayah seluruh JABODETABEKPUNJUR. Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, sekitar 28.336.934 jiwa tinggal di wilayah JABODETABEKPUNJUR. Kepadatan penduduk masing-masing provinsi adalah DKI Jakarta 14.469 jiwa/km2, Jawa Barat 1.217 jiwa/km2, dan Banten

Kawasan strategis nasional JABODETABEKPUNJUR yang menurut PP RTRWN 2008 terdiri dari kawasan perkotaan Jabodetabek, kawasan andalan Bopunjur dan sekitarnya dan kawasan andalan laut P. Seribu

Page 99: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 43

1.100 jiwa/km2. Pertumbuhan penduduk Provinsi DKI Jakarta (2000 – 2010) mencapai 1,41%, sedangkan laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Banten 2,78% dan Provinsi Jawa Barat sebesar rata-rata 1,90% per tahun semenjak tahun 2000-2010 (BPS, 2012). Adapun luas total Kawasan JABODETABEKPUNJUR sekitar 6.682,8 km2 dan gambaran penggunaan lahan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13

Peta Penggunaan Lahan Kawasan JABODETABEKPUNJUR Tahun 2010

Sumber: Dikompilasi dari: peta Administrasi BPS, 2009; Kota, Pelabuhan dan Bandara (UNDP); peta arahan Sistem Transportasi Kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Puncak-Cianjur (BKPRN).

Saat ini di Kawasan JABODETABEKPUNJUR telah terjadi alih fungsi lahan kawasan lindung menjadi kawasan terbangun. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya villa dan permukiman di kawasan Puncak yang tidak terkendali, serta pembangunan permukiman pada kawasan-kawasan resapan air dan sempadan sungai/situ (Kementerian PU, 29 Januari 2013). Dalam 35 tahun terakhir (1970-2005), secara regional JABODETABEKPUNJUR telah kehilangan 27% ruang terbuka hijau (termasuk hutan dan perkebunan tanaman tahunan/keras) diantaranya akibat hilangnya 46% kawasan hutan. Kawasan terbangun (permukiman) tumbuh lebih dari 12 kali lipat, menyebabkan daya dukung lingkungan menjadi sangat terbatas, terutama kemampuan lahan di dalam meresapkan air ke dalam tanah terutama

Page 100: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL44

di Jakarta (Djakapermana, RD., 2008). Perubahan fungsi kawasan lindung tidak hanya terjadi pada hutan lindung, tetapi juga terjadi pada daerah aliran sungai di sepanjang JABODETABEKPUNJUR. Dalam waktu kurun waktu 6 tahun (1990-1996), terjadi peningkatan kawasan pemukiman di hulu DAS Ciliwung (Puncak) dari 6,25 km2 menjadi 19,26 km2 dan 10 tahun kemudian (2004) menjadi 26,61 km2. Adanya pembangunan kawasan pemukiman di hulu DAS menyebabkan adanya pendangkalan sungai, dan mengurangi kemampuan daya dukung lingkungan. Kondisi tutupan lahan DAS Ciliwung saat ini dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14

Peta Ekoregion dan Tutupan Lahan DAS Ciliwung

4.2 Profi l Kerawanan Bencana pada Pusat-Pusat Kegiatan di Kawasan

JABODETABEKPUNJUR

Profi l kerawanan bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR dapat memberikan informasi tingkat kerawanan bencana di tingkat provinsi (Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten) maupun di tingkat kabupaten/kota yang termasuk Kawasan JABODETABEKPUNJUR pada pusat-pusat kegiatannya. Profi l

Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup, 2013

Page 101: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 45

kerawanan bencana ini diperoleh dari Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI, 2011) yang merupakan suatu perangkat analisis kebencanaan yang telah terjadi dan menimbulkan kerugian, dimana faktor utamanya adalah risiko kehilangan nyawa.

4.2.1 Profi l Kerawanan Bencana Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Dalam profi l kerawanan bencana di tingkat provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR, dapat dilihat bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang paling rawan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR (skor 200), juga menempati nomor urut kedua di tingkat nasional. Provinsi Banten (skor 133, urutan kesebelas tingkat nasional); sedangkan Provinsi DKI Jakarta (skor 113, urutan keduapuluhsatu tingkat nasional).

Gambar 15

Profi l Kerawanan Bencana tingkat Provinsi

200

133113

0

50

100

150

200

250

JAWA BARAT BANTEN DKI JAKARTA

Sumber: IRBI BNPB, 2011

4.2.2 Profi l Kerawanan Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan

JABODETABEKPUNJUR

Dari ke-15 kabupaten/kota di JABODETABEKPUNJUR yang terdata, hampir seluruhnya memiliki indeks kerawanan bencana yang tinggi, kecuali Kota Tangerang Selatan. Di Provinsi Jawa Barat, kabupaten/kota yang paling rawan ada di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur; di Provinsi DKI Jakarta, hampir semua kotanya rawan; dan di Provinsi Banten, Kabupaten Tangerang paling rawan, kemudian Kota Tangerang. Lihat tabel dan gambar berikut:

Page 102: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL46

Tabel 5

Profi l Kerawanan Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

No. Kabupaten/KotaNilai /

Skor

Tingkat

Kerawanan

Ranking

Nasional

Ranking

JABODETABEKPUNJUR

1 Kabupaten Bogor 129 Tinggi 5 1

2 Kabupaten Cianjur 118 Tinggi 11 2

3 Kota Jakarta Timur 90 Tinggi 48 3

4 Kabupaten Tangerang 87 Tinggi 63 4

5 Kota Jakarta Selatan 84 Tinggi 70 5

6 Kabupaten Bekasi 81 Tinggi 78 6

7 Kota Jakarta Utara 80 Tinggi 84 7

8 Kota Jakarta Barat 79 Tinggi 92 8

9 Kota Jakarta Pusat 77 Tinggi 104 9

10 Kota Tangerang 65 Tinggi 173 10

11 Kota Bogor 61 Tinggi 202 11

12 Kota Depok 46 Tinggi 321 12

13 Kepulauan Seribu 42 Tinggi 352 13

14 Kota Bekasi 41 Tinggi 357 14

15 Kota Tangerang Selatan 15 Sedang 441 15

Sumber: IRBI BNPB, 2011

Gambar 16

Profi l Kerawanan Bencana Tingkat Kabupaten/Kota

65

15

87

42

79 7784

9080 81

129

118

41

61

46

0

20

40

60

80

100

120

140

TinggiSedang

Prov. Banten Prov. DKI Jakarta Prov. Jawa Barat

KOTA TANGERANG

KOTA TANGERANG SELATA

N

TANGERANG

KEPULAUAN SERIBU

KOTA JAKARTA BARAT

KOTA JAKARTA PUSAT

KOTA JAKARTA SELATA

N

KOTA JAKARTA TIM

UR

KOTA JAKARTA U

TARA

BEKASI

BOGOR

CIANJU

R

KOTA BEKASI

KOTA BOGOR

KOTA D

EPOK

Sumber: IRBI BNPB, 2011

Page 103: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 47

4.2.3 Profi l Kerawanan Bencana per Jenis Bencana di Kawasan

JABODETABEKPUNJUR

Pada sub bab ini diperlihatkan profi l kerawanan bencana yang dilihat per jenis bencana (lihat gambar 17). Berdasarkan indeks kerawanan bencana tingkat kabupaten/kota terlihat bahwa Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur merupakan kabupaten yang paling rawan di JABODETABEKPUNJUR. Bila dicermati secara umum pada gambar 17 terlihat bahwa:■ Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur ternyata memiliki berbagai

jenis bencana yang rawan. Kabupaten Bogor terdapat sekitar 8 jenis bencana yakni: tanah longsor, kekeringan, kecelakaan transportasi, kebakaran permukiman, gempa bumi, banjir dan tanah longsor, banjir, dan angin topan. Sedangkan di Kabupaten Cianjur terdapat sepuluh jenis bencana yang rawan yakni: tanah longsor, kekeringan, kejadian luar biasa, kecelakaan transportasi, gempa bumi, gelombang pantai dan abrasi, banjir dan tanah longsor, banjir, dan angin topan.

■ Jika dilihat dari skor rawan bencana yang tertinggi, maka bencana tanah longsor merupakan yang tertinggi yakni dengan nilai 73 dan terdapat di Kabupaten Cianjur. Artinya Kabupaten Cianjur merupakan kabupaten yang rawan bencana tanah longsor dengan risiko kehilangan nyawa penduduk tertinggi di JABODETABEKPUNJUR. Bencana tanah longsor urutan kedua tertinggi di Kabupaten Bogor (skor 66). Dari gambar dapat dilihat bahwa Kepulauan Seribu dan Kota Bekasi merupakan kota-kota dengan jenis bencana paling sedikit.

Kajian tentang kerawanan bencana dapat memberikan informasi tingkat kerawanan bencana di tiap provinsi maupun kabupaten/kota di JABODETABEKPUNJUR. Berdasarkan tingkat kerawanan ini dapat dimanfaatkan oleh Pemprov, Pemkab, maupun Pemkot untuk melakukan analisis kelembagaan, menjadi masukan bagi RTRWP maupun RTRW Kabupaten/Kota terutama pada provinsi atau kabupaten/kota yang berada pada kawasan rawan bencana; dan terutama dapat memberikan masukan untuk keperluan perbaikan/evaluasi RTRWP atau RTRWK yang berbasiskan mitigasi bencana.

Secara lebih jelas bila dilihat per jenis bencana dapat dilihat pada tabel 6 dan gambar 18-26.

Page 104: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL48

Ga

mb

ar

17

Pro

fi l

Ke

raw

an

an

Be

nca

na

tin

gk

at

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

3331

21

28

59

46

22

30

57

68

52

48

58

6366

57

46

2728

19

31

6464

26

1821

45

22

45

52

25

30

5754

5249

46

2629

36

2728

32

24

34

21

28

49

28

34

44

49

44

34

39

23

18

2424

24

1921

45

21

1316

66

73

13

17

01020304050607080

AN

GIN

TO

PAN

BAN

JIR

BAN

JIR D

AN

TA

NA

H L

ON

GSO

R

GEL

OM

BAN

G P

AN

TAI D

AN

ABR

A

GEM

PABU

MI

KEBA

KARA

N P

ERM

UKI

MA

N

KECE

LAKA

AN

IND

UST

RI

KECE

LAKA

AN

TRA

NSP

ORT

ASI

KEJA

DIA

N L

UA

R BI

ASA

(KLB

)

KEKE

RIN

GA

N

KON

FLIK

SO

SIA

L

TAN

AH

LO

NG

SOR

Prov

. Ban

ten

Prov

. DKI

Jaka

rta

Prov

. Jaw

a Ba

rat

Sum

ber

: IRB

I BN

PB T

ahun

201

1

KOTA TA

NGERANGTA

NGERANG KEPULAUAN SERIBUKOTA

JAKARTA

BARATKOTA

JAKARTA

PUSAT

KOTA JA

KARTA SELATA

NKOTA

JAKARTA

TIMUR

KOTA JA

KARTA U

TARA

BEKASI

BOGOR

CIANJU

RKOTA

BEKASI

KOTA BOGOR

KOTA D

EPOK

Sum

ber:

IRBI

BN

PB, 2

011

Page 105: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 49

Profi l Kerawanan per Jenis Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

No Jenis Bencana Kabupaten/KotaNilai/

Skor

Tingkat

Kerawanan

Ranking

Nasional

Ranking

JABODETABEKPUNJUR

1 Angin Topan Kabupaten Bogor 59 Tinggi 6 1

Kabupaten Cianjur 46 Tinggi 21 2

Kabupaten Tangerang 33 Tinggi 82 3

Kota Jakarta Pusat 31 Tinggi 100 4

Kota Depok 30 Tinggi 107 5

Kabupaten Bekasi 28 Tinggi 129 6

Kota Bogor 22 Tinggi 179 7

Kota Jakarta Utara 21 Tinggi 205 8

2 Banjir Kabupaten Tangerang 68 Tinggi 3 1

Kota Jakarta Utara 66 Tinggi 5 2

Kota Jakarta Timur 63 Tinggi 6 3

Kota Jakarta Selatan 58 Tinggi 13 4

Kabupaten Bekasi 57 Tinggi 17 5

Kota Tangerang 57 Tinggi 19 6

Kota Jakarta Barat 52 Tinggi 30 7

Kota Jakarta Pusat 48 Tinggi 50 8

Kabupaten Bogor 46 Tinggi 65 9

Kota Depok 31 Tinggi 162 10

Kota Bekasi 28 Tinggi 192 11

Kabupaten Cianjur 27 Tinggi 200 12

Kota Bogor 19 Tinggi 290 13

3 Banjir dan

Tanah Longsor

Kabupaten Bogor 64 Tinggi 2 1

Kabupaten Cianjur 64 Tinggi 3 2

Kota Bogor 26 Tinggi 95 3

4 Gelombang

Pantai dan

Abrasi

Kota Jakarta Utara 45 Tinggi 3 1

Kabupaten Cianjur 22 Tinggi 49 2

Kota Jakarta Timur 21 Tinggi 57 3

Kabupaten Tangerang 18 Tinggi 77 4

5 Gempa Bumi Kabupaten Cianjur 52 Tinggi 30 1

Kabupaten Bogor 45 Tinggi 50 2

Kota Bogor 25 Sedang 123 3

6 Kebakaran

Permukiman

Kota Jakarta Barat 57 Tinggi 2 1

Kota Jakarta Pusat 54 Tinggi 4 2

Kota Jakarta Selatan 52 Tinggi 5 3

Kota Jakarta Timur 49 Tinggi 7 4

Kota Jakarta Utara 46 Tinggi 8 5

Kabupaten Cianjur 36 Tinggi 23 6

Kabupaten Tangerang 30 Tinggi 45 7

Kabupaten Bogor 29 Tinggi 50 8

Kabupaten Bekasi 26 Tinggi 68 9

Tabel 6

Page 106: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL50

No Jenis Bencana Kabupaten/KotaNilai/

Skor

Tingkat

Kerawanan

Ranking

Nasional

Ranking

JABODETABEKPUNJUR

7 Kecelakaan

Industri

Kabupaten Bekasi 27 Tinggi 5 1

8 Kecelakaan

Transportasi

Kabupaten Bogor 34 Tinggi 12 1

Kota Jakarta Selatan 32 Tinggi 19 2

Kepulauan Seribu 28 Tinggi 32 3

Kota Jakarta Timur 24 Tinggi 48 4

Kabupaten Cianjur 21 Tinggi 66 5

9 Kekeringan Kabupaten Bogor 24 Tinggi 17 1

Kabupaten Bekasi 24 Tinggi 26 2

Kabupaten Tangerang 24 Tinggi 27 3

Kota Depok 21 Tinggi 57 4

Kabupaten Cianjur 19 Tinggi 72 5

Kota Tangerang 18 Tinggi 93 6

10 Konfl ik Sosial Kota Jakarta Barat 45 Tinggi 2 1

Kota Jakarta Pusat 21 Sedang 25 2

11 Tanah Longsor Kabupaten Cianjur 73 Tinggi 2 1

Kabupaten Bogor 66 Tinggi 4 2

Kota Bogor 17 Sedang 102 3

Kota Jakarta Timur 16 Sedang 109 4

Kota Bekasi 13 Sedang 123 5

Kabupaten Tangerang 13 Sedang 133 6

Sumber: IRBI BNPB, 2011

Gambar 18

Profi l Rawan Bencana Angin Topan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Sumber: IRBI BNPB, 2011

33 3121

28

5946

2230

010203040506070

SKOR

Profi l Rawan Bencana Angin Topan

TANGERANG

KOTA JA

KARTA PUSAT

KOTA JA

KARTA U

TARA

BEKASI

BOGOR

CIANJU

R

KOTA BOGOR

KOTA D

EPOK

Lanjutan Tabel 6

Page 107: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 51

Gambar 19

Profi l Rawan Bencana Banjir di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Sumber: IRBI BNPB, 2011

Gambar 20

Profi l Rawan Bencana Banjir dan Tanah Longsor dan Gempa Bumi di JABODETABEKPUNJUR

Sumber: IRBI BNPB, 2011

Gambar 21

Profi l Rawan Bencana Gelombang Pantai dan Abrasi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Sumber: IRBI BNPB, 2011

KOTA TA

NGERANG

TANGERANG

KOTA JA

KARTA BARAT

KOTA JA

KARTA PUSAT

KOTA JA

KARTA SELATA

N

KOTA JA

KARTA TIM

UR

KOTA JA

KARTA U

TARA

BEKASI

BOGOR

CIANJU

R

KOTA BEKASI

KOTA BOGOR

KOTA D

EPOK

5768

52 4858 63 66

5746

27 2819

31

01020304050607080

SKOR

Profi l Rawan Bencana Banjir

TANGERANG

KOTA JAKARTA TIMUR

KOTA JAKARTA UTARACIANJUR

18 21 22

01020304050

SKOR

Profi l Rawan Bencana Gelombang Pantai Dan Abrasi

45 52

25

0

20

40

60

Skor Gempabumi

64 64

26

0

20

40

60

80

SKOR

Profi l Rawan Bencana Banjir Dan Tanah Longsor Profi l Rawan Bencana Gempabumi

BOGOR CIANJUR KOTA BOGOR

BOGOR CIANJUR KOTA BOGOR

Page 108: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL52

Gambar 22

Profi l Rawan Bencana Gelombang Pantai dan Abrasi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Sumber: IRBI BNPB, 2011

Gambar 23

Profi l Rawan Bencana Kecelakaan Industri dan Konfl ik Sosial di JABODETABEKPUNJUR

Sumber: IRBI BNPB, 2011

Gambar 24

Profi l Rawan Bencana Kecelakaan Transportasi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Sumber: IRBI BNPB, 2011

TANGERANG

KOTA JAKARTA BARAT

KOTA JAKARTA PUSAT

KOTA JAKARTA SELATAN

KOTA JAKARTA TIMUR

KOTA JAKARTA UTARA

BEKASI

BOGOR

CIANJUR

30

57 54 52 49 46

26 2936

0102030405060

SKOR

Profi l Rawan Bencana Kebakaran Permukiman

KOTA JAKARTA BARAT

KOTA JAKARTA PUSAT

45

21

0

20

40

6027

0

10

20

30

BEKASI

Skor Kecelakaan Industri

Profi l Rawan Bencana Kecelakaan Industri Profi l Rawan Bencana Konfl ik Sosial

KEPULAUAN SERIBU KOTA JAKARTA SELATAN KOTA JAKARTA TIMUR BOGOR CIANJUR

2832

24

34

21

05

10152025303540

Skor Kecelakaan Transportasi

Profi l Rawan Bencana Kecelakaan Transportasi

Page 109: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 53

Gambar 25

Profi l Rawan Bencana Kekeringan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Sumber: IRBI BNPB, 2011

Gambar 26

Profi l Rawan Bencana Tanah Longsor di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Sumber: IRBI BNPB, 2011

4.3 Profi l Kerentanan Bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Sebagaimana diuraikan dalam bab 2 terdahulu, kerentanan dapat didefi nisikan sebagai “Exposure X Sensivity”. Yang terekspos termasuk kehidupan manusia (sosial: kepadatan penduduk, kepekaan sosial), wilayah ekonomi (PDRB per sektor, penggunaan lahan kawasan budidaya), struktur fi sik (bangunan dan prasarana) dan wilayah ekologi/lingkungan (penggunaan lahan kawasan lindung). Indikator yang digunakan terutama adalah informasi keterpaparan. Jadi penilaian kerentanan ditentukan dengan mengkaji aspek sosial-budaya, sumberdaya/lingkungan, infrastruktur dan ekonomi terhadap ancaman dan dampak bencana yang ada dan dinilai dengan faktor-faktor pembobotan yang berbeda untuk masing-masing jenis ancaman yang berbeda.

KOTA TA

NGERANG

TANGERANG

BEKASI

BOGOR

CIANJU

R

Skor Kekeringan

KOTA D

EPOK

1824 24 24

19 21

05

1015202530

Profi l Rawan Bencana Kekeringan

13 16

6673

13 17

0

20

40

60

80

Profi l Rawan Bencana Tanah Longsor

TANGERANGKOTA JAKARTA TIMUR BOGOR CIANJUR

KOTA BEKASI

Skor Tanah Longsor

KOTA BOGOR

Page 110: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL54

Cara Membaca Profi l Kerentanan: 1. Potensi keterpaparan penduduk provinsi (jiwa dan %) dalam kurun waktu 5 tahun:

■ Pada potensi keterpaparan penduduk (jiwa): hanya dapat dilihat jumlah penduduk terpapar menurut jenis bencana tertentu pada provinsi tertentu. Jenis data yang termasuk dalam data keterpaparan ini antara lain kepadatan penduduk dan penduduk kelompok rentan;

■ Pada potensi keterpaparan penduduk(%) yang diperoleh dari perbandingan data keterpaparan penduduk (jiwa) terhadap penduduk keseluruhan pada provinsi tertentu: dapat dilihat prosentase penduduk terpapar menurut jenis bencana tertentu pada provinsi tertentu dan dapat dibandingkan dengan provinsi lain.

2. Potensi kerugian fi sik dan ekonomi (triliun rupiah) dalam kurun waktu 5 tahun: dapat dilihat jumlah rupiah kerugian fi sik dan ekonomi menurut jenis bencana tertentu pada provinsi tersebut. Data ini dapat dibandingkan antarprovinsi. Jenis data yang termasuk dalam data kerugian ini antara lain luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor, jumlah rumah, fasilitas umum, fasilitas kritis; yang kesemuanya dihitung dalam rupiah;

3. Potensi kerusakan lingkungan (hektar dan %) dalam kurun waktu 5 tahun:■ Pada potensi kerusakan lingkungan (hektar) hanya dapat dilihat luas kerusakan

lingkungan menurut jenis bencana tertentu pada provinsi tertentu. Jenis data yang termasuk dalam data kerusakan lingkungan ini a.l. luas hutan lindung, hutan alam, hutan bakau, dan semak belukar; yang kesemuanya dihitung dalam hektar;

■ Pada potensi kerusakan lingkungan (%) yang diperoleh dari perbandingan data kerusakan lingkungan (hektar) terhadap luas wilayah keseluruhan pada provinsi tertentu: dapat dilihat prosentase kerusakan lingkungan menurut jenis bencana tertentu pada provinsi tertentu dan dapat dibandingkan dengan provinsi lain. Bila ditemukan data > 100% maka kemungkinan besar dampak kerusakan lingkungan tidak diukur dari batasan administrasi namun diukur dari seberapa luas dampak yang akan terjadi yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Perlu klarifi kasi lebih lanjut.

Profi l kerentanan bencana untuk seluruh provinsi untuk ketiga belas bencana yang sudah didefi nisikan oleh BNPB, dapat dilihat pada gambar 27-31.

Page 111: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 55

Gambar 27

Potensi Keterpaparan Penduduk Provinsi (jiwa)

850.

829

62.7

64

3.85

2.54

5

7.49

4.50

3

984.

163

252.

626

7.51

8.39

6

7.46

9.79

2

7.42

6.66

4

32.7

92.7

40

126.

908

8.66

4.63

8

37.2

39.2

79

572.

471

1.46

1.69

5

12.5

38.6

39

37.6

95.0

06

10.6

60.0

96

38.4

76.1

37

38.8

91.1

88

38.8

60.5

21

1.29

0.08

4

321.

448

1.39

9 .48

2 8.27

0.79

0

60.3

17 2.90

3.60

8 8.13

1.24

4

1.91

9.86

4

8.31

7.10

2

8.30

4.96

6

8.28

8.98

0

0

5.000.000

10.000.000

15.000.000

20.000.000

25.000.000

30.000.000

35.000.000

40.000.000

45.000.000

DKI Jakarta Jawa Barat Banten

Keterpaparan (Jiwa)

Sumber: RPB Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, 2012-2016

Gambar di atas ini menampilkan informasi potensi keterpaparan penduduk apabila bencana tersebut terjadi di tiap provinsi.■ Untuk Provinsi Jawa Barat, ada 6 bencana dengan dengan keterpaparan jiwa

yang tinggi yakni: gagal teknologi (38,9 juta jiwa), konfl ik sosial (38,8 juta jiwa), epidemi dan wabah penyakit (38,5 juta jiwa), kekeringan (37,7 juta jiwa), tanah longsor (37,2 juta jiwa), dan gempa bumi (32,8 juta jiwa). Keenam jenis bencana ini mendominasi dalam hal keterpaparan penduduknya bila dibandingkan dengan bencana lain di provinsi lain.

■ Di DKI Jakarta, ada 3 jenis bencana yang apabila terjadi akan mengakibatkan kehilangan jumlah penduduk yang cukup tinggi yakni: bencana epidemi dan wabah penyakit (7,5 juta jiwa), tanah longsor (7,5 juta jiwa), gagal teknologi (7,4 juta jiwa), konfl ik sosial (7,4 juta jiwa), dan banjir (3,8 juta jiwa);

■ Di Banten, kemungkinan bencana yang akan terjadi dengan dampak yang besar kepada penduduk adalah bencana epidemi dan wabah penyakit (8,3 juta jiwa), gagal teknologi (8,3 juta jiwa), konfl ik sosial (8,2 juta jiwa), tanah longsor (8,2 juta jiwa), dan kekeringan (8,1 juta jiwa).

Jika dibandingkan terhadap jumlah penduduk masing-masing provinsi, maka potensi keterpaparan jiwa untuk ketiga provinsi dapat dilihat pada gambar 28, sehingga dapat disimpulkan bahwa:

Page 112: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL56

Gambar 28

Potensi Keterpaparan Penduduk (%)

40,1

0

78,0

0

2,63

78,2

5

76,1

7

20,1

3

86,4

9

10,2

4

1,33

29,1

2

24,7

6

89,3

7

12,1

3

0,65

0,29 3,

02

13,1

6

77,7

9

3,40

0,57

27,3

1

87,5

576

,48

18,0

6

78,2

3

77,7

590

,33

78,1

1

77,3

090

,26

77,9

6

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

DKI Jakarta Jawa Barat Banten

Potensi Keterpaparan Penduduk (%)

8,86

Sumber: diolah dari RPB DKI Jakarta, Jawa Barat, Bante,2012-2016 dan dari © 2010 Indonesiadata.co.id

■ Secara keseluruhan terlihat bahwa Jawa Barat memiliki potensi keterpaparan penduduk yang tertinggi diantara provinsi lain (lebih dari 75% penduduknya) untuk bencana gempa bumi, tanah longsor, kekeringan, epidemi, gagal teknologi, dan konfl ik sosial.

■ Untuk bencana banjir dan gelombang ekstrim, terlihat bahwa DKI Jakarta memiliki potensi keterpaparan penduduk yang tertinggi diantara provinsi lainnya, yakni mencapai 40,10 % penduduknya (banjir) dan 10,24% (gelombang ekstrim).

■ Untuk bencana tsunami, Banten memiliki potensi keterpaparan penduduk yang tertinggi diantara provinsi lainnya, yakni mencapai 3,02 %.

■ Untuk bencana letusan gunung api hanya terdapat di Jawa Barat dengan potensi keterpaparan penduduk 1,33 %.

■ Untuk bencana cuaca ekstrim dan kebakaran hutan dan lahan, Jawa Barat memiliki potensi keterpaparan penduduk yang tertinggi diantara provinsi lainnya, yakni mencapai 29,12 % (cuaca ekstrim) dan 24,76% (kebakaran hutan dan lahan).

Adapun gambar berikut menampilkan informasi potensi kerugian fi sik dan ekonomi dalam triliun rupiah apabila bencana tersebut terjadi.

Page 113: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 57

Gambar 29

Potensi Kerugian Fisik dan Ekonomi Provinsi (Triliun Rp)

1.14

8,46

361,

47

1.03

8,93

1.14

8,46

326,

94

399,

09

1.14

8,46

1.14

8,46

1.14

8,46

734,

458

14,6

24

324,

901

734,

458

45,0

04

51,5

99

565,

423

734,

458

734,

458

734,

458

408,

912

767,

992

2.33

7,44

2

408,

912

113,

209 37

2,38

1

408,

912

380,

772

734,

458

408,

912

408,

912

408,

912

0,00

500,00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

DKI Jakarta Jawa Barat Banten

Sumber: RPB Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, 2012-2016

Di provinsi Banten, potensi kerugian akibat bencana banjir terlihat sangat tinggi yakni mencapai 2.337 triliun rupiah. Kondisi ini merupakan kerugian fi sik dan ekonomi terbesar di kawasan JABODETABEKPUNJUR.

Di DKI Jakarta, potensi kerugian fi sik dan ekonomi hampir merata untuk 6 jenis bencana yakni rata-rata mencapai 1.148 triliun rupiah per bencana pada bencana gempa bumi, banjir, tanah longsor, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial.

Di Jawa Barat, potensi kerugian fi sik dan ekonomi hampir merata untuk 6 jenis bencana yakni rata-rata mencapai 734 triliun rupiah per bencana pada bencana gempa bumi, tanah longsor, kekeringan, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial.

Sedangkan gambar berikut ini menampilkan informasi potensi kerusakan lingkungan dalam hektar apabila bencana tersebut terjadi.

Kerugian Fisik & Ekonomi (Trilyun Rp)

Page 114: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL58

Gambar 30

Potensi Kerusakan Lingkungan Provinsi (Ha)68

.315

32.3

82

69.5

03

8.80

2

4.11

9

69.3

89

65.9

30

68.7

37

3.74

9.91

1

670.

563

3.75

3.44

5

35.1

50

131.

361

1.14

2.10

5

3.69

6.16

1

3.75

2.55

2

3.75

2.62

3

3.75

2.55

2

3.74

9.46

6

941.

345

68.3

1527

.945

55.2

48

97.9

23

55.2

48

97.9

23

264.

415

912.

548

2.04

0.76

3

942.

213

943.

536

941.

613

0

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

DKI Jakarta Jawa Barat Banten

Kerusakan Lingkungan (Ha)

Sumber: RPB Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, 2012-2016

Di Jawa Barat, terdapat 7 jenis bencana dengan indeks kerusakan lingkungan yang tinggi yakni: tanah longsor, epidemi dan wabah penyakit, kebakaran hutan dan lahan, kegagalan teknologi, gempa bumi, konfl ik sosial, dan kekeringan. Rata-rata bencana-bencana tersebut akan menyebabkan kerusakan lingkungan sekitar 3,7 juta hektar.

Di DKI Jakarta, terdapat 9 jenis bencana dengan indeks kerusakan lingkungan yang bervariasi antara 4.119 hektar akibat bencana cuaca ekstrim, sd 69.503 hektar akibat bencana tanah longsor.

Di Banten, yang menonjol adalah pada bencana kebakaran hutan dan lahan (sekitar 2 juta hektar), dan rata-rata 940 ribu hektar pada bencana epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial.

Jika dibandingkan terhadap luas wilayah masing-masing provinsi, maka potensi kerusakan lingkungan untuk ketiga provinsi dapat dilihat pada Gambar 31, sehingga dapat disimpulkan bahwa:

Page 115: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 59

Gambar 31

Potensi Kerusakan Lingkungan Provinsi (%)

102,

88

102,

88

104,

67

13,2

6

6,20

104,

50

99,2

9

103,

52

106,

00

0,79

106,

10

3,71

32,2

8

104,

48

106,

07 106,

07

106,

07

105,

98

97,4

2

5,72

48,7

718

,95

10,1

3

0,995,

72 10,1

3 27,3

6

94,4

4

211,

20

97,5

1

97,6

5

97,4

5

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

DKI Jakarta Jawa Barat Banten

Potensi Kerusakan Lingkungan (%)

Sumber: diolah dari RPB DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan dari © 2010 Indonesiadata.co.id

Dilihat dari gambar di atas, diketahui terdapat delapan jenis bencana memiliki persentase yang lebih besar dari 100% seperti pada gempa bumi, tsunami, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, epidemi, gagal teknologi maupun konfl ik sosial. Hal ini dapat dimungkinkan mengingat dampak kerusakan lingkungan akibat bencana yang diperkirakan terjadi ini tidak dapat berdasarkan batas administrasi namun berdasarkan luas wilayah terdampak. Namun demikian diperlukan klarifi kasi lebih lanjut dari BNPB. Sedangkan untuk bencana banjir, potensi kerusakan lingkungan tertinggi ada di DKI Jakarta mencapai 48,77% wilayahnya yang akan rusak; Jawa Barat 18,95%, dan Banten 10,13%. Untuk bencana letusan gunung api akan memberikan dampak bagi 0,99% wilayah Jawa Barat. Bencana gelombang ekstrim dan abrasi akan berdampak pada 13,26% wilayah DKI Jakarta; 3,71% wilayah Jawa Barat dan 10,13% wilayah Banten. Adapun bencana cuaca ekstrim akan berdampak kerusakan lingkungan pada 32,28% wilayah Jawa Barat; 27,36% wilayah Banten dan 6,20% wilayah DKI Jakarta.

Berdasarkan gambar-gambar di atas, terlihat bahwa potensi dampak berbagai jenis bencana tersebut akan menimbulkan kerugian dan dampak yang tidak kecil bagi perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat JABODETABEKPUNJUR dalam kurun waktu 5 tahun. Sehingga dengan mengetahui kemungkinan dan besaran kerugian, fokus dalam perencanaan tata ruang wilayah provinsi maupun kabupaten/kota menjadi lebih efektif, antara lain dapat direncanakan upaya mitigasi bencana yang

Page 116: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL60

tepat sesuai dengan masing-masing bencana dan juga dapat direncanakan kebutuhan biaya bagi upaya pengurangan risiko bencana tersebut apabila bencana terjadi.

4.4 Kecenderungan Kejadian Bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Berdasarkan analisis kecenderungan kejadian bencana dalam RPB, maka bencana yang kecenderungannya naik setiap tahun di setiap provinsi adalah banjir. Sedangkan kegagalan teknologi, cuaca ekstrim dan tanah longsor memiliki kecenderungan kejadian yang naik di Banten sebagaimana dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7

Kecenderungan Kejadian Bencana

Provinsi Menurun Tetap Naik

DKI Jakarta kegagalan teknologi, konfl ik sosial

gelombang ekstrim dan abrasi, cuaca ekstrim, epidemi dan wabah penyakit, gempa bumi, dan tsunami

banjir

Jawa Barat gelombang ekstrim dan abrasi, epidemi dan wabah penyakit, kebakaran hutan dan lahan, kegagalan teknologi, dan konfl ik sosial

kekeringan, cuaca ekstrim, gempa bumi, letusan gunung api, tanah longsor, dan tsunami

banjir

Banten tsunami, epidemi dan wabah penyakit, dan konfl ik sosial

gelombang ekstrim dan abrasi, dan kebakaran hutan dan lahan

banjir, kegagalan teknologi, cuaca ekstrim, dan tanah longsor

Sumber: diolah dari: 1. Peraturan Menteri PU No. 15/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan RTR KSN 2. Peraturan Kepala BNPB Nomor 4/2008 tentanng Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana

Berdasarkan kajian BAPPENAS, 2007, bahwa bencana banjir yang terjadi Februari 2007 (selama 7-10 hari) diperkirakan mengakibatkan total nilai kerusakan dan kerugian yang diderita oleh masyarakat dan pemerintah mencapai Rp. 5,2 triliun, sementara kerugian ekonomi tidak langsung (indirect potential economic loss) mencapai Rp. 3,6 triliun. Lebih lanjut disebutkan bahwa mengingat pertumbuhan ekonomi wilayah Bogor-Depok-Bekasi dan Tangerang didukung oleh sektor industri pengolahan yang dominan dibandingkan sektor lainnya, maka dampak bencana banjir secara signifi kan berpotensi menurunkan pertumbuhan PDRB daerah Bogor-Depok-Bekasi sebesar 1,33%, Tangerang sebesar 2,62%, dan Jakarta 0,59% (pada sektor industri dan perdagangan).

4.5 Profi l Risiko Bencana tingkat Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

4.5.1 Urutan Bencana Risiko Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Berdasarkan hasil kajian tingkat risiko bencana masing-masing provinsi diketahui urutan jenis bencana yang paling tinggirisikonya sampai yang terendah risikonya yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 117: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 61

Tabel 8

Urutan Jenis Bencana Risiko Tinggi di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten

No. Jenis Bencana DKI Jakarta Jawa Barat Banten

1 Gempa Bumi 5 3 5

2 Tsunami 9 4 12

3 Banjir 3 1 3

4 Tanah Longsor 8 2 10

5 Letusan Gunung Api - 11 11

6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi 1 7 1

7 Cuaca Ekstrim 2 6 2

8 Kekeringan - 10 8

9 Kebakaran Hutan dan Lahan - 8 6

10 Kebakaran Gedung dan Permukiman - - -

11 Epidemi dan Wabah Penyakit 4 9 4

12 Gagal Teknologi 6 5 7

13 Konfl ik Sosial 7 12 9

Sumber: RPB Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, 2012-2016

Dapat dilihat bahwa banjir memang merupakan bencana berisiko tinggi pada urutan pertama di Jawa Barat, urutan ketiga di DKI Jakarta, dan urutan ke-3 di Banten. Bencana tanah longsor berada pada urutan kedua di Jabar, kedelapan di DKI Jakarta, dan kesepuluh di Banten. Adapun bencana gempa bumi berada di urutan ketiga di Jawa Barat, dan kelima di DKI Jakarta dan Banten.

4.5.2 Bencana Prioritas Provinsi Di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Sebagaimana diketahui bahwa hasil pengkajian risiko merupakan dasar kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. Mengingat adanya keterbatasan dalam sumber daya serta pembatasan kewenangan daerah, maka dibutuhkan suatu perangkat yang mampu membatasi intervensi kebijakan secara objektif. Perangkat tersebut sedapat mungkin mampu memberikan pilihan-pilihan ancaman bencana yang menjadi prioritas penanggulangan dalam lokus-lokus yang dipilih berdasarkan standar objektif. Perangkat tersebut disusun berdasarkan penggabungan parameter tingkat risiko bencana dan hasil analisis kecenderungan kejadian bencana di daerah. Hasil yang diperoleh berdasarkan penggabungan parameter-parameter ini adalah bencana-bencana prioritas yang perlu ditanggulangi secara cepat baik di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, maupun di Provinsi Banten sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 118: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL62

Tabel 9

Bencana Prioritas Provinsi

Provinsi Bencana Prioritas Keterangan

DKI Jakarta 1. Banjir2. Gempa Bumi 3. Gelombang Ekstrim dan Abrasi 4. Cuaca Ekstrim5. Epidemi dan Wabah Penyakit6. Tsunami

1 : Potensi terjadinya MENINGKAT dan risiko TINGGI2 – 6: Kecenderungan TETAP dan risiko TINGGI

Jawa Barat 1. Cuaca Ekstrim2. Tanah Longsor3. Kekeringan4. Banjir5. Letusan Gunung Api6. Gempa Bumi7. Tsunami

1 – 7: Potensi terjadinya cenderung TETAP dan risiko TINGGI

Banten 1. Tanah Longsor3. Banjir4. Kekeringan5. Gagal Teknologi6. Cuaca Ekstrim7. Gempa Bumi8. Tsunami

1 – 5: Potensi terjadinya MENINGKAT dan risiko TINGGI6 – 8: Potensi terjadinya MENINGKAT dan risiko SEDANG

Sumber: RPB Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten

Page 119: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 63

Bab 5

Analisis RTR KSN

JABODETABEKPUNJUR

dari Perspektif

Risiko Bencana

Page 120: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL64

Page 121: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 65

5.1 Aspek Penanggulangan Bencana dalam RTR KSN

Upaya kaji ulang/evaluasi RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang di Kawasan JABODETABEKPUNJUR. Adanya kebijakan penanggulangan bencana yang dituangkan dalam Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) untuk Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten dengan masa berlaku 5 tahun, juga dengan telah tersedianya peta risiko bencana dari BNPB skala provinsi (tahun 2012) dengan masa berlaku 5 tahun; akan bermanfaat untuk mengevaluasi RTR KSN JABODETABEKPUNJUR ini. Input informasi dari proses penyusunan RPB ketiga provinsi tersebut terutama yang berkaitan dengan pengenalan ancaman dan kerentanan bencana, serta analisis kemungkinan dampak bencana (risiko bencana), merupakan informasi yang penting untuk dimasukkan ke dalam proses penyusunan evaluasi RTR KSN JABODETABEKPUNJUR. Keterkaitan ini dapat dilihat lebih jelas pada gambar 32.

5.2 Kesesuaian Data Spasial Yang Ada dengan UU No. 4 tahun 2011 tentang

Informasi Geospasial

UU No. 4/2011 tentang Informasi Geospasial (IG) menguraikan bahwa secara umum IG terbagi menjadi Informasi Geospasial Dasar (IGD) dan Informasi Geospasial Tematik (IGT). IGD mencakup acuan posisi dan peta dasar, adapun IGT mencakup berbagai ragam tema, seperti kehutanan, pertanian, perikanan, dan pertambangan. Peta dasar yang sangat diperlukan bagi perencanaan terdiri dari Peta Rupabumi yang memberikan informasi secara khusus untuk wilayah darat; Peta Lingkungan Pantai yang memberikan informasi secara khusus untuk wilayah pesisir dan Peta Lingkungan Laut Nasional yang memberikan informasi secara khusus untuk wilayah laut.

Bab 5 Analisis RTR KSN JABODETABEKPUNJUR

dari Perspektif Risiko Bencana

Page 122: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL66

UU tersebut juga mengamanatkan adanya referensi tunggal, ketersediaan akses yang dapat dipertanggung jawabkan, keberhasilgunaan dan mendorong penggunaan IG dalam pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat. Referensi tunggal yang dimaksud, secara praktis untuk data GIS dalam format shapefi le harus dibuat dalam sistem datum WGS 84 baik menggunakan sistem koordinat tidak terproyeksi latitude/longitude atau dalam sistem koordinat terproyeksi UTM (Universal Transverse Mercator). Data yang memiliki informasi ini memungkinkan data dari berbagai sistem koordinat dan proyeksi tetap dapat ditumpangtindihkan. Bila ada perbedaan misal garis pantai, batas administrasi maka harus kembali ke acuan dari BIG untuk IGD.

UU No. 4 tahun 2011 juga mengamanatkan penyelenggaraan peta rupabumi Indonesia pada berbagai skala yang tentunya juga akan menjadi acuan penyelenggaraan skala pada peta-peta tematik, sebagaimana pada Tabel 10 berikut.

Page 123: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 67

Ga

mb

ar

32

Asp

ek

Pe

na

ng

gu

lan

ga

n B

en

can

a d

ala

m R

TR

KS

N

K

aji

an

Ris

iko

Be

nc

an

a

(do

ku

me

n d

an

pe

ta)

Re

nc

an

a

Pe

na

ng

gu

lan

ga

n

Be

nc

an

a (

RP

B)

digu

naka

n sb

g la

ndas

an p

enye

leng

gara

an

pena

nggu

lang

an b

enca

na u

ntuk

men

gura

ngi

risik

o be

ncan

a

pros

es

peny

usun

an R

PB

inpu

t inf

orm

asi y

ang

pent

ing

bagi

pen

ataa

n ru

ang

KSN

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

pros

es p

enyu

suna

n RT

R KS

N(P

erm

en P

U 1

5/PR

T/M

/201

2)di

laku

kan

mel

alui

dila

kuka

n un

tuk

dila

kuka

n m

elal

ui

anta

ra la

in

RPB

adal

ah re

ncan

a pe

nyel

engg

araa

n pe

nang

gula

ngan

ben

cana

sua

tu d

aera

h da

lam

ku

run

wak

tu te

rten

tu y

ang

men

jadi

sal

ah s

atu

dasa

r pem

bang

unan

dae

rah

(Per

ka B

NPB

No.

02

Tahu

n 20

12)

taha

p pr

a be

ncan

a-si

tuas

i tid

ak a

da

benc

ana

-> R

PB (u

mum

)

taha

p pr

a be

ncan

a-si

tuas

i ter

dapa

t po

tens

i ben

cana

-> R

enca

na

Kont

inge

nsi (

benc

ana

tert

entu

)

taha

p ta

ngga

p da

rura

t ->

Renc

ana

Ops

taha

p pa

sca

benc

ana

-> R

Pem

ulih

an

kesi

apsi

agaa

n

perin

gata

n di

ni

miti

gasi

upay

a un

tuk

men

gura

ngi

risik

o be

ncan

a (p

emba

ngun

an fi

sik;

pe

nyad

aran

dan

pen

ingk

atan

ke

mam

puan

men

ghad

api

anca

man

ben

cana

)

pere

ncan

aan

dan

pela

ksan

aan

pena

taan

ru

ang

men

gend

alik

an

pem

anfa

atan

ruan

g se

suai

RTR

peng

enda

lian

pem

anfa

atan

ruan

g

pem

anfa

atan

ruan

g

pere

ncan

aan

ruan

g

PELA

KSA

AN

AA

N

dan

pene

gaka

n RT

R

RT

R K

SN

JAB

OD

ET

AB

EK

PU

NJU

R

peng

atur

an p

emba

ngun

an,

pem

bang

unan

, Infra

stru

ktur

, ta

ta B

angu

nan

pend

idik

an, p

enyu

luha

n,

pela

tihan

peny

usun

an n

aska

h ra

perp

res

tuju

an, k

ebija

kan,

stre

tegi

ant

ara

lain

:- k

onse

rvas

i air

tana

h- p

enan

ggul

anga

n ba

njir

stru

ktur

ruan

g

pola

ruan

g:- k

aw. l

indu

ng/r

awan

ben

cana

- kaw

. bud

iday

a

peru

mus

an k

onse

psi r

enca

na

peng

olah

an d

an a

nalis

is d

ata

peng

umpu

lan

info

rmas

i

pers

iapa

n pe

nyus

unan

peng

enal

an d

an p

engk

ajia

n an

cam

an b

enca

na

pe

ng

en

ala

n k

ere

nta

na

n (

fi si

k,

ek

, so

s, l

ing

k)

an

ali

sis

ke

mu

ng

kin

an

da

mp

ak

be

nca

na

(ri

sik

o)

me

ka

nis

me

pe

na

ng

gu

lan

ga

n d

am

pa

k b

en

can

a

alok

asi t

ugas

dan

per

an in

stan

si

pilih

an ti

ndak

an p

enan

ggul

anga

n be

ncan

a (p

ence

gaha

n da

n m

itiga

si);

kesi

apsi

agaa

n; ta

ngga

p da

rura

t; pe

mul

ihan

Sum

ber:

1.

P

erat

uran

Men

teri

PU N

o 15

/PRT

/M/2

012

tent

ang

Pedo

man

Pen

yusu

nan

RTR

KSN

2.

P

erka

BN

PB N

omor

4 ta

hun

2008

tent

ang

Pedo

man

Pen

yusu

nan

Renc

ana

Pena

nggu

lang

an B

enca

na

Page 124: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL68

Tabel 10

Penyelenggaraan Peta Rupabumi Indonesia

• 1:1.000.000• 1:500.000• 1:250.000

• 1:100.000• 1:50.000

• 1:25.000

BIG

• 1:10.000

• 1:5.000• 1:2.500• 1:1.000

Dapat dilaksanakan oleh K/L namun harus bekerjasama dengan BIG

Sumber: Badan Informasi Geospasial, 2011

Sedangkan Kementerian Pekerjaan Umum juga telah membuat aturan mengenai skala penyelenggaran data spasial untuk KSN berdasarkan tipologinya, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11

Skala Peta RTR KSN berdasarkan Tipologi KSN

Tipologi KSN Skala Peta

Kawasan pertahanan dan keamanan (kawasan perbatasan negara dan wilayah pertanahan)

a. Kawasan perbatasan negara:1) Kawasan perbatasan darat:

a) Yang didominasi kawasan terbangun : 1:25.000 – 1: 10.000b) Yang didominasi kawasan non terbangun : 1 : 250.000 – 1:50.000

2) Kawasan perbatasan laut:a) Yang keseluruhan merupakan laut 1 : 500000 – 1: 250.000b) Yang mencakup pula pulau-pulau kecil 1:25.000 – 1 : 10.000

a. Wilayah pertahanan: skala peta ditentukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kawasan perkotaan yang merupakan kawasan metropolitan

Minimal 1 : 50.000

KAPET Minimal 1 : 100.000Kawasan ekonomi khusus (non KAPET)

kawasan inti dan kawasan penyangga: 1:25.000–1:10.000

Kawasan warisan budaya/adat tertentu

a. kawasan inti: minimal 1:5.000b. kawasan penyangga: 1:25.000–1:10.000

Kawasan teknologi tinggi a. kawasan inti: minimal 1:5.000b. kawasan penyangga: 1:25.000–1:10.000

Kawasan SDA di darat minimal 1:50.000Kawasan hutan lindung-taman nasional

1:250.000 –1:50.000

Kawasan rawan bencana 1:50.000–1:25.000

Kawasan ekosistem termasuk kawasan kritis lingkungan

a. kawasan kritis lingkungan: 1:50.000–1:25.000b. kawasan ekosistem: 1:250.000 –1:50.000

Sumber : Permen PU No. 15-PRT-M-2012 tentang Pedoman RTRKSN

Dalam kaitannya dengan Perpres 54/2008, 3 peta yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam Perpres tersebut diselenggarakan dalam skala 1:50.000.

Perpres No.54/2008 Pasal 13 ayat (4): Arahan pengembangan sistem pusat permukiman digambarkan dalam peta struktur dan pola ruang kawasan JABODETABEKPUNJUR dengan skala peta 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

Page 125: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 69

Data spasial yang digunakan pada Perpres No.54/2008 tercetak pada peta-peta Lampiran I, II dan III. Lampiran ini berupa peta cetak pada skala 1:150.000 dan dalam bagian sumber peta-peta itu disebutkan menggunakan acuan Peta RBI Bakosurtanal skala 1:25.000. Hal ini menunjukkan adanya generalisasi dari skala yang detil ke skala yang lebih umum, yaitu dari peta dasar 1:25.000 kemudian proses zonasi dan perencanaan dilakukan pada skala 1:50.000 dan disajikan sesuai ukuran kertas 1:150.000. Sehingga secara kaidah kartografi tidak ada masalah dan pertentangan dengan penyelenggaraan skala yang umum dilakukan di BIG.

Tantangan pada penyusunan kajian ini adalah mendapatkan data spasial asli yang digunakan pada penyusunan Perpres tersebut. Beberapa instansi terkait yang dihubungi sudah tidak menyimpan data spasial asli/mentahnya, mengingat pada saat penyusunan belum ada infrastruktur penyimpanan data geospasial yang handal. Untuk memecahkan masalah tersebut dilakukan proses rektifi kasi/register image yang kemudian didigitasi ulang untuk menghasilkan data spasial turunan. Sehingga data spasial tersebut dapat di tumpangsusunkan dengan peta lainnya yaitu ancaman, kerentanan dan risiko bencana dalam skala 1:250.000. Digitasi ulang ini dilakukan untuk data-data zonasi dan titik-titik PKN mengingat ketidaktersediaan data mentah.

Data ancaman, kerentanan dan risiko bencana dari BNPB dapat diakses on-line melalui http://geospasial.bnpb.go.id. Data tersebut dalam format GRID (Raster data) dengan unit piksel 1 Ha dan unit administrasi kecamatan serta dapat dikatakan setara dengan kedetilan peta skala 1:250.000. Sehingga dapat digunakan untuk

ditumpangsusunkan dengan Peta Tata Ruang untuk level KSN (1:250.000), RTRW Provinsi (1:250.000). Dan data ini tidak dapat di tumpangsusunkan dengan RTRW

Kabupaten (1:50.000) dan tidak dapat digunakan untuk membuat rute evakuasi.

Informasi ancaman, kerentanan dan risiko ditunjukkan dalam gradasi warna dari hijau ke merah, dimana hijau menunjukkan ancaman, kerentanan dan/atau resiko yang rendah sedangkan merah menunjukkan ancaman, kerentanan dan/atau risiko yang tinggi. Selain itu data ini juga tidak menutupi seluruh wilayah, tergantung unit analisisnya. Misalnya peta ancaman abrasi hanya menutupi sepanjang zona buff er garis pantai.

5.3 Analisis Spasial Kesesuaian Penggunaan Lahan Saat ini dengan Arahan Pola

Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Dalam analisis ini, diasumsikan bahwa arahan penggunaan lahan dan zonasinya dalam peta Struktur dan Pola Ruang pada Perpres No.54/2008 adalah sebagai frame dalam memahami kondisi penggunaan lahan saat ini. Peta Struktur dan Pola Ruang tersebut juga akan digunakan sebagai framework untuk memahami ancaman, kerentanan dan risiko bencana yang dikompilasi BNPB.

Page 126: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL70

Zona yang digambarkan dalam Peta Struktur Ruang dan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR telah dihitung luasannya dengan menggunakan GIS, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12

Tabel Luasan Arahan Pemanfaatan Ruang per Zona di JABODETABEKPUNJUR

Kode Zona Luas (Ha) Luas (Km2) Persentase (%)

B1 160757.08 1607.57 23.02

B2 95053.59 950.54 13.61

B3 96293.44 962.93 13.79

B4 168403.96 1684.04 24.12

B4/HP 40184.40 401.84 5.76

B5 65946.38 659.46 9.44

B6 1859.98 18.60 0.27

B7 501.52 5.02 0.07

B7/HP 4487.94 44.88 0.64

N1 20416.71 204.17 2.92

N2 44079.05 440.79 6.31

P1 164.65 1.65 0.02

P2 10.24 0.10 0.00

P3 2.92 0.03 0.00

P4 11.93 0.12 0.00

P5 45.76 0.46 0.01

Total 698219.52 6982.20 100

Sumber : Pengolahan data spasial Peta Struktur dan Pola Ruang Perpres No.54/2008, 2013

Dari tabel tersebut terlihat persentase tertinggi adalah zona B4 (perumahan hunian rendah, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, perikanan, peternakan) sebesar 24,12%. Disusul zona B1 (perumahan hunian padat, perdagangan dan jasa, industri ringan non polutan dan berorientasi pasar) sebesar 23,02%. Sedangkan zona lindung N1 dan N2 hanya sebesar 2,9% dan 6,31%. Zona penyangga juga memiliki persentase yang sangat kecil bila dibandingkan dengan luasan kawasan JABODETABEKPUNJUR secara keseluruhan. Tabel berikut menunjukkan rincian luasan zona per provinsi.

Page 127: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 71

Tabel 13

Rincian Luasan Zona Per Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Provinsi Kode Zona Luas (Ha) Luas (Km2) Persentase (%)

Banten B1 27633.69 276.34 20.70

B2 38308.66 383.09 28.70

B3 28576.40 285.76 21.41

B4 1462.58 14.63 1.10

B5 35186.45 351.86 26.36

B6 1498.88 14.99 1.12

N-1 742.29 7.42 0.56

P2 10.24 0.10 0.01

P5 45.76 0.46 0.03

133464.93 1334.65 100

DKI Jakarta B1 54991.88 549.92 84.57

B2 2245.54 22.46 3.45

B3 6824.02 68.24 10.49

B4 9.70 0.10 0.01

B6 361.10 3.61 0.56

B7 365.61 3.66 0.56

N-1 222.40 2.22 0.34

P3 2.92 0.03 0.00

P4 1.47 0.01 0.00

65024.63 650.25 100

Jawa Barat B1 78143.59 781.44 15.64

B2 54502.18 545.02 10.91

B3 60896.29 608.96 12.19

B4 166932.06 1669.32 33.40

B4/HP 40184.40 401.84 8.04

B5 30759.93 307.60 6.16

B7 135.91 1.36 0.03

B7/HP 4487.94 44.88 0.90

N-1 19452.02 194.52 3.89

N-2 44079.05 440.79 8.82

P1 164.65 1.65 0.03

P4 10.46 0.10 0.00

499748.49 4997.48 100

Sumber : Pengolahan data spasial peta struktur dan pola ruang Perpres No.54/2008, 2013

Page 128: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL72

Provinsi DKI Jakarta memiliki zona B1 paling tinggi yaitu 84.57% sedangkan kawasan lindung N-1 dan N-2 tertinggi dimiliki Jawa Barat (yang termasuk dalam kawasan JABODETABEKPUNJUR) sebanyak N-1 3,8% dan N-2 8,82%.

Data penggunaan lahan saat ini (tahun 2010) yang akan digunakan untuk analisis adalah hasil interpretasi citra spot 5 yang memiliki resolusi 2,5 meter untuk 1 pikselnya. Hasil interpretasi tersebut dapat digunakan untuk membuat peta dengan kedetilan skala hingga 1:10.000 dan saat ini digunakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum untuk melakukan Spatial Gap Analisys. Informasi penggunaan lahan dalam shapefi le hasil digitasi disajikan dalam bentuk kode sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14

Kode Penggunaan Lahan

Kode Penggunaan Lahan Deskripsi

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

35

9999

Rumah dibangun

Permukiman Kepadatan Tinggi

Permukiman Kepadatan Rendah

Industri dan Gudang

Komersil dan Bisnis

Pendidikan dan Fasilitas Umum

Fasilitas Pemerintahan

Taman dan Pemakaman

Pertanian dan Ruang Terbuka

Rawa, Sungai dan Kolam

Fasilitas Transportasi

Semak-Semak dan Hutan

Mangrove

Fasilitas Rekreasi

Tidak Diketahui

Sumber : ROI BAPPENAS – JICA (2004c)

Untuk keperluan analisis, maka data penggunaan lahan eksisting ini akan ditampalkan dengan arahan zonasi dari Peta Rencana Struktur dan Pola Ruang dari Perpres 54/2008 sebagaimana dapat dilihat pada Gambar. Perkembangan kawasan Non-Budidaya di daerah selatan dan utara terlihat tidak banyak berubah dan masih sesuai dengan arahan pola ruang. Hanya saja ada beberapa pengurangan/degradasi menjadi

Page 129: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 73

pertanian dan ruang terbuka. Kondisi kawasan Non Budidaya di bagian utara juga terlihat masih sesuai hanya saja dari segi jumlah dan sebaran tidak terlalu dominan. Untuk itu zona Non Budidaya di utara perlu dipertimbangkan untuk ditambah.

Gambar 33

Peta Penggunaan Lahan 2010 Terhadap Zonasi Perpres 54/2008

Sumber: Kompilasi dari Peta Administrasi BPS 2009; Landuse Eksisting PU 2010; Peta Struktur dan Pola Ruang Perpres No.54/2008

Page 130: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL74

Gambar 34

Perbandingan Penggunaan Lahan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR Tahun 2000 dan

Tahun 2010

Sumber : Landuse PU 2010; hasil interpretasi SPOT 5

Tren perubahan penggunaan lahan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR dapat dilihat dalam perbandingan peta penggunaan lahan 2000 dan 2010 di atas. Peningkatan yang signifi kan adalah penambahan area permukiman kepadatan tinggi (warna kuning) yang semakin meluas. Terlihat pada tahun 2000, kawasan permukiman kepadan tinggi berada di sekitar Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Timur, Utara dan Selatan; dan di tahun 2010 area permukiman telah meluas sampai ke Kota Tangerang, Tangerang Selatan (Serpong), Kota Depok, Kota Bekasi dan melebar ke Kabupaten Bekasi. Bila melihat pada area rumah yang dibangun (warna oranye), tren ini juga meluas ke Kota Bogor, hingga tidak lama lagi (sekitar 5 tahun) akan ada penyatuan permukiman kepadatan tinggi dari Bogor ke Kota Depok dan DKI Jakarta. Bisa dikatakan trend perkembangan permukiman kepadatan tinggi ini adalah ke Barat, Selatan dan Timur DKI Jakarta.

Selain itu untuk area industri dan gudang (warna abu-abu gelap) juga mengalami peningkatan yang signifi kan di bagian selatan kawasan. Hal ini menunjukkan pertumbuhan yang pesat dalam bidang industri, komersil dan bisnis dengan tren mengarah ke timur (Kota bekasi dan Kabupaten Bekasi). Hal ini menunjukkan beban yang semakin meningkat yang ditanggung oleh kawasan JABODETABEKPUNJUR, yang juga menuntut peningkatan daya dukung lingkungan. Di satu sisi kebutuhan

Page 131: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 75

yang meningkat atas pasokan air tanah dari hulu ke hilir, sedangkan peningkatan lahan terbangun di wilayah hulu (Kota dan Kabupaten Bogor) justru mengurangi pasokan ini. Belum lagi meningkatnya koefi sien limpasan akibat pembangunan tersebut yang akhirnya bermuara pada masalah banjir.

Semak-semak dan hutan (warna hijau) justru tidak terlihat mengalami perubahan yang signifi kan. Posisinya dominan di daerah hulu (Kabupaten Bogor) dan mangrove (warna hijau tua) sedikit di daerah pantai (utara). Padahal kawasan ini merupakan pemasok air tanah, paru-paru dan pendukung kegiatan di PKN dan sekitarnya. Dalam perspektif bencana kadang daerah hulu ini juga di jadikan sebagai arah evakuasi, terutama bila dikaitkan bencana yang datangnya dari arah pantai seperti tsunami dan kenaikan muka air laut atau gelombang ekstrim dan abrasi.

Berdasarkan letak ketinggian dari muka laut, Kawasan JABODETABEKPUNJUR dapat dibagi menjadi tiga wilayah yakni: wilayah hulu, wilayah tengah dan wilayah hilir, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 35.

Gambar 35

Pembagian wilayah di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Kawasan BOPUNJUR (Bogor,

Puncak, Cianjur)

Kawasan Penyangga DKI (Depok,

Bekasi, Tangerang, dan lain-lain)

DKI Jakarta

Sumber : Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan BAPPENAS, Januari 2013

Untuk wilayah hulu/atas yang ditetapkan sebagai zona N sangat penting sebagai wilayah tangkapan hujan, penyerapan/pasokan air tanah, dan pada beberapa kasus bencana dijadikan sebagai tujuan evakuasi. Untuk kasus JABODETABEKPUNJUR, kawasan hulu/atas ini adalah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor dan Puncak- Cianjur. Adapun kondisi penggunaan lahan eksisting zona N1 dan N2 di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 132: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL76

Tabel 15

Penggunaan Lahan Eksisting pada Arahan Zona N1 dan N2 di Kabupaten Bogor

Kawasan JABODETABEKPUNJUR

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Luas (km2) Persentase (%)

1 21. Rumah dibangun 8.81 0.09 0.01

2 23. Permukiman Kepadatan Rendah 546.95 5.47 0.86

3 24. Industri dan Gudang 48.56 0.49 0.08

4 25. Komersil dan Bisnis 0.78 0.01 0.00

5 29. Pertanian dan Ruang Terbuka 12691.19 126.91 20.02

6 30. Rawa, Sungai dan Kolam 5280.17 52.80 8.33

7 31. Fasilitas Transportasi 24.54 0.25 0.04

8 32. Semak-semak dan Hutan 44805.92 448.06 70.66

63406.93 634.07 100.00

Sumber : Pengolahan data spasial Landuse JABODETABEKPUNJUR 2010, Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Dari tabel di atas terlihat bahwa penggunaan lahan tahun 2010 untuk zona N pada Kabupaten Bogor masih cukup luas (sekitar 99%). Walaupun demikian kondisi bencana terutama banjir yang masih terjadi di wilayah hilir menuntut analisis lebih lanjut. Apakah ada rekayasa teknologi yang dapat mengurangi limpasan permukaan hujan, misalnya konsep green roof, sumur resapan dan sebagainya.

5.4 Analisis Spasial terhadap Arahan Susunan Pusat-Pusat Perkotaan di Kawasan

JABODETABEKPUNJUR

Dalam hal ini arahan lokasi pusat-pusat perkotaan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR direpresentasikan dalam peta struktur ruang dengan titik-titik pusat dan sub-pusat perkotaan. Titik terbesar adalah kota Inti DKI Jakarta yang dikelilingi oleh titik-titik pusat permukiman yang merupakan kota satelit dan sub-pusat perkotaan (sub-satelit). Selain Kota Bekasi dan Kota Bogor, titik-titik pusat perkotaan tersebut berpola radial mengelilingi DKI Jakarta sebagai pusat PKN.

Perkiraan jarak dan kedekatan antar titik-titik pusat perkotaan dapat dilakukan dengan analisis geometrik sederhana. Dengan melihat jarak euclidan/jarak udara akan didapatkan gambaran umum jarak pada jalan (on-road) dengan mengabaikan barrier-barrier lain seperti perbedaan ketinggian, kemacetan dan sebagainya. Pola hubungan jarak udara antar pusat perkotaan pada Kawasan JABODETABEKPUNJUR dapat dilihat pada peta di bawah ini. Dari peta tersebut didapatkan tabel jarak antar pusat perkotaan yang dilakukan dengan perhitungan GIS. Untuk jarak tersebut yang cukup penting adalah: jarak terhadap kota inti yaitu DKI Jakarta, jarak paling pendek antar titik pusat perkotaan dan jarak paling jauh antara titik pusat perkotaan.

Page 133: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 77

Gambar 36

Pola Hubungan Jarak Udara Antar Pusat Perkotaan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Sumber: Hasil analisis, 2013

Tabel 16

Jarak Pusat Perkotaan ke Kota Inti Jakarta (km)

Kota Inti Pusat Perkotaan Jarak (m) Jarak (km)

Kota Jakarta Serpong 19738.06 19.74

Kota Jakarta Kota Bekasi 20390.87 20.39

Kota Jakarta Cinere 20431.98 20.43

Kota Jakarta Kota Tangerang 20929.08 20.93

Kota Jakarta Kota Depok 23347.06 23.35

Kota Jakarta Cimanggis 25063.55 25.06

Kota Jakarta Cileungsi 28270.16 28.27

Kota Jakarta Tambun 29763.84 29.76

Kota Jakarta Setu 30777.92 30.78

Kota Jakarta Kota Bogor 47506.39 47.51

Sumber : Hasil pengukuran dari pola hubungan jarak udara antar pusat perkotaan di kawasan JABODETABEKPUNJUR

Page 134: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL78

Gambar 37

Jarak Pusat Perkotaan Ke Kota Inti Jakarta (km)

0,005,00

10,0015,0020,0025,0030,0035,0040,0045,0050,00

Distance (km)

Sumber : Hasil pengukuran dari pola hubungan jarak udara antar pusat perkotaan di kawasan JABODETABEKPUNJUR

Dengan melihat hubungan antara titik–titik pusat perkotaan terhadap kota inti Jakarta terlihat bahwa jaraknya hampir sama dan terdistribusi merata antar kota satelit maupun sub-satelit. Jarak udara terdekat adalah dari kota Serpong dan kota Bekasi dan Cinere. Sedangkan yang paling jauh adalah antara kota inti Jakarta dengan Kota Bogor.

Tabel 17

Jarak Terdekat Antar Titik Pusat dan Sub Perkotaan

Kota-1 Kota-2 Jarak (m) Jarak(km)

Cimanggis Kota Depok 5938.465048 5.94

Cinere Kota Depok 6532.125688 6.53

Cileungsi Cimanggis 8708.616704 8.71

Setu Tambun 9166.346669 9.17

Kota Bekasi Tambun 9648.585273 9.65

Sumber : Hasil pengukuran dari pola hubungan jarak udara antar pusat perkotaan di kawasan JABODETABEKPUNJUR

Jarak terdekat antar pusat perkotaan ini penting diperhatikan agar pada saat kota tersebut berkembang tidak terjadi konurbasi yang menyebabkan potensi ancaman, kerentanan, dan risiko bencana akan lebih tinggi. Selain itu bentuk kota menjadi tidak kompak dan berpotensi menimbulkan masalah transportasi (antara lain kemacetan). Solusi yang dapat diusulkan antara lain dilakukan pengaturan kembali lokasi sistem

Page 135: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 79

pusat-pusat perkotaan melalui penggabungan untuk pusat-pusat perkotaan yang terlalu dekat atau me-review sub-sub perkotaan mana yang akan lebih dominan. Hal-hal tersebut perlu kajian studi lebih lanjut.

Tabel 18

Jarak Terjauh Antar Titik Pusat dan Sub Perkotaan

Kota-1 Kota-2 Jarak (m) Jarak (km)

Jakarta Bogor 47506.38987 47.51

Setu Tangerang 49042.44089 49.04

Tambun Bogor 49465.69107 49.47

Tangerang Bogor 49833.51863 49.83

Tambun Tangerang 49919.98805 49.92

Sumber : Hasil pengukuran dari pola hubungan jarak udara antar pusat perkotaan di kawasan JABODETABEKPUNJUR

Untuk jarak terjauh perlu diperhatikan terkait efi siensi dalam hal trasportasi atau pergerakan manusia. Misalnya prioritas untuk jalur transportasi masal antar pusat perkotaan, sehingga mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang menempuh jarak jauh. Jarak terjauh ini juga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk membentuk jalur lingkar luar yang menghubungkan pusat perkotaan terjauh dengan pusat perkotaan lainnya.

5.5 Analisis Potensi Risiko Bencana pada RTR KSN JABODETABEKPUNJUR

Untuk memahami peta ancaman, kerentanan dan risiko BNPB, digunakan Tabel Komponen Indeks Ancaman Bencana sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 2. Ada 13 jenis ancaman, kerentanan dan risiko bencana yang di tumpangtindihkan dengan peta Struktur dan Pola Ruang dari Perpres No.54/2008. Semua peta ancaman, kerentanan dan risiko tersebut memiliki gradasi dari hijau ke merah yang menunjukkan tingkat rendah ke tinggi. Dengan demikian untuk analisis spasial dari data peta ancaman, kerentanan dan risiko dari BNPB dapat dilakukan secara visual dengan memperhatikan aspek-aspek pada matriks aspek-aspek kebencanaan yang perlu diperhatikan pada rencana struktur ruang dan rencana pola ruang (Tabel 19).

Dari Peta Ancaman diperoleh gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya tertentu. Dari Peta Kerentanan diperoleh gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-aset penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat mengakibatkan risiko bencana. Sedangkan dari Peta Risiko Bencana akan diperoleh gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan adanya parameter-parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada di suatu wilayah.

Page 136: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL80

Tabel 19

Aspek-Aspek Kebencanaan Yang Perlu Diperhatikan pada Rencana Struktur Ruang

dan Rencana Pola Ruang

Jenis Bencana

JABODETABEKPUNJUR

A. Rencana Struktur Ruang

RTR KSN JABODETABEKPUNJUR

B. Rencana Pola Ruang

RTR KSN JABODETABEKPUNJUR

1. Gempa Bumi2. Tsunami 3. Banjir4. Tanah Longsor5. Letusan Gunung Api6. Gelombang Ekstrim dan Abrasi7. Angin Puting Beliung/Cuaca Ekstrim8. Kekeringan 9. Kebakaran Hutan Lahan10. Kebakaran Pemukiman11. Epidemi dan Wabah Penyakit12. Kegagalan Teknologi13. Konfl ik Sosial

1. Sistem Pusat Permukiman:PKN Kawasan Perkotaan Jakarta kota inti: 1. Jakarta, kota satelit: 2. Bogor, 3. Depok,4. Tangerang, 5. Bekasi Sub Pusat Perkotaan: 6. Serpong, 7. Cinere, 8. Cimanggis, 9. Cileungsi, 10. Setu, 11. Tambun/CikarangJORR 2

2. Sistem Jaringan Prasarana:Transportasi Darat, Laut, UdaraPenyediaan Air BakuPengelolaan Air LimbahDrainase dan Pengendalian BanjirPengelolaan SampahLainnya

1. Kawasan Lindung atau Zona Non-Budidaya (N):N-1N-2

2. Kawasan Budidaya: Zona Budidaya:B-1B-2B-3B-4B-4/HPB-5B-6B-7B-7/HPZona Penyangga:P-1P-2P-3P-4P-5

1 Peta Ancaman Bencana

Menunjukkan lokasi yang memiliki potensi untuk terjadi bencana berdasarkan sejarah kejadian bencana,dan analisis secara geografi s, geologi, geomorfologi, hidrologi, dan kondisi klimatologi (frekuensi dan intensitas)

Pusat kegiatan yang mana yang berada di lokasi yang rawan bencana?

Jaringan prasarana yang mana yang berada di lokasi rawan bencana?

Zona Lindung yang mana yang berada pada lokasi rawan bencana?

Kawasan Budidaya yang mana yang berada pada lokasi rawan bencana?

2 Peta Kerentanan Bencana

Menunjukkan eksposure dan sensitivitas dari populasi (korban), ekonomi (mata pencaharian), infrastruktur (kerusakan) dan lingkungan (degradasi)

Sampai batas apa orang-orang di pusat kegiatan sensitif dengan bencana ?

Sampai batas apa jaringan prasarana dan bangunan sensitif terhadap kerusakan ?

Kerusakan apa yang bisa terjadi di zona lindung?

Kerusakan apa yang bisa terjadi di zona budidaya?

3 Peta Risiko Bencana

Menggabungkan antara ancaman bencana dan kerentanan dan kapasitas dengan formula risiko = (ancaman x kerentanan) /kapasitas. Ancaman yang kecil, kerentanan yang dikurangi dan peningkatan kapasitas menghasilkan risiko yang kecil.

Bagian mana dari sistem perkotaan yang memiliki risiko tinggi ?

Bagian mana dari jaringan prasarana yang memiliki risiko tinggi?

Bagian mana dari zona proteksi yang memiliki risiko tinggi?

Bagian mana dari zona budidaya yang memiliki risiko tinggi?

Sumber: Matrix for Comparison of disaster Risk Maps and RTRW BDRM – January 2010, dengan modifi kasi

Keterangan: Untuk JABODETABEKPUNJUR, analisis dilakukan pada pola ruang yang sekaligus juga struktur ruang, dengan penekanan pada pola ruang dan sebagian dari struktur ruang (pusat perkotaan dan jaringan prasarana yang strategis)

Analisis dilakukan pada 13 jenis bencana berdasarkan overlay dari peta ancaman, kerentanan, dan risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR. Langkah kegiatan analisis adalah sebagai berikut:

Page 137: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 81

1. Tampilkan hasil tumpangsusun peta ancaman, kerentanan, dan risiko bencana terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

2. Amati lokasi yang memiliki tingkat acaman, kerentanan, dan risiko yang tinggi (warna merah), sedang maupun rendah (warna hijau);

3. Perhatian lebih difokuskan pada lokasi dengan tingkat risiko bencana yang tinggi, yang diartikan bahwa lokasi tersebut memiliki potensi tinggi terkena dampak bencana apabila bencana tersebut terjadi dalam kurun waktu 5 tahun;

4. Kemudian dilihat zona dan pusat-pusat kegiatan menurut Perpres No.54/2008 yang ada di lokasi tersebut dan dilihat pula penggunaan lahan saat ini pada zona tersebut untuk melihat kesesuaiannya dengan arahan dari Perpres;

5. Susun upaya mitigasi bencana pada lokasi tersebut sebagai upaya pengurangan risiko bencana yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah yang terkait.

5.5.1 Bencana Banjir dan Upaya Mitigasi Bencana

Peta berikut adalah peta ancaman bencana banjir berdasarkan overlay dari peta ancaman bencana banjir BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Gambar 38

Peta Ancaman Bencana Banjir

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028 dengan Peta Ancaman/Hazard Bencana Banjir BNPB tahun 2013

Page 138: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL82

Ancaman bahaya banjir signifi kan dibagian utara baik di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat maupun Banten, meliputi zona Budidaya (B), dan Non budidaya (N);

Ancaman juga signifi kan untuk tiga titik pusat perkotaan (Jakarta Pusat, kota Tangerang, kota Bekasi).

1. Kawasan Barat, termasuk wilayah Kota Tangerang, tingkat ancaman bencana banjir tinggi pada kawasan pertanian dan sawah (zona B5), kawasan bandara (pada zona B2). Sebagian merupakan kawasan industri di sepanjang jalan Daan Mogot dan Kapuk, kawasan pergudangan di daerah Dadap dan Kapuk/Kamal.

2. Kawasan Timur, tingkat ancaman bencana banjir tinggi pada kawasan yang direncanakan pada Perpres No.54/2008 sebagai zona B5 (pertanian lahan basah beririgasi teknis). Ada kecenderungan konversi dari B5 ke B1 juga. Ancaman banjir cukup luas akibat topografi .

Peta berikut ini adalah peta risiko bencana banjir berdasarkan overlay dari peta kerentanan terhadap bencana banjir BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Gambar 39

Peta Kerentanan Bencana Banjir

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Banjir BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 139: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 83

Terlihat kerentanan banjir signifi kan untuk bagian utara Provinsi DKI Jakarta, sebagian Kota Tangerang dan sebagian Bekasi sebelah timur sebagaimana terlihat pada peta ancamannya.

Kemudian peta berikutnya adalah peta risiko bencana banjir berdasarkan overlay dari peta risiko bencana banjir BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Gambar 40

Peta Risiko Bencana Banjir

11 22

33

Wilayah risiko banjir tinggi.

Rencana ruang untuk permukiman padat.

Isu reviu: manajemen risiko bencana (kesiapsiagaan,

Wilayah risiko banjir rendah-sedang.

Rencana ruang

Wilayah risiko banjir sedang-tinggi.

Rencana ruang di domisasi lindung, lahan basah dan permukiman padat-sedang.

Isu reviu: Optimalkah rencana alokasi ruang ini? Perlu dipertimbangkan alternatif peruntukan ruang yang lebih optimal dengan risiko yang ada?

Sumber: Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Banjir BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Risiko bencana banjir signifi kan dibagian utara baik di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat maupun Banten. Meliputi zona Budidaya (B1, B6, B7) dan Non budidaya (N1). Juga signifi kan untuk 3 titik Pusat Perkotaan (Jakarta Pusat, kota Tangerang, kota Bekasi).

1 23

• Wilayah risiko banjir rendah-sedang.

• Rencana ruang

• Wilayah risiko banjir tinggi.

• Rencana ruang untuk permukiman padat.

• Isu reviu: manajemen

risiko bencana (kesiapsiagaan,

• Wilayah risiko banjir sedang-tinggi.

• Rencana ruang di dominasi lindung, lahan basah dan permukiman padat-sedang.

• Isu reviu: Optimalkah rencana alokasi ruang

ini? Perlu dipertimbangkan alternatif

peruntukan ruang yang lebih optimal dengan risiko yang ada?

Page 140: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL84

1. Kawasan Barat; tingkat risiko sedang cenderung rendah akibat kepadatan infrastruktur yang masih rendah terkait juga dengan area pendukung sekitar bandara (zona B2 dan B5). Risiko cenderung meningkat apabila ada pembangunan infrastruktur strategis (misalnya pembangunan jalan tol dan rel kereta api ke arah Serpong atau Kalideres) atau konversi dari B2 (perumahan hunian sedang, perdagangan dan jasa, industri padat tenaga kerja), maupun B5 (pertanian lahan basah beririgasi teknis) ke B1 (perumahan hunian padat, perdagangan dan jasa, industri ringan non polutan dan berorientasi pasar). Hal tersebut juga berpotensi meningkatkan risiko dan frekuensi bencana banjir yang merugikan serta mengancam kehidupan manusia. Perlu dikembangkan pengelolaan lingkungan yang tepat untuk melindungi kawasan bandara dari bencana banjir, dan perlu studi lebih lanjut untuk melakukan realokasi arahan penggunaan lahan menjadi kawasan lindung berupa situ, hutan bakau atau hutan kota.

2. Kawasan Timur; tingkat risiko sedang cenderung tinggi akibat perkembangan kawasan industri, pergudangan dan pusat transportasi di Pulo Gadung dan pertumbuhan permukiman. Banjir juga sampai menyebabkan kerugian di kawasan industri Pulo Gadung tahun 2012 yang lalu. Sebagian kawasan pada tingkat risiko sedang menurut rencana dalam Perpres No.54/2008 adalah zona B5 (pertanian lahan basah beririgasi teknis). Perlu dipertimbangkan untuk dicarikan alternatif lain selain untuk pertanian mengingat kurang optimal penggunaannya apalagi bila banjir datang. Perlu dipertimbangkan alternatif peruntukan ruang yang lebih optimal di kawasan. Alternatifnya antara lain: konversi dari sawah ke biofarming (tambak), atau menjadi situ dan hutan kota untuk meningkatkan daya dukung dan kualitas lingkungan sekaligus tempat wisata. Perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk melakukan realokasi penggunaan lahan tersebut.

3. Kawasan Tengah; merupakan wilayah DKI Jakarta, tingkat risiko cenderung tinggi, sudah terlampau padat, menurut Perpres direncanakan sebagai zona B1 (perumahan hunian padat, perdagangan dan jasa, industri ringan non-polutan dan berorientasi pasar), juga di kawasan pantai utara Jakarta padazona B6 (perumahan hunian rendah dengan KZB maksimal 50%), B7 (perumahan hunian rendah dengan KZB maksimal 40%) dan N1 (kawasan hutan lindung, resapan air, kawasan pantai berhutan bakau).

Upaya mitigasi bencana banjir dengan risiko bencana yang tinggi pada zona B1 antara lain:

Page 141: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 85

sangat diperlukan untuk membangun infrastruktur kesiapsiagaan agar masyarakat dapat lebih tangguh menghadapi bahaya antara lain penyusunan rencana kontingensi dimana diperlukan koordinasi antar K/L, dan pelatihan untuk meningkatkan kesiagaan masyarakat maupun Pemerintah Kecamatan/Kelurahan dalam menghadapi bencana banjir;

perlu dipertimbangkan pula pergeseran paradigma menuju penggunaan lahan intensif (diperlukan arahan tentang intensitas ruang, pengaturan kawasan budidaya dengan instrumen KZB, KDB, KLB), misal pembangunan hunian vertikal (KDB ditekan sedang, KLB besar atau sangat besar, KZB ditekan sekecil mungkin), pelarangan/pengurangan hunian satu tingkat, transportasi masal, penataan bantaran sungai Ciliwung melalui penertiban bangunan ilegal, penerapan sistem polder, normalisasi kali Ciliwung dan seterusnya;

selain itu perlu juga memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana;

Sehubungan dengan risiko bencana banjir yang tinggi akan mengenai struktur pusat perkotaan di Jakarta Pusat pada kawasan Medan Merdeka yang merupakan pusat kegiatan primer; perlu dipertimbangkan bagi pembangunan dan pemulihan kapasitas polder dan pemompaan di polder (misal di wilayah Istana Merdeka);

Kesemuanya harus didukung oleh Pemprov. DKI Jakarta untuk segera menyusun RDTR berbasis mitigasi bencana banjir di Kota Jakarta Utara dan Kota Jakarta Pusat.

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:

Tabel 20

Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Banjir

Bencana Banjir Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini

Peta Ancaman Ancaman bahaya banjir signifi kan di bagian utara baik untuk Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat maupun Banten. Meliputi zona Budidaya terutama B5, dan Non budidaya (N) dan Penyangga. Bahkan ancaman juga signifi kan untuk tiga titik pusat perkotaan Komersil dan bisnis,

permukiman kepadatan tinggi, pertanian dan lahan terbuka, industri dan gudang, pendidikan dan fasilitas umum, fasilitas transportasi, rumah dibangun.

Peta

Kerentanan

Kerentanan banjir signifi kan untuk bagian utara Provinsi DKI Jakarta, sebagian Kota Tangerang dan sebagian Bekasi Timur.

Peta Risiko Risiko Bencana banjir signifi kan dibagian utara baik untuk Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat maupun Banten., meliputi zona Budidaya terutama B5, dan Non budidaya (N) dan Penyangga. Bahkan ancaman juga signifi kan untuk tiga titik pusat perkotaan

Sumber : Hasil analisis, 2013

Page 142: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL86

5.5.2 Bencana Tanah Longsor dan Upaya Mitigasi Bencana

Peta berikut adalah peta ancaman bencana tanah longsor berdasarkan overlay dari peta ancaman bencana tanah longsor BNPB Tahun 2012 terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Gambar 41

Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor

Sumber: Hasil pertampalan dari Peta Ancaman /Hazard Bencana Tanah Longsor BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Berbeda dengan banjir yang mengancam pantai utara, maka ancaman bencana tanah longsor sangat signifi kan terjadi di bagian selatan JABODETABEKPUNJUR yakni di Kabupaten Bogor pada zona B4 dan B4/HP.

1. Kawasan Barat Kabupaten Bogor; ancaman tinggi pada zona B4 (perumahan hunian rendah, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, perikanan, peternakan), dan zona B4/HP (kawasan hutan produksi tetap atau terbatas sesuai peraturan per Undang-undangan). Kawasan ini dipengaruhi oleh topografi , terdapat di daerah Cipanas, Sukajaya, Jasinga, Cigudeg, dan Nanggung. Arahan penggunaan lahan menurut Perpres No.54/2008 sudah cukup tepat sebagai kawasan lindung;

Page 143: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 87

2. Kawasan Timur Kabupaten Bogor; ancaman tinggi pada zona B4 (perumahan hunian rendah, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, perikanan, peternakan), dan dipengaruh topografi di daerah Citeureup, Babakanmadang, Sukamakmur, Cisarua, Megamendung, dan Ciawi.

Kemudian berikut adalah peta kerentanan bencana tanah longsor berdasarkan overlay dari peta kerentanan bencana tanah longsor BNPB Tahun 2012 terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Gambar 42

Peta Kerentanan Bencana Tanah Longsor

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Tanah Longsor BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Kerentanan bencana tanah longsor signifi kan di Kota Bogor dan Kota Jakarta Timur pada zona B.

Page 144: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL88

Berikut peta risiko bencana tanah longsor berdasarkan overlay dari peta risiko bencana tanah longsor BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Gambar 43

Peta Risiko Bencana Tanah Longsor

Wilayah risiko longsor i i

Wilayah risiko longsor

d

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Tanah Longsor BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Risiko bencana tanah longsor sangat signifi kan pada zona B4 dan B4/HP di Kabupaten Bogor.1. Kawasan Barat Kabupaten Bogor: risiko sedang cenderung tinggi,

jumlah penduduk rendah. Arahan penggunaan lahan menurut Perpres No.54/2008 sudah cukup tepat sebagai kawasan lindung; sehingga perlu diperkuat manajemen risiko dengan pengetatan penggunaan lahan agar tidak terjadi konversi dari perumahan hunian rendah menjadi perumahan hunian sedang atau padat. Perlu studi lebih lanjut untuk menilai tren konversi lahan di wilayah ini.

2. Kawasan Timur Kabupaten Bogor: risiko sedang cenderung tinggi. Akan meningkat bila penggunaan lahan untuk pemukiman dan pembangunan infrastruktur juga meningkat. Perlu studi lebih lanjut untuk menilai tren konversi lahan di wilayah ini.

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:

Wilayah risiko longsor Wilayah

risiko longsor

Page 145: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 89

Tabel 21

Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Tanah Longsor

Bencana Tanah Longsor Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini

Peta Ancaman Ancaman bencana tanah longsor sangat signifi kan di Kabupaten Bogor pada zona B4, B4/H

Semak-semak dan hutan,

pertanian dan ruang

terbuka

Peta Kerentanan Kerentanan bencana tanah longsor signifi kan di Kota Bogor dan Kota Jakarta Timur pada zona B

Peta Risiko Risiko bencana tanah longsor sangat signifi kan di Kabupaten Bogor pada zona B4, B4/HP

Sumber : Hasil analisis, 2013

5.5.3 Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi dan Upaya Mitigasi Bencana

Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi. Bencana abrasi pantai ini berupa garis lurus sepanjang pantai dan cenderung dominan di bagian utara yang merupakan daerah hilir bagi Kawasan JABODETABEKPUNJUR.

Gambar 44

Peta Ancaman Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/Hazard Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi Pantai BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 146: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL90

Dari peta ancaman di atas terlihat bencana abrasi dominan di sepanjang pantai utara Jakarta dan pantai utara Provinsi Banten, dalam hal ini Kabupaten Tangerang. Sedangkan untuk pantai utara Jawa Barat cenderung rendah. Untuk wilayah dengan ancaman yang rendah atau tidak ada bisa dianggap pula terjadi proses sebaliknya yaitu pengendapan yang berarti juga pendangkalan tinggi muka air laut.1. Pantai utara Kabupaten Tangerang, mulai dari pantai Dadap hingga

Tanjung Pasir ancaman abrasi pantai cukup signifi kan dan sedang cenderung tinggi. Pada perbatasan antara Kabupaten Tangerang dengan DKI Jakarta justru tidak terlihat ancaman yang signifi kan, justru memberikan indikasi adanya pengendapan/pendangkalan.

2. Pantai utara DKI Jakarta ancaman abrasi cenderung tinggi pada zona B1, B6, B7 dan N1. Pada kawasan ini saat ini sudah padat dengan perumahan baru yang semakin berkembang ke pantai dan infrastruktur sepanjang garis pantai (tol ke bandara, pelabuhan Muara Angke dan Tanjung Priok). Selain itu ada isu penurunan muka air tanah dan penurunan daya dukung akibat minimnya zona non budidaya dan berkurangnya lahan bakau.

Gambar 45

Peta Kerentanan Bencana Abrasi

Kerentanan bencana abrasi sedang di pantai utara Jakarta.

11

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi Pantai BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 147: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 91

Gambar 46

Peta Risiko Bencana Abrasi

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi Pantai BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

3. Risiko bencana abrasi pantai cenderung tinggi di sepanjang pantai utara DKI Jakarta di Zona B1, B6, B7, N1 akibat perkembangan kawasan industri, pergudangan, pelabuhan Muara Angke dan pelabuhan Tanjung Priok, serta pertumbuhan permukiman baru sepanjang pantai. Mengingat hampir sebagian besar adalah kawasan terbangun, maka upaya mitigasi yang dapat dilakukan antara lain:

■ Perlu dibangun infrastruktur kesiapsiagaan (rencana kontingensi);■ Pelatihan untuk meningkatkan kesiagaan menghadapi bencana

gelombang ekstrim; ■ Penguatan bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana;■ Peremajaan pantai dengan penanaman vegetasi bakau pada zona N;■ Pertimbangan untuk menata ulang kawasan permukiman yang berada

di pinggir pantai.

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:

Page 148: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL92

Tabel 22

Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Abrasi

Bencana Abrasi Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini

Peta Ancaman Ancaman bencana gelombang ekstrim dan abrasi signifi kan di pantai utara Jakarta dan Tangerang pada zona B1, B6, B7 dan N1

Permukiman kepadatan tinggi, industri dan gudang, komersil dan bisnis, perairan, rawa, sungai dan kolam; pertanian dan ruang terbuka

Peta Kerentanan Kerentanan signifi kan di zona P3 DKI Jakarta

Peta Risiko Risiko signifi kan di Zona B1, B6, B7, N1 untuk kawasan pantai utara DKI Jakarta

Sumber : Hasil analisis, 2013

5.5.4 Bencana Cuaca Ekstrim/Angin Putting Beliung dan Upaya Mitigasi

Bencana

Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana cuaca ekstrim/puting beliung berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Gambar 47

Peta Ancaman Bencana Cuaca Ekstrim

1

2

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman / Hazard Bencana Cuaca Ekstrim/ Puting Beliung BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 149: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 93

Untuk daerah yang signifi kan adalah di Provinsi Jawa Barat, yakni:1. Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, ancaman cenderung tinggi pada

zona B1, B3, B4.2. Kabupaten Bogor signifi kan pada zona B4.

Gambar 48

Peta Kerentanan Bencana Cuaca Ekstrim

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Cuaca Ekstrim/ Puting Beliung BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Untuk kerentanan bencana cuaca ekstrim sebagaimana terlihat pada peta berikut tampak tidak signifi kan. Sebagian besar untuk wilayah Barat dan Timur kawasan JABODETABEKPUNJUR cenderung rendah dan ada yang mendekati sedang.

Page 150: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL94

Gambar 49

Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim

11

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim/ Puting Beliung BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan

Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Untuk risiko bencana cuaca ekstrim:

1. Risiko sedang cenderung tinggi di Kabupaten Bekasi pada zona B4, B4/HP, B7, dan ada sedikit B1. Upaya mitigasi dapat dilakukan dengan: penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin, meningkatkan kesiapsiagaan.

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:

Tabel 23

Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Cuaca Ekstrim

Bencana Cuaca Ekstrim Kondisi Bencana Penggunaan Lahan

Saat ini

Peta Ancaman Ancaman cuaca ekstrim signifi kan di Kab Bekasi, pada zona B4, B4/HP dan B7 Sawah, lahan terbangun

dan permukiman

Peta Kerentanan Kerentanan cuaca ekstrim tidak terlalu signifi kan

Peta Risiko Risiko cuaca ekstrim signifi kan di Kab Bekasi, pada zona B4, B4/HP dan B7

Sumber : Hasil analisis, 2013

Page 151: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 95

5.5.5 Bencana Gempa Bumi dan Upaya Mitigasi Bencana

Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana gempa bumi berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Gambar 50

Peta Ancaman Bencana Gempa Bumi

1

2

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/Hazard Bencana Gempa Bumi BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Ancaman gempa bumi cenderung sedang untuk Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Selain kedua wilayah tersebut, sebagian kecil Tangerang bagian selatan juga memiliki ancaman bencana gempa bumi yang cenderung sedang.1. Kota Bogor, merupakan daerah hulu dengan karakteristik permukiman

yang cenderung padat, zona B1. Kawasan ini sudah cenderung padat dengan pertumbuhan kota yang mulai menyatu/menuju Kota Depok sepanjang jalur transportasi dari Kota Bogor menuju Jakarta.

2. Kabupaten Bogor merupakan wilayah hulu dengan karakteristik kawasan lindung, zona N-1 dan N-2 juga terdapat arahan kawasan budidaya zona B4 dan dominan, B1, B2, dan B3 yang tersebar di seluruh wilayah.

Page 152: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL96

Gambar 51

Peta Kerentanan Bencana Gempa Bumi

1

2

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Gempa Bumi BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Kerentanan bencana gempa bumi signifi kan untuk Kota Jakarta Timur dan Kota Bogor. Kerentanan di kedua lokasi ini sedang cenderung tinggi.

1. Kota Jakarta Timur, merupakan daerah hilir dengan zona B1 yang dominan, ada konversi dari permukiman padat horizontal menjadi vertikal. Terlihat dari banyaknya pembangunan apartemen dan rumah susun yang cenderung meningkat.

2. Kota Bogor, merupakan wilayah hulu dengan zona B1.

Sedangkan untuk risiko bencana gempa bumi, signifi kan untuk Provinsi Banten meliputi: Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang termasuk Tangerang Selatan, kemudian Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok dan Kota Bekasi.

Page 153: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 97

Gambar 52

Peta Risiko Bencana Gempa Bumi

11

22

33

44

55

1

3

2

4

5

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Gempa Bumi BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

1. Provinsi Banten, meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan, tingkat risiko tinggi. Untuk Kota Tangerang dan Tangerang Selatan dominan pada zona B1, sedangkan Kabupaten Tangerang dominan zona B5, B2 dan B3;

2. Kota Bogor, tingkat risiko tinggi, dominan zona B1;3. Kabupaten Bogor, merupakan bagian hulu dari KSN JABODETABEKPUNJUR,

tingkat risiko tinggi meliputi zona budidaya dan non budidaya. Zona N-1 dan N-2 dan diselingi zona-zona B4, B4/HP, B2 dan B3;

4. Kota Depok, tingkat risiko tinggi, dominan zona B1;5. Kota Bekasi, tingkat risiko tinggi, dominan zona B1.

Terlihat risiko bencana gempa bumi ini lebih dominan ke wilayah kota satelit dan sub-perkotaan di sekeliling kota inti Jakarta. Dan bila dilihat dari hubungan hulu-hilir, maka bagian hulu dan tengah memiliki risiko yang cenderung tinggi untuk bahaya gempa bumi. Upaya mitigasi yang dapat diusulkan antara lain:

Page 154: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL98

Pada zona B-1: ■ perlu dibangun infrastruktur kesiapsiagaan (rencana kontingensi);■ Pelatihan untuk meningkatkan kesiagaan menghadapi bencana gempa

bumi;■ Penguatan bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana;

Pada zona B5, B2 dan B3:

Mengingat arahan penggunaan lahan pada zona B5 sudah sesuai dengan Pepres No.54/2008 sebagai kawasan pertanian lahan basah beririgasi teknis, yang diperlukan adalah penguatan manajemen risiko dan pengendalian konversi pada zona B2 (perumahan hunian sedang) dan B3 (perumahan hunian rendah); yakni dengan pengetatan penggunaan lahan agar tidak terjadi konversi dari perumahan hunian rendah menjadi perumahan hunian sedang atau padat. Perlu studi lebih lanjut untuk menilai tren konversi lahan di wilayah ini.

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:

Tabel 24

Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Gempabumi

Bencana Gempa

BumiKondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini

Peta Ancaman Ancaman gempa bumi signifi kan untuk Kabupaten Bogor sebagian zona N dan B

Semak-semak dan hutan, pertanian dan ruang terbuka, komersil dan bisnis, permukiman kepadatan tinggi

Peta Kerentanan Kerentanan gempa bumi signifi kan untuk Kota Bogor dan Kota Jakarta Timur pada zona B

Peta Risiko Risiko gempa bumi signifi kan untuk sebagian Provinsi Banten dan Jawa Barat untuk zona B maupun N. 8 pusat kegiatan signifi kan risiko gempa bumi.

Sumber : Hasil analisis, 2013

5.5.6 Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan dan Upaya Mitigasi Bencana

Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana kebakaran hutan dan lahan berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Page 155: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 99

Gambar 53

Peta Ancaman Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan

1

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman /Hazard Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Untuk ancaman kebakaran hutan dan lahan signifi kan hanya di Kabupaten Bogor dengan kondisi sedang cenderung rendah.

1. Bagian barat Kabupaten Bogor meliputi kecamatan Cipanas dan Sukajaya. Pada arahan pernggunaan lahan dominan N-2, B4 dan B4/HP. Sedangkan penggunaan lahan saat ini berupa pertanian dan ruang terbuka, semak-semak dan hutan.

Untuk kerentanan bencana kebakaran hutan dan lahan di semua Kawasan JABODETABEKPUNJUR cenderung rendah.

Page 156: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL100

Gambar 54

Peta Kerentanan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Gambar 55

Peta Risiko Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan

1122

1

2

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 157: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 101

Untuk risiko bencana kebakaran hutan dan lahan ada dua titik yang cukup signifi kan dengan tingkat risiko sedang.

1. Bagian Barat Kabupaten Bogor, meliputi kawasan Cipanas dan Jasinga, dominan N2, B4 dan B4/HP.

2. Bagian Timur Kabupaten Bogor, meliputi kawasan Gunung Gede Pangrango, Ciawi, Cisarua, Caringan dan sebagian kawasan Megamendung. Daerah ini dominan N2.

Mengingat arahan penggunaan lahan sudah sesuai dengan Perpres No.54/2008, maka upaya mitigasi yang diperlukan adalah penguatan manajemen risiko dengan:

pengetatan penggunaan lahan agar tidak terjadi konversi dari perumahan hunian rendah menjadi perumahan hunian sedang atau padat. Perlu studi lebih lanjut untuk menilai tren konversi lahan di wilayah ini;

pembangunan infrastruktur antara lain dengan:- Pembuatan waduk di daerah sekitar untuk pemadaman api;- Pembuatan sekat penghalang api, terutama antara lahan perumahan

hunian rendah, perkebunan, pertanian, dengan hutan;- Pembuatan hujan buatan.

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:

Tabel 25

Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kebakaran Hutan dan

Lahan

Bencana Kebakaran

Hutan Lahan

Kondisi Bencana Penggunaan Lahan

Saat ini

Peta Ancaman Ancaman bahaya kebakaran hutan lahan signifi kan di Kabupaten Bogor pada zona N, B4/HP dan B4

Semak-semak dan hutan, pertanian dan ruang terbuka

Peta Kerentanan Kerentanan bahaya kebakaran hutan lahan signifi kan di Kabupaten Bogor pada zona N, B4/HP dan B4

Peta Risiko Risiko bahaya kebakaran hutan lahan cukup signifi kan di Kabupaten Bogor pada zona N, B4/HP dan B4

Sumber : Hasil analisis, 2013

5.5.7 Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit dan Upaya Mitigasi Bencana

Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana epidemi dan wabah penyakit berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Page 158: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL102

Untuk ancaman bencana epidemi dan wabah penyakit hampir semua wilayah JABODETABEKPUNJUR menunjukkan tingkat ancaman yang rendah.

Untuk kerentanan bencana epidemi dan penyakit dominan di Kota Bogor dan Kota Jakarta Timur.

Gambar 56

Peta Ancaman Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/Hazard Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 159: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 103

Gambar 57

Peta Kerentanan Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Gambar 58

Peta Risiko Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit

1

2

3

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 160: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL104

Risiko bencana epidemi sedang pada zona B DKI Jakarta dan di Jawa Barat pada zona B. 1. Kota inti Jakarta (Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, Timur), risiko

bencana epidemi sedang pada zona B;2. Cinere, Kota Depok, Kota bogor, Cimanggis, Cileungsi, Setu, Tambun,

Kota Bekasi, risiko bencana sedang pada zona B;3. Kota Bogor, tingkat risiko sedang pada zona B.

Mengingat wilayah yang berisiko sudah padat, diperlukan penanganan yang terpadu lintas sektoral terkait untuk memahami risiko bila wabah terjadi serta bagaimana cara-cara menghadapinya melalui kegiatan sosialisasi yang berkesinambungan. Diperlukan studi lebih lanjut tentang pengendalian faktor risiko dan deteksi secara dini. Upaya mitigasi dari sisi tata ruang diusulkan untuk dipertimbangkan perencanaan dan pembangunan rumah sakit khusus yang menangani wabah penyakit tertentu. Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:

Tabel 26

Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Epidemi

Bencana Epidemi (Demam

Berdarah, HIV/AIDS, Campak)

Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini

Peta Ancaman Ancaman bencana epidemi rendah untuk seluruh kawasan JABODETABEK-PUNJUR Komersil dan bisnis,

permukiman kepadatan tinggi, pertanian dan lahan terbuka, industri dan gudang, pendidikan dan fasilitas umum, fasilitas transportasi, rumah dibangun

Peta Kerentanan Kerentanan epidemi signifi kan untuk Kota Jakarta Timur dan Kota Bogor

Peta Risiko Risiko bencana epidemi agak signifi kan untuk sembilan pusat kegiatan, pada zona B DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Sumber : Hasil analisis, 2013

5.5.8 Bencana Kekeringan dan Upaya Mitigasi Bencana

Kekeringan akan berdampak terutama pada kegiatan pertanian, baik persawahan, perkebunan dan perikanan. Efek yang dirasakan bisa berupa gagal panen, kerugian pertanian, meningkatnya kebutuhan akan air bersih, produksi perikanan dan berkurangnya pasokan air tawar permukaan maupun bawah tanah.

Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana kekeringan berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Page 161: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 105

Gambar 59

Peta Ancaman Bencana Kekeringan

1

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/ Hazard Bencana Kekeringan BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Terlihat pola untuk wilayah utara cenderung rendah dan ancamannya semakin meninggi ke arah selatan. Wilayah utara Jakarta, Tangerang dan Bekasi memang aslinya merupakan ekosistem rawa, yang kemudian diolah menjadi kawasan persawahan. Di RTR KSN pun arahan penggunaan lahannya untuk wilayah utara Tangerang adalah B5, sedangkan Jakarta karena kebutuhan permukiman yang sangat tinggi, rawa-rawa di bagian utara sudah dikonversi menjadi B1. Ancaman bencana kekeringan ini signifi kan di bagian selatan untuk Kabupaten Bogor pada zona N dan B-4, B4/HP.

Page 162: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL106

Gambar 60

Peta Kerentanan Bencana Kekeringan

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Kekeringan BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Kerentanan bencana kekeringan signifi kan di bagian selatan dan tersebar merata di bagian tengah pada zona N dan B.

Page 163: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 107

Gambar 61

Peta Risiko Bencana Kekeringan

1

2

31

2

3

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Kekeringan BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Untuk risiko kekeringan di beberapa lokasi terlihat sangat tinggi. 1. Bagian Barat Kabupaten Bogor pada zona N, termasuk wilayah Parung,

Tigaraksa dan Gunung Sindur. Sebagian besar penggunaan lahannya adalah kebun campuran, tegalan dan sedikit sekali persawahan.

2. Bagian utara Kabupaten Bekasi, dari mulai Muara Gembong sampai dengan perbatasan Cilincing. Penggunaan lahan utamanya adalah persawahan dan tambak dan sudah tepat dengan arahan Perpres 54/2008 yakni B5 (pertanian lahan basah beririgasi teknis) dengan diselingi N-1 dan N-2. Adanya risiko kekeringan yang tinggi pada kedua wilayah ini dapat menyebabkan gagal panen karena kekurangan air. Perlu dipertimbangkan untuk konservasi tanah dan pengurangan tingkat erosi dengan pembuatan check dam dan reboisasi. Selain itu juga pengenalan pola tanam dan penanaman jenis tanaman yang bervariasi.

3. Bagian selatan Kabupaten Bogor, meliputi wilayah Citereup, Cileungsi dan Kelapa Nunggal dengan penggunaan lahan saat ini berupa pertanian dan ruang terbuka. Selain itu dalam arahan penggunaan lahan berupa B4 dan B4/HP. Perlu dipertimbangkan untuk pengelolaan air

Page 164: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL108

secara bijaksana, yaitu dengan mengganti penggunaan air tanah dengan penggunaan air permukaan dengan cara pembuatan waduk, pembuatan saluran distribusi yang efi sien.

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:

Tabel 27

Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kekeringan

Bencana

Kekeringan

Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini

Peta Ancaman Ancaman bencana kekeringan ini signifi kan di bagian selatan Kabupaten Bogor pada zona N dan B4, B4/HP

Semak-semak dan hutan, pertanian dan ruang terbuka

Peta

Kerentanan

Kerentanan bencana kekeringan signifi kan di bagian selatan dan tersebar merata di bagian tengah pada zona N dan B

Peta Risiko Risiko bencana kekeringan tersebar merata dari Kabupaten. Bogor, Kab. Bekasi pada zona N dan B4 dan B4/HP, B7 dan B7/HP

Sumber : Hasil analisis, 2013

5.5.9 Bencana Gagal Teknologi dan Upaya Mitigasi Bencana

Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana gagal teknologi berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Gambar 62

Peta Ancaman Bencana Gagal Teknologi

11

22

44

33

66

55

2

3

4

16

5

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/ Hazard Bencana Gagal Teknologi BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan

Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 165: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 109

Berdasarkan wilayah administratifnya ada 6 wilayah yang memiliki ancaman gagal teknologi yang tinggi, yakni:

1. DKI Jakarta, di semua wilayahnya, Jakarta Barat, Timur, Utara dan Selatan sebagian besar zona B1, penggunaan lahan saat ini bisnis dan komersil dan permukiman kepadatan tinggi.

2. Kota Bogor, pada zona B1, kepadatan penduduk yang tinggi3. Kabupaten Bogor, jalur transportasi padat.4. Kabupaten Bekasi, industri yang berpusat di Cikarang dan sebagian

besar perbatasan dengan DKI Jakarta, kepadatan penduduk yang tinggi, jumlah pekerja yang juga cukup banyak dan bercampurnya penggunaan transportasi baik pribadi hingga alat berat dan kendaraan pengangkut. 5. Kota Depok, kepadatan penduduk tinggi, adanya fasilitas pendidikan, jalur transportasi padat,

6. Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan, penggunaan lahan sebagian besar kawasan industri di sepanjang Jalan Daan Mogot, dari Kalideres hingga Bandara Soekarno Hatta, beberapa pabrik farmasi, jalur lintas transportasi dari DKI menuju Merak yang padat. Adanya reaktor nuklir di Kota Tangerang Selatan turut meningkatkan ancaman bencana kegagalan teknologi.

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, berkembangnya permukiman dan kawasan industri, maka ancaman bencana kegagalan teknologi makin meningkat antara lain banyaknya kecelakaan transportasi; adanya kesalahan desain dan prosedur pengoperasian pabrik yang diakibatkan kelalaian, kesengajaan manusia atau pabrik dalam penggunaan teknologi.

Page 166: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL110

Gambar 63

Peta Kerentanan Bencana Gagal Teknologi

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Gagal Teknologi BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Untuk kerentanan bencana kegagalan teknologi sebagian besar wilayah JABODETABEKPUNJUR cenderung rendah, selain Jakarta Timur dan Kota Bogor yang cenderung sedang.

Page 167: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 111

Gambar 64

Peta Risiko Bencana Gagal Teknologi

1

22

3334

1

4

2

3

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Gagal Teknologi BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Untuk risiko bencana kegagalan teknologi ada 4 wilayah yang terlihat cukup tinggi:1. Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, sebagian besar pada

zona B1 (perumahan hunian padat, perdagangan dan jasa, industri ringan non polutan dan berorientasi pasar). Saat ini kawasan ini memang sudah berkembang menjadi kawasan perdagangan, bisnis dan komersial dan permukiman kepadatan tinggi.

2. Kota Bogor, sebagian besar zona B1, berkembang kawasan industri sepanjang jalan Raya Bogor.

3. Kabupaten Bekasi, sebagian besar zona B1, berkembang kawasan industri.

4. Kota Depok, Cinere, Cimanggis, Tambun, serta Kota Tangerang; sebagian besar pada zona B1.

Mengingat hampir sebagian besar adalah kawasan terbangun dan padat penduduk, maka upaya mitigasi yang dapat dilakukan antara lain:■ Perlu dibangun infrastruktur kesiapsiagaan (rencana kontingensi,

penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini);■ Pelatihan untuk meningkatkan kesiagaan menghadapi bencana

kegagalan teknologi;

Page 168: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL112

■ Perkuatan bangunan dan infrastruktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan;

■ Perlu pertimbangan untuk menata ulang kawasan industri yang berada di lingkungan perumahan padat.

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:

Tabel 28

Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kegagalan Teknologi

Bencana Kegagalan

Teknologi (Industri

Kimia, Manufaktur)

Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini

Peta Ancaman Ancaman bencana kegagalan teknologi sangat signifi kan untuk Prov. DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan sebagian Provinsi Banten pada zona B dan N

Komersil dan bisnis, permukiman kepadatan tinggi, industri dan gudang, pendidikan dan fasilitas umum, fasilitas transportasi, rumah dibangun, semak-semak dan hutan, pertanian dan ruang terbuka

Peta Kerentanan Kerentanan bencana kegagalan teknologi signifi kan untuk Kota Jakarta Timur dan Kota Bogor

Peta Risiko Risiko bencana kegagalan teknologi signifi kan untuk Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan sebagian Provinsi Banten pada zona B dan N

Sumber : Hasil analisis, 2013

5.5.10 Bencana Letusan Gunung Api dan Upaya Mitigasi Bencana

Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana letusan gunung api berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Page 169: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 113

Gambar 65

Peta Ancaman Bencana Gunung Api

2

1

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/ Hazard Bencana Gunung Api BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Pada peta ancaman bencana gunung api terlihat ada dua titik ancaman yang tinggi di Kabupaten Bogor:

1. Gunung Salak, ancaman bencana letusan gunung api di sekitar zona non budidaya. Ada aktifi tas vulkanik yang ditandai dengan beberapa fenomena panas bumi. Ancaman terlihat signifi kan dan tinggi pada zona N2.

2. Gunung Gede Pangrango, ancaman bencana letusan gunung api di sekitar zona non budidaya. Ancaman terlihat signifi kan dan cenderung sedang di zona N-2.

Page 170: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL114

Gambar 66

Peta Kerentanan Bencana Gunung Api

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Gunung Api BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Gambar 67

Peta Risiko Bencana Gunung Api

122

1

2

1

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Gunung Api BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 171: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 115

1. Gunung Salak, risiko bencana letusan gunung api di sekitar zona non budidaya N-2 cenderung sedang. Risiko yang sedang ini sebagai akibat kondisi eksisiting dan arahan penggunaan lahan sebagai zona N2 yang mengurangi aktivitas manusia dan bangunan pada zona ini.

2. Gunung Gede Pangrango, risiko bencana letusan gunung api di sekitar zona non budidaya, meluas juga ke arah zone B3 (perumahan hunian rendah dan pertanian) dan B4 (perumahan hunian rendah dan pertanian lahan basah). Perlu dipertimbangkan agar pemanfaatan lahan pada zona yang masih terkena risiko letusan gunung ini diarahkan untuk bebas dari perumahan (dialihkan menjadi zona non-budidaya), atau paling tidak menjauhi atau diluar kawasan risiko tinggi. Selain itu perlu dipertimbangkan bagi penerapan konstruksi bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung api.

Mengingat arahan penggunaan lahan sudah sesuai dengan Pepres No.54/2008 sebagai kawasan lindung (zona N2), yang diperlukan adalah penguatan manajemen risiko dan pengendalian konversi; yakni dengan pengetatan penggunaan lahan pada zona B3 dan B4 agar tidak terjadi konversi dari perumahan hunian rendah menjadi perumahan hunian sedang atau padat. Perlu studi lebih lanjut untuk menilai tren konversi lahan di wilayah ini.

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:

Tabel 29

Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Gunung Api

Bencana Gunung

Api

Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini

Peta Ancaman Ancaman bencana gunung api tidak signifi kan untuk titik-titik pusat kegiatan namun signifi kan di zona N Kabupaten Bogor.

Semak-semak dan hutan, pertanian dan ruang terbuka

Peta Kerentanan Kerentanan bencana gunung api tidak signifi kan untuk titik-titik pusat kegiatan namun signifi kan di zona N Kabupaten Bogor.

Peta Risiko Risiko bencana gunung api tidak signifi kan untuk untuk titik-titik pusat kegiatan namun signifi kan di zona N Kabupaten Bogor.

Sumber : Hasil analisis, 2013

5.5.11 Bencana Tsunami dan Upaya Mitigasi Bencana

Ancaman, kerentanan dan risiko bencana tsunami cenderung rendah untuk Kawasan JABODETABEKPUNJUR. Tetapi bila dilihat dari provinsi maka Provinsi Banten yang terletak di sebelah barat KSN JABODETABEKPUNJUR memiliki daerah yang rawan terhadap bencana tsunami. Data IRBI juga tidak menunjukkan adanya kerawanan terhadap kawasan JABODETABEKPUNJUR terhadap bahaya tsunami.

Page 172: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL116

Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana tsunami berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Gambar 68

Peta Ancaman Bencana Tsunami

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/ Hazard Bencana Tsunami BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 173: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 117

Gambar 69

Peta Kerentanan Bencana Tsunami

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Tsunami BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Gambar 70

Peta Risiko Bencana Tsunami

Sumber : Hasil pertampalan dari Risiko Bencana Tsunami BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 174: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL118

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko diatas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:

Tabel 30

Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Tsunami

Bencana Tsunami Kondisi Bencana Penggunaan Lahan

Saat ini

Peta Ancaman Ancaman bencana tsunami tidak signifi kan untuk JABODETABEKPUNJUR, Perairan terbuka, rawa sungai dan kolam, pertanian dan ruang terbuka

Peta Kerentanan Kerentanan bencana tsunami tidak signifi kan untuk JABODETABEKPUNJUR,

Peta Risiko Risiko bencana tsunami tidak signifi kan untuk JABODETABEKPUNJUR

Sumber : Hasil analisis, 2013

5.5.12 Bencana Konfl ik Sosialdan Upaya Mitigasi Bencana

Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana konfl ik sosial berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Untuk ancaman bencana konfl ik sosial, ada dua wilayah yang cenderung tinggi;1. Kota Jakarta Selatan2. Kota Jakarta Barat

Gambar 71

Peta Ancaman Bencana Konfl ik Sosial

1

2

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/ Hazard Bencana Konfl ik Sosial BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 175: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 119

Gambar 72

Peta Kerentanan Bencana Konfl ik Sosial

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Konfl ik Sosial BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Gambar 73

Peta Risiko Bencana Konfl ik Sosial

11

22

1

2

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Konfl ik Sosial BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 176: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL120

Untuk risiko bencana konfl ik sosial juga ada dua wilayah yang cenderung tinggi pada zona B:1. Kota Jakarta Selatan2. Kota Jakarta Barat

Upaya mitigasi yang dapat diusulkan berupa mitigasi non struktural antara lain:■ Mendorong peran serta penduduk dalam rangka memelihara stabilitas

ketentraman dan ketertiban;■ Mengembangkan supremasi hukum dengan menegakkan hukum secara

konsisten, berkeadilan dan kejujuran;■ Meningkatkan pemahaman dan penyadaran serta meningkatnya

perlindungan penghormatan, dan penegakan HAM. Adapun upaya mitigasi yang berupa mitigasi struktural perlu penelitian lebih lanjut.

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:

Tabel 31

Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Konfl ik Sosial

Bencana Konfl ik

Sosial

Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini

Peta Ancaman Ancaman konfl ik sosial signifi kan di Prov DKI Ja-karta yakni mengancam Kota Jakarta Selatan dan Kota Jakarta Barat

Komersil dan bisnis, permukiman kepadatan tinggi, industri dan gudang, pendidikan dan fasilitas umum, fasilitas transportasi, rumah dibangun

Peta Kerentanan Kerentanan Konfl ik sosial tersebar merata teru-tama signifi kan di Kota Jakarta Timur dan Kota Bogor, sisanya medium untuk seluruh provinsi DKI Jakarta, Kabupaten Bekasi dan Bogor

Peta Risiko Risiko konfl ik sosial Signifi kan di Provinsi DKI Ja-karta, Kota Jakarta Selatan dan Kota Jakarta Barat

Sumber : Hasil analisis, 2013

5.5.13 Bencana Kebakaran Gedung dan Permukiman dan Upaya Mitigasi

Bencana

Berikut adalah peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana kebakaran gedung dan permukiman berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Page 177: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 121

Gambar 74

Peta Ancaman Bencana Kebakaran Permukiman

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Ancaman/ Hazard Bencana Kebakaran Permukiman BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Ancaman bencana kebakaran gedung dan permukiman cukup dominan pada tingkat sedang cenderung tinggi terutama disekitar kawasan satelit, seperti Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Tangerang. Sedangkan di DKI Jakarta cenderung sedang rendah. Untuk Kota Bogor, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kota Depok cenderung rendah.

Untuk kerentanan bencana kebakaran permukiman signifi kan pada dua lokasi. Kerentanan ini menunjukkan bahwa berdasarkan sejarahnya di kedua wilayah ini lebih sering terjadi bencana kebakaran permukiman dibandingkan dengan wilayah lainnya dan kejadian kebakaran tersebut lebih banyak membawa kerugian baik secara materil maupun korban jiwa.

1. Kota Jakarta Timur, arahan yang dominan adalah B12. Kota Bogor, arahan yang dominan adalah B1

Page 178: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL122

Gambar 75

Peta Kerentanan Bencana Kebakaran Permukiman

1

2

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Kerentanan terhadap Bencana Kebakaran Permukiman BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Gambar 76

Peta Risiko Bencana Kebakaran Permukiman

Sumber : Hasil pertampalan dari Peta Risiko Bencana Kebakaran Permukiman BNPB tahun 2013 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 179: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 123

Risiko bencana kebakaran permukiman sebagaimana digambarkan di bawah ini, signifi kan untuk Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, Kabupaten dan Kota Bekasi dan Kabupaten Cianjur pada zona B, dan N. Upaya mitigasi yang dapat dilakukan terutama untuk zona B adalah antara lain: Pengaturan kepadatan bangunan permukiman melalui rencana

penataan bangunan dan lingkungan Penyediaan waduk-waduk kecil, bak penampungan air, serta hydran

untuk pemadaman api

Untuk wilayah Kota Bogor walaupun memiliki kerentanan yang cukup tinggi tetapi risiko menunjukkan rendah. Sedangkan Kota Jakarta Timur, dengan kerentanan yang cukup tinggi, risikonya sedang cenderung tinggi.

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko di atas dikaitkan dengan penggunaan lahan saat ini dapat dirangkum menjadi tabel berikut ini:

Tabel 32

Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kebakaran Permukiman

Bencana Kebakaran

Pemukiman

Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini

Peta Ancaman Ancaman bencana kebakaran permukiman signifi kan untuk Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, Kabupaten dan Kota Bekasi dan Kabupaten Cianjur pada zona B, dan N Komersil dan bisnis,

permukiman kepadatan tinggi, semak-semak dan hutan, pertanian dan ruang terbuka

Peta Kerentanan Kerentanan bencana kebakaran permukiman signifi kan untuk Kota Jakarta Timur dan Bogor

Peta Risiko Risiko bencana kebakaran permukiman signifi kan untuk Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, Kab dan Kota Bekasi dan Kabupaten Cianjur pada zona B, dan N

Sumber : Hasil analisis, 2013

5.5.14 Potensi Risiko Bencana Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Berdasarkan ketigabelas jenis bencana tersebut dapat disimpulkan zona-zona yang signifi kan terkena dampak bencana tersebut untuk Kawasan JABODETABEKPUNJUR sebagai berikut.

Page 180: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL124

Tabel 33

Zona Potensi Bencana Risiko Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR

No. Jenis Bencana DKI Jakarta Jawa Barat Banten

1 Gempa Bumi - B, N dan enam pusat kota (Cinere, Kota Depok, Kota Bogor, Cimanggis, Cileungsi, Kota Bekasi)

B,N dan dua pusat kota (Kota Tangerang, Serpong)

2 Tsunami - - -

3 Banjir Bagian utara : B1, B6, B7, N1, dan satu 1 pusat kota (Jakarta Pusat)

Bagian utara:B1, B2, B5, B7, N1 dan satu pusat kota (Kota Bekasi)

Bagian utara: B1, B6, B7, N1 dan satu pusat kota (Kota Tangerang)

4 Tanah Longsor - B4, B4/HP di Kabupaten Bogor -

5 Letusan Gunung Api - N di Kabupaten Bogor -

6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Pantai utara (B1, B6, B7 dan N1)

- -

7 Cuaca Ekstrim (Puting Beliung)

- B4, B4/HP, B7 di Kab. Bekasi -

8 Kekeringan - B4, B4/HP, B7, B7/HP,N di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi

-

9 Kebakaran Hutan dan Lahan

- N, B4/HP, B4 di Kabupaten Bogor -

10 Kebakaran Gedung dan Pemukiman

- B, N di Kabupaten Bogor, Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabupaten Cianjur

B, N di Kabupaten Tangerang

11 Epidemi dan Wabah Penyakit

B di Kota Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, Timur

B, N di Cinere, Kota Depok, Kota Bogor, Cimanggis, Cileungsi, Setu, Tambun, Kota Bekasi

-

12 Gagal Teknologi B, N di Jakarta Barat, Selatan dan Timur

B, N di Kota Bogor, Kota Depok, Cinere, Cimanggis, Tambun

B, N di Kota Tangerang

13 Konfl ik Sosial B di Jakarta Selatan dan Barat

- -

Sumber: Analisis Spasial, 2013

Selain berdasarkan daerah administrasi, bencana risiko tinggi untuk JABODETABEKPUNJUR juga dapat dianalisis berdasarkan ketinggian wilayah di atas permukaan air laut. Secara umum ketinggian lokasi di atas permukaan air laut dapat digolongkan menjadi hulu, tengah dan hilir. Jenis bencana yang timbul juga dapat dilihat dalam ilustrasi sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 77.■ Wilayah Hulu, merupakan wilayah yang akan terkena dampak apabila terjadi bencana

gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung api, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kebakaran gedung dan permukiman, epidemi, dan gagal teknologi.

■ Wilayah Tengah: bencana gempabumi, banjir, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran gedung dan permukiman, epidemi, dan gagal teknologi.

Page 181: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 125

■ Wilayah Hilir: bencana banjir, gelombang ekstrim dan abrasi, epidemi, gagal teknologi dan konfl ik sosial.

Gambar 77

Risiko Bencana Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR Berdasarkan Ketinggian Wilayah

Wilayah Hulu Wilayah Tengah Wilayah Hilir

1 Gempa Bumi

2 Tsunami

3 Banjir

4 Tanah Longsor

5 Letusan Gunung Api

6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi

7 Cuaca Ekstrim

8 Kekeringan

9 Kebakaran Hutan dan Lahan

10 Kebakaran Gedung dan Permukiman

11 Epidemi dan Wabah Penyakit

12 Gagal Teknologi

13 Konfl ik Sosial

Kawasan BOPUNJUR (Bogor,

Puncak, Cianjur)

Kawasan Penyangga DKI (Depok,

Bekasi, Tangerang, dan lain-lain)

DKI Jakarta

Sumber: Hasil Analisis, 2013

5.6 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi

5.6.1 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta

RTRWP DKI Jakarta yang telah disahkan menjadi Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030, dalam konsideran “Menimbang” butir d menyatakan bahwa bahwa Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta berada dalam kota delta (delta city) sehingga pengarusutamaantantangan dan kendala daerah delta melalui pengelolaan

Page 182: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL126

tata air, analisa resiko bencana, dan perbaikan ekosistem, harus menjadi perhatian utama dalam penataan ruangnya. Untuk itu dalam sub bab ini akan dilihat sejauh mana RTRWP DKI Jakarta sudah memasukkan substansi penanggulangan kebencanaan melalui komparasi materi teknis atau juga materi Perda RTRWP dengan kebijakan penanggulangan bencana yang ada di RPB Provinsi DKI Jakarta. Aspek yang akan dilihat adalah terutama tentang jenis ancaman bencana yang signifi kan berdasarkan catatan sejarah kejadiannya (dari tahun 1815-2011), lokasi persebaran kawasan rawan bencana dan arahan pemanfaatan atau pengelolaan ruang bagi kawasan rawan bencananya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 34.

Tabel 34

Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta

No. Jenis Bencana

Bencana yang signifi kan berdasarkan

sejarahnya (tahun 1815-2011) pada RPB

DKI Jakarta 2012-2016

Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWP DKI

Jakarta 2011-2030

1 Gempa Bumi Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGITingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI

Diperkirakan terdapat 10 sumber gempa dengan potensi terbesar di sekitar Selat Sunda yang menyimpan potensi gempa yang tinggi terhadap Jakarta. Kondisi Jakarta bagian utara yang merupakan batuan atau tanah lunak akan lebih rentan terhadap dampak gempa dibandingkan wilayah Jakarta bagian selatan.

2 Tsunami Tingkat Ancaman: SEDANGTingkat kerugian TINGGITingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI

Gelombang tsunami yang mungkin terjadi akibat kejadian tektonik di dalam laut dihindarkan melalui pengaturan fungsi kawasan yang rawan tsunami.

3 Banjir Kejadian: 93 kali, 87 jiwa meninggal dunia, mengungsi 818.020 jiwa, 7.323 rumah rusak berat, lokasi hampir seluruh penjuru kota. Pernah dilanda banjir besar tahun 1621, 1654, dan 1918; 1976, 1996, 2002, dan 2007, 2008. Tingkat Ancaman: TINGGITingkat kerugian: TINGGI Tingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI

Secara umum kawasan yang berpotensi banjir terletak di bagian utara wilayah DKI Jakarta serta di sepanjang tepi sungai atau di muara sungai.Tahun 1980 daerah genangan banjir seluas 7,7 km2; 1996: 22,59 km2; 2002: 167,88 km2 (sekitar 13% wilayah DKI); 2007: 238,32 km2 (sekitar 45% wilayah DKI).Arahan pemanfaatan dan pengelolaan ruang: pengurangan dampak bencana karena

banjir; mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan

ancaman bencana; penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari

permukiman penduduk dan pusat kegiatan perkotaan;

pengurangan dan pengendalian pemanfaatan ruang untuk permukiman dan fasilitas umum;

pengembangan RTH dan pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah;

rekayasa teknik; pengembangan sistem peringatan dini.Kawasan berpotensi sedimentasi terletak di 13 muara sungai di sepanjang pantai utara Jakarta.

Page 183: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 127

No. Jenis Bencana

Bencana yang signifi kan berdasarkan

sejarahnya (tahun 1815-2011) pada RPB

DKI Jakarta 2012-2016

Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWP DKI

Jakarta 2011-2030

4 Tanah Longsor Kejadian: 1 kali, luka-luka 2 jiwa, lokasi: Jakarta Timur; Tingkat Ancaman: SEDANG Tingkat kerugian TINGGITingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

Kawasan rawan gerakan tanah (rawan longsor) meliputi sepanjang alur aliran bagian selatan kali Ciliwung, Pesanggrahan, Grogol, Krukut, Gongseng, Cibubur dan Sunter;Kawasan rawan penurunan tanah, meliputi Jakarta Barat, di Cengkareng Barat, Meruya, Kebun Jeruk dan Daan Mogot; Jakarta Utara, di Muara Angke, Muara Baru, Pasar Ikan, dan Pantai Indah Kapuk; Jakarta Pusat, di Gunung Sahari khususnya di utara, MH Thamrin, dan Cikini; Jakarta Timur, di Gempol dan Kelapa Gading; Jakarta Selatan, di Pondok Indah dan Kuningan.Arahan pemanfaatan ruang dan pengelolaan ruang: pengaturan pembangunan gedung lebih

dari 5 lantai dan pemompaan air tanah sesuai hasil kajian geoteknik

mitigasi penurunan tanah permukaan rekayasa teknik mitigasi air tanah dangkal dan air tanah

dalam penerapan prinsip zero delta Q policy pembatasan pengambilan air tanah

5 Letusan Gunung Api

-

6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Kejadian: 8 kali, mengungsi 4.300 jiwa, 17 rumah rusak berat;Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGITingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

Meliputi wilayah sepanjang pantai Ancol, Tanjung Priok, Muara Kelapa, dan Muara Tawar;

7 Cuaca Ekstrim Kejadian: 5 kali, terbesar di Jakarta Pusat tahun 2006, korban meninggal 3 jiwa, luka 4 jiwa; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGITingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

-

8 Kekeringan -

9 Kebakaran Hutan dan Lahan

-

10 Kebakaran Gedung dan Permukiman

Rawan kebakaran: permukiman padat, lingkungan pasar dan kantor dan tersebar di 53 kelurahan.Kerugian: Rp 197,62 milyar (2010), luas yang terbakar 256,06 Ha.Rawan ledakan: berada dekat instalasi militer, instalasi listrik, dan depo bahan bakar.Arahan pengembangan kawasan: pencegahan dan pengurangan dampak

bencana di kawasan permukiman padat penyediaan akses pemadam kebakaran dan

ruang evakuasi bencana pembangunan pos pemadam kebakaran di

kawasan permukiman padat penyediaan prasarana dan sarana

pendukung mitigasi bencana, dan pengembangan sistem peringatan dini.

Page 184: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL128

No. Jenis Bencana

Bencana yang signifi kan berdasarkan

sejarahnya (tahun 1815-2011) pada RPB

DKI Jakarta 2012-2016

Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWP DKI

Jakarta 2011-2030

11 Epidemi dan Wabah Penyakit

Tingkat Ancaman: SEDANGTingkat kerugian: TINGGITingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

-

12 Gagal Teknologi Kejadian: 3 kali, 54 jiwa meninggal dunia akibat kecelakaan transportasi d Kep. Seribu tahun 2007 dan kecelakaan industri tahun 2004 menumpahkan minyak 21,03 % disekitar pulau Pabelokan Kepulauan Seribu; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian: TINGGITingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI

-

13 Konfl ik Sosial Kejadian: 6 kali, korban meninggal 295 jiwa, luka 219 jiwa, 1.026 rumah rusak berat; tragedI 14-15 Mei 1988 terkait Kasus Trisakti, kerugian fi sik sekitar Rp. 2,5 Triliun; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian: TINGGITingkat kapasitas: RENDAH Tingkat risiko: TINGGI

-

Sumber: RTRWP DKI Jakarta 2011-2030 dan RPB DKI Jakarta 2012-2016

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari tigabelas jenis bencana yang diidentifi kasi oleh BNPB, dalam RTRWP DKI Jakarta ada enam jenis bencana yang disinggung (pada umumnya adalah bencana alam) yakni: gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor (termasuk juga penurunan tanah /landsubsidence), gelombang ekstrim, dan kebakaran. Sedangkan dalam RPB DKI Jakarta dijelaskan tentang 9 potensi bencana yang mengancam baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, yakni: gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, gelombang ekstrim, cuaca ekstrim, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial. Dapat disimpulkan bahwa aspek kebencanaan yang diulas dalam RTRWP DKI Jakarta belum lengkap sehingga diperlukan pertimbangan untuk melengkapinya kelak apabila RTRWP DKI Jakarta akan dievaluasi 5 tahun yang akan datang.

5.6.2 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRWP Jawa Barat

Demikian pula dengan RTRWP Jawa Barat yang telah disahkan menjadi Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029; akan dilihat sejauh mana RTRWP Jawa Barat sudah memasukkan substansi penanggulangan kebencanaan melalui komparasi materi teknis atau juga materi Perda RTRWP dengan kebijakan penanggulangan bencana yang ada di RPB Provinsi Jawa Barat. Aspek yang akan dilihat adalah terutama tentang jenis ancaman bencana yang signifi kan berdasarkan catatan sejarah kejadiannya (dari tahun 2002-2011), lokasi persebaran kawasan rawan bencana dan arahan pemanfaatan atau pengelolaan ruang bagi kawasan rawan bencananya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 35.

Page 185: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 129

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari tigabelas jenis bencana yang diidentifi kasi oleh BNPB, dalam RTRWP Jawa Barat ada 6 jenis bencana yang disinggung (pada umumnya adalah bencana alam) yakni: gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, letusan gunung api, dan gelombang ekstrim. Sedangkan dalam RPB Jawa Barat dijelaskan tentang duabelas potensi bencana yang mengancam baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, yakni: gempabumi, tsunami, banjir, tanah longsor, letusan gunung api, gelombang ekstrim, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial. Dapat disimpulkan bahwa aspek kebencanaan yang diulas dalam RTRWP Jawa Barat belum lengkap sehingga diperlukan pertimbangan untuk melengkapinya kelak apabila RTRWP Jawa Barat akan dievaluasi 5 tahunan yakni pada sekitar tahun 2015.

Tabel 35

Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi Jawa Barat

No.Jenis

Bencana

Bencana alam yang signifi kan

berdasarkan catatan sejarahnya

(tahun 2002-2011) pada RPB Jawa

Barat 2012-2016

Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWP Jawa

Barat 2009-2029

1 Gempa Bumi

Kejadian: 40 kali, terletak di selatan pulau Jawa, disekitar zona patahan aktif daerah Jabar, meliputi zona Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, dan Sesar Baribis; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI dengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

Bogor-Puncak-Cianjur, Sukabumi-Padalarang-Bandung, Purwakarta-Subang-Majalengka, dan Garut-Tasikmalaya-Ciamis; Kawasan rawan gerakan tanah, tersebar

di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, KabupatenSukabumi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis;

Kawasan zona sesar aktif, tersebar di Sesar Cimandiri (Palabuhanratu-Padalarang), Sesar Lembang (Bandung Barat), dan Sesar Baribis (Kuningan-Majalengka).

2 Tsunami Kejadian: 3 kali, salah satunya tsunami Pangandaran 2006 yg dipicu gempa 6,8 SR.;Tingkat kerugian TINGGI dengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

Pantai Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi.

3 Banjir Kejadian: 509 kali, 447 jiwa meninggal dunia, mengungsi 567.700 jiwa, lokasi cekungan bentang alam Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi, DAS yang terkonsentrasi di pantai utara Kecenderungan: meningkat Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi. Arahan zonasi memperhatikan: penetapan batas dataran banjir; Pemanfaatan untk RTH dan pengendalian

pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah;

Ketentuan larangan kegiatan untuk fasilitas umum; dan

pengendalian permukiman

Page 186: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL130

No.Jenis

Bencana

Bencana alam yang signifi kan

berdasarkan catatan sejarahnya

(tahun 2002-2011) pada RPB Jawa

Barat 2012-2016

Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWP Jawa

Barat 2009-2029

4 Tanah Longsor

Kejadian: 84 kali, 87 jiwa korban, lokasi: ruas jalan Bogor-Puncak-Cianjur, ruas jalan Cadas Pangeran di Kecamatan Sumedang Selatan Ruas jalan Sukabumi-Pelabuhan Ratu, ruas jalan Jabar-Jateng, Jabar bagian Selatan; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI dengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Cirebon; Arahan zonasi untuk tingkat kerawanan tinggi (kemiringan lebih besar dari 40%): dilarang untuk permukiman; dilarang untuk penggalian dan pemotongan lereng.

5 Letusan Gunung Api

Kejadian: 3 kali, 10.922 jiwa mengungsi, lokasi gunung Papandayan di Kabupaten Garut, mengakibatkan semburan debu pekat ke udara (ketinggian 5 Km dari atas puncak), longsor dahsyat di sebagian dinding bukit Nangklak, menyebabkan banjir bandang lumpur, terputusnya jalan antara Garut-Cikajang; Tingkat Ancaman: TINGGITingkat risiko: TINGGI

Kawasan Gunung Salak, terletak di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi;

Kawasan Gunung Gede-Pangrango, terletak di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi;

Kawasan Gunung Patuha, Kawasan Gunung Wayang Windu, dan Kawasan Gunung Talagabodas, terletak di Kabupaten Bandung;

Kawasan Gunung Ciremai, terletak di Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka;

Kawasan Gunung Guntur, terletak di Kabupaten Garut;

Kawasan Gunung Tangkubanparahu, terletak di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang;

Kawasan Gunung Papandayan, terletak di Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung; dan

Kawasan Gunung Galunggung, terletak di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Garut.

6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Kejadian: 8 kali; lokasi 50% pantai utara Jabar mengalami abrasi; pantai Indramayu mengalami abrasi terpanjang (48,57 km); Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI dengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

Gelombang pasang: Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi;

Abrasi: di pantai Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis.

7 Cuaca Ekstrim

Kejadian: 216 kali, korban meninggal 18 jiwa, mengungsi 7.131 jiwa; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI dengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

8 Kekeringan Kejadian: 306 kali, lokasi Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Indramayu; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGIdengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

Page 187: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 131

No.Jenis

Bencana

Bencana alam yang signifi kan

berdasarkan catatan sejarahnya

(tahun 2002-2011) pada RPB Jawa

Barat 2012-2016

Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWP Jawa

Barat 2009-2029

9 Kebakaran Hutan dan Lahan

Kejadian: 3 kali, lokasi Kabupaten Kuningan seluas 200 Ha dan 14 desa kerugian materil ratusan juta; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI dengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

10 Kebakaran Gedung dan Permukiman

11 Epidemi dan Wabah Penyakit

Kejadian: 20 kali, korban meninggal 263 jiwa (terutama epidemic fl u burung di tahun 2006 dan hepatitis A pada 2011; Tingkat kapasitas RENDAH

12 Gagal Teknologi

Kejadian: 9 kali, 56 jiwa meninggal dunia, 634 jiwa luka, lokasi Kota Bekasi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut (karena terdapat kawasan industri dan pembangkit listrik, pengeboran minyak lepas pantai selatan, BATAN-Badan Tenaga Nuklir Nasional); Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI dengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAH

13 Konfl ik Sosial

Kejadian: 5 kali, korban meninggal 6 orang, lokasi kabupaten Sumedang dan Cirebon; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI dengan tingkat ancaman tinggi dan indeks kerugian tinggi Tingkat kapasitas RENDAH

Sumber: RTRWP Jawa Barat 2009-2029 dan RPB Jawa Barat 2012-2016

5.6.3 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRWP Banten

Sama halnya dengan RTRWP Banten yang telah disahkan menjadi Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010-2030; akan dilihat sejauh mana RTRWP Banten sudah memasukkan substansi penanggulangan kebencanaan melalui komparasi materi teknis atau juga materi Perda RTRWP dengan kebijakan penanggulangan bencana yang ada di RPB Provinsi Banten. Aspek yang akan dilihat adalah terutama tentang jenis ancaman bencana yang signifi kan berdasarkan catatan sejarah kejadiannya (dari tahun 1999-2011), lokasi persebaran kawasan rawan bencana dan arahan pemanfaatan atau pengelolaan ruang bagi kawasan rawan bencananya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 36.

Page 188: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL132

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 13 jenis bencana yang diidentifi kasi oleh BNPB, dalam RTRWP Banten ada empat jenis bencana yang disinggung (pada umumnya adalah bencana alam) yakni: tsunami, banjir, tanah longsor/gerakan tanah, dan letusan gunung api. Sedangkan dalam RPB Banten dijelaskan tentang sebelas potensi bencanayang mengancam baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, yakni: gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, gelombang ekstrim, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial. Dapat disimpulkan bahwa aspek kebencanaan yang diulas dalam RTRWP Banten belum lengkap sehingga diperlukan pertimbangan untuk melengkapinya kelak apabila RTRWP Jawa Barat akan dievaluasi lima tahunan yakni pada sekitar tahun 2015.

Tabel 36

Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi

No.Jenis

Bencana

Bencana alam yang signifi kan berdasarkan

catatan sejarah (tahun 1999-2011) pada RPB

Banten 2012-2016

Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWP

Banten 2010-2030

1 Gempa Bumi Tingkat Ancaman: TINGGITingkat kerugian: TINGGI; Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

-

2 Tsunami Tingkat Ancaman: TINGGITingkat kerugian: TINGGI; Tingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI

Di Pantai Utara (Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kabupaten Tangerang), Pantai Selatan (Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak), Pantai Barat (Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, dan Kota Cilegon).

3 Banjir Kejadian: 26 kali, 5 jiwa meninggal dunia, mengungsi 3.254 jiwa, 526 rumah rusak berat, lokasi di wilayah Pandeglang dan Lebak. Tahun 2010 bencana banjir menimpa wilayah Tangerang SelatanTingkat Ancaman: TINGGITingkat kerugian: TINGGI; Tingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI

Di Kab. Tangerang (DAS Cisadane, Pasanggrahan, Cirarab, Cimanceuri, Cidurian), Kota Tangerang (DAS Cisadane), Kabupaten Pandeglang (DAS Ciliman, Cilemer), Kabupaten Lebak (DAS Ciujung dan Cibinuangeun), Kabupaten Serang (DAS Ciujung).

Arahan pengelolaan ruang: Diperbolehkan pembangunan fi sik

berupa pengembangan saluran drainase.

Dilarang atau diperbolehkan dengan syarat: kegiatan lain yg dapat mempengaruhi kelancaran tata drainase

4 Tanah Longsor Kejadian: 8 kali, 3 jiwa meninggal dunia, mengungsi 25 jiwa, lokasi: 21 kecamatan di Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kota Cilegon dan Kota Serang; Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI; Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

Kawasan rawan gerakan tanah (rawan longsor) terdapat di Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Lebak Arahan pengelolaan ruang: Tertutup bagi kegiatan permukiman,

persawahan, tanaman semusim, kolam ikan, atau kegiatan budidaya lainnya yg berbahaya bagi keselamatan manusia dan lingkungan.

Page 189: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 133

No.Jenis

Bencana

Bencana alam yang signifi kan berdasarkan

catatan sejarah (tahun 1999-2011) pada RPB

Banten 2012-2016

Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWP

Banten 2010-2030

5 Letusan Gunung Api

Tingkat Ancaman: TINGGI Gunung Krakatau Arahan pengelolaan ruang: Diperbolehkan pada zona waspada

dan zona siaga adanya budidaya sementara, pertanian tanaman semusim, permukiman namun perlu diwaspadai dan selalu siap untuk mengungsi;

Untuk kawasan rawan gas beracun, maka pada zona bahaya dan zona waspada ditetapkan sebagai daerah tertutup bagi permukiman.

6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Tingkat Ancaman: SEDANG Tingkat kerugian TINGGI; Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

-

7 Cuaca Ekstrim Kejadian: 10 kali, meninggal 1 jiwa, luka 8 jiwa; mengungsi 55 jiwa, dan 37 rumah rusak berat; lokasi di Kabupaten Serang dan di kawasan pesisir barat provinsi Banten yakni di Pandeglang.Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI; Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

-

8 Kekeringan Kejadian: 9 kali, tidak ada korban jiwa; lokasi di Kabupaten Pandeglang, Kabupate. Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Serang.Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI; Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

-

9 Kebakaran Hutan dan Lahan

Tingkat Ancaman: TINGGITingkat kerugian: TINGGI; Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

-

10 Kebakaran Gedung dan Permukiman

- -

11 Epidemi dan Wabah Penyakit

Tingkat Ancaman: SEDANGTingkat kerugian: TINGGI; Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

-

12 Gagal Teknologi

Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian: TINGGI; Tingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI

-

13 Konfl ik Sosial Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian: TINGGI; Tingkat kapasitas: RENDAH Tingkat risiko: TINGGI

-

Sumber: RTRWP Banten 2010-2030 dan RPB Banten 2012-2016

5.7 Tinjauan RTRW Kota Administrasi Jakarta Timur 2011-2030 terhadap Kebijakan

Penanggulangan Bencana Kota Jakarta Timur 2012-2016

Beberapa alasan dalam pemilihan bahasan tentang Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebagai berikut:■ Berdasarkan profi l kerawanan bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR pada

sub-bab 4.2, bahwa Jakarta Timur merupakan kota yang paling rawan bencana tingkat Kabupaten/Kota pada Provinsi DKI Jakarta yakni dengan skor 90;

Page 190: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL134

■ Ketersediaan dokumen Kajian Risiko Bencana dan peta ancaman, kerentanan, dan risiko bencana dari BNPB pada level Kabupaten/Kota (skala peta 1:50.000) untuk Provinsi DKI Jakarta adalah baru untuk Kota Jakarta Timur.

5.7.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Jakarta Timur

Letak geografi s Kota Administrasi Jakarta Timur berada di antara antara 106049’35’’ Bujur Timur dan 06010’37’’ Lintang Selatan dengan batas–batasnya yaitu:1. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi Jawa Barat.2. Sebelah utara berbatasan dengan Kota Jakarta Utara.3. Sebelah barat berbatasan dengan Kota Jakarta Selatan.4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Gambar 78

Peta Orientasi Kota Jakarta Timur

Sumber: Peta Rencana Strukturdan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR yang sudah didigit ulang

Dalam Peta Rencana Struktur Ruang Jakarta Timur, Kawasan Sentra Primer Timur merupakan pusat kegiatan primer; kawasan Jatinegara sebagai pusat kegiatan sekunder; kawasan Walikota Jakarta Timur, kawasan Pasar Pulogadung, kawasan Pasar Cakung, dan kawasan Grosir Cililitan merupakan Pusat Kegiatan Tersier. Sedangkan menurut Rencana Pola Ruang Jakarta Timur, wilayah Jakarta Timur merupakan kawasan peruntukan: permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa, industri dan pergudangan, fungsi

Page 191: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 135

pemerintahan dan terbuka hijau (budaya, lindung, biru). Bila dikaitkan dengan arahan pola ruang pada Perpres No.54/2008, wilayah Jakarta Timur hanya terdiri dari tiga zona arahan, yaitu B1, B2 dan B3. Dan ada sedikit sekali persinggungan dengan B4.

Secara administratif berdasarkan batas administrasi BPS 2009, Kota Jakarta Timur terdiri dari 10 kecamatan dan 65 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Cakung dengan luasan sekitar 40 kilometer persegi. Kecamatan terkecil adalah Matraman dengan luasan hanya sekitar 4 kilometer persegi. Kelurahan terluas adalah Halim Perdanakusumah di Kecamatan Makassar (seluas duabelas kilometer persegi), sedangkan keluarahan terkecil adalah Kelurahan Bidara Cina di Kecamatan Jatinegara (sekitar kurang dari satu kilometer persegi). Jakarta Timur dilintasi oleh jalan tol lingkar luar dan lingkar dalam Jakarta. Selain itu dilewati jalan tol Jagorawi yang merupakan salah satu penghubung antara DKI Jakarta dengan Kota Bogor.

Gambar 79

Peta Administrasi dan Jaringan Jalan Kota Jakarta Timur

Sumber: dikompilasi dari peta Administrasi BPS 2009, gambar background peta ancaman bencana abrasi BNPB skala 1:250.000, peta Rencana Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR, RTRWP DKI Jakarta.

Page 192: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL136

Tabel 37

Luas Area Kota Jakarta Timur Per Kecamatan

Kecamatan Kode Kecamatan Luas (Km2)

Pasarrebo 3172010 12.9706

Ciracas 3172020 16.6475

Cipayung 3172030 27.8067

Makasar 3172040 21.2464

Kramatjati 3172050 13.1862

Jatinegara 3172060 10.3289

Duren Sawit 3172070 21.8349

Cakung 3172080 40.7914

Pulogadung 3172090 14.9886

Matraman 3172100 4.9114

Total 187.75

Sumber: Administrasi BPS, 2009

Kota Administrasi Jakarta Timur mempunyai beberapa karakteristik khusus antara lain memiliki beberapa kawasan industri, antara lain Pulo Gadung. Untuk sektor ekonomi, Jakarta Timur memiliki beberapa pasar jenis induk, antara lain pasar sayur-mayur Kramat Jati, pasar Induk Cipinang. Selain itu, terdapat beberapa instansi pemerintahan yang vital dan strategis antara lain Markas Besar (MABES) TNI Cilangkap dan Bandara Militer Halim Perdana Kusuma. Kategori wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri 95% daratan dan selebihnya rawa atau persawahan dengan ketinggian rata-rata 50 meter dari permukaan air laut.

5.7.2 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Kota Jakarta Timur

2011-2030

Sebagaimana diketahui bahwa dokumen RTRW Kota Jakarta Timur 2011-2030 merupakan bagin dari dokumen RTRWP DKI Jakarta 2011-2030, maka tidak banyak yang diketahui tentang substansi penanggulangan bencana yang ada di Jakarta Timur. Dapat dilihat pada Tabel 38.

Tabel 38

Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Kota Admnistrasi Jakarta Timur

No. Jenis Bencana

Bencana yang signifi kan berdasarkan

catatan sejarah (tahun 1815-2011) pada

RPB Kota Jakarta Timur 2013-2017

Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWK

Jakarta Timur 2011-2030

1 Gempa Bumi Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI Tingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI

-

2 Tsunami - -

Page 193: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 137

No. Jenis Bencana

Bencana yang signifi kan berdasarkan

catatan sejarah (tahun 1815-2011) pada

RPB Kota Jakarta Timur 2013-2017

Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWK

Jakarta Timur 2011-2030

3 Banjir Kejadian: 28 kali, 20 jiwa meninggal dunia, mengungsi 249.662 jiwa, 3.162 rumah rusak berat. Banjir terparah tahun 2007 (meninggal 16 jiwa, mengungsi 219.534, 3.022 rumah rusak berat).Tingkat kecenderungan meningkat hingga 2008, lalu menurun.Tingkat Ancaman: TINGGITingkat kerugian: TINGGI Tingkat kapasitas: RENDAHTingkat risiko: TINGGI

Arahan pengembangan prasarana pengendalian daya rusak air: pemulihan kapasitas aliran mantap

terutama Kali Ciliwung, Kali Cakung, Kali Sunter, Kali Cipinang, Kali Buaran, Kali Jati Kramat dan Kali Baru Timur;

pemulihan dan peningkatan kapasitas saluran untuk mengatasi masalah genangan air terutama di Kawasan Kampung Rambutan, Kampung Makassar, Kebon Pala, Dewi Sartika, Otista, Kebon Nanas, Cipinang Jaya, Cipinang Muara, Pondok Bambu dan Otista 3;

penataan bantaran sungai melalui penertiban bangunan ilegal di bantaran Kali Ciliwung, Kali Baru Timur, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Jati Kramat dan Kali Buaran; dan

pembangunan dan pemulihan kapasitas polder dan pemompaan pada polder UPP, Cibubur, Pulomas, Bidara Cina, dan terowongan DI Panjaitan.

4 Tanah Longsor Kejadian: 1 kali di tahun 2006, luka-luka 2 jiwa, 4 rumah rusak berat, 12 rumah rusak ringanTingkat kecenderungan menurun

-

5 Letusan Gunung Api - -

6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Tingkat kecenderungan tetap -

7 Cuaca Ekstrim Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

-

8 Kekeringan Tingkat Ancaman: TINGGI Tingkat kerugian TINGGI Tingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: TINGGI

-

9 Kebakaran Hutan dan Lahan

- -

10 Kebakaran Gedung dan Permukiman

- -

11 Epidemi dan Wabah Penyakit

Kejadian: 2 kali, di tahun 2005, 15 jiwa meninggal, luka-luka 3.160 jiwa. Bencana ini diintegrasikan dengan KLB (Kejadian Luar Biasa).Tingkat kecenderungan menurun.Tingkat Ancaman: SEDANGTingkat kerugian: RENDAHTingkat kapasitas RENDAHTingkat risiko: RENDAH

-

12 Gagal Teknologi - -

13 Konfl ik Sosial - -

Sumber: RTRW Kota Administrasi Jakarta Timur 2011-2030 dan RPB Kota Jakarta Timur 2013-2017

Page 194: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL138

5.7.3 Informasi Materi Kerentanan Bencana Jakarta Timur terhadap DKI Jakarta

Berdasarkan IRBI 2011, Kota Jakarta Timur memiliki indeks rawan bencana tertinggi di Provinsi DKI Jakarta yakni skor 90; dan apabila dilihat pada tingkat Kawasan JABODETABEKPUNJUR, Jakarta Timur merupakan ke-3 tertinggi setelah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur. Jika dilihat dari indeks rawan bencana banjir, Jakarta Timur memiliki skor 63, juga ketiga tertinggi pada Kawasan JABODETABEKPUNJUR setelah Kabupaten Tangerang dan Kota Jakarta Utara.

Dari informasi kerentanan bencana di Kota Jakarta Timur, lebih detailnya dapat dibandingkan dengan DKI Jakarta secara keseluruhan adalah dapat dilihat pada gambar-gambar berikut:

Gambar 80

Potensi Keterpaparan Jiwa di Jakarta Timur

2.69

3.38

4

1.54

5.83

6

2.68

8.82

4

2.69

3.38

4

2.69

3.38

4

850.

829

3.85

2.54

5

7.49

4.50

3

984.

163

252.

626

7.51

8.39

6

7.46

9.79

2

7.42

6.66

4

0

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

7.000.000

8.000.000

Jakarta Timur DKI Jakarta

Keterpaparan (Jiwa)

Sumber: RPB Provinsi DKI Jakarta 2012-2016 dan RPB Kota Jakarta Timur 2013-2017

Dilihat dari jumlah jenis bencana yang kemungkinan terjadi di Jakarta Timur dan DKI Jakarta, dapat dilihat bahwa jumlah bencana yang ada di DKI Jakarta 8 jenis, sedangkan di Jakarta Timur terdapat lima jenis bencana: gempa bumi, banjir, cuaca ekstrim, kekeringan, epidemi dan wabah penyakit. Malah terlihat ada data bencana yang tercatat terjadi di Jakarta Timur, namun tidak ada atau tidak tercatat di DKI Jakarta, yakni: kekeringan (Jakarta Timur: 2,7 juta jiwa).

Page 195: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 139

Jika dilihat dari informasi potensi keterpaparan jiwa apabila bencana terjadi di Jakarta Timur, maka bencana gempa bumi dan cuaca ekstrim akan memberikan dampak yang lebih tinggi dibandingkan DKI Jakarta. Gempa bumi akan mengakibatkan korban jiwa sekitar 2,7 juta jiwa di Jakarta Timur (DKI Jakarta sekitar 850 ribu jiwa); dan cuaca ekstrim juga akan mengakibatkan korban sekitar 2,7 juta jiwa (DKI Jakarta sekitar 253 ribu jiwa). Adapun untuk banjir dan epidemi, dampak di Jakarta Timur lebih rendah dibandingkan dengan DKI Jakarta.

Untuk informasi potensi kerugian fi sik dan ekonomi, terlihat kelima jenis bencana yang ada di Jakarta Timur menunjukkan potensi kerugian yang sangat rendah dibandingkan dengan DKI Jakarta. Demikian pula jika dilihat dari potensi kerusakan lingkungan, kelima jenis bencana di Jakarta Timur menunjukkan kerusakan lingkungan yang sangat rendah dibandingkan dengan DKI Jakarta.

Gambar 81

Potensi Kerugian Fisik dan Ekonomi di Jakarta Timur

0,01

8

10,0

65

18,2

05

0,04

9

18,2

42

1.14

8,46

361,

47

1.03

8,93

1.14

8,46

326,

94

399,

09

1.14

8,46

1.14

8,46

1.14

8,46

0,000

200,000

400,000

600,000

800,000

1.000,000

1.200,000

1.400,000

Jakarta Timur DKI Jakarta

Kerugian Fisik & Ekonomi (Trilyun Rp)

Sumber: RPB Provinsi DKI Jakarta 2012-2016 dan RPB Kota Jakarta Timur 2013-2017

Page 196: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL140

Gambar 82

Potensi Kerusakan Lingkungan di Jakarta Timur10

9

55 109

109

68.3

15

68.3

15

32.3

82

69.5

03

8.80

2

4.11

9

69.3

89

65.9

30

68.7

37

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

Jakarta Timur DKI Jakarta

Kerusakan Lingkungan (Ha)

Sumber: RPB Provinsi DKI Jakarta 2012-2016 dan RPB Kota Jakarta Timur 2013-2017

Informasi tingkat kerawanan bencana di Jakarta Timur sebagaimana dinyatakan dalam IRBI, ternyata berbeda dengan potensi keterpaparan jiwa pada RPB sebagaimana digambarkan diatas. Dalam IRBI, disebutkan ada enam jenis bencana (banjir, gelombang pantai dan abrasi, kebakaran permukiman, kecelakaan transportasi, kejadian luar biasa, dan tanah longsor) dengan skor keterpaparan jiwa tertinggi pada banjir. Sedangkan dalam RPB disebutkan lima jenis bencana (gempabumi, banjir, cuaca ekstrim, kekeringan, epidemi dan wabah penyakit), dengan dampak keterpaparan jiwa tertinggi pada gempabumi. Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena inkonsistensi data pada jumlah penduduk yang terpapar, walaupun keseluruhan nilai tingkat kerugian menunjukkan nilai tinggi pada empat bencana kecuali epidemi dan wabah penyakit menunjukkan nilai rendah.

Kemudian dalam RPB Jakarta Timur disebutkan pula bahwa bencana prioritas (dengan indeks kecenderungan meningkat dan tingkat risiko tinggi) di Kota Jakarta Timur adalah bencana banjir.

5.7.4 Skala Peta dan Informasi Peta Risiko

Zona-zona RTR KSN JABODETABEKPUNJUR yang masuk dalam wilayah Jakarta Timur didominasi oleh zona B1, diikuti B2 dan B3. Sehingga tidak banyak yang dapat dianalisis dari kondisi zona ini. Analisis spasial yang telah diuraikan pada sub bab terdahulu yakni dengan pertampalan antara peta RTR KSN JABODETABEKPUNJUR terhadap peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana; memang dapat dilakukan pada skala 1:250.000; walaupun

Page 197: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 141

sebenarnya tuntutan skala yang dibutuhkan adalah 1:50.000. Sehingga untuk melakukan analisis spasial yang detil pada kota Jakarta Timur ini diperlukan data pada skala 1:25.000. Untuk Lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut.

Gambar 83

Informasi Penggunaan Lahan pada Peta Skala Peta 1:250.000, 1:50.000, dan 1:10.000

Arahan RTR KSNSkala 1 : 250.000

Penggunaan Lahan PU1 : 10.000

Multi Risiko – BNPB1 : 50.000

Sumber: 1. Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028 2. Peta Penggunaan Lahan Existing JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028, Kemen PU 3. Peta Risiko Multi Bencana, BNPB 2011

Dari gambar di atas dapat dilihat perbedaan informasi yang dapat diambil pada berbagai skala. Semakin kecil skala maka semakin sedikit informasi yang bisa didapat/diinterpretasi. Misalnya untuk peta Arahan RTR KSN yang setara dengan skala 1:250.000 maka hanya dapat dilihat 3 zona arahan. Tetapi pada Peta Penggunaan Lahan PU saat ini dengan skala 1:10.000 dapat dilihat ada 7 jenis penggunaan lahan. Sedangkan pada peta Multi-Risiko – BNPB

yang diklaim memiliki skala 1: 50.000 tampak bahwa kedetilan yang

disajikan dan kedalaman informasi yang dapat di gali/diinterpretasikan

sangat jauh dari skala 1:50.000 dan hampir menyerupai skala 1:250.000. Bahkan pada perbesaran ini tampak grid yang unitnya 1 hektar, terlihat terlalu kasar dan agak pecah. Sehingga ada kesenjangan informasi pada peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko BNPB ini.

Kesenjangan skala ini mengakibatkan analisis hanya dapat dilakukan pada skala yang lebih kecil dari 1 : 50.000. Bahkan dengan data ancaman, kerentanan dan risiko yang sudah dibandingkan dengan data penggunaan lahan saat ini dari PU yang berskala 1:10.000; menunjukkan kedalaman kajian yang lebih rendah dari 1:50.000. Hal ini bisa terjadi akibat proses pembuatan data ancaman, kerentanan dan risiko yang memang telah mengalami generalisasi yang sebenarnya merupakan turunan dari skala 1:250.000.

Page 198: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL142

Gambar 84

Pertampalan antara Peta Multi Risiko Jakarta Timur terhadap Penggunaan Lahan 2010

Sumber: Rencana Penanggulangan Bencana Jakarta Timur 2013 - 2017, BPBD Jakarta Timur.

Bila ditampalkan dengan data Penggunaan Lahan PU dengan skala 1:10.000 maka didapatkan tampilan yang lebih informatif. Ada sekitar limabelas jenis penggunaan lahan yang dapat diidentifi kasi, yang tentu saja hal ini akan berpengaruh terhadap ancaman, kerentanan dan risiko kota ini terhadap bencana. Dari hasil overlay dengan data multi risiko terlihat tidak ada kecocokan antara penggunaan lahan dengan peta multi risiko ini. Tampaknya peta multi risiko yang dibuat pada skala 1:50.000 masih terlalu umum dan harus lebih diperinci lagi.

Untuk itu kedetilan peta kajian risiko perlu lebih ditingkatkan minimal pada skala 1:25.000 yang berarti juga tuntutan data yang lebih detil untuk peta ancaman, kerentanan dan kapasitas untuk skala kota. Idealnya memang untuk kajian pada level kota ini dapat dilakukan pada skala 1:5000 dengan memasukkan data 3D model baik untuk terrain maupun bangunannya. Sehingga kajian mengenai KZB, KDB dan KLB yang banyak digunakan dalam penentuan zonasi di Perpres No.54/2008 dapat dihitung menggunakan GIS 3D dengan hasil yang lebih mendekati akurat. Dan juga dapat mengakomodasi pemodelan/analisis aspek-aspek dari tren konversi kawasan hunian/terbangun padat ke arah hunian/terbangun vertikal.

Page 199: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 143

Bila dilakukan zooming secara digital, GRID dengan ukuran 1 hektar yang merupakan standar untuk data ancaman, kerentanan dan risiko bencana juga dirasakan masih kurang. Hal ini karena dalam ukuran 1 hektar pada penggunaan lahan skala 1:10.000 bisa didapatkan banyak jenis penggunaan lahan. Misal pada 1 hektar di skala 1:10.000 akan ada permukiman kepadatan tinggi dengan area bisnis dan komersil dan juga ada taman dan pemakaman. Bila ukuran GRID 1 hektar ini dipertahankan maka akan mengurangi kemampuan menggunakan data ancaman, kerentanan dan risiko. Misalnya kesulitan yang ditemui untuk membuat jalur evakuasi, identifi kasi kerusakan terparah dan seterusnya.

Gambar 85

Pertampalan antara Peta Multi Risiko Kota Jakarta Timur terhadap Struktur dan Pola

Ruang JABODETABEKPUNJUR

Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Risiko Multi Bencana Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Untuk skala Kota/Kabupaten akan lebih baik jika tidak hanya sekedar peta tetapi juga model yang dapat memberikan simulasi antara penggunaan lahan dan ancaman, kerentanan, risiko atau kapasitas. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kemampuan modeling dari GIS, misalnya Model Builder pada ArcGIS. Dan bila model ini telah teruji cukup baik kedepannya dapat diarahkan menjadi Early Warning System (EWS) baik untuk mitigasi bencana atau mengantisipasi permasalahan keruangan yang lain. Namun demikian, tetap

Page 200: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL144

akan dicoba untuk menampalkan peta risiko tiap bencana yang ada di Jakarta Timur dengan peta struktur dan pola ruang yang ada di Perpres No.54/2008 untuk wilayah Jakarta Timur, yang akan dibahas pada sub bab 5.7.5.

5.7.5 Informasi Potensi Risiko Bencana di Kota Jakarta Timur

5.7.5.1 Bencana Banjir dan Upaya Mitigasi Bencana

Peta berikut adalah peta ancaman, kerentanan, dan risiko bencana banjir berdasarkan overlay dari peta ancaman, kerentanan, dan risiko bencana banjir Kota Jakarta Timur terhadap peta struktur dan pola ruang JABODETABEKPUNJUR.

Gambar 86

Peta Ancaman Bencana Banjir Kota Jakarta Timur

Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Ancaman Bencana Banjir Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Ancaman banjir cenderung tinggi untuk semua wilayah Jakarta Timur, terutama wilayah barat dan utara. Untuk wilayah selatan dan timur perlu diteliti lebih lanjut apakah ketiadaan ancaman banjir yang tinggi memang menunjukkan kondisi aman dari banjir atau ketidaktersediaan data. Bila memang aman dari banjir maka wilayah tersebut dapat dijadikan kawasan evakuasi ketika terjadi bencana.

Page 201: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 145

Sebagai bagian dari wilayah hulu dan kondisi bentang lahan yang memang aslinya merupakan dataran banjir dan curah hujan yang cenderung tinggi menjadikan ancaman yang tinggi. Kondisi drainase juga memperparah ancaman tersebut. Kepadatan penduduk dan permukiman telah mengorbankan lahan untuk drainase dan mengurangi kemampuannya mengurangi ancaman banjir.

Untuk kerentanan banjir Kota Jakarta Timur sedang cenderung tinggi terutama untuk wilayah utara dan barat. Sedangkan wilayah timur dan selatan memang harus dicek juga apakah memang tidak ada kerentanan banjir atau memang tidak ada data.

Gambar 87

Peta Kerentanan Bencana Bajir Kota Jakarta Timur

Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Kerentanan terhadap Bencana Banjir Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 202: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL146

Gambar 88

Peta Risiko Bencana Banjir di Kota Jakarta Timur

Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Risiko Bencana Banjir Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Untuk risiko bencana banjir Jakarta Timur terlihat rendah untuk wilayah selatan dan cenderung sedang untuk wilayah utara. Ini cukup aneh mengingat dari peta kerentanan yang cenderung sedang dan peta ancaman yang cenderung tinggi ternyata Jakarta Timur memiliki risiko bencana banjir yang rendah dan sedang. Perlu diteliti lebih lanjut apakah ini sebagai akibat tingginya kapasitas atau kondisi lain. Namun jika dilihat tingkat kapasitas Jakarta Timur dari RPB menunjukkan tingkat yang rendah, maka kemungkinannya adalah kekurangan data.

5.7.5.2 Bencana Gempabumi dan Upaya Mitigasi Bencana

Ancaman bencana gempabumi sedang cenderung tinggi untuk Kota Jakarta Timur. Ada pola kelurusan dalam ancaman yang cenderung tinggi. Pola kelurusan ini membujur dari utara ke selatan, dan kebetulan pola kelurusan tersebut merupakan perbatasan antara Kecamatan Ciracas – Cipayung, dan Makasar – Kramat Jati. Bila dilihat pada arahan pola ruang, maka kelurusan tersebut merupakan perbatasan antara zona B2 dan B3.

Kerentanan bencana gempa bumi kondisinya sedang cenderung tinggi untuk wilayah Jakarta Timur. Kecamatan yang cenderung tinggi antara lain Pulogadung, Makassar, Cakung dan Jatinegara.

Page 203: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 147

Gambar 89

Peta Ancaman Bencana Gempabumi di Kota Jakarta Timur

Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Ancaman Bencana Gempabumi Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Gambar 90

Peta Kerentanan Bencana Gempabumi di Kota Jakarta Timur

Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Kerentanan terhadap Bencana Gempabumi Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 204: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL148

Gambar 91

Peta Risiko Bencana Gempabumi di Kota Jakarta Timur

Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Risiko Bencana Gempabumi Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Untuk risiko bencana gempa bumi kondisinya sedang cenderung tinggi untuk Kotamadya Jakarta timur. Pola kelurusan yang sama menunjukkan risiko yang tinggi dan meningkat pada kecamatan Makassar yang juga memiliki kerentanan yang tinggi.

Untuk risiko bencana gempa bumi, sebagian wilayah perpotongan kecamatan Makassar dengan pola kelurusan adalah yang paling tinggi. Wilayah ini sudah merupakan kawasan B1 dan kondisi eksisting penggunaan lahannya adalah permukiman kepadatan tinggi, perkantoran, komersil dan perdagangan. Upaya mitigasi dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas dan manajemen risiko bencana meliputi pembangunan kesiapsiagaan dan penguatan infrastruktur tahan bencana.

Page 205: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 149

5.7.5.3 Bencana Cuaca Ekstrim (Angin Puting Beliung) dan Upaya

Mitigasi Bencana

Ancaman bencana cuaca ekstrim sedang di semua wilayah Jakarta Timur. Kerentanan bencana bencana cuaca ekstrim sedang cenderung tinggi untuk wilayah Jakarta Timut. Kecamatan yang cenderung tinggi antara lain Pulogadung, Makassar, Cakung dan Jatinegara.

Untuk risiko bencana bencana cuaca ekstrim, Kecamatan Makassar yang paling tinggi. Wilayah ini sudah merupakan kawasan B1 dan kondisi eksisting penggunaan lahannya adalah permukiman kepadatan tinggi, perkantoran, komersil dan perdagangan. Upaya mitigasi dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas dan manajemen risiko bencana meliputi pembangunan kesiapsiagaan dan penguatan infrastruktur tahan bencana.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

Gambar 92

Peta Ancaman Bencana Cuaca Ekstrim di Kota Jakarta Timur

Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Ancaman Bencana Cuaca Ekstrim (Angin Puting Beliung) Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 206: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL150

Gambar 93

Peta Kerentanan Bencana Cuaca Ekstrim di Kota Jakarta Timur

Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Kerentanan terhadap Bencana Cuaca Ekstrim (Angin Puting Beliung) Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Gambar 94

Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim di Kota Jakarta Timur

Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim (Angin Puting Beliung) Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

1

Page 207: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 151

5.7.5.4 Bencana Kekeringan dan Upaya Mitigasi Bencana

Ancaman kekeringan untuk kota Jakarta Timur sangat tinggi untuk seluruh wilayah. Kondisi ancaman kekeringan yang tinggi ini bertolak belakang dengan kondisi ancaman banjir yang juga tinggi. Sedangkan kerentanan terhadap bahaya kekeringan cenderung sedang.

Risiko bencana kekeringan kondisinya sedang cenderung tinggi. Risiko yang tinggi ini terutama pada sebagian wilayah Kecamatan Duren Sawit, Jatinegara dan Kramat Jati. Sementara itu bagian utara cenderung rendah yakni di Kecamatan Cakung, Pulogadung dan Matraman. Diperlukan studi lebih mendalam mengenai pengelolaan air, baik di waktu musim hujan maupun di waktu musim kemarau. Dapat dipertimbangkan juga pengembangan sumur resapan dan lubang biopori, penerapan konsep taman atap (roof garden) dan dinding hijau di kawasan permukiman dan perkantoran terutama di kawasan dengan KDB tinggi, serta pelarangan perubahan peruntukan lahan di kawasan RTH Publik.

Gambar 95

Peta Ancaman Bencana Kekeringan di Kota Jakarta Timur

Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Ancaman Bencana Kekeringan Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 208: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL152

Gambar 96

Peta Kerentanan Bencana Kekeringan di Kota Jakarta Timur

Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Kerentanan terhadap Bencana Kekeringan Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Gambar 97

Peta Risiko Bencana Kekeringan di Kota Jakarta Timur

Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Risiko Bencana Kekeringan Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 209: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 153

5.7.5.5 Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit dan Upaya Mitigasi

Bencana

Ada empat jenis penyakit yang digunakan untuk menentukan ancaman bahaya bencana epidemi dan wabah penyakit yakni: penyakit HIV/AIDS, Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Penyakit Campak.

Ancaman bencana epidemi dan wabah penyakit cukup rendah untuk Kota Jakarta Timur, sedangkan kerentanannya sedang cenderung tinggi. Kecamatan yang cenderung tinggi antara lain Pulogadung, Makassar, Cakung dan Jatinegara.

Risiko bencana epidemi dan wabah penyakit ini terlihat cenderung rendah untuk wilayah Jakarta Timur sehingga upaya pengurangan risiko yang diusulkan tidak ada.

Gambar 98

Peta Ancaman Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit di Kota Jakarta Timur

Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Ancaman Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 210: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL154

Gambar 99

Peta Kerentanan Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit di Kota Jakarta Timur

Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Kerentanan terhadap Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Gambar 100

Peta Risiko Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit di Kota Jakarta Timur

Sumber: Hasil pertampalan antara Peta Risiko Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit Kota Jakarta Timur 2013 – 2017 dengan Peta Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR 2008 – 2028

Page 211: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 155

Bab 6 Kesimpulan dan

Rekomendasi

Page 212: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL156

Page 213: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 157

Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi6.1 Kesimpulan

6.1.1 Kesimpulan Umum

Secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut:■ Pendekatan Kajian Risiko Bencana BNPB tingkat awal yang tersedia saat

ini dapat dimanfaatkan pada perencanaan KSN pada skala peta 1:250.000 dan tidak dapat dimanfaatkan untuk perencanaan tata ruang tingkat kabupaten/kota. Pendekatan ini juga dapat diimplementasikan dalam konteks RTRWP pada skala peta 1:250.000.

■ Berdasarkan kajian ini, data spasial BNPB yang meliputi ancaman, kerentanan dan risiko bencana pada skala 1:250.000 dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan tingkat ancaman, kerentanan, dan risiko bencana beserta lokasinya untuk ketigabelas jenis bencana.

■ Pendekatan ini dapat dimanfaatkan untuk melengkapi substansi tinjauan ulang RTR KSN (kasus studi RTR KSN JABODETABEKPUNJUR), RTRW Provinsi DKI Jakarta, RTRW Provinsi Jawa Barat dan RTRW Provinsi Banten dengan substansi kajian risiko bencana.

■ Berdasarkan perhitungan jarak antar pusat kegiatan ditemukan titik-titik pusat kegiatan yang terlalu dekat dengan jarak hanya sekitar 6-6,5 Km) sehingga pada kenyataannya dapat menimbulkan aglomerasi (misalnya Cinere – Kota Depok – Cimanggis). Lebih lanjut hal tersebut menyebabkan potensi kerentanan dan risiko bencana pada pusat-pusat tersebut akan semakin tinggi.

■ Indikasi kerawanan bencana dapat digunakan dan diolah untuk mempersiapkan kemampuan kawasan di masa yang akan datang untuk menghadapi tigabelas jenis bencana, dan dapat membantu fokus perencanaan tata ruang wilayah dalam mitigasi bencana terutama dalam menyelamatkan pusat-pusat kegiatan nasional maupun sub-sub pusat kegiatan agar tetap tumbuh sebagaimana direncanakan.

■ Indikasi kerentanan bencana dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menghadapi bencana dalam kurun waktu lima tahun. Diperlukan kehati-hatian dalam membaca indikasi kerentanan bencana terutama dalam membaca potensi kerugian fi sik dan ekonomi, serta potensi kerusakan lingkungan. Dengan demikian fokus perencanaan

Page 214: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL158

tata ruang wilayah akan lebih efektif antara lain dalam menentukan upaya mitigasi bencana beserta biaya yang harus disediakan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan.

■ Indikasi risiko bencana dapat digunakan untuk menurunkan potensi kerugian akibat bencana pada kurun waktu tertentu (lima tahun) melalui penyusunan indikasi program periode lima tahunan.

■ Pada jenis bencana non alam (kegagalan teknologi, epidemi dan wabah penyakit, serta konfl ik sosial), diperlukan studi lebih lanjut untuk mendapatkan rekomendasi terbaik dan relevansinya terhadap penataan ruang, sejauh mana ketersediaan data empiriknya, mitigasi yang perlu dilakukan apakah struktural atau non-struktural. Khusus untuk bencana kegagalan teknologi, keberadaan lokasi-lokasi strategis yang sudah ada (misalnya keberadaan kilang minyak, pabrik dinamit, reaktor nuklir, dan lain-lain) perlu diperhatikan bagi keperluan analisis potensi risiko bencana dan tidak hanya dilihat dari sejarah kejadiannya saja. Hal ini penting mengingat bencana kegagalan teknologi pada skala yang besar akan dapat mengancam kestabilan ekologi secara global.

■ Selain berdasarkan daerah administrasi, bencana risiko tinggi untuk JABODETABEKPUNJUR juga dapat dianalisis berdasarkan ketinggian wilayah di atas permukaan air laut. Secara umum ketinggian lokasi di atas permukaan air laut dapat digolongkan menjadi hulu, tengah dan hilir. Bencana berisiko tinggi untuk JABODETABEKPUNJUR dapat dibagi menurut karakteristik wilayah sbb: Hulu: gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung api, kekeringan,

kebakaran hutan dan lahan, kebakaran gedung dan permukiman, epidemi dan wabah penyakit, serta kegagalan teknologi.

Tengah: gempa bumi, banjir, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran gedung dan permukiman, epidemi dan wabah penyakit, serta kegagalan teknologi.

Hilir: banjir, gelombang ekstrim dan abrasi, epidemi dan wabah penyakit, konfl ik sosial, serta kegagalan teknologi.

■ Aspek kebencanaan pada RTRWP DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten belum lengkap sebagaimana dalam RPB masing-masing provinsi, sehingga diperlukan pertimbangan untuk melengkapinya kelak apabila RTRWP akan dievaluasi.

■ Dari kasus KRB Jakarta Timur terlihat bahwa untuk perencanaan tata ruang skala kabupaten/kota masih membutuhkan data spasial yang meliputi ancaman, kerentanan dan risiko bencana pada skala 1:50.000 dan lebih detil dengan kualitas data yang lebih baik. Hal ini membutuhkan kerjasama dan kesepakatan antara BIG dan BNPB untuk menghasilkan IGD dan IGT yang berkualitas tinggi, baik dalam proses pengumpulan

Page 215: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 159

data spasial kebencanaan baik dari citra satelit dan penginderaan jauh lainnya, data spasial dari K/L lain, survei dan pemetaan, hingga pemrosesan data dan bukan hanya sekedar rekayasa GIS.

6.1.2 Kesimpulan Khusus

Kesimpulan khusus ini disusun menurut jenis bencana yang berisiko cenderung tinggi pada wilayah hulu, tengah dan hilir.

6.1.2.1 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Hulu

Bencana risiko tinggi pada wilayah hulu beserta upaya mitigasinya dapat dilihat pada Tabel 39.

6.1.2.2 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Tengah

Bencana risiko tinggi pada wilayah tengah beserta upaya mitigasinya dapat dilihat pada tabel 40

6.1.2.3 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Hilir

Bencana risiko tinggi pada wilayah hilir beserta upaya mitigasinya dapat dilihat pada tabel 41

Page 216: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL160

Ta

be

l 3

9

Be

nca

na

Ris

iko

Tin

gg

i p

ad

a W

ila

ya

h H

ulu

No

.

Pro

vin

si/

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Jen

is

Be

nc

an

aT

ing

ka

t R

isik

o

Lo

ka

siP

en

gg

un

aa

n L

ah

an

Sa

at

Ini

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Pe

rpre

s

54

/20

08

Up

ay

a M

itig

asi

1

Jaw

a Ba

rat/

Kota

Bog

orG

empa

Bum

i Se

dang

-Tin

ggi

Kota

Bog

orSe

mak

-sem

ak d

an h

utan

, pe

rtan

ian

dan

ruan

g te

rbuk

a, k

omer

sil d

an

bisn

is, p

erm

ukim

an

kepa

data

n tin

ggi

B1

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(re

ncan

a ko

ntin

gens

i, pe

nyia

pan

dan

pem

asan

gan

inst

rum

ent s

iste

m p

erin

gata

n di

ni);

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na;

Pe

rkua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r yan

g be

rpot

ensi

terk

ena

benc

ana;

Epid

emi

dan

Wab

ah

Peny

akit

Seda

ngKo

ta B

ogor

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

pert

ania

n da

n la

han

terb

uka,

indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as u

mum

, fa

silit

as tr

ansp

orta

si,

rum

ah d

iban

gun

B

Sosi

alis

asi d

an p

elat

ihan

unt

uk m

enin

gkat

kan

kesi

agaa

n m

engh

adap

i ben

cana

epi

dem

i dan

w

abah

pen

yaki

t;

M

anaj

emen

risi

ko d

an d

etek

si s

ecar

a di

ni. P

erlu

st

udi l

ebih

lanj

ut u

ntuk

pen

gend

alia

n fa

ktor

risi

ko;

D

ari s

isi t

ata

ruan

g di

usul

kan

untu

k di

pert

imba

ngka

n pe

renc

anaa

n da

n pe

mba

ngun

an

rum

ah s

akit

khus

us y

ang

men

anga

ni w

abah

pe

nyak

it te

rten

tu.

G

agal

Te

knol

ogi

Ting

giKo

ta B

ogor

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as u

mum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si, r

umah

di

bang

un, s

emak

-sem

ak

dan

huta

n, p

erta

nian

dan

ru

ang

terb

uka

B1

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(ren

cana

ko

ntin

gens

i, pe

nyia

pan

dan

pem

asan

gan

inst

rum

en

sist

em p

erin

gata

n di

ni);

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na;

Pe

rkua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r;

Pe

nata

an u

lang

kaw

asan

indu

stri

yang

ber

ada

di

lingk

unga

n pe

rum

ahan

pad

at.

Page 217: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 161

No

.

Pro

vin

si/

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Jen

is

Be

nc

an

aT

ing

ka

t R

isik

o

Lo

ka

siP

en

gg

un

aa

n L

ah

an

Sa

at

Ini

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Pe

rpre

s

54

/20

08

Up

ay

a M

itig

asi

2

Jaw

a Ba

rat/

Kabu

pate

n.

Bogo

r

Gem

pa B

umi

Ting

giBa

gian

Bar

atSe

mak

-sem

ak d

an h

utan

, pe

rtan

ian

dan

ruan

g te

rbuk

a, k

omer

sil d

an

bisn

is, p

erm

ukim

an

kepa

data

n tin

ggi

N1-

N2,

B2

,B3,

B4,B

4/H

P

Pe

ngua

tan

man

ajem

en ri

siko

;

Pe

ngen

dalia

n ko

nver

si: p

enge

tata

n pe

nggu

naan

la

han

Pe

rlu s

tudi

lebi

h la

njut

unt

uk m

enila

i tre

nd k

onve

rsi

laha

n.

Tana

h Lo

ngso

r Se

dang

-Tin

ggi

Bagi

an B

arat

dan

Ti

mur

Sem

ak-s

emak

dan

hut

an,

pert

ania

n da

n ru

ang

terb

uka

B4,B

4/H

P

Pe

ngua

tan

man

ajem

en ri

siko

;

Pe

ngen

dalia

n ko

nver

si: p

enge

tata

n pe

nggu

naan

la

han

Pe

rlu s

tudi

lebi

h la

njut

unt

uk m

enila

i tre

n ko

nver

si

laha

n.

Letu

san

Gun

ung

Api

S

edan

g

Gun

ung

Sala

kSe

mak

-sem

ak d

an h

utan

, pe

rtan

ian

dan

ruan

g te

rbuk

a

N2

Gun

ung

Pang

rang

oSe

mak

-sem

ak d

an h

utan

, pe

rtan

ian

dan

ruan

g te

rbuk

a

N, B

3,B4

Keke

ringa

n Sa

ngat

Tin

ggi

Bagi

an B

arat

: Pa

rung

, Tig

arak

sa,

Gun

ung

Sind

ur

Kebu

n ca

mpu

ran,

te

gala

n, p

ersa

wah

anN

Peng

uata

n m

anaj

emen

risi

ko m

elal

ui p

enge

lola

an a

ir se

cara

bija

ksan

aBa

gian

Sel

atan

: Ci

teur

eup,

Ci

leun

gsi,

Kela

pa

Nun

ggal

Pert

ania

n, ru

ang

terb

uka

B4/B

4/H

P

La

nju

tan

Ta

be

l 3

9

Page 218: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL162

No

.

Pro

vin

si/

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Jen

is

Be

nc

an

aT

ing

ka

t R

isik

o

Lo

ka

siP

en

gg

un

aa

n L

ah

an

Sa

at

Ini

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Pe

rpre

s

54

/20

08

Up

ay

a M

itig

asi

Keba

kara

n H

utan

dan

La

han

Seda

ng

Bagi

an B

arat

Sem

ak-s

emak

dan

hut

an,

pert

ania

n da

n ru

ang

terb

uka

N2,

B4,

B4/

HP

Pe

ngua

tan

man

ajem

en ri

siko

;

Pe

ngen

dalia

n ko

nver

si: p

enge

tata

n pe

nggu

naan

la

han;

Pe

rlu s

tudi

lebi

h la

njut

unt

uk m

enila

i tre

n ko

nver

si

laha

n;

Pe

ngua

tan/

pem

bang

unan

infr

astr

uktu

r ant

ara

lain

. w

aduk

-wad

uk k

ecil,

pem

buat

an s

ekat

pen

ghal

ang

api,

teru

tam

a an

tara

laha

n pe

rum

ahan

, per

kebu

nan,

pe

rtan

ian,

den

gan

huta

n;

pe

mbu

atan

huj

an b

uata

n

Bagi

an T

imur

Dom

inan

N2

Keba

kara

n G

edun

g da

n Pe

rmuk

iman

Ting

giBa

gian

Uta

ra,

Sela

tan

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

sem

ak-s

emak

dan

hu

tan,

per

tani

an d

an

ruan

g te

rbuk

a

B

Peng

uata

n m

anaj

emen

risi

ko a

gar k

epad

atan

ba

ngun

an p

erm

ukim

an ti

dak

bert

amba

h tin

ggi

mel

alui

per

enca

naan

lebi

h de

til;

Pe

ngua

tan/

pem

bang

unan

infr

astr

uktu

r ant

ara

lain

pe

nyed

iaan

wad

uk-w

aduk

kec

il, b

ak p

enam

pung

an

air,

sert

a hi

dran

unt

uk p

emad

aman

api

.

Ep

idem

i da

n W

abah

Pe

nyak

it

Seda

ngCi

leun

gsi

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

pert

ania

n da

n la

han

terb

uka,

indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as u

mum

, fa

silit

as tr

ansp

orta

si,

rum

ah d

iban

gun

B

Sosi

alis

asi d

an p

elat

ihan

unt

uk m

enin

gkat

kan

kesi

agaa

n m

engh

adap

i ben

cana

epi

dem

i dan

w

abah

pen

yaki

t;

M

anaj

emen

risi

ko d

an d

etek

si s

ecar

a di

ni. P

erlu

st

udi l

ebih

lanj

ut u

ntuk

pen

gend

alia

n fa

ktor

risi

ko;

D

ari s

isi t

ata

ruan

g di

usul

kan

untu

k di

pert

imba

ngka

n pe

renc

anaa

n da

n pe

mba

ngun

an

rum

ah s

akit

khus

us y

ang

men

anga

ni w

abah

pe

nyak

it te

rten

tu.

3 Ja

wa

Bara

t/Ka

bupa

ten.

Ci

anju

r

Keba

kara

n G

edun

g da

n Pe

rmuk

iman

Ting

giPe

rbat

asan

Ka

bupa

ten

Bogo

rKo

mer

sil d

an b

isni

s, pe

rmuk

iman

kep

adat

an

tingg

i, se

mak

-sem

ak d

an

huta

n, p

erta

nian

dan

ru

ang

terb

uka

B

Peng

uata

n m

anaj

emen

risi

ko a

gar k

epad

atan

ba

ngun

an p

erm

ukim

an ti

dak

bert

amba

h tin

ggi

mel

alui

per

enca

naan

lebi

h de

til;

Pe

ngua

tan/

pem

bang

unan

infr

astr

uktu

r ant

ara

lain

pe

nyed

iaan

wad

uk-w

aduk

kec

il, b

ak p

enam

pung

an

air,

sert

a hi

dran

unt

uk p

emad

aman

api

.

Sum

ber:

hasi

l ana

lisis,

201

3

La

nju

tan

Ta

be

l 3

9

Page 219: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 163

Ta

be

l 4

0

Be

nca

na

Ris

iko

Tin

gg

i p

ad

a W

ila

ya

h T

en

ga

h

No

.

Pro

vin

si/

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Jen

is B

en

ca

na

Tin

gk

at

Ris

iko

L

ok

asi

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Sa

at

Ini

Ara

ha

n Z

on

a

Pe

rpre

s

54

/20

08

Up

ay

a M

itig

asi

1

Bant

en/

Kota

Tan

gera

ngG

empa

Bum

i Se

dang

-Tin

ggi

Kota

Tan

gera

ngSe

mak

-sem

ak d

an h

utan

, pe

rtan

ian

dan

ruan

g te

rbuk

a, k

omer

sil d

an

bisn

is, p

erm

ukim

an

kepa

data

n tin

ggi

B1

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(re

ncan

a ko

ntin

gens

i, pe

nyia

pan

dan

pem

asan

gan

inst

rum

en s

iste

m p

erin

gata

n di

ni);

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na;

Pe

ngua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r yan

g be

rpot

ensi

terk

ena

benc

ana;

Gag

al Te

knol

ogi

Ting

giKo

ta T

ange

rang

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as u

mum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si, r

umah

di

bang

un, s

emak

-sem

ak

dan

huta

n, p

erta

nian

dan

ru

ang

terb

uka

B1

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(re

ncan

a ko

ntin

gens

i, pe

nyia

pan

dan

pem

asan

gan

inst

rum

en s

iste

m p

erin

gata

n di

ni);

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na;

Pe

ngua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r;

Pe

nata

an u

lang

kaw

asan

indu

stri

yang

ber

ada

di li

ngku

ngan

per

umah

an p

adat

.

2 Ba

nten

/Ko

ta T

ange

rang

Se

lata

n

Gem

pa B

umi

Seda

ng-T

ingg

iKo

ta T

ange

rang

Se

lata

nSe

mak

-sem

ak d

an h

utan

, pe

rtan

ian

dan

ruan

g te

rbuk

a, k

omer

sil d

an

bisn

is, p

erm

ukim

an

kepa

data

n tin

ggi

B1

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(re

ncan

a ko

ntin

gens

i, pe

nyia

pan

dan

pem

asan

gan

inst

rum

ent s

iste

m p

erin

gata

n di

ni);

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na;

Pe

ngua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r yan

g be

rpot

ensi

terk

ena

benc

ana;

Page 220: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL164

No

.

Pro

vin

si/

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Jen

is B

en

ca

na

Tin

gk

at

Ris

iko

L

ok

asi

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Sa

at

Ini

Ara

ha

n Z

on

a

Pe

rpre

s

54

/20

08

Up

ay

a M

itig

asi

3 Ba

nten

/Ka

bupa

ten

Tang

eran

g

Gem

pa B

umi

Seda

ng-T

ingg

iBa

gian

Teng

ah

dan

Sela

tan

Sem

ak-s

emak

dan

hut

an,

pert

ania

n da

n ru

ang

terb

uka,

kom

ersi

l dan

bi

snis

, per

muk

iman

ke

pada

tan

tingg

i

B2,B

3,B5

Pe

ngua

tan

man

ajem

en ri

siko

;

Pe

ngen

dalia

n ko

nver

si: p

enge

tata

n pe

nggu

naan

laha

n

Pe

rlu s

tudi

lebi

h la

njut

unt

uk m

enila

i tre

n ko

nver

si la

han.

Ba

njir

Seda

ng-R

enda

hA

rea

seki

tar

band

ara

Soek

arno

- Hat

ta

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

pert

ania

n da

n la

han

terb

uka,

Indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as u

mum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si, r

umah

di

bang

un

B2,B

5

Perlu

dik

emba

ngka

n pe

ngel

olaa

n lin

gkun

gan

untu

k m

enja

ga in

fras

truk

tur b

anda

ra d

an a

kses

m

enuj

u ba

ndar

a.

Keba

kara

n G

edun

g da

n Pe

rmuk

iman

Ting

giBa

gian

Sel

atan

da

n Te

ngah

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

sem

ak-s

emak

dan

hu

tan,

per

tani

an d

an

ruan

g te

rbuk

a

B

Peng

uata

n m

anaj

emen

risi

ko a

gar k

epad

atan

ba

ngun

an p

erm

ukim

an ti

dak

bert

amba

h tin

ggi

mel

alui

per

enca

naan

lebi

h de

tail;

Pe

ngua

tan/

pem

bang

unan

infr

astr

uktu

r an

tara

lain

pen

yedi

aan

wad

uk-w

aduk

kec

il,

bak

pena

mpu

ngan

air,

ser

ta h

idra

n un

tuk

pem

adam

an a

pi.

La

nju

tan

Ta

be

l 4

0

Page 221: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 165

No

.

Pro

vin

si/

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Jen

is B

en

ca

na

Tin

gk

at

Ris

iko

L

ok

asi

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Sa

at

Ini

Ara

ha

n Z

on

a

Pe

rpre

s

54

/20

08

Up

ay

a M

itig

asi

4 Ja

wa

Bara

t/Ko

ta B

ekas

iG

empa

Bum

i Ti

nggi

Kota

Bek

asi

Sem

ak-s

emak

dan

hut

an,

pert

ania

n da

n ru

ang

terb

uka,

kom

ersi

l dan

bi

snis

, per

muk

iman

ke

pada

tan

tingg

i

B1

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(re

ncan

a ko

ntin

gens

i, pe

nyia

pan

dan

pem

asan

gan

inst

rum

ent s

iste

m p

erin

gata

n di

ni);

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na;

Pe

rkua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r yan

g be

rpot

ensi

terk

ena

benc

ana;

Banj

ir Se

dang

-Tin

ggi

Dek

at k

awas

an

Indu

stri

Pulo

gadu

ng

Rum

ah d

iban

gun,

pe

rtan

ian

dan

ruan

g te

rbuk

a

B1Pe

rlu d

iper

timba

ngka

n pe

nggu

naan

laha

n al

tern

atif

lain

sel

ain

untu

k pe

rtan

ian

Keba

kara

n G

edun

g da

n Pe

rmuk

iman

Ting

giKo

ta B

ekas

iKo

mer

sil d

an b

isni

s, pe

rmuk

iman

kep

adat

an

tingg

i, se

mak

-sem

ak d

an

huta

n, p

erta

nian

dan

ru

ang

terb

uka

B

Peng

uata

n m

anaj

emen

risi

ko a

gar k

epad

atan

ba

ngun

an p

erm

ukim

an ti

dak

bert

amba

h tin

ggi

mel

alui

per

enca

naan

lebi

h de

til;

Pe

ngua

tan/

pem

bang

unan

infr

astr

uktu

r an

tara

lain

. pen

yedi

aan

wad

uk-w

aduk

kec

il,

bak

pena

mpu

ngan

air,

ser

ta h

ydra

n un

tuk

pem

adam

an a

pi.

Ep

idem

i dan

W

abah

Pen

yaki

t Se

dang

Kota

Bek

asi

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

pert

ania

n da

n la

han

terb

uka,

indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as u

mum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si, r

umah

di

bang

un

B

Sosi

alis

asi d

an p

elat

ihan

unt

uk m

enin

gkat

kan

kesi

agaa

n m

engh

adap

i ben

cana

epi

dem

i dan

w

abah

pen

yaki

t;

M

anaj

emen

risi

ko d

an d

etek

si s

ecar

a di

ni. P

erlu

st

udi l

ebih

lanj

ut u

ntuk

pen

gend

alia

n fa

ktor

ris

iko;

D

ari s

isi t

ata

ruan

g di

usul

kan

untu

k di

pert

imba

ngka

n pe

renc

anaa

n da

n pe

mba

ngun

an ru

mah

sak

it kh

usus

yan

g m

enan

gani

wab

ah p

enya

kit t

erte

ntu.

La

nju

tan

Ta

be

l 4

0

Page 222: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL166

No

.

Pro

vin

si/

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Jen

is B

en

ca

na

Tin

gk

at

Ris

iko

L

ok

asi

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Sa

at

Ini

Ara

ha

n Z

on

a

Pe

rpre

s

54

/20

08

Up

ay

a M

itig

asi

5

Jaw

a Ba

rat/

Kab.

Bek

asi

Banj

ir Se

dang

-Tin

ggi

Dek

at k

awas

an

Indu

stri

Pulo

gadu

ng

Rum

ah d

iban

gun,

pe

rtan

ian

dan

ruan

g te

rbuk

a

B2,B

5 (d

omin

an),

B7,N

1

Perlu

dip

ertim

bang

kan

peng

guna

an la

han

alte

rnat

if la

in s

elai

n un

tuk

pert

ania

n

Cuac

a Ek

strim

Se

dang

-Tin

ggi

Bagi

an u

tara

Saw

ah, l

ahan

terb

angu

n da

n pe

rmuk

iman

B4,B

4/H

P,B7,

se

diki

t B1

Pe

rlu d

iban

gun

infr

astr

uktu

r kes

iaps

iaga

an

(renc

ana

kont

inge

nsi);

Pe

ngua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r ya

ng b

erpo

tens

i ter

kena

ben

cana

mel

alui

pe

nera

pan

atur

an s

tand

ar b

angu

nan

yang

m

empe

rhitu

ngka

n be

ban

angi

n.;

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na.

Keke

ringa

n Ti

nggi

Bagi

an u

tara

Sem

ak-s

emak

dan

hut

an,

pert

ania

n da

n ru

ang

terb

uka

B5 d

isel

ingi

N

1,N

2Pe

rlu d

iper

timba

ngka

n un

tuk

kons

erva

si ta

nah

dan

pem

buat

an c

heck

dam

dan

rebo

isas

i

Keba

kara

n G

edun

g da

n Pe

rmuk

iman

Ting

giBa

gian

bar

at

dan

Teng

ahKo

mer

sil d

an b

isni

s, pe

rmuk

iman

kep

adat

an

tingg

i, se

mak

-sem

ak d

an

huta

n, p

erta

nian

dan

ru

ang

terb

uka

B

Peng

uata

n m

anaj

emen

risi

ko a

gar k

epad

atan

ba

ngun

an p

erm

ukim

an ti

dak

bert

amba

h tin

ggi

mel

alui

per

enca

naan

lebi

h de

tail;

Pe

ngua

tan/

pem

bang

unan

infr

astr

uktu

r an

tara

lain

. pen

yedi

aan

wad

uk-w

aduk

kec

il,

bak

pena

mpu

ngan

air,

ser

ta h

idra

n un

tuk

pem

adam

an a

pi.

Epid

emi d

an

Wab

ah P

enya

kit

Seda

ngSe

tu, T

ambu

nKo

mer

sil d

an b

isni

s, pe

rmuk

iman

kep

adat

an

tingg

i, pe

rtan

ian

dan

laha

n te

rbuk

a, in

dust

ri da

n gu

dang

, pen

didi

kan

dan

fasi

litas

um

um, f

asili

tas

tran

spor

tasi

, rum

ah

diba

ngun

B

Sosi

alis

asi d

an p

elat

ihan

unt

uk m

enin

gkat

kan

kesi

agaa

n m

engh

adap

i ben

cana

epi

dem

i dan

w

abah

pen

yaki

t;

M

anaj

emen

risi

ko d

an d

etek

si s

ecar

a di

ni. P

erlu

st

udi l

ebih

lanj

ut u

ntuk

pen

gend

alia

n fa

ktor

ris

iko;

D

ari s

isi t

ata

ruan

g di

usul

kan

untu

k di

pert

imba

ngka

n pe

renc

anaa

n da

n pe

mba

ngun

an ru

mah

sak

it kh

usus

yan

g m

enan

gani

wab

ah p

enya

kit t

erte

ntu.

La

nju

tan

Ta

be

l 4

0

Page 223: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 167

No

.

Pro

vin

si/

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Jen

is B

en

ca

na

Tin

gk

at

Ris

iko

L

ok

asi

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Sa

at

Ini

Ara

ha

n Z

on

a

Pe

rpre

s

54

/20

08

Up

ay

a M

itig

asi

G

agal

Tekn

olog

i Ti

nggi

Tam

bun,

Ka

bupa

ten

Beka

si

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

indu

stri

dan

guda

ng,

pend

idik

an d

an fa

silit

as

umum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si,

rum

ah d

iban

gun,

sem

ak-

sem

ak d

an h

utan

, per

tani

an

dan

ruan

g te

rbuk

a

B1

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(re

ncan

a ko

ntin

gens

i, pe

nyia

pan

dan

pem

asan

gan

inst

rum

en s

iste

m p

erin

gata

n di

ni);

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na;

Pe

ngua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r;

Pe

nata

an u

lang

kaw

asan

indu

stri

yang

ber

ada

di li

ngku

ngan

per

umah

an p

adat

.

6

Jaw

a Ba

rat/

Kota

Dep

okG

empa

Bum

i Ti

nggi

Cine

re,

Cim

angg

is, K

ota

Dep

ok

Sem

ak-s

emak

dan

hut

an,

pert

ania

n da

n ru

ang

terb

uka,

kom

ersi

l dan

bi

snis

, per

muk

iman

ke

pada

tan

tingg

i

B1

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(re

ncan

a ko

ntin

gens

i, pe

nyia

pan

dan

pem

asan

gan

inst

rum

en s

iste

m p

erin

gata

n di

ni);

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na;

Pe

rkua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r yan

g be

rpot

ensi

terk

ena

benc

ana;

Epid

emi d

an

Wab

ah P

enya

kit

Seda

ngCi

nere

, Ci

man

ggis

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

pert

ania

n da

n la

han

terb

uka,

indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as u

mum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si, r

umah

di

bang

un

B

Sosi

alis

asi d

an p

elat

ihan

unt

uk m

enin

gkat

kan

kesi

agaa

n m

engh

adap

i ben

cana

epi

dem

i dan

w

abah

pen

yaki

t;

M

anaj

emen

risi

ko d

an d

etek

si s

ecar

a di

ni. P

erlu

st

udi l

ebih

lanj

ut u

ntuk

pen

gend

alia

n fa

ktor

ris

iko;

D

ari s

isi t

ata

ruan

g di

usul

kan

untu

k di

pert

imba

ngka

n pe

renc

anaa

n da

n pe

mba

ngun

an ru

mah

sak

it kh

usus

yan

g m

enan

gani

wab

ah p

enya

kit t

erte

ntu.

Gag

al Te

knol

ogi

Ting

giCi

nere

, Kot

a D

epok

, Ci

man

ggis

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an k

epad

atan

tin

ggi,

indu

stri

dan

guda

ng,

pend

idik

an d

an fa

silit

as

umum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si,

rum

ah d

iban

gun,

sem

ak-

sem

ak d

an h

utan

, per

tani

an

dan

ruan

g te

rbuk

a

B1

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(re

ncan

a ko

ntin

gens

i, pe

nyia

pan

dan

pem

asan

gan

inst

rum

en s

iste

m p

erin

gata

n di

ni);

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na;

Pe

ngua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r;

Pe

nata

an u

lang

kaw

asan

indu

stri

yang

ber

ada

di li

ngku

ngan

per

umah

an p

adat

.

Sum

ber:

hasi

l ana

lisis,

201

3

La

nju

tan

Ta

be

l 4

0

Page 224: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL168

Ta

be

l 4

1

Be

nca

na

Ris

iko

Tin

gg

i p

ad

a W

ila

ya

h H

ilir

No

.

Pro

vin

si/

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Jen

is

Be

nc

an

a

Tin

gk

at

Ris

iko

L

ok

asi

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Sa

at

Ini

Ara

ha

n Z

on

a

Pe

rpre

s 5

4/2

00

8U

pa

ya

Mit

iga

si

1 D

KI Ja

kart

a/Ko

ta Ja

kart

a Pu

sat

Banj

ir Ti

nggi

Jaka

rta

Pusa

t Ko

mer

sil d

an b

isni

s, pe

rmuk

iman

ke

pada

tan

tingg

i, pe

rtan

ian

dan

laha

n te

rbuk

a, In

dust

ri da

n gu

dang

, pen

didi

kan

dan

fasi

litas

um

um, f

asili

tas

tran

spor

tasi

, rum

ah

diba

ngun

B1

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(re

ncan

a ko

ntin

gens

i);

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na b

anjir

;

A

raha

n te

ntan

g in

tens

itas

peng

guna

an

ruan

g, p

enga

tura

n ka

was

an b

udid

aya

deng

an

inst

rum

en K

ZB, K

DB,

KLB

, mis

al p

emba

ngun

an

huni

an v

ertik

al;

Pe

rkua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r yan

g be

rpot

ensi

terk

ena

benc

ana;

Pe

rtim

bang

an p

emba

ngun

an d

an p

emul

ihan

ka

pasi

tas

pold

er d

an p

emom

paan

di p

olde

r (m

issa

l: ar

ea Is

tana

Mer

deka

).

Epid

emi

dan

Wab

ah

Peny

akit

Seda

ngJa

kart

a Pu

sat

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an

kepa

data

n tin

ggi,

pert

ania

n da

n la

han

terb

uka,

indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as

umum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si, r

umah

di

bang

un

B

Sosi

alis

asi d

an p

elat

ihan

unt

uk m

enin

gkat

kan

kesi

agaa

n m

engh

adap

i ben

cana

epi

dem

i dan

w

abah

pen

yaki

t;

M

anaj

emen

risi

ko d

an d

etek

si s

ecar

a di

ni. P

erlu

st

udi l

ebih

lanj

ut u

ntuk

pen

gend

alia

n fa

ktor

ris

iko.

D

ari s

isi t

ata

ruan

g di

usul

kan

untu

k di

pert

imba

ngka

n pe

renc

anaa

n da

n pe

mba

ngun

an ru

mah

sak

it kh

usus

yan

g m

enan

gani

wab

ah p

enya

kit t

erte

ntu.

Page 225: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 169

No

.

Pro

vin

si/

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Jen

is

Be

nc

an

a

Tin

gk

at

Ris

iko

L

ok

asi

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Sa

at

Ini

Ara

ha

n Z

on

a

Pe

rpre

s 5

4/2

00

8U

pa

ya

Mit

iga

si

2 D

KI Ja

kart

a/Ko

ta Ja

kart

a U

tara

Banj

ir Ti

nggi

Sepa

njan

g pa

ntai

U

tara

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an

kepa

data

n tin

ggi,

pert

ania

n da

n la

han

terb

uka,

Indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as

umum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si, r

umah

di

bang

un

B1, B

6,B7

,N1

Pe

rlu d

iban

gun

infra

stru

ktur

kes

iaps

iaga

an

(renc

ana

kont

inge

nsi, p

enyi

apan

dan

pe

mas

anga

n in

stru

men

t sist

em p

erin

gata

n di

ni);

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na b

anjir

;

A

raha

n te

ntan

g in

tens

itas

peng

guna

an

ruan

g, p

enga

tura

n ka

was

an b

udid

aya

deng

an

inst

rum

en K

ZB, K

DB,

KLB

, mis

al p

emba

ngun

an

huni

an v

ertik

al;

Pe

rkua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r yan

g be

rpot

ensi

terk

ena

benc

ana;

Pe

nera

pan

dan

perlu

asan

sis

tem

pol

der;

Pe

nghi

jaua

n ke

mba

li ka

was

an s

empa

dan

pant

ai d

an s

unga

i/kan

al;

N

orm

alis

asi s

unga

i, sa

lura

n, w

aduk

dan

situ

;

Pe

leba

ran

dan

pend

alam

an m

uara

sun

gai d

i Te

luk

Jaka

rta;

Re

loka

si te

rhad

ap k

awas

an p

erum

ahan

yan

g be

rada

di s

ekita

r ban

tara

n su

ngai

, wad

uk d

an

situ

yan

g m

engg

angg

u si

stem

tata

air.

Gel

omba

ng

Ekst

rim d

an

Abr

asi

Tin

ggi

Sepa

njan

g pa

ntai

U

tara

Perm

ukim

an k

epad

atan

ting

gi,

indu

stri

dan

guda

ng, k

omer

sil

dan

bisn

is, p

erai

ran,

raw

a, s

unga

i da

n ko

lam

; per

tani

an d

an ru

ang

terb

uka

B1, B

6, B

7, N

1

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(re

ncan

a ko

ntin

gens

i, pe

nyia

pan

dan

pem

asan

gan

inst

rum

en s

iste

m p

erin

gata

n di

ni);

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na g

elom

bang

eks

trim

;

Pe

rkua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r yan

g be

rpot

ensi

terk

ena

benc

ana;

Pe

rem

ajaa

n pa

ntai

den

gan

pena

nam

an

vege

tasi

bak

au p

ada

zona

N;

Pe

rtim

bang

an u

ntuk

men

ata

ulan

g ka

was

an

perm

ukim

an y

ang

bera

da d

i pin

ggir

pant

ai.

La

nju

tan

Ta

be

l 4

1

Page 226: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL170

No

.

Pro

vin

si/

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Jen

is

Be

nc

an

a

Tin

gk

at

Ris

iko

L

ok

asi

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Sa

at

Ini

Ara

ha

n Z

on

a

Pe

rpre

s 5

4/2

00

8U

pa

ya

Mit

iga

si

Ep

idem

i da

n W

abah

Pe

nyak

it

Seda

ngJa

kart

a U

tara

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an

kepa

data

n tin

ggi,

pert

ania

n da

n la

han

terb

uka,

indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as

umum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si, r

umah

di

bang

un

B

Sosi

alis

asi d

an p

elat

ihan

unt

uk m

enin

gkat

kan

kesi

agaa

n m

engh

adap

i ben

cana

epi

dem

i dan

w

abah

pen

yaki

t;

M

anaj

emen

risi

ko d

an d

etek

si s

ecar

a di

ni. P

erlu

st

udi l

ebih

lanj

ut u

ntuk

pen

gend

alia

n fa

ktor

ris

iko.

D

ari s

isi t

ata

ruan

g di

usul

kan

untu

k di

pert

imba

ngka

n pe

renc

anaa

n da

n pe

mba

ngun

an ru

mah

sak

it kh

usus

yan

g m

enan

gani

wab

ah p

enya

kit t

erte

ntu.

3

DKI

Jaka

rta/

Kota

Jaka

rta

Bara

tEp

idem

i da

n W

abah

Pe

nyak

it

Seda

ngJa

kart

a Ba

rat

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an

kepa

data

n tin

ggi,

pert

ania

n da

n la

han

terb

uka,

indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as

umum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si, r

umah

di

bang

un

B

Sosi

alis

asi d

an p

elat

ihan

unt

uk m

enin

gkat

kan

kesi

agaa

n m

engh

adap

i ben

cana

epi

dem

i dan

w

abah

pen

yaki

t;

M

anaj

emen

risi

ko d

an d

etek

si s

ecar

a di

ni. P

erlu

st

udi l

ebih

lanj

ut u

ntuk

pen

gend

alia

n fa

ktor

ris

iko.

D

ari s

isi t

ata

ruan

g di

usul

kan

untu

k di

pert

imba

ngka

n pe

renc

anaa

n da

n pe

mba

ngun

an ru

mah

sak

it kh

usus

yan

g m

enan

gani

wab

ah p

enya

kit t

erte

ntu.

Gag

al

Tekn

olog

i Ti

nggi

Jaka

rta

Bara

tKo

mer

sil d

an b

isni

s, pe

rmuk

iman

ke

pada

tan

tingg

i, in

dust

ri da

n gu

dang

, pen

didi

kan

dan

fasi

litas

um

um, f

asili

tas

tran

spor

tasi

, ru

mah

dib

angu

n, s

emak

-sem

ak

dan

huta

n, p

erta

nian

dan

ruan

g te

rbuk

a

B1

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(re

ncan

a ko

ntin

gens

i, pe

nyia

pan

dan

pem

asan

gan

inst

rum

en s

iste

m p

erin

gata

n di

ni);

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na k

egag

alan

tekn

olog

i;

Pe

ngua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r;

Pe

nata

an u

lang

kaw

asan

indu

stri

yang

ber

ada

di li

ngku

ngan

per

umah

an p

adat

.

La

nju

tan

Ta

be

l 4

1

Page 227: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 171

No

.

Pro

vin

si/

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Jen

is

Be

nc

an

a

Tin

gk

at

Ris

iko

L

ok

asi

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Sa

at

Ini

Ara

ha

n Z

on

a

Pe

rpre

s 5

4/2

00

8U

pa

ya

Mit

iga

si

Konfl

ik

Sosi

al

Ting

giJa

kart

a Ba

rat

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an

kepa

data

n tin

ggi,

indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as

umum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si, r

umah

di

bang

un

B

Men

doro

ng p

eran

ser

ta p

endu

duk

dala

m

rang

ka m

emel

ihar

a st

abili

tas

kete

ntra

man

dan

ke

tert

iban

;

M

enge

mba

ngka

n su

prem

asi h

ukum

den

gan

men

egak

kan

huku

m s

ecar

a ko

nsis

ten,

be

rkea

dila

n da

n ke

juju

ran;

M

enin

gkat

kan

pem

aham

an d

an p

enya

dara

n se

rta

men

ingk

atny

a pe

rlind

unga

n pe

ngho

rmat

an, d

an p

eneg

akan

HA

M.

4 D

KI Ja

kart

a/Ko

ta Ja

kart

a Se

lata

n

Epid

emi

dan

Wab

ah

Peny

akit

Seda

ngKo

ta

Jaka

rta

Sela

tan

Kom

ersi

l da

n bi

snis

, pe

rmuk

iman

ke

pada

tan

tingg

i, pe

rtan

ian

dan

laha

n te

rbuk

a,

indu

stri

dan

guda

ng,

pend

idik

an d

an f

asili

tas

umum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si, r

umah

di

bang

un

B

Sosi

alis

asi d

an p

elat

ihan

unt

uk m

enin

gkat

kan

kesi

agaa

n m

engh

adap

i ben

cana

epi

dem

i dan

w

abah

pen

yaki

t;

M

anaj

emen

risi

ko d

an d

etek

si s

ecar

a di

ni. P

erlu

st

udi l

ebih

lanj

ut u

ntuk

pen

gend

alia

n fa

ktor

ris

iko;

D

ari s

isi t

ata

ruan

g di

usul

kan

untu

k di

pert

imba

ngka

n pe

renc

anaa

n da

n pe

mba

ngun

an ru

mah

sak

it kh

usus

yan

g m

enan

gani

wab

ah p

enya

kit t

erte

ntu.

Gag

al

Tekn

olog

i Ti

nggi

Jaka

rta

Sela

tan

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an

kepa

data

n tin

ggi,

indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as

umum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si,

rum

ah d

iban

gun,

sem

ak-s

emak

da

n hu

tan,

per

tani

an d

an ru

ang

terb

uka

B1

Perlu

dib

angu

n in

fras

truk

tur k

esia

psia

gaan

(re

ncan

a ko

ntin

gens

i, pe

nyia

pan

dan

pem

asan

gan

inst

rum

en s

iste

m p

erin

gata

n di

ni);

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na k

egag

alan

tekn

olog

i;

Pe

rkua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r;

Pe

nata

an u

lang

kaw

asan

indu

stri

yang

ber

ada

di li

ngku

ngan

per

umah

an p

adat

. Ko

nfl ik

So

sial

Ti

nggi

Jaka

rta

Sela

tan

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an

kepa

data

n tin

ggi,

indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as

umum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si, r

umah

di

bang

un

B

Men

doro

ng p

eran

ser

ta p

endu

duk

dala

m

rang

ka m

emel

ihar

a st

abili

tas

kete

ntra

man

dan

ke

tert

iban

;

M

enge

mba

ngka

n su

prem

asi h

ukum

den

gan

men

egak

kan

huku

m s

ecar

a ko

nsis

ten,

be

rkea

dila

n da

n ke

juju

ran;

M

enin

gkat

kan

pem

aham

an d

an p

enya

dara

n se

rta

men

ingk

atny

a pe

rlind

unga

n pe

ngho

rmat

an, d

an p

eneg

akan

HA

M.

La

nju

tan

Ta

be

l 4

1

Page 228: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL172

No

.

Pro

vin

si/

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Jen

is

Be

nc

an

a

Tin

gk

at

Ris

iko

L

ok

asi

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Sa

at

Ini

Ara

ha

n Z

on

a

Pe

rpre

s 5

4/2

00

8U

pa

ya

Mit

iga

si

5 D

KI Ja

kart

a/Ko

ta Ja

kart

a Ti

mur

Banj

ir Ti

nggi

Pulo

G

adun

g,

Caku

ng

Kom

ersi

l dan

bis

nis,

perm

ukim

an

kepa

data

n tin

ggi,

pert

ania

n da

n la

han

terb

uka,

Indu

stri

dan

guda

ng, p

endi

dika

n da

n fa

silit

as

umum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si, r

umah

di

bang

un

B1

Perlu

dib

angu

n in

frast

rukt

ur k

esia

psia

gaan

(re

ncan

a ko

ntin

gens

i, pe

nyia

pan

dan

pem

asan

gan

inst

rum

en si

stem

per

inga

tan

dini

);

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na b

anjir

;

A

raha

n te

ntan

g in

tens

itas p

engg

unaa

n ru

ang,

pen

gatu

ran

kaw

asan

bud

iday

a de

ngan

in

stru

men

KZB

, KD

B, K

LB, m

isal

pem

bang

unan

hu

nian

ver

tikal

;

Pe

ngua

tan

bang

unan

dan

infra

stru

ktur

yan

g be

rpot

ensi

terk

ena

benc

ana.

Epid

emi

dan

Wab

ah

Peny

akit

Seda

ngJa

kart

a Ti

mur

Kom

ersi

l da

n bi

snis

, pe

rmuk

iman

ke

pada

tan

tingg

i, pe

rtan

ian

dan

laha

n te

rbuk

a,

indu

stri

dan

guda

ng,

pend

idik

an d

an f

asili

tas

umum

, fas

ilita

s tr

ansp

orta

si, r

umah

di

bang

un

B

Sosi

alis

asi d

an p

elat

ihan

unt

uk m

enin

gkat

kan

kesi

agaa

n m

engh

adap

i ben

cana

epi

dem

i dan

w

abah

pen

yaki

t;

M

anaj

emen

risi

ko d

an d

etek

si s

ecar

a di

ni. P

erlu

st

udi l

ebih

lanj

ut u

ntuk

pen

gend

alia

n fa

ktor

ris

iko;

D

ari s

isi t

ata

ruan

g di

usul

kan

untu

k di

pert

imba

ngka

n pe

renc

anaa

n da

n pe

mba

ngun

an ru

mah

sak

it kh

usus

yan

g m

enan

gani

wab

ah p

enya

kit t

erte

ntu.

Gag

al

Tekn

olog

i Ti

nggi

Jaka

rta

Tim

urKo

mer

sil d

an b

isni

s, pe

rmuk

iman

ke

pada

tan

tingg

i, in

dust

ri da

n gu

dang

, pen

didi

kan

dan

fasi

litas

um

um, f

asili

tas

tran

spor

tasi

, ru

mah

dib

angu

n, s

emak

-sem

ak

dan

huta

n, p

erta

nian

dan

ruan

g te

rbuk

a

B1

Perlu

dib

angu

n in

frast

rukt

ur k

esia

psia

gaan

(re

ncan

a ko

ntin

gens

i, pe

nyia

pan

dan

pem

asan

gan

inst

rum

en si

stem

per

inga

tan

dini

);

Pe

latih

an u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

siag

aan

men

ghad

api b

enca

na k

egag

alan

tekn

olog

i;

Pe

ngua

tan

bang

unan

dan

infr

astr

uktu

r;

Pe

nata

an u

lang

kaw

asan

indu

stri

yang

ber

ada

di li

ngku

ngan

per

umah

an p

adat

.

Sum

ber:

hasi

l ana

lisis,

201

3

La

nju

tan

Ta

be

l 4

1

Page 229: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 173

6.2 Rekomendasi

6.2.1 Rekomendasi Umum

■ Info kerawanan bencana pada wilayah hulu, tengah dan hilir dapat digunakan untuk melengkapi muatan teknis RTRWP DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

■ Berdasarkan hasil tumpangsusun peta risiko bencana ditemukan penggunaan lahan lain -dengan potensi tingkat risiko bencana yang tinggi- yang tidak sesuai dengan Perpres No. 54/2008; sehingga alternatif rekomendasinya adalah antara lain: (i) dilakukan perubahan pola pemanfaatan ruang; (ii) dilakukan upaya pengendalian pemanfaatan ruang. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mengkaji secara lebih rinci terhadap hal ini, antara lain melalui RDTR.

■ Dalam kaitan dengan upaya mitigasi bencana, maka pembangunan infrastruktur kesiapsiagaan dianjurkan untuk dilakukan pada wilayah yang sudah padat dan sudah tidak bisa diubah peruntukannya. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mengkaji secara lebih rinci terhadap hal ini, diantaranya melalui RDTR.

■ Dalam kaitan dengan arahan susunan pusat-pusat kegiatan di JABODETABEKPUNJUR, diperlukan studi lebih lanjut untuk mereview terhadap sub-sub pusat perkotaan tersebut mana yang akan lebih dominan sehingga dapat direkomendasikan untuk digabung menjadi satu pusat perkotaan.

6.2.2 Rekomendasi Khusus

6.2.2.1 Rekomendasi Untuk Kegiatan Kaji Ulang KSN

JABODETABEKPUNJUR

Rekomendasi untuk kegiatan kaji ulang KSN JABODETABEKPUNJUR disusun berdasarkan wilayah hulu, tengah dan hilir sebagai berikut:

Page 230: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL174

Tabel 42

Rekomendasi untuk Wilayah Hulu

No. Provinsi/Kabupaten

/Kota

Jenis Bencana Rekomendasi

I Jawa Barat Cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial

Direkomendasikan untuk melengkapi aspek kebencanaan pada kegiatan evaluasi RTRWP Jawa Barat untuk jenis bencana tersebut;

Direkomendasikan agar kedalaman materi aspek kebencanaan yang telah ada disesuaikan dengan hasil Kajian Risiko Bencana Provinsi Jawa Barat (12 jenis potensi bencana)

1

Kota Bogor Gempa Bumi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana gempabumi (skala 1:5.000)

Epidemi dan Wabah Penyakit

Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)

Gagal Teknologi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kegagalan teknologi (skala 1:5.000)

2

Kabupaten Bogor Gempa Bumi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana gempabumi (skala 1:5.000)

Tanah Longsor Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana tanah longsor (skala 1:5.000)

Letusan Gunung Api Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana letusan gunung api (skala 1:5.000)

Kekeringan Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kekeringan (skala 1:5.000)

Kebakaran Hutan dan Lahan

Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kebakaran hutan dan lahan (skala 1:5.000)

Kebakaran Gedung dan Permukiman

Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kebakaran gedung dan permukiman (skala 1:5.000).

Epidemi dan Wabah Penyakit

Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)

3 Kabupaten Cianjur Kebakaran Gedung dan Permukiman

Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kebakaran gedung dan permukiman (skala 1:5.000).

Sumber: hasil analisis, 2013

Page 231: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 175

Tabel 43

Rekomendasi untuk Wilayah Tengah

No. Provinsi/Kabupaten

/Kota

Jenis Bencana Rekomendasi

I Banten Gempa bumi, gelombang ekstrim, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial.

Direkomendasikan untuk melengkapi aspek kebencanaan pada kegiatan evaluasi RTRWP Banten untuk jenis bencana tersebut;

Direkomendasikan agar kedalaman materi aspek kebencanaan yang telah ada disesuaikan dengan hasil Kajian Risiko Bencana Provinsi Banten (11 jenis potensi bencana)

1

Kota Tangerang Gempa Bumi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana gempa bumi (skala 1:5.000)

Gagal Teknologi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kegagalan teknologi (skala 1:5.000)

2 Kota Tangerang Selatan Gempa Bumi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana gempa bumi (skala 1:5.000)

3 Kabupateng Tangerang Gempa Bumi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana gempa bumi (skala 1:5.000)

Banjir Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana banjir (skala 1:5.000)

Kebakaran Gedung dan Permukiman

Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kebakaran gedung dan permukiman (skala 1:5.000).

II Jawa Barat

1 Kota Bekasi Gempa Bumi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana gempa bumi (skala 1:5.000)

Banjir Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana banjir (skala 1:5.000)

Kebakaran Gedung dan Permukiman

Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kebakaran gedung dan permukiman (skala 1:5.000).

Epidemi dan Wabah Penyakit Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)

2

Kabupaten Bekasi Banjir Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana banjir (skala 1:5.000)

Cuaca Ekstrim Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana cuaca ekstrim (skala 1:5.000)

Kekeringan Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kekeringan (skala 1:5.000)

Kebakaran Gedung dan Permukiman

Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kebakaran gedung dan permukiman (skala 1:5.000).

Epidemi dan Wabah Penyakit Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)

Gagal Teknologi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kegagalan teknologi (skala 1:5.000)

3

Kota Depok Gempa Bumi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana gempa bumi (skala 1:5.000)

Epidemi dan Wabah Penyakit Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)

Gagal Teknologi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kegagalan teknologi (skala 1:5.000)

Sumber: hasil analisis, 2013

Page 232: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL176

Tabel 44

Rekomendasi untuk Wilayah Hilir

No.Provinsi/Kabupaten

/KotaJenis Bencana Rekomendasi

I Provinsi DKI Jakarta Cuaca ekstrim, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, dan konfl ik sosial

Direkomendasikan untuk melengkapi aspek kebencanaan pada kegiatan evaluasi RTRWP DKI Jakarta untuk jenis bencana tersebut;

Direkomendasikan agar kedalaman materi aspek kebencanaan yang telah ada disesuaikan dengan hasil Kajian Risiko Bencana Provinsi DKI Jakarta (9 jenis potensi bencana)

1

Kota Jakarta Pusat Banjir Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana banjir (skala 1:5.000)

Epidemi dan Wabah Penyakit

Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)

2

Kota Jakarta Utara Banjir Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana banjir (skala 1:5.000)

Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana gelombang ekstrim dan abrasi (skala 1:5.000)

Epidemi dan Wabah Penyakit

Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)

3

Kota Jakarta Barat Epidemi dan Wabah Penyakit

Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)

Gagal Teknologi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kegagalan teknologi (skala 1:5.000)

Konfl ik Sosial Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana konfl ik sosial (skala 1:5.000)

4

Kota Jakarta Selatan Epidemi dan Wabah Penyakit

Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)

Gagal Teknologi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kegagalan teknologi (skala 1:5.000)

Konfl ik Sosial Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana konfl ik sosial (skala 1:5.000)

5

Kota Jakarta Timur Banjir Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana banjir (skala 1:5.000)

Epidemi dan Wabah Penyakit

Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana epidemi dan wabah penyakit (skala 1:5.000)

Gagal Teknologi Penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana kegagalan teknologi (skala 1:5.000)

Sumber: hasil analisis, 2013

Page 233: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 177

6.2.2.2 Rekomendasi untuk Badan Informasi Geospasial (BIG)

■ Peta-peta RTRW Provinsi, Kabupaten/Kota sebaiknya bisa disebarluaskan secara online baik berupa peta digital statik (PDF dan JPG) atau berupa map services menggunakan infrastruktur geospasial dari BIG.

■ BIG perlu mengusahakan dan mempersiapkan dukungan untuk penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana pada skala 1:5.000 dan 1:10.000 khususnya pada KSN JABODETABEKPUNJUR untuk Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi, Kota Jakarta Utara, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, dan Kota Jakarta Selatan.

6.2.2.3 Rekomendasi untuk Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (BNPB)

■ Untuk peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana diharapkan tidak berhenti pada tingkatprovinsi (skala 1:250.000) tetapi bisa dikembangkan sampai kedetilan skala kabupaten yakni 1:50.000 dan untuk kota yakni 1:25.000 atau lebih detil.

■ Berdasarkan kajian ini, BNPB perlu menyusun Kajian Risiko Bencana berupa dokumen dan peta pada skala 1:50.000 untuk Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Bekasi; dan pada skala 1:25.000 atau lebih detil untuk Kota Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, Kota Bekasi, Kota Jakarta Utara, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, dan Kota Jakarta Selatan.

■ Kajian risiko dan peta risiko skala 1:50.000 dapat memberikan informasi yang lebih rinci untuk mengidentifi kasi kawasan dengan indeks risiko tinggi, yang memerlukan program aksi mengurangi kerentanan dan meningkatkan ketahanan/resiliensi terutama bagi masyarakat kelompok rentan.

■ Dari kajian studi kasus data spasial kebencanaan Kota Jakarta Timur diperlukan penyempurnaan KRB dan peta risiko 1:50.000 atau lebih rinci agar dapat dimanfaatkan untuk perencanaan tata ruang yang lebih detil.

■ Penyebarluasan informasi kebencanaan (ancaman, kerentanan dan risiko bencana) menggunakan media internet pada http://geospasial.bnpb.go.id dalam bentuk map services dan peta digital statik (JPG dan PDF) sudah efektif. Tetapi untuk pemanfaatan map service masih harus lebih disosialiasikan dan ditingkatkan kecepatan aksesnya.

Page 234: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL178

■ Terkait penyebarluasan informasi spasial kebencanaan secara online, BNPB perlu mengintegrasikan sistemnya dengan infrastruktur data spasial nasional yang sedang dikerjakan BIG sehingga tujuan UU no 4 tahun 2011 terkait penyelenggaraan IGD dan IGT dalam One Map Policy dapat terwujud.

■ BNPB memerlukan dukungan berbagai pihak agar kedetilan dan keakuratan data ancaman, kerentanan dan risiko bencana dapat lebih ditingkatkan. Indikator kerentanan bencana perlu disepakati dengan Kementerian/Lembaga lainnya.

6.2.2.4 Rekomendasi untuk Perbaikan Pedoman Penyusunan RTR KSN

dan RTRWP

■ Perlu memaparkan manfaat informasi kerawanan bagi perencanaan tata ruang.

■ Perlu memuat informasi ancaman, kerentanan, dan risiko bencana bagi pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

■ Untuk kegiatan analisis spasial dari data peta ancaman, kerentanan dan risiko dari BNPB perlu diinformasikan untuk dilakukan secara visual dengan memperhatikan aspek-aspek kebencanaan pada struktur dan pola ruang.

Page 235: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 179

ReferensiBuku

Sagala, Saut, et al. Megakota Jakarta: Persoalan Kebencanaan dan Pendekatan Penanganannya. Menarik Pelajaran dari 50 Tahun Perjalanan Perencanaan Wilayah dan Kota di Indonesia, 2011.

Publikasi Pemerintah

Dinas PU DKI Jakarta. ”Masterplan Pengendalian Banjir”, 2009.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana.”Indeks Rawan Bencana Indonesia”, 2011.

BPBD Kota Jakarta Timur. ”Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) KotaJakarta Timur 2013-2017”.

BPBD Provinsi Banten. ”Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi Banten 2012-2016”.

BPBD Provinsi DKI Jakarta. ”Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi DKI Jakarta 2012-2016”.

BPBD Provinsi Jawa Barat. ”Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi Jawa Barat 2012-2016”.

Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Penataan Ruang. “Paparan Rencana Audit Tata Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR”, 2013.

Penjelasan Menteri Negara PPN/ Kepala BAPPENAS Tentang Hasil Penilaian Kerusakan Dan Kerugian Pascabencana Banjir Awal Februari 2007 Di Wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Dan Bekasi), 2007.

Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010-2014.

Buletin

Djakapermana, RD. Rencana Tata Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR: Upaya Menyeimbangkan Pertumbuhan ekonomi dengan Kelestarian Lingkungan Hidup. Buletin Tata Ruang Edisi Juli-Agustus, 2008.

Hidup Harmoni Dengan Risiko Bencana. b ulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullred&id=59. Bulletin Tata Ruang Edisi September-Oktober 2011.

Website

Http://geospasial.bnpb.go.id

Http://indonesiadata.co.id

Page 236: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL180

MPKD UGM. Penataan Ruang Berbasis Mitigasi Bencana. Refreshing Course, 2012 (mitigasi.mpkd.ugm.ac.id_wp-content_uploads_2012_12_Refreshing-Course-MPKD_Penataan-Ruang-Berbasis-Mitigasi-Bencana-14DES12)

Petrasawacana. Konsep Pemetaan Risiko Bencana, 2011

(http://petrasawacana.wordpress.com/2011/02/20/konsep-pemetaan-risiko-bencana/)

Rudiyanto, Arifi n. Pengembangan Infrastruktur Data Spasial Nasional Dalam Rangka Mendukung Perencanaan Pembangunan Daerah Berbasis Data Spasial: Sistem Layanan Informasi Mandiri (SLIM) Pertanahan, 2013 (http://slim.slemankab.go.id/index.php/home/news/23)

Dalangan, Pogung. Peran Penting Penataan Ruang dalam Pengurangan Risiko Bencana: Pemahaman Dasar, 2013. (http://muhammadrezkihr.blogspot.com/2013/04/peran-penataan-ruang-dalam-pengurangan.html)

Tagana (Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat) Provinsi Banten. Manajemen Penanganan Bencana Berbasis Masyarakat, 2009.

(taganabanten-info.blogspot.com/2009/10/manajemen-penanganan-bencana-berbasis.html).

Tesis/ Disertasi

Hakim, Ikhwan. The Spatial Structure of Employment and Its Impacts on The Journey to Work in the Jakarta Metropolitan Area: A Southeast Asian Extended Metropolitan Region (EMR) Perspective. Disertasi Program Doktor pada University of New South Wales, 2009

Peraturan/ Perundang-undangan

Peraturan Daerah No. 22 Tahun 2010 tentang RTRWP Jawa Barat Tahun 2009-2029.

Peraturan Daerah Provinsi banten No. 2 Tahun 2011 tentang RTRWP Banten Tahun 2010-2030.

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW 2030.

Peraturan Kepala BNPB No. 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.

Peraturan Kepala BNPB No. 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.

Peraturan Menteri PU No. 15/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional.

Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.

Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur.

Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Undang-Undang No.4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial.

Page 237: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 181

Lampiran :

Peta-Peta Ancaman,

Kerentanan, dan

Risiko Bencana

Page 238: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL182

Page 239: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 183

Lampiran Peta-Peta Ancaman, Kerentanan, dan Risiko Bencana

Page 240: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL184

1. B

en

can

a B

an

jir

1

.1P

eta

An

cam

an

Ba

nji

r (G

am

ba

r 3

8)

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta S

truk

tur d

an P

ola

Ruan

g JA

BOD

ETAB

EKPU

NJU

R 20

08 –

202

8 de

ngan

Pet

a An

cam

an/H

azar

d Be

ncan

a Ba

njir

BNPB

tahu

n 20

13

Page 241: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 185

1

.2 P

eta

Ke

ren

tan

an

Ba

nji

r (G

am

ba

r 3

9)

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta K

eren

tana

n te

rhad

ap B

anjir

BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 242: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL186

1.3

Pe

ta R

isik

o B

an

jir

(Ga

mb

ar

40

)

11

22

33

W

ilaya

h ris

iko

banj

ir tin

ggi.

Re

ncan

a ru

ang

untu

k pe

rmuk

iman

pa

dat.

Is

u re

viu:

m

anaj

emen

ris

iko

benc

ana

(kes

iaps

iaga

an,

W

ilaya

h ris

iko

banj

ir re

ndah

-se

dang

.

Renc

ana

ruan

g

W

ilaya

h ris

iko

banj

ir se

dang

-tin

ggi.

Re

ncan

a ru

ang

di d

omisa

si lin

dung

, lah

an b

asah

dan

pe

rmuk

iman

pad

at-s

edan

g.

Is

u re

viu :

Opt

imal

kah

renc

ana

alok

asi r

uang

ini?

Pe

rlu d

iper

timba

ngka

n al

tern

atif

peru

ntuk

an ru

ang

yang

lebi

h op

timal

den

gan

risik

o ya

ng a

da?

• W

ilaya

h ri

siko

ban

jir

rend

ah-

sed

ang.

• Re

ncan

a ru

ang

• W

ilaya

h ris

iko

banj

ir tin

ggi.

• Re

ncan

a ru

ang

untu

k pe

rmuk

iman

pa

dat.

• Is

u re

viu:

m

anaj

emen

ris

iko

benc

ana

(kes

iaps

iaga

an,

• W

ilaya

h ris

iko

banj

ir se

dang

-tin

ggi.

• Re

ncan

a ru

ang

di d

omin

asi

lindu

ng, l

ahan

bas

ah d

an

perm

ukim

an p

adat

-sed

ang.

• Is

u re

viu:

O

ptim

alka

h re

ncan

a al

okas

i ru

ang

ini?

Pe

rlu d

iper

timba

ngka

n al

tern

atif

peru

ntuk

an ru

ang

yang

lebi

h op

timal

den

gan

risik

o ya

ng a

da?

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta R

isik

o Be

ncan

a Ba

njir

BNPB

tahu

n 20

13 d

enga

n Pe

ta S

truk

tur d

an P

ola

Ruan

g JA

BOD

ETAB

EKPU

NJU

R 20

08 –

202

8

Page 243: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 187

2. B

en

can

a T

an

ah

Lo

ng

sor

2

.1 P

eta

An

cam

an

Ta

na

h L

on

gso

r (G

am

ba

r 4

1)

1

2

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta A

ncam

an /H

azar

d Be

ncan

a Ta

nah

Long

sor B

NPB

tahu

n 20

13 d

enga

n Pe

ta S

truk

tur d

an P

ola

Ruan

g JA

BOD

ETAB

EKPU

NJU

R 20

08 –

202

8

Page 244: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL188

2

.2 P

eta

Ke

ren

tan

an

Ta

na

h L

on

gso

r (G

am

ba

r 4

2)

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta K

eren

tana

n te

rhad

ap B

enca

na Ta

nah

Long

sor B

NPB

tahu

n 20

13 d

enga

n Pe

ta S

truk

tur d

an P

ola

Ruan

g JA

BOD

ETAB

EKPU

NJU

R 20

08 –

202

8

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Page 245: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 189

2

.3 P

eta

Ris

iko

Ta

na

h L

on

gso

r (G

am

ba

r 4

3)

Wila

yah

risik

o lo

ngso

r i

i

Wila

yah

risik

o lo

ngso

r d

12

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta R

isik

o Be

ncan

a Ta

nah

Long

sor B

NPB

tahu

n 20

13 d

enga

n Pe

ta S

truk

tur d

an P

ola

Ruan

g JA

BOD

ETAB

EKPU

NJU

R 20

08 –

202

8

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil p

engo

laha

n le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng

suda

h ja

di u

ntuk

tu

juan

ana

lisis

. Pr

oses

Rek

tifi k

asi,

regi

stra

si u

lang

dar

i da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya p

erge

sera

n da

n ke

tidak

ak

urat

an.

Page 246: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL190

3. B

en

can

a G

elo

mb

an

g E

kst

rim

da

n A

bra

si

3

.1 P

eta

An

cam

an

Ge

lom

ba

ng

Ek

stri

m d

an

Ab

rasi

(G

am

ba

r 4

4)

1

2

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta A

ncam

an/H

azar

d Be

ncan

a G

elom

bang

Eks

trim

dan

Abr

asi P

anta

i BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 247: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 191

3

.2 P

eta

Ke

ren

tan

an

Ge

lom

ba

ng

Ek

stri

m d

an

Ab

rasi

(G

am

ba

r 4

5)

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il per

tam

pala

n da

ri Pe

ta K

eren

tana

n te

rhad

ap B

enca

na G

elom

bang

Eks

trim

dan

Abr

asi P

anta

i BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Stru

ktur

dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 248: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL192

3

.3 P

eta

Ris

iko

Ge

lom

ba

ng

Ek

stri

m d

an

Ab

rasi

(G

am

ba

r 4

6)

11

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta R

isik

o Be

ncan

a G

elom

bang

Eks

trim

dan

Abr

asi P

anta

i BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 249: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 193

4. B

en

can

a C

ua

ca E

kst

rim

/A

ng

in P

uti

ng

Be

liu

ng

4

.1 P

eta

An

cam

an

Cu

aca

Ek

stri

m (

Ga

mb

ar

47

)

1

2

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta A

ncam

an /

Haz

ard

Benc

ana

Cuac

a Ek

strim

/ Put

ing

Beliu

ng B

NPB

tahu

n 20

13 d

enga

n Pe

ta S

truk

tur d

an P

ola

Ruan

g JA

BOD

ETAB

EKPU

NJU

R 20

08 –

202

8

Page 250: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL194

4

.2 P

eta

Ke

ren

tan

an

Cu

aca

Ek

stri

m (

Ga

mb

ar

48

)

D

iscl

aim

er :

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta K

eren

tana

n te

rhad

ap B

enca

na C

uaca

Eks

trim

/ Put

ing

Beliu

ng B

NPB

tahu

n 20

13 d

enga

n Pe

ta S

truk

tur d

an P

ola

Ruan

g JA

BOD

ETAB

EKPU

NJU

R 20

08 –

202

8

Page 251: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 195

4

.3 P

eta

Ris

iko

Cu

aca

Ek

stri

m (

Ga

mb

ar

49

)

11

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta R

isik

o Be

ncan

a Cu

aca

Ekst

rim/ P

utin

g Be

liung

BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 252: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL196

5. B

en

can

a G

em

pa

Bu

mi

5

.1 P

eta

An

cam

an

Ge

mp

a B

um

i (G

am

ba

r 5

0)

1

2

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta A

ncam

an/H

azar

d Be

ncan

a G

empa

Bum

i BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 253: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 197

5

.2 P

eta

Ke

ren

tan

an

Ge

mp

a B

um

i (G

am

ba

r 5

1)

1

2

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta K

eren

tana

n te

rhad

ap B

enca

na G

empa

Bum

i BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 254: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL198

5

.3 P

eta

Ris

iko

Ge

mp

a B

um

i (G

am

ba

r 5

2)

11

22

33

44

55

1

3

2

4

5

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta R

isik

o Be

ncan

a G

empa

Bum

i BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 255: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 199

6. B

en

can

a K

eb

ak

ara

n H

uta

n d

an

La

ha

n

6

.1 P

eta

An

cam

an

Ke

ba

ka

ran

Hu

tan

da

n L

ah

an

(G

am

ba

r 5

3)

1

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta A

ncam

an /H

azar

d Be

ncan

a Ke

baka

ran

Hut

an d

an L

ahan

BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 256: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL200

6

.2 P

eta

Ke

ren

tan

an

Ke

ba

ka

ran

Hu

tan

da

n L

ah

an

(G

am

ba

r 5

4)

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta K

eren

tana

n te

rhad

ap B

enca

na K

ebak

aran

Hut

an d

an L

ahan

BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 257: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 201

6

.3 P

eta

Ris

iko

Ke

ba

ka

ran

Hu

tan

da

n L

ah

an

(G

am

ba

r 5

5)

1122

1

2

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta R

isik

o Be

ncan

a Ke

baka

ran

Hut

an d

an L

ahan

BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 258: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL202

7. B

en

can

a E

pid

em

i d

an

Wa

ba

h P

en

ya

kit

7

.1 P

eta

An

cam

an

Ep

ide

mi

da

n W

ab

ah

Pe

ny

ak

it (

Ga

mb

ar

56

)

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta A

ncam

an/H

azar

d Be

ncan

a Ep

idem

i dan

Wab

ah P

enya

kit B

NPB

tahu

n 20

13 d

enga

n Pe

ta S

truk

tur d

an P

ola

Ruan

g JA

BOD

ETAB

EKPU

NJU

R 20

08 –

202

8

Page 259: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 203

7

.2 P

eta

Ke

ren

tan

an

Ep

ide

mi

da

n W

ab

ah

Pe

ny

ak

it (

Ga

mb

ar

57

)

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta K

eren

tana

n te

rhad

ap B

enca

na E

pide

mi d

an W

abah

Pen

yaki

t BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 260: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL204

7

.3 P

eta

Ris

iko

Ep

ide

mi

da

n W

ab

ah

Pe

ny

ak

it (

Ga

mb

ar

58

)

1

2

3

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta R

isik

o Be

ncan

a Ep

idem

i dan

Wab

ah P

enya

kit B

NPB

tahu

n 20

13 d

enga

n Pe

ta S

truk

tur d

an P

ola

Ruan

g JA

BOD

ETAB

EKPU

NJU

R 20

08 –

202

8

Page 261: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 205

8. B

en

can

a K

ek

eri

ng

an

8

.1 P

eta

An

cam

an

Ke

ke

rin

ga

n (

Ga

mb

ar

59

)

1

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta A

ncam

an/ H

azar

d Be

ncan

a Ke

kerin

gan

BNPB

tahu

n 20

13 d

enga

n Pe

ta S

truk

tur d

an P

ola

Ruan

g JA

BOD

ETAB

EKPU

NJU

R 20

08 –

202

8

Page 262: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL206

8

.2 P

eta

Ke

ren

tan

an

Ke

ke

rin

ga

n G

am

ba

r 6

0)

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta K

eren

tana

n te

rhad

ap B

enca

na K

eker

inga

n BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 263: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 207

8

.3 P

eta

Ris

iko

Ke

ke

rin

ga

n (

Ga

mb

ar

61

)

1

2

31

2

3

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta R

isik

o Be

ncan

a Ke

kerin

gan

BNPB

tahu

n 20

13 d

enga

n Pe

ta S

truk

tur d

an P

ola

Ruan

g JA

BOD

ETAB

EKPU

NJU

R 20

08 –

202

8

Page 264: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL208

9. B

en

can

a K

eg

ag

ala

n T

ek

no

log

i

9

.1 P

eta

An

cam

an

Ke

ga

ga

lan

Te

kn

olo

gi

(Ga

mb

ar

62

)

11

22

44

33

66

55

2

3

4

16

5

D

iscl

aim

er :

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta A

ncam

an/ H

azar

d Be

ncan

a G

agal

Tekn

olog

i BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 265: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 209

9

.2 P

eta

Ke

ren

tan

an

Ke

ga

ga

lan

Te

kn

olo

gi

(Ga

mb

ar

63

)

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta K

eren

tana

n te

rhad

ap B

enca

na G

agal

Tekn

olog

i BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 266: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL210

9

.3 P

eta

Ris

iko

Ke

ga

ga

lan

Te

kn

olo

gi

(Ga

mb

ar

64

)

1 22

3334

1

4

2

3

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta R

isik

o Be

ncan

a G

agal

Tekn

olog

i BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 267: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 211

10

. Be

nca

na

Le

tusa

n G

un

un

g A

pi

1

0.1

Pe

ta A

nca

ma

n B

en

can

a G

un

un

g A

pi

(Ga

mb

ar

65

)

2

1

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta A

ncam

an/ H

azar

d Be

ncan

a G

unun

g Ap

i BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 268: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL212

1

0.2

Pe

ta K

ere

nta

na

n B

en

can

a G

un

un

g A

pi

(Ga

mb

ar

66

)

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta K

eren

tana

n te

rhad

ap B

enca

na G

unun

g Ap

i BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 269: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 213

1

0.3

Pe

ta R

isik

o B

en

can

a G

un

un

g A

pi

(Ga

mb

ar

67

)

122

1

2

1

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta R

isik

o Be

ncan

a G

unun

g Ap

i BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 270: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL214

11

. Be

nca

na

Tsu

na

mi

1

1.1

Pe

ta A

nca

ma

n T

sun

am

i (G

am

ba

r 6

8)

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta A

ncam

an/ H

azar

d Be

ncan

a Ts

unam

i BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 271: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 215

1

1.2

Pe

ta K

ere

nta

na

n T

sun

am

i (G

am

ba

r 6

9)

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta K

eren

tana

n te

rhad

ap B

enca

na Ts

unam

i BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 272: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL216

1

1.3

Pe

ta R

isik

o T

sun

am

i (G

am

ba

r 7

0)

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Ri

siko

Ben

cana

Tsun

ami B

NPB

tahu

n 20

13 d

enga

n Pe

ta S

truk

tur d

an P

ola

Ruan

g JA

BOD

ETAB

EKPU

NJU

R 20

08 –

202

8

Page 273: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 217

12

. Be

nca

na

Ko

nfl

ik S

osi

al

1

2.1

Pe

ta A

nca

ma

n K

on

fl ik

So

sia

l (G

am

ba

r 7

1)

1

2

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta A

ncam

an/ H

azar

d Be

ncan

a Ko

nfl ik

Sos

ial B

NPB

tahu

n 20

13 d

enga

n Pe

ta S

truk

tur d

an P

ola

Ruan

g JA

BOD

ETAB

EKPU

NJU

R 20

08 –

202

8

Page 274: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL218

1

2.2

Pe

ta K

ere

nta

na

n K

on

fl ik

So

sia

l (G

am

ba

r 7

2)

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta K

eren

tana

n te

rhad

ap B

enca

na K

onfl i

k So

sial

BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 275: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 219

1

2.3

Pe

ta R

isik

o K

on

fl ik

So

sia

l (G

am

ba

r 7

3)

11

22

1

2

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta R

isik

o Be

ncan

a Ko

nfl ik

Sos

ial B

NPB

tahu

n 20

13 d

enga

n Pe

ta S

truk

tur d

an P

ola

Ruan

g JA

BOD

ETAB

EKPU

NJU

R 20

08 –

202

8

Page 276: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL220

13

. Be

nca

na

Ke

ba

ka

ran

Ge

du

ng

da

n P

erm

uk

ima

n

1

3.1

Pe

ta A

nca

ma

n K

eb

ak

ara

n P

erm

uk

ima

n (

Ga

mb

ar

74

)

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta A

ncam

an/ H

azar

d Be

ncan

a Ke

baka

ran

Perm

ukim

an B

NPB

tahu

n 20

13 d

enga

n Pe

ta S

truk

tur d

an P

ola

Ruan

g JA

BOD

ETAB

EKPU

NJU

R 20

08 –

202

8

Page 277: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL 221

1

3.2

Pe

ta K

ere

nta

na

n K

eb

ak

ara

n P

erm

uk

ima

n (

Ga

mb

ar

75

)

1

2

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta K

eren

tana

n te

rhad

ap B

enca

na K

ebak

aran

Per

muk

iman

BN

PB ta

hun

2013

den

gan

Peta

Str

uktu

r dan

Pol

a Ru

ang

JABO

DET

ABEK

PUN

JUR

2008

– 2

028

Page 278: Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Tinjauan Kebencanaan. Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL222

1

3.3

Pe

ta R

isik

o K

eb

ak

ara

n P

erm

uk

ima

n (

Ga

mb

ar

76

)

Dis

clai

mer

:

Peta

ini a

dala

h ha

sil

peng

olah

an le

bih

lanj

ut d

ari

peta

-pet

a ya

ng s

udah

jadi

un

tuk

tuju

an a

nalis

is. P

rose

s Re

ktifi

kasi

, reg

istr

asi u

lang

da

ri da

ta ra

ster

dan

non

G

IS m

emun

gkin

kan

adan

ya

perg

eser

an d

an k

etid

ak

akur

atan

.

Sum

ber:

Has

il pe

rtam

pala

n da

ri Pe

ta R

isik

o Be

ncan

a Ke

baka

ran

Perm

ukim

an B

NPB

tahu

n 20

13 d

enga

n Pe

ta S

truk

tur d

an P

ola

Ruan

g JA

BOD

ETAB

EKPU

NJU

R 20

08 –

202

8