4
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanah yang
subur serta iklim yang cocok untuk pertumbuhan berbagai jenis
tanaman. Hal ini menyebabkan sebagian besar penduduk Indonesia
bermatapencaharian sebagai petani. Sektor pertanian merupakan
sektor primer dalam perekonomian Indonesia, artinya pertanian
merupakan sektor utama yang menyumbang hampir dari setengah
perekonomian. Pertanian juga memiliki peran nyata sebagai penghasil
devisa negara melalui ekspor. Oleh karena itu, perlu diadakannya
pembangunan di dalam sektor pertanian sehingga dapat bersaing di
pasar dalam negeri maupun di luar negeri.Perencanaan program
pembangunan pertanian pada dasarnya merupakan perencanaan
pembangunan pertanian yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah.
Potensi wilayah perlu dikembangkan sebagai salah satu sasaran
programa penyuluhan pertanian karena berisi data-data kecocokan
agroklimat dengan potensi pertanian di suatu wilayah. Potensi lahan
diharapkan dapat menampung program-program penyuluhan pertanian
tentang komoditas-komoditas yang cocok dibudidayakan di wilayah
tersebut. Program penyuluhan pertanian adalah rencana kegiatan
pertanian yang dibuat dengan sengaja dan mempunyai jangka waktu
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Didalam
pengembangan program penyuluhan pertanian, sangat penting untuk
mengetahui ruang lingkup dari perencanaan program penyuluhan
pertanian itu sendiri. Evaluasi adalah suatu bentuk penelitian
ilmiah yang berdasarkan data dan fakta untuk mengetahui sejauh mana
pelaksanaan suatu program. Evaluasi juga dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk kelanjutan program tersebut. Apakah akan
dihentikan atau dilanjutkan dengan perbaikan pada setiap
tahap-tahapannya. Dalam proses pertanian terdapat beberapa
perencanaan agar hasil yang didapatkan tersebut sesuai dengan yang
diharapkan. Perencanaan dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis
kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor
noncontrolable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas,
menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai,
serta mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
Perencanaan tersebut antara lain mencakup tentang bagaimana
persiapan, pengelolaan dan yang terakhir adalah evaluasi dari
kegiatan yang kita laksanakan. Praktikum Perencanaan dan Evaluasi
Program Penyuluhan Pertanian ini, kami mengkaji keadaan Desa
Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar dengan cara
menganalisis data monografi sehingga dapat menetapkan
masalah-masalah yang terjadi di desa tersebut. Penetapan masalah
dilakukan melalui identifikasi impact point teknis, ekonomis dan
sosial. Setelah menetapkan masalah, maka kita dapat menetapkan
suatu program untuk menyelesaikan masalah tersebut dalam upaya
peningkatan produktivitas sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
petani dan keluarganya. B. Perumusan MasalahAdapun permasalahan
yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang di atas adalah:1.
Bagaimana mahasiswa dapat merumuskan dan menetapkan keadaan secara
benar dengan mendasarkan pada keadaan yang dipresentasikan dalam
monografi daerah, data yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah
dan data petani serta usahataninya?2. Bagaimana mahasiswa berlatih
mengidentifikasikan Impact Point Teknis, Impact Point Ekonomi dan
Impact Point Sosial?3. Bagaimana mahasiswa dapat merumuskan tujuan
program penyuluhan pertanian yang memenuhi syarat?
4. Bagaimana mahasiswa dapat menetapkan cara mencapai tujuan
dari program penyuluhan pertanian?5. Bagaimana mahasiswa dapat
mengevaluasi tujuan program penyuluhan berdasarkan teori yang
diberikan?6. Bagaimana mahasiswa dapat menetapkan indikator untuk
mengukur kemajuan yang dicapai suatu program penyuluhan
pertanian?7. Bagaimana mahasiswa dapat membuat standar dan kriteria
untuk menentukan nilai pencapaian tujuan prorgam yang telah
ditetapkan dalam evaluasi penyuluhan pertanian?C. Tujuan Pada
Praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian ini
bertujuan sebagai berikut:1. Mahasiswa dapat merumuskan dan
menetapkan keadaan secara benar dengan mendasarkan pada keadaan
yang dipresentasikan dalam monografi daerah, data yang berkaitan
dengan kebijakan pemerintah dan data petani serta usahataninya.
2. Mahasiswa berlatih mengidentifikasikan Impact Point Teknis,
Impact Point Ekonomi dan Impact Point Sosial, sebagai salah satu
bentuk rumusan masalah dalam sebuah program pertanian untuk sebuah
wilayah.
3. Mahasiswa dapat merumuskan tujuan program penyuluhan
pertanian yang memenuhi syarat.
4. Mahasiswa dapat menetapkan cara mencapai tujuan dari program
penyuluhan pertanian.
5. Mahasiswa dapat mengevaluasi tujuan program penyuluhan
berdasarkan teori yang diberikan.
6. Mahasiswa dapat menetapkan indikator untuk mengukur kemajuan
yang dicapai suatu program penyuluhan pertanian.
7. Mahasiswa dapat membuat standar dan kriteria untuk menentukan
nilai pencapaian tujuan prorgam yang telah ditetapkan dalam
evaluasi penyuluhan pertanian.D. Manfaat1. Manfaat bagi
mahasiswa
a. Praktikan mampu mengidentifikasi impact point teknis, impact
point ekonomi, impact point sosial.
b. Mahasiswa memperoleh pengalaman berinteraksi secara langsung
dengan petani untuk mengkaji permasalahan pertanian yang ada di
lapang.
c. Mahasiswa memperoleh pengalaman melaksanakan penyuluhan
secara langsung kepada petani sebagai penerima manfaat
penyuluhan.
d. Mahasiswa memperoleh pengetahuan mengenai cara mencegah serta
menekan permasalahan yang ada pada sasaran penyuluhan yang
diperoleh melalui berbagai sumber informasi.e. Menambah pengetahuan
tentang program yang sudah dievaluasi dengan program yang belum
dievaluasi.
f. Menambah pengetahuan tentang cara mengevaluasi program yang
telah dilaksanakan atau sedang berjalan.
2. Manfaat bagi petani
a. Tumbuhnya keinginan/minat agar mau merubah kebiasaan buruk
menjadi baik dengan adanya evaluasi program tersebut.b. Memperoleh
masukan terhadap usahataninya sehingga dapat dijadikan sebagai
perbaikan.c. Membantu petani memecahkan masalah yang tengah
dihadapi saat ini.3. Manfaat bagi penyuluh
a. Mengetahui seberapa tingkat keberhasilan program penyuluhan
yang dilaksanakan.b. Memperoleh evaluasi terhadap progam penyuluhan
maupun evaluasi terhadap dirinya sendiri.
4. Manfaat bagi Fakultas Pertanian UNS
a. Mendukung kelengkapan dalam penerapan kurikulum pendidikan di
Fakultas Pertanian UNS.b. Memberikan informasi maupun bahan
mengenai berbagai kajian masalah dan cara mengatasi masalah yang
terkait.II. MENETAPKAN KEADAAN
A. Pengumpulan dan Pengolahan DataBadan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Jatipuro berada di
wilayah Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar. Data mengenai
kebijakan pemerintah, keadaan wilayah, keadaan penduduk dan
kelembagaan di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten
Karanganyar didapatkan dari data monografi desa, rencana kerja
penyuluhan dan programa penyuluhan pertanian Desa Jatisuko,
Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar. Data-data tersebut
antara lain:1. Data Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah merupakan suatu keputusan yang dibuat
secara sistematik oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu
menyangkut kepentingan umum. Kebijakan pemerintah, khususnya dalam
bidang pertanian bertujuan untuk meningkatkan pembangunan pertanian
di suatu wilayah hingga akhirnya mampu mendukung pembangunan
pertanian nasional. Berikut data kebijakan pemerintah Kecamatan
Jatipuro.
Tabel 2.1 Data Kebijakan Pemerintah di Kecamatan Jatipuro Tahun
2014No.Progama
1.Peningkatan pendapatan petani guna meningkatkan kesejahteraan
keluarga
2.Peningkatan pengetahuan, sikap dari ketrampilan (PSK)
masyarakat tani dalam agribisnis pertanian
3.Peningkatan dan penciptaan ketersediaan pangan dengan ikut
mengawal program pemerintah dalam mencapai target surplus beras 10
juta pada tahun 2014
4.Peningkatan dan mendukung kelestarian lingkungan hidup,
peningkatan produktivitas ulat pelok dengan pola SL-PTT menjadi 69
kwt GKG
5.Pengembangan varietas baru
6.Peningkatan penanganan pasca usaha pertanian
7.Pengembangan komoditas unggulan daerah
8.Peningkatan pengembangan pertanian organik
9.Pengembangan usahatani dengan pola kemitraan
10.Intensifikasi tanaman hias
11.Pengembangan kolam dengan ikan patin nila merah
12.Penanganan flu burung
13.Peningkatan inseminasi buatan
14.Peningkatan konservasi dan pelestarian SDA
Sumber: Data SekunderData kebijakan Kecamatan Jatipuro berlaku
untuk semua desa yang ada di Kecamatan Jatipuro termasuk Desa
Jatisuko. Kebijakan tersebut disambut baik oleh penduduk Desa
Jatisuko. Hal ini terlihat dari antusias penduduk dalam mengikuti
program penyuluhan yang dilaksanakan oleh penyuluh. Penyuluhan
dilakukan secara terjadwal.2. Data Keadaan Wilayaha.
Musim/IklimIklim adalah suatu unsur yang sama sekali tidak dapat
dipengaruhi, artinya dengan jalan bagaimanapun tidak dapat diubah
sekehendak manusia. Unsur-unsur iklim, seperti suhu, sinar
matahari, curah hujan, angin, dan penguapan. Iklim besar
pengaruhnya terhadap usaha pertanian misalnya dalam pemilihan
kultur, produktivitas hasil tanaman, pelaksanaan pekerjaan
pertanian (AAK, 1983). Iklim adalah suatu unsur yang sama sekali
tidak dapat dipengaruhi, artinya dengan jalan bagaimanapun tidak
dapat diubah sekehendak manusia. Unsur-unsur iklim, seperti suhu,
sinar matahari, curah hujan, angin, dan penguapan. Iklim besar
pengaruhnya terhadap usaha pertanian, misalnya dalam pemilihan
kultur, produktivitas hasil tanaman, pelaksanaan pekerjaan
pertanian.Di Indonesia terdapat dua jenis musim/iklim, yaitu musim
panas dan musim penghujan yang terjadi masing-masing selama kurang
lebih enam bulan. Iklim juga dapat mempengaruhi pertanian di suatu
tempat, seperti dapat menentukan jenis tanaman, mempengaruhi
pemilihan, pemeliharaan, serta penggunaan mesin pertanian yang
tepat, dan sebagainya.Tabel 2.2 Data Iklim di Desa Jatisuko Tahun
2013NoIndikatorKeterangan
1.Curah Hujan2241 mm/thn
2.Ketinggian770 mdpl
3.Suhu Rata-Rata Harian32oC
Sumber: Data Sekunder Dari data di atas dapat diketahui bahwa
Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro memiliki curah hujan sebesar 2241
mm/tahun. Ketinggian desa tersebut, yaitu 770 mdpl dengan suhu
rata-rata 32 oC. Desa Jatisuko termasuk daerah yang basah karena
memiliki curah hujan yang sedang. Oleh karena itu, di Desa Jatisuko
ini cocok untuk menanam bermacam-macam tanaman pangan, seperti
padi, palawija, hortikultura.b. Batas Wilayah
Desa Jatisuko merupakan salah satu desa di Kecamatan Jatipuro
yang berada di daerah dataran tinggi. Desa Jatisuko memiliki luas
wilayah 310,32 Ha. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan adalah 5
km, dan jarak dari Ibukota Kabupaten 20 km. Adapun batas wilayah
Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, yaitu
sebagai berikut.Tabel 2.3 Batas Wilayah di Desa Jatisuko Tahun
2013BatasDesa/KelurahanKecamatan
Utara
Selatan
TimurPlosoJatimulyo KarangbangunJatiwarno dan
JatiharjoJatipuroJatipuro
Jatipuro
BaratJatikuwungJatipuro
Sumber: Data SekunderData mengenai keadaan wilayah Desa
Jatisuko, Kecamatan Jatipuro ini diperoleh dari data monografi
desa/kelurahan Jatisuko. Data monografi yang ada dalam suatu
wilayah tertentu memegang peranan penting. Kelengkapan dan
keakuratan data monografi suatu wilayah sangat diperlukan, semakin
lengkap dan akurat data yang ada, maka semakin mudah dan tepat
dalam merencanakan pembangunan yang akan datang di wilayah
tersebut. Begitu juga dengan data monografi yang dimiliki oleh Desa
Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar ini dapat
digunakan untuk membuat perencanaan pembangunan desa tersebut. c.
Keadaan Topografi, Jenis Tanah, Pengairan dan Pertanaman
Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek
lain seperti planet, satelit alam dan asteoroid. Topografi alam
dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Tanah merupakan
benda alam yang terus menerus berubah akibat pelapukan dan
pencucian yang terus menerus. Dengan mengetahui jenis tanah suatu
wilayah, kita dapat menentukan jenis tanaman yang harus ditanam di
daerah tersebut. Pengairan adalah suatu usaha mengatur dan
memanfaatkan air yang tersedia baik dari sungai maupun dari sumber
air yang lain dengan menggunakan sistem tata saluran untuk
kepentingan pertanian.
Tabel 2.4Data Keadaan Topografi, Jenis Tanah, Pengairan dan
Pertanaman di Desa Jatisuko Tahun 2013No.
IndikatorKondisi
1.
2.Topografi
Jenis Tanah TinggiLatosol
3.PengairanTeknis dan tadah hujan
4.PertanamanPadi, palawija, hortikultura
Sumber: Data SekunderTopografi di Desa Jatisuko, Kecamatan
Jatipuro sebagian besar adalah miring karena Desa Jatisuko berada
pada dataran tinggi dengan ketinggian tanah dari permukaan laut
adalah 770 meter di atas permukaan laut. Tipe topografi tinggi
dengan jenis tanah lathosol, yaitu tanah yang tidak terlalu subur
sehingga jenis tanaman kurang beragam. Pengairan yang terdapat di
Desa Jatisuko, yaitu teknis dan tadah hujan. Tanaman yang biasa
ditanam dan dibudidayakan, yaitu padi, palawija, dan
hortikultura.
d. Perhubungan Jalan, Listrik dan Telepon
Setiap daerah memiliki sarana dan prasaran yang berbeda. Sarana
dan prasarana yang ada dapat menunjukkan tingkat perkembangan
daerah tersebut. Desa Jatisuko memiliki sarana dan prasarana berupa
jalan, listrik dan telepon.Tabel 2.5Data Sarana dan Prasarana di
Desa Jatisuko Tahun 2013NoIndikatorKondisi
1.
2.Jalan yang baik
Jalan yang rusak10 km
5 km
3.ListrikAda
4.TeleponAda
Sumber: Data SekunderTabel di atas menunjukkan sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh Desa Jatisuko. Jalan di Desa Jatisuko
menjadi salah satu jalur utama tranportasi darat yang dilalui bus
dan truk muatan. Kondisi jalan yang dilalui transportasi umum dan
merupakan jalan besar sudah baik. Selain jalan umum, ada juga jalan
yang berada di tengah desa, baik yang berkondisi baik ataupun sudah
rusak. Panjang jalan yang baik dan rusak tidak diketahui secara
pasti, karena tidak terdapat dalam monografi Desa Jatisuko.
Penduduk Desa Jatisuko sudah memakai listrik, teknologi komunikasi
sudah memasuki Desa Jatisuko. Walaupun tidak ditemukan telepon
umum, tetapi sebagian besar penduduk Desa Jatisuko sudah memiliki
telepon genggam.3. Data Keadaan Penduduk
Data kependudukan merupakan data yang mengelompokkan penduduk
untuk memudahkan dalam pengelompokan berdasarkan hal tertentu. Data
kependudukan dapat dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan dan mata pencaharian.
a. Keadaan Penduduk Menurut UmurPenduduk menurut kelompok umur
adalah pengelompokkan penduduk menurut usia dan jenis kelaminnya.
Pengelompokkan ini dimaksudkan untuk mengetahui penduduk usia
produktif dan penduduk usia non produktif dalam kurun waktu
tertentu di suatu wilayah. Penduduk yang tergolong dalam usia
produktif adalah usia 15-54 tahun dan penduduk yang tergolong dalam
usia non produktif adalah usia 0-14 tahun dan 54 tahun ke
atas.Tabel 2.6Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Jatisuko,
Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar Tahun 2013No.Kelompok
UmurJumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.12.
13.0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60+132
214
238
192
226
294
285
282
280
278
280
294
363
Jumlah3358
Sumber: Data Sekunder Tabel 2.6 menunjukkan jumlah penduduk
menurut umur di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro. Jumlah penduduk
terbesar adalah penduduk dengan usia 25-29 tahun dan usia 55-59
tahun dengan jumlah 294 jiwa. Sedangkan penduduk dengan jumlah
terkecil adalah penduduk yang berusia 0-4 tahun dengan jumlah 132
jiwa. Angka beban tanggungan merupakan perbandingan jumlah penduduk
yang non produktif dengan produktif dalam prosentase.
ABT (Angka Beban Tanggungan)= = x 100%
= 58,62 % = 59 %Angka Beban Tanggungan di Desa Jatisuko sebesar
59%. Hal ini berarti tiap 100 penduduk usia produktif di Desa
Jatisuko, Kecamatan Jatipuro harus menanggung 59 penduduk usia non
produktif. ABT yang ditanggung oleh masyarakat di Desa Jatisuko
termasuk dalam kategori rendah karena jumlah penduduk non produktif
lebih kecil dari jumlah penduduk usia produktif. Apabila jumlah
penduduk non produktif lebih besar dari jumlah penduduk usia
produktif, maka angka tanggungan lebih tinggi.
b. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Penduduk merupakan orang-orang yang bermukim di suatu wilayah,
baik sementara atau menetap. Komponen penduduk adalah laki-laki dan
perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin penting untuk
diketahui terutama ketika menyusun suatu perencanaan kebijakan dan
programa pembangunan suatu wilayah. Tabel berikut menunjukkan
perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Desa
Jatisuko, Kecamatan Jatipuro.
Tabel 2.7 Keadaan Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Desa
Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar Tahun
2013No.Jenis KelaminJumlah (Orang)
1.Laki-laki1699
2.Perempuan1659
3358
Sumber: Data SekunderTabel 2.7 menunjukkan jumlah penduduk
menurut jenis kelamin di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro.
Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat diketahui sex ratio
Desa Jatisuko. Sex ratio merupakan perbandingan jumlah penduduk
laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan dalam persentase.
Perhitungan sex ratio perlu dilakukan karena dapat digunakan untuk
pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan.
Sex ratio= x 100
= x 100
= 102,41 = 102Sex ratio diperoleh dengan menggunakan jumlah
penduduk laki-laki dengan perempuan untuk, kemudian dibuat
perbandingannya. Jika Sex ratio 100, artinya dalam 100 orang
perempuan terdapat 100 orang laki-laki (jumlah laki-laki sama
dengan perempuan). Hal ini berarti pembagian kerja antara perempuan
dan laki-laki sama, jika sex ratio kurang dari 100, maka pembagian
kerjanya tidak sama, yang lebih berperan adalah wanita, begitu pula
sebaliknya. Angka Sex Ratio di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro
adalah sebesar 102. Angka ini menunjukkan bahwa pada setiap 100
orang perempuan terdapat 102 laki-laki. Oleh karena itu, yang lebih
berperan dalam pekerjaannya yaitu laki-laki.
c. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan di suatu daerah menunjukkan pencapaian
pemerataan pendidikan suatu negara. Salah satu indikator
keberhasilan pembangunan dapat dilihat pada kondisi pendidikan di
pedesaan. Adanya tingkat pendidikan yang tinggi pada suatu daerah
dapat mempercepat proses pembangunan pada daerah yang
bersangkutan.Tabel 2.8 Keadaan Penduduk Desa Jatisuko, Kecamatan
Jatipuro, Kabupaten Karanganyar Tahun 2013No.Tingkat
PendidikanJumlah (Orang)
1.Tamat Akademi Perguruan Tinggi75
2.Tamat SLTA315
3.Tamat SLTP350
4.Tamat SD830
5.Tidak Tamat SD0
6.Belum Tamat SD750
7.Tidak Sekolah0
Jumlah2320
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 2.8 dapat diketahui bahwa pendidikan penduduk
di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro masih rendah. Hal ini
ditunjukkan oleh tingkat pendidikan terbanyak pada tingkat tamat SD
sebesar 830 sedangkan penduduk yang menyelesaikan pendidikan hingga
tamat perguruan tinggi, yaitu hanya 75 orang. Penduduk yang tamat
SLTA adalah sebanyak 315 orang, tamat SLTP sebanyak 350 orang,
belum tamat SD sebanyak 750 orang dan tidak ada penduduk yang tidak
tamat SD maupun yang tidak bersekolah.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan sangat
berpengaruh terhadap kegiatan penyuluhan yang ada di Desa Jatisuko,
Kecamatan Jatipuro. Tingkat pendidikan yang relatif tinggi akan
mempengaruhi kecepatan petani dalam mengadopsi inovasi-inovasi yang
ada. Selain itu, petani mempunyai pengetahuan tentang analisis
usahatani sehingga dapat memperhitungkan setiap pengeluaran dan
pendapatan dalam usahatani.
d. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Keadaan penduduk menurut mata pencaharian diperlukan untuk
mengetahui proporsi penduduk sesuai jenis mata pencaharian sehingga
dapat diketahui dengan tepat jumlah petani di Desa Jatisuko. Dengan
mengetahui jumlah petani, maka akan memudahkan penyuluh dalam
membuat perencanaan untuk mendukung upaya peningkatkan produksi
pertanian. Keberadaan petani memberi kontribusi bagi pertumbuhan
pendapatan pokok daerah dari sektor pertanian.Akibat pertambahan
penduduk yang tinggi, maka jumlah angkatan kerja tidak seharusnya
terserap. Bahkan semakin ketatnya persaingan tenaga kerja, maka
angkatan kerja muda yang merupakan tenaga kerja kurang produktif
pun ikut bersaing. Hal ini kurang menguntungkan usaha pembangunan
secara nasional karena golongan muda kurang produktif tersebut
merupakan beban. Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja
merupakan masalah yang harus ditangani secara serius karena sangat
peka terhadap ketahanan nasional (Aditya, 2000).Tabel 2.9 Keadaan
Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Jatisuko, Kecamatan
Jatipuro, Kabupaten Karanganyar Tahun 2013No.Jenis Mata
PencaharianJumlah
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.Petani
Buruh Tani
Angkutan
Wiraswasta
Buruh industri
Buruh bangunan
Swasta
PNS, TNI, POLRI
Pensiunan
Pengangguran
Lain-lain60
450
19
50
-
100
30
29
25
-
-
Jumlah763
Sumber : Data SekunderBerdasarkan Tabel 2.9 dapat diketahui
bahwa sebagian besar penduduk di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro
bermatapencaharian sebagai buruh tani. Keadaan penduduk menurut
mata pencaharian diperlukan untuk mengetahui seberapa besar
penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani,
hal ini dikarenakan pendapatan pokok Desa Jatisuko adalah dari
sektor pertanian. Dengan mengetahui jumlah petani, maka dapat
dibuat perencanaan yang dapat meningkatkan produksi pertaniannya.
Potensi pertanian yang mampu dioptimalkan akan memberikan manfaat
bagi kesejahteraan produsen dan masyarakat.4. Data Kelembagaan
Desa
Kelembagaan di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro meliputi
kelembagaan di bidang pemerintahan, pertanian, dan kelembagaan
sosial/ kemasyarakatan. Kelembagaan adalah suatu hubungan dan
tatanan antara anggota masyarakat atau organisasi yang melekat,
diwadahi dalam suatu jaringan atau organisasi yang dapat menentukan
suatu hubungan antara manusia atau organisasi dengan ditentukan
oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat, berupa norma, kode etik
atau aturan formal dan non-formal untuk bekerja sama demi mencapai
tujuan yang diinginkan. Kelembagaan berisi sekelompok orang yang
bekerja sama dengan pembagian tugas tertentu untuk mencapai suatu
tujuan yang diinginkan. Tujuan peserta kelempok dapat berbeda,
tetapi dalam organisasi menjadi satu kesatuan (Hartati, 2001).
Adapun rincian kelembagaan di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro
adalah sebagai berikut:a. Kelembagaan PemerintahKelembagaan
pemerintah yang terdapat di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro
adalah BPD dan LPMD. Fungsi dari kelembagaan pemerintah adalah
untuk mengatur pemerintahan desa. Kelembagaan pemerintah yang ada
di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro dapat dilihat pada tabel
berikut.Tabel 2.10Kelembagaan Pemerintah di Desa Jatisuko,
Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar Tahun 2013No.Jenis
KelembagaanJumlah Anggota
1.2.3.4.5.6.BPD
LMPD
Kepala Desa
Sekretaris Desa
Kepala Dusun
KAUR9
9
1
1
8
6
Total34
Sumber : Data SekunderBerdasarkan Tabel 2.10 dapat diketahui
bahwa kelembagaan pemerintah di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro,
yaitu BPD yang merupakan salah satu unsur penyelenggara.
Pemerintahan Desa terbentuk sebagai wahana pelaksanaan demokrasi di
Desa telah menunjukkan peran penting dalam mendukung perwujudan
tata penyelenggaraan pemerintahan desa yang baik. Lembaga BPD
memiliki anggota sebanyak 9 orang. Kepala desa di Desa Jatipuro 1
orang dengan sekretaris desa 1 orang. Kepala dusun yang ada
sebanyak 8 orang dan KAUR yang 6 orang. LPMD (Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa) adalah wadah yang dibentuk atas prakarsa
masyarakat sebagai mitra Pemerintah Desa dalam menampung dan
mewujukan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dibidang pembangunan
memiliki anggota sebanyak 9 orang. Anggota LPMD dipilih oleh
masyarakat desa yang bersangkutan.
b. Kelembagaan Pertanian
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi penduduk
pedesaan. Kelembagaan pertanian adalah suatau lembaga yang
terbentuk karena faktor kepentingan dan kebutuhan yang sama dari
suatu masyarakat untuk menjalankan kegiatan pertanian. Fungsi dari
kelembagaan Pertanian di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro adalah
untuk koordinasi pertanian, baik dari waktu tanam, input produksi,
dan pola tanam yang disampaikan dari PPL. Selain itu, juga untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi petani. Kelembagaan
pertanian yang ada di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro adalah
sebagai berikut.Tabel 2.11 Data Kelembagaan Pertanian di Desa
Jatisuko Tahun 2013No.LembagaJumlah Anggota
1.
2.
3.
4.
5.
6.7.
8.
9.
10.
11.
12.13.Suko Mulyo I
Suko Mulyo II
Suko Mulyo III
Suko Mulyo IV
Suko Mulyo V
Suko Mulyo VI
Suko Mulyo VII
Suko Mulyo VIII
Suko Mulyo IX
Suko Mulyo X
Suko Mulyo XI
Sumber Pangan I
Sumber Pangan II35
41
30
40
45
30
30
24
45
30
29
21
15
Sumber: Data SekunderTabel Data Kelembagaan Pertanian di Desa
Jatisuko Tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah kelompok tani di Desa
Jatisuko jumlahnya cukup banyak. Ada 13 kelompok tani di Desa
Jatisuko, walaupun tidak semua kelompok tani di Desa Jatisuko
tersebut aktif. Kelompok Tani Suko Mulyo II memiliki jumlah anggota
paling banyak, yaitu 41 jiwa. Berbeda dengan Kelompok Tani Sumber
Pangan II yang hanya memilii anggota 15. Kelompok tani tersebut
memiliki jumlah anggota yang paling sedikit di antara kelompok tani
yang lain.c. Kelembagaan Kemasyarakatan
Kelembagaan sosial adalah suatau lembaga yang terbentuk karena
faktor kepentingan dan kebutuhan yang sama dari suatu masyarakat.
Fungsi dari kelembagaan sosial/kemasyarakatan di Desa Jatisuko,
Kecamatan Jatipuro adalah untuk menggerakkan masyarakat dalam
kelembagaan yang berpartisipasi dalam kemasyarakatan atau sosial.
Kelembagan kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh anggota
masyarakat Warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan visi, misi, profesi, fungsi dan kegiatan untuk berperan
serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila, yang terdiri dari organisasi keagamaan, lembaga swadaya
masyarakat, organisasi profesi, organisasi swasta, organisasi
sosial, organisasi politik, media massa, dan bentuk organisasi
lainnya(Farid, 2009). Kelembagaan sosial yang ada di Desa Jatisuko,
Kecamatan Jatipuro adalah sebagai berikut:Tabel 2.12 Kelembagaan
Sosial atau Masyarakat di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro,
Kabupaten Karanganyar Tahun 2013
No.SaranaJumlah
1.Sekolah
a. TK
b. SD
c. SLTP Umum2 Buah
-
-
2.Masjid 10 Buah
3.Gereja -
4.Mushola 3 Buah
5.Puskesmas Pembantu-
6.Posyandu8 Buah
7.PKD1 buah
8.Lapangan Olahraga2 buah
Jumlah26 buah
Sumber : Data SekunderBerdasarkan tabel di atas dapat diketahui
bahwa kelembagaan sosial atau masyarakat di Desa Jatisuko,
Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar adalah sarana pendidikan,
tempat ibadah, sarana kesehatan, dan sarana olahraga. Desa Jatisuko
hanya memiliki 2 bangunan sebagai sarana pendidikan, yaitu bangunan
TK. Sarana peribadatan mempunyai 10 masjid dan 3 mushola, tetapi
tidak mempunyai gereja. Posyandu di Desa Jatisuko, Kecamatan
Jatipuro sebanyak 8 buah. Fungsi Posyandu adalah menanggulangi
berbagai masalah kesehatan terutama yang dihadapi lansia dan
balita, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif. Untuk sarana
olahraga, Desa Jatisuko memiliki 2 lapangan olahraga, yaitu
lapangan sepak bola dan lapangan bulutangkis.5. Data Keadaan
Usahatania. Pengusaaan Aset Masyarakat
Usahatani merupakan usaha yang dilakukan petani dalam bidang
pertanian yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan petani. Usahatani
sangat erat hubungannya dengan tingkat kesejahteraan petani. Hal
ini juga terlihat dari aset yang dimiliki petani dalam menunjang
usahataninya. Data penguasaan aset masyarakat di Desa Jatisuko
dapat dilihat tabel berikut.Tabel 2.13Data Penguasaan Aset
Masyarakat di Desa Jatisuko Tahun 2013
No.LembagaJumlah AnggotaLuas Garapan (Ha)Total
SawahTegalan dan Pekarangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.Suko Mulyo I
Suko Mulyo II
Suko Mulyo III
Suko Mulyo IV
Suko Mulyo V
Suko Mulyo VI
Suko Mulyo VII
Suko Mulyo VIII
Suko Mulyo IX
Suko Mulyo X
Suko Mulyo XI
Sumber Pangan I
Sumber Pangan II35
41
30
40
45
30
30
24
45
30
29
21
1514.60
11.70
13.70
16.50
7.400
16.70
15.10
15.00
13.30
13.20
6.700
-
-5.2000
3.0000
9.0000
6.3000
4.1000
4.5000
4.0000
4.7000
4.2000
4.2000
2.5000
2.0000
2.000019.800
14.700
22.700
22.700
11.500
21.200
19.100
19.700
17.500
17.400
9.2000
2.0000
2.0000
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penguasaan aset
masyarakat Desa Jatisuko bervariasi. Penguasaan lahan terbesar
adalah kelompok tani Suko Mulyo III dan Suko Mulyo IV dengan total
luas garapan 22,7 Ha untuk masing-masing kelompok tani. Sedangkan
penguasaan lahan terkecil adalah kelompok tani Sumber Pangan I dan
Sumber Pangan II, yaitu sebesar 2 Ha. Luas garapan kelompok tani
Sumber Pangan I dan II kecil karena kelompok tani tersebut hanya
menggarap tegalan dan pekarangan.b. Keadaan Tanaman Pangan, Luas
Lahan dan Hasil PanenSebuah proses produksi yang menghasilkan
output tidak pernah terlepas dari adanya input-input yang
menunjang. Input tersebut dapat diperoleh apabila ada sejumlah
biaya yang dikorbankan petani untuk menghasilkan output tertentu.
Penentuan harga tidak hanya berpacu pada biaya input yang telah
dikeluarkan, tetapi juga pada harga produk pada saat panen.Tabel
2.14Data Keadaan Tanaman Pangan di Desa Jatisuko, Kecamatan
Jatipuro, Kabupaten Karanganyar Tahun 2013No.Jenis TanamanLuas
Lahan (ha)Hasil Panen (ton)
1.Padi152504
2.Jagung5075
3.Ketela Pohon2754
4.Kacang Tanah1015
Sumber: Data Sekunder
Dari tabel di atas dapat diketahui jenis tanaman yang ada di
Desa Jatisuko, yaitu padi, jagung, ketela pohon, dan kacang tanah.
Tanaman pangan yang paling banyak ditanam adalah padi dengan jumlah
luas lahan 152 ha dan hasil panen 504 ton sehingga dalam satu ha
lahan dapat menghasilkan 3,31 ton. Tanaman pangan yang paling
sedikit ditanam adalah kacang tanah dengan luas lahan 10 ha dan
hasil panen 15 ton.B. Perumusan KeadaanPraktikum Perencanaan dan
Evaluasi Penyuluhan Pertanian ini dilaksanakan di Desa Jatisuko,
Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
Terdapat tiga kelompok tani yang menjadi narasumber diantaranya
kelompok tani Suko Mulyo III dengan ketua kelompok Bapak Sukarno,
kelompok tani Suko Mulyo V dengan ketua kelompok Bapak Daryonoo,
dan yang terakhir kelompok tani Suko Mulyo II dengan ketua kelompok
Bapak Sriyono. Sebagian besar jenis tanaman yang ditanam di desa
ini adalah tanaman padi dan tanaman palawija, seperti jagung,
ketela pohon, dan kacang tanah. Adapun rumusan keadaan yang ada di
tempat tersebut yaitu:
1. Hampir semua petani menanam tanaman padi, tetapi ada pula
yang menanam tanaman palawija.
2. Teknik pengolahan tanah, yaitu dengan cara dicangkul, dibajak
dengan alat traktor dan digaru.3. Sistem irigasi yang ada di lahan
desa ini, yaitu dengan irigasi teknis dari bendungan dan tadah
hujan.4. Benih yang digunakan petani merupakan varietas unggul
padi.
5. Sistem tanam padi dengan menggunakan sistem jajar legowo.6.
Sebelum dipanen, tanah biasanya dibiarkan kering.
7. Hasil panen padi sebagian besar dikonsumsi sendiri dan ada
pula yang dijual dalam bentuk beras.8. Penurunan kesuburan tanah di
Desa Jatisuko selalu diiringi dengan pemberian pupuk organik agar
kesuburan tanah tetap terjaga.
9. Petani mendapatkan pupuk organik dari penyuluh ataupun
membeli sendiri di toko saprodi.
10. Petani di desa ini tidak menjual beras jika harga beras
mahal dan ketika membutuhkan uang.11. Tenaga kerja yang digunakan
kebanyakan dari tenaga kerja dalam keluarga sendiri untuk menghemat
biaya tenaga kerja yang dikeluarkan.
12. Masih ada petani yang belum memperhitungkan pendapatan yang
diperoleh, walaupun sudah ada perencanaan di awal bersama anggota
kelompok tani yang lain.
13. Petani di desa ini tidak melakukan analisis biaya usahatani,
hanya beberapa anggota GAPOKTAN yang melakukannya.
14. Hasil produksi padi PKG rata-rata untuk saat ini, yaitu
sebesar 6,7 ton/ha15. Hampir semua petani antusias mendengarkan
penyuluh dalam memberikan informasi terkait cara peningkatan
usahatani dan pengendalian hama dan penyakit.
16. Setiap anggota kelompok tani sudah terjalin keeratan
kekeluargaan sehingga komunikasi antar anggota mudah dilakukan.
17. Kesadaran terhadap penyerapan teknologi baru cukup tinggi.C.
Masalah yang DihadapiPeranan petani dan masyarakat berpengaruh
terhadap masalah yang terjadi di Desa Jatisuko. Selain itu, faktor
cuaca, pengendalian hama dan penyakit juga tidak kalah penting,
dimana turut berdampak terhadap hasil produksi pertanian. Adapun
masalah yang dihadapi petani di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro,
Kabupaten Karanganyar, yaitu:1. Pada musim kemarau petani tidak
bisa menanam padi
Sisrim irigasi di Desa Jatisuko ada yang teknis dan ada pula
yang tadah hujan. Pada musim kemarau, petani yang tadah hujan tidak
bisa menanam padi karena tidak ada air. Irigasi teknis petani dapat
menanam padi tetapi juga terjadi kelangkaan air. Petani harus
bergantian dengan petani lainnya untuk menyirami padi di sawah agar
tidak terjadi kekeringan. 2. Distribusi pupuk kurang lancar
Kelangkaan pupuk anorganik di Desa Jatisuko disebabkan karena
distribusi pupuk kurang lancar. Petani menggunakan pupuk organik
dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik yang berupa pupuk urea,
ponska, dan SP36 sering terjadi kelangkaan sehingga petani mengalam
kesulitan dalam pemupukan. 3. Adanya hama dan penyakit yang
menyerang
Hama dan penyakit yang menyerang di Desa Jatisuko berupa
penyakit kresek pada padi. Akibat dari serangan hama tersebut
produktivitas padi menjadi menurun. Permasalahan itu terjadi
dikarenakan pelaksanaan PHT dan pelaksanaan pola tanam dan tata
tanam saat pembibitan belum baik.D. Upaya Pemecahan MasalahBanyak
upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada di Desa
Jatisuko, baik yang berasal dari masyarakat setempat maupun dari
pemerintah. Upaya ini bertujuan untuk memperbaiki keadaan sehingga
akan diperoleh hasil yang lebih baik. Adapun upaya pemecahan
masalah yang dihadapi petani yang ada di Desa Jatisuko, Kecamatan
jatipuro, Kabupaten Karanganyar yaitu:
1. Perbaikan irigasi
Irigasi teknis yang ada di Desa Jatisuko perlu diperpanjang agar
semua wilayah di desa tersebut mendapatkan air irigasi. Irigasi
yang sudah ada juga perlu diperbaiki lagi. Selain itu, petani juga
sebaiknya melakukan pergiliran pengairan air irigasi. Peran
pemerintah diperlukan dalam perbaikan irigasi sehingga petani dapat
menanam padi pada saat musim kemarau.2. Distribusi pupuk kurang
lancar Pendistribusian yang kurang lancar ini dikarenakan oleh
berbagai hal. Salah satu penyebabnya, yaitu pupuk subsidi digunakan
untuk petani justru digunakan pada sektor perkebunan dan tekstil.
Peran pemerintah diperlukan dalam masalah kelangkaan pupuk
tersebut. Pemerintah seharusnya melakukan pengawasan tentang
pendistribusian pupuk agar tepat tujuan. Selain itu, petani
sebaiknya dibiasakan menggunakan pupuk organik agar tidak
tergantung dengan pupuk anorganik.
3. Adanya hama dan penyakit yang menyerangPenyakit yang
menyerang dapat menyebabkan turunnya produktivitas padi sehingga
perlu dilakukan upaya pemberantasan hama. Pemberantasan hama
dilakukan dengan pestisida organik agar hama dan penyakit tidak
resisten terhadap pestisida. Pemberantasan hama dan penyakit
dilakukan secara bersamaan atau serentak agar hama dan penyakit
tersebut tidak menyebar.III. IDENTIFIKASI IMPACT POINT TEKNIS
A. Penyusunan Instrumen Impact Point Teknis
Identifikasi impact point teknis merupakan suatu langkah yang
dilakukan untuk mengetahui permasalahan mengenai teknis budidaya
yang dialami petani dan bagaimana solusi apa yang harus digunakan
untuk memecahkan masalah tersebut. Hal ini berhubungan dengan
pelaksanaan secara teknis dari kegiatan usahatani yang meliputi
sapta usahatani (pembibitan, penanaman, pemupukan, pengairan,
pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pemasaran).
Penyusunan instrumen yang dibutuhkan dalam mengidentitifikasi
impact point teknis perlu dibuat kuisioner terlebih dahulu yang
berisi daftar pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
teknik budidaya komoditas yang ditanam di lokasi penelitian. Untuk
menentukan impact point, terlebih dahulu kita harus menyusun
instrumen untuk menilai luas cakupan dan tingkat penerapan
teknologi (TPT) dengan menggunakan kuisioner. Di bawah ini adalah
tabel penyusunan instrumen yang digunakan dalam praktikum
Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian di Desa
Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar.
Tabel 3.1Kuisioner Penilaian Luas Cakupan dan Tingkat Penilaian
Teknologi (TPT) Teknis
NoPERTANYAANALTERNATIF JAWABANSKOR
1234
IBENIH(100)
1.Varietas apa yang Saudara pergunakan?a. Varietas unggul
b. Unggul Lokal30
15
2.Dari mana asal benih yang Saudara pergunakan?a. Dinas (PT
Pertani, Sanghyang Sri, KUD)
b. Pengankar/pedagang benih
c. Benih sendiri20
15
10
3.Berapa jumlah benih yang Saudara pergunakan?a. Sesuai
rekomendasi
b. Lebih dari rekomendasi
c. Kurang dari rekomendasi30
20
10
4.Setiap berapa kali Saudara mengadakan pergantian benih?a.
Setiap musim tanam ganti
b. Setiap 2 musim tanam ganti
c. Setiap 3 musim tanam ganti
d. Lebih dari 3 musim tanam ganti20
15
10
5
IIBERCOCOK TANAM(150)
1.Bagaimana cara Saudara mengerjakan tanaha. Dikerjakan sesuai
aturan (dibajak, dicangkul, dan digaru)
b. Dikerjakan kurang intensif (dicangkul dan diratakan)
c. Tidak dikerjakan pengolahan30
20
10
2.Bagaimana Saudara membuat bedengan?a. Sesuai dengan anjuran
(lebar 2 m, panjang sesuai dengan lahan yang ada)
b. Tidak sesuai anjuran
c. Tidak dibuat bedengan30
20
10
3.Bagaimana Saudara membuat parit keliling?a. Dibuat sesuai
anjuran (lebar 40 cm, kedalaman 40 cm)
b. Dibuat tidak sesuai anjuran
c. Tidak dibuat bedengan20
15
10
4.Bagaimana cara Saudara menanam?a. Ditugal sedalam 3-5cm
b. Ditanam dengan sistem palir
c. Disebar 10
6
2
5.Berapa ukuran jarak tanam yang Saudara pakai?a. Sesuai anjuran
(untuk yang bercabang banyak menggunakan jarak 25x25 cm, yang
bercabang sedikit menggunakan jarak 20 x 20 cm)b. Tidak sesuai
dengan anjuran10
5
6.Berapa jumlah benih tiap lubang yang dipergunakan?a. Sesuai
dengan anjuran (2-3 biji/ lubang)
b. Tidak sesuai anjuran10
5
7.Apakah Saudara melakukan penyiangan?a. Dilakukan 2 kali dalam
1 musim
b. Dilakukan 1 kali dalam 1 musim
c. Tidak disiangi10
6
2
8.Apakah Saudara melakukan pergiliran tanaman?a. Dilakukan
sesuai anjuran (ganti tanaman tiap musim)
b. Tidak dilakukan (padi terus menerus)3
0
IIIPEMUPUKAN(100)
1.Bagaimana frekuensi yang dilakukan?a. Dua kali selama
pertanaman
b. Satu kali selama pertanaman
c. Tidak dipupuk20
15
10
2.Berapakah dosis tiap frekuensi pemupukan?a. Sesuai anjuran
b. Lebih dari anjuran
c. Kurang dari anjuran30
20
10
3.Bagaimana cara Saudara memupuk?a. Ditugal, pupuk dimasukkan
lalu dibenam
b. Ditaruh dalam paliran lalu dibenam
c. Disebar lalu diinjak-injak
d. Disebar saja20
15
10
5
4.Apakah Saudara juga memberikan pupuk organik sebagai tambahan
pupuk?a. Menanam sesuai dengan anjuran
b. Menambah tidak sesuai dengan anjuran
c. Tidak menambah10
6
2
IVPENGAIRAN(50)
1.Apakah Saudara memberikan air pada saat kemarau?a. Menambah
air pada musim kemarau secara rata
b. Menambah tetapi tidak merata
c. Tidak menambah15
10
5
2.Apakah saudara menambah pemberian air pada saat tanaman
menjelang berbunga?a. Diberi tambahan air
b. Tidak diberi tambahan air10
5
3.Apakah dalam fase pengisian polong Suadara memberi air
pengairan?a. Diberi tambahan air
b. Tidak diberi tambahan air10
5
4.Bagaimana cara saudara mengairi?a. Dibuatkan saluran
pengairan
b. Tidak dibuatkan saluran5
0
5.Apakah pengeringan sebelum dipanen saudara lakukan?a.
Dilakukan pengeringan
b. Tidak dilakukan5
0
VPENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT(100)
1.Berapa kali Suadara melakukan pemberantasan hama?a. Empat kali
penyemprotan
b. Tiga kali penyemprotan
c. Dua kali penyemprotan
d. Satu kali penyemprotan
e. Tidak disemprot10
8
6
4
2
2.Berapa dosis spray yang Saudara pergunakan setiap
penyemprotan?a. Sesuai dengan anjuran (1 lt 1 kali spray)
b. Lebih dari anjuran
c. Kurang dari anjuran10
6
2
3.Berapakah konsentrasi larutan yang Saudara pergunakan?a.
Sesuai anjuran (2 cc/lt)
b. Lebih dari anjuran
c. Kurang dari anjuran10
6
2
4.Alat apa yang Saudara pakai dalam penyemprotan?a. Dengan alat
penyemprot (hand sprayer / motor sprayer)
b. Dengan alat tradisional10
5
5.Bagaimana cara saudara menyemprot?a. Sesuai anjuran (tepat
waktu dan interval)
b. Tidak sesuai anjuran10
5
6.Apakah saudara menggunakan pestisida yang sesuai dengan
hama/penyakitnya?a. Sesuai dengan hama/penyakit yang menyerang
b. Tidak sesuai dengan hama/penyakit yang menyerang15
10
7.Siapa yang melakukan pengamatan terhadap adanya hama dan
penyakit?a. Petugas pengamat hama
b. Regu pemberantasan hama dari kelompok tani
c. Petani sendiri15
10
5
VIPANEN(40)
1Kapan Saudara melakukan panen?a. Sesuai anjuran (100-110
HST)
b. Tidak sesuai anjuran255
2Bagaimana cara Saudara memanen?a. Dengan sabit
b. Dengan tangan saja15
5
VIIPEMASARAN(12)
1Bagaimana sistem penjualan terhadap hasil panen Saudara?a.
Dijual ke pengumpul
b. Dijual sendiri
c. Ditebaskan8
6
2
2Kemanakah Saudara memasarkan hasil/produksi?a. Ke daerah luar
Kabupaten
b. Hanya sampai dalam Kabupaten Setempat
c. Di desa/tempat sendiri4
3
1
Sumber: Data Primer
B. Penetapan Sampel Petani Responden
Lokasi Praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan
Pertanian adalah di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten
Karanganyar. Pengambilan sampel dimulai pada tahap penentuan lokasi
yang dilakukan oleh petugas penyuluhan dari BPP Kecamatan Jatipuro.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling.
Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel.Praktikum
Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian dilaksanakan
di Kecamatan Jatipuro. Penetapan sampel responden dari kalangan
petani dimulai dari tahap penentuan lokasi, yaitu menentukan desa
yang berada di Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar. Penentuan
sampel desa dilakukan berdasarkan lokasi desa yang berada di
sekitar Kecamatan Jatipuro sebagai pusat informasi. Sampel
responden terdiri dari 5 responden, yaitu petani di Desa Jatisuko
yang mayoritas petani mengusahakan komoditas padi (Oryza sativa).
Penentuan sampel responden yang dipilih berdasarkan anjuran dari
penyuluh di Kecamatan Jatipuro yang mengetahui seluk beluk kondisi
petani dan tingkat pemahaman petani dalam mengaplikasikan inovasi.
Pertimbangan yang dilakukan oleh penyuluh didasarkan pada tingkat
keberhasilan kelompok tani dalam menyerap inovasi yang ada,
kelompok tani Suko Mulyo III diketuai oleh Bapak Sukarno dipilih
sebagai sampel responden sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan.
C. Pengumpulan DataPengumpulan data dapat menggunakan sumber
primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen
seperti monografi desa, data dari BPS dan sebagainya.
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan laporan
pada praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan
Pertanian di Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, meliputi:1.
Observasi
Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan langsung ke lapangan dengan melihat obyek penelitian.
Digunakan metode observasi terstruktur, yaitu metode obsevasi yang
telah dirancang secara sistematis tentang hal yang diamati dan
tempat melakukan pengamatan. Peneliti telah mengetahui dengan pasti
variabel apa yang akan diamati.
2. Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan
memberikan pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya kepada
narasumber. Wawancara dilakukan dengan melalui tatap muka secara
langsung dengan narasumber yang bersangkutan. Digunakan daftar
pertanyaan yang berkaitan dengan tema praktikum.3.
KuisionerKuisioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan
kepada responden. Jawaban responden atas semua pertanyaan dalam
kuisioner kemudian dicatat atau direkam. Kuisioner merupakan metode
pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui secara pasti
data atau informasi apa yang dibutuhkan dan bagaimana variabel yang
menyatakan informasi yang dibutuhkan tersebut diukur.
4. Pencatatan
Teknik pencatatan adalah teknik pengumpulan data dengan
menggunakan media catatan oleh peneliti mengenai data atau
informasi penting yang diperoleh dari narasumber atau obyek
penelitian. Pencatatan data dapat dilakukan dengan mencatat data
dari brosur, papan informasi ataupun buku yang tersedia di tempat
praktikum itu dilakukan.
Data yang dikumpulkan adalah data luas lahan yang digarap petani
responden. Data nama petani dan luas lahan yang digarap petani
responden dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2Nama dan Luas Lahan Petani Responden di Kelompok Tani
Suko Mulyo III
No.NamaLuas Lahan (Ha)
1.Bapak Sukarno0,9350
2.Bapak Suripto0,7325
3.Bapak Giman0,7725
4.Bapak Waluyo0,5050
5.Bapak Narko0,5847
Jumlah Luas Lahan3,5297
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 3.2 di atas dapat diketahui luas lahan yang
dimiliki responden. Data yang dikumpulkan adalah kolom isian
instrument penilaian, data luas lahan yang digarap petani
responden, dan luas areal potensial di Desa Jatisuko, Kecamatan
Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, yaitu 199,5 hektar. Identifikasi
impact point teknis dilakukan di Kelompok Tani Suko Mulyo III
dengan mengetahui data luas lahan yang digarap petani responden.
Petani yang dijadikan sampel di Kelompok Tani Suko Mulyo III, yaitu
Bapak Sukarno sebagai ketua kelompok tani yang memiliki luas lahan
0,935 hektar, Bapak Suripto yang memiliki luas lahan 0,7325 hektar,
Bapak Giman yang memiliki luas lahan 0,7725 hektar, Bapak Waluyo
yang memiliki luas lahan 0,505 hektar, dan Bapak Narko yang
memiliki luas lahan 0,5847 hektar.D. Pengolahan Data
Penilaian Tingkat Penilaian Teknologi (TPT) Teknis Kelompok Tani
Suko Mulyo III di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten
Karanganyar adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3Rekapitulasi Perhitungan Penilaian Tingkat Penilaian
Teknologi (TPT) Teknis Kelompok Tani Suko Mulyo III di Desa
Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar
RespondenTPT Teknis
I-1I-2I-3I-4II-1II-2II-3II-4II-5II-6II-7II-8III-1III-2III-3III-4IV-1IV-2IV-3IV-4IV-5V-1V-2V-3V-4V-5V-6V-7VI-1VI-2VII-1VII-2
Sukarno3020302030302010101063203051015105561010101010155251563
Suripto3020305303020101010103203051015105561010101010155251563
Giman3020302030302010101063203051015105061010101010155251563
Waluyo3020305303020101010103203051015105561010101010155251563
Narko3020305303020101010103203051015105561010101010155251563
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, dapat diketahui siapa saja
diantara 5 petani responden yang memiliki skor di atas dan di bawah
skor maksimum berdasarkan tabulasi data impact point teknis diatas.
Tabel 3.3 menunjukkan hasil dari instrument penilaian luas cakupan
dan Tingkat Penilaian Teknologi (TPT) teknis. Pada kelompok tani
Suko Mulyo III, rata-rata petani menggunakan Tingkat Penilaian
Teknologi (TPT) teknis (teknik sapta usaha tani) yang sama karena
pada saat dilaksanakannya praktikum, kelompok tani Suko Mulyo III
sudah diberikan penyuluhan tentang teknik sapta usaha tani. Hal ini
dapat dibuktikan dengan skor yang hampir sama antara petani yang
satu dengan petani yang lain.E. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam identifikasi impact point teknis
dilakukan dengan cara pengolahan data. Data-data tersebut adalah
luas cakupan, % TPT dan tambahan input atau biaya yang dikeluarkan.
Data yang dikumpulkan kemudian akan disaring dalam tiga tahap
penyaringan. Saringan 1 didapat dari semua anjuran yang akan
diterapkan, kemudian dipilih 50% berdasarkan urutan luas cakupan
yang terbesar. Saringan 2 didapat dari hasil saringan 1 dipilih 50%
berdasarkan urutan % TPT yang terkecil. Saringan 3 didapat dari
hasil saringan 2 dipilih 50% berdasarkan urutan tambahan biaya
terkecil. Hasil dari saringan 3 merupakan impact point teknis yang
dicari. Berikut adalah tabel rekapitulasi perhitungan identifikasi
impact point teknis di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten
Karanganyar.Tabel 3.4Rekapitulasi Perhitungan Identifikasi Impact
Point Teknis di Kelompok Tani Suko Mulyo III, Desa Jatisuko,
Kecamatan Jatipuro, Kabupaten KaranganyarNoAnjuran yang belum
diterapkanLuas Cakupan%
TPT Input
1Varietas yang di tanam005.000
2Asal benih000
3Jumlah benih005.000
4Pergantian benih118,2405.000
5Pengolahan tanah0050.000
6Bedengan0040.000
7Pembuatan parit keliling0045.000
8Cara menanam000
9Jarak tanam000
10Jumlah benih tiap lubang001.000
11Penyiangan110,7605.000
12Pergiliran tanam 000
13Frekuensi pemupukan0090.000
14Dosis pemupukan0045.000
15Cara memupuk119,5255.000
16Pemberian pupuk organik003.000
17Penyiraman saat kemarau002.000
18Penambahan air menjelang berbunga003.000
19Pemberian air pada fase pengisian polong003.000
20Pengairan 0035.000
21Pengeringan sebelum panen50,0800
22Pemberantasan hama199,56020.000
23Dosis spray penyemprotan0010.000
24Konsentrasi larutan0010.000
25Alat penyemprotan0010.000
26Cara penyemprotan000
27Pestisida sesuai hama/penyakit002.000
28Pengamatan hama/penyakit199,533,330
29Waktu panen000
30Cara memanen0010.000
31Sistem penjualan hasil panen199,57510.000
32Lingkup pemasaran199,57515.000
Sumber: Data Primer
Perhitungan untuk mencari luas cakupan pada proses saringan I
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Luas cakupan = x Luas Areal Potensial
Luas cakupan mayoritas sebesar 0 ha sehingga dapat dikatakan
bahwa berdasarkan luas cakupan, teknik sapta usaha tani sudah
dilakukan walaupun hanya sebagian saja. Tingkat Penerapan Teknologi
(TPT) teknis mayoritas 0% sehingga dapat dikatakan bahwa Kelompok
Tani Suko Mulyo III belum menerapkan seluruh teknologi yang ada.
input diperoleh dari tambahan biaya yang dikeluarkan petani jika
tidak menerapkan anjuran yang diterapkan atau tidak sesuai
rekomendasi. input yang dihasilkan sebagian besar sebesar Rp 0,-
sehingga dapat dikatakan Kelompok Tani Suko Mulyo III sudah
melaksanakan teknik sapta usaha tani, meskipun masih dalam jumlah
yang sedikit.
Tabel 3.5Saringan 1 Identifikasi Impact Point Teknis Kelompok
Tani Suko Mulyo III, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten
Karanganyar
No.Anjuran yang belum diterapkanLuas Cakupan (ha)% TPT Input
(Rp)
1Pergantian benih118,2405.000
2Pengolahan tanah0050.000
3Bedengan0040.000
4Pembuatan parit keliling0045.000
5Penyiangan110,7605.000
6Frekuensi pemupukan0090.000
7Dosis pemupukan0045.000
8Cara memupuk119,5255.000
9Pengairan0035.000
10Pengeringan sebelum panen50,0800
11Pemberantasan hama199,56020.000
12Dosis spray penyemprotan0010.000
13Pengamatan hama/penyakit199,533,330
14Cara memanen0010.000
15Sistem penjualan hasil panen199,57510.000
16Lingkup pemasaran199,57515.000
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 3.5 perhitungan identifikasi impact point
teknis di kelompok tani Suko Mulyo III, maka dilakukan saringan I
dengan mengumpulkan 16 data yang memiliki luas cakupan paling
besar, yaitu pergantian benih, pengolahan tanah, bedengan,
pembuatan parit keliling, penyiangan, frekuensi pemupukan, dosis
pemupukan, cara memupuk, pengairan, pengeringan sebelum panen,
pemberantasan hama, dosis spray penyemprotan, pengamatan
hama/penyakit, sistem penjualan, lingkup pemasaran.
Tabel 3.6Saringan 2 Identifikasi Impact Point Teknis di Kelompok
Tani Suko Mulyo III, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten
Karanganyar
No.Anjuran yang Belum
di TerapkanLuas Cakupan%TPT Input
1Pengolahan tanah0050.000
2Bedengan0040.000
3Pembuatan parit keliling0045.000
4Frekuensi pemupukan0090.000
5Dosis pemupukan0045.000
6Pengairan0035.000
7Pengeringan sebelum panen50,0800
8Dosis spray penyemprotan0010.000
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 3.6 rekapitulasi perhitungan identifikasi
impact point teknis berdasarkan luas cakupan terbesar di Desa
Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, maka dilakukan
penyaringan II dengan mengumpulkan 8 data yang memiliki % TPT yang
terkecil. Didapat 8 data tersebut, yaitu pengolahan tanah,
bedengan, pembuatan parit keliling, frekuensi pemupukan, dosis
pemupukan, pengairan, pengeringan sebelum panen, dosis spray
penyemprotan.
Tabel 3.7Saringan 3 Identifikasi Impact Point Teknis di Kelompok
Tani Suko Mulyo III, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten
Karanganyar
No.Anjuran yang Belum
DiterapkanLuas Cakupan% TPT Input
1Pengeringan sebelum panen50,0800
2Dosis spray penyemprotan0010.000
3Pengairan0035.000
4Bedengan0040.000
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 3.7 rekapitulasi perhitungan identifikasi
impact point teknis berdasarkan Input di Desa Jatisuko Kecamatan
Jatipuro, Kabupaten Karanganyar dapat ditarik kesimpulan bahwa
impact point teknis di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten
Karanganyar adalah pengeringan sebelum panen, dosis spray
penyemprotan, pengairan, dan bedengan.F. Masalah Yang
DihadapiBerdasarkan hasil impact point teknis, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa masalah yang dihadapi oleh kelompok tani Suko
Mulyo III di Desa Jatisuko adalah sebagai berikut:
1. Sebelum panen, petani di Desa Jatisuko tidak semuanya
melakukan pengeringan sawah. Pada saat tanah dalam kondisi basah,
petani tetap melakukan pemanenan sehingga petani kesulitan dalam
pemanenan. 2. Penyemprotan yang dilakukan oleh petani tidak sesuai
dosis yang direkomendasikan oleh penyuluh. 3. Di Desa Jatisuko,
pada saat musim kemarau petani kesulitan mendapatkan air untuk
mengairi tanaman mereka. Hal tersebut menyebabkan sebagian petani
tidak menanam padi pada saat musim kemarau.4. Petani di Desa
Jatisuko tidak membuat bedengan sesuai dengan anjuran yang
diberikan oleh penyuluh.G. Upaya Pemecahan MasalahUpaya pemecahan
dari masalah yang dihadapi kelompok tani Suko Mulyo III di Desa
Jatisuko adalah:
1. Pengeringan Sebelum Panen
Panen merupakan suatu usaha pengumpulan hasil budidaya tanaman
yang sudah ditanam selama periode tertentu. Untuk proses pemanenan
yang cepat perlu diadakan pengeringan tanah. Pengeringan tanah
dilakukan untuk mempermudah dalam proses panen dan saat petani
menginjak tanah agar kuat. Perlu diadakan penyuluhan tentang
manfaat pengeringan lahan sebelum panen diadakan dan bagaimana
melakukan pengeringan laham yang baik sebelum dipanen.
2. Dosis Spray Penyemprotan
Pengadaan penyemprotan perlu dilakukan untuk menunjang tumbuhnya
tanaman yang baik. Hama maupun penyakit dapat ditanggulangi dengan
adanya penyemprotan. Tetapi dalam penyemprotan pupuk cair atau
pestisida perlu adanya dosis yang tepat agar tidak merugikan lahan
pada masa yang datang. Hal ini perlu diadakan penyuluhan tentang
cara penggunaan dosis spray yang benar. Penyuluhan dapat dilakukan
dengan cara ceramah dan sekolah lapang sehingga petani dapat
mengetahui teori dan juga dapat mengetahui prakteknya.
3. Pengairan
Saluaran irigasi yang baik sebagai salah satu penunjang
keberhasilan suatu tanaman tumbuh dengan baik dan sehat. Pengairan
juga berguna untuk kesuburan tanah dan agar tanah tetap lembab atau
terisi air. Saluran irigasi yang baik akan berdampak pada pengairan
yang baik pula. Perlu dilakukan perbaikan saluran irigasi agar pada
musim kemarau petani masih dapat menanam padi. Selain itu,
diperlukan peran pemerintah dalam hal perbaikan saluran irigasi
untuk membantu masyarakat. 4. Bedengan
Bedengan perlu diadakan agar sawah tersebut dapat menampung air
dengan lama. Bedengan juga dapat digunakan untuk akses jalan agar
tidak merusak tanaman.
H. SaranSaran yang dapat diberikan kepada kelompok tani Suko
Mulyo III untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh kelompok
tani tersebut antara lain:1. Penyuluh memberikan materi mengenai
pentingnya pengeringan sebelum panen serta materi tentang dosis
spray penyemprotan yang tepat. Selain memberikan materi, sebaiknya
penyuluh juga mengadakan sekolah lapang mengenai kedua permasalahan
tersebut. Dengan mengadakan penerapan di lahan salah satu anggota
kelompok tani ataupun di lahan milik ketua kelompok tani. Hal ini
dilakukan agar petani lebih memahami mengenai pentingnya kedua hal
tersebut serta untuk memberikan bukti kepada petani bahwa
pengeringan sebelum panen serta dosis spray penyemprotan yang tepat
akan memberikan hasil yang lebih maksimal.2. Petani sebaiknya
senantiasa memperbaiki saluran irigasi di sawahnya setiap saat. Hal
ini bertujuan agar air dapat tetap mengalir meskipun air tersebut
dalam jumlah yang sedikit. Petani biasanya cenderung mengabaikan
tanaman liar yang tumbuh di saluran irigasi sehingga aliran air
terhambat. Oleh karena itu, petani harus lebih rajin dalam merawat
saluran irigasi di sawahnya masiing-masing.
3. Petani juga hasrus memiliki bedengan di masing-masing
sawahnya. Bedengan sebaiknya dibuat agak sedikit lebar namun tetap
menyisakan ruang untuk saluran irigasi. Hal ini dengan tujuan agar
bisa digunakan untuk jalan dan aliran air tidak terganggu.I.
IDENTIFIKASI IMPACT POINT EKONOMIS
A. Penyusunan Instrumen Impact Point Ekonomis
Kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan, antara lain petani dapat
menentukan harga jual produk pertanian yang dihasilkan, petani
dapat menyeimbangkan dan meminimalkan biaya produksi, bagaimana
petani mengelola pendapatan dari hasil usahataninya, serta
bagaimana petani menganalisis usahatani, seperti biaya yang
dikeluarkan, dan berapa besar pendapatan yang diperoleh. Penentuan
impact point ekonomis dilakukan dengan menentukan beberapa
indikator permasalahan Tingkat Penerapan Teknologi (TPT) ekonomis,
meliputi perencanaan, pengelolaan, dan analisis usaha
tani.Penyusunan instrumen yang dibutuhkan dalam mengidentitifikasi
impact point ekonomis sama halnya dengan impact point teknis, yaitu
dengan membuat kuisioner terlebih dahulu yang berisi daftar
pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi
yang dapat dilakukan. Setiap pertanyaan pada kuisioner impact point
ekonomis memiliki skor yang berbeda-beda. Skor ini yang akan
digunakan untuk menentukan impact point ekonomis. Di bawah ini
adalah instrumen untuk menilai TPT ekonomis yang digunakan dalam
praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian di
Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar.Tabel 4.1
Kuisioner Penilaian Tingkat Penilaian Teknologi (TPT) Ekonomis
NOPERTANYAANALTERNATIF JAWABANSKOR
IPERENCANAAN USAHATANI(48)
1Identifikasi Kebutuhan Pasara. Dilakukan6
b. Tidak dilakukan0
2Menyusun Perencanaan usahatania. Dibuat sesuai rekomendasi6
b. Dibuat tidak sesuai rekomendasic. Tidak dibuat30
3Menyusun Kalender Usahatania. Disuruh sesuai rekomendasi
b. Disuruh tidak sesuai rekomendasi12
6
c. Tidak disusun0
4Membuat Perencanaan Modala. Dibuat sesuai rekomendasi12
b. Dibuat tidak sesuai rekomendasi6
c. Tidak dibuat0
5Membuat Perencanaan Tenaga Kerjaa. Dibuat sesuai
rekomendasi
b. Dibuat tidak sesuai rekomendasi
c. Tidak dibuat6
3
0
6Membuat Kontak dengan Mitra Kerjaa. Dibuat sesuai
rekomendasi6
b. Dibuat tidak sesuai rekomendasi3
c. Tidak dibuat0
IIPENGELOLAAN USAHATANI(48)
1Membuat Neraca Awal Pembukuan Usaha Tania. Dibuat sesuai
rekomendasi
b. Dibuat tidak sesuai rekomendasi
c. Tidak dibuat8
4
0
2Membuat Buku Kasa. Dibuat sesuai rekomendasi8
b. Dibuat tidak sesuai rekomendasi4
c. Tidak dibuat0
3Membuat Neraca Akhira. Dibuat sesuai rekomendasi
b. Dibuat tidak sesuai rekomendasi
c. Tidak dibuat8
4
0
4Identifikasi Fungsi Pemasarana. Dilakukan8
b. Tidak dilakukan0
5Bernegosiasi a. Dilakukan sesuai rekomendasi
b. Dilakukan tidak sesuai rekomendasi
c. Tidak dilakukan 16
8
0
IIIANALISIS USAHATANI(18)
1Menghitung Biaya Usaha Tanaman pangan a. Dilakukan sesuai
rekomendasi3
b. Dilakukan tidak sesuai rekomendasi1
c. Tidak dilakukan0
2Menghitung pendapatan pengelolaa. Dilakukan sesuai
rekomendasi3
b. Dilakukan tidak sesuai rekomendasi1
c. Tidak dilakukan0
3Menghitung Hasil Tanaman pangan a.Dibuat sesuai
rekomendasi6
b. Dibuat tidak sesuai rekomendasi1
c. Tidak dilakukan0
4Menghitung keuntungan Usahatania. Dilakukan sesuai
rekomendasi3
b. Dilakukan tidak sesuai rekomendasi1
c. Tidak dilakukan0
5Menghitung pendapatan Tenaga Kerjaa. Dilakukan sesuai
rekomendasi
b. Dilakukan tidak sesuai rekomendasi
c. Tidak dilakukan31
0
Sumber: Data PrimerB. Penetapan Sampel Petani Responden
Praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian
dilaksanakan di Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar.
Penetapan sampel petani responden dimulai dari tahap penentuan
lokasi, yaitu menentukan desa yang berada di Kecamatan Jatipuro.
Penentuan sampel dilakukan dengan cara metode purposive sampling,
dimana pemilihan dilakukan secara metode purposive, yaitu penentuan
responden yang dengan sengaja dipilih untuk diamati, dengan
mempertimbangkan alasan-alasan tertentu, sesuai dengan
karakteristik yang diinginkan dan kuota yang dinginkan peneliti.
Desa yang dipilih adalah Desa Jatisuko, dimana kelompok tani yang
dipilih adalah kelompok tani Suko Mulyo II dengan ketua yang
bernama Bapak Sriyono.C. Pengumpulan DataPengumpulan data dari
sampel penelitian, dilakukan dengan metode tertentu sesuai dengan
tujuannya. Ada berbagai metode, antara lain wawancara, observasi
(pengamatan), kuisioner atau angket dan dokumenter. Metode yang
dipilih untuk setiap variabel tergantung pada berbagai faktor
terutama jenis data dan ciri responden. Untuk data historis,
misalnya tidak bisa ditemukan dengan observasi tetapi dimungkinkan
dengan dokumenter atau wawancara. Hal ini tergantung pada
karakteristik data variabel, maka metode yang digunakan tidak
selalu sama untuk setiap variabel.Metode pengumpulan data yang
dilakukan dalam penyusunan laporan pada praktikum Perencanaan dan
Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Jatipuro,
Kabupaten Karanganyar meliputi:1. Observasi
Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan langsung ke lapangan dengan melihat obyek penelitian.
Digunakan metode observasi terstruktur, yaitu obsevasi yang telah
dirancang secara sistematis tentang hal yang diamati dan tempat
melakukan pengamatan. Peneliti telah mengetahui dengan pasti
variabel apa yang akan diamati.
2. Wawancara
Teknik wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan
memberikan pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya kepada
narasumber. Wawancara dilakukan dengan melalui tatap muka secara
langsung dengan narasumber yang bersangkutan. Digunakan daftar
pertanyaan yang berkaitan dengan tema praktikum.3.
KuisionerKuisioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan
kepada responden. Jawaban responden atas semua pertanyaan dalam
kuisioner kemudian dicatat atau direkam. Kuisioner merupakan metode
pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui secara pasti
data atau informasi apa yang dibutuhkan dan bagaimana variabel yang
menyatakan informasi yang dibutuhkan tersebut diukur.
4. Pencatatan
Teknik pencatatan adalah teknik pengumpulan data dengan
menggunakan media catatan oleh peneliti megenai data atau informasi
penting yang diperoleh dari narasumber atau obyek penelitian.
Pencatatan data dapat dilakukan dengan mencatat data dari brosur,
papan informasi ataupun buku yang tersedia di tempat praktikum itu
dilakukan.D. Pengolahan DataTabel 4.2Tabulasi Data Impact Point
Ekonomis Kelompok Tani Suko Mulyo II, Desa Jatisuko, Kecamatan
Jatipuro, Kabupaten Karanganyar
RespondenTPT Ekonomis
I-1I-2I-3I-4I-5I-6II-1II-2II-3II-4II-5III-1III-2III-3III-4III-5
Sriyono036123388881611131
Joko6612126688881633633
Widi0312123388801611111
Maryadi6612126688881633633
Mariyono6612126688881633633
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel tabulasi data impact point ekonomi dapat
diketahui hasil dari instrumen penilaian Tingkat Penilaian
Teknologi (TPT) ekonomis kelompok tani Suko Mulyo II. Diperoleh
bahwa TPT ekomonis kelompok tani Suko Mulyo II hampir seluruhnya
dibawah skor maksimum. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran
petani akan pentingnya suatu perencanaan dan pengelolaan keuangan
yang baik dan tertata dengan jelas untuk mempermudah menghitung
pengeluaran, pendapatan dan keuntungan yang diperoleh pada setiap
masa tanam. Petani di Desa Jatisuko hanya melakukan perhitungan
keuntungan, tetapi tidak merencanakan, menganalisis dan mengelola
usahataninya secara ekonomis dengan baik sehingga keuntungan yang
diperoleh tidak maksimal.
E. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam identifikasi impact point ekonomis
dilakukan dengan 2 proses penyaringan data. Proses penyaringan data
yang pertama dilakukan dengan memilih 50% instrumen berdasarkan
jumlah responden yang berada di bawah skor maksimum yang terbesar.
Sedangkan penyaringan yang kedua adalah hasil saringan pertama
dipilih 50% berdasarkan urutan % TPT yang terkecil. Hasil dari
saringan kedua merupakan impact point ekonomis. Berikut adalah
tabel rekapitulasi perhitungan identifikasi impact point ekonomis
di kelompok tani Suko Mulyo II.Tabel 4.3Rekapitulasi Perhitungan
Identifikasi Impact Point Ekonomis di Kelompok Tani Suko Mulyo II,
Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten KaranganyarNo.Anjuran
yang Belum DiterapkanReponden Di Bawah Skor Maksimum% TPT
1Identifikasi kebutuhan pasar20
2Menyusun perencanaan usahatani250
3Menyusun kalender usahatani150
4Membuat perencanaan modal00
5Membuat perencanaan tenaga kerja250
6Membuat kontrak dengan mitra kerja250
7Membuat neraca awal00
8Membuat buku kas00
9Membuat neraca akhir00
10Identifikasi fungsi pemasaran10
11Bernegosiasi 00
12Menghitung biaya usaha tanaman pangan233,33
13Menghitung pendapatan pengelola233,33
14Menghitung hasil tanaman pangan216,67
15Menghitung keuntungan usahatani133,33
16Menghitung pendapatan tenaga kerja233,33
Sumber: Data Primer
1. Saringan I
Perhitungan untuk mencari persen TPT pada proses saringan I
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Tabel 4.4Saringan I Identifikasi Impact Point Ekonomis di
Kelompok Tani Suko Mulyo II, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro,
Kabupaten Karanganyar
No.Anjuran yang Belum DiterapkanReponden Di Bawah Skor Maksimum%
TPT
1Menyusun kalender usahatani150
2Membuat perencanaan modal00
3Membuat neraca awal00
4Membuat buku kas00
5Membuat neraca akhir00
6Identifikasi fungsi pemasaran00
7Bernegosiasi 10
8Menghitung keuntungan usahatani133,33
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.4 rekapitulasi perhitungan identifikasi
impact point ekonomis kelompok tani Suko Mulyo II dilakukan
penyaringan pertama sehingga didapatkan 8 data yang memiliki jumlah
responden yang berada di bawah skor maksimum. Data yang didapatkan
tersebut yang terbesar, yaitu menyusun kalender usahatani, membuat
perencanaan modal, membuat neraca awal, membuat buku kas, membuat
neraca akhir, identifikasi fungsi pemasaran, bernegosiasi, dan
menghitung keuntungan usahatani.2. Saringan II
Tabel 4.5 Saringan II Identifikasi Impact Point Ekonomis
berdasarkan % TPT Terkecil di Kelompok Tani Suko Mulyo II, Desa
Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten KaranganyarNo.Anjuran yang
belum diterapkan% TPT
1Membuat perencanaan modal0
2Membuat neraca awal0
3Identifikasi fungsi pemasaran0
4Membuat neraca akhir0
Sumber: Data PrimerBerdasarkan Tabel 4.5 dilakukan penyaringan
kedua dengan cara mencari data dengan % TPT terkecil yang menjadi
impact point ekonomis di Kelompok Suko Mulyo II, Desa Jatisuko,
Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar diantaranya adalah
membuat perencanaan modal, membuat neraca awal, identifikasi fungsi
pemasaran, dan membuat neraca akhir.
F. Masalah Yang DihadapiMasalah adalah faktor yang menyebabkan
keadaan tidak memuaskan. Keadaan yang tidak memuaskan terjadi jika
terdapat perbedaan antara data aktual dan data potensial. Dari
identifikasi impact point ekonomis di atas dapat diketahui bahwa
masalah-masalah yang dihadapi pada usahatani padi di Desa Jatisuko
adalah :
1. Petani di Desa Jatisuko tidak melakukan perencanaan modal.2.
Petani di Desa Jatisuko tidak membuat neraca awal.3. Petani di Desa
Jatisuko tidak melakukan identifikasi fungsi pemasaran.4. Petani di
Desa Jatisuko tidak membuat neraca akhir.G. Upaya Pemecahan
Masalah
Upaya yang perlu diterapkan pada Kelompok Tani Suko Mulyo II
untuk memecahkan masalah dalam kaitannya dengan impact point
ekonomis yaitu:1. Membuat perencanaan modal
Petani seharusnya melakukan perencanaan modal agar mengetahui
besarnya biaya yang akan dikeluarkan untuk usahatani. Pelatihan
usahatani perlu dilakukan untuk perencanaan modal yang lebih
efisien.2. Membuat neraca awal
Petani seharusnya membuat neraca awal untuk penentuan dan
pertimbangan biaya untuk produksi dan dapat diketahui dari mana
saja modal itu didapatkan. Pelatihan untuk masyarakat petani perlu
dilakukan untuk pengelolaan manajemen yang lebih baik.3.
Identifikasi fungsi pemasaran
Petani seharusnya melakukan identifikasi fungsi pemasaran. Hal
tersebut sebaiknya dilakukan agar hasil pertanian dapat memenuhi
permintaan konsumen. Selain itu, juga dapat mengetahui harga hasil
pertanian di pasar.
4. Membuat neraca akhir
Petani seharusnya membuat neraca akhir untuk mengetahui biaya
yang dikeluarkan untuk produksi. Adanya suatu pelatihan seperti di
pembuatan neraca awal. Disampaikan manfaat pembuatan neraca akhir
dan fungsinya.H. SaranSaran yang dapat diberikan kepada kelompok
tani Suko Mulyo II untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh
kelompok tani tersebut antara lain:1. Petani sebaiknya diberi
latihan melakukan perencanaan modal. Perencanaan modal ini
dilakukan sebelum masa tanam selanjutnya dimulai. Dalam melakukan
perencanaan modal, petani membuat perkiraan awal mengenai
biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama masa tanam tersebut.
Dengan demikian, petani bisa mempersiapkan modal yang akan
digunakan untuk usahataninya tersebut.2. Petani juga diberi latihan
untuk membuat neraca awal dan neraca akhir. Dengan membuat neraca
awal, petani dapat mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan
dengan modal yang masih dimiliki. Dengan demikian, petani akan
lebih hati-hati dalam menggunakan modal yang telah disiapkannya.
Sedangkan untuk neraca akhir, petani dapat mengetahui biaya-biaya
yang telah dikeluarkan serta keuntungan yang diperoleh dari
penjualan hasil panen. Dengan neraca akhir, petani bisa
membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Jika lebih besar
pengeluaran, petani bisa melakukan evaluasi.3. Penyuluh bersama
petani sebaiknya melakukan identifikasi fungsi pemasaran sehingga
petani dapat mengetahui harga hasil pertaniannya di tingkat
konsumen. Identifikasi fungsi pemasaran ini bisa dengan mengakses
hasil penelitian yang dilakukan orang lain.I. IDENTIFIKASI IMPACT
POINT SOSIAL
A. Penyusunan Instrumen Impact Point Sosial
Analisis impact point sosial ini memudahkan langkah selanjutnya
yang dapat diambil guna membantu memecahkan masalah yang sedang
dihadapi petani. Identifikasi impact point merupakan suatu langkah
yang dilakukan guna mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi
petani. Untuk menentukan impact point mengenai kondisi sosial yang
ada, terlebih dahulu kita harus menyusun instrumen untuk menilai
tingkat penerapan teknologi (TPT). TPT impact point sosial yang
teridentifikasi antara lain tujuan kelompok, struktur tugas, tugas
kelompok, mengembangkan dan membina kelompok, kesatuan kelompok,
iklim kelompok, tekanan kelompok dan keefektifan anggota kelompok
tani dalam kegiatan kelompok tani. Di bawah ini adalah kuisioner
untuk menilai TPT sosial yang digunakan dalam praktikum Perencanaan
dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian di Desa Jatisuko,
Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar.
Tabel 5.1 Kuisioner Penilaian Tingkat Penilaian Teknologi (TPT)
SosialNo.PertanyaanAlternatif JawabanSkor
I.
1.
TUJUAN KELOMPOK
Penghayatan tujuan kelompoka. Anggota kelompok mengetahui tujuan
kelompok tani
b. Tidak mengetahui(3)
3
0
II.
1.
2.STRUKTUR TUGAS
Otoritas, kekuasaan dan pengaruh
Mengkomunikasikan keputusan kelompoka. Otoritas, kekuasaan dan
pengaruh di dalam kelompok jelas
b. Tidak jelas
a. Keputusan yang diambil kelompok diketahui oleh anggota
b. Tidak diketahui(6)
3
0
3
0
III.
1.
2.
3.
4.
TUGAS KELOMPOK
Kepuasan anggota kelompok
Inisiatif kelompok
Penyebaran gagasan kepada anggota
Klasifikasi permasalahan
a. Anggota kelompok merasa puas terhadap kelompok
b. Tidak puas
a. Banyak inisiatif yang diambil kelompok untuk mencapai
tujuan
b. Tidak ada
a. Semua gagasan disebarkan dengan lancar
b. Ada gagasan kurang tidak tersebarkan
c. Semua gagasan tidak tersebarkan
a. Segala persoalan mampu dijelaskan kepada anggota
b. Masih ada persoalan yang belum jelas
c. Tidak mampu(14)
3
030
4
20
4
20
IV.
1.
2.
3.
MENGEMBANGKAN DAN MEMBINA KELOMPOK
Partisipasi anggota
Penyediaan fasilitas kelompok
Kegiatan kelompok
a. Anggota merasa ikut serta dalam seluruh kegiatan
b. Merasa berpartisipasi sebagian
c. Tidak sama sekali
a. Fasilitas tersedia lengkap
b. Fasilitas tersedia kurang
c. Tidak tersedia
a. Ada kegiatan rutin untuk mengembangkan dan membina kehidupan
kelompok
b. Ada kegiatan, tetapi masih insidentil
c. Tidak ada kegiatan(12)4
2
0
4
2
0
4
2
0
V.
1.
2.
3.
KESATUAN KELOMPOK
Kepemimpinan kelompok
Keanggotaan kelompok
Nilai tujuan kelompok
a. Memahami tujuan kelompok dan menjelaskan tujuan kelompok
kepada anggota
b. Memahami, tetapi tidak menjelaskan
c. Tidak memahami tujuan kelompok
a. Merasa bagian kelompok
b. Tidak merasa
a. Merasa bangga terhadap tujuan kelompok
b. Tidak merasa(10)4
2
0
3
0
3
0
VI.
1.
IKLIM KELOMPOK
Keramah-tamahan kelompoka. Ramah-tamah
b. Tidak (3)
3
0
VII.
1.TEKANAN KELOMPOK
Tekanan kelompoka. Merasa ada desakan dari luar dan dalam untuk
meningkatkan motivasi dalam melakukan kegiatan kelompok
b. Tidak ada(3)
3
0
VIII.
1.KEEFEKTIFAN KELOMPOKKeefektifan kelompoka. Merasa tujuan
tercapai
b. Tujuan tercapai tetapi tidak puas
c. Tujuan tidak tercapai(4)
4
2
0
Sumber : Data PrimerB. Penetapan Sampel Petani Responden
Praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian
dilaksanakan di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten
Karanganyar. Pada praktikum ini, penetapan sampel petani responden
dilakukan dengan menggunakan metode sampling kuota sehingga didapat
5 petani responden yang berasal dari Desa Jatisuko, yaitu kelompok
tani Suko Mulyo V dengan ketua kelompok Bapak Daryono. Teknik non
probability sampling yang digunakan adalah menggunakan purposive
sampling atau sampling pertimbangan. Pengertian dari purposive
sampling ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika
peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam
pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan
tertentu.C. Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data merupakan
teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode
menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya
melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan
sebagainya. Teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara
mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang
digunakan.Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan
laporan pada praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan
Pertanian di Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, meliputi:1.
Observasi
Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan langsung ke lapangan dengan melihat obyek penelitian.
Digunakan metode observasi terstruktur, yaitu obsevasi yang telah
dirancang secara sistematis tentang hal yang diamati dan tempat
melakukan pengamatan. Peneliti telah mengetahui dengan pasti
variabel apa yang akan diamati.
2. Wawancara
Teknik wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan
memberikan pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya kepada
narasumber. Wawancara dilakukan dengan melalui tatap muka secara
langsung dengan narasumber yang bersangkutan. Dalam melakukan
wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan tema
praktikum.3. KuisionerKuisioner adalah daftar pertanyaan tertulis
yang ditujukan kepada responden. Jawaban responden atas semua
pertanyaan dalam Kuisioner kemudian dicatat atau direkam. Kuisioner
merupakan metode pengumpulan data yang efisien bila peneliti
mengetahui secara pasti data atau informasi apa yang dibutuhkan dan
bagaimana variabel yang menyatakan informasi yang dibutuhkan
tersebut diukur.
4. Pencatatan
Teknik pencatatan adalah teknik pengumpulan data dengan
menggunakan media catatan oleh peneliti megenai data atau informasi
penting yang diperoleh dari narasumber atau obyek penelitian.
Pencatatan data dapat dilakukan dengan mencatat data dari brosur,
papan informasi ataupun buku yang tersedia di tempat praktikum itu
dilakukan.D. Pengolahan DataTabel 5.2 Tabulasi Impact Point Sosial
Kelompok Tani Suko Mulyo V, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro,
Kabupaten KaranganyarRespondenTPT Sosial
I-1II-1II-2III-1III-2III-3III-4IV-1IV-2IV-3V-1V-2V-3VI-1VII-1VIII-1
Daryono3333322244433334
Sarto3333342444433304
Witanto3333342444433334
Sukiman3333344444433304
Citro3333344444433304
Sumber: Data PrimerBerdasarkan tabel tabulasi data impact point
sosial di atas, maka dapat diketahui bahwa petani responden
kelompok tani Suko Mulyo V sebagian besar skor di atas skor
maksimum. Kegiatan dalam kelompok tani dilakukan secara
kondisional. Hal ini disebabkan seluruh anggota kelompok tani Suko
Mulyo V sudah mengetahui mengenai kewajiban yang harus mereka
lakukan sehingga dalam berkoordinasi dan bersosialisasi antar
anggota tidak menjadi kesulitan bagi kelompok tani tersebut.
E. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam identifikasi impact point sosial
dilakukan dengan penyaringan data. Proses penyaringan dilakukan
berdasarkan data-data jumlah responden yang berada dibawah skor
maksimum dan % TPT. Data yang dikumpulkan kemudian akan disaring
dalam dua tahap. Penyaringan pertama didapat dari semua anjuran
yang akan diterapkan dipilih 50% berdasarkan jumlah responden yang
berada dibawah skor maksimum yang terbesar. Penyaringan kedua
didapat dari hasil saringan pertama dipilih 50% berdasarkan urutan
% TPT yang terkecil. Hasil dari saringan 2 merupakan impact point
sosial.
Berikut adalah tabel rekapitulasi perhitungan identifikasi
impact point sosial di kelompok tani Suko Mulyo V:Tabel
5.3Rekapitulasi Perhitungan Identifikasi Impact Point Sosial
Kelompok Tani Suko Mulyo V, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro,
Kabupaten KaranganyarNo.Anjuran yang belum diterapkanReponden di
bawah skor maksimum% TPT
1Penghayatan tujuan kelompok00
2Otoritas, kekuasaan dan pengaruh00
3Mengkomunikasikan keputusan kelompok00
4Kepuasan anggota kelompok00
5Inisiatif kelompok00
6Penyebaran gagasan kepada anggota150
7Klasifikasi permasalahan350
8Partisipasi anggota150
9Penyediaan fasilitas kelompok00
10Kegiatan kelompok00
11Kepemimpinan kelompok00
12Keanggotaan kelompok00
13Nilai tujuan kelompok00
14Keramah-tamahan kelompok00
15Tekanan kelompok30
16Keefektifan kelompok00
Sumber: Data Primer
1. Saringan I
Perhitungan untuk mencari persen TPT pada proses saringan I
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Tabel 5.4Saringan I Identifikasi Impact Point Sosial di Kelompok
Tani Suko Mulyo V, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten
KaranganyarNo.Anjuran yang Belum DiterapkanReponden Di Bawah Skor
Maksimum% TPT
1.Klasifikasi permasalahan350
2.Tekanan kelompok30
3.Penyebaran gagasan kepada anggota150
4.Partisipasi anggota150
5.Kegiatan kelompok00
6.Kepuasan anggota kelompok00
7.Inisiatif kelompok00
8.Keefektifan kelompok00
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel Saringan I Identifikasi Impact Point Sosial
kelompok tani Suko Mulyo V, dilakukan penyaringan sehingga
didapatkan 8 data yang memiliki jumlah responden yang berada
dibawah skor maksimum yang terbesar. Anjuran yang belum diterapkan
tersebut antara lain klasifikasi permasalahan, tekanan kelompok,
penyebaran gagasan kepada anggota, partisipasi anggota, kegiatan
kelompok, kepuasan anggota kelompok, inisiatif kelompok, dan
keefektifan kelompok.2. Saringan IITabel 5.5Saringan II
Identifikasi Impact Point Sosial berdasarkan % TPT Terkecil di
Kelompok Tani Suko Mulyo V, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro,
Kabupaten Karanganyar
No.Anjuran yang Belum
DiterapkanReponden Di Bawah Skor Maksimum% TPT
1Kegiatan kelompok00
2Kepuasan anggota kelompok00
3Inisiatif kelompok00
4Keefektifan kelompok00
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel saringan II identifikasi impact point sosial
berdasarkan % TPT yang terkecil di kelompok tani Suko Mulyo V,
didapatkan 4 data yang memiliki % TPT yang terkecil, yaitu kegiatan
kelompok, kepuasan anggota kelompok, inisiatif kelompok, dan
keefektifan kelompok. Keempat hal tersebut yang menjadi impact
point sosial di kelompok tani Suko Mulyo V, Desa Jatisuko,
Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar.F. Masalah yang
DihadapiBerdasarkan data hasil impact point sosial didapatkan enam
masalah yang dihadapi di Desa Jatisuko. Keempat impact point sosial
tersebut adalah :
1. Jumlah kegiatan kelompok masih tergolong rendah.2. Kepuasan
semua anggota kelompok belum terpenuhi.3. Adanya inisiatif yang
masih rendah sehingga keputusan yang diambil kurang bervariasi.4.
Optimalisasi kegiatan yang masih kurang dalam hal keefektifan
kelompok.
G. Upaya Pemecahan MasalahBerdasarkan data hasil impact point
social, data hasil menunjukkan hasil yang cukup beragam. Adanya
kegagalan atau kurang berhasilnya impact social pada kelompok atau
masyarakat sangat beragam, dari hasil dapat ditarik kesimpulan
masing-masing untuk selanjutnya merumuskan langkah atau upaya
pemecahan masalah yang dapat digunakan bersama untuk kepentingan
masyarakat yang lebih baik. Upaya pemecahan masalah yang dihadapi
agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan maupun kerugian adalah:
1. Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok tani perlu dilakukan untuk menambah
solidaritas antar individu. Kebutuhan yang tidak dapat
terselesaikan dengan baik, bisa dibantu dengan anggota kelompok
yang lain. Kelompok tani Suko Mulyo V perlu mengadakan kegiatan
rutin serta pembinaan kehidupan kelompok sehingga kemampuan serta
pengetahuan anggota meningkat.2. Kepuasan anggota kelompok
Suatu kegiatan kelompok yang dilakukan harus memberikan kepuasan
antar anggota kelompok. Kepuasan dalam arti semua nggota kelompok
merasa dirinya menjadi bagian dari kelompok tani tersebut. Pendapat
ditampung dengan baik antar anggota kelompok yang lain. Kelompok
tani Suko Mulyo V harus lebih memperhatikan kebutuhan anggotanya
agar kepuasan anggota bisa terpenuhi. 3. Inisiatif kelompok
Ketua kelompok tani Suko Mulyo V harus bisa memberikan motivasi
kepada anggotanya sehingga anggota kelompok taninya memiliki
inisiatif atau ide-ide dalam setiap pertemuan. Suatu pendapat harus
dihargai dan dibicarakan dengan baik antar anggota kelompok. Dengan
demikian, akan semakin banyak inisiatif yang bisa diambil dalam
setiap pertemuan untuk mencapai tujuan kelompok.4. Keefektifan
kelompok
Kelompok tani yang berhasil perlu keefektifan dalam menjalankan
suatu misi yang telah dibangun. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang
mengarah pada pencapaian tujuan sehingga usaha dalam mencapai
tujuan bisa dilakukan bersama. Dengan adanya kegiatan-kegiatan
tersebut, maka anggota kelompok akan merasa bahwa ada upaya dalam
mencapai tujuan kelompok.H. SaranSaran yang dapat diberikan kepada
kelompok tani Suko Mulyo V untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi oleh kelompok tani tersebut antara lain:1. Sebaiknya
kelompok tani Suko Mulyo V banyak mengadakan kegiatan yang
melibatkan partisipasi anggota kelompok. Kegiatan seperti perbaikan
sarana jalan yang memudahkan dalam kegiatan pertanian ataupun
kegiatan yang lain. Selain itu, kegiatan yang diadakan tersebut
sebaiknya merupakan kegiatan yang mengarah pada tujuan kelompok.
Dengan demikian, anggota kelompok akan merasa puas terhadap
kegiatan yang diadakan karena telah dilibatkan dalam kegiatan
tersebut dan kelompok menjadi lebih efektif.2. Pendapat atau ide
maupun inisiatif yang disampaikan oleh tiap-tiap anggota kelompok
sebaiknya ditampung. Kemudian dibahas mengenai kemungkinan pendapat
tersebut. Setiap pendapat harus ditampung terlebih dahulu, jangan
ditolak mentah-mentah. Hal ini disebabkan pendapat yang ditampung
akan memberikan kepuasan tersendiri bagi anggota tersebut karena
merasa pendapatnya dihargai. Apabila ditolak mentah-mentah, maka
akan muncul kemungkinan anggota tersebut merasa pendapatnya tidak
dihargai sehingga tidak lagi mengeluarkan ide-ide yang
dimilikinya.IV. MERUMUSKAN TUJUAN
A. Impact Point yang Ditetapkan untuk Dirumuskan Tujuannya1.
Impact Point Teknis
Identifikasi impact point merupakan suatu langkah yang dilakukan
guna mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi petani. Oleh
karena melalui tahapan ini, maka akan memudahkan langkah
selanjutnya yang dapat kita ambil guna membantu memecahkan masalah
yang sedang dihadapi petani. Untuk itu perlu penetapan impact point
teknis diantaranya:
a. Pengeringan Sebelum PanenSebelum panen, petani