PERBEDAAN PENGUNGKAPAN DIRI DALAM MEDIA SOSIAL ONLINE (FACEBOOK) DITINJAU DARI JENIS KELAMIN OLEH RATIH TRI YULININGSIH 802010107 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
31
Embed
Perbedaan Pengungkapan Diri Dalam Media Sosial Online … · 2017. 1. 23. · berkomunikasi mengalahkan bentuk komunikasi tradisional sehinggapengungkapan diri kini berkembang dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERBEDAAN PENGUNGKAPAN DIRI DALAM MEDIA SOSIAL
ONLINE (FACEBOOK) DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
OLEH
RATIH TRI YULININGSIH
802010107
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
Perbedaan Pengungkapan Diri Dalam Media Sosial Online (Facebook)
ditinjau Dari Jenis Kelamin
Ratih Tri Yuliningsih
Jusuf Tjahjo Purnomo, MA. Psi dan Heru Astikasari SM., S. Psi, M. A
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengungkapan diri dalam media sosial
online (Facebook) ditinjau dari jenis kelamin. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 200
orang. Sampel penelitian adalah anak-anak SMA yang berumur 16-18 tahun di Ambarawa.
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah skala self disclosure dengan model skala
Linkert yang terdiri dari 4 alternatif pilihan jawaban. Skala self disclosure yang digunakan
diadaptasi dan diterjemahkan berdasarkan 5 aspek perilaku self disclosure menurut Leung
(2001) yaitu: Depth, Accuracy, Amount, Valence, dan Intent. Metode analisis data yang
digunakan adalah Accidental Sampling. Analisa data menggunakan uji beda t-test yang
dilakukan dengan uji hipotesis one-tailed menunjukkan t- tes sebesar 4, 153 dan nilai
signifikansi sebesar 0,000 dengan kriteria penerimaan hipotesis penelitian adalah P < 0,05.
Hal tersebut menunjukkan ada perbedaan pengungkapan diri dalam media sosial online
(Facebook) antara laki-laki dan perempuan.
Keyword: Sefl Disclosure, Facebook, Jenis kelamin
Difference of Self-Disclosure in Online Social Media Facebook Which in
Terms of Gender
Ratih Tri Yuliningsih
Jusuf Tjahjo Purnomo, MA. Psi dan Heru Astikasari SM., S. Psi, M. A
Faculty of Psychology Satya Wacana Christian University
ABSTRACT
This Present Study was aimed to investigate the difference of self-disclosure in online social
media Facebook which in terms of gender. The sample of this study are 200 senior high
school children in Ambarawa with the age of 16 – 18 years old range. The data collection
which was used in this study was a self-disclosure scale, Linkert scale model, which consist
of four choices of alternative answer. The self-disclosure scales were adapted and translated
based on five behavior aspects of self-disclosure according to Leung (2001): Depth,
Accuracy, Amount, Valence, and Intent. An accidental sampling method is used to analyze
the data. The data analysis used a difference test, T-test, which was conducted with the
hypothesis test, one-tailed, showed T-test for 4.153 and the significance value for 0.000 with
the acceptance criteria research hypothesis is P<0.005. It showed there is a difference of
self-disclosure in online social media Facebook between men and women.
Keyword: Sefl Disclosure, Facebook, Gender
1
PENDAHULUAN
Dunia ini dijuluki sebagai the big village, yaitu sebuah dunia yang besar,
dimana melalui internet masyarakat bisa saling kenal dan saling menyapa satu
dengan yang lainnya (Bugin,2006). Internet menyediakan berbagai media sosial
untuk memuaskan kebutuhan masyarakat dalam persahabatan dan rasa saling
memiliki (Morahan-Martin & Schumacher, 2003). Di sebagian besar
negaraBarat,internettelah menjadisarana pentinguntuk komunikasi antarateman-
teman dekat (Lenhart, Madden, &Hitlin, 2005;Valkenburg&Peter, 2007).
Remaja saat ini menghabiskan lebih banyak waktu di internet daripada kegiatan
lain (Lenhart & Madden, 2007). Mereka juga sering mengungkapkan informasi
pribadi dan mengembangkan hubungan melalui Internet (Peter, Valkenburg, &
Schouten, 2005; Schouten et al., 2007). Hal ini sesuai dengan penelitian
Wartella, O'Keefe, & Scantlin (2000), anak-anak dan remaja sangat menyukai
media online dan menghabiskan banyak waktu luang mereka di internet,
mencari informasi, bermain game, dan berbicara dengan teman-teman setiap
hari. Mereka menikmati membuat teman online, kemampuan untuk
menyamarkan identitas dalam komunikasi tekstual, dan berbicara sepanjang
waktu dengan beragam jenis orang (Leung, 2001). Tidak hanya anak-anak,
survei mengindikasi hampir 10% dari pengguna internet orang dewasa sebagai
pecandu internet (Cooper, Morahan-Martin, Mathy, & Maheu, 2002).
Kebanyakan remaja menggunakan internet, dan pesan singkat (IM) dan situs
jejaring sosial (SNSs) untuk mempertahankan persahabatan mereka, berbagi
pikiran intim, perasaan, dan pengalaman dengan teman-teman (Boneva, Quinn,
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengungkapan diri
melalui media sosial online facebook ditinjau dari jenis kelamin, maka
digunakanlah rumus Independent Sample Test. Analisis data dengan bantuan
SPSS 16 for windows, menemukan hasil perhitungan Independent Sample
Test menunjukan bahwa nilai signifikansi untuk perbedaan pengungkapan
diri ditinjau dari jenis kelamin,memiliki nilai t-test sebesar 4, 153 dengan
signifikansi 0,000 ( p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan pengungkapan
diri melalui media sosial online facebook ditinjau dari jenis kelamin
meskipun dalam kategori yang rendah.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan pengungkapan diri
melalui media social online facebook ditinjau dari jenis kelamin didapatkan
hasil perhitungan Independent Sample Test sebesar 4,153 dengan
signifikansi 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian, maka hasil penelitian ini
17
sejalan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat
perbedaan pengungkapan diri ditinjau dari jenis kelamin. Hal ini
menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, artinya ada perbedaan
pengungkapan diri antara laki-laki dan perempuan.
Jika dilihat dari penggolongan kategori perilaku pengungkpan diri
berdasarkan jenis kelamin. Pada siswa laki-laki dan perempuan
menunjukkan perilaku pengugkapan diri dalam prosentase kategori rendah
sebesar 53,5%. Perempuan memiliki kategori rendah 47 % dan laki-laki
sebanyak 60 %. Hal ini bisa terjadi karena para siswa yang menggunakan
facebook masih banyak yang tidak menampilkan identitas mereka yang
sebenarnya seperti nama, jenis kelamin, alamat, foto, dan sebagainya. Hal
ini sesuai dengan penelitian Penelitian yang dilakukan Jaffe, Lee, Huang
dan Oshagan (2004) mengindikasikan perempuan lebih banyak
menyembunyikan identitas sebenarnya dibandingkan laki-laki. Dengan
penyembunyian identitas ini, perempuan mempunyai ruang untuk
mengekspresikan dirinya secara jujur dan akrab. Mereka juga tidak
mengungkapkan yang sedang mereka pikirkan dan rasakan. Mereka masih
menginginkan privasi. Mereka masih bisa mengontrol hal apa dan kepada
siapa saja mereka mengungkapkan diri mereka.
Namun dalam kategori tinggi siswa laki-laki menunjukkan perilaku
pengungkapan diri sebesar 27% sedangkan perempuan menunjukkan
perilaku pengungkapan diri sebesar 47%. Artinya bahwa perempuan
memiliki pengungkapan diri lebih tinggi dari pada laki-laki. Perbedaan cara
berkomunikasi antara pria dan wanita juga dinyatakan Tannen (dalam
18
Santrock, 2003,) bahwa pria dan wanita memiliki tipe pembicaraan yang
berbeda. Perbedaan pengungkapan diripada pria dan wanita dijelaskan oleh
Jourard (dalam Devito 2011) bahwa wanita telah dibiasakan untuk
mengungkapkan diri. Stereotip yang menyatakan wanita lebih banyak bicara
dari pria menunjukkan bahwa wanita pada dasarnya menyenangi
pembicaraan dengan orang lain. Wanita dapat memanfaatkan waktu dengan
bercakap-cakap bersama orang lain dan dalam percakapan tersebut juga
terkandung penyampaian pendapat, perasaan, keinginan, dan ketakutan
terhadap sesuatu.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitianRosedanRudolph(2006)
menyatakan bahwa ada perbedaan pengungkapan diri yang konsisten dari
jenis kelaminkepada teman-temanremaja putrimengungkapkan dirilebih
darianak laki-laki. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Nugroho
(2013) dan Tannen (dalam Santrock, 2003) bahwa pria dan wanita memiliki
tipe pembicaraan yang berbeda. Bahwa wanita lebih terbuka dari pada pria.
Pria lebih menguasai kemampuan verbal seperti bercerita, bercanda dan
berceramah tentang informasi, sedangkan wanita lebih menyenangi
percakapan pribadi. Stereotip tentang pria yang mengatakan bahwa pria
harus bersikap tidak emosional, mampu menyembunyikan emosinya dan
objektif membuat pria cenderung menghindari perilaku mengungkapkan
diri.
19
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas tentang perbedaan
perilaku asertif remaja awal ditinjau dari jenis kelamin, maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan pengungkapan diri melalui media sosial
online (facebook) ditinjau dari jenis kelamin.
SARAN
1. Pengguna internet khususnya Facebook, sekarang ini tidak hanya
pada remaja melaikan digunakan semua kalangan. Oleh sebab itu,
diharapkan kepada peneliti pengungkapan diri selanjutnya tidak
hanya dilakukan pada kalangan remaja SMA namun dikalangan
perguruan tinggi dan kalangan pekerja.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan positif bagi
orang tua dan guru dalam melakukan interaksi kepada remaja
karena tidak semua remaja bisa mengungkapkan secara langsung
apa yang dipikirkan.
3. Implikasi dari penelitian ini diharapkan bagi peneliti selanjutnya
yang akan melakukan penelitian terkait dengan variable
pengungkapan diri, dapat ditinjau dengan variable lain misalnya
pola asuh, tipe kepribadian, dan konsep diri.
Daftar Pustaka
Altman, I. & Taylor, D. (2001). Social Penetration: Development of Interpersonal
Relationships. New York: Holt, Rinehart and Winston. Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset. Barak, A., & Gluck-Ofri, O. (2007). Degree and reciprocity of self-disclosure in online
forums. CyberPsychology & Behavior, 10, 407-417. Berta E. A Prasetya. (2010). Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Pengungkapan
diri Pada Mahasiswa di Salatiga. Universitas Kristen Satya Wacana.
Bugin, Burhan.( 2007). Sosiologi Komunikasi Bandung : Kencana
Blau, Ina. (2011). Application use, online relationship types, pengungkapan diri, and internet abuse among children and youth : implikations for education and internet safety programs. J. Educational Computing Research, University of Haifa, Vol 45 (5-116).
Cooper, A., Morahan-Martin, J., Mathy, R., & Maheu, M. (2002). Toward an increased
understanding of user demographics in online sexual activities. Journal of Sex andMarital Therapy, 28, 105-129.
Dayakisni, Tri & Hudaniah. (2006). Psikologi sosial. Malang: UMM Press.
Devito, Joseph A. (2011). Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional Book
Dindia, K. (2002). Self-disclosure research: Knowledge through meta-analysis. In M. Allen, R. W. Preiss, B. M. Gayle, &N. Burrell (Eds.), Interpersonal communicationresearch: Advances through meta-analysis (pp. 169-186). Mahwah, NJ: Erlbaum.
Ditya Ardi Nugroho. (2013). Pengungkapan Diri Terhadap Pasangan Melalui Media
Huffaker,D.A., and Calvert,S.L (2005).Gender, Identity, and Language use in teenage blogs,http://jcmc.indiana.edu/vol 10/issue2/huffaker.html.Griffin, Em, 2003, A First Look at Communicatin Theory, New York: Mc.Graw-Hill.
Jaffe, J.Michael et.al, Gender, Pseudonyms,and CMC: Masking Identities and Baring
Souls, ,http://nembers.iworld.net/yesunny/genderps.html.tanggal akses 21 XP November 2013.
Joinson, A. N. (2001a). Knowing me, knowing you: Reciprocal pengungkapan diri and
Internet-based surveys. CyberPsychology & Behavior, 4, 587-591. Joinson, A. N. (2001b). Self-disclosure in computer-mediated communication: The role
of self-awareness and visual anonymity. European Journal of Social Psychology, 31, 177-192.
Joinson, A. N., & Paine, C. B. (2007). Self-disclosure, privacy and the Internet.
In A. Joinson, K. Y. A. McKenna, T. Postmes, & U. D. Reips (Eds.), Oxfordhandbook of Internet psychology (pp. 237-252). Oxford, UK: Oxford University Press.
Leung, L. (2001). College student motives for chatting on “ICQ.” New Media and
Society,3, 1-19. Lenhart, A., Madden, M., Macgill, A., & Smith, A. (2007). Teens & social media.
Washington, DC: Pew Internet & American Life Project. Melcombe, Melissa. (2011).Women’s perceptions of identity construction on Facebook.
A Thesis. Presented to the Faculty in Communication and Leadership Studies School of Professional Studies. Gonzaga Universit.
Pastika Wayan. 2013. Bahasa Media Televisi, Internet dan Surat Kabar. Denpasar Bali: Udayana University Press
Patti M. Valkenburg , Sindy R. Sumter and Jochen Peter (2010). Jurnal Gender differences in online and offline self-disclosure in pre-adolescence and adolescence. Amsterdam School of Communication Research ASCoR, University of Amsterdam.
Papu, J. (2002). Pengungkapan Diri. http://www.epsikologi.com/sosial/ 120702.htm.
Pornsakulvanich, V. (2005). Testing a uses and gratifications model of online relationships. Doctoral dissertation. College of Communication and Information, KentState University.
Rose, A. J., & Rudolph, K. D. (2006). A review of sex differences in peer relationship
processes: Potential trade-offs for the emotional and behavioral development of girls and boys. PsychologicalBulletin, 132, 89–131.
Santrock, J.W. (2003). Adolescence perkembangan remaja. Alih Bahasa: Adelar dan Saragih. Jakarta: Erlangga.
Seung, H.C. (2007). Effects of motivations and gender in adolescents’ self-dislosure in on line chatting. Cyber Psychology& Behavior, 10, 339-359.
Scwartz, M. & Scott, B. (2001). Marriages and Family: Diversity and Change. Available on line: http: cwx.prenhall?com.bookbind/pubbooks/schrz/medialib/schsc04.hatml (18 Juli 2014).
Sprecher,Susan,(2004). Self-Disclosure In Intimate Relationships: Associations With Individual And Relationship Charakteristics Over Time. Journal of Social and Clinical Psychology, Vol. 23, No. 6, pp. 857-877
Suara Merdeka Rabu, 12 Februari 2014 06:04
Suler, J. (2004). The online disinhibition effect. CyberPsychology & Behavior, 7,321-326.
Tempo Jakarta, 29 Juni 2014
Valkenburg, P. M., & Peter, J. (2007a). Preadolescents’ and adolescents’ online
communication and their closeness to friends. Developmental Psychology, 43, 267–277.
Valkenburg, P. M., & Peter, J. (2007b). Adolescents’ online communication and their
well-being:Testing the stimulation versus the displacement hypothesis. Journal of Computer mediatedcommunication, 12 (4), article 2. Retrieved from http://jcmc.indiana.edu/vol12/issue4/ valkenburg.html
Valkenburg, P. M., & Peter, J. (2008). Adolescents’ identity experiments on the
Internet:Consequences for social competence and self-concept unity. Communication Research, 35,208–231.
Valkenburg, P. M., & Peter, J. (2009). Social consequences of the Internet for
adolescents: A decade of research. Current Directions in Psychological Science, 18, 1–5.
Valkenburg, P. M., Peter, J., & Schouten, A. (2006). Friend networking websites and their relationship to adolescents’ social self-esteem and well-being. CyberPsychology & Behavior, 9, 585–590.
Wittkower , D. E. 2010. Facebook and Philosophy. Chicago and la salle illinois