PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM INDERA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE BRAINSTORMING DAN METODE TANYA JAWAB (Eksperimen di MTs Darul Abror Bekasi) Disusun oleh: IIS NURAISIYYAH NIM: 102016023897 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/1429 H
92
Embed
PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM INDERA · PDF fileProses belajar mengajar terjadi bila ada interaksi antara guru dan siswa, guru ... siswa yang kurang menguasai ... Faktor-faktor
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM INDERA ANTARA
SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE BRAINSTORMING
DAN METODE TANYA JAWAB
(Eksperimen di MTs Darul Abror Bekasi)
Disusun oleh:
IIS NURAISIYYAH
NIM: 102016023897
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor penting dalam menciptakan kondisi suatu negara,
karena pendidikan memiliki andil yang besar terhadap kemajuan bangsa baik secara
ekonomi maupun sosial. Hal ini sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, isinya yaitu pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya
dimasa yang akan datang. Peserta didik yang dimaksud adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.1
Diharapkan dengan pendidikan subyek pembangunan (manusia) dididik, dibina,
dan dikembangkan potensi-potensi yang ada padanya dengan tujuan terbentuknya
subyek-subyek pembangunan yang berkepribadian utuh. Kualitas pendidikan sangat
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia karena pendidikan merupakan salah satu
sarana meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia.2
Pada proses pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru memegang peranan yang
menentukan, karena bagaimanapun keadaan anak didik, maka pada akhirnya tergantung
pada guru dalam memanfaatkan kemampuan yang ada. Dalam hal ini guru mempunyai
peranan sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi inspirasi bagi peserta didik
agar mencapai tujuan yang diharapkan.3 Semua hal tersebut sangat menentukan terhadap
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan dengan adanya perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pembelajaran..
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru-siswa dan
komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
belajar.4 Interaksi edukatif merupakan faktor penting dalam usaha mencapai terwujudnya
1 Undang-undang RI no. 20 Tahun 2003, Tentang Pendidikan Nasional Tahun 2003, (Bandung:
Fermana, 2006), h. 65 2 Nancy Susianna, Jurnal Pendidikan: Model Pembelajaran Berbasis Kegiatan Laboratorium Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Sebagai Wahana Pendidikan siswa SLTP (Bandung: Seminar Nasional
Pendidikan Matematika dan IPA, 2004), h. 1 3 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.53
4 Nuryani R, Srategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas Negeri Malang Press, 2005), h. 7
situasi belajar mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Mengajar
pada hakikatnya adalah menyediakan kondisi yang seoptimal mungkin agar terjadi proses
belajar mengajar yang selalu kondusif.5
Proses belajar mengajar terjadi bila ada interaksi antara guru dan siswa, guru
mengajar dan siswa belajar. Sedangkan Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan
belajar siswa diantaranya faktor eksternal dan internal siswa6. Salah satu faktor eksternal
yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah pemilihan dan
penggunaan metode mengajar.7
Metode mengajar dapat membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran
sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan maksimal. Oleh karena itu
guru hendaknya mampu menerapkan metode yang sesuai dan tepat sebagai upaya
mancapai keberhasilan pembelajaran.
Banyak alternatif metode pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru,
namun pada prinsipnya tidak ada satu pun metode pembelajaran yang lebih baik daripada
metode yang lain. Tiap-tiap metode memiliki kelemahan dan kekuatan tidak dapat
dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap
bidang studi yang diajarkan.8 Untuk itu, sebaiknya guru memilih metode pembelajaran
yang tepat yang akan digunakan untuk suatu pokok bahasan.
Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan
hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran.9
Dalam hal ini, pemilihannya harus mengacu pada kriteria: menunjang pencapaian tujuan
khusus pembelajaran, sesuai dengan peristiwa pembelajaran yang akan dilaksanakan,
karakteristik materi yang akan disajikan, karakteristik siswa, alokasi waktu yang tersedia,
sarana dan prasarananya memungkinkan, besar kecilnya kelas, dan kemampuan guru.10
5 Albertus Sinaga, Jurnal Pendidikan :Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa SMU,
(Jakarta:Gema Pendidikan, Maret 1997), h.17 6 Laila Hayati, dan Nani Kurniati, Jurnal Kependidikan: Tingkat Penguasaan siswa Pada Pokok
Bahasan Notasi Sigma, Barisan Bilangan dan Deret di Kelas I F SMUN 2 Mataram, (Jurnal Kependidikan, Vol.
4, No.1, Mei 2005), h.71 7 Muhaemin AD, Jurnal Pendidikan: Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi Pada Siswa
Kelas II Semester Ganjil SMA Al-Kautsar TP 2004/2005 Melalui Pendekatan Peta Konsep, (Jakarta: Jurnal
Pendidikan Pengajaran, Vol. 4, No. 1, Maret 2006), h. 85 8Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Depag, 2001), h. 91 9 Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op.cit., h. 88
10 Suharjo Dwijosumarto, Jurnal Pendidikan: Penggunaan Multi Metode dan Metode Ganda Dalam
Proses Pembelajaran Mata Kuliah Kewiraan, (Jakarta: Ilmu Pendidikan, Tahun 27, No. 1, Januari 2000), h. 110
Disamping Faktor metode, faktor siswa juga tidak kalah penting dalam menentukan
pencapaian keberhasilan belajar. Pada umumnya siswa cenderung enggan untuk
mengikuti pelajaran karena cara penyajian yang terkadang berkesan membosankan. Salah
satu penyebabnya adalah tidak adanya variasi dalam pembelajaran yang dapat membuat
anak tertarik untuk belajar atau dengan istilah lain penggunaan metode yang kurang tepat.
Dewasa ini, masalah pembaruan pendidikan seperti perubahan kurikulum
merupakan masalah bagi setiap disiplin ilmu atau bidang studi yang dipergunakan sebagai
alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Biologi sebagai salah satu dari disiplin ilmu
tersebut juga ikut menanggung masalah tersebut, yang berarti pendidikan biologi harus
mampu mengarahkan subyek belajar menjadi manusia-manusia yang berpribadi utuh.
Dalam hal ini guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan strategi yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran, sehingga diharapkan guru dapat memberi dorongan yang
lebih berarti dalam penguasaan konsep siswa. Perbedaan strategi mengajar
mengakibatkan perbedaan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Tentunya hal ini akan
mengakibatkan perbedaan prestasi belajar siswa.
Sebenarnya seorang guru yang kreatif dan inovatif tidak akan kesulitan dalam
menentukan metode mengajar, walaupun fasilitas sekolah kurang memadai, namun
bukanlah suatu hambatan yang besar bagi terlaksananya proses pembelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai akan menciptakan suasana
pembelajaran yang efektif. Efektif yang dimaksud ialah agar apa yang diajarkan
kepada siswa bukan hanya dapat diserap atau dihapal saja untuk beberapa saat,
tetapi harus dapat dikembangkan juga melalui daya pikirnya.
Penerapan suatu strategi dan metode dalam pembelajaran biologi adalah merupakan
hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa secara konstruktif dan
mengarah pada penguasaan materi.11
Dalam pengajaran disekolah, materi pelajaran dapat
disampaikan dengan memberi atau menjawab pertanyaan- pertanyaan siswa dan dapat
pula dengan meminta pendapat-pendapat dari hal yang telah diketahui siswa. Diantara
berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam proses pengajaran, diantaranya
adalah metode brainstorming dan metode tanya jawab.
11
Frida Maryati. H. Yusuf, Jurnal Penelitian dan Pendidikan: Upaya Pengingkatan Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Biologi Melalui Metode Resitasi, (Gorontalo: Lembaga Penelitian Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Tahun IV, Edisi 8, Maret 2003 ), h. 92
Metode Brainstorming atau curah pendapat adalah proses penyampaian sebanyak-
banyaknya gagasan pemecahan suatu masalah secara bebas, terbuka, dan tanpa ada kritik
terhadap gagasan-gagasan yang muncul.12
Pemberian pendapat dalam pemecahan
masalah dapat dilakukan secara deduktif, yaitu dari konsep-konsep yang umum menuju
konsep-konsep yang lebih khusus. Pemecahan masalah secara kreatif akan lebih
memperkanya pengalaman siswa, dalam hal ini siswa dapat menghubungkan ide
atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhubungan. Siswa tidak hanya akan saling
melengkapi gagasan-gagasan yang timbul, tetapi juga akan saling mengisi.
Dalam brainstorming siswa diperbolehkan mengemukakan gagasan apa saja yang
muncul dari pikiran masing-masing, tidak dibenarkan adanya kritik , karena adanya kritik
dapat merintangi gagasan yang akan keluar. Dengan evaluasi dapat disimpulkan suatu
jawaban dari berbagai pendapat yang diperoleh. Salah satu kelemahan metode
brainstorming adalah guru kurang memberi waktu cukup untuk berpikir dengan
baik.13
Adapun metode tanya jawab adalah cara menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk
pertanyan dari guru yang harus dijawab siswa atau sebaliknya ; baik secara lisan maupun
tulisan.14
Metode ini dapat digunakan untuk meninjau ulang pelajaran yang telah
disampaikan dalam proses pembelajaran sebelumnya. Metode ini lebih
menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang sedang
atau telah dipelajari.
Salah satu kelemahan metode tanya jawab adalah dapat menimbulkan
penyimpangan dari persoalan pokok. Lebih-lebih, jika siswa-siswa memberi jawaban atau
mengajukan masalah yang dapat mengundang keributan teman lainnya yang menyimpang
dari pokok pembicaraan atau pokok permasalahan.15
Dengan membandingkan kedua metode yaitu metode brainstorming dan metode
tanya jawab, diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep siswa, karena metode
brainstorming adalah metode yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa
melalui daya pikir kreatifnya terhadap konsep yang diajarkan, sehingga mereka akan
12
Ratu Amilia Avianti, Jurnal Kejuruan Teknik Mesin: Proses Penumbuhan Kreativitas Pembuatan
Program CNC dengan Metode Brainstorming,, ( Jakarta: FT-UNJ, 2003, Vol. 1), h. 159 13
Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 75 14
Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1993),
h. 106 15
Albertus Sinaga, op. cit., h. 18
memiliki serta menyimpan konsep tersebut dengan lebih baik, namun tidak semua siswa
mampu mengemukakan pendapat sehingga kadang-kadang dalam berbicara hanya di
monopoli oleh siswa yang pandai saja, selain itu keterbatasan waktu terkadang menjadi
kendala dalam mengemukakan pendapat.
Sedangkan metode tanya jawab membantu tumbuhnya perhatian siswa terhadap
pelajaran. Metode ini menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa untuk
menguasi konsep yang diajarkan, namun dalam metode tanya jawab siswa terkadang
merasa takut untuk memberikan jawaban atau bahkan untuk bertanya yang akibatnya
siswa yang kurang menguasai konsep akan tertinggal, selain itu sukar untuk membuat
pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan pemahaman siswa.
Dengan membandingkan kedua metode di atas terhadap penguasaan konsep,
seorang guru diharapkan dapat menggunakan metode yang tepat, yaitu metode
brainstorming atau tanya jawab sebagai metode yang digunakan untuk memudahkan
penguasan konsep siswa.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa dalam
pelajaran biologi?
2. Metode pembelajaran apakah yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa
dalam pelajaran biologi?
3. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses pembelajaran dengan metode
brainstorming dan metode tanya jawab?
4. Apakah metode brainstorming dan metode tanya jawab dapat mempengaruhi
penguasaan konsep siswa dalam pelajaran biologi?
5. Bagaimanakah perbedaan peningkatan penguasan konsep siswa yang
menggunakan metode brainstorming, dengan metode tanya jawab?
6. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode
brainstorming dengan metode tanya jawab?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dalam skripsi ini dan luasnya
permasalahan yang hendak dibahas, serta untuk lebih terarahnya penelitian ini,
maka masalah hanya dibatasi pada pengaruh metode mengajar brainstorming dan
metode tanya jawab terhadap penguasan konsep siswa kelas II MTs Darul Abror
Bekasi. Penguasaan konsep siswa dibatasi pada nilai ulangan kelas II semester 2
konsep sistem indera pada manusia.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: “ Apakah terdapat perbedaan penguasaan konsep siswa yang diberikan
pembelajaran dengan menggunakan metode brainstorming dan metode tanya jawab
pada siswa MTs Darul Abror Bekasi ? ”.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk memberikan manfaat kepada semua pihak yang
terkait langsung dalam dunia pendidikan, terutama bagi:
1. Kepala sekolah, sebagai informasi untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan
biologi.
2. Guru-guru biologi, informasi ini dapat dijadikan suatu referensi dan masukan dalam
memilih dan memberlakukan metode mengajar yang lebih efektif dalam pelajaran
biologi, terutama pada konsep sistem indera.
3. Siswa, memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan pemikiran
intelektual siswa, untuk dapat mengaplikasikan keilmuannya didalam kehidupan
bermasyarakat serta dapat bersosialisasi dengan baik di dalam kehidupan sosialnya
sebagai wujud dalam pembangunan bangsa dan negara di segala aspek kehidupan.
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi teoretis
1. Hakikat Metode Mengajar
Metode mengajar berasal dari dua kata yaitu metode dan mengajar, metode dapat
diartikan Sebagai cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.16
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.17 Sedangkan mengajar menurut Alvin W. Howard yang dikutip Roestiyah
adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong atau membimbing seseorang untuk
mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitudes, ideals atau cita-cita,
appreciation atau penghargaan dan knowledge.18
Metode mengajar adalah teknik guru dalam menyampaikan informasi karena minat,
taraf intelegensi dan daya perhatian dari setiap kelas berbeda, maka guru harus dapat
menggunakan metode mengajar yang berbeda dengan bijaksana.19
Metode mengajar menurut JJ Hasibuan dan Moedjiono adalah bagian dari perangkat
alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Dan karena strategi
belajar-mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan belajar, maka
metode mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar.20
Menurut Tayar Yusuf dalam bukunya Ilmu Praktik Mengajar mengatakan, metode
mengajar adalah suatu cara tertentu yang tepat dan serasi untuk menyajikan materi
pelajaran, sehingga tercapai tujuan pelajaran, dimana murid-murid dapat merasa mudah
menerima/mengerti sehingga tidak terlalu memusingkan (memberati) pikiran mereka.
Kegiatan guru dalam hal ini adalah berdasarkan prinsip-prinsip ilmu jiwa, pendidikan,
sosiologi dan sebagainya.21
16 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.149 17 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), edisi ke-2, h.. 652 18
Roestiyah N. K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h.15 19
Penggunaan metode Mengajar yang Berbeda, http://www.sabda.org/ pepak/pustaka/ 020163, 2002. 12 Maret 2007
20 JJ. Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988), Cet-3,
Sedangkan menurut Wahdi Sayuti, metode pembelajaran adalah cara atau strategi
yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama dalam
konteks transfer of knowledge dan transfer of values.22
Dalam buku Strategi Belajar Mengajar, Ahmadi dan Prasetya mengatakan, metode
mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan
bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, baik secara individual atau secara
kelompok/klasikal, agar palajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh
siswa dengan baik.23
Dalam hal ini metode mengajar adalah sebagai alat untuk
pengajaran yang ingin dicapai, sehingga semakin baik penggunaan metode mengajar
semakin berhasillah pencapaian tujuan belajar mengajar.
Menurut Slameto metode mengajar adalah cara atau jalan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Dalam mencapai tujuan, terbuka kemungkinan memilih berbagai metode
yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa dan kemampuan guru yang
bersangkutan.24
Berdasarkan berbagai pengertian di atas maka penulis menyimpulkan, metode
mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran yang
menciptakan interaksi edukatif antara guru dan siswa, suasana belajar dan pelajar
yang memberi respon terhadap usaha guru tersebut sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
a. Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar
Penggunanan metode belajar harus dipilih dan digunakan dengan tepat agar dapat
terjadi interaksi aktif dari warga belajar.25
Menurut Winarno Surakhmad seperti
dikutip Bahri Djamarah, banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
mengajar diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Tujuan dengan berbagai jenis dan
fungsinya; 2) Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya; 3) Situasi dengan
22
Wahdi Sayuti, Model Pembelajaran Konstruktivisme, Jurnal Kependidikan, keislaman dan
Kebudayaan, (Jakarta: Didaktika Islamika, 2000, Vol. VI), h.119 23 Abu Ahmadi, dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.
52 24
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 90
25 Suharjo Dwijosumarto, Jurnal Pendidikan: Penggunaan Multimetode dan Metode Ganda Dalam
Proses Pembelajaran Matakuliah Kewiraan, (Surabaya: Ftp Universitas Negeri Surabaya 2000, Th. 27, No.
I,),h. 110
berbagai keadaannya; 4) Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya; 5)
Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda.26
a. Metode Brainstorming
1) Pengertian Metode Brainstorming
Brainstorming atau curah pendapat atau sumbang saran merupakan teknik
yang dikembangkan oleh Osborn yang dapat diterapkan untuk memecahkan suatu
masalah dalam kelompok kecil (sekitar 8 sampai 10 orang) dengan menggali
gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari anggota kelompok. 27 Dalam kelompok
kecil ini seorang anak dipilih untuk berperan sebagai ketua dan siswa lain bertugas
mencatat semua gagasan yang muncul.
Dasar penggunaan metode curah gagasan atau brainstorming adalah bahwa
kelompok dapat mengajukan usul lebih banyak dibandingkan anggota secara
individual.28
Teknik ini terdiri dari dua tahap , yaitu tahap identifikasi gagasan dan
tahap evaluasi gagasan.29
Menurut Martinis, metode brainstorming adalah metode yang merangsang
berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang
disampaikan oleh siswa. Akan tetapi guru dapat menggambarkan bahwa yang
diminta adalah buah pikiran dengan alasan-alasan yang rasional.30
Roestiyah dalam bukunya mengatakan, brainstorming adalah suatu teknik
atau cara mengajar dengan melontarkan suatu masalah, kemudian siswa menjawab
atau menyatakan pendapat sehingga mungkin masalah tersebut berkembang
menjadi masalah baru atau dapat diartikan pula sebagai suatu cara untuk
mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat
singkat.31
26
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Intraksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,
2000), h. 184 27 . C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: Gramedia,
1999), h.103 28
Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama
Ratu Amilia Avianti, Jurnal Kejuruan Teknik Mesin: Proses Penumbuhan Kreativitas Pembuatan
Program CNC dengan Metode Brainstorming,, ( Jakarta: FT-UNJ, 2003, Vol. 1), h. 159 35
Ratu Amilia Avianti, Op. cit., h. 161 36
H. D. Sujana, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production, 2001), h.
86 37
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), Op. cit., h. 106
Dari berbagai pendapat para ahli mengenai brainstorming, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa brainstorming atau curah gagasan adalah
pemberian materi pelajaran dengan memperoleh pendapat atau ide-ide dari
siswa dengan bebas tanpa seleksi yang akan menunjang daya pikir kreatifnya
dan akan lebih memperkaya pengalaman siswa, dalam hal ini dapat
menghubungkan ide atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhasil, siswa tidak
hanya akan saling melengkapi gagasan-gagasan yang timbul, tetapi juga akan
saling mengisi.
2) Tujuan Metode Brainstorming
Menurut Roestiyah, tujuan brainstorming adalah untuk mengurus habis, apa
yang dipikirkan para siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan
guru ke kelas tersebut.38
Sedangkan menurut Ratu, tujuan brainstorming adalah untuk menghasilkan
kuantitas ide yang sebesar-besarnya, tanpa harus memeperhatikan kualitasnya.
Dalam kurun waktu tertentu diharapkan ide-ide akan muncul.39 Bagi setiap jumlah
ide yang diungkapkan pada satu kurun waktu tersebut berbeda-beda. Selain jumlah
ide berbeda kualitas ide pun berbeda.
Menurut Slameto, metode brainstorming digunakan untuk: a)
Mengembangkan pikiran yang kreatif; b) merangsang partisipasi siswa; c) Pada
waktu mencari kemungkinan pemecahan masalah; d) Berhubungan dengan
metode lainnya; e) Untuk membangkitkan pendapat-pendapat baru; f) Untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.40
Dalam bukunya Model-Model Pembelajaran Interaktif Afwi Suparman
mengatakan bahwa metode Brainstorming diharapkan dapat melatih peserta untuk
mengekspresikan gagasan-gagasan baru menurut daya imajinasi mereka dan
melatih daya kreativitas berfikir peserta.41
3) Tahapan Metode Brainstorming
Brainstorming mempunyai tahapan atau langkah-langkah pokok,
yaitu:
38
Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h.74 39
Ratu Amilia Avianti, Op. cit., h. 161 40
Slameto, Op. cit., h. 106 41
Atwi Suparman, Op. cit., h. 154
1) Guru menentukan topik bahasan.
Sebelum menentukan topik, terlebih dahulu guru menjelaskan pokok-
pokok penting materi pelajaran.
2) Ajaklah siswa umtuk mengungkapkan pandangan atau ide mereka yang
berhubungan dengan topik yang akan dibahas.
Guru memberi masalah pada siswa sesuai dengan topik atau materi yang
diajarkan dan siswa diberi waktu memikirkan pemecahan masalah tersebut
dan memberikan pendapatrnya bila diminta oleh guru.
3) Catat semua respon siswa yang muncul.
Guru turut membimbing dalam memperoleh jawaban dari siswa, namun
selama berlangsung pencetusan gagasan, kritik tidak dibenarkan dan siswa
tidak perlu mempersoalkan timbulnya ide yang tampak sama, karena
menghambat spontanitas pencetusan ide.
4) Setelah itu guru membahas satu persatu respon yang muncul.42
Guru mengevaluasi dan merangkum hasil dari jawaban pada kegiatan
tersebut dengan ceramah.
4) Kelebihan dan kekurangan metode brainstorming
1) Metode Brainstorming dipakai karena memiliki beberapa kelebihan
seperti:
a) Anak-anak aktif berpikir untuk menyatakan pendapat.
b) Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis.
c) Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan
dengan masalah yang diberikan oleh guru.
d) Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran.
e) Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai
atau dari guru.
f) Terjadi persaingan yang sehat.
g) Anak-anak merasa bebas dan gembira.
h) Suasana demokrasi dan disiplin ditumbuhkan.43
42
Wahdi Sayuti, Op. cit., h. 122. 43
Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h. 74
2) Adapun kekurangan dari metode brainstorming yang perlu diatasi adalah:
a) Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk
berpikir dengan baik.
b) Anak-anak yang kurang selalu ketinggalan.
c) Kadang-kadang berbicara hanya dimonopoli oleh anak yang pandai
saja.
d) Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan
kesimpulan.
e) Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu benar atau salah.
f) Tidak menjamin pemecahan masalah.
g) Masalah bisa berkembang kearah yang tidak diharapkan .44
b. Metode Tanya Jawab
1) Pengertian Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian bahan pengajaran dengan jalan
mengajukan pertanyaan dengan meksud untuk mendapatkan jawaban lisan atau
berupa tindakan sebagai terhadap peertanyaan yang diajukan guru atau instruktur
kepada siswa atau sebaliknya sebagai upaya untuk melengkapi atau memperdalam
penguasaan bahan guna pencapaian tujuan pengajaran.45
Metode tanya jawab menurut Roestiyah adalah suatu teknik untuk memberi
motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama
mendengarkan pelajaran, atau guru yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu,
siswa menjawab.46
Selanjutnya menurut Roestiyah Tanya jawab dapat membantu
tumbuhnya perhatian siswa terhadap pelajaran, serta mengembangkan
kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya, sehingga
pengetahuannya menjadi fungsional.47
Menurut Lalu Muhammad Metode tanya jawab adalah cara menyajikan
bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab siswa atau
44
Ibid.., h. 75 45
Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS), Op. cit.., h.113 46
Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h.129 47
Ibid., h.130
sebaliknya, baik secara lisan maupun tulisan.48
Metode tanya jawab juga
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan pelajar, bisa pula
pelajar bertanya dan guru mrnjawab. Hunungan antara guru dan pelajar
merupakan hubungan timbal balik secara langsung.49
Sedangkan Wahdi Sayuti mengemukakan bahwa metode pembelajaran tanya
jawab merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat dugunakan oleh
guru dalam proses pembelajaran di kelas. Secara umum, metode ini dapat
digunakan untuk meninjau ulang pelajaran yang telah disampaikan dalam proses
pembelajaran sebelumnya.50
Dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar, Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya
mengatakan, metode tanya jawab adalah suatu metode di dalam pendidikan dan
pengajaran di mana guru bertanya, sedangkan murid-murid menjawab tentang
bahan materi yang ingin diperolehnya.51
Sedangkan menurut Syaiful Bahri metode tanya jawab adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh
anak didik. Dengan metode ini, antara lain dapat dikembangkan keterampilan
mengamati, interprestasi, mengklasifikasikan, membuat kesimpulan, menerapkan,
dan mengkomunikasikan.52
Dari berbagai pendapat para ahli tentang metode tanya jawab, maka penulis
menyimpulkan bahwa metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran
melalui berbagai bentuk pertanyaan, dari atau kepada siswa, sehingga terjadi
komunikasi langsung dua arah antara guru dan murid. Metode ini dapat digunakan
untuk meninjau ulang pelajaran yang telah disampaikan
2) Tujuan Metode Tanya Jawab
Menurut Lalu Muhammad, tujuan dari metode tanya jawab adalah:
1) Untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran dalam ingatan, pengungkapan
perasaan dan sikap siswa.
48
Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1993),
h. 106 49
Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op.cit, h. 107 50
Wahdi Sayuti, Op. cit., h. 121 51
Abu Ahmadi, dan joko Tri Prasetya, Op. cit., h. 56 52
Syaiful Bahri Djamarah, Op. cit., h. 203
2) Untuk mengetahui jalan berpikir siswa secara sistematus, logis dan menuju
pemecahan masalah.
3) Untuk memberi tekanan perhatian bagian-bagian penting dari materi pelajaran.
4) Untuk memperkuat korelasi antara pertanyaan dengan jawabannya.
5) Membiasakan siswa mengenal bentuk dan jenis pertanyaan serta jawaban yang
benar atau tepat dalam rangjka kelanjutan belajarnya.53
Menurut Roestiyah penggunaan metode tanya jawab baik untuk maksud-
maksud yang diperlukan untuk menyimpulkan atau mengikhtisarkan pelajaran
atau apa yang dibaca, dengan dibantu Tanya jawab siswa akan tersusun jalan
pikirannya sehingga mencapai perumusan yang baik dan tepat, membantu
tumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran, meneliti kemampuan atau daya
tangkap siswa untuk dapat memahami bacaan, dan mengetahui juga apakah
siswa mendengarkan dengan baik.54
Sedangkan menurut Slameto, metode tanya jawab digunakan bila:
1) Mengulangi pelajaran yang lalu untuk mengaitkan dengan pelajaran yang
baru.
2) Anda ingin mengikutsertakan siswa secara aktif dalam pengajaran.
3) Anda ingin menuntun pengamatan dan pemmikiran siswa.
4) Materi pelajaran berupa fakta dan informasi yang umum dan mudah diacak
melalui berbagai sumber.55
Pertanyaan dapat menjadi alat guru untuk merangsang kegiatan berpikir
siswa. Guru dapat juga menggunakan jawaban siswa untuk mengecek efektifitas
pengajarannya yang sedang berlangsung. Pertanyaan juga dapat berfungsi
sebagai pengatur, pertanyaan mengecek efektifitas pengajarannya yang sedang
berlangsung. Selain itu pertanyaan juga dapat berfungsi sebagai pengatur,
pertanyaan yang diajukan sebelum ceramah atau demontrasi dimulai dapat
53
Lalu Muhammad Azhar, Op. cit., h.106 54
Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h. 130 55
Slameto Op. cit, h. 113
membantu siswa memusatkan perhatiannya pada hal-hal penting.56
Oleh karena
itu aspek tehnik dari pertanyaan harus pula dipakai dan dilatih, agar pengajar
dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses belajar mengajar.
3) Jenis-Jenis Pertanyaan
Menurut JJ. Hasibuan dan Moedjiono, dalam buku Proses Belajar Mengajar.
Menggolongkan tiga jenis pertanyaan sebagai berikut:
1) Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya
a) Pertanyaan permintaan (compliance question)
b) Pertanyaan retorik (rhetorical question)
c) Pertanyaan mengarah atau menuntun (prompting question)
d) Pertanyaan menggali (probing question)
2) Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom
a) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question)
b) Pertanyaan pemahaman (comprehension question)
c) Pertanyaan penerapan (application question)
e) Pertanyaan analisis (analysis question)
f) Pertanyaan sintesis (synthesis question)
g) Pertanyaan evaluasi (evaluation question)
3) Jenis-jenis pertanyaan menurut luas sempitnya sasaran
(1) Pertanyaan sempit (narrow question)
(a) Pertanyaan sempit informasi langsung:
(b) Pertanyaan sempit memusat:
(2) Pertanyaan Luas (broad question)
(a) Pertanyaan luas terbuka
(b) Pertanyaan luas menilai (evaluating question) .57
4) Tahapan Metode Tanya Jawab
Adapun tahapan atau langkah-langkah metode tanya jawab adalah sebagai
berikut:
56
W. James Popham, Eva L. Baker (Amirul Hadi, dkk), Teknik Mengajar secara sistematis, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2001) h. 89 57
JJ. Hasibuan, Moedjiono, Op. cit., h. 15
1) Persiapan.
a) Menentukan topik
b) Merumuskan tujuan ( TIK )
c) Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang tepat sesuai dengan TIK
d) Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan diajukan
siswa.
2) Pelaksanaan
a) Menjelaskan TIK yang akan dicapai
b) Mengkomunikasikan penggunaan metode tanya jawab (murid tidak hanya
bertanya tetapi juga menjawab pertanyaan guru atau siswa yamg lain).
c) Guru memberikan permasalahan sebagai bahan persepsi.
d) Guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas.
e) Guru memberikan limit waktu (tempo) yng cukup untuk siswa menyusun/
memikirkan jawaban yang sistematis.
f) Memelihara ketenangan suasana tanya jawab.
g) Guru mengusahakan pemerataan giliran bertanya/ menjawab.58
5) Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanya jawab
Dalam pelaksanaannya metode tanya jawab memiliki kelebihan dan
kekurangan.
1) Adapun kelebihannya adalah:
a) Lebih mengaktifkan anak didik dibandingkan dengan metode ceramah.
b) Anak akan lebih cepat mengerti, karena memberi kesempatan kepada anak
didik untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas/ dimengerti sehingga
guru dapat menjelaskan kembali.
c) Mengetahui perbedaan pendapat antara anak didik dan guru, dan akan
memebawa kearah suatu diskusi.
d) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian anak didik.
2) Sedangkan kelemahan dari metode tanya jawab adalah:
a) Mudah menyimpang dari pokok persoalan.
b) Dapat menimbulkan beberapa masah baru.
58
Lalu Muhammad Azhar, Op. cit., h.108
c) Anak didik terkadang merasa takut untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan kepadanya.
d) Sukar membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan
pemahaman anak didik.59
2.Hakikat Penguasaan Konsep Sistem Indera
a. Penguasaan konsep
Penguasaan konsep terdiri dari dua kata yaitu penguasaan dan konsep.
Penguasaan diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan
(pengetahuan, kepandaian, dan sebagainya).60 Sedangkan konsep merupakan suatu
abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari
sekelompok obyek dari suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa benda
atau fenomena di alam yang membedakan dari kelompok lainnya.61
Menurut Amien yang dikutip Yuni dan Adi konsep adalah suatu gagasan atau
ide yang didasarkan pada pengalaman tertentu yang relevan yang dapat
digeneralisasikan. Suatu konsep dikatakan objektif jika dapat dikonfirmasikan
dengan kenyataannya, artinya simbol yang ada dalam konsep tersebut dapat
ditelusuri keberadannya dialam nyata.62
Menurut Rosser yang dikutip Dahar, dikatakan bahwa, konsep adalah suatu
abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-
kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama.63
Selanjutnya Dahar menjelaskan pembentukan konsep merupakan suatu bentuk
belajar penemuan (discovery learning), paling sedikit dalam bentuk primitif, yang
melibatkian proses-proses psikologi seperti analisis diskriminatif, abstaksi,
diferensiasi, pembentukan (generation) hipotesis dan pengujian (testing), dan
generalisasi.64
Sedangkan menurut Bell yang dikutip Abidin Konsep adalah suatu ide atau
gagasan abstrak yang memungkinkan seseorang dapat mengklasifikasikan obyek-
59 Syaiful Bahri Djamarah, Op. cit., h. 203 60 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op cit., h.534 61
Nuryani. R. Strategi Belajar Mengajar Biologi, ( Malang: UM Press,2005 ), h.51 62
Yuni Tri Hewindati, dan Adi Suryanto, Jurnal Pendidikan: Pemahaman Murid Sekolah Dasar Terhadap Konsep IPA Berbasis BIologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi,, (Universitas Terbuka:
Jurnal pendidikan. Vol, No. I, Maret 2004), hal.63 63
obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu dan memungkinkan pula untuk menentukan
apakah obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu itu merupakan contoh atau
bukan contoh dari gagasan tersebut.65
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konsep merupakan ide atau pengertian
yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.66 Tafsiran atau pengertian seseorang
terhadap suatu konsep disebut konsepsi. Setiap konsep tidak berdiri sendiri,
melainkan setiap konsep berhubungan dengan konsep lain, semua konsep tersebut
bersama-sama membentuk semacam jaringan pengetahuan dalam pikiran manusia.
Semakin lengkap jaringan konsep tersebut dalam struktur kognitif seseorang semakin
besar kemungkinannya dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan.67
Pembentukan konsep merupakan proses induktif. Dalam proses ini seseorang
mengabstraksikan atribut-atribut tertentu yang sama dari berbagai stimulus yang
diberikan . Stimulus – stimulus tersebut dapat berupa pemberian contoh-contoh dari
sesuatu yang dikonsepkan. Sedangkan asimilasi konsep bersifat deduktif.68
Dengan
terkonsepnya rangsangan oleh individu dengan baik diharapkan individu akan lebih
mudah mememori dan memunculkan kembali rangsangan tersebut dalam bentuk
konsep pada situasi dan kondisi yang lain.69
Adapun manfaat konsep menurut S. Nasution adalah membebaskan individu dari
pengaruh stimulus yang spesifik dan dapat menggunakannya dalam segala macam
situasi dan stimulus yang mengandung konsep itu.70
Selanjutnya menurut Nasution mempelajari konsep berbeda dengan belajar
hubungan stimulus dan respon karena yang terakhir ini bertalian erat dengan bentuk
fisik tertentu, sedangkan konsep sudah lepas sama sekali dari bentuk atau kesamaan
65
Zainal Abidin, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran: Pemahaman Konseptual dan Proses Dalam
Belajar Matematika, (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Tahun 17, No. 2, 2 Agustus 2004), h. 59 66
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op cit., h. 520 67
Muhaemin AD, Jurnal Pendidikan: Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi Pada Siswa
Kelas II Semester Ganjil SMA Al-Kautsar TP 2004/2005 Melalui Pendekatan Peta Konsep, (Jakarta: Jurnal
Pendidikan Pengajaran, Vol. 4, No. 1, Maret 2006), h. 86 68
Zainal Abidin, Op. cit., h. 60 69
Sutarto, Jurnal Pendididkan dan Kebudayaan: Buku Ajar Fisika (BAF) dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika (AFKF) sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
Tahun 11, No. 54, Mei 2005), h. 332 70
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,
1997), h. 164
fisik. Misalnya konsep “sudut “ tidak terikat pada sudut obyek tertentu, akan tetapi
dikenal dalam setiap benda.71
Tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dari siswa, tergantung pada
kompleksitas dari konsep, dan tingkat perkembangan kognitif siswa.72 Sesuai dengan
taksonomi Bloom dalam ranah kognitif yang meliputi 6 tingkat, yaitu:
1) Pengetahuan, pengenalan, yaitu dapat mengenal, mengingat dan mereproduksi
bahan pengetahuan atau pelajaran yang pernah diberikan.
2) Pemahaman, yaitu memahami materi atau gagasan yang diberikan. Siswa tahu
apa yang disampaikan dan dapat menggunakan materi atau gagasan yang
diberikan, tanpa perlu menghubungkannya dengan materi lain atau melihat
implikasinya.
3) Penerapan, yaitu menggunakan hal-hal abstrak dalam situasi yang khusus dan
konkret.
4) Analisis, yaitu menguraikan suatu materi atau bahan yang diberikan menjadi
unsur-unsur atau bagian-bagian, sehingga kedudukan atau hubungan antarunsur
atau bagian yang diungkapkan menjadi jelas.
5) Sintesis, yaitu menghimpun atau menyusun unsur-unsur atau bagian-bagian
sehingga membentuk keseluruhan; proses bekerja dengan bahan-bahan, unsur-
unsur, dan menyusun atau menggabungkannya menjadi pola atau struktur
tertentu.
6) Evaluasi, yaitu memberikan pertimbangan mengenai nilai dari bahan dan
metode-metode untuk tujuan tertentu. Biasanya dengan menggunakan patokan
atau tolok ukur penilaian. Patokan ini dapat diberikan oleh guru atau ditentukan
sendiri oleh siswa.73
Pendekatan-pendekatan kognitif tentang belajar memusatkan pada proses
perolehan konsep-konsep, pada sifat dari konsep-konsep, dan pada bagaimana
konsep-konsep itu disajikan dalam stuktur kognitif.74
Berdasarkan pendapat para ahli dan uraian tentang penguasaan konsep, maka
penulis menyimpulkan bahwa penguasaan konsep adalah pemahaman atau
71
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 164
72 Ratna Wilis Dahar, Op. cit., h. 91
73 S. C. Utami Munandar, Op. cit., h.120
74 Ratna Wilis Dahar, Op. cit., h. 84
kesanggupan siswa terhadap suatu gagasan atau ide yang didasarkan pada
pengalaman tertentu yang relevan yang dapat digeneralisasikan. abstraksi yang
menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok obyek
dari suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa benda atau fenomena di
alam yang membedakan dari kelompok lainnya yang didasarkan pada pengalaman
tertentu yang relevan yang dapat digeneralisasikan dan diukur melalui tingkat
perkembangan kognitif siswa sesuai dengan klasifikasi Bloom.
b. Sistem Indera
Sistem dapat diartikan sebagai hirargi tertinggi susunan stuktur dan fungsi
tubuh.75 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur
yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.76
Sedangkan indera merupakan reseptor rangsang. Selain itu indera juga dapat
diartikan sebagai alat untuk merasa, mencium bau, mendengar, melihat, meraba,
dan merasakan sesuatu secara naluri (intuitif).77
Macam indera sesuai dengan
macam stiumulus di alam: raba fisik, raba suhu panas/dingin, raba arus angin/air,
bau, kecap, bunyi, keseimbangan, nyeri dan cahaya.78
Sistem indera merupakan alat untuk mengenal dunia luar. Alat indera
mempunyai lima indera yang dikenal dengan panca indera, alat indera pada
manusia dilengkapi dengan bagian –bagian yang berfungsi untuk menerima
rangsangan dari luar, dan saraf-saraf pembawa rangsang ke saraf pusat ( otak ).
Alat indera manusia dapat berfungsi dengan sempurna apabila:
1. Saraf –saraf yang berfungsi membawa rangsang ke sumsum saraf pusat bekerja
dengan baik.
2. Otak sebagai pusat pengolah rangsang bekerja dengan sempurna.
3. Secara anatomi alat-alat indera tidak mempunyai kelainan bentuk dan fungsinya.
Adapun lima alat indera manusia tersebut adalah:
1) Mata (indera penglihat), peka terhadap cahaya.
Bagian-bagian mata yaitu:
a) Bagian depan bola mata
75
Wildan Yatim, Kamus Biologi, (Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 1999), Edisi I, h. 793 76
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op cit., h 950 77
Ibid., h. 377 78
Ibid, h. 470
Terdiri atas: alis, kelopak mata, dan kelenjar air mata. Bola mata
direkatkan pada dinding sebelah dalam rongga mata oleh tiga pasang otot,
yang juga berfungsi menggerakan bola mata. Otot-otot tersebut yaitu:
(1) Otot yang menggerakan bola mata lurus atas dan lurus bawah.
(2) Otot yang menggerakan bola mata lurus dalam dan lurus luar.
(3) Otot yang menggerakan bola mata miring atas dan miring bawah.
b) Bola mata terdiri dari tiga lapisan yaitu:
(1) Lapiasan luar (Sklera), berwarna putih.
Bagian sklera memebentuk kornea, yan berfungsi untuk memerima
cahaya yang masuk ke mata. Kornea dilindungi selaput tipis yamg
disebut konjungtiva.
(2) Lapisan tengah, berwarna gelap banyak mengandung pembuluh darah,
dan berfungsi untuk menyerap cahaya serta mengurangi cahaya yang
memantul disekitar mata bagian dalam. Dibagian ini juga terdapat iris,
pupil, dan lensa mata.
(3) Lapisan dalam (Retina) atau selaput jala.
Retina mengandung reseptor yang peka terhadap cahaya. Pada retina
terdapat bintik kuning dan bintik buta.
Proses Melihat
Suatu benda dapat dilihat jika ada cahaya. Cahaya dipantulkan benda→