perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK DAN TAHAN BOLA PADA PERMAINAN SEPAKBOLA (Studi Eksperimen Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Drill pada Siswa Putra SD Muhammadiyah 3 Nusukan Surakarta) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Megister Program Studi Ilmu Keolahragaan Diajukan oleh : KODRAD BUDIYONO NIM: A.120809114 PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
131
Embed
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN … · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran bermain dan Drill terhadap hasil
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR
SEPAK DAN TAHAN BOLA PADA PERMAINAN SEPAKBOLA
(Studi Eksperimen Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Drill pada Siswa Putra SD Muhammadiyah 3 Nusukan Surakarta)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Megister
Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan oleh : KODRAD BUDIYONO
NIM: A.120809114
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN DAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK DAN
TAHAN BOLA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA
(Studi Eksperimen Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Drill pada Siswa Putra SD Muhammadiyah 3 Nusukan Surakarta)
Disusun Oleh
KODRAD BUDIYONO A. 120809114
Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing :
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd ……… ……….
NIP. 196007271987021001 Pembimbing II Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO ……… ………. NIP. 194805311976031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragan
Prof. Dr. Sugiyanto NIP. 194911081976091001
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN DAN PEMBELAJARAN DAN
KEMAMPUAN GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK DAN
TAHAN BOLA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA
(Studi Eksperimen Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Drill pada Siswa Putra SD Muhammadiyah 3 Nusukan Surakarta)
Disusun Oleh
KODRAD BUDIYONO A. 120809114
Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing : Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua Prof. Dr. Sugiyanto ……………… …….... Sekretaris Dr. Agus Kristiyanto, M. Pd ……………… …….... Anggota Penguji 1. Prof. Dr. H. M. Furqon H, M. Pd ………………. …........ 2. Prof. Dr. dr.Muchsin Doewes, AIFO …………….... ………
Mengetahui
Ketua Program Studi Prof. Dr. Sugiyanto ………………
.……..
Ilmu Keolahragaan NIP. 194911081976091001
Direktur Program Prof. Drs. Suranto, M. Sc, Ph. D ………………
………
Pascasarjana NIP. 19570820198501004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini, saya :
Nama : Kodrad Budiyono
NIM : A. 120809114
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul, “PERBEDAAN
PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN
GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK DAN TAHAN BOLA
DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA“ adalah benar-benar karya sendiri. Hal-
hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak
benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan
tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta,
Yang Membuat Pernyataan
Kodarad Budiyono NIM. A. 120809114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
MOTTO
“Hidup adalah amanah“
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Kakak-kakak tercinta yang selalu memotivasi dan mengiringi langkah-langkahku di
setiap saat.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Dengan memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat Nya, sehingga tesis saya yang berjudul
“Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Gerak
Terhadap Hasil Belajar Sepak Dan Tahan Bola Dalam Permainan Sepak
Bola“, dapat saya selesaikan dengan baik.
Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan serta
dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah saya
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
a. Prof. Dr. dr. Moch. Syamsulhadi, Sp. KJ (K), Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Prof. Drs. Suranto, M.Sc,Ph.D, Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
c. Prof. Dr. H. M. Furqon H,M.Pd, Sebagai Pembimbing I, yang telah mencurahkan
pikiran, waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan arahan sampai
terselesaikannya tesis ini.
d. Prof. Dr. dr. H. Muchsin Doewes, AIFO, Pembimbing II yang telah secara seksama
dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu, serta tenaga
untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selesai.
e. Prof. Dr. Sugiyanto, Sebagai Ketua Prodi Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
f. Prof. Dr.Ir.H. Ongko Cahyono, M.Sc, Rektor Universitas Tunas Pembangunan
Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
g. Drs. Nurrudin Priya Budi Santoso, M.Or., Dekan FKIP UTP Surakarta yang telah
memberikan izin penelitian di JPOK FKIP UTP Surakarata.
h. Drs. Teddy Agoeng. PD 3 FKIP UTP Surakarta, yang selalu member motivasi dan
semangat.
i. Rekan-rekan Program Pascasarjana IOR angkatan 2009 yang telah membantu dalam
proses penyelesaian penulisan tesis ini.
j. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik moril atau
materiil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang diberikan
dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna,
oleh sebab itu, penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai
bekal demi kesempurnaan tesis ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Surakarta, Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………..….. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………………………….. iii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………… iv
MOTTO……………………………………………………………… v
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………. vi
KATA PENGANTAR………………………………………………. vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………… xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………… xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
ABSTRAK……………………………………………………………. xiv
ABSTRACT…………………………………………………………... xv
BAB I.PENDAHULUAN ……………………………………............. 1
A. Latar Belakang Masalah ……...………...…………………….. 1
B. Perumusan Masalah ………………………………..………….. 10
C. Tujuan Penelitian ……………………………..……………….. 11
D. Manfaat Penelitian ………………………………………..… 11
BAB II.KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR .…………. 13
A. Kajian Teori……. ……………………………………………….. 13
1. Permainan Sepakbola……………………………..................... 13
a. Hakekat Permainan Sepakbola…………………………….. 13
b. Sepak dan Tahan Bola dalam Permainan Sepakbola..……. 16
2. Pendekatan Pembelajaran.……..……………………….…….. 20
a. Pendekatan Pembelajaran Bermain……………………….. 32
b. Pendekatan Pembelajaran Drill……….…………………… 38
3. Kemampuan Gerak …….…………………………………….. 42
a. Gerakan yang Terampil dan Efisien pada Anak-anak……... 55
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Gerak…… 68
c. Peranan Kemampuan Gerak dalam Sepakbola…………… 70
B. Penelitian yang Relevan…………………………………………. 75
C. Kerangka Berfikir……………………………...………………… 76
D. Rumusan Hipotesis………………….……………....…….…........ 79
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………… 80
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………… 80
B. Metode dan Rancangan Penelitian…….………………………… 81
C. Variabel Penelitian………………………………………………. 83
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian………...………………. 84
E. Populasi dan Sampel …………………………………………….. 85
F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………… 87
G. Teknik Analisis Data ……………………………………………. 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB IV. HASIL PENELITIAN……………………………………….. 95
A. Deskripsi Data……………………………………………………. 95
B. Pengujian Persyaratan Analisis…………………………………… 99
C. Pengujian Hipotesis………………………………………………. 101
D. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………... 105
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……………….. 110
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 110
B. Implikasi…………………………………………………………… 111
C. Saran…………………………………………………………........ 112
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 113
LAMPIRAN……………………………………………………………... 116
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Gerak Dasar.......
68
Tabel 2. Rancangan Penelitian Faktorial 2 x 2 …………………………... 82
Tabel 3. Ringkasan ANAVA untuk Uji Reliabilitas……………………..... 88
Tabel 4. Ringkasan ANAVA untuk Eksperimen Faktorial 2X2…………... 92
Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Sepak Dan Tahan Bola tiap
Kelompok Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan
Gerak Siswa……………………………………………………… 96
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Distribusi Frekwensi
Populasi……………………………………………………….. 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Homogenites pada Populasi…………… 100
Tabel 8. Ringkasan Nilai Rata-rata Kemampuan Gerak Dasar
Berdasarkan Jenis Pembelajaran dan Kemampuan Gerak
Siswa…………………………………………………………… 101
Tabel 9. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Penggunaan Metode
Pembelajaran (A1 dan A2)…………………………………………… 102
Tabel 10. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Usia Siswa
(B1 dan B2)………………………………………………………….. 102
Tabel 11. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor…………………….. 103
Tabel 12. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls
Setelah Analisis Varians……………………………..…………….. 103
Tabel 13. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B
Terhadap Kemampuan Sepak dan Tahan bola………………………
107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
DAFTAR GAMBAR
Hala
man
Gambar 1. Cara Menendang Bola…………………………….....……….... 17
Gambar 2. Cara Menerima Bola…..………………………… ………….... 19
Gambar 3. Komponen Gerakan Efisien………………………….……....... 55
Gambar 4. Histogram Nilai Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan
Sepak dan Tahan Bola Tiap Kelompok Berdasarkan Pendekatan
Pembelajaran dan Kemampuan Gerak Siswa…………………. 97
Gambar 5. Histrogram Nilai Rata-rata Peningkatan Kemampuan Sepak dan
Tahan Bola Pada Tiap Kelompok Perlakuan….……………........ 98
Gambar 6. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Kemampuan
Sepak dan Tahan Bola…………………………………..…......... 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tes Sepak dan Tahan Bola…………..………….................
116
Lampiran 2. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kemampuan Gerak……....…...
Lampiran 4 Data hasil Tes Sepak dan Tahan Bola........……………....
129
Lampiran 5. Data hasil Tes Kemampuan Gerak……….……………..... 130
Lampiran 6. Rekapitulasi Data Hasil Tes Sepak dan Tahan Bola
Berdasarkan Rangking…………………………………… 136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
ABSTRAK
KODRAD BUDIYONO. A 120809114, Perbedaan Pengaruh Pendekartan Pembelajaran dan Kemampuan Gerak Terhadap Hasil Belajar Sepak dan Tahan Bola Pada Permainan Sepakbola (Studi Eksperimen Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Drill Pada Siswa Putra SD Muhammadiyah 3 Nusukan). Tesis:Surakarta. Program Pascasarjana UNS Surakarta, Januari 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran bermain dan Drill terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola. (2) Perbedaan pengaruh hasil belajar sepak dan tahan bola antara siswa yang berkemampuan gerak rendah dan tinggi. (3) Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemapuan gerak terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra SD Muhammadiyah 3 Nusukan Surakarta yang berjumlah 60 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah 40 siswa yang diambil dengan teknik Purposive Random Sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANAVA dua jalur yang dilanjutkan dengan uji Rentang Newman-Kleus pada taraf signifikansi a = 0.05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran bermain dan drill terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola. (2) Ada perbedaan hasil belajar sepak dan tahan bola yang signifikan antara siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan kemampuan gerak. (3) Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran bermain dan tingkat tingkat kemampuan gerak terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola: a) siswa dengan kemampuan gerak tinggi lebih cocok jika diberikan pendekatan pembelajaran bermain. b) Mahasiswa yang memiliki kemampuan gerak rendah lebih cocok jika diberikan pendekatan pembelajaran drill.
Kata – kata kunci : Pendekatan pembelajaran, kemampuan gerak, dan hasil belajar sepak dan tahan bola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
ABSTRACT KODARD BUDIYONO. A120809114, the differences of the studying approach effect and the motor ability to the result of the football studies and the defence of the ball in the football game (the experiment studies of the game learning approach and drill to the boy students of SD Muhammadiyah 3 Surakarta). Thesis: Surakarta. UNS Surakarta Graduate Program, January 2011.
This research is aimed to know: (1) the differences of the effect between
the playing approach studies and drill to the result of the football game. (2) the differences of the effect of the football result studies and the defence of the ball between the students who have the high and low of the motor ability. (3) the effect of the interaction between the studying approach and the motor ability to the result of the football and the defence of the ball in football game.
The method which used in this research is the experiment method with the factorial design 2x2. The population of the research is 60 boy students of SD Muhammadiyah 3 Surakarta, This sample of the research is 40 students, which is took by the purposive random sampling Data analysis techniques used in this research are two ways ANAVA followed by Newman-Kleus Range Test at significance level of ά = 0.05.
The result of the research shows that: (1) there are the differences of the signicant between the playing studying approach and drill to the result of the football studies and the defence of the ball. (2) there are the differences in the result of the football studies and the defence of the ball which is significant between the students who have the high and low of the motor ability. (3) there are some effects between the interaction which is signicant between the playing approach studies and the level of the basic ability to the result of the football studies and the defence of the ball : (a) the students who have the high motor ability are more appropriate if they are given by the playing approach studies. (b) university students who have the motor ability are more appropriate if they are given by the drill of the approach studies.
The key word : The approach of the studies, the motor ability,the result of the football studies and the defence of the ball.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani mengandung pengertian yang menyangkut suatu
aspek dan bentuk kegiatan tertentu dari pelajar dalam proses pendidikan.
Pendidikan jasmani adalah suatu bagian dari pendidikan keseluruhan. Pendidikan
jasmani dan kesehatan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup
sehat sehari-hari mempunyai peranan penting dalam pembinaan dan
pengembangan individu maupun kelompok dalam menunjang pertumbuhan dan
perkembangan jasmani, mental, serta emosi yang selaras, serasi dan seimbang.
Ateng (2003:52) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan jasmani antara lain :
(a) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan organik, (b) Keterampilan
neuromuskuler motorik, (c) Perkembangan intelektual, (d) Perkembangan
emosional.
Tujuan pendidikan jasmani yang ingin dicapai bernaung di bawah
payung ranah-ranah sebagai berikut: ranah kognitif yang mencakup
perkembangan intelektual, kegiatan kognitif dapat mencakup mulai dari ingatan
tentang informasi yang sederhana sampai pada penafsiran yang tersusun secara
canggih dan kesimpulan tentang informasi yang diterima. Ranah afektif yang
mencakup perkembangan sosial-personal-emosional, keterampilan afektif dapat
mencakup mulai dari emosi yang sederhana sampai interaksi sosial yang canggih.
Ranah psikomotor, yang mencakup perkembangan neuromuskular atau syaraf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
otot, keterampilan psikomotor mencakup mulai dari kegiatan reflek yang tidak
disengaja sampai penampilan keterampilan olahraga yang dipadu dengan baik.
Dalam proses belajar gerak banyak faktor yang berpengaruh, seperti
faktor siswa, faktor latihan, faktor lingkungan dan faktor guru. Faktor pelajar
merupakan faktor penentu utma dalam dalam proses belajar gerak.Motivasi bagi
siswa itu sangat penting agar tujuan belajar dapat tercapai. Motor penggerak
dalam belajar gerak agar bisa berhasil berasal dari siswa sendiri. Dengan motivasi
yang besar, maka semangat belajar siswa akan tinggi pula.
Anak besar adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12
tahun. Perkembangan fisik pada anak besar cenderung berbeda dengan masa
sebelumnya dan sesudahnya. Pertumbuhan tangan dan kaki lebih cepat
dibandingkan pertumbuhan togok. Pada tahun-tahun awal masa anak besar
pertumbuhan jaringan tulang tulang lebih cepat dibanding pertumbuhan jaringan
otot dan lemah, dengan demikian pada umumnya anak menjadi tampak kurus.
pada tahun-tahun terakhir masa anak perkembangan jaringan otot mulai lebih
cepat hal ini berpengaruh pada peningkatan kekuatan yang menjadi lebih cepat
juga.
Pada masa anak besar kecenderungan pertumbuhan fisik kearah tipe
tubuh tertentu mulai terlihat, Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu faktor
utama dalam penyusunan strategi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
pendidikan jasmani harus diprogram dengan baik dan benar-benar tepat, baik yang
berhubungan dengan bentuk, lama, tingkat kesukarannya. Dampak perubahan
yang mungkin terjadi pada diri siswa, situasi maupun tujuan yang hendak dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Hal ini dapat dimengerti, karena kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani
adalah gerakan-gerakan jasmani yang mempunyai pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan perkembangan siswa. Dengan demikian bila salah pilih dapat
mengakibatkan kerusakan fisik dan mental siswa, bahkan kemungkinan dapat
menimbulkan cacat badan maupun cacat rohani. Demikian jelaslah bahwa
memilih kegiatan pembelajaran merupakan langkah penting di dalam penyusunan
strategi pembelajaran pendidikan jasmani. Prakteknya, kegiatan pembelajaran
pendidikan jasmani sudah banyak yang disusun secara sistematik baik yang
berkenaan dengan bentuk, urutan waktu, lama pelaksanaan, tingkat kesukaran
bahkan sudah dikaitkan dengan tujuan dan penilaian proses pembelajaran.
Pendidikan jasmani sebagai suatu proses pembinaan manusia yang
berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang
diajarkan disekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai
pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang dipilih
yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan
untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik,
sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
mcnghentikan bola (sole of the foot trap, foot trap, body trap). Tiap bagian dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
diajarkan secara terpisah-pisah sesuai dengan kebutuhan bahan atau materi
pembelajaran.
Indikator penguasaan keterampilan bermain sepak bola, apabila masing-
masing siswa menguasai dan mampu melakukan berbagai teknik dasar bermain
sepakbola tersebut. Dalam proses pembelajaran selanjutnya, siswa agar selalu
mempelajari dan mempraktekkan berulang-ulang bagaimana mengolah dan
mempermainkan bola agar dapat menumbuhkan naluri terhadap gerak bola.
b. Sepak dan Tahan Bola dalam Permainan Sepakbola
1). Menendang atau Menyepak Bola
Menendang bola merupakan teknik dasar dengan bola yang paling banyak
dilakukan dalam permainan sepakbola. Maka teknik dasar menendang bola
merupakan dasar didalam bermain sepakbola. Seorang pemain yang tidak
menguasai teknik menendang bola dengan baik, tidak akan menjadi pemain yang
baik. Kesebelasan yang baik adalah semua kesebelasan yang semuanya menguasai
teknik menendang bola dengan baik, dengan cepat, cermat dan tepat pada sasaran,
sasaran teman maupun dalam membuat gol kemulut gawang lawan.
Supaya bermain dengan cepat pemain harus menguasai semua gerakan
bagian dari teknik dan dapat memainkan bola dengan segala situasi dan posisi.
Tidak mempergunakan gerakan – gerakan yang tidak perlu, kecuali
memperlambat gerakan, juga membuang – buang tenaga. Pada waktu mendapat
operan atau memberi operan. Pemain harus mempunyai ketrampilan menendang
bola, tendangan operan kepada teman yang bergerak mudah diterima dan tanpa
mendapatkan rintangan dari lawan, maupun tendangan tembakan kegawang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
lawan, maupun tendangan tembakan dengan sasaran tepat luang mulut gawang
tanpa mendapat rintangan dari penjaga gawang.
Gambar 1. Cara menendang bola
Prinsif teknik menendang bola, Menurut Soekatamsi (1988 : 45) :
a. Kaki tumpu
Kaki tumpu adalah kaki yang menumpu pada tanah pada persiapan
menendang dan merupakan letak titik berat badan. Posisi kaki tumpu atau dimana
harus meletakkan kaki tumpu terhadap bola, posisi kaki tumpu terhadap bola akan
menentukan arah lintasan bola dan tinggi rendahnya lambungan bola. Lutut kaki
tumpu kaki sedikit ditekuk dan pada waktu menendang lutut diluruskan. Gerakan
dari lutut ditekuk kemudian diluruskan merupakan kekuatan mendorong kedepan.
b. Kaki yang menendang
Kaki yang menendang adalah kaki yang digunakan untuk menendang bola.
Pergelangan kaki yang digunakan untuk menendang bola pada saat menendang
dikuatkan atau ditengahkan, tidak boleh bergerak. Tungkai kaki yang menendang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
diangkat kebelakang kemudian diayunkan kedepan sehingga bagian kaki yang
digunakan untuk menendang mengenai bola, kemudian diteruskan dengan gerak
lanjutan kedepan, dan seterusnya bergerak lari untuk mencari posisi.
c. Bagaimana bola yang ditendang
Merupakan bagian sebelah mana bola yang ditendang, akan menentukan :
Yaitu arah dan jalan bola, tinggi rendahnya lambungan bola.
d. Sikap badan
Sikap badan pada waktu menendang sangat dipengaruhi oleh posisi tumpu
terhadap bola. Posisi kaki tumpu tepat disamping bola, maka pada saat
menendang bola tepat diatas bola dan badan akan sedikit condong kedepan, sikap
badan ini untuk tendangan bola menggulir rendah atau melambung sedang. posisi
kaki tumpu berada disamping belakang bola, maka pada waktu menendang bola
badan berada diatas belakang bola hingga sikap badan condong kebelakang, maka
hasil tendangan bola melambung tinggi.
e. Pandangan mata
Pandangan mata terutama untuk mengamati situasi atau keadaan
permainan, akan tetapi pada saat akan menendang bola mata harus melihat pada
bola dan ke arah mana bola akan ditendang.
2). Menerima atau Menahan Bola
Menerima bola diartikan sebagai cara menangkap bola, menghentikan bola
atau menguasai bola. Menerima bola dapat dilakukan dengan semua bagian badan
dari kaki sampai dahi (kepala), kecuali dengan lengan dan tangan. Dalam
menerima bola atau menghentikan bola pada dasarnya adalah dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
mengurangi kekuatan atau kecepatan bola hingga bola berhenti untuk kemudian
dikuasai.
Prinsip menerima bola, menurut Soekatamsi (1988 : 124) :
1. Lari menjemput datangnya arah bola, pandangan mata tertuju kearah bola.
2. kaki tumpu menerima seluruh berat badan , lutut ditekuk sedikit.
3. Bagian badan atau bagian kaki yang dipergunakan untuk menerima bola, pada
waktu kontak dengan bola digerakkan mengikuti arah lintasan bola hingga
bola berhenti atau tidak mental (mantul) dan berhenti dekat badan,
selanjutnya bola dikuasai.
4. Sebelum menerima bola harus segera dipikirkan bola akan diapakan setelah
dikuasai, dioperkan kepada teman, digiring atau ditembakkan ke arah mulut
gawang lawan.
Gambar 2. Menerima Bola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami
sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan belajar, walaupun
mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar
supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga mencapai
sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kongnitif), juga dapat mempengaruhi
perubahan sikap (aspek afektif), serta ketrampilan (aspek psikomotor) seseorang
peserta didik.
Pendekatan merupakan cara untuk mendekati agar hasil pembelajaran
menjadi baik. Tujuan pembelajaran adalah agar anak mampu secara tepat
menguasai dasar-dasar keterampilan yang diajarkan. Pembelajaran merupakan
usaha untuk merubah perilaku anak, proses perubahan perilaku sebagai akibat
anak mampu menerima informasi, meniru dan menguasai keterampilan yang
diajarkan. Anak yang semula belum mampu melakukan gerak keterampilan dapat
melukukan secara baik. Pendekatan pembelajaran merupakan aset yang sangat
penting dalam proses pembelajaran. Model pendekatan pembelajaran ditinjau dari
sisi interaksi guru dan siswa terdiri dari beberapa gaya mengajar. Dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
didefinisikan bahwa gaya mengajar adalah cara yang dilakukan oleh guru untuk
menciptakan suatu bentuk pengajaran dengan kondisi yang diinginkan untuk
membantu siswa dalam mencapai penguasaan keterampilan.
Belajar perlu dibedakan dengan konsep-konsep yang berhubungan seperti
berpikir, berperilaku, perkembangan atau perubahan. Demikian pula Gagne
dalam Brophy (1990 : 129), mengemukakan bahwa “Hirarki belajar adalah
dimana belajar disusun berurutan dari yang paling sederhana ke yang paling
kompleks. Sebagai contoh hirarki mengandung tiga kategori yaitu : (1) Belajar
signal adalah belajar suatu respon umum ke dalam bentuk isyarat, misalnya
menyiapkan kelas dengan bunyi bel. (2) Belajar respon stimulus yaitu belajar
suatu respon stimulus yang tepat ke suatu rangsangan yang dibedakan, misalnya
memanggil orang dengan nama-nama yang dibedakan (3) Belajar diskriminasi
yaitu belajar membedakan antara anggota dalam kumpulan stimulus yang sama
supaya mempunyai respon pada perbedaan ciri individu, misalnya
mengindentifikasi perbedaan jenis-jenis anjing yang berbeda, sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwasannya metode mengajar adalah merupakan salah satu
cara untuk menciptakan suatu bentuk pengajaran dengan kondisi yang diinginkan
guna membantu tercapainya tujuan proses belajar mengajar secara efektif.
Piaget dalam Brophy (1990:134) menyatakan dalam pembelajaran gerak
disebut “Skema Sensor Motorik” yaitu suatu pembelajaran lebih efisien bila
diberikan contoh sehingga dapat meniru dan dengan instruksi verbal dan
gambaran visual dapat menggunakannya sebagai penuntun terhadap penampilan
dan menjadi tambahan kesempatan dalam praktek dengan umpan balik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
korektif. Latihan merupakan hal yang sangat penting bagi peserta siswa sebagai
umpan balik. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Adams (1991:134) bahwa
“Umpan balik dalam belajar keterampilan gerak bersifat internal selain umpan
balik internal ini keterampilan gerak juga menghasilkan umpan balik external
melalui kejadian di lingkungannya. Pada pembelajaran keterampilan gerak
penting untuk mencegah berkembangnya kebiasaan buruk. Bila siswa tidak
diajarkan prinsip dasar dan bentuk yang tepat, maka mereka dapat
mengembangkan keterampilan yang sangat berfungsi sampai pada tahap tertentu
tetapi tidak efisien dan secara potensial tidak produktif.
Program yang diberikan kepada siswa harus disusun secara sistematis,
berurutan, berulang-ulang dan kian hari bertambah bebannya dan yang mudah
sampai dengan yang sulit sehingga dalam menyampaikan pesan dapat ditangkap
oleh siswa dan memperoleh hasil belajar secara optimal yang berupa perubahan-
perubahan kemampuan permainan ke arah peningkatan kualitas gerak, karena
setiap individu memiliki kemampuan gerak dasar yang berbeda. Nana Sudjana
(2002:109) bahwa Hakikat belajar-mengajar adalah peristiwa belajar yang terjadi
pada siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh
guru. Asumsi yang melandasi hakikat belajar-mengajar tersebut adalah : (a) proses
belajar-mengajar yang efektif memerlukan strategi dan teknologi pendidikan yang
tepat. (b) program belajar mengajar dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu
sistem. (c) proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang di
dalam pelaksanaan kegiatan-belajar, (d) pembentukan kompetensi profesional
memerlukan pengintegrasian fungsional antara teori dan praktek serta materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
penyampaiannya. (e) pembentukan kompetensi profesional memerlukan
pengalaman lapangan, latihan keterampilan terbatas sampai dengan pelaksanaan
dan penghayatan tugas-tugas kependidikan secara lengkap dan aktual, (f) kriteria
keberhasilan yang mana dalam pendidikan adalah pendemonstrasian penguasaan
kompetensi, (g) materi pengajaran, sistem penyampaiannya selalu berkembang.
Menurut Gagne dalam Sugiyanto, Sudjarwo (1994:233), bahwa “belajar
adalah suatu perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam jangka
waktu tertentu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan.
Kompleksitas pengembangan teori yang saling berkaitan, maka dalam strategi
pengembangan ilmu pendidikan jasmani akan semakin berkembang apabila insan
akademiknya mampu mempelajari dan mengembangkan ilmu penyangganya.
Belajar mempunyai makna sebagai proses perubahan tingkah laku akibat
adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar gerak menurut
Magill (1980:8) adalah “Perubahan dari individu yang didasarkan dari
perkembangan permanen dari individu yang dicapai oleh individu sebagai hasil
praktek. Di dalam belajar gerak, materi yang dipelajari adalah pola-pola gerak
keterampilan tubuh, misalnya gerakan-gerakan olahraga. Proses belajarnya
meliputi pengamatan gerakan untuk bisa mengerti prinsip bentuk gerakannya,
kemudian menirukan dan mencoba melakukannya berulang kali. Dalam
menerapkan pola-pola gerak yang dikuasai di dalam kondisi tertentu yang
dihadapi dan pada akhirnya diharapkan siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas
gerak tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Pada awal tahap pembelajaran siswa yang baru mengenal subtansi yang
dipelajari baik yang menyangkut pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotor
bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi asing pada awalnya, namun setelah
guru berusaha untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa pada materi
pembelajaran, maka diharapkan sesuatu yang asing bagi siswa tersebut berangsur-
angsur hilang dengan sendirinya.
Dalam tahap ini seorang guru harus mengupayakan pembelajaran dengan
menata lingkungan belajar dan perencanaan materi yang akan dipelajari atau akan
dibahas. Guru harus berperan sebagai fasilitator dan motivator sehingga siswa
berminat untuk mengikuti pembelajaran. Klasifikasi tingkah laku domain kognitif,
afektif dan psikomotor seperti telah dikemukakan sebelumnya. Domain kognitif
Guiford dalam Magill (l980:2), menamakan “intelectual activities)” yaitu
"kemampuan individu dalam hubungannya dengan pengenalan informasi, dan
ingatan yang berkenaan dengan aktivitas berpikir”. Kemudian domain afektif
adalah penalaran yang mempunyai peran penting sebagai motivasi dalam belajar
keterampilan gerak dan yang terakhir adalah domain psikomotor sangat penting
dalam belajar keterampilan gerak, karena berhasil tidaknya seseorang memahami
keterampilan gerak dari gerakan yang sederhana ke dalam gerakan yang lebih
kompleks. Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon
muskular yang diekspresikan dalam gerakan-gerakan bagian tubuh.
Menurut Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:201), bahwa
“Pembelajaran bertahap keterampilan gerakan yang rumit adalah fenomena yang
kompleks dimulai secara periodik dalam kandungan dan berlangsung sampai usia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dewasa. Kemampuan untuk bergerak dengan baik dalam lingkungan seseorang
tergantung pada perpaduan aspek sensorik dan aspek sistem syaraf secara efisien”.
Sebelum memulai dengan pembahasan tentang perbaikan keterampilan olahraga
tingkat lanjut, perlu terlebih dahulu dibahas bagaimana seseorang memperoleh
kemampuan untuk dapat bergerak dengan kompleks. Tanpa informasi dasar ini
akan sulit bagi guru untuk memahami mengapa beberapa penampilan mempunyai
kesulitan yang lebih besar dalam menguasai gerakan yang menuntut keterampilan
siswa. Pembelajaran bertahap keterampilan gerak dapat benar-benar dipahami
apabila menggunakau model “tingkatan”. Ketika seorang anak menjadi dewasa
sistem syaraf otot mulai mampu melakukan gerakan yang makin lama makin sulit.
Pada tahap pra-keterampilan tingkah laku gerak awal dimulai kira-kira
pada periode 6 bulan dalam kandungan dan terus berlangsung sepanjang
kehidupan seseorang. Perbaikan kemampuan gerakan selama periode bayi dan
masa anak-anak awal terpusat pada perolehan kemampuan yang memberikan
dasar pada semua perkembangan keterampilan lebih lanjut. Pada tahap ini
pengembangan pra-keterampilan gerak, gerakan bayi diperbaiki dari gerak reflek
awal menjadi pola dasar yang sangat terkoordinasikan atau bisa dikatakan bahwa
tahap ini adalah merupakan “periode kritis” dalam pencapaian ketrampilan gerak.
Tiga tingkatan dalam tahap ini adalah tingkat refleksi, integrasi sensorik
(penggabungan sensor) dan pola gerakan dasar. Tingkatan refleksi adalah unit
yang paling sederhana dan otot (neoromuskular).
Menurut Sage dalam Pate Rotella dan McClenaghan (1993:203), bahwa
“Gerakan refleks adalah akibat dari rangsangan reseptor sensoris yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
mengirimkan suatu tanda sepanjang jalur syaraf refleks dan balik ke serabut-
serabut otot”. Biasanya, gerakan-gerakan ini dikendalikan pada tingkat jaringan
syaraf tulang belakang gerak reflek ini mempunyai peranan penting dalam
olahraga. Misalnya penjaga belakang (catcher) baseball harus melihat bola yang
masuk dalam sarung tangannya meskipun naluri alamiah adalah berkedip.
Tingkatan integrasi sensoris adalah gerakan dini terkendali yang
cenderung kasar dan tidak teratur. Bayi memperoleh pengaturan terkendali yang
makin bertambah atas otot-otot rangka yang lebih besar dan kemudian
memperoleh kekuatan untuk membuat penyesuaian sikap tubuhnya dalam belajar
bergerak. Selama penampilan gerakan sederhana yang terpisah, anak mulai
mengintegrasikan masukan dari berbagai penerima sensoris dengan penampilan
gerakan motorik. Proses Perseptual ini penting untuk perolehan tingkah laku
gerak yang efisien. Anak-anak segera belajar melalui pengamatan untuk
menggunakan masukan sensoris guna membuat keputusan yang sesuai untuk
menghasilkan respon gerak. Perkembangan pola gerakan dasar dimulai pada awal
masa anak-anak usia 2-8 tahun ditunjukan oleh pencapaian dan perkembangan
yang cepat dari kemampuan gerak yang semakin kompleks. Pengembangan gerak
selama dua tingkatan pertama sangat tergantung pada proses kematangan sebagai
akibat dari bertambahnya usia dan tidak terlalu tergantung pada pengalaman anak-
anak, tetapi tingkatan pola gerak dasar menandai peralihan yang cepat dari
perkembangan yang berdasar pada kematangan menuju suatu proses yang sangat
tergantung dari pemikiran dan proses pernbelajaran keterampilan gerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Istilah terampil telah digunakan oleh pengarang yang berbeda untuk
menggambarkan tingkat kemampuan yang bervariasi. Meskipun istilah ini
memiliki banyak pengertian pada umumnya yang dimaksud adalah penampilan
gerakan yang lebih tinggi. Sage dalam Pate Rotella dan McClenaghan (1993:204)
bahwa “Penampilan yang terampil sering ditandai dengan penampilan yang
mudah, mulus, dan kemampuan untuk menanggulangi kondisi lingkungan”.
Keterampilan olahraga adalah gerakan-gerakan tersebut yang dikaitkan
dengan kegiatan olahraga. Selama masa awal pra-remaja anak-anak mulai sangat
mementingkan keikutsertaan yang berhasil dalam olahraga. Ketika remaja telah
membatasi pilihannya dan berkonsentrasi pada keterampilan gerak, tekanan harus
diarahkan pada perbaikan keterampilan tersebut. Keterampilan olahraga dapat
menjadi lebih baik ketika kesempatan untuk turut serta dalam kegiatan yang cocok
bertambah. Tahap-tahap dalam perolehan keterampilan olahraga mencakup
periode perkembangan perbaikan, penampilan, dan kemunduran. Satu hal yang
sangat penting adalah bahwa cara seseorang dalam tahap-tahap perkembangan
tergantung pada kecenderungannya untuk ikut serta kegiatan yang berorientasi
pada kegiatan olahraga.
Tingkat perbaikan keterampilan remaja secara terus menerus mulai
mengatur pola gerak dasar dengan penuh terpadu. Gerakan dasar secara penuh
sudah terkuasai. Latihan diperlukan untuk perbaikan keterampilan dan
pengendalian gerakan. Program gerak ini didefinisikan sebagai suatu perangkat
perintah gerak yang membantu dalam menampilkan pola keterampilan gerak yang
sulit dengan campur tangan susunan syaraf sadar yang terbatas. Latihan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
terus-menerus selama tingkat perkembangan ini penting untuk mengembangkan
mekanisme kontrol gerakan. Kemampuan dalam mengontrol gerakan akan
memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang
seharusnya dilakukan akan lebih mudah untuk mengikuti aturan-aturan,
termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi terampil. Belajar gerak
adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh, proses belajarnya
melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola yang dipelajari.
Periode pra-remaja sangat penting dalam pembelajaran gerak yang makin
terpadu. Schmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993;205) menggunakan
dasar kognitif dari bagan untuk menolong perolehan penampilan yang terampil
bahwa Program gerak yang disimpan dalam selaput otak bukan rekaman khusus
dari gerakan-gerakan, tetapi lebih merupakan aturan-aturan umum yang
membantu mengatur penampilan. Hal senada diungkapkan oleh Fitts, Adams
dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993 : 205) menandai tiga langkah dalam
perolehan yang terampil. Tampaknya semua pelaku tanpa pandang umur, maju
melalui langkah-langkah perkembangan berikut ini :
Langkah 1. Tingkat kognitif ditandai oleh usaha pertama siswa untuk menguasai
suatu keterampilan gerak baru atau dengan kata lain proses belajarnya
diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Siswa
berusaha untuk mengetahui dan memahami gerakan dari informasi
yang diberikan kepadanya
Langkah 2. Tingkat asosiatif yaitu dalam perbaikan keterampilan olahraga
ditandai oleh naiknya penampilan melalui latihan dan pada saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
program gerak dibuat atau seorang siswa sudah mampu melakukan
gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat
dalam pelaksanaannya
Langkah 3. Tahap otonom. Latihan yang rutin dan terus-menerus menghasilkan
perbaikan lebih lanjut dari keterampilan gerak rnenjadi suatu gerak
yang otomatis. Dalam kegiatan ini, hanya sedikit perhatian yang
dibutuhkan agar siswa dapat memusatkan perhatian pada faktor
lingkungan yang mempengaruhi penampilannya.
Guru yang berpengalaman dapat dengan mudah mengamati siswa yang
banyak dengan siapa belajar melewati tahap-tahap perbaikan keterampilan.
Dampak pengajaran ini sangat jelas, pengalaman belajar awal harus
memungkinkan terjadinya waktu untuk pemrosesan kognitif dalam lingkungan
yang terkendali. Jika keterampilan membaik, waktu latihan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang siswa menampilkan kegiatan
itu dalam berbagai situasi lingkungan. Sebagai contoh, tingkatan awal dalam
mengajar teknik dasar bermain sepakbola harus dipusatkan pada dasar-dasar
menendang bola pada saat siswa memusatkan perhatian secara kognitif pada tugas
tersebut. Jika pola-pola itu telah baik dan terpadu murid mulai mengendalikan
jarak tendangan bola sampai mengendalikan bola yang datang kearahnya. Seolah-
olah seperti permainan yang sesungguhnya. Tujuan guru memberikan materi
latihan dasar ini adalah tercapainya kemampuan untuk menampilkan segala
macam keterampilan yang mungkin dibutuhkan dalam perundingan yang
sebenarnya. Untuk itu siswa harus memperhatikan contoh gerakan dan merespon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
gerakan tersebut. Dalam tahap otonom ini keterampilan gerak yang dikuasai oleh
siswa akan berlanjut sejalan dengan bertambahnya latihan dan berlanjut ke tahap
yang lebih kompleks.
Banyak metode-metode yang sering digunakan dalam stretegi
pembelajaran. Hal ini bias peneraapan cara-cara mengajar agar proses belajar bias
berjalan dengan baik dan tujuan bias tercapai. Dalam menentukan stratetegi
mengajar seorang guru bias memilih atau menerapkan cara-cara atau metode-
metode yang sering digunakan dalam pengajaran gerak olahraga. Menurut
Sugiyanto, Sudjarwo (1993:78), ada beberapa macam metode pembelajaran
diantaranya adalah:
1. Metode praktek keseluruhan
2. Metode praktek bagian
3. Metode drill
4. Metode pemecahan masalah
5. Metode bermain
6. Metode ketepatan
7. Metode kecepatan
Dari beberapa macam metode pendekatan mengajar diatas, pada dasarnya
memliki tujuan yang sama. Hanya saja dalam setiap metode meliki kelebihan dan
kekurangan sendiri-sendiri.
Tingkatan penampilan keterampilan bertambah pada saat remaja
memasuki tahap perbaikan keterampilan otonom. Minat remaja sudah pada
aktifitas kompetitif. Lingkungan remaja memandang penguasaan keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
sebagai suatu prestasi yang perlu ditampilkan. Prestasi puncak sebagian besar
nomor-nomor olahraga dicapai pada tahap ini. Pada tahap ini perbaikan
keterampilan menjadi kompleks sekali. Schmidt dalam Pate. Rotella dan
McClenaghan (1993:205) bahwa “Menunjukkan bagaimana mengubah satu
variabel kecepatan mengayun dapat mempengaruhi kemampuan keseluruhan
seorang pemukul baseball. la menemukan bahwa menambah kecepatan memukul
memberikan lebih banyak waktu untuk memonitor melayangnya bola yang
tampak sebelum memulai gerakan.
Tahap kemunduran keterampilan merupakan konsekuensi alamiah dari
terjadinya proses penuaan. Proses penuaan ditandai dengan merosotnya fungsi
fisik dan fisiologis, dan kemunduran keterampilan. Pada tahap ini pemusatan
penampilan berubah dari lingkungan yang sangat menantang ke hal-hal yang lebih
berkaitan dengan rekreasi. Seseorang yang telah berpartisipasi dalam kegiatan
olahraga sejak dini harus mengarahkan tenaga mereka pada aktivitas lain yang
sesuai dengan kemampuannya. Namun semua ini tergantung pada keinginan
olahragawan tersebut untuk tetap aktif dalam kegiatan olahraga yang mereka ikuti
sebelumnya. Seseorang yang sebelumnya ikut serta dengan aktif dalam suatu
olahraga yang terorganisasi dengan baik mungkin akan merasa kehilangan akan
keterampilan yang dimiliki sebelumnya kesimpulannya adalah bahwa setelah usia
25 tahun ada kemunduran yang bertahap pada semua segi penampilan gerakan
cabang olahraga. Faktor lain yang ikut mempengaruhi kemunduran keterampilan
gerak. Menurut Schmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:207) bahwa
“Penampilan yang optimal biasanya dicapai pada usia lebih awal dalam olahraga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
yang memerlukan kecepatan dan kekuatan, sedangkan aktivitas yang menekankan
pada kemampuan kognitif, seperti halnya strategi, dapat menjadi dikuasai dengan
bertambahnya umur”.
a. Pendekatan Pembelajaran Bermain
Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam
bentuk permainan. Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang
dikonsep dalam bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran bermain
menerapkan suatu teknik cabang olahraga ke dalam bentuk permainan. Melalui
permainan, diharapkan akan meningkatkan motifasi dan minat siswa untuk belajar
menjadi lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.
Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang
mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan
teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk
itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Rusli Lutan dan Adang Suherman
(2000: 35-36) menyatakan, manakala guru menyadari bahwa rendahnya kualitas
permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai
beberapa pilihan sebagai berikut:
1) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama
sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang
dilakukannya.
2) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan
membiarkan siswa berlatih mengkombinasikan keterampilan tanpa
tekanan untuk menguasai strategi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan
lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar strategi
bermain.
Petunjuk seperti di atas harus dipahami dan dimengerti oleh seorang
guru. Jika dalam pelaksanaan permainan kurang menarik karena teknik yang
masih rendah, maka seorang guru harus dengan segera mampu mengatasinya.
Selama pembelajaran berlangsung seorang guru harus mencermati kegiatan
pembelajaran sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang dibiarkan selama
pembelajaran berlangsung akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak
tercapai.
Penggunaan metode pendekatan ketepatan dan pendekatan kecepatan perlu
memperhatikan gerakan yang dipelajari dan penerapannya dalam kondisi nyata
pada saat bermain. Meningkatkan ketepatan gerakan pada latihan yang
mendahulukan ketepatan. Pada gerakan ketrampilan dimana kelanjutan
(momentum) gerakan sangat diperlukan, permulaan belajar yang menekankan
ketepatan berakibat merugikan perkembangan selanjutnya.
1) Bermain
Bermain sangat di sukai oleh anak-anak, karena sifat dari bermain
sendiri adalah menyenangkan. Menurut Yudha M. Saputra (2001: 6) menyatakan
”bermain adalah kegiatan yang menyenangkan”. Sedangkan Aip Syarifudin
(1992:17) mengartikan ”bermain adalah bentuk kegiatan yang bermanfaat atau
produktif untuk menyenangkan diri”. Selanjutnya menurut M. Furqon (2008: 4)
menyatakan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Bermain adalah aktifitas yang menyenangkan, serius dan sukarela, di mana anak berada dalam dunia yang tidak nyata atau sesungguhnya. Bermain bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh sesuatu hal yang menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran. Bermain juga bersifat serius karena bermain memberikan kesempatan untuk meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan memunculkan rasa untuk menjadi manusia penting. Bermain bersifat tidak nyata karena anak berada di luar kenyataan, dengan memasuki suatu dunia imajiner. Bermain memberikan suatu arena di mana anak masuk dan terlibat untuk menghilangkan dirinya, namun secara berlawanan asas anak kadang-kadang menemukan dirinya dari bermain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas gerak
siswa yang dilakukan dengan rasa senang dan mempunyai tujuan pegembangan
mempunyai dampak yang positif pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sehingga melalui bermain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat
berharga untuk siswa.
Siswa dan bermain merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Bermain bagi siswa merupakan kebutuhan hidup seperti halnya
kebutuhan akan makan, minum, tidur, dan lain-lain. Melalui bermain anak dapat
mengaktualisasikan diri dan mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa. Seperti
halnya atletik adalah nuansa permainan menyediakan pengalaman gerak yang
kaya yang membangkitkan motivasi pada siswa untuk berpartisipasi. Menurut
Yudha M. Saputra (2001: 9-10) kegiatan penjas bernuansa permainan
mengandung beberapa ciri sebagai berikut:
1. siswa terlibat dalam tugas gerak yang berfariasi dengan irama tertentu. 2. mengakibatkan kegemaran berlomba/bersaing secara sehat. 3. menyalurkan hasrat siswa untuk mencoba menggunakan alat-alat
berlatih. 4. tugas gerak yang mengandung resiko yang sepadan dengan
kemampuan siswa dan menjadi tantangan. 5. menguji ketangkasan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak yang
baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 698) bahwa ”bermain
adalah melakukan sesuatu untuk bersenang-senang”. Sedangkan menurut Agus
Mahendra (2004: 4) yaitu ”bermain adalah dunia anak, sambil bermain mereka
belajar, dalam belajar, anak-anak adalah ahlinya”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud bermain
adalah dunia anak yang menjadi aktifitas jasmani dengan cara melakukan sesuatu
untuk bersenang-senang.
2) Fungsi Bermain
Melalui Pendekatan pembelajaran bermain maka pendekatan
pembelajaran yang diberikan terkemas dalam bentuk situasi permainan yang
sebenarnya. Melalui pendekatan pembelajaran bermain, akan senantiasa tercipta
suasana belajar yang memungkinkan siswa untuk selalu bergerak sesuai dengan
tugas dan tujuan pembelajaran. Pada pembelajaran pendidikan jasmani,
pendekatan bermain merupakan salah satu cara pembelajaran yang memberikan
situasi dan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan gerak,
serta keterampilan siswa secara menyeluruh.
Anak yang bermain akan melakukan aktifitas bermain dengan sukarela
dan akan melakukan aktifitas bermain tersebut dengan kesungguhan, demi
memperoleh kesenangan dari aktifitas tersebut. Menurut Sukintaka (1992: 7)
”bermain dengan rasa senang, untuk memperoleh kesenangan, kadang
memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati lawan, mengetahui
kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan dirinya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Selanjutnya menurut Yudha M. Saputra (2001: 6) dengan bemain dapat
memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa, kegiatan
bermain dapat meningkatkan siswa dengan sasaran aspek yang dapat di
kembangkan menurut lima aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:
1. manfaat bermain untuk perkembangan fisik. 2. manfaat bermain untuk perkembangan motorik. 3. manfaat bermain untuk perkembangan sosial. 4. manfaat bermain untuk perkembangan emosional. 5. manfaat bermain untuk perkembangan keterampilan olahraga.
3) Modifikasi Permainan
Modifikasi permainan mencakup perkembangan, pengurangan dan
penguasaan perilaku tertentu. Ini biasanya bermanfaat dalam menyatakan elemen-
elemen khusus dalam permainan yang berlebih-lebihan dalam lingkungan yang
menyenangkan, aman dan agak menantang.
Elemen-elemen ini dirasakan kurang bagi para pemain muda yang kurang
pengalaman sebagai seperangkat dasar yang dilihat oleh siswa sebagai suatu yang
dapat dicapai oleh siswa. Dengan perubahan-perubahan pada peraturan tertentu
yang lebih aman dan pada situasi-situasi yang tidak dibuat-buat akan dapat
dijamin dalam permainan tersebut yang biasanya meliputi kontak fisik dan
perilaku siswadapat diawasi. Modifikasi permainan dan peraturan dapat dipakai
sebagai bahan untuk mengatur ketrampilan dan taktik agar lebih bermakna yang
sebenarnya. Hal ini akan membantu dalam pengembangan pengertrian tentang
hubungan antara peningkatan gerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Sepak dan Tahan Bola
dengan Pendekatan Bermain
Pembelajaran sepak dan tahan bola dengan pendekatan bermain merupakan
cara belajar sepak dan tahan bola yang dilakukan dalam bentuk permainan.
Permainan sepak dan tahan bola sepakbola dilakukan berdasarkan peraturan
permainan yang telah di tentukan oleh pengajar atau pelatih. Namun dari
permainan tersebut hanya menggunakan teknik dasar sepak dan tahan bola.
Permainan sepak dan tahan bola tersebut pemain tidak diperbolehkan memainkan
teknik lainnya. Jika memainkan teknik lainnya (selainsepak dan tahan bola)
dianggap sebagai pelanggaran, sehingga mendapat hukuman bola menjadi hak
lawan dan dilakukan tendangan dari samping lapangan.Berdasarkan pelaksanaan
pembelajaran sepak dan tahan bola sepakbola dengan pendekatan bermain dapat
di identifikasi kelebihan dan kelemahannya.
Kelebihan pembelajaran sepak dan tahan bola sepakbola dengan pendekatan
bermain antara lain:
1) Hasrat gerak siswa terpenuhi sehingga dapat menimbulkan rasa senang
dan gembira serta motivasi belajar meningkat.
2) Dapat meningkatkan kerjasama tim dan memicu siswa untuk berfikir dan
3) memecahkan masalah yang dihadapi dalam permainan.
4) Aturan pelaksanaan gerak diberikan secara sederhana dan memberikan
situasi gembira.
5) Gerakan-gerakan sepak dan tahan bola dapat dilakukan secara variatif dan
meningkatkan perkembangan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Kelemahan pembelajaran sepak dan tahan bola sepakbola dengan
pendekatan bermain antara lain:
1) Bagi siswa yang belum menguasai teknik sepak dan tahan bola kurang
tertarik, sehingga kurang senang dengan permainan.
2) Akan sering terjadi kesalahan teknik (siswa sering melakukan teknik selain
Sepak dan tahan bola).
3) Permainan akan sering berhenti karena sering terjadi kesalahan teknik.
4) Konsep pemahaman diri atau pribadi cenderung kurang.
5) Kurang cocok untuk belajar ketrampilan tingkat dasar.
a. Pendekatan Pembelajaran Drill
Pendekatan drill pada dasarnya merupakan pendekatan belajar yang
berorientasi pada guru sebagai cara pendekatan didalam belajar gerak pada siswa
sekolah dasar. Dalam metode pendekatan drill memang memilki kelebihan dan
kekurangan seperti halnya metode-metode pendekatan pembelajaran yang lainnya.
Dalam pendekatan drill guru harus menciftakan situasi tertentu untuk
memacu siswa berfikir dan berbuat sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh
guru. Gurulah yang menetapkan tujuan dan apa yang harus dilakukan siswa untuk
mencapai tujuan itu. Siswa melakuakan gerakan-gerakan sesuai apa yang
diinstruksikan oleh guru,dan melakukannya berulang-ulang. Misalnya didalam
mengajar bermain sepakbola, guru menetapkan tujuan pengyaitu murid mampu
melakukan ketrampilan dasar bermain sepak bola seperti sepak dan tahan bola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Metode pendekatan drill sangat sesuai apabila digunakan untuk siswa yang
tujuan belajarnya adalah agar siswa menguasai ketrampilan gerak tertentuyang
sudah pasti atau sudah baku dengan materi belajarnya berbentuk gerakan yang
bersifat ketrampilan tertutup atau self paced.
Sugiyanto, Sudjarwo (1994 : 84) ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan apabila pendekatan drill yang digunakan yaitu ;
1) Pendekatan Drill digunakan sampai gerakan yang benar bisa dilakukan secara otomatis atau menjadi terbiasa serta menekankan dalam keadaan tertentu gerakan itu harus dilakukan.
2) Siswa diarahkan agar berkonsentrasi pada kebenaran pada pelaksanaan gerak serta ketepatan penggunaannya. Apabila siswa tidak meningkat dalam penguasaan geraknya, situasi dapat dianalisa untuk menemukan penyebabnya dan kemudian membuat perbaikan pelaksanaan.
3) Selama proses pelaksanaan pendekatan drill perlu sesekali mengoreksi agar perhatian tetap tertuju pada kebenaran gerak. Koreksi pada tahap awal kepada semua siswa bisa memberikan rangsangan yang efektif. Sejalan dengan pelaksanaan koreksi, diperlukan komentar umum tentang gerakan yang benar. Siswa harus disadarkan akan tujuan tercapai melalui pendekatan drill.
4) Pelaksanaan pendekatan drill disesuaikan dengan bagian-bagian dari situasi permainan olahraga yang sebenarnya. Hal ini bisa menimbulkan daya tarik dalam latihan.
5) Perlu dilakukan latihan peralihan dari situasi pendekatan drill kesituasi permainan yang sebenarnya. Latihan peralihan ini berbentuk drill beberapa unsur gerakan yang dilakukan secara berangkai mendekati situasi dan permasalahan yang ada dalam permainanyang ada dalam permainan yang sebenarnya.
6) Suasanan kompetitif perlu diciftakan dalam pelaksanaan pendekatan drill tetapi tetap ada kontrol kebenaran gerakannya.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Sepak dan Tahan Bola dengan Pendekatan
Drill
Sesuai dengan pengertian pendekatan drill, maka pembelajaran sepak dan
tahan bola disusun dan diatur oleh guru atau pelatih dan siswa melakukan tugas
sesuai instruksi dari guru. Pelaksanaan pembelajaran sepak dan tahan bola dengan
pendekatan drill yaitu, guru mengatur siswa sedemikian rupa agar dalam
pelaksanaan pembelajaran sepak dan tahan bola semua siswa memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
kesempatan melakukan tugas gerak secara merata dan dapat melakukannya
pengulangan gerakan sebanyak-banyaknya. Susunan materi pembelajaran sepak
dan tahan bola dapat dilakukan dari cara yang lebih mudah atau yang sederhana.
Hal terpenting dalam pendekatan drill yaitu, guru menjelaskan pengertian sepak
dan tahan bola, teknik pelaksanaan sepak dan tahan bola, dari letak kaki tumpu,
kaki yang menendang, sikap badan, pandangan mata, dan bagian bola yang
ditendang serta sasaran yang diinginkan. Sebagai contoh tata urutan pembelajaran
sepak dan tahan bola dengan pendekatan drill sebagai berikut:
1) Siswa memperagakan teknik pelaksanaan sepak dan tahan bola dari cara
menempatkan kaki tumpu, bagian kaki untuk menendang bola, sikap
badan, saat menerima bola.
2) pandangan mata dan bagian bola pada saat menyepak atau menahan bola.
3) Siswa memperagakan gerakan teknik sepak dan tahan bola tanpa
menggunakan bola.
4) Siswa memperagakan sepak dan tahan bola secara berpasangan.
5) Siswa memperagakan sepak dan tahan bola berpasangan secara bergantian.
Berdasarkan contoh tata urutan materi pembelajaran sepak dan tahan bola yang
dirancang oleh guru, siswa harus memperagakannya sesuai instruksi dari guru
atau sesuai tata urutan yang telah dibuat oleh guru. Pembelajaran dilaksanakan
secara berulang-ulang hingga materi pembelajaran dapat dikuasai dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Sepak dan Tahan Bola
dengan Pendekatan Drill
Perlu disadari bahwa setiap pendekatan pembelajaran tentu memiliki
kelebihan dan kelemahan. Demikian halnya pembelajaran sepak dan tahan bola
dengan pendekatan drill juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Berdasarkan
pengertian pelaksanaan pembelajaran sepak dan tahan bola dengan pendekatan
drill dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya.
Kelebihan pembelajaran sepak dan tahan bola dengan pendekatan drill
antara lain:
1) Siswa dapat mengerti dan menguasai teknik sepak dan tahan bola yang
benar.
2) Kesalahan teknik sepak dan tahan bola yang dilakukan siswa akan segera
diketahui guru dan langsung dapat dibetulkan.
3) Guru selalu dapat mengawasi atau memonitoring pelaksanaan
pembelajaran.
4) Semua siswa dapat terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran.
5) Cocok untuk siswa pemula.
Sedangkan kelemahan pembelajaran sepak dan tahan bola dengan
pendekatan drill antara lain:
1) Siswa hanya selalu mengikuti instruksi guru sehingga kurang kreativitas
dalam mengikuti tugas ajar dari guru.
2) Siswa tidak memiliki inisiatif dan kreatifitas dalam mengikuti
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
3) Jika penjelasan guru terlampau rinci dan banyak, biasanya siswa tidak
dapat mengingat secara keseluruhan.
4) Tidak menciptakan situasi yang kompetetif.
5) Kurang cocok untuk belajar keterampilan tingkat lanjut.
3. Kemampuan Gerak ( Motor Ability )
a. Perkembangan gerak
Sebagai makluk hidup, manusia terus mengalami perubahan sepanjang
hidupnya. Mulai berada didalam kandungan, lahir kemudian menjadi dewasa dan
tua terus terjadi peribahan dalam aspek-aspek fisik, gerak, pikir, emosi, dan sosial.
Pola perubahan pertama-tama bersifat meningkat, kemudian menurun.
Peningkatan terjadi dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan kematangan
sedangkan penurunan terjadi dalam proses penuanaan.
Studi tentang perkembangan gerak mencakup diskripsi dan penjelasan
mengenai gerak perilaku manusia sepanjang hidup. Perkembangan hidup manusia
secara terejadi dalam lima fase perkembangan seperti fase sebelum lahir, bayi,
anak-anak, adolesensi dan dewasa. Setiap fase perkembangan terjadi dalam
batasan usia tertentu. Pembatasan setiap fase didasarkan pada kencenderungan
karakteristik perkembangan yang terjadi pada kurun waktu tertentu dalam
usianya.
Empat istilah penting dalam perkembangan gerak, yaitu ; pertumbuhan,
perkembangan, kematangan, dan penuaan. Pertumbuhan dalah peningkatan pada
diri seseorang yang bersifat kuantitatif atau dalam ukuran. Perkembangan adalah
proses perubahan kapasitas fungsional organ-organ kearah keadaan makin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
terorganisasidan terspesialisasi. Kematangan adalah kemajuan yang bersifat
kualitatif dalam perkembangan biologis. Penuaan adalah proses penurunan
kualitas organic karena bertambahnya usia.
Perkembangan gerak mengacu pada teori perkembangan yang telah
berkembang dalam psikologi perkembangan. Ada tiga teori penting yang menjadi
acuan yaitu teori kematangan, teori keperilakuan dan teori kognitif. Teori
keperilakuan menekankan factor lingkungan sebagai penentu perkembangan,
sedangkan teori kognitif menekankan interaksi antara individu dengan lingkungan
sebagai penentu perkembangan. Penerapan teori-teori perkembangan dalam
didalam pengelolaan pendidikan cenderung memadukan ketiga teori tersebut.
Individu mulai berkembang sejak masih didalam kandungan, dan terus
berkembang setelah lahir. Pada saat masih didalam kandungan kondisi atau
kebiasaan perilaku ibu sangat berpengaruh terhadap perkembangan janin yaitu
yang berkaitan dengan gizi makanan ibu, penyakit yang diderita ibu, obat-obatan
tertentu yang diminum atau disuntikan kedalam tubuh ibu, serta kebiasaan ibu
meminum alcohol atau merokok. Pengaruh yang ditimbulkan pada janin adalah
bias berbentuk kelambatan pertumbuhan .
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan setelah bayi lahir
bervariasi. Ada Sembilan factor yang berpengaruh yaitu factor keturunan, gizi,
penghitungan reliabilitas dengan intraclass correlation sebagai berikut:
1) Mencari nilai ΣX, ΣX2, Σ (Ti)2 , Σ (Tj)2
k n
2) Menghitung SST, SSS, SSt dan SSI dengan rumus:
(ΣX)2
SST = ΣX2 -
nk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Σ(Ti)2 (ΣX)2
SSs = -
k nk
Σ (Tj)2 (ΣX)2
SSt = -
n nk
(ΣX)2 Σ (Ti)2 Σ (Tj)2
SSI = ΣX2 + - -
nk k n
3) Hasil-hasil penghitungan diringkas dalam tabel anava:
Tabel 3. Ringkasan Anava Untuk Uji Reliabilitas
Sumber Variasi Df SS MS
Di antara Subyek n - 1 SSs SSs/dfs
Di antara Trial k - 1 SSt SSt/dft
Interaksi (n-1)(k-1) SSI SSI/dfI
Total nk – 1 SST SST/dfT
4) Mencari reliabilita tes dengan rumus:
MSs - MSw
R =
MSs
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
SSt + SSI
MSw =
dft + dfI
Keterangan :
R = Koefisien reliabilitas
SSS = Jumlah dalam kelompok
SSW = Jumlah antar kelompok
MSS = Rata-rata dalam kelompok
MSW = Rata-rata antar kelompok
df = Derajat bebas
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian,
yaitu dengan teknik analisis varian (ANAVA) rancangan faktorial 2 x 2 pada α =
0.05. Jika nilai F yang diperoleh (Fo) signifikan analisis dilanjutkan dengan uji
rentang newman-keuls (Sudjana, 1994:36). Untuk memenuhi asumsi dalam teknik
anava, maka dilakukan uji normalitas (Uji lilliefors) dan uji Homogenitas Varians
(dengan uji Bartlet) (Sudjana, 1992:261-264).
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
dalam penelitian berasal dari sampel berdistribusi normal atau tidak, sedangkan
uji homogenitas variansi dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
perlakuan berasal dari populasi yang memiliki variansi homogen atau tidak.
Urutan langkah-langkah analisis data penelitian ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
1. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan analisis data dilakukan uji prasyarat analisis yaitu d
uji normalitas (Uji Lilliefors) dan uji Homogenitas Varians (dengan uji
Bartlet).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas distribusi frekwensi populasi dalam penelitian ini
menggunakan metode Lilliefors (Sudjana, 1992:466). Adapun prosedur pengujian
normalitas tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pengamatan x1, x2,...., xn dijadikan bilangan baku z1, z2,...., zn dengan
menggunakan rumus :
_
Xi - X
zi =
s
Keterangan :
_
X = Rata-rata
Xi = Nilai variabel
s = Simpangan baku.
2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z £ zi).
3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2,...., zn yang lebih kecil atau sama
dengan zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
banyaknya z1, z2,..., zn yang £ zi
maka S(zi) =
n
4) Hitung selisih F(zi) - S(zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut. Harga terbesar ini merupakan Lhitung.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas pada populasi dilakukan dengan uji Bartlet. Langkah-
langkah pengujiannya sebagai berikut :
a. Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom-kolom kelompok sampel;
dk (n-1); 1/dk; SDi2, dan (dk) log SDi
2.
b. Menghitung varians gabungan dari semua sampel.
Rumusnya : SD2 = (n-1)SDi2..........1)
(n-1)
B = Log SDi2(n-1)
c. Menghitung c2
Rumusnya : c2 = (Ln) B-(n-1) Log SDi1.......(2)
dengan (Ln 10) = 2, 3026
Hasilnya (c2hitung) kemudian dibandingkan dengan c2
tabel, pada taraf
signifikansi a = 0,05 dan dk (n-1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
d. Apabila c2hitung, c2
tabel, maka H0 diterima.
Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila c2hitung >
c2tabel, maka H0 ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen.
2. Uji Hipotesis
a. Anava Rancangan Faktorial 2 x 2
1) Metode AB untuk Perhitungan ANAVA Dua Faktor
Tabel 4. Ringkasan ANAVA untuk eksperimen faktorial 2 x 2
Sumber Variasi Dk JK RJK Fo
Rata-rata
Perlakuan
1 Ry R
A a – 1 Ay A A/B
B b – 1 By B B/E
AB (a-1)(b-1) ABy AB AB/E
Kekeliruan ab(n - 1) Ey E
Keterangan :
A = Taraf faktorial A
B = Taraf faktorial B
n = Jumlah sampel
2) Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika F ≥ F(1- α) (V1 - V2), maka hipotesis nol ditolak
Jika F < F(1- α) (V1 - V2), maka hipotesis nol diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Dengan : dk pembilang V1 (k - 1) dan dk penyebut V2 = (n1 +... nk - k), α
= taraf signifikansi untuk pengujian hipotesis.
b. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah ANAVA
Menurut Sudjana (1994:36) langkah-langkah untuk melakukan Uji
Newman-Keuls adalah sebagai berikut :
1. Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya, dan yang paling
kecil sampai kepada yang terbesar.
2. Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJKe disertai dk-nya.
3. Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk tiap perlakuan dengan rumus :
RJKe(kekeliruan)
Sy =
n
RJK (kekeliruan) juga didapat dari hasil rangkuman ANAVA.
4. Tentukan taraf signifikasi α, lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji
Newman-Keuls, diambil v = dk dari RJK (kekeliruan) dan p =2,3...,k. harga-
harga yang didapat dari badan daftar sebanyak (k-1) untuk v dab p supaya
dicatat.
5. Kalikan harga-harga yang didapat di titik ... Di atas masing-masing dengan
Sy, dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang signifikan
terkecil (RST).
6. Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari p-k selisih
rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk p = (k-1), dan
seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-rata terbesar kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
rata-rata terkecil dengan RST untuk p = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua
dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk p = (k-2), dan seterusnya.
Dengan jalan begini, semuanya akan ada ½ k (k-1) pasangan yang harus
dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat lebih besar dari pada RST-nya
masing-masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikansi
di antara rata-rata perlakuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.
Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan
pada tes awal dan tes akhir kemampuan sepak dan tahan bola. Berturut-turut
berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian
hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data hasil tes kemampuan sepak dan tahan bola
yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan disajikan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Sepak dan tahan Bola
Tiap Kelompok Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Gerak
siswa
Perlakuan Kemampuan Gerak Dasar
Statistik Hasil Tes
Awal
Hasil Tes
Akhir
Peningkatan
Pendekatan
Pembelajaran
Bermain
Tinggi Jumlah 29 34 5
Rerata 2,9 3,4 0,6
SD 0,86 0,92 0,48
Rendah Jumlah 17 21 4
Rerata 1,7 2,1 0,5
SD 0,64 0,83 0,50
Pendekatan
Pembelajaran Drill
Tinggi Jumlah 24 40 16
Rerata 2,4 4,0 1,6
SD 0,66 0,66 0,70
Rendah Jumlah 24 30 6
Rerata 2,4 3,0 0,7
SD 0,86 0,86 0,66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata kemampuan sepak tahan bola
maka dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:
Gambar 3. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir
Kemampuan Sepak Tahan Bola Tiap Kelompok Berdasarkan
Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Gerak Dasar siswa
A1 = Kelompok pendekatan pembelajaran bermain
A2 = Kelompok pendektana pembelajaran drill
B1 = Kelompok kemampuan gerak tinggi
B2 = Kelompok kemampuan gerak rendah
= Hasil tes awal
= Hasil tes akhir
Hal-hal yang menarik dari nilai-nilai yang terdapat dalam tabel di atas
adalah sebagai berikut:
1. Jika antara kelompok siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran bermain
dan pendekatan pembelajaran drill dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa
kelompok perlakuan dengan pendekatan pembelajaran drill memiliki
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Bermain (A1) Drill (A2) Tinggi (B1) Rendah (B2)
Series1
Series2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
peningkatan kemampuan sepak tahan bola yang lebih tinggi dari pada
kelompok pendekatan pembelajaran bermain
2. Jika antara kelompok siswa kemampuan gerak tinggi dan siswa yang
kemampuan geraknya rendah dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa
kelompok siswa yang kemampuan geraknya tinggi memiliki peningkatan
kemampuan sepak tahan bola lebih baik dari pada kelompok siswa yang
kemampuan geraknya rendah.
3. Agar nilai rata-rata peningkatan kemampuan sepak tahan bola yang dicapai
tiap kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai peningkatan
kemampuan sepak tahan bola pada tiap kelompok perlakuan disajikan dalam
bentuk histogram sebagai berikut:
Gambar 4. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Kemampuan sepak tahan bola
Pada Tiap Kelompok Perlakuan.
Keterangan :
A1B1 = Kelompok pendekatan bermain dengan siswa yang kemampuan
geraknya Tinggi
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
Tes Awal
Tes Akhir
Gain Score
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
A1B2 = Kelompok pendekatan bermain dengan siswa yang kemampuan
geraknya rendah
A2B1 = Kelompok pendekatan drill dengan siswa yang kemampuan geraknya
tinggi
A2B2 = Kelompok pendekatan drill dengan siswa yang kemampuan geraknya
rendah
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji terdistribusi kenormalannya.
Uji normalitas distribusi frekwensi populasi dalam penelitian ini digunakan
metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok
adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Distribusi Frekwensi Populas
Kelompok
Perlakuan
N M SD Lhitung Ltabel 5% Kesimpulan
KP1 10 2,90 0,87 0,0931 0,190 Berdistribusi Normal
KP2 10 2,40 0,66 0,1829 0,190 Berdistribusi Normal
KP3 10 1,70 0,64 0,0829 0,190 Berdistribusi Normal
KP4 10 2,40 0,91 0,1687 0,190 Berdistribusi Normal
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP1 diperoleh nilai Lo =
0.0931. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf
signifikansi 5% yaitu 0.190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
pada KP1 termasuk berterdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
dilakukan pada KP2 diperoleh nilai Lo = 0,1829 yang ternyata lebih kecil dari
angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.190.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP2 termasuk
berterdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP3
diperoleh nilai Lo = 0,0829 Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas
penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.190. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data pada KP3 termasuk berterdistribusi normal. Adapun dari
hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP4 diperoleh nilai Lo = 0.1687, yang
ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan
signifikansi 5% yaitu 0.190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
pada KP4 juga termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara
kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan
dengan uji Bartlett. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok
2 adalah sebagai berikut
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
∑ Kelompok Ni SD2gab χ2
o χ2tabel 5% Kesimpulan
4 10 0,61 1,7768 7.81 Varians homogen
Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2o = 1,7768. Sedangkan
dengan K - 1 = 4 – 1 = 3, angka χ2tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai χ2
o =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
1,7768 lebih kecil dari χ2tabel 5% = 7.81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara
kelompok dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data
dan interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai
langkah-langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis
varians dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji.
Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab
II.
Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai
berikut:
Tabel 8. Ringkasan Nilai Rata-rata Kemampuan Gerak Berdasarkan Jenis
pembelajaran dan Kemampuan gerak Siswa
Variabel
Rerata
Kemampuan Gerak Dasar
A1
A2
B1 B2 B1 B2
Hasil tes awal 2,9 1,8 2,4 2,4
Hasil tes akhir 3,4 2,1 4,0 3,0
Peningkatan 0,6 0,5 1,4 0,8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Keterangan :
A1 = Pendekatan bermain A2 = Pendekatan drill B1 = Kelompok Gerak tinggi B2 = Kelompok gerak rendah Tabel 9.Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan pendekatan
pembelajaran (A1 dan A2)
Sumber
Variasi Dk JK RJK Fo Ft
A 1 4,225 4,225 9,6879 4.11
Kekeliruan 36 15,70 0,436
Tabel 10. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Usia Siswa (B1 dan B2)
Sumber
Variasi Dk JK RJK Fo Ft
B 1 3,025 3,025 6,9363 4.11
Kekeliruan 36 15,70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Tabel 11. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor
Sumber
Variasi dk JK RJK Fo Ft
Rata-rata
Perlakuan 1 24,025 24,025
A 1 4,225 4,225 9,6879 4,11
B 1 3,025 3,025 6,9363
AB 1 2,025 2,025 4,6433
Kekeliruan 36 15,70 0,436
Total 40 49,00
Tabel 12. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians
KP A1B2 A1B1 A2B2 A2B1 RST
Rerata 0,400 0,500 0,600 1,600
A1B2 0,400 - - - -
A1B1 0,500 0,1
* - - - 0,0186
A2B2 0,600 0,2
* 0,1 - - 0,1002
A2B1 1,600 1,2
* 1,1 1 - 0,5931
Keterangan ;
Yang bertanda * signifikan pada P £ 0,05.
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
1. Pengujian Hipotesis I
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan bermain dan
pendekatan drill memiliki peningkatan yang berbed. Hal ini dibuktikan dari nilai
Fhitung = 9,687 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol (H0) ditolak. Yang
berarti bahwa pendekatan bermain memiliki peningkatan yang berbeda dengan
pendekatan drill dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh
bahwa ternyata pendekatan drill memiliki peningkatan yang lebih baik dari pada
pendekatan bermain, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 0,6 dan
1,1
2. Pengujian Hipotesis II
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang kemampuan gerak
tinggi memiliki peningkatan kemampuan sepak tahan bola berbeda dengan siswa
yang kemampuan geraknya rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 6,936 >
Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa
siswa yang kemampuan geraknya tinggi memiliki peningkatan kemampuan sepak
tahan bola yang berbeda dengan siswa yang kemampuan geraknya rendah dapat
diterima kebenarannya.
Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata siswa yang kemampuan
gerak dasarnya tinggi memiliki peningkatan kemampuan sepak tahan bola yang
lebih baik dari pada siswa yang kemampuan geraknya rendah, dengan rata-rata
peningkatan masing-masing yaitu 1,0 dan 0,65 .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
3. Pengujian Hipotesis III
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara perbedaan
pendekatan pembelajaran dan kemampuan gerak sangat bermakna. Karena Fhitung
= 4,643 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol ditolak. Yang berarti bahwa
keberhasilan pembelajaran sepak tahan bola dipengaruhi oleh tingkat kemampuan
gerak dasar siswa.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut
mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan
pengujian hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu :
(a) ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian
(b) ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi
dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis tersebut dapat dipaparkan lebih lanjut
sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Antara Pendekatan Bermain dan Pendekatan Drill
Terhadap Kemampuan Sepak dan Tahan Bola
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan
pengaruh yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan pendekatan
bermain dan pendekatan drill terhadap peningkatan kemampuan sepak tahan.
Pada kelompok siswa yang mendapat pendekatan drill mempunyai peningkatan
kemampuan sepak tahan bola yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok
siswa yang mendapat pendekatan bermain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Pendekatan drill memiliki kelebihan dalam hal materi dan penguasaan
konsep teknik dasar siswa dalam melakukan gerakan, yaitu siswa lebih terarah
melakukan gerakan sepak tahan bola sesuai dengan teknik yang benar sehingga
akan memungkinkan siswa meningkat kemampuan sepak tahan bolanya
dikarenakan melakukan teknik dengan sempurna.
Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan
bahwa perbandingan rata-rata peningkatan persentase kemampuan sepak tahan
bola yang dihasilkan dengan pendekatan drill lebih tinggi daripada dengan
pendekatan bermain .
2. Perbedaan Kemampuan Gerak Tinggi dan Rendah
Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan pengaruh
yang nyata antara kelompok siswa kemampuan gerak tinggi dan rendah terhadap
kemampuan sepak tahan bola. Pada kelompok siswa kemampuan gerak tinggi
mempunyai peningkatan kemampuan sepak tahan bola lebih tinggi dibanding
kelompok siswa kemampuan gerak dasar rendah.
Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan
bahwa perbandingan rata-rata peningkatan kemampuan sepak tahan bola lebih
tinggi dari pada kelompok siswa kemampuan gerak rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
3. Pengaruh Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan
Gerak Siswa
Dari tabel 13 ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa
faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi
yang nyata. Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel
15 dibawah ini.
Tabel 1. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B
Terhadap Kemampuan sepak tahan bola
Faktor A = Pendekatan Pembelajaran
B = Kemampuan
gerak dasar
siswa
Taraf A1 A2 Rerata A1 – A2
B1 0,5 1,6 1,05 1,1
B2 0,5 0,8 0,65
0,3
Rerata 0,5 1,2 0,85 0,7
B1 – B2 0,0 0,8 -
Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
0,000,200,400,600,801,001,201,401,601,80
A1 A2
Series1
Series2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Gambar 5. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Kemampuan Sepak
tahan bola
Keterangan :
: A1 = Pendekatan bermain
: A2 = Pendekatan drill
: B1 = Kemampuan gerak tinggi
: B2 = Kemampuan gerak rendah
Atas dasar gambar 5 di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya
nilai kemampuan sepak tahan bola adalah persimpangan. Garis tersebut memiliki
suatu titik pertemuan antara penggunaan pendekatan pembelajaran dan
kemampuan gerak siswa. Berarti terdapat interaksi yang signifikan diantara
keduanya. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran
memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan sepak tahan bola.
Keefektifan penggunaan pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan sepak tahan bola dipengaruhi oleh kemampuan gerak siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, ternyata siswa kemampuan gerak tinggi
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
1 2
B1
B2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
memiliki peningkatan kemampuan sepak tahan bola yang besar jika menggunakan
pendekatana drill. Siswa kemampuan gerak rendah lebih cocok menggunakan
pendekatan drill.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran
bermain dan pendekatan pembelajaran drill terhadap hasil belajar sepak dan
tahan bola. Pengaruh pendekatan pembelajaran drill lebih baik daripada
pendekatan pembelajaran bermain
2. Ada perbedaan hasil belajar sepak dan tahan bola yang signifikan antara
siswa yang mempunyai kemampuan gerak tinggi dan siswa yang mempunyai
kemampuan gerak rendah. Peningkatan kemampuan sepak tahan bola pada
siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi lebih baik dari pada yang
memiliki kemampuan gerak rendah.
3. Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran
drill dan kemampuan gerak terhadap kemampuan sepak dan tahan bola.
a). Siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi lebih cocok jika diberikan
pendekatan pembelajaran bermain.
b). Siswa dengan kemampuan gerak rendah lebih cocok jika diberikan
pendekatan pembelajaran drill.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
B. Implikasi
Kesimpulan dari hasil penelitan ini dapat mengandung pengembangan
ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar
kesimpilan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut:
1. Metode pendekatan pembelajaran bermain dan drill serta kemampuan gerak
merupakan variabel – variabel yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar
sepak dan tahan bola. Selain memperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku
dalam sepak dan tahan bola, variabel lain juga harus diperhatikan. Dimana
indikator kemampuan gerak yang dimaksud adalah kemampuan gerak tinggi
dan rendah.
2. Pendekatan pembelajaran drill terntyata memberikan pengaruh yang lebih
baik dalam meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan bola . Kebaikan
pendekatan pembelajaran drill ini dapat dipergunakan sebagai solusi bagi
pengajar dan pelatih dalam upaya meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan
bola.
3. Berkenaan dengan penerapan kedua bentuk penggunaan metode pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan bola, masih ada faktor lain
yaitu kemampuan gerak. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan
peningkatan hasil belajar sepak dan tahan bola yang sangat signifikan antara
kelompok yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan rendah. Hal ini
mengisyaratkan kepada pengajar dan pelatih, upaya peningkatan hasil belajar
sepak dan tahan bola hendaknya memperhatikan faktor kemampuan gerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka kepada pengajar dan pelatih
diberikan saran – saran sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran drill merupakan pembelajaran yang cukup efektif
untuk meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan bola, sehingga disarankan
agar para guru dan pelatih memprogramkan pendekatan pembelajaran drill
untuk meningkatkan kemampuan sepak dan tahan bola.
2. Pendekatan pembelajaran drill memiliki pengaruh yang lebih baik dalam
meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan bola, sehingga pengajar dan
pelatih lebih memilih pendekatan pembelajaran drill dalam upaya
meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan boala siswanya.
3. Penerapan penggunaan metode pendekatan pembelajaran drill untuk
meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan bola, perlu memperhatikan faktor
kemampuan gerak.
4. Meskipun hasil tes kemampuan sepak tahan bola dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi lebih
baik daripada siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah, tetap disarankan
kepada guru pendidikan jasmani untuk selalu mengembangkan kemampuan
gerak dasar sebagai landasan untuk meningkatkan kemampuan sepak tahan
bola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
DAFTAR PUSTAKA
Ateng, A. 2003. Olahraga Di Sekolah. Dalam Perkembangan Olahraga Terkini, Kajian Para Pakar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Agus Mahendra. 2004. Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas. Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Penjas Dikdasmen.
Bompa, Tudor O. 1990. The Theory and Metodology of Training the Key to Athletic Performance. Dubuque, IOWA: Kendall/Hunt.
Brooks, George A., and Thomas D. Fahey. 1984. Exercise Physiology Human Bionergetics and Its Aplication. New York : Juhn Willy An Sons Inc.
Baumgartner, Ted A., Andrew, S. Jackson, Mathew, T. Mahar and David, A. Rowe. 1998. Measurement For Evaluation in Physical Education And Exercise Science. 5th ed USA : Wm.C. Brown Communication, Inc.
Broer, Marion R. And Ronald F. Zernicde. 1979. Efficiency of Human Movement. Philadelphia : W.B. Sounders Company.
Drowatzky, John N. 1975. Motor Learning : Principles and Practices. Minncapolis. Minnesota : Burgess Publishing Company.
Fleishman, Edwin A. 1965. The Structure and Measurement of Physical Fitnes. Washington, DC : Prentice Hall Inc.
Fuch, Erich, Dieter Kruter and Gunter Johnson. 1981. Sepakbola: Pembinaan Teknik dan Kondisi (Terjemahan: Agus Setiadi). Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.
Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. 3rd Edition. New York : Holt, Rinchart and Winston.
Glass, Gene., and Hopkins, D. Kenneth. 1984. Statistical Methods in Education and Physicology, Second Edition, New Jersey : Printies Hal. Inc.
Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. 3rd Edition. New York : Holt, Rinchart and Winston.
Harrow, Anita J. 1977. A. Taxonomy of The Psychomotor Domain. Second Edition. New York : David Mc. Kay Company Inc.
Harsono. 1988. Choaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Choaching. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjendikti.
Hurlock, Elizabeth B. 1991. Perkembangan Anak. (Terjemahan olah Meitasari Tjandrasa dan Mushichah Zarkasih). Edisi ke 6 Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
Yunusul Hairy. 1989. Fisiologi Olahraga. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Magill, Richard A. 1980. Motor Learning : Concepts and Applications. IOWA : Wm.C. Brown Company Publishers.
Mathews, Donald K. 1972.Measurement in Physical Education. Philadclphia : W.B. Saunders Company.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
M. Furqon H.2008. Mendidik Anak dengan Bermain.Buku Pegangan Guru Penjas di Sekolah Dasar. Universitas Sebalas Maret.
Mosston, Muska and Ashworth. 1994. Teaching Physical Education. Fourth Edition. Mac. Millan Publishing Company. New York USA.
Nana Sudjana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Sinar Baru Agresindo.
Nossek, J. 1982. General Theory of Training. National Institute for Sports, Lagos: Pan African Press.
Nurhasan. 2001. Petujuk Praktis Pendidikan Jasmani. Surabaya : UNESA Perss.
Pate, Russell.R; Bruce McClenaghan; dan Robert Rotella,. 1984. Dasar-dasar Ilmiah Kepelatihan. Terjemahan Kasio Dwijowianto. Semarang : IKIP Semarang Press.
Rusli Lutan. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Departemen Pendidikan & Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Romizowsky, A.J 1981.Desihning Intuctional System. New York : Kogan Page,
Random/Nichols Publishing. Schmidt, Ricard.1988. Motor Control and Learning Behavioral Empharsis; ISA.
Champaign Kinetics Books. Singer, Robert N. 1980. Motor Learning and Human Performance. New York :
Mac. Millan Publishing Co. Inc. Sneyers, Jeff. 1988. Sepak Bola Latihan dan Strategi Bermain. (Alih Bahasa : L.
Lanjang) Jakarta : PT. Rosdo Jaya Putra Offset. Soekatamsi. 1985. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Universitas Sebelas Maret.
Sukintana. 1992. Teori Bermain Untuk D2, PDSD Penjaskes. Jakarta : Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Tenaga Kependidikan.
Sulaiman. 2008. Sepak Takraw Pedoman Bagi Guru Olahraga, Pembina, Pelatih, dan Atlet. Semarang :Unnes Press.
Sugiyanto,. Sudjarwo. 1994. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sudjana. 2000. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.
Sudjana. 1995 Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung : Tarsito.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Thompson, Peter, J.L. 1993. Pengenalan Kepada Teori Kepelatihan. (terjemahan Suyono). Jakarta: Persatuan Atletik Seluruh Indonesia.
Yudha M. Saputra. 2001. Dasar-dasar ketrampilan atletik bermain untuk sekolah lanjutan Tingkat pertama (SLTP). Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.