Top Banner
PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN DATA LABORATORIUM PADA PEMBEBANAN TIANG PANCANG OLEH : A. A KETUT NGURAH TJERITA NIP : 195312311986021003 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2017
41

PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN DATA

LABORATORIUM PADA PEMBEBANAN TIANG PANCANG

OLEH :

A. A KETUT NGURAH TJERITA

NIP : 195312311986021003

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2017

Page 2: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

ii

KATA PENGANTAR

Percobaan pembebanan tiang adalah salah satu cara untuk menentukan besarnya daya

dukung tiang dengan cukup tepat. Jika daya dapat dukung ditentukan dengan tepat, maka akan

diperoleh pondasi pondasi yang lebih ekonomis. Cara lain untuk menentukan besarnya daya

dukung dari pondasi tiang adalah berdasarkan hitungan dengan rumus-rumus empiris dan rumus-

rumus pancang. Rumus empiris dihitung dengan memakai data yang diperoleh dari penyelidikan

geoteknik baik secara langsung dilapangan dan di lanoratorium. Jika penyelidikan geoteknik ini

memberikan hasil yang cukup baik, dalam arti susunan dan sifat tanah homogen, lapisan tanah

keras tidak terletak begitu dalam dan mempunyai ketebalan yang cukup maka penentuan daya

dukung tanah tidak begitu sukar. Tetapi kadang-kadang penyelidikan geoteknik ini memberikan

hasil yang meragukan sehingga timbul keragu-raguan dalam penetapkan daya dukung. Dalam

keragu-raguan inilah gunanya dilakukan percobaan pembebanan. Percobaan selalu dilakukan

dengan full skala, sehingga akan diperoleh gambaran tepat.

Percobaan pembebanan dapat dilakukan dalam arah mendatar maupun vertical (tiang

tarik dnn tiang teklan). Yang sering dilakukan adalah percobaan dalam arah vertical untuk tiang-

tiang tekan. Sampai sekarang di Indonesia belum ada peraturan/spesifikasi khusus mengenai

percobaan pembebanan, sehingga percobaan pembenanan selalu dilakukan menurut standard

spesifikasi dari luar negeri. Mengingat banyaknya spesifikasi ini, mengakibatkan ketidak

seragamnya cara-cara yang dipakai. Pada akhir-akhir ini permintaan untuk pelaksanaan loading

test makin banyak , sedangkan peraturan yang dipakai sebagai pegangan belum ada.

Dalam rangka inilah penulis mencoba mengemukakan cara yang dapat dipakai terutama

dilingkungan Direktorat Jendral Bina Marga. Penulis sendiri masih merasa sangat asing dalam

persoalan ini, sehingga tulisan ini jauh dari sempurna. Tulisan ini dikutip dari beberapa literature

dan dicocokan dalam pengalaman yang pernah diperoleh. Kritik da saran dari rekan-rekan yang

berminat dalam persoalan Soil & Foundation Engineering, terutama rekan-rekan yang sudah

medapat pengal;aman lapangan sangat dinantikan.

Denpasar, April 2017

Penulis

Page 3: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………………….…ii

Daftar Isi ……………………………….……………………………………………………….iii

1. Bab I Pendahuluan ….………...……………………………………………………1

2. Bab II Penyelidikan Geoteknik ……………………………………………………2

3. Bab III Daya Dukung Pondasi Tiang ……………………………………………….7

3.1 Perhitungan Dengan Rumus Statis ……………………………………………..8

3.2 Perhitungan Dengan Rumus Dinamis ………………………………………...13

3.3 Percobaan Pembebanan Tiang ………………………………………………..15

4. Bab IV Percobaan Pembebanan Tiang ……………………………………..…….17

4.1 Percobaan Dengan Pembebanan Langsung ………………………….……18

4.2 Percobaan Dengan Pembebanan Tidak Langsung ………………….…….21

4.3 Pembahasan Penentuan Daya Dukung Tiang …….………………………23

4.4 Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Loading Test ……………..…..25

4.5 Perbandingan hasil loading test dengan perhitungan……………………..27

5. Bab V Kesimpulan.. …………………………..…………………………………...29

Literatur ………………………………………………………………………………..30

Lampiran ……………………………………………………………………………….31

Page 4: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

Suatu bangunan terdiri dari bangunan atas dan bangunan bawah. Bangunan

bawahdisebut pondasi bangunan bertugas memikul seluruh beban bangunan dan beban

lainnya yang turut diperhitungkan serta melimpahkannya kedalam tanah sampai lapisan atau

kedalaman tertentu. Lapisantanah dimana pondasi diletakkan harus mampu mendukung

beban-beban tadi tanpa terjadi suatu deformasi yang berarti

Pada umumnya pondasi suatu bangunan ditentukan oleh factor-faktor sebagai berikut :

- Susunan, tebal dan sifat lapisan tanah setempat

- Besar, macam dan sifat konstruksi

- Keadaan/sifat khusus setempat, misalkan sifat sungai, keadaan bangunan

disekitarnya dan lain-lain

- Peralatan yang tersedia

- Pertimbangan biaya.

Susunan, tebal dan sifat lapisan tanah dapat diketahui berdasarkan hasil penyelidikan

geoteknik yang harus dilakukan ditempat itu. Dari hasil penyelidikan ini, dapat ditentukan

macam pondasi, sampai berapa dalam harus diletakkan serta daya dukungnya. Disamping itu

dapat dihitung pula besarnya deformasi yang mungkin akan terjadi. Macam dan jumlah

penyelidikan geoteknik yang harus dilakukan tergantung pada besar kecil bangunan,situasi

dan macam tanah yang menutupi tempat itu hal mana dapat dibaca dalam buku “ Pedoman

Penyelidikan Geoteknik “ yang diterbikan oleh DPMJ, yang secara singkat akan diuraikan

dibawah ini,

Page 5: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

2

BAB II .

PENYELIDIKAN GEOTEKNIK

Penyelidikan geoteknik dapat dilakukan baik dilapangan maupun dilaboratorium.

Penyelidikan dilapangan dapat dilakukan dengan alat-alat sodir, pemboran dan penetrasi,

vane shear, dan dengan alat-alat non destructive tester. Alat sondir dan bor, sudah tidak asing

lagi bagi teknisi di Indonesia, sedang non destructive testing perkembangannya belum begitu

lama. Yang termasuk dalam non destructive testing antara lain adalah penyelidikan-

penyelidikan dengan metoda : geolistrik, dengan metoda seismi seismic dan dengan metoda

radi isotope. Disamping itu dilakukkan pula penyelidikan laboratorium untuk memriksa

contoh-contoh tanah yang diambil dari lapangan (lobang bora atau test pit).

Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa ketepatan saran yang diperoleh bukan

saja tergantung pada cara (rumus) yang dipakai, tetapi sangat tergantung pada ketelitian dan

lengkapnya data yang diperoleh. Untuk mendapatkan data yang cukup teliti dan lengkap,

harus dilakukan penyelidikan yang mendetail dan tidak boleh percaya begitu saja pada salah

satu hasil yang diperoleh, misalkan tidak boleh percaya begitu saja pada hasil sondir, apalagi

jika penyondiran memberikan hasil yang berbeda satu sama lain, Bila perlu kita harus

membandingkan data yang diperoleh ditempat itu dengan data dari daerah lainnya yang

terdekat yang pernah diselidiki.

Disamping itu untuk mendapatkan data yang teliti tergantung pada ketepatan

pemilihan alat yang akan dipakai, misalkan sodir tidak tepat untuk dipakai pada daerah yang

terdiri dari pasir dan kerikil. Pada umumnya penyelidikan geoteknik di lapangan dapat

dilakukan dengan alat sebagai berikut :

1. Dengan alat sondir

Ada 2 (dua) macam alat sondir yang sering dipakai :

- Sondir ringan : dapat mengukur tekanan sampai 200 kg/cm2

- Sondir berat : dapat mengukur tekanan sampai 500 kg/cm2

Hasil sodir digambarkan dalam bentuk grafik yang menyatakan hubungan antara

kedalaman dan besarnya nilai (konus ) sondir , jumlah hambatan pelekat (total skin

friction ) dan geseran setempat (local friction). Penyelidikan dengan alat sondir akan

memberikan hasil yang cukup terliti pada tanah yang berbutir halus dan kohesif

Page 6: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

3

(lempung dan lanau), dan kadang-kadang pasir halus. Dan sebaiknya sondir tidak

dipakai pada daerah-daerah yang terdiri dari kerikil, kerakal dan brangkal.

2. Dengan alat pemboran

Ada 2 macam pemboran yang dapat dilakukan, yaitu pemboran dangkal dan

pemboran dalam. Pemboran dangkal biasanya dilakukan sampai kedalaman maksimal

10-15 meter dengan menggunakan peralatan bor tangan. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui susunan lapisan tanah yang bersifat lembek smpai teguh pada tanah-tanah

lempung, lanau dan pasir. Dari lobang bor biasanya dilakukan pengambilan contoh

tanah asli dari tiap kedalaman tertentu dan contoh-contoh tanah tidak asli dari setiap

pergantian lapisan. Pemboran tangan yang dilakukan dalam lapisan pasir biasanya

mengalami kesulitan terutama tanpa menggunakan peralatan khusus (casing, bor klep

dan lain-lain).

Pemboran dalam dilakukan dengan menggunakan mesin bor. Pemboran dalam ini

harus dilakukan jika menghadapi hal-hal sebagai berikut :

a. Ingin mengetaui tebalnya lapisan tanah keras atau alluvial yang dari penyondiran

belum dapat diketahui / diragukan.

b. Ingin mengetaui susunan, sifat dan tebal lapisan-lapisan pada kedalaman yang

lebih besar terutama untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan pendukung

(bearing layers) yang lebih baik.

Penyelidikan dengan pemboran ini selalu dilakukan bersama-sama dengan

penyelidikan sondir, sehingga hasilnya dapat dikorelasikan satu sama lain.

Pada waktu pemboran, terutama pemboran dengan mesin, selain dilakukan

pengambilan contoh-contoh tanah dilakukan pula percobaan penetrasi standard (SPT)

pada setiap kedalaman tertentu. Biasanya percobaan penetrasi dilakukan setiap

sesudah dilakukan pengambilan contoh tanah asli. Yang harus diperhatikan yaitu

bahwa pemboran dengan mesin memerlukan air untuk pembilas, karena itu factor air

sangat menentukan kelancaran pekerjaan pemboran.

3. Vane Shear Test

Jika ternyata pada waktu pemboran tidak dapat dilakukan pengambilan contoh-contoh

tanah asli yang disebabkan lapisan tanah sangat lembek, maka untuk mengukur

besarnya kekuatan geser tanah dapat dipakai alat vane ini. Yang harus diperhatikan

dalam penggunaan alat ini adalah bahwa alat ini dapat dipakai hanya lapisan-lapisan

Page 7: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

4

lembek saja, sebab untuk lapisan yang keras biasanya daun vane akan rusak. Dengan

menggunakan alat ini, besarnya kekuatan geser dapat diukur langsung dilapangan.

Perlu dijelaskan bahwa yang diukur adalah geser undrained.

4. Non Destructive Tester

Ada 3 cara yang biasa dipakai, yaitu penyelidikan geolistrik yang menggunakan

resistivity meter, dengan alat seismic dan dengan radio isotope. Penyelidikan

geolistrik sudah sering dilakukan dibandingkan 2 cara yang terakhir. Penyelidikan

dengan radio isotope pertama kali digunakan dilingkungan Drektorat Jenderal Bina

Marga pada waktu penyelidikan pola kekar di jembatan Tukad Sukawati Gianyar

Bali.

Penyelidikan geolistrik ini dilakukan jika menghadapi hal-hal sebagai berikut :

a. Menentukan susunan lapisan tanah didaerah yang terdiri dari material kasar (pasir,

kerikil, krakal dan brangkal) dimana penggunaan mesin bor diperkirakan akan

memakan waktu dan biaya yang besar atau didaerah yang terpencil dimana

transportnya sangat sulit.

b. Daerahnya memungkinkan untuk dilakukan geolistrik.

Hasil penyelidikan geolistrik ini dipengaruhi oleh keadaan medan, air laut, pondasi-

pondasi bangunan yang ada. Perlu dijelaskan bahwa dari hasil penyelidikan geolistrik

ini hanya memberikan gambaran mengenai susunan lapisan tanah tetapi tidak

memberikan gambaran yang jelas mengenai sifat/kekuatan lapisan tersebut.

Seharusnyalah penyelidikan geolistrik ini dilengkapi dengan penyelidikan-

penyelidikan lainnya misalkan test pit. Penyelidikan di labpratorium terdiri dari

pemeriksaan-pemeriksaan untuk menentukan sifat dasar tanah , klasifikasi, kekuatan

geser dan kompresibilitas. Pemeriksaan sifat-sifat dasar terdiri dari pemeriksaan-

pemeriksaan :

- Berat isi (unit weight )

- Berat jenis (specific gravity)

- Kadar air

Sedangkan pemeriksaan-pemeriksaan klasifikasi dilakukan dengan percobaan

Atterberg (liquid limit, plastic limit, plastic indx, shrinkage limit) dan analisa butir.

Kekuatan geser ditentukan berdasarkan hasi-hasil pemeriksaan unconfined strength,

Page 8: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

5

direct shear dan atau triaxial. Sedangkan kompresibilitas di tentukan berdasarkan hasil

percobaan konsolidasi.

Dari seluruh hasil penyelidikan ini kemudian dbuat suatu kesimpulan dan saran

mengenai macam pondasi yang dapat dipakai.

Jika penyelidikan tanah ini memberikan hasil yang baik dalam arti lapisan tanah keras

atau lapisan tanah yang mempunyai daya dukung tinggi terletak dangkal, maka

penentuan macam pondasi untuk bangunan t5idak begitu sulit. Karena jika lapisan

tanah dengan daya dukung tanah tinggi terletak dangkal berarti bahwa bangunan

tersebut dapat diletakkan diatas pondasi langsung. Untuk bangunan yang dibuat

disungai, misalkan pilar dan abutment jembatan, dan lain-lain, maka pemakaian

pondasi langsung harus dipertimbangkan terhadap kemungkinan adanya bahaya

scouring. Disamping itu pondasi langsung yang diletakkan diatas lapisan yang “tidak

keras”, walaupun daya dukungnya cukup tinggi masih harus dipertimbangkan

terhadap besarnya penurunan yang akan terjadi. Untuk bangunan-bangunan kecil,

adanya penurunan ini kemungkinan tidak akan membahayakan stabilitas konstruksi.

Tetapi untuk bangunan besar terutama bangunan dengan konstruksi statis tak tentu,

pondasi mesin, maka adanya penuruna ini harus turut dipertimbangkan. Pada

umumnya pondasi langsung ini secara efektip dapat dipakai sampai kedalaman – 1.00

m s/d 5.00 meter dari permukaan tanahsetempat. Sedangka untuk kedalaman yang

lebih besar lagi perlu dipertimbangkan pemakaian pondasi sumuran.

Pondasi sumuran dapat dipakai sampai kedalaman -10.00 s/d 12.00 meter dari muka

tanah setempat. Mengingat berat sendiri dari sumuran cukup besar, maka lapisan ideal

jika dasar sumuran diletakkan diatas atau masuk kedalam lapisan tanah keras.

Kadang-kadang jika berdasarkan pertimbangan pelaksanaan pondasi langsung lebih

mudah dilaksanakan dari sumuran, maka pondasi langsung ini dipakai sampai

kedalaman – 10.00 meter dari muka tanah setempat.

Sebagai contoh adalah pondasi jembatan Kedep - Cibinong. Dari hasil penyelidikan

tanah ternyata bahwa pada kedalaman – 4.00 meter dar dasar sungai terdiri dari

lapisan pasir kompak dan padat dengan SPT 50 , jika hanya ditinjau dari segi daya

dukung tanah, maka baik pilar maupun abutment dapat diletakkan dalam lapisan

serpih yang terletak pada – 8.00 meter dari dasar sungai terendah diprofil sungai itu.

Page 9: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

6

Sering kali terjadi bahwa dari hasil-hasil penyelidikan tanah terlihat bahwa ditempat

rencana bangunan terdiri dari lapisan tanah lembek sangat tebal, bahkan kadang-

kadang dijumpai sampai kedalaman – 10.00 meter dar muka tanah belum dijumpai

lapisan tanah keras. Untuk bangunan kecil atau bangunan dimana adanya penurunan

tidak menjadi problem, kemungkinan masih dapat memakai pondasi langsung. Tetapi

jika bangunan dimana beban-beban yang harus dipikul pondasi cukup besar, atau

bangunan-banguan yang tidat boleh adanya penurunan, maka salah satu jalan adalah

meletakannya diatas pondasi tiang.

Pada umumnya pondasi tiang dipakai jika menghadapi hal-hal sebagai berikut :

a. Ditempat bangunan terdiri dari lapisan tanah lembek cukup tebal dan lapisan

tanah keras terletak pada kedalaman lebih dari – 10.00 meter.

Beban-beban bangunan cukup besar sehingga lapisan tanah tidak mampu

memikul beban tersebut dan atau penurunan yang akan terjadi diperkirakan

cukup besar. Untuk mengatasi ini tentu saja beban-beban bangunan harus

dilimpahkan kedalam lapisan tanah keras atau lapisan yang daya dukungnya

lebih tinggi dengan menggunakan tiang-tiang.

Bangunan-bangunan statis tak tentu pondasi mesin-mesin dimana adanya

penurunan akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan atau keruntuhan.

b. Lapisan atas terdiri dari tanah yang cukup baik tetapi tidak begitu tebal dan

dibawahnya didapatkan lapisan-lapisan tanah yang tidak begitu baik dan jika akan

membangun suatu jembatan diatas tanah seperti ini tentu saja pondasi yang akan

dipilih harus dipertimbangkan terhadap adanya bahaya scouring.

Jika scouring kecil atau adanya bahaya scouring masih dapat diatasi dengan

bangunan pengaman, maka dalam hal ini masih mungkin pilar dan abutment

jembatan diletakkan diatas pondasi langsung.

Jika ternyata pembuatan bangunan pengamanan ini sulit dilaksanakan atau

memerlukan biaya yang mahal, maka salah satu alternatip adalah pemakaian

pondasi yang dimasukan cukup dalam.

Sebagai contoh kasus ini adalah jembatan Muara Penjalina Padang dan

Jembatan Mojokerto.

Page 10: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

7

BAB III.

DAYA DUKUNG PONDASI TIANG

Ditinjau dari segi daya dukung tanahnya, maka pondasi tiang dapat dbagi dalam 2

(dua) golongan yaitu :

a. Tiang-tiang pondasi yang dimasukkan sampai atau masuk lapisan tanah keras. Yang

dimaksud lapisan tanah keras disini adalah lapisan dimana mempunyai nilai sondir

lebih dari 150 kg/cm2 atau mempunyai harga N lebih dari 50 dan mempunyai

ketebalan minimal 4,00 meter . Jika ketebalan kurang dari 4,00 meter, maka harus

dilihat sifat dan susunan lapisan tanah yang ada dibawahnya. Sekiranya lapisan yang

terletak dibawah lapisan keras itu bersfat lembek, maka kita harus hati-hati serta tidak

boleh percaya begitu saja dan menganggap sebagai point bearing pile. Seyogyanya

jika menghadapi persoalan seperti ini daya dukung tiang ditentukan berdasarkan

loading test. Lapisan-lapisan tanah keras dapat berupa lapisan pasir,kerikil-krakal

padat, terekat (cemented), lapisan serpih, batu lempung , batu lanau, breksi dan lain-

lain.

Besarnya daya dukung point bearing piles diperhitungkan terhadap kekuatan bahan

tiang yang dipakai, tetapi agar ada keseimbangan antara daya dukung tanah dan

kekuatan bahan, maka disarankan agar kekuatan bahan tiang diperhitungkan masimal

sama dengan daya dukung tanah.

b. Tiang-tiang yang dimasukkan tidak mencapai lapisan tanah keras.

Daya dukung tiang terdiri dari perlawanan ujung dan perlawanan geser yang bekerja

disekeliling tiang. Jika suatu pondasi terdiri dari susunan sekelompok tiang lekat

dimana spasingnya kurang dari 3,5 d (d = lebar tiang), maka besarnya daya dukung

pondasi sama dengan jumlah daya dukung masing-masing tiang dikalikan dengan

suatu factor reduksi. Faktor reduksi ini disebut dengan factor efisiensi dari kelompok

tiang yang besarnya tergantung pada jumlah dan susunan tiang dalam kelompok,

dapat dihitung antara lain dengan cara-cara : Convers Labere Method, Los Angles

group action method dan lain-lain.

Besarnya daya dukung tiang dapat ditentukan dengan menggunakan satu atau lebih

rumus-rumus, tergantung pada data yang ada. Pada umumnya daya dukung pondasi

tiang dapat dihitung dengan cara-cara sebagai berikut :

Page 11: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

8

1. Dengan rumus-rumus statis.

Disini perhitungan didasarkan atas rumus-rumus empiris dengan

menggunakan hasil sondir, hasil percobaan penetrasi dan hasil-hasil

percobaan laboratorium.

2. Dengan rumus-rumus dinamis.

Besarnya daya dukung tiang ditentukan berdasarkan hasil-hasil

pemancangan tiang. Rumus-rumus dinamis ini sebetulnya hanya

memberikan hasil yang tepat jika dipakai untuk point bearing pile, sedang

jika dipakai untuk friction piles sering tidak tepat sama sekali.

3. Berdasarkan hasil pile loading test.

Daya dukung tiang harus ditentukan berdasarkan loading test, terutama

jika hasil-hasil penyelidikan tanah meragukan dan untuk tiang-tiang lekat

(friction piles). Dengan cara loading test ini, maka besarnya daya dukung

tiang ditentukan dengan tepat.

Perhitungan daya dukung akan memberikan hasil yang cukup tepat jika data

yang diperoleh betul dan teliti. Untuk mendapatkan data yang betul dan teliti,

maka penyelidikan geoteknik harus dilakukan alat-alat yang tepat. Misalnya

untuk daerah-daerah yang terdiri dari lapisan pasir, kerikil dan kerakal, maka

penyelidikan tidak boleh menggunakan alat sondir.

Dibawah ini diberikan beberapa rumus-rumus untuk menentukan daya dukung

tiang q.

3.1 Perhitungan dengan rumus statis.

a. Berdasarkan hasil sondir.

Rumus umum untuk perhitungan daya dukung pondasi tiang adalah :

P =𝑠 𝑥 𝑎

3+

𝑓 𝑥 0

5

……………………………………………………(3.1)

Dimana : P = daya dukung yang diijinkan (kg)

Cn = nilai conus sondir (kg/cm2)

Page 12: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

9

F = jumlah hambatan pelekat (kg/cm)

3 & 5 = factor keamanan

A = luas penampang tiang (cm2)

O = keliling tiang (cm)

Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan rumus ini adalah cara

mengambil harga sondir Cn (conus). Disini besarnya conus sondir

harus diambil harga rata-rata dari kedalaman 3d diatas sampai 3d

dibawah ujung tiang. Sedangkan f merupakan jumlah hambatan pada

ujung tiang.

Kalau diperhatikan rumus diatas terdiri dari dua factor , yaitu 𝑐𝑛 𝑥 𝐴

3

menunjukan perlawanan ujung sedang 𝑓 𝑥 0

5 merupakan perlawanan

geser. Untuk tiang-tiang yang dimasukan sampai lapisan tanah keras,

maka factor perlawanan geser diabaikan sehingga untuk tiang-tiang

yang menumpu pada lapisan tanah keras (point bearing), besarnya daya

dukung adalah :

P =𝑐𝑛 𝑥 𝐴

3 ………………………………………………………….(3.2)

b. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium

Contoh-contoh tanah yang diambil dari lobang bor, dilakukan

pemeriksaan di laboratorium untuk menentukan klasifikasi, sifat-sifat

dasar dan kekuatan gesernya. Dari hasil penyelidikan di laboratorium

ini dapat juga dihitung besarnya daya dukung tiang, dengan

menggunakan rumus Terzaghi. Rumus Terzaghi sendiri semula dibuat

untuk menghitung daya dukung tanah dangkal. Tetapi dengan

membuat beberapa anggapan rumus tersebut dapat dipakai juga untuk

pondasi-pondasi dalam.

Modified Terzaghi formula dapat ditulis :

P = q.A + fs . Uf . L ……………………………………..(3.3)

A = luas penampang tiang

Page 13: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

10

Fs = geseran rata-rata sekeliling tiang

Uf = keliling tiang

L = panjang tiang yang masuk kedalam tanah

q = α.c.Nc + β.ϒ.D. Nϒ + ϒ .L.Nq ……………….(3.4)

Dimana : α = 1,3 (tiang bundardan persegi)

Β = 0,3 (tiang bundar dan 0,4 (tiang persegi)

C = kohesi dari tanah

L = dalamnya ujung tiang dari permukaan tanah

Nc, Nq, dan Nϒ merupakan factor daya dukung tanah yang

besarnya tergantung pada ϕ sudut geser tanah.

ϒ = unit weight (berat isi) tanah

D = lebar (diameter) tiang.

Untuk tiang-tiang yang dimasukan kedalam lapisan tanah lempung dan

lanau yang lembek, maka fs biasanya kecil hingga dapat diabaikan.

Disamping itu untuk tanah-tanah lempung lembek, biasanya derajat

kejenuhannya mendekati 100% , dan sudut-sudut geser ϕ mendekati

nol.

Untuk ϕ = 0 , maka Nq = 1 dan Nϒ = 0. Dengan demikian rumus –

rumus diatas menjadi :

P = q x A …………………...……………………………………(3.5)

q = α.c,Nc + ϒ. L ………………………………………………(3.6)

Jadi besarnya daya dukung tiang yang dimasukkan kedalam lapisan

tanah lempung atau lempung kelanauan sampai lempung kepasiran

adalah :

P = A (α.c.Nc + ϒ.L)

…………..………………………………(3.7)

Disini harga Nc = 9 , sedang c dapat diambil ½ qu (setengah dari

harga unconfined compressive strengthnya).

Page 14: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

11

Daya dukung yang diijinkan per tiang diambil dengan membagi harga

tersebut diatas dengan suatu factor keamanan. Faktor keamanan dapat

diambil 2 – 3 . Jika daya dukung ini dipakai untuk menghitung daya

dukung pondasi yang terdiri dari kelompok tiang, maka harus dikoreksi

dengan factor efisiensi. Ada suatu rumus yang langsung dapat dipakai

untuk menentukan besarnya daya dukung pondasi dari kelompok tiang

yaitu :

Q = c.Nc.A + k.c.o. L …………………………………………(3.8)

.

Dimana : Q = daya dukung pondasi maksimum

C = kohesi = ½ qu

A = a x b = luas penampang dari ,kelompok tiang

O = 2 (a + b) = keliling dari kelompok tiang .

L = panjang tiang

K = factor yang besarnya tergantung pada kekuatan geser

tanah dan bahan tiang.

Daya dukung pondasi yang diijinkan :

Q ijin = 𝑄

𝑠𝑓 sf = 2 - 3

c. Berdsarkan harga penetrasi standard test (SPT)

Ada beberapa rumus yang dapat dipakai, antara lain adalah :

(i). Rumus Mayerhoof .

Rumus ini sebetulnya hanya cocok dipakai untuk menentukan

daya dukung tiang-tiang yang dimasukkan kedalam lapisan

“cohesionless soil”. Untuk lapisan-lapisan cohesionless biasanya

paling efektip jika dipakai tiang-tiang pancang baja, karena

mempunyai daya penetrasi yang lebih besar dibandingkan tiang

pancang beton.

Page 15: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

12

Rumus yang dipakai adalah :

P = 40. N. Ap + 1

5 N . As (pipe) ……………………..(3.9)

P = 40. N. Ap + 1

10 N. As (H) ……………………..(3.10)

Dimana : P = daya dukung tiang maksimum (ton)

N = nilai standard penetrasi pada ujung tiang .

Ap = luas penampang tiang (m2)

As = luas selimut tiang (m2)

N = harga rata-rata dari N sepanjang tiang

Catatan : Ap dan As dihitung sebagai berikut :

Tiang, bundar : Ap = 𝜋

4 x (D)2

As = D.L.

Tiang H : Ap = H x B

As = (2H + 2B) L

H dan B lebar flange dan tinggi profil

(ii). Rumus Dunham

Ǭ = q .a. + 1 2⁄ 1 U (1,6 L1 +L2) tan2 (45o + 1 2⁄ Ø). tan Ø

…………………………………………….(3.11)

Dimana : Ǭ = daya dukung tiang yang diijinkan (ton)

q = daya dukung tanah pada ujung (t/m2)

U = dalamnya bagian yang masuk kedalam lapisan

keras

L1 = panjang bagian tiang bagian atas sampai

permukaan

air tanah

L2 = panjang tiang dibawah permukaan air tanah.

Untuk tanah kepasiran : q = N

Page 16: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

13

Kita tulis : K = tan2 (45o+ 1 2⁄ Ø). tan Ø, besarnya tergantung pada

bentuk butir dari tanah. Berdasarkan hasil penyelidikan ditetapkan

besarnya harga K sebagai berikut :

K = 0,46 + 0,067 N : butir-butir seragam dan bundar

K = 0,74 + 0,098 N : butir-butir tidak seragam, bundar atau butir-

butir

seragam dan angular.

K = 1,15 + 0,147 N : butir-butir angular dan tidak seragam.

Dengan demikian rumus (3.U) dapat ditulis sebagai berikut :

Ǭ = N.Ap + 12⁄ . K.I. (1,6

L1+L2)………………………………………(3.12)

3.2 Perhitungan dengan rumus dinamis

Disini besarnya daya dukung tiang ditentukan berdasarkan hasil-hasil

pemancangan. Rumusnya cukup banyak, tergantung pada tipe dari alat

pancang yang dipakai.

Pada akhir-akhir ini rumus pancang yang cukup popular dan sering dipakai

antara lain adalah :

a. Rumus pancang dari Hiley

Untuk alat-alat pancang tipe : drop hammer, single acting steam

hammer

Ru = 𝑒𝑓.𝑊𝑟.ℎ

𝑠+12(𝐶1+𝐶2+𝐶3) ⁄

x 𝑊𝑟+𝑒2.𝑊𝑝

𝑊𝑟+𝑊𝑝

Untuk diesel hammer, double acting steam hammer, differential acting

steam hammer :

Ru = 12 𝑒𝑓.𝐸𝑛

𝑠+12(𝐶1+𝐶2+𝐶3) ⁄

x 𝑊𝑟+𝑒2.𝑊𝑝

𝑊𝑟+𝑊𝑝

Dimana : Ru = ultimate bearing capacity (lbs)

Wr = berat ram (lbs)

Wp= berat tiang (lbs)

h = tiang jatuh dari hammer

ef = factor efisiensi dari alat pancang

e = koefisien restitusi

En = energy per tumbukan dari hammer (lbs-ft)

Page 17: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

14

s = penurunan/pukulan terakhir (inches)

C1= deformasi elastis dari tiang

C2= deformasi elastis dari tanah

C3= deformasi elastis dari kepala tiang

Harga-harga C1, C2, C3 harus diukur dilapangan pada waktu

pemancangan.

Sedang s diambil harga rata-rata pada 10 pukulan terakhir.

b. Engineering News Formula

Drop hammers : Ru = 𝐴 𝑊𝑟.ℎ

3+1 (faktor keamanan = 6)

Single acting : Ru = 2 𝑊𝑟.ℎ

𝑠+0,1

Double & differential acting :

Ru = 2 𝐸𝑛

𝑠+0,1

Dalam penggunaannya sering dihadapi bahwa perbandingan dengan

berbagai rumus pancang memberikan hasil yang berlainan sehingga

akan ditemui kesulitan harga mana yang akan dipakai atau dipilih.

Bahkan sering pula dihadapi bahwa perhitungan dengan rumus

pancang memberikan hasil yang meragukan, biasanya harga yang

diperoleh jauh lebih kecil dibandingkan hasil yang dihitung dengan

rumus-rumus statis; ini trutama terjadi pada perhitungan daya dukung

tiang-tiang lekat (friction piles). Hal ini dapat diterangkan sebagai

berikut :

“pada tiang-tiang friction, tiang dipancang tidak sampai mencapai

tanah keras, tetapi hanya sampai kedalaman tertentu. Pada tiang-tiang

seperti ini, beban-beban sebagian dipikul pada ujungnya dan sebagian

lagi oleh perlawanan geser disekeliling permukaan tiang.

Pada waktu pemancangan energi yang diberikan oleh hammer

ituditerima oleh tiang, dan sebagian besar dari energi ini dilimpahkan

melalui ujung tiang untuk menembus lapisan tanah. Sebagian kecil

energi dipakai untuk melawan geseran yang terjadi disekeliling tiang.

Menurut hasil-hasil penyelidikan, pada waktu pemancangan ini,

perlawanan geser yang bekerja disekeliling tiang baru sekitar 10-25%

saja- dus belum bekerja penuh. Akibat belum bekerja penuh ini, maka

Page 18: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

15

penetrasi dari ujung tiang akan jauh lebih besar. Sehingga jika

besarnya penetrasi ini dimasukkan dalam rumus pancang akan

memberikan harga daya dukung tiang yang lebih kecil. Perlawanan

geser ini makin besar dan diperkirakan 3-4 minggu setelah

pemancangan perlawanan geser ini sudah bekerja penuh.”

Karena itu penulis berpendapat bahwa sebaiknya rumus-rumus

pancang jangan dipakai untuk tiang-tiang lekat, sebab hasil

perhitungan tidak dapat memberikan gambaran yang sebetulnya.

Sedang untuk point bearing piles, perhitungan dengan rumus-rumus

pancang dapat membantu. Yang perlu harus diperhatikan adalah

mengenai besarnya penetrasi per pukulan yang harus diambil, sehingga

pemancangan bias dihentikan.

Untuk tiang-tiang lekat jelas tidak dapat dipakai pedoman yang jelas.

Sedang untuk point bearing piles, setelah tercapai penetrasi sebesar 1,0

cm/10 pukulan sudah dianggap cukup. Untuk keamanannya sebaiknya

diambil 3 kali 10 pukulan maksimal 3,0 cm.

3.3 Percobaan pembebanan tiang

Kadang-kadang kita jumpai keadaan dimana penyelidikan tanah masih

memberikan hasil yang meragukan atau ditempat itu terdiri dari lapisan

sangat jelek. Dengan hasil-hasil penyelidikan tanah seperti ini tentu saja

kita agak sulit untuk menentukan besarnya daya dukung tanah atau

pondasi.

Perhitungan daya dukung tiang terutama bertujuan agar pondasi yang

ditentukan seekonomis mungkin. Agar pondasi yang kita pilih semurah

mungkin, tentu saja harus kita ketahui berapa besarnya daya dukung tanah

yang sebenarnya dari tiang tersebut. Untuk menentukan besarnya daya

dukung tiang dengan cukup tepat, dimana perhitungan berdasarkan rumus-

rumus empiris masih diragukan, maka satu-satunya jalan adalah dengan

melakukan percobaan pembebanan tiang (pile loading test).

Pada umumnya pile loading test ini harus dilakukan jika kita menghadapi

hal-hal sebagai berikut :

- Penyelidikan tanah memberikan hasil yang meragukan misalnya

lapisan tanah tidak homogeny atau lapisan lembek sangat tebal

sehingga besarnya daya dukung tiang yang dihitung berdasarkan

Page 19: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

16

rumus-rumus empiris masih diragukan, sebagai contoh adalah

pondasi jembatan Cisanggarung Losari.

- Kadang-kadang besarnya daya dukung untuk point bearing pile

masih kita ragukan atau kita menginginkan daya dukung yang lebih

besar dari perhitungan teoritis. Sebagai contoh kasus ini adalah

pondasi tiang dari pilar dan abutment jembatan mojokerto.Untuk

pilar digunakan steel pipe piles yang dimasukkan sampai lapisan

tanah keras dengan sondir 400 kg/cm2 dan N = 50 lebih.

Dalam uraian selanjutnya akan dibahas cara-cara pelaksanaan dan evaluasi

dari hasil-hasil loading test.

Page 20: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

17

BAB IV

PERCOBAAN PEMBEBANAN TIANG

Percobaan pembebanan tiang ini pada prinsipnya adalah kita memberikan pembebanan

percoban sampai suatu harga tertentu atau sampai beban maksimum yang diperkirakan,

kemudian kita mengukur besarnya penurunan atau deformasi yang terjadi. Penurunan yang

terjadi ini terdiri dari deformasi elastis (pemendekan elastis dari tiang dan deformasi elastis

dari tanah) serta deformasi plastis (deformasi yang diakibatkan terjadi keruntuhan pada tanah

pendukungnya). Kemudian dari hubungan antara besarnya penurunan dan beban ini, kita

dapat menetapkan besarnya daya dukung dari pondasi tiang.

Dari prinsip diatas, sebetulnya yang penting bagi kita adalah menentukan hubungan antara

beban dengan deformasi plastis karena tujuan kita adalah ingin mengetahui sampai beban

berapa sebetulnya suatu lapisan dapat bertahan tanpa melalui suatu keruntuhan. Tetapi dalam

praktek kita tidak selalu dapat mengukur besarnya deformasi plastis itu, hal ini akan lebih

jelas dalam uraian selanjutnya.

Yang perlu dijelaskan disini adalah bahwa dari hasil loading test ini kita tidak dapat

menentukan besarnya settlement dari suatu tiang apalagi pondasi yang terdiri dari kelompok

tiang. Dalam lapisan tanah yang berisi fat kohesip, besarnya settlement merupakan fungsi

dari waktu, artinya settlement yang diakibatkan oleh proses konsolidasi pada umumya

berlangsung dalam waktu yang lebih lama dibandingkan waktu pelaksanaan loading test.

Karena itu dalam percobaan pembebanan, waktu yang singkat itu belum memberikan

gambaran mengenai besarnya settlement yang sebetulnya.

Pada lapisan-lapisan yang terdiri dari “cohesionless soils”, waktu yang diperlukan untuk

mencapai settlement maksimum lebih cepat dibandingkan pada tanah kohesip. Walaupun

begitu masih belum memberikan gambaran yang sebetulnya mengenai besarnya penurunan

itu. Dengan demikian, maka dari loading test, kita hanya mendapatkan besarnya daya dukung

maksimum, tetapi bukan settlementnya.

Tergantung pada waktu dan peralatan yang tersedia, maka untuk mencapai pembebanan

maksimum dapat dilakukan sekaligus/serentak, dapat juga diberikan secara bertahap dan

berulang (cyclic loading), hal ini akan diuraikan dibawah ini.

Karena itu pelaksanaan percobaan pembebanan tiang dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

Page 21: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

18

- Pembebanan langsung

- Pembebanan tidak langsung

4.1 Percoban dengan pembebanan langsung

Prinsipnya adalah diatas tiang langsung kita berikan beban-beban. Untuk menempatkan

beban-beban ini harus dibuatkan meja beban atau platform, dan beban-beban diletakkan

diatsnya. Untuk beban dapat dipakai: balok-balok beton, karung yang diisi tanah, pasir

atau kerikil, profil-profil baja dan tanki yang diisi air.

Besarnya beban maksimum untuk percobaan diambil kira-kira 2 kali dari perkiraan

design load.

Cara pemberian beban dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

a. Beban maksimum diberikan serentak, kemudian dibiarkan bekerja sedemikian

lama sehingga penurunan dari tiang berhenti. Setelah itu beban secara serentak

dihilangkan pula.

b. Beban maksimum diberikan secara bertahap, sebesar 20, 40, 60, 80, 100, 120,

140, 160, 180 dan 200 % dari design load; setiap tahap beban diberikan

kesempatan bekerja sampai penurunan yang terjadi pada kepala tiang berhenti.

Setelah beban maksimum tercapai, maka secara bertahap pula dihilangkan.

Peralatan yang diperlukan terdiri dari :

- Meja beban atau platform

- Beban-beban yang diperlukan : tergantung pada bahan yang tersedia (balok-balok

beton, karung yang diisi tanah, pasir atau kerikil, profil-profil baja dan tanki yang

diisi air dan lain-lain)

- Kran atau katrol untuk mengangkat dan menurunkan beban

- Alat pengukur penurunan dari tiang yang terdiri dari minimal 2 buah dial gauge

(arloji ukur) yang mempunyai panjang tungkai minimal 10 cm.

Mengingat cara ini membutuhkan beban-beban yang banyak sekali, maka cara ini

sebetulnya hanya efektif dipakai untuk percobaan beban pada tiang-tiang friction yang

dimasukkan kedalam lapisan lembek, dimana beban maksimum tidak melebihi 100 ton

Jika beban maksimum melebihi 100 ton, tentu saja memerlukan beban-beban yang yang

lebih banyak lagi, disamping itu memerlukan konstruksi meja beban khusus: hal mana

Page 22: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

19

tentu saja memerlukan biaya yang lebih mahal. Salah satu keuntungan cara ini adalah

tidak diperlukannya “tiang reaksi”, sehingga cara ini sangat cocok untuk percobaan yang

dilakukan terhadap pondasi single pile.

Cara ini mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain :

i. Operasionalnya suliot karena memerlukan adanya kran;

ii. Memerlukan banyak beban-beban, apalagi jika harus membuat balok beton

sebagai beban akan mengakibatkan biaya sangat mahal;

iii. Karena beban harus diangkat denga kran, maka penambahan maupun

pengurangan beban memakan waktu lebih lama; ini menyebabkan cara ini

menjadi kurang teliti

iv. Sulit untuk mengatur letak beban agar posisinya sesentris mungkin terhadap tiang

percobaan. Jika pososo beban tidak sentris, maka akibat eksesntrisitas

kemungkinan akan menyebabkan patahnya tiang percoban. Kasus ini pernah

terjadi pda waktu dilakukan percobaan pembebanan untuk pondasi abutment

jembatan Way Kuala-Lampung.

Dengan adanya kelemahan ini, penulis berpendapat bahwa percobaan pembebanan tiang

dengan beban langung ini sebaiknya dilakukan dengan pemberian beban serentak. Hal

ini dimaksudkan untuk mempermudah pengaturan posisi beban sesentris mungkin serta

pelaksanaan percobaan dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.

a. Prosedur

i. Persiapan, terdiri dari pembuatan meja beban, pembuatan beban-beban

pemasangan alat pengukur penurunan dan lain-lain

ii. Setelah persiapan selesai, maka pembebanan dapat dimulai :

x. Jika pembebanan akan diberikan secara serentak, maka diatas meja

beban diberikan beban maksimum.

Beban maksimum ini dibiarkan bekerja sampai terjadi suatu

penurunan (deformasi) yang maksimum. Besarnya deformasi ini

dibaca pada arloji ukur yang dipasang pada kepala tiang. Deformasi

sudah mencapai maksimum jika pembacaan arloji sudah tetap.

Setelah deformasi maksimum tercapai,maka secara serentak beban

bekerja dihilangkan (diangkat) dan arloji diukur lalu dibaca lagi

sampai menunjukkan pembacaan yang tetap. Perlu dijelaskan disini

Page 23: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

20

bahwa dengan cara ini, maka yang diukur adalah besarnya deformasi

total dan deformasi tetap dari kepala tiang.

xx. Jika dikehendaki pemberian beban secara bertahap, maka beban diatur

sebesar : 20, 40, 60, 80, 100, 120, 140, 160, 180 dan 200 % dari

design load. Setiap tahap beban dibiarkan bekerja sampai tercapai

penurunan maksimal, baru beban ditambah. Besarnya penurunan

diukur dengan arloji ukur. Setelah tercapai beban maksimum, maka

pengurangan beban harus dilakukan secara bertahap pula, yaitu 160,

120, 80, 40 dan 0 % dari design load.

Mengingat pembebanan dilakukan ecara bertahap, maka waktu

percobaan menjadi lebih lama, sehingga cara ini sebetulnya kurang

praktis sedang hasilnya tidak jauh berbeda.

Salah satu keuntungan cara ini adalah kita juga mendapatkan

gambaran mengenai sifat-sifat elastis dari tanah.

Pembacaan penurunan menggambarkan besarnya deformasi total dan

penururan tetap dari kepala tiang.

iii. Pembacaan arloji pengukur harus dilakukan setiap interval 1 jam, dan jika

pada 2 jam terakhir berturut-turut sudah menunjukkan pembacaan tetap, ini

berarti bahwa telah tercapai deformasi maksimum.

iv. Setelah selesai, dibuat grafik yang menunjukkan hubungan-hubungan

antara : beban-penurunan, beban-waktu, penurunan-waktu.

b. Evaluasi

Dengan melihat grafik-grafik yang diperoleh, maka besarnya daya dukung tiang

yang diijinkan ditetapkan menurut cara-cara sebagai berikut :

i. Daya dukung tiang yang diijinkan diambil setengah dari beban maksimum

yang diberikan dengan catatan bahwa sampai beban maksimum itu belum

terdapat tanda-tanda terjadinya keruntuhan serta penurunan tetap dari

kepala tiang tidak melebihi 1,25 cm.

ii. Daya dukung tiang yang diijinkan dapat diambil setengah dari beban yang

akan mengakibatkan terjadinya penurunan total sebesar 0,25 mm/ton beban.

iii. Daya dukung tiang diijinkan diambil setengah dari beban maksimum

setelah 24 jam bekerja mengakibatkan penurunan tetap tidak lebih dari 6

mm.

iv.

Page 24: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

21

4.2 Percobaan dengan pembebanan tidak langsung

Prinsip kerjanya adalah tiang percobaan ditekan dengan menggunakan dongkrak yang

diletakkan diatas tiang percoban. Bagian atas dongkrak ditumpukkan pada suatu

kontraksi penahan. Ada 2 cara untuk membuat konstruksi penahan ini, yaitu :

a. Dengan menggunakan beban konstra/beban reaksi. Untuk menempatkan beban

kontrak itu, diperlukan konstruksi meja beban yang simetris terhadap tiang

percobaan. Untuk beban-beban kontra dapat dipakai : balok-balok beton, profil-

profil baja, tanki yang diisi air, karung berisi tanah atau pasir/kerikil. Untuk

mengangkat beban-beban ini diperlukan kran atau katrol.

Cara ini dipakai jika harus melakukan percobaan pada pondasi yang terdiri dari

single pile; atau dapat juga dipakai pada kelompok tiang yang pemancangannya

baru 1 tiang saja

b. Dengan menggunakan tiang-tiang reaksi/angker. Disini dongkrak ditumpukkan

pada suatu konstruksi balok penahan yang “diikatkan” pada tiang-tiang angker.

Jumlaj tiang angker yang dipakai tergantung pada besarnya beban maksimum

yang akan diberikan. Cara ini dipakai jika harus melakukan percobaan pada

tiang-tiang dalam kelompok, karena tiang-tiang angker dapat dipakai tiang-tiang

yang ada didekatnya. Disamping itu dengan cara ini sekaligus kita dapat

menentukan besarnya kekuatan tarik dari tiang (pulling test) yang harus

diperhatikan pada penggunaan cara ini adalah bahwa balok-balok penahan harus

kaku sedemikian sehingga lenturan yang terjadi tidak boleh melebihi 2,5 mm.

Besarnya lendutan yang terjadi pada balok penahan ini harus diukur dengan

menggunakan 2 buah arloji ukur dikiri dan kanan. Selain itu posisi tiang-tiang

angker harus dikontrol untuk mengetahui kemungkinan tercabutnya tiang-tiang

tersebut, dengan menggunakan arloji ukur. Jika arloji ukur ini tidak ada,

pengontrolan dapat dilakukan dengan instrument waterpass.

Dalam praktek, pemilihan cara mana yang akan dipakai sebetulnya tergantung

pada pertimbangan waktu dan biaya. Pada prinsipnya harus dipilih cara mana

yang relative lebih murah dan cepat, pembuatan meja beban beserta beban-

bebannya atau pembuatan tiang angker.

Pengaturan beban pada percobaan pembebanan tidak langsung ini dapat

dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

Page 25: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

22

a. Pembebanan serentak/disini beban maksimum diberikan sekaligus beban

maksimum ini dibiarkan bekerja sampai terjadi penurunan maksimum,

setelah itu dihapus (seperti pada beban langsung).

b. Pembebanan bertahap, dilakukan juga seperti pada pembebanan langsung.

c. Pembebanan berulang (cyclic loading) – prinsip kerjanya sama dengan

pembebanan bertahap, bedanya pada akhir setiap tahap sebelum beban

ditambah, selama beberapa waktu beban dihapus dulu sampai arloji

menunjukkan pembacaan tetap. Cara ini memberikan hasil yang lebih

teliti, karena disini besarnya deformasi plastis dan elastis dari tanah dan

tiang dapat dipisahkan.

Hasil-hasil loading test ini digambar dalam bentuk grafik-grafik yang

memberikan hubungan antara : beban-deformasi ; beban-waktu serta deformasi-

waktu.

Evaluasi dari daya dukung tiang yang diijinkan ditentukan berdasarkan grafik

tadi dengan pedoman sebagai berikut :

i. Daya dukung tiang yang diijinkan dapat ditentukan sesuai dengan hal

yang telah diuraikan pada bab 4.1.b mengenai evaluasi.

ii. Daya dukung tiang yang diijinkan dapat diambilkan setengah dari beban

yang akan mengakibatkan suatu total deformasi sebesar 0,05 inchi perton

beban atau deformasi plastis sebesar 0,03 inchi perton beban.

4.3 Pembahasan mengenai penentuan daya dukung tiang

Dari hal-hal yang telah diuraikan diatas, ternyata bahwa dalam penentuan besarnya daya

dukung tiang yang diijinkan dipakai beberapa cara atau spesifikasi. Disamping cara-cara

yang telah diuraikan diatas, sebetulnya banyak kita jumpai spesifikasi lainnya yang

dipakai, misalnya spesifikasi dari AASHO, Raymond Concrete Pile Coy, New York

State Deprtment of Public Work dan lain-lain semuanya dapat dibawa dalam literature-

literatur dari luar nengeri (baca: Roberts D. Chellis/Pile Foundation-Mc. Graw-Hill Book

Company, Inc-New York pp 465-467). Semua spesifikasi itu mempunyai prinsip yang

sama, hanya batas-batas/angka yang diberikan berbeda. Dus jika menghadapi persoalan

mengenai percobaan pembebanan, maka sebetulnya kita dapat menggunakan salah satu

spesifikasi itu. Tetapi dalam praktek penentuan atau pemilihan spesifikasi yang akan

Page 26: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

23

dipakai tidak semudah itu, karena harus dipertimbangkan dulu dengan keadaan dan sifat

tanah setempat.

Dari grafik-grafik penurunan beban yang diperoleh dari beberapa percobaan

pembebanandapat dilihat bahwa grafik-grafik itu pada umumnya terdiri dari 3 bagian,

yaitu :

- Sampai suatu harga beban tertentu, bentuk grafik beban penurunan merupakan

garis lurus. Secara matematis dapat ditulis :

dp/ds = C (constant)

Ini berarti bahwa besarnya penurunan sebanding dengan besarnya beban yang

bekerja. Disini dapat diinterpretasikan bahwa beban-beban yang bekerja

sebagian besar dipakai untuk menimbulkan deformasi elastis, yaitu deformasi

yang disebabkan oleh pemendekan dari tiang, terjadinya konsolidasinya lapisan

tanah sampai derajat konsolidasi tertentu dan juga deformasi yang diakibatkan

oleh sifat elatis dari tanah. Yang jelas sampai batas beban ini lapisan tanah

pendukung belum mengalami keruntuhan.

Pada tiang-tiang yang dipancang sampai lapisan tanah keras, bentuk grafik yang

lurus ini lebih jelas dibandingkan pada friction piles.

- Bagian yang membentuk lengkung parabolis terjadi jika penurunan yang terjadi

tidak sebanding lagi dengan besarnya beban yang bekerja. Secara matematis

dapat ditulis :

dp/ds = f (t)

Keadaan ini memberi tanda bahwa tanah pendukung sudah mulai mengalami

keruntuhan. Jika tanah pendukung bersifat rapuh, maka bagian ini lebih pendek

dibandingkan pada lapisan yang bersifat elastis/kenyal. Sedang pada friction

piles, bentuk lengkung ini kadang-kadang tidak jelas (sangat pendek), apalagi

jika friction piles diletakkan dalam lapisan yang sangat lembek.

- Bagian yang curam, yaitu keadaan dimana tanah pendukung sudah mengalami

keruntuhan total. Secara matematis dapat ditulis :

dp/ds = ∞

dari persamaan ini dapat dilihat bahwa pada suatu harga beban tertentu akan

mengakibatkan terjadinya penurunan terus menerus. Beban dimana keadaan ini

terjadi disebut beban maksimum.

Page 27: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

24

Dari uraian-uraian diatas ini jelas bagi kita bahwa sebetulnya yang terpenting dalam

percobaan pembebanan tiang ini adalah menentukan beban maksimum yang akan

mengakibatkan keruntuhan pada tanah pendukungnya. Adanya keruntuhan ini akan lebih

jelas dapat diketahui jika besarnya deformasi plastis dapat ditentukan. Umtuk

menentukan besarnya deformasi plastis ini, maka kita akan melakukan percobaan

pembebanan dengan cara cyclic loading.

Karena itu penulis berpendapat bahwa jika tidak ada pertimbangan-pertimbangan lain,

loading test yang dilakukan untuk pondasi-pondasi jembatan sebaiknya dilakukan

dengan cara cyclic loading ini, dengan alasan-alasan berikut :

i. Pondasi jembatan selalu dipikul oleh lebih dari satu tiang sehingga

percobaan dapat dilakukan dengan menggunakan tiang angker.

ii. Untuk balok-balok penahan dapat dipakai profil-profil baja bekas gelagar

jembatan, sehingga tidak memerlukan adanya beban-beban kontra

iii. Dengan cyclic loading ini kita akan mendapatkan gambaran yang lebih

nyata mengenai daya dukung dari tanah sehingga kita dapat pula

menentukan besarnya daya dukung tiang dengn tepat

Kembali kepersoalan spesifikasi atau batas-batas mana yang akan dipakai dalam

penentuan daya dukung tiang tersebut . ini berarti kita harus memilih salah satu cara

diatas yang dapat dipakai sebagai pegangan, atau mungkin kita akan membuat batasan

sendiri.

Sebelum menetapkan batasan mengenai hal ini, akan kita tinjau sepintas lalu batasan-

batasan yang telah ada (spesifikasi luar negeri) :

“Menurut peraturan-peraturan dari luar negeri, maka besarnya daya

dukung tiang yang diijinkan (safe load) diambil setengah dari beban yang

akan mengakibatkan penurunan total sekitar 0,001 sampai 0,05 inchi

setiap ton beban atau mengakibatkan penurunan plastis sebesar 0,03 inchi

setiap ton beban. Atau daya dukung ini diambil setengah dari beban

dimana grafik sudah menunjukkan dp/ds = ∞ jadi dapat diambil

kesimpulan bahwa daya dukung tiang yang diijinkan hamper semuanya

masih terletak pada bagian grafik yang linier”.

Page 28: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

25

Dalam hal ini penulis mengusulkan bahwa besarnya daya dukung tiang ditentukan

dengan mengambil salah satu kriteria sebagai berikut :

a. Daya dukung yang diijinkan diambil setengah dari beban maksimum yang

akan mengakibatkan suatu penurunan total (setelah rebound) sebesar 0,075

cm untuk setiap ton beban ; atau

b. Daya dukung yang diijinkan diambil setengah dari beban maksimum yang

akan mengakibatkan suatu deformasi plastis sebesar 0,025 cm untuk setiap

ton beban

c. Jika percobaan ini dilakukan tidak sampai beban maksimum (tidak mencapai

beban dimana dp/ds = ∞), maka besarnya daya dukung tiang yang diijinkan

dapat diambil setengah dari beban yang setelah 24 jam bekerja akan

mengakibatkan penurunan total (setelah rebound) sebesar 6 mm.

Hal ini penulis kemukakan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang pernah dilakukan

sendiri serta data-data yang pernah dilakukan oleh pihak lain, dengan

mempertimbangkan pula peraturan-peraturan dari luar negeri.

4.4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam loading test

Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, maka selain hal-hal yang telah diuraikan

diatas, maka harus diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

a. Berapa lama setelah dipancang atau dicor, tiang itu dapat dilakukan

oercobaan pembebanan. Mengenai hal ini sebetulnya belum ada peraturan

yang tegas. Tetapi sebagai pegangan dapat diikuti petunjuk sebagai berikut :

i. Untuk tiang-tiangh yang dipancang sampai lapisan tanah keras (point

bearing piles), dapat dilakukan paling cepat 3 (tiga) hari setelah

pemancangan

ii. Untuk friction piles pada tanah lempung, loading test harus dilakukan 1

bulan setelah pemancangan, begitu juga tiang angkernya.

iii. Untuk tiang-tiang yang dipancang yang diletakkan pada lapisan yang

permeable, maka percobaan dapat dilakukan paling cepat setelah 3 hari

pemancangan.

Page 29: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

26

iv. Untuk cast in place piles, sebaiknya dilakukan setelah beton mengeras

atau paling cepat setelah 4 minggu tiang dicor.

Pada prinsipnya, lamanya selang waktu itu dimaksudkan agar memberi

kesempatan tanah sudah sepenuhnya mendukung.

b. Bagian tiang yang menonjol diatas tanah harus sependek mungkin untyuk

menghindari terjadinya bahaya tekuk. Percobaan pembebanan yang dilakukan

didarat, maka bagian yang menonjol ini tidak boleh lebih dari 80 cm. sedang

pencobaan yang dulakukan di air, maka penonjolan ini bias saja lebih

panjang, asal dilakukab pengontrolan terhadap bahaya tekuk ini. Jika terjadi

bahaya tekuk, maka bagian tiang yang menonjol harus diperkaku.

c. Percobaan yang menggunakan tiang-tiang angker, maka posisi tiang angker

dan balok penahan harus dikontrol setiap interval tertentu ini dimaksudkan

untuk mengetahui besarnya lendutan balok dan juga menjaga kemungkinan

tercabutkan tiang angker

d. Dongkrak hidrolis harus dilindungi dari sinar matahari. Jika dongkrak ini

terkena panas, maka olinya dapat memuai, ini tentu saja mengakibatkan

besarnya beban percobaan tidak tetap/berubah.

e. Pada waktu dilaksanakan percobaan pembebanan tidak dilakukan

pemancangan pada radius 100 meter dari tempat percobaan. Adanya

pemancangan, mengakibatkan tidak tetapnya posisi jarum lari arloji ukur

(akibat getaran jarum melompat-lompat), kecuali jika ternyata bahwa

pemancangan ini tidak berpengaruh terhadap arloji ukur.

f. Pembacaan arloji ukur setelah penambahan beban/pemberian beban harus

dilakukan pada 15, 30, 45 dan 60 menit pertama, selanjutnya dilakukan setiap

interval 1 jam.

g. Arloji ukur harus diletakkan pada kepala tiang, kira-kira 30 cm diatas

permukaan tanah. Arloji ini posisinya tidak boleh berubah selama percobaan.

Arloji ini dipasang pada dudukan yang dilas pada tiang (untuk tiang baja)

atau pada tulangan untuk tiang beton (sebagian dari tiang dimana dudukan

akan dipasang dibobok dulu, sampai tulangan tiang, lalu dilas).

Tungkai arloji ukur harus ditumpukan pada balok penumpu dari profil INP 10

yang disangga dengan 2 buah tiang. Tiang penyangga harus diletakkan

Page 30: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

27

minimal 1.00 meter dari tiang percobaan. Tiang penyangga harus tetap

posisinya-sebaiknya ditanam dengan adukan beton.

4.5. Perbandingan hasil loading test dengan perhitungan

Sebagai bahan perbandingan, dibawah ini penulis cantumkan beberapa hasil loading test

dan perhitungan dengan rumus empiris.

a. Pilar tengah jembatan Mojokerto

Tiang percobaan : steel pipe Ø 500 mm, tebal 12 mm

Dalam pemancangan : 26,50 meter (point bearing)

Nilai sondir : 400 kg/cm2

Nilai spt : N = 50

Macam bearing layer : sand stone, dengan gradasi uniform dan bentuk

butir bundar (rounded).

Perhitungan dengan rumus Dunham memberikan Pu = 246 ton.

Percobaan pembebanan dilakukan dengan 4 tiang angker, direncanakan

sampai beban maksimum 300 ton. Pada beban 280 ton dongkraknya rusak.

Dari hasil-hasil yang telah diperoleh terlihat bahwa sampai beban 240 ton

grafik penurunan beban linier, dengan deformasi total sebesar 0,745 cm. pada

beban 250 ton tanah pendukung pendukung mulai menunjukkan keruntuhan.

Dengan penimbangan hasil perhitungan empiris, maka akhirnya ditetapkan

besarnya safe load 120 ton.

b. Jembatan Cisanggarung – Losari

Loading test dilakukan pada abutment barat, pilar barat, pilar timur sedang

abutment timur tidak sempat ditest.

Tiang percobaan : beton 35 x 35 cm panjang 20 meter

(friction pile)

Perhitungan empiris :

- Abutment + pilar barat ; Pmax = 82 ton

- Pilar timur ; Pmax = 48 ton

c. Mirama Inter Hotel – Surabaya

Penyelidikan tanah dilakukan oleh ITS hanya menggunakan alat sondir.

Dengan dasar hasil sondir ini kemudian direncanakan panjang tiang pancang

yang dipakai 24.00 meter. Ternyata pada waktu pemancangan, kedalaman

Page 31: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

28

yang dicapai oleh tiang berbeda-beda, sehingga proyek menjadi ragu-ragu

berapa sebetulnya daya dukung tiang ini. Akhirnya dilakukan loading test :

- Menurut perhitungan empiris : Pu = 210 ton

s.f = 3, P = 70 ton

- Loading test : sampai beban 150 ton penurunan yang terjadi

sebanding

dengan beban, yaitu 1,80 cm.

dengan s.f. = 2, maka data load = 70 ton

Disamping proyek itu, masih banyak lagi pile loading test dilakukan ditempat

lainnya : jembatan pesisir (Cirebon), jembatan M. Penjalinan (padang).

Jembatan Porong, Hotel Sahid Boulevard, Extension Hotel Indonesia, Hotel

Duta Merlin, Pertamina Tower, Oil Tower, Jembatan Krueng Pase dan lain-

lain.

Page 32: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

29

BAB V

KESIMPULAN

Sebagai penutup tulisan ini, maka perlu penulis kemukakan yaitu :

1. Untuk menetapkan macam pondasi yang tepat, perlu dilakukan penyelidikan geoteknik

yang teliti serta menggunakan peralatan dan cara yang tepat pula.

2. Jika dari hasil penyelidikan geoteknik ini, hasilnya msih meragukan misalnya dalam

penentuan besarnya daya dukung tiang, maka disarankan agar dilakukan loading test.

3. Hasil pemancangan sebaiknya jangan dijadikan pedoman mati, apalagi hasil

pemancangan pada friction piles. Sebab pemancangan friction piles, sering setelah

tiang mencapai kedalaman yang disarankan belum/tidak akan mencapai penetrasi yang

kecil seperti pada pint bearing piles. Jika anda melakukan pemancangan friction pile

sampai kedalaman yang disarankan ternyata penetrasi masih cukup besar, maka

sekiranya anda masih meragukan terhadap besarnya daya dukung tiang, seharusnya

dilakukan loading test.

4. Perlu dijelaskan pula bahwa dalam loading test, yang kita peroleh adalah hanya beban

maksimum dan bukan besarnya settlement.

5. Untuk pondasi jembatan, lakukanlah loading test dengan menggunakan tiang-tiang

angker dan sedapat mungkin lakukan dengan cara cyclic loading. Tetapi jika waktu

yang tidak mengijinkan (sangat terbatas) dapat saja dilakukan dengan beban serentak.

Page 33: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

30

LITERATUR

1. Proceedings-American Society of Civil Engineers-Soi Mechanics and Foundation

Division-volume 80/1954.

2. Earth Manual-United States Department of the Interior Bureau of Reclamation – Oxford

& Jbh Publishing Co. Calcuta.

3. G. Leonards/Foundation Enginering

Mc. Graw-Hill Book Coy, Inc – New York

4. Robert D. Chellis/Pile Foundations

Mc. Graw-Hill Book Coy, Inc – New York

5. W. Lambee/Soil Mechanics

Mc. Graw-Hill Book Coy, Inc – New York

6. Jumikis/Soil Mechanics

Mc. Graw-Hill Book Coy, Inc – New York

7. American Society of Civil Engineer, Papers No.1959

8. Journal of The Boston Society of Civil Engineers

-A.E. Cummings/Dynamics Pile Driving Formulas.

Page 34: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

31

LAMPIRAN

Page 35: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

32

Page 36: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

33

Page 37: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

34

Page 38: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

35

Page 39: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

36

Page 40: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

37

Page 41: PERBANDINGAN HASIL LOADING TEST DAN PERHITUNGAN …

38