ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp) YANG ADA DI KAWASAN MINAPOLITAN DAN NON- MINAPOLITAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR (Study Kasus pada Kawasan Minapolitan Desa Gondosuli dan Kawasan Non-Minapolitan Desa Karangrejo) SKRIPSI Oleh: RANGGA ADITIYA NIM. 135080407113013 PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018
121
Embed
ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp) YANG ADA DI KAWASAN MINAPOLITAN DAN NON-
MINAPOLITAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR (Study Kasus pada Kawasan Minapolitan Desa Gondosuli dan Kawasan
Non-Minapolitan Desa Karangrejo)
SKRIPSI
Oleh:
RANGGA ADITIYA NIM. 135080407113013
PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2018
ii
ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp) YANG ADA DI KAWASAN MINAPOLITAN DAN NON-
MINAPOLITAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR (Study Kasus pada Kawasan Minapolitan Desa Gondosuli dan Kawasan
Non-Minapolitan Desa Karangrejo)
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
RANGGA ADITIYA NIM. 135080407113013
PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2018
iii
iv
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul : ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp) YANG ADA DI KAWASAN MINAPOLITAN DAN NON-MINAPOLITAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR (Study Kasus pada Kawasan Minapolitan Desa Gondosuli dan Kawasan Non-Minapolitan Desa Karangrejo)
Nama Mahasiswa : Rangga Aditiya
NIM :135080407113013
Program Studi : Agrobisnis Perikanan PENGUJI PEMBIMBING Pembimbing 1 : Dr. Ir. Harsuko Riniwati, MP Pembimbing 2 : Zainal Abidin, S.Pi, M.BA, MP PENGUJI BUKAN PEMBIMBING Dosen Penguji 1 :Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS Dosen Penguji 2 :Dr. Ir. Anthon Efani, MP Tanggal Ujian :18 Mei 2018
v
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Skripsi yang saya
tulis ini merupakan benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan
Skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
peraturan yang berlaku.
Malang, Juni 2018
Mahasiswa
RanggaAditiya
(135080407113013)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rangga Aditiya
NIM : 135080407113013
Tempat / Tgl Lahir : Tulungagung, 17 September 1994
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.506 pulau dan keliling panjang garis pantai mencapai 81.000 km dengan potensi perikanan yang sangat melimpah. Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang perkembangan usaha budidaya ikan lele cukup pesat. Selain itu, Kabupaten Tulungagung memiliki kawasan minapolitan dengan produk unggulannya yaitu ikan lele, yang terletak di Desa Gondosuli Kecamatan Gondang berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: 35/KepMen.KP/2013. Selain usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan, masih banyak juga usaha pembesaran ikan lele lainnya yang terdapat dikawasan non-minapolitan yang tersebar hampir merata diseluruh wilayah di Kabupaten Tulungagung. Tujuan dari penelitian ini antara lain; menjelaskan pelaksanaan usaha pembesaran ikan lele, menganalisis profitabilitas serta membandingkan usaha pembesaran ikan lele dalam jangka pendek dan jangka panjang usaha, dan menganalisis faktor penghambat dan faktor pendukung usaha pembesaran ikan lele yang ada dimasing-masing kawasan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan teknik studi kasus. Analisis data kuantitatif, yaitu dengan cara menghitung menggunakan rumus analisis kelayakan finansiil, sedangkan pada analisis data kualitatif dengan cara mengetahui dan menganalisis pelaksanaan teknis pembesaran pada usaha yang ada dikawasan minapolitan dan non-minapolitan. Berdasarkan penelitian pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan dan non-minapolitan diperoleh hasil perhitungan finansiil jangka pendek dan jangka panjang usaha yang ada dikedua kawasan dinyatakan layak untuk dikembangkan. Dan berdasarkan perbandingan kedua usaha yang ada dikedua kawasan dinyatakan bahwa usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan lebih menguntungkan daripada usaha yang ada dikawasan non-minapolitan. Kata Kunci: Kelayakan Finansiil, Ikan Lele, Minapolitan dan Non-minapolitan 1 Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang
2 Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang
3 Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang
x
Financial Feasibility Comparison Analysis of Catfish (Clarias sp) Enlargement Bussiness at the Minapolitan and Non-minpolitan Area in
Tulungagung Regency of East Java (Case Study of Minapolitan Area in Gondosuli Village and Non-
Indonesia is the world largest archipelagic state to the total number of the island of as many as 17.506 islands and circumference of the length of a line the coast of reached 81.000 km. It should be implemented in the abundant potential of the fisheries managed as well as possible. Tulungagung regency is the one regencys in east java business development cultivation catfishes rapidly, especially in on catfish enlargement bussiness. In addition, Tulungagung regency has the minapolitan area with their top products is catfishes, located at Gondosuli village in that based on the Minister of Maritime and Fishery Republic of Indonesia no: 35/KEPMEN.KP/2013. In addition to of the lengths to which enlargement of freshwater catfish of of which there are minapolitan area, there are still many also businesses enlargement of freshwater catfish of other sources depending on which there have been instances of non-minapolitan area which are spread almost evenly widespread across in Tulungagung regency. The purpose of this research included are explain the catfishes enlargement business, analyzing business profitability of catfishes enlargement in the short term and long term business, analyzing comparison business feasibility of catfishes enlargement based on the calculation of profitability analysis, and analyze the barrier and supporting factors for catfishes enlargement at minapolitan and non-minapolitan area. The kind of research used is research descriptive qualitative and quantitative with a technique used is a case study. Analysis of data was undertaken in a quantitative manner, namely in the way that counts using formulas finansiil feasibility analysis, while in the case of data analysis qualitatively in a knowing manner and analyze the implementation of effort or technical enlargement business environment in each existing businesses in the area of minapolitan and non-minapolitan. Based on research at a venture catfishes enlargement are minapolitan and non-minapolitan areas the results finansiil based on the calculation short and long term existing business at there area announced eligible to be developed. And based on these two existing business at there the states that catfishes enlargement business in minapolitan area is better than effort catfishes enlargement in non-minapolitan area. Keywords: Financial Feasibility, Catfish Enlargement Bussines, Minapolitan and Non-minapolitan Area 1 Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University, Malang
2 Lecturer of Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University, Malang
3 Lecturer of Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University, Malang
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL
USAHA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp) YANG ADA DI
KAWASAN MINAPOLITAN DAN NON-MINAPOLITAN DI KABUPATEN
TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR (Study Kasus pada Kawasan
Minapolitan Desa Gondosuli dan Kawasan Non-Minapolitan Desa
Karangrejo)”. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada
Program Studi S1 Agrobisnis Perikanan, Jurusan Sosial Ekonomi
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Univesitas Brawijaya.
Di bawah bimbingan:
1. Dr. Ir. Harsuko Riniwati, MP
2. Zainal Abidin, S.Pi., M.BA, MP
Skripsi membahas tentang kelayakan usaha pembesaran ikan lele
yang ada didua lokasi kawasan minapolitan dan kawasan non-
minapolitan berdasarkan aspek teknis, aspek finansiil dalam jangka
pendek maupun jangka panjang, kemudian dilakukan perbandingan
terhadap hasil analisis pada kedua lokasi tersebut sehingga kemudian
diketahui perbandingan dan layak atau tidaknya usaha tersebut
dijalankan kedepannya.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Semoga tulisan ini
xii
bermanfaat bagi para pembaca dan dapat diterapkan serta dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam perencanaan usaha, khususnya usaha
pembesaran ikan lele. Aamiin
Malang, Januari 2018
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL. ................................................................................................... i HALAMAN JUDUL. .................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN. ...................................................................... iii IDENTITAS TIM PENGUJI. ........................................................................ iv PERNYATAAN ORISINILITAS .................................................................. v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vi UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... vii ABSTRAK ................................................................................................. xi KATA PENGANTAR. ................................................................................. xi DAFTAR ISI. .............................................................................................. xiii DAFTAR TABEL. ....................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR. ................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN. ................................................................................ xvii 1. PENDAHULUAN. ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang. .............................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah. ..................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian. .......................................................................... 5 1.4 Kegunaan Penelitian. ..................................................................... 5
2.1 Penelitian Terdahulu. ..................................................................... 7 2.2 Karakteristik Ikan Lele. ................................................................... 9 2.3 Usaha Pembesaran Ikan Lele ........................................................ 10
2.3.1 Pemilihan Lokasi ................................................................... 11 2.3.2 Sarana Prasarana Pembesaran ............................................ 12 2.3.3 Proses Pembesaran .............................................................. 13
2.4 Kawasan Minapolitan. .................................................................... 14 2.5 Analisis Kelayakan Usaha .............................................................. 16 2.6 Kerangka Berpikir .......................................................................... 17
3. METODE PENELITIAN. ...................................................................... 18
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. ....................................................... 18 3.2 Jenis Penelitian .............................................................................. 18 3.3 Batasan Masalah. .......................................................................... 18 3.4 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 19 3.5 Populasi dan Sampel. .................................................................... 20 3.6 Metode Pengambilan Sampel ........................................................ 21 3.7 Metode Pengambilan Data. ............................................................ 22 3.8 Analisis Data. ................................................................................. 25
4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................................... 38 4.1 Sejarah Berdirinya Usaha .............................................................. 38 4.2 Letak Geografis .............................................................................. 39 4.3 Potensi Wilayah ............................................................................. 41 4.4 Keadaan Penduduk ........................................................................ 42
5. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 50
5.1 Teknis Pembesaran Ikan Lele ....................................................... 50 5.1.1 Sarana .................................................................................. 50 5.1.2 Prasarana ............................................................................. 56 5.1.3 Persiapan Kolam dan Air ...................................................... 59 5.1.4 Pembesaran Ikan Lele di Kawasan Minapolitan Desa
Gondosuli dan Kawasan Non-minapolitan Desa Karangrejo . 61 5.1.4.1 Kawasan Minapolitan ................................................ 61 5.1.4.2 Kawasan Non-minapolitan ......................................... 63
5.2 Analisis Finansiil pada Usaha Pembesaran Ikan Lele di Kawasan Minapolitan dan Non-minapolitan ................................................. 64
5.2.1 Analisis Finansiil Jangka Pendek Usaha Pembesaran Ikan Lele ............................................................................................... 65
5.2.1.1 Permodalan ............................................................... 65 5.2.1.2 Biaya Produksi .......................................................... 66 5.2.1.3 Penerimaan ............................................................... 67 5.2.1.4 RC Ratio ................................................................... 67 5.2.1.5 Keuntungan ............................................................... 68 5.2.1.6 Rentabilitas ............................................................... 68 5.2.1.7 Break Even Point ...................................................... 69
5.2.2 Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele ....................................................................................... 69 5.2.2.1 Penambahan Investasi .............................................. 69 5.2.2.2 Net Present Value ..................................................... 70 5.2.2.3 Net B/C ..................................................................... 71 5.2.2.4 Internal Rate Return .................................................. 71 5.2.2.5 Payback Period ......................................................... 72 5.2.2.6 Analisis Sensitivitas ................................................... 73
5.3 Analisis Perbandingan Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada pada Kawasan Minapolitan dan Kawasan Non-minapolitan ........... 77
5.3.1 Teknis Pembesaran .............................................................. 77 5.3.2 Aspek Finansiil ...................................................................... 80 5.4 Faktor Penghambat dan Pendukung Usaha Pembesaran Ikan
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 100 LAMPIRAN................................................................................................. 103
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai RC ratio, BC ratio, BEP, dan Payback Period pada usaha pembesaran ikan lele di Bojong Farm ............................. 8
2. Nilai RC ratio, rentabilitas, NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period pada usaha budidaya ikan lele Kelompok Gondosuli Jaya ........................................................................................... 8
3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 21 4. Keadaan Penduduk Desa Gondosuli berdasarkan Tingkat
Usia ........................................................................................... 43 5. Keadaan Penduduk Desa Gondosuli berdasarkan Tingkat
Pendidikan ................................................................................. 44 6. Keadaan Penduduk Desa Gondosuli berdasarkan Agama
yang dianut ................................................................................ 45 7. Keadaan Penduduk Desa Gondosuli berdasarkan Mata
Pencaharian ............................................................................... 46 8. Keadaan Penduduk Desa Karangrejo berdasarkan Jenis
Kelamin ...................................................................................... 46 9. Keadaan Penduduk Desa Karangrejo berdasarkan Tingkat
Usia ........................................................................................... 47 10. Keadaan Penduduk Desa Karangrejo berdasarkan Tingkat
Pendidikan ................................................................................. 48 11. Keadaan Penduduk Desa Karangrejo berdasarkan Mata
Pencaharian ............................................................................... 49 12. Peralatan usaha pembesaran ikan lele ...................................... 52 13. Prasarana usaha pembesaran ikan lele ..................................... 57 14. Perbandingan Teknis Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan ............................. 77 15. Perbandingan Analisis Finansiil Jangka Pendek Usaha
Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan ......................................................................... 81
16. Perbandingan Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan ......................................................................... 84
17. Analisis Sensitivitas Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan Asumsi Kenaikan Biaya sebesar 15% .................................................... 86
18. Analisis Sensitivitas Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan Asumsi Penurunan Benefit sebesar 13% ................................................ 87
19. Analisis Sensitivitas Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan Asumsi Biaya Naik sebesar 7% dan Benefit Turun sebesar 10% ..................... 88
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar Ikan Lele .................................................................... 10 2. Kerangka Berpikir .................................................................... 17 3. Kolam pembesaran ikan lele yang ada dikawasan
minapolitan dan non-minapolitan ............................................. 51 4. Sepeda motor pengangkut benih dan mobil bak pengangkut
hasil panen ikan lele konsumsi ................................................ 56 5. Persiapan kolam ...................................................................... 61
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Peta Lokasi Desa Gondosuli ................................................... 103 2. Peta Lokasi Desa Karangrejo .................................................. 104 3. Modal Tetap Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Minapolitan ............................................................ 105 4. Modal Lancar Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Minapolitan ............................................................ 105 5. Modal Tetap Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Non-minapolitan ..................................................... 106 6. Modal Lancar Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Non-minapolitan ..................................................... 106 7. Biaya Tetap Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Minapolitan ............................................................ 107 8. Biaya Variabel Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Minapolitan ............................................................ 107 9. Biaya Tetap Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Non-minapolitan ..................................................... 108 10. Biaya Variabel Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Non-minapolitan .................................................... 108 11. Penerimaan Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Minapolitan ............................................................ 109 12. Penerimaan Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Non-minapolitan ..................................................... 109 13. RC Ratio Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Minapolitan ............................................................ 110 14. RC Ratio Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Non-minapolitan ..................................................... 110 15. Keuntungan Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Minapolitan ............................................................ 111 16. Keuntungan Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Non-minapolitan ..................................................... 112 17. Rentabilitas Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Minapolitan ............................................................ 113 18. Rentabilitas Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Non-minapolitan ..................................................... 113 19. Break Event Point Usaha Pembesaran Ikan Lele yang
ada dikawasan Minapolitan ..................................................... 114 20. Break Event Point Usaha Pembesaran Ikan Lele yang
ada dikawasan Non-minapolitan .............................................. 114 21. Performa Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Minapolitan ............................................................ 115 22. Performa Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada
dikawasan Non-minapolitan ..................................................... 115 23. Penambahan Investasi Usaha Pembesaran Ikan Lele
yang ada dikawasan Minapolitan ............................................. 116
xviii
24. Penambahan Investasi Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Non-minapolitan ..................................... 117
25. Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan .............................. 118
26. Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Non-minapolitan ...................... 119
27. Rincian Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan pada Asumsi Kenaikan Biaya 15% .......................................... 120
28. Rincian Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan pada Asumsi Penurunan Benefit 13% ..................................... 121
39. Rincian Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan pada Asumsi Biaya Naik 7% dan Benefit Turun 10% ............... 122
30. Rincian Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Non-minapolitan pada Asumsi Kenaikan Biaya 15% ....................... 123
31. Rincian Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Non-minapolitan pada Asumsi Penurunan Benefit 13% .................. 124
32. Rincian Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Non-minapolitan pada Asumsi Biaya Naik 7% dan Benefit Turun 10% ............................................................................... 125
33. Rincian Analisis Sensitivitas Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan ............................................................................. 126
127
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan
jumlah pulau sebanyak 17.506 pulau dan keliling panjang garis pantai
mencapai 81.000 km. Total luas perairan Indonesia sekitar 5,8 juta km2
atau sekitar 75% dari total luas wilayah Indonesia. Sehingga sektor
perikanan menjadi salah satu sektor riil yang potensial di Indonesia
(Dahuri, 2003).
Besarnya potensi perikanan tersebut perlu dikelola sebaik
mungkin agar sektor perikanan baik perikanan air laut maupun perikanan
air tawar dapat menjadi andalan pemerintah sehingga mampu
meningkatkan pertumbuhan dibidang pembangunan dan perkembangan
ekonomi Indonesia serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
khususnya nelayan, pembudidaya ikan serta pelaku usaha perikanan
lainnya.
Perikanan budidaya merupakan salah satu subsektor perikanan
yang sangat menunjang dalam memenuhi kebutuhan pangan,
menciptakan lapangan kerja, serta dalam pembangunan perekonomian
daerah maupun nasional dan dapat memberikan potensi besar jika
dimanfaatkan di Negara Indonesia yang merupakan negara tropis
dimana tidak terjadi perubahan iklim secara drastis sehingga tidak
memberikan pengaruh besar pada kegiatan budidaya ikan, baik
budidaya air tawar, payau, maupun laut.
2
Di Indonesia, sektor budidaya ikan air tawar berperan penting
sebagai salah satu sumber protein bagi masyarakat. Budidaya ikan air
tawar merupakan salah satu yang penting untuk pendapatan luar negeri.
Budidaya ikan air tawar terutama ikan mas (Cyprinus carpio), ikan lele
(Clarias sp), ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan patin (Pegassius
sp) mengalami peningkatan produksi disemua negara, karena ikan-ikan
ini memiliki nilai jual bagi petani untuk mendapatkan keuntungan dengan
teknik sederhana dan investasi kecil (Masri, 2013).
Salah satu jenis komoditas perikanan air tawar yang banyak
dilakukan dan perkembanganya cukup pesat di Kabupaten Tulungagung
adalah ikan lele (Clarias sp). Permintaan pasar ikan lele sendiri sampai
sekarang terus mengalami permintaan. Kebanyakan dari ikan lele
dimanfaatkan sebagai bahan masakan, seperti pecel lele, lele goreng,
maupun pepes lele. Konsumen ikan lele pada dasarnya berasal dari
permintaan rumah tangga, warung makan, restoran, sampai usaha
tempat pemancingan. Salah satu keunggulan ikan lele adalah mudahnya
beradaptasi dengan berbagai lingkungan perairan, sehingga dalam
proses usaha pembesaran ikan lele lebih mudah dipelajari dan
dijalankan.
Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu kabupaten di
Jawa Timur yang perkembangan usaha budidaya ikan lele cukup pesat,
khususnya usaha pada pembesaran. Selain itu, Kabupaten Tulungagung
memiliki kawasan minapolitan dengan produk unggulannya yaitu ikan
lele, yang terletak di Desa Gondosuli Kecamatan Gondang berdasarkan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor :
3
35/KepMen.KP/2013. Selain kawasan minapolitan sebagai inti, terdapat
juga kawasan penyangga (hinterland) yang terdiri dari 3 kecamatan
potensi perikanan yang memiliki kaitan erat, antara lain :
1. Kecamatan Boyolangu dengan komoditas utama ikan hias
2. Kecamatan Pakel dengan komoditas utama ikan lele
3. Kecamatan Campurdarat dengan komoditas utama ikan
gurame (Handayani. S, 2016).
Selain usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan
minapolitan, terdapat banyak usaha pembesaran ikan lele yang tidak
termasuk kawasan minapolitan (non-minapolitan) yang tersebar hampir
merata diseluruh wilayah di Kabupaten Tulungagung, seperti di
Desa/Kecamatan Karangrejo. Kecamatan Karangrejo merupakan salah
satu wilayah di Kabupaten Tulungagung yang juga terdapat beberapa
pembudidaya ikan lele dan letaknya cukup jauh dari kawasan minapolitan
Gondosuli dan bukan merupakan kawasan penyangga (hinterland) dari
kawasan minapolitan sebagaimana dijelaskan dalam penelitian
Handayani. S, (2016).
Pemilihan Desa Gondosuli sebagai lokasi penelitian dikarenakan
Desa Gondosuli merupakan desa di Kabupaten Tulungagung yang telah
ditetapkan sebagai kawasan minapolitan dengan produk unggulan ikan
lele berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor : 35/KepMen.KP/2013. Sedangkan pemilihan Desa
Karangrejo sebagai kawasan non-minapolitan dikarenakan Desa
Karangrejo merupakan lokasi yang cukup berpotensi sebagai lokasi
usaha budidaya, dimana mayoritas penduduknya bermatapencaharian
4
sebagai petani serta usaha budidaya ikan lele masih belum banyak
dijalankan di kawasan ini. Hal ini menjadikan Kabupaten Tulungagung
sebagai kawasan yang sangat potensial dalam kegiatan usaha budidaya
ikan lele khususnya pada kedua kawasan tersebut, sehingga menarik
untuk dilakukan penelitian serta perbandingan terhadap profitabilitas yang
diperoleh dan kelayakan finansiil dari usaha pembesaran ikan lele yang
ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli dan kawasan non-
minapolitan Desa/Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Tulungagung, Jawa
Timur.
1.2 Perumusan Masalah
Pentingnya dilakukan penelitian terkait kelayakan finansiil usaha
pembesaran ikan lele baik yang ada dikawasan minapolitan maupun
non-minapolitan guna mengetahui apakah usaha pembesaran ikan lele
tersebut menguntungkan atau tidak, serta dapat mengetahui profitabilitas
yang dihasilkan dari kegiatan pembesaran tersebut baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Penelitian ini dapat mengetahui tingkat
kelayakan usaha pembesaran ikan lele, serta dapat membandingkan nilai
profitabilitas dan kelayakan finansiil usaha-usaha pembesaran ikan lele
yang da dikawasan minapolitan dan non-minapolitan di Kabupaten
Tulungagung. Adapun permasalahan yang akan dibahas, antara lain:
1) Bagaimana pelaksanaan teknis pembesaran ikan lele di kawasan
minapolitan dan non-minapolitan di Kabupaten Tulungagung?
2) Berapa besar profitabilitas yang dihasilkan usaha pembesaran ikan
lele di kawasan minapolitan dan non-minapolitan baik dalam jangka
pendek dan jangka panjang usaha?
5
3) Bagaimana perbandingan analisis kelayakan usaha pembesaran ikan
lele berdasarkan perhitungan analisis pada masing-masing kawasan
tersebut?
4) Apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung usaha
pembesaran ikan lele di masing-masing kawasan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan dikawasan
Minapolitan Gondosuli dan Non-minapolitan Desa Karangrejo Kabupaten
Tulungagung ini sesuai dengan dengan masalah yang telah dirumuskan
yakni:
1) Mengetahui pelaksanaan usaha pembesaran ikan lele yang ada
dikawasan minapolitan dan non-minapolitan di Kabupaten
Tulungagung.
2) Menganalisis profitabilitas usaha pembesaran ikan lele yang ada
dikawasan minapolitan dan non-minapolitan baik dalam jangka
pendek dan jangka panjang usaha.
3) Menganalisis perbandingan kelayakan usaha pembesaran ikan lele
berdasarkan perhitungan analisis profitabilitas usaha yang ada pada
masing-masing kawasan.
4) Menganalisis faktor penghambat dan faktor pendukung usaha
pembesaran ikan lele yang ada pada masing-masing kawasan.
1.4 Kegunaan
Adapun dengan dilaksanakannya penelitian ini, sehingga
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
6
1. Pengusaha
Sebagai salah satu bahan perencanaan dalam pengembangan
usaha pembesaran lele, khususnya di Kabupaten Tulungagung.
2. Akademisi (Perguruan Tinggi dan Mahasiswa)
Sebagai sumber pengetahuan atau referensi sehingga dapat
menunjang dalam menyusun penelitian-penelitian selanjutnya diwaktu
yang akan datang, terutama yang berkaitan dengan analisis
perbandingan kelayakan finansiil pada usaha pembesaran ikan lele
maupun usaha lainnya.
3. Instansi Pemerintahan
Sebagai sumber pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam
rangka meningkatkan ekonomi daerah dan kebijakan dalam
pembangunan atau pengembangan kawasan minapolitan maupun
yang bukan minapolitan melalui pemanfaatan sumberdaya yang
tersedia.
4. Masyarakat Umum
Sebagai informasi dan bahan pertimbangan untuk membuka usaha
budidaya, khususnya pembesaran ikan lele didalam maupun diluar
wilayah Kabupaten Tulungagung.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian Mahyudin. dkk, (2014), dengan Analisis
Kelayakan dan Sensitivitas Harga Input Pada Usaha Budidaya Ikan Lele
dalam Kolam Terpal di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan,
menunjukkan bahwa hasil penelitian usaha budidaya ikan lele dalam
kolam terpal layak untuk diusahakan lebih lanjut. Hasil analisis
sensitivitas terhadap kenaikan harga input dalam hal ini pakan ikan
meningkat 20%, diperoleh nilai NPV 12% sebesar Rp 87.611,919 > 0,
nilai B/C 12% = 1,86 > 1 dan nilai IRR = ~ (tidak terhingga) > dari tingkat
bunga berlaku. Dari hasil analisis sensitivitas menunjukkan walaupun
ada kenaikan pakan sebesar 20% usaha budidaya ikan dalam kolam
terpal tetap layak untuk diusahakan. Permasalahan yang ada pada
petani ikan lele dalam kolam terpal adalah: mahalnya harga pakan ikan,
rendahnya harga jual ikan, terbatasnya modal usaha, sifat kanibal dari
ikan lele dan biaya pergantian terpal yang dilakukan setiap tahun.
Penelitian Jamaludin (2015), dengan Analisis Pendapatan Usaha
Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Bojong Farm Kabupaten Bogor.
Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan aplikasi Microsoft Excel
2010. Penilaian kelayakan usaha dilakukan melalui perhitungan RC ratio,
BC ratio, Break Event Point dan Payback Period.Selain itu, dilakukan
analisis sensitivitas terhadap perubahan kenaikan biaya variabel dalam
usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di Bojong Farm. Adapun hasil
8
dari penelitian yang diperoleh dari Analisis Pendapatan Usaha
Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Bojong Farm, antara lain:
Tabel 1. Nilai RC ratio, BC ratio, BEP, dan Payback Period pada usaha pembesaran ikan lele di Bojong Farm
No. Keterangan Nilai
1 RC Ratio 1,27 2 BC Ratio 0,27 3 Break Event Point
1) Produk 2) Harga
1.177 Kg
Rp 15.687 4 Payback Period 8 siklus
Sumber: Jamaludin (2015) Berdasarkan analisis sensitivitas, kenaikan biaya variabel 7%
masih menguntungkan, tetapi pada kenaikan biaya variabel sebesar 31%
maka usaha pembesaran ikan lele di Bojong Farm akan mengalami
kerugian.
Sedangkan pada penelitian Handayani.S, (2016), dengan judul
Evaluasi Pengelolaan Budidaya Ikan Lele dalam Program
Pengembangan Kawasan Minapolitan di Desa Gondosuli Kecamatan
Gondang Kabupaten Tulungagung, hasil analisis kelayakan usaha pada
kelompok “Gondosuli Jaya” menguntungkan dan layak untuk dijalankan
dengan perhitungan antara lain :
Tabel 2. Nilai RC ratio, rentabilitas, NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period pada usaha budidaya ikan lele kelompok “Gondosuli Jaya”
No. Keterangan Nilai
1 RC Ratio 1,26 2 Rentabilitas 26% 3 NPV Rp 68.163.877.662,879 4 Net B/C 9,82% 5 IRR 17% 6 Payback Period 2 tahun, 9 bulan, 5 hari
Sumber: Handayani (2016)
9
Adapun asumsi dalam analisis sensitivitas yang digunakan, yaitu;
biaya naik 15,60% dan benefit turun 8,50%, lalu biaya naik 26,35% dan
benefit turun 20,85% dengan hasil usaha budidaya ikan lele kelompok
“Gondosuli Jaya” layak dijalankan dalam 10 tahun kedepan.
2.2 Karakteristik Ikan Lele
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu
spesies ikan yang berasal dari Afrika dan telah dikembangbiakan dengan
perkawinan silang sehingga saat ini terdapat berbagai macam nama ikan
lele dari persilangan lele dumbo seperti lele sangkuriang, lele phyton, lele
masamo dan lainnya (Notohatmojo, 2013).
Menurut Lukito (2012) dalam Jamaludin (2015), morfologi ikan lele
memiliki tubuh memanjang, bekulit licin, berlendir dan tidak bersisik.
Bentuk kepala lonjong menggepeng dengan mulut melebar dan
mempunyai empat pasang sungut. Ikan lele memiliki sepasang sirip
dada yang terdapat duri keras yang digunakan sebagai pertahanan diri
dan kadang-kadang juga digunakan untuk berjalan dipermukaan tanah.
Bagian rongga insang terdapat alat pernapasan tambahan yang
berbentuk seperti batang pohon yang dipenuhi dengan kapiler darah.
Menurut Lukito (2012), ikan lele dapat hidup di lingkungan yang
kualitas airnya sangat jelek. Kualitas air yang baik bagi pertumbuhan
ikan lele yaitu dengan kandungan oksigen terlarut sekitar 6 ppm,
karbondioksida sekitar 12 ppm dengan kisaran suhu antara 24oC-26oC
dan kecerahan air maksimum 30 cm. Ikan lele dikenal aktif pada malam
hari. Di siang hari ikan ini lebih banyak berdiam didalam lubang atau
10
tempat yang tenang dan aliran air tidak terlalu keras. Adapun klasifikasi
dari ikan lele (Clarias sp.) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus Burchell (Djatmika et al, 1986 dalam
Aji, 2009).
Gambar 1. Ikan lele (Clarias sp.) Sumber: Data Primer, 2017
2.3 Usaha Pembesaran Ikan Lele
Menurut Murtidjo (1992) dalam Primyastanto (2011), usaha
budidaya perikanan merupakan kegiatan manusia dalam mengusahakan
peningkatkan produksi ikan dengan memanfaatkan keahlian serta
kemampuan dengan cara memindahkan ikan dari habitat aslinya kedalam
tempat tertentu yang dikondisikan dan disesuaikan dengan kondisi alam
atau habitat aslinya sehingga cocok bagi ikan tersebut.
Berbeda dengan penangkapan, produksi dari budidaya perikanan
diperoleh melalui kegiatan pemeliharaan biota akuatik dalam wadah dan
11
lingkungan terkontrol. Kegiatan pemeliharaan tersebut (sesuai dengan
tujuannya) mencakup pembenihan dan pembesaran. Dalam perikanan
tangkap produksi diperoleh dengan cara memanen (berburu) biota
akuatik dari alam tanpa pernah memelihara. Budidaya perikanan,
bersama-sama dengan perikanan tangkap dan pengolahan perikanan
merupakan tulang punggung sektor perikanan dalam menyediakan
pangan dan sumber protein bagi manusia (Effendi, 2012).
Menurut Gunawan (2016), kegiatan budidaya ikan lele meliputi
pemilihan lokasi, persiapan sarana produksi, dan proses budidaya
tersebut. Supaya proses budidaya lele berjalan lancar, dibutuhkan
sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dibidang budidaya lele
atau setidaknya pernah mengikuti pelatihan tentang budidaya ikan lele,
sehingga kompeten dan tidak menghambat kegiatan usaha budidaya.
2.3.1 Pemilihan Lokasi
Menurut Asauri (1980) dalam Primyastanto (2011), penentuan
lokasi bertujuan untuk memperlancar, efektivitas dan efisiensi kegiatan
produksi. Sehingga dalam penentuan lokasi perlu diperhatikan faktor-
faktor yang mempengaruhi besarnya biaya produksi dan biaya distribusi
dari barang-barang atau jasa yang dihasilkan sehingga dapat menekan
biaya-biaya tersebut seminimal mungkin. Lokasi merupakan faktor
penting dalam budidaya ikan lele karena menjadi tempat dari segala
aktivitas terkait usaha budidaya ikan lele, mulai dari persiapan budidaya
ikan lele sampai kegiatan pemanenan. Lokasi usaha yang strategis
mampu mengoptimalkan proses budidaya, sehingga hasil produksi yang
dihasilkan juga optimal. Pemilihan lokasi yang tidak tepat dapat menjadi
12
masalah serius dan menyebabkan kegagalan pada usaha budidaya.
Adapun pemilihan lokasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Ketersediaan sumber air yang memadai,
2. Suhu dan ketinggian lokasi sesuai,
3. Jenis tanah cocok,
4. Sinar matahari terpenuhi,
5. Lingkungan yang menunjang,
6. Aspek teknis dan SDM yang mendukung (Gunawan, 2016).
2.3.2 Sarana Prasarana Pembesaran
Sarana dan prasarana merupakan fasilitas-fasilitas yang sangat
perlu diperhatikan oleh para pelaku budidaya ikan lele dan berpengaruh
terhadap keberhasilan usaha budidaya ikan lele. Salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya ikan lele adalah tersedianya
fasilitas yang sesuai dan memadai (Gunawan, 2016).
Menurut Dzulfikri (2016), sarana yang digunakan dalam usaha
pembesaran ikan lele antara lain: Kolam berbahan beton atau terpal,
peralatan penunjang atau perlengkapan usaha pembesaran ikan lele,
serta sarana transportasi pengangkut. Sedangkan prasarana dalam
melakukan kegiatan usaha pembesaran ikan lele antara lain: akses jalan,
sistem pengairan, listrik dan alat komunikasi.
Peralatan penunjang atau perlengkapan harus tersedia dalam
jumlah yang cukup sehingga tidak menghambat aktivitas pembesaran.
Adapun perlengkapan yang diperlukan diantaranya pompa air, selang,
serokan, baskom/bak penampungan dan bak sortir, tabung oksigen,
wadah jerigen atau plastik, serta senter untuk alat penerangan. Selain
13
itu, pada usaha pembesaran ikan lele yang dilakukan jauh atau terpisah
dari tempat tinggal perlu adanya saung jaga, dimana saung jaga dapat
menjadi tempat serba guna yang dapat digunakan sebagai tempat
istirahat, tempat penyimpanan pakan, maupun tempat pertemuan atau
diskusi dengan pengunjung (Gunawan, 2016).
2.3.3 Proses Pembesaran Ikan Lele
Berdasarkan manajemen rantai agribisnis, usaha budidaya dapat
digolongkan menjadi tiga tahap, yaitu usaha pembenihan, usaha
pendederan, dan usaha pembesaran. Pada masing-masing tahapan
tersebut memiliki kegiatan atau penanganan yang berbeda-beda dan bila
dijumlahkan keseluruhan pada tahapan pembenihan sampai dengan
panen konsumsi memiliki waktu yang panjang, sehingga banyak pelaku
usaha yang hanya menjalankan salah satu tahapan budidaya tersebut
dengan intensitas tinggi dengan tujuan usaha yang dijalankan lebih
cepat, efisien, dan efektif (Primyastanto, 2011).
Menurut Gunawan (2016), tahap pembesaran merupakan
pemeliharaan benih ikan untuk kemudian dihasilkan ikan siap konsumsi.
Ukuran ikan lele siap konsumsi dipasaran yaitu 6-10 ekor tiap satu
kilogramnya dengan waktu panen relatif antara 45-90 hari tergantung
ukuran benih pada saat ditebar pada kolam pembesaran. Tahap
pembesaran merupakan segmen budidaya yang paling besar total biaya
operasionalnya, khususnya pakan serta paling lama siklus atau masa
panennya dibandingkan segmen budidaya pembenihan maupun
pendederan. Adapun proses produksi pada tahap pembesaran antara
lain:
14
a. Pemilihan lokasi
b. Pembuatan dan persiapan media budidaya
c. Penyediaan dan pemilihan benih
d. Perawatan benih
e. Panen dan penanganan hasil panen (Primyastanto, 2011).
2.4 Kawasan Minapolitan
Menurut Wiadnya (2011), minapolitan merupakan sebuah proses
yang dinamis dan siklis dengan karakteristik dasar pendekatan multi-
sektor yang saling terintegrasi satu dengan yang lain. Implementasi dari
minapolitan harus selalu dievaluasi (melalui alat monitoring) untuk
mengukur setiap keberhasilan atau kegagalan dari program yang
dijalankan. Hasil dari monitoring harus bisa digunakan sebagai dasar
bagi pengelola untuk memperbaiki setiap rencana aksi (implementasi)
berikutnya.
Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang
mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi,
3) Keadaan Penduduk Desa Karangrejo berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, keadaan penduduk Desa
Karangrejo mayoritas adalah tamat SMA/sederajat dengan jumlah 1.023
orang atau sebesar 33,5%, kemudian jenjang pendidikan SMP/sederajat
yang berjumlah 714 jiwa atau 23,4%, tamat jenjang SD/sederajat
sebanyak 451 atau sebesar 14,7%. Ada juga jenjang pendidikan tingkat
TK, diploma, strata 1 hingga strata 3, sampai tidak pernah mengenyam
48
pendidikan. Adapun keadaan penduduk Desa Karangrejo berdasarkan
tingkat pendidikan dijelaskan secara rinci pada tabel 10.
Tabel 10. Data Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Karangrejo
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)
Presentase (%)
1 Penduduk usia 10 tahun ke atas yang buta huruf
-- -
2 Penduduk belum/tidak tamat SD / Sederajat 502 16,45
3 Penduduk tamat SD / Sederajat 451 14,78
4 Penduduk tamat SMP / Sederajat 714 23,39
5 Penduduk tamat SMA / Sederajat 1.023 33,52
6 Penduduk tamat D-3 117 3,83
7 Penduduk tamat S-1 228 7,47
8 Penduduk tamat S-2 14 0,46
9 Penduduk tamat S-3 3 0,10
Total 3.052 100
Sumber : Profil Desa Karangrejo, 2016
Jika dilihat dari tingginya jumlah tingkat pendidikan penduduk tamat
SMA, SMP dan SD yang lebih besar daripada jumlah tingkat pendidikan
penduduk yang tamat diploma ataupun strata 1 menandakan kualitas
SDM pada wilayah tersebut masih kurang, hal ini dikarenakan semakin
tingginya tingkat pendidikan maka semakin tinggi kualitas Sumberdaya
Manusia.
4) Keadaan Penduduk Desa Karangrejoberdasarkan Mata
Pencaharian
Terdapat banyak jenis mata pencaharian yang ada di Desa
Karangrejo yang dikelompokkan dalam jenis mata pencaharian lainnya,
seperti mekanik, pembantu rumah tangga, sopir, pengacara, pensiunan,
dan sebagainya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Kelompok
jenis pekerjaan sebagai buruh tani mendominasi sebanyak 640 jiwa atau
21% adalah buruh tani dan mata pencaharian petani sebanyak 458 jiwa
49
atau sebesar 15%, dimana mata pencaharian tersebut lebih banyak
dibandingkan dengan kelompok mata pencaharian lainnya.
Tabel 11. Data Penduduk Desa Karangrejo berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Belum/tidak bekerja 418 13,70
2 Petani 458 15,01
3 Buruh Tani 640 20,97
4 Pegawai Negeri Sipil 102 3,34
5 Industri Rumah Tangga 7 0,23
6 Pedagang 35 1,15
7 Peternak 41 1,34
8 Tukang 29 0,95
9 TNI 14 0,46
10 POLRI 28 0,92
11 Wiraswasta 132 4,33
12 Karyawan 173 5,67
13 Pelajar/mahasiswa 762 24,97
14 Lain-lain 213 6,98
Total 3.052 100,0
Sumber : Profil Desa Karangrejo, 2016
Sedangkan pada kelompok mata pencaharian sebagai industri
rumah tangga merupakan kelompok mata pencaharian yang paling
sedikit ditekuni, yaitu sebanyak 7 orang atau sebesar 0,23% dari seluruh
penduduk Desa Karangrejo. Kemudian terdapat kelompok mata
pencaharian lain-lain, yaitu sebanyak 213 orang atau sebesar 7% dari
jumlah keseluruhan penduduk karangrejo. Selain kelompok mata
pencaharian tenaga kerja juga terdapat kelompok mata pencaharian non-
tenaga kerja, antara lain pelajar atau mahasiswa sebanyak 762 orang
atau sebesar 25% dari jumlah penduduk keseluruhan dan kelompok
belum/atau tidak bekerja sebanyak 418 orang atau sebesar 13,7%
dikarenakan masih belum usia kerja, belum memperoleh pekerjaan, atau
sudah lansia.
50
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Teknis Pembesaran Ikan Lele
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), aspek teknis merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan perusahaan atau seorang pelaku usaha untuk
mempersiapkan apa saja yang perlu dilakukan dalam menjalankan
usahanya meliputi penentuan lokasi, kapasitas produksi, penentuan
layout, serta kesiapan alat-alat atau sarana dan prasarana yang
digunakan. Adapun aspek teknis pada usaha pembesaran ikan lele
antara lain sarana dan prasarana pembesaran, persiapan kolam,
pemberian pakan, pengendalian hama, dan pemanenan.
5.1.1 Sarana
Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat
utama maupun alat bantu untuk mencapai suatu tujuan. Adapun sarana
yang diperlukan dalam usaha pembesaran ikan lele yaitu lokasi, kolam,
peralatan yang digunakan, dan transportasi.
1) Lokasi
Lokasi yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan lele antara
lain kawasan minapolitan Desa Gondosuli Kecamatan Gondang
Kabupaten Tulungagung dan kawasan non-minapolitan Desa/Kecamatan
Karangrejo Kabupaten Tulungagung. Letak kedua lokasi tersebut juga
tidak jauh dari pusat kota Tulungagung, sekitar 6 km dari pusat kota. Hal
ini menjadikan kegiatan pemasaran dan distribusi pakan maupun
peralatan menjadi mudah dan terjangkau. Sehingga mendukung
kegiatan usaha pembesaran ikan lele pada masing-masing lokasi
51
tersebut. Hal ini sependapat dengan Assauri (1980) dalam Primyastanto
(2011), dimana penentuan lokasi bertujuan untuk memperlancar,
efektivitas, dan efisiensi kegiatan produksi.
2) Kolam
Kolam yang digunakan pada kedua lokasi usaha pembesaran ikan
lele masing-masing ukurannya relatif sama, yaitu berukuran 4m x 10m x
1m dengan jenis kolam terpal dan beton. Pada lokasi usaha pembesaran
ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Gondosuli, kolam yang
digunakan untuk usaha pembesaran ikan lele sebanyak 20 kolam yang
terbuat dari terpal. Sedangkan pada lokasi kawasan non-minapolitan
Karangrejo kolam yang digunakan sebanyak 20 kolam, yaitu 12 kolam
terpal dan 8 kolam beton, 14 kolam untuk usaha pembesaran dan 6
kolam untuk usaha pendederan (suplier benih). Pada sisi setiap kolam
yang ada dimasing-masing kawasan terdapat saluran masuk air (inlet)
dan saluran keluar air (outlet) untuk sirkulasi air kolam.
Gambar 3. a) kolam pembesaran yang ada dikawasan minapolitan, b) kolam pembesaran yang ada dikawasan non-minapolitan
a) b) sumber : Data Primer, 2016
3) Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam usaha pembesaran pada masing-
masing kawasan cenderung sama dan sudah bisa dikatakan layak
karena cukup memadai dalam kegiatan pembesaran ikan lele pada tiap-
52
tiap kawasan walaupun tergolong masih sederhana. Adapun peralatan-
peralatan tersebut adalah pompa, seser, pipa paralon, ember, bak
sortasi, keranjang, jerigen, timbangan, jaring paranet, dan sebagainya.
Tabel 12. Peralatan kegiatan pembesaran ikan lele
No. Alat Fungsi Gambar
1 Pompa air Untuk memompa air dari sumur ke kolam
2 Seser besar Untuk menjaring induk ikan atau ukuran konsumsi
3 Seser kecil Untuk menjaring benih ikan
4 Ember besar Sebagai wadah induk/benih sebelum dipindahkan ke kolam yang lain
53
No. Alat Fungsi Gambar
5 Ember kecil Sebagai wadah pakan ikan lele
6 Bak sortasi Untuk menyeleksi benih ikan ukuran tertentu
7 Keranjang Sebagai wadah ikan lele saat dipanen
8 Jerigen Sebagai wadah ikan lele untuk diangkut ke suatu tempat
9 Pengangkut
jerigen/keran
jang
Untuk mengangkut jerigen atau keranjang wadah ikan lele
Tabel 12. Peralatan kegiatan pembesaran ikan lele (lanjutan)
54
No. Alat Fungsi Gambar
10 Pipa paralon Sebagai sarana sirkulasi air kolam
11 Kakaban Sebagai tempat menempelnya telur ikan lele
12 Timbangan Untuk mengukur berat ikan pada jumlah tertentu
13 Jaring
penutup
Untuk menutupi kolam dari predator/hama dan sinar matahari langsung
14 Gerobak
dorong
Untuk mengangkut sak pakan ikan lele
Tabel 12. Peralatan kegiatan pembesaran ikan lele (lanjutan)
55
No. Alat Fungsi Gambar
15 Corong air Untuk memudahkan memasukkan/memindahkan benih ikan dari bak ke jerigen
16 Kabel Sebagai sarana kelistrikan
17 Lampu Sebagai sarana penerangan kolam saat malam hari
Sumber : Data Primer, 2017
4) Transportasi
Transportasi merupakan salah satu proses dari penanganan pada
bahan baku maupun hasil panen. Transportasi diperlukan untuk
mengangkut benih ataupun hasil panen untuk didistribusikan kepada
tengkulak maupun konsumen langsung. Pada usaha pembesaran ikan
lele dikedua kawasan, proses transportasi dilakukan pada saat
pengadaan benih dan pemanenan ikan lele dengan sarana transportasi
Tabel 12. Peralatan kegiatan pembesaran ikan lele (lanjutan)
56
berupa truk atau mobil bak terbuka (pick-up) milik pemborong tergantung
sesuai jumlah muatan benih atau hasil panen yang diangkut.
Gambar 4. a) sepeda motor sebagai sarana pengangkut benih ikan lele, b) mobil bak terbuka sebagai sarana pengangkut ikan lele
konsumsi
a) b) Sumber : Data Primer, 2017
5.1.2 Prasarana
Prasarana merupakan sesuatu yang penting dalam berbagai usaha,
khususnya pembesaran ikan lele, dimana prasarana tersebut sebagai
penunjang jalannya sarana-sarana yang ada dalam kegiatan pembesaran
ikan lele tersebut, sehingga kegiatan usaha dapat berlangsung dengan
lancar. Adapun prasarana yang diperlukan dalam usaha pembesaran
ikan lele yang ada pada masing-masing kawasan meliputi sumber air,
akses jalan, instalasi listrik, jaringan informasi dan komunikasi. Hal
tersebut juga sesuai dengan penelitian Dzulfikri (2016), yang
menjelaskan prasarana dalam kegiatan pembesaran ikan lele dumbo di
Desa Gelang antara lain jalan, sistim pengairan, listrik, dan alat kounikasi.
57
Tabel 13. Prasarana kegiatan pembesaran ikan lele
No. Prasarana Fungsi Gambar
1 Sumber air Menyediakan
pasokan air sebagai prasarana untuk menunjang kehidupan ikan lele mulai dari benih hingga induk lele.
2 Akses
jalan
Memprasaranai aksesibilitas lokasi usaha pembesaran sehingga memudahkan pengunjung/pembeli untuk menuju lokasi usaha pembesaran ikan lele
3 Instalasi
listrik
Sebagai prasarana yang menunjang kelistrikan untuk kegiatan pengisian air, penerangan saat malam, dan peralatan penunjang yang menggunakan energi listrik (elektronik)
4 Jaringan
informasi
dan
komunikasi
Sebagai penunjang jaringan informasi mengenai informasi pasar dan teknis serta komunikasi antar pembudidaya, pembeli, maupun pemerintah terkait
Sumber : Data Primer, 2017.
58
1) Sumber air
Sumber air merupakan komponen terpenting dalam kegiatan
budidaya ikan karena berkaitan dengan kelangsungan hidup ikan mulai
telur, benih hingga induk ikan. Pada usaha pembesaran ikan lele yang
ada dimasing-masing kawasan, sumber air yang digunakan berasal dari
sumur atau air tanah. Penggunaan air sumur sebagai sumber air
dikarenakan air sumur lebih stabil dan terjamin daripada menggunakan
air sungai atau sawah.
2) Akses jalan
Akses jalan merupakan keadaan jalan menuju lokasi tertentu
(aksesibilitas) yang menunjukkan sulit atau mudahnya suatu lokasi
tertentu dapat ditempuh, serta terjangkau atau tidaknya suatu sarana
transportasi tertentu menuju lokasi tersebut. Pada usaha pembesaran
ikan lele yang ada dikedua kawasan tersebut memiliki akses jalan yang
hampir sama, kedua lokasi memiliki jarak dan waktu tempuh yang hampir
sama menuju pusat kota. Pada lokasi usaha pembesaran ikan lele yang
ada dikawasan non-minapolitan Desa Karangrejo memiliki akses jalan
yang lebih baik daripada kawasan minapolitan Gondosuli, dikarenakan
akses jalan berada ditepi jalan desa dan hanya berjarak 200 m dari jalan
raya alternatif Tulungagung-Kediri, serta kondisi aspal jalan juga lebih
baik daripada kawasan minapolitan Gondosuli. Kawasan minapolitan
Desa Gondosuli terletak agak pelosok sekitar 3-4 km dari jalan raya
Tulungagung-Trenggalek. Selain itu, akomodasi benih dari Pare dan
hasil panen ke wilayah Kediri, Nganjuk, Surabaya maupun kota lainnya
lebih mudah dari Desa Karangrejo
59
3) Instalasi listrik
Instalasi listrik merupakan prasarana yang sangat menunjang dalam
usaha pembesaran ikan lele yang ada pada masing-masing kawasan.
Selain sebagai sumber energi untuk alat-alat elektronik dan penerangan,
listrik juga digunakan untuk menghidupi pompa air sehingga sangat
penting dalam menunjang kehidupan ikan pada usaha pembesaran.
Adapun usaha pembesaran ikan lele yang ada pada masing-masing
kawasan menggunakan daya listrik sebesar 900 kWh.
4) Jaringan informasi dan komunikasi
Jaringan informasi dan komunikasi merupakan prasarana yang
menunjang bagi pemilik usaha untuk memperoleh informasi dan
melakukan komunikasi dengan rekan bisnis dalam usaha yang dijalankan
untuk dapat membantu dalam memperoleh keuntungan. Pemilik usaha
yang ada pada kedua kawasan menggunakan handphone sebagai
sarana komunikasi untuk dapat berkomunikasi dengan pembeli maupun
pengepul atau tengkulak serta saling bertukar informasi untuk
mendapatkan informasi seputar budidaya ikan lele dan informasi harga
dan pasar.
5.1.3 Persiapan Kolam dan Air
Persiapan kolam merupakan hal yang sangat penting dilakukan
sebelum melakukan kegiatan budidaya ikan lele, baik pembenihan
maupun pembesaran. Perlu diperhatikan kolam yang akan digunakan
sebagai tempat dan keadaan air yang akan digunakan sebagai media
budidaya agar proses budidaya dapat berlangsung optimal.
60
Persiapan kolam yang pertama kali dilakukan yaitu membersihkan
dan mengeringkan kolam yang akan digunakan sebagai tempat
penebaran benih ikan lele pada usaha pembesaran ikan lele. Kolam
yang dipersiapkan jumlahnya bervariasi, tergantung pada kebutuhan,
jumlah benih yang ditebar dengan kapasitas padat tebarnya.
Pengeringan dilakukan dengan cara membuka pipa pintu pengeluaran air
bagian bawah atau bagian dalam kolam sampai air dalam kolam terkuras
habis, kemudian dinding dan dasar kolam dibersihkan dari endapan
kotoran, hama air serta lumut dengan menggunakan sikat atau gosokan
dan kemudian dibilas dengan air bersih sampai endapan hanyut keluar.
Pengeringan bertujuan untuk memperbaiki kualitas kolam serta
menormalkan keadaan kolam dari hama maupun sisa-sisa kotoran yang
terdapat dalam kolam. Setelah kolam dikeringkan lalu dibiarkan selama
1-2 hari dan kemudian dipasang pipa pintu pengeluaran air.
Luas kolam sangat berpengaruh terhadap tingginya kapasitas
padat tebar. Sebelum penebaran benih pada kolam, dilakukan
pemupukan dan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2. Pengapuran
dilakukan dengan tujuan meningkatkan pH air agar pertumbuhan benih
ikan dapat optimal serta membunuh bibit penyakit yang ada pada kolam
tersebut. Sedangkan pemupukan bertujuan untuk meningkatkan
ketersediaan sumber nutrisi anorganik yang dapat merangsang
pertumbuhan plankton. Setelah dilakukan pengisian air kolam, kolam
didiamkan sekitar kurang lebih 3-4 hari dan setelah itu baru benih ikan
lele ditebar pada kolam tersebut.
61
Gambar 5. Persiapan kolam
Sumber : Data Primer, 2017.
5.1.4 Proses Pembesaran Ikan Lele di Kawasan Minapolitan Desa
Gondosuli dan Non-minapolitan Desa/Kec. Karangrejo
5.1.4.1 Kawasan Minapolitan
1) Pemilihan benih
Benih yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat. Adapun
ciri-ciri benih yang sehat yaitu gerakannya lincah, tidak terdapat cacat
fisik, bebas dari penyakit, dan gerak renangnya normal. Benih yng sehat
cenderung pola makannya juga normal. Pada usaha pembesaran ikan
lele yang ada dikawasan minapolitan Gondosuli,benih ikan lele diperoleh
dari Pare, Kabupaten Kediri dengan ukuran benih yang ditebar yaitu 4-5
cm. Setelah dilakukan pemilihan benih, benih yang sudah dipilih
kemudian ditebar pada kolam pembesaran.
2) Pemeliharaan dan pembesaran benih
Dalam pemeliharaan benih diperlukan waktu kurang lebih 2-3
bulan sampai benih ikan lele dipanen pada ukuran konsumsi. Pada
usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Gondosuli,
kolam yang digunakan yaitu kolam terpal dengan ukuran 4 x 10 m
dengan tinggi air 1 meter sebanyak 20 petak kolam khusus usaha
62
pembesaran ikan lele dengan padat tebar 200 ekor/m2. Penebaran benih
dilakukan sebanyak sekitar 16.000 ekor tiap 2 minggu sekali. Pemberian
pakan dilakukan setiap pagi dan sore hari. Sedangkan sirkulasi air pada
siang hingga sore. Pengendaliaan hama dan penyakit dilakukan dengan
melakukan pengecekan setiap hari. Adapun penyakit yang timbul pada
usaha ikan lele biasanya adalah penyakit luka-luka pada permukaan kulit
yang disebabkan oleh bakteri aeromonas sp. Tindakan pencegahan
dampak terhadap penyakit tersebut dengan cara pemberian garam
sebanyak 2 ons/m2 serta memisahkan ikan lele yang sudah mengalami
luka-luka tersebut dengan ikan lele yang belum terkena penyakit tersebut.
3) Pemanenan dan pasca panen
Kegiatan pemanenan dilakukan saat ikan lele sedah mencapai
ukuran konsumsi atau sudah 2-3 bulan dari benih ikan lele tersebut
ditebar dengan ukuran size relatif sesuai permintaan pasar. Sebelum
pemanenan ikan dipuasakan terlebih dahulu selama 1 hari, supaya saat
dipanen ikan tidak muntah. Air kolam dikurangi hingga sekitar setengah
kolam agar memudahkan proses pengangkatan ikan. Pada usaha
pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Gondosuli,
pemanenan biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari setiap 2-3
minggu sekali dengan hasil panen mencapai 9-12 kuintal. Size ikan lele
yang dipanen adalah 8-12 ekor/kg. Adapun per 1 kilogramnya ikan lele
dihargai sebesar Rp 13.500,-. Pemanenan dilakukan dengan cara
mendatangkan pemborong ketempat usaha sehingga buruh angkat dan
perlengkapan panen sedah ditanggung oleh pemborong. Setelah ikan
dipanen semua, kolam dikeringkan dan dibersihkan agar bersih dari
63
kuman-kuman dan kotoran untuk kemudian dilakukan kegiatan siklus
pembesaran ikan lele selanjutnya.
5.1.4.2 Kawasan Non-minapolitan
1) Pemilihan benih
Benih yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat. Adapun
ciri-ciri benih yang sehat yaitu gerakannya lincah, tidak terdapat cacat
fisik, bebas dari penyakit, dan gerak renangnya normal. Benih yng sehat
cenderung pola makannya juga normal. Pada usaha pembesaran ikan
lele yang ada dikawasan non-minapolitan Desa Karangrejo, benih ikan
lele diperoleh dari Pare, kabupaten Kediri dan juga dari hasil usaha
pembenihan ikan lele yang dilakukan ditempat tersebut.
2) Pemeliharaan dan pembesaran benih
Pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-
minapolitan, kolam yang digunakan yaitu kolam terpal dengan ukuran
4x10 m dengan ketinggian air 1,5 meter sebanyak 14 petak dengan padat
tebar 275 ekor/m2ukuran 6-7 cm. Penebaran benih dilakukan sebanyak
sekitar 22.000 ekor tiap 2 minggu sekali. Pemberian pakan dilakukan
setiap pagi dan sore hari. Sedangkan sirkulasi air dilakukan pada pagi
hingga sore hari.
Pengendaliaan hama dan penyakit dilakukan dengan melakukan
pemasangan jaring-jaring pada tiap pinggiran lokasi usaha pembesaran
serta pengecekan setiap hari. Adapun penyakit yang timbul pada usaha
ikan lele biasanya adalah penyakit luka-luka pada permukaan kulit yang
disebabkan oleh bakteri aeromonas sp. Tindakan pencegahan dampak
terhadap penyakit tersebut dengan cara pemberian obat methyl biru dan
64
supertetra yang dilarutkan pada air kemudian dimasukkan ke kolam
dengan takaran 1 ember kecil serta memisahkan ikan lele yang sudah
mengalami luka-luka tersebut dengan ikan lele yang belum terkena
penyakit tersebut.
3) Pemanenan dan pasca panen
Pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-
minapolitan, pemanenan biasanya dilakukan pada pagi hari setiap 2
minggu sekali saat ikan lele mencapai umur 2-3 bulan dari benih ukuran
6-7 sampai ukuran konsumsi dengan hasil panen mencapai 10-12 kuintal.
Size ikan lele yang dipanen adalah 10-12 ekor/kg. Adapun per 1
kilogramnya ikan lele dihargai sebesar Rp 13.500,-.
Sebelum dipanen biasanya ikan lele sengaja tidak diberi makan
atau dipuasakan agar ikan tidak muntah saat dilakukan pengangkatan,
serta mengurangi penggunaan pakan yang harganya lumayan mahal
bagi para pembudidaya ikan. Pemanenan dilakukan dengan cara
mendatangkan pemborong ketempat usaha sehingga buruh angkat dan
perlengkapan panen sedah ditanggung oleh pemborong. Setelah ikan
dipanen semua, kolam dikeringkan dan dibersihkan agar bersih dari
kuman-kuman dan kotoran untuk kemudian dilakukan kegiatan siklus
budidaya pembesaran ikan lele selanjutnya.
5.2 Analisis Profitabilitas pada Usaha Pembesaran Ikan Lele
yang ada dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan
Analisis profitabilitas atau analisis finansiil memegang peran yang
sangat penting sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan
keputusan dalam suatu studi kelayakan bisnis atau usaha yang
65
dijalankan. Sependapat dengan Riyanto (1995), yang menyatakan
bahwa aspek finansiil dari suatu usaha merupakan inti pembahasan yang
bertujuan mengetahui keuntungan usaha yang akan/sedang berjalan.
Analisis profitabilitas dibagi menjadi analisis jangka pendek dan analisis
jangka panjang (invertment criteria).
5.2.1 Analisis Jangka Pendek Usaha
Aspek finansiil jangka pendek pada usaha pembesaran ikan lele
yang ada dikawasan minapolitan dan non-minapolitan terdiri dari:
(untung), Keuntungan TR > TC (untung), dan rentabilitas R > i (layak).
Sedangkan berdasarkan analisis finansiil jangka panjang, usaha
pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan dan kawasan
non-minapolitan adalah layak, karena usaha tetap dapat dijalankan
97
berdasarkan penilaian NPV bernilai positif sangat besar, Net B/C lebih
dari 1, IRR sangat besar diatas nilai suku bunga deposito, PP, dan
analisis sensitivas.
3. Analisis perbandingan kelayakan usaha:
a. Aspek teknis usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan
minapolitan lebih memadahi daripada kawasan non-minapolitan,
karena ditunjang oleh jenis pakan yang berkualitas serta sesuai
dengan grade ikan lele, pemberian sirkulasi air yang teratur,
pengendalian hama dan penyakit yang terkontrol, dan pengaturan
pada tebar ikan per kolam yang diperhitungkan.
b. Aspek finansiil pada jangka pendek usaha pembesaran ikan lele
yang ada dikawasan minapolitan lebih menguntungkan dibanding
kawasan non-minapolitan, hal ini dipengaruhi olehn nilai R/C dan
rentabilitas yang diperoleh pada kawasan minapolitan lebih besar.
Sedangkan pada analisis jangka panjang dalam keadaan normal
usaha pada kawasan non-minapolitan lebih layak dijalankan
karena nilai IRR yang lebih besar dan PP lebih cepat.
c. Perbandingan analisis sensitivitas dengan asumsi kenaikan biaya
22%, asumsi penurunan benefit 15%, dan asumsi biaya naik 7%
diiringi benefit turun 10% diperoleh hasil usaha pada kawasan non-
minapolitan sangat sensitif terhadap terjadinya kenaikan biaya
maupun penurunan benefit, sehingga usaha pada kawasan
minapolitan lebih layak untuk dikembangkan.
4. Faktor pendukung pada usaha pembesaran ikan lele di kawasan
minapolitan dan kawasan non-minapolitan adalah dari segi aspek
98
teknis, yaitu lokasi usaha yang strategis, ketersediaan sumber air,
mudah memperoleh benih ikan lele, akses transportasi mudah dilalui
dan dengan dengan pusat kota, serta dari aspek pemasaran
permintaan konsumen terhadap ikan lele masih tinggi. Sedangkan
faktor penghambat dari aspek teknis seperti cuaca, hama dan penyakit
yang menyerang ikan lele, dan mahalnya harga pakan serta
keterbatasan modal usaha. Sedangkan dari aspek pemasaran harga
jual ikan lele mudah berubah.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini didapatkan
beberapa hal yang dapat dijadikan saran, antara lain :
1) Pada aspek teknis usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan
non-minapolitan Desa Karangrejo disarankan dapat lebih mengurangi
padat tebar ikan lele setiap kolam sehingga ruang gerak ikan tidak
terlalu terbatasi dan mengantisipasi tingginya kemungkinan terjadi
kanibalisme dan berkurangnya kualitas air kolam, serta menggunakan
jenis pakan yang sesuai dengan kebutuhan ikan lele ukuran benih
hingga siap konsumsi untuk mengoptimalkan hasil panen. Sehingga
mengacu pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan
minapolitan Desa Gondosuli.
2) Melihat dari hasil analisis finansiil pada kedua usaha pembesaran
yang ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli dan non-
minapolitan Desa Karangrejo yang dinyatakan layak untuk dijalankan,
maka saran penulis untuk pelaku usaha pembesaran ikan lele pada
masing-masing kawasan untuk melakukan pengembangan usaha
99
dengan melakukan penambahan input produksi, pembenahan sarana
penunjang, serta menambah jumlah tenaga kerja agar dapat
memperoleh profit yang optimal.
3) Berdasarkan analisis perbandingan kelayakan usaha pembesaran
ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli dan non-
minapolitan Desa Karangrejo yang diperoleh kesimpulan bahwa
usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan lebih
menguntungkan maka disarankan untuk masyarakat yang ingin
melakukan usaha pembesaran ikan lele hendaknya mengacu pada
pelaksanaan usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan
minapolitan Desa Gondosuli sebagai bahan perencanaan dan
pertimbangan dalam menjalankan usaha pembesaran ikan lele.
4) Berdasarkan faktor penghambat dan pendukung yang terdapat pada
usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan dan
non-minapolitan, untuk pengusaha pembesaran ikan lele pada
masing-masing lokasi diharapkan dapat memanfaatkan berbagai
faktor pendukung dan mengantisipasi berbagai kemungkinan faktor
penghambat yang terjadi pada usaha yang ada ditiap-tiap kawasan
sehingga profit yang diperoleh dapat optimal. Serta tak ketinggalan
peran pemerintah untuk memberikan bantuan bagi pelaku usaha
pembesaran ikan lele baik dikawasan minapolitan maupun non-
minapolitan secara merata seperti; pelatihan budidaya, penyuluhan,
bantuan operasional dan prasarana, serta mempermudah pinjaman
dana modal usaha guna meningkatkan daya dukung berlangsungnya
usaha pembesaran ikan lele tersebut.
100
DAFTAR PUSTAKA
Aji, 2009. Kombinasi Tepung Ikan Rucah Pada Pakan Buatan Untuk Meningkatkan Kandungan Omega 3 Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus Burchell).Skripsi.Universitas Atma Jaya Yogyakarta.http://e-journal.uajy.ac.id/2140/1/0BL00921.pdf. diakses pada 2 Maret 2017, pukul 20.14 WIB.
Ambarawati, dkk. 2015. Analisis Finansial Budidaya Pembibitan Lele: Studi Kasus pada Kelompok Tani Unit Pembibitan Rakyat Mina Dalem Sari di Kota Denpasar. Jurnal Manajemen Agribisnis. FP UNUD. Bali.
Cholila, I. 2014. Analisis Profitabilitas Terhadap Pengembalian Aset Usaha Ayam Petelur (Studi Kasus UD. Putra Tamago Kota Palu).e-J. Agrotekbis 2 (1): 91-95. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=173651&val=5153. Diakses pada 11 April 2017, pukul 18.45 WIB.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Pt. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Dzulfikri, 2016. Studi Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele di Desa Gelang Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.Skripsi.FPIK-UB. Malang
Fanani, Z. dkk.2014. Analisis Proffitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Potong (Studi Kasus Di Kelompok Tani Ternak “Gunungrejo Makmur Ii” Desa Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan).http://fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Jurnal-Analisis-Profitabilitas-Usaha-Penggemukan-Sapi-Potong.pdf. Diakses pada 11 April 2017, pukul 19.00 WIB.
Fauzi A. 2001. Prinsip-Prinsip Penelitian : Panduan Singkat. Bogor : Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.IPB. Bogor.
Fauzi.A, dkk. 2014. Dinamika Interspatial Total Factor Produktivity Usaha Perikanan Budidaya Air Tawar dan Implikasinya Terhadap Perekonomian Wilayah Jawa Barat. Sosiohumaniora, Volume 16 No. 1.http://download.portalgaruda.org/article.php. Diakses pada 11 April 2017, pukul 17.12 WIB.
Gunawan.S, 2016. 99% Sukses Budidaya Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Harahab. N. 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove & Aplikasinya dalam Perencanaan Wilayah Pesisir. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Hartanto. 2003. Modul Metodologi Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. https://core.ac.uk/download/pdf/11720379.pdf. Diakses pada tanggal 24 Maret 2017, pukul 09.15 WIB.
Jamaludin, 2015. Analisis Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) di Bojong Farm Kabupaten Bogor.Skripsi.Agribisnis.UIN Syarif Hidayatullah.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30196/1/JAMALUDIN-FST.pdf. Diakses pada 29 Maret 2017, pukul 19.43 WIB.
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media. Jakarta.
KEPMEN KP No 18 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Minapolitan.
Kohar M, A. dan Wibowo. 2014. Dampak Pengembangan Perikanan Terhadap Penurunan Kemiskinan, Peningkatan Pendapatan Dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Jawa Tengah. Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/35266/. Diakses pada tanggal 23 Maret 2017, pukul 20.40 WIB.
Mahyudin, dkk.2014. Analisis Kelayakan dan Sensitivitas Harga Input Pada Usaha Budidaya Ikan Lele dalam Kolam Terpal di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. EnviroScienteae 10 (2014) 9-17. http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/es/article/view/1959/1706. Diakses pada 23 Maret 2017, pukul 19.00 WIB.
Masri, M. 2013. Deteksi Koi Harpes Virus (KHV) pada Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio L) dengan menggunakan Metode Aplikasi Polymerase Chain Reaction (PCR).Jurnal Teknosains.http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/teknosains/article/view/221. Diakses pada tanggal 23 Maret 2017, pukul 18.21 WIB.
Notohatmojo.2013. Perbandingan Analisis Usaha Pembesaran Ikan Lele dengan Metode Konvensional dan Metode Regulator Ekosistem pada Skala Rumah Tangga di Dusun Banjaran Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.Konverensi Akuakultur Indonesia 2013.http://epaper.aquaculture-mai.org/upload/1.%20Bonifasius.pdf. Diakses pada 28 Maret 2017, pukul 21.05 WIB.
Nazir, M. 2011. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Primyastanto, M, dan Istikharoh.2003. Aplikasi Evaluasi Proyek dalam Aspek Studi Kelayakan (Usaha Pembesaran Ikan Gurami). Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang
Primyastanto, M. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan. UB Press. Malang.
Rahmat, P. 2009. Penelitian Kualitatif. Equilibrium, Vol. 5, No 9.http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf. diakses pada 27 Maret 2017, pukul 22.00 WIB.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
Sugiyono.2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Suryana. 2010. Metodologi Penelitian. Universitas Pendidikan Indonesia.http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/196006021986011-SURYANA/FILE__7.pdf. Diakses pada tanggal 24 Maret 2017, pukul 21.23 WIB
Syamsuddin.L, 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan [Konsep Aplikasi dalam : Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan]. Rajawali Pers. Jakarta.
Usman dan Akbar. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta.
Wiadnya.D, 2011. Konsep Perencanaan Kawasan Minapolitan dalam Pengembangan Wilayah. FPIK UB. http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/UNIBRAW-FPIK-Konsep Perencanaan Minapolitan_22November2011.pdf. Diakses pada 29 Maret 2017, pukul 19.30 WIB.