Top Banner
Perancangan Film Dokumenter mengenai Budaya Minuman Keras pada Masyarakat Minahasa Artikel Ilmiah Peneliti : Wangun Rondor Christian Parengkuan (692010056) Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Maret 2016
20

Perancangan Film Dokumenter mengenai Budaya Minuman Keras ... · menginformasikan bahaya minuman keras pada Dinas Kesehatan di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah [8]. Dibandingkan dengan

Feb 12, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Perancangan Film Dokumenter mengenai Budaya

    Minuman Keras pada Masyarakat Minahasa

    Artikel Ilmiah

    Peneliti :

    Wangun Rondor Christian Parengkuan (692010056)

    Program Studi Desain Komunikasi Visual

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Salatiga

    Maret 2016

  • 1

    1. Latar Belakang Masalah Minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol yang bila

    dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus dapat merugikan dan

    membahayakan jasmani, rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan cara

    berpikir kejiwaan, sehingga akibat lebih lanjut akan mempengaruhi kehidupan

    keluarga dan hubungan masyarakat sekitarnya [1]. Minuman beralkohol

    dikelompokan 3 golongan yaitu, Golongan A (kandungan etanol kurang dari 5%),

    Golongan B (kandungan etanol 5% sampai dengan 20%), dan Golongan C

    (kandungan etanol lebih dari 20%) [2]. Di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara,

    ada berbagai jenis minuman keras, dan jenis minuman keras yang paling banyak

    dikonsumsi serta paling mudah diperoleh oleh masyarakat adalah minuman keras

    tradisional, berdasarkan hasil survey Badan Penelitian Dan Pengembangan

    Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Sebagian besar pengonsumsi minuman

    keras adalah pelajar yang berumur antara 15-24 tahun (15.2%) [3].

    Berdasarkan penelitian awal di Kepolisian Resor Minahasa, didapatkan

    data bahwa di Kabupaten Minahasa 85% dari tindak pidana yang terjadi dipicu

    oleh pengkonsumsian minuman keras dengan 30% dari total tindak pidana yang

    dipicu oleh minuman keras tersebut dilakukan oleh pelajar. Mayoritas dari

    tindakan pidana yang dilakukan oleh pelajar adalah pemukulan dan tawuran antar

    sesama pelajar [4]. Konsumsi minuman keras di Minahasa sudah menjadi tradisi

    turun-temurun dalam kehidupan masyarakat Minahasa. Minuman keras dijadikan

    sebagai penghangat tubuh saat ada acara-acara seperti pesta nikah dan kedukaan

    serta acara-acara lainnya [5]. Minuman keras berkaitan erat dengan budaya

    masyarakat Minahasa. Pohon aren yang menjadi sumber dari minuman keras

    tradisional masyarakat Minahasa dijadikan mas kawin di banyak daerah di

    Minahasa, dan beberapa daerah masih memelihara tradisi itu sampai sekarang [6].

    Pemerintah Kabupaten Minahasa bersama dengan Kepolisian Resor

    Minahasa saat ini sedang gencar melaksanakan Gerakan Anti Mabuk dengan

    slogan "Brenti Jo Bagate!" yang berarti "Stop Minum Minuman Keras!".

    Pemerintah melakukan beberapa upaya pengurangan konsumsi minuman keras

    dengan razia minuman keras dan memasang baliho slogan "Brenti Jo Bagate!" di

    jalan ataupun di pusat-pusat keramaian. Berdasarkan dengan observasi dan

    pengamatan yang dilakukan, kampanye Gerakan Anti Mabuk, saat ini masih

    memakai media luar ruang seperti spanduk, brosur, dan baliho sebagai media

    informasi yang belum dapat menyajikan informasi secara terperinci. Untuk

    memaksimalkan informasi yang bisa didapatkan oleh masyarakat maka

    diperlukan alternatif media informasi yang salah satunya adalah film, dalam hal

    ini film dokumenter. Film dokumenter bertujuan untuk membahas sebuah

    peristiwa yang belum atau tidak pernah terungkap dengan jelas, dalam hal ini

    budaya minuman keras dan pengaruhnya dalam masyarakat Minahasa.

    Berdasarkan latar belakang ini, maka penelitian dilakukan untuk

    merancangan film dokumenter sebagai media informasi guna mengetahui

    mengenai budaya minuman keras pada masyarakat Minahasa. Film dokumenter

    ini diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam menginformasikan pengaruh

    budaya minuman keras pada masyarakat.

  • 2

    2. Tinjauan Pustaka Penelitian terdahulu dengan judul "Perancangan Film Dokumenter

    Siwaluh Jabu (Studi Kasus: Rumah Adat Suku Karo, Sumatera Utara), yang

    membahas tentang rumah tradisional Suku Karo yang terlantar dan hampir punah

    karena perkembangan zaman [7].

    Penelitian terdahulu terdahulu dengan judul "Perancangan Iklan Bahaya

    Mengkonsumsi Miras Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo", yang

    membahas tentang perancangan media komunikasi visual untuk

    menginformasikan bahaya minuman keras pada Dinas Kesehatan di Kabupaten

    Purworejo, Jawa Tengah [8].

    Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, keunggulan dari penelitian

    ini dalam teknis pengambilan gambar seperti pengambilan gambar dengan hidden

    camera untuk menampilkan keadaan nyata di lapangan, juga untuk mendapatkan

    ekspresi dari narasumber secara nyata. Penelitian ini juga membahas pengaruh

    budaya masyarakat Minahasa yang mempengaruhi konsumsi minuman keras pada

    masyarakat Minahasa.

    Media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran

    informasi [9]. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai

    pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan [10].

    Media Informasi adalah alat untuk mengumpulkan dan menyusun kembali

    sebuah informasi sehingga menjadi bahan yang bermanfaat bagi penerima

    informasi, media informasi adalah “alat-alat grafis, fotografis atau elektronis

    untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual” [11].

    Multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau

    output dari data, media ini dapat berupa audio, animasi, video, teks, grafik, dan

    gambar [12]. Multimedia adalah Kombinasi dari tiga elemen: suara, gambar, dan

    teks [13].

    Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

    menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu

    tempat tertentu. Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja

    tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat

    mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi [14].

    Film dapat dikelompokan ke dalam dua pembagian dasar, yaitu kategori film

    cerita dan non cerita. Pendapat lain menggolongkan menjadi film fiksi dan non

    fiksi. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang,

    dan dimainkan oleh aktor dan aktris [15].

    Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian,

    melainkan merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi. Film dokumenter

    tidak memiliki plot namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh

    tema atau argumen dari sineasnya. Struktur bertutur film dokumenter umumnya

    sederhana dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk memahami dan

    mempercayai fakta-fakta yang disajikan. Film dokumenter dapat digunakan untuk

    berbagai macam maksud dan tujuan seperti: informasi atau berita, biografi,

    pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi, propaganda, dan lain sebagainya [16].

    Ada beberapa jenis dari film dokumenter, seperti: Film dokumenter laporan

    perjalanan, film dokumenter sejarah, film dokumenter potret/biografi, film

  • 3

    dokumenter perbandingan/kontradiksi, film dokumenter ilmu pengetahuan, film

    dokumenter nostalgia, film dokumenter rekonstruksi, film dokumenter

    investigasi, film dokumenter association picture story, film dokumenter buku

    harian, serta dokudrama [17].

    Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematography

    yang berasal daribahasa Yunani, kinema yang berarti pergerakan dan graph yang

    berarti menulis. Sinematografi membahas tentang teknik menangkap gambar dan

    menggabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat

    menyampaikan ide. Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi

    yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Penyampaian ide pada

    fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi

    memanfaatkan rangkaian gambar. Sinematografi adalah gabungan antara fotografi

    dengan teknik perangkaian gambar yang dalam sinematografi disebut montase

    (montage) [18]. Sinematografi terdiri dari beberapa bagian yaitu shot (Long Shot,

    Full Shot, Medium Shot, Close-up Shot, Extreme Close-up Shot), camera

    movement (Pan, Tilt, Dolly, Track, Pedestal, Zoom), dan angle (Eyelevel, Low,

    High, Point-of-View).

    Minuman keras adalah semua minuman yang mengandung alkohol (zat

    psikoaktif) bersifat adiktif yang bekerja secara selektif, terutama pada otak,

    sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, dan kognitif, serta

    bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus dapat merugikan dan

    membahayakan jasmani, rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan cara

    berfikir kejiwaan. Perilaku penggunaan minuman keras saat ini merupakan

    permasalahan yang cukup berkembang dan menunjukkan kecenderungan yang

    meningkat dari tahun ke tahun, yang akibatnya dirasakan dalam bentuk

    perkelahian, perbuatan asusila, dan maraknya premanisme [19].

    Minuman keras tradisional masyarakat Minahasa atau yang biasa disebut

    “Cap Tikus” adalah hasil penyulingan dari nira pohon aren. “Cap Tikus” memiliki

    kandungan alcohol diatas 20% atau masuk dalam minuman beralkohol Golongan

    C. “Cap Tikus” juga dapat dimurnikan menjadi bioetanol yang dapat dijadikan

    alternatif bahan bakar. Dalam budaya, pohon aren sering dijadikan mas kawin

    oleh masyarakat Minahasa [20]. “Cap Tikus” adalah warisan budaya Minahasa

    yang dulunya diartikan sebagai budaya sehat serta menjadi bagian pergaulan.

    Mayoritas orang dewasa di Minahasa dulu meminum “Cap Tikus” untuk

    menghangatkan tubuh dari udara dingin serta kelelahan setelah bekerja. Pada

    perkembangannya “Cap Tikus” dikonsumsi dalam berbagai acara seperti pesta

    nikah, kedukaan, pertemuan-pertemuan, serta untuk menyambut tamu [21].

    Disaat minuman keras menjadi penyebab 85% tindakan kriminal di daerah

    Minahasa, minuman keras juga yang menjadi mata pencarian dari banyak orang

    di Minahasa . Dari 85% tindakan pidana di Kabupaten Minahasa dipicu oleh

    pengkonsumsian minuman keras dengan 30% dari total tindakan pidana tersebut

    dilakukan oleh pelajar. Mayoritas tindakan pidana yang dilakukan oleh pelajar

    adalah pemukulan dan tawuran [22].

  • 4

    3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam perancangan film dokumenter

    ini adalah metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki

    karakteristik yaitu fleksibel atau berubah-ubah. Metode kualitatif menghasilkan

    data tidak dalam bentuk angka melainkan berupa teks, dokumen, gambar, foto

    maupun objek-objek yang ditemukan di lapangan selama penelitian berlangsung.

    Informasi yang diperoleh melalui metode kualitatif, yaitu dengan melakukan

    observasi dan wawancara. Penelitian kualitatif lebih ditujukan untuk mencapai

    pemahaman mendalam mengenai organisasi atau peristiwa khusus [23].

    Untuk strategi penelitian digunakan linear strategy yang adalah strategi

    yang menetapkan urutan logis pada tahapan perancangan yang sederhana dan

    mudah dipahami komponennya. [24].

    Gambar 1 Tahapan Perancangan linear strategy

    Identifikasi Masalah

    Dalam perancangan linear strategy terdapat empat tahap dalam

    pelaksanaannya, tahap pertama yaitu identifikasi masalah. Untuk mengidentifikasi

    masalah dilakukan wawancara dengan Kepala Satuan Narkoba Kepolisian Resor

    Minahasa bapak AKP Drs. Frangky Ruru, didapatkan hasil bahwa konsumsi

    minuman keras yang berlebihan oleh masyarakat khususnya pelajar mengganggu

    ketertiban sosial. Banyak tindak kriminal yang terjadi seperti pemukulan dan

    tawuran serta kecelakaan lalu lintas terjadi karena konsumsi minuman keras yang

    berlebihan.

    Meskipun telah gencar mengadakan kampanye Gerakan Anti Mabuk

    dengan slogan “Brenti Jo Bagate!” dengan menggunakan media cetak dan media

    luar ruang seperti spanduk, baliho serta iklan dan koran, yang bertujuan untuk

    meminimalisir pengkonsumsian minuman keras, namun penyampaian informasi

    masih minim. Penggunaan media luar ruang serta media cetak hanya dapat

    memberikan sedikit informasi tentang masalah minuman keras di Minahasa yang

    merupakan masalah yang kompleks.

    Wawancara juga dilakukan dengan kepala sekolah SMA N 1

    Kawangkoan, ibu Dazy Moniung, S.Pd., M.Pd., dengan hasil bahwa siswa yang

    telah mengkonsumsi minuman keras tidak fokus selama pelajaran berlangsung

    serta kerap membuat masalah di sekolah seperti membangkang kepada guru.

    Pelajar yang telah mengkonsumsi minuman keras juga sering tidak masuk kelas

    bahkan tidak masuk sekolah. Minuman keras juga berpengaruh secara langsung

    pada prestasi dari pelajar yang mengkonsumsinya.

    Menurut keterangan yang diberikan oleh bapak Ventje Rondonuwu,

    seorang tokoh masyarakat Desa Kayuuwi, minuman keras adalah sesuatu yang

    sulit dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Minuman keras menjadi minuman

    untuk menyambut tamu dalam berbagai kesempatan seperti pada acara

    pernikahan, ulang tahun, kedukaan bahkan pada peringatan hari raya keagamaan

    serta ritual-ritual adat suku Minahasa.

  • 5

    Pengumpulan Data Setelah proses identifikasi masalah, tahap selanjutnya ialah pengumpulan

    data. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk

    perancangan film dokumenter. Metode pengumpulan data secara primer

    dilakukan melalui wawancara kepada Kepala Satuan Narkoba Kepolisian Resor

    Minahasa, dengan hasil yaitu:

    - Sekitar 85% tindakan kriminal yang terjadi di Minahasa disebabkan oleh minuman keras.

    - Informasi tentang usaha yang telah dilakukan kepolisian dalam merazia minuman keras dan penjual minuman keras yang tidak memiliki izin yang

    sesuai.

    - Informasi tentang usaha yang telah dilakukan kepolisian untuk mensosialisasikan kampanye Gerakan Anti Mabuk dan kerjasama dengan

    instansi-instansi lainnya.

    - Daftar kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh pengaruh minuman keras. - Data tindakan kriminal yang dilakukan oleh pelajar

    Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA N1 Kawangkoan mendapatkan

    data, yaitu:

    - Pelajar yang mengkonsumsi minuman keras tidak fokus dalam kegiatan belajar mengajar.

    - Pelajar yang mengkonsumsi minuman keras sering membuat masalah pada jam sekolah.

    - Pelajar yang mengkonsumsi minuman keras sering bolos sekolah. Wawancara dengan Tokoh Masyarakat Desa Kayuuwi mendapatkan data

    tentang minuman keras dalam kehidupan masyarakat, yaitu:

    - Pengkonsumsian minuman keras terjadi disegala acara perayaan masyarakat seperti acara nikah, kedukaan, ulang tahun, pengucapan syukur, ritual adat

    dan acara-acara lainnya.

    - Minuman keras tradisional menjadi mata pencarian bagi para petaninya serta para distributor.

    Sedangkan pengumpulan data secara sekunder dilakukan melalui media

    luar ruang dan media cetak seperti koran, baliho, iklan, berita televisi, serta

    observasi secara langsung di lapangan. Pengumpulan data untuk keperluan

    perancangan film melalui buku-buku dan artikel ilmiah serta melalui media-media

    online.

    Perancangan Film

    Data yang didapatkan dari pengumpulan data akan dijadikan acuan untuk

    tahap kedua, yaitu perancangan Film Dokumenter. Perancangan film meliputi pra-

    produksi, produksi serta pasca-produksi. Tahap kedua dapat diuraikan sebagai

    berikut.

  • 6

    Gambar 2 Tahapan perancangan film dokumenter

    Tahap pra-produksi terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

    a. Film dokumenter ini berjenis dokumenter investigasi. Film dokumenter investigasi berisi peristiwa yang belum atau tidak pernah terungkap dengan

    jelas [25]. Konsep dasar film dokumenter ini adalah menginformasikan

    kepada masyarakat Minahasa, tentang pengaruh dari budaya minuman keras

    di Minahasa. Sudut pandang yang digunakan dalam perancangan film

    dokumenter ini adalah objective point of view, yaitu seluruh cerita dalam film

    dibangun berdasarkan sudut pandang pembuat film.

    b. Storyline adalah keseluruhan cerita dari awal sampai akhir dalam berbagai bentuk tulisan, script, screenplay, copyplay, stageplay dan berbagai coretan

    teks sementara lainnya yang nanti bisa digabungkan menjadi satu cerita utuh

    [26]. Berikut adalah storyline pada film dokumenter pengaruh Minuman

    Keras pada Pelajar di Minahasa. Film ini diawali dengan transisi gambar yang

    menampilkan landmark Minahasa, serta ciri khas kehidupan masyarakat

    Minahasa. Kompilasi video tentang masalah yang terjadi di Minahasa yang

    disebabkan oleh minuman keras ditampilkan setelahnya. Seorang polisi

    mendeskripsikan tentang peraturan serta masalah yang ditimbulkan oleh

    minuman keras dengan footage tentang masalah yang dideskripsikan oleh

    polisi. Scene berikutnya menampilkan seorang petani minuman tradisional

    yang bercerita tentang asal dari minuman tradisional, manfaat pohonnya, serta

    bagaimana itu menjadi sebuah pekerjaan yang dapat menghidupi keluarga

    diselingi dengan potongan-potongan klip keadaan pertanian minuman keras

    tradisional serta proses pembuatan minuman keras tradisional. Berikutnya

    seorang guru mengemukakan tentang pengaruh minuman keras kepada pelajar

    disekolah maupun diluar sekolah, dan seorang pelajar bercerita bagaimana

    awalnya mengenal minuman keras serta mudahnya mendapatkan minuman

  • 7

    keras disertai potongan-potongan klip keadaan sekolah dan kegiatan yang

    biasa dilakukan pelajar di dalam serta di luar sekolah. Film dokumenter ini

    ditutup dengan himbauan-himbauan tentang pengaruh minuman keras beserta

    data yang ada.

    c. Treatment merupakan kerangka film yang diuraikan secara deskriptif seperti jenis shoot dan tujuan pengambilan gambar [27]. Berikut adalah treatment

    Film Dokumenter pengaruh miras pada Pelajar. Scene 1 (LS) Int : (night)

    Menampilkan opening film dokumenter

    Cut to....

    Scene 2 (FS) Int :

    Menampilkan judul film dokumenter

    Cut to....

    Scene 3 (LS) Int : (day)

    Menampilkan wawancara dengan topik faktor pengkonsumsian minuman keras

    Cut to....

    Scene 4 (FS) Int : (night)

    Menampilkan footage pengaruh lingkungan bagi pelajar

    Cut to....

    Scene 5 (LS) Int : (day)

    Menampilkan wawancara dengan topik akibat pengkonsumsian minuman keras

    Cut to....

    Scene 6 (ECU) Int : (day)

    Menampilkan masalah yang ditimbulkan oleh pengkonsumsian minuman keras

    Cut to....

    Scene 7 (CU) Int : (day)

    Menampilkan wawancara dengan topik penanganan serta pencegahan konsumsi

    miras

    Cut to....

    Scene 8 (CU) Int : (day)

    Menampilkan media-media luar ruang apa saja yang digunakan

    Scene 9 (CU) Int : (day)

    Menampilkan himbauan oleh berbagai pihak tentang konsumsi minuman keras

    Cut to...

    Scene 10 (FS) Int : (day)

    Sebagai penutup menampilkan closing credits

    Dip to black

    d. Storyboard merupakan rangkaian gambar sketsa yang merepresentasikan alur sebuah cerita. Langkah ini nantinya bertujuan untuk memudahkan dalam

    mengaplikasikan pengambilan gambar menggunakan kamera[28].

    Perancangan storyboard Film dokumenter dapat dilihat pada tabel berikut.

  • 8

    Tabel 1 Storyboard perancangan film dokumenter No Scene Shoot/angle/moving Timeline Deskripsi

    1

    Close-up, High

    angle, Pan to left

    00:12:24 Menampilkan kebiasaan

    meminum minuman keras

    2

    Still 00:45:00 Judul

    3

    Close-up, Eye level,

    still

    00:50:18 Wawancara dengan tentang

    pengaruh lingkungan

    4

    Close-up, Low

    angle, move left

    01:51:29 Menampilkan bebasnya

    konsumsi miras

    5

    Close-up, eye level,

    still

    03:31:47 Wawancara tentang usaha

    apa saja yang dilakukan

    untuk mengurangi konsumsi

    minuman keras

    6

    Full shot, low angle,

    still

    04:56:14 Menampilkan media luar

    ruang yang membantu usaha

    pengurangan konsumsi

    minuman keras

    7

    Close-up, eye level,

    still

    06:27:16 Wawancara tentang masalah

    apa saja yang ditimbulkan

    oleh pengkonsumsi miras

    8

    Medium shot, high

    angle, pan to left

    07:42:01 Menampilkan kurangnya

    kontrol diri saat dibawah

    pengaruh minuman keras

    9

    Close-up, Eye level,

    Still

    09:38:46 Himbauan dari berbagai

    pihak untuk mengurangi

    konsumsi minuman keras

    10

    Still 11:26:32 Closing credits

  • 9

    Setelah proses pra-produksi dilaksanakan tahap produksi, yaitu tahap

    pengambilan gambar dengan menggunakan kamera DSLR (Digital Single-lens

    Relflex) dan high-definition camcorder serta beberapa alat bantu seperti tambahan

    lensa kamera, tripod, camera stabilizer, dan slider. Proses pengambilan gambar

    tetap disesuaikan dengan rancangan storyboard mulai dari shot, angle, dan

    camera movement. Proses produksi juga mengambil gambar sebagai stock untuk

    melengkapi film. Beberapa gambar dari proses pengambilan gambar dan stock

    footage dapat dilihat pada Gambar 3.

    (a) Persiapan

    pengambilan gambar

    (b) Perlengkapan

    pengambilan gambar

    (c) Proses pengambilan

    gambar

    Gambar 3 Aktivitas proses produksi.

    Tahap berikut dari rangkaian proses perancangan ini adalah tahap pasca-

    produksi. Langkah pertama pada tahap ini adalah offline editing, dimana footage

    mentah dari hasil pengambilan gambar disalin dan dilakukan cut-to-cut untuk

    mendapatkan kerangka video yang sesuai dengan rencana proses pra-produksi.

    Gambar 4 Proses cut-to-cut

    Tahap selanjutnya dari proses ini adalah online editing. Pada tahap ini

    terdapat proses editing seperti color grading, closing credits, dan sound editing.

    Pada tahap color grading dilakukan penyesuaian warna dari tiap footage video

    memperbaiki dan menyelaraskan komposisi warna dari video untuk menentukan

    suasana dari video. Ada dua versi color grading yaitu penyesuaian dengan warna

    hangat dan penyesuaian dengan warna dingin, dan color grading yang digunakan

    dalam film dokumenter ini adalah penyesuaian dengan warna dingin. Penyesuaian

    dengan warna dingin untuk meberi kesan tenang sekaligus berkesan sedih.

    (a) Sebelum grading (b) Sesudah grading

    Gambar 5 Proses color grading sebelum dan sesudah

  • 10

    Tahap berikutnya dari proses ini adalah titling. Titling adalah proses

    pembuatan tulisan yang akan digunakan sebagai judul, subtitle, serta credit title

    yang berfungsi untuk memberikan informasi tambahan kepada audience.

    (a) Pembuatan subtitle (b) Pembuatan closing credit

    Gambar 6 Proses titling Tahap terakhir dalam proses perancangan ini adalah rendering, proses ini

    dilakukan setelah tahap editing baik video maupun audio telah selesai dilakukan.

    Format video coding H.264 (MPEG-4 Advanced Video Coding) dengan resolusi

    720p (1,280 × 720 progressive scan) dengan frame rate 24p (23.976 Frame Per

    Second) untuk video output dipilih agar video yang dihasilkan memiliki ukuran

    data yang relatif kecil namun tetap memiliki kualitas gambar high-definition dan

    kualitas suara yang baik yang dapat menjadikan video ini mudah disebarkan

    melalui berbagai media digital seperti media sosial.

  • 11

    4. Hasil dan Pembahasan Hasil dari perancangan ini adalah Film Dokumenter yang dapat digunakan

    sebagai media informasi pengaruh dari minuman keras bagi kehidupan

    masyarakat Minahasa khususnya pada pelajar. Scene 1 dan 2 adalah pembukaan

    film dokumenter ini ditampilkan judul serta kehidupan masyarakat Minahasa

    yang dapat dilihat pada Gambar 7. Jenis shot yang digunakan adalah close-up

    dengan pergerakan kamera panning.

    (1) Pengkonsumsian minuman keras. (2) Judul film dokumenter.

    Gambar 7 Opening scene film dokumenter

    Bagian berikut dalam film dokumenter adalah scene 3 dan 4 yang berisi

    wawancara tentang apa saja faktor yang menyebabkan banyaknya

    pengkonsumsian minuman keras pada pelajar yang dapat dilihat pada Gambar 8.

    Jenis shot yang digunakan adalah close-up tanpa pergerakan kamera.

    (3) Wawancara mengenai pengkonsumsian

    miras. (4) Bebasnya peredaran minuman keras.

    Gambar 8 Kompilasi video masalah tentang minuman keras Gambar berikut adalah scene 5 dan 6 yang menampilkan yang

    menampilkan wawancara tentang pengaruh minuman keras pada pelajar, dapat

    dilihat pada Gambar 10. Jenis shot yang digunakan adalah close-up dengan

    pergantian ke medium shot.

    (a) Penjelasan tentang pengaruh minuman

    keras pada pelajar (b) Akibat pengkonsumsian miras.

    Gambar 9 Keadaan pertanian minuman keras tradisional Bagian berikut dalam film dokumenter ini adalah scene 7 dan 8penjelasan

    dari usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah, sekolah serta pihak kepolisian

    dalam menekan pengkonsumsian minuman keras yang dapat dilihat pada Gambar

    9. Jenis shot yang digunakan adalah close-up dengan pergantian ke medium shot

    serta full shot.

  • 12

    (7) Penjelasan tentang apa saja usaha yang

    telah dilakukan. (8) Media luar ruang yang telah dipajang.

    Gambar 10 Penjelasaan tentang pengaruh minuman keras pada pelajar Bagian berikut adalah scene 9 dan 10 yang berisi himbauan dari berbagai

    pihak untuk mengurangi bahkan menghentikan konsumsi minuman keras.

    (9) Himbauan (10) Closing credits

    Gambar 11 Penjelasan polisi tentang faktor utama pengkonsumsian minuman keras oleh

    pelajar

    Perancangan Media

    Film Dokumenter yang telah dirancang ini nantinya dapat digunakan

    sebagai media informasi untuk membantu kampanye Gerakan Anti Mabuk oleh

    Pemerintah Kabupaten Minahasa maupun Kepolisian Resor Minahasa.

    Perancangan film dokumenter dapat diimplementasikan ke berbagai media

    seperti pada CD untuk dibagikan kepada masyarakat khususnya pada pelajar,

    menjadi alat bantu dalam kampanye Gerakan Anti Mabuk dengan slogan “Brenti

    Jo Bagate”, serta dapat di unggah di media social seperti Youtube untuk

    mempermudah penyebaran dan memperluas jangkauan dari film dokumenter

    yang telah dirancang. Film dokumenter juga dapat ditayangkan di tempat-tempat

    yang disediakan seperti ruang tunggu kantor polisi dan televisi lokal.

    Pengujian

    Pengujian dilakukan secara kualitatif kepada bapak AKP Drs. Frangky

    Ruru selaku Kepala Satuan Narkoba Kepolisian Resor Minahasa yang secara

    membawahi masalah minuman keras, untuk mengetahui apakah film dokumenter

    yang dirancang kontennya sesuai untuk menjadi media informasi bagi masyarakat

    khususnya pelajar tentang pengaruh minuman keras serta dapat membantu

    kampanye Gerakan Anti Mabuk dengan slogan “Brenti Jo Bagate”.

    Wawancara dengan bapak AKP Drs. Frangky Ruru mendapatkan hasil

    bahwa, film dokumenter yang dirancang kontennya sudah sesuai dengan

    penelitian awal. Informasi tentang faktor apa yang menyebabkan pelajar

    mengkonsumsi minuman keras karena ada penjelasan dari berbagai sumber.

    Akibat dari pengkonsumsian minuman keras yang tidak bertanggungjawab karena

    ada footage yang membuktikan dari pengaruh minuman keras itu. Mudahnya

    minuman keras diperoleh dan dikonsumsi oleh semua kategori umur karena ada

    penjelasan serta footage-nya, serta tindakan apa saja yang telah dilakukan untuk

  • 13

    mengurangi penggunaan minuman keras di masyarakat sesuai dengan fakta yang

    ada di lapangan. Film dokumenter tentang budaya minuman keras ini dapat

    menjelaskan pengaruh budaya dalam pengkonsumsian minuman keras di

    Minahasa dengan lebih mendalam dibandingkan media informasi yang digunakan

    sebelumnya (media luar ruang dan media cetak). Berdasarkan pengujian yang

    telah dilakukan, film dokumenter yang telah dirancang sudah layak untuk

    digunakan sebagai media untuk menginformasikan pengaruh budaya minuman

    keras pada masyarakat Minahasa.

    Kemudian juga ada evaluasi kepada videografer yang dilakukan melalui

    wawancara kepada George Nicolas Huwae, S.Pd., M.I.Kom. untuk mengetahui

    apakah perancangan film dokumenter, sinematografi, proses editing, pemilihan

    backsound, serta color grading sudah sesuai. Dari pengujian yang telah

    dilakukan, didapatkan hasil yaitu teknik sinematografi yang digunakan dalam

    video ini secara keseluruhan sudah jelas, serta segi audio sudah jelas. Sebagai

    masukan, menambahkan name tag dari narasumber.

    Pengujian kepada target audience dilakukan kepada Mario A. Warouw

    untuk mengetahui apakah informasi yang ada pada film dokumenter dapat

    tersampaikan. Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa

    informasi yang ada pada film dokumenter tentang pengaruh budaya minuman

    keras di Minahasa dapat dimengerti. Informasi yang ada dapat dimengerti karena

    ada penjelasan dari berbagai sumber, yang ditinjau dari berbagai sudut pandang.

    Saran untuk film dokumenter ini adalah perbanyak informasi pendukung yang

    diambil dari media massa. Film ini secara keseluruhan sudah layak untuk

    dijadikan sebagai media informasi tentang pengaruh budaya minuman keras di

    Kabupaten Minahasa.

    5. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perancangan Film

    Dokumenter mengenai Pengaruh Budaya Minuman Keras Minahasa, maka

    disimpulkan bahwa film dokumenter yang telah dirancang sudah sesuai dan layak

    untuk dijadikan media informasi mengenai pengaruh budaya minuman keras di

    Kabupaten Minahasa kepada masyarakat. Konten film dokumenter sudah sesuai

    dan sudah detail karena adanya penjelasan dari berbagai sumber seperti pihak

    kepolisian, sekolah, gereja, petani minuman keras, serta dari pelajar.

  • 14

    6. Pustaka

    [1]. Wresniwiro, 1999, Narkoba dan Pengaruhnya. Jakarta: Widya Medika.

    [2]. Republik Indonesia, 2013, Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 74

    Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol,

    Jakarta: Sekretariat Kabinet RI.

    [3]. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2009, Laporan Hasil

    Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Sulawesi Utara Tahun

    2007, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

    [4]. Rompas, Rommy, 2015, 85 Persen Tindak Kriminal di Minahasa

    Lantaran Miras, manadotoday.co.id diakses tanggal 28 Maret 2016.

    [5]. Parengkuan, Fendy, 2011, Minum Miras Sampai Mabuk Bukan Budaya

    Masyarakat, manado.tribunnews.com diakses tanggal 6 Juni 2016.

    [6]. Pakpahan, Don Meyler, Produser, 2015, Potensi Pohon Aren, TV One,

    Tomohon, Indonesia, 20 menit.

    [7]. Saputra, Gian, 2015, Perancangan Film Dokumenter Siwaluh Jabu (Studi

    Kasus : Rumah Adat Suku Karo, Sumatera Utara).

    [8]. Handaka, R. Wahyu, 2014, Perancangan Iklan Bahaya Mengkonsumsi

    Miras Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo.

    [9]. AECT Task Force on Definiton and Technology, 1977, The Definition of

    Educational Technology, Washington D.C.: Association for Educational

    Communications and Technology.

    [10]. Criticos, C., 1996, Media selection. Plomp, T., & Ely, D. P. (Eds.):

    International Encyclopedia of Educational Technology, 2nd edition, New

    York: Elsevier Science, Inc.

    [11]. Sobur, Alex, 2006, Semiotika Komunikasi, Bandung: Pustaka Setia.

    [12]. Turban., dkk, 2002, Aplikasi Multimedia Kreatif, Yogyakarta: Paradigma.

    [13]. McCormick, Patty, 1996, Patty McCormick’s Pieces of an American

    Quilt: Quilts, Patterns, Photos and Behind the Scenes Stories from the

    Movie

    [14]. Effendy, Onong Uchjana. 1986, Dimensi-Dimensi Komunikasi, Bandung:

    Alumni.

    [15]. Sumarno, Marselli. 1996, Dasar-dasar Apresiasi Film, Jakarta: Gramedia

    Widiasarana Indonesia.

    [16]. Pratista, Himawan. 2008, Memahami Film, Yogyakarta: Homerian

    Pustaka.

    [17]. Ayawaila, Gerzon R., 2008, Dokumenter: Dari Ide sampai Produksi,

    Jakarta: FFTV-IKJ Press.

    [18]. Semedhi, Bambang, 2011, Sinematografi-Videografi, Bogor: Ghalia

    Indonesia

    [19]. Surya, 2011, Seputaran Minuman Keras.

    [20]. Pakpahan, Don Meyler, Produser, 2015, Potensi Pohon Aren, TV One,

    Tomohon, Indonesia, 20 menit.

    [21]. Tewu, Fredy, 2008, Lestarikan (Budaya) Minum Captikus,

    kabarindonesia.com diakses tanggal 6 Juni 2016.

  • 15

    [22]. Rompas, Rommy, 2015, 85 Persen Tindak Kriminal di Minahasa

    Lantaran Miras, manadotoday.co.id diakses tanggal 28 Maret 2016.

    [23]. Herdiansyah, Haris, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-

    Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika.

    [24]. Sarwono, Jonathan, 2007, Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual,

    Yogyakarta: Andi.

    [25]. Ayawaila, Gerzon R., 2008, Dokumenter: Dari Ide sampai Produksi,

    Jakarta: FFTV-IKJ Press.

    [26]. Gumelar, M.S., 2011, Academic Writing, Jakarta: Lulu.com

    [27]. Sutisno, P.C.S., 1993, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan

    Video, Jakarta: PT Grasindo.

    [28]. Jubilee Enterprise, 2010, 30 Ide Bisnis untuk Siapa pun, Jakarta: Elex

    Media Komputerindo.