-
Perancangan Film Dokumenter mengenai Budaya
Minuman Keras pada Masyarakat Minahasa
Artikel Ilmiah
Peneliti :
Wangun Rondor Christian Parengkuan (692010056)
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Maret 2016
-
1
1. Latar Belakang Masalah Minuman keras adalah minuman yang
mengandung alkohol yang bila
dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus dapat merugikan
dan
membahayakan jasmani, rohani maupun bagi kepentingan perilaku
dan cara
berpikir kejiwaan, sehingga akibat lebih lanjut akan
mempengaruhi kehidupan
keluarga dan hubungan masyarakat sekitarnya [1]. Minuman
beralkohol
dikelompokan 3 golongan yaitu, Golongan A (kandungan etanol
kurang dari 5%),
Golongan B (kandungan etanol 5% sampai dengan 20%), dan Golongan
C
(kandungan etanol lebih dari 20%) [2]. Di Kabupaten Minahasa,
Sulawesi Utara,
ada berbagai jenis minuman keras, dan jenis minuman keras yang
paling banyak
dikonsumsi serta paling mudah diperoleh oleh masyarakat adalah
minuman keras
tradisional, berdasarkan hasil survey Badan Penelitian Dan
Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Sebagian besar pengonsumsi
minuman
keras adalah pelajar yang berumur antara 15-24 tahun (15.2%)
[3].
Berdasarkan penelitian awal di Kepolisian Resor Minahasa,
didapatkan
data bahwa di Kabupaten Minahasa 85% dari tindak pidana yang
terjadi dipicu
oleh pengkonsumsian minuman keras dengan 30% dari total tindak
pidana yang
dipicu oleh minuman keras tersebut dilakukan oleh pelajar.
Mayoritas dari
tindakan pidana yang dilakukan oleh pelajar adalah pemukulan dan
tawuran antar
sesama pelajar [4]. Konsumsi minuman keras di Minahasa sudah
menjadi tradisi
turun-temurun dalam kehidupan masyarakat Minahasa. Minuman keras
dijadikan
sebagai penghangat tubuh saat ada acara-acara seperti pesta
nikah dan kedukaan
serta acara-acara lainnya [5]. Minuman keras berkaitan erat
dengan budaya
masyarakat Minahasa. Pohon aren yang menjadi sumber dari minuman
keras
tradisional masyarakat Minahasa dijadikan mas kawin di banyak
daerah di
Minahasa, dan beberapa daerah masih memelihara tradisi itu
sampai sekarang [6].
Pemerintah Kabupaten Minahasa bersama dengan Kepolisian
Resor
Minahasa saat ini sedang gencar melaksanakan Gerakan Anti Mabuk
dengan
slogan "Brenti Jo Bagate!" yang berarti "Stop Minum Minuman
Keras!".
Pemerintah melakukan beberapa upaya pengurangan konsumsi minuman
keras
dengan razia minuman keras dan memasang baliho slogan "Brenti Jo
Bagate!" di
jalan ataupun di pusat-pusat keramaian. Berdasarkan dengan
observasi dan
pengamatan yang dilakukan, kampanye Gerakan Anti Mabuk, saat ini
masih
memakai media luar ruang seperti spanduk, brosur, dan baliho
sebagai media
informasi yang belum dapat menyajikan informasi secara
terperinci. Untuk
memaksimalkan informasi yang bisa didapatkan oleh masyarakat
maka
diperlukan alternatif media informasi yang salah satunya adalah
film, dalam hal
ini film dokumenter. Film dokumenter bertujuan untuk membahas
sebuah
peristiwa yang belum atau tidak pernah terungkap dengan jelas,
dalam hal ini
budaya minuman keras dan pengaruhnya dalam masyarakat
Minahasa.
Berdasarkan latar belakang ini, maka penelitian dilakukan
untuk
merancangan film dokumenter sebagai media informasi guna
mengetahui
mengenai budaya minuman keras pada masyarakat Minahasa. Film
dokumenter
ini diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam menginformasikan
pengaruh
budaya minuman keras pada masyarakat.
-
2
2. Tinjauan Pustaka Penelitian terdahulu dengan judul
"Perancangan Film Dokumenter
Siwaluh Jabu (Studi Kasus: Rumah Adat Suku Karo, Sumatera
Utara), yang
membahas tentang rumah tradisional Suku Karo yang terlantar dan
hampir punah
karena perkembangan zaman [7].
Penelitian terdahulu terdahulu dengan judul "Perancangan Iklan
Bahaya
Mengkonsumsi Miras Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo",
yang
membahas tentang perancangan media komunikasi visual untuk
menginformasikan bahaya minuman keras pada Dinas Kesehatan di
Kabupaten
Purworejo, Jawa Tengah [8].
Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, keunggulan dari
penelitian
ini dalam teknis pengambilan gambar seperti pengambilan gambar
dengan hidden
camera untuk menampilkan keadaan nyata di lapangan, juga untuk
mendapatkan
ekspresi dari narasumber secara nyata. Penelitian ini juga
membahas pengaruh
budaya masyarakat Minahasa yang mempengaruhi konsumsi minuman
keras pada
masyarakat Minahasa.
Media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses
penyaluran
informasi [9]. Media merupakan salah satu komponen komunikasi,
yaitu sebagai
pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan [10].
Media Informasi adalah alat untuk mengumpulkan dan menyusun
kembali
sebuah informasi sehingga menjadi bahan yang bermanfaat bagi
penerima
informasi, media informasi adalah “alat-alat grafis, fotografis
atau elektronis
untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi
visual” [11].
Multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input
atau
output dari data, media ini dapat berupa audio, animasi, video,
teks, grafik, dan
gambar [12]. Multimedia adalah Kombinasi dari tiga elemen:
suara, gambar, dan
teks [13].
Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual
untuk
menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul
di suatu
tempat tertentu. Pesan film pada komunikasi massa dapat
berbentuk apa saja
tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah
film dapat
mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan
informasi [14].
Film dapat dikelompokan ke dalam dua pembagian dasar, yaitu
kategori film
cerita dan non cerita. Pendapat lain menggolongkan menjadi film
fiksi dan non
fiksi. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan
cerita yang dikarang,
dan dimainkan oleh aktor dan aktris [15].
Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau
kejadian,
melainkan merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi. Film
dokumenter
tidak memiliki plot namun memiliki struktur yang umumnya
didasarkan oleh
tema atau argumen dari sineasnya. Struktur bertutur film
dokumenter umumnya
sederhana dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk memahami
dan
mempercayai fakta-fakta yang disajikan. Film dokumenter dapat
digunakan untuk
berbagai macam maksud dan tujuan seperti: informasi atau berita,
biografi,
pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi, propaganda, dan lain
sebagainya [16].
Ada beberapa jenis dari film dokumenter, seperti: Film
dokumenter laporan
perjalanan, film dokumenter sejarah, film dokumenter
potret/biografi, film
-
3
dokumenter perbandingan/kontradiksi, film dokumenter ilmu
pengetahuan, film
dokumenter nostalgia, film dokumenter rekonstruksi, film
dokumenter
investigasi, film dokumenter association picture story, film
dokumenter buku
harian, serta dokudrama [17].
Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris
cinematography
yang berasal daribahasa Yunani, kinema yang berarti pergerakan
dan graph yang
berarti menulis. Sinematografi membahas tentang teknik menangkap
gambar dan
menggabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar
yang dapat
menyampaikan ide. Sinematografi memiliki objek yang sama dengan
fotografi
yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Penyampaian
ide pada
fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada
sinematografi
memanfaatkan rangkaian gambar. Sinematografi adalah gabungan
antara fotografi
dengan teknik perangkaian gambar yang dalam sinematografi
disebut montase
(montage) [18]. Sinematografi terdiri dari beberapa bagian yaitu
shot (Long Shot,
Full Shot, Medium Shot, Close-up Shot, Extreme Close-up Shot),
camera
movement (Pan, Tilt, Dolly, Track, Pedestal, Zoom), dan angle
(Eyelevel, Low,
High, Point-of-View).
Minuman keras adalah semua minuman yang mengandung alkohol
(zat
psikoaktif) bersifat adiktif yang bekerja secara selektif,
terutama pada otak,
sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, dan
kognitif, serta
bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus dapat
merugikan dan
membahayakan jasmani, rohani maupun bagi kepentingan perilaku
dan cara
berfikir kejiwaan. Perilaku penggunaan minuman keras saat ini
merupakan
permasalahan yang cukup berkembang dan menunjukkan kecenderungan
yang
meningkat dari tahun ke tahun, yang akibatnya dirasakan dalam
bentuk
perkelahian, perbuatan asusila, dan maraknya premanisme
[19].
Minuman keras tradisional masyarakat Minahasa atau yang biasa
disebut
“Cap Tikus” adalah hasil penyulingan dari nira pohon aren. “Cap
Tikus” memiliki
kandungan alcohol diatas 20% atau masuk dalam minuman beralkohol
Golongan
C. “Cap Tikus” juga dapat dimurnikan menjadi bioetanol yang
dapat dijadikan
alternatif bahan bakar. Dalam budaya, pohon aren sering
dijadikan mas kawin
oleh masyarakat Minahasa [20]. “Cap Tikus” adalah warisan budaya
Minahasa
yang dulunya diartikan sebagai budaya sehat serta menjadi bagian
pergaulan.
Mayoritas orang dewasa di Minahasa dulu meminum “Cap Tikus”
untuk
menghangatkan tubuh dari udara dingin serta kelelahan setelah
bekerja. Pada
perkembangannya “Cap Tikus” dikonsumsi dalam berbagai acara
seperti pesta
nikah, kedukaan, pertemuan-pertemuan, serta untuk menyambut tamu
[21].
Disaat minuman keras menjadi penyebab 85% tindakan kriminal di
daerah
Minahasa, minuman keras juga yang menjadi mata pencarian dari
banyak orang
di Minahasa . Dari 85% tindakan pidana di Kabupaten Minahasa
dipicu oleh
pengkonsumsian minuman keras dengan 30% dari total tindakan
pidana tersebut
dilakukan oleh pelajar. Mayoritas tindakan pidana yang dilakukan
oleh pelajar
adalah pemukulan dan tawuran [22].
-
4
3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam
perancangan film dokumenter
ini adalah metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang
memiliki
karakteristik yaitu fleksibel atau berubah-ubah. Metode
kualitatif menghasilkan
data tidak dalam bentuk angka melainkan berupa teks, dokumen,
gambar, foto
maupun objek-objek yang ditemukan di lapangan selama penelitian
berlangsung.
Informasi yang diperoleh melalui metode kualitatif, yaitu dengan
melakukan
observasi dan wawancara. Penelitian kualitatif lebih ditujukan
untuk mencapai
pemahaman mendalam mengenai organisasi atau peristiwa khusus
[23].
Untuk strategi penelitian digunakan linear strategy yang adalah
strategi
yang menetapkan urutan logis pada tahapan perancangan yang
sederhana dan
mudah dipahami komponennya. [24].
Gambar 1 Tahapan Perancangan linear strategy
Identifikasi Masalah
Dalam perancangan linear strategy terdapat empat tahap dalam
pelaksanaannya, tahap pertama yaitu identifikasi masalah. Untuk
mengidentifikasi
masalah dilakukan wawancara dengan Kepala Satuan Narkoba
Kepolisian Resor
Minahasa bapak AKP Drs. Frangky Ruru, didapatkan hasil bahwa
konsumsi
minuman keras yang berlebihan oleh masyarakat khususnya pelajar
mengganggu
ketertiban sosial. Banyak tindak kriminal yang terjadi seperti
pemukulan dan
tawuran serta kecelakaan lalu lintas terjadi karena konsumsi
minuman keras yang
berlebihan.
Meskipun telah gencar mengadakan kampanye Gerakan Anti Mabuk
dengan slogan “Brenti Jo Bagate!” dengan menggunakan media cetak
dan media
luar ruang seperti spanduk, baliho serta iklan dan koran, yang
bertujuan untuk
meminimalisir pengkonsumsian minuman keras, namun penyampaian
informasi
masih minim. Penggunaan media luar ruang serta media cetak hanya
dapat
memberikan sedikit informasi tentang masalah minuman keras di
Minahasa yang
merupakan masalah yang kompleks.
Wawancara juga dilakukan dengan kepala sekolah SMA N 1
Kawangkoan, ibu Dazy Moniung, S.Pd., M.Pd., dengan hasil bahwa
siswa yang
telah mengkonsumsi minuman keras tidak fokus selama pelajaran
berlangsung
serta kerap membuat masalah di sekolah seperti membangkang
kepada guru.
Pelajar yang telah mengkonsumsi minuman keras juga sering tidak
masuk kelas
bahkan tidak masuk sekolah. Minuman keras juga berpengaruh
secara langsung
pada prestasi dari pelajar yang mengkonsumsinya.
Menurut keterangan yang diberikan oleh bapak Ventje
Rondonuwu,
seorang tokoh masyarakat Desa Kayuuwi, minuman keras adalah
sesuatu yang
sulit dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Minuman keras
menjadi minuman
untuk menyambut tamu dalam berbagai kesempatan seperti pada
acara
pernikahan, ulang tahun, kedukaan bahkan pada peringatan hari
raya keagamaan
serta ritual-ritual adat suku Minahasa.
-
5
Pengumpulan Data Setelah proses identifikasi masalah, tahap
selanjutnya ialah pengumpulan
data. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
bertujuan untuk
perancangan film dokumenter. Metode pengumpulan data secara
primer
dilakukan melalui wawancara kepada Kepala Satuan Narkoba
Kepolisian Resor
Minahasa, dengan hasil yaitu:
- Sekitar 85% tindakan kriminal yang terjadi di Minahasa
disebabkan oleh minuman keras.
- Informasi tentang usaha yang telah dilakukan kepolisian dalam
merazia minuman keras dan penjual minuman keras yang tidak memiliki
izin yang
sesuai.
- Informasi tentang usaha yang telah dilakukan kepolisian untuk
mensosialisasikan kampanye Gerakan Anti Mabuk dan kerjasama
dengan
instansi-instansi lainnya.
- Daftar kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh pengaruh
minuman keras. - Data tindakan kriminal yang dilakukan oleh
pelajar
Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA N1 Kawangkoan
mendapatkan
data, yaitu:
- Pelajar yang mengkonsumsi minuman keras tidak fokus dalam
kegiatan belajar mengajar.
- Pelajar yang mengkonsumsi minuman keras sering membuat masalah
pada jam sekolah.
- Pelajar yang mengkonsumsi minuman keras sering bolos sekolah.
Wawancara dengan Tokoh Masyarakat Desa Kayuuwi mendapatkan data
tentang minuman keras dalam kehidupan masyarakat, yaitu:
- Pengkonsumsian minuman keras terjadi disegala acara perayaan
masyarakat seperti acara nikah, kedukaan, ulang tahun, pengucapan
syukur, ritual adat
dan acara-acara lainnya.
- Minuman keras tradisional menjadi mata pencarian bagi para
petaninya serta para distributor.
Sedangkan pengumpulan data secara sekunder dilakukan melalui
media
luar ruang dan media cetak seperti koran, baliho, iklan, berita
televisi, serta
observasi secara langsung di lapangan. Pengumpulan data untuk
keperluan
perancangan film melalui buku-buku dan artikel ilmiah serta
melalui media-media
online.
Perancangan Film
Data yang didapatkan dari pengumpulan data akan dijadikan acuan
untuk
tahap kedua, yaitu perancangan Film Dokumenter. Perancangan film
meliputi pra-
produksi, produksi serta pasca-produksi. Tahap kedua dapat
diuraikan sebagai
berikut.
-
6
Gambar 2 Tahapan perancangan film dokumenter
Tahap pra-produksi terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Film dokumenter ini berjenis dokumenter investigasi. Film
dokumenter investigasi berisi peristiwa yang belum atau tidak
pernah terungkap dengan
jelas [25]. Konsep dasar film dokumenter ini adalah
menginformasikan
kepada masyarakat Minahasa, tentang pengaruh dari budaya minuman
keras
di Minahasa. Sudut pandang yang digunakan dalam perancangan
film
dokumenter ini adalah objective point of view, yaitu seluruh
cerita dalam film
dibangun berdasarkan sudut pandang pembuat film.
b. Storyline adalah keseluruhan cerita dari awal sampai akhir
dalam berbagai bentuk tulisan, script, screenplay, copyplay,
stageplay dan berbagai coretan
teks sementara lainnya yang nanti bisa digabungkan menjadi satu
cerita utuh
[26]. Berikut adalah storyline pada film dokumenter pengaruh
Minuman
Keras pada Pelajar di Minahasa. Film ini diawali dengan transisi
gambar yang
menampilkan landmark Minahasa, serta ciri khas kehidupan
masyarakat
Minahasa. Kompilasi video tentang masalah yang terjadi di
Minahasa yang
disebabkan oleh minuman keras ditampilkan setelahnya. Seorang
polisi
mendeskripsikan tentang peraturan serta masalah yang ditimbulkan
oleh
minuman keras dengan footage tentang masalah yang dideskripsikan
oleh
polisi. Scene berikutnya menampilkan seorang petani minuman
tradisional
yang bercerita tentang asal dari minuman tradisional, manfaat
pohonnya, serta
bagaimana itu menjadi sebuah pekerjaan yang dapat menghidupi
keluarga
diselingi dengan potongan-potongan klip keadaan pertanian
minuman keras
tradisional serta proses pembuatan minuman keras tradisional.
Berikutnya
seorang guru mengemukakan tentang pengaruh minuman keras kepada
pelajar
disekolah maupun diluar sekolah, dan seorang pelajar bercerita
bagaimana
awalnya mengenal minuman keras serta mudahnya mendapatkan
minuman
-
7
keras disertai potongan-potongan klip keadaan sekolah dan
kegiatan yang
biasa dilakukan pelajar di dalam serta di luar sekolah. Film
dokumenter ini
ditutup dengan himbauan-himbauan tentang pengaruh minuman keras
beserta
data yang ada.
c. Treatment merupakan kerangka film yang diuraikan secara
deskriptif seperti jenis shoot dan tujuan pengambilan gambar [27].
Berikut adalah treatment
Film Dokumenter pengaruh miras pada Pelajar. Scene 1 (LS) Int :
(night)
Menampilkan opening film dokumenter
Cut to....
Scene 2 (FS) Int :
Menampilkan judul film dokumenter
Cut to....
Scene 3 (LS) Int : (day)
Menampilkan wawancara dengan topik faktor pengkonsumsian minuman
keras
Cut to....
Scene 4 (FS) Int : (night)
Menampilkan footage pengaruh lingkungan bagi pelajar
Cut to....
Scene 5 (LS) Int : (day)
Menampilkan wawancara dengan topik akibat pengkonsumsian minuman
keras
Cut to....
Scene 6 (ECU) Int : (day)
Menampilkan masalah yang ditimbulkan oleh pengkonsumsian minuman
keras
Cut to....
Scene 7 (CU) Int : (day)
Menampilkan wawancara dengan topik penanganan serta pencegahan
konsumsi
miras
Cut to....
Scene 8 (CU) Int : (day)
Menampilkan media-media luar ruang apa saja yang digunakan
Scene 9 (CU) Int : (day)
Menampilkan himbauan oleh berbagai pihak tentang konsumsi
minuman keras
Cut to...
Scene 10 (FS) Int : (day)
Sebagai penutup menampilkan closing credits
Dip to black
d. Storyboard merupakan rangkaian gambar sketsa yang
merepresentasikan alur sebuah cerita. Langkah ini nantinya
bertujuan untuk memudahkan dalam
mengaplikasikan pengambilan gambar menggunakan kamera[28].
Perancangan storyboard Film dokumenter dapat dilihat pada tabel
berikut.
-
8
Tabel 1 Storyboard perancangan film dokumenter No Scene
Shoot/angle/moving Timeline Deskripsi
1
Close-up, High
angle, Pan to left
00:12:24 Menampilkan kebiasaan
meminum minuman keras
2
Still 00:45:00 Judul
3
Close-up, Eye level,
still
00:50:18 Wawancara dengan tentang
pengaruh lingkungan
4
Close-up, Low
angle, move left
01:51:29 Menampilkan bebasnya
konsumsi miras
5
Close-up, eye level,
still
03:31:47 Wawancara tentang usaha
apa saja yang dilakukan
untuk mengurangi konsumsi
minuman keras
6
Full shot, low angle,
still
04:56:14 Menampilkan media luar
ruang yang membantu usaha
pengurangan konsumsi
minuman keras
7
Close-up, eye level,
still
06:27:16 Wawancara tentang masalah
apa saja yang ditimbulkan
oleh pengkonsumsi miras
8
Medium shot, high
angle, pan to left
07:42:01 Menampilkan kurangnya
kontrol diri saat dibawah
pengaruh minuman keras
9
Close-up, Eye level,
Still
09:38:46 Himbauan dari berbagai
pihak untuk mengurangi
konsumsi minuman keras
10
Still 11:26:32 Closing credits
-
9
Setelah proses pra-produksi dilaksanakan tahap produksi, yaitu
tahap
pengambilan gambar dengan menggunakan kamera DSLR (Digital
Single-lens
Relflex) dan high-definition camcorder serta beberapa alat bantu
seperti tambahan
lensa kamera, tripod, camera stabilizer, dan slider. Proses
pengambilan gambar
tetap disesuaikan dengan rancangan storyboard mulai dari shot,
angle, dan
camera movement. Proses produksi juga mengambil gambar sebagai
stock untuk
melengkapi film. Beberapa gambar dari proses pengambilan gambar
dan stock
footage dapat dilihat pada Gambar 3.
(a) Persiapan
pengambilan gambar
(b) Perlengkapan
pengambilan gambar
(c) Proses pengambilan
gambar
Gambar 3 Aktivitas proses produksi.
Tahap berikut dari rangkaian proses perancangan ini adalah tahap
pasca-
produksi. Langkah pertama pada tahap ini adalah offline editing,
dimana footage
mentah dari hasil pengambilan gambar disalin dan dilakukan
cut-to-cut untuk
mendapatkan kerangka video yang sesuai dengan rencana proses
pra-produksi.
Gambar 4 Proses cut-to-cut
Tahap selanjutnya dari proses ini adalah online editing. Pada
tahap ini
terdapat proses editing seperti color grading, closing credits,
dan sound editing.
Pada tahap color grading dilakukan penyesuaian warna dari tiap
footage video
memperbaiki dan menyelaraskan komposisi warna dari video untuk
menentukan
suasana dari video. Ada dua versi color grading yaitu
penyesuaian dengan warna
hangat dan penyesuaian dengan warna dingin, dan color grading
yang digunakan
dalam film dokumenter ini adalah penyesuaian dengan warna
dingin. Penyesuaian
dengan warna dingin untuk meberi kesan tenang sekaligus berkesan
sedih.
(a) Sebelum grading (b) Sesudah grading
Gambar 5 Proses color grading sebelum dan sesudah
-
10
Tahap berikutnya dari proses ini adalah titling. Titling adalah
proses
pembuatan tulisan yang akan digunakan sebagai judul, subtitle,
serta credit title
yang berfungsi untuk memberikan informasi tambahan kepada
audience.
(a) Pembuatan subtitle (b) Pembuatan closing credit
Gambar 6 Proses titling Tahap terakhir dalam proses perancangan
ini adalah rendering, proses ini
dilakukan setelah tahap editing baik video maupun audio telah
selesai dilakukan.
Format video coding H.264 (MPEG-4 Advanced Video Coding) dengan
resolusi
720p (1,280 × 720 progressive scan) dengan frame rate 24p
(23.976 Frame Per
Second) untuk video output dipilih agar video yang dihasilkan
memiliki ukuran
data yang relatif kecil namun tetap memiliki kualitas gambar
high-definition dan
kualitas suara yang baik yang dapat menjadikan video ini mudah
disebarkan
melalui berbagai media digital seperti media sosial.
-
11
4. Hasil dan Pembahasan Hasil dari perancangan ini adalah Film
Dokumenter yang dapat digunakan
sebagai media informasi pengaruh dari minuman keras bagi
kehidupan
masyarakat Minahasa khususnya pada pelajar. Scene 1 dan 2 adalah
pembukaan
film dokumenter ini ditampilkan judul serta kehidupan masyarakat
Minahasa
yang dapat dilihat pada Gambar 7. Jenis shot yang digunakan
adalah close-up
dengan pergerakan kamera panning.
(1) Pengkonsumsian minuman keras. (2) Judul film dokumenter.
Gambar 7 Opening scene film dokumenter
Bagian berikut dalam film dokumenter adalah scene 3 dan 4 yang
berisi
wawancara tentang apa saja faktor yang menyebabkan banyaknya
pengkonsumsian minuman keras pada pelajar yang dapat dilihat
pada Gambar 8.
Jenis shot yang digunakan adalah close-up tanpa pergerakan
kamera.
(3) Wawancara mengenai pengkonsumsian
miras. (4) Bebasnya peredaran minuman keras.
Gambar 8 Kompilasi video masalah tentang minuman keras Gambar
berikut adalah scene 5 dan 6 yang menampilkan yang
menampilkan wawancara tentang pengaruh minuman keras pada
pelajar, dapat
dilihat pada Gambar 10. Jenis shot yang digunakan adalah
close-up dengan
pergantian ke medium shot.
(a) Penjelasan tentang pengaruh minuman
keras pada pelajar (b) Akibat pengkonsumsian miras.
Gambar 9 Keadaan pertanian minuman keras tradisional Bagian
berikut dalam film dokumenter ini adalah scene 7 dan
8penjelasan
dari usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah, sekolah serta
pihak kepolisian
dalam menekan pengkonsumsian minuman keras yang dapat dilihat
pada Gambar
9. Jenis shot yang digunakan adalah close-up dengan pergantian
ke medium shot
serta full shot.
-
12
(7) Penjelasan tentang apa saja usaha yang
telah dilakukan. (8) Media luar ruang yang telah dipajang.
Gambar 10 Penjelasaan tentang pengaruh minuman keras pada
pelajar Bagian berikut adalah scene 9 dan 10 yang berisi himbauan
dari berbagai
pihak untuk mengurangi bahkan menghentikan konsumsi minuman
keras.
(9) Himbauan (10) Closing credits
Gambar 11 Penjelasan polisi tentang faktor utama pengkonsumsian
minuman keras oleh
pelajar
Perancangan Media
Film Dokumenter yang telah dirancang ini nantinya dapat
digunakan
sebagai media informasi untuk membantu kampanye Gerakan Anti
Mabuk oleh
Pemerintah Kabupaten Minahasa maupun Kepolisian Resor
Minahasa.
Perancangan film dokumenter dapat diimplementasikan ke berbagai
media
seperti pada CD untuk dibagikan kepada masyarakat khususnya pada
pelajar,
menjadi alat bantu dalam kampanye Gerakan Anti Mabuk dengan
slogan “Brenti
Jo Bagate”, serta dapat di unggah di media social seperti
Youtube untuk
mempermudah penyebaran dan memperluas jangkauan dari film
dokumenter
yang telah dirancang. Film dokumenter juga dapat ditayangkan di
tempat-tempat
yang disediakan seperti ruang tunggu kantor polisi dan televisi
lokal.
Pengujian
Pengujian dilakukan secara kualitatif kepada bapak AKP Drs.
Frangky
Ruru selaku Kepala Satuan Narkoba Kepolisian Resor Minahasa yang
secara
membawahi masalah minuman keras, untuk mengetahui apakah film
dokumenter
yang dirancang kontennya sesuai untuk menjadi media informasi
bagi masyarakat
khususnya pelajar tentang pengaruh minuman keras serta dapat
membantu
kampanye Gerakan Anti Mabuk dengan slogan “Brenti Jo
Bagate”.
Wawancara dengan bapak AKP Drs. Frangky Ruru mendapatkan
hasil
bahwa, film dokumenter yang dirancang kontennya sudah sesuai
dengan
penelitian awal. Informasi tentang faktor apa yang menyebabkan
pelajar
mengkonsumsi minuman keras karena ada penjelasan dari berbagai
sumber.
Akibat dari pengkonsumsian minuman keras yang tidak
bertanggungjawab karena
ada footage yang membuktikan dari pengaruh minuman keras itu.
Mudahnya
minuman keras diperoleh dan dikonsumsi oleh semua kategori umur
karena ada
penjelasan serta footage-nya, serta tindakan apa saja yang telah
dilakukan untuk
-
13
mengurangi penggunaan minuman keras di masyarakat sesuai dengan
fakta yang
ada di lapangan. Film dokumenter tentang budaya minuman keras
ini dapat
menjelaskan pengaruh budaya dalam pengkonsumsian minuman keras
di
Minahasa dengan lebih mendalam dibandingkan media informasi yang
digunakan
sebelumnya (media luar ruang dan media cetak). Berdasarkan
pengujian yang
telah dilakukan, film dokumenter yang telah dirancang sudah
layak untuk
digunakan sebagai media untuk menginformasikan pengaruh budaya
minuman
keras pada masyarakat Minahasa.
Kemudian juga ada evaluasi kepada videografer yang dilakukan
melalui
wawancara kepada George Nicolas Huwae, S.Pd., M.I.Kom. untuk
mengetahui
apakah perancangan film dokumenter, sinematografi, proses
editing, pemilihan
backsound, serta color grading sudah sesuai. Dari pengujian yang
telah
dilakukan, didapatkan hasil yaitu teknik sinematografi yang
digunakan dalam
video ini secara keseluruhan sudah jelas, serta segi audio sudah
jelas. Sebagai
masukan, menambahkan name tag dari narasumber.
Pengujian kepada target audience dilakukan kepada Mario A.
Warouw
untuk mengetahui apakah informasi yang ada pada film dokumenter
dapat
tersampaikan. Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan
hasil bahwa
informasi yang ada pada film dokumenter tentang pengaruh budaya
minuman
keras di Minahasa dapat dimengerti. Informasi yang ada dapat
dimengerti karena
ada penjelasan dari berbagai sumber, yang ditinjau dari berbagai
sudut pandang.
Saran untuk film dokumenter ini adalah perbanyak informasi
pendukung yang
diambil dari media massa. Film ini secara keseluruhan sudah
layak untuk
dijadikan sebagai media informasi tentang pengaruh budaya
minuman keras di
Kabupaten Minahasa.
5. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada
perancangan Film
Dokumenter mengenai Pengaruh Budaya Minuman Keras Minahasa,
maka
disimpulkan bahwa film dokumenter yang telah dirancang sudah
sesuai dan layak
untuk dijadikan media informasi mengenai pengaruh budaya minuman
keras di
Kabupaten Minahasa kepada masyarakat. Konten film dokumenter
sudah sesuai
dan sudah detail karena adanya penjelasan dari berbagai sumber
seperti pihak
kepolisian, sekolah, gereja, petani minuman keras, serta dari
pelajar.
-
14
6. Pustaka
[1]. Wresniwiro, 1999, Narkoba dan Pengaruhnya. Jakarta: Widya
Medika.
[2]. Republik Indonesia, 2013, Peraturan Presiden Republik
Indonesia No. 74
Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman
Beralkohol,
Jakarta: Sekretariat Kabinet RI.
[3]. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2009, Laporan
Hasil
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Sulawesi Utara
Tahun
2007, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
[4]. Rompas, Rommy, 2015, 85 Persen Tindak Kriminal di
Minahasa
Lantaran Miras, manadotoday.co.id diakses tanggal 28 Maret
2016.
[5]. Parengkuan, Fendy, 2011, Minum Miras Sampai Mabuk Bukan
Budaya
Masyarakat, manado.tribunnews.com diakses tanggal 6 Juni
2016.
[6]. Pakpahan, Don Meyler, Produser, 2015, Potensi Pohon Aren,
TV One,
Tomohon, Indonesia, 20 menit.
[7]. Saputra, Gian, 2015, Perancangan Film Dokumenter Siwaluh
Jabu (Studi
Kasus : Rumah Adat Suku Karo, Sumatera Utara).
[8]. Handaka, R. Wahyu, 2014, Perancangan Iklan Bahaya
Mengkonsumsi
Miras Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo.
[9]. AECT Task Force on Definiton and Technology, 1977, The
Definition of
Educational Technology, Washington D.C.: Association for
Educational
Communications and Technology.
[10]. Criticos, C., 1996, Media selection. Plomp, T., & Ely,
D. P. (Eds.):
International Encyclopedia of Educational Technology, 2nd
edition, New
York: Elsevier Science, Inc.
[11]. Sobur, Alex, 2006, Semiotika Komunikasi, Bandung: Pustaka
Setia.
[12]. Turban., dkk, 2002, Aplikasi Multimedia Kreatif,
Yogyakarta: Paradigma.
[13]. McCormick, Patty, 1996, Patty McCormick’s Pieces of an
American
Quilt: Quilts, Patterns, Photos and Behind the Scenes Stories
from the
Movie
[14]. Effendy, Onong Uchjana. 1986, Dimensi-Dimensi Komunikasi,
Bandung:
Alumni.
[15]. Sumarno, Marselli. 1996, Dasar-dasar Apresiasi Film,
Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
[16]. Pratista, Himawan. 2008, Memahami Film, Yogyakarta:
Homerian
Pustaka.
[17]. Ayawaila, Gerzon R., 2008, Dokumenter: Dari Ide sampai
Produksi,
Jakarta: FFTV-IKJ Press.
[18]. Semedhi, Bambang, 2011, Sinematografi-Videografi, Bogor:
Ghalia
Indonesia
[19]. Surya, 2011, Seputaran Minuman Keras.
[20]. Pakpahan, Don Meyler, Produser, 2015, Potensi Pohon Aren,
TV One,
Tomohon, Indonesia, 20 menit.
[21]. Tewu, Fredy, 2008, Lestarikan (Budaya) Minum Captikus,
kabarindonesia.com diakses tanggal 6 Juni 2016.
-
15
[22]. Rompas, Rommy, 2015, 85 Persen Tindak Kriminal di
Minahasa
Lantaran Miras, manadotoday.co.id diakses tanggal 28 Maret
2016.
[23]. Herdiansyah, Haris, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif
Untuk Ilmu-
Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika.
[24]. Sarwono, Jonathan, 2007, Metode Riset untuk Desain
Komunikasi Visual,
Yogyakarta: Andi.
[25]. Ayawaila, Gerzon R., 2008, Dokumenter: Dari Ide sampai
Produksi,
Jakarta: FFTV-IKJ Press.
[26]. Gumelar, M.S., 2011, Academic Writing, Jakarta:
Lulu.com
[27]. Sutisno, P.C.S., 1993, Pedoman Praktis Penulisan Skenario
Televisi dan
Video, Jakarta: PT Grasindo.
[28]. Jubilee Enterprise, 2010, 30 Ide Bisnis untuk Siapa pun,
Jakarta: Elex
Media Komputerindo.