Top Banner
Jurnal Intelegensia Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 59 PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI PERGURUAN TINGGI Barowi, Siti Faiqotul Fazat ABA 1 Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara [email protected] Abstrak: Tulisan ini dibuat bertujuan untuk memberi motifasi kepada para akademisi mengenai pentingnya mempelajari dan memahami bahasa Indonesia dengan benar. Diduga banyak mahasiswa maupun masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa berbahsa namun tanpa mengikuti kaidah berbahasa yang benar. Bahasa yang benar adalah bahasa yang idealnya menaati kaidah secara penuh. Ketepatan kaidah tata bahasa, intonasi, serta ekspresi adalah komponen yang mutlak harus dipenuhi oleh sang pembicara. Bahasa yang benar ini digunakan dalam situasi formal yang cenderung kaku dan bersifat satu arah dalam situasi lisan. Misalnaya berpidato yang sungguh-sungguh taat asas terhadap kaidah. Sedangkan bahasa yang baik adalah bahasa yang memiliki kesesuaian situasi dan kondisi pembicaraan.Menjadi tanggung jawab bersama mengenai eksistensi bahasa Indonesia di negeri tercinta ini utamanya para akademisi dan praktisi pendidikan. Kata kunci: Pembelajaran, Bahasa Indonesia, Perguruan Tinggi Abstract: This paper aims to motivate academics about the importance of studying and understanding Indonesian properly. It is suspected that many students and Indonesians are accustomed to speaking the language but without following the correct language rules. The correct language is the language which ideally adheres to the rules in full. The accuracy of the rules of grammar, intonation, and expression is a component that absolutely must be fulfilled by the speaker. This correct language is used in formal situations which tend to be rigid and one-way in oral situations. For example, giving a speech that really adheres to the principles of the rules. Meanwhile, a good language is a language that has the suitability of the situation and conditions of the conversation. It becomes a joint responsibility regarding the existence of Indonesian in this beloved country, especially academics and education practitioners. Key words: Learning, Indonesian Language, University 1 Penulis adalah Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta
16

PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jan 25, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 59

PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DI PERGURUAN TINGGI

Barowi, Siti Faiqotul Fazat ABA

1

Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

[email protected]

Abstrak:

Tulisan ini dibuat bertujuan untuk memberi motifasi kepada para

akademisi mengenai pentingnya mempelajari dan memahami bahasa

Indonesia dengan benar. Diduga banyak mahasiswa maupun masyarakat

Indonesia yang sudah terbiasa berbahsa namun tanpa mengikuti kaidah

berbahasa yang benar. Bahasa yang benar adalah bahasa yang idealnya

menaati kaidah secara penuh. Ketepatan kaidah tata bahasa, intonasi, serta

ekspresi adalah komponen yang mutlak harus dipenuhi oleh sang

pembicara. Bahasa yang benar ini digunakan dalam situasi formal yang

cenderung kaku dan bersifat satu arah dalam situasi lisan. Misalnaya

berpidato yang sungguh-sungguh taat asas terhadap kaidah. Sedangkan

bahasa yang baik adalah bahasa yang memiliki kesesuaian situasi dan

kondisi pembicaraan.Menjadi tanggung jawab bersama mengenai

eksistensi bahasa Indonesia di negeri tercinta ini utamanya para akademisi

dan praktisi pendidikan.

Kata kunci: Pembelajaran, Bahasa Indonesia, Perguruan Tinggi

Abstract:

This paper aims to motivate academics about the importance of studying

and understanding Indonesian properly. It is suspected that many students

and Indonesians are accustomed to speaking the language but without

following the correct language rules. The correct language is the language

which ideally adheres to the rules in full. The accuracy of the rules of

grammar, intonation, and expression is a component that absolutely must

be fulfilled by the speaker. This correct language is used in formal

situations which tend to be rigid and one-way in oral situations. For

example, giving a speech that really adheres to the principles of the rules.

Meanwhile, a good language is a language that has the suitability of the

situation and conditions of the conversation. It becomes a joint

responsibility regarding the existence of Indonesian in this beloved

country, especially academics and education practitioners.

Key words: Learning, Indonesian Language, University

1 Penulis adalah Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta

Page 2: PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 60

A. Pendahuluan

Bahasa Indonesia di samping

sebagai alat kumunikasi bagi

masyarakat Indonesia juga sebagai

bahasa peresatuan yang wajib

dipertahankan dan digunakan serta

dibahasakan dengan baik dan benar.

Disayangkan ternyata masih banyak

masyarakat Indonesia yang belum bisa

berbahsa Indonesia dengan baik dan

benar. Perlu dipahami bahwa bahasa

adalah pendukung utama dalam

berkomunikasi antar sesama, bertujuan

dari itu agar pesannya dapat

tersampaikan dengan baik kepada

orang yang melakukan interaksi dan

komunikasi. Di semua belahan negeri

ini mestinya masyarakatnya

menggunakan bahasa sebagai syarat

menyampaikan informasi.

Berbicara tentang bahasa

berarti seseorang atau kelompok

sedang membicarakan sebuah alat,

yaitu sebuah alat yang dapat menjadi

kebutuhan pokok dan menjadi

pemersatu setiap orang yang

memahami bahasa tersebut. Oleh

karena itu mengingat pentingnya

bahasa, terlebih bahasa nasional

Indonesia, maka perguruan tinggi

sebagai institusi yang menangani

pendidikan, tentu bertanggung jawab

untuk memberikan informasi dan

menyampaikan kepada masyarakat

tentang pentingnya berbahasa

Indonesia yang baik dan benar. Karena

berbahasa Indonesia dengan benar

sebagai ciri dan identitas bangsa.

B. Pengertian Bahasa Indonesi yang

baik dan benar

Bahasa yang benar adalah

bahasa yang idealnya menaati kaidah

secara penuh. Ketepatan kaidah tata

bahasa, intonasi, serta ekspresi adalah

komponen yang mutlak harus dipenuhi

oleh sang pembicara. Bahasa yang

benar ini digunakan dalam situasi

formal yang cenderung kaku dan

bersifat satu arah dalam situasi lisan.

Sebagai contoh, kita ambil pidato yang

sungguh-sungguh taat asas terhadap

kaidah.

Bahasa yang baik adalah

bahasa yang memiliki kesesuaian

situasi dan kondisi pembicaraan. Saat

kita berbicara atau menulis, kita akan

menyesuaikan bahasa dan cara

berbicara atau menulis kita dengan

yang diajak bicara dan situasi serta

kondisi pembicaraan. Contohnya, kita

tidak mungkin berbicara menggunakan

bahasa ilmiah dengan seorang anak

TK, kita tidak akan menggunakan

bahasa Indonesia baku saat menulis

buku harian, atau presiden tidak akan

menggunakan bahasa “gaul” saat

berpidato.

Dari uraian di atas dapat kita

simpulkan bahwa bahasa yang baik

dan benar adalah bahasa yang taat

terhadap asas, kaidah yang digunakan

sesuai dengan situasi dan kondisi

pembicaraan yang tepat. Tulisan ilmiah

adalah salah satu bentuk kebahasaan

yang menggunakan bahasa yang baik

dan benar. Presentasi, seminar,

lokakarya, simposium, dan sejenisnya

adalah juga bentuk-bentuk kebahasaan

yang menggunakan bahasa yang baik

dan benar. Atau dapat dijelaskan juga

bahwa Bahasa Indonesia yang baik dan

benar adalah Bahasa Indonesia yang

digunakan sesuai dengan situasi

pembicaraan (yakni, sesuai dengan

lawan bicara, tempat pembicaraan, dan

ragam pembicaraan) dan sesuai dengan

kaidah yang berlaku dalam Bahasa

Indonesia (seperti: sesuai dengan

kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan

tata bahasa).

1. Pemakaian Kata dan Kalimat

Kata yang dipakai dalam

Bahasa Indonesia adalah kata yang

tepat dan serasi serta baku. Kata

yang tepat dan serasi merupakan

kata yang sesuai dengan gagasan

Page 3: PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 61

atau maksud penutur atau sesuai

dengan arti sesungguhnya dan

sesuai dengan situasi pembicaraan

(sepert: sesuai dengan lawan bicara,

topik pembicaraan, ragam

pembicaraan, dsb.). Kata yang baku

merupakan kata yang sesuai dengan

ejaan (yakni: EYD). Kalimat yang

dipakai dalam Bahasa Indonesia

adalah kalimat yang efektif. Kalimat

efektif harus;

a. mudah dipahami oleh orang lain,

b. memenuhi unsur penting kalimat

(minimal ada subjek dan

predikat, terutama untuk ragam

tulis),

c. menggunakan kata yang tepat

dan serasi,

d. gramatikal (seperti:

menggunakan pungtuasi dan kata

yang baku, menggunakan

struktur yang benar, frasa selalu

D-M, menggunakan kata yang

morfologis, menggunakan kata

yang sesuai dengan

fungsinya/kedudukannya),

e. rasional (yakni, menggunakan

gagasan yang dapat dicerna oleh

akal sehat)

f. efisien (menggunakan unsur

sesuai kebutuhan, tidak boleh

berlebihan),

g. tidak ambigu (tidak

menimbulkan dua arti yang

membingungkan).

2. Pemakaian Paragraf dalam

Bahasa Indonesia

Paragraf yang dipakai dalam

Bahasa Indonesia adalah paragraf

yang baik. Paragraf ini harus;

a. mempunyai satu pikiran utama,

b. mempunyai koherensi yang baik

(hubungan antar unsurnya sangat

erat) dan semua unsurnya

tersusun secara sistematis, serta

c. menggunakan kalimat yang

efektif.

C. Kaidah Dasar Bahasa Indonesia

1. Fonologi

Fonologi adalah ilmu

tentang perbendaharaan fonem

sebuah bahasa dan distribusinya.

Hal-hal yang dibahas dalam

fonologi antara lain sebagai berikut.

a. Fonetik dan Fonemik

Bagian dari Tatabahasa

yang mempelajari bunyi-bunyi

bahasa pada umumnya dalam

Ilmu Bahasa disebut fonologi.

Fonologi pada umumnya dibagi

atas dua bagian yaitu Fonetik dan

Fonemik .

- Fonetik adalah ilmu yang

menyelidiki dan menganalisa

bunyi-bunyi ujaran yang

dipakai dalam tutur, serta

mempelajari bagaimana

menghasilkan bunyi-bunyi

tersebut dengan alat ucap

manusia.

- Fonemik adalah ilmu yang

mempelajari bunyi-ujaran

dalam fungsinya sebagai

pembeda arti.

Jika dalam fonetik kita

mempelajari segala macam bunyi

yang dapat dihasilkan oleh alat-

alat ucap serta bagaimana tiap-

tiap bunyi itu dilaksanakan,

maka dalam fonemik kita

mempelajari dan menyelidiki

kemungkinan-kemungkinan,

bunyi-ujaran yang manakah yang

dapat mempunyai fungsi untuk

membedakan arti.

b. Homograf

Page 4: PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 62

Homograf terdiri atas

kata homo berarti sama dan graf

(graph) berarti tulisan. Homograf

ditandai oleh kesamaan tulisan,

berbeda bunyi, dan berbeda

makna. Contoh:

Apel = buah ; apel=upacara

teras = pejabat utama' teras =

lantai depan rumah, teras =

bidang datar yang miring di

perbukitan

serang= mendatangi untuk

menyerang; Serang = nama

tempat

c. Diftong

Diftong adalah vokal

yang berubah kualiasnya. Dalam

sistem tulisan diftong biasa

dilambangkan oleh dua huruf

vokal. Kedua huruf vokal itu

tidak dapat dipisahkan. Bunyi

/aw/ pada kata "harimau" adalah

diftong, sehingga <au> pada

suku kata "-mau" tidak dapat

dipisahkan menjadi "ma·u"

seperti pada kata "mau".

Demikian pula halnya dengan

deretan huruf vokal <ai> pada

kata "sungai". Deretan huruf

vokal itu melambangkan bunyi

diftong /ay/ yang merupakan inti

suku kata "-ngai".

Diftong berbeda dari

deretan vokal. Tiap-tiap vokal

pada deretan vokal mendapat

hembusan napas yang sama atau

hampir sama; kedua vokal itu

termasuk dalam dua suku kata

yang berbeda. Bunyi /aw/ dan

/ay/ pada kata "daun" dan

"main", misalnya, bukanlah

diftong, karena baik [a] maupun

[u] atau [i] masing-masing

mendapat aksen yang (hampir)

sama dan membentuk suku kata

tersendiri sehingga kata "daun"

dan "main" masing-masing

terdiri atas dua suku kata.

2. Morfologi (Imbuhan)

a. Prefiks atau awalan

Prefiks atau awalan

adalah suatu unsur yang secara

struktural diikatkan di depan

sebuah kata dasar atau bentuk

dasar.

b. Sufiks atau akhiran

Sufiks atau akhiran

adalah semacam morfem terikat

yang dilekatkan di belakang

suatu morfem dasar.

c. Konfiks

Konfiks adalah gabungan

dari dua macam imbuhan atau

lebih yang bersama-sama

membentuk satu arti.

Di sini perlu ditegaskan

bahwa antara konfiks dan

gabungan imbuhan ada

perbedaan besar. Pada gabungan

imbuhan tiap-tiap unsur tetap

mempertahankan arti dan

fungsinya masing-masing.

Bentuk-bentuk seperti

mempercepat, mempersatukan,

dibesarkan, san lain-lain masing-

masing mengandung makna dan

fungsi tersendiri. Imbuhan me +

per, me + per + kan, dan di + kan

di sini bukanlah konfiks tetapi

merupakan gabungan imbuhan

dari prefiks dan sufiks.

Sebaliknya, bentuk-

bentuk seperti pertahanan,

kebesaran, permainan, dan lain-

lain mengandung struktur yang

berbeda dengan bentuk-bentuk di

atas. Karena di sini bentuk per –

an dan ke – an tidak dapat

ditafsirkan secara tersendiri,

tatapi bersama-sama membentuk

satu arti dan bersama-sama pula

membentuk satu fungsi. Bantuk

ini dalam realisasinya terbelah,

tetapi pembelahan itu tidak

mengurangi hakekatnya sebagai

satu morfem. Morfem semacam

Page 5: PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 63

ini desibut morfem terbelah.

Bentuk-bentuk semacam ini

tidak janggal dalam bahasa

Indonesia. Kata-kata seperti tali,

gunung, dan lain-lain juga jelas

merupakan satu kesatuan tetapi

kadang-kadang bentuk itu

mengalami proses pembelahan

yaitu ketika disisipkan infiks –em

padanya, menjadi temali dan

gemunung. Proses pembelahan

pada kata atau morfem terikat

bukan persoalan baru, tetapi

tidak pernah diberi tempat yang

wajar. Oleh karena itu

Tatabahasa Tradisional

memperlakukan konfiks-konfiks

sebagai gabungan biasa dari

prefiks dan sufiks. Kita harus

memulangkan kedudukannya

yang sebenarnya sebagai suatu

bentuk (morfem) dengan satu

kesatuan fungsi dan arti.

Sekedar untuk

menggarisbawahi, bahwa

gabungan imbuhan adalah

pemakaian beberapa imbuhan

sekaligus pada suatu kata dasar,

yang masing-masing

mempertahankan arti dan

fungsinya. Imbuhan-imbuhan

yang biasa dipakai bersama-sama

adalah: me-kan, mem-per-kan,

di-per-kan, ter-kan, ber-kan, dan

lain-lain.

d. Infiks

Infiks adalah semacam

morfem terikat yang disispkan

pada sebuah kata antara

konsonan pertama dan vokal

pertama. Jenis morfem ini

sekarang tidak produktif lagi;

pemakaiannya terbatas pada

beberapa kata saja. Infiks yang

ada dalam bahasa Indonesia

hanyalah: -el, -er, dan –em.

D. Sintaksio

Kata sintaksis berasal dari

bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

dengan´ dan kata tattein yang berarti

menempatkan´. Jadi,secara etimologi

berarti:menempatkan bersama-sama

kata-kata menjadi kelompok kata atau

kalimat.

1. Struktur Sintaksio

Secara umum struktur

sintaksis terdiri dari susunan subjek

(S), predikat (P), objek (O), dan

keterangan (K) yang berkenaan

dengan fungsi sintaksis. Nomina,

verba, ajektifa, dan

numeraliaberkenaan dengan

kategori sintaksis. Sedangkan

pelaku, penderita,dan penerima

berkenaan dengan peran sintaksis.

Eksistensistruktur sintaksis terkecil

ditopang oleh urutan kata, bentuk

kata, dani nt onasi ; bisa juga

ditambah dengankon ektor yang

biasanya disebut konjungsi. Peran

ketiga alat sintaksis itu tidak sama

antara bahasa yang satu dengan

yang lain

2. Kata Sebagai Satuan Sintaksio

Sebagai satuan terkecil

dalam sintaksis,kata berperan

sebagai pengisi fungsi sintaksis,

penanda kategori sintaksis, dan

perangkai dalam penyatuan satuan-

satuan ataubagian-bagian dari

satuan sintaksis.

Kata sebagai pengisi satuan

sintaksis, harus dibedakan adanya

dua macam kata yaitu kata penuh

dan kata tugas. Kata penuh adalah

kata yang secara leksikal

mempunyai makna, mempunyai

kemungkinan untuk mengalami

proses morfologi, merupakan kelas

terbuka, dan dapatberdiri sendiri

sebagai sebuah satuan. Yang

termasuk kata penuh adalah kata-

kata kategori nomina, verba,

adjektiva, adverbia, dan numeralia.

Misalnya mesjid memiliki makna µ

Page 6: PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 64

tempat ibadah orang Islam.

Sedangkan kata tugas adalah kata

yang secara leksikal tidak

mempunyai makna, tidak

mengalami proses morfologi,

merupakan kelas tertutup, dan di

dalam peraturan dia tidak dapat

berdiri sendiri. Yang termasuk kata

tugas adalah kata-kata kategori

preposisi dan konjungsi.

Misalnyadan tidak mempunyai

makna leksikal, tetapi mempunyai

tugas sintaksis untuk

menggabungkan menambah

duabuah konstituen.

Kata-kata yang termasuk

kata penuh mempunyai kebebasan

yang mutlak, atau hampir mutlak

sehingga dapat menjadi pengisi

fungsi-fungsi sintaksis. Sedangkan

kata tugas mempunyai kebebasan

yang terbatas, selalu terikat dengan

kata yang ada di belakangnya

(untuk preposisi), atau yangberada

di depannya (untuk posposisi), dan

dengan kata-kata yang

dirangkaikannya (untuk konjungsi).

E. ETIMOLOGI

Etimologi adalah cabang ilmu

linguistik yang mempelajari asal-usul

suatu kata. Misalkan kata etimologi

sebenarnya diambil dari bahasa

Belanda etymologie yang berakar dari

bahasa Yunani; étymos (arti

sebenarnya adalah sebuah kata) dan

lògos (ilmu). Pendeknya, kata

etimologi itu sendiri datang dari bahasa

Yunani ήτυμος (étymos, arti kata) dan

λόγος (lógos, ilmu).

Beberapa kata yang telah

diambil dari bahasa lain, kemungkinan

dalam bentuk yang telah diubah (kata

asal disebut sebagai etimon). Melalui

naskah tua dan perbandingan dengan

bahasa lain, etimologis mencoba untuk

merekonstruksi asal-usul dari suatu

kata - ketika mereka memasuki suatu

bahasa, dari sumber apa, dan

bagaimana bentuk dan arti dari kata

tersebut berubah. Adapun mengenai

ide dasar dalam etimologi dapat

disampiakan sebagai berikut;

a) Kata-kata biasanya dimulai dengan

bentuk yang lebih panjang dan

kemungkinan juga lebih rumit, yang

kemudian menjadi lebih sederhana

atau lebih singkat. Misalnya, mesa

(“kerbau”) dalam Bahasa Jawa

Krama berasal dari Sansekerta

mahisa.

b) Sebaliknya dengan butir di atas,

kata-kata yang pendek dapat

diperpanjang dengan penambahan

imbuhan pada kata itu. Misalnya,

kata, kedokteran berasal dari

ke+dokter+an (dokter berasal dari

Bahasa Belanda).

c) Kata-kata slang (yang tidak resmi)

dapat diterima menjadi bahasa

resmi. Kadang-kadang yang

sebaliknya juga terjadi, kata-kata

yang resmi menjadi slang.

d) Kata-kata yang "kasar" atau "kotor"

dapat menjadi eufemisme, dan bisa

juga

e) Kata-kata yang tabu mungkin

dihindari dan kemudian lenyap,

seringkali digantikan oleh

eufemisme atau pengandaian kata.

f) Kata-kata dapat dilebur menjadi

kata portmanteau, seperti misalnya

polda, sebuah peleburan dari kata

polisi dan daerah.

g) Kata-kata dapat dimulai sebagai

akronim, seperti SIM (“Surat Izin

Mengemudi”).

F. Bahasa Baku dan Penggunaan Pada

Tulisan Dan Lisan.

Setiap negara atau suatu

wilayah umumnya memiliki bahasa

Page 7: PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 65

resmi masing-masing yang digunakan

oleh rakyatnya. Pengertian bahasa

baku adalah bahasa yang menjadi

bahasa pokok yang menjadi bahasa

standar dan acuan yang digunakan

sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa

baku mencakup pemakaian sehari-hari

pada bahasa percakapan lisan maupun

bahasa tulisan.

Penggunaan bahasa baku lazim

dipakai dalam situasi dan kondisi

sebagai berikut:

1. Komunikasi Resmi (Tertulis).

Contoh : Surat-menyurat

resmi, pengumuman resmi, undang-

undang, peraturan, dan lain-lain.

2. Pembicaraan Formal di Depan

Umum (Lisan).

Contoh: Pidato, ceramah,

khotbah, mengajar sekolah,

mengajar kuliah, dan lain

sebagainya.

3. WacanaTeknis (Tertulis)

Contoh : Karangan ilmiah,

skripsi, tesis, buku pelajaran,

laporan resmi, dan lain-lain.

4. Pembicaraan Formal (Lisan).

Contoh : Murid kepada guru,

bawahan kepada atasan, layanan

pelanggan kepada pelanggan,

menteri kepada presiden, dsb. Tidak

hanya terbatas kepada orang yang

dihormati saja karena presiden

umumnya berbicara pada rakyat

jelata dengan bahasa formal.

Bahasa adalah suatu sistem

dari lambang bunyi arbitrer yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia

dan dipakai oleh masyarakat

komunikasi, kerja sama dan

identifikasi diri. Bahasa lisan

merupakan bahasa primer,

sedangkan bahasa tulisan adalah

bahasa sekunder. Arbitrer yaitu

tidak adanya hubungan antara

lambang bunyi dengan bendanya.

G. Fungsi, Jenis, Ragam dan Macam-

Macam Bahasa

1. Fungsi Bahasa Dalam

Masyarakat

a. Alat untukberkomunikasi dengan

sesama manusia.

b. Alat untuk bekerja sama dengan

sesama manusia.

c. Alat untuk mengidentifikasi diri.

2. Jenis-Jenis dan Ragam (

Keragaman Bahasa) :

a. Ragam bahasa pada bidang

tertentu seperti bahasa istilah

hukum, bahasa sains, bahasa

jurnalistik, dsb.

b. Ragam bahasa pada perorangan

atau idiolek seperti gaya bahasa

mantan presiden Soeharto, gaya

bahasa benyamin , dan lain

sebagainya.

c. Ragam bahasa pada kelompok

anggota masyarakat suatu

wilayah atau dialek seperti dialek

bahasa madura, dialek bahasa

medan, dialek bahasa sunda,

dialek bahasa bali, dialek bahasa

jawa, dan lain sebagainya.

d. Ragam bahasa pada kelompok

anggota masyarakat suatu

golongan sosial seperti ragam

bahasa orang akademisi beda

dengan ragam bahasa orang-

orang jalanan.

e. Ragam bahasa pada bentuk

bahasa seperti bahasa lisan dan

bahasa tulisan.

f. Ragam bahasa pada suatu situasi

seperti ragam bahasa formal

(baku) dan informal (tidak baku).

Bahasa lisan lebih ekspresif di

mana mimik, intonasi, dan gerakan

tubuh dapat bercampur menjadi satu

Page 8: PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 66

untuk mendukung komunikasi yang

dilakukan. Lidah setajam pisau / silet

oleh karena itu sebaiknya dalam

berkata-kata sebaiknya tidak

sembarangan dan menghargai serta

menghormati lawan bicara / target

komunikasi.

H. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan Yang Disempurnakan

(EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia

yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan

ini menggantikan ejaan sebelumnya,

Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.

Pada 23 Mei 1972, sebuah

pernyataan bersama telah

ditandatangani oleh Menteri Pelajaran

Malaysia pada masa itu, Tun Hussien

Onn dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia,

Mashuri. Pernyataan bersama tersebut

mengandung persetujuan untuk

melaksanakan asas yang telah

disepakati oleh para ahli dari kedua

negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan

Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16

Agustus 1972, berdasarkan Keputusan

Presiden No. 57, Tahun 1972,

berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi

dalam istilah bahasa Melayu Malaysia)

bagi bahasa Melayu dan bahasa

Indonesia. Di Malaysia ejaan baru

bersama ini dirujuk sebagai Ejaan

Rumi Bersama (ERB).

Selanjutnya Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan

menyebarluaskan buku panduan

pemakaian berjudul "Pedoman Ejaan

Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan".

Pada tanggal 12 Oktober 1972,

Panitia Pengembangan Bahasa

Indonesia, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, menerbitkan buku

"Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan"

dengan penjelasan kaidah penggunaan

yang lebih luas. Setelah itu, Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan dengan

surat putusannya No. 0196/1975

memberlakukan "Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan dan Pedoman Umum

Pembentukan Istilah".

Perbedaan-perbedaan antara

EYD dan ejaan sebelumnya adalah:

'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci

'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak

'oe' menjadi 'u' : oemoem -> umum

'j' menjadi 'y' : sajang → sayang

'nj' menjadi 'ny' : njamuk →

nyamuk

'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat

'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir

awalan 'di-' dan kata depan 'di'

dibedakan penulisannya. Kata

depan 'di' pada contoh "di rumah",

"di sawah", penulisannya

dipisahkan dengan spasi, sementara

'di-' pada dibeli, dimakan ditulis

serangkai dengan kata yang

mengikutinya.

Untuk penjelasan lanjutan

tentang penulisan tanda baca, dapat

dilihat pada Penulisan tanda baca

sesuai EYD

I. Paragraf

1. Pengertian Paragraf

Paragraf adalah suatu bagian

dari bab pada sebuah karangan atau

karya ilmiah yang mana cara

penulisannya harus dimulai dengan

baris baru. Paragraf dikenal juga

dengan nama lain alinea. Paragraf

dibuat dengan membuat kata

pertama pada baris pertama masuk

ke dalam (geser ke sebelah kanan)

beberapa ketukan atau spasi.

Demikian pula dengan paragraf

berikutnya mengikuti penyajian

seperti paragraf pertama.

2. Syarat sebuah paragraf

Page 9: PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 67

Di setiap paragraf harus

memuat dua bagian penting, yakni :

a. Kalimat Pokok

b. Biasanya diletakkan pada awal

paragraf, tetapi bisa juga

diletakkan pada bagian tengah

maupun akhir paragraf. Kalimat

pokok adalah kalimat yang inti

dari ide atau gagasan

darisebuahparagraf. Biasanya

berisi suatu pernyataan yang

nantinya akan dijelaskan lebih

lanjut oleh kalimat lainnya dalam

bentuk kalimat penjelas.

c. Kalimat Penjelas

Kalimat penjelas adalah kalimat

yang memberikan penjelasan

tambahan atau detail rincian dari

kalimat pokok suatu paragraf.

3. Bagian-Bagian Suatu Paragraf

yang Baik

a. Terdapat ide atau gagasan yang

menarik dan diperlukan untuk

merangkai keseluruhan tulisan.

b. Kalimat yang satu dengan yang

lain saling berkaitan dan

berhubungan dengan wajar.

4. Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat

dan Tujuannya

Keraf (1980:63-66)

memberikan penjelasan tentang

jenis paragraf berdasarkan sifat dan

tujuannya sebagai berikut.

a. Paragraf Pembuka.

Tiap jenis karangan akan

mempunyai paragraf yang

membuka atau menghantar

karangan itu, atau menghantar

pokok pikiran dalam bagian

karangan itu. Oleh Sebab itu sifat

dari paragraf semacam itu harus

menarik minat dan perhatian

pembaca, serta sanggup

menyiapkan pikiran pembaca

kepada apa yag sedang

diuraikan. Paragraf yang pendek

jauh lebih baik, karena paragraf-

paragraf yang panjang hanya

akan meimbulkan kebosanan

pembaca.

b. Paragraf Penghubung

Paragraf penghubung

adalah semua paragraf yang

terdapat di antara paragraf

pembuka dan paragraf penutup.

Inti persoalan yang akan

dikemukakan penulisan terdapat

dalam paragraf-paragraf ini. Oleh

Sebab itu dalam membentuk

paragraf-paragraf penghubung

harus diperhatikan agar

hubungan antara satu paragraf

dengan paragraf yang lainnya itu

teratur dan disusun secara logis.

Sifat paragraf-paragraf

penghubung bergantung pola

dari jenis karangannya. Dalam

karangan-karangan yang bersifat

deskriptif, naratif, eksposisis,

paragraf-paragraf itu harus

disusun berdasarkan suatu

perkembangan yang logis. Bila

uraian itu mengandung

pertentangan pendapat, maka

beberapa paragraf disiapkan

sebagai dasar atau landasan

untuk kemudian melangkah

kepada paragraf-paragraf yang

menekankan pendapat

pengarang.

c. Paragraf Penutup

Paragraf penutup adalah

paragraf yang dimaksudkan

untuk mengakhiri karangan atau

bagian karangan. Dengan kata

lain, paragraf ini mengandung

kesimpulan pendapat dari apa

yang telah diuraikan dalam

paragraf-paragraf penghubung.

Apapun yang menjadi topik atau

tema dari sebuah karangan

haruslah tetap diperhatikan agar

paragraf penutup tidak terlalu

Page 10: PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 68

panjang, tetapi juga tidak berarti

terlalu pendek. Hal yang paling

esensial adalah bahwa paragraf

itu harus merupakan suatu

kesimpulan yang bulat atau

betul-betul mengakhiri uraian itu

serta dapat menimbulkan banyak

kesan kepada pembacanya.

5. Jenis Paragraf Berdasarkan

Letak Pikiran Utama

Letak kalimat utama juga

turut menentukan jenis paragraf.

Penjenisan paragraf berdasarkan

letak kalimat utama ini berpijak

pada pendapat Sirai, dan kawan-

kawan(1985:70-71) yang

mengemukakan empat cara

meletakkan kalimat utama dalam

paragraf.

a. ParagrafDeduktif

Paragraf dimulai dengan

mengemukakan persoalan pokok

atau kalimat utama. Kemudian

diikuti dengan kalimat-kalimat

penjelas yang berfungsi

menjelaskan kalimat utama.

Paragraf ini biasanya

dikembangkan dengan metode

berpikir deduktif, dari yang

umum ke yang khusus. Dengan

cara menempatkan gagasan

pokok pada awal paragraf, ini

akan memungkinkan gagasan

pokok tersebut mendapatkan

penekanan yang wajar. Paragraf

semacam ini biasa disebut

dengan paragraf deduktif, yaitu

kalimat utama terletak di awal

paragraf.

b. Paragraf Induktif.

Paragraf ini dimulai dengan

mengemukakan penjelasan-

enjelasan atau perincian-

perincian, kemudian ditutup

dengan kalimat utama. Paragraf

ini dikembangkan dengan

metode berpikir induktif, dari

hal-hal yang khusus ke hal yang

umum.

c. Paragraf Gabungan atau

Campuran.

Pada paragraf ini kalimat topik

ditempatkan pada bagian awal

dan akhir paragraf. Dalam hal ini

kalimat terakhir berisi

pengulangan dan penegasan

kalimat pertama. Pengulangan ini

dimaksudkan untuk lebih

mempertegas ide pokok. Jadi

pada dasarnya paragraf

campuran ini tetap memiliki satu

pikiran utama, bukan dua.

Contoh paragraf campuran

seperti dikemukakan oleh Keraf

(1989:73):

Sifat kodrati bahasa yang lain

yang perlu dicatat di sini ialah

bahwasanya tiap bahasa

mempunyai sistem. Ungkapan

yang khusus pula, masing-

masing lepas terpisah dan tidak

bergantung dari yang lain.

Sistem ungkapan tiap bahasa dan

sistem makna tiap bahasa

dibatasi oleh kerangka alam

pikiran bangsa yang memiliki

bahasa itu kerangka pikiran yang

saya sebut di atas. Oleh karena

itu janganlah kecewa apabila

bahasa Indonesia tidak

membedakan jamak dan tunggal,

tidak mengenal kata dalam

sistem kata kerjanya, gugus

fonem juga tertentu polanya, dan

sebagainya. Bahasa Inggris tidak

mengenal “unggah-ungguh”.

Bahasa Zulu tidak mempunyai

kata yang berarti “lembu”, tetapi

ada kata yang berarti “lembu

putih”, “lembu merah”, dan

sebagainya. Secara teknis para

linguis mengatakan bahwa tiap

bahasa mempunyai sistem

fonologi, sistem gramatikal, serta

pola semantik yang khusus.

Page 11: PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 69

d. Paragraf Tanpa Kalimat Utama.

Paragraf ini tidak

mempunyai kalimat utama,

berarti pikiran utama tersebar di

seluruh kalimat yang

membangun paragraf tersebut.

Bentuk ini biasa digunakan

dalam karangan berbentuk narasi

atau deskripsi. Contoh paragraf

tanpa kalimat utama:

Enam puluh tahun yang

lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni

1908, suatu benda cerah tidak

dikenal melayang menyusur

lengkungan langit sambil

meninggalkan jejak kehitam-

hitaman dengan disaksikan oleh

paling sedikit seribu orang di

pelbagai dusun Siberi Tengah.

Jam menunjukkan pukul 7 waktu

setempat. Penduduk desa

Vanovara melihat benda itu

menjadi bola api membentuk

cendawan membubung tinggi ke

angkasa, disusul ledakan dahsyat

yang menggelegar bagaikan

guntur dan terdengar sampai

lebih dari 1000 km jauhnya.

(Intisari, Feb.1996 dalam Keraf,

1980:74)

Sukar sekali untuk

mencari sebuah kalimat topik

dalam paragraf di atas, karena

seluruh paragraf bersifat

deskriptif atau naratif. Tidak ada

kalimat yang lebih penting dari

yang lain. Semuanya sama

penting, dan bersama-sama

membentuk kesatuan dari

paragraf tersebut.

2. Jenis Paragraf Berdasarkan

Teknik Pengembangannya

Dalam mengembangkan

paragraf ada beberapa teknik yang

lazim digunakan. Dalam tulisan ini

akan dibicarakan teknik–teknik

pengembangan seperti berikut :

Tanya – jawab

Sebab – akibat

Contoh atau ilustrasi

Alasan atau keterangan

Perbandingan atau analogi

Dedinisi

Deskripsi

Proses, dan

Penguraian

3. Paragraf dengan Teknik Tanya–

jawab

Paragraf jenis ini

dikembangkan dengan pertanyaan

terlebih dahulu. Lazimnya, kalimat

pertama merupakan kalimat

pertanyaan yang mengandung ide

paragraf. Kalimat pengembangnya

berupa jawaban atas pertanyaan

tadi. Kalimat–kalimat jawaban

merupakan kalimat penjelas atau

pengembangan paragraf.

Contoh :

Mengapa Marsinah diculik

lalu dibunuh secara kejam? Menurut

sebuah versi, kekejaman itu

dilakukan karena Marsinah

memiliki informasi penting tentang

penyelewengan hukum atau praktik

produksi ilegal oleh perusahaan

tempat ia bekerja. Ia, kabarnya, mau

membeberkannya ke luar kecuali

jika pihak perusahaan memenuhi

tuntutannya : memperbaiki kondisi

buruh dan membatalkan PHK atas

beberapa kawannya.

4. Paragraf dengan teknik Sebab–

akibat

Paragraf sebab akibat yaitu

paragraf yang pengembangannya

memanfaatkan makna hubungan

sebab akibat antar kalimat. Ciri khas

paragraf jenis ini ialah terbinanya

hubungan sebab akibat antara

kalimat yang satu dengan kalimat

yang lain. Jadi hubungan sebab-

akibat ini merupakan satu rangkaian

satu rangkaian yang bersinambung.

Page 12: PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 70

Contoh :

Mulai bulan April tahun tahun

depan harga berbagai jenis minyak

bumi dalam negeri naik. Minyak

tanah, premium, solar, minyak

pelumas, dan lain–lain, harganya

dinaikkan karena pemerintah ingin

mengurangi subsidinya dengan

harapan ekonomi Indonesia menjadi

wajar. Kenaikan harga bahan bakar

sudah tentu mengakibatkan naiknya

biaya angkutan. Jika biaya angkutan

naik, harga barang akan naik pula

karena biaya transportasi harus

diperhitungkan. Kenaikan harga ini

akan dirasakan oleh rakyat. Karena

itu, kenaikan harga barang dan jasa

harus diimbangi dengan usaha

meningkatkan pendapatan rakyat.

5. Paragraf Contoh atau Ilustrasi

Sesuai dengan sebutannya,

paragraf contoh atau paragraf

ilustrasi, paragraf jenis ini

dikembangkan dengan cara

menggunakan contoh atau ilustrasi.

Contoh atau ilustrasi inilah yang

memberikan penjelasan akan

kebenaran ide atau gagasan

paragraf, baik dengan cara deduktif,

induktif, atau paduan keduanya.

Contoh :

Di Singapura sekarang kita

bisa menyaksikan Kecak yang

dipertunjukan dalam waktu kurang

dari satu jam, bahkan bila

diperlukan konsumen, pertunjukan

bisa lebih singkat lagi. Demikian

pula tari–tarian lainnya dapat kita

saksikan dalam bentuk yang

condensed. Di pantai–pantai yang

terbaik di bagian selatan Bali,

terutama di kawasan Sanur, orang

banyak yang terkejut dan sedih

melihat semakin kecilnya daerah

bebas mereka untuk melakukan

upacara yang mereka perlukan

tanpa harus meminta ijin terlebih

dahulu. Lebih menyedihkan lagi

bagi mereka apabila pada suatu saat

terpancang papan pengumuman

“DILARANG MASUK”. Salam

dalam bahasa Inggris “hallo” di Bali

sekarang ternyata berkembang

menjadi bermacam–macam arti ;

paling sedikit ada dua arti. Arti yang

pertama, salam ramah tamah biasa

yang ditunjukan kepada orang

asing, dan yang kedua, Tuan belilah

barang dagangan saya.” Contoh –

contoh di atas merupakan gambaran

bahwa betapa bergesernya nilai–

nilai sosial dan agama di kawasan

Bali.

6. Paragraf Alasan

Perkataan “alasan” bisa

diganti dengan “keterangan“ sebab

pada hakikatnya, alasan itu

merupakan keterangan. Paragraf

alasan ialah paragraf yang

pengembangan ide utamanya

memanfaatkan penjelasan yang

bermakna alasan. Alasan–alasan

inilah yang memperkokoh ide

paragraf sehingga kebenaran ide itu

dapat diterima pembacanya.

Contoh :

Seluruh penjuru dunia sudah

mengetahui bahwa AIDS

merupakan penyakit yang

mematikan. Dunia kedokteran

masih merayap mencari obat

penangkal penyakit maut ini.

Sementara itu, virus AIDS melesat

mencari korban demi korban tanpa

mengenal ras, umur, ataupun

tingkatan sosial. Tidaklah mustahil,

AIDS menjadi bom waktu yang

pada sua tu saat bisa memusnahkan

manusia dari muka bumi ini.

7. Paragraf perbandingan

Paragraf perbandingan ialah

paragraf yang isinya merupakan

perbandingan tentang dua hal baik

yang menyangkut kesamaan

maupun perbedaannya. Sebagai

teknik pengembangan,

Page 13: PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 71

perbandingan ini bisa bertujuan

menjelaskan satu hal lain sebagai

pembanding, atau menjelaskan

kedua hal yang dibandingkan itu

sekaligus

Contoh :

Kalau kita perhatikan

kalimat awal paragraf, tergolong

paragraf yang bertujuan

menjelaskan masyarakat perkotaan

(urban community) dengan

menggunakan pembanding kontras

sifat–sifat masyarakat perdesaan.

Yang dimaksud masyarakat

perkotaan atau urban community

adalah masyarakat kota yang tidak

tertentu jumlah penduduknya.

Tekanan pengertian masyarakat

perkotaan juga terletak pada sifat–

sifat kehidupannya yang berbeda

dengan masyarakat perdesaan.

Masyarakat perkotaan ini juga

berbeda dengan masyarakat

perdesaan dalam hal perhatian,

khususnya terhadap keperluan

hidup. Jika masyarakat perdesaan

mempunyai perhatian utama dan

perhatian khusus terhadap keperluan

dasar dari kehidupan, seperti

pakaian, makanan, rumah, dan

sebagainya, maka masyarakat

perkotaan, terhadap hal–hal tersebut

mempunyai pandangan yang

berbeda.

Orang–orang perkotaan memandang

penggunaan kebutuhan hidup

sehubungan dengan pandangan

masyarakat sekitarnya. Jika

menghidangkan makanan, misalnya,

yang diutamakan adalah makanan

itu memberikan kesan bahwa yang

menghidangkannya mempunyai

kedudukan sosial yang tinggi. Bila

ada tamu, misalnya, diusahakan

terhidang makanan dalam kaleng.

Pada orang–orang perdesaan hal

seperti itu kurang bahkan tidak

diperdulikan.

8. Paragraf Definisi

Sesuai dengan sebutannya,

paragraf definisi merupakan

paragraf yang mengembangkan

definisi atau pembatasan istilah.

Dalam sebuah paragraf definisi,

sebuah istilah mungkin

didefinisikan, mungkin pula

dibicarakan pengertiannya seperti

contoh di bawah ini.

Contoh :

Istilah demokrasi biasanya

diterjemahkan dengan kata

kedaulatan rakyat. Ungkapan

tersebut sering diartikan dengan

pemerintahan oleh rakyat, dari

rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi

dalam pengertian ini hanya

menggambarkan satu segi dari

pengertian demokrasi yang

sebenarnya. Pada hakikatnya,

demokrasi merupakan sistem

mentalitas untuk membina

kehidupan bersama dalam

masyarakat. Mentalitas yang

dimaksud ialah mentalitas dalam

pengertian cara berpikir, bersikap,

dan berbuat

9. Paragraf Pemerian atau Deskripsi

Paragraf pemerian ialah

paragraf yang menyajikan sejumlah

rincian tentang sesuatu yang lebih

cenderung pada fakta daripada

khayalan. Pemerian ini bisa berupa

rincian tentang bentuk, ruang,

waktu, peristiwa, atau keadaan.

Kadang–kadang urutan

peryataannya tidak ketat. Artinya,

urutan pernyataan dalam sebuah

paragraf pemerian bisa diubah,

walaupun tidak selamanya. Desa

Ubud yang setiap harinya tertib,

hening, senyap, tempat para

senimannya menghabiskan sebagian

besar waktunya dengan kerja

kreatif, kali ini berubah laksana

sebuah akuarium yang kemelut. Tak

ada wajah- wajah suram yang

Page 14: PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 72

memancarkan rasa duka cita. Sesuai

dengan kepercayaan masyarakat

Bali yang menghendaki agar

khalayak melepas sang almarhum

menuju nirwana dengan tenang.

Yang terlihat hanya warna-warna

merah, wajah cerah, serta suara

gembira yang gemuruh.

Para wanita mengenakan

baju kebaya, kain, dan sel endang

berwarna semarak. Laki-lakinya

mengenakan kain samping yang

tradisional, yaitu kain petak-petak

hitam putih. Putih warna bajunya,

putih ikat kepalanya. Matahari agak

muram seperti enggan

menyengatkan sinarnya.

10. Paragraf Proses

Seperti halnya paragraf

pemerian, paragraf proses tergolong

jenis paragraf Deskriptif. Sesuai

dengan namanya, paragraf proses

ialah paragraf yang menjelaskan

proses terjadinya atau proses

bekerjanya sesuatu.Setelah sampai

di darat, kendurkan semua pakaian

korban yang sekiranya

menyesakkan dirinya. Bersihkan

mulutnya dari pasir atau Lumpur,

dan lepaskan gigi palsunya (kalau

ada). Selanjutnya, telungkupkan

badannya, dan berdirilah Anda

mengangkanginya.. Sambil

membungkukkan badan ke depan,

tempatkan kedua tangan Anda pada

perutnya dekat rusuk bawah.

Angkatlah perutnya sehingga

kepalanya menunduk ke tanah dan

air keluar dari mulutnya. Jika

pernapasannya berhenti, segeralah

beri dia pernapasan buatan.

11. Paragraf Penguraian

Paragraf jenis ini

dikembangkan dengan cara

menguraikan atau memilah-milah

(mengklasifikasi) sesuatu. Dengan

pernyataan lain, paragraf

penguraian ialah paragraf yang

berisi penjelasan secara terurai atau

terinci. Berdasarkan peristiwa

politik dan dokumen resmi

kenegaraan, dalam perjalanan

hidupnya, bahasa Indonesia

memiliki dua macam kedudukan.

Pertama, bahasa Indonesia memiliki

kedudukan sebagai bahasa nasional.

Kedudukan ini dimilikinya sejak

dicetuskannya Sumpah Pemuda

pada 28 Oktober 1928. Kedua,

bahasa Indonesia memiliki

kedudukan sebagai bahasa negara.

Kedudukan ini dimilikinya sesuai

dengan ketentuan yang tertera

dalam Undang-Undang Dasar 1945,

Bab XV, Pasal 36.

J. Pengertian Bahasa yang baik dan

benar

Bahasa yang benar adalah

bahasa yang idealnya menaati kaidah

secara penuh. Ketepatan kaidah tata

bahasa, intonasi, serta ekspresi adalah

komponen yang mutlak harus dipenuhi

oleh sang pembicara. Bahasa yang

benar ini digunakan dalam situasi

formal yang cenderung kaku dan

bersifat satu arah dalam situasi lisan.

Sebagai contoh, kita ambil pidato yang

sungguh-sungguh taat asas terhadap

kaidah.

Bahasa yang baik adalah

bahasa yang menilik kesesuaian situasi

dan kondisi pembicaraan. Saat kita

berbicara atau menulis, kita akan

menyesuaikan bahasa dan cara

berbicara atau menulis kita dengan

yang diajak bicara dan situasi serta

kondisi pembicaraan. Contohnya, kita

tidak mungkin berbicara menggunakan

bahasa ilmiah dengan seorang anak

TK, kita tidak akan menggunakan

bahasa Indonesia baku saat menulis

buku harian, atau presiden tidak akan

menggunakan bahasa “gaul” saat

berpidato.

Page 15: PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 73

Lalu, apakah bahasa yang baik

dan benar itu? Bahasa yang baik dan

benar adalah bahasa yang taat asas

terhadap kaidah dan digunakan sesuai

dengan situasi dan kondisi

pembicaraan yang tepat. Tulisan ilmiah

adalah salah satu bentuk kebahasaan

yang menggunakan bahasa yang baik

dan benar. Presentasi, seminar,

lokakarya, simposium, dan sejenisnya

adalah juga bentuk-bentuk kebahasaan

yang menggunakan bahasa yang baik

dan benar. Atau dapat dijelaskan juga

bahwa Bahasa Indonesia yang baik dan

benar adalah Bahasa Indonesia yang

digunakan sesuai dengan situasi

pembicaraan (yakni, sesuai dengan

lawan bicara, tempat pembicaraan, dan

ragam pembicaraan) dan sesuai dengan

kaidah yang berlaku dalam Bahasa

Indonesia (seperti: sesuai dengan

kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan

tata bahasa).

1. Pemakaian Kata dan Kalimat

Kata yang dipakai dalam

Bahasa Indonesia adalah kata yang

tepat dan serasi serta baku. Kata

yang tepat dan serasi merupakan

kata yang sesuai dengan gagasan

atau maksud penutur atau sesuai

dengan arti sesungguhnya dan

sesuai dengan situasi pembicaraan

(sepert: sesuai dengan lawan bicara,

topik pembicaraan, ragam

pembicaraan, dsb.). Kata yang baku

merupakan kata yang sesuai dengan

ejaan (yakni: EYD).

Kalimat yang dipakai dalam

Bahasa Indonesia adalah kalimat

yang efektif. Sedangkan Kalimat

efektif harus:

a. mudah dipahami oleh orang lain,

b. memenuhi unsur penting kalimat

(minimal ada subjek dan

predikat, terutama untuk ragam

tulis),

c. menggunakan kata yang tepat

dan serasi,

d. gramatikal (seperti:

menggunakan pungtuasi dan kata

yang baku, menggunakan

struktur yang benar, frasa selalu

D-M, menggunakan kata yang

morfologis, menggunakan kata

yang sesuai dengan

fungsinya/kedudukannya),

e. rasional (yakni, menggunakan

gagasan yang dapat dicerna oleh

akal sehat),

f. efisien (menggunakan unsur

sesuai kebutuhan, tidak boleh

berlebihan), tidak ambigu (tidak

menimbulkan dua arti yang

membingungkan)

2. Pemakaian Paragraf dalam

Bahasa Indonesia

Paragraf yang dipakai dalam

Bahasa Indonesia adalah paragraf

yang baik. Paragraf ini harus (a).

mempunyai satu pikiran utama,

(b).mempunyai koherensi yang baik

(hubungan antar unsurnya sangat

erat) dan semua unsurnya tersusun

secara sistematis, serta (c).

menggunakan kalimat yang efektif.

K. Penutup Berdasarkan uraian di atas

dapat dipahami bahwa begitu

pentingnya memahami bahasa

Indonesia dengan benar. Selama ini

oleh masyarakat Indonesia mereka

berbahasa hanya asal bunyi tanpa

memakai kaidah yang baku.

Sebagaimana bahasa yang lain, bahasa

Indonesia mempunyai panduan (ilmu)

cara berbahasa, bahasa Arab

mempunyai Ilmu Nahwu dan Ilmu

Sharaf, begitu pula bahasa Inggris

mempunyai grammaer. Akhirnya

Page 16: PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ...

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 74

makalah ini dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Bangsa Indonesia harus mampu

berbahasa Indonesia dengan benar

2. Seseorang dikatakan bisa berbahasa

yang benar manakala ia telah

mampu membunyikan bahasa sesuai

dengan kaidah bahasa yang benar

dan standard.

3. Adanya beberapa model paragrap

dalam berbahasa Indonesia dapat

dipahami bahwa dalam penggunaan

bahasa memang harus benar-benar

extra hati-hati.

Demikian tulisan ini

disuguhkan kepada para pembaca, agar

kiranya mampu memberikan solusi

terbaik guna memperbaiki dan

melestarikan bahasa Indonesia di

negeri ini. Makalah ini pasti banyak

kekurangan dan kesalahan, oleh

karenanya kritik dan saran dari

pembaca sangat kami tunggu dan

harapkan. Terima kasih !!

DAFTAR PUSTAKA

Muslich Mansyur, 2008, Fonologi Bahasa

Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.

Kridalaksana, Harimurti.2007,

Pembentukan Kata Dalam Bahasa

Indonesia. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama

S.pd, Tukan P.2003, Mahir Berbahasa

Indonesia. Jakarta: Yudistira

Yuwono, Ningsih Sri, Suhartanto.2005,

Bahasa dan Sastra Indonesia.

Surakarta: Teguh Karya

Rhamadhan, Syahreis,Drs.2001. Sari

Kata Bahasa Indonesia, Sukoharjo

: Purnama