Page 1
PENINGKATAN TUJUH ASPEK KETERAMPILAN MENULIS
SURAT PRIBADI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
KOMPONEN PEMODELAN PADA SISWA KELAS V
SD N PEDURUNGAN TENGAH 02 SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2004/ 2005
SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Nama : Indriyani Puspo Lestari
NIM : 2134000074
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
Page 2
SARI
Lestari, Indriyani Puspo. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Pribadi
dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Semarang Tahun Pelajaran 2004/ 2005. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Subyantoro, M.Hum., Pembimbing II: Drs. Wagiran M. Hum.
Kata kunci : keterampilan menulis surat pribadi, pendekatan kontekstual, komponen pemodelan
Pembelajaran menulis di Sekolah Dasar merupakan salah satu bidang
garapan pembelajaran Bahasa Indonesia yang memegang peranan penting. Maksudnya, tanpa memiliki keterampilan menulis yang memadai siswa di Sekolah Dasar akan mengalami kesulitan di kemudian hari, bukan saja bagi pelajaran Bahasa Indonesia tetapi juga bagi pelajaran yang lain. Pemilihan strategi dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran merupakan hal yang harus dipertimbangakan oleh guru agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat mencapai sasaran. Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru kelas pembelajaran menulis kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan skor rata-rata klasikal kurang dari 60 . Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis disebabkan pada faktor internal dan eksternal. Faktor internal ini berasal dari siswa, sedangkan factor eksternal berasal dari strategi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Guru kelas dalam melaksanakan pembelajaran masih terikat dengan pola pembelajaran tradisional. Pemilihan pendekatan kontekstual komponen pemodelan sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis surat pribadi berdasarkan pada tuntutan kurikulum berbasis kompetensi yang memberikan kebebasan pada guru untuk memilih teknik yang beragam disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Kurikulum berbasis kompetensi ingin memusatkan diri pada pengenbangan seluruh kompetensi siswa termasuk keterampilan berbahasa yang didalamnya mencakup keterampilan menulis surat pribadi sebagai salah satu kompetensi dasar menulis.
Berdasarkan paparan di atas penelitian ini mengangkat permasalahan, yaitu (1) bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan? dan (2) bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 setelah mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan? Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tujuan kedua adalah mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi
i
Page 3
dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dengan dua siklus yang dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang. Tiap-tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengambilan data dilakukan dengan tes dan nontes. Alat pengambilan data yang digunakan berupa pedoman observasi, wawancara, jurnal, angket dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Berdasarkan analisis data penelitian keterampilan menulis surat pribadi siswa dari pratindakan, siklus I, sampai pada siklus II mengalami peningkatan. Sebelum dilakukanya tindakan, nilai rata-rata klasikal menulis surat pribadi sebesar 58,5. Pada siklus I terjadi peningkatan 10,2%, dengan nilai rata-rata 68,78 dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,87%, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 83,65. Peningkatan nilai rata-rata kelas ini diikuti dengan peningkatan rata-rata skor pada tiap aspek penilaian. Pada aspek kesesuaian isi dengan topik surat, skor rata-rata pada pratindakan sebesar 9,47, pada siklus I sebesar 13,42, dan pada siklus II sebesar 18,12. Rata-rata skor pada aspek bahasa surat pada pratindakan sebesar 15,32, pada siklus I sebesar 16,52, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 20,7. Pada aspek penyusunan kalimat, skor rata-rata pada pratindakan sebesar 5,62, pada siklus I sebesar 5,75, dan pada siklus II meningkat sebesar 7,62. Rata-rata skor pada aspek pilihan kata pada pratindakan sebesar 6,85, pada siklus I sebesar 70, dan pada siklus II meningkat menjadi 8,50. Pada aspek penggunaan ejaan, skor rata-rata pada pratindakan sebesar 5,45, siklus I sebesar 5,55, dan pada siklus II sebesar 6,47. Rata-rata skor pada aspek sistematika surat pada pratindakan sebesar 8,35, pada siklus I sebesar 12,42, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 13,62. Pada aspek kerapian surat skor rata-rata pada pratindakan sebesar 7,5, pada siklus I sebesar 8,12, dan pada siklus II meningkat sebesar 8,62. Peningkatan keterampilan menulis surat pribadi siswa ini diikuti dengan perubahan perilaku negatif menjadi perilaku positif. Pada siklus II siswa semakin aktif dan antusias dalam pembelajaran, karena siswa mulai senang dan menikmati pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang diterapkan guru.
Selanjutnya, dari hasil penelitian tersebut saran yang dapat direkomendasikan antara lain: (1) guru Bahasa Indonesia seyogyanya berperan aktif sebagai inovator untuk memilih teknik pembelajaran yang paling tepat sehingga pembelajaran yang dilaksanakan menjadi pengalaman belajar yang bermakna; (2) guru Bahasa Indonesia dapat menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam membelajarkan keterampilan menulis surat pribadi; (3) pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat dijadikan alternatif pilihan bagi guru bidang studi lain; (4) para praktisi di bidang pendidikan dapat melakukan penelitian serupa dengan teknik pembelajaran yang berbeda sehingga didapatkan berbagai alternatif teknik pembelajaran menulis.
ii
Page 4
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
Mewujudkan cita-cita dan masa depan yang cerah dibutuhkan niat, perbuatan, komitmen, dan kemauan yang keras (Indri).
Skripsi ini kupersembahkan kepada: 1. Ibunda (Alm) dan Ayah tercinta yang telah
memberikan kasih sayang tulus dan iringan doa dalam setiap langkahku;
2. adik semata wayangku: Aji Widiantoro yang tiada henti memberikan semangat kepada penulis;
3. keluarga besarku: Eyang Buyut dan Eyang Gayam, Oom Yudi, Tante, dan sepupuku Arin yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual kepadaku;
4. sahabat-sahabatku: Inda, Aas, Iko, dan Vita yang menciptakan rajutan kisah persahabatan yang indah, dan tanpa pamrih kepada penulis; dan
5. Guru dan almamaterku.
v
Page 5
DAFTAR ISI
Halaman SARI ........................................................................................................... i PENGESAHAN ......................................................................................... iii PERNYATAAN ......................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v PRAKATA ................................................................................................. vi DAFTAR ISI .............................................................................................. vii DAFTAR BAGAN .................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv DAFTAR GRAFIK .................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 1 1.2 Identifikasi dan Pembahasan Masalah ................................ 6 1.3 Pembatasan Masalah ........................................................... 7 1.4 Rumusan Masalah ............................................................... 8 1.5 Tujuan Penelitian ................................................................ 8 1.6 Manfaat Penelitian .............................................................. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ............. 10 2.1 Kajian Pustaka ..................................................................... 10 2.2 Landasan Teoretis ............................................................... 13
2.2.1 Keterampilan Menulis ................................................ 13 2.2.1.1 Hakikat Menulis ............................................. 13 2.2.1.2 Tujuan Menulis .............................................. 15 2.2.1.3 Manfaat Menulis ............................................ 16
2.2.2 Surat ........................................................................... 18 2.2.2.1 Pengertian Surat ............................................. 18 2.2.2.2 Fungsi Surat ................................................... 19 2.2.2.3 Bentuk Surat ................................................... 21 2.2.2.4 Jenis Surat ...................................................... 24 2.2.2.5 Surat Pribadi ................................................... 25 2.2.2.6 Bagian-bagian Surat Pribadi .......................... 25 2.2.2.7 Kriteria Penulisan Surat ................................. 29 2.2.2.8 Tahap Penulisan Surat .................................... 31
2.2.3 Pendekatan Kontekstual ............................................. 32 2.2.3.1 Komponen Pemodelan ................................... 34 2.2.3.2 Implementasi Pendekatan Kontekstual
Komponen Pemodelan dalam Pembelajaran Menulis Surat Pribadi ..................................... 35
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................... 39 2.4 Hipotesis Tindakan ............................................................. 42
viii
Page 6
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 43 3.1 Subjek Penelitian ................................................................. 43 3.2 Variabel Penelitian .............................................................. 44
3.2.1 Variabel Kemampuan Menulis Surat Pribadi ......... 44 3.2.2 Variabel Penggunaan Pendekatan Kontekstual
Komponen Pemodelan ........................................... 45
3.3 Instrumen Penelitian ........................................................... 45 3.3.1 Instrumen Tes ......................................................... 46 3.3.2 Instrumen Nontes ................................................... 48
3.3.2.1 Pedoman Observasi .................................... 48 3.3.2.2 Pedoman Jurnal .......................................... 51 3.3.2.3 Pedoman Wawancara ................................. 51 3.3.2.4 Angket ........................................................ 53 3.3.2.5 Dokumentasi Foto ...................................... 53
3.3.3 Uji Instrumen ......................................................... 54 3.3.3.1 Validitas Permukaan .................................. 54 3.3.3.2 Validitas Isi ................................................ 55
3.4 Desain Penelitian ................................................................. 56 3.4.1 Proses Tindakan Kelas ........................................... 59
3.4.1.1 Siklus I ...................................................... 59 3.4.1.2 Siklus II ...................................................... 63
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 55 3.5.1 Teknik Tes .............................................................. 55 3.5.2 Teknik Nontes ........................................................ 56
3.5.2.1 Observasi .................................................... 57 3.5.2.2 Jurnal .......................................................... 58 3.5.2.3 Wawancara ................................................. 58 3.5.2.4 Angket ........................................................ 59 3.5.2.5 Dokumentasi Foto ...................................... 59
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................... 70 3.6.1 Pendekatan Kuantitatif ........................................... 70 3.6.2 Pendekatan Kualitatif ............................................. 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 72
4.1 Hasil Penelitian ................................................................... 72 4.1.1 Hasil Tes Pratindakan ............................................ 72 4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ......................................... 75
4.1.2.1 Hasil Tes .................................................... 75
4.1.2.1.1 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kesesuaian Isi Surat dengan Topik ............................ 77
4.1.2.1.2 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Bahasa Surat .................. 78
ix
Page 7
4.1.2.1.3 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Penyusunan Kalimat ..... 79
4.1.2.1.4 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Pilihan Kata ................... 80
4.1.2.1.5 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Ejaan ............................. 82
4.1.2.1.6 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Sistematika Surat 83
4.1.2.1.7 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kerapian Surat .............. 84
4.1.2.2 Hasil Nontes ............................................... 87 4.1.2.2.1 Hasil Observasi ........................ 87 4.1.2.2.2 Hasil Jurna ................................ 87 4.1.2.2.3 Hasil Wawancara ..................... 92 4.1.2.2.4 Hasil Angket ............................ 97 4.1.2.2.5 Hasil Dokumentasi Foto ........... 100
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II ........................................ 104 4.1.3.1 Hasil Tes .................................................... 105
4.1.3.1.1 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kesesuaian Isi Surat dengan Topik ............................ 107
4.1.3.1.2 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Bahasa Surat .................. 108
4.1.3.1.3 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Penyusunan Kalimat ..... 109
4.1.3.1.4 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Pilihan Kata ................... 110
4.1.3.1.5 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Ejaan ............................. 112
4.1.3.1.6 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Sistematika Surat 113
4.1.3.1.7 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kerapian Surat .............. 114
4.1.3.2 Hasil Nontes ............................................... 117 4.1.3.2.1 Hasil Observasi ........................ 122 4.1.3.2.2 Hasil Jurna ................................ 129
x
Page 8
4.1.3.2.3 Hasil Wawancara ..................... 133 4.1.3.2.4 Hasil Angket ............................ 137 4.1.3.2.5 Hasil Dokumentasi Foto ........... 140
4.2 Pembahasan ......................................................................... 140 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 151
5.1 Simpulan ............................................................................. 151 5.2 Saran .................................................................................... 153
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 154 LAMPIRAN ............................................................................................... 156
xi
Page 9
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Pedoman Penilaian Tes Menulis Surat Pribadi .................. 156 Lampiran 2. Kriteria Penilaian Tes Menulis Surat Pribadi ................... 157 Lampiran 3. Pedoman Observasi Siswa ................................................ 159 Lampiran 4. Pedoman Observasi Kelas .................................................. 160 Lampiran 5. Lembar Jurnal Siswa Siklus I ............................................. 162 Lampiran 6. Lembar Jurnal Siswa Siklus II ........................................... 163 Lampiran 7. Lembar Jurnal Guru .......................................................... 164 Lampiran 8. Lembar Wawancara Siklus I .............................................. 165 Lampiran 9. Lembar Wawancara Siklus II ............................................. 166 Lampiran 10. Lembar Angket ................................................................... 167 Lampiran 11. Model Surat Siklus I .......................................................... 169 Lampiran 12. Model Surat Siklus II ......................................................... 170 Lampiran 13. Model Surat Siklus II ......................................................... 171 Lampiran 14. Rencana Pembelajaran Siklus I .......................................... 172 Lampiran 15. Rencana Pembelajaran Siklus II ......................................... 175 Lampiran 16. Daftar Subjek Penelitian ..................................................... 178 Lampiran 17. Hasil Pratindakan ............................................................... 179 Lampiran 18. Grafik Pratindakan ............................................................. 180 Lampiran 19. Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Siklus I ........................... 181 Lampiran 20. Grafik Tes Menulis Surat Pribadi Siklus I ......................... 182 Lampiran 21. Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Siklus II .......................... 183 Lampiran 22. Grafik Tes Menulis Surat Pribadi Siklus II ........................ 184 Lampiran 23. Perbandingan Skor Rata-rata Pratindakan, Siklus I, dan
Siklus II .............................................................................. 185
Lampiran 24. Grafik Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Pribadi .. 186 Lampiran 25. Surat Pribadi Siswa Pratindakan ........................................ 187 Lampiran 26. Surat Pribadi Siswa Siklus I ............................................... 188 Lampiran 27. Surat Pribadi Siswa Siklus II ............................................. 189 Lampiran 28. Hasil Observasi Siswa Siklus I .......................................... 190 Lampiran 29. Hasil Observasi Siswa Siklus II ......................................... 191 Lampiran 30. Hasil Observasi Kelas Siklus I ........................................... 192 Lampiran 31. Hasil Observasi Kelas Siklus II ......................................... 194 Lampiran 32. Hasil Jurnal Siswa Siklus I ................................................. 196 Lampiran 33. Hasil Jurnal Siswa Siklus II ............................................... 198 Lampiran 34. Hasil Jurnal Guru Siklus I .................................................. 199 Lampiran 35. Hasil Jurnal Guru Siklus I .................................................. 200 Lampiran 36. Hasil Wawancara Siklus I .................................................. 201 Lampiran 37. Hasil Wawancara Siklus II ................................................. 204 Lampiran 38. Hasil Angket Siswa ............................................................ 207 Lampiran 39. Hasil Angket Kelas ............................................................ 209 Lampiran 40. Surat Ijin Penelitian ............................................................ 210 Lampiran 41. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .................. 211
xv
Page 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Semua orang
menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan
lumpuh tanpa bahasa. Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi,
maka dalam proses pembelajaran berbahasa juga harus diarahkan pada
tercapainya keterampilan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis,
maupun dalam hal pemahaman dan penggunaan.
Pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang sangat
penting diajarkan sejak dini. Tanpa memiliki kemampuan menulis yang memadai
sejak dini anak sekolah dasar akan mengalami kesulitan belajar pada masa
selanjutnya (Rusyana dalam Suyatinah 2003:129). Kemampuan menulis ini juga
berkaitan erat dengan budaya industrial yang merupakan salah satu tuntutan
pembangunan nasional pada masa yang akan datang. Budaya industrial menuntut
anggota masyarakatnya memiliki wawasan, sikap dan berbagai kemampuan yang
cocok untuk budaya tersebut (Akhadiah 1996/ 1997).
Ironisnya sampai saat ini masih saja dijumpai persepsi atau anggapan dari
kalangan masyarakat maupun dari siswa sendiri, bahwa menulis itu sulit. Hasil
penelitian Darmadi (1996:4) di kalangan masyarakat ada suatu kepercayaan yang
menyatakan bahwa seorang yang mempunyai bakat menulis rata-rata genius,
dengan kegeniusannya itu tulisan yang dihasilkannya pun akan selalu bagus.
1
Page 11
2
Mereka juga beranggapan bahwa penulis yang demikian itu dalam menyusun
sebuah tulisan akan sekali jadi dan langsung benar sehingga tidak perlu
melakukan revisi.
Pandangan terhadap proses menulis seperti diatas mungkin benar. Para
penulis itu dapat menuangkan idenya dalam proses yang cepat, tetapi kecepatan
proses penuangan ide itu pun pasti merupakan hasil dari pengalamannya yang
panjang di dalam proses kepenulisannya. Di samping itu, hampir tidak mungkin
mereka dapat langsung menulis dengan benar. Penelitian menunjukkan bahwa
para penulis yang sudah berpengalaman atau penulis yang profesioanl pun tetap
memerlukan revisi dalam proses kegeniusannya (Darmadi 1996:5).
Senada dengan persepsi masyarakat, anggapan sulit juga tampak nyata
tergambar pada siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang. Hal
ini terlihat pada saat siswa mendapat tugas menulis surat dari guru. Mereka tidak
langsung mengerjakan tetapi menyambutnya dengan keluhan. Bukti tersebut
memperjelas bahwa mereka kurang menyukai kegiatan menulis. Keterpaksaan
siswa dalam mengerjakan tugas, akhirnya berdampak buruk pada hasil tulisannya.
Sebagian besar siswa kurang paham dalam menulis surat pribadi. Banyak
kesalahan dalam menggunakan kosakata, ejaan dan format yang tidak sesuai
dengan kaidah penulisan surat. Pantaslah kalau kemampuan menulis mereka
rendah. Hal ini diperkuat dengan hasil menulis surat pribadi siswa yang sebagian
besar kurang dari target rata-rata. Siswa yang berjumlah 40 orang, 3 siswa atau
7,5% diantaranya mendapat nilai 70 sedangkan sisanya sebanyak 37 atau 92,5%
mendapat nilai di bawah 70.
Page 12
3
Rendahnya kemampuan menulis siswa dimungkinkan karena pengaruh
beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal terlihat pada kurang
terampilnya siswa mempergunakan ejaan dan memilih kata sehingga penyusunan
kalimat masih banyak mengalami kesalahan. Faktor eksternal muncul dari
pemilihan strategi dan pendekatan yang digunakan guru. Guru masih terikat pada
pola pembelajaran tradisional, bersifat statis kurang terbuka pada pembaharuan
sehingga menghambat peningkatan dan kualitas proses pembelajaran. Kondisi
seperti ini dapat menghambat para siswa untuk aktif dan kreatif sehingga
menyebabkan rendahnya kualitas siswa. Sistem pembelajaran dengan pendekatan
tradisional yang masih diterapkan guru tidak mampu menciptakan anak didik
yang diidamkan, terutama untuk bidang keterampilan menulis. Hal ini
dikarenakan dominasi guru dalam pembelajaran dengan pendekatan tradisional
lebih menonjol, sehingga keterlibatan siswa kurang mendapat tempat. Guru lebih
banyak mendominasi sebagian besar aktivitas proses belajar-mengajar sehingga
para siswa cenderung pasif. Fenomena inilah yang peneliti jumpai saat
melaksanakan observasi di kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang.
Jika keadaan tersebut terus berlanjut, tanpa ada solusi penanggulangannya
secara tepat dikhawatirkan lama-kelamaan akan menurunkan kemampuan dan
kualitas siswa dalam menulis. Padahal pembelajaran menulis di Sekolah Dasar
merupakan salah satu bidang garapan pembelajaran Bahasa Indonesia yang
memegang peranan penting. Maksudnya tanpa memiliki keterampilan menulis
yang memadahi siswa Sekolah Dasar akan mengalami kesulitan di kemudian hari,
bukan saja bagi pelajaran Bahasa Indonesia tetapi juga bagi pelajaran yang lain.
Page 13
4
Pemilihan strategi dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran merupakan hal
yang harus betul-betul dipertimbangkan oleh guru agar tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan dapat mencapai sasaran.
Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya didasarkan pada
pertimbangan: (1) menempatkan siswa sebagai subjek yang aktif; (2)
menempatkan siswa sebagai insan yang secara alami memiliki pengalaman,
pengetahuan, keinginan, dan pikiran yang dapat dimanfaatkan untuk belajar, baik
secara individu maupun kelompok; (3) membuat siswa berkeyakinan bahwa
dirinya mampu belajar; dan (4) memanfaatkan potensi siswa seluas-luasnya
( Pratiwi dalam Zulaekha 2003:5). Pendapat Pratiwi tersebut sejalan dengan
pendapat Brown (dalam Suyatinah 2003:131) yang menyatakan untuk
meningkatkan partisipasi aktif fisik dan mental siswa, guru hendaknya tidak
mendominasi aktivitas belajar-mengajar, tetapi memberikan kesempatan seluas-
luasnya pada siswa untuk berinteraksi dengan guru, dengan materi pelajaran
maupun dengan sesama manusia. Demikian juga siswa hendaknya diberi
kesempatan berlatih pada saat guru menyampaikan pelajaran yang berupa suatu
suatu keterampilan.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and
learning / CTL) merupakan konsep baru dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Pendekatan Kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang
menekankan lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas
lebih hidup dalam proses belajar dan lebih bermakna karena siswa mengalami
sendiri apa yang dipelajarinya. Konsep belajar inilah yang dapat membantu guru
Page 14
5
mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektivitas yaitu konstruktivisme, bertanya,
menemukan, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian sebenarnya
(Depdikbud 2002:5).
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan
diharapkan dapat mengatasi kesulitan dalam menulis surat pribadi siswa.
Pendekatan kontekstual ini diterapkan di kelas dengan menghadirkan sebuah
model surat yang baik dan benar. Model pembelajaran tersebut kemungkinan
dapat membantu siswa mengatasi kesulitan dalam penulisan surat pribadi, karena
siswa dapat meniru struktur penulisan surat secara sistematis. Penggunaan
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan ternyata
dapat memberikan banyak manfaat, yaitu dapat meningkatkan kemampuan
menulis dan dapat menjembatani tujuan umum pengajaran Bahasa Indonesia. Hal
ini telah dibuktikan pada hasil penelitian tindakan kelas (Astuti :2004) yang
meneliti tentang keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas II PS
SMK Negeri 8 Semarang. Kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi
makin meningkat disertai pula dengan peningkatan kemampuan intelektual,
kematangan emosional, serta kematangan sosialnya.
Bukti penelitian tersebut semakin meyakinkan peneliti bahwa pendekatan
kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatkan kemampuan menulis. Oleh
karena itu, penelitian tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pendekatan
Page 15
6
kontekstual komponen pemodelan sebagai upaya meningkatkan kemampuan
menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 di
Semarang.
1.2 Identifikasi Masalah
Standar Kompetensi pada pembelajaran menulis diharapkan siswa mampu
mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan dalam
berbagai ragam tulisan. Salah satunya adalah menulis surat pribadi.
Indikator pencapaian hasil belajar dalam pembelajaran menulis surat
pribadi diharapkan siswa dapat menyampikan informasi untuk orang lain dalam
bentuk surat dengan kalimat yang efektif dan dapat mengidentifikasi ciri bahasa
surat pribadi (Depdiknas:2004).
Kenyataannya siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 belum
mampu mengkomunikasikan gagasan, perasaan atau pesan yang dimilikinya lewat
surat yang ditulisnya dengan baik dan benar. Hal ini tampak pada masalah yang
sering muncul dalam penulisan surat pribadi siswa, antara lain :
1. pemakaian huruf dan tanda baca yang menyalahi kaidah baku ;
2. pilihan kata kurang cermat;
3. pemakaian kata, ungkapan dan istilah yang tidak baku;
4. pemakaian kalimat yang kurang lengkap atau terpenggal-penggal;
5. pemakaian laras bahasa kurang tepat;
6. penataan penulisan surat tidak runtut;
7. penggunaan bentuk surat yang tidak efektif; dan
8. kerapian surat kurang maksimal .
Page 16
7
Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis surat pribadi tersebut
disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa
ketidakpahaman siswa terhadap aspek kebahasaan dan nonkebahasan. Pada aspek
kebahasaan siswa belum terampil menggunakan ejaan, pilihan kata sehingga
dampaknya pada penyusunan kalimat yang banyak mengalami kesalahan. Pada
aspek nonkebahasaan siswa belum terampil dalam menyesuaikan isi surat dengan
topik dan siswa belum dapat menulis surat dengan rapi, coretan-coretan masih
mewarnai hasil tulisan. Sedangkan faktor eksternal muncul dari pemilihan strategi
pembelajaran guru yang kurang tepat. Selama ini guru dalam memberikan
pembelajaran menulis selalu menggunakan pendekatan tradisional yaitu guru
lebih mementingkan hasil kegiatan menulis daripada prosesnya. Faktor eksternal
inilah yang dimungkinkan mempunyai andil yang cukup besar terhadap
kelangsungan produktivitas belajar siswa di sekolah.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang akan diteliti dibatasi
pada pendekatan kontekstual yang akan digunakan dalam proses belajar-mengajar
menulis surat pribadi yaitu pendekatan kontekstual dengan komponen pemodelan.
Pendekatan ini sebagai upaya untuk meminimalkan kesalahan penulisan surat
pribadi siswa.
Page 17
8
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah muncul
permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis surat pribadi siswa kelas V
SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan ?
2. Bagaimanakah perubahan tingkah laku siswa kelas V SD Negeri
Pedurungan Tengah 02 setelah mengikuti pembelajaran menulis surat
pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan ?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis surat pribadi siswa kelas
V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
2. Mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas V SD Negeri
Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran menulis
surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
Page 18
9
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang peneliti harapkan dari penelitian Tindakan Kelas ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengembangan
pengetahuan tentang menulis surat pribadi dan penerapan strategi pembelajaran
menulis surat pribadi yang tepat dengan menggunakan pendekatan kontekstual
khususnya komponen pemodelan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa
maupun peneliti sendiri.
Manfaat bagi guru penelitian ini dapat dijadikan alternatif pemilihan
strategi pembelajaran menulis surat pribadi dan dapat mengembangkan
keterampilan dan kekreatifan guru Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam
menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
Pembelajaran Kontekstual bermanfaat meningkatkan gairah siswa dalam
menulis surat pribadi dengan baik dan benar, karena pembelajaran kontekstual ini
lebih mengutamakan proses yang bermakna daripada produknya. Penelitian ini
juga dapat dijadikan sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat dalam
berkomunikasi secara tidak langsung melalui surat.
Manfaat bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah dan memperluas
pengetahuan tentang penggunaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan
dalam pembelajaran menulis surat pribadi.
Page 20
11
Penelitian ini menunjukkan kurangnya siswa kelas I E Mts Al Asror Patemon
Gunungpati dalam menulis surat dinas, yaitu penulisan huruf kapital, gabungan
kata, penulisan kata depan di, ke, dan dari, penulisan singkatan dan akronim dan
penggunaan tanda baca yang tidak tepat. Dengan dilaksanakan pembelajaran ejaan
kemampuan siswa dalam menempatkan kaidah ejaan mengalami peningkatan
kesamaan penelitian Sri Haryuni adalah terletak pada analisisnya sedangkan
perbedaanya terletak pada objek dan teknik yang dilakukan pada pembelajaran.
Sri Haryuni menganalisis penguasaan ejaan dalam surat dinas dan melalui teknk
tubian, sedangkan penelitian ini menganalisis kemampuan menulis surat pribadi
dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
Page 21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan
dapat dijadikan sebagai kajian pustaka adalah sebagai berikut.
Penelitian Supartiningsih (1998) berjudul Kesantunan Berbahasa Surat
Pribadi Kepada Orang yang Dihormati Siswa Kelas II Sekolah Menengah Umum
Negeri 1 Bae Kudus. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa belum dapat
menggunakan bentuk penyusunan surat, pemilihan kosakata secara tepat,
pemakaian kalimat secara efektif serta penggunanan ejaan yang kurang cermat.
Kesalahan dalam menulis surat pribadi siswa dipengaruhi oleh kurangnya siswa
dalam mengekspresikan gagasan, pendapat, perasaan, maupun keinginanya dalam
bentuk tulisan sehingga hal tersebut mempengaruhi pula pada kesantunan
berbahasa surat pribadi. Keterkaitan skripsi Supartiningsih dengan penelitian ini
adalah pada analisisnya yaitu mengenai surat, sedangkan perbedaanya pada objek
kajiannya. Penelitian Supartiningsih ini hanya membahas secara dekriptif saja
sehingga bukti penelitiannya kurang dapat dipercaya.
Penelitian Jamaah (2001) berjudul Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia
dalam Surat-Surat Dinas Keluar pada Kantor Tata Usaha SMU Negeri 1 Mejobo
Kudus. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kalimat dalam surat dinas yang
dibuat para pegawai SMU Negeri 1 Mejobo Kudus masih banyak yang belum
10
Page 22
11
mematuhi kaidah bahasa dalam surat dinas. Hasil penelitian Jamaah menunjukkan
adanya kesalahan-kesalahan dari segi ejaan yang meliputi aspek kesalahan huruf
kapita100%l, penulisan kata 25 %, tanda titik58,5%, tanda titik dua 62,5%, tanda
koma 12,5 %, tanda hubung 25%, dan garis bawah 58,3%. Dari segi kesalahan
bentukan kata meliputi kesalahan pilihan kata yang dibagi menjadi tiga aspek
yaitu segi keserasian arti 8,3%, segi keekonomisan 87,5%, dan segi kebakuan
16,7%. Segi kesalahan penyusunan kalimat meliputi dua aspek yaitu segi
kelengkapan 12,5% dan segi kehematan 91,7%. Relevansi penelitian Jamaah
dengan penelitian ini adalah pada analisis penelitian yaitu mengenai surat,
sedangkan perbedaannya pada objek kajian. Penelitian Jamaah ini dari segi
analisisnya kurang lengkap, sebab peneliti kurang membahas keseluruhan aspek
surat.
Penelitian Astuti (2004) berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis
Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada
Siswa Kelas II PS 4 SMK Negeri 8 semarang. Penelitian Tindakan Kelas ini,
menunjukkan adanya kemampuan menulis karangan narasi dan perubahan tingkah
laku siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai tes siklus I yang rata-
rata mencapai nilai 68 dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata sebesar
75. Peningkatan nilai rata-rata menulis karangan narasi siswa ini juga dibarengi
dengan perubahan tingkah laku siswa dari tingkah laku yang negatif menjadi
positif. Relevansi penelitian Atuti dengan penelitian ini adalah pada teknik
pendekatannya yaitu pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Penelitian
Page 23
12
astuti ini sudah cukup bagus, tapi analisis dari segi deskripsi nontesnya kurang
jelas.
Pada tahun yang sama, Suryanto melakukan penelitian dengan judul
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Teknik Modeling
pada Siswa Kelas II D SLTP Sukorejo Kendal. Hasil penelitian Suryanto
menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis karangan narasi sebesar
64,4% pada siklus I dan meningkat sebesar 7,8%. Peningkatan rata-rata dari
pratindakan sampai siklus II sebesar 15,6%. Pada siklus I siswa belum ada
kesiapan dalam pembelajaran, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan
belum terfokus. Pada siklus II terjadi perubahan, kesiapan siswa dalam menerima
pembelajaran sudah terlihat, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan juga
sudah terfokus. Relevansi penelitian Suryanto dengan penelitian peneliti ini
adalah teknik yang akan digunakan dalam pembelajaran sama-sama menggunakan
pemodelan.
Berdasarkan beberapa kajian pustaka tersebut, dapatlah ditemukan benang
merah bahwa penelitian mengenai keterampilan menulis surat pribadi masih
sedikit diteliti. Penelitian-penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam menulis. Para peneliti telah menggunakan teknik
maupun media yang bervariasi dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis
siswa baik pada tingkat SMP, SMU maupun SMK. Penelitian ini dimaksudkan
untuk melengkapi hasil penelitian sebelumnya, tentunya dengan teknik dan subjek
penelitian yang berbeda, khususnya penelitian tentang menulis surat pribadi.
Page 24
13
2.2 Landasan Teoretis
Teori-teori yang digunakan dalam landasan teoretis ini mencakup tentang
keterampilan menulis, dasar surat-menyurat, dan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan.
2.2.1 Keterampilan Menulis
Keterampilan Menulis didapatkan seseorang dari latihan terus-menerus,
bukan dari faktor bawaan. Seseorang dalam melakukan kegiatan menulis
tentunya mempunyai dasar yang jelas terhadap kegiatan tersebut, sehingga dari
kegiatan menulis ini dapat dipetik manfaatnya. Untuk lebih jelasnya pada sub
bab berikut ini dipaparkan pendapat para ahli mengenai hakikat, tujuan serta
manfaat menulis.
2.2.1.1 Hakikat Menulis
Menulis sebagai bentuk keterampilan berbahasa, pada hakikatnya
merupakan pengungkapan gagasan atau perasaan secara tertulis dengan
menggunakan bahasa sebagai medianya. Menulis atau mengarang merupakan
suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara
tidak langsung. Menurut Tarigan (1995:3) menulis adalah melahirkan pikiran atau
perasaan melalui tulisan Menulis merupakan suatu kegiatan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara bertatap
muka dengan orang lain.
Page 25
14
Akhadiah (1997:3) berpendapat bahwa menulis merupakan suatu kegiatan
penyampaian pesan dengan mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Pesan
adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan merupakan sebuah
sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa
yang sudah disepakati pemakainya. Dalam komunikasi tertulis terdapat empat
unsur yang terlibat didalamnya yaitu : (1) penulis sebagai suatu pesan; (2) pesan
atau isi tulisan; (3) saluran atau medium; (4) pembaca sebagai penerima pesan.
Kemampuan dalam menulis bukanlah semata-mata milik golongan
berbakat menulis, melainkan dapat diperoleh dengan latihan yang sungguh-
sungguh. Dengan latihan yang sungguh-sungguh akan menghasilkan karya yang
tidak mungkin terpikirkan oleh kita. Tentunya sebuah karya yang menarik dan
sempurna. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:1079) disebutkan
menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat
surat) dengan tulisan. Menurut konsep ini kegiatan menulis merupakan kegiatan
untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam pikiran dan perasaan
seseorang kepada orang lain dalam bentuk tulisan. Konsep ini mencakupi kegiatan
menggunakan bahasa tulis, seperti membuat karangan cerita, mengungkapkan
pengalaman, menulis surat baik surat resmi maupun tidak resmi.
Berdasarkan beberapa uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah kegiatan mengkomunikasikan gagasan, perasaan atau pesan yang
dituangkan dalam bentuk tulisan dan dapat disampaikan kepada orang lain tanpa
harus bertatap muka secara langsung.
Page 26
15
2.2.1.2 Tujuan Menulis
Kemampuan menulis merupakan tuntutan segala zaman. Komunikasi pada
awal abad XX lebih banyak berlangsung secara tertulis, khususnya bagi
masyarakat maju. Kemampuan menulis bukan monopoli orang berbakat. Semua
orang khususnya siswa akan mampu menulis jika berlatih secara benar.
Pengembangan kemampuan menulis perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh
sejak pendidikan dasar.
Hartig (dalam Tarigan 1986:34) menyatakan tujuan menulis adalah : (1)
untuk penugasan bukan karena kemauan sendiri; (2) altruistik, yaitu untuk
menyenangkan pembaca; (3) persuasif, yaitu untuk meyakinkan para pembaca dan
kebenaran gagasan yang diutamakan; (4) informasional, yaitu untuk memberi
informasi; (5) pernyataan diri, yaitu untuk memperkenalkan diri sebagai
pengarang pada pembaca; (6) pemecahan masalah, yaitu untuk mencerminkan
atau menjelajahi pikiran-pikiran agar dapat dimengerti oleh pengarang; dan (7)
kreatif, yaitu untuk mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian.
Sejalan dengan pendapat Hartig, Sujanto (1988:58) Tujuan menulis adalah
untuk mempertajam kepekaan siswa terhadap kesalahan-kesalahan baik ejaan,
struktur, maupun pemilihan kosakata. Seseorang yang ingin melaksanakan
kegiatan menulis, pertama yang harus dilaksanakan adalah memilih apa yang akan
ditulisnya. Bentuk tulisan yang dipakai biasanya dikaitkan dengan siapa yang
akan membaca tulisan tersebut. Hal ini sangat penting karena dalam
menyampaikan satu permasalahan yang sama akan berbeda bentuknya apabila
berbeda pembacanya.
Page 27
16
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Tujuan pengajaran
menulis didasarkan oleh tujuan menulis itu sendiri. Akan tetapi, karena begitu
beragamnya tujuan menulis di bawah ini dikemukakan hanya beberapa tujuan
saja. Antara lain memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak,
menghibur atau menyenangkan, dan mengutarakan atau mengekspresikan
perasaan dan emosi yang berapi-api. Tujuan masing-masing personal dalam
kegiatan menulis bermacam-macam. Hal ini disebabkan tiap penulis dalam
menjalankan kegiatan menulis mempunyai tujuan yang berbeda. Tujuan
kemampuan menulis tidak hanya ada dalam lingkungan pendidikan, tetapi juga
bermanfaat untuk masyarakat. Pengajaran keterampilan menulis di sekolah dasar
mempunyai tujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan praktis yaitu siswa
memiliki pengetahuan dan pengalaman serta dapat memanfaatkan kemampuan itu
untuk berbagai keperluan contohnya dalam kegiatan menulis surat pribadi.
2.2.1.3 Manfaat Menulis
Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan bahasa yang
semakin penting untuk dikuasai. Hal ini sejalan dengan dengan pengabdian
budaya industrial yang merupakan salah satu tuntunan pembangunan nasional
pada masa mendatang. Kemampuan yang terpenting adalah kemampuan membaca
dan menulis (Akhadiah 1996/ 1997). Dari uraian di atas, jelas bahwa kemampuan
menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh agar tulisan dapat
bermanfaat untuk masyarakat. Kegiatan menulis mempunyai banyak manfaat
diantaranya: (1) dengan menulis Anda akan terpaksa mencari sumber informasi
Page 28
17
tentang topik tersebut. Wawasan anda tentang topik itu akan bertambah luas dan
dalam; (2) untuk menulis tentang sesuatu Anda terpaksa belajar tentang sesuatu
itu serta berpikir atau bernalar. Anda akan mengumpulkan fakta dan menghubung-
hubungkan, serta menarik kesimpulan; (3) menulis berarti menyusun gagasan
secara runtut dan sistematis. Dengan demikian, Anda menjelaskan sesuatu yang
semula mungkin samar bagi Anda; (4) dengan menulis permasalahan diatas
kertas, Anda lebih mudah memecahkannya; (5) kegiatan menulis yang terencana
akan membiasakan Anda berpikir dan berbahasa secara tertib (Akhadiah
1997:10).
Kegiatan menulis ini tidak dapat dikatakan mudah karena penulis tidak
hanya cukup menyampaikan ide, gagasan, pendapat kepada pembaca. Menyerap,
mencari, serta menguasai informasi yang berhubungan dengan topik tulisan,
merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki oleh seseorang penulis.
Sehingga dengan wawasan itu pembaca menjadi ketagihan membaca tulisannya
karena pembaca merasa puas. Hal-hal itulah yang menyebabkan kegiatan menulis
merupakan sesuatu yang sangat sulit, sehingga menulis merupakan sesuatu yang
sulit, sehingga orang atau siswa enggan atau kurang berminat untuk menulis
dengan baik dan benar (Suriamiharja dkk 1997:4).
Berdasarkan uraian pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat
menulis tiap personal dapat melatih seorang penulis dalam mengkomunikasikan
gagasannya secara runtut dan sistematis. Dengan kegiatan menulis secara intensif
dan terencana akan membiasakan penulis dalam berpikir dan berbahasa secara
tertib.
Page 29
18
2.2.2 Surat
Surat sebagai duta organisasai atau instansi si pengirim harus
menggambarkan citra, cermin, mentalitas, jiwa serta petunjuk intern organisasi
atau perusahaan yang mengirimnya. Kegiatan menyusun surat-menyurat tersebut,
si penulis dituntut suatu pengetahuan bahasa yang luas dan seni menulis surat
serta kepintaran mengeluarkan ide. Sedikit pengetahuan mengenai dasar surat-
menyurat tersebut didasarkan pada paparan para ahli mengenai pengertian, fungsi,
bentuk jenis, surat pribadi, bagian-bagian surat, bahasa surat serta tahap penulisan
surat yang akan dijelaskan di bawah ini.
2.2.2.1 Pengertian Surat
Dalam hidup bermasyarakat manusia akan bergaul dengan sesamanya.
Pergaulan tersebut tentunya dilandasi suatu komunikasi, baik secara lisan maupun
tulisan. Komunikasi lisan ini terjadi apabila penutur atau pemberi informasi
berhadapan atau bersemuka dengan mitra tutur atau penerima informasi secara
lisan. Sebaliknya, komunikasi tulis terjadi jika penutur dan penerima tutur tidak
bersemuka melainkan berkomunikasi menggunakan media, misalnya lewat surat.
Suhanda (1978:1) menjelaskan surat adalah sehelai kertas atau lebih yang
memuat suatu bahan komunikasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang
lain, baik atas nama pribadi maupun kedudukannya dalam organisasi atau kantor.
Page 30
19
Menurut Soedjito dan Solchan (1999:1) pengertian surat dapat ditinjau
dari beberapa aspek, yaitu: (1) berdasarkan sifat isinya, surat adalah jenis
karangan (komposisi) paparan; (2) berdasarkan wujud peraturannya, surat adalah
percakapan yang tertulis; dan (3) berdasarkan fungsinya, surat adalah suatu alat
atau sarana komunikasi tulis.
Marjo (2000:15) berpendapat surat adalah alat komunikasi tertulis, atau
sarana untuk menyampaikan pernyataan maupun informasi secara tertulis dari
pihak satu kepada pihak yang lain. Informasi tersebut bisa berupa pemberitahuan,
pernyataan, pertanyaan, permintaan, laporan, pemikiran, sanggahan dan lain
sebaginya.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian surat, maka dapat
disimpulkan bahwa surat adalah sehelai kertas atau lebih yang didalamnya
dituliskan suatu informasi yang perlu diketahui orang tertentu yang sifatnya
personal dan harus dijawab oleh penerimanya.
2.2.2.2 Fungsi Surat
Surat sebagai sarana komunikasi, mempunyai beberapa fungsi. Menurut
Marjo (2000:15) fungsi surat yang aktif dalam kehidupan masyarakat sehari-hari
adalah :
Page 31
20
a. Sebagai wakil atau duta Si pengirim surat;
Surat berperan sebagai pembawa misi dan pesan-pesan yang mewakili Si
penulis. Karena sifatnya sebagai duta atau wakil, maka surat harus ditulis
dengan teliti, praktis, sistematis dan seobjektif mungkin.
b. Sebagai bahan bukti hitam di atas putih yang mempunyai kekuatan hokum;
c. Referensi dalam merencanakan atau menindaklanjuti suatu aktivitas surat-
surat yang diarsipkan merupakan sumber data yang diperlukan dalam
perencana dan penindaklanjutan suatu aktivitas atau program;
d. Alat pengingat;
Sesuatu yang terlupakan dalam kegiatan masa lalu dapat dilihat dan ditinjau
kembali.
e. Alat untuk memperpendek jarak, penghemat tenaga, dan waktu;
Sesuatu yang harus dikunjungi bila tidak begitu penting dapat dihubungi
dengan memakai surat saja.
f. Bukti sejarah dan kegiatan suatu organisasi atau badan usaha;
g. Jaminan keamanan, misalnya surat jalan; dan
h. Alat promosi pihak pengirim.
Berdasarkan fungsi surat diatas, fungsi utama surat adalah sebagai sarana
komunikasi. Surat dapat digunakan sebagai sarana komunikasi apabila surat
tersebut komunikatif.
Surat sebagai sarana komunikasi, mempunyai kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh alat komunikasi yang lain. Berkomunikasi melalui surat-surat akan
Page 32
21
lebih praktis dan murah. Di samping itu, surat dapat memuat infomasi yang tak
terbatas dan pembaca dapat membaca berulang-ulang apabila belum jelas
informasinya.
2.2.2.3 Bentuk Surat
Menarik atau tidaknya sebuah surat kadang-kadang ditentukan oleh format
atau bentuk surat. Menurut Wiyasa (1992:3) bentuk surat ialah tata letak atau
posisi tertentu sesuai dengan fungsi dan perannya, terutama sebagai petunjuk atau
identifikasi memproses surat tersebut. Pada dasarnya ada dua bentuk surat yang
dapat dibedakan secara tajam yaitu bentuk lurus atau block style dan bentuk lekuk
atau identited style.
Menurut Mustakim (1994: 167) Format surat adalah bentuk dan ukuran
serta tata letak atau posisi bagian-bagian surat, seperti penempatan tanggal, alamat
surat, salam pembuka, dan salam penutup.
Soedjito dan Solchan (1999:17) menjelaskan bentuk surat ialah susunan
letak bagian-bagian surat. Mereka membagi bentuk surat menjadi lima bentuk,
yaitu : (1) lurus penuh; (2) lurus; (3) setengah lurus; (4) resmi Indonesia lama; (5)
resmi Indonesia Baru. Senada dengan pendapat tersebut, Marjo (2000:60)
membagi bentuk-bentuk surat sebagai berikut.
Page 33
22
1. Bentuk lurus penuh (Full Block Style).
2. Bentuk lurus (Block Style).
3. Bentuk setengah lurus (Semi Block Style).
4. Bentuk persegi (Block Style).
5. Bentuk sederhana (Simple Style).
6. Bentuk lekuk (Special Paragraph).
7. Bentuk resmi dinas pemerintah (Indentited Style).
8. Bentuk resmi dinas pemerintah (Official Style)
9. Bentuk surat model Amerika (American Style).
10. Bentuk surat model Inggris (British Style Business Letter).
11. Bentuk surat model Inggris (British Style).
12. Bentuk surat dinas yang lengkap bagian-bagiannya.
Jika dipandang dari keresmian penggunaannya, format atau bentuk surat
juga ada yang resmi dan tidak resmi. Format resmi digunakan untuk surat-surat
resmi sedangkan surat tidak resmi biasanya digunakan oleh pribadi. Bentuk resmi
di Indonesia sangat bervariasi dan menurut pusat pembinaan dan pengembangan
bahasa dianjurkan menggunakan format setengah lurus. Format setengah lurus
dapat dilihat pada bagan 1 di bawah ini.
Page 34
23
Bagan 1.
Format Setengah Lurus
(semi block style)
(Tanggal)
(Alamat)
________________
________________
(Salam Pembuka)
(paragraf pembuka)
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
(paragraf isi)
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
(paragraf penutup)
_______________________________________________________
(Salam penutup)
(Tanda tangan)
(Nama jelas)
Page 35
24
Format itulah yang dianjurkan untuk digunakan dalam surat-menyurat
Indonesia. Walaupun bentuk surat itu untuk surat resmi dapat pula digunakan
untuk surat pribadi, karena surat pribadi dengan surat resmi sebenarnya hanya
dibedakan pada bagian: kepala surat, nomor, lampiran, hal, dan pada tembusan
surat.
Pemilihan format setengah lurus ini didasarkan pada prinsip efektivitas
yang dikemukakan Sudarsa. Faktor kemudahan dalam bentuk setengah lurus ini
dapat dilihat dari segi penulisan bagian-bagian surat bentuk setengah lurus ini
lebih mudah bila dibandingkan dengan bentuk bertekuk. Penulisan alamat
disebelah kiri lebih leluasa dibandingkan disebelah kanan karena kemungkinan
pemenggalan bagian kalimat tidak terjadi. Dilihat dari factor kehematan,
penulisan surat setengah lurus lebih efektif dan hemat dari bentuk lurus, karena
pada bagian surat sebelah kiri dan kanan tidak terlihat kosong. Faktor keserasian
tampak pada susunan letak bagian-bagian surat setengah lurus karena
pemanfaatan bagian kiri dan kanan surat sudah sesuai dan tampak rapi.
2.2.2.4 Jenis surat
Jika dilihat dari segi bentuk, isi, dan bahas surat dapat digolongkan atas
tiga jenis, yaitu (1) surat pribadi; (2) surat dinas; (3) surat niaga
(Sudarsa dkk 1992:3). Pada landasan teori ini peneliti hanya menekankan pada
surat pribadi saja, karena surat pribadi inilah yang menjadi bahan kajian
penelitian.
Page 36
25
2.2.2.5 Surat Pribadi
Surat-menyurat pribadi timbul dalam pergaulan hidup sehari-hari dan
terjadi dalam komunikasi antara anak dan orang tua, antar kerabat, antar sejawat
dan antar teman. Pengertian surat pribadi itu sendiri adalah surat yang dibuat oleh
seseorang yang isinya menyangkut kepentingan pribadi (Sudarsa dkk 1992:3).
Senada dengan pendapat Sudarsa, Marjo (1996:10) berpendapat bahwa
surat pribadi atau personal letter adalah surat yang mencakup surat keluarga dari
orang tua kepada anak atau sebaliknya, bisa juga antar hubungan keluarga lain
termasuk surat antar teman dan pergaulan muda-mudi (surat percintaan).
Soedjito dan Solchan (1999:4) mengartikan surat pribadi adalah surat yang
berisi masalah pribadi, yang ditujukan kepada keluarga, teman atau kenalan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa surat
pribadi adalah surat yang ditulis oleh perseorangan yang bersifat pribadi dan
ditujukan kepada orang lain, instansi atau organisasi.
2.2.2.6 Bagian-bagian Surat Pribadi
Sebuah surat terdiri atas bagian-bagian surat. Penempatan bagian-bagian
surat itu berhubungan dengan bentuk surat yang dipergunakan, artinya jika
bagian-bagian surat itu diletakkan pada margin kiri, terbentuklah bentuki lurus.
Jika bagian-bagian surat itu tidak diletakkan pada margin kiri , dapatlah terbentuk
setengah lurus. Hal itulah yang membedakan komposisi surat dengan konposisis
yang lain, misalnya pada novel dan roman.
Page 37
26
Bagian surat pribadi terdiri atas : (1) tanggal ; (2) alamat tujuan; (3) salam
pembuka; (4) isi surat; (5) salam penutup; (6) pengirim surat; (7) inisial.
(Sudarsa 1992:9). Penulisan bagian-bagian surat akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Tanggal
Tanggal surat ditulis secara lengkap, yaitu tangal ditulis dengan angka,
bulan ditulis dengan huruf, dan tahun ditulis dengan angka. Sebelum tanggal
tidak dicantumkan nama kota karena mana kota itu sudah tercantum pada
kepala surat kecuali pada surat pribadi. Setelah angka tahun tidak diikuti
tanda baca apapun.
Contoh : Semarang, 22 Maret 1990
2. Alamat surat
Dalam penulisan alamat surat terdapat dua macam bentuk. Bentuk yang
pertama adalah alamat yang ditulis di sebelah kanan atas di bawah tanggal
surat dan bentuk yang kedua adalah alamat yang ditulis disebelah kiri atas
sebelum salam pembuka.
Penulisan alamat surat di sebelah kiri atas itu lebih menguntungkan daripada di
sebelah kanan atas karena kemungkinan pemenggalan tidak ada sehingga alamat
yang panjang pun dapat dituliskan.
Menurut Sudarsa (1992:14) penulisan suart perlu diperhatikan hal berikut.
a. Penulisan nama penerima harus cermat dan lengkap, sesuai dengan kebiaasaan
yang dilakukan oleh yang bersangkutan (pemilik nama).
b. Nama diri penerima surat diawali huruf kapital pada setiap unsurnya.
Page 38
27
c. Penulisan alamat pernerima surat juga harus cermat dan lengkap serta
informatif.
d. Untuk menyatakan yang terhormat pada awal nama penerima surat
cukup dituliskan Yth. dengan huruf awal kapital disertai tanda titik
singkatan itu. Penggunaan kata kepada sebelum Yth. tidak diperlukan
karena kata kepada berfungsi sebagai penghubung antarbagian kalimat
yang menyatakan arah. Apalagi kalau diingat bahwa alamat pengirim
tidak didahului kata dari yang berfungsi sebagai penghubung
antarbagian kalimat yang menyatakan asal.
e. Kata sapaan seperti ibu, bapak, saudara digunakan pada alamat surat
sebelum nama pengirim surat. Jika digunakan kata bapak atau ibu pada
awal penerima, kata itu hendaknya ditulis penuh tanpa tanda baca
apapun pada akhir kata itu.
f. Jika nama orang yang dituju bergelar akademik sebelum namanya,
seperti Dr. dr. Ir atau Drs atau memiliki pangkat seperti kapten atau
kolonel kata sapaan Ibu,Bapak, dan, Sdr. Tidak digunakan.
g. Jika yang ditulis nama jabatan seseorang, kata sapaan tidak digunakan
agar tidak berimpit dengan gelar,pangkat atau jabatan.
h. Kata jalan pada alamat surat tidak tidak disingkat, tetapi ditulis penuh
yaitu Jalan dengan huruf awal kapital tanpa tanda titik atau titik dua
pada akhir kata itu.
Page 39
28
3. Penulisan Salam
Salam dalam surat ada dua macam, yaitu salam pembuka dan salam
penutup. Penulisan kedua bentuk salam itu merupakan awal dalam
berkomunikasi antara penulis surat dan penerima surat.
Salam pembuka lazim ditulis disebelah kiri di bawah alamat surat, di atas
kalimat pembuka isi surat. Salam penutup lazim ditulis di sebelah kanan
bawah. Huruf pertama salam pembuka dan penutup ditulis dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda koma.
4. Isi Surat
Secara garis besar isi surat terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian pertama
merupakan paragraph pembuka, bagian kedua merupakan paragraf isi, dan
bagian ketiga merupakan paragraph penutup
Paragraf pembuka mengantarkan isi surat yang akan diberitahukan.
Paragraf pembuka berisikan pemberitahuan, pertanyaan, pernyataan, atau
permintaan. Dalam paragraf isi dikemukakan hal yang perlu disampaikan
kepada penerima surat. Namun, isi surat harus singkat, lugas, dan jelas.
Paragraf penutup merupakan simpulan dan kunci isi surat. Di samping itu,
paragraph penutup dapat mengandung harapan penulis surat atau berisi
ucapan terima kasih kepada penerima surat.
5. Nama Pengirim
Nama pengirim surat ditulis di bawah salam penutup dan tanda tangan.
Tanda tangan diperlukan sebagai keabsahan surat apalagi surat dinas.
Dalam penulisan nama pengirim perlu diperhatikan : (1) penulisan nama
Page 40
29
tidak perlu menggunakan huruf kapital seluruhnya; tetapi menggunakan
huruf awal huruf kapital pada setiap unsure nama; (2) nama tidak perlu
ditulis dalam kurung; (3) nama jabatan dapat dicantumkan di bawah nama
pengirim (Sudarsa dkk 1992:11-20).
2.2.2.6 Kriteria Penulisan Surat
Surat pribadi merupakan salah satu bentuk dari tulisan pribadi. Tulisan
pribadi lebih menyenangkan daripada jenis tulisan yang lain. Karena
menyenangkan maka bahasanya pun hendaknya disusun yang menyenangkan.
Ciri-ciri bahasa surat pribadi tersebut, yaitu (1) bahasa alamiah, wajar, sederhana ;
(2) ujaran normal dengan kebiasaan sehari-hari; (3) isinya hidup; (4) menarik ;
(5) tidak formal; (6) riang penuh semangat (Tarigan 1984:31). Senada dengan
Tarigan Suhanda (1992:23) menjelaskan bahwa penggunaan bahasa surat harus
jelas unsur-unsurnya, lugas bahasanya tidak menimbulkan makna ganda dan
bahasa surat harus ekonomis tidak merusak ejaan, tata bahasa atau pilihan kata
dan komposisi.
Nursito (1999:47) menjelaskan sebelum pembelajaran surat diberikan
kepada siswa, mereka perlu mengetahui ciri-ciri penulisan surat yang baik berikut
ini.
a. Pengungkapan Jelas
Pengungkapan yang jelas tidak akan membingungkan pembaca, karena
permasalahan yang dibicarakan dapat dipahami oleh pembaca secara tepat dan
benar.
Page 41
30
b. Penciptaan kesatuan dan pengorganisasian
Tulisan surat sebaiknya langsung menjelaskan inti permasalahan dan tidak
berbelit-belit. Perpindahan pembahasan masalah berlangsung secara mulus,
tanpa menimbulkan kesenjangan.
c. Ketetapan
Penggunaan ejaan yang baik dan benar akan mengkaitkan bobot tulisan.
Penggunaan ejaan haruslah memenuhi kaidah ejaan yang disempurnakan.
d. Variasi kalimat
Variasi yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam menulis surat adalah
penyusunan kalimat panjang dan pendek secara berselang-seling guna
menghindari kata-kata yang sama secara berulang-ulang dengan mencari
sinonimnya, atau sekali-kali ditampilkan kalimat bermajas.
Berdasarkan uraian pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
penggunaan bahasa dalam surat sangat penting karena surat adalah utusan dari
penulis yang berwujud tulisan. Bahasa surat harus memenuhi ketentuan jelas,
lugas, komunikatif . Jelas dalam hal ini jelas unsur-unsurnya. Lugas berarti
bahwa bahasa yang digunakan tidak menimbulkan makna ganda. Bahasa surat
harus ekonomis selama tidak merusak kaidah ejaan, tata bahasa atau pilihan
kata dan komposisi. Komunikatif dapat ditentukan oleh kelogisa dan
kesisteman. Kesisteman ditentukan oleh hubungan antarbagian kalimat, alenia
atau paragraf yang memperlihatkan adanya hubungan pikiran pembaca dan
penulis surat.
Page 42
31
2.2.2.7 Tahap Penulisan Surat
Menurut Mustakim (1999:165) agar surat yang disusun itu tampak
menarik, efektif, dan mudah dipahami, maka perlu langkah-langkah penyusunan
surat sebagai berikut.
a. Sebelum menulis surat perlu dirumuskan lebih dahulu permasalahan yang
akan disampaikan.
b. Permasalahan itu disusun menurut urutan yang telah ditetapkan, kemudian
diuraikan secara sistematis.
c. Jika diperlukan disertai data yang relevan.
d. Setiap persoalan hendaknya disusun dalam sebuah paragraf.
e. Jika dianggap telah lengkap baru ditulis rapi.
f. Sebelum ditandatangani perlu diteliti kembali.
Samadhy (2000:321-327) berpendapat bahwa menulis surat dapat dicapai
dengan baik melalui proses sebagai berikut.
1. Pramenulis
Langkah-langkah pramenulis meliputi, memilih topik, mempertimbangkan
tujuan, mempertimbangkan bentuk tulisan dan mengorganisasikan gagasan.
2. Penyusunan Draf
Langkah-langkah penyusunan draf meliputi menyusun draf kasar, menulis
kalimat pertama, menjabarkan draf kasar, membaca jabaran draf, dan
membacakan jabaran draf.
Page 43
32
3. Perevisian
Langkah-langkah dalam perevisian meliputi merevisi isi draf, mengurutkan
kembali, mengurangi, memperjelas dan menambah contoh.
4. Penyuntingan
Langkah-langkah dalam penyuntingan meliputi pengembangan penggunaan
ejaan dan penggunaan aturan penulisan.
5. Publikasi
Dalam tahap publikasi langkah-langkah yang harus dilewati adalah
mengumpulkan karya siswa dan merencanakan bentuk publikasi.
Menurut peneliti kedua pendapat-pendapat para ahli tersebut sama
benarnya. Maka peneliti mengkolaborasikan kedua teori tersebut sebagai dasar
penulisan surat pribadi.
2.2.3 Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan demikian,
diharapkan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru kepada siswa. Oleh karena itu, strategi pembelajaran lebih
dipentingkan dari pada hasil (Depdikbud 2002:4).
Page 44
33
Hasil pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual
diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir
kritik, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan
jangka panjangnya. Dalam konteks ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar,
apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka
sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu,
mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk
hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan
berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai
pengarah dan pembimbing (Nurhadi dkk 2004:4).
Bila pembelajaran kontekstual diterapkan dengan benar, diharapkan siswa
akan terlatih untuk dapat menghubungkan apa yang diperoleh di kelas dengan
kehidupan dunia nyata yang ada dilingkungannya. Untuk itu, guru perlu
memahami konsep pendekatan kontekstual terlebih dahulu dan dapat
menerapkannya dengan benar. Agar siswa dapat belajar lebih efektif, guru perlu
mendapat informasi tentang konsep-konsep pembelajaran kontekstual dan
penerapannya. Dengan pendekatan kontekstual, siswa dibantu menguasai
kompetensi yang dipersyaratkan.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, siswa akan dibawa tidak hanya
masuk ke kawasan pengetahuan, tetapi juga sampai pada penerapan pengetahuan
yang didapatkannya melalui pembelajaran kontekstual. Tugas guru dalam kelas
kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih
banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
Page 45
34
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan
dan keterampilan) datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata guru.
Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
(Nurhadi dkk 2004:5).
Dengan demikian, pendekatan kontekstual bukan hanya sebuah strategi
pembelajaran. Tetapi sebuah pendekatan yang dikembangkan dengan tujuan agar
pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna.
2.2.3.1 Komponen Pemodelan
Salah satu bagian dari komponen pembelajaran kontekstual adalah
pemodelan (modeling). Komponen pemodelan pada pembelajaran yaitu, dalam
sebuah pembelajaran keterampilan berbahasa atau keterampilan tertentu ada
model yang bisa ditiru. Model ini bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara
melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan sesuatu.
Dengan demikian, guru memberi model tentang bagaimana belajar (Depdiknas
2002:16).
Pemodelan pada dasarnya bertujuan untuk membahasakan gagasan yang
kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya
untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya
melakukan keinginannya (Nurhadi dkk 2004:49).
Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model
dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk
Page 46
35
memberi contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Jika kebetulan ada siswa
yang pernah memenangkan lomba baca puisi atau memenangkan kontes bahasa
Inggris, siswa itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya. Siswa
contoh tersebut dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model
tersebut sebagai standar kompetensi yang harus dicapainya. Model juga dapat
didatangkan dari luar. Seorang penutur asli berbahasa Inggris sekali waktu dapat
dihadirkan di kelas untuk menjadi model cara berujar, cara bertutur kata, gerak
tubuh ketika berbicara, dan sebagainya (Nurhadi dkk 2004:50).
Implementasi komponen pemodelan dalam pembelajaran menulis surat
pribadi dapat dilakukan dengan menghadirkan sebuah contoh surat pribadi buatan
siswa ataupun buatan guru. Penyajian contoh surat pribadi dapat membantu siswa
dalam memahami cara pembuatan surat sesuai kaidah penulisan surat yang baik
dan benar. Contoh surat tersebut dapat ditiru siswa, terutama dari segi struktur
penulisan surat. Dengan demikian, peranan model sebagai sarana atau media
dalam proses pembelajaran menjadi strategi kunci untuk pencapaian kompetensi.
2.2.3.2 Implementasi Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan dalam
Pembelajaran Menulis Surat Pribadi
Implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia bertumpu pada keempat aspek berbahasa, yaitu mendengarkan,
membaca, berbicara, dan menulis ditambah struktur, kosakata, dan sastra. Dalam
praktik pembelajaran aspek-aspek tersebut sebaiknya mendapat porsi yang
Page 47
36
seimbang karena aspek-aspek tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Namun
demikian, dalam pembelajaran tetap ada salah satu yang difokuskan.
Titik berat pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi Bahasa Indonesia, baik secara lisan
maupun tertulis.
Keterampilan menulis memang dapat dikuasai oleh siapa saja yang
memiliki kemampuan intelektual yang memadai. Namun berbeda dengan
kemampuan menyimak dan berbicara, menulis tidak diperoleh secara alamiah
melainkan harus dipelajari dan dilatihkan terus-menerus.
Pada kegiatan menulis bukan panjangnya tulisan yang diharapkan
melainkan kejelasan isi tulisan,pilihan kata serta efisien pemakaian kalimatnya.
Selama kegiatan ini, siswa perlu diajarkan bahwa ada berbagai kemungkinan cara
penataan atau penyusunan kata. Menemukan kesalahan dalam menulis (tidak
hanya ejaan dan tanda baca, tetapi kelengkapan atau kejelasan kalimat, bahkan
pilihan kata) ini termasuk dalam kegiatan menulis. Siswa tidak hanya dilatihkan
untuk menemukan kesalahan sendiri, tetapi juga untuk memperbaiki dan
membenahinya. Kegiatan menulis juga akan lebih optimal bila didukung oleh
banyak membaca, sebab orang yang banyak membaca akan dapat dengan mudah
serta lancar menulis (Purwo 1997:7-8).
Pada pembelajaran menulis, siswa perlu dilatih untuk menguasai prinsip-
prinsip menulis dan berpikir. Hal ini dapat membantu siswa mencapai maksud dan
tujuannya. Prinsip-prinsip yang dimaksudkan adalah penemuan, susunan, dan
gaya penulisan.
Page 48
37
Dengan demikian, keterampilan menulis lebih banyak diperoleh dari
pengalaman yang berulang-ulang melalui latihan terstruktur di sekolah. Peranan
guru dalam pembelajaran menulis perlu dilakukan dengan kompetensi dan
motivasi yang tinggi guna mencapai misi kurikulum berbasis kompetensi.
Media ataupun model dalam pembelajaran menulis memegang peranan
penting dalam usaha meningkatkan hasil belajar yang optimal. Penggunaan suatu
media dalam pelaksanaan pembelajaran bagaimanapun akan membantu
kelancaran, efektifitas, dan efesiensi pencapaian tujuan. Bahan pelajaran yang
dimanipulasikan dalam bentuk media pengajaran yang menjadikan siswa seolah-
olah bermain, asyik, dan bekerja dengan suatu media akan lebih menyenangkan
mereka, dan sudah tentu proses pembelajaran akan lebih bermakna (meaningful).
Sastradiradja (dalam Suyatinah 2003:132) menyatakan bahwa penggunaan
media dalam pembelajaran dapat membantu : (1) murid belajar lebih banyak; (2)
mengingatkan lebih lama; (3) melengkapi rangsang yang efektif untuk belajar; (4)
menjadikan belajar lebih konkret; (5) membawa dunia ke dalam kelas; (6)
memberikan pendekatan-prndekatan bermacam-macam dari satu subjek yang
sama. Sejalan dengan pendekatan di atas, Sujana (dalam Suyatinah 2003:132)
mengatakan bahwa penggunaan media dalam proses belajar-mengajar mempunyai
nilai : (a) dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir; (b) dapat
memperbesar minat dan perhatian; (c) dapat meletakkan dasar untuk
perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap; (d)
menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan; (e) membantu
tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa; (f)
Page 49
38
membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan
berbahasa; (g) membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang
lebih sempurna.
Pemodelan merupakan teknik pembelajaran dengan menggunakan model
atau alat peraga. Kehadiran model sebagai media pembelajaran akan menciptakan
suasana pembelajaran yang mengasyikkan dan siswa selalu dilibatkan,
dibutuhkan, dan berperan aktif dalam pembelajaran. Wujud alat peraga atau
model tentu saja disesuikan dengan kebutuhan dan jenis mata pelajaran. Misalnya
dalam pelajaran Bahasa Indonesia, ketika siswa akan belajar menulis surat
pribadi, guru dapat menghadirkan contoh surat pribadi yang baik dan benar dari
guru ataupun dari siswa sendiri. Siswa dapat meniru atau mencontoh struktur
penulisan surat yang baik. Kemudian siswa pun akan dapat membuat surat pribadi
yang baik dan benar pula. Jadi guru tidak hanya berperan sebagai orang yang
menyampaikan teori-teori saja tanpa praktik.
Dengan media pembelajaran yang menarik, kreatifitas siswa untuk menulis
surat pribadi akan bangkit, kemudian siswa akan tertarik dan berlomba-lomba
untuk menyusun surat pribadi yang baik dan benar. Alangkah menariknya jika
tiap anak berkompetisi secara aktif dan sehat saat pembelajaran berlangsung.
Page 50
39
2.3 Kerangka Berpikir
Standar kompetensi pada pembelajaran menulis, siswa diharapkan mampu
mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam
berbagai ragam tulisan (Depdiknas:2004). Menulis surat merupakan salah satu
butir pembelajaran dari beberapa butir pembelajaran yang ada dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi Sekolah Dasar khususnya pada kelas V. Indikator
pencapaian hasil belajar dalam pembelajaran menulis surat diharapkan siswa
dapat menyampaikan informasi untuk orang lain dalam bentuk surat dengan
kalimat yang efektif dan mengidentifikasi ciri bahasa surat pribadi
(Depdiknas:2004).
Kenyataannya kemampuan menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri
Pedurungan Tengah 02 Semarang belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat pada
hasil tulisan surat siswa yang rata-rata masih banyak kesalahannya baik dari segi
isi, bahasa, penggunaan ejaan, pilihan kata, penyusunan kalimat, dan sistematika
penulisan surat. Hal tersebut terjadi karena pengaruh beberapa faktor baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor yang berpengaruh besar yaitu
pemilihan strategi dalam pembelajaran. Selama ini pembelajaran menulis surat
pribadi yang dilakukan guru masih mengandalkan strategi ceramah sebagai
transfer belajar dan mementingkan hasil belajar daripada proses pembelajaran.
Hal ini menyebabkan siswa kesulitan mengakses penjelasan guru karena dalam
memberikan penjelasan guru tidak menyertakan contoh konkrit.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengadakan penelitian
tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen
Page 51
40
pemodelan sebagai upaya mengatasi rendahnya kemampuan menulis surat pribadi.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua siklus. Tiap siklus terdiri dari
empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Siklus I dimulai dengan tahap perencanaan, rencana-rencana kegiatan
disusun untuk menemukan solusi pemecahan masalah. Tahap selanjutnya adalah
tindakan, peneliti melakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun
pada saat proses pembelajaran menulis surat pribadi berlangsung. Tindakan yang
dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
Tahap ketiga yaitu observasi. Observasi dilakukan ketika proses pembelajaran
berlangsung. Tahap terakhir adalah refleksi, dilakukan dengan merefleksi hasil-
hasil yang diperoleh dalam pembelajaran. Kelebihan atau kemajuan yang
diperoleh pada siklus I dipertahankan, sedangkan kelemahan atau kekurangan
yang muncul dicarikan solusi pemecahannya pada siklus II dengan cara
memperbaiki perencanaan siklus II.
Siklus II merupakan hasil perbaikan pada siklus I. Tahap-tahap siklus II
sama seperti siklus I. Hasil pembelajaran tes siklus I dan siklus II kemudian
dibandingkan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis surat pribadi
dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Kerangka berpikir proses
pembelajaran surat pribadi dengan menggunakan pendekatan kontektual dapat
digambarkan sebagai berikut.
Page 52
41
Bagan 2: Tahap Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Menulis Surat dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan
Observasi awal: siswa belum terampil menulis surat pribadi dengan baik dan benar
Model I
Tes Menulis Surat pribadi I
Analisis – refleksi I
Siklus I
Berhasil
Belum
Simpulan
Model II dan Model III
Tes Menulis Surat pribadi II
Analisis – refleksi II
Siklus II
Berhasil
Siswa terampil menulis surat pribadi sesuai dengan kaidah penulisan surat
Page 53
42
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis Tindakan Kelas dalam penelitian ini adalah keterampilan
menulis surat pribadi dan tingkah laku siswa kelas V SD Negeri Pedurungan
Tengah 02 Semarang akan meningkat jika dalam pembelajarannya menggunakan
pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
Page 54
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman siswa
kelas VIIA SMP Negeri II Klaten. Jumlah keseluruhan siswa kelas VII SMP
Negeri II Klaten adalah 243 siswa dengan perincian sebagai berikut.
Tabel 3. Jumlah Siswa Kelas VII SMP Negeri II Klaten
No Kelas Putra Putri Jumlah Siswa 1. 2. 3. 4. 5. 6.
VIIA VIIB VIIC VIID VIIE VIIF
16 15 16 16 16 14
24 26 24 26 24 26
40 siswa 41 siswa 40 siswa 42 siswa 40 siswa 40 siswa
Alasan dipilihnya siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten sebagai subjek
penelitian adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan diketahui bahwa siswa kelas VIIA
memiliki keterampilan membaca pemahaman yang masih rendah dibandingkan
kelas lainnya.
2. Peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang
mengajar di kelas tersebut.
3. Kehadiran peneliti tidak mempengaruhi perilaku siswa karena siswa SMP
Negeri II Klaten sudah terbiasa mendapat pengawasan oleh staf pengajar yang
bersangkutan untuk menjaga stabilitas proses belajar mengajar yang sedang
berlangsung.
35
Page 55
36
3.2 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu keterampilan membaca
pemahaman siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten dan pembelajaran membaca
pemahaman melalui teknik cloze. Berikut dijelaskan mengenai kedua variabel
tersebut.
1. Keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten
yang meliputi keterampilan memahami bacaan dengan menggunakan wacana
rumpang. Wacana yang digunakan untuk pembelajaran membaca pemahaman
sengaja dilesapkan dengan melesapkan bagian-bagian tertentu pada bacaan
yang dipilih. Bagian-bagian yang dilesapkan tersebut kemudian diisi oleh
siswa.
2. Pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan teknik cloze.
Teknik cloze atau yang biasa disebut teknik isian rumpang adalah teknik
pembelajaran membaca pemahaman dengan cara melesapkan bagian-bagian
tertentu dari wacana. Tujuan dari pelesapan tersebut agar siswa mengisi
bagian-bagian yang dilesapkan.
Penelitian ini dianggap berhasil apabila terjadi peningkatan persentase
keterampilan membaca pemahaman siswa sebagai berikut.
a. Siklus I
(1) Apabila terjadi peningkatan berkisar 2.50% - 12.50% dari keadaan semula
dikategorikan cukup.
(2) Apabila terjadi peningkatan berkisar 12.51% - 25% dari keadaan semula
dikategorikan baik.
Page 56
37
(3) Apabila terjadi peningkatan lebih dari 25% dari keadaan semula
dikategorikan amat baik.
b. Siklus II
(1) Apabila terjadi peningkatan berkisar 2.50% - 12.50% dari keadaan pada
siklus I dikategorikan cukup.
(2) Apabila terjadi peningkatan berkisar 12.51% - 25% dari keadaan pada siklus
I dikategorikan baik.
(3) Apabila terjadi peningkatan lebih dari 25% dari keadaan pada siklus I
dikategorikan amat baik.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah tes dan nontes. Berikut diuraikan tentang kedua teknik
pengumpulan data tersebut.
3.3.1 Tes
Tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan membaca pemahaman
pada siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten ini dengan menggunakan wacana
rumpang. Wacana rumpang tersebut digunakan pada saat tes awal, pembelajaran
membaca pemahaman, tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus II. Setiap tes baik
pada siklus I maupun pada siklus II digunakan sebuah wacana yang telah
dilesapkan bagian-bagiannya tiap kata ke-6 atau ke-7, sejumlah 50 lesapan dengan
memperhatikan fungsinya sebagai alat ajar keterampilan membaca pemahaman.
Pada saat pembelajaran membaca pemahaman, digunakan sebuah wacana yang
telah dilesapkan dengan melesapkan tiap kata ke-6 atau ke-7 sejumlah 20 lesapan.
Page 57
38
Pertimbangan yang digunakan agar guru lebih mudah dalam memberikan
penjelasan dan karena keterbatasan waktu dalam mengajar.
Sebelum wacana dilesapkan bagian-bagiannya dan digunakan sebagai
instrumen tes maupun pembelajaran, terlebih dahulu diukur tingkat
keterbacaannya dengan menggunakan Grafik Raygor. Langkah-langkah yang
ditempuh untuk mengukur wacana tersebut, dijelaskan sebagai berikut.
Langkah (1)
Menghitung 100 buah perkataan dari wacana yang hendak diukur tingkat
keterbacaannya itu sebagai sampel. Deretan angka tidak dipertimbangkan sebagai
kata. Oleh karena itu, angka-angka tidak dihitung ke dalam perhitungan 100 buah
kata.
Langkah (2)
Menghitung jumlah kalimat sampai pada persepuluhan terdekat. Prosedur
ini sama dengan prosedur Fry dalam menghitung rata-rata jumlah kalimat.
Langkah (3)
Menghitung jumlah kata-kata sulit, yaitu kata-kata yang dibentuk oleh 6
huruf atau lebih. Kriteria tingkat kesulitan sebuah kata didasari oleh panjang-
pendeknya kata, bukan oleh unsur semantisnya. Kata-kata yang tergolong ke
dalam kategori sulit itu ialah kata-kata yang terdiri atas enam atau lebih huruf.
Kata-kata yang jumlah hurufnya kurang dari enam, tidak digolongkan ke dalam
kategori kata sulit.
Page 58
39
Langkah (4)
Hasil yang diperoleh dari langkah 2) dan 3) itu dapat diplotkan ke dalam
Grafik Raygor untuk menentukan peringkat keterbacaan wacananya.
Berikut hasil pengukuran tingkat keterbacaan wacana yang digunakan
sebagai alat ajar dan alat tes keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VIIA
SMP Negeri II Klaten.
Tabel 4. Tingkat Keterbacaan Wacana
WACANA NO GRAFIK RAYGOR 1 2 3 4 5 Judul Wacana
1. Jumlah kalimat s/d persepuluhan terdekat.
9,9 11,5 9 7,2 9,3
2. Jumlah kata sulit 31 29 32 26 30
3. Tingkat
Keterbacaan
VII VII VII VII VII
1. “Kacamata Nenek” 2. “Pembuat Tembikar
yang Berani” 3. “Pohon Ajaib” 4. “Endy Wibowo,
Makan Lagi” 5. “Kantor Pindah,
Kualitas tambah”
Setelah tingkat keterbacaan wacana diukur, langkah selanjutnya adalah
merumpangkan bagian-bagian pada wacana tersebut. Kelima wacana yang
digunakan sebagai alat pembelajaran dan tes dilesapkan bagian-bagiannya tiap
kata ke-6 atau ke-7 sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Pelesapan dimulai pada kalimat kedua agar siswa mudah dalam memahami
isi wacana yang dilesapkan tersebut. Pelesapan ditandai dengan memberi nomor
pada tiap lesapan dan diberi tanda.
Page 59
40
3.3.2 Nontes
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk instrumen nontes
berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman jurnal, dan
dokumentasi. Berikut dijelaskan tentang pedoman alat pengambilan data nontes
tersebut.
3.3.2.1 Pedoman Observasi
Observasi/pengamatan digunakan untuk memperoleh data tentang
penelitian yang dimaksud. Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar
berlangsung, dengan dua lembar panduan observasi untuk siswa dan guru.
Berikut aspek-aspek yang diamati dalam observasi.
1) Pedoman Observasi untuk Siswa Siklus I.
a. Tanggapan awal siswa pada saat guru hadir dan mulai memperkenalkan materi
pembelajaran membaca pemahaman yang akan dibahas:
(i) tertarik dengan kehadiran guru;
(ii) menyepelekan kehadiran guru.
b. Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran membaca pemahaman melalui
teknik cloze yang dijelaskan guru:
(i) memperhatikan dan merespon dengan antusias (bertanya, menanggapi,
membuat catatan);
(ii) melakukan kegiatan yang tidak perlu (bicara sendiri, mondar-mandir, dan
membuat catatan yang tidak perlu).
c. Tanggapan siswa dalam mengisi wacana yang telah dirumpangkan:
(i) mengisi wacana rumpang dengan sikap yang baik;
Page 60
41
(ii) melakukan kegiatan yang tidak perlu pada saat mengisi wacana rumpang
(mencontek, tiduran, dan sebagainya).
d. Tanggapan siswa terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang sudah
dilalui:
(i) tertarik untuk mengulang pembelajaran;
(ii) tidak merespon keseluruhan proses pembelajaran.
2) Pedoman Observasi untuk Siswa Siklus II
a. Tanggapan awal siswa pada saat guru kembali hadir dan mulai
memperkenalkan materi pembelajaran membaca pemahaman yang akan
dibahas:
(i) tertarik dengan kehadiran guru;
(ii) menyepelekan kehadiran guru.
b. Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran membaca pemahaman melalui
teknik cloze dengan dengan cara berdiskusi:
(i) memperhatikan dan memberikan tanggapan dengan antusias (bertanya,
menanggapi, membuat catatan);
(ii) melakukan kegiatan yang tidak perlu (bicara sendiri, mondar-mandir,
membuat catatan yang tidak perlu.
c. Tanggapan siswa dalam mengisi wacana yang telah dirumpangkan melalui
kegiatan pembelajaran diskusi:
(i) mengisi wacana rumpang dengan sikap yang baik;
(ii) melakukan kegiatan yang tidak perlu pada saat kegiatan pembelajaran
(mencontek, tiduran, dan sebagainya).
Page 61
42
d. Tanggapan siswa terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang sudah
dilalui:
(i) tertarik untuk mengulang pembelajaran;
(ii) tidak merespon keseluruhan proses pembelajaran.
3) Pedoman Observasi untuk Guru
Pedoman observasi untuk guru meliputi:
a. membuka pelajaran;
b. penyampaian materi;
(i) penguasaan materi
(ii) kesesuaian materi pembelajaran dengan Rencana Pembelajaran
c. kemampuan berkomunikasi dengan siswa;
d. kesesuaian metode pembelajaran;
e. mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran;
f. kemampuan menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif;
g. kemampuan memberi balikan; dan
h. kemampuan menutup pelajaran.
Peneliti menggunakan pedoman observasi yang digunakan untuk
mengamati segala respons dan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran
pada siklus I dan siklus II karena tingkah laku siswa sangat berguna untuk
perbaikan dan penyempurnaan penelitian tindakan kelas ini. Observasi siswa
meliputi keseluruhan siswa yang mengikuti proses pembelajaran tanpa ada
pengecualian.
Page 62
43
3.3.2.2 Pedoman Wawancara
Wawancara dilaksanakan oleh peneliti kepada siswa untuk mendapatkan
informasi tentang seberapa jauh responden (siswa) menguasai keterampilan
membaca pemahaman berkaitan dengan variabel penelitian wawancara dengan
memberi tanggapan positif atau negatif.
Aspek-aspek yang diungkap dalam wawancara pada siklus I adalah sebagai
berikut.
(1) Tanggapan positif dan negatif terhadap bacaan yang disajikan untuk
pembelajaran membaca pemahaman.
(2) Tanggapan siswa terhadap teknik cloze yang digunakan dalam pembelajaran
membaca pemahaman.
(3) Kemudahan yang dialami siswa dalam memahami bacaan menggunakan
teknik cloze.
(4) Kesulitan yang dialami siswa dalam memahami bacaan menggunakan teknik
cloze.
(5) Harapan siswa tentang bacaan yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya.
(6) Harapan siswa tentang kegiatan pembelajaran yang disajikan untuk
pertemuan selanjutnya.
Pada saat pelaksanaan siklus II terdapat beberapa perubahan yang secara
langsung mengubah pula pedoman wawancara untuk siklus II. Berikut pedoman
wawancara siklus II.
Page 63
44
(1) Tanggapan positif dan negatif siswa terhadap bacaan yang digunakan pada
pembelajaran membaca pemahaman siklus II.
(2) Tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran melalui diskusi yang telah
dilaksanakan.
(3) Kemudahan yang dialami siswa dalam memahami bacaan menggunakan
teknik cloze melalui kegiatan berdiskusi.
(4) Kesulitan yang dialami siswa dalam memahami bacaan menggunakan teknik
cloze melalui kegiatan berdiskusi.
(5) Manfaat yang diperoleh melalui kegiatan berdiskusi dalam membaca
pemahaman.
3.3.2.3 Pedoman Jurnal Siswa
Jurnal berisi pesan dan kesan selama pembelajaran berlangsung, yang diisi
oleh siswa setiap akhir siklus, baik siklus I maupun siklus II. Hal-hal yang dicatat
dan diisikan dalam jurnal meliputi:
(1) tanggapan siswa terhadap bacaan yang disajikan;
(2) ketertarikan siswa dengan teknik isian rumpang pada saat pembelajaran
membaca pemahaman;
(3) kemudahan atau kesulitan memahami bacaan melalui teknik cloze; dan
(4) tanggapan siswa terhadap gaya guru dalam mengajar.
Pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman jurnal untuk
siklus I dan siklus II dibuat tidak sama. Perbedaan itu terjadi karena pada saat
pelaksanaan siklus I terdapat beberapa perubahan atau perilaku siswa yang
menarik untuk diuraikan pada pengambilan data nontes siklus selanjutnya. Uraian
Page 64
45
itu dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan atau bahkan kekurangan
selama proses pembelajaran berlangsung. Pembuatan pedoman observasi,
pedoman wawancara, dan pedoman jurnal siklus II dilakukan setelah pelaksanaan
siklus I dengan beberapa penyesuaian.
3.3.2.4 Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan oleh peneliti pada penelitian tindakan kelas
ini berupa dokumentasi foto. Penggunaan dokumentasi melalui pertimbangan
bahwa suatu penelitian memerlukan bukti nyata selain data, agar penelitian itu
menjadi penelitian yang akurat.
Dokumentasi juga berfungsi sebagai sarana untuk menjelaskan keruntutan
proses penelitian dari awal sampai akhir sehingga penelitian tersebut bisa
dipertanggungjawabkan.
Dokumentasi kegiatan pembelajaran berisi sejumlah foto aktivitas
pembelajaran dari mulai pelaksanaan tes awal sampai dengan pengisian jurnal dan
pelaksanaan wawancara.
3.3.3 Uji Instrumen
Data mempunyai kedudukan yang paling penting dalam penelitian. Benar
atau tidaknya data tergantung dari baik tidaknya hasil penelitian. Uji instrumen
penting dilakukan untuk mengetahui validitas dari instrumen.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesatuan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan, atau dapat mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan validitas isi dan
Page 65
46
validitas permukaan. Berikut penjabaran tentang validitas permukaan dan validitas
isi.
3.3.3.1 Validitas Permukaan
Uji validitas permukaan pada instrumen ini dengan mengkonsultasikan
instrumen penelitian kepada para ahli/dosen pembimbing. Melalui proses
bimbingan kepada dosen pembimbing, instrumen ini mengalami beberapa
pembenahan.
Pada penelitian ini ditambahkan dokumentasi untuk mendokumentasikan
seluruh proses penelitian tindakan kelas yang berlangsung. Pertimbangan lain,
agar penelitian ini menjadi penelitian yang lebih akurat dibandingkan dengan
penelitian yang sama yang sudah dilakukan.
Pembenahan juga dilakukan pada instrumen observasi dan wawancara.
Pada instrumen observasi, bagian yang dibenahi yaitu materi pada siklus I dan
siklus II. Pembenahan untuk instrumen wawancara terjadi pada materi
wawancaranya berupa pembenahan pedoman untuk wawancara.
3.3.3.2 Validitas Isi
Validitas isi menunjukkan seberapa jauh instrumen tersebut mencerminkan
tujuan tes yang telah dirumuskan. Instrumen berupa alat tes dapat dikatakan
memiliki validitas isi, apabila telah relevan dengan materi pengajaran yang
hendak diteskan, yaitu materi membaca pemahaman bagi siswa kelas VIIA SMP
Negeri II Klaten.
Page 66
47
3.4 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas. Pada
penelitian ini diperlihatkan perubahan-perubahan yang terjadi setelah siswa
mendapatkan perlakuan dengan teknik cloze dalam proses pembelajaran membaca
pemahaman. Berikut bagan siklus tindakan kelas.
R Siklus I T R Siklus II T
P
O
RP
O
Keterangan:
P: Perencanaan
T: Tindakan
O: Observasi
R: Refleksi
RP: Revisi Perencanaan
Perencanaan pada siklus meliputi dua hal, yaitu perencanaan umum dan
perencanaan khusus. Yang dimaksud dengan perencanaan umum adalah
perencanaan yang meliputi keseluruhan aspek yang berhubungan dengan
penelitian tindakan kelas. Perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun
rancangan dari siklus per siklus. Perencanaan khusus terdiri dari perencanaan
ulang atau disebut revisi perencanaan. Perencanaan ini berkaitan dengan
Page 67
48
pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi
pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya.
Implementasi tindakan merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah
direncanakan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan membutuhkan peran aktif antara
siswa dan peneliti. Kedua hal itu tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Pada penelitian ini observasi dilakukan oleh peneliti sendiri. Pengamatan
dilakukan dengan mencatat semua hal yang terjadi di kelas yang sedang diteliti.
Pengamatan tersebut meliputi situasi kelas, perilaku, dan sikap siswa, penyajian
materi, dan sebagainya.
Refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung dengan cara
kolaborasi. Kolaborasi yang dimaksud adalah dengan melakukan diskusi antara
siswa dan peneliti tentang berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian.
Refleksi ini dilaksanakan setelah perlakuan tindakan dan hasil observasi. Hasil
dari refleksi ini kemudian dijadikan acuan untuk langkah perbaikan pada tindakan
selanjutnya.
3.4.1 Poses Tindakan Kelas
3.4.1.1 Siklus I
Siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan
berlangsung dalam waktu 2 x 45 menit. Siklus ini terdiri atas perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.
Page 68
49
Kegiatan siklus I selengkapnya sebagai berikut.
1) Perencanaan
Dalam perencanaan, peneliti menyusun skenario pembelajaran yang
dilaksanakan pada siklus I. Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan. Pembelajaran
yang dilaksanakan disesuaikan dengan hakikat pembelajaran bahasa pada
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bagian yang dilesapkan pada bacaan yaitu
setiap kata kelima atau keenam dengan pertimbangan bahwa wacana rumpang ini
sebagai alat ajar. Berdasarkan fungsinya, bagian-bagian yang dilesapkan pada
wacana yang digunakan sebagai bahan pembelajaran dan tes disesuaikan dengan
tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Berikut skenario pembelajaran siklus I.
Tabel 5. Skenario Pembelajaran Siklus I pada Pertemuan I
No Kegiatan Waktu Metode I. Pendahuluan
1. Guru mengabsen kehadiran siswa.
2. Guru mengenalkan materi yang akan dibahas secara singkat.
10’ Tanya jawab Ceramah
II.
Kegiatan inti 1. Siswa mendengarkan
penjelasan yang disampaikan guru tentang wacana rumpang.
2. Siswa membaca dalam hati wacana rumpang yang dibagikan oleh guru.
3. Siswa mengisi bagian-bagian dari wacana yang dirumpangkan dengan memperhatikan sinonim dan konteksnya.
4. Siswa maju ke depan untuk membacakan wacana rumpang yang telah diisinya.
5. Secara aktif, siswa berusaha menanggapi.
6. Guru memberikan pertanyaan
60’
Tanya jawab Ceramah Penugasan
Page 69
50
III.
berkaitan dengan wacana. 7. Guru memberikan penguatan-
penguatan. 8. Guru menunjukkan teks asli
dari wacana yang telah dikerjakan siswa.
9. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
Penutup 1. Guru dan siswa mengadakan
refleksi terhadap proses dan hasil belajar.
2. Guru menutup pertemuan dengan memberikan kuis yang berkaitan dengan wacana.
20’
Refleksi Tanya jawab Kuis
Tabel 6. Skenario Pembelajaran Siklus I pada Pertemuan II
No Kegiatan Waktu Metode I.
Pendahuluan 1. Guru mengabsen siswa. 2. Apersepsi terhadap materi sebelumnya.
15’ Ceramah Tanya jawab
II. Kegiatan inti 1. Siswa mengisi wacana rumpang yang
dibagikan guru sebagai tes akhir siklus I. 2. Secara bergantian, siswa ditunjuk guru
untuk mengisikan bagian yang dirumpangkan dengan jawaban yang benar.
3. Siswa menilai pekerjaan temannya. 4. Guru memberikan pertanyaan yang
berkaitan dengan wacana. 5. Guru memberikan penguatan-penguatan
dan menunjukkan jawaban yang benar sesuai teks yang asli.
4. Siswa secara individu mengerjakan jurnal.
60’ Ceramah Penugasan Tanya jawab
III. Penutup 1. Guru dan siswa mengadakan refleksi
tentang pembelajaran yang sudah berlangsung.
2. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru tentang kesimpulan pertemuan I dan II.
15’ Tanya jawab Ceramah
Page 70
51
2) Tindakan
Langkah-langkah dalam tindakan diuraikan sebagai berikut.
a. Apersepsi
Apersepsi dalam pembelajaran membaca pemahaman ini digunakan untuk
mengawali pembelajaran. Melalui apersepsi ini, siswa diperkenalkan dengan teks
wacana rumpang. Perkenalan ini dimaksudkan agar siswa telah siap terlebih
dahulu dengan materi yang akan dipelajari.
b. Inti Kegiatan
Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok tentang pembelajaran materi.
Pada kegiatan ini, guru menjelaskan tentang keterampilan membaca peamhaman
melalui teknik cloze. Guru menjelaskan dan memberi contoh bagaimana cara
mengisikan bagian-bagian yang dilesapkan pada sebuah bacaan.
Siswa melakukan kegiatan membaca dalam hati wacana yang telah
dilesapkan, kemudian mengisi bagian-bagian tersebut. Setelah siswa mengisi
bagian-bagian yang dilesapkan, guru dan siswa membahas hasil hasil pekerjaan
siswa dan memberikan penguatan-penguatan. Siswa yang tidak diberi kesempatan
untuk maju, berusaha menanggapi dan menyepakati jawaban yang benar yang
disampaikan oleh temannya. Setelah semua siswa menyepakati jawaban yang
mereka anggap benar, guru memperlihatkan wacana yang asli. Jawaban siswa
kemudian dibandingkan dan dinilai.
Page 71
52
3) Observasi dan Pengambilan Data
Kegiatan observasi dilakukan ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Berikut adalah saat-saat pengambilan data observasi dilaksanakan.
(a) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang wacana rumpang.
(b) Siswa memperhatikan cara pengisian rumpang.
(c) Siswa membaca dalam hati wacana rumpang.
(d) Siswa mengisikan bagian yang dirumpangkan dengan memperhatikan
sinonim dan konteksnya.
(e) Siswa mengkoreksi pekerjaan temannya.
(f) Siswa menanggapi hasil isian tersebut.
(g) Siswa mengisi atau melengkapi bagian yang dikosongkan, yang dibacakan
oleh guru.
4) Refleksi
Hasil observasi dan nilai tes serta hasil jurnal digunakan untuk melakukan
wawancara terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran dan
siswa-siswa yang mengalami kemudahan dalam pembelajaran. Tindakan-tindakan
yang mempersulit kegiatan membaca pemahaman diperbaiki, sedangkan tindakan-
tindakan yang mempermudah pembelajaran membaca pemahaman dilaksanakan
kembali pada siklus II. Hasil tes, observasi, jurnal, dan wawancara menunjukkan
adanya revisi perencanaan pada wacana yang digunakan, kegiatan
pembelajarannya, dan pemberian latihannya.
Page 72
53
3.4.1.2 Siklus II
Siklus II dilaksanakan melalui dua pertemuan, masing-masing pertemuan
alokasi waktunya 2 x 45 menit. Siklus ini terdiri atas revisi perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Berikut ini kegiatan siklus II.
1) Revisi Perencanaan
Pada siklus II disusun skenario pembelajaran yang berbeda dengan
skenario pembelajaran pada siklus I. Skenario pembelajaran pada siklus II
merupakan pembaharuan rencana pembelajaran pada siklus I. Hal-hal yang
berbeda dari siklus I, yaitu wacana yang digunakan, kegiatan pembelajarannya,
pemberian latihannya, dan perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan
pada saat pembelajaran siklus I.
Siklus II menyajikan wacana yang berbeda dengan pendekatan
komunikatif yang masih bertolok ukur pada tujuan Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Berdasarkan refleksi siklus I dilakukan pembaharuan skenario
pembelajaran siklus II. Berikut adalah skenario pembelajaran siklus II.
Tabel 7. Skenario Pembelajaran Siklus II pada Pertemuan I
No Kegiatan Waktu Metode I. Pendahuluan
1. Guru mengabsen kehadiran siswa. 2. Apersepsi. 3. Guru menjelaskan tentang materi
yang akan dibahas secara singkat.
15’ Tanya jawab Ceramah
II. Kegiatan Inti 1. Siswa memperhatikan penjelasan
guru tentang teknik cloze. 2. Siswa memperhatikan cara
pengisian wacana rumpang. 3. Siswa mengisikan wacana yang
telah dirumpangkan. 4. Siswa dibagi menjadi beberapa
65’ Ceramah Penugasan Diskusi Tanya jawab
Page 73
54
kelompok. 5. Secara berkelompok, siswa
mencoba menemukan jawaban yang dianggap paling tepat diantara anggota kelompoknya.
6. Setiap siswa di setiap kelompok, saling menilai jawaban anggota kelompok yang lain.
7. Secara bergantian, wakil dari kelompok maju dan menuliskan hasil isian mereka.
8. Siswa berdiskusi dan menyepakati jawaban yang mereka anggap benar.
9. Siswa memperhatikan guru dalam memberikan penguatan-penguatan.
10. Guru menunjukkan teks yang asli dengan jawaban yang benar.
III. Penutup
1. Guru dan siswa merefleksi kegiatan yang telah berlangsung.
2. Guru menutup pelajaran.
10’ Ceramah Tanya jawab
Tabel 8. Skenario Pembelajaran Siklus II pada Pertemuan II.
No Kegiatan Waktu Metode I. Pendahuluan
1. Guru mengabsen kehadiran siswa. 2. Apersepsi. 3. Guru menjelaskan secara singkat
materi yang akan dibahas.
10’ Ceramah Tanya jawab
II. Kegiatan Inti 1. Guru membagikan wacana rumpang
untuk tes siklus II. 2. Siswa menukarkan hasil isiannya
untuk dikoreksi bersama-sama. 3. Guru menunjukkan wacana yang
asli beserta jawabannya. 4. Siswa menilai hasil pekerjaan
temannya. 5. Siswa mengerjakan jurnal.
60’ Diskusi Ceramah Tanya jawab
III. Penutup 1. Guru dan siswa merefleksi hasil
kegiatan yang telah dilakukan. 2. Guru menutup pelajaran.
10’ Tanya jawab Ceramah
Page 74
55
2) Tindakan
Berikut adalah langkah-langkah dalam tindakan.
a. Apersepsi
Tujuan apersepsi ini agar siswa siap mengikuti pembelajaran membaca
pemahaman. Guru bertanya tentang wacana rumpang dan cara mengisikan bagian-
bagian yang dilesapkan. Bagian yang dilesapkan bertujuan agar siswa lebih
mudah memahami sebuah wacana.
b. Inti Kegiatan
Siswa mengerjakan latihan mengisikan paragraf rumpang. Setelah itu,
siswa diberi tugas untuk mengisikan wacana rumpang yang lebih luas. Siswa
mengisi wacana rumpang tersebut dengan seksama. Setelah selesai mengerjakan,
kemudian dibentuk beberapa kelompok untuk membahas isian rumpang yang
paling tepat antar anggota kelompok.
Wakil dari tiap kelompok maju dan menuliskan hasil diskusi kelompok
mereka. Kelompok lain memperhatikan dan menanggapi dengan argumentasi
masing-masing. Perdebatan untuk mencari jawaban yang paling tepat menjadi
bagian dari kegiatan ini. Setelah itu, seluruh siswa menyepakati jawaban yang
mereka anggap paling benar.
Guru membacakan teks yang asli di depan kelas dan berhenti pada bagian
yang dilesapkan. Siswa mencoba menjawab secara bergantian, kemudian guru
memberikan penguatan dan menunjukkan jawaban yang benar. Siswa menilai
jawaban mereka.
Page 75
56
3) Observasi
Observasi pada penelitian tindakan kelas ini meliputi observasi untuk
siswa dan guru selama proses pembelajaran. Lembar observasi untuk guru diisi
oleh guru mata Pelajaran Bahasa Indonesia sedangkan lembar observasi untuk
siswa diisi oleh peneliti sebagai landasan untuk menarik kesimpulan.
4) Refleksi
Hasil tes, observasi, dan jurnal pada siklus II digunakan sebagai pedoman
untuk melakukan wawancara. Hasil wawancara, observasi, jurnal, dan tes
digunakan untuk melakukan refleksi keberhasilan dan kekurangan pembelajaran
siklus II. Melalui revisi perencanaan siklus II, hasil tes meningkat. Siswa menjadi
lebih tertarik dengan pembelajaran yang telah dilalui. Selain itu, siswa menjadi
lebih terasah kemampuannya dalam memahami sebuah wacana setelah
pembelajaran melalui kegiatan diskusi dan tanyajawab secara terbuka.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini berupa teknik
tes dan teknik nontes. Berikut dijelaskan teknik pengumpulan data tes dan nontes.
3.5.1 Teknik Tes
Jenis tes yang digunakan adalah tes dengan menggunakan wacana
rumpang. Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan membaca pemahaman
siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten . Tes dilaksanakan sebelum perlakuan (tes
awal), tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus II. Bagian-bagian yang dilesapkan
sebanyak 50 lesapan tiap wacana.
Page 76
57
Tes dilaksanakan setelah siswa mendapatkan pembelajaran membaca
pemahaman melalui teknik cloze dengan memperhatikan alokasi waktu yang
tersedia. Prosedur penilaian pada tes isian rumpang, setiap jawaban yang betul
diberi skor 1, sedangkan jawaban yang salah diberi skor 0. Nilai akhir adalah
jumlah jawaban betul (skor) dibagi 5 agar skor tertinggi menjadi 10.
5BNA Σ
=
Keterangan:
NA : nilai akhir
∑ :B jumlah jawaban betulΣ
Wacana rumpang digunakan sebagai alat ajar. Oleh karena itu sistem
penilaiannya dengan metode “synonimy method” atau “contextual method”.
Melalui metode “synonimy method” ini, skor 1 diberikan tidak hanya kepada
jawaban yang sama persis, tetapi juga kepada jawaban yang tidak sama persis.
Kata-kata yang bersinonim atau yang dapat menggantikan kedudukan kata yang
dihilangkan, dapat dibenarkan, dengan catatan makna dan struktur konteks
kalimat yang didudukinya tetap utuh dan dapat diterima (Harjasujana dan Mulyati
1996:149).
Skor yang didapat pada tiap tes awal, tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus
II kemudian dimasukkan kedalam tabel kategori skor. Masuk ke dalam kategori
skor sangat baik jika rentang skor yang diperoleh antara 8.5 – 10. Masuk ke dalam
kategori skor baik jika rentang skor yang diperoleh antara 7.0 – 8.4. Masuk ke
dalam kategori skor cukup jika rentang skor yang diperoleh antara 5.5 – 6.9.
Page 77
58
Masuk ke dalam kategori skor kurang jika rentang skor yang diperoleh 0 – 5.4.
Skor tuntas jika siswa telah mencapai skor minimal 6.5.
3.5.2 Teknik Nontes
Teknik nontes meliputi observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi.
3.5.2.1 Observasi (Pengamatan)
Observasi dilaksanakan selama proses belajar mengajar. Hal-hal yang
diungkap pada saat observasi adalah sebagai berikut.
a. Pada saat peneliti mulai membuka pelajaran, kemudian menyajikan bahan
bacaan yang telah dilesapkan, peneliti mengamati tingkah laku siswa. Hasil
pengamatan tersebut dicatat pada lembar pedoman pengamatan untuk siswa.
b. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu saat guru mulai menjelaskan
tentang wacana rumpang sampai saat siswa mulai memahami dan mengisi
wacana rumpang, peneliti mengamati sikap siswa terhadap penggunaan teknik
tersebut. Tanggapan positif atau negatif kemudian dicatat.
c. Pada saat siswa menunjukkan hasil pekerjaannya dengan membacakan di
depan kelas dan siswa lain menanggapi, peneliti mencatat reaksi siswa.
d. Pada saat siswa berdiskusi tentang isian rumpang, peneliti mencatat jumlah
siswa yang memberikan tanggapan secara aktif jawaban temannya.
Pada penelitian tindakan kelas ini, guru berperan dalam mengamati cara
mengajar peneliti. Saat pengamatan, guru mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan peneliti pada saat mengajar. Pengamatan itu dimulai pada saat peneliti
membuka pelajaran, menyampaikan materi, berkomunikasi dengan siswa, sampai
pada saat menutup pelajaran. Semua pengamatan, dicatat pada lembar observasi
Page 78
59
untuk guru. Agar pada saat proses observasi dapat berjalan dengan baik, peneliti
menggunakan sistem penomoran. Semua siswa kelas VIIA wajib memakai kartu
yang bertuliskan nomor absen di saku masing-masing. Peneliti tinggal mencatat
nomor absen siswa yang dikehendaki. Sistem tersebut digunakan untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pada saat observasi.
3.5.2.2 Wawancara
Wawancara dilaksanakan berdasarkan pada pedoman wawancara
yang telah dibuat dan disetujui oleh dosen pembimbing dengan mewawancarai
satu persatu siswa yang telah dipilih didasarkan pada hasil observasi, jurnal siswa,
dan hasil tes akhir siklus. Waktu wawancara yaitu pada saat selesai pelaksanaan
siklus I.
Siswa yang diwawancarai meliputi (a) siswa yang memperoleh skor
terendah dalam tes mengisi wacana yang telah dilesapkan; (b) siswa yang
memperoleh skor tertinggi dalam tes mengisi wacana yang telah dilesapkan; (c)
siswa yang memberi tanggapan negatif terhadap teknik pembelajaran; (d) siswa
yang memberi tanggapan positif terhadap teknik pembelajaran; dan (e) siswa yang
tidak memperhatikan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
3.5.2.3 Jurnal Siswa
Setiap akhir siklus, siswa diharuskan mengisi jurnal yang dibagikan guru.
Jurnal tersebut diisi setelah semua proses pembelajaran selesai oleh semua siswa
tanpa terkecuali. Jurnal pada siklus I diisi setelah selesai pembelajaran siklus I.
Hasil dari jurnal ini, kemudian dijadikan masukan untuk perbaikan tindakan pada
siklus II.
Page 79
60
3.5.2.4 Dokumentasi
Berikut adalah cara pengambilan dokumentasi aktivitas-aktivitas
pembelajaran membaca pemahaman melalui teknik cloze.
a. Pada saat peneliti melaksanakan tes awal dan siswa sedang mengisi wacana
rumpang yang dibagikan guru, peneliti mendokumentasikan kegiatan tersebut.
b. Pada saat siswa sedang aktif mengikuti pembelajaran membaca pemahaman
dengan mengisi wacana rumpang siklus I, peneliti mendokumentasikan
kegiatan tersebut.
c. Pada saat siswa dan guru sedang membahas untuk mencari jawaban isian
rumpang yang tepat siklus I, peneliti mendokumentasikan kegiatan tersebut.
d. Pada saat siswa saling menanggapi hasil pekerjaan temannya, peneliti
mendokumentasikan kegiatan tersebut.
e. Pada saat siswa berdiskusi membahas tentang isian rumpang yang sudah
dikerjakan, peneliti mendokumentasikan kegiatan tersebut.
f. Pada saat siswa maju dan membacakan hasil pekerjaannya, peneliti
mendokumentaskan kegitan tersebut.
g. Pada saat siswa sedang mengisi jurnal dan melaksanakan wawancara, peneliti
mendokumentasikan kegiatan tersebut.
Page 80
61
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi teknik
kuantitatif dan teknik kualitatif. Berikut dijelaskan penerapan kedua teknik
tersebut.
3.6.1 Teknik Kuantitatif
Penelitian ini melalui tiga tahapan tes, yaitu (a) tes awal yang dilakukan
sebelum pelaksanaan tindakan; (b) tes pada akhir siklus I; dan (c) tes pada akhir
siklus II. Tes awal digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam
keterampilan membaca pemahaman. Hasil tes awal, tes akhir siklus I, dan Tes
akhir siklus II, kemudian dimasukkan pada tabel skor untuk dianalisis.
Berikut rumus penghitungan persentase skor tes isian rumpang (cloze) tiap
siswa.
%100
XlesapanseluruhJumlah
benarjawabanJumlah
Setelah mengetahui skor masing-masing siswa, rumus yang digunakan
untuk menghitung persentase keterampilan membaca pemahaman siswa adalah
sebagai berikut.
%100Xnxs
NΣ
Keterangan:
∑ :N jumlah nilai dalam satu kelas
n : nilai maksimal soal tes
s : banyaknya siswa dalam satu kelas
Page 81
62
Setelah nilai siswa pada masing-masing tes dipersentasekan, hasil
penghitungan persentase keterampilan membaca pemahaman kemudian
dibandingkan. Cara membandingkan tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II
sebagai berikut.
(a) Untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa
pada siklus I:
Peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa: PK I – PK awal
(b) Untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa
pada siklus II:
Peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa: PK II – PK I
Keterangan:
PK awal : persentase keterampilan membaca pemahaman awal
PK I : persentase keterampilan membaca pemahaman siklus I
PK II : persentase keterampilan membaca pemahaman siklus II
Peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa dapat dilihat dari
hasil perbandingan persentase tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II.
3.6.2 Teknik Kualitatif
Data kualitatif meliputi data observasi, data wawancara, dan data jurnal.
Data observasi dan jurnal digunakan untuk memilih siswa yang diwawancarai.
Wawancara digunakan sebagai bahan untuk melakukan perbaikan dan membantu
siswa dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam membaca pemahaman selama
siklus berlangsung.
Page 82
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari hasil tes dan nontes, baik
pada siklus I maupun siklus II. Hasil kedua tes tersebut terangkum dalam tiga
bagian, yaitu: pratindakan, siklus I, dan siklus II. Hasil tes pratindakan berupa
keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi sebelum tindakan penelitian
dilakukan. Hasil tes tindakan siklus I dan siklus II berupa keterampilan siswa
menulis surat pribadi melalui pembelajaran kontekstual komponen pemodelan.
Hasil tes siklus I dan siklus II tersebut disajikan dalam bentuk data kuantitatif.
Hasil nontes siklus I diperoleh dari data observasi, jurnal, wawancara dan
dokumentasi foto. Pada siklus II data nontes mengalami penambahan instrumen
yaitu angket. Hasil penelitian nontes siklus I dan siklus II disajikan dalam bentuk
deskripsi data kualitatif.
4.1.1 Hasil Tes Pratindakan
Hasil tes pratindakan adalah keterampilan menulis surat pribadi siswa
sebelum dilakukannya tindakan penelitian. Hasil tes pratindakan dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal kemampuan menulis surat pribadi
siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang. Tes pratindakan yang
dilakukan adalah menulis surat pribadi dengan topik pengalaman pribadi dengan
72
Page 83
73
tujuan surat bebas. Topik ini dipilih untuk membebaskan siswa dalam
mengkreasikan segala bentuk perasaannya pada orang-orang yang disukainya.
Hasil tes pratindakan dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Pratindakan
No Kategori Rentang
Nilai Frekuensi Bobot
Skor
Persen
(%) Rata-rata
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
85 – 100
75 – 84
60 – 74
0 – 59
0
0
16
24
0
0
1047
1296
0
0
40
60
Jumlah 40 2343 100
2343
40
=58,57
Data tabel 3 menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas V SD Negeri
Pedurungan Tengah 02 Semarang dalam menulis surat pribadi masih kurang,
dengan skor rata-rata klasikal hanya mencapai 58,57. Rincian data tersebut
dijelaskan sebagai berikut. Dari jumlah keseluruhan 40 siswa, 24 orang
diantaranya atau sebanyak 60% termasuk dalam kategori kurang dengan nilai
0-59. Kategori cukup dengan nilai 60-74 hanya dicapai oleh 16 siswa atau 40%
dari jumlah keseluruhan siswa. Selanjutnya, kategori baik dan sangat baik belum
tercapai, tidak ada seorang siswa pun atau 0% yang termasuk dalam kategori
tersebut. Masih rendahnya keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi ini
dikarenakan beberapa faktor yang melingkupinya, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal ini berasal dari siswa sendiri. Bukti data tes menulis
pratindakan menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam menyusun kalimat,
Page 84
74
pemilihan kata, penggunaan ejaan, bahasa surat, isi surat, sistematika penulisan
surat dan kerapian surat secara klasikal masih kurang, dibawah nilai rata-rata.
Untuk lebih jelasnya hasil tes keterampilan menulis surat pribadi
pratindakan siswa kelas V dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini.
GRAFIK PRATINDAKAN
0
20
40
60
80
100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Subjek Penelitian
Jum
lah
Skor
Jumlah Skor
Grafik 1. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Pratindakan
Grafik di atas menunjukkan bahwa mayoritas jumlah skor siswa masih
berada pada level skor rendah antara 50-60 termasuk dalam kategori kurang,
sedangkan 16 siswa lainnya termasuk dalam kategori cukup karena berada pada
level skor 60-74.
Dengan demikian, keterampilan menulis surat pribadi siswa perlu
ditingkatkan. Peningkatan tersebut dapat diwujudkan dengan melakukan tindakan
siklus I dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontestual komponen
pemodelan.
Page 85
75
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I
Siklus I ini merupakan pemberlakuan tindakan awal penelitian dengan
menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tindakan siklus I
ini dilaksanakan sebagai upaya memperbaiki dan memecahkan masalah yang
muncul pada pratindakan. Pelaksanaan pembelajaran menulis surat pribadi siklus I
terdiri atas data tes dan nontes. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara rinci
sebagai berikut.
4.1.2.1 Hasil Tes
Hasil tes menulis surat pribadi siklus I ini merupakan data awal setelah
diberlakukannya tindakan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual
komponen pemodelan. Kriteria penilaian pada siklus I ini masih tetap sama seperti
pada tes pratindakan yang meliputi tujuh aspek penilaian, meliputi : (1)
kesesuaian isi surat dengan topik; (2) bahasa surat; (3) penyusunan kalimat; (4)
Pilihan kata; (5) penggunaan ejaan; (6) sistematika surat; dan (7) kerapian surat.
Secara umum, hasil tes keterampilan menulis surat pribadi dengan topik
kunjungan ke rumah teman pada liburan tahun baru dapat dilihat pada tabel 4
berikut.
Page 86
76
Tabel 4. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Siklus I
No Kategori Rentang
Nilai Frekuensi Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
85 – 100
75 – 84
60 – 74
0 – 59
1
13
18
8
88
1041
1198
425
2
33
45
20
Jumlah 40 2752 100
2752
40
=68,8
Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa hasil tes keterampilan menulis
surat pribadi siswa secara klasikal mencapai nilai rata-rata 68,8 dalam kategori
cukup. Skor rata-rata tersebut dapat dikatakan sudah mengalami peningkatan
sebesar 10,2% dari hasil pratindakan. Namun demikian, peneliti masih belum
puas dengan hasil siklus I, karena target maksimal klasikal sebesar 70 belum
tercapai. Dari 40 siswa, hanya 2% atau seorang siswa yang berhasil meraih
predikat sangat baik dengan jumlah skor 88. Selanjutnya, siswa lainnya sebanyak
13 siswa atau 33% memperoleh nilai baik yaitu dengan nilai antara 75-84.
Selebihnya, 18 siswa atau 45% memperoleh nilai cukup, yaitu antara 60-74.
Bahkan, terdapat 8 siswa atau 20% hanya mencapai nilai 0-59 dalam kategori
kurang. Masih minimnya keterampilan menulis surat pribadi siswa ini,
kemungkinan dikarenakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang
digunakan guru dirasakan baru oleh siswa sehingga pola pembelajaran guru
merupakan proses awal bagi siswa untuk menyesuaikan diri dalam belajar.
Page 87
77
Hasil tes tersebut merupakan jumlah skor tujuh aspek keterampilan
menulis surat pribadi yang diujikan, meliputi : (1) kesesuaian isi surat dengan
topik; (2) bahasa surat; (3) penyusunan kalimat; (4) pilihan kata; (5) ejaan;
(6) sistematika surat; dan (7) kerapian surat.
4.1.2.1.1 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kesesuaian Isi Surat
dengan Topik
Penilaian aspek kesesuaian isi surat dengan topik difokuskan pada
kesesuaian isi surat pribadi dengan topik yang diangkat. Hasil penilaian tes
ketepatan isi surat dengan topik dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Surat dengan Topik
No Kategori Rentang
Skor Frekuensi
Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
16 – 20
11 – 15
6 – 10
0 – 5
20
3
3
14
392
45
30
70
50
7,5
7,5
35
Jumlah 40 537 100
537
40
=13,4
Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
sangat baik yaitu dengan skor 16-20 dicapai 20 siswa atau sebesar 50%. Kategori
baik dengan skor 11-15 dicapai oleh 3 siswa atau 7,5%. Kategori cukup dengan
skor 6-10 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 7,5%. Kategori kurang dengan skor
0-5 dicapai 14 siswa atau sebesar 35%. Jadi, rata-rata skor klasikal pada ketepatan
Page 88
78
kesesuaian isi dengan topik dalam menulis surat pribadi yaitu sebesar 13,4 atau
dalam kategori cukup. Siswa cukup paham terhadap topik yang diberikan guru
karena topik yang diberikan guru cukup sederhana yaitu kunjungan ke rumah
teman pada liburan tahun baru. Pemilihan topik ini didasarkan pada realita
menjelang liburan sekolah pada tahun baru. Dengan pemilihan topik yang sesuai
dengan realita diharapkan siswa mampu mengembangkan segala gagasan atau
menuangkan perasaannya pada sahabat tentang rencana-rencana menjelang
liburan tahun baru.
4.1.2.1.2 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Bahasa Surat
Penilaian aspek bahasa surat difokuskan pada bahasa surat yang digunakan
yaitu kejelasan, keefektifan, kelugasan dan kesopanan bahasa surat. Hasil
penilaian tes ketepatan bahasa surat yang dipergunakan siswa dalam surat
pribadinya dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6. Hasil Tes Aspek Bahasa Surat
No Kategori Rentang
Skor Frekuensi
Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
21 – 25
16 – 20
11 – 15
0 – 10
7
23
7
3
151
396
89
25
17,5
57,5
17,5
7,5
Jumlah 40 661 100
661
40
=16,5
Page 89
79
Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa pada tes aspek bahasa surat,
kategori sangat baik yaitu dengan skor antara 21-25 telah dicapai 7 siswa atau
sebesar 17,5%. Selanjutnya, kategori baik dengan skor nilai antara 16-20 dicapai
23 siswa atau sebanyak 57,5%. Kategori cukup dengan skor nilai antara 11-15
dicapai siswa sebanyak 7 orang atau sebesar 17,5%. Kategori kurang dengan skor
0-10 dicapai siswa sebanyak 3 orang atau sebesar 7,5%. Jadi, setelah
direkapitulasikan rata-rata skor siswa pada aspek bahasa surat mencapai 16,5 atau
dalam kategori baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa
dalam membahasakan perasaannya dalam bentuk bahasa surat yang jelas, tidak
bertele-tele, lugas dan tidak berambiguitas serta bahasa yang sopan telah tercapai.
Siswa mulai memahami dan mengerti arti bahasa surat yang baik dan benar.
4.1.2.1.3 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Penyusunan Kalimat
Penilaian aspek penyusunan kalimat pada surat difokuskan pada kohesi
dan koherensi unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga tersusun kalimat-kalimat
yang baik dan keterpaduan isi antarkalimat pun akan jelas. Hasil penilaian tes
penyusunan kalimat dalam surat pribadi siswa dapat dilihat pada tabel 7 berikut
ini.
Page 90
80
Tabel 7. Hasil Tes Aspek Penyusunan Kalimat
No Kategori Rentang
Skor Frekuensi
Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
8 – 10
5 – 7
2 – 4
0 – 1
12
16
9
3
104
96
27
3
30
40
22,5
7,5
Jumlah 40 230 100
230
40
=5,7
Berdasarkan tabel 7 tersebut dapat dijelaskan bahwa siswa secara klasikal
mencapai nilai rata-rata 5,7 atau dalam kategori baik dalam menyusun kalimat.
Pemerolehan skor rata-rata secara rinci diuraikan sebagai berikut. Siswa yang
mendapat skor 8-10 dalam kategori sangat baik dicapai oleh 12 orang atau
sebanyak 30%, sedangkan untuk kategori baik dengan jumlah skor antara 5-7
dicapai oleh 16 siswa atau sebesar 40%. Kategori cukup dengan skor antara 2-4
dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 27%, sedangkan kategori kurang dengan skor
antara 0-1 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 3%. Dengan demikian, kemampuan
siswa dalam memadukan isi antarkalimat secara keseluruhan sudah dapat
dikatakan baik.
4.1.2.1.4 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Pemilihan kata
Penilaian aspek pemilihan kata atau diksi pada surat difokuskan pada
ketepatan pemilihan kata yang disesuaikan dengan situasi. Hasil penilaian tes
ketepatan pemilihan kata dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.
Page 91
81
Tabel 8. Hasil Tes Aspek Pilihan Kata
No Kategori Rentang
Skor Frekuensi
Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
8 – 10
5 – 7
2 – 4
0 – 1
21
16
3
0
182
90
8
0
52,5
40
7,5
0
Jumlah 40 280 100
280
40
=7
Data pada tabel 8 menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada aspek
pilihan kata yaitu kategori sangat baik dengan skor 8-10 dicapai oleh 21 siswa
atau sebanyak 52%. Kategori baik dengan skor antara 5-7 dicapai oleh 16 siswa
atau sebanyak 40%, sedangkan kategori cukup dengan skor 2-4 dicapai oleh 3
siswa atau sebesar 7,5%. Kategori terendah atau kurang dalam keterampilan
memilih kata sebanyak 0% atau tidak ada satu siswa pun yang termasuk dalam
kategori ini. Dengan demikian, dapat dikatakan siswa tidak mengalami kesulitan
yang serius. Siswa cukup mengerti dalam memilih kata yang tepat pada surat
Setelah diakumulasikan didapatkan hasil rata-rata skor klasikal sebesar 7 dalam
kategori baik. Data tersebut membuktikan bahwa keterampilan siswa pada aspek
pilihan kata dalam menulis surat sudah dapat dikatakan bagus, tidak adanya siswa
yang mencapai skor kurang membuktikan bahwa pembelajaran yang dilakukan
guru dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan telah
berhasil membawa pemahaman siswa dalam ketepatan pemilihan kata.
Page 92
82
4.1.2.1.5 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Penggunaan Ejaan
Penilaian aspek pengunaan ejaan difokuskan pada pemakaian huruf
kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan ejaan dalam surat pribadi. Hasil
penilaian tes penggunaan ejaan dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan
No Kategori Rentang
Skor Frekuensi
Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
8 – 10
5 – 7
2 – 4
0 – 1
10
15
11
4
94
91
33
4
25
37,5
27,5
10
Jumlah 40 222 100
222
40
=5,55
Data pada tabel 9 tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada
aspek penggunaan ejaan dengan kategori sangat baik dicapai oleh 10 siswa atau
sebesar 25% dengan skor antara 8-10. Kategori baik dicapai oleh 15 siswa atau
sebesar 37,5% dengan skor antara 5-7, sedangkan kategori cukup dicapai oleh 11
siswa atau sebesar 27,5% dengan jumlah skor antara 2-4. Skor terendah 0-4
dengan kategori kurang dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 10%. Setelah
diakumulasikan didapat hasil rata-rata klasikal sebesar 5,55 atau dalam kategori
cukup. Berdasarkan hasil rata-rata skor dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan
siswa sudah dapat menggunakan ejaan dengan benar, baik dari pemakaian huruf
kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan ejaan dalam surat pribadinya.
Peningkatan ini merupakan keberhasilan siswa dalam mencerna dan memahami
Page 93
83
penjelasan guru. Peran guru dalam kelas kontekstual juga sangat membantu demi
kelangsungan pembelajaran yang bermutu.
4.1.2.1.6 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Sistematika Surat
Penilaian aspek sistematika surat difokuskan pada ketepatan penulisan
bagian-bagian surat yang meliputi : (1) tempat dan tanggal penulisan surat; (2)
alamat surat; (3) salam pembuka; (4) pembuka surat; (5) isi surat; (6) penutup
surat; (7) salam penutup; (8) tanda tangan; dan (9) nama jelas. Hasil penilaian tes
ketepatan penulisan sistematika surat dapat dilihat pada tabel 10 berikut.
Tabel 10. Hasil Tes Aspek Sistematika Penulisan Surat
No Kategori Rentang
Skor Frekuensi
Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
12 – 15
8 – 11
4 – 7
0 – 3
27
11
2
0
376
110
11
0
67,5
27,5
5
0
Jumlah 40 497 100
497
40
=12,425
Data pada tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada
aspek sistematika penulisan surat dengan kategori sangat baik dengan jumlah skor
antara 12-15 dicapai oleh 27 siswa atau sebesar 67,5%. Selanjutnya untuk
kategori baik dengan skor 8-11 telah dicapai oleh 11 siswa atau sebesar 27,5%.
Kemudian, kategori cukup dengan nilai 4-7 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 5%.
Kategori yang terakhir yaitu kategori kurang dengan nilai 0-3 terdapat 0% atau
Page 94
84
tidak seorang siswa pun yang termasuk dalam kategori kurang. Setelah
diakumulasikan didapat hasil rata-rata skor klasikal sebesar 12,42 termasuk dalam
kategori sangat baik. Prestasi siswa ini sungguh memuaskan, berarti dalam
sistematika penulisan surat siswa sudah tidak lagi mengalami kesulitan, siswa
sudah paham dan terampil dalam menuliskan bagian-bagian surat yang meliputi
tempat dan tanggal surat, alamat surat, salam pembuka, pembuka surat, isi surat,
penutup surat, salam penutup tanda tangan dan nama jelas sesuai dengan format
penulisan surat yang benar. Peningkatan prestasi ini tentunya tidak luput dari
peran pemodelan contoh surat dan pias kata yang dibuat dengan sedemikian rupa
sehingga siswa benar-benar paham menggunakan sistematika surat yang baik.
Oleh kerena itu, kemajuan keterampilan siswa ini perlu dipertahankan bahkan
perlu ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya untuk mencapai target skor
maksimal.
4.1.2.1.7 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kerapian Surat
Penilaian aspek kerapian surat difokuskan pada tulisan surat apakah
bersih, tidak ada coretan, banyak coretan atau tulisan sulit terbaca. Hasil penilaian
kerapian surat dapat dilihat pada tabel 11 berikut.
Page 95
85
Tabel 11. Hasil Tes Aspek Kerapian Surat
No Kategori Rentang
Skor Frekuensi
Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
8 – 10
5 – 7
2 – 4
0 – 1
22
16
2
0
218
99
8
0
55
40
5
0
Jumlah 40 325 100
325
40
=8,125
Data pada tabel 11 tersebut menunjukkan bahwa kerapiaan siswa dalam
menulis surat pribadi dengan kategori sangat baik telah dicapai sebanyak 22 siswa
atau sebesar 55% dengan jumlah skor antar 8-10. Kategori baik dengan jumlah
skor 5-7 dicapai oleh 16 siswa atau sebesar 40%. Kategori cukup yaitu dengan
jumlah skor 2-4 dicapai oleh 2 orang siswa atau sebanyak 5%. Kategori kurang
dengan jumlah skor 0-1 sebanyak 0% karena tidak terdapat siswa yang mendapat
skor tersebut. Setelah diakumulasikan didapat hasil rata-rata skor klasikal sebesar
8,125 atau dalam kategori sangat baik. Bukti ini menunjukkan bahwa siswa sudah
dapat menulis surat dengan rapi. Siswa sudah mulai memahami bahwa kerapian
surat merupakan salah satu faktor penunjang dalam kegiatan menulis surat
pribadi, jika surat pribadi ditulis dengan rapi tentu pesan yang akan disampaikan
dapat terbaca dengan jelas oleh orang yang menerima surat.
Page 96
86
Hasil tes keterampilan menulis surat pribadi pada siklus I dapat dilihat
pada grafik 2 dibawah ini.
GRAFIK SIKLUS I
0
20
40
60
80
100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41
Subjek Penelitian
Jum
lah
Skor
Jumlah Skor
Grafik 2. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Siklus I
Grafik 2 di atas menunjukkan bahwa mayoritas siswa masih berada pada
kategori cukup antara 60-74, dan pada kategori baik antara 75-84 hanya diperoleh
13 siswa sedangkan predikat sangat baik dengan nilai 88 diraih oleh Syofa Adelya
Yosita sari.
Pada siklus I ini, hasil tes keterampilan menulis surat pribadi siswa secara
klasikal masih menunjukkan kategori cukup dan belum meraih target maksimal
pencapaian nilai rata-rata kelas yang ditentukan, yaitu 70. Selain itu perubahan
tingkah laku dalam pembelajaran menulis surat pribadi masih tergolong normal
belum tampak perubahan yang berarti. Dengan demikian tindakan siklus II perlu
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Page 97
87
4.1.2.2 Hasil Nontes
Hasil penelitian nontes pada siklus I ini didapatkan dari hasil observasi,
jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil selengkapnya dijelaskan pada
uraian berikut.
4.1.2.2.1 Hasil Observasi
Kegiatan observasi dalam penelitian ini ada dua macam yaitu observasi
siswa dan observasi kelas. Observasi siswa dilaksanakan oleh peneliti sebagai
observator pertama sedangkan observasi kelas dilakukan oleh guru pamong
sebagai observator kedua.
Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran
menulis surat pribadi dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen
pemodelan pada siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang.
Pengambilan data observasi ini bertujuan untuk memotret respon perilaku siswa
dalam menerima pembelajaran menulis surat pribadi melalui pendekatan
kontekstual komponen pemodelan.
a. Observasi Siswa
Objek sasaran yang diamati dalam observasi siswa meliputi lima belas
perilaku siswa, baik positif maupun negatif yang muncul saat pembelajaran
berlangsung. Adapun objek sasaran observasi tersebut adalah : (1) perhatian siswa
terhadap penjelasan guru; (2) keaktifan siswa dalam bertanya; (3) kualitas
pertanyaan siswa; (4) partisipasi siswa dalam diskusi dan kegiatan kelompok; (5)
respon siswa terhadap contoh surat yang dihadirkan guru; (6) kemampuan siswa
Page 98
88
dalam mengidentifikasi dan memberikan contoh-contoh bagian surat baik secara
lisan maupun tertulis; (7) kreativitas siswa dalam meniru ataupun memperbaiki
model surat yang dihadirkan guru, dan menghasilkan karya yang lebih baik; (8)
siswa dengan senang hati mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakannya
dalam bentuk surat; (9) respon siswa terhadap pembelajaran kurang; (10) siswa
pasif; (11) semangat siswa dalam kegiatan diskusi kurang (12) siswa sering
bergurau saat pembelajaran; (13) siswa sering jalan-jalan atau mondar-mandir saat
pembelajaran; (14) siswa kurang bersemangat mengerjakan tes; (15) siswa sering
melihat pekerjaan temannya saat tes berlangsung.
Pada siklus I ini, terdapat beberapa perilaku siswa yang terdeskripsi
melalui observasi. Selama melakukan kegiatan pembelajaran menulis surat
pribadi dengan mengunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, tidak
semua siswa dapat mengikutinya dengan baik. Peneliti menyadari hal tersebut,
karena pola pembelajaran yang diterapkan peneliti merupakan hal baru bagi
mereka sehingga perlu proses untuk menyesesuaikannya.
Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa sebagian besar siswa atau
sebanyak 75% dari jumlah siswa seluruhnya penuh konsentrasi memperhatikan
penjelasan guru. Sisanya sebanyak 25% kurang merespons penjelasan guru,
mereka asyik bicara sendiri dengan teman sebangkunya atau dengan teman
sekelompoknya. Beberapa siswa yang memperhatikan penjelasan guru banyak
bertanya dan pertanyaan siswa ini mengarah pada pemecahan masalah. Siswa
yang aktif bertanya tersebut diantaranya adalah Brian Chandra, Dwi Khoiri Yani,
Novia Al Adawiyah dan Syofa Adelya Yositasari. Keempat siswa ini lebih aktif
Page 99
89
bertanya dibandingkan teman-temannya yang cenderung pasif tidak mau bertanya.
Siswa yang pasif ini dimungkinkan karena siswa masih malu, grogi dan tidak tahu
apa yang harus ditanyakan. Sebagian besar siswa atau sebanyak 60% siswa ini
memilih diam daripada bertanya. Keadaan ini tentunya harus dicarikan solusi
pemecahanya agar siswa secara merata aktif bertanya ataupun berpendapat tanpa
harus ragu ataupun malu. Masalah ini merupakan suatu tugas bagi peneliti untuk
memperbaikinya pada siklus selanjutnya.
Pada kegiatan inti pembelajaran, guru menugaskan siswa untuk
mendiskusikan contoh surat pribadi yang telah dibagikan oleh guru, baik dari segi
isi, bahasa, pilihan kata sampai sistematika surat. Respons yang diberikan siswa
pada saat itu adalah seluruh siswa tampak penasaran pada isi surat yang dibagikan
karena memang surat dibagikan dalam amplop tertutup dan berperangko. Siswa
tampak senang dan menikmati surat yang diterimanya. Dari contoh yang
didiskusikannya sebagian besar siswa atau sebanyak 60% siswa dapat
mengidentifikasikan dan memberikan contoh-contoh bagian surat. Hal ini
dibuktikan saat siswa ditugaskan guru maju ke depan kelas untuk menuliskan
atau melisankan bagian-bagian surat. Dengan bantuan pias kata siswa semakin
paham pada bagian-bagian surat pribadi.
Pada saat pemberiaan materi telah selesai, tes menulis surat pribadi
dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana kadar kemampuan dan pemahaman
siswa dalam menulis surat pribadi yang telah diajarkan guru. Siswa sebanyak 24
atau 60% siswa terlihat dengan senang hati mengungkapkan apa yang dipikirkan
Page 100
90
dan dirasakannya dalam bentuk surat. Siswa lainnya sebanyak 16 atau 40% masih
terlihat kurang bersemangat dalam mengerjakan tes menulis surat pribadi.
Berdasarkan pengamatan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
perilaku negatif masih banyak menonjol. Siswa belum dapat menyesesuaikan pola
pembelajaran yang diterapkan guru. Keadaan ini merupakan masalah besar yang
harus dipecahkan peneliti. Rencana pembelajaran pada siklus berikutnya tentunya
harus lebih dimatangkan lagi agar perilaku negatif yang menonjol tergeser
menjadi perilaku positif.
b. Observasi Kelas
Observasi kelas yang dilakukan guru pamong bertujuan untuk
mengevaluasi cara kerja guru praktikan dalam memberikan pembelajaran menulis
surat pribadi, sehingga strategi ataupun pendekatan yang dilakukan guru dapat
dipertanggungjawabkan. Selain tugas utama tersebut guru kolaborator ini juga
melakukan pengamatan terhadap respons anak didiknya selama mengikuti
pembelajaran menulis surat pribadi dari guru praktikan. Adapun objek sasaran
observasi kelas ini lebih dikhususkan pada aspek kemampuan berkomunikasi atau
commucation skills, aktivitas belajar atau learning activity, dan keterampilan guru
praktikan dalam mengajar.
Hasil dari observasi kelas ini setelah diricek hasilnya sama dengan
observasi siswa. Pada aspek comunicatioan skills hanya sebagiuan kecil siswa
yang mengemukakan pendapat mereka tentang kegiatan menulis surat. Siswa
umumnya masih malu dalam mengemukakan kesulitan atau kendala dalam
Page 101
91
menulis surat. Sebagian siswa sudah dapat mengidentifikasikan surat dengan lisan
maupun tertulis.
Aktivitas belajar atau learning activity pada proses pembelajaran pada
umumnya siswa kurang bersemangat, walaupun siswa tampak menikmati
pembelajaran menulis surat. Kegiatan siswa dalam berdiskusi tidak tampak aktif,
siswa cenderung membicarakan masalah lain selain surat pribadi. Pada saat
melakukan tes siswa tampak dengan senang hati menuangkan segala macam hal
yang dirasakannya dalam bentuk surat dalam waktu 45 menit siswa dapat
menyelesaikan tes menulis surat sesuai waktu yang telah ditentukan.
Hasil pengamatan guru pamong terhadap guru praktikan, dijelaskan bahwa
kemampuan guru praktikan dalam membuka pelajaran, menyampaikan materi,
penguasaan materi, cara guru menjalin komunikasi dengan siswa sudah baik.
Dalam menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan juga sudah
cukup baik. Kemampuan guru dalam mengelola kelas berbasis kompetensi, baik
dalam hal menggalakkan siswa dalam proses pembelajaran maupun dalam
memberikan balikan sudah cukup baik. Cara menutup pembelajaran dengan
melakukan refleksi juga sudah baik. Secara keseluruhan guru pamong menilai
pola pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan sudah baik.
Page 102
92
4.1.2.2.2 Hasil Jurnal
Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu jurnal
siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan perasaan siswa dan
guru selama pembelajaran menulis surat pribadi berlangsung.
a. Jurnal Siswa
Jurnal siswa harus diisi oleh siswa tanpa terkecuali. Pengisian jurnal
tersebut dilakukan pada akhir pembelajaran menulis surat pribadi dengan
pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tujuan diadakan jurnal siswa ini
untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada saat berlangsungnya
pembelajaran dan untuk mengungkap kesulitan-kesulitan siswa meliputi tujuh
pertanyaan, yaitu : (1) metode mengajar guru; (2) pendapat siswa mengenai
pembelajaran menulis surat pribadi; (3) kesulitan siswa dalam pembelajaran
menulis surat pribadi; (4) tanggapan siswa terhadap contoh surat; (5) perasaan
siswa selama mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatn
kontekstual komponen pemodelan; (6) perasaan siswa setelah pembelajaran
menulis surat pribadi berakhir; (7) kesan dan pesan yang dapat diberikan siswa
pada pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan.
Keadaan awal saat pembagian jurnal siswa sangat mengesankan. Kegiatan
baru ini cukup membuat penasaran siswa, terlihat siswa tampak antusias ingin
segera mendapatkan jurnal dan ingin segera mengisinya. Keadaan ini dapatlah
dipahami karena sebelumnya siswa tidak pernah melakukan pengisian jurnal
diakhir pembelajaran. Setelah semua siswa mendapatkan bagiannya, siswa segera
Page 103
93
mengisi jurnal tersebut dengan situasi yang tenang. Hasil jurnal yang telah direkap
selengkapnya diuraikan dibawah ini.
Pada dasarnya sebagian besar siswa menanggapi baik terhadap metode
pembelajaran guru pada saat memberikan pembelajaran menulis surat pribadi
dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Siswa menilai metode
pembelajaran yang digunakan guru mudah dipahami, jelas, dan menyenangkan.
Dengan demikian tugas guru dalam kelas kontekstual dapat dikatakan berhasil,
karena guru telah membimbing siswa mencapai tujuannya dengan menciptakan
proses belajar kelas yang lebih hidup, menyenangkan, dan lebih bermakna.
Dengan pembelajaran tersebut tentunya siswa merasa tidak terbebani dalam
menyerap materi pelajaran yang diberikan guru, karena pendekatan kontekstual
lebih mengutamakan proses daripada produk. Dengan pengalaman belajar yang
menyenangkan dan mengkaitkan pembelajaran dengan dunia nyata tentunya
memudahkan siswa dalam menyerap materi pelajaran. Apalagi siswa merasa
dekat dan simpati dengan guru, hal ini berdasarkan beberapa pernyataan siswa
yang berpendapat bahwa guru praktikan ramah,baik , disiplin, dan tidak galak.
Sebagian besar siswa merespon positif terhadap pembelajaran menulis
surat pribadi. Pernyataan bagus dan menyenangkan banyak tertulis dalam jurnal.
Pernyataan siswa ini membuktikan kalau mereka tertarik dan menyukai materi
yang diajarkan guru. Siswa merespon bagus karena dalam pembelajaran guru
mengatarkan siswa kedalam dunia nyata, dengan membagikan surat pribadi yang
tertutup rapi dalam amplop berperangko. Kondisi ini merupakan pengalaman baru
bagi siswa karena dalam pembelajaran sebelumnya guru pamong jarang
Page 104
94
menggunakan model nyata, hanya menghadirkan contoh–contoh dari buku.
Pembelajaran yang menyenangkan merupakan respon sebagian besar siswa yang
diungkapkan dalam jurnal. Hal ini merupakan bukti bahwa selama proses
pembelajaran siswa menikmati semua metode pembelajaran yang diberikan guru
mulai dari apersepsi, kegiatan inti yang diwarnai dengan diskusi dan permainan
serta penutup pelajaran yang diisi dengan kegiatan refleksi.
Walaupun siswa terlihat menanggapi dan menerima dengan baik
pembelajaran menulis surat pribadi namun, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh
beberapa siswa ternyata masih ada. Berdasarkan hasil analisis, kesulitan-kesulitan
yang dihadapi siswa dalam menulis surat pribadi meliputi : (1) siswa kesulitan
dalam menggunakan bahasa surat yang tepat; (2) siswa susah merangkai kata; (3)
siswa bingung karena siswa belum pernah menulis surat; (4) siswa merasa
kesulitan karena mereka tidak paham dan kurang jelas dengan penjelasan guru; (5)
siswa susah berpikir karena teman sebangkunya ramai. Peneliti menilai bahwa
kesulitan-kesulitan yang muncul dan menyelimuti sebagian kecil siswa ini
merupakan hal yang wajar karena dalam pembelajaran menulis surat merupakan
hal yang baru bagi siswa dan tidak semua siswa dapat menyerap materi dengan
mudah, kapasitas pemahaman masing-masing siswa berbeda. Namun setidaknya
hal baru ini dapat memberikan pengalaman nyata yang bermakna bagi siswa dan
dapat ditingkatkan lagi pada kesempatan selanjutnya.
Tanggapan siswa terhadap model surat pribadi yang dicontohkan guru
pada umumnya beranggapan baik dan mudah dipahami. Hal ini dikarenakan
model contoh surat yang dicontohkan guru dibuat semenarik mungkin, sehingga
Page 105
95
siswa tertarik untuk membacanya. Siswa menganggap contoh surat mudah
dipahami, karena contoh surat yang dimodelkan memang dirancang untuk mudah
dipahami siswa dari segi bahasa, penyusunan kalimat yang runtut, pilihan kata
yang sederhana dan sistematika surat yang jelas. Pada bagian-bagian surat ditulis
dengan warna yang berbeda shingga siswa dapat membedakan tiap bagian-bagian
surat. Pias kata juga merupakan alternatif lain yang diberikan guru kepada siwa
untuk lebih memahami bagian-bagian surat.
Selanjutnya, tanggapan yang diberikan siswa selama mengikuti
pembelajaran menulis surat pribadi cukup mengesankan seluruh siswa
menyatakan senang selama mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi. Siswa
merasa senang karena pengalaman baru tentang pembelajaran menulis surat
pribadi didapatkannya dengan metode guru yang menarik. Guru menyisipkan kuis
dan permainan yang sebelumnya tidak didapatkan siswa selama pembelajaran
menulis surat. Pembelajaran kontekstual komponen pemodelan memberikan
pegalaman baru yang bermakna bagi siswa sehingga siswa merasa senang, dan
menikmati pembelajaran yang diberikan guru.
Pesan, kesan ataupun saran yang diberikan siswa selama pembelajaran
menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan
berbeda-beda. Adapun masukan yang diberikan siswa diantaranya adalah
pembelajaran menulis surat pribadi perlu ditingkatkan menjadi lebih baik, contoh
surat yang diberikan guru sudah baik dan bagus, waktu tes dalam menulis surat
pribadi perlu ditambah sehingga siswa dapat mengerjakan tes dengan baik dan
Page 106
96
tidak tergesa-gesa. Saran yang diberikan siswa agar pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat diberikan terus.
b. Jurnal Guru
Jurnal guru ini berisi segala hal yang dirasakan guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Adapun hal-hal yang menjadi objek sasaran jurnal
guru ini adalah: (1) minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis surat
pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (2) respons siswa
terhadap contoh yang dihadirkan guru; (3) keaktifan siswa selama mengikuti
pembelajaran menulis surat pribadi; (4) perilaku siswa dikelas saat melakukan
kegiatan diskusi kelompok; (5) fenomena-fenomena yang muncul di kelas saat
pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan objek sasaran yang diamati dan dirasakan peneliti saat
menjalankan pembelajaran yang tertuang dalam jurnal, dapat dijelaskan bahwa
guru belum merasa puas terhadap proses pembelajaran karena masih ada beberapa
siswa yang belum sepenuhnya mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi
dengan penuh konsentrasi. Namun, guru merasa berhasil memberikan yang
terbaik pada siswa saat siswa merespons positif contoh surat yang dihadirkan
guru. Mereka tampak senang dan penasaran pada contoh surat yang dihadirkan
guru, minat ingin membaca contoh surat begitu tinggi. Karena guru memang
sengaja membuat contoh surat dengan sedemikian rupa agar siswa tertarik untuk
membacanya. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran belum merata, hanya
siswa tertentu yang aktif bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Siswa
Page 107
97
kebanyakan masih merasa malu dan grogi bila disuruh bertanya atau
mengemukakan pendapatnya. Bahkan pertanyaan apa yang akan dilontarkan
kadang siswa masih bingung. Dalam kegiatan kelompok beberapa siswa
cenderung membicarakan masalah yang tidak perlu dibicarakan, bukanya
membicarakan masalah yang harus didiskusikan tetapi malah bicara sendiri
dengan teman sekelompoknya. Fenomena-fenomena lain yang yang muncul di
kelas saat pembelajaran tidak begitu menonjol hanya sebagian besar siswa masih
merasa asing dengan guru praktikan. Namun pada saat guru praktikan mengajar
kali pertama, siswa sudah dapat menerima dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan
sikap siswa yang selalu ramah pada guru praktikan.
4.1.2.2.3 Hasil Wawancara
Pada siklus I, sasaran wawancara difokuskan pada tiga orang siswa yang
mendapat nilai tertinggi, cukup dan nilai yang terendah pada hasil tes menulis
surat pribadi. Wawancara ini mengungkap 10 butir pertanyaan sebagai berikut :
(1) apakah siswa senang dengan metode pembelajaran guru; (2) apakah ada
perubahan cara guru dalam mengajar; (3) apakah siswa merasa terganggu ketika
harus mengerjakan tes menulis surat pribadi; (4) apakah siswa mengalami
kesulitan dalam menulis surat pribadi; (5) apakah penyebab kesulitan siswa
dalam menulis surat pribadi; (6) apakah contoh surat yang diberikan guru dapat
anda pahami; (7) apakah pemodelan dapat membentu siswa dalam menulis surat
pribadi sesuai kaidah penulisan surat; (8) apakah siswa dapat meniru sistematika
serta kaidah penulisan surat pribadi yang baik dan benar; (9) keuntungan dari
Page 108
98
teknik pemodelan; (10) pendapat siswa mengenai pembelajaran yang disukai.
Hasil wawancara dari ketiga responden bernama Syofa Adelya Yositasari,
Apriliani Shelvia dan Nur Muladica Krisna dapat dibaca pada paparan berikut.
Perasaan senang dilontarkan oleh ketiga siswa yang mendapat nilai
tertinggi, sedang dan terendah yaitu Syofa, Adelya dan Nur. Kenyataan ini sangat
relevan dengan respon siswa terhadap pembelajaran yang diberikan guru. Siswa
umumnya menerima dan merespon positif terhadap pembelajaran yang diberikan
guru. Siswa banyak bertanya daripada guru, mereka juga aktif maju kedepan
untuk menuliskan atau menjelaskan hasil diskusinya. Adanya permainan yang
disisipkan dalam pembelajaran menulis surat pribadi menambah semangat siswa
dalam mengikuti pembelajaran. Walaupun ada sebagian kecil siswa yang ramai,
jalan-jalan sendiri namun mereka tampak senang dan menikmati pembelajaran
menulis surat pribadi. Keadaan ini merupakan suatu peningkatan perilaku positif
siswa dari siklus I, sebelumya mereka kurang bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran menulis surat pribadi sekarang lebih aktif, kreatif dan produktif
dalam menghasilkan karya yang lebih baik.
Perubahan strategi pembelajaran yang dilakukan guru ternyata
memberikan manfaat bagi siswa, siswa terihat senang dan menikmati
pembelajaran yang diberikan guru. Seperti yang diungkapkan ketiga responden
ini mereka mengatakan ada perubahan cara guru mengajar lebih santai, dan
menyenangkan. Senada dengan pendapat Syofa, Apriliani Shelvia juga
berkomentar ada perubahan cara guru mengajar guru tidak menegangkan dan
lebih enak, sedangkan siswa bernama Nur Muladica mengatakan ada perubahan
Page 109
99
cara guru mengajar, guru memberikan contoh-contoh dan bagan dalam
pembelajaran.
Kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran yang dialami siswa memang
selalu ada. Tidak semua siswa dapat menyerap pembelajaran dengan mudah,
seperti yang dikatakan Apriliani dan Nur Muladica yang berpredikat prestasi tes
menulis surat pribadi sedang dan rendah, mereka ternyata mengalami kesulitan
dalam menulis surat pribadi. Apriliani menyatakan bahwa ia belum begitu paham
dengan cara menulis surat pribadi yang baik dan benar, sedangkan Syofa Adelya
mengaku tidak mempunyai kesulitan yang berarti pada tes menulis surat pribadi
karena dia sudah paham dengan pembelajaran menulis surat.
Contoh-contoh surat dan bagan yang dihadirkan guru ternyata dapat
dipahami oleh ketiga siswa ini. Mereka mengaku tidak mengalami kesulitan
dalam memahami contoh surat dari guru. Hal ini berkaitan dengan pertanyaan
apakah pemodelan dapat membantu siswa dalam menuliskan surat sesuai dengan
kaidah penulisan surat? Kedua siswa yang mendapat nilai tertinggi dan sedang
menyatakan bahwa mereka sangat terbantu dengan adanya media pemodelan ini.
Berbeda dengan siswa yang bernama Nur Muladica siswa yang mendapat nilai
terendah, dia menyatakan tidak ada pengaruhnya karena dia tidak merasa terbantu
dalam memahami surat pribadi, dia menyatakan masih bingung dalam memahami
surat pribadi.
Pemodelan yang diterapkan guru diharapkan siswa dapat meniru model
surat yang baik dan benar yang dihadirkan guru tersebut, baik dalam hal
sistematika ataupun kaidah penulisan surat. Dari hasil wawancara diperoleh
Page 110
100
jawaban dari ketiga siswa yang berbeda. Kedua siswa yang mendapat nilai
tertinggi dan sedang menyatakan dapat meniru sistematika, serta kaidah penulisan
surat yang baik dan benar seperti pada contoh yang dihadirkan guru. Selanjutnya,
siswa yang ketiga dengan nilai terendah mengemukakan jawabannya bahwa dia
tidak dapat meniru contoh yang dihadirkan guru. Jawaban siswa dari pertanyaan
yang ke sembilan semuanya sama yaitu keutungan dari teknik pemodelan adalah
dapat ditiru.
Ketiga siswa dalam menjawab pertanyaan yang terakhir ini berbeda-beda.
Syofa Adelya mengemukakan model pembelajaran menulis surat yang disukainya
adalah pembelajaran yang seperti saat ini, model pembelajaran yang santai dan
tidak menegangkan, juga gurunya enak dalam mengajar, sedangkan Apriliani
mengemukakan bahwa dia lebih menyukai pembelajaran yang santai dan ada
permainannya. Nur Muladica mengatakan pembelajaran yang banyak memberikan
contoh dan gurunya tidak galak adalah model pembelajaran menulis surat yang
disukainya.
4.1.2.2.4 Hasil Dokumentasi Foto
Pada siklus I ini, dokumentasi foto yang diambil difokuskan pada kegiatan
selama proses pembelajaran, berupa kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
kontektual, kegiatan diskusi, kegiatan tes dan kegiatan pengisian jurnal.
Dokumentasi berupa gambar ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan
pembelajaran selama penelitian berlangsung. Deskripsi gambar pada siklus I
selengkapnya dipaparkan sebagai berikut.
Page 111
101
Gambar 1. Aktifitas Pembelajaran Menulis Surat Pribadi
Gambar tersebut merupakan kegiatan inti setelah dilaksanakannya
kegiatan pendahuluan. Kegiatan inti tersebut diawali dengan mengkondisikan
emosi siswa ke dalam suasana pribadi ketika mendapat surat dari teman.
Kemudian, guru membagikan surat yang tertutup dalam amplop berperangko.
Tampak pada gambar guru sedang membagikan surat pribadi pada tiap kelompok
siswa. Contoh surat pribadi tersebut dibuat dengan sedemikian rupa sesuai dengan
aslinya sehingga siswa benar-benar merasakan mendapat surat dari temannya.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan mendiskusikan contoh surat pribadi baik dari segi
isi surat, bahasa surat, struktur kalimat, dan sistematika surat. Aktifitas kegiatan
kelompok dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
Page 112
102
Gambar 2. Aktivitas Diskusi Kelompok
Gambar tersebut merupakan aktivitas diskusi kelompok kecil antar teman
sebangku yang dipandu oleh guru. Setelah guru membagikan contoh surat pada
tiap kelompok, kemudian guru menugaskan siswa untuk mencermati, memahami,
dan mendiskusikan contoh surat dari segi bahasa, penyusunan kalimat, pilihan
kata, dan sistematika surat. Gambar tersebut memperlihatkan seorang guru sedang
membimbing siswa dengan menjelaskan konsep dan materi surat pribadi yang
ditanyakan oleh seorang siswa. Pada siklus I ini, tampak beberapa siswa belum
melaksanakan tugas dari guru, konsentrasi siswa belum penuh. Pola pembelajaran
guru ini merupakan pengalaman baru bagi siswa, sehingga mereka belum
sepenuhnya mengikuti pola pembelajaran guru, mereka masih belajar
menyesesuaikan diri dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang
diterapkan guru. Kegiatan diskusi ini dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil
diskusi kelompok mengenai surat pribadi, dengan bantuan pias kata siswa
menjelaskan bagian-bagian surat pribadi tersebut di depan kelas. Deskripsi
penjelasan ini, dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.
Page 113
103
Gambar 3. Situasi Kegiatan Pembelajaran
Gambar 3 tersebut diambil saat pembelajaran berlangsung. Situasi
pembelajaran menggambarkan kondisi ketidakseriusan siswa dalam belajar. Pada
gambar tersebut terlihat ada beberapa siswa yang tampaknya kurang bersemangat
dan malas mengikuti pembelajaran. Perilaku ini dapat dilihat pada gambar, ada
beberapa siswa yang menyandarkan kepalanya diatas meja, ada yang melamun,
dan ada pula yang berbicara sendiri. Kondisi ini memperlihatkan bahwa mereka
belum siap menerima pembelajaran dari guru. Kondisi belajar yang tidak kondusif
ini terlihat pula pada siswa yang melakukan kegiatan di depan kelas. Suasana
belajar yang kurang kondusif ini menjadi catatan dan masukan penting bagi
peneliti yang bertindak sebagai guru di kelas tersebut untuk diperbaiki pada siklus
berikutnya. Peneliti menilai bahwa kondisi ini dapat diatasi dengan menciptakan
suasana belajar yang berbeda dan penanaman motivasi yang tinggi kepada para
siswa. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan tes menulis surat pribadi
Page 114
104
sebagai sarana evaluasi pegukur keterampilan menulis siswa pada siklus I.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan pengisian jurnal siswa.
4.1.3 Hasil Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan karena pada siklus I keterampilan menulis
surat pribadi siswa kelas V SD N Pedurungan Tengah 02 masih termasuk kedalam
kategori cukup dan belum memenuhi target maksimal pencapaian nilai rata-rata
kelas yanag ditentukan. Selain itu perubahan tingkah laku dalam pembelajaran
menulis surat pribadi masih tergolong normal belum tampak perubahan yang
berarti. Dengan demikian, tindakan siklus II dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut. Pada siklus II ini penelitian dilaksanakan dengan rencana dan persiapan
yang lebih matang daripada siklus I. Dengan adanya perbaikan-perbaikan
pembelajaran yang mengarah pada peningkatan hasil belajar tanpa
mengesampingkan proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan, maka hasil penelitian yang berupa nilai tes keterampilan
siswa meningkat dari kategori cukup meningkat ke kategori baik. Meningkatnya
nilai tes ini diikuti pula dengan peningkatan perilaku siswa yang lebih aktif,
kreatif, dan lebih terbuka dalam menerima pembelajaran kontekstual komponen
pemodelan. Hasil selengkapnya mengenai tes dan nontes siklus II ini diuraikan
secara rinci sebagai berikut.
Page 115
105
4.1.3.1 Hasil Tes
Hasil tes menulis surat pribadi pada siklus II ini merupakan data kedua
setelah diberlakukannya perbaikan tindakan pembelajaran pada siklus I, namun
masih dalam strategi pembelajaran pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
Kriteria penilaian pada siklus II ini masih tetap sama seperti pada tes siklus I
meliputi tujuh aspek penilaian, meliputi : (1) kesesuaian isi surat dengan topik; (2)
bahasa surat; (3) penyusunan kalimat; (4) pilihan kata; (5) penggunaan ejaan; (6)
sistematika surat; dan (7) kerapian surat. Secara umum, hasil tes keterampilan
menulis surat pribadi dengan topik selamat ulang tahun dapat dilihat pada tabel 12
berikut.
Tabel 12. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Siklus II
No Kategori Rentang
Nilai Frekuensi
Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
85 – 100
75 – 84
60 – 74
0 – 59
18
22
0
0
1625
1714
0
0
45
55
0
0
Jumlah 40 3339 100
3339
40
=83,475
Data tabel 12 menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas V SD Negeri
Pedurungan Tengah 02 Semarang dalam menulis surat pribadi sangat baik,
dengan rata-rata skor klasikal hanya mencapai 83,475. Dari jumlah keseluruhan
40 siswa, 18 siswa diantaranya atau sebanyak 45% termasuk dalam kategori
Page 116
106
sangat baik dengan nilai 85-100. Kategori baik dengan nilai antara 75-84 dicapai
oleh 22 siswa atau 55% dari jumlah keseluruhan siswa. Kategori cukup dan
kurang tidak ada seorang siswa pun atau 0% yang termasuk dalam kategori
tersebut. Peningkatan keterampilan menulis surat pribadi siswa dikarenakan
beberapa faktor yang melingkupinya, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal dapat dilihat pada kemampuan siswa yang semakin meningkat,
siswa mulai paham dengan apa yang diajarkan guru. Dengan latihan tes menulis
surat pribadi terus-menerus tidak dapat dipungkiri kemampuan siswa akan terus
bertambah, karena keterampilan menulis didapat dari latihan bukan dari bawaan
lahir. Faktor ekternal yang tak kalah pentingnya adalah strategi yang digunakan
guru, melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan guru berhasil
meningkatkan pemahaman siswa dalam menulis surat pribadi.
Hasil rata-rata skor yang memuaskan ini, merupakan keberhasilan guru
dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis kompetensi. Dengan
menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan guru dapat
mengatasi permasalahan yang melingkupi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan
Tengah 02 Semarang. Kini siswa sudah dapat menyesuaikan isi surat dengan
topik, menggunakan bahasa surat dengan baik, menyusun antarkalimat dengan
padu, siswa sudah pandai dalam memilih kata dengan benar sesuai dengan situasi,
pengunaan ejaan juga sudah baik, sistematika penulisan surat sudah benar dan
siswa sudah membiasakan diri menulis surat dengan rapi. Hal ini dapat dibuktikan
dengan hasil pencapaian skor siswa yang mengalami peningkatan pada tiap aspek
penulisan surat di bawah ini.
Page 117
107
4.1.3.1.1 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kesesuaian Isi Surat
dengan Topik
Penilaian aspek kesesuaian isi surat dengan topik pada siklus II masih
sama dengan siklus I, yaitu masih difokuskan pada kesesuaian isi surat dengan
topik yang diangkat. Pada siklus II ini topik yang diangkat berbeda dengan topik
siklus I, yaitu ulang tahun. Pemilihan topik ini merupakan hasil pilihan seluruh
siswa dari beberapa alternatif pilihan yang diajukan guru. Hasil penilaian tes
ketepatan isi surat dengan topik dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini.
Tabel 13. Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Surat dengan Topik
No Kategori Rentang
Skor Frekuensi
Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
16 – 20
11 – 15
6 – 10
0 – 5
33
3
2
2
652
45
18
10
82,5
7,5
5
5
Jumlah 40 537 100
724
40
=18,125
Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
menyesuaikan isi surat dengan topik untuk kategori sangat baik yaitu dengan skor
16-20 dicapai 33 siswa atau sebesar 82,5%. Kategori baik dengan skor 11-15
dicapai oleh 3 siswa atau 7,5%. Kategori cukup dengan skor 6-10 dicapai oleh 2
siswa atau sebesar 5%, sedangkan untuk kategori kurang dengan skor 0-5 dicapai
2 siswa atau sebesar 5%. Jadi, skor rata-rata klasikal pada ketepatan kesesuaian isi
Page 118
108
dengan topik dalam menulis surat pribadi yaitu sebesar 18,125 atau dalam
kategori sangat baik. Hasil ini menunjukkan bahwa secara klasikal siswa sudah
paham dan mengerti dalam menyesuaikan isi surat dengan topik surat yang
diangkat. Pada siklus II guru memberikan alternatif pilihan topik kepada siswa,
Topik ulang tahun dipilih siswa berdasarkan hasil kesepakatan seluruh siswa. Hal
ini dilakukan guru guna memberikan alternatif topik yang disukai siswa, jika
siswa suka dengan topik surat yang dipilihnya kemungkinan siswa akan
mengerjakan tes dengan mudah. Hal ini tentunya akan berpengaruh pula pada
kualitas isi surat.
4.1.3.1.2 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Bahasa Surat
Penilaian aspek bahasa surat difokuskan pada bahasa surat yang digunakan
yaitu kejelasan, keefektifan, kelugasan dan kesopanan bahasa surat. Hasil
penilaian tes ketepatan bahasa surat yang dipergunakan siswa dapat dilihat pada
tabel 14 berikut.
Tabel 14. Hasil Tes Aspek Bahasa Surat
No Kategori Rentang
Skor Frekuensi
Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
21 – 25
16 – 20
11 – 15
0 – 10
10
18
6
0
388
352
88
0
40
45
15
0
Jumlah 40 828 100
828
40
=20,7
Page 119
109
Data pada tabel 14 menunjukkan bahwa pada tes aspek bahasa surat,
kategori sangat baik yaitu dengan skor antara 21-25 telah dicapai 10 siswa atau
sebesar 40%. Selanjutnya, kategori baik dengan skor nilai antara 16-20 dicapai 18
siswa atau sebanyak 45%, sedangkan kategori cukup dengan skor nilai antara
11-15 dicapai siswa sebanyak 6 siswa atau sebesar 15%. Kategori kurang dengan
skor 0-10 dicapai siswa sebanyak 0% atau tidak ada satu siswa pun yang termasuk
dalam kategori kurang. Jadi, setelah direkap rata-rata skor siswa pada aspek
bahasa surat mencapai 20,7 atau dalam kategori baik. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam membahasakan perasaannya dalam
bentuk surat sudah banyak mengalami peningkatan. Bahasa surat yang jelas, tidak
bertele-tele, lugas dan tidak berambiguitas serta sopan telah berhasil digunakan
siswa dalam surat yang baik dan benar.
4.1.3.1.3 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Penyusunan Kalimat
Penilaian aspek penyusunan kalimat pada surat difokuskan pada kohesi
dan koherensi unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga tersusun kalimat-kalimat
yang baik dan keterpaduan isi antarkalimat pun akan jelas. Hasil penilaian tes
penyusunan kalimat dalam surat pribadi siswa dapat dilihat pada tabel 15 berikut
ini.
Page 120
110
Tabel 15. Hasil Tes Aspek Penyusunan Kalimat
No Kategori Rentang
Skor Frekuensi
Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
8 – 10
5 – 7
2 – 4
0 – 1
23
10
5
2
224
62
17
2
57,5
25
12,5
5
Jumlah 40 305 100
305
40
=7,625
Berdasarkan tabel 15 tersebut dapat dijelaskan bahwa kemampuan siswa
dalam menyusun kalimat secara klasikal sudah termasuk dalam kategori baik
dengan mencapai rata-rata skor 7,625. Pemerolehan skor rata-rata secara rinci
diuraikan sebagai berikut. Siswa yang mendapat skor 8-10 dalam kategori sangat
baik dicapai oleh 23 siswa atau sebanyak 57,5%, sedangkan untuk kategori baik
dengan jumlah skor antara 5-7 dicapai oleh 10 siswa atau sebanyak 25%.
Kategori cukup dengan skor antara 2-4 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 12,5%,
sedangkan kategori kurang dengan skor antara 0-1 dicapai oleh 2 siswa atau
sebesar 5%. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam memadukan isi
antarkalimat secara keseluruhan sudah dapat dikatakan baik.
4.1.3.1.4 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Pilihan Kata
Penilaian aspek pemilihan kata atau diksi pada surat difokuskan pada
ketepatan pemilihan kata yang disesuaikan dengan situasi. Hasil penilaian tes
ketepatan pemilihan kata dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini.
Page 121
111
Tabel 16. Hasil Tes Aspek Pilihan Kata
No Kategori Rentang
Skor Frekuensi
Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
8 – 10
5 – 7
2 – 4
0 – 1
24
16
0
0
230
110
0
0
60
40
0
0
Jumlah 40 340 100
340
40
=8,5
Data pada tabel 16 menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada aspek
pilihan kata yaitu kategori sangat baik dengan skor 8-10 dicapai oleh 24 siswa
atau sebanyak 60%. Kategori baik dengan skor antara 5-7 dicapai oleh 16 siswa
atau sebanyak 40%. Kategori cukup dan kurang dengan skor 2-4 dan skor 0-1
tidak satu pun siswa atau sebesar 0% yang termasuk dalam kategori tersebut.
Setelah data diakumulasikan didapatkan hasil rata-rata skor klasikal sebesar 8,5
atau dalam kategori sangat baik. Data tersebut membuktikan bahwa keterampilan
siswa pada aspek pilihan kata dalam menulis surat sudah dapat dikatakan bagus,
tidak adanya siswa yang mencapai skor cukup maupun kurang membuktikan
bahwa pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan telah berhasil membawa pemahaman siswa
dalam ketepatan pemilihan kata.
Page 122
112
4.1.3.1.5 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Penggunaan Ejaan
Penilaian aspek Pengunaan ejaan difokuskan pada pemakaian huruf
kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan ejaan dalam surat pribadi. Hasil
penilaian tes penggunaan ejaan dapat dilihat pada tabel 17 berikut.
Tabel 17. Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan
No Kategori Rentang
Skor Frekuensi
Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
8 – 10
5 – 7
2 – 4
0 – 1
14
15
10
1
127
96
35
1
35
37,5
25
2,5
Jumlah 40 269 100
259
40
=6,475
Data pada tabel 17 tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada
aspek penggunaan ejaan dengan kategori sangat baik dicapai oleh 14 siswa atau
sebesar 35% dengan skor antara 8-10. Kategori baik dicapai oleh 15 siswa atau
sebesar 37,5% dengan skor antara 5-7. Selanjutnya kategori cukup dicapai oleh
10 siswa atau sebesar 25% dengan jumlah skor antara 2-4. Skor terendah 0-4
dengan kategori kurang dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,5% Setelah
diakumulasikan didapat hasil rata-rata klasikal sebesar 6,475 atau dalam kategori
baik. Berdasarkan hasil rata-rata skor dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan
siswa sudah dapat menggunakan ejaan dengan benar, baik dari pemakaian huruf
kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan ejaan dalam surat pribadinya.
Keterampilan siswa dalam menggunakan ejaan sudah semakin meningkat,
Page 123
113
kemajuan ini merupakan peningkatan keberhasilan siswa dalam mencerna dan
memahami penjelasan guru. Peran guru dalam kelas kontekstual juga sangat
membantu demi kelangsungan pembelajaran yang bermutu.
4.1.3.1.6 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Sistematika Surat
Penilaian aspek sistematika surat difokuskan pada ketepatan penulisan
bagian-bagian surat yang meliputi : (1) tempat dan tanggal penulisan surat; (2)
alamat surat; (3) salam pembuka; (4) pembuka surat; (5) isi surat; (6) penutup
surat; (7) salam penutup; (8) tanda tangan; dan (9) nama jelas. Hasil penilaian tes
ketepatan penulisan sistematika surat dapat dilihat pada tabel 18 berikut.
Tabel 18. Hasil Tes Aspek Sistematika Penulisan Surat
No Kategori Rentang
Skor Frekuensi
Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
12 – 15
8 – 11
4 – 7
0 – 3
34
5
0
1
487
55
0
3
85
12,5
0
2,5
Jumlah 40 557 100
545
40
=13,625
Data pada tabel 18 tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada
aspek sistematika penulisan surat dengan kategori sangat baik dengan jumlah skor
antara 12-15 dicapai oleh 34 siswa atau sebesar 85%, sedangkan untuk kategori
baik dengan skor 8-11 telah dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 12,5%. Selanjutnya,
kategori cukup dengan nilai 4-7 dicapai sebesar 0% atau tidak ada siswa satu pun
Page 124
114
yang termasuk dalam kategori ini. Kategori yang terakhir yaitu kategori kurang
dengan nilai 0-3 dicapai oleh seorang siswa atau sebesar 2,5%. Setelah
diakumulasikan didapat hasil rata-rata skor klasikal sebesar 13,625 termasuk
dalam kategori sangat baik. Prestasi siswa ini sungguh memuaskan, berarti dalam
sistematika penulisan surat siswa sudah tidak lagi mengalami kesulitan, siswa
sudah paham dan terampil dalam menuliskan bagian-bagian surat yang meliputi
tempat dan tanggal surat, alamat surat, salam pembuka, pembuka surat, isi surat,
penutup surat, salam penutup tanda tangan dan nama jelas sesuai dengan format
penulisan surat yang benar. Peningkatan prestasi ini tentunya tidak luput dari
peran pemodelan contoh surat dan pias kata yang dibuat dengan sedemikian rupa
sehingga siswa benar-benar paham menggunakan sistematika surat yang baik.
Media surat ini, ternyata terbukti memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
siswa demi kelancaran proses pemahaman materi pembelajaran menulis surat
pribadi.
4.1.3.1.7 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kerapian Surat
Penilaian aspek kerapian surat difokuskan pada tulisan surat apakah
bersih, tidak ada coretan, banyak coretan atau tulisan sulit terbaca. Hasil penilaian
kerapian surat dapat dilihat pada tabel 19 berikut.
Page 125
115
Tabel 19. Hasil Tes Aspek Kerapian Surat
No Kategori Rentang
Skor Frekuensi
Bobot
Skor
Persen
(%)
Rata-rata
Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
8 – 10
5 – 7
2 – 4
0 – 1
25
15
0
0
248
97
0
0
62,5
37,5
0
0
Jumlah 40 345 100
345
40
=8,625
Data pada tabel 19 tersebut menunjukkan bahwa kerapiaan siswa dalam
menulis surat pribadi dengan kategori sangat baik telah dicapai sebanyak 25 siswa
atau sebesar 62,5% dengan jumlah skor antar 8-10, sedangkan kategori baik
dengan jumlah skor 5-7 dicapai oleh 16 siswa atau sebesar 37,5%. Kategori cukup
dan kurang yaitu dengan jumlah skor 2-4 dan jumlah skor 0-1 didapat sebanyak
0% karena tidak terdapat siswa yang mendapat skor tersebut. Setelah
diakumulasikan didapat hasil rata-rata skor klasikal sebesar 8,62 atau dalam
kategori sangat baik. Bukti ini menunjukkan bahwa siswa sudah terampil menulis
surat dengan rapi. Siswa sudah terbiasa dan memahami bahwa kerapian surat
merupakan salah satu faktor penunjang dalam kegiatan menulis surat pribadi, jika
surat pribadi ditulis dengan rapi tentu pesan yang akan disampaikan dapat terbaca
dengan jelas oleh orang yang menerima surat. Hasil tes menulis surat pribadi
pada siswa lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik siklus II di bawah ini.
Page 126
116
Grafik 3. Siklus II
GRAFIK SIKLUS II
0
20
40
60
80
100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 1 21 2 259 3 27 29 31 33 35 37 39 41
Subjek Penelitian
Jum
lah
Skor
Jumlah Skor
Grafik 3. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Siklus II
Grafik 3 di atas menunjukkan bahwa mayoritas siswa berada pada kategori
baik antara 75-84. Siswa yang memperoleh kategori ini mencapai 55% atau
sebanyak 22 siswa dan sisanya sebanyak 18 siswa atau 45% dari jumlah
keseluruhan mendapat nilai sangat baik yaitu 85-100.
Pada siklus II ini, hasil tes keterampilan menulis surat pribadi siswa secara
klasikal sudah menunjukkan kategori baik dan sudah meraih target yang
diinginkan peneliti. Pada siklus II ini, nilai rata-rata klasikal pencapaian nilai
rata-rata kelas yang ditentukan yaitu 75. Peningkatan prestasi siswa ini diikuti
dengan perubahan tingkah laku siswa dalam pembelajaran menulis surat pribadi,
siswa lebih aktif, kreatif, dan produktif dalam menghasilkan karya-karya yang
lebih bagus dari sebelumnya. Dengan demikian tindakan siklus III tidak perlu
dilakukan karena peneliti sudah puas dengan hasil penelitian siklus II.
Page 127
117
4.1.3.2 Hasil Nontes
Hasil penelitian nontes pada siklus II ini didapatkan dari data observasi,
jurnal, wawancara, angket, dan dokumentasi. Angket merupakan data tambahan
pada siklus II ini, tujuannya sebagai pemerkuat data nontes lainya. Kelima hasil
penelitian nontes tersebut dijelaskan pada uraian berikut ini.
4.1.3.2.1 Hasil Observasi
Kegiatan observasi siswa dan observasi kelas pada siklus II dilaksanakan
selama proses pembelajaran menulis surat pribadi dengan menggunakan
pembelajaran kontekstual komponen pemodelan di kelas V SD Negeri
Pedurungan Tengah 02 Semarang. Observasi siswa ini dilakukan oleh peneliti
sekaligus sebagai guru dengan bantuan guru pamong sebagai observator kelas.
Objek sasaran dan cara pelaksanaan observasi siswa maupun observasi kelas pada
siklus II masih tetap sama dengan siklus I. Ada lima belas objek sasaran observasi
siswa yang meliputi perilaku positif dan perilaku negatif siswa selama proses
pembelajaran. Objek sasaran observasi kelas terbagi tiga aspek yaitu aspek
kemampuan berkomunikasi atau communicatiaon skills, aktivitas belajar atau
learning actifity dan keterampilan guru praktikan. Pengambilan data observasi ini
bertujuan untuk memotret respons perilaku siswa dalam menerima pembelajaran
menulis surat pribadi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
Page 128
118
a. Observasi Siswa
Pada siklus II ini, terdapat beberapa perilaku siswa yang terdeskripsi
melalui kegiatan observasi. Selama melakukan kegiatan pembelajaran menulis
surat pribadi dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan,
guru merasakan ada perubahan perilaku siswa, siswa yang sebelumnya tidak dapat
mengikutinya dengan baik, pada siklus II ini, siswa mulai mengikuti dan
menikmati pembelajaran yang diterapkan guru. Bukti ini dapat dilihat pada data
observasi yang menyebutkan 35 siswa atau sebanyak 85% siswa sudah mengikuti
pembelajaran menulis surat pribadi dengan baik. Peningkatan sebesar 10% dari
siklus I merupakan hal yang menggembirakan, berarti siswa sudah dapat
menyesuaikan diri dengan pendekatan kontekstual yang diberikan guru. Siswa
sudah merespons positif pembelajaran menulis surat sudah dengan baik. Siswa
mulai menyadari bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan sungguh mengasyikan. Guru berusaha
mengemas berbagai metode pembelajaran yang ada sehingga tidak membosankan
siswa dalam proses pembelajaran. Karena dalam proses pembelajaran kontekstual
siswa diharapkan tidak hanya menangkap materi pembelajaran yang diajarkan
tetapi juga menangkap makna dari pembelajaran itu sendiri.
Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa sebagian besar siswa atau
sebanyak 85% dari jumlah siswa seluruhnya penuh konsentrasi memperhatikan
penjelasan guru. Sisanya sebanyak 10% atau sebanyak 4 siswa kurang merespons
penjelasan guru, mereka asyik bicara sendiri dengan teman sebangkunya atau
dengan teman sekelompoknya. Beberapa siswa yang memperhatikan penjelasan
Page 129
119
guru banyak bertanya dan pertanyaan siswa ini mengarah pada pemecahan
masalah. Siswa yang aktif bertanya tersebut diantaranya adalah Adinda Kartika,
Ayu Rizki, Eva, Gaza Pahlevi, Brian Chandra, Dwi Khoiri Yani, Novia Al
Adawiyah dan Syofa Adelya Yositasari. Siswa-siswa ini lebih aktif bertanya
dibandingkan teman-temannya yang cenderung pasif tidak mau bertanya. Siswa
yang pasif ini dimungkinkan karena siswa masih malu, grogi dan tidak tahu apa
yang harus ditanyakan. Jumlah siswa yang nonaktif ini terprediksi dalam data
observasi siswa sebanyak 6 siswa, hal ini termasuk penurunan dari siklus I,
semula siswa nonaktif ini ada sekitar 60% kini menurun menjadi 15% atau terjadi
penurunan perilaku negatif sebesar 45%. Hal ini berarti secara umum siswa sudah
berani mengemukakan pendapatnya.
Pada kegiatan inti pembelajaran, guru menugaskan siswa untuk
mendiskusikan dan membandingkan contoh-contoh surat pribadi yang telah
dibagikan oleh guru, baik dari segi isi, bahasa, pilihan kata sampai sistematika
surat. Respons yang diberikan siswa pada saat itu adalah seluruh siswa tampak
penasaran pada isi surat yang diberikan karena memang surat yang dibagikan
dalam amplop tertutup dan berperangko. Siswa tampak senang dan menikmati
surat yang diterimanya. Kini 70% siswa sudah berani mengungkapkan hasil
diskusinya ke depan kelas walaupun masih ada beberapa perwakilan kelompok
yang masih malu membacakan atau menuliskan ke depan kelas. Dengan bantuan
dua contoh surat yang dibagikan pada tiap kelompok kini siswa semakin paham
dengan penulisan surat pribadi.
Page 130
120
Pada saat pemberian materi telah selesai, tes menulis surat pribadi
dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana kadar kemampuan dan pemahaman
siswa dalam menulis surat pribadi yang telah diajarkan guru. Sebagian besar siswa
sebanyak 28 atau 70% siswa terlihat dengan senang hati mengungkapkan apa
yang dipikirkan dan dirasakannya dalam bentuk surat, sedangkan sisa siswa atau
sebanyak 10% siswa masih terlihat kurang bersemangat dalam mengerjakan tes
menulis surat pribadi.
Berdasarkan pengamatan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
perilaku negatif sudah tergeser dan tergantikan pada perilaku positif. Peningkatan
perilaku siswa dari perilaku negatif ke dalam periku positif merupakan hal yang
seharusnya terjadi, karena guru sudah berusaha secara maksimal merubah pola
pembelajaran yang disukai siswa. Namun, perubahan pola pembelajaran ini
tentunya masih dalam konteks pembelajaran kontekstual komponen pemodelan.
Rencana pembelajaran pada siklus II ini dilakukan dengan perencanaan matang
serta melalui tahapan perbaikan tindakan yang sekiranya dapat diikuti oleh siswa.
b. Observasi Kelas
Observasi kelas yang dilakukan guru pamong bertujuan untuk
mengevaluasi cara kerja guru praktikan dalam memberikan pembelajaran menulis
surat pribadi, sehingga strategi atau pun pendekatan yang dilakukan guru dapat
dipertanggungjawabkan. Selain tugas utama tersebut guru kolaborator ini juga
melakukan pengamatan respons anak didiknya selama mengikuti pembelajaran
menulis surat pribadi dari guru praktikan. Adapun objek sasaran observasi kelas
Page 131
121
sama seperti siklus I yaitu lebih dikhususkan pada aspek kemampuan
berkomunikasi atau commucation skills, aktivitas belajar atau learning activity,
dan keterampilan guru praktikan dalam mengajar.
Hasil dari observasi kelas ini setelah diricek hasilnya sama dengan
observasi siswa. Pada aspek comunicatioan skills sebagian besar siswa sudah
mulai berani mengemukakan pendapat mereka tentang kegiatan menulis surat.
Siswa sekarang lebih berani berkomentar terhadap apa yang dirasakanya, baik
mengenai kesualitan-kesulitan yang dirasakannya atau hal-hal yang dianggapnya
benar. Pada siklus II ini, sebagian besar siswa sudah dapat mengidentifikasikan
surat dengan lisan maupun tertulis.
Aktivitas belajar atau learning activity pada proses pembelajaran siklus II
siswa pada umumnya bersemangat, mereka tampak senang dan menikmati
pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen
pemodelan yang diterapkan guru. Kegiatan siswa dalam berdiskusi tampak aktif,
siswa benar-benar menjalankan tugas dari guru. Pada saat melakukan tes siswa
tampak dengan senang hati menuangkan segala macam hal yang dirasakannya
dalam bentuk surat dalam waktu kurang dari 45 menit siswa sudah dapat
menyelesaikan tes menulis surat pribadi yang telah ditentukan.
Hasil pengamatan guru pamong terhadap guru praktikan, dijelaskan bahwa
kemampuan guru praktikan dalam membuka pelajaran sudah bagus, absensi dan
apersepsi selalu disampaikan guru dalam membuka pelajaran. Guru
menyampaikan materi sudah lancar karena materi dikuasai dengan baik. Cara guru
menjalin komunikasi dengan siswa dua arah, selalu ada timbal balik.
Page 132
122
Dalam menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan juga sudah
baik tujuh komponen yang melingkupi pendekatan kontekstual sudah dijalankan
secara seimbang. Kemampuan guru dalam mengelola kelas berbasis kompetensi
sudah cukup baik, terutama dalam hal menggalakkan siswa dalam proses
pembelajaran maupun dalam memberikan balikan. Cara menutup pembelajaran
dengan melakukan refleksi juga sudah baik. Secara keseluruhan guru pamong
menilai pola pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan semakin baik.
4.1.3.2.2 Hasil Jurnal
Jurnal yang digunakan dalam penelitian siklus II masih sama seperti pada
siklus I ada dua macam yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut
berisi ungkapan perasaan, tanggapan, pesan dan kesan dari perasaan siswa dan
guru selama pembelajaran menulis surat pribadi berlangsung.
Jurnal siswa harus diisi oleh siswa tanpa terkecuali. Pengisian jurnal
tersebut dilakukan pada akhir pembelajaran menulis surat pribadi dengan
pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tujuan diadakan jurnal siswa ini
untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada saat berlangsungnya
pembelajaran dan untuk mengungkap kesulitan-kesulitan siswa meliputi lima
pertanyaan, yaitu: (1) metode mengajar guru; (2) kesulitan siswa dalam
pembelajaran menulis surat pribadi; (3) tanggapan siswa mengenai manfaat kerja
kelompok; (4) perasaan siswa terhadap kemampuan menulis surat pribadi;
Page 133
123
(5) manfaat yang dapat dipetik setelah mengikuti pembelajaran kontekstual
komponen pemodelan.
Kegiatan pengisian jurnal ini merupakan hal yang tidak baru lagi, karena
pengisian jurnal ini sudah pernah dilakukan siswa pada saat siklus I. Pada saat
pengisian jurnal ini siswa tampak antusias ingin segera mendapatkan jurnal dan
ingin segera mengisinya. Setelah semua siswa mendapatkan bagiannya, siswa
segera mengisi jurnal tersebut dengan situasi yang tenang. Hasil jurnal yang telah
dianalisis selengkapnya diuraikan di bawah ini.
a. Jurnal Siswa
Pada dasarnya sebagian besar siswa menanggapi baik metode
pembelajaran menulis surat pribadi menulis surat pribadi dengan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan yang diterapkan guru. Siswa menilai metode
pembelajaran yang digunakan guru mudah dipahami, jelas, dan menyenangkan.
Dengan demikian, tugas guru dalam kelas kontekstual dapat dikatakan berhasil,
karena guru telah membimbing siswa mencapai tujuannya dengan menciptakan
proses belajar kelas yang lebih hidup, menyenangkan, dan lebih bermakna.
Dengan pembelajaran tersebut tentunya siswa merasa tidak terbebani dalam
menyerap materi pelajaran yang diberikan guru, karena pendekatan kontekstual
lebih mengutamakan proses daripada produk. Dengan pengalaman belajar yang
menyenangkan dan mengkaitkan pembelajaran dengan dunia nyata tentunya
memudahkan siswa dalam menyerap materi pelajaran. Apalagi siswa merasa
Page 134
124
dekat dan bersimpati dengan guru, hal ini berdasarkan beberapa pernyataan siswa
yang berpendapat bahwa guru praktikan ramah, baik, disiplin, dan tidak galak.
Berdasarkan data dari jurnal siswa pada siklus II didapat bahwa tidak ada
satupun siswa yang menyatakan kesulitan. Seluruh siswa menyatakan sudah
paham terhadap pembelajaran menulis surat pribadi yang diajarkan guru. Bahkan
siswa menganggap pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen
pemodelan ini mudah dipahami. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
pendekatan kontektual komponen pemodelan ini telah berhasil membawa siswa
pada pemahaman pembelajaran yang sempurna.
Sebagian besar siswa merespons positif terhadap pembelajaran menulis
surat pribadi. Pernyataan bagus dan menyenangkan banyak tertulis dalam jurnal.
Pernyataan siswa ini membuktikan kalau mereka tertarik dan menyukai materi
yang diajarkan guru. Siswa merespon bagus karena dalam pembelajaran guru
mengantarkan siswa kedalam dunia nyata, dengan membagikan surat pribadi yang
tertutup rapi dalam amplop berperangko. Kondisi ini merupakan pengalaman baru
bagi siswa karena dalam pembelajaran sebelumnya guru pamong jarang
menggunakan model nyata, hanya menghadirkan contoh–contoh dari buku.
Pembelajaran yang menyenangkan merupakan respons sebagian besar siswa yang
diungkapkan dalam jurnal. Hal ini merupakan bukti bahwa selama proses
pembelajaran siswa menikmati semua metode pembelajaran yang diberikan guru
mulai dari apersepsi, kegiatan inti yang diwarnai dengan diskusi dan permainan
serta penutup pelajaran yang diisi dengan kegiatan refleksi.
Page 135
125
Tanggapan siswa terhadap model surat pribadi yang dicontohkan guru
pada umumnya beranggapan baik dan mudah dipahami. Hal ini dikarenakan
model contoh surat yang dicontohkan guru dibuat semenarik mungkin, sehingga
siswa tertarik untuk membacanya. Siswa menganggap contoh surat mudah
dipahami, karena contoh-contoh surat yang dimodelkan guru memang dirancang
untuk mudah dipahami siswa dari segi bahasa, penyusunan kalimat yang runtut,
pilihan kata yang sederhana dan sistematika surat yang dengan jelas. Pada bagian-
bagian surat ditulis dengan warna yang berbeda sehingga siswa dapat
membedakan tiap bagian-bagian surat. Contoh surat dari siswa juga dihadirkan
guru pada siklus II ini, dengan harapan siswa dapat membandingkannya contoh
surat yang benar dan contoh surat yang salah.
Selanjutnya, tanggapan yang diberikan siswa selama mengikuti kegiatan
kelompok siswa umumnya menyatakan kegiatan kelompok dapat membantu
pemahamannya dalam memahami cara menulis surat pribadi dengan baik.
Kegiatan kelompok ini termasuk dalam kegiatan masyarakat belajar atau learning
community kegiatan masyarakat belajar ini difokuskan pada kegiatan diskusi
mengenai surat pribadi. Kegiatan diskusi pada siklus II ini cukup kondusif , siswa
sudah mulai aktif dalam kegiatan diskusi ini. Interaksi antar kelompok mulai
terjalin. Siswa tidak lagi bermalas-malasan, dengan dipandu guru praktikan siswa
mulai bersemangat dalam kegiatan diskusi.
Selama mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dengan
menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan respons yang
diberikan siswa cukup mengesankan seluruh siswa menyatakan senang selama
Page 136
126
mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi. Siswa merasa senang karena
pengalaman baru tentang pembelajaran menulis surat pribadi didapatkannya
dengan metode guru yang menarik. Guru menyisipkan kuis dan permainan yang
sebelumnya tidak didapatkan siswa selama pembelajaran menulis surat.
Pembelajaran kontekstual komponen pemodelan memberikan pegalaman baru
yang bermakna bagi siswa sehingga siswa merasa senang, dan menikmati
pembelajaran yang diberikan guru. Pertanyaan apakah kemampuan menulis surat
pribadi siswa sekarang bertambah? Siswa pada umumnya menyatakan “ya
kemampuan saya dalam menulis surat pribadi bertambah”
Aneka ragam pernyataan siswa yang dituliskan siswa pada jurnal siswa
mengenai pertanyaan manfaat apa yang didapatkannya dari pembelajaran menulis
surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Mereka
umumnya menyatakan kemampuan menulis surat pribadinya bertambah. Siswa
semakin terampil dalam menulis surat pribadi.
b. Jurnal Guru
Jurnal guru ini berisi segala hal yang dirasakan guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Adapun hal-hal yang menjadi objek sasaran jurnal
guru ini adalah : (1) minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis surat
pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (2) respons siswa
terhadap contoh yang dihadirkan guru; (3) keaktifan siswa selama mengikuti
pembelajaran menulis surat pribadi; (4) perilaku siswa dikelas saat melakukan
Page 137
127
kegiatan diskusi kelompok; (5) fenomena-fenomena yang muncul di kelas saat
pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan objek sasaran yang diamati dan dirasakan peneliti saat
menjalankan pembelajaran yang tertuang dalam jurnal, dapat dijelaskan bahwa
guru sudah merasa puas terhadap proses pembelajara, karena hasil yang dicapai
pada siklus II ini sudah sesuai dengan target yang ditentukan, bahkan melampaui
taarget. Target minimal rata-rata klasical yang ditentukan pada siklus II adalah
75, sedangkan hasil yang tercapai sebesar 83,7. Dengan demikian, dapat dikatakan
keberhasilan ini merupakan keberhasilan guru dan siswa dalam memberikan dan
menerima pembelajaran kontekstul komponen pemodelan. Guru merasa puas
karena pendekatan kontekstual komponen pemodelan ternyata berhasil dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi. Hal ini telah
terbukti dengan hasil-hasil yang dicapai baik dari siklus I sampai siklus II yang
terus mengalami peningkatan. Siswa akhirnya dapat menerima dengan baik
pembelajaran yang diberikan guru. Respons positif siswa tergambar pada saat
pembelajaran berlangsung, siswa tampak menikmati pembelajaran yang guru
berikan. Tugas-tugas yang diberikan guru dijalankan dengan baik oleh siswa.
Respons positif siswa ini yang dihadirkan siswa pada saat guru
membagikan contoh surat sungguh mengesankan, mereka tampak senang dan
penasaran pada contoh surat yang dihadirkan guru, minat ingin membaca contoh
surat begitu tinggi. Pada siklus II ini guru sengaja menghadirkan dua contoh surat
yang berbeda pada siswa, satu contoh surat yang berasal dari guru dan satu contoh
Page 138
128
surat yang berasal dari siswa. Tujuannya agar siswa benar-benar paham dan dapat
membandingkan contoh surat yang baik dan contoh surat yang kurang baik.
Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah banyak mengalami
peningkatan, walaupun masih terdapat beberapa siswa yang malas untuk
melakukan diskusi kelompok. Sebagian kecil siswa yang berperilaku negatif tidak
menyurutkan siswa yang aktif dalam melakukan kegiatan diskusi. Siswa yang
aktif ini menjalankan semua tugas guru dengan baik dari mempresentasikan hasil
diskusinya sampai mengerjakan tes, jurnal, dan angket dari guru dan menjalaninya
dengan senang hati tanpa terbebani.
Tingkah laku siswa pada saat pembelajaran siklus I ini sudah banyak
kemajuan. Perilaku-perilaku positif mulai dimunculkan siswa dan menggeser
perilaku-perilaku negatif siswa. Pada siklus II ini siswa lebih banyak bertanya dan
berkomentar terhadap hal-hal yang ditanyakan guru. Siswa sudah berani
mengeluarkan pendapatnya tanpa ragu-ragu lagi. Keaktifan siswa dalam aspek
communication skills merupakan hal yang patut dibanggakan, karena pada siklus
sebelumnya banyak siswa yang masih merasa malu dan grogi bila ditanya,
ataupun bila disuruh bertanya.
Fenomena-fenomena lain yang yang muncul di kelas saat pembelajaran
siklus II yang paling menonjol adalah siswa semakin aktif dan siswa makin akrab
dengan guru. Hal ini dapat dilihat pada saat guru memberitahukan kepada seluruh
siswa bahwa pembelajaran siklus II ini adalah pembelajaran yang terakhir
diajarkan oleh guru praktikan, siswa tampak kecewa dan menginginkan guru
praktikan tetap mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia pada mereka. Hal inilah
Page 139
129
yang membuat guru praktikan merasa terharu, bahagia dan merasa dibutuhkan
siswa, berarti siswa sudah begitu dekat dan cocok dengan pola pembelajaran yang
guru terapkan.
4.1.3.2.3 Hasil Wawancara
Wawancara pada siklus II dilakukan kepada tiga orang siswa yang
memperolah nilai tertinggi, nilai sedang atau nilai rata-rata, dan nilai yang
terendah. Mereka bernama Kissia Kinandi, Tomi Rahardian dan Reynard Brian
Alfreda. Tujuan dilakukannya wawancara siklus II untuk mengetahui sejauh mana
sikap-sikap siswa terhadap proses pembelajaran menulis surat pribadi dengan
menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Teknik wawancara
siklus II ini masih sama dengan siklus I, siswa menjawab semua pertanyaan yang
dilontarkan guru atau pewawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa
pada siklus II ini tidak jauh berbeda dengan siklus I namun, ada beberapa poin
yang berbeda. Adapun pertanyaan yang diajukan siswa meliputi: (1) apakah siswa
senang dengan metode pembelajaran guru; (2) apakah ada perubahan cara cara
guru dalam mengajar; (3) apakah siswa merasa terganggu ketika harus
mengerjakan tes menulis surat pribadi; (4) apakah siswa mengalami kesulitan
dalam menulis surat pribadi; (5) apakah diskusi kelompok dapat membantu anda
dalam memahami surat pribadi; (6) apakah contoh-contoh surat yang diberikan
guru dapat anda pahami; (7) apakah sekarang siswa dapat mengidentifikasi dan
membuat contoh-contoh bagian-bagian surat sesuai dengan kaidah penulisan
Page 140
130
surat; (8) apakah format serta kaidah penulisan surat pribadi yang baik dan benar
pada contoh surat dapat ditiru; ( 9) apakah siswa merasa senang setelah mengikuti
pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen
pemodelan; (10) kesan dan pesan siswa terhadap pembelajaran menulis suart
pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
Pertanyaan pertama yang diajukan pewawancara dijawab oleh ketiga
responden dengan jawaban yang sama, ya mereka merasa senang terhadap pola
pembelajaran yang dilakukan guru. Pertanyaan yang kedua juga dijawab sama
oleh ketiga responden dari nilai yang tertinggi, sedang, dan terendah. Mereka
menyatakan ada perubahan cara mengajar guru. Dalam kegiatan pembelajaran tiap
siklus guru selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi siswa, dengan merubah
cara mengajar yang lebih baik tentunya dengan pola dan strategi yang sesuai
dalam lingkup kontektual komponen pemodelan. Perubahan pembelajaran pada
siklus II sengaja direncanakan agar pembelajaran lebih bermakna, dan siswa dapat
menikmati dan tidak jenuh terhadap materi pembelajaran yang sama, tentang
menulis surat pribadi.
Tes menulis surat pribadi dalam tiap siklus selalu dilakukan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam menulis surat
pribadi dari pratindakan, siklus I sampai pada siklus II. Tes ini dilakukan terus-
menerus sampai siswa mengalami peningkatan sesuai target yang diinginkan
peneliti. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga siswa diperoleh jawaban
bahwa siswa tidak merasa keberatan jika harus mengerjakan tes menulis surat
pribadi. Bahkan Kissia Kinandi, siswa yang mendapat nilai tertinggi
Page 141
131
menambahkan jawabannya kalau dia sudah terbiasa dan mulai menyukai kegiatan
menulis surat pribadi.
Selanjutnya, pertanyaan keempat masih sama dengan pertanyaan
wawancara siklus I, apakah siswa mengalami kesulitan dalam menulis surat
pribadi? Jawaban yang sama masih terlontar dari ketiga siswa “tidak ada” jawaban
singkat ini sungguh berarti bagi seorang guru karena dapat dikatakan
pembelajaran guru dalam memberikan materi menulis surat pribadi sudah
berhasil.
Diskusi merupakan salah satu kegiatan learning community dari
pembelajaran kontesktual. Pada siklus II ini kegiatan pembelajaran lebih
difokuskan pada diskusi kelompok. Kegiatan yang dilakukan dalam kerja
kelompok ini adalah tiap kelompok mendiskusikan contoh-contoh surat pribadi
yang dihadirkan guru. Contoh surat pribadi dari guru dan contoh surat pribadi dari
siswa didiskusikan dan dibandingkan dari segi isi, bahasa, penyusunan kalimat,
pilihan kata, ejaan, dan sistematika surat. Dengan metode diskusi diharapkan
siswa lebih paham mengenai surat pribadi. Untuk membuktikan kebenaran apakah
metode diskusi dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam menulis surat
pribadi, guru menanyakan kepada ketiga siswa responden ini jawaban mereka
tetap sama “ya”.
Pemodelan merupakan salah satu sarana penting dalam pembelajaran
kontekstual. Pada siklus II pemodelan masih menggunakan contoh surat pribadi,
contoh surat yang dihadirkan guru pada siklus II ini berbeda dari contoh surat
pada siklus I, ada dua contoh yang dihadirkan guru untuk tiap kelompok yaitu
Page 142
132
contoh surat yang baik dan benar berasal dari guru dan contoh surat yang kurang
baik berasal dari siswa. Dengan mendiskusikan kedua contoh model surat ini
diharapkan siswa lebih paham mengenai surat pribadi. Hasil dari wawancara
seputar masalah contoh surat tersebut ternyata ketiga responden ini menjawab
“ya, dapat saya pahami”. Berdasarkan jawaban tersebut dapat dikatakan bahwa
contoh-contoh surat pribadi yang dihadirkan guru tidak sulit dan mudah dipahami
oleh siswa. Hal ini diperkuat dengan bukti kedua jawaban Kissia dan Tomi yang
menyatakan “sekarang saya sudah dapat membedakan bagian-bagian surat dan
dapat memberikan contoh bagian-bagian surat pribadi”. Berbeda dengan jawaban
Reynard, dia sebenarnya sudah paham dengan bagian-bagian surat pribadi, tetapi
jika harus memberikan contoh lain dari bagian-bagian surat tersebut dia masih
kesulitan. Pertanyaan selajutnya, masih seputar contoh surat pribadi. Ketiga siswa
menyatakan dapat meniru sistematika, format serta kaidah penulisan surat pribadi
yang baik dan benar.
Pembelajaran kontekstual komponen pemodelan lebih mengutamakan
proses daripada produk itu sendiri. Dalam kelas berbasis kompetensi,
pembelajaran yang bermakna lebih diutamakan untuk mencapai kompetensi
pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan wawancara dengan ketiga siswa
diketahui mereka merasa senang terhadap pembelajaran menulis surat pribadi
yang diajarkan guru.
Kesan siswa terhadap pembelajaran menulis surat pribadi dengan
pendekatan kontekstual komponen pemodelan tiap siswa berbeda. Kissia Kinandi
mengungkapkan perasaannya bahwa pembelajaran yang diberikan guru
Page 143
133
menyenangkan, pembelajarannya pun mudah dipahami. Jawaban Kissia ini
senanda dengan Tomi Rahardian yang mengatakan pembelajaran yang diberikan
guru mudah dipahami. Selanjutnya, Reynard Brian Alfreda juga mengatakan
pernyataan senada bahwa pembelajaran yang diberikan guru menyenangkan.
Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga siswa ini dapat disimpulkan
bahwa mereka sekarang sudah memahami materi pembelajaran menulis surat
pribadi, baik dari segi isi, bahasa, peyusunan kalimat, pilihan kata, penggunaan
ejaan, dan sistematika surat. Hal ini karena dipengaruhi oleh metode dan cara
mengajar guru yang berbeda dari sebelumnya, siswa merasa senang karena siswa
menemukan pengalaman baru. Dapat dikatakan pembelajaran kontekstual
komponen pemodelan yang diterapkan guru sudah berhasil meningkatkan
keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi.
4.1.3.2.4 Hasil Angket
Data penelitian yang terkumpul melalui angket pada siklus II merupakan
instrumen tambahan untuk memperkaya perolehan data dan analisis data. Data
diperoleh melalui sepuluh pertanyaan yang berisi tanggapan, perasaan, pandangan
dan pengalaman siswa mengenai pembelajaran menulis surat pribadi dengan
pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
Berdasarkan analisis data angket dapat dijelaskan bahwa siswa senang
dengan metode pembelajaran yang digunakan guru. Dari 40 siswa, 22 siswa
memberikan pernyataan sangat setuju, sedangkan 18 siswa lainnya berkomentar
setuju. Hal ini membuktikan bahwa mereka menikmati, dan merasa tidak
Page 144
134
terbebani mengikuti pembelajaran dengan pendekatan serta metode yang
diterapkan guru. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan
sangat memberikan respon positif bagi siswa. Bukti ini diperkuat dengan jawaban
25 siswa yang menyatakan sangat setuju dengan metode pembelajaran kontektual
yang digunakan guru dapat menambah motivasi siswa dalam menulis surat
pribadi. 13 siswa lainnya menyatakan setuju dan sisanya sebanyak 2 orang siswa
menyatakan tidak setuju.
Masyarakat belajar atau learning community dalam pembelajaran
kontekstual merupakan salah satu rangkaian komponen yang harus diterapkan
dalam pembelajaran berbasis kompetensi. Bentuk kegiatan masyarakat belajar
dalam pembelajaran menulis surat pribadi adalah kerja kelompok. Kerja
kelompok dengan mendiskusikan suatu permasalahan yang ada untuk menemukan
pemecahannya. Kegiatan ini ternyata dapat membantu pemahaman siswa
mengenai surat pribadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa dari 26 siswa
yang menyatakan sangat setuju dan 14 siswa menyatakan setuju.
Media pembelajaran merupakan salah satu alat penunjang pembelajaran
yang sangat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Hal ini telah
dibuktikan dari pernyataan 26 siswa yang menyatakan sangat setuju terhadap
contoh surat yang dihadirkan guru dapat membantu siswa memahami cara
penulisan surat yang baik dan benar, sedangkan sisanya sebanyak 14 orang
menyatakan setuju. Respon positif seluruh siswa ini membuktikan bahwa
pengaruh media, berupa model ataupun contoh surat yang dihadirkan guru
Page 145
135
mempunyai andil yang sangat basar dalam menjembatani pemahaman siswa
terhadap materi yang diajarkan.
Selanjutnya, tanggapan yang diberikan siswa mengenai pengaruh suasana
kelas terhadap kenyamanan menulis surat pribadi tiap siswa berbeda-beda. Dari
hasil rekapitulasi angket, 16 siswa menyatakan sangat setuju, 20 siswa lainnya
menyatakan setuju, dan 4 orang lainya menyatakan tidak setuju. Berdasarkan
pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa suasana kelas yang
tenang memungkinkan kelancaran siswa dalam menuangkan emosional
perasaannya dalam bentuk surat.
Berdasarkan tanggapan siswa, pengalaman menulis surat memang dapat
mempengaruhi siswa dalam menulis surat yang baik. Bukti ini direkap dari data
angket yang masuk, terdapat 24 siswa yang menyatakan sangat setuju, 15 siswa
menyatakan setuju dan hanya seorang siswa yang menyatakan tidak setuju. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pengalaman dalam menulis surat mempunyai andil yang
besar dalam penulisan surat pribadi. Siswa yang berpengalaman atau sudah
pernah menulis surat pribadi tentu tidak akan kesulitan dibandingkan siswa yang
belum pernah menulis surat pribadi. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah
teknik mengajar guru. Guru harus pandai-pandai menyusun dan memilih strategi
pembelajaran yang memudahkan siswa dalam menyerap materi pembelajaran.
Teknik yang digunakan guru dengan memilih pendekatan kontekstual komponen
pemodelan ternyata memberikan pengalaman yang baru bagi siswa, karena selama
ini guru pamong dalam memberikan pembelajaran masih terikat dengan metode
tradisional yang mengutamakan produk daripada proses pembelajaran yang
bermakna. Teknik mengajar guru yang berbeda, memberikan pengalaman yang
baru bagi siswa. Siswa lebih senang dan menikmati pembelajaran kontekstual
Page 146
136
komponen pemodelan daripada teknik pembelajaran tradisional. Hal ini
dibuktikan dengan pernyataan siswa yang sangat setuju sebanyak 17 siswa dan 23
siswa lainya menyatakan setuju.
Selanjutnya, tingkat efektivitas kegiatan menulis surat pribadi dapat
diketahui dari tanggapan siswa. Apakah siswa setuju, jika guru memberikan
latihan menulis surat pribadi terus-menerus. Berdasarkan data yang dianalisis,
diketahui 10 siswa mengatakan sangat setuju, 22 orang menjawab setuju dan
sisanya sebanyak 8 siswa mengatakan tidak setuju. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa latihan menulis surat pribadi terus-menerus tidak memberatkan
siswa, malah dapat memacu siswa untuk lebih terampil dalam menulis surat
pribadi.
Pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan ternyata memberikan banyak manfaat salah satunya adalah
siswa sekarang lebih merasa senang dengan kegiatan menulis surat pribadi. Hal
ini dinyatakan oleh 22 siswa yang memberikan tanggapan sangat setuju,
sedangkan 18 siswa lainya menyatakan setuju. Respon positif seluruh siswa ini
membuktikan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen
pemodelan tenyata lebih berhasil memberikan pengalaman yang berharga dalam
pembelajaran, karena dalam pembelajaran kontekstual lebih mengutamakan
proses pembelajaran yang bermakna daripada produk pembelajaran, dengan
pembelajaran yang bermakna tentu akan terus mengingatkan siswa kepada materi
pembelajaran yang telah diterimanya.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang
diterapkan pada siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang telah
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi. Bukti ini diperoleh
Page 147
137
dari data angket yang direkap dari 40 siswa yang menyatakan sangat setuju
sebanyak 22 siswa dan yang menyatakan setuju sebanyak 18 siswa.
Berdasarkan data angket dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan kontektual komponen pemodelan dapat meningkatkan keterampilan
menulis surat pribadi siswa dan dapat merubah mayoritas perilaku negatif siswa
menjadi perilaku positif.
4.1.3.2.5 Hasil Dokumentasi Foto
Pada siklus II ini, dokumentasi foto yang diambil masih sama dengan foto
pada siklus I. Pengambilan foto difokuskan pada kegiatan selama proses
pembelajaran, berupa kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontektual,
kegiatan diskusi, kegiatan tes dan kegiatan pengisian jurnal dan angket.
Dokumentasi berupa gambar ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan
pembelajaran selama peneitian berlangsung. Deskripsi gambar pada siklus II
selengkapnya dipaparkan sebagai berikut.
Gambar 4. Proses Awal Pembelajaran
Page 148
138
Gambar di atas merupakan kegiatan awal pembelajaran tampak guru
praktikan dengan guru pamong sedang memberikan pengarahan pada siswa
memberitahukan jam pelajaran yang diampunya telah selesai dan digantikan oleh
guru pratikan. Selama kegiatan penelitian siklus I maupun siklus II guru pamong
bertindak sebagai pengawas peneliti sekaligus pengamat kelas, guna pembelajaran
yang dilakukan peneliti dapat dikoreksi, dan dipertanggungjawabkan pada guru
pamong bila ada penyimpangan pembelajaran. Pada gambar tersebut tampak
siswa bersemangat ingin mengikuti pembelajaran yang dilakukan guru praktikan,
beberapa siswa tampak sedang mempersiapkan diri dengan sarana penunjang
lainnya untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada
kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran pada siklus II ini berupa
kegiatan diskusi. Proses kegiatan pelaksanakan diskusi kelompok ini dapat dilihat
pada gambar 5 di bawah ini
Gambar 5. Proses Kegiatan Diskusi
Page 149
139
Gambar tersebut menunjukkan bahwa kegiatan diskusi yang dilakukan
sudah cukup kondusif. Tampak pada gambar siswa serius mengerjakan tugas dari
guru, mereka mendiskusikan contoh-contoh surat yang dihadirkan guru. Terlihat
ada sekelompoknya siswa yang aktif berdiskusi, berbagi tugas dengan teman
sekelompokmya untuk mengerjakan tugas dari guru. Tampak pula guru memandu
jalannya diskusi. Kegiatan diskusi ini diakhiri dengan mempresentasikan hasil
diskusi kelompok, perwakilan dari kelompok maju kedepan menjelaskan atau
menuliskan hasil diskusinya di depan kelas. Kegiatan ini dapat dilihat pada
gambar 6 di bawah ini.
Gambar 6. Kegiatan Presentasi Hasil Diskusi
Pada gambar tersebut tampak perwakilan dari tiga kelompok yang maju
didepan kelas menuliskan hasil diskusinya. Ketiga siswa yang berani tampil
tersebut bernama Gaza Pahlevi, Mahardini dan Syofa Adelya Yositasari,
sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan atas apa yang dituliskan siswa
Page 150
140
di depan kelas. Guru memberikan penguatan dan masukan pada hasil diskusi
siswa.
Kemudian, kegiatan ini dilanjutkan dengan tes menulis surat pribadi siswa
dan pembelajaran diakhiri dengan dengan pengisian jurnal dan angket.
4.2 Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil pratindakan, hasil
tindakan sikus I, dan hasil tindakan siklus II. Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan melalui dua tahapan yaitu siklus I dan siklus II. Pembahasan hasil
tersebut meliputi hasil tes dan nontes. Pembahasan hasil tes penelitian mengacu
pada pemerolehan skor yang dicapai siswa dalam uji keterampilan menulis surat
pribadi dengan topik yang berbeda pada tiap siklusnya. Aspek-aspek yang dinilai
dalam keterampilan menulis surat pribadi meliputi tujuh aspek yaitu: (1) aspek
kesesuaian isi surat dengan topik; (2) bahasa surat; (3) penyusunan kalimat; (4)
pilihan kata; (5) penggunaan ejaan; (6) sistematika surat; dan (7) kerapian surat.
Pembahasan hasil nontes berpedoman lima instrumen penelitian yaitu : (1) lembar
observasi, baik observasi siswa maupun observasi kelas; (2) jurnal, baik jurnal
siswa maupun jurnal guru; (3) wawancara; (4) angket; dan (5) dokumentasi foto.
Kegiatan pratindakan dilakukan sebelum tindakan siklus I dilakukan. Hal
ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi awal tentang
keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi. Setelah melaksanakan kegiatan
menganalisis, peneliti melakukan tindakan siklus I dan siklus II. Proses
pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen
Page 151
141
pemodelan, pada siklus I dan siklus II selalu diawali dengan kegiatan mepresensi
siswa-siswa terlebih dahulu. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan
menanyakan keadaan siswa, memancing siswa ke pokok materi ataupun dengan
melatih memori ingatan siswa dengan mengadakan kuis berupa pertanyaan-
pertanyaan secara lisan. Setelah siswa terpancing dan mengingat pokok materi
yang akan dibahas, maka guru mulai menjelaskan segala kegiatan yang dilakukan
selama 2 jam pelajaran. Kegiatan inti pembelajaran diawali dengan guru membagi
siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Langkah selanjutnya guru membagikan
contoh surat kepada masing-masing kelompok. Siswa mencermati dan membaca
dengan seksama model surat pribadi yang sudah didapatnya. Kemudian siswa
mendiskusikan hal-hal yang ditugaskan guru berkaitan dengan menulis surat
pribadi. Kemudian hasil dari diskusi dipresentasikan oleh perwakilan kelompok.
Berdasarkan pendapat-pendapat siswa tersebut guru memberikan penegasan serta
penguatan bagi siswa. Langkah selanjutnya guru mengadakan tes menulis surat
pribadi dengan topik yang telah ditentukan.
Hasil menulis surat pribadi yang telah terbungkus rapi dalam amplop
berperangko, kemudian dibagikan kepada siswa sesuai dengan tujuan surat. Siswa
kemudian, mengkoreksi dan memperbaiki hasil kerja teman. Hasil koreksi siswa
kemudian dikumpulkan dan dikoreksi ulang oleh guru untuk menghasilkan nilai
yang benar-benar valid. Hasil tes keterampilan menulis surat pribadi dapat dilihat
pada tabel 20 di bawah ini.
Page 152
142
Tabel 20. Hasil Tes keterampilan menulis surat pribadi Pratindakan, Siklus I, dan
Sikus II.
Nilai Rata-Rata Kelas Peningkatan
(%) No Aspek Penilaian
Pratindakan SI SII SI SII
1 Kesesuaian isi surat dengan topik 9,47 13,42 18,12 3,95 4,7
2 Bahasa surat 15,32 16,52 20,7 1,2 4,18
3 Penyusunan kalimat 5,62 5,75 7,62 0,13 1,87
4 Pilihan kata 6,85 7 8,50 0,15 1,5
5 Ejaan 5,45 5,55 6,47 0,1 0,92
6 Sistematika 8,35 12,42 13,62 4,07 1,2
7 Kerapian surat 7,5 8,12 8,62 0,62 0,5
Jumlah 58,56 68,78 83,65 10,22 14,87
Berdasarkan rekapitulasi data hasil tes keterampilan menulis surat pribadi
dari pratindakan, siklus I sampai siklus II, sebagaimana tersaji dalam tabel di atas,
dapat dijelaskan bahwa keterampilan siswa pada setiap aspek penilaian menulis
surat pribadi mengalami peningkatan. Uraian tabel tersebut dijelaskan secara rinci
sebagai berikut.
Hasil pratindakan skor rata-rata kelas mencapai 58,56 termasuk dalam
kategori kurang karena masih berada pada rentang skor 0–59. Skor rata-rata
tersebut berasal dari jumlah rata-rata masing-masing aspek yang dinilai. Pada
pratindakan, aspek kesesuaian isi dengan topik sebesar 9,47. Aspek bahasa surat
sebesar 15,32. Aspek penyusunan kalimat sebesar 5,62. Aspek pilihan kata
sebesar 6,85. Aspek penggunaan ejaan sebesar 5,45. Aspek sistematika surat
sebesar 8,35, dan yang terakhir adalah aspek kerapian surat sebesar 7,5.
Page 153
143
Rendahnya keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi tersebut karena
beberapa faktor yang melingkupinya yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal ini dapat dilihat pada kemampuan siswa dalam aspek bahasa dan
nonkebahasaan yang masih kurang, hal ini dapat dibuktikan pada hasil penilaian
tiap aspek surat yang menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, jauh di bawah
kategori baik. Faktor eksternal berasal dari pola pembelajaran guru yang masih
terikat dengan pola pembelajaran tradisional. Pola pembelajaran yang cenderung
statis, kaku, dan hanya mengutamakan produk pembelajaran tanpa
mempertimbangkan proses pembelajaran itu sendiri.
Hasil tes siklus I menulis surat pribadi dengan rata-rata skor klasikal
mencapai 68,8 atau dalam kategori cukup, karena berada dalam rentang 60-74.
Dengan demikian hasil tersebut belum memenuhi target nilai yang telah
ditetapkan. Skor rata-rata tersebut diakumulasikan dari beberapa aspek penilaian.
Pada aspek kesesuaian isi surat dengan topik sebesar 13,42 termasuk dalam
kategori baik. Hal ini dikarenakan siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah
02 sudah paham dan mengerti dalam menyesesuaikan topik dengan isi surat. Isi
surat yang ditulis siswa sudah relevan dengan topik. Pada aspek bahasa surat skor
rata-rata sebesar 16,52 termasuk dalam kategori baik. Aspek penyusunan kalimat
juga masih termasuk dalam kategoti baik, yaitu dengan skor rata-rata 7,625.
Dengan demikian, siswa sudah dapat menyusun kalimat dengan baik dan benar.
Pada aspek pemilihan kata atau diksi rata-rata skor mencapai 8,5 termasuk dalam
kategori sangat baik. Hal ini dikarenakan hampir semua siswa sudah tidak
kesulitan dalam memilih dan memakai kata dalam surat pribadi. Pada aspek
Page 154
144
penggunaan ejaan skor rata-rata yang dicapai sebesar 5,55 atau termasuk dalam
kategori baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa sisswa sudah paham dalam
menggunakan ejaan yang baik dan benar dalam menuliskan pada surat pribadi.
Aspek sistematika penulisan surat yang dicapai sebesar 12,42 atau dalam kategori
sangat baik. Pada aspek kerapian surat termasuk dalam kategori sangat baik,
karena skor rata-rata yang dicapai sebesar 8,12. Jadi dapat dikatakan kemampuan
siswa secara klasikal sudah dapat menulis surat pribadi dengan baik, rapi dan
tanpa coretan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa per
aspek penilaian menulis surat pribadi sudah banyak mengalami peningkatan
sebesar 10% dari rata-rata skor pratindakan.
Hasil tes menulis surat pribadi siklus II didapat skor rata-rata kelas yaitu
sebesar 83,7 atau dengan kategori baik karena berada pada rentang skor 75-84.
Pencapaian skor tersebut berarti sudah memenuhi target bahkan melampaui target
yang ditentukan, dengan demikian tindakan siklus III tidak perlu dilakukan. Skor
masing-masing aspek pada siklus II diuraikan sebagai berikut.
Pada aspek kesesuaian isi surat dengan topik mencapai skor rata-rata
sebesar 18,12 atau dalam kategori sangat baik dan mengalami peningkatan
sebesar 4,7% dari skor rata-rata siklus I. Hal ini membuktikan bahwa siswa kini
semakin paham dalam merelevansikan isi surat dengan topik. Pada aspek bahasa
surat mencapai skor rata-rata 20,7 atau dalam kategori baik dan mengalami
peningkatan sebesar 4,2%. Dengan demikian, dapat dikatakan siswa sudah dapat
mengolah bahasa dengan baik pada aspek penyusunan kalimat mencapai rata-rata
skor 7,62 atau dalam kategori baik dan rata-rata skor 6,47 termasuk kategori baik
Page 155
145
dan mengalami peningkatan sebesar 1,5%. Pada aspek sistematika surat mencapai
rata-rat skor 13,62 atau masuk dalam kategori sangat baik dan mengalami
peningkatan sebesar 1,2%. Selanjutnya, pada aspek kerapian surat rata-rata skor
mencapai 8,62 termasuk dalam kategori sangat baik dan mengalami peningkatan
sebesar 0,5% dari siklus sebelumnya. Untuk lebih jelasnya perbandingan skor
yang diperoleh siswa dari pratindakan,siklus I sampai siklus II dapat dilihat pada
grafik 4 di bawah ini.
GRAFIK HASIL TES KETERAMPILAN MENULIS SURAT PRIBADI
0
20
40
60
80
100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Subjek Penelitian
Jum
lah
Skor
PRA TINDAKAN
Grafik 4. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi
Grafik 4 diatas menunjukkan adanya peningkatan prestasi menulis surat
pribadi tiap siswa dari pratindakan, siklus I sampai siklus II. Grafik tersebut dapat
dilihat keterampilan siswa mulai dari pratindakan terus mengalami peningkatan
skor sampai siklus II. Pada grafik pratindakan menunjukkan mayoritas skor siswa
berada pada level 50-60. Grafik siklus I menunjukkan peningkatan sebanyak 10%
dari pratindakan, skor yang dicapai siswa mayoritas sudah berada pada level
SIKLUS 1 SIKLUS 2
Page 156
146
Grafik pratindakan menunjukkan kategori kurang karena berada pada level 0-59.
Selanjutnya, peningkatan siklus I menunjukkan kategori cukup antara 60-74.
Grafik siklus II memperlihatkan peningkatan yang cukup mengesankan mayoritas
siswa pada siklus II ini sudah termasuk dalam kategori baik karena berada pada
level 75-84.
Peningkatan keterampilan menulis siswa ini merupakan prestasi siswa
yang patut dibanggakan. Sebelum diberlakukannya tindakan siklus I maupun
siklus II kemampuan siswa masih sangat kurang, kemudian setelah
diberlakukanya tindakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan kemampuan menulis surat pribadi siswa dari
siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual komponen pemodelan terbukti
mampu membantu siswa dalam menumbuhkan pengertian dan perkembangan
bahasa serta dapat meningkatkan kualitas, kreativitas, produktivitas, dan
efektivitas pembelajaran siswa dalam menulis surat pribadi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hamalik (dalam Suyatinah 2003:140) yang menyatakan bahwa manfaat
media pendidikan dalam pembelajaran adalah : (1) meletakkan dasar-dasar yang
konkret untuk berpikir; (2) memperbesar perhatian siswa; (3) membantu
tumbuhnya dan membantu perkembangan berbahasa; (4) media pendidikan dapat
membangkitkan motivasi dan perangsang kegiatan belajar, memberikan pengaruh-
pengaruh psikologis terhadap siswa. Periode orientasi pembelajaran akan
berlangsung lebih efektif, apabila guru menggunakan media pendidikan. Sejalan
dengan pendapat di atas, Sujana (dalam Suyatinah 2003: 132) mengatakan bahwa
Page 157
147
penggunaan media dalam proses belajar-mengajar (PBM) mempunyai nilai: (a)
dapat meletakan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir; (b) dapat memperbesar
minat dan perhatian; (c) dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar
sehingga hasil belajar bertambah mantap; (d) menumbuhkan pemikiran yang
teratur dan berkesinambungan; (e) membantu tumbuhnya pemikiran dan
membantu berkembangnya kemampuan bahasa; (f) membantu berkembangnya
efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.
Kehadiran model surat sebagai komponen utama dalam pendekatan
kontekstual sebagai media dalam pelaksanaan pembelajaran menulis surat pribadi
siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang terbukti mampu
membantu kelancaran, efektivitas, dan efisiensi pencapaian tujuan. Bahan
pelajaran yang dimanipulasikan dalam bentuk media pelajaran menjadikan siswa
seolah-olah bermain dalam suasana yang mengasyik dan bekerja dengan suatu
media lebih menyenangkan mereka, dan sudah tentu pembelajaran akan lebih
bermakna (meaningful). Kehadiran model surat yang sengaja diberikan siswa
dimaksudkan karena anak usia Sekolah Dasar termasuk dalam taraf berpikir
konkret, dimana pada tahap ini pola pikir siswa masih sesuai dengan realita
pemahamannya sendiri, maka pada tahap ini perlu adanya bimbingan dari guru
untuk membangun sebuah pemahaman yang berdasar. Dengan adanya pemodelan
yang baik di dalam pembelajaran menulis dapat memperjelas konsep, sehingga
akan menarik perhatian siswa, minat belajar siswa pun akan meningkat dan pada
akhirnya prestasi siswa dalam menulis juga akan meningkat. Seperti yang
diutarakan Piaget (dalam Suyatinah 2003:132) bahwa anak usia Sekolah Dasar
Page 158
148
kemampuan berpikir, bernalar, dan perkembangan bahasa memerlukan simbol-
simbol, contoh atau gambar pembelajaran.
Peningkatan prestasi siswa dalam menulis surat pribadi ini diikuti pula
dengan adanya perubahan perilaku siswa dari pratindakan sampai pada siklus II.
Berdasarkan hasil nontes yaitu melalui observasi, jurnal, wawancara, dan
dokumentasi foto pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi, dengan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan belum begitu memuaskan. Sikap dari sebagian siswa atau
sekitar 40% siswa masih menunjukkan perilaku yang negatif dalam menerima
materi pembelajaran, konsentrasi siswa dalam memperhatikan penjelasan guru
belum penuh dan belum terfokus. Hal ini dibuktikan dengan beberapa siswa atau
10% siswa ramai sendiri, ngobrol dengan teman sebangkunya. 15% siswa lainnya
tampak pasif dan 5% siswa terlihat kurang bersemangat mengikuti jalannya proses
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Setelah disinyalir melalui data
jurnal dan wawancara yang dilakukan peneliti, sebagian siswa ini ternyata masih
bingung atau belum paham dengan pola pembelajaran yang diberikan guru
praktikan yang menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan
sebagai strategi pembelajaran menulis surat pribadi. Kenyataan ini merupakan hal
yang wajar sebab selama ini karena selama ini guru lebih cenderung
menggunakan pendekatan tradisional dalam melaksanakan pembelajaran.
Kondisi yang tergambar pada siklus I merupakan permasalahan yang harus
dihadapi dan harus dicarikan solusinya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
peneliti sengaja merevisi dan mematangkan rencana pembelajaran pada siklus II.
Page 159
149
Pola pembelajaran pada siklus II merupakan hasil pertimbangan pendapat para
siswa yang tercantum pada jurnal dan hasil wawancara pada siklus I. Siswa
menginginkan pembelajaran yang sama yaitu dengan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan, mereka merasa pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual komponen. Pada siklus II ini pemodelan dengan media surat tetap
menjadi alternatif pembelajaran kontekstual, metode diskusi, kuis, dan permainan
tetap menjadi menu utama pembelajaran kontekstual komponen pemodelan.
Penekanan siklus II ini lebih diutamakan pada proses pembelajaran yang
menyenangkan dan bermakna. Proses pembelajaran seperti ini didukung oleh
pendapat Mulyasa (2002:193) Untuk peserta didik Sekolah Dasar, belajar akan
lebih bermakna jika apa yang dipelajarinya berkaitan dengan pengalaman
hidupnya sebab anak melihat keseluruhan dari sesuatu yang ada di sekitarnya.
Kurikulum berbasis kompetensi yang dilaksanakan secara terpadu memberikan
sesuatu yang lebih berarti pada peserta didik karena mereka akan memahami
hubungan berbagai hal dan kejadian dalam kehidupan.
Hasil dari penerapan replan siklus I ini ternyata berdampak positif yang
memuaskan, dari hasil observasi siklus II menggambarkan suasana kelas dalam
pembelajaran lebih kondusif. Siswa tampak siap mengikuti pembelajaran dengan
segala tugas yang diberikan guru. Siswa terlihat lebih senang dan menikmati
pembelajaran guru. Selain itu, siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran baik
dalam kegiatan diskusi maupun aktif dalam mengajukan pertanyaan. Siswa pun
kini dengan lancar dan senang hati merasa senang mengungkapkan segala pikiran
dan perasaannya dalam bentuk surat. Hal ini karena siswa mulai terbiasa pada
Page 160
150
latihan atau tes menulis yang diajarkan guru. Dengan latihan yang terus-menerus
ini siswa semakin terlatih dan tidak dapat dipungkiri lagi keterampilan menulis
surat siswa juga bertambah sehingga berdampak pula pada hasil tes menulis surat
pribadi. Kenyataan ini telah dibuktikan pada hasil tes menulis surat pribadi siswa
dari pratindakan, siklus I sampai siklus II kemampuan siswa semakin meningkat,
siswa pun semakin terampil dalam menulis surat pribadi. Bukti diatas merupakan
hasil dari pernyataan siswa dari hasil wawancara, jurnal dan angket yang
diberikan kepada siswa.
Berdasarkan serangkaian analisis data dan situasi pembelajaran, dapat
dijelaskan bahwa perilaku siswa dalam pembelajaran menunjukkan perubahan.
Perubahan-perubahan ini mengarah pada perilaku positif. Siswa semakin giat dan
sungguh-sungguh dalam belajar tanpa terbebani dan tidak ada tekanan. Suasana
kelas yang semula penuh dengan nuansa pasif kini berganti dengan keceriaan
belajar. Aktifitas bicara dan kegiatan menulis surat pribadi tidak lagi menjadi hal
yang asing bagi siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar
dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan sangat
menarik karena dapat membantu siswa dalam memahami penulisan surat pribadi
dan memberikan kemudahan siswa dalam memahami dan mengidentifikasi
bagian-bagian surat, selain itu pengalaman-pengalaman yang menyenangkan dan
bermakna dapat dipetik dari pembelajaran ini. Siswa lebih termotivasi dan lebih
kreatif dalam mengungkapkan segala macam perasaannya dalam bentuk surat, tak
diragukan lagi produktivitas karya siswa tentu semakin baik dan lebih bagus.
Page 161
151
akan berlangsung lebih efektif, apabila guru menggunakan media
pendidikan, misalnya dengan memasang gambar pada papan tempel atau papan
tulis.
Berdasarkan serangkaian analisis data dan situasi pembelajaran, dapat
dijelaskan bahwa perilaku siswa dalam pembelajaran menunjukkan perubahan.
Perubahan ini mengarah pada perilaku positif. Siswa semakin giat dan sungguh-
sungguh dalam belajar tanpa terbebani dan tidak ada tekanan. Suasana kelas yang
semula penuh dengan nuansa pasif kini berganti dengan keceriaan belajar.
Aktifitas bicara dan kegiatan menulis surat pribadi tidak lagi menjadi hal yang
asing bagi siswa.
Anak usia Sekolah dasar termasuk dalam taraf berpikir konkret. Seperti
diutarakan oleh piaget (dalam Suyatinah 2003:139) yang menyatakan bahwa anak
usia Sekolah Dasar kemampuan berpikir, bernalar, dan perkembangan bahasa
memerlukan simbol-simbol atau gambar. Gambar sebagai rangsangan tugas
menulis sangat baik diberikan pada siswa Sekolah Dasar pada tahap awal. Sekolah
Dasar tahap pemula sangat cocok bila disajikan gambar sebagai rangsangan tugas
menulis. Gambar sangat membantu siswa dalam mengekspesikan gagasan, serta
memproduksi bahasa (kata atau kalimat) yang akan diungkapkan melalui tulisan.
Hal tersebut juga didukung oleh Sujana (2000: 100) yang mengatakan bahwa
penggunaan media dalam pembelajaran: a) dengan media dapat meletakkan dasar
untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap; b) dapat
memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar; c) membantu tumbuhnya
pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa.
Page 162
152
Senada dengan pendapat-pendapat di atas (Hamalik, 1994) menyatakan
bahwa manfaat media pendidikan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: a)
meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir; b) memperbesar perhatian
siswa; c) membantu tumbuhnya pengertian, dengan demikian membantu
perkembangan kemampuan berbahasa; dan d) media pendidikan termasuk gambar
dapat membangkitkan motivasi dan perangsang kegiatan belajar, memberikan
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Periode orientasi pembelajaran
Page 163
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan, dalam
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Keterampilan menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan
Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual komponen pemodelan mengalami peningkatan. Hasil
analisis data dari tes pratindakan, siklus I sampai siklus II terus meningkat..
Hasil tes pratindakan yaitu sebelum tindakan penelitian dilakukan,
menunjukkan bahwa rata-rata skor yang dicapai 58,56 atau sebesar 58,5%,
Pada siklus I rata-rata skor menjadi 68,78 atau sebesar 68,8%, antara tes
pratindakan dengan siklus I terjadi peningkatan sebesar 10,2%. Pada siklus II
rata-rata skor meningkat menjadi 83,65 atau sebesar 83,7%. Hal ini berarti
terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 14,87%.
2. Perilaku siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah
mengikuti pembelajaran menulis surat peribadi dengan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan mengalami perubahan. Perubahan-perubahan perilaku
siswa ini dapat dibuktikan dari hasil data nontes yang meliputi observasi, jurnal
siswa, angket dan dokumentasi foto pada siklus I dan siklus II. Perubahan
perilaku siswa dapat dilihat secara jelas saat proses pembelajaran. Berdasakan
data observasi pada siklus I kegiatan pembelajaran siswa kurang bergairah,
151
Page 164
152
sebagian siswa masih bingung dan belum bisa menyesesuaikan diri dengan
pendekatan yang digunakan guru, sehingga hanya 75% siswa yang konsentrasi
dan memperhatikan pembelajaran yang disampaikan guru. Selama pelaksanaan
pembelajaran siklus II telah terjadi perubahan perilaku siswa. Perubahan
perilaku itu adalah perubahan yang positif, siswa mulai senang dan menikmati
pembelajaran yang disampaikan guru. Hal tersebut dapat diketahui dari
peningkatan respons positif yang ditunjukkan siswa, 80% siswa sudah dapat
menyesuaikan diri dan berkonsentrasi pada pembelajaran yang diterapkan
guru. Mereka terlihat senang terhadap contoh surat yang dihadirkan guru 70%
siswa sudah dapat mengidentifikasi dan meniru ataupun memperbaiki model
surat yang dihadirkan guru, siswa dalam mengerjakan tes pun terlihat
bersemangat dan dengan senang hati mengungkapkan apa yang dipikirkan dan
dirasakannya dalam bentuk surat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat
meningkatkan perilaku positif siswa dan dapat mengubah perilaku negatif
siswa menjadi perilaku positif.
Page 165
153
5.2 Saran
Berdasarkan pada simpulan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan
saran sebagai berikut.
1. Para guru Bahasa Indonesia seyogyanya berperan aktif sebagai inovator untuk
memilih teknik pembelajaran yang paling tepat sehingga pembelajaran yang
dilaksanakan menjadi pengalaman yang bermakna bagi siswa.
2. Para guru Bahasa Indonesia dapat menggunakan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan dalam membelajarkan keterampilan menulis surat
pribadi.
3. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat
dijadikan alternatif pilihan bagi guru bidang studi lain dalam membelajarkan
bidang garapannya.
4. Para praktisi atau peneliti di bidang pendidikan dan bahasa dapat melakukan
penelitian serupa dengan teknik pembelajaran yang berbeda sehingga
didapatkan berbagai alternatif teknik pembelajaran menulis.
Page 166
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1996/ 1997. Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Astuti, Dwi. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS 4 SMK Negeri 8 Semarang. Skripsi. 2004
Darmadi, Kaswan. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis. Yogyakarta: Andi Jaya.
Depdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Silabus Kurikulum SD Kelas V. Semarang: Depdiknas.
Jamaah. 2001. Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia dalam Surat-Surat Dinas pada Kantor Tata Usaha SMU Negeri 1 Mejobo Kudus. Skripsi. 2001.
Marjo. 2000. Surat-surat Lengkap (complete letters). Jakarta: Setia Kawan
Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta: Gramedia.
Nurhadi, dkk. 2004. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.
Purwo, Bambang Kaswanti. 1997. Pokok-pokok Pengajaran Bahasa dan Kurikulum 1994. Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC
154
Page 167
155
Samadhy, Umar. 2000. Pembelajaran Menulis di SD dengan Pendekatan proses Menulis. Semarang: Lingua Artistika.
Soedjito dan Solchan TW. 1999. Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sudarsa, Caca, dkk. 1992. Surat-Menyurat dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Suhanda, Panji. 1978. Dasar-Dasar Korespondensi Niaga Bahasa Indonesia. Jakarta: Karya Utama.
Sujanto. 1988. Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.
Supartiningsih, Sri. 1998. Kesantunan Berbahasa Surat Pribadi Kepada Orang yang Dihormati Siswa Kelas II Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bae Kudus. Skripsi. 2004.
Suriamiharja, Agus, dkk. 1996. Petunjuk Praktis Penulisan. Jakarata : Depdikbud.
Suryanto. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Teknik Modeling pada Siswa Kelas II D SLTP 1 Sukorejo Kendal. Skripsi. 2004.
Suyatinah. 2003. Peningkatan Keefektifan Pembelajaran Menulis di Kelas II SD Negeri Ngaglik Sardonoharjo dengan Menggunakan Pendekatan Proses dan Media Gambar. Jurnal Penelitian dan Evaluasi. Tahun V. Nomor 6: 128-141. Yogyakarta: UNY.
Tarigan, Djago dan H. G Tarigan. 1996. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Tarigan H. G. 1986. Menulis. Bandung : Angkasa.
Zulaekha, Ida. 2003. Strategi Pembelajaran dengan Pendekatan kontekstual Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Makalah disajikan dalam Seminar Regional. Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni, UNNES, 5 Mei.
Page 168
PERBANDINGAN SKOR RATA-RATA PRATINDAKAN, SIKLUS I DAN SIKLUS II
Nilai No Subjek Penelitian Pratindakan Siklus I Siklus II
1 001 49 55 75 2 002 55 65 88 3 003 55 76 83 4 004 49 62 75 5 005 51 50 79 6 006 71 68 82 7 007 47 60 78 8 008 60 50 81 9 009 64 66 84
10 010 65 80 86 11 011 47 62 79 12 012 58 74 91 13 013 54 52 75 14 014 66 71 88 15 015 53 84 77 16 016 62 58 90 17 017 54 65 90 18 018 54 63 88 19 019 67 78 95 20 020 64 82 78 21 021 59 79 93 22 022 58 83 97 23 023 57 82 79 24 024 56 76 79 25 025 50 81 91 26 026 55 61 77 27 027 57 45 75 28 028 65 87 93 29 029 57 59 76 30 030 61 81 75 31 031 71 64 75 32 032 69 69 85 33 033 68 70 91 34 034 59 56 76 35 035 52 65 91 36 036 55 88 94 37 037 60 70 87 38 038 70 70 83 39 039 55 63 81
40 040 64 82 87 Jumlah 2343 2752 3347
Rata-rata 58.575 68.8 83.675 Persentase 58,5% 68,8% 83,7%
Peningkatan 10,2% 14,9%