Top Banner
Makalah Tugas Mata Kuliah Proses Belajar Mengajar Oleh: Kelompok 2 Sondang Septiarini (103174002) Havids Masnurillah (103174006) Fitrotun Nisa` (103174020) Yunita Kurnia W. (103174036) JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 1
30

PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Nov 29, 2015

Download

Documents

Dita Anjarini
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Makalah Tugas Mata Kuliah

Proses Belajar Mengajar

Oleh:

Kelompok 2

Sondang Septiarini (103174002)

Havids Masnurillah (103174006)

Fitrotun Nisa` (103174020)

Yunita Kurnia W. (103174036)

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2011/2012

1

Page 2: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah

ini dengan kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup

menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang PENDEKATAN

KONTEKSTUAL dan PENDEKATAN REALISTIK, yang kami sajikan berdasarkan

pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai

rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun

dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat

terselesaikan. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail

yang cukup jelas bagi pembaca.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru bahasa Indonesia sang

Penyusun yaitu Ibu Janet dan Ibu Asma Johan yang telah membimbing penyusun agar

dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun makalah.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran

dan kritiknya. Terima kasih.

 

Surabaya, 09 Oktober 2011

Penulis

2

Page 3: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................................2

BAB I......................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4

1.2 Manfaat.................................................................................................................................4

BAB II.....................................................................................................................................................5

ISI...........................................................................................................................................................5

2.1 PENDEKATAN KONTEKSTUAL.......................................................................................................5

2.1.1 Pengertian pendekatan kontekstual..................................................................................5

2.1.2 Peran Guru dalam Pendekatan Kontekstual......................................................................5

2.1.3 Tujuan Pendekatan Kontekstual.........................................................................................7

2.1.4 Contoh Pendekatan kontekstual........................................................................................9

2.2 PENDEKATAN REALISTIK.............................................................................................................9

2.2.1 Pengertian Pendekatan realistik..........................................................................................9

2.2.2 Tujuan Pembelajaran Matematika Realistik.....................................................................10

2.2.3 Prinsip- prisip Pembelajaran Realistik...............................................................................11

2.2.4 Karakteristik pendekatan realistik....................................................................................11

2.2.5 Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik.....................................................12

2.2.6 Kelebihan dan kelemehan pembelajaran metematika realistik.......................................13

2.2.7 Contoh Pendekatan Realistik.............................................................................................14

BAB III..................................................................................................................................................15

PENUTUP.............................................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan dan Saran...............................................................................................................15

Daftar Pustaka.....................................................................................................................................16

3

Page 4: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Sehingga sering mengabaikan pengetahuan awal siswa.Untuk itu diperlukan suatau pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa dalah pendekatan kontekstual (CTL) dan pendekatan realistik.

Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan detail mengenai penerapan pendekatan kontekstual dan realistic dalam proses pembelajaran matematika. Para pendidik selama ini masih mengalami kesulitan untuk menerapkan pendekatan realistic dan kontekstual dengan ketujuh komponen utamanya (constructivism, inquiry, questioniong, learning community, modeling, reflection, dan authentic assessment).

1.2 ManfaatManfaat Teoretis:Diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan kebahasaan, terutama dalam kegiatan menulis.

BAB II

ISI

2.1 PENDEKATAN KONTEKSTUAL

2.1.1 Pengertian pendekatan kontekstual

4

Page 5: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks

ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan

bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka

pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan

sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti

dan siswa akan berusaha untuk meggapainya.

Jonhson (2007:67) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran konstekstual atau

CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah sebuah proses pendidikan yang

menolong para siswa melihat makna dalam materi akademik dengan konteks dalam

kehidupan keseharian mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, social, dan budaya mereka.

2.1.2 Peran Guru dalam Pendekatan Kontekstual

Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam

mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi

informasi. Guru hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk

menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student

centered daripada teacher centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa .

2. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian

secara seksama.

3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih

dan mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran

kontekstual.

4. Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan

mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka.

5. Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan

bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.

5

Page 6: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang

penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying),

bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring).

1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme.

Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu

yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah

diketahui siswa dengan informasi baru.

2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti

menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya.

Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan

serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan

pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang

realistic dan relevan.

4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan

yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat

mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama

tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia

nyata.

5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan

focus pada pemahaman bukan hafalan.

Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual: 1) Menekankan pada pentingnya

pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan dalam  berbagai konteks 3) Kegiatan

belajar dipantau dan diarahkan  agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa

untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran

menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan

penilaian otentik.

2.1.3 Tujuan Pendekatan Kontekstual

6

Page 7: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki

tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry),

bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan

(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapaun

tujuh komponen tersebut sebagai berikut:

a. Konstruktivisme (constructivism)

Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak

hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar

mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang

dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya.

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual

Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan

menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation),

bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data

gathering), penyimpulan (conclusion). 

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan

strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegunaan kegiatan bertanya :

menggali informasi

menggali pemahaman siswa

membangkitkan respon kepada siswa

mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa

mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru

membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan

kembali pengetahuan siswa.

7

Page 8: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil

kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar

kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada

komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi

pembelajaran saling belajar.

e. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana

guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar

siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model.

Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau

berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam

pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang

berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.

g. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran

mengenai perkembangan belajar siswa.

Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu

diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar.

Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta

penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

Wina (2005:125) menjelaskan beberapa hal penting dalam pembelajaran melalui

pendekatan kontekstual atau CTL sebagai berikut:

CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara

penuh, baik fisik maupun mental.

8

Page 9: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal akan tetapi porses pengalaman

dalam kehidupan nyata.

Kelas dalam pembelajaran CTL, bukan sebagai tempat memperoleh informasi,

akan tetapi sebagi tempat untuk menguji data hasil temuan mereka dilapangan.

Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri bukan hasil pemberian orang lain.

2.1.4 Contoh Pendekatan kontekstual

Berikut ini adalah contoh pembelajaran matematika yang dicontohkan dengan

operasi pengurangan dasar bilangan seperti 13–7. Langkah-langkah proses

pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1. Pada tahap awal, Guru mengajukan masalah seperti berikut di papan tulis,

di transparansi, ataupun di kertas peraga.

Ardi memiliki 12 kelereng.

9 kelereng diberikan kepada adiknya.

Berapa kelereng yang dimiliki Ardi sekarang?

2. Guru bertanya kepada para siswa, berapa kelereng yang dimiliki Ardi pada

awalnya? Jawaban yang diinginkan adalah 12. Guru lalu menggambar di

papan tulis, 12 buah kelereng seperti gambar di bawah ini dengan

menekankan bahwa 12 bernilai 1 puluhan dan 2 satuan atau 12 = 10 + 2.

3. Guru meminta siswanya bekerja dalam kelompok dengan menggunakan

benda-benda konkret yang dimilikinya untuk menggambarkan 12 kelereng

yang dimiliki Ardi.

4. Guru bertanya kepada siswa, berapa butir kelereng yang diberikan kepada

adiknya dan berapa sisa kelereng yang dimiliki Ardi sekarang? Biarkan siswa

bekerja sendiri-sendiri atau bekerja di kelompoknya untuk menjawab soal

tersebut.

5. Guru memberi kesempatan kepada siswa atau kelompok untuk melaporkan

cara mereka mendapatkan hasilnya. Diskusikan juga, yang mana dari dua cara

tersebut yang lebih mudah digunakan.

9

Page 10: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

6. Guru memberi soal tambahan seperti 13–9 dan 12–8. Para siswa masih boleh

menggunakan benda-benda konkret. Bagi siswa yang masih menggunakan alternatif

pertama, sarankan untuk mencoba alternati kedua dalam proses menjawab dua soal

di atas.

7. Guru memberi soal tambahan seperti 14–9 dan 13–8. Bagi siswa atau

kelompok siswa yang sudah dapat menyelesaikan soal ini tanpa menggunakan

benda konkret dapat mengerjakan soal-soal yang ada di buku.

2.2 PENDEKATAN REALISTIK

2.2.1 Pengertian Pendekatan realistik

Menurut Sudarman Benu, (2000: 405) “pendekatan realistik adalah pendekatan yang

menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep sebagai titik tolak dalam belajar

matematika”.Matematika Realistik yang telah diterapkan dan dikembangkan di Belanda teorinya

mengacu pada matematika harus dikaitkan dengan realitas dan matematika merupakan aktifitas

manusia.Dalam pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi- strategi informasi siswa

berkembang ketika mereka menyeleseikan masalah pada situasi- situsi biasa yang telah

diakrapiniya, dan keadaan itu yang dijadikannya titik awal pembelajaran pendekatan realistik atau

Realistic Mathematic Education(RME) juga diberi pengertian “cara mengajar dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelediki dan memahami konsep matematika

melalui suatu masalah dalam situasi yang nyata”. (Megawati, 2003: 4).

Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran bermakna bagi siswa.

Realistic Mathematic Education(RME) adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak pada

hal- hal yang real bagi siswa(Zulkardi).

10

Page 11: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Teori ini menekankan ketrampilan proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi

dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri(Student Invonting), sebagai

kebalikan dari guru memberi(Teaching Telling) dan pada akhirnya murid menggunakan

matematika itu untuk menyeleseikan masalah baik secara individual ataupun kelompok.

Pada pendekatan Realistik peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau

evaluator. Sementara murid berfikir, mengkomunikasikan argumennya, mengklasifikasikan

jawaban mereka, serta melatih saling menghargai strategi atau pendapat orang lain.

Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini adalah pembelajaran yang mengacu

pada konstruktifis sosial dan dikhususkan pada pendidikan matematika.(Yuwono: 2001)

Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa RME atau pendekatan Realistik adalah

pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sehari- hari sebagai sumber inspirasi dalam

pembentukan konsep dan mengaplikasikan konsep- konsep tersebut atau bisa dikatakan suatu

pembelajaran matematika yang berdasarkan pada hal- hal nyata atau real bagi siswa dan mengacu

pada konstruktivis sosial.

2.2.2 Tujuan Pembelajaran Matematika Realistik

Tujuan Pembelajaran Matematika Realistik sebagai berikut:

1. Menjadikan matematika lebih menarik,relevan dan bermakna,tidak terlalu formal dan tidak

terlalu abstrak.

2. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.

3. Menekankan belajar matematika “learning by doing”.

4. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan penyelesaian yang baku.

5. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.

(kuiper&kouver,1993)

2.2.3 Prinsip- prisip Pembelajaran Realistik

Terdapat 5 prinsip utama dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu:

1. Didominasi oleh masalah- masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan

sebagai terapan konsep matematika.

2. Perhatian diberikan pada pengembangan model”situasi skema dan simbol”.

3. Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif

dan produktif.

11

Page 12: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

4. Interaktif sebagai karakteristik diproses pembelajaran matematika.

5. Intertwinning(membuat jalinan) antar topik atau antar pokok bahasan.

Gravemeijer(dalam Fitri. 2007: 10) menyebutka tiga prinsip kunci dalam pendekatan realistik,

ketiga kunci tersebut adalah:

1. Penemuan kembali secara terbimbing/ matematika secara progresif(Gunded Reinvention/

Progressive matematizing). Dalam menyeleseikan topik- topik matematika, siswa harus diberi

kesempatan untuk mengalami proses yang sama, sebagai koknsep- konsep matematika

dikemukakan. Siswa diberikan masalah nyata yang memungkinkan adanya penyeleseian yang

berbeda.

2. Didaktif yang bersifat fenomena(didaktial phenomology) topik matematika yang akan

diajarkan diupayakan berasal dari fenomenan sehari-hari.

3. Model yang dikembangkan sendiri(self developed models) dalam memecahkan ‘contextual

problem”, mahasiswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model mereka sendiri.

Pengembangan model ini dapat berperan dalam menjembatani pengetahuan informal dan

pengetahuan formal serta konkret dan abstrak.

2.2.4 Karakteristik pendekatan realistik

Menurut Grafemeijer (dalam fitri, 2007: 13) ada 5 karakteristik pembelajaran matematika

realistik, yaitu sebagai berikut:

1. Menggunakan masalah kontekstual

Masalah konsektual berfungsi sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana matematika yang

digunakan dapat muncul. Bagaimana masalah matematika itu muncul(yang berhubungan dengan

kehidupan sehari- hari).

2. Menggunakan model atau jembatan

Perhatian diarahkan kepada pengembangan model, skema, dan simbolisasi dari pada hanya

mentrasfer rumus. Dengan menggunakan media pembelajaran siswa akan lebih faham dan

mengerti tentang pembelajaran aritmatika sosial.

3. Menggunakan kontribusi siswa

Kontribusi yang besar pada saat proses belajar mengajar diharapkan dari konstruksi murid sendiri

yang mengarahkan mereka dari metode informal ke arah metode yang lebih formal. Dalam

kehidupan sehari- hari diharapkan siswa dapat membedakan pengunaan aritmatika sosial terutama

pada jual beli. Contohnya: harga baju yang didiskon dengan harga baju yang tidak didiskon.

4. Interaktivitas

12

Page 13: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Negosiasi secara eksplisit, intervensi, dan evaluasi sesama murid dan guru adalah faktor penting

dalam proses belajar secara konstruktif dimana strategi informal siswa digunakan sebagai

jembatan untuk menncapai strategi formal. Secara berkelompok siswa diminta untuk membuat

pertanyaan kemudian diminta mempresentasikan didepan kelas sedangkan kelompok yang lain

menanggapinya. Disini guru bertindak sebagai fasilitator.

5. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya(bersifat holistik)

Aritmatika sosial tidak hanya terdapat pada pembelajaran matematika saja, tetapi juga terdapat

pada pembelajaran yang lainnya, misalnya pada akutansi, ekonomi, dan kehidupan sehari- hari.

2.2.5 Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik

Berdasarkan prinsip dan karakteristik PMR serta dengan memperhatikan pendapat yang

telah dikemukakan di atas, maka dapatlah disusun suatu langkah-langkah pembelajaran dengan

pendekatan PMR yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Langkah 1: Memahami masalah kontekstual

yaitu guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari kepada siswa dan

meminta siswa untuk memahami masalah tersebut,serta memberi kesempatan kepada siswa untuk

menanyakan masalah yang belum di pahami. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini

adalah karakteristik pertama yaitu menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam

pembelajaran, dan karakteristik keempat yaitu interaksi.

Langkah 2: Menjelaskan masalah kontekstual

jika dalam memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan

kondisi dari soal dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya,

terbatas pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami.

Langkah 3 : Menyelesaikan masalah

Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek matematika yang ada

pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi pemecahan masalah. Selanjutnya siswa

bekerja menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang

dimilikinya, sehingga dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian siswa yang satu dengan

yang lainnya. Guru mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas, sehingga siswa

dapat memperoleh penyelesaian masalah-masalah tersebut. Karakteristik PMR yang muncul pada

langkah ini yaitu karakteristik kedua menggunakan model.

Langkah 4 : Membandingkan jawaban

13

Page 14: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Guru meminta siswa membentuk kelompok secara berpasangan dengan teman sebangkunya,

bekerja sama mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah yang telah diselesaikan secara

individu (negosiasi, membandingkan, dan berdiskusi). Guru mengamati kegiatan yang dilakukan

siswa, dan memberi bantuan jika dibutuhkan.

Dipilih kelompok berpasangan, dengan pertimbangan efisiensi waktu. Karena di sekolah tempat

pelaksanaan ujicoba, menggunakan bangku panjang. Sehingga kelompok dengan jumlah anggota

yang lebih banyak, membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pembentukannya. Sedangkan

kelompok berpasangan tidak membutuhkan waktu, karena siswa telah duduk dalam tatanan

kelompok berpasangan. Setelah diskusi berpasangan dilakukan, guru menunjuk wakil-wakil

kelompok untuk menuliskan masing-masing ide penyelesaian dan alasan dari jawabannya,

kemudian guru sebagai fasilitator dan modarator mengarahkan siswa berdiskusi, membimbing

siswa mengambil kesimpulan sampai pada rumusan konsep/prinsip berdasarkan matematika

formal (idealisasi, abstraksi). Karakteristik PMR yang muncul yaitu interaksi

Langkah 5: Menyimpulkan

Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan suatu rumusan

konsep/prinsip dari topik yang dipelajari. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini

adalah adanya interaksi antar siswa dengan guru.

2.2.6 Kelebihan dan kelemehan pembelajaran metematika realistik

Beberapa keunggulan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:

1. Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang tidak tampak.

2. Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.

3. Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah didapatkan.

4. Guru ditantang untuk mempelajari bahan.

5. Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.

6. Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.

Beberapa kelemahan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:

1. Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar(40- 45 orang).

2. Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.

3. Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mampu

memahami materi pelajaran.

2.2.7 Contoh Pendekatan Realistik

14

Page 15: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Langkah-langkah di dalam proses pembelajaran matematika dengan

pendekatan PMR,sebagaiberikut.

1. Langkah pertama: memahami masalah kontekstual, yaitu guru memberikan masalah

kontekstual dalam kehidupan sehari-hari dan meminta siswa untuk memahami masalah

tersebut.

2. Langkah kedua: menjelaskan masalah kontekstual, yaitu jika dalam memahami

masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal

dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada

bagian-bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami.

3. Langkah ketiga: menyelesaikan masalah kontekstual, yaitu siswa secara individual

menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Cara pemecahan dan

jawaban masalah berbeda lebih diutamakan. Dengan menggunakan lembar kerja, siswa

mengerjakan soal.Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara

mereka sendiri.

4. Langkah keempat: membandingkan dan mendiskusikan jawaban, yaitu guru

menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan

mendiskusikan jawaban masalah secara berkelompok. Siswa dilatih untuk

mengeluarkan ide-ide yang mereka miliki dalam kaitannya dengan interaksi siswa dalam

proses belajar untuk mengoptimalkan pembelajaran.

5. Langkah kelima: menyimpulkan, yaitu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

menarik kesimpulan tentang suatu konsep atau prosedur.

Berdasarkan prinsip dan karakteristik PMR serta dengan memperhatikan pendapat yang

telah dikemukakan di atas, maka dapatlah disusun suatu langkah-langkah pembelajaran

dengan pendekatan PMR yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

Langkah 1:Memahami masalah kontekstual.Siswa diberi masalah/soal kontekstual, guru

meminta siswa memahami masalah tersebut secara individual. Guru memberi kesempatan

kepada siswa menanyakan masalah/soal yang belum dipahami, dan guru hanya

memberikan petunjuk seperlunya terhadap bagian-bagian situasi dan kondisi masalah/soal

yang belum dipahami siswa. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah

karakteristik pertama yaitu menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam

pembelajaran, dan karakteristik keempat yaitu interaksi.Langkah 2 : Menyelesaikan

masalah.Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek

matematika yang ada pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi pemecahan

15

Page 16: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

masalah. Selanjutnya siswa bekerja menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri

berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga dimungkinkan adanya

perbedaan penyelesaian siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru mengamati,

memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas, sehingga siswa dapat memperoleh

penyelesaian masalah-masalah tersebut. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini

yaitu karakteristik kedua menggunakan model. Langkah 3 : Membandingkan jawaban

Guru meminta siswa membentuk kelompok secara berpasangan dengan teman

sebangkunya, bekerja sama mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah yang telah

diselesaikan secara individu (negosiasi, membandingkan, dan berdiskusi). Guru

mengamati kegiatan yang dilakukan siswa, dan memberi bantuan jika dibutuhkan.

Dipilih kelompok berpasangan, dengan pertimbangan efisiensi waktu.

Karena di sekolah tempat pelaksanaan ujicoba, menggunakan bangku panjang. Sehingga

kelompok dengan jumlah anggota yang lebih banyak, membutuhkan waktu yang lebih

lama dalam pembentukannya. Sedangkan kelompok berpasangan tidak membutuhkan

waktu, karena siswa telah duduk dalam tatanan kelompok berpasangan.

Setelah diskusi berpasangan dilakukan, guru menunjuk wakil-wakil kelompok untuk

menuliskan masing-masing ide penyelesaian dan alasan dari jawabannya, kemudian guru

sebagai fasilitator dan modarator mengarahkan siswa berdiskusi, membimbing siswa

mengambil kesimpulan sampai pada rumusan konsep/prinsip berdasarkan matematika

formal (idealisasi, abstraksi). Karakteristik PMR yang muncul yaitu interaksi.Langkah 4 :

Menyimpulkan.Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik

kesimpulan suatu rumusan konsep/prinsip dari topik yang dipelajari. Karakteristik PMR

yang muncul pada langkah ini adalah adanya interaksi antar siswa dengan guru.

Kepada siswa diperkenalkan berbagai konteks yang berkaitan dengan sistem persamaan linier

(SPL), pengenalan proses penyelesaian SPL, sampai kepada pengenalan istilah persamaan

dan sistem persamaan linier. Konteks yang dapat digunakan antara lain: barter, timbangan,

takaran, dan kombinasi harga-harga barang.

Kepada siswa disajikan barbagai konteks yang berkaitan dengan sistem persamaan

linear, pengenalan proses penyelesaian SPL, sampai kepada pengenalan istilah persamaan

dan sistem persaman linear. Antara lain konteks barter, timbangan, Membandingkan dan

menukar (barter).

16

Page 17: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Terdapat suatu kurun waktu ketika uang belum ada. Orang yang hidup dalam

masyarakat kecil menanam panennya sendiri, membawa ternakanya atau kambingnya.

Apa yang mereka kerjakan, jika mereka memerlukan sesuatu, tetapi mereka tidak

meproduksisnya? Mereka menukar beberapa yang mereka miliki dengan sejumlah benda

yang mereka butuhkan. Ini yang dinamakan barter atau pertukaran.

Ahmad hidup di suatu desa kecil dengan keluarganya. Keluarga ahmad memerlukan

jagung, ia akan memasarakannya dengan dua kambing dan satu biri-biri untuk menukar

beberapa karung jagung. Mula-mulaia ketemu Harun yang mengatakan, “saya hanya

menukar sekarung garam untuk beberapa ekor ayam. Saya akan memberimu satu karung

garam untuk setiap dua ekor ayam”. “Saya tidak punya ayam, “Pikir ahmad, jadi saya

tidak dapat menukarnya dengan Harun.

Kemudian ia menjumpai Haris dan bercerita kepadanya, “saya akan memberikan

kamu dua kantong jagung untuk setiap tiga kantong garam.” Ternyata “itu juga tidak

dapat membantu saya” pikir Ahmad.

Kemudian ia menjumpai Rani, ia akan menukar tiga ekor ayam untuk setiap ekor

biri-biri, dan ia mengatakan “Saudaraku mau membeli enam karung garam untuk setiap

ekor kambing yang kamu miliki”.

Ahmad semakin bingung. Apa yang dapat ia kerjakan, ia harus pergi kerumah hanya

dengan berkarung-karung jagung, tidak dengan biri-biri atau kambing yang ia perlukan,

atau ayam atau garam.

Apa yang dapat ahmad kerjakan?

MENCARI HARGA BERBAGAI BARANG

Menggunakan dua strategi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang melibatkan

kombinasi dari benda-benda.

Strategi pertama: penukaran digunakan dalam permasalahan jual beli ikan-ikan di pantai

seperti pada awal unit ini.

Strategi kedua: membuat diagram kombinasi dan menggunakan pola bilangan yang

ditemukan pada diagram.

17

Page 18: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Masalah perbelanjaan dapat diselesaikan menggunakan metode pertukaran.

Mengidentifikasi pola dalam satu gambar atau diagram kombinasi, perluasan pola atau

pengkombinasian informasi memungkinkan untuk mencari harga satu barang.

Banyak permasalahan yang membandingkan besaran seperti harga-harga, berat, atau

lebar. Salah satu cara untuk menjelaskan masalah ini adalah menggunakan persamaan.

POLA dan FORMULA

A. Pola-pola

Ketika menyelesaikan masalah tentang desain, dapat melakukan :

Menggambar beberapa contoh desain tersebut

Membuat tabel dan melihat pola

Menyatakan pola sebagai rumus

Dua tipe berbeda yang dapat digunakan untuk menjelaskan suatu pola :

Suatu rumus BERIKUT-SEKARANG, yang berangkat langkah demi

langkah.

Suatu rumus LANGSUNG, yang bekerja secara langsung menggunakan pola

bilangan.

Rumus-rumus langsung yang berbeda dapat ditemukan untuk menjelaskan aturan

atau pola yang sama. Dapat dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah rumus-rumus

yang diberikan member hasil yang sama dengan menghubungkan setiap rumus untuk pola

yang sama menggunakan gambar.

Contoh :

B = 3L+(L-1) adalah sama dengan B = 4L-1 karena keduanya merupakan representasi

dari :

18

Page 19: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

19

Page 20: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran

KESIMPULAN

Tidak ada satupun model pembelajaran yang diangap paling baik diantara model- model pembelajaran

yang lain. Tiap model pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan

kelemahan masing- masing. Suatu model pembelajaran jika digunakan sesuai situasi dan kondisi pasti

akan jadi model pembelajaran yang baik.

SARAN-SARAN

Berdasarkan simpulan dari penulisan ini untuk mencapai kesuksesan dalam pembelajaran realistik

penulis memberikan saran – saran sebagai berikut:

1. Diperlukan adanya kesadaran siswa dalam bertanggung jawab terhadap setiap pelajaran disekolah.

2. Diperlukan adanya kesadaran antara pengajar dengan siswa agar pembelajaran realistik dapat

berjalan dengan baik.

3. Setiap pengajar diharapkan menguasai bermacam- macam metode pembelajaran.

20

Page 21: PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Daftar Pustaka

http://gudangmakalah.com/2010/09/penerapan-pendekatan.html

21