BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995). Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan, yang meliputi ; pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan penentuan masalah. Adapula yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data (meskipun setiap langkah dari proses keperawatan harus selalu didokumentasikan juga). Pengumpulan dan pengorganisasian data harus menggambarkan dua hal, yaitu : status kesehatan klien dan kekuatan – masalah kesehatan yang dialami oleh klien. Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang berisikan status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus keperawatan adalah data tentang perubahan-perubahan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Effendy, 1995).
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan,
yang meliputi ; pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan penentuan masalah.
Adapula yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data (meskipun setiap langkah
dari proses keperawatan harus selalu didokumentasikan juga).
Pengumpulan dan pengorganisasian data harus menggambarkan dua hal, yaitu :
status kesehatan klien dan kekuatan – masalah kesehatan yang dialami oleh klien.
Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang berisikan
status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya
terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
Data fokus keperawatan adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap
kesehatan dan masalah kesehatannya, serta hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan kepada klien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu :
1. Bagaimana klasifikaasi keseluruhan tentang sistem endokrin ?
2. Bagaimana klasifikasi pengkajian pada klien diabetes mellitus ?
3. Bagaimana klasifikasi pengkajian dengan penyakit
hiperglikemia/hipoglekimia?
1
4. Bagaimana klasifikasi pengkajian dengan penyakit ketoasidosis ?
5. Bagaimana klasifikasi pengkajian dengan penyakit hipertiroid dan hipotiroid ?
6. Bagaimana klasifikasi pengkajian dengan penyakit tumor tiroid dan tumor
hipofise ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan paper ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengkajian dengan penyakit sistem endokrin seperti diabtes
mellitus, hiperglikemia, ketoasidosis, hipertiroid, hipotiroid, tumor tiroid dan
tumor hipofise.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan paper ini ditempuh metode-metode tertentu untuk mengumpulkan
beberapa data dan mengolah data tersebut. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan
metode dokumentasi yaitu mengumpulkan berbagai sumber yang memuat materi yang terkait
pengkajian sistem endokrin. Sumber tersebut melalui beberapa buku keperawatan dan juga
melalui internet. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode dengan jalan menyusun data atau fakta-fakta yang
telah diperoleh secra sistematis dan menuangkannya dalam suatu simpulan yang disusun atas
kalimat-kalimat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR SISTEM ENDOKRIN
Fungsi kelenjar endokrin dapat diketahui melalui pengkajian kesehatan dengan
wawancara untuk mengumpulkan data subyektif dan pengkajian fisik untuk mengumpulkan
data obyektif. Beberapa hormon mempengaruhi seluruh jaringan tubuh dan organ-organ dan
manifestasi dari disfungsi nonspesifik, membuat pengkajian fungsi endokrin lebih rumit
dibandingkan dengan sistem lainnya.
1. Pengkajian Umum Sistem Endokrin
1) Data Demografi
Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting. Beberapa gangguan
endokrin baru jelas dirasakan pada usia tertentu merupakan proses patologis sudah
berlangsung sejak lama. Kelainan-kelainan somatik harus selalu dibandingkan dengan usia
dan gender , misalnya berat badan dan tinggi badan. Tenpat tinggal juga merupakan data yang
perlu di kaji, khususnya tempat tinggal pada masa bayi dan kanak-kanak dan juga tempat
tinggal klien sekarang.
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti
yang di alami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan secara langsumg dengan
gangguan hormonal seperti:
1 Obesitas
2 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
3 Kelainan pada kelenjar tiroid
3
4 Diabetes mellitus
5 Infertilitas
6 Dalam mengidentivikasi informasi ini tentunya perawat harus dapat
menerjemahkan informasi yang ingin diketahui dengan bahasa yang sederhana
dan di mengerti oleh klien atau keluarga.
3) Riwayat Kesehatan dan Keperawatan Klien
Perawat mengkaji kondisi yan pernah dialami oleh klien di luar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila di
hubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya namun karena tidak mengganggu
aktivitas klien, kondisi ini tidak di keluhkan.
Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang, misalnya amenore, bulu rambut
tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang dan lain-lain. Berat badan yang tidak sesuai
dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak makan dan lain-lain.
Gangguan psikologia seperti mudah marah, sensiif, sulit bergaul dan tidak mampu
berkonsentrasi, dan lain-lain.
Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan kejadiannya. Bila klien
dirawat beberapa kali, urutkan sesuai dengan waktu kejadiannya.
Juga perlu memperoleh informasi tentang penggunaan obat-obatan di saat sekarang
dan masa lalu. Penggunaan obat-obatan ini mencakup obat yang di peroleh dari dokter atau
petugas kesehatan maupun obat-obatan yang di peroleh secara bebas.jenis obat-obatan yang
mengandung hormon atau yang dapat merangsang aktivitas hormonal seperti
hidrokortison;levothyroxine; kontrasepsi oral; dan obat-obatan anti hipertensif.
4) Riwayat Diit
4
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat saja
mencerminkan gangguan endokrin tertentu atau pola dan kebiasaan makan yang salah dapat
menjadi faktor penyebab, pleh karena itu kondisi berikut ini perlu di kaji:
Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen
Penurunan atau penambahan berat badan yang drastic
Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan
Pola makan dan minum sehari-hari
Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi endokrin,
seperti makanan yang bersifat goitrogenik terhadap kelenjar tiroid
5) Status Sosial Ekonomi
Karena status sosial ekonomi nerupakan aspek yang sangat peka bagi banyak orang
maka hendaknya dalam mengidentifikasi kondisi ini perawat melakukannya bersama-sama
dengan klien. Menghindarkan pertanyaan yang mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan
melainkan lebih di fokuskan pada kualitas pengelolaan suatu nilai tertentu. Mendiskusikan
bersama-sama bagaiman klien dan keluarganya memperoleh makanan yang sehat dan bergizi,
upaya mendapatkan pengobatan bila klien dan keluarganya sakit dan upaya mempertahankan
kesehatan klien dan keluarga tetap optimal dapat mengungkapkan keadaan sosial ekonomi
klien dan menyimpulkan bersama-sama merupakan upaya untuk mengurangi kesalahan
penafsiran
6) Masalah Kesehatan Sekarang
Atau disebut juga keluhan utama. Perawat memfokuskan pertanyaan pada hal-hal
yang menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan seperti :
Apa yang di rasakan klien?
Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau
poerlahan dan sejak kapan dirasakan?
5
Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari?
Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun urine?
Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi?
Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sanat menggangu klien?
Hal-hal yang berhubungan dengan fungsi hormonal secara umum :
1) Tingkat energi
Perubahan kekuatan fisik di hubungkan dengan sejumlah gangguan hormonal
khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal.perawat mengakaji bagaimana
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, apakah dapat di lakukan
sendiri tanpa bantuan, dengan bantuan atau sama sekali klien tidak berdaya
melakukannya atau bahkan klien tidur sepanjang hari merupakan informasi yang
sangat penting. Kaji juga bagaimana asupan makanan klien apkah berlebih atau
kurang.
2) Pola eliminasi dan keseimbangan cairan
Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokri. Secara
langsung oleh ADH,Aldosteron, dan kortisol.perawat menanyakan tentang pola
berkemih dan jumlah volume urine. Dan apakah klien sering terbangun malam hari
untuk berkemih. Nyatakan volume urine dalam gelas untuk memudahkan persepsi
klien. Eliminasi urine tentu sangat berhubungan erat dengan keseimbangan air dan
elektrolit tubuh. Bila dari hasil anamnesa ada hal yang mengindikasikan voume urine
berlebih, pertanyaan kita di arahkan lebih jauh ke kemungkinan klien kekurangan
cairan, kaj apakah klien mengalami gejala kurang cairan dan bagaimana klien
mengatasinya. Tanyakan seberapa besar volume cairan yang dikonsumsi setiap hari.
6
Kaji pola sebelum sakit untuk membandingkan pola sebelum sakit untuk
membandingan pola yang ada sekarang.
3) Pertumbuhan dan perkembangan
Secara langsung pertumbuhan dan perkembangan ada di bawah pengaruh GH,
kelenjar tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat
saja terjadi semenjak di dalam kandungan bila hormon yang mempengaruhi tumbang
fetus kurang seperti hipotiroid pada ibu. Kondisi ini dapat pula terjadi setelah bayi
lahir artinya selama proses tumbang terjadi disfungsi GH atau mungkin Gonad dan
kelenjar tiroid. Perlu mengkaji gangguan ini apakah terjadi semenjak bayi di lahirkan
dengan tubuh yang kerdil, atau terjadi selama proses pertumbuhsn dan bahkan tidak
dapat di identifikasi jelas kapan mulai tampak gejala tersebut. Mengkajisecara lengkap
pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya misalnya bagaimaa tingkat intelegensia,
kemampuan berkomunikasi, inisiatif dan rasa tanggung jawab. Kaji pula apakah
perubahan fisik tersebut mempengaruhi kejiwaan klien.
4) Seks dan Reproduksi
Fungsi seksual dan reproduksi sama penting untuk di kaji baik klien wanita
maupun pria. Pada klien wanita, kaji siklus menstruasinya mencakup lama, volume,
frekuensi dan perubahan fisik termasuk sensasi nyeri atau kramp abdomen sebelum
selama dan sesudah haid. Untuk volume gunakan satuan jumlah pembalut yang di
gunakan, kaji pula pada umur berapa klien pertama kali menstruasi.
Bila klien bersuami, kaji apakah pernah hamil, abortus, dan melahirkan. Jumlah anak
yang pernah di lahirkan dan apakah klien menggunakan cara tertentuuntuk membatasi
kelahiran atau cara untuk mendapatkan keturunan. Pada klien pria, kaji apakah klien
mampu ereksi dan orgasme dan bagaimana perasaan klien setelah melakukannya,
adakah perasaan puas dan menyenangkan. Tanyakan pula adakah perubahan bentuk
dan ukuran alat genitalnya.
Mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan seks masih seringkali menjadi hal
yang tabu untuk di perbincangkan padahal seharusnya itu tidak perlu terjadi. Jika
7
perbincagan tentang seks ii di lakukan dalam konteks therapi maka tidak perlu malu.
Perawat perlu mawas diri dengan perasaannya, bersikap dewasa, dan berwibawa
sehingga perasaan segan dan malu dapat diminimalkan bahkan dihilangkan.
5) Pemeriksaan fisik
Melalui pemeriksaan fisik ad dua aspek utama yang dapat di gambarkan yaitu:
Kondisi kelenjar endokrin
Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin
Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap
kelenjar tiroid dan kelenjar gomad pria (testes).Secara umum,tekhenik pemeriksaan
fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah :
a) Inspeksi
Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai
dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan, kesembangan cairan
dan elektrolit , seks dan reproduksi, metabolisme dan energi.Berbagai
pperubahan fisik dapat berhubungan dengan satu atau lebih gangguan endokri,
oleh karena itu dalam melakukan pemeriksaan fisik, perawat tetap berpedoman
pada pengkajian yang komprehensif dengan penekanan pada gangguan
hormonal tertentu dan dampaknya terhadap jaringan sasaran dan tubuh secara
keseluruhan. Jadi menggunakan pendekatan head-to-toe saja atau
menggabungkannya dengan pendekatan sistem, kedua-duanya dapat digunakan
Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien apakah tampak kelemahan
berat, sedang dan ringan dan sekaligus amati bentuk dan proporsi tubuh. Pada
pemeriksaan wajah, fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi
wajah seperti bentuk dahi, rahang dan bibir.pada mata amati adannya edema
periorbita dan exopthalmus serta apakah ekspresi wajah datar atau tumpul.
Amati lidah klien terhadap kelainan bebtuk dan penebalan, ada tidaknya tremor
pada saat diam atau bila digerakkan. Kondisi ini biasanya terjadi pada
gangguan tiroid.
8
Didaerah leher, apakah leher tampak membesar, simetris atau tidak.
Pembesaran leher dapat disebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan untuk
meyakinkannya perlu dilakukan palpasi.Distensi atau bendungan pada vena
jugularis dapat mengidemtifikasikan kelebihan cairan atau kegagalan jantung.
Amati warna kulit(hiperpigmentasi atau hipopigmentasi) pada lehe, apakah
merata dan cacat lokasinya dengan jelas. Bila dijumpai kelainan kulit leher,
lanjutkan dengan memeriksa lokasi yang lain di tubuh selakigus. Infeksi jamur,
penembuhan luka yang lama, bersisik dan petechiae lebih sering dijumpai pada
klien dengan hiperfungsi adrenokortikal. Hiperpigmentasi pada jari, siku dan
lutut dijumpai pada klien hipofungsi kelenjar adrenal.Vitiligo atau
hipopigmentasi pada kulit tampak pada hipofungsi kelenjar adrenal sebagai
akibat destruksi melanosit dikulit oleh proses autoimun. Hipopigmentasi biasa
terjadi di wajah, leher, dan ekstremitas. Penumpukan masa otot yang
berlebihan pada leher bagian belakang yang biasa disebut Bufflow neck atau
leher/punuk kerbau dan terus sampai daerah clavikula sehingga klien tampak
seperti bungkuk, terjadi pada klien hiperfungsi adrenokortikal. Amati bentuk
dan ukuran dada, pergerakan dan simetris tidaknya.
Ketidakseimbangan hormonal khususnya hormon seks akan
menyebabkan perubahan tanda seks sekunder, oleh sebab itu amati keadaan
rambut axila dan dada. Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada dada dan
wajah wanita disebut hirsutisme. Pada buah dada amati bentuk dan ukuran,
simetris tidaknya, pigmentasi dan adanya pengeluaran cairan. Striae pada buah
dada atau abdomen sering dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.Bentuk
abdomen cembung akibat penumpukan lemak centripetal dijumopai pada
hiperfungsi adrenokortikal.Pada pemeriksaan genetalia, amati kondisi skrotum
dan penis juga klitoris dan labia terhadap kelainan bentuk.
b) Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa melalui
rabaan. Pada kondisi normal, kelenjar tiroid tidak teraba namun isthmus dapat
diraba dengan menengadahkan kepala klien. Lakukan palpasi kelenjar tiroid
9
perlobus dan kaji ukuran, nodul tinggal atau multipel, apakah ada rasa nyeri
pada saat di palpasi. Pada saat melakukan pemeriksaan, klien duduk atau
berdiri sama saja namun untuk menghindari kelelahan klien sebaiknya posisi
duduk.Untuk hasil yang lebih baik, dalam melakukan palpasi pemeriksa berada
dibelakang klien dengan posisi kedua ibu jari perawat dibagian belakang leher
dan keempat jari-jari lain ada diatas kelenjar tiroid.
Palpasi testes di lakukan dengan posisi tidur dan tangan perawat harus
dalam keadaan hangat. Perawat memegang lembut began ibu jari dan dua jari
lain, bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap ukuran/besarnya,
simetris tidaknya nodul. Normalnya testes teraba lembut, peka terhadap sinaar
dan sinyal seperti karret.
c) Auskultasi
Mendengarkan bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop dapat
menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh.Auskultasi pada daerah
leher, diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi“ bruit“. Bruit adalah bunyi
yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea. Dalam
keadaan normal, bunyi ini tidak terdengar. Dapat diidentifikasi bila terjadi
peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid sebagai dampak peningkatan
aktivitas kelenjar tiroid.
Auskultasi dapat pula dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan
pada pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate jantung
yang dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan, perangsangan
katekolamin dan perubahan metabilisme tubuh.
6) Pengkajian Psikososial
Perawat mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman , dan handai
taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat sakit. Sejaumlah ganguan endokrin yang
serius mempengaruhi persepsi klien terhadap dirinya sendiri oleh karena perubahan-
perubahan yang dialami menyangkut perubahan fisik, fungsi seksual dan reproduksi dan lain-
10
lain yang akan mempengaruhi konsep dirinya. Kemampuan klien dan keluarga dalam
memberi perawatan di rumah termasuk penggunaan obat-obatan yang biasanya dapat
berlangsung lama perlu dikaji.
2. Pengkajian Diagnostik Sistem Endokrin
A. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Hipofise
Foto Tengkorak (kranium)
Dilakukan untuk melihat sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi.
Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan kesehatan
tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.
Foto tulang (osteo)
Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme akan
dijumpai ukuran maupun panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai tulang-
tulang perifer yang bertambah ukurannnya ke samping. Persiapan fisik secara
khusus tidak ada, pendidikan kesehatan diperlukan.
CT scan Otak
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atu
hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus, namun
diperlukan penjelasan agar klien dapat diam bergerak selama prosedur.
3. Pemeriksaan darah dan urin
KADAR GROWTH HORMON
Nilai normal 10µg/ml pada anak dan orang dewasa. Pada bayi di bulan-
bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen adalah darah
venalebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada.
KADAR TIROID STIMULATING HORMON (TSH)11
Nilai normal 6-10 µg/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan
tiroid bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah lebih kurang 5 cc. Tanpa
persiapan secara khusus.
KADAR ADENOKARTIKO TROPIK (ACTH)
Pengukuran dilakukan dnegan test supresi deksametason. Spesimen yang
diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urin 24 jam.
Persiapan
Tidak ada pembatasan makan dan minum
Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol dan antagonisnya,
dihentikan lbih dahulu 24 jam sebelumnya.
Bila obat-obatan harus diberikan, lamirkan jenis obat dan dosisnya pada lembar
pengiriman specimen
Cegah stress fisik dan psikologis
Pelaksanaan
Klien diberi deksametason 4 × 0.5 ml/hari selama-lamanya dua hari
Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc
Urine ditampung selama 24 jam
Kirim spesimen ( darah dan urin ) ke laboratorium
Hasil, Normal bila ;
12
ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl
17-Hydroxi-Cortico-Steroid (17-OHCS ) dalam urin 24 jam kurang dari 2.5
mg.
Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian deksametason 1
mg per oral tengah malam , baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi
hari dan urin ditampung selama 5 jam. Spesimen dikirim ke laboratorium. Nilai
normal bila kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dl dan ekskresi
OHCS dalam urin 24 jam kurang dari 2.5 mg.
B. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Tiroid
Up take Radioaktif ( RAI )
Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid
dalam menangkap iodida.
Persiapan
Klien puasa 6-8 jam
Jelaskan tujuan dan prosedur
Pelaksanaan
Klien diberi Radioaktif Jodium (I131) per oral sebanyak 50 microcuri.
Dengan alat pengukur yang ditaruh di atas kelenjar tiroid diukur radioaktif
yang tertahan.
Juga dapat diukur clearence I131 melalui ginjal dengan mengumpulkan urin
selama 24 jam dan diukur kadar radioaktif jodiumnya.
Banyaknya I131 yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam persentase
sebagai berikut:
Normal : 10-35%
13
Kurang dari : 10% disebut menurun , dapat terjadi pada
hipotiroidisme.
Lebih dari : 35 % disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis
atau pada defisiensi jodium yang sudah lama dan pada pengobatan
lama hipertiroidisme.
T3 dan T4 Serum
Persiapan fisik secara khusu tidak ada. Spesimen yang dibutuhkan adalah
darah vena sebanyak 5-10 cc.
Nilai normal pada orang dewasa:
Jodium bebas : 0.1-0.6 mg/dl
T3 : 0.2-0.3 mg/dl
T4 : 6-12 mg/dl
Nilai normal pada bayi/anak:
T3 : 180-240 mg/dl
Up take T3 Resin
Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid ( T3 ) atau tiroid binding
globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas meningkat.
Peningkatan TBG terjadi pada hipertiroidisme. Dibutuhkan spesimen darah vena
sebanyak 5 cc. Klien puasa selama 6-8 jam.
Nilai normal pada :
Dewasa : 25-35 % uptake oleh resin
Anak : pada umumya tidak ada
14
Protein Bound Iodine (PBI)
Bertujuan mengukur jodium yang terikat dengan protein plasma. Nilai
normal 4-8 mg% dalam 100 ml darah. Spesimen yang dibutuhkan darah vena
sebanyak 5-10 cc. Klien dipuaskan sebelum pemeriksaan sebelum pemeriksaan 6-8
jam.
Laju Metabolisme Basal (BMR)
Bertujuan untuk mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang
dibutuhkan tubuh di bawah kondisi basal selama beberapa waktu.
Persiapan:
klien puasa sekitar 12 jam
hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stress
klien harus tidur paling tidak 8 jam
tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedative
jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya
tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan
Pelaksanaan :
segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi
-dihitung dengan rumus BMR (0.75 × pulse ) + ( 0.74 × Tek Nadi ) -72
-nilai normal BMR : -10 s/d 15 %
Scanning Tyroid
Dapat digunakan dengan beberapa tehnik antara lain :
15
Radio Iodine Scanning. Digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid
tunggal atau majemuk dan apakah panas atau dingin ( berfungsi atau tidak
berfungsi ). Nodul panas menyebabkan hipersekresi jarang bersifat ganas.
Up take Iodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium dari
plasma. Nilai normal 10 s/d 30 % dalam 24 jam.
C. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Paratiroid
Percobaan Sulkowitch
Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine,
sehingga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan dengan
menggunakan Reagens Sulkowitch. Bila pada percobaan tidak terdapat endapan
maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan sedikit (fine
white cloud) Menunjukkan kadar kalsiun darah normal (6 ml/dl). Bila endapan
banyak, kadar kalsium tinggi.
Persiapan :
urine 24 jam ditampung ditampung.
makanan rendah kalsium 2 hari berturut-turut.
Pelaksanaan :
masukkan urin 3 ml ke dalam 2 tabung.
ke dalam tabung pertama dimasukkan reagens sulkowitch 3 ml, tabung
kedua hanya sebagai kontrol.
Pembacaan hasil secara kuantitatif :
Negatif (-) : tidak terjadi kekeruhan
Positif (+) : terjadi kekeruhan yang halus
Positif (++) : kekeruhan sedang
16
Positif (+++) : kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang dari 20 detik
Positif (++++) : kekeruhan hebat, terjadi seketika
Percobaan Ellwort – Howard
Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh
parathormon. Cara pemeriksaan: klien disuntik dengan parathormon melalui
intravena kemudian urin ditampung dan diukur kadar pospornya.pada
hipoparatiroid, diuresis pospor bisa mencapai 5-6 kali nilai normal. Pada
hiperparatiroid, diuresis pospornya tidak banyak berubah.
Percobaan Kalsium Intravena
Percobaan ini berdasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum
kalsium akan menekan pembentukkan parathormon. Normal bila pospor serum
meningkat dan pospor diuresis berkurang. Pada hiper paratiroid, pospor serum dan
pospor diuresis tidak banyak berubah. Pada hipoparatiroid, pospor serum hampir
tidak mengalami perubahan tetapi pospor diuresis meningkat.
Pemeriksaan radiologi
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya kalsifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada
hipotiroid, dapat dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas
tulang bisa normal atau meningkat. Pada hipertiroid, tulang menipis, terbentuk kista
dalam tulang serta tuberculae pada tulang.
Pemeriksaan Elektrokardiogran ( EKG )
17
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kelainan gambaran ekg akibat perubahan kadar kalsium serum
terhadap otot jantung. Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q – T yang
memanjang sedangkan pada hiperparatiroid interval Q – T mungkin normal
Pemeriksaan Elektromiogram ( EMG )
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot
akibat perubahan kadar kalsium serum. Persiapan khusus tidak ada.
D. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Pankreas
Jenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa. Bertujuan untuk menilai kadar gula
darah setelah puasa selama 8-10 jam.
Nilai normal :
Dewasa : 70-110 md/dl
Bayi : 50-80 mg/d
Anak-anak :60-100 mg/dl
Persiapan
Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan
Jelaskan tujuan prosedur pemeriksaan
Pelaksanaan
Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10cc.
Gunakan anti koagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera.
Bila klien mendapatkan pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk
sementara tidak diberikan.
18
Setelah pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obat-obatan
sesuai program.
Gula darah 2 jam setelah makan. Sering disingkat dengan gula darah 2 jam PP
(post prandial). Bertujuan untuk menilai kadar gula darah dua jam setelah
makan. Dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula darah
puasa artinya setelah pengambilan darah puasa,kemudian klien disuruh makan
menghabiskan porsi yang biasa lalu setelah dua jam kemudian dilakukan
pengukuran kadar gula darahnya. Atau bisa juga dilakukan secara terpisah
tergantung paad kondisi klien.
Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu di ingat waktu yang
tepat untuk pengambilan spesimen karena hal ini dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan. Bagi klien yang mendapat obat-obatan senentara dihentikan
sampai pengambilan spesimen dilakukan.
E. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Adrenal
Pemeriksaan Hemokonsentrasi darah
Nilai normal pada :
Dewasa wanita :37-47 %
Pria : 45-54%
Anak-anak :30-40%
Neonatal :44-62%
Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari
perifer seperti ujung jari atau melalui pungsi intravena. Bubuhi antikoagulan ke
dalam darah untuk mencegah pembekuan.
Pemeriksaan Elektrolit Serum ( Na, K, Cl ), dengan nilai normal :
19
Natrium : 310 – 335 mg ( 13.6 – 14 meq / liter )
Kalium : 14 -20 mg% ( 3.5 – 5.0 meq/liter )
Chlorida : 350-375 mg% (100-106 meq /liter)
Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan
sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan hiperkalemia.
Tidak diperlukan persiapan fisik secara khusus.
Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)
Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine 24
jam. Nilai normal 1-5 mg. Tidak ada persiapan khusus.
Stimulasi test
Dimaksudkan untuk mengevaluasi dan mendeteksi hipofungsi adrenal.
Dapat dilakukan terhadap kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi terhadap
aldosteron dengan pemberian sodium.
B. PENGKAJIAN DENGAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS
1) Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
2) Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM
umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat
komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat
perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi
dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering
muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada
20
tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar
sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
21
3) Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75
gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
4) Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta
neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
5) Dasar Data Pengkajian
Data tergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolic dan