Top Banner
SEMINAR ENDODONSIA Sifat Fisik Dan Mekanis Penambahan Bahan Anti Inflamasi ke dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida : Penelitian In Vitro Sumber : Dental Materials Journal , 2012 Vol 31(1) Pengarang : Phumisak Louwakul, Veera Lertchirakarn Halaman : 32-39 Pembimbing : Diani Prisinda, drg., MARS, Sp KG Dian, drg Seminaris : Haniyah Bahasuan 1
28

Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

Oct 28, 2015

Download

Documents

haneiyah

makalah jurnal
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

SEMINAR ENDODONSIA

Sifat Fisik Dan Mekanis Penambahan Bahan Anti Inflamasi ke

dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida :

Penelitian In Vitro

Sumber : Dental Materials Journal , 2012 Vol 31(1)

Pengarang : Phumisak Louwakul, Veera Lertchirakarn

Halaman : 32-39

Pembimbing : Diani Prisinda, drg., MARS, Sp KG

Dian, drg

Seminaris : Haniyah Bahasuan

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

PROGRAM PROFESI KEDOKTERAN GIGIBANDUNG

2013

1

Page 2: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

DAFTAR ISI

Abstrak…..............................................................................................3

Pendahuluan.........................................................................................4

..............................................................................................................................

Bahan dan metode...............................................................................6

Persiapan PCFA.........................................................................6

Pelepasan Fluosinolon Asetonid In Vitro..................................6

Pengukuran pH...........................................................................8

Penentuan Waktu Pengerasan....................................................8

Penentuan Kekuatan Tekan........................................................9

Penentuan Disintegrasi...............................................................9

Penentuan Kandungan Kelarutan Asam Arsen........................10

Analisis Statistik......................................................................11

Hasil.....................................................................................................12

Pelepasan Fluosinolon Asetonid In Vitro................................12

Pengukuran pH.........................................................................13

Penentuan Waktu Pengerasan, Kekuatan Tekan, Disintegrasi, dan Kandungan Kelarutan Asam Arsen...................................14

Diskusi.................................................................................................15

Kesimpulan.........................................................................................19

2

Page 3: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti pelepasan fluosinolon asetonid dari bahan

pulp capping eksperimen yang mengandung fluosinolon asetonid (PCFA) dan

membandingkan beberapa sifat fisik dan mekanisnya dengan Dycal®. PCFA merupakan

semen kalsium hidroksida hard-setting yang mengandung fluosinolon asetonid 50mmol/L.

Media yang dibuat dari bahan setting dikumpulkan untuk menilai pelepasan fluosinolon

asetonid menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi dan pengukuran pH menggunakan pH

meter. Waktu pengerasan, kekuatan tekan, disintegrasi, dan kelarutan asam arsen diukur

sesuai dengan ISO 3107:2004. Dycal® digunakan sebagai kelompok kontrol. Fluosinolon

asetonid dari PCFA dapat dilepas pada rentang konsentrasi tertentu. Waktu pengerasan, pH,

kelarutan asam arsen pada PCFA secara signifikan lebih tinggi dibandingkan Dycal®.

Kekuatan tekan dan disintegrasi PCFA sebanding dengan kelompok kontrol. PCFA dapat

digunakan sebagai alternatif bahan pulp capping pada jaringan pulpa yang terinflamasi.

Kata kunci : Kalsium hidroksida, Dycal, bahan anti inflamasi, fluosinolon asetonid, pulp

capping

3

Page 4: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

PENDAHULUAN

Pulp capping direct atau pulptomi parsial merupakan suatu metode terapi pada pulpa

gigi yang sudah terbuka dan ditutup dengan bahan pelindung pulpa dari trauma lanjutan dan

memungkinkan terjadinya penyembuhan dan perbaikan. Bahan yang digunakan pada

perawatan pulpa vital harus berkontak dengan jaringan pulpa, sehingga bahan tersebut tidak

boleh beracun dan biokompatibel dengan jaringan. Bahan pulp capping juga harus

memberikan kemampuan seal yang baik. Masalah utama pada terapi pulpa vital adalah

kondisi inflamasi yang berat yang tidak dapat diprediksi pada jaringan dibawahnya dan

keberhasilan secara klinis dalam jangka panjang yang bervariasi. Peradangan kronis pada

jaringan pulpa dapat menyebabkan respon degenerasi pulpa atau nekrosis pulpa. Untuk

mencegah komplikasi ini, bahan anti inflamasi telah digunakan pada terapi lesi karies yang

dalam atau pulpa yang terbuka pada gigi permanen dengan apeks yang sudah tertutup

sempurna. Obat anti inflamasi yang dicampur menggunakan alat dapat menjadi bahan pulp

capping direct yang efektif untuk karies yang sudah mengekspose jaringan pulpa.

Bahan anti inflamasi, seperti kortikosteroid, memiliki kemampuan untuk menghambat

proses inflamasi, seperti menghambat hiperemi dan odema, mengurangi rasa sakit, dan

menginduksi penyembuhan pulpa. Penggunaan kortikosteroid topikal dalam terapi pulpa vital

pada prosedur pulp capping telah dilaporkan pertama kali lebih dari 50 tahun yang lalu oleh

Rapoport dan Abramson, dengan kesuksesan 80-93%. Namun, produk komersial

(Ledermix®, Lederle Pharmaceuticals, Division of Cyanamid Wolfratshausen, Germany)

yang mengandung 1% triamsinolon asetonid dan 3,21% demetilklortetrasiklin dalam semen

base zinc okside eugenol, memberikan hasil yang tidak terduga dan sering tidak

menguntungkan. Hal tersebut dapat terjadi karena tidak terkontrolnya pelepasan steroid yang

4

Page 5: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

dapat menyebabkan kesuksesan jangka panjang dan efek samping yang tidak dapat

diprediksi. Baru-baru ini, sejumlah bukti telah menunjukkan manfaat dari penggunaan steroid

untuk mengurangi inflamasi dan menstimulasi penyembuhan pulpa. Dengan demikian,

aplikasi steroid jangka pendek pada pulpa yang terinflamasi dianggap dapat mengatasi

inflamasi dan mendukung penyembuhan.

Fluosinolon asetonid merupakan kortikosteroid sintetik yang biasanya digunakan

untuk penatalaksanaan kelainan dermatologi dan lesi vesikuloerosif pada rongga mulut. Efek

penggunaan fluosinolon asetonid pada terapi kulit bergantung pada konsentrasinya.

Fluosinolon asetonid dengan konsentrasi yang tinggi menghambat aktivitas mitosis

epidermal, tetapi konsentrasi yang rendah sedikit meningkatkan aktivitas tersebut.

Peningkatan proliferasi pada fibroblas kulit manusia yang dikultur tercatat atas berbagai

konsentrasi. Baru-baru ini, berbagai konsentrasi (0.1–10 μmol/L) menunjukkan efek positif

pada proliferasi sel pulpa, dan kedua fibronektin, dan sintesis kolagen tipe I. Dengan

diketahuinya efek anti-inflamasi tersebut, efek tersebut dapat menstimulasi penyembuhan

jaringan pulpa gigi sebelum pembentukan jembatan dentin. Keberhasilan penggunaan bahan

ini dalam perawatan pulpa membutuhkan kontrol pelepasan kortikosteroid yang cermat.

Penelitian ini berfokus pada penggabungan fluosinolon asetonid dengan bahan pulp capping

untuk mendukung penyembuhan jaringan pulpa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

meneliti pelepasan fluosinolon asetonid dari bahan pulp capping yang mengandung

fluosinolon asetonid (PCFA) dan membandingkan beberapa sifat fisik dan mekanis antara

PCFA dan semen kalsium hidroksida komersial lain.

5

Page 6: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

BAHAN DAN METODE

Persiapan PCFA

Komponen dari PCFA yaitu dua pasta semen kalsium hidroksida terdiri dari semen

base dan katalisator (tabel 1). Semua komponen PCFA dan semua perannya sama dengan

semen kalsium hidroksida dengan hard setting komersial (Dycal®, Dentsply Inc., Milford,

DE, USA), kecuali fluosinolon asetonid yang ditambahkan kedalam PCFA sebagai

komponen aktif lain. Bubuk fluosinolon asetonid (Fluocinolone acetonide, FARMABIOS

S.R.L., Gropello Cairoli, Italia) dilarutkan dalam larutan dimetil sulfiksida (DMSO;

CHROMASOLV® Plus, Sigma-Aldrich Corp., St. Louis, MO, USA) untuk mendapatkan

konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50, 75, 100, dan 150 mmol/L sebelum digabungkan dengan

katalisator. PCFA disimpan pada suhu 4° C sebelum digunakan. Jumlah yang sama antara

base dan katalisator dicampur dan dibiarkan keras pada suhu ruangan untuk membentuk

semen kalsium hidroksida dengan hard setting. Dycal® digunakan sebagai kelompok kontrol

(kecuali dalam uji pelepasan secara invitro) dan dipersiapkan sesuai dengan instruksi pabrik.

Pelepasan Fluosinolon Asetonid In Vitro

Uji pelepasan fluosinolon asetonid in vitro dimodifikasi dari Haesslesin dkk. Sampel

dicampur dan segera dimasukkan plastik silinder (tinggi 5mm, diameter 8mm). Sebelum

pengerasan sempurna, air deionisasi (DI) sebanyak 1 ml dituangkan ke dalam permukaan

masing-masing spesimen. Semua spesimen disimpan pada suhu 37°C. Media kondisioner

dikumpulkan pada interval waktu tertentu (4 jam, 8 jam, 1, 2, 3, 5, 7, 14, 21, dan 28 hari dan

bulan bulan berikutnya) dan diganti dengan air DI segar dengan jumlah yang sama. Bahan

sampel dikumpulkan sampai hasil menunjukkan pelepasan dengan tingkat yang konstan.

Supernatan yang dikumpulkan disimpan pada suhu 2-8° C sampai dilakukan analisis. Jumlah

6

Page 7: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

pelepasan fluosinolon asetonid ditentukan oleh sistem kromatografi cair kinerja tinggi

(HPLC) yang dilengkapi dengan detektor UV-VIS (Shimadzu, Model SPD-10A, Shimadzu

Corp., Kyoto, Jepang). Sebanyak 50 μL sampel dianalisis pada fase C18, kolom 5 μm

(250mm x 4,6mm) (Inertsil™, GL Sciences Inc., Tokyo, Jepang). Campuran air dan metanol

(30:70 berdasarkan volume) yang disampaikan pada laju air 0,7 ml/menit digunakan sebagai

fase gerak. Fluosinolon asetonid terdeteksi pada panjang gelombang 238 nm dan waktu

retensi 11 menit. Standar fluosinolon asetonid dibuat dari persediaan larutan fluosinolon

asetonid dalam DMSO (4,52 mg/ml) dan diencerkan dengan air DI. Konsentrasi standar

dianggap proporsional dengan area yang terintegrasi dari penyerapan UV. Kurva standar

yang dikalibrasi adalah linear (R2>0.99) selama rentang konsentrasi fluosinolon asetonid

yang tercatat berada diantara 1 sampai 100 μmol/L. Berbagai konsentrasi fluosinolon

asetonid (10 sampai 150 mmol/L) diisi ke dalam semen. Jumlah pelepasan fluosinolon

asetonid dicatat dan konsentrasi yang sesuai dipilih untuk penelitian lebih lanjut. Sepuluh

sampel disiapkan untuk masing-masing kelompok. Semen tanpa fluosinolon asetonid

digunakan sebagai kelompok kontrol. Pelepasan fluosinolon asetonid dihitung dan dicatat

dalam μmol/L.

Tabel 1 Komposisi Base dan Katalisator Bahan Pulp Capping Eksperimen

 Kuantitas %

Base1,3-Butylene glycol disalicylate 43,00Zinc oxide 9,00Titanium oxide-calcium phosphate 31,00Calcium tungstate 17,00Iron oxide pigment 0,1KatalisatorCalcium hydroxide 51,00Zinc oxide 9,23Zinc stearate 0,29

7

Page 8: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

Ethyl toluene sulfonamide + Fluocinolone acetonide 39,48

Pengukuran pH

Metode pengukuran pH menggunakan modifikasi dari Gençay dkk. Setiap spesimen

dicampur dan diletakkan dalam cetakan stainles steel silinder dengan tinggi 2 mm dan

diameter 4mm. Kemudian cetakan dan semen ditekan dengan dua gelas kaca mikroskopis.

Sampel dibiarkan mengeras pada suhu ruangan. Setiap sampel diambil dari cetakan dan

ditempatkan dalam botol yang terpisah yang berisi air DI 10 ml. Sampel disimpan pada suhu

37° C dan pengukuran pH dilakukan pada 1, 3, 24, 48, 72, dan 168 jam (7 hari) setelah

inkubasi. Nilai pH diukur dengan pH meter digital (Orion Research 420A, Orion Research

Inc., Boston, MA, USA), yang terhubung dengan elektroda kaca (Orion Ag/AgCl 91 Series

electrode, Orion Research Inc.). Alat pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer (Orion

buffer solution, Perfect buffer 10, Orion Research Inc. [pH<7,00; pH<11,00]) sebelum

digunakan pada tiap percobaan. Sepuluh sampel dipersiapkan untuk masing-masing

kelompok. Nilai pH ditampilkan dalam rata-rata ± standar deviasi yang dibandingkan dengan

kelompok kontrol.

Penentuan Waktu Pengerasan

Menurut standar internasional ISO 3107:2004, spesimen silinder dibuat dari cetakan stainless

steel dengan tinggi 2mm dan diameter 10mm. Cetakan ditempatkan pada kaca yang rata dan

diisi dengan bahan campuran. Cetakan dan bahan yang diuji ditempatkan pada blok logam di

ruang terkontrol (37°C dan kelembapan 95%) dalam waktu 60 detik mulai dari pencampuran.

Sebuah jarum indentor berujung datar (100g) diturunkan secara vertikal ke permukaan

semen. Indentasi segera dibuat pada interval 15 detik di daerah yang berbeda. Ujung jarum

dibersihkan sebelum indentasi masing-masing. Waktu pengerasan tercatat sebagai periode

8

Page 9: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

waktu dari awal pencampuran sampai waktu ketika jarum gagal untuk penetrasi sepenuhnya

menembus kedalaman seluruh materi. Pengukuran dilakukan pada sepuluh sampel untuk

setiap kelompok.

Penentuan Kekuatan Tekan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan standar ISO 3107:2004. Spesimen

dipersiapkan di cetakan stainless berukuran tinggi 4 mm dan diameter 6mm. Semen

dimasukkan ke dalam cetakan dan ditempatkan pada plat logam 1 menit setelah

pencampuran. Plat logam lainnya ditempatkan di atasnya dan kedua plat tersebut ditekan

bersama-sama. Kemudian ditempatkan dalam lemari (37°C dan kelembapan 95%) dalam

waktu 2 menit setelah akhir pencampuran. Satu jam setelah pencampuran sempurna,

permukaan datar dari spesimen dipersiapkan 90° terhadap sumbu. Spesimen segera

dikeluarkan dari cetakan dan diperiksa adanya rongga atau tepi yang retak. Setiap spesimen

yang rusak dibuang. Sepuluh spesimen digunakan untuk percobaan pada masing-masing

kelompok. Diameter dari tabung diukur dan dicatat. Spesimen direndam dalam air destilasi

dan dipertahankan pada 37°C selama 24 jam, kemudian dimasukan dalam air destilasi 23°C

selama 15 menit sebelum dilakukan pengujian. Permukaan ujung setiap spesimen

ditempatkan diantara platen dari universal testing machine (Instron, Model 8872; Instron

corp., Canton, MA, USA). Beban tekan diterapkan sepanjang sumbu panjang spesimen

menggunakan kecepatan cross-head 1mm/menit sampai terjadi fraktur. Kemudian kekuatan

maksimum dicatat. Kekuatan tekan dihitung dari hubungan antara luas pemukaan dan beban.

Penentuan Disintegrasi

Bahan uji disintegrasi diperiksa sesuai dengan ISO 3107:2004. Spesimen dibuat dari ring

stainless steel dengan tinggi 1,5 mm dan diameter internal 20mm. Cetakan ditempatkan pada

9

Page 10: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

lembaran selulosa asetat tipis yang didukung oleh pelat kaca datar. Sebuah kawat stainless

steel (diameter 0,25 mm) dimasukkan melalui split ring setidaknya 10 mm ke dalam ring.

Semen dan Dycal® (sebagai kelompok kontrol) dicampur dan diisi ke dalam ring, kemudian

ditutup dengan plat kaca lainnya yang dihadapkan dengan selembar selulosa asetat, dan

ditekan. Setelah pengerasan sempurna (sekitar 3 menit setelah dimulai pencampuran) cetakan

dan plat ditempatkan dalam lemari dengan suhu 37°C dan kelembapan 95%. Kemudian,

spesimen dilepaskan dari ring. Kelebihan semen dibuang dari ujung plat spesimen dan

dengan lembut disikat untuk membuang sisa bahan dari permukaan. Spesimen kemudian

ditimbang dan berat bersihnya (berat total dikurangi berat stainless steel) dicatat. Dua dari

sampel disc ditempatkan pada gelas 100ml. Disc tersebut direndam segera dengan

menuangkan 50 ml air destilasi kedalam gelas tersebut. Spesimen-spesimen tersebut ditanam

dengan kawat tanpa menyentuh satu sama lain dan gelas kaca. Kemudian gelas tersebut

dibungkus dengan plastik dan alumunium foil. Setelah merendam disc selama 24 jam pada

suhu 37°C, spesimen diambil dari air tersebut. Permukaannya dibilas dengan air destilasi

sebanyak 2 ml. Permukaan tersebut dikeringkan dengan hati-hati dengan kertas serap yang

bersih. Spesimen kemudian disimpan dalam desikator selama 24 jam dan ditimbang kembali.

Berat bersih akhir kemudian dicatat. Disintegrasi kemudian dihitung sebagai persentase berat

asli. Pengukuran dilakukan pada sepuluh sampel untuk setiap kelompok.

Penentuan Kandungan Kelarutan Asam Arsen

Metode yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan ISO 3107:2004. Semen

eksperimen yang sudah keras dan Dycal® (sebagai kelompok kontrol) ditumbuk dan

dilewatkan pada saringan 75 μm (200 mesh). Dua gram dari bubuk yang telah disaring

didispersikan ke dalam 30 ml air dengan asam hidroklorida 37% sebanyak 10 ml

(Hydrochloric acid fuming 37%, Merck KGaA, Darmstadt, Germany). Campuran tersebut

10

Page 11: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

dipertahankan pada suhu 37°C selama 1 jam dan disaring. Total kandungan kelarutan arsen

pada sampel ditentukan dengan mikroskop serap atom (AAnalyst 800, PerkinElmer Inc.,

Shelton, CT, USA). Pengukuran dilakukan pada sepuluh sampel untuk setiap kelompok.

Analisis Statistik

Semua data dianalisis dengan menggunakan program analisis statistik (SPSS version 17.0,

SPSS Inc., Chicago, IL, USA). Perbedaan signifikan antara sifat material ditentukan dengan

Student’s t-test (p<0.05). Data waktu pengerasan merupakan data diskrit. Oleh karena itu data

tersebut menunjukkan sebagai median dan dianalisis dengan Mann-Whitney U test (p<0.05).

11

Page 12: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

HASIL

Pelepasan Fluosinolon Asetonid In Vitro

Jumlah pelepasan fluosinolon asetonid dideteksi dengan HPLC dan deteksi UV secara

langsung. Metode HPLC digunakan untuk mendeteksi fluosinolon asetonid pada waktu

retensi 11 menit (Gambar 1a.). Jumlah fluosinolon asetonid yang dilepaskan dari berbagai

konsentrasi bahan percobaan disajikan dalam Gambar 1b. Semen yang mengandung

50mmol/L fluosinolon asetonid dapat melepas fluosinolon asetonid pada konsentrasi

50mmol/L dari daerah permukaan 50-mm2 yang sama dengan 1 μmol/L/ mm2. Oleh karena

itu, 50mmol/L muatan fluosinolon asetonid dipilih untuk penelitian lebih lanjut. Akumulasi

pelepasan fluosinolon asetonid dari PCFA telah diamati secara in vitro lebih dari 6 bulan.

Hasilnya ditunjukkan pada gambar 1c sebagai rata-rata ± SD. Fluosinolon asetonid yang

dilepas selama 72 jam pertama ditunjukkan pada gambar 1d. Pelepasan yang cepat ini juga

mempengaruhi pelepasan kumulatif fluosinolon asetonid, terutama dalam 5 hari pertama,

seperti ditunjukkan pada gambar 1c. Setelah 1 bulan, konsentrasi fluosinolon asetonid yang

dilepaskan dari PCFA hampir konstan yaitu 0.029–0.021 μmol/L/hari.

12

Page 13: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

Gambar 1. Pelepasan Fluosinolon Asetonid dari semen eksperimental. a) kromatogram yang diperoleh dari HPLC dan puncak fluosinolon asetonid (panah). b) pemilihan 50mmol/L fluosinolon asetonid dari berbagai dosis bahan pulp capping eksperimental. c) pelepasan kumulatif fluosinolon asetonid. d) konsentrasi fluosinolon asetonid yang dilepas setiap

periode waktu yang berbeda.

Pengukuran pH

Nilai pH bahan percobaan dan Dycal® meningkat setelah 1 jam. Nilai pH PCFA secara

signifikan lebih tinggi dari Dycal® pada setiap interval waktu (p<0.05). Nilai pH Dycal® dan

PCFA masing-masing berkisar antara 9,80-10,86 dan 10,57-11,72. Ukuran pH dari kedua

material tetap stabil setelah 72 jam seperti ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Nilai pH PCFA dan Dycal®. *Data menunjukkan perbedaan statistik yang signifikan antara bahan yang diuji dalam metode yang sesuai.

13

Page 14: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

Penentuan Waktu Pengerasan, Kekuatan Tekan, Disintegrasi, dan Kandungan Kelarutan Asam Arsen

Sifat fisik dan mekanis dari bahan percobaan diperiksa dan hasilnya ditunjukkan pada gambar

3. Waktu pengerasan Dycal® dan PCFA masing-masing berkisar 60-90 detik dan 115-165

detik. Median waktu pengerasan Dycal® dan PCFA masing-masing 75 dan 150s (Gambar 3a).

Kekuatan tekan Dycal® dan PCFA masing-masing 17.09±2.91 dan 15.11±1.25 MPa (Gambar

3b). Disintegrasi Dycal® dan PCFA masing-masing 3.13±0.43% dan 3.15±0.22% (Gambar

3c). Kekuatan tekan dan disintegrasi Dycal® dan PCFA tidak berbeda secara signifikan

(p<0.05). Kandungan kelarutan asam arsen pada Dycal® yaitu kurang dari 0.05 mg/kg,

sedangkan PCFA yaitu sebesar 0.21±0.02 mg/kg (Gambar 3d). Waktu pengerasan dan

kandungan kelarutan asam arsen dari PCFA secara signifikan lebih tinggi dibandingkan

Dycal® (p<0.05).

Gambar 3. Sifat Fisik dan Mekanis dari Semen Eksperimen PCFA dan Dycal® : a) Waktu pengerasan; b) Kekuatan tekan; c) Disintegrasi; d) Kelarutan asam arsen.

14

Page 15: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

DISKUSI

Penggunaan bahan anti inflamasi untuk terapi pulpa sudah dimulai sejak tahun 1960.

Namun, banyak pertanyaan tentang keamanan obat tersebut. Fluosinolon asetonid telah

terbukti sukses dan aman untuk digunakan dalam pengobatan lesi vesikobulosa oral.

Sejumlah bukti melaporkan adanya efek proliferatif positif pada fluosinolon asetonid

konsentrasi rendah tetapi efek penghambat pertumbuhan sel merupakan salah satu efek

samping yang banyak diketahui pada penggunaan glukokortikoid topikal. Dengan demikian,

penerapan fluosinolon asetonid dalam terapi pulpa harus digunakan secara hati-hati.

Penelitian terbaru menunjukkan adanya konsentrasi yang tepat dari fluosinolon

asetonid dalam promosi respon penyembuhan awal sel pulpa yaitu 0.1–10 μmol/L. Oleh

karena itu fluosinolon asetonid ditambahkan ke dalam semen kalsium hidroksida hard setting

pada konsentrasi terpilih (50mmol/L) untuk melepaskan konsentrasi sesuai. Kromatgram dari

HPLC menunjukkan puncak komponen PCFA, namun kebanyakan hasilnya terlalu kecil.

Kami dapat memastikan adanya ketersediaan dan stabilitas dari pelepasan fluosinolon

asetonid dibandingkan dengan puncak bahan standar pada waktu retensi yang sama. Pada

penelitian pelepasan in vitro ini menunjukkan bahwa fluosinolon asetonid mampu dilepas

dari bahan selama 6 bulan. Konsentrasi pelepasan fluosinolon asetonid mulai dari 0,1-

1μmol/L, ditemukan selama 5 hari pertama. Periode ini berhubungan dengan tahap awal

penyembuhan luka yang dimulai segera dan fase inflamasi dan fase proliferasi yang dimulai

beberapa hari setelah perawatan. Oleh karena fluosinolon asetonid 0.1 to 10 μmol/L memiliki

efek stimulasi proliferasi sel dan pembentukan matriks ekstraseluler , pelepasan awal

fluosinolon asetonid harus bermanfaat bagi penyembuhan. Namun, aktivitas pelepasan

fluosinolon asetonid ini masih belum diketahui dan harus dikonfirmasi pada penelitian in

vitro dan in vivo. Sistem kultur sel dapat digunakan untuk mempelajari pengaruh bahan ,

15

Page 16: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

dengan atau tanpa pelepasan fluosinolon asetonid, pada proliferasi sel, sintesis RNA dan

protein, atau kegiatan seluler lainnya. Penelitian terhadap hewan harus dilakukan untuk

mengkonfirmasi penyembuhan jaringan pulpa gigi setelah capping dengan PCFA. Setelah 1

bulan, fluosinolon asetonid dilepaskan dari PCFA sekitar 0.029–0.021 μmol/L/hari. Sejumlah

minimal dari fluosinolon asetonid dilepaskan dari bahan pilihan selama periode jangka

panjang untuk mencegah efek sistemik dari steroid seperti hiperglikemi, glaukoma,

insufisiensi adrenal dan efek lokal seperti penyembuhan luka yang tertunda dan resiko

proliferasi mikroba.

Produk kalsium hidroksida telah diterima sebagai bahan standar untuk pengobatan

konservatif perawatan pulpa gigi yang terbuka karena potensi terapi dan biologisnya, bahan

stimulasi formasi sklerotik dan dentin reparatif melindungi pulpa dari rangsangan termal.

Keberhasilan yang diperoleh kalsium hidroksida sebagai bahan pulp capping berkaitan

dengan sifat basanya yang tinggi dan disarankan adanya kenaikan pH adalah faktor yang

paling konduktif untuk penyembuhan pulpa. Bahan yang terkandung dalam Dycal® memiliki

pH 9.80–10.86 di atas 168 jam (7 hari) durasi pengujian ini. Penemuan ini sesuai dengan

beberapa penelitian sebelumnya. Bahan yang terkandung dalam PCFA juga mempertahankan

tingkat basa yang tinggi, dengan nilai pH 10.57–11.72, yang jauh lebih tinggi dibandingkan

Dycal® selama durasi 168 jam (7 hari). Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan

jumlah ion hidroksil yang dilepaskan dari setiap bahan. Semakin tinggi nilai pH mungkin

memiliki beberapa keunggulan dalam netralisasi asam pada daerah inflamasi, efek

antibakteri, dan stimulasi perbaikan dan pembentukan jembatan dentin pada pulpa yang

terbuka. Standar ISO untuk bahan pulp capping belum dikembangkan. Oleh karena itu, ISO

3107:2004 dipilih sebagai pedoman untuk evaluasi sifat bahan. Waktu pengerasan dari PCFA

(150 detik) lebih lama dibanding Dycal® (75 detik). Penelitian sebelumnya melaporkan waktu

pengerasan yang lebih lama pada Dycal® (145 detik) yang mungkin disebabkan oleh metode

16

Page 17: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

yang berbeda pada beberapa penelitian. Waktu pengerasan pada kalsium hidroksida hard

setting juga dipengaruhi oleh suhu kamar. Oleh karena itu, semakin lama waktu pengerasan

PCFA akan cukup untuk digunakan pada kondisi suhu yang tinggi. Kekuatan tekan PCFA

(15.11±1.25 MPa) sebanding dengan Dycal® (17.09±2.91 MPa). Penelitian sebelumnya

melaporkan bahwa kekuatan tekan Dycal® yaitu 14,5 sampai 36 MPa. Namun, kekuatan

tekan kedua semen jauh lebih tinggi dari kekuatan minimal yang diperlukan sesuai ISO

3107:2004. Semen tersebut cukup kuat untuk menahan tekanan rata-rata 10.5 N/mm2 , yang

diterapkan melalui siklus kondensasi amalgam. Disintegrasi PCFA (3,16%) sebanding

dengan Dycal® (3,13%) dan telah dibandingkan dengan laporan sebelumnya dari Dycal® (2.7

to 6.76%). Kelarutan semen mungkin bermanfaat bagi pelepasan ion hidroksil dan

fluosinolon asetonid tetapi dapat menyebabkan disolusi bahan dan meninggalkan ruang di

bawah restorasi. Karena rendahnya kekuatan tekan, disintegrasi, dan rendahnya adhesi dentin,

semen harus digunakan setipis mungkin dan dilapisi oleh bahan base atau liner lainnya yang

menyediakan seal yang baik dan mencegah kontak langsung prosedur etsa asam.

Kontaminasi arsen pada semen percobaan (PCFA) ditentukan dengan metode standar. Bahan

yang diuji tersebar dalam asam sampai kontaminasi arsen dilarutkan ke dalam larutan asam.

Kelarutan asam arsen dari PCFA (0.21 mg/kg) lebih tinggi dibandingkan Dycal® (0.05

mg/kg). Arsen yang ada dalam PCFA adalah sekitar sepuluh kali lipat di bawah dosis

maksimal berdasarkan ISO 3107:2004 dan jauh di bawah dosis letal (1.5 to 500 mg/kg berat

badan) yang diberikan secara oral pada manusia. Mineral Trioxide Agregate (MTA) telah

terbukti berhasil dalam perawatan pulpa vital. Hal ini dapat merangsang pembentukan dentin

bridge yang tebal dan menjadi bahan pulp capping, bahkan dalam kasus pulpitis ireversibel.

Namun MTA memiliki waktu setting yang lama dan biaya yang tinggi. Beberapa penulis

melaporkan hasil serupa antara MTA dan kalsium hidroksida bila digunakan untuk perawatan

gigi. Meskipun saat ini MTA lebih popular digunakan sebagai bahan pulp capping, MTA

17

Page 18: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

memiliki komposisi berbeda dibanding semen kalsium hidroksida. Dycal® terpilih sebagai

kelompok kontrol dalam penelitian ini karena kesamaan jenis, komposisi dan

penggunaannya. Setelah penggabungan fluosinolon asetonid ke bahan percobaan pulp

capping, fluosinolon asetonid dilepaskan dan beberapa sifat fisik dan mekanis tidak berbeda

dengan Dycal®. Oleh karena itu, PCFA dianggap sebagai bahan alternatif dalam pengobatan

pulpa vital dibanding semen kalsium hidroksida konvensional. Namun, efek fluosinolon

asetonid ke jaringan pulpa masih belum diketahui. Selanjutnya percobaan in vitro dan in vivo

diperlukan untuk mengkonfirmasi efek biologi dari bahan. Penyembuhan jaringan pulpa dan

kualitas jembatan dentin harus dievaluasi dengan membandingkan MTA dalam penelitian in

vivo sebelum bahan ini digunakan secara klinis.

18

Page 19: Penggabungan Bahan Anti Inflamasi Ke Dalam Bahan Pulp Capping Kalsium Hidroksida

KESIMPULAN

Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa fluosinolon asetonid dapat dilepaskan pada

konsentrasi yang sesuai dari semen eksperimen kalsium hidroksida anti inflamasi. Ukuran

pH, waktu pengerasan, dan kandungan kelarutan asam arsen lebih tinggi dibandingkan

Dycal® tetapi kekuatan tekan dan disintegrasi tidak berbeda dari Dycal®.

19