Top Banner
~ 45 ~ MAJELIS DIKTI DAN LITBANG PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ENREKANG SK Mendikbud RI Nomor: 300/M/2020, 19 Februari 2020 Volume 2 Nomor 2 (2020) ISSN Online : 2716-4446 Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving Pratiwi: Haslinda; Khalik; Tri Wijaya; M. Yasdar; Syaparuddin; Elihami; Ilham: Tasri: Husni: Haerullah; Hasnidar; Abstrak Kemampuan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa yang merupakan kompetensi yang harus dikembangkan untuk menghadapi masa depan di era revolusi industry 4.0. Pelaksanaan penelitian pada mahasiswa mahasiswa semester tiga Pendidikan Nonformal Universitas MUhammadiyah Enrekang. Tujuan dari aktivitas mahasiswa dan dosen selama proses perkulihaan dengan pendekatan saintifik, mendeskripsikan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa melalui pendekatan saintifik. Penelitian ini menggunakan critical review melalui field research. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan aktivitas mahasiswa dan dosen selama pembelajaran dan lembar tes berpikir kreatif mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa dengan presentase 70 % pada tahap awal menjadi 76 % pada tahap kedua, aktivitas dosen juga mengalami peningkatan dari 79% pada tahap pertama menjadi 81% pada tahap kedua. Sedangkan aktivitas mahasiwa meningkat dari 75% pada tahap pertama menjadi 78 pada tahap kedua. Berdasarkan hasil penelitian ini dosen disarankan dapat menerapkan pendekatan saintifik untuk mengembangkan kompetensi lain yang dibutuhkan di era masyarakat 5.0. Kata Kunci: Mahasiswa; Pendekatan Saintifik, Berpikir kreatif Abstract Students' creative thinking skills are competencies that must be developed to face the future in the era of the industrial revolution 4.0. The research was carried out on the third semester students of Nonformal Education at the University of MUhammadiyah Enrekang. The purpose of student and lecturer activities during the lecture process with a scientific approach is to describe students' creative thinking skills through a scientific approach. This study uses a critical review through field research. The instruments used in this study were student and lecturer activity observation sheets during learning and student creative thinking test sheets. The results showed that there was an increase in students' creative thinking skills with a percentage of 70% in the initial stage to 76% in the second stage, lecturer activity also increased from 79% in the first stage to 81% in the second stage. Meanwhile, student activity increased from 75% in the first stage to 78 in the second stage. Based on the results of this study, lecturers are advised to apply a scientific approach to develop other competencies needed in the era of society 5.0. Keywords: Students; Scientific approach, creative thinking
15

Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

Oct 26, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

~ 45 ~

MAJELIS DIKTI DAN LITBANG PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ENREKANG SK Mendikbud RI Nomor: 300/M/2020, 19 Februari 2020

Volume 2 Nomor 2 (2020) ISSN Online : 2716-4446

Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

Pratiwi: Haslinda; Khalik; Tri Wijaya; M. Yasdar; Syaparuddin; Elihami;

Ilham: Tasri: Husni: Haerullah; Hasnidar;

Abstrak Kemampuan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa yang merupakan kompetensi yang harus dikembangkan untuk menghadapi masa depan di era revolusi industry 4.0. Pelaksanaan penelitian pada mahasiswa mahasiswa semester tiga Pendidikan Nonformal Universitas MUhammadiyah Enrekang. Tujuan dari aktivitas mahasiswa dan dosen selama proses perkulihaan dengan pendekatan saintifik, mendeskripsikan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa melalui pendekatan saintifik. Penelitian ini menggunakan critical review melalui field research. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan aktivitas mahasiswa dan dosen selama pembelajaran dan lembar tes berpikir kreatif mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa dengan presentase 70 % pada tahap awal menjadi 76 % pada tahap kedua, aktivitas dosen juga mengalami peningkatan dari 79% pada tahap pertama menjadi 81% pada tahap kedua. Sedangkan aktivitas mahasiwa meningkat dari 75% pada tahap pertama menjadi 78 pada tahap kedua. Berdasarkan hasil penelitian ini dosen disarankan dapat menerapkan pendekatan saintifik untuk mengembangkan kompetensi lain yang dibutuhkan di era masyarakat 5.0.

Kata Kunci: Mahasiswa; Pendekatan Saintifik, Berpikir kreatif

Abstract Students' creative thinking skills are competencies that must be developed to face the future in the era of the industrial revolution 4.0. The research was carried out on the third semester students of Nonformal Education at the University of MUhammadiyah Enrekang. The purpose of student and lecturer activities during the lecture process with a scientific approach is to describe students' creative thinking skills through a scientific approach. This study uses a critical review through field research. The instruments used in this study were student and lecturer activity observation sheets during learning and student creative thinking test sheets. The results showed that there was an increase in students' creative thinking skills with a percentage of 70% in the initial stage to 76% in the second stage, lecturer activity also increased from 79% in the first stage to 81% in the second stage. Meanwhile, student activity increased from 75% in the first stage to 78 in the second stage. Based on the results of this study, lecturers are advised to apply a scientific approach to develop other competencies needed in the era of society 5.0. Keywords: Students; Scientific approach, creative thinking

Page 2: Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

~ 1 ~

Latar Belakang Pendidikan merupakan

cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang bermartabat dan

berdimensi spiritual dalam pembangunan negara secara

universalitas, (Elihami, E., & Syahid, A, 2018). Oleh karena

itu, pendidikan harus mendapatkan prioritas utama dari pemerintah dan masyarakat

yang mengacu pada kurikulum 2013, (Hami, E., & Idris, M,

2015). Ironisnya, pendidikan di Indonesia pada umumnya masih

menggunakan proses pembelajaran konvensional yang menyebabkan rendahnya

kemampuan berpikir peserta didik (Nikmah, Wildan &

Munatri, 2015). Padahal menurut Abidin (2013), pada abad 21 minimal ada empat kompetensi

yang harus dikuasai yakni kemampuan berpikir kreatif,

kemampuan pemahaman yang tinggi, berkomunikasi serta

kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berkolaborasi. Kemampuan berpikir kreatif

merupakan salah satu kompetensi yang sangat

diperlukan untuk menghadapi masa persaingan global.

Kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu proses berpikir yang menghasilkan suatu ide,

gagasan yang baru secara luas dan bermacam-macam. Proses

berpikir tersebut melibatkan unsur–unsur kelancaran

(fluency), kelenturan (flexibility), orisinalitas (originality), dan kerincian (elaboration).

Kemampuan berpikir kreatif sangat dipengaruhi

keyakinan diri pada peserta didik itu sendiri. Menurut hasil

penelitian Kisti dan Aini (2012) terdapat hubungan yang

signifikan antara kretivitas dan self efficacy. Keyakinan diri yang dimaksud adalah self

efficacy. Self efficacy merupakan suatu keyakinan

dari seseorang untuk menampilkan tindakan baru yang digunakan untuk

mengatasi suatu masalah dalam rangka mencapai tujuan.

Menurut Bandura self efficacy terbagi menjadi tiga dimensi,

yakni dimensi level, strenght, dan generality (Masraroh, 2012).

Minimnya peserta didik

yang menyampaikan pendapat disebabkan karena kurangnya

ragam pendapat yang disebabkan sedikitnya ide-ide

yang muncul. Ide-ide yang muncul sangat erat kaitannya dengan kemampuan berpikir

kreatif, (Yasdar, 2020). Seperti yang dinyatakan Munandar

(2012) salah satu ciri tingginya kemampuan berpikir kreatif di

antaranya adalah kemampuan menyampaikan pendapat/gagasan. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa ketidakmampuan

peserta didik dalam memberikan gagasan pemecahan masalah menunjukkan masih rendahnya

kemampuan berpikir kreatif peserta didik dikelas tersebut.

Berdasarkan dokumentasi data yang penulis

kumpulkan selama mengajarkan

Page 3: Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

~ 2 ~

materi Analisis Vektor diperoleh nilai tes tertulis selama 3 (tiga)

tahun terakhir tentang menganalisis gerak parabola,

dan gerak melingkar dengan menggunakan vektor, materi

ajar kinematika dengan analisis vektor, diketahui bahwa hasil jawaban peserta didik ketika

mengerjakan soal berupa uraian, kemampuan

menjabarkan jawaban secara kreatif, detail, dan tepat kurang dari standar nilai yang

ditetapkan setelah proses pembelajaran. tahun pelajaran

2018/2019 jumlah peserta didik yang tuntas belajar Ilmu

Pendidikannya mencapai 57,35% dengan nilai rata-rata kelas 54,25. Pada tahun

akademik 2018/2019 jumlah peserta didik yang tuntas belajar

Ilmu Pendidikannya mencapai 64,72% dengan nilai rata-rata

kelas 60,57. Pada tahun pelajaran 2016/2017 jumlah peserta didik yang tuntas

belajar Ilmu Pendidikannya mencapai 62,85% dengan nilai

ratarata kelas 63,43. Nilai-nilai yang

diperoleh rata-rata, yaitu C. Mencermati permasalahan di atas, menunjukkan bahwa

dalam melaksanakan proses pembelajaran Ilmu Pendidikan

masih dibutuhkan suatu perencanaan yang dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kreatif dan hasil belajar peserta didik dalam

memahami materi yang diajarkan baik secara individu

maupun kelompok. Untuk

meningkatkan kondisi tersebut, salah satu upaya nyata yang

dapat dilakukan guru adalah melakukan suatu tindakan

berupa pendekatan problem solving di kelas. Tindakan itu

diperbuat oleh seorang guru dan dapat berjalan dengan baik jika dalam proses pembelajaran

diikuti dengan penggunaan model pembelajaran yang saling

berkaitan. Penggunaan model pembelajaran itu adalah model Creative Problem Solving (CPS).

Metode Penelitian

Berpedoman dari perumusan masalah dan tujuan

penelitian, maka jenis penelitian yang dilakukan yakni qualitative research. Waktu pelaksanaan

penelitian pada semester gasal Tahun Pelajaran 2018/2019.

Subjek penelitian adalah mahasiswa pendidikan

Nonformal melalui ilmu pendidikan Tahun akademik2018/2019 yang

berjumlah 44 orang, terdiri dari 24 orang siswa laki-laki dan 20

orang siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah

pendekatan CPS yang diterapkan dalam proses pembelajaran Ilmu Pendidikan

Tahun Pelajaran 2018/2019. Dalam penelitian ini data diolah

menggunakan analisis statistik deskriptif

Page 4: Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

~ 3 ~

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penggunaan model

pembelajaran CPS yang sesuai akan berdampak terhadap pendekatan problem solving

dalam proses pembelajaran sehingga materi Ilmu Pendidikan

yang akan diajarkan dan dibelajarkan oleh guru melalui

penyampaian dan komunikasi yang baik diharapkan dapat memberikan kesempatan lebih

banyak kepada peserta didik, membuka wawasan berpikir

kreatif untuk memahami dan memecahkan masalah yang

dihadapi. Peserta didik tidak lagi bosan belajar Ilmu Pendidikan, bahkan peserta

didik yang tadinya membenci pelajaran ini menjadi

bersemangat dan mulai menyukai Ilmu Pendidikan

sedikit demi sedikit. (Hikmah dan Natsir, 2009). Myrmel (2003) mengatakan Teachers should

spend time discussing the thinking process. This would

help students to begin to “think about thinking.” Students learn

about facts and figures from a young age and need to be

exposed to creative problem solving styles of thinking.

Pernyataan itu menggambarkan bahwa pada pembelajarantertentu,

penggunaan creative problem solving memberikan suatu

solusi bagi dosen dan mahasiswa untuk membantu para peserta didik kreatif dalam belajar

memahami suatu fakta dan gambar gambar dalam

menyelesaikan masalah yang semakin hari semakin komplek,

(Husni, dkk., 2020). Berdasarkan beberapa

pernyataan di atas, dapat

memberikan suatu gambaran bahwa salah satu upaya untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar

Ilmu Pendidikan terletak pada tindakan yang diperbuat oleh guru, yakni melalui pendekatan

CPS di kelas, (Wijaya, dkk., 2020). Jadi yang diperlukan

adalah kesempatan peserta didik untuk dilatih melalui

pembelajaran Ilmu Pendidikan, (Tahir, dkk., 2020). Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti

harus melakukan tindakan melalui penelitian tindakan kelas

dengan judul Peningkatan Berpikir Kreatif Dan Hasil Belajar Ilmu Pendidikan Melalui

Pendekatan Creative Problem Solving (CPS), (Syaripuddin,

dkk., 2020). Pendidikan nasional diarahkan dengan tujuan untuk

mengembangkan keterampilan

Page 5: Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

~ 4 ~

peserta didik dalam mencerdaskan kehidupan bangsa

dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam

UU No 20 pasal 03 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa salah

satu tujuan Pendidikan nasional adalah terciptanya peserta didik

yang kreatif. Pada era globalisasi, keterampilan berpikir kreatif

menjadi bekal Dalam menyongsong revolusi industri 4.0.

Mata kuliah Ilmu Pendidikan terapan sebagai bagian dari sains

dalam menghadapi revolusi industri di era globalisasi

membekali peserta didik dengan kompetensi teori dan konsep Ilmu Pendidikan agar menunjang

terciptanya keterampilan berpikir kreatif. Ilmu Pendidikan terapan

pada hakikatnya tidak hanya mengajarkan pengetahuan

(kognitif) saja, tetapi juga melatihkan sikap dan keterampilan yang dibutuhkan

peserta didik dalam mengatasi berbagai masalah yang ada dan

belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Jika selama ini Ilmu Pendidikan dianggap

sebagai ilmu tentang rumus dan soal-soal, maka sudah saatnya

bagi peserta didik untuk menjadi lebih akrab dengan Ilmu

Pendidikan. Untuk

menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta

didik maka proses pembelajaran di dalam kelas harus

diselenggarakan dengan baik dan bermutu

Realita di lapangan, beberapa permasalahan yang terjadi adalah peserta didik

masih kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan

Ilmu Pendidikan yang menuntut cara berpikir luwes dalam menghubungkan formulasi dan

aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan analisis dari

hasil wawancara, bahwa permasalahan yang terjadi

disebabkan karena rendahnya kemampuan peserta didik dalam mengeksplorasi pengetahuan dan

keterbatasan daya nalar yang berdampak pada rendahnya

keterampilan berpikir kreatif peserta didik dalam

menyelesaikan permasalahan Ilmu Pendidikan. Selain itu, dalam proses pembelajaran

peserta didik kurang dilatih menggunakan keterampilan

berpikir dengan bahasa sendiri dan mereka terbiasa dengan

sistem pembelajaran seperti mendengarkan penjelasan dosen dan mengerjakan latihan soal

yang berbasis tingkat pemahaman saja. Pembelajaran

masih berpusat pada dosen dan Peserta didik tidak memiliki kesempatan untuk

mengembangkan cara berpikir dan memvariasikan tingkat

pemahamannya dalam menelaah materi yang diperoleh selama

proses pembelajaran di dalam

Page 6: Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

~ 5 ~

kelas. secara tidak langsung hal ini membatasi ruang lingkup

peserta didik dalam mengembangkan keterampilan

berpikir kreatif yang dimiliki

Menumbuhkan

keterampilan berpikir kreatif sangat penting dalam dunia

pendidikan, karena dengan adanya keterampilan berpikir

kreatif peserta didik akan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam suatu

permasalahan. lima indikator berpikir kreatif, yaitu: 1.

Kepekaan (problem sensitivity), adalah keterampilan mendeteksi, mengenali, dan memahami serta

menanggapi suatu pernyataan, situasi, atau masalah; 2.

Kelancaran (fluency), adalah keterampilan untuk

menghasilkan banyak gagasan; 3. Keluwesan (flexibility), adalah keterampilan untuk

mengemukakan bermacam-

macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah; 4.

keaslian (originality), adalah keterampilan untuk mencetuskan

gagsan dengan cara-cara yang asli, tidak klise, dan jarang

diberikan kebanyakan orang; 5. Elaborasi (elaboration), adalah keterampilan menambah suatu

situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya

secara detail, yang didalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar, model dan kata-kata.

Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan

pendekatan sintifik adalah proses pembelajaran yang sedemikian

rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, (Rustiani, dkk., 2020), hukum

atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati(untuk

mengidentifikasi atau menemukan masalah)

merumuskan masalah, (Rahman, dkk., 2020), mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis

data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,

hukum atau prinsip yang ditemukan, (Ismail, dkk. , 2020).

Proses pembelajaran dapat

dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena itu Kurikulum

2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan

saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan

pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

peserta didik (Husni, dkk., 2020).

Page 7: Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

~ 6 ~

Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria

ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan

induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran

deduktif (deductivereasoning). Pembelajaran dengan

metode saintifik memiliki

karakteristik berpusat pada peserta didik, melibatkan

keterampilan proses Sains, melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam

merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan

berpikir tingkat tinggi dan dapat mengembangkan karakter

peserta didik, sedangkan beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan

pembelajaran adalah sebagai berikut: Pembelajaran berpusat

pada peserta didik, pembelajaran membentuk student self concept,

pembelajaran terhindar dari verbalisme, pembelajaran memberikan kesempatan pada

peserta didik untuk mengasimilasi dan

mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip, pembelajaran

mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir peserta didik,

pembelajaran mendorong motivasi peserta didik dan

motivasi mengajar guru, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih

kemampuan dalam komunikasi, adanya proses validasi terhadap

konsep, hukum dan prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam

struktur kognitifnya.

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik

didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa

tujuan pembelajaran dengan saintifik adalah Untuk

meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi, untuk

membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu

masalah secara sistemik, terciptanya kondisi pembelajaran di mana peserta didik merasa

bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, diperolehnya

hasil belajar yang tinggi, untuk melatih peserta didik dalam

mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah, untuk mengembangkan

karakter peserta didik. Berikut ini Penjabaran

langkah-langkah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

tematik terpadu. Kegiatan pertama adalah mengamati (Observing), kegiatan belajar yang

dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca,

mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).

Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi

(Kemdikbud, 2013). Observing adalah kegiatan studi yang

disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan

dan pencatatan. Selanjutnya yaitu menanya (Questioning), Langkah

kedua dalam pendekatan saintifik adalah menanya

(Questioning). Kegiatan belajar

Page 8: Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

~ 7 ~

menanya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang

informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau

pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa

yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat

hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah

mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk

membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan

belajar sepanjang hayat.

Kegiatan ketiga yaitu mengumpulkan informasi/Eksperimen

(Mencoba), kegiatan “mengumpulkan informasi”

merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan

mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui

berbagai cara. Dalam Kemdikbud (2014:72), "mengumpulkan

informasi/eksperimen kegiatan pembelajarannya antara lain melakukan eksperimen;membaca

sumber lain selain buku teks; mengamati

objek/kejadian/aktivitas; dan wawancara dengan narasumber.”

Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulkan informasi/ eksperimen adalah

mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai

pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan

kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara

yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar

sepanjang hayat (Hosnan,

2014:57).

Langkah berikutnya dalam pendekatan saintifik adalah

menalar/mengolah informasi. Menurut Hosnan (2014:67)

Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas

fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Hal ini menggambarkan bahwa guru dan peserta didik

merupakan perilaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal

dan situasi peserta didik harus

lebih aktif daripada guru.

Kegiatan terakhir adalah mengkomunikasaikan, kegiatan

belajar mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan

berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Kompetesi yang dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan adalah

mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan

berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat

dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Ruggiero (1998) mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas

mental untuk membantu memformulasikan atau

memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan

(fulfill a desire to understand).

Page 9: Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

~ 8 ~

Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika seseorang

merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun

ingin memahami sesuatu, maka ia melakukan suatu aktivitas

berpikir.

Berpikir kreatif adalah proses mengetahui masalah-masalah atau gap-gap dalam informasi,

membentuk ide-ide atau hipotesa-hipotesa, menguji dan

mengidentifikasi hipotesa-hipotesa tersebut, dan

mengkomunikasikan hasil-hasilnya. Berpikir kreatif melibatkan kemampuan untuk

memproduksi ide-ide orisinil, merasakan hubungan-hubungan

baru dan tidak dicurigai atau membangun sebuah rangkaian

unik dan baik diantara faktor-faktor yang nampaknya tidak saling berkaitan. Berpikir kreatif

tidak melibatkan hanya satu jenis perilaku manusia. Mungkin saja

semua semua orang yang memiliki daya berpikir kreatif, tetapi pada tingkatan yang

berbeda. D.N Perkins juga menyebutkan bahwa kreativitas

itu tidak sendirian, kemampuan khusus atau talenta, dan produk

yang kreatif tidak bergantung kepada satu sifat saja, yaitu ide yang baru.

Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir

kreatif merupakan suatu proses yang digunakan ketika seorang

individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru untuk memecahkan masalah. Ide

baru tersebut merupakan

gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan.

Pengertian berpikir kreatif ini ditandai adanya ide baru yang

dimunculkan sebagai hasil dari proses berpikir tersebut. Berdasar

pendapat-pendapat tersebut, maka berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan

mental yang digunakan seorang untuk membangun ide atau

gagasan yang baru.

Karakteristik berpikir

kreatif bisa mengakomodir personalan terkini dan kompleks,

(Khalik, M. F.dkk., 2020) meliputi, Pertama Orisinalitas, kategori orisinalitas mengacu

pada keunikan dari respon apapun yang diberikan.

Orisinalitas yang ditunjukkan oleh sebuah respon yang tidak biasa, unik dan jarang terjadi.

Berpikir tentang masa depan bisa juga memberikan stimulasi ide-

ide orisinil. Jenis-jenis pertanyaan yang digunakan untuk menguji

kemampuan ini adalah tuntutan penggunaan-penggunaan yang menarik dari obyek-obyek

umum. Ciri-ciri orisinalitas diantaranya,

1) mampu melahirkan ungkapan baru atau unik, 2) mampu

membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim pada bagian-bagian atau unsur-unsur, 3)

memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri

(Abbas, M. A. A., Sari, N., Nasra, N., & Elihami, E, 2020).

Kedua Elaborasi yaitu kemampuan untuk menguraikan sebuah obyek tertentu (Elihami,

Page 10: Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

~ 9 ~

E., & Saharuddin, A. , 2017). Elaborasi adalah jembatan yang

harus dilewati oleh seseorang untuk mengkomunikasikan ide

kreatifnya kepada masyarakat. Faktor inilah yang menentukan

nilai dari ide apapun yang diberikan kepada orang lain diluar dirinya. Elaborasi

ditunjukkan oleh sejumlah tambahan dan detail yang bisa

dibuat untuk stimulus sederhana untuk membuatnya lebih kompleks.

Ciri-ciri elaborasi adalah 1) mengembangkan, menambah,

memperkaya suatu gagasan, 2) memperinci detail-detail atau

objek/gagasan sehingga menjadi menarik, 3) mampu memperkaya dan

mengembangkan suatu gagasan/produk.

Ketiga kelancaran, Guilford (dalam Filsaime: 2008)

menyatakan bahwa kelancaran adalah kemampuan untuk menciptakan segudang ide. Ini

mungkin merupakan salah satu indikator yang paling kuat dari

berpikir kreatif, karena semakin banyak ide, maka semakin besar

kemungkinan yang ada untuk memperoleh sebuah ide signifikan.

Ciri-ciri kelancaran diantaranya, 1) mencetuskan banyak ide,

jawaban, 2) penyelesaian masalah atau pertanyaan, 3) memberikan banyak cara atau saran untuk

melakukan berbagai hal, 4) selalu memikirkan lebih dari satu

jawaban. Keempat fleksibilitas, karakteristik ini menggambarkan

kemampuan seseorang individu

untuk mengubah perangkat mentalnya ketika keadaan

memerlukan untuk itu, atau kecenderungan untuk

memandang sebuah masalah secara instan dari berbagai

perspektif. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk mengatasi rintangan-rintangan mental,

mengubah pendekatan untuk sebuah masalah. Tidak terjebak

dengan mengasumsikan aturan-aturan atau kondisi-kondisi yang tidak bisa diterapkan pada

sebuah masalah. Fleksibilitas memiliki ciri-ciri 1)

menghasilkan gagasan, 2) jawaban dan pertanyaan yang

bervariasi, 3) dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, 4) mampu

mengubah suatu pendekatan atau pemikiran.

Keempat karakteristik berpikir kreatif memberikan

suatu pandangan tentang proses kreatif yang akan membantu individu untuk menciptakan ide-

ide kreatif dan menyelesaikan masalah-masalah tertentu

didalam proses hidup. Ada beberapa aspek penting dalam

berpikir kreatif. Pertama dia mampu menemukan ide untuk membuat sesuatu. Kedua dia

mampu menemukan bahan yang akan digunakan dalam membuat

produk tersebut. Ketiga dia mampu melaksanakannya, dan terakhir mampu menghasilkan

sesuatu. Berpikir kreatif dan

meningkatkan daya berpikir kreatif dapat menghilangkan

penghalang-penghalang dari

Page 11: Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

~ 10 ~

daya berpikir kreatif, membuat mereka sadar akan asal usul

berpikir kreatif, mengenalkan dan mempraktikkan strategi-

strategi berpikir kreatif, (Hasnidar, H., & Elihami, E.,

2019). Adapun langkahnya dengan menciptakan sebuah lingkungan kreatif.

Sedangkan penghalang-penghalang itu diantaranya,

ketakukatan akan kegagalan, terlalu menekankan pada evaluasi dan motivasi internal.

Brainstorming adalah teknik yang bertujuan membantu

kelompok kecil supaya dapat menghasilkan ide yang bermutu.

Ia berdasar pada sebuah konsep bahwa ide yang baik harus dipisahkan dari penilaian atau

evaluasi terhadap mutu ide tersebut (Djafar, S., Nadar, N.,

Arwan, A., & Elihami, E., 2019). Karena itu dalam brainstorming

tidak ada kritik terhadap ide apapun, ide harus ditulis tanpa diedit, (Saharuddin, dkk, 2020),

ide yang liar, lucu atau kurang berbobot dapat diterima, semua

jenis saran dan pendapat sangat diharapkan dan memberikan

kontribusi bersarkan pendapat dari orang lain dapat diterima, (Elihami, E., Rahamma, T.,

Dangnga, M. S., & Gunawan, N. A. , 2019).

Model HOTS (High Order Thinking Skills) kemampuan berpikir tingkat tinggi yang

menyebutkan bahwa berpikir kreatif tidak dapat dilihat

(Eskarya, dkk., 2020), tetapi produk/hasil dari berpikir kreatif

tersebut yang dapat dilihat.

Dengan model HOTS ini seseorang dapat melangkah dari

tingkatan ilmu yang sangat dasar kepada tingkatan ilmu umum

(generative) yang dianggap sebagai sesuatu yang diciptakan

dan baru. Maka kalau ilmu umum telah dihasilkan berarti proses berpikir kreatif telah

terjadi. Dari model HOTS dikembangkan menjadi model

SHEMAP. SHEMAP adalah singkatan dengan mengambil huruf pertama dari perkataan

berikut, Spekulasi, Hipotesis, Ekspansi, Modifikasi, Analogi,

Prediksi. Kata-kata tersebut apabila dibuat sebagai kata kerja

merupakan ketrampilan yang dibutuhkan untuk menjadi kreatif, dan tindakan membuat

analogi dianggap sebagai ketrampilan yang pada akhirnya

menciptakan kemampuan SHEMAP. Yang lebih penting

setiap ketrampilan dapat menghasilkan pemikiran baru. Berpikir spasial, sesorang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dengan

melakukan aktitivitas berpikir spasial yaitu berpikir dengan cara

mengubah ide yang ditulis dalam bentuk prosa ke nonprosa.

Kesimpulan Model pembelajaran yang

dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kreatif

peserta didik. Solusi yang dilakukan untuk meningkatkan

kualitas proses pembelajaran mata kuliah Ilmu Pendidikan terapan adalah memperbaiki

Page 12: Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

~ 11 ~

proses pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran yang sesuai yang dapat menumbuhkan aspek

afektif, kognitif dan psikomotoris peserta didik. Model

pembelajaran yang sesuai untuk menumbuhkan kemamapuan berpikir kreatif peserta didik

pada mata kuliah Ilmu Pendidikan terapan adalah model

Project Based Learning (PjBL). PjBL merupakan sebuah model yang mengatur pembelajaran melalui

proyek-proyek tertentu. Proyek adalah tugas yang diberikan

berdasarkan pertanyaan atau masalah yang menantang,

melibatkan peserta didik dalam perancangan, pemecahan masalah, memberikan keputusan,

atau menyelidiki aktivitas, memberikan hak secara otonomi

selama periode waktu untuk mengumpulkan dan

mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dalam beraktifitas secara nyata.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, M. A. A., Sari, N., Nasra, N., &

Elihami, E. (2020). PERANAN LAPANGAN PERLEMBAGAAN DI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN DIAN AYU DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 122-138.

Alif, S., Irwan, A., & Elihami, E. (2020). FORMING CHARACTERS OF EARLY CHILDREN IN NON-FORMAL EDUCATION UNITS. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 88-94.

Asbar, A., Kasdir, K., & Elihami, E. (2020). Blended of Learning Styles through creative and

critical thinking. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 4(2), 46-50.

Assidiq, I., Sulaiman, F., & Elihami, E. (2020). Improving Learning Outcomes in Chemistry through Authentic Assessments of Students. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 4(2), 13-18.

BAHARUDDIN, B., ELIHAMI, E., ARIFIN, I., & WIYONO, B. B. (2017). Kepemimpinan Moral Spiritual Kepala Paud Dalam Meningkatkan Pembelajaran Karakter Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Islam, 8(2), 103-122.

Baharuddin, E. Reading Approach Use, Effectiveness And EFL Reading Comprehension In University Muhammadiyah Of Parepare.

Busa, Y., Agusriandi, A., Elihami, E., & Mutmainnah, M. (2020). FACING COVID-19 IN INDONESIA: VARIATIONS OF LEARNING MEDIA AND ONLINE TEACHING LEARNING THROUGH YOU TUBE AND ZOOM APPLICATION. Journal of Critical Reviews, 7(19), 7427-7432.

Djafar, S., Nadar, N., Arwan, A., & Elihami, E. (2019, October). Increasing the Mathematics Learning through the Development of Vocational Mathematics Modules of STKIP Muhammadiyah Enrekang. In International Conference on Natural and Social Sciences (ICONSS) Proceeding Series (pp. 246-251).

Elihami, E. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar Al-Islam Dan Kemuhammadiyahan Melalui Kuis Dengan Umpan Balik Pada Mahasiswa Kelas. SAFINA: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(2), 27-37.

Elihami, E. (2019). Implementasi Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Higher of Think Mahasiswa Berbasis Kampus Merdeka. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 1(1), 79-86.

Elihami, E. (2020). DEVELOPING THE NONFORMAL EDUCATION OF LEARNING IN MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF ENREKANG. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(2), 32-40.

Page 13: Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

~ 12 ~

Elihami, E. (2020). MANHAJ IJTIHAD AND CHARACTERS OF NONFORMAL EDUCATION STUDENTS IN DEALING WITH INDUSTRIAL ERA CHALLENGES 4.0. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(2), 51-60.

Elihami, E. Initiative of Thoughts from Indonesia to the world of the covid era. Novateur Publication.

Elihami, E., & Ekawati, E. (2020). PERSEPSI REVOLUSI MENTAL ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(2), 16-31.

Elihami, E., & Firawati, F. (2017). Transformasi Sosial dalam Nilai-Nilai Pendidikan Islam di Kabupaten Sidenreng Rappang. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 1(2), 51-60.

Elihami, E., & Ibrahim, I. (2020). TEACHING TO VARIATION IN LEARNING FOR NON FORMAL EDUCATION DEPARTMENT. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 29-40.

Elihami, E., & Ismail, I. (2017). INCREASING STUDENTS’READING COMPREHENSION THROUGH COGNITIVE STRATEGIES OF SENIOR HIGH SCHOOL OF SIDENRENG RAPPANG REGENCY. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 1(2), 61-70.

Elihami, E., & Saharuddin, A. (2017). Peran Teknologi Pembelajaran Islam Dalam Organisasi Belajar. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 1(1), 1-8.

Elihami, E., & Suparman, S. (2020). IMPROVING THE SKILLS OF CHILDREN MOZAIK THROUGH MERONCE IN MEDINA. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 29-32.

Elihami, E., & Syahid, A. (2018). Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Pribadi yang Islami. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 2(1), 79-96.

Elihami, E., & Syarif, I. (2017, November). Leadership Management And Education

Planning: Developing The Entrepreneurship Training Of Islamic Education. In International Conference On Education (Vol. 1, No. 1).

Elihami, E., Ismail, I., Suparman, S., & Patintingan, A. (2018). EFFECTS OF PUBLICATION ON SINTA RISTEKDIKTI IN INDONESIA HIGHER EDUCATION INSTITUTIONS. EFFECTS OF PUBLICATION ON SINTA RISTEKDIKTI IN INDONESIA HIGHER EDUCATION INSTITUTIONS, 15(1), 22-22.

Elihami, E., Mulyadi, M., & Busa, Y. CHILDREN'S TALKING BY USING FLANNEL PAPER MEDIA IN PLAY GROUPS.

Elihami, E., Nurdin, N., Syam, N. I., Saidang, S., & Mustakim, M. (2020). THE USEFULNESS OF EDUCATIONAL MEDIA FOR TEACHING EVALUATION. Journal of Critical Reviews, 7(9), 657-661.

Elihami, E., Rahamma, T., Dangnga, M. S., & Gunawan, N. A. (2019, October). Increasing Learning Outcomes of the Islamic Education through the Buginese Falsafah in Ajatappareng Region. In International Conference on Natural and Social Sciences (ICONSS) Proceeding Series (pp. 429-435).

Elihami, E., Suparman, S., Busa, Y., & Saharuddin, A. (2019). Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share Dalam Dunia Iptek. Prosiding, 4(1).

Elihami, S. P. (2019). Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Melalui Pendidikan Karakter. Rasibook.

Eskarya, H., & Elihami, E. (2020). THE INSTITUTIONAL ROLE OF FARMER GROUPS TO DEVELOP THE PRODUCTION OF COCOA. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 81-87.

Faisal, F., & Elihami, E. (2020). DEVELOPING THE CAPACITY OF SOCIAL SCIENCES TEAHAERS IN BRINGING LIFE TO THE CLASS THROUGH INTESIVE CLINICAL. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 115-121.

Page 14: Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

~ 13 ~

Faisal, F., Risal, A., Hardianto, H., & Elihami, E. (2020). NONFORMAL EDUCATION AND REDUCTION OF POVERTY IN RURAL AREAS. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 106-114.

Firawati, F. (2017). Transformasi Sosial dalam Nilai-Nilai Pendidikan Islam di Kabupaten Sidenreng Rappang. Edumaspul-Jurnal Pendidikan, 1(1), 25-35.

Hami, E. (2016). Korelasi Antara Kemampuan Berpikir Ilmiah Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Jurusan Bimbingan Dan Konseling. Istiqra: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam, 3(2).

Hami, E., & Idris, M. (2015). Pengaruh Implementasi Kurikulum 2013 Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik Dalam Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Sman 1 Panca Lautang Sidrap. Istiqra: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam, 2(2).

Haslinda, H., & Elihami, E. (2020). DEVELOPING OF CHILDRENS PARK PROGRAM ‘SITTI KHADIJAH’IN ENREKANG DISTRICT. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 41-47.

Hasnidar, H., & Elihami, E. (2019). The management Model of National Character Education for Early Childhood Education through based on Democracy. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3(1), 15-19.

Hasnidar, H., & Elihami, E. (2020). PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR PKn MURID SEKOLAH DASAR. Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(1), 42-47.

Hasnidar, H., Sulihin, S., & Elihami, E. (2020). Developing of Multiple Intelligences in students with the Two Stay Two Strays Type. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 4(2), 7-12.

Husni, H., & Elihami, E. (2020). THE MULTI-FUNCTIONAL APPLICATION OF TEACHERS. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 148-153.

Ismail, I., & Elihami, E. (2019). Pelatihan Penyusunan Artikel Publikasi Ilmiah bagi Mahasiswa Perguruan Tinggi STKIP Muhammadiyah Enrekang. MASPUL JOURNAL OF COMMUNITY EMPOWERMENT, 1(1), 12-20.

Ismail, I., Elihami, E., & Mustakim, M. (2019). Students’ Perceptions of the Benefits of Mobile Polling Technology in Teaching and Learning in College: Implications of Students’ Participation and academic Performance. Jurnal Pendidikan Progresif, 9(1), 89-104.

Jabri, U., Elihami, E., & Ibrahim, I. (2020). THE EFFECTS OF APPROACH INSTRUCTION ON STUDENT’S READING PERFORMANCE. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 72-80.

Khalik, M. F., Asbar, A., & Elihami, E. (2020). THE QUALITY OF HUMAN RESOURCE IN ENREKANG DISTRICT. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 63-71.

Meutia, F. S., Sulaiman, F., Elihami, E., & Syarif, S. (2020). Leadership Education and Economic Planning: Motivation the Entrepreneurship Learning. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 4(2), 90-95.

Mustakim, M., & Elihami, E. (2020). UNDERSTANDING INDONESIA LANGUAGE AND CULTURE AT LONGQI ELEMENTARY SCHOOL TAINAN–TAIWAN ROC. MASPUL JOURNAL OF COMMUNITY EMPOWERMENT, 1(1), 54-61

Mustakim, M., Musdalifah, M., & Elihami, E. (2020). TEACHING INDONESIA LANGUAGE FOR KUN SHAN UNIVERSITY STUDENTS AND VOLUNTEERING FOR CAMPUS GUESTS FROM INDONESIAN UNIVERSITIES TAINAN–TAIWAN ROC. MASPUL JOURNAL OF COMMUNITY EMPOWERMENT, 1(1), 42-53.

Patintingan, A., Elihami, E., Mustakim, M., & Lateh, N. (2020). INFORMAL LEARNING AND NONFORMAL EDUCATION IN

Page 15: Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving

~ 14 ~

RANTE LIMBONG COMMUNITY. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 166-172.

Rahman, M. I., Assidiq, I., Ismail, I., & Elihami, E. (2020). THE IMPLEMENTATION OF ENGLISH LANGUAGE TUTORING" ENGLISH IS EASY" AND CHEAP": Activity as a Method to Improved English Language Skill of Children and Adolescents at Makassar City. MASPUL JOURNAL OF COMMUNITY EMPOWERMENT, 1(1), 62-69.

Rahman, M. I., Mustakim, M., & Elihami, E. (2020). THE CAPABILITY ENHANCEMENT TRAINING READING COMPREHENSION: First and Second Grade in Enrekang Regency through Pictorial Story Media and SQ3R Method. MASPUL JOURNAL OF COMMUNITY EMPOWERMENT, 1(1), 70-79.

Rustiani, R., Djafar, S., Rusnim, R., Nadar, N., Arwan, A., & Elihami, E. (2019, October). Measuring Usable Knowledge: Teacher’s Analyses of Mathematics for Teaching Quality and Student Learning. In International Conference on Natural and Social Sciences (ICONSS) Proceeding Series (pp. 239-245).

Saharuddin, A., Wijaya, T., Elihami, E., & Ibrahim, I. (2020). LITERATION OF EDUCATION AND INNOVATION BUSINESS ENGINEERING TECHNOLOGY. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 48-55.

Sulaiman, F., & Elihami, E. (2020). Teaching Variation Development through tutoring in optimizing student achievement. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 4(2), 102-107.

Syahrir, S. (2020). STORY METHOD IN ISLAMIC EDUCATION IN EARLY CHILDREN'S EDUCATION. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 100-105.

Syaparuddin, S., & Elihami, E. (2020). IMPROVING STUDENT LEARNING MOTIVATION THROUGH THE UTILIZATION OF VIDEO MEDIA IN

EDUCATION STUDENTS. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(2), 228-235.

Syaparuddin, S., & Elihami, E. (2020). PENINGKATAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) SISWA SEKOLAH DASAR SD NEGERI 4 BILOKKA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DIRI DALAM PROSES PEMBELAJARAN PKn. Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(1), 11-29.

SYAPARUDDIN, S., MELDIANUS, M., & Elihami, E. (2020). Strategi Pembelajaran Aktif dalam Meningkatkan Motivasi Belajar PKn Peserta Didik. Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(1), 30-41.

Syarif, I., & Elihami, E. (2020). Pengadaan Taman Baca dan Perpustakaan Keliling sebagai Solusi Cerdas dalam Meningkatkan Minat Baca Peserta Didik SDN 30 Parombean Kecamatan Curio. MASPUL JOURNAL OF COMMUNITY EMPOWERMENT, 1(1), 109-117

Tahir, M., & Elihami, E. (2020). PENINGKATAN VARIASI MENGAJAR PADA PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA SEMESTER TIGA DI PRODI PENDIDIKAN NONFORMAL STKIP MUHAMMADIYAH ENREKANG. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 201-209.

Tasrim, T., & Elihami, E. (2020). MOTIVASI KERJA PENDIDIK DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN DASAR. Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(1), 48-53.

Wijaya, T., Elihami, E., & Ibrahim, I. (2020). STUDENT AND FACULTY OF ENGAGEMENT IN NONFORMAL EDUCATION. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 139-147.

Yasdar, M., Djafar, S., Elihami, E., & Faisal, F. (2020). Teaching Methods Used by Teachers in Primary Schools Inclusive. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 4(2), 108-114.