BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengelolaan Keuangan Daerah Salah satu unsur yang paling penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah adalah pengelolaan keuangan daerah, hal ini esensial dan mendasar untuk memperbaiki berbagai kelemahan dan kekurangan yang ada serta upaya untuk mengakomodir berbagai tuntutan dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang akan dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Sedangkan pengelolaan keuangan daerah dalam peraturan pemerintah tersebut mengandung pengertian keseluruhan kegiatan meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan. Kemudian ketentuan tersebut juga mengamanatkan, bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengelolaan Keuangan Daerah
Salah satu unsur yang paling penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan di daerah adalah pengelolaan keuangan daerah, hal ini esensial dan mendasar
untuk memperbaiki berbagai kelemahan dan kekurangan yang ada serta upaya untuk
mengakomodir berbagai tuntutan dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang akan dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut. Sedangkan pengelolaan keuangan daerah dalam peraturan pemerintah tersebut
mengandung pengertian keseluruhan kegiatan meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan. Kemudian ketentuan
tersebut juga mengamanatkan, bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatuhan dan manfaat kepada
masyarakat. Kemudian Pengelolaan Keuangan Daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang
terintegrasi yang diwujudkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setiap
tahunnya.
Menurut Jaya (1999:11) keuangan daerah merupakan seluruh tatanan, perangkat
kelembagaan dan kebijaksanaan anggaran daerah yang meliputi pendapatan dan belanja daerah.
Dilain pihak Mamesah (1995:16) menyatakan bahwa keuangan merupakan adalah semua hak
dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang
maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki atau dikuasai
oleh Negara atau daerah yang lebih tinggi, serta pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
yang berlaku.
Kaho (2001:61) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi dalam
pelaksanaan otonomi daerah adalah faktor keuangan yang baik. Istilah keuangan disini
mengandung arti bahwa setiap hak yang berhubungan dengan masalah uang, antara lain berupa
sumber pendapatan, jumlah uang yang cukup, dan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan
tujuan dan peraturan yang berlaku.
Faktor keuangan penting dalam setiap kegiatan pemerintah, karena hampir tidak ada
kegiatan pemerintahan yang tidak membutuhkan biaya. Semakin besar jumlah uang yang
tersedia, makin banyak pula kemungkinan kegiatan atau pekerjaan yang dapat dilaksanakan.
Demikian juga semakin baik pengelolaannya semakin berdaya guna pemakaian uang tersebut.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Manullang (1973:67):
“bagi kehidupan suatu Negara, masalah keuangan Negara sangat penting. Makin baik keuangan
suatu Negara, maka semakin stabil pula kedudukan pemerintah dalam Negara itu. sebaliknya,
kalau keuangan Negara itu kacau maka pemerintah akan menghadapi berbagai kesulitan dan
rintangan dalam menyelanggarakan segala kewajiban yang diberikan kepadanya. Demikian
juga bagi suatu pemerintah daerah, keuangan merupakan masalah penting baginya dalam
mengatur dan mengurus rumah tangga daerah”.
Pentingnya kedudukan keuangan dalam penyelenggaraan suatu pemerintahan juga
diungkapkan Pamudji (dalam Kaho, 2001:125) yang menegaskan bahwa Pemerintah Daerah
tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup
untuk memberikan pelayanan pembangunan, dan keuangan inilah uang yang merupakan salah-
satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri. Hal yang senada diungkapkan oleh Syamsi (1994) yang
menempatkan keuangan daerah sebagai salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan
daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Selanjutnya mengenai pentingnya pengelolaan keuangan daerah, Wajong (1975:97)
menyatakan bahwa:
1. Pengendalian keuangan mempunyai pengaruh yang begitu besar pada hari kemudian
bagi penduduk, sehingga kebijaksanaan yang ditempuh pada melakukan kegiatan itu
dapat menyebabkan kemakmuran atau kelemahan, kejayaan atau kejatuhan penduduk
daerah itu;
2. Kepandaian mengendalikan daerah tidak akan memberikan hasil yang memuaskan
dan abadi, tanpa cara pengendalian keuangan yang baik, terlebih lagi tanpa ada
kemampuan melihat ke muka dengan penuh kebijaksanaan, yang harus diarahkan
pada melindungi dan memperbesar harta daerah, dengan mana semua kepentingan
masyarakat se-daerah sangat erat berhubungan;
3. Anggaran adalah alat utama pada pengendalian keuangan daerah, sehingga rencana
anggaran yang diperhadapkan pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah haruslah tepat
dalam bentuk dan susunannya dengan memuat rancangan yang dibuat berdasarkan
keahlian dengan pandangan ke muka yang bijaksana.
Begitu pentingnya sektor pengelolaan keuangan daerah, Mardiasmo (1999:11)
mengemukakan bahwa salah satu aspek dari pemerintah daerah yang harus diatur secara hati-hati
adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran daerah atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi
pemerintah daerah sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral
dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. Anggaran daerah
seharusnya dipergunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran,
alat bantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, alat otorisasi pengeluaran di
masa yang akan datang. Ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta alat koordinasi bagi semua
aktivitas di berbagai unit kerja. Penentuan besarnya penerimaan atau pendapatan dan
pengeluaran atau belanja daerah tidak terlepas dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya, Devas, dkk (1989) mengemukakan bahwa pengelolaan keuangan daerah
berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan
daerah sebagai berikut.
1) Tanggung jawab (accountability). Pemerintah Daerah harus
mempertanggungjawabkan keuangannya kepada lembaga atau orang yang
berkepentingan sah, lembaga atau orang itu adalah Pemerintah Pusat, DPRD, Kepala
Daerah dan masyarakat umum.
2) Mampu memenuhi kewajiban keuangan. Keuangan daerah harus ditata dan dikelola
sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan
baik jangka pendek, jangka panjang maupun pinjaman jangka panjang pada waktu
yang telah ditentukan.
3) Kejujuran. Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada prinsipnya
harus diserahkan kepada pegawai yang benar-benar jujur dan dapat dipercaya.
4) Hasil guna (efectiveness) dan daya guna (efficiency). Merupakan tata cara mengurus
keuangan daerah harus sedimikian rupa sehingga memungkinkan program dapat
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan Pemerintah Daerah dengan
biaya yang serendah-rendahnya dan dalam waktu yang secepat-cepatnya.
5) Pengendalian. Aparat pengelola keuangan daerah, DPRD dan petugas pengawas
harus melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai.
Perbaikan kinerja anggaran dan pengelolaan keuangan daerah menduduki posisi penting
dalam strategi pemberdayaan pemerintah daerah terlebih lagi dalam pelaksanaan otonomi daerah
dan mewujudkan desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab. World Bank (1988)
menyebutkan bahwa perencanaan pengeluaran yang berorientasi pada kinerja akan
meningkatkan kinerja anggaran daerah.
Perkiraan jumlah alokasi dana untuk setiap unit kerja pemerintah daerah dan atau
program kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu tingkat pelayanan publik, disesuaikan
dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, sehingga identifikasi input, teknik produksi
pelayanan publik dan tingkat kualitas minimal yang harus dihasilkan oleh suatu unit kerja
menjadi syarat dalam menentukan alokasi dana yang optimal untuk setiap unit kerja pelayanan
publik. Dengan demikian pengeluaran pemerintah daerah dapat menciptakan ukuran kinerja yang
akan mempermudah dalam melakukan kegiatan pengendalian dan evaluasi kebijakan pemerintah
daerah. Karena merupakan kebijakan pemerintah daerah, maka orientasi pemerintah daerah pada
pembangunan akan lebih dekat dengan gerak dinamis masyarakatnya. Artinya akan bersifat
terbuka sehingga tuntutan dan kebutuhan public masuk dalam penentuan strategis, prioritas dan
kebijakan alokasi.
Anggaran daerah merupakan desain teknis untuk pelaksanaan strategi, sehingga apabila
pengeluaran pemerintah mempunyai kualitas yang rendah, maka kualitas pelaksanaan fungsi-
fungsi pemerintah daerah juga cenderung melemah yang berakibat kepada wujud daerah dan
pemerintah daerah di masa yang akan datang sulit untuk dicapai. Sebagaimana Ediharsi dkk,
(1998) menyebutkan pengelompokan anggaran menurut sektor lebih mengarah kepada
pemberian informasi tentang prioritas pembangunan daripada penentuan target pertumbuhan.
Manajemen keuangan daerah yang baik diharapkan akan mampu mengontrol kebijakan
keuangan daerah secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel. World Bank
(1998:46) menyebutkan bahwa dalam pencapaian visi dan misi daerah, penganggaran dan
manajemen keuangan dilaksanakan dengan prinsip-prinsip pokok yang meliputi komprehensif
dan disiplin, akuntabilitas, kejujuran, transparansi, fleksibilitas, terprediksi, dan informatif.
Menurut Mardiasmo (2000:3) perspektif perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan
daerah adalah:
1. Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik (public
oriented). Hal ini tidak saja terlihat pada besarnya porsi pengalokasian anggaran
untuk kepentingan publik, tetapi juga terlihat pada besarnya partisipasi masyarakat
dan DPRD dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan keuangan daerah;
2. Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumnya dan anggaran
daerah pada khususnya;
3. Desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para partisipan yang terkait
dalam pengelolaan anggaran seperti DPRD, kepala daerah, sekretaris daerah dan
perangkat daerah lainnya;
4. Kerangka hukum dan administrasi atas pembiayaan, investasi dan pengelolaan
keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar, value for money, transparansi
dan akuntabilitas;
5. Kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, kepala daerah dan Pegawai Negeri
Sipil daerah baik rasio maupun dasar pertimbangannya;
6. Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja dan anggaran multi
tahunan;
7. Prinsip pengadaan dan pengelolaan barang daerah yang lebih profesional;
8. Prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD, peran akuntan
publik dalam pengawasan, pemberian opini dan rating kinerja anggaran, dan
transparansi informasi anggaran kepada publik;
9. Aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan, peran asosiasi,
dan peran anggotan masyarakat guna pengembangan profesionalisme aparat
pemerintah daerah;
10. Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan informasi
anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah daerah terhadap
penyebarluasan informasi sehingga memudahkan pelaporan dan pengendalian serta
mempermudah mendapatkan informasi.
Pengelolaan keuangan Negara yang sehat, baik dari sisi penerimaan (revenues) maupun
dari sisi pengelolaan pengelolaan pengeluaran (expenditures), merupakan kata kunci untuk dapat
keluar dari krisis ekonomi. Pengelolaan keuangan yang baik dan transparan harus pula didukung
oleh semua pihak untuk melakukan hal yang sama agar tercipta tatanan yang ideal untuk
menerapkan semua peraturan perundang-undangan yang ada (Sidik, 2000:3).
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mewujudkan pemerintah daerah yang memiliki
kinerja positif, maka pengelolaan keuangan yang baik mutlak diperlukan. Keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilepaskan dari kemampuan daerah dalam mengelola
keuangannya, karena kinerja pengelolaan keuangan merupakan salah satu indikator penting guna
mengukur kinerja pemerintah daerah. Hal ini mudah dipahami, karena adalah mustahil bagi
daerah-daerah untuk dapat menjalankan berbagai tugas dan pekerjaannya dengan efisien dan
efektif dan dapat melaksanakan pelayanan dan pembangunan bagi masyarakatnya tanpa disertai
dengan pengelolaan keuangan yang baik pula.
2.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
APBD adalah dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran. APBD
merupakan rencana pelaksanaan semua pendapatan daerah dan semua belanja daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua
penerimaan daerah bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD. Demikian
pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD. Karena APBD
merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi dasar pula bagi kegiatan
pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan
keuangan daerah, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan daerah,
belanja daerah dan pembiayaan.
1. Pendapatan Daerah
a. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas
Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah
dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
Pendapatan daerah terdiri atas: Pendapatan Asli Daerah (PAD); Dana
Perimbangan; dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
b. Perincian selanjutnya, Pendapatan Asli Daerah terdiri atas: pajak daerah; retribusi
daerah; hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan lain-lain PAD
yang sah.
c. Lain-lain PAD yang sah terdiri dari: hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan; hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak