Page 1
1
PENGARUH WORK-LIFE BALANCE DAN STRES KERJA
TERHADAP EMPLOYEE ENGAGEMENT
(Studi pada Perawat dan Bidan RS Permata Bunda Malang)
Bunga Nadira
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
[email protected]
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Dra. Noermijati, MTM., CPHR.
Abstract: This research aimed to analyze the influence of work-life balance and work
stress on employee engagement on nurses and midwives at Permata Bunda Hospital
Malang.the type of this research is an explanatory research with quantitative approach.
The object of this research were all of the nurses and midwives who work at Permata
Bunda Hospital. Therefore, this research using census sampling as sampling technique.
The data are collected through questionnaire distributed to a sample of 93 total
population and measured by Likert scale. The data were analyzed using multiple linear
regression analysis with 21th version of SPSS. In this research, the hypothesis was tested
using the t-test. The result of the hypothesis test showed that work life balance variable
had a significant influence on employe engagement on nurses and midwives in Permata
Bunda Hospital Malang. In addition, the result of the hypothesis indicated that the work
sress variable does not significantly influenced the nurses and midwives’s employee
engagement in Permata Bunda Hospital Malang
Keywords: Work-Life Balance, Work Stress, Employee Engagement
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh work-life balance dan
stres kerja terhadap employee engagement perawat dan bidan pada Rumah Sakit Permata
Bunda Malang. Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan pendekatan
kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat dan bidan yang bekerja di
Rumah Sakit Permata Bunda yang berjumlah 93 orang, yang sekaligus digunakan sebagai
sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh.
Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diukur dengan skala Likert.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan
software SPSS versi 21. Pada penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan uji t.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel work-life balance berpengaruh signifikan
terhadap employee engagement perawat dan bidan Rumah Sakit Permata Bunda. Selain
itu, hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel stres kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap employee engagement perawat dan bidan Rumah Sakit Permata
Bunda.
Kata Kunci: Work-Life Balance, Stres Kerja, Employee Engagement
Page 2
2
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumber daya manusia
merupakan salah satu faktor penting
yang tidak dapat dilepaskan dari
organisasi atau perusahaan. Sumber
daya manusia adalah seseorang yang
siap dan mampu memberikan
sumbangan usaha untuk pencapaian
tujuan organisasi (Rivai, 2009),
dimana sumber daya manusia ada
untuk menggerakkan aktivitas di
dalam perusahaan dan juga menjadi
salah satu kunci yang menentukan
perkembangan perusahaan.
Siagian (2013) menyatakan
bahwa sumber daya manusia
merupakan salah satu sumber daya
terpenting yang dimiliki oleh suatu
organisasi. Berbanding lurus dengan
pernyataan tersebut, manusia juga
menjadi sumber daya paling rumit
yang dimiliki perusahaan. Hal ini
karena manusia memiliki sifat,
pikiran, latar belakang dan
kebutuhan yang berbeda antara satu
dan lainnya. Setiap perusahaan
tentunya membutuhkan karyawan
yang berenergi, berdedikasi dan
berkonsentrasi penuh terhadap
pekerjaannya, atau memiliki
keterikatan terhadap perusahaannya
(Bakker et al, 2008). Untuk itu,
perusahaan perlu memperhatikan
keadaan yang dialami oleh
karyawannya demi terciptanya
keterikatan karyawan atau employee
engagement.
Menurut Kahn (1990), employee
engagement merupakan bentuk
penguasaaan karyawan sendiri
terhadap pekerjaan, dimana mereka
akan mengikat diri dengan
pekerjaannya, kemudian akan
bekerja dan mengekspresikan diri
secara fisik, kognitif, dan emosional.
Menurut Schaufeli & Bakker (2003),
employee engagement ditandai
dengan adanya semangat, dedikasi,
dan penghayatan yang dimiliki oleh
karyawan dalam menjalankan
pekerjaannya. Dengan terciptanya
employee engagement, karyawan
akan memberikan kinerja terbaiknya,
berkomitmen terhadap perusahaan,
serta termotivasi untuk memberikan
kontribusi lebih terhadap perusahaan.
Kualitas pelayanan yang optimal
tentunya menjadi prioritas bagi setiap
perusahaan, salah satunya adalah jasa
pelayanan rumah sakit. Rumah sakit
Page 3
3
merupakan sebuah institusi
perawatan kesehatan profesional
yang pelayanannya dilakukan oleh
dokter, perawat, tenaga non medis
dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Perawat dan bidan merupakan salah
satu sumber daya manusia yang
dimiliki oleh rumah sakit yang harus
berhubungan langsung dengan
banyak pasien yang memliki karakter
dan sifat yang berbeda-beda. Tingkat
employee engagement yang tinggi
dapat meningkatkan kualitas
pelayanan yang optimal dari perawat
dan bidan. Untuk menciptakan
employee engagement yang tinggi,
perusahaan perlu memperhatikan
hal-hal penting yang dapat
mengganggu tingkat employee
engagement perawat dan bidan,
seperti tingkat work-life balance dan
stres kerja yang dimiliki oleh
karyawan.
Keseimbangan antara kehidupan
kerja dan kehidupan pribadi (work-
life balance) yang dimiliki oleh
perawat dan bidan, menjadi faktor
penting yang perlu diperhatikan oleh
perusahaan dalam menetapkan suatu
kebijakan. Menurut Hudson (2005),
work-life balance merupakan tingkat
kepuasan yang berkaitan dengan
peran ganda dalam hidup seseorang.
Dimana work-life balance memiliki
tujuan untuk membantu karyawan
merasa seimbang dalam membagi
waktu untuk menjalani kehidupan
kerja dan kehidupan pribadinya.
Hudson (2005) menyatakan bahwa
work-life balance memiliki tiga
komponen keseimbangan, antaralain
keseimbangan waktu, keseimbangan
keterlibatan, dan keseimbangan
kepuasan.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Accenture (2013),
keseimbangan antara kehidupan dan
kerja (work-life balance) merupakan
faktor utama penentu kesuksesan
karier karyawan. Sebanyak 56%
karyawan menyatakan bahwa work-
life balance merupakan faktor utama
dalam penentu kesuksesan dibanding
uang, penghargaan, otonomi,
kemajuan, dampak sosial, dan status
pekerjaan. Dimana karier yang
sukses merupakan salah satu faktor
karyawan merasa terikat (engaged)
terhadap perusahaan.
Pelayanan jasa Rumah Sakit
dengan sistem kerja shift dan waktu
operasional 24 jam tentunya akan
Page 4
4
berdampak pada kehidupan pribadi
perawat dan bidan. Perusahaan harus
memperhatikan tingkat
keseimbangan antara kehidupan
pribadi dan kehidupan kerja perawat
dan bidan agar konflik yang dimiliki
perawat dan bidan mampu
diminimalisir. Minimnya konflik
yang terjadi dalam diri karyawan
akan meningkatkan konsentrasi,
semangat, dan antusiasme karyawan
dalam melakukan pekerjaannya.
Ketika perawat dan bidan memiliki
konsentrasi tinggi, bersemangat dan
merasa antusias dalam melakukan
pekerjaannya, maka perawat dan
bidan akan loyal dan merasa terikat
dengan pekerjaannya. Ketika perawat
dan bidan loyal dan terikat dalam
pekerjaannya maka perawat dan
bidan akan berusaha untuk
memberikan kontribusi terbaiknya
pada perusahaan dan memberikan
pelayanan terhadap pasien secara
optimal.
Selain tingkat work-life balance
yang dimiliki oleh perawat dan
bidan, stres kerja juga menjadi salah
satu faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat employee
engagement karyawan. Menurut
Handoko (2008), stres kerja adalah
suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses
berpikir, dan kondisi seseorang
dalam melaksanakan pekerjaan.
Sehingga, ketika perawat dan bidan
mengalami stres kerja dalam
menjalani pekerjaannya, hal tersebut
akan berdampak pada semangat
kerja, dedikasi, dan penghayatan
terhadap pekerjaan yang dijalankan.
Sumber stres kerja dalam profesi
perawat dan bidan berhubungan
dengan interaksi terhadap pasien dan
profesi kesehatan lain. Proses kerja
yang monoton dan kewajiban
perawat dan bidan untuk selalu
bersikap ramah kepada pasien akan
dapat menimbulkan terjadinya stres
kerja. Menurut Robbins & Judge
(2015) gejala stres kerja terdiri dari
gejala fisiologis, gejala psikologis,
dan gejala perilaku, dimana faktor-
faktor yang dapat menimbulkan
terjadinya stres kerja pada karyawan
dapat berasal dari faktor lingkungan,
faktor organisasional dan faktor
individu. Terjadinya stres kerja tidak
bisa dianggap sepele, karena stres
kerja dapat menghambat kinerja dan
produktivitas pegawai, yang pada
Page 5
5
akhirnya berpengaruh pada
organisasi. Menurut hasil penelitian
Persatuan Perawat Nasional
Indonesia pada tahun 2006
menunjukkan bahwa 50,9% perawat
Indonesia pernah mengalami stres
kerja, dengan gejala sering pusing,
kurang ramah, merasa lelah, kurang
istirahat akibat beban kerja yang
berat serta penghasilan yang tidak
memadai.
Dalam penelitian ini, objek
penelitian yang dipilih adalah Rumah
Sakit Permata Bunda yang
merupakan salah satu sarana layanan
kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat. RS
Permata Bunda berlokasi di Jalan
Soekarno Hatta No. 75, Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang. Lokasi
Rumah Sakit Permata Bunda yang
terletak di pusat kota Malang dan
dekat dengan masyarakat tentunya
diharapkan dapat menjadi andalan
bagi masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan layanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan secara optimal
tentunya menjadi hal yang penting
bagi citra Rumah Sakit Permata
Bunda. Pelayanan yang optimal
dapat diciptakan dengan adanya
employee engagement pada perawat
dan bidan. Untuk menciptakan
employee engagement tentunya
perusahaan perlu memperhatikan
setiap kendala yang dihadapi perawat
dan bidan dalam melakukan
pekerjaannya yang dapat diketahui
melalui tingkat work-life balance dan
stres kerja yang dirasakan oleh
perawat dan bidan.
Untuk mengetahui bagaimana
pengaruh tingkat work-life balance
dan stres kerja terhadap employee
engagement pada perawat dan bidan
Rumah Sakit Permata Bunda maka
peneliti mengambil judul penelitian:
“Pengaruh Work-Life Balance dan
Stres Kerja Terhadap Employee
Engagement (Studi pada Perawat
dan Bidan RS Permata Bunda
Malang)”.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah work-life balance
memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap employee
engagement perawat dan bidan
di Rumah Sakit Permata Bunda?
2. Apakah stres kerja memiliki
pengaruh secara signifikan
terhadap employee engagement
Page 6
6
perawat dan bidan di Rumah
Sakit Permata Bunda?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah work-life
balance memiliki pengaruh
signifikan terhadap employee
engagement perawat dan bidan
di Rumah Sakit Permata Bunda
2. Mengetahui apakah stres kerja
memiliki pengaruh signifikan
terhadap employee engagement
perawat dan bidan di Rumah
Sakit Permata Bunda
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bukti empiris pada
penelitian di masa yang akan
datang khususnya menyangkut
hubungan antara work-life
balance, penilaian kinerja, dan
employee engagement.
2. Manfaat Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi pihak
manajemen dalam merumuskan
kebijakan perusahaan yang
berhubungan dengan work-life
balance, stres kerja, dan
employee engagement perawat
dan bidan Rumah Sakit Permata
Bunda.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Work-Life Balance ( )
2.1.1. Definisi Work-Life Balance
Menurut Hudson (2005), work-life
balance merupakan “Tingkat
kepuasan yang berkaitan dengan
peran ganda dalam hidup seseorang”.
Dimana karyawan merasa seimbang
dalam membagi waktu untuk
menjalani kehidupan kerja dan
kehidupan pribadinya. Selain itu,
Greenhaus et al dalam Valen (2017)
menyatakan work-life balance adalah
keseimbangan kerja dan kehidupan
dimana seseorang terikat secara
seimbang di antara tanggung jawab
pekerjaan dan tanggung jawab dalam
keluarga atau kehidupan.
2.1.2. Indikator Work-Life Balance
Menurut Hudson (2005), work-life
balance harus memenuhi tiga aspek
berikut:
Page 7
7
1. Keseimbangan Waktu (Time
Balance)
Aspek ini menyangkut adanya
keseimbangan antara waktu yang
digunakan untuk melakukan peran
individu dalam pekerjaan dan
kehidupan lain di luar pekerjaan.
2. Keseimbangan Keterlibatan
(Involvement Balance)
Aspek ini berkaitan dengan
seimbangnya keterlibatan individu
secara psikologis dan
komitmennya terhadap peran
dalam pekerjaan maupun
kehidupan nyata diluar pekerjaan.
3. Keseimbangan Kepuasan
(Satisfaction Balance)
Aspek ini menekankan pada
tingkat kepuasan individu yang
seimbang dalam menjalankan
perannya pada pekerjaan maupun
kehidupan di luar pekerjaan.
2.2. Stres Kerja ( )
2.2.1. Definisi Stres Kerja
Menurut Handoko (2008), stres kerja
adalah suatu kondisi ketegangan
yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir, dan kondisi seseorang
dalam melaksanakan pekerjaan.
Orang-orang yang mengalami stres
menjadi nervous dan merasakan
kekhawatiran sehingga mereka
sering menjadi marah-marah, agresif,
tidak dapat merelaksasi, atau
memperlihatkan sikap yang tidak
kooperatif (Hasibuan, 2011).
2.2.2. Indikator Stres Kerja
Indikator stres kerja menurut
Robbins & Judge (2015) dibagi
menjadi tiga aspek, yakni:
1. Gejala Fisiologis
Gejala fisiologis, merupakan gejala
awal stres yang bisa diamati.
Biasanya akan berdampak pada
meningkatnya detak jantung,
meningkatnya tekanan darah,
timbulnya sakit kepala, mudah lelah
secara fisik serta mengalami masalah
tidur (kebanyakan atau kekurangan
tidur)
2. Gejala Psikologis
Gejala psikologis akibat stres bisa
dilihat dari mudah marah atau
tersinggung, tidak komunikatif,
banyak melamun, lelah mental,
kecemasan dan kegelishahan dalam
bekerja.
3. Gejala Perilaku
Gejala stres yang dikaitkan dengan
perilaku mencakup absensi,
Page 8
8
perubahan dalam kebiasaan/pola
makan (kebanyakan atau
kekurangan), merokok berlebihan
serta menunda pekerjaan.
2.3. Employee Engagement (Y)
2.3.1. Definisi Employee
Engagement
Menurut Kahn (1990), employee
engagement merupakan bentuk
penguasaaan karyawan sendiri
terhadap pekerjaan, dimana mereka
akan mengikat diri dengan
pekerjaannya, kemudian akan
bekerja dan mengekspresikan diri
secara fisik, kognitif, dan emosional.
Sedangkan Schaufeli et al. (2002)
berpendapat bahwa employee
engagement dapat dikatakan sebagai
keadaan mental yang positif dari
karyawan terhadap pekerjaannya.
Keadaan mental yang positif tersebut
dapat ditandai dengan semangat,
dedikasi, dan penghayatan terhadap
pekerjaannya.
2.3.2. Indikator Employee
Engagement
Schaufeli & Bakker (2004)
mengungkapkan bahwa terdapat 3
dimensi yang melatar belakangi
employee engagement, yaitu:
a. Semangat (Vigor) ditandai dengan
adanya tingkat energi tinggi dan
ketahanan mental ketika bekerja,
rasa kegembiraan, kesediaan
untuk melakukan upaya dalam
pekerjaannya, tidak mudah lelah,
dan memiliki keteguhan serta
ketekunan dalam menghadapi
kesulitan.
b. Dedikasi (Dedication), mengacu
pada keterikatan yang kuat dalam
bekerja, ditandai dengan
antusiasme dan kebanggaan
seseorang pada pekerjaannya,
adanya perasaan terinspirasi dan
tertantang akan hal tersebut.
c. Penghayatan (Absorption),
ditandai dengan berkonsentrasi
penuh pada pekerjaannya. Hal ini
mengacu pada keadaan
menyenangkan dalam bekerja dan
merasa benar-benar terlarut
didalam pekerjaan mereka. Oleh
sebab itu, tidak heran jika dengan
penghayatan tinggi yang dimiliki
oleh karyawan, mereka akan
merasa bahwa waktu terasa cepat
berlalu ketika mereka melakukan
pekerjaannya.
Page 9
9
2.4. Penelitian Terdahulu
1. Dwi Putri Larasati (2018) dengan
judul Pengaruh Work-Life
Balance Terhadap Employee
Engagement Pada Generasi
Milenial PT Senwell Indonesia
Cabang Banjarmasin.” yang telah
menunjukkan adanya pengaruh
signifikan antara work-life
balance terhadap employee
engagement.
2. Dina Rahmawati (2018) dengan
judul “Hubungan Antara Work-
Life Balance Terhadap Komitmen
Afektif Pada Dosen Perempuan di
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”
yang telah menunjukkan adanya
pengaruh signifikan antara work-
life balance dengan komitmen
afektif.
3. Putu Agus Yoga Ariawan (2018)
dengan judul “Pengaruh Stres
Kerja dan Kepuasan Kerja
Terhadap Komitmen Organisasi
Karyawan PBF PT Banyumas
Denpasar” yang menunjukkan
adanya pengaruh signifikan antara
stres kerja dan kepuasan kerja
terhadap komitmen organisasi.
4. Sri Rulestri (2013) dengan judul
”Pengaruh Konflik Peran dan
Stres Kerja Terhadap Komitmen
Organisasi di Rumah Sakit Tk IV
Salak Bogor” yang menunjukkan
adanya pengaruh signifikan antara
konflik peran dann stres kerja
terhadap komitmen organisasi.
2.5. Kerangka Konseptual
Penelitian
Sumber: data diolah, 2019
2.6. Hipotesis Penelitian
H1: Work-life balance berpengaruh
signifikan terhadap employee
engagement
H2: Stres kerja berpengaruh
signifikan terhadap employee
engagement
Page 10
10
3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah
explanatory research (penelitian
penjelasan) melalui pendekatan
kuantitatif terhadap perawat dan
bidan Rumah Sakit Permata Bunda.
Lokasi penelitian dilakukan di
Rumah Sakit Permata Bunda yang
berlokasi di jalan Soekarno-Hatta
No. 75, Lowokwaru, Malang dengan
menggunakan kuesioner sebagai data
primer dan studi pustaka sebagai data
sekunder.
Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 93 responden yang
diambil dari seluruh populasi dengan
cara nonprobability sampling dengan
teknik sampel jenuh.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini
merupakan perawat dan bidan yang
bekerja di Rumah Sakit Permata
Bunda yang berjumlah 93 orang.
Berdasarkan hasil penyebaran
kuesioner, diperoleh deskripsi
karakteristik responden antara lain
didominasi oleh responden dengan
jenis kelamin perempuan dengan
persentase 78,5%, usia didominasi
oleh pada rentang usia 26-30 tahun
dengan persentase 38,7%, tingkat
pendidikan didominasi oleh Sarjana
dengan persentase 63,4%, masa kerja
didominasi dengan masa kerja 1 – 3
tahun dengan persentase 68,8%.
4.2. Uji Instrumen
Pengujian instrumen dalam
penelitian ini menggunakan bantuan
program SPSS (Statistic Product and
Services Solution) for windows versi
21.
Berdasarkan hasil uji validitas, nilai r
hitung untuk keseluruhan variabel
lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai t tabel (0,2039) sehingga dapat
disimpulkan bahwa instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah valid dan dapat digunakan
dalam penelitian.
Hasil pengujian reliabilitas
menunjukkan bahwa ketiga variabel
dalam penelitian ini yaitu work-life
balance (X1), stres kerja (X2), dan
employee engagement (Y) memiliki
nilai Cronbach Alpha lebih besar
dari 0,60 sehingga disimpulkan
keseluruhan variabel dalam
penelitian ini adalah reliabel.
Page 11
11
4.3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian normalitas dalam pene-
litian ini menggunakan diagram P-
Plot yang menunjukkan titik-titik
menyebar di sekitar garis diagonal
serta mengikuti arah garis diagonal,
sedangkan uji Kolmogorov-Smirnov
menunjukkan nilai signifikansi 0,667
dimana lebih besar dari 0,05
sehingga dapat disimpulkan data
terdistribusi normal.
Uji heteroskedastisitas dalam
penelitian ini dapat dilihat dari grafik
scatterplot. Uji heteroskedastisitas
dalam penelitian ini menunjukkan
titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y serta
tidak memiliki pola yang jelas
sehingga disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Pengujian multikolinearitas
menun-jukkan bahwa variabel work-
life balance (X1) memiliki nilai
Tolerance sebesar 0,985 dan VIF
sebear 1,015. Variabel stres kerja
(X2) pada penelitian ini memiliki
nilai Tolerance sebesar 0,985 dan
VIF sebesar 1,015. Kedua variabel
bebas memiliki nilai Tolerance lebih
dari 0,10 dan VIF kurang dari 10,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolinearitas antar
variabel bebas dalam penelitian ini.
Pengujian linearitas menggunakan
Test for Linearity yang menunjukkan
nilai signifikansi Deviation from
Linearity untuk variabel work-life
balance (X1) sebesar 0,156 dan
variabel stres kerja (X2) sebesar
0,175 dimana keduanya memiliki
nilai yang lebih dari 0,05 sehingga
disimpulkan variabel bebas dalam
penelitian ini linear.
4.4. Hasil Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis
regresi linear berganda untuk
mengestimasi dan/atau memprediksi
besarnya pengaruh antara variabel
bebas yaitu work-life balance (X1)
dan stres kerja (X2) terhadap
variabel terikat yaitu employee
engagement (Y).
Berdasarkan hasil uji regresi linear
berganda didapatkan persamaan
regresi sebagai berikut:
Y = α + +
Y = 23,454 +0,506 +0,071
Interpretasi persamaan regresi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. α (konstanta)
Page 12
12
hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai kosntanta adalah
sebesar 23,454 artinya apabila
variabel bebas yang terdiri dari
work-life balance (X1) dan stres
kerja (X2) dianggap konstan,
maka nilai variabel employee
engagement (Y) adalah sebesar
23,454
2. Y
Interpretasi Y adalah variabel
terikat (dependent variabel) yang
digunakan pada penelitian ini
yaitu employee engagement (Y).
3.
Merupakan koefisien regresi
untuk variabel bebas work-life
balance (X1). Nilai koefisien
regresi untuk variabel work-life
balance (X1) adalah sebesar
0,506.
4.
Merupakan koefisien regresi
untuk variabel bebas stres kerja
(X2). Nilai koefisien regresi dari
variabel stres kerja (X2) adalah
sebesar 0,071.
Penelitian ini juga menggunakan
uji koefisien determinasi untuk
mengukur seberapa besar
kemampuan model variabel bebas
yang terdiri dari work-life balance
(X1) dan stres kerja (X2)
menjelaskan variasi dari variabel
terikat employee engagement (Y).
Hasil pengujian kofisien
determinasi menunjukkan nilai
adjusted sebesar 0,145 atau
14,5%. Hal ini dapat diartikan bahwa
kemampuan model variabel bebas
yang terdiri dari work-life balance
(X1) dan stres kerja (X2) untuk
menjelaskan variabel terikat yaitu
employee engagement (Y) adalah
sebesar 14,5%. Sisanya yakni sebesar
85,5% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak diteliti pada penelitian ini.
4.5. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan uji
signifikansi parameter individual (uji
t) yang bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh pengaruh satu variabel
bebas (independent) secara
individual menerangkan variasi
variabel terikat (dependent). Melalui
pengujian ini akan diketahui apakah
variabel bebas (independent)
memiliki pengaruh signifikan
Page 13
13
terhadap variabel terikat (dependent)
secara individual atau tidak.
Hasil pengujian menunjukkan
bahwa variabel work-life balance
( ) memiliki nilai sebesar
4,171 yang lebih besar dibandingkan
yakni sebesar 1,9867. Nilai
signifikansi dari variabel work-life
balance ( ) berdasarkan hasil uji t
menunjukkan nilai 0,000.
Berdasarkan hasil pengujian, variabel
work-life balance ( ) memiliki
> dan nilai signifikansi
kurang dari 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel work-
life balance ( ) berpengaruh
signifikan terhadap employee
engagement (Y), maka diterima.
Kemudan berdasar kan uji t
menunjukkan bahwa variabel stres
kerja ( ) memiliki nilai
sebesar 0,947 yang lebih kecil dari
nilai yakni 1,9867. Nilai
signifikansi dari variabel stres kerja
( ) berdasarkan hasil uji t adalah
sebesar 0,346. Berdasarkan hasil
pengujian, variabel stres kerja ( )
memiliki > dan nilai
signifikansi diatas 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel
stres kerja ( ) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap employee
engagement (Y) maka ditolak.
4.6 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis uji t
pada variabel work-life balance ( ),
menghasilkan kesimpulan bahwa
diterima. diterima memiliki arti
bahwa work-life balance memiliki
pengaruh signifikan terhadap
employee engagement perawat dan
bidan pada Rumah Sakit Permata
Bunda.
Berdasarkan hasil analisis
deskriptif variabel work-life balance,
dapat diketahui bahwa tingkat work-
life balance yang dimiliki perawat
dan bidan pada Rumah Sakit Permata
Bunda tergolong tinggi atau baik.
Tingkat work-life balance akan
mempengaruhi semangat, dedikasi,
dan konsentrasi perawat dan bidan
dalam melakukan pekerjaannya.
Dimana ketika tingkat work-life
balance perawat dan bidan
meningkat, maka akan meningkatkan
employee engagement perawat dan
bidan pula.
Berdasarkan hasil analisis uji t
pada variabel stres kerja ( ,
Page 14
14
menghasilkan kesimpulan bahwa
ditolak. ditolak memiliki arti
bahwa stres kerja tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap
employee engagement perawat dan
bidan pada Rumah Sakit Permata
Bunda.
Berdasarkan hasil distribusi
frekuensi variabel stres kerja,
menunjukkan bahwa tingkat stres
kerja yang dialami perawat dan bidan
pada Rumah Sakit Permata Bunda
tergolong sedang. Menurut hasil uji t
pada stres kerja menghasilkan bahwa
stres kerja yang dirasakan oleh
perawat dan bidan Rumah Sakit
Permata Bunda tidak berpengaruh
signifikan terhadap semangat,
dedikasi, dan konsentrasi perawat
dan bidan dalam menjalankan
pekerjaannya.
4.7. Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa work-life balance
berpengaruh signifikan terhadap
employee engagement perawat dan
bidan pada Rumah Sakit Permata
Bunda. Hal ini mengandung
implikasi agar kedepannya pihak
manajemen dapat semakin
memperhatikan hal-hal yang
mempengaruhi tingkat work-life
balance, seperti mensosialisasikan
kepada perawat dan bidan tentang
pentingnya memiliki work-life
balance, menyediakan fasilitas-
fasilitas yang dapat mendukung
keseimbangan kehidupan pribadi dan
kehidupan kerja perawat dan bidan
Rumah Sakit Permata Bunda,
mengadakan kegiatan yang
melibatkan keluarga perawat dan
bidan.
Hasil penelitian ini menunjukkn
bahwa stres kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap employee
engagement perawat dan bidan.
Berdasarkan data dari hasil
penyebaran kuesioner, juga diketahui
bahwa tingkat stres kerja perawat
dan bidan pada Rumah Sakit Permata
Bunda tergolong sedang. Hasil ini
menunjukkan bahwa tinggi atau
rendahnya stres kerja yang dialami
oleh perawat dan bidan tidak
berpengaruh terhadap tinggi atau
rendahnya employee engagement.
Namun, meskipun tingkat stres kerja
yang dimiliki perawat dan bidan
tergolong sedang atau tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Page 15
15
employee engagement, stres kerja
tetap tidak dapat diabaikan. Stres
kerja yang dibiarkan tanpa
penanganan serius akan
mempengaruhi semangat kerja dan
kinerja yang dimiliki oleh perawat
dan bidan, pada tahap yang lebih
parah, stres kerja dapat membuat
karyawan menjadi sakit dan bahkan
mengundurkan diri dari perusahaan.
Hal ini mengandung implikasi agar
pihak manajemen dapat selalu
mengawasi untuk memastikan
apakah terdapat gejala stres kerja
yang dialami oleh perawat dan bidan.
Ketika gejala stres kerja mulai
tampak pada perawat dan bidan,
maka pihak manajemen harus
mencari penyebab terjadinya stres
kerja tersebut dan kemudian mencari
solusi agar stres kerja tersebut dapat
teratasi.
5. KESIMPULAN
Variabel work-life balance
berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel employee
engagement perawat dan bidan pada
Rumah Sakit Permata Bunda.
Penelitian ini membuktikan bahwa
employee engagement akan
meningkat ketika tingkat work-life
balance pada perawat dan bidan
Rumah Sakit Permata Bunda juga
meningkat.
Variabel stres kerja tidak
bepengaruh secara signifikan
terhadap variabel employee
engagement perawat dan bidan pada
Rumah Sakit Permata Bunda. Hal ini
mengindikasikan bahwa tinggi
rendahnya stres kerja yang dialami
oleh perawat dan bidan, tidak
mempengaruhi employee
engagement perawat dan bidan
secara signifikan.
6. DAFTAR PUSTAKA
Accenture. 2013. Accenture
Research Finds Most
Professionals Believe They Can
“Have It All”. Diakses pada
Januari 2019.
Arianti, Meisa Najalina Kiki Dewi.
2017. “Pengaruh Lingkungan
Kerja dan Stres Kerja Terhadap
Semangat Kerja Pegawai (Studi
pada Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kota Batu, Jawa Timur)”
Page 16
16
Skripsi Universitas Brawijaya,
Malang.
Ariawan, Putu Agus Yoga. 2018.
“Pengaruh Stres Kerja dan
Kepuasan Kerja Terhadap
Komitmen Organisasi Karyawan
PBF PT Banyumas Denpasar”.
Skripsi Universitas Udayana,
Denpasar.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik, Rineka Cipta: Jakarta.
Eisenberger, R., Stinglhamber, F.,
Vandenberghe, C., Sucharski, I.,
& Rhoades, L. 2002. Perceived
Supevisor Support: Contributions
to Perceived Organizational
Support and Employee Retention.
Journal of Applied Psychology,
87(3). 565-573.
Firdaus, M. 2011. Aplikasi
Ekonometrika untuk Data Panel
dan Time Series. IPB Press:
Bogor.
Fisher, G. G., Bulger, C. A., &
Smith, C. S. 2009. Beyond Work
and Family: A Measure of
Work/Nonwork Interference and
Enhancement. Journal of
Occupational Health Psychology,
14(4). 441-456.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi
Analisis Multivariete dengan
Program IBM SPSS 23 Edisi 8.
Badan Penerbit Universitas
Diponegoro: Semarang.
Handayani, Arri. 2013.
Keseimbangan Kerja Keluarga
pada Perempuan Bekerja:
Tinjauan Teori Border. Jurnal
Psikologi 21(2). 90-101.
Handoko, T Hani. 2008. Manajemen
Sumber Daya Manusia Edisi
Kedua. BPFE: Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S. P., 2011.
Manajemen Sumber Daya
Manusia. Bumi Aksara: Malang.
Hudson. 2005. The Case for
Work/Life Balance. 20:20 Series
E-book The Case for Work-Life
Balance: Closing The Gap
Between Policy and Practice.
Hudson Highland Group: Sydney.
Husein, Umar. 2007. Metode
Penelitian Untuk Skripsi dan
Tesis Bisnis. PT Raja Grafindo
Perdasa: Jakarta
Ivancevich, John M, Konopaske,
Robert & Matteson, Michael T.
2008. Perilaku dan Manjemen
Organisasi Jilid 1. Erlangga:
Jakarta.
Page 17
17
Larasati, Dwi Putri. 2018. “Pengaruh
Work-Life Balance Terhadap
Employee Engagement Pada
Generasi Milenial” Skripsi
Universitas Muhammadiyah
Malang, Malang.
Rahmawati, Dina. 2017. “Hubungan
Work-Life Balance Terhadap
Komitmen Afektif Pada Dosen
Perempuan di UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta” Skripsi UIN
Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Rivai, Veithzal. 2009. Manajemen
Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan dari Teori ke Praktik.
Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Robbins, Stephen P & Judge,
Timothy A. 2015. Perilaku
Organisasi Edisi 16. Salemba
Empat: Jakarta.
Rulestri, Sri. 2013. “Pengaruh
Konflik Peran dan Stres Kerja
Terhadap Komitmen Organisasi di
Rumah Sakit Tk IV Salak Bogor”
Skripsi Universitas Negeri
Jakarta, Jakarta.
Sacks, A. M. 2006. Antecendents and
Consequences of Employee
Engagement . Journal of
Managerial Psychology, 21(7).
600-619.
Schaufeli, Wilmar B, & Bakker,
Arnold B. 2004. Job demands, job
resouces, and their relationship
with burnout and engagement: a
multi-sample study. Journal of
Organizational Behaviour 25.
293-315.
Schaufeli Wilmar B, Salanova M,
Gonzalez-Roma, Bakker AB.
2002. The Measurement of
Engagement and Burnout: A Two
Sample Confirmatory Factor
Analytic Approach. Journal of
Happiness Studies 3. 71-92.
Siagian, P. Sondang. 2013.
Manajemen Sumber Daya
Manusia. Bumi Aksara: Jakarta.
Simatupang, Valen. 2017. “Pengaruh
Work-Life Balance dan
Kompensasi Terhadap Kinerja
Karyawan (Studi pada Karyawan
PT Langkat Nusantara Kepong
Unit Kebun Tanjung Keliling,
Kabupaten Langkat)”. Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Slack, R., Corlett, S., & Morris, R.
2014. Exploring Employee
Engagement with (Corporate)
Social Responsibility : A Social
Exchange Perspective on
Organisational Participation.
Page 18
18
Journal of Business Ethics,
127(3). 537-548.
Sugiyono. 2008. Metodologi
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Alfabeta: Bandung.
Supranto, J. 2008. Statistik Teori dan
Aplikasi. In Media: Jakarta