BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya (Looker dan Gregson, 2005). Menurut Manktelow (2007) yang mengutip pendapat Lazarus, stres adalah suatu kondisi atau perasaan yang dialami ketika seseorang menganggap bahwa “tuntutan-tuntutan melebihi sumber daya sosial dan personal yang mampu dikerahkan seseorang”. Tekanan, tuntutan, dan perubahan, ini semua ada dalam lingkungan seseorang dan sering mengakibatkan kondisi yang disebut stres. Namun penting untuk disadari bahwa tidak semua stres adalah berbahaya; pada kenyataannya, orang perlu stres untuk bertahan hidup (Drafke, 2009) Selanjutnya Wangsa (2010), menyatakan bahwa stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemah dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut. Dalam psikologi stres dipahami sebagai proses yang dijalani seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Stres merupakan situasi yang biasa muncul dalam berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali dalam pengasuhan anak. Para ahli Universitas Sumatera Utara
27
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stres dan Stres Kerja
Stres dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada
sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan
untuk mengatasinya (Looker dan Gregson, 2005).
Menurut Manktelow (2007) yang mengutip pendapat Lazarus, stres adalah
suatu kondisi atau perasaan yang dialami ketika seseorang menganggap bahwa
“tuntutan-tuntutan melebihi sumber daya sosial dan personal yang mampu
dikerahkan seseorang”.
Tekanan, tuntutan, dan perubahan, ini semua ada dalam lingkungan seseorang
dan sering mengakibatkan kondisi yang disebut stres. Namun penting untuk
disadari bahwa tidak semua stres adalah berbahaya; pada kenyataannya, orang
perlu stres untuk bertahan hidup (Drafke, 2009)
Selanjutnya Wangsa (2010), menyatakan bahwa stres adalah suatu kondisi
dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres bukan
karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena
pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemah dan
rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut.
Dalam psikologi stres dipahami sebagai proses yang dijalani seseorang ketika
berinteraksi dengan lingkungannya. Stres merupakan situasi yang biasa muncul
dalam berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali dalam pengasuhan anak. Para ahli
Universitas Sumatera Utara
mengatakan bahwa hidup yang tanpa stres bukanlah kehidupan yang baik. Stres
bermanfaat bagi perkembangan individu menjadi pribadi yang matang. Saat
situasi stres muncul, yang perlu dilakukan adalah menghadapi dan mengelolanya
agar membuahkan hasil yang positif (lestari, 2012)
Munandar (2008) menyatakan kondisi stres dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab atau sumber, atau lebih umum dikenal dengan istilah stressor. Orang
tidak dapat melihat pembangkit stres (stressor), yang dapat dilihat ialah akibat dari
pembangkit stres. Menurut Dr. Hans Selye, guru besar emiritus (purnawirawan)
dari Universitas Montreal dan “penemu” stres. Sebagai seorang ahli faal, Ia
mengamati serangkaian perubahan biokimia dalam sejumlah organisme yang
beradaptasi terhadap berbagai macam tuntutan lingkungan. Rangkaian perubahan
ini dinamakan general adaptation syndrome, yang terdiri dari tiga tahap yaitu :
1. Tahap pertama adalah tahap “alarm” (tanda bahaya). Organisme
berorientasi terhadap tuntutan yang diberikan oleh lingkungannnya dan
mulai menghayatinya sebagai ancaman.
2. Tahap kedua, tahap resistance (perlawanan). Organisme memobilisasi
sumber-sumbernya supaya mampu menghadapi tuntutan.
3. Tahap terakhir, yaitu tahap exhaustion (kehabisan tenaga). Hal ini terjadi
jika tuntutan berlangsung terlalu lama, maka sumber-sumber penyesuaian
ini mulai habis.
Pada umumnya kita merasakan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang
negatif, suatu kondisi yang mengarah ke timbulnya penyakit fisik ataupun mental,
atau mengarah ke perilaku yang tak wajar. Untuk kebanyakan orang stres tidak
Universitas Sumatera Utara
cepat menyebabkan sakit keras, stres diungkapkan melalui gejala-gejala umum,
seperti somnabulisme (tidak dapat tidur), merokok berat, peminum minuman
keras, khawatir, mudah tersinggung, gelisah, sulit berkonsentrasi dalam
pengambilan keputusan, dan masa-masa lelah yang panjang. Keadaan ini bagi
sebagian orang dapat menurunkan produktivitas kerjanya. Bagi orang lain hanya
sampai dapat dirasakan sebagai gangguan bagi orang lain disekitarnya (Munandar,
2008).
Stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang
menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku.
Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan
sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja (Wangsa, 2010).
Stres kerja bersumber terutama dari buruknya pengorganisasian pekerjaan dan
budaya kerja. Stres kerja akan semakin meningkat akibat persaingan global yang
semakin ketat dan tuntutan efisiensi yang semakin tinggi (Kurniawidjaja, 2012).
Dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah dimana para pekerja menerima
banyak tekanan dan tuntutan baik itu internal maupun eksternal dan pekerja tidak
dapat mengendalikan kondisi tersebut.
Tenaga kerja dalam interaksinya di pekerjaan. Dipengaruhi oleh hasil
interaksinya di tempat lain, di rumah, di sekolah, diperkumpulan, dan sebagainya.
Setiap aspek di pekerjaan dapat menjadi pembangkit stres. Sumber stres yang
menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang menyebabkan
seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pembangkit stres saja
tetapi dari beberapa pembangkit stres. Sebagian besar dari waktu manusia bekerja.
Universitas Sumatera Utara
Karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kesehatan seseorang yang bekerja. Pembangkit stres di pekerjaan merupakan
pembangkit stres yang besar perannya terhadap kurang berfungsinya atau jatuh
sakitnya seseorang tenaga kerja yang bekerja (Munandar, 2008).
Manifestasi gangguan kesehatan akibat stres kerja yang paling sering adalah
neurosis dan segala macam gangguan psikosomatik, seperti sakit maag, diare, atau
gangguan pencernaan lainnya; pusing, migrain atau sakit kepala; lesu, lemas tanpa
gairah; gatal tanpa sebab; sering sakit tenggorokan, CTDs dan gejala CVD; tidak
bisa konsentrasi, gangguan tidur dan pelupa. Oleh karena itu, profesional
kesehatan kerja beserta profesional dan pemangku kepentingan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja lainnya dituntut menjunjung tinggi pendekatan holistik dalam
penyelesaian masalah kesehatan kerja, salah satunya adalah dengan
menghilangkan atau menurunkan risiko kesehatan yaitu stres kerja
(Kurniawidjaja, 2012).
Menurut Aamodth (2007) yang mengutip pendapat Cordes dan Dougherty,
stres kerja dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar: karakteristik pekerjaan
dan karakteristik organisasi.
1. Karakteristik Pekerjaan
Tiga karakteristik pekerjaan utama menyebabkan stres: konflik peran,
ketidakjelasan peran, dan role overload (peran yang berlebihan).
Universitas Sumatera Utara
2. Karakteristik Organisasi
Karakteristik organisasi yang mungkin menyebabkan stres termasuk
faktor-faktor seperti aturan dan kebijakan organisasi, hubungan
pengawasan, dan perubahan organisasi.
2.2 Jenis, Gejala dan Penyebab Stres Kerja
2.2.1 Jenis Stres Kerja
Menurut Wangsa (2010) yang mengutip pendapat dari para psikolog,
membedakan jenis stres menjadi dua, yaitu :
1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif,
dan konstruktif (bersifat membangun). hal tersebut termasuk kesejahteraan
individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan,
fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
negatif dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk
konsekuensi individu dan juga organisasi seperti pengakit kardiovaskular
dan tingkat ketidakhadiran (absenteism) yang tinggi, yang diasosiasikan
dengan keadaan sakit, penurunan dan kematian.
2.2.2 Gejala Stres Kerja
Stres mempengaruhi baik pada tubuh fisik maupun proses mental kita, dan
nantinya, keduanya akan mempengaruhi bagaimana kita berperilaku dibawah
tekanan yang berat, dan mempengaruhi tingkatan dimana kita bisa melanjutkan
Universitas Sumatera Utara
peran kita, di rumah dan di tempat kerja, secara efektif dan efisien (Towner,
2002).
Menurut Wangsa (2010) yang mengutip pendapat Terry Beehr dan John
Newman mengkaji ulang beberapa kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga
gejala dari stres pada individu, yaitu :
1) Gejala Psikologis
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil
penelitian mengenai stres pekerjaan :
a. Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
b. Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
c. Sensitif dan hyperreactivity
d. Memendam perasaan, penarian diri, dan depresi
e. Komunikasi yang tidak efektif
f. Perasaan terkucil dan terasing
g. Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
h. Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual dan kehingan
konsentrasi
i. Kehilangan spontanitas dan kreativitas
j. Menurunnya rasa percaya diri
2) Gejala Fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah :
a. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan
mengalami penykit kardiovaskuar
Universitas Sumatera Utara
b. Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh : adrenalin dan
noradrenalin)
c. Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)
d. Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
e. Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan
yang kronis (chronic fatigue syndrome)
f. Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
g. Gangguan pada kulit
h. Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot
i. Gangguan tidur
j. Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan
terkena kanker.
3) Gejala Perilaku
Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah :
a. Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan
b. Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
c. Meningkatnya penggunaan minuman kerjas dan obat-obatan
d. Perilaku sabotase dalam pekerjaan
e. Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,
mengarah ke obesitas
f. Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk
pernarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba,
kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi
Universitas Sumatera Utara
g. Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti
menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi
h. Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas
i. Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan
teman
j. Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri
2.2.3 Penyebab Stres Kerja
Sopiah (2008) menyatakan stresor adalah penyebab stres, yakni kondisi
lingkungan tempat tuntutan fisik dan emosional pada seseorang. Ada dua
penyebab stres :
1) Stres yang bukan bersumber dari pekerjaan
Ada berbagai stres yang bukan disebabkan oleh pekerjaan, antara lain
sebagai berikut :
1. Time based conflict
Time based conflict merupakan tantangan untuk menyeimbangkan
tuntutan waktu untuk perkerjaan dengan aktivitas keluarga dan
aktivitas bukan pekerjaan lainnya. Time based conflict lebih akut pada
wanita daripada pria. Wanita yang berkarir diluar rumah mendapatkan
sumber stres yang jauh lebih banyak karena dirumah dia dituntut untuk
menjadi istri dan ibu yang baik, sementara ditempat kerjapun dia
dituntut untuk menjadi karyawan yang baik. Hal ini tidak mudah untuk
dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
2. Strain based conflict
Strain based conflict terjadi ketika stres dari satu sumber meluap
melebihi kemampuan yang dimiliki orang tersebut. Kematian suami
atau istri, masalah keuangan dan stresor yang bukan pekerjaan lainnya
menghasilkan ketegangan dan kelelahan yang mempengaruhi
kemampuan pegawai untuk menyelesaikan kewajiban pekerjaannya.
3. Role behavior conflict
Tiap karyawan memiliki peran dalam pekerjaannya. Disamping itu dia
juga dituntut lingkungan yang ada kalanya bertentangan dengan
tuntutan pekerjaannya. Hal ini seringkali memunculkan stres karena
untuk membangun harmoni atas dua atau lebih tuntutan tidaklah
mudah.
4. Stres karena adanya perbedaan individu
Terdapat tiga alasan mengapa dengan penyebab stres yang sama orang
memperlihatkan gejala-gejala stres yang berbeda. Pertama,
penerimaan kita terhadap situasi yang sama, masing-masing dari kita
berbeda. Kedua, memiliki ambang batas kemampuan dalam mengatasi
stres yang lebih rendah dari resistensi terhadap stres. Dan yang ketiga,
orang mungkin mengalami tingkat stres yang sama dan akibat yang
ditimbulkan dari stres berbeda, yang menunjukkan bahwa mereka
memerlukan strategi penanggulangan yang juga berbeda. Dalam hal ini
beberapa orang cenderung mengabaikan stresor dengan hal itu akan
hilang atau berlalu.
Universitas Sumatera Utara
2) Stres yang berhubungan dengan pekerjaan
Stresor yang berhubungan dengan pekerjaan terbagi menjadi empat tipe
utama, yaitu :
1. Lingkungan Fisik
Beberapa stresor ditemukan dalam lingkungan fisik pekerjaan, seperti
kurang baiknya penerangan ataupun risiko keamanan. Stresor yang bersifat
fisik juga kelihatan pada setting kantor, termasuk rancangan ruang kantor
yang buruk, ketiadaan privasi, lampu penerangan yang kurang efektif dan
kualitas udara yang buruk.
2. Stres karena peran atau tugas
Stresor karena peran/tugas termasuk kondisi dimana para pegawai
mengalami kesulitan dalam memahami apa yang menjadi tugasnya, peran
yang dimainkan dirasakan terlalu berat atau memainkan berbagai peran