Top Banner
PENGARUH SUPLEMENTASI MADU TRIGONA TERHADAP PARAMETER FUNGSI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERIKAN SIMVASTATIN THE EFFECT OF TRIGONA HONEY SUPPLEMENTATION ON KIDNEY FUNCTION PARAMETERS IN ALBINO RAT (Rattus norvegicus) ADMINISTERED SIMVASTATIN KHALDUN HIDAYAT N111 14 039 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018
72

pengaruh suplementasi madu trigona

Mar 17, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: pengaruh suplementasi madu trigona

PENGARUH SUPLEMENTASI MADU TRIGONA TERHADAP PARAMETER FUNGSI GINJAL TIKUS

PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERIKAN SIMVASTATIN

THE EFFECT OF TRIGONA HONEY

SUPPLEMENTATION ON KIDNEY FUNCTION PARAMETERS IN ALBINO RAT (Rattus norvegicus)

ADMINISTERED SIMVASTATIN

KHALDUN HIDAYAT N111 14 039

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

Page 2: pengaruh suplementasi madu trigona

PENGARUH SUPLEMENTASI MADU TRIGONA TERHADAP PARAMETER FUNGSI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG

DIBERIKAN SIMVASTATIN

THE EFFECT OF TRIGONA HONEY SUPPLEMENTATION ON KIDNEY

FUNCTION PARAMETERS IN ALBINO RAT (Rattus norvegicus) ADMINISTERED SIMVASTATIN

SKRIPSI

untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana

KHALDUN HIDAYAT N111 14 039

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2018

Page 3: pengaruh suplementasi madu trigona
Page 4: pengaruh suplementasi madu trigona
Page 5: pengaruh suplementasi madu trigona

v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya

saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh

gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan

saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak

benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.

Makassar,30 Mei 2018

Page 6: pengaruh suplementasi madu trigona

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Shubehanahu

wata’ala yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

penelitian dengan judul “Pengaruh Suplementasi Madu Trigona Terhadap

Parameter Fungsi Ginjal Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Yang Diberikan

Simvastatin” telah selesai disusun sebagai skripsi pada Program Studi S1

Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin.

Dalam menyusun skripsi ini banyak kendala yang dihadapi penulis,

namun berkat bantuan serta dukungan yang telah diberikan oleh berbagai

pihak, akhirnya kendala-kendala tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu,

dengan segala kerendahan dan ketulusan hati menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Usmar, S.Si., M.Si., Apt. sebagai

pembimbing utama, bapak Sukamto S. Mamada, S.Si., M.Sc., Apt. sebagai

pembimbing pertama dan ibu Dr. Aliyah M,S., Apt. sebagai pembimbing kedua

yang telah meluangkan waktu selama ini untuk memberikan arahan, membagi

ilmunya, menyumbangkan pikiran dan tenaga dalam membimbing penulis

selama melakukan penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima

kasih juga penulis haturkan kepada tim dosen penguji ibu Dr. Latifah Rahman,

DESS, Apt., ibu Rina Agustina, S. Si., M. Pharm.Sc., Apt., dan ibu Sumarheni,

S.Si., M.Sc., Apt. atas segala masukan dan saran-saran untuk kesempurnaan

skripsi ini.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan dan wakil dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.

Page 7: pengaruh suplementasi madu trigona

vii

2. Bapak Aminullah, S.Si., M.Pharm.Sc., Apt. selaku penasehat akademik

penulis yang senantiasa mengontrol dan mengevaluasi setiap

perkembangan pendidikan dan saran yang diberikan.

3. Bapak-bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Farmasi,

Universitas Hasanuddin yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas

segala bimbingan dan ilmu serta bantuan yang diberikan selama

menempuh pendidikan, penelitian, hingga selesainya skripsi ini.

4. Kepada kakek dan nenek tercinta H. Ilyas Gantu dan Hj. Bandaca serta

tante Hj. Mini yang telah banyak berkorban sehingga penulis bisa

menyelesaikan pendidikan hingga ke tahap skripsi ini.

5. Kepada korps asisten Biofarmasi dan Farmakologi-Toksikologi Fakultas

Farmasi, Universitas Hasanuddin atas segala kebersamaannya dalam

belajar dan berbagi ilmu sebagai asisten, terkhusus Bapak Muh. Nur Amir

S.Si., M.Si., kak Rudi Arfiansyah S.Si., Apt, Anwar Sam, kak Ahmad Mu’arif,

kak Azan Jaya, Ayu Indah Rahayu, kak Musfirah Dewi, kak Ratna Dewi

Pujiarti dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

6. Kepada Korps asisten Farmasetika, Universitas Hasanuddin atas segala

kebersamaan dalam belajar dan berbagi ilmu sebagai asisten.

7. Kepada teman-teman anggota KEMAFAR-UH dan terkhusus pada

pengurus BEM KEMAFAR-UH kabinet “Kolaboratif Integrasi” periode

2016/2017 atas pengalaman dan kebersamaannya dalam melakukan

setiap proses pembelajaran.

Page 8: pengaruh suplementasi madu trigona

viii

Page 9: pengaruh suplementasi madu trigona

ix

ABSTRAK

KHALDUN HIDAYAT. Pengaruh Suplementasi Madu Trigona Terhadap Parameter Fungsi Ginjal Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Yang Diberikan Simvastatin (Dibimbing oleh Usmar, Sukamto S. Mamada, dan Aliyah).

Simvastatin sebagai obat dislipidemia pada dosis dan durasi tertentu dapat memberikan efek samping gagal ginjal akut. Untuk mengurangi efek tersebut, dapat diberi madu sebagai suplemen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) efek simvastatin 40 mg/kgBB terhadap kadar ureum dan kreatinin serum, (2) efek suplementasi madu trigona terhadap kadar ureum dan kreatinin serum tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberikan simvastatin dengan dosis 40 mg/kgBB. Delapan belas ekor tikus putih dibagi menjadi 6 kelompok, tiap kelompok terdiri atas 3 ekor. Kelompok 1 sebagai kontrol sehat tidak diberi perlakuan; kelompok 2 diberi NaCMC 1%; kelompok 3 diberi simvastatin 40 mg/kgBB; kelompok 4 diberi simvastatin 40 mg/kgBB dan larutan madu trigona 7,5% v/v; kelompok 5 diberi Simvastatin 40 mg/kgBB, larutan madu trigona 7,5% v/v dan ubiquinon 8,9 mg/kgBB; kelompok 6 diberi Simvastatin 40 mg/kgBB dan ubiquinon 8,9 mg/kgBB sebagai kontrol positif. Pemberian dilakukan setiap hari selama 15 hari dengan volume 1 ml/100gBB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian simvastatin 40 mg/kgBB dapat meningkatkan kadar ureum dan kreatinin serum dan pemberian simvastatin 40 mg/kgBB dengan larutan madu trigona 7,5% v/v dapat menurunkan kadar ureum, tetapi tidak menurunkan kadar kreatinin serum.

Kata kunci: Madu trigona, Rattus norvegicus, serum kreatinin, ureum, simvastatin, ubiquinon

Page 10: pengaruh suplementasi madu trigona

x

ABSTRACT

KHALDUN HIDAYAT. The Effect of Trigona Honey Supplementation on Kidney Function Parameters in Albino Rat (Rattus Norvegicus) Administered Simvastatin (Supervised by Usmar, Sukamto S. Mamada, dan Aliyah).

Simvastatin as a drug of dyslipidemia, in certain doses and durations can induce acute renal failure. To reduce the effect, it can be given honey as a supplement. The purpose of this study was to investigate (1) the effect of simvastatin 40 mg / kgBB on serum urea and creatinine levels, (2) the effect of trigona honey supplementation on serum creatinine and urea level of white rat (Rattus norvegicus) given simvastatin at 40 mg/kgBB. Eighteen white rats were divided into 6 groups, each group consists of 3 tails. Group 1 as a healthy control was not treated; group 2 was given sodium CMC 1%; group 3 was given simvastatin 40 mg/kgBB; group 4 was given simvastatin 40 mg/kgBB and a solution of trigona honey 7.5% v/v; group 5 was given Simvastatin 40 mg/kgBB, a solution of trigona honey 7.5% v/v and ubiquinon 8.9 mg/kgBB; group 6 was given Simvastatin 40 mg/kgBB and ubiquinon 8.9 mg / kgBB as positive control. The treatment was conducted every day for 15 days with volume 1 ml/100gBB. The results showed that the administration of simvastatin 40 mg / kgBB could increase serum urea and creatinine level and simvastatin 40 mg / kgBB with trigona honey 7,5% v/v solution could decrease urea level, but did not decrease serum creatinine level.

Keywords: Trigona honey, Rattus norvegicus, ureum, serum creatinine,

simvastatine, ubiquinone

Page 11: pengaruh suplementasi madu trigona

xi

DAFTAR ISI

halaman

UCAPAN TERIMA KASIH vi

ABSTRAK ix

ABSTRACT x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

I.1 Latar Belakang 1

I.2 Rumusan Masalah 3

I.3 Tujuan Penelitan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

II.1 Lipid dalam Tubuh 5

II.1.1 Kilomikron 5

II.1.2 Very-Low-Density Lipoprotein (VLDL) 6

II.1.3 Low-Density Lipoprotein (LDL) 6

II.1.4 Lp (A) Lipoprotein 7

II.1.5 High-Density Lipoproteins (HDL) 7

II.2 Dislipidemia 8

II.3 Antihiperlipidemia 8

Page 12: pengaruh suplementasi madu trigona

xii

halaman

II.4 Simvastatin 10

II.4.1 Efek Samping Simvastatin 12

II.4.2 Ubiquinon (CoQ10) 14

II.5 Fisiologi Ginjal 16

II.6 Patofisiologi Ginjal 19

II.7 Kreatinin Serum 20

II.8 Ureum 21

II.9 Uraian Umum Lebah dan Madu Trigona 22

II.9.1 Taksonomi Lebah Madu 22

II.9.2 Karakteristik Lebah dan Madu Trigona 23

II.9.3 Komposisi Madu Trigona 24

BAB III METODE PENELITIAN 27

III.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 27

III.2 Alat dan Bahan 27

III.3 Metode Kerja 28

III.3.1 Pembuatan Suspensi dan Larutan Uji 28

III.3.1.1 Pembuatan Larutan Koloidal NaCMC 1% b/v 28

III.3.1.2 Pembuatan Tween 5% v/v 28

III.3.1.3 Pembuatan Suspensi Simvastatin 40 mg/kg BB 28

III.3.1.4 Pembuatan Larutan Madu Trigona 7,5% v/v 29

III.3.1.5 Pembuatan Suspensi Ubiquinon (CoQ10) 29

III.3.2 Penentuan Dosis Simvastatin 29

Page 13: pengaruh suplementasi madu trigona

xiii

halaman

III.3.3 Pemilihan Hewan Uji 30

III.3.4 Pengukuran Darah Awal 30

III.3.5 Perlakuan Hewan Uji 30

III.3.6 Analisis Parameter Fungsi Ginjal 31

III.3.6.1 Analisis Ureum 31

III.3.6.2 Analisis Kreatinin Serum 32

III.4 Pengumpulan dan Analisis Data 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33

IV.1 Data Hasil Kreatinin Serum 36

IV.2 Data Hasil Ureum 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 51

Page 14: pengaruh suplementasi madu trigona

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Obat-obat antihiperlipidemia 9

2. Klasifikasi kadar lipid dalam darah berdasarkan NCEP ATP III 10

3. Dosis statin dalam mereduksi LDL-C 12

4. Nutrisi dalam madu dan kaitannya dengan kebutuhan manusia 26

5. Profil kadar kreatinin serum tiap perlakuan 36

6. Profil kadar ureum tiap perlakuan 40

Page 15: pengaruh suplementasi madu trigona

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Jalur metabolisme biosintesis ubiquinon 16

2. Lebah trigona sp. 23

3. Sarang lebah Trigona sp. 24

4. Profil perubahan kadar kreatinin serum pada tikus putih (Rattus norvegicus) sebelum dan setelah pemberian perlakuan 37

5. Profil perubahan kadar ureum pada tikus putih (Rattus norvegicus) sebelum dan setelah pemberian perlakuan 41

6. Kandang hewan uji kelompok simvastatin 40 mg/kgBB 56

7. Pengambilan darah pada tikus putih melalui ekor 56

8. Penyimpanan darah ke dalam wadah vacutainer merah 56

9. Instrumen penelitian = ABX pentra 400 56

Page 16: pengaruh suplementasi madu trigona

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Skema kerja penelitian 51

2. Perhitungan bahan 52

3. Perhitungan dosis 53

4. Data pengukuran kadar ureum dan kreatinin serum 55

5. Dokumentasi kegiatan 56

Page 17: pengaruh suplementasi madu trigona

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Handelsman dkk,

2011). Gangguan dislipidemia jika tidak diatasi akan mengakibatkan

aterosklerosis sehingga dapat berujung pada penyakit jantung koroner dan

penyakit arteri koroner (Alldredge dkk, 2013). Aterosklerosis merupakan suatu

kondisi dimana kolesterol menumpuk pada didnding pembuluh darah

sehingga terbentuk plak, pembentukan plak tersebut dapat menyebabkan

aliran darah terganggu dan dapat berujung pada penyakit jantung koroner dan

gagal ginjal (Sherwood, 2007).

Penurunan kadar kolesterol total serum merupakan strategi yang cocok

untuk mengurangi beban aterosklerosis . Strategi ini dapat dilakukan baik

secara farmakologi maupun pendekatan nonfarmakologi. Salah satu terapi

farmakologi yang digunakan adalah penggunaan golongan statin.

Golongan statin merupakan obat yang menghambat enzim 3-Hidroksi

-3-metilglutaril-KoA (HMG-KoA) reduktase dengan menghambat sintesis

mevalonat sehingga pembentukan kolesterol dihambat (Prahastuti dkk, 2013).

Golongan statin berfungsi untuk pasien yang mengidap serangan jantung

sebagai pencegahan primer, memperbaiki endotel vaskular, mengurangi

peradangan dan menstabilkan plak arteroklerosis (Clark dkk, 2012) serta dari

beberapa penelitian statin juga memiliki efek pleiotropik yang menguntungkan,

Page 18: pengaruh suplementasi madu trigona

2

diantaranya efek kardioprotektif ( Rohilla dkk, 2016), hepatoprotektif (Huang

dkk, 2016), dan nefroprotektif (Afzali dkk, 2004). Namun golongan statin dapat

pula menghasilkan berbagai efek yang merugikan yang terkait dengan otot

skelet, mulai dari nyeri otot sampai fraktur rhabdomyolisis (Omar dan Wilson,

2002), dan risiko gagal ginjal akut (Hippisley-Cox dan Coupland, 2010). Efek-

efek tersebut berkaitan dengan durasi dan besar dosis yang diberikan (Glazer,

2002).

Salah satu golongan statin yang banyak diresepkan didunia adalah

simvastatin. Simvastatin termasuk dalam golongan obat liphopilic statin yang

meningkatkan kadar ureum dan kadar kreatinin serum dengan menghambat

sintesis mevalonat yang merupakan prekursor dari CoQ10 (ubiquinon)

mitokondria. Ubiquinon merupakan antioksidan yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia (Kaminsky and Kosenko, 2010).

Penggunaan ubiquinone sebagai penunjang kesehatan sudah lama

digunakan sebagai solusi untuk mengurangi efek yang ditimbulkan oleh

golongan statin, namun dengan harga yang relatif mahal menjadi sebuah

kendala penggunaan ubiquinone.

Madu adalah cairan manis alami yang berasal dari nektar tumbuhan

yang diproduksi oleh lebah madu. Madu merupakan salah satu dari sekian

banyak bahan alami yang telah lama digunakan sebagai obat (Susanto, 2007).

Madu kaya akan flavonoid, seperti luteolin, quercetin, apigenin, fisetin,

kaempferol, isorhamnetin, acacetin, tamarixetin, chrysin, galangin yang

memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Fiorani dkk, 2006). Hasil penelitian

Page 19: pengaruh suplementasi madu trigona

3

Marantika (2015) membuktikan bahwa madu dapat mencegah kerusakan sel

atau jaringan akibat stress oksidatif yang dipicu oleh boraks yang bersifat

nefrotoksik (Marantika, 2015).

Trigona spp merupakan jenis lebah yang tidak menyengat, yang

termasuk dalam famili Apidae. Lebah Trigona spp menghasilkan kandungan

madu yang lebih sedikit daripada lebah Apis spp. Madu yang terdapat pada

Trigona spp juga sulit untuk diekstraksi, akan tetapi kandungan propolis yang

dihasilkan pada Trigona spp lebih banyak dari pada golongan Apis spp

(Sihombing, 2005). Dari beberapa penelitian yang dilakukan memperlihatkan

bahwa madu trigona memiliki fungsi sebagai pemacu pertumbuhan pada tikus

putih (Fahri, 2009) dan sebagai antibakteri (Tukan, 2008).

Berdasarkan pemaparan diatas, maka muncul inovasi untuk meneliti

mengenai pengaruh pemberian simvastatin dan madu trigona terhadap

parameter fungsi ginjal tikus putih (Rattus norvegicus). Untuk menilai efek

protektif madu terhadap ginjal, maka digunakan sebagai parameter adalah

kadar ureum dan kreatinin serum.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi masalah

dalam penelitian ini adalah

1. Apakah Simvastatin 40 mg/kgBB dapat meningkatkan kadar ureum dan

kreatinin serum pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberikan

selama 15 hari ?

Page 20: pengaruh suplementasi madu trigona

4

2. Bagaimana pengaruh pemberian simvastatin dan suplementasi madu

trigona terhadap parameter fungsi ginjal pada tikus putih (Rattus

norvegicus)?

I.3 Tujuan Penelitan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui apakah simvastatin 40 mg/kgBB yang diberikan selama

15 hari mampu meningkatkan kadar serum kreatinin dan ureum pada tikus

putih (Rattus norvegicus)

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian simvastatin dan suplementasi

madu trigona terhadap parameter fungsi ginjal pada tikus putih (Rattus

norvegicus)

Page 21: pengaruh suplementasi madu trigona

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Lipid dalam Tubuh

Terdapat 3 jenis lipid yaitu kolesterol, trigeliserida dan fospolipid. Lipid

memiliki sifat sukar larut dalam air dan ketiga fraksi lipid tersebut

membutuhkan suatu zat pelarut yaitu suatu protein khusus yang dikenal

dengan apoprotein menjadi kompleks lipid protein atau lipoprotein sehingga

menyebabkan lipid bisa larut, menyatu dan mengalir di peredaran darah.

Dikenal sembilan jenis apoprotein yang diberi nama yaitu Apo A (AI, AII, dan

AIV) Apo B (B48, B100), Apo C ( CI, CII, CIII), dan Apo E. Senyawa lipid

dengan apoprotein ini disebut lipoprtoein dan setiap jenis lipoprotein

mempunyai Apo tersendiri. Sebagai contoh untuk VLDL, IDL, dan LDL

mengandung Apo B 100, sedang Apo B 48 ditemukan pada kilomikron. Apo

AI, AII, dan AIV ditemukan terutama pada lipoprotein HDL dan kilomikron

(Sudoyo, 2007)

II.1.1 Kilomikron

Kilomikron terbentuk di usus dan membawa trigliserida dari makanan,

kolesterol yang tidak teresterifikasi, dan ester kolesteril memindahkan saluran

toraks ke aliran darah.

Trigliserida dilepaskan pada jaringan luar hati melalui jalur yang

dibagikan dengan VLDL yang melibatkan hidrolisis oleh sistem lipoprotein

lipase (LPL). Penurunan diameter partikel terjadi saat trigliserida habis.

Page 22: pengaruh suplementasi madu trigona

6

Permukaan lipid dan apoprotein kecil dipindahkan ke HDL. Sisa-sisa

kilomikron resultan diambil oleh endositosis yang dimediasi reseptor menjadi

hepatosit (Finkel dkk, 2009)

II.1.2 Very-Low-Density Lipoprotein (VLDL)

VLDL disekresikan oleh trigliserida hati dan dibawa ke jaringan perifer.

Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh LPL, menghasilkan asam lemak bebas

untuk penyimpanan di jaringan adiposa dan untuk oksidasi pada jaringan

seperti otot jantung dan kerangka. Penipisan trigliserida menghasilkan sisa-

sisa IDL. beberapa di antaranya mengalami endositosis secara langsung oleh

hati. Sisanya diubah menjadi LDL dengan pemindahan trigliserida yang

dimediasi oleh lipase hati. Peningkatan LDL dalam serum saat

hipertrigliseridin berkurang. Peningkatan kadar LDL juga dapat diakibatkan

oleh peningkatan sekresi VLDL dari katabolisme LDL yang menurun (Finkel

dkk, 2009)

II.1.3 Low-Density Lipoprotein (LDL)

LDL dikatabolisasi terutama pada hepatosit dan sel lainnya oleh

endositosis yang dimediasi oleh reseptor. Ester dari LDL dihidrolisis,

menghasilkan kolesterol bebas untuk sintesis selaput sel. Sel juga

mendapatkan kolesterol melalui sintesis melalui jalur yang melibatkan

pembentukan asam mevalonik oleh HMG-CoA reduktase. Produksi enzim dan

reseptor LDL diatur secara transkripsi oleh kandungan kolesterol dalam sel.

Biasanya, sekitar 70% LDL dikeluarkan dari plasma oleh hepatosit. Bahkan

lebih banyak kolesterol dikirim ke hati melalui IDL dan kilomikron. Tidak seperti

Page 23: pengaruh suplementasi madu trigona

7

sel lain, hepatosit dapat menghilangkan kolesterol dengan sekresi dalam

empedu dan dengan konversi menjadi asam empedu (Finkel dkk, 2009)

II.1.4 Lp (A) Lipoprotein

Lp(a) lipoprotein terbentuk dari LDL dan protein (a) yang dihubungkan

oleh jembatan disulfida. Protein (a) sangat homolog dengan plasminogen

namun tidak diaktifkan oleh aktivator plasminogen jaringan. Ini terjadi pada

sejumlah isoform dengan berat molekul yang berbeda. Tingkat Lp(a)

bervariasi dari nol sampai lebih dari 500 mg/dL dan ditentukan terutama oleh

faktor genetik. Lp(a) dapat ditemukan pada plak aterosklerosis dan mungkin

juga berkontribusi terhadap penyakit koroner dengan menghambat

trombolisis. Kadar meningkat pada nefrosis (Finkel dkk, 2009)

II.1.5 High-Density Lipoproteins (HDL)

Apoprotein HDL disekresikan oleh hati dan usus. Sebagian besar lipid

berasal dari permukaan monolayer kilomikron dan VLDL selama lipolisis. HDL

juga mengakuisisi kolesterol dari jaringan perifer, melindungi homeostasis

kolesterol sel. Kolesterol bebas diangkut dari membran sel oleh transporter

ABCA1, diakuisisi oleh partikel kecil yang disebut HDL prebeta-1, dan

kemudian diesterifikasi dengan lesitin: cholesterol asyltransferase (LCAT),

yang menyebabkan pembentukan spesies HDL yang lebih besar. Kolesterol

juga dibawah dari makrofag oleh transporter ABCG1 ke partikel HDL besar.

Ester cholesteryl dipindahkan ke sisa-sisa VLDL, IDL, LDL, dan kilomikron

dengan bantuan protein transfer ester cholesteryl (CETP). Sebagian besar

ester cholesteryl sehingga akhirnya dipindahkan ke hati oleh endositosis dari

Page 24: pengaruh suplementasi madu trigona

8

lipoprotein akseptor. HDL juga dapat memberikan ester cholesteryl langsung

ke hati melalui reseptor dok (reseptor pemulung, SR-BI) yang tidak

menyebabkan endositosis lipoprotein (Finkel dkk, 2009).

II.2 Dislipidemia

Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang

ditandai dengan peningkatan dan penurunan fraksi lipid dalam plasma.

kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,

kolesterol low density lipoprotein (LDL), trigliserida, dan penurunan kolesterol

high density lipoprotein (HDL) (Wells dkk, 2009).

Peningkatan dapat terjadi sebagai akibat gaya hidup seseorang,

misalnya kurang berolahraga dan konsumsi makanan yang mengandung

kelebihan asam lemak jenuh. Hiperlipidemia juga bisa diakibatkan dari satu

warisan cacat gen dalam metabolisme lipoprotein atau yang lebih umum dari

kombinasi faktor genetik dan gaya hidup. Perubahan gaya hidup yang tepat

dalam kombinasi dengan terapi obat dapat menyebabkan penurunan progresi

plak koroner, lesi yang sudah ada sebelumnya, dan pengurangan kematian

akibat penyakit jantung koroner sampai 30 sampai 40 % (Clark dkk, 2012).

II.3 Antihiperlipidemia

Lipid plasma kebanyakan terdiri atas lipoprotein, yang berbentuk

makromolekul bulat kompleks lipid dan protein spesifik (apolipoprotein).

lipoprotein penting secara klinis, tercantum dalam urutan ateroskomoditas

yang menurun adalah LDL, very low density lipoprotein (VLDL) dan kilomikron,

Page 25: pengaruh suplementasi madu trigona

9

serta HDL. Terjadinya Penyakit jantung kronik secara positif terkait dengan

jumlah yang tinggi kolesterol dan bahkan lebih kuat lagi dengan peningkatan

kolesterol LDL di darah. Berbeda dengan kolesterol LDL, kadar kolesterol HDL

yang tinggi dikaitkan penurunan risiko penyakit jantung. Obat

antihiperlipidemia diambil tanpa batas waktu, karena saat terapi dihentikan,

tingkat lipid plasma kembali ke tingkat pretreatment. Pengurangan tingkat LDL

adalah tujuan utama menurunkan kolesterol terapi. Rekomendasi untuk

pengurangan kolesterol LDL menjadi spesifik, tingkat sasaran dipengaruhi

oleh koeksistensi penyakit jantung koroner dan jumlah faktor risiko jantung

lainnya. Semakin tinggi keseluruhan risiko penyakit jantung, maka lebih agresif

terapi LDL yang direkomendasikan (Clark dkk, 2012).

Obat antihiperlipidemia diberikan pada individu yang memiliki masalah

pada peningkatan lipid serum. Golongan obat statin bekerja dengan

menghambat pembentukan kolesterol dengan cara menghambat HMG CoA

reduktase sehingga tidak terbentuk asam mevalonat. Golongan obat fibrat

bekerja sebagai ligan untuk reseptor transkripsi nukleus, reseptor alfa

peroksisom yang diaktivasi proliferator, dan menstimulasi aktivitas lipoprotein

lipase. Golongan obat penghambat absorbsi kolesterol bekerja dengan

menurunkan penyerapan kolesterol di usus. Golongan obat asam nikotinat

bekerja dengan mengurangi peleoasan VLDL dan kemudian menurunkan

trigliserida plasma (Clark dkk, 2012).

Page 26: pengaruh suplementasi madu trigona

10

Tabel 1. Obat-obat antihiperlipidemia

Golongan Contoh Obat

Penghambat HMG CoA reduktase

Simvastatin Atorvastatin Lovastatin Pitavastatin Pravastatin Rosuvastatin

Fibrat Gemfibrozil Fenofibrat

Niasin Niasin

Penghambat absorpsi kolesterol Ezetimibe

Sequestrants asam empedu Kolesevelam Kolestipol Kolestiramine

Asam lemak Omega-3 Dokosa hexa enoat Elkosa pentanoat

Sumber: Young dkk, 2009

Tabel 2. Klasifikasi kadar lipid dalam darah berdasarkan NCEP ATP III

Jenis Kolesterol Kadar (mg/dl) Kategori

Kolesterol LDL

<100 100-129 130-159

Optimal Mendekati optimal Batas aman

160-189 ≥ 190

Tinggi Sangat tinggi

Kolesterol HDL < 40 ≥ 60

Rendah Tinggi

Trigliserida

< 150 150-199 200-499 > 500

Normal Batas aman Tinggi Sangat tinggi

Kolesterol total

< 200 200-239

Normal Batas aman

≥ 240 Tinggi

*HDL: High-density Lipoprotein, LDL: Low-density Lipoprotein (Sumber: Young dkk, 2009)

II.4 Simvastatin

Senyawa ini adalah analog struktural HMG-CoA (3-hydroxy-3-

methylglutaryl-coenzyme A). Simvastatin merupakan golongan statin paling

efektif dalam mengurangi LDL. Efek lainnya termasuk penurunan stres

oksidatif dan peradangan vaskular dengan peningkatan stabilitas lesi

Page 27: pengaruh suplementasi madu trigona

11

aterosklerotik. Simvastatin telah dijadikan praktik standar untuk memulai terapi

inhibitor reduktase setelah sindrom koroner akut (Finkel dkk, 2009)

HMG-CoA reduktase memediasi langkah pertama yang dilakukan

dalam biosintesis sterol. Bentuk aktif dari inhibitor reduktase adalah analog

struktural dari intermediat HMG-CoA yang dibentuk oleh HMG CoA reduktase

dalam sintesis mevalonat. Analog ini akan menyebabkan penghambatan

sebagian enzim sehingga dapat mengganggu sintesis isoprenoid seperti

ubiquinon dan dolikol serta prenilasi protein. Namun, penghambat reduktase

jelas menginduksi peningkatan reseptor LDL afinitas tinggi. Efek ini

meningkatkan tingkat katabolik fraksional LDL dan ekstraksi hati prekursor

LDL (sisa VLDL) dari darah, sehingga mengurangi LDL karena ditandai

dengan ekstraksi hati pertama, efek utamanya adalah pada hati. Aktivitas

preferensial pada hati disebabkan oleh perbedaan spesifik pada serapan.

Penurunan trigliserida plasma yang sederhana dan juga terjadi peningkatan

HDL yang kecil (Finkel dkk, 2009). Penghambat reduktase digunakan secara

tunggal atau dengan resin, niasin, atau ezetimibe dalam mengurangi kadar

LDL (Finkel dkk, 2009).

Sintesis kolesterol terjadi terutama pada malam hari, reduktase inhibitor

kecuali atorvastatin dan rosuvastatin harus diberikan di malam hari jika dosis

harian digunakan. Penyerapan umumnya (kecuali pravastatin) ditingkatkan

oleh makanan. Dosis harian lovastatin bervariasi dari 10 mg sampai 80 mg.

Pravastatin hampir sama kuatnya dengan lovastatin, dosis harian maksimum

yang direkomendasikan 80 mg. Simvastatin dua kali lebih manjur dan

Page 28: pengaruh suplementasi madu trigona

12

diberikan dalam dosis 5-80 mg setiap hari. Fluvastatin tampaknya sekitar

setengah ampuh seperti lovastatin secara massal dan diberikan dalam dosis

10-80 mg setiap hari. Atorvastatin diberikan dalam dosis 10-80 mg/hari, dan

rosuvastatin yang paling berkhasiat untuk hiperkolesterolemia diberikan dalam

dosis 5-40 mg/hari. Kurva respons dosis pravastatin dan terutama fluvastatin

cenderung turun di bagian atas kisaran dosis pada pasien dengan

hiperkolesterolemia sedang sampai berat. Lovastatin, simvastatin, dan

atorvastatin agak lebih linier (Finkel dkk, 2009).

Tabel 3. Dosis statin dalam mereduksi LDL-C

Obat Persen penurunan LDL-C dan dosis pemberian

20%-25% 26%-30% 31%-35% 36-40% 41%-50% 51-55%

Atorvastatin Fluvastatin Lovastatin Pravastatin

Rosuvastatin Simvastatin

- 20 10 10 - -

- 40 20 20 -

10

10 80 40 40 -

20

20 -

80 - 5 40

40 - - -

10 80

80 - - -

20, 40 -

Sumber: Brunton dkk, 2005

II.4.1 Efek Samping Simvastatin

Obat golongan statin umumnya memiliki sifat yang aman, namun pada

beberapa golongan, dosis dan penggunaan dapat memiliki efek samping. Dari

penelitian yang didapatkan sistem hati, ginjal dan otot, termasuk miokardium,

terpengaruh selama terapi statin. Efek samping yang mempengaruhi otot

rangka adalah mulai dari miopati ringan (mialgia, kram, intoleransi latihan, dan

kelelahan) hingga miosit dan rhabdomyolysis serius. Rhabdomyolysis,

sindrom yang ditandai oleh nekrosis otot dengan pelepasan konstituen otot

intraseluler toksik, dapat menjadi efek samping yang fatal dari terapi statin.

Page 29: pengaruh suplementasi madu trigona

13

Toksisitas yang disebabkan oleh Simvastatin meningkat pada organ, jaringan

dan fungsi yang berbeda (Kaminsky dan Kosenko, 2010). Waness dkk, (2008)

telah menjelaskan kasus simvastatin diinduksi rhabdomyolysis oleh gagal

ginjal akut yang membutuhkan hemodialisis. Statin pada umumnya diresepkan

pada pasien hiperlipidemia, namun sebuah kasus dilaporkan dari penerima

transplantasi jantung mengidap rhabdomyolysis berat dan gagal ginjal akut

setelah beralih dari pravastatin ke simvastatin (Teutonico dkk, 2010). Selain

dari pada itu penggunaan simvastatin dapat menyebabkan nekrosis otot

(Evangelista dkk, 2009), menginduksi asidosis laktat (Goli dkk, 2002) dan

pankreatitis (Johnson dan Loomis, 2006) serta stres oksidatif (Yang dkk,

2011).

Efek samping lainnya dikonfirmasi dengan penelitian eksperimen pada

skelinci yang diberikan simvastatin selama 4 minggu, temuan patologis adalah

nekrosis serat otot dan degenerasi oleh mikroskop cahaya dan gangguan dan

hypercontraction myofibrils (Nakahara dkk, 1998). Penelitian lain juga

membuktikan bahwa Selama 15–16 hari pemberian simvastatin setiap hari

mempengaruhi perkembangan nekrosis serat otot tikus yang terjadi pada 17

otot tertentu (ekstensor digitorum longus, gastrocnemius, biceps femoris,

semitendinosus, semimembranosus, tibialis cranialis, vastus medialis,

supraspinatus, triceps brachii caput longum , trisep brachii caput laterale,

lumborum, diafragma, peritoneum perut, panniculus carnosus dari kulit)

(Westwood dkk, 2005).

Page 30: pengaruh suplementasi madu trigona

14

II.4.2 Ubiquinon (CoQ10)

Coenzyme Q10 merupakan komponen penting dari sistem transpor

elektron mitokondria, dan defiisiensi CoQ10 dapat mempengaruhi fosforilasi

oksidatif dan produksi mitokondria adenosin trifosfat (ATP) (Caso dkk, 2007).

Coenzime Q10 (juga dikenal sebagai CoQ10, ubiquinon, ubidekarenon)

adalah senyawa mirip vitamin lipid yang larut dalam membran dalam

mitokondria dari setiap sel tubuh. CoQ10 memainkan 2 peran utama dalam

tubuh. Di mitokondria, CoQ10 adalah koenzim vital dalam rantai transpor

elektron untuk sintesis ATP, sumber utama energi seluler. CoQ10 ditemukan

pada tingkat tertinggi dalam sel dengan kebutuhan energi tinggi seperti

jantung, otak, hati, dan sel ginjal. Fungsi CoQ10 kedua adalah sebagai

antioksidan, terutama dalam mencegah peroksidasi lipid (Bank dkk, 2011).

CoQ10 disintesis secara endogen oleh proses multistep yang terdiri atas

sintesis cincin benzoquinon dari tirosin atau fenilalanin, sintesis rantai samping

isoprenoid melalui jalur mevalonat, dan kondensasi keduanya membentuk

CoQ10. Jalur mevalonat juga menghasilkan kolesterol di antara produk akhir

jalurnya. Pembentukan mevalonat dari koenzim 3-hidroksi-3-metil-glutaril A

(HMG-CoA) oleh HMG-CoA reduktase adalah langkah pembatas laju pada

jalur mevalonat. Jalur biosintesis melibatkan banyak enzim, kofaktor, vitamin,

dan trace mineral. Kompleksitas jalur menunjukkan bahwa setiap kerusakan

pada enzim, kofaktor, atau nutrisi makanan dapat mengganggu biosintesis

dari CoQ10 (Bank dkk, 2011)

Page 31: pengaruh suplementasi madu trigona

15

CoQ10 adalah molekul yang sangat lipofilik dan praktis tidak larut dalam

air. Penyerapan dan transportasi CoQ10 tampaknya mirip dengan senyawa

lipofilik lainnya seperti vitamin E. CoQ10 eksogen diserap di usus kecil dan

memasuki sirkulasi melalui sistem limfatik. Sebelum absorpsi, CoQ10 diubah

menjadi bentuk ubiquinol tereduksi oleh enterosit. Hampir 95% dari plasma

CoQ10 hadir sebagai ubiquinol pada individu yang sehat. Proporsi ubiquinol

tidak diubah oleh konsumsi oral baik CoQ10 (ubiquinone) atau ubiquinol

(Bhagavan dan Chopra, 2007).

Defisiensi CoQ10 terlihat pada pasien dengan berbagai penyakit dan

kondisi kesehatan seperti penyakit jantung, hipertensi, penyakit Parkinson,

beberapa jenis kanker, penyakit periodontal, asma, dan infeksi virus

kekebalan manusia (HIV). Individu yang memakai obat statin penurun

kolesterol juga telah mengurangi kadar CoQ10 karena obat tersebut

menghambat sintesis CoQ10. Defisiensi CoQ10 juga dapat disebabkan oleh

mutasi pada gen yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam

Biosintesis CoQ10 (Bank dkk, 2011). Gambar biosintesis CoQ10 dapat dilihat

pada gambar 1.

Page 32: pengaruh suplementasi madu trigona

16

II.5 Fisiologi Ginjal

Ginjal terdiri dari korteks dibagian luar dan medulla dibagian dalam.

Ginjal membentuk urin dengan cara mengeluarkan konstituen plasma yang

tidak dibutuhkan oleh tubuh juga menahan bahan-bahan yang bermanfaat

bagi tubuh. Dalam melaksanakan fungsi regulatorik dan ekskretoriknya ginjal

melakukan tiga proses, yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, serta

sekresi tubulus (Sloane, 2004).

Pada filtrasi glomerulus terjadi perpindahan plasma bebas protein dari

darah kedalam tubulus. Filtrasi glomerulus terjadi ketika sebagian plasma

yang mengalir melalui masing-masing glomerulus secara pasif dibawah

tekanan menembus membran glomerulus kedalam kapsul bowman. Kurang

Gambar 1. Jalur metabolisme biosintesis ubiquinone (Bank dkk, 2011)

Acetyl CoA

HMG CoA

Mevalonat

Mevalonat pirofosfat

Isopentenil pirofosfat

Isopentenil pirofosfat

Geranil pirofosfat

Farnesil pirofosfat

HMG CoA reduktase

Ubiquinon Dolikol Squalen

Kolesterol

Squalene sintetase

Page 33: pengaruh suplementasi madu trigona

17

lebih 20% sampai 25% curah jantung disalurkan ke ginjal untuk diproses oleh

mekasnisme regulatorik dan ekskretorik ginjal (Sherwood, 2007)

Dari plasma yang mengalir ke ginjal, normalnya 20% difiltrasi melalui

glomerulus, menghasilkan laju filtrasi glomerulus (LFG) rata-rata 125ml/mnt.

Laju filtrasi glomerulus dapat berubah dengan mengubah tekanan darah

kapiler glomerulus melalui pengaruh simpatis pada arteriol aferen sebagai

bagian dari respon refleks baroreseptor yang dapat mengkompensasi

perubahan tekanan darah arteri. Jika LFG berubah maka jumlah cairan yang

keluar juga berubah, sehingga volume plasma dapat disesuaikan untuk

membantu memulihkan tekanan darah ke normal dalam jangka panjang

(Tortora dan Derrickson, 2009).

Proses selanjutnya adalah reabsorpsi tubulus, perpindahan selektif

konstituen-konstituen tertentu di filtrat kembali ke dalam darah kapiler

peritubulus. Setelah plasma bebas protein difiltrasi melalui glomerulus, tubulus

kemudian siap menangani setiap bahan secara tersendiri sehingga meskipun

konsentrasi semua konstituen di filtrat glomerulus awal identik dengan

konsentrasinya di plasma namun konsentrasi berbagai konstituen mengalami

perubahan bervariasi sewaktu cairan filtrat mengalir melalui sistem tubulus

(Sherwood, 2007).

Lebih dari 99% plasma yang terfiltrasi dikembalikan kedarah melalui

reabsorpsi. Reabsorpsi tubulus melibatkan transport transepitel dari lumen

tubulus ke dalam plasma kapiler peritubulus. Proses reabsorpsi sedikit banyak

berkaitan dengan reabsorpsi aktif Na+, yang dijalankan oleh suatu pembawa

Page 34: pengaruh suplementasi madu trigona

18

Na+−K+ ATPase dependen energi di membran basolateral hampir semua sel

tubulus. Transpor Na+ keluar sel ruang lateral di antara sel-sel menyebabkan

reabsorpsi neto Na+ dari lumen tubulus ke plasma kapiler peritubulus. Pada

proses ini secara selektif memindahkan glukosa, asam amino, elektrolit, Cl-,

dan air. Produk-produk sisa lainnya yang tidak direabsorpsi tetap berada diurin

dengan konsentrasi tinggi (Sherwood, 2007).

Sekresi tubular adalah proses aktif yang memindahkan zat keluar dari

darah dalam kapilar peritubular melewati sel-sel tubular menuju cairan tubular

untuk dikeluarkan dalam urine. Zat-zat seperti ion hidrogen, kalium dan

amonium, prodek akhir seperti kreatinin dan asam hipurat serta obat-obatan

tertentu (penisilin) secara aktif disekresi ke dalam tubulus. Ion hidrogen dan

amonium diganti dengan ion natrium dalam tubulus kontortus distal dan

tubulus pengumpul. Seleksi tubular yang selektif terhadap ion hidrogen dan

amonium membantu dalam pengaturan pH plasma dan keseimbangan asam

basa cairan tubuh. Sekresi tubular merupakan suatu mekanisme yang penting

untuk mengeluarkan zat-zat kimia asing (Sloane, 2004).

Sebanyak 125 ml/menit filtrat yang terbentuk di glomerulus, normalnya

hanya 1 ml/menit yang tersisa di tubulus untuk diekskresikan di urin. Hanya

zat sisa dan kelebihan elektrolit yang tidak dibutuhkan oleh tubuh yang

tertinggal, larut dalam air dalam volume tertentu dieleminasi melalui urin.

Setelah terbentuk, urin terdorong oleh kontraksi peristaltik melalui ureter dari

ginjal ke kandung kemih untuk disimpan sementara (Tortora dan Derrickson,

2009).

Page 35: pengaruh suplementasi madu trigona

19

Kandung kemih dapat menampung 250 hingga 400 ml urin sebelum

reseptor regang di dindingnya memicu refleks berkemih. Reflex ini

menyebabkan pengosongan involunter kandung kemih dengan cara

menyebabkan kontraksi kandung kemih dan pembukaan sfingter uretra

internus dan eksternus secara bersamaan (Tortora dan Derrickson, 2009).

II.6 Patofisiologi Ginjal

Gagal ginjal akut adalah sindrom klinis di mana ginjal tidak lagi

mengeskresi produk-produk limbah metabolisme, biasanya karena hipoperfusi

ginjal. Sindrom ini bisa berakibat azotemia (uremia), yaitu akumulasi limbah

nitrogen dalam darah dan oliguria, di mana pengeluaran urin kurang dari 400

ml/24 jam (Tambayong, 2000)

Penyakit gagal ginjal akut ditandai dengan naiknya ureum dan kreatinin

serum dengan cepat, biasanya disertai penurunan pengeluaran urin.

Penyebab bisa dibagi menjadi prerenal, enal, dan postrenal (Tambayong,

2000).

Prerenal ditandai dengan berkurangnya pasokan darah ke ginjal yang

disebabkan oleh kondisi seperti perdarahan, dehidrasi, atau hilangnya cairan

gastrointestinal. Penurunan aliran darah ginjal ringan sampai sedang

mengakibatkan tekanan intraglomerular yang disebabkan pelebaran arteriola

aferen, penyempitan arteriola eferen, dan redistribusi aliran darah ginjal ke

medulla ginjal. Pada gagal ginjal prerenal osmolalitas urin tinggi (>500

mosmol/kg), kadar natrium urin rendah (<20 mmol/L) dan rasio urin : ureum

plasama adalah >10 : 1 (Tambayong, 2000).

Page 36: pengaruh suplementasi madu trigona

20

Gagal ginjal renal atau gagal ginjal intrinsik merupakan gagal ginjal

yang disebabkan oleh penyakit yang dapat mempengaruhi integritas tubulus,

pembuluh glomerulus, intersitium, atau darah. Acute tubular necrosis adalah

kondisi patofisiologi yang dihasilkan dari obat-obatan atau iskemik terhadap

ginjal (Tambayong, 2000).

Gagal ginjal postrenal terjadi karena obstruksi aliran kemih oleh

beberapa sebab, antara lain : hipertrofi prostat jinak, tumor panggul, dan

pengendapan batu ginjal (Tambayong, 2000).

II.7 Kreatinin Serum

Kreatinin adalah produk pengurai kreatin, kreatinin disintesis hati dan

terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam

bentuk kretinin fosfat, (creatinin phosphate, CP), Suatu senyawa penyimpan

energi. Dalam sintesis ATP (Adenosis Triphosphate) dari ADP (Adenosin

diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kratin dengan katalisasi enzim

kreatin kinase (Creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi,

sejumlah kecil secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi

oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin sehingga klirens kreatinin

dianggap sebagai suatu pemeriksaan yang dapat dipercaya untuk

memperkirakan laju filtrasi glomerulus (LFG). Kadar serum menunjukkan

keseimbangan antara produksi dan ekskresi oleh ginjal dan merupakan

indikator fungsi ginjal yang lebih akurat dari pada BUN (Horne dan

Swearingan, 2000).

Page 37: pengaruh suplementasi madu trigona

21

Nilai normal kadar kreatinin serum pada pria dewasa sebesar 0,9−1,3

mg/dl dan pada wanita dewasa 0,6−1,1 mg/dl. Menurut Malole dan Pramono

(1989) nilai normal kadar kreatinin pada tikus adalah 0,2−0,8 mg/dl.

Peningkatan dua kali lipat kadar kreatinin serum mengindikasikan adanya

perununan fungsi ginjal sebesar 50%, demikian juga peningkatan kadar

kreatinin tiga kali lipat mengisyaratkan penuruan fungsi ginjal sebesar 75%

(Murray dkk, 2009). Konsentrasi yang terkandung di dalam urin merupakan

petunjuk penting terhadap kerusakan ginjal, kreatinin dibentuk oleh tubuh dari

pemecahan senyawa kreatinin dan fosfokreatin dimana jumlah kreatin sekitar

2% dari total kreatin (Setyaningsih dkk, 2013).

II.8 Ureum

Ureum merupakan produk aktif nitrogen dari metabolisme protein

kadar. Kadar ureum serum bergantung pada produksi ureum tubuh dan aliran

urine. Ureum berasal dari metabolisme nitrogen yang penting pada manusia,

yang disintesa dari amonia, karbon dioksida, dan nitrogen amida aspatat

(Murray dkk, 2009).

Kecepatan ekskresi ureum terutama ditentukan oleh dua faktor :(1)

konsentrasi ureum dalam plasma dan (2) laju filtrasi glomerulus (LFG). Pada

pasien penyakit ginjal yang LFG-nya sangat menurun, konsentrasi ureum

plasma sangat meningkat, yang akan mengembalikan muatan ureum yang

difiltrasi dan kecepatan ekskresi ureum ke batas normal, meskipun LFG

menurun (Guyton dan Hall, 2007).

Page 38: pengaruh suplementasi madu trigona

22

Kadar urea dalam darah orang dewasa adalah 8−25 mg/dl, dan kadar

ureum dalam serum normal adalah 10−50 mg/dl. Menurut Malole dan

Pramono,(1989), nilai normal kadar ureum pada tikus adalah 15−21 mg/dl.

Jika kuantitas ureum melebihi batas normal akan mengakibatkan tingginya

kandungan ureum dalam darah dan umumnya terjadi pada penderita gagal

ginjal (Murray dkk, 2009).

II.9 Uraian Umum Lebah dan Madu Trigona

II.9.1 Taksonomi Lebah Madu

Klasifikasi lebah Trigona sp. adalah sebagai berikut (Suranto, 2007)

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Subkelas : Pterygota

Ordo : Hymenoptera

Subordo : Clistogastra

Superfamili : Apoidea

Familia : Apidae

Genus : Trigona

Spesies : Trigona sp.

Page 39: pengaruh suplementasi madu trigona

23

II.9.2 Karakteristik Lebah dan Madu Trigona

Lebah trigona tersebar di Amerika, Afrika, Australia, dan negara-negara

di Asia seperti Taiwan, Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, Srilanka, dan

India (Fadhilah dan Rizkika, 2015).

Lebah trigona yang merupakan salah satu genus lebah tanpa sengat.

Di Indonesia lebah Trigona memiliki keragaman antara lain lebah lilin, lanceng

atau klanceng (dalam bahasa Jawa) ; teweul (bahasa Sunda); gala-gala atau

galo-galo (Sumatra Barat); serta ketape atau kammu (Sulawesi Selatan).

Untuk membedakan lebah madu bersengat misalnya Apis dengan lebah madu

tanpa sengat sering dijuluki madu lanceng (Fadhilah dan Rizkika, 2015).

Kehidupan lebah madu trigona membentuk kelompok dan koloni, dalam

satu koloni terdapat lebah ratu, jantan, dan pekerja. Lebah madu Trigona

memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan dengan lebah madu Apis, ukurannya

hanya 3-8 mm, sedangkan Apis 1-2 cm. Karena ukuran yang lebih kecil lebah

trigona memiliki gerakan yang lincah dibanding Apis. Lebah Trigona memiliki

3 pasang kaki yang semuanya beruas-ruas, sepasang kaki belakang

mempunyai duri yang sangat banyak sehingga mampu memegang erat polen

Gambar 2. Lebah trigona sp. (sumber : (Untung,2010)

Page 40: pengaruh suplementasi madu trigona

24

yang dipetik dari bunga. Trigona memiliki sepasang sayap di punggung yang

ukurannya lebih panjang dibandingkan badan. Di bagian kepala terdapat

antena dan mata yang sangat lebar (mirip mata belakang). Mulut lebah trigona

berbentuk moncong panjang sehingga mudah mengisap (Fadhilah dan

Rizkika, 2015).

Lebah madu tak bersengat dari genus Trigona menghasilkan madu

dengan karakteristik yaitu madu berasa asam, dan tahan terhadap fermentasi

(Suranto, 2007). Madu memiliki sifat mengawetkan sehingga madu sering

digunakan sebagai bahan produk perawatan tubuh dan produk kecantikan

seperti cairan atau lotion, masker, sabun, sampo, lulur, lipstik, pelembab, dan

bedak. Madu juga memiliki sifat osmolalitas yang tinggi sehingga bakteri sulit

hidup, madu memiliki sifat higroskopis yang dipakai untuk mengompres luka

luar seperti borok akibat infeksi (Fadhilah dan Rizkika, 2015).

II.9.3 Komposisi Madu Trigona

Madu merupakan produk lebah yang terbuat dari nektar yang

dikumpulkan lebah madu dari berbagai tumbuhan berbunga. Madu merupakan

salah satu dari sekian banyak bahan alami yang telah lama digunakan sebagai

Gambar 3. Sarang lebah Trigona sp. (Sumber: Untung,2010)

Page 41: pengaruh suplementasi madu trigona

25

obat (Suranto, 2007). Madu kaya akan flavonoid, seperti luteolin, quercetin,

apigenin, fisetin, kaempferol, isorhamnetin, acacetin, tamarixetin, chrysin,

galangin yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan, vitamin A, betakaroten,

vitamin B complex (lengkap), vitamin D, E, dan K. Madu sebagai obat dapat

digunakan sebagai antibakteri, diare, meredakan alergi, kosmetika, antikanker

(Fiorani dkk, 2006).

Hasil penelitian Paul MD, M.Sc dari Penn State Colloge of Medicine,

Amerika Serikat pada buku “LABA: Lebah Tanpa Sengat” membuktikan bahwa

pemberian setegah sendok teh madu lebih baik daripada pemberian

dekstromethorphan (DM) yang biasanya terkandung dalam sirop obat batuk

anak. Pada penelitian itu melibatkan 105 anak penderita batuk berusia 2-10

tahun. Penelitian selanjutnya mengungkapkan bahwa madu dapat

meningkatkan kesehatan rahim wanita dengan mencegah penyusutan,

pengerutan, serta kerusakan sel dan saraf rahim akibat kebiasaan dan

makanan yang buruk, bahkan madu juga dapat digunakan terapi alternatif

wanita yang kekurangan hormon estrogen. Lebah tanpa sengat juga terbukti

sebagai obat dalam penyakit masalah pernapasan, pencernaan, luka terbuka,

demam, terbakar, dan sengatan hewan beracun (Fadhilah dan Rizkika, 2015).

Page 42: pengaruh suplementasi madu trigona

26

Tabel 4. Nutrisi dalam madu dan kaitannya dengan kebutuhan manusia

Nutrisi Unit Jumlah Rata-rata

dalam 100 g madu

Asupan harian yang disarankan

Kesetaraan Energi Vitamin Vitamin B1 Vitamin B2 Asam Nikotinat Vitamin B6 Asam Pantotenat Vitamin C Mineral Kalsium Klor Tembaga Besi Magnesium Fosfor Kalium Natrium Seng

kkal

mg mg mg mg mg µg

mg mg mg mg mg mg mg mg mg

340

0,004 – 0,006 0,002 – 0,06 0,11 – 0,36 0,008 – 0,32 0,00 – 0,11 2,2 – 2,4

4 – 30 2 – 20

0,01 – 0,1 1 – 3,4 0,7 – 13 2 – 60

10 – 470 0,6 – 40 0,2 – 0,5

2800

1,5 1,7 20 2 10 60

1000 2 18 400 1000

- -

15

Sumber : Abeshu, 2016

Page 43: pengaruh suplementasi madu trigona

27

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih 2 bulan dan dilaksanakan di

Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Laboratorium Biofarmasi-

Farmakologi dan Toksikologi, Laboratorium Farmasi Klinik, dan

Laboratorium Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin.

III.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spoit (Terumo®)

kanula, labu tentukur, vacutainer merah (Vaculab®), Pengaduk elektrik,

tabung eppendorf, sentrifuge (Human®), lumpang alu, timbangan analitik,

mikropipet (Human®), instrumen ABX Pentra 400 (Horiba®) dan alat-alat

gelas yang biasa digunakan di laboratorium.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Simvastatin 20 mg, madu Apis trigona yang diperoleh dari peternak Trigona

sp. di perumahan Dosen Unhas Tamalanrea, ubiquinon (CoQ10), NaCMC,

etanol 70%, tween 80, kapas, kit pengukuran ureum, kit pengukuran serum

kreatinin, pakan tikus pellet AD II, dan air suling.

Page 44: pengaruh suplementasi madu trigona

28

III.3 Metode Kerja

III.3.1 Pembuatan Suspensi dan Larutan Uji

III.3.1.1 Pembuatan Larutan Koloidal NaCMC 1% b/v

Dipanaskan 70 ml air suling dalam gelas piala hingga suhu 70°C,

kemudian NaCMC sebanyak 1 gram dimasukkan sedikit demi sedikit ke

dalam labu tentukur volume 100 ml sambil diaduk dengan pengaduk elektrik

hingga terbentuk larutan koloidal yang homogen, lalu dicukupkan

volumenya dengan air suling hingga tanda batas, dikocok.

III.3.1.2 Pembuatan Tween 5% v/v

Tween 80 sebanyak 5 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur

volume 100 ml. Kemudian ditambahkan air suling, lalu diaduk dengan

magnetic stirrer pada suhu 50oC. Setelah homogen, dicukupkan dengan

air suling hingga tanda batas, dikocok.

III.3.1.3 Pembuatan Suspensi Simvastatin 40 mg/kg BB

Suspensi simvastatin 40 mg/kgBB dibuat dengan cara: 20 tablet

simvastatin 20 mg digerus di dalam lumpang, kemudian diambil 400 mg lalu

ditambahkan larutan koloidal NaCMC 1% b/v sedikit demi sedikit,

selanjutnya diaduk hingga tercampur homogen, kemudian dimasukkan ke

dalam labu tentukur volume 100 ml dan dicukupkan volumenya dengan

larutan koloidal NaCMC 1% b/v hingga tanda batas, dikocok.

Page 45: pengaruh suplementasi madu trigona

29

III.3.1.4 Pembuatan Larutan Madu Trigona 7,5% v/v

Larutan madu trigona dibuat dengan cara madu trigona sebanyak

7,5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur volume 100 ml, kemudian

diencerkan dengan air suling hingga tanda batas, dikocok.

III.3.1.5 Pembuatan Suspensi Ubiquinon (CoQ10)

Suspensi ubiquinon dibuat dengan menggunakan 20 kapsul

ubiquinon lalu dikeluarkan dan ditimbang dengan timbangan analitik.

Dihitung bobot rata-rata dan didapatkan bobot rata-rata sebanyak 225,17

mg. Suspensi ubiquinon dibuat dengan menggerus isi 20 kapsul di

lumpang, kemudian diambil 200,4 mg lalu ditambahkan larutan 5% tween

80 sedikit demi sedikit, selanjutnya diaduk hingga tercampur homogen,

kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan

volumenya dengan larutan 5% tween 80 hingga tanda batas, dikocok.

III.3.2 Penentuan Dosis Simvastatin

Dosis simvastatin yang diberikan untuk meningkatkan kadar

kreatinin serum dan ureum yaitu 40 mg/kgBB. Berdasarkan hasil orientasi

yang telah dilakukan selama 25 hari dengan variasi dosis yaitu 20 mg/kgBB,

40 mg/kgBB, 80 mg/kgBB. Orientasi pada hari ke-15 pada dosis 40

mg/kgBB dipilih karena menunjukkan hasil yang mampu meningkatkan

kadar ureum dan kreatinin serum.

Page 46: pengaruh suplementasi madu trigona

30

III.3.3 Pemilihan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan (Rattus

norvegicus) galur Wistar yang sehat dan aktivitas normal sebanyak 42 ekor

dengan bobot badan 150-200 g. Hewan coba ditempatkan dalam kandang

individu, diadaptasikan selama tujuh hari dan diberi makan pellet AD II serta

diberi minum secara ad libitum.

III.3.4 Pengukuran Darah Awal

Sebelum perlakuan, tikus putih (Rattus norvegicus) diambil darahnya

sebagai darah awal. Sampel darah kemudian dimasukkan ke dalam tabung

vacutainer merah yang telah mengandung clot activator. Sampel darah

disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm untuk

memisahkan antara sel darah dan serum darah. Setelah selesai, bagian

supernatan atau serum, lalu dimasukkan ke dalam tabung eppendorf. Kadar

ureum dan serum kreatinin diukur dengan instrumen ABX Pentra 400

(Horiba®) yang ada di Laboratorium Patologi Klinik, Rumah Sakit

Pendidikan Universitas Hasanuddin.

III.3.5 Perlakuan Hewan Uji

Tikus sebanyak 18 ekor dibagi menjadi 6 kelompok secara acak

dengan 3 kali ulangan yaitu

Kelompok 1 : Sebagai kontrol sehat tidak mendapatkan perlakuan khusus

Kelompok 2 : Diberi suspensi NaCMC 1%

Kelompok 3 : Diberi suspensi simvastatin 40 mg/kgBB

Page 47: pengaruh suplementasi madu trigona

31

Kelompok 4 : Diberi suspensi simvastatin 40 mg/kgBB dan larutan madu

trigona konsentrasi 7,5% v/v

Kelompok 5 : Diberi simvastatin 40 mg/kgBB, madu trigona konsentrasi

7,5% v/v, dan CoQ10 8,9 mg/kgBB

Kelompok 6 : Diberi simvastatin 40 mg/kgBB dan COQ10 8,9 mg/kgBB

Pemberian perlakuan dilakukan secara peroral satu kali sehari yaitu pada

malam hari (jam 19.00) dengan dosis 1 ml/100 g BB selama 15 hari.

III.3.6 Analisis Parameter Fungsi Ginjal

Pada hari ke-16, dilakukan pengambilan darah hewan uji. Darah

yang telah diambil kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm

selama 15 menit dan bagian plasmanya diambil. Plasma dianalisis dengan

menggunakan instrumen ABX Pentra 400 (Horiba®) untuk melihat kadar

ureum dan kreatinin serum setelah perlakuan sesuai dengan kelompok

perlakuan masing-masing.

III.3.6.1 Analisis Ureum

Pengukuran kadar ureum dilakukan dengan menggunakan

instrumen ABX Pentra 400 (Horiba®). Secara umum metode kerja yaitu

dengan mengubah urease menjadi GLDH (Glutamate dehhydrogenase).

Reaksi ini melibatkan TRIS 150 mmol/L, 2-Oxoglutarate 8,75 mmol/L, ADP

0,75 mmol/L, urease ≥ 7.5 Ku/L, GLDH ≥ 1.25 Ku/L, sodium azide < 1 g/L

sebagai reagent 1 dan NADH 1.32 mmol/L sebagai reagent 2 , lalu letakkan

pada ABX Pentra 400.

Page 48: pengaruh suplementasi madu trigona

32

III.3.6.2 Analisis Kreatinin Serum

Pengukuran kadar serum kreatinin dilakukan dengan menggunakan

instrumen ABX Pentra 400 (Horiba®). dengan mengukur pembentukan

kolorimetri kompleks. Jika kreatinin bereaksi dengan alkaline picrate maka

akan membentuk kolorimetri kompleks. Dari pembentukan colorimetric

kompleks tersebut maka dapat dihitung jumlah kreatinin dalam sample

serum yang diuji. Mesin analisis ABX Pentra 400 melibatkan reagent Picric

acid 8.73 mmol/L (reagent 1) serta Sodium hydroxide 312.5 mmol/L dan

Disodium phosphat 12.5 mmol/L (reagent 2). lalu letakkan pada ABX Pentra

400.

III.4 Pengumpulan dan Analisis Data

Data kadar ureum dan kadar serum kreatinin yang telah diperoleh

diolah analisi kualitatif dengan menggunakan aplikasi mikrosoft excel.

Setelah dilakukan analisis data, dilakukan pembahasan berdasarkan hasil

yang diperoleh dan ditarik kesimpulan.

Page 49: pengaruh suplementasi madu trigona

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nitrogen non protein meliputi ureum, kreatinin dan sejumlah senyawa

yang kurang penting pada umumnya merupakan produk akhir dari

metabolisme protein dan harus dikeluarkan dari tubuh untuk memastikan

kelangsungan metabolisme protein dalam sel. Konsentrasi ureum dapat

meningkat sampai 10 kali normal selama 1 sampai 2 minggu setelah gagal

ginjal total. Pada gagal ginjal kronis, peningkatan konsentrasi kira-kira

sebanyak dengan jumlah penurunan nefron fungsional. Untuk alasan ini,

pengukuran konsentrasi zat-zat tersebut khususnya ureum dan kreatinin

merupakan cara penting untuk melihat tingkat kegagalan ginjal (Guyton dan

Hall, 2007).

Produk buangan seperti kreatinin dan ureum sangat bergantung pada

filtrasi glomelurus untuk ekskresinya, dan zat-zat tersebut tidak direabsorbsi

sebanyak elektrolit. Suatu perkiraan perubahan laju filtrasi glomerulus

(LFG) dapat dihitung hanya dengan mengukur konsentrasi kreatinin plasma

yang berbanding terbalik dengan LFG, contohnya kreatinin yang tidak

direabsorbsi sama sekali, dan juga laju ekskresinya sebanding dengan laju

filtrasi. Oleh sebab itu, jika LFG menurun, laju ekskresi kreatinin juga

menurun sementara, yang menyebabkan akumulasi cairan tubuh dan

meningkatkan konsentrasi dalam plasma sampai laju ekskresi kreatinin

kembali normal. Demikian juga dengan ureum, kecepatan ekskresi ureum

terutama ditentukan oleh dua faktor :(1) konsentrasi ureum dalam plasma

Page 50: pengaruh suplementasi madu trigona

34

dan (2) laju filtrasi glomerulus (LFG). Pada pasien penyakit ginjal yang LFG-

nya sangat menurun, konsentrasi ureum plasma sangat meningkat, yang

akan mengembalikan muatan ureum yang difiltrasi dan kecepatan ekskresi

ureum ke batas normal, meskipun LFG menurun (Guyton dan Hall, 2007).

Salah satu faktor penyebab terjadinya gagal ginjal yaitu penggunaan

obat-obatan, salah satu obat yang sering digunakan untuk kondisi yang

membutuhkan pengontrolan lipid yaitu obat golongan statin.

Simvastatin merupakan obat golongan statin yang berfungsi sebagai

analog struktural HMG-CoA. Golongan statin merupakan obat paling efektif

dalam mengurangi LDL. Suatu penelitian membuktikan bahwa risiko gagal

ginjal akut meningkat pada pria dan wanita yang diresepkan simvastatin,

atorvastatin, dan pravastatin (Hippisley-Cox dan Coupland, 2010). Menurut

Rao dan Milbrandt (2010) sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh

Ridker, dkk pada tahun 2008 terhadap 17.802 laki-laki dan perempuan

dengan dosis 20 mg risuvastatin dan plasebo, membuktikan bahwa

penggunaan golongan statin dapat menyebabkan efek merugikan terhadap

ginjal.

Efek toksisitas statin dipengaruhi oleh variabilitas dalam enzim yang

memodulasi disposisi statin. Rhabdomyolysis, sindrom yang ditandai oleh

nekrosis otot dengan pelepasan konstituen otot intraseluler toksik, dapat

menjadi efek samping yang fatal dari terapi statin. Toksisitas yang

disebabkan oleh Simvastatin meningkat pada organ, jaringan dan fungsi

yang berbeda (Kaminsky dan Kosenko, 2010).

Page 51: pengaruh suplementasi madu trigona

35

Kelompok kontrol pada penelitian ini terdiri atas dua yaitu kelompok

kontrol sehat dan kelompok kontrol negatif. Kelompok kontrol sehat

merupakan kelompok hewan coba yang tidak diberi perlakuan. Kelompok

ini bertujuan sebagai acuan perbandingan dengan kelompok yang diberi

perlakuan dan untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap hewan

coba. Sedangkan kelompok kontrol negatif yang digunakan berupa larutan

koloidal NaCMC 1%. Larutan koloidal NaCMC 1% berfungsi sebagai

pembawa obat simvastatin. Tujuan penggunaan kelompok kontrol negatif

berupa NaCMC 1% tidak memberikan pengaruh terhadap penelitian ini.

Kelompok kontrol sehat dan kelompok kontrol negatif dimaksudkan sebagai

pembanding terhadap kelompok yang diberi perlakuan.

Penggunaan dosis simvastatin 40 mg/kgBB yang diberikan pada

perlakuan merupakan hasil orientasi yang dilakukan pada tiga ekor tikus

putih (Rattus norvegicus) dengan variasi dosis yaitu 20 mg/kgBB, 40

mg/kgBB, dan 80 mg/kgBB yang diberikan selama 10, 15, dan 25 hari.

Hasil orientasi memperlihatkan bahwa dosis simvastatin 40 mg/kgBB

dan 80 mg/kgBB yang diberikan selama 15 hari dapat meningkatkan kadar

ureum dan kreatinin serum. Hasil ini ditunjang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Dashti-khavidaki dkk, (2013) yang menggunakan obat

golongan simvastatin untuk menginduksi nefrotoksisitas pada dosis 40

mg/kgBB dan 80 mg/kgBB. Untuk itu, maka dalam penelitian ini dipakai

dosis simvastatin 40 mg/kgBB selama 15 hari pemberian.

Page 52: pengaruh suplementasi madu trigona

36

IV.1 Data Hasil Kreatinin Serum

Setelah melakukan penelitian mengenai efek suplementasi madu

terhadap gangguan fungsi ginjal terhadap tikus putih (Rattus norvegicus)

akibat dari simvastatin, diperoleh data berupa parameter kreatinin serum

dan ureum sesuai dengan kelompok masing-masing yang dianalisis

menggunakan instrument ABX PENTRA 400. Hasil pengukuran kadar

kreatinin serum dapat dilihat pada tabel 5 dan gambar 4.

Tabel 5. Profil kadar Kreatinin serum tiap perlakuan

Kelompok Perlakuan

Profil Kadar Kreatinin serum

Sebelum perlakuan (awal)

Sesudah Perlakuan (akhir) Selisih

(U/L) (U/L)

Kontrol sehat 0,40 0,40 0,00 0,50 0,50 0,00 0,30 0,30 0,00

Rata-rata ± SD 0,40 ± 0,10 0,40 ± 0,10 0,00 ± 0,00

NaCMC 1% 0,50 0,50 0,00 0,50 0,50 0,00 0,40 0,40 0,00

Rata-rata ± SD 0,47 ± 0,06 0,47 ± 0,06 0,00 ± 0,00

Simvastatin 40 mg/kgBB 0,40 0,50 0,10 0,40 0,50 0,10 0,40 0,50 0,10

Rata-rata ± SD 0,40 ± 0.00 0,5 ± 0,00 0,10 ± 0,00

Simvastatin 40 mg/kgBB + Madu Trigona

0,40 0,50 0,10 0,40 0,50 0,10 0,50 0,60 0,10

Rata-rata ± SD 0,43 ± 0,06 0,53 ± 0,06 0,10 ± 0,00

Simvastatin 40 mg/kgBB + Madu Trigona +

COQ10

0,30 0,40 0,10 0,30 0,50 0,20 0,40 0,50 0,10

Rata-rata ± SD 0,33 ± 0,06 0,47 ± 0,06 0,13 ± 0,06

Simvastatin 40 mg/kgBB + COQ10

0,40 0,50 0,10 0,40 0,50 0,10 0,40 0,50 0,10

Rata-rata ± SD 0,40 ± 0,00 0,50 ± 0,00 0,10 ± 0,00

Page 53: pengaruh suplementasi madu trigona

37

Gambar 4. Profil perubahan kadar kreatinin serum pada tikus putih (Rattus norvegicus) sebelum dan setelah pemberian perlakuan Keterangan: KS= Kontrol sehat, N= Na CMC 1%, S= Simvastatin 40 mg/kgBB, S+M=Simvastatin 40 mg/kg BB +Madu Trigona 7,5% v/v, S+M+Q= Simvastatin 40 mg/kgBB+Madu 7,5% v/v + CoQ10 8,9 mg/kgBB, S+Q= Simvastatin 40 mg/kgBB + CoQ10 8,9 mg/kgBB

Data tabel 5 dan gambar 4 terlihat bahwa kelompok kontrol sehat

dan kelompok kontrol negatif tidak mengalami perubahan kadar kreatinin

serum baik sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan.

Berbeda dengan kelompok yang diberikan simvastatin 40 mg/kgBB

yang menunjukkan peningkatan kadar kreatinin serum sebesar 0,10 ± 0,00

U/L. Namun, jika dilihat pada Tabel 5 dan gambar 4 kadar kreatinin serum

sebelum dan sesudah pemberian simvastatin 40 mg/kgBB menunjukkan

peningkatan yang signifikan, karena standar deviasi 0,00 U/L. Peningkatan

tersebut menunjukkan penggunaan simvastatin 40 mg/kgBB mampu

0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

0,50

0,60

0,70

KS N S S+M S+M+Q S+Q

Kadar

Kre

atinin

Seru

m (

U/L

)

Kelompok Perlakuan

Data Awal Data Akhir

Page 54: pengaruh suplementasi madu trigona

38

meningkatkan kadar kreatinin serum. Pada tikus peningkatan ini masih

dalam batas normal (0,2-0,8 mg/dl).

Peningkatan kadar kreatinin serum dalam darah dapat dipengaruhi

berbagai hal, diantaranya gangguan fungsi ginjal, sehingga fungsi nefron

menurun yang menyebabkan penurunan ekskresi kreatinin dan terjadi

peningkatan kreatinin dalam plasma.

Perbedaan kelompok kontrol dengan kelompok yang diberikan

simvastatin 40 mg/kgBB yang dikombinasikan baik dengan larutan madu

7,5% v/v maupun CoQ10 8,9 mg/kgBB disebabkan karena adanya

pengaruh dari obat simvastatin yang diberikan kepada hewan coba yang

memiliki efek samping pada ginjal. Peningkatan tersebut sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Hippisley tahun 2010 yang menyatakan

bahwa risiko gagal ginjal akut meningkat pada pria dan wanita yang

diresepkan simvastatin. Penelitian lain juga menyatakan bahwa simvastatin

dosis 40 mg/kgBB dapat menyebabkan efek nefrotoksisitas (Dashti-

khavidaki dkk, 2013).

Pada Gambar 4 menunjukkan pemberian simvastatin 40 mg/kgBB

dengan larutan madu 7,5% v/v terjadi peningkatan kadar kreatinin serum

sebelum dan sesudah perlakuan sebesar 0,10 ± 0,00 U/L. Namun

peningkatan ini tidak signifikan, oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa tidak

terjadi peningkatan kadar kreatinin serum sebelum dan sesudah perlakuan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Halawa dkk, tahun 2009

melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa madu tanpa sengat dapat

Page 55: pengaruh suplementasi madu trigona

39

memperbaiki kerusakan sel ginjal akibat stres oksidatif yang disebabkan

oleh toksisitas timbal. Peroksidasi oksidatif yang disebabkan oleh oksidasi

membran bisa sangat merusak karena menyebabkan perubahan dalam

sifat biologis dari membran, seperti tingkat fluiditas dan dapat menyebabkan

inaktivasi reseptor atau enzim terikat membran, yang pada gilirannya dapat

mengganggu fungsi sel normal dan meningkatkan permeabilitas jaringan.

(Halawa dkk, 2009).

Berbeda dengan yang terjadi pada kelompok yang diberi simvastatin

40 mg/kgBB dan CoQ10 8,9 mg/kgBB. Pada kelompok ini terjadi

peningkatan kadar kreatinin serum yang signifikan pada akhir perlakuan.

Berdasarkan pada Gambar 4 menunjukkan peningkatan lebih tinggi

terhadap kelompok yang diberi simvastatin 40 mg/kgBB + madu 7,5% v/v +

CoQ10 8,9 mg/kgBB. Peningkatan tersebut kemungkinan disebabkan

adanya interaksi antara madu trigona dan CoQ10. Madu yang kaya akan

flavonoid, seperti luteolin, quercetin, apigenin, fisetin, kaempferol,

isorhamnetin, acacetin, tamarixetin, chrysin, galangin yang memiliki

aktivitas antioksidan, dan pula CoQ10 yang memiliki fungsi yang sama

seperti madu, yaitu sebagai antioksidan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rietjens pada tahun

2002 menemukan bahwa flavonoid mampu meningkatkan 30-50 oksidasi

reaktif. Penelitian lain juga menjelaskan bahwa suplementasi dengan

antioksidan terutama pada dosis tinggi dapat mengganggu keseimbangan

fisiologis di antara antioksidan (Halliwell, 1996). Potensi interaksi ini belum

Page 56: pengaruh suplementasi madu trigona

40

pernah dilaporkan sebelumnya, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut

untuk mengeksplorasi temuan ini.

IV.2 Data Hasil Ureum

Analisis yang dilakukan sama seperti analisis kreatinin serum.

Diperoleh data berupa parameter ureum sesuai dengan kelompok masing-

masing yang dianalisis menggunakan ABX PENTRA 400. Data diolah

dengan analisis kualitatif. Hasil pengukuran yang didapatkan dapat dilihat

pada tabel 6 dan gambar 5.

Tabel 6. Profil kadar ureum tiap perlakuan

Kelompok Perlakuan

Profil Kadar Ureum

Sebelum perlakuan (awal)

Sesudah Perlakuan (akhir) Selisih

(U/L) (U/L)

Kontrol sehat 25,00 26,00 1,00 26,00 29,00 3,00 28,00 30,00 2,00

Rata-rata ± SD 26,33 ± 1,53 28,33 ± 2,08 2,00 ± 1,00

NaCMC 1% 31,00 27,00 -4,00 33,00 30,00 -3,00 40,00 29,00 -11,00

Rata-rata ± SD 34,67 ± 4,73 28,67± 1,53 -6,00 ± 4,36

Simvastatin 40 mg/kgBB 24,00 31,00 7,00 29,00 37,00 8,00 28,00 36,00 8,00

Rata-rata ± SD 27,00 ± 2,65 34,67 ± 3,21 7,67 ± 0,58

Simvastatin 40 mg/kgBB + Madu Trigona

27,00 23,00 -4,00 29,00 25,00 -4,00 33,00 28,00 -5,00

Rata-rata ± SD 29,67 ± 3,06 25,33 ± 2,52 -4,33 ± 0,58

Simvastatin 40 mg/kgBB + Madu Trigona + COQ10

26,00 33,00 7,00 29,00 35,00 6,00 31,00 35,00 4,00

Rata-rata ± SD 28,67 ± 2,52 34,33 ± 1,15 5,67 ± 1,53

Simvastatin 40 mg/kgBB + COQ10

34,00 27,00 -7,00 37,00 23,00 -14,00 37,00 27,00 -10,00

Rata-rata ± SD 36,00 ± 1,73 25,67 ± 2,31 -10,33 ± 3,51

Ket. : (-) Penurunan kadar ureum

Page 57: pengaruh suplementasi madu trigona

41

Gambar 5. Profil perubahan kadar ureum pada tikus putih (Rattus norvegicus) sebelum dan setelah pemberian perlakuan Keterangan: KS= Kontrol sehat, N= Na CMC 1%, S= Simvastatin 40 mg/kgBB, S+M=Simvastatin 40 mg/kg BB +Madu Trigona 7,5% v/v, S+M+Q= Simvastatin 40 mg/kgBB+Madu 7,5% v/v + CoQ10 8,9 mg/kgBB, S+Q= Simvastatin 40 mg/kgBB + CoQ10 8,9 mg/kgBB

Berdasarkan pada tabel 6 dan gambar 5, terlihat bahwa kelompok

kontrol sehat dan kelompok kontrol negatif mengalami peningkatan.

Namun, jika dilihat pada kadar ureum sebelum dan sesudah perlakuan

terjadi peningkatan yang tidak signifikan, sehingga pemberian kontrol sehat

dan kontrol negatif sebelum dan sesudah perlakuan selama 15 hari tidak

memberikan pengaruh.

Pada kelompok yang diberi simvastatin 40 mg/kgBB terjadi

peningkatan kadar ureum sebesar 7,67 ± 0,58 U/L. Peningkatan tersebut

menunjukkan bahwa kadar ureum sebelum dan sesudah pemberian

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

35,0

40,0

45,0

KS N S S+M S+M+Q S+Q

Kadar

Ure

um

(U

/L)

Kelompok Perlakuan

Data Awal Data Akhir

Page 58: pengaruh suplementasi madu trigona

42

simvastatin 40 mg/kgBB memberikan pengaruh yang signifikan dan berada

diatas batas normal (15−21 mg/dl) (Malole dan Pramono, 1989).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa sebelum dan sesudah

pemberian simvastatin 40 mg/kgBB selama 15 hari pada tikus putih

meningkatkan kadar kreatinin serum dan kadar ureum secara signifikan.

Berdasarkan penelitian yang menggunakan analisis NMR yang melihat

pengaruh toksisitas sebelum dan sesudah pemberian simvastatin

ditemukan bahwa terjadi peningkatan biologis dari allantoin, 2-oxoglutarate,

dan trimethylamine-N-oxide. Hal ini membuktikan bahwa terjadi

peningkatan radikal bebas yang disebabkan oleh simvastatin yang dapat

menyebabkan stress oksidatif (Yang dkk, 2011).

Ureum adalah salah satu parameter gangguan fungsi ginjal.

Peningkatan kadar ureum dalam serum darah dapat diakibatkan oleh

pengaruh kondisi patologis individu seperti penderita gagal ginjal akut

maupun kronis, penderita gagal jantung dan individu yang mengalami

kekurangan elektrolit (Doxey,1983). Kenaikan jumlah ureum pada serum

darah tidak selalu menandakan kerusakan pada organ ginjal, kenaikan

ureum dalam serum darah baru dapat dinyatakan gagal ginjal apabila

diperkuat dengan hasil pemeriksaan urin dan tanda-tanda klinis yang

mendukung penentuan diagnosa (Dukes,1977).

Berdasarkan data pada gambar 5, kelompok yang diberi larutan

madu trigona 7,5% v/v dan simvastatin 40 mg/kgBB menunjukkan

penurunan kadar ureum sebesar -4,33 ± 0,58 U/L. Hal ini terlihat bahwa

Page 59: pengaruh suplementasi madu trigona

43

kadar ureum sebelum dan sesudah diberi larutan madu trigona 7,5% v/v

dan simvastatin 40 mg/kgBB terlihat penurunan yang tidak signifikan, oleh

sebab itu dapat dikatakan bahwa tidak terjadi penurunan yang berarti

terhadap kadar ureum sebelum dan sesudah perlakuan.

Menurut penelitian yang dilakukan Yazan dkk, tahun 2016

memperlihatkan bahwa madu kelulut yang merupakan madu genus trigona

memberikan efek perlindungan pada tikus putih yang diinduksi

azoksimetan. Penelitian lain juga membuktikan bahwa pemberian madu

dapat memperbaiki kadar ureum akibat stres oksidatif yang diinduksi

dengan timbal asetat (Halawa dkk, 2009).

Berbeda yang terjadi pada kelompok simvastatin 40 mg/kgBB dan

CoQ10 8,9 mg/kgBB. Pada kelompok ini terjadi penurunan kadar ureum

yang signifikan sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil ini ditunjang oleh

penelitian yang dilakukan bank dkk, (2011) bahwa penggunaan suplemen

CoQ10 memiliki efek yang menguntungkan pada penyakit atau kondisi

seperti migrain, diabetes mellitus, gangguan neurologis tertentu, dan gagal

ginjal yang semuanya secara langsung terkait dengan defisiensi CoQ10

(Bank dkk 2011).

Hasil yang didapatkan pada kadar kreatinin serum yang

memperlihatkan bahwa sebelum dan sesudah pemberian simvastatin 40

mg/kgBB dan CoQ10 8,9 mg/kgBB terdapat penurunan yang signifikan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian simvastatin 40 mg/kgBB

dan CoQ10 8,9 mg/kgBB sebelum dan sesudah perlakuan mampu

Page 60: pengaruh suplementasi madu trigona

44

menurunkan kadar ureum, namun tidak memberikan penurunan pada kadar

kreatinin serum.

Berdasarkan pada gambar 5, terdapat peningkatan kadar ureum

saat diberikan simvastatin 40 mg/kgBB + madu 7,5% v/v + CoQ10 9

mg/kgBB. Hasil yang didapatkan ini sejalan dengan hasil yang diperoleh

pada pengukuran kadar kreatinin serum yang ditunjukkan pada gambar 4,

sehingga ada potensi interaksi yang merugikan jika madu trigona dan

CoQ10 diberikan bersama. Namun potensi interaksi ini belum pernah

dilaporkan sebelumnya, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

mengeksplorasi temuan ini.

Page 61: pengaruh suplementasi madu trigona

45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh efek

pemberian madu trigona terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) yang

yang diberikan simvastatin 40 mg/kgBB selama 15 hari sehingga diperoleh

hasil bahwa:

1. Simvastatin 40 mg/kgBB yang diberikan selama 15 hari dapat

meningkatkan kadar kreatinin serum dan ureum.

2. Kombinasi simvastatin dan madu mampu menurunkan kadar ureum

walaupun pada kadar kreatinin serum tidak memperlihatkan

penurunan.

V.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan meningkatkan

konsentrasi madu trigona terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) yang

diberikan simvastatin.

Page 62: pengaruh suplementasi madu trigona

46

DAFTAR PUSTAKA

Abeshu, M.A. and Geleta,B. 2016. Medical Uses of Honey. Biol Med. 8: pp. 1-7.

Afzali, B., Haydar, A.A., Vinen,K., and Goldsmith, D.J.A. 2004. Beneficial effects of statins on the kidney: The evidence moves from mouse to man. Nephrology Dialysis Transplantation, 19(5), 1032–1036.

Alldredge, B.K., Corelli, R.L., Guglelmo, B.J., Jacobson, P.A., Kradjan, W.A., Williams B. R. 2013. Applied Therapeutic: The clinial Use of Drugs.10th ed. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.

Bank, G., Kagan, D., and Madhavi, D. 2011. Coenzyme Q 10 : Clinical Update and Bioavailability. Journal of Evidence-Based Complementary and Alternatif Medicine.16(2), hal. 129–137.

Bhagavan, H. N. and Chopra, R. K. 2007. Plasma coenzyme Q10 response to oral ingestion of coenzyme Q10 formulations.Mitochondrian.hal. 78–88.

Caso, Giuseppe., Kelly, Patricia., Mcnurlan, M.A., and Lawson,W,E. 2007. “Effect of Coenzyme Q10 on Myopathic Symptoms in Patients Treated With Statins. Amjcard.hal. pp 1409-1412.

Clark,M.A., Harvey, R.A., Finkel,R., Rey J.A., and Whalen K. 2012. Lippincott’s Illustrated Reviews:Pharmacology. 5th ed. Lippincitt Williams and Wilkins. a Wolters Kluwer business.Philadelphia.

Dashti, K.S., Moghaddas, A., Heydari, B., Khalili, H., and Lessan, P.M. 2013. Statins against drug-induced nephrotoxicity. Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 16(4), hal. 588–608.

Doxey,D.L.1983. Clinical Pathology and Diagnostic Procedures. Bailliere Tindal : London.

Dukes, H.H.1977. Dukes Physiology of Domestic Animal. Swenson MJ, Ed. 9: Cornell University Press : London.

Evangelista, T., Ferro, J., Pereira, P., and Carvalho, M.de. 2009. A case of asymp -tomatic cytoplasmic body myopathy revealed by sinvastatin. Neuromuscular Disorders. Elsevier B.V., 19(1), hal. 66–68.

Fadhilah, R. dan Rizkika, K.2015. LABA : Lebah Tanpa Sengat. Trubus Swadaya : Jakarta.

Page 63: pengaruh suplementasi madu trigona

47

Fahri, V.R. 2009. Potensi Nanopropolis Trigona spp Asal Bukit Tinggi Sebagai Pemacu Pertumbuhan Pada Tikus Putih (Sprague-Dawley ). Skripsi tidak diterbitkan. Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB.

Finkel,R., Harvey, R.A., Champe, R.A., Clark,M.A. and Cubeddu, L.X. 2009. Pharmacology. 4th Edition. Lippincitt Williams and Wilkins, a Wolters Kluwer business. Philadelphia.

Fiorani, M., Accorsi, A., Blasa, M., Diamantini,G., and Piattie,E., 2006. Flavonoids from Italian multifloral honeys reduce the extracellular ferricyanide in human red blood cells. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 54(21), pp. 8328–8334.

Glazer, J.L. 2002. Bone loss and inhaled glucocorticoids. The New England journal of medicine, 346(7), hal. 533–535.

Goli, Anil K., Goli, Sujatha A., Byrd, Ryland P., and Roy, T.M. 2002. “Simvastatin-induced lactic acidosis: A rare adverse reaction?,” Clinical Pharmacology and Therapeutics, 72(4), pp. 461–464.

Guyton,A.C. dan Hall,J.E. 2007. Fisiologi Kedokteran, terjemahan oleh Yanuar, R. L. (ed.) Textbook of medical physiology. 11 ed. EGC. Jakarta.

Halawa, H.M., El-nefiawy, N.E., Makhlouf, N.A., Mady, A. A. 2009. “Evaluation of Honey Protective Effect on Lead Induced Oxidative Stress in Rats,” Jasmr, 4(2), hal. 197-209.

Halliwell, B. 1996. Vitamin C : Antioxidant or Pro-Oxidant I n Vivo ?. Amsterdam B.V.. 25(5), Harworod Academic Publishers GmBh. pp. 439–454.

Handelsman, Y.Y., Mechanik, J.I., Dagogo, J.S., and Davidson J. 2011. american association of clinical endocrinologists guidilens for management of dyslipidemia and prevention of atherosclerosis. Endocrine Practice, 17(2). pp. 1–35.

Hippisley-Cox,J. and Coupland,C. 2010. “Unintended effects of statins in men and women in England and Wales: population based cohort study using the QResearch database,” Bmj, 340(may19 4), pp. 2197–2197.

Horne, M.M. dan Swearingan, P.L. 2000. Keseimbangan Cairan, Elektrolit & Asam Basa. 2 ed. EGC. Jakarta.

Page 64: pengaruh suplementasi madu trigona

48

Huang, Y., Yang, S., Fu,S., and Chen,Y. 2016. Statins Reduce the Risk of Cirrhosis and Its Decompensation in Chronic Hepatitis B Patients : A Nationwide Cohort Study. The American Journal of Gastroenterology, 111, pp.976–985.

Iqbal, M., Sharma, S.D., Okazaki, Y., Fujisawa, M., and Okada, S. 2003. Dietary-supplementation of curcumin enhances antioxidant and phase II metabolizing enzymes in ddY male mice: possible role in protection against chemical carcinogenesis and toxicity. Pharmacology & toxicology, 92(1), pp. 33–38.

Johnson, J.L., and Loomis, I.B. 2006. A case of simvastatin-associated pancreatitis and review of statin-associated pancreatitis. Pharmacotherapy, 26(3), pp. 414–422.

Kaminsky, Y.G. and Kosenko,E.A. 2010. Molecular mechanisms of toxicity of simvastatin, widely used cholesterol-lowering drug. A review. Central European Journal of Medicine, 5(3), pp. 269–279.

Kurniandari, N., Susantiningsih,T. dan Berawi,K.N.2015. “Efek Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) sebagai Senyawa Nefroprotektor terhadap Gambaran Histopatologis Ginjal yang Diinduksi Cisplatin The Effect of Lime Peel Extract (Citrus aurantifolia) as Nephroprotector to Histopathological K,” Majority, 4, hal. 140–143.

Lintong,P.M. dan Loho, L.L. 2016. Gambaran histopatologik ginjal tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi gentamisin dan diberikan ubi jalar ungu ( Ipomoea batatas L . Poir ). Journal e-Biomedik.4(1).

Malole, M. dan Pramono, C. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.

Marantika, A. 2015. Efek Madu Terhadap Gambaran Mikroskopik Ginjal yang Diinduksi Boraks. Majority, 4(November), hal. 37–40.

Murray, R., Granner, D. dan Rodwell,V. 2009. Biokimia Harper. 27th ed. Jakarta: EGC.

Nakahara, K., Kuriyama, M., Sonoda, Y., Yoshidome, H., Nakagawa, H., Fujiyama, J., Higuchi, I. and Osame, M. 1998. Myopathy induced by HMG-CoA reductase inhibitors in rabbits: A pathological, electrophysiological, and biochemical study. Toxicology and Applied Pharmacology, 152(1), pp. 99–106.

Omar, M.A., and Wilson,J.P.2002. FDA adverse event reports on statin-associated rhabdomyolysis. Annals of Pharmacotherapy, 36(2). pp. 288–295.

Page 65: pengaruh suplementasi madu trigona

49

Prahastuti,S., Tjahjani,S., and Hartini, E. 2013. The effect of bay leaf infusion (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) to decrease blood total cholesterol level in dyslipidemia model wistar rats. Jurnal Medika Planta, 1(4), pp. 27–32.

Rao, A.D. and Milbrandt,E.B. 2010. To JUPITER and beyond: statins, inflammation, and primary prevention. Critical Care, 14(3), pp. 310.

Rietjens., Ivonne, M.C.M., Boersma, M.G., Haan, L.D., Spenkelink, B., Awad, H.M. Cnubben., Nicole H.P., Zanden, Jelmer J.V., Woude., Hester V.D. and Alink, Gerrit M. 2002. The pro-oxidant chemistry of the natural antioxidants vitamin C , vitamin E , carotenoids and flavonoids. Enviromental Toxicology and Pharmacology. 11, pp.321–333.

Rohilla, A., Rohilla, S., Kumar, A., Khan, M. U., and Deep, A. 2016. Pleiotropic effects of statins: A boulevard to cardioprotection. Arabian Journal of Chemistry, 9, S21–S27.

Satriana.2008. Studi Kadar Ureum dan Kreatinin Serum Darah Anjing Kampung (Caris familiaris). Skripsi tidak diterbitkan. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Setyaningsih, A., Dewi, R. dan Imron. 2013. Perbedaan Kadar Ureum & Kreatinin Pada Klien Yang Menjalani Hemodialisa dengan Hollow Fiber Baru dan Hollow FIber Re Use Di RSUD Unggaran. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang. Stikes Ngadi Waluyo

Sherwood, L. 2007. Fisiologi Manusia: Dari sel ke sistem. EGC.Jakarta.

Sihombing, D.2005. Ilmu Ternak Lebah Madu. Yogyaakarta. Gadja Mada University press.

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC.Jakarta.

Sudoyo,A.W.2007.Dislipidemia, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. keempat ji. Jakarta.

Suranto, A. 2007. Terapi Madu. Jakarta: Penebar Swadaya Plus.

Susanto. 2007. Terapi Madu. Jakarta: Penebar Swadaya Plus.

Swellam, T., Miyanaga, N., Onozawa, M., Hattori, K., Kawai, K., Shimazui, T., and Akaza, H. 2003. Antineoplastic activity of honey in an experimental bladder cancer implantation model: In vivo and in vitro studies. International Journal of Urology, 10(4). pp. 213–219.

Page 66: pengaruh suplementasi madu trigona

50

Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan; editor, Monica Ester, EGC. Jakarta. hal. 118-121.

Teutonico, A., Libutti, P., Lomonte, C., Basile,C. 2010. Simvastatin-induced myoglobinuric acute kidney injury following ciclosporin treatment for alopecia universalis. NDT Plus, 3(3). pp. 273–275.

Tortora, G. and Derrickson, B. 2009. Principle of Anatomy and Phusiology 12th ed. Unites States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Tukan, G.D. 2008. Pengaruh Propolis Trigona Spp Asal Pandeglang Terhadap Beberapa Isolat Bakteri Usus Sapi Dan Penelusuran Komponen Aktifnya. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor. Sekolah Pascasarjana IPB.

Waness, A., Bahlas, S., and Al Shohaib,S. 2008. Simvastatin-induced rhabdo- myolysis and acute renal injury. Blood purification, 26(4), pp. 394–398.

Wells, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V. 2009. Pharmacotherapy Handbook. 7th Ed.. United States: The McGraw-Hill Companies.

Westwood, F.R., Bigley, A., Randall, K., Marsden, A.M., Scott, R.C. 2005. Statin-Induced Muscle Necrosis in the Rat: DistributioN, Development, and Fibre Selectivity. Toxicologic Pathology, 33(2), pp. 246–257.

Untung, O. 2010. Propolis Dari Lebah Tanpa Sengat. Jakarta: Trubus Swadaya.

Yang, H.j., Choi, M.J., Wen,H., Kwon, H.N., Jung, K.H., Hong, S.W. im., Joon M. Hong, Soon,S. and Park, S. 2011. An effective assessment of simvastatin-induced toxicity with NMR-based metabonomics approach. PLoS ONE, 6(2), pp. 1–11.

Yazan, L.S., Muhamad, Z.M. F.S., Ali, R.M., Zainal, N.A., Esa, N., Sapuan, S., and Syed, A.S.S. 2016. Chemopreventive Properties and Toxicity of Kelulut Honey in Sprague Dawley Rats Induced with Azoxymethane BioMed Research International, 2016.

Young, L.Y., Alldredge, B.K., Corelli, R.L., Guglielmo, B.J., Kradjan, W.A. and Williams, B.R. 2009. Koda Kimble and Young's Applied Therapeutics: The Clinical Use Of Drugs. 9th Ed. United State of America:

Page 67: pengaruh suplementasi madu trigona

51

LAMPIRAN 1

Skema Kerja Penelitian

Tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

Tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

Tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

Tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

Tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

Tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

Tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

Tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

Tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

Tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

Tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

Tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

Tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

Tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

Hasil pengukuran darah awal

Hasil pengukuran darah awal

Hasil pengukuran darah awal

Hasil pengukuran darah awal

Hasil pengukuran darah awal

Hasil pengukuran darah awal

Hasil pengukuran darah awal

Hasil pengukuran darah awal

Hasil pengukuran darah awal

Hasil pengukuran darah awal

- Darah awal hewan uji diambil pada bagian ekor

- Darah disimpan dalam tabung vacutainer merah berisi clot activator

- Darah disentrifugasi 15 menit 3000 rpm

- Bagian serum diambil dan disimpan dalam tabung eppendorf

- Darah awal hewan uji diambil pada bagian ekor

- Darah disimpan dalam tabung vacutainer merah berisi clot activator

- Darah disentrifugasi 15 menit 3000 rpm

- Bagian serum diambil dan disimpan dalam tabung eppendorf

- Darah awal hewan uji diambil pada bagian ekor

- Darah disimpan dalam tabung vacutainer merah berisi clot activator

- Darah disentrifugasi 15 menit 3000 rpm

- Bagian serum diambil dan disimpan dalam tabung eppendorf

- Darah awal hewan uji diambil pada bagian ekor

- Darah disimpan dalam tabung vacutainer merah berisi clot activator

- Darah disentrifugasi 15 menit 3000 rpm

- Bagian serum diambil dan disimpan dalam tabung eppendorf

- Darah awal hewan uji diambil pada bagian ekor

- Darah disimpan dalam tabung vacutainer merah berisi clot activator

- Darah disentrifugasi 15 menit 3000 rpm

- Bagian serum diambil dan disimpan dalam tabung eppendorf

- Darah awal hewan uji diambil pada bagian ekor

- Darah disimpan dalam tabung vacutainer merah berisi clot activator

- Darah disentrifugasi 15 menit 3000 rpm

- Bagian serum diambil dan disimpan dalam tabung eppendorf

- Darah awal hewan uji diambil pada bagian ekor

- Darah disimpan dalam tabung vacutainer merah berisi clot activator

- Darah disentrifugasi 15 menit 3000 rpm

- Bagian serum diambil dan disimpan dalam tabung eppendorf

- Darah awal hewan uji diambil pada bagian ekor

- Darah disimpan dalam tabung vacutainer merah berisi clot activator

- Darah disentrifugasi 15 menit 3000 rpm

- Bagian serum diambil dan disimpan dalam tabung eppendorf

Serum darah awal hewan uji

Serum darah awal hewan uji

Serum darah awal hewan uji

Serum darah awal hewan uji

Serum darah awal hewan uji

Serum darah awal hewan uji

Serum darah awal hewan uji

Serum darah awal hewan uji

Serum darah awal hewan uji

Serum darah awal hewan uji

Serum darah awal hewan uji

Serum darah awal hewan uji

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

- Analisis kadar ureum dan kadar kreatinin

Klp 2 NC

Klp 1 KS

Klp 1 KS

Klp 1 KS

Klp 1 KS

Klp 1 KS

Klp 1 KS

Klp 1 KS

Klp 1 KS

Klp 1 KS

Klp 1 KS

Klp 1 KS

Klp 1 KS

Klp 1 KS

Klp 3 S

Klp 3 S

Klp 3 S

Klp 3 S

Klp 3 S

Klp 3 S

Klp 3 S

Klp 3 S

Klp 3 S

Klp 3 S

Klp 3 S

Klp 3 S

Klp 3 S

Klp 4 S,M

Klp 4 S,M

Klp 4 S,M

Klp 4 S,M

Klp 4 S,M

Klp 4 S,M

Klp 4 S,M

Klp 4 S,M

Klp 4 S,M

Klp 4 S,M

Klp 4 S,M

Klp 4 S,M

Klp 4 S,M

Klp 5 S,M,Q

5 S,M,Q

Klp 5 S,M,Q

Klp 5 S,M,Q

Klp 5 S,M,Q

Klp 5 S,M,Q

Klp 5 S,M,Q

Klp 5 S,M,Q

Klp 5 S,M,Q

Klp 5 S,M,Q

Klp 5 S,M,Q

Klp 5 S,M,Q

Klp 5 S,M,Q

Klp 5 S,M,Q

Klp 6 S.Q

Klp 6 S.Q

Klp 6 S.Q

Klp 6 S.Q

Klp 6 S.Q

Klp 6 S.Q

Klp 6 S.Q

Klp 6 S.Q

Klp 6 S.Q

Klp 6 S.Q

Klp 6 S.Q

Klp 6 S.Q

Klp 6 S.Q

Perlakuan hewan uji

Perlakuan hewan uji

Perlakuan hewan uji

Perlakuan hewan uji

Perlakuan hewan uji

Perlakuan hewan uji

Perlakuan hewan uji

Perlakuan hewan uji

Perlakuan hewan uji

Perlakuan hewan uji

Serum darah akhir hewan uji

Serum darah akhir hewan uji

Serum darah akhir hewan uji

Serum darah akhir hewan uji

Serum darah akhir hewan uji

Serum darah akhir hewan uji

Serum darah akhir hewan uji

Serum darah akhir hewan uji

Serum darah akhir hewan uji

Analisis data serum keratinin dan ureum

Analisis data serum keratinin dan ureum

Analisis data serum keratinin dan ureum

Analisis data serum keratinin dan ureum

Analisis data serum keratinin dan ureum

Analisis data serum keratinin dan ureum

Analisis data serum keratinin dan ureum

Analisis data serum keratinin dan ureum

Pembahasan

Pembahasan

Pembahasan

Pembahasan

Pembahasan

Pembahasan

Pembahasan

Kesimpulan

Kesimpulan

Kesimpulan

Kesimpulan

Kesimpulan

Kesimpulan

Keterangan: KS : Kontrol Sehat NS : NaCMC 1 % S : Simvastatin 40 mg/kg BB M : Madu 7,5% Q : CoCOQ10

Keterangan: KS : Kontrol Sehat NS : NaCMC 1 % S : Simvastatin 40 mg/kg BB M : Madu 7,5% Q : CoCOQ10

Keterangan: KS : Kontrol Sehat NS : NaCMC 1 % S : Simvastatin 40 mg/kg BB M : Madu 7,5% Q : CoCOQ10

Page 68: pengaruh suplementasi madu trigona

52

LAMPIRAN 2

Perhitungan Penyiapan Bahan

1. Perhitungan penyiapan Ubiquinon (CoQ10)

Dosis CoQ10 untuk tikus adalah 8,9 mg/kgBB

8,9 mg/kgBB 0,89 mg/100 gBB/mL

0,89 mg/1 mL x 100 = 89 mg/100mL

Jadi, untuk membuat suspensi sebanyak 100 mL dibutuhkan 89 mg

CoQ10, sehingga dalam 1 mL suspensi mengandung 0,89 mg CoQ10.

Bobot CoQ10 = 89 𝑚𝑔

100 𝑚𝑔 𝑥 bobot rata − rata kapsul

Bobot CoQ10 = 90 𝑚𝑔

100 𝑚𝑔 𝑥 225,17 mg

Bobot CoQ10 = 200,4 mg

2. Pehitungan penyiapan Simvastatin Dosis 40mg/kgBB

Dosis induksi simvastatin: 40 mg/kgBB = 40 mg/1000 gBB

40 mg/1000 gBB 4 mg/100 gBB/mL (dalam 1 ml suspensi)

Untuk 100 ml suspensi = 4 mg/mL x 100 = 400 mg/100 mL

Jadi, untuk membuat sebanyak 100 mL dibutuhkan 400 mg simvastatin,

sehingga dalam 1 mL suspensi mengandung 4 mg simvastatin

3. Perhitungan penyiapan Madu Trigona 7,5%

Madu trigona 7,5% v/v: 7,5 ml madu trigona 100 mL air

suling Sehingga untuk membuat sejumlah 100 mL dibutuhkan 7,5 mL

madu trigona untuk dilarutkan hingga 100 mL air suling.

Page 69: pengaruh suplementasi madu trigona

53

Lampiran 3

Perhitungan Dosis

1. Simvastatin 40 mg/kgBB

3. Dosis simvastatin untuk meningkatkan kadar kreatinin serum dan

ureum: 40 mg/kgBB

Untuk tikus dengan berat 100 gram = 0,1 kg

Dosis simvastatin yang dibutuhkan = 40 mg/kgBB x 0,1 kg = 4 mg

Volume pemberian untuk berat 100 gram = 1 ml

Vp = 1 ml/100 gram

Dosis yang dibutuhkan dalam volume 1 ml

Konsentrasi dispersi yang dibuat =4 mg/ml

Untuk membuat sediaan stok 100 ml dispersi simvastatin

Dibutuhkan simvastatin sebanyak = 4 mg x 100 = 400 mg

2. Ubiquinon 8,9 mg/kgBB (CoQ10)

Dosis CoQ10 adalah 8,9 mg/kgBB

Untuk tikus dengan berat 100 gram = 0,1 kg

8,9 mg/kgBB x 0,1 kg= 0,89 mg/100 gBB/mL

Volume pemberian untuk berat 100 gram = 1 ml

Vp = 1 ml/100 gram

Dosis yang dibutuhkan dalam volume 1 ml

Konsentrasi dispersi yang dibuat = 0,89 mg/ml

Untuk 100 mL stok = 0,89 mg/mL x 100 = 89 mg/100mL

Jadi, untuk membuat sebanyak 100 mL stok dibutuhkan 89 mg CoQ10,

sehingga dalam 1 mL suspensi mengandung 0,89 mg CoQ10.

Page 70: pengaruh suplementasi madu trigona

54

3. Madu Trigona 7,5% v/v

Volume pemberian madu trigona asli = 15 ml/60kg

Penggunaan madu secara empirik yaitu 3 kali sehari

Sehingga, 15 ml x 3 = 45 ml

Untuk pemerian tikus = 45 𝑚𝐿

𝑥 =

60.000 𝑔

100 𝑔 = 0,075 ml

Volume pemberian untuk berat tikus 100 gram = 1 ml

onsentrasi larutan yang dibuat = 0,075 ml/mlUntuk membuat sediaan

stok 100 ml dilarutkan madu trigona asli sebanyak = 0,075 ml x 100 ml

= 7,5

Jadi konsentrasi madu trigona yang digunakan = 7,5% v/v

Page 71: pengaruh suplementasi madu trigona

Lampiran 4

Data Pengukuran Kadar Ureum Dan Kreatinin Serum

NO PERLAKUAN KODE

SAMPEL

KREATININ SERUM (U/L) UREUM(U/L)

Data Awal

Data Akhir

selisih Rerata SD Data Awal

Data Akhir

Selisih Rerata SD

1 KONTROL

SEHAT

01.01 0,40 0,40 0,00

0,00 0,00

25,00 26,00 1,00

2,00 1,00 2 01.02 0,50 0,50 0,00 26,00 29,00 3,00

3 01.03 0,30 0,30 0,00 28,00 30,00 2,00

4

NA CMC 1%

02.01 0,50 0,50 0,00

0,00 0,00

31,00 27,00 -4,00

-6,00 4,36 5 02.02 0,50 0,50 0,00 33,00 30,00 -3,00

6 02.03 0,40 0,40 0,00 40,00 29,00 -11,00

7 SIMVASTATIN

40 MG/KG

03.01 0,40 0,50 0,10

0,10 0,00

24,00 31,00 7,00

7,67 0,58 8 03.02 0,40 0,50 0,10 29,00 37,00 8,00

9 03.03 0,40 0,50 0,10 28,00 36,00 8,00

10 SIMVASTATIN 40 MG/KG &

MADU TRIGONA 7.5%

04.01 0,40 0,50 0,10

0,10 0,00

27,00 23,00 -4,00

-4,33 0,58 11 04.02 0,40 0,50 0,10 29,00 25,00 -4,00

12 04.03 0,50 0,60 0,10 33,00 28,00 -5,00

13 SIMVASTATIN 40 MG/KG +

MADU TRIGONA 7.5% + CoQ10 1.43

MG/KG

05.01 0,30 0,40 0,10

0,13 0,06

26,00 33,00 7,00

5,67 1,53

14 05.02 0,30 0,50 0,20 29,00 35,00 6,00

15 05.03 0,40 0,50 0,10 31,00 35,00 4,00

17 SIMVASTATIN 40 MG/KG +

CoQ10

06.01 0,40 0,50 0,10

0,10 0,00

34,00 27,00 -7,00

-10,33 3,51 18 06.02 0,40 0,50 0,10 37,00 23,00 -14,00

19 06.03 0,40 0,50 0,10 37,00 27,00 -10,00

55

Page 72: pengaruh suplementasi madu trigona

56

Lampiran 5

Dokumentasi Kegiatan

Gambar 8. Penyimpanan darah ke dalam wadah vacutiner merah

Gambar 10. Penyimpanan darah ke dalam wadah vacutiner merah

Gambar 9. nstrumen penelitian = ABX pentra 400

Gambar 11. nstrumen penelitian = ABX pentra 400

Gambar 6. Kandang hewan uji kelompok simvastatin 40 mg/kgBB

Gambar 8. Kandang hewan uji kelompok simvastatin 40 mg/kgBB

Gambar 7. Pengambilan darah pada tikus putih melalui ekor