Page 1
i
PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, ASSET
GROWTH, ASSET STRUCTURE, FIRM SIZE DAN FIRM AGE
TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Sub Sektor Pariwisata, Restoran dan Hotel
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2016)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
DELFI SILVIANA
11140810000010
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
Page 6
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Delfi Silviana
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Desember 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status : Belum Menikah
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jl. H. Jimin No. 43 Rt 005 Rw 002
Kelurahan Petukangan Utara
Kecamatan Pesanggrahan
Kotamadya Jakarta Selatan
Kota DKI Jakarta
7. Telepon : 085695379086
8. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD (2002-2008) : SDN Kebayoran Lama Utara 011
2. SMP (2008-2011) : SMPN 177 Jakarta
3. SMA (2011-2014) : SMAN 90 Jakarta
4. S1 (2014-2018) : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Divisi Penelitian dan Pengembangan HMJ Manajemen
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2015-2017)
2. Panitia OPAK HMJ Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2015-2017)
3. Sekretaris Manajemen Expo “KERAMIK” (2017)
4. Relawan Pilkada DKI Jakarta (2018)
Page 7
vii
ABSTRACT
This study analyze the effect of profitability, liquidity, asset growth, asset
structure, firm size and firm age to the company's capital structure as measured by
debt to equity ratio. The sample used in this study are 14 sub-sector companies
tourism, restaurants and hotels listed on Indonesia Stock Exchange period 2011-
2016. The sampling method used was purposive sampling. The data used in this
study is secondary data sourced from annual financial statements of related
companies that have been audited period 2011-2016. The analysis technique used
in this research is multiple linear regression analysis.
The results showed simultaneously there are significant influence of
variable profitability, liquidity, asset growth, asset structure, firm size and firm age
to capital structure. Partially obtained the result that profitability, asset growth,
asset structure, firm size and firm age have significant influence to capital
structure. While the liquidity variable has no significant effect to capital structure.
The result of coefficient of determination (Adjusted R2) shows that profitability,
liquidity, asset growth, asset structure, firm size and firm age variables are able to
explain 60,4% capital structure variable while the rest of 39,6% is explained by
other variables outside research .
Keywords : Profitability, Liquidity, Asset Growth, Asset Structure, Firm Size, Firm
Age and Capital Structure
Page 8
viii
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis pengaruh profitabilitas, likuiditas, asset growth,
asset structure, firm size dan firm age terhadap struktur modal perusahaan yang
diukur dengan debt to equity ratio. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 14 perusahaan sub sektor pariwisata, restoran dan hotel yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2011-2016. Metode sampel yang digunakan adalah
purposve sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang bersumber dari laporan keuangan tahunan perusahaan terkait yang telah
diaudit periode 2011-2016. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh
signifikan variabel profitabilitas, likuiditas, asset growth, asset structure, firm size
dan firm age terhadap struktur modal. Secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel
profitabilitas, asset growth, asset structure, firm size dan firm age berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel likuiditas tidak
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hasil koefisien determinasi
(Adjusted R2) menunjukkan bahwa variabel profitabilitas, likuiditas, asset growth,
asset structure, firm size dan firm age mampu menjelaskan variabel struktur modal
sebesar 60,4% sedangkan sisanya sebesar 39,6% dijelaskan oleh variabel-variabel
lain diluar penelitian.
Kata Kunci : Profitabilitas, Likuiditas, Asset Growth, Asset Structure, Firm Size,
Firm Age dan Struktur Modal
Page 9
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat
meraih gelar Sarjana Ekonomi, yaitu skripsi yang berjudul “PENGARUH
PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, ASSET GROWTH, ASSET STRUCTURE,
FIRM SIZE DAN FIRM AGE TERHADAP STRUKTUR MODAL
PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Sub Sektor Pariwisata,
Restoran dan Hotel yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-
2016)”.
Dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini, penulis telah mendapat
banyak semangat, dorongan, motivasi dan bantuan lainnya dari berbagai pihak.
Sehingga dalam bagian kata pengantar ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, berkah dan karunia-Nya. Wahai Zat
yang Maha Memiliki, Alhamdulillah terima kasih ya Allah. Sehingga penulis
mendapat banyak kemudahan dan semangat bahkan disaat-saat yang berat.
2. Kedua orang tua, Bapak dan Mama yang tersayang dan tercinta. Berkat do’a
yang tiada henti, semangat dan kasih sayang tulus yang tiada tara. Sehingga
selalu menjadi alasan penulis untuk selalu merasa bersyukur memiliki orang
tua terbaik yang pernah ada bagi penulis.
3. Adik tersayang, Salma Putri Fauziah. Terima kasih karena selalu ada di setiap
saat.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufrainy.Lc. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan motivasi dan
nasihat kepada para mahasiswa/i FEB termasuk penulis.
5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si. selaku ketua Jurusan Manajemen yang
telah bersedia menjadi tempat bertanya dan memberikan saran mengenai
berbagai kegiatan perkuliahan
Page 10
x
6. Bapak Dr. Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya dan senantiasa
memberikan dorongan, motivasi dan nasihat sejak awal hingga
terselesaikannya skripsi ini.
7. Bapak Deni Pandu Nugraha, SE., MM. Selaku dosen pembimbing akademik
yang telah bersedia memberikan saran dan motivasi selama perkuliahan ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu,
motivasi dan berbagai nasihat dalam kehidupan yang sangat bermanfaat bagi
kami.
9. Seluruh staff dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah yang telah banyak
membantu penulis selama perkuliahan ini.
10. Tante dan paman yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Mama Adek, One,
Ociak, Unyiang, Ongku, Alm. Pak Etek, Tek Nung dan lainnya yang selalu
memberikan support dan do’a.
11. Sepupu-sepupu yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Titin, Intan, Fira,
Nabila, Salsa, Irsad, Opra, Bang Cacing, Kak Dewi, Kak Liza, Bang Ami,
Bang Ancah, Lala, Gita, Teten dan lainnya yang selalu memberikan support
dan do’a.
12. Sahabat-sahabat selama perkuliahan Sena, Sarah, Nisa, Emil, Racil, Ningrum,
Anita, Evita, Mariah, Vivin, Desi, Reza dan lainnya yang telah memberikan
banyak kenangan manis yang tak terlupakan.
13. Seluruh teman seperjuangan manajemen 2014. Yang telah mengisi hari-hari
penulis sehingga lebih berwarna dan menyenangkan di bangku perkuliahan
ini.
14. Kakak-kakak senior selama perkuliahan. Kak Laras, Kak Tika, Kak Debi, Kak
Firly, Bang Rifki dan senior-senior lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, yang telah memberikan banyak wejangan dan bantuan selama
perkuliahan ini.
15. Sahabat-sahabat selama menempuh pendidikan SD, SMP dan SMA hingga
saat ini. Geng Hbd’an, Kzl zbl, Celebfams, 11 Fams, KKN Mafaza dan lainnya
yang telah memberikan banyak kenangan manis yang tak terlupakan.
Page 12
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
ABSTRACT ............................................................................................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Penelitian ...................................................................... 1
B. Permasalahan ........................................................................................ 11
1. Identifikasi Masalah ...................................................................... 11
2. Batasana Masalah ........................................................................... 12
3. Perumusan Masalah ........................................................................ 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 13
1. Tujuan Penelitian .......................................................................... 13
2. Manfaat Penelitian .......................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 15
A. Landasan Teori .................................................................................... 15
1. Struktur Modal .............................................................................. 15
Page 13
xiii
2. Debt to Equity Ratio ....................................................................... 32
3. Profitabilitas .................................................................................. 33
4. Likuiditas ....................................................................................... 34
5. Asset Growth .................................................................................. 36
6. Asset Structure ............................................................................... 36
7. Firm Size ....................................................................................... 37
8. Firm Age ........................................................................................ 37
9. Keterkaitan Antar Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat ........ 38
B. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 44
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 49
D. Hipotesis .............................................................................................. 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 52
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 52
B. Metode Pemilihan Sampel .................................................................. 52
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 55
D. Metode Analisis Data .......................................................................... 55
1. Uji Statistik Deskriptif .................................................................. 55
2. Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 56
a. Uji Normalitas ......................................................................... 56
b. Uji Multikolinearitas ................................................................ 57
c. Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 58
d. Uji Autokorelasi ....................................................................... 59
3. Uji Hipotesis .................................................................................. 61
a. Uji Simultan (Uji F) ................................................................. 61
b. Uji Parsial (Uji t) ...................................................................... 61
c. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2 ) ......................................... 62
4. Uji Regresi Linier Berganda .......................................................... 63
E. Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 64
1. Variabel Independen....................................................................... 64
2. Variabel Dependen ......................................................................... 67
Page 14
xiv
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ......................................................... 69
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................... 69
1. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................ 69
2. Profil Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian ........................ 70
B. Uji Statistik Deskriptif ........................................................................ 88
C. Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 128
1. Uji Normalitas ............................................................................ 128
2. Uji Multikolinearitas ................................................................... 131
3. Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 133
4. Uji Autokorelasi .......................................................................... 136
D. Uji Hipotesis ...................................................................................... 137
1. Uji Simultan (Uji F) ................................................................................. 137
2. Uji Parsial (Uji t) ....................................................................................... 139
3. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2 ) .......................................................... 140
E. Uji Regresi Linier Berganda .............................................................. 141
F. Pembahasan ........................................................................................ 143
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal ....................... 143
2. Pengaruh Current Ratio terhadap Struktur Modal .................... 144
3. Pengaruh Asset Growth terhadap Struktur Modal ......................... 146
4. Pengaruh Asset structure terhadap Struktur Modal ................... 147
5. Pengaruh Firm size terhadap Struktur Modal ............................ 148
6. Pengaruh Firm age terhadap Struktur Modal ............................. 148
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 152
A. Kesimpulan ........................................................................................ 152
B. Implikasi ............................................................................................ 153
C. Saran .................................................................................................. 154
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 156
LAMPIRAN ........................................................................................................ 160
Page 15
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 45
Tabel 3.1 Proses Pengambilan Sampel Penelitian ................................................ 54
Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan Pariwisata, Restoran dan hotel.................... 54
Tabel 4.1 Data Deskriptif Debt to equity ratio (DER) .......................................... 89
Tabel 4.2 Data Deskriptif Return on Asset (ROA) ............................................... 94
Tabel 4.3 Data Deskriptif Current Ratio (CR) .................................................... 100
Tabel 4.4 Data Deskriptif Asset growth (AG) ..................................................... 106
Tabel 4.5 Data Deskriptif Asset structure (AS) .................................................. 111
Tabel 4.6 Data Deskriptif Firm size (FS) ............................................................ 117
Tabel 4.7 Data Deskriptif Firm age (FA) ........................................................... 123
Tabel 4.8 Hasil One-Sample K-S ........................................................................ 130
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas .................................................................. 132
Tabel 4.10 Hasil Uji Park .................................................................................... 135
Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi ...................................................................... 137
Tabel 4.12 Hasil Uji Simultan (Uji F) ................................................................. 138
Tabel 4.13 Hasil Uji Parsial (Uji t) ..................................................................... 139
Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi ....................................................... 141
Tabel 4.15 Hasil Uji Regresi Linier Berganda .................................................... 142
Page 16
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ............................................ 1
Gambar 1.2 Grafik Perolehan Devisa Beberapa Sektor Bisnis di Indonesia .......... 3
Gambar 1.3 Grafik Kontribusi Pariwisata Terhadap PDB ...................................... 3
Gambar 1.4 Grafik Pertumbuhan Investasi ........................................................... 10
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 50
Gambar 4.1 Grafik Debt to equity ratio (DER) .................................................... 93
Gambar 4.2 Grafik Return on Asset (ROA) .......................................................... 99
Gambar 4.3 Grafik Current Ratio (CR) .............................................................. 105
Gambar 4.4 Grafik Asset growth (AG) ............................................................... 110
Gambar 4.5 Grafik Asset structure (AS) ............................................................. 112
Gambar 4.6 Grafik Firm size (FS) ...................................................................... 121
Gambar 4.7 Grafik Firm age (FA) ...................................................................... 127
Gambar 4.8 Grafik Normal Probability Plot ....................................................... 129
Gambar 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 134
Page 17
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian ..................................... 160
Lampiran 2 Data Penelitian ................................................................................. 161
Lampiran 3 Uji Normalitas ................................................................................. 163
Lampiran 4 Uji Multikolinearitas ........................................................................ 164
Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas .................................................................... 165
Lampiran 6 Uji Autokorelasi .............................................................................. 166
Lampiran 7 Uji Simultan (Uji F) ......................................................................... 166
Lampiran 8 Uji Parsial (Uji t) ............................................................................. 167
Lampiran 9 Uji Koefisien Determinasi (Uij R2) ................................................. 167
Page 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Penelitian
Kemakmuran suatu negara dapat diukur dari berbagai indikator, diantaranya
tingkat kesehatan, pendidikan, kualitas SDM, kiriminalitas, pengangguran, dan
perekonomian. Apabila kita menelisik lebih dalam, sebagian besar indikator-
indikator tersebut dapat terwujud apabila negara tersebut memiliki perkenomian
yang baik.
Menurut Lukman (2011 : 11) tujuan akhir dari perkenomian suatu negara
adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang bisa diukur melalui
pendapatan rill perkapita meningkat dalam jangka panjang. Proses pembangunan
ekonomi yang berlangsung cukup lama akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi
yang tinggi. Sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara dianggap sangat penting
sebagai kunci kemakmuran suatu negara.
Berdasarkan gambar 1.1 di bawah ini, dapat kita lihat bahwa sektor primer
(pertanian, pertambangan dan penggalian) cenderung berfluktuasi, hanya sektor
jasa dan industri yang cenderung stabil dari tahun ke tahun. Sehingga ini menjadi
hal yang menarik, mengingat Indonesia cukup dikenal sebagai negara agraris,
dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, namun
PDB yang diperoleh negara kita justru paling besar dari sektor jasa dan industri.
Page 20
2
Gambar 1.1
Grafik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sumber : Badan Pusat Statistik
Penelitian ini berfokus pada salah satu sektor yang memiliki grafik
pertumbuhan yang baik, yaitu sektor jasa. Dalam sektor jasa sendiri terdiri dari
berbagai sub sektor diantaranya; properti, real estate, dan konstruksi bangunan,
infrastruktur, utilitas dan transportasi, keuangan, dan perdagangan, jasa dan
investasi. Diantara berbagai sub sektor yang termasuk di dalam sektor jasa, terdapat
sub sektor yang memiliki pertumbuhan baik, yakni sub sektor Pariwisata, Hotel,
dan Restoran.
Pariwisata sudah menjadi kebutuhan manusia di dunia pada saat ini,
sehingga dikembangkan sebagai suatu industri dengan tujuan utamanya yaitu
meningkatkan perolehan devisa, bahkan menurut Pitana dan Gayatri (2005: 3)
“pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan merupakan
andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara”.
Page 21
3
Gambar 1.2
Grafik Perolehan Devisa Beberapa Sektor Bisnis di Indonesia
Sumber : www.kemenpar.go.id
Berdasarkan gambar 1.2 di atas, sub sektor pariwisata menjadi satu-satunya
bisnis yang mengalami tren peningkatan dalam peroleh devisa dari tahun ke tahun.
Sedangkan sub sektor lainnya, yakni minyak, batubara, CPO, dan karet mengalami
fluktuasi dan cenderung menurun.
Gambar 1.3
Grafik Kontribusi Pariwisata Terhadap PDB
Sumber : LKPP Kementerian Pariwisata 2014
Page 22
4
Gambar 1.3 di atas semakin mengukuhkan bahwa sub sektor pariwisata,
restoran dan hotel memberikan kontribusi yang besar bagi negara kita. Ditambah
lagi menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan
bahwa sektor pariwisata termasuk sektor prospektif yang ditandai dengan kenaikan
realisasi investasi mencapai 48,9% senilai 49,6 triliun. Dimana untuk bidang hotel
dan restoran tercatat kenaikannya mencapai 69,9% dari posisi Rp 7,3 triliun pada
tahun 2014 menjadi 12,1 triliun pada tahun 2015. Hal tersebut menandakan bahwa
sektor pariwisata akan berkembang dan memiliki prospek yang bagus kedepannya.
Perusahaan sektor Pariwisata, Restoran dan Hotel sejatinya tetaplah
perusahaan yang berbasis komersial (profit oriented) dimana perusahaan berusaha
untuk bersaing agar dapat bertahan dan bahkan melebarkan sayap perusahaan
menjadi lebih besar lagi. Sehingga perusahaan dituntut agar mampu
mempertahankan serta meningkatkan kinerja yang dimilikinya.
Akan tetapi, dalam upaya untuk meningkatkan kinerjanya, seringkali
perusahaan mengalami kendala dalam pemenuhan dana yang diperlukan, sehingga
disinilah peran penting dari manajemen keuangan diperlukan.
Menurut Riyanto (2008 : 11) manajer keuangan bertanggung jawab atas
pengambilan keputusan penting mengenai investasi dan pendanaan. Berkaitan
dengan pengambilan keputusan investasi, manajer keuangan akan terlibat secara
langsung dalam perencanaan dan pengendalian penggunaan dana. Dengan
demikian, manajer keuangan sangat berperan dalam melancarakan aliran kas
perusahaan. Menurut Weston dan Brigham (1993 : 13), pengambilan keputusan di
Page 23
5
bidang keuangan juga akan berdampak terhadap nilai saham perusahaan, karena
berpengaruh terhadap besar uang masuk atau laba perusahaan dan besarnya risiko
perusahaan.
Ketika suatu perusahaan memerlukan modal, perusahan tersebut biasanya
mengundang para investor untuk menanamkan uang kas sebagai ganti bagian laba
di masa depan (saham), atau menjanjikan untuk melunasi kas investor itu plus
tingkat bunga tetap (obligasi). Pilihan antara pendanaan hutang dan ekuitas sering
disebut dengan keputusan struktur modal. (Brealey, Myers dan Marcus, 2008 : 7).
Sehingga sangat penting dalam suatu perusahaan adanya pengelolaan
struktur modal yang optimal, karena jika suatu perusahaan memiliki struktur modal
yang optimal, perusahaan akan lebih memanfaatkan struktur modal yang ada
seefektif mungkin untuk dapat memperoleh keuntungan yang maksimal.
Menurut Harjito dan Martono (2013:256), pendanaan yang efisien akan
terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Dimana struktur
modal optimal didefinisikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalisir
biaya penggunaan modal keseluruhan, sehingga dapat memaksimalkan nilai
perusahaan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Riyanto (2008 : 294) yang menyatakan
struktru modal optimal adalah struktru modal yang dapat meminimumkan biaya
penggunaan modal rata-rata (average cost of capital).
Salah satu kiriteria dari struktur modal yang optimal, dapat diketahui dengan
mengukur rasio total hutang terhadap modal sendiri atau yang biasa disebut Debt
Page 24
6
to Equity Ratio (DER). Menurut Kasmir (2014:157) bahwa DER adalah rasio yang
digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini diperoleh dengan cara
membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh
ekuitas. Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikana untuk
jaminan hutang.
Dalam pengambilan keputusan pendanaan, struktur modal dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Dalam penelitian ini struktur modal yang diwakili oleh debt to
equity ratio (DER), dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya :
Profitabilitas menjadi variabel pertama yang mempengaruhi struktur modal.
Menurut Fahmi (2013 : 80) rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur
efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya
tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun
investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan
kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Menurut Brigham dan
Houston (2009 : 189) menyatakan bahwa “tingkat pengembalian yang tinggi
memungkinkan perusahaan-perusahaan tersebut melakukan sebagian besar
pendanaannya melalui dana yang dihasilkan secara internal”. Penelitian yang
dilakukan oleh Rafiu Oyesola Salawu dan Akinlolu Ayodeji Agboola (2008)
terhadap Perusahaan non-financial yang Terdaftar di Nigerian Stock Exchange
Periode 1990-2004 menyimpulkan bahwa adanya pengaruh signifikan antara
Profitabilitas terhadap struktur modal
Page 25
7
Likuiditas menjadi variabel kedua yang mempengaruhi struktur modal.
Menurut Moeljadi (2006 : 67) rasio likuiditas merupakan indikator mengenai
kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban financialnya pada saat
jatuh tempo. Kewajiban tersebut merupakan kewajiban jangka pendek atau
kewajiban jangka panjang yang sudah jatuh tempo. Ahmad et al (2010) dalam Putra
dan Kesuma (2013) menyatakan bahwa likuiditas merupakan hal yang penting bagi
keputusan pendanaan. Perusahaan yang memiliki likuiditas perusahaan yang tinggi
berarti perusahaan memiliki internal financing yang akan cukup untuk membayar
kewajibannya sehingga struktur modal juga berkurang. Penelitian yang dilakukan
oleh Rusibana Claude (2016) terhadap Perusahaan yang Terdaftar di Rwanda
Development Board Periode 2005-2013 menyimpulkan bahwa adanya pengaruh
signifikan antara Likuiditas terhadap struktur modal.
Variabel ketiga yang mempengaruhi struktur modal adalah asset growth.
Sholikhadi (2016) menyakatan bahwa asset growth merupakan kemampuan
perusahaan dalam meningkatkan aset perusahaan. Asset growth menggambarkan
tingkat ekspansi yang diusahakan oleh perusahaan dengan melihat pertumbuhan
aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasional. Menurut Atmaja (2008 : 273)
Pada umumnya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi lebih besar
menggunakan hutang dibanding perusahan yang tingkat pertumbuhannaya rendah.
Hal ini disebabkan adanya faktor “asymetric information” serta floating cost
berhutang lebih rendah dibanding floating cost menerbitkan saham. Penelitian yang
dilakukan oleh Raja Patresia Angeliend (2013) terhadap Perusahaan Sektor
Page 26
8
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011 menyimpulkan bahwa
adanya pengaruh signifikan antara Asset growth terhadap struktur modal.
Variabel keempat yang mempengaruhi struktur modal adalah asset
structure. Menurut Riyanto (2008) Asset structure adalah penentuan berapa besar
alokasi untuk masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun
dalam aktiva tetap. Perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam
dalam aktiva tetap (fixed asset) akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
modalnya dari modal sendiri, sedangkan modal dari hutang jangka panjang hanya
sebagai pelengkap. Aturan struktur financial konservatif horizontal menyatakan
bahwa besarnya modal sendiri hendaknya dapat menutupi jumlah aktiva tetap
ditambah aktiva lain yang sifatnya permanen. Penelitian yang dilakukan oleh
Mohammad Alipour, Mir Farhad Seddigh Mohammadi dan Hojjatollah
Derakhshan (2015) terhadap Perusahaan non-financial di Iran periode 2003-2007
menyimpulkan bahwa adanya pengaruh signifikan antara asset structure terhadap
struktur modal.
Firm size adalah variabel kelima yang mempengaruhi struktur modal.
Menurut Brigham dan Houston (2009 : 117) firm size merupakan rata-rata total
penjualan bersih dalam suatu periode sampai beberapa tahun yang akan datang.
Dalam pengertian ini, apabila penjualan lebih tinggi dibanding total biaya maka
akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Akan tetapi sebaliknya apabila
penjualan lebih rendah dibanding total biaya maka perusahaan akan menanggung
kerugian. Menurut Moeljadi (2006 : 274) Perusahaan yang memiliki ukuran besar
lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil. Penelitian yang
Page 27
9
dilakukan oleh Erdinc Karadeniz, Serkan Yilmaz Kandır, Ömer Iskenderoğlu, dan
Yıldırım Beyazit Onal (2011) terhadap Perusahaan sub sektor Hotel di Turki
Periode 2006-2010 menyimpulkan bahwa adanya pengaruh signifikan antara Firm
size terhadap struktur modal.
Firm age adalah variabel keenam yang mempengaruhi struktur modal.
Menurut Setyawan dkk (2016 : 112) usia perusahaan menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memanfaatkan pengalaman- pengalaman yang telah dialami
perusahaan dalam membangun stabilitas kegiatan operasional perusahaan.
Perusahaan yang telah lama berdiri dianggap mampu bertahan dalam berbagai
situasi ekonomi. Secara teoritis, firm age memiliki pengaruh yang positif terhadap
leverage. Hal ini disebabkan dengan usia dan pengalaman yang semakin lama, akan
memungkinkan perusahaan untuk dapat memperoleh akses atas sumber dana
pinjaman yang lebih besar (Syafi’i, 2013 dalam Wardana dan Sudiarth, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Setyawan dkk (2016) terhadap Perusahaan Sektor
Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2014 menyimpulkan
bahwa adanya pengaruh signifikan antara Firm age terhadap struktur modal.
Berdasarkan jurnal dari penelitian terdahulu, peneliti ingin menguji
pengaruh Profitabilitas (Rafiu Oyesola Salawu dan Akinlolu Ayodeji Agboola,
2008), likuiditas (Rusibana Claude, 2016), Asset growth (Raja Patresia Angeliend,
2013), Asset structure (Mohammad Alipour, Mir Farhad Seddigh Mohammadi dan
Hojjatollah Derakhshan, 2015), Firm size (Erdinc Karadeniz, Serkan Yilmaz
Kandır, Ömer Iskenderoğlu, dan Yıldırım Beyazit Onal, 2011) dan Firm age (Arief
Indra Wahyu Setyawan dkk, 2016) terhadap Debt to Equity Ratio (DER).
Page 28
10
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Disamping objek penelitian yang berbeda, dimana sektor Pariwisata, Restoran dan
Hotel baru pertama kali dijadikan objek penelitian mengenai struktur modal pada
penelitian skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Selain itu periode yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda dari
penelitian sebelumnya. Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah 31
Desember 2011- 31 Desember 2016. Periode ini dipilih dikarenakan dengan
menggunakan data yang terbaru, maka hasil penelitian yang diperoleh akan
merepresentasikan struktur modal perusahaan Pariwisata, Restoran dan Hotel yang
terdaftar di BEI saat ini. Selain itu, tren pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada
periode tersebut cenderung mengalami kenaikan yang mengindikasikan hal yang
positif. Sehingga ini menjadi hal yang menarik bagi peneliti untuk melakukan
penelitian pada periode tersebut.
Gambar 1.4
Grafik Pertumbuhan Investasi
Sumber : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai
seberapa besar pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dengan
Page 29
11
menggunakan variabel yang diukur dengan nilai Profitabilitas, likuiditas, Asset
growth, Asset structure, Firm size dan Firm age. Sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PROFITABILITAS,
LIKUIDITAS, ASSET GROWTH, ASSET STRUCTURE, FIRM SIZE DAN
FIRM AGE TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN” (Studi
Kasus Pada Perusahaan Sub Sektor Pariwisata, Restoran dan Hotel yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2016).
B. Permasalahan
1. Identifkasi Masalah
Dalam penelitian ini, kita dapat melihat pengaruh Profitabilitas,
likuiditas, Asset growth, Asset structure, Firm size dan Firm age. terhadap
struktur modal dengan menganalisis laporan keuangannya.
Dalam menentukan kebijakan struktur modal pada suatu
perusahaan, ada banyak faktor yang dapat digunakan. Diantaranya faktor
ukuran perusahaan, usia perusahaan, tingkat pertumbuhan, profitabilitas,
tingkat pajak, likuiditas, risiko bisnis, struktur aktiva, fleksibilitas
keuangan, inflasi dan dividen payout ratio.
Sehingga dapat disimpulkan, ada banyak faktor yang dapat
digunakan untuk menentukan kebijakan struktur modal pada suatu
perusahaan, dan diantara faktor-faktor tersebut ada yang dominan dan ada
pula yang tidak dominan berpengaruh pada kebijakan struktur modal.
2. Batasan Masalah
Page 30
12
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan enam variabel
independen yang digunakan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan struktur modal perusahaan diantaranya; Profitabilitas, likuiditas,
Asset growth, Asset structure, Firm size dan Firm age. .
Pertimbangan dalam memilih enam faktor ini sebagai variabel
independen yang mempengaruhi kebijakan struktur modal dikarenakan
pada penelitian terdahulu variabel-variabel inilah yang paling sering
berpengaruh signifkan terhadap kebijakan struktur modal.
Sehingga peneliti ingin menguji kembali variabel-variabel ini dalam
pengaruhnya terhadap kebijakan struktur modal pada perusahaan sub sektor
Pariwisata, Restoran dan Hotel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2011-2016.
3. Perumusan Masalah
1. Bagaimana Profitabilitas, likuiditas, Asset growth, Asset structure, Firm
size dan Firm age secara simultan mempunyai pengaruh terhadap
struktur modal perusahaan sub sektor Pariwisata, Restoran dan Hotel
yang terdaftar BEI ?
2. Bagaimana Profitabilitas, likuiditas, Asset growth, Asset structure, Firm
size dan Firm age secara parsial mempunyai pengaruh terhadap struktur
modal perusahaan sub sektor sektor Pariwisata, Restoran dan \Hotel
yang terdaftar BEI ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Page 31
13
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan antara Profitabilitas,
likuiditas, Asset growth, Asset structure, Firm size dan Firm age
terhadap struktur modal perusahaan sub sektor sektor Pariwisata,
Restoran dan Hotel yang terdaftar BEI.
b. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial antara Profitabilitas,
likuiditas, Asset growth, Asset structure, Firm size dan Firm age
terhadap struktur modal perusahaan sub sektor Pariwisata, Restoran
dan Hotel yang terdaftar BEI.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan seperti :
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti agar dapat
mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliah
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta.
Selain itu penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek
yang terjadi di lapangan khususnya mengenai struktur modal
perusahaan.
b. Bagi Akademisi
Page 32
14
Dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan
keilmuan bagi kalangan mahasiswa dan civitas akademika. Dapat
dijadikan bahan studi atau bahan untuk menganalisa masalah yang
sama dengan metode yang lain baik dari segi jangka waktu, data
yang digunakan, maupun kaedah analisisnya.
c. Bagi para pelaku ekonomi
Penelitian ini memberikan informasi mengenai keuangan
umumnya dan struktur modal khususnya sehingga dapat dijadikan
bahan pertimbangan dalam memutuskan kebijakan struktur modal
dalam perusahaan.
Page 33
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Struktur Modal
a. Definisi Struktur Modal
Struktur Modal adalah imbangan pendanaan jangka panjang
perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang
terhadap modal sendiri ( Harjito dan Martono, 2013 : 256).
Weston dan Brigham (1993 : 393) menyatakan bahwa struktur
modal adalah pembiayaan jangka panjang tetap dari perusahaan yang
dapat diketahui dari hutang jangka panjang, saham istimewa, dan nilai
bersih.
Menurut Riyanto (2008:296) struktur modal adalah
perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal
sendiri. Struktur modal merupakan cermin dari kebijakan perusahaan
dalam menentukan “jenis” sekuritas yang dipilih.
Moeljadi (2006 : 52) menyatakan bahwa capital structure
menggambarkan kemampuan modal sendiri menjamin hutang jangka
panjang.
Sedangkan menurut Fahmi (2013 : 184) struktur modal
merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial perusahaan antara
Page 34
16
modal yang dimiliki yang bersumber dari hutang jangka panjang
dan modal sendiri yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan.
Berdasarkan definisi struktur modal yang telah dikemukakan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa struktur modal merupakan
perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri yang digunakan
perusahaan untuk membiayai aktivanya.
Menurut Harjito dan Martono (2013:256), pendanaan yang
efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang
optimal. Dimana struktur modal optimal didefinisikan sebagai struktur
modal yang dapat meminimalisir biaya penggunaan modal keseluruhan,
sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan.
Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2009 : 171) Struktur
modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan
keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga dapat
memaksimumkan harga saham
Modal sendiri didefinisikan sebagai hak atau bagian yang
dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham),
keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki
perusahaan terhadap seluruh hutangnya (Munawir, 2007).
Akan tetapi, dalam menjalankan operasionalnya, perusahaan
sering kali mendapat kendala dalam keterbatasan sumber dana yang
Page 35
17
dimiliki, sehingga sering kali perusahaan menggunakan sumber dana
dari luar perusahaan.
Terdapat dua sumber dana ekternal bagi perusahaan yang
dilihat dari jangka waktunya, yaitu (Fahmi, 2013 : 199) :
1) Sumber dana untuk pengeluaran jangka pendek (Short Term
Expenditures)
Terdapat beberapa sumber dana untuk pendanaan jangka pendek,
diantaranya :
- Pinjaman perbankan yang bersifat jangka pendek
- Hutang dagang
- Factoring
- Letter of Credit
- Pinjaman jangka pendek tanpa jaminan
2) Sumber dana untuk pengeluaran jangka panjang (Long Term
Expenditures)
Terdapat dua sumber dana untuk pendanaan jangka panjang,
diantaranya :
- Penjualan obligasi
- Hutang perbankan yang bersifat jangka panjang
Page 36
18
b. Teori Struktur Modal
Dalam teori struktur modal, terdapat beberapa teori yang dapat
dijadikan acuan perusahaan dalam pembuatan keputusan yang berkenaan
dengan struktur modal. Teori struktur modal ini dikelompokkan ke dalam
dua kelompok, yaitu teori struktur modal tradisional dan teori struktur
modal modern. Dimana teori struktur modal ini mempengaruhi faktor-
faktor yang mempengaruhi struktur modal.
1) Teori struktur modal tradisional yang terdiri dari (Sjahrial, 2008:179) :
(a) Pendekatan laba bersih (net income approach)
Pendekatan laba bersih mangasumsikan bahwa investor
mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat
kapitalisasi yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan
jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang yang konstan pula.
Karena tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya hutang konstan maka
semakin besar jumlah hutang yang digunakan perusahaan, biaya
modal rata-rata tertimbang semakin kecil sebagai akibat
penggunaan hutang yang semakin besar, nilai perusahaan akan
meningkat.
Nilai perusahaan yang meningkat dapat dirumuskan sebagai berikut
(Moeljadi, 2006 : 249) :
V = EBIT – Interest Payment + Interest Payment
Equity Capitalization Rate Overall Capitalization Rate
Page 37
19
(b) Pendekatan laba operasi (net operating income approach)
Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata
tertimbang konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh
perusahaan. Pertama, diasumsikan bahwa biaya hutang konstan
seperti halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan
hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat
sebagai peningkatan risiko perusahaan. Oleh karena itu tingkat
keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan
meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan.
Konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami
perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.
Nilai perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut (Moeljadi, 2006
: 251) :
(c) Pendekatan tradisional (traditional approach)
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga leverage
tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga
baik tingkat bunga hutang maupun tingkat kapitalisasi relatif
konstan. Namun demikian setelah leverage atau rasio hutang
tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat.
Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan bahkan
V = EBIT
Overall Capitalization Rate
Page 38
20
akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan
hutang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata
tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu
akan meningkat.
Nilai perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut (Moeljadi, 2006
: 252) :
2) Teori struktur modal modern yang terdiri dari :
(a) Teori Pendekatan Modigliani dan Miller (MM)
Teori MM tanpa pajak
Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2008 : 9), MM
tanpa pajak secara singkat diartikan sebagai nilai perusahaan
yang tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya.
Moeljadi (2006 : 258) menyatakan dalam teori ini
menggunakan asumsi pasar modal sempurna. Dimana
invstor bertindak rasional, overall of capital adalah konstan
pada semua derajat leverage pada risiko bisnis yang sama
dan pada ukuran usaha yang sama pula. Pada saat
perusahaan menghasilkan arus pendapatan yang sama,
risiko bisnis sama, dan nilai pasar akan sama. Sehingga tidak
V = EBIT – Interest Payment + Market Value of Debt
Equity Capitalization Rate
Page 39
21
ada struktur modal yang optimal pada risiko bisnis yang
sama, sehingga dianggap pajak tidak ada.
Teori MM dengan pajak
Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan
kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya
pada tahun 1963 dalam artikel yang diterbitkan MM.
Dengan adanya faktor pajak ini, MM menyimpulkan
bahawa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai
perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang
mengurangi pembayaran pajak (Atmaja, 2008 : 254).
Secara singkat Brealey, Myers dan Marcus (2008:12)
menyatakan MM dengan pajak adalah tingkat pengembalian
ekuitas yang diinginkan meningkat ketika rasio utang-
ekuitas meningkat.
(b) Trade-off Theory
Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2008 : 18) semakin
besar penggunaan hutang, maka semakin besar keuntungan dari
penggunaan hutang (leverage gain). Akan tetapi present value
biaya financial distress dan present value agency costs juga
meningkat, bahkan lebih tinggi. Penggunaan hutang akan
meningkatkan nilai perusahan, akan tetapi hanya sampai titik
tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru akan
menurunkan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan kenaikan
Page 40
22
keuntungan dari penggunaan hutang tidak sebanding dengan
kenaikan biaya financial distress dan agency problem Titik balik
tersebut disebut struktru modal optimal, yang menunjukkan
jumlah hutang perusahaan yang optimal.
Model ini disebut model “Trade-off” karena struktur
modal yang optimal dapat ditemukan dengan menyeimbangkan
keuntungan dari penggunaan hutang (tax shield benefits of
leverage) dengan biaya financial distress dan agency problem.
Model “Trade-off” tidak dapat menentukan secara tepat struktur
modal yang optimal, dikarenakan sulit untuk menentukan secara
tepat present value biaya financial distress dan present value
agency costs. Namun, model “Trade-off” memberikan 3
masukan penting, diantaranya (Atmaja, 2008 : 259) :
- Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi variabilitas
keuntungannya akan memiliki probabilita financial
distress yang besar. Perusahaan semacam ini harus
menggunakan sedikit leverage.
- Aktiva tetap yang khas, aktiva yang tidak nampak
(intangible assets) dan kesempatan bertumbuh akan
kehilangan banyak nilai jika terjadi financial distress.
Perusahaan yang menggunakan aktiva semacam ini
sebaiknya menggunakan sedikit hutang.
Page 41
23
- Perusahaan dengan biaya pajak yang tinggi, sebaiknya
lebih banyak menggunakan hutang dibanding perusahaan
dengan biaya pajak yang rendah.
(c) Pecking Order Theory
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Donaldson
pada 1961, penamaan Pecking Order Theory dilakukan oleh
Myers pada tahun 1984. Teori ini disebut Pecking Order Theory
karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan
menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Secara
ringkas teori tersebut menyatakan bahwa (Brealey and
Myers.1991 dalam Husnan, 2000 : 324) :
- Perusahaan lebih memilih internal financing (pendanaan
dari hasil operasi perusahaan).
- Perusahaan mencoba menyesuaikan risiko pembagian
dividen yang ditargetkan dengan berusaha menghindari
perubahan pembayaran dividen secara drastis.
- Apabila dana hasil operasional kurang dari kebutuhan
investasi, maka perusahaan akan mengurangi saldo kas
atau menjual sekuritas yang dimiliki.
- Apabila pendanaan dari luar (external financing)
diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas
yang paling “aman” terlebih dahulu yaitu dimulai dengan
penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang
Page 42
24
berkarakteristik opsi, akhirnya apabila masih belum
mencukupi, saham baru diterbitkan.
Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2008 : 25),
Pecking Order Theory menjelaskan bahwa perusahaan lebih
menyukai pendanaan internal daripada pendanaan eksternal.
Teori ini didasarkan asumsi informasi asimetris, dimana
manajer tahu lebih banyak daripada investor luar tentang
profitabilitas dan prospek perusahaan. Dan masalah ini dapat
terhindar jika perusahaan dapat mendanai perusahaannya
dengan dana internal.
Husnan (2000 : 325) menyatakan bahwa perusahaan
lebih memilih pendanaan internal dibanding pendanaan
eksternal dikarenakan pendanaan internal memungkinkan
perusahaan tidak perlu untuk membuka diri dari sorotan
pemodal asing sebagai akibat dari penerbitan saham baru.
Menurut Fahmi (2013 : 198) terdapat beberapa kondisi
dimana Pecking Order Theory layak diterapkan diantaranya :
- Kondisi ekonomi berada dalam keadaan yang kurang
menguntungkan (instabilitas).
- Perusahaan menerbitkan right issue berdasarkan besarnya
kebutuhan saja dan layak secara ukuran keuangan,
Page 43
25
sehingga memungkinkan bagi perusahaan untuk tetap
mampu mengendalikan perusahaan.
- Aset perusahaan berada dalam keadaan yang cukup untuk
dijual, dan penjualan tersebut tidak mempengaruhi kondisi
keuangan perusahaan dalam jangka pendek.
(d) Asymetric Information Theory
Teori ini perkenalkan oleh Gordon Donalson awal tahuan
1960-an. Asymetric Information Theory adalah kondisi dimana
suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dibanding
pihak lainnya. Kondisi asymetric information dimana pihak
manajemen perusahaan memiliki lebih banyak informasi
dibanding investor di pasar modal. Apabila pihak manajemen
perusahaan hendak memaksimumkan nilai untuk stakeholder
saat ini, maka ada kecenderungan bahwa (Atmaja, 2008 : 261) :
- Apabila perusahaan memiliki prospek yang cerah, maka
manajemen tidak akan menerbitkan saham baru melainkan
menggunakan laba ditahan
- Apabila perusahaan memiliki prospek yang kurang baik,
maka manajemen akan menerbitkan saham baru guna
memperoleh dana.
Masalahnya adalah para investor telah mengetahuai
kecenderungan ini, sehingga penawaran saham baru sering
Page 44
26
diartikan sebagai sinyak buruk sehingga harga saham
cenderung turun apabila saham baru diterbitkan.
Karena adanya asymetric information, Gordon
Donaldson menyimpulkan bahwa perusahaan lebih senang
menggunakan dana dengan urutan (Atmaja, 2008 : 261) :
- Laba ditahan dan dana dari depresiasi
- Hutang
- Penjualan saham baru.
(e) Agency Cost Theory
Menurut Harjito dan Martono (2013 : 11) bahwa tujuan
perusahaan adalah memaksimumkan keuntungan para
pemegang saham yang diterjemahkan sebagai memaksimumkan
harga saham. Dalam kenyataannya tidak jarang manajer
perusahaan memiliki tujuan lain yang mungkin bertentangan
dengan tujuan utama tersebut. Sehingga muncullah konflik
antara manajer dan pemegang saham yang dinamakan agency
problem.
Agency costs (biaya keagenan) adalah biaya yang timbul
karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan
hubungan antara pemilik perusahaan dan kreditor. Agency costs
ini muncul dari masalah agency problem. Apabila perusahaan
menggunakan hutang, ada kemungkinan pemilik perusahaan
Page 45
27
melakukan investasi pada proyek yang berisiko tinggi sehingga
dapat merugikan kreditor (Atmaja, 2008 : 258).
Untuk menghindari kerugian semacam ini, kreditor
melindungi diri dengan perjanjian pada saat penandatanganan
pemberian kredit (covenant). Dimana dalam covenant ini terdiri
dari biaya (Atmaja, 2008 : 259) :
- Biaya kehilangan kebebasan atau efisien
- Biaya memonitor perusahaan
c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Menurut
Para Ahli
Dalam upaya pengambilan keputusan mengenai struktur modal
dalam suatu perusahaan, terdapat beberapa pertimbangan yang menjadi
faktor yang mempengaruhi struktur modal.
Menurut Sartono (2000) dalam Fahmi (2013 : 209) terdapat 4
faktor yang mempengaruhi struktur modal diantaranya :
(a) Tingkat pertumbuhan (Growth) di masa yang akan datang.
Apabila tingkat pertumbuhan tinggi, maka leverage yang
digunakan semakin besar. Begitu pula sebaliknya apabila tingkat
pertumbuhan rendah.
Page 46
28
(b) Stabilitas penjualan di masa yang akan datang.
Apabila tingkat stabilitas penjualan tinggi, maka leverage yang
digunakan semakin besar. Begitu pula sebaliknya apabila tingkat
stabilitas penjualan rendah.
(c) Posisi kontrol dan sikap pemilik serta manajemen terhadap risiko.
Apabila pemiliki sebagian besar bersikap risk averter, maka
hutang akan lebih sedikit digunakan. Begitu pula sebaliknya
apabila pemiliki sebagian besar bersikap risk seeker.
(d) Struktur modal dalam industri.
Digunakan sebagai jaminan atas penggunaan hutang. Selain itu
kondisi persaingan dalam industri.
Atmaja (2008 : 273) menyatakan terdapat 9 faktor yang
mempengaruhi struktur modal diantaranya :
(a) Kelangsungan hidup jangka panjang (Long-Run variability)
Bagi manajer perusahaan besar khususnya yang menyediakan
produk dan jasa yang penting, perusahaan umumnya menghindari
penggunaan leverage yang dapat membahayakan kelangsungan
hidup jangka panjang perusahaan.
(b) Pengawasan
Penggunaan hutang yang besar dapat berakibat semakin ketat
pengawasan dari pihak kreditor, sehingga dapat mengurangi
fleksibilitas manajemen dalam membuat keputusan perusahaan.
Page 47
29
(c) Risiko Bisnis
Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi cenderung
kurang dapat menggunakan hutang yang relatif lebih besar, karena
kreditor akan meminta biaya hutang yang tinggi.
(d) Konservatisme manajemen
Manajer yang bersifat konservatif cenderung menggunakan tingakt
hutang yang “konservatif” pula daripada berusaha memaksimalkan
nilai perusahaan dengan menggunakan lebih banyak hutang.
(e) Struktur aktiva
Perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai
agunan hutang cenderung menggunakan hutang yang relatif lebih
besar.
(f) Profitabilitas
Pada umumnya perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang
tinggi akan menggunakan hutang yang relatif kecil. Karena tingkat
keuntungan yang tinggi memungkinkan perusahaan memperoleh
sebagian besar pendanaan dari laba yang ditahan.
(g) Tingkat pertumbuhan
Pada umumnya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi, lebih besar menggunakan hutang dibanding perusahan yang
tingkat pertumbuhannaya rendah. Hal ini disebabkan adanya faktor
“asymetric information” serta floating cost berhutang lebih rendah
dibanding floating cost menerbitkan saham.
Page 48
30
(h) Pajak
Semakin tinggi tingkat pajak suatu perusahaan, maka semakin besar
keuntungan dari penggunaan hutang, sehingga semakin besar daya
tarik penggunaan hutang.
(i) Cadangan kapasitas peminjaman
Penggunaan hutang akan meningkatkan risiko, sehingga biaya
modal akan meningkat. Perusahaan akan mempertimbangkan suatu
tingkat penggunaan hutang yang masih memberikan kemungkinan
menambah hutang di masa yang akan datang dengan biaya yang
relatif rendah.
Sedangkan menurut Moeljadi (2006 : 274) beberapa pertimbangan
yang dijadikan faktor penentu struktur modal adalah :
(a) Kemampuan dana internal
Dana internal ini terdiri dari pertumbuhan pendapatan. Tingkat
pertumbuhan pendapatan yang tinggi memungkinkan manajemen
memperoleh dana yang lebih besar daripada laba ditahan yang akan
mengurangi dana pinjaman.
(b) Tujuan perusahaan
Apabila tujuan manajer adalah memaksimumkan kemakmuran para
pemegang saham, maka struktur modal optimal adalah pilihan yang
tepat yang dapat memaksimumkan nilai pasar perusahaan.
Page 49
31
(c) Batas kredit
Usaha manajemen untuk menyesuaikan struktur modal dipengaruhi
oleh sikap kreditor terhadap perusahaan tersebut.
(d) Tingkat leverage perusahaan lain dalam industri yang sejenis
(e) Stabilitas earnings
Calon kreditor umumnya cenderung memberikan pinjaman kepada
perusahaan yang memiliki earnings yang relatif stabil
(f) Biaya modal sendiri
Biaya modal sendiri dapat merefleksikan harga saham, sehingga
naik/turunnya harga saham menunjukkan harapan bagi equity
financing yang mahal/murah yang dapat mengakibatkan debt
financing menjadi lebih menarik atau tidak.
(g) Pemusatan pemilikan dan pengendalian suara
Apabila saham yang ada dalam suatu perusahaan hanya dimiliki
oleh sejumlah kecil pemilik, maka manajer akan enggan untuk
mengeluarkan saham baru
(h) Biaya hutang
Apabila biaya hutang lebih besar dibanding rentabilitas aktiva,
maka penambahan hutang akan membawa efek yang unfavorable
bagi rentabilitas modal sendiri.
Page 50
32
(i) Struktur aktiva
Apabila komposisi aktiva suatu perusahaan bersifat capital-
intensive, maka modal pinjaman hanya merupakan pelengkap untuk
memenuhi kebutuhan dana.
(j) Perkiraan tingkat inflasi
Dalam keadaan inflasi yang tinggi, perusahaan akan lebih memilih
debt-financing
(k) Tarif pajak
Pembayaran bunga merupakan tax-deducatible bagi perusahaan,
sehingga debt-financing akan lebih menarik dibanding equity-
financing.
(l) Besarnya perusahaan
Perusahaan yang memiliki ukuran besar lebih mudah memperoleh
pinjaman dibandingkan perusahaan kecil
(m) Pertumbuhan aktiva perusahaan
Faktor ini dapat dijadikan indikator bagi kesempatan
pengembangan perusahaan pada masa yang akan datang.
(n) Kebiasaan umum di pasar modal
Kebiasaan yang kaku di pasar modal (hanya memilih satu jenis
investasi) akan menyulitkan perusahaan untuk segera mengubah
struktur modalnya.
Page 51
33
(o) Kemampuan dana sumber hutang
Berkurangnya ketersediaan dana eksternal mengakibatkan debt-
financing menjadi lebih mahal.
2. Debt to Equity Ratio
Dalam penelitian ini, variabel dependen (struktur modal) diukur
dengan Debt to Equity Ratio (DER), dikarenakan DER mencerminkan
besarnya proporsi antara total hutang dan total modal sendiri.
Fahmi (2013 : 73) menyatakan bahwa DER adalah ukuran yang
dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan
besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor.
Menurut Moeljadi (2006 : 51) menyatakan DER menggambarkan
bagian dari hutang yang dapat dijamin dengan menggunakan modal sendiri.
Darmadji dan Fakhruddin (2006:200) menyatakan DER merupakan
rasio yang mengukur sejauh mana besarnya hutang dapat ditutupi oleh
modal sendiri. DER merupakan aspek leverage atau hutang perusahaan, di
mana hutang merupakan komponen penting perusahaan, khususnya sebagai
salah satu sarana pendanaan.
Berdasarkan definisi DER yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa DER adalah bagian dari rasio leverage, yang
merupakan perbandingan total hutang dengan ekuitas yang dimiliki
perusahaan. Dimana semakin tinggi DER maka mengindikasikan hal yang
kurang baik bagi pemegang saham dikarenakan semakin rendah dividen
Page 52
34
yang akan diperoleh pemegang saham. Sebaliknya semakin rendah DER
mengindikasikan hal yang baik bagi pemegang saham dikarenakan semakin
tinggi dividen yang akan diperoleh pemegang saham.
3. Profitabilitas
Menurut Fahmi (2013 : 80) rasio profitabilitas adalah rasio yang
mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh
besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya
dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka
semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan
keuntungan perusahaan.
Brigham dan Houston (2009 : 189) menyatakan rasio profitabilitas
adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari
likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang pada hasil-hasil operasi.
Menurut Satono (2010:122), yang menyatakan bahwa “Profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur tingkat efektifitas
manajemen perusahaan yang ditunjukkan oleh jumlah keuntungan (profit)
yang dihasilkan dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh
perusahaan.
Dalam penelititan ini peneliti menggunakan salah satu sub rasio dari
rasio profitabilitas, yaitu rasio Return on Assets (ROA).
Page 53
35
Menurut Dendawijaya (2003: 120) ROA digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan. Semakin besar Return on Asset, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik
pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.
Menurut Fahmi (2013: 82) ROA adalah rasio yang melihat sejauh
mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian
keuntungan (return) sesuai dengan yang diharapkan (Expected Return).
4. Likuiditas
Menurut Weston dalam Kasmir (2014 : 129), mengatakan bahwa
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (hutang) jangka
pendek. Artinya, apabila perusahaan ditagih, perusahaana akan mampu
untuk memenuhi hutang tersebut terutama hutang yang sudah jatuh tempo.
Menurut Brigham dan Houston (2009 : 95) rasio likuiditas
menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah
perusahaan dengan kewajiban lancar lainnya.
Sedangkan menurut Moeljadi (2006 : 67) rasio likuiditas merupakan
indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua
kewajiban financialnya pada saat jatuh tempo. Kewajiban tersebut
Page 54
36
merupakan kewajiban jangka pendek atau kewajiban jangka panjang yang
sudah jatuh tempo.
Berdasarkan definisi para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek maupun kewajiban
jangka panjang yang jatuh tempo secara tepat waktu .
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan salah satu sub rasio dari
rasio likuiditas, yaitu Current Ratio.
Menurut Riyanto (2008 : 301), menerangkan bahwa Current
ratio merupakan ukuran yang berharga untuk mengukur kesanggupan suatu
perusahaan untuk memenuhi current obligation – nya.
Rasio Lancar (Curent ratio) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk
menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo (Kasmir, 2014
: 130).
Brigham dan Houston (2009 : 96) menyatakan bahwa rasio lancar
merupakan indikator tunggal terbaik dari sampai sejauh mana klaim dari
kreditor jangka pendek telah ditutupi oleh aktiva-aktiva yang diharapkan
dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat.
Page 55
37
Berdasarkan definisi para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Rasio lancar (Current ratio) Merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek maupun kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.
5. Asset Growth
Asset growth adalah pengukuran seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan posisinya dalam perkembangan
perekonomian, hal ini akan mempengaruhi keinginan investor untuk
menanamkan modalnya (Sartono, 2009:65 dalam Darmayanti, 2013).
Sholikhadi (2016) menyakatan bahwa asset growth merupakan
kemampuan perusahaan dalam meningkatkan aset perusahaan. asset growth
menggambarkan tingkat ekspansi yang diusahakan oleh perusahaan dengan
melihat pertumbuhan aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasional.
6. Asset Structure
Asset structure adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing-
masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva
tetap (Riyanto, 2008 : 298).
Menurut Brigham dan Houston (2009 :188) Aktiva lancar adalah
aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan proses
perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang
dari satu tahun). Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva yang tahan lama yang
Page 56
38
secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi. Perusahaan
yang Asset structurenya memiliki perbandingan aktiva tetap jangka panjang
lebih besar akan menggunakan hutang jangka panjang lebih banyak karena
aktiva tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang.
7. Firm size
Firm size dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dilihat
dari besarnya nilai equity, nilai perusahaan, ataupun hasil nilai total aktiva
dari suatu perusahaan (Riyanto, 2008 : 299).
Menurut Brigham dan Houston (2009 : 117) firm size merupakan
rata-rata total penjualan bersih dalam suatu periode sampai beberapa tahun
yang akan datang. Dalam pengertian ini, apabila penjualan lebih tinggi
dibanding total biaya maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum
pajak. Akan tetapi sebaliknya apabila penjualan lebih rendah dibanding total
biaya maka perusahaan akan menanggung kerugian.
8. Firm age
Firm age atau usia perusahaan adalah seberapa lama perusahaan
mampu bertahan, bersaing, dan mengambil kesempatan bisnis yang ada
dalam perekonomian (Syafi’i, 2013 dalam Wardana dan Sudiarth, 2015).
Menurut Setyawan dkk (2016 : 112) usia perusahaan menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan pengalaman- pengalaman
yang telah dialami perusahaan dalam membangun stabilitas kegiatan
Page 57
39
operasional perusahaan. Perusahaan yang telah lama berdiri dianggap
mampu bertahan dalam berbagai situasi ekonomi.
9. Keterkaitan antar Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat
a. Profitabilitas dengan Struktur Modal
Menurut Brigham dan Houston (2009 : 189) menyatakan bahwa
“tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan-
perusahaan tersebut melakukan sebagian besar pendanaannya melalui
dana yang dihasilkan secara internal”.
Hal ini didukung oleh pernyataan Atmaja (2008 : 273) yang
menyatakan pada umumnya perusahaan yang memiliki tingkat
keuntungan yang tinggi akan menggunakan hutang yang relatif kecil.
Karena tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan perusahaan
memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba yang ditahan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rafiu Oyesola Salawu dan
Akinlolu Ayodeji Agboola (2008) terhadap Perusahaan non Financial
yang Terdaftar di Nigerian Stock Exchange Periode 1990-2004 dan
penelitian Lutfiana Mufidhatus Sholikhadi (2016) terhadap Perusahaan
Kosmetik Dan Keperluan Rumah Tangga yang Terdaftar di BEI Periode
2010-2014 yang menyimpulkan bahwa adanya pengaruh negatif dan
signifikan antara Profitabilitas terhadap struktur modal. Hal ini
Page 58
40
menunjukkan semakin tinggi nilai profitabilitas suatu perusahaan maka
penggunaan leverage akan semakin rendah pula.
b. Likuiditas dengan Struktur Modal
Ahmad et al (2010) dalam Putra dan Kesuma (2013) menyatakan
bahwa likuiditas merupakan hal yang penting bagi keputusan pendanaan.
Perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi berarti perusahaan
memiliki internal financing yang akan cukup untuk membayar
kewajibannya sehingga struktur modal juga berkurang.
Siregar dan Wiksuana (2015) menyatakan perusahaan dengan
tingkat likuiditas yang lebih tinggi memiliki kemampuan untuk melunasi
obligasi. Hal ini meningkatkan keinginan investor untuk mengucurkan
dana. Meskipun demikian, apabila perusahaan memiliki likuiditas yang
baik, maka perusahaan tersebut kemungkinan akan memilih pendanaan
internal sebagai sumber dana yang lebih mudah dan murah sebagaimana
disebutkan dalam pecking order theory.
Penelitian yang dilakukan oleh Rusibana Claude (2016) terhadap
Perusahaan yang Terdaftar di Rwanda Development Board Periode
2005-2013 dan penelitian Siti Hardanti dan Barbara Gunawan (2010)
terhadap perusahaan sektor Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode
2005-2008 yang menyimpulkan bahwa adanya pengaruh negatif dan
signifikan antara Likuiditas terhadap struktur modal. Hal ini
Page 59
41
menunjukkan semakin tinggi nilai likuiditas suatu perusahaan maka
penggunaan leverage akan semakin rendah pula.
c. Asset growth dengan Struktur Modal
Asset growth dapat dijadikan indikator pengembangan
perusahaan pada masa yang akan datang. Hal ini disebabkan asset
growth memberikan gambaran bagi kebutuhan dana secara total dalam
perusahaan.
Menurut Atmaja (2008 : 273) Pada umumnya perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang tinggi lebih besar menggunakan hutang
dibanding perusahan yang tingkat pertumbuhannaya rendah. Hal ini
disebabkan adanya faktor “asymetric information” serta floating cost
berhutang lebih rendah dibanding floating cost menerbitkan saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Raja Patresia Angeliend (2013)
terhadap Perusahaan Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode
2008-2011 dan penelitian Darmayanti (2013) terhadap perusahaan others
yang terdaftar di BEI Periode 2008-2011 yang menyimpulkan bahwa
adanya pengaruh positif dan signifikan antara Asset growth terhadap
struktur modal. Hal ini menunjukkan semakin tinggi nilai Asset growth
maka struktur modal akan semakin tinggi pula.
Page 60
42
d. Asset Structure dengan Struktur Modal
Moeljadi (2006 : 275) menyatakan Apabila komposisi aktiva
suatu perusahaan bersifat capital-intensive, maka modal pinjaman hanya
merupakan pelengkap untuk memenuhi kebutuhan dana.
Menurut Riyanto (1995) dalam Ardhy W (2013) menyatakan
perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam
aktiva tetap (fixed asset) akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
modalnya dari modal sendiri, sedangkan modal dari hutang jangka
panjang hanya sebagai pelengkap. Aturan struktur financial konservatif
horizontal menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya dapat
menutupi jumlah aktiva tetap ditambah aktiva lain yang sifatnya
permanen.
Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Alipour, Mir Farhad
Seddigh Mohammadi dan Hojjatollah Derakhshan (2015) terhadap
Perusahaan non-financial di Iran periode 2003-2007 dan penelitian
Ronald Ardhy W (2013) terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI tahun 2009-2011 yang menyimpulkan bahwa adanya pengaruh
negatif dan signifikan antara asset structure terhadap struktur modal. Hal
ini menunjukkan semakin tinggi nilai asset structure suatu perusahaan
maka penggunaan leverage akan semakin rendah pula.
Page 61
43
e. Firm Size dengan Struktur Modal
Menurut Moeljadi (2006 : 274) Perusahaan yang memiliki ukuran
besar lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan
kecil.
Karadeniz et al. (2008) dalam Putra dan Kesuma (2013)
menyatakan bahwa perusahaan besar akan cenderung lebih
terdiversifikasi dan akan lebih kuat dengan risiko.
Perusahaan besar memiliki kemungkinan kesulitan keuangan
yang lebih rendah. Fleksibilitas atau kemudahan inilah yang
menyebabkan ukuran perusahaan yang besar lebih mudah memperolah
tambahan dana di pasar modal (Kartika, 2009) dalam Putra dan Kesuma
(2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Erdinc Karadeniz, Serkan Yilmaz
Kandır, Ömer Iskenderoğlu, dan Yıldırım Beyazit Onal (2011) terhadap
Perusahaan sub sektor Hotel di Turki Periode 2006-2010 dan penelitian
Putria Yusintha dan Erni Suryandari (2010) terhadap Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2004-2008 yang
menyimpulkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara
Firm size terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan semakin tinggi
nilai Firm size maka struktur modal akan semakin tinggi pula.
Page 62
44
f. Firm Age dengan Struktur Modal
Secara teoritis, firm age memiliki pengaruh yang positif terhadap
leverage. Hal ini disebabkan dengan usia dan pengalaman yang semakin
lama, akan memungkinkan perusahaan untuk dapat memperoleh akses
atas sumber dana pinjaman yang lebih besar (Syafi’i, 2013 dalam
Wardana dan Sudiarth, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Arief Indra Wahyu Setyawan dkk
(2016) terhadap Perusahaan Sektor Property dan Real Estate yang
Terdaftar di BEI Periode 2009-2014 dan penelitian Nur Cahyo Nugroho
(2014) terhadap Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Kerajinan
Kuningan Di Kabupaten Pati Periode 2013 yang menyimpulkan bahwa
adanya pengaruh positif dan signifikan antara Firm age terhadap struktur
modal. Hal ini menunjukkan semakin tinggi nilai Firm age maka struktur
modal akan semakin tinggi pula.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan acuan dalam suatu penelitian, sebagai
pembanding penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya. Berikut ini
beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan perbandingan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Page 63
45
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti dan
Tahun
Judul Variabel Metode
Analisis Hasil
Arief Indra
Wahyu
Setyawan,
Topowijono
dan Nila
Firdausi
Nuzula
(2016)
Pengaruh
Firm Size,
Growth
Opportunity,
Profitability,
Business
Risk,
Effective Tax
Rate, Asset
Tangibility,
Firm Age
Dan Liquidity
Terhadap
Struktur
Modal
Perusahaan
1. Firm Size
2. Firm Growth
3. Opportunity
4. Profitabilitas
5. Risiko Bisnis
6. Effective Tax
Rate
7. Asset
Tangibility
8. Firm Age
9. Likuiditas
10. Struktur Modal
Regresi
Liniear
Berganda
Semua variabel
berpengaruh
simultan secara
signifikan tehadap
struktur modal.
Secara parsial Firm
Size, Firm Growth,
Opportunity,
Profitabilitas, Risiko
Bisnis. Effective Tax
Rate, Asset
Tangibility dan Firm
Age berpengaruh
signifikan, hanya
Likuiditas yang tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
struktur modal.
Rusibana
Claude
(2016)
Organization
al
Determinants
, Capital
Structure And
Financial
Performance
Of Firms
Registered In
Rwanda
Development
Board
1. Firm Size
2. Tangibility
3. Firm Growth
4. Profitabilitas
5. Likuiditas
6. Struktur Modal
Regresi
Liniear
Berganda
Semua variabel
berpengaruh
simultan secara
signifikan tehadap
struktur modal.
Secara parsial Firm
Growth dan
profitabilitas
berpengaruh positif
signifikan,
sedangkan Firm Size,
Tangibility, dan
likuiditas memiliki
pengaruh negatif
signifikan terhadap
struktur modal.
Dewi Rosita
Hafsari
Siregar dan I
Gusti Bagus
Pengaruh
Pertumbuhan
Perusahaan,
Profitabilitas,
1. Firm growth
2. Profitabilitas
3. Likuiditas
4. Asset structure
Regresi
Liniear
Berganda
Semua variabel
berpengaruh
simultan secara
signifikan tehadap
Page 64
46
Peneliti dan
Tahun
Judul Variabel Metode
Analisis Hasil
Wiksuana
(2015)
Likuiditas,
Dan Struktur
Aktiva
Terhadap
Leverage
Keuangan
Perusahaan
Subsector
Textile And
Garment Di
BEI
5. Struktur modal struktur modal.
Secara parsial
Profitabilitas
berpengaruh negatif
signifikan, Asset
structure
berpengaruh positif
signifikan sedangkan
Firm growth dan
likuiditas tidak
memiliki pengaruh
terhadap struktur
modal.
I Putu Arya
Ditha
Wardana dan
Gede Mertha
Sudiartha
(2015)
Pengaruh
Likuiditas,
Ukuran
Perusahaan,
Risiko Bisnis
Dan Usia
Perusahaan
Terhadap
Struktur
Modal Pada
Industri
Pariwisata Di
Bursa Efek
Indonesia
1. Likuiditas
2. Firm Size
3. Risiko Bisnis
4. Firm Age
5. Struktur Modal
Regresi
Liniear
Berganda
Semua variabel
berpengaruh
simultan secara
signifikan tehadap
struktur modal.
Secara parsial
Likuiditas, Firm
Size, dan Firm Age
berpengaruh negatif
signifikan,
Sedangkan Risiko
Bisnis berpengaruh
positif terhadap
struktur modal.
Mohammad
Alipour, Mir
Farhad
Seddigh
Mohammadi,
dan
Hojjatollah
Derakhshan
(2015)
Determinants
of capital
structure: an
empirical
study of firms
in Iran
1. Firm Size
2. Financial
Flexibility
3. Asset Structure
4. Profitabilitas
5. Likuiditas
6. Asset Growth
7. Risiko Bisnis
8. State
Ownership
Affect
9. Struktur Modal
Ordinary
Least
Square
Semua variabel
berpengaruh
simultan secara
signifikan tehadap
struktur modal.
Secara parsial Firm
Size, Financial
Flexibility, Asset
Structure,
Profitabilitas,
Likuiditas, Asset
Growth, dan Risiko
Bisnis berpengaruh
negatif signifikan.
Hanya State
Page 65
47
Peneliti dan
Tahun
Judul Variabel Metode
Analisis Hasil
Ownership Affect
yang berpengaruh
positif terhadap
struktur modal.
Saurabh
Chadha dan
Anil K.
Sharma
(2015)
Determinants
of Capital
Structure: an
Empirical
Evaluation F
rom India
1. Firm Age
2. Firm Size
3. Asset
Tangibility
4. Asset Growth
5. Profitabilitas
6. Non-debt Tax
Shield
7. Business Risk
8. Dividen Payout
Ratio
9. Likuiditas
10. Interest
Coverage Ratio
11. Cashflow
Coverage Ratio
12. Inflasi
13. GDP Growth
Rate
14. Struktur Modal
Regresi
Liniear
Berganda
Semua variabel
berpengaruh
simultan secara
signifikan tehadap
struktur modal.
Secara parsial Firm
Age, Firm Size,
Asset Tangibility,
Asset Growth,
Profitabilitas, Non-
debt Tax Shield dan
Business Risk
berpengaruh
signifikan,
sedangkan Dividen
Payout Ratio,
Likuiditas, Interest
Coverage Ratio,
Cashflow Coverage
Ratio, Inflasi dan
GDP Growth Rate
tidak memiliki
pengaruh signifikan
terhadap struktur
modal.
Darmayanti
(2013)
Pengaruh
Profitabilitas,
Pertumbuhan
Aktiva, Dan
Struktur
Aktiva
Terhadap
Keputusan
Pendanaan
Pada
Perusahaan
1. Profitabilitas
2. Asset growth
3. Asset structure
4. Struktur modal
Regresi
Liniear
Berganda
Semua variabel
berpengaruh
simultan secara
signifikan tehadap
struktur modal.
Secara parsial
Profitabilitas
berpengaruh negatif
signifikan, Asset
growth berpengaruh
positif signifikan
sedangkan Asset
Page 66
48
Peneliti dan
Tahun
Judul Variabel Metode
Analisis Hasil
Others Di
BEI
structure tidak
memiliki pengaruh
terhadap struktur
modal.
Reza Zare,
Farzad
Farzanfar,
dan Maryam
Boroumand
(2013)
Examining
The Firm
Age, Size
And Asset
Structure
Effects On
Financial
Leverage In
The Firms
Listed In
Tehran Stock
Exchange
1. Firm Age
2. Firm Size
3. Asset Structure
4. Struktur Modal
Regresi
Liniear
Berganda
Semua variabel
berpengaruh
simultan secara
signifikan tehadap
struktur modal.
Secara parsial semua
variabel berpengaruh
positif signifikan
terhadap struktur
modal.
Ronald
Ardhy W
(2013)
Pengaruh
Company
Size,
Business
Risk, Rate Of
Growth,
Asset
Structure,
Profitability
Terhadap
Capital
Structure
Perusahaan
Manufaktur
Di Bei
1. Firm Size
2. Risiko Bisnis
3. Asset Growth
4. Asset Structure
5. Profitabilitas
6. Struktur Modal
Regresi
Liniear
Berganda
Semua variabel
berpengaruh
simultan secara
signifikan tehadap
struktur modal.
Secara parsial Asset
Structure dan
Profitabilitas
berpengaruh negatif
signifikan, Risiko
Bisnis dan Asset
Growth berpengaruh
positif signifikan
sedangkan Firm Size
tidak memiliki
pengaruh terhadap
struktur modal.
Erdinc
Karadeniz,
Serkan
Yilmaz
Kandır, Ömer
Iskenderoğlu,
dan Yıldırım
Beyazit Onal
(2011)
Firm Size
And Capital
Structure
Decisions:
Evidence
From
Turkish
Lodging
Companies
1. Firm Size
2. Struktur Modal
Regresi
Liniear
Berganda
Variabel Firm Size
berpengaruh positif
signifikan terhadap
struktur modal.
Page 67
49
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan bagian dari tinjauan pustaka yang
berisikan rangkuman atas semua dasar-dasar teori yang dijadikan landasan
dalam penelitian ini, dimana dalam kerangka pemikiran ini diberikan skema
singkat mengenai alur-alur penelitian yang menggambarkan proses penelitian
yang akan dilakukan.
Page 68
50
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Perusahaan Pariwisata, Restoran dan Hotel yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2016
Variabel Independen :
X1 : Profitabilitas (ROA)
X2 : Likuiditas (CR)
X3 : Asset Growth
X4 : Asset Structure
X5 : Firm Size
X6 : Firm Age
Variabel Dependen :
Y : Struktur Modal (DER)
Uji Statistik Deskriptif
Uji Asumsi Klasik
Uji Hipotesis
Analisis Regresi Linear Berganda
Interpretasi Hasil Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi dan Saran
Uji Koefisien Determinasi
Page 69
51
D. Hipotesis
Berdasarkan teori dan permasalahan yang ada, dapat dirumuskan
hipotesis alternatif sebagai berikut :
1. Profitabilitas, Likuiditas, Asset Growth, Asset Structure, Firm Size dan Firm
Age secara simultan berpengaruh terhadap struktur modal
Ho : b1 : b2 : b3 : b4 : b5 : b6 = 0, tidak terdapat pengaruh secara simultan
antara Profitabilitas, Likuiditas, Asset Growth, Asset Structure, Firm Size
dan Firm Age terhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor
pariwisata, restoran dan hotel.
Ha : b1 : b2 : b3 : b4 : b5 : b6 ≠ 0, terdapat pengaruh secara simultan antara
Profitabilitas, Likuiditas, Asset Growth, Asset Structure, Firm Size dan Firm
Age terhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor pariwisata,
restoran dan hotel.
2. Profitabilitas, Likuiditas, Asset Growth, Asset Structure, Firm Size dan
Firm Age secara parsial berpengaruh terhadap struktur modal
Ho : bi = 0, tidak terdapat pengaruh secara parsial antara Profitabilitas,
Likuiditas, Asset Growth, Asset Structure, Firm Size dan Firm Age terhadap
struktur modal pada perusahaan sub sektor pariwisata, restoran dan hotel.
Ha : bi ≠ 0, terdapat pengaruh secara parsial antara Profitabilitas, Likuiditas,
Asset Growth, Asset Structure, Firm Size dan Firm Age terhadap struktur
modal pada perusahaan sub sektor pariwisata, restoran dan hotel.
Page 70
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas,
likuiditas, asset growth, asset structure, firm size, dan firm age terhadap
struktur modal. Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
pariwisata, restoran, dan hotel dengan kategori perusahaan yang listed di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang digunakan adalah laporan keuangan
perusahaan terkait yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia, website
perusahaan terkait, dan laporan pendukung lainnya. Dalam penelitian ini
diambil data tahunan yaitu 6 tahun terhitung selama Desember 2011 sampai
dengan Desember 2016, dan penelitian dilakukan pada tahun 2017.
Sebagai variabel independen dalam penelitian ini adalah
profitabilitas (X1), likuiditas (X2), asset growth (X3), asset structure (X4),
firm size (X5), dan firm age (X6). Sedangkan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah struktur modal yang diberi lambang (Y).
B. Metode Pemilihan Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari obyek yang diteliti (Arifin,
2008:69). Dalam hal ini populasi dalam penelitian adalah perusahaan-
Page 71
53
perusahaan yang bergerak pada sub sektor pariwisata, restoran, dan hotel
yang sudah go public atau sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih melalui cara
tertentu yang mewakili karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang
dianggap mewakili populasi (Arifin, 2008:69). Pemilihan sampel dalam
penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan tujuan agar
diperoleh sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan,
adapun kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan yang di teliti adalah perusahaan sub sektor pariwisata,
restoran, dan hotel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2011 sampai dengan tahun 2016.
2. Perusahaan secara terus menerus terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(tidak pernah di-delisting).
3. Perusahaan memiliki kelengkapan data dan laporan keuangan yang
telah di audit per 31 Desember selama periode tahun 2011 sampai
dengan tahun 2016.
4. Perusahaan memenuhi kriteria penelitian
Berdasarkan kriteria purposive sampling diatas, maka jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 14 perusahaan.
Berikut ini disajikan keterangan proses pengambilan sampel penelitian
dalam tabel 3.1 dibawah ini :
Page 72
54
Tabel 3.1
Proses Pengambilan Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah Perusahaan
1. Perusahaan sub sektor pariwisata, restoran,
dan hotel yang terdaftar di BEI periode tahun
2011 sampai dengan tahun 2016.
25
2. Perusahaan secara terus menerus terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (tidak pernah di-
delisting).
19
3.
Perusahaan memiliki kelengkapan data dan
laporan keuangan yang telah di audit per 31
Desember selama periode tahun 2011 sampai
dengan tahun 2016.
17
4. Perusahaan memenuhi kriteria penelitian 14
Sumber : Data Diolah
Perusahaan yang termasuk dalam sampel penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3.2
Daftar Sampel Perusahaan Pariwisata, Restoran, dan Hotel
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1. BAYU PT Bayu Buana Tbk
2. BUVA PT Bukit Uluwatu Villa Tbk
3. FAST PT Fast Food Indonesia Tbk
4. HOME PT Hotel Mandarine Regency Tbk
5. ICON PT Island Concepts Indonesia Tbk
6. INPP PT Indonesian Paradise Property Tbk
7. JSPT PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk
8. KPIG PT Global Land Development Tbk
9. MAMI PT Mas Murni Indonesia Tbk
10. PANR PT Panorama Sentrawisata Tbk
11. PJAA PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk
12. PNSE PT Pudjiadi And Sons Tbk
13. PTSP PT Pioneerindo Gourmet International Tbk
14. SHID PT Hotel Sahid Jaya International Tbk
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Page 73
55
C. Metode Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain. Sumber
data yang diperoleh yaitu berupa laporan keuangan perusahaan terkait yang
telah diaudit di BEI per 31 Desember 2012-2016. Data-data laporan
keuangan diperoleh dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh
www.idx.co.id.
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu memperoleh data yang berkaitan dengan
pembahasan yang diteliti malalui berbagai literatur seperti buku, jurnal dan
tesis.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mengolah suatu data penelitian dengan menggunakan proses penyederhanaan
data dalam bentuk yang mudah dibaca dan di interpretasikan.
1. Statistik Deskriptif
Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian bertujuan agar
dapat memberikan penjelasan yang memudahkan peneliti dalam
menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik
deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data serta
penyajiannya yang biasanya disajikan dalam tabulasi baik secara grafik atau
numerik. Statistik deskriktif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
Page 74
56
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali,
2013:19).
2. Uji Asumsi Klasik
Asumsi klasik adalah asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam
model regresi. Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan adalah
uji normalitas, multikolonieritas, heterokedasitas dan autokorelasi data.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu (residual) memiliki distribusi
normal (Ghozali, 2013:160). Model regresi yang baik adalah model
regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data dapat
dideteksi dengan melihat Normality Probability Plot (P-Plot).
Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan
ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika
distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2013:162).
Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji statistik non-parametrik One-Sample Kolmogorv–
Smirnov (K-S) test. Menurut Widarjono (2010 : 111) uji K-S
merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah sampel
Page 75
57
berasal dari populasi dengan distribusi tertentu, dalam hal ini adalah
distribusi normal.
Uji normalitas K-S ini menggunakan Level of Significance
sebesar 5%. Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis (Ghozali,
2013:164) :
- H0 : Data residual berdistribusi normal
- Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
b. Uji Multikolinieritas
Menurut Widarjono (2010 : 75), multikolinearitas merupakan
hubungan linear antara variabel independen di dalam regresi berganda.
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Pedoman pengambilan
keputusan suatu model regresi dikatakan bebas dari multikolieniritas
adalah sebagai berikut (Ghozali, 2013:105) :
- Jika nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka tidak ada masalah
multikolinearitas
- Jika nilai Tolerance < 0,1 dan VIF > 10, maka ada masalah
multikolinearitas
Page 76
58
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Widarjono (2010 : 84), heteroskedastisitas merupakan
varian variabel gangguan yang tidak konstan. Dan heteroskedastisitas
ini lebih sering muncul pada data cross section daripada data time
series.
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Data yang baik yaitu
homoskedastisitas yaitu kesamaan varians dan residual.
Teknik untuk mendeteksi adanya heteroskedastitas adalah
dengan metode chart (diagram scartterplot), dengan dasar pemikiran
bahwa (Ghozali, 2013:133) :
- Jika ada pola tertentu terdaftar titik-titik (point-point), yang ada
membentuk satu pola tertentu yang beraturan (bergelombang,
melebar, kemudian menyempit, maka terjadi
heterosksedastisitas).
- Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik –titik (point-point)
tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu y,
maka tidak terjadi heteroskedastitas.
Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji
heteroskedastisitas data adalah Uji Park. Uji Park megemukakan
Page 77
59
metode bahwa variance (s2) merupakan fungsi dari variabel-variabel
independen yang dijadikan linier dalam bentuk persamaan
Logaritma Natural (Ln) (Ghozali, 2013:141).
d. Uji Autokolerasi
Menurut Widarjono (2010 : 98), autokorelasi merupakan
korelasi antara variabel gangguan satu observasi dengan variabel
gangguan observasi lain.
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya (Ghozali,
2013:119). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi. Untuk mengetahui apakah adanya autokorelasi di antara
variabel-variabel independen, dapat dilihat dari angka D-W (Durbin-
Watson). Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Bila nilai D-W terletak antara batas atas (du) dan (4-du), maka
koefesien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada
autokorelasi.
2) Bila nilai D-W lebih rendah dari pada batas bawah atau lower
bound (dl), maka koefesien autokorelasi lebih besar dari pada
nol, berarti ada autokorelasi positif.
Page 78
60
3) Bila nilai D-W lebih besar dari pada (4-dl), maka koefesien
autokorelasi lebih kecil dari pada nol, berarti ada autokorelasi
negatif.
4) Bila nilai D-W terletak diantara batas atas (du) dan atas bawah
(dl) atau D-W terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya
tidak dapat disimpulkan.
Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji
autokorelasi adalah Uji Run Test. Menurut Siregar (2010 : 236), Uji
Run Test merupakan uji sampel rangkaian tunggal untuk memeriksa
keacakan data. Uji ini pada prinsipnya ingin mengetahui apakah suatu
rangkaian kejadian, hal dan simbol merupakan hasil proses yang acak
(random).
Uji Run Test ini digunakan untuk melihat apakah data residual
terjadi secara random atau tidak sistematis. Uji Run Test dilakukan
dengan membuat hipotesis (Ghozali, 2013:120) :
- H0 : residual (res_1) random (acak)
- Ha : residual (res_1) tidak random (acak)
3. Uji Hipotesis Penelitian
a. Uji Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali,
2013:98). Untuk menguji hipotesisnya adalah dengan menentukan level
Page 79
61
of significance. Level of significance yang digunakan dalam penelitian
ini sebesar 5% atau (α) = 0,05. Uji F dilakukan dengan membuat
hipotesis :
- Apabila Level of Significance > 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.
- Apabila Level of Significance < 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Dalam penelitian ini uji statistik F dilakukan untuk menunjukkan
apakah profitabilitas, likuiditas, asset growth, asset structure, firm size,
dan firm age secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh
terhadap struktur modal.
b. Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:98). Untuk menguji hipotesisnya
adalah dengan menentukan level of significance. Level of significance yang
digunakan sebesar 5% atau (α) = 0,05. Uji t dilakukan dengan membuat
hipotesis :
- Apabila Level of Significance > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
Ho diterima dan Ha ditolak.
- Apabila Level of Significance < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
Ho ditolak dan Ha diterima.
Page 80
62
Dalam penelitian ini uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan
apakah profitabilitas, likuiditas, asset growth, asset structure, firm size, dan
firm age secara individual mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Menurut Ghozali (2013:97) Koefisien determinasi adalah mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
independen. Uji koefisien determinasi bertujuan untuk melihat seberapa
besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat
melalui adjusted R². Adjusted R² ini digunakan karena variabel bebas dalam
penelitian ini lebih dari dua. Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang
diperoleh > 0,5, maka model yang digunakan dianggap cukup handal dalam
membuat estimasi.
Semakin besar angka Adjusted R² maka semakin baik model yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikatnya. Jika Adjusted R² semakin kecil berarti semakin lemah model
tersebut untuk menjelaskan variabilitas dari variabel terikatnya.
4. Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda
Persamaan regresi ini bertujuan untuk memprediksi besarnya kekuatan
hubungan dengan menggunakan data variabel bebas yang sudah diketahui
besarnya. Selain mengukur kekuatan hubungan antar variabel, analisis regresi
juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen (Ghozali, 2013:96).
Page 81
63
Metode yang digunakan untuk menganalisis skripsi ini adalah
menggunakan model analisis regresi linier berganda. Menurut Wibisono
(2009 : 547) analisis regresi linier berganda adalah analisis regresi dimana
terdapat lebih dari dua peubah, yaitu analisis regresi dimana satu peubah tidak
bebas diterangkan oleh lebih dari satu peubah bebas lainnya.
Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat (Y)
dan variabel bebas (X). Variabel terikat terdiri dari satu variabel, yaitu
“struktur modal”, dan variabel bebas yang terdiri dari "Profitabilitas,
Likuiditas, Asset growth, Asset structure, Firm size, , dan Firm age " Dari
variabel-variabel tersebut akan diteliti suatu analisa apakah adanya pengaruh
variabel X terhadap Variabel Y dalam analisis regresi. Adapun model
regresinya adalah :
Keterangan :
A = Konstanta
Y = Struktur Modal
Β = Koefisien Regresi
X1 = Profitabilitas
X2 = Likuiditas
X3 = Asset growth
X4 = Asset structure
X5 = Firm size
X6 = Firm age
Y = a + β1X1 + β2X2 + + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + εi
Page 82
64
Εi = Standard Error
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain :
a. Profitabilitas (ROA)
Menurut Dendawijaya (2003:120) rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan
(laba) secara keseluruhan. Semakin besar return on asset, semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut
dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi
penggunaan asset. Perhitungan Return on Asset menurut
Dendawijaya (2003) adalah sebagai berikut:
b. Likuiditas (CR)
Menurut S. Munawir (2007:72), Rasio lancar (current ratio)
yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar,
rasio ini menunjukan bahwa nilai kekayaan lancar (yang segera dapat
dijadikan uang) ada sekian kali hutang jangka pendek. Perhitungan
current ratio dalam S. Munawir (2007) adalah sebagai berikut:
Current Ratio = Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Return on Asset = Laba Setelah Pajak
Total Asset
Page 83
65
c. Asset growth
Asset growth adalah pengukuran seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan posisinya dalam perkembangan
perekonomian, hal ini akan mempengaruhi keinginan investor untuk
menanamkan modalnya (Sartono,2009:65 dalam Ni Putu Mirah
Darmayanti,2013: 715). Asset growth perusahaan dapat dihitung
dengan rumus (Menurut Kuntari,2002 dalam Raja Patresia
Angeliend,2013:7) :
d. Asset structure
Asset structure adalah penentuan berapa besar alokasi untuk
masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun
dalam aktiva tetap. Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu
kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah
dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun).
Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva yang tahan lama yang secara
berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi
(Riyanto,2008). Struktur aktva dapat dirumuskan (Januarino, 2006) :
Asset Growth = TAt - TAt-1
TAt-1
Asset structure = Total Aktiva Tetap
Total Aktiva
Page 84
66
e. Firm size
Firm size diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dilihat
dari besarnya nilai equity, nilai perusahaan, ataupun hasil nilai total
aktiva dari suatu perusahaan (Riyanto, 2008). Firm Size dapat
dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 2008) :
f. Firm age
Menurut Daljono (2000) firm age atau usia perusahaan adalah
seberapa lama perusahaan mampu bertahan, bersaing, dan
mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian. Usia
perusahan menunjukkan informasi yang dapat diperoleh para
investor. Semakin lama suatu perusahaan beroperasi atau semakin tua
perusahaan, maka perusahaan tersebut kemungkinakan besar akan
menyediakan informasi tentang perusahaan yang lebih banyak dan
lebih luas daripada perusahaan yang baru berdiri. Perusahaan yang
lebih tua memiliki lebih banyak pengalaman di bidangnya dan lebih
banyak mengenal lingkungan, sehingga kemungkinan mengalami
kegagalan lebih kecil.
Usia perusahaan dapat diformulasikan sebagai berikut (Farah
Margaretha dan Aditya Rizky Ramadhan:2010,124) :
Firm Size = Ln (Total Aset)
Firm age = Ln (Tahun Penelitian – Tahun Berdiri Perusahaan)
Page 85
67
2. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini, variabel dependen (struktur modal) diukur
degan Debt to Equity Ratio (DER), dikarenakan DER mencerminkan
besarnya proporsi antara total hutang dan total modal sendiri.
Darmadji dan Fakhruddin (2006:200) menyatakan DER
merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya hutang dapat
ditutupi oleh modal sendiri. DER merupakan aspek leverage atau hutang
perusahaan, di mana hutang merupakan komponen penting perusahaan,
khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan. Menghitung DER
dengan menggunakan rumus (Moeljadi, 2006: 52 dalam Fith yuniar
Ichwan dan Dini Widyawati, 2015:8) :
Debt to Equity Ratio = Total Hutang
Total Ekuitas
Page 86
69
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Pada bab ini dijelaskan mengenai analisis dan pembahasan data
variabel. Variabel independen penelitian ini terdiri dari profitabilitas
(ROA), likuiditas (CR), asset growth, asset structure, firm size dan firm age.
Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah struktur modal
(DER).
Bab ini membahas analisis deskriptif yang terdiri dari nilai rata-rata,
nilai maksimum dan nilai minimum dengan bantuan software Microsoft
Excel 2007. Pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Pengujian
hipotesis yang terdiri dari uji simultan (Uji F) dan parsial (Uji t). Penelitian
ini mengunakan metode analisis regresi linear berganda. Untuk melakukan
uji tersebut penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi program software
SPSS 16.0.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor
pariwisata, restoran, dan hotel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),
dan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor pariwisata,
restoran, dan hotel yang sesuai dengan kriteria purposive sampling. Dimana
perusahan yang sesuai dengan kriteria berjumlah 14 perusahaan. Penelitian
ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahan periode
Page 87
70
2011-2016. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui situs resmi BEI
yaitu www.idx.co.id.
2. Profil Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian
a. PT Bayu Buana Tbk (BAYU)
Bayu Buana Tbk (BAYU) didirikan tanggal 17 Oktober 1972
dan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1972. Kantor pusat
BAYU berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda III No. 2, Jakarta Pusat 10120
dan memiliki 12 kantor cabang yang tersebar di Jakarta serta 6 kantor
cabang di luar Jakarta yang tersebar di Bandung, Balikpapan, Bogor,
Cilegon, Denpasar dan Surabaya.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bayu
Buana Tbk, antara lain: Bank of Singapore Ltd-2039844914
(32.30%), RBS Coutts Bank Ltd. Singapore – Custodian (13.35%),
Asuransi Bina Dana Artha Tbk (ABDA) (12.29%), Barclays Bank
PLC Hongkong – Wealth Management (7.69%), Johannes Susilo
(6.79%), UBS Switzzerland AG-VP Bank Singapore-2049584023
(8,67%) dan Grassland Overseas Inc. (5,77%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, BAYU bergerak
di bidang pelayanan jasa perjalanan wisata antara lain: menyusun
dan menjual paket wisata luar negeri, menyelenggarakan dan
menjual pelayaran wisata (cruise), menyelenggarakan pemanduan
wisata (guiding and tour conducting), menyediakan fasilitas sewa
Page 88
71
mobil untuk wisatawan, menjual tiket/karcis sesama angkutan dan
lain-lain, mengadakan pemesanan sarana wisata, dan mengurus
dokumen-dokumen perjalanan.
Selain itu, melalui anak usahanya, BAYU menjalankan
usaha pengelola konvensi atau event organizer (PT Buana Gelar
Pariwicara), transportasi (PT Bayu Buana Transport), agen
penjualan tiket Aeroflot Russian Airlines & Hawaiian Airlines (PT
Duta Buana Express), agen penjualan tiket Mihinlanka Airlines &
Uzbekistan Airways (PT Dharma Buana Experindo) dan jasa
perjalanan (PT Kharisma Adiwibawa Tour & Travel).
Pada tanggal 30 Oktober 1989, BAYU memperoleh
pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham BAYU (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 2.000.000 saham dengan nilai nominal Rp.1.000,- per
saham serta harga penawaran Rp.4.500,- per saham. Seluruh saham
Perusahaan telah didaftarkan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal
30 Oktober 1989.
b. PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA)
Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) didirikan tanggal 15
Desember 2000. Kantor BUVA berlokasi di Talavera Office Park,
Lantai 12, Jl. Tb. Simatupang Kav. 22-26, Cilandak, Jakarta Selatan
12430 – Indonesia. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih
Page 89
72
saham Bukit Uluwatu Villa Tbk, yaitu: PT Asia Leisure Network
(induk usaha dan induk terakhir) (43,78%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan BUVA terutama meliputi penyediaan jasa akomodasi
(cottage) yang kemudian berubah menjadi bidang jasa akomodasi
(cottage) dan bidang perhotelan. Bukit Uluwatu Villa Tbk memiliki
Alila Ubud Hotel berlokasi di Desa Melinggih Kelod Payangan,
Ubud, Gianyar, Bali, yang telah beroperasi secara komersial sejak
Desember 1996 dan Alila Villas Uluwatu berlokasi di Pecatu, Bali
yang telah beroperasi secara komersial sejak Juni 2009. Proyek-
proyek yang sedang dikembangkan BUVA, diantaranya Alila Scbd,
The Cliff, Alila Villas Bintan, Alila Borobudur dan Alila Tarabitan
– Manado.
Pada tanggal 30 Juni 2010, BUVA memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham BUVA (IPO) kepada masyarakat sebanyak
857.142.500 dengan nilai nominal Rp.100,- per saham dengan harga
penawaran Rp.260,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Juli 2010.
c. PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST)
Fast Food Indonesia Tbk (FAST) didirikan tanggal 19 Juni
1978 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1979.
Page 90
73
Kantor pusat FAST terletak di Jl. M.T. Haryono, Jakarta 12810,
Indonesia.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Fast
Food Indonesia Tbk, antara lain: PT Gelael Pratama (induk usaha)
(44,00%), Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) (35,84%)
dan HSBC-FUND Services, Arisaig Asia Consumer FD Ltd.
(10,14%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan FAST adalah bergerak di bidang makanan dan restoran.
Fast Food memperoleh hak untuk mendirikan dan mengoperasikan
gerai Kentucky Fried Chicken (KFC) dari Kentucky Fried Chicken
International Holding, Inc.,
Pada tanggal 31 Maret 1993, FAST memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham FAST (IPO) kepada masyarakat sebanyak
4.462.500 dengan nilai nominal Rp.1.000,- per saham dengan harga
penawaran Rp.5.700,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Mei 1993.
Page 91
74
d. PT Hotel Mandarine Regency Tbk (HOME)
Hotel Mandarine Regency Tbk (dahulu PT Batam Jaya
Hotel) (HOME) didirikan tanggal 28 Oktober 1986 dan memulai
kegiatan usaha komersial sejak tanggal 30 Oktober 1996. Kantor
pusat HOME berlokasi di Hotel Goodway, Jln. Imam Bonjol No. 1,
Nagoya, Pulau Batam 29432 – Indonesia.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Hotel
Mandarine Regency Tbk adalah Sea Links Investment Ltd
(28,00%), PT Raco Indoland (20,74%), CIMB Securities
(Singapore) Pte. Ltd (9,79%), Victor Surdjono (8,62%) dan Radius
Wibowo (8,56%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan HOME adalah bidang perhotelan (termasuk penyediaan
kamar untuk menginap, penyediaan tempat dan pelayanan makan
minum, pelayanan pencucian pakaian/binatu, dan penyediaan
fasilitas akomodasi dan pelayanan lain, yang diperlukan bagi
penyelenggaraan kegiatan usaha hotel). Hotel yang dimiliki HOME
adalah Goodway Hotel.
Pada tanggal 03 Juli 2008, HOME memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham HOME (IPO) kepada masyarakat sebanyak
Page 92
75
300.000.000 dengan nilai nominal Rp.100,- per saham dengan harga
penawaran Rp.110,- per saham dan disertai sebanyak 198.000.000
Waran Seri I. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Juli 2008.
e. PT Island Concepts Indonesia Tbk (ICON)
Island Concepts Indonesia Tbk (ICON) didirikan tanggal 11
Juli 2001 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun
April 2005. Kantor pusat ICON terletak di Jl. Raya Petitenget No.
469, Kerobokan, Seminyak, Bali 80361 – Indonesia.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Island
Concepts Indonesia Tbk, antara lain: Ir. Frans Bambang Siswanto
(pengendali) (36,10%), PT ASABRI (Persero) (34,95%), PT
Anugrah Griya Perseda (9,33%) dan Island Regency Group Limited
(pengendali) (5,71%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan ICON adalah menjalankan usahanya dalam bidang jasa
akomodasi. Kegiatan utama ICON adalah bergerak dalam bidang
penyewaan villa dan akomodasi (Bali Island Villas & Spa). Melalui
anak usahanya, ICON menjalankan usaha dibidang penyediaan jasa
katering dan jasa pemeliharaan fasilitas perkotaan (PT Patra
Page 93
76
Supplies and Services), dan jasa real estate (PT Bhumi Lestari
Makmur).
Pada tanggal 22 Desember 2004, ICON memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham ICON (IPO) kepada masyarakat sebanyak
125.000.000 dengan nilai nominal Rp.112,50,- per saham dengan
harga penawaran Rp.112,50 per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08 Juli
2005.
f. PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP)
Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) didirikan tanggal
14 Juni 1996 dengan nama PT Penta Karsa Lubrindo dan memulai
kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2002. Kantor pusat INPP
berkedudukan di Centennial Tower, Lantai 30, Jl. Gatot Subroto,
Kavling 24 & 25 Jakarta 12930 – Indonesia.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham
Indonesian Paradise Property Tbk, antara lain: PT Grahatama
Kreasibaru (pengendali) (37,00%), UBS AG Singapore S/A
Anemone Continental S.A -2091144650 (22,12%), UBS
Switzerland AG – UBS AG Star East Development (20,64%) dan
Elysium Investment Partners Ltd (18,00%).
Page 94
77
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan INPP adalah dalam bidang penyediaan akomodasi (hotel)
dan melakukan penyertaan dalam bentuk saham pada entitas lain.
Saat ini, Indonesian Paradise Property memiliki hotel dengan nama
Hotel HARRIS di Jalan Dewi Sartika, Tuban, Bali dan melalui anak
usahanya Indonesian Paradise Property, secara tidak langsung
memiliki Sheraton Hotel Kuta Bali, HARRIS Resort Kuta Bali dan
Beachwalk Kuta Bali (pusat perbelanjaan), Hotel HARRIS Batam
Center, hotel POP Tugu Yogyakarta, Villa Puri Bunga Ubud Bali,
hotel HARRIS fX-Suite SUDIRMAN, dan Cikini Gold Center
(pusat perbelanjaan).
Pada tanggal 21 September 2004, INPP memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham INPP (IPO) kepada masyarakat. Saham-
saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) (dahulu
Bursa Efek Surabaya / BES) pada tanggal 01 Desember 2004.
g. PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT)
Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) didirikan tanggal
02 Juli 1975 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun
1977. Kantor pusat JSPT beralamat di Setiabudi Building 2, Jalan
H.R. Rasuna Said Kav. 62, Kuningan, Jakarta 12920 – Indonesia.
Page 95
78
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham
Jakarta Setiabudi Internasional Tbk, yaitu: PT Jan Darmadi
Investindo (induk usaha) (57,67%), NSL-Client Segregated Account
(15,71%), UBS AG Singapore Non-Treaty Omnibus (14,37%) dan
Noord-Amerikaanse Financierings Maatschappij B.V. (9,52%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan JSPT terutama meliputi bidang pemilikan, pengelolaan,
penyewaan dan penjualan perkantoran, perhotelan, rumah bandar,
perumahan, pusat perbelanjaan, apartemen, baik dilakukan sendiri
maupun bekerjasama dengan pihak lain. Kegiatan usaha utama JSPT
dan anak usahanya adalah bergerak di bidang perhotelan (Grand
Hyatt Bali, Bali Hyatt, Hyatt Regency Yogyakarta, Mercure Resort
Sanur, Mercure Convention Center, Ibis Budget Jakarta Menteng,
Ibis Budget Jakarta Cikini), perumahan (Puri Botanical Residence,
Hyarta Residence, Taman Permata Buana, Setiabudi SkyGarden),
perkantoran (Setiabudi 2, Setiabudi Atrium, Menara Cakrawala) dan
pusat perbelanjaan (Setiabudi One, Menteng Retail, Cikini Retail,
Bali Collection).
Pada tanggal 14 November 1997, JSPT memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham JSPT (IPO) kepada masyarakat sebanyak
50.000.000 dengan nilai nominal Rp.500,- per saham dengan harga
Page 96
79
penawaran Rp.900,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Januari 1998.
h. PT Global Land Development Tbk (KPIG)
MNC Land Tbk (dahulu Global Land Development Tbk /
Kridaperdana Indahgraha Tbk) (KPIG) didirikan tanggal 11 Juni
1990 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1995.
Kantor pusat MNC Land berdomisili di MNC Tower, Lantai 17 unit
1703, Jl. Kebon Sirih No. 17-19, Jakarta 10340 – Indonesia.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham MNC
Land Tbk, antara lain: MNC Investama Tbk (BHIT) (pengendali)
(18,98%), HT Investment Development Ltd (11,19%), MNC Media
Investment Ltd (10,36%), Bhakti Investama International Ltd.
(8,92%) dan Hary Tanoesoedibjo (6,13%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan MNC Land meliputi dalam bidang usaha pembangunan
properti, perdagangan, perindustrian, dan jasa. Saat ini, kegiatan
usaha yang dijalankan MNC Land meliputi persewaan ruang
perkantoran, penyediaan jasa manajemen proyek, melakukan
investasi pada anak usaha dan asosiasi dan sedang dalam
pembangunan proyek gedung perkantoran MNC Financial Centre
dan MNC Media Tower yang keduanya berlokasi di Jakarta.
Page 97
80
Properti-properti yang dimiliki MNC Land, antara lain:
gedung perkantoran (MNC Tower & MNC Plaza, Gedung High
End, Ariobimo Sentral, Gedung SINDO, Wisma Indovision II (d/h
Gedung CNI)), pusat perbelanjaan (Plaza Indonesia dan fX Lifestyle
X’nter), hotel (The Grand Hyatt Jakarta Hotel, KERATON at the
Plaza dan The Westin Resort – Nusa Dua Bali) dan resort (Nirwana
Bali dan Lido Lakes – Jawa Barat).
Pada tanggal 25 Februari 2000, KPIG memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham (IPO) KPIG kepada masyarakat sebanyak
30.000.000 dengan nilai nominal Rp.500,- per saham dengan harga
penawaran Rp.500,- per saham dan disertai sebanyak 24.000.000
Waran Seri I. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Maret 2000.
i. PT Mas Murni Indonesia Tbk (MAMI)
Mas Murni Indonesia Tbk (dahulu PT Rantai Mas Murni)
(MAMI) didirikan tanggal 27 Juli 1970 dengan nama PT Mas Murni
dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1970. Kantor
pusat MAMI terletak di Jln. Yos Sudarso No. 11 Surabaya 60271,
Jawa Timur – Indonesia.
Page 98
81
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Mas
Murni Indonesia Tbk, yaitu: PT Sentralama Kencana (13,72%), Lusi
Ingawati Haditoro (11,41%) dan Tumaco Pte. Ltd. (6,73%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan MAMI adalah bergerak di bidang properti dengan fokus
utama pada perhotelan, ruang konvensi, restoran, dan bisnis
apartemen dan pusat perbelanjaan. MAMI memiliki dan
mengoperasikan Garden Palace Hotel, Surabaya serta pemilik
Crystal Garden, sebuah blok apartemen dan shopping center yang
saat ini dalam status kerjasama operasi dengan PT Anugerah Mitra
Lestari. Selain itu, MAMI sedang memperluas bidang usahanya
melalui pembangunan perumahan Giri Sea View Residence yang
berlokasi di desa Gending Kecamatan Kebomas kota Gresik.
MAMI melalui anak usahanya (PT Grahamediatama
Megacom) sebagai pemilik dan pengelola beberapa outlet Dim Sum
dengan nama "Orchid Hongkong Dim Sum" di beberapa lokasi di
Surabaya.
Pada tanggal 04 Januari 1994, MAMI memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham MAMI (IPO) kepada masyarakat sebanyak
15.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga
Page 99
82
penawaran Rp 2.700,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 09 Febuari 1994.
j. PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR)
Panorama Sentrawisata Tbk (PANR) didirikan 22 Juli 1995
dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1998. Kantor
pusat PANR berlokasi di Gedung Panorama, Lantai 6, Jalan Tomang
Raya No. 63, Jakarta Barat 11440 – Indonesia.
PANR dan anak usaha (grup Panorama) tergabung dalam
kelompok usaha Panorama Leisure. Pemegang saham yang
memiliki 5% atau lebih saham Panorama Sentrawisata Tbk adalah
PT Panorama Tirta Anugerah (64,25%) dan DP Konperensi Wali
Gereja Indonesia (11,67%). PT Panorama Tirta Anugerah
merupakan pemegang saham akhir dari grup Panorama.
PANR memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI), yakni Panorama Transportasi Tbk (White Horse)
(WEHA) dan Destinasi Tirta Nusantara Tbk (PDES)
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan PANR adalah dalam bidang Jasa konsultan pariwisata,
meliputi penyampaian pandangan, saran, penyusunan studi
kelayakan, perencanaan, pengawasan, manajemen dan penelitian di
bidang kepariwisataan. Kegaitan usaha utama PANR adalah
berfokus pada bisnis kepariwisataan yang terintegrasi.
Page 100
83
Pada tanggal 15 September 2001, PANR memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham PANR (IPO) kepada masyarakat sebanyak
120.000.000 dengan nilai nominal Rp.150,- per saham dengan harga
penawaran Rp.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 September 2001.
k. PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA)
Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) didirikan 10 Juli
1992 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1996.
Kantor pusat PJAA berlokasi di Gedung Ecovention, JI. Lodan
Timur No. 7, Taman Impian Jaya Ancol, Pademangan, Jakarta Utara
14430 – Indonesia.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham
Pembangunan Jaya Ancol Tbk, antara lain: Pemerintah Daerah DKI
Jakarta (72,00%) dan PT Pembangunan Jaya (18,01%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan PJAA adalah berusaha dalam bidang pembangunan dan
jasa. Kegiatan utama Jaya Ancol yang dijalankan saat ini adalah
berusaha dalam bidang Real estat, yaitu pembangunan, penjualan
dan penyewaan bangunan dan penjualan tanah kapling (Marina
Coast Royal Residence, Marina Coast The Green, Marina Coast The
Bukit, De’ Cove, Apartemen Northland, Jaya Ancol Seafront,
Page 101
84
Coasta Villa, Putri Duyung Ancol, Town House Puri Marina Ancol
dan Pulau Bidadari); Kawasan Pariwisata (Rekreasi), yaitu
mengelola taman dan pantai, Dunia Fantasi (Dufan), Atlantis Water
Adventure, Ocean Dream Samudra, Ocean Ecopark, pasar seni dan
dermaga.
Pada tanggal 22 Juni 2004, PJAA memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham PJAA (IPO) kepada masyarakat sebanyak
80.000.000 dengan nilai nominal Rp.500,- per saham dengan harga
penawaran Rp.1.025,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 02 Juli 2004.
l. PT Pudjiadi And Sons Tbk (PNSE)
Pudjiadi And Sons Tbk (PNSE) didirikan tanggal 17
Desember 1970 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada
tahun 1970. Kantor pusat PNSE terletak di Jalan Hayam Wuruk No.
126, Jakarta 11180.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham
Pudjiadi And Sons Tbk, antara lain: Istana Kuta Ratu Prestige
(pengendali) (55,70%), PT Jayakarta Investindo (25,03%) dan
Lenawati Setiadi Pudjiadi (6,47%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan PNSE adalah di bidang perhotelan dengan segala fasilitas
dan sarana penunjang lainnya, antara lain jasa akomodasi,
Page 102
85
perkantoran, perbelanjaan, apartemen, sarana rekreasi dan hiburan
yang berada di lokasi hotel. Hotel yang dikelola Pudjiadi And Sons,
antara lain: Jayakarta Jakarta, Jayakarta Bandung, Jayakarta Anyer,
Jayakarta Cisarua, Jayakarta Yogyakarta, Jayakarta Lombok,
Jayakarta Bali, Jayakarta Komodo Flores dan Jayakarta Residence
Bali.
Pada tanggal 08 Maret 1990, PNSE memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham PNSE (IPO) kepada masyarakat sebanyak 2.000.000
dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran
Rp.6.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 01 Mei 1990.
m. PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP)
Pioneerindo Gourmet International Tbk (dahulu Putra
Sejahtera Pioneerindo Tbk) (PTSP) didirikan tanggal 13 Desember
1983 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1984.
Kantor pusat PTSP terletak di Gedung Jaya lantai 6, Jl. M.H.
Thamrin No. 12 Jakarta Pusat.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham
Pioneerindo Gourmet International Tbk, antara lain: Bank of
Singapore Ltd (pengendali) (47,55%), UBS Switzerland AG-UBS
AG-VP Bank AG Pledged In Sec (21,84%), Bayu Buana Tbk
Page 103
86
(BAYU) (8,90%) dan ABN AMRO Nominees Singapore Pte.Ltd
(7,11%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan PTSP adalah usaha penyediaan makanan dan minuman
dengan menggunakan merek dagang California Fried Chicken
“CFC”, Sapo Oriental dan Cal Donat. PTSP dan anak usahanya
memiliki 272 gerai waralaba yang terdiri dari, 246 gerai CFC, 5
gerai Sapo dan 21 gerai Cal Donut.
Pada tanggal 29 Maret 1994, PTSP memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham PTSP (IPO) kepada masyarakat sebanyak 9.000.000
dengan nilai nominal Rp.1.000,- per saham dengan harga penawaran
Rp.5.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Mei 1994.
n. PT Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID)
Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID) didirikan 23 Mei
1969 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971.
Kantor pusat SHID berlokasi di Hotel Sahid Jaya Jakarta, Jalan
Jenderal Sudirman No. 86, Jakarta 10220.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Hotel
Sahid Jaya International Tbk, antara lain: Merchiston Group Ltd
Page 104
87
(41,679%), PT.Empu Sahid Holding International (pengendali)
(37,293%) dan PT Sahid Insanadi (6,076%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan SHID terutama bergerak di bidang industri perhotelan dan
jasa akomodasi atau penyewaan ruangan yang berhubungan
kegiatan perhotelan (Hotel Sahid Jaya di jalan Jenderal Sudirman
86, Jakarta) serta melakukan dan mengerjakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan bidang tersebut baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Pada tanggal 05 Mei 1990, SHID memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham SHID (IPO) kepada masyarakat sebanyak
11.000.000 dengan nilai nominal Rp.1.000,- per saham dengan
harga penawaran Rp.7.000,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08 Mei
1990.
B. Analisis Uji Statistik Deskriptif
1. Debt to equity ratio (DER)
DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur variabel
dependen struktur modal perusahaan. Darmadji dan Fakhruddin (2006:200)
menyatakan DER merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya
Page 105
88
hutang dapat ditutupi oleh modal sendiri. DER merupakan aspek leverage
atau hutang perusahaan, di mana hutang merupakan komponen penting
perusahaan, khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan. Peningkatan
hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang diterima
investor, hal ini disebabkan perusahaan akan membiayai hutang terlebih
dahulu kemudian sisa keuntungan akan dibagikan sebagai dividen.
Tabel 4.1
Data Deskriptif Debt to equity ratio (DER)
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 BAYU 1,19 1,10 1,05 0,87 0,72 0,68
2 BUVA 0,68 0,60 0,77 0,89 0,83 0,86
3 FAST 0,86 0,80 0,84 0,81 1,07 1,17
4 HOME 0,55 0,32 0,26 0,26 0,24 0,23
5 ICON 4,50 3,15 2,30 0,81 1,61 1,84
6 INPP 0,78 0,86 0,89 0,84 0,24 0,25
7 JSPT 0,78 0,83 0,68 0,55 0,49 0,48
8 KPIG 0,08 0,23 0,21 0,24 0,25 0,22
9 MAMI 0,15 0,20 0,25 0,28 0,33 0,35
10 PANR 1,94 2,52 2,49 2,73 3,23 2,28
11 PJAA 0,47 0,82 0,79 0,80 0,75 1,11
12 PNSE 0,69 0,55 0,65 0,50 0,53 0,81
13 PTSP 0,90 0,72 0,60 0,82 1,15 1,02
14 SHID 0,36 0,41 0,55 0,52 0,55 0,55
Rata-Rata 1,00 0,94 0,88 0,78 0,86 0,85
Maksimum 4,50 3,15 2,49 2,73 3,23 2,28
Minimum 0,08 0,20 0,21 0,24 0,24 0,22
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.1 dapat dilihat besarnya Debt to
Equity Ratio (DER) Perusahaan sub sektor Pariwisata, restoran, dan hotel
yang dijadikan sampel penelitian periode 2011 – 2016.
Page 106
89
Pada tahun 2011, diketahui rata-rata tingkat DER sebesar 1,00.
Dengan nilai DER tertinggi diperoleh ICON sebesar 4,50. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai DER diatas rata-rata diantaranya
BAYU dan PANR. Sedangkan nilai DER terendah diperoleh KPIG sebesar
0,08. Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai DER dibawah
rata-rata diantaranya BUVA, FAST, HOME, INPP, JSPT, MAMI, PJAA,
PNSE, PTSP dan SHID. Dapat disimpulkan pada tahun 2011 terdapat 3
perusahaan yang menggunakan hutang diatas rata-rata dan mengindikasikan
hal yang kurang baik, sedangkan 11 perusahaan lainnya menggunakan
hutang yang dibawah rata-rata dan mengindikasikan hal yang baik.
Pada tahun 2012, diketahui rata-rata tingkat DER sebesar 0,94.
Dengan nilai DER tertinggi diperoleh ICON sebesar 3,15. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai DER diatas rata-rata diantaranya
BAYU dan PANR. Sedangkan nilai DER terendah diperoleh MAMI sebesar
0,20. Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai DER dibawah
rata-rata diantaranya BUVA, FAST, HOME, INPP, JSPT, KPIG, PJAA,
PNSE, PTSP dan SHID. Dapat disimpulkan pada tahun 2012 terdapat 3
perusahaan yang menggunakan hutang diatas rata-rata dan mengindikasikan
hal yang kurang baik, sedangkan 11 perusahaan lainnya menggunakan
hutang yang dibawah rata-rata dan mengindikasikan hal yang baik.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat DER sebesar 0,88.
Dengan nilai DER tertinggi diperoleh Perusahaan PANR sebesar 2,49.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai DER diatas rata-
Page 107
90
rata diantaranya BAYU, ICON dan INPP. Sedangkan nilai DER terendah
diperoleh Perusahaan KPIG sebesar 0,21. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai DER dibawah rata-rata diantaranya BUVA,
FAST, HOME, JSPT, MAMI, PJAA, PNSE, PTSP dan SHID. Dapat
disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 4 perusahaan yang menggunakan
hutang diatas rata-rata dan mengindikasikan hal yang kurang baik,
sedangkan 10 perusahaan lainnya menggunakan hutang dibawah rata-rata
dan mengindikasikan hal yang baik.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat DER sebesar 0,78.
Dengan nilai DER tertinggi diperoleh PANR sebesar 2,73. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai DER diatas rata-rata diantaranya
BAYU, BUVA, FAST, ICON, INPP, PJAA dan PTSP. Sedangkan nilai
DER terendah diperoleh KPIG sebesar 0,24. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai DER dibawah rata-rata diantaranya HOME,
JSPT, MAMI, PNSE dan SHID. Dapat disimpulkan pada tahun 2014
terdapat 8 perusahaan yang menggunakan hutang diatas rata-rata dan
mengindikasikan hal yang kurang baik, sedangkan 6 perusahaan lainnya
menggunakan hutang dibawah rata-rata dan mengindikasikan hal yang baik.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat DER sebesar 0,86.
Dengan nilai DER tertinggi diperoleh PANR sebesar 3,23. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai DER diatas rata-rata diantaranya
FAST, ICON dan PTSP. Sedangkan nilai DER terendah diperoleh HOME
sebesar 0,24. Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai DER
Page 108
91
dibawah rata-rata diantaranya BAYU, BUVA, INPP, JSPT, KPIG, MAMI,
PJAA, PNSE dan SHID. Dapat disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 4
perusahaan yang menggunakan hutang diatas rata-rata dan mengindikasikan
hal yang kurang baik, sedangkan 10 perusahaan lainnya menggunakan
hutang dibawah rata-rata dan mengindikasikan hal yang baik.
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat DER sebesar 0,85.
Dengan nilai DER tertinggi diperoleh PANR sebesar 2,28. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai DER diatas rata-rata diantaranya
BUVA, FAST, ICON, PJAA dan PTSP. Sedangkan nilai DER terendah
diperoleh KPIG sebesar 0,22. Disamping itu, beberapa perusahaan juga
memiliki nilai DER dibawah rata-rata diantaranya BAYU, HOME, INPP,
JSPT, MAMI, PNSE dan SHID. Dapat disimpulkan pada tahun 2016
terdapat 6 perusahaan yang menggunakan hutang diatas rata-rata dan
mengindikasikan hal yang kurang baik, sedangkan 8 perusahaan lainnya
menggunakan hutang yang dibawah ata-rata dan mengindikasikan hal yang
baik.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat rata-rata DER tahun 2011-2016
antara 1,00 sampai 0,78. Sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata
perusahaan pariwisata, restoran, dan hotel memiliki hutang yang lebih
sedikit dibanding modal yang dimiliki perusahaan. Karena nilai DER ≤ 1.
Sehingga dapat disimpulkan rata-rata perusahaan pariwisata, restoran, dan
hotel memiliki rasio hutang yang rendah.
Page 109
92
Berdasarkan grafik 4.1 dapat diketahui bahwa hampir semua
perusahaan memiliki tren grafik yang cenderung sama. Akan tetapi berbeda
dengan ICON dan PANR. Dimana perusahaan memiliki tren yang sangat
berfluktuasi dengan nilai DER > 1. Sehingga dapat diketahui bahwa
perusahaan memiliki hutang yang lebih besar dibanding modal yang
dimiliki perusahaan dan mengindikasikan hal yang kurang baik bagi
perusahaan.
Gambar 4.1
Grafik Debt to equity ratio (DER)
Sumber : Data diolah
2. Return on Asset (ROA)
ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
profitabilitas perusahaan. Menurut Irham Fahmi (2013: 82) ROA adalah
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
BAYU
BUVA
FAST
HOME
ICON
INPP
JSPT
KPIG
MAMI
PANR
PJAA
PNSE
PTSP
SHID
Page 110
93
rasio yang melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu
memberikan pengembalian keuntungan (return) sesuai dengan yang
diharapkan (Expected Return). Semakin besar ROA suatu perusahaan, maka
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan
tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi
penggunaan asset.
Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi data ROA dari
perusahaan-perusahaan sub sektor pariwisata, restoran, dan hotel periode
2011-2016 yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Tabel 4.2
Data Deskriptif Return on Asset (ROA)
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 BAYU 0,0475 0,0477 0,0465 0,0700 0,0406 0,0236
2 BUVA 0,0624 0,0466 0,0432 0,0167 -0,0159 -0,0063
3 FAST 0,1480 0,1156 0,0771 0,0703 0,0455 0,0445
4 HOME 0,0046 -0,0338 0,0061 0,0029 0,0010 -0,0023
5 ICON 0,0068 0,0144 0,0497 0,0194 0,0095 0,0073
6 INPP 0,0019 0,0064 0,0134 0,0339 0,0229 0,0161
7 JSPT 0,0697 0,0711 0,0607 0,0886 0,0575 0,0331
8 KPIG 0,0234 0,0535 0,0406 0,0421 0,0215 0,0432
9 MAMI 0,0023 0,0033 0,0035 0,0045 0,0027 0,0026
10 PANR 0,0192 0,0322 0,0371 0,0356 0,0290 0,0225
11 PJAA 0,0932 0,0745 0,0724 0,0802 0,0925 0,0302
12 PNSE 0,1275 0,1170 0,1058 0,0686 0,0364 0,0019
13 PTSP 0,2032 0,1755 0,1011 0,0731 -0,0054 0,0153
14 SHID 0,0081 0,0097 0,0101 0,0086 0,0002 -0,0045
Rata-Rata 0,0584 0,0524 0,0477 0,0439 0,0241 0,0162
Maksimum 0,2032 0,1755 0,1058 0,0886 0,0925 0,0445
Minimum 0,0019 -0,0338 0,0035 0,0029 -0,0159 -0,0063
Sumber : Data diolah
Page 111
94
Pada tahun 2011, diketahui rata-rata tingkat ROA sebesar 0,0584.
Dengan nilai ROA tertinggi diperoleh PTSP sebesar 0,2032. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai ROA diatas rata-rata diantaranya
BUVA, FAST, JSPT, PJAA dan PNSE. Sedangkan nilai ROA terendah
diperoleh INPP sebesar 0,0019. Disamping itu, beberapa perusahaan juga
memiliki nilai ROA dibawah rata-rata diantaranya BAYU, HOME, ICON,
KPIG, MAMI, PANR dan SHID. Dapat disimpulkan pada tahun 2011
terdapat 6 perusahaan yang memiliki profitabilitas (keuntungan) diatas rata-
rata dan mengindikasikan hal yang baik, sedangkan 8 perusahaan lainnya
memiliki profitabilitas (keuntungan) dibawah rata-rata dan
mengindikasikan hal yang kurang baik karena perusahaan belum mampu
menggunakan asset yang dimiliki secara optimal untuk memperoleh
keuntungan.
Pada tahun 2012, diketahui rata-rata tingkat ROA sebesar 0,0524.
Dengan nilai ROA tertinggi diperoleh PTSP sebesar 0,1755. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai ROA diatas rata-rata diantaranya
FAST, JSPT, KPIG, PJAA dan PNSE. Sedangkan nilai ROA terendah
diperoleh HOME sebesar -0,0338. Disamping itu, beberapa perusahaan juga
memiliki nilai ROA dibawah rata-rata diantaranya BAYU, BUVA, ICON,
INPP, MAMI, PANR dan SHID. Dapat disimpulkan pada tahun 2012
terdapat 6 perusahaan yang memiliki profitabilitas (keuntungan) diatas rata-
rata dan mengindikasikan hal yang baik, sedangkan 8 perusahaan lainnya
memiliki profitabilitas (keuntungan) dibawah rata-rata dan
Page 112
95
mengindikasikan hal yang kurang baik karena perusahaan belum mampu
menggunakan asset yang dimiliki secara optimal untuk memperoleh
keuntungan.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat ROA sebesar 0,0477.
Dengan nilai ROA tertinggi diperoleh PNSE sebesar 0,1058. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai ROA diatas rata-rata diantaranya
FAST, ICON, JSPT, PJAA dan PTSP. Sedangkan nilai ROA terendah
diperoleh MAMI sebesar 0,0035. Disamping itu, beberapa perusahaan juga
memiliki nilai ROA dibawah rata-rata diantaranya BAYU, BUVA, HOME,
INPP, KPIG, PANR dan SHID. Dapat disimpulkan pada tahun 2013
terdapat 6 perusahaan yang memiliki profitabilitas (keuntungan) diatas rata-
rata dan mengindikasikan hal yang baik, sedangkan 8 perusahaan lainnya
memiliki profitabilitas (keuntungan) dibawah rata-rata dan
mengindikasikan hal yang kurang baik karena perusahaan belum mampu
menggunakan asset yang dimiliki secara optimal untuk memperoleh
keuntungan.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat ROA sebesar 0,0439.
Dengan nilai ROA tertinggi diperoleh JSPT sebesar 0,0886. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai ROA diatas rata-rata diantaranya
BAYU, FAST, PJAA, PNSE dan PTSP. Sedangkan nilai ROA terendah
diperoleh HOME sebesar 0,0029. Disamping itu, beberapa perusahaan juga
memiliki nilai ROA dibawah rata-rata diantaranya BUVA, ICON, INPP,
KPIG, MAMI, PANR dan SHID. Dapat disimpulkan pada tahun 2014
Page 113
96
terdapat 6 perusahaan yang memiliki profitabilitas (keuntungan) diatas rata-
rata dan mengindikasikan hal yang baik, sedangkan 8 perusahaan lainnya
memiliki profitabilitas (keuntungan) dibawah rata-rata dan
mengindikasikan hal yang kurang baik karena perusahaan belum mampu
menggunakan asset yang dimiliki secara optimal untuk memperoleh
keuntungan.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat ROA sebesar 0,0241.
Dengan nilai ROA tertinggi diperoleh PJAA sebesar 0,0925. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai ROA diatas rata-rata diantaranya
BAYU, FAST, JSPT, PANR dan PNSE. Sedangkan nilai ROA terendah
diperoleh Perusahaan BUVA sebesar -0,0159. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai ROA dibawah rata-rata diantaranya HOME,
ICON, INPP, KPIG, MAMI, PTSP dan SHID. Dapat disimpulkan pada
tahun 2015 terdapat 6 perusahaan yang memiliki profitabilitas (keuntungan)
diatas rata-rata dan mengindikasikan hal yang baik, sedangkan 8 perusahaan
lainnya memiliki profitabilitas (keuntungan) dibawah rata-rata dan
mengindikasikan hal yang kurang baik karena perusahaan belum mampu
menggunakan asset yang dimiliki secara optimal untuk memperoleh
keuntungan.
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat ROA sebesar 0,0162.
Dengan nilai ROA tertinggi diperoleh FAST sebesar 0,0445. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai ROA diatas rata-rata diantaranya
BAYU, JSPT, KPIG, PANR dan PJAA. Sedangkan nilai ROA terendah
Page 114
97
diperoleh BUVA sebesar -0,0063. Disamping itu, beberapa perusahaan juga
memiliki nilai ROA dibawah rata-rata diantaranya HOME, ICON, INPP,
MAMI, PNSE, PTSP dan SHID. Dapat disimpulkan pada tahun 2016
terdapat 6 perusahaan yang memiliki profitabilitas (keuntungan) diatas rata-
rata dan mengindikasikan hal yang baik, sedangkan 8 perusahaan lainnya
memiliki profitabilitas (keuntungan) dibawah rata-rata dan
mengindikasikan hal yang kurang baik karena perusahaan belum mampu
menggunakan asset yang dimiliki secara optimal untuk memperoleh
keuntungan.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat rata-rata ROA tahun 2011-2016
terus mengalami penurunan. Dimana tahun 2011 nilainya 0,0584; tahun
2012 nilainya 0,0524; tahun 2013 nilainya 0,0477; tahun 2014 nilainya
0,0439; tahun 2015 nilainya 0,0241; dan tahun 2016 nilainya 0,0162.
Sehingga dapat disimpulkam bahwa perusahaan sub sektor pariwisata,
restoran, dan hotel rata-rata mengalami penurunan keuntungan dari tahun
ke tahun dimulai periode 2011 sampai 2016.
Berdasarkan grafik 4.2 dapat dilihat PTSP paling berfluktuasi
diantara perusahaan lainya. Dimana pada tahun 2011 dan 2012 PTSP
memiliki nilai ROA tertinggi (mencapai 0,2032 dan 0,1755), akan tetapi
pada tahun 2015 menjadi salah satu perusahaan yang memiliki nilai ROA
negatif (-0,0054).
Page 115
98
Gambar 4.2
Grafik Return on Asset (ROA)
Sumber : Data diolah
3. Current Ratio (CR)
CR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas
perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2009:96), CR merupakan
indikator terbaik sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek telah
ditutupi oleh aktiva-aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas
dengan cukup cepat.
-0.05
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
BAYU
BUVA
FAST
HOME
ICON
INPP
JSPT
KPIG
MAMI
PANR
PJAA
PNSE
PTSP
SHID
Page 116
99
Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi data CR dari
perusahaan-perusahaan sub sektor pariwisata, restoran, dan hotel periode
2011-2016 yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Tabel 4.3
Data Deskriptif Current Ratio (CR)
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 BAYU 1,4760 1,4751 1,4440 1,5288 1,6013 1,6746
2 BUVA 1,4231 1,5311 1,4392 1,2554 0,6478 0,5628
3 FAST 1,7966 1,7679 1,7042 1,8826 1,2619 1,3747
4 HOME 1,2204 1,2212 0,8333 0,7695 0,7336 0,7898
5 ICON 0,9556 1,0231 1,1423 1,9895 1,5109 1,6180
6 INPP 1,5692 2,0075 2,3113 1,8685 1,4141 1,8453
7 JSPT 1,7932 1,6661 1,4882 2,3805 2,8154 2,3294
8 KPIG 4,2741 1,8106 2,0686 3,1944 3,5739 7,8306
9 MAMI 1,0603 1,0119 0,9914 0,9374 0,9648 1,1758
10 PANR 0,9833 1,2695 1,2080 1,0307 0,9689 1,1818
11 PJAA 1,3575 1,5652 1,5038 0,8955 1,1797 1,1348
12 PNSE 1,9012 1,9808 2,5870 2,8515 1,6773 1,9774
13 PTSP 1,1873 1,4736 1,8613 1,4890 1,0005 1,0005
14 SHID 1,1944 1,6288 1,2572 1,2244 1,1574 1,0042
Rata-Rata 1,5852 1,5309 1,5600 1,6641 1,4648 1,8214
Maksimum 4,2741 2,0075 2,5870 3,1944 3,5739 7,8306
Minimum 0,9556 1,0119 0,8333 0,7695 0,6478 0,5628
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.3 dan grafik 4.3 dapat dilihat besarnya current
ratio (CR) Perusahaan sub sektor pariwisata, restoran, dan hotel yang
dijadikan sampel penelitian periode 2011 – 2016.
Pada tahun 2011, diketahui rata-rata tingkat current ratio sebesar
1,5852. Dengan nilai current ratio tertinggi diperoleh KPIG sebesar 4,2741.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai current ratio diatas
Page 117
100
rata-rata diantaranya FAST, JSPT dan PNSE. Sedangkan nilai current ratio
terendah diperoleh ICON sebesar 0,9556. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai current ratio dibawah rata-rata diantaranya
BAYU, BUVA, HOME, INPP, MAMI, PANR, PJAA, PTSP dan SHID.
Dapat disimpulkan pada tahun 2011 terdapat 4 perusahaan yang memiliki
kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek diatas rata-rata dan
mengindikasikan hal yang baik, sedangkan 10 perusahaan lainnya memiliki
kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek dibawah rata-rata dan
mengindikasikan hal yang kurang baik.
Pada tahun 2012, diketahui rata-rata tingkat current ratio sebesar
1,5309. Dengan nilai current ratio tertinggi diperoleh INPP sebesar 2,0075.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai current ratio diatas
rata-rata diantaranya BUVA, FAST, JSPT, KPIG, PJAA, PNSE dan SHID.
Sedangkan nilai current ratio terendah diperoleh MAMI sebesar 1,0119.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai current ratio
dibawah rata-rata diantaranya BAYU, HOME, ICON, PANR dan PTSP.
Dapat disimpulkan pada tahun 2012 terdapat 8 perusahaan yang memiliki
kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek diatas rata-rata dan
mengindikasikan hal yang baik, sedangkan 6 perusahaan lainnya memiliki
kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek dibawah rata-rata dan
mengindikasikan hal yang kurang baik.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat current ratio sebesar
1,5600. Dengan nilai current ratio tertinggi diperoleh PNSE sebesar 2,5870.
Page 118
101
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai current ratio diatas
rata-rata diantaranya FAST, INPP, KPIG dan PTSP. Sedangkan nilai
current ratio terendah diperoleh HOME sebesar 0,8333. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai current ratio dibawah rata-rata
diantaranya BAYU, BUVA, ICON, JSPT, MAMI, PANR, PJAA dan SHID.
Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 5 perusahaan yang memiliki
kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek diatas rata-rata dan
mengindikasikan hal yang baik, sedangkan 9 perusahaan lainnya memiliki
kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek dibawah rata-rata dan
mengindikasikan hal yang kurang baik.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat current ratio sebesar
1,6641. Dengan nilai current ratio tertinggi diperoleh KPIG sebesar 3,1944.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai current ratio diatas
rata-rata diantaranya FAST, ICON, INPP, JSPT dan PNSE. Sedangkan nilai
current ratio terendah diperoleh HOME sebesar 0,7695. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai current ratio dibawah rata-rata
diantaranya BAYU, BUVA, MAMI, PANR, PJAA, PTSP dan SHID. Dapat
disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 6 perusahaan yang memiliki
kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek diatas rata-rata dan
mengindikasikan hal yang baik, sedangkan 8 perusahaan lainnya memiliki
kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek dibawah rata-rata dan
mengindikasikan hal yang kurang baik.
Page 119
102
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat current ratio sebesar
1,4648. Dengan nilai current ratio tertinggi diperoleh KPIG sebesar 3,5739.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai current ratio diatas
rata-rata diantaranya BAYU, ICON, JSPT dan PNSE. Sedangkan nilai
current ratio terendah diperoleh BUVA sebesar 0,6478. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai current ratio dibawah rata-rata
diantaranya FAST, HOME, INPP, MAMI, PANR, PJAA, PTSP dan SHID.
Dapat disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 5 perusahaan yang memiliki
kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek diatas rata-rata dan
mengindikasikan hal yang baik, sedangkan 9 perusahaan lainnya memiliki
kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek dibawah rata-rata dan
mengindikasikan hal yang kurang baik.
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat Current Ratio sebesar
1,8214. Dengan nilai current ratio tertinggi diperoleh KPIG sebesar 7,8306.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai current ratio diatas
rata-rata diantaranya INPP, JSPT dan PNSE. Sedangkan nilai current ratio
terendah diperoleh BUVA sebesar 0,5628. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai current ratio dibawah rata-rata diantaranya
BAYU, FAST, HOME, ICON, MAMI, PANR, PJAA, PTSP dan SHID.
Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 4 perusahaan yang memiliki
kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek diatas rata-rata dan
mengindikasikan hal yang baik, sedangkan 10 perusahaan lainnya memiliki
Page 120
103
kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek dibawah rata-rata dan
mengindikasikan hal yang kurang baik.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat rata-rata current ratio tahun
2011-2016 terus mengalami fluktuasi dengan nilai yang meningkat pada
akhir periode penelitian. Dimana tahun 2011 nilainya 1,5852; tahun 2012
nilainya 1,5309; tahun 2013 nilainya 1,5600; tahun 2014 nilainya 1,6641;
tahun 2015 nilainya 1,4648; dan tahun 2016 nilainya 1,8214. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa perusahaan sub sektor pariwisata, restoran, dan
hotel secara keseluruhan mengalami peningkatan kemampuan dalam
memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendeknya dari tahun ke tahun
dimulai periode 2011 sampai 2016.
Berdasarkan grafik 4.3 dapat dilihat KPIG adalah perusahaan yang
memiliki nilai current ratio yang paling berfluktuasi diantara perusahaan
lainnya. Dengan perolehan nilai current ratio maksimum yang paling
banyak diantara perusahaan lainnya, yaitu sebanyak 4 tahun dari 6 tahun
periode penelitian (2011, 2014, 2015, dan 2016). Dengan nilai current ratio
rata-rata 2,00 yang sering dipakai menjadi standar nilai current ratio. Nilai
current ratio yang terlalu besar belum tentu mengindikasi kondisi
perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak
digunakan sebaik mungkin (Kasmir, 2014:131). Sehingga menjadi
pertanyaan apakah KPIG telah mengunakan kas perusahaan sebaik mungkin
atau belum.
Page 121
104
Gambar 4.3
Grafik Current Ratio (CR)
Sumber : Data diolah
4. Asset growth (AG)
Asset growth adalah pengukuran seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan posisinya dalam perkembangan
perekonomian, hal ini akan mempengaruhi keinginan investor untuk
menanamkan modalnya (Sartono, 2009:65 dalam Ni Putu Mirah
Darmayanti, 2013 : 715).
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
BAYU
BUVA
FAST
HOME
ICON
INPP
JSPT
KPIG
MAMI
PANR
PJAA
PNSE
PTSP
SHID
Page 122
105
Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi data Asset growth
dari perusahaan-perusahaan pariwisata, restoran, dan hotel periode 2011-
2016 yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Tabel 4.4
Data Deskriptif Asset growth (AG)
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 BAYU 0,17 0,35 0,31 0,22 0,17 0,01
2 BUVA -0,02 0,40 0,22 0,13 0,54 0,16
3 FAST 0,25 0,15 0,14 0,07 0,07 0,12
4 HOME -0,06 0,52 -0,03 0,00 -0,01 0,03
5 ICON 0,37 -0,10 -0,10 2,75 0,53 0,10
6 INPP 0,40 0,63 0,06 0,01 1,47 0,05
7 JSPT 0,16 0,15 0,04 0,04 0,03 0,06
8 KPIG -0,07 0,40 1,70 0,35 0,12 0,27
9 MAMI 0,02 0,05 0,05 0,03 0,04 0,04
10 PANR 0,23 0,34 0,25 0,30 0,05 0,31
11 PJAA 0,11 0,37 0,10 0,11 0,08 0,20
12 PNSE 0,08 0,02 0,26 -0,03 0,00 0,16
13 PTSP 0,22 0,53 0,23 0,17 -0,02 0,01
14 SHID 1,00 0,05 0,11 0,00 0,01 0,00
Rata-Rata 0,20 0,28 0,24 0,30 0,22 0,11
Maksimum 1,00 0,63 1,70 2,75 1,47 0,31
Minimum -0,07 -0,10 -0,10 -0,03 -0,02 0,00
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.4 dan grafik 4.4 dapat dilihat besarnya Asset
growth (AG) Perusahaan sub sektor pariwisata, restoran, dan hotel yang
dijadikan sampel penelitian periode 2011 – 2016.
Pada tahun 2011, diketahui rata-rata tingkat Asset growth sebesar
0,20. Dengan nilai Asset growth tertinggi diperoleh SHID sebesar 1,00.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset growth diatas
rata-rata diantaranya FAST, ICON, INPP, PANR dan PTSP. Sedangkan
Page 123
106
nilai Asset growth terendah diperoleh KPIG sebesar -0,07. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset growth dibawah rata-rata
diantaranya BAYU, BUVA, HOME, JSPT, MAMI, PJAA dan PNSE.
Dapat disimpulkan pada tahun 2011 terdapat 6 perusahaan yang memiliki
pertumbuhan aset diatas rata-rata dan mengindikasikan hal yang baik,
sedangkan 8 perusahaan lainnya memiliki pertumbuhan aset dibawah rata-
rata dan mengindikasikan hal yang kurang baik.
Pada tahun 2012, diketahui rata-rata tingkat Asset growth sebesar
0,28. Dengan nilai Asset growth tertinggi diperoleh INPP sebesar 0,63.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset growth diatas
rata-rata diantaranya BAYU, BUVA, HOME, KPIG, PANR, PJAA, dan
PTSP. Sedangkan nilai Asset growth terendah diperoleh ICON sebesar -
0,10. Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset growth
dibawah rata-rata diantaranya FAST, JSPT, MAMI, PNSE, dan SHID.
Dapat disimpulkan pada tahun 2012 terdapat 8 perusahaan yang memiliki
pertumbuhan aset diatas rata-rata dan mengindikasikan hal yang baik,
sedangkan 6 perusahaan lainnya memiliki pertumbuhan aset dibawah rata-
rata dan mengindikasikan hal yang kurang baik.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat Asset growth sebesar
0,24. Dengan nilai Asset growth tertinggi diperoleh KPIG sebesar 1,70.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset growth diatas
rata-rata diantaranya BAYU, PANR, dan PNSE. Sedangkan nilai Asset
growth terendah diperoleh ICON sebesar -0,10. Disamping itu, beberapa
Page 124
107
perusahaan juga memiliki nilai Asset growth dibawah rata-rata diantaranya
BUVA, FAST, HOME, INPP, JSPT, MAMI, PJAA, PTSP dan SHID. Dapat
disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 4 perusahaan yang memiliki
pertumbuhan aset diatas rata-rata dan mengindikasikan hal yang baik,
sedangkan 10 perusahaan lainnya memiliki pertumbuhan aset dibawah rata-
rata dan mengindikasikan hal yang kurang baik.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat Asset growth sebesar
0,30. Dengan nilai Asset growth tertinggi diperoleh ICON sebesar 2,75.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset growth diatas
rata-rata diantaranya KPIG dan PANR. Sedangkan nilai Asset growth
terendah diperoleh PNSE sebesar -0,03. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai Asset growth dibawah rata-rata diantaranya
BAYU, BUVA, FAST, HOME, INPP, JSPT, MAMI, PJAA, PTSP dan
SHID. Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 3 perusahaan yang
memiliki pertumbuhan aset diatas rata-rata dan mengindikasikan hal yang
baik, sedangkan 11 perusahaan lainnya memiliki pertumbuhan aset dibawah
rata-rata dan mengindikasikan hal yang kurang baik.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat Asset growth sebesar
0,22. Dengan nilai Asset growth tertinggi diperoleh INPP sebesar 1,47.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset growth diatas
rata-rata diantaranya BUVA dan ICON. Sedangkan nilai Asset growth
terendah diperoleh PTSP sebesar -0,02. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai Asset growth dibawah rata-rata diantaranya
Page 125
108
BAYU, FAST, HOME, JSPT, KPIG, MAMI, PANR, PJAA, PNSE dan
SHID. Dapat disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 3 perusahaan yang
memiliki pertumbuhan aset diatas rata-rata dan mengindikasikan hal yang
baik, sedangkan 11 perusahaan lainnya memiliki pertumbuhan aset dibawah
rata-rata dan mengindikasikan hal yang kurang baik.
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat Asset growth sebesar
0,11. Dengan nilai Asset growth tertinggi diperoleh PANR sebesar 0,31.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset growth diatas
rata-rata diantaranya BUVA, FAST, KPIG, PJAA dan PNSE. Sedangkan
nilai Asset growth terendah diperoleh SHID sebesar 0,00. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset growth dibawah rata-rata
diantaranya BAYU, HOME, ICON, INPP, JSPT, MAMI dan PTSP. Dapat
disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 6 perusahaan yang memiliki
pertumbuhan aset diatas rata-rata dan mengindikasikan hal yang baik,
sedangkan 8 perusahaan lainnya memiliki pertumbuhan aset dibawah rata-
rata dan mengindikasikan hal yang kurang baik.
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat rata-rata nilai asset growth
mengalami fluktuasi dan cenderung menurun. Dimana dalam periode 6
tahun penelitian, 3 tahun periode penelitian mengalami penurunan (2013,
2015, dan 2016), dan hanya 2 tahun periode penelitian yang mengalami
peningkatan (2012 dan 201). Sehingga dapat disimpulkan perusahaan sub
sektor pariwisata, restoran, dan hotel rata-rata mengalami fluktuasi
Page 126
109
pertumbuhan aset yang cenderung menurun dari tahun ke tahun dimulai
tahun 2011 sampai 2016.
Gambar 4.4
Grafik Asset growth (AG)
Sumber : Data diolah
Berdasarkan grafik 4.4 dapat dilihat ada 3 perusahaan yang memiliki
fluktuasi nilai asset growth paling tinggi, diantaranya PT Global Land
Development Tbk (KPIG) tahun 2013, PT Island Concepts Indonesia Tbk
(ICON) tahun 2014, dan PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) tahun
2015. Sementara perusahaan lainnya cenderung memiliki tren pertumbuhan
yang hampir sama.
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
BAYU
BUVA
FAST
HOME
ICON
INPP
JSPT
KPIG
MAMI
PANR
PJAA
PNSE
PTSP
SHID
Page 127
110
5. Asset structure (AS)
Asset structure adalah penentuan berapa besar alokasi untuk
masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam
aktiva tetap (Riyanto, 2008).
Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi data Asset
structure dari perusahaan-perusahaan pariwisata, restoran, dan hotel
periode 2011-2016 yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Tabel 4.5
Data Deskriptif Asset structure (AS)
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 BAYU 0,23 0,25 0,27 0,32 0,37 0,31
2 BUVA 0,81 0,82 0,80 0,82 0,90 0,81
3 FAST 0,51 0,55 0,55 0,57 0,57 0,53
4 HOME 0,92 0,90 0,93 0,91 0,90 0,88
5 ICON 0,51 0,47 0,44 0,22 0,10 0,10
6 INPP 0,87 0,90 0,87 0,86 0,91 0,93
7 JSPT 0,58 0,58 0,56 0,59 0,59 0,66
8 KPIG 0,90 0,89 0,88 0,85 0,80 0,62
9 MAMI 0,95 0,96 0,95 0,94 0,94 0,91
10 PANR 0,53 0,56 0,62 0,56 0,65 0,62
11 PJAA 0,67 0,70 0,75 0,83 0,80 0,76
12 PNSE 0,64 0,65 0,61 0,64 0,78 0,79
13 PTSP 0,56 0,60 0,59 0,65 0,70 0,68
14 SHID 0,87 0,86 0,86 0,87 0,88 0,88
Rata-Rata 0,68 0,69 0,69 0,69 0,71 0,68
Maksimum 0,95 0,96 0,95 0,94 0,94 0,93
Minimum 0,23 0,25 0,27 0,22 0,10 0,10
Sumber : Data diolah
Page 128
111
Gambar 4.5
Grafik Asset structure (AS)
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.5 dan grafik 4.5 dapat dilihat besarnya Asset
structure (AS) Perusahaan sub sektor Pariwisata, restoran, dan hotel yang
dijadikan sampel penelitian periode 2011 – 2016.
Pada tahun 2011, diketahui rata-rata tingkat Asset structure sebesar
0,68. Dengan nilai Asset structure tertinggi diperoleh MAMI sebesar 0,95.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset structure
diatas rata-rata diantaranya BUVA, HOME, INPP, KPIG, PJAA, PNSE dan
SHID. Sedangkan nilai Asset structure terendah diperoleh BAYU sebesar
0,23. Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
BAYU
BUVA
FAST
HOME
ICON
INPP
JSPT
KPIG
MAMI
PANR
PJAA
PNSE
PTSP
SHID
Page 129
112
structure dibawah rata-rata diantaranya FAST, ICON, JSPT, PANR dan
PTSP. Dapat disimpulkan pada tahun 2011 terdapat 8 perusahaan yang
memiliki struktur aset diatas rata-rata dan mengindikasikan tingginya aset
tetap yang dimiliki, sedangkan 6 perusahaan lainnya memiliki struktur aset
dibawah rata-rata dan mengindikasikan rendahnya aset tetap yang dimiliki.
Pada tahun 2012, diketahui rata-rata tingkat Asset structure sebesar
0,69. Dengan nilai Asset structure tertinggi diperoleh MAMI sebesar 0,96.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset structure
diatas rata-rata diantaranya BUVA, HOME, INPP, KPIG, PJAA dan SHID.
Sedangkan nilai Asset structure terendah diperoleh BAYU sebesar 0,25.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset structure
dibawah rata-rata diantaranya FAST, ICON, JSPT, PANR, PNSE dan
PTSP. Dapat disimpulkan pada tahun 2012 terdapat 7 perusahaan yang
memiliki struktur aset diatas rata-rata dan mengindikasikan tingginya aset
tetap yang dimiliki, sedangkan 7 perusahaan lainnya memiliki struktur aset
dibawah rata-rata dan mengindikasikan rendahnya aset tetap yang dimiliki.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat Asset structure sebesar
0,69. Dengan nilai Asset structure tertinggi diperoleh MAMI sebesar 0,95.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset structure
diatas rata-rata diantaranya BUVA, HOME, INPP, KPIG, PJAA dan SHID.
Sedangkan nilai Asset structure terendah diperoleh BAYU sebesar 0,27.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset structure
dibawah rata-rata diantaranya FAST, ICON, JSPT, PANR, PNSE dan
Page 130
113
PTSP. Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 7 perusahaan yang
memiliki struktur aset diatas rata-rata dan mengindikasikan tingginya aset
tetap yang dimiliki, sedangkan 7 perusahaan lainnya memiliki struktur aset
dibawah rata-rata dan mengindikasikan rendahnya aset tetap yang dimiliki.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat Asset structure sebesar
0,69. Dengan nilai Asset structure tertinggi diperoleh MAMI sebesar 0,94.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset structure
diatas rata-rata diantaranya BUVA, HOME, INPP, KPIG, PJAA dan SHID.
Sedangkan nilai Asset structure terendah diperoleh ICON sebesar 0,22.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset structure
dibawah rata-rata diantaranya BAYU, FAST, JSPT, PANR, PNSE dan
PTSP. Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 7 perusahaan yang
memiliki struktur aset diatas rata-rata dan mengindikasikan tingginya aset
tetap yang dimiliki, sedangkan 7 perusahaan lainnya memiliki struktur aset
dibawah rata-rata dan mengindikasikan rendahnya aset tetap yang dimiliki.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat Asset structure sebesar
0,71. Dengan nilai Asset structure tertinggi diperoleh MAMI sebesar 0,94.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset structure
diatas rata-rata diantaranya BUVA, HOME, INPP, KPIG, PJAA, PNSE dan
SHID. Sedangkan nilai Asset structure terendah diperoleh ICON sebesar
0,10. Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset
structure dibawah rata-rata diantaranya BAYU, FAST, JSPT, PANR dan
PTSP. Dapat disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 8 perusahaan yang
Page 131
114
memiliki struktur aset diatas rata-rata dan mengindikasikan tingginya aset
tetap yang dimiliki, sedangkan 6 perusahaan lainnya memiliki struktur aset
dibawah rata-rata dan mengindikasikan rendahnya aset tetap yang dimiliki.
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat Asset structure sebesar
0,68. Dengan nilai Asset structure tertinggi diperoleh INPP sebesar 0,93.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset structure
diatas rata-rata diantaranya BUVA, HOME, MAMI, PJAA, PNSE, PTSP
dan SHID. Sedangkan nilai Asset structure terendah diperoleh ICON
sebesar 0,10. Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Asset
structure dibawah rata-rata diantaranya BAYU, FAST, JSPT, KPIG dan
PANR. Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 8 perusahaan yang
memiliki struktur aset diatas rata-rata dan mengindikasikan tingginya aset
tetap yang dimiliki, sedangkan 6 perusahaan lainnya memiliki struktur aset
dibawah rata-rata dan mengindikasikan rendahnya aset tetap yang dimiliki.
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa MAMI menjadi
perusahaan dengan nilai asset structure tertinggi periode 2011-2015.
Sebaliknya, BAYU menjadi perusahan dengan nilai asset strucutre terendah
pada periode 2011-2013 dan ICON menjadi perusahan dengan nilai asset
structure terendah pada periode 2014-2016. Sehingga dapat disimpulkan
berdasarkan nilai asset structure, mengindikasikan hal yang baik bagi
MAMI dalam menarik investor, dikarenakan struktur aktiva dapat dijadikan
jaminan bagi investor agar investor tersebut percaya bahwa perusahaan
Page 132
115
dapat melunasi hutangnya. (Sartono, 2010:249 dalam Ni Putu Mirah
Darmayanti, 2013 : 716).
Berdasarkan grafik 4.5 dapat diketahui bahwa terdapat 2 perusahaan
yang memiliki trren nilai asset structure yang berbeda dengan perusahaan
lainnya, yaitu BAYU dan ICON. Dimana BAYU menjadi perusahan dengan
nilai asset structure terendah pada periode 2011-2013, namun bergerak naik
pada tahun-tahun berikutnya. Sebaliknya, ICON justru mengalami
penurunan nilai asset strucutre pada periode 2014-2016.
6. Firm size (FS)
Menurut Sujianto (2001), ukuran perusahaan menggambarkan
besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan total aktiva jumlah
penjualan, rata-rata total penjualan aset, dan rata-rata total aktiva.
Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi data Firm size dari
perusahaan-perusahaan pariwisata, restoran, dan hotel periode 2011-2016
yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Page 133
116
Tabel 4.6
Data Deskriptif Firm size (FS)
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 BAYU 26,27 26,57 26,84 26,65 27,19 26,83
2 BUVA 27,49 27,83 28,02 28,14 28,57 28,72
3 FAST 21,16 21,30 21,43 21,49 21,56 21,67
4 HOME 25,89 26,32 26,29 26,29 26,28 26,31
5 ICON 25,24 25,13 25,03 26,35 26,78 26,87
6 INPP 27,76 28,24 28,30 28,32 29,22 29,27
7 JSPT 28,69 28,83 28,86 28,91 28,93 28,99
8 KPIG 28,30 28,63 29,63 29,93 30,04 30,28
9 MAMI 27,23 27,28 27,33 27,36 27,40 27,44
10 PANR 20,45 20,74 20,97 21,24 21,28 21,55
11 PJAA 28,18 28,50 28,60 28,70 28,77 28,96
12 PNSE 26,57 26,59 26,82 26,79 26,79 26,94
13 PTSP 18,71 19,13 19,34 19,50 19,48 19,49
14 SHID 27,84 27,90 28,00 27,99 28,00 28,00
Rata-Rata 25,70 25,93 26,10 26,26 26,45 26,52
Maksimum 28,69 28,83 29,63 29,93 30,04 30,28
Minimum 18,71 19,13 19,34 19,50 19,48 19,49
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.6 dan grafik 4.6 dapat dilihat besarnya Firm size
(FS) Perusahaan sub sektor Pariwisata, restoran, dan hotel yang dijadikan
sampel penelitian periode 2011 – 2016.
Pada tahun 2011, diketahui rata-rata tingkat Firm size sebesar 25,70.
Dengan nilai Firm size tertinggi diperoleh JSPT sebesar 28,69. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm size diatas rata-rata
diantaranya BAYU, BUVA, HOME, INPP, KPIG, MAMI, PJAA, PNSE
dan SHID. Sedangkan nilai Firm size terendah diperoleh PTSP sebesar
18,71. Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm size
dibawah rata-rata diantaranya FAST, ICON dan PANR. Dapat disimpulkan
Page 134
117
pada tahun 2011 terdapat 10 perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan
diatas rata-rata dan mengindikasikan tingginya total aset yang dimiliki,
sedangkan 4 perusahaan lainnya memiliki ukuran perusahaan dibawah rata-
rata dan mengindikasikan rendahnya total aset yang dimiliki.
Pada tahun 2012, diketahui rata-rata tingkat Firm size sebesar 25,93.
Dengan nilai Firm size tertinggi diperoleh JSPT sebesar 28,83. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm size diatas rata-rata
diantaranya BAYU, BUVA, HOME, INPP, KPIG, MAMI, PJAA, PNSE
dan SHID. Sedangkan nilai Firm size terendah diperoleh PTSP sebesar
19,13. Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm size
dibawah rata-rata diantaranya FAST, ICON dan PANR. Dapat disimpulkan
pada tahun 2012 terdapat 10 perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan
diatas rata-rata dan mengindikasikan tingginya total aset yang dimiliki,
sedangkan 4 perusahaan lainnya memiliki ukuran perusahaan dibawah rata-
rata dan mengindikasikan rendahnya total aset yang dimiliki.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat Firm size sebesar 26,10.
Dengan nilai Firm size tertinggi diperoleh KPIG sebesar 29,63. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm size diatas rata-rata
diantaranya BAYU, BUVA, HOME, INPP, JSPT, MAMI, PJAA, PNSE
dan SHID. Sedangkan nilai Firm size terendah diperoleh PTSP sebesar
19,34. Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm size
dibawah rata-rata diantaranya FAST, ICON dan PANR. Dapat disimpulkan
pada tahun 2013 terdapat 10 perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan
Page 135
118
diatas rata-rata dan mengindikasikan tingginya total aset yang dimiliki,
sedangkan 4 perusahaan lainnya memiliki ukuran perusahaan dibawah rata-
rata dan mengindikasikan rendahnya total aset yang dimiliki.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat Firm size sebesar 26,26.
Dengan nilai Firm size tertinggi diperoleh KPIG sebesar 29,93. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm size diatas rata-rata
diantaranya BAYU, BUVA, HOME, ICON, INPP, JSPT, MAMI, PJAA,
PNSE dan SHID. Sedangkan nilai Firm size terendah diperoleh PTSP
sebesar 19,50. Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm
size dibawah rata-rata diantaranya FAST dan PANR. Dapat disimpulkan
pada tahun 2014 terdapat 11 perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan
diatas rata-rata dan mengindikasikan tingginya total aset yang dimiliki,
sedangkan 3 perusahaan lainnya memiliki ukuran perusahaan dibawah rata-
rata dan mengindikasikan rendahnya total aset yang dimiliki.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat Firm size sebesar 26,45.
Dengan nilai Firm size tertinggi diperoleh KPIG sebesar 30,04. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm size diatas rata-rata
diantaranya BAYU, BUVA, ICON, INPP, JSPT, MAMI, PJAA, PNSE dan
SHID. Sedangkan nilai Firm size terendah diperoleh PTSP sebesar 19,48.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm size dibawah
rata-rata diantaranya FAST, HOME dan PANR. Dapat disimpulkan pada
tahun 2015 terdapat 10 perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan diatas
rata-rata dan mengindikasikan tingginya total aset yang dimiliki, sedangkan
Page 136
119
4 perusahaan lainnya memiliki ukuran perusahaan dibawah rata-rata dan
mengindikasikan rendahnya total aset yang dimiliki.
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat Firm size sebesar 26,52.
Dengan nilai Firm size tertinggi diperoleh KPIG sebesar 30,28. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm size diatas rata-rata
diantaranya BAYU, BUVA, ICON INPP, JSPT, MAMI, PJAA, PNSE dan
SHID. Sedangkan nilai Firm size terendah diperoleh PTSP sebesar 19,49.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm size dibawah
rata-rata diantaranya FAST, HOME dan PANR. Dapat disimpulkan pada
tahun 2016 terdapat 10 perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan diatas
rata-rata dan mengindikasikan tingginya total aset yang dimiliki, sedangkan
4 perusahaan lainnya memiliki ukuran perusahaan dibawah rata-rata dan
mengindikasikan rendahnya total aset yang dimiliki.
Page 137
120
Gambar 4.6
Grafik Firm size (FS)
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui KPIG menjadi perusahaan
dengan nilai firm size tertinggi dalam periode yang paling lama, yaitu tahun
2013-2016. Sebaliknya PTSP menjadi perusahaan dengan nilai firm size
terendah pada seluruh periode penelitian, yaitu tahun 2011-2016. Sehingga
dapat disimpulkan dalam periode penelitian ini KPIG memiliki total aset
yang terdiri dari aset lancar maupun aset tetap lebih tinggi dibanding
perusahaan lainnya. Sedangkan PTSP memiliki total aset yang terdiri dari
aset lancar maupun aset tetap lebih rendah dibanding perusahaan lainnya.
0
5
10
15
20
25
30
35
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
BAYU
BUVA
FAST
HOME
ICON
INPP
JSPT
KPIG
MAMI
PANR
PJAA
PJAA
PNSE
PTSP
SHID
Page 138
121
Berdasarkan grafik 4.6 dapat diketahui terdapat 3 perusahaan yang
memiliki tren nilai firm size lebih rendah dibanding tren nilai firm size
perusahaan lainnya, yaitu diantaranya FAST, PANR dan PTSP. Sehingga
dapat disimpulkan dalam periode penelitian ini, FAST, PANR dan PTSP
menjadi 3 perusahaan dengan total aset terendah dibanding perusahaan
lainnya.
7. Firm age (FA)
Firm age atau usia perusahaan adalah seberapa lama perusahaan
mampu bertahan, bersaing, dan mengambil kesempatan bisnis yang ada
dalam perekonomian (Syafi’i, 2013 dalam I Putu Arya Ditha Wardana dan
Gede Mertha Sudiarth, 2015)
Di bawah ini disajikan tabel dan grafik yang berisi data Firm age
dari perusahaan-perusahaan pariwisata, restoran, dan hotel periode 2011-
2016 yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Berdasarkan tabel 4.7 dan grafik 4.7 dapat dilihat besarnya Firm age
(FA) Perusahaan sub sektor Pariwisata, restoran, dan hotel yang dijadikan
sampel penelitian periode 2011 – 2016.
Page 139
122
Tabel 4.7
Data Deskriptif Firm age (FA)
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 BAYU 3,66 3,69 3,71 3,74 3,76 3,78
2 BUVA 2,40 2,48 2,56 2,64 2,71 2,77
3 FAST 3,50 3,53 3,56 3,58 3,61 3,64
4 HOME 3,22 3,26 3,30 3,33 3,37 3,40
5 ICON 2,30 2,40 2,48 2,56 2,64 2,71
6 INPP 2,71 2,77 2,83 2,89 2,94 3,00
7 JSPT 3,58 3,61 3,64 3,66 3,69 3,71
8 KPIG 3,04 3,09 3,14 3,18 3,22 3,26
9 MAMI 3,71 3,74 3,76 3,78 3,81 3,83
10 PANR 2,77 2,83 2,89 2,94 3,00 3,04
11 PJAA 2,94 3,00 3,04 3,09 3,14 3,18
12 PNSE 3,71 3,74 3,76 3,78 3,81 3,83
13 PTSP 3,33 3,37 3,40 3,43 3,47 3,50
14 SHID 3,74 3,76 3,78 3,81 3,83 3,85
Rata-Rata 3,19 3,23 3,28 3,32 3,36 3,39
Maksimum 3,74 3,76 3,78 3,81 3,83 3,85
Minimum 2,30 2,40 2,48 2,56 2,64 2,71
Sumber : Data diolah
Pada tahun 2011, diketahui rata-rata tingkat Firm age sebesar 3,19.
Dengan nilai Firm age tertinggi diperoleh SHID sebesar 3,74. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm age diatas rata-rata
diantaranya BAYU, FAST, HOME, JSPT, MAMI dan PNSE dan PTSP.
Sedangkan nilai Firm age terendah diperoleh ICON sebesar 2,30.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm age dibawah
rata-rata diantaranya BUVA, INPP, KPIG, PANR dan PJAA. Dapat
disimpulkan pada tahun 2011 terdapat 8 perusahaan yang memiliki usia
diatas rata-rata dan mengindikasikan perusahaa-perusahaan tersebut berdiri
lebih lama dibanding perusahaan lainnya yang bergerak di sektor yang
Page 140
123
sama, sedangkan 6 perusahaan lainnya memiliki usia dibawah rata-rata dan
mengindikasikan perusahaan-perusahaan tersebut berusia lebih muda
dibanding perusahaan lainnya yang bergerak di sektor yang sama.
Pada tahun 2012, diketahui rata-rata tingkat Firm age sebesar 3,23.
Dengan nilai Firm age tertinggi diperoleh SHID sebesar 3,76. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm age diatas rata-rata
diantaranya BAYU, FAST, HOME, JSPT, MAMI dan PNSE dan PTSP.
Sedangkan nilai Firm age terendah diperoleh ICON sebesar 2,40.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm age dibawah
rata-rata diantaranya BUVA, INPP, KPIG, PANR dan PJAA. Dapat
disimpulkan pada tahun 2012 terdapat 8 perusahaan yang memiliki usia
diatas rata-rata dan mengindikasikan perusahaa-perusahaan tersebut berdiri
lebih lama dibanding perusahaan lainnya yang bergerak di sektor yang
sama, sedangkan 6 perusahaan lainnya memiliki usia dibawah rata-rata dan
mengindikasikan perusahaan-perusahaan tersebut berusia lebih muda
dibanding perusahaan lainnya yang bergerak di sektor yang sama.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat Firm age sebesar 3,28.
Dengan nilai Firm age tertinggi diperoleh SHID sebesar 3,78. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm age diatas rata-rata
diantaranya BAYU, FAST, HOME, JSPT, MAMI dan PNSE dan PTSP.
Sedangkan nilai Firm age terendah diperoleh ICON sebesar 2,48.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm age dibawah
rata-rata diantaranya BUVA, INPP, KPIG, PANR dan PJAA. Dapat
Page 141
124
disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 8 perusahaan yang memiliki usia
diatas rata-rata dan mengindikasikan perusahaa-perusahaan tersebut berdiri
lebih lama dibanding perusahaan lainnya yang bergerak di sektor yang
sama, sedangkan 6 perusahaan lainnya memiliki usia dibawah rata-rata dan
mengindikasikan perusahaan-perusahaan tersebut berusia lebih muda
dibanding perusahaan lainnya yang bergerak di sektor yang sama.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat Firm age sebesar 3,32.
Dengan nilai Firm age tertinggi diperoleh SHID sebesar 3,81. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm age diatas rata-rata
diantaranya BAYU, FAST, HOME, JSPT, MAMI dan PNSE dan PTSP.
Sedangkan nilai Firm age terendah diperoleh ICON sebesar 2,56.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm age dibawah
rata-rata diantaranya BUVA, INPP, KPIG, PANR dan PJAA. Dapat
disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 8 perusahaan yang memiliki usia
diatas rata-rata dan mengindikasikan perusahaa-perusahaan tersebut berdiri
lebih lama dibanding perusahaan lainnya yang bergerak di sektor yang
sama, sedangkan 6 perusahaan lainnya memiliki usia dibawah rata-rata dan
mengindikasikan perusahaan-perusahaan tersebut berusia lebih muda
dibanding perusahaan lainnya yang bergerak di sektor yang sama.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat Firm age sebesar 3,36.
Dengan nilai Firm age tertinggi diperoleh SHID sebesar 3,83. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm age diatas rata-rata
diantaranya BAYU, FAST, HOME, JSPT, MAMI dan PNSE dan PTSP.
Page 142
125
Sedangkan nilai Firm age terendah diperoleh ICON sebesar 2,64.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm age dibawah
rata-rata diantaranya BUVA, INPP, KPIG, PANR dan PJAA. Dapat
disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 8 perusahaan yang memiliki usia
diatas rata-rata dan mengindikasikan perusahaa-perusahaan tersebut berdiri
lebih lama dibanding perusahaan lainnya yang bergerak di sektor yang
sama, sedangkan 6 perusahaan lainnya memiliki usia dibawah rata-rata dan
mengindikasikan perusahaan-perusahaan tersebut berusia lebih muda
dibanding perusahaan lainnya yang bergerak di sektor yang sama.
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat Firm age sebesar 3,39.
Dengan nilai Firm age tertinggi diperoleh SHID sebesar 3,85. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm age diatas rata-rata
diantaranya BAYU, FAST, HOME, JSPT, MAMI dan PNSE dan PTSP.
Sedangkan nilai Firm age terendah diperoleh ICON sebesar 2,71.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai Firm age dibawah
rata-rata diantaranya BUVA, INPP, KPIG, PANR dan PJAA. Dapat
disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 8 perusahaan yang memiliki usia
diatas rata-rata dan mengindikasikan perusahaa-perusahaan tersebut berdiri
lebih lama dibanding perusahaan lainnya yang bergerak di sektor yang
sama, sedangkan 6 perusahaan lainnya memiliki usia dibawah rata-rata dan
mengindikasikan perusahaan-perusahaan tersebut berusia lebih muda
dibanding perusahaan lainnya yang bergerak di sektor yang sama.
Page 143
126
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa SHID menjadi
perusahaan dengan nilai firm age tertinggi pada tahun 2011-2016 dan ICON
menjadi perusahaan dengan nilai firm age terendah pada tahun 2011-2016.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa SHID adalah perusahaan yang paling
lama berdiri dan ICON adalah perusahaan yang paling baru berdiri
dibanding perusahaan sub sektor pariwisata, restoran dan hotel lainnya.
Gambar 4.7
Grafik Firm age (FA)
Sumber : Data diolah
Berdasarkan grafik 4.7 dapat diketahui bahwa seluruh perusahaan
memiliki tren nilai firm age yang sama, hal ini disebabkan indikator yang
digunakan adalah tahun berdirinya perusahaan. Sehingga akan diperoleh
grafik yang naik dengan stabil dari tahun ke tahun untuk semua perusahaan.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
BAYU
BUVA
FAST
HOME
ICON
INPP
JSPT
KPIG
MAMI
PANR
PJAA
PNSE
PTSP
SHID
Page 144
127
C. Analisis Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, baik variabel independen maupun dependen, telah berdistribusi
secara normal. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2005).
Pada uji normalitas menggunakan grafik normal probability plot.
Data dinyatakan berdistribusi normal apabila data (titik) menyebar di sekitar
garis diagonal serta mengikuti arah diagonal atau garis linearnya.
Berdasarkan gambar 4.8 di bawah, dapat dilihat bahwa data (titik-
titik) menyebar disekitar garis diagonal serta mengikuti arah diagonal atau
garis liniernya. Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini
berdistribusi normal.
Page 145
128
Gambar 4.8
Grafik Normal Probability Plot
Sumber : Data diolah hasil SPSS
Akan tetapi, uji normalitas dengan menggunakan grafik normal
probability plot dapat menimbulkan kerancuan dalam menginterpretasikan
data, dikarenakan dimungkinkan setiap orang menyimpulkan hasil yang
berbeda. Sehingga digunakan uji lainnya dalam uji normalitas ini, yakni uji
One-Sample Kolmogorv – Smirnov (K-S)
Page 146
129
Tabel 4.8
Hasil One-Sample K-S
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 84
Normal Parametersa Mean ,0000000
Std, Deviation ,46962829
Most Extreme Differences Absolute ,090
Positive ,090
Negative -,069
Kolmogorov-Smirnov Z ,824
Asymp, Sig, (2-tailed) ,505
a, Test distribution is Normal,
Sumber : Data diolah hasil SPSS
Uji normalitas One-Sample Kolmogorv–Smirnov (K-S) test ini
menggunakan Level of Significance sebesar 5%. Sehingga data dinyatakan
berdistribusi normal apabila Asymp. Sig (2 tailed) nilaiya lebih besar dari
5% atau 0,05.
Pada tabel 4.8 di atas, diperoleh hasil analisis residual yang
menyatakan bahwa nilai signifikansi dari fungsi regresi variabel return on
asset, current ratio, asset growth, asset structure, firm size, dan firm age
adalah sebesar 0,505. Dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini
menunjukkan data residual berdistribusi normal.
Page 147
130
Berdasarkan hasil grafik 4.8 dan tabel 4.8, dapat disimpulkan bahwa
data dalam penelitian ini berdistribusi normal dan model regresi tersebut
layak digunakan untuk memprediksi variabel dependen DER terhadap
variabel independennya, yakni return on asset, current ratio, asset growth,
asset structure, firm size, dan firm age.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen.
Dalam penelitian ini, uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat
nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh
variabe independen lainnya.
Berdasarkan tabel 4.9 di bawah, hasil perhitungan pada seluruh
variabel independen Return on Asset (ROA), Current Ratio (CR), Asset
growth (AG), Asset structure (AS), Firm size (FS), dan Firm age (FA)
memiliki nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10.
Page 148
131
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROA ,768 1,302
CR ,829 1,206
AG ,892 1,121
AS ,791 1,264
FS ,715 1,399
FA ,902 1,109
a, Dependent Variable: DER
Sumber : Data diolah hasil SPSS
Pada nilai Tolerance variabel Return on Asset (ROA) nilainya
sebesar 0,768; variabel Current Ratio (CR) nilainya sebesar 0,829; variabel
Asset growth (AG) nilainya sebesar 0,892; variabel Asset structure (AS)
nilainya sebesar 0,791; variabel Firm size (FS) nilainya sebesar 0,715; dan
variabel Firm age (FA) nilainya sebesar 0,902.
Kemudian pada nilai VIF hasilnya adalah variabel Return on Asset
(ROA) nilainya sebesar 1,302; variabel Current Ratio (CR) nilainya sebesar
1,206; variabel Asset growth (AG) nilainya sebesar 1,121; variabel Asset
structure (AS) nilainya sebesar 1,264; variabel Firm size (FS) nilainya
sebesar 1,399; dan variabel Firm age (FA) nilainya sebesar 1,109.
Berdasarkan hasil tabel 4.9 pada nilai Tolerance dan VIF, dapat
disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi
Page 149
132
multikolinearitas dan model regresi tersebut layak digunakan untuk
memprediksi variabel dependen DER terhadap variabel independennya,
yakni Return on Asset, Current Ratio, Asset growth, Asset structure, Firm
size, dan Firm age.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Data yang baik yaitu homoskedastisitas yaitu
kesamaan varians dan residual.
Dalam penelitian ini, alat yang digunakan untuk pengujian
heteroskedastisitas adalah scatterplot. Dengan dasar pengambilan
keputusan jika titik-titik menyebar tidak membentuk pola dan tersebar
diatas maupun dibawah angka 0 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Sebaliknya, apabila titik-titik menyebar membentuk pola tertentu maka
terjadi heteroskedastisitas.
Page 150
133
Gambar 4.9
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data diolah hasil SPSS
Berdasarkan gambar 4.9 di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak (random), tidak membentuk suatu pola tertentu, dan tersebar
baik diatas maupun dibawah angka 0. Hal ini menunjukkan bahwa data
dalam penelitian ini tidak heteroskedastisitas (homoskedastisitas).
Akan tetapi, uji heteroskedastisitas dengan menggunakan scatterplot
dapat menimbulkan kerancuan dalam menginterpretasikan data,
dikarenakan jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Sehingga
digunakan uji lainnya dalam pengujian heteroskedastisitas ini. Salah satu uji
statistik yang dapat digunakan untuk menguji heteroskedastisitas adalah
dengan Uji Park.
Page 151
134
Tabel 4.10
Hasil Uji Park
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std, Error Beta
1 (Constant) -2,979 2,230 -1,336 ,188
LN_X1 ,013 ,294 ,008 ,046 ,964
LN_X2 -,267 ,290 -,161 -,922 ,361
LN_X3 ,148 ,278 ,085 ,533 ,597
LN_X4 -,918 1,048 -,149 -,876 ,385
LN_X5 9,031 9,069 ,172 ,996 ,325
LN_X6 -,732 ,533 -,219 -1,373 ,176
a, Dependent Variable: LN_ei2
Sumber : Data diolah hasil SPSS
Pada Uji Park, data dapat dilihat pada tabel Coefficients setelah
dilakukan pemangkatan terhadap residual kemudian di Logaritma Natural
(LN) kan. Apabila nilai signifikan (Sig.) variabel independen > 0,05 maka
tidak terjadi heteroskedastisitas, sebaliknya apabila variabel independen <
0,05 maka telah terjadi heteroskedastisitas.
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat diketahui bahwa seluruh
variabel independent (LN Return on Assets, LN Currrent Ratio, LN Asset
growth, LN Asset structure, LN Firm size, dan LN Firm age) memperoleh
nilai signifikan diatas 0,05.
Untuk nilai signifikansi pada LN Return on Assets sebesar 0,964;
untuk nilai signifikansi pada LN Currrent Ratio sebesar 0,361; untuk nilai
signifikansi pada LN Asset growth sebesar 0,597; untuk nilai signifikansi
Page 152
135
pada LN Asset structure sebesar 0,385; untuk nilai signifikansi pada LN
Firm size sebesar 0,325; dan untuk nilai signifikansi pada LN Firm age
sebesar 0,176.
Berdasarkan gambar 4.9 dan tabel 4.10, dapat disimpulkan bahwa
data dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas dan model regresi
tersebut layak digunakan untuk memprediksi variabel dependen DER
terhadap variabel independennya, yakni Return on Asset, Current Ratio,
Asset growth, Asset structure, Firm size, dan Firm age.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Untuk mendeteksi autokorelasi, pengujian dilakukan dengan
menggunakan uji statistik non-Parametrik Run Test. Dimana data residual
yang acak (random) dengan nilai signifikansi > 0,05.
Page 153
136
Tabel 4.11
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,04534
Cases < Test Value 42
Cases >= Test Value 42
Total Cases 84
Number of Runs 35
Z -1,556
Asymp, Sig, (2-tailed) ,120
a, Median
Sumber : Data diolah hasil SPSS
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed)) adalah sebesar 0,120 yang berarti nilai
signifikansi > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam
penelitian ini tidak terjadi autokorelasi dan model regresi tersebut layak
digunakan untuk memprediksi variabel dependen DER terhadap variabel
independennya, yakni Return on Asset, Current Ratio, Asset growth, Asset
structure, Firm size, dan Firm age.
D. Pengujian Hipotesis
1. Pengaruh Secara Simultan Profitabilitas, Likuiditas, Asset Growth,
Asset Structure, Firm Size dan Firm Age Terhadap Struktur Modal
Dalam penelitian ini, Uji Simultan (Uji F) digunakan untuk
menunjukkan apakah semua variabel independen (Return on Asset, Current
Page 154
137
Ratio, Asset growth, Asset structure, Firm size, dan Firm age) mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (DER).
Tabel 4.12
Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig,
1 Regression 31,522 6 5,254 22,098 ,000a
Residual 18,306 77 ,238
Total 49,827 83
a, Predictors: (Constant), FA, FS, CR, AG, AS, ROA
b, Dependent Variable: DER
Sumber : Data diolah hasil SPSS
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, dapat diketahui bahwa variabel
independen (Return on Asset, Current Ratio, Asset growth, Asset structure,
Firm size, dan Firm age) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen (DER). Hal ini dapat dilihat pada
nilai signifikansi (Sig.) adalah sebesar 0,000 yang berarti nilai signifikansi
<0,05. Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
Berdasarkan hasil Sig. pada tabel 4.12, dapat disimpulkan bahwa
variabel independen (Return on Asset, Current Ratio, Asset growth, Asset
structure, Firm size, dan Firm age) berpengaruh secara simultan terhadap
variabel dependen (DER).
Page 155
138
2. Pengaruh Secara Parsial Profitabilitas, Likuiditas, Asset Growth, Asset
Structure, Firm Size dan Firm Age Terhadap Struktur Modal
Uji Parsial (Uji t) digunakan untuk menunjukan pengaruh variabel
independen (Return on Asset, Current Ratio, Asset growth, Asset structure,
Firm size, dan Firm age) terhadap variabel dependen (DER) secara parsial.
Tabel 4.13
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Sumber : Data diolah hasil SPSS
a. Variabel Return on Asset (ROA) dengan nilai Sig 0,011 < 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan variabel Return on
Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap DER secara parsial.
b. Variabel Current Ratio (CR) dengan nilai Sig 0,091 > 0,05 maka Ho
diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan variabel Current Ratio
(CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap DER secara parsial. Namun
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig, B Std, Error Beta
1 (Constant) 7,242 ,641 11,300 ,000
ROA -,037 ,014 -,206 -2,611 ,011
CR -,001 ,001 -,130 -1,711 ,091
AG -,383 ,142 -,198 -2,702 ,008
AS -1,634 ,282 -,450 -5,795 ,000
FS -,078 ,020 -,317 -3,880 ,000
FA -,845 ,128 -,482 -6,625 ,000
a, Dependent Variable: DER
Page 156
139
apabila penelitian ini menggunakan Level of Significance 10% atau 0,10
maka nilai Sig 0,091 < 0,10. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
c. Variabel Asset Growth (AG) dengan nilai Sig 0,008 < 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan variabel Asset Growth (AG)
berpengaruh signifikan terhadap DER secara parsial.
d. Variabel Asset Structure (AS) dengan nilai Sig 0,000 < 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan variabel Asset
Structure (AS) berpengaruh signifikan terhadap DER secara parsial.
e. Variabel Firm Size (FS) dengan nilai Sig 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan
Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan variabel Firm Size (FS)
berpengaruh signifikan terhadap DER secara parsial.
f. Variabel Firm Age (FA) dengan nilai Sig 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan
Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan variabel Firm Age (FA)
berpengaruh signifikan terhadap DER secara parsial.
3. Uji Koefisien Determinasi (Uij R2)
Menurut Ghozali (2013:97) menyatakan Uji koefisien determinasi
bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas
menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R². Adjusted R²
ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari dua.
Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang diperoleh > 0,5, maka model
yang digunakan dianggap cukup handal dalam membuat estimasi.
Page 157
140
Tabel 4.14
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std, Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 ,795a ,633 ,604 ,48758 1,026
a, Predictors: (Constant), FA, FS, CR, AG, AS, ROA
b, Dependent Variable: DER
Sumber : Data diolah hasil SPSS
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, dapat diketahui bahwa nilai koefisien
Adjusted R2 sebesar 0,604 atau 60,4%. Hal ini menunjukkan bahwa besar
persentase variasi DER yang dapat djelaskan oleh variasi dari keenam
variabel bebas yaitu Return on Asset, Current Ratio, Asset growth, Asset
structure, Firm size, dan Firm age adalah sebesar 60,4%, sedangkan sisanya
sebesar 39,6% dijelaskan oleh varibel-variabel lain diluar penelitian.
E. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur kekuatan
hubungan antara dua variabel atau lebih. Selain itu juga untuk menunjukkan
arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.
Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
4.15 berdasarkan hasil output SPSS antara variabel independen (Profitabilitas,
Likuiditas, Asset growth, Asset Structure, Firm size, dan Firm age) terhadap
variabel dependen (DER).
Tabel 4.15
Page 158
141
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig, B Std, Error Beta
1 (Constant) 7,242 ,641 11,300 ,000
ROA -,037 ,014 -,206 -2,611 ,011
CR -,001 ,001 -,130 -1,711 ,091
AG -,383 ,142 -,198 -2,702 ,008
AS -1,634 ,282 -,450 -5,795 ,000
FS -,078 ,020 -,317 -3,880 ,000
FA -,845 ,128 -,482 -6,625 ,000
a, Dependent Variable: DER
Sumber : Data diolah hasil SPSS
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, maka model regresi penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Model regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
1. β0 : 7,242 artinya apabila seluruh variabel independen (Return on Asset,
Current Ratio, Asset growth, Asset structure, Firm size, dan Firm age) nol,
maka nilai variabel dependen (DER) sebesar 7,242.
2. β1 : - 0,037 artinya apabila variabel independen Return on Asset naik
sebanyak satu persen sedangkan variabel independen lainnya tetap, maka
akan menurunkan nilai variabel dependen (DER) sebesar - 0,037.
DER = 7,242 - 0,037 ROA - 0,001 CR - 0,383 AG - 1,634 AS - 0,078 FS - 0,845 FA + εi
Page 159
142
3. β2 : - 0,001 artinya apabila variabel independen Current Ratio naik
sebanyak satu persen sedangkan variabel independen lainnya tetap, maka
akan menurunkan nilai variabel dependen (DER) sebesar - 0,001.
4. β3 : - 0,383 artinya apabila variabel independen Asset growth naik
sebanyak satu persen sedangkan variabel independen lainnya tetap, maka
akan menurunkan nilai variabel dependen (DER) sebesar - 0,383.
5. β4 : - 1,634 artinya apabila variabel independen Asset structure naik
sebanyak satu persen sedangkan variabel independen lainnya tetap, maka
akan menurunkan nilai variabel dependen (DER) sebesar - 1,634.
6. β5 : - 0,078 artinya apabila variabel independen Firm size naik sebanyak
satu persen sedangkan variabel independen lainnya tetap, maka akan
menurunkan nilai variabel dependen (DER) sebesar - 0,078.
7. β6 : - 0,845 artinya apabila variabel independen Firm age naik sebanyak
satu persen sedangkan variabel independen lainnya tetap, maka akan
menurunkan nilai variabel dependen (DER) sebesar - 0,845.
F. Pembahasan
1. Pengaruh Profitabilitas (ROA) terhadap Struktur Modal (DER)
Variabel ROA dalam penelitian ini menunjukkan nilai β: -0,037,
yaitu hubungan negatif antara ROA dan DER. Dengan nilai Sig 0,011 <
0,05 menunjukkan pengaruh signifikan. Sehingga dapat disimpulkan
variabel ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap DER secara
parsial. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Page 160
143
Hasil penelitian ini mendukung Pecking Order Theory dimana
perusahaan lebih memilih internal financing (pendanaan dari dalam
perusahaan). Dalam kaitannya dengan profitabilitas (ROA) yang
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (DER),
dapat disimpulkan bahwa perusahan yang memiliki tingkat profitabilitas
(keuntungan) yang tinggi akan cenderung menghidari pendanaan dari luar
perusahaan dan lebih memilih pendanaan dari dalam perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rafiu Oyesola Salawu dan Akinlolu Ayodeji Agboola (2008), Lutfiana
Mufidhatus Sholikhadi (2016), Putria Yusintha dan Erni Suryandari
(2010), Mohammad Alipour, Mir Farhad Seddigh Mohammadi, dan
HojjatollahDerakhshan (2015), Ronald Ardhy W (2013) dan Ni Putu
Mirah Darmayanti (2013) yang menyatakan bahwa secara parsial
profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
2. Pengaruh Likuiditas (CR) terhadap Struktur Modal (DER)
Variabel CR dalam penelitian ini menunjukkan nilai β: -0,001,
yaitu hubungan negatif antara CR dan DER. Dengan nilai Sig 0,091 >
0,05 menunjukkan pengaruh tidak signifikan. Sehingga dapat
disimpulkan variabel CR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
DER secara parsial. Maka Ho diterima dan Ha ditolak. Namun apabila
penelitian ini menggunakan Level of Significance 10% atau 0,10 maka
nilai Sig 0,091 < 0,10. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Page 161
144
Dengan Level of Significance 5% penelitian ini belum dapat
membuktikan landasan teori yang menyatakan perusahaan yang memiliki
likuiditas perusahaan yang tinggi berarti memiliki internal financing yang
akan cukup untuk membayar kewajibannya sehingga struktur modal juga
berkurang (Ahmad et al, 2010 dalam Dwi Ema Putra dan I Ketut Wijaya
Kesuma, 2013). Akan tetapi, dengan menggunakan Level of Significance
10% penelitian ini dapat membuktikan landasan teori diatas.
Dalam kaitannya likuiditas (CR) yang memiliki pengaruh negatif
terhadap struktur modal (DER), dapat disimpulkan bahwa perusahan yang
memiliki tingkat likuiditas yang tinggi akan cenderung menghidari
pendanaan dari luar perusahaan dan lebih memilih pendanaan dari dalam
perusahaan dikarenakan semakin tinggi likuiditas perusahaan maka
semakin optimal perusahaan dalam menggunakan aset yang dimiliki.
Dalam kaitannya likuiditas (CR) yang tidak berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal, artinya variabel ini bukan merupakan
faktor utama dalam menentukan kebijakan struktur modal perusahaan sub
sektor Pariwisata, Restoran dan Hotel. Disamping itu, dikarenakan
sebagian besar aset yang tertanam pada perusahaan sub sektor ini adalah
aset tetap, maka aset lancar menjadi bagian yang tidak dominan. Hal
inilah yang menyebaban likuditas yang digambarkan dengan aktiva lancar
dan hutang lancar menjadi faktor yang tidak dominan atau bukan faktor
utama dalam menentukan kebijakan strutktur modal.
Page 162
145
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dewi Rosita Hafsari Siregar dan I Gusti Bagus Wiksuana (2015) dan
Arief Indra Wahyu Setyawan, Topowijono, dan Nila Firdausi Nuzula
(2016) yang menyatakan bahwa secara parsial likuiditas tidak
berpengaruh terhadap struktur modal.
3. Pengaruh Asset growth (AG) terhadap Struktur Modal (DER)
Variabel AG dalam penelitian ini menunjukkan nilai β: -0,383,
yaitu hubungan negatif antara AG dan DER. Dengan nilai Sig 0,008 <
0,05 menunjukkan pengaruh signifikan. Sehingga dapat disimpulkan
variabel AG berpengaruh negatif signifikan terhadap DER secara
parsial. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Hasil penelitian ini mendukung Pecking Order Theory dimana
perusahaan lebih memilih internal financing (pendanaan dari dalam
perusahaan). Dalam kaitannya dengan Asset growth (AG) yang
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (DER),
dapat disimpulkan bahwa perusahan yang memiliki tingkat
pertumbuhan aset yang tinggi akan cenderung menghidari pendanaan
dari luar perusahaan dan lebih memilih pendanaan dari dalam
perusahaan dikarenakan semakin tinggi aset yang dimiliki perusahaan
maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam memnbiayai
kegiatan perusahaan.
Page 163
146
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Raja Patresia Angeliend (2013) dan Ni Putu Mirah
Darmayanti (2013) dimana pada penelitian tersebut menyatakan bahwa
secara parsial Asset growth (AG) berpengaruh positif terhadap struktur
modal.
Akan tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Saurabh Chadha dan Anil K. Sharma (2015) dan
Mohammad Alipour, Mir Farhad Seddigh Mohammadi, Hojjatollah
Derakhshan (2015) yang menyatakan bahwa secara parsial Asset growth
(AG) berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
4. Pengaruh Asset structure (AS) terhadap Struktur Modal (DER)
Variabel AS dalam penelitian ini menunjukkan nilai β: -1,634,
yaitu hubungan negatif antara AS dan DER. Dengan nilai Sig 0,000 <
0,05 menunjukkan pengaruh signifikan. Sehingga dapat disimpulkan
variabel AS berpengaruh negatif signifikan terhadap DER secara
parsial. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Berdasarkan hasil uji parsial (Uji t) pada tabel 4.13, dapat
diketahui bahwa variabel Asset structure adalah variabel independen
yang paling dominan dalam mempengaruhi variabel dependen (DER).
Hal ini dapat dilihat dari nilai Beta yang diperoleh variabel Asset
structure adalah yang paling besar diantara variabel independen lainnya,
yaitu sebesar -1,634. Salah satu faktor yang mempengaruhi asset
structure menjadi variabel yang paling dominan dikarenakan sebagian
Page 164
147
besar aset yang dimiliki perusahaan sub sektor Pariwisata, Restoran dan
Hotel tertanam dalam aset tetap, sehingga aset tetap menjadi faktor yang
penting dalam menentukan kebijakan struktur modal pada perusahaan
sub sektor ini.
Hasil penelitian ini mendukung Pecking Order Theory dimana
perusahaan lebih memilih internal financing (pendanaan dari dalam
perusahaan). Dalam kaitannya dengan Asset structure (AS) yang
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (DER),
dapat disimpulkan bahwa perusahan dengan struktur aset yang tinggi
akan cenderung menghidari pendanaan dari luar perusahaan dan lebih
memilih pendanaan dari dalam perusahaan dengan tingginya aset tetap
yang dimiliki perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mohammad Alipour, Mir Farhad Seddigh Mohammadi dan Hojjatollah
Derakhshan (2015) dan Ronald Ardhy W (2013) yang menyatakan
bahwa secara parsial Asset structure (AS) berpengaruh negatif terhadap
struktur modal.
5. Pengaruh Firm size (FS) terhadap Struktur Modal (DER)
Variabel FS dalam penelitian ini menunjukkan nilai β: -0,078,
yaitu hubungan negatif antara FS dan DER. Dengan nilai Sig 0,000 <
0,05 menunjukkan pengaruh signifikan. Sehingga dapat disimpulkan
Page 165
148
variabel FS berpengaruh negatif signifikan terhadap DER secara parsial.
Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Hasil penelitian ini mendukung Pecking Order Theory dimana
perusahaan lebih memilih internal financing (pendanaan dari dalam
perusahaan). Dalam kaitannya dengan Firm size (FS) yang memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (DER), dapat
disimpulkan bahwa perusahan yang memiliki ukuran yang besar dilihat
dari total aktiva jumlah penjualan, rata-rata total penjualan aset, dan
rata-rata total aktiva (Sujianto, 2001) akan cenderung menghidari
pendanaan dari luar perusahaan dan lebih memilih pendanaan dari
dalam perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Erdinc Karadeniz, Serkan Yilmaz Kandır, Ömer
Iskenderoğlu, dan Yıldırım Beyazit Onal (2011) dan penelitian Putria
Yusintha dan Erni Suryandari (2010), dimana pada penelitian tersebut
menyatakan bahwa secara parsial Firm Size (FS) berpengaruh positif
terhadap struktur modal.
Akan tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rusibana Claude (2016), Mohammad Alipour, Mir
Farhad Seddigh Mohammadi, Hojjatollah Derakhshan (2015) dan I Putu
Arya Ditha Wardana dan Gede Mertha Sudiartha (2015) yang
Page 166
149
menyatakan bahwa secara parsial Firm size (FS) berpengaruh negatif
terhadap struktur modal.
6. Pengaruh Firm age (FA) terhadap Struktur Modal (DER)
Variabel FA dalam penelitian ini menunjukkan nilai β: -0,845,
yaitu hubungan negatif antara FA dan DER. Dengan nilai Sig 0,000 <
0,05 menunjukkan pengaruh signifikan. Sehingga dapat disimpulkan
variabel FA berpengaruh negatif signifikan terhadap DER secara
parsial. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Hasil penelitian ini mendukung Pecking Order Theory dimana
perusahaan lebih memilih internal financing (pendanaan dari dalam
perusahaan). Dalam kaitannya dengan Firm age (FA) yang memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (DER), dapat
disimpulkan bahwa perusahan dengan usia yang lebih lama akan
cenderung menghidari pendanaan dari luar perusahaan dan lebih
memilih pendanaan dari dalam perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Arief Indra Wahyu Setyawan Topowijono dan Nila
Firdausi Nuzula (2016) dan penelitian Nur Cahyo Nugroho (2014)
dimana pada penelitian tersebut menyatakan bahwa secara parsial Firm
Age (FA) berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Akan tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh I Putu Arya Ditha Wardana dan Gede Mertha Sudiartha
Page 167
150
(2015) dan Saurabh Chadha dan Anil K. Sharma (2015) yang
menyatakan bahwa secara parsial Firm age (FA) berpengaruh negatif
terhadap struktur modal.
Page 168
152
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh profitabilitas, likuiditas, asset growth, asset structure,
firm size dan firm age terhadap struktur modal perusahaan sub sektor pariwisata,
restoran dan hotel yang terdaftar di BEI periode 2011-2016, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil uji simultan (Uji F)
Berdasarkan uji simultan (Uji F) yang disajikan dalam tabel
ANOVA, diperoleh nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,000, dimana nilai
0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan variabel independen yang
terdiri dari profitabilitas, likuiditas, asset growth, asset structure, firm size
dan firm age secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependennya yaitu Stuktur modal (DER).
2. Hasil uji parsial (Uji t)
Berdasarkan uji parsial (Uji t) yang disajikan dalam tabel
Coefficients, diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Variabel profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan negatif
terhadap struktur modal (DER).
b. Variabel likuiditas (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal (DER).
Page 169
153
c. Variabel asset growth (AG) berpengaruh signifikan negatif terhadap
struktur modal (DER).
d. Variabel asset strucutre (AS) berpengaruh signifikan negatif
terhadap struktur modal (DER).
e. Variabel firm size (FS) berpengaruh signifikan negatif terhadap
struktur modal (DER).
f. Variabel firm age (FA) berpengaruh signifikan negatif terhadap
struktur modal (DER).
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti
menuliskan beberapa implikasi yang diharapkan dapat bermanfaat, yaitu :
1. Bagi Peneliti
Penulisan penelitian ini menambah pengetahuan dan pengalaman
peneliti agar dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti
perkuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selain itu penulis dapat membandingkan antara teori
dan praktek yang terjadi di lapangan khususnya mengenai struktur modal
perusahaan.
2. Bagi para pelaku ekonomi
Penelitian ini memberikan informasi mengenai keuangan umumnya
dan struktur modal khususnya sehingga dapat dijadikan bahan
Page 170
154
pertimbangan dalam memutuskan kebijakan struktur modal yang akan
digunakan dalam perusahaan maupun kebijakan investasi pada perusahaan.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan
keilmuan bagi kalangan mahasiswa dan civitas akademika. Dapat dijadikan
bahan studi atau bahan untuk menganalisa masalah yang sama dengan
metode yang lain baik dari segi jangka waktu, data yang digunakan, maupun
kaedah analisisnya.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dijelaskan di atas, maka
peneliti menuliskan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat, yaitu :
1. Bagi Para Pelaku Ekonomi
Diharapkan bagi para pelaku ekonomi, khususnya dalam sektor
pariwisata, restoran dan hotel lebih memperhatikan faktor profitabilitas,
likuiditas, asset growth, asset structure, firm size dan firm age dalam
pembuatan kebijakan struktur modal perusahaan maupun kebijakan
investasi pada perusahaan sektor tersebut.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Diantaranya
keterbatasan peridode penelitian, variabel penelitian, dan metode penelitian.
Diharapkan bagi penelitian selanjutnya dapat membuat penelitian dengan
periode yang lebih panjang, variabel yang lebih beragam dan metode yang
Page 171
155
digunakan lebih variatif. Sehingga penelitian selanjutnya dapat lebih
representatif terhadap kebijakan struktur modal saat ini.
Page 172
156
DAFTAR PUSTAKA
Alipour, Mohammad dkk. “Determinants of capital structure: an empirical study
of firms in Iran”, Emerald Insight, Iran, 2015.
Angeliend, Raja Patresia. “Analisis Struktur Modal Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya (Studi Pada Sektor Manufaktur Di Bursa Efek
Indonesia)”, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, 2013.
Ardhy W, Ronald. “Pengaruh Company Size, Business Risk, Rate Of Growth, Asset
Structure, Profitability Terhadap Capital Structure Perusahaan
Manufaktur Di Bei Tahun 2009-201”, Universitas Dian Nuswantoro,
Semarang, 2013.
Arifin, Johar. “Statisitik Bisnis Terapan dengan Microsoft Excel 2007”, PT Elex
Media Komputindo , Jakarta, 2008.
Atmaja, Lukas Setia. “Manajemen Keuangan”, Andi, Yogyakarta , 2008.
Brealey, Myers dan Marcus. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan”,
Erlangga, Jakarta , 2008.
Brigham dan Houston. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”, Salemba Empat,
Jakarta, 2009.
Chadha, Saurabh dan Anil K. Sharma. “Determinants of capital structure: an
empirical evaluation from India”, Emerald Insight, India, 2015.
Claude, Rusibana. “Organizational Determinants, Capital Structure and Financial
Performance of Firms Registered in Rwanda Development Board”,
Mount Kenya University, Kenya, 2016.
Darmadji dan Fakhrudin. “Pasar modal di Indonesia”, Salemba Empat, Jakarta,
2006.
Darmayanti, Ni Putu Mirah. “Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva, dan
Struktur Aktiva Terhadap Keputusan Pendanaan Pada Perusahaan
Others Di BEI”, UNUD , Bali, 2013.
Dendawijaya, Lukman.“Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.
Fahmi, Irham. “Pengantar Manajemen Keuangan”, Alfabeta, Bandung, 2013.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, UNDIP,
Semarang, 2013.
Page 173
157
Hardanti, Siti dan Barbara Gunawan. “Pengaruh Size, Likuiditas, Profitabilitas,
Risiko, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)”,
Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta , 2010.
Harjito, Agus dan Martono. “Manajemen Keuangan”, Ekonisia, Yogyakarta, 2013.
Husnan, Suad. “Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan”, BPFE, Yogyakarta,
2000.
Karadeniz, Erdinc dkk. “Firm Size And Capital Structure Decisions: Evidence
From Turkish Lodging Companies”, International Journal of Economics
and Financial Issues , Turki, 2011.
Kasmir. “Analisis Laporan Keuangan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014.
Lukman. “Struktur dan Dampak Sektor Unggulan Ekonomi”, UNPAD Press,
Sumedang , 2011.
Maryanti, Eny. “Analisis Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Pertumbuhan
Penjualan dan Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal Pada
Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia”, Universitas Muhammadiyah, Sidoarjo, 2016.
Moeljadi. “Manajemen keuangan”, Bayumedia Publishing , Malang, 2006.
Munawir. “Analisis Laporan Keuangan”, Liberty, Yogyakarta , 2007.
Nugroho, Nur Cahyo. “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan,
Ukuran Perusahaan, Dan Umur Perusahaan Terhadap Struktur Modal
Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Kerajinan Kuningan Di Kabupaten
Pati”, Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2014.
Pitana, I Gde dan Gayatri Putu G. “Sosiologi Pariwisata”, CV. Andi Offset,
Yogyakarta, 2005.
Putra, Dwi Ema dan Ketut Wijaya Kesuma. “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,
Ukuran, Pertumbuhan Terhadap Struktur Modal Industri Otomotif di
BEI”, UNUD, Bali, 2013.
Riyanto, Bambang. “Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Yogyakarta,
BPFE, 2008.
Salawu, Rafiu Oyesola dan Akinlolu Ayodeji Agboola. “The Determinants Of
Capital Structure Of Large Non-Financial Listed Firms In Nigeria”,
Obafemi Awolowo University, Nigeria, 2008.
Page 174
158
Sartono, Agus. “Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi”, BPFE, Yogyakarta,
2009.
Setyawan, Arief Indra Wahyu dkk. “Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity,
Profitability, Business Risk, Effective Tax Rate, Asset Tangibility, Firm
Age dan Liquidity Terhadap Struktur Modal Perusahaan”, Universitas
Brawijaya, Malang, 2016.
Sholikhadi, Lutfiana Mufidhatus. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur
Modal Perusahaan Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga Di BEI”,
STIESIA, Surabaya, 2016.
Siregar, Dewi Rosita Hafsari dan Gusti Bagus Wiksuana. “Pengaruh Pertumbuhan
Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas, Dan Struktur Aktiva Terhadap
Leverage Keuangan Perusahaan Subsector Textile And Garment Di
BEI”, UNUD, Bali, 2015.
Siregar, Syofian. “Statistika Deskriptif untuk Penelitian”, PT. Rajagrafindo
Persada, Jakarta , 2010.
Sjahrial, Dermawan. “Pengantar Manajemen Keuangan”, Mitra Wacana Media,
Jakarta, 2008.
Sujianto. “Dasar-Dasar Management Keuangan”, BPFE, Yogyakarta, 2001.
Wardana, I Putu Arya Ditha dan Gede Mertha Sudiarth. “Pengaruh Likuiditas,
Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis Dan Usia Perusahaan Terhadap
Struktur Modal Pada Industri Pariwisata Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2010-2013”, UNUD, Bali, 2015.
Weston, J. Fred dan Brigham, Eugene F. “Manajemen Keuangan (Manajerial
Finance)”, Erlangga, Jakarta, 1993.
Wibisono, Yusuf. “Metode Statistik”, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,
2009.
Widarjono, Agus. “Analisis Statistika Multivariat Terapan”, UPP STIM YKPN,
Yogyakarta, 2010.
Yusintha, Putria dan Erni Suryandari. “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Struktur Modal”, UMY, Yogyakarta, 2010.
Zare, Reza dkk. “Examining The Firm Age, Size And Asset Structure Effects On
Financial Leverage In The Firms Listed In Tehran Stock Exchange”,
Islamic Azad University, Iran, 2013.
Page 175
160
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1. BAYU PT Bayu Buana Tbk
2. BUVA PT Bukit Uluwatu Villa Tbk
3. FAST PT Fast Food Indonesia Tbk
4. HOME PT Hotel Mandarine Regency Tbk
5. ICON PT Island Concepts Indonesia Tbk
6. INPP PT Indonesian Paradise Property Tbk
7. JSPT PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk
8. KPIG PT Global Land Development Tbk
9. MAMI PT Mas Murni Indonesia Tbk
10. PANR PT Panorama Sentrawisata Tbk
11. PJAA PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk
12. PNSE PT Pudjiadi And Sons Tbk
13. PTSP PT Pioneerindo Gourmet International Tbk
14. SHID PT Hotel Sahid Jaya International Tbk
Page 176
161
Lampiran 2 : Data Penelitian
TAHUN PERUSAHAAN DER ROA CR AG AS FS FA
2011
BAYU
1.19 0.0475 1.4760 0.17 0.23 26.27 3.66
2012 1.1 0.0477 1.4751 0.35 0.25 26.57 3.69
2013 1.05 0.0465 1.4440 0.31 0.27 26.84 3.71
2014 0.87 0.0700 1.5288 0.22 0.32 26.65 3.74
2015 0.72 0.0406 1.6013 0.17 0.37 27.19 3.76
2016 0.68 0.0236 1.6746 0.01 0.31 26.83 3.78
2011
BUVA
0.68 0.0624 1.4231 -0.02 0.81 27.49 2.40
2012 0.6 0.0466 1.5311 0.40 0.82 27.83 2.48
2013 0.77 0.0432 1.4392 0.22 0.80 28.02 2.56
2014 0.89 0.0167 1.2554 0.13 0.82 28.14 2.64
2015 0.83 -0.0159 0.6478 0.54 0.90 28.57 2.71
2016 0.86 -0.0063 0.5628 0.16 0.81 28.72 2.77
2011
FAST
0.86 0.1480 1.7966 0.25 0.51 21.16 3.50
2012 0.8 0.1156 1.7679 0.15 0.55 21.30 3.53
2013 0.84 0.0771 1.7042 0.14 0.55 21.43 3.56
2014 0.81 0.0703 1.8826 0.07 0.57 21.49 3.58
2015 1.07 0.0455 1.2619 0.07 0.57 21.56 3.61
2016 1.17 0.0445 1.3747 0.12 0.53 21.67 3.64
2011
HOME
0.55 0.0046 1.2204 -0.06 0.92 25.89 3.22
2012 0.32 -0.0338 1.2212 0.52 0.90 26.32 3.26
2013 0.26 0.0061 0.8333 -0.03 0.93 26.29 3.30
2014 0.26 0.0029 0.7695 0.00 0.91 26.29 3.33
2015 0.24 0.0010 0.7336 -0.01 0.90 26.28 3.37
2016 0.23 -0.0023 0.7898 0.03 0.88 26.31 3.40
2011
ICON
4.5 0.0068 0.9556 0.37 0.51 25.24 2.30
2012 3.15 0.0144 1.0231 -0.10 0.47 25.13 2.40
2013 2.3 0.0497 1.1423 -0.10 0.44 25.03 2.48
2014 0.81 0.0194 1.9895 2.75 0.22 26.35 2.56
2015 1.61 0.0095 1.5109 0.53 0.10 26.78 2.64
2016 1.84 0.0073 1.6180 0.10 0.10 26.87 2.71
2011
INPP
0.78 0.0019 1.5692 0.40 0.87 27.76 2.71
2012 0.86 0.0064 2.0075 0.63 0.90 28.24 2.77
2013 0.89 0.0134 2.3113 0.06 0.87 28.30 2.83
2014 0.84 0.0339 1.8685 0.01 0.86 28.32 2.89
2015 0.24 0.0229 1.4141 1.47 0.91 29.22 2.94
2016 0.25 0.0161 1.8453 0.05 0.93 29.27 3.00
Page 177
162
TAHUN PERUSAHAAN DER ROA CR AG AS FS FA
2011
JSPT
0.78 0.0697 1.7932 0.16 0.58 28.69 3.58
2012 0.83 0.0711 1.6661 0.15 0.58 28.83 3.61
2013 0.68 0.0607 1.4882 0.04 0.56 28.86 3.64
2014 0.55 0.0886 2.3805 0.04 0.59 28.91 3.66
2015 0.49 0.0575 2.8154 0.03 0.59 28.93 3.69
2016 0.48 0.0331 2.3294 0.06 0.66 28.99 3.71
2011
KPIG
0.08 0.0234 4.2741 -0.07 0.90 28.30 3.04
2012 0.23 0.0535 1.8106 0.40 0.89 28.63 3.09
2013 0.21 0.0406 2.0686 1.70 0.88 29.63 3.14
2014 0.24 0.0421 3.1944 0.35 0.85 29.93 3.18
2015 0.25 0.0215 3.5739 0.12 0.80 30.04 3.22
2016 0.22 0.0432 7.8306 0.27 0.62 30.28 3.26
2011
MAMI
0.15 0.0023 1.0603 0.02 0.95 27.23 3.71
2012 0.2 0.0033 1.0119 0.05 0.96 27.28 3.74
2013 0.25 0.0035 0.9914 0.05 0.95 27.33 3.76
2014 0.28 0.0045 0.9374 0.03 0.94 27.36 3.78
2015 0.33 0.0027 0.9648 0.04 0.94 27.40 3.81
2016 0.35 0.0026 1.1758 0.04 0.91 27.44 3.83
2011
PANR
1.94 0.0192 0.9833 0.23 0.53 20.45 2.77
2012 2.52 0.0322 1.2695 0.34 0.56 20.74 2.83
2013 2.49 0.0371 1.2080 0.25 0.62 20.97 2.89
2014 2.73 0.0356 1.0307 0.30 0.56 21.24 2.94
2015 3.23 0.0290 0.9689 0.05 0.65 21.28 3.00
2016 2.28 0.0225 1.1818 0.31 0.62 21.55 3.04
2011
PJAA
0.47 0.0932 1.3575 0.11 0.67 28.18 2.94
2012 0.82 0.0745 1.5652 0.37 0.70 28.50 3.00
2013 0.79 0.0724 1.5038 0.10 0.75 28.60 3.04
2014 0.8 0.0802 0.8955 0.11 0.83 28.70 3.09
2015 0.75 0.0925 1.1797 0.08 0.80 28.77 3.14
2016 1.11 0.0302 1.1348 0.20 0.76 28.96 3.18
2011
PNSE
0.69 0.1275 1.9012 0.08 0.64 26.57 3.71
2012 0.55 0.1170 1.9808 0.02 0.65 26.59 3.74
2013 0.65 0.1058 2.5870 0.26 0.61 26.82 3.76
2014 0.5 0.0686 2.8515 -0.03 0.64 26.79 3.78
2015 0.53 0.0364 1.6773 0.00 0.78 26.79 3.81
2016 0.81 0.0019 1.9774 0.16 0.79 26.94 3.83
2011 PTSP
0.9 0.2032 1.1873 0.22 0.56 18.71 3.33
2012 0.72 0.1755 1.4736 0.53 0.60 19.13 3.37
Page 178
163
TAHUN PERUSAHAAN DER ROA CR AG AS FS FA
2013 0.6 0.1011 1.8613 0.23 0.59 19.34 3.40
2014 0.82 0.0731 1.4890 0.17 0.65 19.50 3.43
2015 1.15 -0.0054 1.0005 -0.02 0.70 19.48 3.47
2016 1.02 0.0153 1.0005 0.01 0.68 19.49 3.50
2011
SHID
0.36 0.0081 1.1944 1.00 0.87 27.84 3.74
2012 0.41 0.0097 1.6288 0.05 0.86 27.90 3.76
2013 0.55 0.0101 1.2572 0.11 0.86 28.00 3.78
2014 0.52 0.0086 1.2244 0.00 0.87 27.99 3.81
2015 0.55 0.0002 1.1574 0.01 0.88 28.00 3.83
2016 0.55 -0.0045 1.0042 0.00 0.88 28.00 3.85
Lampiran 3 : Uji Normalitas
Page 179
164
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 84
Normal Parametersa Mean ,0000000
Std, Deviation ,46962829
Most Extreme Differences Absolute ,090
Positive ,090
Negative -,069
Kolmogorov-Smirnov Z ,824
Asymp, Sig, (2-tailed) ,505
a, Test distribution is Normal,
Lampiran 4 : Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROA ,768 1,302
CR ,829 1,206
AG ,892 1,121
AS ,791 1,264
FS ,715 1,399
FA ,902 1,109
a, Dependent Variable: DER
Page 180
165
Lampiran 5 : Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std, Error Beta
1 (Constant) -2,979 2,230 -1,336 ,188
LN_X1 ,013 ,294 ,008 ,046 ,964
LN_X2 -,267 ,290 -,161 -,922 ,361
LN_X3 ,148 ,278 ,085 ,533 ,597
LN_X4 -,918 1,048 -,149 -,876 ,385
LN_X5 9,031 9,069 ,172 ,996 ,325
LN_X6 -,732 ,533 -,219 -1,373 ,176
a, Dependent Variable: LN_ei2
Page 181
166
Lampiran 6 : Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,04534
Cases < Test Value 42
Cases >= Test Value 42
Total Cases 84
Number of Runs 35
Z -1,556
Asymp, Sig, (2-tailed) ,120
a, Median
Lampiran 7 : Uji Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig,
1 Regression 31,522 6 5,254 22,098 ,000a
Residual 18,306 77 ,238
Total 49,827 83
a, Predictors: (Constant), FA, FS, CR, AG, AS, ROA
b, Dependent Variable: DER
Page 182
167
Lampiran 8 : Uji Parsial (Uji t)
Lampiran 9 : Uji Koefisien Determinasi (Uij R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std, Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 ,795a ,633 ,604 ,48758 1,026
a, Predictors: (Constant), FA, FS, CR, AG, AS, ROA
b, Dependent Variable: DER
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig, B Std, Error Beta
1 (Constant) 7,242 ,641 11,300 ,000
ROA -,037 ,014 -,206 -2,611 ,011
CR -,001 ,001 -,130 -1,711 ,091
AG -,383 ,142 -,198 -2,702 ,008
AS -1,634 ,282 -,450 -5,795 ,000
FS -,078 ,020 -,317 -3,880 ,000
FA -,845 ,128 -,482 -6,625 ,000
a, Dependent Variable: DER