Page 1
PENGARUH LEVERAGE, LIKUIDITAS,
GROWTH OPPORTUNITY, FINANCIAL DISTRESS,
FIRM SIZE, TERHADAP KEPUTUSAN HEDGING
(Studi Kasus Pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia
Periode 2014-2018)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Lailil Maghfiroh
11150810000017
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M/1441 H
Page 2
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Page 6
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Lailil Maghfiroh
Tempat/Tanggal Lahir : Sidoarjo, 25 Juni 1997
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Peninggaran Timur II No. 73i RT 009/009,
Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan, DKI
Jakarta, 14420.
Telepon : 087884303400
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
2003-2009 : SDN 09 Pagi
2009-2012 : SMP Muhammadiyah 8 Jakarta
2012-2015 : SMAN 47 Jakarta
2015-2019 : Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Tari Saman SMAN 47 Jakarta
2. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen UIN Jakarta 2016-
2017
3. Bendahara Karang Taruna RT 09
4. Bendahara PBAK 2016
Page 7
vii
ABSTRACK
This study aims to determine the effect of leverage (debt to equity ratio),
liquidity (current ratio), growth opportunity, financial distress and firm size on
hedging decisions in mining companies in the Indonesia Stock Exchange 2014-2018
period using binary logistic regression. The total population in this study were 41
mining companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the 2014-2018 period.
There were 30 companies that met the criteria to be sampled in this study. The type
of data used is secondary data obtained from the Indonesia Stock Exchange (IDX).
Simultaneous significant test results seen from the Omnimbus Test of Model
table that there is an influence of leverage, liquidity, growth opportunity, financial
distress and firm size on hedging decisions, while partially, the variable leverage
(debt to equity ratio) has a significant effect, growth opportunity significant effect,
financial distress has a significant effect and firm size has a significant effect on
hedging severity, while liquidity (current ratio) has no effect on hedging decisions.
Keywords : Leverage, Liquidity, Growth Opportunity, Finnancial Distress, Firm
Size, Keputusan Hedging, dan Regresi Logistik.
Page 8
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh leverage (debt to equity
ratio), likuiditas (current ratio), growth opportunity, financial distress dan firm
size terhadap keputusan hedging pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2018 dengan menggunakan logistic regression binary.
Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 41 perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018. Perusahaan yang memenuhi
kriteria untuk dijadikan sample dalam penelitian ini berjumlah 30 perusahaan.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek
Indonesia (BEI). Hasil Uji signifikan secara simultan yang dilihat dari tabel
Omnimbus Test of Model bahwa terdapat pengaruh dari leverage, likuiditas,
growth opportunity, financial distress dan firm size terhadap keputusan hedging,
sedangkan secara parsial, variabel leverage (debt to equity ratio) berpengaruh
signifikan, growth opportunity berpengaruh signifikan, financial distress
berpengaruh signifikan dan firm size berpengaruh signifikan terhadap kepurtusan
hedging, sedangkan likuiditas (current ratio) tidak memiliki pengaruh terhadap
keputusan hedging.
Kata Kunci: Leverage, Likuiditas, Growth Opportunity, Finnancial Distress,
Firm Size, Keputusan Hedging, dan Regresi Logistik.
Page 9
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bissmilahirahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur bagi Allah Swt. atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga senantiasa sampai kepada Nabi Muhammad Saw., kepada
keluarganya, para sahabatnya, dan juga kepada ummatnya.
Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Strata Satu Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas
Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul penelitian ini adalah “Pengaruh
Leverage, Likuiditas, Growth Opportunity, Finnancial disstress dan Firm Size
terhadap Keputusan Hedging (Studi Kasus Pada Perusahaan Pertambangan yang
terdaftar di BEI Periode 2014-2018)”.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan
tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah Swt. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat
merasakan tahapan kehidupan yang telah di lalui seperti sekarang ini.
Beserta Nabi Muhammad Saw. karena atas kehadirannya penulis bisa
merasakan nikmat Islam seperti sekarang ini.
2. Kedua orang tua tercinta, yang selalu mendoakan tanpa henti, memberikan
dukungan serta kasih sayang yang tulus, dan memotivasi penulis untuk
menyelesaikan studi ini, teruntuk Ibuku Siti Romlah dan Ayahanda
Samadun.
3. Adik yang tercinta Muhhamad Syifaul Huda dan Devi Indah Restiani dan
Muhammad Zaki, yang memotivasi penulis agar bercita-cita dan
berpendidikan tinggi.
Page 10
x
4. Seluruh keluarga tercinta yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu tetapi
tidak mengurangi rasa cinta penulis, yang selalu ada dalam suka dan duka
penulis.
5. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc., MA. selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., M.Si., Ak., CA., BKP., QIA. selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Murdiyah Hayati, M.M. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Ibu Amalia, SE., MSM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen
pembimbing II yang telah memberikan waktu, ilmu, bimbingan, arahan dan
motivasi kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi.
9. Bapak Dr. Taridi Kasbi Ridho, SE, MBA., selaku dosen pembimbing skripsi
I yang telah berkenan memberikan waktu, ilmu, bimbingan dan arahan
selama penulis menyusun skripsi, serta motivasinya yang begitu besar bagi
penulis.
10. Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, M.M. selaku dosen pembimbing akademik penulis
sejak awal perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Bapak dan Ibu Dosen, Staff dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Khususnya Bapak dan Ibu Dosen
Manajemen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama penulis
dalam masa perkuliahan.
12. Sahabat tercinta yang selalu ada, selalu memotivasi penulis, dan menemani
proses penulisan skripsi ini, Ade Lutfi semoga kesuksesan bisa diraih
nantiya.
13. Sumber Informasi saya yang selalu support mengerjakan skripsi yaitu Syifa
Dwi Ullaya semoga sukses.
14. Teman-teman seperbimbingan yang selalu memberikan motivasi yaitu
Amel, Sisil, Kurnia..
15. Sahabat yang selalu memberikan semangat yaitu Ghina, Alda Rezka.
Page 11
xi
16. Teman-teman seperjuangan Kansas UIN yaitu Syifa, Sisil, Rossy, Meliana,
Ratna, Sarah, Hanni
17. Teman-teman seperjuangan di Manajemen yang selalu memberikan
motivasi dan menemani penulis selama berkuliah di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yaitu, Fahri, Fajri, Fitri, Safik, Yunita, Diana, Deni.
Khairunissa, Sarah Ananda Semoga pertemanan selalu terjalin.
18. Sahabat Kawan 47 ku yang selalu memberikan semangat yaitu, Yunita,
Zahra, Kintan, Bima, Algi, Nyoman dan Harsha.
19. Sahabat Komplek Senggol yang selalu menemani yaitu, Fika, Nia, Dwi,
Novi, Irma, dan Sarah.
20. Teman-teman sekamar KKN selama sebulan “Starka” Ambar, Fafa, Zelika,
Ening, Puspa beserta teman-teman KKN Starka yang lain, semoga
kesuksesan bisa diraih nantinya.
21. Teman-teman Manajemen 2015 khususnya Manajemen Keuangan 2015,
yang selalu suportif saling mendukung dan membantu penulis ketika masa-
masa kuliah berlangsung.
22. Semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan skripsi ini yang
namanya tidak bisa disebutkan satu per satu namun tidak mengurasi rasa
terimakasih penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis menerima segala bentuk saran, dan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 31 Desember 2019
Penulis
(Lailil Maghfiroh )
Page 12
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Error! Bookmark not
defined.
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KAYRA ILMIAH Error! Bookmark
not defined.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv
ABSTRACK .......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 15
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 15
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 16
BAB II .................................................................................................................. 17
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 17
A. Landasan Teori ........................................................................................ 17
1. Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko ......................................... 17
2. Pengertian (Hedging) Lindung Nilai dan Instrumen Derivatif ........ 20
3. Leverage ................................................................................................. 24
4. Likuiditas .............................................................................................. 27
5. Growth Oppoturnity ............................................................................... 31
6. Financial distress ................................................................................. 33
7. Firm size ................................................................................................. 44
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 47
C. Keterkaitan Antar Variabel .................................................................... 60
Page 13
xiii
1. Pengaruh Debt to equity ratio terhadap Keputusan Hedging ........... 60
2. Pengaruh Likuiditas terhadap Keputusan Hedging ......................... 61
3. Pengaruh Growth Oppourtunity terhadap Keputusan Hedging ....... 62
4. Pengaruh Financial distress terhadap Keputusan Hedging .......... 63
5. Pengaruh Firm Size terhadap Keputusan Hedging ........................... 64
D. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 65
E. Hipotesis .................................................................................................... 66
BAB III ................................................................................................................. 67
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 67
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 67
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................................... 67
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 71
D. Metode Analisis Data ............................................................................... 71
1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................................. 71
2. Uji Multikolinearitas ............................................................................ 72
3. Analisis Regresi Logistik ...................................................................... 73
4. Tahapan Analisis Regresi Logistik ..................................................... 75
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................. 79
BAB IV ................................................................................................................. 86
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 86
A. Gambaran Umum Objek Penelitian....................................................... 86
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................................ 88
1. Analisis Deskriptif Variabel ............................................................... 88
2. Uji Multikolinearitas ............................................................................ 95
3. Analisis Regresi Logistik ...................................................................... 96
C. Interpretasi ............................................................................................. 101
BAB V ................................................................................................................. 108
PENUTUP .......................................................................................................... 108
A. Kesimpulan ............................................................................................. 108
B. Implikasi ................................................................................................. 108
C. Saran ....................................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 111
LAMPIRAN ....................................................................................................... 118
Page 14
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran .....................................................................65
Page 15
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 47
Tabel 3. 1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ................................. 69
Tabel 3. 2 Sample Perusahaan Pertambangan di BEI 2014-2018 .................. 69
Tabel 3. 3 Operasional Variabel ......................................................................... 85
Tabel 4. 1 Perusahaan Pertambangan di BEI Tahun 2014-2018 .................. 86
Tabel 4. 2 Hasil Analisis Deskriptif .................................................................. 88
Tabel 4. 3 Hasil Uji Multikolinearitas .............................................................. 95
Tabel 4. 4 Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)........................ 96
Tabel 4. 5 Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Modell Fit) ...................... 96
Tabel 4. 6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ( Cox and Snell’s R square) ...... 97
Tabel 4. 7 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ................................................ 98
Tabel 4. 8 Hasil Uji Signifikansi Model Secara Simultan .............................. 98
Tabel 4. 9 Hasil Uji Signifikansi Model Secara Parsial (Uji Wald) ............. 100
Page 16
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. 1 Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar (USD) Tahun
2014-2018 ................................................................................................................ 6
Grafik 1. 2 Fluktuasi Tingkat Suku Bunga Tahun 2014-2018 ........................... 7
Grafik 1. 3 Nilai Debt to Equity Ratio ................................................................... 9
Grafik 4. 1 Hasil Debt to equity ratio tahun 2014-2018 ..................................... 90
Grafik 4. 2 Hasil Current ratio tahun 2014-2018 ............................................... 91
Grafik 4. 3 Hasil Growth opportunity tahun 2014-2018 .................................... 92
Grafik 4. 4 Hasil Financial Distress tahun 2014-2018 ..................................... 93
Grafik 4. 5 Hasil Firm size tahun 2014-2018 ..................................................... 94
Page 17
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil Debt to Equity Ratio tahun 2014-2018 ............................ 118
Lampiran 2 : Hasil Current Ratio tahun 2014-2018 ....................................... 119
Lampiran 3 : Hasil Growth Opportunnity tahun 2014-2018 .......................... 120
Lampiran 4 : Hasil Financial Distress tahun 2014-2018 ............................... 121
Lampiran 5 : Hasil Firm size tahun 2014-2018 .............................................. 122
Lampiran 6 : Statistics Descriptive ................................................................... 123
Lampiran 7 : Regresi Logistik ......................................................................... 124
Page 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perdagangan internasional adalah hal yang datang dan tidak dapat
dicegah di era globalisasi seperti saat ini. Perdagangan internasional atau
yang lebih dikenal dengan perdagangan antar negara telah berkembang pesat
seiring perkembangan teknologi dan akses informasi yang sudah mendunia.
Perdagangan internasional terjadi karena beberapa faktor seperti, keadaan
seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk
yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi, adanya keterbatasan
produksi, adanya kesamaan selera terhadap suatu barang, terdapat keinginan
membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain, serta
terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia yang dapat
hidup sendiri (Ball, 2001: 15).
Perdagangan internasional adalah pendekatan yang konservatif
yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk memperluas pasar ke luar negeri
(dengan mengekspor) atau mendapatkan bahan baku berharga murah (dengan
mengimpor). Banyaknya aktivitas Perdagangan internasional akan
menimbulkan adanya risiko yang tinggi, berkaitan dengan hal tersebut maka
perusahaan perlu melakukan manajemen risiko (Madura, 2000: 13).
Manajemen risiko merupakan suatu sistem penting dalam operasional
perusahaan. Manajemen risiko merupakan kegiatan atau proses yang terarah
dan bersifat proaktif, yang ditunjukan untuk mengakomodasi kemungkinan
Page 19
2
gagal pada salah satu atau sebagian dari sebuah transaksi atau
instrument. (Tampubolon: 2004). Manajemen risiko memiliki arti yang lebih
luas, yaitu semua risiko yang mungkin terjadi seperti kerugian harta, jiwa,
keuangan, usaha dan lain lain (Salim, 2007: 19).
Menurut Brigham (2010: 216) risiko didefinisikan sebagai suatu
halangan/gangguan eksposur terhadap kerugian atau kecelakaan, jadi risiko
diartikan sebagai peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak
diinginkan. Menurut Salim (2007: 4), risiko adalah ketidakpastian atau
uncertainty yang mungkin melahirkan kerugian (loss).
Risiko muncul karena adanya ketidakpastian. Ketidakpastian bisa
berasal dari fluktuasi aktivitas yang tinggi, semakin tinggi fluktuasi maka
semakin besar tingkat ketidakpastiannya. Risiko terbesar dalam transaksi
perdagangan internasional adalah risiko dari fluktusai kurs nilai mata uang
asing (valuta asing). Perubahan nilai mata uang asing yang tak diduga dapat
berdampak penting pada penjualan, harga, dan laba pada perusahaan ekspotir
dan importir. Eksposur merupakan tingkat di mana aliran kas (cash flow)
perusahaan dipengaruhi oleh perubahan kurs. Eksposur valuta asing akan
dialami oleh perusahaan yang melakukan pembayaran dan atau menerima
pendapatan dalam valuta asing. Eksposur valuta asing timbul karena kurs
valuta asing selalu berubah (Van Horne dan Wachowiz, 2007: 550).
Ada beberapa cara untuk menghadapi risiko nilai tukar, seperti : lindung
nilai alami, manajemen kas dan penyesuaian transaksi antar perusahaan,
lindung nilai pendanaan internasional serta lindung nilai mata uang asing
Page 20
3
melalui kontrak forward, kontrak berjangka (future contract), opsi mata uang,
dan swap mata uang (Van Horne dan Wachowicz, 2007: 558). Tetapi tidak
semua perusahaan yang terpengaruh risiko fluktuasi mata uang asing
melakukan tindakan lindung nilai.
Lindung nilai (hedging) adalah suatu strategi yang diciptakan untuk
mengurangi timbulnya risiko bisnis yang tidak terduga, di samping tetap
dimungkinkan memperoleh keuntungan dari investasi (Brigham dan
Houston, 2006: 307). Prinsip hedging adalah menutupi kerugian posisi aset
awal dengan keuntungan dari posisi instrumen hedging. Sebelum melakukan
hedging, hedger hanya memegang sejumlah aset awal. Setelah melakukan
hedging, hedger memegang sejumlah aset awal dan instrumen hedging-nya
disebut portofolio hedging (Schubert, 2011).
Hedging dengan instrumen derivatif valas sangat bermanfaat bagi
perusahaan yang melakukan transaksi dengan menggunakan mata uang asing.
Hal ini dapat mengurangi kemungkinan kebangkrutan, memungkinkan
perusahaan untuk mendapatkan kredit dari kreditor dengan lebih mudah,
menjalin kerjasama yang lebih baik dengan pemasok, dan juga
memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman dengan suku bunga
yang lebih rendah (karena risiko yang dirasakan oleh pemberi pinjaman lebih
rendah). Hedging juga dapat memungkinkan perusahaan untuk meramalkan
pengeluaran dan penerimaan kas di masa depan dengan lebih akurat, sehingga
dapat mempertinggi kualitas dari keputusan penganggaran kas (Zhu, 2010).
Page 21
4
Pembangunan ekonomi suatu negara didukung oleh beberapa sektor,
salah satunya sektor pertambangan, Menurut Pengamat Pasar Modal Johanes
Soetikno kinerja keuangan sektor pertambangan batubara mengalami
penurunan untuk tahun 2014 menyusul penurunan harga, “Harga batubara
yang mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi salah satu faktor yang
negatif bagi kinerja emiten sektor pertambangan batubara, bahwa penurunan
harga batubara disebabkan dengan penurunan permintaan seperti dari
Tiongkok dan India. (Wartaekonomi.co.id, 2014). Dan Berdasarkan data
Bank Indonesia, Utang Luar Negeri Indonesia pada sektor pertambangan
Januari sebesar US$ 26.07 miliyar, meningkatnya utang sektor tambang perlu
dipertanyakan, pasalnya, harga komoditas tambang seperti mineral dan
batubara sedang turun dan diperkirakan tidak akan naik hingga dua tahun
kedepan. (Tribunnews.com, 2014)
Pada tahun 2015 telah menjadi tahun buruk untuk perusahaan
pertambangan. Menurut laporan tahunan PricewaterhouseCoopers (PwC)
disektor pertambangan, terlihat dalam laporan ke 13 dari rankaian laporan
industri PwC seperti yang diterima oleh Majalah Tambang 40 perushaan
pertambangan global terbesar mencatat kerugian bersih sebesar (US$ 27
miliyar). ini merupakan yang pertama dalam sejarah dimana kapitalisasi pasar
turun sebesar 37%. Jock O’Callaghan, Global Mining leader di PwC
mengatakan tahun 2015 merupakan tahun tantangan bagi sektor
pertambangan. Penurunan harga komoditas sebesar 25% dibandingkan tahun
sebelumnya ini mendorong perusahaan pertambangan harus berupaya keras
Page 22
5
meningkatkan produktivitas , beberapa diantaranya berjuang untuk bertahan,
diikuti dengan pelepasan aset atau penutupan usaha. (PwC.com). Ada 2
Faktor yang memberikan pukulan pada industri pertambangan “Harga
komoditi pertambangan terutama batubara mengalami penurunan yang tajam,
kedua minimnya permintaan ekspor mineral dan batubara (Suara.com, 2016).
Pada kuartal 1 2017 menurut Badan Pusat Statistik sektor
pertambangan mengalami penurunan sebesar 0,49%. Padahal di kuartal
ketiga dan keempat 2016 masing-masing tumbuh sebesar 0,29% dan 1,06%.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto penurunan tersebut
akibat adanya penurunan produksi harian untuk gas alam dan minyak mentah,
selain itu juga terjadi penurunan produksi tembaga dan emas dari freeport dan
Newmont (Kontan.co.id).
Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2018 sektor tambang
mengalami pertumbuhan paling kecil sebesar 0,74%, meski tumbuh paling
kecil sektor pertambangan mulai bangkit dari keterpurukannya dari periode
tahun lalu (detik.com).
Perusahaan pertambangan yang cenderung melakukan utang dalam
bentuk valuta asing akan mengalami kerugian, karena harus mengeluarkan
mata uang lokal lebih banyak, fluktuasi kurs ini tentu akan memunculkan
risiko untuk perusahaan. Ada beberapa acuan pokok dari eksternal
perusahaan untuk melakukan kegiatan hedging atau produk underlying agar
menjadikan instrument tersebut sebagai bahan pertimbangan perusahaan
untuk melakukan hedging, beberapa diantaranya adalah nilai tukar.
Page 23
6
Grafik 1. 1 Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar (USD)
Tahun 2014-2018
(Sumber : bi.go.id)
Berdasarkan data dari Bank Indonesia grafik diatas menunjukan kondisi
fluktuasi pertukaran rupiah dengan dolar, yang mana di tahun 2014 hingga
2018 apabila disimak mempunyai gerakan grafik yang dominan naik
(depresiasi). Dalam menangani resiko, perusahaan bisa memakai lindung
nilai. Perusahaan bisa memberikan perlindungan bagi utang maupun
pemasukannya dari berubahnya mata uang negara lain yang terus mengalami
naik turun dengan cara melakukan kebijakan lindung nilai. Mentri BUMN
menyarakan beberapa perusahaan untuk melakukan hedging, salah satunya
adalah PT Aneka Tambang (Persero) dan PT Timah Tbk (Persero). Hal ini
karena perusahaan tersebut sering memperoleh pinjaman atau transaksi
dalam bentuk valuta asing (Kompas.com). Saran yang diberikan menteri
BUMN tersebut juga dikarenakan Indonesian Rupiah (IDR) sering
berfluktuasi terhadap Dolar Amerika Serikat (USD).
10.000,00
11.000,00
12.000,00
13.000,00
14.000,00
15.000,00
16.000,00
Jan
-14
Me
i-1
4
Sep
-14
Jan
-15
Me
i-1
5
Sep
-15
Jan
-16
Me
i-1
6
Sep
-16
Jan
-17
Me
i-1
7
Sep
-17
Jan
-18
Me
i-1
8
Sep
-18
Jan
-19
Page 24
7
Grafik 1. 2 Fluktuasi Tingkat Suku Bunga Tahun 2014-2018
(Sumber: bps.co.id)
Pada grafik 1.2 tersebut adalah grafik yang menunjukan fluktuasi nilai
Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia. BI Rate adalah suku bunga kebijakan
yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan
oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Fluktuasi dari nilai
tingkat suku bunga Bank Indonesia atau yang biasa disebut BI Rate
merupakan salah satu acuan suatu perusahaan melakukan aktivitas hedging.
Karena BI Rate merupakan sebuah risiko yang harus diperhitungkan
oleh suatu perusahaan jika ingin menganalisis peta risiko perusahaan. BI Rate
mempengaruhi secara langsung tingkat suku bunga pinjaman. Seperti pada
grafik 1.2 data yang disajikan menunjukan bahwa tahun 2014 dan tahun 2015
bulan Januari, BI Rate berada dalam posisi tertinggi yaitu sebesar 7.75% pada
2016 hingga 2017 mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar
4,25%. Dengan perubahan yang cukup signifikan dalam hitungan beberapa
tahun ini akan menyulitkan beberapa perusahaan dengan kondisi tersebut
yang menyangkut dengan suku bunga pinjaman yang ikut tidak stabil yang
mengikuti pola tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (bi.go.id). Apabila
7,75 7,5
4,754,25
6
0123456789
2014 2015 2016 2017 2018
Page 25
8
perusahaan melakukan peminjaman kepada suatu bank pada periode akhir
2014 hingga awal 2015, maka perusahaan tersebut akan mendapatkan efek
yang cukup besar karena pengembalian yang harus dilakukan oleh
perusahaan tersebut ikut membesar seiring kenaikan tingkat suku bunga
tersebut. Karena pada umumnya tingkat suku bunga pinjaman yang
ditetapkan oleh bank lebih besar dibandingkan dengan BI rate. Semakin
tinggi pinjaman yang dilakukan oleh perusahaan maka akan secara otomatis
tingkat pengembalian yang dilakukan oleh perusahaan tersebut semakin
membesar, sehingga perusahaan akan berpotensi untuk mengalami gagal
bayar akibat dari ketidakmampuan perusaham an tersebut dalam memenuhi
kewajibannya karena risiko yang harus ditanggung semakin meningkat.
Tetapi untuk mengurangi risiko bila mana BI Rate mengalami fluktuasi yang
cukup tinggi, biasanya disiasati oleh perusahaan untuk melakukan pinjaman
pada bank luar negeri karena ada kemungkinan tingkat suku bunga pada bank
luar negeri jauh lebih stabil dan juga lebih rendah. Hal ini menguntungkan
perusahaan tersebut untuk menghindari risiko tetapi tidak mengembangkan
perekonomian Indonesia karena transaksi yang dilakukan menggunakan kurs
asing.
Selain didorong oleh faktor-faktor eksternal, perusahaan yang
memiliki exposure valuta asing juga terdorong melakukan hedging karena
beberapa faktor internal salah satunya ialah leverage, leverage di proksikan
sebagai debt to equity ratio. Dimana DER merupakan salah satu rasio
leverage keuangan yang memberikan informasi sejauh mana modal
Page 26
9
perusahaan yang diperoleh dari hutang (Kasmir, 2013: 15). Sebuah
perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi, maka semakin tinggi pula
risiko yang dihadapi perusahaan dikarenakan suku bunga yang lebih tinggi
sehingga manajemen akan meminimalisir risiko tersebut dengan melakukan
aktivitas hedging (Brigham dan Houston, 2001: 4).
Grafik 1. 3 Nilai Debt to Equity Ratio
(Sumber: Data diolah)
Berdasarkan Grafik diatas menunjukkan bahwa proporsi/besaran Debt
to equity ratio pada sektor pertambangan pada tahun 2014-2018 cenderung
beragam. Sektor pertambangan mengalami fluktuasi yang sangat ekstrim
salah satunya PT Bumi Resources Tbk pada tahun 2014 mengalami
penurunan yang sangat ekstrim sebesar -9.87, pada tahun 2015 PT Delta
Dunia Makmur Tbk mengalami kenaikan sebesar 8.79, pada 2016 mengalami
penurunan yang sangat ekstrim pada PT Energi Mega Persada Tbk sebesar -
15.82, pada tahun 2017 diperoleh PT Energi Mega Persada Tbk mengalami
Page 27
10
kenaikan sebesar 13.15 dan pada tahun 2018 mengalami kenaikan yang
sangat ekstrim diperoleh PT Atlas Resources Tbk sebesar 34.05. Dari grafik
diatas peneliti tertarik untuk memilih sektor pertambangan sebagai objek
penelitian, karena sektor pertambangan mengalami fluktuasi nilai Debt to
equity ratio yang sangat ekstrim.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Chin Kar Seng dan Hassanudin
(2018) yang meneliti tentang “Determinants of Corporte Hedging Practices:
Malaysian Evidence” menunjukkan leverage (debt to equity ratio)
berpengaruh terhadap keputusan hedging. Hasil tersebut juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kinasih dan Putra. (2019) “Pengaruh
Likuiditas, Leverage, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap penggunaan
instrumen derivatif sebagai keputusan hedging”
Faktor internal lainnya yang mempengaruhi sebuah perusahaan
melakukan keputusan hedging ialah Likuiditas, Rasio likuiditas digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan sumber daya jangka pendek yang tersedia untuk
memenuhi kewajiban tersebut ( Van Horne & Wachowicz: 2005). Rasio
likuiditas yang diproksikan dengan Current ratio dimana aset lancar sebagai
obyek pertimbangan perusahaan. Apabila aset lancar perusahaan tersebut
buruk, maka suatu ancaman bagi perusahaan dalam tujuan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek perusahaan termasuk juga dalam hutang luar negeri
yang dapat menimbulkan resiko valas. Sehingga dapat disimpulkan
perusahaan tersebut tidak likuid dan dapat mengancam kelangsungan
Page 28
11
perusahaan dan memutuskan untuk mengambil tindakan hedging (Aditya dan
Asandimitra:2019). Berdasarkan data Bank Indonesia, Utang sektor
pertambangan khususnya utang luar negeri meningkat sekitar Januari 2014
sebesar US$ 26,07 miliar. Meningkatnya jumlah utang diduga akibat
membayar utang yang sebelumnya atau adanya investasi baru yang dibiayai
oleh utang. (Tribunnews.com).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Elinda dan Hartono (2019) yang
meneliti tentang “Karakteristik Perusahaan, Financial distress, dan
Keputusan Hedging Studi pada perusahaan Manufaktur di Indonesia” yang
menunjukkan likuiditas (current ratio) berpengaruh terhadap keputusan
hedging. Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Novi dan Merta (2017) “Pengaruh Leverage, Profitabilitas dan Likuiditas
terhadap Keputusan Hedging Perusahaan sektor Pertambangan di BEI
Periode 2010-2014.
Growth opportunity adalah suatu yang menggambarkan tentang
luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan
(Kartikasari:2007). Growth opportunity yang diproksikan Market to book
value menunjukkan nilai sebuah perusahaan yang diperoleh dengan
membandingkan nilai pasar perusahaan (Market Value of Equity) dengan nilai
bukunya (book value of equity). Market to book value terus mengalami
penurunan. Fenomena Dunia pasar modal menemui cobaan berat pada sektor
pertambangan 2015. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melorot sekitar
12,39 persen sejak 2 Januari 2015. Anjloknya IHSG ini disebabkan oleh
Page 29
12
melemahnya perekonomian global dan nasional. Sektor pertambangan
merupakan sektor yang paling terbenam pada 2015. Sektor ini turun sekitar
41,10 persen sejak awal tahun sampai 21 Desember 2015. (Bareksa.com)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kipto, et al. (2017) yang meneliti
tentang “Determinants of Coprorate Hedging Practices Used By Companies
Listed In Nairobi Security Exchange” yang menunjukkan Growth opportunity
berpengaruh terhadap keputusan hedging. Hasil tersebut juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo dan Asandimitra (2018) “Faktor
yang mempengaruhi penggunaan instrument derivatif sebagai pengambilan
keputusan hedging pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI
Periode 2011-2015” yang menunjukkan Growth opportunity berpengaruh
signifikan terhadap aktivitas hedging.
Financial distress merupakan sebagai tahapan penurunan kondisi
keuangan suatu perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun
likuidasi (Platt dan plat dalam Irham Fahmi 2012:158).
Perusahaan yang berpotensi kebangkrutan salah satunya adalah
perusahaan sektor pertambangan. Fenomena yang terjadi pada tahun 2015
sebagai tahun terburuk bagi perusahaan sektor pertambangan, Menurut
laporan tahunan Price water house coopers (PwC) di sektor pertambangan,
terlihat dalam laporan ke 13 dari, laporan industry Pwc seperti yang diterima
oleh majalah tambang 40 perusahaan pertambangan global mencatat kerugian
kolektif sebesar US$ 27 miliar atau sekitar Rp 364,5 triliun pada tahun 2015.
(Kompas:2016), salah satunya PT Adaro Energy Tbk mencatat penurunan
Page 30
13
laba bersih sebesar 17 persen menjadi US$ 151juta pada tahun 2015, dari
US$ 183 juta ditahun sebelumnya akibat turunnya pendapatan usaha karena
pelemahan harga jual rata-rata. (Cnnindonesia.com)
Sebuah perusahaan yang mempunyai indikasi kebangkrutan dari
perhitungan financial distress akan mendorong pihak manajemen untuk
melindungi perusahaan tersebut dari berbagai risiko termasuk risiko pasar
dengan melakukan aktivitas hedging. Financial distress mengunkan metode
Atlman modifikasi z-score.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Aditya dan Asandimitra. (2019)
yang meneliti “Pengaruh Leverage, Likuiditas, Market to book value,
financial distress, dan firm size terhadap keputusan Hedging sektor
consumer goods industry periode 2011-2016”. Bahwa penelitian ini
menunjukkan financial distress berpengaruh terhadap keputusan hedging.
Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sianturi
dan Pangestuti (2015) “Pengaruh Liquidity, Firm Size, Growth opportunity,
Financial Distress, Leverage dan Managerial ownership terhadap Aktivitas
Hedging” yang menunjukkan financial distress berpengaruh signifikan
terhadap aktivitas hedging.
Firm size atau ukuran perusahaan adalah besar atau kecilnya ukuran
suatu perusahaan yang terlihat dari seberapa besar nilai ekuitas, nilai
penjualan dan nilai total aktiva. Besarnya Firm size atau ukuran perusahaan
dapat mempengaruhi kemudahan suatu perusahaan dalam memperoleh
sumber pendanaan baik eksternal maupun internal (Aretz et al: 2007).
Page 31
14
Perusahaan Pertambangan sepanjang kuartal pertama 2019 penyaluran kredit
perbankan ke sektor pertambangan mengalami peningkatan, salah satunya PT
Indika Energy melakukan pinjaman sebesar US$ 75juta dengan PT Bank
Mandiri Tbk (Kontan.co.id), MUFG Bank, Ltd, ICICI Bank Limited untuk
pembangunan tangki penampungan minyak dan PT Aneka Tambang Tbk
mendapatkan suntikan dana segar senilai US$ 129 juta dari Bank Mandiri
(Bisnis.Tempo.com). Perusahaan yang semakin besar akan semakin besar
risiko yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Untuk mengecilkan risiko
tersebut suatu perusahaan sebaiknya melakukan hedging.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Cingdem (2016) yang meneliti
“Determinants of Corporate Hedging: Evidence from Emerging Market”
yang menunjukkan Firm size berpengaruh terhadap keputusan hedging.
Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saragih dan
Musdolifah (2017) “Pengaruh Growth opportunity, Firm size, dan Liquidity
terhadap Keputusan Hedging pada perusahaan Perbankan Indonesia yang
menunjukkan firm size berpengaruh signifikan terhadap aktivitas hedging.
Bedasarkan latar belakang diatas, dalam penelitian ini penulis akan
mengambil judul “Pengaruh Leverage, Likuiditas, Growth opportunity,
Financial distress terhadap Keputusan Hedging (Studi Kasus pada
Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI pada periode 2014-
2018).
Page 32
15
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara leverage,
likuiditas, growth opportunity, financial distress, dan Firm size
terhadap keputusan Hedging pada perusahaan Pertambangan Periode
2014-2018?
2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial antara leverage, likuiditas,
growth opportunity, financial distress, dan Firm size terhadap
keputusan Hedging pada perusahaan Pertambangan Periode 2014-
2018?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh secara simultan
antara leverage, likuiditas, growth opportunity, financial distress,
dan Firm size terhadap keputusan Hedging pada perusahaan
Pertambangan Periode 2014-2018?
2. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh secara parsial antara
leverage, likuiditas, growth opportunity, financial distress, dan
Firm size terhadap keputusan Hedging pada perusahaan
Pertambangan Periode 2014-2018?
Page 33
16
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
para perusahaan untuk mengambil strategi dalam pengambilan
keputusan terkait dengan keputusan hedging dalam melindungi aset-
aset perusahaan.
2. Bagi Investor
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
investor dalam pemilihan perusahaan yang digunakan untuk
berinvestasi, karena dapat mengetahui perusahaan mana yang
tanggap dalam melindungi aset perusahaannya.
3. Bagi Akademisi
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi referensi dalam
mengembangkan penelitian selanjutnya dan menjadi pedoman
pembelajaran serta menjadi sumber untuk memperluas wawasan ilmu
pengetahuan terutama dalam bidang manajemen keuangan.
Page 34
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian atas sebuah proses
yang sedang berlangsung atau kejadian di masa yang akan datang.
Risiko dapat didefenisikan dengan berbagai cara. Risiko biasanya
memunculkan kerugian akibat suatu kejadian yang tidak dikehendaki.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) risiko adalah akibat
yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu
perbuatan atau tindakan. Menurut Arthur J. Keown, et al (2000), risiko
adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai
deviasi standar). Risiko dapat muncul dengan disengaja maupun tidak
disengaja. Risiko yang disengaja atau yang biasa disebut risiko
spekulatif yaitu risiko yang ditimbulkan oleh yang bersangkutan dan
dapat memberikan keuntungan atau kerugian seperti contoh
perdagangan berjangka, utang piutang dan yang lainnya. Risiko yang
tidak disengaja atau biasa disebut risiko murni pasti akan memunculkan
kerugian seperti bencana alam, kebakaran, pencurian dan sebagainya.
Risiko yang dihadapi suatu perusahaan dapat dihindari dengan
melakukan manajemen risiko yang baik.
Manajemen risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis
dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan
Page 35
18
alternatif penanganan risiko, dan memonitor dan mengendalikan
penanganan risiko (Djohanputro, 2008:43). Menurut Tampubolon
(2004) Manajemen risiko juga dapat diartikan sebagai kegiatan atau
proses yang terarah dan bersifat proaktif, yang ditujukan untuk
mengakomodasi kemungkinan gagal pada salah satu, atau sebagian
dari sebuah transaksi atau instrumen.
Manajemen risiko merupakan suatu hal yang penting bagi
sebuah perusahaan untuk melingdungi kerugian yang mungkin timbul.
Mengelola risiko bisnis yang muncul akibat ketidakpastian harus
dilakukan dengan menyeimbangkan antara strategi bisnis dan
kemungkinan buruk yang akan terjadi. Menurut Siegel dan Shim (2008:
265) ada beberapa langkah yang perusahaan sering menggunakannya
untuk mengelola risiko yaitu :
1. Identifikasi risiko yang dihadapi oleh perusahaan.
2. Mengukur dampak potensial dari masing-masing risiko. Beberapa
ada risiko yang sangat kecil sehingga tidak perlu diperdulikan,
sedangkan yang lain memiliki potensi untuk menghancurkan
perusahaan.
3. Tentukan bagaimana setiap risiko yang relevan harus ditangani.
Menurut Darmawi (2005), Manfaat manajemen risiko yang
diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori
utama yaitu :
Page 36
19
1. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari
kegagalan.
2. Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.
3. Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.
4. Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh
adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non
material bagi perusahaan itu.
5. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan
karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan
yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong
meningkatkan public image.
Jenis-jenis risiko menurut Ghozali (2007) terdiri dari risiko
kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum,
risiko reputasi, risiko strategik, dan risiko kepatuhan. Perusahaan,
Investor maupun pihak yang berkepentingan dalam perusahaan dapat
mengurangi risiko yang akan dihadapi dengan melakukan manajemen
risiko yang baik.
Risiko yang akan dialami oleh perusahaan yang melakukan
perdagangan internasional diantaranya yaitu fluktuasi tingkat suku
bunga dan fluktuasi nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara
tertentu. Perubahan kurs valuta asing akan berdampak pada
keuntungan/kerugian penjualan dan pendapatan. Risiko tersebut dapat
dihindari dengan melakukan transaksi tunai, namun tidak semua
Page 37
20
transaksi yang terjadi pada perusahaan dapat dilakukan secara tunai,
akibatnya akan timbul hutang dan piutang dalam mata uang asing.
Untuk mengurangi risiko pembayaran nontunai dalam perdagangan
internasional juga dapat dilakukan dengan memprediksi nilai tukar di
masa yang akan datang sehingga perusahaan dapat menyikapi risiko
yang akan timbul.
Risiko keuangan seperti fluktuasi nilai tukar yang dihadapi
perusahaan juga dapat dihindari atau dikurangi salah satunya dengan
melakukan lindung nilai (hedging), mentransfer risiko kepada pihak
ketiga atau menyediakan cadangan untuk menghindari risiko. Menurut
Van Horne, and M.Wachowicz (2005) ada beberapa cara untuk
menghadapi risiko nilai tukar, seperti : lindung nilai alami, manajemen
kas dan penyesuaian transaksi antar perusahaan, lindung nilai
pendanaan internasional serta lindung nilai mata uang asing melalui
kontrak forward, kontrak berjangka (future contract), opsi mata uang,
dan swap mata uang.
2. Pengertian (Hedging) Lindung Nilai dan Instrumen Derivatif
Menurut Madura (2000: 275) hedging adalah tindakan yang
dilakukan untuk melindungi sebuah perusahaan dari exposure terhadap
nilai tukar. Artinya hedging merupakan suatu perjanjian keuangan yang
digunakan untuk menutup kerugian atau melindungi resiko.
Sunaryo (2009) menyatakan bahwa hedging atau lindung nilai
adalah strategi yang digunakan untuk melindungi nilai dari aset
Page 38
21
perusahaan dari risiko – risiko yang ada akan menimbulkan kerugian.
Prinsip dasar dari hedging adalah untuk menutupi kerugian yang
muncul pada posisi aset awal dengan keuntungan dari posisi instrumen
hedging. Sebelum melakukan hedging, hedger hanya memegang
sejumlah aset awal, setelah melakukan hedging, hedger memegang
sejumlah aset awal dan sejumlah aset instrumen hedging. Hedging
sebagai strategi keuangan akan menjamin bahwa nilai valuta asing yang
digunakan untuk membayar (outflow) atau sejumlah uang asing yang
akan diterima (inflow) dimasa datang tidak terpengaruh oleh perubahan
dalam fluktuasi kurs valuta asing.
Menurut Eiteman,et al (2010:232) Hedging (Lindung Nilai)
adalah mengambil suatu posisi memperoleh suatu arus kas, aset, atau
kontrak (termasuk kontrak forward) yang akan naik (atau turun)
nilaimya dan mengoffsetnya dengan suatu penurunan (atau kenaikan)
nilai dari suatu posisi yang sudah ada.
a. Teknik- Teknik Hedging
Menurut Madura (2006: 414) ada empat teknik lindung
nilai yang biasa digunakan perusahaan, yaitu:
1) Forward Contract
Teknik hedging dengan menggunakan forward
contract ini banyak dilakukan oleh perusahaan besar atau
MNC untuk melindungi receivable atau payable-nya yang
Page 39
22
relatif besar terhadap risiko fluktuasi valas (Jeff Madura:
2006).
Kontrak forward diimplementasikan menggunakan kurs
forward (forward rate) dimana kurs forward mewakili kurs
penukaran valuta pada suatu waktu di masa depan. Jika
perusahaan multinasional memperkirakan akan adanya
kebutuhan atau penerimaan suatu valuta asing tertentu
dimasa depan, perusahaan tersebut dapat melakukan kontrak
forward untuk mengunci kurs permbelian atau penjualan
valuta tersebut (Madura: 2006).
2) Future Contract
Hamdy Hady (2012) mengatakan bahwa pada prinsipnya,
penggunaan future contract hedging ini sama dengan forward
contract hedging. Future contract hedging ini biasanya
digunakan oleh perusahaan untuk melindungi atau melakukan
hedging untuk nilai transaksi yang relative lebih kecil dan
sesuai dengan sifat future market. Oleh karena itu, kontrak
hedging harus dilakukan dengan jumlah satuan valas atau
currency amount, strike/exercise price, dan tanggal tertentu.
Perusahaan yang memiliki future payable ataupun future
receivable dalam valas tertentu dapat melindunginya dengan
menggunakan futures contract hedging sehingga perusahaan
mempunyai suatu kepastian tentang jumlah yang akan
Page 40
23
dibayar atau diterima dalam nilai domestic currency (Hamdy
Hady: 2012).
Future contract adalah kontrak antara dua pihak
pembeli dan penjual untuk menjual atau membeli sesuatu di
kemudian hari dengan harga yang telah ditentukan saat ini.
Future contract hampir sama dengan forward contract, yang
membedakannya adalah future contract dilakukan lebih
tersistematis dan dijalankan oleh suatu lembaga yang
dinamakan futures market.
3) Option Contract
Option contract hedging merupakan suatu sistem yang
ideal dalam arti dapat dibatalkan atau tidak direalisasikan
apabila fluktuasi kurs valas akan menimbulkan efek yang
lebih merugikan bagi perusahaan. Dengan kata lain, untuk
option contract hedging, perusahaan mempunyai alternatif
untuk merealisasikan atau membatalkan kontraknya sesuai
dengan perkembangan realisasi kurs valas yang telah
diantisipasi sebelumnya (Hamdy Hady: 2012).
Ada dua jenis opsi, yaitu :
1. Call Option
Sebuah opsi beli (call option) memberi hak kepada
pemegangnya untuk membeli suatu asset pada harga
tertentu yang disebut harga eksekusi (exercise price atau
Page 41
24
strike price), pada atau sebelum tanggal kadaluarsanya
(expired date).
2. Put Option
Sebuah opsi jual (put option) memberi hak kepada
pemegangnya untuk menjual asset pada harga eksekusi
tertentu atau sebelum tanggal kadaluarsa.
4) Swap
Swap adalah suatu perjanjian antara dua pihak untuk
menukarkan pembayaran suku bunga selama jatuh tempo
tertentu pada suatu jumlah national yang disepakati. National
menunjukan angsuran pokok pinjaman yang secara teoritis
mendasari transaksi swap (Kuncoro: 2001).
Risiko dari swap dapat terjadi karena adanya pihak
yang tidak memenuhi kewajibannya dalam kontrak swap
tersebut, ini dapat diartikan bahwa pemegang kontrak atau
perjanjian swap ini menghadapi risiko pihak atau wanprestasi.
3. Leverage
Leverage mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa
bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang (Rodoni
dan Ali, 2010: 123).
Menurut Brealey (2008) dalam bukunya mengatakan bahwa rasio
leverage memperlihatkan seberapa berat hutang perusahaan, sehingga
Page 42
25
dapat dikatakan rasio ini dapat mengetahui bagaimana kemampuan
perusahaan untuk menggunakan uang yang dipinjam.
Menurut Brigham dan Houston (2006: 101) seberapa jauh
perusahaan menggunakan hutang (financial leverage) akan memiliki 3
(tiga) implikasi penting yaitu:
a. Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham
dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut
dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan.
b. Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh
sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi
proporsi dari jumlah modal yang diberikan pemegang saham,
maka semakin kecil resiko yang dihadapi kreditor.
c. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai
dengan dana hasil pinjaman lebih besar dari pada bunga yang
dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan
diperbesar, atau diungkit (leverage).
Adapun manfaat perusahaan menggunakan rasio leverage
menurut Kasmir (2013:154) diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap
kewajiban kepada pihak lainnya.
2. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
Page 43
26
3. Untuk menganalisa keseimbangan antara nilai aktiva khususnya
aktiva tetap dengan modal.
4. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh
hutang.
5. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva.
6. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
7. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan
ditagih, ada terdapat sekian kalinya modal sendiri; dan Manfaat
lainnya.
Terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas atau leverage ratio
yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada
dalam rasio solvabilitas diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Menurut Kasmir (2013: 156) Debt Ratio adalah : “Debt
ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan
kata lain,seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang
atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva.”
𝑫𝒆𝒃𝒕 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐔𝐭𝐚𝐧𝐠
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂
Page 44
27
2. Debt to equity ratio
Menurut Kasmir (2013: 157) Debt to equity ratio adalah :
“Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara
membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar
dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui
jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik
perusahaan. dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang.
4. Likuiditas
Tingkat likuiditas dilihat dari seberapa cepat asset diubah menjadi
kas. Hal tersebut di dapat dengan mengukur tingkat rasio likuiditas
perusahaan. Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera
dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan pada saat ditagih (Munawir 2007: 31).
Kasmir (2008:129) menyatakan bahwa rasio likuiditas adalah
rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban hutang jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar.
Sedangkan menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005: 83)
𝑫𝑬𝑹 = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝒆𝒃𝒕
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚
Page 45
28
menyatakan bahwa Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan
untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor
jangka pendek. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas
merupakan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya tepat pada waktunya atau pada saat jatuh tempo.
Tingkat likuiditas perusahaan dapat diketahui dengan mengukur
rasio likuiditas perusahaan tersebut. Menurut Susan Irawati (2006 : 25)
bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan sebagai alat ukur
kemampuan perusahaan dalam membayar pinjaman jangka pendeknya
pada saat jatuh tempo atau dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Sedangkan menurut Jumingan (2006 :122) menyatakan
bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalm membayar kewajiban yang segera harus
dipenuhi.
1. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas
Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak
manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa tujuan dan manfaat
yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas menurut Kasmir
(2013), adalah :
1) Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban
atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.
Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang
Page 46
29
sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang
telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
2) Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban
jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.
Artinya, jumlah kewajiban yang berumur di bawah satu
tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan
total aktiva lancar.
3) Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban
jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini
aktia lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap
likuiditasnya lebih rendah.
4) Mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan
yang ada dengan modal kerja perusahaan.
5) Mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
membayar utang.
6) Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang
berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.
7) Melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari
waktu ke waktu dengan menbandingkannya untuk
beberapa periode.
Page 47
30
8) Melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari
masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan
utang lancar.
9) Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk
memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas
yang ada pada saat ini.
2. Metode Pengukuran Liquidity Ratio
Dalam praktiknya, untuk mengukur rasio keuangan
secara lengkap, dapat menggunakan jenis-jenis rasio likuiditas
yang ada. Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan
perusahaan untuk mengukur kemampuan, yaitu:
1. Rasio Lancar ( Current ratio)
Menurut Brealey, et al (2008: 78) Current ratio
merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek
atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak
aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban
jangka pendek yang segera jatuh tempo.
𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑳𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓
𝑼𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑳𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓
Page 48
31
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Menurut Brealey, et al (2008: 79) Quick Ratio
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi, atau membayar
kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar
tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory).
3. Rasio Kas ( Cash Ratio)
Menurut Brealey, et al (2008: 79) merupakan alat
yang digunakan untuk mengukut seberapa besar uang
kas yang tersdedia untuk membayar utang.
Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari
tersedianya kas atau yang setara dengan kas seperti
rekening giro atau tabungan di bank.
5. Growth Oppoturnity
Peluang Pertumbuhan (Growth opportunity) adalah peluang
pertumbuhan suatu perusahaan di masa depan (Hery, 2016: 223).
Perusahan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi lebih banyak
𝑸𝒖𝒊𝒄𝒌 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕 − 𝑰𝒏𝒗𝒆𝒏𝒕𝒐𝒓𝒚
𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊 𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔
𝑪𝒂𝒔𝒉 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =𝑲𝒂𝒔 + 𝑩𝒂𝒏𝒌
𝑼𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑳𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓
Page 49
32
membutuhkan dana di masa depan, terutama dana eksternal untuk
memenuhi kebutuhan investasinya atau untuk memenuhi kebutuhan
untuk membiayai pertumbuhanya (Indrajaya, dkk : 2011).
Proksi yang digunakan untuk mengukur Growth opportunity adalah
Market to book value yaitu perbandingan antara MVE (market value of
equity) dan BVE (book value of equity). Nilai pasar atau Market Value
of Equity didapat dari perhitungan unsur laba bersih perusahaan yang
dapat mengalami penurunan nilai ketika perusahaan mengalami
kesulitan keuangan karena pengeluaran dari berbagai macam jenis
risiko seperti fluktuasi risiko mata uang asing, harga komoditas bahan
baku yang mengalami kenaikan sehingga harga pokok produksi
semakin besar, sehingga menurunkan tingkat laba. Sedangkan dalam
perhitungan book value of equity diharapkan memiliki nilai lebih kecil
karena mengindikasikan bahwa penggunaan hutang pada perusahaan
tersebut relatif kecil dan dapat meningkatkan nilai book value of equity
(Aretz, 2007).
Dalam book value of equity terdapat hutang yang didominasi oleh
hutang asing yang dimiliki oleh perusahaan yang bisa memberikan
kesulitan keuangan pada perusahaan dan juga kemungkinan
kebangkrutan yang lebih besar. Proksi yang digunakan dalam
pengukuran variabel Growth opportunity dalam penelitian ini adalah
menggunakan proksi Market to book value yaitu perbandingan dari
MVE dan BVE dapat dirumuskan sebagai berikut (Hery, 2016: 223):
Page 50
33
6. Financial distress
Financial distress pada dasarnya sukar untuk didefinisikan
secara tepat. Hal ini disebabkan oleh bermacam-macam kejadian
kejatuhan perusahaan pada saat financial distress. Peristiwa kejatuhan
perusahaan yang disebabkan financial distress hampir tidak ada
akhirnya, seperti berikut ini terjadinya pengurangan dividen, penutupan
perusahaan, kerugian-kerugian, pemecatan, pengunduran diri direksi
dan jatuhnya harga saham (Rodoni dan Ali, 2014: 185). Financial
Distress adalah situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak cukup,
untuk memenuhi kewajiban perusahaan (seperti kredit perdagangan
atau biaya bunga) dan perusahaan ditekan untuk melakukan kegiatan
perbaikan. (Rodoni dan Ali, 2014: 18).
Menurut Plat dan Plat dalam Irham Fahmi (2012:158) financial
distress adalah sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi
sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi dimana jika perusahaan
mengalami masalah dalam likuiditas maka akan sangat memungkinkan
perusahaan tersebut mulai memasuki masa kesulitan keuangan
𝑮𝒓𝒐𝒘𝒕𝒉 𝑶𝒑𝒑𝒐𝒓𝒕𝒖𝒏𝒊𝒕𝒚 =𝑴𝑽𝑬
𝑩𝑽𝑬
𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑡𝑜 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒
𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦=
(𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝑥 𝑐𝑙𝑜𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒 )
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
Page 51
34
(financial distress), dan jika kondisi tersebut tidak cepat diatasi maka
ini bisa berakibat kebangkrutan usaha.
Menurut Darsono dan Ashari (2005:101) Financial distress
adalah suatu kondisi dimana perusahaan sanggup untuk melunasi
kewajiban-kewajiban lancar (seperti hutang dagang atau beban bunga)
sehingga hal inilah yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan.
Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kemampuan
dalam menjalankan usahannya, distribusi aktiva, kefektifan
penggunaan aktiva, hasil usaha yang telah dicapai, kewajiban yang
harus dilunasi dan potensi kebangkrutan yang akan terjadi. Masalah
keuangan yang dihadapi suatu perusahan apabila dibiarkan berlarut-
larut dapat mengakibatkan terjadinya kebangkrutan (Widarjo dan
Setiawan: 2009).
Oleh sebab itu, model peringatan untuk mengantisipasi adanya
financial distress perlu dikembangkan karena model ini dapat
digunakan sebagai saran untuk mengidentifikasikan bahkan untuk
memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi kritis. Platt dan Platt
dalam Sartono (2014: 79) menyatakan kegunaan informasi jika suatu
perusahaan mengalami financial distress adalah:
a. Dapat mempercepat tindakan menajemen untuk mencegah masalah
sebelum terjadinya kebangkrutan.
Page 52
35
b. Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau takeover
agar perusahaan lebih mampu untuk membayar hutang dan
mengelola perusahaan dengan lebih baik.
c. Memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan pada
masa yang akan datang.
Prediksi kebangkrutan akan memberikan informasi kepada
berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan tersebut. Informasi
kebangkrutan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak berikut ini
(Rudianto, 2013: 253)
a. Manajemen
Apabila manajemen perusahaan bisa mendeteksi kemungkinan
terjadinya kebangkrutan lebih awal, maka tindakan pencegahan
bisa dilakukan. Berbagai akivitas atau biaya yang dapat
menyebabkan kebangkrutan akan dihilangkan atau diminimalkan.
Langkah pencegahan kebangkrutan yang merupakan tindakan
akhir penyelamatan yang dapat dilakukan bisa berupa merger atau
rekstrukturisasi keuangan.
b. Pemberi Pinjaman (Kreditor)
Informasi kebangkrutan perusahaan bisa bermanfaat bagi
sebuah badan usaha yang berposisi sebagai kreditor untuk
mengambil keputusan mengenai diberikan-tidaknya pinjaman
kepada perusahaan tersebut. Pada langkah berikutnya, informasi
tersebut berguna untuk memonitor pinjaman yang telah diberikan.
Page 53
36
c. Investor
Informasi kebangkrutan perusahan bisa bermanfaat bagi
sebuah badan usaha yang berposisi sebagai investor perusahaan
lain. Jika perusahaan investor berniat membeli saham atau obligasi
yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang telah dideteksi
kemungkinan kebangkrutannya, maka perusahaan calon investor
itu dapat memutuskan membeli atau tidak surat berharga yang
dikeluarkan perusahaan tersebut.
d. Pemerintah
Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah bertanggung
jawab mengawasi jalannya usaha tersebut. Pemerintah juga
mempunyai badan usaha yang harus selalu diawasi.
e. Akuntan Publik
Akuntan publik perlu menilai potensi keberlangsungan hidup
badan usaha yang sedang diauditnya, karena akuntan akan menilai
kemampuan going concern perusahaan tersebut.
Apabila ditinjau dari aspek keuangan, maka terdapat tiga keadaan
yang dapat menyebabkan financial distress yaitu (Rodoni dan Ali,
2014: 189):
a. Faktor ketidakcukupan modal atau kekurangan modal
Ketidakseimbangan aliran penerimaan uang yang bersumber
pada penjualan atau penagihan piutang dengan pengeluaran uang
untuk mebiayai operasi perusahaan tidak mampu menarik dana
Page 54
37
untuk memenuhi kekurangan dana tersebut, maka perusahaan akan
berada pada kondisi tidak likuid.
b. Besarnya beban utang dan bunga
Apabila perusahaan mampu menarik dana dari luar, misalnya
mendapatkan kredit dari bank untuk menutup kekurangan dana,
maka masalah likuidias perusahaan dapat teratasi untuk sementara
waktu. Tetapi kemudia timbul persoalan baru yaitu adanya
ketertarikan kewajiban untuk membayar kembali pokok pinjaman
dan bunga kredit. Walaupun demikian hal ini tidak membahayakan
perusahaan dan masih memberikan kentungan bagi perusahaan
apabila tingkat bunga lebih rendah dan tingkat investasi harta (return
on asset) dan perusahaan melakukan apa yang disebut dengan
manajemen risiko atas utang yang diterimanya. Manajemen risiko
atas utang ini sangat penting terutama apabila utang yang diterima
tidak dalam mata uang yang sama dengan pendapatan yang
diperoleh perusahaan. Ketidakmampuan perusahaan melakukan
manajemen risiko atas utangnya dapat mengkibakan perusahaan
melakukan manajemen risiko menderitan kerugian yang seharusnya
tidak perlu terjadi.
c. Menderita kerugian
Pendapatan yang diperoleh perusahaan harus mampu menutup
seluruh biaya yang dikeluarkan dan menghasilkan laba bersih.
Besarnya laba bersih sangat penting bagi perusahaan untuk
Page 55
38
melakukan reinvestasi, sehingga akan menambah kekayaan bersih
perusahaan dan meningkatkan return on equity untuk menjamin
kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu, perusahaan harus
selalu berupaya meningkatkan pendapatan dan mengendalikan
tingkat biaya. Ketidakmampuan perusahaan mempertahankan
keseimbangan pendapatan dengan biaya, niscaya perusahaan akan
mengalami Financial distress.
Ketiga aspek tersebut saling berkaitan. Oleh karena itu, harus
dijaga keseimbangan agar perusahaan perusahaan terhindar dari
kondisi financial distress yang mengarah pada kebangkrutan.
Caranya adalah dengan (Rodoni dan Ali, 2014: 190):
a. Kemampuan memperoleh laba
Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang
cukup dari modal yang digunakan. Jadi setiap pendapatan
harusmenghasilkan laba kotor (gross profit) jauh diatas biaya
operasional agar menghasilkan laba kotor sisa yang disebut
lababersih (net profit). Setiap laba bersih kemudian harus
diinvestasikan perusahaan guna memperbesar dana perusahaan.
b. Tingkat utang dalam struktur permodalan
Menajemen risiko atas utang ini sangat penting terutama
apabila utang yang diterima tidak dalam mata uang yang sama
dengan pendapatan yang diperoleh perusahaan. Ketidakmampuan
perusahaan melakukan manajemen risiko atas utangnya dapat
Page 56
39
mengakibatkan perusahaan harus mendapatkanrisiko menderita
keurugian yang seharusnya tidak perlu terjadi.
c. Likuiditas
Kemampuan perusahaan untuk membiayai kegiatan
operasional perusahaan dan membayar kewajiban jangka pendeknya
dengan harta lancarnya terutama kas. Oleh karena itu, perusahaan
harus menjaga kualitas dan tingkat investasi piutang dan persediaan
dalam arti kecepatan mengubah kas dengan risiko yang paling kecil.
Salah satu pengukuran financial distress dapat diterangkan
dari perhitungan Z Score yang dikemukakan oleh Edward I.
Altman. Penelitian yang dilakukan Altman menghasilkan rumus
yang disebut Z-Score. Analisis Z-Score adalah metode untuk
memprediksi kebangkrutan hidup perusahaan dengan
mengkombinasikan beberapa rasio keuangan yang umum dan
pemberian bobot yang berbeda satu dengan lainnya. Berikut adalah
rumus Altman Z-Score (Rudianto, 2013: 254-258):
a. Model Altman Pertama
Rumus Z-Score pertama dihasilkan Altman pada tahun
1968, rumus dihasilkan dari penelitian atas berbagai perusahaan
manufaktur di Amerika Serikat yang menjual sahamnya di bursa
efek. Karena itu, rumus tersebut lebih cocok digunakan untuk
memprediksi keberlangsungan usaha perusahaan-perusahaan
Page 57
40
manufaktur yang go public. Rumus pertama tersebut adalah
sebagai berikut:
Dimana:
Z = Bankrupcy Index
X1= Working Capital/ Total Assets
X2= Retairned Earnings/ Total Assets
X3= Earning Before Interesr and Taxes/ Total Assets
X4= Market Value of Equity/ Book Value of Total Debt
X5 = Sales/ Total Assets
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Z-Score
tersebut akan menghasilkan skor yang berbeda antara satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya. Skor tersebut harus
dibandingkan dengan standar penilaian berikut ini untuk menilai
keberlangsungan hidup perusahaan:
1) Jika nilai indeks Z < 2,99 = Zona Aman, yaitu termasuk
perusahaan yang tidak bangkrut.
2) Jika nilai indeks 1,81 < Z > 2,99 = Zona Abu-abu, yaitu
termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah
perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan).
3) Jika nilai indeks Z < 1,81 = Zona Berbahaya, yaitu termasuk
perusahaan yang bangkrut.
Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
Page 58
41
Model kebangkrutan Altman memiliki sejumlah
keterbatasan yang menjadi hambatan untuk diaplikasikan pada
perusahaan di berbagai bidang belahan dunia dengan kondisi
yang berbeda. Beberapa kelemahan tersebut antara lain:
1) Dalam membentuk model ini hanya memasukan
perusahaan manufaktur yang go public saja. Sedangkan
perusahaan dari jenis lain memiliki hubungan yang berbeda
antara total modal kerja dan variabel lain yang digunakan
dalam analisis rasio.
2) Penelitian yang dilakukan Altman pada tahun 1946 sampai
1965 tentu saja berbeda dengan kondisi sekarang, sehingga
proporsi untuk setiap variabel sudah kurang tepat lagi untuk
digunakan.
b. Model Altman Kedua (Revisi)
Pada tahun 1984 Altman melakukan penelitian kembali di
berbagai negara. Penelitian ini menggunakan berbagai
perusahaan manufaktur yang tidak go public. Karena itu,
rumus dari hasil penelitian tersebut lebih tepat digunakan
untuk perusahaan manufaktur yang tidak menjual sahamnya di
bursa efek. Hasil penelitian tersebut menghasilkan rumus Z-
Score yang kedua untuk perusahaan-perusahaan manufaktur
yang tidak go public sebagai berikut:
Z’ = 0,717X1+0,847X2+3.107X3+0,42X4+0,998X5
Page 59
42
Dimana:
Z = Bankrupcy Index
X1= Working Capital/ Total Assets
X2= Retairned Earning/ Total Assets
X3= Earning Before Interest and Taxes/ Total Assets
X4= Book Value of Equity/ Total Assets
X5 = Sales/ Total Assets
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Z-
Score tersebut akan menghasilkan skor yang berbeda antara
satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Skor tersebut
harus dibandingkan dengan standar penilaian berikut ini
untuk menilai keberlangsungan hidup perusahaan:
1) Jika nilai indeks Z < 2,90 = Zona Aman, yaitu termasuk
perusahaan yang tidak bangkrut.
2) Jika nilai indeks 1,23 < Z > 2,90 = Zona Abu-abu, yaitu
termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah
perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan).
3) Jika nilai indeks Z < 1,23 = Zona Berbahaya, yaitu
termasuk perusahaan yang bangkrut.
c. Model Altman Ketiga (Modifikasi)
Setelah melakukan penelitan dengan objek berbagai
perusahaan manufaktur dan menghasilkan 2 rumus prediksi
kebangkrutan, Altman tidak berhenti. Altman kemudian
Page 60
43
memodifikasi modelnya supaya dapat diterapkan pada semua
perusahaan seperti manufaktur, non manufaktur baik yang go
public maupun yang tidak, dan cocok digunakan di negara
berkembang seperti Indonesia. Hasil penelitian tersebut
menghasilkan rumus Z-Score ketiga untuk berbagai jenis
perusahan sebagai berikut:
Keterangan:
Z = Bankrupcy Index
X1= Working Capital/ Total Assets
X2= Retairned Earning/ Total Assets
X3= Earning Before Interest and Taxes/ Total Assets
X4= Book Value of Equity/ Book Value of Total Debt
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut
didasarkan pada nilai Z-Score model Altman Modifikasi yaitu:
1) Jika nilai indeks Z” > 2,6 = Zona Aman, yaitu termasuk
perusahaan yang tidak bangkrut.
2) Jika nilai indeks 1,1 < Z” < 2,6 = Zona Abu-abu, yaitu
termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah
perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan).
3) Jika nilai indeks Z” < 1,1 = Zona Berbahaya, yaitu
termasuk perusahaan yang bangkrut.
Z’ = 6,56 X1+ 0,847X2 + 3,327X3 + 0,42X4
Page 61
44
7. Firm size
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan (Sartono, 2010:149). Ukuran perusahaan adalah rata-rata
total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa
tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan
biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak.
Sebaliknya, jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan
biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan
Houston, 2010:145)
Variabel ukuran aktiva (asset size) diukur sebagai logaritma dari
total aktiva. Ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy)
besarnya perusahaan (Hartono, 2016: 480). Menurut Halim (2015:93)
semakin tinggi suatu perusahaan, maka kecenderungan untuk
menggunakan modal asing semakin besar.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan yang dapat
dilihat dari total aktiva, total penjualan dan dapat memengaruhi kinerja
perusahaan untuk mencapai berbagai macam tujuan perusahaan.
Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan
perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah
badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar,
sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya
Page 62
45
di atas seratus milyar. Kategori ukuran perusahaan menurut Badan
Standarisasi Nasional terbagi menjadi tiga jenis, yaitu.
a. Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih lebih besar dari Rp10 Milyar termasuk tanah dan bangunan.
Serta memilki penjualan lebih dari Rp50 Milyar/tahun.
b. Perusahaan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki
kekayaan bersih Rp1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Serta
memiliki penjualan lebih besar dari Rp1 Milyar dan kurang dari
Rp50 Milyar.
c. Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan
dan memiliki hasil penjualan minimal Rp1 Milyar/tahun.
Adapun menurut UU RI No. 20 Tahun 2008 menjelaskan terdapat
empat jenis ukuran perusahaan yang dilihat dari total aset dan jumlah
penjualan perusahaan sebagai berikut.
a. Perusahaan dengan usaha ukuran mikro
Yaitu memiliki kekayaan bersih Rp50.000.000,- (tidak
termasuk tanah dan bangunan) dan memiliki jumlah penjualan
Rp300.000.000,-.
b. Perusahaan dengan usaha ukuran kecil
Page 63
46
Yaitu memiliki kekayaan bersih Rp50.000.000,- sampai
Rp500.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan
memiliki jumlah penjualan Rp300.000.000,- sampai dengan
Rp2.500.000.000,-.
c. Perusahaan dengan usaha ukuran menengah
Yaitu memiliki kekayaan bersih Rp500.000.000,- sampai
Rp10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan
memiliki jumlah penjualan Rp2.500.000.000,- sampai dengan
Rp50.000.000.000,-.
d. Perusahaan dengan usaha ukuran besar
Yaitu memiliki kekayaan bersih Rp10.000.000.000,- (tidak
termasuk tanah dan bangunan) dan memiliki jumlah penjualan
Rp50.000.000.000,-. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar
cenderung lebih mudah dalam memperoleh dana eksternal, selain
itu juga investor lebih mempercayakan dana untuk diinvestasikan
ke perusahaan besar. Seperti pernyataan Sartono (2010: 16),
bahwa ukuran perusahaan memengaruhi kemampuan perusahaan
untuk memperoleh tambahan modal eksternal untuk membiayai
aktivitas operasional perusahaan. Perusahaan yang lebih besar
akan semakin mudah untuk mendapat dana eksternal berupa
hutang dalam jumlah yang besar sehingga akan membantu
kegiatan operasional perusahaan yang kemudian menyebabkan
produktivitas perusahaan meningkat sehingga profitabilitas
Page 64
47
perusahaan juga akan meningkat pula. Perusahaan yang berada
pada pertumbuhan penjualan yang tinggi membutuhkan
dukungan sumber dana atau modal yang semakin besar, begitu
juga sebaliknya.
Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi
yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan
sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut
semakin banyak. Ukuran perusahaan dapat diproksikan ke dalam
logaritma natural dari total aktiva. (Brigham dan Houston, 2010:
147). Maka dari itu, ukuran perusahaan dirumuskan sebagai
berikut.
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
No
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Variabel dan
Metode
Hasil Perbedaan
1 Angga
Tri
Aditya
dan
Nadia
Asandimi
tra. Vol 7
“Pengaruh
Leverage,
Likuiditas,
Market to book
value,
Financial
distress,
Y= Keputusan
Hedging
X= Leverage,
Likuiditas,
Market to book
value,
Financial
Likuiditas,
Financial
distress dan
berpengaruh
signifikan
terhadap
Aktivitas
Hedging
Persamaan
1. Menggunakan
Variabel
Leverage (X)
Likuiditas(X)
Financial
distress(X)
Firm size(X)
𝑭𝒊𝒓𝒎 𝑺𝒊𝒛𝒆 = 𝑳𝒏𝑻𝒂 = 𝑳𝒏(𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕)
Page 65
48
No 2
(2019).
Firm size
terhadap
Keputusan
Hedging sektor
Consumer
Goods 2011-
2016”.
distress, Firm
size,
Analisis
Regresi
Logistik
Leverage,
Market to book
value, Firm
size tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
Aktivitas
Hedging.
Keputusan
Hedging(Y)
2. Metode
Penelitian
Perbedaan
1.Tidak
Menggunakan
Variabel
Market to book
value(X)
2. Objek
Penelitian
2 Raras
Kinasih
dan
Dewa
Putra.
Vol 3 No
1 (2019)
Pengaruh
Likuiditas,
Leverage, dan
Nilai Tukar
Rupiah
terhadap
penggunaan
instrumen
derivatif
sebagai
keputusan
hedging
Likuiditas,
Leverage dan
Nilai Tukar
Rupiah
Analisis
Regresi
Logistik
Likuiditas,
Leverage
berpengaruh
signifikan
terhadap
keputusan
hedging
Nilai Tukar
Rupiah tidak
signifikan
terhadap
keputusan
hedging
Persamaan
1. Menggunakan
Variabel
Liquidity (X)
Leverage (X)
Metode
Penelitian
Perbedaan
1. Tidak
menggunakan
Variabel
Growth
opportunity
Frm Size
Financial
distress
Nilai Tukar
Rupiah
Page 66
49
2. Objek
Penelitian
3 Ika
Elinda
dan Ulil
Hartono.
Vol 7 No
3 (2019)
Karakteristik
Perusahaan,
Financial
distress, dan
Keputusan
Hedging Studi
pada perushaan
Manufaktur di
Indonesia
Ukuran
Perushaan,
Growth
opportunity,
Leverage,
Likuiditas,
Financial
Distress,
Profitabilitas
Analisis
Regresi
Logistik
Ukuran
Perushaan,
Likuiditas,
Profitabilitas
berpengaruh
signifikan
terhadap
keputusan
hedging
Growth
opportunity,
Leverage,
Financial
Distress, Tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
keputusan
hedging
Persamaan
1. Menggunakan
Variabel
Liquidity (X)
Leverage (X)
Growth
opportunity(X)
Frm Size(X)
Financial
distress(X)
Profitabilitas
Metode
Penelitian
Perbedaan
1. Tidak
menggunakan
Variabel
Profitabilitas
2. Objek
Penelitian
4 Tri
Bodroast
uti dkk.
Vol 16
No 1
(2019)
“Faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
kebijakan
hedging
Perusahaan
Manufaktur
Non Financial
Firm size,
Managerial
ownership,
Liquidity,
Financial
distress,
Growth
opportunity
dan Leverage
Firm Size,
Managerial
ownership
berpengaruh
signifikan
terhadap
keputusan
hedging
Liquidity,
Persamaan
1. Menggunakan
Variabel
Firm size
Managerial
ownership
Liquidity
Financial
distress
Page 67
50
di BEI Periode
2011-2015
Analisis
Regresi
Logistik
Financial
distress,
Growth
opportunity dan
Leverage tidak
signifikan
terhadap
keputusan
hedging
Growth
opportunity
Leverage
Perbedaan
1. Tidak
menggunakan
Variabel
Managerial
ownership
2. Objek
Penelitian
5 Chin Kar
Seng and
Hassanud
in Mohd
Thas
Thaker.
Malaysia
Vol4 No
4 (2018).
“Determinants
of Corporate
Hedging
Practices:
Malaysian
Evidence ”.
Y= Keputusan
Hedging
X= Leverage,
Liquidity,
Profitability,
managerial
ownership ,
Invesment
growth,
Leverage
Analisis
Regresi
Leverage,
berpengaruh
signifikan
terhadap
Aktivitas
Hedging .
Liquidity,
Dividen Payout
Ratio,
Managerial
Ownership
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
Aktivitas
Hedging.
Persamaan
1. Menggunakan
Variabel
Leverage (X)
Likuiditas(X)
Keputusan
Hedging(Y)
Perbedaan
2. Tidak
Menggunakan
Variabel
Financial
distress,
Growth
Opportunity,
Firm size (X)
3. Objek
Penelitian
Page 68
51
4. Metode
Penelitian
6 Dimas
Prasetyo
Kurniaw
an dan
Nadia
Asandimi
tra. Vol 6
No 1
(2018).
“Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Penggunaan
Instrumen
Derivatif
sebagai
Pengambilan
Keputusan
Hedging
Perusahaan
Sektor
Keuangan yang
terdaftar di BEI
2011-2015”
Y= Keputusan
Hedging
X= Leverage,
Liquidity,
Profitability,
Growth
Oppurtunity,
Firm value
Analisis
Regresi
Logistik
Liquidity,
Profitability,
Growth
Oppurtunity,
berpengaruh
signifikan
terhadap
harga saham.
Leverage,
Profitability
Firm value
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
Aktivitas
Hedging.
Persamaan
1. Menggunakan
Variabel
Leverage (X)
Likuiditas(X)
Growth
opportunity
(X)
Firm size(X)
Keputusan
Hedging(Y)
2.Metode
Penelitian
Perbedaan
1. Tidak
Menggunakan
Variabel
Financial
distresss
Prifitability(X
)
2. Objek
Penelitian
7 Goknur
Buyukka
ra, et al.
(2018)
“Exchange
Rate Risk and
Corporate
Hedging:
Liquidity, Firm
size, Growth
opportunity ,
Hasil kami
mengungkap
kan bahwa
perubahan
Persamaan
1. Menggunakan
Variabel
Leverage (X)
Page 69
52
Evidence from
Turkey”
,Leverage,
dividend yield,
Analisis
Regresi
Logistik
nilai tukar
memiliki
dampak
signifikan
terhadap
perilaku
lindung nilai
perusahaan.
Baik leverage
keuangan,
Growth
opportunity¸
Firm size dan
rasio cakupan
bunga
memiliki
signifikan.
Temuan juga
menunjukkan
bahwa
perusahaan
termotivasi
untuk
melakukan
lindung nilai
lebih ketika
kondisi
ekonomi
memburuk.
Likuiditas(X)
Growth
opportunity
(X)
Firm size(X)
Keputusan
Hedging(Y)
2.Metode
Penelitian
Perbedaan
1.Tidak
mengunakan
variabel
Financial
distress
Dividen
Yield
2. Objek
Penelitian
Page 70
53
8 Kiptoo
Tanui
dan Dr
Karanja
Ngugi
Vol 5
No 1
(2017)
Kiptoo Tanui
dan Dr Karanja
Ngugi Vol 5
No 1 (2017)
“Determinants
of Corporate
Hedging
Practices Used
By Companies
Listes in
Nairobi
Securit”
Exchange”
Afrika
Liquidity, ,
Growth
opportunity ,
cash flow
volatility, long
debt ratio,
Analisis
Regresi
Logistik
Liquidity,
Growth
opportunity
berpengaruh
signifikan
terhadap
Aktivitas
Hedging
Long debt
ratio, cash
flow volatility
berpengaruh
tidak
berpengaruh
terhadap
Aktivitas
Hedging
Persamaan
1.Menggunakan
Variabel
Liquidity(X)
Growth
opportunity
(X)
Financial
distress(X)
Keputusan
Hedging(Y)
2.Metode
Penelitian
Perbedaan
1. Tidak
menggunakan
Variabel
cash flow
volatility
2. Objek
Penelitian
9 Ni
Nengah
Novi dan
Gede
Merta.
Vol 6 No
1 (2017)
“Pengaruh
Leverage,
Profitabilitas
dan Likuiditas
terhadap
Keputusan
Hedging
Perusahaan
sektor
Debt to equity
ratio, Current
ratio, Return
on Asset
Analisis
Regresi
Logistik
Leverage,
Likuiditas dan
Profitability
Berpengaruh
Signifikan
terhadap
keputusan
hedging
Persamaan
1. Menggunakan
Variabel
Leverage (X)
Likuiditas(X)
Profitability
(X)
Keputusan
Hedging(Y)
Page 71
54
Pertambangan
di BEI Periode
2010-2014
2. Metode
Penelitian
3. Objek
Penelitian
Perbedaan
1. Tidak
Menggunakan
Variabel
Financial
distress,
Growth
opportunity,
Firm size
Profitability
10 Nyoman
Norita
dan Gede
Merta.
Vol 6 No
3 (2017)
“Pengaruh
Leverage,
Kesempatan
tumbuh,
Kebijakan
Dividen
terhadap
Keputusan
Hedging PT
Unilever Tbk.
Leverage,
Growth
opportunity,
Kebijakan
Dividen
Regresi
Linear
Berganda
Leverage,
Kesempatan
Tumbuh,
Kebijakan
Dividen
berpengaruh
signifikan
terhadap
keputusan
hedging
Persamaan
1. Menggunakan
Variabel
Leverage (X)
Growth
opportunity(X)
Keputusan
Hedging (Y)
2. Metode
Penelitian
Perbedaan
1. Tidak
Menggunakan
Variabel
Kebijakan
Dividen
Page 72
55
Financial
distress
Firm size
2. Metode
Penelitian
Objek Penelitian
11 Friska
Saragih
dan
Musdholi
fah Vol 5
No 2
(2017).
“Pengaruh
Growth
opportunity,Fir
m size,dan
Liquidity
terhadap
Keputusan
Hedging pada
perusahaan
Perbankan
Indonesia”.
Y= Keputusan
Hedging
X=Growth
opportunity,Fi
rm size,dan
Liquidity
Analisis
Regresi
Logistik
Growth
opportunity,F
irm
size,berpenga
ruh terhadap
Aktivitas
Hedging.
Liquidity
tidak
berpengaruh
terhadap
Aktivitas
Hedging.
Persamaan
1. Menggunakan
Variabel
Growth
opportunity(X)
Likuiditas(X)
Firm size(X)
Keputusan
Hedging(Y)
2. Metode
Penelitian
Perbedaan
1. Tidak
Menggunakan
Variabel
Financial
distress
Leverage (X)
3.Objek Penelitian
12 Cigdem
Vural-
Yavas
Turkey.
Vol 8 No
“Determinants
of Corporate
Hedging:
Evidence from
Y= Keputusan
Hedging
Liquidity,
Leverage,
Profitability,
Firm size,
Profitability,
Dividend
Payment,
Foreign Sales
Persamaan
1. Menggunakan
Variabel
Leverage (X)
Likuiditas(X)
Page 73
56
12
(2016).
Emerging
Market”.
Dividend
Payment,
Foreign Sales,
institutional
ownership,
Firm size,
Analisis
Regresi
Logistik
berpengaruh
signifikan
terhadap
Aktivitas
Hedging.
Liquidity,
Dividend
Payment,
Institusional
Ownership,
Foreign
Ownership
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
Aktivitas
Hedging.
Firm size (X)
Keputusan
Hedging(Y)
2. Metode
Penelitian
Perbedaan
1. Tidak
Menggunakan
Variabel
Financial
distress(X),
Growth
Opportunity(X),
2. Objek
Penelitian
13 Ima
Mediana
dan
Harjum
Muharam
.Vol 5 No
2 (2016).
Analisis
Faktor-Faktor
yang
mempengaruhi
Pengambilan
Keputusa
Lindung Nilai
menggunakan
Instrumen
Derivatif
(Studi Kasus
Perusahaan
Y= Keputusan
Hedging
X= Leverage,
Current ratio
Cash Ratio,
Growth
opportunity,
Analisis
Regresi
Logistik
CR, Growth
opportunity,
berpengaruh
signifikan
terhadap
Aktivitas
Hedging.
Leverage,
Cash Ratio,
tidak
berpengaruh
signifikan
Persamaan
1. Menggunakan
Variabel
Leverage (X)
Current
ratio(X)
Growth
opportunity(X)
Keputusan
Hedging(Y)
2. Metode
Penelitian
Page 74
57
Manufaktur di
BEI 2010-
2014)”.
terhadap
Aktivitas
Hedging.
Perbedaan
1. Tidak
Menggunakan
Variabel
Cash Ratio(X)
Objek
Penelitian
14 I Gusti
Putu
Agung,
dan Putu
Vivi
Lestari.
Vol 5 No
2 (2016)
“Pengaruh
Leverage,
Growth
opportunity dan
Liquiditas
terhadap
Pengambilan
Keputusan
Hedging PT
Indosat Tbk
Leverage,
Growth
opportunity
dan Likuiditas
Regresi
Linear
Berganda
Leverage,
Growth
opportunity
dan
Likuiditas
berpengaruh
signifikan
terhadap
keputusan
hedging
Persamaan
1. Menggunakan
Variabel
Leverage
(X)
Growth
opportunity
(X)
Likuiditas
(X)
Keputusan
Hedging
(Y)
Perbedaan
1. Tidak
Menggunakan
Variabel
Financial
distress
Firm size
2. Metode
Penelitian
Page 75
58
3. Objek
Penelitian
15 Crissy
Norris
Sianturi
dan Irene
Rini
Demi
Pangestut
i Vol 4
No 4
(2015)
“Pengaruh
Liquidity, Firm
size, Growth
opportunity,
Financial
distress,
Leverage,
Manageriaal
Ownership
terhadap
Aktivitas
Hedging Studi
Kasus
Perusahaan
Non Financial
di BEI”
Y= Keputusan
Hedging
X= Likuidity,
Firm size,
Growth
opportunity,
Financial
distress,
Leverage,
Manageriaal
Ownership
Analisis
Regresi
Logistik
Leverage,
Firm size,
Growth
opportunity,
Financial
distress
berpengaruh
signifikan
terhadap
Aktivitas
Hedging..
Likuidity,
Growth
opportunity,
Leverage,
Manageriaal
Ownership
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
Aktivitas
Hedging
Persamaan
1.Menggunakan
Variabel
Leverage (X)
Likuiditas(X)
Growth
opportunity
(X)
Financial
Distres (X)
Firm size(X)
Keputusan
Hedging(Y)
2.Metode
Penelitian
Perbedaan
1. Tidak
Menggunakan
Variabel
Managerial
ownership (X)
2. Objek
Penelitian
16
Gatot
Nazir
Ahmad
dkk Vol
“Analysis of
Hedging
Determinants
with Foreign
Currency
Y= Keputusan
Hedging
X= Liquidity,
Firm size
,Leverage,
Liquidity,
Firm size
,Leverage,
Growth
opportunity,b
Persamaan
1. Menggunakan
Variabel
Leverage (X)
Likuiditas(X)
Page 76
59
6 No 2
(2015)
Derivative
Instruments on
Companies
Listed on BEI
Period 2012-
2015”
Growth
opportunity.
Analisis
Regresi
Logistik
erpengaruh
signifikan
terhadap
keputusan
Hedging.
Leverage,
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
keputusan
Hedging
Growth
Opportunity
(X)
Firm size(X)
Keputusan
Hedging(Y)
2.Metode
Penelitian
Perbedaan
1. Tidak
Menggunakan
Variabel
Financial
distress (X)
2. Objek
Penelitian
17 Dr Naved
Iqbal
Chudry,
et al.
Pakistan
Vol 21
No 7
(2014).
“Determinants
of Corporate
Hedging
Policies and
Derivatives
Usage in Risk
Management
Practices of
Non Financial
Firms”.
Y= Keputusan
Hedging
X= Leverage,
Dividen Per
Share,Quick
Ratio, Price to
earning ratio,
Market to book
value,
Analisis
Regresi
Leverage,
Quick Ratio,
Price to
earning ratio,
Market to
book value ,
Firm Size
berpengaruh
signifikan
terhadap
Aktivitas
Hedging .
Quick Ratio
tidak
berpengaruh
Persamaan
1. Menggunakan
Variabel
Frm Size(X)
Leverage(X)
Keputusan
Hedging(Y)
2. Metode
Penelitian
Perbedaan
1. Tidak
Menggunakan
Variabel
Financial
distress,
Page 77
60
signifikan
terhadap
Aktivitas
Hedging.
Growth
Opportunity,
Dividen Per
Share,
Quick Ratio
Price to
earnibg ratio
(X)
2. Objek Penelitian
3. Metode
Penelitian
(Sumber: Kumpulan Penelitian Terdahulu)
C. Keterkaitan Antar Variabel
1. Pengaruh Debt to equity ratio terhadap Keputusan Hedging
Debt to equity ratio atau DER merupakan rasio keuangan yang
digunakan untuk menunjukan sejauh mana pendanaan dari hutang
digunakan jika dibandingkan dengan pendanaan ekuitas (Kasmir:
2013).
Perusahaan dengan leverage (debt to equity ratio) yang tinggi
menggambarkan bahwasanya perusahaan sedang dihadapkan dengan
risiko kesulitan finansial. Dalam artian, perusahaan beresiko gagal di
saat mencari pinjaman lebih kepada kreditur. Suatu Perusahaan
multinasional yang melakukan hutang luar negeri dalam memenuhi
kebutuhan keuangan perusahaan. Setiap perusahaan yang melakukan
hutang luar negeri akan mengalami resiko valas dimana posisi rupiah
Page 78
61
akan terdepresiasi maupun terapresiasi oleh mata uang negara lain yang
dapat mengancam perusahaan menjadi pailit atau bangkrut sehingga
tindakan lindung nilai menjadi keputusan yang akan diambil
perusahaan. (Prasetyo dan Asandimitra: 2018).
Semakin tinggi debt to equity ratio, maka semakin tinggi
risiko yang didapatkan oleh suatu perusahaan, hal ini akan semakin
memperkuat suatu perusahaan untung melakukan keputusan hedging
atau lindung nilai, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sianturi dan Pangestuti (2015).
Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Dr Naved, et al (2014)
Chin Kar Seng dan Hassanudin (2018) dan Sianturi dan Pangestuti
(2015) yang menyatakan bahwa leverage (debt to equity ratio)
berpengaruh signifikan terhadap keputusan hedging.
2. Pengaruh Likuiditas terhadap Keputusan Hedging
Rasio likuiditas digunakan sebagai alat ukur kemampuan
perusahaan dalam membayar pinjaman jangka pendeknya pada saat
jatuh tempo (Kasmir: 2013).
Rasio ini menjadi tolak ukur para investor maupun perusahaan
untuk melihat kemampuan dalam memenuhi kewajiban. Tingkat
likuditas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mengalami
tingkat kesulitan keuangan yang rendah. Sehingga risiko yang muncul
juga akan berkurang atau semakin kecil. perusahaan bisa menurunkan
kemungkinan kesulitan keuangan dengan memiliki aset yang lebih
Page 79
62
likuid memastikan bahwa dana akan tersedia untuk membayar klaim
utang (Ima: 2016). perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi
akan memiliki lebih sedikit kebutuhan akses pembiayaan eksternal yang
mahal untuk mendanai program investasi mereka, sehingga risiko yang
muncul akan kecil. Dengan demikian semakin tinggi nilai likuiditas
semakin rendah aktivitas hedging karena risiko kesulitan keuangan
semakin rendah pula dan begitu sebaliknya (Nazir, dkk: 2015).
Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Mediana dan Muharam
(2016), Nazir, dkk (2015), Kiptoo dan Dr Karanja (2017) menyatakan
bahwa likuiditas (current ratio) berpengaruh signifikan terhadap
keputusan hedging.
3. Pengaruh Growth Oppourtunity terhadap Keputusan Hedging
Growth opportunity merupakan peluang dan kemampuan
perusahaan untuk berkembang di masa depan dengan memanfaatkan
peluang investasi (Hery, 2016: 223). Perusahaan dengan growth
opportunity yang tinggi akan cenderung membutuhkan dana dalam
jumlah yang cukup besar untuk membiayai pertumbuhan tersebut pada
masa yang akan datang. Growth opportunity yang tinggi akan
mendorong perusahaan untuk mempertahankan labanya sebagai
retained earnings, selain itu juga akan tetap mengandalkan
pendanaannya melalui sumber dana eksternal yang lebih besar (Saragih
dan Musdholifah: 2017). Hal ini menjadikan perusahaan rentan
terdampak eksposur valuta asing. Jadi semakin tinggi growth
Page 80
63
opportunity perusahaan, semakin besar kemungkinan perusahaan untuk
menjalankan kebijakan hedging.
Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Agung dan Lestari (2016)
Buyukkara, et al (2017) menyatakan bahwa growth opportunity
berpengaruh signifikan terhadap keputusan hedging.
4. Pengaruh Financial distress terhadap Keputusan Hedging
Financial distress merupakan kesulitan keuangan merupakan
situasi dimana arus kas operasi tidak mencukupi untuk membiayai
kewajiban sekarang yang ada seperti membayar hutang usaha atau
membayar bunga (Ross et al: 2008).
Salah satu pengukuran financial distress dapat diterangkan dari
perhitungan Altman Z-Score. Untuk mengurangi kesulitan keuangan
maka perusahaan membutuhkan biaya yang besar. Sehingga untuk
mengurangi kesulitan perusahaan lebih baik melakukan aktivitas
hedging. Dengan asumsi kebijakan investasi tetap, hedging dapat
mengurangi nilai sekarang dari biaya kesulitan keuangan bahkan jika
hedging mahal. Akibatnya, lindung nilai meningkatkan kekayaan
pemegang saham karena mengurangi nilai yang diharapkan daribiaya
kebangkrutan langsung. (Sianturi dan Pangestuti: 2015)
Perusahaan yang memiliki nilai Atlman Z-Score yang rendah
mengindikasikan perusahaan, tersebut tergolong tidak sehat, atau
kecenderungan kebangkrutannya tinggi, hal tersebut membuat
perusahaan tersebut akan lebih berhati-hati dalam mengelola
Page 81
64
keuangannnya dengan strategi lindung nilai menggunakan instrumen
derivatif. Sehingga semakin kecil nilai Atlman z-score, maka motivasi
perusahaan untuk melakukan lindung nilai semakin besar ( Ima dan
Harjum: 2016).
Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Sianturi dan Pangestuti
(2015) dan Mediana dan Muharam (2016) menyatakan bahwa financial
distress berpengaruh signifikan terhadap keputusan hedging
5. Pengaruh Firm Size terhadap Keputusan Hedging
Firm size adalah besar kecilnya perusahaan berdasarkan nilai
ekuitas, nilai penjualan, dan nilai total aktiva (Nazir: 2015). Semakin
besar suatu perusahaan akan semakin banyak pula keputusan yang
dilakukan oleh perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan
kecil. Salah satu keputusan yang dilakukan oleh perusahaan besar
tersebut diantaranya melakukan ekspansi perusahaan keluar negeri.
Dengan lingkup yang berbeda dengan keadaan dalam negeri maka akan
meningkatkan risiko terhadap perusahaan tersebut sehingga dibutuhkan
hedging guna meminimalisir risiko ( Bodroastuti, dkk: 2019). Semakin
besar firm size, semakin besar pula risiko eksposur valuta asing yang
dihadapinya, sehingga dimungkinkan perusahaan semakin besar
melakukan kebijakan hedging.
Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Cingdem (2016), Saragih
dan Musdholifah (2017), Bodroastuti, dkk (2019) menyatakan
bahwa\firm size berpengaruh signifikan terhadap keputusan hedging.
Page 82
65
D. Kerangka Pemikiran
Skema kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berik
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran
Page 83
66
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan pernyataan
singkat yang disimpulkan dari tinjauan pustaka dan merupakan uraian
sementara dari permasalahan yang perlu diujikan kembali. Suatu hipotesis
akan diterima jika hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis
tersebut benar, begitu pula sebaliknya.
Hipotesis-hipotesis yang dibentuk dalam penelitian ini didasarkan
pada penelitian sebelumnya. Berdasarkan teori dan latar belakang
permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat dibuat
beberapa hipotesis terhadap permasalahan sebagai berikut:
1. H1 = Terdapat Pengaruh Secara Simultan Leverage, Likuiditas,
Growth opportunity, Financial distress dan Firm size terhadap
keputusan Hedging pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar
Di BEI Tahun 2014-2018
2. H2 = Terdapat Pengaruh secara Parsial Leverage, Likuiditas, Growth
opportunity, Financial distress dan Firm size terhadap keputusan
Hedging pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI tahun
2014-2018
Page 84
67
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif
adalah pendekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan manajerial dan
ekonomi (Kuncoro, 2018:3). Peneliti mengambil metode ini karna data yang
akan diolah pada penelitian adalah laporan keuangan perusahaan
pertambangan yang berbentuk angka. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan data sekunder berupa laporan tahunan dari masing-masing
perusahaan yang di publikasikan dari tahun 2014 sampai dengan 2018.
Objek dalam penelitian ini adalah Perusahaan Pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2014-2018.
Penelitian ini dimulai dari mengumpulkan data-data yang dibutuhkan terkait
dengan Leverage menggunakan indikator Debt to equity ratio (DER),
Liquidity menggunakan proksi Current ratio (CR), Growth opportunity,
Firm size, Financial distress terhadap Hedging. Perhitungan ini dilakukan
dengan menggunakan Microsoft Excel 15 dan SPSS.
B. Metode Penentuan Sampel
Menurut Sugiyono (2017: 80) populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
Perusahaan Pertambangan di BEI.
Page 85
68
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2017:81). Dalam penelitian ini sampel
yang digunakan sebanyak 30 perusahaan. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017:85).
Adapun kriteria perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan Sektor Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2014-2018.
2. Perusahaan Sektor Pertambangan yang telah melakukan IPO di bursa
efek masing-masing negara secara konsisten dan tidak pernah
delisting dari tahun 2014-2018.
3. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan atau laporan
tahunan secara lengkap dari tahun 2014-2018.
Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan
ditampilkan dalam tabel. Berikut tabel yang ditampilkan:
Page 86
69
Tabel 3. 1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No Kriteria Jumlah
1. Perusahaan pada sektor Pertambangan di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2014-2018
41
2. Perusahaan Sektor Pertambangan yang tidak
melakukan IPO
(8)
3. Perusahaan Pertambangan yang tidak
mempublikasikan Laporan tahunan secara lengkap
3
4 Perusahaan Pertambangan yang mempublikasikan
Laporan tahunan secara lengkap
30
Total Sampel data selama 5 tahun penelitian 30
(Sumber: Hasil Olah Data)
Tabel 3. 2 Sample Perusahaan Pertambangan di BEI 2014-2018
No. Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
1 ADRO Adaro Energy Tbk
2 ARII Atlas Resources Tbk
3 ATPK Bara Jaya International Tbk
d.h ATPK Resources Tbk
d.h Anugrah Tambak Perkasindo Tbk
4 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk
5 BUMI Bumi Resources Tbk
6 BYAN Bayan Resources Tbk
7 DEWA Darma Henwa Tbk
8 DOID Delta Dunia Makmur Tbk
d.h Delta Duna Propertindo Tbk
9 GEMS Golden Energy Mines Tbk
Page 87
70
1 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk
11 HRUM Harum Energy Tbk
12 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk
13 KKGI Resources Alam Indonesia Tbk
14 MYOH Samindo Resources Tbk
d.h MYOH Technology Tbk.
15 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
16 PTRO Petrosea Tbk
17 SMMT Golden Eagle energy Tbk
d.h Entertainment International Tbk
d.h Setiamandiri Miratama Tbk
d.h The Green Pub
18 TOBA Toba Bara Sejahtera Tbk
19 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk
20 BIPI Benakat Integra Tbk
d.h Benakat Petroleum Energy Tbk
21 ELSA Elnusa Tbk
22 ENRG Energi Mega Persada Tbk
23 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk
24 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk
25 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk
26 INCO Vale Indonesia Tbk
d.h Inco Indonesia Tbk
27 PSAB J Resources Asia Pasific Tbk
d.h Pelita Sejahtera Abadi Tbk
28 SMRU SMR Utama Tbk
29 TINS Timah (Persero) Tbk
30 MITI Mitra Investindo Tbk
(Sumber: Hasil Olah Data)
Page 88
71
C. Metode Pengumpulan Data
Di dalam sebuah penelitian proses pengambilan data terbagi menjadi
dua cara sebagai sumber penelitian, sumber data primer dan sumber data
sekunder. Menurut Sugiyono (2014:131) data sekunder adalah sumber data
dalam sebuah penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau
menggunakan perantara orang lain.
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder tersebut berupa
laporan keuangan tahunan Perusahaan Petambangan dari websitenya
masing-masing dari tahun 2014-2018. Selain itu sebagai pendukung juga
didapati dari website penyedia informasi harga penutupan saham (closing
price) dari www.investing.com. Juga dari jurnal, karya ilmiah, artikel dan
referensi buku sebagai bahan acuan dalam penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan kegiatan penelitian yang
didasarkan pada cirri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis
untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertenty (Sugiyono,
2017:2). Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik. Adapun
analisis yang digunakan sebagai berikut:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2016) deskriptif merupakan analisis data yang
dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan variabel yang diteliti
suatu data untuk pengambilan keputusan yang dilihat dari nilai rata-rata,
maksimun, sum, dan minimum. Statistik deskriptif adalah statistik yang
Page 89
72
berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap
obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana
adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum dalam statistik deskriptif ini, akan dikemukakan
cara-cara penyajian data, dengan tabel biasa maupun distribusi
frekuensi, penjelasan kelompok melalui modus, median, mean dan
variasi kelompok melalui rentang dan simpangan baku (Sugiyono,
2014: 21).
2. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2018:107) Uji multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Tidak
orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama
variabel independen sama dengan nol.
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIP). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen manakah yang dijelakan oleh variabel independen lainnya.
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai
VIF >10 (Ghozali, 2018:107-108).
Page 90
73
Menurut Montogomery et.al (2012:17) uji multikolinearitas sangat
di rekomendasikan untuk di uji pada regresi logistik, karena uji
multikolinearitas bisa dijadikan pertimbangan untuk menjalankan
tahapan berikutnya (karena masalah ini sering terjadi) yaitu regresi
logistik.
3. Analisis Regresi Logistik
Pada penelitian ini dgunakan regresi logistik karena penelitian ini
memiliki satu variabel dependen yang non matrix (nominal) serta
memiliki variabel independen lebih dari satu.
Regresi logistik merupakan suatu teknik untuk membuat prediksi
terhadap variabel tergantung berskala nominal (variabel dummy)
dengan menggunakan variabel bebas berskala interval (Sarwono,2013:
18).
Sementara menurut Hair, et al (2010), regresi logistik merupakan
bentuk khusus regresi yang diformulasikan untuk memprediksi dan
menerangkan satu variabel kategotis biner. Regresi logistik disebut juga
regresi biner karena variabel tergantung yang diprediksi merupakan
variabel biner atau kategoris.
Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji
apakah probabilitas terjadinya variabel dependen (terikat) dapat
diprediksi oleh variabel bebasnya (variabel independen). Dalam
penggunaanya, regresi logistik tidak memerlukan distribusi yang
normal pada variabel independen. Di samping itu, teknik analisis ini
Page 91
74
tidak memerlukan uji normalitas pada variabel bebasnya (variabel
independen) (Ghozali, 2018:325) .
Kuncoro (2018) mengatakan bahwa regresi logistik memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan teknik analisis lain, yaitu:
1. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel
bebas yang digunakan dalam model.
2. Variabel independen dalam regresi logistik bisa campuran dari
variabel kontinyu, distkrit, dan dikotomis.
3. Regresi logistik amat bermanfaat digunakan apabila distribusi
respon atas variabel terikat diharapkan nonlinear.
Regresi Logistik adalah suatu persamaan regresi yang terdiri dari
variabel dependent dengan angka 0 dan 1 yang hasilnya akan
berbentuk probilibality yang diikuti dengan beberapa independen
variabel. Pada model logit, variabel dependen terdiri atas bilangan
biner 0 atau 1 (mewakili kondisi ya atau tidak). (Edy Supriadi: 2014)
Bedasarkan data pada penelitian ini variabel dependen
menggunakan variabel numeric atau variabel satu-nol atau variabel
dummy. Dimana perusahaan yang mengguanakan Keputusan Hedging
akan diberi kode “1” dan perusahaaan dengan status “Tidak
menggunakan Keputusan Hedging” akan diberi kode “0”. Dan
variabel independen pada penelitian ini adalah Leverage (Debt to
equity ratio), Likuiditas (Current Ratio), Growth opportunity,
Page 92
75
Financial distress dan Firm Size. Maka persamaan regresi logistik
yang digunakan sebagai berikut:
Bentuk Persamaan
Keterangan:
𝐿𝑛 (𝑝𝑡
1−𝑝𝑡) = Log dari perusahaan yang melakukan keputusan Hedging
dan tidak menggunakan keputusan Hedging
b0 = Konstanta
b1 = Koefisien regresi Debt to equity ratio
b2 = Koefisien regresi Current Ratio
b3 = Koefisien regresi Growth opportunity
b4 = Koefisien regresi Financial distress
b5 = Koefisien regresi Firm Size
e = error
4. Tahapan Analisis Regresi Logistik
a. Uji Keseluruhan model ( overall model fit)
Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood.
Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang
dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis
nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL
(Ghozali,2018:332). Menurut (Gio dan Elly: 231) Dalam regresi
logistik, hasil selisih statistik -2Log Likelihood antara model regresi
𝑳 = 𝑳𝒏 (𝒑𝒕
𝟏 − 𝒑𝒕) = 𝒃𝟎 + 𝒃𝟏𝑫𝑬𝑹 + 𝒃𝟐𝑪𝑹 + 𝒃𝟑𝑮𝑶 + 𝒃𝟒 𝑭𝑫 + 𝒃𝟓 𝑭 + 𝒆𝒕
Page 93
76
logistik yang menggunakan satu set variabel bebas dan model yang
lebih sederhana dapat digunakan untuk mengetahui apakah model
regresi logistik yang menggunakan satu set variabel bebas lebih baik
dalam mencocokan data dibandingkan model regresi logistik yang
sederhana. Jika statistik -2LogLikelihood yang pada model regresi
logistik yang menggunakan variabel bebas lebih kecil dibandingkan
model yang tidak melibatkan variabel bebas, sehingga model regresi
logistik yang melibatkan variabel bebas lebih baik dalam hal
mencocokan data.
b. Uji Koefisien Determinasi (Cox dan Snell’s R square)
Merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran 𝑅2 pada
multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood
dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit
diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square merupakan modifikasi dari
koefisien Cox dan Snell’s untuk memastikan bahwa nilainya
bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara
membagi nilai Cox dan Snell’s 𝑅2 dengan nilai maksimumnya. Nilai
negelkerke’s 𝑅2 dapat diinterpretasikan seperti nilai 𝑅2 pada
multiple regression. (Ghozali, 2018:333)
c. Uji Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow’s Goodness
of Fit Test)
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Menguji
hipotesis nol dan data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak
Page 94
77
ada fit perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat
dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness-of-fit
test statistik sama dengan atau kurang 0.05, maka hipotesis nol
ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan
nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s
Goodness-of fit test lebih besar dari 0.05, maka hipotesis nol tidak
dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai
observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena
cocok dengan data observasinya. (Ghozali, 2018:333)
d. Pengujian Hipotesis Penelitian
1) Uji Signifikansi Model Secara Simultan (Omnibus Test of Model
Cofficients)
Tabel Omnibus Test of Model Coefficients menunjukan
signifikansi model regresi biner logistik yang diperoleh dari hasil
penelitian. Apabila nilai Sig < a = 0,05 maka dapat diasumsikan
setidaknya ada satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap
model (Pramesti, 2013: 64).
Menurut Gio dan Elly (2016: 242) Untuk menguji apakah
model regresi logistik yang melibatkan variabel bebas signifikan
secara statistik lebih baik/akurat dalam hal mencocokan data
dibandingkan model sebelumnya (tanpa melibatkan variabel
bebas), maka bandingkan nilai Sig. untuk Step 1 (Step) yakni
Page 95
78
0,000 terhadap tingkat signifikansi 0,05. Nilai Sig. disebut juga
dengan nilai probabilitas (p-value).
Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk menguji
seberapa jauh semua variabel independen yang dimasukan dalam
model mempunyai pengaruh terhadap terhadap Keputusan
Hedging. Adapun hipotesis untuk menilai pengujian ini adalah
sebagai berikut:
H0 : b1=b2=b3=b4=b5 = 0, yang artinya Leverage, Likuiditas,
Growth opportunity, Financial distress dan Firm size
secara simultan tidak memiliki pengaruh terhadap
Keputusan Hedging
Ha: b1≠b2≠b3≠b4≠b5= a, yang artinya Leverage, Likuiditas,
Growth opportunity, Financial distress dan Firm size
secara simultan memiliki pengaruh terhadap Keputusan
Hedging
2) Uji Signifikansi Model Secara Parsial ( Uji Wald)
Uji signifikansi didalam model logit ini dilakukan sama
dengan uji t pada regresi linear berganda yaitu untuk mengetahui
apakah koefisien variabel independen di dalam model logit
berebeda dengan 0 atau tidak. Uji signifikansi model logit ini
menggunakan uji statistika Wald. Dari uji statistika Wald ini kita
bisa mengetahui apakah variabel independen mempengaruhi
Page 96
79
variabel dependen didalam model regresi logistic (Widarjono,
2015:114).
Dalam regresi linear, baik sederhana maupun berganda, uji
𝑡 digunakan untuk menguji signifikansi dari koefisien regresi
populasi 𝛽𝑖 secara individu. Pada regresi logistik, uji signifikansi
koefisien regresi populasi secara individu dapat diuji dengan uji
Wald. Dalam uji Wald, statistik yang diuji adalah statistik Wald
(Wald statistic). Nilai statistik dari uji Wald berdistribusi chi-
kuadrat. Hipotesis nol dari uji Wald menyatakan koefisien regresi
populasi signifikan secara statistika bernilai nol. Hal ini berarti
pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas tidak
signifikan secara statistika. Hipotesis alternatif menyatakan
koefisien regresi populasi signifikan secara statistika berbeda dari
nol. Dengan kata lain, pengaruh variabel bebas terhadap variabel
tak bebas signifikan secara statistika Menurut Field, 2009 dalam
(Gio dan Elly, 2016: 234). Berikut aturan pengambilan keputusan
berdasarkan nilai probabilitas.
Jika sig > 0.05 H0 diterima dan Ha ditolak
Jika sig < 0.05 H0 ditolak dan Ha diterima
E. Operasional Variabel Penelitian
Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi operasional variabel yang
digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari variabel dependen dan
independen, yaitu:
Page 97
80
1. Variabel Dependen
Aktivitas Hedging (Y) Lindung nilai (hedging) adalah suatu
strategi yang diciptakan untuk mengurangi timbulnya risiko bisnis yang
tidak terduga dan merupakan salah satu fungsi ekonomi dari
perdagangan berjangka, yaitu transfer of risk. Dalam penelitian ini
hedging tersebut menggunakan instrumen derivatif seperti Kontrak
Future, Kontrak Forward, Swap dan Opsi (Option). Sehingga objek
perusahaan yang diteliti dalam penelitian ini dengan melihat laporan
keuangan, apabila perusahaan menggunakan instrumen derivatif
sebagai keputusan hedging akan diberi angka 1 sebagai kategori bahwa
perusahaan tersebut melakukan keputusan hedging. Sedangkan
perusahaan yang tidak menggunakan keputusan hedging akan diberi
angka 0.
2. Variabel Independen
a. Leverage (X1)
Menurut Brigham dan Houston (2006) rasio leverage
merupakan rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan
menggunakan pendanaan melalui utang. Menurut Kasmir
(2013:157) Debt to equity ratio adalah : “Debt to equity ratio
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan
ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara
seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.
Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan.
Page 98
81
dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
b. Liquidity (X2)
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan sebagai alat
ukur kemampuan perusahaan dalam membayar pinjaman jangka
pendeknya pada saat jatuh tempo. (Kasmir, 2013). Dalam
penelitian ini untuk mengukur tingkat likuiditas menggunakan
proksi Rasio Lancar (Current ratio). Current ratio sendiri
merupakan rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Tujuannya
untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi
kewajiban lancar (utang lancar) yang telah jatuh tempo. Menurut
Mamduh dan Abdul Halim (2012). Current ratio dapat
diformulasikan sebagai berikut :
c. Growth opportunity (X3)
Peluang Pertumbuhan (Growth opportunity) adalah
peluang pertumbuhan suatu perusahaan di masa depan (Hery,
2016: 223). Growth oportunity yaitu perusahan yang memilki
𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕
𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔
𝑫𝑬𝑹 = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝒆𝒃𝒕
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚
Page 99
82
kesempatan atau peluang untuk mencapai tingkat pertumbuhan
yang tinggi. Tentunya Perusahan dengan tingkat pertumbuhan
yang tinggi akan lebih banyak membutuhkan dana terutama dana
eksternal untuk memenuhi kebutuhan investasinya, dana
tersebut didapat dari pinjaman-pinjaman yang kemungkinan bisa
didapat dari luar negeri sehingga akan menimbulkan risiko yang
besar, sehingga perusahaan harus melakukan kebijakan lindung
nilai untuk mengantisipasi kebangkrutan (Aditya dan
Asandimitra, 2019).
Proksi yang digunakan untuk mengukur kesempatan
tumbuh perusahaan atau growth opportunity adalah MVE/BVE
yaitu perbandingan antara Market Value of Equity dan Book
Value of Equity. Menurut (Aretz, 2007) secara sistematis Growth
Opportunity dapat dirumuskan sebagai berikut :
d. Financial distress (X4)
Financial distress merupakan kesulitan keuangan
merupakan situasi dimana arus kas operasi tidak mencukupi
untuk membiayai kewajiban sekarang yang ada seperti
membayar hutang usaha atau membayar bunga (Ross et al:
2008). Financial distress akan terjadi apabila perusahaan
mengalami kesulitan keuangan yang mengharuskan perusahaan
𝑮𝒓𝒐𝒘𝒕𝒉 𝑶𝒑𝒑𝒐𝒓𝒕𝒖𝒏𝒊𝒕𝒚 =𝐌𝐕𝐄
𝐁𝐕𝐄
Page 100
83
melindungi perusahaannya dari ancaman kebangkrutandan
tindakan hedging menjadi solusi yang diambil untuk mengatasi
resiko bagi perusahaan multinational.
Salah satu pengukuran financial distress dapat
diterangkan dari perhitungan Z-Score yang dikemukakan oleh
Edward I. Altman. Secara matematis Financial Disress dapat
diformulasikan dengan metode Z-Score yang di modifikasi
Altman, dkk (1995) sebagai berikut: (Rudianto,2013:258)
𝒁 = 𝑿𝟏 + 𝑿𝟐 + 𝑿𝟑 + 𝑿𝟒
Dimana : 𝒁 = 𝑶𝒗𝒆𝒓𝒂𝒍𝒍 𝑰𝒏𝒅𝒆𝒙 𝒐𝒇 𝑪𝒐𝒓𝒑𝒐𝒓𝒂𝒕𝒆 𝑯𝒆𝒂𝒍𝒕𝒉
X1 = working capital/total asset
X2 = retained earnings / total asset
X3 = earning before interest and taxes/total asset
X4 = book value of equity/book value of total debt
e. Firm size (X5)
Ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih
untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam
hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya
tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak.
Sebaliknya, jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel
dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian
(Brigham dan Houston, 2009:145) Besar kecilnya suatu
Page 101
84
perusahaan menentukan risiko yang akan dihadapi perusahaan
tersebut. Tentunya perusahaan yang besar memiliki risiko yang
besar juga dan begitu juga sebaliknya. Hal tersebut akan
mempengaruhi pengambilan keputusan yang akan dilakukan
perusahaan dalam menanggulangi risiko yang ada. Sehingga
perusahaan yang lebih besar cenderung untuk melakukan
aktivitas hedging.
Ukuran suatu perusahaan dapat dilihat dari besar kecilnya
total aset perusahaan tersebut. Firm size dapat diformulasikan
sebagai berikut (Hartono,2016:480)
𝑭𝒊𝒓𝒎 𝑺𝒊𝒛𝒆 = 𝑳𝒏𝑻𝒂 = 𝑳𝒏(𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕)
Page 102
85
Tabel 3. 3 Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala
DER (Debt to equity
ratio) (X)
𝑫𝑬𝑹 = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝒆𝒃𝒕
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 Rasio
CR (Current ratio)
(X)
𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕
𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔
Rasio
GO (Growth
opportunity) (X) 𝑮𝒓𝒐𝒘𝒕𝒉 𝑶𝒑𝒑𝒐𝒓𝒕𝒖𝒏𝒊𝒕𝒚 =
𝑴𝑽𝑬
𝑩𝑽𝑬
Rasio
Financial distress
(X)
Z-score = X1 + X2 + X3 + X4
Keterangan :
𝒁 = 𝑶𝒗𝒆𝒓𝒂𝒍𝒍 𝑰𝒏𝒅𝒆𝒙 𝒐𝒇 𝑪𝒐𝒓𝒑𝒐𝒓𝒂𝒕𝒆 𝑯𝒆𝒂𝒍𝒕𝒉
X1 = working capital / total asset
X2 = retained earnings / total asset
X3 = earning before interest and taxes / total
asset
X4 = book value of equity / book value of total
debt
Rasio
Firm size
(X)
𝑭𝒊𝒓𝒎 𝑺𝒊𝒛𝒆 = 𝑳𝒏𝑻𝒂 = 𝑳𝒏(𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕)
Rasio
Keputusan Hedging (Y) Melakukan Hedging = 1
Tidak Melakukan Hedging = 0 Nominal
Page 103
86
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
sektor pertabambangan yang terdftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
Periode 2014-2018. Perusahaan sektor pertambangan merupakan salah
satu penopang pembangunan ekonomi suatu negara, karena perannya
sebagai penyedia sumber daya energy yang sangat diperlukan bagi
pertumbuhan perekonomian suatu negara. sektor ini memiliki 41
perusahaan yang terdaftar yang terbagi dalam 4 sub-sektor yaitu sub-sektor
Batu-bara, Minyak&Gas Bumi, Logam &Mineral Lainnya dan Batu-batuan.
Sampel diambil menggunakan purposive sampling. Berdasarkan
kriteria sampel penelitian sebanyak 30 perusahaan pada periode tahun
2014-2018 sehingga total keseluruhan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 150 sampel. Selengkapnya mengenai rincian
perusahaan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4. 1 Perusahaan Pertambangan di BEI Tahun 2014-2018
No. Kode Saham Nama Emiten
1 ADRO Adaro Energy Tbk
2 ARII Atlas Resources Tbk
3 ATPK Bara Jaya International Tbk
d.h ATPK Resources Tbk
d.h Anugrah Tambak Perkasindo Tbk
4 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk
5 BUMI Bumi Resources Tbk
Page 104
87
6 BYAN Bayan Resources Tbk
7 DEWA Darma Henwa Tbk
8 DOID Delta Dunia Makmur Tbk
d.h Delta Duna Propertindo Tbk
9 GEMS Golden Energy Mines Tbk
1 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk
11 HRUM Harum Energy Tbk
12 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk
13 KKGI Resources Alam Indonesia Tbk
14 MYOH Samindo Resources Tbk
d.h MYOH Technology Tbk.
15 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
16 PTRO Petrosea Tbk
17 SMMT Golden Eagle energy Tbk
d.h Entertainment International Tbk
d.h Setiamandiri Miratama Tbk
d.h The Green Pub
18 TOBA Toba Bara Sejahtera Tbk
19 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk
20 BIPI Benakat Integra Tbk
d.h Benakat Petroleum Energy Tbk
21 ELSA Elnusa Tbk
22 ENRG Energi Mega Persada Tbk
23 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk
24 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk
25 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk
26 INCO Vale Indonesia Tbk
d.h Inco Indonesia Tbk
27 PSAB J Resources Asia Pasific Tbk
d.h Pelita Sejahtera Abadi Tbk
28 SMRU SMR Utama Tbk
29 TINS Timah (Persero) Tbk
30 MITI Mitra Investindo Tbk
(Sumber : Hasil olah data)
Page 105
88
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif Variabel
Statistik deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menggambarkan mengenai data yang digunakan dalam penelitian secara
ringkas seperti nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean).
(Ghozali,2016:19)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Keputusan Hedging. Sedangkan Variabel independen antara lain Debt
to equity ratio, Current ratio, Growth opportunity, Financial distress,
Firm size.
Pengujian statistic deskriptif ini menggunakan alat bantu software
IBM SPSS 24 dan Microsoft Excel 2010. Adapun deskripsi dari variable
penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 2 Hasil Analisis Deskriptif
Descriptive Statistik
N Minimum Maximum Mean
DER 150 -15,81 34,05 1,4091
CR 150 ,10 6,91 1,7400
GO 150 -4,27 18,58 1,2607
FD 150 -3,50 9,62 1,8510
FS 150 12,70 29,00 19,9093
Valid N (listwise) 150
(Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22)
Page 106
89
Keterangan :
DER = Debt to Equity Ratio
CR = Current Ratio
GO = Growth Opportunity
FD = Financial Distress
FS = Firm Size
Nilai rata-rata rasio leverage ( debt to equity ratio ) pada
perushaan pertambangan periode 2014-2018 sebesar 1,4091, untuk
nilai rata-rata likuiditas (Current ratio) sebesar 1,7400. Nilai rata-rata
Growth opportunity sebesar 1,2607. Nilai rata-rata Financial distress
sebesr 1,8510 dan nilai rata-rata Firm size sebesar 19,9093.
Nilai miminum rasio leverage ( debt to equity ratio ) pada
perushaan pertambangan periode 2014-2018 diperoleh PT Energi
Mega Persada Tbk pada tahun 2016 sebesar -15,81. Untuk nilai
minimum likuiditas (Current ratio) diperoleh PT Bumi Resources Tbk
pada tahun 2015 sebesar 0,10. Nilai minimum Growth opportunity
sebesar -4,27 pada PT Energi Mega Persada Tbk pada tahun 2016
sebesar 0,10. Nilai minimum Financial distress diperoleh PT Bumi
Resources Tbk tahun 2015 sebesarr -3,50 dan nilai minimum Firm size
diperoleh PT Atlas Resources Tbk pada tahun 2016 sebesar 12,70.
Nilai maksimum rasio leverage ( debt to equity ratio ) pada
perushaan pertambangan periode 2014-2018 diperoleh PT Atlas
Resources Tbk pada tahun 2018 sebesar 34,05. Untuk nilai maximum
Page 107
90
likuiditas (Current ratio) diperoleh PT Harum Energy Tbk pada tahun
2015 sebesar 6,91. Nilai maximum Growth opportunity diperoleh PT
Atlas Resources Tbk pada tahun 2018 sebesar 18.58. Nilai maximum
Financial distress diperoleh PT Harum Energy Tbk pada tahun 2015
sebesar 9,62 dan nilai maximum Firm size diperoleh PT Golden
Energy Mines Tbk pada tahun 2014 sebesar 29,00.
Berikut ini adalah perolehan data-data dari setiap variabel
independen diantaranya, yaitu:
a. Debt to equity ratio
Grafik 4. 1 Hasil Debt to equity ratio tahun 2014-2018
Sumber : Data diolah oleh peneliti (Ms.Excel 2013)
Nilai minimum Debt to equity ratio 30 perusahaan pertambangan
pada tahun 2014-2015 diperoleh PT Bumi Resources Tbk sebesar -9.87
pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 sebesar -0,46, pada tahun 2016
diperoleh PT Energi Mega Persada Tbk sebesar -15.82 pada tahun 2017
Page 108
91
dan 2018 mengalami kenaikan yang diperoleh dari PT Bumi Resources
Tbk pada tahun 2017 sebesar 0.08 dan 2018 sebesar 0.15.
Nilai Maximum Debt to equity ratio dari 30 perusahaan
pertambangan pada tahun 2014-2016 diperoleh pada PT Delta Dunia
Makmur Tbk, pada tahun 2014 sebesar 8.85, 2015 sebesar 8.79 dan
pada tahun 2016 sebesar 5.98, pada tahun 2017 diperoleh PT Energi
Mega Persada Tbk, sebesar 13.15 dan pada tahun 2018 diperoleh PT
Atlas Resources Tbk sebesar 34.05.
b. Current Ratio
Grafik 4. 2 Hasil Current ratio tahun 2014-2018
Sumber : Data diolah oleh peneliti (Ms.Excel 2013)
Nilai minimum Current ratio 30 perusahaan Pertambangan pada
tahun 2014-2015 diperoleh PT Bumi Resources Tbk sebesar 0.15 pada
tahun 2014 dan pada tahun 2015 sebesar 0.1, pada tahun 2016
diperoleh PT Atlas Resources Tbk sebesar 0.1, pada tahun 2017-2018
Page 109
92
diperoleh PT Benakat Integra Tbk, pada tahun 2017 sebesar 0.14 dan
2018 sebesar 0.16.
Nilai maximum Current ratio dari 30 perusahaan
pertambangan pada tahun 2014 diperoleh pada PT Surya Esa Perkasa
Tbk, pada tahun 2014 4.62 , pada tahun 2015-2016 diperoleh PT Harum
Energy Tbk sebesar 6.91 dan pada tahun 2016 sebesar 5.07, pada tahun
2017 diperoleh PT Ratu Prabu Energi Tbk sebesar 6.74, pada tahun
2018 diperoleh PT Harum Energy Tbk sebesar 4.56.
c. Growth opportunity
Grafik 4. 3 Hasil Growth opportunity tahun 2014-2018
Sumber : Data diolah oleh peneliti (Ms.Excel 2013)
Nilai minimum Growth opportunity 30 perusahaan Pertambangan
pada tahun 2014-2015 diperoleh PT Bumi Resources Tbk sebesar 0
pada tahun 2014 dan 0 pada tahun 2015, pada tahun 2016 diperoleh
Page 110
93
PT Energi Mega Persada Tbk sebesar -4.72, pada tahun 2017-2018
diperoleh Ratu Prabu Energi Tbk sebesar 0 pada tahun 2017 dan 2018.
Nilai maximum Growth opportunity dari 30 perusahaan
pertambangan pada tahun 2014-2017 diperoleh pada PT Bayan
Resources Tbk, pada tahun 2014 6.94, pada tahun 2015 sebesar 11 dan
2016 sebesar 7.87 , pada tahun 2017 sebesar 5.03, pada tahun 2018
diperoleh PT Atlas Resources Tbk sebesar 18.58.
d. Financial Distress
Grafik 4. 4 Hasil Financial Distress tahun 2014-2018
Sumber : Data diolah oleh peneliti (Ms.Excel 2013)
Nilai minimum Financial Distress 30 perusahaan Pertambangan
pada tahun 2014-2016 diperoleh PT Bumi Resources Tbk , pada tahun
2014 sebesar -1.39 dan pada tahun 2015 sebesar -3.5, pada tahun 2016
sebesar -1.61, pada tahun 2017-2018 diperoleh Energi Mega Persada
Tbk pada tahun 2017sebsar -0.85 dan pada tahun 2018 sebesar -1.32.
Page 111
94
Nilai maximum Financial distress dari 30 perusahaan
pertambangan pada tahun 2014 diperoleh pada PT Garda Tujuh
Buana Tbk sebsar 9.57, pada tahun 2015 , diperoleh pada PT Harum
Energy Tbk sebesar 9.62, pada tahun 2016 diperoleh PT Resources
Alam Indonesia Tbk sebesar 7.4 , pada tahun 2017 diperoleh PT
Harum Energy Tbk sebesar 7.37, dan pada tahun 2018 diperoleh PT
Vale Indonesia Tbk sebesar 6.82.
e. Firm size
Grafik 4. 5 Hasil Firm size tahun 2014-2018
Sumber : Data diolah oleh peneliti (Ms.Excel 2013)
Nilai minimum Firm size 30 perusahaan Pertambangan pada tahun
2014-2015 diperoleh PT Atlas Resources Tbk pada tahun 2014 sebesar
12.73, pada tahun 2015 sebesar 12.77, pada tahun 2016-2018 diperoleh
PT Atlas Resources Tbk sebesar 12.71, pada tahun 2017 sebesar 12.70
dan pada tahun 2018 sebesar 12.77.
Page 112
95
Nilai Maximum Firm size dari 30 perusahaan pertambangan pada
tahun 2014 diperoleh pada PT Golden Energy Mines Tbk sebesar 29,
pada tahun 2015-2018 diperoleh PT Ratu Prabu Energi Tbk, pada
tahun 2015 sebesar 28.53, pada tahun 2016 sebesar 28.59. pada tahun
2017 sebesar 28.55 pada tahun 2018 sebesar 28.62.
2. Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolinearitas dengan uji variance inflation factor
(VIF) bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen
yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lainnya. Uji
multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali,
2016:107).
Tabel 4. 3 Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistik
Tolerance VIF
1 (Constant)
Der ,563 1,777
Cr ,546 1,832
Go ,584 1,713
Fd ,500 1,998
Fs ,904 1,106
(Sumber: Hasil Olah Data SPSS 24)
Uji Multikolinieritas dengan melalui uji Variance Inflation
Factor (VIF) pada tabel 4.7 diatas, menunjukkan bahwa setiap
masing-masing variabel memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 dan
VIF kurang dari 10. Dapat disimpulkan bahwa data terbebas dari
Page 113
96
asumsi klasik statistik dan dapat digunakan pada penlitian
selanjutnya.
3. Analisis Regresi Logistik
a. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Tabel 4. 4 Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
(Block 0 : Beginning Block)
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 202,687 -,373
2 202,687 -,378
3 202,687 -,378
(Sumber: Hasil olah Data SPSS 24)
Tabel 4. 5 Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Modell Fit)
(Block 1 : Method = Enter )
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant Der Cr Go Fd Fs
Step 1 1 158,163 -1,991 ,117 ,147 ,255 -,445 ,102
2 150,860 -1,978 ,180 ,274 ,363 -,780 ,110
3 149,776 -1,890 ,217 ,334 ,416 -,970 ,112
4 149,743 -1,870 ,226 ,347 ,427 -1,011 ,113
5 149,743 -1,869 ,226 ,347 ,428 -1,012 ,113
6 149,743 -1,869 ,226 ,347 ,428 -1,012 ,113
(Sumber: Hasil olah Data SPSS 24)
Berdasarkan Tabel 4.4 dan 4.5 Didapat hasil penilaian
keseluruhan model dimana nilai -2Log likelihood pada Block 0:
Beggining Block tabel 4.4 adalah sebesar 202,687 dimana hanya
menggunakan konstantanya saja tanpa menggunakan variabel
Page 114
97
independen. Sedangkan jika variabel Debt to equity ratio (DER),
Current ratio, Growth opportunity (GO), Firm size, dan Financial
distress dimasukkan dalam model, maka nilai -2Log likehood lebih
kecil menjadi 149,743 yang berarti model dengan variabel Debt to
equity ratio (DER), Current ratio, Growth opportunity (GO), Firm
size, dan Financial distress yaitu dalam tabel 4.5 atau block 1:
Method Enter menunjukkan model regresi yang menggunakan
variabel bebas lebih kecil, sehingga model regresi logistik yang
melibatkan variabel bebas lebih baik dan cocok dengan data.
b. Koefisien Determinasi ( Cox and Snell’s R square)
Tabel 4. 6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ( Cox and Snell’s R
square)
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
square
Nagelkerke R
square
1 149,743a ,297 ,401
(Sumber : Hasil Olah Data SPSS 24)
Untuk melihat kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variabel Keputusan Hedging. digunakan nilai Cox and
Snell R square dan Nagelkerke R square pada regresi linear. Nilai
Nagelkerke R square merupakan nilai R square pada regresi linear.
Nilai Nagelkerke R square sebesar 0,401 yang lebih besar daripada
nilai Cox dan Snell R square, yang menunjukkan bahwa kemampuan
kelima variabel bebas dalam menjelaskan varians Keputusan
Hedging adalah sebesar 40,1% dan terdapat 59,9% faktor lain yang
menjelaskan varians Keputusan Hedging.
Page 115
98
c. Menguji Kelayakan Model Regresi ( Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test)
Tabel 4. 7 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
( Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test)
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 6,057 8 ,641
(Sumber: Hasil olah Data SPSS 24)
Hasil Pengujian berdasarkan tabel 4.11 Menunjukkan Chi
square sebesar 6,057 dengan nilai probabilitas signifikan sebesar
0,641 > 0,05. Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan
dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata
antara klasifikasi yang di prediksi dengan klasifikasi yang diamati,
dapat dikatakan bahwa model mampu memprediksi nilai
observasinya.
d. Pengujian Hipotesis Penelitian
1) Uji Signifikansi Model Secara Simultan (Omnimbus Test of
Model Coeficients)
Tabel 4. 8 Hasil Uji Signifikansi Model Secara Simultan
(Omnimbus Test of Model Coeficients)
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
Step 1 Step 52,944 5 ,000
Block 52,944 5 ,000
Model 52,944 5 ,000
(Sumber Hasil Olah Data SPSS 240)
Page 116
99
Berdasarkan hasil table 4.12 Nilai Omnimbus Test of Model
dilijat dari Uji Chi square yang mempunyai nilai 52,944 dengan
df=5, hasil tersebut berarti model regresi logistik layak dipakai untuk
analisis selanjutnya. Hasil Chi square didukung oleh nilai
signifikansi < 0.05.
Untuk nilai signifikan omnimbus test sebesar 0,000 yang
berarti < 0,05 karena menggunakan taraf kepercayaan 95%.
Omnimbus Test menghasilkan nilai signifikansi yang lebih rendah
dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari setidaknya satu variabel independen secara simultan
mempengaruhi variabel dependen. Maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis 0 di tolak, yang berarti Debt to Equity, Current ratio,
Growth Oppportunity, Firm size, Financial distress secara simultan
memliki pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan Hedging.
2) Uji Signifikansi Model Secara Parsial ( Uji Wald)
Pengujian signifikansi pengaruh parsial bertujuan untuk
menguji setiap varaiabel dengan melihat kolom signifikansi.
Prosedur pengujian pada penelitian ini menggunakan tingkat
signifikansi sebeesar 5% (0,05) yang berarti varabel-variabel
independen berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel
dependennya jika nilai probabilitas < 0,05 namun sebaiknya, jika
probabilitas > 0,05 maka tidak berpengaruh parsial terhadap variabel
depedennya.
Page 117
100
Tabel 4. 9 Hasil Uji Signifikansi Model Secara Parsial (Uji Wald)
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Step 1a Der ,226 ,087 6,661 1 ,010 ,798
Cr ,347 ,225 2,389 1 ,122 1,415
Go ,428 ,146 8,583 1 ,003 1,534
Fd -1,012 ,251 16,285 1 ,000 ,363
Fs ,113 ,047 5,708 1 ,017 1,119
Constant -1,869 1,076 3,017 1 ,082 ,154
a. Variable(s) entered on step 1: der, cr, go, fd, fs.
(Sumber: Hasil olah Data SPSS 24)
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.9 dapat diketahui
model regresi yang dapat diformulasikan sebagai berikut:
𝑳 = 𝑳𝒏 (𝒑𝒕
𝟏 − 𝒑𝒕) = −𝟏. 𝟖𝟔𝟗 + 𝟎. 𝟐𝟐𝟔𝑫𝑬𝑹 + 𝟎. 𝟑𝟒𝟕𝑪𝑹 + 𝟎. 𝟒𝟐𝟖𝑮𝑶
−𝟏. 𝟎𝟏𝟐𝑭𝑫 + 𝟎. 𝟏𝟏𝟑𝑭𝑺
Tabel 4.13 Menunjukkan bahwa Variabel Leverage dengan
indikator Debt to equity ratio memiliki nilai signifikansi 0,010 <
0,05 yang berarti berpengaruh signifikan terhadap keputusan
Hedging. Dan variabel Likuiditas dengan indikator Current ratio,
tidak berpengaruh terhadap Keputusan Hedging. Hal ini ditunjukan
dari nilai signifikansi Current ratio 0,122 > 0,05 yang berarti tidak
berpengaruh terhadap keputusan Hedging, Growth opportunity
memiliki nilai signifikansi 0,003 < 0,05 yang berarti Growth
opportunity berpengaruh terhadap Keputusan Hedging. Financial
distress memiliki nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti
Page 118
101
berpengaruh terhadap keputusan Hedging, Sedangkan Firm size
memiliki nilai signifikansi 0,017 < 0,05 yang berarti berpengaruh
terhadap keputusan Hedging.
C. Interpretasi
Berdasarkan pada hasil pembahasan yang yang telah dilakukan diatas,
penelitian ini menemukan beberapa hal-hal sebagai berikut:
1. Pengaruh secara simultan pengaruh Likuiditas, Leverage, Growth
opportunity, financial distress, Firm size terhadap keputusan
hedging pada perusahaan pertambangan Periode 2014-2018
Berdasarkan hasil pengujian simultan menunjukkan bahwa
dari lima variable, yaitu leverage dengan indikator Debt to equity
ratio, Likuiditas dengan indikator Current ratio, Growth opportunity,
Financial distress dan Firm size menunjukkan bahwa variable
independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap
variabel dependen . Hal ini dibuktikan dari nilai chi-square sebesar
52,944 dengan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari signifikansi
0,05 (0,000<0,05) yang berarti menerima H1. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel leverage, likuiditas, growth opportunity, financial
distress, dan Firm size berepengaruh secara simultan terhadap
keputusan Hedging.
2. Pengaruh secara parsial Leverage, Likuiditas, Growth opportunity,
Financial distress, Firm size terhadap Keputusan Hedging pada
perusahaan pertambangan periode 2014-2018
Page 119
102
a) Pengaruh Leverage secara parsial terhadap Keputusan
Hedging
Berdasarkan hasil output SPSS menunjukkan bahwa rasio
leverage dengan indikator debt to equity ratio memiliki nilai
signifikansi 0,010 >0,05 berarti dapat disimpulkan bahwa
leverage dengan indikator debt to equity ratio berpengaruh
signifikan terhadap keputusan hedging. Dengan nilai koefisien
0,226 yang berarti apabila variabel independen leverage (debt to
equity ratio) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa
variabel bebas lainnya konstan, maka variabel keputusan
hedging akan mengalami kenaikan sebesar 0,226 satuan. Hal ini
berarti hasil analisis dalam regresi ini menerima H2 yang
menyatakan bahwa rasio leverage memiliki pengaruh positif
terhadap keputusan hedging.
Hasil ini didukung oleh penelitian Dr Naved, et al (2014)
Chin Kar Seng dan Hassanudin (2018) dan Sianturi dan
Pangestuti (2015) yang menyatakan bahwa leverage
berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan hedging. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin besar pendanaan melalui utang
yang tinggi tentunya meningkatkan risiko keuangan yang
semakin besar dan akan mendorong perusahaan melakukan
keputusan hedging.
Page 120
103
b) Pengaruh Likuiditas secara parsial terhadap Keputusan
Hedging
Berdasarkan hasil output SPSS menunjukkan bahwa
rasio likuiditas dengan indikator Current ratio memiliki nilai
signifikansi 0,122 > 0,05 berarti dapat disimpulkan bahwa
likuiditas dengan indikator Current ratio tidak berpengaruh
terhadap keputusan hedging. Hal ini berarti hasil analisis dalam
regresi ini menolak H2 yang menyatakan bahwa rasio likuiditas
tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan hedging.
Hasil yang tidak signifikan ini disebabkan bahwa pada
perusahaan pertambangan memiliki nilai likuiditas yang tinggi
yang artinya menunjukkan bahwa pada perushaan
pertambangan tidak mengalami kesulitan keuangan karena
perusahaan lebih banyak memiliki aset dibanding dengan utang
yang dimiliki.
Dalam hal ini dapat diketahui bahwa semakin tinggi
likuiditas perusahaan semakin besar kemungkinan perusahaan
dapat menghindari risiko, maka dari itu kemungkinan
perusahaan mengambil keputusan hedging rendah, begitupula
sebaliknya semakin rendah nilai rasio likuiditas (Current ratio)
maka semakin besar kemungkinan mengambil keputusan
hedging Hasil ini didukung oleh penelitian Agung dan Lestari.
(2016), Bodroastuti, dkk .(2019), Goknur, et al (2018) yang
Page 121
104
menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap
keputusan hedging.
c) Pengaruh Growth opportunity secara parsial terhadap
Keputusan Hedging
Berdasarkan hasil output SPSS menunjukkan bahwa rasio
growth opportunity memiliki nilai signifikansi 0,003 < 0,05
berarti dapat disimpulkan bahwa growth opportunity
berpengaruh signifikan terhadap keputusan hedging. Dengan
nilai koefisien 0,428 yang berarti apabila variabel growth
opportunity naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa
variabel bebas lainnya konstan, maka variabel keputusan
hedging akan mengalami kenaikan sebesar 0,428 satuan. Hal ini
berarti hasil analisis dalam regresi ini menerima H2 yang
menyatakan bahwa rasio growth opportunity memiliki pengaruh
positif terhadap keputusan hedging.
Hasil ini didukung oleh penelitian Prasetyo dan
Asandimitra. (2018), dan Kiptoo dan Dr Karanja (2017) yang
menyatakan bahwa growth opportunity berpengaruh positif
signifikan terhadap keputusan hedging, Hal ini menunjukkan
semakin tinggi growth oppurtunity maka kemungkinan
perusahaan mengambil keputusan hedging semakin tinggi karna
perusahaan dengan growth opportunity yang tinggi akan
Page 122
105
cenderung membutuhkan dana dimasa depan terutama dana
eksternal untuk memenuhi kebutuhan investasinya.
d) Pengaruh Financial distress secara parsial terhadap
keputusan Hedging
Berdasarkan hasil output SPSS menunjukkan bahwa rasio
financial distress memiliki nilai signifikansi 0,000 < 0,05
berarti dapat disimpulkan bahwa financial distress berpengaruh
signifikan terhadap keputusan hedging. Dengan nilai koefisien -
1,012 yang berarti apabila variabel independen financial
distress naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel
bebas lainnya konstan, maka variabel keputusan hedging akan
mengalami penurunan sebesar 1,012 satuan. Hal ini berarti hasil
analisis dalam regresi ini menerima H2 yang menyatakan bahwa
financial distress memiliki pengaruh negatif terhadap keputusan
hedging.
Hasil ini didukung oleh penelitian Sianturi dan Pangestuti.
(2015), dan Ima dan Harjum (2016) yang menyatatakan bahwa
financial distress berpengaruh negatif signifikan terhadap
keputusan hedging, Hal ini menunjukkan perusahaan yang
memiliki nilai Z-Score yang rendah mengindikasikan
perusahaan tersebut tergolong tidak sehat, atau kecenderungan
kebangkrutannya tinggi, hal tersebut membuat perusahaan
tersebut akan lebih berhati-hati dalam mengelola keuangannnya
Page 123
106
dengan strategi lindung nilai menggunakan instrumen derivatif.
Sehingga semakin kecil nilai z-score, maka motivasi perusahaan
untuk melakukan lindung nilai semakin besar.
e) Pengaruh Firm size secara parsial terhadap Keputusan
Hedging
Berdasarkan hasil output SPSS menunjukkan bahwa
rasio Firm size memiliki nilai signifikansi 0,017 < 0,05 berarti
dapat disimpulkan bahwa Firm size berpengaruh signifikan
terhadap keputusan hedging. Dengan nilai koefisien 0,133 yang
berarti apabila variabel independen Firm size naik sebesar 1
satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan,
maka variabel keputusan hedging akan mengalami kenaikan
sebesar 0,133 satuan. Hal ini berarti hasil analisis dalam regresi
ini menerima H2 yang menyatakan bahwa Firm size memiliki
pengaruh positif terhadap keputusan hedging.
Hasil ini didukung oleh penelitian Saragih dan
Musdholifah. (2018), Nazir, dkk. (2015), dan Bodroastuti, dkk
(2019) yang menyatatakan bahwa Firm size berpengaruh positif
signifikan terhadap keputusan hedging. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi firm size, maka semakin besar pula
perusahaan melakukan keputusan hedging. Perusahaan yang
besar memiliki asset yang besar dan kegiatan operasional yang
lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil. Hal tersebut
Page 124
107
mengakibatkan risiko atas asset yang dimiliki lebih besar pula,
sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan keputusan
hedging untuk melindungi perusahaan dari risiko yang dapat
mengakibatkan kerugian.
Page 125
108
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan
menggunakan uji regresi logistik, maka kesimpulan yang didapatkan adalah
sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara simultan leverage,
Likuiditas, Growth opportunity, Financial distress dan Firm size
memiliki pengaruh terhadap keputusan hedging pada perusahaan
pertambangan periode 2014-2018.
2. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial rasio leverage
(Debt to equity ratio ) , Growth opportunity, finansial distress dan Firm
size berpengaruh terhadap keputusan hedging. Sementara rasio
likuiditas (Current ratio) tidak berpengaruh terhadap keputusan
hedging.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, terdapat beberapa
implikasi yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu:
1. Bagi Pihak Perusahaan
Informasi tentang leverage, liquidity, growth opportunity,
financial distress dan Firm size dalam pengambilan keputusan untuk
melakukan hedging sehingga mengurangi risiko perusahaan.
Page 126
109
2. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
penelitian selanjutnya. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan keputusan hedging
berdasarkan faktor-faktor lainnya, sehingga dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak lain yang berkepentingan.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, berikut beberapa saran
yang dapat peneliti berikan kepada peneliti selanjutnya guna
menyempurnakan penelitian sebelumnya:
1. Dalam penelitian ini variable independen yang digunakan yaitu
leverage, liquidity, growth opportunity, financial distress dan Firm
size. Diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan variable yang
beragam
2. Dalam penelitian ini sampel yang dipilih adalah perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian
selanjutnya diharapkan menambahkan jumlah sampel agar penelitian
yang dilakukan akan lebih baik.
3. Periode penelitian ini tahun 2014-2018, hendaknya penelitian
selanjutnya lebih memperbaharui dan menambah periode tahun
penelitian agar hasil yang didapatkan relevan.
4. Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu analisis regresi
logistik menggunakan software IBM SPSS 24 dan pengolahan datanya
Page 127
110
menggunakan Microsoft Excel 2010. Penelitian selanjutnya disarankan
menggunakan metode yang berbeda dan software yang lebih baru.
Page 128
111
DAFTAR PUSTAKA
Aditya ,T. Angga dan Asandimitra, Nadia. 2019. “Pengaruh Leverage,
Likuditas, Market to Book Value, Financial distress dan Firm size
terhadap Keputusan Hedging Sektor Customer Goods Industry Periode
2011-2016.” Vol 7 No 2.
Agung, I Gusti Putu dan Lestari, Vivi Putu. 2016 “Pengaruh Leverage,
Likuiditas, Growth Opportunity terhadap pengambilan keputusan
hedging PT Indosat Tbk” Vol 5 No 2.
Altman, Edward I. 2006. “Corporate Financial distress and Bankruptcy”.
Third Edition. Hoboken, New Jersey: John Willey and Sons, Inc.
Aretz, K., Bartram, S. M., & Dufey, G. 2007. “Why hedge Rationales for
corporate hedging and valueimplications”. Journal of Financial
Research.
Arthur, J Keown dkk, 2000. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Jakarta:
Salemba Empat.
Ball, Donald A. and McCulloch, Wendell H. 2001. “International Business”.
Seventh edition: McGraw Hill.
Brealey, Myers, Marcus. 2008. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”. Edisi
5. Jakarta: Erlangga.
Brigham, E. F., dan Houston, J. F. 2001. “Fundamentals of Financial
Manajemen”. Eight Edition. Dodo Suharto dan Herman Wibowo
(penerjemah). Manajemen Keuangan. Erlangga, Jakarta.
Brigham, E. F., dan Houston, J. F. 2006. “Dasar-dasar Manajemen
Keuangan”. Edisi 10. Buku 1. Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba
Empat.
Brigham, E. F., dan Houston, J. F. 2010. “Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan”. Edisi 11. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Bodroastuti, Tri dkk. 2019 “Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kebijakan hedging” Vol 16 No 1
Chin, K. Seng. and Hassanudin, M. T. 2018. “Determinants of Corporate
Hedging Practices: Malaysian Evidence” Reports on Economics and
Finance 4(4):199-220.
Page 129
112
Cingdem, Vural. 2016. “Determinants of Corporate Hedging: Evidence from
Emering Market” International Journal of Bussiness Management &
Finance, 8(12):151-162 terdaftar di BEI.
Darmawi, Herman. 2005. “Manajemen Risiko”. Jakarta: Bumi Aksara.
Darsono,dan Ashari. 2005. “Pedoman Praktis Memahami Laporan
Keuangan”. Yogyakarta:Andi.
Djohanputro, B. 2008. “Manajemen Keuangan Korporat”. Jakarta: IPPM &
Pustaka Binaman Pressindo.
Dr.Ir.Edy Supriyadi, MBA. 2014. “Perankat Lunak Statistik SPSS & AMOS”.
Jakarta: In Media
Prasetyo, Dimas dan Asandimitra, Nadia. 2018. “Analisis Faktor yang
mempengaruhi penggunaan Instrument Derivative sebagai Pengambilan
Keputusan Hedging pada Perusahaan Sektor Keuangan yang terdaftar di
BEI Periode 2011-2015”
D c r Naved, et al. 2014. “Determinants of Corporate Hedging Policies and
Derivatives Usage in Risk Management Practices of Non Financial
Firms”. Pakistan Vol 21 No 7.
Eiteman, Stonehill, Moffett. 2010. “Manajemen Keuangan Multinasional”.
Edisi 11. Jakarta: Erlangga
Elinda, Ika dan Hartono, Ulil. 2019. “Karakteristik Perusahaan, Financial
Distress, dan Keputusan Hedging”. Studi Kasus Pada Perusahaan
Manufaktur di Indonesia. Vol 7 No 3.
Fahmi, Irham. 2013. “Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal
Jawaban”. Bandung: Alfabeta.
Fakhruddin, M., & Hadianto, M. 2001. “Perangkat dan Model Analisis
Investasi di Pasar Modal”. Jakarta: Gramedia.
Goknur, et al. 2018. “Exchange Rate Risk and Corporate Evidence from
Turkey”
Ghozali, I. 2007. “Manajemen Risiko Perbankan”. Semarang: Universitas
Dipenogoro.
Ghozali, I. 2016. “Aplikasi Nalisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
25”. Edisi 8. Semarang: Universitas Dipenogoro.
Ghozali, I. 2018. “Aplikasi Nalisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
25”. Edisi 9. Semarang: Universitas Dipenogoro.
Page 130
113
Gio, Prana Ugiana dan Rosmaini, Elly. 2016. “Belajar Olah Data dengan
SPSS, MINITAB, R, MICROSOFT EXCEL, EVIEWQ, LISREL,
AMOS, dan SMARTPLS”. Medan: USU Press.
Hanafi, Mamduh. M dan Halim, Abdul. 2009. “Analisa Laporan
Keuangan”. Edisi 4. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Hair, J.F. et al. 2010. “ Multivariate Data Analysis: A Global Perspectie. 7
Edition. New Jersey: Pearson Prantice Hall.
Halim, Abdul. 2015. “Manajemen Keuangan Bisnis”. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Hady Hamdy. 2012. “Manajemen Keuangan International”. Edisi 3. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Hartono, Jogiyanto. 2016 “Teori Prtofolio dan Analisis Investasi”.
Yogyakarta: BPEE- Yogyakarta.
Hery. 2016. “Analisis Laporan Keuangan”. Jakarta: PT Grasindo
Indrajaya. Herlina. Rini Setiadi. 2011. “Pengaruh Stuktur Aktiva, Ukuran
Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas, dan Risiko Bisnis
Terhadap Stuktur Modal: Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan
yang Listing di BEI Periode 20014-2007.
Joel G. Siegel and Jae K. Shim. 2008. “Financial Management”. New York:
Baron Education Inc.
Jumingan. 2006. “Analisis Laporan Kauangan”. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kartikasari. 2007. “Pengaruh Fundamental Terhadap Risiko Sistematik pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ”. Jurnal STIE YKPN Vol
17 No1:1-8.
Kasmir. 2008. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Jakarta: PT Raja
grafindo Persada.
Kasmir. 2013. “Analisa Laporan Keuangan”. Edisi Pertama. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Kinasih, Raras dan Putra, Dewa. 2019. “Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan
Nilai Tukar Rupiah terhadap penggunaan Instrumen Derivatif sebagai
Keputusan Hedging (Studi pada Bank Konvensional yang Terdaftar di
BEI Periode 2014-2017). Vol 3 No 1.
Kiptoo Tanui and Dr. Karanja. N. 2017. “Determinants of Corporate
Hedging Practices used by companies listed in Nairobi Security
Page 131
114
Exchange.” International Journal of Bussiness Management & Finance,
1(5):73-92.
Kuncoro, Mudrajad. 2001. “Manajemen Keuangan International”. Pengantar
Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Kuncoro, Mudrajad. 2018. “Metode Kuantitatif”. Teori dan Aplikasi untuk
Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Madura, Jeff. 2000. “Manajemen Keuangan International”. Jilid 1, Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga.
Madura, Jeff. 2006. “International Corporate Financial Management”. Jilid
2, Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Mediana, Ima dan Muharam, Harjum. M. 2016. “Analisis Faktor- Faktor
yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Lindung Nilai (Hedging)
Menggunakan Instrumen Derivatif. Diponegoro Journal of
Management.” Vol 5, No 2.
Munawir. 2007. “Analisis Laporan Keuangan”. Edisi Keempat. Yogyakarta:
Liberty.
Montogomery, D. C., Peck E. A., dan Vining, G. G. (2012). “Introduction to
Linear Regression Analysis Fifth Edition”. New Jersey: Wiley-
Blackwell Publisher.
Nazir, Gatot. A. dkk. 2015. “Analysis of Hedging Determinants foreign
currency derivative instruments on companies listed on BEI Period
2012-2015”.
Novi, Ni Nengah dan Merta, Gede. 2017. “Pengaruh Leverage, Profitabilitas,
Likuiditas terhadap keputusan hedging” Vol 6 No 1
Norita, Nyoman dan Merta, Gede. 2017 “Pengaruh Leverage, Kesempatan
Tumbuh, Kebijakan Dividen terhadap keputusan hedging PT Unilever
Tbk” Vol 6 No 3.
Prastowo, Dwi dan Rifka, Juliaty. 2005. “Analisis Laporan Keuangan”. Edisi
Kedua. Yogyakarta: AMP YKPN.
Pramesti, G. 2013. “Smart Olah Data Penelitian Dengan SPSS 21”. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Rodoni, A., dan Ali, H. 2014. “Manajemen Keuangan Modern”. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Page 132
115
Rodoni, A., dan Ali, H. 2010. “Manajemen Keuangan”. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Ross, S. A., Westerfield R. W. dan Jordan, B. D. 2008. “Pengantar Keuangan
Perusahaan (Coorporrate Finance Fundamentals)”. Jakarta: Salemba
Empat.
Rudianto. 2013. “Akuntansi Manajemen Informasi untuk Pengambilan
Keputusan Strategis”. Jakarta: Erlangga.
Salim, Abbas . 2007. “Asuransi dan Manajemen Risiko”. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Saragih, Friska dan Musdholifah. 2017. “Pengaruh Growth Opportunity,
Firm size dan Liquidity terhadap Keputusan Hedging pada perusahaan
Perbankan Indonesia”.
Sartono, Agus. 2010. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”.
Yogyakarta:BPFE
Sartono, Agus. 2014. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”. Edisi
Empat Yogyakarta:BPFE
Sarwono, J. 2006. “Statistik Multivariat Aplikasi untuk Riset Skripsi”.
Yogyakarta: Penerbit ANDI
Sunaryo, T. 2009. “Manajemen Risiko Financial ”. Jakarta Selatan: Salemba
Empat.
Sianturi, C. Norris dan Pangestuti, Irene R. D. 2015. “Pengaruh Liquidity,
Firm size, Growth Opportunity, Managerial Ownership terhadap
Leverage, Financial distress terhadap aktivitas hedging dengan
instrument derivatif (Studi Kasus Pada Perusahaan Non Financial Yang
Terdaftar di BEI Periode 2010-2014).”
Sianturi, C. Norris dan Pangestuti, Irene R. D. 2015. “Pengaruh Liquidity,
Firm size, Growth Opportunity, Managerial Ownership terhadap
Leverage, Financial distress terhadap aktivitas hedging dengan
instrument derivatif (Studi Kasus Pada Perusahaan Non Financial Yang
Terdaftar di BEI Periode 2010-2014).”
Schubert, L. 2011. “Hedge Ratios for short andleveraged Exchange-trade
funds. Atlanti Review of Economic.” 1: 11-34.
Sprcic, D.M. and Sevic, Z. 2012. “Determinants of corporate hedging
decision: evidence from Croatian and Slovenian companies”.
Research in International Business and Finance. Vol. 26, pp. 1-25.
Page 133
116
Susan, Irawati. 2006. “Manajemen Keuangan”. Bandung: Pustaka.
Sugiyono. 2014. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”.
Bandung : Alfabeta, CV.
Sugiyono. 2017. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”.
Bandung : Alfabeta, CV.
Tampubolon, Robert. 2004. “Risk Management”. Jakarta: Elex Media
Komputindo..
Van Horne, J. C., Wachowicz, & M, J. 2005. “Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan”. Jakarta: Salemba Empat.
Van Horne, J. C. 2007. “Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan”. Jakarta :
Salemba Empat. PT Raja grafindo Persada.
Van Horne, J. C., Wachowicz, & M, J. 2009. “Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan”. Jakarta: Salemba Empat.
Van Horne, J. C. 2010. “Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan”. Jakarta:
Salemba Empat.
Widarjo, Wahyu dan Setiawan, Doddy. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif. Jurnal. Universitas
Sebelas Maret. 2009.
Widarjono, Agus. 2015 “Analisis Multivariat Terapan dengan Program
SPSS, AMOS, dan SMARTPLS”. Yogykarta: UPP STIM YKPN.
Zhu, M. R. 2010. “Corporate Hedging, Financial distress and Product
Market Compettition.Working Paper.” Austin: University of Texas.
Peraturan
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NO. Kep.
11/PM/1997
UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 2008 BAB I KETENTUAN UMUM
PASAL I
Website
www.bareksa.com
www.bi.go.id
www.bps.com
Page 134
117
www.bisnis.tempo.com
www.cnnindonesia.com
www.detik.com
www.idx.com
www.investing.com
www.kompas.com
www.kontan.co.id
www.PwC.com
www. Suara.com
Page 135
118
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil Debt to Equity Ratio tahun 2014-2018
Nama Perusahaan 2014 2015 2016 2017 2018
ADRO 0.97 0.78 0.72 0.67 0.64
ARII 2.16 3.29 4.87 7.22 34.05
ATPK 0.53 0.76 1.15 1.53 2.27
BSSR 0.86 0.66 2.25 2.49 2.58
BUMI -9.87 -0.46 -0.47 0.08 0.15
BYAN 3.55 4.45 3.38 0.72 0.7
DEWA 0.59 0.66 0.69 0.77 0.8
DOID 8.85 8.79 5.98 4.34 3.53
GEMS 0.27 0.49 0.43 1.02 1.22
GOTB 0.11 0.15 0.26 0.25 0.23
HRUM 0.23 0.11 0.16 0.16 0.2
IMGT 0.45 0.41 0.33 0.42 0.49
KKGI 0.38 0.28 0.17 0.19 0.35
MYOH 1.02 0.73 0.37 0.33 0.33
PTBA 0.71 0.82 0.76 0.59 0.49
PTRO 1.43 1.39 1.31 1.41 1.91
SMMT 0.58 0.81 0.67 0.73 0.7
TOBA 1.11 0.82 0.77 1.01 0.75
MITI 0.32 1.24 1.63 0.61 0.96
ANTM 0.85 0.66 0.63 0.62 0.69
INCO 0.31 0.25 0.21 2.01 0.17
ARTI 0.83 0.45 0.51 0.42 0.5
ELSA 0.64 0.67 0.46 0.59 0.71
ENRG 1.43 3.12 -15.81 13.15 7.53
ESSA 0.34 0.52 2.18 2.88 1.86
RUIS 3.07 2.23 1.72 1.52 1.44
Page 136
119
BIPI 1.92 1.96 3.3 2.81 2.76
PSAB 2 1.61 1.49 1.63 1.48
SMRU 0.99 1.15 1.46 0.98 0.99
TINS 0.74 0.73 0.69 0.96 1.32
Lampiran 2 : Hasil Current Ratio tahun 2014-2018
Nama Perusahaan 2014 2015 2016 2017 2018
ADRO 1.64 2.4 2.47 2.56 1.96
ARII 0.32 0.2 0.17 0.23 0.23
ATPK 3.21 1.62 0.69 0.2 0.25
BSSR 0.67 0.84 1.11 1.11 1.21
BUMI 0.15 0.1 0.69 0.57 0.4
BYAN 0.62 1.89 2.55 1.02 1.24
DEWA 1.4 1.25 1.11 0.84 0.8
DOID 2.38 3 1.36 1.59 1.58
GEMS 2.21 2.79 3.77 1.68 1.32
GOTB 2.01 1.72 0.73 0.58 1.41
HRUM 3.58 6.91 5.07 5.69 4.56
IMTG 1.56 1.8 1.9 2.43 1.97
KKGI 1.69 2.22 4.05 3.54 1.48
MYOH 1.86 2.33 4.3 2.85 3.48
PTBA 2.08 1.54 1.66 2.53 2.38
PTRO 1.64 1.55 2.16 1.72 1.69
SMMT 1.21 0.76 0.27 0.21 0.33
TOBA 1.24 1.4 0.97 1.53 1.22
MITI 2.5 1.86 1.7 1.24 0.66
ANTM 1.64 2.59 2.44 1.62 1.54
INCO 2.98 4.01 4.54 4.62 3.6
ARTI 2.08 4.82 3.16 6.74 3.57
ELSA 1.62 1.44 1.49 1.35 1.49
Page 137
120
ENRG 0.59 0.58 0.62 0.7 0.34
ESSA 4.62 0.82 2.34 0.68 1.48
RUIS 0.97 0.87 0.9 1 1.11
BIPI 0.68 0.34 0.47 0.14 0.16
PSAB 0.39 0.29 0.49 0.77 0.71
SMRU 1.77 0.67 1.61 1.11 2.32
TINS 1.87 1.82 1.71 2.06 1.49
Lampiran 3 : Hasil Growth Opportunnity tahun 2014-2018
Nama Perusahaan 2014 2015 2016 2017 2018
ADRO 1.1 0.35 1.06 1.07 0.62
ARII 1 1.06 2.05 3.68 18.58
ATPK 0.08 0.08 0.11 0.21 0.28
BSSR 3.71 1.8 2.15 2.69 2.8
BUMI 0 0 0 0.02 0
BYAN 6.94 11 7.87 5.03 6.71
DEWA 0.39 0.35 0.36 0.35 0.33
DOID 1.45 0.39 2.57 2.55 1.19
GEMS 0.31 2.4 4.44 3.77 3.52
GOTB 1.06 1.24 1.42 0.65 0.86
HRUM 0.94 0.36 1.14 0.98 0.64
IMTG 1.54 0.55 1.15 1.79 1.62
KKGI 1.05 0.37 1.24 1.26 1.32
MYOH 1 0.9 0.96 1.11 1.39
PTBA 0.24 0.07 0.18 1.37 1.91
PTRO 0.38 0.11 0.31 0.64 0.64
SMMT 0.98 0.97 0.91 0.73 0.7
TOBA 1.04 0.63 1.25 1.76 0.78
MITI 0 0 0 0 0
ANTM 0.14 0.03 0.08 0.06 0.06
Page 138
121
INCO 1.61 0.64 1.13 1.16 1.18
ARTI 0 0 0 0 0
ELSA 0.15 0.05 0.08 0.07 0.05
ENRG 0.73 0.81 -4.72 1.09 0.41
ESSA 2.78 0.82 0.72 0.96 0.98
RUIS 0 0 0 0 0
BIPI 0.79 0.31 0.71 0.61 0.38
PSAB 4.01 8.24 1.4 0.99 0.99
SMRU 2.49 2.4 4.29 0.43 0.58
TINS 0.13 0.05 0.1 0.07 0.06
Lampiran 4 : Hasil Financial Distress tahun 2014-2018
Nama Perusahaan 2014 2015 2016 2017 2018
ADRO 1.36 1.67 1.86 2.1 2.09
ARII 0.4 0.16 -0.12 -0.62 -0.43
ATPK 2.13 1.13 0.27 -0.75 -1.09
BSSR 1.19 1.67 2.78 3.51 2.36
BUMI -1.39 -3.5 -1.61 -0.78 -0.68
BYAN -0.14 0.13 0.34 2.08 2.59
DEWA 1.57 1.35 1.23 1.04 0.98
DOID 0.25 0.24 0.27 0.45 0.57
GEMS 4.04 2.44 2.99 1.67 1.26
GOTB 9.57 6.9 3.99 4.19 4.77
HRUM 5.32 9.62 7.09 7.37 5.89
IMTG 2.94 3.11 2.81 3.43 2.98
KKGI 3.82 4.79 7.4 6.91 3.88
MYOH 1.65 2.25 3.82 4.08 4.34
PTBA 2.47 2.14 2.25 2.93 3.32
PTRO 1.24 1.16 1.29 1.23 1.06
SMMT 1.77 1.04 1.29 1.26 1.46
Page 139
122
TOBA 1.24 1.16 1.29 1.23 1.06
MITI 3.47 -0.1 0.22 0.92 -0.32
ANTM 1.81 2.04 2.12 2.06 1.9
INCO 4.12 4.87 5.54 1.34 6.82
ARTI 1.28 2.41 2.13 2.53 2.12
ELSA 2.21 2.09 2.85 2.29 2.04
ENRG 0.61 -0.42 -0.06 -0.85 -1.32
ESSA 2.9 1.93 0.46 0.35 0.54
RUIS 0.33 0.45 0.58 0.66 0.69
BIPI 0.52 0.51 0.3 0.36 0.36
PSAB 0.5 0.62 0.67 0.61 0.68
SMRU 1.01 0.87 0.69 1.02 1.01
TINS 1.35 1.37 1.45 1.04 0.76
Lampiran 5 : Hasil Firm size tahun 2014-2018
Nama Perusahaan 2014 2015 2016 2017 2018
ADRO 15.56 15.6 15.69 15.73 15.77
ARII 12.73 12.77 12.71 12.7 12.77
ATPK 21.31 21.3 21.18 20.73 20.6
BSSR 18.93 18.97 19.03 19.16 19.32
BUMI 22.25 21.95 21.86 22.03 22.09
BYAN 20.87 20.66 20.53 20.61 20.86
DEWA 19.69 19.74 19.76 19.81 19.84
DOID 20.62 20.54 20.6 20.67 20.89
GEMS 29 19.73 19.75 20.2 20.37
GOTB 18.21 17.91 17.82 17.9 17.88
HRUM 19.91 19.76 19.84 19.95 19.96
IMTG 14.08 13.98 14.01 14.12 14.18
KKGI 18.42 18.41 18.41 18.47 18.58
MYOH 18.91 18.9 18.81 18.73 18.83
Page 140
123
PTBA 16.51 16.64 16.74 16.91 17
PTRO 13.06 12.96 12.88 13.03 13.23
SMMT 27.31 27.29 27.18 27.31 27.45
TOBA 19.52 19.46 19.38 19.67 20.03
MITI 26.62 26.24 26.16 26.18 25.72
ANTM 23.82 24.14 24.12 24.12 24.23
INCO 14.66 14.64 14.62 14.6 14.61
ARTI 28.2 28.53 28.59 28.55 28.62
ELSA 15.26 15.3 15.25 15.4 15.55
ENRG 21.51 21.14 20.78 20.59 20.41
ESSA 18.8 19.44 20.32 20.53 20.64
RUIS 27.87 27.72 27.61 27.59 27.62
BIPI 21.08 21.05 20.97 21 21.03
PSAB 20.57 20.54 20.56 20.64 20.64
SMRU 19.17 19.07 19.01 18.34 28.28
TINS 16.09 16.04 16.07 16.29 16.53
Lampiran 6 : Statistics Descriptive
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
DER 150 -15,81 34,05 1,4091
CR 150 ,10 6,91 1,7400
GO 150 -4,27 18,58 1,2607
FD 150 -3,50 9,62 1,8510
FS 150 12,70 29,00 19,9093
Valid N (listwise) 150
Page 141
124
Lampiran 7 : Regresi Logistik
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 150 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 150 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 150 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dependent Variable
Encoding
Original Value Internal Value
0 0
1 1
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 202,687 -,373
2 202,687 -,378
3 202,687 -,378
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 202,687
c. Estimation terminated at iteration number 3
because parameter estimates changed by less than
,001.
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant der cr go fd fs
Step 1 1 158,163 -1,991 ,117 ,147 ,255 -,445 ,102
2 150,860 -1,978 ,180 ,274 ,363 -,780 ,110
Page 142
125
3 149,776 -1,890 ,217 ,334 ,416 -,970 ,112
4 149,743 -1,870 ,226 ,347 ,427 -1,011 ,113
5 149,743 -1,869 ,226 ,347 ,428 -1,012 ,113
6 149,743 -1,869 ,226 ,347 ,428 -1,012 ,113
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 202,687
d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
Step 1 Step 52,944 5 ,000
Block 52,944 5 ,000
Model 52,944 5 ,000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 149,743a ,297 ,401
a. Estimation terminated at iteration number 6 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 6,057 8 ,641
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
hedging = 0 hedging = 1
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 15 14,786 0 ,214 15
2 15 13,782 0 1,218 15
3 12 12,512 3 2,488 15
4 8 10,779 7 4,221 15
5 10 9,698 5 5,302 15
Page 143
126
6 8 8,506 7 6,494 15
7 7 6,936 8 8,064 15
8 8 5,755 7 9,245 15
9 5 4,611 10 10,389 15
10 1 1,634 14 13,366 15
Classification Tablea
Observed
Predicted
Hedging Percentage
Correct
0 1
Step 1 hedging 0 67 22 75,3
1 22 39 63,9
Overall Percentage 70,7
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a der ,226 ,087 6,661 1 ,010 ,798
cr ,347 ,225 2,389 1 ,122 1,415
go ,428 ,146 8,583 1 ,003 1,534
fd -1,012 ,251 16,285 1 ,000 ,363
fs ,113 ,047 5,708 1 ,017 1,119
Constant -1,869 1,076 3,017 1 ,082 ,154
a. Variable(s) entered on step 1: der, cr, go, fd, fs.