PENGARUH INOKULASI CENDAWAN ENDOFIT AKAR Aspergillus niger DAN PERLAKUAN FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI GOGO (Oryza sativa) DAN JAGUNG (Zea mays) SUYOTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PENGARUH INOKULASI CENDAWAN ENDOFIT AKAR
Aspergillus niger DAN PERLAKUAN FOSFAT TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN PADI GOGO (Oryza sativa)
DAN JAGUNG (Zea mays)
SUYOTO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh Inokulasi
Cendawan Endofit Akar Aspergillus niger dan Perlakuan Fosfat Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa) dan Jagung (Zea mays)” adalah
benar-benar hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2009
S u y o t o
G351060131
ABSTRACT SUYOTO. The Effect of Aspergillus niger Root Endophyte Inoculation and Phosphate Treatment on Growth of Upland Rice (Oryza sativa) and Corn (Zea mays). Under supervised by: NAMPIAH SUKARNO (chairman), UTUT WIDYASTUTI (members) and SUSTIPRIJATNO (members). Microorganisms utilization is one of alternatives to be used as biofertilizer. Aspergillus niger is one of potential microorganisms as biofertilizer. However, research on using A. niger as biofertilizer agents have not received adequate attention. The aim of the research was to study the role of application of root endophytic fungi A. niger in different levels of P application on growth of Oryza sativa and Zea mays. The research activities carried out in several phases which included production of endophyte of root fungus A. niger mycelia as inoculum and analysis of fungal colonization and growth response in liquid media and soil with different P concentrations. Production of fungal inoculum was carried out in two ways, Potato Dextrose Broth (PDB) and sterile maize media. Inoculum obtained in PDB was used to inoculate plants grown in liquid media whereas inoculum obtained on sterile maize media was used to inoculate plant grown in soil media. The experiments in the liquid media was done in sterile Johnson media. There are 2 types of inoculation treatments, without and with A. niger inoculation. Four different concentrations of P, P0%, P25%, P50% and P100%, were used plants were grown in 50 ml sterile media for 6 weeks. Parameters measured were the length of root, height of shoot, dry weight of root, dry weight of shoot, number of leaf, and root colonization. The experiments in soil media using sterile and non sterile soils. Media used to grow plants was a mixture of soil and sand with a compotition of 3: 1 in 3 and 6 kg pots. The soil in 3 kg pot was used to analyze the plant until 8 weeks whereas soil in 6 kg pot was used to analyze the plant until 16 weeks after planting. In sterile soil treatment, soil and sand were autoclaved first at a temperature of 1210C for 60 minutes. P treatments were the same as that of in liquid media. Parameters measured were productive sapling, dry weight of seed for Oryza sativa and diameter of corn cob, length of corn cob and dry weight of seed for Zea mays. Results showed that inoculation of A. niger influenced the growth of Oryza sativa and Zea mays on the liquid and soil media. The response of plants on inoculation and P treatments on both medium used had the same pattern. P Treatment increase colonization of A. niger, hight of shoot, root dry weight and dry weight of shoot. A. niger inoculation with the P50% treatment showed the highest response for almost all parameters excep root length. The length of the root at this treatment was declined with the vau even lower than P0% treatment. The application of P also increased the growth of Oryza sativa and Zea mays indenpendenly from inoculation. Key word :Aspergillus niger, phosphate , Oryza sativa, Zea mays.
RINGKASAN SUYOTO. Pengaruh Inokulasi Cendawan Endofit Akar Aspergillus niger dan Perlakuan Fosfat terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa) dan Jagung (Zea mays). Dibimbing oleh: NAMPIAH SUKARNO (ketua), UTUT WIDYASTUTI (anggota) dan SUSTIPRIJATNO (anggota).
Pemanfaatan mikroorganisme menjadi salah satu alternatif dalam penggunaan pupuk hayati. Cendawan endofit akar Aspergillus niger merupakan salah satu contoh cendawan yang dapat dimanfaatkan sebagai agen pupuk hayati. Namun penelitian terhadap pemanfaatan cedawan tersebut sebagai agen pupuk hayati belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari peranan cendawan endofit akar A. niger pada berbagai taraf P terhadap pertumbuhan tanaman padi dan jagung.
Kegiatan penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan yang meliputi produksi miselia sebagai inokulum dan analisis pertumbuhan cendawan dan respon tumbuh tanaman pada media cair dan tanah pada berbagai konsentrasi P. Produksi cendawan untuk inokulum dilakukan dengan 2 cara yaitu, pada media (PDB) dan media jagung steril. Inokulum yang ditumbuhkan pada media PDB digunakan untuk pengujian tanaman pada media cair sedangkan inokulum dari media jagung steril digunakan untuk pengujian tanaman pada media tanah.
Percobaan dalam media cair menggunakan media Johnson steril. Perlakuan yang digunakan ialah 2 taraf perlakuan inokulasi yaitu tanpa inokulasi dan dengan inokulasi A. niger serta 4 taraf konsentrasi P yaitu: P0%, P25%, P50% dan P100%. Tanaman ditumbuhkan pada media sebanyak 50 ml dan dipelihara selama 6 minggu. Parameter yang diukur meliputi panjang akar, tinggi tajuk, berat kering akar, berat kering tajuk, jumlah daun dan kolonisasi akar.
Percobaan pada media tanah menggunakan tanah steril dan tanah tidak steril. Media tumbuh tanaman yang digunakan ialah campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 3 : 1 dalam pot berukuran 3 kg dan 6 kg. Tanah dalam pot 3 kg digunakan untuk uji tanaman sampai dengan umur 8 minggu setelah tanam dan dalam pot 6 kg digunakan untuk uji tanaman sampai dengan umur 16 minggu setelah tanam. Pada perlakuan tanah steril, tanah dan pasir sebelumnya disterilisasi dengan otoklaf pada suhu 1210C selama 60 menit. Taraf P yang digunakan sama seperti perlakuan pada media cair dan parameter yang diukur meliputi: anakan produktif, panjang malai dan berat kering biji untuk tanaman padi dan: diameter tongkol, panjang tongkol dan berat kering biji untuk tanaman jagung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi A. niger berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi dan jagung yang ditumbuhkan pada media cair dan media tanah. Respon tanaman terhadap inokulasi dan perlakuan P pada media tersebut memiliki pola yang sama. Perlakuan P meningkatkan kolonisasi A. niger, tinggi tajuk, berat kering akar dan berat kering tajuk. Respon tertinggi terdapat pada perlakuan inokulasi A. niger dengan konsentrasi P50%, tetapi pada perlakuan tersebut panjang akar tanaman menurun bahkan nilainya lebih terendah dari perlakuan P0%.
Perlakuan dengan inokulasi A. niger dan konsentrasi P50% pada tanaman padi umur 16 minggu setelah tanam pada media tanah tidak steril menghasilkan anakan produktif, panjang malai dan berat kering biji tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal yang sama pada tanaman jagung umur 16 minggu setelah tanam pada media
yang sama menghasilkan diameter tongkol, panjang tongkol dan berat kering biji tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Inokulasi A. niger meningkatkan pertumbuhan tanaman padi dan jagung baik pada media cair maupun pada media tanah sampai tanaman berumur 8 dan 16 minggu setelah tanam. Hal yang sama terjadi pada pertumbuhan tanaman padi dan jagung pada perlakuan penambahan P. Perlakuan inokulasi A. niger dan konsentrasi P50% merupakan perlakuan paling optimal untuk pertumbuhan tanaman padi dan jagung.
Kata Kunci : Aspergillus niger, fosfat, Oryza sativa, Zea mays.
Judul Tesis : Pengaruh Inokulasi Cendawan Endofit Akar Aspergillus niger dan
Perlakuan Fosfat terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Gogo
(Oryza sativa) dan Jagung (Zea mays).
Nama : S u y o t o
NIM : G351060131
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Nampiah Sukarno
Ketua Dr. Ir. Utut Widyastuti Suharsono, M.Si Dr. Sustiprijatno Anggota Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Biologi Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS NIP.195611021984031003 NIP.195604041980111002
Tanggal Ujian: 21 Agustus 2009 Tanggal Lulus:
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor , tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulis
karya ilmiah, penyusun laporan , penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
PENGARUH INOKULASI CENDAWAN ENDOFIT AKAR
Aspergillus niger DAN PERLAKUAN FOSFAT TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN PADI GOGO (Oryza sativa)
DAN JAGUNG (Zea mays )
S U Y O T O
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Biologi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
PRAKATA Puji dan syukur selalu penulis panjatkan kepada Allah swt. karena telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penelitian hingga penulisan tesis
berjudul:Pengaruh Inokulasi Cendawan Endofit Akar Aspergillus niger dan
Perlakuan Fosfat terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa) dan
(Zea mays) Jagung dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada:
• Ibu Dr. Ir. Nampiah Sukarno, Ibu Dr. Ir. Utut Widyastuti dan bapak Dr. Sustiprijatno
selaku pembimbing, yang telah mencurahkan waktu dan tenaga sejak penulis masuk
IPB, penyusunan proposal, penelitian dan hingga penulisan tesis ini.
• Bapak Dr.Ir. Aris Tjahjoleksono, DEA sebagai anggota tim penguji yang telah ikut
mengoreksi dan memberi arahan yang berarti sehigga tulisan ini menjadi lebih baik lagi.
• Jajaran pimpinan di Departemen Agama Pusat yang telah mengadakan program
beasiswa kerja sama dengan IPB untuk Program Studi Pascasarjana dan jajaran
pimpinan di Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah yang telah
mendukung dan memberikan ijin belajar bagi penulis.
• Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana, Ketua Program Studi
Pascasarjana Biologi, Ketua Departemen Biologi, serta para dosen dan tenaga
administratif.
• Kerjasama kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) yang
diberikan kepada Dr. Ir. Nampiah Sukarno atas bantuan dana untuk melaksanakan
Penelitian ini.
• Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi
beserta seluruh pegawainya.
• Kepala MAN 2 Pekalongan dan seluruh guru dan tenaga administratif.
• Teman-teman pada Pogram Beasiswa Pascasarjana Departemen Agama.
• Khususnya kepada istri dan anak-anak tercinta.
Harapan penulis agar tesis ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri
maupun para pembaca pada umumnya.
Bogor, Agustus 2009
S u y o t o
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pemalang pada tanggal 7 september 1968 sebagai anak
kedua dari pasangan Catur dan Sundari. Pada tanggal 5 maret 1995 penulis menikah
dengan Diah Puji alrianai tiga anak, yaitu Mardikho Priya Susetya (Laki-laki), Ardita
Sukma Salsabilla (Perempuan) dan Novendra Fajar Prasetya (laki-laki).
Penulis lulus dari SD Negeri Kaliprau tahun 1982, SMP Negeri Ulujami tahun
1985, SMA Negeri Comal tahun 1988. Penulis menyelesaikam program sarjana di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta
pada tahun 1994 pada Jurusan Pendidikan Biologi. Tahun 1994, penulis bekerja sebagai
guru wiyata bakti bidang studi Biologi pada SMP Ulujami. Diangkat sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS) sejak tahun 1997.
Pada tahun 2006 penulis mendapatkan beasiswa dari Departemen Agama untuk
melanjutkan studi pascasarjana di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan
mengambil program studi Biologi (Subprogram Mikrobiologi).
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................................ 2
Hipotesis ........................................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA
Aspergillus niger ............................................................................................. 3
Peranan P Dalam Tanaman ........................................................................ 4
Senyawa P Dalam Tanah. ................................................................................ 5
Mikroorganisme Tanah Pelarut P .................................................................... 6
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat ...................................................................................... 8
Bahan dan Alat.................................................................................................. 8
Metode Penelitian ............................................................................................ 8
Rancangan Percobaan dan Analisis ................................................................. 11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian .............................................................................................. 12
Pembahasan .................................................................................................... 27
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ......................................................................................................... 30
Saran ............................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 31
LAMPIRAN ................................................................................................................ 34
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Pengaruh inokulasi A . niger dan perlakuan P pada tanaman padi umur
6 minggu setelah tanam dalam media cair............................................................... 14
2. Pengaruh inokulasi A . niger dan perlakuan P pada tanaman jagung umur
6 minggu setelah tanam dalam media cair. ............................................................... 16
3. Pengaruh inokulasi A . niger dan perlakuan P pada tanaman padi umur
8 minggu setelah tanam yang tumbuh pada media tanah steril ................................ 18
4. Pengaruh inokulasi A . niger dan perlakuan P terhadap pertumbuhan
tanaman jagung umur 8 minggu setelah tanam pada media tanah steril................... 20
5. Pengaruh inokulasi A . niger dan perlakuan P terhadap pertumbuhan
tanaman padi dalam media tanah tidak steril umur 8 dan 16 minggu
setelah tanam............................................................................................................. 22
6. Pengaruh inokulasi A . niger dan perlakuan P pada tanaman jagung
dalam media tanah tidak steril umur 8 dan 16 minggu
setelah tanam .......................................................................................................... 24
7. Pengaruh inokulasi A . niger dan perlakuan P pada pertumbuhan
generatif tanaman padi dalam media tanah tidak steril umur 16 minggu
setelah tanam............................................................................................................. 26
8. Pengaruh inokulasi A . niger dan perlakuan P pada pertumbuhan
generatif tanaman jagung dalam media tanah tidak steril umur 16 minggu
setelah tanam ............................................................................................................ 26
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Diagram alir penelitian ............................................................................................. 8
2. Pengaruh pemberian P terhadap kolonisasi A. niger pada tanaman padi dan
jagung pada media cair, tanah steril dan tanah tidak steril ..................................... 13
3. Pertumbuhan tanaman padi pada umur 6 minggu setelah tanam pada media
cair dengan variasi konsentrasi P tanaman inokulasi A . niger dan
tanaman tanpa inokulasi............................................................................................ 15
4. Pertumbuhan tanaman jagung pada umur 6 minggu setelah tanam pada media
cair dengan variasi konsentrasi P tanaman inokulasi A . niger dan
tanaman tanpa inokulasi............................................................................................ 17
5. Pertumbuhan tanaman padi pada umur 6 minggu setelah tanam pada media
tanah steril dengan variasi konsentrasi P tanaman inokulasi A . niger
dan tanaman tanpa inokulasi.............................................................. ................... 19
6. Pertumbuhan tanaman jagung pada umur 6 minggu setelah tanam pada media
tanah steril dengan variasi konsentrasi P tanaman inokulasi A . niger
dan tanaman tanpa inokulasi…................................................................................ 21
7. Pertumbuhan tanaman padi pada media tanah tidak steril dengan variasi
konsentrasi P dan inokulasi A. niger umur 8 minggu setelah tanam dan
umur 16 minggu setelah tanam............................................................................... 23
8. Pertumbuhan tanaman jagung pada media tanah tidak steril dengan variasi
konsentrasi P dan inokulasi A. niger umur 8 minggu setelah tanam dan
umur 16 minggu setelah tanam................................................……….......……… 25
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Media PDA ............................................................................................................... 35
2. Media PDB................................................................................................................ 36
3. Komposisi larutan baku hara johson ....................................................................... 37
PENDAHULUAN Latar Belakang
Fosfat (P) merupakan salah satu unsur hara makro yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman. Tanaman menyerap P dari tanah dalam bentuk ion fosfat, terutama H2PO4-
(tanah masam) dan HPO42- (tanah basa) yang terdapat dalam larutan tanah. Bentuk P
lainnya yang diserap tanaman ialah dalam bentuk senyawa asam nukleat, fitin dan
fosfohumat (Havlin et al. 1999).
Pada tanah masam, P bersenyawa dalam bentuk-bentuk senyawa Fe-P, Al-P dan
Occluded-P, sedangkan pada tanah basa, pada umumnya P bersenyawa dengan Ca.
Adanya pengikatan-pengikatan P tersebut menyebabkan pupuk P yang diberikan dalam
bentuk P anorganik atau P tersedia menjadi tidak efisien, sehingga perlu diberikan dalam
takaran yang tinggi. Menurut Jones (1982), tanaman hanya memanfaatkan P sebesar
10%-30% dari pupuk P-anorganik yang diberikan, sedangkan 70% - 90% pupuk P
tersebut tetap berada di dalam tanah dalam bentuk terfiksasi atau tercuci ke dalam aliran
air. Kekurang efisienan penggunaan pupuk P tersebut dapat diatasi dengan berbagai cara,
salah satu diantaranya ialah memanfaatkan mikroorganisme pelarut P yang dapat
melarutkan P tidak tersedia. Penggunaan mikroorganisme pelarut P sebagai pupuk hayati
mempunyai keunggulan antara lain hemat energi, tidak mencemari lingkungan dan
mampu membantu meningkatkan kelarutan P yang terfiksasi (Suwarno et al. 2003).
Cendawan merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat dikembangkan
sebagai pupuk hayati. Cendawan yang dapat digunakan sebagai pupuk hayati diantaranya
ialah Aspergillus. Aspergillus selain dilaporkan sebagai cendawan pelarut P juga dapat
membentuk kolonisasi pada akar tanaman sehingga disebut cendawan endofit akar
(Khastini 2007).
Sebagai pupuk hayati, cendawan Aspergillus mempunyai banyak keunggulan
dibandingkan dengan cendawan mikoriza. Cendawan tersebut umumnya tumbuh lebih
cepat, dapat diperbanyak dalam media buatan, mengkolonisasi hampir semua jenis
tumbuhan dan dapat mengkolonisasi hampir semua jenis tumbuhan termasuk tumbuhan
bukan inang mikoriza (non host) (Khastini 2007). Walaupun cendawan Aspergillus
mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan cendawan mikoriza, namun
penelitian terhadap cendawan Aspergillus yang berhubungan dengan respon tumbuh
tanaman belum banyak dilakukan (Varma et al. 1999).
Peranan A . niger sebagai pelarut P sudah banyak diteliti pada media tanpa
tanaman. Namun peranan A . niger pada kondisi bersimbiosis belum banyak dilakukan
terutama peranannya dalam penyerapan P.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari peranan cendawan endofit akar A.
niger yang bersimbiosis dengan tanaman padi dan jagung terhadap pertumbuhan
tanaman tersebut pada berbagai konsentrasi P.
Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu cendawan endofit akar A. niger
dapat melarutkan P dan meningkatkan pertumbuhan tanaman inang melalui peningkatan
serapan fosfat.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Aspergillus niger
Aspergillus niger banyak ditemukan sebagai cendawan tanah dan pada umumnya
bersifat saprofit. Penyebaran cendawan ini meliputi wilayah geografi yang luas terutama
di lingkungan mesofilik. Cendawan ini mengkolonisasi berbagai substrat diantaranya
ialah jaringan tanaman yang terdekomposisi, biji-bijian dan sisa makanan (Schuster et al.
2002).
A. niger ialah salah satu cendawan endofit yang hidup pada akar tanaman.
Cendawan endofit ialah cendawan yang sebagian besar atau seluruh siklus hidupnya
berada pada jaringan tumbuhan dan tidak menyebabkan penyakit pada tumbuhan tersebut
(Sinlair dan Cerkauskas 1997). Cendawan endofit pada umumnya merupakan cendawan
yang melakukan simbiosis mutualisme dengan tumbuhan inangnya. Cendawan endofit
sangat berperan dalam kesuburan tumbuhan inangnya karena dapat berfungsi sebagai
pupuk hayati, pengendali hayati hama dan penyakit, membantu penyerapan nutrisi,
mendekomposisi bahan organik dan melarutkan unsur hara yang terfiksasi seperti P
(Saeed et al. 2002; Zareen et al. 2001; Rubini et al. 2005).
Koloni A. niger pada media PDA berwarna putih atau putih kekuningan, ditutupi
dengan spora berwarna gelap (Debet et al. 1990). Secara morfologi cendawan ini
mempunyai hifa bersekat, halus dan hialin. Konidia tersusun radiat bentuknya lonjong
dengan ukuran konidia berkisar antara 3,5 - 5 µm, (Samson et al. 2007). Perkembang
biakannya dilakukan secara aseksual meskipun ditemukan juga berkembang biak secara
seksual (Schuster et al. 2002).
A. niger termasuk dalam kelompok cendawan ”Black Aspergilli”yang berperan
dalam industri makanan, obat-obatan dan enzim. Cendawan ini memproduksi enzim-
enzim hidrolitik seperti lipase, amilase, protease, selulase, pektinase serta invertase dan
mensekresikan protein tersebut ke dalam medium (Schuster et al. 2002). Selain itu juga
cendawan ini menghasilkan asam organik seperti asam sitrat (Ali et al. 2005). Samson et
al. (2007) melaporkan bahwa A. niger dapat menghasilkan tunalenon, ochtratoxin A,
malformin, dan pyronigrin.
A. niger juga dilaporkan dapat memecah logam-logam seperti Al. Cu, dan Ni, serta
menggunakan energi hasil pemecahan tersebut untuk mensintesis asam organik.
Cendawan ini juga menghasilkan enzim peroksidase yang penting pada industri pulp,
enzim phytase yang mampu menghidrolisis fosfat dari fitat (Schuster et al. 2002), dan
mampu mendegradasi batuan fosfat untuk kepentingan penyedian unsur P pada tanah
(Goenadi et al. 2000).
B. Peranan P Dalam Tanaman
Fosfat merupakan komponen penyusun beberapa enzim, protein, ATP dan RNA.
Unsur P juga berperan pada pertumbuhan benih, akar, bunga, dan buah. Bersama dengan
kalium, fosfor dipakai untuk merangsang pembungaan.
Fosfat anorganik banyak terdapat di dalam cairan sel sebagai komponen sistem
penyangga tanaman. Dalam bentuk organik, P terdapat sebagai: (1) fosfolipid, yang
merupakan komponen membran sitoplasma dan kloroplas; (2) fitin, yang merupakan
simpanan fosfat dalam biji; (3) gula fosfat, yang merupakan senyawa antara dalam
berbagai proses metabolisme tanaman; (4) nukleoprotein, komponen utama DNA, dan
RNA inti sel; (5) ATP,ADP,AMP dan senyawa sejenisnya sebagai senyawa berenergi
tinggi untuk metabolisme; (6) NAD dan NADP, merupakan koenzim penting dalam
proses reduksi dan oksidasi; dan (7) FAD dan berbagai senyawa lain, yang berfungsi
sebagai pelengkap enzim tanaman (Salisbury et al. 1995).
Fosfat pada tanaman berpengaruh dalam pembelahan sel, pembentukan lemak
albumen, pembungaan, pembuahan dan pengisian biji, perkembangan akar rambut,
pencegah kerebahan, membantu mempercepat kematangan tanaman dengan mengurangi
penggunaan N, meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Soepardi 1983).
Fosfat mempengaruhi proses metabolisme tumbuhan. Kekurangan fosfat
mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat, perakaran tidak berkembang dengan
baik dan daun tua cepat rontok karena fosfat dalam tanaman bersifat mobil dan
beregerak dari daun tua ke daun muda. Gejala kekurangan P daun berwarna hijau tua dan
kadang-kadang bergelombang. Selain itu juga terjadi akumulasi karbohidrat yang dapat
mendorong terbentuknya antosianin, sehingga daun dan batang berwarna kemerahan
atau ungu ( Partohardjono dan Karama 1991).
C. Senyawa P Dalam Tanah
Pada pemupukan sebagian besar P menjadi tidak tersedia bagi tanaman karena
terikat dalam bentuk senyawa anorganik dan organik. Pada tanah-tanah masam yang
kandungan P-nya rendah, pupuk P yang umum digunakan adalah batuan fosfat alam
(rock phosphate). Pemupukan P kurang bermanfaat bila ketersediaan Al, Fe dan Mn pada
tanah tersebut (Horyono 2000).
Bentuk ion fosfat yang diserap oleh tanaman sangat ditentukan oleh pH tanah.
Apabila dalam keadaan alkalin bentuk HPO42- merupakan bentuk ion fosfat yang larut.
Bila pH menurun, akan ditemukan dua bentuk ion fosfat yaitu: H2PO4- dan PO4
2-. Makin
rendah pH makin dominant ion H2PO4-. Kedua bentuk ion fosfat itu diserap oleh tanaman
(Soepardi 1983, Havlin et al. 1999).
Pada tanah masam, P bersenyawa dalam bentuk-bentuk senyawa Fe-P, Al-P dan
Occluded-P, sedangkan pada tanah basa, pada umumnya P bersenyawa dengan Ca.
Adanya pengikatan-pengikatan P tersebut menyebabkan pupuk P yang diberikan dalam
bentuk P anorganik atau P tersedia menjadi tidak efisien, sehingga perlu diberikan dalam
takaran yang tinggi. Menurut Jones (1982), tanaman hanya memanfaatkan P sebesar
10%-30% dari pupuk P-organik yang diberikan, sedangkan 70% - 90% pupuk P tersebut
tetap berada di dalam tanah dalam bentuk terfiksasi atau tercuci ke dalam aliran air.
Kekurangefisienan penggunaan pupuk P tersebut dapat diatasi dengan berbagai cara,
salah satu diantaranya ialah memanfaatkan mikroba pelarut P yang dapat melarutkan P
tidak tersedia. Penggunaan mikroba pelarut P sebagai pupuk hayati mempunyai
keunggulan antara lain hemat energi, tidak mencemari lingkungan dan mampu
membantu meningkatkan kelarutan P yang terfiksasi (Suwarno et al. 2003).
D. Mikroorganisme Tanah Pelarut P
Cendawan endofit akar A. niger bersama-sama dengan Aspergillus flavus ,
Rhizophus stolonifer, Fusarium oxysporum dan Penicillium corylophyllum merupakan
salah satu cendawan endofit yang sering dijumpai tumbuh pada akar tumbuhan (Hasan
2002). Hasan (2002) melaporkan bahwa A. niger yang diisolasi dari akar, selain
menghasilkan hormon tumbuh, menghasilkan asam-asam organik seperti asam sitrat,
oksalat dan malat. Asam-asam organik tersebut dapat berfungsi sebagai enzim penting
dalam proses dekomposisi bahan organik dan proses meneralisasi unsur hara yang
terfiksasi seperti P.
Asam organik mampu meningkatkan ketersediaan P di dalam tanah melalui
beberapa mekanisme , diantaranya adalah :(1) anion organik bersaing dengan ortofosfat
pada permukaan tapak jerapan koloid yang bermuatan positif (Premono 1994); (2)
pelepasan ortofosfat dari ikatan logam P melalui pembentukan kompleks logam organik
(Beaucamp dan Hume 1997); dan (3) modifikasi muatan permukaan tapak jerapan oleh
ligan organik (Havlin et al. 1999).
Asam sitrat dan oksalat digolongkan sangat efektif dalam menurunkan retensi P
dari kaolinit dan gibsit, sedangkan asam malonat, tartat, dan malat berefektivitas sedang,
serta asam asetat dan suksinat digolongkan kurang efektif (Premono 1994). Disamping
meningkatkan P tersedia , beberapa asam organik berbobot molekul rendah juga
dilaporkan dapat mengurangi daya racun Al yang dapat dipertukarkan (Al-dd) pada
tanaman kapas. Hasil penelitian Premono (1994) menunjukkan bahwa cendawan pelarut
fosfat secara nyata mampu mengurangi Fe, Mn dan Cu yang terserap oleh tanaman
jagung yang ditanam pada tanah masam, sehingga berada pada tingkat kandungan yang
normal.
Cendawan menghasilkan asam-asam organik tersebut melalui proses katabolisme
glukosa dan siklus asam trikarboksilat (TCA), yang merupakan kelanjutan dari reaksi
glikolisis. Asam-asam ini merupakan substrat untuk proses anabolime dalam sintesis
asam amino dan makromolekul lain (Dawes dan Sutherland 1976).
Penelitian terhadap cendawan pelarut P banyak dilakukan menggunakan
Aspergillus sp. Anas et al. (1993) melaporkan peranan A. níger dalam pertumbuhan
tanaman. Hasilnya menunjukkan bahwa A. níger meningkatkan pertumbuhan batang 1º
kali lebih tinggi dari perlakuan kontrol.
Aspergillus ficum yang diteliti oleh Premono (1994) mampu meningkatkan
ketersediaan P pada tanah sebesar 25%, dan mampu melarutkan bentuk-bentuk Ca-P dan
Fe-P. Hasil penelitian Maningsih dan Anas (1996) menunjukkan bahwa cendawan A.
niger dapat meningkatkan kelarutan P dari AlPO4 sebesar 135% dan dapat meningkatkan
P larut pada tanah Ultisol sebesar 30,4% dibandingkan kontrol. Indikasi tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan cendawan yang mempunyai spektrum lebar dalam
melarutkan beberapa bentuk senyawa P yang ada di dalam tanah.
Das (1963) melaporkan bahwa bahwa beberapa Aspergillus sp. dan Penicillium sp.
mampu melarutkan Al-P dan Fe-P. Jenis cendawan lain adalah Sclerotium dan Fusarium
(Alexander 1978). A. níger dapat melarutkan P dari bentuk trikalsium fosfat melalui
produksi asam-asam organik (Nampiah Sukarno, data tidak dipublikasikan).
Meningkatnya asam-asam organik tersebut biasanya diikuti dengan penurunan pH ,
sehingga mengakibatkan terjadinya pelarutan P yang terikat oleh Ca.
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2007 sampai Maret 2008. Lokasi
penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan
Bioteknologi (PPSHB) Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah cendawan endofit akar A. niger, tanaman padi gogo
varietas dodokan (Oryza sativa), tanaman jagung varietas pulut (Zea mays), tanah, pasir,
pupuk NPK, media cair, aquades, NBT, KOH 10%, formalsalin, HCl 2%, asam fuchsin
0,05%, botol bekas film, plastik tahan panas. Alat yang digunakan ialah meteran, koran,
timbangan, label, alat tulis, tustel, autoklaf, oven pengering dan mikroskop stereo.
Metode Penelitian
Langkah- langkah Penelitian
Gambar 1. Diagram alir penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan yang meliputi produksi
miselia A. niger dan analisis pertumbuhan cendawan dan respon tumbuh tanaman pada
media cair dan tanah pada berbagai konsentrasi P.
Produksi miselia cendawan endofit
akar A. niger
Media cair Media tanah
Analisis pertumbuhan cendawan dan respon tumbuh tanaman
Tidak steril Steril
A. Produksi Miselia Cendawan Endofit Akar A. niger sebagai Inokulum.
Produksi miselia untuk inokulum dilakukan dengan 2 macam media yaitu : PDA
(lihat lampiran 1) dan dilanjutkan dengan media jagung steril. Media kedua ialah dengan
menumbuhkannya pada media PDB(lihat lampiran 2) yang digunakan untuk produksi
untuk menginokulasi tanaman dalam media cair.
1. Produksi miselia pada PDB
Sebanyak 5 potong miselia A. niger berukuran 1 cm di tumbuhkan pada 250 ml
PDB. Kultur di inkubasi selama 15 hari dengan agitasi. Pada saat, panen miselia
disaring dan siap digunakan sebagai inokulum.
2. Produksi miselia pada PDA dan media jagung steril.
A. niger ditumbuhkan pada media Potato Dextrose Agar (PDA) selama 7 hari pada
suhu kamar. Miselium cendawan yang tumbuh selanjutnya digunakan untuk
menginokulasi media jagung steril. Dua ratus gram jagung di rebus dan disterilisasi
selama 60 menit pada suhu 1210C. Media diinkubasi selama 2-3 minggu sampai seluruh
bagian media di tumbuhi oleh cendawan. Selanjutnya cendawan dipanen dan siap
digunakan sebagai inokulum.
B. Analisisa Pertumbuhan Cendawan dan Respon Tumbuh Tanaman pada
Berbagai Konsentrasi P.
1. Media cair
Sebelum ditanam pada media cair, benih padi dan jagung ditumbuhkan pada media
zeolit steril dengan perlakuan tanpa dan dengan inokulasi A. niger secara terpisah.
Tanaman di tumbuhkan di dalam ruangan selama 2 minggu. Setelah tumbuh masing-
masing tanaman dipindahkan ke dalam botol yang mengandung media cair steril
sebanyak 50 ml. Terdapat 4 konsentrasi P sebagai perlakuan yaitu : P0%, P25%,
P50% dan P100%. Tanaman dipelihara selama 6 minggu dan dipupuk 1 minggu sekali
sesuai dengan perlakuan P. Pada saat panen, bagian tajuk dan akar dipotong kemudian
ditimbang bobot basahnya. Akar dibagi 2 menjadi bagian. Bagian pertama dikeringkan
dengan oven pada suhu 650C selama 7 hari selanjutnya ditimbang bobot keringnya.
Sedangkan sebagian lagi dipotong dan diwarnai untuk analisis pertumbuhan cendawan di
dalam akar.
2. Media tanah
Tanah ialah media tumbuh yang umumnya digunakan untuk pertumbuhan tanaman
di lapangan. Pada percobaan ini digunakan 2 macam media tanah yaitu tanah tidak steril
dan tanah steril.
2.1 Tanah steril
Media tumbuh tanaman yang digunakan adalah campuran tanah dan pasir steril
dengan perbandingan 3:1. Media dimasukkan ke dalam pot berukuran 3 kg. Selanjutnya
biji ditanam pada media tanah. Inokulasi cendawan endofit akar A. niger menggunakan
inokulasi sebanyak 10% (v/v) dari bobot media tumbuh. Terdapat 4 perlakuan
konsentrasi P yaitu, P 0 % (P0), P 25 % (P 25), P 50% (P 50) dan P 100 % (P 100).
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiangan secara berkala dan penyiraman
menggunakan akuades sampai tanaman berumur 8 minggu. Pada saat panen, bagian tajuk
dan akar diperlakukan seperti pada percobaan media cair.
2.2 Tanah tidak steril
Media tumbuh tanaman yang digunakan adalah campuran tanah dan pasir tidak
steril dengan perbandingan 3:1. Media dimasukkan ke dalam pot berukuran 3 kg untuk
panen umur 8 minggu dan 6 kg untuk panen umur 16 minggu, benih padi dan jagung
ditanam pada pot secara terpisah. Inokulasi cendawan endofit akar A. niger dilakukan
dengan cara mencampur inokulum cendawan endofit akar A. niger sebanyak 10% (v/v)
dari bobot media tumbuh. Pada percobaan ini, seluruh pot diinokulasi dengan Aspergillus
niger. Pada panen umur 16 minggu dilakukan pengukuran terhadap anakan produktif,
panjang malai dan berat kering biji untuk tanaman padi dan diameter tongkol, panjang
tongkol dan berat kering biji untuk tanaman jagung.
3. Pewarnaan Akar dan Kolonisasi Cendawan
Pewarnaan akar dilakukan dengan menggunakan pewarnaan biru tripan yaitu: akar
dicuci dan direndam dalam KOH 10% (v/v). Selanjutnya KOH dibuang, dicuci dengan
air mengalir, kemudian direndam dalam HCl 1% (v/v) selama 12 jam. Setelah itu HCl
dibuang, dan terakhir akar diwarnai dengan pewarna biru trypan. Akar selanjutnya
direndam dalam larutan gliserol asam 50%. Pengamatan cendawan dan penghitung
persen kolonisasi cendawan dilakukan dengan menggunakan metode Brundrett et al
(1997).
Rancangan Percobaan dan Analisis
Hasil pengamatan dari peubah dianalisis berdasarkan sidik ragam. Jika hasil
analisis ragam menunjukkan F hitung > F tabel maka dilanjutkan dengan uji Duncan pada
taraf uji 5%. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SAS
(Statistical Analysis System) versi 6.12.
Peubah lain yang juga diamati adalah panjang akar, panjang tajuk, berat kering
akar dan berat kering tajuk. Pengulangan dilakukan sebanyak lima kali ulangan. Tahap
kolonisasi Aspergillus sp. pada akar tanaman disusun berdasarkan rancangan acak
lengkap (RAL) dengan perlakuan jenis media tanam. Peubah yang diamati adalah
persentase kolonisasi. Persentase kolonisasi dihitung pada cawan gridline (arsiran)
dengan menggunakan rumus:
jumlah interseksi kolonisasi akar
% kolonisasi = x 100% jumlah total interseksi akar
Model linier rancangan penelitian adalah sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya
2000) :
Yijk=μ+αi+βj+ (α(β)ij+δijk
Ket: Yijk : nilai respon pengaruh inokulum ke-i, pemberian P taraf ke-j, ulangan ke-k μ : rataan umum (αβ)ij: pengaruh inokulum dan pemberian taraf P βj : pengaruh inokulum taraf ke-j δijk : komponen acak perlakuan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
A. Pengaruh inokulasi dan perlakuan P terhadap kolonisasi akar
Kolonisasi cendawan meningkat dengan peningkatan kandungan fosfat pada media
(Gambar 2). Pada pemberian P25%, kolonisasi meningkat 100% dibandingkan dengan
perlakuan tanpa pemberian fosfat (P0%). Peningkatan kolonisasi mencapai optimum pada
pemberian P50% yaitu terjadi kolonisasi 42,66% pada tanaman padi dan 44,2% pada
tanaman jagung. Pada pemberian P100%, kolonisasi cendawan menurun hingga 57%
pada tanaman padi dan 55,7% pada tanaman jagung.
Kemampuan kolonisasi A. niger tidak hanya terbatas pada media cair saja. Hal ini
dibuktikan adanya kolonisasi cendawan pada media tanah streril dan media tanah tidak
steril. Kolonisasi juga meningkat pada media tanah steril tetapi pengaruhnya tidak
setinggi pada media cair. Pada P25% terjadi peningkatan kolonisasi 4,6% pada padi dan
24% pada jagung dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian P. Pengaruh optimal
dari pemberian P terhadap kolonisasi A. niger juga terjadi pada pemberian P50%.
Pemberian P100% pada tanah steril juga menurunkan kolonisasi, tetapi penurunannya
lebih kecil daripada pada media cair.
Pengaruh pemberian P25% tidak banyak berpengaruh terhadap kolonisasi akar
demikian pula dengan perlakuan P100%, juga tidak mempengaruhi kolonisasi. Pengaruh
yang paling optimal adalah pemberian P50%. Pengaruh tersebut terjadi baik pada tanah
yang diinokuasi A. niger maupun yang tidak.
Gambar 2. Pengaruh pemberian P terhadap kolonisasi A. niger pada tanaman padi dan
jagung (A) Media cair (B) tanah steril dan (C) tanah tidak steril.
C
A
B
B. Pengaruh inokulasi dan perlakuan P terhadap pertumbuhan tanaman pada
media cair
Berdasarkan data dari pertumbuhan tanaman padi yang ditumbuhkan dalam media
cair menunjukkan bahwa inokulasi A. niger memberikan respon tumbuh yang baik.
Pertumbuhan tanaman padi memberikan respon yang berbeda nyata bila diinokulasi A.
niger dibandingkan dengan perlakuan tanpa inokulasi. Namum demikian tanaman padi
dengan inokulasi pada taraf P50% mempunyai panjang akar yang pendek dan tidak
berbeda nyata dengan tanaman tanpa inokulasi pada taraf P0% (Tabel 1).
Tanaman padi yang diinokulasi A. niger dengan taraf P50% mempunyai panjang
akar, tinggi tajuk, berat kering akar, berat kering tajuk dan jumlah daun nyata
dibandingkan dengan tanaman diinokulasi A. niger dengan P0%, P25% dan P100%.
Hal yang sama terjadi jika perlakuan tersebut dibandingkan dengan tanaman yang tanpa
diinokulasi pada semua taraf pemupukan P.
Tabel 1. Pengaruh inokulasi A . niger dan perlakuan P pada tanaman padi umur 6 minggu setelah tanam dalam media cair.
Parameter Panjang
akar (cm)
Berat kering tajuk
Jumlah daun
(satuan) Perlakuan
Konsentrasi P(%)
Tinggi tajuk (cm)
Berat kering akar (g) (g)
inokulasi 0 10b1) 20.5a 0.12a 0.086a 2.33a A. niger 25 16.5c 33.83c 0.21a 0.123c 4b
50 3.2 a 47.5d 0.85c 0.44d 5c 100 8.5b 29.66b 0.54b 0.113b 3.66b
0 3.0a 20.16a 0.21b 0.02a 2.33a 25 7.66b 33.16c 0.19b 0.22c 2.33a 50 9.5b 29b 0.39c 0.18b 5.33c Tanpa
inokulasi 100 16.3c 41.5c 0.09a 0.19b 3.33b Keterangan:1) Angka dalam kolom yang sama pada masing-masing kelompok yang
diikuti huruf sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (P < 0,05).
Tinggi tajuk tanaman padi dengan pemberian P dan inokulasi A. niger
mempunyai daun lebih hijau dibandingkan dengan tanaman padi tanpa inokulasi.
Pertumbuhan tanaman pada taraf P50% dengan inokulasi A. niger lebih tinggi
dibandingkan dengan taraf P lainnya (Gambar 3).
Gambar 3 .Pertumbuhan tanaman padi pada umur 6 minggu setelah tanam pada media
cair dengan variasi konsentrasi P. (A) Tanaman inokulasi A . niger dan (B) Tanaman tanpa inokulasi.
P100% P25%P50% P0%
Tanaman jagung yang diinokulasi cendawan endofit akar A. niger dengan taraf
P50% mempunyai akar yang pendek dibandingkan dengan perlakuan P lainnya dan
tidak berbeda nyata dengan tanaman tanpa inokulasi pada P0%. Pada tanaman jagung
dengan inokulasi pada taraf P50% mempunyai panjang akar yang pendek dan tidak
berbeda nyata dengan tanaman tanpa inokulasi pada taraf P0%. Pada taraf P50%
mempunyai tanaman yang diinokulasi tinggi tajuk, berat kering akar, berat kering tajuk
serta jumlah daun yang berbeda nyata dibandingkan taraf P0%, P25% dan P100%
(Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh inokulasi A . niger dan perlakuan P pada tanaman jagung umur 6 minggu setelah tanam dalam media cair.
Parameter
Panjang akar
Tinggi tajuk
Berat kering akar
Berat kering tajuk
Jumlah daun
(satuan) Perlakuan
Konsentrasi P(%) (cm) (cm) (g) (g)
inokulasi 0 29.3b1) 20.67a 0.06a 0.17a 3.33a A. niger 25 27.1b 26.67b 0.19ab 0.25b 5ab
50 19.7a 41.33d 1.17c 0.47c 6.33c 100 38.3c 35.67c 0.54b 0.32b 6.b
0 19.2a 20a 0.06a 0.16a 3.33a 25 26.3b 25.66b 0.18a 0.25ab 4ab 50 27.7b 35.33c 0.53b 0.31b 5b Tanpa
inokulasi 100 37.3c 40.5d 1.16c 0.44c 4.33b Keterangan:1) Angka dalam kolom yang sama pada masing-masing kelompok yang
diikuti huruf sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (P < 0,05).
Inokulasi A. níger selain meningkatkan pertumbuhan tanaman juga menyebabkan
tanaman jagung memiliki tajuk lebih segar dibandingkan dengan tanaman tanpa inokulasi
(Gambar 4).
Gambar 4 .Pertumbuhan tanaman jagung pada umur 6 minggu setelah tanam pada media
cair dengan variasi konsentrasi P (A) Tanaman inokulasi A . niger dan (B) Tanaman tanpa inokulasi.
P0% P25% P100%P50%
P0% P100% P25% P50%
C. Pengaruh inokulasi dan pemberian P terhadap pertumbuhan tanaman pada
media tanah
Tabel 3 menunjukkan pertumbuhan tanaman padi memberikan respon yang
berbeda.
Secara umum pada perlakuan P0%, P25% dan P100%, inokulasi tidak berpengaruh
terhadap panjang akar, tinggi tajuk, berat kering akar, berat kering tajuk dan jumlah
anakan. Sedangkan perlakuan P50% meningkatkan tinggi tajuk, berat kering akar dan
berat kering tajuk. Pada perlakuan ini panjang akar lebih pendek dari pada P0%, P25%
dan P100%. Sedangkan jumlah anakan tidak berbeda nyata (Tabel 3).
Pada tanaman tanpa inokulasi, penambahan P meningkatkan seluruh parameter
yang diamati kecuali panjang akar. Pemberian P pada tanaman yang tidak diinokulasi
tidak berpengaruh terhadap panjang akar (Tabel 3).
Tabel 3. Pengaruh inokulasi A . niger dan perlakuan P pada tanaman padi umur 8 minggu setelah tanam yang tumbuh pada media tanah steril.
Parameter
Perlakuan Konsentrasi P(%)
Panjang akar (cm)
Tinggi tajuk (cm)
Berat kering akar (g)
Berat kering tajuk (g)
Jumlah anakan (satuan)
0 9.87c1) 39.12a 0.51a 0.74a 4.5a 25 8.87ab 47.62b 0.62ab 1.04ab 6.75b 50 7.37a 54.62c 1.7c 2.04c 11c
Inokulasi A. niger
100 11.12c 47.75b 1.05b 1.17b 7.5b 0 9.12ab 36.87a 0.43a 0.68a 3a 25 8.12ab 46.87b 0.57a 1.01b 4ab 50 7.75a 46.5b 0.91b 1.1b 9.75c
Tanpa inokulasi
100 10.12ab 52.87c 1.27c 1.79c 6b Keterangan: 1) Angka dalam kolom yang sama pada masing-masing kelompok yang
diikuti huruf sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (P < 0,05).
Pertumbuhan tanaman padi yang diinokulasi A . niger terlihat tajuk lebih tinggi,
daunnya lebih hijau dan jumlah anakannya lebih banyak dibandingkan dengan tanaman
padi tanpa inokulasi pada pemberian P yang setaraf (Gambar 5).
Gambar 5 .Pertumbuhan tanaman padi pada umur 6 minggu setelah tanam pada media
tanah steril dengan variasi konsentrasi P (A) Tanaman inokulasi A . niger dan (B) Tanaman tanpa inokulasi.
B
A
Perlakuan pemberian P memberikan pengaruh yang berbeda pada tanaman yang
diinokulasi dan yang tidak diinokulasi. Pada tanaman yang diinokulasi penambahan P
meningkatkan tinggi tajuk, berat kering akar, berat kering tajuk dan jumlah anakan
dengan nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan P50%. Panjang akar pada perlakuan ini
paling rendah jika dibandingkan dengan perlakuan P0%, P25% dan P100% (Tabel 4).
Pada tanaman tanpa inokulasi, perlakuan P meningkatkan panjang akar kecuali pada
P50%, tinggi tajuk, berat kering akar, berat kering tajuk dan jumlah anakan. Nilai
tertinggi diperoleh pada perlakuan P100% (Tabel 4).
Kolonisasi A. niger pada tanaman jagung yang diinokulasi mempunyai pola yang
sama dengan tanaman padi. Kolonisasi meningkat sampai pada perlakuan P50%. Pada
perlakuan P100% kolonisasi akar menurun mendekati nilai pada perlakuan P25%
(Gambar 2).
Tabel 4. Pengaruh inokulasi A . niger dan perlakuan P terhadap pertumbuhan tanaman jagung umur 8 minggu setelah tanam pada media tanah steril.
Parameter
Perlakuan Konsentrasi P(%)
Panjang akar (cm)
Tinggi tajuk (cm)
Berat kering akar (g)
Berat kering tajuk (g)
Jumlah daun
(satuan)
0 38.5b1) 94.25a 2.31a 8.63a 8.5a 25 45.62c 109.5b 3.31b 16.98b 10.25b 50 27.62a 152d 5.21c 26.09c 12.5c
Inokulasi A. niger
100 43.1bc 133.5c 3.21b 14.77b 10.5b 0 36.5b 94.25a 2.16a 8.23a 7.5a 25 43.87b 109.5b 3.06b 15.73b 9.25b 50 29.12a 133.5c 3.03b 13.77b 11.5c
Tanpa inokulasi
100 40.62b 151d 4.21c 23.84c 10.25b Keterangan:1) Angka dalam kolom yang sama pada masing-masing kelompok yang
diikuti huruf sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (P < 0,05).
Pertumbuhan tanaman jagung yang diinokulasi A. niger mempunyai daun lebih
hijau dan jumlah daun lebih banyak dibandingkan dengan tanaman jagung tanpa
inokulasi (Gambar 6).
Gambar 6 .Pertumbuhan tanaman jagung pada umur 6 minggu setelah tanam pada media
tanah steril dengan variasi konsentrasi P (A) Tanaman inokulasi A . niger dan (B) Tanaman tanpa inokulasi.
A B
P0% P25% P50% P100% P0% P25% P50% P100%
Pertumbuhan tanaman padi dan jagung yang ditanam dalam media tanah tidak steril
mempunyai respon yang berbeda terhadap inokulasi dan perlakuan P. Tanaman yang
diinokulasi A. niger dengan taraf P50% pada umur 8 minggu mempunyai tinggi tajuk
dan berat kering akar tertinggi bila dibandingkan dengan tanaman dengan P0%, P25%
dan P100%. Namun demikian, berat kering tajuk dan jumlah daun dari perlakuan
tersebut tidak berbeda nyata (Tabel 5).
Pada umur 16 minggu, setelah tanam tanaman padi yang mendapatkan taraf P50%
mempunyai akar yang paling pendek. Sedangkan tinggi tajuk, berat kering akar, berat
kering tajuk dan jumlah daun lebih tinggi dibanding dengan tanaman yang diinokulasi A.
niger dengan P0%, P25% dan P100% (Tabel 5).
Tabel 5. Pengaruh inokulasi A . niger dan perlakuan P terhadap pertumbuhan tanaman padi dalam media tanah tidak steril umur 8 dan 16 minggu setelah tanam.
Parameter
Umur tanaman Konsentrasi
P(%)
Panjang akar (cm)
Tinggi tajuk (cm)
Berat kering akar (g)
Berat kering tajuk (g)
Jumlah anakan (satuan)
0 15.3ab1) 50.5a 0.61a 1.11a 2.75a 25 19.5bc 53.37a 0.87ab 1.81a 3.75a 50 11.12a 64.62c 2.43de 3.62ab 9c
8 minggu
100 23.37c 59.5b 1.56bc 2.81a 5.5b 0 35.88de 84.5d 2.3cd 10.9b 4.25a
25 31.5d 91.75e 3.12ef 18.4c 6.5b 50 24.63c 106.75g 5.37g 26d 12c
16 minggu
100 40.5e 99.37f 3.59f 18.5c 9.7c Keterangan: 1) Angka dalam kolom yang sama pada masing-masing kelompok yang
diikuti huruf sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (P < 0,05).
Pertumbuhan tanaman padi umur 8 minggu setelah tanam dan 16 minggu setelah
tanam. Tanaman yang memdapatkan P50% dan inokulasi A. niger mempunyai tinggi
tajuk tertinggi dan jumlah anakan lebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi P0%,
P25% dan P100% dan diinokulasi A. niger (Gambar 7).
Gambar 7. Pertumbuhan tanaman padi pada media tanah tidak steril dengan variasi
konsentrasi P dan inokulasi A. niger (A) Umur 8 minggu setelah tanam dan (B) Umur 16 minggu setelah tanam.
B
A
Tanaman jagung yang berumur 8 dan 16 minggu setelah tanam pada taraf P50%
baik yang diinokulasi maupun yang tidak diinokulasi mempunyai akar yang paling
pendek jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tanaman yang diinokulasi A. niger
dengan taraf P50% mempunyai tinggi tajuk, berat kering akar, berat kering tajuk dan
jumlah daun lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman dengan P0%, P25% dan P100%
(Tabel 6).
Tabel 6. Pengaruh inokulasi A . niger dan perlakuan P pada tanaman jagung dalam media tanah tidak steril umur 8 dan 16 minggu setelah tanam.
Parameter Umur
tanaman Konsentrasi P(%)
Panjang akar (cm)
Tinggi tajuk (cm)
Berat kering akar(g)
Berat kering
tajuk(g)
Jumlah daun
(satuan) 0 34.7b1) 95.25a 2.8a 6.85a 7a 25 40.2bc 145.5c 3.51a 11.7bc 8.75b 50 27.25a 153.3c 5.55c 23.7e 11c
8 minggu
100 46.12d 135.3c 3.91ab 17.54d 9b 0 41.75cd 115.6b 3.09a 9.63ab 8a 25 46.75d 151.3c 5.1bc 17.9d 9.75b 50 30.25ab 207e 6.87d 28.46f 12c
16 minggu
100 46.16d 179.2d 4.98bc 15.71cd 10b Keterangan: 1) Angka dalam kolom yang sama pada masing-masing kelompok yang
diikuti huruf sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (P < 0,05).
Pertumbuhan tanaman jagung umur 8 minggu setelah tanam dengan konsentrasi
P50% dan inokulasi A. niger mempunyai tinggi tajuk tertinggi dan jumlah daun lebih
banyak dibandingkan dengan konsentrasi P0%, P25% dan P100%. Pada umur 16 minggu
setelah tanam tanaman jagung yang mendapat perlakuan konsentrasi P50% dan inokulasi
A. niger selain memiliki tinggi tajuk tertinggi juga mempunyai daun lebh hijau
dibandingkan dengan konsentrasi P lainnya(Gambar 8).
Gambar 8 .Pertumbuhan tanaman jagung pada media tanah tidak steril dengan variasi
konsentrasi P dan inokulasi A. niger (A) Umur 8 minggu setelah tanam dan (B) Umur 16 minggu setelah tanam.
A B
Tanaman padi pada umur 16 minggu setelah tanam yang diinokulasi A. niger
dengan taraf P50% mempunyai anakan produktif, panjang malai dan berat kering biji
lebih tinggi dibandingkan tanaman dengan P0%, P25% dan P100% (Tabel 7).
Tabel 7. Pengaruh inokulasi A . niger dan perlakuan P pada pertumbuhan generatif tanaman padi dalam media tanah tidak steril umur 16 minggu setelah tanam.
Parameter Konsentrasi P
(%) Anakan produktif
(satuan)
Panjang malai
(cm)
berat kering biji
(g)
0 5.8a1) 17a 11.8a
25 8ab 23bc 13a
50 21c 27.3c 30.5c
100 11b 21.6ab 22.7b
Keterangan: 1) Angka dalam kolom yang sama pada masing-masing kelompok yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (P < 0,05).
Pertumbuhan tanaman jagung pada umur 16 minggu memiliki pola yang sama
dengan tanaman padi. Diameter tongkol, panjang tongkol dan berat kering biji tanaman
jagung pada perlakuan taraf P50% dan mendapat inokulasi A . niger lebih tinggi dari
perlakuan P lainnya (Tabel 8).
Tabel 8. Pengaruh inokulasi A . niger dan perlakuan P pada pertumbuhan generatif tanaman jagung dalam media tanah tidak steril umur 16 minggu setelah tanam..
Parameter Konsentrasi P
(%) Diameter tongkol
(cm)
Panjang tongkol
(cm)
berat kering biji
(g)
0 1.72a1) 4.87a 11.36a
25 2.82b 8.12b 23.41b
50 4.6d 12.25d 38.92c
100 3.75c 9.87c 29.63b
Keterangan: 1) Angka dalam kolom yang sama pada masing-masing kelompok yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (P < 0,05).
Pembahasan
A. niger yang digunakan dalam penelitian ini dapat mengkolonisasi akar
tanaman padi dan jagung. Kolonisasi cendawan pada akar tanaman padi dan jagung
tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi P pada media tumbuh. Penambahan P sampai
P50% pada media menunjukkan kolonisasi akar, namun penambahan P lebih lanjut yaitu
P100% menurunkan kolonisasi. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Khastini 2007
pada berbagai macam tanaman pertanian dan perkebunan seperti jagung, kedelai, kunyit,
coklat dan sengon. Hal ini diduga pada penambahan P sampai konsentrasi P50%
ketersediaan P pada media tumbuh masih menjadi faktor pembatas pertumbuhan
tanaman, namun penambahan lebih lanjut telah menyebabkan kesediaan P pada media
berlimpah. Berlimpahnya P yang tersedia menyebabkan ketergantungan tanaman
terhadap cendawan dalam penyerapan P menurun.
Pada media tanah tidak steril ternyata inokulasi A. niger juga mampu
mengkolonisasi akar padi dan jagung, karena A. niger mampu tumbuh baik pada berbagai
tanah terutama yang kaya bahan organik (Schuster et al. 2002). Pengaruh P terhadap
kolonisasi mulai terlihat nyata pada perlakuan P50%, tetapi pada tanah steril dan media
cair kemampuan kolonisasi menurun pada P100%. Pada konsentrasi tertentu unsur P
justru menghambat perkecambahan spora dan pertumbuhan hifa. Mosse (1981)
melaporkan pengaruh yang merugikan tingkat P tanah yang tinggi pada simbiosis
cendawan, terutama disebabkan oleh konsentrasi P yang tinggi di akar. Tingginya P
menghambat cendawan secara langsung dengan menekan perkecambahan spora dan
pertumbuhan hifa dari spora yang berkecambah (Smith et al. 2003).
Hasil panen tanaman padi dan jagung yang ditumbuhkan pada media cair dan tanah
menunjukkan inokulasi A. niger dapat mengkolonisasi akar tanaman dan mampu
memberikan respon pertumbuhan yang baik, dibandingkan dengan tanpa inokulasi.
Semakin tinggi tingkat kolonisasi akar tanaman oleh A. niger semakin tinggi tingkat
pertumbuhannya. Peningkatan pertumbuhan ini dikaitkan dengan kemampuan A. niger
melarutkan P dari batuan fosfat yang tidak tersedia bagi tanaman (Kaldorf dan Muller
2000).
Dari parameter pertumbuhan hanya panjang akar yang tidak menunjukkan
perbedaan nyata antara perlakuan inokulasi dengan yang tanpa inokulasi. Hal ini diduga
tanaman yang diinokulasi mendapatkan hara P yang cukup dari cendawan sehingga
pertumbuhan biomassa tanaman tersebut lebih dialokasikan ke bagian tajuk (Smith dan
Read 1997).
Kolonisasi A. niger meningkat seiring umur tanaman baik padi maupun jagung.
Pertumbuhan tanaman meningkat dengan pemberian P, dan mencapai pertumbuhan
optimal pada perlakuan P50%. Hasil ini menunjukkan bahwa inokulasi cendawan A.
niger dan konsentrasi P50% lebih efektif dibandingkan dengan konsentrasi P0% , P
25% dan P100% dan inokulasi cendawan A. niger khususnya dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman padi dan jagung. Mosse (1981) melaporkan bahwa tingkat P tanah
yang tinggi pada simbiosis cendawan mikoriza arbuskula, menyebabkan konsentrasi P di
dalam jaringan akar meningkat dan akan menurunkan kolonisasi cendawan.
Inokulasi cendawan dapat meningkatkan berat kering akar tanaman yang
disebabkan oleh perubahan kandungan hara terutama P yang dapat mempercepat
pembentukan akar dan meningkatkan berat kering akar Kaldorf dan Muller (2000). Hal
ini disebabkan cendawan A. niger dapat melarutkan fosfat tanah yang tidak dapat
langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Chuang (2006) melaporkan bahwa A. niger dapat
mensekresikan asam glukonat pada media tumbuh yang mengandung Ca3(PO4)2 dan
mensekresikan asam oksalat pada media tumbuh yang mengandung FePO4.7H2O dan
Na2EDTA.2H2O.
Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Khastini (2007) yang menyatakan bahwa
perlakuan inokulasi A. niger memberikan respon pertumbuhan vegetatif yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa inokulasi. Pertumbuhan akar yang tinggi
pada tanaman yang tidak dipupuk menunjukkan bahwa tanaman menderita kekurangan
hara P sehingga terjadi aliran fotosintat ke bagian akar (Kaldorf dan Muller 2000).
Respons tanaman terhadap inokulasi cendawan A. niger dan konsentrasi P lebih
tinggi dan konsisten. Pada perlakuan tanpa inokulasi cendawan A. niger pertumbuhan
maksimum dicapai dengan konsentrasi P100%, sedangkan dengan inokulasi cendawan A.
niger pertumbuhan maksimum dapat dicapai dengan konsentrasi P50%. Pertumbuhan
optimum dapat dicapai dengan penambahan P50% bila tanaman dinokulasi.
Proses kolonisasi A. niger pada Jaringan akar tanaman yang diamati dengan
pewarnaan biru tipan menunjukkan tahapan yang hampir sama dengan proses kolonisasi
cendawan mikoriza arbuskula. Namun terdapat beberapa faktor yang membedakan proses
kolonisasi tersebut yaitu pada A. niger proses kolonisasi berlangsung secara interseluler
dan tidak membentuk struktur arbuskula dan vesikula, sedangkan pada cendawan
mikoriza berlangsung baik secara interseluler maupun intraseluler dan membentuk
struktur khas arbuskula dan vesikula.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perlakuan penambahan P dalam percobaan ini dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman padi dan jagung. A. niger yang diuji dalam penelitian ini dapat mengkolonisasi
akar tanaman padi dan jagung pada media cair dan media tanah. Kolonisasi cendawan A.
niger pada akar tanaman padi dan jagung dapat meningkatkanh pertumbuhan vegetatif
pada umur 8 minggu dan generatif umur 16 minggu setelah tanam dari tanaman tersebut.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk melihat peran A. niger dalam melarutknan P
pada berbagai tipe tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander M. 1978. Introduction to Soil Microbiology. 2nd ed. Willey Estern Limited.
New Delhi. Ali S, Haq I, Qadeer MA, and Iqbal J. 2002. Production of citric acid by Aspergillus
niger using cane molasses in a stired fermentor. Electronic J of Biotechnology 5(3):258-271.
Anas I, Premono E dan Widyastuti R. 1993. Peningkatan Efesiensi Pemupukan P dengan
Menggunakan Mikroorganisme Pelarut P. Pusat Antar Universitas IPB. Bogor. Brundrett M, Melvielle L, Peterson L, editor. 1997. Practical Methods in Mychorriza
Research. Canada: Mycologue Publications. Chuang CC, Yu-Lin K, Chao CC, Chao WL. 2006. Solubilization of inorganic
phosphates and plant growth promotion by Aspergillus niger. Bio Fertils Soil: DOI 10.1007/s00374-006-0140-3.
Das AC. 1963. Utilization of insoluble phosphate by soil fungi. J Indian Soc Soil Sci 11:
203-207. Debets A, Holub E, Swart K, Van den Broek H, Bos C. 1990. An electrophoretic
karyotype of Aspergillus niger. Molecular and Generall Genetics 224: 1432-1474. Goenadi DH., Siswanto, Sugiarto Y. 2000. Bioactivation of poorly soluble phosphate
rock with a Phosphorus-solublizing fungus. J Soil Sci Soc Am 64: 927-932. Haryono B . 2000. Pemupukan tanaman jarak. Monografi Balittas No.6: jarak. Balittas.
Malang. Hal 53. Hasan HAH. 2002. Giberellin and Auxin Production by Plant Root-Fungi and Their
Biosynthesis under Salinity-Calcium Interaction. Rostlinna Vyroba 48 (3) : 101-106.
Havlin JL, Beaton JD, Tisdale SL, Nelson WL. 1999. Soil Fertility and Fertilizers. An
Introduction to Nutrien Management Sixth ed. Prentice Hall, New Jersey. Jones US. 1982. Fertilizers and Soil Fertility. 2nd ed. Reston Publ. Co. Reston. Virginia. Kaldorf M. dan Ludwig-Muller J. 2000. AM fungi might affect the root morphology of
maize by increasing indole-3-butyric acid biosynthesis. Physiol. Planta 109, 58-67. Khastini RO. 2007. Isolasi, Penapisan, Respon Tumbuh dan Proses Kolonisasi Cendawan
Mutualistik Akar [tesis]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Mattjik AA dan Sumertajaya M. 2000. Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Jilid 1. Bogor: IPB Press.
Mosse B. 1981. Advances in the study of vesicular arbuscular mycorrhiza. Ann
Rev Phytopathol 11:171-196. . Partohardjono MIS dan Karama AS. 1991. Fosfor Peranan dan Penggunaannya dalam
Bidang Pertanian. Kerjasama PT Petrokimia Gresik (Persero) dengan Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Bogor. Hal 70.
Premono EM. 1994. Jasad Renik Pelarut Fosfat, Pengaruhnya Terhadap P Tanah dan
Efisiensi Pemupukan P Tanaman Tebu. Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Rubini MR, Silva-Ribeiro RT, Pomella AWV, Maki CS, Araujo WL, Santos DR, and
Azevedo JL. 2005. Diversity of endophytic fungal community of cacao and biological control of Crinipellis perniciosa causal agent of witches broom disease. Int J Biol Sci 1:24-33.
Saeed S, Bhatti H N, Batti T M. 2002. Bioleaching Studies of Rock Phosphate Using
Aspergillus niger . J of Bio Sci 2 (2) : 76-78. Salisbury FB dan Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan D.R.Lukman dan
Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung. Samson RA, Noonim P, Menjer M, Houbraken J, Frisvad JC and Varga J. 2007.
Dignostic tools to identify black aspergilli. Studies in Micology 59:129-145. Schuster E, Dunn-Coleman N, Frisvad J, Van Dijck P. 2002. On the safety of
Aspeergillus niger-A review. Appl Microbiol and Biol 59: 426-435. Sinclair JB, Cerkaukas RF. 1997. Latent infection vs. Endophytic colonization by fungi.
In Endophytic Fungi in Grasses and Woody Plants. Scott C. Redlin lori M. Carris (eds). APS Press St Paul Pp. 3-30.
Smith SE, Smith FA, Jacobsen I. 2003. Mycorrhizal fungi can dominate phosphate
supply to plants irrespective of growth responses. Plant Physiol 133, 16-20. Smith SE dan Read DJ. 1997. Mycorrhizal Simbiosis. Second edition Academic Press.
London. Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB. Bogor. Suwarno, Wahjudin UM, Leiwakabessy FM. 2003. Kesuburan Tanah. Departemen Ilmu-
ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.237.
Varma A, Verma S, Sudha, Sahay N, Butehorn, Franken P. 1999. Piriformospora indica, a Cultivable Plant-Growth-Promoting Root Endophyte. Appl Environ Microbial 65 (6):2741-2744.
Zaeen A, Zaki MJ, Khan NJ. 2002. Effect of Fungal filtrates of Aspergillus Species on
Development of Root-knot Nematodes and Growth of Tomato (Lycopersicon esculentum Mill.) Pakistan J of Bio Sci 4 (8) : 995 -999.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bahan-bahan pembuatan PDA
Media PDA (Potatoes Dextrose Agar) Komposisi
Kentang………………………………………………….200g
Dekstrose……………..…………………………………20g
Agar…..…………………………………………………20g
Akuades..………………………………………………..1 liter
Lampiran 2. Bahan-bahan pembuatan PDB Media PDB (Potatoes Dextrose Broth) Komposisi
Kentang………………………………………………….200g
Dekstrose………...………………………………………20g
Akuades…………………………………………………1 liter
Lampiran 3 .Komposisi larutan baku hara Johson
Hara makro Senyawa Konsentrasi larutan
stok(M) Konsentrasi larutan
stok(g/l) Volume larutan
stok/ larutan final(ml)
KNO3 1.00 101.10 6.0 Ca(NO)3.4H2O 1.00 236.16 4.0
NH4H2PO4 1.00 115.08 2.0 MgSO4.7H2O 1.00 246.49 1.0
Hara mikro Senyawa Konsentrasi larutan
stok(M) Konsentrasi larutan
stok(g/l) Volume larutan
stok/ larutan final(ml)
KCL 50.0 3.728 H2BO3 25.0 1.546
MnSO4.H2O 2.0 0.338 ZnSO4.7H2O 2.0 0.575 CuSO4.5H2O 0.5 0.125
H2MoO4(85%MoO3) 0.5 0.081
10
Fe-EDTA 20.0 6.922 1.0