perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH COATING M KECERNAAN BAHAN K DETERGENT FIBER ( (ADF) DALAM RA Untuk me Guna mempe D Un Jurusan FAK UNIVER MINYAK SAWIT PADA UREA TERH KERING, BAHAN ORGANIK, NEUT (NDF) DAN ACID DETERGENT FIBE ANSUM DOMBA LOKAL JANTAN Skripsi emenuhi sebagian persyaratan eroleh derajat Sarjana Peternakan Di Fakultas Pertanian niversitas Sebelas maret n/Program Studi Peternakan Oleh: ACHMAD SADELI H 0506016 KULTAS PERTANIAN RSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 HADAP TRAL ER
38
Embed
PENGARUH COATING MINYAK SAWIT PADA UREA … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PENGARUH COATING MINYAK SAWIT PADA UREA TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH COATING MINYAK SAWIT PADA UREA TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK,
DETERGENT FIBER (NDF) DAN (ADF) DALAM RANSUM DOMBA
Untuk memenuhi sebagian persyaratanGuna memperoleh derajat Sarjana Peternakan
Di Fakultas PertanianUniversitas Sebelas maret
Jurusan/Program Studi Peternakan
FAKULTAS UNIVERSITAS SEBELAS MARET
MINYAK SAWIT PADA UREA TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, NEUTRAL
(NDF) DAN ACID DETERGENT FIBER(ADF) DALAM RANSUM DOMBA LOKAL JANTAN
Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan Di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas maret
Jurusan/Program Studi Peternakan
Oleh: ACHMAD SADELI
H 0506016
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
MINYAK SAWIT PADA UREA TERHADAP NEUTRAL
ACID DETERGENT FIBER
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGARUH COATING MINYAK SAWIT PADA UREA TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, NEUTRAL
DETERGENT FIBER (NDF) DAN ACID DETERGENT FIBER (ADF) DALAM RANSUM DOMBA LOKAL JANTAN
yang dipersiapkan dan disusun oleh
ACHMAD SADELI H 0506016
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal : 15 Juni 2011
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Ir. Suharto, MS NIP. 19520202 197903 1 003
Anggota I
Ir. YBP Subagyo, MS NIP. 19480314 197903 1 001
Anggota II
Ir. Lutojo, MP NIP. 19550912 198703 1 001
Surakarta, Juli 2011 Mengetahui
Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Coating
Minyak Sawit Pada Urea Terhadap Kecernaan Bahan Kering, Bahan Organik,
Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF) Dalam Ransum
Domba Lokal Jantan”.
Penulis menyadari bahwa selama pelaksanaan penelitian sampai selesainya
penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, pengarahan, bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Ir. Suharto, MS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Penguji Utama.
2. Kandungan nutrien bahan pakan untuk ransum ....................................... 13
3. Susunan ransum dan kandungan nutrien ransum perlakuan .................... 13
4. Rerata konsumsi bahan kering domba lokal jantan (g/ekor/hari) ........... 18
5. Rerata konsumsi bahan organik domba lokal jantan (g/ekor/hari) .......... 19
6. Rerata konsumsi NDF domba lokal jantan (g/ekor/hari) ......................... 20
7. Rerata konsumsi ADF domba lokal jantan (g/ekor/hari) ......................... 22
8. Rerata kecernaan bahan kering domba lokal jantan (%) ......................... 23
9. Rerata kecernaan bahan organik domba lokal jantan (%) ......................... 24
10. Rerata kecernaan NDF domba lokal jantan (%) ...................................... 26
11. Rerata kecernaan ADF domba lokal jantan (%) ..................................... 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran Halaman 1. Analisis variansi konsumsi bahan kering domba lokal jantan
(g/ekor/hari) ............................................................................................ 33 2. Analisis variansi konsumsi bahan organik domba lokal jantan
11. Suhu kandang ........................................................................................... 51
12. Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan/Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta ........................................................................... 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PENGARUH COATING MINYAK SAWIT PADA UREA TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, NEUTRAL
DETERGENT FIBER (NDF) DAN ACID DETERGENT FIBER (ADF) DALAM RANSUM DOMBA LOKAL JANTAN
ACHMAD SADELI H0506016
RINGKASAN
Bekatul merupakan salah satu limbah pertanian yang mempunyai
kandungan karbohidrat tinggi namun kandungan proteinnya masih terbatas
sehingga perlu adanya teknologi pengolahan pakan salah satunya dengan cara
coating. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh coating minyak
sawit pada urea terhadap kecernaan bahan kering, bahan organik, NDF dan ADF
dalam ransum domba lokal jantan. Penelitian ini dilaksanakan di Kandang
Percobaan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta, selama 3 bulan mulai bulan 12 juli sampai 18 oktober 2010. Materi
yang digunakan adalah domba lokal jantan dengan bobot badan rata-rata 15 ± 3,05
kg sebanyak 16 ekor yang dibagi dalam 4 macam perlakuan dan 4 ulangan, setiap
ulangan terdiri dari 1 ekor domba lokal jantan.
Ransum terdiri dari hijauan (rumput raja), konsentrat (bekatul, urea,
minyak sawit dan premik) dengan perbandingan 40:60. Perlakuan yang diberikan
meliputi P0 = Rumput Raja 40% + Konsentrat 60% (Urea 0% + Minyak Sawit
1%); P1 = Rumput Raja 40% + Konsentrat 60% (Urea 1% + Minyak Sawit 1%);
P2 = Rumput Raja 40% + Konsentrat 60% (Urea 2% + Minyak Sawit 1%); P3 =
Rumput Raja 40% + Konsentrat 60% (Urea 3% + Minyak Sawit 1%). Peubah
yang diamati adalah konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, konsumsi
NDF, konsumsi ADF, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik,
kecernaan NDF dan kecernaan ADF. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perlakuan yaitu P0, P1, P2
dan P3 masing-masing adalah, untuk konsumsi bahan kering antara 707,049
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
sampai dengan 808,336 (g/ekor/hari), konsumsi bahan organik antara 588,047
sampai dengan 668,172 (g/ekor/hari), konsumsi NDF antara 301,057 sampai
dengan 320,791 (g/ekor/hari), konsumsi ADF antara 276,095 sampai dengan
304,517 (g/ekor/hari), kecernaan bahan kering antara 50,46 sampai dengan
61,27 %, kecernaan bahan organik antara 54,11 sampai dengan 63,45 %,
kecernaan NDF antara 44,62 sampai dengan 54,20 % dan kecernaan ADF antara
40.86 sampai dengan 53,60 %. Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian
ini adalah coating minyak sawit pada urea tidak mempengaruhi konsumsi dan
kecernaan bahan kering, bahan organik , NDF dan ADF pada domba lokal jantan.
Kata kunci: domba lokal jantan, coating, minyak sawit, urea, kecernaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang dijadikan
sebagai alternatif sumber protein hewani. Pemeliharaan ternak domba di
Indonesia merupakan salah satu upaya dalam pengembangan usaha
peternakan agar dapat memenuhi kebutuhan daging dalam negeri. Usaha
untuk meningkatkan jumlah produksi daging domba baik dalam jumlah
maupun kualitasnya dapat dilakukan dengan cara penggemukan.
Ransum ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan dan
konsentrat. Menurut Siregar (1994) pemberian ransum berupa kombinasi
pakan hijauan dan pakan konsentrat akan memberi peluang terpenuhinya zat-
zat gizi yang biayanya relatif rendah. Hijauan mengandung serat kasar yang
relatif tinggi, sedangkan kandungan energi dan protein kasarnya rendah.
Konsentrat mengandung serat kasar lebih rendah daripada hijauan dan
mengandung protein dan lemak relatif lebih tinggi tetapi jumlahnya bervariasi
dan juga kadar airnya relatif lebih sedikit daripada hijauan
(Williamson dan Payne, 1993).
Selama ini peternak cenderung menggunakan pakan konsentrat buatan
pabrik yang harganya relatif lebih mahal, sehingga diperlukan suatu sumber
pakan alternatif. Pakan tersebut biasanya diperoleh dari limbah industri
maupun limbah pertanian, diantaranya adalah bekatul yang merupakan hasil
sampingan dari proses penggilingan padi.
Bekatul merupakan kulit paling dalam dari sekam dan bagian luar dari
beras pecah yang telah terkelupas melalui proses penggilingan padi.
Persentase bekatul dari gabah kering giling sekitar 10%. Produksi bekatul
melimpah dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan pabrik-pabrik penggilingan
padi juga semakin banyak. Bekatul mengandung karbohidrat yang tinggi dan
juga serat yang cukup tinggi, setiap 100 g bekatul mengandung 25,3 g serat
(Setyowati, et al, 2009). Selain itu harga bekatul cukup murah dibandingkan
konsentrat buatan pabrik, sehingga dapat menekan biaya ransum. Bekatul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
memiliki kandungan protein kasar yang masih terbatas untuk meningkatkan
kandungan protein ransum ditambahkan urea dengan maksud agar dapat
mengoptimalkan sintesis mikroba rumen sehingga mampu meningkatkan
kecernaan pakan.
Suplementasi urea sudah sering digunakan sebagai sumber nitrogen
yang ekonomis dan dapat meningkatkan efisiensi konversi pakan , tetapi urea
cepat melepas N dalam rumen dan dapat memproduksi amonia pada level
toksik bila dosisnya berlebihan, yang ditandai dengan tremor, salivasi yang
berlebihan, bernafas terengah-engah, kembung dan tetani
(Stanton dan Whittier, 2006 cit Prasetiyono et al, 2007). Teknik perlambatan
pelepasan amonia di rumen dari hidrolisis urea dipandang lebih efisien dan
aman, karena dapat mencegah keracunan amonia
(Galo et al, 2003 cit Prasetiyono et al, 2007).
Menurut Parakkasi (1999) urea adalah zat kimia yang sengaja dibuat
oleh manusia dalam bentuk kristal putih yang mudah larut dalam air. Salah
satu faktor pembatas dalam penggunaan urea untuk ruminan karena kecepatan
perubahannya menjadi NH3 yang empat kali lebih cepat daripada kecepatan
penggunaan NH3 menjadi sel mikroba, maka agar penggunaan pakan menjadi
lebih optimal pemanfaatanya dan dapat memperlambat degradasi urea
didalam rumen maka diperlukan suatu teknologi pengolahan pakan yaitu
coating dengan menggunakan minyak sawit untuk mengoptimalkan sintesis
mikrobia rumen guna meningkatkan kecernaan pakan. Minyak sawit sendiri
menurut Pasaribu (2004) seperti umumnya minyak nabati lainnya merupakan
senyawa yang tidak larut dalam air, sehingga mampu memperlambat
pelepasan amonia di dalam rumen.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka perlu dilakukan penelitian
tentang pengaruh coating minyak sawit pada urea terhadap kecernaan bahan
kering, bahan organik, NDF dan ADF dalam ransum domba lokal jantan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
B. Rumusan Masalah
Domba merupakan salah satu ternak yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat sebagai salah satu sumber
protein hewani. Upaya meningkatkan produktivitas ternak domba dapat
dilakukan dengan memperbaiki kualitas pakan dan pemeliharaannya. Hijauan
merupakan pakan pokok bagi domba sebagai sumber serat kasar, tetapi untuk
memaksimalkan pertumbuhan ternak domba diperlukan pakan tambahan
berupa konsentrat untuk memenuhi kebutuhan nutriennya. Konsentrat yang
berasal dari pabrik pakan komersial memiliki kualitas nutrien yang baik,
tetapi harganya cukup mahal sehingga diperlukan sumber pakan alternatif.
Pakan tersebut dapat berupa limbah industri atau limbah pertanian yang
masih memiliki nutrien yang cukup baik.
Bekatul sebagai hasil sampingan dari proses penggilingan padi yang
bisa dijadikan salah satu sumber pakan alternatif. Bekatul mempunyai potensi
sebagai pakan ternak karena kaya akan karbohidrat, untuk meningkatkan
kadar protein ransum perlu adanya penambahan urea kedalam ransum.
Penggunaan pakan agar menjadi lebih optimal pemanfaatannya dan
dapat memperlambat degradasi urea didalam rumen maka diperlukan suatu
teknologi pengolahan pakan, yaitu dengan coating minyak sawit pada urea
untuk mengoptimalkan sintesis mikrobia rumen guna meningkatkan
kecernaan pakan.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh coating minyak
sawit pada urea terhadap kecernaan bahan kering, bahan organik, NDF dan
ADF domba lokal jantan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Domba Lokal
Menurut Kartadisastra (1997), semua domba memiliki beberapa
karakteristik yang sama kedudukanya dalam sistematika hewan yaitu :
Filum :Chordata
Subfilum : Vertebrata (bertulang belakang)
Marga : Gnatostomata (mempunyai rahang)
Kelas : Mammalia (menyusui)
Bangsa : Placentalia (mempunyai placenta)
Suku : Ungulata (berkuku)
Ordo : Artiodactyla (berkuku genap)
Subordo : Selenodanta (ruminansia)
Seksi : Pecora (memamahbiak)
Famili : Bovidae
Subfamili : Caprinus
Genus : Ovis aries
Domba dapat diklasifikasikan pada sub famili caprinae dan semua
domba domestik termasuk genus ovis aries. Ada empat spesies domba liar
yaitu; domba moufflon ( ovis musimon) terdapat di Eropa dan Asia Barat,
domba urial (ovis orentalis; ovis vignei) terdapat di Afganistan hingga Asia
Barat, domba argali terdapat di Asia Utara dan Amerika Utara. Di daerah
yang basah di Asia Tenggara terdapat beberapa jenis domba dan umumnya
badannya kecil, berambut dengan wol yang jelek yang berasal dari Australia
(Williamson and Payne, 1993).
Domba Ekor Tipis (DET) diduga berasal dari Bangladesh atau India.
Domba ini telah beradaptasi sejak ribuan tahun lalu di Jawa sehingga
dianggap sebagai ternak asli Indonesia. Di setiap daerah, DET memiliki nama
berbeda-beda sesuai dengan banyaknya sub populasi yang berkembang. DET
Jawa juga disebut domba kampung, domba negeri, domba lokal, atau domba
kacang. Bobot DET Jawa jantan yang telah dewasa antara 20 sampai 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
kilogram, sedangkan betina dewasa 15 sampai 20 kilogram. Bobot lahir anak
(cempe) 2,7 kilogram; bobot sapih 7,2-12 kilogram; dan bobot domba umur 7
bulan berkisar 15 kilogram (Mulyono dan Sarwono, 2004).
Domba ekor tipis (lokal) mempunyai ciri tubuh dan ekor yang relatif
kecil, tidak ada tanda-tanda berlemak. Bulu domba biasanya berwarna putih
dan banyak belang-belang hitam sekitar mata, hidung, dan bagian-bagian
lainnya. Ternak betina umumnya tidak bertanduk tetapi yang jantan
mempunyai tanduk melingkar. Umumnya telinganya medium sampai kecil
dan sebagian berposisi menggantung (Rangkuti et.al., 1989). Domba ekor tipis
(lokal) merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80% populasi ada di Jawa
Barat dan Jawa Tengah ( Mulyono, 1998).
B. Pencernaan Ruminansia
Pencernaan adalah serangkaian proses yang terjadi dalam saluran
pencernaan dengan memecah bahan pakan menjadi bagian-bagian atau
partikel-partikel yang lebih kecil. Pemecahan senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana sehingga larut dan dapat diabsorbsi melalui dinding
saluran pencernaan, selanjutnya masuk kedalam peredaran darah atau getah
bening, dan diedarkan keseluruh tubuh yang membutuhkannya (Kamal, 1994).
Pada sistem pencernaan ternak ruminansia terdapat suatu proses yang
disebut memamah biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) yang dimakan
ditahan untuk sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakan
yang telah berada dalam rumen dikembalikan ke mulut (proses regurgitasi),
untuk dikunyah kembali (proses remastikasi), kemudian pakan ditelan kembali
(proses redeglutasi). Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzim
mikroba rumen (Tillman et al., 1991).
Proses pencernaan ruminansia dimulai di dalam mulut. Di dalam mulut
pakan yang masih berbentuk kasar dipecah menjadi partikel – partikel kecil
dengan cara pengunyahan dan pembasahan oleh saliva (Siregar, 1994). Mulut
ruminansia berfungsi untuk merenggut makanan secara cepat (Hatmono dan
Hastoro, 1997). Hijauan itu dikunyah sebentar sebelum ditelan, dicampur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dengan saliva di dalam mulut untuk melumasinya (Blakely dan Bade, 1991).
Lidah menolong proses pemasukkan bahan pakan melalui mulut. Secara
mekanis, lidah terutama menolong proses pengunyahan pakan dalam rongga
mulut dengan memindah – mindahkan atau mengaduk bahan pakan yang
dikunyah (Parakkasi, 1999).
Rumen adalah bagian perut yang paling besar dengan kapasitas paling
besar. Rumen berfungsi sebagai tempat penampungan pakan yang dikonsumsi
(Kartadisastra, 1997). Menurut Arora (1989) rumen merupakan tabung besar
dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi
fermentasi mikrobia. Menurut Soetarno (2003) di dalam rumen, makanan atau
pakan yang masih kasar mengalami fermentasi oleh bermacam-macam bakteri
sehingga pakan lebih mudah dicerna.
Retikulum merupakan bagian perut yang mempunyai bentuk permukaan
menyerupai sarang tawon dengan struktur yang halus dan licin serta
berhubungan langsung dengan rumen (Kartadisastra, 1997). Retikulum
mencegah benda-benda asing seperti kawat agar tidak terus bergerak ke
saluran pencernaan lebih lanjut (Blakely dan Bade, 1991). Retikulum
membantu ruminasi dimana bolus diregurgitasikan ke dalam mulut. Pola
fermentasi di dalam organ ini serupa dengan yang terjadi di dalam rumen
(Arora, 1989).
Omasum merupakan bagian perut setelah retikulum yang mempunyai
bentuk permukaan berlipat-lipat dengan struktur yang kasar. Bentuk fisik ini
dengan gerakan peristaltik berfungsi sebagai penggiling pakan yang
melewatinya dan juga menyerap sebagian besar air (Kartadisastra, 1997).
Fungsi utama omasum adalah menggiling partikel-partikel pakan,
mengasorbsi air bersama Na dan K serta mengasorbsi asam lemak volatil dari
aliran ingesta yang melalui omasum. Abomasum merupakan tempat pertama
terjadinya pencernaan pakan secara kimia karena adanya getah lambung.
Abomasum juga mengatur aliran ingesta (Arora,1989).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. Pakan
1. Rumput Raja
Rumput raja atau Pennisetum hybrid merupakan rumput hibrida
keturunan pertama hasil persilangan antara rumput gajah (Pennisetum
purpureum) dan Pennisetum thypoides. Rumput raja termasuk tipe
perenial, dengan ciri dan sifat tumbuh berumur panjang, tumbuh tegak
membentuk rumpun, perakaran dalam dan kuat, tinggi dapat mencapai dua
sampai empat meter, daun agak kasar, berbatang tebal dengan lebar daun
tiga sampai enam sentimeter serta panjang 70-100 cm
(Direktorat Bina Produksi, 1988).
Sistematika rumput raja menurut Reksohadiprodjo (1985) sebagai
berikut :
Phylum : Spermathophyta
Sub Phylum : Angiospermae
Classis : Monocotyledone
Ordo : Glumiflora
Famili : Gramineae
Sub Familia : Panicoidae
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum hybrid
Supurwaningdyah (2001) menyatakan bahwa hijauan segar rumput
raja mempunyai kandungan bahan kering 23,60%, protein kasar 10,53%,
serat kasar 33,71%, lemak kasar 2,70% dan abu 10,73% sedangkan
menurut Haryanti (2009), komposisi rumput raja adalah sebagai berikut :
bahan kering 17,18%, protein kasar 9,11%, Neutral Detergent Fiber
(NDF) 61% sampai 64%, Acid Detergent Fiber (ADF) 51% sampai 52%
dan TDN 57% sampai 59%.
2. Konsentrat
Konsentrat adalah pakan penguat untuk ternak yang mengandung
serat kasar rendah, Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) tinggi dan
sangat mudah dicerna (Tillman et al., 1991), mengandung energi tinggi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
protein kasar kurang dari 20 persen, serat kasar kurang dari 18 persen
(Taylor, 1984), umumnya mempunyai nilai palatabilitas (rasa enak) dan
aseptabilitas (kemauan ternak mengonsumsi) yang lebih tinggi (Mulyono,
1998).
Tujuan penggunaan pakan penguat dalam pakan domba adalah
untuk meningkatkan daya guna pakan atau menambah nilai nutrien pakan,
menambah unsur pakan yang masih mengalami defisiensi, serta
meningkatkan konsumsi dan kecernaan pakan (Murtidjo, 2002).
Pemberian konsentrat disarankan tidak bersamaan dengan hijauan,
karena kedua pakan ini mempunyai daya cerna dan kandungan nutrien
yang berbeda. Apabila diberikan bersama-sama maka efektivitas
nutriennya akan berkurang ( Mulyono, 1998).
Pemberian konsentrat atau pakan penguat dalam ransum
merupakan langkah yang paling berhasil dalam usaha meningkatkan
produksi ternak, akan tetapi memerlukan biaya yang perlu diperhatikan
(Wardhani, 1991).
3. Urea
Parakkasi (1999) mendefinisikan urea adalah zat kimia yang
sengaja dibuat oleh manusia dalam bentuk kristal putih yang mudah larut
dalam air. Salah satu faktor pembatas dalam penggunaan urea untuk
ruminan adalah karena kecepatan perubahannya menjadi NH3 yang empat
kali lebih cepat daripada kecepatan penggunaan NH3 menjadi sel mikroba.
Non protein nitrogen (NPN) sebagai sumber N sangat diperlukan
ternak ruminansia untuk sintesa protein mikroba, akan tetapi dalam
penggunaanya harus disediakan sejumlah asam-asam organik yang berasal
dari bahan pakan sumber energi (Arora, 1989).
D. Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dimakan ternak dalam
periode waktu tertentu, biasanya dalam satuan waktu per hari
(Wariata, 2000). Jumlah konsumsi pakan merupakan salah satu tanda terbaik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
produktivitas ternak. Jumlah konsumsi pakan adalah faktor penentu yang
paling penting yang menentukan jumlah nurtien yang diperoleh ternak dan
selanjutnya mempengaruhi tingkat produksi (Wodzicka, et al. 1993).
Menurut Kartadisasatra (1997), ternak ruminansia yang normal tidak
dalam keadaan sakit atau sedang berproduksi, mengkonsumsi pakan dalam
jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup
pokok, kemudian sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan kondisi
serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya akan
meningkat.
Komposisi pakan merupakan faktor essensial yang merupakan dasar
untuk hidup dan menentukan produksi. Hal ini karena dari pengetahuan
tingkat konsumsi dapat ditentukan kadar suatu zat makanan dalam ransum
untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi (Parakkasi, 1999).
Faktor ternak yang mempengaruhi konsumsi adalah besar tubuh atau
bobot badan, status fisiologi, potensi genetik, tingkat produksi, kesehatan
ternak (Siregar, 1994). Domba yang beranak tunggal lebih sedikit
konsumsinya dibandingkan dengan domba yang beranak lebih dari satu.
Ternak yang kurus lebih banyak mengkonsumsi pakan apabila dibandingkan
dengan ternak yang gemuk ( Parakkasi, 1999).
Faktor pakan yang mempengaruhi konsumsi adalah bentuk dan sifat,
komposisi zat-zat gizi, frekuensi pemberian, keseimbangan zat-zat gizi, dan
toksisitas atau antinutrisi (Siregar, 1994). Semakin meningkat nilai nutrisi
suatu ransum akan meningkatkan konsumsi energi (Parakkasi, 1999).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi konsumsi adalah suhu dan
kelembaban udara, curah hujan, lama siang atau malam dan keadaan ruang
kandang (Siregar,1994). Pada temperatur tinggi diatas optimum hewan akan
menurunkan tingkat konsumsi untuk mengurangi temperatur tubuh. Pada
temperatur dibawah optimum efesiensi penggunaan pakan menurun karena
hewan lebih banyak makan untuk mempertahankan temperatur normal tubuh
(Parakkasi, 1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
E. Kecernaan
Pengukuran kecernaan atau nilai cerna suatu bahan pakan adalah suatu
usaha untuk menentukan jumlah nutrien dari suatu bahan yang didegradasi
dan diserap dalam saluran pencernaan (Anggorodi, 1990). Nilai nyata dari
makanan ternak dapat ditentukan bila daya cernanya diketahui. Makanan
yang dicerna adalah bagian yang tidak dikeluarkan diperkirakan diserap oleh
ternak (Wiliamson and Payne, 1993). Selisih antara zat-zat makanan yang
terkandung dalam makanan yang dimakan dan zat-zat makanan dalam feses
adalah jumlah yang tinggal dalam tubuh hewan atau jumlah dari zat-zat
makanan yang dicerna dapat pula disebut koefisien cerna. Faktor-faktor yang
mempengaruhi daya cerna bahan makanan adalah suhu, laju perjalanan
melalui alat pencernaan, bentuk fisik dari makanan komposisi ransum, dan
pengaruh perbandingan dengan zat lainnya (Anggorodi, 1990).
Menurut Tillman et al., (1991) daya cerna berhubungan erat dengan
komposisi kimiannya dan serat kasar mempunyai pengaruh terbesar. Selulose
dan hemiselulose adalah serat kasar yang sukar dicerna terutama bila
mengandung lignin. Penambahan persentase serat kasar dalam bahan pakan
terjadi pada tanaman yang tua, biasanya disertai dengan penambahan
lignifikasi dari selulose dan hemiselulose pada dinding sel.
Dengan diketahui jumlah nutrien didalam pakan dan jumlah nutrien
dalam feses maka dapat diketahui pula jumlah nutrien tercerna atau digestible
nutrien (DN) dari pakan tersebut. Sehingga total digestible nutrien (TDN)
dari masing-masing nutrien yang dapat dihitung, yaitu dengan jalan
menjumlahkan digestible nutrien dari masing-masing nutrien tersebut
(Kamal 1994).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa coating minyak sawit pada
urea dengan level tertentu berpengaruh terhadap kecernaan bahan kering, bahan
organik, NDF dan ADF dalam ransum domba lokal jantan.
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
12
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kandang Percobaan Jatikuwung Jurusan
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Penelitian
berlangsung selama 3 bulan, mulai dari bulan 12 Juli sampai 18 Oktober 2010.
Analisis bahan percobaan dikerjakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan
Makanan Ternak, Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret.
B. Bahan dan Alat Penelitian
1. Domba
Penelitian ini menggunakan domba lokal jantan lepas sapih dengan
bobot badan rata-rata 15 ± 3,05 kg yang berjumlah 16 ekor.
2. Ransum
Penelitian ini menggunakan ransum yang terdiri dari hijauan yaitu
rumput raja 40% dan konsentrat 60%. Pemberian ransum didasarkan pada
kebutuhan bahan kering (BK) sebesar 6% dari bobot badan.
Kebutuhan nutrien domba, kandungan nutrien dan bahan pakan