Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam Laboratorium merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, Analis melakukan fungsi kolaboratif dalm memberikan tindakan. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu : 1. Faktor Pra Analitik: sebelum dilakukan pemeriksaan. 2. Faktor Analitik : saat pemeriksaan ( analisa ) sample. 1
31

PENGAMBILAN SPESIMEN

Dec 26, 2015

Download

Documents

HEMATOLOGI
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGAMBILAN SPESIMEN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam Laboratorium

merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang

dilaksanakan secara tim, Analis melakukan fungsi kolaboratif dalm

memberikan tindakan. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat

penting dalam membantu diagnosa,   memantau perjalanan penyakit serta

menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang

mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama

yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :

1.      Faktor Pra Analitik: sebelum dilakukan pemeriksaan.

2.      Faktor Analitik : saat pemeriksaan ( analisa ) sample.

3.      Faktor Pasca Analitik : saat penulisan hasil pemeriksaan.

Pada tahap pra analitik sangat penting diperlukan kerjasama

antara petugas, pasien dan dokter. Karena tanpa kerja sama yang baik akan

mengganggu/mempengaruhi hasil  pemeriksaan laboratorium. Yang

termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :

1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.

2. Persiapan penderita.

3. Persiapan alat yang akan dipakai.

1

Page 2: PENGAMBILAN SPESIMEN

4. Cara pengambilan sample.

5. Penanganan awal sampel (termasuk pengawetan ) &

transportasi.

Uapaya untuk meningkatkan mutu laboratorium dilaksanakan

dengan pemntapan mutu (Quality Assurance) secara keseluruhan yang

terdiri dari berbagai kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling

melengkapi. Salah satu upaya meningkatkan mutu pelayanan laboratorium

tersebut adalah dengan melakukan praktek laboratorium yang benar.

Untuk itulah perlu adanya praktikum pemantapan mutu dijenjang

pendidikan, agar mahasiswa dapat mengetahui bagamana praktek

laboratorium yang benar sebelum menghadapi dunia kerja yang

sesungguhnya.

B. Tujuan

Mengetahui bagaimana praktek laboratorium yang benar.

C. Manfaat

Meningkatkan mutu pelayanan laboratorium kesehatan.

2

Page 3: PENGAMBILAN SPESIMEN

BAB II

PEMBAHASAN

A. Peralatan

Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :

1. Bersih dan kering.

2. Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.

3. Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat pada spesimen.

4. Mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya.

5. Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan biakan harus menggunakan

peralatan yang steril.

B. Wadah Spesimen

Wadah spesimen harus memenuhi syarat :

1. Terbuat dari gelas atau plastik. Untuk spesimen darah harus terbuat

dari gelas.

2. Tidak bocor atau merembes.

3. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir.

4. Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen

5. Bersih dan kering

6. Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen

7. Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.

8. Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai

karena pengaruh sinar matahari, maka digunakan botol coklat.

3

Page 4: PENGAMBILAN SPESIMEN

9. Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman wadah harus steril.

C. Pengawet

Diberikan agar sampel yang akan diperiksa dapat dipertahankan kondisi

dan jumlahnya dalam waktu tertentu. Antikoagulan digunakan untuk

mencegah pembekuan darah.

Tabel 2. Macam-macam pengawet yang digunakan untuk mengawetkan urine

Fisik Almari es

Universal Toluena

Pengawet urin Timol

Kimia

Na2CO3

H2SO4 (p)

Khusus HCL (p)

Na fluorida

Formalin

Cloroform

4

Page 5: PENGAMBILAN SPESIMEN

D. Waktu Pengambilan

Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari, terutama

untuk pemeriksaan Kimia klinik, Hematologi dan Imunologi karena

umumnya nilai normal ditetapkan pada keadaan basal.

E. Lokasi Pengambilan

Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu lokasi

pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang

diminta.Spesimen untuk pemeriksaan menggunakan darah vena umumnya

diambil dari vena cubiti daerah siku.Spesimen darah arteri umumnya

diambil dari arteri radialis di pergelangan tangan atau arteri femoralis di

daerah lipat paha. Spesimen darah kapiler diambil dari ujung jari tengah

tangan atau jari manis tangan bagian tepi atau pada derah tumit 1/3 bagian

tepi telapak kaki atau cuping telingan pada bayi. Tempat yang dipilih tidak

boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti cyanosis atau

pucat, bekas luka dan radang.

F. Volume Specimen

Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan

laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa.

Tabel 1. Volume specimen

No Jenis pemeriksaan Jumlah sampel Wadah sampel

5

Page 6: PENGAMBILAN SPESIMEN

1 a. Darah Rutin

b. LDT

c. Malaria

2 ml Botol EDTA, spuit

steril

(G/P)

2 a. Kimia Darah

b. Widal

c. Hbs-Ag

d. CRP

e. ASTO

3 ml Tabung Reaksi

Steril (Dalam

Spuit Sementara)

G/P

3 a. T3

b. T4

c. TsHs

d. FT4

e. CAE

5 ml

( Jangan Sampai Ada

Gelembung Udara )

Tabung Reaksi

Steril

(G/P)

4 a. Urine Rutin,

b. Urine Lengkap

3 – 8 ml Botol Steril

(P)

5 a. Feaces Rutin,

b. Faeces Lengkap

Sebesar biji jagung/

0,5 ml

Botol Steril

(P)

6 Sputum 3 – 5 ml Pot Steril

(P)

7 a. Sekret Vagina,

b. Sekret Uretra

2 Sediaan kering, 1

Sediaan basah

Kaca Objektif

Steril

8 Sekret Mata 1 Sediaan Kering Kaca Objektif

6

Page 7: PENGAMBILAN SPESIMEN

Steril

9 Analisa Sperma Sebanyak Volume

Yang dikeluarkan

Botol steril

(P)

10 a. Analisa Cairan

Pleura,

b. Acites

3 – 5 ml Spuit Steril

11 Analisa Cairan Otak 1 – 3 ml

( Dalam waktu

maksimal 20 menit

setelah dilakukan

fungsi lumbal sampel

harus diperiksa di

laboratorium )

Botol Steril

(G/P)

G. Teknik Pengambilan Spesimen

Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar, agar

spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya.

1. Darah vena

a) Posisi lengan pasien harus lurus dan dipilih lengan yang

banyak melakukan aktivitas.

b) Pasien diminta untuk mengepalkan tangan.

c) Dipasang torniquet ± 10 cm di atas lipat siku.

d) Pilih bagian vena median cubital atau chepalic.

7

Page 8: PENGAMBILAN SPESIMEN

e) Dibersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya

dengan alkohol 70% dan biarkan kering untuk mencegah

terjadinya hemolisis dan rasa terbakar. Kulit yang sudah

dibersihkan jangan dipegang lagi.

f) Ditusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum menghadap ke

atas dengan kemiringan 150, bila menggunakan tabung vakum

tekan tabung vakum hingga vakumnya bekerja dan darah

terhisap ke dalam tabung. Bila jarum berhasil masuk vena,

akan terlihat darah masuk dalam semprit, bila darah tidak

keluar ganti posisi penusukan (bila terlalu dalam tarik sedikit

dan sebaliknya), usahakan darah dapat keluar dalam satu kali

tusukan.

g) Setelah volume darah dianggap cukup, torniquet dilepas dan

pasien diminta membuka kepalan tangannya. Volume darah

yang diambil ± 3 kali jumlah serum atau plasma yang

diperlukan untuk pemeriksaan.

h) Dilepaskan/ tarik jarum dan segera letakkan kapas alkohol 70%

di atas bekas suntikan untuk menekan bagian tersebut selama ±

2 menit. Setelah darah berhenti, plester bagian ini selama ± 15

menit. Jangan menarik jarum sebelum torniquet dibuka.

2. Darah kapiler

8

Page 9: PENGAMBILAN SPESIMEN

a) Bagian yang akan ditusuk dibersihkan dengan alkohol 70% dan

dibiarkan kering.

b) Dipegang bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan

sedikit supaya rasa nyeri berkurang.

c) Dengan lanset steril ditusuk dengan cepat tegak lurus (jangan

sejajar) pada garis sidik jari.

d) Pada daun telinga ditusuk pada bagian pinggirnya, jangan

sisinya.

e) Tetesan darah yang pertama keluar disapu dengan kapas

kering, tetesan darah yang selanjutnya dapat dipakai untuk

pemeriksaan.

3. Urine

a) Urin Wanita

1) Penderita harus mencuci tangan dengan sabun dan dikeringkan

dengan handuk.

2) Pakaian dalam ditanggalkan dan labia dilebarkan dengan satu

tangan.

3) Bagian labia dan vulva dibersihkan dengan kasa steril arah

depan ke belakang.

4) Bilas dengan air hangat dan keringkan dengan kasa steril yang

lain.

9

Page 10: PENGAMBILAN SPESIMEN

5) Selama proses ini berlangsung, labia harus tetap terbuka lebar

dan jari tangan jangan menyentuh daerah yang sudah steril.

6) Urin dikeluarkan, aliran urin yang pertama keluar dibuang,

aliran urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang sudah

disediakan. Pengambilan urin selesai sebelum aliran urin habis.

Wadah ditutup rapat dan dikirim ke laboratorium.

b) Urin Laki-laki

1) Penderita harus mencuci tangan dengan sabun.

2) Jika tidak disunat tarik kulit preputium ke belakang,

keluarkan urin, aliran yang pertama keluar dibuang, aliran

selanjutnya ditampung dalam wadah yang tersedia. Hindari

urin mengenai lapisan tepi wadah. Pengumpulan urin

selesai sebelum aliran urin habis.

3) Wadah ditutup rapat dan dikirim ke laboratorium.

c) Urin Kateter

1) Pada bagian selang kateter yang terbuat dari karet

didesinfeksi dengan alkohol 70%.

2) Urin diaspirasi menggunakan semprit kira-kira 10 ml.

3) Dimasukkan dalam wadah ditutup rapat dan dikirim ke

laboratorium.

d) Urin Aspirasi Suprapubik

Urin suprapubik harus dilakukan pada kandung kemih yang penuh,

dengan cara:

10

Page 11: PENGAMBILAN SPESIMEN

1) Kulit di daerah suprapubik didesinfeksi dengan povidone

Iodine 10%, kemudian dibersihkan sisa povidone Iodine

dengan kapas alkohol 70%.

2) Urin diaspirasi tepat dititik suprapubik menggunakan

semprit sebanyak 20 ml.

3) Dimasukkan dalam wadah ditutup rapat dan dikirim ke

laboratorium.

4. Tinja

Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya berasal dari defekasi spontan, jika

pemeriksaan sangat diperlukan, sampel tinja dapat diambil dari rektum

dengan jari bersarung tangan.

5. Sputum

Sebelumnya pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan

tindakan yang akan dilakukan, serta perbedaan sputum dengan ludah.

Bila pasien kesulitan mengeluarkan sputum, pada malam hari

sebelumnya diminta minum teh manis atau obat gliseril guayakolat

200 mg. Kemudian diambil sputumnya dengan cara:

a) Pasien diminta untuk berkumur dengan air, bila memakai gigi palsu

sebaiknya dilepas.

b) Pasien berdiri / duduk tegak.

11

Page 12: PENGAMBILAN SPESIMEN

c) Pasein diminta untuk menarik napas dalam 2-3 kali kemudian

keluarkan napas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang

kali sampai sputum keluar.

d) Sputum yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah

dengan cara mendekatkan wadah ke mulut.

e) Diamati keadaan sputum, sputum yang berkualitas baik tampak

kental purulen dengan volume 2 ml.

H. Penanganan Spesimen

Laboratorium harus mempertimbangkan bagaimana cara menangani

contoh uji/sampel melalui berbagai tahapan proses, mulai dari pengiriman

ke laboratorium, penerimaannya di laboratorium, penanganan pada saat

pengujian, perlindungan pada saat penyimpanan, retensi dan

pembuangannya. Laboratorium harus memiliki prosedur dan fasilitas bagi

pengelolaan sampel uji pada setiap tahapan yang tercantum guna

menjamin tidak adanya kerusakan pada sampel uji.Laboratorium harus

memiliki suatu sistem dimana suatu sampel uji diberikan pengenal khusus

yang berlaku selama sampel tersebut ada.Sistem tersebut akan menjamin

bahwa sampel tersebut tidak tertukar baik secara fisik atau dalam

rekamannya. Pada saat sampel uji diterima di laboratorium, kondisinya

harus direkam, selain tanggal dan waktu penerimaannya. Untuk

laboratorium yang menerima sampel uji dalam beberapa hari, kondisi

sebenarnya dari sampel tersebut perlu direkam hanya bila terdapat masalah

12

Page 13: PENGAMBILAN SPESIMEN

dengan kondisi yang ada. Bila sampel uji memerlukan kondisi

penyimpanan tertentu, maka sampel tersebut harus dimonitor dengan

benar, dijaga dan direkam. Perlu adanya prosedur monitoring dan

perekaman untuk kondisi tersebut. Jika sampel uji perlu disimpan dengan

aman, maka laboratorium harus menyediakan prosedurnya.

Dalam penanganan spesimen perlu diperhatikan berbagai hal sehingga

bahan pemeriksaan memenuhi syarat untuk dapat diperiksa, antara lain:

1. Antara permintaan pemeriksaan dan sampel tidak sesuai, harus diteliti

kembali.

2. Antikoagulan yang dipakai tidak sesuai, atau jumlahnya sedikit/terlalu

banyak.

3. Adanya hemolisis pada saat pengambilan/pemisahan serum.

4. Spesimen keruh/lipemik, perlu ambil/pemisahan ulang.

5. Pemisahan serum yang tidak sempurna, perlu memperhatikan

sentrifugasi.

6. Volume sampel yang sedikit/tidak memadai, sebaiknya jumlahnya

cukup.

7. Seringkali spesimen bukan merupakan daerah yang “dicurigai”,

misalnya pada pemeriksaan faeces.

8. Tempat pengiriman sampel tidak memenuhi syarat (seadanya).

9. Waktu pengiriman sampel.

10. Penyimpanan bahan pemeriksaan menyangkut suhu simpan.

11. Usahakan menggunakan bahan/spesimen yang segar.

13

Page 14: PENGAMBILAN SPESIMEN

I. Pemberian Identitas

Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang

penting baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan

pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label wadah spesimen. Pada surat

pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya

memuat secara lengkap :

1. Tanggal permintaan

2. Tanggal dan jam pengambilan spesimen

3. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk

rekam medik.

4. Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telepon)

5. Nomor laboratorium

6. Diagnosis.keterangan klinik.

7. Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian.

8. Pemeriksaan laboratorium yang diminta.

9. Jenis spesimen

10. Lokasi pengambilan spesimen

11. Volume spesimen

12. Pengawet yang digunakan

13. Nama pengambil spesimen.

14. Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil ke laboratorium

harus memuat :

a) Tanggal pengambilan spesimen

14

Page 15: PENGAMBILAN SPESIMEN

b) Nama dan nomor pasien

c) Jenis spesimen

J. Pengolahan Specimen

Spesimen yang telah diambil dilakukan pengolahan untuk

menghindari kerusakan pada spesimen tersebut.Pengolahan spesimen

berbeda-beda tergantung dari jenis spesimennya masing-masing.

1. Serum

Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama 2-30

menit, lalu di sentrifuge 3000 rpm selama 5-15 menit. Pemisahan

serum dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan darah. Serum

yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh.

2. Plasma

Kocok darah EDTA atau citrat dengan segera secara perlahan-lahan.

Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan

spesimen. Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah

dan keruh.

3. Darah Lengkap

Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisi

antikoagulan yang sesuai, lalu dihomogenisasi dengan cara goyang

perlahan tabung.

4. Urine

Urine yang didapatkan tidak perlu ada perlakuan secara khusus,

15

Page 16: PENGAMBILAN SPESIMEN

kecuali pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum 1 jam, sedangkan

untuk pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan terlebih

dahulu dengan cara dimasukkan tabung dan sentrifuge selama 5 menit

1500-2000 rpm, supernatan dibuang dan diambil sedimennya.

Suspensi sedimen ini dicampur dengan cat Sternheirmer-Malbin

Stain’s untuk menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas

strukturnya.

5. Sputum

Masukkan sputum ke dalam tabung steril yang berisi NaOH 4% sama

banyak. Kocok dengan baik. Inkubasi pada suhu kamar 25-30OC

selama 15-20 menit dengan pengocokan teratur tiap 5 menit.

Sentrifuge dengan kecepatan tinggi selama 8-10 menit. Endapan

diambil dan supernatan dibuang pada air lysol.

K. Pengiriman spesimen

Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain, sebaiknya dikirim

dalam bentuk yang reatif stabil. Untuk itu perlu diperhatikan persyaratan

pengiriman spesimen antara lain :

1. Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas spesimen.

2. Tidak terkena sinar matahari langsung

3. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium

termasuk pemberian label yang bertuliskan “Bahan Pemeriksaan

Infeksius” atau “Bahan Pemeriksaan Berbahaya”.

16

Page 17: PENGAMBILAN SPESIMEN

4. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.

L. Penyimpanan Spesimen

Spesimen yang sudah diambil harus segera dikirim ke laboratorium

untuk diperiksa, karena stabilitas spesimen dapat berubah. Faktor-faktor

yang mempengaruhi stabilitas spesimen antara lain :

1. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia.

2. Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen.

3. Terjadi penguapan.

4. Pengaruh suhu.

5. Terkena paparan sinar matahari.

Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan

dengan memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.

Persyaratan penyimpanan beberapa spesimen untuk beberapa pemeriksaan

laboratorium harus memperhatikan jenis spesimen, antikoagulan/pengawet

dan wadah serta stabilitasnya. Beberapa cara penyimpanan spesimen :

1. Disimpan pada suhu kamar

2. Disimpan dalam lemari es suhu 2-8OC

3. Dibekukan suhu -20OC, -70OC atau -120OC

4. Dapat diberikan bahan pengawet

5. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau lisat.

(Ahmadlabrsas)

17

Page 18: PENGAMBILAN SPESIMEN

M. Penggunaan Antikoagulan

Antikoagulan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah

pembekuan darah. Agar darah yang akan diperiksa jangan sampai

membeku dapat dipakai bermacam-macam anticoagulant. Tidak semua

macam antikoagulan dapat dipakai karena ada yang terlalu banyak

berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau leukosit yang akan diperiksa

morfologinya. Antikoagulan yang sering digunakan dalam pemeriksaan

hematologi adalah :

1. EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid)

Yang dipakai disini adalah garam kalium dan natriumnya, tetapi yang

sering digunakan adalah garam kaliumnya (dipotassium EDTA) karena

daya larutnya dalam air kira-kira 15 kali lebih besar daripada garam

natriumnya. Cara kerjanya dengan garam kaliumnya (K2.EDTA) yaitu

dapat mengubah ion Calcium dari darah menjadi bentuk yang bukan

ion membentuk senyawa kompleks yang larut berdasarkan

pembentukan ikatan Chelate senyawa.

Keuntungan :

a) Tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya erithrosit dan

leukosit.

b) Mencegah trombosit menggumpal

c) Dapat digunakan berbagai macam pemeriksaan hematologi.

18

Page 19: PENGAMBILAN SPESIMEN

Kerugian :

a) Lambat larut karena sering digunakan dalam bentuk kering

sehingga harus menggoncang wadah yang berisi darah EDTA

selama 1-2 menit.

Cara pembuatan :

1) Ambil botol yang bersih dan kering

2) Pipet EDTA 10% sebanyak 0,020 ml dengan pipet sahli

3) Masukkan kedalam botol dan keringkan.

4) Dengan jumlah EDTA 10% sebanyak 0,02 ml ini dapat

mencegah membekunya darah sebanyak 2 ml atau 1 mg

EDTA dalam 1 ml.

2. Trisodium Citrate

Antikoagulan ini sering digunakan dalam bentuk larutan 3,8%. Cara

kerjanya sebagai bahan yang isotonik dengan darah. Sering digunakan

beberapa macam percobaan hemorragik dan laju endapan darah

metode Westergren. Untuk LED digunakan perbandingan 1 : 4 yaitu 1

bagian natrium citrat dan 4 bagian darah, sedang untuk percobaan

hemorragik dengan perbandingan 1 : 9.

Keuntungan :

Karena tidak toksis maka sering digunakan dalam dinas pemindahan

darah (Unit transfusi darah).

Kerugian :

Pemakaiannya terbatas dalam pemeriksaan hematologi.

19

Page 20: PENGAMBILAN SPESIMEN

3. Heparin

Cara kerjanya berdaya seperti anti tombin dan antitromboplastin.

Heparin merupakan antikoagulan yang normal terdapat dalam tubuh

tetapi dalam laboratorium jarang dipakai pada pemeriksaan

hematologi. Untuk tiap 0,1-0,2 mg heparin dapat mencegah

pembekuan 1 ml darah. Sering digunakan dalam penentuan PCV cara

mikrokapiler yang bagian dalamnya dilapisi dengan heparin.

Keuntungan :

Hanya digunakan terutama dalam transfusi darah yang menggunakan

banyak darah dan extracorporal circulation.

Kerugian :

a) Tidak boleh digunakan dalam pemeriksaan hapusan darah

karena dapat terjadinya dasar biru kehitam-hitaman pada

preparat bila dicat dengan wright stain.

b) Harganya mahal.

4. Double Oxalat

Nama lainnya adalah anticoagulant dari Heller dan Paul atau Balanced

Oxalate Mixture. Dipakai dalam bentuk kering agar tidak

mengencerkan darah yang diperiksa. Kalium oxalat menyebabkan

erythrosit mengkerut sedangkan amonium oxalat menyebabkan

erytrosit mengembang, campuran keduanya dengan perbandingan 3 : 2

maka terjadi keseimbangan tekanan osmotik eryhtrosit. Setiap 2 mg

20

Page 21: PENGAMBILAN SPESIMEN

antikoagulant ini dapat mencegah pembekuan 1 ml darah.

Keuntungan :

Dapat digunakan dalam berbagai pemeriksaan hematologi

Kerugian :

a) Tidak dapat digunakan dalam pemeriksaan hapusan darah

karena bahan ini toksis sehingga dapat menyebabkan

perubahan-perubahan morfologi sel leukosit dan eryhtrosit.

b) Tidak boleh digunakan juga pada pemeriksaan osmotik

fargility.

21