Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena yang saling melengkapi dalam kesendirian mereka sebagai sesuatu yang eksistansial. Sebagai suatu bentuk seni sebuah karya sastra lahir atas dasar tata nilai dalam kehidupan, sehingga akhirnya sebuah karya sastra mampu memberikan kontribusinya kepada tatanan nilai yang ada pada masyarakat. Hal tersebut terjadi karena seni adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri yang memiliki keterkaitan erat dengan keberadaan manusia di dalamnya. Sastra sebagai produk kehidupan mengandung nilai-nilai sosial yang menghiasi keberadaannya, diantaranya nilai sosial, falsafah, religi, dan lainya. Baik yang berangkat dari isu yang telah lama kemudian diungkapkan kembali dengan balutan yang berbeda, atau bahkan ditawarkan karya sastra dengan konsep, isu, dan struktur yang berbeda. 1 Namun, diungkapkan dengan tersirat maupun tersurat, sehingga serta- merta karya sastra menghadirkan sikap ambigunitas dalam presepsinya. Itulah sastra. Sastra tidak saja lahir karena fenomena kehidupan lugas, tetapi juga dari kesadaran penulisnya bahwa sastra sebagai sesuatu yang imajinatif, fiktif, inovatif, juga harus melayani misi-misi yang dapat dipertanggungjawabkan serta bertendensi. Sastrawan ketika menciptakan karyanya tidak saja didorong oleh hasrat untuk menciptakan keindahan, tetapi juga hendak bertujuan menyampaikan pemikirannya atau bahkan keresahan yang tengah penulis rasakan. Hal tersebut yang mendorong pula karya sastra banyak muncul karena motif-motif tertentu dari penulis, tak jarang pula penulis membuat 1 Drs. Suyitno, Sastra Tata Nilai dan Eksegesis, PT. Hanindita : Yogjakarta, 1986. Hlm 3 1
24

Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita Jawa

Apr 07, 2023

Download

Documents

Arskal Salim
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomenayang saling melengkapi dalam kesendirian mereka sebagaisesuatu yang eksistansial. Sebagai suatu bentuk seni sebuahkarya sastra lahir atas dasar tata nilai dalam kehidupan,sehingga akhirnya sebuah karya sastra mampu memberikankontribusinya kepada tatanan nilai yang ada pada masyarakat.Hal tersebut terjadi karena seni adalah bagian dari kehidupanmanusia itu sendiri yang memiliki keterkaitan erat dengankeberadaan manusia di dalamnya.

Sastra sebagai produk kehidupan mengandung nilai-nilaisosial yang menghiasi keberadaannya, diantaranya nilaisosial, falsafah, religi, dan lainya. Baik yang berangkatdari isu yang telah lama kemudian diungkapkan kembali denganbalutan yang berbeda, atau bahkan ditawarkan karya sastradengan konsep, isu, dan struktur yang berbeda.1 Namun,diungkapkan dengan tersirat maupun tersurat, sehingga serta-merta karya sastra menghadirkan sikap ambigunitas dalampresepsinya. Itulah sastra.

Sastra tidak saja lahir karena fenomena kehidupan lugas,tetapi juga dari kesadaran penulisnya bahwa sastra sebagaisesuatu yang imajinatif, fiktif, inovatif, juga harusmelayani misi-misi yang dapat dipertanggungjawabkan sertabertendensi. Sastrawan ketika menciptakan karyanya tidak sajadidorong oleh hasrat untuk menciptakan keindahan, tetapi jugahendak bertujuan menyampaikan pemikirannya atau bahkankeresahan yang tengah penulis rasakan. Hal tersebut yangmendorong pula karya sastra banyak muncul karena motif-motiftertentu dari penulis, tak jarang pula penulis membuat

1 Drs. Suyitno, Sastra Tata Nilai dan Eksegesis, PT. Hanindita : Yogjakarta, 1986. Hlm 3

1

Page 2: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

tulisan sastra berdasarkan pesanan pihak-pihak tertentu,tengok saja Biola Tak Berdawai novel karya Seno Gumira Ajidarmayang mengaku karyanya merupakan pesanan dari pihak lain yangbukan berangkat dari hasratnya. Selain itu ada Putu Wijayayang membuat naskah drama Cipoa, penulis mengatakan bahwasanyanaskah drama tersebut merupakan pesanan dari sebuah stasiuntelevisi Nasional yang ketika itu tengah berulang tahun.Tetapi, pada dasarnya tetap saja karya sastra tersebutberisikan mengenai aspek menghibur dan mendidk.

Kemudian semua itu juga terkait mengenai karya LinusSuryadi Ag, dalam Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita Jawa.Linus selaku penulis yang kehadiran karyanya tanpa adanyaintervensi pihak manapun menghadirkan sebuah novel dengangagasan yang berbeda dibandingkan penyair lain. DalamPengakuan Pariyem menceritakan eksistensi seorang wanita jawadi tengah peradaban kemajuan sekaligus bentuk konservatifyang teramat menyandera batin (Pariyem) tokoh utama. Gagasandalam cerita yang ditawarkan Linus begitu eksentrik, karenamembenturkan berbagai aspek kehidupan khususnya perananwanita dewasa ini. Tak sampai disitu saja Linus jugamembenturkan kepada aspek religiusitas yang teramat dijauhioleh penulis karya sastra kebanyakan, bagaimana tokoh Pariyemyang beragama Katolik namun hal tersebut justru disanggahnyasendiri dengan pengakuan yang begitu kontroversial.

Saya beragama katolik

Memang saya pernah sinau di Sekolah Dasar

Kanisius di Wonosari Gunung Kidul

Tapi sebagaimana saya sinau tak tamat

Saya pun tak punya akar kokoh beragama

Memang saya dibaptis rama pastur Landa

Berambut pirang dan tubuhnya jangkung

- Van de Moutten namanya

Jadi jelasnya, terang-terangan saja:

2

Page 3: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

- Kepercayaan saya Katolik mitik

Alias Katolik kejawen2

Hal tersebut yang menjadi kerangkan dalam penyusunanmakalah ini, yang mendasarkan bagaimana hegemoni prespektifkeberadaaan wanita yang disandera oleh batin secarakonservatif dan modern, selain itu juga makalah ini akanmengupas tinjauan mengenai pandangan agama yang dianutPariyem dengan dibenturkan dengan mistik kejawen yang begitukental dalam penyajian cerita.

Apabila kita mampu berfikir secara hakikat manusiamungkin tak ada salahnya buku Pengakuan Pariyem karanganLinus Suryadi Ag menjadi rujukan kita atau setidaknya bukuini mampu membawa kita untuk menyematkan perhatian kepadaberbagai hal yang begitu dianggap tabu dan tak layakdiperbincangkan. Namun, Linus mencoba mendobrak hal itudengan gagasan dan penyajian yang terkesan monolog tapi mampumembawa pembaca kepada sikap kontemplasi yang begitumendalam. Oleh karena itu penulis dengan penuh perhatianhendak mengupas tuntas segala pemikiran yang masih tersiratyang akan disampaikan oleh Linus Suryadi Ag pada PengakuanPariyem ke dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimana unsur intrinsik dalam novel Pengakuan

Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita Jawa?

2 Linus Suryadi Ag, Pengakuan Pariyem, Pustaka Sinar harapan: Jakarta, 1994, hlm 23.

3

Page 4: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

1.2.2 Bagaimana proses analisis mengenai Batin Pariyemsebagai wanita serta bagaimana social kultur budayadalam kepercayaan kejawen yang Pariyem yakini ?

1.3 Tujuan PenulisanPenulisan makalah ini bertujuan untuk penyelesaian tugasakhir mata kuliah kajian prosa semester genap tahunajaran 2013/2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yangdiampu oleh Novi Diah Haryanti, M.Hum selaku dosen matakuliah terkait. Selain itu, yang terpenting makalah inibertujuan untuk mengetahui unsur instrinsik yangterbangun dalam novel Pengakuan Pariyem – Dunia Batin SeorangWanita Jawa serta analisis mengenai lingkup problematikayang dihadapi Pariyem selaku tokoh utama dalam tataranhakikat wanita juga prespektif budaya kejawen yangmistik.

4

Page 5: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Pengarang

Linus Suryadi Agustinus, lahir di desa Kalisodo,kelurahan Trimulyo, Kecamatan Sleman , Yogyakarta. Pada 3Maret 1951 silam.

Setelah menamatkan pendidikan Sekolah Dasar, kemudian iamelanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di Sleman dandilanjutkan meneruskan ke Sekolah Menengah Atas di BOPKRI 1Yogyakarta tamat pada tahun 1970. Setelah itu ia melanjutkanstudinya di IKIP Sanata Dharma Yogyakarta jurusan BahasaInggris, namun tidak sampai tamat. Kemudian ia pindah kuliahdi Akademi Bahasa Asing jurusan Bahasa Inggris, di situ pulaia tidak menamatkan studinya. Hingga akhirnya ia berkeliarandi sepanjang jalan Malioboro Yogja untuk menekuni sastra,sampai akhirnya ia di juluki “Presiden Malioboro” oleh AshadiSiregar kawan Linus. Sebelumnya julukan itu disandang olehpenyair yang berasal dari tanah Sumba Landu Parangi.

Kemudian nama Linus semakin mencuat ketika ia berhasilmenerbitkan novel Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita Jawa,yang mana proses kreatif yang ia lakukan bukan main.Pengamatan yang mendalam mengenai kehidupan priyayi Jawa.Karena Linus melihat dalam priyayi jawa ada beberapa hal yangmenarik, diantaranya wanodya, turangga, dan curiga. Wanodya berartiwanita, turangga berarti kuda dan curiga berarti keris. Karenaksatria Jawa memang sangat menghormati wanita, kuda sebagaikendaraaannya dan keris sebagai senjata tradisional yang

5

Page 6: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

memiliki tenaga magis atau kesaktian.3 Hal tersebut yangmenggugah Linus untuk membuat karya sastra.

Sebagai seorang sastrawan dan peneliti sekaligus, Linusmemang cukup unik. Selain itu, dalam kesehariannya Linusbergaul dengan para sastrawan, budayawan serta kaumcendikiawan, semisal Prof. Umar Kayam, intelektual yang jugasosiolog terkemuka. Hingga akhirnya Linus menciptakan Prosalirik Pengakuan Pariyem yang terinspirasi dari Umar Kayamsebagai mentornya.

Selain itu, Linus yang kini tinggal di pinggiran kotaYogyakarta telah banyak menghasilkan karya. Kumpulan puisiLangit Kelabu pada tahun 1975, kemudian cerita anak yang berjudulPerang Troya pada tahun 1977. Selain itu, ada kumpulan sajaknyayang berjudul Syair-Syair dari Yogya diterbitkan pada tahun 1977.

Serangkaian karya-karya Linus memang layak untukmengantarkan dirinya ditasbihkan sebagai “PresidenMalioboro”, tidak berlebihan menyebutkan seperti itu. Karenayang banyak kita ketahui Linus merupakan sastrawan yangberasal asli Yogya, selain itu juga aliran nafas yang iakembangkan dalam setiap karyanya tak bias terlepas darinuansa kejawen dan semua kultur Jawa yang melingkupinya,

2.2 Sinopsis

Pariyem adalah seorang wanita Jawa yang berasal dariWonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta. Nama lengkapnya MariaMagdalena Pariyem, nama tersebut pemberian dari setelah iadibaptis menjadi Katolik, namun ia tidak kerasan dengan namatersebut akhirnya ia tetap menggunakan nama masa kecilnyayakni Pariyem yang dipanggil Iyem.

3 Anonym, Linus Suryadi AG – Novelis yang Meneliti Keris, Media Indoneisia: Jakarta, 19September 1990, hlm 11

6

Page 7: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

Pariyem bekerja kepada keluarga keraton dalemNgayogyakarta sebagai babu, di rumah Ndoro Kanjeng CokroSentono pariyem hidup sebagaimana layaknya babu di kalanganbangsawan yang harus meladeni semua kehendak ndoronya, antaralain isteri dan kedua anak Ndoro Kanjeng Cokro Sentono, yaituRaden Ayu Wulaningsih, Raden Bagus Ario Atmojo dan RadenPutri Wiwit Setyowati. Kehidupan Pariyem sejahtera tanpasuatu mengeluh apapun, sebab para majikanya tidak memandangPariyem begitu berada pada kasta yang tertutup layaknyanyakasta social. Tetapi mereka menempatkan Pariyem sebagaimanusia seutuhnya dengan tugas dan kewajibannya sebagaipembantu atau babu.

Kemudia pada suatu ketika, ternyata Pariyem telahmengakui bahwa dirinya telah melakukan hubungan gelap atautidak senonoh dengan anak sulung Ndoro Cokro Sentono, yaituRaden Bagus Ario Atmojo sehingga membuahkan benih dalam rahimPariyem. Kemudian konflik batin yang semula dibayangkanPariyem mengenai benih yang telah menjadi akibat hubungangelapnya dengan Ario Atmojo menjadi hambar. Ketika NdoroKanjeng Cokro Sentono memutuskan untuk tetap mengakui jabangbayi dalam rahim Pariyem sebagai cucunya tanpa suatu kurangapapun. Hal tersebut yang sontak menjadi kegembiraantersendiri Pariyem yang sudah memimpikan untuk memiliki anak.Setelah itu berlangsunglah pernikahan Pariyem dengan ArioAtmojo sebagai bentuk pertanggung jawaban Ario Atmojo atasbenih yang ditanamnya di rahim Pariyem.

2.3 Unsur Intrinsik

2.3.1 TemaBerangkat dari pengertian tema yang berarti idea tau

gagasan yang menjadi kerangka dari sebuah cerita. Tema

7

Page 8: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

berperan sebagai pangkal pengarang dalam memaparkan karyarekaan yang diciptakan.4

Tema tidak selalu berbentuk moral atau ajaran moral.Tema bisa hanya berwujud pengamatan pengarang terhadapkehidupan , atau bahkan hanya berbentuk bahan mentahpengamatannya saja.5 Hal tersebut juga yang tergambar padaprosa lirik karya Linus Suryadi AG yang berjudul PengakuanPariyem, tema besar yang melingkupi karya tersebut adalahbagaimana proses kehidupan manusia, terlebih lagi bagaimanadunia batin seorang wanita Jawa di tengah kehidupan priyayiJawa. Selain itu, yang menjadi ide cerita ialah bagaimanasikap Pariyem senantiasa menyikapi segala problema yangmelingkupi kehidupannya. Jadi tepat sekali bila tema dalamprosa lirik Pengakuan Pariyem bukan berbentuk moral atauajaran moral.

2.3.2 Latar atau Setting

Tema itu sendiri memiliki pengertian yang merupakansuatu gambaran dari sebuah cerita yang meliputi tempat,waktu, dan beserta pertiwa yang bersifat fisikal danpsikologis.6

Dalam sebuah karya fiksi latar atau seting bukan hanyasekedar background yang artinya bukan hanya menjadi latarbelakang terjadinya suatu peristiwa dan kapan terjadinya.Karena latar atau seting harus menjadi satu kesatuan dalamnovel dan cerpen modern, tidak bisa keberadaanya beradadalam koridor tersendiri di luar dari tema, karakter, danalur.7 Karena itu sangat urgent sekali keberadaan latar

4 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, PT. Grasindo: Jakarta, 2008, hlm 161.5 Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesusasteraan, Gramedia: Jakarta ,1991, hlm 56

6 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, PT. Grasindo: Jakarta, 2008, hlm 1497 Ibid, hlm 75

8

Page 9: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

atau setting dalam sebuah cerita. Sehingga, mengandungkronologi kebermaknaan yang menjadi satu kesatuan yangharmonis antar unsur-unsur pembangun karya sastra. Artinya,latar adalah landas tumpu yang menunjukkan tempat atauperistiwa yang terjadi di dalam sebuah cerita.

Latar tempat yang diciptakan oleh Linus Suryadi Ag dalamPengakuan Pariyem, yaitu tak jauh berkutat pada kotaYogyakarta, semisal Malioboro (Pengakuan Pariyem, hlm 39),nDalem Suryamentaraman Ngayogyakarta atau disebut jugaKraton Mataram Yogyakarta (Pengakuan Pariyem, hlm 43),Wonosari, Gunung Kidul (Pengakuan Pariyem, hlm 78), Alun-AlunLor (Pengakuan Pariyem, hlm 109), pasar Bringharjo (PengakuanPariyem, hlm128). Khas sekali Linus menghadirkan latartempat di Yogya yang begitu detail, sehingga dengan mudahimaji pembaca mampu beranjak dari alam fiksi kepada alambawah sadar yang fakta.

Kemudian, pada latar waktu yang tercipta pada novel(prosa lirik) Pengakuan Pariyem tidak begitu spesifikditunjukan oleh Linus. Namun, dengan cerdas Linusmenggunakan kombinasi waktu yang begitu tersirat sehinggaperhatian pembaca bukan dimaksudkan diarahkan pada waktukejadian melainkan lebih kepada cerita atau pengakuan daritokoh utama, yakni Pariyem itu sendiri.

Latar waktu yang mungkin memberikan kompas dalampenceritaan, yaitu ketika Pariyem mengawali cerita yang iasendiri telah berusia 25 tahun (Pengakuan Pariyem, hlm 13),kemudian pada halaman 115 Pengakuan Pariyem dijelaskan sekalidengan gamblang penunjukan waktu “Bulan ini bulan April1979 …”8. Selebihnya seting waktu yang berperan penjelaskeadaan atau sebagai penegasan, misalnya aroma Sabun Lifebouy(Pengakuan Pariyem, hlm 37), gesper James Bond 007 (PengakuanPariyem, hlm 88) dan Djarum 76 (Pengakuan Pariyem, hlm 175).Bukti-bukti tersebut juga menguatkan sikap Pariyem selakutokoh utama yang selalu update terhadap lingkungan sekitar

8 Linus Suryadi AG, Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita Jawa, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, 1994, hlm 115.

9

Page 10: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

ketika itu, sikap yang ditunjukan Pariyem juga tidak apatismelainkan lebih pro kemajuan yang mana bertolak belakangdengan hakikat beradaaannya yang konservatif.

2.3.3 AlurAlur atau Plot, merupakan intisari segala kejadian yang

berada dalam lingkup karya sastra. Plot menggerakan ataumenjalankan cerita sebagaimana dengan proses-proses yangsistematik hingga memunculkan konflik dalam ceritatersebut.

Dalam plot juga terdapat unsure-unsur untuka merangkaikonflik sehingga dapat dinikmati dan mampu menunjukan yangberkaitannya dengan tokoh antagonis, protagonist, dantirtagonis. Unsur-unsur tersebut harus mampu memberikansuspense dalam cerita, yang terdiri dari: pengenalan,timbulnya konflik, konflik memuncak, klimaks, pemecahanatau peleraian atau selesaian.9 Namun, secara keseluruhanalur cerita yang dibawakan oleh Pariyem yaitu alur mundur.Karena sejak awal Pariyem menceritakan dirinya telahberusia 25 tahun, apabila kita tengok adapun gadis desaketika itu menikah ketika usia mereka beranjak belasantahun (14, 15, atau 16 tahun). Terlebih lagi kondisi fisikyang dimiliki Pariyem, yang mendekati sempurna idaman paralelaki.

Kemudian gambaran alur atau plot cerita dalam PengakuanPariyem diawali oleh ungkapan dirinya pada kutipan:

Ya, ya, Pariyem saya“Iyem” panggilan sehari-harinyaSaya pun tumbuh suburBadan saya berkembang sesuai keinginan bapak Badan saya berkembang sesuai naluri alamSaya pun tambah besarSampai anak-anak muda Yogya menggodaDan sering rerasan,Saya bertubuh sintalSaya bertubuh tebal

9 Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesusasteraan, Gramedia: Jakarta , 1991, hlm 49

10

Page 11: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

Tapi saya biarkan sajalahSaya taka apa-apa kok,Saya lega lila

Menunjukan dirinya (Pariyem) merasa nyaman dengan kemolekantubuhnya, sesuai apa yang diingikannya meskipun kadangmengundang resiko sebagai wanita, namun dirinya tetap lega lila.

Selanjutnya tahapan alur dilanjutkan kepada mulaitimbulnya konflik ketika Pariyem mengatakan keadaan dirinyakepada orang yang ia sayangi, yaitu mas Paiman mengenaikeberadaan dirinya di dalam keluarga Suryamentaraman. Pariyemmemberikan definisi dirinya dalam keluarga Cokro Sentonokepada mas Paiman sebagai babu itu harus 3M (Madeg, Manthep,dan Madhep), 3A (Asah, Asih, dan Asuh), 3K (Kersa, Kerja, danKarya), dan 3L (Lirih, Larah, dan Lurus).10 Juga pariyemmenceritakan tabiat anak majikannya Bagus Ario Atmojo sebagaipemuda yang 3T (Titis, Tatas, dan Tetes) sebagai presentasipemuda kebanyakan kepada mas Paiman.11 Serangkaian pengakuantersebut yang menjadi sumbu konfik yang nantinya muncul dalamPengakuan Pariyem.

Tahapan alur selanjutnya pada konflik memuncak yangterjadi yang dialami oleh tokoh protagonis, yaitu Pariyem.Puncak konflik terjadi justru di dalam lingkungan nDalemSuryamentaraman Ngayogyakarta atau di kediaman Cokro Sentonomajikan Pariyem, hal tersebut tergambar pada kutipan:

… sebagai babu nDoro Kanjeng Cokro Sentono

di nDalem Suryamentaraman Ngayogyakarta

kini memerawani putra sulungnya

Raden Bagus Ario Atmojo namanya

Saya ajar bermain asmara

O, beginilah pokal anak muda

10 Linus Suryadi AG, Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita Jawa, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, 1994, hlm 34-3911 Ibid, hlm 46

11

Page 12: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

Baru kini jagad direngguknya12

Selanjutnya hal yang sama terus dilakukan Pariyem danArio Atmojo, hingga mereka tanpa sadar melakukan hubunganbadan intim yang tidak semestinya dilakukan layaknya suami-istri, seperti pada halaman 50-51, 80, 155 Pengakuan Pariyem .Karena mengingat kedudukan Ario Atmojo sebagai majikan danPariyem sebagai babu, selain itu hubungan tersebut jugadiyakini dilarang oleh semua agama tanpa ikatan yang sah.Lain, daripada itu Pariyem juga sebernya tahu dan mengertibahwa perbuatannya itu ada konsekuensi dasa yang tidak bisaterelakan, pada kutipan halaman 54 Pengakuan Pariyem.Serangkaian peristiwa tersebut menjadi puncak konflik yangterjadi dalam Pengakuan Pariyem.

Kemudian, tahapan alur menuju klimaks atau tahapanpuncak alur telah mengalami turunan. Dalam konflik batin yangdialami pariyem mulai memuncak ketika dirinya di ketahuitelah mengandung benih atas hubungan intimnya dengan ArioAtmojo, tergambar pada kutipan:

… sebagai babu nDoro Kanjeng Cokro Sentono

di nDalem Suryamentaraman Ngayogyakarta

Tapi dengan putra sulungnya main asmara

dan kini meteng sebagai buahnya

Sebentar waktu dinikah atau tidak

O, saya tak menaruh keberatan

Pernikahan bukan dambaan saya

yang saya damba adalah anak

Benang hidup terajut dalam keturunan

mata rantai keluarga tambah panjang13

hal tersebut yang lama diidamkan oleh Pariyem, yakni memilikiketurunan (anak). Sedangkan ia tak peduli ada

12 Ibid, hlm 43-4413 Ibid, hlm154

12

Page 13: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

pertanggunggjawaban atau tidak dari Ario Atmojo. SikapPariyem tersebut juga terlepas dari konsekuensi dirinyasebagai babu di keluarga Cokro Sentono priyayi Jawa, karenasikap lega lila yang menjadi trademark Pariyem sebagai tokohutama.

Tahapan terakhir pada alur ialah selesaian, dimanaserangkaian konflik yang terjadi telah bermuara pada titikpenyelesaian. Dalam Pengakuan Pariyem tahap penyelesaiankonflik terletak pada pemutusan kebijakan oleh Cokro Sentonoselaku pemiliki otoritas tertinggi dalam keluarga, sidingtersebut disaksikan istri, kedua anaknya, dan juga Pariyem.Tergambar pada kutipan yang panjang lebar menengangkan:

…Pengadilan Keluarga Kanjeng Cokro Sentono

di nDalem Suryamentaraman Ngayogyakarta

Malam ini mengadili Ario Atmojo

Dan Maria Magdalena Pariyem …

Kemudian dilanjutkan kutipan,

… Maka sebagai Hakim merangkap Jaksa

Sudah jamaknya saya berlaku bijaksana

Dan menjatuhkan vonis hukuman segera:

“Ringan sama dijinjing

Berat sama dipikul”14

Tuntas sudah serangkaian konflik yang mendera batin Pariyem,ternyata Cokro Sentono dengan bijaksana dan tanpa rasa malu,mau mengakui anaknya bersalah dan harus bertanggung jawabatas benih yang di kandung Pariyem. Cokro Sentono lakukanterlepas dari adat priyayi Jawa yang begitu konservatif, dankaku terhadap kasta. Sangat Luar biasa sekali penyelesaiankonflik yang dilakukan Linus melalui tokoh Cokro Sentono yangmerupakan priyayi Jawa. Lebih dari itu, Cokro Sentono jugamengasihi cucunya yang meskipun hasil dari hubungan gelap

14 Ibid, hlm 161

13

Page 14: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

anak sulungnya dan babunya sebagaimana putra mahkotakerajaan, pada kutipan halaman 186. Sangat menarik memangrentetan konflik yang mewarnai Pengakuan Pariyem karya LinusSuryadi Ag.

2.3.4 Tokoh dan Penokohan

Tokoh menurut Abrams, adalah orang yang ditampilkandalam suatu karya naratif yang oleh pembaca ditafsirkanmemiliki kualitas moral, dan kecenderungan tertentu sepertiyang diekspresikan dalam ucapan serta apa yang dilakukandalam tindakan.15Jadi, tokoh merupakan subjek yang dijadikanpengarang sebagai penyampai amanat dalam sebuah cerita yangdiciptakan.

Sedangkan, penokohan merupakan karakter yang menunjukkanpada penempatan pada tokoh-tokoh tertentu dengan wataktertentu pula dalam sebuah cerita.16Penokohan bisa jugadisebut sebagai perwatakan yang dimiliki tokoh untukmenguatkan peranan tokoh tersebut di dalam sebuahcerita.Artinya, penokohan adalah pelukisan gambaran yangjelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Baik tokoh dan penokohan, harus senantiasa berintegrasidengan adanya tema, latar, dan plot yang telah dibahassebelumnya, pada novel Pengakuan Pariyem penulis melihathanya ada tokoh sentral dalam cerita yaitu Pariyem seorang.Hal tersebut yang nantinya berkaitan dengan sudut pandangpenceritaan, bukan maksudnya menafikan andil keberadaan tokohlain. Karena sejak awal cerita pun Pariyem menempatkandirinya dimuka sebagai pencerita tunggal yang hendakmenjelewantahkan dunia atau konflik batin yang mendera

15 M.H.Abrams, A Glossary of Literary Terms,New York : Holt, Rinehart dan Winston,1981, hlm 2016Burhan Nugiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi,Yogyakarta:Gajah Mada UP, 2010, hlm165

14

Page 15: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

dirinya. Kutipannya sudah disajikan sebelumnya bagaimanapenokohan Pariyem sendiri yang modern, up to date, tapi juganjawani. Selain itu, yang terpenting Pariyem merupakan sosokwanita yang disampaikan Linus sebagai moda pendrobrakkemapanan peranan wanita sendiri yang ketika itu wanita kerapberlindung dengan semboyan “kesetaraan gender”,17 namunnyatanya tetap saja tak mampu berbuat banyak tanpa adanyaorang lain. Begitu juga Pariyem sebagai sosok yang lega lilaselalu kerap mengambil jalan dengan curhat kepada mas Paimanagar bisa menengkan dirinya.

Penulis pikir cara Linus mengkultuskan Pariyem sebagaiwanita Jawa yang tak berdaya, polos, kurang tanggap, sertapemalu dihabisi melalui pengakuannya kepada mas Paiman.Meskipun, mas Paiman sendiri entah berada dimana rimbanya.

Kemudian tokoh Cokro Sentono, sebagai priyayi kebanyakanbeliau tidak banyak bicara apalagi untuk mensoalkan hal-halyang dianggapnya sebagai picisan. Namun beliau begitubijaksana dan konsekuen terhadap pendiriannya dankeyakinannya. Satu hal yang perlu diperhatikan ialah sikapCokro Sentono tidak begitu memusingkan kelakuan anaksulungnya, beliau dengan tegas memutuskan semua perbuatan adakonsekuaensinya pada kutipan halaman 161

… Berdasar bukti yang cetha wela-wela

Sudah pula diakui kedua tersangka

Tidak ada pelanggaran tata susila

Tapi permainan asmara ada buahnya … 18

Dan hal tersebut yang begitu khas, pada pengamatan Linuskepada keseharian priayi Jawa yang tak tega, bijaksana, sertapenuh pertimbangan dalam semua keputusannya, dan tak

17 syn, Wanita di mata Linus- kebijaksanaan KB = Kebijaksanaan Kolomenjing, Eksponen: Yogyakarta, 10 Mei 1986, hlm 4 18 Linus Suryadi AG, Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita Jawa, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, 1994, hlm 161

15

Page 16: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

mementingkan dirinya sendiri (meskipun pembesar keratonYogja).

Kemudian tokoh dan penokohan istri dan putri CokroSentono, yakni nDoro Ayu Wulaningsih dan nDoro Putri WiwitSetyowati. Porsi pemunculan keduanya sama, artinya tidak adaintensitas yang begitu berbeda. Hal tersebut bisa dipahamikarena titik tolak Linus ialah hanya menyoroti porsi Pariyemsebagai babu di nDalem Keraton Suryamentaraman. Baik nDoroAyu dan nDoro putri memiliki kencenderungan bersikapsewajarnya kepada Pariyem yang merupakan babu di kediamanmereka, justru mereka bersikap dengan berbeda dengan apa yangPariyem bayangkan sebelumnya. Baik, sayang, dan tidakmembeda-bedakan yang selalu muncul mengiringi pemunculankeduanya dalam kontribusi cerita. Bahkan keduanya menyambutdengan gembira sikap Cokro Sentono yang memutuskan untukmengakui Pariyem sebagai menantunya dan mengakui anak yangdikandung Pariyem merupakan cucu biologisnya yang sah tanpasuatu kurang. Malah justru keduanya menyesali perilaku yangdilakukan oleh Cokro Sentono dan Ario Atmojo itu sendiri,yang tergambar pada kutipan:

“Kacang mangsa ninggal lanjaran

Ario, bapakmu dulu juga demikian

Suka ugal-ugalan, goda perempuan

Lihatlah, selirnya banyak di papan”

Kemudian disambung oleh Wiwit Setyowati yang menghardikkakaknya, Ario Atmojo:

“Kowe mas Ario, lelaki kok blo on lho

Pake pil apem atau kondom bisa, ta

Yang dauber filsafat terus terusan

Tak sempat mikir paha berkelojotan

Tahunya rampung sekali tikam, huh!”19

19 Ibid, 162

16

Page 17: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

Dasar lelaki, keremnya ngawur!”

Memang bisa dikatakan dari awal latar belakang makalahini, yakni penulis ingin menunjukan sikap memanusiakanmanusia tanpa adanya perbedaan kasta. Hal tersebut yangbegitu tajam disampaikan oleh Linus dalam mengomentari sikapmanusia dewasa ini yang selalu membeda-bedakan manusiaberdasarkan penilaiannya masing-masing, meskipun bukan novelrohani namun penulis menilai sikap Linus yang ingindisampaikannya melalui tokoh nDoro Ayu dan nDoro Putri sangatesensial hakikat manusia yang di harapkan Tuhan.

Kemudian yang terakhir ialah penokohan Ario Atmojo danKang Kliwon, penulis melihat adanya kesamaan motif yang keduatokoh tersebut lakukan baik tindakan serta pemikiran.Layaknya kedua tokoh yang disebutkan sebulumnya Ario Atmojodan Kang Kliwon hanya diberikan porsi yang terbatas dalamsumbangsih pemikirannya terhadap cerita. Namun, keduanya bisadikatakan sebagai tokoh antagonis dalam novel Pengakuan Pariyem.Sebab, melalui kedua tokoh tersebutlah mampu mempengaruhipemikiran Pariyem selaku tokoh utama dalam menyikapikehidupannya.

Tokoh kang Kliwon, ialah orang pertama yang memberikankenikmatan biologis tiada tara yang Pariyem rasakan (lihatPengakuan Pariyem, hlm 80) hingga Pariyem tak lagi perawan,sehingga akhirnya hal tersebut yang membuat Pariyem(hypersex) Karena kebutuhan dirinya secara biologis. Memangkarena perlakuan kang Kliwon kepada Pariyem lah yangmengantarkan keberanian dirinya untuk bermain-main asmaradengan Ario Atmojo.

Sedangkan, penokohan Ario Atmojo memberikan warna yangberbeda dalam batin Pariyem. Meskipun dalam struktur samasebagai antagonis dalam cerita, namun warna tersebut membuatimplikasi positif terhadap Pariyem sendiri khusunyamemberikan kebahagiaan yang hakiki yang diingini Pariyemsejak awalnya (lhat Pengakuan Pariyem, hlm 190). Kebaahagian

17

Page 18: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

untuk memiliki keturunan, dan Ario Atmojo adalah orang yangmeneteskan darahnya kepada keturunan Pariyem.

2.3.5 Sudut Pandang

Sudut pandang adalah sesuatu yang merujuk pada masalahteknis, sarana untuk menyampaikan maksud pengarang melaluikarya sastranya.20 Selain itu,merupakan penempatan posisipengarang pada cerita yang disajikannya, sudut pandangbiasanya sebagai wahana penulis dalam meuangkan gagasan, ide,atau amanat yang hendak penulis sampaikan melalui karyasastra. Porsi sudut pandang begitu dominan dalam penjiwaanserta penggambaran segala macam aspek yang terkandung dalamsebuah karya sastra. Sudut pandang yang digunakan dalam prosalirik Pengakuan Pariyem, ialah sudut pandang orang pertamapelaku utama yang berposisi sebagai narator atau penceritatunggal. Hal tersebut yang dipilih oleh Linus, sebab ia inginmenciptakan efek psikologis sendiri dari seorang Pariyem(wanita Jawa) kepada para pembaca meluas untuk lebih mudahterhanyut dalam cerita.

Pencerita tunggal atau narator, terkadang jugamembosankan karena pencerita seolah mengkhotbahi para pembacadengan ide cerita ataupun jalan pemikiran pengarang. Tidakadanya feedback lain dari posisi tokoh lain secara pemikirancenderung yang membuat para pembaca digurui. Tetapi, sudutpandang Pariyem tersebut dihadirkan Linus dengan bentuk syairatau Prosa lirik yang berbeda. Setiap bait yang tertulisterjalin dengan harmonis dan serasi, itulah yang mengurangistigma bahwa sudut pandang tunggal cenderung membosankanpembaca.

2.3.6 Gaya Bahasa

20 Aminuddin, Pengantar Apresiasi Sastra, Malang:IKIP Malang,1987, hlm 105

18

Page 19: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

Merupakan cara penggunaan bahasa dalam kekuatan dayaungkap atau daya tarik atau bahkan keduanya sekaligus. 21

Sedangkan gaya yang digunakan dalam Pengakuan Pariyemsebenarnya begitu sederhana sesuai keseharian, kadang jugamencampurkodekan antara bahasa Indonesia denga bahasa Jawa,pada kutipan:

“Dan saya pun tanggap ing sasmita

Berperan putri yang sedang lelewa …”22

Namun, juga gaya bahasa yang digunakan Pariyem yangpenokohannya sebagai wanita yang lugu sebagai babu tidaksedikit juga gaya bahasanya diintervensi oleh Linus sendirisebagai penyair, seperti penggunaan majas satire, metafora,dan metonimia. Seperti pada kutipan,

Bintang – bintang di langit malam

Terpacak abyor menghias kegelapan

Ialah samodra hidup yang dalam

Tak terjajagi dan tak terarungi23

Ungkapan tersebut bahasa yang begitu tinggi, jarang sekalidigunakan oleh orang umum terlebih lagi orang tersebut jauhdari dunia kesusasteraan. Memang patut disayangkan, tapi biladisnangkutkan dengan nilai estetika tidak menjadipermasalahan mengenai gaya bahas yang digunakan Linus untukPariyem.

2.3.7 Amanat

Merupakan pesan yang disampaikan untuk pembaca karya,baik secara tersirat maupun tersurat. Sebab kembali lagi kitameninjau tujuan karya sastra tidak lain untuk menghibur danmendidik para pembacanya. Amanat juga bersifat subyektif,sehingga dapat saja setiap orang menilai suatu masalah denganmotif serta sudut pandang yang berbeda. Penentuan amanat21 Jakob Soemardjo, Op.Cit, h.12722 Linus Suryadi AG, Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita Jawa, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, 1994, hlm 40.23 Ibid, hlm 113

19

Page 20: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

biasanya ditinjau dari pertikaian antar tokoh dalam cerita,dari kutipan dialog tokoh, bahkan dapat berasal setingperistiwa berlangsung. Oleh karena itu amanat yang didapatkanbersifat subyektif.

Dalam Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita Jawa, penulismendapatkan amanat secara tersurat yang dinyatakan olehPariyem (sebagai tokoh utama) yaitu mengenai konsepkebahagiaan, apalagi yang dicari di dunia ini selainkebahagiaan. Juga selain itu penulis juga memaknai PengakuanPariyem karya Linus mengenai keadaan manusia yang hakiki,sebab manusia tidak mengenai perbedaan di mata Tuhan,sedangkan yang membedakan hanyalah amalan ibadahnya, sehinggajangan cepat menuduh orang seakan diri kita selalu benar.Sebenarnya banyak hal yang amanat ingin disampaikan olehLinus melalui Pengakuan Pariyem, namun kedua hal yangdisampaikan penulis tersebutlah yang sekiranya berkaitandengan analisis yang selanjutnya dibahas.

2.4 Analisis

Pada analisis novel Pengakuan Pariyem, penulis akanmengupas mengenai prespektif wanita dengan menggunakanpendekatan ekspresif. Sebab, pendekatan ekspresifmemungkinkan untuk penulis mengetahui pula kehendak ataumotif yang mendorong pengarang novel Pengakuan Pariyem dalammenumpahkan ide dan gagasannya dalam karya tersebut.

Pariyem merupakan sosok wanita Jawa yang dijadikanmedia untuk menumpahkan gagasan Linus dalam memahamirepresentasi “wong cilik” yang berada di lingkungan priyayiyang penuh dengan segala peraturan dan ketentuan layaknyasistem feodal. Namun, semua itu ia jalani dengan sikap narimakhas masyarakat Jawa, sebab menurut presektif Jawa atau dalamkepercayaan kejawen hidup manusia itu sudah ada yang mengatur

20

Page 21: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

hanya manusia itu yang menjalani dan menyikapi, seperti padakutipan.

“Saya rasa-rasa

Saya piker-pikir

Hidup tak perlu dirasa

hidup tak perlu dipikir

Dari awal sampai akhir

Hidup itu pun mengalir24

Kemudian dilanjutkan pada kutipan,

Kalau memang sudah nasib saya

Sebagai babu, apa ta repotnya ?

Gusti Allah Mahaadil, kok

Saya nrima ing pandum25

Kutipan tersebut menjelaskan kedudukan Pariyem sebagaiwanita yang tidak mampu apa-apa dalam menentang nasib padadirinya, atau dengan kata lain nrima ing pandum. Dan haltersebut lah mengenai sikap wanita (Pariyem) yang musti nrimaing pandum dalam menyikapi masalah disekililingnya, justrutidak dengan berontak di bawah semboyan emansipasi wanita.26

Karena menurut Linus, emansipasi wanita hanya berlaku bagi(mereka) wanita modern yang memiliki soft skill serta pendidikanyang cukup dalam mengarungi dunia kerja, apabila dua haltersebut tidak dapat terpenuhi niscaya wanita hanya akansebagai objek (pemuas) kaum adam. Untuk itu nrima ing pandumselalu hadir dalam sikap Pariyem.

Pariyem berdiri sebagai wanita yang hakiki hanyamenginginkan kebahagiaannya sebagai wanita, yakni memilikiketurunannnya. Karena dengan memiliki melahirkan seorang24 Linus Suryadi AG, Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita Jawa, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, 1994, hlm 8-925 Ibid, hlm 2326 syn, Wanita di mata Linus- kebijaksanaan KB = Kebijaksanaan Kolomenjing, Eksponen: Yogyakarta, 10 Mei 1986, hlm 4

21

Page 22: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

anak, sosok wanita menjadi kebahagiaan yang tiada bandingatau dengan kata lain tak terbantahkan dirinya sebagai wanitasempurna seutuhnya.

Selanjutnya, bila kita tinjau dari prespektif kejawen.Linus selaku pengarang adalah penganut aliran mistikuskejawen yang kental, hal tersebut ia akui terlebih lagidengan keris.27 Hal tersebut juga tergambar dari pengakuanPariyem terhadap mas Paiman, mengenai dirinya menyikapikonsep agama.

Bukankah agama, begitu kata orang-orang tua kita

yang arif dan bijaksana, adalah ibarat pakaian ?28

Memang khas sekali ungkapan yang disamapaikan Linus melaluipenokohan pariyem, dalam masyarakat luas agama merupakandogma yang memiliki konsekuensi yang tegas dan mengikat parapemeluknya, tak terkecuali. Karena Linus sebagai penganutmistik, hal tersebut yang menjadi gagasannya Linus cobaungkapkan melalui pengakuan pariyem. Selanjutnya banyakungakapan Pariyem menggunakan Hyang.29 Hal tersebut menjadipenguatan yang menyatakan Pariyem bukan penganut Khatolikyang taat, tetapi justru yang menjadi junjungannya ialahkejawen atau mistik. Karena pemikiran tersebut menjadisederhana dalam konsep kejawen, setiap manusia hanya berserahdiri kepada Sang Hyang Mahakuasa sambil membersihkan diri,dan membebaskan diri dari segala dorongan diri terhadap nafsuyang dapat mencelakakannya. Apabila hal tersebut sudahterbina dengan baik, niscaya manusia dapat bersatu denganpenciptanya, atau manungaling kawula gusti dalam konsep kejawen.

Selain itu Linus juga menegaskan dalam pengakuan Pariyemmengenai pentingnya “olah rasa” dan “olah jiwa” yang mestinya

27 Anonym, Linus Suryadi AG – Novelis yang Meneliti Keris, Media Indoneisia: Jakarta, 19September 1990, hlm 1128 Linus Suryadi AG, Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita Jawa, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, 1994, hlm 2729 Hyang yang berarti dewa, kanjeng sinuwun atau junjungan kehadirat. Konsep kutuhanan pada Hindu.

22

Page 23: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

dijalani manusia agar lebih sempurna dalam kehidupan dantidak lagi pincang. Hal tersebut pada kutipan

Dan ruang Sepen nDoro Kanjeng mulang

kebatinan : olah rasa dan olah jiwa

Yang menyigi hidup manusia menjadi sentosa30

Karena dengan olah rasa, dapat membentuk kepekaan yang mantapdalam prinsip kejawen yang mistik. Namun, hal tersebut jugabaik dilakukan oleh setiap manusia tidak terkecuali.

Sangat kompleks permasalahan yang ingin diangkat Linusdalam Pengakuan Pariyem, karena tinjauan Linus untukpengakuan Pariyem memang tidak sebentar dalam kurun waktutiga tahun. Berbagai macam studi serta observasi ia lakukanhanya untuk mendapatkan data yang otentik mengenai kebiasaan-kebiasaan priyayi Jawa dalam lingkungan keraton.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

30 Linus Suryadi AG, Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita Jawa, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, 1994, hlm 84

23

Page 24: Pengakuan Pariyem – Dunia Batin Seorang Wanita  Jawa

Dalam suatu karya sastra dapat mencerminkan tata nilaikehidupan yang eksistensial serta substansial, sehinggabegitu penting sekali pembacaan karya sastra itu sendiri.Terlebih lagi untuk diimplikasikan dalam kehidupan sosialmasyarakat, seperti nilai kemanusiaan, ketuhanan, persatuaan,dll. Sedangkan di dalam novel Pengakuan Pariyem yangbenrbentuk prosa lirik karya Linus Suryadi Ag begitu kentalsekali dengan tata nilai kemanusiaan juga nilai ketuhananyang hakiki.

3.2 Daftar Pustaka

Abrams,M.H.1981. A Glossary of Literary Terms. New York : Holt,Rinehart dan Winston.

Anonym. 19 September 1990. Linus Suryadi AG – Novelis yang Meneliti Keris.Media Indoneisia : Jakarta.

Aminuddin.1987. Pengantar Apresiasi Sastra. Malang : IKIP Malang.

Nugiyantoro, Burhan.2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : GajahMada UP.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta :Grasindo.

Suryadi AG, Linus. 1994, Pengakuan Pariyem – Dunia Batin SeorangWanita Jawa. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.

Suyitno, Drs,. 1986. Sastra Tata Nilai dan Eksegesis. PT. Hanindita :Yogjakarta

Syn. 10 Mei 1986. Wanita di mata Linus - kebijaksanaan KB = KebijaksanaanKolomenjing. Eksponen : Yogyakarta.

24