-
PENENTUAN KONSENTRASI ASAM KLORIDA TEKNIS METODE TITRASI
KONVENSIONAL, TITRASI POTENSIOMETRI, DAN
TITRASI KONDUKTOMETRI
LAPORAN PERCOBAAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Praktikum Kimia yang dibina oleh Dr. H. Sutrisno, M.Si.
Oleh: Amalia Cahyarini 130331811089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG September 2014
-
PENENTUAN KONSENTRASI ASAM KLORIDA TEKNIS METODE TITRASI
KONVENSIONAL, TITRASI POTENSIOMETRI, DAN
TITRASI KONDUKTOMETRI
1. LATAR BELAKANG Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas
hidrogen klorida (HCl).
Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam
klorida harus ditangani secara hati-hati karena merupakan cairan
yang sangat korosif. Asam klorida pekat (asam klorida berasap) akan
membentuk kabut asam. Baik kabut dan larutan tersebut bersifat
korosif terhadap jaringan tubuh, dengan potensi kerusakan pada
organ pernapasan, mata, kulit, dan usus (Wikipedia, 2014).
Asam klorida merupakan salah satu jenis asam kuat yang digunakan
secara luas pada kegiatan praktikum di laboratorium. Penggunaan
asam klorida yang konsentasinya tidak diketahui secara pasti dapat
mengurangi ketelitian saat kegiatan praktikum dilaksanakan sehingga
perlu dilakukan pengukuran konsentrasi asam klorida sebelum
digunakan. Konsentrasi asam klorida dapat dicari dengan menggunakan
metode titrasi, diantaranya titrasi konvensional
(asidi-alkalimetri), konduktometri, dan potensiometri.
Titrasi konvensional menggunakan indikator asam basa untuk
menentukan titik ekivalen yang dapat diketahui dari titik akhir
titrasi. Tercapainya titik akhir titrasi ditandai dengan adanya
perubahan warna indikator. Titik ekivalen yang terbentuk pada
titrasi antara asam kuat dan basa kuat berada pada pH = 7,
sedangkan titik ekivalen yang terbentuk pada titrasi antara asam
lemah dan basa kuat berada pada pH > 7. Indikator yang digunakan
dalam titrasi antara asam lemah atau asam kuat dengan titran basa
kuat adalah indikator dengan rentang pH antara 7-10 (mendekati
titik ekivalen). Titrasi dihentikan saat titik akhir titrasi telah
tercapai yang ditunjukkan dengan perubahan warna indikator yang
terjadi pada pH > 7. Hal ini menyebabkan larutan bersifat basa
sehingga indikator yang tepat adalah phenolftalein dan timol biru
karena phenolftalein memiliki rentang pH antara 8,2-10,0 dan timol
biru memiliki rentang pH antara 8,0-9,6.
Pada titrasi potensiometri, titik ekivalen ditentukan demgan
mengukur perubahan potensial elektroda atau perubahan pH larutan
selama titrasi berlangsung menggunakan potensiometer atau pH meter.
Titik ekivalen pada titrasi potensiometri dapat ditentukan dengan
beberapa cara, diantaranya menggunakan grafik potensial atau pH
versus volume titran atau turunan
pertama E
V atau
pH
V versus volume titran, kemudian dari grafik yang
diperoleh dapat dicari harga maksimum atau minimumnya (Soebagio
dkk, 2003:159). Sedangkan pada tirasi konduktometri, titik ekivalen
dapat ditentukan dengan mengukur konduktansi larutan menggunakan
konduktometer. Titik ekivalen pada titrasi konduktometri dapat
ditentukan menggunakan grafik konduktansi versus volume titran,
kemudian dari grafik tersebut dapat dicari harga minimumnya.
-
2. RUMUSAN MASALAH
Berapakah konsentrasi asam klorida teknis yang diperoleh dari
metode titrasi konvensional, titrasi potensiometri, dan titrasi
konduktometri?
3. TUJUAN
Untuk mengetahui konsentrasi asam klorida teknis yang diperoleh
dari metode titrasi konvensional, titrasi potensiometri, dan
titrasi konduktometri.
4. ALAT DAN BAHAN Alat: Neraca analitik 1 buah Gelas arloji 1
buah Konduktometer 1 buah pH meter 1 buah Labu ukur 1000 mL 1 buah
Labu ukur 100 mL 1 buah Erlenmeyer 250 mL 2 buah Gelas kimia 250 mL
2 buah Gelas kimia 100 mL 1 buah Pipet volume 10 mL 1 buah Pipet
volume 20 mL 1 buah Pipet tetes 1 buah Corong 1 buah Batang
pengaduk 1 buah Magnetic stirrer 1 buah Buret 50 mL, klem, dan
statif 1 buah Bahan: Asam oksalat (H2C2O4.2H2O) 6,3080 gram Akuades
2 L
Padatan NaOH 2,0651 gram Indikator phenolftalein (pp) Larutan
HCl teknis
5. METODE DAN LANGKAH PERCOBAAN 5.1 Pembuatan larutan dan
standardisasi a. Pembuatan Larutan Standard Primer Asam Oksalat
0,05 M 1000 mL:
1. Menyiapkan alat dan bahan. 2. Menimbang 6,3080 gram asam
oksalat menggunakan gelas arloji,
kemudian memasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL. 3. Melarutkan
padatan asam oksalat dalam 50 mL akuades. 4. Memindahkan larutan ke
dalam labu ukur 1000 L. 5. Menambahkan aquades ke dalam labu ukur
sampai tanda batas. 6. Menutup labu ukur dan mengocok larutan
sampai homogen. 7. Menyimpan larutan dalam botol penyimpanan.
-
b. Pembuatan larutan standard NaOH 0,05 M 1000 mL:
1. Menyiapkan alat dan bahan. 2. Menimbang 2,0651 gram padatan
NaOH menggunakan gelas arloji,
kemudian memasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL. 3. Melarutkan
padatan NaOH dalam 50 ml akuades. 4. Memindahkan larutan ke dalam
labu ukur 1000 mL. 5. Menambahkan akuades ke dalam labu ukur sampai
tanda batas. 6. Menutup labu ukur dan mengocok larutan sampai
homogen. 7. Menyimpan larutan dalam botol penyimpanan.
c. Standardisasi larutan NaOH dengan larutan standard primer
asam
oksalat: 1. Mencuci buret dengan akuades kemudian mencuci dengan
sedikit
larutan NaOH. 2. Memasukkan larutan NaOH ke dalam buret. 3.
Memasukkan 10 mL larutan standard primer asam oksalat ke dalam
Erlenmeyer 250 mL. 4. Menambahkan 2 tetes indikator
phenolftalein (pp). 5. Melakukan titrasi sampai terjadi perubahan
warna. 6. Mencatat volume larutan NaOH yang digunakan untuk
titrasi. 7. Melakukan titrasi sebanyak dua kali (duplo). 8.
Menghitung konsentrasi larutan NaOH.
5.2. Penentuan konsentrasi HCl dalam HCl teknis
a. Metode titrasi Konvensional 1. Memasukkan larutan NaOH ke
dalam buret. 2. Memasukkan 10 mL larutan HCl teknis ke dalam
Erlenmeyer 250
mL. 3. Menambahkan 2 tetes indikator phenolftalein (pp). 4.
Melakukan titrasi dan mencatat volume larutan NaOH yang
digunakan untuk titrasi. 5. Melakukan titrasi sebanyak tiga kali
(triplo). 6. Menghitung konsentrasi larutan HCl teknis.
b. Metode Titrasi Potensiometri
1. Mengkalibrasi pH meter. 2. Memasukkan larutan NaOH ke dalam
buret. 3. Memasukkan 20 mL larutan HCl teknis ke dalam gelas kimia
250
mL. 4. Melakukan titrasi dengan penambahan 1 mL larutan NaOH
kemudian mengaduk larutan. 5. Mengukur dan mencatat pH larutan.
6. Mengulangi langkah 4 dan 5. 7. Menghentikan titrasi jika sudah
tidak terjadi perubahan pH yang
signifikan. 8. Melakukan titrasi sebanyak dua kali (duplo).
-
9. Menghitung konsentrasi larutan HCl teknis.
c. Metode Titrasi Konduktometri 1. Mengkalibrasi konduktometer.
2. Memasukkan larutan NaOH ke dalam buret. 3. Memasukkan 20 mL
larutan HCl teknis ke dalam gelas kimia 250
mL. 4. Melakukan titrasi dengan penambahan 1 mL larutan NaOH
kemudian mengaduk larutan. 5. Mengukur dan mencatat konduktansi
larutan. 6. Mengulangi langkah 4 dan 5. 7. Menghentikan titrasi
jika konduktansi telah mengalami kenaikan. 8. Melakukan titrasi
sebanyak dua kali (duplo).
9. Menghitung konsentrasi larutan HCl teknis.
6. HASIL PENGAMATAN 6.1 Pembuatan larutan standard asam oksalat
dan larutan standard NaOH
Bahan Massa
Asam Oksalat 6,3080 gram
NaOH 2,0651 gram
6.2 Standardisasi larutan NaOH dengan larutan standard primer
asam
oksalat
Volume H2C2O4 (mL)
Volume NaOH (mL)
Rata-Rata Volume NaOH (mL)
10 29,8
29,55 29, 3
6.3 Penentuan konsentrasi HCl dalam HCl teknis a. Metode Titasi
Konvensional
Volume HCl (mL)
Volume NaOH (mL)
Rata-Rata Volume NaOH (mL)
10
2,8
2,867 2,9
2,9
b. Metode Titrasi Potensiometri
Volume HCl (mL)
Volume NaOH (mL)
pH
Percobaan ke-1 Percobaan ke-2
20
0 2,163 2,156
1 2,199 2,172
2 2,275 2,226
3 2,400 2,374
4 2,607 2,585
-
5 2,980 3,015
6 7,481 7,551
7 10,791 10,741
8 11,089 11,105
9 11,264 11,270
10 11,367 11,383
c. Metode Titrasi Konduktometri
Volume
HCl (mL)
Volume
NaOH (mL)
Konduktansi (millimhos)
Percobaan ke-1 Percobaan ke-2
20
0 170 170
1 150 150
2 125 130
3 105 105
4 80 85
5 65 65
6 55 55
7 65 65
8 70 70
9 85 80
10 90 90
7. METODE ANALISIS DATA 7.1 Pembuatan larutan dan
standarisasi
a) Pembuatan standard primer asam oksalat 1000 mL:
Mol H2C2O4.2H2O = massa
Mr
= 6,3080 gram
126 gram/mol
= 0,05 mol
M H2C2O4 = mol
volume
= 0,05 mol
1 L
= 0,05 M Jadi, konsentrasi larutan standard primer asam oksalat
adalah 0,05 M.
b) Pembuatan larutan NaOH standard 1000 mL:
Mol NaOH = massa
Mr
= 2,0651 gram
40 gram/mol
= 0,05 mol
M NaOH = mol
volume
-
= 0,05 mol
1 L
= 0,05 M
c) Standardisasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat: Mol
asam oksalat = 0,05 M 0,01 L = 5 10-4 mol
Volume NaOH yang digunakan untuk titrasi adalah 29,8 mL + 29,3
mL
2
= 29,55 mL atau 2,955 10-2 L H2C2O4(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq)
+ 2H2O(l) 5 10-4 mol 1 10-3 mol
M NaOH = 1 103 mol
2,955 102 L
= 0,0338 M Jadi, konsentrasi NaOH hasil dari standardisasi
adalah 0,0338 M.
7.2. Penentuan konsentrasi HCl teknis
a) Titrasi Konvensional
Volume NaOH yang digunakan untuk titrasi = 2,8 mL + 2,9 mL+2,9
mL
3
= 2,867 mL atau 2,867 10-3 L. Mol NaOH = M V = 0,0338 M 2,867
10-3 L = 9,69 10-5 mol Volume sampel HCl teknis = 10 mL (0,01 L)
HCl(aq) + NaOH(aq) H2O(l) + NaCl(aq) 9,69 10-5 mol 9,69 10-5
mol
M HCl teknis = 9,69 105 mol
0,01 L
= 9,69 10-3 M Jadi, konsentrasi HCl teknis hasil titrasi
konvensional adalah 9,69 10-3 M.
b) Titrasi Potensiometri
1. Dari data yang diperoleh, dibuat grafik pH vs volume NaOH
(Lampiran 1). Berdasarkan grafik pH vs volume NaOH, diperoleh
volume NaOH yang sesuai dengan pH saat tercapai titik ekivalen (pH
mengalami kenaikan secara drastis).
Volume NaOH = 6 mL + 6 mL
2 = 6 mL atau 6 10-3 L.
Mol NaOH = M V = 0,0338 M 6 10-3 L = 2,028 10-4 mol
Volume HCl teknis = 20 mL (0,02 L)
-
HCl(aq) + NaOH(aq) H2O(l) + NaCl(aq) 2,028 10-4 mol 2,028 10-4
mol
M HCl teknis = 2,028 104 mol
0,02 L
= 1,014 10-2 M Jadi, konsentrasi HCl teknis hasil titrasi
potensiometri berdasarkan grafik pH vs volume NaOH adalah 1,014
10-2 M.
2. Dari data yang diperoleh, dibuat grafik pH/V vs volume
NaOH
(Lampiran 2), dimana: pH = pH ke n pH ke (n-1)
V = volume NaOH ke n volume NaOH ke (n-1) Berdasarkan grafik
pH/V vs volume NaOH, diperoleh volume NaOH saat tercapai titik
ekivalen (titik puncak grafik).
Volume NaOH = 6 mL + 6 mL
2 = 6 mL atau 6 10-3 L.
Mol NaOH = M V = 0,0338 M 6 10-3 L = 2,028 10-4 mol Volume HCl
teknis = 20 mL (0,02 L) HCl(aq) + NaOH(aq) H2O(l) + NaCl(aq) 2,028
10-4 mol 2,028 10-4 mol
M HCl teknis = 2,028 104 mol
0,02 L
= 1,014 10-2 M Jadi, konsentrasi HCl teknis hasil titrasi
potensiometri berdasarkan grafik pH/V vs volume NaOH adalah 1,014
10-2 M.
c) Titrasi Konduktometri
Dari data yang diperoleh, dibuat grafik konduktansi vs volume
NaOH (Lampiran 3). Berdasarkan grafik konduktansi vs volume NaOH,
diperoleh volume NaOH saat tercapai titik ekivalen (titik terendah
grafik).
Volume NaOH = 6 mL + 6 mL
2 = 6 mL atau 6 10-3 L.
Mol NaOH = M V = 0,0338 M 6 10-3 L = 2,028 10-4 mol
Volume HCl teknis = 20 mL (0,02 L)
HCl(aq) + NaOH(aq) H2O(l) + NaCl(aq) 2,028 10-4 mol 2,028 10-4
mol
M HCl teknis = 2,028 104 mol
0,02 L
= 1,014 10-2 M
-
Jadi, konsentrasi HCl teknis hasil titrasi konduktometri
berdasarkan grafik konduktansi vs volume NaOH adalah 1,014 10-2
M.
8. PEMBAHASAN Penentuan konsentrasi HCl teknis dimulai dari
tahap pembuatan larutan standard primer asam oksalat dan larutan
standard NaOH. Pembuatan larutan standard primer berfungsi untuk
memastikan konsentrasi sebenarnya dari suatu larutan. Pemilihan
H2C2O4.2H2O sebagai standard primer karena tersedia dalam keadaan
murni dan rumus stukturnya pasti, beratnya tak berubah saat
penimbangan, mempunyai massa molekul relatif yang besar sehingga
dapat meminimalkan kesalahan saat penimbangan (Effendi, 2008: 76).
Pembuatan larutan standar primer asam oksalat 0,05 M dilakukan
dengan cara menimbang 6,3080 gram padatan asam oksalat. Padatan
asam oksalat kemudian dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL dan
dilarutkan dengan 50 mL akuades. Larutan selajutnya dimasukkan
dalam labu ukur 1000 mL dan ditambah air sampai tanpa batas.
Larutan dipindahkan ke dalam botol penyimpanan untuk digunakan pada
percobaan selanjutnya. Pemilihan NaOH sebagai larutan standard
sekuder adalah karena NaOH tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni
karena bersifat higroskopis dan bereaksi dengan CO2 di udara
(Effendi, 2008: 76). Pembuatan larutan standard NaOH 0,05 M
dilakukan dengan cara menimbang 2,0651 gram padatan NaOH. Padatan
NaOH kemudian dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL dan dilarutkan
dengan 50 mL akuades. Larutan selanjutnya dimasukkan dalam labu
ukur 1000 mL dan ditambah air sampai tanda batas. Larutan
dipindahkan ke dalam botol penyimpanan untuk digunakan pada
percobaan selanjutnya. 8.1 Titrasi Konvensional
Titrasi konvensional dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama
dilakukan untuk membuktikan bahwa konsentrasi NaOH yang dibuat
adalah 0,05 M sehingga larutan NaOH perlu distandardisasi
menggunakan larutan standard primer, sedangkan tahap kedua
dilakukan untuk menghitung konsentrasi HCl teknis.
Titrasi konvensional tahap pertama dilakukan dengan cara
mengambil 50 mL larutan standard primer asam oksalat 0,05 M,
memasukkannya ke dalam Erlenmeyer 250 mL, dan ditambah 2 tetes
indikator phenolftalein. Larutan asam oksalat adalah larutan tidak
berwarna. Penambahan indikator phenolftalein tidak menyebabkan
perubahan warna larutan. Larutan selanjutnya dititrasi menggunakan
larutan NaOH yang telah dibuat. Titrasi dilakukan sampai terjadi
perubahan warna larutan dari tidak berwarna menjadi merah muda.
Volume NaOH yang digunakan dicatat dan titrasi diulang sebanyak dua
kali (duplo). Volume rata-rata larutan NaOH yang dibutuhkan untuk
titrasi adalah 29,55 mL. Berdasarkan hasil analisis data,
konsentrasi larutan NaOH hasil standardisasi adalah 0,0338 M. Hal
ini tidak sesuai dengan konsentrasi larutan standard NaOH yang
diinginkan sebesar 0,05 M. Terjadinya perubahan konsentrasi NaOH
kemungkinan disebabkan oleh sifat NaOH yang higroskopis.
-
Titrasi konvensional tahap pertama dilakukan dengan cara
mengambil 10 mL larutan HCl teknis, memasukkannya ke dalam
Erlenmeyer 250 mL, dan ditambah 2 tetes indikator phenolftalein.
Larutan HCl teknis adalah larutan tidak berwarna. Penambahan
indikator phenolftalein tidak menyebabkan perubahan warna larutan.
Larutan selanjutnya dititrasi menggunakan larutan NaOH yang telah
distandardisasi. Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna
larutan dari tidak berwarna menjadi merah muda. Volume NaOH yang
digunakan dicatat dan titrasi diulang sebanyak tiga kali (duplo).
Volume rata-rata larutan NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi adalah
2,867 mL. Berdasarkan hasil analisis data, konsentrasi larutan NaOH
hasil standardisasi adalah 0,0338 M.
Indikator yang dapat digunakan dalam standardisasi larutan NaOH
dan titrasi penentuan konsentrasi HCl teknis adalah timol biru dan
phenolftalein. Hal ini disebabkan kedua indikator memiliki rentang
pH yang dapat menunjukkan titik ekivalen, yaitu antara 8,2-10,0
(phenolftalein) dan antara 8,0-9,6 (timol biru). Akan tetapi, dalam
percobaan ini indikator yang digunakan hanya indikator
phenolftalein. Alasan pemilihan indikator phenolftalein adalah
karena indikator ini yang tersedia di laboratorium. Selain itu,
pada proses titrasi standardisasi NaOH, titik ekivalen yang terjadi
antara asam lemah (asam oksalat) dan basa kuat (NaOH) berada pada
pH > 7 dan pH ini berada pada rentang indikator phenolftalein.
Sedangkan penggunaan indikator phenolftalein pada titrasi penentuan
konsentrasi HCl teknis disebabkan titik ekivalen yang terjadi
antara asam kuat (HCl) dan basa kuat (NaOH) berada pada pH = 7.
Akan tetapi pada pH = 7, titik ekivalen belum terdeteksi oleh
indikator sehingga perlu ditambah satu tetes NaOH. Penambahan satu
tetes NaOH menyebabkan titik ekivalen terlampaui sehingga larutan
bersifat basa (pH > 7) dan pH ini berada pada rentang indikator
phenolftalein.
Larutan asam oksalat Larutan asam oksalat sebelum titrasi
setelah titrasi
-
Larutan HCl teknis Larutan HCl teknis sebelum titrasi setelah
titrasi
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh konsentrasi HCl
teknis hasil titrasi konvensional adalah 9,69 10-3 M.
8.2 Titrasi Potensiometri
Titrasi potensiometri dilakukan dengan cara memasukkan 20 mL
larutan HCl teknis ke dalam gelas kimia 250 mL kemudian ditambah
magnetic stirrer. Penggunaan magnetic stirrer bertujuan untuk
menghomogenkan larutan. Larutan HCl teknis selanjutnya dititrasi
dengan larutan standard NaOH. Perubahan pH yang terukur dengan pH
meter dicatat setiap penambahan 1 mL larutan NaOH. Titrasi
dihentikan jika sudah tidak terjadi perubahan pH yang signifikan.
Titik ekivalen adalah titik dimana pH mengalami kenaikan secara
drastis (Syabatini, 2009). Kenaikan pH secara drastis menunjukkan
bahwa HCl telah habis bereaksi dengan NaOH sehingga hanya tersisa
mol NaOH dalam larutan. Hal ini menyebabkan larutan bersifat basa
dan memiliki pH yang tinggi dan larutan telah melewati titik
ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada penambahan NaOH sebanyak 6 mL
dengan nilai pH pada percobaan 1 adalah 7,481 dan pH pada percobaan
2 adalah 7,551, sehingga nilai pH rata-rata dari kedua percobaan
adalah 7,516. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh konsentasi
HCl teknis hasil titrasi potensiometri adalah 1,014 10-2 M.
-
Titrasi Potensiometri
8.3 Titrasi Konduktometri Titrasi konduktometri dilakukan dengan
cara memasukkan 20 mL
larutan HCl teknis ke dalam gelas kimia 250 mL kemudian ditambah
magnetic stirrer. Penggunaan magnetic stirrer bertujuan agar
ion-ion dalam larutan dapat tersebar merata sehingga dapat
mengoptimalkan daya hantar (Syamsumarlin, 2013). Larutan HCl teknis
selanjutnya dititrasi dengan larutan standard NaOH. Perubahan
konduktansi yang terukur dengan konduktometer dicatat setiap
penambahan 1 mL larutan NaOH. Titrasi dihentikan jika konduktansi
telah mengalami kenaikan kembali setelah mengalami penurunan. Pada
reaksi netralisasi yang terjadi antara HCl dan NaOH, hantaran ion
H+ akan berkurang sampai titik ekivalen tercapai, kemudian apabila
penambahan ion OH- terus dilakukan, hantaran total setelah titik
ekivalen akan naik kembali. Titik ekivalen terjadi pada penambahan
NaOH sebanyak 6 mL dengan nilai konduktansi pada percobaan 1 adalah
55 millimhos dan konduktansi pada percobaan 2 adalah 55 millimhos,
sehingga nilai konduktansi rata-rata dari kedua percobaan adalah
5,5 millimhos. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh
konsentasi HCl teknis hasil titrasi konduktometri adalah 1,014 10-2
M.
-
Titrasi Potensiometri
9. KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini adalah:
Konsentrasi asam klorida teknis hasil titrasi konvensional
adalah 9,69
10-3 M. Konsentrasi aam klorida teknis hasil titrasi
potensiometri adalah
1,014 10-2 M. Konsentrasi asam klorida teknis hasil titrasi
konduktometri adalah 1,014 10-2 M.
9.2 SARAN
a) Penyimpanan larutan HCl dan NaOH sebaiknya menggunakan
botol
kaca gelap yang tertutup.
b) Pengukuran konsentrasi HCl teknis sebaiknya menggunakan
metode
titrasi potensiometri dan konduktometri agar diperoleh
konsentrasi
larutan secara tepat.
10. DAFTAR PUSTAKA
Effendy. 2008. A-Level Chemistry Volume 2B. Malang: Bayumedia.
Brooks, K. G., Caldwell, W. E., & Williams, M. B. 1979.
Laboratory Experiments in
College Chemistry Fourth Edition. New York: D. Van Nostrand
Company. Soebagio, Budiasih, E., Ibnu, M.S., Widarti, H. R., &
Munzil. 2005. Kimia Analitik II.
Malang: Universitas Negeri Malang. Syabatini, A. 2009. Laporan
Praktikum Titrasi Potensiometri, (Online),
(http://annisanfushie.wordpress.com/2009/07/17/titrasi-potensiometri/),
diakses 7 September 2014.
Syamsumarlin. 2013. Laporan Praktikum Konduktometri, (Online),
(http://syamsumarlinjepoters.blogspot.com/2013/02/laporan-praktikum-konduktometri.html),
diakses 2 September 2014.
-
Widarti, H. R. dan Zakia, N. 2008. Petunjuk Praktikum
Dasar-Dasar Kimia Analitik. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM.
Wikipedia. 10 Juni 2014. Asam Klorida, (Online),
(http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_klorida), diakses 3 September
2014. Zulfikar. 2010. Titrasi Asam Basa, (Online),
(http://www.chem-is-try.org/materi-
kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/titrasi-asam-basa/),
diakses 2 September 2014.
-
Lampiran 1
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5 10
10,5
pH
Volume NaOH (mL)
pH vs volume NaOH (ke-1)
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5 10
10,5
pH
Volume NaOH (mL)
pH vs volume NaOH (ke-2)
-
Lampiran 2
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5 10
10,5
pH/
V
Volume NaOH (mL)
pH/V vs volume NaOH (ke-1)
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5 10
10,5
pH/
V
Volume NaOH (mL)
pH/V vs volume NaOH (ke-2)
-
Lampiran 3
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5 10
10,5
Ko
nd
ukt
ansi
(m
illim
ho
s)
Volume NaOH (mL)
Konduktansi vs volume NaOH (ke-1)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5 10
10,5
Ko
nd
ukt
ansi
(m
illim
ho
s)
Volume NaOH (mL)
Konduktansi vs volume NaOH (ke-2)
-
Lampiran 4
JADWAL PERCOBAAN
Hari/Tanggal Percobaan : Rabu & Kamis/10 - 11 September
2014
Waktu : 13.00 16.30 & 09.00 16.30
Tempat : Laboratorium Penelitian