Top Banner
111

Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Apr 27, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi
Page 2: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

iii

PRAKATA

Museum mempunyai peranan penting dalam melayanimasyarakat dan perkembangannya. Berkaitan dengan hal tersebut di atasmaka museum harus mempersiapkan diri agar dapat memberi pelayanankepada masyarakat, khususnya kepada pengunjung yang inginmendapatkan informasi tentang koleksi yang dipamerkan atau yangdimiliki museum. Tujuan utama didirikan museum adalah untukmelestarikan warisan budaya bangsa, yakni melindungi, mengem-bangkan dan memanfaatkan benda-benda koleksinya untuk masyarakat.Selain itu museum wajib memperlihatkan koleksi yang dimilikinyakepada pengunjung, sehingga informasi tersebut dapat dimengerti dandipahami. Pengelola museum harus memperhatikan hal-hal yangberkaitan dengan kebutuhan pengunjung, baik kebutuhan yang bersifatfisik, intelektual dan emosional.

Pengunjung yang datang ke museum beraneka latar belakangbudayanya, juga latar belakang pendidikannya, maupun umurnya untukmemahami informasi yang diberikan oleh museum. Oleh sebab itu dalammerancang suatu pameran atau bentuk informasi lain harus memper-hatikan masalah tersebut di atas, bila menginginkan informasi-informasiyang disampaikan benar-benar yang dibutuhkan oleh pengunjung.

Museum Purna Bhakti Pertiwi Jakarta adalah sebuah museumpribadi atau museum “tokoh” Soeharto. Soeharto adalah seorang tokohpemimpin bangsa yang memimpin Bangsa Indonesia menjadi Presidenselama 32 tahun. Terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, Soehartosebagai manusia biasa mempunyai prestasi yang dapat dijadikaninspirasi. Sebagai museum “tokoh” Soeharto harus dapat mewujudkangambaran citra Soeharto yang melalui penyajian informasi yang ada.

Buku ini menguraikan upaya untuk mengembalikan tujuanpendirian museum yaitu bermanfaat untuk masyarakat. Agar bermanfaatdalam penyajiannya koleksi harus diinterpretasi sehingga dapatmempengaruhi pengalaman pengunjung dan pengunjung dapat jugamenangkap makna dan simbol dari koleksi yang disajikan. Penyampaianhasil interpretasi melalui pameran juga dapat meluruskan interpretasipengunjung yang mungkin saja kurang tepat.

Buku ini jauh dari sempurna. Masih banyak kelemahan terdapatdi dalamnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran daripembaca.

Page 3: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

iii

Saya mengucapkan terimakasih kepada Museum Purna BhaktiPertiwi,yang telah membantu dalam usaha memperoleh data yangdiperlukan, Museum Pusaka TMII, Istriku yang tercinta Eri Herawati dananakku yang tersayang Anindita Artanti Maheswari yang selalu memberienergi pada saat saya sedang jenuh dalam penulisan buku ini; sahabatyang telah banyak membantu saya, pihak-pihak lain yang sulit untukdisebutkan satu persatu yang telah membantu penulisan buku ini.

Saya berharap Allah S.W.T berkenan membalas segala kebaikansemua pihak yang telah membantu penulisan buku ini. Tiada gading yangtak retak, saya membutuhkan kritik dan saran yang membangun untukpenulisan buku ini. Semoga buku ini dapat memperkaya khasanah ilmuArkeologi Permuseuman dan menjadi bahan kajian bagi generasiberikutnya. Saya berharap penulisan buku ini ini menjadi pendorong sayauntuk melakukan penelitian-penelitian berikutnya.

Depok, Juli 2010Penulis

Page 4: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......... ................................................................... iKATA PENGANTAR ...... ................................................................... iiiDAFTAR ISI .................... ................................................................... iv

1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ..... .................................................................... 11.2 Perumusan Masalah................................................................. 61.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 61.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 71.5 Batasan Penelitian .................................................................... 71.6 Metode Penelitian...................................................................... 7

2. TINJAUAN MUSEOLOGI2.1 Museum Berdasarkan Museologi ............................................ 102.2 Pameran Museum dalam Perannya

sebagai Institusi Pendidikan ................................................... 122.2.1 Konsep Tokoh sebagai Dasar Penyajian Pameran 152.2.2 Tokoh dan Penokohan.......................................... 162.2.3 Citra dan Pencitraan............................................ 19

2.3 Penyajian Pameran .............................................................. 21

3. MUSEUM PURNA BHAKTI PERTIWI3.1 Sejarah Museum...................................................................... 233.2 Fungsi, Visi dan Misi Museum............................................... 253.3 Struktur Organisasi.................................................................. 263.4 Sumber Daya Manusia............................................................ 273.5 Pengelolaan Koleksi................................................................ 283.6 Program Edukasi..................................................................... 313.7 Publikasi Museum................................................................... 323.8 Eksebisi Museum.................................................................... 343.9 Tinjauan Museologi Terhadap Pameran MPBP ...................... 39

4. PENYAJIAN SOEHARTO SEBAGAI PRAJURIT4.1 Alur Cerita............................................................................... 44

4.1.1 Merebut Yogyakarta................................................. 444.1.2 Pembebasan Irian Barat............................................ 484.1.3 Pemberantasan G-30-S/PKI...................................... 51

Page 5: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

iv

4.2 Penyajian Pameran.................................................................. 574.2.1 Merebut Yogyakarta................................................. 584.2.2 Pembebasan Irian Barat............................................ 634.2.3 Pemberantasan G-30-S/PKI...................................... 66

5. PENYAJIAN SOEHARTO SEBAGAI NEGARAWAN5.1 Alur Cerita............................................................................... 75

5.1.1 Meningkatkan Produksi Pertanian............................ 755.1.2 Mengontrol Jumlah Penduduk.................................. 815.1.3 Membangun Pelayanan Kesehatan........................... 84

5.2 Penyajian Pameran.................................................................. 875.2.1 Meningkatkan Produksi Pertanian............................ 875.2.2 Mengontrol Jumlah Penduduk.................................. 975.2.3 Membangun Pelayanan Kesehatan........................... 98

6. PENUTUP6.1 Kesimpulan............................................................................ 1006.2 Saran...................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 102

Page 6: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 1 | P a g e

1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMuseum sebagaimana yang telah dirumuskan dalam musyawa-

rah umum ke-11 tanggal 14 Juni 1974 Eleven General Assembly ofICOM (International Council of Museums) Copenhagen, sebuah badankerja sama profesional di bidang permuseuman yang didirikan olehkalangan profesi permuseuman dari seluruh dunia, memiliki pengertian:

...A museum is a non-profit making, permanent institution is theservice of society and its developmen, and open to the publicwhich acquires conserve, communicates, and exhibits for thepurpose if study, education and enjoyment, material evidence ofman, and his environment.

Memperhatikan pengertian museum tersebut, menjadi jelasbahwa museum mempunyai peranan penting dalam melayani masyarakatdan perkembangannya. Berkaitan dengan hal tersebut di atas makamuseum harus mempersiapkan diri agar dapat memberi pelayanankepada masyarakat, khususnya kepada pengunjung yang inginmendapatkan informasi tentang koleksi yang dipamerkan atau yangdimiliki museum. Tujuan utama didirikan museum adalah untukmelestarikan warisan budaya bangsa, yakni melindungi, mengem-bangkan dan memanfaatkan benda-benda koleksinya untuk masyarakat.Selain itu museum wajib memperlihatkan koleksi yang dimilikinyakepada pengunjung, sehingga informasi tersebut dapat dimengerti dandipahami. Pengelola museum harus memperhatikan hal-hal yangberkaitan dengan kebutuhan pengunjung, baik kebutuhan yang bersifatfisik, intelektual dan emosional.

Pengunjung yang datang ke museum beraneka latar belakangbudayanya, juga latar belakang pendidikannya, maupun umurnya untukmemahami informasi yang diberikan oleh museum. Oleh sebab itu dalammerancang suatu pameran atau bentuk informasi lain harus memper-hatikan masalah tersebut di atas, bila menginginkan informasi-informasiyang disampaikan benar-benar yang dibutuhkan oleh pengunjung. Padaawalnya museum-museum di Eropa dan Amerika Serikat dalammerancang pameran masih berorientasi pada koleksi yang dimilikinya,baru pada tahun 1980-an mereka merubah orientasinya kepada publik

Page 7: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 2 | P a g e

(pengunjung) (Asiarto, 2007:7). Agar museum memiliki fungsi sebagai-mana mestinya yaitu sebagai suatu lembaga yang terbuka untuk umum,maka museum harus dapat mengembangkan sikap untuk melayanimasyarakat dengan segala kemampuan yang dimiliki. Cara penyajianyang masih tradisional harus sudah diubah berdasar pada perkembanganilmu dan teknologi. Kegiatan-kegiatan yang berorientasi kepada publikditingkatkan dengan menyusun program-program yang menarik danmembuat pengunjung bertambah pengetahuannya. Untuk itu museumperlu memikirkan atau meninjau kembali secara mendasar mengenaimetode dan teknik penyampaian informasi tersebut, baik dalam bentukpameran maupun dalam bentuk lain. Museum harus membuatpengunjung betah dan menyenangkan selama di museum, khususnyadalam melihat pameran, sehingga mereka mendapat kesan yang baik danberjanji untuk datang kembali.

Meskipun telah banyak terdapat museum di Indonesia, namunpada kenyataannya saat ini masih banyak masyarakat, termasuk kalanganpendidikan, yang memandang museum hanya berfungsi sebagai tempatmenyimpan dan memelihara benda-benda peninggalan sejarah sertamenjadi monumen penghias kota. Sejarawan Anhar Gonggong, tidakmenampik penilaian semacam itu (Soekirno, 2008). Akibatnya, banyakmasyarakat yang tidak ingin meluangkan waktu berkunjung ke museumdengan alasan kuno, tidak prestis, sepi dan bangunannya terkesan angker.

Rendahnya apresiasi masyarakat tersebut ditunjukkan olehrendahnya tingkat kunjungan ke museum. Data jumlah masyarakatIndonesia yang mengunjungi museum, misalnya Museum SejarahJakarta, yang menempati gedung paling tua di Jakarta (1707) dandilengkapi sekitar 25.000 buah koleksi, pengunjungnya sekitar 4747orang/bulan. Museum lainnya, jumlah pengunjungnya jauh lebih sedikitdibandingkan Museum Sejarah Jakarta. Museum Tekstil misalnya, hanyadikunjungi sekitar 656 orang/bulan, Museum Bahari hanya dikunjungi521 orang/bulan (Pusat Data dan Informasi Kebudayaan dan Pariwisata,2007). Seperti terlihat dalam tabel berikut ini:

Page 8: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 3 | P a g e

Tabel 1.1 Jumlah pengunjung ke museum di Jakarta

(Sumber: Pusat data dan informasi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2007).

Bagi dunia pendidikan, keberadaan museum merupakan sesuatuyang tidak dapat terpisahkan, karena keberadaannya mampu menjawabberbagai pertanyaan yang muncul dalam proses pembelajaran terutamaberkaitan dengan sejarah perkembangan manusia, budaya danlingkungannya. Selain itu salah satu fungsi pendidikan antara lainmenciptakan anak didik yang memiliki informasi ihwal masa silam, kritisterhadapnya, dan berdasarkan informasi itu mampu memprediksikejadian masa mendatang. Tidak mengherankan jika museum penuhsesak oleh para pelajar dari berbagai daerah saat musim liburan tiba.

NO NAMA MUSEUMTAHUN KUNJUNGAN

2002 2003 2004 2005 2006 2007

1. Museum Nasional 151.752 105.739 107.714 170.437 106.254 70.033

2. M. Sumpah Pemuda 10.563 10.406 9.604 18.936 6.573 2.383

3. M. Basoeki Abdullah 348 750 458 3.363 1.814 837

4. M.Naskah Proklamasi 3.644 2.225 3.191 4.438 5.904 2.696

5.M. Kebangkitan

Nasional6.957 7.375 8.579 6.752 8.670 6.983

6. M. Sejarah Jakarta - - - - 64.812 28.482

7. M. Tekstil - - - - 17.379 7.869

8. M. Bahari - - - - 9.103 6.248

9. M. Keramik - - - - 15.909 8.084

10. M. Pancasila Sakti - - - - 83.439 51.045

11. Transportasi (TMII) - - - - 74.690 39.577

12. M. Olah Raga (TMII) - - - - 1.397 1.623

13. M. Telekomunikasi - - - - 14.629 5.886

14.M. Purna Bhakti

Pertiwi (TMII)- - - - 76.925 54.758

Page 9: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 4 | P a g e

Namun keberadaan museum tidak dikhususkan bagi parapelajar, mahasiswa atau peneliti saja. Melainkan untuk semua orang dariberbagai kalangan tanpa membedakan status pendidikan, agama, rasbahkan status sosial ekonomi. Bila semua orang berhak mendapatlayanan pendidikan, semua orang pun berhak mendapatkan aksesterhadap museum.

Upaya menumbuhkan kepedulian orang terhadap keberadaanmuseum, pengelola museum merupakan orang yang berdiri di gardapaling depan dalam mendukung tumbuhnya kepedulian masyarakatterhadap keberadaan museum. Mereka harus mampu menatamuseumnya. Pengunjung yang datang ke museum beraneka ragam latarbelakang pendidikannya, maupun umurnya untuk memahami informasiyang diberikan oleh museum.

Seringkali pengunjung museum memberikan makna yangberbeda/kurang tepat terhadap informasi yang disajikan, tidak sepertiyang dimaksud museum. Salah satu bentuk penyajian informasi adalahmelalui pameran, sehingga dalam hal ini pameran mempunyai peranyang sangat penting yang menjembatani kepada pengunjung agar pesanyang dimaksud museum sampai kepada pengunjung dengan makna yangsama. Karena itu perlu disusun sebuah konsep terlebih dahulu bagi suatupameran, kemudian dengan bantuan benda-benda koleksi dan perangkatbahan-bahan penyajian penyajian lainnya maka konsep itu dituangkandalam bentuk pameran.

Berbicara mengenai pameran, tentu tidak dapat dilepaskan daripemilihan topik atau tema pamerannya. Pemilihan tema pameranhendaknya yang dapat divisualisasikan yang bagi para pengunjung akanmerupakan semacam benang merah yang menelusuri seluruh sistem dantata penyajian museum. Sebagai contoh museum antropologi konsepnyaatau temanya dapat berbunyi “Manusia dan Kebudayaannya”, sebuahtema yang berkaitan dengan aspek-aspek penting kebudayaan manusiayang terdapat di berbagai bagian dunia. Konsepsi atau tema museumsejarah dapat berbunyi “Manusia Sepanjang Sejarah”. Tema ini dapatdiwujudkan secara visual dengan menampilkan contoh-contoh peristiwasejarah dari tempat asalnya atau dari sejarah lokal tempat museum yangbersangkutan. Dengan demikian setiap jenis museum dapat merumuskankonsepsi atau temanya yang tepat sebagai dasar penyajian yangmenyeluruh dan tuntas yang dapat menggambarkan museum yangbersangkutan.

Page 10: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 5 | P a g e

Museum Purna Bhakti Pertiwi (untuk selanjutnya disingkatMPBP) TMII Jakarta adalah sebuah museum pribadi atau museum“tokoh” Soeharto. Soeharto adalah seorang tokoh pemimpin bangsa yangmemimpin Bangsa Indonesia menjadi Presiden selama 32 tahun.Terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, Soeharto sebagai manusiabiasa mempunyai prestasi yang dapat dijadikan inspirasi. MPBP sebagaimuseum “tokoh” Soeharto harus dapat mewujudkan gambaran citraSoeharto yang melalui penyajian informasi yang ada.

Melihat kenyataan yang ada, gambaran citra Soeharto di MPBPbelum sepenuhnya terwujud karena koleksi belum diinterpretasi. Hal initampak dari penyajian informasi yang kurang memadai dan tidakmenarik seperti, tidak tematis, tidak informatif, tidak kronologis, koleksiyang disajikan tanpa melalui research.

Foto 1.1 Kondisi tata pamer salah satu sudutruang perjuangan (Sumber: MPBP, 2009)

Foto 1.2 Plakat-plakat yang dipamerkandi ruang perjuangan (Sumber: MPBP, 2009)

Page 11: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 6 | P a g e

Tampak dalam gambar tersebut di atas, penyajian pameran diMPBP yang lebih memamerkan benda-benda dari pada informasi.Ketiadaan informasi ini karena koleksi-koleksi tersebut belumdiinterpretasi sehingga koleksi tersebut belum bermakna. Keadaan inimenyebabkan pameran yang disajikan tanpa makna, dan tidakkontekstual. Karena itu, pengunjung tidak mendapat informasi yangcukup tentang apa yang disajikan di MPBP. Dapat dikatakan penyajian diMPBP belum menggunakan teori museologi. Penyajian informasi yangkurang memadai menyebabkan pengunjung tidak dapat menangkappesan yang ingin disampaikan MPBP. Hal ini berarti informasi yangdisajikan MPBP belum dapat mewujudkan gambaran citra tokohSoeharto. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengembalikan tujuanpendirian museum yaitu bermanfaat untuk masyarakat. Agar bermanfaatdalam penyajiannya koleksi harus diinterpretasi sehingga dapatmempengaruhi pengalaman pengunjung dan pengunjung dapat jugamenangkap makna dan simbol dari koleksi yang disajikan. Penyampaianhasil interpretasi melalui pameran juga dapat meluruskan interpretasipengunjung yang mungkin saja kurang tepat.

1.2 Perumusan MasalahMPBP secara museologi belum bermanfaat untuk masyarakat,

karena MPBP belum menginterpretasi koleksi-koleksi yang disajikan.MPBP belum dapat mencitrakan Soeharto. Akibatnya pameran yangdisajikan tidak dapat mempengaruhi pengalaman pengunjung,menangkap makna dan simbol dari koleksi yang disajikan Berdasarkanuraian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitubagaimanakah merumuskan citra Soeharto melalui konsep pencitraan danbagaimana menyajikan citra Soeharto di MPBP.

1.3 Tujuan PenelitianSecara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan

pameran di MPBP sebagai salah satu jenis museum dengan latarbelakang tokoh dengan menggunakan teori citra/pencitraan, teoritokoh/penokohan dan teori museologi.

Tujuan dari penelitian ini adalah:1. Memberikan landasan teoretis kepada MPBP sebagai museum

tokoh dalam penyajian pamerannya, sehingga objek yangdisajikan dapat memberi pencitraan yang utuh tentang Soehartosebagai prajurit dan negarawan.

Page 12: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 7 | P a g e

2. Menyajikan strategi dan cara mencapai cita-cita sebagai prajuritdan negarawan yang dibuat oleh Soeharto dalam eksebisi MPBPsehingga dapat dijadikan inspirasi oleh pengunjung dalammemandang masa depan bangsa.

1.4 Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:1. Menjadikan museum MPBP sebagai museum tokoh yang dapat

menyajikan citra Soeharto sebagai prajurit dan negarawan.2. Menjadi salah satu alternatif pemikiran bagi pengembangan

museum tokoh di Indonesia dengan menggunakan teori tokohdan pencitraan.

1.5 Batasan PenelitianMPBP yang terletak di Jl. Taman Mini I Jakarta 13560 didirikan

atas prakarsa Ibu Tien Soeharto sebagai ungkapan rasa syukur kepadaTuhan Yang Maha Esa dan penghargaan yang tinggi atas dukunganmasyarakat Indonesia dan mancanegara kepada Soeharto. Dibangun olehYayasan Purna Bhakti Pertiwi selama lima tahun (1987 s/d 1992) di atasareal seluas 19,73 ha dan diresmikan pembukaannya pada tanggal 23Agustus 1993 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto. Penyajianpameran di MPBP terdiri atas pemeran tetap, pameran temporer, danpameran kelilling. Secara garis besar bangunan MPBP terdiri atasbangunan utama, bangunan penunjang, tata ruang luar, graha lukisan.Bangunan utama seluas 25.000 M2 terdiri dari ruang pameran perjuangan,ruang pameran utama, ruang pameran khusus, ruang pameran asthabratadan perpustakaan. Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai objekpenelitian adalah pameran tetap MPBP. Pembahasan penelitian inihanya sampai pada tahap konsep desain penyajian pameran di MPBPdengan teori museologi

1.6 Metode PenelitianPenelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metodepenelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yangalamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalahsebagai instrumen kunci, analisis data bersifat induktif, dan hasil

Page 13: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 8 | P a g e

penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi(Sugiyono, 2008).

Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini, terdapat tahap-tahappenelitian yang diterapkan sebagai suatu cara kerja yang terdiri atastahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, dan tahap penafsirandata yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1.6.1 Pengumpulan DataData yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data informasi

tentang tokoh Soeharto dalam penyajian di MPBP dan informasi tokohSoeharto melalui penelusuran kepustakaan dan dokumentasi. Teknikpengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara observasidi MPBP dan studi kepustakaan. Tahap pengumpulan data dilakukandengan beberapa cara, terdiri atas:

a. Observasi yaitu cara pengamatan langsung ke lapangan (fieldresearch) dengan melihat dan memperhatikan secara langsungterhadap kondisi objektif MPBP seperti tata pamer, bendakoleksi, kemudian melakukan perekaman (recording) denganmelakukan pencatatan dan pemotretan.

b. Penelusuran dokumentasi, yaitu menelaah berbagai arsiptentang data koleksi dan tata pamer di MPBP.

c. Studi kepustakaan, yaitu menelaah sejumlah buku, jurnal ilmiah,dan hasil-hasil penelitian untuk memperoleh informasi tentangcitra Soeharto.

1.6.2 Pengolahan DataSetelah data mengenai informasi tentang tokoh Soeharto selesai

dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah memasuki tahappengolahan data. Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapansesuai dengan masalah yang ingin dipecahkan. Permasalahan penelitianadalah merumuskan citra yang tepat untuk tokoh Soeharto sebagai temapameran di MPBP. Dalam upaya mengkaji konsep museum tokoh,diperlukan teori-teori yang berkenaan dengan ketokohan. Beberapa teoriyang telah dikumpulkan di dalam tahap pengumpulan data seperti teorimuseologi, teori pencitraan, teori penokohan, kemudian digunakan untukmerumuskan citra tokoh Soeharto.

Page 14: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 9 | P a g e

1.6.3 Penafsiran DataSetelah tahap pengumpulan dan pengolahan data dilakukan

secara lengkap, kemudian dilanjutkan pada tahap berikutnya yaitupenafsiran data. Dalam usaha untuk menyajikan rumusan citra tokohSoeharto dalam bentuk desain pameran, digunakan alat bantu berupateori. Pada tahap penafsiran ini dilakukan dengan menggunakan teorikomunikasi dan teori eksebisi, sehingga dapat diperoleh hasil akhir yaitudesain eksibisi yang menggambarkan citra yang tepat untuk tokohSoeharto di MPBP.

Komunikasi adalah suatu proses dimana organisasi mediamemproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas.Lembaga-lembaga komunikasi tersebut mencakup juga sekolah, pasarswalayan, di samping media massa, galeri seni, termasuk di dalamnyamuseum, karena semuanya menjalankan fungsi penyebaran informasi(Littlejohn, 2001). Melalui komunikasi yang baik penyajian citraSoeharto di MPBP akan lebih mudah dimengerti. Eksebisi adalah salahsatu bentuk komunikasi untuk museum. Melalui komunikasi dan eksebisiyang tepat dapat diperoleh hasil akhir berupa gambaran citra Soeharto diMPBP.

Penerapan metode penelitian ini dapat disimpulkan denganskema sebagai berikut :

Pengumpulan data Penafsiran dataPengolahan data

Informasimengenai tokoh

Soeharto

Teori Museologi

Teori Pencitraan

Teori Penokohan

Teori KomunikasiTeori Eksebisi

1. Rumusan Citratokoh Soeharto

2. Eksebisi CitraSoeharto

Page 15: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 10 | P a g e

2TINJAUAN MUSEOLOGI

2.1 Museum Berdasarkan MuseologiMuseum berasal dari kata Yunani Museion, yang berarti tempat

pemujaan (kuil) muse, yaitu sembilan dewi yang dijadikan lambangberbagai bidang ilmu pengetahuan dan kesenian. Pengertian museum dariwaktu ke waktu terus berkembang antara lain dikatakan bahwa: 1).Museum merupakan tempat kumpulan barang-barang langka, 2).Museum merupakan tempat kumpulan ilmu pengetahuan, 3). Museummerupakan tempat koleksi penemuan ilmiah (Subaedah, 2004:15).Definisi museum yang dirumuskan oleh para ahli permuseuman yangtergabung dalam ICOM (International Council of Museums) dalamMajelis Umum ICOM ke-11, tanggal 14 Juni 1974 di Copenhagen,Denmark adalah:

A museum is a non-profit making, permanent in the service ofthe society and of its development, and open to the public, whichacquires, conserves, researches, communicates, environment forpurposes of study, education and enjoyment (Edson, et al,1997:270).

Berdasarkan definisi tersebut mengandung arti bahwa museum meru-pakan lembaga permanen, yang tidak mencari keuntungan dalammemberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, museum jugaharus terbuka untuk umum, dengan mengumpulkan, merawat, menelitidan memamerkan koleksi museum sebagai bukti-bukti materialpeninggalan peradaban manusia dan lingkungannya. Tujuan didirikannyamuseum adalah untuk kepentingan studi atau penelitian, pendidikan danrekreasi.

Dalam perkembangannya, aktivitas permuseuman semakinberkembang sebagai akibat dari terjadinya perubahan paradigma.Apabila pada awalnya aktivitas permuseuman berpusat pada koleksi,maka dalam perkembangannya aktivitas permuseuman dipusatkan padamasyarakat, dari “tentang sesuatu menjadi untuk seseorang”. Dikatakanbahwa sebuah museum seyogjanya lebih mendatangkan manfaat bagimasyarakat, dan bukan sekadar menjadi tempat penyimpanan benda-benda langka dan mahal, bukan merupakan benteng yang memamerkankoleksi benda langka, melainkan sebuah lembaga kebudayaan yangmelayani masyarakat (Magetsari, 2008:8). Museum harus dapat

Page 16: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 11 | P a g e

memberikan manfaat untuk masyarakat. Hal tersebut dapat terlaksanajika museum menjalankan fungsinya dengan baik yaitu preservasi,penelitian dan komunikasi.

Gambar 2.1 Konsep kunci fungsi dasar museumSumber: van Mesch (2003).

Preservasi mencakup pengertian pemeliharaan fisik maupunadministrasi dari koleksi. Termasuk di dalamnya masalah manajemenkoleksi yang terdiri atas pengumpulan, pendokumentasian, konservasidan restorasi koleksi. Dalam konsep ini pengumpulan, pendokumen-tasian, konservasi dan restorasi koleksi tidaklah diperlakukan sebagaifungsi-fungsi yang saling terkait, melainkan beberapa aspek saja darifungsi manajemen koleksi (Magetsari, 2008:13).

Penelitian mengacu pada penelitian terhadap warisan budayayang menjadi tugas kurator baru yang telah berubah fungsi menjadipeneliti, dalam arti dari mengelola koleksi menjadi meneliti koleksi(Magetsari, 2008:13). Penelitian terhadap koleksi diperlukan karenakoleksi harus diinterpretasikan dan disajikan kepada pengunjung agardalam penyajiannya dapat mempengaruhi pengalaman pengunjung.Melalui metode interpretasi, diharapkan ketika pengunjung melihatpenyajian pameran tidak hanya membaca label yang sederhana yangditempelkan pada objek yang dipamerkan, melainkan dapat merangsangpengunjung untuk berpikir guna menangkap makna atau simbolisme

basic functions

research

communicationpreservation

Page 17: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 12 | P a g e

artefak yang dipamerkan, sehingga tidak menganggapnya hanya sebagaibenda mati. Penelitian koleksi yang dilakukan museum sebagai upayaagar museum menjadi lebih signifikan untuk masyarakat melaluipelayanan yang lebih bermanfaat kepada masyarakat, dan tidak hanyasekedar gudang koleksi.

Komunikasi mencakup kegiatan penyebaran hasil penelitianberupa knowledge dan pengalaman dalam bentuk pameran, program-program pendidikan, events, dan publikasi (Magetsari, 2008:13). Menjadijelas bahwa koleksi sebelum dipamerkan perlu terlebih dahuludiinterpretasikan, sehingga apa yang dipamerkan adalah hasil penelitianberupa knowledge atau informasi tentang koleksi. Penyajian pamerantersebut dilihat dari sudut pengunjung, diharapkan mereka memperolehmakna dan mendapat pengalaman baru dan tidak melihat sebuah bendamati. Penyajian koleksi yang disertai hasil interpretasinya menyampaikanpesan yang dapat merangsang pengunjung untuk melihat koleksi secaralain atau berpikir tentang obyek di luar konteks “normalnya” (Magetsari,2008:14). Pameran menjadi relevan dengan pengalaman dan identitaspengunjung melalui interpretasi. Penerapan metode interpretrasi yangbaik akan dapat menangkap perhatian dan minat pengunjung caramerangsang mereka untuk mengaitkan koleksi yang dipamerkan dengankerangka pikir dan pengalaman sendiri. Konteks makna yang terciptamelalui interpretasi dari koleksi yang dipamerkan dapat membantupengunjung memahami masa lampau serta pentingnya pelestarian untukkepentingan generasi mendatang. Penyampaian hasil interpretasi melaluipameran juga dapat meluruskan interpretasi pengunjung yang tidak tepat(Magetsari, 2008:14).

2.2 Pameran Museum dalam Perannya sebagai Institusi Pendidikan

Mengacu pada definisi museum yang dirumuskan dalammusyawarah umum ke-11 tanggal 14 Juni 1974 Eleven GeneralAssembly of ICOM (International Council of Museum), Copenhagen,...AMuseum is a non profit making, permanent institutions is the service ofsociety and its development and open to the public which acquiresconserve, communicates, and exhibits, for purposes if study, educationand enjoyment, material evidence of man and environment (Murnayati,2007:33). Sementara definisi museum berdasarkan Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budayadan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 1995

Page 18: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 13 | P a g e

tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya, Museumadalah”...lembaga tempat penyimpanan, pengamanan dan pemanfaatanbenda-benda bukti materil hasil budaya manusia serta alam danlingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestariankekayaan budaya bangsa..(Murnayati, 2007:34).

Berdasarkan penjabaran dua definisi tersebut maka museumberkewajiban untuk menyampaikan berbagai informasi mengenai dirinyakepada masyarakat. Dengan demikian, segala aktivitas yang diseleng-garakan di museum adalah dalam rangka melayani dan mendidikmasyarakat. Dalam hal ini museum harus bersiap diri dengan berbagaiaktivitas yang sesuai dan menyentuh semua lapisan masyarakat. Tidakhanya dalam berbagai keragaman aktivitasnya yang mengandung konseppendidikan namun juga sebagai tujuan utama dalam pengelolaan danpenyelenggaraan museum.

Museum dalam rangka melayani dan mendidik masyarakat,keberadaannya sangat terkait dengan peran museum di bidangpendidikan. Menurut Peter Van Mensch (1992), dalam melaksanakantanggung jawab di bidang pendidikan, museum memiliki tanggung jawabetis untuk mengaplikasikan koleksi dan sumber daya lain yangdimilikinya untuk pengembangan pengetahuan publiknya. Kaidah umumyang harus diupayakan adalah membuat museum dan koleksinya dapatdiakses secara fisik, emosional dan intelektual oleh sebanyak mungkinpubliknya.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa keberadaan koleksidari suatu museum merupakan bagian yang penting. Kegiatan penelitianterhadap koleksi dari suatu museum akan menghasilkan informasimengenai koleksi dan informasi tersebut menjadi modal dasar bagikepentingan dokumentasi, pendidikan dan rekreasi. Salah satu upayamuseum dalam melayani dan mendidik masyarakat adalah melaluipameran. Pameran dari suatu museum merupakan bagian yang pentingagar dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan nonformal untuk masyarakat dari berbagai kalangan. Pameran merupakancerminan dari suatu museum. Apabila pameran suatu museum baik,masyarakat akan menilai museum itu baik, dan apabila pameran museumtidak menarik, orang akan enggan berkunjung ke museum tersebut.Apabila orang sudah enggan berkunjung ke suatu museum, makamuseum tidak akan efektif dalam menjalankan fungsi pendidikannya,museum akan sepi dan tidak menggairahkan.

Page 19: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 14 | P a g e

Menurut Hein (1995:23) dalam Jurnal Pendidikan tentangMuseum, penyajian pameran yang menunjang museum berperan sebagaiinstitusi pendidikan dapat digambarkan dalam bentuk ortagonal yangmemperlihatkan empat bidang pendekatan dalam penyajian pameran.

Gambar 2.2 Kuadran pendekatan pameran di museum Sumber: Hein (1995)

The Systematic Museum menitikberatkan pada struktur ofscience. Pesan dari museum terlihat dari pameran yang menggambarkankebenaran dari struktur yang dirancang oleh subject matter. Pameranyang disajikan kepada pengunjung dengan mudah dapat diketahuimaknanya (Hein, 1995:24) Pameran dengan pendekatan tersebut tampakseperti cerita dan cerita yang disampaikan adalah hal yang benar-benarnyata. Pameran disajikan dengan awal dan akhir yang jelas, dan dengansusunan yang jelas. Pameran disajikan secara hirarkis mulai dari yangsimpel hingga yang kompleks.

The Orderly museumBehaviourst learning

The Constructivist museumConstructivism

Discovery learningThe Discovery museum

Teori

Pengetahuan

Yang belajarmembangun

Pengetahuannya daripengalaman atau ide-

ide

Belajar Tahapdemi tahap,

bertambah sedikitdemi sedkit

Pengetahuan beradadi luar yang belajar

Semua pengetahuandi bangun oleh yang

belajar secarapersonal dan sosial

Teori Belajar

Traditional lecture and textThe Systematic museum

Page 20: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 15 | P a g e

The Ordely Museum menitikberatkan agar pengunjung dapatbelajar dari pesan yang disampaikan melalui koleksimya. Pamerandengan pendekatan tersebut disajikan secara berulang-ulang agar dapatmenstimulus pengunjung. Pameran dengan pendekatan tersebut berisipropaganda yang tujuannya adalah untuk indoktrinasi.

The Discovery Museum menitikberatkan pada perbandingan,dimana pengunjung museum ini dapat membandingkan koleksi yangada. Pameran dapat dieksplorasi, mungkin pada sebagian atau padaseluruh komponen pameran. Pengunjung dapat memiliki interpretasisendiri tentang kebenaran yang mungkin bertentangan denganinterpretasi pameran. Pameran susunannya akan lebih linier, disusunmulai dari awal hingga akhir. Pameran bertujuan untuk membuatpengunjung dapat menarik kesimpulan dengan benar, oleh karena itupenempatan koleksi sebagai komponen pameran sebaiknya dibuatkanpanduan yang jelas.

The Constructivist Museum yang menitikberatkan denganmemberikan kesempatan kepada pengunjung untuk membangunpengetahuannya. Pameran akan memberi jalan kepada pengunjung untukmenarik kesimpulannya sendiri. Pameran akan tampak sepertimempresentasikan banyak perspektif, pengunjung memiliki kesempatanuntuk menginterpretasikan objek, sehingga dimungkinkan akan terjadibanyak sudut pandang.

Keempat pendekatan tersebut di atas, jika ingin diterapkan diMPBP pendekatan yang lebih tepat adalah The Systematic Museum(Traditional lecture and text). Hal tersebut karena MPBP adalah museumketokohan sehingga yang akan disajikan adalah citra atau figur daritokoh.

2.3 Konsep Tokoh sebagai Dasar Penyajian PameranMuseum berbeda dengan buku sejarah. Buku sejarah isinya

menyajikan data dalam bentuk tulisan, tetapi museum menyajikannyasalah satunya dalam bentuk pameran. MPBP adalah jenis museum tokohdalam hal ini tokoh Soeharto sebagai figur, sehingga apa yang disajikandi MPBP harus dapat menggambarkan citra tokoh Soeharto. Untuk dapatmerumuskan tokoh Soeharto sebagai figur berikut ini akan dijelaskanterlebih dahulu konsep tokoh/penokohan dan konsep citra/pencitraan.

Page 21: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 16 | P a g e

2.3.1 Tokoh dan PenokohanIstilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita/peristiwa.

Penokohan sering juga disamakan artinya dengan karakterisasi yangberarti karakter dan perwatakan yang menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah peristiwa. Atau seringdikatakan penokohan adalah penulisan gambaran yang jelas tentangseseorang yang ditampilkan dalam sebuah peristiwa (Jones, 1968:33).Penggunaan istilah karakter (character) sendiri dalam berbagai literaturbahasa Inggris menyaran pada dua pengertian yaitu sebagai tokoh-tokohcerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap sikap, ketertarikan, keinginan,emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut (Stanton,1965:17). Dengan demikian, charater dapat berarti pelaku cerita dandapat juga berarti perwatakan. Antara seorang tokoh dengan perwatakanyang dimilikinya, memang, merupakan suatu kepaduan yang utuh.Penyebutan nama tokoh tertentu, tidak jarang langsung mengisyaratkankepada perwatakan yang dimiliki tokoh.

Tokoh dapat juga diartikan sebagai individu yang memegangperanan dalam suatu peristiwa. Penokohan dapat juga dikatakan watakdan perwatakan adalah sifat dan ciri yang terdapat pada tokoh, kualitasnalar dan jiwanya yang membedakannya dengan tokoh lain (Sudjiman,1992). Istilah tokoh mengandung arti rupa (wujud dan keadaan),sedangkan penokohan berarti penciptaan citra tokoh (KBBI, 2002:1203).Tokoh dapat juga dimaknai sebagai orang yang berhasil di bidangnyayang ditunjukkan dengan karya-karya yang monumental dan mempunyaipengaruh pada masyarakat sekitarnya serta ketokohannya diakuimasyarakat (Furchan, 2005:10). Oleh karena itu ada istilah “yangditokohkan” dapat diartikan sebagai “yang dituakan”, “yang mempunyaipengaruh”, “yang berkuasa” dan seterusnya. Bentuk penokohan yangpaling sederhana adalah pemberian nama. Setiap “sebutan” adalahsejenis cara memberi kepribadian, menghidupkan. Penokohanmenguraikan secara rinci penampilan fisik mereka (tokoh), sifat moraldan psikologi tokoh. (Wellek, 1989:288).

Tujuan studi tokoh dan penokohan pada umumnya adalah untukmencapai suatu pemahaman tentang ketokohan seorang individu dalamsuatu komunitas tertentu, melalui pandangan-pandangannya yangmencerminkan pandangan warga dalam komunitas yang bersangkutan.Studi tokoh memungkinkan memandang tokoh dalam konteks seluruhkehidupannya, mulai dari lahir sampai saat sekarang Subjek studidipandang sebagai orang yang telah mengalami keberhasilan dan

Page 22: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 17 | P a g e

kegagalan dan yang memandang ke masa depan dengan harapan. Studitokoh memungkinkan memandang seseorang (tokoh) dalam hubungan-nya dengan sejarah zamannya dan menyelidiki bagaimana arus sosial,budaya, keagamaan, politik dan ekonomi. Secara spesifik, tujuan daristudi tokoh dan penokohan adalah untuk: 1. memperoleh gambaranpersepsi, motivasi, aspirasi, dan ambisi sang tokoh tentang bidang yangdigelutinya, 2. memperoleh gambaran tentang teknik dan strategi yangdigunakannya dalam melaksanakan bidang yang digelutinya, 3.memperoleh gambaran tentang bentuk-bentuk keberhasilan sang tokohterkait dengan bidang yang digelutinya, dan 4. dapat mengambil hikmahdari keberhasilan sang tokoh (Furchan, 2005:9).

Berdasarkan uraian di atas, maka yang kemudian menjadipertanyaan adalah siapa yang patut dianggap sebagai tokoh sehinggalayak untuk di jadikan sebagai objek studi. Furchan (2005: 12-13)berpendapat bahwa indikator seorang tokoh adalah :1. Berhasil di bidangnya. Istilah berhasil menunjukkan pada

pencapaian tujuan-tujuan tertentu. Orang yang berhasil adalah orangyang mencapai tujuan-tujuan tertentu (baik tujuan jangka pendekmaupun jangka panjang) berdasarkan potensi yang dimiliki danaktivitas yang dilakukan sesuai dengan bidang yang digelutinya;

2. Mempunyai karya-karya monumental. Sebagai tokoh, ia harusmempunyai karya-karya yang dapat diwariskan kepada generasiberikutnya, baik berupa karya tulis maupun karya nyata dalambentuk fisik maupun non fisik yang dapat dilacak jejaknya. Artinya,karya itu masih dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah bahwaitu merupakan karya sang tokoh;

3. Mempunyai pengaruh pada masyarakat. Artinya, segala pikiran danaktivitas sang tokoh betul-betul dapat dijadikann rujukan danpanutan oleh masyarakat dalam melaksanakan aktivitas kehidupansesuai dengan bidangnya; dan

4. Ketokohan diakui secara “mutawatir”. Artinya, dengan segalakekurangan dan kelebihan sang tokoh, sebagian besar wargamemberi apresiasi positif dan mengidolakannya sebagai orang yangpantas menjadi tokoh atau ditokohkan untuk menyelesaikan berbagaipersoalan sesuai dengan bidangnya.

Berdasarkan kreteria di atas, maka dapat dipersempit, siapa sajayang dapat dijadikann sebagai tokoh. Dengan demikian, istilah tokohtidak lagi dapat disandangkan kepada sembarang orang. Bila mengacupada kreteria di atas, maka di Indonesia yang dapat disebut tokoh dalam

Page 23: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 18 | P a g e

level nasional tidaklah banyak. Bila dikaitkan dengan karya monumentalyang berkaitan dengan pembangunan Indonesia di berbagai bidang,seperti bidang politik, sosial, budaya, dan perekonomian. Pada leveltertinggi sepanjang perjalanan sejarah Republik Indonesia tokoh-tokohtersebut ada yang menduduki jabatan resmi di pemerintahan, sepertipresiden atau yang tidak memegang jabatan resmi namun kiprahnya dimasyarakat memberi banyak perubahan dan diperhitungkan.

Dalam konteks penulisan penelitian ini, pribadi yang akan diangkat sebagai tokoh adalah presiden Indonesia ke dua Soeharto.Berdasarkan kreteria di atas karya yang telah dihasilkan oleh Soehartoketika menggeluti karir militer maupun ketika memangku jabatanpresiden telah memberi warna bagi Indonesia. Bila menggunakanindikator di atas maka, hal-hal yang dapat diungkapkan dari pribadiSoeharto sebagai tokoh adalah :1. Di bidang militer karir Soeharto berhasil mencapai pangkat tertinggi,

yaitu Jenderal Besar. Di Indonesia, hanya ada dua orang yang dapatmencapai pangkat tertinggi yaitu: A.H. Nasution dan Soeharto.Sementara itu, jabatan di bidang pemerintahan tertinggi adalahsebagai presiden Republik Indonesia selama enam periode.

2. Karya monumental saat berkarir di bidang militer yangdiperhitungkan secara nasional tampak pada saat Soehartoberpangkat Letnan Kolonel, ketika melakukan penyerangan keYogyakarta pada tahun 1948. Pada saat itu Yogyakarta di kuasaioleh tentara pendudukan Belanda. Soeharto bersama pasukannyaberhasil menguasai Yogyakarta selama 6 jam, dan gaung dariserangan itu terdengar hampir ke seluruh dunia dan mengakibatkanIndonesia berhasil menarik Belanda ke meja perundingan. Pada saatpangkatnya Mayor Jenderal, Soeharto ditunjuk sebagai KomandanOperasi Mandala pada tahun 1962 yang ditugaskan membebaskanIrian Barat dari pendudukan Belanda. Operasi ini berhasildiembannya dan Irian Barat berhail direbut. Ketika terjadi peristiwaG30S PKI, Soeharto yang waktu itu menjabat sebagai PanglimaKostrad melakukan tindakan cepat dan tepat, sehingga dapatmenumpas gerakan tersebut sampai tuntas. Karya monumental padasaat menjabat presiden sangat banyak, namun yang menonjol danmendapatkan pengakuan dunia adalah keberhasilan dalam menekanangka jumlah penduduk dengan menggunakan program KB(Keluarga Berencana), membangun akses pelayanan kesehatanhingga pada kecamatan terpencil di seluruh Indonesia melalui

Page 24: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 19 | P a g e

PUSKESMAS (Pusat Kesehatan Masyarakat), menjadikan Indonesiaberhasil melakukan swasembada pangan pada tahun 1984. Semuakarya monumental tersebut dicapainya melalui programpembangunan yang dibaginya dalam PELITA (Pembangunan LimaTahun).

3. Keberhasilan Soeharto dalam mewujudkan program KB,PUSKESMAS dan swasembada pangan menjadikan Indnesiamenjadi rujukan bagi negara-negara berkembang lainnya untukmeningkatkan kualitas hidup warganya. Negera-negara tersebutbanyak mengirimkan tenaga ahlinya untuk memperlajari kunci-kuncikeberhasilan yang dapat dilaksanakan Indonesia.

4. Soeharto sebagai presiden Indonesia selama 6 periode mempunyaipasang surut. Namun demikian bila melihat karya yang dihasil-kannya banyak warga negara Indonesia hingga kini membe-rikanapresiasi terhadap keberhasilannya. KB dan PUSKESMAS hinggakini tetap dijadikan program yang dianggap penting, karenadianggap mampu memberikan solusi terhadap masalah pertumbuhanpenduduk dan menyediakan fasilitas kesehatan kepada masyarakathingga tingkat kecamatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka Soeharto patut di posisikansebagai tokoh yang memberi pengaruh. Dalam konteks museum,ketokohan Soeharto patut mendapat apresiasi berdasarkan prestasi yangtelah diraihnya. Untuk itu, dalam perumusan konsep penyajian pameranMPBP, diusulkan agar Soeharto berdasarkan ketokohannya dapat dibagiberdasarkan dua prestasi, yaitu ketika berkarir sebagai militer denganprestasi yang disebut prajurit, dan ketika berkarir sebagai presiden yangdisebut sebagai negarawan.

2.3.2 Citra dan PencitraanBila merujuk pada KBBI (2002:216) citra berarti rupa, gambar,

gambaran. Dalam dunia sastra istilah citra (image) mengacu pada sebuahgambaran pengalaman indera yang diungkapkan lewat kata-kata,gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dikaitkan oleh kata-kata(Nurgiyantoro, 1995: 304). Ini artinya, citra berarti reproduksi mental,suatu ingatan masa lalu yang bersifat indrawi dan berdasarkan persepsidan tidak selalu bersifat visual (Wellek dan Warren, 1989: 236). Konsepyang dikebangkan dalam dunia sastra tersebut analoginya dapatdikembangkan untuk penyajian objek pada pameran. Jika dalam duniasastra yang rupa, gambar atau gambaran diungkapkan dalam kata-kata,

Page 25: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 20 | P a g e

sementara dalam dunia pameran rupa dalam bentuk objek diterimasebagai citra oleh pengunjung kemudian diolah sebagai pengalamansensoris. Hal yang terpenting dari konsep pameran adalah nilai dari objekitu sendiri. Semakin tinggi makna yang terkandung dalam objek makacitra yang ditangkap oleh pengunjung akan berbeda dengan yang tidakbernilai. Objek yang di sajikan di museum dalam eksebisinya dapatmemiliki nilai yang tinggi karena museum melakukan interpretasiterhadap benda-benda tersebut. Dalam konteks museum yangmenyajikan tokoh, citra yang dapat diambil dari objek adalah yangberkaitan dengan tokoh tersebut. Objek dijadikan sebagai representasidari tokoh sehingga pengunjung dapat menangkap citra dari tokohtersebut.

Namun suatu eksibisi seringkali berkaitan dengan serangkaianobjek yang saling berkaitan sehingga objek tersebut juga merupakanserangkaian citra. Untuk itu suatu eksibisi dapat disebut sebagaipencitraan, karena pencitraan merupakan kumpulan citra, the collectionof images (Nurgiyantoro, 1995: 304). Menurut Abraham (dikutif dalamNurgiyantoro, 1995: 304) pencitraan itu sendiri meliputi lima jensi inderamanusia : citra penglihatan (visual), pendengaran (auditoris), gerakan(kinestetik), rabaan (taktil termal), dan penciuman (olfaktori). Menyadaribahwa ada berbagai jenis pencitraan yang dapat ditangkap oleh manusia,maka eksibisi seringkali tidak hanya berkaitan dengan objek, tetapi jugaberkaitan dengan suara, gerakan dan penciuman bahkan rabaan sehinggapengalaman sensoris yang dialami pengunjung di museum semuaterangsang sehingga dapat membangkitkan pencitraan yang lengkap.

Museum yang berkaitan dengan tokoh memiliki suatupendekatan tersendiri dalam membangkitan pencitraan. Sebagaimanatelah diuraikan di atas bahwa tokoh berkaitan dengan prestasi, maka padamuseum tokoh pencitraan harus memunculkan prestasi yang diraih olehtokoh tersebut. Dengan demikian representasi objek dan informasi dalameksibisi menjadi pencitraan dari tokoh tersebut. Bila pencitraan yangdilakukan oleh museum tepat dan dapat ditangkap oleh pengunjung,maka pengunjung dapat menangkap pencitraan dari tokoh tersebut.Untuk mendapatkan pencitraan yang utuh, maka desainer eksibisi harusbenar-benar mempertimbangkan dengan seksama objek yang dapatmenjadi representasi dari tokoh. Disamping itu dalam penyajian eksibisidesainer dapat menggunakan berbagai perangkat multimedia sehinggadapat membangkitkan pencitraan yang lebih utuh dan menarik bagipengunjung.

Page 26: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 21 | P a g e

Dalam konteks Soeharto, sebagai tokoh prajurit dan negarawan,prestasi yang dibuatkan pencitraannya harus dapat mengungkapkankeprajuritanya dan kenegarawanannya melalui objek yang di sajikanpada eksibisi di museum MPBP. Unsur keprajuritan dan kenegarawananSoeharto dapat ditampilkan dalam bentuk kualitas tugas yang pernahdikerjakannya. Keberhasilan yang mempunyai pengaruh secara nasionalitu dapat menjadi pencitraan yang utuh bagi Soeharto.

2.4 Penyajian PameranPameran merupakan salah satu bentuk komunikasi museum

kepada pengunjung. Hal tersebut terkait dengan fungsi museum yaituuntuk melayani pengunjung yang ingin mengetahui tentang koleksi dimuseum. Karena itulah, museum yang baik akan memperhatikanbagaimana pengunjung dapat memperoleh informasi atau pengetahuansebaik-baiknya. Menurut Tanudirjo (2007:15) salah satu cara untukmencapai tujuan tersebut, museum dapat memamerkan koleksi secarakontekstual. Koleksi yang dipamerkan seharusnya ditampilkan dalamkonteks yang lebih luas dan tidak terbatas hanya pada informasi tentangkoleksi itu sendiri. Koleksi tersebut harus diletakkan dalam situasi yangterkait dengan sesuatu yang lain. Jika koleksi ditampilkan sebagai bendamati dan tidak memberikan informasi apa pun kepada pengunjung, makasebenarnya fungsi museum sebagai tempat belajar pengetahuan telahmati. Dengan kata lain, kurator museum harus menghidupkan kembalibenda-benda tersebut dengan memberikan informasi yang relevan.

Pameran merupakan salah satu media penyampaian informasikepada masyarakat, maka dalam penyelenggaraannya harus mampumenghadirkan informasi yang mengandung nilai pendidikan untukmasyarakat. Dean (1994), mengemukakan bahwa pameran yang baik danakan mengundang pengunjung harus mengandung beberapa aspekpenting yang perlu dipertimbangkan, antara lain sebagai berikut: 1.mengandung interaksi sosial karena kunjungan ke museum biasanyadilakukan bersama-sama, 2. pengunjung merasa melakukan sesuatu yangberguna, 3. menantang pengunjung untuk mendapatkan pengalamanbaru, 4. memberikan kesempatan pengunjung untuk belajar sesuatu, 5.mengundang pengunjung untuk dapat berpartisipasi secara aktif, 6.memberikan rasa nyaman bagi pengunjung untuk melakukan kegiatantersebut.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian pameran adalahseakan-akan pengunjung museum senantiasa mencari sebuah cerita di

Page 27: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 22 | P a g e

balik koleksi museum. Koleksi yang terisolasi, yang terpisah sendiri-sendiri, tidak akan bercerita kepada pengunjung. Baru jika koleksitersebut dihubungkan satu sama lainnya dalam suatu konteks tertentumaka muncullah semacam cerita di hadapan pengunjung museum. Olehkarena itu seyogjanya perlu disusun sebuah konsepsi terlebih dahulu bagisuatu penyajian di museum. Setelah itu dengan bantuan koleksi danperangkat penyajian lainnya maka konsepsi itu dituangkan dalam bentukpameran. Konsepsi dalam penyajian museum diperlukan agar ketikapengunjung mendatangi museum mendapatkan pesan atau makna yangsama sebagaimana maksud dan tujuan pendirian museum. Adanyakonsepsi dalam penyajian di museum mempermudah untuk memilihkoleksi yang sesuai dengan jalan cerita.

Pameran merupakan media komunikasi untuk memberikaninformasi yang objektif dan edukatif kepada pengunjung hendaknyadapat dicerna dengan mudah oleh pengunjung. Agar penyelenggaraanpameran efektif, terdapat beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikandalam membuat desain pameran (Direktorat Permuseuman, 1998:11).Prinsip-prinsip dasar tersebut terdiri atas:1. Sistematika atau jalan cerita yang akan dipamerkan (story line).

Sistematika atau alur cerita sangat diperlukan dalam penyajianpameran, karena akan mempermudah komunikasi dan penyampaianinformasi koleksi museum kepada masyarakat. Biasanya cerita yangutuh dari koleksi yang disajikan, dapat dilihat dari awal pintu masuksampai pintu keluar pameran.

2. Tersedianya koleksi yang menunjang jalannya ceritaKoleksi yang mendukung cerita yang disajikan di ruang pameranharus dipersiapkan sebelumnya, agar sajian koleksi terlihathubungan dan keterkaitan yang jelas antara isi materi pamerandengan koleksi museum yang disajikan. Persiapan tersebut dapatdilakukan melalui penggunaan koleksi yang dimiliki oleh museum,peminjaman, dan pengadaan koleksi baru.

3. Metode dan teknik penyajian pameranPameran akan efektif jika disajikan dengan metode yang tepat.Terdapat tiga jenis metode penyajian pameran yang terdiri atas:a. Metode penyajian edukatif atau intelektual, yaitu cara penyajian

koleksi yang disusun sehingga dapat mengungkapkan danmemberikan informasi ilmu pengetahuan yang bersangkutandengan koleksi yang dipamerkan. Metode penyajian edukatifmerupakan kombinasi koleksi, naskah-naskah keterangan, dan

Page 28: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 23 | P a g e

foto-foto yang diperlukan sebagai bahan pendukung atau bahan-bahan ilustrasi lainnya. Pameran disusun menurut urutan yanglogis yang berkaitan dengan jalan cerita yang dapat ditelusurimelalui pameran tersebut.

b. Metode penyajian evokatif atau romantik yaitu cara penyajiankoleksi yang disusun sedemikian rupa sehingga dapatmengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengankoleksi yang dipamerkan. Metode penyajian evokatif memilikibentuk tiga dimensi dan dalam ruangan atau sudut pamerannya,koleksi dan bahan-bahan visual lainnya yang mendukungdiletakkan sedemikian rupa dengan latar belakang lingkunganyang sangat mirip dengan lingkungan aslinya. Dapat dikatakanmetode evokatif tersebut seperti memindahkan suasana yangasli dari tempat asalnya, sehingga koleksi yang dipajang benar-benar mencerminkan arti dan fungsinya serta kontekstualdengan lingkungannya yang asli.

c. Metode pendekatan artistik atau estetis yaitu cara penyajiankoleksi dengan mengutamakan segi keindahan dari koleksi yangdipamerkan. Pameran dengan metode artistik berusaha untukmenempatkan beberapa koleksi yang indah-indah sedemikianmenariknya, sehingga keindahannya benar-benar dapatditampilkan tentunya tanpa mengganggu jalan cerita yang telahdigariskan.

4. Sarana serta prasarana, dana/biaya yang perlu disediakanFaktor sarana dan biaya merupakan satu faktor yang berkaitan satudengan yang lainnya, jika akan menyajikan cerita di atas tentudiperlukan sarana, baik berupa bangunan yang lengkap ruangannyatermasuk sarana penunjang lainnya, yang keseluruhannyamemerlukan biaya yang tidak sedikit.

Page 29: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 24 | P a g e

3MUSEUM PURNA BHAKTI PERTIWI

MPBP merupakan salah satu dari 62 museum yang berada diwilayah DKI tepatnya berada di Jl. Taman Mini I Jakarta Timur (13560)Telp. 021.8401604-05 faks 021.8411464. Kehadiran MPBP limabelastahun yang lalu merupakan sebuah fenomena tersendiri di belantikadunia permuseuman.

3.1 Sejarah MuseumSejarah pendirian MPBP diawali pada tahun 1984. Pada waktu

itu Ibu Tien Soeharto berkeinginan untuk membangun sebuah tempatyang mampu menampung dan menyimpan serta merawat penghargaan-penghargaan berbagai macam cenderamata yang diberikan dari berbagaipihak kepada Soeharto, pada masa Soeharto menjabat sebagai Presidenke-2 Republik Indonesia. Cenderamata tersebut sebagai ungkapan talipersahabatan dari berbagai negara, maupun cenderamata yang diberikandari sahabat, kerabat atau pun rakyat biasa, oleh karena itu Ibu TienSoeharto berkeinginan membuat suatu tempat berupa museum yangberfungsi untuk menghimpun, merawat, meneliti dan mendokumen-tasikan seluruh cenderamata atau penghargaan tersebut. Namun demikianmuseum yang akan dibangun tentunya juga memiliki fungsi sebagaibukti eksistensi historis tentang peranan dan perjuangan Soeharto dalammerebut, menegakkan, membela dan mengisi kemerdekaan RepublikIndonesia.

Gagasan mendirikan museum dengan konsep tumpengdisampaikan kepada Ir. Franky du Ville, IAI untuk menyiapkan rancangbangun selama tiga tahun, yang pada akhirnya pada tanggal 26 Desember1987 peletakan batu pertama pembangunan MPBP dimulai.Pembangunan berlangsung selama lima tahun dari tahun 1987 sampaidengan 1992. Proses berikutnya adalah penataan koleksi yangberlangsung selama kurang lebih delapan bulan, mulai dari bulanDesember 1992 sampai dengan Agustus 1993.

Page 30: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 25 | P a g e

Foto 3.1 Gedung MPBP tampak dari depan (Sumber: MPBP, 2009)

Bangunan museum dalam bentuk tumpeng adalah sebuahpilihan. Konsep bangunan yang bertumpu pada khasanah budaya Jawamerupakan representasi dari Soeharto sebagai ungkapan rasa syukurkepada Tuhan Yang Maha Esa. Ucapan terimakasih kepada seluruhmasyarakat Indonesia yang telah memberikan dukungan kepada Soehartoselama pengabdiannya pada bangsa Indonesia. Pemilihan bangunandengan konsep tumpeng juga merupakan cerminan dari Soeharto sebagaipribadi Jawa, dengan beberapa simbol serta pemilihan koleksi dan tataletak yang sangat terorganisir melalui penataan ruangan pamer. Setelahmelalui proses yang cukup panjang MPBP pada 23 Agustus 1993diresmikan oleh Soeharto Presiden Republik Indonesia.

3.2 Fungsi, Visi dan Misi MuseumMengacu pada definisi ICOM (International Council Of

Museum) hasil konvensi International di Kopenhagen Denmark padatahun 1974 adalah sebagai berikut; “ A museum is a non profit making,permanent institution in the service of society and of its development,and open to the public, which acguires conservers, communicates andexhibith for the purpose of study education and enjoyment, materialevidence of man and environment”. Definisi tersebut diredifinisi padaICOM code of Ethics for museum dengan menambahkan pada penekananintangible dan tangible (Asiarto, 2007). Demikian juga bila mengacupada definisi museum menurut PP No. 19 tahun 1995 tentang

Page 31: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 26 | P a g e

pemeliharaan dan pemanfaatan benda cagar budaya di museum sertaKepmen Kebudayaan dan Pariwisata No. KM 33/PL.303/MKP/2004tentang museum, bahwa museum adalah lembaga tempat penyimpanan,perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda material budayamanusia dan alam serta lingkungan, guna menunjang upaya perlindungandan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Berdasarkan pengertian tersebut museum memiliki fungsisebagai berikut; 1). melindungi dan menjaga kelestarian benda-bendabukti material hasil budaya manusia, alam dan lingkungan, 2).mengkomunikasikan dan menyebarkan informasi mengenai benda-bendatersebut kepada masyarakat melalui publikasi, bimbingan edukatifkultural dan pameran. Mengacu pada definisi museum yang telahditetapkan secara permanen oleh lembaga yang bersifat internationalkeberadaan serta kehadiran MPBP memiliki fungsi yang tidak lepasdengan definisi tersebut di atas. Namun kehadiran MPBP tidak lepas darilatar belakang sejarah pendiriannya, oleh karena itu yang menjadi pusatperhatian adalah tokoh Soeharto, yang tentunya melekat dalampribadinya adalah seorang pelaku sejarah dan pejuang kemerdekaanbangsa Indonesia, dan seorang Presiden Republik Indonesia.

Secara khusus fungsi MPBP telah dirumuskan melalui visi danmisi yang diemban sebagai berikut:

Visi : Melengkapi dan memperkaya khasanah budayaIndonesia sebagai wahana pemersatu dan lambangmitra antar museum.

Misi : Melestarikan sejarah perjalanan hidup dan pengabdianBapak dan Ibu Soeharto sebagai ajang penelitian,penerangan (informasi), rekreasi serta sebagai objekwisata bagi masyarakat luas.

3.3 Struktur OrganisasiUntuk menjalankan fungsi manajemen di MPBP, Yayasan

Purna Bhakti Pertiwi selaku lembaga yang secara langsung mengawasidan mengontrol pelaksanaan manajemen museum telah menetapkanstruktur organisasi sebagaimana bagan tersebut di bawah ini.

Page 32: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 27 | P a g e

Struktur Organisasi MPBP (Sumber: MPBP, 2009).

Gambar 3.1 Struktur organisasi MPBP (Sumber: MPBP, 2009)

3.4 Sumber Daya ManusiaSumber daya manusia yang terdapat di MPBP berjumlah 140

karyawan, tidak termasuk tenaga kontrak melalui rekanan (out sourcing)yang terdiri atas:

1. personil tenaga cleaning service (out sourcing) berjumlah 24orang.

2. personil perawatan taman (out sourcing) berjumlah 22 orang.

Seratus empat puluh karyawan tersebut terdiri atas:Tabel 3.1 Jumlah Sumber daya manusia MPBP (Sumber: MPBP, 2009)

.

NO URAIANPENDIDIKAN

S1 D3 SLTA SLTP SD

1.

2.

3.

4.

5.

Kepala Museum

Manajer

Kepala Bagian

Kepala Seksi

Staf

-

-

4

7

10

-

1

-

1

9

1

-

-

3

102

-

-

-

-

2

-

-

-

-

-

Jumlah 140

DIREKTUR

MANAGERPENGELOLAAN

KOLEKSI

MANAGERUMUM

KEUANGAN

KABAGPERAWATAN

KABAGPENDIDIKANPENELITIAN

KABAGPERPUSTAKAAN

KABAG TU KABAGOPERASI

KABAG TEHNIKTATA LINGKUNGAN

KASIPERAWATAN

KASIADMINISTRASI KOL

KASIPENYIMPANAN

KASI PENDIDIKAN

KASIPENELITIAN

KASI PELAYANAN

KASIDOKUMENTASI

KASIPENERBITAN

KASIPERKANTORAN

KASIPERSONALIA

KASIHUMAS

PROTOKOL

KASIPEMASARAN

KASIPENGAMANAN

KASIMEKANIK ELEKTRIK

KASISIPIL

KASIKEBERSIH

KASIPERTAMANAN

KASI RUMAHTANGGA

KABAGPERAGA

AN

PRGUMUM

PRGKHSUSU

S

Page 33: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 28 | P a g e

3.5 Pengelolaan KoleksiKoleksi MPBP secara kuantitas relatif cukup banyak terdiri atas

17.000 item cenderamata dan koleksi pribadi keluarga Soeharto, 5000judul buku, 4.500 album foto dokumenter dan foto keluarga. Materikoleksi yang sangat beragam menyebabkan dalam pencatatan ataumembuat register digunakan sebagai dasar klasifikasi. Secara garis besarklasifikasi koleksi terdiri atas; logam (perak, perunggu, besi, metal,pewter), tanah (terakota, keramik, porselen, kristal), tekstil, gambar,lukisan, kayu, tulang, binatang, dan lain-lain.Pengelolaan koleksi secara garis besar terdiri atas:

a. Pengadaan koleksiPengadaan koleksi baru khususnya koleksi pustaka/buku, hal ini

dilakukan untuk melengkapi koleksi perpustakaan museum sebagaituntutan akan kepentingan internal MPBP serta menyediakankelengkapan pustaka untuk pelayanan pengunjung.

b. PendokumentasianPendokumentasian merupakan kegiatan registrasi dan

pengecekan ulang secara periodik. Registrasi yang dilakukanmenggunakan klasifikasi berdasarkan klasifikasi bahan dasar yangdigunakan, serta melakukan pemotretan secara digitalisasi. Registrasikoleksi menggunakan sistem komputerisasi yang terintegrasi antar unitkerja (local area network). Hal tersebut dilakukan untuk mempermudahdalam penanganan serta mengadakan kontrol terhadap sirkulasi koleksi.

c. PerawatanPerawatan koleksi adalah hal terpenting dalam pengelolaan

museum. Adanya laboratorium konservasi adalah hal yang sangatmutlak. Konservasi yang merupakan bentuk perlindungan terhadapkoleksi dilakukan secara periodik dengan melakukan pembagiantanggung jawab kepada seluruh staf pada unit perawatan koleksi sesuaidengan klasifikasi koleksi. Sebagai langkah yang berkelanjutan setiapstaf perlu dibekali keilmuan sesuai dengan pembidangannya. Keahliantersebut sangat perlu dilakukan dengan mengadakan bentuk-bentukkursus secara internal dengan mengundang ahli khusus atau bekerja samadengan lembaga terkait atau mengirim staf secara khusus pada seorangpakar.

Page 34: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 29 | P a g e

d. PergudanganStorage system adalah hal yang sangat penting dalam aspek

pengendalian mekanisme koleksi, baik dan tidaknya kelangsungankoleksi sangat ditentukan oleh storage system. Pergudangan yang baikakan mengontrol dalam mekanisme alur tata saji dan keamanan koleksidari segala hal yang akan membuat koleksi menjadi cepat rusak. Fungsimuseum adalah pelestarian, bagaimana usaha agar usia koleksi panjangdan awet mungkin. MPBP meskipun kehadirannya relatif baru, sertarancang bangun yang didesain sebagai museum namun sistempenggudangan kurang mendapat perhatian yang memadai. Hal tersebutterlihat, karena idealnya fungsi gudang secara ideal harusnya mampumanampung paling tidak 90% dari koleksi, namun yang terjadi adalahgudang MPBP hanya mampu menampung tidak lebih dari 10 % koleksiyang ada.

Foto 3.2 Pergudangan di MPBP(Sumber, MPBP, 2009).

e. Penyajian

Penyajian koleksi terbagi menjadi dua pola yaitu pameran tetapdan pameran temporer. Pameran tetap terdiri atas lima ruang penyajianyaitu ruang perjuangan, ruang utama, ruang khusus, ruang asthabrata,perpustakan serta graha lukisan, sedangkan pameran temporer dilaksa-nakan dua kali dalam setahun.

Page 35: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 30 | P a g e

Labeling merupakan hal yang terpenting dalam menyampaikanpesan pesan yang akan disampaikan olah lembaga museum. Format danisi adalah hal yang perlu untuk didiskusikan secara tersendiri. Terutamaisi pesan atau konteks yang akan disampaikan haruslah mampumenjawab setiap pertanyaan yang akan diajukan oleh setiap pengunjung.Maka dari itu dalam menentukan tema pameran terutama pemerantemporer adalah hal yang sangat penting, secara persis kita akan mampumembuat dan menyampaikan pesan sesuai dengan kebutuhan. Orientasipasar harus dilakukan penelitian awal sebelum tema ditentukan olehotoritas museum. Kegiatan pameran MPBP belum melakukansepenuhnya didasarkan atas kepentingan masyarakat, orientasi pameranmasih didominasi oleh otoritas museum.

Foto 3.3 Koleksi tempat tidur giok dari Tiongkok(Sumber: MPBP, 2009).

Page 36: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 31 | P a g e

Foto 3.4 Koleksi perahu kristal dari Thailand (Sumber: MPBP, 2009)

3.6 Progran EdukasiProgram edukasi adalah orientasi baru sebuah lembaga museum

yang harus mampu menjadi agen perubahan dalam mencerdaskanbangsa. Fungsi pendidikan harus melekat pada lembaga museum,bagaimana cara dan usaha agar setiap pengunjung yang hadirmendapatkan pengetahuan baru atas hasil kunjungannya. Oleh karena itumemberikan konteks pemaknaan pada setiap koleksi adalah halterpenting yang harus dikemas dalam bentuk yang inovatif. Kegiatanedukasi MPBP mengacu pada fungsi dan peranan lembaga museum yaitumemberikan layanan bimbingan penulisan kepada para pelajar,mahasiswa, atau lembaga lembaga tertentu yang secara khususmengadakan kajian tentang permuseuman, atau tugas-tugas tertentu yangberkaitan dengan pendidikan.

Program museum masuk sekolah atau pameran museum kelilingmerupakan kegiatan yang diagendakan dua kali dalam setahun.Pelaksanaannya selalu bekerja sama dengan museum-museum yang adadi lingkungan TMII yang tergabung dalam Forum Komunikasi Museumdan Taman Mini Indonesia Indah.

Page 37: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 32 | P a g e

Foto 3.5 Kegiatan program edukasi MPBP(Sumber: MPBP, 2009).

3.7 Publikasi MuseumPublikasi museum merupakan hal yang tidak kalah penting

untuk mempermudah informasi berupa pesan-pesan yang akandisampaikan pada masyarakat luas. Pemanfaatan media yang tepat diantara beragam media yang ada sangat perlu, kembali pada kebutuhanpasar yang akan menjadi sasaran. Publikasi MPBP masih terbatas dalammemanfaatkan media yang ada, meski jika dilihat dari data kunjungantermasuk museum yang banyak pengunjungnya.

Kehadiran MPBP mampu menarik perhatian masyarakat.Perhatian yang cukup besar tersebut dapat dilihat dari banyaknyapengunjung yang terdokumentasi melalui data statistik pengunjung. Haltersebut menjadikan MPBP termasuk dalam kategori museumpengunjung terbanyak, meskipun kecenderungannya angka kunjunganmengalami penurunan jumlah dalam dekade ke-2 ini. Data pengunjungMPBP dapat dilihat dari rekapitulasi tahun 1993 sampai dengan 2008,sebagai berikut:

Page 38: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 33 | P a g e

Tabel 3.2 Jumlah Pengunjung MPBP periode tahun 1993 sampai dengan tahun 2008.

(Sumber: Pusat Data Statistik Pengunjung MPBP, Jakarta: 2008)Keterangan: WISNU: Wisatawan nusantara. WISMAN: Wisatawan mancanegara

Menjelang usia ke-16 tahun ada kecenderungan jumlahpengunjung menurun, meskipun angkanya bila dibandingkan denganmuseum lain masih relatif tinggi. Dari data lapangan tipologi pengunjungjuga mulai bergeser, pada awalnya kelompok pengunjung rombonganumum mendominasi, namun setelah memasuki dekade kedua tipologikelompok tersebut bergeser banyak digantikan oleh rombongan pelajardari luar Jakarta, serta meningkatnya jumlah kunjungan dalam skalakeluarga.

TAHUNJENIS PENGUNJUNG WISNU +

WISMAN/THN

RATA-RATA

PER BULANWISNU WISMAN

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

122.548

345.514

369.352

326.619

340.434

132.213

98.816

141.397

107.979

83.932

87.779

104.558

94.315

80.343

84.337

92.884

1.885

7.069

11.214

23.039

17.068

4.088

4.225

11.568

7.972

6.700

3.292

5.045

4.116

3.823

4.721

4.275

124.433

352.583

380.566

349.658

357.502

136.301

103.071

152.962

115.951

90.632

91.071

109.603

98.431

84.116

89.098

97.159

10.369

29.382

31.714

29.138

29.792

11.358

8.589

12.747

9.663

8.239

7.589

9.134

8.203

7.014

7.425

8.097

Page 39: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 34 | P a g e

Foto 3.6. Fasilitas transportasi untuk pengunjung (Sumber: MPBP,2009).

3.8 Eksebisi MPBPLuas bangunan MPBP sekitar 25.000 M2 adalah tata ruang yang

cukup luas dengan menyesuaikan luas areal tanah 20 hektar. Komposisitata ruang bangunan MPBP merupakan perpaduan antara konsep tataruang dan konsep penataan. Bangunan MPBP terdiri atas lima ruang dansatu ruang tambahan adalah konsep alur cerita penyampaian pesan yangingin disampaikan kepada para pengunjung, agar lebih mudahmemahami maksud dan keinginan keberadaan MPBP.

Penyampaian pesan melalui penyajian pameran merupakanmedia komunikasi antara lembaga museum dengan para pengunjung.Penyajian pameran di MPBP terdiri atas: pameran tetap dan pamerantemporer. Tata ruang pameran MPBP yang cenderung menggunakan polapameran yang bersifat “kontemporer”, yaitu lebih menekankan padamedia penyajian yang atraktif. Penataan ruangan museum terdiri atas:

3.8.1 Pameran Ruang PerjuanganRuang perjuangan terdiri atas dua lantai dengan luas 1.215 M2

adalah ruang yang paling terdepan yang berisi tentang riwayat sejarahkehidupan Soeharto yang disajikan dengan panel berukir pada dindingbangunan, yang didukung dengan foto dokumenter Soeharto. Sebagai

Page 40: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 35 | P a g e

tujuannya adalah sebelum pengunjung melakukan kunjungan lebih jauhdiharapkan mengenal lebih dahulu sosok Soeharto dalam berbagaiaktivitas. Hal tersebut akan mempermudah bagi pengunjung dalammengapresiasi koleksi MPBP yang didominasi oleh koleksi cenderamata.Cenderamata tersebut dapat dimaknai sebagai simbol persahabatan danperdamaian antar negara, hal tersebut juga merupakan bagian darilembaran sejarah bangsa Indonesia.

Foto 3.7 Kondisi tata pamer ruang perjuangan lantai 1.(Sumber: MPBP, 2009)

Foto 3.8 Kondisi tata pamer ruang perjuangan lantai 2 (Sumber: MPBP, 2009)

Page 41: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 36 | P a g e

3.8.2 Pameran Ruang UtamaRuang utama merupakan ruangan yang paling besar terdiri atas

tujuh lantai dengan luas 18.605 M2. Ruang utama merupakan ruang yangpaling banyak menyajikan koleksi cenderamata, yang disajikan denganmenggunakan klasifikasi berdasarkan bahan dasar koleksi. Klasifikasitersebut meliputi perak, batu, kristal, tekstil, lukisan, perunggu, pustakadan foto. Klasifikasi berdasarkan bahan dasar tersebutmempertimbangkan aspek konservasi, kecenderungan menyatukankoleksi dengan berbagai macam bahan dasar yang digunakan, akanmempercepat terjadinya perusakan pada koleksi. Metode penyajian diMPBP menggunakan perangkat build in vitrine, free standing vitrine,vitrine bebas serta panil.

Foto 3.9 Tata pamer ruang utama lantai 1 (Sumber: MPBP, 2009).

3.8.3 Pameran Ruang KhususRuang khusus merupakan ruangan yang memiliki dua lantai

dengan luas 567 M2. Ruang khusus merupakan ruang penyajian koleksiberupa tanda-tanda kehormatan yang diterima oleh Soeharto. Koleksitanda penghargaan tersebut berasal dari dalam dan luar negeri sertaorganisasi dunia. Tanda-tanda kehormatan tersebut sebagai wujudpenghargaan dan pengakuan pada Soeharto serta bangsa Indonesiadalam kiprahnya di percaturan dunia, serta simbol persahabatan antarnegara.

Page 42: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 37 | P a g e

Foto 3.10 Tata pamer ruang khusus (Sumber: MPBP, 2009).

3.8.4 Pameran Ruang AsthabrataRuang Asthabrata terdiri atas dua lantai dengan luas 1.215 M2.

Ruang Asthabrata merupakan ruang yang memiliki maksud khusus untukSoeharto. Koleksi yang ada adalah koleksi wayang kulit yang disajikandengan rangkaian cerita Wahyu Srimakuta Rama bermaksud untukmenyampaikan pesan ajaran moral kepemimpinan yang berlandaskanAsthabrata, yaitu delapan unsur alam yang bersifat universal yang dapatdigunakan oleh pemimpin dalam melaksanakan tugasnya.

Foto 3.11 Tata pamer ruang Asthabrata (Sumber: MPBP, 2009).

Page 43: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 38 | P a g e

3.8.5 Ruang PerpustakaanRuang perpustakaan terdiri atas dua lantai dengan 567 M2.

Ruang perpustakaan menyajikan buku-buku koleksi Soeharto yangberjumlah 5000 judul buku dalam berbagai disiplin ilmu, 4500 albumfoto dokumenter dan keluarga. Ruang perpustakaan diharapkan akanbanyak dimanfaatkan oleh pengunjung yang secara khusus mengadakanpenelitian atau pembuatan laporan secara khusus.

Foto 3.12 Fasilitas perpustakaan untuk pengunjung (Sumber: MPBP, 2009).

3.8.6 Graha LukisanGraha lukisan merupakan gedung yang usianya relatif muda jika

dibandingkan dengan bangunan MPBP lainnya. Bangunan dengan enamlantai dengan secara khusus menyajikan koleksi lukisan kurang lebihberjumlah 700 buah. Penyajian koleksi lukisan menggunakan klasifikasiberdasarkan pelukis, yaitu dalam kelompok maestro dan non maestro.

Page 44: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 39 | P a g e

Foto 3.13 Gedung graha lukisan (Sumber, MPBP 2009).

3.9 Tinjauan Museologi Terhadap Pameran MPBPTujuan didirikan museum adalah mendatangkan manfaat untuk

masyarakat. Agar dapat bermanfaat untuk masyarakat maka semuaaktifitas di museum harus berorientasi kepada masyarakat. Pameranadalah salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan museum agarbermanfaat untuk masyarakat. Agar pameran bermanfaat maka penyajianpameran harus informatif. Artinya, pemeran atau tampilan yang disajikanharuslah mengandung informasi yang memadai dan disajikan dengancara yang komunikatif sehingga pengunjung yang awam sekali pun akanmudah memahami dan mencerna informasi pengetahuan yang disam-paikan.

Secara umum penyajian pameran di MPBP masih lebihmemamerkan benda-benda daripada informasi. Ketiadaan informasi inikarena koleksi-koleksi tersebut belum diinterpretasi sehingga koleksitersebut belum bermakna. Keadaan ini menyebabkan pameran yangdisajikan tanpa makna, dan tidak kontekstual. Karena itu, pengunjungtidak mendapat informasi yang cukup tentang apa yang disajikan diMPBP. Dapat dikatakan penyajian di MPBP belum menggunakan teorimuseologi. Penyajian informasi yang kurang memadai menyebabkan

Page 45: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 40 | P a g e

pengunjung tidak dapat menangkap pesan yang ingin disampaikanMPBP. Hal ini berarti pameran yang disajikan MPBP belum dapatmewujudkan gambaran citra tokoh Soeharto. Pameran yang disajikanbelum dapat mempengaruhi pengunjung dan pengunjung belum dapatmenangkap makna dan simbol dari objek yang disajikan.

Foto 3.14 Tata pamer ruang perjuangan lantai 2 yang minim informasi

(Sumber: MPBP, 2009)

Foto 3.15 Tata pamer ruang perjuangan lantai 2 yang tidak kontekstual(Sumber: MPBP, 2009)

Page 46: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 41 | P a g e

Foto 3.16 Tata pamer ruang utama yang tidak informatif.

(Sumber: MPBP, 2009)

Foto 3.17 Salah satu sudut pameran di ruang utama yang belumbermakna (Sumber; MPBP, 2009).

Page 47: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 42 | P a g e

Salah satu tujuan kunjungan ke museum adalah untuk melihatbenda-benda yang jarang terdapat di tempat lain atau yang khas karenamempunyai sejarah tertentu, tetapi tanpa adanya informasi yang cukup,pengunjung tidak dapat belajar banyak. Kini di dalam duniapermuseuman telah terjadi pergeseran cara pandang. Pengamat museumHooper-Greenhill mencatat: “keseimbangan kekuatan di museummengalami pergeseran dari museum yang lebih peduli kepada benda-benda menjadi museum yang lebih peduli kepada orang (pengun-jung)”(Tanudirjo, 2007:18). Artinya, museum tidak lagi semata-matadilihat sebagai tempat perlindungan dan pelestarian benda-benda, tetapilebih-lebih dilihat fungsinya untuk melayani pengunjung yang inginmengetahui tentang benda-benda tersebut. Karena itulah, museum yangbaik akan sangat memperhatikan bagaimana pengunjung dapatmemperoleh informasi atau pengathuan yang sebaik-baiknya.

Dalam kerangka itulah penulis ingin membuat desain pameranMPBP yang dapat menyajikan koleksinya secara kontekstual. Koleksiyang dipamerkan seharusnya ditampilkan dalam konteks yang lebih luasdan tidak hanya terbatas pada informasi tentang koleksi itu sendiri. Jikabenda-benda koleksi ditampilkan sebagai benda mati dan tidakmemberikan informasi apa pun kepada pengunjung, maka dapatdikatakan bahwa fungsi museum sebagai tempat belajar pengetahuantidak berjalan.

MPBP adalah museum tokoh Soeharto, artinya MPBP harusdapat mencitrakan figur Soeharto. Melalui studi kepustakaan dengankonsep tokoh sebagai dasar penyajian pameran dapat diperolehinterpretasi tentang figur Soeharto. Berdasarkan konsep tokoh, figur yangmenonjol pada Soeharto adalah sebagai prajurit dan negarawan.Berdasarkan konsep citra, yang akan disajikan adalah strategi Soehartodalam mencapai sesuatu. Jika disatukan, maka desain pameran MPBPadalah Museum Purna Bhakti Pertiwi dalam Konsep Soeharto sebagaiPrajurit dan Negarawan.

Penyajian MPBP dalam konsep Soeharto sebagai prajurit dannegarawan disajikan dengan pendekatan The Systematic museum(Traditional lecture and text). The Systematic Museum menitikberatkanpada struktur of science. Pesan dari museum terlihat dari pameran yangmenggambarkan kebenaran dari struktur yang dirancang oleh subjectmatter. Pameran yang disajikan kepada pengunjung dengan mudah dapatdiketahui maknanya (Hein, 1995:24) Pameran dengan pendekatan

Page 48: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 43 | P a g e

tersebut tampak seperti cerita dan cerita yang disampaikan adalah halyang benar-benar nyata. Pameran disajikan dengan awal dan akhir yangjelas, dan dengan susunan yang jelas. Pameran disajikan secara hirarkismulai dari yang simpel hingga yang kompleks. Pendekatan tersebutdipilih karena MPBP adalah jenis museum tokoh sejarah. Artinya dalampenyajian pameran di MPBP disajikan secara kronoligis (urut) dari halyang simpel ke hal yang kompleks. Metode yang digunakan adalahdengan pendekatan edukatif dan metode evokatif atau gabungankeduanya.

Page 49: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 44 | P a g e

4PENYAJIAN SOEHARTO SEBAGAI PRAJURIT

4.1 Alur CeritaAlur cerita penyajian pameran Soeharto sebagai prajurit terdiri

atas tiga bagian pokok yaitu: 1. Merebut Yogyakarta, 2. PembebasanIrian Barat, dan 3. Pemberantasan G-30-S/PKI.

4.1.1 Merebut YogyakartaPada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melanggar perjanjian

Reville dengan melancarkan operasi militer besar yang kedua terhadapIndonesia. Pendudukan kota Yogyakarta sebagai ibukota RI oleh Belandadan tertawannya pimpinan negara dan pemerintahan (Soekarno danHatta) disimpulkan Belanda bahwa RI dan TNI telah lumpuh (Wilson,1992:33). Hal inilah yang menjadi latar belakang peristiwa “MerebutYogyakarta” atau yang lebih dikenal dengan peristiwa “Serangan Umum1 Maret 1949”. Serangan tersebut dipimpin oleh Letnan KolonelSoeharto sebagai Komandan Wehrkreise III yang meliputi daerahYogyakarta dan sekitarnya dan mendapat dukungan penuh dari Sri SultanHamengku Buwana IX (Nugroho, 1985:105).

1. Konsolidasi PasukanAgresi militer Belanda kedua (19 Desember 1948) menyebab-

kan pasukan TNI tercerai-berai. Sementara merebut Yogya-karta adalahperjuangan yang tidak mudah untuk diraih. Upaya yang dilakukanSoeharto untuk dapat merebut kembali Yogyakarta adalah denganmelakukan konsolidasi pasukan. Konsolidasi pasukan penting untukdilakukan karena dibutuhkan kerja sama yang kuat, terorganisir,kekompakan pada setiap satuan TNI untuk dapat memukul mundurtentara Belanda. Bermodalkan dorongan moril keluarga dan semangatyang menyala-nyala untuk mempertahankan negara dan bangsa, sejakhari pertama Belanda menyerbu Indonesia (19 Desember 1948), LetkolSoeharto giat menyusun siasat dan kekuatan perlawanan. Tanpamengenal lelah dijelajahinya tiap bagian wilayah Yogyakarta dansekitarnya. Satuan-satuan yang tercerai-berai akibat serbuan Belandasegera diatur kembali. Beberapa perwira ditunjuknya untuk memimpindaerah sekitarnya (Nugroho, 1985:99).

Page 50: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 45 | P a g e

Menurut Nugroho (1985:104-105) setelah Soeharto bekerjasiang malam tanpa mengenal lelah, tersusunlah konsolidasi pasukan Sub-Wehrkreise di seluruh daerah Wehrkreise III yang secara pokoksusunannya adalah sebagai berikut:

1. Sub Wehrkreise 101 Kota YogyakartaKomandan : Letnan MarsudiWakil Komandan : Letnan Amir MurtonoDaerah dalam kota Yogyakarta di bagi :a. Sektor 1, meliputi Kantor Pos ke selatan dan ke barat

hingga batas kota.Komandan Letnan Wuston

b. Sektor 2, meliputi Kantor Pos ke selatan hingga batas kota,ke timur sampai Wirogunan.Komandan Letnan Sudomo

c. Sektor 3, meliputi Kantor Pos ke barat dan Kadipiro keutara sampai Gandekan.Komandan Letnan Moctar, Letnan Eryono.

d. Sektor 4, meliputi Paku Alaman-BaciroKomandan Letnan Rakido.

e. Sektor 5, meliputi Terban Taman ke barat sampai Jetis.Komandan Letnan Sudiono.

f. Sektor 6, meliputi Tugu ke barat dan selatan sampaiGowonganKomandan Letnan Sumardi, Letnan Jupri.

2. Sub Wehrkreise 102 Daerah SelatanKomandan : Mayor SarjonoDaerahnya : Bantul dan sekitarnya.

3. Sub Wehrkreise 103 Daerah Barata. Sub Wehrkreise 103A, meliputi Bantul selatan dan selatan

jalan raya Yogyakarta-Wates.Komandan Letkol Suhud.

b. Sub Wehrkreise 103B, meliputi Sleman Selatan dan utarajalan raya Yogyakarta-Wates.Komandan Mayor Samuel.

4. Sub Wehrkreise 104 Daerah UtaraKomandan : Kolonel GPH JatikusumoDaerahnya : Sleman dan sekitarnya.

5. Sub Wehrkreise 105 Daerah TimurKomandan : Mayor J Sujono

Page 51: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 46 | P a g e

Daerahnya : Gunung Kidul, Maguwo dan Wonosari.

Konsolidasi yang diupayakan Soeharto di setiap wilayah yang didatangiadalah dengan memberi petunjuk seperti menghimpun pasukan,pengintaian untuk mengenal medan, melakukan serangan gerilya,penghadangan terhadap konvoi musuh, dan mempersiapkan diri untukmelakukan serangan umum ke kota Yogyakarta.

2. Strategi SeranganStrategi Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 untuk

merebut Yogyakarta diawali dengan beberapa tahap penyerangan.Serangan umum pertama dilakukan pada tanggal 30 Desember 1948malam hari dengan maksud bukan untuk menduduki, melainkan untukmenunjukkan kepada rakyat dan kepada Belanda bahwa TNI masih ada(Ramadhan, 1989:59). Soeharto secara berkala memerintahkan kepadasektor-sektor agar melakukan serangan di daerahnya masing-masing.Serangan gerilya dan pencegatan pun harus dilakukan sambilmempersiapkan diri untuk melakukan serangan secara besar-besaran kekota Yogyakarta. Soeharto beranggapan bahwa setiap serangan dalamperang gerilya tidak gagal. Serangan tersebut tidak dimaksudkan untukmenduduki dan mempertahankan daerah yang diserang, melainkan untukmemperlemah kekuatan musuh.

Kemudian serangan kedua dilakukan sepuluh hari setelahserangan pertama. Serangan ketiga dilaksanakan pada pertengahanJanuari dan serangan keempat kalinya di permulaan Februari. Semuaserangan tersebut di atas merupakan rangkaian usaha dalammelaksanakan perang gerilya, yang dilakukan pada malam hari(Ramadhan, 1989:60). Strategi perang gerilya dilakukan dengan tujuanuntuk menghidari banyaknya jumlah korban.

Belajar dari pengalaman serangan-serangan sebelumnyaterhadap Belanda yang dilakukan pada malam hari, ternyata tidakmemberikan pengaruh yang berarti terhadap kedudukan Belanda.Soeharto kemudian memutuskan untuk melaksanakan serangan umumpada tanggal 1 Maret 1949 di waktu pagi hari (Ramadhan, 1989:61).Pasukan TNI ditetapkan menggunakan janur kuning sebagai tandapengenal dan menggunakan taktik gerilya. Serangan tersebut juga tidakdimaksudkan untuk menduduki dan terus mempertahankan kotaYogyakarta, karena mempertahankan bertentangan dengan taktik gerilya.Mengambil sikap mempertahankan dapat dihancurkan lawan yang

Page 52: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 47 | P a g e

mempunyai senjata yang lebih ampuh. Strategi serangan lainnya adalahpentingnya unsur pendadakan, karena hal tersebut merupakan salah satuunsur yang dapat membuahkan kemenangan.

Serangan Umum 1 Maret 1949 dilakukan dengan perencanaandan persiapan yang matang. Mulai sore hari menjelang tanggal 1 Maret1949, pasukan TNI telah menyusup ke kota, dan pagi hari sebelum sireneberbunyi sudah berada di depan garis pertahanan Belanda. Tepat pukul06.00, bersamaan dengan dibunyikannya sirene akhir jam malam sebagaitanda mulai serbuan, terdengarlah tembakan yang gemuruh di seluruhkota (Ramadhan, 1989:62). Pasukan TNI menyerang kota Yogyakartadari berbagai penjuru. Dalam waktu singkat kota Yogyakarta dapatdikuasai TNI. Pasukan TNI menguasai kota Yogyakarta selama enamjam.Tujuan serangan telah tercapai.

Serangan umum 1 Maret 1949 pada siang hari itu yang dipimpinoleh Letkol Soeharto sebagai Komandan Wehrkreise III kemudiandiberitakan ke luar negeri melewati Sumatera. Kemudian dari Sumateraberita tersebut disiarkan ke chek-pointnya di Birma dan dari Birmaditeruskan ke New Delhi dan terus tersebar ke seluruh dunia sertamenggetarkan yang ada di dalam sidang-sidang PBB (Ramadhan,1989:62).

3. Keberhasilan yang diraihSerangan umum 1 Maret 1949 yang dipimpin Letkol Soeharto

merupakan bagian dari strategi perjuangan bangsa Indonesia padaumumnya, khususnya dari satuan yang bergabung dalam Wehrkreise III,untuk mengusir penjajah Belanda dari Bumi Nusantara. Jadi peristiwatersebut tidak berdiri sendiri. Penyerangan tersebut mempunyai tujuanpolitis, militer maupun psikologis, karena kota Yogyakarta pada waktuitu adalah kota penting, ibukota Negara Republik Indonesia.

Menurut Nugroho (1989:107) gambaran keberhasilan seranganmerebut Yogyakarta yang dipimpin Letkol Soeharto dapat dilihat sebagaiberikut:

1. Pos-pos Belanda yang jatuh ke tangan Republik, meliputi :Tanjung Tirto, Maguwo, Benteng Vredeburg, KantinMalioboro, Kantor Pos, Tangsi Kota Baru dan lain-lain.

2. Amunisi yang direbut dari pabrik Watson sebanyak lima ton,beberapa kendaraan militer, beberapa panser dan tankdihancurkan, serta banyak senjata dapat dirampas.

Page 53: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 48 | P a g e

3. Korban personil di pihak Belanda tidak dapat diketahui denganjelas tapi jelas merupakan korban yang besar.

4. Pos-pos Belanda yang lain terkepung dengan ketat, seperti PosTugu.Demikian juga tujuan serangan umum 1 Maret 1949 telah

tercapai. Arti penting serangan umum 1 Maret 1949 yang dipimpimLetkol Soeharto bagi keberlanjutan perjuangan sangat besar. Apalagiperistiwa ini terjadi di Yogyakarta yang merupakan Ibu Kota RepublikIndonesia.

Menurut Nugroho (1989:109) akibat dari serangan umum 1Maret 1949 tersebut adalah:

1. Propaganda murah Belanda manjadi kalang kabut, RI dan TNImasih tetap ada. Sebelumnya dengan kepala batu Belanda selalumelancarkan propaganda bahwa RI dan TNI sudah tidak adadan yang ada adalah gerombolan pengacau atau ekstrimis.

2. Membangkitkan semangat dan moral TNI dan pejuang RIlainnya, serta membangkitkan kepercayaan rakyat terhadappemerintan RI dan TNI.

4.1.2 Membebaskan Irian BaratTugas penting berikutnya yang diemban Mayor Jenderal

Soeharto adalah membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda. MasalahIrian Barat terjadi sejak Konferensi Meja Bundar (KMB) di tahun 1949yang hasilnya menyebutkan bahwa dalam jangka waktu satu tahunsesudah tanggal penyerahan kedaulatan kepada RIS, masalah status Irianakan diselesaikan dengan jalan perundingan antara Republik IndonesiaSerikat dengan Belanda (Ramadhan, 1989:102). Berbagai usahadiplomatik secara bilateral masalah tersebut tidak berhasil diselesaikan.Selanjutnya Indonesia membawa masalah tersebut ke sidang PBB (1954)dan disambung pada tahun-tahun berikutnya, tetapi usaha Indonesia sia-sia. Belanda bahkan ingin mendirikan Negara Papua di bawah Belanda.Akhirnya Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Belandapada tanggal 17 Agustus 1960 (Ramadhan, 1989:103). Sidang umumPBB 1961 kembali membahas Irian Barat, tetapi pihak Belanda tetaptidak mau melepaskan Irian Barat. Sikap Belanda dijawab Indonesiadengan mengadakan perjuangan bersenjata yang dimulai sejak 19Desember 1961 dengan sebutan “Tri Komando Rakyat” atau Trikorayang beririkan: 1. Menggagalkan pembentukan negara boneka Papua

Page 54: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 49 | P a g e

buatan kolonial Belada, 2. Mengibarkan sang Merah Putih di Irian Barat,dan 3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum (Ramadhan, 1989:103).

Tugas sebagai Panglima Komando Mandala Pembebasan IrianBarat, merupakan suatu tantangan, tetapi juga kehormatan yang luarbiasa bagi Prajurit Sapta Marga. Tugas ini memberikan kesempatankepada Soeharto untuk menerapkan segala pengetahuannya, pengalamandan ilmu yang telah diperoleh dari sekolah-sekolah militer.

1. Persiapan Operasi MandalaBerdasarkan surat tugas dari Presiden tertanggal 23 Januari

1962, Mayor Jenderal Soeharto sebagai Panglima Komando Mandalamelakukan berbagai langkah strategis. Soeharto dalam melaksakan tugastersebut dibantu oleh Kolonel (L) Sudomo dan Kolonel (U) LeoWatimena, dan Kepala Staf Kolonel (Inf.) A.Tahir (Ramadhan,1989:103). Persiapan menghadapi “Trikora” tersebut dimulai dari nol.Pangkalan tidak ada, kesatuan tidak ada, karena tugasnya ditentukandalam waktu tujuh bulan. Januari 1962, jabatan Deputi WilayahIndonesia Timur diserahterimakan dari Mayjen. A. Yani kepadaSoeharto, sehingga Soeharto tugasnya merangkap sebagai PanglimaMandala Pembebasan Irian Barat.

Markas Besar Komando Mandala didirikan di Ujung Pandang(Makasar). Tugas tersebut merupakan ujian berat yang diemban Soehartodan merupakan pengerahan kekuatan militer RI yang paling besar. Tigarencana sekaligus disiapkan menjadi satu yaitu menyusun pasukangabungan, membangun pangkalan, dan mempelajari bagaimana situasikeadaan di medan yang sebenarnya. Soeharto dengan cermat dan telitimerencanakan dan merinci setiap tugas yang diembannya, seperti tigatugas yang ditentukan dalam satu strategi sekaligus. Operasi harusmempergunakan pasukan yang ada, melakukan operasi infiltrasi di Irianmelalui laut dan udara, dengan tujuan mengenal medan, mengetahuikedudukan musuh dan pasukan bersiap-siap seolah-olah akan mendaratsecara konvensional pada satu titik, padahal sebetulnya tidak punyarencana lain.

Soeharto juga menyusun kesatuan gabungan, yang terdiri atassatu divisi pendarat dari CADUAD dan brigade-brigade lintas udara(PARA), brigade-brigade pendarat dari KKO, yang akan membuatpancangan kaki, armada laut untuk mengangkut pasukan dan melindungioperasi ampibi, armada udara untuk keunggulan udara dan melindungioperasi gabungan. Soeharto juga membangun pangkalan militer di

Page 55: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 50 | P a g e

Morotai, Amahai, Letfuan, Ambon, semuanya terletak di pulau terdepan(Ramadhan, 1989:105). Hal tersebut dimaksudkan agar kapal terbangpasukan TNI dapat melindungi pendaratan pasukan pada waktumenyeberang dan dapat berada dalam waktu lama di daerah musuh.

2. Pelaksanaan PenyeranganSetelah semua persiapan operasi selesai, kemudian dilanjutkan

dengan melakukan recana penyerangan. Beberapa operasi penyusupandilakukan, dan beberapa operasi penerjunan udara langsung ke IrianBarat dilaksanakan. “Operasi Banteng 1 dan 2” dilakukan, disusuldengan “Operasi Garuda”. “Operasi Srigala” dan “Operasi Naga”.Operasi infiltrasi lintas udara dengan menggunakan pasukan pilihanterdiri atas RPKAD, PGT, dan RAIDER, PARA dengan sasaran Sorong,Manokwari, Fak-Fak, Kaimana, dan Merauke, bertujuan untuk mengikatmusuh ditempatnya, menarik cadangan untuk memperkuat posisi mereka(Belanda) (Ramadhan, 1989:107). Hal tersebut dilakukan untukmengelabui Belanda seolah-olah pasukan TNI akan melakukanpendaratan ampibi di Kaimana sebagai pancangan kaki untuk gerakanselanjutnya. Taktik yang dipimpin Soeharto berhasil. Belanda mengerah-kan cadangannya ke depan dan memperkuat Kaimana. Dengan demikianBiak menjadi lemah dan inilah yang menjadi satu-satunya sasaran utamapasukan TNI. Kemudian Soeharto menyiapkan “Operasi Jaya Wijaya”,sebuah operasi ampibi gabungan besar-besaran untuk membebaskan IrianBarat dengan sasaran utamanya jantung musuh, ialah Biak.

Soeharto dalam strategi perangnya menekankan bahwa pasukanTNI hanya mampu menyusun satu kali kekuatan pukul yang tediri atasdarat, laut dan udara, hal tersebut disebabkan pasukan TNI tidak punyacadangan. Sehubungan dengan hal tersebut, Soeharto selalu menekankanagar harus menggunakan untuk sekali memukul dan berhasil. Soehartomembuat serangan gabungan pendaratan ampibi dan lintas udara dengansasaran Biak. Semua pasukan armada laut yang tadinya berada di Ambondan Makassar, bertemu di Teluk Peling.

Sesuai dengan tugas yang telah ditentukan, selambat-lambatnyatanggal 17 Agustus 1962 bendera Merah Putih harus sudah berkibar diIrian Barat, operasi diperkirakan Soeharto memakan waktu lima hari.Karena itu, hari H ditentukan pada tanggal 12 Agustus 1962 (Haripandaratan Biak). H-8, semua armada sudah berkumpul di Teluk Peling.Kapal selam dengan membawa pasukan komando RPKAD sudahberangkat menuju posisi antara Biak dan Holandia (Jayapura). Soeharto

Page 56: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 51 | P a g e

berangkat dengan menggunakan kapal Kepolisian Negara, bersamaandengan kapal penyapu ranjau dan kapal anti kapal selam, berangkat yangterakhir dari Ambon, menuju tempat berkumpul armada laut TelukPeling. Dalam perjalanan pasukan TNI diikuti oleh kapal selam asing,dan radar pasukan TNI juga menangkap kegiatan pesawat terbang asingyang diduga dari Amerika. Dari hasil pengintaian, Amerika yakin akankesiapan perang pasukan TNI (Ramadhan, 1989:108).

Di tengah-tengah pasukan TNI telah siap meninggalkan garisawal Teluk Peling, melakukan operasi dengan kode Jayawijaya menujusasaran Biak, Presiden Soekarno memerintahkan untuk menunda operasi.Hal tersebut dikarenakan perjuangan pasukan TNI berhasil, dan jugamembuahkan keputusan politik yaitu Belanda menyerah melalui PBB.

3. Keberhasilan yang diraihOperasi Mandala yang dipimpin Soeharto berhasil dilaksanakan

tanpa banyak korban. Tanggal 16 Agustus 1962 tercapai “PersetujuanNew York” tentang penyerahan Irian Barat kepada RI. Salah satu pokokpersetujuan tersebut menyebutkan, bahwa bendera RI mulai berkibarbersama bendera PBB pada tanggal 31 Desember 1962, dan pemulanganpegawai Belanda, sipil dan militer, harus selesai 1 mei 1963, danpemerintah RI secara resmi menerima kekuasaan di Irian Barat dariUNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) (Ramadhan,1989:109).

“Operasi Jayawijaya” dapat menerobos kemacetan diplomasidan berhasil memasukkan Irian Barat ke dalam pangkuan NegaraRepublik Indonesia. Indonesia menyelenggarakan “Penentuan pendapatrakyat” (Pepera) di bulan Desember 1969, dan bukan Belanda, sesuaidengan persetujuan New York.

4.1.3 Pemberantasan G-30-S/PKIPada tanggal 1 Oktober 1965, telah terjadi di Jakarta suatu

peristiwa yang dilakukan oleh gerakan kontra revolusioner, yangmenamakan dirinya “Gerakan 30 September” yang dipimpin LetnanKolonel Untung. Mereka telah menculik dan membunuhh beberapaperwira tinggi Angkatan Darat, yang terdiri atas: 1. Letnan JenderalA.Yani, 2. Mayor Jenderal Soeprapto, 3. Mayor Jenderal S. Parman, 4.Mayor Jenderal Harjono M.T., 5. Brigadir Jenderal D.I. Pandjaitan, 6.Brigadir Jenderal Soetojo Siswomihardjo, dan 7. Lettu Czi PierreAndrean Tendean (Sekneg, 1994:128).

Page 57: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 52 | P a g e

1. Penilaian Panglima KostradPada hari Jumat tanggal 1 Oktober 1965 pagi hari, setelah

memperoleh informasi terjadinya penculikan dan pembunuhan terhadappimpinan teras TNI-AD, Pangkostrad Mayjen TNI Soeharto segeramengumpulkan stafnya di Markas Kostrad, Jalan Merdeka Timur,Jakarta Pusat untuk mempelajari situasi. Dalam rapat tersebut Soehartobelum mendapat gambaran yang lengkap dan jelas tentang gerakan yangterjadi, serta belum mengetahui tempat Presiden Soekarno berada.Setelah tampilnya Letkol. Inf. Untung, seorang perwira menengah TNI-AD yang pernah berdinas dalam jajaran Kodam VII/Diponegoro dandiketahui sebagai seorang pengikut PKI, dengan pengumumanpertamanya yang disiarkan setelah warta berita RRI Jakarta pukul 07.00pagi. Soeharto mempunyai keyakinan bahwa Gerakan 30 Septemberadalah gerakan PKI yang bertujuan menggulingkan dan merebutkekuasaan dari Pemerintah Republik Indonesia yang sah (Sekneg,1994:125).

2. Konsolidasi PasukanTindakan pertama Soeharto setelah mendengar berita

penculikan terhadap beberapa Panglima Tinggi AD pada tanggal 1Oktober 1965 adalah mengambil alih pimpinan sementara KomandoAngkatan Darat sebagaimana dilakukan biasanya. Biasanya, Jenderal A.Yani sebagai Pimpinan Komando Angkatan Darat apabila berhalangandalam melaksanakan tugas, selalu menunjuk Soeharto untuk mewakilibeliau. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kekosongan pimpinanAngkatan Darat dan untuk memberi keterangan kepada umum dan paraPanglima Kodam (Ramadhan, 1989:131) Kemudian menyelamatkan duabatalyon (batalyon 454 dan batalyon 530) yang dilibatkan dalampetualangan G-30-S/PKI oleh Untung, dan sekaligus melucuti kekuatanUntung secara halus. Namun sampai batas waktu yang ditentukan yaitupukul enam sore yang bergabung ke Kostrad hanya batalyon 530,sedangkan batalyon 454 menuju ke Halim.

Kira-kira pukul 09.15 Soeharto kemudian mengadakan rapatstaf dengan dihadiri oleh Kol. Yogasugama, Ass. Intel, Kol. Wahono,Ass. Operasi, Kol. Djoko Basuki, Ass. IV, Kol. Sru Hardojo, Ass.III, danBrigjen. Ahmad Wiranatakusumah, Kepala Staf. Menurut Soeharto,gerakan yang dipimpin Untung bukan sekedar gerakan untukmenghendaki apa yang dikatakan Dewan Jenderal saja, melainkan lebihjauh dari itu. Mereka mengadakan gerakan kup untuk merebut kekuasaan

Page 58: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 53 | P a g e

negara secara paksa, dan pasti didalangi PKI Soeharto memutuskanuntuk mengadakan perlawanan (Ramadhan, 1989:121).

Soeharto kemudian berkoordinasi melalui telepon denganMenteri Panglima Angkatan Laut Laksamana Martadinata, MenteriPanglima Angkatan Kepolisian Sutjipto Judodihardjo membicarakansituasi dan penilaian Soeharto. Sementara itu dengan Menteri PanglimaAngkatan Udara yang menerima adalah Leo Watimena. Kepada merekaSoeharto mengharapkan bantuan dan pengertiannya untuk berkoordinasi,agar jangan sampai ada gerakan pasukan tanpa sepengetahuan Panglima,juga agar dapat membedakan antara kawan dan lawan, diharapkan semuapasukan dikonsinyir dan apabila akan bergerak, harap memberitahukepada Kostrad terlebih dahulu.

Setelah menelepon para Panglima Angkatan, kemudianSoeharto memerintahkan Kolonel Wahono untuk membuat perintahharian kepada seluruh Pangdam melalui radiogram. Di antara isiradiogram yang penting tersebut, selain menyebutkan tentang adanya G-30-S dan tentang diculiknya antara lain Jendral A.Yani, diinstruksikankepada semua Panglima Kodam, supaya segera menguasai daerahnyamasing-masing dan memberi laporan secara teratur mengenaiperkembangan daerahnya. Radiogram tersebut juga menerangkan bahwauntuk sementara Soeharto mengambil Komando Angkatan Darat, dangerakan pasukan hanya atas perintah Panglima Kostrad.

3. Merebut RRI dan TelkomRRI dan Telkom adalah beberapa alat vital negara yang dikuasai

oleh G-30-S/PKI yang dipergunakan sebagai alat dalam propagandanya.Setelah lewat waktu Magrib satuan RPKAD berangkat menyerang RRIdan Telkom, dipimpin Kapten RPKAD Heru dan Kapten Urip. PasukanKolonel Sarwo Edhie menunggu di halaman Kostrad. Pasukan RPKADmemasuki RRI dan Gedung Telkom dengan tidak mendapat perlawanan.Anak buah Untung telah melarikan diri.RRI dan Telkom dalam waktuyang tidak terlalu lama dapat dikuasai kembali. Gedung Telkom waktuitu dijaga oleh Pemuda Rayat yang mengira bahwa pasukan yang datangadalah rekannya sesama pemberontak.Tentu dengan mudah PemudaRakyat tersebut dapat dilucuti senjatanya (Ramadhan, 1989:127).

4. Pidato Soeharto di RRISetelah RRI dan kantor telkom telah dapat dikuasai oleh

pasukan TNI, kemudian rekaman pidato Soeharto diputar di RRI tepat

Page 59: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 54 | P a g e

pukul tujuh malam (1 Oktober 1965) di RRI Jakarta. Pidato Soehartogaris besarnya berisikan bahwa G-30-S/PKI adalah gerakan untukmengambil alih kekuasaan negara atau lazimnya disebut coup dari tanganPresiden Soekarno, penculikan beberapa perwira tinggi AD, keselamatanPresiden Soekarno, pimpinan sementara Angkatan Darat RepublikIndonesia. Pidato tersebut telah dapat memutarbalikkan fakta dengan apayang sudah diberitakan oleh Kolonel Untung sebelumnya. Pidato tersebutdapat menentramkan rakyat Indonesia yang sejak dari tadi pagi dibuatresah, bimbang dan ragu mengenai kondisi RI. Pidato tersebut tersiar keseluruh penjuru Indonesia (Ramadhan, 1989:128).

5. Merebut HalimTindakan Soeharto berikutnya adalah memerintahkan Kolonel

Sarwo Edhie Wibowo untuk merebut Halim. Dengan kekuatan limakompi atau sekitar 600 orang pasukan RPKAD di bawah pimpinanSarwo Edhie, sekitar tengah malam pasukan bergerak menuju Halimmelalui Klender. Pasukan pendukung G-30-S/PKI melakukanperlawanan di Halim. Pasukan pendukung G-30-S/PKI semakin tersudutsetelah Presiden Soekarno memerintahkan secara lisan kepada BrigjenTNI Soepardjo agar pasukan pendukung G-30-S/PKI menghentikantembak-menembak untuk menghindari pertumpahan darah. Pada tanggal2 Oktober 1965 pasukan pendukung G-30-S menghentikanperlawanannya sekitar pukul 14.00 dan melarikan diri meninggalkandaerah Halim (Sekneg, 1994:127). Jumlah korban ketika menyerangHalim, dari pihak RPKAD hanya ada satu yang gugur, sedangkan daripihak pendukung G-30-S/PKI yaitu dari pihak AU ada dua orang.(Ramadhan, 1989:133).

6. Pencarian Korban G-30-S/PKISetelah di Ibu Kota Jakarta kekuatan G-30-S hancur, operasi

dilanjutkan dengan mengetahui nasib para korban penculikan.Berdasarkan laporan Sukitman (anggota Polri yang ditawan G-30-S/PKIdan berhasil meloloskan diri) tanggal 3 Oktober 1965, Soehartomengetahui bahwa para perwira yang dicari sudah dibunuh. Mayatmereka dimasukkan dalam sebuah sumur yang kering di daerah LubangBuaya, Pondok Gede, Jakarta Timur (Ramadhan, 1989:134).

Kemudian Soeharto memerintahkan untuk menemukan sumurtersebut dan menggalinya. Tanggal 4 Oktober 1965 penggalian dilakukandengan bantuan dari anggota-anggota Kesatuan Inti Para Ampibi

Page 60: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 55 | P a g e

(Kipam) dari KKO-AL dengan menggunakan alat-alat seperti tabung zatasam. Jenazah para perwira tersebut kemudian ditemukan di dalamsumur yang sudah mati, ditimbuni dengan sampah, daun singkong dantanah secara berselang-seling. Tengah hari pukul 12.00 diangkat jenazahyang teratas, jenazah Pierre Tendean. Kemudian diangkat dua jenazahyang diikat menjadi satu, yaitu jenazah Mayjen. Soeprapto dan Mayjen.S. Parman. Kemudian diangkat kembali tiga jenazah yang diikat menjadisatu yaitu jenazah Letjen. A. Yani, Mayjen. Harjono, dan Brigjen.Siswomihardjo. Terakhir jenazah yang diangkat adalah Brigjen. D.I.Pandjaitan (Sekneg, 1994:135). Semua jenazah dalam keadaan rusakakibat penganiayaan.

Kemudian Soeharto menyampaikan pidato yang kemudiandisiarkan oleh studio RRI Jakarta pada tanggal 4 Oktober 1965 sekitarpukul 20.00. Dalam pidato tersebut Soeharto mengatakan bahwa telahmenyaksikan sendiri secara langsung telah berhasil ditemukan jenazahenam orang jenderal dan seorang perwira pertama menjadi korbanpenculikan G-30-S/PKI, yang dikubur dalam sebuah sumur tua di daerahLubang Buaya (Sekneg, 1994:128). Soeharto mengucapkan terima kasihkepada satuan KKO-AL (Marinir) dan Resimen RPKAD serta rakyatyang talah membantu menemukan bukti kebiadaban G-30-S/PKI danyang telah mengangkat jenazah sehingga seluruh korban penculikandapat diketemukan.

Kemudian jenazah-jenazah tersebut diangkut dari LubangBuaya ke RSPAD, kemudian ke Markas Besar Angkatan Darat dandisemayamkan selama satu malam. Keesokan harinya, bertepatan denganHUT ke-20 ABRI, tanggal 5 Oktober 1965 jenazah-jenazah paraPahlawan Revolusi tersebut, masing –masing diangkut dengan sebuahkendaraan berlapis baja (panser) dengan dikawal perwira tinggi,diberangkatkan dari Markas Besar Angkatan Darat menuju ke TamanMakam Pahlawan Nasional Kalibata untuk dimakamkan (Sekneg,1994:129).

7. Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan KetertibanG-30-S yang didalangi dan dilakukan oleh PKI yang bertujuan

merebut kekuasaan di Indonesia telah menyebabkan situasi politik dankeamanan menjadi sangat rawan. Soeharto diberi tugas oleh PresidenSoekarno (3 Oktober 1965) untuk melaksanakan pemulihan keamanandan ketertiban, pada tanggal 1 November 1965 ditetapkan selain

Page 61: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 56 | P a g e

menjabat sebagai Pangkostrad, juga menjabat sebagai Panglima OperasiPemulihan Keamanan dan Ketertiban (Sekneg, 1994:137).

8. Surat Perintah 11 Maret

Sejak tanggal 2 Oktober 1965, setelah terjadinya pemberontakanG-30-S/PKI, antara Soeharto dengan Soekarno sering dilakukanpembicaraan mengenai upaya meredakan pergolakan pada waktutersebut. Menurut Soeharto, pergolakan rakyat tidak akan reda sebelumrasa keadilan kepada rakyat terpenuhi dan rasa ketakutan rakyatdihilangkan, yaitu dengan jalan membubarkan PKI yang telah melakukanpemberontakan. Sebaliknya Soekarno menyatakan tidak mungkinmembubarkan PKI sebab hal tersebut dianggap mengingkari doktrinNasakom yang telah disuarakan ke seluruh dunia. Dalam pertemuan-pertemuan perbedaan tersebut selalu muncul (Sekneg, 1994:138).

Pada suatu ketika, Soeharto menyatakan bersedia menjadibumper dalam membubarkan PKI untuk meredakan pergolakan, asalkandiberi kebebasan bertindak oleh Soekarno. Pesan Soeharto yangdisampaikan kepada ketiga perwira (Mayjen. Basuki Rachmat, Brigjen.M. Jusuf, dan Brigjen. Amirmachmud) yang akan berangkat ke Bogormenghadap Soekarno.

Pergolakan tidak dapat diredakan, akhirnya Soekarno melaluiketiga perwira tersebut di atas mengirimkan surat perintah tertanggal 11Maret 1966 yang lebih dikenal dengan Super Semar. Surat Perintah 11Maret (Super Semar) adalah surat perintah dari Presiden Soekarno yangditujukan ke pada Letjen Soeharto agar mengambil segala tindakan yangdianggap perlu untuk menjamin keamanan dan ketertiban serta kestabilanjalannya pemerintahan dan revolusi Indonesia, serta menjaminkeselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden demi keutuhan bangsadan Negara Republik Indonesia dengan mengadakan koordinasi bersamaPanglima Angkatan lainnya (Sekneg, 1994:139).

Berdasarkan kewenangan yang bersumber pada Super Semar,dengan menimbang masih adanya kegiatan sisa-sisa G-30-S/PKI sertamemperhatikan hasil-hasil pengadilan dan keputusan Mahkamah Militerluar biasa terhadap tokoh-tokoh G-30-S/PKI, pada tanggal 12 Maret1966, Soeharto atas nama Presiden Soekarno, menandatangani suratkeputusan Presiden/Panglima Tertinggi ABRI’/mandataris MPRS/PBRNo,1/3/1966, yaitu pembubaran PKI dan organisasi-organisasinya yangbernaung dan berlindung dibawahnya serta menyatakannya sebagai

Page 62: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 57 | P a g e

organisasi terlarang di seluruh wilayah kekuasaan Negara RepublikIndonesia (Ramadhan, 1994:139).

Keputusan yang diambil Soeharto ketika menerima suratperintah tertanggal 11 Maret 1966 setelah membaca dan memahamiisinya adalah membubarkan PKI. Soeharto memerintahkan JenderalSoetjipto, S.H. untuk menyiapkan keputusan tersebut. Tepat pukul enampagi pada tanggal 12 Maret 1966, RRI mengumumkan pembubaran PKItersebut. Hal ini merupakan tindakan dengan landansan super semar(Ramadhan, 1989:172).

Selaku pengemban Surat Perintah 11 Maret, Soehartomelakukan serangkaian tindakan. Soeharto membuat pengumuman berisipenjelasan tentang Supersemar dan seruan untuk tidak bertindak sendiri-sendiri. Kemudian dibuat juga Perintah Harian ABRI, tentang sikapABRI terhadap keadaan politik dan penyelewengan revolusi. Soehartojuga membuat pengumuman yang berisi seruan kepada pengusaha untukmembantu ketenangan ekonomi nasional, yang kesemuanya dikeluarkanpada tanggal 12 Maret 1966 (Ramadhan, 1989:173).

Pada tanggal 13 Maret 1966, Soeharto membuat pengumumanyang berisi seruan kepada aparatur negara untuk memelihara kelancaranroda Pemerintahan/Daerah. Pengumuman lainnya adalah seruan kepadaaparat pemerintah pusat untuk memelihara kelancaran pemerintahan.Keesokan harinya yaitu tanggal 14 Maret 1966, Soeharto mengeluarkaninstruksi, melarang pemimpin parpol dan Ormas untuk menerima bekasanggota PKI atau ormasnya. Di samping tersebut, Soeharto membuatseruan agar semua anggota PKI atau ormasnya melaporkan diri kepadaaparat pemerintah terdekat. Pengumuman selanjutnya adalah tentangpengamanan 15 Menteri Kabinet Dwikora, dan juga dikeluarkanKeputusan Presiden tentang penunjukan menteri-menteri ad interim,berhubung dengan sejumlah menteri ditahan. Dan juga dikeluarkannyainstruksi mengenai dimulainya kuliah dan sekolah bagi mahasiswa danpelajar. Aksi mahasiswa mereda.

4.2 Penyajian PameranPenyajian pameran Soeharto sebagai prajurit diuraikan

berdasarkan susunan alur cerita yang terdiri atas: 1. Merebut Yogyakarta,2. Pembebasan Irian Barat, dan 3. Pemberantasan G-30-S/PKI.

Page 63: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 58 | P a g e

4.2.1 Merebut Yogyakarta1. Konsolidasi Pasukan

Konsolidasi pasukan dirancang dengan model edukatif denganspesifikasi sebagai berikut:

a. Panel Peta berupa peta Pulau Jawa dengan tampilan pokokPropinsi DIY

b. Khusus Propinsi DIY, gambar peta diperbesar (inzet)c. Lokasi wilayah yang dijelajahi Soeharto diberi tanda nomor

urut.d. Panel gambar alur perjalanan Soeharto untuk konsolidasi

pasukan.e. Keterangan terletak di bawah kiri panel yang mencantumkan:

nomor urut lokasi, nama daerah.f. Panel susunan Sub-Werhkreise di seluruh daerah Wehrkreise IIIg. Label Judul : NAPAK TILAS SERANGAN UMUM 1 MARET

1949h. Label judul dibuat di bagian atas panel, huruf besar.i. Label kelompok terletak di bawah panelj. Bahan: Lembaran karet (untuk label judul, peta pulau Jawa) dan

lembaran akrilik untuk label kelompok.k. Koleksi yang dipamerkan:

1. Foto-foto Letkol Soeharto ketika peristiwa serangan umum1 Maret 1945

2. Baju tentara Letkol Soeharto lengkap dengan tanda-tandakepangkatan sebagai Komandan Wehrkreise III diYogyakarta lengkap dengan kepangkatannya.

3. Senjata yang dipakai Letkol Soeharto (usulan baru).4. Tongkat komando Letkol Soeharto sebagai Komandan

Wehrkreise III Yogayakarta.5. Surat Perintah Harian Panglima Besar Sudirman bernomor

27/PB/D/1949 tanggal 3 Juni 1949. Surat tersebut berisipenunjukan Letkol Soeharto Komandan Wehrkreise IIIsebagai Komandan Komando Tertinggi di wilayahYogyakarta.

6.

Page 64: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 59 | P a g e

Foto. 4.1 Soeharto sedang berkoordinasi dengan SriSultanHamengku Buwono IX (Sumber; MPBP, 2009)

Foto 4.2. Soeharto ditengah-tengah pasukan Wehrkreise III(Sumber; MPBP, 2009)

Page 65: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 60 | P a g e

Foto 4.3 Soeharto berkoordinasi dengan JendralSoedirman pasca Serangan Umum 1 Maret (Sumber;

MPBP, 2009)

2. Strategi PenyeranganStrategi penyerangan 1 Maret 1949 dirancang dengan model

evokatif dengan spesifikasi sebagai berikut:a. Diorama yang menggambarkan pasukan TNI ketika peristiwa

serangan umum 1 Maret 1949. Diorama menggambarkan peranSoeharto dalam memimpin pasukan TNI mengepung kotaYogyakarta dari empat penjuru.

b. Multimedia berupa suara sirene sebagai tanda akhir jam malamsekaligus sebagai tanda dimulainya serangan umum 1 Maret1949.

c. Multimedia berupa suara-suara tembakan pasukan TNI danpasukan Belanda.

d. Panel berisi tentang strategi serangan umum 1 Maret 1949e. Label judul: SERANGAN UMUM 1 MARET 1949.f. Koleksi yang dipamerkan :

1. Foto-foto Letkol Soeharto ketika peristiwa serangan umum1 Maret 1949.

Page 66: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 61 | P a g e

2. Janur kuning sebagai tanda pengenal pasukan TNI3. Senjata bambu runcing, adalah senjata yang terbuat dari

bambu dan bagian ujung bambu dibentuk runcing.Pemakaian senjata bambu runcing menunjukkanketidakseimbangan kekuatan antara pasukan TNI denganpasukan Belanda, tetapi dengan keterbatasan yang adapasukan TNI di bantu rakyat tetap mempunyai semangatyang menggelora untuk membela bangsa.

3. Keberhasilan yang diraihKeberhasilan yang diraih dalam serangan 1 Maret 1949

dirancang dengan model edukatif dengan spesifikasinya sebagai berikut:a. Panil tentang keberhasilan yang diraih serangan umum 1 Maret

1949b. Panel tentang jumlah pos-pos Belanda yang jatuh ke tangan RI.c. Label kelompok berisi tentang keberhasilam yang diraihd. Koleksi yang dipamerkan :

1. Foto-foto Letkol Soeharto ketika peristiwa serangan umum1 Maret 1949.

2. Senjata Belanda yang dirampas3. Kendaraan Militer (panser, tank)4. Amunisi yang direbut dari perik watson5. Kliping koran luar negeri yang memberitakan keberhasilan

serangan umum 1 Maret 1949. Hal tersebut penting sebagaibukti bahwa gaung peristiwa tersebut sampai ke duniainternasional.

6. Dokumen-dokumen dari arsip nasional terkait peristiwaserangan umum 1 Maret 1949.

7. Foto pemancar radio di Playen (Wonosari, Yogyakarta).

Page 67: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 62 | P a g e

Foto 4.4. Soeharto menjemput Jenderal Sudirman memasuki Yogyakarta

(Sumber: MPBP, 2009)

Foto 4.5. Soeharto mengawal Jenderal Sudirman memasukiYogyakarta (Sumber: MPBP, 2009)

Page 68: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 63 | P a g e

Foto 4.6. Soeharto dan Jenderal Soedirman memberi penghormatankepada deville pasukan TNI

(Sumber: MPBP, 2009)

4.2.2 Pembebasan Irian Barat1. Persiapan Operasi Mandala

Persiapan Operasi Mandala dirancang dengan model edukatifdengan spesifikasi sebagai berikut:

a. Panel berupa peta Indonesia dengan tampilan pokok Pulau IrianJaya.

b. Khusus Pulau Irian Jaya, gambar peta diperbesar (inzet)c. Lokasi wilayah Operasi Mandala diberi tanda yang berbedad. Keterangan terletak di bawah kiri panel yang mencantumkan:

nomor urut lokasi, nama daerah.e. Panel susunan Pimpinan Komando Operasi Mandalaf. Panel Trikorag. Panel gambar alur Operasi Mandalah. Panel persiapan Operasi Mandalai. Label Judul : PERSIAPAN OPERASI MANDALAj. Label judul dibuat di bagian atas panel, huruf besar.k. Label kelompok terletak di bawah panel

Page 69: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 64 | P a g e

l. Bahan: Lembaran karet (untuk label judul, peta pulau Irian Jaya)dan lembaran akrilik untuk label kelompok.

m. Koleksi yang dipamerkan:1. Foto-foto Mayor Jenderal Soeharto ketika peristiwa

pembebasan Irian Barat2. Foto serah terima jabatan Deputi Wilayah Indonesia

Timur dari Mayor Jenderal A. Yani kepada MayorJenderal Soeharto.

3. Surat tugas sebagai Panglima Operasi Mandala dariPresiden tertanggal 23 Januari 1962.

4. Surat Keputusan Soeharto sebagai Deputi WilayahIndonesia Timur

5. Tongkat Komando Panglina Operasi MandalaPembebasan Irian Barat

6. Baju tentara Mayor Jenderal Soeharto lengkap dengantanda-tanda kepangkatan

7. Senjata yang dipakai Mayor Jenderal Soeharto8. Seperangkat alat-alat untuk terjun payung9. Foto Markas Besar Komando di Ujung Pandang

(Makassar).10. Foto pangkalan militer di Morotai, Amahai, Letfuan,

Ambon.

Foto 4.7. Soeharto berjabat tangan denganJenderal AH Nasution (Sumber: MPBP, 2009)

Page 70: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 65 | P a g e

Foto 4.8. Lukisan Soeharto mengatur strategi penyeranganoperasi mandala (Sumber: MPBP, 2009)

2. Pelaksanaan PenyeranganPelaksanaan penyerangan operasi mandala dirancang dengan

model evokatif dengan spesifikasi sebagai berikut:a. Gambar berupa lukisan yang menggambarkan situasi ”Operasi

Jayawijaya”, pasukan-pasukan TNI dengan kapal-kapalperangnya, kapal terbang, mengepung Irian Barat.

b. Bagian dasar/alas berada di atas boks panjang berbentuk konturbergelombang yang menggambarkan gelombang air laut buatan

c. Koleksi ditata dengan media konturnyad. Label kelompok terletak di bagian kiri bawah/dasar evokatif

yang berisi tentang situasi operasi pembebasan Irian Barat dankoleksinya.

e. Multimedia yang menggambarkan situasi perang di tengah laut.f. Monitor besar untuk memutar film dokumenter tentang peran

Soeharto dalam membebasan Irian Barat berdurasi pendek kira-kira lima menit.

g. Koleksi yang dipamerkan:1. Replika Soeharto ketika memimpin pasukan TNI2. Replika kapal perang TNI

Page 71: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 66 | P a g e

3. Replika kapal terbang TNI4. Replika pasukan-pasukan TNI (pasukan penerjun, pasukanampibi, pasukan infanteri).5. KRI Macan Tutul

3. Keberhasilan yang diraihKeberhasilan yang diraih dalam operasi mandala dirancang

dengan model edukatif dengan spesifikasi sebagai berikut:a. Panel tentang keberhasilan dalam operasi mandalab. Panel hasil persetujuan New Yorkc. Label judul: KEBERHASILAN YANG DIRAIHd. Koleksi yang dipamerkan:

1. Foto-Foto Konferensi Meja Bundar2. Foto-Foto tentang persetujuan New York3. Foto berkibarnya bendera Merah Putih di Irian Barat4. Foto-Foto tentang Pepera5. Piagam/medali Penghargaan untuk Soeharto atas

prestasinya dalam Operasi Mandala.6. Berita-berita koran luar negeri (kliping0 terkait peristiwa

operasi mandala.7. Rekaman pembicaraan Persetujuan New York, sebagai

bukti keberhasilan Indonesia dalam perjuangan diplomasiuntuk mempertahankan Irian Barat kembali ke pangkuanRI.

4.2.3 Pemberantasan G-30-S/PKIa. Penilaian Panglima Kostrad

Penilaian Panglima Kostrad dalam pemberantasan G-30-S/PKIdirancang dengan model edukatif dengan spesifikasi sebagai berikut:

a. Panel informasi tentang peristiwa G-30-S/PKI yangmenjelaskan penculikan dan pembunuhan yang terjadi di Jakartapada tanggal 1 Oktober 1965.

b. Panel informasi tentang rapat staf di markas Kostrad yangdipimpin Mayjen TNI Soeharto untuk mengetahui situasi yangsebenarnya.

c. Koleksi yang dipamerkan adalah:1. Radio di Markas Kostrad, merupakan radio yang

dipergunakan Soeharto untuk mendengarkan berita tentangG-30-S/PKI.

2. Maket markas Kostrad

Page 72: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 67 | P a g e

3. Baju tentara Soeharto lengkap dengan lencana atau tanda-tanda kepangkatan.

4. Foto-foto Soeharto terkait peristiwa G-30-S/PKI.

b. Konsolidasi PasukanKonsolidasi pasukan dalam pemberantasan G-30-S/PKI

dirancang dengan model edukatif dengan spesifikasi sebagai berikut:a. Panel informasi tentang pengambilalihan pimpinan sementara

Komando Angkatan Darat oleh Mayjen Soeharto.b. Panel informasi tentang penyelamatan Soeharto terhadap dua

batalyon yang dimanfaatkan PKI.c. Panel informasi tentang koordinasi Soeharto dengan pimpinan

Angkatan Laut, Angkatan Kepolisian, dan dengan AngkatanUdara.

d. Koleksi yang dipamerkan adalah:1. Pesawat telepon di markas Kostrad, merupakan pesawat

telepon yang dipergunakan Soeharto untuk berkoordinasidengan pimpinan AL, Angkatan Kepolisian dan AngkatanLaut.

2. Perintah harian Soeharto terkait peristiwa G-30-S/PKI.3. Tongkat komando Soeharto sebagai Panglima Komando

Strategi Angkatan Darat.4. Foto-foto Soeharto terkait peristiwa G-30-S/PKI.

c. Merebut RRI dan TelkomPenyajian merebut RRI dan Kantor Telkom dalam

pemberantasan G-30-S/PKI dirancang dengan metode edukatif denganspesifikasi sebagai berikut:

a. Panel informasi tentang keberadaan, peran dan fungsi dari RRIdan Telkom.

b. Panel informasi tentang perebutan RRI dan Telkom dari G-30-S/PKI.

c. Maket gedung RRId. Maket gedung Telkom..e. Koleksi yang dipamerkan adalah:

1. Foto-foto Soeharto terkait peristiwa G-30-S/PKI.

d. Pidato Soeharto di RRI

Page 73: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 68 | P a g e

Penyajian pidato Soeharto di RRI pemberantasan G-30-S/PKIdirancang dengan metode edukatif dengan spesifikasi sebagai berikut:

a. Panel informasi tentang pidato Soeharto di RRI pukul 19.00WIB (1 Oktober 1965).

b. Maket ruang penyiaran gedung RRI Jakartac. Koleksi yang dipamerkan adalah:

1. Kaset rekaman pidato Soeharto yang memberitahukantentang pengambilalihan sementara pucuk pimpinanAngkatan Darat dan peristiwa G-30-S/PKI.

2. Dokumen dan transkripsi rekaman kaset pidato RadioPimpinan Sementara Angkatan Darat Mayor JenderalSoeharto (1 Oktober 1965).

3. Foto-foto Soeharto terkait peristiwa G-30-S/PKI.

e. Merebut HalimPenyajian merebut Halim dalam pemberantasan G-30-S/PKI

dirancang dengan metode edukatif dengan spesifikasi sebagai berikut:a. Panel informasi tentang daerah Halim yang digunakan sebagai

salah satu basis kekuatan G-30-S/PK.b. Panel informasi tentang penyerangan pasukan TNI merebut

Halim.c. Koleksi yang dipamerkan adalah:

1. Foto-foto Soeharto terkait peristiwa G-30-S/PKI.

f. Pencarian Korban G-30-S/PKIPenyajian pameran pencarian korban G-30-S/PKI dirancang

dengan metode evokatif dengan spesifikasi sebagai berikut:a. Proses pengangkatan para korban G-30-S/PKI disajikan dengan

teknik diiorama. Teknik diorama dipilih sebagai cara penyajiankarena dengan teknik ini dapat menggambarkan suasana dukayang mendalam, haru, sedih, pahit, dan mencekam.

b. Multimedia berupa suara rekaman kaset Soeharto ketikaberpidato di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

c. Multimedia berupa suara-suara burung, suara-suara orangsedang menggali tanah di daerah perkebunan.

d. Panel informasi tentang para korban G-30-S/PKI.e. Koleksi yang dipamerkan adalah:

1. Foto-foto Soeharto terkait peristiwa G-30-S/PKI.2. Foto-foto korban kebiadaban G-30-S/PKI.

Page 74: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 69 | P a g e

3. Dokumen dan traskripsi rekaman kaset pidato Radio MayorJenderal Soeharto di Lobang Buaya (4 Oktober 1965).

4. Tabung zat asam, alat yang digunakan oleh anggota-anggota Kesatuan Inti Para Ampibi (Kipam) sebagai alatbantu pernafasan ketika sedang mengangkat korban G-30-S/PKI dari dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya.

Foto 4.9. Soeharto menyaksikan pengangkatankorban G-30-S/PKI (Sumber: MPBP, 2009)

Page 75: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 70 | P a g e

Foto 4.10. Kesibukan pasukan TNI dalam pengangkatankorbanG-30-S/PKI di Lubang Buaya (Sumber: MPBP, 2009)

Foto 4.11. Upacara pemakaman korban G-30-S/PKI di tamanmakam pahlawan Kalibata Jakarta (Sumber: MPBP, 2009)

Page 76: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 71 | P a g e

g. Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan KetertibanPenyajian pameran Komando Operasi Pemulihan Keamanan

dan Ketertiban dirancang dengan metode edukatif dengan spesifikasisebagai berikut:

a. Proses pengangkatan para korban G-30-S/PKI disajikan denganteknik diiorama. Teknik diorama dipilih sebagai cara penyajiankarena dengan teknik ini dapat menggambarkan suasana dukayang mendalam, haru, sedih, pahit, dan mencekam.

b. Multimedia berupa suara rekaman kaset Soeharto ketikaberpidato di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

c. Multimedia berupa suara-suara burung, suara-suara orangsedang menggali tanah di daerah perkebunan.

d. Panel informasi tentang para korban G-30-S/PKI.e. Koleksi yang dipamerkan adalah:

1. Foto-foto Soeharto terkait peristiwa G-30-S/PKI.2. Dokumen dan transkripsi rekaman kaset pidato Radio

Panglima Kostrad Mayor Jenderal Soeharto (3 Oktober1965).

3. Dokumen dan transkripsi rekaman kaset pidato RadioAmanat P.Y.M. Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno yang diucapkanmelalui RRI pada tanggal 3 Oktober 1965 pukul 01.30tentang penunjukan Panglima KOSTRAD Soeharto untukmelaksanakan pemulihan keamanan dan ketertiban yangbersangkutan dengan peristiwa G-30-S/PKI.

4. Dokumen Keputusan Presiden/Panglima TertinggiAngkatan Bersenjata Republik Indonesia/Komando OperasiTertinggi No.162/KOTI/1965.

5. Dokumen Keputusan Presiden/Panglima TertinggiAngkatan Bersenjata Republik Indonesia/Komando OperasiTertinggi No.179/KOTI/1965.

8. Surat Perintah 11 MaretPenyajian pameran Surat Perintah 11 Maret dirancang dengan

metode edukatif dengan spesifikasi sebagai berikut:a. Panel informasi tentang kronologis turunnya Surat Perintah 11

Maret 1966b. Panel informasi tentang hasil-hasil pengadilan dan Keputusan

Mahkamah Militer luar biasa terhadap tokoh-tokoh G-30-S/PKI.

Page 77: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 72 | P a g e

c. Koleksi yang dipamerkan adalah:1. Surat Perintah 11 Maret 19662. Surat keputusan Presiden/Panglima Tertinggi

ABRI’/mandataris MPRS/PBR No,1/3/1966, yaitupembubaran PKI dan organisasi-organisasinya yangbernaung dan berlindung dibawahnya serta menyatakannyasebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah kekuasaanNegara Republik Indonesia.

3. Rekaman kaset pengumuman di RRI tanggal 12 Maret 1966tentang pembubaran PKI.

4. Pengumuman No.1 tanggal 12 Maret 1966 yang berisipenjelasan tentang Surat Perintah 11 Maret 1966 dan seruanuntuk tidak bertindak sendiri-sendiri.

5. Perintah Harian Pangti ABRI 12 Maret 1966 tentang sikapABRI terhadap keadaan politik dan penyelewenganrevolusi.

6. Keputusan Presiden No. 1/3/1966 tanggal 12 Maret 1966tentang pembubaran PKI.

7. Pengumuman Nomor 2 tanggal 12 Maret 1966 tentangseruan kepada pengusaha untuk membantu ketenanganekonomi nasional.

8. Pengumuman No.3 tanggal 13 Maret 1966 yang berisiseruan kepada aparatur Negara untuk memeliharakelancaran roda Pemerintah Daerah.

9. Pengumuman No.4 tanggal 13 Maret 1966 yang berisiseruan kepada aparat Pemerintah Pusat untuk memeliharakelancaran Pemerintahan.

10. Instruksi No. 1/3/1966 tanggal 14 Maret 1966 yangmelarang Pimpinan Parpol/Ormas untuk menerima bekasanggota PKI/Ormasnya.

11. Seruan tanggal 14 Maret 1966 agar semua anggotaPKI/Ormasnya melaporkan diri kepada aparat Pemerintahterdekat.

12. Pengumuman No.5 tanggal 18 Maret 1966 tentangpengamanan 15 Menteri Kebinet Dwikora.

13. Keputusan Presiden No. 4/3/1966 tanggal 18 Maret 1966tentang penunjukkan Menteri-menteri ad intern.

14. Instruksi No. 2/3/1966 tertanggal 18 Maret 1966 tentangdimulainya kuliah dan sekolah bagi pelajar dan Mahasiswa.

Page 78: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 73 | P a g e

15. Dokumen Keputusan Presiden/Panglima TertinggiAngkatan Bersenjata Republik Indonesia/Komando OperasiTertinggi No. 142/KOTI/1965 tentang pengangkatan MayorJenderal TNI Soeharto sebagai Panglima OperasiPemulihan Keamanan dan Ketertiban.

16. Dokumen Keputusan Presiden/Panglima TertinggiAngkatan Bersenjata Republik Indonesia/Komando OperasiTertinggi No.162/KOTI/1965.

17. Dokumen Keputusan Presiden/Panglima TertinggiAngkatan Bersenjata Republik Indonesia/Komando OperasiTertinggi No.179/KOTI/1965.

18. Foto-foto Soeharto terkait peristiwa Super Semar.

Foto 4.12. Surat Perintah 11 Maret 1966(Sumber: MPBP, 2009)

Page 79: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 74 | P a g e

Foto 4.13 Surat Keputusan PresidenNo. 1/3/1966 (Sumber: MPBP, 2009)

Page 80: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 75 | P a g e

5PENYAJIAN SOEHARTO SEBAGAI

NEGARAWAN

5.1 Alur CeritaAlur cerita penyajian pameran Soeharto sebagai Negarawan

terdiri atas tiga bagian pokok yaitu: 1. Meningkatkan Produksi Pertanian,2. Mengontrol Jumlah Penduduk, dan 3. Membangun PelayananKesehatan.

5.1.1 Meningkatkan Produksi Pertanian1. Pengolahan Lahan Pertanian

Salah satu strategi Soeharto dalam upaya meningkatkanproduksi pertanian adalah mengolah lahan pertanian dengan tehnikbercocok tanam yang maju/modern. Hal tersebut dilakukan karenamayoritas petani hanya memiliki tanah yang sempit yang tidak lebih darisetengah hektar, dan karena tanah yang subur telah digarap denganintensif, bahkan sampai ke puncak-puncak gunung (Wilson, 1992:134).Kemampuan petani dalam hal penguasaan teknologi tanam juga belumbanyak dikuasai kecuali bercocok tanam dengan cara tradisional.

Secara konsisten strategi bercocok tanam yang maju/moderntersebut dijalankan sehingga upaya untuk meningkatkan produksi perhektar dapat tercapai. Sejumlah penyuluh-penyuluh pertanian diIndonesia digalakkan untuk melaksanakan program tersebut. Hal serupajuga dilakukan dengan mengikutsertakan petani dalam proyek-proyeklahan percontohan dan kemudian mereka membagi pengalamannyakepada petani yang lain. Kelompok petani dibentuk si setiap desa untukmengikuti bimbingan dari para penyuluh pertanian yang disebutIntensifikasi massal (Inmas) dan Bimbingan massal (Bimas). Kegiatantersebut tidak hanya dilakukan melalui tatap muka saja, tetapi jugadisiarkan melalui radio dan televisi bahkan juga sejumlah media cetakmenyediakan halaman khusus untuk koran masuk desa dengan muatanmateri siaran yang khas pedesaan membimbing petani. Perkembangankelompok pendukung yang tergabung dalam Kontak Tani untukmenggalakkan inovasi, semangat kerjasama dan peningkatanintensifikasi memainkan peran yang penting dalam meningkatkanproduksi pertanian.

Page 81: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 76 | P a g e

2. Penyediaan Bibit UnggulStrategi Soeharto berikutnya dalam upaya meningkatkan

produksi pertanian adalah menyediakan jenis-jenis bibit varietas unggul,yang memungkinkan para petani mencapai hasil yang optimal. PadaPembangunan Lima Tahun (Pelita ) II (1974-1979), Pelita III (1979-1984), dan Pelita IV (1984-1989) telah berhasil menyediakan danmenggunakan jenis-jenis bibit unggul sebanyak 50 jenis diantaranyajenis padi gogo rancah, IR 3, IR 5, IR 8 (Wilson, 1992:135).

3. Pembangunan IrigasiStrategi Soeharto dalam upaya meningkatkan produksi pertanian

adalah dengan pembangunan irigasi yaitu membangun bendungan-bendungan atau waduk-waduk di beberapa daerah. Program ini meliputikegiatan-kegiatan perbaikan dan peningkatan irigasi yang sudah ada,pembangunan jaringan irigasi baru, reklamasi daerah rawa danpenyelamatan hutan, tanah dan air. Sistem pengairan diperbaiki denganmembuat irigasi ke sawah-sawah sehingga banyak sawah yang semulahanya mengandalkan air hujan, kini dapat ditanami pada musim kemaraudengan memanfaatkan sistem pengairan.

Beberapa waduk serba guna telah dibangun, antara lain ProyekAsahan (Sumatera), Proyek Saguling (Jawa Barat), Proyek GajahMungkur (Jawa Tengah), Proyek untuk daerah sungai , Arakundo, KaliBrantas, Wampu Ular dan sebagainya (Nugroho, 1985:292). Proyek-proyek tersebut selain digunakan untuk irigasi, pengendalian banjir, danpelestarian sumber alam, sekaligus menghasilkan tenaga listrik yangdapat mendukung pembangunan industri.

Dengan keberhasilan program pengairan, maka rehabilitasitanah pertanian telah memperluas areal tanah. Perluasan areal tanammendukung kebijaksanaan ekstensifikasi pertanian yang diusahakanpemerintah dengan usaha mencetak arealSawah baru.

4. Pendirian Pabrik-Pabrik PupukIndonesia memiliki tanah pertanian yang subur dan banyak

tanah yang terbaik telah dimanfaatkan untuk produksi pertanian. Namun,jumlah tanah yang dapat digunakan ditentukan pula oleh topografi daniklim. Tanah yang ada mungkin tidak seproduktif seperti yang

Page 82: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 77 | P a g e

dikehendaki, karena telah dipakai untuk pertanian berabad-abad lamanya,sehingga perlu untuk mengganti zat hara dengan menggunakan pupuk.

Kebutuhan akan pupuk dalam upaya untuk meningkatkanproduksi pertanian adalah kebutuhan mendasar. Pada awal-awaldilaksanakannya pembangunan (Pelita I) Indonesia belum mempunyaipabrik pupuk, dan ketika itu pemenuhannya dengan cara membeli dariluar negeri (impor).

Soeharto mempunyai alasan tersendiri kenapa Indonesia bersihkukuh untuk membangun pabrik-pabrik pupuk. Tidak lain karena pupukmerupakan salah satu faktor penentu dalam program Panca Usaha untukmenaikkan produksi pertanian per hektar. Soeharto yakin, bahwaIndonesia harus menguasai persediaan pupuk, bebas dari ketergantungankepada luar negeri. Terlalu sering dalam bidang-bidang lain, Indonesiamenggantungkan diri kepada pengadaan berbagai barang luar negeriyang murah, dan Indonesia tidak mempunyai kemampuan untukmemproduksinya di dalam negeri, tetapi kemudian secara tak terduganegara pengekspornya menaikkan harga barang-barang tersebut.Indonesia terperangkap oleh suatu penawaran dan permintaan dan tidakberdaya apa pun kecuali membayar saja kenaikan harga yangmenyakitkan, karena bertahun-tahun telah mengabaikan kesempatanuntuk meningkatkan kemampuan membuat sendiri barang-barangtersebut.

Memang benar harga pupuk impor itu murah, tetapi ketika padasuatu waktu sangat memerlukannya, maka Indonesia jadi terpojok,sehingga harga-harga dari luar tersebut dapat seenaknya saja dinaikkan.Karena pupuk tidak dapat dipisahkan dari upaya untuk swasembada,Indonesia dengan bijaksana memutuskan untuk membangun pabrikpupuk sendiri.

Pembangunan pabrik-pabrik pupuk dilaksanakan di sejumlahdaerah yang merupakan sentra-sentra pertanian, antara lain Pabrik PupukKaltim I-II, Pabrik Pupuk Asean di Aceh, Pabrik Pupuk Iskandar Mudadi Aceh, Pabrik Pupuk Petrokimia di Gresik, Pabrik Pupuk Kujang diJawa Barat. Pabrik-pabrik pupuk tersebut memproduksi Pupuk Urea,Pupuk ZA, dan Pupuk TSP. Pada awalnya produksi pabrik pupuk hanya100.000 ton per tahun. Permulaan yang baik itu telah diteruskansedemikian rupa sehingga sekarang ini situasi penawaran dan permintaanpupuk telah menguntungkan Indonesia, karena Indonesia setiap tahundapat menghasilkan pupuk 5 juta ton (Wilson, 1992:135).

Page 83: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 78 | P a g e

5. Pemberantasan Hama Pengganggu Tanaman.Strategi Soeharto dengan menyediaan bibit unggul dan pupuk

saja tidak cukup untuk meningkatkan produksi pertanian. Bibit yangunggul dan pemberian akan pupuk memang menjadikan tanaman tumbuhdengan subur. Tetapi ada kalanya tanaman yang subur tersebut tergangguoleh datangnya beberapa hama tanaman sehingga tidak dapatberproduksi tinggi, atau bahkan dapat menyebabkan tanaman-tanamanmati.

Beberapa hama pengganggu tanaman yang dikenal menurutZuliyanti (2007:2) antara lain:

1). Hama Sundep, menyerang daun padi muda, menguning dan mati.Walau batang padi bagian bawah masih hidup atau membentukanak tanaman baru tetapi pertumbuhan daun baru tidak terjadi.

2). Hama Beluk, menyerang titik tumbuh tanaman padi yang sedangbunting sehingga buliran padi keluar, berguguran, gabah-gabahkosong dan berwarna keabu-abuan.

3). Ulat Penggerek (Scahunobius bipuncifer), gangguan dankerusakan pada tanaman padi gandu, terutama daerahpegunungan, daya pegrusakannya terutama pada bagian-bagianpucuk tanaman sehingga mematikan tanaman padi.

4). Hama Putih (Nympula depunctalis), menyerang danbergelantungan pada daun padi sehingga berwarna keputih-putihan.

5). Hama Wereng Coklat (Nilapervata hgens), hama ini selalumenghisap cairan dan air dari batang padi muda atau bulir-bulirbuah muda yang lunak, dapat meloncat tinggi dan tidak terarah,berwarna coklat, berukuran 3-5 mm, habitat tempat lembab, gelapdan teduh. Telur banyak yang ditempatkan di bawah daun padiyang melengkung dengan masa ovulasi 9 hari menetas, 13 harimembentuk sayap dan 2 minggu akan bertelur kembali. Hama inimeluas serangannya dilihat dari bentuk lingkaran pada tanamandalam petakan padi.

6). Wereng Hijau (Nephotettix apicalis), merusak kelopak-kelopakdan urat-urat daun padi dengan alat penghisap pada moncong yangkuat. Bertelur (sebanyak 25 butir) yang ditempatkan di bawahdaun padi selama tiga kali sampai dia mati.

7). Walang Sangit (Leptocorixa acuta), binatang ini berbau, hidupbersembunyi di rerumputan, tuton, paspalum, alang-alangsehingga berinvasi pada tanaman padi muda ketika bunting,

Page 84: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 79 | P a g e

berbunga atau berbuah. Walang sangit menempatkan telurnya (14-16 telur hingga 360 butir telur sepanjang hidupnya) secaraberjajaran pada daun.

8). Lembing Hijau (Nezara Viridula), berkembang pada iklim tropis,hidupnya berkoloni, betina berukuran kecil (16 mm) dengan 1100telur selama hidupnya, lama penetasan 6-8 minggu, jantanberumur 6 bulan. Serangannya tidak sampai menghampakan padi,tetapi menghasilkan padi berkualitas jelek (goresan-goresanmembujur pada kulit gabah dan pecah apabila dilakukanpenggilingan/penumbukkan).

9). Ganjur (Pachydiplosis oryzae), menyerang tanaman padi yangpenanamnya terlambat, sekitar bulan Februari dan April.Menempatkan telur-telurnya pada kelopak daun padi, larva-larvabergerak menuju dan memasuki batang-batang padi, daun-daunmembentuk kelongsong sehingga padi mati.

Hama dan penyakit pada tanaman padi sangat beragam, disamping faktor lingkungan (curah hujan, suhu dan musim) yang sangatmempengaruhi produksi padi. Pembasmian hama-hama pengganggutanaman tersebut di atas dapat dilakukan dengan cara antara lainpenggunaan insektisida yang ramah lingkungan, rotasi tanaman(Zuliyanti, 2007:5).

6. Menggerakkan KoperasiSoeharto jelas sangat terlibat dalam merencakan gerakan

koperasi untuk mendukung upaya meningkatkan produksi pertanian. Iatidak hanya mengerti dengan sebaik-baiknya, melainkan juga denganbangga dan sangat lancar dapat merinci apa itu koperasi dan apa-apayang telah dicapai oleh koperasi tersebut. Koperasi menjadi unitdistribusi yang utama. Dalam hal ini adalah distribusi sarana-saranaproduksi yang amat dibutuhkan oleh rakyat yaaitu pupuk, insektisida,peralatan pertanian, melainkan bibit unggul yang berproduksi tinggi.Dalam koperasi juga terdapat unit yang merencakanan pengolahan danpemasaran produksi yang dihasilkannya.

Kurang dari 20 tahun, sebuah sitem koperasi yang luas danefektif telah dikembangkan, yang berada di garis depan perkembanganekonomi dan pertanian Indonesia. Meskipun masih ada daerah-daerahatau desa-desa yang belum terjangkau koperasi, cukup mengesankanuntuk diperhatikan, bahwa terdapat lebih dari 65000 desa yang

Page 85: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 80 | P a g e

didalamnya sudah terdapat 7000 buah koperasi unit Desa (KUD)(Wilson, 1992:139).

7. Sidang FAOKecukupan pangan, tempat tinggal yang nyaman dan jumlah

keluarga yang terencana merupakan faktor penting untuk mewujudkanmasyarakat yang sejahtera. Ketiga hal tersebut menjadi fokus perhatianSoeharto. Sebagai bangsa agraris yang mayoritas masyarakatnya hidupdan bekerja di bidang pertanian, maka pembangunan di sektor inimendapat perhatian utama. Itulah yang dipikirkan dan kemudiandilakukan Soeharto ketika mulai memimpin bangsa Indonesia tahun1967. Kerja keras dalam bidang pertanian sejak Pelita I (1969), membuatIndonesia mampu meningkatkan hasil pertanian dan memperbaikikehidupan petani. Hasilnya, tahun 1984, Indonesia berhasil mencapaiswasembada beras yang merupakan kebutuhan pokok penduduk(Ramadhan, 1989:2).

Keberhasilan ini mempunyai nilai yang spektakuler, karenamengubah Indonesia dari pengimpor beras terbesar di dunia menjadiswasembada. Sukses ini mengantar Soeharto diundang untuk berpidato didepan Konferensi ke-23 FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia),di Roma, Italia, 14 November 1985. Pada kesempatan itu, Soehartomenyerahkan bantuan 1.000.000 ton gabah (sumbangan dari para petaniIndonesia) untuk disampaikan kepada rakyat di negara-negara Afrikayang menderita kelaparan. Jika pembangunan di bidang pangan inidinilai berhasil maka itu merupakan ‘kerja raksasa’ dari seluruh bangsaIndonesia. Kerja keras para petani ini berhasil meningkatkan produksiberas, yang tahun 1969 hanya sebesar 12, 2 juta ton menjadi lebih dari25,8 juta ton pada tahun 1984 (Ramandhan,1989:3). Kepada pesertakonferensi Soeharto juga memperkenalkan seorang petani andalan asalTajur, Bogor yang ikut dalam rombongannya. Pernyataan pentingSoeharto yang ditujukan kepada negara-negara maju anggota FAObahwa selain bantuan pangan, yang paling penting adalah kelancaranekspor komoditi pertanian dari negara-negara yang sedang membangunke negara-negara industri maju. Ekspor pertanian bukan semata-matauntuk meningkatkan devisa, tetapi lebih dari itu, untuk memperluaskesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan petani.

Atas keberhasilan swasembada pangan ini, Dirjen FAO DrEdouard Saouma dalam kunjungannya ke Jakarta, Juli 1986,menyerahkan penghargaan medali emas FAO. Medali itu menampilkan

Page 86: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 81 | P a g e

gambar timbul Soeharto dengan tulisan: President Soeharto – Indonesia,dan di sisi lainnya bergambar seorang petani yang sedang menanam padidengan tulisan “From Rice Importer to Self-Sufficiency”.

5.1.2 Mengontrol Jumlah PendudukStrategi Soeharto dalam program kependudukan melalui

keluarga berencana adalah tercapainya jumlah penduduk yang serasidengan pembangunan. Upaya yang dilakukan untuk mencapai haltersebut adalah melalui:

1. Kegiatan PeneranganPengetahuan dan sikap masyarakat akan arti penting program

KB dalam pembangunan dan kesejahteraan bangsa merupakanpersyaratan pertama keberhasilan KB. Peranan tokoh masyarakat,termasuk tokoh agama mempunyai arti tersendiri. Dalam kegitanpenerangan ini, BKKBN menjalankan kampanya KIE (Komunikasi,Informasi, dan Edukasi). Sasaran utama kampanye ialah pasangan usiasubur, agar mereka mengerti akan akhirnya menerima program KB.Kampanye KIE ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, danpraktek KB sehingga tercapai penambahan peserta KB baru, membinakelestarian peserta KB yang telah ada, dan meletakkan dasar bagimekanisme sosio-kultural yang menjamin berlangsungnya prosespenerimaan KB (Nugroho, 1992:342).

Dalam hal ini berbagai media massa dan peralatandipergunakan, antara lain radio, televisi, film, penerbitan dan kegitansosial budaya lainnya. Inti pesan KIE adalah “keluarga kecil bahagia dansejahtera”. Pendekatan yang dilakukan menurut berbagai cara,pendekatan dan penyampaian yang berbeda, tapi bersifat edukatifpersuasif. Kegiatan penerangan dapat dikatakan berhasil karena telahterasa perubahan sikap masayarakat yang pesat sekali. Dewasa ini orangtidak merasa segan dan malu melaksanakan Program KB, bahkan ada“rasa tidak enak” kalau tidak mengikuti kegiatan KB. Satu keadaan yangbertolak belakang dengan pandangan umum masyarakat pada waktu KBdiperkenalkan untuk pertama kali.

Satu hal yang sangat simpatik dalam program penerangan iniadalah dilakukannya kegiatan produktif lain yang dapat meningkatkankesejahteraan keluarga dan perbaikan taraf hidup Kegiatan PKK,pemberian kredit bagi peserta KB, berbagai kursus ketrampilan danbanyak kegiatan yang sangat dirasakan manfaatnya oleh para peserta KB.

Page 87: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 82 | P a g e

2. Pelayanan KontrasepsiPelayanan kontrasepsi ini mempunyai tugas dan fungsi untuk

mengembangkan sistem pelayanan dalam kebutuhaan alat/obatkontrasepsi. Tujuan umum pelayanan ini adalah memberikan dukungandan pemantapan penerimaan gagasan keluarga berencana, dengandemikian akan mempermudah tercapainya tujuan pokok: penurunanangka kelahiran yang berarti.

Dalam upaya mencapai tujuan ditempuh kebijaksanaan untukmembagi usaha mencapai sasaran dalam tiga fase, yaitu fase menundaperkawinan (sesuai dengan UU Perkawinan agar wanita menikahsedikitnya berusia 20 tahun, sedang pria berusia 25 tahun), fasemenjarangkan kelahiran (agar pasangan suami-istri merasa cukup dengandua anak dengan jarak sekurang-kurangnya tiga tahun), dan fasemenghentikan kesuburan (suatu anjuran bagi wanita yang berusia 30tahun atau lebih bersedia menghentikan kesuburan) (Nugroho,1992:343).

Dalam pelayanan kontrasepsi terdapat beberapa lingkupkegiatan yang meliputi:

1. Pelayanan KontrasepsiBidang pelayanan kontrasepsi ini mengembangkan pelayanan,

termasuk tenaga medis/paramedis dan obat/alat kontrasepsi. Hal inidilakukan lewat usaha klinik maupun non klinik.2. Klinik Keluarga Berencana

Klinik KB sejak awal kegiatan program KB telah menjadisarana pelayanan kontrasepsi. Kegiatan klinik ini meliputi peneranganKB agar peserta dapat memilih alat kontrasepsi yang disenangi;bimbingan dan pelayanan medis sebaik-baiknya agar peserta menjadipuas dan meneruskan penggunaan alat kontrasepsi; serta mengingatkankunjungan ulang pada waktu yang telah ditentukan.

Petugas klinik juga akan menampung keluhan peserta KB. Bilaterjadi kegagalan pemakaian obat/alat kontrasepsi, klinik KB akanmenanggulangi dengan sebaik-baiknya. Petugas klinik KB akanberkonsultasi dengan sarana/instansi yang lebih tinggi bila usahanyauntuk mengatasi peserta yang gagal/mengalami efek sampingan tidakberhasil.

Page 88: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 83 | P a g e

3. Pembiayaan dan HasilnyaDalam pembeayaan program, BKKBN selain mendapat

anggaran dari Pemerintah, juga mengadakan kerja sama dengan berbagaipihak, termasuk donor agencies dari luar negeri. Bantuan luar negeriyang diterima terdiri dari tiga kategori : bantuan program (program aid),bantuan proyek (project aid) dan bantuan teknis (technical assistance).Berbagai bentuk bantuan luar negeri didapat dari kerja sama bilateral(antara lain USA, Belanda, Inggris, Jepang, Norwegia, Swedia,Bangladesh, Mesir dan lain-lainnya) dan kerja sama multilateral (IGGI,IBRD, UNFPA, UNICEF, UNESCO, ESCAP dan Word Bank)(Nugroho, 1992:345).

Berbagai upaya yang dilaksanakan BKKBN dalammensukseskan program kependudukan sangat luwes dan mengena. Selainkampanye KB, beberapa operasi khusus untuk menarik akseptor barutelah dijalankan dengan berhasil, misalnya Safari Spiral, pemberianpenghargaan kepada peserta KB Lestari, pemilihan dan pemberianpenghargaan kepada petugas KB Teladan, kesemuanya ini merupakanmata rantai keberhasilan yang terjadi dengan indah.

4. Prestasi Keluarga BerencanaMenurut Soeharto kenaikan produksi pangan yang besar tidak

akan banyak artinya jika pertambahan jumlah penduduk tidak terkendali.Karena itu pelaksanaan program keluarga berencana merupakan yangsangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Program KBdikoordinasikan oleh BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga BerencanaNasional) yang dibentuk tahun 1970. Program ini semula memangditentang secara luas, namun belakangan mendapat dukungan dari parapemuka agama. KB bukan lagi sebuah program yang ditekankan olehpemerintah, tetapi menjadi popular di kalangan keluarga dandilaksanakan atas kesadaran sendiri. Untuk kelancaran program KBtingkat nasional, pada tahun anggaran 1970/1971, Pemerintah Indonesiamulai memberi bantuan sebesar 1,3 juta dolar, dan 3 juta dolar AS daripara donatur asing. Bantuan terus meningkat dari tahun ke tahun,menjadi 34,3 juta dolar AS tahun 1977/1978.

Strategi yang diterapkan dalam Program Kependudukan danKeluarga Berencana adalah tercapainya jumlah penduduk yang serasidengan laju pembangunan. Peserta KB secara kumulatif meningkat darisekitar 1,7 juta orang pada akhir Repelita I menjadi sekitar 21,5 jutaorang pada akhir Repelita V, atau naik 12,6 kali lipat. Program KB telah

Page 89: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 84 | P a g e

berhasil menekan laju pertambahan penduduk secara nyata sertameningkatkan kesejahteraan penduduk Indoneia.

Prestasi yang dicapai dalam program kependudukan dankeluarga berencana ini mengundang rasa kagum UNICEF. LembagaPBB yang menangani masalah anak dan pendidikan ini sepertidinyatakan Direktur Eksekutifnya, James P.Grant, memuji Indonesiakarena berhasil menekan tingkat kematian bayi dan telah melakukanberbagai upaya lainnya untuk menyejahterakan kehidupan anak-anak diIndonesia. Data yang ada menyebutkan, pada Pelita III tingkat kematianbayi di Indonesia masih mencapai 100/1000 kelahiran. Namun kemudianmenurun menjadi 70/1000 kelahiran pada Pelita IV dan pada tahun 1990-an dapat ditekan menjadi 50/1000 kelahiran. Perhatian Soeharto terhadapkesehatan dan kesejahteraan masyarakat dilakukan secara terus menerus.Ia bahkan langsung turun ke lapangan. Soeharto dan Ibu Tien (Alm)bahkan meminumkan sendiri cairan vaksin polio kepada bayi dan anak-anak balita untuk menggalakkan program imunisasi polio di seluruhtanah air, sehingga Indonesia bebas polio, kala itu.

Soeharto dan jajaran BKKBN yang dipimpin Haryono Suyono,telah berhasil mengubah persepsi: “Banyak anak banyak rezeki”menjadi: “Keluarga kecil bahagia.” Pandangan hidup ini, menjadimendarah daging pada mayoritas masyarakat, baik bagi yang sudahmaupun belum menikah. Atas keberhasilan pelaksanaan programKependudukan dan KB, Soeharto memperoleh Penghargaan TertinggiPBB di Bidang Kependudukan atau UN Population Award. Penghargaanini disampaikan langsung oleh Sekjen PBB Javier de Cuellar di markasbesar PBB di New York. Penghargaan tersebut diserahkan bertepatandengan hari ulang tahun Soeharto ke 68, tanggal 8 Juni 1989. Soehartomenempati urutan teratas dari 24 calon yang masuk nominasi.

5.1.3 Membangun Pelayanan KesehatanKebutuhan dasar hidup manusia adalah sandang, pangan, papan,

pendidikan dan kesehatan. Arah pembangunan kesehatan adalahmempertinggi taraf kesehatan dan kecerdasan penduduk melaluipeningkatan pelayanan kesehatan dan perbaikan mutu gizi. Peningkatantersebut diusahakan melalui pelayanan kesehatan yang lebih luas, lebihmerata dan terjangkau masyarakat berpenghasilan rendah, baik di desamaupun di kota. Usaha-usaha ini dilaksanakan dalam rangka peningkatandan pemeliharaan kemampuan tenaga kerja bagi keperluan pembangunandan sekaligus kesehatan generasi muda yang akan datang, jasmani

Page 90: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 85 | P a g e

ataupun rohani. Dengan demikian pembangunan kesehatan merupakansalah satu kegiatan utama yang mendukung seluruh usaha pembangunan.

Kebijaksanaan umum pembangunan kesehatan adalah:a. Pelayanan kesehatan ditujukan terutama kepada golongan

masyarakat berpenghasilan rendah, baik di desa atau di kota.b. Pelayanan kesehatan diutamakan kepada usaha pencegahan penyakit

dan pembinaan usaha kesehatan.c. Kegiatan-kegiatan pelayanan diutamakan kepada pengobatan jalan.d. Sistem pelayanan kesehatan ditujukan untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat secara merata dengan meningkatkan peranan danpartisipasi aktif masyarakat, termasuk pengobatan tradisional yangtelah terbukti efektif.

Strategi yang dilaksanakan Soeharto dalam rangka membangunpelayanan kesehatan terdiri atas:

1. Pembangunan Sarana KesehatanPembangunan sarana kesehatan dilakukan dengan cara

meningkatkan jumlah tenaga dibidang kesehatan. Jika pada tahun 1965jumlah dokter hanya 6.800, terjadi peningkatan menjadi 20.000 orang(1986) dan mengalami kenaikan menjadi 23.000 (1988). Demikian jugajumlah tenaga perawat dan bidan pada tahun 1984 mencapai 44.000orang menjadi 52.000 orang (1984) dan mencapai 60.000 orang (1988).Pembangunan sarana kesehatan secara fisik dengan mendirikan PusatKesehatan Masyarakat (Puskesmas) untuk kira-kira setiap 30.000 orang(Wilson, 1992:179).

2. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit MenularPencegahan dan pemberantasan penyakit menular merupakan

bidang yang mendapat perhatian besar. Cacar telah dihapuskan dariIndonesia pada tahun 1972. Frambosia telah dikurangi dengan sangatberarti di Jawa maupun di pulau-pulau sekitarnya. Malaria, telahdikurangi dari kira-kira 4,21 kasus per 1.000 penduduk dalam tahun 1973menjadi kira-kira 1,14 per 1.000 penduduk dalam tahun 1988. Demamberdarah telah dikurangi dari 41,3 per 1.000 orang penduduk dalamtahun 1968 menjadi kira-kira 3,2 per 1.000 dalam tahun 1988. Kematianyang telah disebabkan oleh diare/kolera telah dikurangi dari 35,8 per

Page 91: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 86 | P a g e

1.000 penduduk dalam tahun 1969 menjadi kira-kira 1,5 per 1.000 dalamtahun 1988 (Wilson, 1992:181).

3. Perbaikan GiziProgram perbaikan gizi terutama bagi anak-anak telah

diperkenalkan dengan menitikberatkan kepada masalah kekuranganprotein, kekurangan vitamin A, anemia, dan sebagainya. Menjelangtahun 1988 lebih dari 55.000 desa telah dicapai oleh program-programgizi yang mempengaruhi lebih dari 11 juta anak balita. Usaha-usaha inimempunyai pengaruh yang besar terhadap angka kematian bayi (Wilson,1992:180).

4. Pendidikan dan Pendayagunaan Tenaga KesehatanPenyelenggaraan pendidikan dan latihan tenaga kesehatan

bertujuan untuk dapat menyediakan tenaga kesehatan yang cukup,terampil dan memiliki semangat pengabdian yang tinggi sesuai denganjenis kebutuhan dalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan. Jumlahlulusan dari tahun ke tahun terus meningkat, walau belum memenuhikebutuhan tenaga kesehatan yang diperlukan, terutama tenaga dokter dipelosok (Nugroho, 1985:351).

5. Pengawasan Obat dan MakananUntuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan, pengawasan

obat dan makanan dilakukan dengan lebih memantapkan penyediaan danpengawasan produksi, peredaran dan penggunaan obat, obat tradisional,makanan dan minuman, kosmetika dan mencegah penyalahgunaannarkotika dan bahan obat berbahaya lain. Langkah dan sasaran yangingin dicapai antara lain: mengusahakan tersedianya obat yang cukupaman dan efektif, serta penyebarannya merata dengan harga yangterjangkau daya beli masyarakat, meningkatkan usaha-usaha di bidangprasarana dan sarana pengawasan (baik berupa perundang-undanganmaupun pedoman pelaksanaan yang meliputi persyaratan badanproduksi/distribusi), meningkatkan pemeriksaan dan pembinaan badanproduksi/distribusi, meningkatkan pendaftaran obat/makanan/ minumanuntuk memastikan keamanan, khasiat, nilai gizi, kegunaan dan standarmutu, meningkatkan pencegahan penyalahgunaan narkotika/obatpsikotropika, obat berbahaya lainnya dan minuman keras, pengembangansistem pengendalian efek samping/keracunan dan hal-hal lain yangdisebabkan obat/ makanan/minuman dan lain-lain, dan meningkatkan

Page 92: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 87 | P a g e

jenis dan mutu tenaga, laboratorium pemeriksaan dan sarana-saranapenunjang lainnya. Untuk menunjang secara langsung pembangunankesehatan, dapat dilihat dari perkembangan industri danpendistribusiannya. Satu hal yang penting dalam perkembanganperindustrian obat adalah ditetapkannya UU No.25/1980, yangmenetapkan apotik sebagai tempat pengabdian profesi apoteker danbukan sebagai pedagang yang mementingkan keuntungan saja (Nugroho,1985:353).

6. Peranan WanitaProgram peranan wanita bertujuan meningkatkan keadaan gizi

dan kesehatan wanita, khususnya wanita hamil dan menyusui. Selain itujuga diusahakan peningkatan pengetahuan dan keterampilan wanita,terutama berupa peningkatan pemeliharaan kesehatan dan gizi keluarga,khususnya anak-anak balita. Telah terbentuk P2WKSS atau PeningkatanPeranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera, maka ProgramPeranan Wanita dalam Pembangunan Kesehatan (P2WKPK) telahdiselenggarakan di 26 propinsi yang meliputi 282 kabupaten/564kecamatan/1.128 desa dengan pendirian Taman Gizi. Kegiatannya antaralain penimbangan bayi/anak balita, penyuluhan, immunisasi dansebagainya. Selain itu, pembinaan organisasi-organisasi wanitadiselenggarakan dengan pendidikan dan latihan. Kegiatan terpadu dalamberbagai bentuk telah mampu mengangkat harkat hidup wanita(Nugroho, 1985:353).

5.2 Penyajian PameranPenyajian pameran Soeharto sebagai Negarawan diuraikan

berdasarkan susunan alur cerita yang terdiri atas: 1. MeningkatkanProduksin Pertanian, 2. Mengontrol Jumlah Penduduk, dan 3.Membangun Pelayanan Kesehatan.

5.2.1 Meningkatkan Produksi Pertanian1. Pengolahan Lahan Pertanian

Penyajian pameran Pengolahan Lahan Pertanian dirancangdengan metode edukatif dan evokatif dengan spesifikasi sebagai berikut:

l. Panel informasi tentang teknik bercocok tanam yangmaju/modern.

m. Panel informasi tentang teknik bercocok tanam yang tradisional.

Page 93: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 88 | P a g e

n. Panel informasi tentang lahan percontohan yang disiapkanSoeharto dalam pengolahan lahan pertanian.

o. Panel informasi tetang kegiatan kontak tani untuk mendukungpeningkatan produksi pertanian.

p. Panel perkembangan jumlah kelompok tani di seluruh wilayahnusantara.

q. Diorama membajak sawah dengan cara tradisional dengan alatwaluku yang ditarik oleh dua ekor kerbau.

r. Diorama membajak sawah dengan cara modern menggunakanalat traktor dengan tenaga mesin.

s. Label kelompokt. Koleksi yang dipamerkan:

1. Foto-foto lahan percontohan yang disiapkan Soeharto untukpara petani.

2. Foto-foto kegiatan Soeharto dalam temu wicara denganpara petani.

3. Rekaman acara siaran pedesaan yang disiarkan melaluiradio-radio di tanah air.

4. Film dokumenter tentang Kelompencapir (KelompokPendengar Pembaca dan Pemirsa), sebuah acara bertemapertanian yang kerap kali ditayangkan di televisi.

5. Koran/majalah masuk desa yang menyediakan halamankhusus khas pedesaan yang membimbing para petani untukmaju.

6. Waluku, alat pertanian tradisional untuk membajak sawahyang pemakaiannya dengan ditarik oleh dua kerbau.

7. Traktor, alat pertanian modern untuk membajak sawahdengan tenaga mesin.

Page 94: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 89 | P a g e

Foto 5.1. Soeharto sedang berdialogdengan petani

(Sumber; MPBP, 2009)

Foto 5.2. Soeharto sedang meninjau areal pertanian(Sumber; MPBP, 2009)

Page 95: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 90 | P a g e

Foto 5.3 Soeharto menerima kunjungan kelompok taniyang berprestasi (Sumber; MPBP, 2009)

2. Penyediaan Bibit UnggulPenyajian pameran Penyediaan Bibit Unggul dirancang dengan

metode edukatif dengan spesifikasi sebagai berikut:a. Panel informasi tentang bibit unggulb. Panel informasi tentang perkembangan jumlah bibit unggulc. Panel informasi tentang peningkatan jumlah produksi pertanian

karena pamakaian bibit unggul.d. Panel berupa grafik/tabel produksi, perbandingan antara

penggunaan bibit unggul dan bibit biasa.e. Label individuf. Koleksi yang dipamerkan:

1). Foto-foto Soeharto ketika mencanangkan program bibitunggul.

2). Replika jenis-jenis bibit unggul seperti jenis padi gogorancah, IR 3, IR 5, IR 8.

3). Foto-foto tentang bibit unggul.

Page 96: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 91 | P a g e

Foto 5.4. Soeharto sedang menebar benih padi bibit unggul(Sumber; MPBP, 2009)

3. Pembangunan IrigasiPenyajian pameran Pembangunan Irigasi dirancang dengan

metode edukatif dengan spesifikasi sebagai berikut:a. Panel informasi tentang pembangunan irigasi (bendungan-

bendungan, dan waduk-waduk).b. Panel informasi tentang jumlah pembangunan bendungan-

bendungan dan waduk-wadukc. Panel informasi tentang manfaat pembangunan irigasi seperti

pengendalian banjir, pelestarian sumber alam, penghasil tenagalistrik

d. Panel peningkatan jumlah daerah yang dapat menikmati sumbertenaga listrik.

e. Label individuf. Koleksi yang dipamerkan:

1). Foto-foto Soeharto dalam peresmian pembangunan waduk-waduk dan bendungan-bendungan.

2). Maket bendungan-bendungan3). Maket pembangkit tenaga listrik

Page 97: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 92 | P a g e

4. Pendirian Pabrik-Pabrik PupukPenyajian pameran Pendirian Pabrik-Pabrik Pupuk di Indonesia

dirancang dengan metode edukatif dengan spesifikasi sebagai berikut:a. Panel informasi tentang kesuburan tanah di Indonesia.b. Panel informasi tentang pentingnya pupuk dalam peningkatan

produksi pertanian.c. Panel informasi tentang perkembangan jumlah pembangunan

pabrik pupuk di Indonesia (tabel/grafik).d. Panel informasi tentang jumlah peningkatan produksi pupuk

nasional.e. Label individuf. Koleksi yang dipamerkan:

1). Foto-foto Soeharto dalam peletakan batu pertama atauperesmian pembangunan pabrik-pabrik pupuk di Indonesia.

2). Kantong-kantong/sak sebagai tempat pupuk, yang ada tandatangan Soeharto dibagian kantong-kantong atau sak.

3). Maket pabrik-pabrik pupuk di Indonesia.4). Replika atau contoh jenis-jenis pupuk yang digunakan oleh

para petani.5). Plakat atau piagam perhargaan tentang pendirian pabrik-

pabrik pupuk di Indonesia.

Foto 5.5. Soeharto sedang meresmikan pembukaan PT Pupuk SriwijayaPalembang (Sumber: MPBP, 2009)

Page 98: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 93 | P a g e

Foto 5.6 Soeharto sedang menuju peresmian pabrik pupuk(Sumber: MPBP, 2009)

5. Pemberantasan Hama Pengganggu TanamanPenyajian pameran Pemberantasan Hama Pengganggu Tanaman

dirancang dengan metode edukatif dengan spesifikasi sebagai berikut:a. Panel informasi tentang pentingnya pemberantasan hama

pengganggu tanaman.b. Panel informasi tentang contoh hama-hama pengganggu

tanaman.c. Panel berupa grafik/tabel penurunan jumlah produksi pertanian

karena hama tanaman pengganggu.d. Koleksi yang dipamerkan:

1). Foto-foto Soeharto dalam kegiatan pemberantasan hamapengganggu tanaman.

2). Replika jenis-jenis hama pengganggu tanaman.3). Replika tanaman yang terserang hama.4). Alat-alat penyemprotan.5). Jenis obat atau insektisida untuk hama pengganggu

tanaman.

Page 99: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 94 | P a g e

6. Menggerakan KoperasiPenyajian pameran Menggerakan Koperasi dirancang dengan

metode edukatif dengan spesifikasi sebagai berikut:a. Panel informasi tentang fungsi koperasi terkait dengan

peningkatan produksi pertanian.b. Panel grafik/tabel peningkatan jumlah koperasi di Indonesia.c. Labele. Koleksi yang dipamerkan:

1). Foto-foto Soeharto terkait dengan gerakan koperasiIndonesia.

2). Logo koperasi Indonesia.3). Maket koperasi Indonesia.

7. Sidang FAOPenyajian pameran Sidang FAO dirancang dengan metode

edukatif dengan spesifikasi sebagai berikut:a. Panel informasi tentang pidato Presiden Soeharto pada sidang

FAO di Roma, Italia pada tanggal 14 November 1985.b. Panel grafik/tabel peningkatan jumlah produksi beras dari tahun

1969 sampai dengan tahun 1984.c. Label individud. Koleksi yang dipamerkan:

1). Medali dan Piagam FAO, puncak dari keberhasilanIndonesia mengatasi masalah pangan.

2). Foto Soeharto ketika diundang ke sidang FAO (OragnisasiPangan Dunia) di Roma, Italia, 14 November 1985.

3). Medali mas FAO dijadikan koleksi Master Piece, dibuatreplika dengan ukuran besar, dan penataannya lebihditonjolkan daripada koleksi yang lain.

4). Rekaman pidato Soeharto ketika berpidato di sidang FAO.

Page 100: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 95 | P a g e

Foto 5.7. Soeharto menerima medali FAO dari Dirjend FAO Dr. EdouarSaouma, Jakarta, Juli 1986 (Sumber: MPBP, 2009)

Foto 5.8. Medali emas FAO (Sumber: MPBP, 2009)

Page 101: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 96 | P a g e

Foto 5.9 Medali emas FAO sisi gambar Soeharto

(Sumber: MPBP, 2009)

Page 102: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 97 | P a g e

Foto 5.10 Medali emas FAO sisi gambar petani(Sumber: MPBP, 2009)

5.2.2 Mengontrol Jumlah PendudukPenyajian pameran dengan tema mengontrol jumlah penduduk

dirancang dengan metode edukatif dengan spesifikasi sebagai berikut:a. Panel informasi tentang strategi mengontrol jumlah penduduk.b. Panel infomasi tentang kegiatan penerangan kepada masyarakat

dalam program Keluarga Berencana.c. Panel kampanye komunikasi, informasi dan edukasi dengan

slogan “keluarga kecil bahagia dan sejahtera”.d. Panel pelayanan kontrasepsi.e. Panel pembiayaan program KBf. Panel prestasi KBg. Panel grafik/tabel peningkatan jumlah peserta KB lestari.h. Panel grafik/tabel jumlah penurunan tingkat kematian bayi.i. Label individu.j. Koleksi yang dipamerkan:

1). Rekaman siaran radio tentang program KB.2). Film dokumenter untuk siaran televisi tentang program

KB.3). Majalah/koran yang memuat program KB.4). Foto-foto kegiatan Soeharto terkait dengan pelaksanaan

program KB.5). Maket Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).6). Maket klinik KB7). Alat untuk kontrasepsi8). Vaksin polio9). Obat untuk kontrasepsi10). Undang-undang perkawinan, tentang batas minimal umur

dalam perkawinan terkait dengan program KB.11). Plakat atau piagam penghargaan terhadap peserta KB

lestari12). Piagam penghargaan kepada petugas KB Teladan.13). Piagam Penghargaan tertinggi dari PBB (UN Population

Award), atas keberhasilan yang diraih Soeharto dalamprogram kependudukan dan Keluarga Berencana.

Page 103: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 98 | P a g e

Foto 5.11 Soeharto memberikan imunisasipada PIN (Sumber: MPBP, 2009)

5.2.3 Membangun Pelayanan KesehatanPenyajian pameran dengan tema membangun pelayanan

kesehatan dirancang dengan metode edukatif dengan spesifikasi sebagaiberikut:

a. Panel informasi tentang pembangunan pelayanan kesehatanb. Panel grafik/tabel peningkatan jumlah tenaga di bidang

kesehanan (dokter, perawat, bidan, personil paramedispembantu lainnya) sejak tahun 1968.

c. Panel grafik/tabel jumlah peningkatan pembangunan saranakesehatan (Puskesmas, rumah sakit).

d. Panel tentang jenis-jenis penyakit menulare. Panel tentang jumlah penurunan penyakit menular.f. Panil program perbaikan gizi.g. Panel program pendidikan dan pendayagunaan tenaga

kesehatan.h. Panel program pengawasan obat dan makanan

Page 104: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 99 | P a g e

i. Panel peranan wanita dalam program peningkatan gizi dankesehatan wanita.

j. Label individu.k. Koleksi yang dipamerkan:

1). Rekaman siaran radio tentang program KB.2). Maket Puskemas3). Maket apotik4). Majalah/koran yang memuat program pelayanan kesehatan.5). Foto-foto kegiatan Soeharto terkait dengan pelaksanaan

pelayanan kesehatan.6). UU No. 25/1980

Page 105: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 100 |P a g e

6PENUTUP

6.1 KesimpulanMuseum Purna Bhakti Pertiwi adalah sebuah museum pribadi

atau museum “tokoh” Soeharto. MPBP sebagai museum “tokoh”Soeharto yang dapat mewujudkan gambaran citra Soeharto melaluipenyajian informasi yang ada. Melihat kenyataan yang ada, gambarancitra Soeharto di MPBP belum sepenuhnya terwujud. Penyajian pamerandi MPBP lebih memamerkan benda-benda dari pada informasi.Ketiadaan informasi ini karena koleksi-koleksi tersebut belumdiinterpretasi sehingga koleksi tersebut belum bermakna. Keadaan inimenyebabkan pameran yang disajikan tanpa makna, dan tidakkontekstual. Karena itu, pengunjung tidak mendapat informasi yangcukup tentang apa yang disajikan di MPBP. Dapat dikatakan penyajian diMPBP belum menggunakan teori museologi. Penyajian informasi yangkurang memadai menyebabkan pengunjung tidak dapat menangkappesan yang ingin disampaikan MPBP. Hal ini berarti informasi yangdisajikan MPBP belum dapat mewujudkan gambaran citra tokohSoeharto.

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengembalikan tujuanpendirian museum yaitu bermanfaat untuk masyarakat. Agar bermanfaatdalam penyajiannya koleksi harus diinterpretasi sehingga dapatmempengaruhi pengalaman pengunjung dan pengunjung dapat jugamenangkap makna dan simbol dari koleksi yang disajikan. Penyampaianhasil interpretasi melalui pameran juga dapat meluruskan interpretasipengunjung yang mungkin saja kurang tepat.

MPBP adalah museum tokoh Soeharto, artinya MPBP harusdapat mencitrakan figur Soeharto. Melalui studi kepustakaan dengankonsep tokoh sebagai dasar penyajian pameran dapat diperolehinterpretasi tentang figur Soeharto. Berdasarkan konsep tokoh, figur yangmenonjol pada Soeharto adalah sebagai prajurit dan negarawan.Berdasarkan konsep citra, yang akan disajikan adalah strategi Soehartodalam mencapai sesuatu. Jika di satukan, maka desain pameran MPBPadalah Museum Purna Bhakti Pertiwi dalam Konsep Soeharto sebagaiPrajurit dan Negarawan.

Penyajian MPBP dalam konsep Soeharto sebagai prajurit dannegarawan disajikan dengan pendekatan The Systematic museum

Page 106: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 101 |P a g e

(Traditional lecture and text). The Systematic Museum menitikberatkanpada struktur of science. Pesan dari museum terlihat dari pemeran yangmenggambarkan kebenaran dari struktur yang dirancang oleh subjectmatter. Pameran yang disajikan kepada pengunjung dengan mudah dapatdiketahui maknanya. Pameran dengan pendekatan tersebut tampakseperti cerita dan cerita yang disampaikan adalah hal yang benar-benarnyata. Pameran disajikan dengan awal dan akhir yang jelas, dan dengansusunan yang jelas. Pameran disajikan secara hirarkis mulai dari yangsimpel hingga yang kompleks. Pendekatan tersebut dipilih karena MPBPadalah jenis museum tokoh sejarah. Artinya dalam penyajian pameran diMPBP disajikan secara kronologis (urut) dari hal yang simpel ke halyang kompleks. Metode yang digunakan adalah dengan pendekatanedukatif dan metode evokatif atau gabungan keduanya.

Uraian tersebut di atas menunjukkan bagaimana museologbekerja dengan konsep penokonan dan pencitraan dalam mendesainpaameran museum dengan latar belakang tokoh.

6.2 SaranCitra Soeharto sebagai prajurit dan negarawan menjadi salah

satu alternatif tema yang dapat sajikan sebagai pameran di MPBP.Penggambaran citra Soeharto melalui penyajian pameran dapat menjadiinspirasi positif baik untuk generasi masa kini maupun generasi di masayang akan datang. Uraian tersebut di atas tetap harus memperhatikandinamika masyarakat sehingga dalam menampilkan konsep desainpameran tidak hanya dilakukan sepihak.

Page 107: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 102 |P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani-Knapp Retnowati. Soeharto : The Life and Legacy ofIndonesia’s Second President. Jakarta : Kata Hasta Pustaka,2007.

Asiarto, Lutfi. Tanggapan atas makalah Prof. Noerhadi Magetsari denganjudul Filsafat Museologi. Makalah Seminar dalam rangkaperingatan 100 tahun kebangkitan Nasional.DepartemenKebudayaan dan Pariwisata , Direktorat Jenderal Sejarah danPurbakala, Direktorat Museum, 2006.

Asiarto, Lutfi. Museum dan Pembelajaran. Museografia Vol.1 No. 1 –September 2007. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,Direktorat Museum, 2007.

Basuki, Sulistiyo. Metode Penelitian. Wedatama widya Sastra, Jakarta :2006.

Burcaw, G. Ellis. Introduction to Museum Work. United States ofAmerika, 1981.

Dean, David. Museum Exhibition: Theory and Practice. United States ofAmerika, 1994.

Definsi museum menurut ICOM yang dirumuskan dalam musyawarahumum ke 11 tanggal 14 Juni 1974 ( Eleven General Assemblyof ICOM) di Copenhagen.

Direktorat Permuseuman; Kamus Peristilahan Permuseuman, DirektoratPermuseuman, Jakarta, 2001.

Direktorat Permuseuman; Pedoman Tata Pameran di Museum,Direktorat Permuseuman, Jakarta, 1998.

Edson, Gary dan David Dean, The Handbook for Museum, Routledge,London and New York, 1996.

Page 108: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 103 |P a g e

Fachry Ali, dkk. Beras, Koperasi dan Politik Orde Baru, Bustanul Arifin70 tahun

Furchan dan Maimun. Studi Tokoh. Pustaka pelajar: Yogyakarta, 2005.

Hooper, Eilean-Greenhill, Museum and Their Visitors, New York,Routledge, 1996.

Hooper, Eilean-Greenhill, Museum, Media Message. New York,Routledge, 1995.

Isaac, Steven & William B. Michael; Hand Book in Research &Evaluation, Edit Publiser Sandiego, California,1977.

Jones, Edward; Outline of Literature: Short Stories, Novels, and Poems.New York: The Macmillan Company, 1968.

Littlejohn, Stepen W. Theories of Human Communication.Crawfordsville, 2001.

Magetsari Noerhadi “Filsafat Museuologi”. Makalah Seminar dalamRangka Peringata 100 tahun Kebangkitan Nasional”.Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Direktorat JenderalSejarah dan Purbakala, Direktorat Museum. 2008.

Mensch, Peter van, Toward a Methodology of Museology, PhD thesis,University of Zagreb, 1992

Monografi Museum Jawa & Bali, Departemen Kebudayaan danPariwisata, Jakarta, 2008

Munandar, Agus Aris; Kajian Pengunjung Museum dalam MuseografiaVol. II, No.2 Oktober 2008, hal. 33 Departemen Kebudayaandan Pariwisata, Direktorat Museum, Jakarta, 2008.

Munaryati, Arby. Ranah Pengetahuan itu Bernama Museum.Museografia Vol.1 No. 1 – September 2007. DepartemenKebudayaan dan Pariwisata, Direktorat Museum, 2007.

Page 109: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 104 |P a g e

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: GajahmadaUniversity Press, 1998.

O.G. Roeder. Anak Desa (Biografi Presiden Soeharto). Jakarta : HajiMasagung, 1985.

Pearce, M. Susan.Museum Studies in Material Cultural. Washington :Smithsonian Institution Press.1991.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar BahasaIndonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Ramadhan K.H. & G. Dwipayana. Soeharto (Pikiran, Ucapan, danTindakan Saya) Otobiografi. Jakarta : Citra LamtorogungPersada, 1989.

Sekretariat Negara Republik Indonesia. Gerakan 30 SeptemberPemberontakan Partai Komunis Indonesia (Latar Belakang,Aksi, dan Penumpasannya). Jakarta : Sekretariat NegaraRepublik Indonesia, 1994.

Setya Novanto & Riant Nugroho Dwidjowijoto. Manajemen PresidenSoeharto (Penuturan 17 Menteri). Jakarta : Yayasan BinaGenerasi Bangsa, 1996.

Singgih, Wibisono Museum Purna Bhakti Pertiwi, Jakarta, PenerbitMuseum Purna Bhakti Pertiwi, 1993.

Soelastri Soekirno, Libur Sekolah Telah Tiba, ke Museum Yuuk! (HarianKompas, Tgl 5 Juni 2008). Pusat Data dan InformasiKebudayaan dan Priwisata, 2007.

Sudjiman, Panuti. Kamus Istilah Sastra. 1992.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta,2008.

Page 110: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto-Pencitraan Tokoh Soeharto dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi 105 |P a g e

Sumadio, Bambang. Bunga Rampai Permuseuman. Jakarta : DirjenbudProyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, Dirjen KebudayaanDepdikbud. 1996/1997.

Stanton, Robert. An Introduction to Fiction. New York: Holt, Rinehartand Winston, 1965.

Sutaarga. Pedoman Penyelenggaraan Dan Pengelolaan Museum. Jakarta: Dirjenbud Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, DirjenKebudayaan Depdikbud. 1997.

Sutaarga. Studi Musiologia. Jakarta : Dirjenbud Proyek PembinaanPermuseuman Jakarta, Dirjen Kebudayaan Depdikbud.1990/1991.

Suyati HS, Tatik. Metode Pengadaan dan Pengelolaan Koleksi. Jakarta :Depdiknas, Dirjen Kebudayaan, Direktorat Sejarah danMuseum. 2000.

Tanudirjo, Daud Aris. Museum sebagai Mitra Pendidik. MuseografiaVol.1 No. 1 – September 2007. Departemen Kebudayaan danPariwisata, Direktorat Museum, 2007.

Udansyah, Dadang. Seni Tata Pameran di Museum. Jakarta : ProyekPengembangan Museum Nasional, Direktorat JendralKebudayaan, Departemen Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia, 1988.

Warren & Wellek. Teori Kesusastraan.PT Gramedia, Jakarta, 1989.

Page 111: Pencitraan Tokoh Soeharto Dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi

Priyanto adalah tenaga pengajar tetap diUniversitas Indonesia, Pengajar Program StudiPariwisata Vokasi UI, Fasilitator MPKT/PDPT/PPKPT UI, dan MPK Seni Wayang. Lahir diBanjarnegara, Jawa Tengah 13 April 1974.Pendidikan jenjang Sarjana S1 Sastra Jawa danProgram Pasca Sarjana Arkeologi diselesaikan-nya di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Uni-versitas Indonesia. Selain aktif sebagaipengajar, kegiatan lainnya adalah aktif di bidangpariwisata, seni, dan budaya Jawa khusus-nyaSeni Wayang dan Karawitan Jawa.