PRE-EKLAMPSIA Pencegahan Pre-EklampsiaYang dimaksud pencegahan
adalah upaya untuk mencegah terjadinya preeklamsia pada perempuan
hamil yang memiliki resiko tinggi terjadinya preeklamsia.
Preeklamsia adalah sindrom dari proses implantasi sehingga tidak
keseluruhan dapat dicegah.Mengingat morbiditas dan mortalitas yang
signifikan terkait dengan pra-eklampsia, terutama dengan onset
dini, manajemen di bidang obstetri juga telah diarahkan pada
pencegahan penyakit. Penggunaan profilaksis aspirin dan kalsium
telah dipelajari selama ini dengan hasil yang beragam. Baru-baru
ini, di ungkapkan peran obesitas sebagai faktor risiko untuk
pre-eklampsia sehingga mendorong minat dalam mengukur dan
mengetahui dampak dari operasi bariatrik untuk mengurangi risiko
ini (Turner,2010). Banyak cara yang dilakukan untuk mencegah
preeclampsia, baik itu dari segi diet dan farmakologinya.Dietary
ChangePerubahan dari segi diet dilakukan untuk mencegah terjadinya
preeclampsia, restriksi garam ternyata tidak efektif untuk
menurunkan resiko terjadinya preeklamsia(JOGC & Williams).
Pemberian multivitamin yang mengandung asam folat sangat
direkomendasikan untuk menghindari adanya anomaly kongenital pada
ibu hamil. Selain itu pemberian multivitamin asam folat bias
mencegah terjadinya preeklamsia pada wanita dengan BMI < 25
kg/m2 (JOGC).Preeklamsia itu berkaitan dengan stress oksidatif,
pemberian vitamin C 1000mg/d dan vitamin E (400 IU/d) pada nulipara
ternyata tidak menurunkan insiden terjadinya preeklamsia. Pada
penelitian terbaru ternyata vitamin C dan E justru meningkatkan
insiden terjadinya preeklamsia (JOGC).Perubahan LifestylePerubahan
lifestyle juga dapat menurunkan atau mencegah terjadinya
preeklamsia. Mekanismenya adalah dengan olahraga dapat menurunkan
tekanan darah, menurunkan kadar lipid, dan sitokin proinflamasi.
Meningkatkan waktu istirahat kira-kira 30 menit-6 jam dalam sehari
pada trimester ke-3 juga menurunkan insiden preeclampsia
(JOGC).Menghentikan Konsumsi AlkoholTidak ada cukup penelitian yang
mengungkapka efek penghentian konsumsi alcohol terhadap hipertensi
pada kehamilan, meskipun pengurangan konsumsi alcohol
direkomendasikan karena dapat menurunkan tekanan darah, selain itu
juga konsumsi alcohol tidak aman pada saat kehamilan (JOGC). Stop
merokokBerhenti Merokok berhubungan dengan penurunan resiko
preeklamsia pada sebuah studi observasional
(JOGC).AspirinKetidakseimbangan antara kadar tromboksan dan
prostasiklin diperkirakan menjadi faktor signifikan dalam proses
terjadinya pre-eklampsia. Di mulai dengan dosis rendah, aspirin
terbukti menurunkan produksi tromboksan. Pada PARIS (Perinatal
Antiplatelet Review of International Studies) dilakukan meta
analisis terhadap 32.217 perempuan, didapatkan bahwa aspirin
berkaitan erat dengan penurunan relative sebesar 10 % terhadap
resiko terjadinya preeklamsia dan tidak memiliki efek mortalitas
terhadap janin. ACOG merekomendasikan penggunaan aspirin setelah
trimester pertama untuk menurunkan resiko terjadinya preeklamsia
pada ibu dengan resiko tinggi (Turner,2010). Menurut SOMANZ,
penggunaan 50-150 mg/hr berhubungan dengan penurunan terjadinya
preeklamsia, dan efeknya akan lebih bagus jika dimulai sebelum usia
kehamilan 20 minggu.Suplemen Kalsium, Magnesium Dan ZincSuplemen
kalsium berhubungan dengan pengurangan dan penurunan kejadian
hipertensi dan kejadian preeklamsia pada populasi dengan asupan
kalsium rendah. Menurut penelitian kumar et al, dikatakan bahwa
insiden preeklamsia menurun pada wanita primigravida yang diberikan
suplemen kalsium 2 g/hari, selain itu juga mencegah kelahiran
preterm (Turner,2010). Menurut ACOG, suplementasi kalsium tidak
direkomendasikan pemberiannya pada ibu hamil di Negara berkembang,
karena ternyata pemberian kalsium pada ibu hamil yang memiliki
asupan kalsium normal tiap harinya ternyata suplementasi tidak
bermanfaat untuk menurunkan terjadinya preeklamsia.Magnesium
merupakan mineral essensial yang diperlukan dalam sintesis protein
dan dalam proses potensial aksi pada membrane sel otot dan sel
saraf. Suplementasi magnesium tidak berefek pada insiden hipertensi
pada kehamilan, tetapi memang memiliki efek penurunan kelahiran
preterm, begitu juga dengan suplementasi zinc ternyata efeknya sama
seperti suplemen magnesium(JOGC).Terapi LainPemberian antioksidan
vitamin C dan E tidak menunjukkkan hasil yang signifikan dalam
menurunkan kejadian preeklamsia, sehingga pemberian suplemen
vitamin C dan vitamin E tidak direkomendasikan. Penelitian terbaru
menyarankan bahwa pemberian suplemen vitamin yang mengandung asam
folat selama kehamilan berhubungan dengan penurunan resiko
terjadinya preeklamsia. Asam folat mungkin menurunkan resiko
terjadinya preeklamsia dengan cara memperbaiki endotel plasenta dan
endotel sistemik atau dengan menurunkan kadar homosistein di dalam
darah (Somanz,2008). Bariatric surgeryObesitas dikenal sebagai
faktor yang berkontribusi dalam proses terjadinya preeklamsia pada
ibu hamil. Selain itu obesitas juga meningkatkan komorbiditas dan
penyulit pada ibu hamil misalnya penyulit diabetes, hipertensi,
preeklamsi. Selain itu efek obesitas sendiri juga bias menyebabkan
prematuritas. Baru-baru ini menurut penelitian dikatakan bahwa
pembedahan bariatric dapat menurunkan dan memperbaiki seluruh
masalah kesehatan pada ibu hamil yang disertai obesitas termasuk
masalah preeklamsia.Jadi Pencegahan pre-eklampsia adalah tantangan
yang berkelanjutan sampai saat ini.Aspirin dapat menurunkan risiko
terkena pre-eklampsia pada wanita tertentu yang berisiko tinggi
jika pemberiannya dimulai sedini mungkin dalam kehamilan.
Suplementasi kalsium dapat menurunkan risiko terkena pre-eklampsia
lebih rendah pada populasi dengan asupan kalsium harian yang
direkomendasikan. Baik aspirin ataupun kalsium telah terbukti cukup
bermanfaat dan direkomendasikan untuk digunakan dalam pencegahan
pre-eklampsia (American College of Obstetrics and Gynecology
(ACOG), 2010) . Bariatric Surgery (weight loss surgery telah
terbukti menurunkan resiko terkena pre-eklampsia sebesar 75% secara
signifikan pada perempuan obesitas dan pada mereka yang agak gemuk
dengan komorbiditas seperti diabetes dan hipertensi. Tatalaksana
preeklamsiaPreeklamsia ringanPengobatan untuk preeklamsia ringan
adalah terapi suportif sampai kelahiran bayi, dimana terapinya itu
bed rest dan memonitor janin secara ketat. Menurut ACOG monitor
yang perlu dilakukan terhadap janin adalah melakukan memonitor
pergerakan janin, test ultrasonografi (USG), monitor pertumbuhan
fetus, dan penilaian cairan amnion selama 3-4 minggu, tes tekanan
darah ibu, tes hematocrit dan hitung jumlah platelet, evaluasi
enzim hepar, fungsi ginjal, dan hitung protein urin selama 12-24
jam minimal setiap minggu. Tujuan monitor ini adalah untuk melihat
ada tidaknya peningkatan keparahan penyakitnya. Jika penyakitnya
makin parah maka perlu dirawat inap untuk mendapatkan observasi
lebih ketat dan manajemen medis.Tingkat terjadinya kejang pada
wanita dengan preeklampsia ringan kurang dari 1%. Penggunaan
magnesium sulfat mencegah eklampsia kejang pada wanita dengan
pre-eklampsia ringan adalah kontroversial, dan buletin ACOG tidak
merekomendasikan hal tersebut. Alasannya adalah untuk mengurangi
toksisitas ibu dan menurunkan kematian janin sebesar 15%.
Pre-eklamsia beratTujuan utama tatalaksana pre-eklamsia berat
adalah untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah terjadinya
eklamsia dengan mempertimbangkan keselamatan ibu dan mengurangi
resiko bayi lahir premature (Turner,2010).Obat yang sering dipakai
oleh dokter kandungan untuk mengatasi hipertensi pada kasus
pre-eklamsia berat adlah hydralazine,labetalol dan nifedipin dengan
tujuan BP sistol 140-155mmHg, dan diastole 90-105 mmHg atau MAP
105-125mmHg. Hydralazine memiliki banyak efek samping dan sedikit
ditoleransi jika dibandingkan dengan labetolol dan nifedipin
sehingga keduanya digunakan sebagai alternative terapi.
Nitrogliserin atau nitroprusid digunakan untuk mengatasi hipertensi
emergensi misalnya pada keadaan hipertensi
ensefalopati(Turner,2010).. Untuk mencegah terjadinya kejang
digunakan magnesium sulfat, dengan dosis loading dose 4-6 gram
secara IV dan dilanjutkan 1-2 g/jam di drip (infusion). Pada pasien
yang tekanan darahnya bias distabilkan pemberian magnesium sulfat
dihentikan sambil dimonitor secara ketat. Pemberian nifedipin
bersamaan dengan magnesium sulfat itu aman tanpa adanya kenaikan
efek samping dari magnesium sulfat, misalnya kelemahan otot
(Turner,2010).
Pada pre-eklamsia dengan usia kehamilan 37 minggu (paru janin
sudah matur, tidak ada masalah pada servik) maka induksi persalinan
perlu dipertimbangkan. Kortikosteroid bias diberikan pada untuk
mempercepat maturitas paru janin pada usia kehamilan 24-34 minggu
dan persalinan bias dimulai 48 jam setelah usia mencapai 33-34
minggu. Beberapa keadaan merupakan indikasi diterminasi kehamilan
sebagai berikut. :
Untuk keadaan hipertensi pada kehamilan, antihipertensi harus
dimulai digunakan pada semua wanita hamil yang memiliki BP 170/ 110
mmHg, sebab pada tekanan darah ini sangat beresiko terjadinya
perdarahan intracerebral dan eklamsia. Pengobatan dilakukan sampai
terjadi penurunan tekanan darah yang stabil.
Tabel diatas merupakan pilihan obat yang rapid acting. Sedangkan
tabel dibawah ini merupakan pilihan antihipertensi yang sering
digunakan. Untuk lini pertamanya digunakan methyldopa, labetolol,
oxprenolol. Lini keduanya nifedipin, prazosin, hydralazine
(Somanz,2008).
EKLAMPSIAPencegahan Terjadinya Eklamsia Pada Wanita Dengan
Pre-EklamsiPemilihan obat yang digunakan untuk mencegah terjadinya
eklamsia adalah magnesium sulfat. Untuk mencegah terjadinya kejang
digunakan magnesium sulfat, dengan dosis loading dose 4-6 gram
secara IV dan dilanjutkan 1-2 g/jam di drip (infusion)
(Somanz,2008). Alternative lain bias menggunakan antikonvulsan
phenytoin dengan loading dose 1000mg infusion selama satu jam dan
diikuti dengan 500 mg oral untuk 10 jam kemudian. Kedua
antikonvulsan ini diberikan sampai 24 jam
pascapartum.Penatalaksanaan Eklamsia1. ResusitasiResusitasi
meliputi akses cairan intravena, pemberian oksigen, menjaga patensi
jalan nafas dan membersihkan isi lambung yang mengalami refluk ke
faring atau di mulut. Keadaan kejang pada eklamsia biasanya sembuh
sendiri. Pemberian diazepam intravena (2mg/mnt sampai max 10 mg)
biasanya dilakukan selagi magnesium sulfat dipersiapkan jika
kejangnya berkepanjangan (Somanz,2008).2. Pencegahan kembalinya
kejang Untuk mencegah kembalinya kejang pada eklamsia, terapi
dimulai dengan pemberian magnesium sulfat (4g selama 10-15 mnt)
diikuti dengan pemberian infusion 1-2 g/hr magnesium sulfat.
Magnesium sulfat biasanya diberikan secara intravena pada saat
pemberian loading dose, meskipun jalur intramuscular memiliki
efektivitas yang sama (Somanz,2008). Monitoring harus dilakukan
terhadap tekanan darah, frekuensi nafas, urin output, saturasi
oxygen, reflek tendon. Pemberian magnesium sulfat diberikan selama
24 jam. Magnesium sulfat diekskresi melalui urin, jadi perlu
diwaspadai pada wanita dengan oliguria atau gangguan ginjal.
3. Kontrol hipertensiTekanan darah dikontrol hingga level
dibawah 160/100mmHg . hal ini perlu dilakukan karena sangat
berhubungan dengan terjadinya edema otak, dan terjadinya perdarahan
serebral.4. Diterminasi kehamilan (Delivery)Diterminasi kehamilan
pada kasus eklamsi perlu direncanakan dan diputuskan ketika si ibu
hamil keadaannya sudah stabil. Pada saat itu perlu perlu monitor
janin dengan ketat. Saat ini tidak ada aturan yang mengatakan bahwa
pada kasus eklamsi kehamilannya diteruskan (Somanz,2008).
HIPERTENSI KRONIK PADA KEHAMILAN Penanganan Hipertensi Kronik
Pada KehamilanKejadian Hipertensi saat ini banyak sekali dan
prevalensinya meningkat seiring dengan penigkatan usia. Banyak
wanita hamil yang mengalami hipertensi dan pada wanita normal
10-20% kehamilan menyebabkan peningkatan tekanan darah
(Somanz,2008). Pengawasan Ketat Keadaan Klinis Dan Keaadaan
LaboratoriumWanita hamil dengan hipertensi kronik memiliki resiko
tinggi untuk berkembang menjadi preeklamsia, monitor secara ketat
keadaan ibu dan keadaan janinnya. Pengawasan terhadap adanya tanda
superimpose preeklamsia setelah usia kehamilan 20 minggu, penilaian
proteinur setiap kali kunjungan, penilaian laboratorium berkaitan
tentang ada tidaknya perkembangan keparahan dari hipertensinya
maupun ada atau tidaknya proteinuria, penilaian tentang pertumbuhan
janinnya.Indikasi rawat inap jika pada setiap kali monitoring dan
penilaian terdapat atau muncul hipertensi yang semakin parah, atau
muncul proteinuria. Sehingga pasien mendapatkan perawatan lebih
baik dan pemantauan lebih ketat, jika perlu menggunakan obat
antihipertensi dibawah pengawasan dokter ahlinya.Terapi
Antihipertensi Pada Kasus Hipertensi Kronik Pada KehamilanTidak ada
cukup bukti yang merekomendasikan batasan tekanan darah yang perlu
mendapatkan antihipertensi pada kasus hipertensi kronik pada
kehamilan. Somanz merekomendasikan bahwa terapi antihipertensi pada
keadaan ini dimulai jika tekanan darah konsisten mencapai 160 mmHG
atau lebih untuk sistolnya dan 100 mmHg untuk diastole. Terapi
dimulai pada BP antara 140-160 mmHG sistol dan/atau 90-100 mmHg
diastole ternyata juga mendapatkan hasil yang baik. Sehingga,
terapi logis jika dimulai pada level tekanan darah tersebut, tetapi
tidak pada TD dibawahnya. Untuk obat antihipertensinya sama dengan
yang direkomendasikan untuk preeklamsia dan hipertensi gestasional.
Berikut ini obat-obatnya menurut Lindheimer et al:
TERAPI UNTUK KRONIK HIPERTENSI SUPERIMPOSE PREKLAMSIA.Resiko
utama kronik hipertensi pada kehamilan adalah berkembangnya kearah
superimpose preeklamsia dengan prevalensi kejadiannya 20%. Hal ini
perlu diperhatikan tentang resiko morbiditas lebih besar pada bayi
dan ibunya dibandingkan jika hanya terjadi hipertensi kronik saja.
Terapinya sama dengan keadaan preeklamsia (Somanz,2008).
Daftar PustakaJOGC.2008SOMANZTurner,J.A.(2010). Diagnosis and
management of pre-eclampsia: an update.International journal of
womens health.Available from:
http://www.dovepress.com/getfile.php?fileID=7818.Accessed on 28
Februari 2012.